ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA...

34
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia VOL. 3 NO. 2 MEI 2013 165 ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI KURS DOLLAR AS (USD) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA Divianto Politeknik Sriwijaya Abstract This study entitled Analysis of Effect of Inflation, Interest Rates SBI, and U.S. Dollar Exchange Rate Value (USD) against Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange. The objectives to be achieved are as follows: To determine how much influence the rate of inflation, SBI interest rate, and exchange rate of Rp / USD partially to the Jakarta Composite Index. To determine how much influence the rate of inflation, SBI interest rate, and exchange rate of Rp / USD simultaneously on the Jakarta Composite Index. This study is a review of the analytical tools used in the study are categorized into types of correlation (correlational study). The data used as the sample in this study is the data index, Inflation, Interest rates SBI, and Exchange Rate limited at each end of the closing month-end during the observation period 2007-2011. This study uses secondary data. The data in this study were obtained from the publication of the annual report in the form of Bank Indonesia Bank Indonesia, Indonesian Financial Statistics (IFS), the results of the data include the Indonesia Stock Exchange Composite Index, the interest rate of Bank Indonesia Certificates (SBI), inflation , the rupiah exchange rate against the U.S. dollar (U.S.$/USD), the middle rate is calculated on the basis of selling and buying rate set by Bank Indonesia. Analysis using multiple regression with data processing Eviews 7. Based on the analysis of the results of research that has been done, it can be concluded that inflation, interest rates and exchange rates SBI simultaneously significantly influence the index variable. Based on partial test variable inflation rate positive and significant effect on the variable index so that the first hypothesis is also supported by research data. SBI interest rate is negative and significant effect on the variable index, so that the second hypothesis is also supported by research data. While the exchange rate variable is also negative and significant effect on the variable index so that the third hypothesis is supported by research data. Keywords: Inflation, Rate Interest Rates, Exchange Rate U.S. Dollar (USD), Composite Stock Price Index

Transcript of ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA...

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

165

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKUBUNGA SBI, DAN NILAI KURS DOLLAR AS (USD) TERHADAP

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

DiviantoPoliteknik Sriwijaya

Abstract

This study entitled Analysis of Effect of Inflation, Interest Rates SBI, and U.S.Dollar Exchange Rate Value (USD) against Composite Stock Price Index(CSPI) in Indonesia Stock Exchange. The objectives to be achieved are asfollows: To determine how much influence the rate of inflation, SBI interestrate, and exchange rate of Rp / USD partially to the Jakarta CompositeIndex. To determine how much influence the rate of inflation, SBI interestrate, and exchange rate of Rp / USD simultaneously on the JakartaComposite Index. This study is a review of the analytical tools used in thestudy are categorized into types of correlation (correlational study). The dataused as the sample in this study is the data index, Inflation, Interest rates SBI,and Exchange Rate limited at each end of the closing month-end during theobservation period 2007-2011. This study uses secondary data. The data inthis study were obtained from the publication of the annual report in the formof Bank Indonesia Bank Indonesia, Indonesian Financial Statistics (IFS), theresults of the data include the Indonesia Stock Exchange Composite Index,the interest rate of Bank Indonesia Certificates (SBI), inflation , the rupiahexchange rate against the U.S. dollar (U.S.$/USD), the middle rate iscalculated on the basis of selling and buying rate set by Bank Indonesia.Analysis using multiple regression with data processing Eviews 7. Based onthe analysis of the results of research that has been done, it can be concludedthat inflation, interest rates and exchange rates SBI simultaneouslysignificantly influence the index variable. Based on partial test variableinflation rate positive and significant effect on the variable index so that thefirst hypothesis is also supported by research data. SBI interest rate isnegative and significant effect on the variable index, so that the secondhypothesis is also supported by research data. While the exchange ratevariable is also negative and significant effect on the variable index so thatthe third hypothesis is supported by research data.

Keywords: Inflation, Rate Interest Rates, Exchange Rate U.S. Dollar (USD),Composite Stock Price Index

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

166

PENDAHULUAN

Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerjapasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian.Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor untuk melakukan investasi di pasar modalkhususnya saham, dan akan berdampak terhadap harga pasar saham di bursa. Dilanjutkantahun 1998 yang merupakan awal runtuhnya perekonomian nasional Indonesia, ditandaidengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Indonesia yangmengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu.

Tingginya inflasi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasionalperusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha.Namun, meningkatnya suku bunga merupakan peluang investasi yang cukup menjanjikanbagi investor deposito. Semua ini pada akhirnya akan berdampak pada harga saham dipasar modal (Utami dan Rahayu, 2003). Kenaikan bunga yang agresif bisa memperkuatrupiah, tetapi indeks harga saham gabungan (IHSG) akan anjlok karena investor lebih sukamenabung di bank. Apabila suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik maka akandiikuti dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan begitu pula sebaliknya (Brata,2007).

Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimananilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatunegara. Pergerakan pasar yang sedang mengalami peningkatan atau mengalami penurunandapat dilihat dari nilai-nilai saham yang tercatat dan tercermin melalui pergerakan indeksatau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pergerakan IndeksHarga Saham Gabungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor yang berasal dariluar negeri (eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam negeri (internal). Faktoreksternal tersebut bisa datang dari Indeks bursa asing negara lain (Dow Jones, StraitTimes, NYSE), pergerakan harga minyak mentah, harga emas dunia dan adanya peristiwayang mempengaruhi keamanan dan stabilitas perekonomian dunia (seperti kerusuhanmaupun serangan teroris). Sedangkan faktor yang berasal dari dalam negeri bisa datangdari kurs mata uang, tingkat pendapatan nasional, jumlah uang beredar, tingkat inflasi, dansuku bunga yang terjadi di negara tersebut.

Berikut adalah data lengkap tiap akhir bulan mengenai tingkat inflasi, tingkat sukubunga SBI, dan kurs rupiah rata-rata tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yang disajikandalam tabel berikut ini:

Tabel 1.Rata-rata Harga Saham, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah

Periode 2007-2011

Tahun IHSGRp/$ USD (Y)

TingkatInflasi (X1)

(persen)

Tingkat SukuBunga SBI

(X2) (persen)

Kurs (X3)Rp/$USD

2007 2,210.98 6.40 8.63 9.210

2008 2,087.59 10.31 9.19 9.810

2009 2,014.07 4.79 7.27 10.410

2010 3,095.13 5.13 6.40 9.120

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

167

2011 3,746.07 5.38 6.90 8.820Sumber: Data sekunder (http://finance.yahoo.com, http://www.bi.go.id)

Sumber : Hasil Pengolahan DataGambar 1. Grafik Rata-rata Tahunan Harga Saham, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga

SBI, dan Kurs Rupiah Periode 2007-2011

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1di atas terlihat bahwa pada tiap akhir tahun,harga saham, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan kurs rupiah selalu mengalamifluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, trend harga saham mulai meningkat dandirasakan stabil mulai bulan Juni Tahun 2009 sampai dengan bulan Desember Tahun 2011.Harga saham rata-rata tertinggi pada tahun 2011 yakni sebesar Rp 3,746.07 per 1 $ USD.Tabel 1.1. di atas juga menyajikan tingkat inflasi rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2008yakni sebesar 10.31 persen. Sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2009sebesar 4.79 persen. Tingkat Suku Bunga SBI rata-rata tertinggi pada tahun 2008 sebesar9.19 persen sedangkan rata-rata tingkat Suku Bunga SBI terendah terjadi pada tahun 2010adalah sebesar 6.40 persen. Trend Kurs selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011mengalami fluktuasi rata-rata kurs tertinggi terjadi pada tahun 2009 yakni sebesar Rp10.410 per $ USD sedangkan rata-rata kurs terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp8.820 per $ USD.

Tandelilin (2001) menyatakan bahwa tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyalnegatif terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang meningkatakan menyebabkan peningkatan suku bunga yang di isyaratkan atas investasi pada suatusaham. Di samping itu, tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkaninvestor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupatabungan atau deposito.

Dapat dilihat juga pada tabel 1 bahwa inflasi terus meningkat terutama pada tahun2008. Secara umum, krisis ekonomi dalam kurun waktu tahun 2000 sampai sekarangmerupakan kelanjutan dari krisis ekonomi sebelumnya, fluktuasi kurs rupiah masih terjadiyang disebabkan karena belum stabilnya perekonomian. Fluktuasi kurs ini diikuti denganpenyesuaian pada tingkat suku bunga SBI. Bank Indonesia sebagai bank sentral berusahamelalui kebijakan moneternya agar tingkat suku bunga SBI terus disesuaikan sehingga

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

168

kenaikan kurs yang mengindikasikan tingginya permintaan USD dapat terkendali.Handoyo (2008) menyatakan bahwa sampai dengan akhir bulan Juli 1997 tidak terdapathubungan sistematis antara depresiasi rupiah khususnya terhadap dolar dengan IndeksHarga Saham Gabungan (IHSG). Perkembangan IHSG sebagaimana lazimnya lebihditentukan oleh perkembangan tingkat bunga, tetapi sejak ditetapkannya sistem kurs devisabebas mengambang, pergerakan IHSG seakan mengikuti pergerakan kurs rupiah terhadapdolar atau sebaliknya pergerakan rupiah seakan mengikuti pergerakan IHSG. Hal inimemunculkan dugaan bahwa di antara keduanya terdapat hubungan yang sistematis.

Brigham (2008) berpendapat bahwa tingkat bunga mempengaruhi harga sahamdengan dua cara yaitu : tingkat bunga mempengaruhi laba perusahaan, karena tingkatbunga merupakan biaya, maka semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar pula biayabunga yang harus ditanggung oleh perusahaan sehingga akan mengurangi laba perusahaandan akan menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan deviden. Yang kedua,tingkat bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya danmemindahkannya pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian yang lebih baik,seperti deposito yang menawarkan keuntungan lebih tinggi. Apabila para investormelakukan aksi jual dan permintaan akan saham tersebut sedikit maka akan terjadi oversupply saham yang akan mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan turun.

Pasar modal memiliki beberapa daya tarik. Pertama, diharapkan pasar modal iniakan bisa menjadi alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan. Sistem perbankanumumnya dominan sebagai sistem mobilisasi dana masyarakat, Bank-bank menghimpundana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan dana tersebut ke pihak-pihak yangmemerlukan dana untuk ekspansi usaha mereka hanya bisa memperoleh dana tersebutdalam bentuk kredit. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyaiberbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tidakada pasar modal, maka pemodal mungkin hanya bisa menginvestasikan dana merekadalam perbankan.

Dengan adanya pasar modal, para pemodal memungkinkan melakukan diversifikasiinvestasi, membentuk portofolio (yaitu gabungan dari berbagai investasi) sesuai denganresiko yang bersedia mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan. Disamping itu investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik lain, yaitu pada likuiditasnya.Pemodal bisa melakukan investasi hari ini pada industri semen, dan menggantinya bulandepan pada industri farmasi. Sehubungan dengan itu maka pasar modal memungkinkanterjadinya alokasi dana yang efektif dan efisien. Dari sisi perusahaan yang memerlukandana, sering kali pasar modal merupakan salah satu tempat pendanaan eksternal denganbiaya lebih rendah dari pada bank ataupun lembaga keuangan lainnya. Dari sisi pemodal,pemodal bisa mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari bunga depositoapabila pemodal cermat dalam bertransaksi di pasar modal.

TINJAUAN PUSTAKATeori Portofolio

Pendekatan portofolio menekankan pada psikologi bursa dengan asumsi hipotesismengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien (Natarsyah, 2003:300). Pasar efisien diartikansebagai bahwa harga-harga saham akan merefleksikan secara menyeluruh semua informasiyang ada di bursa. Jogiyanto (2005:5) berpendapat bahwa pasar bisa menjadi efisienkarena adanya beberapa peristiwa, yaitu: 1) Investor adalah penerima uang, yang berartisebagai pelaku pasar, investasi seorang diri tidak dapat mempengaruhi sebagai suatusekuritas, 2) Harga sekuritas tercipta karena ditentukan oleh mekanisme permintaan dan

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

169

penawaran yang ditentukan banyak investor, 3) Informasi tersedia secara luas kepadasemua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasitersebut murah, dan, 4) Informasi dihasilkan secara acak, dan tiap-tiap pengumumanbersifat acak satu dengan lainnya sehingga investor tidak bisa memperkirakan kapanemiten akan mengumumkan informasi baru.

Teori Inflasi1. Teori Inflasi Klasik

Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang beredar,yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilaiuang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang makanilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasiberarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volumetransaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. PendapatKlasik tersebut lebih jauh dapat dirumuskan sebagai berikut :Inflasi = f(jumlah uang beredar, jumlah kredit)

2. Teori Inflasi KeynesTeori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full

employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkatpermintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkatkuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik.Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi,dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahanpermintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.

Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkankonsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar pentingadalah yang ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan denganpeperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikianpemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)3. Teori Inflasi Moneterisme

Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter danfiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan.Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaanbarang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkandengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakanmoneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatanupah serta penghapusan terhadap subsidi atas kurs valuta asing. Sehingga teori inflasimenurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)

4. Teori EkspektasiMenurut Dornbusch (2002), bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju

inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalahramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada.Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

170

informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi :Inflasi = f(ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional)

Pengertian InflasiDalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapatdisebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor konsumsi masyarakat yang meningkat,berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampaitermasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasijuga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

Komponen InflasiAda tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan bahwa telah terjadi

inflasi (Prathama dan Mandala, 2001:203). Ketiga komponen tersebut adalah :1. Kenaikan harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada harga periodesebelumnya.

2. Bersifat umumKenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebuttidak menyebabkan harga secara umum naik.

3. Berlangsung secara terus menerusKenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadisesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.

Faktor-Faktor Terjadinya InflasiInflasi dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu : inflasi tarikan permintaan, Inflasi desakanbiaya, dan imported inflation.- Inflasi tarikan permintaan (Demand pull inflation)

Terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu olehmembanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicuperubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yangterkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnyapermintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaanterhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktuperekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana, biasanya lebihdisebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnyalikuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunyakemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan sukubunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industrikeuangan.

- Inflasi desakan biaya (Cost push inflation)Terjadi akibat adanya kelangkaan produksi atau juga termasuk adanya kelangkaandistribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secarasignifikan. Adanya ketidak lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksiyang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuaidengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisinilai ke ekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

171

yang baru. Berkurangnya produksi itu sendiri bisa terjadi akibat masalah teknis disumber produksi (pabrik, perkebunan, dan lain-lain), bencana alam, cuaca, ataukelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tersebut, aksi spekulasi(penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkaittersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimanadalam hal ini faktor infra struktur memainkan peranan yang sangat penting.Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan dua hal yaitu kenaikan harga, (misalnyabahan baku) dan kenaikan upah atau gaji, (misalnya kenaikan gaji PNS akanmengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang).

- Imported InflationImported Inflation atau inflasi yang tertular dari luar negeri. Inflasi ini disebabkan olehkenaikan harga barang ekspor seperti teh dan kopi di luar negeri (negara tujuan ekspor),harganya mengalami kenaikan dan ini membawa pengaruh terhadap harga di dalamnegeri.

Tingkat InflasiKondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya dibagi

menjadi tiga bagian yaitu :1) Merayap (Creeping Inflation)

Laju inflasi yang rendah (kurang dari sepuluh persen pertahun), kenaikan hargaberjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatiflama.

2) Inflasi menengah (Galloping Inflation)Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalamwaktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-hargaminggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya.

3) Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)Inflasi yang paling parah dengan di tandai dengan kenaikan harga sampai lima atauenam kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabilapemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

Dampak Terjadinya InflasiInflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau

tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalamarti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasionaldan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali(hyper inflasi), keadaan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangatkerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengancepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta sertakaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga, sehingga hidupmereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kitaambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uangpensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tigabelas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uangpensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

172

yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha,tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja diperusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uangsemakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi diatas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha daninvestasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkandana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan,karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkanpada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akanmengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan padasaat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebihtinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdoronguntuk melipat gandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bilainflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen,maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikanproduksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi,usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidak stabilan ekonomi, defisit neracapembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Pengertian Suku BungaSuku bunga adalah pendapatan (Bagi kreditur) atau beban (Bagi debitur) yang

diterima atau dibayarkan oleh kreditur atau debitur (Madura, 2006). Menurut Nopirin(1996) suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yangditerima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bungamempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyakatau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuahharga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnyamaka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran(Suhaedi, 2000).

Suku bunga yang dipakai dalam penelitian ini adalah suku bunga SBI, dimanadefinisi SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BankIndonesia (BI). Suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI) yang digunakan adalah sukubunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) satu bulan. Pengukuran yang digunakan adalahsatuan persen.

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangkawaktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengansystem diskonto. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikanmaupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia Bank Indonesia-ScriplessSecurities Settlement System (BI-SSSS). Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalahbank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana sementaramasyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder. Penerbitan SBI di pasarperdana dilakukan dengan mekanisme lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

173

berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur). SBI diterbitkan dengan jangkawaktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan.Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan sedangkan SBI tenor 3 bulandilakukan secara triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang pasaruang Rupiah dan Valas (www.bi.go.id). Metode lelang penerbitan SBI dilakukan denganmenggunakan 2 (dua) cara yaitu melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukanpenawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dandengan Fixed Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkatdiskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).

Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate (sukubunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh BankIndonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yangdigunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Definisi BI ratesendiri menurut Bank Indonesia adalah suku bunga instrument sinyaling Bank Indonesiayang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulanan untuk berlaku selama triwulanberjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh Rapat Dewan Gubernur bulanan dalam triwulanyang sama(www.bi.go.id). BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasipengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bungaSBI 1 bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank dan suku bungajangka yang lebih panjang. Perubahan BI rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan secarakonsisten dan bertahap dalam kelipatan dua puluh lima basis poin (BPS). BI rateditetapkan oleh dewan gubernur dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :1).Rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomiuntuk pencapaian sasaran inflasi, dan 2). Berbagai informasi lainnya seperti indikatormakro ekonomi, survey, pendapat ahli, hasil-hasil riset ekonomi, dan lain-lain.

Nilai Tukar (Kurs)Pengertian Nilai Tukar

Nilai kurs menyatakan hubungan nilai diantara satu kesatuan mata uang asing dankesatuan mata uang dalam negeri (en.wikipedia.org). Menurut FASB (1999), kurs adalahrasio antara suatu unit mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lain yang bisaditukar pada waktu tertentu. Menurut Lipsey dkk (1998), kurs berarti nilai pada tingkat dimana dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu sama lain. Sedangkan menurutSalvatore (1996) kurs didefinisikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan matauang dalam negeri. Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerusdan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena adanya perubahanpermintaan dan penawaran atas suatu kurs mata uang asing pada masing-masing pasarpertukaran valuta dari waktu ke waktu. Sedangkan perubahan permintaan dan penawaranitu sendiri dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap negara.

Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan matauang lain. Penentuan kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uangyang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiahlebih banyak dari pada supplnya maka kurs rupiah ini akan ter apresiasi, demikian pulasebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan kurs

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

174

mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga kur akan ditentukan olehmekanisme pasar (Kuncoro,2001). Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri (www.kompas.com).Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahanbaku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan.Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba tersebut akan dipandang negatif (A.KColeman dan K.A Tettey,2008). Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksijual terhadap saham-saham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan haltersebut, tentu akan mendorong penurunan indeks harga saham gabungan.

Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospekperekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktorfundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat (Sunariyah, 2006). Hal ini tentunyamenambah resiko bagi investor apabila hendak ber investasi di bursa saham Indonesia(Robbert Ang,1997). Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akancenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakanmembaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks hargasaham di BEI.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Downes dan Goodman (2004) mengatakan bahwa indeks adalah gabungan statistikyang mengukur perubahan dalam ekonomi atau dalam pasar finansial, dan seringkalidinyatakan dalam perubahan persentase dari suatu tahun dasar atau bulan sebelumnya.Karena indeks ini menyangkut sejumalah fakta maupun besaran tertentu yangmenggambarkan perubahan-perubahan harga saham dimasa lalu yang dipandang,merupakan suatu bentuk informasi historis yang sangat tepat untuk menggambarkanpergerakan harga saham dimasa lalu serta memberikan deskripsi harga-harga saham padasuatu saat tertentu maupun dalam periodisasi tertentu pula, maka indeks ini dapat disebutsebagai indeks harga saham.

Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator utama yang secara umummenggambarkan pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Indeks harga saham setiap haridihitung menggunakan harga saham terakhir (closing prise) yang terjadi di bursa.

Indeks ini merupakan gabungan dari sejumlah sektor, yaitu pertanian,pertambangan, industri kimia dasar, aneka industri, industri barang konsumsi, property danreal estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa dan invesatsi(Rahayu, 2005). Indeks ini mencakup seluruh pergerakan harga saham biasa maupunsaham preferen yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, IHSGmerupakan cerminan aktivitas pasar modal. Besar kecilnya indeks ini dipengaruhi olehvariabel ekonomi dan non ekonomi. Variabel ekonomi misalnya jumlah uang yangberedar, nilai tukar, inflasi, dan suku bunga. Variabel non ekonomi misalnya situasi politikdan keamanan dalam negeri. Perhitungan IHSG didasarkan pada jumlah nilai pasar daritotal saham yang tercatat di bursa. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap sahamtercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) denganharga di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari tersebut. Perhitungannya adalah sebagaiberikut :IHSG = Nilai Pasar / Nilai Dasar x 100

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

175

Fungsi Indeks Harga Saham di Pasar Modal- Sebagai indikator untuk mengetahui tingkat perkembangan dan penurunan pasar- Sebagai indikator tingkat keuntungan dari saham- Sebagai tolak ukur (brench mark) kinerja suatu portofolio investasi- Sebagai dasar pembentukan portofolio dengan strategi pasif- Menggambarkan perkembangan produk derivatif yang diperdagangkan di bursaManfaat Indeks Harga Saham

Paling tidak terdapat lima kegunaan atau manfaat spesifik dari adanya indeks, yaitu- Indeks dapat digunakan untuk menghitung total imbal hasil dari pasar secara agregat

atau beberapa komponen pasar pada periode waktu tertentu dan menggunakan tingkatpengembalian tersebut sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja dari portofolio individu.

- Untuk mengembangkan portofolio indeks- Indeks dapat pula digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

pergerakan harga saham secara agregat- Perubahan harga historis dapat digunakan untuk memprediksikan pergerakan harga di

masa depan- Risiko yang relevan dengan risiko aset individual (saham) adalah risiko sistematik,

yang merupakan hubungan antara tingkat imbal hasil dari risiko aset dan tingkat imbalhasil untuk portofolio pasar dari risiko aset. Dengan demikian, pada saat menghitungrisiko sistematik untuk risiko aset individual perlu untuk mengkaitkan tingkatpengembaliannya dengan imbal hasil dari indeks pasar agregat yang dapat digunakansebagai proxy dari portofolio pasar risiko.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup PenelitianUntuk memberi batasan atas permasalahan yang akan dianalisis, sehingga analisis

dan pembahasan tidak menyimpang, maka penulis perlu memberikan batasanpermasalahan. Permasalahan yang akan menjadi pembahasan penulis adalah pengaruhinflasi, tingkat suku bunga SBI, pengaruh nilai tukar (kurs), terhadap kinerja indeks hargasaham gabungan (IHSG) di bursa efek indonesia .

Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian ditinjau dari alat analisis yang digunakan

dalam dikategorikan ke dalam jenis penelitian korelasional (correlational study) Penelitiankorelasional ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari suatu variabel atau lebihterhadap variabel lainnya.

Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh data IHSG, Inflasi, Tingkat suku

bunga SBI, dan Kurs Rupiah/$ USD. Sedangkan data yang digunakan sebagai sampeldalam penelitian ini adalah data IHSG, Inflasi, Tingkat suku bunga SBI, dan Kurs Rupiahyang dibatasi pada data penutupan tiap akhir-akhir bulan selama periode pengamatan tahun2007-2011. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkanhasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Pemilihan data bulanan adalahuntuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi suatuinformasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat memperoleh hasilyang lebih akurat.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

176

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional VariabelVariabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependendan variabel independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhiatau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Sedangkan variabel independen(bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atautimbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2003). Variabel terikat yang digunakan dalampenelitian ini adalah Indeks Harga Saham gabungan (IHSG), sedangkan variabel bebasnyaadalah inflasi, suku bunga SBI, dan kurs Rupiah.

Definisi Operasional VariabelPenelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel independen.

Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:a) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) adalah indeks harga yang merupakangabungan semua harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI),pengukuran yang dilakukan adalah dalam satuan poin. Pengukuran yang digunakandalam Rp/$ USD.

b) Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah tingkat suku bunga yangditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sukubunga Sertifikat bank Indonesia (SBI) yang digunakan adalah suku bunga SertifikatBank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persen.

c) InflasiInflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang terjadi terus menerus.Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks HargaKonsumen (IHK). Pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan persen.

d) Kurs RupiahKurs adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Kursyangdigunakan adalah kurs dollar Amerika terhadap rupiah yang dihitung berdasarkan kurstengah yang dihitung berdasarkan kurs jual dan kurs beli diatur oleh Bank Indonesia.Pengukuran yang digunakan dalam Rp/$ USD.

Jenis dan Sumber DataMenurut Kuncoro (2001), data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih

variabel dalam sampel (populasi), semua data yang ada gilirannya merupakan variabelyang kita ukur, dapat diklasifikasikan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif. Jenisdata yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukurdalam suatu skala numerik (angka). Data kuatitatif disini berupa data runtut waktu (timeseries) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan olehlembaga pengumpul data serta di publikasikan pada masyarakat pengguna data. Datadalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia berupa laporan tahunanBank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), hasil dari Bursa EfekIndonesia meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), suku bunga SertifikatBank Indonesia (SBI), inflasi, kurs dolar Amerika terhadap rupiah (US$/Rp), denganmenggunakan kurs tengah yang dihitung atas dasar kurs jual dan kurs beli yang ditetapkanBank Indonesia.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

177

Metode Pengumpulan DataDalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pegumpulan data adalah

metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengcopy data-data tertulis yangberhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber dokumen atau buku-buku,koran, majalah, internet dan lain lain mengenai inflasi, suku bunga sertifikat bankIndonesia (SBI), Kurs Rupiah, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berupa databulanan atau triwulanan periode 2007-2011.

Metode Analisis DataSecara umum analisis regresi pada dasarmya adalah studi mengenai ketergantungan

satu variabel terikat (dependen) dengan satu atau lebih variabel variabel bebas(independen), dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi ataunilai rata-rata variabel terikat (dependen) berdasarkan nilai variabel bebas (independen)yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasihubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel independen

Menurut Sekaran dikutip dalam Sarjono (2009 : 91), regresi berganda dilakukanuntuk menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap dari variabelterikat yang berskala interval. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus,yaitu : pertama, meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasivariabel dependen; kedua, mengoptimalkan korelasi antara nilai aktual dan nilai estimasivariabel dependen berdasarkan data yang ada. Dengan menganggap Y = f (X1, X2, X3,)dalam hubungan fungsional di mana Y adalah fungsi linear, maka model regresi bergandauntuk empat variabel di mana variabel terikatnya merupakan fungsi linear dari tigavariabel bebas menggunakan Eviews 7.Ink. Model dasar dari penelitian ini adalah:

Y=a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + eKeterangan:Y = Indeks Harga Saham GabunganA = KonstantaB = Koefisien garis regresiX1 = inflasiX2 = tingkat suku bunga SBIX3 = kurs rupiahe = variabel pengganggu

Uji Stationer DataData runtut waktu (time series) tidak bisa langsung diregresi karena dikhawatirkan

outputnya tidak bermakna. Data time series yang akan diregresi harus lolos uji stationeratau terintegrasi bersama (kointegrasi). Jika data individualnya tidak stationer atau tidakmemiliki hubungan jangka panjang (kointegrasi) akan menghasilkan regresi palsu(spurious regression) (Gujarati, 2006:171).

Uji stationer berguna untuk memastikan bahwa data tidak memiliki akar unitkarena data yang mengandung akar unit memiliki varian yang tidak konstan. Padahal salahsatu asumsi penggunaan metode OLS bahwa selain ut atau et berdistribusi normal, jugavarians konstan atau E(Yi-ut)

2 = σ2. Sekumpulan data dinyatakan stationer jika nilai rata-rata dan varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistemiksepanjang waktu atau konstan.

Penulis melakukan uji stationer data dengan melakukan analisis correlogram yangmerupakan teknik identifikasi kestationeran data time series melalui fungsi autokorelasi

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

178

(ACF) maupun partial autocorrelation function (PACF). Fungsi ini bermanfaat untukmenjelaskan suatu proses stokastik dan memberikan informasi korelasi data-data yangberdekatan. Secara grafis terjadinya autokorelasi parsial ditunjukkan oleh keluarnya plotdari garis putus-putus sebagai band atau batas (marka) yang dikenalkan oleh barlet dankemudian Box dan Pierce, memperkenalkan uji dengan statistic Q atau (Q statistic). Jikanilai probabilitas statistik Q < 0.05 maka tidak signifikan menolak Ho yang menyatakansemua ρk ≠ 0.

Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, Sardjono (2009:53). Penulismenggunakan uji Jarque-Bera, dimana jika hasil uji Jarque Bera > 0.05 berarti Jarque –Bera hitung tidak signifikan maka kita menerima H0, yang berarti data telah memenuhiasumsi normalitas (Asngari, 2012:32).

Uji MultikolinieritasUji multikolinearitas bertujuan untk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadikorelasi diantara variabel bebas. Akibat bagi model regresi yang mengandungmultikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkatdengan bertambahnya variable independen, tingkat signifikansi yang digunakan untukmenolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salahjuga akan semakin besar. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam modelregresi adalah (Wijaya dikutip dalam Sarjono, 2009) :

a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikanmempengaruhi variabel dependen.

b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variable bebas adakorelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasiadanya multikolinearitas

c) Mutikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, VIF(Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIFyang tinggi, maka menunjukkan adanya kolinearitas yag tinggi. Multikolenaritasterjadi bila nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih dari dari 0,05.

d) Nilai Eigenvalue sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang mendekati nolmemberikan petunjuk adanya multikoleniaritas.

Dasar pengambilan keputusan dalam mendeteksi multikoleniaritas :a) Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikoleniaritas di antara variabel bebas.b) Jika nilai VIF > 10 maka terjadi gejala multikoleniaritas di antara variabel bebas.

Uji AutokorelasiUji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), dimana jika terjadi korelasi dinamakan pada problem autokorelasi(Wijaya dikutip dalam Sarjono, 2009). Autokorelasi muncul karena observasi yangberuntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresiyang bebas dari autokorelasi. Masalah ini timbul karena residu (kesalahan pengganggu)tidak bebas dari satu observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

179

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Konsekuensi dari adanyaautokorelasi adalah (Gujarati, 2003):

a) Penaksiran tidak efisien, selang keyakinannya menjadi lebar secara tidak perlu danpengujian signifikansinya kurang akurat.

b) Varian residual menaksir terlalu rendahc) Pengujian t dan F tidak sahih sehingga memberi kesimpulan yang menyesatkan

mengenai arti statistik dari koefisien regresi yang ditaksir.Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson

(DW test). Uji ini hanya digunakan untuk korelasi tingkat satu (first order autocorrelation)dan mensyaratkan adanya intercept (Konstanta) dalam model regresi dan tidak adavariabel lain diantara variabel bebas.

Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Wijayadikutip dalam Sarjono, 2009). Model regresi yang baik adalah yang terjadihomokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Bila terjadi gejalaheteroskedastisitas akan menimbulkan akibat varians koefisien regresi menjadi minimumdan confidence interval melebar sehingga uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Untukmendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatter plot.

Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksivariabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SPREDSID). Deteksi ada atau tidaknyaheteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu padagrafik scatterplot antara SPREDSID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telahdiprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telahdi‐studentized. Apabila ada pola tertentu, seperti titik‐titik yang ada membentuk polatertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), makamengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Apabila pola yang jelas, serta titik‐titikmenyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadiheteroskedastisitas (Sarjono, 2009:70).

Pengujian Statistik Analisis RegresiKoefisien Determinasi (R)

Koefisien determinasi atau R digunakan untuk mengukur seberapa jauhkemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R adalah antara 0 dan 1.Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menerangkanvariabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independenmemberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variableindependent.

Kelemahan R adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkanke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka R pasti akan meningkatwalaupun belum tentu variabel yang ditambahkan berpengaruh secara signifikan terhadapvariabel dependen. Oleh karena itu, digunakan nilai adjusted R2, karena nilai adjusted R2

dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

180

Uji Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yangdigunakan dalam model regresi secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadapvariabel yang dijelaskan. Bentuk pengujiannya adalahH0 : βi = 0, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari nilai

tukar, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG di Bursa EfekIndonesia.

H1 : βi ≠0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari nilai tukar,inflasi, dan suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG di Bursa EfekIndonesia.

Kriteria pengambilan keputusan:H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel pada α= 5% dengan tingkat keyakinan 95%, yangberarti independen (X) tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Y).

Uji Parsial (Uji t)Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesissebagai berikut (Ghozali, 2006: 88) :a. Hipotesis nol atau H0 : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen.b. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen.Untuk mengatahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel

maka menolak H0 dan menerima Ha (Sulaiman, 2004: 43), artinya ada pengaruh antaravariabel dependen terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan5%, dan sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti menerima H0 dan menolak Ha. Dalammenerima atau menolak hipotesis yang diajukan dengan melihat hasil output SPSS, kitadapat hanya melihat nilai dari signifikan uji t masing-masing variabel. Jika nilai signifikan< 0,05 maka dapat kita simpulkan bahwa menolak H0 dan menerima Ha (Ghozali, 2006:89).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Penelitian

Bagian ini mendeskripsikan data penelitian khususnya mengenai perkembanganmasing-masing variabel penelitian selama bulan Januari tahun 2007-bulan Desember 2011,secara terperinci disajikan pula nilai maksimum dan minimum serta rata-ratanya pertahunnya. Tabel 4.1. di bawah ini adalah data lengkap tiap akhir bulan mengenai IHSG,tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan kurs rupiah selama bulan Januari tahun 2007-bulan Desember 2011.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

181

Tabel 2.Harga Saham, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah

dalam Per bulan dan Rata-rata Periode 2007-2011

Tahun Bulan HargaSahamRp/$

USD (Y)

TingkatInflasi(X1)

(persen)

TingkatSuku Bunga

SBI (X2)(persen)

Kurs(X3)Rp/$

USD

2007 7-Jan 1,757.26 6.26 9.50 9.135

7-Feb 1,740.97 6.30 9.25 9.206

7-Mar 1,830.92 6.52 9.00 9.164

7-Apr 1,999.17 6.29 9.00 9.128

7-Mei 2,084.32 6.01 8.75 8.872

7-Jun 2,139.28 5.77 8.75 9.099

7-Jul 2,348.67 6.06 8.25 9.232

7-Agust 2,194.34 6.5 8.25 9.457

7-Sep 2,359.21 6.95 8.25 9.183

7-Okt 2,643.49 6.88 8.25 9.149

7-Nov 2,688.33 6.71 8.25 9.423

7-Des 2,745.83 6.59 8.00 9.466maksimum 2,745.83 6.95 9.50 9.47

minimum 1,740.97 5.77 8.00 8.87

rata-rata 2,210.98 6.40 8.63 9.21

2008 8-Jan 2,627.25 7.36 8.00 9.337

8-Feb 2,721.94 7.40 8.00 9.096

8-Mar 2,447.30 8.17 8.00 9.263

8-Apr 2,304.52 8.96 8.00 9.28

8-Mei 2,444.35 10.38 8.25 9.365

8-Jun 2,349.10 11.03 8.73 9.271

8-Jul 2,304.51 11.9 9.23 9.164

8-Agust 2,165.94 11.85 9.28 9.199

8-Sep 1,832.51 12.14 9.71 9.425

8-Okt 1,256.70 11.77 10.98 11.05

8-Nov 1,241.54 11.68 11.24 12.212

Des-08 1,355.41 11.06 10.83 11.005

maksimum 2,721.94 12.14 11.24 12.21

minimum 1,241.54 7.36 8.00 9.10

rata-rata 2,087.59 10.31 9.19 9.81

2009 9-Jan 1,332.67 9.17 9.50 11.412

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

182

9-Feb 1,285.48 8.6 8.40 12.04

9-Mar 1,434.07 7.92 8.21 11.633

9-Apr 1,722.77 6.04 7.59 10.767

9-Mei 1,916.83 6.04 7.25 10.392

9-Jun 2,026.78 3.65 7.00 10.276

9-Jul 2,323.24 2.71 6.71 9.970

9-Agust 2,341.54 2.75 6.60 10.11

9-Sep 2,467.59 2.83 6.50 9.729

9-Okt 2,367.70 2.57 6.50 9.593

9-Nov 2,415.84 2.41 6.50 9.527

Des-09 2,534.36 2.78 6.50 9.447

maksimum 2,534.36 9.17 9.50 12.04

minimum 1,285.48 2.41 6.50 9.45

rata-rata 2,014.07 4.79 7.27 10.41

2010 10-Jan 2,610.80 3.72 6.45 9.412

10-Feb 2,549.03 3.81 6.40 9.382

10-Mar 2,777.30 3.43 6.30 9.161

10-Apr 2,971.25 3.91 6.20 9.057

10 Mei 2,796.96 4.16 6.30 9.226

10-Jun 2,913.68 5.05 6.30 9.128

10-Jul 3,069.28 6.22 6.60 8.997

10-Agust 3,081.88 6.44 6.60 9.086

10-Sep 3,501.30 5.80 6.60 8.969

Okt-10 3,635.32 5.67 6.40 8.973

10-Nov 3,531.21 6.33 6.40 9.058

10-Des 3,703.51 6.96 6.30 9.036

maksimum 3,703.51 6.96 6.60 9.41

minimum 2,549.03 3.43 6.20 8.97

rata-rata 3,095.13 5.13 6.40 9.12

2011 11-Jan 3,409.17 7.02 6.00 9.102

11-Feb 3,470.35 6.84 6.70 8.867

11-Mar 3,678.67 6.65 6.70 8.753

11-Apr 3,819.62 6.16 7.18 8.617

11-Mei 3,836.97 5.98 7.40 8.580

11-Jun 3,888.57 5.54 7.40 8.640

11-Jul 4,130.80 4.61 - 8.551

11-Agust 3,841.73 4.79 - 8.621

11-Sep 3,549.03 4.61 - 8.867

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

183

11-Agust 3,790.85 4.42 - 8.879

11-Nov 3,715.08 4.15 - 9.216

Des-11 3,821.99 3.79 - 9.113

maksimum 4,130.80 7.02 7.40 9.22

minimum 3,409.17 3.79 6.00 8.55

rata-rata 3,746.07 5.38 6.90 8.82Sumber: data diolah dari data sekunder (http://finance.yahoo.com,http://www.bi.go.id)

Berdasarkan tabel 2 tersebut terlihat bahwa pada tiap akhir tahun, harga saham,tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan kurs rupiah selalu mengalami fluktuasi daritahun ke tahun. Pada tahun 2007, trend harga saham mulai meningkat dan dirasakan stabilmulai bulan Juni 2009 sampai dengan Desember 2011. Harga saham rata-rata tertinggipada tahun 2011 yakni sebesar Rp 3,746.07 per 1 $ USD. Harga saham tertinggi Rp4,130.8 per 1 $ USD pada bulan Juli 2011 sedangkan harga saham terendah terjadi padabulan November 2008 sebesar Rp 1,241.54 per 1 $ USD. Tabel 5.1. di atas jugamenyajikan tingkat inflasi tertinggi yakni terjadi pada bulan September 2008 yakni sebesar12,14 persen. Sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan Nopember 2009sebesar 2,41 persen. Inflasi rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2008 adalah sebesar 10.31persen. Tingkat Suku Bunga SBI yang tertinggi terjadi pada bulan Nopember 2008 sebesar11,24 persen sedangkan terendah terjadi pada bulan Januari 2011, dengan tingkat sukubunga rata-rata tertinggi terjadi pada tahun adalah sebesar 9.19 persen. Trend Kurs selamabulan Januari tahun 2007- bulan Desember 2011 mengalami fluktuasi tertinggi terjadi padabulan Februari 2009 yakni sebesar Rp 12.212 per $ USD sedangkan terendah terjadi padabulan sebesar Rp 8.551 per $ USD, dengan rata-rata sebesar Rp 9.472,8 per $ USD.

Kurs tidak akan selamanya dipatok di titik yang tinggi, juga pada titik yang rendah.Justru ini merupakan peluang bagi investor, untuk mendapatkan keuntungan optimal darikurs bank. Ada saat ketika kurs harus dinaikkan, ada pula saat lain manakala kurs harusditurunkan. Kalau anda sanggup menebak dengan akurat, kapan kurs naik atau turun, makakita dapat menikmati banyak keuntungan dari berbagai penempatan dana. Sebab, fluktuasikurs memiliki korelasi erat dengan naik turunnya indeks pasar saham serta kurs mata uang.Kenaikan tingkat kurs dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjutdapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investormengalihkan dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi dilantai bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham.

Menurut Samsul (2006:201), penurunan inflasi akan membuat perusahaanmemperoleh profitabilitas lebih besar karena harga bahan baku menjadi lebih murahdengan asumsi harga penjualan tetap atau bahkan naik. Dari hasil tersebut makamanajemen dapat memperhatikan faktor inflasi, nilai tukar, dan tingkat bunga SBI sebagaiprediksi Indeks Saham Sektor Pertambangan (Mining Index). Inflasi adalah suau variabelekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

184

Tandelilin (2001:214) melihat bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan signalnegatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akanmeningkatkan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi daripeningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaanakan turun. Secara langsung, inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas dan daya beliuang. Secara tidak langsung inlasi mempengaruhi lewat perubahan tingkat bunga. Siraitdan D. Siagian (2002:227), mengemukakan bahwa kenaikan inflasi dapat menurunkancapital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh investor. Di sisiperusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, dimana peningkatannya tidak dapat dibebankankepada konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti resikoyang akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuksaham, sehingga permintaan terhadap saham menurun. Inflasi dapat menurunkankeuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yangtidak menarik. Hal ini berarti inflasi memiliki hubungan yang negatif dengan returnsaham.

Menurut Samsul (2006:202), perubahan satu variabel makro ekonomi memilikidampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampakpositif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yangberorientasi impor, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akanberdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yangberorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi nilai tukar rupiahterhadap dolar Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akanmengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkenadampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks HargaSaham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung padakelompok yang dominan dampaknya.

Analisa yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran mengenaiobjek pada penelitian ini yakni statistik deskriptif melalui sampel atau populasi yangdiambil tanpa dibuat suatu kesimpulan yang berlaku umum. Selanjutnya apabila dilihatdari nilai minimum, maksimum, dan rata-rata (mean) serta standar deviasi (δ) dari masing-masing variabel penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah TingkatInflasi, Tingkat Kurs SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) terhadap Indeks Harga SahamGabungan (IHSG). Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk masing-masingvariabel berjumlah 60 yang diperoleh dari 12 bulan dikalikan periode tahun pengamatan(5 tahun/dari tahun 2007-2011).

Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari data yang digunakan dalampenelitian ini:

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

185

Tabel 3. Deskriptif Statistik

Sumber: data diolahInflasi yang merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara

umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebutinflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagianbesar dari harga barang-barang lain. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tingkatinflasi periode tahun 2007-2011 (bulan Januari 2007 – Desember 2011) rata-rata sebesar6.40%. Nilai maksimum sebesar 12.14% dan nilai minimum sebesar 2.41%, denganstandar deviasi sebesar 2.57%.

Tingkat bunga SBI yang merupakan surat berharga yang dikeluarkan BankIndonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek (1-3) dengan systemdiskoto/bunga. Rata-rata tingkat bunga SBI periode tahun 2007-2011 (bulan Januari 2007– Desember 2011) berada pada posisi 7.63% dengan nilai maksimum sebesar 11.24% danminimum 6%. Sedangkan standar deviasi sebesar 1.33%.

Nilai tukar yang merupakan sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yangdapat di pertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain, yang dalam hal ini Rupiahterhadap US dollar. Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa rata-rata nilai tukarperiode tahun 2007-2011 (bulan Januari 2007 – Desember 2011) sebesar 9.47 (NilaiRupiah terhadap Dollar As). Nilai maksimum sebesar 12.21 dan nilai minimum sebesar8.55 dengan standar deviasi sebesar 0.83.

IHSG yang merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja sahamyang tercatat di bursa efek. Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa rata-rata IHSGperiode tahun 2007-2011 (bulan Januari 2007 – Desember 2011) sebesar 2630.77. Nilaimaksimum sebesar 4130.80 dan nilai minimum sebesar 1241.54. Sedangkan standardeviasi sebesar 790.33.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

186

Uji Stationer Data

Gambar di bawah ini adalah analisis koreloram sebagai salah satu analisis untukmenguji apakah data stationer ataukah tidak, hasil ini diperoleh dari pengolahan datadengan menggunakan program Eviews 7. Berdasarkan plot korelogram, seluruh datapenelitian mengalami penyimpangan karena keluar dari marka pada lag 1, sehinggaseluruh data mengalami autokorelasi dan parsial autokorelasi pada lag 1. Oleh karena ituseluruh data tidak stationer pada tingkat level atau probabilitas Q-Stat semuanya signifikanatau <0.05. Oleh karena itu dilakukan uji data first difference pada seluruh data penelitian

Adapun gambar plot Korelogram berturut-turut disajikan untuk data IHSG, Inflasi,Kurs, dan tingkat SBI.

Gambar 1. Plot Korelogram untuk Data IHSG

Setelah uji pada data first difference, ternyata data IHSG sudah stationer karenatidak ada satupun data pada setiap lag keluar dari marka baik pada fungsi AC maupunPAC, dan semua probabilitas Q-statistik tidak signifikan karena nilainya > 0.05. Gambarselanjutnya adalah hasil analisis korelogram untuk data tingkat inflasi.

Gambar 2. Plot Korelogram untuk Data Inflasi

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

187

Gambar hasil dari analisis korelogram untuk data Kurs disajikan pada gambar 3.berikut ini.

Gambar 3. Plot Korelogram untuk Data Kurs

Sebagian besar data kurs yang diobservasi memiliki probabilitas Q-statistik tidaksignifikan karena nilainya > 0.05 atau data tersebut stationer, hanya beberapa saja yangtidak memenuhi kriteria data stationer. Hal ini dapat dikatakan bahwa data kurs mendekatistationer.

Sama halnya dengan data IHSG dan Inflasi, data kurs juga bersifat stationer.Sedangkan data untuk tingkat SBI disajikan pada gambar 4. di bawah ini :

Gambar 5. Plot Korelogram untuk Data Tingkat SBI

Sebagian besar data SBI yang diobservasi memiliki probabilitas Q-statistik tidaksignifikan karena nilainya > 0.05 atau data tersebut stationer, hanya beberapa saja yangtidak memenuhi kriteria data stationer. Hal ini dapat dikatakan bahwa data tingkat SBImendekati stationer.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

188

Uji Pelanggaran Asumsi KlasikNormalitas

Uji normalitas dilakukan oleh penulis menggunakan Uji Jarque – Bera. Berdasarkanuji JB nilai JB-Test =3.734729, sedangkan Chi Square dengan k=4, derajat bebas atau df =60-4, maka df=56 pada α = 5%. Probability = 1-α =0.95 yaitu χ 2 – tabel = 6.57. Dengandemikian JB test < χ 2 – tabel, berarti menerima Ho yang menyatakan residual μ1

berdistribusi normal. Demikian halnya bukti dari probabilitas uji JB = 0.154 > 0.05 berartiJB hitung tidak signifikan maka kita akan menerima Ho, berarti data telah memenuhiasumsi normalitas.

Sumber: data diolah

Gambar 6. Grafik Histogram untuk Variabel IHSG

Berdasarkan gambar di atas dapat dinyatakan bahwa probabilitas UJi – JB untukmasing-masing variabel sebagian besar yakni variabel IHSG, Kurs, dan Inflasi) > 0.05berarti JB hitung tidak signifikan maka menerima Ho, sedangkan variabel Kurs lebih <0.05, hal ini berarti data telah mendekati asumsi normalitas.

AutokorelasiUji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi

linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2001). Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin-WatsonStatistik. Untuk mengetahui terjadi atau tidak autokorelasi dilakukan denganmembandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson pada perhitungan regresi denganstatistik tabel Durbin-Watson pada Tabel 4. di bawah ini.

Tabel 4. Data Hasil Pengolahan Durbin WatsonDependent Variable: IHSGMethod: Least SquaresSample: 1 60Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

189

C 9882.554 589.7174 16.75812 0.0000INFLASI 97.69143 31.18239 3.132903 0.0028

KURS -478.1240 68.96159 -6.933192 0.0000SUKU_BUN -438.6060 64.64298 -6.785052 0.0000

R-squared 0.774791 Mean dependent var 2630.768Adjusted R-squared 0.762726 S.D. dependent var 790.3264S.E. of regression 384.9743 Akaike info criterion 14.80857Sum squared resid 8299492. Schwarz criterion 14.94819Log likelihood -440.2571 Hannan-Quinn criter. 14.86318F-statistic 64.21916 Durbin-Watson stat 2.346782Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai DW sebesar 1.346782. Bila nilai DWterletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4‐du) maka koefisien autokorelasi =0, berarti tidak ada autokorelasi. Sedangkan berdasarkan tabel Durbin Watson (Ghozali,2001), nilai du yaitu sebesar 1.7274 dan dL sebesar 1.4443. Oleh karena nilai DW2.346782 terletak di antara (du) 1.7274 dan kurang dari 4 - du (4 -1.7274), maka dapatdisimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak ada autokorelasi.

Pengujian-pengujian di atas telah membuktikan kalau data yang akan digunakantelah memenuhi syarat normalitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak ada autokorelasi,dan bebas multikolinearitas. Dengan 4 pengujian pendahuluan ini, maka pengujian ataspersamaan multiple regression dapat dilakukan dengan hasil yang akurat.

HeteroskedastisitasAsumsi metode OLS (Ordinary Least Square) atau Metode Kuadrat terkecil

sebagai salah satu metode estimasi model regresi sederhana maupun berganda, bahwaresidual (ei) mempunyai rata-rata nol atau E(ei)=0, mempunyai varian yang konstan atauVar (ei) =σ2 dan bebas autokorelasi yang tidak saling berhubungan antara satu observasidengan observasi lainnya atau Cov (ei, ej) = 0 sehingga menghasilkan estimator yangBLUE.

Masalah heterokedastisitas terjadi jika varian tidak konstan (heterokedastisitas) danterjadi hubungan yang kuat antar residual. Jika residual tidak nol tidak masalah bagiestimator OLS, hanya akan mempengaruhi intersep bukan slope estimatornya. Data-datatime series jarang mengalami gangguan ini, tetapi masalah heteroskedastisitas seringdialami oleh data cros section.

Pengamatan pola hubungan variabel dengan grafik diperlukan, salah satunyadengan menggunakan diagram pencar (scater diagram) dengan garis regresinya. ScaterDiagram, yaitu memuat pola plot data dengan multiple graph, first series againts all.Adapun hasil uji normalitas dengan menggunakan diagram pencar pada gambar 7. berikutini.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

190

Sumber: data diolahGambar 7. Uji Heteroskedastisitas dengan Scater Diagram

(Diagram Pencar)

Oleh karena data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garisdiagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsinormalitas. Berdasarkan Gambar 5.7. terlihat titik-titik menyebar secara acak baik di atasmaupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan juga terlihat titik-titik tersebut tidakmembentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian initerbebas dari masalah heteroskedastisitas.

MultikolinieritasUji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnyatidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2001).

Tabel 5. Hasil Pengolahan Data untuk Uji Multikoliniearitas

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5. menunjukkan bahwa secara umummultikoliniearitas dapat dideteksi dari ada tidaknya hubungan yang signifikan antarvariabel bebas. Caranya dengan membandingkan korelasi (r) parsial variabel IHSG, inflasi,kurs dan suku bunga, apakah > atau < dari korelasi regresi (R). Korelasi R adalah akar dariR2 atau jika r < 0.8 berarti tidak terjadi multikoliniearitas.

Analisis Regresi dan Hasil Pengujian HipotesisKoefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuanmodel dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

191

antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Dan berdasarkanhasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) diperoleh sebesar0.762726 atau 76.27 %. Hal ini menunjukkan bahwa 76.27% kinerja IHSG dipengaruhioleh variabel inflasi, nilai tukar, dan tingkat bunga SBI. Sedangkan sisanya sebesar23.73% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 6. Hasil Uji Determinasi (R2)

Dependent Variable: IHSGMethod: Least SquaresSample: 1 60Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9882.554 589.7174 16.75812 0.0000INFLASI 97.69143 31.18239 3.132903 0.0028

KURS -478.1240 68.96159 -6.933192 0.0000SUKU_BUN -438.6060 64.64298 -6.785052 0.0000

R-squared 0.774791 Mean dependent var 2630.768Adjusted R-squared 0.762726 S.D. dependent var 790.3264S.E. of regression 384.9743 Akaike info criterion 14.80857Sum squared resid 8299492. Schwarz criterion 14.94819Log likelihood -440.2571 Hannan-Quinn criter. 14.86318F-statistic 64.21916 Durbin-Watson stat 2.346782Prob(F-statistic) 0.000000

Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan

untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukan arah hubunganantara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun rumus dari regresi linierberganda (multiple linier regresion) secara umum adalah:

Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untukmengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Ghozali, 2001). Uji statistik tmenunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalammenerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). Hasil pengujian analisis regresisebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut :

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

192

Tabel 7. Hasil Uji t

Dependent Variable: IHSGMethod: Least SquaresSample: 1 60Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9882.554 589.7174 16.75812 0.0000INFLASI 97.69143 31.18239 3.132903 0.0028

SUKU_BUN -438.6060 64.64298 -6.785052 0.0000KURS -478.1240 68.96159 -6.933192 0.0000

R-squared 0.774791 Mean dependent var 2630.768Adjusted R-squared 0.762726 S.D. dependent var 790.3264S.E. of regression 384.9743 Akaike info criterion 14.80857Sum squared resid 8299492. Schwarz criterion 14.94819Log likelihood -440.2571 Hannan-Quinn criter. 14.86318F-statistic 64.21916 Durbin-Watson stat 2.346782Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil Uji t, maka pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1. Pengujian terhadap variabel InflasiHipotesis pertama menyebutkan bahwa Inflasi berpengaruh signifikan terhadapIHSG. Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan program Eview 7.diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,0028. Ini berarti keputusan terimaH1 dan tolak H0, artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap IHSG karena nilaisignifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan arah hubungan positif.

2. Pengujian terhadap variabel Nilai TukarHipotesis ketiga menyebutkan bahwa Nilai Tukar berpengaruh signifikan dan positifterhadap IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan program Eviews7. diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Ini berarti keputusan tolakH0 dan terima H2, artinya nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap IHSG karenanilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan arah hubungan negatif.

3. Pengujian terhadap variabel Tingkat Bunga SBIHipotesis kedua yang menyebutkan bahwa tingkat bunga SBI tidak berpengaruhsignifikan terhadap IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakanprogram Eview 7. diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000. Ini berartikeputusan yang diambil adalah terima H3 dan tolak H0 artinya tingkat bunga SBIberpengaruh signifikan positif terhadap IHSG karena nilai signifikansi lebih kecildari 0,05 dengan arah hubungan negatif.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

193

Berdasarkan hasil pengujian dengan metode regresi linier berganda untukmenguji pengaruh variabel-variabel independen (inflasi , tingkat bunga SBI, dan nilaitukar) terhadap variabel dependen (IHSG) maka dapat disusun sebuah persamaan sebagaiberikut:

IHSG = 9882.55 + 97.69 INF – 438.61 SBI – 478.12 KURS + e

Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Koefisien regresi inflasi (INF) adalah sebesar 97.69 yang berarti bahwa setiappeningkatan inflasi sebesar 1% akan menaikan IHSG sebanyak 97.69% denganasumsi variabel lain konstan, begitu juga sebaliknya.

b. Koefisien regresi tingkat bunga SBI (SBI) adalah sebesar – 438.61 yang berartibahwa setiap peningkatan tingkat bunga SBI sebesar 1% akan menurunkanbesarnya IHSG sebanyak 438.61% dengan asumsi variabel lain konstan, begitujuga sebaliknya.

c. Koefisien regresi nilai tukar (KURS) adalah sebesar 478.12 yang berarti bahwasetiap peningkatan nilai tukar sebesar 1% akan menurunkan IHSG sebanyak478.12% dengan asumsi variabel lain konstan, begitu juga sebaliknya

Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan

variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasilpengujian simultan diperoleh sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji F

Dependent Variable: IHSGMethod: Least SquaresSample: 1 60Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9882.554 589.7174 16.75812 0.0000INFLASI 97.69143 31.18239 3.132903 0.0028

SUKU_BUN -438.6060 64.64298 -6.785052 0.0000KURS -478.1240 68.96159 -6.933192 0.0000

R-squared 0.774791 Mean dependent var 2630.768Adjusted R-squared 0.762726 S.D. dependent var 790.3264S.E. of regression 384.9743 Akaike info criterion 14.80857Sum squared resid 8299492. Schwarz criterion 14.94819Log likelihood -440.2571 Hannan-Quinn criter. 14.86318F-statistic 64.21916 Durbin-Watson stat 2.346782Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: data diolah

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

194

Hasil pengolahan data terlihat bahwa variabel independen (inflasi, tingkat bungaSBI dan nilai tukar) mempunyai signifikansi F hitung sebesar 64.22 dengan tingkatsignifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hasil analisis dalam penelitian inimenunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen (inflasi, tingkat bunga SBIdan nilai tukar) berpengaruh terhadap IHSG. Dengan demikian hipotesis pertama (H1)dalam penelitian ini dapat diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prospek perusahaan sangat tergantung dari peluang keuntungan yang dimilikiperusahaan. Karena prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secarakeseluruhan, maka analisis penilaian saham yang dilakukan oleh investor arusmempertimbangkan variabel makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalammenghasilkan laba. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomianmakro. Karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat returyang disyaratkan atas investasi tersebut. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal terkaitdengan perubahan yang terjadi pada variabel makro. Harga saham merupakan cerminandari ekspektasi investor terhadap faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yangdisyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerjaekonomi makro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IHSG dapat dijelaskan olehinflasi, tingkat bunga SBI dan nilai tukar. Namun, dari ketiga variabel tersebut hanyainflasi yang berpengaruh signifikan positif terhadap IHSG, suku bunga dengan arah negatifdan tingkat kurs juga dengan arah negatif.

Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pengujian parsial terhadap variabel inflasi diperoleh hasil bahwa terdapatpengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap IHSG. Hasil dari penelitian ini tidakkonsisten dengan penelitian yang telah dilakukan Nurjanah P. (2005) dengan judulpenelitian Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Indeks Harga Saham SektorKeuangan. Adapun hasil penelitiannya inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks HargaKonsumen Sektor Keuangan.

Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Suku bunga tidak akan selamanya dipatok di titik yang tinggi, juga pada titikyang rendah. Justru ini merupakan peluang bagi investor, untuk mendapatkan keuntunganoptimal dari suku bunga bank. Ada saat ketika suku bunga harus dinaikkan, ada pula saatlain manakala suku bunga harus diturunkan. Kalau anda sanggup menebak dengan akurat,kapan suku bunga naik atau turun, maka kita dapat menikmati banyak keuntungan dariberbagai penempatan dana. Sebab, fluktuasi suku bunga memiliki korelasi erat dengannaik turunnya indeks pasar saham serta nilai tukar mata uang. Kenaikan tingkat sukubunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkanharga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

195

pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa turun danselanjutnya dapat menurunkan harga saham.

Hasil pengujian parsial terhadap variabel tingkat bunga SBI menghasilkankesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat bunga SBI terhadapIHSG. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thobarry (2009)yang berjudul Analisis Pengaruh, Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan PertumbuhanGDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Periode Pengamatan Tahun 2000-2008). Penelitiannya menggunakan regresi linier berganda dimana variabel suku bungadan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruhsignifikan bila diuji secara parsial.

Pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pengujian parsial terhadap variabel nilai tukar diperoleh hasil bahwa terdapatpengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap IHSG dengan arah negatif. Hasil daripenelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan Maulino (2009) yangberjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG di Bursa EfekIndonesia. Berdasarkan hasil uji parsial didapatkan bahwa nilai tukar US $ berpengaruhterhadap Indeks Harga Saham Sektor Keuangan. Dengan demikian hipotesis keempatpenelitian ini atau H3 diterima. Penelitian ini tidak dapat membuktikan teori bahwaterdepresiasinya nilai tukar Rupiah dapat meningkatkan nilai-nilai barang yang di ekspor,karena melemahnya nilai Rupiah akan menyebabkan harga-harga barang ekspor daridalam negeri cenderung mengalami penurunan di luar negeri, penurunan harga ini akanmenyebabkan meningkatnya permintaan akan barang-barang ekspor. Sebalikya apabilanilai rupiah terapresiasi akan menurunkan nilai barang ekspor, dan meningkatkan hargabarang-barang impor.

Selanjutnya Octavia (2007), mengemukakan bahwa hubungan atau pengaruhnilai tukar rupiah terhadap harga saham itu sendiri sangat erat. Apabila nilai tukarmenguat, maka secara tidak langsung Indeks Harga Saham juga akan naik, tapi bila nilaitukar itu melemah maka Indeks Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga sahamakan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunnyapermintaan saham di pasar modal oleh investor. Hal ini dikarenakan nilai tukar adalahsalah satu faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham. Sedangkan menurut Arifin(2007) mengemukakan bahwa hubungan antara tingkat kurs dengan indeks harga saham,adalah apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik modal memilih menabung di bank.Sehingga penjualan secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham.

PENUTUP

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor apa saja yangmempengaruhi IHSG. Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, makadapat ditarik kesimpulan bahwa inflasi, tingkat bunga SBI dan nilai tukar secara simultan

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

196

berpengaruh signifikan terhadap variabel IHSG. Berdasarkan pengujian secara parsialvariabel tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel IHSGsehingga hipotesis pertama juga didukung oleh data penelitian. Tingkat suku bunga SBIberpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG, sehingga hipotesiskedua juga didukung oleh data penelitian. Sedangkan variabel nilai tukar juga berpengaruhnegatif dan signifikan terhadap variabel IHSG sehingga hipotesis ketiga didukung olehdata penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

A.K Coleman dan K.A Tettey. 2008. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing. Jakarta:

Salemba Empat.Ang, Robbert. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft.

Asngari, Imam. 2012. Modul Praktikum Ekonometrika Program Eviews dan SPSS.Laboratorium Komputer Fakultas Ekonomi UNSRI.

Bun Lenny dan Sarwo Edy Handoyo. 2008. Pengaruh Harga Minyak Dunia, Tingkat SukuBunga SBI, Dan Kurs Rp/USD Terhadap Naik Turunnya IHSG. Jurnal Ekonomi,tahun XIII, No.03 November 2008. 295-304.

Brigham, 2008, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, SalembaEmpat, Jakarta.

Dornbusch R, Fischer S, Startz R. 2002. Makroekonomi. Ed. Ke-10. Roy IM, penerjemah;Wibisono Y, editor. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Terjemahan dari:Macroeconomics 10th Edition.

Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometrika Dasar , Erlangga: Jakarta.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jogiyanto Hartono, 2005. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua. BPFE:Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif. Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis danEkonomi ,UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Madura, Jeff, 2006, International Corporate Finance. Cetakan Kedelapan. Salemba Empat: Jakarta

Maulino , Deddy Azhar. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi PergerakanIHSG di Bursa Efek Indonesia. Universitas Gunadarma. Depok. (JURNAL)

Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta:Erlangga.

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS

(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

197

Natarsyah. 2003. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko SistematikTerhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Go-Public di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15,No.3, Hal 294-312

Nopirin. 1996. Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta: BPFE.

Oktavia, D.A. 2007. Kajian SNI 01-2886-2000 makanan ringan ekstrudat. JurnalStandardisasi Vol. 9. No. 1. Tahun 2007. P 1 – 9.

Prathama, Mandala Manurung. 2001. Teori Ekonomi Makro, Suatu Pengantar: EdisiKetiga. Jakarta : LP-FEUI.

Lipsey, Richard, dkk. 1998. (dialih bahasakan oleh Agus Maulana). PengantarMakroekonomi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sarjono. 2009. SPSS : Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset. Jakarta : Salemba Empat.

Samuelson, Paul A., 1992, Microeconomic, Fourteenth Edition, Mc. Graw Hill,International Book Company.

Salvatore, D,1996. Ekonomi Internasional. Edisi kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sirait dan D. Siagian. 2002. Analisis Keterkaitan Sektor Riil, Sektor Moneter, daan SektorLuar Negeri Dengan Pasar Modal: Studi Empiris Di BEJ.Jurnal EkonomiPerusahaan. Vol. 9, No. 2 Hal. 207-232.

Suhaedi, 2000. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Rasio Profitabilitas, dan Beta Akuntansiterhadap Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Keuangan Dan BisnisVol. 6, No. 4, September.

Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, UPP STIMYKPN, Yogyakarta.

Tandelilin, Eduardus, 2001. Analisis Investasi Manajemen Portfolio.Cetakan Pertama,BPFE: Yogyakarta.

Thobarry, Achmad ATH, 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, LajuInflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti(Kajian empiris pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008). Semarang : Tesis Fakultas Ekonomi UNDIP.

Utami, Rahayu. 2003. Peran Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar DalamMempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen& Kewirausahaan, Vol. 5, No. 2, hal. 123-131.

Wahid Sulaiman. 2004. Analisis-Analisis Regresi menggunakan SPSS. Yogyakarta :ANDI.

www.bi.go.id

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)Pengaruh Motif Rasional Terhadap Keputusan Pembelian Steak (Studi Kasus Di

Waroeng Steak and Shake Jalan Angkatan 66 Nomor 426 Palembang)

VOL. 3 NO. 2

MEI 2013

197

PENGARUH MOTIF RASIONAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBEIAN STEAK(STUDI KASUS DI WAROENG STEAK AND SHAKEJALAN ANGKATAN 66 NOMOR 426 PALEMBANG)

DibyantoroNirwan RasyidAde Ristania

Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Abstrak

The purpose of this study was to determine the effect on purchasing decisionsrational motive Steak and look for a variable or which is the most dominantfactor in influencing decisions. The variables used in this report is theindependent variable that consists of price, quality, service, location and thedependent variable is the purchase decision. The sample used is 80 peoplewho are consumers in Waroeng Steak and Shake Road Force 66 Number 429of Palembang. The questionnaire results show that a correlation of 0.442Rsquare. Among the four variables X, there are 3 variables that have no effectand should be repaired again but variable hargalah most dominant andinfluential of 0.639. The author concluded that the company should improvethe quality of products, services and promotion of good order Waroeng Steakand Shake locations are known to everyone, and remains a steakhousedeveloped.

Keywords: rational motives, purchasing decisions

PENDAHULUAN

Makanan adalah sesuat yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Khususnya bagimanusia yang terus melakukan kegiatan setiap harinya. Menurut Dedi Setiawan dalamwebnya menyebutkan bahwa makanan dapat dibagi menjadi tiga yaitu makanan primer,sekunder dan tersier. Salah satu dari makanan sekunder adalah steak. Steak merupakanolahan daging sapi, ayam, ikan bahkan cumi yang diiris lalu dipanggang atau dibakar.Steak merupakan makanan eropa yang diperkenalkan di Indonesia seiring dengankemajuan dan berkembangnya Indonesia. Apalagi masyarakat Indonesia yang sukadengan kuliner, steak jadi salah satu pilihan untuk disantap. Ketika hal itu terjadi makakeputusan pembelian itu bisa dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seorangIndividu utnuk mengkonsumsinya dimana faktor tersebut adalah faktor budaya, faktorsosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis (Kotler, 2008:166).

Menurut Kotler (2008:166-183) faktor budaya terdiri dari kelas sosial, faktor sosialterdiri dari kelompok referensi, keluarga dan Peran status. Faktor personal dibagi menjadiusia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri.Faktor berikutnya adalah faktor psikologis. Faktor psikologis ini terbagi lagi menjadibeberapa bagian, yang pertama adalah motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori.Salah satu dari faktor-faktor tersebut yang sangat penting adalah motivasi. SebuahMotivasi menciptakan suatu motif-motif dari pembelian suatu konsumen. Menurut Swastadan Handoko (1997), motif seorang manusia dalam melakukan pembelian suatu produk