ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN ...
Transcript of ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN ...
i
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK
KOMITE AUDIT DAN ADOPSI IFRS TERHADAP
KUALITAS LABA
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2010- 2012)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
ELIANNA
NIM. 12030111130127
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Elianna
Nomor Induk Mahasiswa : 12030111130127
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK
KOMITE AUDIT DAN ADOPSI IFRS
TERHADAP KUALITAS LABA
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Abdul Rohman, S.E., M.Si, Akt.
Semarang, 23 Februari 2015
Dosen Pembimbing,
(Prof. Dr. H. Abdul Rohman, S.E., M.Si, Akt.)
NIP. 196601081992021001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Elianna
Nomor Induk Mahasiswa : 12030111130127
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK
KOMITE AUDIT DAN ADOPSI IFRS
TERHADAP KUALITAS LABA
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 17 Maret 2015
Tim Penguji
1. Prof. Dr. H. Abdul Rohman, S.E., M.Si., Akt. ( ................................... )
2. Drs. Agustinus Santosa Adiwibowo, M.Si., Akt. ( ................................... )
3. Marsono, S.E., M.Adv, Acc., Akt. ( ................................... )
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Elianna, menyatakan bahwa
skripsi dengan judul: “Analisis Pengaruh Karakteristik Komite Audit dan
Adopsi IFRS Terhadap Kualitas Laba”, adalah hasil tulisan saya sendiri.
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan
atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan menyalin atau meniru
dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau
pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai
tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang
saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan
pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain
seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah
diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 23 Februari 2015
Yang membuat pernyataan,
(Elianna)
NIM. 12030111130127
v
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the characteristics of the audit
committee (the size of the membership of the audit committee, the number of audit
committee meetings, and audit committee independence) and adoption of IFRS-
based accounting standards toward companies earnings quality.
This research used samples from manufacturing companies that listed on
Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2010-2012. Based on purposive sampling
technique, it got 45 companies as research samples, so as long as 3 years
observation there were 135 annual reports were analyzed. The method of analysis
of this research was multiple regression.
The results of this research showed that the size of the membership of the
audit committee has significant influence to earnings quality; the number of audit
committee meetings doesn’t have significant influence to earnings quality; audit
committee independence has significant influence to earnings quality; meanwhile
adoption of IFRS-based accounting standards doesn’t have significant influence
to earnings quality.
Keywords : characteristics of the audit committee, IFRS, earnings quality
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Karakteristik
Komite Audit (ukuran komite audit, jumlah pertemuan komite audit, dan komite
audit independen) dan Adopsi standar akuntansi berbasis IFRS terhadap kualitas
laba.
Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012. Berdasarkan teknik
purposive sampling, diperoleh 45 perusahaan sebagai sampel penelitian, sehingga
selama 3 tahun pengamatan terdapat 135 laporan tahunan dianalisis. Metode
analisis dari penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komite audit
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba; jumlah pertemuan komite audit
tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba; komite audit independen
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba; sedangkan adopsi standar akuntansi
berbasis IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
Kata kunci: Karakteristik komite audit, IFRS, kualitas laba
vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“….Kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah
bagi usahamu.” (2 Tawarikh 15:7)
“Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita
minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala
sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.” (1 Yohanes 5:15)
“Throughout life people will make you mad, disrespect you, and treat
you bad. Let God deal with the things they do, cause hate ini your
heart will consume you too.” (W. Smith)
“Happiest people don’t have all the best, they just make the best of
what they have.”
Skripsi ini kupersembahkan
untuk Satu-Satunya Wanita
Terhebatku,
Mama.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan penyertaan-Nya serta ilmu yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Karakteristik Komite
Audit dan Adopsi IFRS Terhadap Kualitas Laba”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Sarjana Ekonomi pada Universitas Diponegoro. Penulis menyadari bahwa dalam
penyelesaian skripsi ini terdapat kekurangan dan tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan saran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya
dari awal perkuliahan sampai detik ini. Terimakasih untuk berkat yang
tidak pernah berhenti sampai sekarang ini. Penyertaan-Mu sempurna.
2. Dr. Suharnomo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
3. Prof. Dr. M. Syafrudin, M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
4. Prof. Dr. H. Abdul Rohman, M.Si., Akt selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan yang
sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com., Akt., selaku dosen wali yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.
ix
6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan selama penulis
menempuh pendidikan.
7. B.Butar-Butar (Ibu), terima kasih untuk semua perjuangan dan
pengorbanannya selama ini hingga penulis bisa menjadi seperti sekarang,
terimakasih untuk kasih sayangnya yang tidak pernah berkurang serta
untuk setiap doa yang diberikan bagi penulis. Tuhan menyertaimu selalu,
mama.
8. Alm M. Purba (Ayah), terimakasih untuk kebersamaan yang singkat
namun sangat berarti dan terkenang selalu, serta untuk semua doa yang
dipanjatkan dari surga untuk penulis. Tuhan bersamamu, papa.
9. Kakak-kakakku terkasih: Era Maria, Elvina, dan Evianna Meilani,
terimakasih untuk dukungan dan doa serta dorongan semangatnya selama
ini, Tuhan menjaga kalian selalu.
10. Randy Harris MS, partner terbaik yang selalu ada bagi penulis,
terimakasih untuk setiap waktu yang dilewati bersama, dan untuk setiap
proses yang membentuk penulis menjadi seperti sekarang ini. Tuhan
memberkati semua rencana dan harapanmu, God’s timing is perfect.
11. Komcil Revival yang sering diterjang “badai” : Ka Ayu Fitaria, Prawira
Putri, Dyah Putri Maharani, Amelia Agata dan Nola Karnia, terimakasih
untuk setiap waktu yang disediakan untuk berkeluh kesah bersama namun
tidak lupa untuk tetap saling menguatkan dan mendoakan. Emas diuji
dalam dapur api, Wanita diuji dalam kebesaran hatinya.
x
12. Tia, Putri, dan Rani, orang-orang yang selalu ada mendukung penulis
khususnya dalam penyusunan skripsi, terimakasih untuk semua waktu
yang kalian berikan sebagai seorang sahabat untuk penulis. Semoga masa
depan yang selalu kita bayangkan, segera menjadi kenyataan.
13. Teman-temanku: Yonatan, Abram, Annauly, Yehezkiel, Alfiandita, Ricko
Daniswara, Carles Sitohang, Esther, Claudia, Mindo, Yosua Martin,
Hendra, Melvin, Andrian, Tian, Doli, Samuel, Paguh Raja, Ondy, Rado,
Gio, Tasya, Wisnu dan semua keluarga PMK 2011 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, terimakasih untuk kebersamaan selama di
Semarang, semoga ikatan persahabatan ini tetap terjalin setelah kuliah,
Tuhan memberkati kalian semua.
14. Intan Wijaya, Melissa Panjaitan, Anastasia Arinda, Sani Toria, dan Conni
Valinda, terimakasih untuk keceriaan dan canda tawa selama ini, Keep in
touch, girls!
15. Pengurus PMK Periode 2014-2015 terkhusus panitia regenerasi,
terimakasih untuk kebersamaan dan panjatan doa selama ini serta
pembelajaran pelayanan yang penulis dapatkan selama bergabung dengan
kalian, Tuhan beserta kita.
16. Adik-adikku 2012 Brigita Vina, Elika, Anton, Simson, Andri, Joseph,
Dita, Janet, Triando, Frans Elkana, Yunika, Claudia, Dwi dan semua yang
tidak bisa penulis sebutkan, terimakasih telah menjadi adik-adik yang luar
biasa selama ini. Tuhan menyertai studi dan kehidupan kalian.
xi
17. Teman tak kenal jarak: Dora Felycia, Devi girsang, Zanna, dan Grace,
terimakasih untuk waktu yang diluangkan untuk saling bertukar pikiran
dan memberikan semangat serta hiburan untuk penulis, see you on the top!
18. KKN Timbulsloko I: Shifa Aulia, Laras, Rudi, Davis, Rifky, Viarin,
Gradika, Hadi, Kozin, Arif, Agustini, dan teman-teman lainnya,
terimakasih untuk waktu dan kebersamaan yang diluangkan untuk saling
berbagi cerita serta pengalaman, semoga kalian sukses selalu.
19. Seluruh keluarga besar Akuntansi FEB Undip 2011 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, terimakasih untuk kebersamaannya dan teman
berbagi ilmu serta pengalaman dari awal perkuliahan sampai saat ini.
Sukses untuk kita semua.
20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Semarang, 23 Februari 2015
Penulis
Elianna
NIM.1203011113012
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN…………………………………………iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………....xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 9
BAB II TELAAH PUSTAKA .............................................................................. 11
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 11
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ........................................................ 11
2.1.2 Kualitas Laba .................................................................................. 13
2.1.3 Komite Audit ................................................................................... 15
2.1.4 Adopsi IFRS .................................................................................... 20
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 22
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 27
2.4 Pengembangan Hipotesis ....................................................................... 29
2.4.1 Pengaruh karakteristik komite audit terhadap kualitas laba ............ 29
xiii
2.4.1.1 Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Kualitas
Laba………………………………………………………………29
2.4.1.2 Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap
Kualitas Laba…………………………………………………….31
2.4.1.3 Pengaruh Komite Audit Independen Terhadap Kualitas
Laba…............................................................................................32
2.4.2 Pengaruh Pengadopsian Standar Akuntansi Berbasis IFRS terhadap
kualitas laba ..................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 36
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.......................... 36
3.1.1 Variabel Dependen .......................................................................... 36
3.1.2 Variabel Independen ....................................................................... 38
3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 40
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 41
3.4 Metode Pengumpulan Data…………………………………………….41
3.5 Metode Analisis ...................................................................................... 42
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 42
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 42
3.5.2.1 Uji Normalitas Data……………………………………...42
3.5.2.2 Uji Multikoliniearitas…………………………………….43
3.5.2.3 Uji Autokorelasi………………………………………….43
3.5.2.4 Uji Heterokedastisitas……………………………………43
3.5.3 Analisis Regresi .............................................................................. 44
3.5.4 Uji Hipotesis ................................................................................... 45
3.5.4.1 Koefisien Determinasi…………………………………....45
3.5.4.2 Uji F……………………………………………………...45
3.5.4.3 Uji t………………………………………………………46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 47
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 47
xiv
4.2 Analisis Data .......................................................................................... 48
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 48
4.2.2 Analisis Uji Asumsi Klasik ............................................................. 50
4.2.2.1 Uji Normalitas……………………………………………51
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas……………………………………...53
4.2.2.3 Uji Autokorelasi………………………………………….54
4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas……………………………………55
4.3 Pengujian Hipotesis ................................................................................ 57
4.3.1 Koefisien Determinasi ..................................................................... 57
4.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...................................... 58
4.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .................... 59
4.4 Intepretasi Hasil ...................................................................................... 61
4.4.1 Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Kualitas Laba .............. 61
4.4.2 Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit Terhadap Kualitas Laba .... 62
4.4.3 Pengaruh Komite Audit Independen Terhadap Kualitas Laba ....... 63
4.4.4. Pengaruh Pengadopsian IFRS Terhadap Kualitas Laba. ................ 64
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 66
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 66
5.2. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 67
5.3 Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………….73
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................................... 24
Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ............................................................... 47
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ....................................................................... 48
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Adopsi Penuh IFRS ............................................... 50
Tabel 4.4 One sample Kolmogorov-smirnov ........................................................ 53
Tabel 4.5 Uji Multikoliniearitas ............................................................................ 54
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi Durbin-Watson .......................................................... 55
Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser .................................. 57
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 58
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan ............................................................ 58
Tabel 4.10 Hasil Uji Siginifikansi Parameter Individual ...................................... 59
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 28
Gambar 4.1 Hasil uji normalitas data .................................................................... 51
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram .......................................... 52
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas .............................................................. 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A DAFTAR NAMA PERUSAHAAN SAMPEL ......................... 73
LAMPIRAN B TABULASI PERHITUNGAN DACC ...................................... 76
LAMPIRAN C DATA VARIABEL PENELITIAN........................................... 82
LAMPIRAN D HASIL OUTPUT SPSS ............................................................ 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berkualitas
dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi ataupun investasi (Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2004). Selain itu, laporan keuangan juga dapat digunakan
sebagai alat untuk menilai kualitas kinerja manajemen perusahaan. Salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas kinerja manajemen tersebut
adalah kualitas laba. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang
dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang
terbaik, yaitu laba yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas dan
komparabilitas atau konsistensi (Sutopo, 2009). Sedangkan Boediono (2005)
berpendapat bahwa laba yang tidak menunjukkan kinerja manajemen yang
sebenarnya atau dengan kata lain mengandung unsur-unsur manipulasi akan
menyajikan informasi yang menyesatkan para pengguna dan tidak dapat
menjelaskan nilai pasar dari perusahaan yang sebenarnya.
Beberapa tahun terakhir, laba sebagai salah satu indikator pengukuran yang
sangat penting dalam laporan keuangan seringkali disalahgunakan untuk
menguntungkan pihak- pihak tertentu dan merugikan pihak lainnya (Shalicha,
2012) . Praktik manipulasi laba atau sering disebut manajemen laba (earnings
management) semakin marak dilakukan oleh para manajemen perusahaan yang
2
nantinya akan sangat berpengaruh terhadap baik buruknya kualitas laba. Biasanya
perusahaan melakukan manajemen laba untuk menaikkan kualitas laba yang akan
dilaporkan, namun keleluasaan yang dimiliki manajemen untuk meningkatkan
laba perusahaan tersebut cenderung menguntungkan pihak manajemen saja dan
merugikan pihak pemilik perusahaan (Paulus, 2012).
Unsur yang terkait erat dengan praktik manajemen laba yang nantinya
akan berpengaruh terhadap aspek kualitas laba antara lain adalah masalah
keagenan (Susanto, 2012). Teori keagenan itu sendiri adalah ketika pihak
prinsipal memberikan wewenang terhadap pihak agen (manajemen) untuk
memberikan jasanya dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kepentingan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).
Menurut teori agensi, hubungan antara pihak manajemen (agen) dan
prinsipal (pemilik) pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya perbedaan
kepentingan antara kedua belah pihak yang saling bertentangan, dan hubungan ini
nantinya dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi
(asymmetrical information). Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat
melakukan praktik manajemen laba. Velury dan Jenkins (2006) menyatakan
bahwa praktik manajemen laba akan mengakibatkan pelaporan kualitas laba
menjadi rendah.
Salah satu upaya perusahaan untuk mencegah praktik manajemen laba dan
menjaga agar kualitas laba yang dilaporkan perusahaan terhindar dari praktek
kecurangan adalah dengan meningkatkan tugas dan peran keberadaan komite
audit sebagai bagian dari praktik corporate governance yang memiliki hubungan
3
signifikan terhadap Earnings Management (BAPEPAM, 2006). Pernyataan ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chtorou et al. (2001) yang
menyatakan bahwa praktik corporate governance yang dilakukan oleh komite
audit dan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap earning management.
Selama beberapa tahun terakhir, terdapat pengingkatan yang cukup
signifikan terhadap peran komite audit dalam penyusunan laporan keuangan
(Martnez dan Futnez, 2007). Kinerja komite audit dalam pengimplementasian
Good Corporate Governance telah menjadi perdebatan dikalangan pemegang
kepentingan (Vafeas, 2005). Kasus-kasus hancurnya perusahaan terkemuka di
dunia sering dikaitkan dengan praktik manipulasi dalam pelaporan keuangan yang
seharusnya dapat dicegah oleh pengawasan dewan direksi dan komite audit
(Ebrahim, 2007 dalam Shalica, 2012).
Teoh dan Wong (1993) dalam Suaryana (2005) menyatakan bahwa
keberadaan komite audit sangat penting dalam perusahaan untuk menjaga kualitas
laba sebagai salah satu informasi yang penting bagi pengguna laporan keuangan
dan menunjukkan nilai perusahaan bagi para investor. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aji (2012) yang menyatakan bahwa tugas dan peran komite
audit sangat berhubungan dengan kualitas pelaporan keuangan perusahaan sebagai
badan pengawas proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen.
Komite audit yang melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif akan
mempengaruhi kesuksesan perusahaan khsususnya dalam kualitas pelaporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut (Lin et al, 2006). Fungsi
pengawasan ini juga akan meminimalkan praktik kecurangan atau manipulasi
4
dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan dan juga mencegah terjadinya
praktik manajemen laba (earning management) yang mungkin dapat dilakukan
oleh pihak manajemen dalam rangka meningkatkan kualitas laba untuk menaikkan
kualitas kinerja keuangan perusahaan (Bandi, 2009).
Di sisi lain, kualitas pelaporan keuangan perusahaan juga dipengaruhi oleh
standar akuntansi yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
Para pengguna laporan keuangan terutama investor menginginkan penggunaan
sistem akuntansi yang berlaku secara internasional dalam laporan keuangan
dengan tujuan memudahkan para investor untuk melakukan perbandingan
komparatif pada perusahaan-perusahaan tujuan investasinya (Gamayuni, 2009).
IASB (International Accounting Standards Board) sebagai dewan standar
akuntansi terdorong untuk membuat standar akuntansi yang bertaraf internasional
dan menyajikan laporan keuangan yang dapat dipahami para pengguna secara
global yang disebut dengan IFRS (International Financial Reporting Standards)
(Gamayuni, 2009 dalam Sitorus, 2014).
IFRS sebagai standar akuntansi yang berlaku secara internasional memiliki
perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan penggunaan standar
akuntansi nasional dari sisi ketepatan waktu pelaporan, keakuratan informasi yang
disajikan dan penurunan risiko pengambilan keputusan yang salah bagi para
investor (Ball 2006, dalam Ismail et al, 2013). Standar akuntansi internasional
yang diterapkan oleh IASB bertujuan untuk menyederhanakan berbagai alternatif
kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan diharapkan untuk membatasi
5
pertimbangan kebijakan manajemen (management’s discretion) terhadap
manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba (Cai dkk, 2012).
Kualitas laporan keuangan yang menggunakan standar akuntansi berbasis
IFRS dapat meningkatkan kualitas laba perusahaan yang ditunjukkan oleh
kenaikan relevansi nilai laba (Ismail et al, 2013). Penelitian yang dilakukan Ismail
et al juga menyatakan bahwa kualitas laba juga mengalami peningkatan yang
ditunjukkan oleh penurunan manajemen laba setelah diterapkannya standar
akuntansi berbasis IFRS.
Penelitian mengenai pengaruh karakteristik komite audit terhadap kualitas
laba telah banyak dilakukan. Diantaranya penelitian Suaryava et al. (2005) yang
menguji tentang pengaruh Karakterisrik Komite audit terhadap Kualitas laba dan
Wardhani (2010) yang menguji pengaruh karakteristik komite audit terhadap
manajemen laba. Lebih lanjut, Aditya (2012) menggabungkan penelitian Suaryava
et al (2005) dan Wardhani (2005) yaitu menguji pengaruh karakteristk komite
audit terhadap kualitas dan manajemen laba. Sedangkan beberapa penelitian
mengenai pengaruh penerapan IFRS terhadap kualitas laba juga telah dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail et al (2013) menyatakan bahwa penerapan
standar akuntansi berbasis IFRS akan meningkatkan kualitas laba yang
ditunjukkan oleh penurunan manajemen laba. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dimitropoulos et al. (2013) yang menyatakan bahwa penerapan
IFRS terbukti mengurangi manajemen laba. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sitorus (2014) yang menyatakan bahwa penerapan IFRS terbukti
tidak berpengaruh terhadap penurunan manajemen laba. Hal tersebut sejalan
6
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jeanjean dan Stolowy (2008) yang
menyatakan bahwa penerapan IFRS tidak menurunkan pervasivitas manajemen
laba. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
terdapat hasil yang berbeda dari berbagai penelitian yang terkait dengan
penerapan IFRS terhadap kualitas laba yang ditunjukkan oleh penurunan
manajemen laba.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh karakteristik komite audit
yang diukur melalui ukuran keanggotaan komite audit, independensi komite audit,
dan frekuensi pertemuan para anggota komite audit dan pengadopsian stnadar
akuntansi berbasis IFRS terhadap kualitas laba. Berbeda dengan penelitian
Khairul Anuar (2012), penelitian ini tidak menggunakan salah satu komponen
karakteristik komite audit (independensi), melainkan ketiga komponen
karakteristik komite audit. Lebih lanjut penelitian ini juga difokuskan terhadap
kualitas laba, bukan terhadap manajemen laba seperti penelitian Suaryava et al
(2005) ataupun terhadap kualitas dan manajemen laba (Aditya, 2012). Penelitian
ini juga menggunakan variabel independen lainnya yakni pengadopsian standar
akuntansi berbasis IFRS. Jadi dapat disimpulkan penelitian ini secara khusus ingin
menguji tingkat kualitas laba yang dipengaruhi oleh karakteristik komite audit (
ukuran keanggotaan komite audit, komite audit independen, frekuensi pertemuan
para anggota komite audit) dan menguji apakah faktor pengadopsian standar
akuntansi berbasis IFRS juga turut berpengaruh terhadap kualitas laba.
7
1.2 Rumusan Masalah
Kualitas pelaporan keuangan perusahaan dapat diukur melalui kualitas
laba yang dihasilkan. Semakin tinggi kualitas laba yang dihasilkan, maka
hubungan antara nilai perusahaan dan laba yang dilaporkan akan meningkat,
begitupun sebaliknya. Salah satu bentuk dari Good Corporate Governance
khususnya dalam fungsi pengawasan adalah pembentukan komite audit. Dalam
pelaporan keuangan, peranan dan tanggung jawab komite audit adalah mengawasi
proses pembuatan laporan keuangan, yang menekankan kepatuhan terhadap
standar dan aturan akuntansi yang berlaku (Shalicha, 2012). Pengadopsian dan
standar akuntansi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan dengan menimimalisir tingkat manajemen laba (Narendra, 2013).
Berdasarkan penenlitian yang dilakukan oleh Suaryana (2005) dan Siallagan
dan Machfoedz (2006) menemukan bukti bahwa keberadaan komite audit
mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba. Lebih lanjut, Lin et al. (2006)
menemukan bukti bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap
kualitas laba. Sementara itu, Kang et al. (2011) menemukan bukti bahwa ukuran
komite audit tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual. Penelitian
mengenai penerapan IFRS juga menyatakan hasil yang berbeda-beda. Penelitian
yang dilakukan oleh Wang dan Campbell (2012) menyatakan bahwa penerapan
standar akuntansi berbasis IFRS tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba. Sementara itu, Ismail et al (2013) menyatakan bahwa penerapan IFRS
berpengaruhkan signifikan terhadap kualitas laba yang ditunjukkan oleh
penurunan manajemen laba. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian
8
sebelumnya yang menunjukkan hasil berbeda, maka penelitian ini ingin menguji
kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dengan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ukuran keanggotaan komite audit berpengaruh terhadap
kualitas laba?
2. Apakah komite audit independen berpengaruh terhadap kualitas laba?
3. Apakah frekuensi pertemuan para anggota komite audit berpengaruh
terhadap kualitas laba?
4. Apakah pengadopsian standar akuntansi berbasis IFRS berpengaruh
terhadap kualitas laba?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh ukuran
keanggotaan komite audit terhadap kualitas laba.
2. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh
independensi komite audit terhadap kualitas laba.
3. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh
frekuensi pertemuan para anggota komite audit terhadap kualitas laba.
9
4. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris apakah
pengadopsian standar akuntansi berbasis IFRS berpengaruh terhadap
kualitas laba.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoritis :
Diharapkan dapat menambah literatur terkait karakteristik komite
audit dan pengadopsian standar akuntansi berbasis IFRS serta
pengaruhnya terhadap kualitas laba
2. Manfaat praktis :
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
perusahaan dalam meningkatkan kualitas laba perusahaannya dengan
mengingat pentingnya peran komite audit dalam menentukan kualitas
laba dan sebagai bahan pertimbangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan skrispi ini diuraikan dalam lima bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta
sistematika penulisan.
10
BAB II : TELAAH PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan mengenai landasan teori yang
digunakan dalam penelitian ini dan penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran, serta perumusan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian,
mencakup variable penelitian dan definisi operasional
variabel, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan
dalam pengujian hipotesis.
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS
Pada bab ini dijelaskan mengenai deskripsi objek
penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil sesuai dengan
teknik analisis yang digunakan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini dijelaskan mengenai penutup yang terdiri dari
kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan,
keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian
selanjutnya.
11
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dan pihak pemilik (principal) yang
timbul saat pihak principal memberikan wewenang kepada manajer untuk
memberikan jasanya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
kepentingan perusahaan. hubungan ini tercipta atas dasar saling membutuhkan
antara kedua belah pihak untuk memenuhi peran serta kepentingan yang berbeda-
beda.
Adanya perbedaan kepentingan dalan menjalankan hubungan keagenan
seringkali menimbulkan masalah yang dikenal dengan istilah agency problem.
Penyebab utama terjadinya masalah ini adalah adanya perbedaan informasi yang
diterima (informasi asimetri) oleh pihak perusahaan yang diberikan pihak
manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Asimetri informasi dapat berupa
informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agen dan prinsipal, serta
tidak mungkinnya prinsipal untuk mengamati secara langsung usaha yang
dilakukan oleh agen. Hal ini menyebabkan agen cenderung melakukan perilaku
yang tidak semestinya (Scott, 2000). Sejalan dengan pernyataan tersebut,
Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara asimteri informasi dengan manajemen laba yang ditunjukkan melalui
12
semakin tinggi tingkat asimetri informasi, maka semain tinggi dorongan untuk
melakukan manajemen laba yang memicu semakin besarnya biaya agensi yang
akan dikeluarkan pihak prinsipal dalam mengawasi segala tindakan yang
dilakukan agen.
Dalam perspektif teori agensi, dijelaskan bahwa manajemen cenderung
melaporkan informasi mengenai laba secara opotunis demi memaksimalkan
kepentingan pribadinya yang artinya informasi kualitas laba yang dilaporkan
adalah bukan yang sebenarnya sehingga informasi yang akan digunakan oleh para
pengguna laporan keuangan tersebut menjadi tidak relevan (Schipper, 1998).
Teori keagenan juga menekankan bahwa hubungan antara pihak manajemen dan
pemilik perusahaan secara spesifik menimbulkan dua permasalahan yakni tujuan
manajemen dan pemilik yang berlawanan serta sulitnya pihak pemilik perusahaan
untuk mengontrol segala tindakan yang dilakukan manajemen karena akan
menimbulkan biaya agensi yang tinggi (Eisenhardt, 1989).
Salah satu cara yang tepat untuk mencegah praktik kecurangan dalam
perusahaan sebagai akibat dari perbedaan kepentingan antara pihak agen dan
prinsipal adalah dengan diterapkannya mekanisme pengawasan corporate
governance. Komite audit sebagai salah satu komponen corporate governance
memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan manajemen
perusahaan dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. Fungsi pengawasan
yang dijalankan oleh komite audit diharapkan dapat mengurangi serta mencegah
praktik kecurangan yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara pihak
manajemen dan prinsipal serta memaksimalkan hubungan antara kedua belah
13
pihak yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan
memberikan informasi yang relevan kepada semua pihak yang berkepentingan
dalam perusahaan (Suaryana, 2005).
2.1.2 Kualitas Laba
Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan
profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan (Sutopo, 2009). Laba juga
merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional
perusahaan serta dapat digunakan oleh para pengguna dalam pengambilan suatu
keputusan (Parawiyati, 1996 dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Kualitas laba merupakan indikator untuk mengukur kualitas informasi
keuangan perusahaan. kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari
tingginya kualitas pelaporan keuangan. Bellovary et al (2005) mendefinisikan
kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba
perusahaan dan membantu memprediksi laba di masa mendatang, dengan
mempertimbangkan stabilitas dan persistensi laba. Laba dimasa mendatang
merupakan salah satu indikator untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya dimasa depan. Sebagaimana disebutkan dalam Statement
of Financial Accounting Concept (SFAC) nomor 1 bahwa informasi laba pada
umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak
lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan
datang (Januar dan Sri, 2002).
14
Pihak manajemen perusahaan mempunyai kesempatan untuk memilih
metode akuntansi yang akan digunakan untuk mengukur besarnya laba yang
diperoleh dan memiliki pilihan untuk dalam menyajikan pengungkapan informasi
yang berkaitan dengan perusahaan (Lobo dan Zhou, 2001). Laba yang diukur atas
dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja perusahan
dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah waktu dan
mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka pendek
(Boediono,2005). Menurut Watss dan Zimmerman (1986), laporan keuangan yang
dicatat dengan basis akrual (accrual basis) merupakan subyek managerial
discretion, karena fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP (Generally Accepted
Accounting Principles) memberikan dorongan kepada manajer untuk
memodifikasi laporan keuangan agar dapat menghasilkan laporan laba seperti
yang diinginkan oleh perusahaan, meskipun menciptakan distorsi dalam pelaporan
laba.
Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial
Accounting Consepts (SFAC) nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan
keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena
memiliki nilai prediktif (FASB, 1980). Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba
diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang
mungkin dapat dikendalikan dimasa depan, menghasilkan arus kas dari sumber
daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan
dalam memanfaatkan tambahan sumberdaya (IAI, 2004). Laba yang tidak
dilaporkan sesuai dengan fakta yang terjadi dapat diragukan kualitasnya. Laba
15
dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan
oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, yaitu laba yang
memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas dan komparabilitas atau konsistensi
(Sutopo, 2009). Rendahnya kualitas laba dapat membuat kesalahan dalam
pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga
nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
2.1.3 Komite Audit
Konsep komite audit masing-masing dibedakan menurut tujuan, fungsi,
dan tanggungjawab yang diberikan kepada komite audit. Al-Thuneibat (2006)
mendefinisikan komite audit sebagai suatu badan yang dibentuk oleh dewan
komisaris yang beranggotakan setidaknya tiga orang yang terdiri dari komisaris
independen sebagai ketua komite audit dan dua orang eksternal yang independen
terhadap perusahaan. Tujuan utama dibentuknya komite audit dalam suatu
perusahaan adalah untuk meningkatkan kualitas audit dan membantu dewan
komisaris dalam pelaksanaan tugasnya. Arens et al (2009) mendefinisikan komite
audit sebagai sekelompok orang yang dipilih dari anggota dewan direksi yang
bertanggungjawab untuk mempertahankan independensi auditor dalam
perusahaan tersebut.
Komite Audit memiliki wewenang untuk melaksanakan dan mengesahkan
penyelidikan terhadap masalah-masalah di dalam cakupan tanggung jawabnya.
The Institute of Internal Auditors (IIA) merekomendasikan bahwa setiap
perusahaan publik harus memiliki Komite Audit yang diatur sebagai komite tetap.
16
IIA juga menganjurkan dibentuknya Komite Audit di dalam organisasi lainnya,
termasuk lembaga-lembaga non-profit dan pemerintahan. Melalui Surat Edaran
Bapepam No. SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000, Bapepam mensyaratkan
pembentukan Komite Audit pada perusahaan publik Indonesia terdiri dari
sedikitnya tiga orang anggota dan diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan
dengan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan serta
menguasai dan memiliki latar belakang di bidang akuntansi dan keuangan. Lebih
lanjut, melalui Surat edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 keanggotaan komite
audit diatur sebagai berikut:
a. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris.
Masa tugasnya tidak dapat melebihi masa tugas komisaris.
b. Komite Audit minimum beranggotakan tiga orang, termasuk minimum satu
komisaris independen yang bertindak sebagai ketua Komite Audit.
c. Anggota Komite Audit harus independen, yaitu tidak mempunyai hubungan
usaha maupun hubungan afiliasi dengan perusahaan, Direktur, Komisaris atau
Pemegang Saham Utama.
d. Anggota Komite Audit harus memiliki intergritas yang tinggi, kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman yang memedai dalam bidang tugasnya, serta
mampu berkomunikasi dengan baik, menurut Bapepam, salah seorang
anggota harus memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan.
e. Anggota Komite Audit harus memiliki komitmen yang tinggi yang
ditunjukan dengan menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugas. Di Amerika Serikat bursa sahamnya (NYSE, NASDAQ), dan ASE)
17
juga mengharuskan anggota komite audit financially literature, Artinya
memiliki pengetahuan yang cukup dibidang keuangan.
f. Komite Audit wajib mengadakan rapat sekurang-kurangnya tiga bulan sekali
dengan ketentuan kuorum yang diatur dalam charternya. Berbagai rapat
Komite Audit yang dapat dilakukan meliputi rapat internal Komite Audit,
rapat dengan internal auditor dan external auditor, dan rapat dengan dewan
komisaris maupun dengan dewan direksi. Agar agenda rapat dapat berjalan
lancar efisien, bahan rapat seharusnya sudah disampaikan kepada peserta
sebelumnya.
Di Indonesia, pedoman utama perusahaan dalam pembentukan komite audit
didasarkan pada Peraturan Bapepam-LK No. IXI 5 yang mengatur tentang
pembentukan dan pedoman serta pelaksaanaan kerja komite audit. Berdasarkan
peraturan tersebut, tugas dan tanggung jawab komite audit diuraikan sebagai
berikut:
1. Melakukan penelahaan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan
lainnya.
2. Melakukan penelahaan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelahaan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal.
18
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan
pelaksanaan manajeme resiko oleh direksi.
5. Melakukan penelahaan dan melaporkan kepada komisaris atas pengaduan
yang berkaitan dengan emiten atau perusahaan publik; dan
6. Menjaga kerahasian dokumen, data dan informasi lainnya.
Salah satu syarat utama dalam keanggotaan komite audit adalah harus terdiri
dari individu-indidvidu yang independen dan tidak terlibat dengan tugas sehari-
hari dari manajemen yang mengelola perusahaan. Alasannya adalah untuk
memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta
penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh Komite Audit, karena individu yang
independen cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam
menangani suatu permasalahan. Selain itu, melalui Peraturan Bapepam-LK No.
IXI I 5 mengatur beberapa syarat untuk menjadi anggota komite audit, yaitu:
1. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu
berkomunikasi dengan baik.
2. Salah seorang dari komite audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi
atau keuangan.
3. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan
keuangan
19
4. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundang-undangan
di bidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya
5. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik, kantor konsultan
hukum, atau pihak lain yang memberi jasa audit, non audit dan/atau jasa
konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan
dalam waktu enam bulan sebelum diangkat oleh komisaris
6. Bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang atau tanggung jawab
untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan emiten atau
perusahaan publik dalam waktu enam bulan sebelu diangkat oleh komisaris
7. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten
atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham
akibat suatu peristiwa hukum makan dalam jangka waktu paling lama enam
bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan ke pihak lain
8. Tidak mempunyai hubungan keluarga besar karena perkawinan dan keturunan
sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal dengan
komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau peusahaan
publik, dan/atau: Hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
Selain itu, komite audit juga wajib mengadakan rapat komite audit yang
berfungsi sebagai media komunikasi antara para anggota komite audit dalam
melaksanakan fungsi pengawasan di perusahaan, memonitor proses corporate
20
governance telah diterapkan dengan tepat serta sebagai sarana untuk melakukan
evaluasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komite audit. Hal ini juga
dipertegas oleh Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-24/PM/2004 yang
menyatakan bahwa komite audit wajib mengadakan rapat dengan frekuensi yang
sama dengan ketentuan minimal frekuensi rapat dewan komisaris yang diterapkan
dalam anggaran dasar. Komite audit yang lebih sering mengadakan rapat atau
pertemuan serta pengawasan secara langsung terbukti dapat mengurangi tingkat
manajemen laba dalam perusahaan (Vafeas, 2005 dalam Sanjaya, 2008).
Laporan komite audit kepada dewan komisaris disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas setiap penugasan yang diberikan oleh dewan komisaris
dan membuat laporan tahunan pelaksaanaan kegiatan komite audit kepada dewan
komisaris (Bapepam, 2004). Adapun isi dari laporan komite audit antara lain
berisi kesimpulan tentang hasil pelaksaaan tugas dan tanggung jawab komite audit
dan kesimpulan atas kinerja sistem kontrol internal perusahaan. Dengan
berjalannya fungsi dan tanggung jawab komite audit secara efektif, maka
pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan akan lebih akurat, sehingga
dapat meminimalkan dan mencegah praktik kecurangan yang dapat dilakukan
oleh pihak manajemen perusahaan serta meningkatkan kualitas penerapan
mekanisme good corporate governance pada perusahaan.
2.1.4 Adopsi IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB). Pembentukan IFRS bertujuan
21
untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan secara global dan
menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan
(Siturus, 2013 dan Cai dkk, 2008).
Indonesia mulai mengadopsi IFRS secara penuh terhitung sejak 1 Januari
2012 dengan dikeluarkannya ketetapan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
Pengadopsian ini bertujuan agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat dengan
mudah dipahami oleh para pengguna laporan keuangan dan dapat
diperbandingkan dimata dunia (Narendra, 2013). Selain itu, Indonesia juga
merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountant) yang harus
tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation). Salah satunya
kebijakannya adalah menerapkan IFRS sebagai accounting standard.
IFRS memiliki karakteristik yang membedakannya dengan standar
akuntansi sebelumnya (Sitorus, 2013), antara lain:
1. IFRS menganut sistem principal based yang lebih banyak membutuhkan
judgement untuk menentukan bagaimana suatu transaksi keuangan dicatat.
2. IFRS menganut sistem fair value based di mana terdapat kewajiban dalam
pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali keakuratan berdasarkan
nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas (Narendra, 2013).
3. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan data/informasi
yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen
(Kartikahadi et al., 2012 dalam Sitorus, 2013). Tingkat pengungkapan yang
semakin mendekati pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi
tingkat asimetri informasi (Qomairah, 20 13).
22
Standar akuntansi IFRS berbasis prinsip (Principal Based). Principal
Based merupakan pengaturan pada tingkat prinsip yang akan meliputi segala hal
dibawahnya. Basis ini akan membutuhkan penalaran, judgement, dan pemahaman
yang cukup mendalam dari pembaca aturan dalam menerapkannya (Ari, 2011).
Nilai wajar yang digunakan dalam aturan IFRS memiliki kelebihan yakni pos-pos
aset dan liabilitas yang dimiliki lebih mencerminkan nilai yang sebenarnya pada
saat tanggal laporan keuangan.
Salah satu upaya mengurangi manajemen laba tersebut yaitu melakukan
koreksi terhadap standar akuntansi. Perbaikan standar akuntansi yang saat ini
sedang menjadi isu adalah adopsi International Financial Reporting Standard
(IFRS). Tujuan IASB menetapkan standar akuntani internasional adalah untuk
menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan
dapat untuk membatasi pertimbangan kebijakan manajemen (management’s
discretion) terhadap manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba
serta menyajikan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan dimata
internasional.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang menguji tingkat kualitas laba telah dilakukan.
penelitian yang lebih spesifik tentang komite audit juga telah dilakukan.
Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) yang
meneliti pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba dan
nilai perusahaan. hasil penelitiannya membuktikan bahwa mekanisme corporate
governance berpengaruh positif terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.
23
Suaryana dan Agung (2005) meneliti tentang pengaruh komite audit
terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan koefisien respon laba. Hasilnya
membuktikan bahwa adanya perbedaan koefisien respon laba perusahaan yang
membentuk komite audit dan perusahaan yang tidak membentuk komite audit.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Aditya (2012) yang meneliti
tentang pengaruh karkateristik komite audit terhadap manajemen laba dan kualitas
laba. Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik komite audit yang diukur
melalui ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, dan independensi komite
audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dan secara signifikan
berpangaruh positif terhdapa kualitas laba. Lebih lanjut, Wardhani (2010) meneliti
tentang karakteristik pribadi komite audit dan praktik manajemen laba. Hasilnya
menunjukkan bahwa latar belakang akuntansi keuangan, pengalaman dan partner
auditor dalam KAP berdampak signifikan terhadapa manajemen laba.
Sementara itu, beberapa penelitian mengenai penerapan ifrs terhadap
kualitas laba yang diproksikan melalui manajemen laba juga telah dilakukan.
Penelitian Santy dkk (2012) mengenai apakah adopsi IFRS mempengaruhi
manajemen laba pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia
menunjukkan bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh ismail et al (2013) menyatakan
bahwa penerapan ifrs berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas laba
yang ditunjukkan oleh penurunan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan
sitorus (2014) menyatakan bahwa penerapan ifrs tidak berpengaruh terhadap
24
penurunan manajemen laba, namun berpengaruh signifikan terhadap relevansi
nilai laba.
Ringkasan dari hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO Peneliti Judul/Topik Variabel Hasil Penelitian
1 Hamonangan
Siallagan
dan Mas’ud
Machfoedz
(2006)
Mekanisme
Corporate
Governance,
Kualitas Laba
dan
Nilai
Perusahaan
Mekanisme
GCG, Kualitas
Laba, Nilai
perusahaan
Mekanisme GCG
berpengaruh
terhadap kualitas
laba dan nilai
perusahaan.
2
Suaryana,
Agung (2005)
Pengaruh
Komite Audit
Terhadap
Kualitas Laba
Komite Audit,
ERC
Adanya
perbedaan
koefisien respon
laba perusahaan
yang membentuk
komite audit dan
perusahaan yang
25
3
Aditya (2012)
Pengaruh
karakteristik
komite audit
terhadap
manajemen laba
dan kualitas
laba
Ukuran komite
audit,
independensi
komite audit,
jumlah rapat
komite
audit,kualitas
laba,
manajemen laba
tidak membentuk
komite audit
Karakteristik
komite audit
berpengaruh
negatif terhadap
manajemen lab
yang selanjutnya
berpengaruh
positif terhadap
kualitas laba
4 Wardhani, dkk
(2010)
Karakteristik
Pribadi Komite
Audit dan
Praktek
Manajemen
laba
Pengalaman dan
keahlian bidang
akuntansi dan
keuangan,
Komite audit
memiliki
pengalaman
bekerja di KAP,
ketua komite
audit menjadi
bagian dari
Variabel yang
berdampak
signifikan antara
lain variabel latar
belakang
akuntansi dan
keuangan,
pengalaman
menjadi partner
di suatu KAP
26
manajemen
perusahaan.
Tingkat
pendidikan dari
ketua komite
audit. Ukuran
perusahaan.
Tingkat
pertumbuhan
perusahaan.
5 Jeanjean dan
Stolowy
(2008)
Pengaruh
penerapan IFRS
terhadap
kualitas laba
Manajemen
laba, adopsi ifrs
Penerapan ifrs
terhadap kualitas
laba yang
diproksikan
dengan
manajemen laba
tidak menurunkan
pervasivitas
manajemen laba.
27
6 Ari dewi
(2011)
Peluang
Manajemen
laba
Pasca
Konvergensi
Ifrs: sebuah
Tinjauan teoritis
Dan empiris
Manajemen
Laba
Konvergensi
IFRS
Konvergensi
IFRS
mengurangi
manajemen
laba
7 Ismail et al.
(2013)
pengaruh
penerapan IFRS
terhadap
kualitas laba
perusahaan
Manajemen
laba, penerapan
standar
akuntansi
berbasis IFRS
penerapan IFRS
akan
menghasilkan
kualitas yang
lebih tinggi dari
laba yang
dilaporkan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
menggabungkan karakteristik komite audit dalam hal ini diproksikan oleh ukuran
komite audit, jumlah pertemuan komite audit, dan komite audit independen
dengan adopsi penuh standar akuntansi berbasi IFRS untuk menguji pengaruhnya
terhadap kualitas laba serta menggunakan periode tahun penelitian yang berbeda
dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
28
2.3 Kerangka Pemikiran
Keberadaan komite audit didalam perusahaan diharapkan mampu
memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya
menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya good corporate governance. Suaryana (2005) menyatakan
bahwa keberadaan komite audit diharapkan dapat meminimalisir konflik keagenan
akibat adanya pemisahan kepentingan yang nantinya dapat berpotensi
menimbulkan praktik kecurangan informasi keuangan yang dapat berakibat
buruknya kualitas laba yang dilaporkan. Sejalan dengan pernyataan Putri (2012)
yang menyatakan bahwa keefektifan kinerja komite audit dalam pengawasan
kinerja manajemen diharapkan mampu meminimalisir keinginan manajemen
untuk mementingkan kepentingannya sendiri sehingga cenderung menyebabkan
konflik dengan pemilik perusahaan.
Kualitas laporan keuangan yang menggunakan standar akuntansi berbasis
IFRS diyakini dapat meningkatkan kualitas laba perusahaan yang ditunjukkan
oleh kenaikan relevansi nilai laba (Ismail et al, 2013). Penelitian yang dilakukan
Ismail et al juga menyatakan bahwa kualitas laba juga mengalami peningkatan
yang ditunjukkan oleh penurunan manajemen laba setelah diterapkannya standar
akuntansi berbasis IFRS
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka perlu
dilakukan sebuah penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh karakteristik komite
audit dan pengadopsian standar akuntansi berbasis IFRS terhadap kualitas laba.
29
Model dalam penelitian ini digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh karakteristik komite audit terhadap kualitas laba
2.4.1.1 Pengaruh ukuran komite audit terhadap kualitas laba
Dalam teori agensi, dijelaskan bahwa konflik keagenan yang timbul
sebagai akibat dari pemisahan tujuan dan kepentingan antara pihak agen dan
prisipal dapat mengakibatkan praktik kecurangan atau manipulasi informasi yang
dilakukan oleh manajemen. Salah satu praktik kecurangan yang marak dilakukan
oleh pihak manajemen dalam memaksimalkan kepentingan pribadinya adalah
praktik manajemen laba (earning management). Manajemen cenderung
melaporkan informasi mengenai laba secara opotunis demi memaksimalkan
pribadinya yang akan berdampak pada rendahnya kualitas laba sehingga informasi
Kualitas laba
Pengadopsian standar
akuntansi berbasis IFRS
1. Audit Komite Independen
2. Ukuran komite audit
3. Jumlah rapat Komite Audit
30
yang akan digunakan oleh para pengguna laporan keuangan perusahaan menjadi
tidak relevan.
Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan
keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian
internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen
yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi
laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal (Siallagan dan
Machfoedz, 2006).
Melalui Surat Edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000,
Bapepam mensyaratkan pembentukan Komite Audit pada perusahaan publik
Indonesia terdiri dari sedikitnya tiga orang anggota dan diketuai oleh Komisaris
Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen terhadap
perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang di bidang akuntansi dan
keuangan. Dalton et al. (1999) dalam Rahmat et al. (2008) menemukan bahwa
komite audit menjadi tidak efektif jika ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil.
Jika komite audit memiliki jumlah anggota yang kecil, maka ketrampilan dan
pengetahuan yang berbeda-beda dan beragam akan menjadi sedikit sehingga
menjadi tidak efektif karena para anggota komite audit yang tergabung
didalamnya memiliki referensi pengalaman sesama anggota komite audit. Namun,
jika ukuran komite audit terlalu banyak, akan mengakibatkan kinerja komite audit
yang cenderung menurun karena hilangnya fokus kerja dan anggota kimite audit
menjadi kurang partisipatif karena dibentuk dalam jumlah yang besar.
31
Ukuran komite audit yang tepat dan efektif akan menghasilkan kinerja
komite audit yang baik pula. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Pierce dan Zahra (1992), efektivitas komite audit akan meningkat ketika ukuran
komite audit bertambah atau dalam jumlah yang semakin besar, karena komite
audit akan memiliki sumber daya yang lebih besar pula untuk menghadapi isu
atau masalah-masalah perusahaan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
Destika (2011) yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran komite audit akan
meningkatkan fungsi monitoring komite audit terhadap pihak manajemen yang
juga menyimpulkan bahwa salah satu karakteritik komite audit yang mendukung
fungsi pengawasan terhadap hubungan manajemen (agen) dengan pihak
perusahaan (prinsipal) agar tidak merugikan kedua belah pihak adalah ukuran
komite audit. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran komite audit secara positif berpengaruh terhadap kualitas laba
2.4.1.2 Pengaruh frekuensi rapat komite audit terhadap kualitas laba
Komite audit harus mengadakan rapat yang berfungsi sebagai media
komunikasi antara para anggota komite audit dalam melaksanakan fungsi
pengawasan di perusahaan, memonitor proses corporate governance telah
diterapkan dengan tepat serta sebagai sarana untuk melakukan evaluasi
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komite audit. hal ini dipertegas dengan
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-24/PM/2004 yang menyatakan bahwa
komite audit wajib mengadakan rapat dengan frekuensi yang sama dengan
32
ketentuan minimal frekuensi rapat dewan komisaris yang diterapkan dalam
anggaran dasar.
Vafeas (2005) dalam Sanjaya (2008) menyatakan bahwa Komite audit
yang lebih sering mengadakan rapat atau pertemuan serta pengawasan secara
langsung terbukti dapat mengurangi tingkat manajemen laba dalam perusahaan
sehingga kualitas laba yang dilaporkan adalah yang sebenarnya. Komite audit
biasanya perlu untuk mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu
tahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya (FCGI, 2002).
Dalam setiap audit committee charter yang dimiliki oleh masing-masing anggota,
komite audit akan mengadakan pertemuan untuk rapat secara periodik dan dapat
mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus bila diperlukan. Pertemuan
secara periodik ini sebagaimana ditetapkan oleh komite audit sendiri dan
dilakukan sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat dewan komisaris
yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Berdasarkan uraian diatas
maka dapat disimpulkan hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H2 : Frekuensi rapat/pertemuan komite audit secara positif berpengaruh
terhadap kualitas laba
2.4.1.3 Pengaruh komite audit independen terhadap kualitas laba
Menurut perspektif teori agensi, komite audit yang independen dapat
menyediakan pemantauan efektif dan membantu memperkuat kontrol internal
(Yatim, 2009). Selain itu, anggota Komite Audit Independen cenderung untuk
33
memperlihatkan kinerja yang lebih baik kepada perusahaan sebagai sarana
meningkatkan reputasi mereka (Fama dan Jensen, 1983, Gilson, 1990 dalam
Yatim, 2009). Independensi ini diharapkan dapat memelihara integritas serta
pandangan yang obyektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang
diajukan oleh komite audit. Selain itu, dengan independensi diharapkan masing-
masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain (Komite Nasional Kebijakan Governance [KNKG], 2006).
Bapepam (2004) menghendaki bahwa salah seorang dari anggota komite
audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. Menurut
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI), jumlah anggota komite audit dalam suatu
perusahaan dibatasi sampai 5 orang anggota, 2 orang di antaranya merupakan
pihak independen.. Keberadaan komite audit yang cukup independen dapat
membantu dalam mengurangi aktivitas manajemen laba. Proporsi anggota komite
audit independen berpengaruh negatif terhadap earning management. Semakin
tinggi persentase anggota independen maka semakin kecil earning management
yang dilakukan oleh perusahaan. Hal tersebut dipertegas oleh oenelitian yang
dilakukan Xie et al. (2003) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen
dan komite audit yang aktif serta berpengetahuan di bidang keuangan menjadi
faktor penting untuk mencegah kecenderungan manajer untuk melakukan
manajemen laba, sehingga laba yang dipublikasikan mengandung kualitas yang
sebenarnya.
Komite audit yang independen serta memiliki keahlian keuangan dan
akuntansi dapat melakukan tugasnya dengan efektif untuk memonitor proses
34
pelaporan keuangan, karena independensi yang dimiliki komite audit mengandung
arti bahwa mereka tidak mudah diintervensi oleh oihak lain diluar komite audit
untuk melakukan kecurangan atau praktik manipulasi dalam perusahaan serta
mencerminkan kemandirian dan tanggung jawab penuh terhadap tugas-tugas yang
diwewenangkan terhadap komite audit. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:
H3 : Komite audit independen secara positif berpengaruh terhadap kualitas
laba
2.4.2 Pengaruh Pengadopsian Standar Akuntansi Berbasis IFRS terhadap
kualitas laba
Selain mekanisme pengawasan komite audit sebagai bagian dari praktik
good corporate governance yang diterapkan untuk meminimalkan praktik
kecurangan sehingga kualitas laba yang dialporkan baik, stnadar akuntansi yang
diterapkan oleh perusahaan juga dapat mempengaruhi kualitas hasil pelaporan
keuangan. IFRS adalah standar akuntansi internasional yag diterbitkan oleh IASB
dengan tujuan memudahkan para pengguna laporan keuangan untuk memahami
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan dapat diperbandingkan
secara global dalam dunia bisnis. IFRS juga menerapkan sistem principal based,
fair value, dan pengungkapan yang menuju full disclosure dengan tujuan agar
menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan
diharapkan untuk membatasi pertimbangan kebijakan manajemen (management’s
discretion) terhadap manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba
(Cai dkk, 2008).
35
Menurut teori agensi, konflik keagenan yang terjadi akibat perbedaan
kepentingan pihak manajemen dan pemilik perusahaan cenderung mengakibatkan
penuruan kualitas laba yang dilaporkan yang ditunjukkan melalui peningkatan
praktik manajemen laba (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Untuk mecegah praktik
kecurangan yang dapat mempengaruhi kualitas laba, diperlukan mekanisme
pengawasan yang secara khusus dilakukan oleh komite audit dan perusahaan juga
perlu menerapkan standar akuntansi menerapkan sistem-sistem yang
mempermudah pengungkapan dan pelaporan keuangan serta dapat
diperbandingkan secara global.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2014) yang
menyatakan bahwa penerapan IFRS tidak berpengaruh terhadap kualitas laba yang
ditunjukkan oleh penurunan manajemen laba, namun IFRS berpengrauh
signifikan terhadap nilai relevansi laba. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail et
al. (2013) menyatakan bahwa penerapan IFRS terbukti berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas laba yang ditunjukkan melalui penurunan manajemen laba.
Berdasarkan landasan teori dan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis
kelima dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4 : Pengadopsian standar akuntansi berbasis IFRS berpengaruh secara
positif terhadap kualitas laba
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas (independen), dan satu
variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
karakteristik komite audit yang terdiri dari ukuran anggota komite audit, frekuensi
rapat komite audit, komite audit independen, dan adopsi IFRS. Variabel terikatnya
adalah kualitas laba.
3.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kualitas laba. Laba merupakan indikator yang sering digunakan dalam
menilai kinerja perusahaan dan dijadikan sebagai pedoman pengambilan
keputusan.
Kualitas laba dapat diukur melalui discretionary accruals yang dihitung
dengan cara menselisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals
(NDACC). Dalam menghitung DACC digunakan Modified Jones Model karena
menurut Dechow et al, (1995) (dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007), model
ini dianggap lebih baik di antara model lain untuk mengukur manajemen laba.
Nilai absolut akrual diskresioner dipandang sebagai langkah kebalikan dari
kualitas laba. Artinya, nilai absolut yang lebih tinggi dari akrual diskresioner
37
menunjukkan kualitas laba yang lebih rendah. Model perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Discretionary accruals diestimasi menggunakan Cross-Sectional Model
Jones yang dimodifikasi (Dechow et al., 1995). Nondiscretionary accruals
diestimasi pada tahun tertentu dan pada sektor industri tertentu sebagai berikut :
NDAt = α1 [(1/At-1)] + α2 [(ΔREVt − ΔRECt )/At-1] + α3 [PPEt /At-1]...........(1)
Keterangan:
NDAt adalah nondiscretionary accruals tahun t dibagi total aset;
ΔREVt adalah pendapatan tahun t dikurangi pendapatan t – 1;
ΔRECt adalah piutang bersih tahun t dikurangi piutang bersih dalam tahun
t – 1;
PPEt adalah gross property plant and equipment pada akhir tahun t;
At-1 adalah total aset pada akhir tahun t–1; dan
α1, α2 , α3 adalah parameter spesifik tahun dan industri tertentu.
Estimasi parameter α1, α2 , α3 diperoleh dengan menggunakan model
sebagai berikut :
TAt/At-1 = α1 [(1/At-1)] + α2 [(ΔREVt − ΔRECt )/At-1] + α3 [PPEt /At-1] + ε
(error)....................................................................................................................(2)
Keterangan:
TA adalah total accruals dihitung secara langsung dari laporan arus kas,
yakni laba sebelum pos luar biasa dikurangi arus kas operasi (Becker et al.,
1998).
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh: TAt/At-1 = NDAt + ε (error).
38
Discretionary accruals = TAt/At-1 - NDAt, maka Discretionary accruals = ε
(error), atau merupakan residual dari persamaan (2).
3.1.2 Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu ukuran komite audit, frekuensi rapat komite audit, komite udit
independen dan Adopsi IFRS.
a. Ukuran Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 komite audit
sekurang-kurangnya terdiri dari 1 (satu) orang komisaris independen dan 2 (dua)
orang anggota lain yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Sehingga
jumlah anggota komite audit minimal adalah 3 (tiga) orang. Ukuran komite audit
dalam penelitian ini diukur dari jumlah anggota komite audit (Yatim, 2009 dalam
Habibah, 2012).
b. Frekuensi Rapat Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004, komite audit
mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat
dewan komisaris yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Komite Audit biasanya
perlu untuk mengadakan rapat sedikitnya 4 (empat) kali dalam setahun untuk
melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya yang menyangkut soal sistem
pelaporan keuangan (KNKG, 2002). Dalam penelitian ini, aktivitas komite audit
diukur dari jumlah rapat komite audit dalam satu tahun.
39
c. Komite Audit Independen
Berdasarkan Keputusan Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004, independensi
dari setiap anggota di ukur dengan persyaratan :
a) Bukan merupakan orang dalam badan yang memberikan jasa audit, non-
audit dan konsultasi kepada perusahaan
b) Bukan merupakan eksekutif manajemen
c) Tidak memiliki saham perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung
d) Tidak memiliki hubungan keluarga dewan komisaris maupun dewan
direksi
e) Tidak memiliki hubungan usaha baik secara langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan usaha perusahaan.
Independensi dimaksudkan untuk memelihara integritas serta pandangan
yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh
komite audit, karena individu yang independen cenderung lebih adil dan tidak
memihak serta obyektif dalam menangani suatu permasalahan. Pada penelitian ini
Independensi komite audit diukur dengan menggunakan indikator persentase
anggota komite audit yang independen terhadap jumlah seluruh anggota komite
audit.
40
d. Adopsi IFRS
Kualitas laporan keuangan yang menggunakan standar akuntansi berbasis
IFRS terbukti dapat meningkatkan kualitas laba perusahaan yang ditunjukkan oleh
kenaikan relevansi nilai laba (Ismail et al, 2013). Penelitian ini juga diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan Ismail et al juga menyatakan bahwa kualitas laba
juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh penurunan manajemen laba
setelah diterapkannya standar akuntansi berbasis IFRS. Dalam penelitian ini,
pengadopsian standar akuntansi berbasis IFRS diukur menggunakan variabel
dummy, yakni nilai 1 untuk perusahaan yang telah mengadopsi secara penuh
IFRS dan 0 untuk perusahaan yang belum mengadopsi secara penuh standar
akuntansi berbasis IFRS.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun
2010 sampai dengan tahun 2012. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan Manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
b. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan (annual report)
dan laporan keuangan selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun
2012.
41
c. Laporan keuangan disajikan semua dalam bentuk mata uang rupiah, dan
terdapat kelengkapan semua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa laporan tahunan perusahaan (annual report) dan laporan keuangan
perusahaan serta data kuantitatif lainnya yang terdapat pada perusahaan
manufaktur selama periode tahun 2010 sampai dengan 2012. Data-data tersebut
diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), serta website resmi perusahaan-perusahaan
yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Studi Pustaka
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengolah
literatur, artikel, jurnal, hasil penelitian terdahulu, maupun media tertulis
lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini.
2. Studi dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan
seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang ada dalam dokumen. Sumber-sumber data
dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan menjadi sampel
penelitian.
42
3.5 Metode Analisis
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai mean atau rata-rata, standar deviasi, maximum atau nilai tertinggi
pada data dan minimum atau nilai terendah pada data (Ghozali, 2005).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda. Sebagai prasyarat dilakukan regresi berganda dilakukan uji
asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias,
konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Ghozali, 2011). Pengujian
asumsi klasik meliputi:
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,
2011). Untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistribusi
dengan normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal atau
mendekati normal. Untuk menguji normalitas dapat menggunakan analisis grafik
dengan normal probability plot (P-P plot) dan uji statistik melalui uji
Kolmogorov-Smirnov. Untuk analisis grafik dengan normal probability plot (P-P
plot), apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan untuk uji
Kolmogorov-Smirnov, apabila menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05
maka data terdistribusi secara normal.
43
3.5.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas
(independen). Nilai tolerance atau variance inflation factors (VIF) dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala multikolinieritas. Multikolinieritas terjadi
apabila nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi dikatakan
tidak terjadi multikolinieritas apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF
kurang dari 10.
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Model regresi yang
baik harus terhindar dari autokorelasi. Cara mendeteksi autokorelasi salah satunya
adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson.
3.5.2.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
(Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan menggunakan Scatterplot dan uji Glejser. Jika pada grafik
Scatterplot tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Sedangkan
44
jika hasil uji Glejser menunjukkan nilai probabilitas signifikansi lebih dari 0,05
maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
3.5.3 Analisis Regresi
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (multiple regressio analysis). Analisis regresi berganda
digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Analisis ini juga mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungannya.
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
DACC = β0 + β1ACIND + β2ACSIZE + β3ACACTIVITY + β4IFRS+ e
Keterangan:
DACC = dicretionary accrual (proksi kualitas laba)
ACIND = proporsi jumlah komite audit independen
ACSIZE = ukuran (jumlah) komite audit
ACACTIVITY = frekuensi pertemuan / rapat komite audit per tahun
IFRS = variable dummy yang memberikan nilai 1 untuk
perusahaan yang telah mengadopsi penuh IFRS dan 0 untuk
perusahaan yang belum mengadopsi penuh IFRS
e = error
45
3.5.4 Uji Hipotesis
3.5.4.1 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemamapuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).
3.5.4.2 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2011).
Ketentuan yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut:
1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat
signifikansi (Sig. < 0,05), maka model penelitian dapat digunakan atau model
tersebut sudah tepat.
2. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat
signifikansi (Sig. > 0,05), maka model penelitian tidak dapat digunakan atau
model tersebut tidak tepat.
3.5.4.3 Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
46
variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas signifikansi t masing-masing variabel yang terdapat pada output hasil
regresi menggunakan SPSS. Jika nilai probabilitas signifikansi t lebih dari 0,05
maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen.