ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN...

183
ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN KINERJA KEUANGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh: Dewi Supriyatin 1113082000051 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN...

Page 1: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

KINERJA KEUANGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Dewi Supriyatin

1113082000051

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

i

Page 3: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

ii

Page 4: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

iii

Page 5: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

iv

Page 6: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Dewi Supriyatin

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 19 Januari 1995

3. Alamat : Jl. Rivaria Dalam RT 04/RW 01 no. 14

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Kisnoto

6. Nama Ibu : Tuniroh

7. Nomor Telepon : 08986342375

8. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Bedahan 01 Tahun 2001-2007

2. SMPN 10 Depok Tahun 2007-2010

3. SMAN 5 Depok Tahun 2010-2013

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Rohis SMAN 5 Depok sebagai Koordinator DKM (2010–2011)

2. LDK Komda FEB sebagai Koordinator Akhwat Syiar (2014–2015)

3. LDK Syahid sebagai Anggota Dana Usaha (2015 – 2016)

4. GenBI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai anggota Dept Ekonomi

(2014-2015)

Page 7: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

vi

ANALYSIS OF APPLICATION OF INTERNET REPORTING AND

ASSESSMENT OF FINANCIAL PERFORMANCE OF ZAKAT MANAGERS

ORGANIZATIONAL

ABSTRACT

This study aims to determine the level of accountability and success of Zakat

Management Organization in managing zakat funds through the implementation of

internet reporting and financial performance assessment of zakat management

organizations. Sample in measurement of internet reporting application is Zakat

Management Organization website registered in Directorate General of Taxation

Regulation No. PER-15 / PJ / 201. In addition, in measuring financial performance,

there are seven objects of research are: Bamuis BNI, Dompet Dhuafa, PKPU, RZ,

BAZNAS, BMH and YBM BRI. The method of research analysis used is content

analysis and performance measurement of prime part of financial performance

issued by Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) in Indonesia Zakat Development

Report (IZDR) 2011.

The results of the study found that overall the average level of Zakat

Management Organization accountability remained at a very low level of 39%.

Only two Zakat Management Organization have reached the middle website

accountability level by obtaining a percentage of more than 60%, namely BAZNAS

and PKPU, while the rest are at very low accountability levels of less than 50%.

The assessment of financial performance in general is considered quite good.

Bamuis BNI financial performance ranked first, YBM BRI ranks second, RZ ranks

third, BAZNAS ranks fourth, BMH and PKPU ranks fifth, and Dompet Dhuafa

ranks sixth.

Keywords: Zakat Management Organization, accountability, internet reporting

and financial performance

Page 8: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

vii

ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

KINERJA KEUANGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat akuntabilitas dan keberhasilan

Organisasi Pengelola Zakat dalam mengelola dana zakat melalui penerapan internet

reporting dan penilaian kinerja keuangan organisasi pengelola zakat. Sampel dalam

pengukuran penerapan internet reporting adalah website Organisasi Pengelola

Zakat yang terdaftar dalam peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.PER-15/PJ/201.

Selain itu, dalam mengukur kinerja keuangan, terdapat tujuh objek penelitian yaitu:

Bamuis BNI, Dompet Dhuafa, PKPU, RZ, BAZNAS, BMH dan YBM BRI. Metode

analisis penelitian yang digunakan adalah analisis konten dan pengukuran kinerja

prima bagian kinerja keuangan yang dikeluarkan oleh Indonesia Magnificence of

Zakat (IMZ) dalam Indonesia Zakat Development Report (IZDR) 2011.

Hasil penelitian menemukan bahwa secara keseluruhan rata-rata tingkat

akuntabilitas Organisasi Pengelola Zakat masih berada pada tingkat yang sangat

rendah yaitu sebesar 39%. Hanya dua Organisasi Pengelola Zakat yang telah

mencapai tingkat akuntabilitas website menengah dengan memperoleh persentase

lebih dari 60%, yaitu BAZNAS dan PKPU, sedangkan sisanya berada pada tingkat

akuntabilitas yang sangat rendah yaitu kurang dari 50%. Penilaian kinerja keuangan

secara umum dinilai cukup baik. Kinerja keuangan Bamuis BNI menempati urutan

terbaik pertama, YBM BRI menempati urutan kedua, RZ menempati urutan ketiga,

BAZNAS menempati peringkat keempat, BMH dan PKPU menempati urutan

kelima, dan Dompet Dhuafa menempati urutan keenam.

Kata Kunci: Organisasi Pengelola Zakat, akuntabilitas, internet reporting dan

kinerja keuangan

Page 9: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

AlhamdulillahiRabbil’aalamiin. Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan

kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas nikmat iman, Islam dan karunia-Nya

yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Penerapan Internet Reporting dan Penilaian Kinerja Keuangan Organisasi

Pengelola Zakat”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah

Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kekuatan, kesabaran,

limpahan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

2. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan anaknya supaya mendapat

kemudahan dalam urusannya. Kakak dan adikku tersayang yang selalu menjadi

motivasi bagi penulis.

3. Ibu Dr. Rini, M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu

pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya

skripsi ini bisa terselesaikan. Semoga Allah membalas dengan sebaik-baiknya

balasan.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pengalaman serta nasihatnya

sehingga menjadi bekal menjalani kehidupan setelah lulus kuliah.

Page 10: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

ix

5. Akuntansi angkatan 2013, terkhusus akuntansi B, sahabat terbaikku Hani,

Fatimah, Nurul, Weni, Anis, Tatil, Tuti, dan Akmalia, yang selalu

membersamai penulis selama sekian tahun berjuang bersama.

6. Keluarga Besar LDK Syahid spesial Forkat Al-Anfal, sahabat terbaikku Ai,

Mahda, Rifa, Wati, Juni, dan Dila, syukran atas bantuan, inspirasi, semangat

maupun do’anya.

7. KKN Cocos Nucifera 2016, yang seakan menjadi sebuah keluarga baru

tersendiri yang tidak akan mampu penulis lupakan. Thanks atas candaannya

yang membuat penulis selalu terhibur.

8. Keluarga Besar TK Islam Azkia Hanifa, terkhusus Ibu Ana, Bapak Wawan, Ibu

Ria, Ibu Rizky, dan Ibu Istin yang telah memberikan semangat kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga Besar Rohis SMAN 5 Depok, terkhusus Forkat Asyaroh, sahabat

seperjuangan Luki, Nufita, Nova, Puti, Zahara, dan Medina yang selalu setia

memberikan semangat maupun do’anya kepada penulis.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti

harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh.

Jakarta, Agustus 2017

Dewi Supriyatin

Page 11: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12

A. Tinjauan Literatur ...................................................................... 12

1. Zakat ...................................................................................... 12

2. Organisasi Nirlaba ................................................................. 43

3. Organisasi Pengelola Zakat .................................................... 44

4. Akuntabilitas .......................................................................... 52

5. E-Governance ........................................................................ 52

6. Kinerja .................................................................................... 54

B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 71

C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 77

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 78

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 78

Page 12: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

xi

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 80

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 81

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 81

E. Metode Analisis Data ................................................................. 82

F. Pengukuran Penerapan Internet Reporting dan Penilaian Kinerja

Keuangan Organisasi Pengelola Zakat ....................................... 84

1. Kriteria Penerapan Internet Reporting Organisasi Pengelola

Zakat .................................................................................... 84

2. Pengukuran Kinerja Keuangan ............................................ 88

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 92

A. Analisis Penerapan Internet Reporting Organisasi Pengelola

Zakat ........................................................................................... 92

1. Pengukuran Atas Aspek Isi Dari Isi dari Penerapan Internet

Reporting Organisasi Pengelola Zakat ................................... 94

2. Pengukuran Atas Aspek Penyajian dari Penerapan Internet

Reporting Organisasi Pengelola Zakat ................................... 104

3. Hasil Pengukuran Tingkat Akuntabilitas Pengungkapan

Internet Reporting .................................................................. 112

B. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Organisasi Pengelola

Zakat di Indonesia ...................................................................... 115

1. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan .............................. 120

2. Kriteria Penilaian Kapasitas Organisasi ............................. 132

3. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan ................................

4. Hasil Penilaian Kinerja Keuangan Organisasi Pengelola

Zakat ................................................................................... 134

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 136

A. Kesimpulan ................................................................................ 136

1. Penerapan Internet Reporting Organisasi Pengelola Zakat .... 136

2. Penilaian Kinerja Keuangan Organisasi Pengelola Zakat ..... 136

B. Saran ............................................................................................ 137

Page 13: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

xii

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 138

LAMPIRAN .................................................................................................... 143

Page 14: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Dana Perolehan ZIS Nasional ................................................. 3

1.2 Kasus Penyelewengan Zakat .................................................... 6

2.1 Kadar Wajib Zakat pada Unta ................................................. 24

2.2 Kadar Wajib Zakat pada Sapi .................................................. 25

2.3 Kadar Wajib Zakat pada Kambing (Domba) ........................... 25

2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................. 71

3.1 Kepemilikan Website Organisasi Pengelola Zakat ................... 78

3.2 Pengukuran Penerapan Internet Reporting ............................... 86

3.3 Kriteria Tingkat Pengungkapan ................................................ 88

3.4 Kriteria Penilaian Laporan Keuangan ..................................... 88

3.5 Kriteria Keuangan Efisiensi dan Kapasitas Organisasi ............ 89

3.6 Nilai Ranking Setiap Angka ..................................................... 90

4.1 Alamat Website Organisasi Pengelola Zakat ............................ 93

4.2 Panel A: Akuntansi dan Informasi Keuangan .......................... 95

4.3 Panel B: Informasi Tata Kelola Organisasi Pengelola Zakat ... 98

4.4 Panel C: Rincian Kontak dan Informasi Lainnya ..................... 100

4.5 Panel D: Keterbukaan Pertanggungjawaban Sosial ................. 103

4.6 Panel E: Ketepatwaktuan Informasi ......................................... 105

4.7 Panel F: Vitur Teknologi .......................................................... 108

4.8 Panel G: Fasilitas untuk Mempermudah Pengguna dalam

mengakses website.................................................................... 111

4.9 Tingkat Pengungkapan atau Tingkat Akuntabilitas ................. 113

4.10 Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan ...................................... 116

4.11 Kriteria Penilaian Efisiensi Dan Kapasitas Organisas .............. 121

4.12 Kriteria Penilaian Laporan Keuangan ......................................

4.13 Konversi Nilai Kinerja Keuangan OPZ .................................... 134

Page 15: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Kerja Pengukuran Kinerja Lembag Zakat Penelitian

Abd. Halim Mohd Noor ........................................................... 70

2.2 Skema Kerangka Pemikiran.... ................................................. 83

Page 16: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional ...................... 143

2 Laporan Keuangan Baitul Maal Ummat Islam Bank Negara

Indonesia................................................................................... 144

3 Laporan Keuangan Baitul Maal Hidayatullah .......................... 145

4 Laporan Keuangan Dompet Dhuafa Republika ....................... 148

5 Laporan Keuangan Pos Keadilan Peduli Ummat ..................... 156

6 Laporan Keuangan Rumah Zakat Indonesia ............................ 156

7 Laporan Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat

Indonesia................................................................................... 160

8 Penilaian Efisiensi Keuangan ................................................... 162

9 Penilaian Kapasitas Organisasi................................................. 163

10 Penilaian Laporan Keuangan .................................................... 167

Page 17: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Zakat merupakan salah satu pilar dalam agama Islam yang wajib

dilaksanakan. Sebagian besar umat Islam meyakini bahwa zakat mempunyai

peranan yang sangat penting dalam pemberdayaan dan memajukan sektor

ekonomi umat. Namun faktanya, negara-negara dengan mayoritas penduduk

penganut agama Islam, masih tergolong sebagai negara berkembang dengan

tingkat kemiskinan yang relatif tinggi (Miftah, 2008).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk

muslim dan merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia.

Berdasarkan data yang di peroleh, dari 6,8 Milyar penduduk dunia 23% atau

sekitar 1,57 Milyar adalah jumlah penduduk muslim dan sebanyak 202.867.000

atau 12,9% diantaranya berada di Indonesia (Laela, 2010). Menurut data

pertumbuhan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, pada tahun 2012 penduduk

Indonesia berjumlah 244.775.796 jiwa dan 88% atau sekitar 182.570.000 jiwa

diantaranya beragama Islam (Prasetyoningrum, 2015), sedangkan berdasarkan

data terkini yang di keluarkan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan sebanyak 255,5 juta jiwa (Hartono,

Direktorat Jendral Pajak, 2016).

Page 18: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

2

Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh

negara berkembang khususnya dengan negara yang mayoritas berpenduduk

muslim termasuk Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS), pada Maret 2016 BPS menyatakan bahwa jumlah penduduk

miskin di Indonesia tercatat sebesar 28.005.410 jiwa atau 11% dari total penduduk

Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2016). Meskipun demikian jumlah ini menurun

sebesar 0,22% dari 11,22% pada Maret tahun 2015 (Badan Pusat Statistik, 2017).

Salah satu faktor terjadinya kemiskinan khususnya diberbagai negara berkembang

termasuk Indonesia adalah eksploitasi penjajah, dualisme ekonomi, dualisme

keuangan, kesenjangan, produktifitas SDM yang rendah, inefisiensi dan

ketidaksempurnaan pasar yang menyebabkan distribusi kekayaan dan pendapatan

tidak merata (Bank Indonesia dan Universitas Islam Indonesia, 2016). Untuk

mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukannya optimalisasi peran zakat sebagai

instrumen pemberdayaan masyarakat. Namun sangat disayangkan bahwa, sampai

dengan saat ini para ulama dan pemerintah belum memberikan perhatian khusus

terhadap zakat sebagai salah satu instrumen pembangun negara.

Menurut perhitungan yang dilakukan oleh BAZNAS dan IPB, berdasarkan

PDB tahun 2010 potensi zakat di Indonesia sebesar Rp217 Triliun. Dengan

metode esktrapolasi, potensi zakat tahun 2015 sebesar Rp280 Triliun dan

realisasinya diperkirakan Rp4 Triliun atau kurang dari 1,4% dari potensinya

(Hartono, Direktorat Jendral Pajak, 2016). Sedangkan menurut data yang

diperoleh dari BAZNAS, realisasi penghimpunan dana ZIS secara nasional

selama 2013 hingga 2015 ditunjukan pada tabel berikut.

Page 19: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

3

Tabel 1.1

Dana Perolehan ZIS Nasional

2013 2014 2015

BAZNAS Kab/

Kota

281.687.974.612 10,67% 1.422.364.285.476 43,10% 885.309.169.850 24,25%

BAZNAS

Provinsi 1.645.482.867.203 62,34% 415.451.020.092 12,59% 642.797.514.841 17,61%

BAZNAS 59.238.304.066 2,24% 82.293.545.780 2,49% 94.068.893.820 2,58%

LAZNAS 653.194.923.848 24,75% 1.379.891.148.652 41,81% 2.028.193.434.453 55,56%

Total 2.639.604.069.730 100,00% 3.300.000.000.000 100,00% 3.650.369.012.964 100,00%

Sumber: (Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional, 2016)

Potensi zakat yang sangat besar ini dapat menjadi sumber dana bagi

masyarakat dan pemerintah selain dari dana pajak, dana zakat dapat dugunakan

untuk menggerakan perekonomian, menghapuskan kesenjangan sosial sehingga

mampu menghapuskan kemiskinan. Namun, adanya perbedaan angka yang cukup

besar antara potensi dan realisasi penerimaan zakat menyiratkan adanya

permasalahan dalam pengelolaan zakat (Hartono, Direktorat Jendral Pajak, 2016),

meskipun jumlah zakat yang dihimpun dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan.

Terdapat berbagai macam permasalahan dalam pengelolaan zakat di

Indonesia, seperti; pertama, zakat hanya dipandang sebagai suatu kewajiban

agama untuk membersihkan harta milik. Pemahaman masyarakat yang seperti ini,

akhirnya tidak melihat kemanfaatan zakat yang dapat memainkan peran penting

dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta berpengaruh nyata

pada tingkah laku konsumen. Kedua, meningkatnya kesadaran umat Islam dalam

membayar zakat tidak disertai dengan pengumpulan dan penyaluran yang

terencana secara komprehensif. Pengelolaan yang tidak baik dan profesional

menjadikan zakat tidak produktif dalam ikut andil mengembangkan ekonomi

umat. Walaupun telah ada Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat

Page 20: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

4

(LAZ), namun sistem kelembagaan zakat tidak sama dengan kelembagaan pajak

yang sudah dinilai kuat, BAZ/LAZ dinilai masih terkesan lemah dan tidak mudah

menetapkan target, ditambah lagi dengan persoalan amanah yang kurang dimiliki

oleh penyelenggara zakat. Ketiga, sisi pendukung legal formal kurang proaktif

dalam melihat potensi zakat yang sekaligus sebagai aplikasi dari ketaatan kepada

agama bagi umat Islam (Mughni, 2015).

Untuk mengoptimalkan peran zakat, Islam mendorong tumbuhnya

lembaga-lembaga sosial untuk saling menolong di masa-masa sulit (Yuniartati,

2012), salah satu lembaga yang penting adalah Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).

OPZ merupakan lembaga non-profit yang bertujuan membantu umat Islam

menyalurkan zakat, infak, shodaqoh kepada yang berhak. Aktivitas pengelolaan

zakat melibatkan beberapa pihak yang saling terkait yakni pemberi zakat,

pengelola, dan penerima (Rahmayati, 2015). Namun, dalam pengelolaan tersebut

terkadang pengelola dana bukanlah orang-orang atau institusi yang benar-benar

dikenal oleh pemberi dana, dan karena OPZ baik LAZ maupun BAZ tergolong ke

dalam katagori lembaga publik yang sebagian atau seluruh dananya bersumber

dari masyarakat, sehingga memunculkan kebutuhan akan adanya akuntabilitas

dan transparansi dalam pengungkapan kinerja pengelolaan dana zakat. Karena itu,

menjadi penting bagi lembaga pengelola zakat untuk bisa menyusun laporan

keuangan yang baik dan transparan (Ari Kristin, 2011).

Terdapat tiga kata kunci yang harus dipegang oleh organisasi pengelola

zakat agar menjadi good organization governance, yaitu Amanah, Professional

dan Transparan. Transparansi dan akuntabilitas merupakan hal yang sangat

Page 21: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

5

penting dalam pelaporan kinerja pengelolaan dana zakat. Karena, salah satu faktor

penyebab tidak tercapainya penerimaan zakat yang optimal dari para muzaki

adalah masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat pada organisasi

pengelola zakat (Septiarini, 2011), hal ini dapat dilihat pada penelitian yang

dilakukan oleh Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) pada

tahun 2007 di 11 kota besar di Indonesia dengan jumlah responden sebanyak

2.000 orang yang menjelaskan bahwa terdapat pola kecenderungan penyaluran

ZIS, sebanyak 59% responden menyalurkan zakat melalui amil masjid disekitar

rumah, atau langsung kepada yang berhak, dan melalui BAZ dan LAZ sekitar 6%

dan 1,2% (PIRAC, 2007). Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan Dompet

Dhuafa Republika tahun 2009 tentang persepsi publik terkait zakat mal dan

pengelolaan zakat untuk wilayah jabodetabek diperoleh hasil bahwa, muzaki yang

membeyarkan zakatnya secara langsung ke mustahiq sebesar 33,2%, masjid

sebesar 18,3%, BAZ dan LAZ sebesar 2,1%, kiai/ulama sebesar 2,1%, dan

yayasan sosial sebesar 2,1%, serta sisanya tidak menjawab (Nurul huda, 2015).

Rendahnya kepercayaan masyarakat kepada OPZ disebabkan oleh banyaknya

kasus penyelewengan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab

dari organisasi pengelola zakat, seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut.

Page 22: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

6

Tabel 1.2

Kasus Penyelewengan Zakat

No Kasus

1 November 2013, mantan Kepala Baitul Mal Aceh Besar, Dr Armiadi Musa MA ditetapkan

sebagai tersangka kasus penyelewengan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) Aceh Besar

tahun 2010 dan 2011. Pengungkapan kasus ini merupakan tindak lanjut dari Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) BPK RI pada tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa dana zakat

tahun 2011 sebesar Rp 7 M yang dihimpun Unit Pengumpul Zakat (UPZ) telah digunakan

tanpa mengikuti mekanisme APBK (Tribunnews, 2017).

2 Januari 2015, Polresta Pagaralam, Sumatera Selatan menetapkan empat PNS dikota

tersebut sebagai tersangka dalam kasus korupsi dana BAZ senilai Rp461 juta yang berasal

dari dana zakat yang dipotong dari gaji para PNS di empat satker perangkat daerah

Pemerintah Kota Pagaralam sejak tahun 2004 hingga tahun 2014 (Viva, 2017).

3 Desember 2016, Penyidik Kejari Parigi Moutong (Parmout) menahan dan menetapkan

Hari Tamsul J Soda yaitu mantan bendahara BAZ Kabupaten Parigi Moutong sebagai

tersangka atas tindak korupsi yang dilakukan pada tahun 2011 hingga 2015 atas dana

zakat sebesar Rp375 juta yang berasal dari pemotongan gaji PNS di lingkup Pemkab

Parmout (Trimedianews, 2017).

4 November 2015, Kejati Lampung mendalami dugaan penyelewengan dana zakat sebesar

Rp750 juta di Kementrian Agama yang berasal dari pemotongan gaji PNS dengan dalih

penyaluran ZIS (Harian Pilar, 2017).

5 Agustus 2013, terdapat dugaan penyelewengan dana zakat dan shadaqah di BAZ

Kabupaten Pasaman Barat oleh pengurus dengan mengalihkan dana zakat yang berada

dalam pengelolaannya, dana zakat sebesar Rp5,2 M disalurkan setengahnya kepada yang

berhak, sedangkan sisanya disimpan pada beberapa bank dalam bentuk tabungan dan di

pinjamankan pada pihak ketiga, hal ini melanggar UU No 23 tahun 2011 (Pasamanbarat,

2017).

6 Pada tahun 2011, Kejati Riau menangani kasus dugaan penyelewengan dana badan amil

zakat daerah (bazda) Kabupaten Kampar sebesar 1 M pada tahun 2011. Kasus ini

melibatkan pengurus BAZDA Kampar periode 2007 – 2009 (Rini, 2016).

7 Kapten Chb Ismail didakwa menyelewengkan uang zakat sebesar Rp10.500.000.

September 2011, karena memanipulasi data penyaluran dana zakat di Masjid Agung

Sudirman Denpasar. Berdasarkan keputusan pengadilan militer, terdakwa

mengembalikan dana tersebut pada Maret 2012 (Rini, 2016).

8 Walikota Surabaya, Risma pernah membekukan dana bazda Surabaya sebesar 300 juta

rupiah. Hal ini karena buruknya tata kelola BAZDA, dimana terdapat dugaan

penyelewengan sebesar 50%. Penyelewengan ini berupa gaji yang besar, dana studi

banding yangbesar, sehingga penyaluran hanya 50% (Rini, 2016).

9 Sumber dana Badan Amil Zakat Kabupaten OKU Timur digelapkan dengan dugaan

kerugian dari empat SKPD ditaksir sekitar Rp400 juta, yang dilakukan pengelola zakat

(bendahara) kurun waktu sejak 2014 silam (Pagaralampos 2015, Tribunnews 2015).

Dalam kasus tersebut Polres Pagar Alam menetapkan 4 tersangka (Rini, 2016).

Sumber: (Rini, 2016) dan dioleh dari berbagai referensi

Kasus penyelewengan dana zakat diatas menunjukkan masih buruknya tata

kelola OPZ di Indonesia yang disebabkan ketidakterbukaan sistem pengelolaan

zakat yang dihimpun, serta kurang dilakukannya evaluasi untuk mengukur kinerja

OPZ.

Page 23: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

7

Untuk meningkatkan kepercaayaan masyarakat, transparansi dan

akuntabilitas atas aktivitas operasional OPZ perlu dilakukan. Menurut Fikri yang

dikutip oleh Rini, organisasi non-profit memiliki berbagai kelemahan terkait

akuntabilitas karena minimnya penyampaian informasi kepada masyarakat.

Namun, seiring dengan berkembangannya kemajuan teknologi, OPZ dapat

memanfaatkan internet sebagai salah satu media informasi kepada masyarakat

luas, yaitu dengan membangun website (Gatot Soepriyanto, 2011). Dengan

adanya situs website ini, pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial

Reporting atau IFR) juga turut berkembang. IFR memberikan penghematan yang

besar dalam biaya produksi dan distribusi informasi keuangan (Rini, 2016). IFR

juga memberikan jangkauan informasi yang lebih luas, sehingga relatif lebih

murah (Shamharir Abidin, 2014). Penerapan IFR menunjukan adanya dukungan

terhadap akuntabilitas organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Penelitian mengenai internet reporting telah banyak dilakukan, namun

penelitian tersebut hanya berfokus pada sektor komersial (Shamharir Abidin,

2014), sedikit sekali penelitian terkait dengan isu yang sama dijumpai pada sektor

non-komersial atau nirlaba, bahkan penelitian mengenai IFR pada OPZ belum

ditemukan (Rini, 2016). Penerapan IFR penting dilakukan OPZ sebagai bentuk

pertanggungjawaban terhadap penggunaan sumber daya kepada publik. Sebab,

dana yang digunakan dan dikelola oleh OPZ pada dasarnya berasal dari

masyarakat dan masyarakat berhak mendapatkan informasi atas penggunaan dana

tersebut.

Page 24: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

8

Tidak hanya penerapan IFR yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

akuntabilitas dan transparansi OPZ, internet reporting dengan menggunakan

website juga dapat digunakan dalam aspek non-financial, seperti pengenalan

profil OPZ, media informasi seputar zakat, penyampaian program dan kegiatan

yang dimiliki OPZ. Penggunaan website juga dapat digunakan sebagai media

periklanan, dan pemasaran untuk menarik minat masyarakat berzakat melalui

OPZ. Urgensi atas internet reporting pada OPZ sangatlah penting dilakukan.

Dengan adanya internet reporting, secara tidak langsung publik dapat mengawasi

dan mempengaruhi kegiatan OPZ dalam mengelola dana zakat.

Minimnya keterbukaan sistem pengelolaan zakat yang dihimpun, kurang

dilakukannya evaluasi untuk mengukur kinerja OPZ juga diyakini menjadi

penyebab rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena

masih sedikitnya alat atau metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

OPZ. Menurut Frumking dan Keating yang dikutip oleh Agyenim Boateng

(2016), menyimpulkan terdapat tiga alasan utama mengapa pengukuran kinerja

pada organisasi non-profit sulit dilakukan yaitu: Pertama, tidak ada pemegang

saham dalam kepemilikan saham di organisasi nirlaba yang menuntut atau

membutuhkan pengukuran kinerja. Kedua, tidak ada batas bawah profitabilitas

yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran. Ketiga, sifat perpaduan

kepemilikan dan pemegang saham di sektor nirlaba menimbulkan masalah atas

akuntabilitas sistem yang konsisten pada seluruh Sektor.

Namun demikian, beberapa metode untuk mengukur kinerja organisasi non-

profit telah dirumuskan, begitu pula untuk mengukur kinerja OPZ di Indonesai,

Page 25: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

9

salah satu diantaranya adalah pengukuran kinerja pengelola zakat yang

dikembangkan oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ). IMZ adalah lembaga

konsultasi pemberdayaan dan manajemen organisasi nirlaba yang bergerak dalam

bidang pelatihan, konsultasi dan pendampingan, serta riset dan advokasi zakat.

IMZ telah membuat pengukuran kinerja untuk OPZ yang dikemas dalam acara

berupa IMZ Award. Pada tahun 2011, metode ini disempurnakan dan hasilnya

dapat dilihat dalam buku IZDR 2011 (Indonesia Zakat and Development Report).

Penilaian kinerja dengan pendekatan IMZ dapat menilai kinerja OPZ secara

komprehensif, dimulai dari kinerja kepatuhan syariah, legalitas, kelembagaan,

manajemen, keuangan, program pendayagunaan, dan legitimasi sosial. Penjabaran

penilaian kedalam lima komponen yang lebih spesifik merupakan kelebihan bagi

metode ini jika dibandingkan dengan metode pengukuran kinerja lainnya.

Pengukuran kinerja pada OPZ mendesak dilakukan, terlebih dengan cukup

banyaknya OPZ yang ada di Indonesia. Berdasarkan data yang di peroleh terdapat

38.013 Organisasi yang terlibat dalam pengelolaan zakat (Nikmatuniah, 2015).

Selain itu, pengukuran kinerja ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan

pengelolaan dana zakat, hal ini dilakukan tidak lain untuk meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap OPZ.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap OPZ, perlu adanya transparansi dan

akuntabilitas dalam melaporkan aktivitas OPZ yang dapat dilakukan melalui

pemanfaatan internet dan melakukan evaluasi untuk menilai kinerja OPZ, terlebih

lagi kinerja keuangan untuk mengetahui kemampuan OPZ dalam menjalankan

Page 26: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

10

fungsinya yang amanah, akuntabel, dan transparan. Oleh karena itu, penelitian ini

akan membahas mengenai pengukuran penerapan internet reporting dan penilaian

kinerja keuangan OPZ berdasarkan pada pengukuran dan analisis kinerja prima

yang dijelaskan dalam IZDR 2011.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dari penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana penerapan internet reporting pada Organisasi Pengelola Zakat

yang terdaftar dalam peraturan No.PER-15/PJ/2012 Direktorat Jenderal

Pajak?

2. Bagaimana Kinerja keuangan tujuh Organisasi Pengelola Zakat yang

terdaftar dalam peraturan No.PER-15/PJ/2012 Direktorat Jenderal Pajak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka tujuan diadakannya penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui penerapan internet reporting pada Organisasi Pengelola Zakat

yang terdaftar dalam peraturan No.PER-15/PJ/2012 Direktorat Jenderal Pajak.

2. Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Organisasi Pengelola Zakat

yang terdaftar dalam peraturan No.PER-15/PJ/2012 Direktorat Jenderal Pajak.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa

pihak, yaitu:

Page 27: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

11

1. Bagi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan

mengenai penerapan internet reporting dan mengetahui kinerja keuangan

organisasi pengelola zakat.

2. Bagi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

bagi organisasi pengelola zakat terkait dalam melakukan internet reporting

untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Selain itu, pengukuran

kinerja keuangan dapat menjadi bahan evaluasi atas pengelolaan dana zakat

oleh organisasi pengelola zakat.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada muzaki dan masyarakat luas

mengenai penerapan internet reporting dan penilaian kinerja keuangan

organisasi pengelola zakat dalam mengelola dana zakat yang mereka

salurkan.

Page 28: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Zakat

a) Pengertian zakat

Zakat merupakan salah satu kewajiban yang disyari’atkan Allah

kepada umat Islam, sebagai salah satu perbuatan ibadah setara dengan

shalat, puasa dan ibadah haji. Akan tetapi, zakat tergolong ibadah maliah,

yakni ibadah melalui harta kekayaan dan bukan ibadah badaniah yang

pelaksanaannya dengan fisik (BAZIS DKI Jakarta, 1999).

Ditinjau dari segi bahasa, zakat berasal dari kata zakkaa, yuzakkii,

zakaatan yang berarti kesuburan, kesucian, keberkahan dan kebaikan yang

banyak. Dalam pengertian lain, zakat juga berarti tumbuh, berkembang dan

kesuburan atau bertambah atau dapat pula berarti membersihkan atau

mensucikan.

Secara istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus

diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat. Menurut

hukum Islam, zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta

yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada

golongan tertentu.

Mannan mendefinisikan zakat sebagai upaya untuk menyucikan

yang menumpuk. Zakat yang memiliki arti lain seperti Al-Barakatu, yang

Page 29: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

13

bermakna penegasan bahwa orang yang selalu membayar zakat, pada

hartanya akan dilimpahkan keberkahan, kemudian keberkahan harta ini

akan berdampak kepada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena

harta yang kita gunakan adalah harta yang suci dan bersih, sebab dari

‘kotoran’ dengan menunaikan zakat yang hakekatnya zakat itu sendiri

berfungsi untuk membersihkan dan mensucikan harta. Al-Numuw, yang

berarti tumbuh dan bekembang. Makna ini menegaskan bahwa orang yang

selalu menunaikan zakat, hartanya akan selalu tumbuh dan berkembang. Hal

ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan

kewajiban zakatnya. Al-Thaharatu, yang artinya Zakat bermakna

membersihkan atau mensucikan, hal ini menegaskan bahwa orang yang

selalu menunaikan zakat karena Allah SWT dan bukan karena ingin dipuji

manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikannya, baik harta maupun

jiwa. Dan Al-Shalahu, yang artinya beres atau keberesan, bahwa orang-

orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya akan selalu beres dan jauh

dari masalah (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013).

Dengan demikian, zakat merupakan kewajiban bagi seorang

mukmin yang memenuhi syarat syariah Islam sebagai muzakki untuk

mengeluarkan sebagian pendapatan atau harta guna diberikan kepada

mustahiq yang telah ditetapkan Syari’at Islam (Lili Bariadi, 2005).

b) Dasar hukum zakat

Zakat dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 82 kali. Hal ini

menunjukan bahwa, zakat sebagai rukun Islam ketiga memiliki rujukan dan

Page 30: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

14

dasar hukum yang sangat kuat. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang

zakat semua hadir dalam bentuk umum/global. Ini menunjukkan keinginan

Allah SWT agar zakat selalu dinamis, senantiasa variatif dan produktif

sepanjang zaman (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013). Adapun

dalil-dalil zakat dapat dilihat dalam Al-Qur’an, Hadis, dan Ijma’.

1) Dalil Al-Qur’an

Adapun beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menunjukkan atas

wajibnya zakat, diantaranya adalah:

a. Al-Baqarah: 43

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

orang-orag yang ruku” (Al-Baqarah: 43).

b. At-Taubah: 130

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa

bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”

(QS. At-Taubah: 130).

c. Al-Bayyinah: 5

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)

agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan

menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”

(QS. Al-Bayyinah: 5).

Page 31: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

15

2) Hadis

Selain rujukan dari Al-qur’an, penjelasan mengenai zakat juga

dijelaskan dari sabda-sabda Rasulullah. Berikut merupakan beberapa

Hadist Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengenai zakat.

Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang sah dari Anas

bahwa salah seorang laki-laki dari suku Tamim datang menemui Nabi

Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata, “Ya Rasulullah,

saya ini berharta banyak, mempunyai kaum keluarga, kekayaan dan

kawan-kawan yang datang bertamu. Cobalah katakan apa yang harus

saya perbuat dan bagaimana caranya saya mengeluarkan nafkah?” lalu

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Bersabda “Keluarkanlah

zakat dari hartamu karena itu merupakan penyuci yang akan

membersihkan kamu menyambung tali silaturahim dengan kaum

keluargamu dan mengakui hak pengemis, tetangga dan orang-orang

miskin” (HR. Muslim).

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis sahih yang

diriwayatkan Syaikhaini, Bukhari Muslim, dalam As-Shahihin, juga

diriwayatkan oleh selain keduanya dari hadis Abdullah bin Umar bin

Khattab dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau

bersabda:“Islam terbangun di atas lima perkara: syahadat

(persaksian) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad

adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa

Page 32: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

16

di bulan Ramadhandan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-

Haram” (HR. Bukhari).

Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, (2011) dalam bukunya

menjelaskan bahwa hadis ini berikut maknanya memberi pengertian

bahwa seseorang yang bakhil dengan zakat dan tidak mau

membayarnya, serta melakukan konfrontasi terhadapnya, maka ia boleh

diperangi. Sebagaimana Abu Bakar pernah memerangi

pembangkangnya, sebab menurut pendapat beliau, seseorang tidak

dijaga darahnya kecuali jika mendirikan shalat dan membayar zakat.

Kala itu Umar mengkritik kebijakan Abu Bakar seraya berkata

“Bagaimana engkau memerangi kaum yang bersaksi bahwa tiada

sesembahan yang hak selain kepada Allah dan Muhammad utusan

Allah. Kalau mereka yang lakukan yang demikian, berarti telah mereka

jaga darah dan harta mereka, kecuali jika ada hak untuk menuntut darah

dan hartanya”. Kata Abu Bakar, “Bukankah zakat adalah diantara yang

hak la ilaha illallah? Demi Allah akan saya perangi siapa saja yang

memisahkan antara shalat dan zakat. Demi Allah kalau mereka tetap

tidak mau membayar zakat yang pernah mereka tunaikan kepada

Rasulullah, maka akan aku perangi mereka karena menghalang-

halanginya.”

3) Ijma’ Ulama

Sedangkan secara ijma’, para ulama baik salaf (klasik) maupun

khalaf (kontemporer) telah sepakat tentang adanya kewajiban zakat dan

Page 33: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

17

merupakan salah satu rukun Islam serta menghukumi kafir bagi orang

yang mengingkari kewajibannya (Fakhruddin, 2008).

c) Subjek zakat

Secara umum, masyarakat mengenal subjek zakat ada dua, yaitu:

muzakki dan mustahiq. Muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha

yang berkewajiban menunaikan zakat. muzakki adalah pemilik harta yang

telah mencapai batas terendah (nisab) yang telah ditentukan dan telah

sampai waktu wajib mengeluarkan zakat (haul) menurut ketentuan agama

Islam. Sedangkan mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat

(Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013).

Allah Subhanallahu wa ta’ala, telah menentukan golongan-

golongan tertentu yang berhak menerima zakat. Zakat harus dibagikan

kepada golongan-golongan yang telah ditentukan sesuai dalam Al-Qur’an

Surat At-Taubah: 60.

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,

untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,

sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha

mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah: 60).

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai delapan golongan

penerima zakat (Mufraini, 2006).

Page 34: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

18

1) Fakir, ialah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang mencukupi

kebutuhan mereka atau sering dikaitkan dengan kenihilan materi.

2) Miskin, ialah orang yang hanya dapat mencukupi separuh atau lebih

dari kebutuhannya (tetap tidak bisa terpenuhi seluruhnya) atau sering

dikaitkan dengan penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan.

3) Amil Zakat, ialah orang atau lembaga yang mendapat tugas untuk

mengambil, memungut, dan menerima zakat dari para muzaki,

menjaga dan memeliharanya kemudian menyalurkannya kepada

mustahik.

4) Riqab, yang dimaksud menurut jumhur ulama adalah perjanjian

seorang muslim (budak belian) untuk bekerja dan mengabdi kepada

majikannya, dimana pengabdian tersebut dapat dibebaskan bila si

budak belian memenuhi kewajiban pembayaran sejumlah uang,

namun si budak belian tersebut tidak memiliki kecukupan materi

untuk membayar tebusan atas dirinya tersebut. Oleh karena itu, sangat

dianjurkan untuk memberikan zakat kepada orang itu agar dapat

memerdekakan diri mereka sendiri.

5) Muallaf, secara prinsip pengertian muallaf adalah orang-orang yang

baru memeluk agama Islam. Sedangkan menurut Yusuf Qardawi

golongan muallaf terbagi menjadi tujuh golongan. Antara lain:

golongan yang diharapkan keislamannya atau keislaman

kelompoknya, golongan yang dikhawatirkan perilaku

kriminalitasnya, pemimpin serta tokoh masyarakat yang masuk islam

Page 35: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

19

dan mempunyai sahabat-sahabat orang kafir (nonmuslim), pemimpin

dan tokoh kaum muslim yang berpengaruh dikalangan kaumnnya

akan tetapi imannya masih lemah, kaum muslim yang bertempat

tinggal di benteng-benteng dan di daerah perbatasan dengan musuh,

kaum muslim yang membutuhkan dana untuk mengurus dan

memerangi kelompok pembangkang kewajiban zakat.

6) Gharimin, ialah orang yang memiliki kesulitan dalam hidupnya

sehingga harus berhutang dan tidak dapat membayar hutangnya.

Menurut madzhab Imam Maliki, Syafi’i, dan Ahmad menyatakan

bahwa orang yang mempunyai utang terbagi kepada dua golongan,

yaitu: Pertama, kelompok orang yang mempunyai utang untuk

kebaikan dan kemaslahatan diri dan keluarganya. Kedua, kelompok

orang yang berutang untuk kemaslahatan orang atau pihak lain.

7) Fisabilillah, ialah orang yang sukarela menjadi pejuang Allah untuk

berperang dan berjuang untuk kemaslahatan seluruh muslimin. Dana

fisabilillah hanya bisa disalurkan untuk mereka yang berperang

dijalan Allah atau lebih tepatnya dapat diibaratkan sebagai “dana

perang umat”.

8) Ibnu Sabil, menurut para jumhur ulama adalah kiasan untuk musafir

(perantau), yaitu orang yang melakukan perjalanan dari satu daerah ke

daerah lain. Ibnu sabil mempunyai hak dari dana zakat apabila

kehabisan dana akomodasi dan perbekalannya, walaupun pada asal

kondisi ekonominya berkecukupan.

Page 36: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

20

Sedangkan terdapat lima golongan yang tidak berhak menerima zakat

(Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2012). Kelima golongan

tersebut yaitu:

1. Orang kaya, ialah orang yang penghasilannya mencapai nisab setelah

dikurangi kebutuhan-kebutuhan pokoknya.

2. Orang yang mampu dan berpeluang untuk bekerja. Diharamkan zakat

bagi orang yang sehat dan kuat, karena ia masih mampu bekerja untuk

mencukupi kebutuhan dirinya sendiri tanpa harus menunggu dan

menggantungkan harapan pada sedekah.

3. Non muslim, baik harbi maupun dzimmi

4. Istri, bapak keatas, ibu keatas, dan anak kebawah

5. Keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

d. Objek zakat

Jumhur ulama baik salaf maupun khalaf berpendapat bahwa zakat

harta wajib atas harta-harta yang memenuhi syarat-syaratnya. Kewajiban

harta tidak hanya terbatas pada jenis harta yang ada pada zaman Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, pada masa permulaan Islam, yaitu naqdain

(emas dan perak), barang-barang dagangan, hasil pertanian, buah-buahan,

binatang ternak dan nikaz (karta karun). Akan tetapi zakat wajib dikeluarkan

atas semua harta yang telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Fuqaha’

kontemporer telah membagi harta dan pemasukan yang masuk dizakati

ketika syarat-syaratnya terpenuhi ke dalam beberapa jenis yaitu, harta yang

dirinya sendiri dan pertumbuhannya wajib dizakati, seperti barang-barang

Page 37: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

21

dagangan, barang-barang industri, kekayaan moneter, investasi, dan

aktivitas-aktivitas kontemporer yang sejenis dengannya. Dan harta yang

dirinya sendiri wajib dizakati, seperti rikaz (harta karun), hasil pertanian,

buah-buahan dan al-mal al-mustafad (harta yang diperoleh) (Fakhruddin,

2008).

Secara garis besar, zakat dibagi menjadi dua macam, yaitu zakat mal

(zakat harta) dan zakat nafs (zakat jiwa) yang dalam masyarakat dikenal

dengan zakat fitrah (zakat fitri) (BAZIS DKI Jakarta, 1999). Zakat mal

(harta) adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum)

yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah

dipunyai selama jumlah waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.

Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap

muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar

pada malam dan hari raya idul fitri (Fakhruddin, 2008). Sayid Sabiq

mendefinisikan zakat fitrah sebagai zakat yang wajib dilaksanakan,

disebabkan oleh selesainya puasa ramadhan, hukumnya wajib atas setiap

muslimin, baik kecil ataupun dewasa, laki-laki ataupun perempuan dan

orang yang merdeka ataupun seorang budak belian. Oleh karena itu, zakat

ini wajib bagi setiap muslim yang mempunyai kelebihan makanan pada

waktu sehari semalam idul fitri. Dengan demikian bayipun wajib

mengeluarkan zakat fitrahnya jika kelahirannya sebelum matahari terbenam

pada akhir bulan ramadhan (Fakhruddin, 2008).

Page 38: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

22

Dalam bukunya, Fakhrudin membedakan sumber-sumber zakat,

yaitu sumber zakat konvensional dan sumber-sumber zakat dalam

perekonomian modern.

1) Sumber zakat konvensional

Harta dalam bahasa Arab disebut al-amwal yang merupakan jama’

atau plural dari kata al-mal (bentuk mufrad, singular, menunjukan arti

tunggal). Menurut Yusuf al-Qardhawi yang dimaksud dengan harta

adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk

menyimpan dan memilikinya. Dalam surat at-Taubah ayat 103

disebutkan bahwa zakat diambil dari harta-harta umat islam untuk

membersikan dan mensucikan mereka dengan zakat tersebut. Berikut

merupakan sumber zakat konvensional yang dijelaskan oleh Fakhrudin

dalam bukunya.

a) Zakat hasil pertanian (Tanaman dan Buah-buahan)

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan

yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa

(bentuk dan warnanya) dan tidaksama (rasanya). makanlah dari

buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-

lebihan” (QS: Al-An’am: 141).

Page 39: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

23

Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil pertanian yang

digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika disimpan,

misalnya jagung, beras, dan gandum. Sedangkan jenis buah-

buahan misalnya kurma dan anggur. Dengan batas minimal nisab

adalah 653 kilogram. Adapun ukuran yang dikeluarkan untuk zakat

pertanian adalah, Jika pertanian itu didapatkan dengan cara

pengairan (menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya

sebanyak 1

20 atau 5%, dan, Jika pertanian itu diairi dengan hujan

maka zakatnya sebanyak 1

10 atau 10%.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh

Muslim dan Abu Daud dari Jabir, bahwa beliau mendengar Nabi

bersabda:

“Pada yang disiram hujan dan mata air dan tumbuh-tumbuhan itu

hanya minum air hujan, dikenakan al-‘usyr (sepersepuluh), dan

oada yang disirami dengan mengangkut air nifshu al-‘usyr

(setengah dari sepersepuluh atau seperlima)” (H.R. Muslim dan

Abu Daud).

b) Zakat hewan ternak

Fakhruddin (2008) menjelaskan, para ulama sepakat bahwa

hewan ternak yang yang termasuk ke dalam bagian dari sumber

zakat dan wajib dikeluarkan zakatnya ada tiga jenis, yaitu unta,

sapi, dan domba. Adapun di luar dari ketiga jenis hewan tersebut,

seperti kuda dan sebagainya terjadi perbedaan di kalangan ulama.

Page 40: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

24

Menurut Abu Hanifah, kuda termasuk hewan yang wajib

dikeluarkan zakatnya, sedangkan menurut Imam Syafi’I dan Imam

Maliki kuda tidak dizakati kecuali kalau telah merupakan barang

dagang. Berikut adalah kadar wajib zakat hewan ternak.

Tabel 2.1

Kadar Wajib Zakat pada Unta

Nisab Kadar Wajib Zakat

5-9 ekor 1 kambing (syah)

10-14 ekor 2 kambing

15-19 ekor 3 kambing

20-24 ekor 4 kambing

25-35 ekor 1 unta betina berumur 1 tahun

36-45 ekor 1 unta betina berumur 2 tahun

46-60 ekor 1 unta betina berumur 3 tahun

61-75 ekor 1 unta betina berumur 4 tahun

76-90 ekor 2 unta betina berumur 2 tahun

91-120 ekor 2 unta betina berumur 3 tahun

121-129 ekor 3 unta betina berumur 2 tahun

130-139 ekor 1 unta betina berumur 3 tahun dan 2 tahun

140-149 ekor 2 unta betina berumur 3 tahun dan 2 unta

betina berumur 2 tahun

150-159 ekor 3 unta betina berumur 3 tahun

160-169 ekor 4 unta betina berumur 2 tahun

170-179 ekor 3 unta betina berumur 2 tahun dan 1 unta

betina berumur 3 tahun

180-189 ekor 2 unta betina berumur 2 tahun dan 2 unta

betina berumur 3 tahun

190-199 ekor 3 unta betina berumur 3 tahun dan 1 unta

betina berumur 2 tahun

200-209 ekor 4 unta betina berumur 3 tahun

210-219 ekor 4 unta betina berumur 2 tahun dan 1 unta

betina berumur 3 tahun

220-229 ekor 3 unta betina berumur 2 tahun dan 2 unta

betina berumur 3 tahun

230-239 ekor 3 unta betina berumur 3 tahun dan 2 unta

betina berumur 2 tahun

240-249 ekor 4 unta betina berumur 3 tahun dan 1 unta

betina berumur 2 tahun

Sumber: (Fakhruddin, 2008)

Page 41: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

25

Tabel 2.2

Kadar Wajib Zakat pada Sapi

Nisab Kadar Wajib Zakat

30-39 ekor 1 sapi jantan atau sapi betina berumur 1 tahun

40-59 ekor 1 sapi betina berumur 2 tahun

60-69 ekor 2 sapi jantan berumur 2 tahun

70-79 ekor 1 sapi betina berumur 2 tahun dan 1 sapi

jantan berumur 1 tahun.

80-89 ekor 2 sapi betina berumur 2 tahun

90-99 ekor 3 sapi jantan berumur 1 tahun

100-109 ekor 2 sapi jantan berumur 1 tahun dan 1 sapi

betina berumur 2 tahun

110-119 ekor 2 sapi betina berumur 2 tahun dan 1 sapi

jantan berumur 1 tahun

120 ekor Setiap 30 ekor: 1 sapi jantan berumur 1 tahun

atau 1 sapi betina berumur 1 tahun. dan setiap

40 ekor: 1 sapi betina berumur 2 tahun

Sumber: (Fakhruddin, 2008)

Tabel 2.3

Kadar Zakat pada Kambing (Domba)

Nisab Kadar Wajib Zakat

40-120 ekor

1 kambing yang berjenis domba berumur

1 tahun atau 1 kambing dari jenis ma’iz

(kambing kacang) yang berumur 2 tahun

121-200 ekor 2 kambing

201-300 ekor 3 kambing

Lebih dari 301ekor Setiap kelipatan 100, bertambah 1

kambing sebagai wajib zakat.

Sumber: (Fakhruddin, 2008)

c) Zakat barang dagangan

Zakat perdagangan atau zakat perniagaan adalah zakat yang

dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual

beli. (Fakhrudin, 2008). Tarif zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%

(Fakhruddin, 2008).

Page 42: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

26

d) Zakat barang temuan (rikaz) dan barang tambang (ma’din)

Rikaz menurut zumhur ulama adalah harta peninggalan

yang terpendam dalam bumi atau disebut juga harta karun.

Sedangkan ma’din adalah sesuatu yang diciptakan Allah dalam

perut bumi baik padat maupun cair, seperti emas, perak, tembaga,

minyak, gas, besi dan sulfur (Fakhruddin, 2008). Rikaz dan ma’din

tidak disyaratkan mencapai haul (berlaku satu tahun), akan tetapi

wajib dikeluarkan zakatnya pada saat didapatkan, dan ukuran

zakatnya adalah 1

5 atau 20% (Fakhruddin, 2008).

e) Zakat emas dan perak

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar

dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-

benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka

menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang

yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada

jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka

akan mendapat) siksa yang pedih” (QS. Al-Baqarah: 34).

Ayat tersebut menyatakan bahwa mengeluarkan zakat emas

dan perak wajib hukumnya. Syara’ telah menegaskan bahwa emas

dan perak yang wajib dizakatai adalah emas dan perak yang sampai

nisab-nya dan telah cukup setahun dimiliki dengan penuh nisab-

nya, terkecuali jika emas dan perak yang baru didapati dari galian

Page 43: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

27

maka tidak disyaratkan cukup satu tahun (haul) (Fakhruddin,

2008).

Adapun nisab emas mengacu pada sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Ibnu Hazm dari Ali, bahwa Rasulullah bersabda:

“Tiada engkau atas sesuatu hingga ada emas itu, 20 dinar. Apabila

ada pada engkau 20 dinar itu telah sampai setahun engkau miliki,

maka zakatnya setengah dinar dan yang lebih dari padanya

menurut perhitungannya”.

Dari hadis tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ukuran

zakat emas adalah 1

40 atau 2,5% (Fakhruddin, 2008). Nisab zakat

emas adalah 85 gram emas (murni 24 karat).

2) Sumber-sumber zakat dalam perekonomian modern

a) Zakat profesi

Istilah zakat profesi menurut ulama salaf bagi zakat atas

penghasilan atau profesi biasanya disebut dengan al-mal al-mustafad.

Yang termasuk dalam kategori zakat ini adalah pendapatan yang

dihasilkan dari profesi non-zakat yang dijalani, seperti gaji pegawai

negeri/swasta, konsultan, dokter dan lain sebagainya, atau rezeki yang

dihasilkan secara tidak terduga seperti undian, kuis berhadian (yang

tidak mengandung unsur judi) dan lain-lain (Fakhruddin, 2008).

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hukum

zakat profesi. Sebagian ulama berpendapat bahwa zakat profesi tidak

didukung oleh adanya dalil yang jelas baik yang berasal dari Al-

Page 44: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

28

Qur’an maupun al-sunnah. Bahkan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam tidak pernah menerapkan zakat profesi dimasa beliau

masih hidup, sementara sekian jenis profosi dan spesialisasi telah ada.

Bahkan sampai sekian abad kemudian, umumnya para ulama pun

tidak pernah menuliskan adanya zakat profesi di dalam kitab-kitab

fiqih dalam bab khusus. Oleh karena itu, apabila sekarang ini ada

sebagian ulama yang mengatakan bahwa tidak ada zakat profesi di

dalam syariat Islam, hal ini masih bisa diterima.

Selanjutnya zakat profesi menurut mereka yang mencetuskannya

sebenarnya bukan hal yang baru. Bahkan para ulama yang mendukung

zakat ini mengatakan bahwa landasan zakat profesi atau penghasilan

itu sangant kuat, yaitu langsung dari Al-Qur’an itu sendiri. Istilah

yang digunakan dalam Al-Qur’an untuk zakat profesi ini adalah al-

kasab. Selain itu mereka juga mengatakan bahwa profesi di masa

Rasulullah SAW itu berbeda hakikatnya dengan profesi di masa kini.

Sebab sebenarnya yang terkena zakat itu pada hakikatnya bukan

karena dia berprofesi di berprofesi apa atau berdagang apa, tetapi

apakah seseorang sudah masuk dalam kategori kaya atau tidak. Masih

menurut kalangan pendukung zakat profesi, maka meski di masa

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ada beberapa jenis profesi,

namun mereka tidaklah termasuk orang kaya dan penghasilan mereka

tidak besar. Maka oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam,

merekapun tidak dipungut zakat. sebaliknya, pada masa itu orang kaya

Page 45: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

29

identik dengan pedagang, petani atau peternak atau mereka yang

memiliki simpanan emas dan perak. Maka kepada mereka zakat itu

dikenakan. Meski demikian, jelas tidak semua dari mereka adalah

orang kaya, karena itu ada aturan batas minimal kepemilikan atau

yang lebih dikenal dengan nisab.

Para peserta muktamar internasional pertama tentang zakat di

Kuwait telah sepakat tentang wajibnya zakat profesi apabila telah

mencapai nisab, meskipun mereka berbeda pendapat dalam cara

mengeluarkannya. Oleh karena itu, dengan berbagai pertimbangan di

atas, Didin Hafidhuddin menyimpulkan bahwa setiap keahlian dan

pekerjaan apapun yang terkait dengan orang lain, seperti seorang

pegawai dan karyawan, apabila penghasilan dan pendapatannya telah

mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.

Tidak ada ketetapan yang pasti tentang nisab, waktu, ukuran dan

cara mengeluarkan zakat profesi. Namun demikian terdapat beberapa

kemungkinan kesimpulan dalam menentukan nisab, waktu, ukuran

dan cara mengeluarkan zakat profesi. Hal ini sangat bergantung pada

qiyas/analog yang dilakukan.

Pertama, jika dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nisab,

waktu, ukuran dan waktu mengeluarkannya sama dengannya dan

sama pula dengan zakat emas dan perak. Nisab-nya senilai 85 gram

emas, ukuran zakatnya 2,5% dan waktu mengeluarkannya setahun

sekali, setelah dikurangkan kebutuhan pokok. Kedua, jika

Page 46: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

30

dianalogikan pada zakat pertanaia, maka nisab-nya senilai 653 kg padi

atau gandum, ukuran zakatnya senilai 5% dan dikeluarkannya pada

setiap mendapatkan gaji atau penghasilan, misalnya sebulan sekali.

Ketiga, jika dikategorikan dalam zakat emas atau perak dengan

mengacu pada pendapat yang menyamakan mata uang masa kini

dengan emas atau perak, maka dengan demikian nisab-nya adalah

setara dengan nisab emas atau perak, dan ukuran yang harus

dikeluarkan adalah 2,5%. Sedangkan waktu menunaikan zakatnya

adalah segera setelah menerima (tidak menunggu haul).

Zakat profisi juga dapat dianalogikan pada dua hal secara

sekaligus, yaitu pada zakat pertanian dan pada zakat emas dan perak.

Dari sudut nisab dianalogikan pada zakat pertanian yaitu sebesar lima

ausaq yaitu senilai 653 kg padi/gandum dan dikeluarkan pada saat

menerimanya. Karena dianaligikan sebagai zakat pertanian, maka

bagi zakat profesi tidak ada ketentuan haul. Ketentuan waktu zakat

menyalurkannya adalah pada saat menerima. Dari sudut ukuran,

dianalogikan pada zakat uang, karena memang gaji, honorarimupah

dan yang lainya pada umumnya diterima dalam bentuk uang. Karena

itu ukuran zakatnya adalah sebesar 2,5%.

b) Zakat perusahaan

Pada saat ini hampir sebagian besar perusahaan dikelola tidak

secara individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah

kelembagaan dan organisasi dengan manajemen yang modern.

Page 47: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

31

Menurut para ahli ekonomi, sekarang sebagaimana yang dikutip oleh

Didin Mafidhuddin, paling tidak, jenis perusahaan dapat

dikategorikan ke dalam tiga kelompok. Pertama, perusahaan yang

menghasilkan produk tertentu. Kedua, perusahaan yang bergerak

dibidang jasa dan ketiga perusahaan yang bergerak di bidang

keuangan. Adapun yang menjadi landasan hukum kewajiban zakat

perusahaan adalah nash-nash yang bersifat umum, seperti yang

termaktub dalam surat al-Baqarah: 267, yang artinya:

“Hai orang-orang yang berimah, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian hasil dari usahamu yang baik-baik dan sebian dari apa yang

kami keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih

yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu

sendiri tidak mau nmengambilnya melainkan dengan memicingkan

mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji.”

Sedangkan landasan hukum zakat perusahaan dari hadits, dapat

dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Abdillah

al-Anshari dari bapaknya, ia berkata bahwa Abu Bakar r.a. telah

menulis surat yang berisikan kewajiban yang diperintahkan oleh

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

“dan janganlah disatukan (dikumpulkan) harta yang mula-mula

terpisah. Sebaliknya jangan pula dipisahkan harta yang pada

mulanya bersatu, karena takut mengeluarkan zakat.”

Page 48: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

32

Hadis tersebut pada awalnya hanya berkaitan dengan kongsi

hewan ternak, sebagaimana dikeukakan dalam berbagai kitab fiqh.

Akan tetapi dengan dasar qiyas dipergunakan pula untuk berbagai

kitab perusahaan dan perkongsian serta kerja sama dalam berbagai

bidang.

Perusahaan menurut hasil muktamar internasional pertama di

Kuwait termasuk kedalam syakhsan hukumiyah i’tibaran (badan

hukum yang dianggap orang). Karena diantara individu itu kemudian

muncul transaksi, meminjam, menjual, berhubungan dengan pihak

luar, dan juga menjalin kerja sama. Segala kewajiban dan hasil

akhirpun dinikmati secara bersama. Termasuk didalamnya kewajiban

kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam bentuk zakat. tetapi di luar

zakat perusahaan, tiap individu wajib mengeluarkan zakat, sesuai

dengan penghasilan dan nisab-nya.

Sebuah perusahaan biasanya memiliki harta yang tidak akan

terlepas dari tiga bentuk, yaitu pertama, harta dalam bentuk barang,

baik yang berupa sarana dan prasarana, maupun yang berbentuk

komoditas perdagangan. Kedua, harta dalam bentuk uang tunai, yang

biasanya disimpan di lembaga keuangan. Ketiga, harta dalam bentuk

piutang. Dengan demikian harta yang wajib dizakati adalah ketiga

bentuk harta tersebut, dikurangi harta dalam bentuk sarana dan

prasarana dan kewajiban mendesak lainnya, seperti uang yang jatuh

tempo atau yang harus dibayar saat itu juga.

Page 49: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

33

Perhitungan zakat perusahaan didasarkan pada laporan

keuangan perusahaan (neraca) dengan cara mengurangkan kewajiban

atas aktivitas lancar. Dengan kata lain, seluruh harta (diluar sarana dan

prasarana) ditambah keuntungan dikurangi pembayaran utang dan

kewajiban lainnya lalu dikeluarkannya 2,5% sebagai zakat. sementara

pendapat lainnya menyatakan bahwa, yang wajib dikeluarkan

zakatnya itu hanyalah keuntungan/hasilnya saja.

c) Zakat surat berharga

Saham dan obligasi adalah kertas berharga yang berlaku dalam

transaksi-transaksi perdagangan khususnya yang disebut “Bursa

kertas-kertas berharga”.

(1) Zakat saham

Saham merupakan sebagian modal dari sebuah perusahaan

yang akan mengalami keuntungan dan kerugian sesuai dengan

keuntungan dan kerugian perusahaan tersebut. Pemilik saham

merupakan salah seorang rekan kongsi di dalam sebuah perusahaan

atau dengan kata lain dia merupakan pemilik sebagian dari harta

perusahaan mengikuti ukuran nisbah saham-sahamnya berbanding

dengan jumlah keseluruhan saham perusahaan dan pemilik saham

berhak menjual sahamnya bila dikehendaki.

Saham merupakan salah satu bentuk harta yang berkaitan

dengan perusahaan dan bahkan berkaitan dengan kepemilikan.

Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan

Page 50: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

34

perusahaan untuk menjalankan operasional perusahaan. Pada

setiap akhir tahun yang biasanya pada waktu rapat umum

pemegang saham (RUPS) dapatlah diketahui keuntungan dan

kewajiban zakat terhadap saham tersebut.

Yusuf Qardhawi mengemukakan dua pendapat yang berkaitan

dengan kewajiban membayar zakat pada saham tersebut. Pertama,

jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan industri murni

artinya tidak melakukan kegiatan perdagangan, maka perusahaan

tersebut tidak wajib dikenakan zakat. Kedua, jika perusahaan

tersebut merupakan perusahaan dagang murni yang membeli dan

menjual barang-barang tanpa melakukan kegiatan pengelolaan,

maka saham-saham atas perusahaan tersebut wajib dikeluarkan

zakatnya. Landasan hukum kewajiban zakat saham pun diambil

dari keumuman ayat tentang harta-harta yang wajib dizakati. Nabi

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah bersabda: “Apabila kamu

mempunyai 200 dirham dan telah cukup hail (genap setahun)

diwajibkan zakatnya 5 dirham dan tidak diwajibkan mengeluarkan

zakat (emas) kecuali kamu mempunya 20 dinar. Apabila kamu

mempunya 20 dinar dan telah cukup haulnya, diwajibkan zakatnya

setengah dinar. Demikian juga ukuranya jika nilainya bertambah

dan tidak diwajibkan zakat bagi sesuatu harta kecuali genap

setahun”.

Page 51: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

35

Zakat saham dianalogikan pada zakat perdagangan, baik nisab

ataupun ukurannya yaitu senilai 85 gram emas dan zakatnya senilai

2,5%. Sementara itu, menurut muktamar internasional pertama

tentang zakat menyatakan jika, perusahaan telah mengeluarkan

zakatnya sebelum dividen dibagikan kepada pemegang saham,

maka pemegang saham tidak perlu lagi mengeluarkan zakatnya.

Jika belum mengeluarkan, maka zakat pemegang sahamlah yang

berkewajiban mengeluarkan zakatnya.

(2) Zakat obligasi

Obligasi adalah kertas berharga yang berisi pengakuan bahwa

bank, perusahaan atau pemerintah berhutang kepada pembawanya

sejumlah tertentu dengan bunga tertentu pula. Obligasi merupakan

bagian dari pinjaman yang diberikan kepada pihak perusahaan atau

pihak yang mengeluarkannya. Landasan kewajiban pengambilan

zakat dari obligasi diambil dari keumuman ayat tentang harta-harta

yang wajib dizakati adapun dasar haditsnya adalah, Saidina Ali

telah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam telah bersabda: “Apabila kamu mempunyai 200 dirham

dan telah cukup haul (genap setahun) diwajibkan zakatnya 5

dirham dan tidak diwajibkan mengeluarkan zakat (emas) kecuali

kamu mempunya 20 dinar . Apabila kamu mempunyai 20 dinar dan

telah cukup haulnya, diwajibkan zakatnya setengah dinar.

Page 52: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

36

Demikian juga ukuranya jika nilainya bertambah dan tidak

diwajibkan zakat bagi sesuatu harta kecuali genap setahun”.

Untuk menentukan status hukum bermuamalah dengan

obligasi sebaiknya dilihat pembagian jenis obligasi tersebut.

Terdapat dua macam obligasi. Pertama, obligasi konvensional

yang merupakan surat hutang dari suatu lembaga, perusahaan atau

negara untuk jangka waktu tertentu dan dengan suku bunga

tertentu. Pihak yang mengeluarkannya diibaratkan sebagai

peminjam dan pembeli diibaratkan sebagai pemberi pinjaman.

Para investor akan mendapatkan return yaitu bunga yang

bersifat tetap, dibayarkan secara periodik atas dasar nilai

nominalnya. Para ulama sependapat mengenai keharaman

bermuamalah dengan obligasi jenis ini karena sarat dengan unsur

ribawi. Jenis obligasi kedua adalah obligasi syariah, perbedaan

yang mendasar antara obligasi konvensional dan syariah terletak

pada akadnya. Pada obligasi konvensional akad yang digunakan

adalah hutang piutang dengan komparasi suku bunga tertentu.

Sedangkan, obligasi menggunakan akad mudharabah, dengan

prosentase bagi hasil yang disetujui kedua belah pihak. Disini,

status penerbit obligasi adalah sebagai penglola (mudharib),

sedangkan pemberi obligasi sebagai pemilik modal (shahibul mal).

Obligasi syariah hukumnya halal dan wajib dizakatkan, baik

obligasinya maupun keuntungan yang diperoleh. Besarnya zakat

Page 53: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

37

adalah 2,5% pertahun dianalogikan pada zakat komoditi

perdagangan.

d) Zakat madu dan produk ternak

Madu adalah cairan yang keluar dari perut lebah yang

mengandung berbagai macam kandungan gizi maupun obat bagi

manusia. Dalam menetapkan zakat terhadap madu, M. Ali Hasan

mencatat dua kelompok ulama yang berbeda pendapat. Kelompok

pertama, antara lain Abu Hanifah dan pengikutnya berpendapat bahwa

madu itu wajib dikeluarkan zakatnya. Dan besar zakatnya adalah 10%.

Imam Ahmad juga berpendapat sama, menurutnya Umar bin Khatab

pernah memungut zakat madu. Selanjutnya, M. Ali hasa mencatat tiga

hadits sebagai landasan yang dipergunakan oleh Imam Abu Hanifah

dan ulama yang sependapat dengannya:

Hadis pertama diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruquthni.

“Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil

zakat madu sebesar 1/10 (10%)”. (H.R Ibn Majah dan Daruquthni)

Hadis kedua diriwayatkan oleh Abu Sayyarah al-Mut’i.

“Sesungguhnya Abu Sayyarah al-Mut’i berkata: saya bertanya:

wahai Rasulullah saya mempunyai lebah, Beliau bersabda:

Keluarkanlah 1/10. Saya berkata: wahai Rasulullah jagalah hal

tersebut. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjaganya

hal itu (sehingga tetap menjadi milikku”. (H.R Ahmad dan Ibn

Majah).

Page 54: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

38

Sedangkan hadis ketiga diriwayatkan oleh Baihaki.

“Keluarkanlah 1/10 madu kalian, dan kemudian madu itu dibawa

kepada Umar dan menjualnya, lalu Umar memasukannya ke dalam

zakat kaum muslimin” (H.R al-Baihaki).

Kelompok kedua, antara lain terdiri dari imam Malik, Ibn Abi

Laila, Hasan Abi Salih dan Ibn Al-Mundziri menyatakan bahwa madu

itu bukan objek yang harus dikeluarkan zakatnya. Hal ini dikarenakan

hadits diatas tidaklah kuat sehingga tidak dapat dijadikan dalil dan

madu merupakan cairan yang sama kedudukannya seperti susu

binatang, sedangkan susu tidak dikenakan zakat.

Dari kedua pendapat tersebut, Yusuf al-Qardhawi melihat bahwa

pendapat yang mewajibkan adanya kewajiban zakat madu, merupakan

pendapat yang relatif lebih kuat (Qardawi, 1996). Hal ini didasarkan

pada beberapan alasan. Alasan pertama, keumuman nash yang tidak

memerinci antara harta dan yang lainnya, nash yang dimaksud adalah

surat at-Taubah: 103.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. At-

Taubah: 130).

Kedua, analogi madu dengan hasil tanaman dan buah-buahan,

yakni setiap penghasilan yang diperoleh dari bumi, dinilai sama

Page 55: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

39

dengan penghasilan yang diperoleh dari lebah. Dan ketiga, terdapat

beberapa hadits yang walaupun berbeda-beda periwayatannya

menunjukan bahwa madu itu termasuk objek yang wajib dikeluarkan

zakatnya.

Adapun mengenai zakat produksi hewani seperti sutra dan susu,

sebagian ulama yang menyatakan buka sebagai sumber zakat

sehingga tidak wajib dikeluarkan. Tetapi sebagian lagi menyatakan

sebagai sumber zakat, sehingga wajib dikeluarkan, apabila telah

memenuhi persyaratan sebagai sumber zakat. Di samping terjadi

perbedaan pendapat dalam menentukan statusnya, perbedaan

pendapatpun terjadi dalam analogi kewajiban zakatnya.

Produk-produk hewani termasuk dalam objek zakat dan menjadi

komoditas perdagangan. Berdasarkan hal tersebut maka

penganalogian zakat ini adalah zakat perdagangan disamping

pendapat yang menganalogikannya kepada pertanian. Jika

penganalogian pada perdagangan maka nisab-nya senilai 85 gram

emas dan wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebesar 2,5%.

Namun, jika dianalogikan kepada pertanian, maka nisab-nya senilai

635 kg padi/gababah atau gandum dan presentase zakatnya sebesar

10% dikeluarkan setiap panen. Mazhab Imam bin Hambali

menyatakan bahwa ukuran zakat madu adalah sebesar 10%.

e) Zakat investasi properti

Page 56: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

40

Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang

diperoleh dari hasil investasi. Hal ini dilakukan oleh suatu perusahaan

jika ia memiliki surplus anggaran untuk membiayai kegiatan pokoknya.

Pada zaman ini, investasi merupakan sektor ekonomi yang amat vital.

Yang dimaksud dengan zakat investasi adalah kekayaan yang tidak

wajib atas materinya tetapi hasil dsri produknya. Yusuf al-Qardhawi

dalam fiqh zakat mengistilahkan kegiatan ini dalam al-musthaghallat

atau investasi, baik untuk disewakan maupun untuk melakukan

kegiatan produksi yang kemudian di jual. Sebagian ulama seperti Ibnu

Hazm dan beberapa ulama lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh

Didin Hafidhhuddin, menyatakan bahwa harta tersebut bukan

merupakan sumber zakat. Karenanya zakat tidak wajib pada harta

tersebut. Pendapat ini disebabkan karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam tidak menjelaskan secara rinci sumber-sumber yang wajib

dikeluarkan zakatnya. Dan mereka juga berpendapat bahwa para ulama

fiqh, sepanjang masa dan waktu tidak ada yang mewajibkannya.

Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang

diperoleh dari hasil investasi. Yang wajib dikeluarkan zakatnya bukan

dari nilai investasi, tetapi pemasukan dari investasi tersebut.

Pengeluaran zakatnya bukan dihitung berdasarkan perputaran tahun,

tetapi berdasarkan pemasukan hasil. Yaitu ketika penerimaan uang

maka saat itu zakat dikeluarkan. Harta investasi yang dikeluarkan

zakatnya adalah hasil investasi itu setelah dikurangi dengan kebutuhan

Page 57: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

41

pokok. Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa yang

dikeluarkan zakatnya adalah pemasukan kotornya. Pendapat ini lebih

cocok bagi pemilik investasi yang besar dan mendatangkan keuntungan

berlimpah sehingga pemiliknya hidup berkecukupan.

Dilihat dari karakteristik investasi, biasanya modal tidak bergerak

dan tidak terpengaruh terhadap hasil produksi. Dengan demikian zakat

investasi lebih dekat ke zakat pertanian, yaitu seharga 520 kg beras tiap

panen. Zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan

modal tidak dikenai zakat. kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5%

atau 10%. Dengan perincian 5% untuk penghasilan kotor dan 10%

untuk penghasilan bersih. Adapun nisab untuk zakat investasi

mengikuti nisab zakat pertanian. Para ulama berpendapat bahwa nisab

zakat investasi adalah jumlah penghasilan bersih selama setahun, meski

pemasukan ini terjadi setiap waktu.

Para ulama menganalogikan zakat investasi ini dengan zakat

pertanian, yaitu antara 5% hingga 10% adapaun cara pembayaran

zakatnya adalah jika perusahaan yang mengeluarkan saham itu telah

membayarkan zakatnya, maka tidak ada lagi kewajiban zakat atas

pemilik saham. Tetapi jika belum maka pemilik harus menzakatkannya

sesuai dengan tujuan apa ia memiliki zakat tersebut.

f) Zakat asuransi syariah

Islam memiliki sebuah sistem yang mampu memberikan jaminan

atas kecelakaan atau musibah lainnya melalui sistem zakat. bahkan

Page 58: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

42

sistem ini jauh lebih unggul dari asuransi konvensional karena sejak

awal didirikan memang untuk kepentingan sosial dan bantuan

kemanusiaan. Sehingga seseorang tidak harus mendaftarkan diri

menjadi anggota dan juga tidak diwajibkan untuk membayar premi

secara rutin. Bahkan jumlah bantuan yang diterimanya tidak berkaitan

dengan level seseorang dalam daftar peserta tetapi berdasarkan tingkat

kerugisn yang menimpanya dalam musibah tersebut. Dana yang

diberikan kepada setiap orang yang tertimpa musibah ini bersumber

dari orang-orang kaya yang membayarkan kewajiban zakatnya sebagai

salah satu rukun Islam.

Asuransi syariah adalah suatu asuransi yang diperbolehkan secara

syariah, jika tidak menyimpang dari prinsi-prinsip dan aturan-aturan

syariat Islam. Untuk itu dalam muamalah tersebut harus memenuhi

ketentuan-ketentuan seperti:

(1) Asuransi syariah harus dibangun atas dasar ta’awun (kerja sama),

tolong menolong, saling menjamin, tidak berorientasi nisnis atau

keuntungan materi semata.

(2) Asuransi syariah tidak bersifat mu’awadhah, tetapi tabarru dan

mudharabah.

(3) Sumbangan (tabarru) sama dengan pemberian (hibah).

(4) Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah

ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakan

prinsip ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu

Page 59: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

43

diambilnya sejumlah uang guna membantu orang yang sangat

memerlukan.

(5) Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya

dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila

terkena suatu musibah. Akan tetapi ia biberi uang jamaah sebagai

ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jamaah.

(6) Apabila uang itu akan dikembangkan, maka ia harus dijalankan

menurut aturan syar’i.

Perusahaan asuransi sebagi pengelola dana dapat melakukan

kegiatan-kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil, seperti

mudharabah, murabahah, musyarakah dan wadiah. Atas dasar itu

semua, jika dilihat dari kajian zakat, perusahaan asuransi syariah

termasuk dalam sumber atau objek zakat. sehingga setiap tahun wajib

dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dari total aset yang dimilikinya

setelah diperhitungkan rugi labanya. Demikian pula nasabah atau

peserta atau ahli warisnya yang mendapatkan klaim asuransi, pada saat

menerimanya ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dari

seluruh klaim yang diterimanya, jika jumlahnya mencapai lebih atau

sama dengan senilai 85 gram emas.

Zakat dari asuransi syariah pada saat menerima klaimnya jika

besarnya sama atau lebih dari 85 gram emas, maka zakat yang

dikeluarkan sebesar 2,5%.

2. Organisasi Nirlaba

Page 60: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

44

Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang tidak berorientasi pada

pencarian laba, melainkan organisasi yang bertujuan untuk mensejahterakan

kehidupan sosial masyarakat. Organisasi nirlaba meliputi sekolah,

universitas, lembaga penelitian, organisasi kesehatan, organisasi

lingkungan, organisasi hak asasi manusia, organisasi keagamaan, yayasan,

organisasi sosial (Anheier, 2005), termasuk didalamnya organisasi

pengelola zakat. Bagi para stakeholder organisasi nirlaba, pengukuran

kinerja dapat digunakan sebagai evaluasi atas akuntabilitas internal dan

eksternal organisasi tersebut.

3. Organisasi Pengelola Zakat

Amil atau pengelola zakat adalah orang atau sekelompok orang atau

institusi yang bertugas mengumpulkan, rnendistribusikan

danmendayagunakan zakat (Kementerian Agama Republik Indonesia,

2013). Menurut Yusuf Qardawi, Amil adalah mereka yang melaksanakan

segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul sampai kepada

bendahara dan para penjaganya. Juga mulai dari pencatat sampai kepada

penghitung yang mencatat keluar masuknya zakat, dan membagi kepada

mustahiknya. Salah satu aktivitas amil adalah melakukan kegiatan

penggalangan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf dari masyarakat, baik

individu, kelompok organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan

didayagunakan untuk mustahik atau penerima zakat (Sucipto, 2011).

Definisi amil dapat pula tercermin dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat

130 yang artinya:

Page 61: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

45

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. At-Taubah: 130).

Dalam surat At-Taubah diatas menjelaskan bahwa zakat itu diambil

(dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban membayar zakat (muzakki)

untuk kemudian diberikan kepada orang yang berhak menerimanya

(mustahiq). Dimana yang mengambil dan menjemput zakat tersebut adalah

petugas (amil).

Sementara itu pengertian pengelolaan zakat dalam UU nomor 23

tahun 2011 menjelaskan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Lebih lanjut, dalam UU nomor

23 tahun 2011 tersebut dalam melakukan pengelolaan zakat di Indonesia

dapat dilakukan oleh oraganisasi pengelolaan zakat, yaitu: Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS), yaitu lembaga yang melakukan pengelolaan

zakat secara nasional. Selain itu, terdapat Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu

lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. serta terdapat

pula Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yaitu satuan organisasi yang dibentuk

oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat.

Dalam UU nomor 23 tahun 2011 pada pasal 3 menjelaskan bahwa

tujuan pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan efektivitas dan

Page 62: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

46

efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, dan untuk meningkatkan

manfaat zakat demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan sebagai

upaya penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka

pembentukan organisai pengelola zakat penting dilakukan dengan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan danpelayanan

ibadah zakat, meningkatnya fungsi dan peran pranata keagamaan dalam

upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta

meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

4. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good

governance yang saat ini sedang diupayakan di Indonesia (Sadjianto, 2000).

Akuntabilitas memiliki cakupan yang luas, dan dapat lihat dari sikap dan

watak manusia meliputi akuntabilitas intern dan ekstern, seperti yang

diungkapkan oleh Ni Wayan yang dikutip oleh Janet Silvia (2011)

menyatakan bahwa akuntabilitas secara intern disebut juga akuntabilitas

secara spiritual karena merupakan pertanggungjawaban seseorang kepada

Tuhannya, sedangkan akuntabilitas secara eksten adalah

pertanggungjawaban seseorang kepada lingkungannya secara formal

(terhadap atasan) maupun informal (terhadap masyarakat).

Dalam organisasi profit maupun non-profit, akuntabilitas selama ini

dipahami hanya terbatas pada penyusunan laporan keuangan bahkan lebih

sempit lagi yaitu hanya mencakup pertanggungjawaban anggaran.

Akibatnya, entitas menganggap bahwa kewajiban mempertanggung

Page 63: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

47

jawabkan kegiatan secara memadai itu hanya sebatas melaporkan

penggunaan dananya, tanpa mengevaluasi manfaat dari kegiatan tersebut

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat (Dwi Afritanti, 2015). Hal

ini tidak sejalan dengan harapan masyarakat atas kondisi ideal suatu

organisasi khususnya OPZ sebagai pengelola dana zakat yang berasal dari

masyarakat.

Menutur The Oxford Learner’s Dictionary, akuntabilitas adalah the

fact of being responsible for your decisions or actions and expected to

explain them when you are asked (Oxford University Press, 2016). Dengan

kata lain, dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan

melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatannya terutama dibidang

administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Indikator

pengukuran kinerja adalah kewajiban individu dan organisasi untuk

mempertanggungjawabkan capaian kinerja melalui pengukuran yang

seobjektif mungkin.

Menurut J.B Ghartey akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban

terhadap pertanyaana yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa,

kepada siapa, yang mana dan bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan

jawaban tersebut antara lain, apa yang harus dipertanggungjawabkan,

mengapa pertanggungjawaban harus diserahkan, kepada siapa

pertanggungjawaban itu harus diserahkan, siapa yang bertanggungjawab

terhadap berbagai bagian kegiatan dalam masyarakat, apakah

pertanggungjawban berjalan seiring dengan kewenangan yang memadai dan

Page 64: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

48

lain sebagainya (Lembaga Administrasi Negara, 2000). Akuntabilitas juga

merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian

hasil pada pelayanan publik. Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara bagaimana untuk mencapai

semua itu.

Deklarasi Tokyo mengenai akuntabilitas publik menetapkan definisi

sebagai berikut, bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dari

individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya

publik dan yang bersangkutan untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan program

(Departemen Teknik Planologi ITB, 2004). Akuntabilitas merupakan

perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk

mempertanggugjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan

dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media

pertanggungjawaban secara periodik.

Media akuntabilitas yang memadai adalah berbentuk laporan yang

dapat mengekspresikan pencapaian melalui pengelolaan sumber daya suatu

organisasi. Media akuntabilitas ini dapat berupa laporan tahunan tentang

pencapaian tugas pokok dan fungsi dengan aspek-aspek penunjangnya

seperti aspek keuangan, aspek sarana dan prasarana, aspek sumber daya

manusia dan lain-lain (Lembaga Administrasi Negara, 2000).

Page 65: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

49

Akuntabilitas informasi diperlukan sebagai bantuan untuk pengambilan

keputusan tentang kinerja aktual. Pada berbagai tingkat manajemen,

informasi akuntabilitas digunakan secara internal dengan tujuan

pengendalian manajemen di seluruh siklus kegiatan manajemen seperti

perencanaan dan informasi anggaran yang diperlukan untuk membangun

kerangka acuan akuntabilitas.

Akuntabilitas dapat dipandang dari berbagai perspektif (Sadjianto,

2000). Dari perspektif akuntansi, American Accounting Association

menyatakan bahwa akuntabilitas suatu entitas pemerintahan dapat dibagi

dalam empat kelompok, yaitu akuntabilitas terhadap:

a) Sumber daya finansial

b) Kepatuhan terhadap aturan hukum dan kebijaksanaan administratif

c) Efisiensi dan ekonomisnya suatu kegiatan

d) Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercermin dalam

pencapaian tujuan, manfaat dan efektivitas.

Sedangkan dari perspektif fungsional, menurut Stewart yang dikutip

oleh Sofia Yasmin (2014) menyatakan bahwa akuntabilitas dilihat sebagai

suatu tingkatan dengan lima tahap yang berbeda yang diawali dari tahap

yang lebih banyak membutuhkan ukuran-ukuran obyektif (legal

compliance) ke tahap yang membutuhkan lebih banyak ukuran-ukuran

subyektif (Sofia Yasmin, 2013). Tahap-tahap tersebut adalah:

a) Akuntabilitas kejujuran dan hukum

Page 66: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

50

Hal ini menyangkut pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai

dengan anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (compliance). Akuntabilitas

kejujuran dan hukum, terkait dengan dilakukannya penyalagunaan,

KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme), sehingga dapat menjamin sebuah

praktik yang sehat, sedangkan akuntabilitas hukum menjamin adanya

peraturan terkait dengan supremasi hukum dan peraturan lain dalam

organisasi (Janets Silvia, 2011; Sofia Yasmin, 2013).

b) Akuntabilitas proses

Dalam hal ini menyangkut proses, prosedur, atau ukuran-ukuran

dalam melaksanakan kegiatan yang ditentukan (planning, allocating

and managing), hal ini ditekankan lebih kepada pemberian pelayanan

yang cepat dan responsif.

c) Akuntabilitas kinerja

Pada level ini dilihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah efisien

dan juga melakukan evaluasi atas kinerja organisasi dengan

membandingkan apakah kegiatan organisasi telah sesuai dengan

standar yang ada.

d) Akuntabilitas program

Pada level ini, dilakukan suatu penilaian terhadap penetapan dan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan ini berkaitan terhadap

keterbukaan informasi atas aktivitas dan pencapaian tersebut.

Akuntabilitas program, berkaitan dengan bagaimana organisasi

Page 67: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

51

melahirkan sebuah program yang berkualitas serta mendukung strategi

dalam pencapaian visi dan misi organisasi (Janets Silvia, 2011).

e) Akuntabilitas kebijakan

Dalam tahap ini, mencoba untuk memastikan bahwa pihak-pihak

yang terlibat bertanggungjawab atas segala pemilihan berbagai

kebijakan yang dibuat, hal ini berkaitan dengan pertanggungjawaban

yang dilakukan pembina, pengurus dan pengawas atas kebijakan yang

diambil, sehingga dibutuhkan sebuah pertimbangan dalam membuat

suatu kebijakan.

Dari perspektif sistem akuntabilitas, terdapat beberapa karakteristik

pokok sistem akuntabilitas ini yaitu:

a) Berfokus pada hasil.

b) Menggunakan beberapa indikator yang telah dipilih untuk mengukur

kinerja.

c) Menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan

atas suatu program atau kebijakan.

d) Menghasilkan data secara konsisten dari waktu ke waktu.

e) Melaporkan hasil (outcomes) dan mempublikasikannya secara teratur.

Menurut Pace yang dikutip oleh Sofia Yasmin (2014), menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara agama dan akuntabilitas. Lebih lanjut

Askary dan Clarke menjelaskan bahwa, Islam memberikan perhatian yang

besar terhadap akuntabilitas dan etika, dengan menyatakan bahwa

akuntabilitas bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban sosial tetapi

Page 68: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

52

utamanya untuk memenuhi kewajiban agama. Dari sudut pandang Islam,

kata lain untuk akuntabilitas adalah “hesab” dimana kata ini dituliskan

dalam Al-Quran sebanyak delapan puluh kali, yang menandakan pentingnya

akuntabilitas untuk dilaksanakan. Selanjutnya, Baydoun dan Willett melihat

akuntabilitas sosial dan keterbukaan secara penuh sebagai dasar penggugur

akuntabilitas sesungguhnya dalam Islam tidakhanya kepada manusia semata

tetapi kepada Allah SWT.

Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dalam laporan

keuangan yang diterbitkan oleh organsasi tersebut. Untuk bisa disahkan

sebagai organisasi resmi, lembaga zakat harus menggunakan sistem

pembukuan yang benar dan siap diaudit akuntan publik. Ini artinya standar

akuntansi zakat mutlak diperlukan. Karena dalam PSAK No. 109, akuntansi

zakat bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan

pengungkapan transaksi zakat, infak/shadaqah (Rahmayanti, 2015).

5. E-Governance

Yamamoto seperti yang dikutip oleh Nurhadryani (2009) menjelaskan

bahwa konsep governance merupakan hasil pergeseran wewenang atau disebut

dengan pergeseran paradigma dari era ‘government’ (pemerintah) menjadi era

‘governance’ (kepemerintahan). Pergeseran yang dimaksud adalah transfer

wewenang dari pemerintah kepada sektor non-pemerintah seperti sektor privat,

lembaga swadaya masyarakat maupun masyarakat secara individual sehingga

sektor non-pemerintah semakin meningkat dan terbuka aksesnya dalam proses

pembuatan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan.

Page 69: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

53

E-Governance digambarkan sebagai suatu aplikasi atas perangkat keras,

perangkat lunak, internet dan teknologi informasi dan komunikasi lainnya yang

dapat digunakan pemerintah untuk memberikan pelayanan secara efektif,

efisien, transparan dan akuntabel yang memungkinkan maksimalnya pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat. E-Governance merupakan suatu alat yang

berguna untuk memastikan terjadinya sistem chack and balance (Hassan,

2013).

E-Governance merupakan penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi oleh pemerintah, masyarakat, dan organisasi untuk saling

berdialog dan memberikan umpan balik sebagai proses partisipasi dalam

mendukung good governance (Gajendra Sharma, 2014). E-governance terdiri

dari dua elemen penting yaitu ‘governance’ sebagai konsep utama dan

‘elektronik’ atau ICTs (Information’s and Communication Technologies)

sebagai alat untuk meningkatkan proses governance (Nurhadryani, 2009).

Menurut World Bank yang dikutip oleh Puji Lestari (2015) mengatakan bahwa

e-governance mengacu pada penggunaan teknologi informasi (seperti Wide

Area Network, internet, dan mobile computing) oleh instansi pemerintah yang

memiliki kemampuan untuk mengubah hubungan dengan masyarakat, bisnis,

dan badan lain dari pemerintah yang dapat digunakan untuk menyebarkan

informasi kepada sektor-sektor yang terlibat, menyelenggarakan pelayanan

publik kepada sektor yang terkait dan berkomunikasi antar sektor secara

elektronik. Teknologi ini dapat melayani berbagai tujuan yang berbeda seperti

pengiriman yang lebih baik dari pemerintah kepada masyarakat, meningkatkan

Page 70: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

54

interaksi dengan bisnis dan industri, pemberdayaan warga melalui akses

informasi, atau manajemen pemerintah yang lebih efisien (Puji Lestari, 2015).

Manfaat atas penerapan e-governance yang dihasilkan adalah dapat

mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi, akuntabilitas, cepat, mudah,

biaya yang efektif dalam melakukan pelayanan dan meningkatkan partisipasi

masyarakat karena kemudahan dalam mengakses setiap informasi (Kiran

Yadav, 2014). Tanpa ICTs proses governance sulit atau lamban untuk terwujud

(Puji Lestari, 2015).

6. Kinerja

a) Pengertian kinerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kinerja adalah sesuatu yang

dicapai; prestasi yang diperlihatkan; dan kemampuan kerja. Menurut

Mahsum yang dikutip oleh Shabri (2011) menyatakan bahwa Kinerja adalah

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan

misi organisasi yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi.

Sedangkan menurut Mahmudi menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu

konstruksi multi dimensional yang mencakup banyak faktor yang

mempengaruhinya antara lain:

1) Faktor personal yang meliputi pengetahuan, keterampilan fisik,

kemampuan kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki

seseorang.

Page 71: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

55

2) Faktor kepemimpinan yang meliputi kualitas dalam motivasi,

semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan para

pemimpin.

3) Faktor tim yang meliputi kualitas dukungan dan semangat,

kepercayaan, kekompakan, dan keeratan dari rekan satu tim.

4) Faktor sistem yang meliputi sistem kerja, fasilitas, proses organisasi,

dan budaya kerja dalam organisai.

5) Faktor kontekstual (situasional) yang meliputi pengaruh tekanan dan

perubahan lingkungan eksternal dan internal.

b) Pengukuran kinerja

Pengukuran kinerja adalah proses dimana organisasi menetapkan

parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi, dan akuisisi yang

dilakukan. Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menghasilkan informasi

yang relevan pada program atau kinerja organisasi yang dapat digunakan

untuk memperkuat manajemen dan menginformasikan pengambilan

keputusan, mencapai hasil dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan,

serta meningkatkan akuntabilitas (Poister, 2003).

Menurut Schuster, Berman dan West yang dikutip oleh Poister (2003)

mengatakan bahwa pengukuran kinerja pada organisasi nirlaba oleh

manajer dipandang sebagai usaha yang penting untuk dilakukan. Suatu

organisasi dapat diketahui berjalan dengan baik setelah ada evaluasi dari

kegiatan yang sudah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara

mengukur kinerja, sehingga aktivitas organisasi dapat dipantau secara

Page 72: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

56

periodik. Tujuan pokok pengukuran kinerja menurut Mulyadi yang dikutip

oleh Shabri (2011) adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai

tujuan organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah

ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang

diinginkan. Penilaian kinerja dilakukan juga untuk menekan perilaku yang

tidak semestinya dan untuk mendorong perilaku yang semestinya

diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta imbal

balik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

Menurut Taylor dan Sumariwalla yang dikutip oleh Poister (2003)

menyatakan bahwa, pada awal 1990-an, kesehatan nirlaba dan lembaga-

lembaga kemanusiaan biasanyan melakukan pengukuran mengenai

akuntabilitas keuangan, produk program atau output, standard kualitas

dalam pelayanan, demografi dan karakteristik lainnya, efisiensi, dan

kepuasan klien. Mengingat bahwa banyak lembaga nirlaba yang bergerak

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat luas dengan tujuan

melakukan perbaikan sosial, seperti yang dilakukan oleh organisasi

pemerintah, dengan memperhatikan kriteria pengukuran, seperti efektivitas

program, efisiensi operasi, kualitas layanan, dan kepuasan klien. Proses

pengukuran kinerja sangat mirip di sektor nirlaba dan sektor publik,

terutama dalam hal masalah teknis. Sistem pengukuran harus dirancang

untuk mendukung dan melayani kebutuhan proses manajemen. Sistem

pengukuran kinerja yang digunakan untuk mendukung berbagai fungsi

manajemen, sebagai berikut: (1) Monitoring dan pelaporan, (2) Perencanaan

Page 73: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

57

strategis, (3) Penganggaran dan manajemen keuangan, (4) Manajemen

Program, (5) Evaluasi Program, (6) Manajemen kinerja, (7) Peningkatan

kualitas dan perbaikan proses, (8) Manajemen kontrak, (9) Benchmarking

eksternal, dan (10) Komunikasi dengan publik. Masing-masing fungsi ini

dapat dilakukan dengan cara-cara untuk memfasilitasi manajemen dan

dalam setiap kasus pengukuran kinerja sangat penting untuk memberikan

umpan balik yang berfokus pada hasil.

1) Pengukuran kinerja organisasi nirlaba

Menurut Argyris dan Bennis yang dikutip oleh Agyenim Boateng

(2016), menyatakan bahwa pengukuran kinerja organisasi nirlaba saat

ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pengukuran internal

dan eksternal. Pengukuran internal dapat dilihat dari tingkat kesehatan

organisasi terutama pada indikator keuangan seperti efisiensi

pendanaan, kekurangan dana, biaya dan pertumbuhan dan kinerja

keuangan. Sedangkan, pengukuran eksternal dengan memperhatikan

hubungan antara organisasi dan lingkungan sekitar.

Sedangkan menurut Cutt dan Murray yang dikutip oleh Agyenim

Boateng (2016), mengkategorikan pengukuran kinerja dalam dua

katagori, yaitu absolute dan relative standards, standar absolut dengan

mempertimbangkan bagaimana organisasi mencapai tujuan spesifik,

sementara standar relatif mempertimbangkan perbandingan hasil

capaian antar organisasi yang sama.

Page 74: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

58

Menurut Theodore H. Poister, terdapat banyak metode yang

digunakan untuk mengukur kinerja organisasi nirlaba yang tentunya

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, namun terdapat tujuh

indikator pengukuran kinerja yang paling relevan yang dapat digunakan

yaitu:

(a) Pengukuran output

Pengukuran output penting dilakukan karena berkaitan

langsung dengan produk dan program organisasi nirlaba, seperti

dengan mengukur banyaknya aktivitas program berupa pelatihan,

seminar dan rutinitas kegiatan. Output juga sering diukur dari segi

jumlah pekerjaan yang dilakukan, dan tahapan yang berbeda dari

proses pelayanan.

(b) Pengukuran efisiensi

Pengukuran efisiensi atas operasi berkaitan dengan output,

dengan melihat rasio efisiensi antara output dengan biaya yang

dikeluarkan dalam melakukan output.

(c) Pengukuran produktivitas

Produktivitas merupakan indikator yang paling sering

digunakan sebagai alat diukur, biasanya dilihat dari kinerja para

staff atau karyawan. Perngukuran produktivitas juga dapat

menggunakan rasio antara jumlah waktu penyelesaian atas tugas

yang diberikan dibagi dengan jam kerja karyawan.

(d) Pengukuran kualitas layanan

Page 75: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

59

Walaupun kualitas atas layanan yang diberikan biasanya

diukur secara subjektif di setiap tingkatan individu. Namun

biasanya, pengukuran kualitas pelayanan pada organisasi publik

dan nirlaba diukur dari kesesuaian, ketuntasan, aksesibilitas,

ketepatan waktu, kesantunan, dan keamanan.

(e) Pengukuran efektivitas

Pengukuran efektifitas menggambarkan tingkat program

yang dihasilkan dengan pencapaian hasil yang diinginkan.

(f) Pengukuran efektivitas biaya

Mengingat indikator pengukuran efisiensi adalah unit biaya

dari produksi atas output, maka pengukuran efektivitas biaya

berhubungan dengan biaya untuk mengukur output.

(g) Pengukuran kepuasan pelanggan

Pengukuran ini seringkali dikaitkan dengan pengukuran

kualitas pelayanan, namun terdapat perbedaan dari pengukuran

kinerja ini, dimana pengukuran kepuasan pelanggan sering

dihubungkan dengan pengukuran efektivitas. Pengukuran ini

berfokus pada output program.

2) Pengukuran kinerja organisasi pengelola zakat

Sampai saat ini, belum didapatkan sebuah metodologi pengukuran

kinerja untuk organisasi pengelola zakat yang paling tepat, baku dan

komprehensif. Hal ini berbeda dengan pengukuran kinerja untuk

perusahaan atau lembaga keuangan seperti perbankan yang telah

Page 76: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

60

memiliki pengembangan metodologi untuk pengukuran kinerjanya.

Namun demikian, upaya-upaya untuk merumuskan metode yang tepat

guna mengukur kinerja organisasi pengelola zakat di Indonesia sedang

diupayakan dan dilakukan baik melalui penelitian ataupun melalui

agenda tertentu. Beberapa metode pengukuran yang telah dirumuskan

dan digunakan dalam penilaian kinerja OPZ yang telah ada saat ini

diantaranya adalah sebagai berikut.

(a) Pengukur kinerja oleh FOZ dan KBC (2009)

Forum Zakat, atau disingkat FOZ adalah asosiasi lembaga

pengelola Zakat yang berfungsi sebagai wadah berhimpunnya Badan

Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) di seluruh

Indonesia. Lembaga ini didirikan pada hari Juma’at tanggal 19

September 1997 oleh 11 lembaga yang terdiri Dompet Dhuafa

Republika, Bazis DKI Jakarta, Baitul Mal Pupuk Kujang, Baitul Mal

PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal Pertamina, Telkom Jakarta, Bapekis

Bank Bumi Daya, Lembaga Keuangan Syariah Bank Muamalat

Indonesia, PT. Internusa Hasta Buana dan Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Indonesia (STIE) Jakarta.

Dalam rangka mengakomodasi secara menyeluruh Lembaga

Amil Zakat baik di tingkat nasional maupun daerah, dan Badan Amil

Zakat tingkat provinsi dan kabupaten atau kota, maka Forum

Organisasi Zakat (FOZ) dan Karim business Consulting (KBC)

mengadakan Islamic Social Responsibility (ISR) Award (Forum

Page 77: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

61

Zakat , 2010). Ada tiga aspek yang dinilai, yakni fundraising

(penghimpunan), fund distribution (penyaluran), management

system development (pengembangan manajemen sistem).

(b) Analisis pengukuran kinerja lembaga amil zakat oleh IMZ (2011)

IMZ (Indonesia Magnifinance of Zakat) adalah sebuah lembaga

konstitusi pemberdayaan dan manajemen organisasi nirlaba yang

bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi, dan pendampingan

serta riset advokasi di bidang zakat, kemiskinan, dan pemberdayaan.

Setiap tahunnya (dimulai tahun 2010), IMZ rutin melakukan

penelitian mengenai zakat dan diterbitkan dalam sebuah buku yang

berjudul IZDR (Indonesian Zakat and Development Report) salah

satu penelitian yang dilakukan adalah mengenai kinerja Organisasi

Pengelola Zakat (OPZ) (Indonesia Magnificence of Zakat, 2017).

Dalam buku tersebut, diungkapkan bahwa untuk dapat

mengetahui kinerja sebuah OPZ terdapat 19 Key Performance

Indicators yang dikelompokan dalam lima komponen (Indonesia

Magnificence of Zakat, 2011). Penilaian kinerja dengan pendekatan

IMZ ini dapat menilai kinerja OPZ secara komprehensif. Penjabaran

penilaian kedalam lima komponen yang lebih spesifik merupakan

kelebihan bagi metode ini jika dibandingkan dengan metode

pengukuran kinerja lainnya. Kelima komponen pengukuran kinerja

dalam IZDR 2011 tersebut antara lain:

1) Kinerja kepatuhan syariah, legalitas, dan kelembagaan

Page 78: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

62

Kinerja kepatuhan syariah, legalitas, dan kelembagaan dari

OPZ merupakan prasyarat dasar bagi semua OPZ untuk

meningkatkan profesionalitas manajemen amil zakat.

Pengukuran kinerja kepatuhan syariah OPZ bertujuan untuk

menyediakan informasi bagi masyarakat berkenaan dengan

sejauh mana kesesuaian antara aktivitas, produk, atau layanan

OPZ dengan batasan-batasan syariat yang mengatur pengelolaan

zakat. Sedangkan pengukuran kinerja legalitas dan kelembagaan

bertujuan untuk menyediakan informasi sejauh mana OPZ telah

mematuhi berbagai peraturan yang berlaku dan dikelola secara

profesional untuk efisiensi, transparansi dn kinerja tinggi.

Penilaian untuk komponen ini terkait dengan:

a) Dewan Pengawas Syariah (DPS)

DPS pada OPZ bertugas mengawasi apakah pelaksanaan

manajemen zakat yang dilakukan telah sesuai dengan batasan

syariat. Penilaian kinerja OPZ dalam hal ini yaitu memiliki

DPS yang berkompetensi, dinilai dari latar belakang

pendidikan atas ilmu syariah yang dipahami agar dapat

memberikan arahan yang benar pada OPZ.

b) Visi dan misi

Visi adalah tujuan dari organisasi, sedangkan misi adalah

strategi yang dilakukan untuk mencapai visi. Visi dan misi

wajib dimiliki oleh sebuah organisasi karena dengan memiliki

Page 79: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

63

visi dan misi yang jelas maka jelas pula arah yang dituju oleh

organisasi.

c) Struktur organisasi

Struktur organisasi OPZ memiliki empat fungsi sebagai

kriterianya, yaitu: 1) fungsi pencatatan atau perhitungan yang

mencakup kegiatan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan

dana, 2) fungsi penghimpunan atau pemeliharaan yang

mencakup kegiatan penggalangan dana ZIS, 3) fungsi

penyaluran dan pendayagunaan yang mencakup kegiatan

penyaluran pemanfaatan dan pengelolaan program untuk

mustahiq, 4) fungsi penelitian atau pengembangan yang

mencakup pengembangan terhadap muzaki dan mustahiq.

d) Tingkat pendidikan pegawai

Tingkat pendidikan pegawai sangat berpengaruh kepada

produktifitas dan sikap kerja pegawai. Pegawai yang memiliki

tingkat pendidikan lebih tingi biasanya akan bekerja lebih

cerdas dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah

sehingga memiliki peran penting untuk memajukan OPZ.

e) Program diklat reguler

Program diklat reguler merupakan saran untuk

mengembangkan pengetahuan, kemampuan, keahlian, dan

sikap SDM. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan

tentang ilmu yang harus dikuasai pada suatu posisi.

Page 80: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

64

Kemampuan yang dimaksud adlah kemampuan untuk

menangani tugas-tugas yang diamanahkan. Keahlian yang

dimaksud adalah beberapa keahlian yang diperlukan agar

pekerjaan yang diselesaikan dengan baik, sedangkan sikap

yang dimaksud adalah emosi dan kepribadian yang harus

dimiliki agar suatu pekerjaan berhasil dengan sukses. Kualitas

SDM dapat meningkat dengan adanya diklat reguler, terlebih

jika frekwensi diklat diberikan secara rutin.

f) Presentasi pegawai full time

Pegawai full time pada OPZ mengindikasikan bahwa

kinerja pegawai all out atau tidak setengah-setengah. Fokus

pegawai pada pekerjaannya dapat memicu tingkat efisiensi

dan efektifitas kinerja.

2) Kinerja manajemen

Penilaian untuk komponen ini terkait dengan:

a) Standar Operasional Prosedur (SOP)

SOP adalah serangkaian pedoman dalam organisasi yang

menjelaskan prosedur tertentu. SOP juga disebut sebai acuan

yang harus dilalui tahapannya agar segala keputusan dan

tindakan yang akan dilakukan dapat berjalan sesuai standar

organisasi. Kriteria SOP yang baik untuk OPZ harus

mencakup fungsi penghimpunan, pengelolaan, atau keuangan,

pendayagunaan, dan penelitian zakat.

Page 81: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

65

b) Rencana strategis

Rencana strategis adalah rencana jangka panjang dalam

waktu 5-10 tahun kedepan. Akan tetapi rencana jangka

panjang ini akan dibagi–bagi kedalam rencana tahunan

(workplan) karena untuk mencapai sesuatu yang besar

membutuhkan sebuah proses secara bertahap.

c) Penilain kinerja amil

Penilain kinerja amil dapat dilakukan sebagai bahan

evaluasi atau feedback atas kinerja amil, penilaian prestasi

kerja amil dapat menjadi motivasi bagi amil untuk terus

memberikan proses dan hasil kerja terbaiknya bagi OPZ.

3) Kinerja keuangan

Komponen penilaian yang digunakan dalam kinerja

keuangan adalah komponen laporan keuangan, komponen

efisiensi keuangan dan komponen kapasitas organisasi.

a) Laporan keuangan

Laporan keuangan yang dianalisa mencakup laporan

audit oleh akuntan publik, disamping internal audit,

penyediaan laporan keuangan yang up date dan ketersediaan

laporan keuangan untuk diakses oleh masyarakat umum

seperti melalui website, harian umum atau media laiinnya.

b) Efisiensi keuangan

Page 82: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

66

Efisiensi keuangan diukur dengan operational expense

ratio, yaitu total biaya operasional dibagi dengan total

penggunaan dana diluar gaji untuk para amil. Semakin efisien

OPZ dalam mengelola pengeluaran biaya operasionalnya,

maka semakin baik kinerja yang dimiliki OPZ.

c) Kapasitas organisasi

Kapasitas organisasi diukur melalui empat kriteria, yaitu:

1) primary revenue ratio adalah total penerimaan dana zakat

dibagi dengan total penerimaan dana infak dan sedekah; 2)

primary revenue growth adalah pertumbuhan penerimaan dana

khusus zakat dari tahun sebelumnya dengan tahun saat ini; 3)

program expenses ratio adalah pengeluaran untuk pembiayaan

program dibagi dengan total pengeluaran; 4) program expense

growth adalah pertumbuhan pengeluaran untuk pembiayaan

program dari tahun sebelumnya dengan tahun saat ini.

4) Kinerja pendayagunaan ekonomi

Kinerja dalam pendayagunaan mendapat sorotan yang

cukup kuat karena dari sisi pendayagunaan dapat diketahui

keberhasilan OPZ dalam mengelola zakat dalam upaya

pengentasan kemiskinan. Adapun penilaian umtuk komponen

yang diukur adalah:

a) Kualitas program-program pendayagunaan zakat

Page 83: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

67

Kualitas program pendayagunaan zakat diukur dengan

mustahik expense, yaitu pembagian total untuk program

pendayagunaan terhadap jumlah mustahik. Semakin besar

jumlah dana yang diterima oleh penerima manfaat, maka

semakin berkualitas pendayagunaan yang dilakukan.

b) Produk untuk kegiatan ekonomi produktif

Program ekonomi produktif diukur dengan economic

ratio, yaitu pembagian total dana yang digunakan untuk

kegiatan ekonomi produktif terhadap total penggunaan dana.

Program ekonomi produktif bukan program prioritas OPZ,

akan tetapi perlu diketahui bagaimana alokasi dana yang

diberlakukan OPZ dalam mengelola program tersebut.

c) Pendampingan

Pendampingan diukur dengan mengetahui frekuensi

waktu pendampingan permustahik. Program pendayagunaan

sebaiknya dilakukan pendampingan agar manfaatnya lebih

terasa. Fungsi pendampingan sangat penting sebagai fasilitator

atau pemandu, komunikator atau penghubung, dan

dinamisator atau penggerak dalam membina dan mengarahkan

kegiatan penerima manfaat.

d) Pelatihan.

Pelatihan diukur dengan mengetahui frekuensi pelatihan

permustahik. Pelatihan diperlukan agar penerima manfaat

Page 84: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

68

dapat menggunakan dana dari program pendayagunaan secara

amanah, baik, dan benar. Fungsi pelatihan adalah untuk

memberikan tambahan pengetahuan tentang program yang

sedang digulirkan.

5) Kinerja legitimasi sosial

Kinerja legitimasi sosial diukur dengan tiga komponen

yaitu biaya promosi, biaya sosialisasi dan edukasi, dan biaya

advokasi.

a) Biaya promosi

Biaya promosi diukur dengan biaya promosi OPZ termasuk

iklan dibagi dengan total biaya operasional.

b) Biaya sosialisasi dan edukasi

Biaya sosialisasi dan edukasi diukur dengan biaya

sosialisasi dan edukasi zakat kepada masyarakat dibagi dengan

total biaya operasional. Biaya sosialisasi dan edukasi adalah

media untuk menambah pengetahuan seputar pengelolaan

dana ZIS dan sekaligus untuk menjembatani jarak yang ada

diantara masyarakat dengan OPZ agar tingkat kepercayaan

masyarakat kepada OPZ dapat meningkat.

c) Biaya advokasi

Biaya advokasi diukur dengan biaya untuk penguatan

jaringan kerja atau biaya penguatan asosiasi zakat termasuk

biaya seminar untuk pegawai dibagi dengan biaya operasional.

Page 85: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

69

Biaya advokasi harus dikelola secara efisien dan efektif.

Penguatan jaringan atau asosiasi zakat diperlukan bagi OPZ

untuk menciptakan sinergi yang positif antar OPZ.

(c) Kerangka pengukuran kinerja oleh Abd. Halim Mohd Noor (2012)

Abd. Halim Mohd Noor mengembangkan dan mengusulkan

kerangka pengukuran kinerja untuk lembaga zakat. Kepercayaan dan

tanggung jawab dalam mengelola dana zakat atas nama umat

menekankan betapa pentingnya pekerjaan ini dilakukan secara

efisien. Dengan demikian, tujuan pengukuran kinerja diperlukan

untuk mengertahui apakah lembaga zakat dapat memenuhi

tujuannya.

Salah satu tujuan dari indikator kinerja adalah untuk

mengukur efisiensi dan efektivitas lembaga zakat dalam

melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, dalam membuat

indikator tersebut, peneliti dalam penelitian ini memperhitungkan

berbagai aspek atau dimensi pengumpulan dan distribusi zakat.

Setelah diadaptasi dari penelitian sebelumnya (Keehley &

Abercrombie, 2008 dan Abd Halim, Rozman & Ahmad, 2007),

maka didapatlah bahwa kinerja lembaga zakat dipengaruhi oleh

empat dimensi yaitu, input, process, output dan outcome (Abd Halim

Mohd Noor, 2015). Dimensi input, proses, output dan outcome yang

saling terkait, sehingga mempengaruhi pengukuran kinerja lembaga

zakat secara keseluruhan.

Page 86: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

70

Gambar 2.1

Kerangka Kerja Pengukuran Kinerja Lembag Zakat

Penelitian Abd. Halim Mohd Noor

Sumber: diadaptasi oleh Noor, Abd. Halim Mohd et, al., (2012) dari

(Keehley & Abercrombie, 2008 dan Abd Halim, Rozman & Ahmad,

2007)

Dimensi pertama dari kerangka pengukuran kinerja zakat

melibatkan input atau sumber daya yang tersedia. Dimensi kedua

adalah proses (process), yaitu kegiatan yang dihasilkan oleh

program. Dimensi ketiga adalah output yang mengacu pada aktivitas

yang telah diselesaikan oleh lembaga zakat, misalkan meliputi

jumlah penerima dana zakat, kegiatan dan target yang telah selesai

dan dana yang telah disalurkan. Dan dimensi yang terakhir adalah

(outcome) yang merupakan konsekuensi dari proses dan output. Ini

adalah perubahan status dari penerima dana zakat, karena

keterlibatan mereka dalam program.

KINERJA LEMBAGA ZAKAT

Input Process Output Outcome

Page 87: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

71

B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan tabel 2.5 yang berisi beberapa hasil penelitian sebelumnya.

Tabel 2.5

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

Terdahulu

Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Forum

Organisasi

Zakat, 2009

Islamic

Social

Responsibility

(ISR)

Sama-sama meneliti

tentang kinerja

pengelola zakat pada

organisasi pengelola

zakat.

Peneliti terdahulu

mengguanakan tiga metode

penelitian yaitu fundrising, fund

distribution dan Management

System. sedangkan peneliti saat

ini menggunakan metode IZDR

2011 yang dikeluarkan oleh

IMZ dan jugamelakukan

analisis terhadap penerapan

pelaporan OPZ di internet.

Tiga teratas kategori LAZNAS

yaitu: Bamuis BNI, Rumah

Zakat Indonesia, dan Dompet

Dhuafa. Tiga teratas kategori

BAZDA, yaitu: DSNI,

Lembaga Manajemen Infak,

dan Lampung Peduli. Tiga

teratas kategori BAZ provinsi,

yaitu: Baitul Maal Aceh,

BAZDA Sumatera Utara,

BAZDA DIY. Pemenang tiga

teratas kategori BAZ

Kabupaten/ Kota yaitu:

BAZDA Kab. Cianjur, BAZDA

Kab. Aceh Besar, dan BAZDA

Kab. Tebing Tinggi. Sedankan

untuk kategori Special Award,

yaitu Badan Amil Zakat

Nasional.

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 88: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

72

Tabel 2.5 (lanjutan)

No Peneliti

Terdahulu

Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

2 Sugiyarti

Fatma

Laela, 2010

Analisis

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Kinerja

Organisasi

Pengelola

Zakat

Sama-sama

meneliti

tentang kinerja

organisasi

pengelola

zakat.

Peneliti terdahulu menguji faktor-

faktor yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap efisiensi OPZ

dengan mengunakan data survey dari

14 sampel OPZ. Sedangkan peneliti

saat ini menggunakan metode IZDR

2011 yang dikeluarkan oleh IMZ

yang disebut dengan kinerja prima

pengelola zakat dengan meneliti

kinerja keuangannya dan juga

melakukan analisis terhadap

penerapan pelaporan OPZ di internet.

Komposisi Dewan Pembina tidak

memiliki pengruh yang signifikan

terhdp efisiensi OPZ. jumlah

Dewan Pengawas terhadap

Direktur Pelaksana memiliki

pengaruh yang signifikan

perubahan kompensasi yang

dibayarkan kepada pegawai,

penerapan program manajemen

dan sistem budaya yang efficiency

emphasis, struktur kelembagaan

OPZ dan ukuran (size) OPZ tidak

terbukti memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap efisiensi.

3 IMZ, 2011 Indonesian

zakat

development

report 2011

penelitian

terhadap 7

LAZNAS dan

1 BAZ.

Sama-sama

meneliti

tentang kinerja

OPZ dan

menggunakan

metode

pengukuran

yang sama,

yakni analisis

kinerja prima.

Peneliti terdahulu dengan tahun

penelitian 2011 dan meneliti 7

LAZNAS yaitu: BAMUIS BNI,

BAZMA Pertamina, BMM, DD,

DPU DT, PKPU, YBM BRI. dan 1

BAZ yaitu BAZIS DKI. Sedangkan

penelitian ini dengan tahun

penelitian 2015 pada OPZ dan juga

melakukan analisis terhadap

penerapan pelaporan OPZ di internet.

Peringkat OPZ menurut kinerja,

yaitu: BMM, DD, PKPU, BAZIS

DKI, DPU DT, BAMUIS BNI

YBM BRI, dan BAZMA

Pertamina.

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 89: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

73

Tabel 2.5 (lanjutan)

No Peneliti

Terdahulu

Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

4 Husni

Shabri,

2011

Pengukuran

Kinerja Badan

Amil Zakat dan

Lembaga Amil

Zakat di

Sumatera Barat

Sama-sama

meneliti tentang

pengukuran kinerja

organisasi

pengelola zakat

dengan

menggunakan

metode pengukuran

dalam IZDR 2011

yang dikeluarkan

oleh IMZ.

Peneliti terdahulu meneliti kinerja

BAZDA dan LAZ di provinsi

Sumatera Barat pada tahun 2011

selain itu, peneliti terdahulu juga

melakukan uji beda antar sampel

yang digunakan. Sedangkan

peneliti saat ini selain mengukur

kinerja OPZ juga melakukan

analisis terhadap penerapan

pelaporan OPZ di internet.

Terdapat perbedaan yang

signifikan antara kinerja

manajemen zakat di BAZ dan

LAZ di Provinsi Sumatera

Barat. Kinerja BAZ lebih baik

dari kinerja LAZ terutama

kinerja keuangan dan

legitimasi sosial.

5 Abd. Halim

Mohd.

Noor, 2012

Assessing

Performance of

Nonprofit

Organization A

Framework for

Zakat

Institutions

Sama-sama fokus

pada kinerja

Organisasi

Pengelola Zakat

Penelitian terdahulu mengusulkan

kerangka kerja konseptual

komprehensif untuk mengukur

kinerja lembaga zakat. Dimana,

kinerja lembaga zakat dipengaruhi

oleh empat dimensi yaitu, input,

process, output (keluaran) dan

outcome (hasil). Sedangkan

peneliti saat ini lebih kepada

pengukuran kinerja keuangan,

bukan menyediakan kerangka

pengukurannya.

Menyajikan kerangka tidak

hanya mencakup kinerja

efisiensi organisasi Zakat tetapi

juga pada evaluasi hasil yang

telah didapatkan dari

pendistribusian dana zakat.

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 90: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

74

Tabel 2.5 (lanjutan)

No Peneliti

Terdahulu

Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

6 Shamharir

Abidin dan

Ram Al

Jaffri Saad,

2014

Evaluating

Corporate

Reporting

on the

Internet:

The Case of

Zakat

Institutionsi

n Malaysia.

Melakukan

pengukuran

pada

penerapan

pelaporan OPZ

di internet

untuk menilai

akuntabilitas

website.

Penelitian sebelumnya hanya

mengukur akuntabilitas

website melalui penerapan

pelaporan OPZ di internet di

negara Malaysia, sedangkan

pada penelitian saat ini peneliti

juga melakukan pengukuran

kinerja OPZ yang berada di

Indonesia.

Sebagian besar lembaga zakat di Malaysia

menyajikan informasi berupa jumlah

pengumpulan dan penyaluran dana zakat,

namun tidak ada satupun lembaga zakat

yang menyajikan laporan keuangan.

Sebagian besar lembaga zakat telah

mengelola website dengan baik, dan

digunakan sebagai media utama untuk

berkomunikasi.

7 Dwita

Darmawati,

et., al, 2011

Kinerja

Lembaga

Amil Zakat

/LAZ dalam

Perspektif

Keuangan

dan

Customer

(Studi

Kasus Di

Kabupaten

Banyumas)

Sama-sama

meneliti

tentang kinerja

pengelola

zakat pada

Lembaga Amil

Zakat.

Penelitian terdahulu

menggunakan perspektif

keuangan dan customer dan

wilayah Kabupaten Banyumas.

Sedangkan peneliti saat ini

menggunakan metode

pengukuran dalam Indonesia

Zakat and Development Report

(IZDR) 2011 yang dikeluarkan

oleh Indonesia Magnifinance

of Zakat (IMZ) yang disebut

dengan kinerja prima pengelola

zakat, dengan meneliti kinerja

keuangannya.

Kinerja LAZ dalam perspektif keuangan

(kenaikan jumlah pengumpulan dan

penyaluran dana ZIS) dinilai baik.

Sedangkan hasil kinerja LAZ dalam dalam

perspektif customer adalah belum puasnya

customer (muzakki dan mustahiq) akan

pelayanan LAZ. Faktor kendala dalam

memberikan pelayanan kepada customer

adalah keandalan, empati dan tangible. Dan

permasalahan yang dialami oleh LAZ adalah

keterbatasan SDM yaitu sedikitnya jumlah

SDM dibanding beban kerja; seringnya

terjadi perputaran karyawan. dan status

legalitas LAZ. Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 91: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

75

Tabel 2.5 (lanjutan)

No Peneliti

Terdahulu

Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

8 Aulia Zahra,

Prayogo P.

Harto, Ahmad

Bisyri AS,

2016

Pengukuran

Efisiensi

Organisasi

Pengelola

Zakat dengan

Metode Data

Envelopment

Analysis

Sama-sama meneliti

tentang kinerja

keuangan

Organisasi

Pengelola Zakat.

Peneliti terdahulu meneliti 7 OPZ

tingkat nasional yang memiliki

izin pemerintah yaitu RZ, Bamuis

BNI, BSM Ummat, BMH,

BAZNAS, LAZISMU, dan YBM

BRI dengan menggunakan metode

Data Envelopment Analysis

(DEA). Dengan variabel input:

biaya personalia, biaya sosialisasi

dan biaya operasional lainnya dan

variabel output : jumlah dana ZIS

yang terhimpun dan tersalurkan

periode 2012-2014. Sedangkan

peneliti saat ini meneliti penilaian

kinerja keuangan dengan

menggunakan metode pengukuran

Indonesia Magnifinance of Zakat

(IMZ) Selain itu peneliti saat ini

mengukur penerapan pelaporan di

internet oleh OPZ.

Kinerja OPZ pada tahun 2013

lebih baik dari tahun 2012 dan

2014. Hal ini dikarenakan

terjadi penurunan biaya di

tahun 2013 namun tidak terjadi

peningkatan efisiensi

pengelolaan ZIS dari tahun

2013-2014. Kinerja OPZ

sudah cukup efisien secara

teknis, hal ini mengindikasikan

OPZ telah memiliki

manajemen yang baik dalam

pengelolaan dana ZIS, namun

demikian secara keseluruhan

tingkat efisiensi pada OPZ

masih rendah dikarenakan

kondisi eksternal yang kurang

baik. Perhitungan terhadap

OPZ tahun 2013 menunjukan

hanya 3 OPZ yang telah

efisien yaitu Bamuis BNI,

BSM Ummat, dan YBM BRI.

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 92: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

76

Tabel 2.5 (lanjutan)

No Peneliti

Terdahulu

Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

9. Alfi Lestari,

2015

Efisiensi Kinerja

Keuangan

Badan Amil

Zakat Daerah

(BAZDA):

Pendekatan Data

Envelopment

Analysis (DEA)

Sama-sama

meneliti tentang

kinerja keuangan

Organisasi

Pengelola Zakat.

Peneliti terdahulu meneliti BAZDA di

kabupaten Lombok menggunakan

metode Data Envelopment Analysis

(DEA). Dengan variabel input: dana ZIS

yang dihimpun, aktiva tetap, gaji

karyawan dan variabel output : jumlah

dana ZIS yang disalurkan dan biaya

operasional. Sedangkan peneliti saat ini

meneliti Bamuis BNI, DD, PKPU, RZ,

BMH, BAZNAS dan YBM BRI.

Metode pengukuran (IMZ) dengan

meneliti kinerja keuangannya. Selain itu

peneliti saat ini mengukur penerapan

pelaporan di internet oleh OPZ.

BAZDA Kabupaten Lombok

Timur secara menyeluruh telah

mampu mencapai efisiensi

maksimum secara relative,

sehingga bisa dikatakan bahwa

BAZDA Kabupaten Lombok

Timur berhasil mencapai

tingkat efisiensi pada t ga

periode, yaitu 2012-2014.

10. Rini, 2016

Penerapan

Internet

Financial

Reporting untuk

Meningkatkan

Akuntabilitas

Organisasi

Pengelola Zakat

Sama-sama

meneliti

mengenai

penerapan

Internet

Reporting, dalam

hal Internet

Financial Report

Peneliti terdahulu meneliti internet

reporting, namun hanya dalam lingkup

IFR dan tidak meneliti mengenai

pengukuran kinerja OPZ.

Dari 19 OPZ terdapat 7 OPZ

yang menerapkan pelaporan

keuangan melalui internet (IFR)

Tingkat pengungkapan

pelaporan keuangan ketujuh

OPZ berdasarkan PSAK 109

masih rendah. Rata-rata tingkat

pengungkapan ketujuh OPZ

tersebut sebesar 43.4%.

Sumber: Jurnal-jurnal referensi

Page 93: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

77

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar 2.2

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Pengumpulan Data

Hasil Analisis

Perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada umat islam untuk membayar zakat

(QS. T-Taubah:103) dan merupakan salah satu rukun islam.

Dibentuknya Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) baik itu Badan Amil Zakat

(BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang bertugas melakukan

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat (UU No 23 Tahun

2011)

Kurang maksimalnya pengumpulan dana zakat terbukti dari tingginya perbedaan

antara potensi pengumpulan zakat dan realisasinya (Hartono, 2016).

Permasalahan ini disebabkan oleh kurang profesionalnya pengelolaan zakat yang

dilakukan oleh OPZ (Labib, 2015), rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat

pada OPZ karena kurangnya trasnparansi dalam melaporkan kinerja keuangan

dan menilai akuntabilitas Organisasi Pengelola Zakat dalam menyalurkan dana

zakat (Septiarini, 2011).

Penerapan Pelaporan OPZ di

Internet

Aspek isi

Aspek tampilan

Kinerja OPZ

Kinerja keuangan

Kesimpulan dan Saran

Metode Analisis Deskriptif

Page 94: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

78

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini akan membahas mengenai

penerapan internet reporting dan penilaian kinerja keuangan OPZ. Objek dalam

penelitian berupa website dan laporan keuangan OPZ di Indonesia yang bisa

sebagai pengurang pajak sesuai peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-

15/PJ/2012. Berikut 19 OPZ yang terdaftar dalam peraturan tersebut dan

kepemilikan website, diantaranya:

Tabel 3.1

Kepemilikan Website

No Nama OPZ Kepemilikan Website

Ada Tidak

1 Badan Amil Zakat Nasional

2 LAZ Dompet Dhuafa Republika

3 LAZ Yayasan Amanah Takaful

4 LAZ Pos Keadilan Peduli Umat

5 LAZ Baitulmaal Muamalat

6 LAZ Yayasan Dana Sosial Al

Falah

7 LAZ Baitul Maal Hidayatullah

8 LAZ PZU Persis (Pusat Zakat

Ummat Persatuan Indonesia)

9 LAZ Bamuis BNI (Baitul Maal

Ummat Islam Bank Negara

Indonesia)

10 LAZNAS BSM Umat

11 LAZ DDII (Dewan Dakwah

Islam Indonesia)

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 95: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

79

Tabel 3.1 (lanjutan)

No Nama OPZ Kepemilikan Website

Ada Tidak

12 LAZ Yayasan Baitul Maal Bank

Rakyat Indonesia

13 LAZ Baitul Maal wat Tamwil

14 LAZ Bazma (Baituz Zakah

Pertamina)

15 LAZ Dompet Peduli Ummat

Daarut Tauhid

16 LAZ Rumah Zakat Indonesia

17 LAZIS Muhammadiyah

18 LAZIS Nahdlatul Ulama Dalam masa

perbaikan

19 LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji

Indonesia

Sumber: Data diolah peneliti

Penggunaan website sebagai objek dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penerapan internet reporting, seperti dalam penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan oleh Shamharir Abidin dan Ram Al Jaffri Saad (2014) pada

lembaga zakat di Malaysia. Terdapat dua bagian pokok yang diukur dalam

penelitian ini, yaitu bagian isi (content) dan bagian tampilan (presentation).

Dalam bagian isi, terdapat empat sub bagian diantaranya adalah akuntansi dan

informasi keuangan, informasi tata kelola OPZ, rincian kontak dan informasi

lainnya, serta pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Sedangkan pada bagian

tampilan terdiri dari tiga sub bagian yaitu, ketepatwaktuan informasi, vitur

teknologi, dan fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam mengakses website.

Selain mengukur penerapan internet reporting, dalam penelitian ini juga

akan membahas mengenai penilaian kinerja keuangan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan OPZ dalam mengelola dana zakat berdasarkan pengukuran

Page 96: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

80

Indonesia Zakat and Development Report (IZDR) 2011 oleh Indonesia

Magnificience of Zakat (IMZ). Dalam pengukuran kinerja keuangan ini, objek

yang digunakan adalah laporan keuangan periode 2015 yang penyusunannya telah

sesuai dengan PSAK 101 dari OPZ yang telah menerapkan Internet Financial

Reporting (IFR), yaitu diantaranya Bamuis BNI, PKPU, RZ, BMH, BAZNAS,

dan YBM BRI, terdapat juga LAZ yang memiliki laporan keuangan namun tidak

menerapkan IFR yaitu Dompet Dhuafa, perolehan laporan keuangan Dompet

Dhuafa dilakukan setelah adanya permohonan permintaan untuk kepentingan

penelitian. Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup pengukuran kinerja

keuangan, bukan pengukuran kinerja secara keseluruhan.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh OPZ yang ada di Indonesia.

Adapun metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah pemilihan sampel

berdasarkan judgement sampling atau purposive yaitu pengumpulan data atas

dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Kriteria sampel

dalam penelitian ini adalah OPZ yang bisa menjadi pengurang pajak sesuai

peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-15/PJ/2012. Terdapat 19 OPZ dalam

peraturan tersebut, 16 diantaranya telah memiliki website yang dapat dijadikan

objek penelitian. Sedangkan, untuk pengukuran kinerja keuangan objek yang

digunakan adalah laporan keuangan dari OPZ yang telah melakukan penyusunan

laporan keuangan sesuai PSAK 101, laporan yang disusun harus terdiri dari

laporan perubahan dana. Terdapat 7 sempel sampel dalam penelitian ini, 6

diantaranya telah menerapkan IFR dengan menerbitkan laporan keuangan

Page 97: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

81

periode 2015 sesuai dengan PSAK 101 dan mempublikasikannya melalui

website, ke-6 OPZ tersebut diantaranya BAZNAS, Baitul Maal Hidayatullah,

Pos Keadilan Peduli Umat, Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia, Bamuis BNI,

dan Rumah Zakat Indonesia. Sedangkan LAZ lainnya yang memiliki laporan

keuangan namun tidak menerapkan IFR yaitu Dompet Dhuafa, perolehan

laporan keuangan dapat diterima setelah adanya permohonan permintaan untuk

kepentingan penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara atau telah diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip

yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. Sumber data dalam penelitian ini

berasal dari website setiap OPZ baik berupa laporan keuangan maupun konten dan

tampilan dari website itu sendiri. Observasi dilakukan selamua bulan Maret 2017.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan penelitian pustaka. Peneliti memperoleh data yang berkaitan

dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, tesis, internet dan

perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. Perolehan informasi atas

penerapan internet reporting oleh OPZ diperoleh melalui website, begitupula

dengan laporan keuangan yang dapat diperoleh melalui website.

Page 98: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

82

E. Metode Analisis Data

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data kualitatif.

Proses analisis data secara kualitatif dimulai dengan menelaah data yang

diperoleh dari berbagai sumber atau informasi, baik melalui wawancara maupun

studi dokumentasi. Data tersebut terlebih dahulu dibaca, dipelajari, ditelaah,

kemudian dianalisis.

Metode analisis data yang digunakan peneliti adalah konsep dari Miles dan

Huberman. Menurut konsep tersebut, aktivitas dalam analisa data kualitatif

harus dilakukan secara interaktif dan terus menerus pada setiap tahapan

penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jelas.

1. Data Collection

Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah

mengumpulkan data yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan observasi terhadap website dengan menelaah isi dan tampilan

website serta penerapan IFR dalam website tersebut. Observasi dilakukan

selama bulan Maret 2017.

2. Data Reduction

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan polanya. Dengan

demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Proses reduksi data akan

memfokuskan pada penerapan internet reporting oleh OPZ berdasarkan

Page 99: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

83

pengukuran oleh Shamharir Abidin dan Ram Al Jaffri Saad, dan proses

reduksi juga memfokuskan pada pengukuran kinerja OPZ berdasarkan

penilaian IZDR 2011 dengan menggunakan satu komponen pengukuran

yaitu kinerja keuangan. Penilaian kinerja keuangan ini dilakukan melalui

pembobotan, dengan kriteria bobot nilai 1-5. Nilai tersebut adalah 5 untuk

kategori nilai sangant baik, 4 untuk kategori nilai baik, 3 untuk kategori nilai

cukup, 2 untuk kategori nilai kurang, dan 1 untuk kategori nilai jelek.

3. Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan

sejenisnya. Miles dan Huberman menyatakan bahwa, yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif, disarankan juga untuk menggunakan grafik,

matriks, network dan chart.

4. Conclution Drawing atau Verification

Langkah selanjutnya dalam analisis kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan

tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan

mengumpulkan data maka, kesimpulan yang dikemukakan merupakan

Page 100: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

84

kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembanga setelah

penelitian.

F. Pengukuran Penerapan Internet Reporting dan Penilaian Kinerja keuangan

Organisasi Pengelola Zakat

Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat indikator mengenai

penerapan internet reporting dan penilaian kinerja keuangan OPZ. Untuk

menentukan pengukuran internet reporting, peneliti mengadopsi pengukuran

dari Shamharir Abidin dan Ram Al Jaffri Saad (2014) dan Rini (2016) yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Sedangkan untuk penilaian kinerja

keuangan OPZ peneliti menggunakan pengukuran berdasarkan Indonesia Zakat

and Development Report 2011 (IZDR 2011) oleh Indonesia Magnificience of

Zakat (IMZ).

1. Kriteria penerapan internet reporting organisasi pengelola zakat

Peneliti akan menganalisis secara komprehensif keterbukaan

informasi di dalam website OPZ (content analysis). Pengukuran

keterbukaan internet reporting dilakukan dengan membagi dua bagian

utama yaitu isi (content) dan penyajian (presentation) pada website OPZ.

Penelitian ini tidak hanya menganalisis jenis informasi yang disampaikan

atau informasi yang disebarluaskan yang umumnya mengenai pelaporan

keuangan, tapi juga bagaimana informasi tersebut ditampilkan melalui

Page 101: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

85

penggunaan teknologi pada website yang dapat memudahkan pengunjung

untuk mendapatkan informasi. Pada bagian isi terdapat empat sub bagian,

diantaranya adalah akuntansi dan informasi keuangan, informasi tata kelola

OPZ, rincian kontak dan informasi lainnya, serta pengungkapan

pertanggungjawaban sosial. Sedangkan pada bagian tampilan terdiri dari

tiga sub bagian yaitu, ketepatwaktuan informasi, fitur teknologi, dan

fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam mengakses website. Dalam

pengukuran ini terdapat 48 indikator pengukuran, dengan 24 indikator

disetiap bagian untuk mengetahui keefektifan website OPZ sebagai media

penyebaran informasi kepada masyarakat dalam mengelola dana zakat.

Apabila pada setiap indikator dalam pengukuran penerapan

pelaporan OPZ di internet diungkapkan dalam website, maka dalam tabel

pengukuran akan diberi tanda checklist (). Selanjutnya, tanda tersebut

akan dikonversi dalam suatu nilai dicotomous, nilai “Satu” (1) diberikan

untuk setiap indikator yang diungkapkan, sedangkan apabila tidak

diungkapkan maka diberi nilai “Nol”(0).

Indikator pengukuran internet reporting dalam penelitian ini berasal

dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shamharir Abidin dan Ram

Al Jaffri Saad (2014), mengenai evaluasi penerapan internet reporting

lembaga zakat di negara Malaysia. Namun dalam penelitian ini, setiap

indikator yang digunakan telah disesuaikan dengan menghapus indikator

yang tidak relevan atau dengan menggantinya dengan yang lebih relevan

sesuai dengan kondisi di Indonesia. Terdapat tiga indikator yang dihapus.

Page 102: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

86

Pada bagian isi website, indiktor yang dihapus adalah ringkasan perolehan

dana zakat, ringkasan penyaluran dana zakat, dan CSR. Sedangkan terdapat

satu indikator yang diubah yaitu keteribatan komunitas menjadi ruang

keterlibatan relawan dan satu indikator yang ditambahkan yaitu kolom

layanan donatur. Untuk bagian tampilan website, terdapat satu indikator

yang ditambahkan yaitu respon terhadap pertanyaan pengunjung,

sedangkan indikator yang dihapus adalah hyperlink dalam laporan

keuangan. Berikut merupakan indikator penelitian yang digunakan dan

telah disesuaikan.

Tabel 3.2

Pengukuran Penerapan Internet Reporting

Bagian Sub Bagian Indikator

Penerapan

aspek isi

atas

pelaporan

organisasi

pengelola

zakat di

internet

Akuntansi dan

informasi

keuangan

Laporan posisi keuangan

Laporan perubahan dana

Laporan arus kas

Laporan perubahan aset kelolaan

Catatan atas laporan keuangan

Laporan analisis manajemen

Laporan auditor tahun berjalan

Laporan tahunan (3 tahun terakhir)

Laporan pengumpulan dan penyaluran

dana zakat tahun berjalan

Informasi tata

kelola OPZ

Kode etik

CV anggota manajemen

Peramalan perolehan dana zakat

Dokumentasi atas program/kegaiatan

Struktur organisasi

Rincian kontak

dan informasi

lainnya

E-mail

Nomor telepon

Alamat

Tampilan dalam versi bahasa Inggris

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 103: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

87

Tabel 3.2 (lanjutan)

Bagian Sub Bagian Indikator

Frequently asked question (FAQ)

Kolom layanan donatur

Keterbukaan

pertanggung-

jawaban sosial

Publikasi majalah atau jurnal

Laporan kesehatan atau kondisi sosial

karyawan

Mitra Donatur

Ruang Keterlibatan relawan

Penerapan

aspek

penyajian

pelaporan

organisasi

pengelola

zakat di

internet

Ketepatwaktuan

informasi

Berita atau perilisan media terbaru

Informasi Haul

Nilai nisab terkini (harga emas)

Kalender

Halaman menunjukan update terakhir

Perolehan zakat bulanan atau mingguan

Vitur teknologi Kecepatan sistem saat memuat–tak lebih

dari 10 detik

Teks dalam website dapat disalin

Data keuangan dapat di edit

Laporan tahunan dalam format pdf

Laporan tahunan dalam format html

Gambar grafik

Efek tampilan

Arsip suara

Arsip video

Fasilitas untuk

mempermudah

pengguna dalam

mengakses

website.

Layanan online untuk meminta

informasi

Respon terhadap pertanyan pengunjung

Navigasi website

Pull down menu

Mouse hover trigger

Mesin pencarian internal

Next previous buttons to navigate

sequentially (Tombol setelah dan

sebelum pada navigasi)

Hyperlink langsung menuju email

Tampilan jumlah pengunjung website

Sumber: Shamharir Abidin dan Ram Al Jaffri Saad (2014), diolah

Page 104: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

88

Hasil akhir pada pengukuran internet reporting ini adalah penjumlahan

skor yang diperoleh pada setiap indikator dan OPZ, kemudian

diperbandingkan antara total skor yang didapat dengan total skor yang

diharapkan. Berikut merupakan rumus untuk menghitung tingkat

pengungkapan internet reporting.

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛

Selanjutnya, untuk mengukur tingkat akuntabilitas penerapan internet

reporting maka digunakanlah standar dibawah ini sebagai acuan, standar ini

digunakan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rini (2016).

Tabel 3.3

Kriteria Tingkat Pengungkapan

Persentase Pengungkapan Tingkat Pengungkapan

>80% Sangat tinggi

70% s.d. 80% Tinggi

60% s.d. 69% Menengah

50% s.d. 59% Rendah

<50% Sangat rendah

Sumber: Haron (2006)

2. Pengukuran kinerja keuangan

Pengukuran kinerja keuangan dibagi dalam tiga kriteria penilaian yang

mencakup penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas

organisasi. Metodelogi ini digunakan dalam Indonesia Magnifinance of Zakat

(IMZ) dengan metode pengukuran kinerja prima, bagian kinerja keuangan.

a. Kriteria penilaian laporan keuangan

Laporan keuangan yang dianalisa mencakup laporan audit oleh

akuntan audit (auditability), penyediaan laporan keuangan yang update

Page 105: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

89

(time concern), dan ketersediaan laporan keuangan untuk diakses oleh

masyarakat umum seperti melalui website, harian umum atau media

lainnya (transparancy) (Indonesia Magnificence of Zakat, 2011).

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Laporan Keuangan

Kriteria

Penilaian Jawaban Nilai

Audit, time

concern dan

transparency

Tidak tersedia 1

Tersedia, tapi tidak update dan tidak diaudit 2

Tersedia, update, tapi tidak diaudit 3

Tersedia, update, dan diaudit tapi tidak

transparan 4

Tersedia, update, diaudit, dan transparan 5

Arti nilai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup, 2: kurang, 1: jelek

Sumber: IMZ, 2011

b. Kriteria penilaian efisiensi keuangan

Efisiensi keuangan (financial eciciency) diukur dengan

Operational Expenses Ratio yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk

menjalankan roda OPZ dibandingkan terhadap total penggunaan dana di

luar gaji untuk para amil (IMZ, 2011).

Tabel 3.5

Kriteria Efisiensi Keuangan

Kinerja

Keuangan

Efisiensi

(%)

Konversi Nilai

1 2 3 4 5

Operational

Expenses

Ratio

>11,00 9,00 – 10,99 7,00 – 8,99 5,00 – 6,99 <5,00

Arti nilai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup, 2: kurang, 1: jelek

Sumber: IMZ, 2011

Page 106: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

90

c. Kriteria penilaian kapasitas organisasi

Kapasitas organisasi diukur melalui empat kriteria (IMZ, 2011), yaitu:

1) Primary Revenue Ratio yaitu total perolehan dana khusus zakat

terhadap total perolehan dana termasuk infaq, shadaqah dan wakaf.

2) Primary Revenue Growth yaitu pertumbuhan perolehan dana khusus

zakat (di luar ZISWAF) dari tahun sebelumnya.

3) Program Expenses Ratio pengeluaran untuk pembiayaan program

atau penyaluran dana kepada mustahiq terhadap total penggunaan

dana (tidak termasuk gaji amil/ bagian amil atas dana ziswaf).

4) Program Expenses Growth yaitu pertumbuhan pengeluaran untuk

pembiayaan program atau penyaluran dana kepada mustahiq dari

tahun sebelumnya.

Tabel 3.6

Kriteria Kapasitas Organisasi

Kinerja

Kapasitas

Organisasi

(%)

Konversi Nilai

1 2 3 4 5

Primary

Revenue Ratio <70,00 70,00 – 74,99 75,00 – 80,00 80,00 – 84,00 >84,99

Primary

Revenue

Growth

<10,00 10,00 – 14,99 15,00 – 19,99 20,00 – 24,99 >24,99

Program

Expenses

Ratio

<60,00 60,00 – 69,99 70,00 – 79,99 80,00 – 89,99 >89,99

Program

Expenses

Growth

<10,00 10,00 – 14,99 15,00 – 19,99 20,00 – 24,99 >24,99

Arti nilai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup, 2: kurang, 1: jelek

Sumber: IMZ, 2011

Hasil akhir dari penilaian kinerja keuangan OPZ adalah penjumlahan dari

seluruh nilai yang diperoleh OPZ. Seluruh nilai tersebut diperoleh melalui ketiga

Page 107: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

91

komponen pengukuran, yang terdiri dari efisiensi keuangan, kapasitas

organisasi, dan laporan keuangan. Jumlah ketiga komponen tersebut kemudian

dibagi tiga sesuai dengan pengukuran yang digunakan. Selanjutnya, hasil nilai

tersebut dikonversi kedalam peringkat yang telah ditetapkan dalam IZDR 2011

yang terdapat pada tabel 3.7 dibawah ini.

Tabel 3.7

Nilai Ranking Setiap Angka

Nilai Minimal dan Nilai

Maksimal per Aspek (1-10) Nilai

9.50 AAA+

9.00 AAA

8.50 AAA-

8.00 AA+

7.50 AA

7.00 AA-

6.50 A+

6.00 A

5.50 A-

5.00 BBB+

4.50 BBB

4.00 BBB-

3.50 BB+

3.00 BB

2.50 BB-

2.00 CCC+

1.50 CCC

1.00 CCC-

Sumber:IMZ 2011

Page 108: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

92

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Penerapan Internet Reporting Organisasi Pengelola Zakat

Perkembangan media saat ini memainkan peranan penting dalam kegiatan

kedermawanan sosial (filantropi) yang telah berkembang pesat khususnya di

Indonesia. Internet tidak lagi hanya berperan sebagai media informasi dan hiburan,

tapi memeperluas kiprahnya sebagai penggalang, pengelola dan penyaluran dana

sosial melalui pemanfaatan sebuah website di internet oleh lembaga sosial seperti

OPZ.

Sebuah website pada OPZ dapat digunakan untuk mendorong masyarakat untuk

lebih mengenal OPZ melalui pengenalan profil dan program/kegiatan yang

dilakukan. Website juga dapat digunakan sebagai media pertanggungjawaban OPZ,

yaitu dengan melakukan IFR (Internet Financial Reporting) sebagai bentuk

transparansi dalam mengelola dana zakat.

Berdasarkan pada rumusan dan tujuan penilitian yang telah diuraikan pada

bagian sebelumnya, penelitian ini akan membahas mengenai akuntabilitas OPZ

melalui penerapan internet reporting dan penilaian kinerja keuangan pada tujuh OPZ

pada periode 2015. Berikut, merupakan hasil atas pengukuran tingkat akuntabilitas

OPZ melalui penerapan internet reporting berdasarkan observasi yang telah

dilakukan terhadap kepemilikan website pada setiap OPZ yang dilakukan selama

bulan Maret 2017 yang ditunjukan pada tabel 4.1.

Page 109: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

93

Berdasarkan hasil observasi tersebut, terdapat 19 OPZ yang bisa menjadi

pengurang pajak sesuai peraturan Direktorat Jenderal Pajak. Kepemilikan website

menunjukkan adanya usaha OPZ untuk melakukan transparansi dan akuntabilitas

dalam menjalankan aktivitasnya. Hasil observasi terhadap ke-19 website OPZ

ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Alamat Website Organisasi Pengelola Zakat

No. Nama OPZ Alamat Website

1 Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS)

www.pusat.baznas.go.id

2 LAZ Dompet Dhuafa Republika

(DDR)

www.dompetdhuafa.org

3 LAZ Yayasan Amanah Takaful

(YAT)

www.amanahtakaful.org

4 LAZ Pos Keadilan Peduli Umat

(PKPU)

www.pkpu.or.id

5 LAZ Baitulmaal Muamalat

(BMM)

www.baitulmaal.org

6 LAZ Yayasan Dana Sosial Al

Falah (YDSF)

www.ydsf.org

7 LAZ Baitul Maal Hidayatullah

(BMH)

www.bmh.or.id

8 LAZ PZU Persis (Pusat Zakat

Ummat Persatuan Indonesia)

www.pzu.or.id

9 LAZ Bamuis BNI (Baitul Maal

Ummat Islam Bank Negara

Indonesia)

www.bamuisbni.or.id

10 LAZNAS BSM Umat www.laznasbsm.or.id

11 LAZ DDII (Dewan Dakwah

Islam Indonesia)

www.dewandakwah.or.id

12 LAZ Yayasan Baitul Maal Bank

Rakyat Indonesia (YBM BRI)

www.ybmbri.org

13 LAZ Baitul Maal wat Tamwil Tidak tersedia

14 LAZ Bazma (Baituz Zakah

Pertamina)

www.bazmapertamina.com

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 110: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

94

Tabel 4.1 (lanjutan)

No. Nama OPZ Alamat Website

15 LAZ Dompet Peduli Ummat

Daarut Tauhid (DPU-DT)

www.dpudt.daaruttauhid.org

16 LAZ Rumah Zakat Indonesia

(RZI)

www.rumahzakat.org

17 LAZIS Muhammadiyah

(Lazismu)

www.lazismu.org

18 LAZIS Nahdlatul Ulama

(NU)

Dalam masa perbaikan

19 LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji

Indonesia (IPHI)

Tidak tersedia

Persentase Kepemilikan 84%

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 84% OPZ

telah memiliki website yang dapat diakses. Sedangkan terdapat tiga OPZ yang situs

web-nya tidak dapat diakses, dua diantaranya yaitu LAZ Baitul Maal wat Tamwil

dan LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia yang tidak memiliki website dan

satu OPZ yaitu LAZIS Nahdlatul Ulama (NU) yang sedang dalam perbaikan. Hal

ini sangat disayangkan, padahal pembuatan website merupakan salah satu bentuk

pemanfaatan teknologi yang mudah, murah dan cepat yang dapat digunakan sebagai

media untuk menunjukan akuntabilitas OPZ.

1. Pengukuran atas aspek isi dari penerapan internet reporting organisasi

pengelola zakat

Tabel 4.9 merupakan hasil pengukuran penerapan internet reporting secara

keseluruhan. Jika ditinjau dari bagian isi dan tampilan website, dapat

disimpulkan bahwa secara umum tingkat akuntabilitas OPZ masih sangat

rendah dalam melaporkan aktivitas pengelolaan dana zakat. Persentase yang

Page 111: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

95

diperoleh sebesar 39%, yang berarti informasi yang pengunjung dapatkan dari

sebuah website OPZ rata-rata hanya memenuhi 39% dari kebutuhan informasi

yang diperlukan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai setiap panel pengukuran

pada aspek isi dalam penerapan internet reporting oleh OPZ.

a. Panel A: Akuntansi dan informasi keuangan

Berikut ini merupakan tabel hasil pengukuran penerapan pelaporan

akuntansi dan informasi keuangan di internet pada OPZ yang terdaftar

dalam peraturan Direktorat Jenderal Pajak.

Tabel 4.2

Panel A: Akuntansi dan Informasi Keuangan

La

po

ran

Po

sisi

Keu

an

ga

n (

20

15

)

La

po

ran

Per

ub

ah

an

Da

na

(2

01

5)

La

po

ran

Aru

s K

as

(20

15

)

La

po

ran

Per

ub

ah

an

Ase

t

Kel

ola

an

(20

15

)

Ca

tata

n A

ata

s L

ap

ora

n

Keu

an

ga

n

(201

5)

La

po

ran

An

ali

sis

Ma

na

jem

en

(20

15

)

La

po

ran

Au

dit

or

Ta

hu

n

Ber

jala

n (

20

15

)

La

po

ran

Keu

an

ga

n (

3 T

ah

un

Ter

ak

hir

) (2

01

3-2

01

5)

La

po

ran

Pen

gu

mp

ula

n D

an

Pen

ya

lura

n D

an

a Z

ak

at

Ta

hu

n

Ber

jala

n (

20

16

)

%

BAZNAS - - - 67

DDR - - - - - - - - - 0

YAT - - - - - - - - - 0

PKPU - - - 67

BMM - - - - - - - - - 0

YDSF - - - - - - - - - 0

BMH - - - - - - - 22

PZU - - - - - - - - 11

Bamuis BNI - - - - 56

BSM - - - - - - - - - 0

DDII - - - - - - - - - 0

YBM BRI - - - - 56

BAZMA - - - - - - - - - 0

DPUDT - - - - - - - - - 0

RZI - - - - - - 33

Lazismu - - - - - - - - - 0

% 38 38 25 31 0 0 13 19 12 19

Sumber: Data diolah peneliti

Page 112: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

96

Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa, dari segi isi (content) yang dimuat

pada sub bagian akuntansi dan informasi keuangan, dapat dilihat bahwa

hanya 44% OPZ yang telah melakukan IFR, namun dari jumlah tersebut

hanya 6 OPZ atau 38% yang melakukan penyusunan laporan keuangan

sesuai dengan PSAK 101 mengenai Laporan Amil. Dari 6 OPZ tersebut,

meskipun dalam penyusunan laporan keuangan telah sesuai berdasarkan

PSAK 101, kelengkapan komponen laporan keuangan yang disusun

belumlah diungkapkan secara lengkap. Komponen laporan keuangan yang

diungkapkan pada setiap website OPZ berbeda-beda, pada umumnya

laporan yang dibuat dan diungkapkan adalah laporan posisi keuangan dan

laporan perubahan dana periode 2015. Sedangkan untuk laporan

pengumpulan dan penyaluran dana zakat pada tahun berjalan hanya

diungkapkan oleh 12% OPZ.

Berdasarkan kriteria tingkat pengungkapan dan akuntabilitas yang

ditetapkan oleh Haron, maka dapat disimpulkan bahwa hanya BAZNAS dan

PKPU yang telah melakukan pengungkapan pada tingkat menengah dengan

melakukan pengungkapan sebesar 67% atas informasi keuangannya.

Sedangkan pada lembaga lainnya tingkat pengungkapan dan akuntabilitas

atas informasi keuangan masih rendah seperti YBM BRI dan Bamuis BNI

sebesar 56%. Bahkan sebagian besar OPZ atau sekitar 76%, tingkat

pengungkapan terhadap informasi akuntansi masih sangat rendah, yaitu

dibawah 50%.

Page 113: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

97

Informasi akuntansi dan keuangan dapat dijadikan sebagai bahan

penilaian terhadap kinerja keuangan dalam mengelola dana zakat. Laporan

yang diunggah pada website seharusnya berisi mengenai laporan yang diatur

oleh PSAK 101 mengenai laporan amil pada lembaga zakat secara lengkap,

laporan ini terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana,

laporan arus kas, laporan perubahan aset kelolaan, dan catatan atas laporan

keuangan. Selain itu, laporan analisis manajemen, serta laporan perolehan

dan penyaluran zakat periode berjalan juga penting untuk diungkapkan

sebagai bentuk transparansi amil dalam mengelola dan menerima dana

zakat. Sedangkan untuk pengungkapan laporan auditor, dapat memberikan

keuntungan bagi OPZ untuk meyakinkan publik bahwa OPZ telah

melakukan pengelolaan dana zakat secara akuntabel.

Pengungkapan terhadap informasi keuangan merupakan salah satu

bentuk transparansi dan akuntabilitas OPZ kepada muzaki dan utamanya

kepada Allah SWT. OPZ harus lebih aktif dan terbuka dalam melaporkan

pengelolaan dana zakat karena penerapan internet reporting dalam hal

keuangan merupakan salah satu indikator utama sebagai upaya untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap OPZ, sehingga penerapan

IFR bukan hanya dijadikan sebagai kewajiban melainkan kebutuhan OPZ

guna mengoptimalkan penerimaan dana zakat dan meningkatkan

kemaslahatan umat.

Page 114: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

98

b. Panel B: Informasi tata kelola organisasi pengelola zakat

Pada sub bagian selanjutnya, yaitu penerapan internet reporting

dalam hal informasi mengenai tata kelola OPZ memainkan peran yang

sangat penting untuk menentukan dan menilai efektivitas kinerja para amil

dalam mengelola dana zakat. Penerapan GCG dalam OPZ merupakan faktor

yang penting untuk mengoptimalkan kinerja pengelola zakat dan penerapan

internet reporting juga sangat penting untuk menjaga image dan

meyakinkan masyarakat bahwa OPZ telah mengelola dana zakat sesuai

dengan prinsip dan aturan yang berlaku. Dalam penelitian ini, terdapat lima

parameter untuk menilai keterbukaan OPZ. Kelima parameter tersebut

ditunjukan pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3

Panel B: Informasi Tata Kelola Organisasi Pengelola Zakat

Kod

e E

tik

CV

An

ggota

Man

aje

men

Foer

cast

ing

Per

ole

han

Dan

a Z

ak

at

(2015)

Dok

um

enta

s

i A

tas

Pro

gra

m/

Keg

aia

tan

Str

uk

tur

Org

an

isasi

%

BAZNAS - - 60

DDR - - - - 20

YAT - - - - 20

PKPU - - 60

BMM - - - 40

YDSF - - - 40

BMH - - - 40

PZU - - - - 20

Bamuis BNI - - 60

BSM - - - 40

DDII - - - 40

YBM BRI - - - 40

BAZMA - - - 40

DPUDT - - - 40

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 115: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

99

Tabel 4.3 (lanjutan)

Kod

e E

tik

CV

An

ggota

Man

aje

men

Foer

cast

ing

Per

ole

han

Dan

a Z

ak

at

(2015)

Dok

um

enta

s

i A

tas

Pro

gra

m/

Keg

aia

tan

Str

uk

tur

Org

an

isasi

%

RZI - - - 40

Lazismu - - - 40

% 0 13 6 100 81 40

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hanya 6% OPZ yang

melaporkan forecasting perolehan dana zakat, dan 94% memiliki

dokumentasi atas program yang telah dilakukan. Untuk kode etik sendiri,

tidak ada satupun OPZ yang menampilkan atau menjelaskannya pada

website. Keterbukaan terhadap kode etik dapat mengindikasikan dan

meyakinkan publik bahwa kepengurusan OPZ sungguh-sungguh dijalankan

untuk mengelola dana zakat berlandaskan aturan untuk mencapai

kemanfaatan dana zakat. Kode etik dapat membantu memastikan pihak

eksekutif mengikuti aturan yang sama dengan anggota lainnya. Sedangkan

informasi CV anggota manajemen hanya diunggah oleh 13% OPZ dan

mengenai informasi struktur organisasi, sebanyak 81% OPZ telah

melaporkannya pada website.

Secara keseluruhan, terdapat tiga OPZ yang berada pada tingkat

menengah dalam pengungkapan akuntabilitasnya terhadap tata kelola OPZ

yaitu BAZNAS, PKPU, dan Bamuis BNI. Sedangkan sisanya akuntabilitas

Page 116: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

100

terhadap tata kelola OPZ masih berada pada tingkat yang sangat rendah

yaitu dibawah 50%.

c. Panel C: Rincian kontak dan informasi lainnya

Pada sub bagian selanjutnya yaitu mengenai rincian kontak dan

informasi lainnya, berisi mengenai informasi dasar atas pendirian atau

keberadaan OPZ. Keberadaan OPZ dapat diketahui dengan adanya alamat,

nomor telepon, ataupun dengan alamat e-mail yang dapat digunakan untuk

menghubungi OPZ. Selanjutnya, FAQ merupakan fasilitas dalam website

OPZ yang memuat informasi mengenai zakat ataupun informasi

kelembagaan OPZ. Sedangkan untuk kolom layanan donatur dan tampilan

dalam versi bahasa Inggris dapat memudahkan pengunjung dalam

mengakses informasi dan memudahkan para donatur dalam menyalurkan

dannya. Hasil pengukuran mengenai keenam parameter dalam panel ini

ditunjukan pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4

Panel C Rincian Kontak dan Informasi Lainnya

E-M

ail

Nom

or

Tel

epon

Ala

mat

Tam

pil

an

Dala

m V

ersi

Bah

asa

In

ggri

s

Fre

qu

entl

y

Ask

ed Q

ues

tion

(FA

Q)

Kolo

m L

ayan

an

Don

atu

r

%

BAZNAS - - 67

DDR - - 67

YAT - - - - 33

PKPU 100

BMM - 83

YDSF - - 67

BMH - - 67

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 117: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

101

Tabel 4.4 (lanjutan)

E-M

ail

Nom

or

Tel

epon

Ala

mat

Tam

pil

an

Dala

m V

ersi

Bah

asa

In

ggri

s

Fre

qu

entl

y

Ask

ed Q

ues

tion

(FA

Q)

Kolo

m L

ayan

an

Don

atu

r

%

PZU - 83

Bamuis BNI - - 67

BSM - - - - 33

DDII - - - 50

YBM BRI - - - 50

BAZMA - - 67

DPUDT - - 67

RZI - - 67

Lazismu - - 67

% 88 100 94 6 25 75 65

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan pengukuran pada tabel diatas, menjelaskan bahwa

hanya terdapat satu OPZ yang menyediakan menu tampilan dalam bahasa

asing yaitu inggris dan arab. Hal tersebut sangat disayangkan karena

meskipun mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia,

namun penyediaan tampilan dalam bahasa asing akan membantu kaum

minoritas yang tidak menggunakan bahasa Indonesia untuk memperoleh

informasi mengenai OPZ. Pada parameter selanjutnya, semua OPZ

menampilkan nomor telepon, terdapat dua OPZ yang tidak menampilkan

alamat e-mail, sedangkan untuk alamat terdapat satu OPZ yang tidak

menginformasikannya. E-mail dan alamat merupakan informasi penting

yang seharusnya ditampilkan untuk memastikan keberadaan OPZ.

Selanjutnya, sebagian besar OPZ atau sekitar 75% menampilkan kolom

layanan donatur yang bertujuan untuk mempermudah donatur menyalurkan

Page 118: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

102

dananya. Sedangkan untuk FAQ hanya 25% yang memilikinya, FAQ

merupakan bagian website untuk memfasilitasi pengguna memperoleh

informasi yang sering ditanyakan.

Tingkat akuntabilitas OPZ yang ditunjukan dengan adanya rincian

kontak untuk memastikan keberadaan OPZ dan informasi lainnya untuk

mempermudah pengguna website dalam mengakses informasi dan secara

umum tingkat akuntabilitas OPZ yang ditunjukan pada bagian ini berada

pada tingkat menengah.

d. Panel D: Keterbukaan pertanggungjawaban sosial

Keterbukaan akan pertanggungjawaban sosial merupakan hal yang

sudah populer pada sektor komersial, hal tersebut merupakan salah satu alat

untuk menganalisa peran perusahaan dan kaitannya terhadap masyarakat.

CSR dalam OPZ atau organisasi nirlaba dapat diibaratkan sebagai kegiatan

utama berjalannya organisasi, karena seluruh kegiatan atau program yang

dilakukan pada organisasi nirlaba dijalankan untuk kepentingan dan

kemaslahatan masyarakat khususnya para mustahiq, sehingga sudah

seharusnya diungkapkan. Dalam penelitian ini, terdapat empat indikator

untuk menilai keterbukaan pertanggungjawaban OPZ ditunjukan pada tabel

4.5 dibawah ini.

Page 119: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

103

Tabel 4.5

Panel D: Keterbukaan Pertanggungjawaban Sosial

Pu

bli

kasi

Maja

lah

ata

u

Ju

rnal

Lap

ora

n

Kes

ehata

n

Ata

u K

on

dis

i

Sosi

al

Kary

aw

an

C

om

mer

cial

Spon

sori

ng

(Mit

ra)

Ru

an

g

Ket

erli

bata

n

Rel

aw

an

%

BAZNAS - 75

DDR - - 50

YAT - - - 25

PKPU - - - 25

BMM - - - 25

YDSF - - - 25

BMH - - - 25

PZU - - - - 0

Bamuis BNI - - - 25

BSM - - 50

DDII - - - 25

YBM BRI - - - 25

BAZMA - - - - 0

DPUDT - - - - 0

RZI - - 50

Lazismu - - - 25

% 38 0 44 31 28

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan hasil observasi terhadap setiap website, sebanyak 44%

OPZ menampilkan sejumlah mitra (partner) atau donatur yang secara rutin

menyalurkan dananya, sedangkan untuk parameter penerbitan jurnal atau

majalah sebanyak 38% yang melakukannya, jurnal ataupun majalah ini berisi

informasi mengenai perkembangan zakat yang diperoleh, ulasan informasi

mengenai berbagai program dan kegiatan yang telah dilakukan OPZ dalam

menyalurkan dana ZIS. Jurnal ataupun majalah ini dapat digunakan sebagai

media periklanan dan media transparansi dengan mempublikasikan kegiatan

ataupun program yang telah dijalankan OPZ secara lebih rinci. Beberapa OPZ

Page 120: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

104

atau 31% diantaranya juga turut membuka kesempatan bagi masyarakat luas

untuk ikut terlibat dan bergabung dalam melaksanakan kegiatannya, hal ini

menunjukan adanya keterbukaan OPZ dalam menjalankan program dan

agendanya. Namun, untuk laporan mengenai karyawan sendiri, tidak satupun

OPZ yang mengungkapkannya pada website, hal ini perlu dilakukan untuk

mengetahui bagaimana kinerja amil dalam mengelola dana ZIS, terlebih

sebagian besar biaya operasional pada OPZ dialokasikan untuk amil.

Secara umum, tingkat akuntabilitas OPZ yang ditunjukan oleh

keterbukaan pertanggungjawaban sosial melalui website masih sangat rendah.

Hanya BAZNAS yang telah mengungkapkan secara tinggi akuntabilitasnya

yaitu sebesar 75%.

penerapan internet reporting dalam hal keterbukaan

pertanggungjawaban sosial, dapat digunakan sebagai media untuk menilai

keberhasilan OPZ dalam mengelolan dana ZIS, bukan hanya dilihat dari

seberapa besar dana zakat yang diterima dan seberapa banyak program yang

dijalankan, namun juga bagaimana program tersebut dilaksanakan sehingga

penerapan internet reporting atas pertanggungjawaban sosial ini merupakan

suatu keharusan.

2. Pengukuran atas aspek penyajian dari penerapan internet reporting organisasi

pengelola zakat

Akuntabilitas website tidak hanya ditunjukan pada isi atau konten yang

dimuat, tetapi juga bagaimana informasi tersebut ditampilkan. Untuk

memudahkan para pengguna dalam mengakses dan memperoleh informasi

Page 121: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

105

pada OPZ, maka diperlukan tampilan yang baik yang dapat pula dilengkapi

dengan fasilitas tertentu pada website. Dalam pengukuran mengenai

penyampaian informasi pada internet reporting, terdapat beberapa parameter

yang seharusnya ada dalam tampilan website. Dalam penelitian ini, terdapat

tiga sub bagian untuk mengukur penyampaian atau penyajian informasi dalam

internet reporting, diantaranya ketepatwaktuan informasi, vitur teknologi, dan

fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam mengakses website. Berikut ini

akan dijelaskan mengenai masing-masing panel pengukuran dalam penerapan

penyajian pelaporan OPZ di internet.

a. Panel E: Ketepatwaktuan informasi

Sub bagian pertama pada pengukuran penyajian internet reporting

adalah ketepatwaktuan informasi yang dimuat dalam website,

ketepatwaktuan informasi merupakan hal yang penting bagi lembaga yang

menggunakan aplikasi online sebagai media komunikasi untuk

menyampaikan informasi yang relevan dan aktual. Berikut merupakan

parameter dalam sub bagian ketepatwaktuan informasi yang ditunnjukan

pada tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6

Panel E: Ketepatwaktuan Informasi

Ber

ita

Ata

u

Per

ilis

an

Med

ia

Ter

ba

ru (

20

17)

Info

rma

si Z

ak

at

da

n H

au

l

Nil

ai

Nis

ab

Ter

kin

i (H

arg

a

Em

as)

Ka

len

der

Ha

lam

an

Men

un

juk

an

Up

da

te T

era

kh

ir

Per

ole

ha

n Z

ak

at

Bu

lan

an

ata

u

Min

gg

ua

n

%

BAZNAS - - - 33

Bersambung ke halaman selanjutnya

Page 122: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

106

Tabel 4.6 (lanjutan)

Ber

ita

Ata

u

Per

ilis

an

Med

ia

Ter

ba

ru (

20

17)

Info

rma

si Z

ak

at

da

n H

au

l

Nil

ai

Nis

ab

Ter

kin

i (H

arg

a

Em

as)

Ka

len

der

Ha

lam

an

Men

un

juk

an

Up

da

te T

era

kh

ir

Per

ole

ha

n Z

ak

at

Bu

lan

an

ata

u

Min

gg

ua

n

%

DDR - - - 50

YAT - - - - - 17

PKPU - - - - 33

BMM - - - - - - 0

YDSF - - - - - 17

BMH - - - - - 17

PZU - - - - 33

Bamuis

BNI

- - - - - 17

BSM - - - - - - 0

DDII - - - - 33

YBM BRI - - - - 33

BAZMA - - - - - - 0

DPUDT - - - - - 17

RZI - - - - 33

Lazismu - - - - 33

% 69 13 0 6 38 19 24

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa, sekitar 69% OPZ

selalu memperbaharui berita online atau memposting kegiatan-kegiatan

terbaru yang mereka adakan, dan untuk memudahkan pengunjung

mengakses berita baru ataupun populer, sebanyak 38% OPZ menyediakan

kolom update terbaru pada website. Sedangkan untuk informasi mengenai

nilai nisab terkini tidak ditampilkan, padahal informasi ini sangat penting

untuk membantu publik mengetahui dan mengatur dana zakat yang

disalurkan khususnya pada zakat emas. Begitu pula mengenai informasi

zakat dan haul dalam menentukan jumlah dan ketentuan pembayaran zakat

hanya ditampilkan oleh 13% OPZ saja. Parameter selanjutnya yaitu

Page 123: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

107

fasilitas kalender pada website yang hanya dimuat oleh 6% atau satu OPZ

saja. Dan sayangnya, kalender yang ditampilkan tidak memuat informasi

mengenai rencana kegiatan ataupun agenda amil dalam mengelola dana

zakat. Untuk informasi mengenai perolehan dana zakat setiap bulan atau

perminggu hanya ditampilkan oleh 19% OPZ saja. Keterbukaan mengenai

pelaporan informasi terbaru pada OPZ seharusnya dapat lebih responsif

dan timely basis, karena ketepatwaktuan informasi yang disampaikan

merupakan faktor penting untuk menentukan apakah website telah relevan

sebagai sarana keterbukaan terhadap publik.

Tingkat akuntabilitas OPZ yang ditunjukan oleh ketepatwaktuan

informasi masih berada pada tingkat yang sangat rendah. Hal ini

disebabkan tidak disajikannya informasi yang seharusnya ditampilkan

pada OPZ yang seharusnya menjadi informasi dasar OPZ dalam mengelola

dana ZIS yang diperoleh.

b. Panel F: Vitur teknologi

Sub bagian kedua atas aspek penyajian adalah penerapan internet

reporting dalam hal vitur teknologi yang merupakan komponen penting

untuk menilai relevansi sebuah website. Dengan adanya kemudahan dan

kesederhanaan sistem, dapat memudahkan pengunjung dalam mencari

informasi dan pengambilan keputusan. Tabel 4.7 dibawah ini, merupakan

parameter yang digunakan dalam pengukuran penerapan internet reporting

pada sub vitur teknologi yang digunakan dalam website OPZ.

Page 124: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

108

Tabel 4.7

Panel F: Vitur Teknologi

Kec

epa

tan

Sis

tem

Mem

ua

t-T

ida

k L

ebih

Da

ri 1

0 D

etik

Tek

s D

ap

at

Dis

ali

n

Da

ta K

eua

ng

an

Da

pa

t d

i E

dit

La

po

ran

Ta

hu

na

n

Da

lam

Fo

rma

t P

df

La

po

ran

Ta

hu

na

n

Da

lam

Fo

rma

t H

tml

Ga

mb

ar

Gra

fik

Efe

k T

am

pil

an

Ars

ip S

uara

Ars

ip V

ideo

%

BAZNAS - - - - 56

DDR - - - - - - 44

YAT - - - - - - - 22

PKPU - - - - - 44

BMM - - - - - 44

YDSF - - - - - - 33

BMH - - - - - - 33

PZU - - - - - 44

Bamuis

BNI

- - - - - 44

BSM - - - - - - 33

DDII - - - - - - 33

YBM

BRI

- - - 67

BAZMA - - - - - - 33

DPUDT - - - - 56

RZI - - - - - - 33

Lazismu - - - - - - - - 11

% 94 10

0

0 50 0 31 2

5

0 56 40

Sumber: Data diolah peneliti

Website yang baik ditentukan dengan seberapa cepat waktu yang

diperlukan untuk memuat konten didalamnya, sehingga kecepatan sistem ini

menentukan sikap pengguna ketika ingin mengunjungi sebuah website.

Sebanyak 94% website telah memiliki sistem yang baik yang ditunjukan

oleh kecepatan memuat konten yang tidak lebih dari sepuluh detik.

Tampilan website yang memuat sejumlah berita maupun informasi lainnya

juga dapat disalin oleh pengguna dari seluruh website OPZ, hal ini

Page 125: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

109

memudahkan pengunjung untuk mengutip informasi yang diperlukan.

Selain itu, tidak satupun OPZ yang menampilkan informasi keuangan dalam

bentuk word ataupun excel sehingga tidak satupun data keuangan dari OPZ

yang dapat di edit secara langsung. Sekitar 44% OPZ telah melakukan IFR

dengan menggunakan format pdf, format ini dapat menyajikan informasi

berupa teks, grafik, dan gambar sehingga dapat dengan mudah digunakan.

Selanjutnya, tidak ada satupun OPZ yang mengunggah laporan keuangan

dalam bentuk HTML (HyperText Mark up Language), karena seluruh

laporan keuangan yang diunggah berbentuk pdf.

Tampilan grafik pada website ditampilkan oleh 31% OPZ yang

umumnya menggambarkan perkembangan dana zakat yang diperoleh dan

juga struktur organisasi pada OPZ. Grafik ini dapat membantu pengguna

untuk membaca informasi dengan lebih menyenangkan, karena jika

ditampilkan dalam bentuk narasi secara keseluruhan, informasi yang

disajikan akan terlihat membosankan jika dibaca oleh pengunjung.

Selanjutnya, 25% website OPZ menerapkan flash atau efek tertentu pada

tampilannya, sehingga menambah nilai estetika pada website. Sebanyak

56% OPZ memiliki arsip video yang menampilkan dokumentasi kegiatan

ataupun program yang dilakukan, selain itu video ini menampilkan

informasi seputar zakat, ceramah, dan informasi ke-Islaman lainnya. Dan

untuk arsip suara tidak satupun OPZ yang memuatnya di dalam website.

Padahal, jika sebuah website menyediakan arsip suara seperti misalnya lagu-

Page 126: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

110

lagu Islami tertentu akan menambah kesenangan pengunjung ketika sedang

menelusurinya.

Secara umum, tingkat akuntabilitas website OPZ yang ditunjukan

oleh penyediaan vitur teknologi, masih berada pada tingkat yang sangat

rendah. Hanya YBM BRI saja yang telah mencapai tingkat menengah,

sedangkan tingkat akuntabilitas yang rendah ditunjukan oleh BAZNAS dan

DPUDT.

c. Panel G: Fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam mengakses

website.

Sub ketiga dalam internet reporting pengukuran tampilan ini adalah

adanya fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam mengakses website.

Ketika sedang mengunjungi sebuah website, tak jarang pengguna merasa

kesulitan menemukan informasi yang dibutuhkan karena kurangnya

penyediaan fasilitas pembantu dalam website. Website yang indah memang

penting, namun lebih penting lagi website yang dapat menyediakan

informasi yang berguna bagi pembaca. Website yang indah namun

mengandung kekurangan akan menghabiskan banyak waktu ketika sedang

ditelusuri, dan umumnya pengguna lebih fokus pada konten yang disediakan

dari pada tampilan. Berikut merupakan parameter fasilitas untuk

mempermudah pengguna dalam mengakses sebuah website yang ditunjukan

dalam tabel panel G dibawah ini.

Page 127: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

111

Tabel 4.8

Panel G: Fasilitas untuk Mempermudah Pengguna dalam Mengakses

Website

La

ya

na

n O

nli

ne

un

tuk

Mem

inta

In

form

asi

Res

po

n L

an

gsu

ng

Ter

ha

da

p P

erta

ny

an

Pen

gu

nju

ng

Na

vig

asi

Web

site

Pu

ll D

ow

n M

enu

Mo

use

Ho

ver

Tri

gg

er

Mes

in P

enca

ria

n I

nte

rna

l

To

mb

ol

Nex

t D

an

Pre

vio

us

pa

da

Na

vig

asi

Hyp

erli

nk

La

ngsu

ng

Men

uju

E-M

ail

Ta

mp

ila

n J

um

lah

Pen

gu

nju

ng

Web

site

%

BAZNAS - 89

DDR - - 78

YAT - - - - 56

PKPU - - 78

BMM - - - - 56

YDSF - - - - - - 33

BMH - - - - - - 33

PZU - - - - - - 33

Bamuis BNI - - - - - - 33

BSM - - - - - - 33

DDII - - - 67

YBM BRI - - - - - - 33

BAZMA - - - - 56

DPUDT - - - - 56

RZI - - - 67

Lazismu - - - - 56

% 63 25 10

0

88 31 81 75 19 0 53

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan parameter yang terdapat pada tabel 4.8 diatas,

menunjukan bahwa sebanyak 63% OPZ menyediakan kolom layanan online

untuk informasi, kolom ini berfungsi untuk menanyakan atau meminta

informasi tertentu yang tidak dimuat dalam website, namun dari sejumlah

OPZ yang menyediakan kolom tersebut, hanya 25% saja yang merespon

atau membalas pertanyaan dan permintaan dari pengunjung secara

langsung, selebihnya hanya mengirimkan notifikasi bahwa pesan akan di

balas secepatnya, dan setelah beberapa waktu kemudian tidak ada tindak

Page 128: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

112

lanjut atau respon dari OPZ atas pertanyaan yang diajukan. Parameter

selanjutnya yaitu table of content site map, seluruh OPZ memiliki daftar isi

website, yang dapat dilihat dari navigasi, dari jumlah tersebut sebanyak 88%

dapat melakukan pull down menu atau terlihatnya menu apabila kita meng-

klik item navigasi dalam website. Sementara itu, hanya 31% saja yang dapat

melakukan mouse hover trigger, yaitu kita dapat melihat kolom deskripsi

dari item yang kita klik atau pilih. Selanjutnya adalah mesin pencarian

internal, fasilitas ini dapat ditemukan pada sekitar 81% OPZ, mesin

pencarian ini penting karena dapat membantu pengunjung untuk

menemukan informasi yang diperlukannya secara langsung. Kemudian

sebanyak 19% website dapat secara langsung menghubungkan e-mail ke

fasilitas online hubungan pelanggan. Dan terdapat 75% website

menyediakan fasilitas tombol Next dan Previous pada navigasi pada

tampilan website-nya untuk melihat informasi yang ditampilkan secara lebih

cepat.

3. Hasil pengukuran tingkat akuntabilitas pengungkapan penerapan internet

reporting

Tabel 4.9 dibawah ini merupakan hasil pengukuran tingkat

akuntabilitas penerapan internet reporting secara keseluruhan. Kriteria

pengukuran ini berdasarkan pengukuran yang dibuat oleh Haron (2006), yang

digunakan sebelumnya pada penelitian mengenai Penerapan Internet Financial

Reporting Untuk Meningkatkan Akuntabilitas Organisasi Pengelola Zakat

yang dilakukan oleh Rini pada tahun 2016.

Page 129: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

113

Tabel 4.9

Tingkat Pengungkapan atau Tingkat Akuntabilitas

Tota

l S

kor

bagia

n i

si

Tota

l sk

or

bagia

n t

am

pil

an

Tota

l sk

or

yan

g

dip

erole

h

Tota

l sk

or

yan

g

dih

ara

pk

an

Per

sen

tase

pen

gu

ngk

ap

an

(%)

Tin

gk

at

pen

gu

ngk

ap

an

ata

u T

ingk

at

Ak

un

tab

ikli

tas

BAZNAS 16 16 32 48 67 Menengah

DDR 7 14 21 48 44 Sangat rendah

YAT 4 8 12 48 25 Sangat rendah

PKPU 16 13 29 48 60 Menengah

BMM 8 9 17 48 35 Sangat rendah

YDSF 7 7 14 48 29 Sangat rendah

BMH 9 7 16 48 33 Sangat rendah

PZU 7 9 16 48 33 Sangat rendah

Bamuis BNI 13 8 21 48 44 Sangat rendah

BSM 6 6 12 48 25 Sangat rendah

DDII 6 11 17 48 35 Sangat rendah

YBM BRI 11 11 22 48 46 Sangat rendah

BAZMA 6 8 14 48 29 Sangat rendah

DPUDT 6 11 17 48 35 Sangat rendah

RZI 11 11 22 48 46 Sangat rendah

Lazismu 7 8 15 48 31 Sangat rendah

Jumlah 140 157 297 768 39 Sangat rendah

Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan hasil pengukuran akhir tersebut dapat disimpulkan bahwa,

secara keseluruhan tingkat akuntabilitas OPZ yang ditunjukkan oleh muatan

dan penyajian dari setiap website OPZ masih sangat rendah, persentase rata-

rata yang diperoleh hanya sebesar 39%. Ini berarti, informasi yang diperoleh

oleh pengunjung hanya terpenuhi sekitar 39% saja dari setiap muatan yang

ditampilkan oleh OPZ. Secara parsial, hanya dua OPZ yang telah mencapai

tingkat akuntabilitas website secara menengah atau cukup baik, yaitu BAZNAS

dan PKPU. Sedangkan untuk OPZ lainnya tingkat akuntabilitas OPZ yang

Page 130: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

114

ditunjukan melalui pelaporan di internet masih berada pada tingkat yang sangat

rendah.

Tingkat akuntabilitas OPZ yang sebagian besar berada pada kondisi

yang sangat rendah menunjukan bahwa, OPZ belum dapat melakukan good

organization governance. Oleh karena itu, OPZ perlu meningkatkan fungsi

website mereka dengan menampilkan isi atau konten penting lainnya dan

mengadakan fasilitas pembantu dalam website, agar masyarakat dapat dengan

mudah memperoleh informasi yang mereka butuhkan.

B. Analisis penilaian kinerja keuangan organisasi pengelola zakat di Indonesia

Pada bagian sebelumnya dalam penelitian ini membahas mengenai

pengukuran penerapan pelaporan di internet oleh OPZ, maka pada bagian kedua ini

akan dibahas mengenai penilaian kinerja keuangan dari OPZ yang terdaftar dalam

peraturan Direktorat Jenderal Pajak sebagai biaya yang bisa menjadi pengurang

pajak. Terdapat 19 OPZ dalam peraturan tersebut, namun hanya 7 OPZ saja yang

dapat digunakan sebagai sampel. 6 sampel diantaranya telah menerapkan IFR, yaitu

diantaranya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Baitul Maal Hidayatullah

(BMH), Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI), Baitul Maal

Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI), Rumah Zakat (RZ), dan Pos

Keadilan Peduli Umat (PKPU), sedangkan hanya satu yang tidak menerapkan IFR

yaitu Dompet Dhuafa Republika (DDR) perolehan laporan keuangan Dompet

Dhuafa dilakukan setelah adanya permohonan permintaan untuk kepentingan

penelitian. Terdapat satu OPZ lainnya yang telah menerapkan IFR yaitu LAZ PZU

Persis (Pusat Zakat Ummat Persatuan Indonesia) namun, dalam penyusunan laporan

Page 131: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

115

keuangannya belum sesuai dengan PSAK 101 mengenai Laporan Amil sehingga

tidak dapat digunakan menjadi sampel penelitian.

Penilaian kinerja keuangan dalam penelitian ini berdasarkan pada

pengukuran Indonesia Zakat and Development Report 2011 (IZDR 2011) oleh

Indonesia Magnificience of Zakat (IMZ) yang terdiri dari tiga komponen penilaian

yang digunakan, ketiga komponen ini yaitu, efisiensi keuangan, komponen kapasitas

organisasi dan komponen laporan keuangan. Berikut ini akan dijabarkan hasil

pengukuran pada setiap komponen penilaian pada setiap OPZ.

1. Kriteria penilaian efisiensi keuangan

Efisiensi keuangan diukur dengan menggunakan rasio beban operasional.

Tabel 4.10 menunjukan hasil penilaian efisiensi keuangan OPZ. Sebagian besar

OPZ mendapat penilaian yang buruk untuk komponen efisiensi keuangan, hal ini

disebabkan oleh tingginya biaya operasional pada setiap OPZ jika dibandingkan

dengan total pengeluaran dana. 6 OPZ mendapat nilai buruk karena rasio yang

diperoleh untuk penggunaan dana operasional terhadap total perolehan dana lebih

dari 11%. Kecuali untuk LAZ Bamuis BNI yang mendapat nilai 3 atau cukup,

dengan perolehan rasio efisiensi keuangan sebesar 8,79%. Untuk mendapat nilai

yang baik, OPZ harus berusaha untuk meminimalisir pengeluaran operasional

hingga kurang dari 5%. Berikut ini akan dijabarkan penjelasan mengenai

penilaian efesiensi keuangan untuk setiap OPZ.

Page 132: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

116

Tabel 4.10

Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan

Kriteria

Penilaian

Efisiensi

Keuangan

Hasil Penilaian Efisiensi Organisasi

BA

ZN

AS

BM

H

DD

R

YB

M

BR

I

Bam

uis

BN

I

RZ

PK

PU

Operational

expenses ratio(%)

15,29 22,63 19,49 11,77 8,79 11,40 13,87

Konversi Nilai 1 1 1 1 3 1 1

Keterangan:nilai 5: Sangatbaik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk

Sumber: Data diolah peneliti

a) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Hasil pengukuran kinerja keuangan dari komponen efisiensi keuangan

pada BAZNAS dapat ditunjukan pada tabel 4.10. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa kinerja keuangan BAZNAS ditinjau dari rasio biaya

operasionalnya dinilai buruk. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya

operasional yang dikeluarkan BAZNAS dalam menjalankan aktivitas berupa

kegiatan penyaluran dan pemberdayaan dana zakat yaitu sebesar 15,29% atau

sebesar Rp12.446.964.349 dari total pengeluaran dana yaitu

Rp81.388.679.735. Untuk mengurangi biaya operasional, BAZNAS perlu

melakukan efisiensi terhadap aktivitas operasionalnya agar dana zakat yang

disalurkan menjadi lebih bermanfaat untuk mustahiq, terlebih sumber

perolehan dana BAZNAS tidak hanya diperoleh dari masyarakat, namun juga

dari alokasi APBN.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh IMZ pada tahun 2011,

pengukuran kinerja keuangan BAZNAS melalui rasio beban operasional

Page 133: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

117

mengalami penurunan. Sebelumnya rasio ini menunjukan nilai yang baik

yaitu sebesar 6%. Salah satu kemungkinan penyebab perbedaan tersebut

adalah rendahnya dana yang didapat dan disalurkan dan sedikitnya program

yang dilakukan sehingga dana yang diguanakan untuk mengelola OPZ juga

kecil.

b) Baitul Maal Hidayatullah (BMH)

Hasil pengukuran kinerja keuangan dari komponen efisiensi keuangan

pada BMH dapat disimpulkan bernilai buruk. Rasio beban operasional pada

BMH sebesar 22,63%. Hal ini berarti, dari total pengeluaran dana sebesar

Rp90.386.476.858, dana yang digunakan untuk mendanai aktivitas

operasional sebesar Rp20.454.804.018. Dari jumlah tersebut, 51% digunakan

untuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, sehingga usaha efisiensi

terhadap biaya operasional ini perlu dilakukan untuk meningkatkan

efektivitas dana zakat. Selain itu, persentase biaya operasional terhadap total

pengeluaran pada BMH merupakan yang terbesar dibandingkan dengan OPZ

lainnya.

c) Dompet Dhuafa Republika (DDR)

Sama halnya pada dua OPZ sebelumnya, hasil pengukuran terhadap

kinerja keuangan dari komponen efisiensi keuangan pada DDR dilihat dari

rasio biaya operasionalnya dinilai buruk. Rasio yang diperoleh sebesar

19,49% atau dana sebesar Rp48.067.355.366 digunakan untuk menjalankan

roda OPZ dari total pengeluaran dana sebesar Rp246.648.974.154. Dari total

biaya operasional tersebut sebagian besar (47%) digunakan untuk biaya

Page 134: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

118

personalia. Jika dibandingkan dengan OPZ lainnya jumlah biaya operasional

pada DDR merupakan yang terbesar, hal ini dikarenakan ukuran OPZ yang

lebih besar sehingga sumber daya yang diperlukan besar pula.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

IMZ pada tahun 2011, pengukuran kinerja keuangan melalui rasio beban

operasional mengalami penurunan. Sebelumnya rasio ini menunjukan nilai

yang baik yaitu sebesar 5%, meningkatnya rasio ini disebabkan oleh

banyaknya program pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh DD sehingga

menyebabkan biaya operasional juga meningkat.

d) Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)

Hasil pengukuran kinerja keuangan dari komponen efisiensi keuangan

pada YBM BRI disimpulkan buruk. Rasio yang diperoleh YBM BRI pada

komponen efisiensi keuangan sebesar 11,77%. Artinya dana yang digunakan

untuk menjalankan roda OPZ sebesar Rp9.680.242.840 dari total pengeluaran

dana sebesar Rp82.265.729.292.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

IMZ pada tahun 2011, pengukuran kinerja keuangan melalui rasio beban

operasional mengalami penurunan. Sebelumnya rasio ini menunjukan nilai

yang baik yaitu sebesar 6%, salah satu kemungkinan penyebab perbedaan

tersebut adalah rendahnya dana yang didapat dan disalurkan dan sedikitnya

program yang dilakukan sehingga dana yang diguanakan untuk mengelola

OPZ juga kecil.

Page 135: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

119

e) Baitul Maal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)

Berdasarkan pengukuran rasio beban operasional, Bamuis BNI

menunjukan hasil yang cukup baik, hal ini dikarenakan perolehan rasio antara

beban operasional terhadap total pengeluaran dana masih dibawah 11%, atau

sebesar 8,79%. Sebanyak Rp2.512.184.613 dana digunakan untuk membiayai

aktivitas OPZ dari total pengeluaran dana sebesar Rp30.271.430.296,

sebagian besar dana ini digunakan untuk beban personalian amil (67%) yang

terdiri dari biaya gaji, pengobatan, cuti, THR dan insentif. Namun demikian,

perlu diperhatikan pula walaupun rasio beban operasional pada Bamuis

merupakan yang terbaik dibandingkan dengan OPZ lainnya, total penggunaan

dana pada Bamuis BNI merupakan yang terendah hal ini darenakan masih

kecilnya ukuran OPZ sehingga penggunaan dana tersebut tergolong kecil.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

IMZ pada tahun 2011, pengukuran kinerja keuangan melalui rasio beban

operasional mengalami penurunan. Sebelumnya rasio ini menunjukan nilai

yang sangat baik yaitu sebesar 3,3%, salah satu kemungkinan penyebab

perbedaan tersebut adalah rendahnya dana yang didapat dan disalurkan dan

sedikitnya program yang dilakukan sehingga dana yang diguanakan untuk

mengelola OPZ juga kecil.

f) Rumah Zakat (RZ)

Berdasarkan pengukuran rasio beban operasional, kinerja RZ dilihat

dari rasio beban operasional menunjukan hasil yang buruk. Hal ini

disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan roda aktivitas

Page 136: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

120

OPZ cukup besar. Rasio yang diperoleh RZ sebesar 11,04% atau dana sebesar

Rp25.519.015.734 digunakan untuk membiayai operasional OPZ dari total

pengeluaran sebesar Rp223.786.396.220. Biaya ini sebagain besar digunakan

untuk kegiatan operasional pengelolaan (40%).

g) Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)

PKPU mendapatkan rasio yang buruk juga dalam efisiensi keuangan,

dengan memperoleh angka sebesar 13,87%. Ini berarti biaya operasional yang

dikeluarkan oleh PKPU sebesar Rp22.601.676.628 dari total pengeluaran

dana sebesar Rp162.986.396.220. Dana operasional ini sebagian besar

digunakan untuk gaji pegawai (56%).

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

IMZ pada tahun 2011, pengukuran kinerja keuangan melalui rasio beban

operasional mengalami penurunan. Sebelumnya rasio ini menunjukan nilai

yang baik yaitu sebesar 6%, salah satu kemungkinan penyebab perbedaan

tersebut adalah rendahnya dana yang didapat dan disalurkan dan sedikitnya

program yang dilakukan sehingga dana yang diguanakan untuk mengelola

OPZ juga kecil.

2. Kriteria penilaian kapasitas organisasi

Penilaian atas kapasitas organisasi diukur melalui empat kriteria. Tabel

4.11 dibawah ini menunjukan hasil penilaian kapasitas OPZ. Hasilpengukuran

kinerja keuangan dari komponen kapasitas organisasi ini secara keseluruhan

disimpulkan bernilai cukup baik. Berikut merupakan penjabaran rasio kapasitas

organisasi untuk setiap OPZ.

Page 137: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

121

Tabel 4.11

Kriteria Penilaian Efisiensi Dan Kapasitas Organisasi

Kriteria

Penilaian

Kapasitas

Organisasi

Hasil Penilaian Kapasitas Organisasi

BA

ZN

AS

BM

H

DD

R

YB

M

BR

I

Bam

uis

BN

I

RZ

PK

PU

Primary

revenue ratio

(%)

82,14 30,62 52,27 98,04 98,71 43,71 29,47

Konversi Nilai 4 1 1 5 5 1 1

Primary

revenue growth

(%)

17,76 15,26 18,81 18,04 14,73 21,18 12,10

Konversi Nilai 3 3 3 3 3 4 2

Program

expenses ratio

(%)

91,64 88,82 89,39 94,32 96,99 92,23 94,13

Konversi Nilai 5 4 4 5 5 5 5

Program

expenses

growth (%)

7,32 19,91 4,90 35,54 19,66 30,29 18,49

Konversi Nilai 1 3 1 5 3 5 3

Keterangan:nilai 5: Sangatbaik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk

Sumber: Data diolah peneliti

a. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa BAZNAS mendapat

predikat penilaian yang buruk pada Program expenses growth. Rasio atas

Program expenses growth berarti bahwa pertumbuhan pengeluaran untuk

pembiayaan program ataupun penyaluran dana kepada mustahiq dari tahun

sebelumnya hanya tumbuh 7,32%, atau meningkat sebesar Rp5.089.867.877

Page 138: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

122

dari Rp69.497.246.778 ditahun 2014 menjadi Rp74.587.114.655 pada tahun

2015.

Selanjutnya, untuk Primary revenue growth pada BAZNAS mendapat

penilaian cukup. Rasio sebesar 17,76% diperoleh BAZNAS atas

pertumbuhan perolehan dana khusus zakat pada tahun 2015 sebesar

Rp82.272.643.293 atau meningkat Rp12.407.136.622 dari tahun sebelumnya

yang memperoleh sebesar Rp69.865.506.671. Untuk meningkatkan rasio

pertumbuhan zakat dan mendapat predikat penilaian yang baik di tahun

mendatang, setidaknya BAZNAS harus meningkatkan perolehan dana zakat

minimal sebesar 20,00% dari tahun ini.

Pada Primary revenue ratio atau perolehan dana khusus zakat jika

dibandingkan dengan total perolehan dana secara keseluruhan di BAZNAS

menunjukan predikat baik, hal ini dikarenakan tingkat persentase yang

diperoleh sebanyak 82,14%, artinya dari dana yang diperoleh BAZBAS yaitu

Rp100.166.023.554, sebanyak Rp82.272.643.293 berasal dari zakat.

Persentase ini lebih baik jika dibandingkan dengan penelitian oleh IMZ pada

tahun 2011, dimana persentase yang diperoleh hanya sebesar 50%.

Dan untuk Program expenses ratio, BAZNAS mendapatkan nilai yang

sangat baik. Hal ini dikarenakan pengeluaran untuk pembiayaan program

ataupun penyaluran dana kepada mustahiq berhasil terealisasi sebesar 91,62%

dari total penggunaan dana, atau sebesar Rp74.587.114.655 berhasil

tersalurkan dari total dana sebesar Rp81.388.679.735.

Page 139: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

123

b) Baitul Maal Hidayatullah (BMH)

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, BMH mendapat

penilaian yang buruk untuk Primary revenue ratio, artinya bahwa BMH

hanya berhasil mengumpulkan dana zakat sebesar 30,62% terhadap

perolehan dana secara keseluruhan atau sebesar Rp25.418.329.582 dari total

perolehan keseluruhan dana yaitu Rp100.166.023.554. Dana terbesar yang

berhasil BMH kumpulkan berasal dari infak yaitu sebesar 67%.

Selanjutnya, untuk Primary revenue growth pada BMH mendapat

penilaian cukup. Rasio sebesar 15,26% diperoleh BMH atas pertumbuhan

perolehan dana khusus zakat pada tahun 2015 sebesar Rp25.418.329.582

atau meningkat Rp3.365.837.445 dari tahun sebelumnya yang diperoleh

sebesar Rp22.052.492.137. Untuk meningkatkan rasio pertumbuhan zakat

dan mendapat predikat penilaian yang baik di tahun mendatang, BMH harus

meningkatkan perolehan dana zakat minimal sebesar 20% dari tahun ini.

Untuk Program expenses ratio, BMH mendapatkan nilai yang baik. Hal

ini dikarenakan pengeluaran untuk pembiayaan program ataupun

penyaluran dana kepada mustahiq berhasil terealisasi sebesar 88,82% dari

total penggunaan dana, atau sebesar Rp80.276.909.404 berhasil tersalurkan

dari total dana sebesar Rp90.386.476.858. Besarnya nilai peringkat ini sama

dengan nilai peringkat yang diperoleh oleh DDR, namun jika dibandingkan

dengan OPZ lain nilai ini merupakan nilai terendah.

Dan untuk program expenses growth persentase yang diperoleh sebesar

19,91%, yang berarti penggunaan dana pembiayaan program mengalami

Page 140: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

124

kenaikan sebesar 19,91% dari tahun sebelumnya,dari Rp66.949.464.101 di

tahun 2014 meningkat sebesar Rp13.327.445.303 menjadi

Rp80.276.909.404 pada tahun 2015.Angka ini juga menunjukan bahwa

pertumbuhan pengeluaran untuk pembiayaan program ataupun penyaluran

dana kepada mustahiq cukup baik. Agar dapat mempertahankan nilai

baiknya, peningkatan pembiayaan program BMH di tahun mendatang tidak

boleh kurang dari 20% dari pembiayaan program tahun ini.

c) Dompet Dhuafa Republika (DDR)

Berdasarkan pengukuran Program expenses growth pada DDR di tabel

4.11 menunjukan bahwa pertumbuhan pengeluaran untuk pembiayaan

program ataupun penyaluran dana kepada mustahiq mendapat predikat

penilaian yang terburuk jika dibandingkan dengan OPZ lain. Rasio atas

Program expenses growth hanya tumbuh sebesar 4,90% dari tahun

sebelumnya atau meningkat sebesar Rp10.305.618.501 dari

Rp210.161.830.144 ditahun 2014 menjadi Rp220.467.448.645 pada tahun

2015. Selanjutnya untuk Primary revenue ratio yang diperoleh oleh DDR

juga mendapat penilaian buruk yaitu sebesar 52%, artinya perolehan dan

khusus zakat sebesar Rp147.378.640.738 dari total keseluruhan perolehan

dana yaitu Rp281.952.902.708. Namun, perolehan dana zakat di DDR

merupakan yang terbesar dibandingkan dengan 7 OPZ lainnya.

Untuk Primary revenue growth atau rasio pertumbuhan perolehan dana

khusus zakat yang diperoleh oleh DDR tumbuh18,81% dari tahun

sebelumnya atau sebesar Rp23.333.634.808, jika dibandingkan pada tahun

Page 141: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

125

2014 yang memperoleh dana zakat sebesar Rp124.045.005.930 menjadi

Rp147.378.640.738 di tahun 2015. Rasio ini menunjukan kinerja DDR

dalam mengumpulkan dana zakat cukup baik, walaupun bila dibandingkan

dengan OPZ lain, DDR memperoleh pertumbuhan dana zakat terbesar.

Dan untun Program expenses ratio atau rasio pertumbuhan pengeluaran

untuk pembiayaan program atupun penyaluran dana kepada mustahiq pada

DDR mendapat nilai yang baik. Hal ini dikarenakan DDR berhasil

merealisasikan 89,93% dana yang terkumpul atau sebesar

Rp220.467.448.645 untuk mustahiq dari total dana yang diperoleh sebesar

Rp269.046.479.170. Meskipun mendapat penilaian terendah sama dengan

BMH sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan OPZ lainnya pada

periode 2015 besarnya dana yang terealisasi untuk mustahiq pada DDR

merupakan yang terbesar.

d) Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja keuangan pada YBM BRI

dilihat dari komponen kapasitas organisasi maka secara keseluruhan

mendapat penilaian yang baik. Namun yang turut mendapatkan perhatian

lebih adalah pada Primary revenue growth atau rasio pertumbuhan

perolehan dana khusus zakat yang mendapat rasio cukup baik yaitu sebesar

18,04%, artinya bahwa perolehan dana zakat yang didapatkan oleh YBM

BRI meningkat sebesar 18% dari tahun sebelumnya, atau meningkat sebesar

Rp13.203.160.255, dari Rp73.171.790.223 di tahun 2014 menjadi

Rp86.374.950.478 pada tahun 2015. Untuk meningkatkan nilai primary

Page 142: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

126

revenue growth menjadi baik, YBM BRI perlu meningkatkan perolehan

dana zakat di tahun mendatang minimal 20% dariperolehan dana zakat

tahun ini.

Sedangkan untuk perolehan Primary revenue ratio, Program

expenses ratio, Program expenses growth, mendapatkan penilaian yang

sangat baik. Untuk Program expenses growths endiri, YBM BRI

mendapatkan persentase penilaian tertinggi jika dibandingkan dengan OPZ

lainnya yaitu sebesar 35,54%, hal ini berarti pertumbuhan pengeluaran

untuk pembiayaan program ataupun penyaluran dana kepada mustahiq

tumbuh sebesar 35,54% atau sebesar Rp20.324.422.231 dari tahun 2014

sebesar Rp66.949.464.101 menjadi Rp80.276.909.404 pada tahun 2015.

Namun demikian jika dibandingkan dengan pertumbuhan penyaluran dana

yang diperoleh OPZ lain, maka angka ini lebih kecil dari PKPU yang

tumbuh hanya sekitar 18,49% dari periode sebelumnya.

Pengukuran selanjutnya yaitu Program expenses ratio atau rasio

pengeluaran untuk pembiayaan program ataupun penyaluran dana kepada

mustahiq. Rasio yang diperoleh YBM BRI sebesar 94,32%, rasio ini

menunjukan penilaian yang sangat baik karena YBM BRI berhasil

merealisasikan dana sebesar 94,32% untuk mustahiq atau sebesar

Rp77.514.976.831 dari total penggunaan dana sebesar Rp82.265.729.292.

Dan untuk perolehan persentase primary revenue ratio pada YBM

BRI diperoleh sebesar 98,04%, hal ini berarti perolehan dana zakat YBM

BRI tahun 2015 sangat baik. Persentase ini menunjukan perolehan dana

Page 143: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

127

zakat sebesar Rp86.374.950.478 dari total perolehan dana sebesar

Rp88.104.097.550. Penilaian ini meningkat cukup signifikan jika

dibandingkan pada penelitian IMZ sebelumnya di tahun 2011 yang

mendapat penilaian kurang dengan mendapat persentase sekitar 72%. Hal

ini menunjukan peningkatan kinerja YBM BRI dalam meningkatkan

sumber dana zakat.

e) Baitul Maal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)

Hasil pengukuran kinerja keuangan Bamuis BNI dari komponen

kapasitas organisasi secara umum menunjukan hasil yang baik. Namun yang

perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh Bamuis BNI adalah Primary

revenue growth dan Program expenses growth dimana keduanya

menunjukan nilai yang cukup dan untuk mendapatkan nilai yang baik maka

setidaknya harus mencapai sekitar 20,00% dari tahun sebelumnya. Untuk

Primary revenue growth, rasio yang diperoleh sebesar 14,73% hal ini berarti

perolehan dana zakat yang didapat Bamuis BNI tahun ini mengalami

peningkatan sebesar 14,73% dari perolehan zakat tahun lalu. Atau perolehan

dana zakat mengalami kenaikan sebesar Rp3.813.793.840 dari

Rp25.897.623.035 di tahun 2014 menjadi Rp29.711.416.875 di tahun 2015.

Sedangkan untuk Program expenses growth Bamuis BNI perlu

meningkatkan pengeluaran dana pembiayaan program di tahun mendatang.

Karena pertumbuhan pengeluaran dana pembiayaan program di tahun ini

sebesar 19,66% dari tahun lalu. Atau meningkat sebesar Rp4.554.739.500

Page 144: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

128

dari Rp23.172.832.654di tahun 2014 menjadi Rp27.727.572.154 di tahun

2015.

Selanjutnya untuk Primary revenue ratio atau total perolehan dana

khusus zakat Bamuis BNI berhasil memperoleh nilai yang sangat baik yaitu

sebesar 98,71% dari perolehan dana total. Hal ini berarti mayoritas

pendapatan yang diterima berasal dari dana zakat yaitu sebesar

Rp29.711.416.875 dari Rp30.098.271.266. Persentase ini merupakan yang

terbesar namun, jika dibandingkan dengan OPZ lainnya dalam penelitian

ini, perolehan dana zakat yang diperoleh Bamuis BNI merupakan yang

terendah setelah PKPU. Hal ini berarti, Bamuis BNI masih memiliki

peluang untuk memperoleh dana zakat yang lebih besar.

Pada Program expenses ratio, Bamuis BNI mendapatkan nilai yang

sangat baik yaitu 96,99%. Hal ini berarti pembiayaan program ataupun

penyaluran dana kepada mustahiq yang dikeluarkan oleh Bamuis BNI

terealisasi sebesar 96,99% atau sebesar Rp27.727.572.154 dari total

penggunaan dana sebesar Rp30.271.430.296. Persentase ini merupakan

persentase tertinggi yang dicapai dan hal ini menunjukan Bamuis BNI telah

mampu mengoptimalkan pengelolaan dana zakat, walaupun perolehan

pengumpulan dana di Bamuis BNI merupakan yang terendah. Dan agar

Bamuis BNI tetap mempertahankan nilainya yang sangat baik, dana yang

dikeluarkan untuk pembiayaan program di tahun mendatang tidak boleh

kurang 89,99% dari total penggunaan dananya.

Page 145: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

129

f) Rumah Zakat (RZ)

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan pada terhadap kinerja

keuangan RZ jika ditijau dari komponen kapasitas organisasi, secara umum

menunjukan hasil yang cukup baik. Khusus untuk Primary revenue

ratioatau rasio perolehan dana khusus zakat terhadap perolehan dana total,

perlu mendapatkan perhatian yang serius karena RZ mendapat penilaian

yang buruk, dimana RZ hanya mampu mengumpulkan dana zakat sebesar

43,71% atau sebesar Rp97.666.410.793 dari total keseluruhan dana yang

diperoleh senilai Rp223.464.826.355. Perolehan dana terbesar berasal dari

infak yaitu sebesar 55,49% dari total perolehan dana. Perolehan dana zakat

43,71% dinilai masih sangat kurang untuk sebuah OPZ, sehingga dinilai

buruk. Perolehan dana zakat dinilai cukup jika perolehannya berkisar

75,00%-74,99%.

Meskipun RZ mendapat penilaian yang buruk untuk Primary

revenue ratio, namun jika dibandingkan dengan pertumbuhan perolehan

dana khusus zakat (Primary revenue growth) dari tahun sebelumnya

menunjukan nilai yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang

diperoleh yaitu sebesar 21,18%, hal ini berarti perolehan dana zakat tahun

ini meningkat 21,18% dari perolehan dana zakat tahun lalu. Atau perolehan

zakat tahun lalu sebesar Rp 80.596.311.461 meningkat sebesar

Rp17.070.099.332 menjadi Rp97.666.410.793 di tahun 2015.

Selanjutnya untuk Program expenses ratio dan Program expenses

growth pada RZ sama-sama menunjukan nilai yang sangat baik. Untuk

Page 146: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

130

Program expenses ratio RZ memperoleh persentase sebesar 92,23%, hal

tersebut berarti dana yang dikeluarkan oleh RZ untuk pembiayaan program

ataupun penyaluran dana sebesar 92,23% atau senilai Rp206.407.010.884

dari total penggunaan dana sebesar Rp223.786.396.220. Sedangkan untuk

Program expenses growth pada RZ memperoleh persentase sebesar 30,29%.

Hal ini berarti dana pembiayaan program yang dikeluarkan RZ di tahun ini

mengalami peningkatan sebesar 30,29% dari tahun lalu, atau mengalami

peningkatan Rp47.985.798.566 dari Rp158.421.212.318 di tahun 2013

menjadi Rp206.407.010.884 pada tahun 2015. Dari segi jumlah, angka

pertumbuhan ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan dari OPZ

lainnya meskipun persentase pada Bamuis BNI merupakan yang tertinggi.

g) Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan berkaitan dengan

kapasitas organisasi untuk menilai kinerja keuangan PKPU, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil yang diperolehan secara umum dikatakan baik.

Sama dengan OPZ sebelumnya, yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan

oleh PKPU dalam mengelola dana zakat adalah Primary revenue ratio.

Rasio ini menggambarkan perolehan dana khusus zakat yang diperoleh

PKPU jika dibandingkan dengan keseluruhan perolehan dana, PKPU

mendapat nilai yang buruk karena hanya dapat mengumpulkan dana zakat

sebesar 29,47% dari total penerimaan. Perolehan dana zakat hanya

Rp51.370.531.824 dari total perolehan dana sebesar Rp174.318.201.094.

Persentase ini merupakan yang terkecil dibandingkan dengan perolehan

Page 147: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

131

zakat OPZ lainnya. Perolehan dana terbesar PKPU berasal dari infak, hal ini

dikarenakan PKPU merupakan NGO internasional sehingga sebagian besar

dananya berasal dari infak yaitu sebesar 70%, baik yang bersumber dari

dalam ataupun luar negeri. Untuk memperbaiki primary revenue ratio,

PKPU perlu meningkatkan perolehan dana atas zakat di tahun mendatang.

Dan agar PKPU mendapatkan nilai minimal cukup baik, maka PKPU perlu

meningkatkan perolehan dananya minimal 75,00% dari total perolehan

dana.

Perhatian lebih lanjut turut diberikan pada Primary revenue growth,

rasio pada pertumbuhan perolehan dana khusus zakat menunjukan hasil

yang kurang, dimana PKPU hanya dapat menumbuhkan 12,10% dari tahun

sebelumnya. Pada tahun 2015, PKPU dapat mengumpulkan

Rp51.370.531.824 dana zakat atau tumbuh sekitar Rp5.544.227.647 dari

tahun sebelumnya yaitu Rp45.826.304.177. Agar PKPU bisa mendapatkan

nilai yang baik untuk primary revenue growth-nya, PKPU perlu

meningkatkan perolehan zakat di tahun mendatang, minimal 20,00% dari

total perolehan dananya.

Selanjutnya untuk program expenses ratio, PKPU mendapatkan

nilai yang sangat baik yaitu 94,14%. Hal ini berarti, dana pembiayaan

program ataupun penyaluran dana kepada mustahiq sebesar 94,14% atau

senilai Rp153.414.255.343 dari total penggunaan dana sebesar

Rp162.986.043.222. Persentase ini meningkat cukup signifikan dari 70,32%

pada tahun 2011, yang mengindikasikan semakin meningkatnya kinerja

Page 148: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

132

PKPU dalam mendayagunakan dana zakat yang diperoleh. Meskipun dalam

program expenses ratio PKPU mendapatkan nilai yang sangat baik namun

untuk Program expenses growth sendiri, PKPU mendapatkan nilai cukup

dengan berhasil menumbuhkan dana zakat sebesar18,49% dari tahun

sebelumnya, atau sebesar Rp23.939.395.020 dari Rp129.474.860.323 di

tahun 2014 menjadi Rp153.414.255.343 pada tahun 2015. Agar PKPU

memperoleh nilai minimal baik, PKPU perlu meningkatkan penggunaan

dana untuk pembiayaan di tahun mendatang minimal sebesar 20,00% dari

tahun ini.

3. Kriteria penilaian laporan keuangan

Tabel 4.12 menunjukan hasil penilaian terhadap laporan keuangan OPZ.

Sebagian besar OPZ mendapat penilaian yang sangat baik. Hal ini dikarenakan

tingginya kesadaran OPZ akan akuntabilitas dan transparansi dalam malaporkan

aktifitas pengelolaannya kepada masyarakat melalui penyusunan laporan

keuangan. Terdapat 6 OPZ yang mendapat penilaian sangat baik, karena telah

mampu menerbitkan laporan keuangan secara time concern, laporan keuangan

juga telah diaudit oleh KAP dan OPZ telah mengumumkannya melalui media

seperti penerapan IFR dengan mengunggahnya ke website. Sedangkan, terdapat

satu OPZ yang mendapat penilaian baik, yaitu DDR. Hal ini disebabkan karena

DDR tidak melakukan pengungkapan terhadap laporan keuangan seperti

melakukan IFR, walaupun dalam penyusunannya telah sesuai dengan PSAK 101

dan telah diaudit.

Page 149: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

133

Tabel 4.12

Kriteria Penilaian Laporan Keuangan

Kriteria Penilaian

Laporan Keuangan

Hasil Penilaian Laporan Keuangan

BA

ZN

AS

BM

H

DD

R

YB

M B

RI

Bam

uis

BN

I

RZ

PK

PU

Apa laporan keuangan

tersedia?

Apa laporan keuangan

diterbitkan secara up to

date (time concern)?

Apa laporan keuangan

diaudit oleh KAP?

Apa laporan keuangan

dipublikasikan?

-

Konversi Nilai 5 5 4 5 5 5 5

Keterangan:nilai 5: Sangatbaik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk

Sumber: Data diolah peneliti

Namun, dari ketujuh OPZ tersebut, belum semua OPZ telah lengkap menyusun

komponen laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101. Dalam PSAK 101 diatur

komponen-komponen laporan keuangan apa saja yang harus disusun oleh OPZ

yaitu terdiri dari neraca (laporan posisi keuangan), laporan perubahan dana,

laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016). Dari tujuh OPZ yang melakukan

penyusunan terhadap laporan keuangan, hanya satu yang melampirkan CALK

dan membuat laporan aktivitas yaitu DDR, lima OPZ telah menyusun laporan

arus kas yaitu BAZNAS, DDR, YBM BRI, Bamuis BNI, dan PKPU. Enam OPZ

yang telah menyusun laporan perubahan aset kelolaan yaitu BAZNAS, DDR,

PKPU, YBM BRI, dan Bamuis BNI. Sedangkan untuk laporan posisi keuangan

dan laporan perubahan dana telah disusun oleh seluruh OPZ.

Page 150: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

134

4. Hasil penilaian kinerja keuangan organisasi pengelola zakat

Hasil akhir dari penilaian kinerja keuangan OPZ adalah penjumlahan dari

seluruh nilai yang diperoleh OPZ. Seluruh nilai tersebut diperoleh melalui ketiga

komponen pengukuran, yang terdiri dari efisiensi keuangan, kapasitas organisasi, dan

laporan keuangan. Jumlah ketiga komponen tersebut kemudian dibagi tiga sesuai

dengan pengukuran yang digunakan. Selanjutnya, hasil nilai yang diperoleh atas

pembagian tersebut merupakan hasil akhir penilaian kinerja keuangan. Hasil nilai

tersebut lalu dikonversi kedalam peringkat yang telah ditetapkan dalam IZDR 2011,

dengan demikian diperolehlah hasil akhir peringkat disetiap OPZ dari peringkat satu

sampai dengan peringkat tujuh. Peringkat ini dapat dilihat pada kolom 4.13 dibawah

ini.

Tabel 4.13

Konversi Nilai Kinerja Keuangan OPZ

Total Jumlah

Konversi Nilai

Bam

uis

BN

I

YB

M B

RI

RZ

BA

ZN

AS

BM

H

PK

PU

Dom

pet

Dh

uafa

Efisiensi Keuangan 3 1 1 1 1 1 1

Kapasitas Organisasi 16 18 15 13 11 11 9

Laporan Keuangan 5 5 5 5 5 5 4

Jumlah 24 24 21 19 17 17 14

Hasil Nilai 8 8 7 6,33 5,67 5,67 4,67

Huruf AA+ AA+ AA- A A- A- BBB

Peringkat 1 2 3 4 5 5 6

Keterangan:nilai 5: Sangatbaik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk

Sumber: Data diolah peneliti

Page 151: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

135

Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai yang sama

antara Bamuis BNI dan YBM BRI yaitu 8 atau AA+. Namun, terdapat perbedaan

dalam penilaian efisiensi keuangan dan kapasitas organisasi. Bamuis BNI mendapat

nilai yang cukup untuk penilaian efisiensi keuangan, sedangkan YBM BRI

mendapat penilaian yang buruk. Untuk penilaian kapasitas organisasi Bamuis BNI

mendapat akumulasi nilai sebesar 16 sedangkan untuk YBM BRI mendapat

akumulasi nilai sebesar 18. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peringkat

pertama didapatkan oleh Bamuis BNI, karena penilaian pada kapasitas organisasi

merupakan akumulasi dari empat kriteria, sedangkan penilaian terhadap efisiensi

keuangan merupakan penilaian tunggal sehingga penilaian yang diperoleh pada

efisiensi keuangan berada pada tingkat yang lebih tinggi dari pada penilaian

kapasitas organisasi. Kemudian pada peringkat kedua diraih oleh Baitul Maal Bank

Rakyat Indonesia (YBM BRI) dengan perolehan nilai 8 atau AA+. Diperingkat

ketiga diraih oleh Rumah Zakat (RZ) dengan nilai 7 atau AA-, selanjutnya peringkat

keempat diraih oleh BAZNAS dengan nilai total 6,33 atau A. Sedangkan

diperingkat kelima diraih oleh Baitul Maal Hidayatullah dan PKPU dengan

perolehan nilai yang sama yaitu nilai angka 5,67 atau A-. Terakhir diperingkat

ketujuh diraih oleh Dompet Dhuafa Republika (DDR) dengan nilai 4,67atau BBB.

Page 152: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

136

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran tingkat akuntabilitas melalui penerapan

internet reporting yang dilakukan terhadap website OPZ, dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar tingkat akuntabilitas website OPZ masih berada pada

tingkat yang sangat rendah yaitu sebesar 39%. Ini berarti, informasi yang

diperoleh oleh pengunjung hanya terpenuhi sekitar 39% saja dari setiap muatan

yang ditampilkan oleh OPZ. Secara parsial, hanya dua OPZ yang telah mencapai

tingkat akuntabilitas website menengah atau cukup baik, yaitu BAZNAS dan

PKPU dengan memperoleh persentase 67% dan 60%, sedangkan sisanya atau 14

OPZ lainnya berada pada tingkat akuntabilitas yang sangat rendah dengan

memperoleh persentase dibawah 50%.

Selanjutnya, berdasarkan pengukuran penilaian kinerja keuangan yang

dilakukan terhadap tujuh OPZ, dapat disimpulkan secara umum, kinerja

keuangan OPZ dinilai cukup baik dengan nilai angka total 6,476. Peringkat

terbaik didapat oleh Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis

BNI) dengan nilai angka 8 atau AA+, hasil yang sama diraih oleh Yayasan Baitul

Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI), Namun YBM BRI menempati

peringkat kedua. Kemudian, pada peringkat ketiga diraih oleh RZ dengan nilai

7 atau AA-, selanjutnya peringkat keempat diraih oleh BAZNAS dengan nilai

total 6,33 atau A. Sedangkan diperingkat kelima diraih oleh Baitul Maal

Page 153: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

137

Hidayatullah dan PKPU dengan perolehan nilai yang sama yaitu nilai angka 5,67

atau A-. Terakhir diperingkat keenam diraih oleh Dompet Dhuafa Republika

(DDR) dengan nilai 4,67 atau BBB.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut beberapa

saran yang dapat peneliti sampaikan. Saran ini diharapkan dapat memberi

gambaran dan peluang bagi peneliti yang akan datang untuk melakukan

penelitian yang lebih baik dari penelitian ini.

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas lingkup penelitian

dengan melakukan pengukuran terhadap kinerja kepatuhan syariah,

legalitas, dan kelembagaan, kinerja manajemen, kinerja pendayagunaan

ekonomi dan kinerja legitimasi sosial. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian

yang dihasilkan bersifat lebih komprehensif dan andal.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tingkat akuntabilitas

organisasi nirlaba khususnya OPZ melalui instrumen penelitian yang lebih

baik dan memperluas penelitian dengan mengetahui kepuasan pengguna

atas informasi yang di tampilkan dalam website sebagai upaya penyadaran

masyarakat akan pentingnya menyalurkan zakatnya melalui OPZ.

Page 154: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

138

DAFTAR PUSTAKA

Abd Halim Mohd Noor, M. S. (2015). Efficiency of Islamic Institutions: Empirical

Evidence of Zakat Organizations’ Performance in Malaysia. Journal of

Economics Business and Management Vol. 3 No. 2, 283.

Al-Utsaimin, M. b. (2011). Fiqih Zakat Kontemporer. Solo: Al-Qowam.

Anheier, H. K. (2005). Non Profit Organization: Theory, Manajement, Policy. New

York: Rountledge.

Ari Kristin, U. K. (2011). Penerapan Akuntansi Zakat pada Lembaga Amil Zakat.

VALUE ADDED, Vol. 7 , No.2, 72.

Badan Pusat Statistik. (2016). Number and Percentage of Poor People,Poverty

Line, Poverty Gap Index, Poverty Severity Index by Province,. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. (2017, Mei 1). Persentase Penduduk Miskin Maret 2015

Mencapai 11,22 persen. Diambil kembali dari Badan Pusat Statistik:

http://www.bps.go.id/

Bank Indonesia dan Universitas Islam Indonesia. (2016). Pengelolaan Zakat yang

Efektif: Konsep dan Praktik di Berbagai Negara. Jakarta: Departemen

Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia.

BAZIS DKI Jakarta. (1999). Mengenal Hukum Zakat dan Infak/Sedekah. Jakarta:

Badan Amil Zakat Dan Infak/Sedekah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

BPS. (2016). Number and Percentage of Poor People,Poverty Line, Poverty Gap

Index, Poverty Severity Index by Province,. BPS.

Departemen Teknik Planologi ITB. (2004). Keterkaitan Akuntabilitas dan

Transparansi dalam Pencapaian Good Governance. Jurnal Perencanaan

Wilayah dan Kota Vol 15 No 1, 36.

Dwi Afritanti, H. G. (2015). Penilaian Indeks Akuntabilitas Instansi Pemerintah.

Jurnal Tata Kelola dan Akuntabilitas Keuangan Negara Vol 1 No 1 , 22.

Fakhruddin. (2008). Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : UIN

Malang Press.

Forum Zakat . (2010, September 2). Mengungkap Sistem Penilaian ISR Award

2009. Diambil kembali dari Forum Zakat : www.foz.org

Gajendra Sharma, X. B. (2014). Public Participation and Ethical Issues on E-

governance: A Study Perspective in Nepal. Electronic Journal of e-

Government Volume 12, 84.

Page 155: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

139

Gatot Soepriyanto, R. A. (2011). Evaluasi Pengungkapan Laporan Keuangan

Daerah di Situs Internet: Studi Pada Pemerintah Daerah Indonesia. Binus

Business Review Vol. 2 No. 1, 192-201.

Hafidhuddin, D. (2007). Zakat dalam Perekonomian. Jakarta: Gema Insani.

Harian Pilar. (2017, Februari 4). Kejati Dalami Kasus Dana Zakat Kemenag

Lampung. Diambil kembali dari Harian Pilar:

http://www.harianpilar.com/2015/11/05/kejati-dalami-kasus-dana-zakat-

kemenag-lampung

Hartono. (2016, November Jumat). Direktorat Jendral Pajak. Diambil kembali dari

Direktorat Jendral Pajak web site: http://pajak.go.id

Hartono. (2016, November 5). Direktorat Jendral Pajak. Diambil kembali dari

http://www.pajak.go.id

Hassan, R. (2013). E-Governance and E-Government in Bangladesh: Performance,

Challenges and Remedies. Asian Journal of Applied Science and

Engineering, Volume 2 No 2, 112.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta:

Graha Akuntan.

Indonesia Magnificence of Zakat. (2011). Indonesia Zakat and Development Report

2011: Kajian Empiris Peran Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan.

Ciputat: Indonesia Magnificence of Zakat.

Indonesia Magnificence of Zakat. (2011). Indonesia Zakat and Development Report

2011: Kajian Empiris Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan. Ciputat:

Indonesia Magnificence of Zakat.

Indonesia Magnificence of Zakat. (2017, Mei 2). Indonesia Magnificence of Zakat.

Diambil kembali dari Indonesia Magnificence of Zakat: http://www.imz.or/

Janets Silvia, M. A. (2011). Akuntabilitas dalam Perspektif Gereja Protestan (Studi

Fenomenologis pada Gereja Protestan Indonesia Donggala Jemaat

Manunggal Palu). Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh , 4.

Kementerian Agama Republik Indonesia. (2013). Modul Penyuluhan Zakat.

Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012). Laporan Kajian Islamic

Publik Finance. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kementrian Agama Republik Indonesia. (2013). Modul Penyuluhan Zakat. Jakarta:

Kementrian Agama Republik Indonesia.

Page 156: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

140

Kementrian Agama Republik Indonesia. (2013). Pedoman Penyuluhan Zakat.

Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.

Kiran Yadav, S. T. (2014). E-Governance in India: Opportunities and Challenges.

Advance in Electronic and Electric Engineering Volume 4 Nomer 6, 676.

Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia. Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance.

Laela, S. F. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi

Pengelola Zakat. TAZKIA Islamic Finance & Business Review, 126.

Lembaga Administrasi Negara. (2000). Akuntabilitas dan Good Governance.

Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lili Bariadi, M. Z. (2005). Zakat dan Wirausaha. Jakarta: Centre For

Entrepreneurship Development.

Miftah, A. A. (2008). Pembaharuan Zakat Untuk Pengentasan Kemiskinan di

Indonesia. Innovatio Vol VII No 14, 423.

Mufraini, A. (2006). Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana Prenada

Medika Group.

Mughni, L. (2015, September selasa). Permasalahan Zakat di Indonesia. Diambil

kembali dari Al Ittihad darussaadah: http://www.darussaadah.or.id/

Nikmatuniah, M. (2015). Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat di

Kota Semarang. Mimbar, 485-486.

Nurhadryani, Y. (2009). Memahami Konsep E-Governance Serta Hubungan

dengan E-Government dan E-Demokrasi. Seminar Nasional Informatika

UPN”Veteran Yogyakarta,, 112.

Nurul huda, N. Y. (2015). Zakat Perspektif Mikro-Makro: Pendekatan Riset.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Oxford University Press. (2016, Desember 1). Oxford Learners Dictionaries.

Diambil kembali dari Oxford University Press:

http://www.oxfordlearnersdictionaries.com

Pasamanbarat. (2017, Februari 4). Dugaan Kecurangan Pengurus BAZ Pasaman

Barat Mulai Terkuak. Diambil kembali dari Pasamanbarat:

http://www.pasamanbarat.com/dugaan-kecurangan-pengurus-baz-

pasaman-barat-mulai-terkuak/

PIRAC. (2007). Meningkat, Kesadaran dan Kapasitas Masyarakat dalam

Berzakat. Jakarta: PIRAC.

Page 157: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

141

Poister, T. H. (2003). Measuring Performance In Public And Nonprofit

Organizations. San Francisco: Jossey Bass A wiley Imprint.

Prasetyoningrum, A. K. (2015). Pendekata Balance Scorecard Pada Lembaga Amil

Zakat di Masjid Agung Jawa Tengah. Economica Jurnal Pemikiran dan

Penelitian Ekonomi Islam, 9-10.

PT Multi Utama Indojasa. (2015, September 5). Pengertian Good Corporate

Governance. Dipetik Mei 3, 2017, dari PT Multi Utama Indojasa:

http://muc-advisory.com/tag/komite-cadbury/

Puji Lestari, U. P. (2015). Identifikasi Faktor Organisasional dalam Pengembangan

E-Governance pada organisasi Pengelola Zakat. Mimbar Vol 31 Nomor 1,

224.

Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional. (2016). 2017 Outlook Zakat

Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional.

Qardawi, Y. (1996). Hukum Zakat. Bandung: Mizan.

Rahmayanti, A. (2015). Filantropi Islam: Model dan Akuntabilitas. Syariah Paper

Accounting FEB UMS, 25.

Rahmayati, A. (2015). Filantropi Islam: Model dan Akuntabilitas. Syariah Paper

Accounting FEB UMS, 18.

Rini. (2016). Penerapan Internet Financial Reporting untuk Mendukung

Akuntabilitas pada Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia. Jurnal

Akuntansi Multiparadigma Vol 7 No 2, 156-323.

Sadjianto, A. (2000). Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintah. Jurnal

Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2,, 139.

Septiarini, D. F. (2011). Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Terhadap

Pengumpulan Dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh pada LAZ di Surabaya.

Akrual Jurnal Akuntansi, 177-180.

Shamharir Abidin, R. A. (2014). Evaluating Corporate Reporting on the Internet:

The Case of Zakat Institutions in Malaysia. Jurnal Pengurusan 42, 19 - 29.

Sofia Yasmin, R. H. (2013). Communicated Accountability by Faith-Based Charity

Organisations. Springer Science Business Media Dordrecht , 107.

Sucipto, A. (2011, Maret 16). Membangun Transparansi dan Akuntabilitas

Lembaga Pengelola Zakat. Diambil kembali dari El Zawa Pusat kajian zakat

dan Wakaf UIN MALIKI Malang: http://elzawa.uin-

malang.ac.id/membangun-transparansi-dan-akuntabilitas-lembaga-

pengelola-zakat/#more-274

Page 158: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

142

Tribunnews. (2017, Februari 4). Kepala Baitul Maal Tersangka Penyelewengan

Dana Zakat. Diambil kembali dari Tribunnews:

http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/09/kepala-baitul-mal-

tersangka-penyelewengan-dana-zakat

Trimedianews. (2017, Februari 4). Kasus Dana Zakat, Mantan Bendahara BAZ

Parmout Ditahan. Diambil kembali dari Trimedianews:

http://www.trimedianews.id/news/read/kasus-dana-zakat-mantan-

bendahara-baz-parmout-ditahan

Viva. (2017, Februari 4). Empat PNS Jadi Tersangka Korupsi Dana Zakat. Diambil

kembali dari Viva: http://www.viva.co.id/berita/nasional/583838-empat-

pns-jadi-tersangka-korupsi-dana-zakat

Yuniartati, L. A. (2012). Akuntabilitas Lembaga Pengelola Zakat di Kabupaten

Jember. Conference In Business Accounting and Management, 1194.

Page 159: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

143

Lampiran 1 Laporan Keuangan

Badan Amil Zakat Nasional (Laporan Perubahan Dana)

Page 160: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

Lampiran 2 Laporan Keuangan

Baitul Maal Ummat Islam Bank Negara Indonesia

(Laporan Perubahan Dana)

Page 161: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

145

Lampiran 3 Laporan Keuangan

Baitul Maal Hidayatullah (Laporan Perubahan Dana)

Page 162: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

146

(Lanjutan)

Page 163: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

147

(Lanjutan)

Page 164: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

148

Lampiran 4 Laporan Keuangan

Dompet Dhuafa Republika (Laporan Perubahan Dana)

Page 165: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

149

(Lanjutan)

Page 166: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

150

(Lanjutan)

Page 167: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

151

Lampiran 5 Laporan Keuangan

Pos Keadilan Peduli Ummat (Laporan Perubahan Dana)

Page 168: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

152

(Lanjutan)

Page 169: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

153

(Lanjutan)

Page 170: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

154

(Lanjutan)

Page 171: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

155

(Lanjutan)

Page 172: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

156

Lampiran 6 Laporan Keuangan

Rumah Zakat Indonesia (Laporan Perubahan Dana)

Page 173: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

157

(Lanjutan)

Page 174: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

158

(Lanjutan)

Page 175: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

159

(Lanjutan)

Page 176: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

160

Lampiran 7 Laporan Keuangan

Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia

(Laporan Perubahan Dana)

Page 177: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

161

(Lanjutan)

Page 178: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

162

Rumus : (𝑂𝐸

𝑇𝐸𝑥 100%)

Keterangan : OE : Operational expense, seluruh biaya yang digunakan

untuk menjalankan roda OPZ

TE : Total expense, total penggunaan dana (diluar dana gaji

untuk amil

Organisasi

Pengelola Zakat

Penilaian Efisiensi Keuangan

(Operational Expenses Ratio)

Total Biaya

Operasional

Total Biaya

Yang

Dikeluarkan

Rasio Biaya

Operasional

BAZNAS 12.446.964.349 81.388.679.735 15,29%

BMH 20.454.804.018 90.386.476.858 22,63%

DDR 48.067.355.366 246.648.974.154 19,49%

YBM BRI 9.680.242.840 82.265.729.292 11,77%

Bamuis BNI 2.512.184.613 28.588.097.288 8,79%

RZ 25.519.015.734 223.786.396.220 11,40%

PKPU 22.601.676.628 162.986.043.222 13,87%

Lampiran 8 Penilaian Efisiensi Keuangan

BAZNAS, BMH, DDR, YBM BRI,

Bamuis BNI, RZ, dan PKPU

Page 179: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

163

Rumus : (𝑍𝑅

𝑇𝑅𝑥 100%)

Keterangan : ZR : Zakat revenue, total perolehan dana khusus zakat

TR : Total revenue, total perolehan dana

Organisasi

Pengelola Zakat

Penilaian Efisiensi Keuangan

(Primary Revenue Ratio)

Total Perolehan

Dana Zakat

Total Dana Yang

Diperoleh

Rasio Perolehan

Dana Zakat

BAZNAS 82.272.643.293 100.166.023.444 82,14%

BMH 25.418.329.582 83.005.745.703 30,62%

DDR 147.378.640.738 281.952.902.708 52,27%

YBM BRI 86.374.950.478 88.104.097.550 98,04%

Bamuis BNI 29.711.416.875 30.098.271.266 98,71%

RZ 97.666.410.793 223.464.826.355 43,71%

PKPU 51.370.531.824 174.318.201.094 29,47%

Lampiran 9 Penilaian Kapasitas Organisasi

(Primary Revenue Ratio)

BAZNAS, BMH, DDR, YBM BRI, Bamuis

BNI, RZ, dan PKPU

Page 180: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

164

Rumus : (𝑍𝑅𝑛−𝑍𝑅(𝑛−1)

𝑍𝑅(𝑛−1)𝑥100%)

Keterangan : ZRn : Zakat revenue, total perolehan dana zakat tahun

berjalan

ZR(n-1) : Zakat revenue, total perolehan dana zakat tahun

sebelumnya

Organisasi

Pengelola

Zakat

Penilaian Efisiensi Keuangan

(Primary Revenue Growth)

Perolehan

Dana Zakat

Tahun

Berjalan

(2015)

Perolehan

Dana Zakat

Tahun

Sebelumnya

(2014)

Selisih

(Pertumbuhan)

Rasio

Pertumbuhan

Dana Zakat

BAZNAS 82.272.643.293 69.865.506.671 12.407.136.622 17,76%

BMH 25.418.329.582 22.052.492.137 3.365.837.445 15,26%

DDR 147.378.640.738 124.045.005.930 23.333.634.808 18,81%

YBM BRI 86.374.950.478 73.171.790.223 13.203.160.255 18,04%

Bamuis

BNI 29.711.416.875 25.897.623.035 3.813.793.840 14,73%

RZ 97.666.410.793 80.596.311.461 17.070.099.332 21,18%

PKPU 51.370.531.824 45.826.304.177 5.544.227.647 12,10%

(Lanjutan) Penilaian Kapasitas Organisasi

(Primary Revenue Growth)

BAZNAS, BMH, DDR, YBM BRI, Bamuis

BNI, RZ, dan PKPU

Page 181: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

165

Rumus : (𝑃𝐸

𝑇𝐸𝑥 100%)

Keterangan : PE : Program expense, total pengeluaran untuk pembiayaan

program ataupun penyaluran dana kepada mustahiq

TE : Total expense, total penggunaan dana

Organisasi

Pengelola Zakat

Penilaian Efisiensi Keuangan

(Program Expense Ratio)

Total

Pengeluaran

Pembiayaan

Program

Ataupun

Penyaluran

Dana Kepada

Mustahiq

Total

Penggunaan

Dana

Rasio Biaya

Program

BAZNAS 74.587.114.655 81.388.679.735 91,64%

BMH 80.276.909.404 90.386.476.858 88,82%

DDR 220.467.448.645 246.648.974.154 89,39%

YBM BRI 77.514.976.831 82.265.729.292 94,32%

Bamuis BNI 27.727.572.154 28.588.097.288 96,99%

RZ 206.407.010.884 223.786.396.220 92,23%

PKPU 153.414.255.343 162.986.043.222 94,13%

(Lanjutan) Penilaian Kapasitas Organisasi

(Program Expense Ratio)

BAZNAS, BMH, DDR, YBM BRI, Bamuis

BNI, RZ, dan PKPU

Page 182: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

166

Rumus : (𝑃𝐸𝑛−𝑃𝐸(𝑛−1)

𝑃𝐸(𝑛−1)𝑥100%)

Keterangan : PEn : Program expense, total pengeluaran untuk

pembiayaan program ataupun penyaluran dana kepada

mustahiq tahun berjalan

PE(n-1) : Program expense, total pengeluaran untuk

pembiayaan program ataupun penyaluran dana kepada

mustahiq tahun sebelumnya

Organisasi

Pengelola

Zakat

Penilaian Efisiensi Keuangan

(Primary Revenue Growth)

Total

Pengeluaran

Pembiayaan

Program

Ataupun

Penyaluran

Dana Kepada

Mustahiq Tahun

Berjalan (2015)

Total

Pengeluaran

Pembiayaan

Program

Ataupun

Penyaluran

Dana Kepada

Mustahiq Tahun

Sebelumnya

(2014)

Selisih

(Pertumbuhan)

Rasio

Pertumbuhan

Biaya

Program

BAZNAS 74.587.114.655 69.497.246.778 5.089.867.877 7,32%

BMH 80.276.909.404 66.949.464.101 13.327.445.503 19,91%

DDR 220.467.448.645 210.161.830.144 10.305.618.501 4,90%

YBM BRI 77.514.976.831 57.190.554.600 20.324.422.231 35,54%

Bamuis

BNI 27.727.572.154 23.172.832.654 4.554.739.500 19,66%

RZ 206.407.010.884 158.421.212.318 47.985.798.566 30,29%

PKPU 153.414.255.343 129.474.860.323 23.939.395.020 18,49%

(Lanjutan) Penilaian Kapasitas Organisasi

(Program Expense Growth)

BAZNAS, BMH, DDR, YBM BRI, Bamuis

BNI, RZ, dan PKPU

Page 183: ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35648/1/DEWI SUPRIYATIN-FEB.pdf · ANALISIS PENERAPAN INTERNET REPORTING DAN PENILAIAN

167

Organisasi

Pengelola

Zakat

Penilaian Laporan Keuangan

Tidak

tersedia

Tersedia, tapi

tidak up to

date dan

tidak diaudit

Tersedia,

up to date

tapi tidak

diaudit

Tersedia, up

to date,

diaudit, tapi

tidak

transparan

Tersedia, up

to date,

diaudit, dan

transparan

(1) (2) (3) (4) (5)

BAZNAS

BMH

DDR

YBM BRI

Bamuis BNI

RZ

PKPU

Lampiran 10 Penilaian Laporan Keuangan

BAZNAS, BMH, DDR, YBM BRI, Bamuis

BNI, RZ, dan PKPU