ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PEMBAYARAN DIVIDEN …
Transcript of ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PEMBAYARAN DIVIDEN …
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PEMBAYARAN DIVIDEN TERHADAP EARNINGS PER SHARE PERUSAHAAN PADA PASAR
SAHAM BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004 – 2010
Jasmine Narulita
Fakultas Ekonomi Ekstensi Manajemen
Abstrak Ada beberapa teori mengenai dividen yang menyatakan bahwa perubahan dividen mengandung informasi tentang laba di masa mendatang, salah satunya adalah “dividend signalling theory”. Berdasarkan teori “dividend signalling” yang dinyatakan Battcharaya (1979), dividen merupakan isyarat yang digunakan oleh manajer untuk menunjukkan kemampuan perusahaan serta dapat memberikan informasi mengenai laba di masa mendatang. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan dividen sebagai indikator untuk memprediksi earnings per share di masa mendatang. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh sebanyak 50 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 2004 – 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan dividen terbukti tidak signifikan untuk dapat digunakan sebagai sinyal yang dapat dipercaya tentang perubahan kinerja laba di masa yang akan datang. Secara keseluruhan hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis sinyal dividen. Many dividend theories imply that changes in dividends contain about the future earnings of the firm, one of them is “dividend signaling theory”. Refer to “dividend signaling” by Battcharaya (1979), dividends are the sign which used by managers to indicate the ability of the company and convey information about future earnings. Hence, the study use dividend as indicator to forecast future earnings per share. The sampling research using purposive sampling method and obtained 50 listed companies at Indonesia Stock Exchange during 2004-2010 period. The result shows that dividend changes is not significantly can be used as a reliable signal about the future earnings. Overall the the results of this study does not support the hypothesis signal dividends. Keywords : dividend signaling theory; dividend; earnings per share; return on equity
Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia membutuhkan peran pasar modal untuk memediasi
investor dan perusahaan dalam melakukan ekspansi usaha. Dari sisi investor, pasar modal
merupakan sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi melalui instrumen keuangan seperti
saham, obligasi, reksadana dan lain-lain. Sementara dari sisi perusahaan, pasar modal
merupakan sarana untuk mendapatkan dari masyarakat pemodal (investor) dengan menjual
surat utang ataupun obligasi.
Meningkatnya aktivitas di pasar modal tercermin dari meningkatnya nilai kapitalisasi yang
terjadi di Bursa Efek Indonesia seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini.
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Gambar 1. Kapitalisasi Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2011
Kapitalisasi di Bursa Efek Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2011. Penurunan kapitalisasi terjadi satu kali, yaitu pada tahun 2008
sebesar 45.86% yang merupakan dampak dari krisis ekonomi global. Prosentase kenaikan
kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia terjadi pada tahun 2008 ke tahun 2009, yakni
sebesar 87,58%. Sementara dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, kapitalisasi di Bursa
Efek Indonesia kembali meningkat, yakni sebesar 60,79%. Peningkatan dari tahun 2010 ke
2011 tidak begitu besar jika dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya, yakni sebesar 8,94%.
Dari informasi yang diperoleh, sampai dengan kuartil pertama pada tahun 2012, peningkatan
kapitalisasi di BEI sudah menunjukkan peningkatan sebesar 9,62% dan diyakini jumah ini
akan meningkat sampai dengan akhir tahun 2012.
Berdasarkan gambar 1 kapitalisasi di Bursa Efek Indonesia cenderung mengalami tren
peningkatan sampai dengan kuartil pertama tahun 2012, sehingga dapat dikatakan bahwa
ketertarikan investor terhadap investasi dan kebutuhan pendanaan perusahaan yang terdapat
pada Bursa Efek Indonesia pun semakin meningkat. Dari sisi investor, penentuan investasi
dipengaruhi oleh tingkat pengembalian (Rahardja dan Manurung, 2008). Sehingga perusahaan
akan berusaha untuk menyampaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang dengan tujuan
dapat memproyeksikan tingkat pengembalian yang akan diperoleh pada masa mendatang.
Menurut Bhattacharya (1979), John dan Williams (1985) dan Miller dan Rock (1985), untuk
memberikan informasi prospek perusahaan di masa mendatang, manajer dapat menggunakan
dividen sebagai isyarat untuk menunjukkan kemampuan perusahaan. Hipotesis ini dikenal
sebagai “dividend signalling theory”.
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Dari sisi perusahaan, pengembalian investasi dalam bentuk dividen bukan tanpa pertimbangan.
Jika perusahaan memerlukan pendanaan untuk pengembangan usaha dimasa depan, bagian
laba bersih perusahaan dalam bentuk dividen akan ditahan dan tidak dibagikan kepada
pemegang saham tetapi diinvestasikan kembali. Oleh karena itu, perusahaan dalam
pembagian dividen tetap memperhatikan laba serta kondisi keuangan perusahaan dalam tahun
buku yang bersangkutan serta dengan memperhatikan kebutuhan dana yang akan diperlukan
untuk investasi dalam rangka pengembangan usaha di masa depan. Pada prakteknya
perusahaan cenderung akan memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau
meningkat secara teratur. Menurut Ross, Westerfield dan Jordan (2010) investor lebih
memilih dividen yang lebih tinggi dengan harapan pada masa mendatang akan meningkatkan
harga saham. Hal ini juga dipengaruhi oleh keputusan manajemen yang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Sedangkan dari pihak calon investor dan pemegang saham, kebijakan pembagian dividen
yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik menjadi tolak ukur keputusan untuk membeli
dan mempertahankan saham perusahaan atau sebaliknya mereka akan memutuskan untuk
tidak membeli atau menjual saham perusahaan. Saat akan berinvestasi, pemegang saham
membutuhkan pertimbangan yang matang dengan mencari informasi yang menyangkut
perusahaan untuk pengambilan keputusan investasi. Salah satu informasi yang digunakan oleh
investor sebagai bahan pertimbangan investasi adalah informasi laba bersih, karena laba
bersih di pandang sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Oleh
karena itu, perusahaan harus memberikan sinyal pada pasar mengenai profitabilitas
perusahaan di masa depan terkait kebijakan dividen yang diterapkan.
Selain pembayaran dividen, analisis rasio merupakan alat yang digunakan untuk membantu
menganalisis laporan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
suatu perusahaan. Analisis rasio merupakan hubungan yang menjelaskan informasi keuangan
perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan (Ross, Westerfield dan Jordan, 2010).
Pada penelitian ini rasio yang digunakan adalah return on equity. Return on Equity (ROE)
adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal dari
pemegang saham untuk mendapatkan laba bersih (Lestari, Lutfi dan Syahyunan, 2007). Selain
itu, adanya pengaruh positif antara return on equity dengan perubahan dividen diharapkan
dapat menambahkan informasi tambahan mengenai future earnings per share (Nissim dan
Ziv, 2001).
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Prediktor lain yang digunakan untuk mengestimasi laba di masa mendatang adalah earnings
per share (EPS) pada tahun sebelumnya. EPS dapat dijadikan alat analisis tingkat
profitabilitas perusahaan yang menunjukkan keuntungan bersih per lembar saham yang
mampu dihasilkan perusahaan. Menurut Benartzi dkk (1997), perubahan dividen memiliki
pengaruh terhadap perubahan pendapatan pada tahun yang sama. Pengaruh positif antara
perubahan dividen dan perubahan earnings per share pada dua tahun berikutnya mungkin
disebabkan oleh autokorelasi dalam perubahan laba (Nissim dan Ziv, 2001). Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah perubahan
pembayaran dividen memiliki pengaruh terhadap earnings per share pada tahun berikutnya
dan satu tahun setelahnya. Sementara penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
pengaruh perubahan pembayaran dividen terhadap earnings per share pada tahun berikutnya
dan satu tahun setelahnya.
Tinjauan Teoritis
Dividen merupakan pembayaran yang dilakukan dari laba perusahaan kepada pemegang
saham, baik dalah bentuk tunai ataupun saham (Ross, Westerfield, dan Jordan, 2010). Dividen
ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.
Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis
pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan.
Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan
perusahaan. Kebijakan dividen merujuk pada pilihan apakah akan mendistribusikan laba
kepada pemegang saham baik dalam bentuk tunai atupun saham atau menginvestasikan
kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan di masa depan (Ross, Westerfield, dan
Jordan, 2010). Menurut Arifin (2005) dalam Hartini (2009), jika perusahaan lebih memilih
membagikan laba dalam bentuk dividen, maka perusahaan harus memutuskan apakah akan
membagikan dividen secara regular, reguler plus ekstra, seberapa besar yang akan
didistribusikan kepada pemegang saham per lembar sahamnya, seberapa sering frekuensinya,
serta bagaimana cara untuk menyeimbangkan preferensi arus kas dari individu dengan tingkat
pajak yang tinggi dan dengan investor yang merupakan institusi bebas pajak.
Dalam penelitian ini, digunakan dividend signaling theory sebagai kerangka teori karena teori
ini relevan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk membuktikan bahwa pengumuman
pembayaran dividen mengandung informasi mengenai prospek perusahaan di masa
mendatang. Dividend signaling theory berdasarkan pada asumsi bahwa dividen diperlukan
untuk memberikan informasi positif dari manajer yang mempunyai informasi yang lengkap
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya kepada investor yang miskin akan informasi
tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Fenomena seperti ini terjadi karena adanya
asymetric information antara manajer dengan investor. Kester (1994) melakukan wawancara
dengan para manajer di kawasan Asia – Pasifik untuk mengetahui secara langsung pendapat
dari manajemen perusahaan terhadap kebijakan dividen yang diterapkan pada perusahaannya.
Dari hasil wawancara Kester menyimpulkan bahwa manajer di Indonesia berkeyakinan bahwa
dividen yang dibayarkan perusahaan dapat menjadi suatu sinyal bagi prospek perusahaan di
masa depan. Akan tetapi, keyakinan tersebut masih bersifat lemah atau hanya 47,2% yang
menyatakan setuju sedangkan sisanya ragu-ragu bahkan tidak setuju sama sekali.
Untuk melakukan analisis profitabilitas yang merupakan hasil akhir dari berbagai keputusan
dan kebijakan yang dijalankan perusahaan, diperlukan angka-angka indikator. Analisis
profitabilitas akan memberikan informasi tentang kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas dapat diukur melalui kemampuan perusahaan
mempertahankan kebijakan deviden yang stabil sementara pada saat yang sama dapat
mempertahankan kenaikan kekayaan pemegang saham dalam perusahaan. Menurut Bodie,
Kane and Marcus (2002) Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan
pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan.
Earnings atau laba bisa didefinisikan sebagai pengukuran akuntansi untuk keuntungan dan
kerugian dari aktivitas bisnis pada periode tertentu (Nichols dan Whalen, 2004). Investor
dapat menghitung laba dari laporan laba rugi keuangan perusahaan. Earnings juga dapat
diinterpretasikan sebagai net income yang seringkali ditunjukkan dalam basis per lembar
(Ross, Westerfield dan Jordan, 2010). Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002)
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dapat diukur dari pendapatan per lembar saham
(Earnings per Share/ EPS) sehingga dalam hal ini EPS akan mempengaruhi kepercayaan
investor pada perusahaan. Pertumbuhan laba adalah nilai prosentase pertumbuhan laba dari
waktu ke waktu yang digunakan untuk melihat kondisi stabilitas perusahaan. Laba per lembar
saham diperoleh dari pendapatan bersih dibagi dengan jumlah saham yang outstanding.
Sehubungan dengan dividen, perusahaan dengan laba yang tinggi seharusnya memiliki
dividen yang rendah karena perusahaan tersebut sedang dalam tahap pengembangan dan
sedang mencoba mengekspansi usaha yang dijalankan. Sementara perusahaan yang memiliki
pertumbuhan laba rendah (perusahaan mapan) lebih memilih untuk mendistribusikan dividen.
Asumsi ini sesuai dengan Boehme (2008) yang meyakini bahwa pertumbuhan perusahaan
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
(1)
yang tinggi biasanya tidak membayar dividen atau memiliki dividen rendah dan perusahaan
yang sudah mapan memiliki pembayaran dividen yang tinggi.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari
masalah yang sedang diteliti kemudian data diolah dan dianalisa guna mendapatkan gambaran
mengenai hal yang diteliti tersebut. Untuk mengetahui adanya pengaruh perubahan dividen
terhadap laba di masa mendatang dan satu tahun setelahnya dilakukan pengumpulan sampel
kemudian dilakukan pengujian regresi data cross section dengan metode Ordinary Least
Square menggunakan software E-views 6.0.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2004-2010, terhitung dalam 7 periode. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari sumber data sekunder, yaitu laporan keuangan seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004-2010. Pemilihan
sampel yang terdapat di Bursa Efek Indonesia harus memenuhi beberapa kriteria terlebih
dahulu untuk menjadi anggota sampel. Dari populasi yang ada penulis memilih perusahaan
bedasarkan kriteria berikut :
1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010.
2. Memiliki laporan keuangan yang diterbitkan kepada publik mulai dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2010.
3. Melakukan pembayaran dividen secara berturut-turut pada periode tahun 2004 sampai
dengan tahun 2010.
4. Perusahaan memiliki kelengkapan data selama periode.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang memiliki
satuan dan nilai. Sementara berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang diikutsertakan sebagai sampel harus
memiliki laporan keuangan dan data yang lengkap selama periode penelitian data berupa nilai
earnings per share, nilai dividend per share, prosentase return on equity, book value of equity.
Seluruh variabel penelitian diolah menggunakan persamaan regresi. Analisis regresi
digunakan dalam suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dan
variabel terikat. Model estimasi regresi yang pertama digunakan mereplikasi penelitian
Nissim dan Ziv (2001) adalah sebagai berikut :
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
(Eτ - Eτ-1) / B-1 = β0 +β1PDPCo x ∆DIVo + β1NDNCo x ∆DIVo + β2 ROEτ-1
Lalu Nissim dan Ziv (2001) serta Ashiq Ali dan Oktay Urcan (2012) juga melakukan dengan
menggunakan model sebagai berikut untuk mendapat hasil yang lebih akurat :
(Eτ - Eτ-1) / B-1 = β0 +β1PDPCo x ∆DIVo + β1NDNCo x ∆DIVo + β2 ROEτ-1
+ β3 (E0 - E-1) / B-1 + ετ
Keterangan :
Eτ = Earnings per Share perusahaan pada tahun τ
Eτ-1 = Earnings per Share perusahaan pada tahun τ-1
E0 = Earnings per Share perusahaan pada tahun ke-0
B-1 = Nilai buku dari modal pada akhir tahun τ
∆DIV = Presentase perubahan dari Dividen Per Share
DPC = Dummy variabel yang bernilai “1” untuk perubahan dividen yang positif
dan “0” untuk yang lain
DNC = Dummy variabel yang bernilai “1” untuk perubahan dividen yang
negatif dan “0” untuk yang lain
ROEτ-1= Pendapatan sebelum pajak pada tahun τ-1 dibayar dengan nilai buku dari
modal tahun ke τ-1
Model tersebut menjelaskan pengaruh antara dividend per share dengan perubahan earnings
per share perusahaan di masa yang akan datang. Ada atau tidaknya pengaruh antar variabel
tersebut dapat menunjukkan apakah dividen dapat menjadi sinyal terhadap prospek
perusahaan ke depan dari segi profitabilitas dan pendapatan. Berangkat dari asumsi bahwa
return on equity memiliki perngaruh negatif terhadap laba dan past earnings per share
memiliki pengaruh terhadap nilai earnings per share pada tahun berikutnya dan satu tahun
setelahnya (Nissim dan Ziv, 2001), dengan tingkat keyakinan 95% (α=5%) dalam uji
signifikansi maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
H1 : ada pengaruh antara perubahan kenaikan dividen terhadap perubahan earnings per
share tahun berikutnya
H2 : ada pengaruh antara perubahan penurunan dividen terhadap perubahan earnings per
share tahun berikutnya
H3 : ada pengaruh antara perubahan kenaikan dividen terhadap perubahan earnings per
share satu tahun setelahnya
(2)
(1)
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
H4 : ada pengaruh antara perubahan penurunan dividen terhadap perubahan earnings per
share tahun berikutnya
Menurut Cooper dan Schindler (2006) variabel adalah simbol dari suatu kejadian, tindakan,
karakteristik dan sifat khusus, atau atribut yang dapat dikategorikan. Penelitian ini
menggunakan perubahan dividen untuk mengetahui informasi mengenai future earnings per
share. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002) memaksimalkan kekayaan pemegang
saham dapat diukur dari pendapatan per lembar saham (Earnings per Share/ EPS) sehingga
dalam hal ini EPS akan mempengaruhi kepercayaan investor pada perusahaan. Berikut ini
adalah formula perhitungan future earnings per share seperti yang telah dikemukakan oleh
Nissim dan Ziv (2001) :
Future EPS = !"−!"-‐1!-‐1
Pada persamaan 3 future earnings per share diperoleh dari selisih earnings per share tahun
ke-t dengan earnings per share tahun sebelumnya dibagi dengan book value of equity (nilai
buku dari modal) pada akhir tahun -1. Dengan menggunakan earnings per share diharapkan
dapat menunjukkan tingkat perubahan pendapatan perusahaan yang disebabkan oleh variabel
bebas. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa hubungan antara perubahan pendapatan
pada tahun berikutnya dan tingkat pendapatan serta perubahannya adalah linear. Kemudian Untuk mengetahui pengaruh perubahan dividen terhadap future earnings per share
digunakan nilai dividen per lembar saham. Merujuk kepada Benartzi, Michaely dan Thaler
(1997), perubahan dividen dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :
∆DIVo=DIV0 -‐ DIV-‐1
DIV-‐1
Berdasarkan persamaan 4, perubahan dividend per share (∆DIVo) diperoleh dari selisih
dividend per share pada tahun ke-t dengan dividend per share satu tahun sebelumnya (tahun
ke-0) kemudian dibagi dengan dividend per share satu tahun sebelumnya. Untuk memperjelas
kenaikan (penurunan) dividen per tahun dividend per share, digunakan Dummy Dividend
Positive (Negative) Coefficient karena hubungan kenaikan dividend per share tidak terjadi
secara simetris dengan kenaikan (penurunan) earnings per share (∆EPS) seperti yang
dikemukakan oleh DeAngelo dan Deangelo (1990) dan Benartzi dkk (1997). Dummy
Dividend Positive Coefficient (DPCo) adalah variabel dummy yang bernilai “1” untuk
perubahan dividen yang positif dan “0” untuk yang lain. Sementara Dummy Dividend
(3)
(4)
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Negative Coefficient (DNCo) adalah variabel dummy yang bernilai “1” untuk perubahan
dividen yang negatif dan “0” untuk yang lain.
Selanjutnya digunakan Return on Equity untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan
atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin
menguntungkan. Sutrisno (2005) menyatakan bahwa ROE merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang dimiliki. Menurut Freeman,
Ohlson dan Penman (1982) ROE merupakan prediktor penting perubahan laba. Mereka
menunjukkan ROE memiliki informasi kebalikan, tinggi (rendah) ROE mengimplikasikan
rendah (tinggi) laba yang diharapkan. Adapun formula perhitungan ROE adalah sebagai
berikut :
!"# = !"# !"#$%&!"##"$ !"#$%&
×100%
Berdasarkan persamaan 5 nilai return on equity diperoleh dari nilai net income yang dibagi
dengan common equity dan dikali seratus prosen yang menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya laba bersih maka akan meningkat pula nilai dari ROE jika ekuitasnya tetap.
Demikian pula sebaliknya dengan menurunnya laba bersih akan menurunkan nilai ROE.
Terakhir digunakan earnings per share yang merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Menurut Benartzi dkk
(1997), perubahan dividen memiliki hubungan dengan perubahan pendapatan tahun yang
sama. Hubungan positif antara perubahan dividen dan perubahan earnings per share pada dua
tahun berikutnya mungkin disebabkan oleh autokorelasi dalam perubahan laba. Oleh karena
itu, past earnings per share digunakan sebagai variabel kontrol untuk menguji apakah
perubahan dividen mengandung informasi mengenai perubahan laba di masa mendatang.
Adapun formula perhitungan past earnings per share adalah sebagai berikut :
Past EPS = !0−!-‐1!-‐1
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang
dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikprelasi, dan
gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah
(5)
(6)
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
memenuhi persyaratan BLUE (Best Linier Unbiased Estimater) yakni tidak terdapat
heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi.
Uji Hipotesis
Uji Goodnes Of Fit (R2) menjelaskan berapa prosentase variasi future earnings per share
dapat dijelaskan oleh perubahan positif dan perubahan negatif dividen. Sedangkan sisanya
ditentukan oleh sebab-sebab lain.
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi
variabel terikat. Uji t dilakukan denganmembandingkan nilai t statistik dengan t tabel. Dalam
pengujian ini dilakukan dengan uji 1 sisi (one tail test) dengan tingkat kepercayaan 95% atau
α=5 % dengan hipotesis :
H0: t-statistik < t-tabel, tidak terdapat pengaruh yang signifikan
H1: t-statistik > t-tabel, terdapat pengaruh yang signifikan
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan mengamati perubahan pembayaran dividen terhadap earnings per
share pada titik waktu tertentu. Oleh karena itu, dengan menggunakan data cross section yang
di regresikan per tahun penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan pengaruh antara
perubahan pembayaran dividen dan earnings per share pada tahun berikutnya dan satu tahun
setelahnya.
TABEL 1 RINGKASAN STATISTIK BERDASARKAN KATEGORI
Kelompok Sample
N ΔDIV BV ROE
Mean Median Std.Dev Mean Median Std.Dev Mean Median Std.Dev
Naik 150 0.868749 0.418831 1,523063 5.04E+09 9.98E+09 8.96E+09 22.05 18.03 14.60
Turun 63 -0,558695 -0,400000 0,780094 4.90E+09 1.24E+09 7.56E+09 15.63 12.41 13.27
Tetap 37 0 0 0 2.52E+09 4.38E+08 4.51E+09 16.25 14.86 8.94
Sumber : Data Olahan, 2013
Dari 50 perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun 2005 sampai dengan 209, 150
perusahaan melakukan peningkatan pembayaran dividen yaitu 60.00% dari keseluruhan
sample, sedangkan 63 perusahaan lainnya yaitu 25.20% dari keseluruhan sampel menurunkan
pembayaran dividennya. Sementara 37 perusahaan tidak merubah pembayaran jumlah dividen
yakni 14.80% dari keseluruhan sample. Komposisi sample berdasarkan kategori ini sesuai
dengan penelitian Grullon (2005) yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
meningkatkan dividen jika dibandingkan dengan perusahaan yang menurukan atau menahan
pembayaran dividen di tingkat tertentu.
Kelompok yang menaikkan dividen terjadi sebanyak 150 observasi dengan rata-rata kenaikan
86.87%, sedangkan kelompok yang menurunkan dividen terjadi sebanyak 63 observasi
dengan rata-rata penurunan dividen 55.86%. Sementara 34 observasi lainnnya termasuk ke
dalam kategori yang tidak melakukan pembayaran dividen.
Selanjutnya, kelompok sampel yang menurunkan dividen memiliki rata-rata nilai buku yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan yang menaikkan dividen namun masih
lebih besar jika dibandingkan kelompok sampel yang tidak melakukan perubahan dalam
pembayaran dividen. Ketika rata-rata nilai buku perusahaan yang menaikkan dividen sebesar
Rp. 5.040.000.000,-, perusahaan yang menurunkan dividen memiliki nilai buku sebesar Rp.
4.900.000.000,- dan perusahaan yang tidak melakukan perubahan dividen sebesar Rp.
2.520.000.000,-.
Selain itu, kelompok sample yang menurunkan dividen memiliki kemampuan yang lebih
rendah dalam menghasilkan keuntungan jika dibandingkan dengan perusahaan yang
menaikkan dividen dan kelompok sample yang tidak melakukan perubahan dalam
pembayaran dividen. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata ROE yang dimiliki oleh
perusahaan yang menurunkan dividen yaitu sebesar 15.63% jika dibandingkan dengan
perusahaan yang menaikkan dividen dan kelompok sample yang tidak melakukan perubahan
dalam pembayaran dividen yaitu sebesar 22.05% dan 16.25%.
Secara keseluruhan, tabel 1 menunjukkan bahwa perusahaan yang meningkatkan dividen
lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan perusahaan yang menurunkan pembayaran
dividen atau tidak melakukan perubahan dalam pembayaran dividen. Hasil pengujian ini
sesuai dengan penelitian Michaely, Thaler, dan Womack (1995). Hasil serupa juga dijelaskan
oleh Grullon, Michaely, Bernatzi dan Thaler (2005) serta Ali dan Urchan (2012).
Uji Asumsi Klasik
Pengujian Heteroskedastisitas
Dalam penggunaan OLS perlu dilakukan uji heteroskedastisitas untuk menguji apakah standar
error dari model regresi tidaklah konstan. Menurut Ariefianto (2012) jika pada suatu model
regresi terdeteksi heteroskedastisitas, maka standar error dari regresi menjadi bias dan seluruh
tipe uji hipotesis menjadi menyesatkan. Penelitian ini menggunakan uji White dengan
menggunakan aplikasi Eviews 6.0. Pengujian dilakukan dengan memperhatikan nilai
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Probability Chi-Squared yang harus lebih dari 0,05 (α=5%) . Hipotesisnya adalah sebagai
berikut :
H0 : Tidak terdapat heteroskedastisitas, jika Probability Chi-Squared > 0,05
H1 : Terdapat heteroskedastisitas, jika Probability Chi-Squared < 0,05
TABEL 2 HASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS PERSAMAAN 3.1
Tahun Periode Probability
Chi-Squared Kesimpulan
2005 τ = 1 0,0062 Heteroskedastisitas τ = 2 0,0098 Heteroskedastisitas
2006 τ = 1 0,9233 Homoskedastisitas τ = 2 0,9432 Homoskedastisitas
2007 τ = 1 0,0100 Heteroskedastisitas τ = 2 0,0609 Homoskedastisitas
2008 τ = 1 0,9471 Homoskedastisitas τ = 2 0,9576 Homoskedastisitas
2009 τ = 1 0,0233 Heteroskedastisitas τ = 2 0,9793 Homoskedastisitas
Sumber : Data Olahan, 2013
TABEL 3 HASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS PERSAMAAN 3.2
Tahun Periode Probability
Chi-Squared Kesimpulan
2005 τ = 1 0,7060 Homoskedastisitas τ = 2 0,5189 Homoskedastisitas
2006 τ = 1 0,9792 Homoskedastisitas τ = 2 0,9872 Homoskedastisitas
2007 τ = 1 0,2228 Homoskedastisitas τ = 2 0,2766 Homoskedastisitas
2008 τ = 1 0,0002 Heteroskedastisitas τ = 2 0,0000 Heteroskedastisitas
2009 τ = 1 0,0627 Homoskedastisitas τ = 2 0,2358 Homoskedastisitas
Sumber : Data Olahan, 2013
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Hasil uji white pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 (τ = 1 dan τ = 2), 2007 (τ =
2), 2008 (τ = 1 dan (τ = 2) dan 2009 (τ = 2) tidak terdapat Heteroskedastisitas. Hasil
pengujian menunjukkan nilai Probability Chi-Squared lebih dari 0,05 (α=5%). Namun pada
tahun 2005 (τ = 1 dan τ = 2), 2007 (τ = 1), dan 2009 (τ = 1) ditemukan adanya
Heteroskedastisitas.
Hasil uji white pada tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 (τ = 1 dan τ = 2), 2006 (τ =
1 dan τ = 2), 2007 (τ = 1 dan τ = 2) dan 2009 (τ = 1 dan τ = 2) tidak terdapat
heteroskedastisitas. Hasil pengujian menunjukkan nilai Probability Chi-Squared lebih dari
0,05 (α=5%). Namun pada tahun 2008 (τ = 1 dan τ = 2) ditemukan adanya heteroskedastisitas.
Dengan ditemukannya gejala heteroskedastisitas, maka dilakukan koreksi terhadap standar
error regresi dengan menggunakan metode weighted least squared. Metode ini mengkoreksi
heteroskedastisitas dengan cara melakukan transformasi dan re-estimasi (Ariefianto, 2012:43).
Untuk melakukan koreksi terhadap penyebab heteroskedastisitas, salah satu variabel bebas
digunakan sebagai pembobot untuk mentransformasi hasil regresi.
TABEL 4 HASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASITAS SETELAH KOREKSI
Tahun Periode
Probability Kesimpulan
Chi-Squared
P 3.1 2005
τ = 1 0,4215 Homoskedastisitas τ = 2 0,9821 Homoskedastisitas
2007 τ = 1 0,7966 Homoskedastisitas 2009 τ = 1 0,9487 Homoskedastisitas
P 3.2 2008 τ = 1 0,3309 Homoskedastisitas τ = 2 0,8943 Homoskedastisitas
Sumber : Data Olahan, 2013
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian heteroskedastisitas setelah dilakukannya koreksi
dengan menggunakan metode weighted least squared. Setelah dilakukan koreksi, nilai nilai
Probability Chi-Squared lebih dari 0,05 (α=5%). Dengan kata lain seluruh heteroskedastisitas
telah dieliminasi oleh aplikasi Eviews 6.0.
Pengujian Multikolinearitas Dan Autokorelasi
Pengujian multikolinearitas menunjukkan korelasi antara variabel penelitian setiap tahun
observasi. Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien korelasi antar variabel independen
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
pada model yang digunakan dalam penelitian < 0,85, maka dapat dinyatakan bahwa tidak
terdapat masalah multikolineritas pada model penelitian.
Hasil pengujian Durbin-Watson dilakukan untuk mendeteksi gejala autokorelasi. Pada tabel 5
menunjukkan pada tahun 2006, model estimasi pengujian pertama menunjukkan tidak dapat
disimpulkan ada atau tidaknya autokorelasi. Model estimasi lainnya pada tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 tidak ditemukan adanya autokorelasi. Sementara pada tabel 6
menunjukkan tidak adanya autokorelasi untuk setiap tahun pengujian.
TABEL 5 HASIL PENGUJIAN DURBIN WATSON PERSAMAAN 3.1
Tahun Periode N k dL dU 4-dU 4-dL DW Kesimpulan
2005 τ = 1 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 1,9186 Tidak ada autokorelasi τ = 2 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 2,0179 Tidak ada autokorelasi
2006 τ = 1 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 1,6718 Indecision τ = 2 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 2,1349 Tidak ada autokorelasi
2007 τ = 1 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 2,0293 Tidak ada autokorelasi τ = 2 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 2,0611 Tidak ada autokorelasi
2008 τ = 1 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 2,0791 Tidak ada autokorelasi τ = 2 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 1.8179 Tidak ada autokorelasi
2009 τ = 1 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 1,8071 Tidak ada autokorelasi τ = 2 50 3 1,421 1,674 2,326 2,579 1,7654 Tidak ada autokorelasi
Sumber : Data Olahan, 2013
TABEL 6 HASIL PENGUJIAN DURBIN-WATSON PERSAMAAN 3.2
Tahun Periode N k dL dU 4-dU 4-dL DW Kesimpulan
2005 τ = 1 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 2,151288 Tidak ada Autokorelasi τ = 2 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 2,251106 Tidak ada Autokorelasi
2006 τ = 1 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 1,854258 Tidak ada Autokorelasi τ = 2 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 1,971764 Tidak ada Autokorelasi
2007 τ = 1 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 2,001057 Tidak ada Autokorelasi τ = 2 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 1,998878 Tidak ada Autokorelasi
2008 τ = 1 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 1,824596 Tidak ada Autokorelasi τ = 2 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 1,985323 Tidak ada Autokorelasi
2009 τ = 1 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 2,257702 Tidak ada Autokorelasi τ = 2 50 4 1,378 1,721 2,279 2,622 2,203689 Tidak ada Autokorelasi
Sumber : Data Olahan, 2013
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Uji Goodnes Of Fit (R2)
Hasil pengujian kelayakan model dapat dilihat pada tabel 7.
TABEL 7
HASIL UJI R2
Tahun Periode R2
P 1 P 2
2005 τ = 1 4,37% 81,62%
τ = 2 11,62% 70,79%
2006
τ = 1 1,47% 91,76%
τ = 2 2,28% 63,20%
2007
τ = 1 9.76% 34,09%
τ = 2 11,17% 16,47%
2008
τ = 1 2,08% 97,06%
τ = 2 4,51% 65,70%
2009 τ = 1 1,27% 23,33%
τ = 2 22,73% 58,80%
Sumber : Data Olahan, 2013
Berdasarkan tabel 7, pada persamaan 1 variasi terbesar future earnings per share yang
mampu dijelaskan oleh variabel perubahan positif dan negatif dividen pada tahun pertama (τ
= 1) terjadi pada tahun 2007 sebesar 9.76%. Sedangkan variasi terkecil pada future earnings
per share yang mampu dijelaskan oleh variabel perubahan positif dan negatif dividen pada
tahun pertama (τ = 1) terjadi pada tahun 2009 sebesar 1,27%. Sementara variasi terbesar pada
future earnings per share yang mampu dijelaskan oleh variabel perubahan positif dan negatif
dividen pada tahun berikutnya (τ = 2) terjadi pada tahun 2009 sebesar 22,73%. Sedangkan
variasi terkecil pada future earnings per share yang mampu dijelaskan oleh variabel
perubahan positif dan negatif dividen pada tahun berikutnya (τ = 2) terjadi pada tahun 2007
sebesar 2,28%.
Pada persamaan 2 variasi terbesar future earnings per share yang mampu dijelaskan oleh
variabel perubahan positif dan negatif dividen pada tahun pertama (τ = 1) terjadi pada tahun
2008 sebesar 97,06%. Sedangkan variasi terkecil pada future earnings per share yang mampu
dijelaskan oleh variabel perubahan positif dan negatif dividen pada tahun pertama (τ = 1)
terjadi pada tahun 2009 sebesar 23,33%. Sementara variasi terbesar pada future earnings per
share yang mampu dijelaskan oleh variabel perubahan positif dan negatif dividen pada tahun
berikutnya (τ = 2) terjadi pada tahun 2005 sebesar 70,79%. Sedangkan variasi terkecil pada
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
future earnings per share yang mampu dijelaskan oleh variabel perubahan positif dan negatif
dividen pada tahun berikutnya (τ = 2) terjadi pada tahun 2007 sebesar 16,47%.
Dari hasil keseluruhan hasil pengujian R2 dapat disimpulkan bahwa persamaan 2 memiliki
nilai R2 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai R2 pada persamaan 1 yang berarti variasi
dari future earning per share mampu dijelaskan lebih baik oleh variabel perubahan positif dan
negatif dividen, return on equity dan past earning per share.
Uji t
Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis (critical value) pada df = (n-k), dimana n
adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen termasuk konstanta. Uji t
dilakukan dengan membandingkan nilai t statistik dengan t kritis. Pengujian ini menggunakan
50 sampel dan tingkat signifikansi α=5%. Persamaan 3.1 dengan df 47 dan α=5 %, maka nilai
t-kritis sebesar 2,011, sedangkan persamaan 3.2 dengan df 46 dan α=5 %, maka nilai t-tabel
sebesar 2,012 dengan hipotesis :
H0: t-statistik < t-tabel, tidak terdapat pengaruh yang signifikan
H1: t-statistik > t-tabel, terdapat pengaruh yang signifikan
Hasil pengujian koefisien regresi melalui uji t untuk mengetahui apakah perubahan dividen
mempengaruhi laba di masa mendatang ditunjukkan pada tabel 8 dan tabel 10.
TABEL 8 HASIL UJI PERSAMAAN 3.1
Tahun τ = 1 τ = 2
DPC DNC DPC DNC 2005 -0.925820 0.462159 2.204654 -0.170394 2006 -0.358337 0.554571 -0.517924 0.459729 2007 0.270682 -1.512948 0.185235 -2.197915 2008 0.495832 0.137574 -0.757638 -0.331291 2009 -0.766170 0.271851 0.969351 -0.408698
Sumber : Data Olahan, 2013
TABEL 9 RANGKUMAN HIPOTESIS
PERSAMAAN 1
Tahun τ = 1 τ = 2
DPC (H1)
DNC (H2)
DPC (H3)
DNC (H4)
2005 Ditolak Ditolak Diterima Ditolak 2006 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak 2007 Ditolak Ditolak Ditolak Diterima 2008 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
2009 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Sumber : Data Olahan, 2013
TABEL 10 HASIL UJI T PERSAMAAN 2
Tahun τ = 1 τ = 2
DPC DNC DPC DNC 2005 0.189393 -0.081700 -0.517675 0.436673
2006 0.095295 -0.165662 -0.656137 0.460296
2007 0.145219 -1.736066 0.201803 -1.697188
2008 -0.184617 0.101054 -0.635222 -2.629172
2009 -1.746236 0.434589 0.020973 -0.048592 Sumber : Data Olahan, 2013
TABEL 11 RANGKUMAN HIPOTESIS PERSAMAAN 2
Tahun τ = 1 τ = 2
DPC (H1)
DNC (H2)
DPC (H3)
DNC (H4)
2005 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak 2006 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak 2007 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak 2008 Ditolak Ditolak Ditolak Diterima 2009 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak
Sumber : Data Olahan, 2013
Hasil pengujian dan analisis dari tahun 2004-2009 menggunakan persamaan 1 pada tabel 9
menunjukkan tidak adanya pengaruh dividen terhadap pembayaran dividen terhadap earnings
per share di pada periode pertama. Pada periode kedua ditemukan adanya pengaruh
perubahan dividen terhadap earnings per share sebesar 10% dari total observasi. Adanya
pengaruh ditunjukkan oleh lebih besarnya t-statistik hasil pengujian daripada t-tabel (2,011) t-
statistik. Variabel return on equity sebagai prediktor yang memiliki pengaruh positif terhadap
perubahan dividen (Freeman, Ohlson dan Penman: 1982) tidak mampu memperjelas
hubungan antara perubahan dividen terhadap laba di masa mendatang.
Selanjutnya pada tabel 11 dengan menggunakan persamaan 2, hasil penelitian juga
menunjukkan tidak ditemukan adanya pengaruh dividen pada periode pertama dan lemahnya
pengaruh pada periode kedua pembayaran dividen terhadap earnings per share di masa
mendatang. Adanya variabel return on equity sebagai prediktor yang memiliki hubungan
positif terhadap perubahan dividen (Freeman, Ohlson dan Penman: 1982) dan past earnings
per share yang memiliki pengaruh terhadap nilai tahun berikutnya dan satu tahun setelahnya
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
(Nissim dan Ziv, 2001) tidak mampu memperjelas hubungan antara perubahan dividen
terhadap laba di masa mendatang. Hasil pengujian menunjukkan hanya 5% pada periode
kedua dari keseluruhan observasi yang menunjukkan adanya pengaruh antara perubahan
pembayaran dividen terhadap future earnings per share. Adanya pengaruh ditunjukkan oleh
lebih besarnya t-statistik hasil pengujian daripada t-tabel (2,012) t-statistik.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Healy dan Palepu (1988), Lipson,
Maquieira dan Megginson (1998), Nissim dan Ziv (2001), Grullon, Michaely dan Benartzi
(2005) serta Ali dan Urcan (2012) yang menyatakan bahwa perubahan dividen memiliki
pengaruh terhadap laba dua tahun dimasa depan secara berturut-turut serta hipotesis
Battcharaya (1979) yang digunakan sebagai dasar hipotesis penelitian mengenai “signalling
theory” menyatakan bahwa dividen merupakan isyarat yang digunakan oleh manajer untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan. Selain itu hipotesis Miller-Modigliani (1961)
mengenai “Informational content of dividends” yang menyatakan bahwa pengumuman cash
dividend merefleksikan perubahan penilaian manajemen terhadap keuntungan perusahaan di
waktu yang akan datang serta hasil wawancara yang dilakukan Kester (1994) di negara Asia-
Pasific termasuk Indonesia menyimpulkan bahwa manajer di Indonesia berkeyakinan dividen
yang dibayarkan perusahaan dapat menjadi suatu sinyal bagi prospek perusahaan di masa
depan tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini.
Sejalan dengan penelitian DeAngelo, Deangelo dan Skinner (1996), Farsio, Geary, dan Moser
(2004), Herdiansyah, Dyah dan Tarmizi (2002) hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa
dividen tidak bisa dijadikan sebagai prediktor untuk memperkirakan laba pada tahun
berikutnya dan satu tahun. Tidak ditemukannya pengaruh antara perubahan dividen dengan
earnings per share pada masa mendatang dengan menggunakan perusahaan-perusahaan yang
terdapat pada Bursa Efek Indonesia dalam penelitian ini diduga disebabkan oleh beberapa hal.
Berdasarkan distribusi frekuensi sampel, perusahaan yang menurunkan dividen lebih besar
jika dibandingkan dengan perusahaan yang pembayaran dividennya tetap. Sedangkan pada
penelitian Nissim dan Ziv (2001), Grullon, Michaely dan Benartzi (2005) serta Ali dan Urcan
(2012) frekuensi perusahaan dengan pembayaran dividen yang tetap lebih besar jika
dibandingkan dengan perusahaan yang menurunkan dividen. Dengan kata lain, perusahaan
yang digunakan sebagai sampel penelitian cenderung menurunkan dividen ketika
membutuhkan pendanaan untuk perkembangan perusahaan dalam rangka meningkatkan laba
di masa mendatang daripada menahan pembayaran dividen di tingkat tertentu. Hal ini diduga
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
menyebabkan adanya pengaruh negatif antara perubahan dividen dengan perubahan laba di
masa mendatang.
KESIMPULAN
Hasil statistik deskriptif menunjukkan perusahaan yang meningkatkan dividen lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan perusahaan yang menurunkan pembayaran dividen
atau tidak melakukan perubahan dalam pembayaran dividen. Tidak ditemukannya pengaruh
antara kenaikan dan penurunan pembayaran dividen terhadap future earnings per share pada
tahun berikutnya dan satu tahun setelahnya dihitung dari tahun dasar yang digunakan. Dividen
tidak dapat digunakan untuk memprediksi laba perusahaan yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia dengan asumsi perusahaan di Indonesia cenderung menurunkan pembayaran
dividen daripada menahan pembayaran dividen pada tingkat tertentu untuk meningkatkan laba
perusahaan di masa mendatang.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perubahan dividen tidak dapat
digunakan untuk memprediksi perubahan laba per lembar saham di masa mendatang. Dengan
menggunakan metode estimasi yang digunakan, hubungan antara perubahan dividen dan laba
di masa mendatang tidak konsisten dengan teori “dividend signalling”. Oleh karena itu,
sebaiknya dividen tidak dijadikan prediktor laba di masa mendatang baik oleh perusahaan
ataupun investor. Untuk penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan pasar modal lain yang
berpotensi dapat memberikan jumlah sampel yang lebih banyak untuk dijadikan populasi
penelitian untuk membuktikan teori dividen sebagai sinyal, menambahkan periode pengujian
(τ = 3 atau τ = n) pada setiap tahun observasi untuk mengamati sifat autokorelasi earnings,
menggunakan past earnings per share untuk mengamati perilaku earnings dimasa mendatang
dan menggunakan price earnings ratio untuk mengetahui prospek perusahaan dimasa
mendatang.
KEPUSTAKAAN
Ali, Ashiq dan Oktay Urcan., 2012. “Dividend Increases And Future Earnings”, Asia-Pacific Journal of Accounting & Economics, Vol. 19, No. 1, April 2012, 12–25
Ariefiyanto, Moch Doddy., 2012. Ekonometrika. Penerbit Erlangga, Jakarta Benartzi, Shlomo, Roni Mchaely and Richard Thaler., 1997. “Do Changes in Dividends
Signal the Future or the Past?”. The Journal of Finance Association, New Orleans, Lousiana, Vol.52, No.3 pp.1007-1034
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013
Bhattacarya, Sudipto., (1979) “Imperfect Information, Dividend Policy, and the ‘Bird in the Hand’ Fallacy.” Bell Journal of Economics, 10, 259-284
Cooper, D., R., Schindler, P., S., 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: McGraw-Hill, Media Global Edukasi
Gitosudarmo, Indriyo dan Basri,. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE DeAngelo H., L. Deangelo dan D.J Skinner., 1996. “Reversal of Fortune Dividend Signalling
and the Dissappearance of Sustained Earnings Growth”, Journal of Financial Economics, 40 (3), 341-371
Farsio, Farzad, Amanda Geary dan Justin Moser,. 2004. “The Relationship Between Dividens and Earning”. Journal for Economic Educators, Vol.4, Number 4, 2004.
Freeman, Robert N., James A. Ohlson, and Stephen H. Penman,. 1982. ”Book Rate-Of-Return And Prediction Of Earnings Changes: An Empirical Investigation”. Journal of Accounting Research, Vol.20, 639–653.
Grullon, Gustavo, Michaely R., Benartzi S dan Thaler R,. 2005, “Dividend Changes Do Not Signal Changes in Future Profitibality”, Journal of Business, 78, 1659-1682
Lestari, Annio Indah Lestari, Muslich Lutfi dan Syahyunan,. 2007. “Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2 No. 2: Hal.87-109.
Lipson, M.L., C.P. Maquieira dan W. Megginson., 1998, “Dividens Initiations And Earnings Surprises”, Financial Management, 27 (3), 36-45.
Healey, Paul dan Khrisna G Palepu., 1988. “Earnings Information Conveyed By Dividend Initiations And Omissions”, Journal Of Finance Economics, 21 (2) 149-176
Miller, M.H., and F.Modigliani., 1961. “Dividend Policy, Growth, And The Valuation Of Shares”. Journal of Business. 34: 411-433.
Nachrowi, D dan Hardius Usman., 2006. Ekonometrika. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung., 2008. Teori Ekonomi Makro. Edisi Keempaat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Ross, Westerfield, Jordan. 2010. Fundamentals of Corporate Finance. 9th Edition. New York: Mc Graw Hill
Analisis Pengaruh..., Jasmine Narulita, FE UI, 2013