ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA...
Transcript of ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA...
ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA
TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI
PENGOLAHAN DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
M. SAEFUL NURUL ZAMAN
NIM: 1112086000046
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : M Saeful N Zman
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor,02 Agustus 1992
Alamat : Kp Tajur Tapos RT019/006 Desa
Hambalang
Kec. Citeureup Kab, Bogor,16120
Nomor Handphone : (+62) 895329025332
E-mail : [email protected]
Blog : Bunguerul.blogspot.co.id
Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Choerul Anam
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor,15-11-1968
Nama Ibu : Ida Laela
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor,10-11-1971
Alamat : Kp Tajur Tapos RT019/006 Desa
Hambalang
Kec. Citeureup Kab, Bogor,16120
Anak ke- dan dari- : 1 dari 2 bersaudara
Pendidikan Formal
1. MI Tarbiyatul Falah
2. SMPN O2 Citeureup
3. SMAN 01 Citeureup
4. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
i
ABSTRACT
Investment and labor are factors that contribute to the formation of GDP
so as to encourage economic growth in a region.
The purpose of this study was to determine the effect of investment and
employment on the growth of GRDP in the manufacturing industry sub-sector in
Bogor Regency. The analytical method used is Multiple Regression Analysis data
used is the time series for the period 2008 to 2018. The independent variable
consists of FDI, PMDN, and labor, while the dependent variable is the GRDP of
the manufacturing sector.
The results of this study indicate that the regression results of
simultaneous PMA and PMDN investments, and labor have a significant effect on
the GRDP growth of the manufacturing industry sub-sector in Bogor Regency
with a probability value of F-statistics is 0,0005. While the partial testing of the
regression results at the real level (α = 5 percent) of FDI investment does not have
a significant effect with the coefficient of 0.023802 and prob. t-statistic 0.6899,
PMDN has a significant effect with the coefficient of -2.542791 and prob. t-
statistic 0,0003. While the coefficient of labor 5.227099 has a significant effect on
the value of Prob.t-statistic 0.0005. The causes of non-influential PMA include:
(1) the condition of the rupiah which is still weakening against the US dollar also
makes investors wait. (2) changes in the composition ofinvestment by investors.
(3) the quality of human resources is not enough so that investors reduce their
investment.
Keywords : Investment, Labor Force, Indutry GDP
ii
ABSTRAK
Investasi dan tenaga kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalam
permbentukan PDRB sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi dan
tenga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di
Kabupaten Bogor. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi
Berganda data yang digunakan adalah time series periode tahun 2008-2018.
Variabel indpenden terdiri dari investasi PMA, dan PMDN, serta tenaga kerja,
sedangkan variabel dependennya adalah PDRB sub sektor industri pengolahan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi secara
simultan investasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten bogor
dengan nilai probabilitas F-statistik adalah 0,0005. Sedangkan pengujian secara
parsial dari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi PMA tidaak
berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,023802 dan prob. t-statistik 0,6899,
PMDN berpengaruh signifikan dengan koefisien -2,542791 dan prob. t-statistik
0,0003. Sedangkan tenaga kerja koefisien 5,227099 berpengaruh signifikan
dengan nilai Prob.t-statistik 0,0005. Penyebab tidak berpengaruhnya PMA antara
lain: (1) kondisi rupiah yang masih mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika
Serikat juga membuat investor menunggu. (2) berubahnya komposisi penanaman
uang oleh investor. (3) kualitas SDM yang belum cukup sehingga investor
mengurangi investasi nya.
Kata Kunci : Investasi, Tenaga Kerja, PDRB industri
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.,
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia,
ilmu, rezeki, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang senantiasa menjadi panutan, tauladan
dan sumber inspirasi bagi umat Islam.
Skripsi yang berjudul “Identifikasi Sektor Ekonomi Kreatif dan Faktor-faktor
yang Memengaruhinya (Studi Kasus 5 Provinsi di Indonesia Tahun 2010-2016)”
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini
tentunya berkat bimbingan, bantuan, dukungan, semangat, dan doa dari orang-
orang terbaik yang ada di sekeliling penulis. Penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta, yang selalu menjaga dan merawat penulis dengan penuh
kesabaran, sehingga penulis bisa tumbuh besar dan sampai pada tahap ini.
Terima kasih kepada Ummi Hj. Ida Laela, Bapak H.Choerul Anam dan atas
segala perjuangan dan kasih sayangnya yang tak berbatas, serta doa yang
tiada hentinya dipanjatkan demi keselamatan dan kesuksesan kami anak-
anaknya.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak, M.Si, CA, QIA, BKP, CRMP; selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
semoga dapat menjadikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi. Dan
Prof. Dr. Abdul Hamid selaku dosen pembinbing akademik yang selalu
memperhatikan saya dan selalu memberi motivasi.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si; selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
,dengan kerendahan hati bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
ilmu dan pengarahan, selalu memberikan motivasi, mengingatkan dan
menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Maafkan
penulis yang sering menghilang ini, Pak. Semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan Bapak.
iv
4. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si; selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah meluangkan waktu dan arahan-arahan yang baik
selama penulis berkonsultasi.
5. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP; Ibu Sri Hidayati, M.Ed; dan Bapak Fahmi
Wibawa, MBA; terima kasih telah memberikan kesempatan di beberapa
kegiatan yang menjadi kesan tersendiri bagi penulis.
6. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis. Serta jajaran karyawan
dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan
terbaik selama perkuliahan.
7. Sahabat-sahabat kampus terbaik yang penulis jumpai: Encep Ilyan si pecinta
Korea dan Wifi nomor wahid, M. Arifil Firdaus yang hidup dengan kalkulasi
anehnya, dan M. Luthfi Nadhif si serba santai. Terima kasih telah menjadi
tokoh penting dalam kisah perkuliahan ini, yang selalu menemani penulis
dalam berbagai keadaan. Walau kini kita tak lagi sering berjumpa, semoga
kita bisa sukses dalam bidang apapun.
8. Sahabat Najarudin Irfani, sosok luar biasa yang selalu progresif dan terus
menginspirasi penulis. Semoga makin berjaya dan melegenda.
9. Komplotan Mahasiswa Berpikir : Amir, Ipeng, Kojek, Irul, Wawan, Apif dan
Ucup yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan penuh kehangatan, dan
tak pernah meninggalkan penulis dalam keadaan suka maupun duka. Terima
kasih atas semuanya. Semoga kita bahagia selalu.
10. Sahabat-sahabatku Irfan Ackhadi, Kurniawan M Nur, Amirudin dan Sahabat
– Sahabti Komfeis yang selalu baik dan penuh perhatian.
11. Kawan-kawan konsentrasi Perencanaan Pembangunan 2012: Vinnie Aulya,
Nadhif, Evia, Yayang, Lia, Febrina, Puty, Wilda, Bimo, Fadil, Arifil, Erul,
dan Pijar. Sebuah kelas kecil dengan pemikiran-pemikiran yang besar.
Terima kasih atas kebersamaannya.
12. Teman-teman IESP Angkatan 2012: Adam, Adul, Aldi, Amir, Angga, Azis,
Bibah, Derry, Desi, Devi, Dian, Dita, Encep, Er, Fahmi, Fauzi, Hakim, Hayu,
Hilda, Ida, Irfan A, Irfan S, Lela, Malvin, Mawaddah, Mia, Nurul, Okky,
v
Rafi, Rani, Roisah, Sandra, Silvi, Waldi, dan Yuli. Terima kasih atas
kebersamaannya, semoga silaturahmi kita tetap terjaga, semoga kesehatan
dan kesuksesan menyertai kita semua.
13. KKN JEMARI: Nadif, Tyo, Ema, Agus, Anis dll, , yang telah menjadi rekan
kerja yang luar biasa, dan teman serumah yang asyik dan kocak. Terima kasih
juga untuk Keluarga Besar Pak Lurah Gunung Kaler dan Jajarannya, Terima
kasih atas kisah-kisah serunya selama 30 hari di Desa Gunung Kaler, Kab.
Tangerang.
14. Geng „Serba-Mepet’: Wilda, Silvi, Rafi, Hakim, Ifil, Pijar, Erul, Amir, Irfan
A, dan Mawaddah. Terima kasih telah berjuang bersama sampai akhir.
Alhamdulillah, akhirnya kita semua lulus ya, setelah melewati begitu
banyaknya drama kehidupan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun
dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak. Semoga skripsi ini membawa manfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya. Terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
Jakarta, 15 Mei 2019
M. Saeful Nurul Zaman
vi
DAFTAR ISI
COVER DALAM
LEMBAR PENGESAHAN PEMBINGBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMFREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR. ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
1. Identifikasi Masalah ............................................................ 1
2. Batasan Masalah ................................................................. 3
B. Perumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5
1. Tujuan penelitian ................................................................ 5
2. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Industri ...................................................................................... 6
1. Pengertian Industri ............................................................. 6
2. Teori Industrialisasi ........................................................... 7
3. Strategi Industrial ............................................................... 8
4. Klasifikasi Industri ............................................................. 10
B. Investasi .................................................................................... 12
vii
1. Pengertian Investasi ........................................................... 12
2. Faktor penentu Investasi .................................................... 13
3. Jenis Investasi .................................................................... 14
4. Peranan Investasi ............................................................... 15
5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi..................................... 16
C. Faktor-Faktor yang memperngaruhi PDRB sub Sektor Industri
Pengolahan ................................................................................ 17
1. Penanaman Modal Asing ( PMA ) ..................................... 17
2. Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ) ..................... 18
3. Tenaga Kerja ( TK ) ........................................................... 19
a. Pengertian Tenaga Kerja .............................................. 19
b. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................ 21
D. Penelitian Terdahulu ................................................................. 22
E. Kerangka Berpikir ..................................................................... 27
F. Hipotesis ................................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 29
B. Metode Penelitian Sampel ........................................................ 29
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 29
D. Metode Analisis Data ................................................................ 30
1. Analisis Regresi Berganda .................................................. 30
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 31
a. Uji Normalitas ............................................................... 31
b. Uji Multikolinearitas ..................................................... 32
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 32
d. Uji Autokorelasi ............................................................ 32
3. Pengujian Statistik .............................................................. 33
a. Uji F-Statistik ................................................................ 33
b. Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 34
c. Uji Parsial ( Uji t-Statistik ) .......................................... 34
viii
E. Definis Operasional Variabe ..................................................... 35
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................ 37
A. Analisis Deskriptif .................................................................... 37
B. Analisis dan Pembahasan .......................................................... 37
1. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................... 37
a. Hasil Uji Normalitas .................................................... 37
b. Hasil Uji Multikolinearitas .......................................... 38
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................... 39
d. Hasil Uji Autokorelasi ................................................. 40
2. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda ..................... 41
3. Hasil Uji Statistik ............................................................... 41
a. Uji F-Statistik ............................................................... 41
b. Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 42
c. Uji Parsial ( Uji-t ) ....................................................... 42
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 45
A. Kesimpulan ............................................................................... 45
B. Implikasi ................................................................................... 45
C. Saran ......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 48
LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................ 50
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Keterengan Halaman
1.1 Distribusi persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2014-2018 ........................................................................... 3
2.1 Kelompok Komoditas Industri Pengolahan ................................... 11
2.2 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 22
3.1 Kriteria Pengambilan Keputusan Daerah Autokorelasi ................. 31
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 38
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 39
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 40
4.5 Hasil Olah Data ............................................................................. 41
4.6 Hasil Uji t-statistik ......................................................................... 42
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterengan Halaman
2.1 Gambaran Ketenagakerjaan ........................................................ 20
2.2 Gambar Kerangka Pemikiran ..................................................... 27
4.1 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 38
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterengan Halaman
4.1 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 50
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 50
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 51
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 52
4.5 Hasil Olah Data ............................................................................. 53
4.6 Hasil Uji t-statistik ......................................................................... 53
1
BAB I
PENDAHUALUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Identifkasi Masalah
Indonesia telah resmi memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean
maka dari itu indonesia dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan
daya saing. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan agar Indonesia dapat
merebut peluang atas keterbukaan arus barang, jasa, serta modal yang
berlaku antar-negara Asean, sehingga MEA dapat memberikan dampak
positif bagi perekonomian nasional.
pulau Jawa Barat harus mampu merumuskan serta
mengimplementasikan kebijakan yang tepat dalam rangka penguatan
daya saing para pelaku usaha, “Ahmad Heryawan dalam sambutannya
sensus ekonomi 2016 jawa barat”. Maka dari itu, sangat dibutuhkan
informasi yang mampu menggambarkan secara lengkap, valid, dan
mutakhir tentang level, struktur, karakteristik, serta daya saing dari
semua skala usaha atau kegiatan ekonomi non-pertanian di Jawa Barat,
sebagai pondasi perencanaan yang lebih terarah dan kebijakan yang lebih
tepat sasaran.
Wilayah Kabupaten Bogor yang mempunyai luas lahan yang sangat
luas tentunya akan sangat menunjang untuk di jadikan sebagai wilayah
pusat kawasan industri. Di kawasan Bogor menjadi peluang yang sangat
baik utuk para investor dalam negeri maupun luar negeri. Dengan adanya
pembanguan wilayah industri di pinggiran wilayah ibu kota maka
penduduk yang ingin masuk kota jakarta dari berbagai pelosok daerah
lain dapat tersalurkan pada daerah sekitar jakarta tersebut yaitu
Kabupaten Bogor, Sehingga tingkat mobilisasi urbanisasi bisa berkurang.
Pembangunan industri di Kabupaten Bogor tidak terpisahkan dari
arah pembangunan industri wilayah yang harus mampu mengikuti
2
sekaligus memenuhi tuntunan pembangunan regional dan nasional tanpa
mengabaikan kebutuhan spesifik wilayah. Keragaman fisik wilayah
dalam beberapa kondisi merupakan kendala, namun di sisilain
merupakan potensi sebagai pendorong laju pembangunan industri
wilayah. Kejelian dan kecermatan kelompok perencana dan pelaksana
pembangunan industri dalam memanfaatkan potensi dan mengatasi
kendala tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan
perindustrian.
Peranan sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
berupa output sektor industri atau PDRB sektor industri tidak terlepas
dari adanya peranan investasi dan tenaga kerja. Investasi yang di lakukan
adalah investasi langsung berupa investasi asing ( PMA ) dan investasi
domestik ( PMDN ).
Investasi langsung dapat menyerap banyak tenaga kerja yang
berada dipasar tenaga kerja dan investasi langsung diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena output yang
dihasilkan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
investasi di daerah.
Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital,
dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan
berbagai barang modal yang akan digunakan untuk kegiatan proses
produksi. Melalui investasi proses produksi dapat di tingkatkan yang
kemudian mampu meningkatkan output produksi sehingga akan
menaikan pendapatan daerah.
Selain investasi, tenga kerja merupakan input atau faktor produksi
yang penting didalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi
kontribusi industri pengelolaan yang cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja
disektor industri
Menurut lokasi, pada tahun 2009 salah satu daerah yang kontribusi
PDRB nya ada di posisi kedua. Industri di Kabupaten Bogor merupakan
3
barometer industri di Jawa Barat karena memiliki tingkat kontribusi
output yang besar.
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar
permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi
pada perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor indutsri yang
dimaksud adalah semua industri sub sektor migas dan non migas.
Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja dilakukan karena
paling dominan dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) total Kabupaten Bogor.
Faktor investasi yang diteliti mencakup Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga bias
diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh dan dominan
terhadap perekonomian sektor industri tersebut. Selain investasi faktor
tenaga kerja juga menjadi focus dalam penelitian ini untuk melihat
pengaruhnya terhadap PDRB sub sektor industri di Kabupaten Bogor.
B. Perumusan Masalah
Pembentukan PDRB Kabupaten Bogor ditentukan oleh besarnya output
yang dihasilkan oleh masing masing sektor ekonominya.
Tabel 1.1
Distribusi persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018
No
Lapangan usaha
2014
2015
2016
2017
2018
1 Pertanian,Peternakan,
Kehutanan dan perikanan
4,03
3,92
3,87
3,81
3,82
2 Pertambangan dan
Penggalian
1,55
1,59
1,66
1,73
1,79
3 Industri pengolahan
57,02
56,34
56,04
55,86
54,91
4
4 Listrik,Gas dan Air bersih
2,74
2,69
2,68
2,66
2,67
5 Kontruksi
4,81
5,06
5,33
5,60
5,78
6 Perdagangan,Hotel dan
Restoran
21,25
21,59
21,48
21,33
21,69
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
4,30
4,56
4,66
4,74
4,97
8 Keuangan,Real Estat dan
Jasa Perusahaan
1, 44
1,42
1,44
1,45
1,49
9 Jasa – Jasa
2,86
2,85
2,84
2,83
2,88
Kabupaten Bogor
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bogor
Berdasarkan Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB tahun 2014
atas dasar harga kosntan diprediksi mencapai 41,08 triliun rupiah Nilai ini
terus mengalami peningkatan pada tahun berikutnya hingga pada tahun 2018
PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan diprediksi sebesar 52,19
triliun rupiah. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan
nilai tambah adalah sektor industri pengolahan disusul sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Tabel 1.1 menunjukan nilai PDRB atas dasar harga
konstan Kabupaten Bogor tahun 2014-2018.
Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut, maka pertanyaan
penelitian yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap
pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bogor?
3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan PDRB
sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bogor ?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan
diatas. Terdapat tujuan dalam penelitian ini. Yaitu :
a. Untuk mengetahui pengaruh penanaman Modul Asing (PMA)
Terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor Industri pengolahan di
Kabupaten Bogor.
b. Untuk mengetahui pengaruh penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri
pengolahan di Kabupaten Bogor.
c. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap partumbuhan
PDRB sub sector industry pengolahan di Kabupaten Bogor.
d. Untuk mengetahui pengaruh investasi dan tenaga kerja secara
simultan terhadap pertumbuhan PDRB sub sector industri
pengolahan di Kabupaten Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Memberikan informasi keadaan sector industri, khususnya sub sector
industry pengolahan di Kabupaten Bogor.
b. Memberikan informasi bagi para pembaca dan sebagai bahan
refernsi bagi kalangan akademis yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut.
c. Memeberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah
maupun industri dalam menetapkan suatu kebijakan untuk
mendorong kemajuan sub sektorn industri di Kabupaten Bogor.
d. Bagi penulis, penelitian ini merupakan tambahan wawasan bidang
ekonomi. Sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di
peroleh selama mengikuti perkuliaha
6
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Industri
1. Pengertian Industri
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud dengan
industri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
barang jadi dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih
nilainya.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut G. Kartasapoetra (1997:68) pengertian industri adalah
suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
bahan setengah jadi, barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain. Industry adalah suatu
aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi dengan tujuan untuk dijual.
Dalam istilah ekonomi, industry mempunyai dua yaitu pengertian
secara luas dan secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri
mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat
produktif. Sedangkan pengertian sempit, industry adalah kegiatan yang
mengubah barang dasar mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Dari beberapa pengertian industry maka secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa industry adalah kumpulan dari beberapa perusahaan
yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu
dengan output produksi berupa barang atau jasa. Berdasarkan pengertian
tersebut. Kita dapat memahami bahwa industri merupakan salah satu
kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan
industry akan menghasilkan berbagai kebutuhan manusia mulai peralatan
7
sederhana sampai peralatan modern. Pada dasarnya kegiatan itu lahir
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pembangunan ekonomi disuatu Negara dalam periode jangka
panjang akan membawa suatu perubahan mendasar dalam stuktur
ekonomi negara tersebut. Dimana dimulai dari ekonomi tradisional yang
di titik beratkan pada sektor pertanian, menuju perekonomian modern
yang didominasi oleh sektor industri( Budianto,1999:67)
Menurut istilah Kuznet, perubahan struktur ekonomi umumnya
disebut transformasi structural dan dapat didefenisikan sebagai rangkaian
perubahan dalam komposisi permintaan perdagangan luar negeri (ekspor
dan impor). Produksi dan penggunaan factor produksi seperti tenaga
kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Industrial
Proses industrialisasi dan pembangunan industry ini sebenarnya
merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam dua pengertian sekaligus. Pertama yaitu tingkat hidup
yang lebih maju. Kedua, menjadikan taraf hidup yang lebih berkualitas.
Dengan kata lain pembangunan industri itu sendiri merupakan suatu
fungsi dan tujuan pokok kesejahteraan masyarakat, bukan merupakan
kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan fisik belaka (Arsyad.2010:442).
Industri disetiap negara mempunyai corak yang berbeda beda. Satu
hal yang senantiasa menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan
suatu daerah/Negara lainnya. Ada dua yang dapat dijadikan rujukan
dalam menjawab pertanyaan ini. Yaitu :
( Arsyad.2010:448)
1. Teori Export Base (North.1964)
Teori ini menyatakan bahwa sektor ekspor berperan penting
dalam pembangunan daerah, karena sektor tersebut dapat
8
memberikan kontribusi yang penting bagi perekonomian daerah.
Kontribusi tersebut antara lain :
a. Ekspor dapat secara langsung meningkatkan pendapatan atas
factor faktor produksi dan pendapatan daerah.
b. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan terhadap
produksi industry local (residentiary industry), yaitu industry
yang produknya digunakan untuk melayani pasar di daerah
tersebut.
2. Teori Resource-Based ( perloff dan Wingo,1964)
Teori ini merupakan perluasan dari teori export base, karena
ini juga menyatakan bahwa pekembangan sektor ekspor di suatu
daerah peranannya sangat besar sekali dalam pembangunan ekonomi
daerah. Namun ada beberapa perbedaan mendasar diantara kedua
teori tersebut, yaitu:
a. Data yang digunakan dalam teori resources base jatuh lebih
lengkap dibandingkan dengan data yang digunakan dalam teori
export base.
b. Teori reources based, analisisnya lebih mendalam serta
memberikan penekanan pada dua hal berikut: (a) pentingnya
peranan kekayaan alam suatu daerah dalam pembangunan daerah
tersebut (b) factor-factor yang mempengaruhi efek pengganda
dari sektor ekspor pada perekonomian daerah.
3. Strategi Industrialisasi
Menurut Arsyad (2010:457) ada 2 hal strategi yang bias dilakukan
oleh Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Strategi tersebut
antara lain:
1) Subtitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi
orientasi kedalam atau inward looking yaitu industrialisasi yang
mengutamakan pengembangan jenis jenis industri untuk
menggantikan kebutuhan akan impor barang barang sejenis.
Pelaksanaannya dalam dua tahap. Pertama: terlebih dahulu
9
mengembangkan industri industri barang konsumsi. Kedua:
menggalakan pengembangan industri industri hulu seperti baja dan
alumunium. Salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini adalah
pelaksanaan disertai dengan tingkat proteksi yang tinggi baik tarif
bea masuk dan pajak barang impor.
Alasan sebuah Negara/daerah melakuakan subtitusi impor yaitu:
a. Untuk mengurangi atau menghemat devisa
b. Pemerintah akan melakukan proteksi dengan cara pembatasan
barang-barang impor.
c. Agar sebuah Negara mampu memenuhi kebutuhan atas berbagai
barang industry dengan kekuatan sendiri tanpa harus mengimpor
dari negara lain
d. Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri
2) Promosi ekspor (ekspor promotion).
ini mengutamakan pengembangan jenis industri yang
menghasilkan produk produk ekspor. Syarat utama adalah tingkat
proteksi yang rendah disertai dengan insentif dalam meningkatkan
ekspor.
Ada empat factor yang dapat menjelaskan mengapa strategi
industrialisasi promosi ekspior dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih pesat dari pada strategi subtitusi impor.
Keempat factor tersebut antara lain:
a. Ada kaitan antara sektor pertanian dengan sektor industry
b. Skala ekonomis
c. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
d. Dampak kekurangan devisa terhadap pertumbuhan ekonomi
Dalam melaksanakan strategi industrialisasi menggunakan
indikator tersebut, antara satu tahap dengan tahap lain perubahan
bersifat perlahan dan berkesinambungan agar peranan industri dalam
pembentukan PDRB bagi suatu daerah dapat terlaksana.
10
4. Klasifikasi Industri
a. Jenis industri berdasarkan pengelompokan Tenaga Kerja
Menurut (Arsyad.2010:454) pengelompokan industri berdasar
jumlah tenaga kerja dibedakan menjadi empat kriteria, yaitu:
1) Industri besar : industri yang menggunakan tenaga kerja 100
orang tau lebih
2) Industri Menengah : industri yang menggunakan tenaga kerja
antara 20-99 orang
3) industri kecil : industri yang menggunakan tenaga kerja antara
5-19 orang
4) Industri Mikro / Rumah Tangga: industri yang menggunakan
tenaga kerja kurang dari 5 orang (termasuk tenaga kerja yang
tidak dibayar)
b. Jenis industri berdasarkan besar kecilnya modal
1. industri padat modal ( Capital Intensive ), adalah industri yang
dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan
oprasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya ( Labor Intensive ) industri yang lebih
dititikberatkan pada besar tenaga kerja dalam pembangunan dan
pengoprasiannya. (Perpustakaan online Indonesia)
c. Jenis industri berdasarkan Klasifikasi atau berdasarkan SK
menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
Berdasarkan Internasional Standart of Industrial Clasification
(ISIC), berdasarkan pendekatan kelompok komoditas industri
pengolahan terbagi atas beberapa kelompok komoditas.
11
Tabel 2.1
Kelompok Komoditas Industri Pengolahan
Kode Kelompok Industri
1 Industri makanan, minuman, tembakau
2 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
3 Industri Kertas dan barang-barang dari kertas,
percetakan dan penerbitan
4 Industri logam dasar
5 Industri barang dari logam, mesin dan peralatan
6 Industri kimia dan barang barang dari bahan kimia,
kecuali minyak bumi dan batubara
7 Industri kayu dan barang barang dari kayu termasuk
perabotan rumah tangga
8 Industri barang dari logam, mesin dan perlatan
9 Industri pengolahan lainnya
Sumber: Kementrian perindustrian dan Perdagangan
d. Jenis Industri berdasarkan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar
(market oriented industri), industri yang didirikan sesuai
dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan
mendekati kantong kantong dimana konsumen potensial berada.
Semakin dekat keoasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/
labor (man power oriented industry), industri yang berada pada
lokasi dipusat pemukiman penduduk karena biasanya jenis
industri tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja/ pegawai
untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang beroientasi untuk menitikberatkan pada bahan
baku (supply oriented industry), industri yang mendekati lokasi
12
dimana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong
biaya transfortasi yang besar.
e. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri Primer, yaitu industri yang mana barang barang
produktifitasnya bukan hasil oalahan langsung atau tanpa di
olah terlebih dahulu.
2. Industri Sekunder, yaitu industri yang bahan mentahnya diolah
sehingga menghasilkan barang barang untuk diolah kembali.
3. Industri Tersier, yaitu industri yang produk atau barangnya
berupa layanan jasa untuk keperluan perencanaan anggaran
Negara dan analisa pembangunan.
B. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang barang modal dan perlengkapam
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno,2003:121)
Inveastasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh penanam modal
(investor) yang menyangkut penggunaan sumber sumber seperti
peralatan, gedung, peralatan produksi, dan mesin-mesin baru lainnya atau
persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi
(Paul A.samuelson dan William D. Nordhaus, 1993:145).
Investasi adalah kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan
ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
(benefit) pada masa yang akan dating. Pada dasarnya investasi dibedakan
menjadi investasi finansial dan investasi non financial. Investasi
finansial adalah bentuk pemilikan instrument finansial seperti uang tunai,
tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan
sejenisnya. Sedangkan investasi non financial di realisasikan dalam
13
bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud capital atau barang
modal, termasuk didalamnya inventori / persediaan (BKPM.2004)
Investasi juga dapat di katakan sebagai suatu bentuk pembiayaan
pembangunan yang merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi.
Kegiatan produksi yang produktif tersebut dapat memacu pertumbuhan
ekonomi dan dengan posisi semacam ini maka hakikatnya investasi juga
merupakan langkah awal dari kegiatan pembangunan ekonomi.
2. Faktor Penentu Investasi
Faktor-faktor penentu investasi sanagat tergantung pada situasi
dimasa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan
komponen yang paling berubah.
Sukirno (1996:76) menjelaskan bahwa faktor-faktor utama yang
menentukan tingkat dalam suatu perekonomian anatara lain, yaitu:
1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh di
masa depan.
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memeberikan
gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis jenis investasi
yang baik dan terlihat mempunyai prospek yang baik dan dapat
dilaksanakannya, dan besarnya investasi yang harus di lakukan untuk
mewujudkannya tambahan barang barang modal yang diperlukan.
Semakin baik keadaan masa depan , semakin besar tingkat
keuntungan yang akan diperoleh pengusaha. Oleh sebab itu, mereka
akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau
sedang dirumuskan dan direncanakan
2. Kemajuan teknologi
Pada umumnya semakin banyak perkembangan teknologi
yang dibuat, semakin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan
dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaruan-
pembaruan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal
yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan banguan-bangunan
14
pabrik/industri yang baru. Maka semakin banyak pembaharuan yang
akan dilakukan, semakin tinggi tingkat investasi yang akan tercapai.
3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya-perubahannya.
Dalam analisis mengenai penentuan pendapatan nasional
pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha
adalah berbentuk investasi otonomi. Walau bagaimanapun, pengaruh
pendapatan nasioanal kepada investasi tidak boleh diabaikan.
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar
pendpatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang
tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang
barang dan jasa jasa. Keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi
dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi.
Dengan kata lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi ,
maka investasi akan bertambah tinggi pula.
4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
Ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, pada
umumnya keuntungan yang diperoleh tersebut akan disalurkan untuk
meningkatkan invstasi perusahaan tersebut. Adanya peningkatan
keuntungan perusahaan membuat perusahaan berusaha untuk lebih
meningkatkan keuntungannya lagi dimasa depan sehingga
perusahaan meningkat tingkat investasinya guna mencapai tingkat
keuntungan yang dirapkan besar.
3. Jenis-jenis Investasi
Bersasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi
dalam kelompok :
1. Investasi Baru
Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan system produksi baru,
baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru, baik
sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun
perluasan produksi, tetapi harus menggunakan sytem produksi
baru.
15
2. Investasi peremajaan
Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-
barang capital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas
dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya.
3. Investasi Rasionalisasi
Pada kelompok ini peralatan yang lama digantikan oleh yang baru
dengan ongkos yang lebih murah. Walaupun kapasitas sama dengan
yang digantikannya.
4. Investasi perluasan
Dlalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti
yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi nya
masih sama.
5. Investasi Modernisasi
Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang
memang proses baru, atau memproduksi lama dengan proses yang
baru.
6. Investasi diversifikasi
Investasi ini untuk memperluas program produksi untuk perusahaan
tertentu, sesuai dengan program diverifikasi kegiatan usaha yang
bersangkutan.
4. Peranan Investasi
Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan
pembangunan ekonomi. Perubahan laju pertumbuhan investasi tersebut
mempengaruhi tinggi rendahnya pembangunan ekonomi diwilayah
tersebut. Oleh karenanya, setiap negara ataupun daerah tertentu berupaya
menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi tersebut agar
masuk kedalamnya.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, investasi (I) memiliki
peranan yang cukup penting dalam menentukan ekonomi di suatu negara
/ daerah disamping belanja masyarakat (C), pengeluaran pemerintah (G),
dan ekspor bersih (X-M). selain itu, investasi juga mempunyai dampak
16
terhadap peningkatan produksi barang dan jasa serta penciptaan
lapangan pekerjaan. Besar kecilnya investasi yang dilakukan dalam suatu
kegiatan ekonomi (produksi) ditentukan oleh tingkat bunga, tingkat
pendapatan , kemajuan tekonologi, ramalan kondisi ekonomi ke depan,
dan factor-faktor lain (Sukirno,1994:87)
Motif utama suatu negara mengundang investasi adalah untuk
menggali potensi kekayaan alam dan sumberdaya lainnya dalam upaya
mempercepat pembangunan ekonomi. Kenyataan ini disebabkan karena
investasi, baik asing maupun domestic akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, melalui proses industrialisasi, guna meningkatkan ekspor
barang manufaktur dan kebutuhan pasar domestic (subtitusi impor),
Proses industrialisasi diharapkan mampu berkembang bersama dengan
proses alih teknologi, alih kepemilikan, perluasan kesempatan kerja yang
disertai dengan peningkatan keahlian dan keterampilan. Namun, dalam
proses tersebut harus dihindari dominasi nasional oleh modal asing
(Wiranata,2004:12).
5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain menurut
Undang-Undang NO.25 Tahun 1997:
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
2) Menciptakan lapangan kerja
3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha
5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
17
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi PDRB sub Sektor Industri
Pengolahan
1. Penanaman Modal Asing (PMA)
Investasi asing atau bias disebut Penanaman Modal Asing (PMA)
adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk
pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri (Suryanto,
2003:72)
Menjelaskan bahwa PMA terdiri atas :
a. Investasi portopolio ( portopolio investment ), yakni investasi yang
melibatkan hanya asset-aset finansial saja, seperti obligasi dan
saham, yang didominasikan atau ternilai dari mata uang nasional
kegiatan investasi portopolio finansial ini biasanya berlangsung
melalui lemabaga keuangan seperti bank, perusahaan investasi,
yayasan pensiunan dan sebagainya.
b. Investasi asing langsung ( Foreign Direct Invetsmen ), merupakan
PMA yang meliputi investasi ke dalam aset -aset secara nyata
berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai barang
modal, pembelian tanah keperluan produksi, dan sebagainya.
Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi dapat dianggap
sebagai salah satu sumber modal pembangunan ekonomi yang penting.
Investasi asing langsung sangat penting peranannya bagi
perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber untuk
peningkatan devisa negara, investasi asing langsung juga berfungsi
sebagai transfer teknologi, keterampilan manajemen dan lapangan kerja
baru.
Investasi asing mempunyai kelebihan memberikan rasa aman bagi
negara yang menjadi tuan rumah dari resiko-resiko yang terjadi akibat
perkembangan perekonomian yang komporer yang seringkali dramatis,
terutama akibat perubahan apresiasi mata uang (Kuncoro,2001:128)
18
Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun
makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berpengaruh
terhadap ketenagakerjaan, penguasaan dan pendalaman teknologi, dan
terhadap pengembangan keterkaitan antar industri di dalam negeri
(domestic linkages) termasuk akses industri dalam negeri terhadap
jaringan produksi , perdagangan, dan investasi regional/global.
Pada saat ini banyak negara yang sedang berkembang maupun
negara maju telah menyadari dan melaksanakan atau mengusahakan
kerjasama anatara pemerintah dengan swasta. Bagi negara maju motif
mencari untung dari kegiatan akan selalu diutamakan, sedangkan bagi
negara sedang berkembang menganggap kegiatan penanaman modal
asing tersebut sebagai suatu perluasan untuk mendapatkan perkembangan
perdagangan dalam negeri.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Investasi dalam negeri biasa di kenal dengan istilah Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal
untuk pembangunan melalui investor dalam negeri. Modal dari dalam
negeri ini bias didapat baik itu dari pihak swasta ataupun pemerintah.
Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-
undang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri
kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun
1970. Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal
dalam negeri adalah pengunaan modal dalam negeri yang merupakan
bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan
benda-benda baik yang memiliki oleh negara maupun swasta nasional
atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang
disediakan/disisihkan guna menjalankan usaha yang mendorong
pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono,2007:178)
Menurut Wiranata (2004:18) dasar pertimbangan di keluarkannya
UU No.6 Tahun 1970 tentang PMDN adalah sebagai berikut:
19
1. Modal merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan
pembangunan ekonomi nasional yang berdasarkan kemampuan dan
kesanggupan bangsa Indonesia itu sendiri.
2. Perlunya dilakukan pemupukan modal dan pemanfaatan modal
dalam negri dan membuka kesempatan bagi para pengusaha swasta
seluas-luasnya.
3. Perlunya memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki pihak
asing dan menciptakan batas waktu usaha bagi perusahaan asing di
Indonesia yang menggunakan modal dalam negeri.
Pengembangan investasi-invetasi daerah dalam Memacu
pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN
merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga
meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri dapat
bersaing dengan investor asing dalam konstribusinya menigkatkan
perekonomian.
3. Tenaga Kerja
a. Pengertian tenaga keja
Tenaga Kerja adalah penduduk yang berumur pada batas usia
kerja dimana batas kerja setiap negara berbeda-beda. Usia kerja
adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap
mampu melaksakan pekerjaan, mencari kerja, bersekolah, mengurus
rumah tangga, dan kelompok lainnya seperti pensiunan
(Disnaker,2008).
Angkatan kerja (Labor Force) didefinisikan sebagai bagian dari
jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang mencari
kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang efektif atau bisa juga
disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi
jumlah penduduknya. Kenaikan penduduk terutama yang termasuk
golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak
pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu
20
memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya.
Gambar 2.1
Gambaran Ketenagakerjaan
Sumber: Badan Pusat Statidtik
Dari bagan diatas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan
bagian dari penduduk yang termasuk kedalam usia kerja adalah suatu
tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan
menghasilkan pendapatanya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14-
25 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk
diluar usia kerja, yaitu dibawah usia kerja dan diatas usia kerja.
Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dan yang
sudah pensiunan atau usia lanjut.
Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan
kerja. Yang termasuk didalamnya adalah para remaja yang sudah
termasuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencari
pekerjaan karena masih ada sekolah, ibu rumah tangga pun termasuk
kedalam kelompok bukan angkatan kerja.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja,
dikelompokan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja
(mencari kerja atau menganggur). Tenaga kerja (Man Power) adalah
bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses
produksi serta menghasilkan barang atau jasa.
Penduduk
Bukan usia kerja
Bukan Angkatan Kerja
Sekolah, Rumah Tangga, Lain-lain
Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bekerja
Mencari Kerja
21
b. Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Negara yang sedang berkembang umumnya masalah
pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga
kini. Karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
yang maksimal. Seperti halnya dinegara Indonesia, pemerintah
mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi
pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaan.
Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topic
dalam penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan dan
pengembangan industri-industri kecil, sedang dan besar dapat
berjalan semestinya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah
untuk mendorong perekonomian rakyat.
Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas,
menyerap tenga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau
tenaga kerja disuatu lapangan usaha untuk dapat sesuai dengan usaha
itu sendiri.
Dalam ilmu ekonomi seperti yang kita ketahui factor-faktor
produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah
satu factor tersebut tenaga kerja yang benar sesuai kebutuhan dengan
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki agar tenaga kerja yang
dimiliki dalam sektor industri, Modal utama yang dibutuhkan adalah
sumber daya manusia (SDM).
Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tiak
mampu menyerap tenaga kerja kondisi yang tidak siap pakai.
Disinilah perlunya peranan pemerintah upaya mengatasi melalui
pembinaan dan pengembangan industri kecil diharapkan dapat dapat
memberikan hasil diharapkan.
Selanjutnya dari uraian diatas dijeaskan melalui peningkatan
bantuan lunak dan bantuan keras dapat meningkatkan motivasi,
pengetahuan, keterampilan, dan wawasan/pandangan yang luas
22
sehingga lebih mempermudah proes penyerapan tenaga kerja yang
dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga kerja ini juga tidak terlepas
dari kesempatan yang tersedia di tengah tengah masyarakat.
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan di uraikan secara ringkas,
meskipun terdapat kemiripan dalam ruang lingkup penelitian tetapi terdapat
perbedaan dengan penelitian ini, baik dalam obyek atau periode waktu yang
digunakan. Sehingga penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai
referensi untuk saling melengkapi. Beberapa penelitian terdahulu tersebut
akan dijelaskan:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Penelitian,
Tahun
Judul Penelitian Variabel Alat
Analisis
Hasil
1. Octivinangsih
(2006)
“Analisis
pengaruh Nilai
Upah Minimum
Kabupaten
terhadap
Investasi,
penyerapan
Tenaga Kerja,
dan PDRB di
Kabupaten Bogor
- UM
P
- PM
A
- PM
DN
- Ten
aga
Ker
ja
- Oridin
ary
Least
Square
(OLS)
- Softwa
re
SASV
8
1.Investasi
PMA dan
PMDN
berpengaruh
positif
terhadap
PDRB kota
Bogor
2.UMP
Berpengaruh
positif
terhadap
penyerapan
tenaga kerja
2. Kawengian
(2002)
“ Analisis
pengaruh
Investasi dan
- PD
RB
- Tot
- Ordina
ry
Least
1. kegiatan
investasi
memberikan
23
Tenaga Kerja
dalam Sektor
Pertanian dan
Sektor Industri
Guna Menentukan
Strategi
Pembangunan
Ekonomi Irian
Jaya”
al Square
(OLS)
- Kuanti
tatif
dan
deksri
ptif
Pengaruh
terhadap
PDRB Irian
Jaya tetapi
investasi
tidak mampu
menimbulka
n efek
pertumbuhan
yang kuat
apabila tidak
diikuti
dengan
peningkatan
kualitas
tenaga kerja
3. Terjasari
(2008)
“ Peranan Sektor
Usaha Kecil dan
Menengah dalam
penyerapan
Tenaga Kerja dan
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia”
- Investasi
- Tenaga
Kerja
- PDRB
- Ordinary
Least
Square
(OLS)
- Software
Eviews 4.1
1.Hasil
penelitianny
a
membuktika
n bahwa
tenaga kerja
dan investasi
secara
signifikan
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
4. Novit Linda
Sitompul
(2008)
Analisis pengaruh
Investasi dan
Tenaga Kerja
terhadap PDRB
Sumatera Utara”
- PDRB
Industri,
Pertanian,
dan
Perdagang
an
- Investasi
Ordinary Least
Square
(OLS)
1. PDRB
sumatera
Utara
dipengaru
hi oleh
sector
ekonomi
24
- Tenaga
Kerja
utama
yaitu
sektor
pertanian,
sektor
industri,
dan sektor
perdagang
an,
2. Investasi
(PMDN)
serta
tenaga
kerja
berpengar
uh
terhadap
pertumbuh
an PDRB
Sumatrera
Utara
3. Kondisi
perekono
mian
(Dummy
Krisis)
tidak
berpengar
uh
signifikan
terhadap
PDRB
sumut.
5. Ferdiyan
(2006)
Analisis Pengaruh
Otonomi Daerah
Terhadap
Pertumbuhan
- Inflasi
- PMA
- PMDN
- PDRB
- analisis Shift
Share
- Ordinary
Least Square
1.Terhdapat
perbedaan
antara
periode
25
Investasi di
Provinsi Jawa
Barat”
- Dummy
(Otonomi
Daerah)
(OLS) sebelum
dan
sesudah
Otda.
Sebelum
otda
pertumbuh
an
investasi
positif
terhadap
perekono
mian
2.PMA
berpengar
uh Positif
terhadap
PDRB
Jawa
Barat
6. Morris M.
Kleiner
(2007)
Do Industrial
Relation
Institution
Influence Foreign
Direct
Investment.Eviden
ce From OECD
Nation (1985-
2000)
- FDI
- Tenaga
Kerja
- Industri
- Pajak
- PDRB
- Panel data
Negara-negara
anggota OECD.
1.Rendahnya
tingkat
FDI sksn
dsngst
mempenga
ruhi
tingkat
produksi
industri
terhadap
penyerapa
n tenaga
kerja
7. Linda Fung
Yee, & Chyau
Tuan
(1997)
Evplving Outward
Investment,Indust
rial,Concentratio
n, and Technology
- Industri
Manufaktur
- FDI
-
- Error Correcti
on Model
( ECM)
- Kebijakan
Perdagang
an terbuka
membuka
26
Change :
Implication For
Hong Kong
Produktifita
s Tenaga
Kerja
peluang
pengeploit
asian
tenaga
kerja dan
menyebab
kan
outward
looking
- FDI
berdampa
k langsung
menrestru
kturisasi
industri
manufaktu
r di
Hongkong
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini mengalisis factor-faktor yang mempengaruhi PDRB sub
sektor industri di Kabupaten Bogor.
Setelah mengidentifikasi kemudian menganalisi sumber modal
mana dari investasi yang ada ( PMA dan PMDN ) yang berpengaruh
terhadap sektor industri serta untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja pada
sektor industri tersebut.
27
E. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Gambar Kerangka Pemikiran
Pengaruh Investasi ( PMA dan PMDN ) dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub
sektor industri pengolahan di Kabupaten Bogor
Industri Pengolahan 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 2. Tekstil, Pakaian jadi, dan Kulit 3. Kayu dan Barang dari Kayu 4. Kertas, Percetakan, dan Penerbitan 5. Bahan Kimia, Minyak bumi, Batubara, Karet, dan Bahan dari
Plastik 6. Barang galian bukan Logam 7. Logam Dasar 8. Barang-barang dari Logam, Mesin 9. Industri pengolahan lainnya
Pendekatan
Faktor Input
Variabel Independen
Investasi
Tenaga
Kerja
(X3)
PMA (X1)
PMDN (X2)
Variabel Dependen
PDRB sub Sektor
Industri Pengolahan
(Y)
Metode Analisis
Model Analisis Regresi Berganda (OLS)
Hasil
Kesimpulan dan
Implikasi
28
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang
akan dibuktikan setelah data empiris diperoleh.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya:
1. Diduga penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan terhadap
PDRB sub sektor industri pengolahan.
2. Diduga penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh
signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.
3. Diduga bahwa PMA, PMDN, dan TK berpengaruh secara simultan
terhadap sub sektor industri pengolahan.
Berdasrkan uaraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesis untuk
dilakukan pengujian ada tidak nya pengaruh variable independen terhadap
variabel dependen. Hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari
penelitian adalah:
a. Diduga penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan terhadap
PDRB sub sektor industri pengolahan
b. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh
signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.
c. Diduga Tenaga Kerja (TK) berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub
sektor industri pengolahan.
d. Diduga bahwa PMA, PMDN, dan TK berpengaruh secara simultan
terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data runtut waktu (Time
Series) dengan menggunakan metode analisis berganda. Variabel yang
digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan. Investasi mencakup
Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
dan Tenaga Kerja (TK).
Pembahasan dalam penelitian ini menitikberatkan pada perekonomian
sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang dimaksud adalah semua
industri su sektor penolahan yang berada di Kabupaten Bogor menacakup
sektor migas dan non migas, Dalam penelitian ini data yang digunakan data
time series dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2017. Penelitian mengenai
sektor industri pengolahan sengaja dilakukan karena sektor tersebut
berkontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDRB)
total Kabupaten Bogor.
B. Metode Penelitian Sampel
Sampel yasng digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB sub sektor
industri pengolahan , Investasi PMA dan PMDN, serta jumlah tenaga kerja
yang terserap dalam sektor industri pengolahan dengan data tahunan selama
periode 2008-2018.
C. Metode Pengumpulan Data
Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teori-
teori yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian menganalisis hubungan
antar variabel dari teori-teori tersebut dengan permasalahan actual yang ada
pada saat ini. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yaitu berupa data
sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan atau lembaga pengumpul data
yang mana dalam penelitian ini antara lain diperoleh dari:
30
1. Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Bogor
2. Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat
3. Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)
4. Kabupaten Bekasi
5. Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat
6. Literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang berasal dari
intansi terkait maupun internet, yang berhubungan dengan topik penelitian
untuk memperoleh data tersebut.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Berganda
Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis regresi berganda untuk melihat factor
factor yang mempengaruhi PDRB sub sektor industri pengolahan di
Kabupaten Bogor.
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple
regression) dengan rumusan model penelitian sebagai berikut :
INDSTR = β0 + β1PMA + β2PMDN + β3TK + ε …………(3.1)
Namun didalam penelitian ini akan digunakan persamaan regresi
berganda yang telah di transformasikan dalam bentuk logaritma dengan
menggunakan kuadrat terkecil, dengan formulasi sebagai berikut :
LnINDSTR = β0 + β1LnPMA + β2LnPMDN + β3LnTK + ε….(3.2)
Keterangan:
INDSTR = PDRB Sub sektor industri pengolahan (milyar rupiah)
PMA = Penanaman Modal Asing (milyar rupiah)
PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (milyar rupiah)
TK = Tenaga Kerja ( /Ribu Orang )
β = Intercept
β1-β3 = Koefisien regresi masing-masing variable
independen
31
e = error term ( variable diluar model tetapi tidak ikut
berpengaruh terhadap variable dependen)
Metode analisis regresi berganda akan menghasilkan estimator yang
mempunyai sifat tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum
atau BLUE, yaitu:
a. Best adalah yang terbaik
b. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel. Jika ukuran sampel
ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter populasi
yang sebenarnya.
c. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai
dengan nilai yang sebenarnya.
d. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara
pemerkira lain yang tidak bias.
Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model
penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang
dilakukan melalui uji stasioneritas data setelah itu dilakukan pengujian uji
asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokolerasi,heterokedastisitas,
dan multikolinearitas, kemudian dilakukan uji statistic yang meliputi uji
signifikasi parameter individu (uji t statistik), dan uji signifikan simultan
(uji F statistic), dan uji koefisien determinasi (R2 ).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
peneliti melakukan uji normalitas, multikolinearitas, uji heteroskedasitas,
dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual
variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram
(Insukindo, 2003:61)
32
Uji normalitas melalui uji Jarque-Bera (J-B). Metode ini
menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Nilai statistic JB
didasarkan pada distribusi Chi Square dengan derajat kebebasan (df)
2. Jika nilai probabilitas statistic JB lebih kecil dari α = 5 persen maka
terjadi permasalahan normalitas atau residual tidak didistribusikan
secara normal dan sebaliknya (Widarjono,2007:54)
b. Uji Multikolinearitas
dilakukan dengan melihat.Correlation Matrix, jika nilai korelasi
yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya > 0,8) maka model regresi
dikatakan memiliki permasalahan multikolinieritas (Widarjono,
2007:114).
Multikolinearitas juga dapat uji dengan metode deteksi klien,
yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi model regresi
aslinya. Jika koefisien determinasi model regeresi aslinya, maka
terjadi permasalahan multikolinearitas altarm variabel independen
yang digunakan dalam model penelitian (Widarjono,2007:117).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisita adalah variansi data yang digunakan membuat
model menjadi tidak konstan. Pengujian terhadap ada tidaknya
masalah heteroskedastisitas dalam suatu model empiris yang sedang
diamati juga merupakan langkah penting sehingga dapat terhindar dari
masalah regresi lancung. Metode untuk dapat mendeteksi ada tidaknya
masalah heteroskedastisitas dalam model empiris dengan
menggunakan uji White Hetedoskedascity jika X2 (Obs
*R-Squade) >
X2 tabel atau nilai probability Obs
*R-Squared < 0,05 atau α = 5 persen
(Insukindo,2003:62).
d. Uji Autokorela
Autokorelasi adalah terjadinya korelasi altar variabel itu sendiri
pada pengamatan yang berbeda. Pengujian autokorelasi dilakukan
dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier
Test (uji-LM) Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah
33
autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama tetapi bisa juga
digunakan pada tingkat derajat. Dikatakan terjadi autokorelasi jika
nilai X2 (Obs
*R-Squared) hitung > X
2 tabel atau α nilai probability <
0,05 atau α=5 persen (Insukindo,2003:60)
Selain itu pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Uji Durbin Watson (DW)
dapat dilakukan dengan cara melihat nilai DW pada hasil regresi yang
mana daerah bebas autokorelasi idealnya nilai DW tersebut nilainya
berada altar (1,54-2,46)
Tabel 3.1
Kriteria Pengambilan Keputusan Daerah Autokorelasi
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tidak
menolak
Ho,berarti
tidak ada
autokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
negatif
0 dL du 2 4-du
4-dL 1,10 1,54 2,46 2,9 Sumber:
(Winarno,2007:5.25)
3. Pengujian Statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji F, Uji- t dan Koefisien
Determinasi (R2).
a. Uji Simultan (Uji F-Stastik)
Uji F-statistik menunjukan apakah semua varibel independen
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependennya. Untuk melakukan uji-F dengan cara Quick
Look,yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang
34
ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-
hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai
F-hitungnya lebih tinggi dari t-tabel maka suatu variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya
(Kuncoro,2003:219)
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependennya
(Kuncoro,2003:220)
c. Uji Parsial (Uji t-Statistik)
Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh
variabel independen secara individu terhadap variabel
dependendengan variabel yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh
setiap variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus
dibandingkan dengan nilai t table
Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel
distribusi untuk α = 0,05, dan derajat n – k. Maka dalam pengujian ini
dilakukan hipotesis sebagai berikut:
H0: β1 = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen)
Hi: βi ≠ 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen)
Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat
dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability
dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau
35
melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05
atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel yang
berarti menolak Ho dan menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya
(Kuncoro,2003:219).
E. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data tahunan
(timeseries) Dengan menggunakan satu variable terikat (dependen) yaitu
PDRB sub sektor industri pengolahan dan tiga variabel bebas (Independen)
yaitu PMA dan PMDN, serta Tenaga Kerja yang dianggap mempunyai
pengaruh nyata terhadap sektor industri. Penjelasan variabel-variabel tersebut
sebagai berikut:
1. Varibael dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel bebas (Lukman,2007:5)
a. output / PDRB industry
Data PDRB Industri yang digunakan dalam penelitian adalah
ini adalah data PDRB sub sektor industri pengolahan, data tahunan
dari 2011 sampai dengan 2017 yang diperoleh dari Statistik Industri
Besar dan Sedang terbitan BPS pusat dan Daerah. PDRB industri ini
dalam bentuk Milyar rupiah.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang nilainya mempengaruhi
perilaku dari variabel terikat (Lukman,2007:5)
a. Penanaman Modal Asing
Data PMA adalah data relisasi Penanaman Modal Asing (PMA)
yang disetujui pemerintah daerah menurut sektor ekonomi, dengan
periode tahunan selama kurun waktu 2011 sampai dengan 2017.
Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman
Modal Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bogor Dalam Angka
36
serta Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS, PMA dalam
bentuk Miliar Rupiah.
b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Data PMDN adalah data relisasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) yang disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi,
dengan periode tahunan selama kurun waktu 2011 sampai dengan
2017. Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman
Modal Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bogor Dalam Angka
serta Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS. PMDN dalam
bentuk Miliar Rupiah.
c. Tenaga Kerja
Data Tenaga Kerja yang digunakan adalah data tenga kerja yang
terserap pada sektor industri. Data tersebut diperoleh dari publikasi
Statistik Penduduk dan Bogor Dalam Angka terbitan BPS Pusat dan
Daerah. TK ini dalam bentuk Ribu orang.
37
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bogor
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu
wilayah atau daerah dalam suatu periode tertentu adalah melalui PDRB.
Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam daerah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unitekonomi.
Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas
Dasar Harga Berlaku dan PDRB atas Dasar Harga Konstan. PDRB atas
Dasar Harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung atas dasar harga berlaku setiap tahun, sedangkan PDRB atas
Dasar Harga Konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu
sebagai tahun dasar
B. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model peneltian, variabel dependen dan independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik
adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada
atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat
histogram-normality test. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
dari Jarque-Bera yang nilainya lebih besar dari 5 persen.
38
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa uji statistik JB, nilai
statistiknya sebesar 0.588383< 0.745134 (nilai X2 Chi square) atau
dengan probabilitas lebih besar dari α=5 persen yaitu: 0,165879. Oleh
karena itu, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat permasalahan
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan linear antar beberapa atau semua variabel independen
dalam model regresi. Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat
digunakan uji Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada
korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.80), maka hal ini
merupakan indikasi bahwa adanya Multikolinearitas. Uji Correlation
Matrix dapat dilihat seperti pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
39
Pada hasil uji Multikolinearitas dengan menggunakan uji
Correlation Matrix diatas, dapat dilihat bahwa antara variable PMA,
TK, dan PMDN memiliki nilai masing-masing sebesar 0,47, 0,83, dan
0,47 nilai dari masing-masing variabel tersebut semuanya lebih kecil
dari 0,80. Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh ternyata
tidak ada hubungan linear atau korelasi antara semua variabel
independen tersebut.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas, Model
yang baik adalah Homoskedastisitas dan tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas altar lain
dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari Obs*R-
squared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka dapat
dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas dan sebaliknya.
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
40
Tabel 4.3 menujukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared
adalah 0,820145. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α) = 5
persen (0,05), maka dapat dikatakan bahwa dalam model penelitian ini
tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas.
d. Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model
penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias.
Identifikasi ada tidaknya permaslahan autokorelasi dilakukan
menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared
adalah 0,356418, Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α)=5
persen atau 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat permasalahan autokorelasi.
Selain itu uji pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Dari hasil regresi dapat
dilihat bahwa nilai DW sebesar 1,43 nilai tersebut berkisar altar
(0,525-2,016) yang berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi.
2. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda
41
Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda untuk
model persamaan LnINDSTR= β0 + β1LnPMA + β2LnPMDN + β3LnTK
+ adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Olah Data
Sumber: Data sekunder yang diolah
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.8 diatas adalah:
LNINDSTR=11.76345+0.023802*LNPMA2.542791*LNPMDN+5.2270
99*LNTK
3. Hasil Uji Statistik
Setelah dilakukan pengujian analisis uji asumsi klasik dimana semua
kriteria uji asumsi klasik tersebut terpenuhi, serta hasil olah data regresi
melalui analisi regresi berganda maka selanjutnya akan dilakukan analisis
uji statistik yang meliputi uji F-statistik, koefisien determinasi R2, dan uji
t-statistik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai uji statistik tersebut.
a. Uji F-statistik
Uji F-statistik digunakan untuk menguji signifikansi seluruh
variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi
variabel dependen, Dari hasil regresi nilai Prob. F-statistik adalah
42
0,000173. Nilai ini lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen
atau 0,05) yang berarti bahwa variabel independen (PMA, PMDN
dan TK) secara bersama–sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (PDRB Sub sektor industri pengolahan).
b. Koefisien Determinasi (R2)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau
prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu
dijelaskan oleh model regresi R2 dalam regresi. Hasil olah data
regresi menunjukkan bahwa R2 yang diperoleh dari hasil estimasi
regresi sebesar 0.933385. Hal ini berarti bahwa 93,3385 persen dari
variasi variabel PDRB sub sektor industri pengolahan mampu
dijelaskan oleh variabel PMA, PMDN, dan TK.
c. Uji Parsial (Uji-t)
Berdasarkan hasil estimasi pada hasil regresi, didapat bahwa
dari semua variabel independen yang digunakan yaitu PMA, PMDN,
dan Tenaga Kerja (TK) hanya ada dua variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di
Kabupaten Bogor
Tabel 4.6
Hasil Uji t-statistik
Variabel Koefisien t-hitung Prob Pengaruh
PMA 0,023802 0,415906 0,6899 Tidak
Signifikan
PMDN -2,542791 0,393463 0,0003 Signifikan
TK 5,227099 6,108847 0,0005 Signifikan
43
1. Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap PDRB sub sektor
industri pengolahan
Hipotesis:
H0: β1 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen. H1: β1 ≠0, maka variabel Independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,6899.
Nilai ini lebih besar dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti menerima
Ho dan menolak H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara
individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
sub sektor industri pengolahan.
2. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap PDRB
industri pengolahan.
Hipotesis:
H0: β2 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
H1: β2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Nilai Prob. t-statistik PMDN adalah 0,0003. Nilai ini lebih kecil
dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H0 dan menerima H1.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMDN secara individual
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor
industri pengolahan.
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) memiliki pengaruh yang posistif.
Dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan PMDN sebesar satu
milyar rupiah maka akan meningkatkan PDRB sub sektor industri
pengolahan di Kabupaten Bogor sebesar 0,198398 milyar rupiah
(cateris paribus).
Hubungan positif yang terjadi antara PMDN dengan sub sektor
industri pengolahan dilihat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
ke arah yang positif, meningkat dalam arti bahwa tren yang ditunjukan
44
oleh fluktuasi PMDN itu sendiri cenderung baik sehingga bagi investor
lokal hal ini dapat menjadi alasan untuk menanamkan modalnya.Jika
suatu tren itu baik, dapat diartikan bahwa keadaan itu mendukung untuk
melakukan investasi, sehingga para investor tidak terlalu khawatir
untuk menanamkan modalnya. Walaupun dalam beberapa kasus hal
tersebut tidak selalu baik dikarenakan pegaruh keadaan fluktuasi
ekonomi dan iklim investasi yang kurang kondusif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi selain fasilitas dukungan dari
pemerintah daerah yang sudah lama didapatkan oleh Investor lokal
seperti Daftar Skala Prioritas (DSP), kondisi keamanan dan ketertiban
yang kondusif, serta koordinasi investor local dengan Pemda juga
cukup mempengaruhi terhadap pertumbuhan investor dalam negeri.
3. Pengaruh Tenaga Kerja (TK) Terhadap PDRB industri pengolahan.
Hipotesis:.
H0: β3 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
H1: β3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap
variabel dependen
Nilai Prob. t-statistik Tenaga Kerja (TK) adalah 0,005. Nilai ini
lebih kecil dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan
menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel TK secara
individual berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB
sub sektor industri pengolahan.
Semakin bertambahnya tenaga kerja terkhusus dalam bidang
industri pengolahan. Hal tersebut akan memperbesar PDRB sektor
industr
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan olah data dan hasil analisis pengujian data secara deskriptif
dan statistik, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel PMA penanaman modal asing memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap sub sektor pengolahan di kabupaten bogor. Hal ini
terlihat dari nilai probabiliti sebesar 0,6899 > 0,05 dengan koefisien
sebesar 0,023802
2. Variabel PMA penanaman modal asing memiliki pengaruh yang
signifikan dan negatif terhadap sub sektor pengolahan di kabupaten
bogor. Hal ini terlihat dari nilai probabiliti sebesar 0,0003 < 0,05 dengan
koefisien sebesar -2,542791
3. Tenaga Kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB sub
sektor industri pengolahan di kabupaten bogor. Hal ini terlihat dari
probabiliti nya sebesar 0,0005 < 0,05 dengan koefisien sebesar 5,227099
B. Implikasi
Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian
tentang pengaruh Investasi dan Tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB
sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bogor adalah:
1. Pemerintah Kabupaten Bogor dapat meningkatkan lagi pertumbuhan
PDRB sektor industrinya dengan cara meningkatkan investasi (PMDN)
serta mempertahankan investasi yang sudah ada. Karena bagaimanapun
peranan investasi ini menjadi faktor yang sangat penting dalam
pertumbuhan sektor industri. Cara yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan dan mempertahankan investasi diantaranya dengan
melakukan promosi investasi, penyediaan sarana penunjang investasi
seperti infrastruktur fisik jalan, insentif pemerintah, eliminasi hambatan
structural misalnya rantai birokrasi investasi yang tidak terlalu panjang.
46
2. Kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja
disektor industri. Maka sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan
tingkat urbanisasi pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas
tenaga kerja agar produktivitasnya juga meningkat. Karena Kabupaten
Bogor sebagai daerah yang penopang utamanya industri, memilki
tingkat urbanisasi yang tinggi sehingga berdampak pada laju
pertumbuhan penduduk (LPP) yang tinggi.
C. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa
saran yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan,
saran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian bahwa peningkatan investasi akan meningkatkan
pertumbuhan PDRB industri, maka dengan adanya investasi baik berupa
modal dan sumber daya manusia, misalnya dengan mengadakan
pelatihan atau training soft skill sebelum bekerja pada bidang industri
yang lebih spesifik maka diharapkan dapat meningkatkan produktifitas
yang dihasilkan tenaga kerja. Selain itu, dengan adanya investasi
khususnya sumber daya manusia diharapkan dapat menurunkan angka
pengangguran dan terjadi penyerapan tenaga kerja yang digunakan dalam
proses produksi sehingga meningkatkan modal dalam sektor industri
yang nantinya juga dapat meningkatkan PDRB total di Kabupaten Bogor
2. Pertumbuhan sektor industri sangat dipengaruhi oleh keadaan fluktuasi
ekonomi, karena kegiatan produksinya tergantung pada keadaan
perekonomian. Jadi, diharapkan pemerintah kabupaten dapat menjaga
kestabilan perekonomian daerah agar tercipta iklim ekonomi dan
investasi yang kondusif sehingga kegiatan perekonomian dapat terus
berkembang.
3. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya perlu
ditangani dengan serius mengingat pertumbuhan penduduk sebagai
akibat dari urbanisasi dari luar daerah menyebabkan angka pengangguran
47
di kabupaten bogor cukup besar sehingga menyebabkan penyerapan
tenaga kerja pada sektor industri pun cukup terbatas. Untuk penelitian
selanjutnya, maka diharapkan untuk meneliti perbandingan pertumbuhan
sektor industri pengolahan dari sub sektor tekstil, karet, dan plastik
dengan industri logam, dan mesin, karena kedua sub sektor ini
mempunyai perbedaan dimana sub sektor tekstil lebih cenderung ke
padat karya sedangkan sub sektor logam, mesin lebih dominan ke sektor
industri yang padat modal. Hal inilah yang menjadi corak industri di
Kabupaten Bogor.
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim______Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2008
“Pembentukan Kawasan Industri Kabupaten Bogor” Jawa Barat
Arsyad, Lincolin. 2010. “Ekonomi Pembangunan.” Edisi Kelima.UPP STIM
YKPN Yogyakarta
Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bogor “Realisasi PMA
dan PMDN”. BPPMD, Kabupaten Bogor
Badan Pusat Statistik “Kabupaten Bogor Dalam Angka”. Berbagai edisi. BPS
Bogor.
Badan Pusat Statistik. “Jawa Barat Dalam Angka”. Berbagai edisi. BPS, Jakarta
Badan Pusat Statistik. “Statistik Industri Besar dan Sedang”. Berbagai edisi.
Jakarta
Budianto, Eka. 1999 “Moral Industri, Laporan dan Renungan.Jakarta”. Pustaka
Sinar. Jakarta
Ferdiyan, A. 2006 “Analisis Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan
Investasi di Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
IPB. Bogor
Hamid, Abdul. 2007. “Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta: FEIS UIN Press
Hamja,Yahya. 2008 “Modul II Ekonometrika” Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial,UIN Syahid Jakarta.
Kompas.com. Riset UGM: Jumlah Pengguna Internet Pengaruhi PDB. Ditulis
oleh Yoga HW
(https://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/09/164804126/riset-ugm-
jumlah-pengguna) diakses pada 10 September 2018
Mulyadi, Julius A.1990. “Makro Ekonom”, Edisi Kedua, Erlangga.Jakarta
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus (terj.).1993. “Pengantar Ekonomi”,
Edisi Kedua belas, Erlangga.Jakarta
Sukirno, S. 1996 “Ekonomi Pembangunan”. Fakultas Ekonomi.Universitas
Indonesia (UI). Bina Cipta. Jakarta
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2010
49
Sutikno, dan Maryunani. Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan Sebagai
Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Kabupaten
Malang. Journal of Indonesian Applied Economics Vol 1 No 1 Oktober
2007, Hal 1-17.
Tripurwanta, Irfan. Pengaruh Investasi, Inflasi, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai
Ekspor dan Jumlah Pengguna Internet Terhadap Pendapatan Subsektor
Wiagustini, Ni Luh Putu, et al. Potensi Pengembangan Investasi Berbasis
Ekonomi Kreatif di Denpasar. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 10
No. 2. Agustus 2017. Hal 155-173.
Widarjono, Agus. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: Penerbit
UPP STIM YPKN. 2010.
Widiansyah, Apriyanti. Peran Ekonomi dalam Pendidikan dan Pendidikan dalam
Pembangunan Ekonomi. Jurnal Cakrawala Vol XVII No 2, September 2017,
hal 207-2015.
Widiastuti, Ni Komang. Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Kinerja Keuangan
Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali. FE
Universitas Udayana, Bali.
Winarno, Wahyu Wing. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2011.
Zang, Jianpeng., and Kloudova. Factors Which Influence the Growth of Creative
Industries: Cross-section Analysis in China. Creative and Knowledge
Society/ International Scientific Journal. Page 5-19.
50
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 2. Hasil Uji Multikolinearitas
51
Lampiran 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
52
Lampiran 4. Hasil Uji Autokorelasi
53
Lampiran 5. Hasil Olah Data
Lampiran 6. Hasil Uji t-statistik
Variabel Koefisien t-hitung Prob Pengaruh
PMA 0,023802 0,415906 0,6899 Tidak
Signifikan
PMDN -2,542791 0,393463 0,0003 Signifikan
TK 5,227099 6,108847 0,0005 Signifikan
54