Analisis Pengaruh Kelengkapan Sumber Belajar Dan Kemandirian Tugas
-
Upload
yutomi-bayu-kusumah -
Category
Documents
-
view
325 -
download
2
description
Transcript of Analisis Pengaruh Kelengkapan Sumber Belajar Dan Kemandirian Tugas
ANALISIS PENGARUH KELENGKAPAN SUMBER BELAJAR DAN
KEMANDIRIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA
KELAS IX SMP NEGERI 10 PRABUMULIH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Pendidikan akan menjadi modal bangsa untuk menjadi lebih maju dan berkembang ke
arah yang lebih baik lagi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 263)
disebutkan bahwa “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.” Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2005: 10)
“Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga dapat menambah
pemahaman dan mengubah cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan tiap
individu.” Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang sejalan dengan perkembangan
jaman ke arah globalisasi diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas
dalam segala bidang kehidupan. Dengan adanya globalisasi tersebut maka pendidikan
mempunyai peranan penting dalam mencetak sumber daya manusia yang cakap,
terampil, dan handal sesuai dengan bidang yang dimilikinya. Mengingat arti
pentingnya pendidikan, maka sekarang ini pemerintah sangat memperhatikan
pembangunan di bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan anggaran pendidikan
sebesar 20% dari APBN. Selain itu, upaya yang dilakukan pemerintah untuk
memperkuat sistem pendidikan nasional dalam pembangunan pendidikan adalah
dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
1
Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa fungsi dan
tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dengan adanya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di atas, jelas
bahwa pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan
menyelenggarakan pendidikan nasional yaitu pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman.
Pendidikan nasional merupakan upaya pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk dapat memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik
untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga melalui pendidikan nasional
diharapkan potensi peserta didik berkembang sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab dan ada peningkatan taraf hidup manusia kearah yang lebih baik.
2
Pendidikan yang ada akan mewujudkan manusia pembangunan yang dapat
diandalkan. Kurikulum dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam kurikulum
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi ada muatan yang wajib dicantumkan,
salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pembelajaran merupakan proses dimana manusia belajar dengan lebih luas.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Di dalam
proses pembelajaran ini manusia melakukan aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. “Perubahan
itu bersifat konstan dan membekas” (W.S. Winkel, 1991: 36). Pendapat yang lain
menyatakan “learning is the process by which an organism changes its behaviour as
a result of experience” (Maltby, 1995: 219). Artinya bahwa belajar adalah suatu
proses dari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman. ”Tujuan
setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Dengan
optimalisasi proses pembelajaran tersebut diharapkan para peserta didik dapat meraih
prestasi belajar yang optimal dan memuaskan” (Yulianto Bambang Setyadi, 2002:
160). Untuk mendukung tercapainya keberhasilan atau prestasi yang baik bagi siswa,
salah satunya adalah dengan belajar. Keberhasilan dan kegagalan belajar ditandai
dengan prestasi yang muncul setelah melakukan suatu usaha pembelajaran. Kualitas
pendidikan erat sekali hubungannya dengan prestasi belajar. Prestasi belajar yang
dicapai setiap siswa tidaklah sama, ada yang mencapai prestasi tinggi, sedang, dan
rendah. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor-faktor yang
3
mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat serta
faktor-faktor baik itu eksternal maupun internal. Demikian juga yang dialami dalam
memperoleh prestasi belajar.
Pencapaian prestasi yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagaimana
diungkapkan oleh Slameto (2003: 54): Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kutipan Slameto di atas bahwa
prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam
individu siswa dan faktor dari luar individu siswa. Faktor dari dalam individu siswa
meliputi faktor psikologis antara lain kemandirian belajar, minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, kedisiplinan belajar, dan lain-lain. Sedangkan factor dari luar individu siswa
misalnya meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial serta instrument yang
berupa kurikulum, program, sarana, fasilitas dan juga guru. (Slameto, 2003: 54).
Prestasi belajar seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling terkait satu dengan yang lain. Sehingga tidak ada faktor tunggal yang secara
otomatis dan berdiri sendiri mempengaruhi dan menentukan prestasi belajar
seseorang. Seperti kelengkapan sumber belajar yang merupakan factor eksternal
dalam diri siswa dan kemandirian siswa yang merupakan faktor internal dari dalam
diri siswa.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2003: 77) sumber belajar adalah
segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang
dalam belajarnya. Sumber belajar itu dapat berupa media atau alat bantu belajar serta
4
bahan baku penunjang. Seperti contoh guru, buku pelajaran, majalah, koran, televisi,
dan internet. Sedangkan faktor lain yaitu kemandirian siswa menurut Suharsimi
Arikunto (1990: 108), merupakan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar yang bertumpu pada aktivitas dan tanggung jawab siswa tanpa tergantung
orang lain. Seorang anak yang memiliki kemandirian belajar, akan mampu
bertanggung jawab, berani menghadapi masalah dan resiko serta tidak mudah
terpengaruh atau tergantung kepada orang lain. Dengan kemandirian belajar
diharapkan siswa lebih banyak belajar sendiri dengan bantuan seminimal mungkin
dari orang lain, karena itu siswa perlu memiliki kemauan yang kuat dan disiplin yang
tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Kemauan yang keras akan
mendorong siswa untuk tidak lekas putus asa dalam menghadapi kesulitan, sedangkan
disiplin tinggi diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi kemandirian
adalah suatu kecenderungan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk
menyelesaikan masalah secara bebas, progresif dan penuh inisiatif tanpa tergantung
pada orang lain. Salah satu indikator kemandirian siswa adalah mau mencari sumber
belajar lain.
Kelengkapan fasilitas belajar dan kemandirian siswa disatu sisi dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, namun kelengkapan sumber belajar saja atau
kemandirian siswa ternyata tidak menjamin peningkatan prestasi belajar siswa.
Terbukti banyak sekolah yang menyedikan kelengkapan sumber belajar tidak disertai
dengan prestasi siswa yang gemilang bila tidak diikuti dengan kemandirian siswa,
sebaliknya kemandirian siswa tidak dapat meningkatkan prestasi belajar bila tidak
diikuti dengan kelengkapan sumber belajar.
Salah satu faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
kemandirian belajar. Menurut Good dalam Slameto yang dikutip dari,
5
http://www.smadwiwarna.net/website/data/artikel/kemandirian.htm, kemandirian
belajar adalah belajar yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan
dari pihak luar. Sedangkan menurut Shirley Gould yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto (1995:108) independence adalah fredoom from dependence dan sebagai
exemption from realiance on, or control by, others. Mandiri diartikan sebagai suatu
keadaan yang bebas dari ketergantungan kepada orang lain atau dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Kemandirian berarti kondisi dimana seseorang dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri dan bebas dari ketergantungan dari orang lain.
Sehingga belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, melainkan suatu prinsip belajar
yang bertumpu pada kegiatan dan tanggung jawab siswa sendiri bukan suruhan atau
anjuran orang lain. Sejauh ada motivasi diri yang mendorong kegiatan belajar dengan
demikian maka ia akan dapat mencapai keberhasilan dari belajarnya. Sedangkan
menurut Jacob Utomo yang dikutip dari http: // www.smadwiwarna.net / website /
data / artikel / kemandirian.htm, “Kemandirian adalah mempunyai kecenderungan
bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecederungan menggunakan
kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif,
dan penuh dengan inisiatif.” Pendapat ini diartikan bahwa seseorang yang mempunyai
kemandirian akan bertanggungjawab dan tidak tergantung kepada orang lain.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian belajar
merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam proses belajar
pembelajaran dan jelas akan memperbaiki mutu dari proses belajar tersebut karena
sarana prasaran atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan kegiatan tersebut. Selain
mendukung tercapainya prestasi siswa yang tinggi, fasilitas belajar yang ada di
sekolah berperan dalam dalam upaya meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat.
Hal tersebut sebagimana dikutip dari http: //yudhistira31.wordpress.com /2011/08/12/
6
fasilitas-sekolah-citra-sekolah konsep-mencari-ilmu/12 Agus 2011, “Banyak sekolah
dalam belajar yang diikuti kemandirian, siswa akan melakukan kegiatan belajarnya
dengan penuh tanggung jawab, kemauan yang kuat dan memiliki disiplin yang tinggi
sehingga hasil belajar akan dapat dicapai dengan maksimal.
Selain faktor kemandirian belajar di atas, faktor lain yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar adalah fasilitas belajar. Fasilitas belajar sendiri adalah satu dari sekian
banyak faktor ekstern yang mempunyai pengaruh terhadap prestasi siswa. Setiap
kegiatan pastinya membutuhkan adanya yang berlomba melengkapi dan
memodernisasi fasilitas belajar-mengajar, bahkan dengan sarana yang memanfaatkan
teknologi canggih, seperti: kelas dengan perlengkapan multimedia, sarana olahraga
yang sedang populer, laboratorium komputer dan bahasa, absensi elektronik,
laboratorium IPA & Fisika, hingga amphitheatre, dan lain-lain.”
Dari kutipan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa semakin lengkap
fasilitas yang dimiliki oleh sekolah maka hasil belajar yang dicapai siswa juga akan
semakin baik. Fasilitas belajar yang lengkap dan memadai akan mampu mendorong
dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Dengan penyediaan fasilitas belajar
yang lengkap dan memadai maka diharapkan siswa akan selalu terdorong untuk
belajar.
Kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa disatu sisi dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, namun kelengkapan sumber belajar saja atau
kemandirian siswa ternyata tidak menjamin peningkatan prestasi belajar siswa.
Terbukti banyak sekolah yang menyedikan kelengkapan sumber belajar tidak disertai
dengan prestasi siswa yang gemilang bila tidak diikuti dengan kemandirian siswa,
sebaliknya kemandirian siswa tidak dapat meningkatkan prestasi belajar bila tidak
diikuti dengan kelengkapan sumber belajar.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH KELENGKAPAN SUMBER
BELAJAR DAN KEMANDIRIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS
PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 10 PRABUMULIH”
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kemandirian siswa dalam belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Adanya kelengkapan dan ketersediaan fasilitas belajar dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
3. Motivasi belajar siswa yang tinggi terhadap pelajaran tertentu berpengaruh
terhadap tingginya prestasi belajar siswa pada pelajaran tersebut.
4. Kurang adanya minat siswa untuk belajar berpengaruh pada hasil belajar siswa.
5. Kedisiplinan siswa yang kurang dalam belajar berpengaruh terhadap prestasi siswa.
6. Kemampuan guru dalam mengajar di kelas berpengaruh terhadap prestasi siswa.
1.3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang penting yang nantinya akan menjadi
penunjuk arah untuk merumuskan suatu hipotesis. Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar
dengan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IX SMP Negeri 10 Prabumulih tahun
ajaran 2011/2012 ?
2. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian siswa dengan
8
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX SMP Negeri
10 Prabumulih tahun ajaran 2011/2012 ?
3. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar
dan kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar IPS pada
siswa kelas IX SMP Negeri 10 Prabumulih tahun ajaran 2011/2012 ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hal yang sangat penting. “Tujuan penelitian adalah
rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah
penelitian selesai” (Suharsimi Arikunto, 2002: 51). Berdasarkan perumusan masalah
diatas, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan
sumber belajar dengan prestasi belajar IPS.
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian
siswa dengan prestasi belajar IPS
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan
sumber belajar dan kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, maka adapun manfaat yang akan diperoleh yaitu :
1. Manfaat Teoritis
9
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan
pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Sebagai sarana bagi penulis untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi
para pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini antar lain :
a. Siswa
Memberi masukan kepada siswa agar dapat memanfaatkan sumber belajar
dengan optimal dan lebih mandiri, sehingga dapat tercapai prestasi belajar yang
baik.
b. Guru dan Sekolah
Memberikan masukan kepada guru dan sekolah agar lebih memperhatikan
kelengkapan sumber belajar dan membangkitkan kemandirian siswa agar
tercapai prestasi belajar yang optimal.
c. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
masukan bagi orang tua agar lebih memberikan perhatian dan
dukungan kepada
siswa dalam kegiatan belajar siswa.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tinjauan Tentang Kelengkapan Sumber Belajar
a. Pengertian Sumber Belajar
Belajar mengajar merupakan proses yang tidak terlepas dari komponen-
komponen yang saling berinteraksi. Salah satu komponen dalam proses tersebut
adalah sumber belajar. Dalam batas-batas tertentu manusia dapat belajar dengan
sendiri dan mandiri tanpa bantuan orang lain, namun dalam batas-batas tertentu
manusia dalam belajar memerlukan bantuan pihak lain. Hadirnya orang lain dalam
pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih efektif, lebih
efisien dan mengarah pada tujuan, upaya inilah yang dimaksud dengan pembelajaran.
Pembelajaran yang baik belum dapat menjamin baiknya prestasi belajar, masih ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar, diantaranya adalah peserta
didik itu sendiri. Hakekatnya pembelajaran secara umum dilukiskan Gagne sebagai
upaya yang tujuannya adalah membantu orang belajar. Peristiwa pembelajaran terjadi
apabila peserta didik secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar. Dalam
pengertian sederhana, sumber belajar adalah guru dan bahanbahan pengajaran atau
bahan pelajaran, baik buku-buku bacaan atau semacamnya. Dalam arti luas yang
dimaksud sumber belajar adalah segala daya yang dapat digunakan untuk kepentingan
proses atau aktifitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, diluar
diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran
berlangsung. Mulyasa berpendapat bahwa "sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah
11
informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar
mengajar" (Mulyasa, 2002: 48). Suatu sumber belajar adalah "suatu lingkungan
belajar yang dirancang khusus, dengan maksud membangkitkan semangat siswa untuk
menggunakan berbagai media pembelajaran, mengajak mereka untuk terlibat dalam
kegiatan belajar yang berubah-ubah dan dapat menerima tanggung jawab yang lebih
besar dalam hal belajar mereka" (Latuheru, 1988: 87). Dengan kata lain bahwa segala
yang mendatangkan manfaat atau mendukung dan menunjang individu untuk berubah
kearah yang lebih positif, dinamis, atau menuju perkembangan dapat disebut sumber
belajar.
Sumber belajar dalam pengajaran adalah segala apa (daya, lingkungan,
pengalaman) yang dapat digunakan dan dapat mendukung proses atau kegiatan
pengajaran secara lebih efektif dan dapat memudahkan pencapaian tujuan pengajaran
atau belajar tersedia (segala disediakan atau dipersiapkan), baik yang langsung
maupun tidak langsung, baik yang konkrit atau yang abstrak (Ahmad Rohani & Abu
Ahmadi, 1991: 154).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sumber belajar
adalah segala macam apa yang ada diluar diri seseorang yang memudahkan dan
mendukung proses atau kegiatan pengajaran untuk memperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
b. Peranan Sumber Belajar
Sumber belajar mempunyai peran yang sangat erat dengan pembelajaran yang
dilakukan, adapun peranan tersebut dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Peranan sumber belajar dalam pembelajaran Individual.
12
Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan
sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar. Titik berat
pembelajaran individual adalah pada peserta didik, sedang guru mempunyai
peranan sebagai penunjang atau fasilitator. Dalam pembelajaran individual
terdapat tiga pendekatan yang berbeda yaitu :
a) Front line teaching method, dalam pendekatan ini guru berperan
menunjukkan sumber belajar yang perlu dipelajari.
b) Keller Plan, yaitu pendekatan yang menggunakan teknik personalized system
of instruksional (PSI) yang ditunjang dengan berbagai sumber berbentuk
audio visual yang didesain khusus untuk belajar individual
c) Metode proyek, peranan guru cenderung sebagai penasehat disbanding
pendidik, sehingga peserta didiklah yang bertanggung jawab dalam memilih,
merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan belajar.
2) Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Klasikal
Pola komunikasi dalam belajar klasikal yang dipergunakan adalah
komunikasi langsung antara guru dengan peserta didik. Hasil belajar sangat
tergantung oleh kualitas guru, karena guru merupakan sumber belajar utama.
Sumber lain seolah-olah tidak ada peranannya sama sekali, karena frekuensi
belajar didominasi interaksinya dengan guru. Pemanfaatan sumber belajar selain
guru, sangat selektif dan sangat ketat di bawah petunjuk dan kontrol guru.
Peranan Sumber Belajar secara keseluruhan seperti terlihat dalam pola
komunikasinya selain guru rendah. Keterbatasan penggunaan sumber belajar
terjadi karena metode pembelajaran yang utama hanyalah metode ceramah.
Perhatian yang penuh dalam belajar dengan metode ceramah (attention spannya)
makin lama makin menurun drastis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
13
perusahaan SOVOCOM COMPANY di Amerika dalam Sardiman A.M (2005:
155-156), tentang kemampuan manusia dalam menyimpan pesan adalah : verbal
(tulisan) 20%, Audio saja 10%, visual saja 20%, Audio visual 50%. Tetapi kalau
proses belajar hanya menggunakan methode (a) Membaca saja, maka
pengetahuan yang mengendap hanya 10% (b) Mendengarkan saja pengetahuan
yang mengendap hanya 20%. (c) Melihat saja pengetahuan yang mengendap
bisa 50%. Dan (e) Mengungkapkan sendiri pengetahuan yang mengendap bisa
80%. (f) Mengungkapkan sendiri dan mengulang pada kesempatan lain 90%.
Dari penjelasan
tersebut diatas, bahwa guru harus pandai memilih dan mengkombinasikan
metode pembelajaran dengan belajar yang ada.
3) Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Kelompok
Pola komunikasi dalam belajar kelompok, menyajikan dua pola
komunikasi yang secara umum ditetapkan dalam belajar yaitu pola a) Buzz
sessions (diskusi singkat) adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik untuk
didiskusikan singkat sambil jalan. Sumber belajar yang digunakan adalah materi
yang digunakan sebelumnya. b) Controllet discussion (diskusi dibawah kontrol
guru), sumber belajarnya antara lain adalah bab dari suatu buku, materi dari
program audio visual, atau masalah dalam praktek laboratorium. c) Tutorial
adalah belajar dengan guru pembimbing, sumber belajarnya adalah masalah yang
ditemui dalam belajar, harian, bentuknya dapat bab dari buku, topik masalah dan
tujuan instruksional tertentu. d) Team project (tim proyek) adalah suatu
pendekatan kerjasama antar anggota kelompok dengan cara mengenai suatu
proyek oleh tim. e) Simulasi (persentasi untuk menggambarkan keadaan yang
14
sesungguhnya). f) Micro teaching, (proyek pembelajaran yang direkam dengan
video). g) Self helf group (kelompok swamandiri).
c. Fungsi Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki fungsi penting dalam proses belajar. Sumber belajar
memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara
lebih baik.
b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan
cara:
a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan
b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan
b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:
a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; dan
b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:
a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak
dengan realitas yang sifatnya kongkrit; dan
15
b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan
informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang pentingnya
kelengkapan sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil
pembelajaran siswa.
d. Klasifikasi Sumber Belajar
Wallington dalam bukunya Job in Instruction Media Study menyatakan bahwa
"peran utama sumber belajar adalah membawa atau menyalurkan stimulus dan
informasi kepada siswa" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 78). AECT
(Association of Education Communication Technology) mengklasifikasikan sumber
belajar menjadi 6 macam. yaitu :
1) Message (pesan), yaitu informasi atau ajaran yang diteruskan oleh komponen lain
dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam komponen pesan adalah
semua bidang studi atau mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada
peserta didik.
2) People (orang), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengola, dan
penyaji pesan. Termasuk kelompok ini adalah guru, dosen, tutor, dan peserta didik.
3) Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan
melalui penggunaan alat atau perangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai
program media termasuk kategori materials seperti transparansi, slide, film, video,
modul, majalah, dan buku.
4) Device (alat), yaitu sesuatu (perangkat keras) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya : overhead projector,
slide, video, tape recorder, radio, dan televisi.
16
5) Technique (teknik), yaitu prosedur yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan,
peralatan, orang, dnn lingkungan untuk menyampaiknn pesan. Misalnya : pengajaran
berprogram, simulasi demonstrasi, tanya jawab, dan CBSA.
6) Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar dimana pesan disampaikan,
baik lingkungan fisik seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, taman,
lapangan, maupun lingkungan non fisik misalnya suasana belajar itu sendiri : tenang,
ramai, dan lelah. (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1991: 155).
Sedangkan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai mengklasifikasikan sumber belajar
sebagai berikut:
1) Sumber belajar tercetak : buku, majalah, brosur, koran, ensiklopedi, kamus, dan
lain-lain.
2) Sumber belajar non cetak : film, slides, video, transparansi, dan sebagainya.
3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas : perpustakaan, ruang belajar, lapangan
olah raga, dan lain-lain.
4) Sumber belajar berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok, observasi,
permainan, dan lain-lain.
5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat : teman, terminal, pasar, toko,
pabrik, museum, dan lain-lain. (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2003: 80).
Belajar yang mengutamakan sumber belajar adalah sistem belajar yang
berorientasi pada siswa untuk belajar secara individual. Sistem belajar ini akan
memungkinkan keseluruhan kegiatan belajar dilakukan dengan menggunakan sumber
belajar baik manusia maupun non manusia dalam situasi belajar yang diatur secara
efektif. Dalam hal ini sumber belajar yang dimaksud adalah segala sesuatu diluar diri
siswa yang dapat digunakan siswa dalam membantu belajarnya, memotivasi siswa
untuk belajar, dan mempernudah siswa dalam mencapi tujuan belajarnya. Sumber
17
belajar ini meliputi guru sebagai penyaji pesan dan teknik yang digunakan untuk
menyampaikan pesan, bahan atau alat yang digunakan baik berupa buku pegangan
dan buku penunjang pendidikan kewarganegaraan serta lingkungan belajar siswa di
sekolah.
e. Memilih Sumber Belajar
Memilih sumber belajar harus didasarkan pada kriteria tertentu. Menurut
Sudjana dan Rivai ada dua kriteria, yaitu "kriteria umum dan criteria berdasarkan
tujuan yang hendak dicapai" (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2003: 84). Adapun
kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:
1) Kriteria umum
Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih berbagai sumber
belajar, misalnya :
a) Ekonomis dalam pengertian murah
Ekonomis tidak berarti harganya selalu harus murah. Bisa saja dana pengadaan
sumber belajar itu cukup tinggi, sehingga harganya mahal tetapi
pemanfaatannya dalam jangka panjang, maka itu sudah termasuk terhitung
murah.
b) Praktis dan sederhana
Praktis artinya tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan sampingan yang
sulit dan langka. Sedangkan sederhana maksudnya tidak memerlukan
pelayanan yang menggunakan keterampilan khusus yang rumit. Semakin
praktis dan sederhana sumber belajar itu, semakin perlu diprioritaskan untuk
dipilih dan digunakan.
c) Mudah diperoleh
18
Mudah diperoleh, artinya sumber belajar itu dekat tidak perlu diadakan atau
dibeli di toko atau pabrik. Sumber belajar yang tidak dirancang lebih mudah
diperoleh asal jelas tujuannya dan dapat dicari di lingkungan sekitar.
d) Bersifat Fleksibel
Fleksibel artinya bisa dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan
tidak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya kemajuan teknologi, nilai,
budaya, keinginan berbagai pemakai sumber belajar itu sendiri.
e) Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan
Komponen-komponen yang sesuai dengan tujuan merupakan criteria yang
paling penting. Sering terjadi sumber belajar mempunyai tujuan yang sesuai,
pesan yang dibawakan juga cocok, tetapi keadaan fisik tidak terjangkau karena
di luar kemampuan disebabkan oleh biaya yang tinggi yang tidak dapat
terjangkau dan banyak memakan waktu sehingga pemanfaatannya tidak efektif
dan efisien.
2) Kriteria berdasarkan tujuan
Beberapa kriteria sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain adalah:
a) Sumber belajar untuk memotivasi.
Sumber belajar untuk memotivasi ini sangat berguna untuk siswa yang lebih
rendah tingkatannya, karena penggunaannya dimaksudkan untuk memotivasi
mereka terhadap mata pelajaran yang diberikan agar prestasinya dapat
meningkat lebih baik.
b) Sumber belajar untuk tujuan pengajaran
Sumber belajar yang digunakan untuk tujuan sumber belajar ini adalah untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar. Kriteria ini dipakai untuk
19
memperluas bahan pelajaran, melengkapi berbagai kekurangan bahan, dan
sebagai kerangka mengajar yang sistematis bagi para guru.
c) Sumber belajar untuk penelitian
Sumber belajar untuk penelitian ini merupakan bentuk yang dapat
diobservasi, dianalisis, dan dicatat secara teliti. Jenis sumber belajar ini
diperoleh langsung dari masyarakat.
d) Sumber belajar untuk memecahkan masalah
Sumber belajar untuk memecahkan masalah memiliki beberapa cirri yang
harus diperhatikan, misalnya sebelum mulai perlu diketahui, apakah masalah
yang dihadapi sudah cukup jelas sehingga bisa diperoleh sumber belajar
yang tepat? Apakah bisa disediakan? Dimana bisa memperolehnya?
Kesimpulan : benarkah atau tepatkah keputusan yang diambil terhadap
sumber belajar itu?
e) Sumber belajar presentasi
Sumber belajar presentasi disini lebih ditekankan kepada arti sumber sebagai
alat, metode, atau strategi penyampaian pesan. fungsi sumber belajar ini
sebagai strategi, teknik, atau metode (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2003:
84-86).
Kedua kriteria pemilihan sumber belajar tersebut berlaku baik untuk belajar yang
dirancang maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.
f. Indikator Kelengkapan Sumber Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 515-516) lengkap yaitu segala-
galanya telah tersedia dengan sempurna sedangkan kelengkapan berarti hal yang
lengkap atau kekompletan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
20
kelengkapan sumber belajar adalah tersedianya segala macam apa yang ada diluar diri
seseorang yang memudahkan dan mendukung proses atau kegiatan pengajaran untuk
memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Sumber belajar tidak terebatas pada sarana yang dirancang tetapi juga mengarah
kepada dua hal yaitu pemanfaatan sumber belajar, dan pengelolaan sumber belajar
yang digunakan untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran. Suatu faktor yang
menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran menurut Mulyasa antara lain ”belum
dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun peserta
didik” (Mulyasa, 2002: 47).
Indikator kelengkapan sumber belajar adalah sebagai berikut :
1) Kelengkapan buku acuan atau buku penunjang.
Guru memegang peranan penting dalam sebuah proses belajar mengajar, tetapi
siswa juga dituntut agar dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada.
Dengan demikian siswa tidak tergantung pada guru dan dapat belajar dengan
baik tanpa didampingi oleh guru selama proses belajar berlangsung. "Untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal, peserta didik dituntut tidak hanya
mengandalkan diri dari apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi harus mampu
dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan" (Mulyasa,
2002: 47). Berdasarkan Permendiknas No. 2 (2008: 4) “Buku teks digunakan
sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran”. Schorling dan Batchelder (1956) memberikan empat ciri buku
teks yang baik, yaitu :
a) Direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman sebagai buku teks
yang baik;
21
b) Bahan ajarnya sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan siswa, dan
kebutuhan masyarakat;
c) cukup banyak memuat teks bacaan, bahan drill dan latihan/tugas; dan
d) memuat ilustrasi yang membantu siswa belajar.
2) Pemanfaatan Perpustakaan
Salah satu sumber belajar yang cukup mendukung adalah perpustakaan. Siswa
diharapkan dapat memanfaatkan sumber belajar karena menurut Mulyasa
"pemanfaatan sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah penting, karena
keefektifan proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan peserta didik
dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada" (Mulyasa, 2002: 50).
3) Kondisi Lingkungan Non Fisik
Lingkungan non fisik juga sangat mendukung proses belajar siswa, karena
suasana yang ramai akan menganggu konsentrasi sebagian siswa. Sebaliknya
suasana yang tenang atau damai akan memberi kemudahan kepada siswa
dalam belajar. Lingkungan non fisik misalnya suasana belajar itu sendiri yang
meliputi ”Suasana tenang, ramai, lelah dan sebagainya” (Ahmad Rohani &
Abu Ahmadi, 1991: 155).
4) Sumber Belajar Non Cetak
Sumber belajar non cetak misalnya : film, slides, video, transparansi, realita,
objek, dan lain-lain" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80). Sumber ini
dapat digunakan di sekolah maupun di rumah. Melalui sumber ini siswa dapat
melatih nalar dan mengembangkan pemahamannya melalui pembelajaran
dengan melihat secara langsung.
5) Orang sebagai penyampai pesan
22
"Orang sebagai penyampai pesan adalah orang yang menyimpan informasi
atau menyalurkan informasi" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80).
Orang yang menyampaikan pesan secara langsung seperti guru, konselor,
administrator, yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan
belajar.
6) Teknik penyampaian pesan
Teknik penyampaian pesan adalah "prosedur yang disiapkan dalam
mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk
menyampaikan pesan" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80). Teknik
penyampaian pesan juga dapat berupa "langkah-langkah operasional untuk
menelusuri secara lebih teliti menuju pada penguasaan keilmuan secara tuntas"
(Mulyasa, 2002: 50).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan sumber belajar lengkap apabila
ada kelengkapan buku acuan atau buku penunjang, pemanfaatan perpustakaan,
kondisi lingkungan non fisik, sumber belajar non cetak, orang sebagai
penyampai pesan dan teknik penyampaian pesan.
2.1.2. Tinjauan Tentang Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian secara morfologi berasal dari kata dasar mandiri yang berarti tidak
tergantung dengan orang lain. Mendapat imbuhan ke-an menjadi kemandirian yang
menyatakan hal atau keadaan berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 710) bahwa “Mandiri adalah
keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain”. Dengan demikian
dapat diambil pengertian bahwa kemandirian merupakan suatu keadaan atau perilaku
23
yang dimiliki oleh seseorang karena dorongan dari dalam diri sendiri tanpa tergantung
dari orang lain.
Menurut Hoistein yang dikutip oleh Ali Imran juga menyatakan sebagai berikut
kemandirian menandakan sesuatu dengan tidak adanya ketergantungan dan perlunya
kebebasan bagi munculnya keputusan, penilaian, pendapat, dan pertanggungjawaban.
Kemandirian juga dapat terungkap sebagai keswakaryaan atau diartikan bekerja
sendiri dengan inisiatif sendiri (Ali Imran, 2000: 202). Sementara itu Anwar Hartoyo
yang dikutip oleh Nasution memberikan definisi belajar mandiri sebagai suatu sistem,
yaitu suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada disiplin terhadap diri sendiri
yang dimiliki oleh siswa dan disesuaikan dengan keadaan perorangan siswa yang
melipuli antara lain : kemampuan, kecakapan belajar, kemauan, minat, waktu yang
dimiliki, dan keadaan sosial ekonominya (Tamrin Nasution, 1986: 175).
Sistem belajar mandiri diharapkan dapat membuat siswa lebih banyak belajar
mandiri atau dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Siswa perlu
mempunyai kemauan yang kuat serta disiplin yang tinggi dalam melaksanakan
kegiatan belajarnya. Kemauan yang keras akan mendorong siswa tidak mudah putus
asa dalam menghadapi kesulitan belajarnya. Sedangkan disiplin yang tinggi
diperlukan supaya siswa selalu belajar sesuai dengan jadwal waktu yang diaturnya
sendiri.
Pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah suatu
bentuk kebebasan siswa dalam mengidentifikasi dirinya yaitu mampu menemukan
kompetensi, mampu mengaktualisasikan diri secara bertanggung jawab dan mampu
melakukan yang lebih. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh
secara kumulatif selamaberlangsungnya perkembangan, dimana individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungannya,
24
sehingga individu tersebut pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri
tanpa tergantung kepada orang lain.
Dalam perkembangan pendidikan, siswa dituntut untuk dapat belajar secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Di dalam proses pembelajaran setiap siswa
selalu diarahkan agar menjadi peserta didik yang mandiri, dan untuk menjadi mandiri
seseorang harus belajar, sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Kaitannya
dengan hal ini, siswa dituntut untuk dapat menumbuhkan kemandiriannya dalam
belajar, agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Jerrold E. Kemp
yang diterjemahkan oleh Asril Marjohan (1994: 154) bahwa metode belajar yang
sesuai kecepatan sendiri juga disebut belajar mandiri, pengajaran sendiri, atau belajar
dengan mengarahkan diri sendiri. Pendapat serupa dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto (1995: 108) bahwa “Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong
mereka bebas dari bantuan orang lain.” Sedangkan menurut Haris Mudjiman (2006:
7) mengemukakan bahwa, “Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang
didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi
sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah
dimiliki.” Jadi dalam melakukan aktivitas belajar menekankan bahwa individu
siswalah yang mengalami secara langsung dan bebas dari ketergantungan.
Belajar mandiri bukan berarti belajar seorang diri, melainkan di dalam
melakukan proses belajar mengajar siswa mampu meningkatkan kemauan dan
keterampilannya sehingga didalam melakukan kegiatan belajarnya siswa dapat
meminimalkan bantuan dari pihak lain sebagai perwujudan dapat belajar mandiri
ataupun belajar secara berkelompok. Menurut Herman Holstein (1997: 5) “Dengan
mandiri tidak berarti murid-murid belajar secara individualis tetapi sebaliknya situasi
dibina untuk kelompok dan setiap murid menjadi patner sesamanya.” Dalam situasi
25
ini, guru ataupun orang tua hanya sebagai fasilitator bagi siswa untuk dapat lebih
mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya secara maksimal. Sebagaimana
dikemukakan oleh Schunk dalam Utari Sumarmo (2006), agar anak menjadi pribadi
yang mampu belajar mandiri atau self regulated learner, maka guru atau orang tua
sebaiknya: 1) Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menghindarkan sesuatu
yang akan mengganggu belajar siswa/anak misalnya video-game atau permainan yang
tidak relevan. 2) Memberi tahu siswa/anak bagaimana cara mengikuti suatu petunjuk.
3) Mendorong siswa/anak agar memahami metode dan prosedur yang benar dalam
menyelesaikan suatu tugas. 4) Membantu siswa mengatur waktu. 5) Menumbuhkan
rasa percaya diri pada siswa/anak bahwa mereka mampu mengerjakan tugas yang
diberikan. 6) Mendorong siswa/anak untuk mengontrol emosi dan tidak mudah panik
ketika menyelesaikan tugas atau menghadapi kesulitan. 7) Memperlihakan kemajuan
yang telah dicapai siswa/anak. 8) Membantu siswa/anak cara mencari bantuan belajar.
b. Indikator Kemandirian Perilaku mandiri memiliki beberapa ciri tertentu. Drost (1995: 152)
mengungkapkan bahwa ciri orang yang mandiri antara lain :
1) Menyadari bahwa dirinya adalah individu yang unik yang berbeda dari yang
lain.
2) Pengorbanan tujuan-tujuan material dan sifat kepribadian akan mendorong
seseorang mencapai tujuan,
3) Integrasi diri dengan lingkungan, dan
4) Aktualisasi yang merupakan ungkapan dari kepribadian individu.
Sejalan dengan itu, Schultz Doane (1995: 159) mengemukakan bahwa eksistensi
manusia yang sehat memiliki ciri-ciri spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab.
Spiritualitas sebagai konsep tidak dapat diungkapkan, namun dapat dipikirkan sebagai
roh atau jiwa. Kebebasan sebagai suatu hal yang tidak dapat di kendalikan oleh faktor
26
non spiritual, insting maupun kondisi lingkungan, namun kebebasan digunakan untuk
mengembangkan diri secara penuh. From dalam Schultz Doane (1995: 162),
mengemukakan bahwa perilaku mandiri memiliki ciri adanya tanggung jawab,
inisiatif yang tinggi, kebebasan berkreasi, integritas dan identitas yang jelas yang
bermuara pada ide-ide baru yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Sedangkan menurut Emil Salim seseorang dikatakan mempunyai kemandirian apabila
mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Bebas, yakni timbulnya tindakan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain,
bahkan tidak tergantung pada orang lain.
2) Progresif dan ulet, seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh ketekunan,
merencanakan, dan mewujudkan harapan-harapannya.
3) Berinisiatif, yakni mampu berfikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan penuh
inisiatif.
4) Pengendalian diri dari dalam, yaitu adanya kemampuan mengatasi masalah yang
dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya, serta mampu mempengaruhi
lingkungan atas usahanya sendiri.
5) Kemantapan diri mencakup aspek percaya pada diri sendiri dan memperoleh
kepuasan atas usahannya sendiri. (Emil Salim, 1991: 31).
Kemandirian perlu ditanamkan pada diri anak sejak kecil agar anak terbiasa
hidup mandiri. Kemandirian merupakan unsur penting dalam setiap kegiatan belajar.
Siswa yang mandiri dalam menghadapi permasalahan tidak akan mudah putus asa dan
pantang menyerah, karena dengan kemampuan yang dia miliki dan kepercayaan yang
ada pada dirinya maka dia akan memiliki inisiatif untuk memecahkan persoalan yang
sedang dihadapinya tanpa tergantung pada orang lain.
27
Ciri-ciri kemandirian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai
indikator kemandirian siswa dalam belajar yaitu sebagai berikut :
1) Memiliki Inisiatif yang tinggi.
Yaitu mampu berfikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan penuh inisiatif
seperti contoh memanfaatkan waktu luang dengan baik.
2) Pengendalian diri dari dalam
Yaitu adanya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi, mampu
mengendalikan tindakannya, mampu berintegrasi dengan lingkungan serta mampu
mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.
3) Memiliki integritas dan identitas yang jelas
Yaitu progresif, ulet, bertanggung jawab dan menyadari bahwa dirinya adalah
individu yang unik yang berbeda dari yang lain.
4) Mampu mengaktualisasikan dirinya,
Yaitu mampu menampilkan hal-hal baru yang aktual dan tidak mengikuti gaya
orang lain.
5) Kebebasan berkreasi dan berinovasi,
Yaitu timbulnya tindakan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain, bahkan
tidak tergantung pada orang lain.
6) Percaya diri
Yaitu percaya akan kemampuan diri sendiri. Siswa yang memiliki kemandirian
belajar bukan berarti tidak membutuhkan orang lain dalam belajar, tetapi dalam
hal ini dia cenderung untuk mendayagunakan segenap kemampuan yang dia miliki
dalam menyelesaikan tugasnya tanpa menunggu bantuan orang lain. Kemandirian
28
belajar erat kaitannya dengan motivasi dan hasrat berprestasi. Seseorang yang
telah mencapai kemandirian belajar senantiasa termotivasi untuk selalu belajar
dan meningkatkan prestasi.
2.1.3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar merupakan hal yang aktual dan dihadapi setiap orang. Hampir semua
kecakapan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia berkembang
karena belajar. Menurut Sadirman (2007:21), “belajar adalah usaha mengubah tingkah
laku, jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.”
Sedangkan menurut Ali (1987:14) bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.”
Prestasi belajar atau yang disebut hasil belajar dalam penelitian ini adalah
berupa angka-angka tertentu yang tercantum dalam nilai raport. Prestasi adalah hasil
yang telah dicapai atau dilakukan. Selanjutnya Winkel (2004 : 162) mengatakan :
“Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai. Belajar adalah suatu proses
mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan
atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga
menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Secara singkat belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari
pengalaman. Tujuan penyelenggaraan sekolah menengah secara khusus untuk
memberikan kemampuan minimal bagi lulusan untuk melanjutkan pendidikan dan
hidup dalam masyarakat, menyiapkan sebagian besar warga Negara menuju
masyarakat belajar pada masa yang akan datang, menyiapkan lulusan menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan menginternalisasi perangkat gagasan dan
29
nilai masyarakat beradab dan cerdas, dan khusus untuk SMA, lulusan atau output
memiliki keahlian atau keterampilan tertentu yang dapat dipergunakan untuk
memasuki dunia kerja/ dunia usaha.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil
menurut Djamarah dan Zain (2002:120) adalah hal-hal sebagai berikut:
a) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individu maupun kelompok.
b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa baik
secara individu atau kelompok.
Menurut Sadirman (2007:27) merumuskan bahwa, pengertian hasil belajar
adalah “Suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”. Sedangkan menurut Sudjana (2005:21)
hasil belajar adalah “Kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima
pengalaman belajar”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan dalam diri
manusia baik secara mental atau psikis yang berlangsung melalui interaksi aktif
dengan lingkungan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar mengajar.
Menurut Nana Sujana faktor yang dapat mendukung prestasi belajar siswa
adalah hasil belajar yang dicapai siswa yang dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu
yang pertama; factor dari dalam diri siswa itu sendiri dan yang kedua; factor yang
datang dari luar diri siswa itu sendiri atau factor lingkungan.
30
a) Faktor dalam diri siswa antara lain: (1) kemampuan siswa, (2) motivasi belajar,
(3) perhatian siswa, (4) sikap dan kebiasaan belajar, (5) ketekunan belajar, (6)
ekonomi siswa, (7) fisik dan psikis.
b) Faktor dari luar diri siswa
(1) Kompetensi guru, antara lain: menguasai bahan, mengelola proses belajar
mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai
landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi
belajar siswa untuk kependidikan pengajaran, mengenal fungsi dan program
pelayanan bimbingan dan penyuluhan, memahami dan menafsirkan hasil-
hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
(2) Karakteristik kelas, antara lain: besar kelas, sasaran kelas, fasilitas dan
sumber belajar yang tersedia.
(3) Karakteristik sekolah, antara lain: disiplin sekolah, perpustakan yang ada di
sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, estetika dalam arti
sekolah memberikan perasaan nyaman dan kepuasan belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berhasil tidaknya usaha
seseorang dalam belajar dipengaruhi beberapa macam hal. Untuk mencapai hasil
belajar yang baik haruslah ada keselarasan antara faktor – faktor yang berasal dari
dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa.
b. Aspek-Aspek Prestasi Belajar
Pada hakikatnya prestasi belajar adalah hasil akhir yang diharapkan dapat
dicapai setelah seseorang belajar. Adapun hasil belajar tersebut menurut para ahli
dapat dikelompokan sebagai berikut.
Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Slameto (2010:15) menyatakan
bahwa hasil belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu keterampilan motoris,
31
strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan strategi kognitif. Sedangkan menurut
Ahmad Tafsir (2008:34) menjelaskan bahwa:
Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing) 2 terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing) dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being).
Pendapat lain diberikan Benjamin S. Bloom dalam Winkel (2004:272) bahwa
bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif
(cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor
(psychomotor domain).
Bertolak dari ketiga pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada
pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa
ketiga ranah yang diajukan lebih mudah terukur, dalam artian bahwa untuk
mengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan,
khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal selain itu ketiga ranah tersebut
dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai
prestasi belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi
karsa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh siswa setelah
dilakukan evaluasi atau tes.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi
belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive
domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor
domain).
c. Indikator Prestasi Belajar.
Indikator dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa prestasi
belajar dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi ketentuan kurikulum yang
disempurnakan. Pada dunia pendidikan, pengukuran prestasi belajar sangat
diperlukan. Karena dengan diketahui prestasi siswa maka diketahui pula kemampuan
dan keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat
dilakukan dengan cara memberikan penilaian atau evaluasi dengan tujuan supaya
siswa mengalami perubahan secara positif.
Menurut Muhibbin Syah (2008:141) “Evaluasi adalah penilaian terhadap
tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
32
progam”. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana perubahan yang telah terjadi melalui
kegiatan belajar mengajar. Pengajaran harus mengetahui sejauh mana siswa akan
mengerti bahan yang akan diajarkan. Penilaian sumber informasi tentang hasil
pengajaran yang telah disajikan. Pengukuran prestasi belajar tersebut dapat
menggunakan suatu alat untuk mengevaluasi yaitu test. Test dipakai untuk memulai
hasil belajar siswa dan hasil belajar mengajar dari pendidik.
Menurut Muhibbin Syah (2008:142):
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian atau evaluasi yaitu untuk memeriksa kesesuian antara apa yang diharapkan dan apa yang tercapai, hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki dan mendekatkan tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengukuran
prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian atau evaluasi.
Penilaian atau evaluasi yang dilakukan dapat diketahui dengan menggunakan suatu
test tertulis atau test lisan yang mencakup semua materi yang diajarkan dalam jangka
waktu tertentu.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data dokumentasi berupa nilai
rapot yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari proses belajar selama
satu semester.
2.1.6. Materi Pembelajaran IPS di SMP
Menurut Surya (2008:7), pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Menurut Mudjiono dkk (2002:297), pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
33
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah: suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram
untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, untuk
membuat siswa belajar secara lebih aktif.yang diberikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD sampai SMP, bahkan sampai jenjang SMA. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, preserta didik diarahkan untuk dapt menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang
cinta damai.
Disiplin ilmu sosial yang termasuk dalam mata pelajaran IPS adalah : 1). Ilmu
Geografi (aspek yang dipelajarai mencakup manusia, tempat, dan linngkungan), 2).
Ilmu Sejarah (aspek yang dipelajari mencakup waktu, keberlanjutan, dan perubahan),
3). Ilmu Sosiologi (aspek yang dipelajari mencakup sistem sosial dan budaya), 4).
Ilmu Ekonomi (aspek yang dipelajari mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan).
Tujuan mempelajari mata pelajaran IPS sebagaimana dikemukakan oleh Banks
(dalam Asmi, 2002 : 243) bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan untuk menghadapi isu dan masalah sosial
secara rdeflekti
2.2. Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti Variabel Metodologi Hasil
34
1. PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJARSISWA DAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASIBELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAANINFORMASI (KKPI) SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASIPERKANTORAN SMK NEGERI I KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN2009/2010”
Sari Agustina
1. Kemandirian Belajar2. Fasilitas Belajar 3. Prestasi Belajar
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitaif
dengan metode
deskriptif asosiatif
(korelasional)
Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar siswa terhadapprestasi belajar mata pelajaran Ketarampilan Komputer dan PengelolaanInformasi siswa kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri IKaranganyar tahun pelajaran 2009/2010.2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas belajar di sekolah terhadapprestasi belajar mata pelajaran Keterampilan Komputer dan PengelolaanInformasi siswa kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri IKaranganyar tahun pelajaran 2009/2010.3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar siswa danfasilitas belajar di sekolah
35
secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matapelajaran Ketarampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi siswa kelas XIjurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri I Karanganyar tahun pelajaran2009/2010.
. 2. HUBUNGAN
ANTARA EMOTIONAL SUPPORT, KONSEP DIRI DANKEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJARMATEMATIKA SISWA SLB-D YPAC SURAKARTATAHUN AJARAN 2009/2010
Fitri Ismeini
1. Emosional suport2. Konsep diri3. Kemandirian Belajar4. Prestasi Belajar
Metode deskriptif korelasi
emotional supportmemiliki nilai minimum 51, nilai maksimum 90, nilai rata-rata 70,1333, standardeviasi 12,35602, dengan varian 152,671. Variabel konsep diri memiliki nilaiminimum 52, nilai maksimum 94, nilai rata-rata 71,2667, standar deviasi11,86107, dengan varian 140,685. Variabel kemandirian belajar memiliki nilaiminimum 50, nilai maksimum 101, nilai rata-rata 75,4, standar deviasi 13,5865,varian 184,593. Variabel prestasi belajar matematika memiliki nilai minimum 56, nilai maksimum 84, nilai
36
rata-rata 66,7667, standar deviasi 6,33373, varian40,116.
1.
Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Perbedaannya yaitu penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX SMP Negeri 10
Prabumulih tahun pelajaran 2011/2012 dimana di tempat tersebut dan pada siswanya
belum pernah dijadikan objek penelitian dengan variabel yang sama. Penelitian ini
juga ditekankan pada prestasi belajar IPS dimana dalam mempelajari mata pelajaran
ini diperlukan banyak sumber belajar karena materi pembelajarannya selalu mengikuti
perkembangan jaman sehingga memerlukan kemandirian siswa untuk terus menggali
ilmu dari berbagai sumber belajar setiap saat. Penelitian ini juga bermaksud untuk
mengungkap pengaruh antara kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa
terhadap prestasi belajar IPS secara bersamaan pada siswa kelas IX SMP Negeri 10
Prabumulih.
2.3. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Kelengkapan Sumber Belajar dengan Prestasi Belajar.
Kelengkapan sumber belajar dengan prestasi belajar merupakan dua hal yang
saling berhubungan. Kelengkapan sumber belajar adalah segala macam sumber yang
ada diluar diri seseorang yang memudahkan dan mendukung proses atau kegiatan
pengajaran yang diciptakan dengan sengaja untuk memperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Dapat dikatakan lengkap sumber
belajarnya apabila memiliki ciri ada kelengkapan buku acuan dan buku
penunjang, pemanfaatan perpustakaan, kondisi lingkungan non fisik, sumber belajar
non cetak, orang sebagai penyampai pesan dan teknik penyampaian pesan.
37
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan dari kelengkapan sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting untuk melengkapi
dan memperkaya ilmu. Kelengkapan sumber belajar juga menguntungkan bagi guru
dan siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi. Dengan menggunakan sumber belajar
yang lengkap dan maksimal, mereka akan mampu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan dan
kemauan siswa dalam menggunakan sumber belajar yang ada maka semakin baik pula
prestasi belajarnya.
2. Hubungan Kemandirian Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa
Kemandirian siswa merupakan salah satu faktor internal yang mampu
meningkatkan prestasi belajar. Kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan
siswa dalam mengidentifikasi dirinya yaitu mampu menemukan kompetensi, mampu
mengaktualisasikan diri secara bertanggung jawab dan mampu melakukan yang lebih.
Kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan siswa dalam berinisiatif tinggi,
pengendalian diri dari dalam, memiliki integritas dan identitas, kemampuan
mengaktualisasikan diri, kebebasan berekspresi dan berinovasi, dan percaya diri.
Berdasarkan penelitian yang terdahulu menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa. Dengan kemandirian,
siswa akan mampu bertanggung jawab dan sadar akan tugasnya untuk belajar. Jadi
semakin tinggi tingkat kemandirian seseorang, maka prestasinya akan semakin baik
pula. Melalui sikap mandiri siswa diharapkan siswa mampu menggunakan
kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan masalah tanpa banyak tergantung
kepada orang lain.
38
3. Hubungan antara Kelengkapan Sumber Belajar dan Kemandirian Siswa
dengan Prestasi Belajar Siswa
Sumber belajar secara langsung tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhan
belajar. Dalam proses belajar diperlukan kesiapan mental dan kemauan serta
kemampuan untuk memanfaatkan berbagai macam sumber belajar yang ada. Sumber
belajar berperan besar terhadap peningkatan kemampuan belajar mandiri para siswa.
Kemandirian timbul akibat adanya sumber belajar yang lengkap dan untuk
memanfaatkan sumber belajar diperlukan kemandirian. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa dengan kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa dapat diperoleh
prestasi belajar yang optimal.
Hubungan kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa dengan prestasi
belajar siswa sebagaimana telah dikemukakan diatas dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1. Bagan Alur Hubungan antara Kelengkapan Sumber Belajar dan
Kemandirian Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelengkapan Sumber Belajar
(X1)
Prestasi belajar (Y)
Kemandirian Belajar
(X 2)
39
2.4. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji
kebenarannya (Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1996: 183). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar
dengan prestasi belajar.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian siswa dengan prestasi
belajar.
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk memperoleh kebenaran secara
ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran
suatu peristiwa atau suatu pengetahuan. Untuk memperoleh kebenaran, suatu
penelitian perlu menggunakan metode ilmiah yang tepat, agar data yang didapatkan
adalah data yang obyektif, valid, dan reliabel, sehingga hasil yang diperoleh benar-
40
benar dapat dipertanggungjawabkan. Sukardi (2005 : 19) mendefinisikan “metodologi
penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-
aturan guna menjawab pertanyaan yang hendak diteliti”.
Dari pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa metodologi penelitian merupakan
pengetahuan tentang prosedur atau cara yang digunakan dalam proses menemukan,
mengembangkan, menguji kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Adapun aspek-aspek metodologi yang
dipergunakan dalam penelitian ini akan penulis uraikan sebagai berikut :
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Prabumulih tahun ajaran 2011/
2012 yang beralamat di Jalan Raya Palembang-Prabumulih. Adapun alasan pemilihan
tempat penelitian adalah :
a. Tersedianya data yang berhubungan dengan masalah penelitian dan berguna untuk
mendukung tercapainya tujuan penelitian
b. Belum pernah diadakan penelitian terkait masalah yang akan diteliti oleh peneliti
3.1.2. Waktu Penelitian
Pengalokasian waktu merupakan langkah awal agar penelitian dapat berjalan
dengan teratur. Adapun rencana-rencana penelitian terbagi persiapan, pelaksanaan,
dan penyusunan laporan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/ 2012.
Waktu penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut :
Jadwal Penelitian.
No Kegiatan September 2011
Oktober 2011
November 2011
Desember
41
2011
1. Pengajuan Judul ////////////////
2. Pembuatan Proposal ////////////////
3. Pengajuan Proposal //////////////// /////////////////
4. Izin Penelitian ////////////////
5. Instrumen Penelitian /////////////////
6. Penelitian ///////////////// /////////////////
7. Pengumpulan data ////////////////
8. Olah data /////////////////
////////////////
9. Laporan Penelitian ////////////////
3.2. Populasi dan Sample
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu dari permasalahan yang diteliti.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Dalam penelitian ini, berdasarkan penggolongan populasi di atas maka
termasuk populasi yang terhingga yaitu populasi yang memiliki elemen atau unsur
dengan jumlah tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX
SMP Negeri 10 Prabumulih tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 116 siswa.
3.2.2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) “Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti”. Mengenai penentuan sample penelitian ini, apabila subjeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
42
penelitian populasi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana,
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data, dan
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sample besar, hasilnya akan lebih baik.
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 30 siswa
atau 26% dari jumlah populasi. Jumlah ini dianggap representative karena sudah
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto.
3.2.3. Sampling
Menurut Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo (1998: 111) “Sampling adalah
cara atau teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel”. Ada dua macam
teknik pengambilan sampel yaitu non random sampling dan random sampling.
a. Non Random Sampling
Non random sampling adalah “cara pengambilan sampel yang tidak semua
anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel” (Cholid Narbuko
dan Abu Achmadi, 1997: 114).
b. Ramdom sampling
Random sampling adalah “teknik sampel dimana semua individu dalam populasi
baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, diberi kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel” (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 1997: 111).
Random sampling meliputi simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, dispropotionate stratified random sampling, dan cluster random sampling.
43
Teknik yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah random sampling
dengan cara Cluster Random Sampling yaitu pemilihan sample yang dilakukan secara
acak, dari kelas yang sudah ditentukan. Kelas yang telah ditentukan adalah kelas X-1
sampai dengan X-3.
Adapun langkah-langkahnya :
1) Membuat suatu daftar yang berisi semua subyek yang ada dalam
populasi (Siswa kelas IX 1, IX 2, IX 3 dan di SMP Negeri 10
Prabumulih).
2) Memberi kode-kode yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap subyek
yang dimaksudkan.
3) Menuliskan kode-kode itu untuk masing-masing dalam satu lembar
kertas kecil.
4) Mengulung-gulung kertas itu dengan baik
5) Memasukkan gulungan-gulungan kertas itu sesuai dengan kertas masing-
masing ke dalam tempolong atau kaleng.
6) Mengkocok baik-baik tempolong atau kaleng itu.
7) Mengambil kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan, yaitu 30
orang siswa.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data dan
keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Data dan keterangan
tersebut dapat diperoleh dengan menentukan teknik pengumpulan data yang sesuai
dengan permasalahan yang akan diteliti. Ketepatan pemilihan teknik pengumpulan
data sangat diperlukan, karena tanpa adanya ketepatan, maka data yang diperoleh
dalam penelitian tidak mungkin memberikan hasil yang tepat.
44
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan
metode angket.
1. Metode Dokumentasi
”Dokumentasi yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya" (Suharsimi Arikunto, 2002: 206). Dalam penelitian ini,
metode dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang sejarah dan profil SMP
Negeri 10 Prabumulih, daftar nama siswa kelas IX yang akan digunakan sebagai
sampel penelitian, daftar nilai mata pelajaran IPS siswa kelasI X dan sumber belajar
yang ada di sekolah tersebut.
2. Metode Angket
"Angket adalah sejumlah pertanyaan atau pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang diketahui" (Suharsimi Arikunto, 2002: 123). Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu suatu bentuk angket yang
memberi kesempatan kepada responden untuk memilih alternative jawaban yang telah
disediakan. Angket tersebut dimaksudkan untuk mengukur kelengkapan sumber
belajar dan kemandirian siswa.
3.4. Instrumen Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti
sebagai suatu yang diteliti, dipelajari dan ditarik kesimpulannya oleh peneliti.
Penelitian ini melibatkan tiga variabel yang terdiri atas dua variable bebas dan satu
variabel terikat. Penjabaran variabel tersebut adalah sebagai berikut:
45
1) Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut variable
penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua yaitu : kelengkapan
sumber belajar (X1) dan kemandirian siswa (X2).
2) Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut variable
tergantung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPS
pada siswa kelas IX SMP Negeri 10 Prabumulih (Y).
b. Pembuatan Instrumen
Instrumen penelitian berupa angket yang digunakan untuk mendapatkan data.
Data yang dibutuhkan adalah data tentang kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa. Sebelum instrumen atau soal dibuat, maka terlebih dahulu disusun
kisi-kisi untuk angket. Kisi-kisi angket yang perlu dibuat adalah kisi-kisi angket yang
diambil dari definisi konsep yang kemudian dijadikan definisi operasional.
c. Langkah-Langkah Penyusunan Angket
1) Menetapkan tujuan
Dalam penelitian ini, angket disusun dengan tujuan untuk mendapatkan data
tentang latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru,
pembelajaran, dan prestasi belajar siswa.
2) Merumuskan definisi konsep dari variabel yang diteliti :
a. Definisi konsep kelengkapan sumber belajar adalah segala macam sumber yang
ada diluar diri seseorang yang memudahkan dan mendukung proses atau
kegiatan pengajaran yang diciptakan dengan sengaja untuk memperoleh
sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
46
b. Definisi konsep kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan siswa dalam
mengidentifikasi dirinya yaitu mampu menemukan kompetensi, mampu
mengaktualisasikan diri secara bertanggung jawab dan mampu melakukan yang
lebih.
3) Merumuskan definisi operasional dari variabel yang diteliti :
a. Definisi operasional kelengkapan sumber belajar yaitu kelengkapan sumber
belajar adalah sumber belajar yang meliputi kelengkapan buku acuan dan buku
penunjang, pemanfaatan perpustakaan, kondisi lingkungan non fisik, sumber
belajar non cetak, orang sebagai penyampai pesan dan teknik penyampaian
pesan.
b. Definisi operasional kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan siswa
dalam berinisiatif tinggi, pengendalian diri dari dalam, memiliki integritas dan
identitas, kemampuan mengaktualisasikan diri, kebebasan berekspresi dan
berinovasi, dan percaya diri.
Penelitian ini menggunakan angket berdasarkan skala Likert, dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1) Untuk menggali informasi tentang diri responden
2) Memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan yang dinilai paling
sesuai dengan keadaan dirinya.
3) Memperlancar penelitian, karena skor telah ditentukan terlebih dahulu
sesuai dengan tingkatannya.
Skala Likert yang digunakan adalah yang memiliki empat katagori jawaban, yaitu
sangat setuju sekali, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Penetapan empat
kategori jawaban karena untuk menhindari hasil penelitian yang bisa. Penskoran atas
empat katagori tersebut adalah sebagai berikut :
1) Skoring untuk item positif, dengan ketentuan sebagai berikut :
47
a) Sangat Setuju : Nilainya 4
b) Setuju : Nilainya 3
c) Tidak Setuju : Nilainya 2
d) Sangat tidak setuju : Nilainya 1
2) Skoring untuk item negatif dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Sangat Setuju : Nilainya 1
b) Setuju : Nilainya 2
c) Tidak Setuju : Nilainya 3
d) Sangat tidak setuju : Nilainya 4
Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelengkapan sumber
belajar dan kemandirian siswa.
Tabel 3.1.
Kisi-kisi Angket
Variabel Indikator No. item SkalaKelengkapan
Sumber Belajar
1) Kelengkapan buku acuan atau buku penunjang.2.pemanfaatan perpustakaan,
3. kondisi lingkungan non fisik,
4. sumber belajar non cetak,
5. orang sebagai penyampai pesan dan teknik penyampaian pesan.
1,2,3,4,5,6,7,8
9,10,
16
11,12,13,14,15
17,18,19,20
likert
Kemandirian Belajar
1.berinisiatif tinggi,
2.pengendalian diri dari dalam,
3.memiliki integritas dan identitas,
4. kemampuan mengaktualisasikan diri,
5. kebebasan berekspresi
1,2,3,4
5,6,7,8,9
10,11,12,13,14,15,16
17,18,19,20,21,22,23,24
likert
48
danberinovasi, 25,26
3.5. Uji Coba Instrumen
Penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa angket kelengkapan sumber
belajar dan kemandirian siswa. Sebelum angket digunakan, perlu dilakukan uji coba
atau try out terlebih dahulu kepada subjek diluar sampel. Hal ini didasari oleh
pendapat Hadari Nawawi, yaitu "untuk uji coba dapat dilakukan pada sejumlah kecil
orang yang termasuk populasi tetapi tidak terpilih sebagai sampel” (Hadari Nawawi,
1995: 122). Uji coba instrumen ini akan diberikan kepada 20 siswa. Uji coba
instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui bahwa
angket yang akan digunakan adalah valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
"Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen" (Suharsimi Arikunto, 2002: 144). Sebuah angket
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Valid berarti dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian validitas instrumen menggunakan pengujian validitas konstruksi dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu kemudian dikonsultasikan dengan ahli.
2) Instrumen yang telah disetujui ahli kemudian dicobakan pada 20 orang dari
populasi diluar sampel.
3) Setelah data ditabulasikan kemudian dilakukan pengujian.
49
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kesahihan suatu
instrumen adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu dengan
menggunakan rumus :
rxy = NƩXY – (ƩX)(ƩY)
√{NƩX²- ƩX²}{ NƩY²- ƩY²}
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
X = skor tiap-tiap item
Y = jumlah dari skor item
N = Jumlah subjek
Jika rxy > rtabel pada taraf signifikan 5% berarti item (butir soal)
valid, sebaliknya bila rxy < rtabel maka butir soal tidak valid
sekaligus tidak memiliki persyaratan (Suharsimi Arikunto, 2002:
146).
b. Uji Reliabilitas
"Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kehandalan sesuatu"
(Suharsimi Arikunto, 2002: 154). Untuk menguji kehandalan instrument digunakan
rumus Spearman Brown, yaitu sebagai berikut:
2{r½½}r11 =
{1+ r½½}
Keterangan :
r11 = korelasi antara skor setiap belahan
r1/21/2 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
50
Skor item dikatakan reliabel apabila r hitung > r tabel setelah harga
tersebut
dikonsultasikan dengan tabel r (Suharsimi Arikunto, 2002: 156).
3.6. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini untuk mengetahui apakah data skor intensitas kelompok
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa maupun skor prestasi belajar
siswa sudah mengikuti distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakah uji liliefors, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menghitung Zi
Zi = [Xi –X] SKeterangan :
Xˉ = ƩXi N
S = √ N[ƩXi² - ƩX²] N[N – 1]
Zi = angka bantu
X = rata-rata
S = simpangan baku
2) Untuk setiap angka baku (Zi) dengan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang : F (Zi) = P (Zi < Zi)
3) Hitung S (Zi) = banyaknya Zi,Z2,.....,Nn yang £ Zi N4) Hitung selisih F (Zi) - S (Zi) dan tentukan harga mutlaknya
5) Cari nilai terbesar selisih F (Zi) - S (Zi) dan jadikan L hitung
51
6) Tarik kesimpulan :
a) Jika L hitung > L tabel maka ditolak hipotesis statistik, berarti distribusi
sebenarnya tidak normal
b) Jika L hitung < L label, diteriina hipotesis statistik, berarti distribusi
sebenarnya normal (Sudjana S, 1996: 466-468).
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah model persamaan linier yang
diperoleh cocok dengan keadaan atau tidak. Langkah-langkah yang digunakan dalam
uji linieritas sebagaimana telah dikemukakan oleh Sudjana sebagai berikut:
1) Nilai X : yang sama harus disusun bersatu dengan Yi pasangannya
2) Menghitung:
a) KJ(1) = [ƩYi² - ƩYi²] Nb) KJ(2) = KJres - KJ(E)
c) KJ(C) = KJres - KJ(TE)
3) Menghitung
a) df(E) = N – K
b) df(TE) = K-2
K = banyaknya kelompok X
4) Menghitung:
a) RJK(E) = JK(E)
df(E)
b) RJK(TE) = JK(TC)
df(TC)
52
5) Fhitung = JK(TC)
df(E)
6) Ftabel = (l-3)(K-2.N-K)
Jika Fhitung > Ftabel, hipotesis nol ditolak, berarti persamaannya
tidak linier
Jika Fhitung < Ftabel, hipotesis nol diterima, berarti persamaannya
linier (Sudjana S, 1996: 330).
c. Uji Independensi
Uji independensi antar variabel X dilakukan untuk mengetahui bahwa antara
variabel bebas (X1 dan X2) saling lepas atau tidak terjadi korelasi, rumus korelasi
yang digunakan adalah sebagai berikut:
r x1 x2 = N[ƩX1X2] - [ƩX1][ƩX2] √{N[ƩX1²] - [ƩX1²]}{ N[ƩX2²] - [ƩX2²]}Keterangan:
rx1x2 = Koefisien korelasi antar prediktor
X1 = Jumlah skor variabel X1
X2 = Jumlah skor variabel X2
N = Banyaknya sampel
Kriteria uji, jika rhitung < rtabel maka antar variabel bebas tidak
tergantung atau independen.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah
sebagai berikut:
53
a. Analisis Korelasi Parsial
"Korelasi parsial (partial correlation) adalah korelasi antara sebuah variable
terikat (dependent variable) dengan sebuah variabel bebas tertentu (independent
variable), sementara sejumlah variabel bebas lainnya sifatnya tetap atau konstan"
(Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1998: 352).
Koefisien korelasi parsial dinyatakan dengan rumus :
r Y1,2 = r Y1 - r Y2r12
√(1-rY2²)(1-r12²)
r Y2,1 = r Y2 - r Y1r12
√(1-rY1²)(1-r12²)
Koefisien korelasi Y dengan X1
r Y1 = n ( Ʃ X1Y) - ( Ʃ X1)( Ʃ Y)
√ n(Ʃ X1²) - ( Ʃ X1²)[n( Ʃ Y²)( Ʃ Y²)]
Koefisien korelasi Y dengan X2
rY2 = n ( Ʃ X2Y) - ( Ʃ X2)( Ʃ Y)
√ n(Ʃ X2²) - ( Ʃ X2²)[n( Ʃ Y²)( Ʃ Y²)]
Koefisien X1 korelasi dengan X2
rY12 = n ( Ʃ X1X2) - ( Ʃ X1)( Ʃ X2)
√ n(Ʃ X1²) - ( Ʃ X1²)[n( Ʃ X2²)( Ʃ X2²)]
(Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1998: 352-354).
b. Uji t (Uji Parsial)
Uji t parsial digunakan untuk menguji koefisien korelasi parsial dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
54
1) Perumusan hipotesis
H0 : β = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas (X1, X2) terhadap variable terikat
(Y)
H0 : β ≠ 0, ada pengaruh variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat (Y)
2) Menentukan nilai ttabel dengan tingkat keyakinan 95 % atau α = 5% dan degree of
freedom (df) = n-k
3) Kriteria pengujian
H0 diterima apabila thitung < ttabel
H0 ditolak apabila thitung > ttabel
4) Menentukan nilai t hitung dengan rumus
thitung = b β S Keterangan :
t = nilai t hitung
β = koefisien regresi
S = standar error
5) Menentukan kesimpulan pengujian dengan cara membandingkan antara thitung
dengan t tabel.
6) Apabila , thitung < ttabel maka H0 diterima, berarti tidak ada pengaruh yang
positif antara variabel independent dengan variabel dependent.
Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak, berarti ada pengaruh yang positif antara
variabel independent dengan variabel dependent (Supranto. C, 1994: 285).
d. Analisis Korelasi Berganda
55
Korelasi berganda (multiple correlation) merupakan alat ukur untuk mengetahui
hubungan antara variabel terikat (variabel Y) dengan beberapa variabel bebas (varibel
X1 dan X2) secara serempak dengan ketentuan sebagai berikut :
Korelasi berganda :
r Y12 = √ b1Ʃ x1 y + b2Ʃ x2 y Ʃ Y2
(Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1998: 350).
e. Uji F
Uji F dilakukan untuk pengujian signifikasi terhadap koefisien korelasi ganda.
Rumus pengujiannya adalah :
F = R² (N – m – 1) m(1 - R²)
Keterangan :
F = harga F garis regresi
N = cacah kasus
m = cacah prediktor
R = koefisien korelasi antara kriterium (y) dengan prediktor (x1
dan x2).
Sebelumnya mencari:
1) JKT = Σy2
2) JK reg= ΣR2(Σy2)
3) Jkres= (1-R2)(Σy2)
4) dbr = N-1
5) db reg = m
6) db res = N-m-1
56
Keterangan : Derajat kebebasan (db) untuk menguji harga F (Sutrisno Hadi,
2000: 26).
f. Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda (multiple regression) digunakan untuk mengetahui pertautan
(association) antara variabel terikat (variabel Y) dengan beberapa variable bebas
(varibel XI dan X2) sebagai berikut :
Regresi berganda : Y = a + b1X1 +b2X2
(Djarwanto Ps & Subagyo, 1998 : 309).
g. Uji Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)
1) Sumbangan Relatif (SR) dalam persen (%)
SR%X1 = a1 ƩX1Y a1 ƩX1 + a2 ƩX2Y
2) Sumbangan Efektif (SE) dalam persen (%)
SE%x1 =SR%X1.R2
SE%x2 =SR%X2.R2
(Sutrisno Hadi, 2000: 42)
ANGKETKEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
A. Petunjuk Umum :Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap reputasi Anda di sekolah ini. Silahkan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya berdasarkan pikiran Anda dan sesuai dengan yang Anda alami.1. Tulislah nama dan nomor urut anda di sudut kanan atas pada lembar jawaban.2. Bacalah setiap nomor dengan seksama.
B. Petunjuk Khusus :
57
Tuliskan pendapat Anda terhadap setiap pernyataan ( pertanyaan ) dengan cara memberikan tanda menyilang ( X ) huruf-huruf pada lembar jawaban sebagai berikut :SS : Jika Sangat SetujuS : Jika SetujuTS : Jika Tidak SetujuST S : Jika Sangat Tidak Setuju
C. Pernyataan
No Pernyataan SS S TS STS
1.
2.
3.
4
5.
6.
7
89
10
Berinisiatif tinggiSebelum belajar, saya menyiapkan buku-buku, alat tulis menulis atau peralatan belajar yang lain yang saya butuhkan.
Sesudah ulangan atau tes, saya membiarkan begitu saja soalsoal ulangan tersebut, dan saya tidak peduli apakah saya sudah bisa menjawab atau tidak.
Saya belajar secara teratur tidak hanya ketika akan ulangan saja
Saya belajar sendiri tanpa diperintah oleh orang tua
Pengendalian diri dari dalamKetika bapak/ibu guru memberikan kesempatan untuk bertanyamaka kesempatan itu saya biarkan saja, meskipun ada materipelajaran yang belum saya pahami
Setiap ada permasalahan dalam memahami materi pelajaran, saya bertanya kepada orang lain
Saya meminjam alat tulis menulis atau peralatan belajar lainnyakepada teman
Saya belajar sesuai dengan jadwal yang saya buat Saya baru belajar kalau situasi memungkinkan
Memiliki integritas dan identitas diri
Saya memberikan saran atau usul kepada bapak/ibu guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran di dalam kelas
58
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Apabila ada soal-soal atau tugas yang sulit, saya berusaha untuk memecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain
Setiap ada pekerjaan rumah (PR) atau tugas dari bapak/ibu guru langsung saya kerjakan pada hari itu juga
Saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR)/tugas yang diberikan bapak/ibu guru sewaktu-waktu dan kapanpun, sesuka hati saya
Saya mengumpulkan pekerjaan rumah (PR)/tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru tepat waktu
Apabila ada pekerjaan rumah (PR)/tugas saya mengumpulkan tugas tersebut sewaktu-waktu atau kapanpun yang penting mengumpulkan
Saya yakin bahwa setiap tugas yang saya kerjakan adalah benar
Kebebasan berekspresi dan berinovasi,
Jika materi pelajaran belum saya pahami saya berusaha mencari buku-buku perpustakaan untuk membantu memahami
Saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR)/tugas dibantu oleh orang lain
Saya merasa bahwa semua pelajaran itu penting dan ada gunanya
Saya suka meminjam buku catatan milik teman untuk disalin di rumah
Sesudah tes/ulangan, saya mencoba mengulang kembali untukmenjawab tes tersebut di rumah
Apabila ada soal-soal yang salah yang belum bisa saya jawab, saya berusaha untuk membetulkannya
Meskipun banyak acara di TV yang menarik,
59
24
25
26.
saya tetap belajar
Jika ada kesulitan dalam belajar saya biasanya mampu mengatasi masalah sendiri
Kemampuan mengaktualisasikan diri,Saya percaya pada kemampuan saya sendiri bahwa saya akan berhasil dalam belajar
Ketika teman mengajak untuk jalan-jalan, saya tetap memilih untuk belajar
ANGKETKELENGKAPAN SUMBER BELAJAR
A. Petunjuk Umum :Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap reputasi Anda di sekolah ini. Silahkan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya berdasarkan pikiran Anda dan sesuai dengan yang Anda alami.1. Tulislah nama dan nomor urut anda di sudut kanan atas pada lembar jawaban.2. Bacalah setiap nomor dengan seksama.
B. Petunjuk Khusus :
60
Tuliskan pendapat Anda terhadap setiap pernyataan ( pertanyaan ) dengan cara memberikan tanda menyilang ( X ) huruf-huruf pada lembar jawaban sebagai berikut :SS : Jika Sangat SetujuS : Jika SetujuTS : Jika Tidak SetujuST S : Jika Sangat Tidak Setuju
C. Pernyataan
No
.
Pernyataan SS S TS STS
12345678
910
11121314
15
16
17
18
19
Kelengkapan buku acuan dan buku penunjang :Buku paket memadai jumlahnya Buku paket mendukung pembelajaran Buku pendamping memadai jumlahnya Buku pendamping mendukung pembelajaran LKS memadai jumlahnya LKS meningkatkan hasil belajar Bank soal memadai jumlahnya Bank soal meningkatkan kemampuan belajar siswa
Pemanfaatan perpustakaanSarana perpustakaan memadaiRuangan perpustakaan bersih dan nyaman
Sumber belajar non cetak, Alat peraga memadai jumlahnya Alat peraga meningkatkan semangat belajarAlat tulis memadai untuk pembelajaran Kelengkapan alat tulis membantu kelancaran belajar Media belajar elektronik seperti, OHP, radio, televis, computer, infocus tersedia.
Kondisi lingkungan non fisikKebersihan kelas meningkatkan semangat belajar
Orang Sebagai Penyampai pesan dan teknik penyampain pesan Para guru mengajar dengan menggunakan media.Guru selalu menggunakan metode ceramah tanpa melibatkan siswaMedia pembelajaran yang digunakan guru selallu bervariasi
61
20Banyak guru yang belum bisa memanfaatkan media elektronik yang tersedia.
62