ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI - …/Analisis-pengaruh-biaya... · Syarat-syarat Guna...

134
i ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI (CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) : PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : DIMAS HERMAWAN NIM. F0206006 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI - …/Analisis-pengaruh-biaya... · Syarat-syarat Guna...

i

ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI

(CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN

DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) :

PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2004-2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

DIMAS HERMAWAN NIM. F0206006

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skipsi dengan judul :

ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI

(CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN

DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) :

PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2004-2009)

Surakarta, Februari 2010

Disetujui dan diterima oleh

Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP 195905081986011001

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Tim Penguji,

1. Prof. Dr. Hartono, MS Sebagai Ketua (..........................) NIP 195312211980031004

2. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si Sebagai Pembimbing (..........................) NIP 195905081986011001

3. Dra. Hj. Mahastuti Agoeng, M.Si Sebagai Anggota (..........................) NIP 1948062219730220011

iv

HALAMAN MOTTO

................Kegagalan dalam hidup hanya disebabkan oleh dua masalah, pertama,

terus berfikir namun tak pernah sedikitpun bertidak, dan kedua, bertindak namun

tak pernah sedikitpun berfikir, jadi matang dalam berfikir dan cerdas dalam

bertindak adalah kuncinya.......(anonim)

................Jangan sia-siakan kesempatan. Janganlah terus berusaha membuka pintu

yang jelas-jelas tertutup, hingga akhirnya tak sadar ada ratusan pintu lain yang

terbuka..........(penulis)

.................Pemimpin boleh mengatakan apapun kepada bawahannya, namun satu

kata yang harus dihindari seorang pemimpin, janganlah berkata “tidak

tahu”...........(naskah aktor Dayan pada sinema “merah putih”)

................Mimpi adalah kunci..........(inspired by Nidji)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi

Maha Penyayang. Kupersembahkan karya kecil nan sederhana ini pada orang

yang kusayangi :

Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, motivasi

serta pengorbanan baik secara moral maupun materiil.

Kakak-kakakku, Mas Indra dan Mas Aryo serta Mbak Anggra dan Mbak

Ira, atas support dan dorongan yang turut memacu penulis untuk terus

berkarya dan berprestasi dalam hal apapun.

Seorang yang tak mungkin terlewatkan, My dear, Lyna Amalia Asterlita

yang selalu memberikan motivasi dan segala hal yang tak tergantikan.

Teman-teman terbaikku, Fajar, Wawan, Dedy, Panji, Mario, Galih,

Nanda, Bambang, Yach, Kepy, Rahadian, Raka, Ary, Addy, Wisnu, dan

keluarga besar browse company, teman magangku Ery dan Desy.

Teman-teman seperjuanganku sewaktu ospek, student day, kuliah

perdana kelas D angkatan 2006, teman kuliah kelas keuangan, hingga

pelatihan pasar modal, PJT dan BMT, kalian adalah orang terpilih.

Almamaterku, untuk ilmu yang begitu bermanfaat.

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan hidayahNya serta terima kasih kepada banyak pihak, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Biaya

Modal Investasi (Capital Expenditure) terhadap Pendapatan Perusahaan dimasa

mendatang (Corporate Earning)” yang merupakan studi historis pada perusahaan

manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009,

sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mencurahkan segala

kemampuan yang semaksimal mungkin dimana telah berpedoman pada teori yang

telah didapat, buku-buku literatur dan penelitian data sekunder. Namun penulis

menyadari akan kekurangan serta kelemahan-kelemahan yang ada. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis semata.

Tanpa bantuan dari semua pihak, penulis merasa bahwa penulisan

skripsi ini tidak akan seoptimal dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Oleh

karena itu, penulis menerima bantuan berupa bimbingan dan dorongan serta

sumbangan pikiran yang cukup besar, maka dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Comm, Ak, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

vii

2. Ibu Dra. Endang Suhari, M.si selaku Ketua Jurusan Manajeman Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Bambang Hadinugroho, SE, M.si, selaku Dosen Pembimbing skripsi

yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk membimbing dan

mengarahkan penulis selama menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Mahastuti Agoeng, M.si selaku pembimbing akademis sekaligus

pembimbing magang (KKM) atas kesediaannya untuk meluangkan waktu

dalam setiap kegiatas akademis yang dijalani penulis.

5. Bapak Dr. Mugi Harsono, M.si, sebagai dosen metode penelitian yang telah

mengenalkan jurnal ilmiah pada penulis untuk pertama kalinya.

6. Segenap Dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu serta pembelajaran yang

mendalam.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun

tak langsung atas kelancaran penulisan skripsi ini yang tak dapat disebutkan

satu persatu.

Semoga segala bantuan dan pengorbanan semua pihak mendapat berkah

dan rahmat dari Allah SWT. Harapan penulis, semoga skripsi ini bisa bermanfaat

bagi pihak yang memerlukan. Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Februari 2010

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

ABSTRAKSI .................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

C. Batasan Masalah ................................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

BAB II. TELAAH PUSTAKA ........................................................................ 11

A. Laporan Keuangan ........................................................................ 11-20

B. Laporan Arus Kas ......................................................................... 20-34

C. Pengertian Biaya Modal Investasi (Capital Expenditure) ................... 34

ix

D. Pengertian Corporate Future Earning................................................ 36

E. Kategorisasi Winner dan Loser ........................................................... 38

F. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 39

G. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 41

H. Pengembangan Hipotesis ................................................................... 43

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 47

A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 47

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 47

C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ................................... 49

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ................... 49

E. Metode Analisis Data ....................................................................... 53

F. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 66

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 69

A. Analisis Data .................................................................................... 69

B. Deskripsi Data .................................................................................. 74

C. Pengujian Data dan Uji Asumsi Klasik ............................................. 82

D. Pengujian Hipotesis Penelitian .......................................................... 86

E. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 100

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI ................ 110

A. Kesimpulan .................................................................................... 110

B. Keterbatasan Penelitian................................................................... 112

C. Implikasi ........................................................................................ 114

DAFTAR PUSTAKA

x

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

II.1 Contoh Penyajian Arus Kas Metode Langsung ....................................... 29

II.2 Contoh Penyajian Arus Kas Metode Tidak Langsung ............................. 30

III.1 Pilihan Transformasi Data ...................................................................... 57

III.2 Kriteria Pengujian Autokorelasi............................................................... 61

IV.1 Jumlah Sampel Penelitian ....................................................................... 70

IV.2 Sampel dan Kategorisasi ......................................................................... 72

IV.3 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Kategori Winner dan Loser

yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua ........................ 72

IV.4 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Berdasar Portofolio 1-5

yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua ........................ 73

IV.5 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 .......................................................... 74

IV.6 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 .......................................................... 75

IV.7 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3a ........................................................ 77

IV.8 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3b ........................................................ 79

IV.9 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P1) .................................................. 80

IV.10 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P2) .................................................. 81

IV.11 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P3) .................................................. 81

IV.12 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P4) .................................................. 82

IV.13 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P5) .................................................. 82

IV.14 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

xi

Future (tanpa variabel kontrol) .............................................................. 86

IV.15 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (dengan variabel kontrol) ... ........................................................ 88

IV.16 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (kategori winner) ............... ........................................................ 90

IV.17 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (kategori loser) .................. ........................................................ 93

IV.18 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 1) ..................... ........................................................ 95

IV.19 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 2) ..................... ........................................................ 96

IV.20 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 3) ..................... ........................................................ 97

IV.21 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 4) ..................... ........................................................ 98

IV.22 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 5) ..................... ........................................................ 99

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

II.1 Operasi dan Siklus Bisnis ......................................................................... 27

II.2 Diagram Arus Kas Perusahaan yang Terintegrasi dengan Siklus Produksi

Perusahaan ............................................................................................... 34

II.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 42

III.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan D-W test ..................................... 62

III.2 Ilustrasi Heteroskedastisitas....................................................................... 64

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Daftar Sampel Perusahaan Penelitian .......................................................... 120

2. Data Penelitian ............................................................................................ 133

3. Ringkasan Hasil Uji Asumsi Klasik............................................................. 148

4. Hasil Olah Data Statistik ............................................................................. 154

xiv

ABSTRACT ANALYSIS OF CAPITAL EXPENDITURE EFFECT ON

CORPORATE FUTURE EARNING : WINNER AND LOSER FIRMS PERSPECTIVES

(Study on the Manufacturing Companies Registered in IDX in the year 2004-2009)

By:

DIMAS HERMAWAN F0206006

The purpose of this research is to analyze the effect of capital

expenditure to future corporate earning of manufacture firms in Indonesia for the period 2004-2009. The research population covered all manufacture’s go-public companies that listed in Indonesian Stock Exchage. Sample was choosen by purposive sampling technique. With this technique, total samples counted 141 firms, winners 62 firms and losers 79 firms that comes from various sub-manufacture categorizes.

This research brings four hypothesises, first, whether to know the effect of capex to future earning without controlling for past earnings, second, to know the effect of capex to future earning that controlling for past earnings, third, to examine the effect of capex to future earning for winner-loser firms and, the last, to examine the effect of capex to future earning for portfolio sorting by capex ratio(P1-P5).

The result show, first, for all samples, capital expenditure is positively associated to future earning and, second, R2 will increase after controlling the model with past earning, it also indicate the evidence of “traditional view theorems”. Third, capital expenditure is positively effect future earning for firms categorize as winner, and there is no association between capital expenditure and future earning for loser firms, this result indicate the evidence of “life cycle hypothesis” that place winner in grow stage and loser in mature or decline stage. Fourth, there is no association between capital expenditure and future earning for P1, P2, P3 and P5 (P1=portfolio with highest capex ratio) the reasons are indiscipliner allocating by the manager, uncapitalized employee and poor in managerial skill. Keywords : capital expenditure, future corporate earning, winner-loser,

portfolio

ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI (CAPITAL

EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) : PERSPEKTIF WINNER

DAN LOSER

xv

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009)

Oleh :

DIMAS HERMAWAN F0206006

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh biaya

modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dari perusahaan manufaktur Indonesia periode 2004-2009. Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur ynag telah go-public yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling. Dengan teknik ini, total sampel berjumlah 141 perusahaan, dengan winner 62 dan loser 79 perusahaan.

Penelitian ini terdiri dari empat hipotesis, pertama, untuk mengetahui pengaruh capex terhadap pendapatan perusahaan sebelum dikontrol past earning, kedua, untuk mengetahui efek capek terhadap pendapatan perusahaan setelah dikontrol variabel past earning, ketiga efek capex pada pendapatan perusahaan di masa datang dengan kategori winner-loser dan terakhir, untuk meneliti pengaruh pada portofolio berdasar besarnya capex (P1-P5).

Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, untuk semua sampel, capex berpengaruh positif pada pendapatan perusahaan dimasa datang, R2 akan meningkat setelah dikontrol variabel past earning, hasil ini mengindikasikan berlakunya “traditional view theorems”, ketiga, capex berpengaruh positif terhadap pendapatan pendapatan perusahaan dimasa datang untuk kategori winner, dan tak ada pengaruh signifikan untuk perusahaan loser, hasil ini mengindikasikan berlakunya “life cycle hyphothesis” yang menjelaskan winner adalah perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, dan loser adalah perusahaan yang berada pada tahap “decline”. Keempat, tidak terdapat pengaruh capex terhadap portofolio yang terbentuk (P1, P2, P3 dan P5) dengan P1 sebagai portofolio dengan rasio capex tertinggi. Hasil ini karena manajer yang indisipliner dalam alokasi capex, kinerja karyawan yang belum dioptimalkan dan keahlian manajerial yang buruk.

Kata Kunci : capital expenditure, future corporate earning, winner-loser,

portofolio

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Analisis laporan keuangan merupakan suatu rangkaian penting dari

analisis bisnis perusahaan. Pada analisis ini, prospek serta risiko perusahaan

untuk kepentingan pengambilan putusan bisnis akan dapat dievaluasi, yang

pada akhirnya keputusan bisnis ini membantu perusahaan dalam

menstrukturkan tugas analisis melalui evaluasi atas lingkungan bisnis

perusahaan, strategi perusahaan serta posisi dan kinerja keuangannya (Wild et.

al, 2005). Terlebih dari itu kegunaan analisis laporan bukan hanya untuk pihak

intern perusahaan semata namun juga untuk pihak ekstern perusahaan, yang

dalam penelitian ini dispesifikasikan untuk kegunaan bagi investor.

Pada penelitian ini akan dibahas mengenai salah satu cara bagi seorang

investor, baik investor individual maupun investor non-individual (lembaga)

kaitannya dalam mengidentifikasi laporan keuangan perusahaan mana saja

yang dapat dimasukkan kedalam pertimbangan portofolio calon investor,

sehingga investor memiliki cara pandang baru akan sebuah pemilihan saham

tertentu. Adapun penelitian ini adalah penelitian replikasi dari Jiang et. al.

(2006) yang fokus utamanya adalah melihat seberapa terkaitkah variabel biaya

modal investasi perusahaan (capital expenditure) pada kemampuan

perusahaan dalam mencetak laba atau pendapatan dimasa mendatang (future

earning). Terkait dengan keberadaan investor, Titman (2003) mengungkapkan

xvii

perlunya seorang investor perlu memperhatikan keberadaan biaya modal

investasi perusahaan sasaran dalam setiap pengambilan putusan, lebih lanjut

dalam papernya dinyatakan, setidaknya bagi seorang investor biaya modal

investasi yang dicantumkan perusahaan dalam laporan keuangan bermanfaat

sebagai : 1) indikator kesempatan investasi, karena dengan makin tinggi nilai

biaya modal investasi maka semakin tinggi pula kesempatan investasi, dan 2)

indikator konfidensialitas manajemen, karena dengan semakin tinggi tingkat

biaya modal investasi perusahaan, dapat diindikasikan bahwa pasar modal saat

ini sedang dalam keadaan tingkat konfidensial yang tinggi di jajaran

manajemennya. Hal senada diungkapkan Wild et. al (2005) yaitu dengan

mengevaluasi capital expenditure saat ini investor dapat memperoleh

informasi tentang 1) efektifitas manajerial, 2) profitabilitas, 3) ramalan laba,

dan 4) perencanaan dan pengendalian. Sehingga dengan penelitian ini akan

menambah pandangan baru tentang kaitan biaya modal investasi dengan

pendapatan perusahaan dimasa datang bagi calon investor, sebab dengan

memprediksi pendapatan dimasa datang akan memudahkan kalkulasi earning

per share yang kemungkinan akan diterima investor dimasa datang.

Biaya modal investasi atau capital expenditure adalah suatu kegiatan

pengeluaran modal investasi yang penting dalam suatu perusahaan Jiang et. al

(2006). Didalam kegiatan penganggaran modal investasi ini, biasanya

perusahaan mengalokasikannya dalam bentuk pengadaan sumber daya seperti

aktiva tetap dan mesin, perluasan area perusahaan serta pabrik, atau mungkin

juga diadakannya penggantian peralatan operasional (equipment replacement).

xviii

Berdasar data yang terkumpul, banyak perusahaan-perusahaan di indonesia

yang melakukan pengalokasian capital expenditure tiap tahunnya. Perusahaan

yang melakukan penambahan capital expenditure tersebut berasal dari

kategori perusahaan yang beraneka ragam dan juga untuk kepentingan yang

beragam pula. Pada Harian Bisnis Indonesia, tertanggal 2 Desember 2009,

terlihat, salah satu perusahaan dari kategori mining, yaitu PT Tambang

Batubara Bukit Asam tbk mengalokasikan capital expenditure sebesar Rp 4

Triliun yang dilakukan untuk perencanaan akuisisi perusahaan BHP Billinton,

ekspansi dan juga pengembangan pelabuhan batu bara di tarahan Lampung

sehingga kapasitas perusahaan mampu menampung 25 juta ton batu bara tiap

tahunnya. Berbeda dengan perusahaan diatas, berdasar harian Bisnis

Indonesia, tertanggal 3 Desember 2009 pada artikel yang bertajuk ”Jasa

Marga alokasikan capex Rp 3,1 triliun”, menyatakan perseroan melakukan

penganggaran capital expenditure untuk kepentingan pendanaan rutin

periodik, biaya operasional dan peningkatan kapasitas jalan serta jalan tol.

Dan pada artikel yang sama PT Kalbe Farma tbk, perusahaan dari kategori

pharmaceutical menganggarkan belanja modal sebesar Rp 450 hingga Rp 500

miliar untuk rencana penambahan kapasitas pabrik, riset dan pengembangan

produk, perawatan mesin serta kontrol kualitas. Masih pada harian yang sama

tertanggal 30 November 2009 PT Bakrieland Development Tbk

menganggarkan belanja modal Rp 3 Triliun untuk keperluan membiayai

sejumlah proyek properti yang dikembangkan perseroan. Mewakili dari

kategori perusahaan manufaktur, pada harian Bisnis Indonesia edisi Jumat, 4

xix

Desember 2009 dalam tajuk ”Capex Astra Internasional Rp 5 Triliun”, dapat

diperoleh fakta bahwa PT Astra International tbk mengalokasikan capital

expenditure senilai Rp 4 hingga Rp 5 Triliun digunakan untuk diserap oleh

anak usahanya yang bergerak disektor batu bara yaitu PT United Tractors tbk.

Masih pada harian yang sama, perusahaan manufaktur lainnya yaitu PT

Unilever Indonesia tbk menganggarkan capex Rp 400 hingga Rp 600 miliar

tahun depan untuk memenuhi kebutuhan rutin perseroan, peningkatan

kapasitas produksi dan perawatan (maintenance) mesin pabrik. Harian Kontan

tertanggal 28 Agustus 2008 juga turut mencatat corporate action dari

perusahaan kategori telekomunikasi yaitu PT Indosat tbk (ISAT)

mendongkrak capital expenditure menjadi 16,6% lebih tinggi dari tahun

sebelumnya, ekspansi tersebut bertujuan untuk kepentingan penguatan sistem

jaringan dan untuk mendongkrak target pelanggan Indosat. Berdasar beberapa

fakta dari beberapa terbitan surat kabar diatas, dapat ditarik beberapa

pernyataan, yaitu perusahaan di Indonesia kerap melakukan alokasi capital

expenditure dengan alokasi yang tidak sedikit, dan untuk berbagai

kepentingan yang dirumuskan perusahaan, hal inilah yang turut mendorong

penulis untuk meneliti lebih lanjut fenomena bisnis terkait corporate actions

di Indonesia. Pada umumnya kegiatan pengadaan berbagai hal itu

dikategorikan sebagai kategori biaya dalam strategi pemutusan oleh

perusahaan.

Dalam membentuk suatu anggaran biaya modal investasi, perusahaan

harus melakukannya hingga investasi itu termasuk dalam kategori layak,

xx

dalam artian bila dikalkulasi hasilnya akan menunjukkan Net present value

atau nilai sekarang bersih yang positif (atau lebih besar dari 0). Jika demikian

maka biaya modal investasi yang akan dianggarkan oleh perusahaan akan

mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan

dimasa mendatang (Jiang et. al, 2006). Perlu diketahui sumber pembentukan

capital expenditure ini juga cukup beragam, mulai dari sumber dana internal,

pendanaan eksternal seperti penerbitan obligasi, dana carry over tahun lalu,

plafon pinjaman bank, sisa dana IPO, bridging loan pemegang saham, dan lain

sebagainya.

Penelitian ini disusun atas dasar belum banyaknya penelitian serupa

yang menghasilkan kesimpulan secara konklusif tentang hubungan antara

biaya modal investasi dan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba

dimasa mendatang. Penelitian terdahulu hanya melihat keterkaitan biaya

modal investasi dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

pada saat itu juga. Seperti paper Callen et. al (1996) yang mendokumentasikan

bahwa dengan jangka waktu 5 tahun masa investasi, modal berpengaruh

positif pada kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan pada

periode yang sama. Peneliti lain yaitu Lev dan Thiagaranjan (1993) melihat

hubungan yang positif antara biaya modal investasi dengan pendapatan

perusahaan pada waktu yang sama dengan dikontrol oleh variabel industri.

Berbeda dengan kedua studi diatas, beberapa peneliti juga melihat hubungan

antara biaya modal investasi dengan pendapatan perusahaan dimasa

mendatang, penelitian Echevarria (1997 : 3) dengan menggunakan data dari

xxi

Fortune 500 dalam konteks Negara Amerika mengindikasikan bahwa

perusahaan dengan jutaan dolar yang dikeluarkan untuk aktifitas investasi

untuk memperbarui fasilitas pabrik dan operasi ternyata hanya sekitar 25%

saja yang mampu penghasilkan laba dimasa mendatang. Beranjak dari

fenomena bisnis inilah penerapan konsep Jiang et. al (2006) pada konteks

perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dianggap

relevan, khususnya di perusahaan manufaktur pada periode 2004-2009,

penelitian ini ingin mengungkap seberapa baikkah perusahaan manufaktur

dalam hal menggunakan modal investasinya guna memprediksi kemampuan

menghasilkan pendapatan dimasa mendatang pada kondisi pasar modal di

negara yang sering disebut dengan istilah emerging market.

Paper lain yang turut mendorong penelitian tentang keterkaitan antara

biaya modal investasi saat ini dengan kemampuan menghasilkan pendapatan

dimasa mendatang ini adalah adanya penelitian terdahulu yang tidak selalu

searah dalam mendokumentasikan kedua variabel yang digunakan tersebut.

Kim (2001) yang meneliti perusahaan manufaktur periode 1976-1989 pada

konteks negara Amerika, mendapati bahwa tidak terdapat hubungan yang

linear pada kedua variabel ini, meskipun ketika akhirnya dengan memecah

sampel menjadi 2 yaitu kategori winner dan loser, Kim (2001) mendapati

bahwa capital expenditure berhubungan positif dengan future earning untuk

kategori winner dan sebaliknya berhubungan negatif untuk kategori loser.

Selain itu, secara kuantitas penelitian untuk memprediksi keterkaitan capital

expenditure sebagai variabel prediktor variabel pendapatan perusahaan dimasa

xxii

mendatangpun masih terbatas, dan cenderung melihat hubungannya pada saat

itu juga, seperti penelitian Sunder (1980) yang menyimpulkan bahwa biaya

modal investasi suatu perusahaan berpengaruh pada pendapatan yang

diperoleh perusahaan pada kurun waktu yang sama, dan analoginya dengan

keberadaan jumlah tertentu dari biaya modal investasi perusahaan

mengakibatkan menurunnya pendapatan perusahaan pada suatu tahun berjalan

(Sunder, 1980).

Dengan beberapa kepentingan yang telah diungkapkan diatas,

identifikasi ulang untuk meneliti keterkaitan antara biaya modal investasi

dengan kemampuan perusahaan mendapatkan pendapatan dimasa mendatang

masih perlu dilakukan. Adapun skripsi ini disusun dengan judul “ Analisis

Pengaruh Biaya Modal Investasi (capital Expenditure) Terhadap

Pendapatan Perusahaan dimasa datang (future earning) : Perspektif

Winner dan Loser”, dengan sampel perusahaan manufaktur yang listing di

Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004-2009.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan

beberapa masalah yang mengemuka, yaitu :

1. Apakah variabel biaya modal investasi (capital expenditure)

berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang

(corporate future earning) ?

xxiii

2. Apakah variabel biaya modal investasi (capital expenditure)

berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang

(corporate future earning), setelah dikontrol variabel pendapatan

perusahaan dimasa lampau ?

3. Apakah variabel biaya modal investasi berpengaruh terhadap

pendapatan perusahaan dimasa datang, untuk kategori perusahaan

winner dan untuk kategori loser ?

4. Setelah dikategorikan menjadi 5 portofolio berdasar besarnya rasio

biaya modal investasi, apakah variabel biaya modal investasi (capital

expenditure) berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa

mendatang (corporate future earning) masing-masing portofolio ?

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Pengidentifikasian bentuk pengaruh antara variabel biaya modal

investasi terhadap future earning dilakukan pada perusahaan

manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode

2004 hingga 2009.

2. Horizon atau rentang waktu yang dimaksud dengan future earning

adalah t+1, t+2, t+3, t+4 dan rata-rata t+1 hingga t+4, setelah periode

investasi

xxiv

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian terkait identifikasi hubungan antara capital

expenditure dan corporate future earning, adalah :

1. Meneliti ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital

expenditure) pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

pendapatan dimasa datang (future earning).

2. Meneliti ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital

expenditure) pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

pendapatan dimasa datang (future earning) setelah dikontrol variabel

pendapatan perusahaan diwaktu lampau.

3. Meneliti ada tidaknya pengaruh capital expenditure pada future

earning untuk kategori portofolio winner dan loser, sehingga pada

intinya memperjelas ada tidaknya pengaruh track record laba-rugi

perusahaan pada kinerja perusahaan dimasa datang.

4. Meneliti ada tidaknya pengaruh capital expenditure pada future

earning untuk data yang sudah dibentuk menjadi lima portofolio

berdasar pengurutan rasio biaya modal investasi dari yang terkecil

hingga yang terbesar. Sehingga pada intinya melihat ada tidaknya

pengaruh ukuran capital expenditure pada future earning.

xxv

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

pengetahuan praktis dan empiris dalam menerapkan teori-teori yang

didapatkan semasa perkuliahan, dan juga penerapan penggunaan

metode berbasis jurnal internasional dalam penelitian replikasi.

2. Praktisi

Bagi praktisi, khususnya calon investor diharapkan penelitian ini dapat

menambah referensi guna mempertimbangkan pemilihan saham untuk

investasi di pasar modal Indonesia berdasar kegiatan investasi yang

dilakukan perusahaan emiten yang hendak dipilih, dan tentunya

dengan tidak mengabaikan analisis lain seperti analisis teknikal dan

fundamental dalam pembentukan portofolio.

3. Akademisi

Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah referensi bagi

Lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas

Maret Surakarta dan diharapkan untuk tambahan bacaan dan referensi

pihak-pihak yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya

dalam taraf lebih lanjut.

xxvi

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian dan tujuan laporan keuangan

Laporan keuangan disusun dan sekurang-kurangnya setahun sekali

untuk menentukan kebutuhan sejumlah besar pengguna. Dalam Standar

Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007 : 1) dikatakan

bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan yang juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen

(stewardship) atau pertanggung jawaban atas tugas yang telah

dipercayakan kepadanya.

Selain itu, pada intinya laporan keuangan adalah suatu laporan

yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Dengan adanya laporan

keuangan ini, maka dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi pada

aktiva, laba dan lainnya selama beberapa tahun terakhir.

Sedangkan difinisi laporan keuangan menurut Myer sebagaimana

dikutip Munawir (2004) adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada

akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar

neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba

rugi. Pada waktu akhrir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan

untuk menambahkan daftar ketiga, yaitu daftar laba yang tidak dibagikan

(laba yang ditahan).

xxvii

Laporan keuangan terdiri dari beberapa laporan seperti neraca,

laporan laba-rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas serta laporan

lainnya yang sesuai dengan SAK yang berlaku. Laporan-laporan tersebut

menyajikan angka-angka akuntansi dari operasi dan posisi keuangan

perusahaan.

Berikut adalah kriteria suatu laporan keuangan yang lengkap

menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007 : 1.2) :

a. Neraca yang menyediakan informasi posisi keuangan yang

dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan,

likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap

perubahan lingkungan.

b. Laporan laba rugi yang menyediakan informasi kinerja perusahaan,

terutama profitabilitas.

c. Laporan perubahan ekuitas yang menggambarkan peningkatan atau

penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan

berdasarkan pengukuran tertentu yang dianut dan diungkapkan dalam

laporan keuangan.

d. Laporan arus kas yang melaporkan arus kas selama periode tertentu

yang diklasifikasikan menurut aktiva operasi, investasi, dan pendanaan

serta berguna untuk menilai kemajuan perusahaan dalam menghasilkan

kas dan setara kas.

e. Catatan atas laporan keuangan yang mengungkapkan informasi tentang

dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang

xxviii

dipilih dan ditetapkan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang

dibutuhkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang wajar.

Laporan keuangan menurut Munawir dalam Djati (2003) pada

dasarnya adalah hasil dari proses akuntasi yang digunakan sebagai alat

komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan

pihak-pihak yang bekepentingan, baik pihak intern maupun pihak ekstern,

untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan.

Sedangkan menurut Kurniawati (2001) laporan keuangan

perusahaan menyajikan salah satu sumber informasi penting disamping

informasi lainnya seperti informasi industri, pangsa pasar perusahaan,

kondisi perekonomian, kualitas manajemen dan lain sebagainya. Laporan

keuangan tersebut menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha pada

saat tertentu dan jangka waktu tertentu. Jenis laporan keuangan tersebut

adalah laporan neraca, laporan laba rugi, arus kas dan laporan perubahan

modal.

2. Karakteristik dan unsur laporan keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat

informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakainya (Ikatan

Akuntansi Indonesia, 2007 : 5), terdapat empat karakteristik pokok sebagai

berikut :

a. Dapat dipahami, kualitas penting informasi yang ditampung dalam

laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipakai oleh

pemakai, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai

xxix

tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk

mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar.

b. Relevan, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai

dalam proses pengambilan putusan. Informasi yang relevan dapat

membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa

depan.

c. Materialitas, relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan

materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk

mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tertentu

dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar

laporan keuangan.

d. Keandalan, Informasi yang disajikan bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan oleh

pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (Faithfull

representative) dari yang seharusnya disajikan

e. Penyajian jujur

f. Substansi Mengungguli bentuk

g. Netralitas, yaitu laporan harus diarahkan pada kebutuhan umum

pengguna.

h. Pertimbangan sehat dan kelengkapan.

i. Dapat dibandingkan, informasi yang disajikan dapat diperbandingkan

antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja

keuangan serta dapat diperbandingkan antar perusahaan untuk

xxx

mengevaluasi posisi keuanan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

secara relatif.

3. Tujuan dan sifat laporan keuangan

Tujuan pelaporan juga dipengaruhi oleh karakteristik dan

keterbatasan, secara garis besar tujuan dan keterbatasan laporan keuangan

seperti yang dijelaskan dalam “Objectives of financial reporting by

business enterprise” dalam Djati (2003) diantara yaitu :

a. Pelaporan keuangan bukan tujuan akhir, akan tetapi bermaksud

memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi dan bisnis.

b. Tujuan pelaporan keuangan tidak bersifat pasti atau tetap, namun

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial tempat laporan

keuangan tersebut dibuat.

c. Macam-macam jenis informasi yang dapat disediakan :

a. Informasi keuangan berkaitan dengan bisnis perusahaan, serta

industri atau ekonomi secara keseluruhan.

b. Informasi keuangan seringkali merupakan suatu perkiraan dan

bukan merupakan sesuatu yang pasti dan terukur.

c. Sebagian besar informasi merupakan refleksi pengaruh yang

bersifat keuangan dari transaksi dan kejadian yang telah terjadi

(recorded fact).

xxxi

d. Informasi keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang

digunakan oleh mereka yang membuat keputusan tentang bisnis

perusahaan.

APB statement no. 4 yang berjudul “ Basic Concept and

Accounting Principle Underlying Financial Business Enterprises”

menyebutkan bahwa laporan keuangan bersifat deskriptif. Pernyataan ini

juga banyak dipengaruhi oleh studi berikutnya mengenai tujuan laporan

keuangan. Dalam statement ini tujuan laporan keuangan digolongkan

menjadi sebagai berikut :

a. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan

posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya

secara wajar sehingga dalam hal ini laporan keuangan. Bersifat

historis, menyeluruh dan merupakan progress report yang merupakan

hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip dan anggapan sera

konversi atau kebiasaan dalam akuntansi dan pendapat pribadi

(personal judgement).

b. Tujuan Umum

a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber

ekonomis dan kewajiban perusahaan.

b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan

bersih dan kegiatan usaha dalam mencari laba.

xxxii

c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk

mendapat menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan

harta dan kewajiban.

e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh

para pemakai laporan keuangan.

c. Tujuan Kualitatif

1) Relevance, artinya memiliki informasi yang benar-benar dapat

membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan

putusan.

2) Understandability, artinya informasi yang dipilih untuk disajikan

bukan saja penting tetapi harus informasi yang dimengerti para

pemakai laporan keuangan.

3) Verifiability, artinya hasil akuntasi itu harus dapat diperiksa oleh

pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama.

4) Neutrality, laporan akuntasi itu harus benar-benar netral dari pihak-

pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak-

pihak umum dan bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

5) Timeliness, artinya laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk

pengambilan putusan apabila disediakan pada saat yang tepat.

6) Comparability, artinya informasi akuntansi harus dapat saling

dibandingkan, dengan artian, akuntansi harus mempunyai prinsip

yang sama baik untuk suatu perusahaan atau perusahaan lainnya.

xxxiii

7) Completeness, artinya informasi akuntansi yang dilaporkan harus

mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai

(Harahap, 2008 : 128 dalam Djati).

4. Analisis Laporan keuangan

Analisis laporan keuangan adalah proses pertimbangan yang

bertujuan untuk mengevaluasi proses keuangan masa lalu dan masa datang

dari hasil operasi suatu perusahaan. Tujuan utamanya adalah untuk

menetapkan kemungkinan estimasi yang terbaik dan prediksi mengenai

kondisi dan kinerja di masa yang akan datang

Selain itu analisis laporan keuangan juga merupakan alternatif

untuk menguji kegunaan informasi keuangan untuk melakukan klasifikasi

atau prediksi terhadap arus kas dan laba dimasa yang akan datang, yang

bermanfaat untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas dan

rentabilitas perusahaan dimasa mendatang.

Analisis laporan keuangan mencakup perbandingan kinerja

perusahan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan juga

evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu.

Analisis ini membantu manajemen mengidentifikasi kekurangan dan

kemudian mengambil tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat untuk melihat

kondisi dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan. SFAC No. 2

yang dikeluarkan oleh FASB (1978) yang menjelaskan bahwa laporan

keuangan harus dapat membantu investor dan kreditor untuk

xxxiv

menginterpretasikan keadaan perusahaan. Analisis mengenai keadaan

perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu, 1) analisis horisontal, 2) analisis vertikal, 3)

common size analysis, 4) industry conjunction, 5) statement of cash flow

dan 6) financial ratio.

Analisis keuangan memiliki makna yang berbeda bagi orang yang

berlainan, pemberi kredit dagang akan mencurahkan perhatiannya

terutama pada likuiditas perusahaan yang dinanalisis. Klaim mereka

adalah jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar klaim

ini dapat diukur dari analisis likuiditasnya.

Klaim dari pemilik obligasi adalah jangka panjang, karena itu

mereka melihat pada kemampuan cash flow perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya dalam waktu yang sama.

Teknik analisis laporan keuangan menurut Munawir (2004) sebagai

berikut :

a. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik

analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua

periode atau lebih.

b. Trend atas tendensi posisi dan kemajuan perusahaan yang dinyatakan

dalam persentase, adalah suatu metode atau teknik analisis untuk

mengetahui tendensi atau keadaan keuangan menunjukkan tendensi

yang tetap, naik atau menurun.

xxxv

c. Analisis laporan sumber atau penggunaan kas, adalah suatu analisis

untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk

mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode

tertentu.

d. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui

hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi

secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

e. Analisis perubahan laba kotor, adalah suatu analisis untuk mengetahui

sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke

periode lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang

dianggarkan untuk periode tersebut.

f. Analisis break even adalah analisis untuk menentukan tingkat

penjualan yang harus dicapai untuk suatu perusahaan agar perusahaan

tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh

keuntungan.

B. Laporan Arus Kas

1. Pengertian Laporan Arus kas

Laporan arus kas merupakan salah satu dari tiga laporan keuangan

perusahaan selain laporan laba rugi dan laporan neraca. Laporan arus kas

ini merupakan pernyataan setiap perubahan posisi finansial perusahaan

yang biasanya sering disebut pula dengan istilah “a random collection of

pluses and minuses”.

xxxvi

Laporan arus kas terdiri dari dua format utama yang dapat

digunakan oleh perusahaan profesional, kedua format itu adalah format

langsung (direct method) dan format tidak langsung (indirect method).

Laporan arus kas dengan format langsung merupakan tipe pelaporan yang

langsung menjelaskan sejumlah kas yang diterima perusahaan dan juga

sejumlah kas yang dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan pelaporan arus

kas tidak langsung adalah pelaporan yang hasil akhirnya menunjukkan

hasil yang sama dengan pelaporan langsung, namun setelah melalui

tahapan yang meliputi konversi dari laporan laba-rugi dalam basis kas.

Untuk sebagian besar perusahaan biasanya menggunakan pelaporan jenis

langsung (Higgins, 1992).

Menurut Harahap (2005 : 243) tujuan pelaporan arus kas adalah

memberikan informsi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran

kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.

Laporan ini akan membantu para investor, kreditur dan pihak lainnya

untuk :

a. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas dimasa

yang akan datang

b. Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya

membayar dividen dan keperluan dana untuk kegiatan ekstrem.

c. Menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan

dengan penerimaan dan pengeluaran kas.

xxxvii

d. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi

keuangan lainnya selama satu periode tertentu.

Adapun pos-pos penting yang terdapat pada laporan arus kas, yang

nantinya akan digunakan dalam perhitungan di penelitian ini meliputi :

a. Aktivitas operasi

Adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas

lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas

pendanaan. Setidaknya aktivitas operasi terdiri dari 5 komponen (Wild

et. al, 2005), yaitu penelitian dan pengembangan, pembelian, produksi,

pemasaran, dan administrasi.

Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI, 2007 : 2.3) menyatakan jumlah arus

kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang

menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas

yang cukup untuk melunasi penjaman, memelihara kemampuan

operasi perusahaan, membayarkan dividen, dan melakukan investasi

baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi

mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi

lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi di masa mendatang.

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas

penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas

tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang

memengaruhi pendapatan laba atau rugi bersih.

Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas operasi adalah :

xxxviii

a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas operasional

- Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.

- Penerimaan dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain.

- Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi

sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi

lainnya.

- Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan

untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas operasional

- Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.

- Pembayaran kas kepada karyawan.

- Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak

penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus

sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.

b. Aktivitas investasi

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka

panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas (IAI, 2007:

2.2).

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi

perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan

untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan (IAI, 2007 : 2.3).

xxxix

Aktivitas investasi mengungkapkan semua pemerolehan investasi

jangka panjang, meliputi tanah, bangunan, mesin, peralatan, hak legal

(paten, lisensi, hak cipta), modal manusia, sistem informasi, investasi

pada perusahaan anak dan beban-beban ditangguhkan dan berbagai

jenisnya, tanpa memperdulikan apakah investasi tersebut dilakukan

dengan cara tunai, utang atau membeli saham atau menukarkannya

dengan harta non-kas lainnya.

Semua penjualan, peningkatan dan penurunan lain investasi jangka

panjang, bangunan, mesin juga nampak dalam seksi investasi.

Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas Investasi dalah :

a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas investasi

- Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan

serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya.

- Perolehan saham atau intrumen keuangan perusahaan lain.

- Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain

serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga

keuangan).

b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas investasi

- Pembayaran untuk mendapatkan aktiva tetap, aset tidak

berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya

pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang

dibangun sendiri.

xl

- Pembayaran kas sehubungan dengan future contract, forward

contract, option contract dan swap contract kecuali apabila

kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing

or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan

sebagai aktivitas pendanaan.

c. Aktivitas pendanaan

Aktifitas pendanaan adalah aktifitas yang mengakibatkan perubahan

dalam jumlah serta komposisi modal pinjaman perusahaan (IAI, 2007 :

2.2) pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas

pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi arus kas

masa depan oleh para pemasok modal perusahaan (IAI, 2007 : 2.2).

Pengungkapan secara terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas

pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim

terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.

(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007 : 2.4)

Sedangkan menurut Wild et. al (2005) aktivitas pendanaan adalah

metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang untuk

membayar kebutuhan-kebutuhan seperti pembelian bahan baku,

pembayaran pegawai, pengakuisisian perusahaan lain serta untuk

penelitian dan pengembangan perusahaan.

Sumber utama pendanaan adalah pendanaan eksternal yaitu berupa 1)

Investor ekuitas atau sering disebut dengan pemegang saham, dan 2)

kreditor atau pemberi pinjaman.

xli

Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas pendanaan dalah :

a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas pendanaan

- Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.

- Penerimnaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek,

dan pinjaman lainnya.

b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas pendanaan

- Pembayaran kas kepada para pemegang saham atau instrumen

modal lainnya.

- Pelunasan pinjaman.

- Pembayaran kas oleh penyewa (Lesee) untuk mengurangi saldo

kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance

lease).

Diantara aktivitas-aktivitas bisnis (operasional, investasi dan

pendanaan) yang menghasilkan transaksi arus kas itu sendiri terdapat

hubungan yang erat.

Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

xlii

Gambar II.1 Operasi dan Siklus Bisnis

Dari gambar diatas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

Aktivitas pendanaan menyediakan kas untuk investasi, investasi ini

berupa aset berjangka panjang untuk kegiatan operasi. Kemudian aktivitas

operasi menghasilkan kas untuk aktivitas investasi dan pendanaan.

Implikasi dari hubungan dinamis ini adalah cara dimana sebuah bisnis

memilih investasi yang mempengaruhi keputusan pendanaan dan

operasinya.

2. Metode Penyusunan Laporan Arus Kas

Menurut PSAK No. 2 per. 17 (IAI, 2007 : 2.12-2.13) ada dua

metode dalam menyusun laporan arus kas, yaitu sebagai berikut :

a. Metode langsung

Laporan arus kas dengan metode langsung memuat penerimaan kas

berdasar kelompok utama. Metode langsung lebih mudah dipahami

dan menyediakan lebih banyak informasi dalam membuat keputusan.

Aktivitas Operasi

Aktivitas Pendanaan

Aktivitas Investasi

kas untuk Investasi

kas untuk pemilik dan kredit

kas dari pemilik dan kreditur untuk membeli

Asset Jangka panjang

Aset jangka panjang Yang digunakan dalam

operasi

xliii

b. Metode tidak langsung

Laporan arus kas dengan metode tidak langsung menyajikan arus kas

dengan jalan menyesuaikan laba dan rugi bersih, dengan pengaruh dari

transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan dan

pembayaran kas untuk operasi dimana laba dari masa depan, dan unsur

penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau

pendanaan.

xliv

xlv

xlvi

3. Jenis Peramalan Finansial

Beberapa teknik dalam peramalan keadaan finansial dimasa

mendatang telah banyak dikembangkan, prinsip dari teknik-teknik tersebut

dapat diterapkan pada suatu konteks perusahaan besar dan juga unit usaha

yang modern. Dengan menggunakan teknik-teknik ini akan membawa

andil dalam menentukan arah perusahaan terutama untuk peramalan dan

perencanaan untuk keadaan Finansial yang akan datang, berdasar

(Higgins, 1992) adapapun teknik peramalan yang dimaksud antara lain :

a. Laporan Pro Forma (Pro Forma Statement)

Pelaporan finansial merupakan hal yang sentral bagi kegiatan

perencanaan perusahaan, setidaknya karena, pertama, sangat banyak

informasi keuangan yang dibutuhkan untuk perencanaan dan

peramalan dimasa mendatang, kedua karena para manajer keuangan

sangatlah responsif untuk hal-hal kritis yaitu keberadaan dana.

Pelaporan jenis pro forma memiliki lingkup yang cukup luas

dibandingkan tipe pelaporan berdasar aspek-aspek atau kategoris pada

suatu perusahaan. Pada pelaporan pro forma ini strategi utamanya

adalah menggunakan teknik dengan lingkup yang luas lalu membentuk

prosedur spesifikasi dan akhirnya melakukan perencanaan pada

perusahaan yang besar.

Pelaporan Pro Forma ini tidak lebih hanya merupakan prediksi

perkiraan laporan keuangan perusahaan pada akhir periode nantinya,

prediksi ini dapat berupa kulminasi yang intensif, perencanaan

xlvii

operasional yang mendetail dan juga penganggaran perusahaan.

Penggunaan pelaporan pro forma ini pada intinya bertujuan untuk

mengestimasi kebutuhan perusahaan dimasa mendatang untuk

pembiayaan eksternal.

a. Peramalan persentase dari penjualan

Peramalan persentase dari penjualan ini merupakan salah satu jenis

dari peramalan pro forma yang pada intinya menfokuskan pada

laporan rugi laba perusahaan dan juga laporan neraca perusahaan

yang telah disusun. Rasionalitas dari peramalan ini adalah, bahwa

aktiva lancar dan kewajiban lancar akan berhubungan dengan

penjualan. Metode ini menghasilkan cara yang simpel, estimasi

yang logis dari beberapa variabel yang disertakan (Higgins, 1992)

b. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas juga merupakan suplemen dari pelaporan pro

forma, analisis ini secara formal dapat dinyatakan dengan beberapa

pertanyaan, seperti bagaimana jika pos tertentu meningkat dan pos

lainnya menurun ?, pengaruhnya pada pos lain ? Pada analisis

sensitivitas ini melibatkan suatu perubahan yang sistematis

berdasar asumsi yang disertakan oleh pembuat laporan. Pada

intinya analisis sensitivitas ini adalah melakukan observasi dan

pengamatan tombulnya respon dari dilakukannya peramalan atas

perubahan yang disertakan dalam pos dilaporan performa (Higgins.

1992).

xlviii

b. Peramalan laporan arus kas

Peramalan laporan arus kas merupakan kegiatan antisipasi dari setiap

pos dari kas pada suatu perusahaan dan juga penggunaan kas oleh

suatu perusahaan dalam suatu periode peramalan. Peramalan laporan

arus kas ini adalah tipe peramalan yang mudah dimengerti dan juga

terstruktur, kelemahan dari peramalan pelaporan tipe ini adalah

informasi yang kurang luas bila dibandingkan dengan pelaporan

peramalan tipe pro forma yang telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya.

c. Analisis Prospektif

Analisis prospektif merupakan peramalan hasil dimasa depan, seperti,

laba, arus kas atau keduanya. Analisis ini ditarik dari analisis

akuntansi, analisis keuangan, serta analisis lingkungan bisnis dan

strategi. Output analisis prospektif adalah hasil yang diharapkan

(expected payoffs) di masa depan digunakan untuk mengestimasi nilai

perusahaan (Wild et. al, 2005)

4. Siklus Arus Kas

Pada keuangan perusahaan terdapat beberapa prinsip yang terus

menerus berkaitan, kedua unsur itu adalah bagian keuangan perusahaan

dan bagian operasional perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan,

metode operasional dan strategi kompetitif perusahaan merupakan unsur

xlix

Production

Investment

Depreciation

Credit Sales

Collection of receivable

Cash Sales

fundamental yang akan membentuk pola pelaporan keuangan yang

digunakan oleh perusahan.

Berdasar Higgins (1992) berikut adalah siklus Arus kas perusahaan

yang telah terintegrasi dengan kegiatan lainnya dalam perusahaan :

Gambar.2

(Sumber : Higgins (1992))

Gambar II.2 Diagram Arus Kas Perusahaan

yang Terintegrasi dengan Siklus Produksi Perusahaan

C. Pengertian biaya modal investasi (capital expenditure)

Berdasar Sunder (1980), biaya modal investasi dapat dinyatakan

sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan konstruksi atau

Cash

Account Receivable

Fixed Asset

Inventory

l

akuisisi baik untuk fasilitas perusahaan ataupun untuk peralatan perusahaan.

Biaya modal investasi ini bukan hanya sekedar faktur sementara saat merger

terjadi, kecuali pada saat tahun terjadinya merger, dengan tujuan

mengasumsikan perbandingan yang optimal dengan indikasi laporan neraca

atau bagian dari laporan laba rugi. Li (2004) menyatakan bahwa capital

expenditure atau capital Investment merupakan suatu sinyal yang digunakan

para analisator dalam memperdiksi kinerja dimasa mendatang, terlebih dari itu

variabel ini memiliki peranan yang sentral dalam penelitian seputar corporate

finance (Li, 2004).

Dalam pelaksanaanya biaya modal investasi ini meliputi beberapa

kegiatan utama seperti pengembangan perusahaan, eksplorasi perusahaan dan

dimungkinkan pula biaya produksi prabayar yang direncanakan perusahaan.

Sartono (2001) menambahkan contoh lain seperti, perlengkapan sistem

distribusi, bangunan, sarana produksi yang baik, serta penelitian dan

pengembangan produk baru.

Dalam konsep penilaian investasi oleh Sartono (2001) berdasar jangka

waktunya capital expenditure biasanya dibagi menjadi investasi jangka

menengah, investasi jangka panjang dan jangka pendek, yang lamanya

masing-masing tipe itu adalah 1-5 tahun, > 5 tahun dan < 1 tahun.

Sartono (2001) menambahkan, secara umum investasi jangka panjang

dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu :

1. Investasi penggantian aset karena sudah usang atau karena adanya

teknologi baru.

li

2. Investasi ekspansi berupa penambahan kapasitas produksi karena

adanya kesempatan yang lebih baik.

3. Investasi penambahan produk baru atau diversifikasi produk, dan

4. Investasi lain yang tidak termasuk kedalam hal diatas.

Senada dengan pengelompokkan tipe investasi diatas, Echevarria

(1997 : 5) menyatakan capital expenditure yang dilakukan perusahaan

biasanya dapat berupa penggantian aset yang usang, modernisasi atau

pembaruan aset, dan adopsi teknologi baru. Berdasar hubungan antar investasi

dikenal juga investasi mutually exclusive dan investasi independen, yang

membedakan antar keduanya adalah berpengaruhnya satu sama lain bila salah

satu dipilih untuk dilakukan.

Perlu diingat bahwa keputusan investasi ini mencakup tidak hanya

investasi pada aset riil seperti tanah, bangunan, alat kantor, kendaraan dan aset

lainya, namun juga aset finansiil seperti investasi pada saham dan obligasi.

D. Pengertian Corporate Future Earning

Berdasar Sunder (1980) earning dapat dinyatakan sebagai pendapatan

setelah keseluruhan pemasukkan operasi atau non-operasi, beban-beban dan

juga bunga minoritas, namun diperhitungkan sebelum dividen dari saham

biasa dan juga dividen dari saham preferens. Perhitungannya dinyatakan

setelah item-item yang tidak aplikabel dengan pajak.

Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberi informasi yang

berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan.

lii

Tetapi tujuan yang lebih khusus harus dirinci untuk lebih memahami

pelaporan laba. Salah satu tujuan dasar yang dianggap penting bagi acuan

pemakai laporan keuangan meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran

efisiensi manajemen, penggunaan laba historis untuk membantu meramalkan

keadaan usaha dan distribusi dividen dimasa yang akan datang dan

penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman

pengambilan putusan manajerial dimasa yang akan datang.

Menurut Kieso (2001), laporan laba rugi membantu pemakai laporan

keuangan untuk memprediksi arus kas masa depan. Kegunaan informasi

dalam laporan laba rugi bagi investor dan kreditor dijelaskan sebagai berikut :

1. Mengevaluasi kinerja masa lalu

2. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan.

Meskipun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa

depan, namun prediksi pendapatan laba dari arus kas masa depan dapat

dilakukan dengan keyakinan memadai jika terapat korelasi cukup kuat

antara kinerja masa lalu dengan masa depan.

3. Membantu menilai risiko dan ketidakpastian penerapan arus kas masa

depan.

4. Untuk Menunjukkan hubungan laba bersih terhadap arus kas bisnis.

5. Arus kas sendiri pengertiannya adalah kas bersih aktual “keluar-

masuk” dari dan ke dalam perusahaan. Arus kas dapat digunakan

dalam berbagai cara, misalnya untuk membayar dividen,

meningkatkan persediaan, membiayai piutang, menginvestasikan

liii

dalam aktiva tetap, mengurangi utang atau membeli kembali saham

biasa.

E. Kategorisasi Winner dan Loser

Kategorisasi winner dan loser merupakan suatu bentuk pemikiran yang

berdasar pada kemungkinan adanya perbedaan kinerja dimasa datang terkait

dengan track record perusahaan yang telah dijalani. Tipe kategorisasi ini

merupakan replikasi dari (Kim, 2001) yang memisahkan data berdasar tipe

karakteristik tertentu, dalam penelitiannya kategori winner dapat dijelaskan

sebagai tipe perusahaan dengan keadaan berhasil (succesfull) sedangkan

kategori loser adalah tipe perusahaan dengan kategori kurang berhasil

(unsuccesfull), adapun kriteria kategorisasinya adalah sebagai berikut (Kim,

2001) :

1. Kriteria winner, yaitu perusahaan dengan sistem pemilihan proyek

yang berhasil, dapat dicirikan dengan :

Tidak mengalami kerugian untuk periode lampau yang dijadikan

sampel keadaan dimasa lalu.

Perusahaan yang memiliki rasio market value to book ratio yang

lebih tinggi dibanding median periode awal.

Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada periode

mendatang, yang dijadikan sampel keadaan yang akan datang.

2. Kriteria loser, yaitu perusahaan dengan sistem pemilihan proyek yang

tidak berhasil, dapat dicirikan dengan :

liv

a) Setidaknya pernah mengalami satu kali kerugian untuk periode

lampau yang dijadikan sampel keadaan dimasa lalu.

b) Perusahaan yang memiliki rasio market value to book ratio yang

lebih rendah dibanding median periode awal.

c) Perusahaan yang setidaknya mengalami satu kali kerugian pada

periode mendatang, yang dijadikan sampel keadaan yang akan

datang.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu antara biaya modal investasi dan pendapatan

perusahaan dimasa mendatang, keseluruhan dilakukan pada area di luar

Indonesia, bahkan untuk asia tenggara masih sedikit yang mengarah pada

studi ini. Penelitian (Li, 2004) menyatakan hubungan kedua variabel, yaitu

biaya modal investasi dan future earning memiliki hibungan yang negatif,

hasil ini dengan menyertakan variabel overinvestment sebagai variabel

kontrol, dan dengan catatan hubungan tersebut dibuktikan dalam jangka waktu

yang lama (Jangka panjang). Penelitian lain (Jiang, 2006) menemukan hasil

yang berbeda antara hubungan variabel biaya modal investasi dan future

earning, dengan studi yang dilakukan pada 357 perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Taiwan periode 1992-2002, didapatkan hubungan yang

positif antara kedua variabel yang diujikan, dengan kata lain terdapat

hubungan yang searah dalam periode 11 tahun tersebut.

lv

Berbeda dengan kedua literatur diatas, studi dari Inci et. al (2003)

melihatnya dalam konteks yang lebih luas yaitu dengan lingkup negara, pada

penelitiannya ia membandingkan negara G-7 vs non G-7, negara maju vs

negara berkembang, dan didapati terdapat hubungan yang searah antara

capital expenditure dengan future earning pada sampel yang diujikan.

Penelitian Mufidati (2007) menyimpulkan bahwa dengan analisis arus

kas saat ini maka akan mempengaruhi arus kas dimasa mendatang secara

signifikan, namun demikian penelitian yang bersampelkan pada perusahaan

go-public yang listing di Bursa Efek Indonesia ini, hanya menggunakan

rentang waktu yang amat singkat yaitu mulai tahun 2001-2002, sedang

berdasar Jiang et. al (2006) eksekusi optimal dari capital expenditure

memerlukan periode waktu yang panjang.

Serupa dengan penelitian Mufidati (2007), penelitian Danira (2008)

dan Setyawan (2008) juga hanya menggunakan perspektif waktu yang singkat,

yaitu masing-masing tahun 2005-2006 dan tahun 2004-2005 untuk perusahaan

manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan hasil

penelitiannya mengunkapkan arus kas saat ini secara bersamaan berpengaruh

pada arus kas dimasa mendatang, namun secara parsial hanya arus kas dari

kegiatan operasional saja yang berpengaruh pada arus kas dimasa mendatang,

sedangkan untuk kegiatan investasi dan pendanaan tidak ditemukan pengaruh

yang signifikan.

lvi

G. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta

mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan

suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap

penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Ferdinand (2006)

mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini akan berfokus pada ketiga

variabel penting yang digunakan, yaitu pertama, variabel Biaya modal

Investasi, kedua, variabel Pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dan

ketiga, pendapatan perusahaan dimasa lampau. Selanjutnya, ketiga variabel

tersebut diujikan untuk melihat pengaruh biaya modal investasi pada

pendapatan perusahaan dimasa depan, dengan variabel pendapatan masa

lampau sebagai variabel kontrol persamaan utama.

Dengan menggunakan periode waktu selama 6 tahun, yaitu tahun

pertama (2005) sebagai periode investasi dan 4 tahun selanjutnya (2006-2009)

sebagai periode pelaksanaan (executing). Selanjutnya dilakukan empat

pengujian pengaruh biaya modal investasi, yaitu : 1) tanpa variabel kontrol, 2)

dengan variabel kontrol, 3a) Untuk kategori winner, b) Untuk kategori loser

dan 4) setelah melakukan sorting data dan pembentukan portofolio. Berikut

adalah kerangka berfikir pada penelitian ini :

lvii

Gambar II.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang

dilakukan oleh Jiang et al. (2006). Adapun variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

Variabel independen : Biaya modal Investasi

Variabel dependen : Pendapatan perusahaan dimasa mendatang

Variabel kontrol : Pendapatan perusahaan dimasa lampau

Masih terkait dengan model diatas, Selanjutnya untuk melihat

pengaruh biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa

mendatang secara per tahun, maka pada dijelaskan bahwa periode investasi

adalah tahun 2005, sedangkan periode pelaksanaan atau executing dipisahkan

Pendapatan Perusahaan

Dimasa Mendatang (Future earning)

Periode 2006-2009

FUTURE

Pendapatan Perusahaan diwaktu lampau (Past Earning) Periode 2004

PAST

Variabel kontrol

Biaya modal Investasi (Capital Expenditure)

Periode 2005

(1,2) CAPEX (3a) CAPEX (winner) (3b) CAPEX (Loser)

lviii

berdasar deret waktu, yaitu t+1, t+2, t+3 dan t+4 yang mewakili tahun 2006,

2007, 2008 dan 2009.

H. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis menurut Djarwanto PS (2000 : 183) adalah pernyataan

mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya. Sedangkan Wahyuni

(1993 : 20) mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan atau dugaan

sementara yang diungkapkan secara deklaratif. Pernyataan atau dugaan ini

diformulasikan dalam bentuk variabel agar bisa diuji secara empiris.

1. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning.

Callen et al (1996) dalam studinya menghasilkan kesimpulan

bahwa perusahaan dengan rasio capital expenditure pada total aset yang

besar akan dapat menikmati keuntungan atau pendapatan dimasa

mendatang yang positif dengan perhitungan empat tahun pendapatan yang

dirata-rata (four year average). Dan pernyataan serupa diungkapkan dalam

penelitian Jiang et al. (2006) yang menyatakan bahwa capital expenditure

yang ditanamkan perusahaan selama 5 tahun sebelumnya berpengaruh

positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang, yaitu dari rata-

rata pendapatan 5 tahun setelah dilakukannya penambahan beanja modal

perusahaan. Dari pernyataan diatas disusun hipotesis pertama, yaitu :

Hipotesis 1 : Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh

pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang.

lix

2. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning

dengan past corporate earning sebagai variabel kontrol.

Penambahahan variabel pendapatan perusahaan (past earning)

sebagai variabel pengontrol mengikuti model Jiang et. al (2006), hal ini

disebabkan pendapatan perusahaan dimasa mendatang juga disebakan oleh

faktor lain, yaitu pendapatan dimasa lalu. Dalam penelitiannya Jiang et. al

(2006) menyimpulkan dengan penambahan variabel kontrol, capital

expenditure tetap berpengaruh positif pada pendapatan perusahaan dimasa

mendatang namun dengan tingkat kesesuaian model yang meningkat. Dari

perynataan tersebut disusun hipotesis kedua, yaitu :

Hipotesis 2 : Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh

pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang setelah

dikontrol variabel pendapatan perusahaan dimasa lampau.

3. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning untuk

kategori winner dan loser.

Kim (2001) dalam penelitiannya menyatakan perusahaan yang

terkategori sebagai perusahaan kategori winner mampu mengasosiasikan

capital expenditure yang ditanamkan perusahaan dengan pendapatan

perusahaan dimasa mendatang, atau dengan kata lain capital expenditure

berpengaruh positif terhadap future earning untuk perusahaan kategori

winner. Hal ini dikaitkan dengan level atau tahapan yang tengah dijalani

oleh perusahaan terkategori winner, yang sesuai penelitian Ramesh dalam

Kim (2001) dinyatakan perusahaan winner dalam “lifecycle hyphothesis”

lx

sebagian besar berada dalam tahap grow, yaitu tahapan pertumbuhan yang

berkelanjutan. Berdasar hal tersebut disusunlah hipotesis ketiga (a), yaitu :

Hipotesis 3a : Untuk kategori winner, biaya modal investasi (capital

expenditure) berpengaruh positif pada pendapatan

perusahaan dimasa mendatang.

Sebaliknya untuk kategori loser, Kim (2001) dalam penelitiannya

menyatakan perusahaan yang terkategori sebagai loser tidak mampu

mengasosiasikan pengaruh positif capital expenditure yang ditanamkan

perusahaan dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang, atau

dengan kata lain capital expenditure berpengaruh negatif terhadap future

earning untuk perusahaan kategori loser. Hal ini dikaitkan dengan level

atau tahapan yang tengah dijalani oleh perusahaan terkategori loser, yang

sesuai penelitian Ramesh dalam Kim (2001) dinyatakan perusahaan

winner dalam “lifecycle hyphothesis” sebagian besar berada dalam tahap

stagnan dan mature, yaitu kedewasaan perusahaan dalam beroperasi.

Berdasar hal tersebut disusunlah hipotesis ketiga (b), yaitu :

Hipotesis 3b: Untuk kategori loser, biaya modal investasi (capital

expenditure) berpengaruh negatif pada pendapatan

perusahaan dimasa mendatang.

4. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning

setelah sorting berdasar besarnya rasio capital expenditure.

Jiang et. al (2006) melakukan pengembangan penelitian dengan

membentuk sampel perusahaan yang ada menjadi 8 portofolio dan 64

lxi

portofolio perusahaan berdasar besarnya rasio capital expenditure

terhadap total aset. Dari portofolio yang terbentuk kemudian dilakukan uji

penguruh untuk melihat bentuk pengaruh capital expenditure terhadap

pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Dengan beranjak penelitian

tersebut, pada penelitian ini dibentuk 5 portofolio perusahaan berdasar

besarnya rasio investasi, pembentukkan ini ditujukan untuk melihat bentuk

pengaruh perusahaan kategori capital expenditure yang terbesar, capital

expenditure middle dan capital expenditure terkecil. Berdasar hal tersebut

berikut adalah hipotesis keempat :

Hipotesis 4 : Biaya modal Investasi (capital expenditure) berpengaruh

pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang.

lxii

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai suatu studi empiris dibidang keuangan.

Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian penjelasan (explanatory

research) yang memfokuskan pada hubungan antar variabel penelitian dan

menguji hipotesis seperti yang telah dirumuskan pada bab terdahulu. Menurut

dimensi waktunya penelitian ini menggunakan data panel (pooled data) yaitu

data yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan

data seksi silang (cross section).

Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik kedua

jenis data tersebut, berdasar Winarno (2009), karakteristiknya adalah sebagai

berikut :

1. Data terdiri atas beberapa objek, dan

2. Meliputi beberapa periode waktu.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk

peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang

menjadi pusat perhatian seorang peneliti, karena itu populasi dapat dipandang

sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi pada penelitian

keuangan ini adalah, perusahaan-perusahaan yang telah go public dan listing

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009.

lxiii

Sampel adalah subset dari populasi, yang terdiri dari beberapa anggota

populasi. Dengan meneliti sampel, seorang peneliti dapat menarik kesimpulan

yang dapat digeneralisasi untuk seluruh populasinya (Ferdinand, 2006),

sedangkan Sampel menurut Djarwanto Ps (2000 : 108) adalah sebagian dari

populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili

keseluruhan populasi, jumlah sampel akan lebih sedikit daripada jumlah

populasinya.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan yang tergolong sebagai perusahaan manufaktur yang listing di

Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk priode 2004-2009.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, judgement sampling yang merupakan bagian dari teknik

sampling non-probability. Berdasar Ferdinand (2006) metode judgement

sampling yang merupakan bagian dari purposive sampling dipilih atas dasar

penggunaan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian

atau masalah penelitian yang dikembangkan. Kriteria yang digunakan untuk

memilih sampel adalah perusahaan dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Perusahaan Manufaktur yang secara kontinyu terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dari periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 triwulan

kedua.

2. Perusahaan yang menyertakan laporan keuangan per 31 Desember dan

juga per triwulan mulai tahun 2004 hingga triwulan kedua tahun 2009.

lxiv

3. Perusahaan dengan penyajian laporan keuangan setidaknya laporan

arus kas (cash flow) dan Laporan Laba rugi tahun 2004-2009.

C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang

meliputi daftar perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2004-

2009 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pojok

BEJ Fakultas Ekonomi UNS, dan pelaporan keuangan tahunan serta

triwulanan perusahaan periode 2004-2009, yang berfokus pada laporan arus

kas serta laporan laba rugi yang diunduh dari website www.idx.co.id.

Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Studi pustaka, dilakukan untuk memperoleh landasan teori sebagai

landasan pengembangan hipotesis, yang diperoleh dari literatur, jurnal

ilmiah yang relevan dengan penelitian ini.

2. Mengunjungi website pasar modal Indonesia dan dokumentasi data

yang dibutuhkan dari pojok BEI terutama ICMD.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Variabel Dependen

Variabel yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah

variabel pendapatan perusahaan dimasa mendatang (FUTURE). Variabel

ini dikalkulasi dengan menggunakan rasio corporate earning dari masing-

masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian.

lxv

Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini pada intinya

hanya variabel FUTURE yang telah diungkapkan diatas, namun dengan

pemecahan data berdasar kategori winner dan loser dan pembentukan lima

portofolio berdasar besarnya rasio capital expenditure, maka pada

perhitungan selanjutnya akan didapati variabel FUTURE dari kategori

winner, dan FUTURE dari kategori loser, serta FUTURE dari kelima

portofolio yang terbentuk (P1 hingga P5), selanjutnya untuk periode waktu

t+1, t+2, t+3 dan t+4, maka akan didapat variabel FUTURE menjadi

FUTUREt+1, FUTUREt+2, dan FUTUREt+3, FUTUREt+4, yang nantinya

diujikan pada pengembangan uji 2, 3a, 3b dan uji ke 4.

Untuk perhitungan corporate earning menggunakan rumus rasio

yang diterangkan oleh Jiang et. al (2006), dengan perhitungan sebagai

berikut :

)(TAperusahaanasetTotalanualoperasiaktifitaskasArusEarningCorporateRasio

Keterangan :

arus kas dari aktifitas operasi : Net arus kas tiap periode

TA : Total aset perusahaan

Pengukuran rasio corporate earning ini adalah dengan melakukan

pembagian nilai arus kas bersih dari aktifitas operasi dengan nilai total aset

perusahaan pada suatu periode yang sama. Kedua elemen dalam rasio

lxvi

tersebut diperoleh masing-masing dari laporan keuangan dan laporan

neraca yang diterbitkan perusahaan tiap tahunnya.

2. Variabel Independen

Variabel yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah

variabel Biaya Modal Investasi (CAPEX). Variabel ini dikalkulasi dengan

menggunakan rasio corporate investment dari masing-masing perusahaan

yang dijadikan sampel dalam penelitian.

Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini pada intinya

hanya variabel CAPEX yang telah diungkapkan diatas, namun dengan

pengklasifikasian data berdasar kategori winner dan loser, maka pada

perhitungan selanjutnya akan didapati variabel CAPEX dari kategori loser,

dan CAPEX dari kategori winner, serta CAPEX dari kelima portofolio

yang terbentuk (P1 hingga P5).

Untuk perhitungan capital expenditure menggunakan rumus rasio

yang diterangkan oleh Jiang et. al (2006), dengan perhitungan sebagai

berikut :

)(TAperusahaanasetTotalanualeExpenditurCapitalInvestmentCapitalRasio

Keterangan :

Capital Expenditure anual : Net arus kas aktivitas investasi tiap

periode

TA : Total aset perusahaan

lxvii

Pengukuran rasio capital investment ini adalah dengan melakukan

pembagian nilai arus kas bersih dari aktivitas investasi dengan nilai total

aset perusahaan pada suatu periode yang sama. Kedua elemen dalam rasio

tersebut diperoleh masing-masing dari laporan keuangan dan laporan

neraca yang diterbitkan perusahaan tiap tahunnya.

3. Variabel Kontrol

Variabel yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini adalah

variabel Pendapatan perusahaan dimasa lampau (PAST). Variabel ini

dikalkulasi dengan menggunakan rasio corporate earning data lampau

(2004) dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam

penelitian.

Variabel kontrol yang digunakan pada penelitian ini pada intinya

hanya variabel PAST yang telah diungkapkan diatas, namun dengan

pengklasifikasian data berdasar kategori winner dan loser, maka pada

perhitungan selanjutnya akan didapati variabel PAST dari kategori loser,

dan PAST dari kategori winner serta PAST dari kelima portofolio yang

terbentuk (P1- hingga P5).

Untuk perhitungan earning menggunakan rumus rasio yang

diterangkan oleh Jiang et. al (2006), dengan perhitungan sebagai berikut :

)(TAperusahaanasetTotalanualoperasiaktifitaskasArusEarningCorporateRasio

lxviii

Keterangan :

arus kas dari aktifitas operasi : Net arus kas tiap periode

TA : Total aset perusahaan

Pengukuran rasio corporate earning ini adalah dengan melakukan

pembagian nilai arus kas bersih dari aktifitas operasi dengan nilai total aset

perusahaan pada suatu periode yang sama. Kedua elemen dalam rasio

tersebut diperoleh masing-masing dari laporan keuangan dan laporan

neraca yang diterbitkan perusahaan tiap tahunnya

E. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, berbagai model yang telah dibentuk selanjutnya di

analisis dengan menggunakan teknik analisis linier sederhana dan juga analisis

regresi linier berganda. Adapun alat bantu yang digunakan pada metode

analisis data ini adalah dengan menggunakan program SPSS (Statistical

Package for Social Sciences) for Windows versi 17.0, berikut adalah

penjelasan lebih lanjut :

1. Model Regresi sederhana dan Regresi linier Berganda

Untuk melihat pengaruh antara biaya modal investasi pada

pendapatan perusahaan dimasa mendatang, baik dengan seluruh sampel,

sampel kategori winner, kategori loser, sampel berdasar pengurutan

besarnya capital expenditure (P1-P5) dan untuk melihat pengaruh

lxix

pertahun (t+1, t+2, t+3 dan t+4), maka rumus regresi linear yang dapat

diformulasikan sebagai berikut :

Berdasar kerangka teoritis Jiang et. al (2006) & Kim et. al (2001), disusun

ulang menjadi :

1. Persamaan Regresi sederhana tanpa variabel kontrol

FUTURE = α + β1CAPEX +e ................................................................................... (1)

2. Persamaan Regresi Berganda dengan variabel kontrol

FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e ..................................................................... (2)

Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan

mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1,

t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi.

3. a) Persamaan Regresi Berganda dengan variabel kontrol kategori Winner

FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e ............................................................ (3a)

Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan

mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1,

t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi.

b) Persamaan Regresi Berganda dengan variabel kontrol kategori Loser

FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e ............................................................ (3b)

Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan

mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1,

t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi.

4. Persamaan Regresi Berganda setelah sorting (P1-P5) berdasar besarnya

CAPEX, Persamaan kelima ini sama dengan persamaan sebelumnya yaitu

FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e ..................................................................... (4)

lxx

Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan

mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1,

t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi, pada 5 portofolio yng

terbentuk (P1 hingga P5)

Keterangan :

α = Konstanta

β1 dan β2 = Koefisien regresi

FUTURE = Pendapatan perusahaaan dimasa datang

CAPEX = Biaya modal investasi

PAST = Pendapatan perusahaan dimasa lampau

e = Faktor kesalahan atau faktor pengganggu

2. Uji Normalitas

Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah adanya

asumsi normalitas data (Ghozali, 2006 : 27), dalam artian uji normalitas

ini bertujuan untuk menguji kenormalan data dalam suatu model regresi,

variabel pengganggu atau residual dari regresi tersebut terdistribusi normal

atau tidak. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual dari analisis akan

berdistribusi normal.

Dengan demikian salah satu pengamatan untuk mendeteksi

normalitas data adalah dengan mengamati nilai residual dari regresi yang

dilakukan (Ghozali, 2006 : 28), cara lainnya adalah dengan melihat

lxxi

distribusi masing-masing variabel yang diujikan. Walaupun normalitas

suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis, akan tetapi hasil uji

statistik akan lebih baik ketika semua variabel dalam keadaan berdistribusi

normal (Ghozali, 2006 : 28).

Beberapa metode pengujian normalitas data yang berkembang

cukup beragam, antara lain dapat dengan menghitung nilai skewness dan

kurtosis, menggunakan uji kolmogrov-smirnov, uji normalitas dengan

menggunakan grafik ataupun uji normalitas dengan menggunakan uji

Jaque-Bera (J-B test). Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan

penulis, sesuai dengan alat bantu SPSS for Windows versi 17.0, maka

digunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui residual regresi

terdistribusi normal atau tidak.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan regresi

antar variabel kemudian mendapati residual dari regresi tersebut dan baru

diuji dengan Uji kolmogorov smirnov, sedangkan kriteria pengujiannya

adalah bila nilai signifikansi residual lebih besar dari alfa (0,05) maka data

berdistribusi normal, namun ketika nilai signifikansi residual lebih kecil

dari alfa (0,05) maka dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal.

Hal yang perlu ditekankan disini yaitu, seringkali uji normalitas

disalah artikan dengan penafsiran bahwa semua variabel harus memiliki

distribusi normal. Sebenarnya hal tersebut tidak keliru, namun lebih

tepatnya Uji asumi klasik normalitas yang dimaksud adalah nilai residual

dari regresi haruslah berdistribusi normal (Ghozali, 2006 : 134) hal ini

lxxii

sesuai pula dengan asumsi regresi linier berganda dari Gujarati (1999 :

201) yang menyatakan untuk pengujian hipotesis, faktor eror haruslah

mengikuti distribusi normal dengan rata-ratanya adalah 0 (ui ~ N(0,σ2)).

Apabila pada akhirnya hasil uji tidak menunjukkan hasil normal maka

tindakan yang dilakukan dapat berupa, 1) melakukan persamaan regresi

semilog (sisi kiri diubah dalam bentuk logaritma atau sebaliknya), dan 2)

bila masih tidak normal dapat dengan regresi double log (kedua sisi diubah

dalam bentuk logaritma), beberapa langkah tersebut perlu dilakukan agar

regresi terbebas dari ketidak normalan data.

Bila pada akhirnya masih juga belum menunjukkan hasil normal

pada residual regresi tersebut, langkah lain yang dapat dilakukan adalah

dengan melakukan transformasi dalam bentu pilihan sebagai berikut :

Tabel III.1 Pilihan Transformasi Data

Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi Moderate Positive Skewness SQRT (x) atau akar kuadrat Substansial Positive Skewness LG10(x) atau logaritma atau LN Severe Positive Skewness dengan bentuk L 1/x Atau inverse Moderate Negative Skewness SQRT(k-x) Substansial Negative Skewness LG10(k-x) Severe Negative Skewness dengan bentuk J 1/(k-x)

K = Konstanta yang berasal dari tiap skor dikurangkan sehingga skor

terkecil adalah 1 Sumber : Ghozali (2006 : 32)

Beberapa tambahan lain untuk uji normalitas adalah kemungkinan

untuk menghilangkan data outlier, yaitu kasus data yang memiliki

karakteristik unik yang biasanya muncul dalam nilai ekstrim akibat

lxxiii

beberapa kejadian seperti 1) salah entry data, 2) program komputer gagal

menspesifikasi missing value, 3) outlier bukan populasi yang kita ambil, 4)

outlier sudah benar terambil namun memang menyatakan angka yang

ekstrim, penghitungannya dapat menggunakan 2,5 satandar deviasi dari Z-

skor untuk sampel kecil (<80) atau 3-4 standar deviasi untuk sampel besar

(>80). Namun demikian secara filosofi keberadaan outlier haruslah tetap

dipertahankan bila memang hasilnya representatif dari populasi yang

diteliti (Ghozali, 2006 : 38)

3. Uji Asumsi klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji multikolinearitas,

autokorelasi dan heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya

korelasi antar variabel bebas (independen) pada suatu model regresi

tertentu. Model regresi berganda yang baik seharusnya tidak ditemui

korelasi antara variabel independen yang diujikan, dengan demikian

regresi sederhana tidak perlu dilakukan pengujian asumsi klasik ini,

hal ini sesuai dengan Gujarati (1999 : 201), yang menyatakan asumsi

regresi linier berganda adalah tidak terjadinya kolinieritas antara

variabel independen.

Pengaruh yang ditimbulkan akibat multikolinieritas menurut

Winarno (2009 : 5.6) yaitu 1) estimator masih tetap bersifat BLUE,

lxxiv

namun memiliki varian dan kovarian yang besar sehingga sulit dipakai

untuk alat estimasi, 2) Interval estimasi cenderung lebar dan nilai

statistik uji t akan kecil, sehingga akibatnya variabel independen tidak

signifikan secara statistik.

Beberapa metode atau cara untuk mengidentifikasi ada

tidaknya permasalahan multikolinieritas pada suatu model adalah

dengan menggunakan cara sebagai berikut (Ghozali, 2006 : 91) :

1. Melihat nilai R2, ketika nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu

estimasi regresi sangat tinggi, namun secara individual variabel

independen banyak yang tidak signifikan maka dapat

diindentifikasi terjadinya multikolinieritas.

2. Dengan melakukan analisis korelasi matriks dari variabel-

variabel independen yang akan diujikan. Ketika hasil korelasi

antar variabel meunjukkan hasil yang cukup tinggi (diatas 0,90)

maka hal ini merupakan indikasi terjadinya masalah

multikolinieritas.

3. Cara ketiga adalah dengan melihat nilai tolerance dari regresi

yang dijalankan atau juga dapat melihat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) yang merupakan kebalikan dari perhitungan

nilai tolerance. Nilai Tolerance disini mengukur variabilitas

variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variabel lainnya, suatu model yang terbebas dari

multikolinieritas adalah dengan nilai tolerance lebih besar dari

lxxv

0,10 atau dengan VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2006 : 92).

Sebagai tambahan, beberapa peneliti lain juga ada yang

menggunakan VIF dengan batas 5 dalam pengujiannya

(Santoso dalam Priyatno, 2009 : 39).

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan dengan

mengidentifikasi pada nilai VIF-nya saja guna menilai ada tidaknya

multikolinieritas dengan kriterianya seperti telah dijelaskan pada poin

ketiga diatas. Adapun cara penanganan multikolinieritas menurut

Winarno (2009 : 5.7) dapat dilakukan dengan 1) tetap membiarkan

model mengandung Multikolinieritas karena estimator masih tetap

BLUE, 2) Penambahan data, 3) Eliminasi variabe independen, 4)

transformasi beberapa satu atau lebih variabel.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji ada tidaknya korelasi antara

kesalahan pengganggu (faktor eror) pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan autokorelasi. Autokorelasi ini muncul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Jika autokorelasi ini terjadi, maka hal ini telah melanggar

asumsi model regresi linier berganda, menurut Gujarati (1999 : 201)

regresi linier berganda haruslah terbebas dari madalah autokorelasi

antara faktor pengganggu ui dan uj atau singkatnya cov(ui, uj) i ≠ j.

lxxvi

Permasalahan autokorelasi itu sendiri biasanya terjadi pada data runtut

waktu (time series). Dengan demikian Winarno (2006 : 5.27)

menyatakan bila suatu model mangandung masalah autokorelasi maka

estimator tidak lagi bersifat BLUE, namun hanya LUE karena

estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang

minimum (no longer best).

Beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi

sangatlah beragam, Ghozali (2006 : 96) menyatakan setidaknya

terdapat 5 cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi pada suatu

model persamaan regresi tertentu, yang diantaranya 1) Menggunakan

Uji Durbin-Watson (D-W test), 2) Uji Lagrange Multiplier (LM test),

3) Uji Statistic Q : Box-Pierce dan Ljung Box dan 4) dengan Run test,

5) Uji Breusch-Godfrey. Dari beberapa cara pendeteksian tersebut,

penulis menggunakan cara pertama yaitu dengan melakukan Uji

Durbin-Watson dengan bantuan SPSS for Windows versi 17.0, dengan

kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

Tabel III.2 Kriterian Pengujian Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi positif dan negatif

Tidak ditolak Du < d < 4-du

Sumber : Ghozali (2006 : 96)

lxxvii

Dengan cara D-W test ini maka penulis membandingkan hasil

output dari SPSS dengan DW tabel untuk menentukan ada tidaknya

autokorelasi yang terjadi pada suatu model regresi yang diujikan. Bila

dinyatakan dalam bentuk grafik, berikut adalah kriteria pengujian

dengan D-W test :

Sumber : Gujarati (1999 : 389)

Gambar III.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan D-W test

Beberapa kelemahan pada penggunaan metode D-W test ini

adalah bila hasil yang diperoleh terletak pada grey area atau daerah

tanpa keputusan, namun berdasar (Gujarati, 1999 : 391) cara untuk

mengatasi hal seperti ini peneliti dituntut untuk lebih bijaksana dan

mencari titik terang dari keadaan indecision tersebut, dengan kata lain

perlu dilakukan remidial measure seperti layaknya kasus terjadinya

autokorelasi pada suatu persamaan regresi.

Berdasar Gujarati (1999 : 32) untuk mengatasi masalah

autokorelasi pada suatu model, maka perlu dilakukan transformasi

model yang yang sering disebut dengan generalized least square

Tolak H0, terdapat autokorelasi positif

Tak dapat diputuskan

Tak dapat diputuskan

Tolak H0, terdapat autokorelasi negatif

Tidak menolak H0, tidak terdapat autokorelasi

0 DL D 2 4-DU 4-DL 4 D

lxxviii

(GLS) atau generalized difference equation. Transformasi itu ditujukan

agar pads akhirnya estimasi akan bersifat BLUE. Berikut adalah

ilustrasi transformasinya :

Misalkan model awal dari regresi :

Yt = B1 + B2Xt + ut

Maka model tranformasi berdasar Gujarati (1999 : 392) menjadi :

(Yt – ρYt-1) = B1(1 – ρ) + B2(Xt – ρXt-1) + υt

Dengan cara transformasinya yaitu pertama-tama membentuk

variabel lag pertama dari variabel semula, kemudian mengisi nilai

variabel yang kosong akibat lag dengan menggunakan rumus Prais-

Winstern Transformation (Gujarati, 1999 : 393) yaitu misal *1Y =

121 Y , selanjutnya mengitung nilai dari ρ, dengan berbagai

pilihan cara, seperti yang diungkapkan Gujarati (1999 : 393) yang

meliputi : 1) First difference Method, 2) dengan hasil dari D-W test, 3)

The Cochrane-Orcutt iteractive procedure, 4) The Cochrane-Orcutt

two step method, 5) D-W two step metod, 6) The Hildreth-Lu search

Procedure, 7) Maximum Likelihood method.

Pada penelitian ini cara yang digunakan adalah dengan estimasi

melalui hasil D-W test yang telah dilakukan, menurut gujarati (1999 :

394) metode ini cukup mudah namun memberikan estimasi yang baik.

Berikut adalah rumusnya :

21ˆ d

lxxix

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji ada tidaknya

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas namun bila

berbeda maka terjadi masalah heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas ini menjadi penting karena

menurut Gujarati (1999 : 201), salah satu asumsi regresi linier

berganda yang baik adalah model haruslah Homoskedastik atau

dengan kata lain varians dari u bersifat konstan (var (ui) = σ2). dan

karenanya pengaruh terjadinya heteroskedastisitas pada suatu model

akan menyebabkan 1) Estimator kuadrat terkecil tidak lagi mempunyai

varian minimum (tidak lagi best), 2) perhitungan standar eror tidak lagi

dapat dipercaya kebenarannya, 3) Uji hipotesis yang didasarkan pada

uji t dan F tidak lagi dapat dipercaya (Winarno, 2009 : 5.24). berikut

adalah ilustrasi heteroskedastisitas.

Sumber : Gujarati (2004 : 388)

Gambar III.2 Ilustrasi Heteroskedastisitas

lxxx

Terdapat bermacam-macam cara untuk mengidentifikasi

masalah heteroskedastisitas pada suatu model, Winarno (2009 : 5.8)

mengungkapkan setidaknya ada 7 cara mengidentifikasi maslah ini,

yang meliputi : 1) Metode grafik dengan scatter plot, 2) Uji Park, 3)

Uji Glejser, 4) Uji Korelasi Spearman, 5) Uji Goldfeld-Quandt, 6 Uji

Bruesch-Pagan-Godfrey dan 7) Uji white.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Ui glejser sebagai

cara untuk mengidentifikasi heteroskedastisitas pada model regresi.

Dengan langkahnya yaitu melakukan regresi utama untuk mendapat

residualnya, kemudian melakukan regresi kembali dengan absolut dari

residual sebagai variabel dependen pada variabel independen lain yang

diujikan.

ttt vXu

Kriteria pengujiannya yaitu jika variabel independen signifikan

secara statistik (tingkat sig < 0,05) maka dapat dinyatakan terjadi

heteroskedastisitas dan sebaliknya jika variabel independen tidak ada

yang signifikan (sig > 0,05) maka dapat dinyatakan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Beberapa cara untuk menanggulangi masalah

heteroskedasitisitas menurut Gujarati (1999 : 360) adalah dengan 1)

Bila varians diketahui maka dapat menggunakan metode WLS dengan

varians sebagai pembobot, 2) dengan metode square root

transformation yang pada intinya menggunakan WLS juga namun

lxxxi

dengan akar salah satu variabel independen sebagai pembobot, 3)

menggunakan WLS dengan salah satu variabel independen sebagai

pembobot, 4) respesifikasi model dengan tranformasi pada bentuk ln.

Berbagai pilihan itu disesuaikan dengan bagaimana keadaan

heteroskedastisitas pada suatu model, Winarno (1999 : 5.24)

menambahkan bahwa metode white juga dapat dilakukan untuk

menanggunalangi masalah heteroskedastisitas dengan mengaktifkan

heteroskedasticity-corrected variance.

Pada penelitian ini untuk mengatasi maslah heteroskedastisitas

yang terjadi penulis memilih metode square root transformation

dengan ilustrasi sebagai berikut :

Model awal : uXBBYi 121 , kemudian ditransformasi menjadi

11

12

11

1

1 1Xu

XXB

XB

XY i

ii vXBX

B 21

11

Berdasar transformasi dengan bantuan WLS diatas menurut

Gujarati (1999 : 362) selama iii Xuv maka dapat disimpulkan

model setelah transformasi ini bersifat homoskedastisitas, dan layak

digunakan sebagai estimator. Sebagai tambahan bila

heteroskedastisitas terjadi bersamaan dengan autokorelasi maka

menurut Gujarati (1999 : 488) cara terbaik adalah dengan

menyelesaikan heteroskedastisitas terlebih dahulu.

lxxxii

F. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui hipotesis penelitian didukung oleh hasil analisis

data atau tidak, maka akan dilakukan dua uji utama yaitu uji t dan uji F. Selain

itu untuk mengetahui keeratan atau ketepatan perkiraan, digunakan juga

pegujian ketepatan perkiraan (Uji R2).

1. Untuk uji t dapat dilihat besarnya nilai t-test dan juga besarnya sig t

pada setiap persamaan regresi yang dilakukan, apabila besarnya sig t

lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan (α = 5%) maka variabel

independen tersebut tidak berpengaruh pada variabel dependen atau

hipotesis ditolak. Namun sebaliknya bila sig t lebih kecil dari tingkat

alpha yang digunakan maka hipotesis yang diajukan diterima.

2. Uji kedua adalah dengan uji F, uji ini digunakan untuk mengetahui

tingkat signifikansi pengaruh variabel independen secara bersama-

sama (simultan) terhadap variabel dependennya. Apabila signifikansi F

hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis diterima, dan sebaliknya

bila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipotesis ditolak.

Selain itu, pengujian F ini juga cukup dilihat nilai signifikansi

layaknya pada uji t.

3. Pengujian Ketepatan Perkiraan (uji R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan indeks keeratan, yang

menyatakan proporsi dari variabel total Y (variabel dependen) yang

dapat diterangkan oleh variabel total X (variabel Independen). Nilai

koefisien determinasi adalah diantara nol da satu. Nilai R2 yang kecil

lxxxiii

berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Pada

penelitian ini tidak dilihat nilai adjusted R square, melainkan langsung

melihat nilai R2, karena menurut Santoso dalam Priyatno (2009)

Adjusted R2 lebih tepat digunakan untuk bentuk regresi yang lebih dari

dua variabel bebas.

lxxxiv

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan analisis data penelitian dan pengujian hipotesis

dengan menggunakan teknik analisis data yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya. Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk memperoleh hasil ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital

expenditure) pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning)

untuk data keseluruhan tanpa variabel kontrol, dengan variabel kontrol, untuk

kategori winner-loser, dan kategori portofolio berdasar besarnya rasio capital

expenditure. Metode analisis utama yang digunakan pada penelitian ini adalah

regresi linier berganda untuk model regresi dengan variabel kontrol, dan regresi

sederhana untuk model regresi tanpa variabel kontrol. Analisis data pada bab ini

juga dilengkapi dengan statistik deskriptif sampel serta uji asumsi klasik untuk

membuktikan regresi terbebas dari masalah-masalah seperti normalitas data,

autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas.

A. Analisis Data

Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan manufaktur yang

telah go Publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2004

hingga tahun 2009 triwulan kedua. Dari database Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode

tahun yang sama, terdapat 152 perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan

lxxxv

industri manufaktur. Dengan menggunakan teknik purposive sampling,

perusahaan yang tidak menyertakan data yang dibutuhkan dari periode yang

telah disebutkan diatas tidak diikutkan dalam sampel penelitian, adapun

kriteria perusahaan yang diikutsertakan pada penelitian ini adalah :

1. Perusahaan Manufaktur yang secara kontinyu terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dari periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 triwulan

kedua.

2. Perusahaan yang menyertakan laporan keuangan per 31 Desember dan

juga per triwulan mulai tahun 2004 hingga triwulan kedua tahun 2009.

3. Perusahaan dengan penyajian laporan keuangan setidaknya laporan

arus kas (cash flow) dan laporan laba rugi tahun 2004-2009.

Dengan kriteria pemilihan sampel seperti seperti diatas, jumlah sampel

final yang disertakan pada penelitian ini adalah 141 perusahaan manufaktur,

dengan perincian pada tabel IV.1 sebagai berikut :

Tabel IV.1 Jumlah Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Total perusahaan manufaktur per

Desember 2008 152

2. Perusahaan yang tidak kontinyu listing antara periode 2004-2009 11

Sub total 141 3 Perusahaan yang tidak menyertakan

laporan keuangan 0

Sub total 141 4 Perusahaan yang tidak menyertakan

laporan arus kas dan laba rugi 0

Total Sampel 141 Sumber : lampiran data yang dikumpulkan

lxxxvi

Sampel sebesar 141 perusahaan tersebut berasal dari 19 sub kategori

perusahaan manufaktur yang berbeda-beda, yang meliputi sub kategori food

and beverages, tobacco manufacturer, textile mill products, apparel and other

textile products, lumber and wood product, paper and allied products,

chemical and allied products, adhesive, plastic and glass products, cement,

metal and allied products, fabricated metal products, stone clay glass and

concrete products, cables, electronic and office equipment, automotive and

allied product, photographic equipment, pharmaceutical, dan consumer

goods.

Sesuai dengan pengelompokan berdasar winner dan loser (Kim, 2001),

dari 141 sampel perusahaan manufaktur yang disertakan, diperoleh hasil,

jumlah perusahaan berkategori winner sebanyak 62 perusahaan, dan

perusahaan dengan kategori loser sebanyak 79 perusahaan. Selanjutnya,

berdasar pengelompokan Jiang et. al. (2006) terbentuk 5 portofolio

perusahaan, dengan penjelasannya, portofolio 1, 2, 3, dan 4 masing-masing

sebanyak 28 perusahaan dan portofolio 5 sebanyak 29 perusahaan.

Berikut adalah ringkasan data dalam bentuk tabel, yang meliputi tabel

IV.2 untuk sampel berdasar kategorisasi Kim (2001) dan Jiang et. al. (2006),

selanjutnya tabel IV.3 untuk perusahaan berdasar sub kategori industri

manufaktur winner-loser dan tabel IV.4 untuk perusahaan berdasar sub-

kategori dan juga portofolio 1-5. :

lxxxvii

Tabel IV.2 Sampel dan Kategorisasi

Tipe Kategori Perusahaan Jumlah Perusahaan Kategori Winner dan Loser (Kim, 2001) 1. Perusahaan Winner 62 Perusahaan 2. Perusahaan Loser 79 Perusahaan Total Perusahaan 141 Perusahaan Manufaktur Kategori berdasar besarnya rasio capital expenditure (Jiang et. al., 2006) dari yang terbesar sampai terkecil.

1. Portofolio 1 (P1) 28 Perusahaan 2. Portofolio 2 (P2) 28 Perusahaan 3. Portofolio 3 (P3) 28 Perusahaan 4. Portofolio 4 (P4) 28 Perusahaan 5. Portofolio 5 (P5) 29 Perusahaan Total Perusahaan 141 Perusahaan Manufaktur Sumber : lampiran data yang dikumpulkan

Tabel IV.3 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Kategori Winner dan Loser

yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua

No Sub Kategori Industri a

Jumlah perusahaan

Jumlah Winnersb

Jumlah Losersb

a Food and beverages 18 10 8 b Tobbaco manufacturer 4 3 1 c Textile Mill Products 9 1 8 d Apparel and other textile products 13 4 9 e Lumber and wood products 4 0 4 f Paper and allied products 5 1 4 g Chemical and allied products 8 6 2 h Adhesive 4 2 2 i Plastic and glass products 12 3 9 j Cements 3 2 1 k Metal and allied products 11 6 5 l Fabricated metal products 2 0 2

m Stone, clay, glass and cocrete products 4 2 2 n Cables 6 1 5 o Electronic and office equipment 3 2 1 p Automotive and Allied product 19 9 10 q Photographic Equipment 3 0 3 r Pharmaceutical 9 7 2 s Consumer Goods 4 3 1 total 141 62 79

lxxxviii

a Sebanyak 19 Sub kategori industri manufaktur diatas diperoleh berdasar indeks ICMD per tahun 2008. b Kategori perusahaan winner dan loser mengikuti kriteria yang digunakan Kim (2001 : 49) sebagai mana telah diungkapkan pada bab-bab di skripsi ini.

Sumber : lampiran data yang dikumpulkan

Tabel IV.4 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Berdasar Portofolio 1-5

yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua

No Sub Kategori Industri a

Jumlah perusahaan P1b P2 b P3 b P4 b P5 b

a Food and beverages 18 6 6 2 2 2 b Tobbaco manufacturer 4 1 1 1 1 0 c Textile Mill Products 9 2 2 0 2 3 d Apparel and other textile products 13 0 4 5 2 2 e Lumber and wood products 4 0 0 2 1 1 f Paper and allied products 5 1 1 1 1 1 g Chemical and allied products 8 4 1 0 1 2 h Adhesive 4 0 0 0 3 1 i Plastic and glass products 12 2 4 2 1 3 j Cements 3 0 0 2 0 1 k Metal and allied products 11 0 1 2 5 3 l Fabricated metal products 2 0 0 1 0 1

m Stone, clay, glass and cocrete products 4 2 0 1 1 0 n Cables 6 0 0 3 1 2 o Electronic and office equipment 3 1 1 0 1 0 p Automotive and Allied product 19 4 3 3 3 6 q Photographic Equipment 3 0 1 1 1 0 r Pharmaceutical 9 3 3 1 2 0 s Consumer Goods 4 2 0 1 0 1 total 141 28 28 28 28 29

a Sebanyak 19 Sub kategori industri manufaktur diatas diperoleh berdasar indeks ICMD per tahun 2008.

b Kategori perusahaan dari portofolio1 hingga 5 merupakan hasil sorting perusahaan berdasar besarnya rasio capital expenditure, P1 adalah kelompok perusahaan dengan capital expenditure terbesar. Kategorisasi ini mengikuti Jiang et. al. (2006). Sumber : lampiran data yang dikumpulkan

lxxxix

B. Deskripsi Data

1. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1

Gambaran secara deskriptif mengenai data capital expenditure dan

pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk uji 1

yaitu regresi tanpa variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.5. Berikut

adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 :

Tabel IV.5 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Capex 141 .0000 .6281 .089994 .1034958 future 141 -.2683 .3558 .063099 .0849184 Valid N (listwise) 141

Sumber : lampiran output

Pada tabel IV.5 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 2 variabel yaitu

variabel capital expenditure sebagai variabel independen dan variabel

future earning sebagai variabel independen, dengan total data yang

digunakan adalah sebanyak 141 perusahaan. Perusahaan dengan rasio

capital expenditure terendah yaitu sebesar 0,000 adalah PT Goodyear

Indonesia tbk (GDYR), sedangkan perusahaan dengan rasio capital

expenditure tertinggi yaitu 0,6281 adalah PT Unggul Indah Cahaya tbk

(UNIC). Rata-rata capital expenditure dari 141 perusahaan adalah sebesar

0.089 dan standar deviasinya 0,1034.

Untuk variabel future earning atau pendapatan perusahaan dimasa

mendatang dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan pendapatan dimasa

mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,2683 adalah PT Hanson

xc

Internasional tbk (MYRX), sedangkan perusahaan dengan rasio

pendapatan dimasa mendatang tertinggi yaitu sebesar 0,3558 adalah PT

Unilever Indonesia tbk (UNVR). Rata-rata pendapatan perusahaan dimasa

mendatang dari 141 perusahaan adalah 0,063 dengan standar deviasinya

0,084.

2. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2

Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX),

pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan

dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 2 yaitu regresi dengan

variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.6. Berikut adalah tabel statistik

deskriptif uji hipotesis 2 :

Tabel IV.6 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Past 141 -.2802 .3766 .064797 .1018571 Capex 141 .0000 .6281 .089994 .1034958 future1 141 -.4777 .7093 .063313 .1308603 future2 141 -.2511 .4139 .064212 .1004143 future3 141 -.9624 .8915 .068705 .1724289 future4 141 -.3417 .4538 .056398 .1069288 future 141 -.2683 .3558 .063099 .0849184 Valid N (listwise) 141

Sumber : lampiran output

Pada tabel IV.6 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 7 variabel, dengan

total sampel 141 perusahaan. Yang membedakan dari Uji hipotesis 1 yaitu

pada uji ini menyertakan variabel kontrol PAST. Uji ini menggunakan 5

regresi, variabel dependen dibedakan berdasar deret waktunya yaitu

xci

capital expenditure t+1, t+2, t+3, t+4 dan pooled sebagai variabel

dependen di masing-masing model regresi.

Untuk pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), perusahaan

dengan pendapatan masa lalu yang terendah yaitu -0,2801 adalah PT

Allbond Makmur Usaha tbk (SQMI), sedangkan yang tertinggi adalah PT

Unilever Indonesia tbk (UNVR) dengan nilai 0,3766. Rata-rata untuk

pendapatan dimasa lalu dari 141 perusahaan adalah 0,06 dengan standar

deviasi 0,101.

Untuk variabel capital expenditure (CAPEX), perusahaan dengan

rasio capital expenditure yang terendah yaitu sebesar 0,000 adalah PT

Goodyear Indonesia tbk (GDYR), sedangkan perusahaan dengan rasio

capital expenditure yang tertinggi sebesar 0,6281 adalah PT Unggul Indah

Cahaya tbk (UNIC). Rata-rata capital expenditure dari 141 perusahaan

adalah sebesar 0,089 dan standar deviasinya 0.1034.

Untuk variabel future earning (FUTURE) atau pendapatan

perusahaan dimasa mendatang menyatakan bahwa perusahaan dengan

pendapatan dimasa mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,2683 adalah

PT Hanson Internasional tbk (MYRX), sedangkan perusahaan dengan

rasio pendapatan dimasa mendatang yang tertinggi adalah PT Unilever

Indonesia tbk (UNVR) yaitu sebesar 0,3558. Rata-rata pendapatan dimasa

mendatang dari 141 perusahaan adalah 0,063, sedangkan standar

deviasinya 0,084. Keterangan untuk future t+1 hingga t+4 dapat

dijabarkan seperti pembahasan variabel FUTURE sebelumnya.

xcii

3. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3a (Winner)

Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX),

pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan

dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 3a, yaitu regresi untuk

perusahaan kategori winner dapat dilihat pada tabel IV.7. Berikut adalah

tabel statistik deskriptif kategori winner :

Tabel IV.7 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3a (Winner)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Past 62 -.2353 .3766 .099850 .1095083 Capex 62 .005239 .628134 .13596382 .116548295 future1 62 -.2447 .7093 .123491 .1419223 future2 62 -.1310 .4139 .096834 .1009655 future3 62 -.3949 .4333 .118291 .1410357 future4 62 -.0873 .3855 .079188 .0919009 future 62 -.0946 .3558 .104836 .0871141 Valid N (listwise) 62

Sumber : lampiran output

Untuk pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), perusahaan

dengan rasio pendapatan masa lalu yang terendah yaitu -0,2353 adalah PT

Colar Pak Indonesia tbk (CLPI), sedangkan yang tertinggi dengan nilai

rasio sebesar 0,3766 adalah PT Unilever Indonesia tbk (UNVR). Rata-rata

pendapatan dimasa lalu dari 62 perusahaan adalah 0,099 dengan standar

deviasi 0,1095.

Untuk variabel capital expenditure (CAPEX), perusahaan dengan

rasio capital expenditure yang terendah yaitu sebesar 0,0052 adalah PT

Lion Mesh Prima tbk (LMSH), sedangkan perusahaan dengan rasio capital

expenditure yang tertinggi yaitu 0,6281 adalah PT Unggul Indah Cahaya

xciii

tbk (UNIC). Rata-rata untuk capital expenditure dari 62 perusahaan adalah

sebesar 0,1359 dan standar deviasinya 0,1165.

Untuk variabel future earning (FUTURE) atau pendapatan

perusahaan dimasa mendatang menyatakan bahwa perusahaan dengan

rasio pendapatan dimasa mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,0946

adalah PT Eka Dharma Internasional tbk (EKAD), sedangkan perusahaan

dengan rasio pendapatan dimasa mendatang tertinggi yaitu sebesar 0,3558

adalah PT Unilever Indonesia tbk (UNVR). Rata-rata rasio pendapatan

dimasa mendatang dari 62 perusahaan kategori winner adalah 0,1048

sedangkan standar deviasinya 0,0871. Keterangan untuk future t+1 hingga

t+4 dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel FUTURE sebelumnya.

4. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3b (Loser)

Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX),

pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan

dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 3b, yaitu regresi untuk

perusahaan kategori loser dapat dilihat pada tabel IV.8. Berikut adalah

tabel statistik deskriptif kategori loser : (dihalaman selanjutnya)

xciv

Tabel IV.8 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3b (loser)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Past 79 -.2802 .3579 .034473 .0866762 Capex 79 .0000 .4671 .053916 .0748634 future1 79 -.4777 .2123 .018663 .1050233 future2 79 -.2511 .3059 .038823 .0908669 future3 79 -.9624 .8915 .038482 .1880219 future4 79 -.3417 .4538 .035784 .1106600 Future 79 -.2683 .2029 .032938 .0703112 Valid N (listwise) 79

Sumber : lampiran output

Untuk pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), perusahaan

dengan rasio pendapatan masa lalu yang terendah yaitu sebesar -0,2802

adalah PT Allbond Makmur Usaha tbk (SQMI) sedangkan yang tertinggi

dengan nilai 0,3579 adalah PT Indofarma (persero) tbk (INAF). Rata-rata

untuk pendapatan dimasa lalu dari 79 perusahaan adalah 0,034 dengan

standar deviasi 0,086.

Untuk variabel capital expenditure (CAPEX), perusahaan dengan

rasio capital expenditure yang terendah yaitu sebesar 0,000 adalah PT

Good Year indonesia tbk (GDYR), sedangkan perusahaan dengan rasio

capital expenditure yang tertinggi yaitu 0,4671 adalah PT Ades Waters

Indonesia tbk (ADES). Rata-rata capital expenditure dari 79 perusahaan

adalah sebesar 0,053 dan standar deviasinya 0,074.

Untuk variabel future earning (FUTURE) atau pendapatan

perusahaan dimasa mendatang dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan

rasio pendapatan dimasa mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,2683

xcv

adalah PT Hanson Internasional tbk (MYRX), sedangkan yang tertinggi

dengan rasio pendapatan dimasa mendatang sebesar 0,2029 adalah PT

Pioneerindo Gourmet Internasional tbk (PTSP). Rata-rata future earning

dari 79 perusahaan kategori loser adalah 0,0329 dengan standar deviasinya

0,073. Keterangan untuk future t+1 hingga t+4 dapat dijabarkan seperti

pembahasan variabel FUTURE sebelumnya.

5. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (Portofolio 1-5)

Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX),

pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan

dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 4, yang terdiri dari

pembentukkan 5 portofolio (1 hingga 5) dapat dilihat pada tabel IV.9

hingga tabel IV.13. Berikut adalah tabel statistik deskriptif portofolio 1

hingga 5 :

a. Statistik Deskriptif Portofolio 1

Tabel IV.9 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P1)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Past 28 -.1383 .3766 .130156 .1255385 Capex 28 .1402 .6281 .259391 .1080723 future1 28 -.4777 .7093 .142212 .2015867 future2 28 -.2511 .4139 .128138 .1309776 future3 28 -.2186 .4333 .153531 .1504026 future4 28 -.0702 .3855 .093884 .1151312 future 28 -.2295 .3558 .130294 .1169309 Valid N (listwise) 28

Sumber : lampiran output

xcvi

b. Statistik Deskriptif Portofolio 2

Tabel IV.10 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P2)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Past 28 -.0394 .2518 .095258 .0701845 Capex 28 .0808 .1384 .106904 .0194151 future1 28 -.1374 .3186 .094707 .0996299 future2 28 -.1442 .2283 .061238 .0783151 future3 28 -.9624 .2930 .045927 .2221307 future4 28 -.3417 .3855 .041925 .1146469 future 28 -.2683 .1924 .060949 .0838532 Valid N (listwise) 28

Sumber : lampiran output

c. Statistik Deskriptif Portofolio 3

Tabel IV.11 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P3)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Past 28 -.0738 .2311 .065240 .0681350 Capex 28 .0361 .0763 .055739 .0122989 future1 28 -.1481 .2263 .034312 .0890776 future2 28 -.0824 .3059 .067205 .0870034 future3 28 -.1621 .8915 .102561 .1937575 future4 28 -.2134 .2277 .030667 .0817362 future 28 -.0692 .2029 .058686 .0715514 Valid N (listwise) 28

Sumber : lampiran output

xcvii

d. Statistik Deskriptif Portofolio 4

Tabel IV.12 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P4)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Past 28 -.2353 .3579 .014904 .0989423 Capex 28 .0135 .0361 .025356 .0077581 future1 28 -.2866 .2123 .028015 .1211200 future2 28 -.1608 .1764 .008409 .0841236 future3 28 -.3949 .2922 .012479 .1387801 future4 28 -.2003 .3958 .066701 .1199056 future 28 -.0946 .1316 .028901 .0507020 Valid N (listwise) 28

Sumber : lampiran output

e. Statistik Deskriptif Portofolio 5

Tabel IV.13 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P5)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Past 29 -.2802 .1787 .020027 .0908055 Capex 29 .0000 .0125 .005594 .0040278 future1 29 -.1418 .1435 .018903 .0610467 future2 29 -.1294 .2373 .056353 .0809500 future3 29 -.1578 .3278 .030396 .1046455 future4 29 -.0378 .4538 .044660 .0938689 future 29 -.0384 .1208 .037578 .0478739 Valid N (listwise) 29

Sumber : lampiran output

C. Pegujian Data dan Asumsi Klasik

1. Pengujian Normalitas Data

Uji yang digunakan untuk melihat normalitas data yaitu uji

Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari

0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian

xcviii

normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk

lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 di bagian lampiran 3 skripsi ini.

Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov terhadap residual dari 41 regresi yang dilakukan,

diperoleh hasil terdapat masalah ketidaknormalan data sebanyak 3

persamaan. Yaitu pada residual t+3 dari uji kedua, residual t+3 uji 3b dan

pada residual t+4 uji 4 (portofolio 5). Selanjutnya dilakukan penanganan

permasalahan normalitas seperti yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, yaitu dengan transformasi data, sehingga nilai signifikansi

dari residual yang semula < 0,05 (menyatakan ketidak normalan data),

setelah ditransformasi menunjukkan nilai signifikansi menjadi > 0,05,

yang menunjukkan semua data terdistribusi secara normal.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji asumsi klasik pertama yang dilakukan adalah uji

multikolinieritas, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya masalah

multikolinieritas pada suatu model persamaan. Cara yang dilakukan

dapat dengan melihat pada nilai tolerance atau nilai VIF. Apabila

nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, dapat dinyatakan tidak terjadi

masalah multikolinieritas. Sebaliknya bila nilai tolerance < 0,1 dan

VIF > 10 maka terjadi masalah multikolinieritas. Untuk uji pertama

(Uji Hipotesis 1) tidak dilakukan uji ini karena uji hipotesis 1 adalah

uji regresi sederhana yang hanya melibatkan 1 variabel dependen dan

xcix

1 variabel independen. Hasil uji multikolinieritas dari persamaan

regresi yang dijalankan pada penelitian ini dapat dilihat di tabel 2

pada lampiran 3 skripsi ini.

Pada tabel 1 yang terdapat dilampiran 3 terlihat nilai VIF

untuk 40 model persamaan regresi (Minus uji 1) menyatakan nilai

VIF yang kurang dari angka 10, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa dari keseluruh model regresi yang diujikan ini tidak ditemui

gejala multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji asumsi klasik selanjutnya adalah uji autokorelasi pada

tiap model regresi yang dijalankan. Untuk mendeteksi ada tidaknya

masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson di tiap

persamaan regresi tersebut. Selanjutnya berdasar Ghozali (2006 : 97)

nilai dari Durbin-Watson test tersebut dibandingkan dengan nilai

pada tabel Durbin-Watson test, dengan jumlah variabel k = 2 dan uji

hipotesis 1 dan 2 dengan 141 data, uji hipotesis 3a dengan 62 data,

uji hipotesis 3b sebanyak 79 data, uji hipotesis 4 untuk portofolio 1

sampai 4 masing-masing 28 data dan untuk portofolio 5 sebanyak 29

data. Hasil uji autokorelasi untuk setiap regresi yang dilakukan dapat

disimak pada tabel 3 dibagian lampiran 3 skripsi ini.

Dari 41 model regresi diujikan ditemui 9 (tanda *) gejala

autokorelasi yang terdeteksi yaitu keadaan no decision atau lebih

c

spesifiknya berada hanya pada keadaan tidak terdapat autokorelasi

positif, sedangkan keadaan negatifnya tidak dapat dijelaskan

(Ghozali, 2006 : 96), sebanyak sembilan masalah tersebut cukup

beragam, mulai dari keadaan terjadi autokorelasi sampai nilai D-W

test terletak di area keragu-raguan (grey area). Penanganan dari tiap

autokorelasi ini dengan menggunakan metode GLS yang

dikemukakan oleh Gujarati (1999 : 392) sehingga setelah

transformasi data dengan lag dan menghitung rho kesembilan model

yang bermasalah tadi dapat terbebas dari masalah autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji asumsi klasik yang terakhir dilakukan adalah

pendeteksian heteroskedastisitas dengan menggunakan pendekatan

uji Glejser. Apabila nilai sign > 0,05 maka disebut homoskedastisitas

namun kebalikannya bila nilai sign < 0,05 maka suatu model regresi

dinyatakan terjadi masalah heteroskedastisitas.

Nilai signifikansi disini adalah nilai hasil regresi antara

absolut residual dengan variabel independen dari masing-masing

model. Sumari dari uji Glejser dalam bentuk tabel dapat disimak di

tabel 4 pada bagian lampiran 3 penelitian ini.

Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser yang

melibatkan 41 model regresi pada tabel 4 dibagian lampiran 3

menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 10 persamaan yang terkena

masalah heteroskedastisitas, yaitu dengan nilai signifikansinya <

ci

0,05. Selanjutnya untuk menangani hal ini dijalankan metode

Weighted Least Square (WLS) dengan square root transformation

yang mengikuti cara dari Gujarati (1999 : 361), dengan demikian

suatu model otomatis terhindar dari masalah heteroskedastisitas dan

kesepuluh model tadi kini telah bersifat homoskedastisitas.

D. Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Uji Hipotesis Pertama

Uji hipotesis pertama, berdasar pengembangan hipotesis pada bab

sebelumnya, bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh biaya modal

investasi (capital expenditure) terhadap pendapatan perusahaan dimasa

mendatang (future earning), berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresi

tanpa variabel kontrol, dengan melibatkan 141 sampel perusahaan periode

2004-2009 :

Tabel IV.14 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (tanpa variabel kontrol)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + e Koef α β1 F statistik R2

Model 1 0.036 (5.055)*

0.298 (4.297)*

Sign 0.000 (18.467)*

0.117

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 141 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output

Pada tabel IV.14 diatas, regresi sederhana antara capital expenditure

pada future earning menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti

hipotesis 1 tidak ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 4,297 signifikan pada

cii

tingkat signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel capital

expenditure atau biaya modal investasi yang dikeluarkan perusahaan dari

data keseluruhan berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa

mendatang, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu :

FUTURE = 0,036 + 0,298 CAPEX

Konstanta sebesar 0,036 berarti bila perusahaan tidak melakukan

penambahan capital expenditure-pun, rasio pendapatan pada total aset

perusahaan adalah 0,036. dan setiap penambahan rasio capital expenditure

sebanyak 1 satuan akan meningkatkan future earning perusahaan sebesar

0,298 yang berarti kedua variabel menunjukkan hubungan yang searah. F

statistik pada tabel IV.14 ini bukan suatu yang berarti karena merupakan

regresi sederhana. R2 dari uji hipotesis pertama menunjukkan nilai 0,117,

yang berarti variasi variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa

mendatang dapat dijelaskan sebesar 11,7% oleh variabel independen yaitu

biaya modal investasi, dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor

diluar model tersebut.

2. Uji Hipotesis Kedua

Uji hipotesis kedua, yaitu uji regresi antara variabel biaya modal

investasi (capital expenditure) pada future earning dengan menggunakan

variabel kontrol pendapatan dimasa lalu (past), bertujuan untuk menguji

secara ekslusif pengaruh capital expenditure perusahaan pada future earning

dengan penambahan variabel kontrol, berikut adalah ringkasan hasil

ciii

pengujian regresi dengan pengembangan menjadi 5 model berdasar periode

saat dan 4 tahun setelah dilakukannya penambahan capital expenditure :

Tabel IV.15 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (dengan variabel kontrol)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 0.023 (2.908)*

0.140 (2.314)*

0.417 (6.800)*

Sign 0.000 (34.986)*

0.336

Model 2 0.017 (1.599)

0.216 (1.984)*

0.415 (4.629)*

Sign 0.000 (17.991)*

0.207

Model 3 0.016 (1.698)

0.137 (1.843)

0.513 (7.007)*

Sign 0.000 (33.751)*

0.328

Model 4 0.010 (0.367)

0.116 (1.207)

0.451 (3.003)*

Sign 0.000 (8.083)*

0.105

Model 5 0.038 (3.067)*

0.138 (1.509)

0.097 (1.045)

Sign 0.086 (2.493)

0.035

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 141 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output

Pada tabel IV.15 diatas, terlihat bahwa setelah penambahan variabel

kontrol yaitu pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), koefisien

determinasi regresi meningkat menjadi 0,336. Dengan demikian variasi

variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat

dijelaskan sebesar 33,6% oleh variabel independen yaitu biaya modal

investasi, dan selebihnya dapat dijelaskan faktor lain diluar model diatas.

Dengan melihat hasil regresi data pooled dengan variabel kontrol

(Model 1) diperoleh hasil bahwa variabel capital expenditure dan variabel

civ

pendapatan dimasa lampau secara parsial maupun secara bersamaan

berpengaruh positif (+) pada future earning yang juga berarti hipotesis 2

tidak ditolak,, dengan persamaan yang terbentuk :

FUTURE = 0,023 + 0,140 CAPEX + 0,417 PAST

Dengan tingkat signifikansi t dan F yang bernilai < 0,05

menunjukkan kedua variabel itu signifikan pada level 5%, yang

penjelasannya, rasio pendapatan perusahaan dimasa mendatang perusahaan

akan tetap meningkat 0,023 walau perusahaan tidak melakukan penambahan

biaya modal investasi, dan setiap penambahan capital expenditure sebesar 1

satuan maka akan meningkatkan rasio pendapatan dimasa mendatang

perusahaan sebesar 0,140. Berdasar pengembangan regresi pada t+1, t+2,

t+3 dan t+4, diperoleh hasil bahwa hanya pada t+1 capital expenditure

berpengaruh (+) signifikan terhadap future earning perusahaan, sedangkan

secara bersama-sama capital expenditure berpengaruh signifikan pada future

earning perusahaan hingga t+3.

3. Uji Hipotesis Ketiga

a. Winner

Uji hipotesis ketiga (a) adalah regresi variabel biaya modal

investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future

earning) dengan variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST)

sebagai variabel kontrol untuk perusahaan kategori Winner. Sesuai

dengan penyusunan hipotesis 3a, uji ini bertujuan untuk melihat bentuk

pengaruh capital expenditure pada pendapatan perusahaan dimasa

cv

mendatang untuk perusahaan kategori winner, berikut adalah ringkasan

hasil regresi untuk data pooled, t+1, t+2, t+3 dan t+4 :

Tabel IV.16 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (kategori winner)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 0.024 (2.385)*

0.294 (3.933)*

0.399 (5.599)*

Sign 0.000 (43.509)*

0.596

Model 2 0.015 (0.858)

0.412 (2.714)*

0.511 (4.031)*

Sign 0.000 (20.919)*

0.415

Model 3 0.013 (0.387)

0.271 (3.045)*

0.473 (4.993)*

Sign 0.000 (30.310)*

0.507

Model 4 0.038 (1.511)

0.149 (0.991)

0.598 (3.752)*

Sign 0.000 (11.637)*

0.283

Model 5 0.031 (1.786)

0.262 (2.510)*

0.128 (1.153)

Sign 0.003 (6.475)*

0.180

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 62 perusahaan manufaktur kategori Winner. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%

Sumber : lampiran output

Seperti pada pengujian sebelumnya, uji 3a ini dikembangkan

menjadi 5 model berdasar future pooled, t+1 hingga t+4. Pada tabel

IV.16 diatas dapat diketahui untuk data future pooled (Model 1), biaya

modal investasi yang dikeluarkan perusahaan secara signifikan

berpengaruh positif (+) pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang,

dengan nilai t = 3,933 yang menunjukkan keadaan signifikan pada

tingkat 5%. Begitu pula dengan variabel pendapatan dimasa lalu (PAST)

cvi

yang berpengaruh positif (+) signifikan pada future earning di level 5%

dengan t hitung 5,599. berikut adalah hasil persamaan yang terbentuk :

FUTURE = 0,024 + 0,294 CAPEX + 0,399 PAST

Penjelasan dari persamaan tersebut adalah, rasio pendapatan

perusahaan dimasa mendatang untuk kategori winner bilamana tidak

dilakukan penambahan capital expenditure adalah 0,024, dan setiap

peningkatan biaya modal investasi oleh perusahaan winner sebanyak 1

satuan akan meningkatkan pendapatan perusahaan dimasa mendatang

sebesar 0,294. Hal tersebut menunjukkan hipotesis 3a tidak ditolak..

Pada persamaan model 1 terlihat secara bersama-sama model

regresi tersebut berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa

mendatang, dan dari sisi ketepatan model didapat R2 sebesar 0,596,

angka ini menunjukkan variasi variabel dependen yaitu pendapatan

perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 59,6% oleh

variabel independen dan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar

model diatas.

Dari model 2 hingga model 5 dapat diidentifikasi bahwa

capital expenditure yang dikeluarkan perusahaan ditahun permulaan

secara signifikan berpengaruh positif pada future earning hampir

disemua model kecuali di model 3, dan untuk pendapatan dimasa lalu

juga hampir semua berpengaruh positif signifikan pada level 5% kecuali

model 5. Dan dari uji F dapat disimpulkan secara bersama-sama biaya

modal investasi dan pendapatan perusahaan dimasa lalu berpengaruh

cvii

signifikan pada level 5% terhadap future earning, baik untuk t+1, t+2,

t+3 maupun t+4.

b. Loser

Uji hipotesis ketiga (b) ini adalah regresi variabel biaya modal

investasi pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future

earning) dengan variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST)

sebagai variabel kontrol untuk perusahaan kategori loser yang mengikuti

Kim (2001). Sesuai dengan penyusunan hipotesis 3b, uji ini bertujuan

untuk melihat bagaimana bentuk pengaruh capital expenditure pada

pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori

loser, berikut adalah ringkasan hasil regresi untuk data pooled, t+1, t+2,

t+3 dan t+4 : (dihalaman selanjutnya)

cviii

Tabel IV.17 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (kategori loser)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 0.039 (4.945)*

- 0.212 (- 1.772)

0.140 (1.933)

Sign 0.046 (3.217)*

0.095

Model 2 0.029 (2.449)*

-0.373 (- 2.072)*

0.225 (2.067)*

Sign 0.022 (4.005)*

0.072

Model 3 0.040 (3.314)*

- 0.275 (- 2.203)*

0.392 (3.633)*

Sign 0.000 (9.237)*

0.196

Model 4 0.034 (1.229)

- 0.072 (- 0.252)

0.239 (0.968)

Sign 0.605 (0.507)

0.013

Model 5 0.049 (3.053)*

- 0.134 (0.802)

- 0.188 (- 1.300)

Sign 0.325 (1.142)

0.029

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 79 perusahaan manufaktur kategori loser. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%

Sumber : lampiran output

Berdasar tabel IV.17 diatas khususnya model 1, terlihat secara

parsial variabel biaya modal investasi (CAPEX) maupun variabel

pendapatan perusahaan dimasa lalu tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap future earning perusahaan, dengan demikian hipotesis 3b

ditolak dan menyatakan tidak ada pengaruh biaya modal investasi

terhadap future earning untuk kategori loser. Namun dari Uji F atau uji

serempak menyatakan kedua variabel itu signifikan pada level 5%

dengan R2 sebesar 0,095 yang berarti variasi variabel dependen yaitu

pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 9,5%

cix

oleh variabel independen, dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor-

faktor diluar model tersebut.

Terkait pengembangan model regresi yaitu dengan future

earning t+1, t+2, t+3 dan t+4 dari dilakukannya capital expenditure oleh

perusahaan, diperoleh hasil bahwa untuk model 2 dan 3 menyatakan

adanya pengaruh negatif antara biaya modal investasi pada future

earning sedang untuk model 4 dan 5 tidak ditemui adanya pengaruh

biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa

mendatang.

4. Uji Hipotesis Keempat

Pengujian hipotesis keempat ini dilakukan dengan tujuan untuk

melihat pengaruh penambahan capital expenditure (CAPEX) terhadap future

earning berdasar kategorisasi yang mengikuti kriteria Jiang et. al. (2006)

yaitu dengan melakukan sorting perusahaan berdasar besarnya biaya modal

investasi (dari yang terbesar ke yang terkecil), kemudian melakukan

pembentukan portofolio dari data yang ada.

Selanjutnya berdasar pembentukan portofolio, terbentuklah 5

portofolio perusahaan, P1 adalah portofolio perusahaan dengan rasio capital

expenditure terbesar dan P5 adalah portofolio perusahaan dengan rasio

capital expenditure yang terkecil, sumari yang menunjukkan pengaruh biaya

modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa datang untuk masing-

masing portofolio dapat disimak di tabel IV.18 hingga tabel IV.22, berikut

penjelasannya :

cx

a. Portofolio 1 (P1)

Tabel IV.18 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 1)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 0.036 (0.901)

- 0.013 (- 0.103)

0.750 (6.765)*

0.000 (23.222)*

0.650

Model 2 0.054 (0.625)

- 0.190 (- 0.691)

1.060 (4.468)*

Sign 0.000 (10.669)*

0.460

Model 3 - 0.022 (-0.476)

0.158 (1.078)

0.837 (6.624)*

Sign 0.000 (22.007)*

0.638

Model 4 0.086 (1.262)

- 0.312 (- 0.899)

0.839 (5.523)*

Sign 0.000 (17.481)*

0.583

Model 5 0.038 (0.566)

- 0.081 (- 0.227)

0.374 (2.599)*

Sign 0.040 (3.684)*

0.228

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%

Sumber : lampiran output

Untuk portofolio 1, secara parsial variabel biaya modal investasi

tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,

t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, dan variabel pendapatan dimasa lalu

(PAST) berpengaruh positif signifikan disetiap model. Untuk uji F

kesemua model menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal

investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan signifikan

berpengaruh pada level 5%, dengan R2 masing-masing model adalah

65%, 46%, 63,8%, 58,3% dan 22,8%

cxi

b. Portofolio 2 (P2)

Tabel IV.19 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 2)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 - 0.034 (- 0.916)

0.710 (1.319)

0.281 (1.338)

Sign 0.033 (3.931)*

0.239

Model 2 0.025 (0.229)

0.360 (0.355)

0.331 (1.182)

Sign 0.425 (0.886)

0.066

Model 3 0.013 (0.164)

0.211 (0.274)

0.268 (1.334)

Sign 0.370 (1.034)

0.076

Model 4 - 0.052 ( -0.841)

0.898 (0.863)

0.121 (0.222)

Sign 0.403 (0.942)

0.070

Model 5 -0.096 (- 0.848)

1.010 (0.979)

0.311 (1.047)

Sign 0.287 (1.312)

0.095

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%

Sumber : lampiran output

Untuk portofolio 2, secara parsial variabel biaya modal investasi

tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,

t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, begitu pula untuk variabel PAST.

Untuk uji F model 1 menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya

modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan

signifikan berpengaruh pada level 5% sedang dimodel lain uji F tidak

menunjukkan pengaruh signifikan, R2 masing-masing model adalah

23,9%, 6,6%, 7,6%, 7,0% dan 9,5%, yang merupakan persentase variasi

future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen.

cxii

c. Portofolio 3 (P3)

Tabel IV.20 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 3)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 0.108 (2.110)*

- 1.614 (- 1.910)

0.620 (4.063)*

Sign 0.000 (12.493)*

0.500

Model 2 0.066 (0.797)

- 1.080 (- 0.790)

0.435 (0.090)

Sign 0.121 (2.301)

0.155

Model 3 0.084 (1.246)

- 1.177 (0.298)

0.752 (3.763)*

Sign 0.001 (9.021)*

0.419

Model 4 0.230 (1.337)

- 3.546 (-1.252)

1.080 (2.112)*

Sign 0.036 (3.812)*

0.234

Model 5 0.053 (0.660)

- 0.655 (- 0.492)

0.212 (0.884)

Sign 0.534 (0.644)

0.049

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%

Sumber : lampiran output

Untuk portofolio 3, secara parsial variabel biaya modal investasi

tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,

t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, dan untuk variabel PAST hasil

pengaruh positif signifikan ditunjukkan pada model 1, 3 dan 4. Untuk uji

F model 1, 3 dan 4 menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya

modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan

signifikan berpengaruh pada level 5%, sedang dimodel lain uji F tidak

menunjukkan pengaruh signifikan, R2 masing-masing model adalah

cxiii

50%, 15,5%, 41,9%, 23,4% dan 4,9%, yang merupakan persentase

variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen.

d. Portofolio 4 (P4)

Tabel IV.21 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 4)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 0.002 (0.230)

1.091 (6.168)*

- 0.050 (- 0.515)

Sign 0.000 (21.747)*

0.635

Model 2 0.012 (0.535)

0.055 (0.096)

0.259 (1.137)

Sign 0.488 (0.738)

0.056

Model 3 0.120 (2.244)*

- 4.448 (- 2.174)*

0.069 (0.430)

Sign 0.114 (2.367)

0.159

Model 4 0.076 (0.806)

- 2.380 (- 0.663)

- 0.201 (- 0.714)

Sign 0.546 (0.620)

0.047

Model 5 - 0.056 (- 0.716)

4.989 (1.669)

- 0.256 (- 1.093)

Sign 0.212 (1.653)

0.117

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%

Sumber : lampiran output

Untuk portofolio 4, pada model 1 dan (3) secara parsial variabel

biaya modal investasi berpengaruh positif (negatif) terhadap future

earning perusahaan, dan untuk variabel PAST menujukkan tidak

terdapat pengaruh signifikan disetiap model. Untuk uji F model 1

menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan

pendapatan yang telah lalu secara simultan berpengaruh signifikan pada

level 5%, sedang dimodel lain uji F tidak menunjukkan pengaruh yang

cxiv

berarti, R2 masing-masing model adalah 63,5%, 5,6%, 15,9%, 4,7% dan

11,7%, yang merupakan persentase variasi future earning yang mampu

dijelaskan oleh variabel independen.

e. Portofolio 5 (P5)

Tabel IV.22 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel

Future (Portofolio 5)a

Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel

Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e

Koef α β1 β2 F statistik R2

Model 1 0.028 (1.821)

1.314 (0.569)

0.096 (0.934)

Sign 0.496 (0.720)

0.052

Model 2 0.010 (0.506)

1.279 (0.426)

0.078 (0.588)

Sign 0.728 (0.322)

0.024

Model 3 0.033 (1.248)

2.457 (0.701)

0.289 (1.778)

Sign 0.137 (2.148)

0.142

Model 4 0.008 (0.419)

4.750 (1.111)

- 0.143 ( - 0.957)

Sign 0.387 (0.984)

0.070

Model 5 - 3.532 (- 2.849)*

0.036 (0.199)

( -0.120) (- 0.070)

Sign 0.978 (0.022)

0.002

aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 29 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%

Sumber : lampiran output

Untuk portofolio 5, secara parsial variabel biaya modal investasi

tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,

t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, demikian halnya untuk variabel

PAST. Untuk uji F kesemua model (1-5) menunjukkan secara bersama-

sama variabel biaya modal investasi dan pendapatan yang telah lalu

tidak berpengaruh signifikan pada level 5%, R2 masing-masing model

cxv

adalah 5,2%, 2,4%, 14,2%, 7,0% dan 0,2%, yang merupakan persentase

variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasar 41 analisis regresi yang terbagi dalam 4 hipotesis diatas,

penelitian ini menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut :

1. Temuan Pertama

Hasil uji pengaruh antara capital expenditure terhadap future

earning pada uji hipotesis 1 (regresi tanpa variabel kontrol) menunjukkan

bahwa capital expenditure berpengaruh positif terhadap future earning, yang

dibuktikan dengan pembuktian secara statistik yang menunjukkan

signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 1 tidak ditolak, yaitu terdapat

pengaruh biaya modal investasi terhadap future earning tanpa menggunakan

variabel kontrol. Hasil temuan pertama yang berasal dari hipotesis 1 ini

konsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006 : 858) yang pada

penelitiannya menyatakan bahwa biaya modal investasi yang dikeluarkan

perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan

perusahaan dimasa mendatang.

2. Temuan Kedua

Hasil uji pengaruh antara capital expenditure terhadap future

earning pada uji hipotesis 2 (dengan menggunakan variabel pendapatan

perusahaan dimasa lalu sebagai kontrol) menunjukkan terdapat pengaruh

positif capital expenditure terhadap future earning, baik secara parsial

cxvi

maupun secara simultan, yang dibuktikan dengan bukti statistik yaitu nilai

signifikansi < 0,05 yang berarti signifikan pada level 95% derajat

kepercayaan. Hal ini mendukung hipotesis kedua yang menyatakan

terdapat pengaruh antara biaya modal investasi terhadap future earning

untuk pengujian dengan variabel kontrol. Hasil uji pengaruh pada hipotesis 2

ini tidak mendukung hasil penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan

tidak adanya asosiasi yang linear antara biaya modal investasi (capital

expenditure) dan pendapatan dimasa mendatang untuk sampel secara

keseluruhan. Namun hasil pada uji hipotesis kedua ini mendukung penelitian

Jiang et. al. (2006 : 858), Callen et. al. (1996), Lev dan Thiagaranjan (1993),

yang menyatakan biaya modal investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

berpengaruh pada performa perusahaan dalam hal menghasilkan pendapatan

perusahaan dimasa mendatang setelah dikontrol oleh pendapatan dimasa

lalu.

Dengan hasil tersebut berarti teorema yang berlaku untuk

menjelaskan pengaruh biaya modal investasi terhadap biaya modal investasi

pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)

adalah teorema tradisional (traditional view theorems) yang dikemukakan

oleh Jiang et. al. (2006 : 854), yang menyatakan bahwa secara padangan

tradisional, manajer akan melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk para

pemegang saham dan tujuannya adalah memaksimalkan kemakmuran

pemegang saham dengan merancang proyek penambahan capital

expenditure yang memiliki net present value yang positif, sehingga

cxvii

pandangan tradisional ini menyatakan adanya pengaruh positif antara biaya

modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Dan

sebaliknya hasil penelitian pada pengujian hipotesis kedua ini tidak

konsisten dengan teorema agency theory yang dikemukakan oleh Jensen dan

Meckling (1976 : 10) serta Shin dan Kim (2001 : 2) yang menyatakan

agency cost bisa terjadi ketika manajer dan pemegang saham mengalami

konflik kepentingan (conflict of interest), sehingga dalam prakteknya

manajer melakukan keputusan penambahan capital expenditure justru tidak

memperhatikan nilai positif dari net present value, yang pada akhirnya

teorema agency cost ini menyatakan asosiasi yang tidak positif antara biaya

modal investasi dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang.

Temuan lain dari uji kedua ini menyatakan tingkat kesesuaian

model yang digunakan pada uji dengan variabel kontrol lebih baik bila

dibandingkan dengan regresi tanpa variabel kontrol, hal ini ditunjukkan

dengan nilai R2 yang lebih besar dibanding R2 pada uji hipotesis 1.

Investigasi selanjutnya menunjukkan pengaruh positif biaya modal investasi

pada future earning secara parsial dapat bertahan berpengaruh positif hanya

pada tahun pertama (t+1) setelah dilakukannya capital expenditure.

Sedangkan untuk pengujian secara bersama-sama menunjukkan pengaruh

positif biaya modal investasi terhadap future earning dapat bertahan hingga

batas periode ketiga (t+1, t+2 dan t+3) setelah dilakukannya capital

expenditure.

cxviii

3. Temuan Ketiga

a. Winner

Hasil uji pengaruh antara biaya modal investasi pada future

earning untuk perusahaan terkategori winner menunjukkan adanya

pengaruh positif dan signifikan antara biaya modal investasi terhadap

future earning, hal ini ditunjukkan dengan pembuktian statistik yang

menunjukkan baik secara parsial maupun secara simultan hasilnya

signifikan pada tingkat kepecayaan 95%. Dengan mengacu pada hasil

tersebut maka hipotesis 3a tidak ditolak, yang berarti terdapat pengaruh

capital expenditure pada future earning untuk perusahaan kategori

winner. Hasil penelitian untuk perusahaan kategori winner ini konsisten

dengan penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan biaya modal

investasi berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa

mendatang untuk perusahaan kategori winner. Beberapa hal penting

yang perlu dicatat disini adalah keterkaitan hasil pengaruh positif antara

biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa

mendatang dengan life cycle hypothesis yang dikemukakan Anthony dan

Ramesh dalam Kim (2000 : 50), berdasar life cycle hypothesis, alasan

perusahaan kategori winner mampu mengasosiasikan biaya modal

investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang karena

karakteristik perusahaan winner yang cenderung berada pada tahapan

pertumbuhan (growth), sehingga dengan adanya inisiatif penambahan

cxix

capital expenditure mampu diasosiasikan sebagai pendapatan dimasa

mendatang yang terus meningkat.

Terkait dengan tipe investasi atau proyek yang dipilih, menurut

Kim (2001 : 53), perusahaan kategori winner mampu menjaga asosiasi

positif antara capital expenditure dan future earning, karena dari sisi

pemilihan proyek, perusahaan winner memilih proyek yang jelas

profitable dibanding perusahaan loser.

Investigasi selanjutnya menunjukkan, pengaruh positif biaya

modal investasi pada future earning secara parsial dapat bertahan

berpengaruh positif hampir disetiap tahun kecuali pada tahun ketiga

(t+3) setelah dilakukannya capital expenditure. Sedangkan untuk

pengujian secara bersama-sama menunjukkan pengaruh positif biaya

modal investasi terhadap future earning dapat bertahan hingga periode

keempat (t+1, t+2, t+3 dan t+4) setelah dilakukannya penambahan biaya

modal investasi oleh perusahaan winner. Hal ini dapat dijelaskan bahwa

kemampuan perusahaan kategori winner dalam mendayagunakan capital

expenditure yang diinvestasikan pada periode t amatlah baik sehingga

adanya penambahan capital expenditure mampu menghasilkan future

earning yang positif dan lebih besar dibandingkan bila perusahaan tidak

melakukan penambahan capital expenditure.

b. Loser

Hasil uji pengaruh antara biaya modal investasi pada pendapatan

perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan terkategori loser tidak

cxx

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara biaya modal

investasi terhadap future earning, hal ini ditunjukkan dengan

pembuktian statistik yang menyatakan baik secara parsial maupun secara

simultan hasilnya tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

Dengan mengacu pada hasil tersebut maka hipotesis 3b ditolak, yang

berarti tidak terdapat pengaruh biaya modal investasi terhadap

pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori

loser. Hasil penelitian untuk perusahaan kategori loser ini inkonsisten

dengan penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan biaya modal

investasi berpengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan dimasa

mendatang untuk perusahaan kategori loser. Berdasar Anthony dan

Ramesh dalam Kim (2001 : 50) dijelaskan fenomena yang menunjukkan

tidak adanya pengaruh antara biaya modal investasi terhadap pendapatan

perusahaan dimasa mendatang untuk kategori loser disebabkan karena

keterkaitan dengan antara tahapan perusahaan loser dalam siklus hidup

dari perusahaan tersebut. Dalam papernya Anthony dan Ramesh (1992)

melakukan pengujian mengenai life cycle hypothesis dengan cara

melihat hubungan antara kinerja akunting dari perusahaan pada harga

saham, yang hasilnya menunjukkan bahwa salah satu penyebab

kemungkinan tidak adanya pengaruh signifikan antara biaya modal

investasi pada pendapatan perusahaan loser dimasa mendatang karena

berdasar siklus hidupnya, perusahaan loser cenderung berada dalam

tahap kedewasaan (mature) atau pada posisi stagnan (stagnant).

cxxi

Beberapa alternatif lain didalam papernya disebutkan kemungkinan

perusahaan loser justru berada pada tahap pertumbuhan (grow), sehingga

perusahaan pada tahap pertumbuhan ini seringkali mengalami kerugian

pada masa-masa awal pertumbuhannya.

Investigasi selanjutnya menunjukkan, pada model 2 dan model 3

untuk kategori loser menunjukkan secara parsial maupun secara

simultan biaya modal investasi justru akan berpengaruh negatif pada

pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk periode waktu t+1 dan

t+2 setelah dilakukannya capital expenditure. Dan untuk t+3 dan t+4

tidak terlihat adanya pengaruh signifikan antara keduanya. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa kemampuan perusahaan kategori loser dalam

mendayagunakan capital expenditure yang diinvestasikan pada periode t

amatlah buruk sehingga adanya penambahan capital expenditure justru

menjadi beban dan tidak mampu menghasilkan future earning yang

positif namun terlebih dapat memperburuk future earning akibat

investasi capital expenditure yang dilakukan.

Terkait dengan tipe investasi atau proyek yang dipilih, menurut

Kim (2001 : 53), perusahaan kategori loser tidak mampu

mengasosiasikan pengaruh positif antara capital expenditure dan future

earning atau justru mampu mengasosiasikan namun dalam bentuk

negatif (pada t+1 dan t+2), karena dari sisi pemilihan proyek, perusahaan

loser memilih proyek yang kurang profitable dibanding perusahaan

winner.

cxxii

4. Temuan Keempat

Hasil uji pengaruh capital expenditure terhadap future earning

untuk uji keempat ini secara parsial menunjukkan untuk P1 yaitu portofolio

dengan rasio capital expenditure terbesar, tidak ditemukan adanya pengaruh

biaya modal investasi pada future earning, selanjutnya untuk P2 yaitu

portofolio dengan rasio capital expenditure terbesar kedua, tidak ditemukan

adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning dan untuk P3

yaitu portofolio dengan rasio capital expenditure kategori menengah, tidak

ditemukan adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning.

Berbeda dengan portofolio sebelumnya untuk P4 yaitu portofolio dengan

rasio capital expenditure terkecil kedua, ditemukan adanya pengaruh biaya

modal investasi pada future earning, dengan bentuk pengaruhnya adalah

positif yang signifikan pada level 5%, dan terakhir secara parsial yaitu

portofolio terkecil P5 tidak ditemukan adanya pengaruh biaya modal

investasi pada future earning, sedangkan uji simultan (Uji F) menunjukkan

secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan variabel pendapatan

perusahaan dimasa lampau signifikan pada level 5% hanya pada P1, P2, P3

dan P4.

Dengan melihat hasil uji statistika diatas dapat disimpulkan

hipotesis 4 untuk P1, P2, P3 dan P5 ditolak, hal ini berarti biaya modal

investasi tidak berpengaruh pada future earning untuk portofolio 1, 2, 3 dan

5. Berbeda dengan hal tersebut hipotesis 4 untuk P4 tidak ditolak, hal ini

berarti biaya modal investasi berpengaruh pada future earning untuk

cxxiii

portofolio 4. Hasil temuan keempat yang mengelompokkan perusahaan

berdasar sorting capital expenditure (khususnya portofolio 4) ini konsisten

dengan penelitian Jiang et. al. (2006 : 859), yang pada penelitiannya

menyatakan setelah sorting menjadi 8 dan 64 portofolio perusahaan, didapat

adanya pengaruh positif antara biaya modal investasi terhadap pendapatan

perusahaan dimasa mendatang. Namun untuk temuan keempat (khususnya

portofolio 1, 2, 3, dan 5) ini inkonsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006

: 859) yang hasilnya tidak ditemui pengaruh biaya modal investasi terhadap

pendapatan perusahaan dimasa lampau.

Keadaan yang inkonsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006)

yang menunjukkan tidak adanya pengaruh biaya modal investasi pada

pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk portofolio 1, 2, 3 dan 5 ini

dimungkinkan akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti

dijelaskan Jensen (1986 : 6) beberapa faktor yang turut menyebabkannya

antara lain karena manajer bertindak indisiplin dalam melakukan

penambahan investasi pada proyek tertentu, namun justru manajer

mengalihkannya untuk menumbuhkan size dari perusahaan, beberapa hal

lain yang diungkapkan Kim (2001 : 52) menyatakan faktor yang juga turut

mengakibatkan adalah pendayagunaan pekerja yang kurang maksimal

(uncapitalized employee), kemampuan manajemen (management skill), dan

yang terpenting bukan besarnya nilai dari biaya modal investasi (amount of

capital expenditure) namun seberapa efektif investasi tersebut dimanfaatkan.

cxxiv

Investigasi selanjutnya yaitu membandingkan pengkategorisasian

antara Kim (2001) dengan perspektif winner - loser dan Jiang et. al. (2006)

dengan cara sorting. Hasil yang diperoleh menyatakan dalam melakukan

pemilihan perusahaan untuk investasi khususnya dari segi capital

expenditure yang dilakukan perusahaan, sebaiknya calon investor

melakukan pemilihan perusahaan dengan kategorisasi winner-loser, dan

perusahaan winner-lah yang sebaiknya dipilih oleh calon investor, perlu

diketahui bahwa pemilihan berdasar track record winner-loser ini akan lebih

bermanfaat ketimbang melihat dari sisi besarnya rasio capital expenditure

yang dikeluarkan perusahaan (Jiang et. al., 2006), karena dengan dengan

track record perusahaan sesuai kategori Kim (2001) perusahaan winner

secara positif dan signifikan mampu mengelola capital expenditure-nya

dengan baik, namun dengan kategori Jiang et. al. (2006) menghasilkan

kesimpulan bahwa perusahaan dengan rasio capital expenditure terbesarpun

belum tentu bisa mengasosiasikan capital expenditure yang ditanamkan

dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Hal ini dijelaskan

dengan bukti statistik yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara

biaya modal investasi pada future earning untuk P1 (portofolio dengan rasio

capital expenditure terbesar).

cxxv

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

Pada bab ini disajikan kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian

yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada,

kemudian diberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah

dikemukakan, sehingga dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak

yang berkaitan.

A. Kesimpulan

Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Biaya modal Investasi (capital expenditure) yang dikeluarkan atau

ditanamkan perusahaan berpengaruh positif terhadap pendapatan

perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk model regresi

tanpa variabel kontrol, yaitu model regresi dengan menggunakan data

perusahaan manufaktur secara keseluruhan.

2. Biaya modal investasi (capital expenditure) yang ditanamkan oleh

perusahaan berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa

mendatang (future earning) untuk model regresi setelah dikontrol oleh

pendapatan perusahaan dimasa lalu (past earning). Sebagai tambahan,

dapat disimpulkan juga kemampuan capital expenditure dalam

cxxvi

mengasosiasikan dengan future earning untuk data keseluruhan hanya

bertahan hingga t+1 secara parsial dan secara simultan t+1, t+2 dan t+3.

3. Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh positif terhadap

pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk

perusahaan kategori winner. Temuan selanjutnya menunjukkan pengaruh

positif dapat bertahan hampir disetiap tahun yaitu t+1, t+2 dan t+4

setelah dilakukannya capital expenditure, dan hanya t+3 saja

menunjukkan tidak adanya asosiasi antar 2 variabel yang diujikan.

4. Biaya modal investasi (capital expenditure) tidak berpengaruh terhadap

pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk

perusahaan dengan kategori loser. Temuan tambahan yang lain

menunjukkan biaya modal investasi justru berpengaruh negatif terhadap

future earning pada t+1 dan t+2 setelah dilakukanya capital expenditure,

yang berarti dengan penambahan capital expenditure justru menjadi

beban bagi perusahaan kategori loser.

5. Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh positif terhadap

future earning untuk perusahaan kategori portofolio 4 dan tidak

berpengaruh untuk perusahaan portofolio 1, 2, 3 dan 5. Dengan demikian

pada portofolio 1 yaitu portofolio perusahaan dengan rasio capital

expenditure yang terbesar sekalipun tak menunjukkan kemampuan

mengasosiasikan belanja modal yang dilakukan dengan pendapatan

perusahaan dimasa mendatang, dan dari kelima portofolio yang dibentuk

hanya portofolio 4 yang menunjukkan pengaruh tersebut.

cxxvii

B. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian baik terkait

keterbatasan teknis maupun keterbatasan dalam pengembangan alur

penelitian, dari keterbatasan yang ada selanjutnya disertakan pula masukan

untuk penelitian mendatang, berikut adalah penjelasannya :

1. Pada penelitian ini periode investasi yang digunakan adalah 1 tahun

(yaitu tahun 2005) dan periode pelaksanaan 4 tahun (2006-2009),

namun pada penelitian lain periode yang digunakan cukup variatif,

misalnya, menggunakan periode 10 tahun, yaitu 5 tahun awal sebagai

periode investasi dan 5 tahun berikutnya sebagai periode

pelaksanaan, ketimpangan lamanya obervasi ini dapat

dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.

Terkait periode investasi dan periode pelaksanaan yang digunakan

sebagai skema penelitian, untuk selanjutnya dapat dilakukan variasi

yang berbeda dari penelitian ini, variasi yang dimaksud dapat

dilakukan dengan memperpanjang periode investasi dan juga

memperpanjang periode pelaksanaan yang digunakan (lebih dari 1

tahun periode investasi).

2. Pada penelitian ini dipilih kategori industri manufaktur karena

kecenderungan perusahaan manufaktur untuk lebih melakukan

proyek-proyek capital expenditure. Namun penulis mendapati

perkembangan pada kategori perusahaan lain yang juga sering

cxxviii

diekspos oleh media seperti contohnya sektor telekomunikasi dan

sektor pertambangan.

Terkait pemilihan sampel perusahaan, untuk penelitian selanjutnya

disarankan untuk memilih perusahaan-perusahaan dari kategori yang

berbeda (perusahaan non-manufaktur), karena selain untuk

pengembangan penelitian, banyak dijumpai perusahaan kategori non-

manufaktur yang melakukan proyek-proyek capital expenditure.

3. Proksi pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning)

pada penelitian ini hanya dijelaskan oleh dua variabel, yaitu capital

expenditure dan past earning, karena memang tujuan utamanya

adalah melihat pengaruh ekslusif antara capital expenditure dan

future earning, namun demikian masih dimungkinkan penambahan

variabel lain untuk menjelaskan future earning.

Pada penelitian selanjutnya dimungkinkan penambahan proksi yang

dapat memperkaya penelitian ini. Proksi yang dimaksud dapat

berupa proksi non-kuantitatif maupun kuantitatif, sebagai contoh

penambahan proksi non-kuantitatif seperti capitalized employee,

managerial skill, dan kedisiplinan manajer dalam pengalokasian

dana, sebagai variabel untuk menjelaskan future earning.

cxxix

C. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah

diungkapkan diatas, implikasi untuk pihak terkait serta untuk penelitian

selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Bagi investor

Sebagai seorang calon investor ataupun investor yang akan memilih

perusahaan emiten dalam menanamkan modalnya, sebaiknya

memperhatikan corporate action perusahaan seperti adanya

pelaksanaan penambahan capital expenditure untuk proyek tertentu,

dan selanjutnya investor perlu berhati-hati untuk menanggapi adanya

isu atau pemberitaan capital expenditure yang tinggi oleh satu

perusahaan tertentu, karena hasil penelitian membuktikan yang

terpenting adalah kualitas pengelolaan capital expenditure dan bukan

sekedar proporsi capital expenditure yang tinggi. Terkait dengan

perusahaan tujuan investasi, perusahaan dengan track record yang

baik (winner) menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan dalam

mengelola capital expenditure dibanding perusahaan kategori loser.

2. Bagi emiten

Sesuai dengan kesimpulan yang telah disampaikan, saran untuk

emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebaiknya

perusahaan secara keseluruhan perlu mengintensifkan pengelolaan

capital expenditure yang ditanamkan dengan lebih cermat sehingga

dalam mengasosiasikan capital expenditure dengan future earning

cxxx

mampu bertahan hingga periode yang cukup lama (t+4) layaknya

perusahaan kategori winner. Terlebih lagi, untuk perusahaan kategori

loser disarankan lebih ekstra dalam mengoptimalkan corporate

action berupa penanaman capital expenditure, karena hingga t+2

penanaman capital expenditure menunjukkan kecenderungan

pengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan loser dimasa

mendatang.

cxxxi

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kader, Magdy G. dan David Dugdale. 1998. Investment in Advance Manufacturing Technology : A Study of practice in large UK Companies. Management Accounting Research, Vol 9, pp. 261-284.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Fundamentals of Financial Management. Singapore : Thompson south western publishing company.

Daniria E. Risa. 2008. Pengaruh Laba, Arus Kas dan Persistensi Laba Terhadap Laba Masa Depan. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS.

Djarwanto, PS. 1996. Statistik Induktif, Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE.

Djati, Cygit Permono. 2003. Penggunaan Komponen Laba dalam Memprediksi laba dimasa yang akan datang. Surakarta : Koleksi Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Callen, J. Livnat dan Ryan. S. 1996. Capital expenditure: value relevance and fourth-quarter effect. The journal of Financial Statement Analysis, Vol. 1, pp. 13-24.

Echevarria, D P. 1997. Capital Investment and the profitability of fortune 500 industrials : 1971-1990. Studies in Economics and Finance, Vol. 18 No. 1, Fall, pp. 3-35.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen : pedoman penelitian untuk Penulisan Skripsi, tesis dan disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS : Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 1999. Essentials of Econometrics : second editions. Singapore : McGraw-Hill International editions.

_______________. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika : Edisi ketiga (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.

cxxxii

Gunawan S. Arif. Capex Astra International Rp 5 triliun. Harian Bisnis Indonesia edisi Jumat, 4 Desember 2009

Hartono, Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM (BPFE UGM).

Higgins C. Robert. 1992. Analysis For Financial Management : Third Edition. United States of America : Richard D. Irwin, INC.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan : per 1 September 2007. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Inci, Ahmet Can et. al. 2003. Capital Investment and Earnings : International Evidence. Sabanci University, Faculty of Management.

Institute for Economic and Financial Research. 2007. Indonesian Capital Market Directory 2007

Jatmiko, B. P. dan M. Munir Haikal. Bakrieland siapkan belanja modal Rp 3

triliun.. Harian Bisnis Indonesia, edisi Senin, 30 November 2009, halaman f2 kolom Bursa

Jatmiko, B. P. dan Nurbaiti. Capex Bukit Asam capai Rp 4 triliun. Harian Bisnis Indonesia, edisi Rabu, 2 Desember 2009, halaman f2 kolom Bursa.

Jatmiko, B. P. Jasa Marga Alokasikan Capex Rp 3,1 triliun. Harian Bisnis Indonesia, edisi Kamis, 3 Desember 2009, halaman f2 kolom Bursa.

Jensen, C. M dan William H, Meckling. 1976. Theory of the Form : Mangerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics Vol 3, No. 4, pp. 305-360.

Jensen, C. Michael. 1986. Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review, Vol. 76, No. 2, pp. 323-329.

Jiang, Ching-Hai, Hsiang-lan Chen dan Yen-sheng Huang. 2006. Capital Expenditures and Corporate earning : evidence from taiwan stock exchange. Managerial Finance Vol 32 No. 11 pp 853-861, Emerald publishing limited 0307-4358.

cxxxiii

Kantudu. S, Aliyu. 2004. Capital Investment Appraisal Practices of QuotedFirms in Nigeria. Accounting Department, Bayero University, Kano.

Kim, S. 2001. The near term Financial performance of captal expenditure : A managerial perspective. Managerial finance, Vol. 27 No. 8, pp. 48-62.

Li, Donglin. 2004. The Implications of Capital Investments for Future Profitability and Stock Returns – an Overinvestment Perspective. Haas School of Business, University of California, Berkeley, CA94720.

Mufidati, Yeni. 2007. Kemampuan Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Perusahaan yang Akan Datang. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS.

Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Priyanto, Dwi. 2008. Statistical Product and Service Solution : Untuk Analisis Data & Uji Statistik. Yogyakarta : PT. BUKU KITA

Rahmawati T. Wahyu et. al. Indosat Dongkrak Capex 16,6% jadi US$ 1,4 Miliar. Harian Kontan edisi Kamis, 28 Agustus 2008 kolom investasi.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta : Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM.

Setyawan, Andika. 2008. Pengaruh Komponen Arus Kas Terhadap Laba Satu Tahun ke Depan. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS.

Shin, Hyun-Han dan Yong H. Kim. 2001. Agency Cost and Efficiency of business Capital Investment : Evidence from Quarterly Capital Expenditures. Quarterly Journal of Economics 113, 531-552.

Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Ketujuh. Bandung : Badan Penerbit CV. Alfabeta.

Sunder, Shyam. 1980. Corporate Capital Investment, Accounting Methods and Earnings : A Test of the control Hypothesis. The Jounal Of Finance. pp 553-565.

cxxxiv

Titman, Sheridan et. al. 2003. Capital Investments and stock return. National Bureau of Economic Research (NBER) working Paper Series 9951.

Wahyuni, Salamah. 1993. Metodologi Penelitian Bisnis. Surakarta: UNS Pers.

Wild et. al. 2005. Finacial Statement Analysis : Analisis Laporan Keuangan. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Winarno W, Wing. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP STIM YPN.