ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENILAIAN KINERJA … · Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Pangrango...

114
ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENILAIAN KINERJA TERHADAP MOTIVASI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA HOTEL PANGRANGO 2 BOGOR MARTINA HARAHAP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENILAIAN KINERJA … · Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Pangrango...

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENILAIAN KINERJA

TERHADAP MOTIVASI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

KARYAWAN PADA HOTEL PANGRANGO 2 BOGOR

MARTINA HARAHAP

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pengaruh Faktor

Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi dan Produktivitas Kerja Karyawan Pada

Hotel Pangrango 2 Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Martina Harahap

H251080101

ABSTRACT

MARTINA HARAHAP. Permormace Evalution Analysis of Factors Influence on

Employees Motivation and Productivity in the Hotel Pangrango 2 Bogor.

Supervised by Aida Vitayala and Abdul Kohar Irwanto.

Pangrango 2 Hotel is a private company involved in industry. In order to

face the tight competition among other hotels and to be able to survive in the

industry the management of Pangrango 2 Hotel Should be concerned in improving

its facilitas and service . Therefore, human resources play a very important role.

The objectives of this study are, (1) to analyse the evaluation method of workers

performance used in Pangrango 2 Hotel, (2) to analyse the effect of this evaluation

towords the motivation in working, (3) to analyse the impact of motivation

toword the productivity of the employees, and (4) to recommend formulas that

can be implemented by the company to increase the motivation and productivity

of the workers. The methodology used in this study is sensus technique or total

sampling, in which all employees whom total are 133 are decided as the

respondents. The data analysis was held with Structur Equatiom Modeling (SEM)

by using Linear Structur Relationship (LISREL) software version 8.30.

The study showed that the collected data are reolevant to the implemented

theories. It is clearly showed in output index of LISREL which gave certain

figures of parameter e.g. CChi-Square, Leverage level, Probability index, and

RSMEA. The output also showed that the evaluation of workers performance

significantly influenced the motivation of the employees with t_score 36.50 >

1.96. On the other hand, the place where the evaluation were conducted did not

give a clear impact toward the motivation with t-score 1.76 < 1.96. The content of

evaluation was negatively effected the motivation with t-score -8.31 < 1.96.

Meanwhile, the motivation showed a positive influence towards the productivity

of the workers with t-score 6.74 > 1.96. This result explained that the evaluation

method that has been used in the company in the workers, expectation. Therefore

the management of Pangrango 2 Hotel should make an improvement in this

sector, so that the employees will be satisfied.

Keywod: performance evalution, Motivation, Productivity, Hotel Pangrango2<

Structur Equation Modeling (SEM), LISREL 8.30.

RINGKASAN

Martina Harahap, Analisis Pengaruh Faktor Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi

dan Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Pangrango 2 Bogor. Dibimbing

oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan ABDUL KOHAR IRWANTO.

Hotel Pangrango 2 meruupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam

Hospitality industry di Kota Bogor yang berstatus sebagai hotel yang berbintang

tiga yang telah berdiri sejak tahun 1996, dalam menghadapi persaingan yang

semakin kompetitif, HP-2 harus memperlihatkan peningkatan factor-faktor yang

bersifat kuantitatif dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan

prasarana yangv tersedia seperti jumlah kamar dan tempat tidur, ketersediaan ball

room, resto, bar, meeting room dan fasilitas lainnya. Dengan demikian dapat

terlihat bahwa peranan sumberdaya manusia merupakan sesuatu yang penting

bagi kelangsungan hidup usaha perhotelan padea umumnya. Kualitas sumberdaya

manusia memegang peranan yang tidak dapat dihindari lagi untuk kelangsungan

hidup perhotelan. Sistem penilaian kinerja di perusahaan atau organisasi

merupakan bagian yang tidak bias terpisahkan dari sist5em manajemen kinerja

yang memiliki tujuan secara khusus untuk membantu pengembangan karyawan,

sebagai penjabaran salah satu visi dan misi peusahaan atau organisasi.

Pengembangan karyawan dalam berbagai bentuk merupakan syarat mutlak

tercapainya organisasi yang memiliki daya saing tinggi. Karena itu, fungsi-

fungsinya secara utuh dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas sumberdaya

manusia. Tidak hanya bagi karyawan, namun system penilaian kinerja juga sangat

diperlukan organisasi agar dapat menampilkan gambaran secara menyeluruh

mengenai kondisi ketenagakerjaan suatu organisasi dalam rangka mencapai

tujuan organisasi.

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) Menganalisis penilaian

kinerja yang diterapkan Hotel Pangrango 2 Bogor untuk menilai kinerja

karyawan, (2) Mengidentifikasi pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi

kerja karyawan pada Hotel Pangrango 2 Bogor, (3) Mengidentifikasi pengaruh

penilaian kinerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada Hotel Pangrango 2

Bogor, (4) Merekomendasikan rumusan tentang upaya-upaya yang dapat

dilakukan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan motivasi dan

produktivitas kerja karyawan pada Hotel Pangrango 2 Bogor.

Penelitian ini dilakukan di Hotel Pangrango 2 Bogor. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik sensus. Analisis menggunakan Structural Equation

Modeling (SEM). Analisis SEM digunakan untuk menguji kesesuaian antara

model kepuasan yang sudah disusun secara teoritis dengan data empiris yang ada

di lapangan. Pengolahan data SEM di uji dengan menggunakan sofware LISREL

8.30 yang kemudian hasilnya digunakan dalam analisis pembahasan dan implikasi

manajerial bagi organisasi. Data penelitian didapatkan dengan menggunakan

kuesioner kepada seluruh karyawan yang ada di Hotel Pangrango 2 Bogor yang

berjumlah 133 orang, data diolah menggunkan Struktur Equation Modeling

(SEM) dengan bantuan LISREL.

Berdasarkan hasil analisis SEM, hasil pengolahan data dengan LISREL

8.30 menunjukkan standar-standar yang sesuai dengan aturan kecocokan model,

sehingga tidak perlu lagi berbagai modifi8kasi. Berdasarkan uji kecocokan model

dengan data yang disajikan (sesuai dengan data empiris). Index-index tersebut

diantaranya yaitu Degree Of Freedom (DF), Chi-square, RSMEA, dan P-value.

Berdasarkan uji kecocokan, mengindikasikan bahwa terdapat kecocokan yang

baik antara model dan kenyataannya (didukung data empiris). Nilai Chi-square

(X2) yang kecil relative terdapat derajad bebas (DF) menunjukkan bahwa model

yang diajukan didukung oleh bdata empiris. Nilai RSMEA = 0.005 dan P-value =

0.47216 menmunjukkan adanya kedekatan suatu model dengan populasinya dan

model didukung pula oleh data empiris.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa materi penilaian adalah signifikan

(berpengaruh positif) terhadap motivasi dengan nilai koefisien kontruk sebesar

1.03 dan nilai-t sebesar 36.50 > 1.96. Tempat penilaian tidak berpengaruh secara

nyata terhadap motivasi dengan nilai koefisien kontruk sebesar 0.00 dan nilai-t

1.76 < 1.96. Metode penilaian signifikan (berpengaruh negative) terhadap

motivasi dengan koefisien kontruk sebesar -0.12 dan nilai-t sebesar -8.31 < 1.96.

Dan motivasi berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan dengan

koefisien kontruk sebesar 1.00 dan nilai-t 6.74 > 1.96. Hal ini menjelaskan bahwa

metode yang digunakan selama ini dalam menilai kinerja karyawan belum

memenuhi harapan karyawan, untuk itu pihak manajemen Hotel Pangrango 2

Bogor baiknya melakukan upaya perbaiknan yang dapat mengurangi ketidak

puasan karyawan atas metode yang selama ini digunakan.

Kata kunci: Penilaian kinerja, Motivasi, Produktivitas, Hotel Pangrango 2 Bogor,

Structural Equation Modeling (SEM), LISREL 8.30.

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENILAIAN KINERJA

TERHADAP MOTIVASI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

KARYAWAN PADA HOTEL PANGRANGO 2 BOGOR

MARTINA HARAHAP

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Manajemen pada

Program Studi Ilmu Manajemen

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Pengui Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Muhammad Syamsun MSc

Judul Tesis : Analisis Pengaruh Faktor Penilaian Kinerja Terhadap

Motivasi Dan Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel

Pangrango 2 Bogor

Nama : Martina Harahap

NIM : H251080101

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ilmu Manajemen

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas berkat dan

karunia-Nyalah sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Judul tesis ini

adalah “Analisia Pengaruh Faktor Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi dan

Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Pangrango 2 Bogor” tesis ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program

Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana, Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen ,Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis selaku ketua dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, masukan, kesabaran dan motivasinya yang tak

ternilai dalam menyelesaikan tesis ini

2. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc selaku anggota pembimbing dan

juga sebagai ketua Program Studi Ilmu Manajemen yang telah dengan sabar

membimbing dan mengarkan penulis untuk kesempurnaan tesis ini.

3. Kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc. Penulis mengucapkan

terimaksih atas kesediannya untuk menjadi dosen penguji luar komisi dalam

siding tesis ini. Masukan yang bapak berikan akan sangat berarti untuk

perbaikan tesis ini.

4. Kedua orang tua Ayahanda Masran Harahap dan Ibunda Nurzannah

Sihombing yang selalu memberikan kasih saying, dorongan, semangat dan

doa restu yang tidak ada hentinya. Semoga Alklah SWT senantiasa

melimpahkan kesehatan, berkah dan karunia-Nya kepada Bapak dan Ibu.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati DEpartemen Manajemen FEM IPB.

6. Teman-teman kuliah Program Ilmu Manajemen tahun 2008 atas bantuan dan

dukungannya

Bogor, Agustus 2012

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Batangtoru Tapanuli Selatan pada tanggal 11 Maret 1985,

sebagai anak ke lima dari lima bersaudara. Dari pasangan Bapak Masran Harahap

dan Ibu Nurzannah Sihombing.

Pada tahun 2003, penulis lulus SMA Negeri 1 Batangtoru, dan pada tahun

yang sama penulis diterima di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, dan pada tahun 2008

menyelesaikan studi. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Manajemen.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belekang ................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

2.1. Arti Penilaian Kinerja Karyawan ..................................................... 7

1.Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja .......................................... 7

2.2. Motivasi ............................................................................................ 9

1. Pengertian Motivasi ...................................................................... 9

2. Manfaat Motivasi .......................................................................... 10

3. Teori Motivasi ............................................................................... 10

2.3. Prestasi Kerja .................................................................................... 11

2.4. Produktivitas Karyawan .................................................................... 11

2.5. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................. 13

2.6. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 14

2.7. Defenisi Operasional ......................................................................... 16

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 17

3.1. Penentuan Lokasi Penelitian ............................................................. 17

3.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 17

3.3. Pengambilan Sampel ......................................................................... 17

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 17

1. Uji Validasi dan Rehabilitas Kuisioner ........................................ 18

2. Analisis Data ................................................................................. 19

3. Analisis Trend ............................................................................... 25

1V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 29

4.1. Sejarah dan Perkembangan HotelPangrango 2 Bogor ...................... 29

4.2. Visi dan Misi Hotel Pangrango 2 Bogor ........................................... 30

4.3. Manajemen dan Struktur Organisasi ................................................. 30

4.4. Produk dan Fasilitasnya .................................................................... 32

4.5. Perkembangan dan Peramalan Hotel di Kota Bogor ........................ 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 37

5.1. Profil Responden ............................................................................... 37

1. Usia Responden ............................................................................. 37

2. Jenis Kelamin ................................................................................ 38

3. Masa Kerja..................................................................................... 39

4. Tingkat Pendidikan ........................................................................ 39

5.2. Uji Validasi dan Reliabilitas .............................................................. 40

5.3. Self Appraisal di Hotel pangrango 2 Bogor ...................................... 40

1. Instrumen Penilaian Kinerja .......................................................... 41

2. Tahapan penilaian Kinerja ............................................................. 42

3. Waktu Pelaksanaan Penilaian Kinerja ........................................... 44

4. Persepsi Responden Terhadap Penilaian Kinerja .......................... 44

5.4. Hasil Analisis Structural Equation Modeling .................................... 46

1. Analisis Pengaruh Peubah Laten Eksogen Terhadap Peubah

Laten Endogen (Motivasi Kerja) .................................................. 53

2. Analisis Pengaruh Peubah Laten Endogen Motivasi

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan dan Indikator

Pembentuknya ............................................................................... 56

5.5. Implikasi Manajerial .......................................................................... 60

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 63

6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 63

6.2. Saran ................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 65

LAMPIRAN .................................................................................................. 71

ii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke kota Bogor ........................ 1

2. Perkembangan Hotel di Kota Bogor ................................................. 2

3. Persentase tingkat hunian Hotel di kota Bogor tahun 2006-2010 ....... 3

4. Jenis, Jumlah dan Harga Kamar di Hotel Pangrango 2 Bogor ........... 32

5. Nilai MAPE Beberapa Model Peramalan Jumlah Hotel di Kota

Bogor ................................................................................................... 34

6. Pendapat Seluruh Responden Mengenai Penilaian Kinerja di

HP-2 Bogor ......................................................................................... 44

7. Pengertian Beberapa Fit Index untuk Evaluasi Kecocokan

Model .................................................................................................. 47

8. Uji Kecocokan pada Beberapa Kriteria Goodness of Fit Index .......... 48

9. Faktor Muatan (Loading Faktor) dan Nilai-t Hasil Perhitungan ........ 52

10. Kontribusi Peubah Motivasi dan Produktivitas Kerja Karyawan ....... 57

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka pemikiran Konseptual penelitian ...................................... 15

2. Penerapan Kerangka Pemikiran Pada Model Persamaan

Sruktural ............................................................................................ 24

3. Grafik Analisis Trend ......................................................................... 26

4. Perkembangan Jumlah Hotel di Kota Bogor, dengan Model

Linear ................................................................................................ 35

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ....................................... 38

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelami ......................... 38

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa kerja ........................... 39

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan ............... 40

9. Path Diagram Hasil Estimasi Faktor Muatan (Loading Factor)

Model Struktural Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi dan

Produktivitas Kerja Karyawan ............................................................ 49

10. Hasil T-Values Model Struktural Penil;aian Kinerja Terhadap

Motivasi dan Produktivitas Kerja Karyawan ...................................... 50

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Penelitian ................................................................................. 71

2. Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas ........................................................... 75

3. Hasil Analisis Tren dengan Menggunakan Minitab 14.0 ........................ 77

4. Syntax Model dan Output LISREL 8.30 ................................................. 81

5. Fasilitas Hotel Pangrango 2 Bogor ......................................................... 88

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bogor sebagai salah satu kota penyangga Ibu Kota Jakarta memiliki

pusat kuliner, dan tujuan wisata, yang tidak pernah sepi pengunjung. Pada akhir

pekan, kota berhawa sejuk ini sesak dengan wisatawan dan keluarga yang ingin

berlibur. Letak geografis Bogor sangat strategis karena merupakan Kota lintasan

utama dan pintu gerbangnya Jawa Barat. Potensi strategis lokasi Bogor yang

merupakan Kota Satelit dari Ibu Kota Jakarta, menjadikan Bogor sebagai kota

yang memiliki perkembangan bisnis yang cepat sebagai kota pendukung Jakarta.

Didukung dengan kondisi alam dan iklim yang nyaman membuat Bogor sangat

diminati sebagai tempat untuk pertemuan, konferensi, berlibur bahkan menetap

bersama keluarga.

Menurut data dari Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan

(Disparbud) Pemerintah Kota Bogor, kunjungan wisatawan nusantara dan

wisatawan mancanegara ke kota Bogor dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.

Tabel 1 Perkembangan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor

No Jenis

Usaha

Jenis

Wisatawan

2006 2007 2008 2009 2010

1. Objek

wisata

Nusantara 1.267.839 1.3.70.119 1.163.110 1.524.044 1.630.715

Manca

Negara

13.732 18.714 41.377 42.812 43.863

Jumlah

1.281.571 1.388.833 1.204.487 1.566.856 1.674.578

2. Akomo

dasi

Nusantara 539.276 716.807 1.086.374 1.205.628 1.190.793

Manca

Negara

36.144 31.443 102.737 104.076 102.055

Jumlah 575.420 748.250 1.189.111 1.309.704 1.292.848

Sumber: Buku DPKB, 2010

Tabel 1 menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan ke Bogor mengalami

peningkatan. Kunjungan wisata ke Kota Bogor yang menggunakan akomodasi

2

penginapan di kota Bogor selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data

perkembangan kunjungan wisata ke Bogor tersebut menunjukkan bahwa daya

tarik kota Bogor menjadi kota tujuan wisata ternyata sangat besar. Kondisi

tersebut memberikan rangsangan tersendiri bagi Kota Bogor untuk terus

meningkatkan pelayanannya agar mampu menjaring Wisatawan.

Tabel 2 Perkembangan Hotel di Kota Bogor

Tahun

Jlh

Hotel

(unit)

% pertum

buhan per

tahun

Tempat

tidur

(buah)

% pertum

buhan per

tahun

Jlh Kamar

(unit)

% Pertum

buhan per

tahun

2005 8 - 729 - 656 -

2006 8 0 863 18.38 597 -8.99

2007 25 212.5 475 -44.95 284 -52.42

2008 42 68 1.240 161.05 899 216.54

2009 44 4.76 2.202 77.58 1.512 68

2010 44 0 2.251 2.22 1.571 3.90

Jumlah

171

285.26

7.760

214.28

5.519

227.03

Sumber: Biro Pusat statistik Kota Bogor, 2010

Bisnis perhotelan di kota Bogor dari tahun ke tahun mengalami kenaikan

yang dapat ditunjukkan dari jumlah usaha hotel, jumlah kamar hotel dan jumlah

tempat tidur dalam hotel (tidak membedakan tipe kamar). Kunjungan wisatawan

Nusantara dan Manca Negara ke Kota Bogor dari Tahun 2008 - 2009 mengalami

kenaikan tetapi untuk Tahun 2010 mengalami penurunan karena faktor krisis

ekonomi di eropa.

Tabel 3 memperlihatkan bahwa persaingan antara hotel di Bogor cukup

tinggi, terutama sejak mulai beroperasinya Hotel Santika Bogor di akhir Tahun

2008. Persentase hunian diraih oleh Hotel Santika Bogor di akhir Tahun 2008

bahkan mencapai angka tertinggi dibanding hotel berbintang lainnya di kota

Bogor yaitu 83,7%. Lokasi yang sangat strategis dan didukung oleh beberapa

fasilitas pendukung, seperti pool bus Damri dan Botani Square, membuat Hotel

Santika jadi competitor yang perlu diperhitungkan dalam peta persaingan industry

perhotelan di Bogor.

3

Tabel 3. Persentase tingkat hunian beberapa Hotel di Kota Bogor Tahun 2006-

2010 (dalam persen)

Sumber: Biro Pusat Statistik Kota Bogor, 2010

Tingkat hunian kamar merupakan salah satu tolok ukur utama dalam

melihat keberhasilan suatu jasa perhotelan, sebagai indikasi volume penerimaan

tamu pada suatu periode. Tingginya tingkat hunian kamar juga menunjukkan

tingginya kemampuan hotel dalam menjalankan bisnis perhotelannya.

Peningkatan kualitas pelayanan menjadi sebuah kunci dalam

memenangkan persaingan dalam industry hospitality khususnya usaha perhotelan.

Industry hospitality menjadikan pelayanan dari karyawannya sebagai faktor

utama yang mempersentasekan produk secara utuh. Pelayanan itu sendiri menurut

Sulistiyono (2006), adalah suatu aktivitas ekonomi yang menghasilkan waktu,

tempat, bentuk dan kebutuhan psikologis yang diperlukan oleh seseorang.

Perubahan terhadap kebutuhan tamu harus diikuti dengan perubahan cara kerja

individu-individu dalam perusahaan.

Karyawan hotel harus memahami pentingnya memberi kepuasan kepada

para tamu dan dapat melihat segala hal dari sudut pandang para tamu.

Kemampuan dalam mengelola dan mempertahankan kepuasan para tamu

merupakan faktor yang utama karena hal tersebut akan menjadi nilai lebih yang

memberikan ketertarikan para tamu untuk kembali menggunakan jasa hotel.

Peranan sumberdaya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat

penting karena jenis industri perhotelan lebih banyak menjual produk dalam

bentuk jasa pelayanan dibandingkan dengan produk dalam bentuk barang jadi.

Menurut Olsen dan Wyckoof (2006), dalam industri perhotelan sebagian besar

produk ditawarkan berupa produk pelayanan atau jasa.

No Nama Hotel 2006 2007 2008 2009 2010

1.

Hotel New Mirah

57,6

63

74,2

74,2

55,59

2. Hotel Pangrango 2 51,1 52,5 60,2 62,6 67,51

3. Hotel Sahira 44,6 54,2 65,5 67,7 68,3

4. Novotel Carolia 59,9 62,8 71,9 66,5

5. Hotel Salak The

Heritage

60,7 62,9 71,1 72,2 64,43

6. Hotel Santika - - - 83,7 -

4

Hotel Pangrango 2 (selanjutnya disingkat HP-2) merupakan perusahaan

swasta yang bergerak dalam hospitality industry di Kota Bogor yang berstatus

sebagai Hotel bintang tiga, HP-2 berdiri sejak Tahun 1996 dan di dalam

menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, telah memerhatikan

peningkatan faktor-faktor yang bersifat kuantitatif dengan meningkatkan

kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia, termasuk

karyawan. Dengan demikian dapat terlihat bahwa peranan sumberdaya manusia,

yaitu karyawan marupakan suatu aset yang penting bagi kelangsungan hidup

usaha perhotelan pada umumnya. Kualitas sumberdaya manusia memegang

peranan yang tidak dapat dihindari lagi untuk kelangsungan hidup usaha

perhotelan.

Para praktisi sumberdaya manusia menilai bahwa penilaian kinerja adalah

suatu unsur penting dalam sistem sumberdaya manusia itu sendiri. Diawali

dengan seleksi yang disebut sebagai memilih orang yang tepat untuk suatu

pekerjaan yang tersedia (Walker 1992). Kemudian diikuti dengan penilaian

kinerja terhadap karyawan yang bertujuan memonitor dan mempertahankan

kinerja karyawan yang terpilih pada suatu tingkatan tertentu. Penilaian kinerja

akan berpengaruh terhadap tindak lanjut yang diperlukan karyawan yang

berkaitan dengan keputusan kepegawaian, misalnya promosi, demosi, penggajian,

atau langkah-langkah pengembangan.

Karena itu, sangat diperlukan suatu penilaian kinerja yang mampu

memenuhi fungsi-fungsinya secara utuh dalam kaitannya dengan peningkatan

kualitas sumberdaya manusia. Tidak hanya bagi karyawan, namun penilaian

kinerja juga sangat diperlukan organisasi agar dapat menampilkan gambaran

menyeluruh mengenai kondisi ketenagakerjaan suatu perusahaan dalam rangka

pencapaian tujuan perusahaan.

Sistem penilaian kinerja diperusahaan atau organisasi merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari suatu sistem manajemen kinerja yang memiliki tujuan

khusus untuk membantu pengembangan karyawan, sebagai penjabaran visi dan

misi perusahaan atau organisasi. Pengembangan karyawan dalam berbagai bentuk

merupakan syarat mutlak tercapainya perusahaan atau organisasi yang memiliki

daya saing tinggi. Fungsi utama penilaian kinerja sebagai alat untuk

5

mengevaluasi kinerja karyawan dalam jangka waktu satu tahun, penilaian kinerja

juga diharapkan mampu memenuhi fungsi-fungsi penilaian kinerja yang

berkaitan dengan penggajian, pemberian umpan balik, dan memberi arahan

terhadap kinerja yang akan datang.

Proses penilaian kinerja memegang peranan yang cukup penting baik bagi

karyawan yang dinilai maupun penilai. Kurang jelasnya kriteria penilaian

seringkali dikeluhkan karyawan baik yang berada dalam satu divisi maupun yang

berbeda divisi. Kecenderungan pemberian nilai yang selalu tinggi atau yang selalu

rata-rata menjadi halangan bagi optimalisasi pelaksanaan penilaian kinerja.

Karyawan juga sering kali merasa adanya kekurangan dalam pengamatan atasan

terhadap kinerja bawahan secara menyeluruh dari waktu kewaktu. Prosess

penilaian kineja secara formal yang dilakukan setahun sekali, dianggap kurang

mampu mencerminkan hasil kinerja yang sesungguhnya terhadap karyawan

dalam waktu satu tahun penilaian.

Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis penilaian kinerja yang saat

ini berlaku agar dapat bermanfaat bagi karyawan dalam hal memotivasi dan

meningkatkan produktivitas kerja karyawan dilingkungan kerja HP-2 Bogor yang

pada akhirnya juga akan bermanfaat bagi organisasi secara keseluruhan.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana penilaian kinerja yang digunakan pada HP -2 Bogor untuk

menilai kinerja karyawan?

2. Bagaimana pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi kerja karyawan pada

HP-2 Bogor?

3. Bagaimana pengaruh penilaian motivasi terhadap produktivitas kerja

karyawan pada HP-2 Bogor?

4. Upaya apa yang dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan motivasi

dan produktivitas kerja karyawan dalam rangka pencapaian tujuan

perusahaan.

6

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis penilaian kinerja yang diterapkan HP-2 Bogor untuk menilai

kinerja karyawan.

2. Menganalisis pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi kerja karyawan

pada HP-2 Bogor.

3. Menganalisis pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan pada

HP-2 Bogor.

4. Merekomendasikan rumusan tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh

perusahaan dalam rangka meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja

karyawan pada HP-2 Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan, penulis dan juga

bagi pembaca.

1. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan

perusahaan tentang penilaian kinerja yang baik dalam meningkatkan motivasi

dan produktivitas kerja karyawan.

2. Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat mendukung proses pembelajaran

dan pemahaman terhadap ilmu yang telah diperoleh khususnya dalam bidang

sumberdaya manusia.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan manajemen HP-2, Jalan

Padjajaran No. 32 Bogor. Manajemen HP-2 bersifat otonomi tidak terkait

kebijakannya dengan anak perusahaan lainnya dalam bisnis Grup Pangrango.

Penelitian ini mencoba membahas pengaruh faktor penilaian kinerja terhadap

motivasi dan produktivitas kerja karyawan dalam rangka meningkatkan

produktivitas SDM, dengan keragaan responden berdasarkan usia, jenis kelamin,

posisi/jabatan karyawan, masa kerja dan pendidikan terakhir. Sasaran dari

penelitian karyawan dibatasi pada karyawan yang bekerja di HP-2 Bogor.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arti Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja merupakan suatu sistem formal yang dilaksanakan untuk

menilai dan mengevaluasi kinerja karyawan baik secara individu maupun secara

kelompok (Mondy 1993). Penilaian kinerja memiliki peranan yang sangat penting

bagi perusahaan maupun karyawan dalam fungsinya sebagai sarana penerapan

tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Mangkuprawira (2002), penilaian kinerja merupakan proses yang

dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Sistem

penilaian kinerja hendaknya mengidentifikasi standar kinerja yang terkait,

mengukur kriteria, dan kemudian memberikan umpan balik pada karyawan dan

departemen SDM.

Penilaian kinerja juga bisa didefenisikan sebagai prosedur yang meliputi:

1. Penetapan standar kinerja

2. Penilaian kinerja karyawan dalam hubungan dengan standar-standar ini

3. Memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang

tersebut untuk menghilangkan kemorosotan kinerja atau terus berkinerja lebih

tinggi lagi (Dessler 1997).

Suatu penilaian kinerja yang baik harus membantu setiap karyawan untuk

mengerti akan perannya, mengenali peluang untuk dapat mengambil resiko,

mengerti kekuatan dan kelemahan diri sendiri di dalam menjalankan berbagai

fungsi perannya tersebut (Rao 1992). Agar penilaian kinerja dapat dilaksanakan

dengan mudah dan objektif maka pelaksanaannya harus didukung dengan adanya

uraian pekerjaan yang jelas, terperinci dan dimengerti oleh karyawan. Dengan

tersedianya uraian pekerjaan yang jelas dan tegas maka hal ini menjadi tolok ukur

yang baik sebagai pembanding mengenai kinerja karyawannya.

1) Manfaat dan tujuan penilaian kinerja

Penilaian kinerja karyawan memiliki berbagai manfaat dan tujuan yang

dapat dilihat dari beragam persfektif pengembangan pada perusahaan maupun

8

organisasi, khususnya manajemen sumberdaya manusia. Kegiatan penilaian

kinerja merupakan bagian dari sistem manajemen kinerja yang berkembang dalam

perjalanan waktu, yang dilandasi dengan adanya kepercayaan bahwa kinerja

individu bervariasi dalam perjalanan waktu serta mempengaruhi kinerja mereka

(Schuler dan Jackson 1999). Sistem penilaian kinerja yang efektif harus dapat

memenuhi dua tujuan, yaitu (1) tujuan evaluasi dan membiarkan orang lain

mengetahui posisinya, dan (2) tujuan pengembangan yang memberikan informasi

dan arahan tertentu kepada individu, sehingga individu tersebut dapat

memperbaiki kinerjanya.

Mangkuprawira (2002) mengemukakan bahwa manfaat penilaian kinerja

karyawan dapat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan,

khususnya manajemen SDM, yaitu sebagai berikut:

a. Perbaikan Kinerja: Umpan baliknya kinerja bermanfaat bagi karyawan,

manajer dan perorangan dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki

kinerja.

b. Penyesuaian Kompensasi: Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan

menentukan siapa saja yang seharusnya menerima peningkatan dalam bentuk

upah dan bonus yang didasarkan pada merit sistem.

c. Keputusan Penempatan: Promosi, transfer dan penurunan jabatan biasanya

didasarkan pada kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk

penghargaan.

d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan: Kinerja yang buruk mengartikan

bahwa perlu diadakannya pelatihan kembali.

e. Perencanaan dan Pengembangan Karir: Umpan balik kinerja membantu proses

pengambilan keputusan tentang karir spesifik karyawan.

f. Defiensi Proses Penetapan Staf: Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal

kekuatan dan kelemahan dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM.

g. Ketidakakuratan Informasi: Kinerja buruk dapat mengidentifikasikan

kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan, rencana SDM atau hal lain dari

sistem manajemen personal.

h. Kesalahan rancangan Pekerjaan: Kinerja buruk mungkin dari sebuah gejala

dari rancangan pekerjaan yang keliru.

9

i. Kesempatan kerja yang sama: Penilaian kinerja yang akurat secara aktual

menghitung kaitannya dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan

penempatan internal bukanlah sesuatu yang bersifat diskriminatif.

j. Tantangan-tantangan Eksternal: Terkadang kinerja dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan, seperti keluarga, finansial,

kesehatan atau masalah-masalah lainnya.

k. Umpan Balik: Kinerja yang baik dan buruk diseluruh organisasi

mengindikasikan bagaimana baiknya fungsi departemen SDM diterapkan.

Menurut Mathis dan Jackson (2002), mengelompokkan manfaat penilaian

kinerja dalam dua kategori, yaitu manfaat untuk pengembangan dan manfaat

untuk penggunaan administratif. Manfaat pengembangan penilaian kinerja dapat

menjadi sumber informasi dan kunci bagi pengembangan karyawan di masa

mendatang. Umpan balik kinerja merupakan kebutuhan pengembangan yang

utama karena hampir semua karyawan ingin mengetahui bagaimana atasan

menilai kinerja mereka. Atasan melakukan identifikasi kelemahan dan potensi

melalui umpan balik penilaian kinerja, lalu karyawan diberikan informasi secara

khusus bagaimana meningkatkan kinerjanya di masa mendatang. Melalui hasil

penilaian dapat diketahui karyawan yang memerlukan pelatihan baik yang terkait

dengan pekerjaannya maupun untuk kepentingan organisasi. Sedangkan dari segi

manfaat administrasi dapat diketahui pertimbangan administratif yang dapat

mempengaruhi sistem penilaian kinerja dan beberapa diantaranya, seperti

pemberian kompensasi, promosi, demosi dan pemutusan hubungan kerja.

2.2. Motivasi

1) Pengertian motivasi

Motivasi pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mencoba

mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan.

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak. Berdasarkan

pada kata dasarnya motif, motivasi yang ada pada seseorang merupakan pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu guna mencapai tujuannya (Handoko 2000). Sedangkan Hasibuan

(2005) mengungkapkan bahwa motivasi mempersoalkan bagaimana caranya

10

mengarahkan daya dan potensi agar mau bekerja sama secara produktif berhasil

mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, mau bekerja dan

antusias mencapai hasil yang optimal.

Pendapat yang tidak jauh berbeda mengatakan bahwa motivasi merupakan

dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk

mencapai tujuan tertentu (Mangkuprawira dan Vitayala 2007)

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan

bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam atau dari luar diri seseorang

untuk bekerja secara maksimal sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan

maupun dirinya sendiri. Dorongan ini dapat membantu karyawan untuk

bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

2) Manfaat motivasi

Menurut Arep dan Tanjung (2002), manfaat motivasi yang utama adalah

terciptanya gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu,

manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi

adalah: (1) pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat, dalam arti pekerjaan

diselesaikan sesuai stadar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, (2) orang

akan senang melakukan pekerjaannya, (3) orang akan merasa dihargai dan diakui

keberadaannya, (4) orang akan bekerja keras dengan adanya dorongan yang tinggi

untuk mencapai target yang telah ditetapkan, (5) tidak membutuhkan terlalu

banyak pengawasan, dan (6) semangat juangnya tinggi dan dapat memberikan

suasana bekerja yang bagus di semua bagian.

3) Teori motivasi

Teori motivasi dikelompokkan menjadi dua (Umar 2003), yaitu teori

kepuasan (Content Theory) dan teori proses (Proses Theory). Teori motivasi

kepuasan individu, menyatakan bahwa semakin tinggi standar kebutuhan dan

kepuasan yang diinginkan oleh seseorang maka semakin giat seseorang untuk

bekerja. Teori motivasi proses mengemukakan bahwa daya semangat kerja

tergantung dari harapan yang akan diperolehnya. Jika harapan menjadi

kenyataan, maka pekerjaan cenderung akan meningkatkan kualitas kerjanya,

begitu juga sebaliknya.

11

Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dua

Faktor Herzberg yang termasuk dalam teori motivasi kepuasan. Teori Dua Faktor

dari Frederick Herzberg mengemukakan dua faktor yang merupakan kebutuhan

yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Faktor yang

pertama merupakan faktor-faktor pemeliharaan (Hygiene) yang berhubungan

dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ketentraman badaniah yang

berlangsung terus menerus. Kebutuhan ini mencakup gaji dan upah, kondisi kerja,

kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara pribadi, serta kualiatas

dari supervisor. Faktor-faktor ini bukan merupakan motivator, tetapi merupakan

keharusan dari perusahaan.

Faktor kedua merupakan faktor-faktor motivasi yang menyangkut

kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi

yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya penempatan kerja

yang sesuai, prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, peningkatan tanggung

jawab, serta pengembangan potensi individu. Dalam perencanaan pekerjaan bagi

pekerja harus senantiasa terjadi keseimbangan antara faktor pemeliharaan dan

faktor kebutuhan psikologis tersebut (Umar 2003)

2.3. Prestasi kerja

Mangkunegara (2001), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja merupakan faktor kemampuan yang terdiri

dari kemampuan potensi dan kemampuan nyata mencakup pengetahuan dan

keahlian, serta faktor motivasi yang terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam

menghadapi situasi kerja. Prestasi kerja merupakan unsur penilaian kinerja yang

dinilai dalam proses penilaian kinerja yang merupakan pencapaian kinerja oleh

seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan

kepadanya.

2.4. Produktivitas karyawan

Produktivitas merupakan hubungan antara segala sesuatu yang digunakan

dalam proses produksi suatu barang atau jasa dengan segala keluarannya.

Produktivitas pada dasarnya merupakan sikap mental yang selalu berpandangan

12

bahwa mutu hari ini harus lebih baik dari dari hari kemarin dan hari esok lebih

baik dari hari ini (Umar 2003).

Produktivitas bila dinilai dari segi manajemen menunjukkan ukuran hasil

kerja yang lebih luas, yang mencerminkan keberhasilan dan kegagalan dalam

memproduksi barang dan jasa dalam jumlah dan mutu dengan penggunaan

sumberdaya secara optimal. Produktivitas secara singkat dapat dinyatakan

sebagai hasil sumberdaya atau produktivitas mencakup mengerjakan pekerjaan

atau tugas dengan cara terbaik (Simanjuntak 2000).

Definisi yang menjelaskan tentang produktivitas sangat beragam, tetapi

rumusan dasar yang tetap berlaku adalah tetap sama, yaitu perbandingan antara

keluaran (output) dengan masukan (input). Menurut Ravianto (1990) masukan

produktivitas yang dapat di ukur mencakup model tenaga kerja dan bahan baku,

oleh karena itu produktivitas dapat dinyatakan dalam pengertian produktivitas

tenaga kerja, produktivitas modal dan produktivitas bahan baku.

Produktivitas karyawan menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja

seorang karyawan dengan satuan waktu yang dibutuhkannya untuk menghasilkan

suatu produk. Seorang tenaga kerja yang dinilai produktif adalah bila dia mampu

menghasilkan keluaran yang sama dengan memakai sumberdaya lebih sedikit

(Ravianto 1990).

Selanjutnya Kussriyanto (1993) menjelaskan bahwa terdapat lima hal

yang berhubungan langsung dengan peningkatan produktivitas karyawan, yaitu:

(1) seleksi karyawan, (2) pengendalian tenaga kerja, (3) penyempurnaan struktur

organisasi (4) pengembangan sumberdaya manusia dan (5) motivasi produktivitas

yang meliputi perilaku karyawan dalam menyelesaikan tugasnya, mencari metode

kerja yang terbaik, kapasitas pelaksanaan tugas yang diberikan oleh pimpinan,

kesediaan menyelesaikan tugas pokok orang lain dan melaporkan hasil kerja

kepada pimpinan. Produktivitas kerja karyawan dapat diamati dari perilaku

kerja karyawan, dedikasi, disiplin kerja, loyalitas kerjasama dan kematangan

karyawan (Namawi dan Hadari 1990).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku produktif

diartikan sebagai berikut, yaitu: (1) penilaian produktif berdasarkan pada disiplin

kerja, seperti mematuhi norma/aturan yang berlaku di organisasi, (2) perilaku

13

produktif berdasarkan semangat dan gairah kerja yang ditunjukkan oleh karyawan

dengan menekan faktor-faktor yang menghambat aktivitas kerja, dan (3) perilaku

produktif berdasarkan kepada kebersamaan atau keeratan yang ditunjukkan oleh

karyawan dengan bentuk kerjasama dalam unit kerja.

2.5. Kajian penelitian terdahulu

Wijanarka (2001) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan

Penilaian Kinerja dengan Pengembangan Karir Pada Kantor Sekretariat

Kotamadya Jakarta Timur”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis

hubungan antara penilaian kinerja dan pengembangan karir serta

merekomendasikan kebijakan dalam rangka pembinaan sumberdaya manusia.

Penelitian tersebut menggunakan instrument analisis Rank-Spearman.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel penilaian

kinerja dan variabel pengembangan karir. Hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa secara umum terdapat hubungan yang sangat nyata antara penilaian

kinerja dengan pengembangan karir.

Sitorus (2003) Melakukan penelitian tesis dengan judul “Hubungan

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Pimpinan dan Motivasi Karyawan

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” Tujuan dari penelitian tersebut adalah

untuk mengetahui besar pengaruh komunikasi interpersonal pimpinan dan

motivasi karyawan terhadap produktivitas kerja karyawan Hero Supermarket,

serta untuk mengetahui unsur yang paling dominan dari tiap unsur tersebut dalam

mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Metode pengukuran penelitian ini

juga memiliki kesamaan pada penelitian yang akan dilakukan yaitu

menggunakan analisis model persamaan struktur dengan hasil perhitungannya

dilakukan dengan menggunakan LISREL 8.3.

Rohmanowati (2005), dalam penelitiannya tentang kepuasan kerja dalam

hubungannya dengan motivasi kerja dan efektivitas kepemimpinan di Pusdiklat

Pegawai Departemen Pendidikan Nasional Sawangan, mengemukakan, bahwa

tingkat kepuasan kerja secara signifikan pada setiap unit kerja. Motivasi kerja

pegawai tergolong tinggi dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap

unit kerja. Sedangkan efektivitas kepemimpinan tergolong sedang dan terdapat

14

tingkat kepuasan kerja secara signifikan pada setiap unit kerja. Dengan analisis

SEM, diketahui pula bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara

motivasi dan kepuasan kerja. Perubahan motivasi tidak menyebabkan perubahan

terhadap kepuasan kerja. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara

efektivitas kepemimpinan dan kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa

apabila keterampilan kepemimpinan yang dimiliki pemimpin semakin efektif,

maka tingkat kepuasan kerja pegawai akan semakin tinggi.

Merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut, penelitian ini akan

meneliti tentang pengaruh faktor penilaian kinerja terhadap motivasi dan

produktivitas kerja karyawan, kemudian akan dianalisis dengan analisis SEM

dengan bantuan program Linear Structur Relationship (LISREL).

2.6. Kerangka Pemikiran

Visi merupakan suatu pernyataan yang berisikan arahan yang jelas dari apa

yang akan diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk

mewujudkan visi tersebut maka perusahaan melakukan pengembangan misi yang

akan dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian tujuan perusahaan

tergantung pada sumberdaya manusia dalam mengarahkan visi dan misi

perusahaan. Karena itu, mendapatkan sumberdaya manusia yang berkualitas

tergantung pada tahapan proses dalam merekrut, menyeleksi, serta menempatkan

karyawan yang sesuai dengan kemampuannya.

HP-2 melaksanakan suatu pengelolaan SDM yang berlandaskan pada visi dan

misi perusahaan. Perusahaan melakukan penilaian kinerja yang dilaksanakan

secara berkala untuk mengukur kinerja karyawan. Hasil penerapan sistem

penilaian kinerja perusahaan akan memperlihatkan rapor kinerja personal atau

individu, sehingga memberikan gambaran kinerjanya.

Sumberdaya Manusia merupakan faktor yang sangat berperan dalam

kegiatan usaha perusahaan, karena berhasil tidaknya suatu perusahaan untuk

mencapai tujuannya tergantung dari produktivitas kerja karyawan. Produktivitas

kerja karyawan sangat berkaitan dengan motivasi kerja dalam asumsi bahwa jika

motivasi kerja tinggi maka produktivitas kerja akan tinggi juga.

15

Teori motivasi Herzberg membagi motivasi menjadi dua faktor, yaitu faktor

motivator dan faktor Higienis. Faktor motivator terdiri dari, penghargaan yang

diberikan, ketetapan menggunakan metode, dan tanggung jawab terhadap

pekerjaan. Faktor Higienis terdiri dari imbalan dalam bentuk materi, hubungan

dengan sesama karyawan, dan kondisi ruangan kerja. Faktor motivasi kerja dapat

menimbulkan motivasi kerja karyawan yang akan berpengaruh terhadap

produktivitas kerja. Penilaian karyawan terhadap motivasi dan produktivitas

kerja karyawan menggunakan SEM dengan bantuan LISREL. Dari Uraian di atas

dapat disimpulkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, seperti terlihat pada

Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran konseptual penelitian.

Potensi Sumberdaya Manusia

Proses Penilaian Kinerja

Motivator

1. Penghargaan yang diberikan

2. Ketepatan menggunakn metode

3. Tanggung jawab terhadap

pekerjaan

Hygiene

1. Imbalan dalam bentuk materi

2. Hubungan dengan sesama

karyawan

3. Kondisi ruangan kerja

Meningkatkan Motivasi

Meningkatkan Produktivitas kerja

Alternatif Solusi

Dalam mengatasi masalah

akibat persaingan

Visi dan Misi Perusahaan

Tujuan

16

2.7. Definisi

Pengertian variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Sumberdaya Manusia merupakan aset terpenting bagi kelangsungan hidup

perusahaan, serta sangat berperan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan

berhasil tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh sumberdaya manusia.

2. Penilaian kinerja adalah cara sistematik untuk mengevaluasi kerja karyawan,

dan juga untuk meningkatkan motivasi karyawan.

3. Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang dimiliki seorang karyawan

untuk bekerja secara maksimal sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan

maupun dirinya sendiri. Faktor-faktor motivasi kerja dalam penelitian ini

berdasarkan Teori Dua Faktor Herzberg, yaitu:

a. Penghargaan yang diberikan adalah suatu pujian ketika pekerjaan yang

diberikan kepada karyawan dapat diselesaikan dengan baik.

b. Ketepatan menggunakan metode adalah tindakan dalam melakukan

pekerjaan, sesuai dengan prosedur standar kerja yang berlaku di

Perusahaan.

c. Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah tugas yang diberikan oleh

perusahaan serta sikap berani menanggung risiko atas apa yang telah

dan/atau diputuskan.

d. Imbalan dalam bentuk materi adalah tindakan balas jasa yang diberikan

oleh perusahaan kepada karayawan atas usaha yang telah dilakukannya,

yaitu berupa gaji untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.

e. Hubungan dengan sesama karyawan adalah suatu interaksi yang terjadi

antara atasan dan bawahan serta interaksi antara sesama rekan kerja yang

berlangsung di dalam maupun di luar perusahaan.

f. Kondisi ruangan kerja adalah keadaan di dalam perusahaan yang meliputi

faktor suasana kerja dan faktor perlengkapan kerja yang mempengaruhi

semangat kerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

yang telah dibebankan kepadanya.

4. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran yang mencerminkan keberhasilan dan

atau kegagalan memproduksi barang dan jasa dalam jumlah dan mutu dengan

penggunaan Sumberdaya secara optimal.

17

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Penentuan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada HP-2 Bogor. Pemilihan perusahaan

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa adanya

ketersediaan pihak perusahaan untuk memberikan informasi dan data yang

diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian.

3.2. Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan cara melakukan

penyebaran kuesioner terhadap karyawan. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari literatur, buku, jurnal, tesis, dan data dari internet yang dianggap relevan.

3.3. Pengambilan sampel

Jumlah responden ditetapkan berdasarkan teknik sensus, artinya karyawan

pada bagian operasional di HP-2 Bogor yang semuanya berjumlah 133 orang

ditetapkan sebagai responden penelitian. Jumlah tersebut sudah memenuhi

persyaratan yang ditentukan oleh rule of thumb dalam structural Equation

Modeling (SEM), yaitu satu variabel indikator memerlukan minimal lima

responden. Hal ini selaras dengan Hair, et al (1995) yang menyatakan bahwa

ukuran contoh minimum sebanyak 5-10 observasi untuk setiap parameter

terestimasi. Selain itu terdapat juga aturan yang menyebutkan bahwa batas

minimum sampel yang sebaiknya digunakan dalam SEM a dalah 100 sampel,

dengan demikian pengambilan sampel terhadap 133 orang karyawan telah

memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam model persamaan struktural.

3.4. Teknik pengolahan dan analisis data

Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dengan skala likert.

Pengukuran dengan menggunakan skala likert dapat mengetahui sikap responden

terhadap sesuatu. Responden diminta menilai dengan skala ordinal berbentuk

verbal dengan menggunakan lima kategori pilihan yaitu:

18

SS = Sangat setuju = 5

S = Setuju = 4

CS = Cukup setuju = 3

TS = Tidak Setuju = 2

STS = Sangat tidak setuju = 1

Alasan menggunakan lima kategori atau berjumlah ganjil dimaksudkan

agar dapat menampung kategori yang netral. Alasan menggunakan lima pilihan

alternatif bukan tujuh, sembilan atau seterusnya dikarenakan penggunaan

kategori yang terlalu banyak menyebabkan tiap perbedaan kategori menjadi

sedemikian tipis sehingga membingungkan responden dalam menentukan pilihan

(Istijanto 2005).

1) Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner

Menurut Ancok dalam Singarimbun dan Efendi (1989), ketepatan

pengujian hipotesis tentang hubungan variabel penelitian sangat tergantung pada

kualitas dan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Data penelitian tidak

akan berguna apabila alat pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data

tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu perlu

dilakukan uji validitas dan reabilitas kuisioner.

Validitas merupakan derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Umar (2003), pengujian validitas

dilakukan dengan uji coba alat ukur dengan sampel minimal 30 orang. Analisis

tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment

Pearson dengan rumus sebagai berikut:

………………………………………….(1)

Di mana:

r xy = Nilai koefisien korelasi

n = Jumlah responden

X = Skor pertanyaan

Y = Skor total

19

Nilai koefisien korelasi Product Moment Pearson yang diperoleh

(r hitung) kemudian dibandingkan dengan nilai korelasi Product Moment Pearson

Tabel (r Tabel) dengan jumlah responden yang mengisi kuisioner untuk uji

validitas sebesar 30 orang. Jika nilai r hitung lebih besar dari r Tabel maka butir

pertanyaan yang diajukan dikatakan valid dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil

dari r Tabel, maka butir pertanyaan yang diajukan dikatakan tidak valid.

Setelah uji validasi dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas,

untuk mengetahui konsistensi alat ukur, yaitu apakah dapat diandalkan dan tetap

konsisten apabila pengukuran tersebut diulang. Reabilitas menyangkut ketepatan

(accurary) alat ukur (daftar pertanyaan), wawancara atau alat-alat penelitian

lainnya (Singarimbun dan Effendi 1989). Uji reliabilitas alat ukur dilakukan

dengan menggunakan teknik Alfa Cronbach. Adapun rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

…………………………………………………(2)

Di mana:

= Reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan

= jumlah varians butir pertanyaan

ά 2

i = varians total

2) Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah untuk menjelaskan efektivitas

pengaruh sistem penilaian kinerja karyawan terhadap motivasi, kepuasan dan

kinerja karyawan serta mengetahui unsur yang paling dominan dari tiap unsur

penilaian kinerja karayawan dalam mempengaruhi motivasi kerja, kepuasan kerja

da kinerja karyawan yaitu dengan Model Persamaan Structural (Structural

Equation Modelling atau SEM).

SEM digunakan untuk mengalisis hubungan kausal atau hubungan sebab

akibat. Structural Equation Modelling mencakup measurement model dan path

model. Measurement model menspesifikasikan hubungan antar-faktor yang tak

20

terukur (latent variabel) dan peubah yang dapat diukur secara langsung (observed

variable) yang digunakan untuk mengkontruksinya. Model ini juga menjelaskan

kehandalan (realibility) dan keabsahan (validity) dari hubungan tersebut.

Sedangkan path model menspesifikasikan hubungan sebab akibat antara latent

variabel, menjelaskan sebab akibat dan mendefinisikan variasi yang dapat

dijelaskan dan yang tidak dapat dijelaskan, (Mueller 1996 dalam Ghozali 2001).

Salah satu yang menjadi kelebihan dari alat analisis SEM yaitu dapat mengukur

suatu hubungan yang tidak bisa diukur secara langsung.

SEM juga dikenal sebagai alat peubah ganda yang mendeskripsikan

keterkaitan hubungan linear secara simultan peubah eksogen maupun peubah

endogen dan sekaligus melibatkan peubah latennya (Suharjo dan Suwarno 2002).

Faktor yang dapat diukur dinamakan peubah indikator. Peubah yang dipergunakan

dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yakni peubah eksogen dan atau

peubah endogen.

Pengoperasian metode SEM menggunakan software yaitu Linear

Structural Relationship (LISREL) versi 8.30. Metode LISREL mengestimasi

koefisien-koefisien dari sejumlah persamaan structural yang linear. Komponen-

komponen yang digunakan dalam model SEM terdiri dari variabel-variabel antara

lain:

1. Variabel laten merupakan variabel kunci yang menjadi perhatian karena

konsepnya yang abstrak seperti (perilaku, perasaan, motivasi, kepuasan dan

lain-lain) Variabel ini hanya dapat diamati secra tidak langsung. Variabel laten

ini terdiri dari dua jenis yaitu: a. Laten Eksogen: variabel bebas terdapat

disebelah kanan path gambar dengan symbol ξ. b. Laten Endogen : variabel

tidak bebas ada disebelah kanan path diagram dengan symbol:η

2. Variabel teramati atau indikator, merupakan variabel yang dapat diamati atau

dapat diukur secara empiris. Notasi matematik untuk variabel teramati yang

merupakan ukuran dari variabel eksogen (ξ) adalah X sedangkan yang

merupakan efek dari variabel laten endogen adalah Y.

Model LISREL dibagi menjadi dua model utama yaitu:

a. Model struktural yang menggambarkan hubungan antara variabel laten yang

sifatnya linear. Hubungan diantara variabel laten serupa dengan sebuah

21

persamaan regresi linear dimana parameter yang menunjukkan regresi variabel

laten eksogen pada variabel laten endogen diberi label γ, sedangkan parameter

yang menunjukkan regresi variabel laten endogen pada veriabel laten endogen

yang lain diberi label β. Symbol dalam path diagram:

γ β

β

b. Model pengukuran, adalah hubungan antara sebuah variabel laten dengan

variabel-variabel teramati atau indikator dimodelkan dalam bentuk analisis

faktor. Muatan-muatan faktor (loading faktor) yang menghubungkan variabel

laten dan variabel teramati diberi notasi dimana pada sisi X adalah x dan

sisi Y adalah y. Simbol dalam path diagram:

11

21

31

Model struktur lebih menjelaskan hubungan antara peubah-peubah laten

(Suharjo dan Suwarno 2002). Kemudian analisis data masing-masing peubah

diproses dengan menggunakan software LISREL. Gambar 3 menunjukkan

koefisien lintas untuk tiap peubah. Berdasarkan model tersebut dapat disusun

persamaan sebagai berikut:

1. Model Struktural (structural model)

…………………………………………………………….(3)

Dimana:

η = Peubah laten tak bebas produktivitas kerja karyawan

ξi = Peubah laten bebas ke-i

γij = besar (faktor muatan) ξi dalam bentuk ηj

ξ = tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan peubah η

ξ η

η

η

X1

ξ1 X2

X3

22

2. Model Pengukuran (measurement model)

………………………………………………………(4)

………………………………………………………(5)

Dimana:

= Peubah indikator X pembentuk peubah laten bebas

= Peubah indikator Y pembentuk peubah laten tak bebas η

= Besar (faktor muatan) dalam membentuk atau besar (faktor muatan)

dalam membentuk

= Tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan peubah

= Tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan peubah

Peubah penilaian kinerja (η1) diukur melalui komponen:

X1= materi yang berkaitan dengan tujuan penilaian kinerja

X2=dimensi waktu periodik yang berkaitan dengan kapan waktu pelaksanaan

penilaian kinerja

X3= penilaian kinerja secara informal secara terus menerus dan setiap saat

X4= potensi/rekomendasi

X5=Lingkungan penilaian dilakukan dalam suasana nyaman

X6= pelaksanaan penilaian dilakukan di luar kantor

X7= Deskripsi tugas dan tanggung jawab

X8= Metode penilaian telah memenuhi harapan

Peubah motivasi dan produktivitas kerja karyawan (ξ1) dengan komponen

pembentuk yang terdiri dari:

Y1 = penghargaan yang diberikan

Y2 = ketepatan menggunakan metode

Y3 = tanggung jawab terhadap pekerjaan

Y4 = imbalan dalam bentuk materi

Y5 = hubungan sesama pegawai

Y6 = kondisi ruangan kerja

Y7 = memotivasi dan membangun kerja sama

23

Y8 = jujur dalam melaporkan hasil

Y9 = mengutamakan kepentingan tugas

Y10= mentaati peraturan kerja

Y11= mentaati ketentuan jam kerja

Y12= mentaati perintah atasan

Perangkat lunak (software) yang digunakan untuk melakukan analisis SEM

adalah LISREL 8.30 yang dapat mengestimasi semua koefisien parameter diatas.

Model LISREL terdiri dari dua model utama yaitu model structural dan model

pengukuran. Model struktural menjelaskan keterkaitan hubungan antara peubah-

peubah laten sementara model pengukuran menjelaskan keterkaitan hubungan

antara pengamat dengan peubah laten (Suharjo dan Suwarno 2002)

Komponen-komponen peubah digambarkan dalam bentuk model

persamaan struktur yang menunjukkan koefisien lintas untuk tiap peubah.

24

Gam

bar

2. P

ener

apan

Ker

angka

Pem

ikir

an P

ada

Model

Per

sam

aan S

truktu

ral

25

3) Analisis Tren

Analisis tren merupakan model tren umum untuk data time series dan

untuk meramalkan. Analisis tren digunakan untuk mengamati kecenderungan data

secara menyeluruh pada suatu kurun waktu yang cukup panjang.

Tren dapat digunakan untuk meramalkan kondisi data di masa mendatang,

atau memprediksi data pada suatu waktu dalam kurun waktu tertentu. Beberapa

metode yang dapat dipergunakan untuk memodelkan tren, diantaranya adalah

model linear (linear Model), model kuadrat (Quadratic Model), model

pertumbuhan eksponensial (Exponential Growth Model) dan model kurva-S (S-

Curve Model).

Ukuran kebaikan model ditunjukkan oleh besarnya nilai MAPE, MAD dan

MSD. Semakin kecil nilai MAPE menunjukkan bahwa model yang digunakan

semakin akurat. Sehingga model tersebut secara statistik semakin cocok untuk

digunakan. Untuk menggunakan tren analisis, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi, yaitu:

a. Data mempunyai nilai tren yang relatif konstan.

b. Data yang dimiliki tidak mengandung unsur musiman.

c. Data tidak digunakan untuk meramalkan dalam jangka waktu yang cukup

panjang.

Macam – macam tren adalah sebagai berikut

1. Tipe Model Linear (Linear Model)

Tren linier adalah suatu tren yang kenaikan atau penurunan nilai yang akan

diramalkan naik atau turun secara linier. Analisis Tren yang digunakan secara

umum untuk model tren linier adalah :

………………………………………………………………(6)

dimana β1 menunjukkan perubahan rata-rata dari periode satu ke periode

berikutnya.

2. Tipe Model Kuadratik (Quadratic Model)

Trend parabolik (kuadratik) adalah tren yang nilai variabel tak bebasnya naik atau

turun secara linier atau terjadi parabola bila datanya dibuat scatter plot (hubungan

Y=β0+β1*t+e

26

variabel dependen dan independen adalah kuadratik). Analisis Tren yang

digunakan secara umum untuk model tren kuadratik adalah :

………………………………………………………(7)

3. Tipe Model Eksponensial (Exponential Growth Model)

Tren eksponensial ini adalah sebuah tren yang nilai variabel tak bebasnya naik

secara berlipat ganda atau tidak linier. Analisis Tren yang digunakan secara umum

untuk model tren pertumbuhan eksponensial adalah :

………………………………………………………………(8)

Alat ini pada dasarnya digunakan untuk mengalisis sejauh mana

perubahan variabel yang diamati berdasarkan satu satuan waktu. Selain itu,

analisis tren juga bias digunakan untuk meramalkan berapa besar variabel yang

diamati di masa yang akan datang (Supranto 1998). Dari persamaan yang ada

dapat pula dibandingkan mana persamaan yang mempunyai tren lebih baik.

Analisis tren umumnya digunakan untuk mengalisis pertumbuhan atau penurunan

penjualan, pertumbuhan industri dan produksi (Supranto 1998). Secara umum

grafik yang diperoleh dari analisis tren dapat dikelompokkan menjadi tiga buah

seperti pada Gambar 3. Hasil pertumbuhan baik apabila grafik yang dihasilkan

dalam analisis tren mendekati grafik A.

Gambar 3 Grafik analisis tren (Supranto 1998)

Y=β0+β1*t+β2*t2+e

Y=β0*β1t*e

A

B

C

A

27

Keterangan : Kemungkinan grafik yang terjadi dari analisis tren

A: Garis tren dengan pertumbuhan

B: Garis tren dengan penurunan

C: Garis tren stagnag (tetap)

Untuk mengetahui seberapa signifikan dan kelompok data yang baik

(sebelum atau selama promosi) maka digunakan tambahan alat analisis untuk

melengkapi hasil analisis tren.

Analisis tren yang digunakan adalah analisis tren linier. Garis tren pada

dasarnya garis regresi di mana variabel bebas X merupakan variabel waktu

(Supranto 1998)

Persamaan garis linear adalah sebagai berikut:

…………………………………………………………………(9)

Keterangan:

Y= Volume jumlah kamar dalam satuan X satuan merek X

a= Konstanta

b= Gradien

X= Satuan waktu (hari)

Selanjutnya untuk menentukan persamaan garis tren maka data diolah

dengan menggunakan Minitab 1.4 for windows.

Y= a + bX

28

29

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah dan Perkembangan Hotel Pangrago 2 Bogor

HP-2 merupakan salah satu usaha dalam bidang perhotelan yang

tergabung dalam Group Hotel Pangrango. Pada mulanya HP-2 merupakan sebuah

usaha penginapan dengan nama Wisma Pangrango yang didirikan pada Tahun

1986 oleh Ny. Aminah Torriq di jalan Mandalawangi No. 10 Bogor. Penginapan

tersebut berkembang pesat dengan penambahan kamar dari 6 menjadi 30 pada

tahun 1987. Seiring dengan perkembangan itu pula penginapan Wisma Pangrango

berganti nama menjadi Hotel Pangrango dengan klasifikasi hotel bintang satu.

Bangunan ini difungsikan untuk kepentingan peristirahatan, penginapan dan

tempat berkumpul bagi para administrator/pengusaha dan para pejabat

pemerintah.

Pesatnya perkembangan Kota Bogor sebagai Kota convention, kota rapat,

kota seminar, kota pariwisata, kota pendidikan, tempat penelitian tanaman tropis

dan kota persinggahan merupakan salah satu potensi daya tarik Kota Bogor bagi

para wisatawan luar dan dalam negeri. Dari tahun ke tahun jumlah wisatawan

dengan berbagai kepentingan dan tamu negara yang mengadakan konferensi di

Bogor terus meningkat sehingga Bogor memerlukan infrastruktur yang memadai

dan bertaraf Internasional. Untuk mengakomodasi kebutuhan Kota Bogor tersebut

HP-2 kemudian direnovasi dan dikembangkan.

HP-2 merupakan perusahaan terbatas (swasta) yang bergerak dalam jasa

penginapan (akomodasi) dan restoran, HP-2 memiliki 97 kamar 5 ruangan

pertemuan dengan klasifikasi hotel berbintang 3. Semakin pesatnya usaha

perhotelan tersebut ditandai dengan diresmikannya HP-2 Pada tahun 1997 yang

berkelas hotel bintang 3. Dengan menyandang kelas bintang 3 maka HP-2 Bogor

mempunyai berbagai fasilitas yang disesuaikan dengan klasifikasinya. Dengan

jarak kurang lebih hanya 200 meter dari kebun raya Bogor dan Istana

Kepresidenan Bogor dan dapat ditempuh kurang dari 5 menit dari gerbang Tol

Jagorawi Bogor, lokasi HP-2 sangat strategis.

30

4.2. Visi dan Misi Hotel Pangrango 2 Bogor

HP-2 Bogor merupakan perusahaan yang tergabung dalam Pangrango

Group, tetapi dalam mengambil kebijakan mempunyai kewenangan penuh serta

visi dan misi yang jelas. Pernyataan Visi HP-2 adalah “Menjadi hotel yang

terdepan dalam pelayanan dan menjadi pilihan bagi semua kalangan serta

memajukan pariwisata di Kota Bogor dan memberikan nilai terbaik bagi

stakeholder”. Sedangkan misi HP-2 sebagai berikut:

1. Memberi kepuasan menyeluruh kepada semua segmen pelanggan hotel.

2. Memiliki sumberdaya manusia yang prima dalam memberikan pelayanan

terbaik bagi pelanggan.

3. Komitmen atas kelangsungan usaha, pertumbuhan dan kemampuan laba

perusahaan.

4. Menjalankan usaha jasa perhotelan yang berlandaskan nilai etis dan moral.

5. Memberikan lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi masyarakat Bogor

dan sekitarnya.

6. Membantu secara aktif pemerintah daerah dalam mendorong Kota Bogor

sebagai kota pariwisata serta memberikan kontribusi kepada PAD

(Pendapatan Asli Daerah).

4.3. Manajemen dan Struktur Organisasi

Sejak berdiri HP-2 tahun 1996, manajemen HP-2 masih menjadi satu

dengan manajemen HP-1 dan sebagian manager serta karyawan masih

berstatus karyawan HP-1. Manajemen bersama ini mempunyai pengaruh pada

bobot pekerjaan, struktur gaji, insentif, dan service serta aturan lainnya. Seiring

dengan meningkatnya aktifitas dan pelanggan HP-2, sedangkan sistem

manajemen yang ada masih belum cukup untuk mengantisipasi peningkatan maka

direksi Hotel Pangrango Grup melakukan perubahan pada pertengahan tahun

2004. Hasilnya adalah manajemen HP-2 bisa mengambil keputusan sendiri, dalam

rangka menunjang dan mengefektifkan pengoperasian Hotel dengan didukung

oleh struktur organisasi yang jelas.

Struktur organisasi dalam pembagian tugas dan kerja, mempermudah

pengawasan dan evaluasi serta meminimalisasi tindakan penyimpangan dalam

pelaksanaan pekerjaan. Struktur organisasi HP-2 Bogor terdiri dari beberapa

31

tingkatan, dimana President Director membawahi seorang Director dan General

Manager. Seorang General Manager memimpin seluruh departemen di

bawahnya, dan dalam melakukan tugasnya dibantu oleh seorang Excecutive

Assistant Manager. Departemen-departemen yang ada di dalam struktur

organisasi HP-2 adalah: Marketing Departement, Accounting Departement,

Front Office Departement, Housekeeping Departement, Food and Beverage

Department, Personel Department, Engineering Department, dan Security

Departemen.

a. Marketing Departmen, adalah bagian pemasaran dan public relation yang

bertugas merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan memasarkan

produk yang dihasilkan oleh hotel. Bagian pemasaran dan public relation dan

dipimpin oleh seorang Ketua Departemen Marketing Manager yang

bertanggungjawab untuk penyewaan ruang untuk acara rapat, seminar dan lain-

lain.

b. Accounting Department, adalah departemen khusus keuangan yang menangani

masalah keuangan perusahaan, sehingga perkembangan penjualan dan laba

perusahaan dapat tertata dengan baik.

c. Front Office Department, adalah bagian kantor depan yang bertugas menerima

reservation/pemesanan kamar, penanganan barang-barang tamu, pelayanan

check in dan chek out tamu, melayani tamu untuk melakukan transaksi dalam

penukaran mata uang asing dan memberi informasi apabila diperlukan.

d. House Keeping Department, adalah bagian tata graha yang bertugas

memelihara kebersihan dan kenyamanan ruangan hotel yang terdiri dari: kamar

tamu, ruang rapat, ruangan umum seperti lobby, koridor dan restoran.

Disamping itu juga bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kerapian back

office seperti dapur, ruang makan karyawan, ruang ganti karyawan dan ruang

kantor. Bagian ini dipimpin oleh seorang Department Head yang disebut

House Keeper.

e. Food & Beverage (FB) Department, adalah bagian makanan dan minuman

yang mengolah dan menyajikan makanan dan minuman, melakukan pembelian

bahan-bahan makanan dan minuman serta penjualan. Department F & B terdiri

atas dua divisi, yaitu F & B Service dan F & B Product.

32

f. Personal Department, adalah bagian yang bertanggungjawab terhadap

pengelolaan SDM di seluruh unit-unit usaha HP-2, serta hal-hal lain yang

berhubungan dengan administrasi dan kepersonaliaan.

g. Engineering Department, adalah bagian teknik yang bertugas melaksanakan

perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan yang ada dalam hotel.

4.4. Produk dan Fasilitasnya

Sejak mulai beroperasi hingga sekarang, HP-2 telah mempunyai beberapa

jenis kamar diantaranya kamar menginap yang disebut guest room dan ruang

rapat (meeting room). Guest room adalah suatu kamar di hotel yang digunakan

oleh tamu sebagai tempat penginapan untuk bermacam-macam tujuan, seperti

reaksi, istirahat untuk menghilangkan lelah atau tempat rapat, seminar atau pesta

pernikahan. Harga kamar untuk setiap jenis kamar berbeda-beda, seperti terlihat

pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis, jumlah dan harga kamar di HP -2 Bogor

No. Klasifikasi Kamar Jumlah (unit) Harga kamar

1. Suite Room 2 Rp. 1.575.000 (Rp/malam)

2. Deluxe Room 20 Rp. 715.000 (Rp/malam)

3. Standard Room 71 Rp. 580.000 (Rp/malam)

4. Mini Room 4 Rp. 225.000 (Rp/malam)

5. Extra Bed 15 Rp. 150.000 (Rp/malam)

6. Papandayan 1 Meeting Room 1 Rp. 700.000 (Rp/malam)

7. Papandayan 1 Meeting Room 1 Rp. 600.000 (Rp/malam)

8. Papandayan 1 Meeting Room 1 Rp. 1.000.000 (Rp/malam)

9. Krakatau Miting Room 1 Rp. 600.000 (Rp/malam)

10. Penthouse 1 Rp. 1.250.000 (Rp/malam)

Sumber: www.hotel-pangrango2.co.id (2010)

Setiap kamar dilengkapi dengan televisi, bak mandi yang dilengkapi

dengan saluran air hangat dan dingin, alat pendingin udara, lemari pendingin, dan

saluran telepon internasional yang terhubung dengan sistem jaringan komputer.

Tersedia juga restoran yang nyaman dengan makanan dan minuman yang lezat

serta pengiring musik dan lagu. Selain itu hotel juga dilengkapi dengan beberapa

fasilitas, yaitu:

33

1. Drug store yang terletak di area yang menyediakan barang kebutuhan tamu

seperti rokok, obat-obatan dan lain-lain.

2. Garuda Air Line yang melayani tamu dalam pemesanan tiket pesawat terbang,

indosat, Notaris dan kantor pemasaran Pangrango Plaza yang terletak di arcade

area (ground floor). Mereka menyewa tempat ke HP-2 tapi tidak berbagi

keuntungan.

3. Loundry and dry cleaning service, terletak di basement dekat parking area

yang melayani cucian tamu, setrika dan lainnya, dengan jam buka setiap hari

pukul 07.00-22.00 WIB.

4. HP-2 mempunyai satu restoran yaitu Malabar restoran.

5. Swimming Pool yang terletak dibelakang restoran dan buka mulai pukul

06.00-20.00 WIB.

6. Money Changer yang melayani tamu untuk melakukan transaksi dalam

penukaran mata uang asing terletak di dekat FO cashier.

7. Banguet tempat yang diperlukan untuk keperluan rapat, seminar, pesta dan

lain-lainnya.

8. Kamar yang terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu: Suite Rooom, Deluxe

Room, Standar Room dan Mini Room.

9. Executive Business Center, yang melayani telex, facximili dan sebagainya.

Selain itu, ada juga sarana hiburan yang disediakan untuk tamu berupa organ

tunggal yang ditampilkan setiap malam, guna menghibur tamu agar merasa

senang dan nyaman. Sarana lainnya adalah lift dan emergency stairs yang

tersedia di setiap ujung bangunan, yang dapat digunakan apabila terjadi sesuatu

yang tidak diinginkan.

Semua fasilitas tersebut bertujuan untuk mempermudah dan memberikan

kenyamanan beraktivitas bagi pengguna jasa hotel.

4.5. Perkembangan dan Peramalam Hotel di Kota Bogor

Perkembangan hotel dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan

menggunakan metode analisis tren atau yang biasa dikenal dengan analisis

horizontal. Analisis tren (horizontal) digunakan untuk melihat pergerakan

masing-masing komponen dalam perkembangan jumlah hotel dari tahun ke tahun.

34

Melalui analisis tren ini dapat diketahui kecenderungan atau perkembangan dari

jumlah perusahaan, apakah meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak

bergerak (tetap). Setelah menganalisis tren yang terjadi maka dilakukan

peramalan untuk tahun selanjutnya.

Analisis tren merupakan model tren umum untuk data time series dan

untuk meramalkan, yang digunakan untuk mengamati kecenderungan data secara

menyeluruh pada suatu kurun waktu yang cukup panjang. Tren dapat

dipergunakan untuk meramalkan kondisi data di masa mendatang, atau untuk

memprediksi data dalam kurun waktu tertentu. Beberapa metode yang dapat

dipergunakan untuk memodelkan tren, diantaranya model linear (linear Model),

model kuadrat (Quadratic Model), model pertumbuhan eksponensial (Exponential

Growth Model) dan model kurva-S (S-Curve Model).

Ukuran kebaikan model ditunjukkan oleh besarnya nilai MAPE, MAD dan

MSD. Semakin kecil nilai MAPE menunjukkan bahwa model yang digunakan

semakin akurat. Sehingga model tersebut secara statistik semakin cocok untuk

digunakan. Untuk menggunakan analisis tren, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi, yaitu:

a. Data mempunyai nilai tren yang relatif konstan.

b. Data yang dimiliki tidak mengandung unsur musiman.

c. Data tidak digunakan untuk meramalkan dalam jangka waktu yang cukup

panjang.

Data perkembangan jumlah Hotel di Kota Bogor yang didapatkan dari

hasil pengolahan menggunakan Minitab 14. Metode time series yang digunakan

untuk menentukan metode peramalan jumlah hotel di Kota Bogor , yaitu: Tren

Liniear, Tren Quadratik, Growth curve dan Tren S-Curve. (Lampiran 3)

Tabe 5 Nilai MAPE beberapa model peramalan jumlah hotel di Kota Bogor.

No Metode Peramalan MAPE Urutan Metode

1. Tren Linear 25.6552 1

2. Tren Quadratik 32.5885 3

3. Growth curve 27.2285 2

4. Tren S-Curve 33.7903 4

35

Berdasarkan Tabe 5 terlihat bahwa metode time series pertama yang

didapat dari perhitungan program minitab 14 adalah metode tren linear. Metode

ini memiliki nilai MAPE terkecil dibandingkan dengan metode peramalan

lainnya yaitu sebesar 25.6552.

Index

Jum

lah

Ho

tel

10987654321

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

Accuracy Measures

MAPE 25,6552

MAD 4,5714

MSD 31,0952

Variable

Forecasts

Actual

Fits

Time Series Jumlah Hotel di Kota Bogor Linear Trend Model

Yt = -2 + 8,71429*t

Gambar 4 Perkembangan jumlah Hotel di Kota Bogor, dengan Model Tren Linear

Hasil dari peramalan jumlah Hotel di Kota Bogor dengan menggunakan

Tren Linear memperlihatkan bahwa garis yang naik turun menunjukkan plot data

ril yang dimiliki, sedangkan garis linear, menunjukkan hasil trennya. Tiga titik

terakhir dari garis linear menu njukkan forecast tiga tahun ke depan pertumbuhan

hotel di Kota Bogor. Persamaan garis tren yang dihasilkan adalah.

……………………………………………………….(10)

Yt= -2 + 8,71429*t

36

37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Responden

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

kuesioner yang melibatkan responden dari seluruh karyawan perusahaan pada

bagian operasional yang berstatus sebagai karyawan tetap maupun tidak tetap di

lingkungan HP-2 Bogor yang berjumlah 133 orang. Dengan demikian berbagai

keputusan yang dihasilkan dari 133 responden atas pandangannya terhadap

berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor penilaian kinerja selama

ini serta pengaruhnya terhadap motivasi dan produktivitas kerja karyawan, dapat

dijadikan dasar untuk menyimpulkan pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap

produktivitas kerja karyawan.

Sebelum dilakukan uraian yang menyangkut penyajian hasil beserta

pembahasannya, maka perlu terlebih dahulu disajikan karakteristik atau identitas

responden dalam penelitian ini. Sesuai dengan instrumen penelitian yang

diberikan kepada responden (kuisioner), identitas responden dalam penelitian ini

meliputi usia, jenis kelamin, posisi/jabatan, masa kerja dan latar belakang

pendidikan.

1) Usia Responden

Usia responden dikategorikan ke dalam empat kategori usia yaitu usia ≤20

tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun. Hasil penelitian memperlihatkan

bahwa mayoritas responden HP-2 Bogor berada pada kisaran usia 21-30 tahun,

dengan persentase sebanyak 46 persen (61 orang). Peringkat ke dua adalah

responden yang berusia 31-40 tahun dengan jumlah sebanyak 35 persen (46

orang). Peringkat ketiga diisi oleh responden berusia ≤20 tahun dengan persentase

sebesar 12 persen (16 orang), kemudian peringkat ke empat ditempati oleh

karyawan yang berusia 41-50 tahun dengan persentase sebanyak 7 persen (10

orang). Usia produktif yakni dibawah 50 tahun, seperti tercamtum pada Gambar 5.

38

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan usia

2) Jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, karyawan laki-laki sebanyak 78 persen atau 104

orang dan karyawan wanita sebanyak 22 persen atau 29 orang. Jumlah pegawai

pria relatif jauh lebih banyak dibanding pegawai wanita, karena kebijakan

perusahaan dalam merekrut untuk departemen tertentu lebih mengutamakan

pegawai pria, seperti pada bagian teknik dan keamanan yang seluruh pegawainya

adalah pria, seperti tercantum pada Gambar 6.

Gambar 6 Karakteristik responden bedasarkan jenis kelamin.

10478%

2922%

Jenis Kelamin

Laki-laki

Wanita

1612%

6146%

46;35%

107%

Usia Responden

≤20

21-30

31-40

41-50

39

3) Masa kerja

Masa kerja dibagi menjadi lima kategori, yakni masa kerja 1-3 tahun,

masa kerja 4-6 tahun, masa kerja 7-9 tahun, dan masa kerja di atas 9 tahun.

Karakteristik responden berdasarkan masa kerja didominasi oleh karyawan yang

memiliki masa kerja 4-6 tahun, dengan persentase sebesar 46 persen. Selanjutnya

diikuti karyawan dengan masa kerja 1-3 tahun sebesar 35 persen. Untuk karyawan

dengan masa kerja lebih dari 7-9 tahun memiliki persentase sebesar 14 persen,

sedangkan karyawan dengan masa kerja lebih dari sembilan tahun memiliki

persentase sebesar 9 persen, seperti tercantum pada Gambar 7.

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

4) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dibagi menjadi lima bagian, yaitu SD,

SMP, SMA, D1, D2, D3 dan S1. Mayoritas karyawan HP-2 Bogor memiliki

pendidikan SMA/SMK perhotelan, dengan persentase sebesar 60 persen (80

orang). Selanjutnya diikuti oleh karyawan yang memiliki pendidikan D3

sebanyak 12 persen (16 orang). Karyawan yang berpendidikan D1 sebayak 10

persen (13 orang), D2 sebanyak 1 persen dan S1 memiliki persentase sebanyak

4 persen (6 orang), seperti tercantum pada Gambar 8.

4635%

6146%

1410%

129%

Masa Kerja

1-3 tahun

4-6 tahun

7-9 tahun

≥ 9 tahun

40

Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan karyawan

5.2. Uji Validasi dan Reliabilitas

Sebagai penelitian awal, kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden.

Kuesioner yang disebarkan terdiri dari pertanyaan tertutup mengenai aspek-aspek

yang diamati, yang terdiri dari 20 pertanyaan. Uji validasi dilakukan dengan

menghitung korelasi antara skor masing-masing variabel indikator dengan skor

totalnya. Pengolahan data menggunakan software SPSS 17 Ver.17.0.

Setelah melakukan pengujian terhadap 30 kuesioner, semua pertanyaan 20

butir terbukti valid, dimana korelasi diantara pendapat atas pertanyaan yang ada

lebih besar dari 0.361 pada selang kepercayaan 95%. Sedangkan untuk uji

reliabilitas menggunakan Teknik Cronbach dibantu software SPSS 17 Ver.17.0,

diperoleh alpha hitung sebesar 0.847 (Lampiran 2). Nilai alpha hitung lebih besar

dari batas minimal 0.7 maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument

penelitian adalah reliabel. Perhitungan hasil uji validasi dapat dilihat pada

Lampiran 2.

5.3. Self Appraisal di Hotel Pangrango 2 Bogor

Penilaian kinerja amat penting bagi suatu organisasi untuk melihat sejauh

mana faktor manusia dapat menunjuang tujuan organisasi. Melalui penilaian

kinerja, organisasi dapat memilih dan menempatkan orang yang tepat untuk

75%

108%

8060%

1310%

11%

1612%

64%

Pendidikan Karyawan

SD

SMP

SMA

D1

D2

D3

S1

41

menduduki suatu jabatan tertentu secara obyektif. Pentingnya penilaian kinerja

juga dapat dilihat dari kacamata pendidikan dan pengembangan

pegawai/karyawan. Artinya, suatu organisasi menggunakan penilaian kinerja

sebagai alat untuk menentukan apakah karyawan tertentu membutuhkan suatu

keterampilan (skill) baru atau tidak, apakah keterampilan yang dimilikinya masih

mengikuti perkembangan organisasi yang ada, apakah organisasi secara

keseluruhan membutuhkan skill baru agar dapat eksis dalam kompetisi. Penilaian

Kinerja (Performance Appraisal) yang dilakukan manjemen HP-2 Bogor kepada

para karyawannya selama ini adalah : penilaian diri sendiri (Self Appraisal).

Setiap karyawan akan menerima form penilaian kinerja yang berisi poin-poin

yang dinilai dari pekerjaan yang telah mereka kerjakan dalam satu periode waktu

tertentu. Setiap individu karyawan akan mengisi sendiri form penilaian tersebut

berdasarkan kinerja yang telah mereka lakukan. Mereka diberi kebebasan untuk

memberi penilaian terhadap hasil kerja mereka berdasarkan standar yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Tetapi syaratnya, form tersebut hanya diperbolehkan

untuk diisi menggunakan pensil. Karena nantinya masih ada tahap-tahap penilaian

selanjutnya yang masih harus dilalui, sebelum akhirnya akan didapatkan nilai

akhir dari kinerja setiap individu karyawan.

1) Instrumen penilaian kinerja

kinerjaSeperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa metode penilaian diri

sendiri (Self Appraisal) di HP-2 Bogor memperbolehkan setiap individu

karyawannya untuk mengisi sendiri form penilaian yang berisi poin-poin

penilaian yang telah dijadikan standart di dalam perusahaannya. Form tersebut

diantaranya berisi tentang poin-poin sebagai berikut :

a. Didipilin kerja, sikap mental yang harus dimiliki oleh seseorang untuk

mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku di perusahaan dengan tertib.

b. Motivasi kerja, penilaian terhadap setiap pegawai mengenai kemauan untuk

belajar sesuatu yang baru

c. Penampilan, penilaian terhadap setiap pegawai mengenai penampilan yang

baik

d. Inisiatif/kreativitas

e. Ketaatan kepada atasan

42

f. Kerjasama, penilaian terhadap setiap pegawai yang memiliki semangat tim dan

kerjasama didalam bekerja.

g. Sikap dan perilaku sopan santun, penilaian mengenai attitude dan bagaimana

setiap individu karyawan menunjukkan perilaku dan tauladan yang baik bagi

orang lain yaitu bawahan ataupun rekan kerjanya.

h. Kemampuan menjalankan tugas

Form penilaian diisi dengan menggunakan nilai antara 0 sampai 100,

dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 – 100 : Excellent

70 – 79.9 : Bagus (Good)

60 – 69.9 : Rata-rata (Average)

40 – 49.9 : Buruk (Poor)

0 – 39.9 : Sangat Buruk (Very Poor)

2) Tahapan penilaian kinerja

Penilaian kinerja untuk setiap individu karyawan di HP-2 Bogor memiliki

beberapa tahapan, diantaranya adalah :

a) Pengisian form penilaian oleh setiap individu karyawan.

Pada tahap ini, setiap individu karyawan akan diberikan form dan diberikan

kebebasan untuk hasil pekerjaan mereka selama periode waktu tertentu

berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen HP-2 Bogor.

Penilaian dari karyawan, hanya diperbolehkan menggunakan pensil, karena

nilai tersebut belum merupakan nilai akhir dari proses penilaian kinerja

mereka selama ini.

b) Wawancara dengan atasan langsung.

Pada tahap ini, setiap individu karyawan akan melalui tahap wawancara

dengan atasan langsung, untuk mempertanggungjawabkan hasil penilaian yang

telah mereka isi dalam form penilaian kinerja pada tahap 1. Apabila individu

karyawan memberikan penilaian pribadi yang tinggi pada hasil kerjanya

selama ini, maka pada tahap ini mereka harus bisa memberikan alasan dan

gambaran kenapa dia pantas mendapatkan nilai itu. Demikian pula sebaliknya,

43

jika individu karyawan memberikan penilaian pribadi yang rendah pada hasil

kerjanya, maka mereka harus bisa memberi alasan dan menggambarkan apa

yang menjadi kesulitan serta hambatannya selama ini dalam melakukan

pekerjaan, sehingga hasilnya kurang bagus di mata mereka sendiri. Cara ini

bertujuan untuk mengurangi bias penilaian yang disebabkan oleh subyektifitas

penilaian pribadi dari setiap karyawan. Mungkin saja ada karyawan yang

memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga memberi penilaian yang

berlebih pada hasil kerjanya, atau sebaliknya ada karyawan yang memiliki

rasa percaya diri yang rendah sehingga cenderung memberi penilaian rendah

pada hasil pekerjaannya yang sebenarnya tidak serendah yang mereka nilai.

Untuk penilaian kinerja bagi karyawan harian dan job training (magang),

tahapan penilaiannya hanya berhenti sampai disini. Atasan langsung mereka

yang berhak memberikan penilaian akhir bagi hasil kerja individu karyawan

tersebut dalam periode tertentu, dengan menggabungkan penilaian pribadi dari

karyawan dan hasil wawancara. Sedangkan untuk penilaian kinerja bagi

karyawan tetap dan karyawan kontrak masih melalui satu tahapan, yaitu dari

atasan langsung.

c) Penilaian dari atasan tidak langsung.

Pada tahap ini, atasan langsung dari setiap karyawan yang sedang dinilai

kinerjanya akan membawa hasil penilaian pribadi dari individu karyawan dan

juga hasil wawancara yang telah mereka lakukan untuk member kesempatan

atasan memberi poin penilaian bagi kinerja karyawan yang bersangkutan.

Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan bias penilaian yang mungkin saja

muncul akibat subyektifitas penilaian dari atasan langsung terhadap hasil kerja

karyawannya. Mungkin saja ada tendensi rasa suka dan tidak suka yang berasal

dari penilaian atasan langsung terhadap kepribadian karyawan yang seharusnya

tidak boleh berpengaruh terhadap penilaian yang diberikan kepada hasil kerja

karyawannya. Bobot penilaian dari atasan langsung adalah 1 sedangkan bobot

penilaian dari atasan tidak langsung adalah 0.2. Tetapi yang akan memberi

penilaian akhir pada hasil kinerja dari setiap individu karyawan adalah tetap

atasan langsung, dengan menggabungkan semua nilai yang telah dihasilkan

44

dari tahap penilaian pribadi, wawancara dengan atasan langsung dan penilaian

dari atasan tidak langsung.

3) Waktu pelaksanaan penilaian kinerja

Penilaian kinerja untuk karyawan yang dilakukan oleh manajemen HP-2 Bogor

dilakukan setiap jangka waktu tertentu, yaitu :Penilaian kinerja untuk pegawai

dilakukan pada setiap akhir tahun. Penilaian biasanya dilakukan pada bulan

desember di tahun berikutnya dan hasil akhir penilaiannya sudah ada sebelum

tanggal 1 Januari pada tahun berikutnya.

4) Persepsi responden terhadap penilaian kinerja

Untuk melihat bagaimana persepsi responden terhadap penilaian kinerja

terhadap motivasi kerja dan produktivitas kerja karyawan, analisis dilakukan

pada setiap pertanyaan terhadap penilaian kinerja yang diajukan kepada

responden melalui penyebaran kuesioner. Berikut hasil analisis pernyataan

yang diuraikan satu persatu dan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pendapat seluruh responden mengenai penilaian kinerja di HP-2 Bogor

N0

Kriteria

Frekuensi jawaban tiap skala

Skor

Ket.

1 2 3 4 5

1. Materi yang berkaitan

dengan tujuan penilaian

(X1)

Dimensi waktu secara

periodic pelaksanaan

penilaian kinerja

Penilaian kinerja secara

informal

Potensi/rekomendasi (X4)

2

1

3

15

3

5

6

29

25

24

19

31

70

70

75

45

34

33

30

13

531

528

522

411

S

S

S

TS

2. Lingkungan penilaian

dilakukan dalam suasana

nyaman (X5)

Pelaksanaan penilaian

dilakukan di luar kantor

(X6)

4

23

7

44

23

40

61

19

38

7

521

342

S

STS

3. Deskipsi tugas dan

tanggung jawab (X7)

Metode penilaian telah

memenuhi harapan (X8)

3

6

4

9

29

30

59

52

38

36

524

502

S

S

45

Keterangan:

Rentang 342 – 391.8 = STS, sangat tidak setuju

Rentang 391.8 – 441.6 = TS, tidak setuju

Rentang 441.6 – 491.4 = CS, cukup setuju

Rentang 491.4 – 541.2 = S,setuju

Rentang 541.2 – 591 = SS, sangat setuju

* = tidak ada respon yang menjawab

Penjelasan dari masing-masing kriteria yang diteliti berkaitan dengan

persepsi terhadap penilaian kinerja yang berlaku di HP-2 Bogor, sebagai berikut:

1. Materi/isi penilaian

Materi penilaian kinerja yang diteliti meliputi dimensi waktu periodik,

penilaian kinerja secara informal, dan potensi/rekomendasi dari seorang

karyawan. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa persepsi responden secara

keseluruhan berada pada rentang setuju. Hal ini berarti bahwa faktor umum yang

dinilai dalam pelaksanaan penilaian kinerja karyawan yang berlaku saat ini cukup

mewakili kemampuan individu seorang karyawan.

Pendapat responden mengenai kurun waktu penilaian yang dilakukan tiap

tahun sekali berada pada rentang setuju. Dalam perjalanan waktu selama satu

tahun mungkin dirasakan oleh seorang karyawan telah cukup untuk menilai hasil

kerjanya.

Pendapat responden mengenai penilaian kinerja secara informal yang

dilakukan oleh atasan terhadap karyawan berada pada rentang setuju. Hal ini

dapat dijelaskan bahwa pada umumnya karyawan setuju apabila atasan atau

penilai melakukan kegiatan penilaian kinerja secara informal terhadap karyawan.

Kegiatan informal tersebut dapat dilaksanakan dengan cara penilai melakukan

pencatatan atas kejadian penting yakni deskripsi situasi, tugas, tindakan dan

hasilnya yang berkaitan dengan sasaran kerja dan kriteria yang dinilai baik yang

mendukung maupun tidak mendukung. Penilai dapat melakukan pencatatan setiap

saat untuk menghindari faktor lupa atas faktor-faktor kejadian yang harus dicatat.

Jika kinerja seorang karyawan dinilai kurang, maka atasan seharusnya

dapat memotivasi karyawan yang dinilai tersebut. Rekomendasi penilai terhadap

potensi seorang karyawan maupun kekurangannya menurut para responden

berada pada rentang tidak setuju.

46

2. Tempat pelaksanaan penilaian

Pendapat responden mengenai tempat pelaksanaan penilaian secara umum

berada pada rentang setuju, terutama bila dilakukan dalam lingkungan yang

nyaman di dalam kantor tempat masing-masing karyawan bekerja. Sementara itu,

pendapat responden berada pada rentang sangat tidak setuju apabila pelaksanaan

penilaian kinerja dilakukan di luar lingkungan kantor, karena karyawan

beranggapan bahwa apabila penilaian kinerja di lakukan di luar kantor akan

banyak menyita waktu, tenaga dan biaya.

3. Metode penilaian

Pendapat responden mengenai deskipsi tugas dan tanggung jawab berada

pada rentang setuju. Artinya responden menganggap memang telah melakukan

pekerjaan sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang harus dipedomani. Deskripsi

pekerjaan merupakan acuan bagi setiap pekerjaan yang harus dilakukan oleh

seorang karyawan. Melalui deskripsi pekerjaan tersebut karyawan akan

mengetahui wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab mereka dalam bekerja.

Pendapat responden mengenai metode yang digunakan dalam menilai

kinerja berada pada rentang setuju. Hal ini berarti bahwa secara umum karyawan

menganggap metode penilaian yang selama ini digunakan dirasa telah cukup

memenuhi harapan karyawan dalam menilai kinerjanya sebagai seorang

karyawan.

5.4. Hasil Analisis Structural Equation Modeling

Analisis SEM digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu

mengetahui pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi dan produktivitas kerja

karyawan. Pada penelitian ini komunitas yang diteliti adalah karyawan HP-2

Bogor. Model persamaan antara variabel laten bebas (independen), yaitu materi

penilaian, tempat penilaian dan metode penilaian dengan variabel laten terikat

(dependen) yaitu motivasi dan produktivitas kerja karyawan. Untuk menyatakan

tingkat kelayakan suatu model dalam analisis SEM , digunakan beberapa kriteria

pengukuran good of fit (GOF).

Menurut Hair et al. (1995) dalam Ferdinand (2002), dalam analisis SEM

tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur dan menguji hipotesis

47

mengenai metode sehingga digunakan beberapa fit index untuk mengukur

kebenaran-kebenaran model. Dalam evaluasi krikeria Goodness of fit terdapat

beberapa indeks kesesuaian dan cut off value yang digunakan untuk menguji

kecocokan model dengan data yang disajikan (sesuai dengan data empiris).

Indeks-indeks tersebut diantaranya yaitu Degree of Freedom (DF), Chi-square,

RMSEA (Root Means Square Error of approximation), dan P-Value. Pada Tabel

7 dapat dilihat hasil dari LISREL.

Tabel 7 Pengertian beberapa fit index untuk evaluasi kecocokan model

Good of

Fit Index

Pengertian

Chi-square (X2) Digunakan untuk mengukur overall fit, semakin kecil

nilainya, maka semakin baik model yang diuji, Chi-square

cenderung sensitive terhadap besar sampel yang digunakan.

Uji Chi-square ini biasanya selalu dihubungkan dengan Degre

of Freedom (DF) untuk memperoleh nilai Chi-square

relative.

Probability Menunjukkan seberapa besar signifikansi tidak adanya

perbedaan antara matriks kovarians data dan matriks

kovarians yang diestimasi.

RMSEA Indeks yang digunakan untuk mengkompensasi Chi-square

statistic dalam sampel yang besar

Setelah dilakukan uji GOF model Struktur dalam penelitian ini

menunjukkan nilai Chi-Square (X2) yang relatif kecil terhadap derajat bebasnya

(DF) yang menunjukkan bahwa model yang diajukan di dukung oleh data empiris.

Nilai RMSEA= 0.005 dan P-value = 0.47216 menunjukkan adanya kedekatan

suatu model dengan populasinya yang didukung oleh data empiris.

Nilai faktor muatan (loading faktor) setiap peubah merupakan koefisien

yang menunjukkan seberapa besar tingkat kontribusi relatife dari atribut-atribut

(peubah indikator) dalam membentuk peubah laten endogennya, Dalam proses

pengukurannya, terdapat peubah-peubah indikator yang dijadikan pembanding

atau patokan dengan cara memberikan nilai satu untuk faktor muatannya.

The root Mean square Error of Approximation (RSMA) merupakan

sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi nilai chi-square

statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodnees of fit

yang dapat diharapkan bila model yang di estimasi dalam populasi. Nilai RMSEA

48

yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan

degree of freedom.

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa Nilai RMSEA = 0.005 dan P-

value = 0.47216 menunjukkan adanya kedekatan suatu model dengan populasinya

dan model didukung pula oleh data empiris.

Tabel 8 Uji kecocokan pada beberapa kriteria Goodness of Fit Index

Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil Keterangan

Chi-square Kecil 166.61 Good Fit

Significance Probability (P-value) ≥0.05 0.47216 Good Fit

RMR (Root Mean Square Residual) ≤0.05 atau ≤0.1 0.081 Good Fit

RMSEA (Root Mean Square Error

of Approximation)

≤0.08 0.005 Good Fit

NFI (Normed Fit Index) ≥0.90 0.59 Good Fit

IFI (Incremental Fit Index) ≥0.90 0.93 Good Fit

CFI (Comparative Fit Index) ≥0.90 0.93 Good Fit

GFI (Goodness of Fit) ≥0.90 0.90 Good Fit

AGFI (Adjusted Goodness of Fit) ≥0.90 0.87 Marginal Fit

Nilai CFI merupakan ukuran dalam menentukan sesuatu model fit atau

tidak sebagai revisi dari NFI yang dapat menurunkan fit model pada sampel kecil.

Begitu juga halnya dengan IFI. Jika nilainya semakin tinggi maka menunjukkan

kecocokan model yang semakin baik. Pada model struktural dalam penelitian ini

walaupun nilai RFInya cukup kecil dan kurang dari 0.90, tetapi nilai CFI dan

IFInya bagus yaitu masing-masing 0.93 dan 0.93. Karena itu bisa disimpulkan

bahwa model ini memiliki tingkat kecocokan yang baik. Sedangkan Untuk nilai

GFI (Goodness of Fit) merupakan ukuran mengenai ketepatan model dalam

menghasilkan observed matrix covariance. Sedangkan AGFI sama seperti GFI,

tetapi telah menyesuaikan pengaruh degree of freedom pada suatu model. Dalam

penelitian ini, model struktur yang diuji memiliki nilai GFI dan AGFI yang

mendekati 0.90 yaitu 0.90 dan 0.87 sehingga dapat dikatakan bahwa model

memiliki tingkat kecocokan yang cukup atau moderat (Close Fit). Gambar 9

Menunjukkan hasil path diagram dari perolehan LISREL 8.30.

49

Gam

bar

9 P

ath

dia

gra

m H

asil

Est

imasi

fak

tor

Muat

an (

Loadin

g F

act

or)

model

str

uktu

ral

pen

ilai

an k

iner

ja t

erh

adap

moti

vas

i dan

pro

dukti

vit

as k

erja

kar

yaw

an

50

Gam

bar

10 H

asil

T-v

alu

es

Model

Str

uktu

r P

enil

aian

Kin

erja

Ter

had

ap M

oti

vas

i dan

Pro

dukti

vit

as K

erja

Kar

yaw

an

51

Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa setiap peubah indikator eksogen (X1-

X8) maupun peubah indikator endogen (Y1-Y12) terdapat nilai bagian luarnya

yang menunjukkan tingkat error atau disebut dengan theta-delta. Nilai ini

menunjukkan keragaman jawaban responden terhadap pernyataan indicator, yang

berarti bahwa apabila nilainya semakin tinggi maka jawaban responden terhadap

pernyataan tersebut cenderung semakin beragam atau bervariasi sementara apabila

nilainya semakin kecil menunjukkan jawaban responden yang cenderung

seragam terhadap indikator tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa

terdapat beberapa koefisien lintas yang tidak signifikan, yang ditunjukkan dengan

warna merah. Nilai T-value tersebut memiliki nilai lebih kecil dari 1.96, yang

merupakan nilai kritis uji-t pada taraf nyata 5%. Walaupun nilai-nilai tersebut

tidak signifikan, jika dihilangkan dari model akan berakibat pada perubahan

struktur model yang telah dibuat, dan nilai kesesuaian model akan berubah drastis.

Rangkuman hasil estimasi untuk muatan (loading factor), dan T-values

pada hasil output LISREL 8.30 dapat dilihat pada Tabel 9. Berikut.

52

Tabel 9 Faktor Muatan (Loading Factor) dan Nilai-t hasil perhitungan

Atribut Faktor

Muatan T-

Values

Mat

eri

pen

ilai

an

1. Materi yang berkaitan dengan tujuan (X1) 0.32 4.03

2. Dimensi waktu secara periodik

pelaksanaan penilaian kinerja (X2) 0.36 4.53

3. Penilaian kinerja secara informal (X3) 0.45 6.63

4. Potensi/rekomendasi (X4) 0.36 4.47

Tem

pat

5. Lingkungan penilaian dilakukan dalam

suasana nyaman (X5) 0.01 13.05

6. Pelaksanaan penilaian dilakukan di luar

kantor 0.00 -1.12

Met

ode

7. Deskripsi tugas dan tanggung jawab (X5) 1.00 18.73

8. Metode penilaian telah memenuhi harapan

(X6) 0.15 -3.5

Moti

vas

i

Y1. Penghargaan yang diberikan 0.33 0.00

Y2. Ketepatan menggunakan metode 0.11 0.82

Y3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan 0.33 3.08

Y4. Imbalan dalam bentuk materi -0.03 -0.21

Y5. Hubungan sesama pegawai 0.34 2.64

Y6. Kondisi ruangan kerja -0.09 -0.7

Pro

dukti

vit

as

Y7. Memotivasi dan membangun kerja sama 0.55 0.00

Y8. Jujur dalam melaporkan hasil 0.16 1.61

Y9. Mengutamakan kepentingan tugas 0.1 1.08

Y10. Mentaati peraturan kerja 0.43 4.31

Y11. Mentaati ketentuan jam kerja 0.48 5.54

Y12. Mentaati perintah atasan 0.4 4.11

Nilai faktor muatan (loading factor) setiap peubah merupakan koefisien

yang menunjukkan seberapa besar tingkat kontribusi relatif dari atribut-atribut

(peubah indikator) tersebut dalam membentuk peubah laten endogennya. Dalam

proses pengukurannya, terdapat peubah-peubah indikator yang dijadikan

pembanding atau patokan dengan cara memberikan nilai 1 (satu) untuk faktor

muatannya. Dari Tabel 9 dapat dilihat peubah indikator yang dijadikan

pembanding yaitu: materi yang berkaitan dengan tujuan penilaian (X1),

53

lingkungan penilaian dilakukan dalam suasana nyaman (X5), deskripsi tugas dan

tanggung jawab (X9), penghargaan yang diberikan (Y1) dan memotivasi dan

membangun kerja sama (Y7). Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi

kontribusi atau pengaruh peubah yang terdeteksi dalam model penelitian. Faktor

muatan peubah lain selanjutnya dibandingkan dengan faktor muatan dari peubah

pembanding untuk melihat nilai kontribusi relatife peubah tersebut dalam

membentuk peubah latennya.

1) Analisis pengaruh peubah laten eksogen terhadap peubah laten endogen

(motivasi kerja)

Untuk mengetahui pengaruh antar variabel laten bebas dan variabel laten

terikat perlu dilakukan analisis lebih lanjut yaitu analisis pengaruh antar variabel

atau analisis model struktural. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar

pengaruh antar variabel dapat dikatakan signifikan/berpengaruh positif maka

harus memenuhi beberapa syarat. Diantarantya t-value pada taraf kepercayaan

5% harus lebih besar dari 1.96. Semakin besar t-value maka semakin

menunjukkan bahwa pengaruh variabel laten terikat dan variabel laten bebas

semakin signifikan. Selain itu, semakin besar nilai loading factor ( ) merupakan

koefisien yang menunjukkan besarnya tingkat kontribusi variabel indikator

terhadap variabel latennya.

Untuk persamaan struktural yang pertama yaitu pengaruh variabel laten

materi penilaian terhadap variabel laten terikat motivasi adalah 36.50 > 1.96

dengan koefisien lintas yaitu 1.03 adalah signifikan (berpengaruh positif). Hal

tersebut menjelaskan bahwa unsur-unsur yang digunakan dalam menilai kinerja

karyawan sudah efektif sebagai suatu alat penilaian, sebab isi atau materi

penilaian sudah memenuhi syarat efektivitas suatu sistem penilaian kinerja

karyawan. Menurut Hotomo dan Hermawan (2000), dalam melakukan penilaian

kinerja karyawan diperlukan sistem yang praktis, relevan, handal, kepekaan dan

dapat diterima. Dari segi kepraktisan (practically), self appraisal yang digunakan

sebagai alat penilaian kinerja karyawan cukup dimengerti dan mudah digunakan

bagi penilai maupun atasannya. Hal ini terjadi karena karyawan sudah memahami

bagaimana melakukan penilaian kinerja yang baik.

54

Siagian (1995) menjelaskan bahwa pentingnya penilaian kinerja yang

rasional dan diterapkan secara obyektif terlihat paling sedikit memiliki dua

kepentingan manfaat yang baik bagi karyawan itu sendiri maupun bagi organisasi

di mana dia bekerja. Bagi karyawan, hasil penilaian kinerja seharusnya dapat

berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,

kekurangan dan potensinya yang pada akhirnya dapat bermanfaat untuk

menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Apabila hasil dari

penilaian karyawan tersebut memberikan nilai positif, maka diharapkan bisa

memberi motivasi untuk dapat bekerja lebih, mengembangkan dan meningkatkan

kompetensinya dengan lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Sedangkan bila hasilnya negatif, maka diharapkan karyawan yang

bersangkutan bisa mengetahui kelemahan dan kekurangannya sehingga dapat

memperbaiki kinerja maupun perilakunya di masa mendatang. Bagi organisasi,

apabila hasil penilaian positif, akan membantu pimpinan dalam mengambil

keputusan untuk kemungkinan melakukan program pengembangan yang tepat

bagi karyawan yang bersangkutan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Selain itu hasil penilaian juga berguna untuk memberikan kompensasi,

kenaikan pangkat, dan promosi jabatan. Sedangkan, apabila hasilnya negatif, akan

berguna bagi pimpinan untuk mengidentifikasi kebutuhan program pendidikan

dan pelatihan, konseling, desain pekerjaan, penempatan, dan demosi. Sementara

itu, tujuan dari penilaian kinerja karyawan (self appraisal) adalah Memungkinkan

karyawan dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan

peningkatan kinerja.

Selanjutnya manajemen HP-2 Bogor akan memajang hasil penilaian kinerja

setiap karyawan pada periode tersebut, sehingga semua karyawan bisa melihat

langsung nilai akhir dari kinerjanya selama ini. Hal tersebut diharapkan bisa

memotivasi setiap karyawan untuk selalu berusaha meningkatkan kinerjanya di

masa yang akan datang. Tujuan selanjutnya adalah membantu para pengambil

keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji

atau sebaliknya. Hal ini berarti bahwa hasil penilaian kinerja setiap karyawan

seharusnya dapat menjadi bahan yang selalu menjadi pertimbangan dalam setiap

keputusan yang diambil mengenai penentuan keputusan promosi, transfer dan

55

demosi oleh pihak manajemen HP-2 Bogor.

Persamaan struktural yang kedua yaitu pengaruh variabel laten (tempat

penilaian) terhadap variabel laten terikat (motivasi) memiliki nilai-t sebesar 1.76

< 1.96 dengan koefisien lintas adalah 0.00 yaitu tidak signifikan (tidak

berpengaruh). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tempat pelaksanaan penilaian

dalam suasana yang nyaman sangat diharapkan oleh semua karyawan HP-2 Bogor

yang dinilai. Hal ini dapat terlihat dari faktor muatan indikator X5 yang

berkontribusi paling tinggi terhadap peubah latennya. Semua hal yang

dilaksanakan pada saat penilaian kinerja berlangsung, seperti tatap muka yang

disertai dialog sangat membutuhkan dukungan dari lingkungan fisik agar kegiatan

tersebut dapat terlaksana dengan baik. Ruang pertemuan khusus yang digunakan

lebih bersifat netral sehingga menimbulkan rasa nyaman, kesamaan dan rasa

kepemilikan bersama selama wawancara penilaian kinerja berlangsung.

Untuk persamaan struktural ketiga yaitu pengaruh variabel laten bebas

(metode penilaian) terhadap variabel laten terikat (motivasi memiliki) nilai-t yaitu

-8.31 < 1.96 dengan koefisien lintas -0.12 signifikan (berpengaruh negatif). Hal

ini mengindikasikan bahwa metode yang selama ini diterapkan belum memenuhi

harapan karyawan pada HP-2 Bogor. Berdasarkan indikator tersebut maka dapat

dijelaskan bahwa metode penilaian dalam Self Appraisal (penilaian diri sendiri)

merupakan metode yang berorientasi masa depan, dengan menggunakan beberapa

teknik penilaian seperti Rating scale dan Critical incident method

Rating scale (skala peringkat), menggunakan kriteria yang memiliki nilai

tertentu mulai dari excellent sampai dengan sangat buruk. Sebagaimana sudah

ditetapkan oleh pihak manajemen form penilaian kinerja karyawan HP-2 Bogor

menggunakan nilai antara 0 sampai 100, dengan kriteria sebagai berikut: Excellent

(80-100), bagus/Good (70-79.9), Rata-rata/Average (60-69.9), buruk/poor (40-

49.9), sangat buruk/very poor (0-39.9). Model penilaian seperti ini merupakan

teknik penilaian yang mudah untuk dilaksanakan namun sangat berisiko terhadap

subyektivitas penilaiannya, sehingga memungkinkan adanya berbagai bias

penilaian.

Critical incident method, mengharuskan setiap pejabat penilai untuk

mengisi dan memelihara buku catatan penilaian terhadap perilaku dan tindakan

56

setiap karyawan yang menjadi bawahannya, baik perilaku yang bersifat positif

maupun yang negatif. Buku catatan inilah yang dijadikan sebagai bahan untuk

mengisi penilaian kinerja karyawan yang bersangkutan. Teknik penilaian tersebut

apabila dijalankan dengan sebaik-baiknya akan sangat efektif karena adanya

catatan-catatan lengkap atas setiap tingkah laku karyawan baik yang positif

maupun yang negatif selama periode penilaian satu tahun, sehingga dapat menjadi

dasar untuk menilai karyawan bersangkutan secara obyektif dan terhindar dari

bias recency effect (penilaian sesaat). Namun apabila pejabat penilai tersebut

tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana mestinya, yaitu tidak mencatat setiap

tingkahlaku /tindakan dan perbuatan bawahannya baik yang positif maupun yang

negative, maka penilaian yang dilakukan cenderung akan mengalami bias, seperti

reegency effect, leniency effect, dan bias-bias lainnya.

2) Analisis pengaruh peubah laten endogen motivasi terhadap

produktivitas kerja karyawan dengan indikator pembentuknya

Pada penelitian ini terdapat 12 peubah indikator laten endogen yang

diukur, yaitu penghargaan yang diberikan (Y1), ketepatan menggunakan metode

(Y2), tanggung jawab terhadap pekerjaan (Y3), imbalan dalam bentuk materi

(Y4), hubungan sesama pegawai (Y5), kondisi ruangan kerja (Y6), memotivasi

dan membangun kerja sama (Y7), jujur dalam melaporkan hasil (Y8),

mengutamakan kepentingan tugas (Y9), mentaati peraturan kerja (Y10), mentaati

ketentuan jam kerja (Y11), dan mentaati perintah atasan (Y12). Dari hasil estimasi

yang telah dilakukan, dan didapat nilai faktor muatan dan nilai-t dari setiap

indikator konstruk motivasi yang bisa dilihat pada Tabel 10. Nilai-t, motivasi

memiliki 6.74 > 1.96 dengan koefisien lintas yaitu 1.00 yang berarti signifikan

(berpengaruh positif). Selanjutnya, kontribusi masing-masing peubah indikator

pembentuk motivasi dan produktivitas dan besar nilai T-Value yang dihasilkan

dapat dilihat pada Tabel 10.

57

Tabel 10 Kontribusi peubah motivasi dan produktivitas kerja karyawan.

Faktor

Muatan Atribut

Faktor

Muatan

t-

value

1.00

Moti

vas

i

Y1. Penghargaan yang diberikan

0.33

0.00

Y2. Ketepatan menggunakan metode 0.11 0.8

Y3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan 0.33 3.0

Y4. Imbalan dalam bentuk materi -0.03 -0.21

Y5. Hubungan sesama pegawai 0.34 2.6

Y6. Kondisi ruangan kerja -0.09 -0.70

Pro

dukti

vit

as

Y7. Memotivasi dan membangun kerja sama

0.55

0.00

Y8. Jujur dalam melaporkan hasil 0.16 1.6

Y9. Mengutamakan kepentingan tugas 0.10 1.0

Y10. Mentaati peraturan kerja 0.43 4.3

Y11. Mentaati ketentuan jam kerja 0.48 5.5

Y12. Mentaati perintah atasan 0.40 4.1

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peubah indikator penghargaan

yang diberikan (Y1) sebagai pembanding memberikan nilai faktor muatan sebesar

0.33. Kondisi ini menggambarkan bahwa pemberian penghargaan yang selama

ini diterapkan oleh pihak manajemen HP-2 Bogor belum sesuai atau tidak sesuai

dengan harapan para karyawan, dengan demikian perlu dicarikan format atau

model yang sesuai untuk memberikan penghargaan kepada karyawan, baik itu

berbentuk fisik maupun psikis.

Siagian (1995), mengungkapkan bahwa salah satu ciri manusia adalah

memiliki harga diri, dimana setiap orang memerlukan pengakuan atas keberadaan

dan statusnya dari orang lain. Keberadaan dan status seseorang biasanya tercermin

pada berbagai lambang yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak

seseorang, di dalam dan di luar organisasi. Jika dikaitkan dengan kehidupan

organisasi, dapat dilihat bahwa semakin tinggi kedudukan dan status dalam

sebuah organisasi maka akan semakin banyak pula simbol-simbol yang digunakan

untuk menunjukkan status yang diharapkan dapat diterima dan diakui oleh orang

lain. Menurut Maslow (1943) dalam Goble (2002), salah satu bentuk penghargaan

dari orang lain yaitu prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan dan

58

nama baik. Orang yang mendapatkan penghargaan akan merasa lebih percaya diri

sehingga lebih produktif dalam melakukan pekerjaan. Hal senada juga

dikemukakan oleh Winardi (2002), yang menyatakan bahwa kebutuhan akan

penghargaan mencakup kebutuhan untuk mencapai kepercayaan diri, prestasi,

kompetensi, pengetahuan, penghargaan diri dan kebebasan serta independensi.

Dengan demikian, kebutuhan akan penghargaan erat kaitannya dengan orang lain

dalam melibatkan keinginan atas reputasi, status, pengakuan dari orang lain atas

kemampuan seseorang. Ketika kebutuhan penghargaan ini terpenuhi, maka orang

akan cennderung memiliki rasa percaya diri, berharga, dan melibatkan dirinya

sendiri sebagai objek yang paling penting di lingkungan kerjanya.

Pada Tabel 10, dapat dilihat juga ketepatan menggunakan peubah

indikator metode (Y2) memberikan kontribusi sebesar 0.11. Manajemen HP-2

Bogor memiliki pedoman tersendiri bagi karyawan dalam melaksanakan

tugasnya sehingga diharapkan tugas yang akan dikerjakan oleh karyawan dapat

optimal dan sesuai dengan harapan. Pedoman ini berupa metode pengerjaan tugas

maupun pada petunjuk arahan yang diberikan oleh pemimpin. Dari hasil

penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa metode yang diterapkan oleh pihak

HP-2 Bogor sudah tepat.

Menurut Nawawi dan Hadari (1990), ketepatan, kecermatan, sikap

terhadap pekerjaan dan ketepatan menggunakan metode merupakan cara sebuah

perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Lebih lanjut,

Handayaningrat (1989) menyatakan bahwa penggunaan metode yang baik oleh

perusahaan akan dapat memberikan hasil yang maksimum baik dari segi kualitas

maupun kuantitas. Dalam pelaksanaannya, metode kerja tersebut harus dijalankan

dengan prosedur dan sebuah mekanisme kerja yang benar, cermat dan tepat.

Selain itu, dengan menggunakan metode kerja yang tepat akan dapat

memperkecil bahkan meniadakan hambatan dalam bekerja sehingga para

karyawan akan memberikan hasil yang maksimum untuk perusahaan.

Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa peubah indikator tanggung jawab

terhadap pekerjaan (Y3) memberikan kontribusi sebesar 0.33 atau lebih kecil

dari peubah indikator penghargaan yang diberikan (Y1) dalam membentuk laten

motivasi dan produktivitas kerja karyawan. Pembagian tanggung jawab yang

59

selama ini telah dilakukan oleh pihak manajemen HP-2 Bogor selalu mengacu

pada profesionalitas yaitu pembagian tanggung jawab harus sesuai dengan

proporsi dari masing-masing karyawan. Namun demikian, hasil penelitian masih

menggambarkan bahwa terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki agar pelaksanaan

dari tanggung jawab yang dibebankan dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa peubah indikator imbalan dalam

bentuk materi (Y4) memberikan kontribusi sebesar -0.03 atau lebih lebih tinggi

dari peubah indikator dari peubah indikator penghargaan yang diberikan (Y1)

sebagai pembanding. Hal ini menunjukkan karyawan di HP-2 Bogor menganggap

bahwa gaji merupakan faktor yang paling dominan dalam pembentukan laten

endogen hygienis. HP-2 Bogor selama ini menerapkan sistem penggajian secara

professional, yaitu memberikan imbalan kepada karyawan yang sesuai dengan

kondisi perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka imbalan yang telah

diberikan kepada karyawan dijadikan salah satu unsur motivasi bagi seluruh

karyawan untuk dapat bekerja dengan baik.

Imbalan dalam bentuk materi (gaji) merupakan salah satu unsur yang

penting agar dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan,

sebab gaji adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pegawai

(Hariandja 2002). Bagi seorang karyawan gaji merupakan salah satu alasan

baginya untuk bekerja bahkan bisa menjadi alasan yang paling penting di antara

yang lain seperti untuk berpartisipasi, bersosialisasi, mengembangkan diri, untuk

mengatualisasikan diri.

Peubah indikator hubungan sesama dengan pegawai (Y5) memberikan

kontribusi sebesar 0.34. Sejauh ini, karyawan HP-2 Bogor selalu berorientasi pada

penyelesaian tugas sehingga waktu untuk berinteraksi dengan sesama karyawan di

luar tugas resmi tidak banya. Karena itu, hubungan secara personal antara sesama

karyawan tidak terlalu akrab.

Menurut Moeljono (2004), setiap orang, apabila dia bekerja pasti

mempunyai atasan, bawahan, maupun rekan sejawat dan selalu akan terjadi

interaksi antara tiga kelompok tersebut. Dalam melaksanakan interaksi tersebut

harus senantiasa dijaga keseimbangannya sehingga tidak ada kecenderungan lebih

dominan dalam berhubungan dengan atasan, bawahan atau dengan sejawat.

60

Danim (2004) berpendapat bahwa iklim komunikasi yang kondusif antara

pimpinan dan bawahan atau sebaliknya, dan antara sesama karyawan merupakan

faktor pencetus bagi terciptanya semangat kerja dalam kelompok. Peningkatan

semangat kerja tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan gairah kerja karyawan.

Peubah indikator ruangan kerja (Y6) memberikan kontribusi sebesar -0.09

kali lebih rendah dari peubah indikator imbalan dalam bentuk materi (Y4). Jika

dilihat secara keseluruhan, peubah indikator kondisi ruangan kerja (Y6) memberi

kontribusi yang sangat rendah dibanding peubah-peubah indikator lainnya. Hal

ini menunjukkan bahwa karyawan HP-2 Bogor merasa tidak ada kepuasan kerja

dalam kaitannya dengan kondisi ruangan tempat mereka bekerja. Oleh karenanya,

manajemen HP-2 Bogor masih perlu lebih memperhatikan kondisi ruang kerja

seluruh pegawai, sehingga mereka dapat merasa puas dan termotivasi untuk

bekerja secara maksimal. Hal ini sejalan dengan Nawawi dan Hadari (1990)

yang menyatakan bahwa kondisi ruangan yang baik seperti ruangan bersih,

teratur, rapi, sejuk, sirkulasi udara lancar, cukup luas dan tidak menghambat

gerakan dalam bekerja dapat menimbulkan motivasi kerja yang positif.

5.5. Implikasi Manajerial

Setelah menganalisis unsur-unsur yang membentuk penilaian kinerja

karyawan, selanjutnya adalah menyusun langkah-langkah penerapan yang

diperlukan oleh pihak manajemen HP-2 Bogor agar dapat meningkatkan motivasi

dan produktivitas kerja karyawannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dibahas, maka implikasi manajerial yang dapat disampaikan adalah sebagai

berikut:

1. Dilihat dari kontribusinya terhadap motivasi dan produktivitas kerja karyawan,

peubah laten eksogen materi penilaian memiliki kontribusi sebesar 1.03. Hal

ini menjelaskan bahwa isi atau materi penilaian kinerja selama ini telah

memberi kontribusi yang paling tinggi diantara peubah laten eksogen lainnya

terhadap motivasi dan produktivitas kerja karyawan HP-2 Bogor. Hal ini

berarti materi penilaian memiliki kontribusi terbesar dalam membangun

motivasi dan produktivitas kerja karyawan HP-2 Bogor. Dalam hal ini pihak

manajemen perlu melakukan evaluasi ulang terhadap pelaksanaan sistem

61

penilaian kinerja karyawan yang berlaku sekarang, sehingga apa yang

diharapkan dari hasil penilaian ini dapat memberi keuntungan bagi karyawan

yang dinilai baik yaitu berupa penghargaan, pengakuan maupun untuk

pengembangan karirnya. SedangkanHP-2 , hasil penilaian ini dapat memberi

keuntungan yang berbentuk bahan-bahan yang bisa dijadikan bahan

pertimbangan dan acuan dalam pengembangan keputusan yang berhubungan

dengan administrasi karyawan. Secara konkrit penulis mengajukan beberapa

saran perbaikan yang perlu dipertimbangkan, yaitu antara lain:

a) Penilaian kinerja karyawan haruslah dalam kerangka Manajemen Kinerja

(Performance Management) yang terintegrasi. Artinya, penilaian kinerja

pegawai dikaitkan dengan kegiatan pemberian kompensasi (gaji dan bentuk

penghargaan lainnya), pendidikan dan pelatihan, kegiatan promosi dan

kegiatan perencanaan pegawai (Human resource planning). Hasil dari

kegiatan penilaian kinerja dapat diandalkan (reliable) dan mempunyai

validasi tinggi untuk pemberian kompensasi, pendidikan dan pelatihan

(apakah seseorang perlu dididik atau tidak bukan hanya ditentukan oleh

faktor kewajiban untuk jabatan fungsional yang diembannya), kegiatan

promosi (untuk menduduki jabatan tertentu dan kenaikan pangkat), dan

kegiatan perencanaan karyawan (kebutuhan atas karyawan yang memiliki

skill tertentu.

b) Prosedur penilaian kinerja adalah cara yang digunakan perusahaan dalam

melaksanakan penilaian kinerja karyawan. Perusahaan hendaknya

melakukan analisis jabatan dengan lebih baik dan mendalam sehingga

penilaian kinerja dapat disesuaikan dengan jabatan-jabatan yang ada dan

pada akhirnya dapat menilai seluruh jabatan dengan baik. Analisis dapat

dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan ukuran spesifikasi

pekerjaan yang sedang digunakan. Atasan selaku penilai hendaknya

membuat catatan yang seksama mengenai kinerja karyawan setiap hari,

sehingga pada saat pelaksanaan penilaian kinerja, catatan tersebut dapat

dijadikan landasan dalam menilai kinerja karyawan.

c) Perusahaan hendaknya membuat pedoman pembuatan buku catatan

penilaian yang lengkap sehingga dapat memberikan gambaran kinerja

62

karyawan yang sebenarnya. Formulir penilaian kinerja hendaknya tidak

diisi secara terburu-buru, tetapi berdasarkan pada wawancara yang

mendalam dengan karyawan yang dinilai. Perusahaan hendaknya

mengadakan pelatihan bagi penilai dan yang dinilai sehingga masing-

masinhg dapat melaksanakan prosedur penilaian yanag efektif dan efisien

sesuai dengan tujuan perusahaan dan harapan karyawan.

2) Dilihat dari kontribusinya terhadap motivasi dan produktivitas kerja karyawan,

peubah laten metode penilaian kinerja karyawan mempunyai nilai faktor

muatan sebesar -0.12. Hal ini menjelaskan bahwa metode yang digunakan

selama ini dalam menilai kinerja karyawan dapat dikatakan belum memenuhi

harapan karyawan. Untuk itu pihak manajemen HP-2 Bogor sebaiknya

melakukan penyempurnaan yang dapat mengurangi ketidakpuasan karyawan

atas metode yang selama ini digunakan, yaitu antara lain:

a) Teknik penilaian yang selama ini digunakan dapat diubah. Pada saat

sekarang hanya bawahan yang dapat dinilai oleh atasan langsungnya. Untuk

masa yang akan datang, khusus untuk menilai kinerja para atasan penilai,

maka sistem penilaian ini pun harus bisa mengomodir penilaian dari pihak

karyawan yang menjadi bawahan.

b) Jangka waktu satu tahun untuk penilaian relative lama, sehingga akan

menyulitkan bagi penilai untuk mengingat semua perilaku bawahannya

sehingga dapat menimbulkan kemungkinan adanya bias penilai. Untuk

menghindari hal tersebut, maka periode penilaian sebaiknya diubah

menjadi enam bulan atau tiga bulan sekali, agar para penilai masih dapat

lebih mudah perilaku maupun prestasi kerja bawahannya. Penilaian enam

bulan atau tiga bulan sekali, harus merupakan penilaian yang bersifat wajib

dilakukan dan resmi ditetapkan oleh manajemen HRD yang berfungsi

mengevaluasi pencapaian target kerja untuk setiap departemen di HP-2

Bogor dan berdasarkan buku catatan penilaian.

63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Peubah laten eksogen (penilaian kinerja) yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar pengaruh penilaian kinerja terhadap motivasi dan produktivitas

kerja yaitu: materi penilaian, tempat penilaian dan metode penilaian. Berdasarkan

hasil analisis dari studi kasus pada HP-2 Bogor, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penilaian kinerja (Performance Appraisal) yang dilakukan manajemen HP-2

Bogor kepada para karyawannya selama ini adalah penilaian diri sendiri (Self

Appraisal).

2. Untuk persamaan stuktur yang pertama yaitu pengaruh variabel laten materi

penilaian terhadap variabel laten motivasi adalah 36.50 > 1.96 dengan

koefisien lintas yaitu 1.03 adalah signifikan (berpengaruh positif). Hal tersebut

menjelaskan bahwa unsur-unsur yang digunakan dalam menilai kinerja

karyawan sudah efektif sebagai suatu alat penilaian, sebab isi atau materi

penilaian sudah memenuhi syarat efektivitas suatu sistem penilaian kinerja

karyawan.

3. Untuk persamaan Struktur ke dua yaitu pengaruh variabel laten (tempat

penilaian) terhadap variabel laten terikat (motivasi) memiliki nilai-t sebesar

1.76 < 1.96 dengan koefisien koefisien lintas adalah 0.00, yaitu tidak signifikan

(tidak berpengaruh).. Hal tersebut menunjukkan bahwa tempat pelaksanaan

dalam suasana yang nyaman sangat diharapkan oleh semua karyawan HP-2

Bogor yang dinilai.

4. Untuk persamaan struktural ketiga yaitu variabel laten bebas (metode

penilaian) terhadap variabel terikat (motivasi) memiliki nilai-t yaitu -8.31 <

1.96 dengan koefisien lintas -0.12 adalah signifikan (berpengaruh negative).

Hal ini mengindikasikan bahwa metode yang selama ini diterapkan belum

memenuhi harapan karyawan pada HP-2 Bogor.

5. Motivasi memiliki 6.74 > 1.96 dengan koefisien lintas yaitu 1.00 yang berarti

signifikan (berpengaruh positif) terhadap produktivitas kerja karyawan pada

HP-2 Bogor.

64

6.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian beberapa hal yang

dapat disampaikan manajemen HP-2 pada umumnya adalah:

1. Responden yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada suatu

lingkungan kerja yaitu HP-2 sehingga pada penelitian selanjutnya dapat

diikutsertakan contoh yang lebih luas misalnya pada perusahaan lain dalam

industri sejenis sehingga hasil penelitian dapat degeneralisasikan dan

menghasilkan informasi-informasi yang lebih jelas dalam pengelolaan

sumberdaya manusia sebuah organisasi.

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel-variabel

penilaian kinerja lainnya yang dapat memotivasi kerja karyawan. Disarankan

untuk melakukan pengembangan model mengenai penilaian kinerja,

pengolahan data dengan membandingkan antara karyawan laki-laki dan

perempuan.

65

DAFTAR PUSTAKA

Arep. I dan tanjung, H. 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia. Universitas

Trisakti. Jakarta.

Dessler. G. 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia Gary Dessler: alih bahasa,

benyamin Molan ; penyunting, Triyana Iskandariyah. Prenhallindo. Jakarta..

BP UNDIP, Semarang.

Ferdinand, A. 2002. Struktural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen>

Aplikasi Model-model Rumit dalam Penelitian untuk Tesis Magister dan

Disertasi Dokter. Edisi 2.

Ghozali , A. 2001. Struktur Equation Modeling dan Penerapannya dalam

Pendidikan. www.depdiknas.go.id/jurnal/25/abbasgozali.htm.

Goble. F.G. 2002. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hair, J.F.R.E. Anderson, R.L. Tatham, W.C. Black., 1995 Multivariate Data

Analysis, With Readings, Englewood Cliffs, N.J., Prentice Hall Inc.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan sumberdaya Manusia.

Liberty. Yogyakarta.

Hariandja, M.T.E. 2002. Sumber Daya Manusia : Pangadaan, Pengembangan,

Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivoitas Pegawai. Penerbit PT

Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Hasibuan, M. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia. Edisi Revisi. Bumi

Aksara. Jakarta.

Hotomo dan Hermawan. 2000. Marketing Plus, Siasat Memenangkan Persaingan

Global. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

Istijanto. 2005. Reset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-

dimensi Kerja Karyawan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kussriyanto, B. 1993. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. PT Pustaka

Binama Pressindo. Jakarta.

Mangkunegara, A.P. 2001. Manajemen Sumber Daya manusia Perusahaan.

Cetakan Ketiga. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mangkuprawira, S. 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik. Cetakan

Ketiga. Ghalja Indonesia. Jakarta.

66

Mangkupawira dan Vitayala. 2007. Manajemen Mutu SDM. Ghalia Indonesia.

Bogor.

Manullang, M. 1994. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Moeljono, D. 2004. Beyond Leadership: 12 Konsep Kepemimpinan. Penerbit PT

Elex Media Komputindo. Jakarta.

Mondy, R.W., Noe and S.R. Parameux. 1993. Human Resources Management. 5th

Edition. Allyn and Bacon, USA.

Nawawi, H. dan M. Hadari. 1990. Administrasi Personel Untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja. Haji Masagung. Jakarta.

Rao, T.V. 1992. Penilaian Prestasi Kerja. Teori dan Praktek Seri Manajemen No.

125. PPN. Pustaka Bunawan Pressindo. Jakarta.

Ravianto, J. 1990. Produktivitas dan Manusia Indonesia. Lembaga Sarana

Informasi Usaha dan Produktivitas. Jakarta.

Rohmanowati. 2005. Tesis. Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Motivasi Kerja

dan Efektivitas Kepemimpinan di Pusdiklat Pegawai Departemen

Pendidikan Nasional Sawangan. Program studi Magister Manajemen. IPB.

Schuller, R.S. dan S.E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia:

Menghadapi Abad ke-21. Edisi Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Siagian, S.P. 1995. Peranan Staff dalam Manajemen. Gunung Agung. Jakarta.

Simanjuntak, P. 2000. Kompensasi Efektif Untuk Produktivitas. PT. Pustaka

Binaman Pressindo. Jakarta.

Singarimbun dan Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai/Editor Masri. Edisi

Revisi. Jakarta.

Sitorus, T. R. 2003 Hubungan Efektifitas Komunikasi Interpersonal Pimpinan dan

Motivasi Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Kasus: Hero

Supermarket Bogor). Tesis Magister Manajemen Agribisnis, IPB.

Suharjo, B dan Suwarno. 2002. Linear Structur Relationship (LISREL). Teori dan

Aplikasinya. Jurusan Matematika, FMIPA-IPB.

Supranto, J. 1998. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga, Jakarta.

Umar, H. 2003. Riset Sumberdaya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

67

Walker, J.W. 1992. Human Resource Strategi. McGraw-Hill, Inc., New York.

Wijanarka. 2001. Tesis. Analisis Hubungan Penilaian Kinerja dengan

pengembangan Karir pada Kantor Sekretariat Kotamadya Jakarta Timur.

Program Studi Magister Manajemen. IPB.

Winardi, J. 2002. Motivasi dan Permotivasian dalam Manajemen. PT. RAJA

Grafindo Persada. Jakarta.

68

69

LAMPIRAN

70

71

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara & Saudari

Karyawan Hotel Pangrango 2 Bogor

Pertama-tama perkenalkan saya sebagai Mahasiswi Program Studi

Mangister Ilmu Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan

penelitian di Hotel Pangrango 2 Bogor untuk menyusun tugas akhir berupa

penelitian di tempat Bapak/Ibu/Saudara bekerja. Penelitian yang saya lakukan

adalah mengenai “Analisis Pengaruh Faktor Penilaian Kinerja Terhadap

Motivasi Dan Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Pangrango 2

Bogor”. Dalam rangka melengkapi penelitian dimaksud maka perkenankanlah

saya memohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara untuk kesediaannya meluangkan

waktu mengisi/menjawab kuesioner (terlampir).

Jawaban Bapak/Ibu/Saudara akan kami jamin Kerahasiannya, oleh

karena itu jawaban yang terbaik adalah jawaban yang benar-benar

menggambarkan kondisi/keadaan yang selama ini terjadi dan berlangsung di

Hotel Pangrango 2 Bogor.

Bapak/Ibu/Saudara dimohon untk menjawab pertanyaan-pertanyaan

dengan jujur sesuai dengan pemikiran, pengetahuan dan perasaan. Identitas dari

jawaban yang Bapak/Ibu/saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya.

Demikian, atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara meluangkan

waktu dalam membantu kelancaran tugas akhir saya, saya mengucapkan terima

kasih.

Peneliti:

Martina Harahap

H251080101

72

No PERTANYAAN JAWABAN

Data Responden

Usia : Tahun

Jenis Kelamin :

Posisi/Jabatan :

Rincian Tugas/Job Description:

Masa Kerja :

Pendidikan Terakhir :

Laki-laki / Perempuan

Laki-laki / Perempuan

Tata Cara Menjawab Kuesioner

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu sesuai dengan kondisi sebenarnya

dengan member tanda silang (X) pada kotak yang telah disediakan, dimana:

SS : Bapak/Ibu Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut

S : Bapak/Ibu Setuju dengan pernyataan tersebut

CS : Bapak/Ibu Cukup Setuju dengan perryataan tersebut

TS : Bapak /Ibu Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

STS : Bapak /Ibu Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

73

Materi Penilaian SS S CS TS STS

1. Menurut saya penilaian kinerja yang

diterapkan selama ini, sudah mampu

melakukan penilaian mengenai kekuatan dan

kelemahan saya.

2. Selama kurun waktu satu tahun berjalan,

pelaksanaan penilaian kinerja benar-benar

mencerminkan kemampuan kerja Bapak/Ibu.

3. Penilaian kinerja secara informal telah

dilakukan dan tidak merugikan bapak/ibu

4. Saya menilai bahwa penilaian kinerja yang

diterapkan selama ini, sudah menganalisis

kinerja saya dan memberikan rekomendasi

perbaikan kepada saya.

Tempat Penilaian SS S CS TS STS

5. Pelaksanaan penilaian kinerja dilakukan

dilingkungan perusahaan dalam suasana

yang nyaman

6. Pelaksanaan penilaian kinerja terhadap

karyawan dilakukan diluar lingkungan

perusahaan

Metode Penilaian SS S CS TS STS

7. Deskripsi tugas dan tanggung jawab telah

sesuai dengan kemampuan Bapak/ibu

8. Metode yang digunakan dalam menilai

kinerja telah memenuhi harapan bapak/ibu

74

N0 PERTANYAAN JAWABAN

Motivasi SS S CS TS STS

1. Atasan saya suka memberikan pujian ketika

pekerjaan yang diberikan kepada saya dapat

diselesaikan dengan baik.

2. Saya selalu melakukan pekerjaan sesuai dengan

prosedur standar kerja yang berlaku di Hotel

Pangrango 2 Bogor.

3. Menurut saya, penilaian kinerja yang tinggi

terhadap saya telah membuat saya lebih

bertanggung jawab.

4. Hubungan saya dengan sesama karyawan

terjalin dengan baik.

5. Imbalan yang saya dapatkan dari perusahaan,

sudah sesuai dengan spesifikasi pekerjaan saya

6. Menurut saya, penilaian kinerja selama ini

telah dapat memotivasi saya untuk membangun

kerjasama dengan sesama rekan kerja.

Produktivitas SS S CS TS STS

7. Saya melaporkan hasil kerja kepada atasan

menurut keadaan yang sebenarnya

8. Saya selalu mengutamakan kepentingan tugas

dari pada kepentingan pribadi

9. Saya mampu bekerjasama dengan orang lain

menurut waktu dan bidang tugas yang

ditentukan.

10 Saya selalu mentaati peraturan kerja yang

berlaku.

11. Saya selalu mentaati ketentuan jam kerja.

12. Saya selalu mentaati perintah tugas yang

diberikan oleh atasan dengan sebaik-baiknya.

75

Lampiran 2 Hasil Uji Validasi dan reliabilitas

PERNYATAAN KINERJA keterangan

X1 Pearson Correlation 0.424 VALID

Sig. (2-tailed) 0.020

X2 Pearson Correlation 0.595 VALID

Sig. (2-tailed) 0.001

X3 Pearson Correlation 0.582 VALID

Sig. (2-tailed) 0.001

X4 Pearson Correlation 0.413 VALID

Sig. (2-tailed) 0.023

X5 Pearson Correlation 0.624 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

X6 Pearson Correlation 0.456 VALID

Sig. (2-tailed) 0.011

X7 Pearson Correlation 0.375 VALID

Sig. (2-tailed) 0.041

X8 Pearson Correlation 0.495 VALID

Sig. (2-tailed) 0.005

PERNYATAAN MOTIVASI

Y1 Pearson Correlation 0.699 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

Y2 Pearson Correlation 0.338 VALID

Sig. (2-tailed) 0.068

Y3 Pearson Correlation 0.444 VALID

Sig. (2-tailed) 0.014

Y4 Pearson Correlation 0.696 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

Y5 Pearson Correlation 0.452 VALID

Sig. (2-tailed) 0.012

Y6 Pearson Correlation 0.669 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

76

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Nilai cronbach alpha >0.7 maka reliable

Case Process ing Summ ary

30 100.0

0 .0

30 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listw ise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

PERNYATAAN PRODUKTIVITAS

Y7 Pearson Correlation 0.737 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

Y8 Pearson Correlation 0.681 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

Y9 Pearson Correlation 0.734 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

Y10 Pearson Correlation 0.506 VALID

Sig. (2-tailed) 0.004

Y11 Pearson Correlation 0.616 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

Y12 Pearson Correlation 0.702 VALID

Sig. (2-tailed) 0.000

Reliability Statistics

.847 20

Cronbach's Alpha N of Items

77

Lampiran 3 Hasil Analisis Tren dengan Menggunakan Minitab 14.0

ANALISIS TREN PERKEMBANGAN HOTEL DI KOTA BOGOR

————— 15/02/2012 10:08:05 ————— Welcome to Minitab, press F1 for help.

Trend Analysis for Jumlah Hotel Data Jumlah Hotel

Length 6

NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = -2 + 8,71429*t

Accuracy Measures

MAPE 25,6552

MAD 4,5714

MSD 31,0952

Forecasts

Period Forecast

7 59,0000

8 67,7143

9 76,4286

10 85,1429

Index

Jum

lah

Ho

tel

10987654321

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

Accuracy Measures

MAPE 25,6552

MAD 4,5714

MSD 31,0952

Variable

Forecasts

Actual

Fits

Perkembangan Jumlah Hotel di Kota BogorLinear Trend Model

Yt = -2 + 8,71429*t

78

Trend Analysis for Jumlah Hotel Data Jumlah Hotel

Length 6

NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = -12 + 16,2143*t - 1,07143*t**2

Accuracy Measures

MAPE 32,5885

MAD 4,2857

MSD 23,9524

Forecasts

Period Forecast

7 49,0000

8 49,1429

9 47,1429

10 43,0000

Trend Analysis Plot for Jumlah Hotel

Index

Jum

lah

Ho

tel

10987654321

50

40

30

20

10

0

Accuracy Measures

MAPE 32,5885

MAD 4,2857

MSD 23,9524

Variable

Forecasts

Actual

Fits

Perkembangan Jumlah Hotel di Kota BogorQuadratic Trend Model

Yt = -12 + 16,2143*t - 1,07143*t**2

79

Trend Analysis for Jumlah Hotel Data Jumlah Hotel

Length 6

NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 5,46460 * (1,49852**t)

Accuracy Measures

MAPE 27,2285

MAD 7,6835

MSD 99,5974

Forecasts

Period Forecast

7 92,726

8 138,952

9 208,222

10 312,025

Trend Analysis Plot for Jumlah Hotel

Index

Jum

lah

Ho

tel

10987654321

350

300

250

200

150

100

50

0

Accuracy Measures

MAPE 27,2285

MAD 7,6835

MSD 99,5974

Variable

Forecasts

Actual

Fits

Perkembangan Jumlah Hotel di Kota BogorGrowth Curve Model

Yt = 5,46460 * (1,49852**t)

80

Trend Analysis for Jumlah Hotel Data Jumlah Hotel

Length 6

NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = (10**3) / (21,7236 + 500,662*(0,313977**t))

Accuracy Measures

MAPE 33,7903

MAD 6,9905

MSD 72,1955

Forecasts

Period Forecast

7 45,0384

8 45,7160

9 45,9329

10 46,0015

Trend Analysis Plot for Jumlah Hotel

Index

Jum

lah

Ho

tel

10987654321

50

40

30

20

10

0

Curve Parameters

Intercept 1,9143

Asymptote 46,0329

Asym. Rate 0,3140

Accuracy Measures

MAPE 33,7903

MAD 6,9905

MSD 72,1955

Variable

Forecasts

Actual

Fits

Perkembangan Jumlah Hotel di Kota BogorS-Curve Trend Model

Yt = (10**3) / (21,7236 + 500,662*(0,313977**t))

81

Lampiran 4 Syntax Model dan Output LISREL 8.30

DATE: 1/29/2012

TIME: 13:27

L I S R E L 8.30

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by

Scientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100

Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140

Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99

Use of this program is subject to the terms specified in the

Universal Copyright Convention.

Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\SEMTIN~1\NOSP.SPJ:

Observed Variables

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19

P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28

Correlation Matrix From File D:\SEMTIN~1\EDIT2NEW.COR

Sample Size = 133

Latent Variables SP MP Tempat Metode Motivasi Produkti

Relationships

X1 X2 = MP

X3 X4 X5 X6 = Tempat

X7 X8 = Metode

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 = Motivasi

Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 = Produktiv

Motivasi = MP Tempat Metode

Produktiv = Motivasi

Path Diagram

Options ME=UL AD=OFF IT=10000

!set the error variance of P10 equal to free

!set the error variance of Motivasi equal to free

!set the error covariance between P11 and P26 equal to -0.56

!set the error covariance between P13 and P25 equal to 0.43

!set the error covariance between P7 and P9 equal to 0.27

!set the error covariance between P9 and P10 equal to -1.16

82

!set the error covariance between P13 and P25 equal to -0.31

!set the error covariance between P14 and P16 equal to 1.65

!set the error covariance between P6 and P10 equal to -0.38

!set the error covariance between P25 and P13 equal to 0.19

!set the error covariance between P28 and P20 equal to 0.91

!set the error covariance between P26 and P11 equal to -0.07

!set the error covariance between P15 and P11 equal to -0.96

!set the error covariance between P13 and P12 equal to 0.65

!kalo indikator motivasi dikurangi

set the error variance of P9 equal to free

set the error variance of Motivasi equal to free

set the error variance of Produktivitas equal to free

set the error covariance between P9 and P7 equal to 2.15

set the error covariance between P10 and P6 equal to -0.32

set the error covariance between P28 and P20 equal to 0.3

set the error covariance between P26 and P13 equal to 0.02

set the error covariance between P27 and P20 equal to 0.33

!set the error covariance between P26 and P15 equal to 0.36

!set the error covariance between P27 and P23 equal to -0.06

set the error covariance between P17 and P14 equal to 0.31

End of Problem

Sample Size = 133

Correlation Matrix to be Analyzed

P12 P13 P14 P17 P19 P20

-------- -------- -------- -------- -------- --------

P12 1.00

P13 0.14 1.00

P14 0.13 0.04 1.00

P17 -0.04 -0.08 0.22 1.00

P19 0.09 -0.06 0.16 0.00 1.00

P20 -0.04 0.00 0.03 -0.08 0.04 1.00

P23 0.17 0.03 0.14 -0.06 0.20 0.09

P24 -0.01 0.06 0.07 -0.09 -0.05 0.06

P25 0.03 0.17 0.03 -0.07 0.07 0.12

P26 0.24 0.19 -0.01 -0.12 0.13 -0.09

P27 0.11 0.05 0.19 -0.07 0.26 0.21

P28 0.06 0.07 0.19 0.05 0.15 0.23

P3 0.03 -0.04 0.19 0.02 0.14 -0.02

83

P4 0.08 -0.06 0.12 0.01 0.06 -0.08

P5 0.30 -0.05 0.16 0.07 0.10 -0.05

P6 0.11 0.01 0.12 0.02 0.09 -0.13

P7 0.08 0.13 0.01 0.17 0.00 -0.10

P8 0.03 -0.01 -0.10 -0.08 0.00 -0.01

P9 -0.01 0.06 0.01 0.21 0.15 -0.02

P10 0.11 0.03 0.08 -0.03 0.12 0.10

Correlation Matrix to be Analyzed

P23 P24 P25 P26 P27 P28

-------- -------- -------- -------- -------- --------

P23 1.00

P24 0.09 1.00

P25 0.07 0.01 1.00

P26 0.29 -0.06 -0.08 1.00

P27 0.40 0.07 0.11 0.06 1.00

P28 0.14 0.11 -0.06 0.23 0.31 1.00

P3 0.16 0.09 0.08 0.03 0.14 0.13

P4 0.24 0.18 -0.13 0.27 0.07 0.13

P5 0.26 0.11 0.09 0.15 0.20 0.02

P6 0.13 0.07 0.14 0.20 0.12 0.10

P7 0.04 0.14 0.03 0.13 0.03 0.09

P8 0.01 0.08 -0.08 0.10 0.00 0.09

P9 0.01 -0.01 0.11 0.24 -0.09 0.33

P10 0.18 0.10 0.10 -0.08 0.37 -0.05

Correlation Matrix to be Analyzed

P3 P4 P5 P6 P7 P8

-------- -------- -------- -------- -------- --------

P3 1.00

P4 0.15 1.00

P5 0.13 0.21 1.00

P6 0.16 0.12 0.23 1.00

P7 -0.07 0.15 -0.12 -0.05 1.00

P8 -0.15 -0.08 -0.03 -0.20 0.07 1.00

P9 0.10 0.10 0.13 0.15 0.22 0.12

P10 -0.15 -0.04 -0.05 -0.34 0.20 0.05

Correlation Matrix to be Analyzed

P9 P10

-------- --------

P9 1.00

P10 -0.35 1.00

Number of Iterations =567

84

LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)

P12 = 0.33*Motivasi, Errorvar.= 0.89 , R² = 0.11

(0.088)

10.11

P13 = 0.11*Motivasi, Errorvar.= 0.99 , R² = 0.011

(0.13) (0.088)

0.82 11.26

P14 = 0.33*Motivasi, Errorvar.= 0.89 , R² = 0.11

(0.11) (0.088)

3.08 10.16

P17 = - 0.027*Motivasi, Errorvar.= 1.00 , R² = 0.00074

(0.13) (0.087)

-0.21 11.47

P19 = 0.34*Motivasi, Errorvar.= 0.89 , R² = 0.11

(0.13) (0.091)

2.64 9.76

P20 = - 0.090*Motivasi, Errorvar.= 0.99 , R² = 0.0081

(0.13) (0.088)

-0.70 11.31

P23 = 0.55*Produkti, Errorvar.= 0.69 , R² = 0.31

(0.089)

7.79

P24 = 0.16*Produkti, Errorvar.= 0.97 , R² = 0.026

(0.10) (0.095)

1.61 10.28

P25 = 0.096*Produkti, Errorvar.= 0.99 , R² = 0.0091

(0.089) (0.087)

1.08 11.34

P26 = 0.43*Produkti, Errorvar.= 0.82 , R² = 0.18

(0.099) (0.089)

4.31 9.18

P27 = 0.48*Produkti, Errorvar.= 0.77 , R² = 0.23

(0.087) (0.088)

5.54 8.69

P28 = 0.40*Produkti, Errorvar.= 0.84 , R² = 0.16

(0.098) (0.094)

4.11 8.93

P3 = 0.32*MP, Errorvar.= 0.90 , R² = 0.10

(0.079) (0.087)

4.03 10.35

P4 = 0.36*MP, Errorvar.= 0.87 , R² = 0.13

(0.079) (0.087)

4.53 10.02

P5 = 0.45*MP, Errorvar.= 0.80 , R² = 0.20

(0.068) (0.086)

85

6.63 9.29

P6 = 0.36*MP, Errorvar.= 0.87 , R² = 0.13

(0.080) (0.087)

4.47 10.04

P7 = 0.014*Tempat, Errorvar.= 1.00 , R² = 0.00021

(0.0011) (0.087)

13.05 11.48

P8 = - 0.00072*Tempat, Errorvar.= 1.00 , R² = 0.00

(0.00064) (0.087)

-1.12 11.49

P9 = 1.03*Metode,, R² = 1.00

(0.065)

15.73

P10 = - 0.15*Metode, Errorvar.= 0.98 , R² = 0.023

(0.043) (0.097)

-3.50 10.11

Error Covariance for P17 and P14 = 0.31

Error Covariance for P26 and P13 = 0.020

Error Covariance for P27 and P20 = 0.33

Error Covariance for P28 and P20 = 0.30

Error Covariance for P9 and P7 = 2.15

Error Covariance for P10 and P6 = -0.32

Motivasi = 1.03*MP + 0.00057*Tempat - 0.12*Metode,, R² = 1.00

(0.028) (0.00032) (0.014)

36.50 1.76 -8.31

Produkti = 1.00*Motivasi,, R² = 1.00

(0.15)

6.74

Correlation Matrix of Independent Variables

MP Tempat Metode

-------- -------- --------

MP 1.00

Tempat -4.29 1.00

(0.09)

-49.15

Metode 0.33 -130.27 1.00

86

(0.09) (0.09)

3.82 -1456.83

Covariance Matrix of Latent Variables

Motivasi Produkti MP Tempat Metode

-------- -------- -------- -------- --------

Motivasi 1.00

Produkti 1.00 1.00

MP 0.98 0.98 1.00

Tempat 11.14 11.14 -4.29 1.00

Metode 0.15 0.15 0.33 -130.27 1.00

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 166

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 166.61 (P = 0.47)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.61

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 34.99)

Minimum Fit Function Value = 1.40

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0046

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.27)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0053

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.040)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.99

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.93

90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.92 ; 2.19)

ECVI for Saturated Model = 3.18

ECVI for Independence Model = 3.73

Chi-Square for Independence Model with 190 Degrees of Freedom = 452.37

Independence AIC = 492.37

Model AIC = 254.61

Saturated AIC = 420.00

Independence CAIC = 570.17

Model CAIC = 425.78

Saturated CAIC = 1236.97

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.082

Standardized RMR = 0.081

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.90

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.71

87

Normed Fit Index (NFI) = 0.59

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.92

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.52

Comparative Fit Index (CFI) = 0.93

Incremental Fit Index (IFI) = 0.93

Relative Fit Index (RFI) = 0.53

Critical N (CN) = 152.09

The Modification Indices Suggest to Add the

Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate

P10 Tempat 9.5 0.00

The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance

Between and Decrease in Chi-Square New Estimate

P27 P23 17.9 1.01

P9 P28 10.9 0.31

P10 P27 19.6 0.39

The Problem used 58856 Bytes (= 0.1% of Available Workspace)

Time used: 0.887 Second

88

Lampiran 5 Fasilitas Hotel Pangrango 2 Bogor

1. Hotel Pangrango 2 Tampak Dari Depan

2. Lobby Hotel Pangrango 2 Bogor

3. Kamar Tamu

89

4. Ruang Rapat

5. Kolam Renang

6. Restoran