ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN CAMEL, TINGKAT...
Embed Size (px)
Transcript of ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN CAMEL, TINGKAT...
-
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN CAMEL, TINGKAT INFLASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM
SWASTA NASIONAL DAN BANK ASING DI INDONESIA PERIODE 2004-2008
FULANAH IKA PURNAMADEWI DRS. H. PRASETIONO, M.SI
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
ABSTRACT
This study is conducted to examine and analyze effect of CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NPM (Net Profit Margin), BOPO (Operational Cost toward Return), LDR (Loan to Deposit Ratio), inflation level, and Firm Size toward finance performance that is represented by a proxy of ROA (Return On Asset) on national private banking and foreign banking located in Indonesia in period of 2004-2008. Besides, it is also aimed to examine whether existed a different toward variable of CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, inflation level, and Firm Size toward finance performance which represented by a proxy of ROA toward both banking industry.
To determine sampling collection in this study, it was conducted by using purposive sampling method based on determined criteria. The sample selected was 14 national private banking and 7 foreign banking. It is also using data analysis techniques, namely, classical assumption test, multiple linear regression test, and hypothesis testing which included Goodness of Fit’ testing, R2 testing, determinant’s testing and T-test’ Testing. This study also used Chow’s testing to examine difference on effect of CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, inflation level, and Firm Size toward finance performance which is represented by a proxy of a ROA (Return on Asset) on the sample of national private banking and foreign banking in period of 2004-2008.
The study result shown that classical assumption testing has no problem and data of entire variable considered normal that eligible entered to the multiple linear regression equation. Therefore, the Goodness of Fit’s testing (F) yielded that entire independent variables collectively are significant toward ROA (Return on Asset) for national private banking and foreign banking. The R2 testing result also shown that ability of independent variable in explaining/predicting the dependent variable was 88,7%, and remaining 11,3% explained by other variables which excluded from this study. T-test result also shown that NPM, BOPO, and LDR influence significantly toward ROA bank, whereas CAR, NPL, inflation and Firm Size influence insignificantly toward ROA’s bank. Thus, Chow test’s result shown there was difference effect of CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, inflation level, and Firm Size toward finance performance which represented by proxy of ROA between national private banking and foreign banking.
Keywords : CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NPM (Net Profit
Margin), BOPO (Operational Cost toward Return), LDR (Loan to Deposit Ratio), inflation level, Firm Size, ROA (Return On Asset)
-
PENDAHULUAN
Bank memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yaitu
sebagai financial intermediary atau perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana
(surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran (Lely Aryani, 2007). Untuk dapat
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, maka bank membutuhkan kepercayaan
dari masyarakat. Kepercayaan masyarakat dapat dijaga dan dipelihara jika kinerja suatu bank
baik. Salah satu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja dari suatu bank adalah
investor. Sebelum menanamkan modalnya, investor melakukan penilaian terhadap kinerja bank.
Dengan demikian, investor akan mengetahui kinerja suatu bank semakin membaik atau
memburuk. Semakin membaiknya kinerja bank maka jaminan keamanan atas modal yang
ditanamkan investor juga meningkat.
Penilaian kinerja suatu bank ini sangat penting dilakukan karena kinerja bank merupakan
salah satu dasar penilaian terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai
penghimpun dan pengelola dana masyarakat. Untuk menilai kinerja perbankan umumnya
digunakan lima aspek penilaian, yaitu CAMEL (Capital, Assets, Quality, Management,
Earnings, dan Liquidity). CAMEL merupakan aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap
kondisi keuangan bank serta berpengaruh juga terhadap kinerja dan tingkat kesehatan bank
(Luciana dan Winny, 2005).
Kinerja suatu perbankan selain dipengaruhi oleh faktor internal bank juga dipengaruhi
oleh faktor eksternal (ekonomi). Faktor internal yang mempengaruhi kinerja bank salah satunya
adalah kemampuan manajemen dalam mengelola bank tersebut. Sedangkan salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi kinerja suatu bank yaitu tingkat inflasi dan juga dimasukkan
faktor lain yaitu ukuran perusahaan.
Bank yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional dan
Bank Asing. Alasan pemilihan kedua bank tersebut adalah ditinjau dari segi kepemilikannya
yang berbeda. Sesuai dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan menunjukkan bahwa
bank umum swasta nasional yang mayoritas kepemilikannya dimiliki oleh swasta nasional
(Warga Negara Indonesia) sedangkan bank asing adalah bank yang dimiliki oleh investor asing
(bukan Warga Negara Indonesia) (Kasmir, 2004).
-
Hal ini juga terlihat dari meningkatnya jumlah kantor bank asing dari tahun ke tahun
untuk dapat bersaing merebut pangsa pasar dari bank umum swasta nasional. Berikut ini kajian
mengenai jumlah kantor bank umum swasta nasional dan bank asing yang ada di Indonesia
periode 2004 – 2008 :
Jumlah kantor bank umum swasta nasional dan bank asing periode 2004 – 2008
KELOMPOK BANK 2004 2005 2006 2007 2008
BUSN jumlah kantor 4635 4822 5154 5472 6071
perubahan jumlah kantor 1,04% 1,07% 1,06% 1,10% BANK ASING jumlah kantor 69 72 114 142 185
perubahan jumlah kantor 1,04% 1,58% 1,24% 1,30% Sumber : www.bi.go.id
Dilihat dari tabel di atas, jumlah kantor bank umum swasta nasional dan bank asing dari
tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan. Prosentase peningkatan jumlah kantor bank asing
lebih besar dari pada prosentase peningkatan jumlah kantor bank umum swasta nasional. Hal ini
akan menimbulkan persaingan perbankan di dalam negeri. Dengan demikian, ketatnya tingkat
persaingan akan memicu bank umum swasta nasional untuk memperbaiki kinerjanya serta
meningkatkan daya saing dan efisirensinya agar mampu bersaing dengan bank asing.
Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya. Semakin tinggi profitabilitas bank, maka semakin baik pula kinerja suatu bank
tersebut. Salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja
perusahaan yaitu ROA. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning
dalam operasi perusahaan (Mawardi, 2005).
Penelitian ini akan menggunakan variabel dari faktor internal dan eksternal bank yang
berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank. Variabel dari faktor internal yaitu menggunakan
rasio keuangan CAMEL, sedangkan dari faktor eksternal menggunakan tingkat inflasi dan
ukuran perusahaan.
Aspek permodalan (capital) dalam penelitian ini akan diproksikan dengan menggunakan
Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio CAR merupakan rasio antara modal sendiri dibagi dengan
ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko). CAR mempunyai hubungan positif dengan ROA
karena semakin tinggi angka rasio ini, akan semakin baik juga kinerja bank dalam mengelola
modalnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Dody (2007),
-
Edward (2009), dan Mabruroh (2004) di mana hasil yang menunjukkan bahwa rasio CAR
berpengaruh positif terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi
(2005), Ponttie Prasnanugraha (2007), dan Harianto dan Prayudo (2008) menunjukkan hasil yang
berbeda di mana rasio CAR tidak mempunyai pengaruh terhadap laba (ROA).
Aspek kualitas aktiva dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio Non
Performing Loan (NPL). Rasio NPL adalah rasio antara kredit bermasalah dengan total kredit.
Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, hal ini menyebabkan kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fitri dan Dody (2007) dan Wisnu (2005) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio
NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mabruroh (2004)
dan Ponttie Prasnanugraha (2007) menunjukkan bahwa rasio NPL berpengaruh positif terhadap
ROA.
Aspek manajemen ini diproksikan menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM). Rasio
ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan
operasi pokoknya (Kasmir, 2004). Sehingga semakin besar angka NPM, maka semakin bagus
kinerja bank. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harianto dan Prayudo (2008)
yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio NPM berpengaruh positif terhadap laba.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Fitri dan Dody (2007) menunjukkan bahwa rasio NPM
berpengaruh negatif terhadap ROA.
Aspek rentabilitas ini diproksikan dengan rasio BOPO. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil, maka dapat meningkatkan kinerja suatu bank. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wisnu (2005), Edward (2009), dan Ponttie Prasnanugraha (2007)
yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mabruroh (2004) dan Harianto dan Prayudo (2008)
menunjukkan hasil yang berbeda yaitu rasio BOPO berpengaruh positif terhadap laba (ROA).
Aspek likuiditas diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR yaitu
rasio antara total kredit dibagi dengan total dana pihak ketiga (Dendawijaya, 2003). Semakin
-
tinggi rasio ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harianto dan Prayudo (2008) berbeda, yaitu LDR
berpengaruh negatif terhadap laba. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mabruroh
(2004) menunjukkan bahwa rasio LDR berpengaruh positif terhadap ROA.
Tingkat inflasi merupakan faktor ekonomi (eksternal) yang mempengaruhi kinerja bank.
Tingkat inflasi yang tinggi ini terjadi akibat naiknya impor dan meningkatnya jumlah uang yang
beredar. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit yang tinggi yang terjadi karena bank
menyalurkan kredit yang melebihi pemasukan dana dari masyarakat. Sehingga hal ini akan
menimbulkan kredit bermasalah dan resiko likuiditas pada bank serta dapat mempengaruhi
kinerja bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Dody (2007) menunjukkan bahwa
tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap ROA. sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Athanasoglou (2005) mempunyai hasil yang berbeda yaitu tingkat inflasi berpengaruh positif
terhadap ROA.
Selain tingkat inflasi, faktor lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar
kecilnya perusahaan. Semakin besar ukuran bank maka semakin bagus kinerja bank (Fitri dan
Dody, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Dody (2007) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Athanasoglou (2005) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap ROA.
Rasio keuangan CAMEL, tingkat inflasi, dan total aset bank umum swasta nasional dan
bank asing berdasarkan hasil statistik perbankan Indonesia per Desember tahun 2004-2008, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Rata-Rata Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi, Total Aset Bank Umum Swasta Nasional per Desember 2004 – 2008 (dalam %)
Indikator (%) 2004 2005 2006 2007 2008 CAR 17,19 16,12 19,55 20,67 19,63 NPL 3,5 3,78 3,4 2,27 2,23 NIM 6,93 5,29 6,23 6,7 6,28
BOPO 81,1 92,89 87,39 82,72 90,25 LDR 57,48 77,87 69,15 76,49 78,2 IHK 6,06 10,4 13,33 6,41 10,31
Total Asset(Rp Miliar)
238.304,50 194.693 311.094,50 366.120,50 423.583,50
ROA 2,94 1,56 2,22 2,72 1,73
-
Rata-Rata Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi, Total Aset Bank Asing per Desember 2004 – 2008 (dalam %)
Indikator (%) 2004 2005 2006 2007 2008 CAR 16,51 21,94 24,48 24,01 29,06 NPL 5,99 4,5 3,64 5,23 5,83 NIM 4,4 4,78 4,91 4,7 4,29
BOPO 75,71 82,8 81,18 79,98 83,38 LDR 51,25 54,89 79,56 74,09 88,31 IHK 6,06 10,4 13,33 6,41 10,31
Total Asset (RP Miliar)
96.816 132.524 148.597 166.598 199.670
ROA 5,22 2,9 4,35 3,83 3,89 Sumber : www.bi.go.id, diolah.
Menurut ketentuan Bank Indonesia, standar rasio CAR adalah 8%, artinya jika kurang
dari 8%, maka bank tersebut bermasalah. Berdasarkan standar tersebut, rasio CAR dari tahun
2004 sampai 2008 nilainya lebih dari 8%, artinya rasio CAR tidak bermasalah. Berdasarkan tabel
di atas, pada tahun 2005, rata-rata CAR bank asing turun, sedangkan rata-rata ROA naik. Hal ini
tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA.
Standar yang ditetapkan bank Indonesia untuk rasio NPL adalah 5%. Artinya tidak boleh
melebihi 5%. Jika melebihi 5% maka rasio ini bermasalah. Pada tahun 2004 sampai 2008 rasio
NPL pada bank asing melebihi 5%, jadi rasio NPL ini bermasalah. Berdasarkan tabel di atas,
pada tahun 2005, rata-rata NPL bank asing turun, sedangkan rata-rata ROA turun dan pada tahun
2008, rata-rata NPL bank asing naik, sedangkan rata-rata ROA naik. Pada tahun 2008, rata-rata
NPL bank swasta turun, sedangkan rata-rata ROA turun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.
Menurut ketentuan Bank Indonesia, standar rasio NPM adalah 22% artinya jika kurang
dari 22%, maka bank tersebut bermasalah. Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2005 rata-rata
NPM bank swasta turun, sedangkan rata-rata ROA naik. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa NPM berpengaruh positif terhadap ROA. Standar yang ditetapkan bank
Indonesia untuk rasio BOPO adalah 92%. Artinya rasio BOPO tidak boleh melebihi 92%, jika
melebihinya berarti rasio BOPO bermasalah. Namun pada tahun 2005, rasio BOPO pada bank
umum swasta nasional ini melebihi 92%, yang berarti rasio ini bermasalah.Berdasarkan tabel di
atas, pada tahun 2007, rata-rata BOPO bank asing turun, sedangkan rata-rata ROA turun dan
pada tahun 2008 rata-rata BOPO bank asing naik, sedangkan rata-rata ROA naik. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.
-
Standar yang ditetapkan bank Indonesia untuk rasio LDR adalah antara 85% sampai
110%. Jika melebihi 110% maka rasio ini bermasalah dan bank akan mengalami kesulitan
likuiditas. Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2007 rata-rata LDR bank swasta naik, sedangkan
rata-rata ROA naik. Pada tahun 2006 dan 2008, rata-rata LDR bank asing naik, sedangkan rata-
rata ROA naik dan tahun 2006 rata-rata LDR turun, sedangkan rata-rata ROA naik. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap ROA.
Berdasarkan tabel di atas, tingkat inflasi dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006, tingkat inflasi naik, sedangkan rata-rata ROA bank
swasta dan bank asing naik. Pada tahun 2007, tingkat inflasi turun, sedangkan rata-rata ROA
bank asing turun. Dan pada tahun 2008, tingkat inflasi naik, sedangkan rata-rata ROA bank asing
naik. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap ROA.
Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2004 sampai dengan 2008, total asset kedua bank
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008, rata-rata total asset bank swasta naik, sedangkan rata-rata
ROA turun. Pada tahun 2005, rata-rata total asset bank asing naik, sedangkan rata-rata ROA
turun dan pada tahun 2007, rata-rata total asset bank asing naik, sedangkan rata-rata ROA turun.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap ROA.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan ketidakkonsistenan
data antar variabel di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rasio
keuangan CAMEL, tingkat inflasi, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan (ROA)
bank umum swasta nasional dan bank asing di Indonesia periode 2004-2008.
-
TELAAH PUSTAKA
Fungsi dan Peran Bank dalam Perekonomian
Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi
penghimpunan dana ini, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan. Sejalan dengan
karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya
banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat oleh penguasa moneter terhadap kegiatan
perbankan ini tidak lepas peranannya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank dapat
mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan salah satu sasaran pengaturan oleh
penguasa moneter dengan menggunakan berbagai piranti kebijakan moneter (Siamat, 2001).
Pengukuran Kinerja
Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang nota bene adalah profit motif dapat
digunakan analisis profitabilitas (Wisnu, 2005). Profitabilitas dapat diukur dengan rasio Return
on Asset (ROA). ROA adalah rasio antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset
secara keseluruhan, atau seberapa besar tingkat ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari aset perusahaan (Widayanto, 1993 dalam Ghozali, 2002). Rasio ROA dapat
dirumuskan (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) sebagai berikut:
ROA =
Permodalan (proksi Capital Adequacy Ratio (CAR))
CAR menunjukkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko yang
harus disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu. Skala yang digunakan adalah rasio
CAR yang dapat dirumuskan sebagai berikut (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
CAR =
Laba sebelum pajak disetahunkan
Rata-rata total aset
Modal
ATMR
-
Kualitas Aktiva (Non Performing Loan (NPL))
NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah
yang diberikan oleh bank. Skala yang digunakan adalah rasio NPL yang dapat dirumuskan
sebagai berikut (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
NPL =
Manajemen (Net Profit Margin (NPM))
NPM untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Skala yang digunakan adalah rasio NPM
yang dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2003):
NPM =
Rentabilitas (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO))
BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Skala yang digunakan adalah rasio BOPO
yang dapat dirumuskan sebagai berikut (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
BOPO =
Likuiditas (Loan to Deposit Ratio (LDR))
LDR menunjukkan seberapa besar pinjaman yang diberikan atau didanai oleh pihak
ketiga. Skala yang digunakan adalah rasio LDR yang dapat dirumuskan sebagai berikut (SE
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
LDR =
Kredit dalam kualitas kurang lancar,diragukan,
Total kredit
Laba bersih
Pendapatan operasional
Total beban operasional
Total pendapatan operasional
Kredit
Dana Pihak Ketiga
-
Tingkat Inflasi
Ada beberapa cara untuk mengukur inflasi, salah satunya adalah dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK). Penelitian ini menggunakan IHK karena sering digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi (Fitri dan Dody, 2007).
Ukuran perusahaan
Dalam penelitian ini, penilaian terhadap ukuran perusahaan yang mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Dody (2007), di mana ukuran perusahaan ditetapkan
berdasarkan fungsi logaritma terhadap nilai total aktiva. Dengan kata lain ukuran perusahaan
(firm size) = Ln (Total Asset).
Kerangka Pemikiran Teoristis
Uji Chow Test H8
ROA
Bank Umum Swasta
Nasional
ROA
Bank Asing
CAR
NPL
NPM
BOPO
LDR
inflasi
Firm Size
Firm Size
inflasi
LDR
BOPO
NPM
NPL
CAR
H1a
H2a
H3a
H4a
H5a
H6a
H7a
H1b
H2b
H3b H4b
H5b
H6b
H7b
-
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang akan digunakan yaitu Return on Assets
(ROA). Sedangkan variabel independen yang akan digunakan yaitu rasio – rasio keuangan bank
serta faktor eksternal (makro ekonomi). Adapun rasio – rasio keuangan yang menjadi variabel
independen dalam penelitian ini adalah rasio keuangan CAMEL dan faktor eksternal (makro
ekonomi) yaitu tingkat inflasi serta ukuran perusahaan.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank yaitu Bank Umum Swasta Nasional
dan Bank Asing yang tercatat Bursa Efek Indonesia dan Direktori Perbankan Indonesia selama
kurun waktu tahun 2004 – 2008. Adapun jumlah bank yang tercatat dan dipublikasikan dalam
Direktori Perbankan Indonesia selama kurun waktu tahun 2004 – 2008 yaitu sebanyak 77 bank,
yang terdiri dari 66 Bank Umum Swasta Nasional dan 11 Bank Asing. Pemilihan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling, dihasilkan sampel yaitu 21 bank yang terdiri dari
14 bank umum swasta nasional dan 7 bank asing.
Jenis dan Sumber Data
Sumber data yaitu laporan keuangan bank yang telah dipublikasikan oleh Direktori
Perbankan Indonesia dan situs www.bi.go.id.
Metode Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
1.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen (bebas) (Ghozali, 2005).
1.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (Ghozali, 2005).
-
1.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
2005).
1.4 Uji Normalitas
Uji normalitas dapat digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen keduanya memiliki distribusi normal ataukah tidak
(Ghozali, 2005).
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) (Ghozali, 2005). Adapun model
dasar dari analisis regresi linier berganda ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = α + β1X1+β2X2 + β3X3+β4X4+β5X5 + β6X6 + β7X7 +µ
Keterangan :
Y = ROA (Return on Asset)
α = Konstanta
β1 – β7 = Koefisien regresi
X1 = CAR (Capital Adequacy Ratio)
X2 = NPL (Non Performing Loan)
X3 = NPM (Net Profit Margin)
X4 = BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
X5 = LDR (Loan to Deposit Ratio)
X6 = Tingkat inflasi (IHK)
X7 = Ukuran perusahaan (Firm Size)
e = Nilai kesalahan (intercept)
-
3. Pengujian Hipotesis
3.1 Uji Goodness of Fit model (F- statistik)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen/terikat (Ghozali, 2005).
3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
3.3 Uji t- statistik
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen/penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2005).
3.4 Uji Chow Test
Uji Chow test alat untuk menguji kesamaan koefisien dengan melihat hasil observasi
yang sedang kita teliti dapat dikelompokkan menjadi dua atau lebih kelompok yang merupakan
subyek proses ekonomi yang sama (Ghozali, 2005).
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
F =
Keterangan :
r = jumlah parameter SSRr
k = jumlah parameter SSRRu
df = (n1+n2-2k)
n = jumlah observasi
Nilai F hitung dari rumus di atas dibandingkan dengan nilai F tabel, jika nilai F hitung >
dari nilai F tabel maka hipotesis yang diajukan diterima, berarti terdapat perbedaan pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen pada kedua kelompok sampel.
( RSSr – RSSur ) / k
( RSSur) / ( n1 + n2 – 2k)
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Gabungan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing periode 2004-2008
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.630 1.141 3.182 .002
CAR .000 .006 -.001 -.034 .973 .632 1.581
NPL .043 .015 .087 2.817 .006 .854 1.171
NPM .105 .013 .633 7.991 .000 .131 7.659
BOPO -.041 .008 -.370 -4.936 .000 .146 6.871
LDR -.005 .001 -.118 -3.414 .001 .681 1.469
inflasi .045 .020 .068 2.206 .030 .849 1.177
FirmSize .021 .043 .017 .497 .620 .692 1.444
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS, data sekunder diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, uji tolerance menunjukkan tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki nilai tolerance di bawah 0,10 begitu juga dengan
nilai VIF tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF di atas 10. Jadi terbukti
tidak adanya multikolinearitas yang serius pada model regresi.
2. Uji Autokorelasi
Gabungan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing periode 2004-2008
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .959a .921 .915 .52161 2.161
a. Predictors: (Constant), FirmSize, inflasi, CAR, NPL, LDR, BOPO, NPM
b. Dependent Variable: ROA
-
Berdasarkan hasil dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,161. Nilai
ini akan dibandingkan dengan nilai tabel yang menggunakan tingkat signifikasi 5 %, jumlah
sampel atau N sebesar 105, dan jumlah variabel independen 7 (k = 7). Dengan demikian dapat
diketahui bahwa nilai DW 2,161 lebih dari nilai du yaitu 1,826 dan kurang dari (4-du) yaitu
2,174. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada model regresi.
3. Uji Heterokedastisitas
Gabungan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing periode 2004-2008
Berdasarkan gambar scatterplot di atas bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan tidak
adanya heterokedastisitas pada model regresi.
4. Uji Normalitas
Gabungan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing periode 2004-2008
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 105
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .50374940
Most Extreme Differences Absolute .100
Positive .091
Negative -.100
-
Kolmogorov-Smirnov Z 1.022
Asymp. Sig. (2-tailed) .247
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian
ini memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed) dengan tingkat probabilitas 0,247 yang lebih besar dari
tingkat signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas
data.
Hasil Pengujian Hipotesis
1.1 Uji Goodness of Fit (F) pada Bank Umum Swasta Nasional
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 136.578 7 19.511 453.378 .000a
Residual 2.668 62 .043
Total 139.246 69
a. Predictors: (Constant), FirmSize, inflasi, LDR, CAR, NPL, BOPO, NPM
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini membuktikan dari nilai F hitung sebesar 453,378 dengan probabilitas 0,000.
1.2 Uji Goodness of Fit (F) pada Bank Asing
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 79.343 7 11.335 20.242 .000a
Residual 15.119 27 .560
Total 94.463 34
a. Predictors: (Constant), FirmSize, NPM, NPL, inflasi, CAR, LDR, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini membuktikan dari nilai F
hitung sebesar 20,242 dengan probabilitas 0,000.
-
2.1 Uji Determinasi R2 pada Bank Umum Swasta Nasional
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa nilai adjusted R square yaitu
0,979. Hal ini berarti 97,9% variabel ROA dapat dijelaskan oleh variabel independen CAR, NPL,
NPM, BOPO, LDR, inflasi, dan Firm Size, sedangkan sisanya sebesar 2,3% dijelaskan oleh
variabel yang lain yang tidak termasuk dalam kategori model regresi.
2.2 Uji Determinasi R2 pada Bank Asing
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 79.343 7 11.335 20.242 .000a
Residual 15.119 27 .560
Total 94.463 34
a. Predictors: (Constant), FirmSize, NPM, NPL, inflasi, CAR, LDR, BOPO
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui bahwa nilai adjusted R square yaitu
0,498. Hal ini berarti 49,8% variabel ROA dapat dijelaskan oleh variabel independen CAR,
NPL, NPM, BOPO, LDR, inflasi, dan Firm Size, sedangkan sisanya sebesar 50,2% dijelaskan
oleh variabel yang lain yang tidak termasuk dalam kategori model regresi.
3.1 Uji T pada Bank Umum Swasta Nasional
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.198 .990 5.251 .000
CAR .006 .005 .026 1.096 .277
NPL .010 .010 .023 1.033 .306
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .990a .981 .979 .20745
a. Predictors: (Constant), FirmSize, inflasi, LDR, CAR, NPL, BOPO, NPM
-
NPM .090 .013 .610 7.000 .000
BOPO -.052 .009 -.446 -5.709 .000
LDR .005 .002 .062 3.222 .002
Inflasi .027 .010 .053 2.618 .011
FirmSize -.048 .021 -.056 -2.322 .024
a. Dependent Variable: ROA
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Nilai beta unstandardized coefficients variabel CAR bertanda positif sebesar 0,006 dan
tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,277 yang berarti CAR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis pertama ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi CAR, maka ROA bank akan semakin besar dan kemampuan permodalan
bank dalam menjaga munculnya resiko kerugian akan semakin baik, sehingga kinerja bank juga
akan meningkat. Namun hal ini tidak terjadi pada semua bank yang digunakan dalam penelitian
ini karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan. Hasil ini sama dengan Wisnu (2005) dan Harianto dan Prayudo (2008).
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Nilai beta unstandardized coefficients variabel NPL bertanda positif sebesar 0,010 dan
tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,306 yang berarti NPL berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis kedua ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan NPL mempunyai pengaruh positif yang tidak terlalu besar terhadap ROA
bank. Tingginya angka NPL dapat diartikan bank yang mempunyai kredit macet yang tinggi dari
pencairan kreditnya, diharapkan dengan adanya pencairan kredit yang besar dapat meningkatkan
laba bank. Hasil ini sama dengan Harianto dan Prayudo (2008).
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Nilai beta unstandardized coefficients variabel NPM bertanda positif sebesar 0,090 dan
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 yang berarti NPM berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis ketiga diterima. Hal ini mengindikasikan
kinerja bank yang semakin baik dalam kegiatan operasional karena dapat menghasilkan laba
yang besar. Hasil ini sama dengan Harianto dan Prayudo (2008).
-
d. Pengujian Hipotesis Keempat
Nilai beta unstandardized coefficients variabel BOPO bertanda negatif sebesar -0,052
dan tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 yang berarti BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis keempat diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi BOPO, maka akan semakin rendah kinerja
(ROA) bank. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank dalam kegiatan operasionalnya
mempengaruhi tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh bank. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wisnu (2005), Edward (2009), dan Ponttie (2007).
e. Pengujian Hipotesis Kelima
Nilai beta unstandardized coefficients variabel LDR bertanda positif sebesar 0,005 dan
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,002 yang berarti LDR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis kelima ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
bank umum swasta nasional mempunyai kinerja yang baik dengan asumsi bank tersebut sudah
dapat menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macet yang terjadi semakin
kecil. Oleh karena itu, semakin tinggi LDR, maka akan semakin tinggi pula ROA pada bank
umum swasta nasional. Hasil ini sama seperti hasil yang dilakukan oleh Mabruroh (2004).
f. Pengujian Hipotesis Keenam
Nilai beta unstandardized coefficients variabel inflasi bertanda positif sebesar 0,027 dan
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,011 yang berarti inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis keenam ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
inflasi mempunyai pengaruh positif yang tidak terlalu besar terhadap ROA bank. Hal ini
mengindikasikan semakin tinggi tingkat inflasi, maka akan semakin baik kinerja bank dalam
menghasilkan laba. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi yang terantisipasi oleh manajemen bank
dapat menunjukkan bahwa bank dapat menyesuaikan tingkat suku bunga dengan tepat dalam
rangka meningkatkan pendapatan lebih cepat dari biaya sehingga dapat menghasilkan laba yang
tinggi. Hasil ini sama dengan hasil yang dilakukan oleh Athanasoglou (2005).
g. Pengujian Hipotesis Ketujuh
Nilai beta unstandardized coefficients variabel Firm Size bertanda negatif sebesar -
0,048 dan tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,024 yang berarti Firm Size
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis
ketujuh ditolak. Hasil ini searah dengan Athanasoglou (2005) yang hasil penelitiannya
-
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap laba. Hal ini dikarenakan
bank yang berukuran kecil biasanya mencoba untuk tumbuh lebih cepat, bahkan dengan
mengorbankan labanya.
3.2 Uji T pada Bank Asing
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.019 3.579 -.005 .996
CAR -.004 .011 -.032 -.351 .728
NPL .053 .037 .123 1.457 .157
NPM .110 .022 .680 5.102 .000
BOPO -.027 .015 -.239 -1.792 .084
LDR -.006 .003 -.223 -2.123 .043
Inflasi .078 .052 .130 1.502 .145
FirmSize .177 .212 .094 .832 .413
a. Dependent Variable: ROA
A. Pengujian Hipotesis Pertama
Nilai beta unstandardized coefficients variabel CAR bertanda negatif sebesar -0,004 dan
tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,728 yang berarti CAR berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis pertama ditolak. Hal ini menunjukkan
CAR berpengaruh tidak signifikan yang menunjukkan CAR berpengaruh tidak terlalu besar
terhadap ROA artinya bank belum dapat mengelola modalnya secara optimal untuk menyerap
resiko yang timbul dikarenakan penanaman aktivanya. Hal ini dikarenakan bank asing terlalu
berpegang pada prinsip kehati-hatian sehingga mengakibatkan ROA rendah. Hasil ini sama
dengan Wisnu (2005) dan Harianto dan Prayudo (2008).
B. Pengujian Hipotesis Kedua
Nilai beta unstandardized coefficients variabel NPL bertanda positif sebesar 0,053 dan
tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,157 yang berarti NPL berpengaruh
-
positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis kedua tidak diterima (ditolak). Hasil ini
sama pada bank umum swasta nasional.
C. Pengujian Hipotesis Ketiga
Nilai beta unstandardized coefficients variabel NPM bertanda positif sebesar 0,110 dan
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 yang berarti NPM berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima.
Hasil ini sama pada bank umum swasta nasional.
D. Pengujian Hipotesis Keempat
Nilai beta unstandardized coefficients variabel BOPO bertanda negatif sebesar -0,027
dan tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,084 yang berarti BOPO
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis keempat ditolak. Jika
biaya operasional dapat ditekan sehingga lebih rendah dari pendapatan operasional yang
dihasilkan, maka kinerja bank akan semakin baik karena dapat menghasilkan laba yang tinggi.
Namun hal ini tidak terjadi pada semua bank asing dalam penelitian ini karena pengaruhnya
tidak signifikan. Hasil ini sama dengan Wisnu (2005), Edward (2009), dan Ponttie (2007).
E. Pengujian Hipotesis Kelima
Nilai beta unstandardized coefficients variabel LDR bertanda negatif sebesar -0,006 dan
tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,043 yang berarti LDR berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis kelima diterima. Berdasarkan hasil
penelitian ini ternyata perbankan belum mampu menjalankan fungsi intermediasinya, terbukti
dari hubungan negatif LDR terhadap kinerja bank dalam menghasilkan laba. Hasil ini sama
dengan Harianto dan Prayudo (2008).
F. Pengujian Hipotesis Keenam
Nilai beta unstandardized coefficients variabel inflasi bertanda positif sebesar 0,078 dan
tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,145 yang berarti inflasi berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis keenam ditolak. Hal ini dikarenakan
tingkat inflasi yang terantisipasi oleh manajemen bank dapat menunjukkan bahwa bank dapat
menyesuaikan tingkat suku bunga dengan tepat dalam rangka meningkatkan pendapatan lebih
cepat dari biaya sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Akan tetapi, inflasi pengaruhnya
tidak terlalu besar terhadap ROA. Hasil ini sama dengan Athanasoglou (2005).
-
G. Pengujian Hipotesis Ketujuh
Nilai beta unstandardized coefficients variabel Firm Size bertanda positif sebesar 0,017
dan tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,413 yang berarti Firm Size
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi hipotesis ketujuh ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap
ROA bank. Bank yang berukuran besar pada umumnya mampu menghasilkan laba yang lebih
besar dari pada bank yang berukuran kecil. Semakin besar ukuran bank, maka semakin bagus
kinerja bank. Namun ukuran perusahaan ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja bank dalam
menghasilkan laba karena pengaruhnya tidak signifikan. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
bank asing yang mampu mengorbankan labanya untuk tumbuh lebih cepat dan memperluas
pangsa pasarnya. Hasil ini sama dengan Fitri dan Dody (2007).
4. Uji Chow Test Uji F
Gabungan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 305.909 7 43.701 160.622 .000a
Residual 26.391 97 .272
Total 332.301 104
a. Predictors: (Constant), FirmSize, inflasi, CAR, NPL, LDR, BOPO, NPM
b. Dependent Variable: ROA
Uji F
Bank Umum Swasta Nasional
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 136.578 7 19.511 453.378 .000a
Residual 2.668 62 .043
Total 139.246 69
a. Predictors: (Constant), FirmSize, inflasi, LDR, CAR, NPL, BOPO, NPM
b. Dependent Variable: ROA
-
Uji F
Bank Asing
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 79.343 7 11.335 20.242 .000a
Residual 15.119 27 .560
Total 94.463 34
a. Predictors: (Constant), FirmSize, NPM, NPL, inflasi, CAR, LDR, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
Maka dari ketiga hasil tersebut dapat diperoleh nilai F yaitu :
F =
= 1229,1429
= 6,2884131
Dengan besarnya df = 7 dan 105 nilai signifikan 0,05 dihasilkan nilai F tabel 2,0989. Hasil
penelitian menunjukkan F hitung sebesar 6,2884131 dan apabila F hitung > F tabel maka dapat
disimpulkan hipotesis kedelapan diterima yaitu menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh
variabel CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, inflasi, ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap
variabel ROA antara Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing.
( 26.391 – 17.787) / 7
17.787 / ( 70 + 35 – ( 2 X 7) )
195,46154
-
PENUTUP
Simpulan
Hasil uji hipotesis
a. Berdasarkan hasil hipotesis 1a yang menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA bank umum swasta nasional tidak dapat
diterima.
b. Berdasarkan hasil hipotesis 2a yang menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA bank umum swasta nasional tidak dapat
diterima.
c. Berdasarkan hasil hipotesis 3a yang menunjukkan bahwa NPM berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa NPM berpengaruh positif terhadap ROA bank umum swasta nasional dapat
diterima.
d. Berdasarkan hasil hipotesis 4a yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA bank umum swasta nasional dapat
diterima.
e. Berdasarkan hasil hipotesis 5a yang menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional.
f. Berdasarkan hasil hipotesis 6a yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap ROA bank umum swasta nasional tidak dapat
diterima.
g. Berdasarkan hasil hipotesis 7a yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (Firm Size)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ROA bank
umum swasta nasional tidak dapat diterima.
-
h. Berdasarkan hasil hipotesis 1b yang menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap ROA bank asing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CAR
berpengaruh positif terhadap ROA bank asing tidak dapat diterima.
i. Berdasarkan hasil hipotesis 2b yang menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap ROA bank asing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa NPL
berpengaruh negatif terhadap ROA bank asing tidak dapat diterima.
j. Berdasarkan hasil hipotesis 3b yang menunjukkan bahwa NPM berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA bank asing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa NPM
berpengaruh positif terhadap ROA bank asing dapat diterima.
k. Berdasarkan hasil hipotesis 4b yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap ROA bank asing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA bank asing tidak dapat diterima.
l. Berdasarkan hasil hipotesis 5b yang menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA bank asing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa LDR
berpengaruh negatif terhadap ROA bank asing dapat diterima.
m. Berdasarkan hasil hipotesis 6b yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap ROA bank asing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa inflasi
berpengaruh negatif terhadap ROA bank asing tidak dapat diterima.
n. Berdasarkan hasil hipotesis 7b yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (Firm Size)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA bank asing. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ROA bank asing
tidak dapat diterima.
o. Hasil uji Chow test menunjukkan F hitung sebesar 10,21704338 dan F tabel sebesar
2,0989 yang berarti F hitung > F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
kedelapan diterima yaitu menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh variabel CAR,
NPL, NPM, BOPO, LDR, inflasi, ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap variabel ROA
antara Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing.
Keterbatasan
1.) Adanya kemungkinan perbedaan model penelitian yang digunakan dalam mengukur
kinerja perusahaan perbankan, sehingga berpengaruh pada hasil analisis terhadap kinerja.
-
2.) Periode penelitian yang digunakan terlalu pendek yaitu selama lima tahun.
3.) Terbatasnya sampel penelitian yaitu hanya menggunakan Bank Umum Swasta Nasional
yang terdaftar di BEI dan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap di
Direktorat Perbankan Indonesia.
4.) Faktor makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini hanya sedikit dan apabila
faktor lainnya yang belum digunakan dalam penelitian ini ditambahkan, maka dapat
mempengaruhi hasil penelitian ini.
Saran
A. Implikasi kebijakan kategori Bank Umum Swasta Nasional
1.) Pada variabel NPM dapat dilihat bahwa kemampuan manajemen bank umum swasta
nasional dalam meningkatkan ROA yaitu mampu meningkatkan NPM yang
menunjukkan bank tersebut mampu meningkatkan laba dan pendapatan dari kegiatan
operasionalnya lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan.
2.) Pada variabel BOPO dapat dilihat bahwa kemampuan bank umum swasta nasional untuk
meningkatkan ROA yaitu dengan mengendalikan biaya atau beban operasional menjadi
sekecil mungkin dan lebih kecil dari pendapatan yang dihasilkan pada kegiatan
operasional. Jadi semakin kecil biaya operasional yang dikeluarkan bank tersebut, maka
akan semakin efisien bank dalam mengelola kegiatan operasionalnya, sehingga bank
mampu meningkatkan laba.
3.) Pada variabel LDR dapat dilihat bahwa kemampuan bank dalam meningkatkan ROA
yaitu dapat meningkatkan LDR dan menjaga LDR sesuai standar yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia yaitu 80-110%. Standar tersebut adalah ketentuan pemberian kredit
maksimal karena jika melebihi 110%, maka akan menimbulkan resiko likuiditas. Dapat
disimpulkan bahwa bank umum swasta nasional mempunyai kinerja yang baik dengan
asumsi bank tersebut sudah dapat menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah
kredit macet yang terjadi semakin kecil.
4.) Pada variabel inflasi dapat dilihat bahwa dalam meningkatkan ROA, maka bank umum
swasta nasional sudah dapat mengantisipasi terjadinya inflasi yang tinggi sehingga bank
mampu menentukan suku bunga dengan tepat dalam rangka meningkatkan pendapatan
lebih cepat dari biaya sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi.
-
5.) Pada variabel ukuran perusahaan dapat dilihat bahwa bank yang ukurannya besar tidak
selalu menguntungkan. Hal ini dikarenakan bank yang berukuran kecil biasanya mencoba
untuk tumbuh lebih cepat, bahkan dengan mengorbankan labanya. Dan bank yang baru
membangun usahanya itu tidak menguntungkan karena tujuannya adalah untuk
memperluas pangsa pasar bukan untuk memperoleh laba.
B. Implikasi kebijakan kategori Bank Asing
1.) Pada variabel NPM dapat dilihat bahwa kemampuan manajemen bank asing dalam
meningkatkan ROA yaitu mampu meningkatkan NPM yang menunjukkan bank asing
mampu meningkatkan laba dan pendapatan dari kegiatan operasionalnya lebih besar dari
pada biaya yang dikeluarkan. Sehingga semakin tinggi NPM, maka akan semakin baik
kinerja bank asing dalam mengelola kegiatan operasionalnya.
2.) Pada variabel LDR dapat dilihat bahwa kemampuan bank asing dalam meningkatkan
ROA yaitu dengan meningkatkan LDR dan menjaga LDR sesuai standar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia yaitu 80-110%. Standar tersebut adalah ketentuan pemberian kredit
maksimal karena jika melebihi 110%, maka akan menimbulkan resiko likuiditas. Dapat
disimpulkan bahwa bank asing mempunyai kinerja yang baik dengan asumsi bank
tersebut sudah dapat menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macet
yang terjadi semakin kecil.
C. Penelitian yang akan datang
1.) Untuk penelitian yang akan datang sebaiknya jumlah sampel yang digunakan
ditingkatkan dan tidak hanya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.) Sebaiknya jumlah rasio keuangan yang dimasukkan dalam model penelitian di
tambah yaitu seperti rasio Net Interest Margin (NIM), Giro Wajib Minimum (GWM),
kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar (CMR), dan lain sebagainya.
3.) Perlunya menambahkan variabel dari faktor lainnya seperti struktur kepemilikan,
Corporate Governance dan lain sebagainya untuk penelitian yang akan datang agar
hasilnya lebih bervariatif lagi.
-
DAFTAR PUSTAKA Almilia & Herdiningtyas, 2005, Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah
Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.7, No.2, Nopember.
Bank Indonesia, 1993, Surat Edaran Bank Indonesia No.26/2/BPPP tanggal 29 Mei 1993 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum.
Bank Indonesia, 1995, Surat Keputusan No. 27/KEP/DIR Tanggal 25 Januari 1995.
Bank Indonesia, 1997, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, tanggal 30 April 1997.
Bank Indonesia, 2004, Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Bank Indonesia, April 2009, ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan I – 2009.
Bank Indonesia, 2009, Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia,Vol.8, No.1, Desember
2009.
Bank Indonesia, Laporan Keuangan Perbankan 2004, Direktori Perbankan Indonesia.
Bank Indonesia, Laporan Keuangan Perbankan 2005, Direktori Perbankan Indonesia.
Bank Indonesia, Laporan Keuangan Perbankan 2006, Direktori Perbankan Indonesia.
Bank Indonesia, Laporan Keuangan Perbankan 2007, Direktori Perbankan Indonesia.
Bank Indonesia, Laporan Keuangan Perbankan 2008, Direktori Perbankan Indonesia.
Dendawijaya, Lukman, 2003, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Febryani, Anita & Rahadian Zulfadin, 2003, Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa Di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam & Irwansyah, 2002, Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA, dan ROA Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEJ, Jurnal Penelitian Akuntansi-Bisnis Dan Manajemen, Vol. 9, No. 1, April 2002, p.18-33.
-
Hanafi, Mamduh M. 2007, Analisis Laporan Keuangan, Edisi ketiga, cetakan pertama, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Kasmir, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Perkasa, Edisi 1
Cetakan ke enam, Jakarta.
Kuncoro, M. dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Jogjakarta.
Kusuma, Hadri, 2005, SIZE Perusahaan dan Profitabilitas : Kajian Empiris terhadap
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Ekonomi Pembangunan, Vol.10. No.1, April 2005, p.81-93.
Mabruroh, 2004. ”Manfaat Dan Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan”. Benefit, Vol. 8 No. 1 Juni.
Mawardi, Wisnu, 2005, Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank
Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun), Jurnal Bisnis Strategi, Vol.14, No.1, Juli, p.83-94.
Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani, 2007, Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja
Perusahaan, Buletin Studi Ekonomi, Vol.12, No.1, p.100-108.
M. Nasser, Etty dan Aryati, Titik (2000), Model Analisis CAMEL untuk Memprediksi Financial Distress pada Sektor Perbankan yang Go Public, JAAI, volume 4, no. 2, p.111 – 127.
Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter I, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta. Nugraheni, Fitri & Dody Hapsoro, 2007, Pengaruh Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi
dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di BEJ, Wahana, Vol. 10, No. 2, Agustus 2007.
Prasnanugraha, Ponttie, 2007, Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank
Umum di Indonesia (Studi Empiris Bank Umum Yang Beroperasi di Indonesia), Thesis Universitas Diponegoro Semarang (Dipublikasikan).
Purwana, Edward Gagah, 2009, Analisis Pengaruh CAR, SIZE, BOPO, LDR terhadap
profitabilitas (Studi Perbandingan Pada Bank Domestik dan Bank Asing Periode Januari 2003-Desember 2007), Thesis Universitas Diponegoro Semarang (Dipublikasikan).
Respati, Harianto & Prayudo Eri Yandono, 2008, Tinjauan Tentang Variabel – Variabel CAMEL Terhadap Laba Usaha Pada Bank Umum Swasta Nasional, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.2, p.283-295.
-
Riyadi, Slamet, 2004, Banking Assets and Liability Management, Edisi ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Siamat, Dahlan, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi ketiga. Lembaga Penerbit
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
----------------------, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi kelima. Lembaga Penerbit Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Siregar, Sylvia Veronica N.P. dan Siddharta Utama, 2006, Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktek Governance terhadap Pengelolaan Laba, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.9, No.3, September 2006, p.307-326.
Usman, Bahtiar, 2003, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada
Bank-Bank di Indonesia”, Media Riset & Manajemen, Vol.3, No.1, p.59-74. Yuliadi, Imamudin, 2008, Ekonomi Moneter. Cetakan pertama. PT INDEKS, Jakarta.