ANALISIS PENDAPATAN PRODUKSI TELUR ASIN DI KECAMATAN ...
Transcript of ANALISIS PENDAPATAN PRODUKSI TELUR ASIN DI KECAMATAN ...
ANALISIS PENDAPATAN PRODUKSI TELUR ASIN
DI KECAMATAN SEUNAGAN
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
HERIADI
NIM : 08C20101072
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, merambat
kepada setiap aspek kehidupan, tingkat persaingan yang semakin tinggi memaksa
setiap orang lebih jeli dalam membaca setiap peluang dalam usaha
mengembangkan keterampilan dan keahliannya untuk menjawab tantangan
zaman. Rendahnya tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh sebagian
besar penduduk Provinsi Aceh merupakan salah satu alasan kenapa angka
pengangguran di Kabupaten semakin meningkat. Padahal usaha yang dilakukan
Pemerintah dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan sudah menjadi
agenda utama dari Pemerintah. Salah satu contoh yaitu dengan mencetuskan wajib
belajar sembilan tahun dan mengadakan pelatihan kepada masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dalam menciptakan pekerjaan untuk diri
sendiri. Namun semua itu ternyata tidaklah cukup, karena belum didukung oleh
sumber daya manusia yang terampil dan berkeahlian yang dapat dimanfaatkan
untuk membuka peluang usaha, dalam menciptakan lapangan kerja untuk orang
lain, atau berkreasi yang menghasilkan tentunya yang dapat berdampak yang
positif pada penekanan terhadap tingginya angka pengangguran, tingginya angka
kemiskinan yang ada di Aceh tersebut.
Usaha pengasinan telur merupakan salah satu cara untuk menciptakan
lapangan kerja untuk meningkat pendapatan rumah tangga yaitu dengan cara
penambahan umur simpan telur yang umum dilakukan oleh masyarakat. Telur
asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan berharga
2
relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya simpan yang lebih lama terhadap kerusakan yang terjadi lebih
tinggi dibandingkan telur mentah. Telur asin pada umumnya juga banyak
mengandung protein, lemak, selain itu telur asin juga banyak mengandung
mineral dan vitamin. Mengawet telur asin juga digemari karena dengan mengubah
rasanya yang relatif lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa.
Untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, setiap kegiatan usaha
bertujuan agar memperoleh pendapatan usaha yang lebih besar efisiensi ekonomi
yang tinggi, sehingga kelangsungan hidup usaha tetap terjaga. Oleh karena itu,
setiap detil proses pembuatan harus benar-benar dimengerti proses produksi
sehingga dapat diaplikasikan dengan baik pada saat pembuatan, karena
keberhasilan suatu usaha untuk mencapai pendapatan sangat berpengaruh pada
faktor- faktor internal usaha telur asin, seperti tingkat produksi telur asin yang
maksimum. Disamping faktor tersebut, ada faktor lain yang cukup besar
peranannya untuk mendorong keberhasilan untuk mencapai pendapatan rumah
tangga di dalam sebuah usaha telur asin yaitu pendidikan dan lamanya
pengalaman dibidang pengolahan telur asin. Faktor- faktor tersebut juga
berpengaruh dalam pengelolaan usaha. Karena pendapatan merupakan selisih
antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. Pendapatan dapat digunakan sebagai indikator penting dalam analisis
usaha yang sedang dilakukan oleh seorang dalam kegiatan usaha, sebab menjadi
ukuran penghasilan yang diterima oleh peternak (http://Frutiti.Multiply.com.
diakses Mei 2013).
3
Pemilihan bahan baku dalam pembuatan telur asin yang banyak
digunakan kalangan orang banyak adalah telur bebek, dan sebagian besar
menggunakan telur yang memiliki kualitas tinggi, karena ukurannya yang lebih
besar dari pada ukuran telur ayam kampung. Telur-telur ini tidak hanya dapat
diproses dengan varian rasa asin saja, melainkan dapat dibuat dalam bentuk
varian rasa yang rasa sangat asin atau rasa yang sedang (tidak terlalu asin) dan
rasa-rasa yang lainnya. Harga bahan baku utama usaha ini adalah telur itik tawar
yang dibeli dengan harga Rp. 1.000 – Rp. 1.500 per butir, bahan baku ini
dipeloleh dari hasil budidaya bebek sendiri, ada juga yang menbeli langsung
keperternak itik di kalangan masyarakat yang tidak mengawetkan telur asin.
Harga bahan baku telur itik tidak mengalami perubahan yang signifikan selama
tidak terjadi kegagalan panen pada suatu daerah yang akan mengakibatkan
berkurangnya stok telur itik yang menyebabkan meningkatkan harga telur itik
tawar. Harga telur asin yang dijual kepada konsumen berkisar antara Rp 2.500 –
Rp 3.000 per butir. Terjadi kenaikan harga jual 3.000 itu disaat-saat tertentu saja
seperti Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Harga jual jauh lebih tinggi jika
dibanding dengan hari-hari lain.
Analisa pasar terhadap penawaran produk telur asin secara langsung masih
belum dilakukan secara komersial. Perhitungan langsung dapat dilakukan dengan
memperkirakan jumlah usaha telur itik yang diasinkan dalam data produksi total
telur itik di tingkat 9 (sembilan) Kecamatan dalam Kabupaten Nagan Raya dapat
dilihat pada tabel 1.
4
Tabel 1
Usaha Telur Asin di Nagan Raya Tahun 2013
No Kecamatan Jumlah Usaha
(Unit)
Tenaga Kerja
(Orang)
Produksi
(Buah)
1 Seunagan 87 92 109.620
2 Seunagan Timur 100 104 162.000
3 Beutong 28 28 40.320
4 Kuala Pesisir 8 9 14.400
5 Suka Makmue 61 87 98.820
6 Tadu Raya 2 2 4.320
7 Kuala 14 14 20.160
8 Beutong Benggala 1 1 900
9 Darul Makmur 18 18 35.640
Sumber : Dinas Industri Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat kita simpulkan bahwa daerah-daerah
pengawet telur asin di sembilan kecamatan yang paling banyak memproduksi
adalah Kecamatan Seunagan Timur dengan jumlah usaha 100 unit usaha telur asin
dan diikuti oleh Kecamatan Seunagan dengan jumlah usaha 87 unit usaha,
kecamatan yang sangat sedikit memproduksi Beutong Benggala dengan jumlah
unit usaha 1 hal ini disebabkan oleh tingkat tempat budidaya itik petelur belum
begitu banyak dan jarak tempuh untuk dijual pun sangat jauh.
Pusat-pusat produksi telur itik mentah umumnya berlokasi sama dengan
sentral penghasil telur itik rumah tangga di Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya. Pada tahun 2013 produksi telur itik mentah di beberapa desa yang
ada dalam areal Kecamatan Seunagan adalah Gampong Cot Lele, Paya Udeung,
Kuta Aceh, Lhok Padang, Krung Ceuko, Latong, Kulu, Kuta Paya, Nigan, Blang
Puuk, Parom, Sapek, dan masih banyak lagi Gampong-gampong yang
memproduksi telur itik yang mentah yang ada di kawasan Kecamatan Seunagan.
Dalam proses pengolahan bahan baku telur itik dalam meningkatkan produksi
telur asin ini dilakukan oleh ibu pengurus rumah tangga terutama bagi ibu yang
memelihara itik baik untuk menjual hasilnya maupun kegunaan untuk sendiri.
5
Perkembangan industri telur asin akan mendorong perkembangan
peternakan itik akan berdampak kepada peningkatan pendapatan para peternak itik
yang umumnya merupakan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, industri telur
asin dapat dijadikan salah satu usaha yang dapat diandalkan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat menengah dan bawah serta dapat mengurangi
ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti daging.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian yang di
tuangkan dalam karya ilmiah yang judulnya “Analisis Pendapatan Produksi
Telur Asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya”.
1.2. Rumusan Masalah
Mengangkat permasalahan dalam proses penelitian antar variabel dan
hubungannya. Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut,
bagaimanakah pengaruh produksi telur asin terhadap pendapatan telur asin di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh produksi telur
asin terhadap pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Penulis
6
Melalui penelitian ini, penulis dapat menambah pengetahuan yang telah di
peroleh dibangku kuliah sekaligus mengaplikasikan dalam praktek nyata di
lapangan.
2. Bagi Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini dapat menambah manfaat bagi program studi
Fakultas Ekonomi atau mahasiswa lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang
penelitian tersebut dan menambah bahan bacaan bagi para mahasiswa di
Universitas Teuku Umar.
1.4.2. Manfaat Praktis
Memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten, khususnya para pengambil
kebijakan dalam proses pengambilan keputusan dalam usaha industri telur asin,
dan agar bisa menjadi dorongan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian lanjutan.
1.5. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebangai
berikut:
Bagian pertama pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, yang terdiri dari
manfaat teoristis dan manfaat praktis.
Bagian kedua tinjauan pustaka yang meliputi pengertian usaha, pengertian
telur, pengertian telur asin, pengertian produksi, pengertian pendapatan, dan
perumusan hipotesis.
7
Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel,
data penelitian yang terdiri dari jenis dan sumber data serta teknik pengumpulan
data, metode analisa data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari statistik deskriptif
variabel penelitian, gambaran umum daerah penelitian, pendapatan rumah tangga
di Kabupaten Nagan Raya, hasil pengujian hipotesis, pengaruh produksi telur asin
terhadap pendapatan rumah tangga di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya, pembahasan hasil penelitian, analisis koefisien determinasi dan uji t
Bagian kelima simpulan dan saran yang meliputi simpulan dan saran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Usaha
Usaha adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dengan
mengerahkan tenaga pikiran atau badan yang bertujuan untuk mencapai suatu
maksud serta bisa menghasilkan. Usaha dapat dilakukan sendirian atau bersama
sama dengan orang lain untuk mecapai tujuan yang diinginkan. Semakin kuat kita
melakukan usaha maka hasil yang diharapkan akan semakin mudah tercapai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan
jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan
sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil, 20-99 orang
tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja
atau lebih digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi et.al, 2008, h .6).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah merumuskan bahwa usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan dengan
kriterial memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriterial berikut; memiliki kekayaan bersih dari Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
9
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau memiliki hasil penjuala tahunan labih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua miliar lima
ratus juta rupiah).
2.2. Pengertian Telur
Telur adalah benda bercangkang yang mengandung zat hidup bakal anak
yang dihasilkan oleh hewan dari golongan unggas (ayam, itik, burung, dll) dan
hewan amfibi (ular, biawak, buaya, dll). Telur ini biasanya terdiri dari sel kuning
telur (embrio : zat hidup bakal anak) dan semen (cairan putih kental), dan setiap
telur memiliki jangka waktu pengeraman yang berbeda untuk proses penetasan
(lahirnya spesies baru) Http://id.scribd.com/doc/194054803/Teknologi-bahan-
pangan.
Menurut Sudaryani dalam Budiman dan Rukmiasih (2007, h. 12) telur
merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi
tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang
cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang sangat baik & mudah
dicerna. Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk
anak-anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral dalam
jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit
untuk mempercepat proses kesembuhannya.
Menurut Warisno (2005, h. 2) Telur adalah salah satu sumber protein
hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Manfaat
telur dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam keperluan, antara lain
adalah sebagai berikut:
10
1. Bahan penambah cita rasa (masakan, kerupuk)
2. Bahan pengembang (roti, kerupuk)
3. Bahan pengental (sup)
4. Bahan penambah unsur gizi dan lain- lain
Telur akan lebih bermanfaat lagi bila direbus setengah matang dari pada
direbus matang atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang
baik, karena protein telur mengalami denaturasi atau rusak, berarti mutu protein
akan menurun Warisno (2005, h. 5).
2.3. Pengertian Telur Asin
Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan
berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur
mentah. Telur umumnya mengandung protein 13 persen, lemak 12 persen, mineral
dan vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif
lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa.
Menurut Agromedia (2008, h. 33) “telur asin merupakan makanan yang
memiliki kandungan gizi cukup baik”. Menurut Supriadi (2009, h. 192)
mendefinisikan telur asin adalah “telur yang segar yang diolah dalam keadaan
utuh, diawetkan sekaligus diasinkan dengan mengagunakan bahan utama garam”.
Bentuk produk awetan telur lebih ditentukan oleh kondisi awal telur yang
akan diawetkan, misalnya telur retak atau pecah kulit luar tentu tidak dapat lagi
diawetkan menjadi telur asin, namun dapat diawetkan dalam bentuk tepung atau
telur beku. Untuk menjaga kesegaran dan mutu isi telur, diperlukan teknik
penanganan yang tepat, agar nilai gizi telur tetap baik sarta tidak berubah rasa,
11
bau, warna, dan isinya hal ini sering terjadi pada pembuatan dan pengawetan telur
asin.
Tujuan pengawetan telur asin yang dilakukan dalam suatu usaha
peternakan unggas, selalu saja ditemukan adanya telur-telur yang bermasalah,
misalnya cacat fisik bawaan, kulit retak kulit pecah, atau pun melewati masa
simpan segar (busuk). Apabila telur-telur bermasalah tersebut ditemukan dalam
jumlah yang sangat sedikit, maka tidak akan terlalu merepotkan, atau pun terlalu
merugikan?. Namun, sering kali ditemukan dalam jumlah yang relatif banyak,
sehingga akhirnya sangat merepotkan, atau apa bila dibiarkan, akan dapat
menyebabkan timbulnya kerugian yang sangat besar. Telur-telur bermasalah telur
tersebut akan sulit laku, atau pun kalau ada pembeli, harganya merosot antara 50-
70 persen.
Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, maka tindakan penyelamatan
dan pengawetan terhadap telur-telur bermasalah harus dilakukan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan telur bermasalah tersebut, adalah
dengan mengolahnya menjadi suatu produk antara berupa tepung telur, telur asin
dan masih banyak yang bisa diolah melalui telur itik.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa usaha
pengawetan telur asin bertujuan antara lain sebagai berikut.
1. Menyelamatkan telur itik bermasalah.
2. Menghasilkan produk-produk awetan baru (memperpajang umur simpan
telur).
3. Meminimalkan kerugian.
4. Menambah keuntungan.
12
Pada prinsipnya pengawetan telur berguna untuk:
1. Mencegah masuknya bakteri pembusuk kedalam telur.
2. Mencegah terjadinya keluar air dari dalam telur.
2.4. Pengertian Produksi
Produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya
guna barang. Menurut Primyastanto (2006, h. 17) produksi adalah “kegiatan untuk
mengolah bahan baku atau bahan mentah menjadi bahan jadi atau setengah jadi
yang dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh konsumen dan menpunyai nilai
lebih”.
Menurut Rosyidi (2003, h. 55) berpendapat dalam pengertian sehari-hari
Produksi adalah “mengolah input, baik berupa barang atau jasa yang lebih bernilai
atau bermanfaat”. Menurut Sugiarto (2007, h. 202) menyatakan bahwa produksi
adalah sebagai berikut: Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input
menjadi ouput. Kegiatan tersebut dalam kegiatan ekonomi biasa dinyatakan dalam
fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang
dapat dihasilkan dari pemakaian jumlah ouput dengan menggunakan teknologi
tertentu.
Joersron dan Fathirrozi (2003) menyatakan produksi merupakan “hasil
akhir dalam proses dan aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa
masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan
produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk
menghasilkan output”.
Ahyari (2004, h. 45) menyatakan Produksi diartikan sebagai berikut
Kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat dan
penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat tersebut tepat, serta
13
kombinasi dari faedah-faedah tersebut diatas. Apabila terdapat
suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada maka
kegiatan tersebut sebagai kegiatan produksi. 2.4.1. Teori Produksi
Menurut Sukirno (2004) teori produksi yaitu:
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja
yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-
faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlah dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi
yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.
Teori produksi menurut Sukirno (2005, h. 195) dalam ilmu ekonomi
membedakan analisisnya kepada dua pendekatan yaitu sebagai berikut:
1. Teori produksi dengan satu faktor berubah.
Teori produksi yang sederhana mengambarkan tentang hubungan di antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal
dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.
2. Teori produksi dengan dua faktor berubah.
Dalam analisis yang akan dilakukan yaitu dimisalkan terdapat dua jenis
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Kita misalkan yang dapat dirubah
yaitu tenaga kerja dan modal. Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang
dapat berubah ini dapat dipertukar-tukarkan penggunaannya, yaitu tenaga kerja
dapat menggantikan modal atau sebaliknya. Apabila dimisalkan pula harga tenaga
14
kerja dan pembayaran per unit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang
bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usahanya untuk
mencapai suatu tingkat produksi tertentu.
2.4.2. Fungsi Produksi
Menurut Sudarman (2000, h. 124) fungsi produksi adalah ”Suatu skedul
(atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah output
maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu set produksi tertentu, dan pada
tingkat tenologi tertentu pula”.
Menurut Primyastanto (2006, h. 17). Fungsi produksi adalah hubungan
fisik antara variabel yang jelas (Y) dan variabel yang menjelaskan (X) variabel
yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan berupa
input dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaah yang banyak
diminati dan dianggap penting adalah telaah fungsi produksi.
Menurut Sukirno (2009, h. 195). Berpendapat Telah dinyatakan sebelum
ini bahwa fungsi produksi menunjukan sifat hubungan di antara faktor-faktor
produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor- faktor produksi dikenal
pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.
Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bantuk rumus, yaitu sebagai berikut:
Q = f (K, L, R, T).
Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini
meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawan, R adalah kekayaan
alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah
produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu
secara bersama digunakan untuk menproduksi barang yang sedang dianalisa sifat
produksinya.
15
Sukirno (2005) fungsi produksi adalah “Hubungan di antara faktor-faktor
produksi dan tingkat produksi yang dicip takan”. Faktor- faktor produksi pada
dasarnya dibedakan menjadi empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan
keahlian keusahaan. Di dalam teori ekonomi di dalam menganalisis mengenai
produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan
dinyatakan (tanah, modal dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya.
Hanya tenaga kerja dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah
jumlahnya. Dengan demikian dalam mengambarkan hubungan antar faktor
produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai yang digambarkan
adalah hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah
produksi yang telah dicapai.
Singkatnya fungsi produksi adalah katalog dari kemungkinan hasil
produksi. Dengan kata lain fungsi produksi adalah fungsi yang menjelaskan
hubungan antara tingkat kombinasi input (faktor produksi) dengan tingkat output
(produk) yang dimungkinkan untuk diproduksi pada tingkat kombinasi input
tersebut. Fungsi produksi menggambarkan seberapa jauh faktor produksi dapat
saling mengganti untuk menghasilkan sejumlah tertentu output. Untuk
menyederhanakan analisa digunakan anggapan bahwa satu faktor produksi selalu
berubah (variable) sedang faktor produksi yang lain tidak berubah (fixed).
(Adrianto, 2013, h. 9).
2.4.3. Pembagian Faktor Produksi
Noor (2007) faktor produksi adalah “segala sesuatu yang diperlukan untuk
menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi bahan baku,
teknologi dan pendapatan produksi, tenaga kerja (manusia), dan energi”.
16
Selanjutnya Sugiarto (2007, h. 15), menyatakan bahwa faktor- faktor produksi
dibedakan menjadi beberapa faktor yaitu:
1. Tanah dan Sumber Alam
Tanah merupakan faktor produksi yang persediaannya tidak dapat ditambah
lagi, bila kita kekurangan kecuali bila membeli/menyewanya.
2. Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses produksi dalam
kaitannya dengan variasi kemampuan maupun jumlah serta distribusinya.
3. Modal
Merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka butuhkan.
2.5. Pengertian Pendapatan
Pendapatan perusahaan berasal dari penjualan, sementara itu nilai
penjualan ditentukan oleh jumlah unit terjual (quantity) dan harga jual (prince),
atau lebih sederhana dikatakan pendapatan fungsi (quantity, price) sedangkan
pendapatan industri kecil diartikan sebagai hasil yang diperoleh pengusaha dalam
mengorganisasikan faktor-faktor produksi yang dikelolanya (Noor, 2007, h. 189).
Menurut Poerwodarminto (2006) dalam Pedoman Akuntansi Indonesia
dikatakan bahwa pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan
jumlah kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari pengaruh barang dan jasa
atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode. Dari beberapa definisi tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah hasil yang diperoleh dengan
penyertaan barang dagang atau jasa, atau aktivitas usaha lainnya yang dapat
17
meningkat atau menurun jumlah aktiva subyek ekonomi dalam suatu periode
tertentu.
Menurut Arianto (2005, h. 74) mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan adalah keseluruhan penerimaan dari satu unit usaha selama satu jasa yang dihasilkan banyak dan mempunyai nilai jual
yang tinggi dan biaya produksi rendah, maka dengan sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi pada periode tertentu setelah dikurangi dengan penjualan retur dan potongan-potongan.
Maksud penjualan retur adalah pengembalian barang oleh pelanggan karena barang tertentu yang dikirim rusak atau tidak sesuai pesanan.
Sedangkan potongan penjualan adalah potongan yang diberikan kepada pelanggan karena langganan membayar lebih cepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk mendapat potongan.
Dengan kata lain pendapatan adalah kenaikan kotor (gross) dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan,
pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewaan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.
Menurut Sukirno (2006) Pendapatan adalah “jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan atau tahunan”. Ada beberapa klasifikasi pendapatan
yaitu:
1. Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh
tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu
negara.
2. Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang
harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.
3. Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-
jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.
18
2.5.1. Jenis dan Fungsi Pendapatan
Menurut Noor (2007, h. 186) Untuk keperluan manajerial jenis-jenis
pendapatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis seperti berikut :
1. Pendapatan Total ( Total Reuvenue, TR)
Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan, Total
Revenue ini adalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan
harga per unit (P). hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan matematis :
TR=P.Q.
Rumusan diatas adalah rumusan sederhana. Dalam praktiknya, harga (P)
maupun kuantitas yang terjual (Q) dapat berubah setiap saat. Oleh karena itu,
maka baik pendapatan total (TR), harga (P), maupun quantitas (Q), ditambah
notasi i, sehingga rumusnya menjadi TRi = Pi Qi, sehingga untuk pendapatan
total lebih dapat dirumuskan dengan TR = ∑ TRi.
2. Pendapatan rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa (Average
Revenue, AR)
Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rata dari setiap unit penjualan, oleh
karena itu maka pendapatan rata-rata (AR) dapat juga dirumuskan sebagai
hasil bagi dari pendapatan total (TR) dengan jumlah unit yang terjual (Q)
dalam bentuk matematisnya adalah AR=TR/Q=PQ/Q=P.
3. Pendapatan Tambahan atau Penerimaan Marginal (Marginal Revenue, MR)
Penerimaan marginal adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk setiap
tambahan satu unit penjualan atau produksi. Karena tambahan bisa terjadi
pada setiap tingkat produksi, atau pun penjualan, maka pendapatan tambahan
ini berbeda untuk setiap tingkat produksi. Dengan demikian, maka pendapatan
tambahan, atau marginal revenue ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
19
MRi = TRi – TRi-1 dimana MR i tidak sama dengan MRi-1
2.5.2. Usaha-usaha Meningkatkan Pendapatan
Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan/pendapatan yang
diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah
terselesaikan. Menurut Noor (2007, h. 189) secara umum untuk meningkatkan
pendapatan dapat digunakan beberapa cara antara lain :
1. Pemanfaatan Waktu Luang
Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan yang
telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk menambah
pendapatan.
2. Melakukan Kreatifitas dan Inovasi
Individu harus mampu berfikir kreatif dan inovatif menciptakan terobosan-
terobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan masih
kurang.
2.6. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan dari kajian penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan
produksi telur asin terhadap pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Berdasarkan latar belakang di bab 1 jumlah populasi usaha telur asin
rumah tangga di Kecamatan Seunagan sebanyak 87 unit usaha dari 12 Gampong,
berdasarkan jumlah populasi usaha telur asin rumah tangga di Kecamatan
Seunagan, yang ingin dijadikan sebagai sampel untuk diteliti dalam penelitian ini
adalah 44 unit usaha yaitu 50 persen dari jumlah populasi. Metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah Probability Sampling, yang diambil dari jumlah
populasi secara acak dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2 Populasi dan Sampel Usaha Telur Asin
di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
Kecamatan Gampong Jumlah Usaha
(Populasi) Sampel
Seunagan
Cot Lele 7 Unit usaha 4
Paya Udeung 5 Unit usaha 3
Kuta Aceh 8 Unit usaha 4
Lhok Padang 8 Unit usaha 4
Krung Ceuko 12 Unit usaha 6
Latong 6 Unit usaha 3
Kulu 4 Unit usaha 2
Kuta Paya 6 Unit usaha 3
Nigan 7 Unit usaha 3
Blang Puuk 9 Unit usaha 4
Parom 5 Unit usaha 3
Sapek 10 Unit usaha 5
Jumlah 87 44 Sumber : Data diolah Januari 2014
21
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya terdapat 87 (delapan puluh
tujuh) populasi usaha telur asin yaitu Gampong yang paling tinggi memproduksi
telur asin dibandingkan dengan Gampong-gampong lain adalah Gampong Krung
Ceuko terdapat 12 (dua belas) unit usaha telur asin, dan di ikuti Gampong Sapek
sebesar 10 (sepuluh) unit usaha lebih rendah dari Krung Ceuko, sedangkan yang
paling terendah jika dibandingkan dengan dua belas Gampong yang memproduksi
telur asin adalah di Gampong Kulu dengan jumlah usaha 4 unit pengolahan telur
asin tahun 2013.
3.2. Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan data primer, dan data sekunder.
1. Data Primer adalah data produksi telur asin yang diperoleh secara langsung
dari responden, dengan teknik dengan teknik antara lain.
a. Observasi (pengamatan langsung)
b. Wawancara langsung dengan respoden dan
c. Menggunakan penyebaran kuisioner pada pengasin telur itik rumah tangga
di Kecamatan Seunagan.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas industri Kabupaten
Nagan Raya, menyangkut jumlah populasi telur asin di Kecamatan Seunagan.
Penulis juga menggunakan buku atau referensi yang bersifat teoritis yang
diperoleh dari Perpustakaan Daerah Nagan Raya dan Perpustakaan Induk
Universitas Teuku Umar.
22
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
a. Study Pustaka (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan cara menelaah teori- teori yang bersumber
dari buku diperpustakaan, literatur, internet serta bahan-bahan lain yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian.
b. Penelitian lapangan (Field Research)
Untuk mendapatkan data dilapangan, penulis melakukan pengumpulan
data primer secara langsung pada objek yang akan diteliti.
3.3. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
sederhana, analisis korelasi, koefisien determinasi dan uji t yang datanya akan
diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.
3.3.1. Analisis Regresi Sederhana
Menurut Supranto (2004, h. 177) “Analisis regresi sederhana ini hanya
mengandalkan satu variabel bebas dan variabel terikat” yaitu dengan rumus:
Y= a + bx .................................................................................... (1)
Keterangan:
Y = Pendapatan telur asin
a = Nilai kosntan
b = Koefisien regresi
X = Produksi telur asin
23
Lebih lanjut lagi karena variabel pendapatan tidak memiliki konstanta,
maka fungsi dapat di jelaskan menjadi
Y = bX…………………………………………...................... (2)
3.3.2. Analisis Korelasi (R)
a. Koefisien korelasi (R)
Koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk menyatakan ada atau
tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan variabel lainnya,
dan dinyatakan dalam lambang r.
Koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus koefisien
korelasi menurut Supranto ( 2004, h. 179).
𝑟 =𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑌− ∑𝑋𝑖 (∑𝑌𝑖)
𝑛∑𝑋2 𝑖 − (∑ 𝑋𝑖)2 𝑛∑𝑌𝑖
2−(∑𝑌𝑖 )2 ........................... (3)
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
X = Produksi Telur Asin
Y = Pendapatan Rumah Tangga
b. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi atau koefisien penentu adalah untuk menyatakan
besarnya pengaruh variabel satu (X) terhadap variabel lainnya (Y), yang
dinyatakan dalam butir yang di ukur dengan kilo gram (Kg). Rumus koefisien
determinasi menurut Supranto ( 2004, h. 113).
KP = r2x 100%
24
Dimana:
Kp = Besarnya koefisien penentu (determinasi)
r = Koefisien korelasi
3.3.3. Uji t
Uji t digunakan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel bebas
(produksi telur asin) terhadap variabel terikat (pendapatan rumah tangga) secara
individual menurut Supranto (2004, h. 175).
𝑡 =𝑟 𝑛−𝑟2
1−𝑟2 ............................................................ (4)
Dimana :
n = Jumlah Sampel
r = Koefisien korelasi
3.4. Definisi Operational Variabel
Definisi operasional variabel disini menjelaskan tentang X adalah variabel
bebas dan Y adalah variabel terikat dapat didefinisikan secara operasional sebagai
berikut:
1. Produksi telur asin (X)
Produksi telur asin adalah suatu kegiatan produksi yang didirikan oleh
orang-orang yang ingin mengolah salah satu bahan baku dari telur mentah
menjadi telur asin, yang dihitung dalam satuan (Butir).
2. Pendapatan telur asin (Y)
Pendapatan telur asin adalah penerimaan yang diterima dengan
mengkalikan jumlah telur asin yang dihasilkan dalam jangka waktu satu bulan
harga jual per butir yang diperoleh dalam satuan rupiah (Rp).
25
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesis statisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
H0 ; ß = 0, Produksi telur asin yang diteliti tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya.
H1 ; ß ≠ 0, Produksi telur asin yang diteliti berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya.
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Apabila th> tt, maka H0 ditolak H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara produksi telur asin terhadap pendapatan telur asin di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
b. Apabila th< tt, maka H0 diterima H1 ditolak , artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara produksi telur asin terhadap pendapatan telur asin di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini terdiri dari dua belas Gampong yang terletak di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya adalah suatu tempat yang
menyelenggarakan upaya produksi telur asin yang bersifat tidak menyeluruh
dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan modal yang dapat di pikul oleh
masyarakat dapat dilihat pada tabel 3 (tiga) dibawah ini:
Tabel 3
Nama-nama Gampong yang Memproduksi Telur Asin di Kecamatan Seunagan Tahun 2014
No Gampong Jumlah
Sampel
Produksi Telur Asin
(Butir/Bulan)
1 Cot Lele 4 1.540
2 Paya Udeung 3 1.270
3 Kuta Aceh 4 1.855
4 Lhok Padang 4 1.715
5 Krung Ceuko 6 1.410
6 Latong 3 950
7 Kulu 2 650
8 Kuta Paya 3 1.177
9 Nigan 3 1.375
10 Blang Puuk 4 1.700
11 Parom 3 1.390
12 Sapek 5 1.770
Sumber : Hasil Penelitian Data diolah Agustus 2014
Tabel 3 diatas dapat kita simpulkan bahwa Gampong yang memproduksi
telur asin sebanyak 12 (dua belas) Gampong Kecamatan Seunagan Kabupaten
27
Nagan Raya. Gampong Kuta Aceh adalah salah satu Gampong yang banyak
memproduksi telur asin sebanyak 1.855 butir/bulan, dan Gampong yang paling
sedikit yang memproduksi telur asin adalah Gampong Kulu dengan jumlah
produksi telur asin sebanyak 650 butir/bulan.
Tabel 4 Nama Gampong dan Nama Responden yang Memproduksi Telur Asin
di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
No Nama Gampong Nama-Nama
Responden
1 Cot Lele
Risma Wati
M. Yasin
Tewan
Ertika
2 Paya Udeung
Nurbaiti
Cut Nagan
Siti Asma
3 Kuta Aceh
Rusna
Safrina
Fitriani
Nurul
4 Lhok Padang
Anita Suriami
Malasari
Samami
Bunthok
5 Krung Ceuko
Lisma Wati
Pasi
Fatimah
Mardi
Marlina
Rukiah
6 Latong
Syahbandi
Rohana IB
Ramlah
7 Kulu Ridah Almi
Nur Khalimah
8 Kuta Paya
Umi Kasum
Rostiana
Sakdiah
9 Nigan
Salami
Maneh
Habibah
10 Blang Puuk Yusnidar
Rosmawan
28
Sumber : Hasil Penelitian Data diolah Agustus 2014
Dari tabel 4 diatas, dapat terlihat nama Gampong dan persentase nama-
nama responden yang memproduksi telur asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya, yang mana Gampong Krung Ceuko yang paling tinggi jumlah
penduduk yang memproduksi telur asin yaitu 6 orang, sedangkan Gampong Kulu
yang paling rendah jumlah responden yaitu sebanyak 2 orang. Dua belas
Gampong yang menjadi tempat penelitian ini, masing-masing Gampong penulis
ambil seluruh responden yang memproduksi telur asin.
4.1.2. Identitas Responden
Dilihat dari umur, responden di tempat penelitian dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok, yaitu responden usia 30-40 tahun, 41-50 tahun, dan
kelompok 51 tahun ke atas. Adapun pembagian dan persentase dari masing-
masing kelompok umur tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5
Jumlah Responden yang Produksi Telur Asin Kecamatan Seunagan Berdasarkan Umur Tahun 2014
Kelompok Umur
(Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
30-40
41-50
51 ke atas
22
14
8
50,01
31,81
18,18
Jumlah 44 100 Sumber: Hasil Penelit ian Data d iolah September 2014
Suriati
Siti Hawa
11 Parom
Kartini
Idarami
Anisah
12 Sapek
Siti Kebon
Jamaliah
Nyak Iman
Halimah Amin
Nyak Lasah
29
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat jumlah responden terbesar berada pada
kelompok umur 30-40 tahun yaitu sebanyak 22 orang (50,01 persen), selanjutnya
jumlah responden pada kelompok umur 51 tahun ke atas sebanyak 8 orang (18,18
persen), sedangkan sisanya jumlah responden dengan kelompok umur 41-50 tahun
sebanyak 14 orang (31,81 persen).
Pendidikan mempunyai peranan penting terhadap kemajuan suatu usaha,
karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang agar dapat
dengan mudah untuk menerima hal yang baru. Pada umumnya pendidikan akan
mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam mengembangkan usahanya ke arah
yang lebih maju. Mengenai tingkat pendidikan formal yang dicapai oleh
responden yang memproduksi telur asin di Kecamatan Seunagan sebagain besar
adalah lulusan Sekolah Dasar (SD), tetapi ada juga responden yang lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan juga
yang tidak bersekolah, seperti yang terlihat pada tabel 6 .
Tabel 6 Jumlah Responden menurut Tingkat Pendidikan yang Memproduksi Telur Asin
Kecamatan Seunagan Tahun 2014
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
SD
SLTP
SMA
Tidak Bersekolah
18
17
8
1
40,91
38,64
18,18
2,27
Jumlah 44 100 Sumber: Hasil Penelit ian Data d iolah September 2014
Dari tabel 6 diatas dapat terlihat tingkat pendidikan responden, responden
yang terbanyak berada pada tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang (40,91
persen), selanjutnya pendidikan tingkat SMP sebanyak 17 orang (38,64 persen),
30
dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 8 orang (18,18 persen), sedangkan yang
tidak bersekolah sebanyak 1 orang (2,27 persen).
Pengalaman adalah guru yang sangat berharga, begitu pula pengalaman
usaha dalam memproduksi telur asin, pengalaman yang cukup lama diharapkan
akan menunjang terhadap keberhasilan dan pengembangan usaha. Pengalaman
usaha responden di Kecamatan Seunagan dalam usaha produksi telur asin cukup
beragam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Pengalaman Responden dalam Memproduksi Telur Asin
Kecamatan Seunagan Tahun 2014
Pengalaman Usaha
(Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
1 tahun
1,5 tahun
2 tahun
2 tahun keatas
14
9
15
6
31,82
20,45
34,09
13,64
Jumlah 44 100 Sumber: Hasil Penelit ian Data d iolah September 2014
Tabel 7 menunjukkan pengalaman dalam usaha produksi telur asin
sebanyak 14 orang (31,82 persen) mempunyai pengalaman usaha 1 tahun,
selanjutnya sebanyak 15 responden (34,09 persen) mempunyai pengalaman 2
tahun, dan 9 responden (20,45 persen) mempunyai pengalaman 1,5 tahun,
sebanyak 6 responden (13,64 persen) mempunyai pengalaman 2 tahun keatas.
4.1.3. Pendapatan Telur Asin di Kabupaten Nagan Raya
Pendapatan adalah keseluruhan penerimaan dari satu produksi telur asin
yang ada di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya selama satu bula dalam
melakukan aktifitas produksi yang dilakukan masyarakat dan mempunyai nilai
jual yang tinggi, biaya produksi tinggi maka dengan sendirinya tingkat
31
keuntungan yang diperoleh akan tinggi pada periode tertentu, setelah dikurangi
dengan penjualan dan potongan-potongan bahan baku yang dibeli. Dengan kata
lain pendapatan adalah kenaikan kotor (gross) dalam modal pemilik yang
dihasilkan dari hasil penjualan telur asin dagangannya. Teknik pengawetan telur
asin yang dilakukan sangat penting untuk menjaga daya simpan telur asin sampai
telur asin di distribusikan ke konsumen atau pemakai.
Tempat produksi telur asin yang terdapat di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya adalah sebanyak 44 (empat puluh empat) tempat produksi
telur asin, adapun nama-nama orang yang memproduksi telur asin di Kecamatan
Seunagan yaitu :
Adapun nama yang memproduksi telur asin diatas oleh masing-masing
tempat produksi tersebut berbeda-beda gampong atau daerah produksi telur
asinnya. Nama diatas adalah salah satu orang yang terlibat kedalam pelaku
penerima pendapatan yang diperoleh kedalam dua belas gampong setelah
melakukan aktifitas produksi telur asin. Perhitungan pendapatan dalam penelitian
ini berdasarkan pendapatan yang diterima oleh pengolah telur asin atas hasil
penjualan dalam jangka 1 (satu) bulan. Pendapatan ini diperoleh sebelum
dikurangi dengan modal yang dikeluarkan oleh pengasinan telur asin. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8 Pendapatan Telur Asin di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya dalam Jangka Waktu Satu Bulan Tahun 2014
No Gampong Pendapatan/Bulan Jumlah
Responden Persentase
1 Cot Lele 3.601.000 4 9
2 Paya Udeung 2.845.000 3 7
3 Kuta Aceh 4.145.000 4 9
32
4 Lhok Padang 3.865.500 4 9
5 Krung Ceuko 3.287.000 6 14
6 Latong 2.250.000 3 7
7 Kulu 1.400.000 2 5
8 Kuta Paya 2.412.000 3 7
9 Nigan 2.857.000 3 7
10 Blang Puuk 3.643.000 4 9
11 Parom 2.780.000 3 7
12 Sapek 3.738.000 5 11
Sumber : Hasil Penelitian Data diolah Agustus 2014
Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh telur asin
yang mendiami dua belas Gampong yaitu Gampong Cot Lele pendapatannya
3.601.000 sebanyak 4 (empat) responden tingkat persentase 9 persen, Paya
Udeung pendapatanya 2.845.000 3 (tiga) responden tingkat persentase yang
diperoleh 7 persen, Lhok Padang sebanyak 4 (empat) responden pendapatan yang
diperoleh 3.865.500 tingkat persentase 4 persen, Krung Ceuko 6 (enam)
responden pendapatan 3.287.000 persentase 14 persen, dan Latong pendapatan
2.250.000 sebanyak 3 (tiga) responden pesentase yang diperoleh 7 persen, Kulu
pendapatan 1.400.000 sebanyak 2 (dua) responden pesentase yang diperoleh 5
persen, Kuta Paya pendapatan 2.412.000 sebanyak 3 (tga) responden pesentase
yang diperoleh 7 persen, Nigan pendapatan 2.857.000 sebanyak 3 (tga) responden
pesentase yang diperoleh 7 persen, Blang Puuk pendapatan 3.643.000 sebanyak 4
(empat) responden pesentase yang diperoleh 9 persen., Parom pendapatan
2.780.000 sebanyak 3 (tga) responden pesentase yang diperoleh 7 persen, dan
Sapek pendapatan 3.738.000 sebanyak 5 (lima) responden pesentase yang
diperoleh 11 persen.
33
4.2. Hasil Penguji Hipotesis
4.2.1 Pengaruh Produksi Telur Asin terhadap Pendapatan Telur Asin di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
Apabila hasil permintaan telur asin terus meningkat maka masyarakat akan
lebih banyak memproduksi untuk penjualan kepada yang komsumsi telur asin.
dibawah ini kita dapat mengetahui tingkat produksi telur asin dan pendapatan
yang di terima di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dalam jangka
waktu pendek yaitu 1 (satu) bulan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 9 Produksi Telur Asin dan Pendapatan Telur Asin
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014
No Gampong Produksi
(Butir/Bulan)
Harga
(Rp/Butir)
Jumlah
Responden
Pendapatan
(Rp/Bulan)
1 Cot Lele 1.540 2250 4 3.850.000
2 Paya Udeung 1.270 2233 3 3.175.000
3 Kuta Aceh 1.855 2250 4 4.637.500
4 Lhok Padang 1.715 2250 4 4.287.500
5 Krung Ceuko 1.410 2133 6 3.525.000
6 Latong 950 2333 3 2.375.000
7 Kulu 650 2200 2 1.625.000
8 Kuta Paya 1.177 2066 3 2.942.500
9 Nigan 1.375 2100 3 3.437.500
10 Blang Puuk 1.700 2166 4 4.250.000
11 Parom 1.390 2120 3 3.475.000
12 Sapek 1.770 2000 5 4.425.000 Sumber : Hasil Penelitian Data diolah Agustus 2014
Tabel 9 diatas dapat dilihat produksi telur asin dan pendapatan telur asin
dari 12 (dua belas) Gampong di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
yang bervariasi, dimana Gampong Kuta Aceh yang paling tinggi memproduksi
telur asin dengan tingkat produksi 1.855 buah/bulan dengan jumlah responden 4
orang, dengan harga rata-rata 2.250/butir dan tingkat pendapatan sebesar Rp.
4.637.500, selanjutnya Gampong Kulu adalah Gampong yang paling rendah
dalam memproduksi telur asin dengan hasil produksi sebanyak 650 buah/bulan
34
dengan jumlah responden 2 orang dengan tingkat harga rata-rata sebesar
2.200/butir dan tingkat pendapatan yang diterima sebesar Rp 1.625.000.
perbedaan pendapatan yang terima oleh pengusaha telur asin diakibatkan dari
harga jual telur asin tersebut pada saat penjualan.
Untuk mengetahui pengaruh produksi telur asin terhadap pendapatan
rumah tangga di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya akan dianalisis
dengan menggunakan model analisis regresi sederhana yang diolah melalui
Software Statistical Programe and Service Solution (SPSS) dari data penelitian
tersebut maka variabel yang digunakan adalah:
Y : Pendapatan Telur Asin
X : Produksi Telur Asin
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data tentang pendapatan,
dan produksi ikan asin, penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan
Software Statistical Programe and Service Solution (SPSS). Dari hasil pengolahan
data tersebut maka dapat dikemukakan hasil pembahasannya sebagai berikut:
Tabel 10 Standard Deviasi Rata-Rata dan Jumlah Sampel
Variabel Meana Root Mean Square N
Pendapatan Telur Asin 836897.73 882882.357 44
Produksi Telur Asin 381.86 401.262 44
Sumber : Hasil Regresi Data dio lah Agustus 2014
Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan telur
asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya adalah 836897.73, dengan
Root Mean Square 882882.357, persen sementara rata-rata hasil produksi telur
asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya adalah 381.86, dengan
35
standard deviasi 401.262 persen sedangkan N menyatakan observasi yang masing-
masing 44 sampel.
Tabel 11
Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
No Variabel Pendapatan
Telur Asin
Produksi Telur
Asin
1 Std. Cross-product a. Pendapatan telur asin
b. Produksi telur asin
1.000
.995
.995
1.000
2 Model
a. Koefisien korelasi (R)
b. Koefisien determinasi (R2)
c. Koefisien determinasi
adjusted
.995
.991
.990
Sumber : Hasil Regresi Data dio lah Agustus 2014
Berdasarkan tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa :
a. Koefisien korelasi besarnya produksi telur asin diperoleh R = 0.995 secara
positif menjelaskan adanya hubungan yang sangat kuat antara pendapatan
telur asin (Y) dan produksi telur asin (X) dengan hubungan sebesar 99,5
persen.
b. Koefisien determinasi bernilai 0.991 hal ini menunjukkan bahwa produksi
telur asin sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan telur asin
di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya sebesar 99,1 persen,
sedangkan sisanya 0,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
penelitian ini.
36
Tabel 12
Regresi Sederhana dan Uji Parsial (Uji t)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
95,0% Confidence Interval for B
B Std.
Error Beta Lower Bound
Upper Bound
1 X 2190.012 32.353 .995 67.691 .000 2124.766 2255.258
Sumber : Hasil Regresi Data dio lah Agustus 2014
Tabel 12 diatas maka diperoleh persamaan akhir estimasi yaitu sebagai
berikut :
Y = bX
Y = 2190.012 X
Persamaan diatas artinya adalah :
Berdasarkan dari persamaan di atas koefisien regresi X (produksi telur
asin) yang dilihat bahwa nilai X sebesar 2190.012 rupiah/bulan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya. Hal ini menyatakan, jumlah produksi telur asin yang
semakin meningkat yang disebabkan oleh penambahan beberapa produksi telur
asin, maka pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
akan meningkat juga sebesar 2.190 rupiah/hari.
4.3.1. Analisis Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Software Statistical
Programe and Service Solution (SPSS) dapat diketahui besarnya pengaruh
produksi telur asin terhadap pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan di
Kabupaten Nagan Raya. Koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat
diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
37
Koefisien Determinasi = r2 x 100%
= (0,995)2 x 100%
= 99,1%
Diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) bernilai 99,1 persen yang
berarti, produksi telur asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
sebesar 99,1 persen dipengaruhi oleh pendapatan telur asin. Sedangkan sisanya
sebesar 0,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
4.3.2. Uji t
Pembuktian bahwa variabel produksi telur asin berpengaruh terhadap
pendapatan telur asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dilakukan
pengujian secara persial dengan uji t pada jumlah kepercayaan (level of coffidence
95%) pada taraf nyata (α) = 0,05 yaitu variabel produksi telur asin diperoleh t-hit
sebesar 67.691 lebih besar dari t-tabel sebesar 2,045. Artinya secara persial variabel
produksi telur asin terdapat pengaruh yang signfikan terhadap telur asin di
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan pembahasan hasi penelitian di atas dapat diketahui bahwa
produksi telur asin berpengaruh terhadap pendapatan telur asin di Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di Kecamatan
Seunangan Kabupaten Nagan Raya dapat disimpulkan bahwa:
1. Menurut hasil pembuktian yang telah dilakukan dengan menggunakan Uji t
diketahui bahwa variabel produksi telur asin diperoleh t-hit sebesar 67.691
lebih besar dari t-tabel sebesar 2,045, artinya secara persial variabel produksi
telur asin terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan rumah
tangga di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
2. Jumlah pendapatan rumah tangga di Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya tahun 2014 rata-rata adalah sebesar 836897.73 rupiah.
3. Rata-rata jumlah produksi telur asin di Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya adalah sebesar 381.86 butir/bulan.
4. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.991 menunjukkan bahwa produksi telur
asin berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya 99,1.
5. Koefisien korelasi besarnya produksi telur asin diperoleh R = 0.995 secara
positif menjelaskan adanya hubungan yang sangat kuat antara pendapatan
rumah tangga (Y) dan produksi telur asin (X) dengan hubungan sebesar 99,5
persen.
39
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis
menyarankan pada pihak-pihak yang terkait seperti pemerintah setempat yang
terkait dalam bidang perindustrian, usaha kecil menengah (UKM), agar membantu
menambah sarana dan pada swasta agar mampu memberi peluang kredit untuk
menambah modal dan produksi telur asin yang lebih besar lagi dengan tujuan
memperluas usaha. Guna untuk lebih meningkatkan lagi pendapatan telur asin di
Kabupaten Nagan Raya.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, Redaksi. 2008. 22 Peluang Bisnis Makanan untuk Home Industri.
Cetakan Ke Tiga. Agromedia. Jakarta Selatan.
Ahyari, A. 2004. Manajemen Produksi. Edisi Kedua. Penerbit BPEE UGM.
Yogyakarta. Arianto. 2005. Akuntansi Manajemen. Erlangga. Jakarta.
Adrianto, Rizky. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja pada Industri Kecil. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya. Malang.
Budiman & Rukmiasih. 2007. Karakteristik Putih Telur Itik Tegal. Skripsi. IPB. Bogor.
Joesran dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta.
Noor, HF. 2007. Ekonomi Manajerial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Poerwodarminto. 2006. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta. Primyastanto, Mimit. 2006. Potensi dan Peluang Bisnis. Bahter Press. Malang.
Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar Teori Ekonomi. PT. Raja Grafindo Perseda.
Jakarta. Supriadi. 2009. Panduan Lengkap Itik. Cetakan Pertama. Penerbar Suadaya.
Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2009. Mikro Ekonomi. Edisi Tiga. PT. Raja Grafindo Perseda. Jakarta.
Supranto, J. 2004. Statistik. Edisi Enam. Erlangga. Jakarta.
Sugiarto. 2007. Manajemen Produksi. PT. Raja Grafindo Perseda. Jakarta.
41
Sudarman, Ari. 2000. Teori Ekonomi Mikro, Buku Satu. Cetakan Kedelapan.
BPFE. Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Warisno. 2005. Membuat Telur Asin Aneka Rasa. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Wismiarsi dkk. 2008. Hambatan Ekspor UKM Indonesia: Hasil Studi pada Industri Meubel, Kerajinan, dan Biofarmaka. Kompas Gramedia. Jakarta.
Http://Www. Frutiti. Multiply.com. Diakses pada tanggal 4 Mei 2013.
Http://id.scribd.com/doc/194054803/Teknologi-bahan-pangan. Diakses pada
tanggal 14 Juni 2014.