ANALISIS PENGARUH PENDAPADAN ASLI DAERAH, DANA BAGI …
Transcript of ANALISIS PENGARUH PENDAPADAN ASLI DAERAH, DANA BAGI …
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
20 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
ANALISIS PENGARUH PENDAPADAN ASLI DAERAH, DANA BAGI HASIL DAN
JUMLAH PENDUDUK TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL DI PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR
Emilia Khristina Kiha
1, Kamilaus Konstanse Oki
2, Athanasius Seran
3
1,2,3)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Timor
Email : [email protected]
ABSTRAK
Alokasi anggaran dalam membiayai pembangunan disuatu daerah tergantung pada arah
dan tujuan daerah tersebut. Arah pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih
didominasi pada alokasi belanja modal. Alasan mendasar alokasi tersebut karena ketersediaan
infrastruktur pendukung pelaksanaan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih
sangat terbatas karena wilayah adalah daerah kepulauan, kemampuan daerah kabupaten
menyediakan menyediakan infrastruktur terbatas, jumlah penduduk penikmat layanan publik.
Dengan kata lain, alokasi belanja modal Provinsi Nusa Tenggara Timur orientasi pada
pembangunan fisik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk Terhadap Anggaran Belanja Modal Di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah runtut waktu (time series) dari
tahun 2000-2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah,
Dana Bagi Hasil, Jumlah Penduduk dan Anggaran Belanja Modal yang di peroleh dari Badan
Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode analisis data menggunakan regresi
berganda dengan menggunakan Program SPSS 20. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda
pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa secara parsial
hanya variabel jumlah penduduk yang berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal
di Provinsi Nusa Tenggara Timur tetapi secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi
Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal di
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kata Kunci : APBD, Bagi Hasil, Belanja Modal, NTT
PENDAHULUAN
Otonomi daerah mengamanatkan untuk setiap daerah mampu mengelola dan mengatur
urusan pemerintahan sendiri berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam menjalankan
pemerintahannya, daerah diberikan bantuan fiskal oleh pemerintah pusat guna mendanai
pelaksanaan pemerintahan daerah sebagai wujud dari desentralisasi. Artinya, pemerintah daerah
memiliki hak dan kewenangan untuk mengelola semua potensi alam yang tersedia di daerah
secara efektif, sebagai upaya mengoptimalkan kinerja keuangannya dalam rangka mewujudkan
kemandirian daerah.
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
21 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Sesuai dengan hak dan kewenangan yang dimiliki, pemerintahan daerah diharapkan dapat
menyediakan berbagai pelayanan publik terutama pada sektor publik. Upaya pemerintah dalam
peningkatan pelayanan publik, tentu terdapat sebagian dana yang dialokasikan dalam bentuk
anggaran belanja modal yang termuat dalam Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
untuk menambah aset daerah (Permatasari dkk, 2016).
Untuk menambah aset daerah, peningkatan sektor publik yang merupakan output dari
belanja modal dan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal kepada
masyarakat, sehingga dapat tercapainya tujuan pembangunan nasional yaitu kesejahteraan
seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikan, anggaran belanja modal sangat penting dalam
pembangunan suatu daerah.
Realisasi anggaran belanja modal sangat bergantung pada kemampuan keuangan atau
penerimaan suatu daerah. Makin tinggi penerimaan daerah, maka makin besar belanja suatu
daerah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 yang menyatakan
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan. Fitriana
dan Sudarti (2018) penelitiannya juga menyebutkan bahwa, realisasi anggaran belanja modal
sangat dipengaruhi oleh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, dan pertumbuhan penduduk.
Dalam Undang-Undang 33 Tahun 2004 menjelaskan tentang otonomi daerah, dijelaskan
bahwa sumber penerimaan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah dana perimbangan, dan
lain-lain pendapatan. Pendapatan asli daerah bersumber dari pajak, retribusi, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Dana
perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus (DAK), juga Dana Alokasi
Umum (DAU). Semua bentuk keuangan tersebut diperuntukkan untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah.
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah provinsi yang juga menganut
asas otonomi, sehingga memiliki hak dan kewenangan untuk mengatur dan mengelolah
pemerintahannya, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Sebagai pemerintahan
daerah yang otonom, Provinsi Nusa Tenggara Timur wajib merencanakan dan merealisasikan
anggaran dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Di dalam Anggaran
Pemerintah dan Belanja Daerah memuat secara rinci program-program yang akan dilaksanakan
sekaligus sumber pembiayaannya. Penyusunan anggaran ditata agar mampu meningkatkan
kinerja penyelenggaraan daerah yang berorientasi pada optimaisasi pelayanan publik (BPS,
2016).
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang semakin bertambah diharapkan mampu
meningkatkan alokasi belanja modal pemerintah daerah sehingga berdampak pada kualitas
pelayanan publik yang semakin baik. Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh
Darwanto dan Yustikasari (2007) serta Tuasikal (2008) memperoleh hasil bahwa Pendapatan
Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Namun terkadang
peningkatan Pendapatan Asli Daerah tidak selalu diikuti dengan peningkatan anggaran belanja
modal karena Pendapatan Asli Daerah banyak terserap untuk membiayai belanja lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizanda (2013) dan Paujiah (2012) memperoleh hasil bahwa
pendapatan asli daerah tidak berpengaruh terhadap belanja modal.
Adanya otonomi daerah masih menunjukkan kinerja pelayanan publik yang masih belum
memuaskan (Yandri, 2012). Sehingga pemerintah pusat memberikan bantuan berupa dana
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
22 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
perimbangan Dana Bagi Hasil (DBH). Sumber penerimaan Bagi Dana Hasil merupakan dana
diberikan oleh pemerintah pusat atas berpindahnya hak pemungutan sumber pendapatan daerah
kepada pemerintah pusat. Struktur dan postur Keuangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara
didominasi oleh dana perimbangan semenjak diberikan hak otonomi daerah. Kompleksitas
persoalan ketidakmampuan keuangan daerah menyebabkan ketergantungan pemerintah provinsi
pada pemerintah pusat masih sangat tinggi.
Alokasi anggaran dalam membiayai pembangunan disuatu daerah tergantung pada arah
dan tujuan daerah tersebut. Arah pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih
didominasi pada alokasi belanja modal. Alasan mendasar alokasi tersebut karena ketersediaan
infrastruktur pendukung pelaksanaan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih
sangat terbatas karena wilayah adalah daerah kepulauan, kemampuan daerah kabupaten
menyediakan menyediakan infrastruktur terbatas, jumlah penduduk penikmat layanan publik.
Dengan kata lain, alokasi belanja modal Provinsi Nusa Tenggara Timur orientasi pada
pembangunan fisik. Sebagaimana dikatakan oleh Mardiasmo (2002), belanja modal merupakan
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian, pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang mempunyai nilai manfaat digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam
bentuk tanah, peralatan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, jaringan dan aset tetap
lainnya. Alokasi belanja modal Provinsi Nusa Tenggara Timur selama periode 2000-2019
nampak pada grafik berikut.
Grafik 1.1 Realisasi Anggaran Belanja Modal NTT, Tahun 2000-2019
Sumber: BPS NTT. Tahun 2020
Grafik 1.1 di atas menunjukkan realisasi anggaran belanja modal Provinsi Nusa Tenggara
Timur selama periode 2000 hingga 2019 terus mengalami peningkatan setiap tahun. Alokasi
anggaran belanja modal tertinggi terjadi pada tahun 2019, yaitu sebesar Rp 941.383.518,000 dan
realisasi terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 1. 834. 976.000 Faktor yang
menyebabkan adanya peningkatan alokasi belanja modal karena kebutuhan pelaksanaan
1.8
34
.97
6.0
00
3.5
95
.79
3.0
00
6.1
35
.67
3.0
00
10
.29
5.4
73
.00
0
37
.75
3.6
23
.00
0
22
.70
2.1
21
.11
7
26
.63
9.9
13
.61
3 29
3.8
50
.28
8.0
00
20
2.7
21
.74
1.5
46
20
5.2
49
.52
9.3
99
17
6.5
58
.92
1.3
97
19
5.3
35
.65
2.3
24
24
4.7
50
.46
4.7
80
22
5.1
80
.37
6.2
70
40
7.6
00
.78
8.9
70
60
6.7
02
.21
4.5
80
60
2.2
99
.04
4.6
40
47
8.0
36
.32
3.3
40
52
9.7
61
.03
4.0
00
94
1.3
83
.51
8.0
00
2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
23 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat tinggi dan belum mampu
disiapkan oleh pemerintah kabupaten secara mandiri, tingkat inflasi yang terus mengalami
perubahan setiap tahun.
Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik dan
memajukan perekonomian daerah. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan publik dengan
melakukan belanja untuk kepentingan investasi yang direalisasikan melalui belanja modal.
Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanakan kebijakannya sebagai daerah otonomi
sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan daerah. Semakin
besar pendapatan asli daerah yang diterima, maka semakin besar pula kewenangan pemerintah
daerah tersebut dalam melaksanakan kebijakan otonomi.
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pembiayaan bagi pemerintahan daerah dalam
menciptakan infrastruktur daerah. Pendapatan Asli Daerah didapatkan dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah. Untuk itu, dalam masa desentralisasi seperti ini, pemerintah
daerah dituntut untuk bisa mengembangkan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah masing-
masing dengan memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki supaya bisa membiayai segala
kegiatan penciptaan infrastruktur atau sarana prasarana daerah melalui alokasi belanja modal
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sebagaimana dikatakan oleh Darise (2006),
semakin baik Pendapatan Asli Daerah suatu daerah maka semakin besar pula alokasi belanja
modalnya. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan sumber penerimaan lain pembentukan keuangan daerah. Kompleksitas
persoalan minim kontribusi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur berkaitan
dengan potensi daerah, manajemen pengelolaan, daya dukung masyarakat, kebijakan, leadership
dan lain sebagainya.
Sumber dana lain yang mencerminkan kemampuan pengelolaan potensi daerah adalah
Dana Bagi Hasil yang terdiri dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sebagaimana dikatakan oleh
Undang Undang No. 33 Tahun 2004, bahwa sumber dana bagi hasil berasal dari pendapatan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan
angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Tujuan dana bagi hasil adalah untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara
pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Alokasi terbesar dana bagi
hasil bersumber dari daerah pemberi kontribusi pembentukan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara. Semakin besar kontribusi maka alokasi semakin besar pula, sebaliknya semakin kecil
kontribusi maka nilai kompensasi juga semakin kecil.
Dana bagi hasil Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat kecil dari waktu ke waktu
disebabkan oleh berbagai persoalan sebagaimana permasalahan penerimaan bersumber dari
pendapatan asli daerah. Dana bagi hasil Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana diatur
dalam undang undang adalah bersumber dari bagi hasil pajak bumi dan bangunan, pajak
penghasilan, dan cukai hasil tembakau. Penggunaan penggunaan bagi hasil pajak bersifat
blockgrant, yaitu penggunaan dana diserahkan pada daerah sesuai dengan kebutuhan daerah.
Kecuali untuk dana bagi hasil cukai tembakau paling sedikit 50% digunakan untuk mendanai
program atau kegiatan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai serta pemberantasan barang kena cukai
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
24 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
ilegal. Sumber penerimaan daerah dari pendapatan asli daerah, dana bagi hasil dan jumlah
penduduk terlihat pada Tabel 1.1 berikut;
Tabel 1.1 PAD, DBH dan Jumlah Penduduk Provinsi NTT Tahun 2000-2019
Tahun Pendapatan Asli
Daerah (X1)
Dana Bagi Hasil (X2) Jumlah Penduduk (X3)
2000 136.605.167.324 24.986.087.123 3.948.600
2001 140.751.416.357 25.981.234.620 3.888.735
2002 147.374.418.980 28.704.875.700 3.924.871
2003 152.751.781.919 26.408.434.800 4.088.058
2004 156.808.618.757 34.321.453.511 4.188.774
2005 140.629.071.361 44.477.372.263 4.260.294
2006 175.951.829.851 48.713.441.323 4.355.121
2007 198.296.335.310 54.686.739.900 4.260.294
2008 237.286.164.010 53.820.333.838 4.534.319
2009 169.656.814.967 54.842.414.270 4.619.655
2010 201.493.571.167 68.647.419.180 4.683.827
2011 307.484.421.249 87.834.594.936 4.776.485
2012 398.524.546.972 10.088.415.497 4.899.260
2013 523.201.203.067 84.034.259.793 4.953.967
2014 763.300.806.702 76.821.847.000 5.036.897
2015 882.315.240.378 60.821.837.710 5.120.061
2016 995.186.120.952 91.213.201.570 5.203.514
2017 1.047.491.567.026 87.876.729.180 5.287.302
2018 1.015.913.775.993 86.834.315.000 5.371.559
2019 1.717.583.096.000 74.110.205.000 5.456.203
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tahun 2020
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar Rp. 136.605.167.324
(Jutaan Rupiah), Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah akan menambah
aset atau kekayaan daerah.
Besarnya Dana Bagi Hasil yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
terendah pada tahun 2000 sebesar Rp. 24.986.087.123, Dana Bagi Hasil adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan Belanja Pemerintah
Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah. Sedangkan Jumlah penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah pada tahun
2001 sebesar 3. 888.735, Jumlah Penduduk merupakan semua orang yang berdomisili di suatu
daerah selama sebulan atau lebih mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
25 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
menetap melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin.
Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk, Dana Bagi Hasil juga merupakan dana
perimbangan. Dana Bagi Hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka jutaan rupiah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil
terdiri dari dua jenis yaitu Dana Bagi Hasil pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Bagi
Hasil ini merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan menjadi salah satu
modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja
daerah.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang dari sumber-sumber yang telah disediakan. Diambil dari
bahan pustaka, Badan Pusat Statistik, penelitian terdahulu dan lain sebagainya. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah runtut waktu (time series) dari tahun 2000-2019.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil,
Jumlah Penduduk dan Anggaran Belanja Modal yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Variabel Penelitian
Agar penelitian dapat berjalan dengan lebih baik, maka perlu diketahui beberapa unsur
penelitian seperti konsep, definisi operasional dan lainnya. Pemahaman ini diperlukan pada
proses teorisasi, karena adanya pengetahuan tentang unsur-unsur tersebut maka peneliti ini akan
merumuskan hubungan-hubungan teori dengan baik.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dirinci
tentang variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini:
1. Variabel bebas (Independen)
Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel independen merupakan variabel yang
menjadi sebab perubahannya akan timbul variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2), Jumlah Penduduk (X3).
2. Variabel terikat (Dependent)
Variabel terikat sering disebut juga sebagai variabel dependen yang merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Anggaran Belanja Modal (Y).
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan
yang relevan, akurat dan realistis. Karena data bersifat makro, metode yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu mendapatkan informasi
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
26 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
melalui catatan, literatur, dokumentasi, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian. Selain itu
juga terdapat data-data laporan tertulis yang terkait dengan penelitian ini dari berbagai studi
pustaka yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, website, dan jurnal-jurnal penelitian lainya.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalita adalah sebagai berikut: “Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk
melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan
statistik parametrik tidak dapat digunakan. Dasar pengambilan untuk uji normalitas data adalah:
a. Jika data menyebar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogram tidak menunjukan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastis
Uji heteroskedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur (bergelombang,
melebur kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel-vareabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya terjadi
korelasi diantara variabel bebas/variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi
antara variabel bebasnya sama dengan nol.
a. Jika variabel bebas pada korelasi diatas 0,90, maka hal ini merupakan adanya
multikolineritas.
b. Atau multikolineritas juda dapat dilihat dari VIF, jika VIF < 10 maka tingkat kolinieritasnya
masih dapat di toleransi.
c. Nilai Eigen Value berjumlah satu atau lebih, jika variabel bebas mendekati 0 menunjukan
adanya multikolineritas.
Metode Analisis data
Regresi Linear Berganda
Analisi regresi linear berganda merupakan pengembangan dari regresi linear sederhana
dimana terdapat lebih dari satu variabel independen. Analisis regresi berganda digunakan untuk
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
27 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
melihat pengaruh variabel independen (X) terdapat variabel dependent (Y). Persamaan regresi
berganda sebagai berikut:
Y = β0 + β1x1 β2x2 + β3x3 + εi
Keterangan:
Y : Anggaran Belanja modal
βo : Konstan
β1 : Koefisien regresi variabel pendapatan asli daerah (X1)
β2 : Koefisien regresi variabel dana bagi hasil (X2)
β3 : Koefisien regresi variabel jumlah penduduk (X3)
X1 : Variabel pendapatan asli daerah
X2 : Variabel dana bagi hasil
X3 : Jumlah penduduk
εi : Error term
a. Uji Koefisien Regresi (R)
Koefisien regresi (r), bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat.
r =
√{ √
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi-variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Sumbangan Efektif (SE)
Sumbangan efektif (SE) dimaksudkan untuk mengetahui besar pengaruh atau kontribusi
masing-masing Variabel bebas (X) terhadap besarnya nilai variabel tidak bebas (Y). Total
kontribusi dari setiap variabel bebas (X) akan sama besarnya dengan nilai koefesien determinasi
(R2). SE adalah nilai koefesien korelasi (r-pm) x nilai koefesien Beta terstanderd Nilai SE
ditampilkan dalam tabel berikut:
Sumbangan efektif (SE) setiap variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y).
No Variabel Nilai Korelasi r-
pm
Koefesien Beta
Terstanderd
SE
1 X1Pendapatan Asli Daerah *** *** ***
2 X2 Dana Bagi Hasil *** *** ***
3 X3 Jumlah Penduduk *** *** ***
Keterangan: Nilai tersebut akan di peroleh setelah analisis inferensial
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
28 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Uji Hipotesis
Untuk melakukan pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
uji statistik, sebagai berikut:
Uji parsial (uji t)
Uji statisti t ini adalah untuk menguji keberhasilan koefesien regresi secara parsial.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara tunggal berpengaruh
terhadap variabel terikat Y dengan membandingkan antara nilai thitung masing-masing variabel
bebas dengan niai ttabel dengan derajat kesalahan 5% (α= 0,05). Apabila nilai thitung ≥ t tabel,
maka variabel bebasnya memberikan pengaruh bermakna terhadap variabel terikat. Uji t ini
menggunakan derajat kebebasan df = n-k dimana n = banyak observasi dan k = jumlah regresor
konstanta. Selain itu, pengujian ini dapat sekaligus digunakan untuk mengetahui seberapa besar
Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk pengaruh terhadap anggaran
Belanja Modal dengan melihat nilai-nilai t masing-masing variabel. Berdasrkan nilai t itu, maka
dapat diketahui variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh paling bermakna atau signifikan
mempengaruhi variabel terkait.
Uji simultan (Uji F)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama
antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengaruh tersebut memiliki tingkat
signifkansi pada alpha 5%. Adapun metode untuk menentukan apabila nilai signifikan < 0,05 dan
Fhitung > Ftabel. Rumus df1 dan df2 adalah:
dfI = k-1: df2=n-k
Uji F =
11
/
kn
r
kr
Keterangan:
F = Pendekatan distribusi Probilitas Fisher
r = Koefisien regresi
k = jumlah variabel bebas
n = banyaknya sampel
Penolakan hipotesis atas dasar signifikansi pada taraf nyata 5% (taraf kepercayaan)
dengan kriteria:
a. Jika F hitung > F tabel, maka ditolak dan diterima, yang berarti ada pengaruh secara
simultan antara variabel terikat.
b. Jika F hitung < F tabel, maka ditolak dan diterima, yang berarti tidak ada pengaruh secara
simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
29 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
DUSKUSI
Gambaran Umum Provinsi NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah Provinsi di Indonesia yang meliputi
bagian timur kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di kupang dan memiliki 22
Kabupaten / Kota yang terdiri dari sekitar 550 pulau. Tiga pulau terbesar di Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah pulau Flores, Sumba dan Timor Barat. Sebagian besar wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Timur berada pada rentang ketinggian 100 s/d 500 meter di atas permukaan laut
dengan luas ± 2.309.747 Ha, sedangkan sebagian kecil atau 3,65% wilayah Provinsi Nusa
tenggara Timur berada pada ketinggian ± 1.000 m di atas permukaan laut. Lahan dengan
Kemiringan ± 15 s/d 40% mencapai 38,07% dan lahan dengan kemiringan > 40% mencapai
35,46%.
Keadaan topografis Nusa Tenggara Timur berbukit-bukit dengan daratan tersebar secara
sporadic pada gugusan yang sempit. Pada semua pulau dominan permukaannya berbukit dan
bergunung-gunung, diapit daratan tinggi atau perbukitan. lahan dengan kemirigan 15º s/d 40º
mencapai luasan 38,07%. kondisi geomorfologis yang demikian menyebabkan pertanian pada
daratan sangat terbatas baik pertanian basah maupun lahan kering. Pertanian lahan kering banyak
dilakukan pada daerah-daerah dengan kemiringan yang curam sehingga produktivitas menjadi
rendah. Memiliki sebanyak 40 sungai dengan panjang berkisar antara ± 25 s/d 118 km. Di
daratan Flores dan daratan Alor terdapat 11 gunung berapi dengan ketinggian berkisar antara ±
637 s/d 2.149 km di atas permukaan laut, yang sejak tahun 1881 sampai dengan Tahun 2004
tercatat semua gunung berapi yang ada pernah mengalami letusan.
Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Pada bulan Juni-September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap
air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember-Maret arus angin
banyak mengandung banyak uap air yang dari Asia Samudra Pasifik sehingga terjadi musim
hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada
bulan April-Mei dan Oktober-November. Walaupun demikian Provinsi Nusa Tenggara Timur
dekat dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudra
Pasifik sampai di wilayah Nusa Tenggara Timur kandungan uap air sudah berkurang yang
menyebebkan volume hujan lebih sedikit di banding dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan
Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah yang tergolong kering di mana hanya 4 bulan (Januari-
Maret, dan Desembar) yang keadaan relative basah dan 8 bulan sisanya relative kering. Suhu
udara maksimum rata-rata berkisar antara 30 s/d 36ºC dan suhu udara minimum berkisar antara
21 s/d 24,5ºC, dengan curah hujan rata-rata adalah 1.164 mm/tahun.
4.1.1. Batas Wilayah
Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Nusa Tenggaran Timur terletak diantara
Benua Asia dan Benua Australia serta diantara Samudra Indonesia dan Laut Flores. Batas
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan laut flores
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Timor Leste
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
30 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
4.1.2. Keadaan Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah demografis Republik
Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan untuk menetap. Penduduk provinsi Nusa Tengara Timur berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Provinsi NTT berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2000 – 2019
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
2000 1.971.737 1.976.863 3.948.600
2001 1.876.743 2.011.992 3.888.735
2002 1.880.723 2.044.148 3.924.871
2003 2.023.565 2.064.493 4.088.058
2004 2.088.156 2.100.618 4.188.774
2005 2.129.446 2.130.848 4.260.294
2006 2.122.045 2.138.249 4.355.121
2007 2.213.608 2.235.265 4.448.873
2008 2.256.609 2.277.710 4.534.319
2009 2.286.500 2.333.155 4.619.655
2010 2.332.943 2.373.249 4.706.192
2011 2.373.579 2.415.039 4.788.618
2012 2.414.295 2.456.932 4.871.227
2013 2.455.068 2.498.899 4.953.967
2014 2.495.917 2.540.980 5.036.897
2015 2.536.872 2.583.189 5.120.061
2016 2.577.953 2.625.561 5.203.514
2017 2.619.181 2.668.121 5.287.302
2018 2.660.613 2.710.906 5.371.519
2019 2.702.264 2.753.939 5.456.203
Sumber: Badan Pusat Statistik NTT tahun 2020
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
31 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Berdasarkan tabel di atas maka dapat di jelaskan bahwa penduduk Provinsi Nusa
Tenggara Timur berjenis kelamin perempuan lebih besar di bandingkan dengan penduduk jenis
kelamin laki-laki yang perkembangannya sampai tahun 2019 adalah jenis kelamin perempuan
dengan jumlah sebesar 2.753.939 jiwa dan laki-laki sebesar 2.702.264 jiwa dengan total
penduduk pada tahun 2019 sebesar 5.456.203 jiwa.
Selain itu juga terdapat jumlah penduduk provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan
kelompok umur. Untuk lebih mendetail maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2020
Kelompok Umur Jumlah Kelompok
Umur
Jumlah
0 – 4 690.392
0 – 14
1.979.855 5 - 9 666.292
10 -14 623.171
15 -19 555.623
15 -64
3.291.773
20 – 24 447.097
25 – 29 393.933
30 – 34 374.573
35 – 39 348.050
40 – 44 319.284
45 – 49 283.818
50 – 54 240.752
55 – 59 188.517
60 – 64 140.126
65 – 69 107.135
65+
269.736 70 – 74 78.079
75 + 84.522
Total 5.541.364
Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. NTT tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka dapat di jelaskan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan kelompok umur dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu penduduk usia belum
produktif (0-14 tahun), usia produktif (15–64 tahun) dan usia sudah tidak produktif (65+tahun).
Tabel 4.2 tersebut menjelaskan bahwa jumlah penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64
tahun) sebesar 3.291.773 jiwa jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia
belum produktif (umur 0-14 tahun) dengan jumlah sebesar 1.979.855 jiwa dan usia tidak
produktif (umur 65 tahun keatas) dengan jumlah sebesar 269.736 jiwa. Kondisi ini menjelaskan
bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur kaya akan sumber daya manusia yang berada pada usia
produktif. Melimpahnya sumber daya manusia usia produktif ini hendaknya dapat dimanfaatkan
dengan peningkatan kualitas, baik melalui pendidikan maupun keterampilan sehingga sumber
daya manusia tersebut bisa mampu bersaing sesuai dengan tuntutan zaman dan apabila kualitas
sumber daya manusia dari usia produktif ini rendah maka akan menjadi beban bagi
pembangunan daerah.
4.1.3. Kondisi Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara/wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
32 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi
suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Untuk
melihat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur maka dapat di lihat pada grafik
berikut ini Grafik 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2015-2019
Sumber: Badan Pusat Statistik Prov.NTT Taun 2020
Berdasarkan grafik di atas maka dapat di jelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
Provinsi Nusa Tenggara Timur cendrung mengalami peningkatan. Pada tahun 2015
Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,92% kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2016
sebesar 5,12 % kemudian mengalami penurunan sebesar 0.01% pada tahun 2016 yakni sebesar
5,11% , pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT mengalami peningkatan sebesar
5,13% dan kemudian pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi pengalami peningkatan lagi
menjadi 5,20%. berdasarkan hal ini dapat di jelaskan juga bahwa pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Nusa Tenggara Timur semakin membaik sehingga diharapkan terus adanya kerjasama
yang baik antara pemerintah dengan sektor swata dan masyarakat untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pada berbagai bidang ekonomi yang pada akhirnya adalah menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat provinsi Nusa Tenggara Timur.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan untuk melakukan pengujian-pengujian variabel
lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.
Dasar pengambilan untuk uji normalitas data adalah: Jika data menyebar dan mengikuti garis
diagonal atau grafik histogramnya maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Akan tetapi
jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogram tidak menunjukan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat dari gambar Normal P-P Plot di bawah ini:
4,92
5,12 5,11 5,13
5,2
4,75
4,8
4,85
4,9
4,95
5
5,05
5,1
5,15
5,2
5,25
2015 2016 2017 2018 2019
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
33 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Gambar 4.1Diagram Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber: hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 20
Berdasarkan gambar diagram di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai residual
menyebar secara teratur mengikuti sumbu diagonal maka dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi secara normal sehinga dapat dilanjutkan untuk uji berikutnya.
Uji Multikoloniaritas
Multikoliniaritas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi
yang sempurna atau mendekati sempurna antar variable independen. Pada model regresi yang
baik, seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna di antara variable bebas. Metode Uji
Multikolonearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Invlation Faktor (VIF) pada model
regresi. Apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala
Multikolinearitas. Sebaliknya apabila nilai Tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10 maka terdapat
gejala multikolinearitas dalam model. Hasil uji multikoloniaritas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil uji multikoloniaritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig
.
Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolera
nce
VIF
1 (Constant) -
40.333
8.40
0
-
4.80
1
.00
0
PAD -.125 .118 -.169 -
1.06
0
.30
5
.503 1.98
9
Dana Bagi
Hasil
-.033 .081 -.066 -
.407
.68
9
.484 2.06
6
Jumlah
Penduduk
9.227 1.81
5
1.023 5.08
3
.00
0
.317 3.15
0
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber: Rekapitulasi Hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 29
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
34 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Berdasarkan tabel Output Coefficient di atas dapat diketahui bahwa nilai Tolerance
variable Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar 0,503 dan VIF sebesar 1,989, variabel Dana
Bagi Hasil memiliki nilai tolerance sebesar 0,484 dan VIF sebesar 2,066 dan variabel Jumlah
Penduduk memiliki nilai tolerance sebesar 0,317 dan VIF sebesar 3,150. Hasil uji
Multikoloniaritas ini menjelaskan bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai
tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat gejala multikolinearitas pada model penelitian ini.
4.2.1. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi antara residual pada
periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah yang
tidak terdapat masalah autokorelasi. Metode pengujian menggunakan Uji Durbin Watson (DW
test). Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :
Jika nilai DU < DW < 4-DU maka tidak terjadi gejala autokorelasi.
Jika nilai DU < DL atau nilai DW > 4 – DU, artinya terjadi gejala autokorelasi.
Nilai DU dan DL ini dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson (Priyatno, 2013).
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows diperoleh hasil
dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .891a .794 .756 2.44807 1.954
a. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk, PAD, Dana Bagi Hasil
b. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber: Rekapitulasi Hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 20
Dari output di atas diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,954 sedangkan nilai DU dan
DL yang diperoleh dari tabel Durbin Watson dengan n (sampel) = 20 dan k (jumlah variabel = 4)
diperoleh nilai DL = 0,894 dan DU = 1,828. Jadi nilai DU sebesar 1,828 dan besaran nilai 4 –
DU atau 4 – 1,828 = 2,172 (Tabel Durbin Watson terlampir).
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karena nilai DW
(1,954) terletak diantara nilai DU (1,828 ) dan nilai 4-DU (2,172) atau 1,828 < 1,954 < 2,172
maka tidak terdapat gejala autokorelasi pada model regresi ini. Dengan demikian maka untuk
pengujian hipotesis di atas dapat di lanjutkan.
Uji Heteroskedastitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidak samaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Heterokedastisitas
dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap pola scaterplot yang dihasilkan melalui program
SPPS. Apabila pola scater plot membentuk pola tertentu, maka model regresi memiliki gejala
heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka nol pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bebas heterokedastisitas sehingga model
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
35 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
regresi dapat dipakai. Hasil dari uji heterokedastisitas dengan menggunakan program SPSS 20
adalah sebagai berikut: Gambar 4.2. Scaterplot
Sumber: hasil olahan data sekunder dengan bantuan SPSS versi 20
Pada grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola jelas.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi ini.
Analisis Inferensial
Analisis Regresi Berganda
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3) terhadap Anggaran Belanja
Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. untuk lebih mendetail dapat dilihat pada hasil
rekapitulasi berikut ini:
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil
(X2) dan Jumlah Penduduk (X3) Tehadap Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Variabel Koefisien
Regresi (B) Signifikansi
Constanta ( ) -40,333 20,590 3,34 0,000
PAD (X1) -0,125
Dana Bagi Hasil (X2)
Jumlah Penduduk (X3)
-0,033
9,227
R 0,891
R Square 0,795
Sumber: Rekapitulasi Hasil Analisis SPSS 20. Tahun 2020
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
36 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Berdasarkan hasil pengujian regresi diatas maka dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai
antar variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3)
terhadap variabel Anggaran Belanja Modal (Y) adalah sebagai berikut:
Y = + + ԑi
Y = -40,333 – 0,125X1 – 0,033X2+ 9,227X3 + ԑi
Keterangan:
Y = Anggaran Belanja Modal
= Konstanta Intersept
= Koefisien Variabel Pendapatan Asli Daerah
= Koefisien Variabel Dana Bagi Hasil
Koefisien Variabel Jumlah Penduduk
X1 = Variabel Pendapatan Asli Daerah
X2 = Variabel Dana Bagi Hasil
X3 = Variabel Jumlah Penduduk
ԑi = Eror
Nilai konstanta ( ) = -40,333, ini menjelaskan bahwa apabila tidak ada perubahan pada
variable Pendaptan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk maka variabel Belanja
Modal adalah sebesar Rp. -40,333. Akan tetapi jika ada perubahan pada variabel Pendaptan Asli
Daerah sebesar Rp. 1000 dengan asumsi bahwa variabel lain yang berpengaruh dianggap konstan
maka Anggaran Belanja Modal akan berkurang sebesar Rp. -0,125, jika ada perubahan pada
variabel Dana bagi Hasil sebesar Rp.1000 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan maka
Anggaran Belanja Modal akan berkurang sebesar Rp. -0,033 dan jika ada perubahan pada
variabel Jumlah Penduduk sebesar 1000 jiwa dengan asumsi bahwa variabel lain yang
berpengaruh dianggap konstan maka Anggaran Belanja Modal akan bertambah sebesar Rp.
9,277.
Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel, peneliti memberikan kriteria sebagai berikut:
1. 0: Tidak ada hubungan antara dua variabel
2. > 0 – 0,25: hubungan sangat lemah
3. > 0,25 – 0,5: hubungan cukup
4. > 0,5 – 0,75: hubungan kuat
5. > 0,75 – 0,99: hubungan sangat kuat
6. 1: hubungan sempurna
Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien regresi
(R) variabel Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3)
terhadap Belanja Modal (Y) adalah sebesar 0,891 yang berarti bahwa antara variable Pendaptan
Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2), Jumlah Penduduk (X3) dan Anggaran Belanja Modal
(Y) memiliki hubungan yang sangat kuat.
Koefisien Determinasi ( ) menjelaskan tentang variabel Anggaran Belanja modal (Y)
ditentukan oleh variable Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
37 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Penduduk (X3) yang dilihat dari hasil analisis koefisien determinan ( ) diperoleh sebesar 0,795
yang berarti bahwa besarnya variabel Anggaran Belanja Modal dipengaruh oleh variabel
Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3) sebesar 79,5%
sedangkan sisanya sebesar 20,5% di pengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Constant) -40.333 8.400 -4.801
.000
PAD -.125 .118 -.169 -1.060
.305
Dana Bagi Hasil
-.033 .081 -.066 -.407 .689
Jumlah Penduduk
9.227 1.815 1.023 5.083 .000
a. Dependent Variable: Anggaran Belanja Modal Sumber : hasil analisis data dengan bantuan SPSS 20
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diatas diperoleh sebesar
1,745 dan sebesar 1,060. Dengan demikian maka nilai lebih kecil dari
dimana 1,060 < 1,745 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,305 > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara Parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel PAD (X1) terhadap
Anggaran Belanja modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian maka
hipotesis yang mengatakan bahwa PAD (X1) berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja
Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat ditolak.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diatas diperoleh sebesar
1,745 dan sebesar 0,407. Dengan demikian maka nilai lebih kecil dari
dimana 1,060 < 1,745 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,689 > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara Parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel Dana Bagi Hasil
(X2) terhadap Anggaran Belanja modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian
maka hipotesis yang mengatakan bahwa Dana Bagi Hasil (X2) berpengaruh signifikan terhadap
Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat ditolak.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS diatas diperoleh sebesar
1,745 dan sebesar 5,083. Dengan demikian maka nilai lebih besar dari
dimana 5,083 > 1,745 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara Parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Jumlah Penduduk (X3)
terhadap Anggaran Belanja modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian
maka hipotesis yang mengatakan bahwa Jumlah Penduduk (X3) berpengaruh signifikan terhadap
Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat diterima.
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
38 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Berdasarkan hasil output Spss diatas maka dapat dijelaskan bahwa Untuk alpha (α)
sebesar 0,05 dengan df1 = k -1 ( 4 – 1 = 3) dan df2 = n-k-2 ( 20-4-2 = 14) , maka dapat
diperoleh sebesar 3,34 dan sebesar 20,590. Dengan demikian maka nilai
lebih besar dari dimana 20,590 > 3,34 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan Jumlah Penduduk (X3) terhadap
variabel Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian maka
hipotesis yang mengatakan bahwa Pendaptan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2) dan
Jumlah Penduduk (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel Anggaran
Belanja Modal (Y) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat dijelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah
mengakibatkan pemerintah daerah wajib mampu menggali penerimaan daerah yang
peruntukannya mendanai kebutuhan daerah dalam rangka meningkatkan pengadaan sarana dan
prasarana menggunakan anggaran belanja modal.
Dana Bagi Hasil juga merupakan penunjang pemerintah daerah untuk memenuhi sarana
dan prasarana publik serta infrastruktur daerah menggunakan belanja modal. Dana Bagi Hasil
merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal
dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah
yang bukan berasal dari Pendapatan Asli Daerah selain Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus. Padatnya penduduk membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak sebagai
syarat untuk pelayanan kepada publik mengakibatkan penggunaan belanja modal yang besar
dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk publik (masyarakat).
Dengan demikian maka berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan teori diatas mampu
memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Pendaptan Asli Daerah, Dana Bagi Hasi, dan
Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal. Dengan demikian
maka hipotesis pertama Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk
berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal dapat diterima.
Sumbangan Efektif (SE)
Sumbangan efektif (SE) dimaksudkan untuk mengetahui besar pengaruh atau kontribusi
masing-masing Variabel bebas (X) terhadap besarnya nilai variabel terikat (Y). Total kontribusi
dari setiap variabel bebas (X) akan sama besarnya dengan nilai koefesien determinasi (R2)
Tabel 9. Rekapitulasi Nilai Koefisien beta, Koefisien Korelasi dan SE
Variabel Koefisien Beta Koefisien Korelasi SE
PAD -0,169 0,429 -0,072
Dana Bagi Hasil -0,066 0,548 -0,036
Jumlah Penduduk 1,023 0,883 0,903
Jumlah 0,795
Sumber: Rekapitulasi Hasil Analisis SPSS 20. Tahun 2020
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
39 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Rumusan untuk menghitung SE adalah sebagai berikut:
SE (X)% = Beta X Koefisien Korelasi
1. Sumbangan Efektif variabel Pendaptan Asli Daerah (X1) terhadap Anggaran Belanja
Modal (Y) yaitu:
SE(X1) % = Beta X1 x rxy
SE(X1) % = (-0,169) x (0,429)
SE(X1) % = -0,072
2. Sumbangan Efektif variabel Dana Bagi Hasil (X2) terhadap Anggaran Belanja Modal (Y)
yaitu:
SE(X2) % = Beta X2 x rxy
SE(X2) % = (-0,066) x (0,548)
SE(X2) % = -0,036
3. Sumbangan Efektif variabel Jumlah Penduduk (X3) terhadap Anggaran Belanja Modal (Y)
yaitu:
SE(X3) % = BetaX3 x rxy
SE(X3) % = (1,023) x (0,883)
SE(X3) % = 0,903
Jadi sumbangan Efektif (SE) total dapat dihitung sebagai berikut:
SE total = SE(X1) + SE(X2) + SE(X3)
SE total = -0,072 - 0,036 + 0,903
SE total = 0,795
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa sumbangan efektif
(SE) variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) terhadap Anggaran Belanja Modal (Y) adalah sebesar
-0,072, kemudian sumbangan efektif variabel Dana bagi Hasil (X2) terhadap Belanja Modal (Y)
adalah sebesar -0,036 dan sumbangan efektif variabel Jumlah Penduduk (X3) terhadap Anggaran
Belanja Modal (Y) adalah sebesar 0,903. Untuk sumbangan total adalah sebesar 0,795 atau sama
dengan koefisien determinasi (R square) analisis regresi yakni 0,795.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Penduduk (X3)
memiliki pengaruh lebih dominan terhadap variabel Anggaran Belanja Modal (Y) di Provinsi
NTT dari pada variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) dan Dana Bagi Hasil (X3).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis regresi berganda
pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa secara parsial
hanya variabel jumlah penduduk yang berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal
di Provinsi Nusa Tenggara Timur tetapi secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi
Hasil dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal di
Provinsi Nusa Tenggara Timur
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
40 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2004, Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntasi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba
Empat.
Abdullah, Syukir. 2013 Pengaruh Silpa Terhadap Belanja. http://syukriy.
wordpress.com/2013/12/16/pengaruh-silpa-terhadap-belanja/diakses pada tanggal 16
November 2014.
Aditya, Dina Mei Eka dan Maryono. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal (Studi
pada Provinsi/Wilayah Kalimantan dan Sulawesi). Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Stikubank Semarang.
Allen, Richard dan Tommasi Daniel, 2001. Managing Public Expenditure: A Reference Book
for Transition Countries, Paris: SIGMA-OECD.
Amelina, Ridha (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Jumlah Penduduk, PAD,
dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Anggaran Belanja Modal: Studi
Kompartif Kabupaten/Kota di Sumatera Barat dan Riau
Badan Pusat Statistik, 2010. Data Statistik Indonesia. Jumlah Penduduk menurut Kelompok
Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005. Diakses pada tanggal 29
April 2015. Dari http://demografi.bgs.go.id/.
BPS. 2000 – 2019. Provinsi NTT Dalam Angka. Kupang: BPS Provinsi NTT
Budi S. Purnomo. (2009). Obligasi Daerah. Bandung: Alfabeta.
Darise Nurlan. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia Anggota IKAPI
Darise Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT. Indeks
Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli 2007.
Dedi Nordiwan dkk, 2007. Akuntansi Pemerintah, Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS. Edisi 7.
Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Heliyanto, Firnandi dan Nur Handayani 2016. “Pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH
terhadap Pengalokasian Belanja Modal”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.
Hoesada, J., (2016) Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi Yogyakarta.
Nihayatul Fitiriana, 2018. Analisis Pengaruh Pendapapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan
Jumlah Penduduk terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota Riau.
Paujiah, Sri Puji. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum
(DAU) Terhadap Belanja Modal. Skripsi. Universitas Siliwangi.
Permatasari, Isti dan Titik Mildawati, 2016. Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Belanja
Modal pada Kabupaten/Kota Jawa Timur. Jurnal dan Ilmu dan Riset Akuntasi.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
E-ISSN 2686 5661
VOL.2 NO. 08 - MARET 2021 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA
41 EMILIA KHRISTINA KIHA, KAMILAUS KONSTANSE OKI & ATHANASIUS SERAN
Pipin Syarifin dan Deda Jubaedah, Hukum Pemerintah Daerah, Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Rizanda. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja
Modal di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Akuntansi Unesa,
Rutoto, Sabar. 2007. Pengaturan Metedologi Penelitian. FKIP. Universitas Muria Kudus.
Sudarti. (2018). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Said dkk, 2001, Manajemen Agribisnis, Ghalia Indonesia.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R&D, Bandung Alfabeta.
Sugiyono (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sukirno, S. (1985). Ekonomi pembangunan, proses, masalah dan dasar kebijaksanaan.
Jakarta: t.p.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LPEF-UI Bima Grafika.
Tuasikal, Askam. 2008. Pengaruh DAU, DAK, PAD dan PDRB Terhadap Belanja Modal
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
_____Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Yandri, P. (2012). Yandri, Pitri Pelaksanaan otonomi daerah dan pelayanan publik bidang
pendidikan di Kota Tangerang. Ekonomika-Bisnis.