ANALISIS PENGARUH POLITICAL MARKETING MIX...

208
ANALISIS PENGARUH POLITICAL MARKETING MIX TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PASANGAN CALON GUBERNUR DKI JAKARTA 2017 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Kemal Fahmi Arrahman NIM: 1113081000040 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Transcript of ANALISIS PENGARUH POLITICAL MARKETING MIX...

ANALISIS PENGARUH POLITICAL MARKETING MIX

TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PASANGAN CALON

GUBERNUR DKI JAKARTA 2017

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Kemal Fahmi Arrahman

NIM: 1113081000040

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

v

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Kemal Fahmi Arrahman

NIM : 1113081000040

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai

sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 12 November 2017

Yang Menyatakan

(Kemal Fahmi Arrahman)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama lengkap : Kemal Fahmi Arrahman

2. Tempat, tanggal lahir : Bogor, 11 Juni 1995

3. Alamat : Perumahan Bumi Mentari Permai Blok

D1/5 Kel. Pondok Petir, Kec. Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat

16517

4. Telepon/HP : 0857-4195-1712

5. Email : [email protected]

6. Status : Belum Menikah

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 01 Pondok Petir : Tahun 2001 – 2007

2. SMPN 4 Kota Tangerang Selatan : Tahun 2007 – 2010

3. SMAN 2 Kota Tangerang Selatan : Tahun 2010 – 2013

4. S1 Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013 – 2017

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Latihan Kader 1 HMI Ciputat (Komisariat Ekonomi dan Bisnis) (2013)

2. Pelatihan Periklanan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kota Depok (2017)

3. Pelatihan Jurnalistik oleh Bagian Humas UIN Jakarta (2016)

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Sekretaris Departemen Olahraga DEMA FEB 2014

2. Ketua Komisi III SEMA FEB 2015

3. Kepala Bidang PTKK HMI Komisariat Ekonomi Cab. Ciputat (2016)

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Nanang Syaikhu

Pendidikan Terakhir : S1

vii

2. Ibu : Siti Tati Alawiyah

Pendidikan Terakhir : S1

3. Adik : 1. Aulia Milatina Tasya

2. M Azka Al-Haqani

4. Alamat : Perumahan Bumi Mentari Permai Blok

D1/5 Kel. Pondok Petir, Kec. Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat

16517.

viii

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of political

marketing mix on the decision of choosing candidate pair of Governor of DKI

Jakarta 2017. This research type is quantitative. The data source of this study is

the primary data derived from the sample of the voters of the couple Candidate

Gov. DKI Jakarta 2017. Data collection was done by using purposive sampling

with spread to 100 respondents. This research uses multiple linear regression

analysis method. The result of this research shows that 1) The product has

significant influence to the decision of choosing, 2) Promotion has significant

influence to the decision to choose 3) Price has significant influence to the

decision to vote, 4) Place does not significantly influence the decision to vote and

5) Product, promotion, price, place significantly influence the decision to vote.

From the result of multiple linear regression analysis obtained coefficient of each

product variable (0,234), promotion (0,240), price (0,469) and place (0,224)

Keywords : political marketing mix (product, promotion, price, place), voter’s

decision.

ix

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh political marketing

mix terhadap keputusan memilih pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Sumber data penelitian ini merupakan data

primer yang berasal dari sampel yaitu para mahasiswa pemilih pasangan Calon

Gubernur DKI Jakarta 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

purposive sampling dengan menyebar kepada 100 responden. Penelitian ini

menggunakan metode analisis Regresi Linier Berganda. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa 1) Product berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

memilih, 2) Promotion berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih

3) Price berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih, 4) Place

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih dan 5) Product,

promotion, price, place berpengaruh secara signifikan keputusan memilih. Dari

hasil analisis regresi linier berganda diperoleh koefisien masing-masing dari

variabel product (0,234), promotion (0,240), price (0,469) dan place (0,224).

Kata Kunci: political marketing mix (product, promotion, price, place), keputusan

memilih.

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat

dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat beserta salam

semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada

keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman. Amin.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana pada Program Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis ajukan

adalah “Analisis Pengaruh Political Marketing Mix Terhadap Keputusan Memilih

Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017”. Dalam penyusunan skripsi ini tentu

tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada

1. Kepada kedua orang tua, Bapak Nanang Syaikhu dan Ibu Siti Tati Alawiyah,

penulis ucapkan terima kasih atas dukungan yang selama ini diberikan selama

menuntut ilmu. Sebagai kekuatan terbesar bagi penulis juga memotivasi

penulis untuk berprestasi dan menjadi kebanggaan orang tua.

2. Kepada adik-adiku tercinta Aulia Milatina Tasya dan M. Azka serta seluruh

keluarga besar penulis atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan.

3. Dr. Arif Mufraini, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ir.

Ella Patriana MM, selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

xi

mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah

membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi

berjalan lancar.

5. Ibu Cut Erika Ananda F, SE., MBA, selaku dosen pembimbing yang selalu

bijaksana memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penelitian

dan penulisan skripsi ini.

6. Manusia favorit saya Intan Choirunnisa yang telah menemani dan

mendukung selama kuliah dan penulisan ini.

7. Kawan-kawan seperjuangan Ralenta, Kresna, Irvan, Dzulfikar, Elvan, Rizny,

Agnes, Destri, Fidel, Rea, Zhafira.

8. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis

Cabang Ciputat.

9. Teman-teman DS Ceria. Mas Gun, Mbo Min, Pak Min, Pak Iman, Anto (alias

Mr.Tulang), Yudhis, Jarwo, Lukas, Hanip, Dito, Vim, Wim, Kocor, Bido,

Botei, Dika, Erbe, dll.

10. Kawan – kawan KKN CERIA 2016 yang telah bersama – sama mengabdikan

diri kepada masyarakat. Khususnya kepada masyarakat di Desa Tegal Wangi,

Kec Jasinga, Kab. Bogor, Jawa Barat.

11. Kanda-Kanda seperjuangan KKN Ceria 2016, Kanda Hamim, Kanda Arip

dan Kanda Rian,

12. Kawan-kawan Manajemen FEB UIN Jakarta 2013, teman - teman

seperjuangan di konsentasi pemasaran.

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan

datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan

dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.

Jakarta, 6 Maret 2018

Kemal Fahmi Arrahman NIM. 1113081000040

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

ABSTRAT ......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................... xii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xviii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah .............................................................................. 18

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 20

A. Landasan Teori ...................................................................................... 20

1. Pengertian Pemasaran ............................................................... 20

2. Manajemen Pemasaran.............................................................. 21

3. Komunikasi Pemasaran ............................................................. 22

B. Political Marketing ............................................................................... 24

1. Pengertian Political Marketing ................................................. 24

2. Perbedaan Markeing Politik dan Marketing Binis .................... 26

3. Tujuan Politcal Marketing ........................................................ 28

4. Definisi Political Marketing Mix .............................................. 29

C. Pengertian Pemilih ................................................................................ 36

1. Pemilih ...................................................................................... 36

xiv

2. Syara-syarat Pemilih ................................................................. 37

D. Keputusan Memilih ............................................................................... 38

1. Keputusan Pembelian ................................................................ 38

2. Proses Pengambilan Keputusan ................................................ 38

3. Keputusan Memilih ................................................................... 44

E. Hubungan Antar Variabel Independen dengan Dependen .................... 47

F. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 49

G. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................ 54

H. Hipotesis ................................................................................................ 56

BAB III ............................................................................................................. 57

A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 57

B. Metode Penentuan Sampel .................................................................... 57

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 60

D. Metode Analisis Data ............................................................................ 62

1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 62

2. Uji Validitas dan Reabilitas ....................................................... 62

3. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 65

4. Analisis Regresi Liniear Berganda............................................. 68

5. Uji Signifikansi Statistik ............................................................ 69

E. Data Operasional Variabel .................................................................... 72

1. Variabel ...................................................................................... 72

2. Instrumen Penelitian................................................................... 73

BAB IV ............................................................................................................. 77

A. Sekilas Tentang Gambaran Umum Pasangan Calon Gubernur DKI

Jakarta 2017 ............................................................................................. 77

B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 83

1. Deskripsi Data Responden .......................................................... 83

2. Uji Kualias Data .......................................................................... 86

3. Statistik Deskriptif Responden .................................................... 94

C. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 134

1. Hasil Uji Normalitas Data ........................................................ 134

xv

2. Hasil Uji Multikoliniearitas ...................................................... 137

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................... 138

D. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 141

1. Hasil Uji Parsial (Uji t) ............................................................. 141

2. Hasil Uji Simultasn (Uji F) ....................................................... 144

E. Hasil Analisis Linear Berganda......................................................... 145

F. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ................................. 147

G. Hasil Pembahsan Statistik ................................................................. 148

BAB V ............................................................................................................. 155

A. Kesimpulan ......................................................................................... 155

B. Saran .................................................................................................... 155

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 159

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perolehan Suara Elektoral di Negara Bagian ...................................... 3

Tabel 1.2 Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi Th 2010-2013 ................... 5

Tabel 1.3 Perolehan Suara dan Jumlah Kursi

yang Diperoleh pada Pemilih 1955 ..................................................................... 9

Tabel 1.4 Tingkat Partisipasi dan Golput Pemilu di Indonesia ......................... 10

Tabel 1.5 Total Percakapan ............................................................................... 13

Tabel 1.6 Daftar Pemilih Tetap Provinsi DKI Jakarta ...................................... 15

Tabel 1.7 Jumlah Pemilih Pemula ..................................................................... 16

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 45

Tabel 3.1 Skala Likert ...................................................................................... 60

Tabel 3.2 Operasional Variabel......................................................................... 69

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ................................................................. 84

Tabel 4.2 Usia Reponden .................................................................................. 84

Tabel 4.3 Tempat Tinggal ................................................................................. 85

Tabel 4.4 Uji Validitas: Product (X1)............................................................... 87

Tabel 4.5 Uji Validitas Promotion (X2) ........................................................... 88

Tabel 4.6 Uji Validitas: Price (X3) ................................................................... 89

Tabel 4.7 Uji Validitas: Place (X4) .................................................................. 89

Tabel 4.8 Uji Validitas: Keputusan Memilih (Y).............................................. 90

Tabel 4.9 Uji Reabilitas Product ...................................................................... 92

Tabel 4.10 Uji Reabilitas Promotion ................................................................ 92

Tabel 4.11 Uji Reabilitas Price ......................................................................... 93

Tabel 4.12 Uji Reabilitas Place ........................................................................ 93

Tabel 4.13 Uji Reabilitas Keputusan Memilih .................................................. 94

Tabel 4.14 visi misi partai yang mengajukan kandidat

menarik dukungan pemilih ................................................................................ 95

Tabel 4.15 Ideologi partai pendukung kandidat sesuai dengan ideologi saya .. 96

Tabel 4.16 Rekam jejak partai pengusung kandidat bagus ............................... 97

Tabel 4.17 Ideologi kandidat mencerminkan karakter kandidat tersebut ......... 98

Tabel 4.18 Kandidat bebas dari kasus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) 100

xvii

Tabel 4.19 Kandidat harus memenuhi janji-janjinya dalam

mengentaskan kemiskinan .............................................................................. 101

Tabel 4.20 Kandidaat tegas dan konsisten dalam memerangi KKN ............... 102

Tabel 4.21 Kandidat akan meningkatkan perekonomian

DKI Jakarta ke arah yang lebih baik ............................................................... 104

Tabel 4.22 Iklan kampanye kandidat di berbagai media masa membantu pemilih

mengenal kandidat .......................................................................................... 105

Tabel 4.23 Atribut kampanye yang disebarkan membantu pemilih untuk mengenal

kandidat ........................................................................................................... 107

Tabel 4.24 Keikutsertaan kandidat dalam acara debat kandidat akan menarik

dukungan yang lebih banyak dari pemilih ...................................................... 108

Tabel 4.25 Komunikasi kandidat dengan masyarakat terjalin dengan baik .... 109

Tabel 4.26 komunikasi kandidat dengan media terjalin dengan baik ............. 110

Tabel 4.27 Kampanye dengan cara mengirimkan SMS ke pemilih efektif untuk

menjaring permilih .......................................................................................... 112

Tabel 4.28 Latar belakang pendidikan kandidat menjadi pertimbangan saya dalam

memilih kandidat ............................................................................................. 113

Tabel 4.29 Saya merasa nyaman dengan kandidat tertentu karena kesamaan latar

belakang agama ............................................................................................... 114

Tabel 4.30 Saya merasa nyaman dengan kandidat tertentu karena kesamaan latar

belakang suku/etnis ......................................................................................... 115

Tabel 4.31 Saya memilih kanidat yang memiliki

tingkat nasionalisme tinggi ............................................................................. 117

Tabel 4.32 Saya yakin kandidat akan membawa DKI Jakara lebih maju ....... 118

Tabel 4.33 Kunjungan kandidat ke daeraeh akan membawa pengaruh bagi suara

pemilih ............................................................................................................ 119

Tabel 4.34 Kandidat berkontribusi untuk daerah tempat tinggalnya .............. 120

Tabel 4.35 Penyebaran tim sukses kandidat merata di berbagai tempat ......... 121

Tabel 4.36 Kandidat mendengar aspirasi dari masyarakat dengan baik ......... 122

Tabel 4.37 Kunjungan kandidat ke organisasi masyarakat akan membawa

pengaruh bagi suara pemilih ........................................................................... 123

xviii

Tabel 4.38 Kultur sosial-budaya yang saya punya memengaruhi cara saya dalam

memilih kandidat ............................................................................................. 124

Tabel 4.39 Tingkat pendidikan saya mencerminkan

cara saya dalam memilih kandidat

......................................................................................................................... 125

Tabel 4.40 Tingkat pendidikan saya mencerminkan

cara saya dalam memilih kandidat .................................................................. 126

Tabel 4.41 Saya memilih kandidat berdasarkan data,

informasi, dan berita dari media massa ........................................................... 127

Tabel 4.42 Saya memilih kandidat dengan mempertimbangkan

ulasan para ahli ................................................................................................ 128

Tabel 4.43 Saya memilih kandidat berdasarkan cara kandidat

menghadapi permasalahan-permasalahan

......................................................................................................................... 129

Tabel 4.44 Saya memilih kandidat berdasarkan

perkembangan dan tren situasi terkini............................................................. 130

Tabel 4.45 Saya mempertimbangkan catatan

kinerja dan reputasi kandidat

......................................................................................................................... 131

Tabel 4.46 Saya mempertimbangkan program

kerja yang ditawarkan kandidat ...................................................................... 132

Tabel 4.47 Saya memilih kandidat berdasarkan strategi pemasaran politik masing-

masing

kandidat.........................................................................................................133

Tabel 4.48 Uji Normalitas Statistik ................................................................... 13

Tabel 4.49 Hasil Uji Multikonlinieritas .......................................................... 119

Tabel 4.50 Uji Glesjer ..................................................................................... 122

Tabel 4.51Uji Parsial ....................................................................................... 123

Tabel 4.52 Uji Simultan .................................................................................. 125

Tabel 4.53 Hasil Uji Regresi Liniear Berganda .............................................. 127

Tabel 4.54 Hasil Uji Determinas ..................................................................... 129

xix

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir Konseptual ........................................................ 50

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Model Proses Pengambilan Keputusan .......................................... 36

Gambar 2.2 Indikkator Keputusan Memilih ..................................................... 42

Gambar 4.1 Visi Misi Pasangan Nomor Urut 1 ................................................ 78

Gambar 4.2 Visi Misi Pasangan Nomor Urut 2 ................................................ 78

Gambar 4.3 Visi Misi Pasangan Nomor Urut 3 ................................................ 80

Gambar 4.4 Perolehan Suara Putaran Pertama ................................................. 83

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ................................................................... 163

Lampiran 2: Tabel Jawaban Responden ......................................................... 167

Lampiran 3 : Hasil uji SPSS - Kualitas Data .................................................. 176

Lampiran 4: Hasil uji SPSS - Uji Asumsi Klasik ........................................... 185

Lampiran 5: Hasil uji SPSS - Uji Hipotesis .................................................... 188

Lampiran 6 : Hasil uji SPSS - Analisis Regresi Linear Berganda .................. 188

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era modern seperti sekarang adalah suatu kewajiban untuk

menggali penemuan-penemuan baru di segala bidang untuk menerapkan

pendekatan-pendekatan baru agar bisa berkembang. Diperlukan inovasi-

inovasi baru untuk melahirkan pendekatan-pendekatan tersebut. Hal itu

berlaku juga dalam bidang sosial termasuk politik. Dengan kemajuan zaman

seperti sekarang, ilmu politik pun telah mencapai level tertentu untuk

memenuhi kebutuhan zaman yang semakin kompleks dalam menangani

permasalahan-permasalahan sosial-politik. Seiring dengan kemajuan zaman,

semakin pula terintegrasinya masyarakat global dan desakan untuk

menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, institusi politik pun membutuhkan

pendekatan alternatif serta manuver politik terbaru untuk membangun dan

merawat hubungan dengan konstituen mereka. Maka dari itu, marketing

sebagai suatu disiplin ilmu bisa digunakan sebagai cara alternatif oleh elit

politik dalam menyukseskan kontestasi elektoral.

Mungkin masih banyak yang skeptis, seberapa jauh ilmu marketing bisa

diterapkan dalam ranah politik. Jika dikupas lebih dalam, sebuah proses

demokratisasi dalam dunia bisnis diartikan dengan proses persaingan.

Hermawan Kertajaya (1996) menerangkan, pada saat belum ada persaingan

atau situasi persaingan tidak ketat, pemasaran tidak atau belum terlalu

2

dibutuhkan suatu perusahaan/kandidat. Pada situasi persaingan yang

semakin ketat, maka pemasaran menjadi suatu fungsi yang makin penting.

Pada saat persaingan sudah sangat ketat, tidak dapat diduga, pemasaran harus

menjadi jiwa setiap orang, sehingga marketing politik semakin menunjukan

urgensi dan relevansinya, ketika dunia politik dituntut untuk lebih terbuka,

transparan dan mampu berkompetisi secara sehat.

Ditambah lagi, jika diurai dari sejarahnya, marketing dalam politik

telah dipakai oleh negara-negara barat, seperti Inggris pada tahun 1929

bahkan di Amerika Serikat pun sudah menerapkannya sejak tahun 1926

sebagai strategi pemenangan dalam pemilu. Partai politik dan politisi asal

Amerika diakui secara luas telah mempelopori banyak teknik yang sekarang

mencakup kampanye pemilihan modern dikebanyakan negara demokrasi

besar. Namun, penerapan kerangka pemasaran politik yang komprehensif

belum banyak digunakan seperti di Inggris. Paling tidak hal ini disebabkan

oleh konteks politik nasional. Sebagai contoh, perbandingan antara kedua

tokoh Tony Blair dari Partai Buruh dan Bill Clinton dari Partai Demokrat

(Marshment, 2002).

Atau bila melihat pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016

silam yang mempertemukan Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald

Trump dari Partai Republik, pemilu tersebut cukup menarik lantaran Donald

Trump bisa dikatakan tokoh yang kontroversial selama pemilihan Presiden

AS. Pasalnya, janji-janji kampanye yang disampaikan Trump sangat

memunggungi kebijakan-kebijakan pemerintahan AS saat ini. Salah satu

3

kebijakan yang akan diambil Trump adalah melarang warga negara muslim

terutama dari negara-negara timur tengah masuk ke wilayah AS. Serta ingin

membangun dinding raksasa di perbatasan AS dengan Meksiko guna

mencegah imigran gelap yang ingin mencari suaka. Menariknya, pemikiran

Trump ini justru membuat popularitasnya meroket. Trump dinilai berhasil

mengolaborasikan pemasaran ke dalam ranah politik. Karena Trump diakui

adalah seorang pebisnis ulung. Ia menggunakan insting bisnisnya. Trump

menyadari bahwa kesadaran adalah kunci dalam sebuah kampanye politik.

Sebab itu, ia mencurahkan ide-de kontroversialnya melalui berbagai macam

media dan menjadi perbincangan dunia. Selain kesadaran, ide Trump dinilai

orisinil. Orisinalitas memiliki peranan penting dalam membangun hubungan

kepada seluruh pamangku kepentingan. „Make America Great Again” adalah

slogan yang tepat dibandingkan dengan pesaingnya. Slogan milik Trump

dinilai memiliki nilai jual yang tinggi. Berikut adalah perolehan suara Donald

Trump dan Hillary Clinton:

Tabel 1.1

Perolehan Suara Elektoral di Negara Bagian

Donald Trump

(Partai Republik)

Hillary Clinton

(Partai Demokrat)

Jumlah Negara Bagian Total Suara Jumlah Negara Bagian Total Suara

28 Negara Bagian 253 17 Negara Bagian 211

Sumber: tribunnews.com (2017)

4

Dalam marketing politik modern, sebetulnya merupakan elaborasi lebih

lanjut yang dilakukan oleh para profesional periklanan asal Amerika Serikat.

Pada tahun 1960-an seiring terjadi peningkatan penggunaan media televisi

untuk iklan kampanye politik dalam menjalankan komunikasi politik, muncul

sebuah biro iklan politik bernama Campaign, Inc. (Perlmutter, 1999). Selain

itu, relevansi ilmu marketing dengan politik dikuatkan oleh pendapat Kotler

dan Levy (1969), menurut mereka, konsep pemasaran tidak hanya terbatas

pada institusi bisnis saja.

Marketing pada dasarnya adalah suatu proses mengidentifikasi,

menciptakan dan mengomunikasikan nilai, serta memelihara hubungan yang

memuaskan pelanggan untuk memaksimalkan keuntungan (Ali, 2013). Cara

dan metode marketing telah digunakan dalam semua aspek kehidupan.

Penggunaan metode dan konsep marketing dalam bidang politik dikenal

sebagai pemasaran politik (political marketing). Marketing dalam politik

bertujuan membantu partai politik atau calon kandidat untuk menjadi lebih

baik dalam mengenal konstituennya yang diwakili atau yang menjadi target,

kemudian mengembangkan program kerja yang populis atau isu politik

nasional yang sesuai aspirasi masyarakat dan mampu berkomunikasi secara

aktif dan efektif dengan masyarakat. Marketing tidak bertujuan untuk masuk

ke wilayah politik praktis, melainkan menjadi cara pendistribusian kekuasaan

atau untuk menentukan keputusan politik.

Marketing politik membantu kandidat dalam membuat pencitraan politik

yang bagus. Karena sebagai mana diketahui, masalah rendahnya ketertarikan

5

masyarakat terhadap kontestasi elektoral adalah ketidakpercayaan masyarakat

kepada politisi atau partai politik karena dinilai banyak melakukan tindakan-

tindakan yang dinilai mengkhianati prinsip negarawan, di antaranya praktik

korupsi. Tren peningkatan praktik korupsi ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Efek ini sekiranya akan menular kepada para kandidat yang memiliki rekam

jejak yang baik dan punya niat baik ingin membantu rakyatnya. Berikut

adalah tabel angka korupsi di Indonesia yang ditindak oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK):

Tabel 1.2

Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi Tahun 2010-2013

Tahun Penyelidikan Penyidikan Penuntutan Inkrah Eksekusi

2010 54 40 32 34 36

2011 78 39 40 34 34

2012 77 48 36 28 32

2013 81 70 41 40 44

Sumber: kpk.go.id (2017)

Filosofi marketing juga memberikan arahan bagaimana kita bisa

menerapkan ilmu marketing dalam dunia politik (O‟Shaugnessy, 1996).

Karena ilmu marketing melihat bahwa kebutuhan konsumen/stakeholder

adalah hal terpenting sehingga perlu diidentifikasi dan dicari bagaimana

6

memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika filosofi marketing diaplikasikan ke

dalam dunia politik, maka seorang kandidat untuk dapat memenangkan

sebuah pemilu harus bisa menangkap keresahan dari masyarakat sehingga

program-program yang ditawarkan bisa menjawab akar permasalahan yang

ada. Kemudian mampu menumbuhkan keyakinan pemilih untu memberikan

suara ke calon kandidat.

Poltical marketing dalam konteks pemilihan umum diduga merupakan

suatu alat untuk memengaruhi konstituen dalam membuat keputusan

memilih. Menurut O‟Cass (2001), Marketing politik tidak menjamin sebuah

kemenangan tapi menyediakan tools untuk menjaga hubungan dengan

pemilih sehingga dari situ akan terbangun kepercayaan sehingga selanjutnya

akan diperoleh dukungan suara mereka.

Tentunya metode dan konsep marketing memerlukan penyesuaian

dengan situasi dan kondisi dunia politik. Tidak semua metode politik dapat

langsung diterapkan dalam konteks dunia politik. Namun, partai politik dan

calon kandidat sangat membutuhkan metode efektif dan manuver politik yang

baik untuk bisa membangun hubungan jangka panjang dengan konstituen dan

masyarakat luas. Marketing, yang diadaptasi dalam dunia politik dapat

digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menransfer

ideologi dan program kerja dari kontestan ke masyarakat.

Political marketing dengan marketing dalam dunia bisnis memiliki

perbedaan, meskipun marketing mix tetap berlaku dalam marketing politik,

dimana terdapat atmosfir political marketing yang harus diperhatikan karena

7

berbedanya tujuan politik dengan tujuan bisnis. Lebih lanjut disebutkan

bahwa political marketing merupakan sebuah proses dan harus ditempuh

melalui dua hal utama, yaitu marketing program dan voters segmentation.

Program marketing merupakan penyampai produk politik yang

disebut dengan 4P (produk, harga, promosi, dan tempat); voters segmentation

adalah cara menentukan para pemilih pada beberapa level kategori sehingga

pengemasan produk politik dapat dilakukan sesuai kategori tersebut

(Firmanzah, 2012).

Dengan menganut pola di atas, bagi pemain politik dan pihak yang

menerapkannya diyakini akan mampu menawarkan alternatif strategi untuk

meraup dukungan politik terutama pada kecenderungan untuk memilih.

Kesungguhan usaha pemasaran politik, diyakini akan dapat memaksimalkan

potensi pemenangan partai politik dan para kandidat (Solatun Dulah, 2014).

Pola itu harus benar-benar dimaksimalkan oleh pelaku politik.

Pemaksimalan tersebut akan dapat menjadi sebuah keniscayaan,

karena hal tersebut secara akademik maupun berdasarkan fakta empirik

terbukti dimungkinkan, misalnya melalui usaha-usaha penerapan teknik-

teknik pemasaran yang baku ke dalam pemasaran dan kampanye politik yang

pada gilirannya akan dapat memastikan atau menjamin bahwa perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian seluruh tahapan kampanye politik akan

berjalan secara sistematik, efisien dan terarah pada memperoleh sasarannya

yaitu keputusan memilih untuk menjadikan partai politik dan para kandidat

sebagai pilihan mereka (Kotler dan Kotler, 1999 dalam Dulah, 2014).

8

Indonesia sebagai negara demokrasi sudah sering menyelenggarakan

pemilihan umum. Sekilas tentang pemilu di Indonesia, sejak kemerdekaan

republik ini 72 tahun silam, berbagai pekerjaan rumah bangsa yang

menumpuk di depan mata. Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, berbelitnya

birokrasi, kesenjangan sosial dan masih banyak sekali hal yang harus

dibenahi. Semenjak berdirinya republik ini pula, Indonesia memilih untuk

menggunakan sistem demokrasi yang dianggap mampu menjadi jalan tengah

untuk merampungkan pekerjaan rumah tadi. Banyak rintangan dalam

menjalankan demokrasi di Indonesia, apalagi Indonesia adalah bekas negara

jajahan. Sebelum menerapkan sistem demokrasi, Indonesia pernah

menerapkan negara serikat yang diberi nama Republik Indonesia Serikat.

Namun, itu tidak bertahan lama lantaran rakyat Indonesia menginginkan

kembali kepada apa yang digagas para pendiri bangsa, yakni Republik

Indonesia, atau sering disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Setelah mengalami pergolakan panjang, sejarah politik baru dilahirkan

pada tahun 1955, karena pada tahun ini pemilu pertama kali diselenggarakan.

Ini adalah bentuk pesta demokrasi yang dinanti-nantikan rakyat. Hasil dari

pemilu ini melahirkan beberapa lembaga negara, di antaranya Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), dan Konstituante (istilah MPR atau Majelis

Permusyawaratan Rakyat pada saat itu). Dalam pemilu pertama itu muncul

empat partai besar yang memiliki perolehan suara di atas 10 %.

9

Tabel 1.3

Perolehan suara dan jumlah kursi yang diperoleh dalam pemilu 1955

Partai Politik Persentase (%) Jumlah Kursi

PNI 22,3 57

Masyumi 20,9 57

NU 18,4 45

PKI 16,4 39

PSII 2,9 8

Parkindo 2,6 8

Partai Katolik 2,0 6

PSI 2,0 5

Lain-lain 12,5 32

Total 100 257

Sumber: Firmanzah (2012)

Sistem demokrasi Indonesia mengalami pendewasaan sedikit demi

sedikit, terutama di era pasca reformasi. Perubahan struktur mekanisme

pemilihan kepala daerah membawa dampak yang besar terhadap

perkembangan studi mengenai political marketing. Terutama perilaku pemilih

10

(voter behavior). Karena, untuk memenangkan sebuah pemilihan umum,

termasuk pilkada, seorang pasangan kandidat dan partai dituntut untuk

mengetahui pemilih sasarannya (Kotler dan Keller, 2012)

Terlebih lagi, tahun 2017 sering disebut tahun politik oleh sejumlah

kalangan. Sebab, pada tahun tersebut akan berlangsung pemilihan umum

kepala daerah atau pilkada serentak. Hal tersebut dilaksanakan sesuai amanah

Undang-Undang Nomor 10 tahun 2016 tentang Pilkada. Artinya, akan ada

pemilihan kepala daerah baik itu pemilihan Gubernur, Walikota, dan Bupati.

Sementara, Komisi Pemilihan Umum (KPU) merilis informasi bahwa

terdapat penurunan tingkat partisipasi pemilih sebanyak 20% di lima daerah

sehingga rata-rata tingkat partisipasi pemilih secara nasional hanya 69%.

KPU sendiri telah menargetkan tingkat partisipasi pemilih pilkada serentak

tahun 2017 menyentuh angka 77%. Pilkada serentak yang akan dilaksanakan

di beberapa daerah di Indonesia akan berlangsung pada 15 Februari 2017

(Komisi Pemilihan Umum, 2017).

Tabel 1.4

Tingkat Partisipasi dan Golput Pemilu di Indonesia

No Pemilu Tingkat

Partisipasi

Tingkat Golput

1 1955 91,1% 8,6%

2 1971 96,6% 3,4%

11

3 1977 96,5% 3,5%

4 1982 96,5% 3,5%

5 1987 96,4% 3,6%

6 1992 95,1% 4,9%

7 1997 93,6% 6,4%

8 1999 92,6% 7,3%

9 Pileg 2004 84,1% 15,9%

10 Pilpres 2004 - Putaran I 78,2% 21,18%

11 Pilpres 2004 - Putaran II 76,6% 23,4%

12 Pileg 2009 70,7% 29,3%

13 Pilpres 2009 71,7% 28,3%

14 Pileg 2014 75,2% 24,8%

15 Pilpres 2014 70,9% 29,1%

Sumber: (kpu.go.id, 2017, Soebagio, 2008)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka golput dalam pemilihan

umum di Indonesia cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Walaupun terjadi fluktuasi tingkat partisipasi pemilu di Indonesia namun

12

angka golput pada pemilu presiden 2014 cukup mengkhawatirkan karena

menyentuh angka 29,1%.

Iklim perpolitikan diyakini kian jadi menghangat. Masing-masing pasang

calon yang ikut dalam kontestasi politik tengah sibuk melakukan tebar pesona

demi meningkatkan elektabilitas. Terlihat dari bertebarannya gambar pasang

calon di berbagai sarana media. Sumber yang diperoleh dari laman resmi

KPU RI menyatakan, sebanyak 101 daerah yang terdiri atas 7 provinsi, 76

kabupaten dan 18 kota mengikuti pemilihan kepala daerah tahun 2017.

Ketujuh provinsi tersebut, yakni Daerah Istimewa Aceh, Bangka Belitung,

Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, Papua Barat dan Daerah Khusus Ibu Kota

(DKI) Jakarta (kpu.go.id, 2017).

Penelitian ini berfokus hanya pada Provinsi DKI Jakarta saja karena

mendapat paling banyak sorotan publik. Keunikan Pilkada DKI juga terdapat

pada besarnya perhatian publik dalam pesta lima tahunan itu. Sorotan

masyarakat di perhelatan Pilkada 2017 DKI Jakarta seperti menutup

keberadaan pemilihan serupa di 100 daerah lain (Fauzi, 2017). Setidaknya

ada 1,1 juta Tweet terkumpul terkait Pilkada DKI Jakarta dengan tagar

Pilkada DKI (#PilkadaDKI) di hari pencoblosan, dengan 1.600 tweet per

menit.

Fenomena lainnya dari rekaman data PoliticaWave.com sejak hari

terakhir pendaftaran, 23 September 2016 sampai 6 Oktober 2016, tercatat

243.859 percakapan mengenai ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil

Gubernur DKI. Pasangan Basuki-Djarot sementara memimpin dengan

13

146.460 percakapan atau memiliki Share of Awareness sebesar 60,06% dari

total percakapan. Diikuti oleh pasangan Anies-Sandi dengan 62.584

percakapan atau memiliki Share of Awareness sebesar 25,66% dan pasangan

Agus-Sylviana dengan 34.815 percakapan atau memiliki Share of Awareness

sebesar 14,28%.

Setiap percakapan mengandung sentimen, yang merupakan persepsi

netizen terhadap pasangan calon tersebut. Pasangan Basuki-Djarot juga

sementara memimpin terkait dengan sentimen warganet. Net Sentimen

(selisih antara sentimen positif dan negatif) pasangan Basuki-Djarot adalah

sebesar 7.078. Namun, berbeda dalam jumlah percakapan, untuk Net

Sentimen, di posisi kedua adalah pasangan Agus-Sylvi sebesar 6.207 dan

diikuti oleh Anies-Sandi sebesar 2.981. Lihat tabel 1.5

Tabel 1.5

Total percakapan (share of awareness)

Periode Basuki –

Djarot (%)

Agus – Sylvi

(%)

Anies –

Sandi (%)

Total

Percakapan

23 Sep 2016-

6 Okt 2016

146.460

(60,06%)

34.815

(14,28%)

62.584

(25,66%)

243.859

Sumber: PoliticaWave (2016)

Selain itu, Pilkada DKI Jakarta sering disebut barometer politik

nasional karena dijadikan prediksi atas peta politik nasional, yakni pemilihan

14

presiden dan pemilihan legislatif 2019. Keterlibatan elit-elit partai koalisi

yang rela turun langsung demi kemenangan pilkada DKI Jakarta, seperti

Susilo Bambang Yudhoyono (Ketua Umum Partai Demokrat), Megawati

Soekarno Putri (Ketua Umum PDIP), dan Prabowo Subianto (Ketua Umum

Partai Gerindra) dinilai menjadikan pilkada ini begitu penting lantaran

berpengaruh pada pertarungan politik di tahun 2019.

Di samping itu, publik menyoroti Pilkada DKI Jakarta 2017 lantaran

kompetisi politik di antara masing-masing pasang calon sangat ketat dan

dinamis. Selain konsolidasi partai koalisi yang solid, berbagai cara untuk

mengambil suara rakyat dilakukan dengan merangkul organisasi

kemasyarakatan. Proses peneguhan politik berbasis sosiologis seperti

organisasi formal dan informal telah membuat pemilih berada dalam jaringan

sosial yang memungkinkan terjadinya proses mobilisasi politik dan

menyebabkan warga lebih terlibat. Organisasi sosial seperti jaringan

primordial atau identitas berbasis agama kedaerahan, organisasi kepentingan

seperti serikat buruh dan petani, serta asosiasi volunteristik misalnya klub

olahraga, musik, dan komunitas lainnya sudah digarap para pasang calon.

Model pendekatan SES atau sosio-economic status seperti dari Parry, Mayser,

dan Day dalam Political Participation and Democracy in Britain (1992) yang

kemudian disempurnakan Civic Voluntary Model dari Verba, Scholzman dan

Brady dalam Voice and Equality (1995) sebenarnya sudah menunjukan

kecenderungan polarisasi pilihan masyarakat (Heryanto, 2017).

15

Pertarungan politik tersebut sempat diwarnai pula oleh sejumlah isu

politik yang menjadi amunisi untuk melemahkan kompetitor politik mereka.

Isu politik tersebut cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, itu merupakan isu

personal yang rentan menimbulkan konflik horizontal di tengah-tengah

masyarakat karena berkaitan dengan prinsip kebhinekaan Indonesia yang

telah dirawat sejak lama oleh para pendiri bangsa.

Selain dinamika Pilkada DKI Jakarta di atas, sebanyak 7.108.589 pemilih

telah ditetapkan KPU RI menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan rincian

pemilih berjenis kelamin laki-laki berjumlah 3.561.690 dan pemilih

perempuan berujumlah 3.546.899. Dengan jumlah DPT sebanyak itu, dapat

dijadikan sebagai sebuah wahana dalam mengimplementasikan strategi

marketing politik dari masing-masing partai politik pengusung kandidat,

kandidat individu ataupun tim sukses kandidat. Berikut data DPT Provinsi

DKI Jakarta yang dimuat dalam tabel 1.6.

Tabel 1.6

Daftar Pemilih Tetap Provini DKI Jakarta 2017

No Kabupaten/Kota TPS Jumlah Pemilih

L P Total

1 Jakarta Barat 2.934 834.448 817.603 1652051

2 Jakarta Pusat 1.237 374.307 372.845 747152

3 Jakarta Selatan 2.973 796.540 797.160 15393700

16

4 Jakarta Timur 3.690 999.941 1.006.456 2.006.397

5 Jakarta Utara 2.150 547.668 544.206 1.091.874

6 Kepulauan Seribu 39 8.786 8.629 17.415

Total 1.023 3.561.690 3.546.899 7.108.589

Sumber: pilkada2017.kpu.go.id (2017)

Di samping itu, Butler dan Collins (2001) melihat adanya peningkatan

volatilitas atau semakin berubah-ubahnya (volatility) perilaku pemilih. Hal ini

membuat keberpihakan pemilih menjadi lebih sulit diduga. Tidak stabilnya

perilaku pemilih sangat dipengaruhi oleh semakin pudarnya ikatan ideologis

pemilih dengan partai atau kontestan pemilu, berakhirnya perang ideologis

dan meningkatnya materialisme kapitalistik menyebabkan pemilih dewasa ini

cenderung pragmatis, cenderung memilih partai atau kandidat yang mampu

menawarkan produk politik yang lebih baik dibandingkan pesaing

(Firmanzah, 2008).

Dalam pemilihan umum terdapat pemilih yang solid dibelakang atau

partisan calon tertentu dan tidak akan mempertimbangkan mengubah pikiran

mereka apapun yang dikatakan oleh oposisi. Namun yang menjadi target

suara adalah swing voter atau pemilih berayun, yaitu pemilih yang tidak

berafiliasi dengan partai politik tertentu atau yang akan memilih lintas partai.

Suara pemilih pemula yang cenderung mengarah kepada swing voter

terutama di kalangan civitas akademika, terlihat pada tabel 1.7

17

Tabel 1.7

Jumlah Pemilih Pemula

Laki-laki Perempuan Total (%)

102.128 97.712 199.840 (2,81%)

Sumber: pilkada2017.kpu.go.id (2017)

Penelitian empiris mengenai political marketing, (penggunaan marketing

dalam kampanye politik) masih langka. Karya-karya ilmiah yang diterbitkan

pada umumnya masih bersifat konseptual. Penelitian pemasaran politik

selama ini masih terbatas pada konsep pengukuran dan belum banyak yang

melakukan pengujian secara empirik.

Studi pemasaran politik, mulai mendapat perhatian yang meningkat dan

menjadi sesuatu yang “baru secara akademis” (O‟Shaughnessy and

Henneberg, 2002). Penelitian ini bertujuan mengisi gap tersebut dengan

melakukan studi empirik pada pemahaman bauran pemasaran pada bidang

politik yang terdiri dari produk politik, harga politik, promosi politik dan

distribusi politik dengan melakukan eksplorasi terhadap indikator-indikator

yang menjadi elemen dalam bauran pemasaran tradisional.

Selain latar belakang pemahaman konsep dan adanya fenomena tahun

politik, peneliti sebagai mahasiswa jurusan manajemen marketing ingin juga

memberikan kontribusi nyata sebagai pengaplikasian Tridharma perguruan

tinggi dengan membuat penelitian terkait fenomena ini. Maka sejalan dengan

uraian di atas apakah political marketing mix berpengaruh pada keputusan

18

memilih, maka penulis tertarik untuk menyajikan skripsi berjudul “Analisis

Pengaruh Political Marketing Mix Terhadap Keputusan Memilih

Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Political Marketing Mix secara parsial mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan memilih dalam Pilkada DKI Jakarta 2017?

2. Apakah Political Marketing Mix secara simultan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan memilih dalam Pilkada DKI Jakarta 2017?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini

dilakukan dengan tujuan:

a) Untuk menganalisis pengaruh Political Marketing Mix secara

parsial terhadap keputusan memilih dalam Pilkada DKI Jakarta

2017.

b) Untuk menganalisis pengaruh Political Marketing Mix secara

simultan terhadap keputusan memilih dalam Pilkada DKI

Jakarta 2017.

19

2. Manfaat Penelitian

Tujuan lain dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan

manfaat terhadap:

a) Bagi Peneliti

Sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dan

penerapan teoritis dalam perkuliahan.

b) Bagi Akademis

Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan

bacaan untuk menambah pengetahuan dan bahan

penyusunan penelitian serupa dan lebih mendalam.

c) Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil Penelitin ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi mahasiswa khususnya jurusan manajemen pemasaran

untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Proses kegiatan permintaan barang dari tangan produsen ke tangan

konsumen tidak terlepas dari pengertian pemasaran. Untuk memberikan

gambaran yang jelas mengenai pemasaran, berikut ini akan digambarkan

beberapa pengertian pemasaran.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), yaitu sebagai proses di

mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun

hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap

nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Sedangkan menurut Swasta dan

Irawan (2007), pemasaran adalah suatu kegiatan usaha mengarahkan aliran

barang dan jasa dari produsen kepada konsumen atau pemakai.

Di sisi lain, pemasaran menurut Tjiptono (2008) adalah fungsi

yang paling banyak memiliki kontak yang paling besar dengan lingkungan

eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas

terhadap lingkungan eksternal, oleh karena itu, pemasaran memiliki

peranan cukup penting dalam pengembangan strategi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Rewanold (2007) yang

menyatakan bahwa “marketing is the process in society by which the

21

demand structure for economic good and service trough conception

promotion.” Artinya, pemasaran adalah proses di masyarakat yang

melihat struktur permintaan barang dan jasa ekonomis melalui konsep

promosi.

Dari pengertian-pengertian definisi pemasaran di atas, jelaslah

bahwa pemasaran bukan sekadar proses menawarkan atau menjual produk

atau jasa tetapi sampai kepada kepuasan kebutuhan konsumen. Pemasaran

merupakan suatu sistem dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan dan

ditujukan untuk merencanakan, mendistribusikan, dan mempromosikan

barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Manajemen Pemasaran

Kotler dalam Swasta (2004), mendefinisikan manajemen

pemasaran sebagai penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran

dengan pasar yang dituju dengan masksud untuk mencapai tujuan

perusahaan.

Manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan,

perencaanaan, pelaksanaana dan pengambilan program-program yang

dibuat untuk membentuk, membangun, dan memelihara keuntungan dari

pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi dalam

jangka panjang (Assauri, 2000).

22

Atau dengan kata lain, manajemen pemasaran bertujuan pada suatu

analisis yang menyangkut kebutuhan, keinginan, pemahaman dan pilihan

preferensi atas sasaran pasar perantara sebagai landasan bagi design,

penetapan harga, komunikasi dan distribusi yang efisien.

3. Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran, menurut Kotler dan Keller (2012) dalam

bukunya mengatakan bahwa, aktifitas yang berusaha menyebarkan

informasi, mempengaruhi, mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan

dan produknya agar bersedia menerima membeli, dan loyal pada produk

atau jasa yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Borgerson, Janet L. dan Jonathan E. (2002) menyatakan,

komunikasi pemasaran tergantung pada representasi visual untuk

menghasilkan gampar pada makna merek, dan simulasi spektakuler yang

menciptakan asosiasi dalam benak konsumen. Komunikasi pemasaran

terpadu yang digagas Kotler dan Keller (2012) adalah sebagai berikut:

a. Integrated Marketing Communication (Komunikasi pemasaran

terpadu)

Sebuah konsep di mana suatu perusahaan mengintergrasikan

dan mengoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk

mengirim pesan yang jelas, konsisten dan menyakinkan

berkenaan dengan perusahaan dan produknya. Bauran

komunikasi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2012) terdiri

dari:

23

1) Advertising

Semua produk penyajian dan promosi non personal atas

ide, barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan

sponsor tertentu.

2) Sales Promotion

Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong

keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.

3) Events and Experience

Kegiatan pemberian sponsor dari perusahaan dan program

yang dibuat untuk menciptakan merek yang biasa saja atau

merek yang spesial.

4) Public Relation

Berbagai program untuk mempromosikan dan melindungi

citra perusahaan masing-masing produknya.

5) Direct Marketing

Penggunaan surat, telepon, faksimili, surel, dan alat

penghubung non personal lain untuk berkomunikasi cara

langsung dengan mendapatkan tanggapan langsung dari

pelanggan dan calon pelanggan tertentu.

6) Personal Selling

Interaksi langsung dengan satu pembeli atau lebih guna

melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima

pesanan.

24

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi pemasaran adalah

aktivitas pemasaran yang berusaha menciptakan kesadaran atau

pengetahuan mengenai produk dengan berbagai atributnya,

menginformasikan kelebihan produk, menciptakan citra produk atau

menciptakan sikap positif, preferensi dan keinginan membeli produk

barang bersangkutan.

B. Political Marketing

1. Pengertian Political Marketing

Penggunaan konsep marketing dalam ranah politik sering disebut

Political Marketing. Wring (1996), mendefinisikan political marketing

sebagai “the party or candidate‟s use of opinion research and environmental

analysis to produce and promote a competitive offering which will help

realise organisational aims and satisfy groups of electors in exchange for

their votes.”

Artinya ialah partai atau kandidat menggunakan telaah opini dan

analisis lingkungan untuk memproduksi dan mempromosikan penawaran

kompetitif yang akan membantu mewujudkan tujuan organisasi dan

memuaskan kelompok pemilih dengan imbalan akan mendapatkan suara

pemilih.

Sementara menurut Butler dan Collins (2001), Marketing politik

adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah

partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image

public. Pemasaran politik didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip

25

pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu,

organisasi, prosedur-prosedur dan melibatkan analisis, pengembangan,

eksekusi, dan strategi manajemen kampanye oleh kandidat, partai politik,

pemerintah, pelobi, kelompok-kelompok tertentu yang bisa digunakan untuk

mengarahkan opini publik pada ideologi mereka (Newman, 1999).

Adapapun pendapat lainnya diungkapkan oleh Harris (2001),

menyatakan bahwa political marketing adalah suatu keinginan umum yang

disamakan dengan teknik yang digunakan dalam upaya mengajak pemilih

dalam kampanye untuk mempromosikan baik politiknya maupun

kebijakannya.

Di sisi lain Mauser G. (1983) dalam Gun Gun Heryanto (2010),

marketing politik dianalogikan kepada marketing komersial. Misalnya, di

sektor komersial harus memiliki target audiens dari pemilih yang harus

mendukung, menggunakan media massa, dalam sebuah lingkungan

kompetitif yang dipadati lebih dari satu „brand‟ produk.

Jadi, dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik garis merah

bahwa pemasaran politik di sini merupakan konsep yang menawarkan

bagaimana sebuah partai politik atau kontestan bisa membuat program yang

berhubungan dengan permasalahan aktual. Pemasaran politik merupakan

konsep yang permanen yang harus dilakukan secara terus menerus oleh partai

politik atau kandidat dalam membangun kepercayaan dan image politik.

26

Membangun kepercayaan politik dan image ini hanya bisa dilakukan

melalui hubungan jangka panjang antara partai politik atau kandidat dengan

pemilih, tidak sekadar pada masa kampanye pemilu saja.

2. Perbedaan Marketing Politik dan Marketing Bisnis.

Marketing pada dunia usaha atau bisnis dengan marketing pada

konteks politik cenderung memiliki sedikit perbedaan. Hal tersebut senada

dengan Locke dan Harris (1996), menurut mereka terdapat beberapa

karakteristik mendasar yang membedakan marketing politik dengan

marketing bisnis. Perbedaan ini berangkat dari kondisi pemilihan umum

yang memang berbeda dengan konteks dunia bisnis. Perbedaan-perbedaan

tersebut menurut mereka, adalah:

a. Pada setiap pemilihan umum, semua pemilih memutuskan siapa yang

mereka pilih pada hari yang sama. Hampir tidak ada perilaku

pembelian produk dan jasa dalam dunia usaha seperti perilaku yang

terjadi selama pemilihan umum.

b. Meskipun beberapa pihak berargumen tentang adanya biaya individu

dalam jangka panjang atau penyesalan (dalam bahasa ekonomi)

sebagai akibat keputusan yang diambil ketika melaksanakan

pencoblosan dalam pemilu, pada kenyatannya tidak ada harga

langsung ataupun tidak langsung terkait pencoblosan. Hal inilah yang

paling membedakan konsep pembelian (purchase) dalam politk

dibandingkan dengan pembelian yang terdapat dalam dunia bisnis.

27

c. Meskipun tidak ada harga spesifik yang terkait dengan pencoblosan

yang dilakukan, pemilih harus hidup dengan pilihan kolektif, meskipun

kandidat atau partai politik yang memenangkan pemilu bukan pilihan

mereka. Hal ini membedakan pilihan publik dengan proses pembelian

yang terjadi dalam pasar ekonomi. Dalam proses pembelian di pasar

ekonomi, produk dan jasa yang dikonsumsi adalah yang mereka beli.

Pembeli dapat menolak konsumsi atas barang-barang yang tidak

disukai. Sedangkan dalam politik, ketika partai atau kandidat mereka

kalah, pihak yang kalah ini harus hidup dan menelan kenyataan atas

berkuasanya kandidat yang memenangkan pemilu.

d. Dalam banyak kasus marketing di dunia bisnis, brand yang memimpin

pasar cenderung untuk tetap menjadi leader dalam pasar. Sedangkan

dalam politik, pihak yang berkuasa akan dapat dengan mudah jatuh

menjadi partai yang tidak populer ketika mengeluarkan kebijakan

publik yang tidak populer seperti menaikan pajak dan menaikkan

harga bahan bakar minyak. Reputasi politik dapat meroket dan dengan

cepat jatuh tenggelam hinnga ke dasar yang paling dalam

e. Pemenang pemilu akan mendominasi dan memonopoli proses

pembuatan kebijakan publik. Pemenang pemilu akan mendapatkan hak

dan legitimasi untuk melakukan semua hal yang mengatur keteraturan

sosial dalam masyarakat.

f. Meskipun terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk

mengubah arah dan platform partai politik, kemungkinan untuk

28

meluncurkan brand politik yang baru sangatlah sulit. Lantaran, brand

dan image politik pada umumnya sudah melekat dengan keberadaaan

partai tersebut.

g. Produk politik atau kandidat individu adalah produk tidak nyata

(intangible) yang sangat kompleks, tidak mungkin dianalisis secara

keseluruhan. Sebagai konsekuensinya kebanyakan pemilih

menggunakan judgement terhadap keseluruhan konsep dan peran yang

diterima.

3. Tujuan Political Marketing

Hayes dan dan McAllister (1996) menegaskan tujuan utama

marketing politik adalah bagaimana sebuah partai politik bisa

mendapatkan dukungan dari publik dengan mengaplikasikan metode dan

teknik yang ada di marketing, kemenangan seorang kandidat, lebih

ditentukan pada ketepatan dalam merumuskan strategi yang didasarkan

dalam analisis yang akurat terhadap situasi, kondisi dan kebutuhan

masyararkat. Salah satunya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan memilih para pemilih.

Dalam perkembangannya, O‟Shaughnessy (2001) menegaskan,

pesan yang ingin disampaikan dalam konsep political marketing lebih

pada:

a. Menjadikan pemilih sebagai subyek dan bukan sebagai obyek dari

partai politik atau seorang kandidat.

29

b. Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih adalah langkah awal

dalam menyusun program kerja yang ditawarkan dalam kerangka

masing-masing ideologi.

c. Marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi

menyediakan tools bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih

untuk membangun kepercayaan dan selanjutnya memperoleh

dukungan suara.

4. Definisi Political Marketing Mix

Penerapan political marketing mix dalam pentas perpolitikan menjadi

sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan. Partai politik harus mampu

mengenali konstituennya, simpatisan dan terus menerus mengamati apa

yang dilakukan oleh pesaingnya. Dengan menggunakan konsep political

marketing mix, partai politik dan kandidat akan mampu merumuskan pasar

sasaran yang diinginkan dan fokus dalam membidik targetnya. Selain itu,

konsep political marketing mix akan mendukung proses penciptaan strategi

komunikasi politik antara partai politik atau kandidat dengan karakter

masyarakat yang menjadi target sasaran.

Selanjutnya, Niffenegger (1989) menjelaskan karakteristik marketing

politik dengan lebih rinci. Model marketing politik Niffenegger (1989)

terlihat seperti bagan di bawah ini:

30

Bagan 2.1

Model Marketing Politik

Program Marketing

Produk Platform Partai

Masa Lalu

Karakteritik Personal

Promosi Advertising

Publikasi, event, debat

Harga Biaya Psikologis

Efek Image Nasional

Tempat Program Marketing

Program Volunteer

Sumber: Niffenegger (1989)

Marketing mix dalam politik mempunyai nuansa yang berbeda dengan

yang diterapkan di dalam dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari

(Firmanzah, 2012). Berikut akan dibahas setiap baruan tersebut:

a) Product ( Produk)

Produk yang ditawarkan institusi politik merupakan sesuatu yang

kompleks, di mana pemilih akan menikmatinya setelah sebuah partai atau

seorang kandidat terpilih (Niffenegger, 1990).

Kandidat

31

Produk politik merupakan sesuatu yang kompleks dan bersifat

multidimensional, dari figur calon pemimpin, isu politik, program politik

sampai jargon-jargon politik yang digunakan (Locke & Harris, 1996).

Menurut Niffenegger (1989), produk politik dibagi dalam tiga

dimensi:

a. Party platform (program partai)

Produk utama dari sebuah institusi politik adalah platform partai yang

berisikan konsep, identitas ideologi, dan program kerja sebuah institusi

politik.

b. Past record (catatan tentang hal-hal yang dilakukan dimasa

lampau)

Selain itu, apa saja yang telah dilakukan partai politik di masa lalu

berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik.

c. Personal characteristic (ciri pribadi).

Akhirnya, karakteristik atau ciri seorang pemimpin atau kandidat

memberikan citra, simbol, dan kredibilitas sebuah produk politik (political

produk).

Sedangkan Butler dan Collins (1994) menyatakan adanya tiga dimensi

penting yang mesti dipahami dari sebuah produk politik,

a. Person/party/ideology (pribadi/partai/ideologi)

Seorang kandidat, partai politik dan ideologi partai adalah

identitas sebuah institusi politik yang ditawarkan ke pemilih. Para

pemilih akan menilai dan menimbang kandidat, partai politik dan

32

ideologi mana yang kiranya akan berpihak dan mewakili suara

mereka.

b. Loyalty (kesetiaan)

Loyalitas pemilih adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh

sebuah institusi politik. Hubungan antara institusi politik dengan

pemilih adalah kontrak sosial. Untuk menjaga loyalitas, institusi

politik harus menjaga kepercayaan public atas kontrak sosial ini.

c. Mutability (bisa berubah-ubah)

Bahwa keberpihakan publik bisa berubah-ubah. Ciri ini terjadi

karena periode pasca pemilu yang biasanya ditandai dengan adanya

koalisi antara institusi politik untuk menggabungkan perolehan

suara dan konsesi ideologi.

Karekteristik produk politik menurut O‟Shaughnessy

(2001) adalah:

a. Partai politik menjual produk yang tidak nyata

(intangible product).

b. Sangat terkait dengan sistem nilai.

c. Di dalamnya melekat janji dan harapan akan masa

depan.

d. Di dalamnya terdapat visi yang bersifat atraktif.

e. Kepuasan yang dijanjikan tidaklah segera tercapai,

tetapi hasilnya lebih bisa dinikmati dalam jangka

panjang.

33

f. Tidak pasti dan bisa ditafsirkan macam-macam (multi-

interpretable).

b) Price ( Harga)

Price adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pemilihan

kandidat. Menurut Niffeneger (1989), terdapat tiga dimensi harga dalam

political marketing mix, antara lain:

a. Harga psikologis, mengacu pada harga persepsi psikologis dari

pemilih terhadap tokoh. Hal ini berupa kenyamanan atau

ketidaknyamanan untuk memilih orang dengan latar belakang

etnis, agama, pendidikan dan atau lainnya.

b. Harga image kedaerahan, berupa image yang selama ini diberikan

oleh pemilih terhadap kandidat. Apakah selama ini kandidat

memiliki nasionalisme yang tinggi atau tidak, memberikan citra

positif bagi bangsa atau tidak, untuk konteks kedaerahan, hal ini

dapat berupa kepedulian terhadap daerahnya.

Sementara menurut Lock dan Harris (1996), melihat tidak adanya

pengenaan harga ketika orang melakukan proses pembelian produk politik.

Hal inilah yang paling membedakan pembelian politik dengan pembelian

komersial. Orang yang datang ke bilik suara tidak akan dipungut biaya

sepesepun. Bahkan seringkali mereka diiming-imingi reward oleh para

kontestan dalam bentuk atau fasilitas lainnya.

34

c) Place (Tempat)

Place dalam political marketing merujuk pada metode atau saluran

yang digunakan untuk mempromosikan kandidat kepada pemilih melalui

nilai-nilai atau karakteristik pribadinya (Niffenegger, 1989). Place

berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik

dalam dan kemampuannya dalam berkomunikasi dan menyampaikan

pesan politik kepada para pemilih atau calon pemilih. Wring (1997), secara

umum menjelaskan faktor place terdiri dari 3, yaitu local network,

canvassing dan leader tour.

a. Local network

merupakan tindakan lokal yang pernah atau sedang dilakukan oleh

kandidat, tim sukses kandidat serta kader partai yang mengusung nama

kandidat dengan tujuan untuk menjalin hubungan baik antara kandidat

dengan masyarakat pemilih, sehingga terbentuk image positif dari

kandidat itu sendiri.

b. Canvassing

merupakan upaya untuk pengumpulan massa dan

menghimpunnya dalam kantong-kantong suara yang ada berdasarkan

kriteria yang dibuat partai atau kandidat.

c. Leader tour

meliputi keterlibatan kandidat kader partai, maupun tim

kampanye dalam aktivitas-aktivitas masyarakat. Hal ini dapat berupa

35

kunjungan atau silaturrahim kandidat baik pada organisasi sosial

maupun organisasi keagamaan.

d) Promotion (Promosi)

Promosi merupakan key marketing element dalam political

marketing, proses dimana kandidat politik menggunakan paid and free

media dalam menyampaikan produk-produknya (Niffenegger, 1989). Paid

and free media ini bertujuan agar media mendukung kandidat dalam

mengontrol pesan-pesan dalam kampanye yang dilakukannya.

Wring (1997), membagi prinsip dalam promosi melalui media

menjadi dua bagian, yaitu media berbayar dan gratis. Media berbayar yang

umum digunakan adalah iklan yang berupa poster, form yang disebarkan

untuk umum maupun menggunakan waktu primetime di televisi dan radio.

Selain media tersebut dapat pula menggunakan media yang sedang

berkembang saat ini, seperti surat langsung (direct mail), pemasaran

langsung (direct marketing), pesan singkat maupun telepon. Media gratis

yang digunakan partai politik dan kandidat untuk menggaet massa dapat

berupa polling yang berlaku untuk publik.

Lebih lanjut disebutkan Wring bahwa selain advertising,

broadcast, dan direct mail, memanfaatkan public relation yang baik

dengan pihak terkait dapat pula memberikan nilai tambah pada kandidat.

Public relation ini dapat berupa hubungan kandidat, partai politik maupun

tim kampanye dengan media, massa mengambang, dan pendukung.

Bentuk relasi lainnya adalah menjalin hubungan yang baik dengan

36

masyarakat sekitar melalui bakti sosial, dan mengembangkan proyek tepat

sasaran, efisien serta membangun komunikasi yang baik dan lancar dengan

media massa. Harris (2001) menambahkan bahwa kandidat dapat pula

melakukan manajemen pemberitaan sehingga expose terhadap partai

maupun kandidat dapat berlanjut.

Berdasarkan uraian di atas maka dimensi produk dan harga yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Niffenneger (1989)

sedangkan dimensi promosi dan tempat menggunakan teori Wring (1997),

karena sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan dan Shihab

(2010) dan Nurbasari (2013).

C. Pengertian Pemilih

1. Pemilih

Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 2012, pemilih adalah warga

negara Indoensia yang telah berusia genap berumur 17 tahun, atau sudah

pernah kawin. Tetapi dalam pelaksanaan pemilu yang berhak memberikan

hak pilihnya adalah pemilih tersebut tidak sedang terganggu jiwanya, tidak

dicabut hak pilihnya atas putusan pengadilan, pemilih tersebut tidak masuk

dalam kategori TNI/POLRI.

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama

para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan

kemudian memberikan suaranya kepada kontestan bersangkutan. Pemilih

dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya

(Firmanzah, 2007)

37

Menurut Prihatmoko (2005) pemilih yang merupakan bagian dari

masyarakat luas bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.

Mayarakat terdiri dari berbagai macam kelompok. Terdapat kelompok

masyarakat yang memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan

politik mereka tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka

menunggu sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program

politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut

mereka, sehingga partai tersebut lah yang akan mereka pilih.

2. Syarat-syarat pemilih

Pemilih dalam setiap pemilihan umum didaftarkan melalui

pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh

penyelenggara pemilihan umum. Pada setiap pemilihan baik itu

pilpres, pileg ataupun pilkada setiap warga negara haru memenuhi

syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan hak

pilihnya. Adapun syarat-syarat tersebut adalah:

a. WNI yang berusia 17 tahn atau lebih atau sudah/pernah kawin,

b. Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya,

c. Terdaftar sebagai pemilih,

d. Bukan anggota TNI/Polri aktif,

e. Tidak sedang dicabut hak pilihnya,

f. Terdaftar di DPT dan

g. Khusus untuk pilkada calon pemilih harus berdomisili sekurang-

kurangnya 6 (enam) bulan di daerah bersangkutan.

38

D. Keputusan Memilih

1. Keputusan Pembelian

Teori keputusan memilih dianalogikan dengan keputusan pembelian,

seperti penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan dan Shihab (2010) yang

menyatakan bahwa pada prinsipnya keputusan pembelian maupun

pemilihan yang dilakukan oleh konsumen maupun pemilih dalam dunia

politik tidaklah jauh berbeda, Lebih lanjut disebutkan bahwa seorang

pemilih akan membuat satu keputusan untuk menggunakan hak pilihnya

karena beberapa hal:

a) Adanya rasa ketertarikan dan kepuasan terhadap kandidat.

b) Banyaknya jumlah kandidat. Alasan ini muncul karena pemilih

memiliki banyak pilihan.

c) Tayangan media yang menyajikan hal-hal positif yang dilakukan

partai politik.

d) Keyakinan bahwa proses pemilihan pemimpin politik dianggap

sama pentingnya dengan proses pengawasan. Keyakinan ini

menjadi penting sebagai bukti bahwa masyarakat tidak apatis, atau

tidak pesimis terhadap proses pemilihan pemimpin politik.

2. Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Kotler dan Keller (2012) proses keputusan pembelian

meliputi lima tahapan, yaitu:

39

Gambar 2.1

Model Proses Pengambilan Keputusan

Sumber: Kotler dan Keller (2012)

Gambar 2.1 menjelaskan proses pengambilan keputusan pembelian yang

terdiri dari lima tahapan sebagai berikut:

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah

atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal maupun eksternal.

Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu

dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Kemudian

mereka dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat

konsumen.

b. Pencarian Informasi

Setelah mengenal kebutuhan yang dihadapinya, konsumen akan

mencari informasi lebih lanjut atau tidak. Ketika konsumen

mengumpulkan informasi, hanya beberapa pilihan yang menjadi kuat. Jika

kebutuhan itu sangat penting bagi konsumen maka pencarian informasi

Pengenalan

Masalah

Pencarian

Informasi

Evaluasi

Alternatif

Keputusan

Pembelian

Perilaku

Pasca

40

akan lebih mendalam. Menurut Kotler dan Keller (2012) sumber informasi

konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu:

1) Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.

2) Sumber komersial meliputi iklan, situs web, wiraniaga, pedagang

perantara, pengemasan, tampilan.

3) Sumber publik meliputi media massa, organisasi pemeringkat,

konsumen.

4) Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan,

penggunaan produk.

Jumlah dan pengaruh relatif dari sumber-sumber informasi tergantung

pada jenis produk dan karakteristik pembeli. Secara umum, konsumen

menerima informasi tentang suatu produk dari sumber komersial, yaitu

sumber yang didominasi pemasar. Namun, sumber informasi yang paling

efektif didominasi dari sumber pribadi. Setiap sumber informasi

menjalankan fungi berbeda dalam memengaruhi keputusan pembelian.

Yang menjadi pusat perhatian pemasar adalah sumber informasi pokok

yang diperhatikan konsumen.

c. Evaluasi Alternatif

Setelah melalui tahapan pencarian informai, konsumen akan

menghadapi sejumlah merek yang dapat dipilih, pemilihan alternatif ini

melalui beberapa proses tertentu, yaitu:

1) Konsumen akan mempertimbangkan berbagai sifat produk.

2) Pemasar harus mempertimbangkan kegunaan ciri-ciri produk..

41

3) Konsumen biasanya membangun seperangkat kepercayaan merek

sesuai dengan ciri-cirinya..

4) Konsumen diasumsikan memiliki sejumlah fungsi kegunaan tiap

ciri yang menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan

kepuasan dari suatu produk yang bervariasi pada tingkat yang

berbeda untuk masing-masing ciri.

5) Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa merek melalui

prosedur penilaian. Konsumen ternyata menerapkan prosedur

penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan di antara

sekian banyak ciri-ciri objek.

d. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi para konsumen membentuk preferensi atas

merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen

membentuk suatu minat terhadap merek yang paling disukai. Dalam

melaksanakan pembelian, konsumen dapat membentuk lima sub

keputusan: merek, panyalur, kuantitas, waktu dan metode

pembayaran. Cara sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai

akan bergantung pada dua hal, yaitu intensitas negatif orang lain pada

alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk

menuruti keinginian orang lain.

Adapun menurut Peter dan Olson (2010) tentang keputusan

pembelian adalah alternatif sebuah plihan konsumen sebagai proses

pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk

42

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan sebuah kegiatan

memilih adalah satu dari berbagai merek yang ada di antaranya

sebagai perwujudan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pada

setiap individu konsumen.

Pertimbangan alternatif konsumen untuk menyelesaikan masalah

dalam memilih sebuah merek mana yang manjadi pilihan konsumen

untuk mengatasi masalahnya terdapat beberapa macam alternatif

pilihan yang dibedakan berdasarkan beberapa klasifikasi, yaitu: kelas,

produk, bentuk produk, merek atau model yang ingin konsumen beli.

Adapun klasifikasi lainnya yang menjadi pertimbangan konsumen

dalam memutuskan pilihan membeli, yaitu: metode dalam

pembayaran (cek, kas atau kredit) yang dikunjunginya, dan waktu

yang dikunjunginya harian atau bulanan.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian produk terjadi, konsumen akan mengalami

suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan

melakukan beberapa kegiatan membeli produk yang akan menarik

bagi pemasar. Tugas pemasar belum selesai setelah konsumen

membeli produk, namun akan sampai terus berlangsung sampai

periode pasca pembelian. Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh

pemasar setelah produk terjual. Menurut Kotler dan Keller (2012),

terdapat tiga langkah yang menyangkut perilaku pasca pembelian, di

antaranya:

43

1) Post purchase satisfaction (perilaku pasca pembelian)

Kepuasan pembelian merupakan fungsi dari kedekatan antara

harapan pembeli produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas

produk tersebut. Jika kinerja tidak memenuhi harapan maka

konsumen kecewa, jika memenuhi harapan maka konsumen sangat

puas. Perasaan ini menentukan apakah pelanggan membeli produk

kembali dan membicarakan hal-hal positif atau negatif tentang

produk itu kepada orang lain. Semakin besar kesenjangan antara

harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan yang terjadi. Di

sini gaya konsumen memainkan peran. Beberapa konsumen

memperbesar kesenjangan itu ketika produk tidak sempurna dan

sangat mengecewakan, sedangkan konsumen lain meminimalkan

kesenjangan dan tidak terlalu kecewa.

2) Post purchase an disposal (pemakaian dan pembuangan pasca

pembelian)

Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari keadaan produk

yang sebenarnya dengan produk yang diharapkan konsumen

berikutnya, rasa puas akan mempengaruhi konsumen untuk

melakukan pembelian berikutnya. Tetapi, jika konsumen merasa

tidak puas, konsumen akan beralih ke merek lain.

44

3. Keputusan Memilih

a. Kondisi awal pemilih

Kondisi awal dapat diartikan sebagai karakteristik yang

melekat pada diri si pemlih. Masing-masing individu mewarisi dan

memiliki sistem nilai kepercayaan yang berbeda satu sama lain. Di

samping itu, masing-masing individu mewarisi dan memiliki

kemampuan yang berbeda satu dengan yang lain ini sangat

memengaruhi proses dalam diri masing-masing individu ketika

hendak menentukan pilihannya.

b. Media massa

Kemampuan media massa untuk mendistribusikan

informasi merupakan kekuatan untuk pembentukan opini publik.

Opini publik sendiri sangat ditentukan oleh seberapa besar

informasi yang diberikan kepada masyarakat. Ketika semua

pemberitaan media massa tentang suatu partai politik bersifat

positif, masyarakat cenderung melihat keberadaan partai politik

tersebut sebagai sesuatu yang positif.

c. Partai politik atau kontestan

Atribut kontestan seperti reputasi, image, citra, latar

belakang, ideologi, dan kualitas para politikusnya akan sangat

memengaruhi penilaian masyarakat atas partai yang bersangkutan.

45

Hal yang paling mudah dinilai oleh masyarakat memang setiap

aktivitas dan perilaku yang diperbuat para politikusnya.

Gambar 2.2

Indikator Keputusan Memilih

Indikator Model

Sosial budaya pemilih

Nilai tradisional

pemilih

Level pendidikan dan

ekonomi

Data, informasi, dan

berita media massa

Ulasan ahli

Permasalahan terkini

perkembangan dan

tren situasi

Catatan kinerja dan

reputasi

Program kerja

Pemasaran Politik

Sumber: Firmanzah (2012)

Sedangkan Adman Nursal (2004) juga menawarkan faktor-faktor yang

memengaruhi perilaku pemilih dalam kaitannya dengan keputusan memilih.

Keenam domain kognitif ini didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh

Newman dan Seth (1985), faktor-faktor tersebut meliputi:

Pemilih

Kondisi Awal

Media Massa

Partai Politik /

Kontestan

46

a. Citra sosial/pengelempokan sosial

Menunjukan stereotif kandidat atau partai (citra kandidat atau

partai di mata pemilih) untuk menarik pemilih dengan menciptakan

asosiasi antara kandidat atau partai dengan segmen-segmen tertentu

dalam masyarakat.

b. Perasaan emosional

Dimensi emosional yang terpancar dari kontestan yang ditunjukan oleh

kebijakan politik yang ditawarkan.

c. Kandidat

Mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai

karakter kandidat.

d. Isu dan kebijakan politik

Merepresentasikan kebijakan atau program yang diperjuangkan dan

dijanjikan oleh partai atau kandidat politik.

e. Peristiwa tertentu.

Mengacu pada himpunan peristiwa, isu, dan kebijakan yang

berkembang menjelang dan selama kampanye.

f. Epistemik isu.

Isu-isu pemilihan yang spesifik yang dapat memicu keingintahuan

para pemilih tentang hal-hal baru.

Berdasarkan uraian di atas maka dimensi keputusan memilih yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Firmanzah (2012),

karena sesuai dengan objek penelitian.

47

E. Hubungan Antar Variabel Independen dengan Dependen

Kerangka pikir dalam penelitian ini disusun sebagai landasan

penelitian, yaitu teori mengenai political marketing mix yang

dikemukakan oleh Firmanzah (2008) yang menyatakan bahwa dalam

proses pemasaran poltik dapat menggunakan penerapan “4P” bauran

marketing (marketing mix), yaitu produk, promosi, harga, dan tempat.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan

dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari

jurnal dengan melihat hasil penelitiannya dan akan dibandingkan dengan

penelitian selanjutnya dengan menganalisa berdasarkan keadaan dan waktu

yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada

tabel di bawah ini:

48

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Penelitian/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian

1. Ridho Bramulya

Ikhsan dan

Muchsion Saggaff

Shibab: 2010.

Political

Marketing

Mix dan

Pengaruhnya

Terhadap

Keputusan

Memilih

Mahasiswa

Universitas

Lampung.

Menggunakan

metode

penelitian

deskriptif

kuantitatif dan

analisis regres

linear

berganda.

Hasil analisis

menunjukan bahwa,

political marketing

mix yang terdiri dari

produk, promosi,

harga dan distribusi

berpengaruh baik

secara parsial

maupun simultan

terhadap keputusan

memilih pada

Pemilukada Wali

Kota Bandar

Lampung Juni 2010.

Hasil regresi linear

berganda

membuktikan juga

variabel tempat

merupakan pengaruh

dominan bagi

mahasiswa untuk

memilih pada

Pemilukada Kota

Bandar Lampung

Juni 2010.

2. Much Ichsan,

Bambang Santoso

Haryono dan

Moch Rozikin:

2013.

Marketing

Politik

Pasangan

Kepala Daerah

dalam

Pemilukada

(Studi Kasus

Timses

Pemenangan

Pasangan

Abah Anton

dan Sutiaji

dalam

Pemilukada

Menggunakan

metode

deskriptif

kualitatif.

Marketing politik

yang telah

dilakukannya dalam

pemenangan

pasangan

Abah Anton dan

Sutiaji, yaitu

pembentukan figure

dan program-program

kampanye yang

kompleks mecaukup

dari penentuan

49

Kota Malang

2013).

produk politik,

promotion, place,

price dan segmentasi

pemilih. Pemilihan

berbagai strategi

kampanye yang

dilakukan tim sukses

pasangan AJI telah

sangat efektif

dalam proses

pengenalan,

pembentukan proses

ketersukaan dan

sampai pada

proses dipilihnya

Pasangan Abah Anton

dan Sutiaji di tempat

pemungutan

suara (TPS). Peran

utama dari marketing

politik yang

dilakukan pasangan

Abah Anton dan

Sutiaji ialah

memperkuat

popularitas,

elektabilitas secara

efisien dengan

pengenalan platform

pasangan

AJI terhadap calon

pemilih. Faktor

pendukung berupa

dukungan penuh oleh

ulama-ulama NU,

serta figure Abah

Anton yang dikenal

baik dan

dermawan.

50

Sedangkan faktor

penghambat yaitu

tidak solidnya tim

koalisi dari PKB dan

Gerindra yang masih

membawa

kepentingan partainya

masingmasing

dan lawan-lawan

politik yang kuat dan

berkuasa di Kota

Malang.

3. Anny Nurbasari:

2013

Pengaruh

Pemasaran

Politik

Teradap

Keputusan

Memilih Wali

Kota Bandung

2013.

Menggunakan

metode

penelitian

deskriptif

kuantitatif.

Besarnya pengaruh

Political Marketing

Mix terhadap

keputusan memilih

pada pemilukada

Wali Kota Bandung

Juni 2013 sebesar

46,3% dan sisanya

53,7% dipengaruhi

oleh variabel lainnya

di luar strategi

Political Marketing

Mix. Produk politik

yang paling dominan

berpengaruh

terhadap keputusan

memilih pada

pemilukada Wali

Kota Bandung 2013.

4. Dominic Wring:

1997

Reconciling

Marketing

with Political

Science:

Theories of

Political

Marketing.

Journal of

Marketing

Management,

1997, Vol 13,

Menggunakan

metode

penelitian

deskriptif

kualitatif.

Penilitian ini telah

membahas kegunaan

analisis pemasaran

dalam studi

kampanye politik.

Penelitian ini juga

menunjukan

tulisan-tulisan para

teoritikus demikratik

dapat direkonsiliasi

dengan disiplin

ilmunya, sebuah

51

pp.651-663. kerangka kerja

berdasarkan model

dasar pemasaran

„4Ps‟ digunakan

untuk

mengidentifikasi dan

mengeksplorasi

berbagai elemen

yang merupakan

bagian dari elemen

kampanye pemilu.

Pendekatan semacam

itu bisa dibilang

berguna dalam

menganalisis

perkembangan

pemasaran politik

yang didorong oleh

banyak negara

demokrasi bagian

barat.

5. Dharma Tinti

Ediraras, Dewi A.

Rahayu, Ary

Natalia, Winda

Widya: 2013

Political

Marketing

Strategy of

Jakarta

Governor

Election in

The 2012s.

Menggunakan

metode

penelitian

deskriptif

kualitatif.

Situasi politik saat

ini seperti mesin cuci

untuk partai politik

nasional yang telah

sering dianggap haus

kekuasaan tersebut.

Rupanya, masalah

listrik tidak masalah

melainkan partai

atau sistem non-

partisan

membutuhkan

masalah

kemanusiaan, nilai-

nilai, dan moral yang

kuat dan ini harus

dibangun dari waktu

ke waktu. Dalam

situasi ini, dapat

dimengerti jika

warga Jakarta

membutuhkan

gubernur dan

wakilnya yang

52

membawa harapan

baru. Terlepas dari

strategi pemasaran

politik, akhirnya

produk (calon

gubernur) di pasar

(Pemilihan Gubernur

Jakarta, pada tahun

2012) telah

ditentukan oleh

pembeli (pemilih)

dalam dua kali

putaran langsung,

Juli dan September.

6. Arif Sugiono:

2009

Pengaruh

Faktor

Eksternal

terhadap

Keputusan

Memilih

dalam Pemilu

Presiden dan

Wakil

Presiden RI

2004 Putaran

Pertama dari

Perspektif

Political

Marketing.

Menggunakan

metode

penelitian

deskriptif

kuantitatif.

Hasil penelitian

menunnjukan bahwa,

besarnya pengaruh

program/kebijakan

yang ditawarkan

para kandidat

terhadap keputusan

memilih pada

putaran pertama

sebesar 9,49%.

Besarnya pengaruh

citra kandidat

terhadap keputusan

memilih dalam

pilpres putaran

pertama adalah

2,79%. Pengaruh

citra sosial terhadap

keputusan memilih

dalam pilpres

putaran pertama

adalah 3,70%.

Besarnya pengaruh

peristiwa personal

terhadap keputusan

memilih pada pilpres

putaran pertama

adalah 3,07%. Selain

itu, temuan studi ini

menunjukan pada

53

pilpres putaran

pertama, latar

belakang pendidikan

menjadi indikator

yang paling utama

ketika seorang

pemilih menentukan

pilihannya berkaitan

dengan peristiwa

personal. Artinya,

semakin tinggi

tingkat pendidikan

kandidat akan lebih

diminati oleh para

pemilih. Berkaitan

dengan keputusan

memilih, pada

putaran pertama para

pemilih menunjukan

bahwa untuk

memutuskan

pilihannya, terlebih

dahulu melalui

proses response

hierarcy yang

dimulai dari

bekerjanya domain

kognitif, afektif dan

desire dan berakhir

pada keputusan.

54

G. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dukungan teori, konsep, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan serta

fakta empiris di lapangan menjadi bahan penting dalam penyusunan kerangka

pemikiran (Umar, 2008). Berdasarkan uraian permasalahan dan landasan teori

di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini difokuskan pada

pengaruh political marketing mix terhadap keputusan memilih pasangan

calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Berdasarkan telaah kepustakaan dan

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, dikembangkan model sebagai

kerangka pikir teoritis dari penelitian ini seperti pada gambar dibawah ini:

55

Bagan 2.2

Kerangka Berfikir Konseptual

Price

Keputusan Memilih

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Asumi Klasik

Uji Normalitas Data

Uji Multikolinearitas

Uji Heteroskedastisitas

Uji Regresi Linear Berganda

Uji Persamaan Linear

Berganda

Koefisien Determinasi

(Adjusted R2)

Interpretasi

Kesimpulan dan Saran

Product Place Promotion

Uji Hipotesis

Uji t (Parsial)

Uji F (Simultan)

56

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yang berkaitan dengan ada dan

tidaknya pengaruh independen terhadap dependen. Ho merupakan hipotesis

yang menunjukan tidak adanya pengaruh signifikan, sedangkan Ha adalah

hipotesis penelitian yang menunjukan adanya pengaruh signifikan.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel Political Marketing

Mix secara parsial terhadap keputusan memilih pasangan calon Gubernur

DKI Jakarta 2017.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan variabel Political Marketing Mix

secara parsial terhadap keputusan mahasiswa memilih pasangan calon

Gubernur DKI Jakarta 2017.

2. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel Political Marketing

Mix secara simultan terhadap keputusan memilih pasangan calon Gubernur

DKI Jakarta 2017.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel Political Marketing Mix

secara simultan terhadap keputusan memilih pasangan calon Gubernur

DKI Jakarta 2017.

57

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan judul

penelitian, yaitu untuk menganalisa pengaruh political marketing mix

terhadap keputusan memilih pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat

signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Studi ini merupakan penelitian yang dalam pengujian hipotesisnya

berusaha menjelaskan hubungan sifat hubungan tertentu atau menentukan

perbedaan antar kelompok dengan pendekatan kausalitas, yaitu penelitian

yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat antar

beberapa konsep atau beberapa variabel atau beberapa strategi yang

dikembangkan dalam manajemen.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang dimaksud ialah

mahasiswa yang merupakan pemilih pasangan calon Gubernur DKI

Jakarta 2017

58

Tabel 3.1

Daftar Populasi Mahasiswa TA 2015/2016

No Daerah Jumlah mahasiswa

1 Jakarta pusat 163.338

2 Jakarta barat 124.906

3 Jakarta timur 192.162

4 Jakarta utara 48.041

5 Jakarta selatan 432.365

Total 960.812

Sumber: bps.go.id (2017)

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah sebagian atau populasi

yang diteliti. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak

mungkin memepelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu.

Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan tektik

non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

59

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012). Teknik non

probability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

yang dilakukan dalam memilih responden adalah:

a. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa pemilih pasangan

Calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

b. Mahasiswa yang menggunakan hak suaranya.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Slovin dengan tingkat kesalahan 10% dan menghasilkan sampel

sebanyak 100 orang mahasiswa:

n =

( )

Dimana:

n = Besarnya sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas kesalahan yang diperbolehkan atau taraf nyata (1%, 5%,

10%)

Contoh perhitungan:

n =

( ) =

= 99,99 = 100

Selanjutnya dari sampel yang telah ditentukan, maka dibagi secaara

proporsional dengan terlebih dahulu dicari faktor pembanding menggunakan

proportional sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai

60

anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstarata secara proporsional.

Adapun rumusnya sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan dengan teknik proportional sampling di atas

maka di dapat hasil sebagaimana tercantum dalam tabel 3.2

Tabel 3.2

Daftar Sampel

No Daerah Jumlah mahasiswa

1 Jakarta Pusat 17

2 Jakarta Barat 13

3 Jakarta Timur 20

4 Jakarta Utara 5

5 Jakarta Selatan 45

Jumlah Total 100

Sumber: data primer yang diolah, 2017

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Dalam memperoleh data, penulis menggunakan data primer dan

data sekunder.

a. Data primer

61

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya. Menurut Maholtra (2009) data primer dibuat oleh

peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang

sedang ditangani. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara

lengkap dari responden melalui daftar pertanyaan yang diajukan.

Data primer yang dikumpulkan meliputi data responden, pendapat

responden mengenai political marketing mix (product, promotion,

price, place) dan keputusan memilih pasangan calon Gubernur DKI

Jakarta 2017.

Pada penelitian ini penulis akan menyebarkan kuisioner

dengan beberapa pertanyaan kepada responden yang memilih

pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017 guna memperoleh data

untuk dianalisis. Kuesioner ini juga menggunakan beberapa

pertanyaan saringan di awal kuesioner yang akan menanyakan

apakah responden adalah mahasiswa memilih pasangan calon

Gubernur DKI Jakarta 2017. Jika pertanyaan saringan itu terpenuhi

oleh responden maka responden tersebut dianggap sebagai

responden penelitian dan boleh melanjutkan pengisian kuesioner

penelitian.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2011) data sekunder adalah sumber data

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder

62

dapat diperoleh dan ditemukan dari buku-buku, jurnal, dan sumber

bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti.

Adapun data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu

dengan melakukan riset kepustakaan. Dimana peneliti mengunjungi

lembaga yang terkait dengan penelitian, seperti perpustakaan

fakultas se-UIN Jakarta, Perpustakaan Utama UIN Jakarta, dan

lembaga-lembaga lainnya yang dapat membantu penyusunan skripsi.

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan,

membaca buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel, jurnal dan data

dari internet.

D. Metode Analisis Data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan pendekatan

penelitian. Data yang diperoleh melalui kuesioner yang akan diisi oleh

responden kemudian diolah dan dianalisa menggunakan teknik pengolahan

data atau SPSS versi 23,0. Untuk menghasilkan suatu kesimpulan atas

masalah yang diteliti.

1. Uji Statistik Deskriptif

Menurut Sujarweni dan Endrayanto (2012), statistik deskriptif adalah

pengolahan data untuk tujuan mendeskripsikan atau memberikan gambaran

terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi.

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran suatu data

yang menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

63

a. Uji Validitas

Siregar (2013) mengatakan, validitas atau kesahihan

menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang ingin

diukur. Uji validitas digunakan untuk mengetahui mengukur sah atau

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2013).

Dalam Peneitian ini digunakan uji validitas kuesioner dengan

menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu

mengorelasikan skor item dengan skor total. Perhitungan koefisien

korelasi antara item dengan skor total diolah dengan program SPSS

Versi 23,0, yang hasilnya dapat dilihat dari nilai Pearson Correlation

pada skor total setiap item dalam variabel.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah suatu item valid atau

gugur maka dilakukan perbandingan antara koefisien rhitung dengan

koefisien rtabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dimana n adalah

jumpah sampel. Sehingga seperti yang disebutkan oleh Siregar (2013),

suatu item dinyatakan valid jika kriteria pengujiannya adalah:

1) Koefisien korelasi product moment (rhitung) > rtabel

rtabel dilihat dari α ; n – 2, dimana α = 5% adalah jumlah sampel.

2) Nilai sig< α dimana nilai α =5%

b. Uji Reliabilitas

64

Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama

(Umar, 2010). Uji ini mengukur ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur

disebut memiliki reliabilitas yang tinggi jika alat ukur disebut memiliki

reliabilitas dalam penelitian melalui nilai Cronbach Alpha ( α ) lebih

besar dari 0,70 karena menggunakan jenis data likert/essay.

Teknik ini dapat menafsirkan korelasi antara skala diukur

dengan semua variabel yang ada (Umar, 2010). Maka untuk mengetahui

bagaimana pengaruh political marketing mix terhadap keputusan

memilih dilakukan pengukuran dengan skala Likert. Mengembangkan

prosedur pengskalaan dimana mewakili suatu kontinum bipolar. Pada

ujung sebelah kiri (dengan angka besar) menggambarkan suatu jawaban

yang positif, sedangkan ujung kanan (dengan angka rendah)

menggambarkan yang negatif seperti:

Tabel 3.3

Skala Likert

Sangat Setuju

(SS)

Setuju

(S)

Ragu-

ragu

(RG)

Tidak Setuju

(TS)

Sangat Tidak

Setuju

(STS)

(5) (4) (3) (2) (1)

Sumber: Sugiyono (2011)

65

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

atau tidak. Uji t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk mendetksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan

uji statistik (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini digunakan analisis

grafik dan untuk lebih meyakinkan bahwa data terdistribusi normal

digunakan juga uji statistik dengan non parametik Kolmogrov-Smirnov

(K-S).

Apabila menggunakan grafik, normalitas umumnya dideteksi

dengan melihat tabel histogram. Namun demikian, dengan hanya melihat

tabel histogram bisa menyesatkan, khususnya untuk jumlah sampel kecil.

Metode yang lebih handal adalah dengan milihat Normal Probability Plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar

pengambilan dengan menggunakan Normal Probability Plot adalah

sebagai berikut:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

66

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau garis histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan uji statistik yaitu

dengan non parametrik Kolmogorov-Smirnow (K-S) dalam melakukan

uji normalitas karena penyusun ingin mengetahui besarnya angka dalam

uji tersebut, dengan ketentuan jika nilai A sim sig (2-tailed) > 0,05 maka

data terdisitribusi normal, sedangkan jika nilai A simp sig (2-tailed) <

0,05 maka data tidak terdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas (Ghazali, 2013). Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas didalam model regresi dilakukan dengan melihat

grafik Scatterplot. Metode tersebut dilakukan dengan cara melihat grafik

Scatterplot antara ZPRED atau variabel dependen dengan SRESID atau

residualnya. Dasar analisis untuk melihat hasil uji heteroskedastisitas

yaitu sebagai berikut:

67

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar varibael bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. (Ghozali, 2013). Jika variabel independen salin

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel

ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam

model regresi adalah sebagai berikut jika nilai tolerance dan lawannya

serta dari Variance Inflatin Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan

setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel

independen menjadi variabel dependen (terikat) dan di regres terdapat

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan VIF yang tinggi

(karena VIF = 1/tolerance). Nilai cuttoff yang umum dipakai untuk

68

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance < 0,10 atau sama

dengan nilai VIF > 10. Setiap penelitian harus menentukan tingkat

kolinearitas yang masih dapat ditolerir. Jadi kriteria pengujian untuk

lulus dari uji multikolinearitas adalah:

1) Nilai tolerance > 0,10

2) Nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10

Dimana keduanya harus dipenuhi.

4. Analisis Regresi Berganda

Siregar (2013) mengatakan regresi linear berganda digunakan untuk

satu variabel tak bebas (dependen) dan dua atau lebih variabel bebas

(independen). Tujuan penerapan metode ini adalah untuk meramalkan atau

memprediksi besaran nilai variabel tak bebas (dependen) yang dipengaruhi

oleh variabel bebas (independen).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu Product (X1), Promosi (X2),

Price (X3), Place (X4) terhadap Keputusan memilih (Y). Adapun bentuk

dari persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y= a + β1 X1+ β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Keterangan:

Y: Keputusan Memilih

X1: Product

X2: Promotion

X3: Price

69

X4: Place

e: Random error

a: Nilai Konstanta

Nilai b merupakan parameter yang mencerminkan variabel koefisien

regresi dalam pengujian hipotesis. Koefisien regresi yang menunjukkan angka

pengingkatan atau penurunan variabel dependen (Y) yang didasarkan para

variabel indeoenden (X), bila b positif (+) maka terjadi kenaikan dan bila negatif

(-) maka terjadi penurunan.

5. Uji Signifikansi Statistik

Menurut Ghozali (2013), ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir

nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini

dapat diukur dari nilai Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji Statistik t, dan Uji

Statistik F.

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel independen (Product, Promotion, Price, dan Place)

dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Keputusan Memilih). Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati

satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Imam Ghozali,

2013).

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah

bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam

70

model. Setiap penambahan satu variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu penelitian ini

menggunakan nilai Adjusted R2. Jika nilai Adjusted R

2 adalah sebesar 1

berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh

variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi

variabel dependen. Nilai Adjusted R2 berkisar dari 0 sampai 1. Jika

mendekati 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat

menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai Adjusted R2

semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel

independen untuk dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Imam

Ghozali, 2011).

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing

independen yaitu: produk, promosi, price, dan place terhadap satu variabel

dependen, yaitu keputusan memilih, maka nilai signifikasi t dibandingkan

dengan derajat kepercayaannya. Apabila signifikasi t lebih besar dari 0,05

maka Ho diterima. Bila Ho ditolak ini berarti ada hubungan yang

signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2011). Kriteria dalam uji parsial (uji t) dapat dilihat sebagai

berikut:

71

1) Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel

a) Apabila – t hitung < -t tabel atau thitung > t tabel, maka H0 ditolak dan

Ha diterima artinya variabel independen secara parsial mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b) Apabila – thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel, maka H0 diterima dan

Ha ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2) Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi

a) Jika angka sig > 0,05, maka Ho diterima

b) Jika angka sig < 0,05, maka Ho ditolak

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel

independen, yaitu: product, promotion, price, place terhadap satu variabel

dependen, yaitu keputusan memilih mahasiswa. Secara bebas dengan

signifikan sebesar 0,05 dapat disimpulkan (Ghozali, 2011).

1) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, ini berarti

menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

atau terikat.

2) Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, ini berarti

menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

72

E. Data Operasional Variabel

1. Variabel

Variabel penelitian adalah segala segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentajng hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini menggunakan

variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

a. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya ataau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,

2012), dalam penelitian ini variabel bebas tersebut adalah:

1) Product (X1)

2) Promotion (X2)

3) Price (X3)

4) Place (X4)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini

variabel terikat adalah keputusan memilih.

73

2. Instrumen Penelitian

Operasional variabel merupakan penjabaran mengenai dimensi

variabel dan indikator yang digunakan pada penelitian ini. Selanjutnya

operasional variabel menggambarkan juga mengenai pengukuran

dimensi variabel dan indikator yang dikembangkan pada penelitian ini.

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala

pengukuran likert.

Tabel 3.4

Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Produk

(Niffenegger,

1989)

Image Partai 1. Visi-misi partai yang

mengajukan kandidat.

2. Ideologi Partai yang

mengajukan kandidat.

3. Track Record partai yang

mengajukan kandidat.

Skala

Likert

Image Kandidat 4. Ideologi Kandidat.

5. Keterlibatan kandidat

dengan kasus Korupsi

Kolusi dan Nepotisme

(KKN).

Skala

Likert

74

6. Program kerja kandidat

Janji Politik 7. Berantas kemiskinan.

8. Memerangi KKN.

9. Pertumbuhan ekonomi

Skala

Likert

Promosi

(Wring, 1997)

Iklan 1. Iklan di media cetak

maupun elektronik

2. Atribut yang disebarkan tim

kampanye.

Skala

Likert

Penyiaran 3. Keikutsertaan kandidat

dalam atau acara talkshow

atau debat

Skala

Likert

Public Relation 4. Menjalin hubungan dengan

masyarakat maupun media.

Skala

Likert

Direct Mail 5. SMS yang dikirimkan oleh

kandidat maupun tim sukses

kandidat.

Skala

Likert

(Niffenegger,

1989)

Harga

Psikologis

1. Kenyaman dengan latar

belakang pendidikan.

2. Kenyaman dengan latar

Skala

Likert

75

belakang agama

3. Kenyamanan dengan

kesamaan suku/etnis

Image Nasional 4. Nasionalime kandidat

5. Keyakinan membawa

daerah lebih maju

Skala

Likert

Place

(Wring, 1997)

Local Network 1. Kehadiran kandidat di

daerah

2. Kontribusi kandidat untuk

daerah asal

Skala

Likert

Canvassing 3. Dialog dengan

masyarakat

4. Penyebaran tim sukses

dan simpatisan.

Skala

Likert

Leader Tour 5. Kunjungan kandidat ke

semua ormas keagamaan

dan ormas sosial.

Skala

Likert

Keputusan

Memilih

(Firmanzah,

Kondisi Awal 1. Sosial Budaya Pemlih

2. Nilai Tradisional Pemilih

Skala

Likert

76

2012) 3. Level Pendidikan dan

Ekonomi.

Media Massa 4. Data, informasi, dan

berita media massa

5. Ulasan ahli

6. Permasalahan terkini

7. Perkembangan dan tren

situasi

Skala

Likert

Partai

Politik/Kontestan

8. Catatan kinerja dan

reputasi

9. Program kerja

10. Pemasaran politik

Skala

Likert

77

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Pasangan Calon Gubernur DKI 2017

Pada pilkada serentak 2017 terdapat 101 daerah yang akan menggelar

pemilihan langsung Gubernur, Walikota dan Bupati. DKI Jakarta termasuk

wilayah akan akan menggelar pilkada tersebut. Pada Pilkada DKI Jakarta

2017 berlangsung dua putaran pemilihan, putaran pertama digelar pada 15

Februari 2017 dan putaran kedua digelar pada 19 April 2017. Adapun putaran

kedua hanya tersisa dua pasang calon Gubernur dan Wakil Gubernur.

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta

menetapkan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan

berlaga pada Pilkada DKI Jakarta 2017, pasangan nomor urut 1 (satu) Agus

Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat,

Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai

Amanat Nasional, pasangan nomor urut 2 (dua) Basuki Tjahaja Purnama dan

Djarot Saiful Hidayat yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,

Partai Hanura, Partai Nasional Demokrat. Sedangkan untuk pasangan nomor

urut 3 (tiga) Anies Baswedan dan Sandiaga Uno diusung Partai Gerindra dan

Partai Keadilan Sosial. Adapun visi-misi yang dibawa kandidat masing-

masing calon gubernur dan calon wakil gubernur sebagai berikut:

78

Gambar 4.1

Visi Misi Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 Nomor Urut 1

Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc, MPA, MA dan Prof. DR. Hj. Sylviana

Murni, SH, M.Si

Visi:

“Menuju Jakarta tahun 2022 yang Lebih Maju, Aman, Adil dan Sejahtera”

Misi:

1. Mewujudkan Jakarta yang Maju.

2. Mewujudkan Jakarta yang Aman.

3. Mewujudkan Jakarta yang Adil.

4. Mewujudkan Jakarta yang Sejahtera.

5. Mewujudkan “Jakarta Hijau” (Green Jakarta)

yang Lingkungannya Semakin Baik.

6. Mewujudkan Jakarta yang Nyaman dan Bermartabat.

Sumber: kpujakarta.go.id, 2017

Gambar 4.2

Visi Misi Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 Nomor Urut 2

Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM dan Drs. Djarot Saiful Hidayat, MS

Visi:

79

“Jakarta Sebagai Etalase Kota Indonesia Yang Modern, Tertata Rapi, Manusiawi,

dan Fokus pada Pembangunan Manusia Seutuhnya dengan Kepemimpinan yang

Bersih, Trasnparan dan Profesional"

Misi:

1. Mewujudkan pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN), terbuka dan melayani warga.

2. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga, yaitu jaminan kesehatan,

jaminan pendidikan, hunian yang layak, bahan pangan yang terjangkau,

transportasi publik yang ekonomis dan lapangan pekerjaan serta usaha

agar seluruh warga kota berkesempatan memperoleh kehidupan yang lebih

baik sehingga Indeks Kebahagiaan kota Jakarta menjadi salah saatu yang

tertinggi di antara kota-kota di dunia.

3. Menciptakan sumber daya manusia yang tangguh lahir dan batin,

kompeten, dan berdaya saing global dengan Indeks Pembangunan

Manusia yang setara dengan kota-kota maju di dunia.

4. Menata kota sesuai perubahan zaman untuk mendukung kemajuan

ekonomi, keberlangsungan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya

warga.

5. Membangun kehidupan kota yang berbasis teknologi dan berinfrastruktur

kelas dunia dengan warga yang berketuhanan, berbudaya, bergotong-

royong, berwawasan, toleran, partisipatif, dan inovatif.

Sumber: kpujakarta.go.id, 2017

80

Gambar 4.3

Visi Misi Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 Nomor Urut 3

Anies Rasyid Baswedan, Ph.D dan Sandiaga Salahuddin Uno, MBA

Visi:

“Jakarta Kota Maju dan Beradab dengan Seluruh Warga Merasakan Keadilan dan

Kesejahteraan”

Misi:

1. Membangun manusia Jakarta menjadi warga yang berdaya dengan

menghadirkan kepemimpinan humanis serta mengayomi. Penggerak

birokrasi yang efektif. Menjaga stabilitas dan keterjangkauan harga bahan

pokok. Membangun sektor kesehatan, pendidikan, kebudayaan serta

menyelesaikan masalah-masalah sosial.

2. membangun lingkungan kota Jakarta secara berkelanjutan dengan

perencanaan yang memperhatikan daya dukung lingkungan dan sosial.

3. Membangun kesejahteraan dengan menciptakan lapangan kerja,

pembangunan infrastruktur dan penanggulanganmasalah mobilitas warga

kota.

Sumber: kpujakarta.go.id, 2017

Berikut merupakan program kerja pasangan calon nomor urut 1 (satu)

Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni di antaranya:

81

1. Bantuan langsung kepada masyarakat tidak mampu dengan tujuan untuk

meningkatkan daya beli masyarakat.

2. Pengurangan angka pengangguran dan peningkatan lapangan kerja.

Dengan cara mengadakan pelatihan kerja dan kewirausahaan

3. Peningkatan pendidikan dan kesejahteraan guru dengan memberi beasiswa

serta peningkatan Kartu Jakarta Pintar (KJP)

4. Meningkatkan besaran dana Kartu Jakarta Sehat (KJS)

5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi.

6. Peningkatan pembangunan dan infrastruktur serta prasarana perumahan

rakyat.

7. Wacana Smart City dan Green City dan menyelesaikan percepatan Jakarta

sebagai kota pintar, kreatif dan ramah lingkungan.

8. Peningkatan keamanan daerah tingkat RT/RW dalam aspek kerukunan

masyarakat, pemeliharaan toleransi antar umat serta pengingkatan

sensitifitas terhadap isu harus bisa diselesaikan.

9. Penguatan penegakan hukum.

10. Meningkatkan kinerja birokrasi dan pemerintahan.

Sumber: Egi Egyatama (2016)

Program kerja pasangan calon nomor urut 2 (dua) Basuki Tjahaja Purnama dan

Djarot Syaiful Hidayat:

1. Menjadikan birokrasi Pemda DKI Jakarta sebagai institusi pelayan

masyarakat yang semakin terpercaya dan profesional.

2. Menjamin akses pendidikan untuk seluruh warga dan meningkatkan

kualitas pendidikan di jakarta agar setara dengan kota-kota maju di dunia.

3. Menjamin akses kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan.

4. Menjadikan Pemda DKI Jakarta sebagai salah satu aktor ekonomi utama

untuk menyelesaikan persoalan ekonomi.

5. Membebaskan Jakarta dari persoalan banjir menahun yang disebabkan

oleh banjir kiriman, air pasang, dan distribusi aliran air hujan yang tidak

merata.

6. Mewujudkan kota yang semakin nyaman bagi warga.

7. Membebaskan Jakarta dari kemacetan dengan mendorong perbaikan

transportasi publik dan pembatasan pengguna kendaraan pribadi.

8. Memaksimalkan penggunaan teknomolgi untuk meningkatkan kualitas

pelayanan Pemda dan kenyamanan hidup warga.

82

9. Menjadikan Jakarta sebagai kota destinasi pariwisata utama di Indonesia

dan Asia Tenggara dan menjadikan pariwisata sebagai salah satu

penggerak utama perekonomian Jakarta.

10. Menjamin keberlangsungan hidup warga yang berkebutuhan khusus.

11. Mewujudkan kota yang berkesinambungan dan ramah lingkungan.

Sumber: Wisnugroho Akbar (2016)

Program kerja prioritas pasangan calon nomor urut 3 (tiga) Anies Baswedan dan

Sandiaga Salahudin Uno:

1. Program One Kecamatan One Center for Enterpreneurship (OK-OCE)

2. Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus)

3. Kartu Jakarta Sehat Plus (KJP Plus)

4. Rumah dengan uang muka nol rupiah.

Pada Pilkada DKI putaran pertama, pasangan Basuki-Djarot menjadi

pemenang dengan peraihan suara 42,96 persen, sementara Anies-Sandi

39,97 persen. Mereka unggul dari pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-

Sylviana Murni, yang mendapat 17,06 persen. Lihat Grafik 1.1.

83

Grafik 1.1

Perolehan Suara Putaran Pertama

Sumber: kpujakarta.go.id (2017)

B. Analisis dan Pembahasan

1. Deskripsi Data Responden

Terlebih dahulu akan dikemukakan gambaran karakteristik

responden yang digunakan untuk melengkapi penelitian meliputi jenis

kelamin, rentang usia, serta tempat tinggal responden.

Responden dalam penelitian ini ialah mahasiswa pemilih pasangan

calon Gubernur DKI 2017. Adapun uraian gambaran umum responden

pada penelitain ini adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik responden menurut jenis kelamin

Berdasarkan hasil mengenai karakteristik menurut jenis

kelamin dapat dilihat apda tabel berikut ini:

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

50,00%

Total Suara

Agus-Sylvi

Basuki-Djarot

Anies-Sandi

84

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 62 62%

Wanita 38 38%

Total 100 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa responden dengan

jenis kelamin pria berjumlah 62 responden atau sebanyak 62%

sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin wanita berjumlah

28 responden atau sebanyak 28%.

b. Karakteristik Responden Menurut Rentang Usia

Berdasarkan hasil mengenai karakterisitk menurut usia

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Usia Responden

Keterangan Jumlah Persentase

17-30 tahun 98 98%

31-40 tahun 2 2%

85

41-50 tahun 0 0%

>50 tahun 0 0%

Total 100 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa responden yang

memiliki usia antara 17 hingga 30 tahun berjumlah 98 responden

atau sebanyak 98%, responden yang memiliki usia antara 31

hingga 40 tahun berjumlah 2 responden atau sebanyak 2%, dan

responden yang memiliki usia antara 41 tahun ke atas berjumlah 0

responden atau sebanyak 0%.

c. Karakteristik Responden Menurut Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil mengenai karakteristik menurut tempat

tinggal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3

Tempat Tinggal

Keterangan Jumlah Persentase

Jakarta Pusat 17 17%

Jakarta Barat 13 13%

Jakarta Timur 20 20%

86

Jakarta Selatan 45 45%

Jakarta Utara 5 5%

Kepulauan Seribu 0 0%

Total 100 100%

Sumber: Data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa responden yang

bertempat tinggal di daerah Jakarta Pusat berjumlah 17 responden

atau sebanyak 17%, responden yang tinggal di Jakarta Barat

berjumlah 13 atau sebanyak 13%, responden yang tinggal di

Jakarta Timur berjumlah 20 atau sebanyak 20%, responden yang

tinggal di Jakarta Selatan berjumlah 45 atau sebanyak 45%,

responden yang tinggal di Jakarta Utara berjumlah 5 atau sebanyak

5%, dan responden yang tinggal di Kepulauan Seribu berjumlah 0

atau sebanyak 0%.

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya

suatu kuesioner. Pengujian ini dilakikan dengan menggunakan

Pearson Correlation, pedoman suatu model dikatakan valid jika

tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan

tersebut dapat dikatakan valid. Selain itu, kriteria yang digunakan

87

dalam menentukan valid tidaknya pertanyaan atau pernyataan yang

digunakandalam penelitian ini ialah tingkat kepercayaan 95%

(α=5%), jumlah responden sebanyak 30 responden untuk pra-uji,

dibandingkan dengan nilai r tabel = 0,361 didapat dengan r tabel

untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah

sampel pra-uji yaitu 30 responden.

Suatu kuesioner dikatakan valid apabila r hitung lebih besar

daripada r tabel. Kuesioner dibagi menjadi empat bagian

pernyataan, variabel Product (X1) 8 pertanyaan, variabel

Promotion (X2) 6 pertanyaan, variabel Price (X3) 5 pertanyaan,

Place (X4) 5 pertanyaan, variabel Keputusan Memilih (Y) 10

pertanyaan.

1) Variabel Product

Tabel 4.4

Uji Validitas: Product (X1)

No Pertanyaan Nilai r tabel Nilai r hitung Keterangan

1 Product 1 0,361 0,785 Valid

2 Product 2 0,361 0,782 Valid

3 Product 3 0,361 0,549 Valid

4 Product 4 0,361 0,679 Valid

88

5 Product 5 0,361 0,534 Valid

6 Product 6 0,361 0,543 Valid

7 Product 7 0,361 0,489 Valid

8 Product 8 0,361 0,670 Valid

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.4 menunjukan bahwa variabel Product memiliki kriteria

valid untuk semua item pertanyaan berdasarkan r hitung lebih besar

dari r tabel, yaitu 0,361.

2) Variabel Promotion

Tabel 4.5

Uji Validitas: Promotion (X2)

No Pertanyaan Nilai r tabel Nilai r hitung Keterangan

1 Promotion 1 0,361 0,548 Valid

2 Promotion 2 0,361 0,898 Valid

3 Promotion 3 0,361 0,877 Valid

4 Promotion 4 0,361 0,531 Valid

5 Promotion 5 0,361 0,576 Valid

6 Promotion 6 0,361 0,877 Valid

89

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.5 menunjukan bahwa variabel Promotion memiliki kriteria valid untuk

semua item pertanyaan berdasarkan r hitung lebih besar dari r tabel, yaitu 0,361.

3) Variabel Price

Tabel 4.6

Uji Validitas: Price (X3)

No Pertanyaan Nilai r tabel Nilai r hitung Keterangan

1 Price 1 0,361 0,849 Valid

2 Price 2 0,361 0,703 Valid

3 Price 3 0,361 0,518 Valid

4 Price 4 0,361 0,748 Valid

5 Price 5 0,361 0,748 Valid

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.6 menunjukan bahwa variabel Price memiliki kriteria valid untuk semua

item pertanyaan berdasarkan r hitung lebih besar dari r tabel, yaitu 0,361.

4) Variabel Place

Tabel 4.7

Uji Validitas: Place (X4)

No Pertanyaan Nilai r tabel Nilai r hitung Keterangan

90

1 Place 1 0,361 0,665 Valid

2 Place 2 0,361 0,555 Valid

3 Place 3 0,361 0,532 Valid

4 Place 4 0,361 0,652 Valid

5 Place 5 0,361 0,635 Valid

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.7 menunjukan bahwa variabel Place memiliki kriteria valid untuk

semua item pertanyaan berdasarkan r hitung lebih besar dari r tabel, yaitu 0,361.

5) Variabel Keputusan Memilih

Tabel 4.8

Uji Validitas: Keputusan Memilih (Y)

No Pertanyaan Nilai r tabel Nilai r hitung Keteranngan

1 Keputusan Memilih 1 0,361 0,613 Valid

2 Keputusan Memilih 2 0,361 0,470 Valid

3 Keputusan Memilih 3 0,361 0,511 Valid

4 Keputusan Memilih 4 0,361 0,467 Valid

5 Keputusan Memilih 5 0,361 0,551 Valid

91

6 Keputusan Memilih 6 0,361 0,603 Valid

7 Keputusan Memilih 7 0,361 0,790 Valid

8 Keputusan Memilih 8 0,361 0,391 Valid

9 Keputusan Memilih 9 0,361 0,790 Valid

10 Keputusan Memilih 10 0,361 0,387 Valid

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.8 menunjukan bahwa variabel Keputusan Memilih memiliki kriteria

valid untuk semua item pertanyaan berdasarkan r hitung lebih besar dari r tabel,

yaitu 0,361.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur kehandalan

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang

sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013). Kriteria

penilaian uji reliabilitas menurut Nunnally (1994) yang dikutip oleh

Ghazali (2013) adalah jika nilai Cronbach‟s Alpha > 0,70 maka

instrumen penelitian dianggap reliabel. Perhitungan koefisien

Cronbach‟s Alpha dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi

23.0.

Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari variabel Product (X1)

dengan 8 pertanyaan, variabel Promotion (X2) dengan 6 pertanyaan,

92

variabel Price (X3) dengan 5 pertanyaan, variabel Place (X4) dengan 5

pertanyaan dan variabel Keputusan Memilih (Y) dengan 10 pertanyaan.

1) Variabel Product

Tabel 4.9

Uji Reliabilitas: Product

Reliability Statistics

Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

Product 0,776 8 Reliabel

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017.

Tabel 4.9 menunjukkan nilai Cronbach‟s Alpha atas variabel

Product sebesar 0,776. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

Cronbach‟s Alpha lebih besar dari 0,70.

2) Variabel Promotion

Tabel 4.10

Uji Reliabilitas: Promotion

Reliability Statistics

Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

Promotion 0,829 6 Reliabel

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.10 menunjukkan nilai Cronbach‟s Alpha atas variabel

Promotion sebesar 0,829. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

Cronbach‟s Alpha lebih besar dari 0,70.

93

3) Variabe Price

Tabel 4.11

Uji Reliabilitas: Price

Reliability Statistics

Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

Price 0,760 5 Reliabel

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.11 menunjukkan nilai Cronbach‟s Alpha atas variabel

Price sebesar 0,760. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

Cronbach‟s Alpha lebih besar dari 0,70.

4) Variabel Place

Tabel 4.12

Uji Reliabilitas: Place

Reability Statistics

Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

Place 0,715 6 Reliabel

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.12 menunjukkan nilai Cronbach‟s Alpha atas variabel

Place sebesar 0,715. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

94

pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

Cronbach‟s Alpha lebih besar dari 0,70.

Tabel 4.13

Uji Reliabilitas: Keputusan Memilih

Reliability Statistics

Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

Keputusan Memilih 0,776 10 Reliabel

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Tabel 4.13 menunjukkan nilai Cronbach‟s Alpha atas variabel

Keputusan Memilih sebesar 0,776. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

Cronbach‟s Alpha lebih besar dari 0,70.

3. Statistik Deskriptif Responden

Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menganalisis data

berdasarkan atas hasil yang diperoleh dari jawaban responden terhadap

masing-masing indikator pengukur variabel. Statistik deskriptif pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Product (X1)

Dalam penelitian variabel Product ini digunakan 8 butir

pertanyaan untuk mengukurnya, yaitu:

95

Tabel 4.14

visi misi partai yang mengajukan kandidat menarik dukungan pemilih

Product 1

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

1 1%

Tidak Setuju 17 17%

Ragu-ragu 33 33%

Setuju 46 46%

Sangat Setuju 3 3%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.14 yang menjawab sangat setuju sebanyak 3%,

setuju sebanyak 46%, ragu-ragu 33%, tidak setuju 17%, dan sangat

tidak setuju 1% mengenai visi misi partai yang mengajukan kandidat

menarik dukungan pemilih.

Hal ini menunjukan bahwa masyarakat DKI Jakarta tertarik

dengan visi-misi yang ditawarkan partai politik/kontestan, dilihat 46

orang menjawab setuju dari 100 orang yang menjadi responden. Visi

dan misi tidaklah menjadi ajang adu gagasan saja melainkan harus

96

segera diimplementasikan dan diterjemahkan ke dalam program-

program kerja yang suistanable, kontinyu, dan berpihak kepada

kepentingan rakyat DKI Jakarta.

Tabel 4.15

Ideologi partai pendukung kandidat sesuai dengan ideologi saya

Product 2

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

3 3%

Tidak Setuju 20 20%

Ragu-ragu 28 28%

Setuju 46 46%

Sangat Setuju 3 3%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.15 yang menjawab sangat setuju sebanyak 3%, setuju

sebanyak 46%, ragu-ragu 28%, tidak setuju 20%, dan sangat tidak setuju

3% mengenai Ideologi partai pendukung kandidat sesuai dengan ideologi

saya.

97

Hal ini menunjukan bahwa masyarakat DKI Jakarta merasa ada

kesamaan ideologi dengan partai pendukung kandidat/kontestan. Para

pemilih akan menilai dan mempertimbangkan kandidat partai politik dan

ideologi yang akan berpihak dan mewakili suara mereka, sedangkan

loyalitas pemilih adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh sebuah institusi

politik dimana hubungan antara institusi politik dengan partisipan/pemilih

adalah kontrak sosial dan untuk menjaga loyalitas, institusi politik harus

menjaga kepercayaan publik atas kontrak sosial ini (Bohnet et al., 2001).

Tabel 4.16

Rekam jejak partai pengusung

kandidat bagus

Product 3

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

4 4%

Tidak Setuju 15 15%

Ragu-ragu 41 41%

Setuju 39 39%

Sangat Setuju 1 1%

Total 100 100%

98

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.16 yang menjawab sangat setuju sebanyak 1%,

setuju sebanyak 39%, ragu-ragu 41%, tidak setuju 15%, dan sangat

tidak setuju 4% mengenai rekam jejak partai pengusung.

Hal ini menunjukan bahwa masyarakat DKI Jakarta masih ragu

dengan rekam jejak atau track record partai politik, dilihat 41 orang

menjawab Ragu-ragu dari 100 orang yang menjadi responden.

Menurut Firmanzah (2012), bahwa sudah seharusnya partai politik

“turun gunung” dan lebih mendekatkan diri pada anggota

masyarakat yang mereka wakili maupun seluruh masyarakat pada

umumnya. Eksistensi partai politik tidak dapat dipisahkan dari

keberadaan masyarakat. Karena dari masyarkatlah partai politik

dilahirkan.

Tabel 4.17

Ideologi kandidat mencerminkan karakter kandidat tersebut

Product 4

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

0 0%

Tidak Setuju 1 1%

99

Ragu-ragu 57 57%

Setuju 39 39%

Sangat Setuju 3 3%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.17 yang menjawab sangat setuju sebanyak 3%,

setuju sebanyak 39%, ragu-ragu 57%, tidak setuju 1%, dan

sangat tidak setuju 0% mengenai ideologi kandidat

mencerminkan karakter kandidat tersebut.

Dilihat dari tabel di atas sebanyak 57 responden menjawab

ragu-ragu dari 100 orang responden yang diajukan pertanyaan.

Hal ini menunjukan, dalam dunia politik dewasa ini telah

mengalami pergeseran yang sangat signifikan dalam kaitannya

dengan hubungan antara kontestan politik dengan konstituen.

Yang mengalami perubahan tidak hanya dalam cara konstituen

melihat dan memandang kontestan, tetapi terlebih lagi ikatan

antara aprtai politik dengan publik. Atau dengan kata lain, apa

pun ideologinya, yang penting apakah mereka mampu

membawa bangsa dan negara untuk kemajuan atau tidak.

100

Tabel 4.18

Kandidat bebas dari kasus korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN)

Product 5

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

6 6%

Tidak Setuju 24 24%

Ragu-ragu 38 38%

Setuju 30 30%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.18 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%,

setuju sebanyak 30%, ragu-ragu 38%, tidak setuju 24%, dan

sangat tidak setuju 6% mengenai kandidat bersih dari kasus

KKN. 38 dari 100 responden ternyata masih ragu akan track

record pasangan calon yang tidak terkait dengan kasus KKN.

Maraknya kasus-kasus negatif seperti korupsi membuat

pemilih lebih cermat dalam menentukan pilihan. Pasalnya,

cukup banyak kepala daerah yang tertangkap tangan oleh

101

penegak hukum sedang melakukan tindak pidana korupsi.

Wawancara mendalam dilakukan kepada beberapa orang

mahasiswa. Mereka berpendapat partai politik yang mengusung

nama kandidat wali kota harus bersih dari isu-isu negatif yang

sangat sensitif; seperti keterlibatan dengan kasus KKN dan

sebagainya (Ikhsan & Shihab 2010).

Tabel 4.19

Kandidat harus memenuhi janji-janjinya dalam

mengentaskan kemiskinan

Product 6

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

4 4%

Tidak Setuju 14 14%

Ragu-ragu 39 39%

Setuju 43 43%

Sangat Setuju 0 0%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.19 yang menjawab sangat setuju sebanyak 0%,

setuju sebanyak 43%, ragu-ragu 39%, tidak setuju 14%, dan

102

sangat tidak setuju 4% mengenai kandidat harus memenuhi

janjinya dalam mengentaskan kemiskinan.

Dilihat dari tabel di atas, 43 responden manjawab setuju

dari 100 orang responden yang diajukan pertanyaan. Hasil di

atas dapat memberi makna sesuai penelitian O‟Shaughnessy

(2001) yang menyatakan bahwa partai politik menjual produk

yang tidak nyata (intangible product); sangat terkait erat

dengan sistem nilai (value laden); di dalamnya melekat janji

dan harapan akan masa depan; di dalamnya terdapat visi yang

bersifat atraktif; kepuasan yang dijanjikan tidaklah segera

tercapai; hasilnya lebih bisa dinikmati dalam jangka panjang;

tidak pasti dan bisa ditafsirkan bermacam-macam (multi-

interpretable), sehingga tawaran terhadap pemerintahan yang

baik dan adanya sistem nilai yang ditemui dengan kesamaan

ideologi menjadi sesuatu yang bisa mengikat keyakinan

partisipan politik sehingga bisa memiliki kecenderungan

memilih dalam politik.

Tabel 4.20

Kandidat tegas dan konsisten dalam memerangi KKN

Product 7

Jumlah Persentase

Sangat Tidak 2 2%

103

Setuju

Tidak Setuju 14 14%

Ragu-ragu 43 43%

Setuju 41 41%

Sangat Setuju 0 0%

Total 100 100%

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.20 yang menjawab sangat setuju sebanyak

0%, setuju sebanyak 41%, ragu-ragu 43%, tidak setuju 14%,

dan sangat tidak setuju 2% mengenai kandidat tegas dan

konsisten dalam memerangi KKN. Ketegasan kandidat perlu

digalakkan kembali mengingat dari 100 responden, sebanyak

43 responden menjawab ragu-ragu atas pertanyaan yang

diragukan.

Korupsi kepala daerah dan pilkada dinilai memiliki

keterkaitan yang cukup erat, mengingat sejumlah kasus korupsi

yang melibatkan kepala daerah didorong oleh kebutuhan untuk

mengembalikan ongkos politik dalam kontestasi elektoral yang

memakan biaya tinggi. Dalam catatan Indonesia Corupption

Watch (ICW), selama 2010-2017 tak kurang dari 215 kepala

daerah menjadi tersangka korupsi, baik yang ditangani KPK,

104

Kejaksaan maupun Kepolisian. Perkara yang melibatkan kepala

daerah terjadi dengan berbagai macam modus, mulai dari

permainan anggaran proyek, suap, hingga korupsi pengadaan

barang dan jasa. Jumlah tersebut menunjukkan dan

menguatkan asumsi bahwa kepala daerah memiliki kerentanan

yang sangat tinggi terhadap korupsi (Pradano, 2018).

Tabel 4.21

Kandidat akan meningkatkan perekonomian DKI Jakarta

ke arah yang lebih baik

Product 8

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

3 3%

Tidak Setuju 20 20%

Ragu-ragu 35 35%

Setuju 39 39%

Sangat Setuju 3 3%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

105

Pada tabel 4.21 yang menjawab sangat setuju sebanyak 3%,

setuju sebanyak 39%, ragu-ragu 35%, tidak setuju 20%, dan

sangat tidak setuju 3% mengenai kandidat akan meningkatkan

perekomonian DKI Jakarta menjadi lebih baik.

Pada tabel di atas 39 dari 100 reponden menjawab setuju

atas pertanyaan yang disodorkan. Henneberg (2004),

mengatakan bahwa kondisi utama untuk adanya pertukaran

(atau interaksi yang berhubungan dengan pertukaran) adalah

eksistensi dari sesuatu yang ditawarkan; misalnya sesuatu yang

bernilai bagi penerima (voter atau masyarakat) dan diproduksi

oleh pemasok (partai politik atau kandidat), sehingga tawaran

pemerintahan yang baik dan janji perubahan terhadap layanan

publik merupakan sesuatu yang bernilai sebagai produk politik

dan masih menjadi kondisi utama untuk terjadinya pertukaran

(berupa keputusan untuk memilih) dalam politik.

b. Promotion (X2)

Dalam penelitian variabel Promotion ini digunakan 6 butir

pertanyaan untuk mengukurnya, yaitu:

Tabel 4.22

Iklan kampanye kandidat di berbagai media massa

membantu pemilih mengenal kandidat

Promotion 1

Jumlah Persentase

106

Sangat Tidak

Setuju

0 0%

Tidak Setuju 13 13%

Ragu-ragu 31 31%

Setuju 52 52%

Sangat Setuju 4 4%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.22 yang menjawab sangat setuju sebanyak 4%,

setuju sebanyak 52%, ragu-ragu 31%, tidak setuju 13%, dan

sangat tidak setuju 0% mengenai iklan kandidat di media massa

membantu pemilih mengenal kandidat.

Pada tabel di atas menunjukan 52 dari 100 responden

beranggapan setuju akan efektifitas iklan kampanye kandidat

dalam membantu pemilih mengenal kandidat. Perlu

diperhatikan, menurut Peteraf dan Shanley (1997), citra bukan

sekadar masalah persepsi atau identifikasi asaja , tetapi juga

memerlukan pelekatan (attachment) suatu individu terhadap

kelompok atau grup.

107

Tabel 4.23

Atribut kampanye yang disebarkan membantu pemilih

untuk mengenal kandidat

Promotion 2

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

4 4%

Tidak Setuju 17 17%

Ragu-ragu 36 36%

Setuju 42 42%

Sangat Setuju 1 1%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.23 yang menjawab sangat setuju sebanyak 1%,

setuju sebanyak 42%, ragu-ragu 36%, tidak setuju 17%, dan

sangat tidak setuju 4% mengenai atribut kampanye yg tersebar

membantu pemilih untuk mengenal kandidat.

Tabel di atas menunjukan dominasi 42 dari 100 responden

memilih setuju atas pertanyaan yang diajukan tentang atribut

kampanye yang disebarkan dapat membantu pemilih mengenal

kandidat. Sekali lagi, seperti yang dikatakan beberapa referesni

menyebutkan bahwa pemilihan media kampanye yang tepat

108

akan menjadi amunisi khusus dan menjadi alat politik yang

dapat membantu menjaring pemilih. Selain penyebaran atribut,

konten atribut kampanye juga harus diperhatikan dari aspek

informasi, pemilihan warna, serta kestrategisan posisi atribut

kampanye.

Tabel 4.24

Keikutsertaan kandidat dalam acara debat kandidat akan

menarik dukungan yang lebih banyak dari pemilih

Promotion 3

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

5 5%

Tidak Setuju 16 16%

Ragu-ragu 43 43%

Setuju 33 33%

Sangat Setuju 3 3%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.24 yang menjawab sangat setuju sebanyak 3%,

setuju sebanyak 33%, ragu-ragu 43%, tidak setuju 16%, dan sangat

109

tidak setuju 5% mengenai keikutsertaan kandidat dalam acara debat

kandidat menarik dukungan pemilih.

Promosi juga bisa dilakukan oleh institusi politik melalui debat

di TV (Niffenegger, 1989). Dalam acara macam ini publik

berkesempatan melihat pertarungan program kerja yang ditawarkan

oleh masing-masing institusi politik. Dominasi responden yang

menjawab ragu-ragu merupakan hal wajar mengingat keikutsertaan

pasangan kandidat dalam acara debat di TV tidak pasti menjamin akan

menarik dukungan pemilih sepenuhnya.

Tabel 4.25

Komunikasi kandidat dengan masyarakat terjalin dengan baik

Promotion 4

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

1 1%

Tidak Setuju 13 13%

Ragu-ragu 50 50%

Setuju 31 31%

Sangat Setuju 5 5%

Total 100 100%

110

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.25 yang menjawab sangat setuju sebanyak 5%,

setuju sebanyak 31%, ragu-ragu 50%, tidak setuju 13%, dan sangat

tidak setuju 1% mengenai komunikasi kandidat dengan

masyarakat.

Perlu digarisbawahi di sini bahwa sebenarnya promosi

isntitusi partai politik tidak hanya terjadi semasa periode kampanye

belaka. Aktivitas promosi harus dilakukan terus-menerus dan

permanen dan tidak hanya terbatas pada periode kampanye saja

(Butler & Collins, 2001). Penting bagi institusi politik untuk

menjalin dan merawat komunikasi kepada masyarakat secara

kontinuitas. Hal ini dapat menjadi amunisi untuk menjaring suara

pemilih.

Tabel 4.26

Komunikasi kandidat dengan media terjalin dengan baik

Promotion 5

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

3 3%

Tidak Setuju 11 11%

111

Ragu-ragu 49 49%

Setuju 34 34%

Sangat Setuju 3 3%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.26 yang menjawab sangat setuju sebanyak 3%, setuju

sebanyak 34%, ragu-ragu 49%, tidak setuju 11%, dan sangat tidak setuju

3% mengenai komunikasi kandidat dengan media.

Seorang pakar politik (Michael Rush dan Phillip Althoff dalam

Budiyono, 2016), mengemukakan, “komunikasi politik adalah proses

dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem

politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan

sistem-sistem politik.” Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan

mencakup pula pertukaran informasi di antara individu-individu dan

kelompokkelompoknya pada semua tingkatan. Komunikasi politik

(political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-

pesan politik dan aktoraktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan,

pemerintahan, dan kebijakan pemerintah (Lataya, 2009).

112

Tabel 4.27

Kampanye dengan cara mengirimkan SMS ke pemilih efektif

untuk menjaring pemilih

Promotion 6

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

3 3 %

Tidak Setuju 17 17%

Ragu-ragu 44 44%

Setuju 32 32%

Sangat Setuju 4 4%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.27 yang menjawab sangat setuju sebanyak 4%, setuju

sebanyak 32%, ragu-ragu 44%, tidak setuju 17%, dan sangat tidak setuju

3% mengenai kampanye dengan cara mengirimkan SMS ke pemilih

efektif untuk menjaring pemilih. Jelang pemilu kerap banyak kandidat

coba “curi start” berkampanye. Salah satunya dengan pesan singkat atau

SMS. Wawancara mendalam terhadap responden menunjukan keefektifan

dari kampanye lewat sms ini memang perlu dikaji ulang mengingat potensi

pemilih menggunakan hak suaranya untuk kandidat cukup rendah.

113

c. Price (X3)

Dalam penelitian variabel Price ini digunakan 5 butir

pertanyaan untuk mengukurnya, yaitu:

Tabel 4.28

Latar belakang pendidikan kandidat menjadi

pertimbangan saya dalam memilih kandidat

Price 1

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

2 2%

Tidak Setuju 14 14%

Ragu-ragu 40 40%

Setuju 43 43%

Sangat Setuju 1 1%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.28 yang menjawab sangat setuju sebanyak 1%,

setuju sebanyak 43%, ragu-ragu 40%, tidak setuju 14%, dan sangat

tidak setuju 2% mengenai latar belakang pendidikan kandidat menjadi

pertimbangan dalam memilih kandidat.

114

Latar belakang pendidikan menjadi hal yang tidak luput dari

pertimbangan pemilih dalam menentukan pilihannya. Oleh sebab itu

pada tabel di atas terlihat bahwa 43 dari 100 responden menjawab

setuju. Di samping itu, latar belakang pendidikan akan menimbulkan

ketenangan bagi sivitas akademika dan sebagian kalangan terdidik

percaya bahwa kandidat dengan latar belakang pendidikan yang

memadai akan mampu menjadi pemimpin yang baik, amanah dan

dicintai rakyatnya (Ikhsan & Shihab, 2010).

Tabel 4.29

Saya merasa nyaman dengan kandidat tertentu karena

kesamaan latar belakang agama

Price 2

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju

0 0%

Tidak Setuju 12 12%

Ragu-ragu 37 %37

Setuju 48 48%

Sangat Setuju 3 3%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

115

Pada tabel 4.29 yang menjawab sangat setuju sebanyak 3%,

setuju sebanyak 48%, ragu-ragu 37%, tidak setuju 12%, dan sangat

tidak setuju 0% mengenai kenyamanan responden dengan kesamaan

latar belakang agama. Menurut Michael dan Roxanne Parrot dalam

bukunya berjudul Persuasive Communication Campagin (1993),

kampanye diartikan sebagai proses yang dirancang secara sadar,

bertahap dan berkelanjutan, serta dilaksanakan pada rentang waktu

tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah

ditetapkan. Kampanye yang dimaksud terbagi dua yaitu, kampanye

negatif dan kampanye hitam. Menurut Gun Gun Heryanto (2016) ada

beberapa teknik kampanye hitam yang digunakan, di antaranya teknik

name calling artinya pemberian label buruk pada lawan politik.

Misalnya, melabeli ketiga kandidat dengan sebutan dan stigma buruk.

Tabel 4.30

Saya merasa nyaman dengan kandidat tertentu karena

kesamaan latar belakang suku/etnis

Price 3

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 2

2%

Tidak Setuju 12 12%

116

Ragu-ragu 36 36%

Setuju 46 46%

Sangat Setuju 4 4%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.30 yang menjawab sangat setuju sebanyak 4%,

setuju sebanyak 46%, ragu-ragu 36%, tidak setuju 12%, dan sangat

tidak setuju 2% mengenai rasa naman dengan kandidat karena

memiliki kesamaan latar belakang suku/etnis.

Teknik kampanye hitam menurut Gun Gun Heryanto (2016)

disebutkan bahwa teknik card stacking terjadi pada Pilkada DKI

Jakarta 2017 yakni dengan mengeluarkan pernyataan yang memiliki

efek domino di masyarakat. Misalanya, pernyataan seputar bahayanya

jika memilih pasangan Basuki-Djarot, Anies-Sandi, dan Agus-Sylvi

dengan model menyebar rumor. Gosip yang dikonstruksi biasanya

sensitif seperti agama, ras, suku/etnis dan cenderung mengipas-ngipasi

kebencian terhadap salah satu kandidat.

117

Tabel 4.31

Saya memilih kandidat yang memiliki tingkat

nasionalisme tinggi

Price 4

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 9 9%

Ragu-ragu 51 51%

Setuju 38 38%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.31 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%,

setuju sebanyak 38%, ragu-ragu 51%, tidak setuju 9%, dan sangat

tidak setuju 0% mengenai kandidat yang memiliki tingkat

nasionalisme yang tinggi.

118

Tabel 4.32

Saya yakin kandidat akan membawa DKI Jakarta lebih

maju

Price 5

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 12 12%

Ragu-ragu 43 43%

Setuju 41 41%

Sangat Setuju 4 4%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.32 yang menjawab sangat setuju sebanyak 4%,

setuju sebanyak 41%, ragu-ragu 43%, tidak setuju 12%, dan

sangat tidak setuju 0% mengenai keyakinan bahwa kandidat akan

membawa DKI Jakarta lebih maju.

d. Place (X4)

Dalam penelitian variabel Place ini digunakan 5 butir

pertanyaan untuk mengukurnya, yaitu:

119

Tabel 4.33

Kunjungan kandidat ke daerah akan membawa

pengaruh bagi suara pemilih

Place 1

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 4 4%

Ragu-ragu 56 56%

Setuju 38 38%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.33 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%,

setuju sebanyak 38%, ragu-ragu 56%, tidak setuju 4%, dan sangat

tidak setuju 0% mengenai kunjungan kandidat akan membawa

pengaruh bagi suara pemilih. Kunjungan kandidat daerah-daerah

memang perlu namun tidak hanya sekadar kunjungan. Wawanacara

mendalam yang ditujukan kepada responden menunjukan bahwa

kunjungan yang diinginkan warga DKI Jakarta adalah kunjungan

120

yang membawa pengaruh atas kemajuan daerah tersebut bila nanti

kandidat terpillih menjadi kepala daerah.

Tabel 4.34

Kandidat mampu berkontribusi untuk daerah tempat

tinggalnya

Place 2

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 8 8%

Ragu-ragu 57 57%

Setuju 33 33%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.34 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%,

setuju sebanyak 33%, ragu-ragu 57%, tidak setuju 8%, dan sangat

tidak setuju 0% mengenai kontribusi kandidat untuk daerah tempat

tinggalnya.

121

Tabel 4.35

Penyebaran tim sukses kandidat merata di berbagai

tempat

Place 3

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 17 17%

Ragu-ragu 46 46%

Setuju 37 37%

Sangat Setuju 0 0%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.35 yang menjawab sangat setuju sebanyak 0%,

setuju sebanyak 37%, ragu-ragu 46%, tidak setuju 17%, dan sangat

tidak setuju 0% mengenai penyebaran tim sukses kandidat merata

di berbagai temapat.

122

Tabel 4.36

Kandidat mendengar aspirasi dari masyarakat dengan

baik

Place 4

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 25 25%

Ragu-ragu 47 47%

Setuju 26 26%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.36 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%,

setuju sebanyak 26%, ragu-ragu 47%, tidak setuju 25%, dan sangat

tidak setuju 0% mengenai kandidat mendengar aspirasi dari

masyarakat.

123

Tabel 4.37

Kunjungan kandidat ke organisasi masyarakat

akan membawa pengaruh bagi suara pemilih

Place 5

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 24 24%

Ragu-ragu 47 47%

Setuju 28 28%

Sangat Setuju 1 1%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.37 yang menjawab sangat setuju sebanyak 1%, setuju

sebanyak 28%, ragu-ragu 47%, tidak setuju 24%, dan sangat tidak setuju

0% mengenai kunjungan kandidat ke organisasi masyarakat akan

membawa pengaruh bagi suara pemilih.

124

e. Keputusan Memilih (Y)

Tabel 4.38

Kultur sosial-budaya yang saya punya memengaruhi cara saya dalam

memilih kandidat

Keputusan Memilih 1

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 9 9%

Ragu-ragu 25 25%

Setuju 61 61%

Sangat Setuju 5 5%

Total 100 100%%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.38 yang menjawab sangat setuju sebanyak 5%,

setuju sebanyak 61%, ragu-ragu 25%, tidak setuju 9%, dan sangat

tidak setuju 0% mengenai kultur sosial-budaya responden dalam

memengaruhi cara memilih kandidat. Faktor lingkungan di mana

pemilih berada dan berinteraksi pun sangat penting dalam hal ini,

umpamanya kondisi sosial-budaya dan nilai tradisional. Apa yang

125

terjadi di lingkungan eksternal memengaruhi cara berpikir dan

bertindak individu.

Tabel 4.39

Tingkat kesejahteraan ekonomi saya mencerminkan cara saya dalam

memilih kandidat

Keputusan Memilih 2

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 7 7%

Ragu-ragu 45 45%

Setuju 47 47%

Sangat Setuju 1 1%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.39 yang menjawab sangat setuju sebanyak 1%, setuju

sebanyak 47%, ragu-ragu 45%, tidak setuju 7%, dan sangat tidak setuju 0%

mengenai tingkat kesejahteraan responden dalam memilih kandidat. Mereka yang

hidup diperkotaan dengan tingkat ekonomi menengah-atas relatif sudah terbiasa

126

dengan mengkonsumsi informasi beragam dan kontradiktif dibanding dengan

individu yang hidup di perdesaan

Tabel 4.40

Tingkat pendidikan saya mencerminkan

cara saya dalam memilih kandidat

Keputusan Memilih 3

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 9 9%

Ragu-ragu 40 40%

Setuju 45 45%

Sangat Setuju 6 6%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.40 yang menjawab sangat setuju sebanyak 6%, setuju

sebanyak 45%, ragu-ragu 40%, tidak setuju 9%, dan sangat tidak setuju

0% mengenai tingkat pendidikan responden dalam memilih kandidat.

Tingkat pendidikan dan ekonomi sangat memengaruhi pemilih dalam

membuat keputusan (Chapman & Palda dalam Firmanzah 2012), individu

127

yang tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung

menggunakan aspek non-rasional dalam pengambilan keputusan.

Tabel 4.41

Saya memilih kandidat berdasarkan data,

informasi, dan berita dari media massa

Keputusan Memilih 4

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 7 7%

Ragu-ragu 34 34%

Setuju 53 53%

Sangat Setuju 6 6%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.41 yang menjawab sangat setuju sebanyak 6%, setuju

sebanyak 53%, ragu-ragu 34%, tidak setuju 7%, dan sangat tidak setuju

0% mengenai cara memilih berdasarkan data, informasi dan dari berita

media massa. Kemampuan media massa untuk mendistribusikan informasi

128

merupakan kekuatan untuk pembentukan opini publik yang diberikan

kepada masyarakat. Opini publik sendiri sangat ditentukan oleh seberapa

besar informasi yang diberikan kepada masyarakat.

Tabel 4.42

Saya memilih kandidat dengan mempertimbangkan ulasan para ahli

Keputusan Memilih 5

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 11 11%

Ragu-ragu 49 49%

Setuju 38 38%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.42 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%, setuju

sebanyak 38%, ragu-ragu 49%, tidak setuju 11%, dan sangat tidak setuju 0%

mengenai cara memilih berdasarkan ulasan para ahli.

129

Tabel 4.43

Saya memilih kandidat berdasarkan cara kandidat menghadapi

permasalahan-permasalahan

Keputusan Memilih 6

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 8 8%

Ragu-ragu 34 34%

Setuju 52 52%

Sangat Setuju 6 6%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.43 yang menjawab sangat setuju sebanyak 6%, setuju

sebanyak 52%, ragu-ragu 34%, tidak setuju 8%, dan sangat tidak setuju 0%

mengenai cara memilih berdasarkan cara kandidat menghadapi permasalahan-

permasalahan.

130

Tabel 4.44

Saya memilih kandidat berdasarkan

perkembangan dan tren situasi terkini

Keputusan Memilih 7

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 10 10%

Ragu-ragu 37 37%

Setuju 51 51%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.44 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%, setuju

sebanyak 51%, ragu-ragu 37%, tidak setuju 10%, dan sangat tidak setuju 0%

mengenai cara memilih responden berdasarkan perkembangan dan tren situasi

terkini. Dalam demokrasi di era digital ini, khususnya pada konteks kampanye

politik, media sosial telah berperan menjadi alat komunikasi yang bisa

menghubungkan para pelaku politik dengan konstituennya. Melalui media sosial,

komunikator bisa membangun komunikasi politik dengan para pendukungnya,

131

membentuk opini publik dan sekaligus memobilisasi dukungan politik secara

masif (Budiyono, 2016).

Tabel 4.45

Saya mempertimbangkan catatan

kinerja dan reputasi kandidat

Keputusan Memilih 8

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 6 6%

Ragu-ragu 29 29%

Setuju 60 60%

Sangat Setuju 5 5%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.45 yang menjawab sangat setuju sebanyak 5%, setuju

sebanyak 68%, ragu-ragu 29%, tidak setuju 6%, dan sangat tidak setuju 0%

mengenai cara memilih responden dengan mempertimbangkan catatan kinerja dan

reputasi kinerja kandidat. Karakteristik partai politik dan kontestan cukup menjadi

pengaruh terhadap keputusan memilih. Atribut kontestan seperti reputasi, image,

132

citra, latar belakang, ideologi dan kualitas para politikusnya akan sangat

memengaruhi penialaian masyarakat atas partai bersangkutan.

Tabel 4.46

Saya mempertimbangkan program

kerja yang ditawarkan kandidat

Keputusan Memilih 9

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 10 10%

Ragu-ragu 37 37%

Setuju 51 51%

Sangat Setuju 2 2%

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.46 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2%, setuju

sebanyak 51%, ragu-ragu 37%, tidak setuju 10%, dan sangat tidak setuju 0%

mengenai cara memilih responden dengan mempertimbangkan program kerja

yang ditawarkan kandidat. Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya,

133

O‟Shaughnessy (2001) menyatakan bahwa partai politik menjual produk yang

tidak nyata (intangible product); sangat terkait erat dengan sistem nilai (value

laden); di dalamnya melekat janji dan harapan akan masa depan; di dalamnya

terdapat visi yang bersifat atraktif; kepuasan yang dijanjikan tidaklah segera

tercapai; hasilnya lebih bisa dinikmati dalam jangka panjang; tidak pasti dan bisa

ditafsirkan bermacam-macam (multi-interpretable), sehingga tawaran terhadap

pemerintahan yang baik dan adanya sistem nilai yang ditemui dengan kesamaan

ideologi menjadi sesuatu yang bisa mengikat keyakinan partisipan politik

sehingga bisa memiliki kecenderungan memilih dalam politik.

Tabel 4.47

Saya memilih kandidat berdasarkan strategi pemasaran politik masing-

masing kandidat

Keputusan Memilih 10

Jumlah Persentase

Sangat Tidak

Setuju 0

0%

Tidak Setuju 6 6%

Ragu-ragu 29 29%

Setuju 60 60%

Sangat Setuju 5 5%

134

Total 100 100%

Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 23.0, 2017

Pada tabel 4.47 yang menjawab sangat setuju sebanyak 5%, setuju

sebanyak 60%, ragu-ragu 29%, tidak setuju 6%, dan sangat tidak setuju

0% mengenai cara memilih responden berdasarkan strategi pemasaran

politik masing-masing kandidat.

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik

dan uji statistik. Uji normalitas residual dengan metode grafik yaitu

melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-

P Plot of Regression Standarized Residual. Sebagai dasar pengambilan

keputusannya, jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti

garis diagonal maka residual tersebut telah normal. Uji normalitas data

dengan menggunakan pengolahan SPSS 23.0 menghasilkan grafik

sebagai berikut:

135

Gambar 4.4

Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual

Dependent Variable: Keputusan Memilih (Y)

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik yang menyebar

di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis

diagonal menandakan bahwa model asumsi regresi memenuhi asumsi normalitas

dan model regresi layak untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas

(political marketing mix) terhadap variabel terikat (keputusan memilih).

136

Untuk menegaskan hasil uji normalitas di atas maka peneliti melakukan uji

Kolmogorov-Smirnov dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.48

Uji Normalitas dengan Cara Statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 100

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 2,05232977

Most Extreme Differences Absolute ,067

Positive ,067

Negative -,043

Test Statistic ,067

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23, 2018

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov di atas dapat diketahui bahwa nilai

unstandarized residual memiliki nilai asymp. Sig. (2-tailed) 0,200 yang berarti >

0,05, hal ini membuktikan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara

normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel

dependen yaitu Keputusan Memilih berdasarkan masukan variabel independen,

yaitu, Product, Promotion, Price, dan Place. Maka data penelitian layak

digunakan sebagai penelitian.

137

2. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mendeteksi adanya problem

multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel

independen.

Tabel 4.49

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9,678 1,850 5,232 ,000

PRODUCT ,334 ,092 ,364 3,620 ,000 ,270 3,703

PROMOTION ,297 ,103 ,249 2,884 ,005 ,365 2,737

PRICE ,405 ,135 ,234 3,012 ,003 ,452 2,212

PALCE ,266 ,128 ,138 2,077 ,040 ,621 1,610

a. Dependent Variable: KM

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018

Berdasarkan Tabel 4.49 di atas, dari hasil uji Variance Inflation Factor

(VIF) pada hasil output SPSS 23.0 tabel coefficients masing-masing variabel

independen memiliki VIF dengan nilai < 10 yaitu variabel product sebesar 3,703,

variabel promotion sebesar 2,737 dan untuk variabel price sebesar 2,212, variabel

place sebesar 1,610 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas. Sedangkan nilai Tolerance > 0,10 yaitu untuk variabel product

sebesar 0,270, variabel promotion sebesar 0,365, untuk variabel price sebesar

0,452 dan variabel place sebesar 0,621. Dengan demikian, dapat disimpulkan

138

bahwa model regresi linier berganda tidak terdapat multikolinieritas antara

variabel dependen dengan variabel independen yang lain sehingga dapat

digunakan dalam penelitian ini.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang

lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi variabel tidak sama

untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas kesalahan yang terjadi

tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan sistematis sesuai dengan

besarnya satu atau lebih variabel. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan 2 langkah yaitu secara grafik dan secara statistik, adapun uji

heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

a. Uji Heteroskedastisitas Secara Grafik (Scatterplot)

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot anatara

SREID dan ZPREID dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan

sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) dan telah di

studentized (Ghozalli, 2011).

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil scatterplot dapat

dilihat pada gambar berikut:

139

Gambar 4.5

Grafik Scatterplot

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018

Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar 4.5 di atas dapat

dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola

tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka nol pada

sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2011).

140

b. Uji Heteroskedastisitas Secara Statistik

Uji Heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan

uji Glesjer yaitu dengan tujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Apabila koefisien korelasi dari masing-masing

variabel bebas ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan dibawah 5%

mengindikasikan adanya gejala heteroskedastisitas dan jika nilai signifikan

pada tingkat kekeliruan di atas 5% mengindentifikasikan tidak adanya

adanya gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data,

maka hasil uji Glesjer dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.50

Hasil Uji Heteroskedastisitas Secara Statistik (Uji Glesjer)

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3,053 1,170 2,609 ,011

PRODUCT -,091 ,058 -,299 -1,552 ,124

PROMOTION ,032 ,065 ,081 ,487 ,627

PRICE ,037 ,085 ,064 ,430 ,669

PLACE -,024 ,081 -,038 -,300 ,765

a. Dependent Variable: RES2

141

Dari hasil output pada Tabel 4.50 di atas dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi untuk variabel product (X1) sebesar 0,124 lalu variabel promotion

(X2) sebesar 0,627, variabel price (X3) sebesar 0,669 dan variabel place (X4)

sebesar 0,765. Karena tingkat signifikasi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut

homoskedastisitas.

D. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, adapun

hasil pengujian adalah sebagai berikut:

1. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Tabel 4.51

Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,678 1,850 5,232 ,000

PRODUCT ,334 ,092 ,364 3,620 ,000

PROMOTION ,297 ,103 ,249 2,884 ,005

PRICE ,405 ,135 ,234 3,012 ,003

PLACE ,266 ,128 ,138 2,077 ,040

a. Dependent Variable: KM

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018

142

Berdasarkan pada Tabel 4.51 hasil uji t di atas untuk mengetahui besarnya

pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial (individual) terhadap

variabel dependen adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh Variabel Product (X1) terhadap Keputusan Memilih (Y)

Pada Tabel 4.51 nilai t hitung untuk product sebesar 3,620 sedangkan

nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (3,620) > t tabel (1,988)

dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga hipotesis yang berbunyi adalah

terdapat pengaruh yang signifikan antara product terhadap keputusan memilih

(Ha diterima dan Ho ditolak), artinya secara parsial terdapat pengaruh antara

product terhadap keputusan memilih.

b. Pengaruh Variabel Promotion (X2) terhadap Keputusan Memilih (Y)

Pada Tabel 4.51 nilai t hitung untuk promotion sebesar 2,884

sedangkan nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (2,884) > t

tabel (1,988) dan nilai signifikan 0,005 < 0,05. Sehingga hipotesis yang

berbunyi adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara promotion terhadap

keputusan memilih (Ha diterima dan Ho ditolak), artinya secara parsial

terdapat pengaruh yang signifikan antara promotion terhadap keputusan

memilih.

c. Pengaruh Variabel Price (X3) terhadap Keputusan Memilih (Y)

Pada Tabel 4.51 nilai t hitung untuk price sebesar 3,012 sedangkan

nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (3,012) > t tabel (1,988)

dan nilai signifikan 0,003 < 0,05. Sehingga hipotesis yang berbunyi adalah

143

terdapat pengaruh yang signifikan antara price terhadap keputusan memilih

(Ha diterima dan Ho ditolak), artinya secara parsial terdapat pengaruh yang

signifikan antara price terhadap keputusan memilih.

d. Pengaruh Variabel Place (X4) terhadap Keputusan Memilih (Y)

Pada Tabel 4.51 nilai t hitung untuk place sebesar 2,077 sedangkan

nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (2,077) > t tabel (1,988)

dan nilai signifikan 0,040 < 0,05. Sehingga hipotesis yang berbunyi adalah

terdapat pengaruh yang signifikan antara place terhadap keputusan memilih,

artinya secara parsial berpengaruh yang signifikan antara place terhadap

keputusan memilih.

2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Pengujian hipotesis secara simultan bertujuan untuk mengukur

besarnya variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen hasil uji hipotesis dalam pengujian ini adalah:

144

Tabel 4.52

Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1189,756 4 297,439 67,763 ,000b

Residual 416,994 95 4,389

Total 1606,750 99

a. Dependent Variable: KM

b. Predictors: (Constant), PALCE, PRICE, PROMOTION, PRODUCT

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23.0

Hipoteses 1: Pengaruh Political Marketing Mix terhadap Keputusan

Memilih Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017

Pada tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat

dipergunakan untuk memprediksi kontribusi aspek-aspek variabel political

marketing mix (product, promotion, price, place) terhadap keputusan memilih

pasangan Calon Gubernur DKI 2017. Dari perhitungan didapat nilai F hitung pada

model 1 didapat sebesar 67,763.

Dengan tingkat signifkansi sebesar 5% dan df1 = 4 dan df2 = 95, didapat

nilai F tabel = 2,47. Karena nilai F hitung (67,763) > nilai F tabel (2,47). Maka

dapat disimpulkan bahwa empat variabel independen yaitu product, promotion,

price, dan place dengan signifikan memberikan kontribusi yang besar terhadap

variabel keputusan memilih pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

Sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi. Maka, dapat

145

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh

secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Rido Bramulya Ikhsan dan M. Saggaff Shihab (2010) bahwa variabel political

marketing mix yang terdiri dari product (X1) promotion (X2, price (X3), dan

place (X4) berpengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap keputusan

mahasiswa untuk memilih.

E. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Penggunaan analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini

akan memperlihatjan apakah poltical marketing mix mempengaruhi

keputusan memilih pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Hasil

pengujian regresi linier berganda terangkum sebagai berikut:

Tabel 4.53

Hasil Uji Rgresi Linier Berganda

Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,678 1,850 5,232 ,000

PRODUCT ,334 ,092 ,364 3,620 ,000

PROMOTION ,297 ,103 ,249 2,884 ,005

PRICE ,405 ,135 ,234 3,012 ,003

PLACE ,266 ,128 ,138 2,077 ,040

a. Dependent Variable: KM

146

Sumber: Data primer di olah dengan SPSS 23.0, 2018

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di atas, maka dapat

dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Y= 9,678 + 0,334X1 + 0,297X2 + 0,405X3 + 0,266X4

Dimana :

Y = Keputusan Memilih

X1 = Product

X2 = Promotion

X3 = Price

X4 = Place

Pada persamaan regresi di atas menunjukan nilai konstanta sebesar 9,678

artinya jika nilai variabel independen nol maka nilai variabel sebesar 9,678

dalam hal ini jika Rasio Product, Promotion, Price, dan Place bernilai 0,00 (nol)

maka rasio keputusan memilih akan meningkat sebesar 9% (pembulatan).

Setiap kenaikan 1 satuan variabel product (X1) maka akan menaikkan

nilai variabel keputusan memilih pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017

(Y).

Setiap kenaikan 1 satuan variabel promotion (X2) maka akan menaikkan

nilai variabel keputusan memilih pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017

(Y).

147

Setiap kenaikan 1 satuan variabel price (X3) maka akan menaikkan nilai

variabel keputusan memilih pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 (Y).

Setiap kenaikan 1 satuan variabel place (X4) maka akan menaikkan nilai

variabel keputusan memilih pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 (Y).

F. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi yang semakin mendekati

angka 1, berarti varibel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen.

Koefisien determinasi yang digunakan adlah nilai Adjusted R2

dapat naik

atau turun napabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam

model.

Tabel 4.54

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,861a ,740 ,730 2,095

a. Predictors: (Constant), PALCE, PRICE, PROMOTION, PRODUCT

Sumber: Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018

Berdasarkan tabel 4.54 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi

sebesar 0,730. Hal ini menandakan bahwa 73% variabel dependen keputusan

148

memilih pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 dapat dijelaskan oleh

variabel product, promotion, price, dan place. Sedangkan sisanya sebesar 0,

270 atau 27% (1 – 0,730) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

disertakan dalam model penelitian ini.

G. Pembahasan Hasil Statistik

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda, maka menghasilkan

penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh product terhadap keputusan memilih pasangan Calon

Gubernur DKI Jakarta 2017.

Pada Tabel 4.53 nilai t hitung untuk product sebesar 3,620

sedangkan nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (3,620)

> t tabel (1,988) dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga hipotesis

yang berbunyi adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara

product terhadap keputusan memilih (Ha diterima dan Ho ditolak),

artinya secara parsial terdapat pengaruh antara product terhadap

keputusan memilih.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ridho Bramulya

Ikhsan dan Muchsin Saggaff Shihab (2010) yang berjudul “Political

Marketing Mix dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Mahasiswa

Universitas Lampung” bahwa walaupun variabel produk yang terdiri

dari image partai politik, image kandidat dan janji politik merupakan

hal terakhir yang dilihat oleh mahasiswa tetapi memiliki pengaruh

149

terhadap keputusan memilih. Mereka berpendapat partai politik yang

mengusung nama kandidat wali kota harus bersih dari isu-isu negatif

yang sangat sensitif; seperti keterlibatan dengan kasus KKN, partai

status quo, partai orang tua, partai radikal, dan sebagainya. Untuk

dapat mengatasnamakan pengusung aspirasi masyarakat banyak,

partai harus tetap tegas terhadap kasus KKN, konsisten dengan

ideologi, dan melibatkan semua lapisan masyarakat, Komunikasi

partai politik dengan masyarakat-terutama kaum terpelajar-harus terus

terjaga. Hal ini dikarenakan banyak dari masyarakat yang awam

terhadap visi, misi dan tujuan partai. Selain itu, kecakapan kandidat,

energik, dan dikenali oleh masyarakat banyak juga diperlukan.

Kecakapan dapat diukur dari profesionalisme kandidat dalam

menjalankan amanahnya serta konsistensinya dalam amanahnya

tersebut. Sedangkan energik menggambarkan karakter kandidat yang

tidak kenal lelah dan menyerah.

(Bohnet et al., 2001) berpendapat bahwa para pemilih akan

menilai dan mempertimbangkan kandidat partai politik dan ideologi

yang akan berpihak dan mewakili suara mereka, sedangkan loyalitas

pemilih adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh sebuah institusi politik

dimana hubungan antara institusi politik dengan partisipan/pemilih

adalah kontrak sosial dan untuk menjaga loyalitas, institusi politik

harus menjaga kepercayaan publik atas kontrak sosial ini.

150

2. Pengaruh promotion terhadap keputusan memilih pasangan

Calon Gubernur DKI Jakarta 2017

Pada Tabel 4.53 nilai t hitung untuk promotion sebesar 2,884

sedangkan nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (2,884) > t

tabel (1,988) dan nilai signifikan 0,005 < 0,05. Sehingga hipotesis yang

berbunyi adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara promotion

terhadap keputusan memilih (Ha diterima dan Ho ditolak), artinya secara

parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara promotion terhadap

keputusan memilih.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anny Nurbasari

(2015) yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Keputusan

Memilih Walikota Bandung 2013” bahwa variabel promosi berpengaruh

positif terhadap keputusan memilih.

Rothscild (1978) menunjukkan pilihan media merupakan salah

satu faktor penting dalam penetrasi pesan politik ke publik. Mengetahui

adanya perbedaan tingkat penetrasi media (tv, radio, media cetak seperti

koran dan majalah) dalam suatu wilayah penting dilakukan untuk

menjamin efektivitas pesan politik yang akan disampaikan.

Iklan politik khususnya iklan audiovisual memainkan peranan

strategis dalam political marketing. Nursal (2004) mengutip riset

Falkowski & Cwalian (1999) dan Kaid (1999) menunjukkan iklan politik

berguna untuk beberapa hal berikut:

151

1. Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat.

2. Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan

karena mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu.

3. Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan.

4. Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu.

5. Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional.

6. Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih

terhadap kandidat dan even-even politik.

3. Pengaruh price terhadap keputusan memilih pasangan Calon

Gubernur DKI Jakarta 2017.

Pada Tabel 4.53 nilai t hitung untuk price sebesar 3,012

sedangkan nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (3,012)

> t tabel (1,988) dan nilai signifikan 0,003 < 0,05. Sehingga hipotesis

yang berbunyi adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara price

terhadap keputusan memilih (Ha diterima dan Ho ditolak), artinya

secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara price terhadap

keputusan memilih.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ridho Bramulya Ikhsan dan Muchsin Saggaff Shihab (2010) yang

berjudul “Political Marketing Mix dan Pengaruhnya Terhadap

Keputusan Mahasiswa Universitas Lampung” dan Anny Nurbasari

152

(2015) yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap

Keputusan Memilih Walikota Bandung 2013”

Harga dalam marketing politik mencakup banyak hal, mulai

ekonomi, psikologis dampai citra nasional (Niffenegger, 1989). Harga

ekonomi meliputi semua biaya yang dikeluarkan institusi politik

selama periode kampanye. Dari biaya iklan, publikasi, biaya „rapat-

akbar‟ sampai ke biaya administrasi pengorganisasian tim kampanye.

Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis, misalnya

apakah pemilih merasa nyaman dengan latar belakang- etnis, agama,

pendidikan dan lain-lain- seorang kandidat. Harga Image/citra

nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut

bisa memberikan citra positif suatu bangsa dan bisa menjadi

kebanggaan nasional atau tidak. Suatu institusi politik berusaha untuk

meminimalisasi harga produk politik (minimalisasi risiko) mereka dan

meningkatkan (maksimalisasi) harga produk politik lawan.

Menjadikan harga produk politik lawan semakin mahal (semakin

beresiko) merupakan strategi yang bisa digunakan partai politik atau

kandidat guna memperoleh dukungan publik, sebab pemilih akan

memilih partai atau kontestan yang memiliki resiko dan harga relatif

paling kecil.

4. Pengaruh place terhadap keputusan memilih pasangan Calon

Gubernur DKI Jakarta 2017.

153

Pada Tabel 4.53 nilai t hitung untuk place sebesar 2,077

sedangkan nilai t tabel sebesar 1,988. Maka diketahui t hitung (2,077) > t

tabel (1,988) dan nilai signifikan 0,040 < 0,05. Sehingga hipotesis yang

berbunyi adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara place terhadap

keputusan memilih, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang

signifikan antara place terhadap keputusan memilih.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anny Nurbasari (2013) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan

efektifitas kecenderungan memilih, dengan melihat indikator distribusi

(place) politik, yaitu cara institusi politik berinteraksi dengan partisipan

merupakan atribut yang dianggap sesuai oleh responden sebagai distribusi

politik dan juga merupakan atribut yang paling penting dalam membentuk

variebel distribusi politik.

Sistem distribusi diartikan sebagai suatu jaringan yang berisi orang

dan insititusi yang terkait dengan aliran produk politik kepada masyarakat

luas (O‟Shaughnessy 1995), sehingga masyarakat dapat merasakan dan

mengakses produk politik dengan lebih mudah. Distribusi politik sangat

terkait erat dengan mekanisme jangkauan dan penetrasi produk politik

sampai ke daerah dan pelosok. Pemilihan media, kunjungan partai politik

atau konstestan politik kedaerah-daerah juga bisa dikategorikan dalam

distribusi politik. (Niffenegger, 1989).

154

Kampanye politik memang harus menyentuh segenap lapisan

masyarakat. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan segmentasi publik

(Niffenegger, 1989; Smith & Harris, 2001). Sebuah institusi politik harus

bisa mengidentifikasi dan memetakan struktur serta karakteristik

masyarakat. Identifikasi bisa dilakukan dengan melihat konsentrasi

geografisnya. Pemetaan juga bisa dilakukan berdasarkan tingkat

pendidikan, pekerjaan, usia, kelas sosial, pemahaman akan dunia politik,

kepercayaan agama dan etnis.

155

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang didapatkan dan pengujian yang telah dilakukan

terhadap permasalahan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Product berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih

pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

2. Promotion berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih

pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

3. Price berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih

pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

4. Place berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memilih

pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

5. Product, promotion, price, place (political marketing mix) berpengaruh

secara signifikan terhadap keputusan memilih pasangan Calon Gubernur

DKI Jakarta 2017.

B. Saran

Meskipun peneliti telah menyusun penelitian dengan sebaik-baiknya

tetapi masih saja banyak kekurangan dalam penelitian ini dengan segala

keterbatasannya. Berikut adalah berbagai saran yang diajukan oleh peneliti

berdasarkan hasil penelitian:

156

1. Bagi partai politik/kontestan

Untuk variabel product, disarankan kandidat lebih

mengasah lagi dalam hal peningkatan citra dirinya sebelum dan

pasca pemilihan, misalnya pembentukan visi misi atau program

kerja kandidat yang lebih detail dan terukur (contoh: program 100

hari kerja) dan jangan membuat citra yang berlebihan atau harus

senatural mungkin, mempertimbangkan secara matang koalisi

partai politik pengusung kandidat atau dengan membuat tawar

menawar politik yang lebih menarik, hindari politik “mahar” serta

membuat janji-janji politik yang logis yang sesuai dengan

permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat.

Untuk variabel promotion, perlu diperhatikan bahwa

promosi politik tidak hanya terjadi selama periode kampanye saja.

Atau kita sering mengistilahkannya sebagai “curi start‟ melalui

kegiatan sosial untuk menarik perhatian massa dan biasanya

dimanfaatkan partai politik atau kandidat politik yang memiliki

banyak dana. Salah satu cara yang paling efektif dalam promosi

politik adalah dengan selalu memperhatikan masalah penting yang

dihadapi oleh komunitas dimana institusi politik berada.

Untuk variabel price, menjadikan harga produk lawan

politik semakin mahal (semakin beresiko) merupakan strategi yang

bisa digunakan pelaku politik guna memperoleh dukungan publik,

sebab pemilih akan memilih partai atau kontestan yang memiliki

157

resiko atau harga relatif paling kecil. Semakin baik image/citra dan

citra positif pasangan calon, akan semakin murah harga atau

semakin kecil resiko bagi partisipan untuk memilih pasangan calon

kepala daerah. Efek image/citra dan citra positif direspon sangat

tinggi sehingga pasangan calon kepala daerah harus

mempertimbangkan hal ini sebagai sesuatu yang harus

diperlihatkan sehingga bisa mengurangi resiko yang dirasakan oleh

partisipan saat melakukan pilihan politik. Image/citra dan citra

positif dianggap sebagai jaminan yang mereka pertaruhkan

sehingga semakin baik image/citra dan citra positif akan semakin

murah harga yang mereka bayarkan dalam transaksi politik.

Untuk variabel place, distribusi produk politik menjadi hal

yang tidak boleh dikesampingkan. Pemerataan pengetahuan

tentang produk politik kepada masyarakat membuat masyarakat

sadar akan keberadaan produk politik tersebut. Oleh karena itu,

penyebaran tim sukses menjadi dimensi yang tidak bisa

dikesampingkan. Dan bukan hanya sekedar penyebaran tim sukses

yang merata tapi tim sukses dan kandidat tersebut harus menyatu

dengan masyarakat, mendengar dengan baik aspirasi masyarakat

dan memahami persoalan-persoalan yang tengah dihadapi. Selain

itu, pengumpulan massa untuk memetakan dan membuat kantung-

kantung suara juga hal yang penting untuk dilakukan.

158

2. Bagi peneliti selanjutnya

Riset ini diharapkan menjadi dasar penelitian yang akan

dilakukan selanjutnya. Bagi pihak yang ingin meneliti lebih lanjut,

dapat menggunakan atau menambahkan variabel-variabel lain yang

dapat mempengaruhi keputusan memilih seperti, promotion mix

dan media massa, bahwa masih banyaknya kekurangan dalam

penelitian ini karena keterbatasan sumber yang membahas tentang

variabel lain. Selain itu dapat juga memperluas jangkauan

penelitian seperti mengambil objek-objek lain di masyarakat

sehingga penelitian dapat digeneralisir dan mampu

mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan

memilih. Karena dalam penelitian ini terdapat 27% faktor-faktor

lain yang mempengaruhi keputusan memilih, di antaranya policy-

problem-solving dan ideologi.

159

DAFTAR PUSTAKA

Adman Nursal. “Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu”. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. 2004.

Ali, Hasan. “Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan”. CAPS (Center For Academic

Publishing Service). Yogyakarta. 2013.

Assauri, Sofyan. “Manajemen Produksi dan Operasi”. Lembaga Penerbit FE-UI,

Jakarta. 2000.

Budiyono, “Media Sosial dan Komunikasi Politik: Media Sosial sebagai

Komunikasi Politik Menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017”, Jurnal

Komunikasi Vol 11. No 1, 2016.

Butler, P dan Collins, N. “Payment on Delivery: Recognising Constituency

Service as Political Marketing”. (35), 9-10, hlm. 1026-1037. 2001.

Borgerson, Janet L. and Jonathan E. Schroeder. "Ethical Issues of Global

Marketing: Avoiding Bad Faith in Visual Representation," European

Journal of Marketing, 36 (5), 570-594. 2002.

Bramulya Iksan, Ridho dan Saggaff Shihab, Muchsin. “Political Marketing Mix

dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Mahasiswa Universitas

Lampung”, Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.8 No. 16, 2010.

Bruce, I. Newman. “Handbook of Political Marketing”, Sage Publication, 1999.

Perlmutter, David D. “Manship School Guide to Political Communication”. Baton

Rouge: LSU Press, 1999.

Firmanzah, “Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas”, Edisi Revisi,

Cetakan Ketiga, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 2012.

Firmanzah, “Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi

Politik di Era Demokrasi”, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Penerbit

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 2011.

Firmanzah, “Mengelola Partai Politik”. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2008.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21,

Update PLS Regresi”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2013.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”,

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011.

160

Harris, P. “To Spin Or Not to Spin That is The Question, The Emergence of

Modern Political Marketing”, The Marketing Review 2, pp. 35-53, 2001.

Hayes, B.C dan McAllister, I. “Marketing Politics to Voters: Late Deciders in the

1992 British Election”. European Journal of Marketing, (30), hlm. 135-

146. 1996.

Heryanto, Gun Gun & Rumaru, Shulhan. “Komunikasi Politik: Sebuah

Pengantar”. Ghalia Indonesia, Bogor. 2013

Ingram, P dan Marshment, J. Lees. “The Anglicisation of Political Marketing:

How Blair Out-Marketed Clinton”. John Wiley & Sons, Ltd, Journal of

Public Affairs 2, (2), hlm. 44-56. 2002.

Joko J. Prihatmoko, “Pemilihan Kepala Daerah Langsung”. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta. 2005

Kartajaya, Hermawan. “Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan

Global”. PT. Gramedia Pusataka Utama. Jakarta. 1996.

Kotler Phillip, Kevin Lance Keller. “Marketing Management”. 14th edition. PT.

Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. 2012.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. “Principles Of Marketing” 13 Edition, Pearson

Education, New Jersey USA. 2010.

Kotler, Philip Dan Kevin Lane Keller. “Marketing Management” 13 Edition, New

Jersey: Pearson Prentice Hall.Inc. 2012.

Locke, A dan Harris, P. “Political Marketing-vive La Difference.” European

Journal of Marketing, (30), 10-11, hlm. 21-31. 1996.

Malhotra, Naresh K, “Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan”, Indeks. Jakarta.

2009

Niffenegger, P.B. “Strategies for Success from the Political Marketers”. The

Journal of Consumer Marketing, (6), 1, hlm. 45-51. 1989.

Newman, B dan Seth, I. “A Model of Primary Voter Behaviior”. Journal of

Consumer Research, (12), 2, hlm. 178-187. 1985

O’Cass, A. “Political Marketing: an Investigation of the Political Marketing

Concept and Political Market Orientation in Australian Politics”.

European Houenal of Marketing, (35), 9-10, hlm. 1003-1025. 2001

161

O’Shaugnessy, N. “Competitive Marketing: A Strategic Approach”. Clays Ltd, St.

Ives Plc. London. 2001.

Paul, J. Peter dan J, Jerry Olson. “Consumer Behavior and Marketing Strategy”.

9th Edition, McGraw Hill, New York, USA. 2010.

Riduwan. “Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian”. Penerbit

Alfabeta, Bandung. 2008.

Rewold, H Stewart, James D Scoot, Martin R. Warshaw, MC. Graw Hill Book

Company Singapore, 2000.

Sayuti, Solatun Dulah. “Komunikasi Pemasaran Politik”. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung. 2014.

Surjarweni, V. Wiratman dan Poly, Endaryanto. “Statistika untuk Penelitian”,

Graha Ilmu. Yogyakarta. 2012

Siregar, Sofian. “Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif”, Bumi Aksara.

Jakarta. 2013

Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta. Bandung. 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cetakan 13.

Alfabeta. Bandung. 2011.

Soebagio, H. “Implikasi Golongan Putih dalam Perspektif Pembangunan

Demokrasi di Indonesia”, Vol. 12, No. 2, Desember 2008: Hal. : 82-86.

Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok. 2008.

Swastha, Basu DH. “Azas-azas Marketing”. Liberty Offset. Yogyakarta. 2004.

Swastha, Basu. “Manajemen Pemasaran Modern”, Liberty Offset, Yogyakarta.

2007.

Tjiptono, Fandy. “Strategi Pemasaran”, Edisi 3. Yogyakarta. Andi Offset, 2008.

Umar, Husein. “Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen”, Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. 2010.

Wring, D. “Politcal Marketing and Party Development in Britain: a “Secret”

History”. European Journal of Marketing (30), 10-11, hlm. 100-111. 1996.

Wring, D. “Reconciling Marketing with Political Science: Theories of Political

Marketing”. Proceedings of the 1997 Academy of Marketing Conference,

Manchester, 1131-1144. 1997.

162

Sumber lain:

www.cnnindonesia.com di akses pada 10 marat 2018 pukul 03.05 WIB

www.pilkada.tempo.co di akses pada 10 Maret 2018 pukul 02.52 WIB

http://ppid.kpu.go.id/?download=20160830121407 Undang-Undang No. 8 Tahun

2012, diakses pada 27 September 2017 pukul 23:12 WIB.

www.kpu.go.id diakses pada 20 Juli 2017

www.kpujakarta.go.id diakses pada 20 Juli 2017

www.kpk.go.id diakses pada 21 Juli 2017

163

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JAKARTA

Assalamualaikum Wr. Wb

Kepada Yth,

Bpk/ibu/saudara/i

Di tempat

Saya Kemal Fahmi Arrahman, mahasiswa semester VIII Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya tengah

melakukan penelitian untuk skripsi saya mengenai pengaruh political marketing mix

terhadap keputusan memilih pada pasangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Agar

penelitian ini dapat berlangsung dengan baik, saya mengharapkan kesediaan dan

bantuan dari responden untuk dapat mengisi kuesioner ini dengan tepat dan benar.

Untuk saran dan kritik yang berkaitan dengan penelitian ini, silakan menghubungi saya

melalui email di [email protected]

Atas perhatian dan waktunya, saya ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salam Hormat

Kemal Fahmi Arrrahman

No :

164

Profil Responden

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda check list (√) atau tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang

ada.

1. Apakah Anda pemilih Pilkada DKI Jakarta 2017? (*)

Ya Tidak

*Jika jawaban anda Ya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya

2. Nama anda : .................................................................................................

3. Jenis Kelamin : Laki – Laki Perempuan

4. Perguruan tinggi .......................

5. Tempat Tinggal

Jakarta Pusat Jakarta Timur

Jakarta Utara Jakarta Selatan

Jakarta Barat Kep. Seribu

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (Ѵ) atau tanda

silang (X) pada salah satu kolom jawaban yang ada, adapun makna dari jawaban

alternatif yang ada pada kuesioner ini adalah:

Tanda Keterangan Bobot

STS Sangat Tidak Setuju 1

TS Tidak Setuju 2

R Ragu-Ragu 3

S Setuju 4

SS Sangat Setuju 5

165

NO PERNYATAAN NILAI

STS

(1)

TS

(2)

R

(3)

S

(4)

SS

(5)

Product (X1)

1 Visi misi partai yang mengajukan

kandidat menarik dukungan pemilih

2 Ideologi partai pendukung kandidat

sesuai dengan ideologi saya

3 Rekam jejak partai pengusung

kandidat bagus

4 Ideologi kandidat mencerminkan

karakter kandidat tersebut

5 Kandidat harus bebas dari kasus

korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN)

6 Kandidat harus menuntaskan janji-

janjinya dalam mengentaskan

kemiskinan

7 Kandidat tegas dan konsisten dalam

memerangi KKN

8 Kandidat akan meningkatkan

perekonomian DKI Jakarta ke arah

yang lebih baik

Promotion (X2)

1 Iklan kampanye kandidat di berbagai

media massa membantu pemilih

mengenal kandidat

2 Atribut kampanye yang disebarkan

membantu pemilih untuk mengenal

kandidat

3 Keikutsertaan kandidat dalam acara

debat kandidat akan menarik

dukungan yang lebih banyak dari

pemilih

4 Komunikasi kandidat dengan

masyarakat terjalin dengan baik

166

5 Komunikasi kandidat dengan media

terjalin dengan baik

6 Kampanye dengan cara

mengirimkan SMS ke pemilih

efektif untuk menjaring pemilih

Price (X3)

1 Latar belakang pendidikan kandidat

menjadi pertimbangan saya dalam

memilih kandidat

2 Saya merasa nyaman dengan

kandidat tertentu karena kesamaan

latar belakang agama

3 Saya merasa nyaman dengan

kandidat tertentu kesamaan

suku/etnis

4 Saya memilih kandidat yang

memiliki tingkat nasionalisme tinggi

5 Saya yakin kandidat akan membawa

DKI Jakarta lebih maju

Place (X4)

1 Kunjungan kandidat ke daerah akan

membawa pengaruh bagi suara

pemilih

2 Kandidat mampu berkontribusi

untuk daerah tempat tinggalnya

3 Penyebaran tim sukses kandidat

merata diberbagai tempat

4 Kandidat berinteraksi dengan baik

kepada masyarakat

5 Kunjungan kandidat ke organisasi

masyarakat akan membawa

pengaruh bagi suara pemilih

Keputusan Memilih (Y)

1 Kultur sosial-budaya yang saya

punya memengaruhi cara saya dalam

memilih kandidat

2 Tingkat kesejahteraan ekonomi saya

memengaruhi cara saya dalam

memilih kandidat

3 Tingkat pendidikan saya

167

mencerminkan cara saya dalam

memilih kandidat

4 Saya memilih kandidat berdasarkan

data, informasi, dan berita dari

media massa

5 Saya memilih kandidat dengan

mempertimbangkan ulasan para ahli

6 Saya memilih kandidat berdasarkan

cara kandidat menghadapi

permasalahan terkini

7 Saya memilih kandidat berdasarkan

perkembangan dan tren situasi

terkini

8 Sebelum memilih, saya

mempertimbangkan catatan kinerja

dan reputasi kandidat

9 Sebelum memilih, saya

mempertimbangkan program kerja

yang ditawarkan kandidat

10 Saya memilih kandidat berdasarkan

strategi pemasaran politik masing-

masing kandidat

Lampiran 2: Tabel Jawaban Responden

Variabel Product (X1)

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 TP Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 TP

1 4 4 3 4 4 4 3 4 30 51 3 5 4 3 4 3 4 3 29 2 5 4 3 3 4 3 4 4 30 52 4 3 3 4 4 3 4 3 28 3 2 2 1 3 3 4 2 4 21 53 3 4 4 3 4 2 4 2 26 4 4 4 3 3 4 4 4 3 29 54 3 5 4 3 4 3 4 5 31 5 3 4 3 3 4 4 4 5 30 55 4 2 3 3 3 4 4 2 25 6 3 4 4 4 3 4 4 4 30 56 3 2 3 4 3 2 3 2 22 7 4 4 4 5 5 4 4 4 34 57 4 3 2 3 4 2 3 4 25 8 2 2 3 3 2 3 3 1 19 58 4 4 3 4 2 3 3 4 27 9 2 2 4 3 1 3 1 2 18 59 4 2 3 3 3 4 3 3 25

10 4 4 3 3 4 3 3 3 27 60 4 3 2 3 3 3 2 4 24 11 4 4 3 3 3 4 4 4 29 61 4 2 4 3 4 2 4 3 26 12 4 4 2 3 4 4 3 4 28 62 4 3 4 3 4 4 3 3 28 13 3 2 3 3 2 3 2 2 20 63 4 3 4 3 3 3 4 3 27 14 4 4 3 3 4 4 3 4 29 64 3 4 3 4 3 4 3 4 28 15 3 3 4 3 2 4 4 4 27 65 3 4 3 3 2 2 2 1 20

168

Variabel Promotion (X2)

16 2 2 3 3 2 4 2 2 20 66 4 4 4 4 3 4 3 3 29 17 2 3 4 4 2 3 3 3 24 67 3 4 4 3 3 3 2 4 26 18 3 3 4 4 2 3 3 3 25 68 4 2 3 3 3 3 3 2 23 19 2 3 4 3 2 3 3 3 23 69 4 2 2 3 2 3 3 3 22 20 2 3 4 4 4 3 3 3 26 70 3 4 2 4 3 4 4 3 27 21 3 3 4 4 3 3 4 3 27 71 3 4 3 4 3 3 3 4 27 22 2 1 2 3 2 1 3 3 17 72 3 4 4 4 3 4 4 2 28 23 3 4 2 3 2 3 4 4 25 73 4 3 4 4 4 3 4 3 29 24 4 4 3 3 2 4 2 4 26 74 3 4 3 4 4 4 4 3 29 25 2 3 1 3 2 1 3 2 17 75 3 2 1 3 2 4 3 3 21 26 4 4 4 4 3 4 4 4 31 76 3 2 1 3 2 1 2 3 17 27 4 4 4 3 3 4 4 3 29 77 4 4 3 4 3 3 4 4 29 28 5 4 3 4 3 4 4 4 31 78 5 4 3 5 3 4 4 3 31 29 2 2 2 3 1 3 2 1 16 79 3 3 4 3 2 3 3 4 25 30 1 2 2 3 1 2 3 2 16 80 2 2 2 3 1 3 3 3 19 31 4 3 4 4 4 3 3 4 29 81 3 4 3 4 3 4 3 2 26 32 4 4 4 3 4 4 4 4 31 82 4 4 3 4 3 4 3 3 28 33 3 5 4 4 4 3 4 4 31 83 4 3 4 4 4 4 3 4 30 34 4 4 4 3 4 4 3 3 29 84 4 4 3 4 3 4 3 4 29 35 4 4 4 4 4 4 3 4 31 85 3 3 4 4 2 3 4 4 27 36 4 3 4 4 3 3 4 4 29 86 2 3 2 3 1 3 2 3 19 37 4 4 5 4 4 3 4 4 32 87 3 4 4 3 4 4 3 3 28 38 3 3 2 3 2 3 3 3 22 88 4 4 3 4 4 4 4 4 31 39 4 4 3 4 3 4 4 4 30 89 2 2 3 3 2 2 2 2 18 40 4 3 3 3 2 4 3 4 26 90 2 1 2 3 2 2 3 2 17 41 4 3 4 4 3 4 4 4 30 91 3 4 4 4 4 4 3 3 29 42 3 3 4 4 3 3 3 4 27 92 3 4 3 3 3 4 2 3 25 43 3 3 4 3 3 3 4 3 26 93 2 2 3 3 1 2 2 3 18 44 3 4 4 3 3 3 4 2 26 94 2 3 3 3 3 2 1 2 19 45 4 3 4 4 2 3 3 2 25 95 4 4 3 2 3 4 3 4 27 46 4 2 3 4 3 2 4 2 24 96 4 4 4 4 5 4 4 4 33 47 3 4 4 3 2 3 4 2 25 97 4 4 3 4 3 4 4 4 30 48 3 2 3 3 3 1 2 3 30 98 4 3 3 4 3 2 3 4 26

49 4 4 3 3 4 2 3 3 30 99 4 3 3 3 4 2 4 2 25 50 2 1 1 3 3 4 3 2 21 100 4 4 3 5 4 3 4 5 32

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 TP Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 TP

1 4 4 3 4 4 4 22 51 3 5 4 3 4 3 22 2 5 4 3 3 4 3 22 52 4 3 3 4 4 3 21

169

3 2 2 1 3 3 4 17 53 3 4 4 3 4 2 21 4 4 4 3 3 4 4 21 54 3 5 4 3 4 3 23 5 3 4 3 3 4 4 21 55 4 2 3 3 3 4 22 6 3 4 4 4 3 4 20 56 3 2 3 4 3 2 17 7 4 4 4 5 5 4 25 57 4 3 2 3 4 2 20 8 2 2 3 3 2 3 10 58 4 4 3 4 2 3 19 9 2 2 4 3 1 3 14 59 4 2 3 3 3 4 20

10 4 4 3 3 4 3 20 60 4 3 2 3 3 3 20 11 4 4 3 3 3 4 20 61 4 2 4 3 4 2 16 12 4 4 2 3 4 4 24 62 4 3 4 3 4 4 22 13 3 2 3 3 2 3 14 63 4 3 4 3 3 3 20 14 4 4 3 3 4 4 20 64 3 4 3 4 3 4 22 15 3 3 4 3 2 4 20 65 3 4 3 3 2 2 14 16 2 2 3 3 2 4 15 66 4 4 4 4 3 4 23 17 2 3 4 4 2 3 17 67 3 4 4 3 3 3 20 18 3 3 4 4 2 3 23 68 4 2 3 3 3 3 17 19 2 3 4 3 2 3 23 69 4 2 2 3 2 3 19 20 2 3 4 4 4 3 23 70 3 4 2 4 3 4 22 21 3 3 4 4 3 3 22 71 3 4 3 4 3 3 19 22 2 1 2 3 2 1 16 72 3 4 4 4 3 4 20 23 3 4 2 3 2 3 18 73 4 3 4 4 4 3 16 24 4 4 3 3 2 4 21 74 3 4 3 4 4 4 22 25 2 3 1 3 2 1 14 75 3 2 1 3 2 4 14 26 4 4 4 4 3 4 22 76 3 2 1 3 2 1 17 27 4 4 4 3 3 4 21 77 4 4 3 4 3 3 21 28 5 4 3 4 3 4 18 78 5 4 3 5 3 4 23 29 2 2 2 3 1 3 12 79 3 3 4 3 2 3 25 30 1 2 2 3 1 2 14 80 2 2 2 3 1 3 14 31 4 3 4 4 4 3 21 81 3 4 3 4 3 4 22 32 4 4 4 3 4 4 22 82 4 4 3 4 3 4 21 33 3 5 4 4 4 3 22 83 4 3 4 4 4 4 20 34 4 4 4 3 4 4 22 84 4 4 3 4 3 4 20 35 4 4 4 4 4 4 21 85 3 3 4 4 2 3 23 36 4 3 4 4 3 3 22 86 2 3 2 3 1 3 11 37 4 4 5 4 4 3 21 87 3 4 4 3 4 4 22 38 3 3 2 3 2 3 15 88 4 4 3 4 4 4 21 39 4 4 3 4 3 4 23 89 2 2 3 3 2 2 15 40 4 3 3 3 2 4 20 90 2 1 2 3 2 2 14 41 4 3 4 4 3 4 21 91 3 4 4 4 4 4 23 42 3 3 4 4 3 3 22 92 3 4 3 3 3 4 20 43 3 3 4 3 3 3 22 93 2 2 3 3 1 2 14 44 3 4 4 3 3 3 23 94 2 3 3 3 3 2 13 45 4 3 4 4 2 3 22 95 4 4 3 2 3 4 22

170

Variabel Price (X3)

46 4 2 3 4 3 2 21 96 4 4 4 4 5 4 19 47 3 4 4 3 2 3 19 97 4 4 3 4 3 4 23 48 3 2 3 3 3 1 13 98 4 3 3 4 3 2 19 49 4 4 3 3 4 2 17 99 4 3 3 3 4 2 18 50 2 1 1 3 3 4 14 100 4 4 3 5 4 3 22

Responden P1 P2 P3 P4 P5 TP Responden P

1

P

2

P3 P4 P5 TP

1 4 3 4 3 2 16 51 4 5 5 4 3 21

2 3 4 3 4 5 19 52 4 4 5 4 3 20

3 1 2 3 3 4 13 53 4 3 4 4 2 17

4 4 4 4 3 3 18 54 4 5 4 3 5 21

5 3 4 4 3 3 17 55 4 3 4 2 3 16

6 3 4 4 5 3 19 56 4 4 5 5 4 22

7 3 4 4 3 4 18 57 4 4 2 4 4 18

8 2 3 2 3 3 13 58 3 4 3 4 3 17

9 2 2 4 3 3 14 59 3 4 4 3 3 17

10 4 4 3 4 3 18 60 4 3 4 3 2 16

11 3 4 3 4 3 17 61 4 2 3 2 4 15

12 4 3 4 4 4 19 62 3 4 4 4 3 18

13 2 2 2 3 3 12 63 3 4 4 3 4 18

14 4 4 3 3 4 18 64 4 3 3 4 4 18

15 4 4 4 3 5 20 65 4 3 3 3 4 17

16 3 3 4 2 2 14 66 3 4 4 4 4 19

17 3 4 3 3 4 17 67 4 3 4 4 3 18

18 3 4 2 4 3 16 68 3 3 3 3 2 14

19 3 4 3 4 3 17 69 3 2 3 3 3 14

20 3 3 3 4 3 16 70 2 4 3 3 3 15

21 4 4 3 4 3 18 71 3 3 2 3 4 15

22 2 3 2 4 2 13 72 4 4 4 4 3 19

23 3 4 4 3 4 18 73 4 3 4 4 3 18

24 4 4 2 3 3 16 74 4 4 4 3 4 19

25 4 2 2 3 3 14 75 4 2 3 3 2 14

26 4 4 3 3 4 18 76 2 2 4 4 3 15

27 3 4 3 4 4 18 77 4 4 4 4 3 19

28 4 3 4 4 4 19 78 3 3 4 4 4 18

29 3 2 3 3 2 13 79 3 4 3 3 2 15

30 2 3 2 3 3 13 80 2 3 1 2 3 11

171

Variabel Place (X4)

31 4 4 3 3 3 17 81 4 4 3 4 3 18

32 4 4 3 3 3 17 82 4 3 3 4 4 18

33 4 3 4 3 4 18 83 3 3 4 3 4 17

34 4 4 3 4 4 19 84 3 4 4 3 4 18

35 4 4 4 4 3 19 85 3 4 4 4 3 18

36 3 4 4 4 4 19 86 2 3 1 3 3 12

37 3 4 5 4 4 20 87 4 4 4 4 3 19

38 3 4 3 3 3 16 88 4 3 3 2 4 16

39 3 3 3 4 4 17 89 2 2 3 3 3 13

40 4 3 4 3 4 18 90 3 4 3 2 3 15

41 3 4 3 4 5 19 91 3 4 4 3 3 17

42 3 4 3 3 4 17 92 4 3 4 4 4 19

43 2 4 2 3 4 15 93 4 3 4 3 2 16

44 4 3 4 3 4 18 94 3 2 2 3 2 12

45 2 3 4 3 4 16 95 4 3 4 3 4 18

46 3 2 4 3 4 16 96 3 4 4 3 4 18

47 2 3 4 3 3 15 97 3 3 4 3 4 17

48 3 4 2 3 4 16 98 4 3 4 2 3 16

49 2 3 3 4 4 16 99 3 3 3 2 3 14

50 1 3 3 2 2 11 100 5 5 4 4 4 22

172

Responden P1 P2 P3 P4 P5 TP Responden P1 P2 P3 P4 P5 TP

1 5 3 3 4 3 18 51 5 3 4 4 3 19 2 4 5 4 3 4 20 52 3 3 4 3 4 17 3 3 3 4 2 3 15 53 3 3 4 3 4 17 4 4 4 4 3 3 18 54 4 3 4 4 3 18 5 3 4 4 3 3 17 55 3 3 3 4 2 15 6 4 4 3 4 3 18 56 4 3 3 3 4 17 7 4 4 4 3 4 19 57 4 3 3 5 3 18 8 2 2 2 3 3 12 58 4 3 3 3 4 17 9 3 3 3 3 2 14 59 3 3 3 4 3 16

10 3 3 3 4 3 16 60 4 3 3 4 3 17 11 4 4 4 3 3 18 61 4 3 4 4 4 19 12 3 4 2 2 3 14 62 3 3 4 3 4 17 13 3 4 2 2 3 14 63 4 3 4 4 3 18 14 3 4 2 2 2 13 64 3 4 3 2 2 14 15 3 3 2 2 2 12 65 3 4 2 3 3 15 16 3 3 2 4 3 15 66 3 4 3 3 3 16 17 3 3 4 3 2 15 67 3 2 3 3 2 13 18 3 3 4 3 3 16 68 3 3 3 2 3 14 19 4 3 3 3 2 15 69 3 3 2 3 3 14 20 4 3 3 4 2 16 70 3 3 3 4 3 16 21 3 4 3 3 4 17 71 4 3 3 3 4 17 22 2 3 2 2 3 12 72 3 4 4 4 3 18 23 4 3 3 3 4 17 73 3 3 4 2 4 16 24 3 3 4 2 3 15 74 3 5 3 3 4 18 25 3 2 2 3 3 13 75 2 3 3 2 3 13 26 4 4 3 4 4 19 76 3 3 3 4 3 16 27 4 3 3 4 3 17 77 3 4 3 4 2 16 28 4 4 4 3 4 19 78 3 3 4 3 4 17 29 3 3 2 2 2 12 79 4 3 4 4 4 19 30 2 2 3 2 3 12 80 3 2 4 2 4 15 31 4 4 4 4 3 19 81 4 3 3 4 4 18 32 4 4 4 3 2 17 82 3 3 3 3 4 16 33 4 4 4 3 3 18 83 3 4 3 4 4 18 34 4 4 4 3 5 20 84 4 3 3 3 4 17 35 4 3 3 3 2 15 85 4 4 4 3 3 18 36 4 3 3 4 4 18 86 3 3 2 3 2 13 37 4 4 3 5 3 19 87 4 3 4 2 2 15 38 3 4 4 2 3 16 88 3 3 4 3 4 17 39 4 4 4 3 4 19 89 3 3 3 2 2 13 40 3 3 4 4 3 17 90 3 3 3 3 2 14 41 3 3 4 3 4 17 91 3 3 3 2 2 13 42 3 3 4 3 3 16 92 3 3 2 3 3 14 43 4 4 3 2 2 15 93 3 3 3 2 2 13 44 4 2 3 4 4 17 94 3 3 2 3 3 14 45 3 4 3 3 3 16 95 3 3 2 3 3 14 46 4 3 3 4 3 17 96 3 4 2 2 2 13 47 4 4 3 2 2 15 97 3 4 3 2 2 14 48 3 2 2 3 3 13 98 4 4 3 2 2 15 49 3 4 4 3 3 17 99 3 2 3 2 3 13 50 3 4 4 3 3 17 100 4 3 4 3 4 18

173

Variabel Keputusan Memilih (Y)

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TP

1 4 3 4 4 3 4 4 5 4 5 40 2 5 4 5 4 3 4 3 4 3 4 39 3 3 3 3 2 4 4 2 3 2 3 29 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38 5 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 36 6 3 4 3 4 4 5 4 4 4 4 39 7 4 5 4 3 4 3 4 3 4 3 37 8 2 2 3 2 4 3 2 3 2 3 26 9 3 2 3 2 2 3 4 2 4 2 27

10 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 37 11 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 38 12 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 35 13 3 3 4 3 2 2 4 3 4 3 31 14 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 34 15 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 39 16 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 26 17 3 4 4 4 4 3 2 4 2 4 34 18 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 36 19 4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 33 20 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 38 21 4 4 3 4 3 5 3 4 3 4 37 22 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 26 23 4 3 4 4 2 4 2 4 2 4 33 24 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 33 25 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 28 26 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 27 4 3 5 4 4 4 3 4 3 4 38 28 4 4 4 5 4 4 3 4 3 4 39 29 2 3 3 3 2 2 2 4 2 4 27 30 3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 28 31 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 38 32 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 37 33 5 4 3 4 3 3 4 4 4 4 38 34 4 3 4 4 3 3 4 5 4 5 39 35 4 3 4 4 3 5 4 4 4 4 39 36 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 40 37 4 3 4 5 3 4 4 3 4 3 37 38 4 2 3 4 3 4 3 4 3 4 34 39 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 40

174

40 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 36 41 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 38 42 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 36 43 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 35 44 4 2 3 5 4 3 4 3 4 3 35 45 3 4 4 3 4 3 2 4 2 4 33 46 3 4 3 4 3 4 5 4 5 4 39 47 5 3 3 4 4 4 3 3 3 3 35 48 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 28 49 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 34 50 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 28 51 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 39 52 4 4 3 4 4 5 3 3 3 3 36 53 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 39 54 4 4 3 5 3 4 5 3 5 3 39 55 4 4 3 3 4 4 4 5 4 5 40 56 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 40 57 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 38 58 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 36 59 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 36 60 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 35 61 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 36 62 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 38 63 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 38 64 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 38 65 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 37 66 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 38 67 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 35 68 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39 69 4 2 4 3 2 4 3 3 3 3 31 70 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 37 71 3 4 4 2 3 4 4 3 4 3 34 72 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 36 73 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 37 74 5 3 4 3 4 3 4 4 4 4 38 75 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 34 76 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 28 77 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 36 78 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 40 79 4 3 4 3 3 4 4 5 4 5 39 80 2 4 2 4 3 3 4 2 4 2 30 81 4 3 4 5 4 4 3 3 3 3 36 82 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 34

175

83 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 36 84 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 34 85 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 86 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 25 87 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 38 88 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 37 89 2 3 3 2 3 3 2 4 2 4 28 90 2 3 2 4 2 3 2 4 2 4 28 91 4 3 4 4 3 5 4 4 4 4 39 92 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 34 93 2 3 2 3 3 2 3 4 3 4 29 94 2 3 2 4 3 2 3 3 3 3 28 95 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 36 96 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 36 97 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 37 98 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 34 99 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 35

100 4 3 4 4 5 3 4 5 4 5 41

176

Lampiran 3: Hasil Uji SPSS – Kualitas Data

1. Hasil Uji Validitas Variabel Product

Correlations

X1_1 X1_2 X1_3 X1_4 X1_5 X1_6 X1_7 X1_8 PRODUK

X1_1 Pearson

Correlat

ion

1 ,512**

,485*

*

,473*

*

,264 ,426* ,427

* ,412

* ,785

**

Sig. (2-

tailed) ,004 ,007 ,008 ,158 ,019 ,018 ,024 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1_2 Pearson

Correlat

ion

,512** 1 ,436

* ,447

* ,427

* ,313 ,339 ,458

* ,782

**

Sig. (2-

tailed) ,004 ,016 ,013 ,019 ,093 ,067 ,011 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1_3 Pearson

Correlat

ion

,485** ,436

* 1 ,290 ,087 ,061 ,117 ,356 ,549

**

Sig. (2-

tailed) ,007 ,016 ,120 ,649 ,750 ,538 ,053 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1_4 Pearson

Correlat

ion

,473** ,447

* ,290 1 ,114 ,295 ,189 ,594

** ,679

**

Sig. (2-

tailed) ,008 ,013 ,120 ,548 ,114 ,316 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1_5 Pearson

Correlat

ion

,264 ,427* ,087 ,114 1 ,420

* ,136 ,176 ,534

**

Sig. (2-

tailed) ,158 ,019 ,649 ,548 ,021 ,473 ,353 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

177

X1_6 Pearson

Correlat

ion

,426* ,313 ,061 ,295 ,420

* 1 ,011 ,187 ,543

**

Sig. (2-

tailed) ,019 ,093 ,750 ,114 ,021 ,954 ,322 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1_7 Pearson

Correlat

ion

,427* ,339 ,117 ,189 ,136 ,011 1 ,212 ,489

**

Sig. (2-

tailed) ,018 ,067 ,538 ,316 ,473 ,954 ,261 ,006

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1_8 Pearson

Correlat

ion

,412* ,458

* ,356

,594*

*

,176 ,187 ,212 1 ,670**

Sig. (2-

tailed) ,024 ,011 ,053 ,001 ,353 ,322 ,261 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRODUK Pearson

Correlat

ion

,785** ,782

**

,549*

*

,679*

*

,534*

*

,543*

*

,489*

*

,670** 1

Sig. (2-

tailed) ,000 ,000 ,002 ,000 ,002 ,002 ,006 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

2. Hasil Uji Kualitas Variabel Promotion

Correlations

X2_1 X2_2 X2_3 X2_4 X2_5 X2_6 PROMOTION

X2_1 Pears

on

Correl

ation

1 ,306 ,221 ,511** ,424

* ,221 ,548

**

178

Sig.

(2-

tailed)

,101 ,241 ,004 ,019 ,241 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30

X2_2 Pears

on

Correl

ation

,306 1 ,849

*

*

,239 ,416* ,849

** ,898

**

Sig.

(2-

tailed)

,101 ,000 ,203 ,022 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30

X2_3 Pears

on

Correl

ation

,221 ,849

*

*

1 ,210 ,218 1,000** ,877

**

Sig.

(2-

tailed)

,241 ,000 ,266 ,248 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30

X2_4 Pears

on

Correl

ation

,511** ,239 ,210 1 ,623

** ,210 ,531

**

Sig.

(2-

tailed)

,004 ,203 ,266 ,000 ,266 ,003

N 30 30 30 30 30 30 30

X2_5 Pears

on

Correl

ation

,424* ,416

* ,218 ,623

** 1 ,218 ,576

**

Sig.

(2-

tailed)

,019 ,022 ,248 ,000 ,248 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30

179

X2_6 Pears

on

Correl

ation

,221 ,849

*

*

1,00

0**

,210 ,218 1 ,877**

Sig.

(2-

tailed)

,241 ,000 ,000 ,266 ,248 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30

PROMOTION Pears

on

Correl

ation

,548**

,898*

*

,877*

*

,531** ,576

** ,877

** 1

Sig.

(2-

tailed)

,002 ,000 ,000 ,003 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3. Hasil Uji Kualitas Variabel Price

Correlations

X3_1 X3_2 X3_3 X3_4 X3_5 TOTAL

X3_1 Pearson Correlation 1 ,460* ,514

** ,526

** ,532

** ,849

**

Sig. (2-tailed) ,011 ,004 ,003 ,002 ,000

N 30 30 30 30 30 30

X3_2 Pearson Correlation ,460* 1 -,006 ,470

** ,497

** ,703

**

Sig. (2-tailed) ,011 ,974 ,009 ,005 ,000

N 30 30 30 30 30 30

X3_3 Pearson Correlation ,514** -,006 1 ,210 ,208 ,518

**

Sig. (2-tailed) ,004 ,974 ,266 ,271 ,003

N 30 30 30 30 30 30

X3_4 Pearson Correlation ,526** ,470

** ,210 1 ,459

* ,748

**

Sig. (2-tailed) ,003 ,009 ,266 ,011 ,000

N 30 30 30 30 30 30

X3_5 Pearson Correlation ,532** ,497

** ,208 ,459

* 1 ,748

**

Sig. (2-tailed) ,002 ,005 ,271 ,011 ,000

180

N 30 30 30 30 30 30

TOTAL Pearson Correlation ,849** ,703

** ,518

** ,748

** ,748

** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,003 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

4. Hasil Uji Kualitas Variabel Place

X4_1 X4_2 X4_3 X4_4 X4_5 PLACE

X4_1 Pearson

Correlation 1 ,283 -,060 ,432

* ,341 ,665

**

Sig. (2-tailed) ,130 ,752 ,017 ,065 ,000

N 30 30 30 30 30 30

X4_2 Pearson

Correlation ,283 1 ,167 ,132 ,159 ,555

**

Sig. (2-tailed) ,130 ,379 ,485 ,401 ,001

N 30 30 30 30 30 30

X4_3 Pearson

Correlation -,060 ,167 1 ,242 ,280 ,532

**

Sig. (2-tailed) ,752 ,379 ,197 ,135 ,002

N 30 30 30 30 30 30

X4_4 Pearson

Correlation ,432

* ,132 ,242 1 ,144 ,652

**

Sig. (2-tailed) ,017 ,485 ,197 ,446 ,000

N 30 30 30 30 30 30

X4_5 Pearson

Correlation ,341 ,159 ,280 ,144 1 ,635

**

Sig. (2-tailed) ,065 ,401 ,135 ,446 ,000

N 30 30 30 30 30 30

PLACE Pearson

Correlation ,665

** ,555

** ,532

** ,652

** ,635

** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,002 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

181

5. Hasil Uji Kualitas Variabel Keputusan Memilih

Correlations

Y_1 Y_2 Y_3 Y_4 Y_5 Y_6 Y_7 Y_8 Y_9 Y_10

KEPUT

USAN

MEMILI

H

Y_1 Pearson

Correlation 1

,560*

*

,323 ,320 ,137 ,042 ,456* -,200 ,456

* ,228 ,613

**

Sig. (2-tailed) ,001 ,081 ,085 ,470 ,825 ,011 ,289 ,011 ,226 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_2 Pearson

Correlation ,560

** 1 ,073 ,253 ,129 -,099 ,236 -,075 ,236 ,099 ,470

**

Sig. (2-tailed) ,001 ,700 ,177 ,497 ,602 ,208 ,694 ,208 ,602 ,009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_3 Pearson

Correlation ,323 ,073 1 ,021 ,223 ,199 ,317 ,339 ,317 ,103 ,511

**

Sig. (2-tailed) ,081 ,700 ,912 ,235 ,292 ,088 ,067 ,088 ,589 ,004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_4 Pearson

Correlation ,320 ,253 ,021 1 ,354 ,281 ,280 ,059 ,280 -,075 ,467

**

Sig. (2-tailed) ,085 ,177 ,912 ,055 ,133 ,134 ,755 ,134 ,692 ,009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_5 Pearson

Correlation ,137 ,129 ,223 ,354 1

,606*

*

,167 ,187 ,167 ,258 ,551**

Sig. (2-tailed) ,470 ,497 ,235 ,055 ,000 ,378 ,323 ,378 ,168 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_6 Pearson

Correlation ,042 -,099 ,199 ,281

,606*

*

1 ,395*

,474*

*

,395* ,249 ,603

**

Sig. (2-tailed) ,825 ,602 ,292 ,133 ,000 ,031 ,008 ,031 ,185 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_7 Pearson

Correlation ,456

* ,236 ,317 ,280 ,167 ,395

* 1 ,223

1,00

0**

,139 ,790**

Sig. (2-tailed) ,011 ,208 ,088 ,134 ,378 ,031 ,237 ,000 ,465 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_8 Pearson

Correlation -,200 -,075 ,339 ,059 ,187

,474*

*

,223 1 ,223 ,157 ,391*

Sig. (2-tailed) ,289 ,694 ,067 ,755 ,323 ,008 ,237 ,237 ,406 ,033

182

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_9 Pearson

Correlation ,456

* ,236 ,317 ,280 ,167 ,395

*

1,00

0**

,223 1 ,139 ,790**

Sig. (2-tailed) ,011 ,208 ,088 ,134 ,378 ,031 ,000 ,237 ,465 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y_10 Pearson

Correlation ,228 ,099 ,103 -,075 ,258 ,249 ,139 ,157 ,139 1 ,387

*

Sig. (2-tailed) ,226 ,602 ,589 ,692 ,168 ,185 ,465 ,406 ,465 ,035

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

KEP

UTU

SAN

MEM

ILIH

Pearson

Correlation ,613

**

,470*

*

,511*

*

,467*

*

,551*

*

,603*

*

,790*

*

,391*

,790*

*

,387* 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,009 ,004 ,009 ,002 ,000 ,000 ,033 ,000 ,035

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Product

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,776 8

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

X1_1 23,70 10,976 ,700 ,718

X1_2 23,90 10,645 ,683 ,716

X1_3 23,73 12,064 ,394 ,765

X1_4 23,83 11,040 ,536 ,742

X1_5 24,00 11,931 ,354 ,774

X1_6 23,77 11,978 ,376 ,769

X1_7 24,03 12,240 ,304 ,782

X1_8 23,67 11,402 ,542 ,742

183

7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Promotion

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,829 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

X2_1 21,00 5,310 ,386 ,840

X2_2 21,23 3,564 ,806 ,753

X2_3 21,13 3,982 ,791 ,756

X2_4 21,27 5,582 ,411 ,835

X2_5 21,40 5,421 ,451 ,829

X2_6 21,13 3,982 ,791 ,756

8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Price

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,760 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

X3_1 13,20 5,269 ,728 ,639

X3_2 13,63 5,826 ,480 ,738

X3_3 13,23 7,082 ,288 ,791

X3_4 13,63 5,895 ,580 ,698

X3_5 13,37 6,033 ,594 ,695

184

9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Place

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,715 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

X4_1 15,47 2,947 ,410 ,694

X4_2 15,70 2,907 ,495 ,658

X4_3 15,67 3,195 ,360 ,709

X4_4 15,77 2,737 ,545 ,636

X4_5 15,53 2,809 ,561 ,632

10. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Memilih

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,776 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Y1 31,53 12,575 ,612 ,733

Y2 31,73 14,058 ,369 ,766

Y3 31,67 13,456 ,406 ,762

Y4 31,57 14,611 ,204 ,787

Y5 31,84 13,954 ,348 ,769

Y6 31,59 13,638 ,382 ,765

185

Y7 31,70 13,040 ,532 ,745

Y8 31,51 13,182 ,529 ,746

Y9 31,70 13,040 ,532 ,745

Y10 31,51 13,182 ,529 ,746

Lampiran 4 : Hasil Uji SPSS – Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas Metode Grafik

186

2. Hasil Uji Normalitas Metode Statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 100

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 1,95211992

Most Extreme Differences Absolute ,073

Positive ,073

Negative -,057

Test Statistic ,073

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

3. Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 8,219 1,808 4,545 ,000

PRODUK ,234 ,093 ,255 2,511 ,014 ,240 4,174

PROMOTION ,240 ,100 ,201 2,402 ,018 ,353 2,831

PRICE ,469 ,105 ,404 4,476 ,000 ,303 3,304

PLACE ,224 ,123 ,116 1,825 ,071 ,614 1,628

a. Dependent Variable: KM

187

4. Hasil Uji Heteroskedasitas Metode Grafik

5. Hasil Uji Heteroskedasitas Metode Statistik

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2,450 1,170 2,094 ,039

PRODUK -,108 ,060 -,365 -1,787 ,077 ,240 4,174

PROMOTION ,071 ,065 ,186 1,107 ,271 ,353 2,831

PRICE ,025 ,068 ,068 ,372 ,711 ,303 3,304

PLACE -,018 ,079 -,028 -,222 ,825 ,614 1,628

188

Lampiran 5 : Hasil Uji SPSS – Uji Hipotesis

1. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,678 1,850 5,232 ,000

PRODUCT ,334 ,092 ,364 3,620 ,000

PROMOTION ,297 ,103 ,249 2,884 ,005

PRICE ,405 ,135 ,234 3,012 ,003

PLACE ,266 ,128 ,138 2,077 ,040

a. Dependent Variable: KM

2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji f)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1189,756 4 297,439 67,763 ,000b

Residual 416,994 95 4,389

Total 1606,750 99

a. Dependent Variable: KM

b. Predictors: (Constant), PALCE, PRICE, PROMOTION, PRODUCT

Lampiran 6: Hasil SPSS – Analisis Regresi Linier Berganda

1. Hasil Analisis Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,678 1,850 5,232 ,000

PRODUCT ,334 ,092 ,364 3,620 ,000

PROMOTION ,297 ,103 ,249 2,884 ,005

PRICE ,405 ,135 ,234 3,012 ,003

PLACE ,266 ,128 ,138 2,077 ,040

a. Dependent Variable: KM

189

2. Hasil Analisis Koefisien Determinan (R2)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,861a ,740 ,730 2,095

a. Predictors: (Constant), PALCE, PRICE, PROMOTION, PRODUCT