Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

75
ANALISIS PENGARUH KEBANGKRUTAN BANK DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Fakhrurozie 3351402595 Akuntansi S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Transcript of Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

Page 1: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

ii

ANALISIS PENGARUH KEBANGKRUTAN BANK

DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE TERHADAP

HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN

DI BURSA EFEK JAKARTA

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Fakhrurozie

3351402595

Akuntansi S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

iii

SURAT REKOMENDASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, Dosen Pembimbing skripsi dari

mahasiswa:

Nama : Fakhrurozie

NIM : 3351402595

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH KEBANGKRUTAN BANK

DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE TERHADAP

HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI

BURSA EFEK JAKARTA.

Menerangkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan

bimbingan skripsi dan siap untuk diajukan pada sidang ujian skripsi.

Demikian surat rekomendasi ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Semarang, April 2007

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Muhammad Khafid, S.Pd. M.Si Drs. Subowo, M.Si NIP. 132243641 NIP. 131404311

Mengetahui

Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646

Page 3: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 27 Juni 2007

Penguji Skripsi

Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP. 131813667

Anggota I Anggota II

Muhammad Khafid, S.Pd. M.Si Drs. Subowo, M.Si NIP. 132243641 NIP. 131404311

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 131658236

Page 4: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

v

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2007

Fakhrurozie NIM. 3351402595

Page 5: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

1. Allah SWT akan meninggikan orang-orang beriman diantara kamu dan

orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al

Mujaadalah [58]: 11)

2. Cobaan adalah sebuah kepastian, sabar adalah sebuah pilihan

(Fakhrurozie)

3. Alam telah tertulis kalam Illahi yang mengajak manusia untuk

menciptakan karya dengan gerak tangan dan berbagai inspirasi dalam

ruang imajinasi tinggi menjadi karya tulis dengan penuh inovatif dan

aktraktif (Ahmad Syaifudin).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang selalu mengiringi

langkahku dengan doa dan air mata.

2. Kakak & Adikku yang selalu memberikan

motivasi dan dorongan kepadaku.

3. Teman-temanku Akuntansi

4. Almamaterku

Page 6: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH

KEBANGKRUTAN BANK DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA

EFEK JAKARTA”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Program

Studi Strata I Universitas Negeri Semarang untuk mencapai gelar Sarjana

Ekonomi (SE).

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari

berbagai pihak. Harapan penulis, semoga budi baik tersebut mendapat balasan

yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyampaikan penghargaan dan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

4. Muhammad Khafid, S.Pd M.Si, Dosen Pembimbing I yang banyak

memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan pengarahan dalam menyusun

skripsi ini.

5. Drs. Subowo, M.Si, Dosen Pembimbing II yang memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

Page 7: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

viii

6. Drs. Fachrurrozie, M.Si, penguji skripsi yang telah memberikan koreksi,

saran dan masukan dalam revisi skripsi ini.

7. Azik Aslam Abdillah, S.Kom, Staff Pengelola Harian Pojok BEJ UNDIP

Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini

yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada. Penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

sempurnanya penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak khususnya bagi para pembaca.

Semarang, Juni 2007

Penulis

Page 8: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

ix

ABSTRAK

Fakhrurozie. 2007. “Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank Dengan Metode Altman Z-Score Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: Kebangkrutan Bank, Z-Score dan Harga Saham.

Bank merupakan suatu badan usaha yang tujuannya menghasilkan

keuntungan, maka pihak manajemen harus dapat melakukan pengendalian terhadap kegiatan operasional terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan analisis prediksi kebangkrutan. Kemudian prediksi kebangkrutan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui ataupun memberikan informasi tentang harga saham. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan perbankan dan bagaimana pengaruhnya kebangkrutan bank terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prediksi kebangkrutan perusahaan perbankan dan untuk menganalisis apakah ada pengaruh antara kebangkrutan bank terhadap harga saham pada perusahaan perbankkan di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian ini adalah termasuk penelitian populasi, yaitu ingin melihat dan meneliti semua populasi. Sedangkan populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta yang berjumlah 22 perusahaan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan 22 perusahaan dan harga saham yang mendekati tanggal publikasi laporan keuangan. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah harga saham. Sedangkan variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah nilai Z-Score. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode analisis datanya adalah analisis rasio Altman Z-Score dan analisis statistik. Pengolahan data menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows versi 13.00.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis rasio Altman Z-Score, pada tahun 2003 sampai tahun 2005 diperoleh nilai Z-Score yang masih rendah di bawah nilai 1,20 sehingga seluruh bank masuk dalam kategori bangkrut. Hanya satu bank yang pada tahun 2004 yang nilainya Altman Z-Score sebesar 1,83 itupun masih dalam kategori grey area. Sedangkan analisis regresi sederhana dengan SPSS versi 13.00, diperoleh model untuk memprediksi harga saham adalah persamaan Y = 0,024 + 0,208 X, Thitung= 4,182, koefisien determinasi R Square (R2) = 0,215.

Berdasarkan hasil analisis Altman Z-Score dapat disimpulkan dari tahun 2003 sampai 2005 seluruh perusahaan perbankan masuk dalam kategori bangkrut. Dari analisis regresi sederhana, dapat disimpulkan bahwa nilai Z-Score Altman berpengaruh terhadap harga saham sebesar 21,50% sedangkan 78,50% dipengaruhi faktor lain. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan referensi dan dapat dikembangkan dengan pelbagai disiplin ilmu pada kajian tentang prediksi kebangkrutan bank, sehinggga dapat ditemukan faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta.

Page 9: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN SURAT REKOMENDASI ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

PERNYATAAN.................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

ABSTRAK ..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ............................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 9

2.1 Saham.................................................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Saham......................................................................... 9

2.1.2 Harga Saham................................................................................ 10

Page 10: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

xi

2.1.3 Penilaian Harga Saham ............................................................... 11

2.1.4 Perubahan Harga Saham ............................................................. 14

2.2 Kebangkrutan Bank .............................................................................. 15

2.2.1 Pengertian Kebangkrutan Bank ................................................... 15

2.2.2 Sumber-sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan...................... 17

2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ........................................ 18

2.2.4 Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan ................................. 21

2.3 Metode Altman Z-Score ....................................................................... 24

2.3.1 Menilai Kebangkrutan dengan Metode Altman........................... 24

2.3.2 Rasio-rasio Prediksi Kebangkrutan Bank .................................... 24

2.3.3 Pengaruh Kebangkrutan Bank Terhadap Harga Saham............... 27

2.4 Kerangka Berfikir ................................................................................. 29

2.5 Hipotesis penelitian................................................................................ 32

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 33

3.1. Populasi Penelitian ............................................................................... 33

3.2. Sumber Data......................................................................................... 33

3.3 Variabel Penelitian................................................................................ 33

3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................... 34

3.5 Metode Analisis Data............................................................................ 34

3.5.1 Analisis Deskriptif ...................................................................... 35

3.5.2 Analisis Altman Z-Score............................................................. 35

3.5.3 Analisis Statistik ......................................................................... 36

Page 11: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 41

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 41

4.1.1 Gambaran Objek Penelitian ......................................................... 41

4.1.2 Analisis Data................................................................................ 42

4.1.2.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 42

4.1.2.2 Analisis Altman Z-Score.................................................. 47

4.1.2.3 Analisis Statistik .............................................................. 49

4.2 Pembahasan........................................................................................... 55

4.2.1 Analisis Altman Z-Score ............................................................. 55

4.2.2 Pengaruh Z-Score terhadap Harga Saham ................................... 56

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 58

5.1 Simpulan ............................................................................................... 58

5.2 Saran ..................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60

LAMPIRAN........................................................................................................ 62

Page 12: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Koefisien Regresi................................................................................. 49

Tabel 4.2 Koefisien Determinasi ......................................................................... 51

Tabel 4.3 ANOVA ............................................................................................... 51

Tabel 4.4 Uji Kurtosis (Normalitas Data) ............................................................ 52

Tabel 4.5 Autokorelasi Durbin Watson (Dw)....................................................... 53

Tabel 4.6 Koefisien Durbin Watson (Dw) ........................................................... 53

Page 13: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

xiv

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK Gambar 2.1 Kerangka Berfikir............................................................................. 31

Grafik 4.1 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 55

Page 14: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Working Capital ....................................................................... 63

Lampiran 2 Data Total Assets .............................................................................. 64

Lampiran 3 Data Retained Earnings.................................................................... 65

Lampiran 4 Data Earnings Before Interst and Tax .............................................. 66

Lampiran 5 Data Market Value of Equity ............................................................ 67

Lampiran 6 Data Book Value of Debt .................................................................. 68

Lampiran 7 Data Sales ......................................................................................... 69

Lampiran 8 Data Perhitungan Rasio Altman Z-Score ......................................... 70

Lampiran 9 Hasil Perhitungan Koefisien Altman Z-Score .................................. 71

Lampiran 10 Data Nilai Z-Score Tahun 2003-2005 ............................................ 72

Lampiran 11 Data Perhitungan Harga Saham Relatif ke Absolut ....................... 73

Lampiran 12 Hasil Perhitungan SPSS versi 13.00............................................... 74

Lampiran 15 Surat Penelitian............................................................................... 77

Page 15: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh bangsa.

Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya

menjaga kestabilan moneter yang di sebabkan atas kebijakannya terhadap

simpanan masyarakat serta sebagai lalu lintas pembayaran. Bank sendiri

merupakan suatu badan usaha yang tujuannya menghasilkan keuntungan atau

laba. Dalam hal ini maka berlaku prinsip going concern yang artinya kegiatan

usaha harus dilakukan secara terus-menerus tidak hanya sesaat atau sekali selesai

lalu tidak berkelanjutan (Umi, 2006:5). Menurut Indriyo (2000:5) tujuan utama

didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan keuntungan dan

memaksimumkan kemakmuran pemiliknya. Dari dua tujuan utama perusahaan

tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan keuntungan yang

optimal serta pengendalian yang seksama terhadap kegiatan operasional terutama

yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

Setelah terjadi krisis, pada bulan Juli 1998 nilai mata uang rupiah

mengalami penurunan mencapai 83,2%, indek saham terpangkas menjadi 35%,

kapitalisasi pasar berkurang sebesar 88%, tingkat pengangguran meningkat

menjadi 16,8%, suku bunga meningkat menjadi 65%, dan nilai impor menurun

hingga 33,4% (Kompas, 23 Juli 1998). Di samping itu, sejak bangsa Indonesia

mengalami krisis ekonomi banyak bank yang dilikuidasi. Bank yang dilikuidasi

berjumlah 16 bank.

1

Page 16: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

2

Bank-bank tersebut dilikuidasi oleh pemerintah dikarenakan bank-bank

tersebut mengalami ketidakmampuan atau kegagalan dalam ekonomi dan

keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara

pendapatan dan pengeluaran. Sementara itu, kegagalan keuangan disebabkan oleh

biaya modal perusahaan yang lebih besar daripada tingkat laba biaya historis

investasi.

Terjadinya likuidasi pada sejumlah bank telah menimbulkan beberapa

permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi ini

tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika

perusahaannya mengalami kesulitan keuangan yang bisa mengarah ke

kebangkrutan. Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan

munculnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) nomor 1

tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu tersebut debitur yang

terkena default (gagal bayar) dapat dinyatakan bangkrut oleh dua debitur saja.

Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika proses

likuidasi pada sebuah lembaga perbankan dapat diprediksi lebih dini sehingga

dapat dihindari terjadinya masalah yang berkaitan dengan nasabah, pemilik

maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya.

Penelitian kebangkrutan perusahaan perbankan menurut Altman dalam

Setyorini (1999:3) dengan mengggunakan lima rasio keuangan. Rasio tersebut

Cash flow to total debt, Net income to total assets, Total debt to total assets,

Working capital to total assets, dan Current ratio. Temuan Altman (1968)

tersebut diperkuat oleh hasil eksperimen Beaver dalam Setyorini (1999:4). Beaver

memberikan ekstensi dari temuan Altman dengan menambah jumlah sampel serta

Page 17: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

3

mengkaitkan rasio-rasio keuangan tersebut dengan harga saham. Sampel terdiri

dari 79 perusahaan yang sehat dan 79 perusahaan yang bangkrut. Dari kedua

kelompok perusahaan tersebut, lima rasio prediktor menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara perusahaan yang gagal dan perusahaan yang berhasil, dan para

investor mengakui yang selanjutnya membawa informasi rasio keuangan tersebut

ke dalam harga saham.

Kemudian Sinkey dalam Wilopo (1997:49) meneliti tentang manfaat rasio

keuangan dalam memprediksi kondisi keuangan bank. Hasil penelitiaannya adalah

bahwa bank yang bermasalah kurang efisien dalam operasionalnya, kecukupan

modal yang diukur dengan loans-to-capital kurang memadai, dan rasio likuiditas

lebih rendah dibandingkan bank yang tidak bermasalah dalam empat tahun

sebelum bank tersebut mengalami masalah.

Dambolena dan Khoury dalam Wilopo (1997:48) meneliti 46 perusahaan

yang terdiri dari 23 perusahaan bangkrut dan 23 perusahaan tidak bangkrut dari

sektor eceran dan pabrikasi. Mereka menunjukkan bahwa rasio keuangan

mempunyai kemampuan untuk memprediksi kebangkrutan untuk lima tahun

sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan.

Sedangkan Abad dalam Muhammad Akhyar Adnan (2000:136)

melakukan penelitian untuk mengevaluasi tingkat kesehatan keuangan PT. Sari

Husada Yogyakarta dengan menggunakan rasio keuangan. Dalam penelitian ini

diperoleh tingkat resiko keuangan semakin rendah dan tingkat kesehatan semakin

membaik setelah perusahaan melakukan go publik. Setyorini dan Abdul Halim

(1999:6), dalam Studi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Publik di Bursa Efek

Jakarta Tahun 1996-1998. Hasil pengujiannya kelompok 1 (leverage ratio kurang

atau sama dengan 0,5) tidak konsisten dengan seluruh sampel, karena tidak

Page 18: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

4

terdapat perbedaan potensi kebangkrutan yang signifikan antara sebelum dan pada

masa krisis ekonomi. Sedangkan kelompok 2 (leverage ratio lebih besar dari 0,5)

menunjukkan konsistensi dengan seluruh sampel. Hal ini berarti bahwa potensi

kebangkrutan pada perusahaan dengan leverage tinggi telah berbeda secara

signifikan antara sebelum dan masa krisis. Hasil pengujian antara tahun 1996 dan

1997 untuk semua sampel dan kelompok 2 menunjukkan konsistensi dengan hasil

pengujian antara tahun 1996 dan 1998, yaitu terdapat perbedaan potensi

kebangkrutan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok 1 hasil pengujian antara

tahun 1996 dan 1997 tidak konsisten dengan hasil pengujian antara tahun 1996

dan 1998.

Adnan dan Kurniasih (2000:147), dalam Analisis tingkat kesehatan

perusahaan untuk memprediksi potensi kebangkrutan dengan pendekatan Altman.

penelitian ini memperkuat formula dan penelitian yang telah dilakukan oleh

Altman, sebab hasil dari penelitiannya terlihat bahwa semua atau sepuluh

perusahaan yang jadi obyek penelitian setelah dianalisis dengan menggunakan

formula yang telah ditemukan Altman, semuanya mempunyai rasio keuangan

dengan tingkat resiko keuangan yang tinggi karena rasionya di bawah 1,20.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa kebangkrutan perusahaan dapat diukur

dua tahun sebelum perusahaan itu mengalami kebangkrutan.

Supardi dan Sri Mastuti (2003:90) dalam Validitas Penggunaan Z-Score

Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di

Bursa Efek Jakarta, hasil analisisnya memperlihatkan bahwa rata-rata rasio

keuangan setiap bank, baik kelompok bank yang terlikuidasi maupun yang tidak

terlikuidasi, dapat dipakai untuk memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi

pada setiap bank. Implikasi praktisnya adalah alternatif metode lain bagi lembaga

Page 19: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

5

perbankan untuk mendeteksi kondisi perusahaan terutama yang berkaitan dengan

kondisi finansial perusahaan sehingga apabila terjadi kesulitan akan segera dapat

diambil tindakan perbaikan untuk mencapai kinerja keuangan yang lebih baik.

Kebangkrutan suatu bank dapat dilihat dan diukur melalui laporan

keuangannya. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara menganalisis laporan

keuangan yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Analisis laporan

keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi

keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang dicapai sehubungan dengan pemilihan

strategi-strategi perusahaan yang akan atau telah dilaksanakan. Disamping itu

perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan finansial perusahaan

serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu lampau dan di waktu yang sedang

berjalan. Selain itu dengan melakukan analisis keuangan di waktu lampau, maka

dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasilnya yang

dianggap telah cukup baik, dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan

tersebut.

Analisis rasio keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan

bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kebangkrutan.

Tingkat kesehatan sangat penting bagi perbankan untuk meningkatkan efisiensi

dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh

keuntungan dapat ditingkatkan dan pada akhirnya terhindar dari kemungkinan

terjadinya kebangkrutan (terlikuidasi). Analisis kebangkrutan ini dilakukan untuk

memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan).

Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan, semakin baik bagi

Page 20: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

6

pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan sejak awal (Hanafi,

2003:263).

Sedangkan Beaver dalam Supardi (2003:74) yang menyatakan bahwa para

investor mengakui dan menyesuaikan posisi yang baru dari perusahaan yang

mengalami kebangkrutan yang selanjutnya rasio keuangan tersebut memberikan

informasi ke dalam harga saham. Mas’ud dalam Setyorini (1999:5) juga

memberikan gambaran bahwa rasio keuangan mempengaruhi harga saham, tetapi

tidak untuk waktu yang lama. Sedangkan menurut Rini Astuti (2003:72) pengaruh

rasio keuangan model Altman terhadap harga saham pada perusahaan properti dan

real estate sebesar 29,34%.

Bagi seorang kreditur dan seorang pemegang saham dengan analisis

kebangkrutan ini bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai

kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi nantinya. Analisa rasio

keuangan merupakan suatu alat analisis yang sering digunakan oleh banyak pihak,

baik pihak intern sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan kinerja di masa yang

akan datang, maupun pihak ekstern sebagai dasar kebijakan mereka.

Bagi para investor tempat yang digunakan untuk memperjualbelikan

saham suatu perusahaan adalah di pasar modal. Pasar modal di Indonesia adalah

BEJ merupakan alternatif yang masih sangat diperlukan dalam menyediakan

investasi. Oleh karena penelitian ini mengambil judul “ANALISIS PENGARUH

KEBANGKRUTAN BANK DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA

EFEK JAKARTA”

Page 21: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan perbankan dengan metode

Altman Z-Score di Bursa Efek Jakarta?

b. Bagaimana pengaruh antara kebangkrutan bank dengan metode Altman

Z-Score terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis prediksi kebangkrutan perusahaan perbankan dengan

metode Altman Z-Score di Bursa Efek Jakarta.

b. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh antara kebangkrutan bank terhadap

harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk mengembangkan teori tentang kebangkrutan bank dengan metode

Altman Z-Score.

2) Penelitian ini untuk menyajikan tentang analisis pengaruh kebangkrutan

bank terhadap harga saham, yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam

mengkaji fenomena kebangkrutan pada perusahaan yang lain maupun

menggunakan rasio keuangan yang berbeda.

Page 22: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

8

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penulisan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

perusahaan dan lembaga terkait dalam menentukan kebijakan mengenai

kelangsungan kehidupan perusahaan perbankan yang digunakan untuk

mendeteksi sedini mungkin adanya potensi kebangkrutan.

2) Hasil penulisan diharapkan dapat memberikan solusi atas pertanyaan yang

selama ini muncul mengenai bagaimana penerapan analisa prediksi

kebangkrutan perusahaan perbankan serta pengaruhnya dengan harga

saham perusahaan tersebut, Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu implementasi dalam menggali temuan-temuan yang

inovatif bagi peningkatan mutu sumberdaya manusia.

Page 23: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Saham

2.1.1 Pengertian Saham

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, saham

merupakan surat berharga sebagai bukti pemilikan individu/institusi dalam suatu

perusahaan (biasa dipegang perorangan/lembaga pada suatu perusahaan). Apabila

seseorang membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut pemegang

saham perusahaan tersebut. Indriyo (2000:26) mendefinisikan saham sebagai

tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas.

Menurut Baridwan (1992:294), apabila perusahaan menyertakan satu

macam saham, maka saham itu disebut saham biasa (common stock). Saham biasa

ada dua jenis, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Untuk saham atas

nama, nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut, sedangkan saham atas

unjuk yaitu nama pemilik saham tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik saham

adalah yang memegang saham tersebut. Apabila saham yang dikeluarkan itu dua

macam yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas

(preferred stock). Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau

kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Anoraga,

2001:58). Sedangkan menurut Husnan (2003:285) saham merupakan bukti

kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Jadi dapat

disimpulkan saham adalah surat kepemilikan modal dalam suatu perusahaan yang

dapat diperjualbelikan di pasar modal.

Page 24: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

10

Salah satu harapan investasi yang paling mendasar atas saham adalah

membuat investor dapat menikmati keuntungan yang dicapai oleh perusahaan.

Namun keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham adalah

setelah memenuhi kewajiban perusahaan lainnya, seperti biaya bunga, biaya

operasional dan lain sebagainya.

2.1.2 Harga Saham

Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang

berlangsung (Ang, 1997). Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal pada hakekatnya harga saham merupakan penerimaan besarnya

pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam

perusahaan. Menurut Weston dalam Haryati (2001:5), harga saham

menggambarkan penilaian pasar modal atas kemampuan perusahaan memperoleh

pendapatan dari waktu ke waktu, besarnya resiko atas kelangsungan pendapatan

dan sekumpulan faktor-faktor lain. Jika pasar bursa efek ditutup, maka harga pasar

adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang

menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar ini dikalikan dengan

jumlah saham yang diterbitkan (outstanding share), maka akan didapatkan nilai

pasar (market value).

Sedangkan menurut Pandji Anoraga (2001:58) berdasarkan fungsinya,

nilai suatu saham dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

Page 25: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

11

1) Par Value (Nilai Nominal)

Merupakan nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi.

Jumlah saham yang dikeluarkan perseroan dikalikan dengan nilai nominalnya

merupakan modal disetor penuh bagi suatu perseroan dan dalam pencatatan

akuntansi, nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam naraca.

2) Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham.

Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham baru harga

dasar merupakan harga perdananya. Untuk mengitung nilai dasar yaitu harga

dasar dikalikan dengan total saham yang beredar.

3) Market Price (Nilai Pasar)

Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung

atau jika pasar sudah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya

(closing price). Harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu

saham dan setiap hari diumumkan di surat kabar/media elektronik. Untuk

menghitung nilai pasar (kapitalisasi pasar) yaitu harga pasar dikalikan dengan

total saham yang beredar.

2.1.3 Penilaian Harga Saham

Harga saham di pasar pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan pasar atau

tergantung dari permintaan dan penawaran pasar. Menurut Anoraga (2001:61)

terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menilai investasi dalam

bentuk saham yaitu:

Page 26: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

12

1) The Firm Foundation Theory

Dalam teori ini setiap instrumen investasi baik itu saham atau yang

lain mempunyai landasan yang kuat yang disebut dengan nilai intrinsik yang

dapat ditentukan melalui suatu analisis yang hati-hati terhadap kondisi pada

saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Pada saat harga turun

atau naik di atas nilai intrinsiknya yang bersifat pasti, maka kesempatan

menjual atau membeli muncul. Dengan demikian tindakan investasi sifatnya

hanya memperbandingkan harga pasar atau assets terhadap nilai instrinsiknya.

Nilai instrinsik di sini adalah nilai sekarang (present value) dari

seluruh aliran penerimaan deviden yang akan diterima dalam periode yang

akan datang. Hal ini berarti pemilik saham atau investor mendiskontokan nilai

uang yang akan diterima, kemudian dengan discount factor tertentu

mencerminkan tingkat return alternatif investasi yang diinginkan setelah

memperhatikan unsur risiko dan waktu. Teori ini didasarkan pada pendekatan

penerimaan deviden dimana semakin besar penerimaan saat ini dan prospek

pertumbuhannya di masa yang akan datang maka akan semakin besar nilai

sahamnya. Sehinggga perbedaan tingkat pertumbuhan adalah faktor utama

dalam penilaian saham ini.

Asumsi-asumsi yang dipakai investor dalam pendekatan The Firm

Foundation Theory yaitu sebagai berikut :

a) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk suatu saham yang

memiliki tingkat pertumbuhan deviden yang lebih besar.

Page 27: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

13

b) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi atas suatu saham yang

memiliki kebijakan deviden pay out yang lebih tinggi.

c) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi atas suatu saham yang

memiliki risiko yang lebih kecil.

d) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi atas suatu saham jika suku

bunga turun atau lebih rendah.

2) The Castel in the Air Theory

Menurut Pandji Anoraga (2001:6) teori ini memusatkan perhatiannya

pada nilai psikologis. Pengikut teori ini lebih menekankan pendekatan tingkah

laku investor di masa yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu

dan bukannya pada nilai instrinsik saham itu. Teori ini kurang setuju dengan

pendekatan The Firm Foundation Theory yang memerlukan banyak kerja dan

diragukan kebenarannya atau kewajaran dari penilaian untuk mencapai nilai

instrinsiknya, karena tidak seorangpun dapat mengetahui dengan pasti faktor-

faktor yang akan mempengaruhi proses pendapatan dan pembayaran deviden

di masa mendatang.

Teori ini banyak didukung oleh masyarakat keuangan maupun

masyarakat akademis. Dalam mayarakat akademis berpendapat bahwa nilai

intrinsik saham adalah sebuah impian. Pertukaran nilai setiap assetnya sangat

tergantung dari transaksi riil atau yang diharapkan. Pendekatan riil ini

contohnya adalah analisis teknis, analisis ini di dasarkan pada anggapan yang

luas bahwa harga efektif ditentukan oleh penawaran harga saham pada masa

lalu dengan menggunakan diagram-diagram dan model-model.

Page 28: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

14

2.1.4 Perubahan Harga Saham

Keuntungan investor dalam menginvestasikan modalnya kepada

perusahaan adalah pada akhir periode akuntansi yang berupa deviden. Oleh karena

itu, banyak invetor yang menanamkan modalnya terutama pada perusahaan yang

sering memperoleh keuntungan.

Perusahaan yang memperoleh keutungan akan memberikan kompensasi

(return) kepada investor. Menurut Hanafi dan Abdul Halim (1996:300) return

sebagai perubahan nilai antara periode t+1 dengan periode t ditambah pendapat-

pendapat lain yang terjadi selama periode tersebut.

Sementara Jogiyanto (2000:107) membedakan return menjadi dua yaitu

return expektasi (expected return) dan return realisasi (realized return). Return

ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa

mendatang. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung

berdasarkan data historis. Return ini merupakan selisih harga sekarang dan

sebelumnya secara relatif. Return realisasi penting untuk mengukur kinerja

perusahaan dan sebagai penentu resiko di masa depan. Yang dirumuskan sebagai

berikut :

Pt - Pt-1 Rt =

Pt-1

Jogiyanto (2000:108)

Keterangan :

Rt = Retun Saham

Pt = Harga saham tanggal publikasi laporan keuangan

Pt-1 = Harga Saham setelah tanggal publikasi laporan keuangan

Page 29: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

15

2.2 Kebangkrutan Bank

2.2.1 Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan

perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba

(Supardi, 2003:79). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 adalah

dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki

dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah

jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi

perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvibilitas.

Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah

perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam

Supardi (2003:79) yaitu :

1) Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang

atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti

tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas

perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya

dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan

kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari

investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk

sebuah investasi tersebut.

2) Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)

Page 30: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

16

Pengertian financial distressed menurut Supardi (2003:79) mempunyai

makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam

pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan

dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.

Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di negara

yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan

memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah

sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun

akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional

perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, proses

kebangkrutan sebuah perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh

faktor ekonomi saja tetapi bisa disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non-

ekonomi.

Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang

membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas

ada dua bentuk, yaitu:

a) Insolvensi teknis

Perusahaan bisa dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi

kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang

atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih

kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang

lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva

yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk

Page 31: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

17

memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal

tertentu.

b) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai

kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari

arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

2.2.2 Sumber-sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan

Menurut Hanafi (2003:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat

diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :

1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada

persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.

3) Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya.

4) Kualitas manajemen.

5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.

Sedangkan menurut Beaver dalam Titi Aryati (1999:29) rasio keuangan

yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan adalah :

a) Cash flow to total debt (arus kas terhadap total utang)

b) Net income to total assets (keuntungan bersih terhadap total aktiva)

c) Current assets to current liabilities (aktiva lancar terhadap kewajiban lancar)

d) Total debt to tatal assets (total utang terhadap total assets)

e) Working capital to total assets (modal kerja terhadap total assets)

Page 32: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

18

Menurut Suwarsono (1995), ada beberapa tanda atau indikator manajerial

dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan

antara lain :

a) Indikator dari lingkungan bisnis

Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup

penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak

perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi

sebab mengecilnya perusahaan yang lain.

b) Indikator internal

Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa

apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap

proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat

mengantisipasi perubahan.

c) Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang

datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan

perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat

yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan

Kebangkrutan yang terjadi pada perbankan di Indonesia disebabkan oleh

nilai mata uang rupiah yang menurun, suku bunga tinggi, terjadinya rush, hutang

membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet yang melanda

Page 33: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

19

hampir seluruh bank di Indonesia. Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan

(2000:139) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada

perusahaan adalah :

a. Faktor Umum

1) Sektor ekonomi

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala

inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku

bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang

asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya

dengan perdagangan luar negeri.

2) Sektor sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada

perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan

terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan

karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang

terjadi di masyarakat.

3) Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang

ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan

implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi

tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu

dan para manajer pengguna kurang profesional.

Page 34: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

20

4) Sektor pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah

terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif

ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi

perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.

b. Faktor Eksternal Perusahaan

1) Faktor pelanggan atau nasabah

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna

untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan

peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya

hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.

2) Faktor pemasok/kreditur

Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka

waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor

terhadap kelikuiditasan suatu bank.

3) Faktor pesaing/bank lain

Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut

perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah, perusahaan juga jangan

melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh

masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi

pendapatan yang diterima.

Page 35: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

21

c. Faktor Internal Perusahaan

Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut

Harnanto dalam Adnan (2000:140) sebagai berikut :

1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan

menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya

tidak dapat membayar.

2) Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya

kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen.

3) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh

karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi

yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

2.2.4 Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan

Secara umum pemakai data informasi kebangkrutan bank dapat

dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu: pemakai internal adalah pihak

manajemen yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan harian

(jangka pendek) dan jangka panjang, sedangkan pemakai eksternal yaitu investor

atau calon investor yang meliputi pembeli atau calon pembeli saham atau obligasi,

kreditor atau peminjam dana bank, dan pemakai lain seperti karyawan, analisis

keuangan, pialang saham, supplier, pemerintah (berkaitan dengan pajak) dan

Bapepam (berkaitan dengan perusahaan yang go publik). Informasi tentang

prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa

kalangan. Menurut Hanafi (2000:261) informasi kebangkrutan dapat bermanfaat

untuk :

Page 36: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

22

a. Pemberi pinjaman

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa

yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk mengambil

kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

b. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya

akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau

tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang

menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan

untuk melihat tanda–tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian

mengantisipasi kemungkinan tersebut.

c. Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab

untuk mengatasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah mempunyai kepentingan

untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan

yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

d. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu

usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu

perusahaan.

e. Manajemen

Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah

preventif sehinggga biaya kebangkrutan bisa dihindari atau dapat

diminimalisir.

Page 37: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

23

Sedangkan menurut Harmanto dalam Adnan (2000:133) informasi

mengenai kebangkrutan penting artinya bagi pihak-pihak yang terkait diantaranya:

a) Bagi Investor

Informasi adanya prediksi kebangkrutan memberi masukan bagi investor

dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka akan terus menanamkan

modal mereka atau akan menghentikan/membatalkan penanaman modal

mereka ke perusahaan, sebab bagaimanapun para investor pasti tidak

menginginkan kerugian akibat mereka salah dalam menanamkan modalnya.

b) Bagi Pemerintah

Prediksi kebangkrutan digunakan pemerintah untuk menetapkan kebijakan di

bidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang menyangkut hubungan

pemerintah dengan perusahaan.

c) Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan

Informasi akan kemungkinan kebangkrutan yang dihadapi perusahaan

nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk menentukan status

apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi pembayaran kembali pinjaman

perlu dibuat ulang dan kebijakan lain sehubungan dengan pemberian

pinjaman.

Page 38: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

24

2.3 Metode Altman Z-Score

2.3.1 Manilai Kebangkrutan dengan Metode Altman

Analisis Z-Score Altman, penerapan analisis rasio keuangan masih

terbatas karena dilakukan secara terpisah, artinya setiap rasio diuji secara terpisah.

Untuk mengatasi keterbatasan analisa rasio tersebut, Altman telah

mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik

yaitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi kabangkrutan

perusahaan dengan metode Altman Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan

dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan

tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003:73).

Menurut Fifi Swandi (2003:45) ketepatan prediksi masa depan berlaku

selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi

dilakukan. Apabila emiten melakukan perbaikan kerja melalui strategi yang tepat,

kemungkinan besar ada ketidaktepatan prediksi. Namun kelemahan apapun yang

dihadapi pada kenyataannya prediksi masih selalu digunakan untuk pengambilan

keputusan.

2.3.2 Rasio-rasio Prediksi Kebangkrutan Bank

Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kebangkrutan bank

ada lima yaitu:

1) Working Capital/Total Assets

Modal kerja yang di sini dimaksud adalah selisih antara aktiva lancar

(current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Sedangkan current

Page 39: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

25

assets pada perusahaan perbankan terdiri dari cash on hand and banks,

placement in other banks, notes and securities, loan and investmen. Current

liabilities terdiri dari demand deposit, time deposit, dan saving deposit.

Sedangkan total assets adalah semua assets yang ada di dalam perusahaan

tersebut. Menurut Supardi (2003:81) rasio ini pada dasarnya merupakan salah

satu rasio likuiditas yang mengatur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva

lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-

indikator kebangkrutan tersebut di atas, maka indikator yang dapat digunakan

untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah

indikator-indikator internal seperti, ketidakcukupan kas, utang dagang

membengkak, utilisasi modal (harta kekayaan) menurun, penambahan utang

yang tidak terkendali.

2) Retained Earning/Total Assets

Rasio ini merupkan rasio profitabilitias yang mendeteksi atau mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode

tertentu. Retained earnings di sini adalah laba ditahan. Menurut Mulyono

(1994) retained earning/total assets rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan

kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.

Rasio ini mengatur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur

perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama

Page 40: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

26

perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba

ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada

umumnya akan menunjukkan hasil rasio tersebut yang rendah, kecuali yang

labanya sangat besar pada masa awal berdirinya.

3) Earning Before Interest and Tax/Total Assets

Menurut Supardi (2003:81) rasio ini merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

Rasio Earning Before Interest and Tax di sisni adalah operating income.Rasio

ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator

yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan

profitabilitas perusahaan diantaranya adalah, piutang dagang meningkat, rugi

terus-menerus dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan

menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan

berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat

membayar pada waktu yang telah ditetapkan.

4) Market Value Equity/Book Value of Debt

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya

sendiri (Adnan, 2001:190). Rasio market value equity di sini adalah closing

price tahunan dikali dengan total share tahunan. Modal yang dimaksud di sini

adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan

hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.

Page 41: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

27

5) Sales/Total Assets

Menurut M. Akhyar Adnan (2001:190) rasio ini merupakan rasio yang

mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan

aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur

kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan

penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan perbankan adalah revenue.

2.3.3 Pengaruh Kebangkrutan Bank Terhadap Harga Saham

Tinggi rendahnya harga saham yang terbentuk di Bursa Efek (pasar

sekunder) lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual yang

melakukan transaksi, pertimbangan ini mencakup kondisi kinerja perusahaan

(bangkrut atau sehat), prospek industri, situasi politik, kebijakan pemerintah dan

kondisi bursa itu sendiri Sunariyah dalam (Septanti, 2000:86). Dari faktor-faktor

tersebut, pembeli dan penjual akan membangun persepsinya masing-masing. Di

dasari persepsi tersebut, maka akan terbentuk permintaan dan penawaran terhadap

saham, dari kekuatan itulah harga saham akan terbentuk di bursa.

Menurut Sunariyah dalam (Handono, 2000:83) Nilai investasi pada surat

berharga dipengaruhi oleh harapan pemodal atau investor tentang kinerja

perusahaan sehat atau tidak sehat di masa datang. Sebab bagi investor membeli

saham berarti membeli prospek perusahaan. Harga saham akan meningkat jika

kinerja perusahaan baik dan tidak mengalami financial distressed maupun

insolvibilitas. Dengan harga saham yang meningkat tersebut berarti akan

meningkatkan kemakmuran pemegang sahamnya (Handono, 2000:67) .

Page 42: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

28

Harga saham juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan manajemen

perusahaan untuk beroperasi secara menguntungkan di tengah-tengah lingkungan

usaha yang semakin kompetitif. Menurut Syahrir dalam dalam (Fikrudin,

2006:24), dengan kinerja keuangan yang yang menggunakan pengukuran rasio-

rasio keuangan baik Altman Z-Score maupun CAMEL maka kelangsungan hidup

dan pertumbuhan juga akan terjamin, sehingga harapan investor untuk

mendapatkan keuntungan dari pembelian saham dapat terpenuhi.

Berdasarkan Arbitrage Princing Theory (APT), seperti yang dikemukakan

Suad Husnan (2003) banyak jenis informasi yang mungkin dapat mempengaruhi

harga saham, seperti:

a. Berita keberhasilan riset perusahaan

b. Berita keberlanjutan perusahaan Bangkrut atau tidak

c. Pengumuman pemerintah tentang pertumbuhan GNP

d. Penurunan tingkat bunga yang tidak diperkirakan

e. Penjualan yang meningkat lebih dari yang diharapkan

Roll dan Ross (1984) dalam (Rini Astuti, 2004:87) melaporkan faktor

yang mempengaruhi tingkat keuntungan harga saham, yaitu:

1) Perubahan inflasi yang tidak diantisipasi

2) Peruhana produksi industri yang tidak diantisipasi

3) Perubahan dalam premi resiko

4) Perubahan slope dari kurva hasil penjualan

Page 43: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

29

2.4 Kerangka Berfikir

Dalam aktivitas perekonomian suatu negara, bank mempunyai peranan

yang sangat strategis dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

Sehingga bank disebut lambaga intermediasi, yang sering diikutsertakan dalam

pengambilan kebijakan moneter. Bank juga mempunyai fungsi menjaga kestabilan

moneter, pengawas devisa, dan sebagai pencatatan efek-efek.

Kondisi perbankan di Indonesia saat ini belum sepenuhnya bangkit dari

krisis moneter yang berlangsung sejak pertengahan Juli 1997. Kemudian

pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan likuidasi terhadap beberapa

bank yang ada di Indonesia, hal ini merupakan salah satu langkah yang diambil

oleh pemerintah selaku otoritas moneter dengan harapan dapat menyehatkan

sektor keuangan dan sektor perbankan.

Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan suatu bank dapat dilihat dari

laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan

perhitungan rasionya menggunakan metode Altman Z-Score, dengan metode ini

diharapkan dapat mengetahui kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada

perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Bagi seorang kreditur dan seorang

pemegang saham dengan analisis kebangkrutan ini bisa melakukan persiapan-

persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan terburuk yang mungkin akan

terjadi nantinya. Analisa rasio keuangan merupakan suatu alat analisis yang sering

digunakan oleh banyak pihak, baik pihak intern sebagai dasar untuk evaluasi dan

perbaikan kinerja di masa yang akan datang, maupun pihak ekstern sebagai dasar

Page 44: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

30

kebijakan mereka, apakah akan berinvestasi atau bahkan tidak menginvestasikan

sama sekali modalnya di perusahaan tersebut.

Dalam berinvestasi seorang investor akan melihat laporan keuangan yang

di publikasikan oleh perusahaan tersebut, dalam satu periode akuntansi. Dalam

satu periode itu dapat dilihat penurunan laba bersih perusahaan. Investor di bursa

efek akan bereaksi setelah mengetahui laporan keuangan tersebut. Reaksi investor

di bursa efek dapat dilihat dari pergerakan harga saham dan volume perdagangan

saham yang diperdagangkan.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka rumusan masalah yang

diungkap dalam penelitian ini adalah tentang analisis pengaruh kebangkrutan bank

dengan metode Altman Z-Score terhadap harga saham perusahaan perbankan di

Bursa Efek Jakarta.

Page 45: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

31

Adapun kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seperti gambar 2.1 berikut ini:

Z-Sc

ore

: 0,7

17 W

C/T

A +

0,8

47 R

E/TA

+ 3

,107

EB

IT/T

A +

0,4

20 M

VE/

BV

D +

0,9

98 S

/TA

Harga Saham

Turun

Naik

Z > 2,90 Perusahaan Sehat

1,20 < Z < 2,90 Perusahaan dalam

Grey Area

Z < 1,20 Perusahaan

Berpotensi Bangkrut

Page 46: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

32

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang

dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan

pengecekannya (Sudjana, 2002:219)

Berdasarkan permasalahan dan kerangka berfikir di atas, maka peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut :

Bahwa terdapat pengaruh antara kebangkrutan bank dengan metode

Altman Z-Score terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek

Jakarta.

Page 47: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Dalam setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi,

karena populasi penelitian merupakan sumber data atau subyek yang akan

digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan.

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002:108).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta. Penelitian ini adalah termasuk penelitian populasi, yaitu ingin melihat dan

meneliti semua populasi. Sedangkan populasi sasaran dalam penelitian ini adalah

perusahan perbankan di Bursa Efek Jakarta yang berjumlah 22 perusahaan.

3.2 Sumber data

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Pojok Bursa Efek

Jakarta, Majalah Info Bank, dan sumber-sumber lain yang relevan berupa laporan

neraca dan laporan rugi laba untuk tahun 2003, 2004, dan 2005.

3.3 Variabel Penelitian

Dalam sebuah penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan

dengan jelas sebelum mulai pengumpulan data. Variabel merupakan obyek atau

apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96).

33

Page 48: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

34

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Independen / Variabel Bebas (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel independent dalam penelitian ini adalah nilai rasio keuangan Altman

Z-Score.

b. Variabel Dependen / Variabel Terikat (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yaitu

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah harga saham.

3.4 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam

penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan

metode yang bersumber pada benda-benda tertulis berupa buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.

(Arikunto, 2002:135). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data laporan

keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba perusahaan perbankan.

3.5 Metode analisis data

Analisis data adalah merupakan kegiatan mengolah data yang telah

terkumpul kemudian dapat memberikan interprestasi pada hasil-hasil tersebut.

Kegiatan dalam analisis data meliputi : pengelompokan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Page 49: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

35

Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.5.1 Analisis Deskripstif

Analsis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk melihat sejauhmana

variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. Analsis

ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian data dari variabel yang

diteliti.

3.5.2 Analisis Altman Z-Score

Metode Altman Z-Score dengan formulasi sebagai berikut

Keterangan :

WC/TA : Working Capital to Total Assets : perbandingan antara modal kerja

(bersih) dan total aktiva.

RE/TA : Retained Earning to Total Assets : perbandingan antara saldo laba

dan total aktiva

EBIT/TA : Earning Before Interest and Tax to Total Assets : perbandingan

antara laba sebelum biaya bunga dan pajak dengan total aktiva.

MVE/BVD: Market Value Equity to Book Value of Debt : perbandingan antara

nilai pasar ekuitas dan nilai buku utang.

S/TA : Sales to Total Assets : perbandingan antara penjualan dan total

aktiva.

Dari model Altman Z-Score tersebut, maka kondisi perusahaan perbankan

di bagi menjadi tiga kategori, yaitu :

Z-Score : 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,420 MVE/BVD + 0,998 S/TA

Page 50: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

36

a. Apabila nilai Z-Score di atas 2,90 (Z-Score > 2,90) diklasifikasikan

sebagai perusahaan yang sehat.

b. Apabila nilai Z-Score antara 1,20 sampai 2,90 (1,20 < Z-Score < 2,90)

diklasifikasikan sebagai perusahaan berada dalam daerah kelabu (grey

area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang

harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Kalau

terlambat dan tidak cepat penanganannya, maka perusahaan dapat

mengalami kebangkrutan.

c. Apabila nilai Z-Score di bawah 1,20 (Z-Score < 1,20) diklasifikasikan

sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut.

3.5.3 Analisis Statistik

1) Regresi Sederhana

Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis pengaruh

kebangkrutan bank dengan Z-Score terhadap harga saham. Rumus yang

digunakan adalah diadopsi dari Algifari (2000:9) sehingga terdapat dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Harga Saham (Variabel Dependen)

a = Konstanta

b = Koefisien Variabel Independen

X = Nilai Z-Score (Variabel Independen)

Y = a + bX

Page 51: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

37

2) Koefisien Determinasi

Dalam uji regresi dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2).

Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui

persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel

dependen. Jika nilai R2 mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat

kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan

variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 maka semakin

lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat (Algifari, 2000).

3) Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasanya

merupakan model regresi yang menghasilkan estimasimator linier tidak bias

yang terbaik. Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi klasik

meliputi uji normalitas data, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal ataukah tidak normal. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji

apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan uji

statistik. Test statistic sederhana dapat dilakukan adalah berdasarkan nilai

kurtosis atau skewness. Nilai Z statistik untuk skewness dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

Page 52: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

38

Zskewness =

N

Skewness6

Sedangkan nilai Z kurtosis dapat dihitung dengan rumus :

Zkurtosis =

N

Kurtosis24

(Ghozali, 2001:76)

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi, variabel terikat dan variabel bebas, mempunyai distribusi

normal atau mendekati distribusi normal. Normalitas dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan apa

periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan apa periode lain,

atau dengan kata lain variabel gangguan tidak random, akibatnya variabel

sampel tidak dapat menggambarkan variasi populasi. Uji otokorelasi

bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi (Ghozali, 2001: 61).

Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dalam suatu

model regresi dilakukan dengan melihat nilai dari statistik Durbin Watson

Page 53: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

39

(D-W) test (Algifari, 2000). Untuk melihat hasil uji Durbin Watson adalah

sebagi berikut:

d1 du 4-du 4-d1

keterangan:

di = nilai batas bawah tabel

du = nilai batas atas tabel Durbin Watson

Jika d lebih kecil dari pada d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka

hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi

Jika d terletak diantara du dan 4-du maka Ho diterima yang berarti

tidak ada autokorelasi.

Jika d terletak diantara d1 dan du atau diantara 4-du dan 4-d1,

maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti

(inconclusive) untuk nilai-nilai ini, tidak dapat disimpulkan ada

tidaknya autokorelasi diantara faktor-faktor gangguan.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dari

kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas. Model

regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji

heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik (dapat dilihat dari hasil analisis), dimana sumbu X

adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Yprediksi–

Ysesungguhnya) yang telah di standardized.

Page 54: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

40

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 55: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang berjumlah 22 bank.

Penelitian ini adalah termasuk penelitian populasi, yaitu ingin melihat dan

meneliti semua populasi. Sedangkan populasi sasaran dalam penelelitian ini

adalah perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Perusahaan perbankan

merupakan perusahaan yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) anatara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan

dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Perusahaan perbankan ini mengalami banyak masalah sejak terjadinya

krisis multidimensional di Indonesia. Krisis moneter yang terus-menerus

mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya banyak bank yang terlikuidasi.

Supaya setiap bank mampu bertahan maka diperlukan suatu perhitungan untuk

mengetahui prediksi bank apakah akan tetap beroperasi atau dilikuidasi.

Informasi kebangkrutan sangat penting, oleh karena itu perlu diukur dan

dianalisis. Salah satu cara untuk menilai tingkat kesehatan perusahan adalah

dengan melihat aspek finansialnya. Dengan membandingkan elemen-elemen

aktiva di satu pihak dengan pasiva di lain pihak akan dapat diperoleh banyak

gambaran tentang finansial suatu perusahaan. Kemudian membandingkan laporan

41

Page 56: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

42

keuangan antara periode yang satu dengan periode yang lain akan dapat dianalisis

perkembangan dan kondisi keuangan dan kesehatan perusahaan.

Rasio-rasio yang digunakan sebagai alat analisis adalah rasio seperti

likuiditas dalam hal ini terdiri atas working capital/total assets, rasio profitabilitas

terdiri dari retained earnings/total asssets dan earning before interest and

tax/total assets, serta rasio rentabilitas yaitu terdiri dari market value of

equity/book value of debt dan sales/total assets.

4.1.2 Analisis Data

4.1.2.1 Analisis deskripstif

Berdasarkan analisis data perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta

diperoleh data nilai rasio keuangan yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Pada tahun 2003 working capital tertinggi diperoleh Bank Mandiri

(Persero) Tbk yaitu sebesar Rp 34.144.405, pada tahun 2004 tetap diperoleh Bank

Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp 34.530.420, sedangkan working capital pada

tahun 2005 tertinggi diperoleh Bank Danamon Tbk yaitu sebesar Rp 17.977.111.

Working Capital terendah pada tahun 2003 diperoleh Bank Internasional

Indonesia Tbk yaitu sebesar (Rp 13.468.797). Pada tahun 2004 working capital

yang terendah dimiliki oleh Bank Lippo sebesar (104.836.823), sedangkan pada

tahun 2005 yang terendah dimiliki oleh Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar

(10.178.119).

Sedangkan nilai total assets tertinggi selama tiga tahun berturut-turut

diperoleh Bank Mandiri (Persero) Tbk yaitu pada tahun 2003 Rp 249.435.554,

Page 57: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

43

tahun 2004 Rp 248.155.827 dan pada tahun 2005 sebesar Rp 263.383.348.

Sedangkan total assets yang terendah selama tiga tahun berturut-turut diperoleh

Bank Swadesi Tbk, pada tahun 2003 sebesar Rp 6 33.093, pada tahun 2004 Rp

828.734 dan pada tahun 2005 sebesar Rp 925.664.

Retained earnings yang tertinggi pada tahun 2003 yang tertinggi diperoleh

Bank Central Asia Tbk sebesar Rp 7.246.480, pada tahun 2004 dan 2005 retained

earnings diperoleh Bank Mandiri (Persero) Tbk yaitu masing-masing sebesar Rp

8.900.383 dan Rp 7.080.608. Sedangkan nilai retained earnings yang terendah

selama tiga tahun berturut-turut dimiliki Bank Lippo Tbk pada tahun 2003 sebesar

(Rp 9.749.065) begitu pula pada tahun 2004 sebesar (Rp 8.916.457) dan pada

tahun 2005 (Rp 8.612.901).

Earning Before Interest and Tax tertinggi selama dua tahun diperoleh oleh

bank Mandiri (Persero) Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp 7.031.524 dan Rp

7.525.002 di tahun 2004, pada tahun 2005 diperoleh Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk yaitu sebesar Rp 5.607.952. Sedangkan EBIT yang terendah pada

tahun 2003 dimiliki Bank Lippo (Rp 362.957), pada tahun 2004 terendah dimiliki

Bank Century Tbk (Rp 693.688) dan pada tahun 2005 dimiliki oleh Bank

Eksekutif Internasional Tbk yaitu (Rp 65.580).

Selama dua tahun berturut-tururt nilai market value of equity (MVE) yang

tertinggi diperoleh Bank Mandiri (Persero) Tbk yaitu, pada tahun 2003 sebesar

Rp 27.720.000 dan pada tahun 2004 sebesar Rp 38.370.707. MVE yang tertinggi

pada tahun 2005 diperoleh Bank Central Asia Tbk sebesar Rp 39.909.542.

Sedangkan nilai MVE yang terendah pada tahun 2003 diperoleh Bank

Page 58: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

44

Victoria Internasional Tbk sebesar Rp 65.387, pada tahun 2004 diperoleh Bank

Kesawan Tbk sebesar Rp 67.495, dan pada tahun 2005 tetap diperoleh Bank

Kesawan Tbk sebesar Rp 87.346.

Nilai book value of debt (BVD) yang tertiggi selam tiga tahun berturut-

turut diperoleh Bank Mandiri (Persero) Tbk, yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp

229.036.856, pada tahun 2004 sebesar Rp 223.217.577, dan pada tahun 2005

sebesar Rp 240.164.245. Sedangkan nilai BVD yang terendah selama tiga tahun

berturut-turut diperoleh Bank Swadesi, yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp.

537.433, pada tahun 2004 Rp. 725.148, dan pada tahun 2005 Rp 813.739.

Nilai Sales yang tertinggi selama tiga tahun berturut-turut diperoleh Bank

Mandiri (Persero) Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp 29.354.086, pada tahun

2004 sebesar Rp 23.260.414, dan pada tahun 2005 sebesar 23.577.554. Untuk

nilai sales yang terendah selama tiga tahun berturut-turut dimiliki oleh Bank

Swadesi Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp 75.777, pada tahun 2004 sebesar

Rp 72.599, dan pada tahun 2005 sebesar Rp 91.852.

Sedangkan untuk perhitungan rasio keuangan Altman , diperoleh rasio

keuangan sebagai berikut :

1. Working Capital to Total Assets (WC/TA)

Nilai rasio keuangan working capital to total asset (WC/TA) yang tertinggi

selama tiga tahun berturut-turut yaitu diperoleh Bank Danamon Tbk, pada tahun

2003 sebesar 0,53739, pada tahun 2004 sebesar 0,22412, dan pada tahun 2005

sebesar Rp 0,26514.

Page 59: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

45

Sedangkan rasio working capital to total assets yang terendah dimiliki oleh

Bank Internasional Indonesia Tbk, yaitu pada tahun 2003 sebesar -0,38764,

sedangkan tahun 2004 dan 2005 nilai rasio working capital to total assets yang

terendah dimiliki oleh Bank Lippo Tbk yaitu masing-masing sebesar -3,76676 dan

–0,24638.

2. Retained Earnings to Total Assets (RE/TA)

Rasio keuangan retained earnings to total assets (RE/TA) yang tertinggi pada

tahun berikutnya selama tiga tahun berturut-turut nilai rasio ini yang tertinggi

dimiliki Bank Danamon Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar 0,06139, pada tahun

2004 sebesar 0,07105, dan pada tahun 2005 sebesar 0,07110.

Rasio retained to tatal assets yang terendah selama tiga tahun berturut-turut

diperoleh Bank Lippo Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar -0,36836, tahun 2004

sebesar -0,32037, dan tahun 2005 sebesar –0,29581.

3. Earnings Before Interest and Tax to Total Assets (EBIT/TA)

Rasio keuangan ini, pada tahun 2003 nilai yang tertinggi diperoleh Bank

Rakyat Indonesia (Persero)Tbk yaitu sebesar 0,03919, pada tahun 2004 tertinggi

diperoleh Bank Danamon Tbk yaitu sebesar 0,05744, dan pada tahun 2005

kembali diperoleh Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 0,04568.

Sedangkan rasio EBIT/TA yang terendah dimiliki oleh Bank Lippo Tbk yaitu

sebesar -0,01371, pada tahun 2004 EBIT/TA yang terendah dimiliki Bank

Century Tbk sebesar -0,08836, dan pada tahun 2005 dimiliki oleh Bank Eksekutif

Internasional Tbk sebesar –0,04395.

Page 60: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

46

4. Market Value of Equity to Book Value of Debt

Rasio market value of equity to book value of debt (MVE/BVD) yang nilainya

tertinggi pada tahun 2003 diraih oleh Bank Bumiputera Tbk yaitu sebesar

0,49139, pada tahun 2004 dan 2005 rasio market value of equity to book value of

debt yang nilainya tertinggi diperoleh Bank Danamon Tbk yaitu maing-masing

sebesar 0,41770 dan 0,39081.

Rasio MVE/BVD yang nilainya terendah dimiliki oleh Bank Victoria

Internasional Tbk pada tahun 2003 sebesar 0,04048, pada tahun 2004 rasio

MVE/BVD yang terendah dimiliki oleh Bank Kesawan Tbk yaitu sebesar

0,04687, sedangkan pada tahun 2005 dimiliki Bank Internasional Indonesia Tbk

sebesar Rp 0,01867.

5. Sales to Total Assets

Rasio keuangan sales to total assets (S/TA) yang nilainya tertinggi pada tahun

2003 dan tahun 2004 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk, yaitu masing-

masing sebesar 0,18545 dan 0,19452. sedangkan pada tahun 2005 diperoleh Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 0,14643.

Sedangkan rasio keuangan sales to total assets yang terendah dimiliki oleh

Bank Permata Tbk selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2003 sebesar

0,04818, dan tahun 2004 sebesar 0,05809. sedangkan pada tahun 2005 dimiliki

oleh Bank Century Tbk sebesar 0,05864.

Page 61: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

47

6. Harga Saham

Harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta, yang dalam

penelitian ini menggunakan retun saham didapatkan retun saham tertinggi pada

tahun 2003 diperoleh Bank Bumiputera Tbk sebesar 0,4762, pada tahun 2004 nilai

yang tertinggi diperoleh Bank Buana Indonesia Tbk sebesar 0,30370. Sedangkan

pada tahun 2005 yang tertinggi diperoleh Bank Century Tbk yaitu sebesar

0,25000.

Sedangkan harga saham terendah perusahaan perbankan selama dua tahun

berturut-turut pada tahun 2003 dan tahun 2004 dimiliki oleh Bank Century Tbk

yaitu sebesar -0,4286, dan -0,2857. Sedangkan pada tahun 2005 yang terendah

dimiliki Bank Pan Indonesia Tbk yaitu 0,01031.

4.1.2.2 Analisis Altman Z-Score

Berdasarkan hasil perhitungan nilai Z-Score pada perusahaan perbankan di

Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003 nilai Z-Score yang tertinggi diperoleh Bank

Danamon Tbk sebesar 0,79729 dan nilai Z-Score yang terendah dimiliki oleh

Bank Lippo Tbk yaitu -0,40605. Sedangkan rata-rata nilai Z-Score tahun 2003

masih tetap berada di bawah 1,20 sehingga semua bank masuk dalam kategori

perusahaan yang berpotensi bangkrut.

Sedangkan nilai Z-Score yang tertinggi pada tahun 2004 diperoleh Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yaitu sebesar 1,83132. Sedangkan yang terendah

dimiliki oleh Bank Century Tbk yaitu –0,29452. Rata-rata nilai Z-Score pada

tahun 2004 masih di bawah 1,20 meskipun ada satu bank yang termasuk dalam

Page 62: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

48

perusahaan yang berada dalam daerah kelabu (grey area). Pada kondisi seperti ini,

perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani oleh manajemen

dengan cepat, jika terlambat maka dapat mengalami kebangkrutan.

Pada tahun 2005 nilai Z-Score yang tertinggi diperoleh Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk yaitu sebesar 0,94682. Sedangkan nilai Z-Score yang

terendah diperoleh Bank Century Tbk yaitu 0,02468. Rata-rata nilai Z-Score pada

tahun 2005 masih tetap di bawah 1.20 dan seluruh bank yang ada di Bursa Efek

Jakarta masih termasuk dalam kategori bangkrut. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada lampiran Tabel 4.1.

Meskipun demikian bank yang terdapat di Bursa Efek Jakarta pada tahun

2003-2005 tetap menjalankan kegiatan usahanya, walaupun hampir semuanya

nilai Z-Scorenya di bawah 1,20. Dikarenakan pemerintah melakukan likuidasi

suatu bank bukan menggunakan rasio keuangan model Altman Z-Score, tetapi

menggunakan ukuran rasio keuangan model CAMEL seperti yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Page 63: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

49

4.1.2.3 Analisis Statistik

1) Regresi Sederhana

Dalam uji ini model regresi yang digunakan adalah model regresi

linear sederhana, dimana nilai Z-Score (X) sebagai variabel bebas

(independent) dan harga saham (Y) sebagai variabel terikat (dependen).

Adapun model dasarnya adalah adalah sebagai berikut :

Keterangan:

Y = Harga Saham (Variabel Dependen)

a = Konstanta

b = Koefisien Variabel Independen

X = Nilai Z-Score (Variabel Independen)

Tabel 4.1 Koefisien Regresi

Coefficientsa

.024 .013 .182 .126

.208 .050 .463 4.182 .000(Constant)ZScore

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: HrgShma.

Sumber : Data diolah

Dari Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear

sederhana pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = 0,024 + 0,208 X

Dari persamaan regresi sederhana tersebut, dapat dijelaskan bahwa :

Y = a + bX

Page 64: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

50

a) a = intersept sebesar 0,024 artinya apabila variabel independen (Nilai

Z-Score) dianggap konstan (bernilai 0), maka harga saham sebesar

0,024.

b) Koefisien nilai Z-Score (X) sebesar 0,208, artinya apabila nilai Z-

Score mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka harga saham

akan mengalami kenaikan sebesar 0,208.

c) Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel dependen.

Dari Tabel 4.1 tersebut diperoleh t hitung 4,182 dengan tingkat

signifikansi t tabel (α) = 5% dan dengan df (derajat kebebasan) =

jumlah data – 2 atau 66 – 2 = 64 sehingga diperoleh t tabel 1,671.

Karena t hitung > t tabel (4,182 > 1,671) maka ada pengaruh antara

nilai Z-Score terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di

Bursa Efek Jakarta.

2) Koefisien Determinasi

Dalam uji regresi linear sederhana dianalisis pula besarnya koefesien

determinasi (R²) keseluruhan. R² digunakan untuk mengukur dan mengetahui

persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel

dependen. Jika R² mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat

kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan

variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika R² mendekati 0 maka semakin

lemah variabel bebas menerangkan variabel terikat.

Page 65: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

51

Tabel 4.2 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

.463a .215 .202 .12303 1.924Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), ZScorea.

Dependent Variable: HrgShmb.

Sumber : Data diolah

Dari Tabel 4.2 di atas, hasil uji regresi diperoleh nilai koefisien

determinasi (R Square) sebesar 0,215 atau 21,50%. Hasil ini berarti bahwa

harga saham dapat dipengaruhi oleh nilai Z-Score. Sedangkan sisanya

78,50% (100% - 21,50%) dipengaruhi oleh variabel lainnya selain variabel

nilai Z-Score.

Tabel 4.3 ANOVA ANOVAb

.265 1 .265 17.49 .001 a

.969 64 .0151.233 65

Regression ResiduaTotal

Mode1

Sum Square df Mean F Sig.

Predictors: (Constant), a. Dependent Variable: b.

Dari uji ANOVA, di dapat F hitung 17,490 dengan tingkat signifikansi

0.001. Karena probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi

dapat dipakai untuk memprediksi harga saham.

3) Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal ataukah tidak normal. Model regresi yang baik adalah

Page 66: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

52

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji

apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan uji statistik.

Test statistik sederhana dapat dilakukan adalah berdasarkan nilai kurtosis atau

skewness. Nilai Z statistik untuk kurtosis dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

Zkurtosis =

N

Kurtosis24

(Ghozali, 2001:76)

Hasil uji normalitas menggunakan uji kurtosis dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 4.4 Uji Kurtosis (Normalitas Data) Tabel Uji Kurtosis

Variabel Kurtosis √24/n Z-ValueX (Z-score) 0.512 0.60302 0.84906Y (Harga Saham) 0.432 0.60302 0.71639

Ghozali (2001:77) mengatakan jika nilai Z hitung > Z tabel, maka

distribusi data tidak normal. Misalkan nilai Z hitung > 2,58 menunjukan

penolakan asumsi normalitas pada tingkat signifikansi 0,01 dan pada tingkat

signifikansi 0,05 nilai Z tabel = 1,96.

Dari Tabel 4.4 didapatkan nilai Z hitung semua variabel < 1,96

sehingga model statistik dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa datanya

normal.

Page 67: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

53

b) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengkaji apakah suatu model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada

model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin Watson (Dw). Bila nilai

Dw terletak antara batas atas atau Upper Bound (du) dan (4-du), maka

koefisien autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak ada gangguan

autokorelasi.

Tabel 4.5 Autokorelasi Durbin Watson (Dw) Durbin Watson (Dw) Kesimpulan

Kurang dari 1,57 1,57 sampai 1,63 1,63 sampai 2,37 2,37 sampai 2,43 Lebih dari 2,43

Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan

Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi

Sumber: Algifari, 2000:89

Adapun hasil pengujian Durbin Watson dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6 Koefisien Durbin Watson Model Summary(b)

Model

Durbin Watson

1 1,924 a Predictors: (Constant), ZScore b Dependent Variable: HrgShm Sumber : Data diolah

Dari Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa angka Durbin Watson (Dw)

sebesar 1,924 yang apabila dilihat pada Tabel 4.5, maka berarti angka tersebut

Page 68: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

54

berada di daerah tidak ada autokorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pada persamaan regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana

varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, dapat juga

dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik (dapat dilihat

dari hasil analisis), dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan

sumbu X adalah residual yang telah di standardized.

Salah satu cara untuk menedekteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan nilai residualnya (SRESID).

Dasar pengambilan keputusan tersebut adalah:

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Sedangkan dalam penelitian ini diperoleh atau didapatkan titik-titik

yang menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y sehingga tidak terjadi

Page 69: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

55

heteroskedastisitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram

scatterplot di bawah ini.

Gambar 4.1 Heteroskesdastisitas

420-2

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

-4Regr

essio

n Stu

dent

ized D

eleted

(Pre

ss) R

esidu

al

Dependent Variable: HrgShm

Scatterplot

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian ini telah

sesuai dengan penelitian yang diinginkan peneliti yaitu untuk menganalisis

prediksi kebangkrutan perusahaan perbankan dan untuk mengetahui pengaruh

kebangkrutan bank dengan metode Altman Z-Score terhadap harga saham

perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta.

4.2.1 Analisis Altman Z-Score

Dari hasil perhitungan Altman Z-Score tahun 2003 sampai dengan 2005

diperoleh sebagian besar nilai Z-Score masih di bawah 1,20 yang berarti bank-

bank tersebut masuk dalam kategori perusahaan yang berpotensi bangkrut. Hanya

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk saja yang nilainya Z-Score di atas 1,20

Page 70: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

56

yaitu sebesar 1,83 itupun hanya di tahun 2004. Meskipun hasil perhitungan nilai

Z-Score bank-bank tersebut masih rendah, namun demikian bank-bank tersebut

masih tetap beroperasi terus dan dapat bertahan mengoperasikan perusahaannya,

sehinggga tetap mendapatkan nasabah.

Hasil tersebut konsisten dan sesuai dengan penelitian Supardi dan Mastuti

(2003) tentang validitas penggunaaan Z-Score Altman untuk menilai

kebangkrutan pada perusahaan perbankan go publik di BEJ, yang mengatakan

bahwa meskipun nilai prediksi kebangkrutan dengan Altman Z-Score termasuk

dalam kategori bankrut, pada kenyataannya masih menjalankan kegiatan operasi

perusahaan perbankan. Disamping itu sesuai dengan penelitian Adnan dan Eha

Kurniasih (1999) tentang analisis tingkat kesehatan perusahaan untuk

mempredikdi potensi kebangkrutan dengan pendekatan Altman, yang

menyimpulkan bahwa hampir semua perusahaan yang dijadikan obyek penelitian

mempunyai rasio keuangan di bawah kategori baik.

4.2.2 Pengaruh Z-Score Terhadap Harga Saham

Hasil regresi menunjukan hasil sebagai berikut R2 = 0,215 ; artinya

variabel independen (Z-Score) berpengaruh terhadap harga saham. Variabel

independen (Z-Score) ternyata memberikan kontribusi sebesar 21,50% dalam

menjelaskan harga saham sedangkan sisanya 78,50% (100% - 21,50%)

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dipengaruhi nilai Z-Score.

Hasil uji t dari tabel 4.2 di atas diperoleh t hitung 4,182 dengan tingkat

signifikansi t tabel (α) = 5% dan dengan df (derajat kebebasan) = jumlah data –

2 atau 66 – 2 = 64 sehingga diperoleh t tabel 1,671. Karena t hitung > t tabel

Page 71: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

57

(4,182 > 1,671) maka ada pengaruh antara nilai Z-Score terhadap harga saham

pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Beaver

dalam (Akhyar 2001:187) yang menyatakan bahwa para investor mengakui dan

menyesuaikan posisi yang baru dari perusahaan yang mengalami kebangkrutan

yang selanjutnya rasio keuangan tersebut memberikan informasi ke dalam harga

saham. Mas’ud dalam (2003:75) juga memberikan gambaran bahwa rasio

keuangan mempengaruhi harga saham, tetapi hanya sedikit dan untuk waktu tidak

yang lama.

Sedangkan penelitian menurut menurut Apriliana (2005), menunjukan

bahwa potensi kebangkrutan Altman Z-Score berpengaruh terhadap harga saham,

dan tentang hubungan kebangkrutan Altman Z-Score terhadap harga saham

diperoleh korelasi sebesar 0,181 atau 18,10%. Dalam penelitian Rini Astuti

(2004) juga diperoleh pengaruh rasio keuangan model Altman terhadap harga

saham pada perusahaan properti dan real estate sebesar 29,34%.

Page 72: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

58

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai

berikut :

a. Dari perhitungan rasio keuangan Z-Score pada tahun 2003 sampai tahun 2005

diperoleh nilai Z-Score yang masih rendah di bawah nilai 1,20 sehingga

sebagian besar perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta masuk dalam

kategori perusahaan yang bangkrut. Hanya pada tahun 2004 Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk yang memiliki nilai Z-Score 1,83 itupun masih dalam

daerah grey area. Meskipun demikian sampai saat ini perusahaan perbankan

tersebut masih menjalankan usaha perbankan, hal ini disebabkan dari

kebijakan pemerintah yang melikuidasi bank bukan berdasarkan analisis rasio

keuangan Altman Z-Score.

b. Pengaruh kebangkrutan bank dengan metode Altman Z-Score terhadap harga

saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta dalam penelitian ini

hanya sebesar 21,50% sedangkan sisanya 78,50% (100% - 21,50%)

dipengaruhi oleh variabel lainnya selain nilai Z-Score.

Page 73: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

59

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas saran yang dapat direkomendasikan adalah

sebagai berikut :

a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam menentukan prediksi

kebangkrutan Bank dengan metode Altman Z-Score di tahun-tahun kedepan,

apakah masih konsisten dengan keadaan sekarang atau tidak.

b. Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam menentukan kebijakan

perencanaan di bidang perbankan.

c. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan pelbagai disiplin ilmu pada kajian

tentang kebangkrutan bank dengan metode selain Altman Z-Score, sehinggga

dapat ditemukan faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham pada

perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta.

Page 74: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

60

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Muhammad Adnan. 2000. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Dengan Pendekatan Altman. Dalam JAAI Vol.4 No. 2 Desember.

Algifari, 2000. Analisis Regresi “Teori, Kasus dan Solusi”. Yogyakarta: BPFE. Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to

Indonesian Capital Market). First Edition. Jakarta: Mediasoft Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2002 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Aryati, dkk. 1999. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Bank Bermasalah di

Indonesia. Makalah dalam Simposium Nasional Indonesia. Astuti, Rini. 2003. Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Model Altman

Terhadap Harga Saham. Skripsi. Semarang: FE UNDIP. Anoraga, Pandji. 2001. Pengantar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft

Indonesia. Baridwan, Zaki. 1999. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE. Fadhilah, Umi Nur. 2006. Analisis Keberlanjutan Usaha Perusahaan Home

Industri. Skripsi. Semarang: FE UNNES. Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Ghozali, Imam. 2001. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit UNDIP. Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Hanafi, Hamduh M. dan Halim, Abdul. 1996. Analisa Laporan Keuangan.

Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Handono. 2000. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Altman Terhadap Harga

Saham”. Thesis. Semarang: MM.UNDIP.

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

60

Page 75: Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank

61

Haryati, Sri. 2001. Analisis Kebangkrutan Bank. Dalam Jurnal Ekonomi Akuntansi II . Malang: IAI-KAPd.

Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.

Yogyakarta: UPP AMP YKPI. Ikatan Akuntan Indonesia. 2000. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat. Kurnia Ruwanti, Septanti. 2000. Analisis hubungan kinerja keuangan dengan

tingkat harga saham dengan pendekatan Analisis Diskriminan Model Altman. Thesis. Semarang: MM.UNDIP.

Muslich, Mohammad. 2003. Manajemen Keuangan Modern (analisis,

perencanaan , dan kebijaksanaan). Jakarta: Bumi Aksara. Pedoman Penulisan Skripsi. 2003. Fakultas Ilmu Sosial. Semarang: Unnes Press. Santoso, Singgih. 2005. SPSS versi 13.0 Mengolah Data Statistik Secara

Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Setyorini dan Abdul Halim. 1999. Studi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 1996-1998. Dalam Simposium Nasional Akuntansi II di Universitas Brawijaya Malang: IAI Yogayakarta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk

Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam Kompak No. 7. Januari-April .

Swandi, Fifi. 2003. Pengaruh Perilaku Resiko Struktur Kepemilikan Terhadap

Kebangkrutan Bank di Indonesia : Kasus Krisis Ekonomi Tahun 1997. Makalah dalam Simposium Nasional Akuntansi VI.

Wilopo, 1997. Predikasi Kebangkrutan Bank. Dalam Simposium Nasional

Indonesia VI.