analisis pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap produktivitas kerja ...
Analisis Pengaruh Faktor-Anaa
-
Upload
cornelius-sistandria-mahesta -
Category
Documents
-
view
10 -
download
1
Transcript of Analisis Pengaruh Faktor-Anaa
A. ANALISIS PENGARUH FAKTOR
Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian dari
pembangunan nasional, pemerintah sebagai institusi tertinggi yang
bertanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan harus pula memenuhi
kewajiban penyediaan sarana pelayanan kesehatan. Sebagaimana diketahui
pembangunan kesehatan merupakan kunci sukses yang mendasari
pembangunan lainnya, dengan kata lain kesehatan merupakan kebutuhan
manusia yang utama dan menjadi prioritas yang mendasar bagi kehidupan
(Lubis, 2009).
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara
nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin (Fajar, 2010). Adapun
analisis pengaruh dari beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah sebagai berikut:
1. Demografi
Berbagai karakteristik masyarakat yang memengaruhi terbentuknya
Jaminan Kesehatan Masyarakat diantaranya adalah karakteristik demografi.
Faktor penentu yang terkait dengan demografi antara lain, umur, jenis kelamin,
status perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan,
derajat kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan diasumsikan
akan berhubungan dengan seluruh faktor di atas.
Usia dan jenis kelamin, adalah faktor demografis yang sangat terkait
dengan kesehatan dan kesakitan. Hal inilah yang nantinya berpengaruh
terhadap dasar penggunaan pelayanan kesehatan, jenis pelayanan dan
penerimaan pelayanan. Tingkat penghasilan, pengetahuan masyarakat juga
sebagai salah satu dasar utama dalam tingkat kemauan dan kemampuan
dalam membayar jasa pelayanan kesehatan. Penghasilan tidak hanya
berhubungan dengan kemampuan dan kemauan membayar, melainkan juga
berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan
yang diterima.
1 | P a g e
Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin, sangat
miskin, dan tidak mampu masih sangat rendah, hal ini digambarkan dari angka
kematian bayi kelompok masyarakat sangat miskin, miskin, dan tidak mampu
3,5 sampai 4 kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat yang tidak miskin (KMK
RI, 2009). Derajat kesehatan masyarakat sangat miskin, miskin, dan tidak
mampu berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9
per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup
serta Umur Harapan Hidup 70,5 tahun (BPS 2007).
Kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh kondisi perekonomian yang
ada tetapi juga karena kondisi demografi dimulai dari umur pernikahan yang
relatif muda sehingga banyak menghasilkan keturunan sementara pendapatan
yang dimiliki tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga. Hal
tersebut menyebabkan kesejahteraan tidak tercapai dalam kehidupan
penduduk miskin terutama tingkat kesehatan. Banyak yang meninggal dan
banyak yang lahir, sehingga tidak terjadi keseimbangan. Banyak ibu muda
yang meninggal dan anak bayi yang lahir tetapi mengalami kecacatan fisik.
Suatu hal yang ironis untuk kehidupan yang harus dijalani.
Derajat Kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya
produktivitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan
pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan
kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945,
sejak awal agenda 100 hari Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu telah
berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala melalui pelaksanaan
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin, yang
diselenggarakan oleh PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241 /
Menkes / SK / XI / 2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam
pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat sangat miskin,
miskin, dan tidak mampu. Pada tahun 2008, program ini berganti nama menjadi
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) (KMK RI, 2009).
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa program ini
bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin
2 | P a g e
dan tidak mampu. Melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat ini diharapkan dapat
menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka kelahiran
disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan masyarakat miskin.
2. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
terbentuknya Jaminan Kesehatan Masyarakat, diantaranya adalah suku
bangsa atau etnis, pendidikan, tata nilai budaya, dan pekerjaan. Penggunaan
pelayanan kesehatan adalah suatu aspek gaya hidup (life style) seseorang
yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial. Sedangkan dari sudut
pandang budaya dan tata nilai, sebagian besar masyarakat miskin masih
terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas pendidikan dan SDM, seperti
rendahnya etos kerja, berpikir pendek dalam fatalism (budaya dan nilai).
Sehingga latar belakang inilah yang nantinya akan sangat berpengaruh pada
kebutuhan seseorang dan pada akhirnya mempengaruhi juga tingkat
penggunaan pelayanan kesehatan (Dharmawan, 2008).
Berkaitan dengan realitas kemiskinan, perilaku masyarakat dalam
hidup sehat pun mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan
masyarakat guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Sampai saat ini,
sebagian anggota masyarakat miskin masih belum berperilaku hidup bersih
dan sehat. Hal tersebut diakibatkan karena sebagian masyarakat masih
belum menyadari kesehatan merupakan sektor yang penting bagi kehidupan
serta kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan.
Perilaku tersebut juga mencakup rendahnya pengetahuan tentang
makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, minum-
minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stress, perilaku
atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan (Notoadmodjoyo, 2003 dalam
Sihombing, 2012). Sehingga masyarakat miskin, sangat miskin, dan tidak
mampu biasanya lebih rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan
penyakit. Hal ini juga terkait dengan berbagai kondisi seperti kurangnya
kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup
3 | P a g e
bersih masyarakat yang belum membudaya, dan pengetahuan terhadap
kesehatan. (KMK RI, 2009).
Oleh karena itu sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, pemerintah menetapkan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia dengan membentuk Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang diselenggarakan
berdasarkan konsep asuransi sosial. Program ini dibentuk untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat, meningkatnya produktivitas kerja
serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup
sehat. Sehingga kesehatan berpengaruh terhadap kualitas dan produktivitas
sumberdaya manusia (Khioriyati, 2002).
3. Ekonomi
Secara ekonomi, rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan,
pendidikan, keterampilan yang berdampak kepada penghasilan. Berdasarkan
pendataan BPS tahun 2004, jumlah masyarakat miskin di Indonesia sebesar
36.146.700 jiwa. Hal ini menimbulkan kebingungan bagaimana menjamin
pemeliharaan kesehatan maskin yang tidak tercakup dalam quota. Derajat
kesehatan masyarakat miskin di Indonesia juga masih rendah, diakibatkan
karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses
pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya
kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal.
Kesehatan merupakan hak fundamental bagi setiap warga sebagaimana
telah ditetapkan oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia. Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23
Tahun 1992 yang mengatakan bahwa setiap individu, keluarga, dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatan serta
negara bertanggung jawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup
sehat termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (Depkes, 2008,
dalam Fajar, 2010).
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, sejak tahun 2005 telah
4 | P a g e
diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui
pelaksanaan kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin melalui Program Jaminan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) dengan jumlah target peserta tetap sebanyak 19,1
juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sebanyak lebih kurang 76,4 juta jiwa
(BPS, 2006).
Jaminan Kesehatan Masyarakat ialah suatu upaya pemecahan masalah
yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka untuk
memberantas kemiskinan, dengan asumsi bahwa apabila seseorang sehat
secara fisik maka akan memiliki akses untuk meningkatkan kapasitasnya
dalam mengatasi persoalan hidup yang dialami terutama aspek ekonomi,
dimana tidak mungkin orang yang sakit atau suatu masyarakat yang rendah
derajat kesehatannya dapat memiliki akses di berbagai bidang kehidupannya.
Masalah ekonomi yang timbul terkait dengan terbentuknya Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dikarenakan sebagian besar rumah
tangga miskin hanya mempunyai satu orang pekerja, tempat tinggal rumah
tangga miskin belum memenuhi persyaratan kesehatan yang ada, memiliki
lahan pertanian relatif kecil, tingkat pendidikan kepala rumah tangga masih
rendah,rata-rata jam kerja masih rendah jika dibandingkan dengan rumah
tangga tidak miskin, status pekerjaan 70% adalah petani. Ciri-ciri kemiskinan
yang ada berbeda antar wilayah, perbedaan ini terkait dengan kemiskinan
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kelembagaan setempat. Oleh
karena itu penanggulangan kemiskinan akan lebih efektif kalau dikaitkan
dengan prinsip desentralisasi dalam upaya meningkatkan kepedulian dan
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat melalui program Jamkesmas.
Dana yang digunakan untuk penyelenggaraan Program Jamkesmas
merupakan dana bantuan sosial dimana dalam pembayaran kepada rumah
sakit dalam bentuk paket, dengan berdasarkan klaim yang diajukan. Khusus
untuk BKMM / BBKPM / BKPM / BP4 / BKIM pembayaran paket disetarakan
dengan tarif paket pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap rumah sakit dan
peserta tidak boleh dikenakan iuran biaya dengan alasan apapun.
5 | P a g e
4. Epidemiologi
Pergeseran atau perubahan pada masalah kesehatan ditandai dengan
terjadinya transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi,
transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi epidemiologi misalnya peningkatan
umur harapan hidup sehingga meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut
(usila) yang akan menjadi beban program kesehatan. Disamping itu terjadi
pergeseran pola penyakit yang meningkat secara drastis, misalnya HIV AIDS,
tekanan darah tinggi, diabetes,penyakit jantung, dan lain-lain).
Terjadi pula pergeseran pola makan dimana saat ini makanan siap saji
menjadi bahan makanan sehari-hari, demikian pula dengan banyaknya beredar
makanan yang pakai bahan pengawet bahan kimia sehingga terjadi perubahan
terhadap status kesehatan. Selain itu terjadi pula perubahan perilaku
masyarakat yang sudah jauh dari petunjuk hidup sehat. Akibatnya timbul beban
ganda masalah kesehatan.
Adanya transisi ini serta akibat terjadinya globalisasi ekonomi, maka
jumlah jenis penyakit meningkat dan terjadi perubahan jenis penyakit yang
diderita masyarakat sehingga biaya pelayanan kesehatan yang ditanggung
oleh masyarakat akan sangat besar, mahal dan banyak masyarakat masih
kurang mampu untuk mengatasinya. Pemerintah dalam menyikapi hal tersebut
maka dilakukan perubahan pengelolaan Jaminan Kesehatan Masyarakat pada
tahun 2008. Program ini dibentuk atas dasar pertimbangan untuk pengendalian
pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparasi, dan akuntabilitas.
Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi
silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
bagi masyarakat miskin. Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota
berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang
optimal (BPS, 2006).
5. Politik
6 | P a g e
Miskin secara politik, adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap
pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka (politik). Kemiskinan
struktural atau situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem politik yang tidak
mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya
kemiskinan (Dharmawan, 2008).
Keterbatasan akses dalam pengambilan keputusan tersebut berkaitan
dengan rendahnya tingkat pendidikan terutama pada masyarakat miskin atau
tidak mampu. Hal itu dikarenakan adanya kesenjangan biaya pendidikan,
fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal, dan
kesempatan memperoleh pendidikan yang terbatas. Selain keterbatasan dari
tingkat pendidikan, akses layanan kesehatan juga masih sulit untuk dijangkau,
rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap
perilaku hidup sehat, kurangnya layanan kesehatan reproduksi, serta jarak
fasilitas layanan kesehatan yang jauh. Di sisi lain, utilisi rumah sakit masih
didominasi oleh golongan mampu, sedangkan masyarakat miskin cenderung
memanfaatkan pelayanan di Puskesmas (BPS, 2001 dalam Prihatini 2006).
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005 telah
melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, dimulai dengan program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih
dikenal dengan program Askeskin (2005-2007) yang kemudian berubah nama
menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak tahun
2008 sampai dengan sekarang (PMK RI, 2011).
Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk
mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang
disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai
wilayah, serta agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. (PMK RI, 2011).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa pengolahan pembangunan
sarana dan prasarana kesehatan merupakan hal yang sangat penting,
terutama makin kompleksnya manajemen pelayanan kesehatan di masa
depan. Peningkatan kemampuan manajerial yang profesional didukung oleh
7 | P a g e
peningkatan teknis tenaga pemberi pelayanan merupakan hal yang sangat
perlu diperhatikan untuk dapat menjamin keberhasilan dan kelestarian upaya
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia. Jakarta:
BPS.
Darmawan, Arief. 2008, Sekilas tentang Sistem Informasi Geografi.
http://ferdinanddwi.files /2008/08/arifdarmawan-gis.pdf.
Fajar, Nur Alam., Erma Kartikasari., dan Asmaripa Ainy. 2010. Kepuasan Pasien
Jamkesmas terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di Poli Umum
Puskesmas Petaling Kabupaten Bangka Tahun 2009. Palembang: Jurnal
Pembangunan Manusia Vol. 4 No. 11.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2009. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Lubis, Siti Chotimah. 2008. Persepsi Pengguna Jaminan Kesehatan Mayarakat
(Jamkesmas) terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan.
Disertasi tidak diterbitkan. Medan: Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Universitas Sumatra Utara.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Prihatini 2006
Sihombing, Estica Tiurmauli. 2012. Pengaruh Jaminan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan Pertolongan Persalinan terhadap Keikutsertaan Keluarga
Berencana. Disertasi tidak diterbitkan. Semarang: Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro.
8 | P a g e
9 | P a g e