ANALISIS PENGARUH PENDAPADAN ASLI DAERAH, DANA BAGI …

22
E-ISSN 2686 5661 VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA 20 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN ANALISIS PENGARUH PENDAPADAN ASLI DAERAH, DANA BAGI HASIL DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Emilia Khristina Kiha 1 , Kamilaus Konstanse Oki 2 , Athanasius Seran 3 1,2,3) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Timor Email : [email protected] ABSTRAK Alokasi anggaran dalam membiayai pembangunan disuatu daerah tergantung pada arah dan tujuan daerah tersebut. Arah pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih didominasi pada alokasi belanja modal. Alasan mendasar alokasi tersebut karena ketersediaan infrastruktur pendukung pelaksanaan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat terbatas karena wilayah adalah daerah kepulauan, kemampuan daerah kabupaten menyediakan menyediakan infrastruktur terbatas, jumlah penduduk penikmat layanan publik. Dengan kata lain, alokasi belanja modal Provinsi Nusa Tenggara Timur orientasi pada pembangunan fisik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk Terhadap Anggaran Belanja Modal Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah runtut waktu (time series) dari tahun 2000-2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Jumlah Penduduk dan Anggaran Belanja Modal yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode analisis data menggunakan regresi berganda dengan menggunakan Program SPSS 20. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa secara parsial hanya variabel jumlah penduduk yang berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur tetapi secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur Kata Kunci : APBD, Bagi Hasil, Belanja Modal, NTT PENDAHULUAN Otonomi daerah mengamanatkan untuk setiap daerah mampu mengelola dan mengatur urusan pemerintahan sendiri berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam menjalankan pemerintahannya, daerah diberikan bantuan fiskal oleh pemerintah pusat guna mendanai pelaksanaan pemerintahan daerah sebagai wujud dari desentralisasi. Artinya, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan untuk mengelola semua potensi alam yang tersedia di daerah secara efektif, sebagai upaya mengoptimalkan kinerja keuangannya dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah.

Transcript of ANALISIS PENGARUH PENDAPADAN ASLI DAERAH, DANA BAGI …

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

20 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

ANALISIS PENGARUH PENDAPADAN ASLI DAERAH, DANA BAGI HASIL DAN

JUMLAH PENDUDUK TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL DI PROVINSI

NUSA TENGGARA TIMUR

Emilia Khristina Kiha

1, Kamilaus Konstanse Oki

2, Athanasius Seran

3

1,2,3)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Timor

Email : [email protected]

ABSTRAK

Alokasi anggaran dalam membiayai pembangunan disuatu daerah tergantung pada arah

dan tujuan daerah tersebut. Arah pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih

didominasi pada alokasi belanja modal. Alasan mendasar alokasi tersebut karena ketersediaan

infrastruktur pendukung pelaksanaan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih

sangat terbatas karena wilayah adalah daerah kepulauan, kemampuan daerah kabupaten

menyediakan menyediakan infrastruktur terbatas, jumlah penduduk penikmat layanan publik.

Dengan kata lain, alokasi belanja modal Provinsi Nusa Tenggara Timur orientasi pada

pembangunan fisik.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana

Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk Terhadap Anggaran Belanja Modal Di Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah runtut waktu (time series) dari

tahun 2000-2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah,

Dana Bagi Hasil, Jumlah Penduduk dan Anggaran Belanja Modal yang di peroleh dari Badan

Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode analisis data menggunakan regresi

berganda dengan menggunakan Program SPSS 20. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda

pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap

Anggaran Belanja Modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa secara parsial

hanya variabel jumlah penduduk yang berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal

di Provinsi Nusa Tenggara Timur tetapi secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi

Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal di

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kata Kunci : APBD, Bagi Hasil, Belanja Modal, NTT

PENDAHULUAN

Otonomi daerah mengamanatkan untuk setiap daerah mampu mengelola dan mengatur

urusan pemerintahan sendiri berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam menjalankan

pemerintahannya, daerah diberikan bantuan fiskal oleh pemerintah pusat guna mendanai

pelaksanaan pemerintahan daerah sebagai wujud dari desentralisasi. Artinya, pemerintah daerah

memiliki hak dan kewenangan untuk mengelola semua potensi alam yang tersedia di daerah

secara efektif, sebagai upaya mengoptimalkan kinerja keuangannya dalam rangka mewujudkan

kemandirian daerah.

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

21 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Sesuai dengan hak dan kewenangan yang dimiliki, pemerintahan daerah diharapkan dapat

menyediakan berbagai pelayanan publik terutama pada sektor publik. Upaya pemerintah dalam

peningkatan pelayanan publik, tentu terdapat sebagian dana yang dialokasikan dalam bentuk

anggaran belanja modal yang termuat dalam Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

untuk menambah aset daerah (Permatasari dkk, 2016).

Untuk menambah aset daerah, peningkatan sektor publik yang merupakan output dari

belanja modal dan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal kepada

masyarakat, sehingga dapat tercapainya tujuan pembangunan nasional yaitu kesejahteraan

seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikan, anggaran belanja modal sangat penting dalam

pembangunan suatu daerah.

Realisasi anggaran belanja modal sangat bergantung pada kemampuan keuangan atau

penerimaan suatu daerah. Makin tinggi penerimaan daerah, maka makin besar belanja suatu

daerah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 yang menyatakan

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan. Fitriana

dan Sudarti (2018) penelitiannya juga menyebutkan bahwa, realisasi anggaran belanja modal

sangat dipengaruhi oleh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, dan pertumbuhan penduduk.

Dalam Undang-Undang 33 Tahun 2004 menjelaskan tentang otonomi daerah, dijelaskan

bahwa sumber penerimaan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah dana perimbangan, dan

lain-lain pendapatan. Pendapatan asli daerah bersumber dari pajak, retribusi, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Dana

perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus (DAK), juga Dana Alokasi

Umum (DAU). Semua bentuk keuangan tersebut diperuntukkan untuk mendanai pelaksanaan

otonomi daerah.

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah provinsi yang juga menganut

asas otonomi, sehingga memiliki hak dan kewenangan untuk mengatur dan mengelolah

pemerintahannya, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Sebagai pemerintahan

daerah yang otonom, Provinsi Nusa Tenggara Timur wajib merencanakan dan merealisasikan

anggaran dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Di dalam Anggaran

Pemerintah dan Belanja Daerah memuat secara rinci program-program yang akan dilaksanakan

sekaligus sumber pembiayaannya. Penyusunan anggaran ditata agar mampu meningkatkan

kinerja penyelenggaraan daerah yang berorientasi pada optimaisasi pelayanan publik (BPS,

2016).

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang semakin bertambah diharapkan mampu

meningkatkan alokasi belanja modal pemerintah daerah sehingga berdampak pada kualitas

pelayanan publik yang semakin baik. Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh

Darwanto dan Yustikasari (2007) serta Tuasikal (2008) memperoleh hasil bahwa Pendapatan

Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Namun terkadang

peningkatan Pendapatan Asli Daerah tidak selalu diikuti dengan peningkatan anggaran belanja

modal karena Pendapatan Asli Daerah banyak terserap untuk membiayai belanja lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Rizanda (2013) dan Paujiah (2012) memperoleh hasil bahwa

pendapatan asli daerah tidak berpengaruh terhadap belanja modal.

Adanya otonomi daerah masih menunjukkan kinerja pelayanan publik yang masih belum

memuaskan (Yandri, 2012). Sehingga pemerintah pusat memberikan bantuan berupa dana

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

22 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

perimbangan Dana Bagi Hasil (DBH). Sumber penerimaan Bagi Dana Hasil merupakan dana

diberikan oleh pemerintah pusat atas berpindahnya hak pemungutan sumber pendapatan daerah

kepada pemerintah pusat. Struktur dan postur Keuangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara

didominasi oleh dana perimbangan semenjak diberikan hak otonomi daerah. Kompleksitas

persoalan ketidakmampuan keuangan daerah menyebabkan ketergantungan pemerintah provinsi

pada pemerintah pusat masih sangat tinggi.

Alokasi anggaran dalam membiayai pembangunan disuatu daerah tergantung pada arah

dan tujuan daerah tersebut. Arah pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih

didominasi pada alokasi belanja modal. Alasan mendasar alokasi tersebut karena ketersediaan

infrastruktur pendukung pelaksanaan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih

sangat terbatas karena wilayah adalah daerah kepulauan, kemampuan daerah kabupaten

menyediakan menyediakan infrastruktur terbatas, jumlah penduduk penikmat layanan publik.

Dengan kata lain, alokasi belanja modal Provinsi Nusa Tenggara Timur orientasi pada

pembangunan fisik. Sebagaimana dikatakan oleh Mardiasmo (2002), belanja modal merupakan

pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian, pengadaan atau pembangunan aset tetap

berwujud yang mempunyai nilai manfaat digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam

bentuk tanah, peralatan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, jaringan dan aset tetap

lainnya. Alokasi belanja modal Provinsi Nusa Tenggara Timur selama periode 2000-2019

nampak pada grafik berikut.

Grafik 1.1 Realisasi Anggaran Belanja Modal NTT, Tahun 2000-2019

Sumber: BPS NTT. Tahun 2020

Grafik 1.1 di atas menunjukkan realisasi anggaran belanja modal Provinsi Nusa Tenggara

Timur selama periode 2000 hingga 2019 terus mengalami peningkatan setiap tahun. Alokasi

anggaran belanja modal tertinggi terjadi pada tahun 2019, yaitu sebesar Rp 941.383.518,000 dan

realisasi terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 1. 834. 976.000 Faktor yang

menyebabkan adanya peningkatan alokasi belanja modal karena kebutuhan pelaksanaan

1.8

34

.97

6.0

00

3.5

95

.79

3.0

00

6.1

35

.67

3.0

00

10

.29

5.4

73

.00

0

37

.75

3.6

23

.00

0

22

.70

2.1

21

.11

7

26

.63

9.9

13

.61

3 29

3.8

50

.28

8.0

00

20

2.7

21

.74

1.5

46

20

5.2

49

.52

9.3

99

17

6.5

58

.92

1.3

97

19

5.3

35

.65

2.3

24

24

4.7

50

.46

4.7

80

22

5.1

80

.37

6.2

70

40

7.6

00

.78

8.9

70

60

6.7

02

.21

4.5

80

60

2.2

99

.04

4.6

40

47

8.0

36

.32

3.3

40

52

9.7

61

.03

4.0

00

94

1.3

83

.51

8.0

00

2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

23 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat tinggi dan belum mampu

disiapkan oleh pemerintah kabupaten secara mandiri, tingkat inflasi yang terus mengalami

perubahan setiap tahun.

Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik dan

memajukan perekonomian daerah. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan publik dengan

melakukan belanja untuk kepentingan investasi yang direalisasikan melalui belanja modal.

Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanakan kebijakannya sebagai daerah otonomi

sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan daerah. Semakin

besar pendapatan asli daerah yang diterima, maka semakin besar pula kewenangan pemerintah

daerah tersebut dalam melaksanakan kebijakan otonomi.

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pembiayaan bagi pemerintahan daerah dalam

menciptakan infrastruktur daerah. Pendapatan Asli Daerah didapatkan dari hasil pajak daerah,

hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

Pendapatan Asli Daerah yang sah. Untuk itu, dalam masa desentralisasi seperti ini, pemerintah

daerah dituntut untuk bisa mengembangkan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah masing-

masing dengan memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki supaya bisa membiayai segala

kegiatan penciptaan infrastruktur atau sarana prasarana daerah melalui alokasi belanja modal

pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sebagaimana dikatakan oleh Darise (2006),

semakin baik Pendapatan Asli Daerah suatu daerah maka semakin besar pula alokasi belanja

modalnya. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat rendah jika

dibandingkan dengan sumber penerimaan lain pembentukan keuangan daerah. Kompleksitas

persoalan minim kontribusi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur berkaitan

dengan potensi daerah, manajemen pengelolaan, daya dukung masyarakat, kebijakan, leadership

dan lain sebagainya.

Sumber dana lain yang mencerminkan kemampuan pengelolaan potensi daerah adalah

Dana Bagi Hasil yang terdiri dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sebagaimana dikatakan oleh

Undang Undang No. 33 Tahun 2004, bahwa sumber dana bagi hasil berasal dari pendapatan

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan

angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Tujuan dana bagi hasil adalah untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara

pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Alokasi terbesar dana bagi

hasil bersumber dari daerah pemberi kontribusi pembentukan Anggaran Pendapatan Belanja

Negara. Semakin besar kontribusi maka alokasi semakin besar pula, sebaliknya semakin kecil

kontribusi maka nilai kompensasi juga semakin kecil.

Dana bagi hasil Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat kecil dari waktu ke waktu

disebabkan oleh berbagai persoalan sebagaimana permasalahan penerimaan bersumber dari

pendapatan asli daerah. Dana bagi hasil Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana diatur

dalam undang undang adalah bersumber dari bagi hasil pajak bumi dan bangunan, pajak

penghasilan, dan cukai hasil tembakau. Penggunaan penggunaan bagi hasil pajak bersifat

blockgrant, yaitu penggunaan dana diserahkan pada daerah sesuai dengan kebutuhan daerah.

Kecuali untuk dana bagi hasil cukai tembakau paling sedikit 50% digunakan untuk mendanai

program atau kegiatan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan

lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai serta pemberantasan barang kena cukai

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

24 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

ilegal. Sumber penerimaan daerah dari pendapatan asli daerah, dana bagi hasil dan jumlah

penduduk terlihat pada Tabel 1.1 berikut;

Tabel 1.1 PAD, DBH dan Jumlah Penduduk Provinsi NTT Tahun 2000-2019

Tahun Pendapatan Asli

Daerah (X1)

Dana Bagi Hasil (X2) Jumlah Penduduk (X3)

2000 136.605.167.324 24.986.087.123 3.948.600

2001 140.751.416.357 25.981.234.620 3.888.735

2002 147.374.418.980 28.704.875.700 3.924.871

2003 152.751.781.919 26.408.434.800 4.088.058

2004 156.808.618.757 34.321.453.511 4.188.774

2005 140.629.071.361 44.477.372.263 4.260.294

2006 175.951.829.851 48.713.441.323 4.355.121

2007 198.296.335.310 54.686.739.900 4.260.294

2008 237.286.164.010 53.820.333.838 4.534.319

2009 169.656.814.967 54.842.414.270 4.619.655

2010 201.493.571.167 68.647.419.180 4.683.827

2011 307.484.421.249 87.834.594.936 4.776.485

2012 398.524.546.972 10.088.415.497 4.899.260

2013 523.201.203.067 84.034.259.793 4.953.967

2014 763.300.806.702 76.821.847.000 5.036.897

2015 882.315.240.378 60.821.837.710 5.120.061

2016 995.186.120.952 91.213.201.570 5.203.514

2017 1.047.491.567.026 87.876.729.180 5.287.302

2018 1.015.913.775.993 86.834.315.000 5.371.559

2019 1.717.583.096.000 74.110.205.000 5.456.203

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar Rp. 136.605.167.324

(Jutaan Rupiah), Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari

hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah akan menambah

aset atau kekayaan daerah.

Besarnya Dana Bagi Hasil yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

terendah pada tahun 2000 sebesar Rp. 24.986.087.123, Dana Bagi Hasil adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan Belanja Pemerintah

Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

daerah. Sedangkan Jumlah penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah pada tahun

2001 sebesar 3. 888.735, Jumlah Penduduk merupakan semua orang yang berdomisili di suatu

daerah selama sebulan atau lebih mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

25 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

menetap melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan

selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin.

Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk, Dana Bagi Hasil juga merupakan dana

perimbangan. Dana Bagi Hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka jutaan rupiah

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil

terdiri dari dua jenis yaitu Dana Bagi Hasil pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Bagi

Hasil ini merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan menjadi salah satu

modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja

daerah.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh orang dari sumber-sumber yang telah disediakan. Diambil dari

bahan pustaka, Badan Pusat Statistik, penelitian terdahulu dan lain sebagainya. Sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah runtut waktu (time series) dari tahun 2000-2019.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil,

Jumlah Penduduk dan Anggaran Belanja Modal yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Variabel Penelitian

Agar penelitian dapat berjalan dengan lebih baik, maka perlu diketahui beberapa unsur

penelitian seperti konsep, definisi operasional dan lainnya. Pemahaman ini diperlukan pada

proses teorisasi, karena adanya pengetahuan tentang unsur-unsur tersebut maka peneliti ini akan

merumuskan hubungan-hubungan teori dengan baik.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang di

tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dirinci

tentang variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini:

1. Variabel bebas (Independen)

Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel independen merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahannya akan timbul variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2), Jumlah Penduduk (X3).

2. Variabel terikat (Dependent)

Variabel terikat sering disebut juga sebagai variabel dependen yang merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah Anggaran Belanja Modal (Y).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan

yang relevan, akurat dan realistis. Karena data bersifat makro, metode yang digunakan dalam

pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu mendapatkan informasi

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

26 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

melalui catatan, literatur, dokumentasi, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian. Selain itu

juga terdapat data-data laporan tertulis yang terkait dengan penelitian ini dari berbagai studi

pustaka yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, website, dan jurnal-jurnal penelitian lainya.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalita adalah sebagai berikut: “Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk

melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan

statistik parametrik tidak dapat digunakan. Dasar pengambilan untuk uji normalitas data adalah:

a. Jika data menyebar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau

grafik histogram tidak menunjukan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Uji Heteroskedastis

Uji heteroskedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur (bergelombang,

melebur kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel-vareabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya terjadi

korelasi diantara variabel bebas/variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi,

maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi

antara variabel bebasnya sama dengan nol.

a. Jika variabel bebas pada korelasi diatas 0,90, maka hal ini merupakan adanya

multikolineritas.

b. Atau multikolineritas juda dapat dilihat dari VIF, jika VIF < 10 maka tingkat kolinieritasnya

masih dapat di toleransi.

c. Nilai Eigen Value berjumlah satu atau lebih, jika variabel bebas mendekati 0 menunjukan

adanya multikolineritas.

Metode Analisis data

Regresi Linear Berganda

Analisi regresi linear berganda merupakan pengembangan dari regresi linear sederhana

dimana terdapat lebih dari satu variabel independen. Analisis regresi berganda digunakan untuk

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

27 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

melihat pengaruh variabel independen (X) terdapat variabel dependent (Y). Persamaan regresi

berganda sebagai berikut:

Y = β0 + β1x1 β2x2 + β3x3 + εi

Keterangan:

Y : Anggaran Belanja modal

βo : Konstan

β1 : Koefisien regresi variabel pendapatan asli daerah (X1)

β2 : Koefisien regresi variabel dana bagi hasil (X2)

β3 : Koefisien regresi variabel jumlah penduduk (X3)

X1 : Variabel pendapatan asli daerah

X2 : Variabel dana bagi hasil

X3 : Jumlah penduduk

εi : Error term

a. Uji Koefisien Regresi (R)

Koefisien regresi (r), bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat.

r =

√{ √

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi-variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

Sumbangan Efektif (SE)

Sumbangan efektif (SE) dimaksudkan untuk mengetahui besar pengaruh atau kontribusi

masing-masing Variabel bebas (X) terhadap besarnya nilai variabel tidak bebas (Y). Total

kontribusi dari setiap variabel bebas (X) akan sama besarnya dengan nilai koefesien determinasi

(R2). SE adalah nilai koefesien korelasi (r-pm) x nilai koefesien Beta terstanderd Nilai SE

ditampilkan dalam tabel berikut:

Sumbangan efektif (SE) setiap variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y).

No Variabel Nilai Korelasi r-

pm

Koefesien Beta

Terstanderd

SE

1 X1Pendapatan Asli Daerah *** *** ***

2 X2 Dana Bagi Hasil *** *** ***

3 X3 Jumlah Penduduk *** *** ***

Keterangan: Nilai tersebut akan di peroleh setelah analisis inferensial

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

28 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Uji Hipotesis

Untuk melakukan pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

uji statistik, sebagai berikut:

Uji parsial (uji t)

Uji statisti t ini adalah untuk menguji keberhasilan koefesien regresi secara parsial.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara tunggal berpengaruh

terhadap variabel terikat Y dengan membandingkan antara nilai thitung masing-masing variabel

bebas dengan niai ttabel dengan derajat kesalahan 5% (α= 0,05). Apabila nilai thitung ≥ t tabel,

maka variabel bebasnya memberikan pengaruh bermakna terhadap variabel terikat. Uji t ini

menggunakan derajat kebebasan df = n-k dimana n = banyak observasi dan k = jumlah regresor

konstanta. Selain itu, pengujian ini dapat sekaligus digunakan untuk mengetahui seberapa besar

Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk pengaruh terhadap anggaran

Belanja Modal dengan melihat nilai-nilai t masing-masing variabel. Berdasrkan nilai t itu, maka

dapat diketahui variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh paling bermakna atau signifikan

mempengaruhi variabel terkait.

Uji simultan (Uji F)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama

antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengaruh tersebut memiliki tingkat

signifkansi pada alpha 5%. Adapun metode untuk menentukan apabila nilai signifikan < 0,05 dan

Fhitung > Ftabel. Rumus df1 dan df2 adalah:

dfI = k-1: df2=n-k

Uji F =

11

/

kn

r

kr

Keterangan:

F = Pendekatan distribusi Probilitas Fisher

r = Koefisien regresi

k = jumlah variabel bebas

n = banyaknya sampel

Penolakan hipotesis atas dasar signifikansi pada taraf nyata 5% (taraf kepercayaan)

dengan kriteria:

a. Jika F hitung > F tabel, maka ditolak dan diterima, yang berarti ada pengaruh secara

simultan antara variabel terikat.

b. Jika F hitung < F tabel, maka ditolak dan diterima, yang berarti tidak ada pengaruh secara

simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

29 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

DUSKUSI

Gambaran Umum Provinsi NTT

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah Provinsi di Indonesia yang meliputi

bagian timur kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di kupang dan memiliki 22

Kabupaten / Kota yang terdiri dari sekitar 550 pulau. Tiga pulau terbesar di Provinsi Nusa

Tenggara Timur adalah pulau Flores, Sumba dan Timor Barat. Sebagian besar wilayah Provinsi

Nusa Tenggara Timur berada pada rentang ketinggian 100 s/d 500 meter di atas permukaan laut

dengan luas ± 2.309.747 Ha, sedangkan sebagian kecil atau 3,65% wilayah Provinsi Nusa

tenggara Timur berada pada ketinggian ± 1.000 m di atas permukaan laut. Lahan dengan

Kemiringan ± 15 s/d 40% mencapai 38,07% dan lahan dengan kemiringan > 40% mencapai

35,46%.

Keadaan topografis Nusa Tenggara Timur berbukit-bukit dengan daratan tersebar secara

sporadic pada gugusan yang sempit. Pada semua pulau dominan permukaannya berbukit dan

bergunung-gunung, diapit daratan tinggi atau perbukitan. lahan dengan kemirigan 15º s/d 40º

mencapai luasan 38,07%. kondisi geomorfologis yang demikian menyebabkan pertanian pada

daratan sangat terbatas baik pertanian basah maupun lahan kering. Pertanian lahan kering banyak

dilakukan pada daerah-daerah dengan kemiringan yang curam sehingga produktivitas menjadi

rendah. Memiliki sebanyak 40 sungai dengan panjang berkisar antara ± 25 s/d 118 km. Di

daratan Flores dan daratan Alor terdapat 11 gunung berapi dengan ketinggian berkisar antara ±

637 s/d 2.149 km di atas permukaan laut, yang sejak tahun 1881 sampai dengan Tahun 2004

tercatat semua gunung berapi yang ada pernah mengalami letusan.

Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Pada bulan Juni-September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap

air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember-Maret arus angin

banyak mengandung banyak uap air yang dari Asia Samudra Pasifik sehingga terjadi musim

hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada

bulan April-Mei dan Oktober-November. Walaupun demikian Provinsi Nusa Tenggara Timur

dekat dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudra

Pasifik sampai di wilayah Nusa Tenggara Timur kandungan uap air sudah berkurang yang

menyebebkan volume hujan lebih sedikit di banding dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan

Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah yang tergolong kering di mana hanya 4 bulan (Januari-

Maret, dan Desembar) yang keadaan relative basah dan 8 bulan sisanya relative kering. Suhu

udara maksimum rata-rata berkisar antara 30 s/d 36ºC dan suhu udara minimum berkisar antara

21 s/d 24,5ºC, dengan curah hujan rata-rata adalah 1.164 mm/tahun.

4.1.1. Batas Wilayah

Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Nusa Tenggaran Timur terletak diantara

Benua Asia dan Benua Australia serta diantara Samudra Indonesia dan Laut Flores. Batas

wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan laut flores

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Timor Leste

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

30 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

4.1.2. Keadaan Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah demografis Republik

Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi

bertujuan untuk menetap. Penduduk provinsi Nusa Tengara Timur berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Provinsi NTT berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2000 – 2019

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

2000 1.971.737 1.976.863 3.948.600

2001 1.876.743 2.011.992 3.888.735

2002 1.880.723 2.044.148 3.924.871

2003 2.023.565 2.064.493 4.088.058

2004 2.088.156 2.100.618 4.188.774

2005 2.129.446 2.130.848 4.260.294

2006 2.122.045 2.138.249 4.355.121

2007 2.213.608 2.235.265 4.448.873

2008 2.256.609 2.277.710 4.534.319

2009 2.286.500 2.333.155 4.619.655

2010 2.332.943 2.373.249 4.706.192

2011 2.373.579 2.415.039 4.788.618

2012 2.414.295 2.456.932 4.871.227

2013 2.455.068 2.498.899 4.953.967

2014 2.495.917 2.540.980 5.036.897

2015 2.536.872 2.583.189 5.120.061

2016 2.577.953 2.625.561 5.203.514

2017 2.619.181 2.668.121 5.287.302

2018 2.660.613 2.710.906 5.371.519

2019 2.702.264 2.753.939 5.456.203

Sumber: Badan Pusat Statistik NTT tahun 2020

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

31 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Berdasarkan tabel di atas maka dapat di jelaskan bahwa penduduk Provinsi Nusa

Tenggara Timur berjenis kelamin perempuan lebih besar di bandingkan dengan penduduk jenis

kelamin laki-laki yang perkembangannya sampai tahun 2019 adalah jenis kelamin perempuan

dengan jumlah sebesar 2.753.939 jiwa dan laki-laki sebesar 2.702.264 jiwa dengan total

penduduk pada tahun 2019 sebesar 5.456.203 jiwa.

Selain itu juga terdapat jumlah penduduk provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan

kelompok umur. Untuk lebih mendetail maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2020

Kelompok Umur Jumlah Kelompok

Umur

Jumlah

0 – 4 690.392

0 – 14

1.979.855 5 - 9 666.292

10 -14 623.171

15 -19 555.623

15 -64

3.291.773

20 – 24 447.097

25 – 29 393.933

30 – 34 374.573

35 – 39 348.050

40 – 44 319.284

45 – 49 283.818

50 – 54 240.752

55 – 59 188.517

60 – 64 140.126

65 – 69 107.135

65+

269.736 70 – 74 78.079

75 + 84.522

Total 5.541.364

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. NTT tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka dapat di jelaskan bahwa jumlah penduduk

berdasarkan kelompok umur dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu penduduk usia belum

produktif (0-14 tahun), usia produktif (15–64 tahun) dan usia sudah tidak produktif (65+tahun).

Tabel 4.2 tersebut menjelaskan bahwa jumlah penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64

tahun) sebesar 3.291.773 jiwa jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia

belum produktif (umur 0-14 tahun) dengan jumlah sebesar 1.979.855 jiwa dan usia tidak

produktif (umur 65 tahun keatas) dengan jumlah sebesar 269.736 jiwa. Kondisi ini menjelaskan

bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur kaya akan sumber daya manusia yang berada pada usia

produktif. Melimpahnya sumber daya manusia usia produktif ini hendaknya dapat dimanfaatkan

dengan peningkatan kualitas, baik melalui pendidikan maupun keterampilan sehingga sumber

daya manusia tersebut bisa mampu bersaing sesuai dengan tuntutan zaman dan apabila kualitas

sumber daya manusia dari usia produktif ini rendah maka akan menjadi beban bagi

pembangunan daerah.

4.1.3. Kondisi Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu

negara/wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

32 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi

suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Untuk

melihat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur maka dapat di lihat pada grafik

berikut ini Grafik 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun 2015-2019

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov.NTT Taun 2020

Berdasarkan grafik di atas maka dapat di jelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi

Provinsi Nusa Tenggara Timur cendrung mengalami peningkatan. Pada tahun 2015

Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,92% kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2016

sebesar 5,12 % kemudian mengalami penurunan sebesar 0.01% pada tahun 2016 yakni sebesar

5,11% , pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT mengalami peningkatan sebesar

5,13% dan kemudian pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi pengalami peningkatan lagi

menjadi 5,20%. berdasarkan hal ini dapat di jelaskan juga bahwa pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Nusa Tenggara Timur semakin membaik sehingga diharapkan terus adanya kerjasama

yang baik antara pemerintah dengan sektor swata dan masyarakat untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi pada berbagai bidang ekonomi yang pada akhirnya adalah menciptakan

kesejahteraan bagi masyarakat provinsi Nusa Tenggara Timur.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan untuk melakukan pengujian-pengujian variabel

lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini

dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.

Dasar pengambilan untuk uji normalitas data adalah: Jika data menyebar dan mengikuti garis

diagonal atau grafik histogramnya maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Akan tetapi

jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik

histogram tidak menunjukan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat dari gambar Normal P-P Plot di bawah ini:

4,92

5,12 5,11 5,13

5,2

4,75

4,8

4,85

4,9

4,95

5

5,05

5,1

5,15

5,2

5,25

2015 2016 2017 2018 2019

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

33 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Gambar 4.1Diagram Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 20

Berdasarkan gambar diagram di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai residual

menyebar secara teratur mengikuti sumbu diagonal maka dapat disimpulkan bahwa data dalam

penelitian ini berdistribusi secara normal sehinga dapat dilanjutkan untuk uji berikutnya.

Uji Multikoloniaritas

Multikoliniaritas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi

yang sempurna atau mendekati sempurna antar variable independen. Pada model regresi yang

baik, seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna di antara variable bebas. Metode Uji

Multikolonearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Invlation Faktor (VIF) pada model

regresi. Apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala

Multikolinearitas. Sebaliknya apabila nilai Tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10 maka terdapat

gejala multikolinearitas dalam model. Hasil uji multikoloniaritas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil uji multikoloniaritas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig

.

Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Tolera

nce

VIF

1 (Constant) -

40.333

8.40

0

-

4.80

1

.00

0

PAD -.125 .118 -.169 -

1.06

0

.30

5

.503 1.98

9

Dana Bagi

Hasil

-.033 .081 -.066 -

.407

.68

9

.484 2.06

6

Jumlah

Penduduk

9.227 1.81

5

1.023 5.08

3

.00

0

.317 3.15

0

a. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber: Rekapitulasi Hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 29

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

34 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Berdasarkan tabel Output Coefficient di atas dapat diketahui bahwa nilai Tolerance

variable Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar 0,503 dan VIF sebesar 1,989, variabel Dana

Bagi Hasil memiliki nilai tolerance sebesar 0,484 dan VIF sebesar 2,066 dan variabel Jumlah

Penduduk memiliki nilai tolerance sebesar 0,317 dan VIF sebesar 3,150. Hasil uji

Multikoloniaritas ini menjelaskan bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai

tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat gejala multikolinearitas pada model penelitian ini.

4.2.1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi antara residual pada

periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah yang

tidak terdapat masalah autokorelasi. Metode pengujian menggunakan Uji Durbin Watson (DW

test). Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :

Jika nilai DU < DW < 4-DU maka tidak terjadi gejala autokorelasi.

Jika nilai DU < DL atau nilai DW > 4 – DU, artinya terjadi gejala autokorelasi.

Nilai DU dan DL ini dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson (Priyatno, 2013).

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows diperoleh hasil

dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary

b

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .891a .794 .756 2.44807 1.954

a. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk, PAD, Dana Bagi Hasil

b. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber: Rekapitulasi Hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 20

Dari output di atas diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,954 sedangkan nilai DU dan

DL yang diperoleh dari tabel Durbin Watson dengan n (sampel) = 20 dan k (jumlah variabel = 4)

diperoleh nilai DL = 0,894 dan DU = 1,828. Jadi nilai DU sebesar 1,828 dan besaran nilai 4 –

DU atau 4 – 1,828 = 2,172 (Tabel Durbin Watson terlampir).

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karena nilai DW

(1,954) terletak diantara nilai DU (1,828 ) dan nilai 4-DU (2,172) atau 1,828 < 1,954 < 2,172

maka tidak terdapat gejala autokorelasi pada model regresi ini. Dengan demikian maka untuk

pengujian hipotesis di atas dapat di lanjutkan.

Uji Heteroskedastitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidak samaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Heterokedastisitas

dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap pola scaterplot yang dihasilkan melalui program

SPPS. Apabila pola scater plot membentuk pola tertentu, maka model regresi memiliki gejala

heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka nol pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bebas heterokedastisitas sehingga model

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

35 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

regresi dapat dipakai. Hasil dari uji heterokedastisitas dengan menggunakan program SPSS 20

adalah sebagai berikut: Gambar 4.2. Scaterplot

Sumber: hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 20

Pada grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola jelas.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi ini.

Analisis Inferensial

Analisis Regresi Berganda

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli

Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3) terhadap Anggaran Belanja

Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. untuk lebih mendetail dapat dilihat pada hasil

rekapitulasi berikut ini:

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil

(X2) dan Jumlah Penduduk (X3) Tehadap Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Variabel Koefisien

Regresi (B) Signifikansi

Constanta ( ) -40,333 20,590 3,34 0,000

PAD (X1) -0,125

Dana Bagi Hasil (X2)

Jumlah Penduduk (X3)

-0,033

9,227

R 0,891

R Square 0,795

Sumber: Rekapitulasi Hasil Analisis SPSS 20. Tahun 2020

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

36 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Berdasarkan hasil pengujian regresi diatas maka dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai

antar variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3)

terhadap variabel Anggaran Belanja Modal (Y) adalah sebagai berikut:

Y = + + ԑi

Y = -40,333 – 0,125X1 – 0,033X2+ 9,227X3 + ԑi

Keterangan:

Y = Anggaran Belanja Modal

= Konstanta Intersept

= Koefisien Variabel Pendapatan Asli Daerah

= Koefisien Variabel Dana Bagi Hasil

Koefisien Variabel Jumlah Penduduk

X1 = Variabel Pendapatan Asli Daerah

X2 = Variabel Dana Bagi Hasil

X3 = Variabel Jumlah Penduduk

ԑi = Eror

Nilai konstanta ( ) = -40,333, ini menjelaskan bahwa apabila tidak ada perubahan pada

variable Pendaptan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk maka variabel Belanja

Modal adalah sebesar Rp. -40,333. Akan tetapi jika ada perubahan pada variabel Pendaptan Asli

Daerah sebesar Rp. 1000 dengan asumsi bahwa variabel lain yang berpengaruh dianggap konstan

maka Anggaran Belanja Modal akan berkurang sebesar Rp. -0,125, jika ada perubahan pada

variabel Dana bagi Hasil sebesar Rp.1000 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan maka

Anggaran Belanja Modal akan berkurang sebesar Rp. -0,033 dan jika ada perubahan pada

variabel Jumlah Penduduk sebesar 1000 jiwa dengan asumsi bahwa variabel lain yang

berpengaruh dianggap konstan maka Anggaran Belanja Modal akan bertambah sebesar Rp.

9,277.

Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua

variabel, peneliti memberikan kriteria sebagai berikut:

1. 0: Tidak ada hubungan antara dua variabel

2. > 0 – 0,25: hubungan sangat lemah

3. > 0,25 – 0,5: hubungan cukup

4. > 0,5 – 0,75: hubungan kuat

5. > 0,75 – 0,99: hubungan sangat kuat

6. 1: hubungan sempurna

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien regresi

(R) variabel Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3)

terhadap Belanja Modal (Y) adalah sebesar 0,891 yang berarti bahwa antara variable Pendaptan

Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2), Jumlah Penduduk (X3) dan Anggaran Belanja Modal

(Y) memiliki hubungan yang sangat kuat.

Koefisien Determinasi ( ) menjelaskan tentang variabel Anggaran Belanja modal (Y)

ditentukan oleh variable Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

37 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Penduduk (X3) yang dilihat dari hasil analisis koefisien determinan ( ) diperoleh sebesar 0,795

yang berarti bahwa besarnya variabel Anggaran Belanja Modal dipengaruh oleh variabel

Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3) sebesar 79,5%

sedangkan sisanya sebesar 20,5% di pengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error

Beta

1 (Constant) -40.333 8.400 -4.801

.000

PAD -.125 .118 -.169 -1.060

.305

Dana Bagi Hasil

-.033 .081 -.066 -.407 .689

Jumlah Penduduk

9.227 1.815 1.023 5.083 .000

a. Dependent Variable: Anggaran Belanja Modal Sumber : hasil analisis data dengan bantuan SPSS 20

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diatas diperoleh sebesar

1,745 dan sebesar 1,060. Dengan demikian maka nilai lebih kecil dari

dimana 1,060 < 1,745 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,305 > 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara Parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel PAD (X1) terhadap

Anggaran Belanja modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian maka

hipotesis yang mengatakan bahwa PAD (X1) berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja

Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat ditolak.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diatas diperoleh sebesar

1,745 dan sebesar 0,407. Dengan demikian maka nilai lebih kecil dari

dimana 1,060 < 1,745 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,689 > 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara Parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Dana Bagi Hasil

(X2) terhadap Anggaran Belanja modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian

maka hipotesis yang mengatakan bahwa Dana Bagi Hasil (X2) berpengaruh signifikan terhadap

Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat ditolak.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diatas diperoleh sebesar

1,745 dan sebesar 5,083. Dengan demikian maka nilai lebih besar dari

dimana 5,083 > 1,745 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara Parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Jumlah Penduduk (X3)

terhadap Anggaran Belanja modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian

maka hipotesis yang mengatakan bahwa Jumlah Penduduk (X3) berpengaruh signifikan terhadap

Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat diterima.

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

38 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Berdasarkan hasil output Spss diatas maka dapat dijelaskan bahwa Untuk alpha (α)

sebesar 0,05 dengan df1 = k -1 ( 4 – 1 = 3) dan df2 = n-k-2 ( 20-4-2 = 14) , maka dapat

diperoleh sebesar 3,34 dan sebesar 20,590. Dengan demikian maka nilai

lebih besar dari dimana 20,590 > 3,34 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 <

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3) terhadap

variabel Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian maka

hipotesis yang mengatakan bahwa Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan

Jumlah Penduduk (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel Anggaran

Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat dijelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah

mengakibatkan pemerintah daerah wajib mampu menggali penerimaan daerah yang

peruntukannya mendanai kebutuhan daerah dalam rangka meningkatkan pengadaan sarana dan

prasarana menggunakan anggaran belanja modal.

Dana Bagi Hasil juga merupakan penunjang pemerintah daerah untuk memenuhi sarana

dan prasarana publik serta infrastruktur daerah menggunakan belanja modal. Dana Bagi Hasil

merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal

dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah

yang bukan berasal dari Pendapatan Asli Daerah selain Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi

Khusus. Padatnya penduduk membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak sebagai

syarat untuk pelayanan kepada publik mengakibatkan penggunaan belanja modal yang besar

dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk publik (masyarakat).

Dengan demikian maka berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan teori diatas mampu

memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Pendaptan Asli Daerah, Dana Bagi Hasi, dan

Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal. Dengan demikian

maka hipotesis pertama Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk

berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal dapat diterima.

Sumbangan Efektif (SE)

Sumbangan efektif (SE) dimaksudkan untuk mengetahui besar pengaruh atau kontribusi

masing-masing Variabel bebas (X) terhadap besarnya nilai variabel terikat (Y). Total kontribusi

dari setiap variabel bebas (X) akan sama besarnya dengan nilai koefesien determinasi (R2)

Tabel 9. Rekapitulasi Nilai Koefisien beta, Koefisien Korelasi dan SE

Variabel Koefisien Beta Koefisien Korelasi SE

PAD -0,169 0,429 -0,072

Dana Bagi Hasil -0,066 0,548 -0,036

Jumlah Penduduk 1,023 0,883 0,903

Jumlah 0,795

Sumber: Rekapitulasi Hasil Analisis SPSS 20. Tahun 2020

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

39 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Rumusan untuk menghitung SE adalah sebagai berikut:

SE (X)% = Beta X Koefisien Korelasi

1. Sumbangan Efektif variabel Pendaptan Asli Daerah (X1) terhadap Anggaran Belanja

Modal (Y) yaitu:

SE(X1) % = Beta X1 x rxy

SE(X1) % = (-0,169) x (0,429)

SE(X1) % = -0,072

2. Sumbangan Efektif variabel Dana Bagi Hasil (X2) terhadap Anggaran Belanja Modal (Y)

yaitu:

SE(X2) % = Beta X2 x rxy

SE(X2) % = (-0,066) x (0,548)

SE(X2) % = -0,036

3. Sumbangan Efektif variabel Jumlah Penduduk (X3) terhadap Anggaran Belanja Modal (Y)

yaitu:

SE(X3) % = BetaX3 x rxy

SE(X3) % = (1,023) x (0,883)

SE(X3) % = 0,903

Jadi sumbangan Efektif (SE) total dapat dihitung sebagai berikut:

SE total = SE(X1) + SE(X2) + SE(X3)

SE total = -0,072 - 0,036 + 0,903

SE total = 0,795

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa sumbangan efektif

(SE) variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) terhadap Anggaran Belanja Modal (Y) adalah sebesar

-0,072, kemudian sumbangan efektif variabel Dana bagi Hasil (X2) terhadap Belanja Modal (Y)

adalah sebesar -0,036 dan sumbangan efektif variabel Jumlah Penduduk (X3) terhadap Anggaran

Belanja Modal (Y) adalah sebesar 0,903. Untuk sumbangan total adalah sebesar 0,795 atau sama

dengan koefisien determinasi (R square) analisis regresi yakni 0,795.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Penduduk (X3)

memiliki pengaruh lebih dominan terhadap variabel Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi

NTT dari pada variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) dan Dana Bagi Hasil (X3).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis

menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis regresi berganda

pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap

Anggaran Belanja Modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa secara parsial

hanya variabel jumlah penduduk yang berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal

di Provinsi Nusa Tenggara Timur tetapi secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi

Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal di

Provinsi Nusa Tenggara Timur

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

40 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2004, Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntasi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba

Empat.

Abdullah, Syukir. 2013 Pengaruh Silpa Terhadap Belanja. http://syukriy.

wordpress.com/2013/12/16/pengaruh-silpa-terhadap-belanja/diakses pada tanggal 16

November 2014.

Aditya, Dina Mei Eka dan Maryono. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal (Studi

pada Provinsi/Wilayah Kalimantan dan Sulawesi). Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Stikubank Semarang.

Allen, Richard dan Tommasi Daniel, 2001. Managing Public Expenditure: A Reference Book

for Transition Countries, Paris: SIGMA-OECD.

Amelina, Ridha (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Jumlah Penduduk, PAD,

dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Anggaran Belanja Modal: Studi

Kompartif Kabupaten/Kota di Sumatera Barat dan Riau

Badan Pusat Statistik, 2010. Data Statistik Indonesia. Jumlah Penduduk menurut Kelompok

Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005. Diakses pada tanggal 29

April 2015. Dari http://demografi.bgs.go.id/.

BPS. 2000 – 2019. Provinsi NTT Dalam Angka. Kupang: BPS Provinsi NTT

Budi S. Purnomo. (2009). Obligasi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Darise Nurlan. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT. Indeks Kelompok

Gramedia Anggota IKAPI

Darise Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT. Indeks

Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli

Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli 2007.

Dedi Nordiwan dkk, 2007. Akuntansi Pemerintah, Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS. Edisi 7.

Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Heliyanto, Firnandi dan Nur Handayani 2016. “Pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH

terhadap Pengalokasian Belanja Modal”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.

Hoesada, J., (2016) Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi Yogyakarta.

Nihayatul Fitiriana, 2018. Analisis Pengaruh Pendapapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan

Jumlah Penduduk terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota Riau.

Paujiah, Sri Puji. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum

(DAU) Terhadap Belanja Modal. Skripsi. Universitas Siliwangi.

Permatasari, Isti dan Titik Mildawati, 2016. Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Belanja

Modal pada Kabupaten/Kota Jawa Timur. Jurnal dan Ilmu dan Riset Akuntasi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

E-ISSN 2686 5661

VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA

41 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN

Pipin Syarifin dan Deda Jubaedah, Hukum Pemerintah Daerah, Pustaka Bani Quraisy, 2005.

Rizanda. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja

Modal di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Akuntansi Unesa,

Rutoto, Sabar. 2007. Pengaturan Metedologi Penelitian. FKIP. Universitas Muria Kudus.

Sudarti. (2018). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Said dkk, 2001, Manajemen Agribisnis, Ghalia Indonesia.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R&D, Bandung Alfabeta.

Sugiyono (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Sukirno, S. (1985). Ekonomi pembangunan, proses, masalah dan dasar kebijaksanaan.

Jakarta: t.p.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LPEF-UI Bima Grafika.

Tuasikal, Askam. 2008. Pengaruh DAU, DAK, PAD dan PDRB Terhadap Belanja Modal

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi,

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

_____Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Yandri, P. (2012). Yandri, Pitri Pelaksanaan otonomi daerah dan pelayanan publik bidang

pendidikan di Kota Tangerang. Ekonomika-Bisnis.