ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET … · 2020. 9. 12. · ii ANALISIS PENDAPATAN...
Transcript of ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET … · 2020. 9. 12. · ii ANALISIS PENDAPATAN...
-
i
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET
DI KELURAHAN PALAMPANG KECAMATAN RILAU ALE
KABUPATEN BULUKUMBA
RISAL S
105960186115
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
ii
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET
DI KELURAHAN PALAMPANG KECAMATAN RILAU ALE
KABUPATEN BULUKUMBA
RISAL S
105960186115
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis
Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua
sumber data dan informasi atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Februari 2020
RISAL S
105960186115
-
vi
ABSTRAK
RISAL S.105960186115.Analisis Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh
KASIFAH dan FIRMANSYAH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan
usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai
Februari 2020.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu jenis penelitian ini
yang sifatnya menggambarkan pendapatan yang diperoleh petani karet.Populasi
dalam penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive kepada para petani karet
sebanyak 29 orang dengan skala luas lahan yang berbeda. Analisis data penelitian
ini yaitu menggunakan tehnik analisis pendapatan dan kelayakan.
Hasil penelitin ini menunjukan bahwa petani karet mendapatkan
keuntungan lebih itu terbukti dengan total biaya yang rata-rata dikeluarkan
perhektar sebanyak Rp 363.849,79 /Ha/tahun dan pendapatannya yakni Rp
2.036.150,21 Ha/tahun, itu berarti karet cukup membantu perekonomian petani.
Usahataani karet layak di usahakan karena indeks R/C Ratio usahatani karet
menunjukan angka 6,60 yaitu besar dari 1, berarti usahatani karet memberikan
manfaat secara ekonomis terhadap petani karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Hal ini dapat diartikan bahwa jika
petani responden mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1 maka petani responden akan
mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 6,60 dalam satu tahun.
Kata kunci : usahatani karet, pendapatan, kelayakan
-
vii
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT. Karena hanya berkat, rahmat, dan petunjuk-Nya jualah
serta kekuatan iman yang diberikan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
tepat pada waktu yang direncanakan walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Diakui bahwa penyusunan skripsi ini, terdapat banyak kekurangan karena
keterbatasan penulis sebagai mahluk sosial yang jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan diterima dengan
tangan terbuka.
Penulis menyadari pula bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa syukur dan terimah kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah membantu, diantaranya adalah :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., M.M selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar;
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
-
viii
4. Ibu Dr. Ir. Kasifah, M.Pselaku pembimbing I dan Bapak Firmansyah, S.P.,
M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
terselesaikan.
5. Kedua orangtua ayahanda Jufri dan Ibunda Henda, dan segenap keluarga
yang senantiasa selalu mendoakan dan dukungan serta memberikan
bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
7. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Bulukumba khususnya Pak Bupati
beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di daerah tersebut.
8. Rekan- rekan Mahasiswa Agribisnis serta sahabat-sahabat serta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangsi yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga
kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin
Makassar, November 2019
Risal S
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
2.1 Perkebunan Karet ................................................................... 8
2.2 Produksi ................................................................................. 10
2.3 Biaya Usahatani ..................................................................... 12
2.4 Pendapatan ............................................................................ 14
2.5 Penerimaan Usahatani ............................................................ 16
2.6 Kelayakan Usahatani ............................................................. 17
2.7 Kerangka Pemikiran .............................................................. 19
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 21
-
x
3.2 Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 21
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 22
3.4 Jenis-JenisData ....................................................................... 23
3.5 Analisis Data .......................................................................... 23
3.6 Definisi Operasional .............................................................. 24
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 26
4.1 Letak Geografis ....................................................................... 26
4.2 Kondisi Demografis .............................................................. 27
4.3 Kondisi Pertanian .................................................................. 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32
5.1 Identitas Responden ................................................................ 32
5.2 Lahan Usahatani ....................................................................... 37
5.3 Tenaga Kerja ............................................................................ 38
5.4 Analisis Pendapatan Usahatani Karet ...................................... 38
5.5 Penerimaan Usahatani Karet .................................................... 44
5.6 Pendapatan Usahatani Karet..................................................... 45
5.7 Kelayakan Usahatani Karet ...................................................... 46
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 48
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 48
6.2 Saran ......................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Jumlah Peduduk, berdasarkan jenis kelamin di Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019 ........................................ 27
2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019 ........................................ 28
3. Keadaan Penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019...................... 29
4. Keadaan Penduduk berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Palampamg Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019 ........................................ 27
5. Luas wilayah dan produksi pertanian di Kelurahan Palampamg
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019. ....................................... 31 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkatan Umur di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019...................... 33 7. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 .......... 34 8. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman diKelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019...................... 36 9. Keadaan Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba tahun 2019 ............ 37 10. Jumlah tenaga kerja di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba tahun 2019 .................................................................. 38 11. Rata-rata biaya Tetap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ............................. 39 12. Rata-rata biaya variabel usahatani Karet di Kelurahan Palampang
Kecmatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ............................... 41 13. Rata-rata pendapatan usahatani Karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ............................. 45
-
xii
14. Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ................................................ 46
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan dan kelayakan Usahatani karet di Keluraahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba ....... 20
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Dokumentasi .................................................................................................. 54
2. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 59
3. Identitas Petani Responden Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 59
4. Biaya Penyusutan Alat Pisau Sadap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019..................... 60
5. Penyusutan Alat Mangkok Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 61
6. Penyusutan Alat Parang Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 62
7. Penyusutan Alat Ember Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 63
8. Biaya Tetap Pajak lahan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 64
9. Biaya Variabel Pupuk Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 65
10. Biaya Variabel Pupuk Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 66
11. Tenaga Kerja Pemeliharaan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 67
12. Biaya Variabel Tenaga Kerja Upah Panen/Sadap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba,
2019 ................................................................................................................. 68
13. Total Biaya Tetap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ......................................................... 69
14. Total Biaya Variabel Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 70
-
xv
15. Total Penerimaan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ......................................................... 71
16. Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ................................................................... 72
-
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi
dan strategis, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil karet. Kurang dari 3
dekade mengalami peningkatan yang sangat pesat bahkan Indonesia pernah
menguasai poduksi karet di dunia. Meningkatnya produksi karet sangat besar
pengauhnya terhadap peningkatan ekonomi suatu daerah atau wilayah.
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,
sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan
produktivitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi
budidayanya. Petani karet dalam melakukan usahataninya, tentunya
mengharapkan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan
keuntungan (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu menghitung untung rugi
dengan membuat analisis secara ekonomi. Dari analisis tersebut petani akan dapat
melihat perkiraan besar biaya yang akan dikeluarkan dan berapa keuntungan yang
diperoleh. Usaha yang dilakukan petani tidak terlepas dari pengeluaran (biaya)
yang harus dikeluarkan dalam penggunaan faktor produksi selama proses
produksi berlangsung. Pendapatan maksimal usahatani karet merupakan tujuan
utama petani dalam melakukan kegiatan produksi, oleh karena itu dalam
menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak,
sebab pendapatan usahatani yang rendah menyebabkan petani tidak dapat
-
2
melakukan investasi. Hal ini dikarenakan hasil pendapatan sebagian dipergunakan
kembali untuk modal usahatani dan sebagian dipergunakan untuk biaya hidup
dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pada dasarnya bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan
kondisi suatu negara atau suatu daerah secara menyeluruh dan berkesinambungan
menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting terutama
bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat di maklumi
karena seperti negara berkembang lainnya, Indonesia mengalami masalah
kemiskinan dan kekurangan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang
terus bertambah setiap tahunnya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, diharapkan akan lebih mudah bagi indonesia untuk menyediakan
kesempatan kerja yang lebih banyak sehingga kesejahteraan masyarakat dapat
lebih meningkat.
Pada tahun 2015 produksi perkebunan karet rakyat baru mencapai 926
Kg/Ha/Tahun bila dibandingkan dengan perkebunan negara telah mencapai 1.327
Kg/Ha/Tahun dan Perkebunan Besar Swasta mencapai 1.565
Kg/Ha/Tahun.Pemerintah melakukan pengembangan karet rakyat pada tahun
2016 ini untuk mendukung peningkatan produksi dengan cara melakukan
perluasan karet rakyat di daerah perbatasan.
-
3
Perkebunan karet banyak tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
Perkebunan karet banyak diusahakan oleh pemerintah serta swasta sedangkan,
perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil umumnya dimiliki oleh rakyat.
Namun, jumlah perkebunan karet ini belum dihimpun agar menghasilkan jumlah
yang besar.
Salah satu daerah penghasil karet di Provinsi Sulawesi Selatan adalah
Kabupaten Bulukumba, Pada tahun 2010 luas lahan perkebunan karet di
Kabupaten Bulukumba yaitu 1.784,94 ha dengan,produksi sekitar 3.071 ton dan
pada tahun 2012 luas lahan perkebunan karet di kabupaten Bulukumba yaitu
meningkat menjadi 2.155,14 Ha, peningkatan luas lahan tersebut menyebabkan
produksi karet di Kabupaten Bulukumba juga mengalami peningkatan, produksi
karet tahun 2012 menjadi 3.990 Ton.
Produksi Karet Tahun 2019 yakni 1.181 ton, produksinya mengalami
peningkatan jika dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Ini dipengaruhi oleh
banyaknya pembukaan kawasan baru untuk tanaman karet pada Tahun 2016.
Areal produksi perkebunan Karet di Kabupaten Bulukumba terdapat pada 2 (dua)
wilayah yakni areal produksi Palangisang di Kecamatan Ujung Loe, dan areal
produksi Balangriri di Kecamatan Bulukumpa. Areal produksi Palangisang
meliputi Kecamatan Ujung Loe dan Herlang, sedangkan areal produksi Balangriri
meliputi Kecamatan Bulukumpa, Rilau Ale dan Kajang. Secara keseluruhan, luas
areal produksi perkebunan Karet di Kabupaten Bulukumba mencapai 3.686 Ha,
dengan jumlah Petani sebanyak 1.294 orang.
-
4
Meningkatnya produksi perkebunan karet sangat erat hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi terutama di Kabupaten Bulukumba. Kebun karet salah
satu sektor yang dapat menunjang peningkatan ekonomi Kabupaten
Bulukumba. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pendapatan usaha karet dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, harga beli
dari pedagang pengumpul karet, kecakapan dan kekayaan dalam artian pengusaha
karet dapat mempertahankan barangnya jika harga terlalu rendah dan sarana yang
diperlukan untuk meningkatkan pendapatan berupa perawatan pohon karet agar
tetap subur sehingga banyak mengeluarkan getahnya. Faktor-faktor tersebut
berkaitan erat dengan besar atau kecilnya produksi. Besarnya produksi karet
berarti besar pula pendapatan usaha karet, demikian pula jika produksinya kecil
maka akan kecil pula pendapatan yang diperoleh petani karet. Bila produksi dapat
dikelola pada tingkat yang lebih baik maka pendapatan petani penyadap karet
akan menjadi lebih baik pula.
Perkebunan karet-rakyat di Kabupaten Bulukumba sudah membudaya
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya diusahakan oleh petani dalam
skala kecil (sempit) dengan sistem tradisional. Berbeda dengan yang diusahakan
oleh perusahaan pemerintah/swasta, dimana pengusahaannya dilakukan dalam
skala besar dengan sistem teknologi modern. Namun demikian, dilihat dari
proporsi luasan, kebun karet-rakyat tetap mendominasi, sehingga usaha itu patut
diperhitungkan, karena dapat menentukan dinamika perkaretan Indonesia.
-
5
Walaupun pengembangan pertanian karet mengalami prospek yang cerah,
namun masih ditemukan beberapa masalah dalam proses pengelolaannya oleh
petani. Keberhasilan dari pada usaha perkebunan karet sangat ditentukan oleh
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelolah
pertanian yang diusahakannya. Pengelolaan usahatani karet secara tepat dapat
memberikan hasil produksi yang tinggi dan tingkat keuntungan yang memadai.
Misalnya bagaimana petani menentukan sikap mereka dalam penanganan usaha
tani karet mereka, penggunaan bibit unggul, pengelolahan tanah yang baik,
pemupukan secara tepat waktu, jenis dan dosis, pemeliharaan seacara intensif,
perlakuan pasca panen yang baik dan kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut
upaya petani dalam mengelolah usaha tani yang diusahakannya.
Kelurahan Palampang merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam
wilayah Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, dengan luas wilayah 7,80
km2, yang dihuni sekitar 5.500 jiwa. Penduduk yang mengusahakan perkebunan
karet di Kelurahan tersebut sebanyak 29 petani dengan luas yang areal tanaman
karet 26,50 ha, ini termasuk tanaman belum menghasilkan, tanaman
menghasilkan, dan tanaman tua dengan jumlah produksi 23,7 ton. Budidaya
usahatani karet di Kelurahan Palampang merupakan perkebunan milik rakyat
yang awal pengelolaannya tidak lepas dari motivasi dan campur tangan
pemerintah dalam berbagai hal baik berupa pembinaan, bantuan bibit dan
pengawasan. Hal ini dimaksudkan budidaya yang dilakukan oleh petani dapat
berjalan dengan lancar.
-
6
Analisis kelayakan diperlukan dalam usaha perkebunan karet untuk
mengetahui manfaat seberapa besar keuntungan yang diperoleh. Kegiatan usaha
perkebunan karet juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah dan instansi terkait,
apalagi dengan adanya program eks UPP TCSDP, guna menganalisis kelayakan
ini juga mendorong perkembangan perkebunan karet tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Karet Rakyat
di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba “
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapatan usahatani karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba?
2. Apakah usahatani karet layak diusahakan di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani karet di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
2. Untuk mengetahui usahatani karet layak diusahakan di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
-
7
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:
1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar
sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai
pendapatan usahatani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba.
-
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkebunan Karet
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis
tinggi. Selain diusahakan sebagai perkebunan besar komoditi ini juga diusahakan
sebagai perkebunan yang strategis sebagai salah satu komoditi andalan ekspor
nonmigas. Tanaman perkebunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali
pada umur tahun ke-5. Getah dari tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah
menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan, atau karet remah (crumb rubber)
yang merupakan bahan baku industri karet. Produk-produk karet pada umumnya
diekspor (Didit & Agus, 2005).
Menurut Statistik Karet Indonesia (2014), di Indonesia terdapat beberapa
bentuk usaha perkebunan karet, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar
Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Berikut ini adalah penjelasan
dari masing-masing perkebunan diatas:
a. Perkebunan Rakyat (PR)
Perkebunan rakyat merupakan suatu usaha perkebunan yang dimiliki,
diselenggarakan serta dikelola oleh rakyat atau perseorangan dengan luasan lahan
yang dimiliki maksimal sebesar 25 ha. Walaupun total luas perkebunan rakyat
mencapai 70,4 persen dari seluruh perkebunan di Indonesia, namun sejumlah
besar perkebunan rakyat diusahakan dalam bentuk skala kecil (Iskandar, 2015).
-
9
Perkebunan rakyat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Bentuk usaha
perkebunan kecil, (2) penggunaan lahan terbatas, (3) tidak padat modal, (4)
sumber tenaga kerja lebih berpusat pada tenaga kerja dalam keluarga, (5) lebih
berorientasi pada usahatani subsistem.
b. Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang diselenggarakan atau
dikelola secara komersil oleh suatu perusahaan yang memiliki badan usaha dan
badan hukum diatas tanah negara yang mendapat izin dari instansi yang
berwenang. Berbeda dengan perkebuna rakyat, perkebunan besar swasta pada
dasarnya sudah merupakan perusahaan yang memiliki badan hukum. Lahan yang
diusahakan merupakan lahan milik negara yang digunakan dengan fasilitas Hak
Guna Usaha (HGU). Sedangkan perkebunan besar negara sebagian besar sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Perkebunan besar memiliki ciri-ciri usaha sebagai berikut : (1) memiliki
bentuk usaha pertanian berskala luas, besar dan kompleks, (2) menggunakan areal
lahan yang luas, (3) bersifat padat modal, (4) menggunakan tenaga kerja yang
cukup banyak dengan pembagian kerja yang dirinci dan terstruktur, (5) sudah
menggunakan teknologi modern, (6) berorientasi pada pasar.
Bulukumba merupakan penghasil karet di Sulawesi selatan dengan produksi
karet pada tahun 2017 sebanyak 7.343 ton yang terdiri dari produksi pertanian
rakyat 1.250 ton dan produksi pertanian swasta 6.093 ton. Yang tersebar di 19.900
ha, dimana luas lahan pertanian karet terdiri dari perkebunan rakyat 14.105 ha dan
-
10
perkebunan swasta 5.975 ha. Data : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
Makassar 2018
Dalam gambaran diatas dapat dijlelaskan bahwa pertanian karet rakyat
dengan luas lahan 19.900 ha memproduksi karet lebih kecil dengan 1.250 ton
sedangkan pertanian karet swasta yang memiliki lahan yang lebih sedikit yaitu
5.975 ha tetapi dapat memproduksi karet yang lebih besar dengan 6.093 ton.
Maka terlihat masalah besar yang dihadapi oleh pertanian karet rakyat dalam hal
pengelolaan pertanian.
2.2 Produksi
Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksud konsep arus (flow
concept) disini adalah produksi merupakan kegiatan yang di ukur sebagai tingkat-
tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa
diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita bicara mengenai peningkatan
produksi, ini seperti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor
yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Hasil
akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dan memanfaatkan beberapa masukan
atau input. Dengan pengertian ini dapat di pahami bahwa kegiatan produksi
adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan
output. Input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari
karakteristik teknologi. Selagi teknologi ditingkatkan dan fungsi produksi
berubah sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk
serangkaiaan input tertentu.
-
11
Menurut Hartomo dkk ( 1993 ; 292 ) bahwa produksi adalah kegiatan
untuk menghasilkan barang dan jasa serta kegiatan menciptakan kegunaan.
Kegunaan artinya dapat memenuhi kebutuhan manusia. Jadi pengertian secara
luas produksi, bukan hanya kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, tetapi
mencakup semua kegiatan yang menciptakan menambah kegunaan.
Produktivitas faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau
proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu
produk yang mengacu pada the law of variable proportionfaktor memberikan
dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi
(Damanhuri, 2007).
Produksi pertanian dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan
kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha tani
maupun usaha lainnya. Menurut Soekartawi (1995:54) Produksi dalam usaha tani
berupa 28 sesuatu yang dihasilkan tanaman (akar, batang, getah, buah dan
sebagainya) yang diusahakan dan dapat menjadi nilai secara komersil sehingga
menjadi tujuan dalam usaha pertanian. Pada prinsipnya hasil merupakan besaran
yang menggambarkan banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam
satu luasan lahan dalam satu siklus produksi. Hasil membantu menggambarkan
tingkat nisbah atau rasio keuntungan yang diperoleh dari pemberian masukan
terhadap lahan untuk usaha tani. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per
satuan luas, sedangkan satuan produksi hanya satuan berat (Moehar Daniel
2004:121). Berdasarkan pendapat tersebut yang dimaksud dengan produksi yang
dihasilkan kebun karet adalah hasil usaha kebun karet yang diperoleh setiap luas
-
12
lahan garapan petani pada setiap pengambilan lateks dalam satu hektar, dihitung
dengan satuan berat kilogram (kg) dan bernilai dengan satuan rupiah (Rp) per
kilogram (kg). Standar produksi perkebunan karet nasional per hektar 2.300 kg
dengan produktivitas 3.000 per kilogram (Tim Karya Tani Mandiri 2010:109).
2.3 Biaya Usahatani
Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani ditunjukan untuk menghasilkan
pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan
biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui
tingkat produksi yang tinggi. Biaya produksi merupakan jumlah dari biaya tetep
yang berlangsung brkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan,
biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, termasuk
didalamnya adalah sewa lahan, pajak lahan, pembayaran kembali pinjaman dan
biaya hidup.
Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani adalah semua pengeluaran
yang dipergunakan dalam suatu kegiatan usahatani. Lebih lanjut lagi biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang
telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya
(Cost) dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (Y), dan biaya variabel
(VC = variabel cost), yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya
produksi (Suratiyah, 2011).
-
13
1. Biaya Tetap (FC = fixed cost)
Biaya tetap yaitu biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu masa
produksi dan besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Yang
termasuk pada biaya tetap adalah sewa lahan, penyusutan alat dan bangunan
pertanian, pemeliharaan tanaman, dan lainya. Menurut Soekartawi (2002), biaya
tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluakan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak
tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap
antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Perhitungan biaya
alat-alat yang digunakan yaitu menggunakan perhitungan nilai penyusutan. Biaya
penyusutan merupakan pendekatan dari pengurangan nilai alat tiap tahunnya.
Secara matematis biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana , Np = Harga sekarang (Rp)
Ns = Harga Beli (Rp)
N = Usia ekonomis (tahun)
Untuk mencari biaya tetap dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
iPXi
Dimana, FC = Biaya tetap
Xi = Jumlah input yang digunakan
PXi = Harga input (Rp)
n = Macam input
-
14
2. Biaya Variabel (VC = variabel cost)
Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi produksi
yang diperoleh. Contohnya adalah biaya-biaya yang digunakan untuk sarana
produksi. Seperti biaya penggunaan pupuk, obat-obatan, biaya tenaga kerja serta
biaya-biaya lainnya yang habis dalam satu kali proses produksi. Sehingga biaya
variabel sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang
dihasilkan.
Konsep biaya dinyatakan sebagai biaya rill dan biaya non rill. Biaya rill
adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan selama usahatani. Misalnya jumlah
tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja luar keluarga, bila didalam
usahatani tenaga kerja didalam keluarga juga digunakan maka biaya tenaga kerja
yang dihitung hanya yang menyewa saja, yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar
keluarga. Sedangkan konsep biaya non rill memperhitungkan semua pengeluaran
baik yang nyata dibayar selama usahatani maupun yang tidak nyata sebagai
peramalan dengan menggunakan harga bayangan (shadow price) dalam
mengembangkan usahatani untuk musim tanam kedepannya.
2.4 Pendapatan
Pendapatan yaitu penerimaan setelah dikurangi dengan biaya tenaga kerja
dalam keluarga. Sebelum menghitung keuntungan, perlu dipahami bahwa
terdapat dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan
tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Petani umumya jarang menghitung tenaga
kerja dalam keluarga (TKDK) sehingga dalam menghitung keuntungan
usahataninya kurang tepat. Perlu diingat bahwa anggota keluarga yang ikut
-
15
bekerja dalam usahatani perlu dihargai tenaganya, seperti ketika petani
menggunkan/mengupah tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Dengan demikian
akan terlihat jelas pengeluaran tenaga kerja secara keseluruhan, baik tenaga kerja
dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluatga(TKLK) (Suratiyah,
2006).
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan dapat
dibagi menjadi dua pengertian, yaitu :
a. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam
usahataninya selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilia dalam rupiah
berdasarkan harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil.
b. Pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam
satu tahun dikurangi dengan biaya produksi. Biaya produksi meliputi biaya
rill tenaga kerja dan biaya rill sarana produksi.
Menurut Soekartawi (2006), pendapatan sebagai selisih antara total
penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Total
penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi yang dihasilkan
dengan nilai/harga produk tersebut, sedangkan biaya total adalah semua biaya
yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Pendapatan rumah tangga petani
bersumber dari dalam usahatani dan pendapatan dari luar usahatani. Pendapatan
dari dalam usahatani meliputi pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh
petani. Sedangkan usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang
diusahakan
-
16
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Income (Pendapatan)
TR = Total Renue (Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
2.5 Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani terdiri dari hasil penjualan produksi pertanian,
produksi yang dikonsumsi dan kenaikan nilai inventaris. Penerimaan usahatani
adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual (Soekartawi,
1995). Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli
menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti yang lazim dipakai
pembeli/penjual secara partai besar misalnya kg, kwintal, ikat, dan sebagainya
(BPS Jakarta dalam Stania, 2008).
Hermanto dalam Saskia (2012) menyatakan bahwa penerimaan usahatani
adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan
hasil kali dari jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi
tersebut penerimaan usahatani dibagi menjadi penerimaan tunai usahatani dan
penerimaan total usahatani. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai yang diterima
dari penjualan produk usahatani. Penerimaan total usahatani adalah penerimaan
dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu kali musim penen), baik yang
dijual (tunai) maupun tidak dijual (tidak tunai seperti konsumsi keluarga, bibit,
pakan ternak).
-
17
Hernanto (1991) menyatakan bahwa penerimaan usahatani yaitu
penerimaan dari sumber-sumber usahatani dan keluarga. Untuk menghitung total
penerimaan yaitu : TR = Py x Y
Dimana : TR = Total Penerimaan (Rp)
Py = Harga (Rp)
Y = Jumlah Produksi (kg)
2.6 Kelayakan Usaha
Sebuah industri perlu dianalisa kelayakannya apakah usaha tersebut layak
atau tidak. Jika layak berarti usaha tersebut dapat dilanjutkan ketingkat yang lebih
tinggi dan sebaliknya jika tidak layak maka perlu dianalisa lebih lanjut apa
penyebabnya dan jika setelah dianalisa tetap tidak layak maka usaha tersebut tidak
dapat dilanjutkan, karena ditakutkan akan memberikan hasil yang kurang baik dan
investasi yang dilakukan akan mengalami kegagalan. Kelayakan usaha atau bisnis
merupakan usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh
keuntungan baik finansial maupun nonfinansial. Jadi dengan dilakukannya studi
kelayakan usaha akan didapatkan gambaran apakah usaha atau bisnis yang diteliti
layak atau tidak untuk dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003). Analisa kelayakan
usaha digunakan untuk mengukur nilai investasi yang ditanamkan untuk sebuah
usaha pada masa yang akan datang. Dengan dilakukan analisis kelayakan usaha
melalui beberapa simulasi perhitungan investasi, akan diketahui seberapa besar
resiko yang akan dialami dan akan diketahui pengaruh layak atau tidaknya
rencana nilai investasi dari sebuah usaha. Pada saat ini, istilah analisis kelayakan
usaha banyak dikenal baik oleh kalangan akademisi maupun bisnis dengan
-
18
sebutan studi kelayakan usaha. Semua memiliki maksud yang sama dengan
berbagai analisis terhadap aspek yang ada dalam rangka membantu Industri Kecil
Menengah untuk pengambilan keputusan pada sebuah bisnis/usaha. Studi
kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan dalam memutuskan apakah
sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis
dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan
manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholders) dibandingkan dampak
negatif yang ditimbulkan. Studi kelayakan bisnis tidak hanya diperlukan oleh
pemrakarsa bisnis atau pelaku bisnis/manajemen perusahaan, tetapi juga
diperlukan oleh beberapa pihak lain, antara lain: investor, kreditor, pemerintah,
dan masyarakat (Suliyanto, 2010). Dalam melakukan analisis kelayakan usaha,
pasti dilakukan pula analisis keuangan yang dapat menguraikan tentang penerapan
kriteria-kriteria investasi untuk mengukur layak atau tidaknya suatu investasi yang
akan dilaksanakan. Pengukuran dengan kriteria-kriteria investasi tersebut
berdasarkan atas data keuangan yang telah disusun baik dalam bentuk struktur
modal, biaya modal,
Proyeksi laporan kas, proyeksi laporan rugi/laba, dan proyeksi laporan
neraca (Soeseno, 2007). Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai
kelayakan usaha/investasi, yaitu: 1). Payback Period (PBP), 2). Net Present Value
(NPV), 3). Internal Rate of Return (IRR), 4). Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
(Suliyanto, 2010). Selain itu juga dilakukan analisa keuntungan dengan
menggunakan metode Break Even Point (BEP).
-
19
2.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan antar konsep
dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang
disusun dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait. Kerangka fikir ini
digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang
diangkat. Atau, bisa diaartikan sebagai mengalirkan jalan pikiran menurut
kerangka logis (countruct logic) atau kerangka konseptual yang relevan untuk
menjawab penyebab terjadinya masalah. Untuk membuktikan kecermatan
penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat hasil-hasil penelitian terdahulu
yang relevan.
-
20
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini, lebih lanjut dapat dilihat pada
bagan berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usahatani Karet Rakyat
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
Usahatani Karet
Produksi
Biaya Produksi
Biaya Tetap Biaya Variabel
Pendapatan
R/C Ratio
-
21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penlitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Palampang Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Desember 2019-Januari 2020.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Pelaksanaan penelitian ini dipilih satu desa secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan desa tersebut memiliki luas panen dan produksi
di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba dengan
jumlah populasi 29 orang. Dari jumlah populasi tersebut dilakukan dengan jenis
Non Probability Sampling. Non Probability Sampling jenis sampel ini tidak
dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Menurut Sugiyono Non Probability Sampling adalah tehik yang tidak
member peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Tehnik Non Probability Sampling yang dipilih yaitu sampling jenuh
(Sensus) yaitu metode penarikan sampel bila semua anggota populasi dijadikan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi kecil, kurang
dari 29 orang.
-
22
Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah seluruh petani karet
yang ada di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba
yang berjumlah 29 orang dengan tehnik sampel jenuh.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Teknik dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
obyek penelitian sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang
akan diteliti. Observasi dilakukan terhadap petani karet untuk mengamati
berlangsungnya proses produksi dan pendapatan usahatani di Kabupaten
Bulukumba.
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer yang merupakan
data utama dalam penelitian yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada
responden yang berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam
mengenai kondisi riil produksi dan pendapatan usahatani di Kabupaten
Bulukumba.
3. Pencatatan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan
mencatat data-data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait
dengan penelitian ini.
-
23
3.4 Jenis-jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah data utama dalam penelitian ini yang diperoleh
langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar
pertanyaaan (kuisioner) yang telah disiapkan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data penunjang untuk penelitian ini yang
dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau
lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
3.5 Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan kuantitatif. Untuk tujuan yang pertama analisis yang digunakan
adalah analisis pendapatan usahatani karet. Dimana struktur biaya yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengelompokan biaya dalam biaya tetap
dan biaya tidak tetap.
1. Analisis Pendapatan
Menurut Suratiyah (2015) pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR)
dan biaya total (TC) dan dinyatakan dengan rumus:
I = TR – TC
Dimana :
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
-
24
2. Analisis R/C
Menurut Suratiyah (2015), R/C adalah perbandingan antara penerimaan
dengan biaya total.
Dimana :
R/C = Return Cost Ratio
TR = Penerimaan usahatani (Rp)
TC = Biaya total usahatani (Rp)
Kriteria :
R/C > 1, usahatani layak diusahakan
R/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan
R/C = 1, usahatani dikatakan impas
3.6. Definisi Operasional
1. Responden adalah petani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba.
2. Usahatani karet adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk penanaman
tanaman karetdi Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale.
3. Produksi karet yaitu jumlah hasil karet yang dihasilkan selama setahun pada
masa penelitian.
4. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama setahun, yaitu
meliputi:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis
dalam satu masa produksi, misalnya penyusutan alat. Biaya penyusutan
-
25
alat-alat pertanian diperoleh dengan memperhitungkan biaya pembelian
dibagi dengan umur teknis dari alat-alat tersebut
b. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat
tergantung pada skala produksi. Contoh biaya tidak tetap adalah biaya
sarana produksi yaitu pembelian bibit, biaya tenaga kerja adalah biaya yang
dikeluarkan untuk upah tenaga kerja, biaya ini dihitung berdasarkan upah
yang berlaku di lokasi penelitian berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK)
yang dikonversikan setara pria dewasa.
5. Penerimaan adalah satuan rupiah yang dihitung berdasarkan jumlah produksi
(output) yang terjual dengan harga yang berlaku ditingkat petani.
6. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dari usahatani karet
dikurangi biaya yang di keluarkan selama setahun.
7. Harga adalah harga jual karet di tingkat petani di lokasi penelitian.
8. Biaya lainnya adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam memasarkan karet
seperti biaya transportasi.
9. Kelayakan Usahatani adalah suatu usaha yang dijalankan yang tujuan
utamanya untuk memperoleh keuntungan baik finansial maupun nonfinansial.
-
26
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Kelurahan Palampang memiliki luas wilayah 7,80 KM2 dan jarak Ibu Kota
Kabupaten 20 KM2. Selain itu, wilayah Kelurahan Palampang merupakan daerah
daratan rendah dengan daerah tanah yang relatif datar dan letak dari permukaan
laut ± 71
Kelurahan Palampang terdiri dari 5 dusun antara lain sebagai berikut :
a. Kelurahan Palampang
b. Dusun Tammasongo
c. Dusun Marana
d. Dusun Batupangka
e. Dusun Darincing
Secara geografis Kelurahan Palampang terletak dibagian Utara Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bonto Bangun
b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bonto Haru
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bonto Lohe
d. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Bulukumba
-
27
4.2 Kondisi Demografis
4.2.1 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba adalah 3.676 jiwa. Para pembuka lahan di Palampang
berasal dari kawasan Kindang, juga ada yang berasal dari Maiwa, Enrekang
Sulawesi Selatan. Para pendatang ini kebanyakan kawin dengan penduduk asli
Palampang, yang masih merupakan keturunan Arung (Raja) Kindang dan
Kerajaan Bone.
4.2.2 Jumlah penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba terdiri atas laki-laki 1.723 jiwa dan perempuan 1.953 jiwa. dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Peduduk, berdasarkan jenis kelamin di Palampang Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019
No Jenis Kelamin Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 Laki-Laki 1.723 46,87
2 Perempuan 1.953 53,13
Jumlah 3.676 100,00
Sumber : BPS Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019
Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk yang ada di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba adalah 3.676 jiwa. Dari jumlah
tersebut sebagian besar penduduk yang yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
1.723 jiwa dengan persentase 46,87% sedangkan untuk penduduk yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 1.953 jiwa dengan persentase 53,13%.
-
28
4.2.3 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok Umur
Bersarakan data BPS jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba yang memilki kelompok umur 0-75
tahun sebanyak 3.676 jiwa. Dapat diketahui dari penelasan Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019
No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-4 283 7,70
2 5-9 509 13,85
3 10-14 661 17,98
4 15-24 975 26,52
5 24-40 857 23,31
6 ≥50 391 10,64
Jumlah 3.676 100,00
Sumber : BPS Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019
Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 283
(7,70%), kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 509 (13,85%), kelompok umur 10-
14 tahun sebanyak 661 (17,98%), kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 975
(26,52%), kelompok umur 24-50 tahun sebanyak 857 (23,31%), kelompok umur
≥50 tahun sebanyak 391 (10,64%).
4.2.4 Keadaan penduduk menurut mata pencaharian
Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kelurahan Palampang adalah
petani. Hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dahulu bahwa
masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan
masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan selain
-
29
menajadi petani dapat dilihat pada Tabel 3 Sebagai berikut:
Tabel 3. Keadaan Penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019
No Mata Pencaharian Jumlah
(orang)
1. Petani 2347
2. Pegawai 173
3. Pedagang 523
4. Lain-lain 633
Jumlah 3.676
Sumber : Kantor Kelurahan Palampang, 2019
Berdasarkan table 3 di atas menunjukan bahwa pada umumnya mata
pencaharian penduduk di Kelurahan Palampang adalah 90% dalam sektor
pertanian dan selebihnya merupakan Pedagang dan Pegawai Negeri Sipil.
4.2.5 Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan
Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan adalah untuk melihat sejauh mana
tingkat pendidikan penduduk yang ada di Kelurahan Palampang dalam melakukan
usahatani, petani yang berwawasan luas dan cepat menangkap informasi yang
baru sesuai dangan kemampuan ilmu pengetahuan serta teknologi baru sangat
berpengaruh terhadap teknik usahatani yang baik dan benar. Keadaan penduduk
Kelurahan Palampang, berdasarkan pendidikan terbagi atas: SD, SMP/SLTP,
SMA/SLTA, dan sarjana, selengkapnya dapat diliat pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Keadaan Penduduk berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Palampamg
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019.
-
30
No Tingkat
Pendidikan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1. Tidak tamat SD 1139 30,98
2. SD 876 23,83
3. SMP 759 20,65
4. SMA 516 14,04
5. Sarjana 386 10,50
Jumlah 3.676 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Palampang, 2019
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa keadaan penduduk di Kelurahan
Palampamg Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba memiliki tingkat
pendidikan yang terbilang rendah yaitu sebanyak 1139 jiwa (31%) masyarakat
yang tidak taman SD, di bandingkan dengan masyarakat yang memiliki ijazah
sarjana yaitu hanya 386 jiwa (10,50%).
4.3 Kondisi Pertanian
Adapun data potensi wilayah pertanian di Kelurahan Palampamg Kecamatan
Rilau Ale Kabupaten Bulukumba di bidang pertanian mulai dari komuditas
tanaman pangan, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat dilihat
pada Tabel 5.
-
31
Tabel 5. Luas wilayah dan produksi pertanian di Kelurahan Palampamg
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019.
No. Jenis Tanaman
Luas
tanam
(Ha)
Persentase
(%)
Produksi
(Ton)
Persentase
(%)
1 Tanaman Pangan 1.157 68,71 1.458 88,42
2 Hortikultura 21 1,25 62 3,76
4 Perkebunan 506 30,05 129 7,82
Jumlah 1.684 100,00 1649,00 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Palampang, 2019
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa luas tanaman yang paling tinggi
yaitu tanaman pangann dengan jumlah 1.157 ha (68,71%) dengan jumlah produksi
yang diperoleh sebesar 1.458 ton (88,42%) Hal ini dikarenakan di daerah
Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba masyarakat
lebih memproritaskan tanaman pangan dari pada tanaman lainnya.
-
32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas Petani Responden merupakan latar belakang untuk mengetahui
kondisi petani dalam penelitian. Penelitian ini dibatasi dalam beberapa
karakteristik yang diperkirakan dapat menghambat atau mempengaruhi kemauan
dan kemampuan petani dalam berusahatani. Responden dalam penelitian ini
adalah petani karet. Adapun yang termasuk identitas adalah nama, umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan lama berusahatani.
5.1.1 Umur Responden
Umur responden merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja dan produktifitas seseorang. Seseorang akan mengalami
peningkatan kemampuan kerja seiring dengan meningkatnya umur, akan tetapi
selanjutnya akan mengalami penurunan kamampuan kerja pada titik umur
tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dikenal adanya umur produktif dan umur
nonproduktif. Umur produktif adalah umur dimana seseorang memiliki
kemampaun untuk menghasilkan produk maupun jasa.
Usia produktif 20 – 45 tahun masih memiliki semangat yang tinggi dan
mudah mengadopsi hal-hal baru. Berbeda dengan petani jagung yang telah
berusia lanjut di atas 50 tahun, mereka yang berusia lanjut cenderung fanatik
terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat
mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya.
-
33
Soekartawi (2003) dalam bukunya menyatakan bahwa mereka yang
berusia lanjut cenderung fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan
pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara
hidupnya.
Adapun klasifikasi responden berdasarkan umur petani karet di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba menjadi responden
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkatan Umur di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019
No Responden
(umur)
Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
1 24-33 8 27,59
2 34-43 10 34,48
3 44-53 9 31,03
4 54-63 2 6,90
Jumlah 29 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Secara umum rata-rata umur responden yang mengusahakan tanaman
Karet berkisar diantara 24– 63 Tahun. Umur responden dapat dibagi menjadi
empat kategori yaitu responden berumur 24–33 tahun (28%), responden berumur
34–43 tahun (34%), responden berumur 44– 53 tahun (31%), petani berumur 54–
63 (7%).
Hal ini menandakan bahwa petani karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba berada pada umur produktif
sehingga memungkinkan bagi para petani tersebut dapat bekerja lebih baik,
bersemangat, serta mempunyai motivasi yang tinggi. Sementara responden yang
berusia 54 tahun ke atas tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan faktor usia yang
kurang mampu untuk melakukan tugas-tugas yang harus dilakukan. Menurut
-
34
pengamatan dilapangan, petani pada usia ini sebagian besar telah melimpahkan
atau mewariskan usaha taninya pada anak sehingga petani pada usia ini cukup
sedikit.
5.1.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
Responden dalam mengambil keputusan. Responden dengan tingkat pendidikan
tinggi akan lebih berhati hati dalam mengambil keputusan dengan terlebih dahulu
memperhitungkan resiko yang dihadapi serta mampu mengadopsi inovasi
teknologi yang ada. Sementara responden dengan tingkat pendidikan yang rendah,
dalam mengelola usahataninya cenderung mengikuti kebiasaan yang telah
diwariskan secara turun temurun. Tingkat pendidikan responden petani karet di
Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
Tabel 7. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
No. Pendidikan Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 Tidak sekolah 3 10,34
2 SD 16 55,17
3 SMP 8 27,59
4 SMA 2 6,90
Jumlah 29 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Tingkat pendidikan responden bervariasi mulai dari Tidak Sekolah sampai
Perguruan tinggi. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah Tidak
Sekolah sebanyak 3 orang (10%), untuk SD yaitu sebanyak 16 orang (55%), SMP
sebanyak 8 orang (28%), dan SMA sebanyak 2 orang (7%).
Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan
usahatani karet. Pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama
-
35
dalam hal pengambilan keputusan dan pengatur manajemen dalam mengelola
suatu usaha. Dengan adanya pendidikan dapat mempermudah dalam menerima
atau mempertimbangkan suatu inovasi yang dapat membantu mengembangkan
usaha menjadi lebih baik dari sebelumnya, sehingga petani tidak mempunyai sifat
yang tidak terlalu tradisional.
5.1.3 Pengalaman Usahatani
Dalam usahatani pengalaman merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan suatu usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu usaha maka
semakin luas pengalaman yang diperoleh dan semakin besar kemampuannya
dalam mengenal usaha yang digeluti. Dalam melakukan penelitian, lamanya
pengalaman diukur mulai sejak kapan petani itu aktif secara mandiri
mengusahakan usahataninya tersebut sampai di adakan penelitian. Adapun
klasifikasi responden berdasarkan tingkat pengalaman dalam petani Kedalai dapat
di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019
No. Pengalaman
(Thn)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 2-3 3 10,34
2 4-5 5 17,24
3 6-7 5 17,24
4 8-10 10 34,48
5 11-15 6 20,69
Jumlah 29 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Pengalaman dalam berusahatani karet yang diusahakan responden di
Kelurahan Palampang berkisar diantara 2– 15 tahun. Dari Tabel 10 dapat
diketahui bahwa pengalaman berusahatani yang diusahakan petani responden dari
-
36
2– 3tahun sebanyak 3 orang 10%), 4-5tahun sebanyak 5 orang (17%), 6-7 tahun
sebanyak 5 orang (17%), 8-10tahun sebanyak 10 orang (34%) dan 11– 15tahun
sebanyak 6 orang (21%),
Berdasarkan para petani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau
Ale Kabupaten Bulukumba pada umumnya sudah cukup berpengalaman, karena
rata-rata telah menggeluti usaha pertaniannya sudah lebih dari 7 tahun. Petani
yang memiliki pengalaman bertani yang cukup lama umumnya memiliki
pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan petani yang baru saja menekuni
usaha pertaniannya. Sehingga pengalaman bertani menjadi salah satu ukuran
kemampuan seseorang dalam mengelolah suatu usaha pertanian. Semakin banyak
pengalaman maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh di bidang
tersebut. Semakin lama pengalaman bertani, cenderung semakin memudahkan
petani dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan usaha tani yang dilakukannya.
5.1.4 Skala Kepemilikan lahan
Adapun jumlah kepemilikan Lahan yang dimiliki petani karet di
Kelurahan Palampang yang diambil sebagai responden dapat di lihat di Tabel 9
berikut ini :
Tabel 9. Keadaan Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba tahun 2019
No. Luas Lahan
(Ha)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 0,5-1 15 51,72
2 1,5-2 12 41,38
3 2,5 2 6,90
Jumlah 29 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
-
37
Luas lahan yang diusahakan responden di Kelurahan Palampang berkisar
diantara 0,5 ha sampai 2,5 ha. Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa kepemilikan
lahan yang diusahakan petani responden dari 0,5 – 1 sebanyak 15orang (52%),
1,5 – 2 sebanyak 12 orang (41%), dan 2,5 sebanyak 2 orang (7 %),
Luas Kepemilikan lahan Merupakan faktor penentu tinggi rendahnya
pendapatan yang diperoleh. ini dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh
petani Karet. Luasnya Kepemilikan Lahan Merupakan faktor penentu tinggi
rendahnya pendapatan.
5.2 Lahan Usahatani
Lahan yang digunakan di daerah penelitian merupakan lahan-lahan yang
masih baru, artinya lahan-lahan tersebut belum pernah dipergunakan untuk
membudidayakan karet (Tim Penulis PS, 2008). Dari hasil rata-rata yang didapat
pada daerah penelitian mempunyai luas lahan 2 ha, dengan jenis tanaman karet
yang di peroleh dari biji lokal. Luas lahan ha ini masuh tergolong kecil untuk jenis
usahatani apapun termasuk juga usahatani karet ini, tetapi memiliki luas lahan
yang kecil bukan berarti tidak bisa untuk dibudidayakan atau untuk memulai
usaha. Luas lahan menggambarkan tingkat keseriusan petani dalam mengusahan
karet.
5.3 Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja petani sampel di daerah penelitian ini berasal
dari dalam keluarga. Tenaga dalam keluarga sangat penting digunakan dalam
usahatani untuk megurangi beban biaya upah yang dikeluarkan.
-
38
Tabel 10. Rata-rata tenaga kerja di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba tahun 2019
No. Uraian Jumlah
TK
1 Pembersih lahan dan persiapan tanaman 5
2 Penanaman 3
3 Penyulaman 2
4 Penyiangan 2
5 Pemupukan 3
6 Penyadapan/Pengumpulan hasil 2
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Pada tabel 10 di atas dijelaskan bahwa untuk kegiatan pembersih lahan
dan persiapan tanam lebih banyak dari pada kegiatan-kegiatan lain untuk
mengerjakan pembersih lahan misalnya membersihkan gulma dan lain
sebagainya.
5.4 Analisis Pendapatan Usahatani Karet
Analisis pendapatan dilakukan untuk menentukan berapa pendapatan
petani pada lahan kering yang diperoleh dari usahatani karet. Dalam analisis
pendapatan menjelaskan tentang bagaimana struktur biaya, pendapatan dari
usahatani karet. Bentuk analisis pendapatan usahatani karet secara umum
merupakan selisih antara penerimaan produksi dengan biaya yang dikeluarkan.
Penerimaan produksi usahatani meliputi penerimaan secara tetap dan
penerimaan tidak tetap. Penerimaan tetap merupakan hasil perkalian antara jumlah
produksi yang dijual dengan harga satuannya, sedangkan penerimaan tidak tetap
berupa hasil produksi yang tidak dijual dan biasanya dikonsumsi oleh petani
sendiri. Analisis pendapatan ini juga membahas biaya usahatani yang tetap dan
tidak tetap. Biaya tidak tetap adalah biaya yang secara langsung dikeluarkan oleh
-
39
petani. Biaya tetap meliputi semua pengeluaran yang tidak dibayarkan secara
tetap tetapi diperhitungkan dalam biaya.
5.4.1 Biaya Usahatani Karet
5.4.1.1 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh.
Biaya tetap meliputi : Penyusutan alat dan pajak lahan dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata biaya Tetap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
Uraian Biaya (Rp)
Biaya Pajak Lahan (Ha)
Biaya Penyusutan
40.000,00
44.482,70
Total 84.482,70
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan tabel 11 biaya pajak lahan dengan biaya keseluruhan sebesar
Rp 1.580.000 /tahun dengan rata-rata Rp 40.000,00 dari 29 petani. Biaya
penyusutan alat sebesar Rp 3,684,533 dengan Rata-rata 44.482,70. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pisau sadap, mangkok, parang, ember.
Jumlah pisau sadap yang digunakan adalah 30 buah /tahun dengan rata-
rata penggunaan 1,39 buah/tahun dan pisau sadap ini digunakan oleh 29
responden. Harga satuan pisau sadap berkisar Rp 35.000,00 - Rp 50.000,00 /buah
dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.217.000,00 /tahun dengan rata-rata
-
40
biaya Rp 41.965,52 Tahun/Ha dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 80.833,33
/tahun dengan rata-rata Rp 2.046,41 /Ha.
Jumlah mangkok yang digunakan oleh sebagian besar responden adalah
barang-barang bekas seperti botol dan lain-lain. Jumlah mangkok yang dibeli oleh
petani adalah 4.500 buah/tahun dengan rata-rata penggunaan 117,67 buah/Ha dan
mangkok ini digunakan oleh 29 responden. Harga satuan Mangkok berkisar Rp
4.000,00 - Rp 5.000,00 /buah dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp
121.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 4.172,41 /Ha dan biaya penyusutan
alat ini adalah Rp 1.465.000,00 /tahun dengan rata-rata Rp 36.250,93 /Ha.
Jumlah parang yang digunakan adalah 31 buah/tahun dengan rata-rata
penggunaan 0,78 buah/tahun dan parang ini digunakan oleh 29 responden. Harga
satuan parang berkisar Rp 33.000,00 - Rp 50.000,00 /buah dengan biaya yang
dikeluarkan adalah Rp 1.324.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 45.655,17
/tahun dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 67.233,33 /tahun dengan rata-rata
Rp 1.656,18 /Ha.
Jumlah ember yang digunakan adalah 52 buah /tahun dengan rata-rata
penggunaan 1,34 buah /tahun dan ember ini digunakan oleh 29 responden. Harga
satuan ember berkisar Rp 40.000,00 - Rp 68.000,00 /buah dengan biaya yang
dikeluarkan adalah Rp 1.577.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 54.379,31
/tahun dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 144.000,00 /tahun dengan rata-
rata Rp 3.648,01 /Ha.
-
41
5.4.1.2 Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang digunakan usahatani karet yang besarnya
berubah-ubah sesuai jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel meliputi :
Pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata biaya variabel usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecmatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP-36
dan KCl. Jenis-jenis pupuk ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh responden
tapi hanya ada beberapa yang menggunakan pupuk ini dikarenakan tanaman karet
di lokasi penelitian adalah tanaman yang sudah memiliki hasil dan tanaman sudah
mulai reproduksi. Jumlah biaya pupuk yang dikeluarkan 29 responden adalah Rp
7.625.000,00 /tahun dengan rata-rata Rp 188.516,59 /Ha.
Jumlah pupuk Urea yang digunakan adalah 1.455,00 kg/tahun dengan rata-
rata penggunaan 36,84 Kg/Ha dan pupuk ini hanya digunakan oleh 14 responden.
Harga satuan pupuk ini adalah Rp 1.800,00 perkilogram dengan biaya yang
Uraian Satuan Jumlah
(Unit)
Nilai
(Rp)
Biaya Variabel:
1. Benih 2. Pupuk
- Pupuk Urea - SP-36 - Pupuk KCL
2. Pestisida
- Basmilang - Supertok
3. Upah TK
- Pemeliharaan - Panen/Sadap
Kg
Kg
Kg
Liter
Liter
HOK
HOK
36,84
28,96
9,11
0,41
0,10
-
66.304,00
57.924,05
72.911,39
24.303,80
7.088,61
41.772,15
13.165
Jumlah 279.367,09
-
42
dikeluarkan adalah Rp 2.457.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 60.745,61
/Ha .
Jumlah pupuk SP-36 yang digunakan adalah 1.144,00 kg/tahun dengan rata-
rata penggunaan 28,96 Kg/Ha dan pupuk ini hanya digunakan oleh 10 responden.
Harga satuan pupuk ini adalah Rp 2.000,00 /Kg dengan biaya yang dikeluarkan
adalah Rp 2.288.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 57.924,05 /Ha .
Jumlah pupuk KCL yang digunakan adalah 360,00 kg/tahun dengan rata-rata
penggunaan 8,90 Kg/Ha dan pupuk ini hanya digunakan oleh 5 responden. Harga
satuan pupuk ini adalah Rp 8.000,00 perkilogram dengan biaya yang dikeluarkan
adalah Rp 2.880.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 72.911,39 /Ha.
Jenis pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Basmilang dan
Supertok. Jenis-jenis pestisida ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh
responden tapi hanya ada beberapa yang menggunakan pestisida ini dikarenakan
tanaman karet di lokasi penelitian adalah tanaman yang sudah memiliki hasil dan
tanaman sudah mulai reproduksi. Manfaat pestisida basmilang adalah untuk
membasmi gulma alang-alang di sekitar tanaman karet dan manfaat pestisida
supertok adalah untuk membasmi serangga pada tanaman karet. Jumlah biaya
pestisida yang dikeluarkan 29 responden adalah Rp 1.240.000,00 dengan rata-rata
Rp 31.392,41 /Ha.
Jumlah pestisida basmilang yang digunakan adalah 16 liter/tahun dengan
rata-rata penggunaan 0,41 liter/Ha dan pestisida ini hanya digunakan oleh 6
responden. Harga satuan pestisida ini adalah Rp 60.000,00 perkilogram dengan
-
43
biaya yang dikeluarkan adalah Rp 960.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp
24.303,80 /Ha .
Jumlah pestisida Supertok yang digunakan adalah 4 liter/tahun dengan
ratarata penggunaan 0,10 liter/Ha dan pestisida ini hanya digunakan oleh 2
responden. Harga satuan pestisida ini adalah Rp 70.000,00 perkilogram dengan
biaya yang dikeluarkan adalah Rp 280.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp
7.088,61 /Ha .
Jenis pekerjaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeliharaan dan
panen/sadap. Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan 29 responden adalah
Rp 2.170.000,00 /tahun dengan rata-rata Rp 53,649.97 /tahun.
Jumlah tenaga kerja pada pemeliharaan adalah 42 HOK /tahun. Upah yang
diberikan pada pekerjaan pemeliharaan ini adalah Rp 15.000 HOK-1 maka jumlah
biaya upah yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini adalah Rp 1.650.000,00 /tahun
dengan rata-rata Rp 41.772,15 /Ha.
Jumlah tenaga kerja pada panen/sadap adalah 42 HOK /tahun . Upah yang
diberikan pada pekerjaan pemeliharaan ini adalah Rp 10.000/HOK maka jumlah
biaya upah yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini adalah 520.000,00 /tahun dengan
rata-rata Rp 13.164,56 /Ha.
5.5 Penerimaan Usahatani Karet
Penerimaan menurut Suratiyah (2015) adalah perkalian antara produksi
dengan harga jual, besarnya penerimaan yang diterima oleh petani untuk setiap
rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi usahatani dipengaruhi oleh
jumlah produksi yang dihasilkan dan harga satuan produksi yang dihasilkan.
-
44
Semakin tinggi jumlah produksi dan harga satuan produksi yang dihasilkan maka
penerimaan usahatani semakin besar sebaliknya, semakin rendah jumlah produksi
dan harga satuan produksi yang dihasilkan maka penerimaan usahatani semakin
kecil.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil rata-rata produksi
karet yaitu 600,00 Kg/Ha/tahun dengan harga sebesar Rp. 4.000 /kg. Maka
jumlah penerimaan dalam satu tahun adalah Rp 94.800.000,00 dengan rata-rata
Rp 2.400.000,00 /Ha/tahun.
5.6 Pendapatan Usahatani Karet
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani karet dan
semua biaya produksi usahatani karet selama proses produksi ataupun biaya yang
dibayarkan. Adapun rata-rata pendapatan usahatani karet dapat dilihat pada Tabel
13 berikut:
Tabel 13. Rata-rata pendapatan usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
Uraian Jumlah (Rp)
Total Penerimaan (TR)
Total Biaya (TC)
2.400.000,00
363.849,79
Pendapatan 2.036.150,21
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan karet di daerah
penelitian adalah Rp 2.036.150,21 /Ha/tahun. Dari data tersebut terlihat bahwa
total penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, hal ini berarti
penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam proses
-
45
produksi usahatani karet di daerah penelitian dan usahatani karet ini merupakan
usahatani yang menjanjikan untuk pendapatan petani karet di daerah penelitian.
Hasil rata-rata pendapatan petani responden cukup besar untuk digunakan
menutupi kebutuhan hidup dan menunjang keuangan rumah tangga petani dikala
terpuruknya harga komoditi pertanian utama petani sampel di daerah penelitian.
5.7 Kelayakan Usahatani karet
Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar
2012:7). Kelayakan usahatani karet di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel
Tabel 14.
-
46
Tabel 14. Rata-rata pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 14 tersebut maka dapat dilihat bahwa besarnya jumlah
rata-rata pendapatan yang diterima petani responden dari usahatani karet yaitu
sebesar Rp. 2.036.150,21 /Ha/tahun.
Sedangkan indeks R/C – Ratio usahatani karet menunjukan angka 6,60
yaitu besar dari 1, berarti usahatani karet memberikan manfaat secara ekonomis
terhadap petani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
No Uraian
Karet
Jumlah
(Unit)
Nilai
(Rp)
I. Penerimaan 3.268.966,52
Produksi (Kg)
Harga (Rp/Kg) 6.000,00
4.000,00
II. Biaya
A. Variabel: 3. Benih 4. Pupuk
- Pupuk Urea (Kg) - Pupuk SP-36 (Kg) - Pupuk KCL (Kg)
2. Pestisida
- Basmilang (Liter) - Supertok (Liter)
3. Upah TK (HOK)
- Pemeliharaan - Panen/Sadap
36,84
28,96
9,11
0,41
0,10
66.303,80
57.924,05
72.911,39
24.303,80
7.088,61
41.772,15
13.164,56
Jumlah ( A ) 279.367,09
B. Biaya Tetap: - Pajak Lahan (Ha) - Penyusustan
40.000,00
44.482,70
Jumlah ( B ) 84.482,70
III. Total Biaya Produksi ( A + B ) 363.849,79
IV. PENDAPATAN ( I – III ) 2.036.150,21
V. R/C Ratio ( I/III ) 6,60
-
47
Buukumba. Hal ini dapat diartikan bahwa jika petani responden mengeluarkan
biaya sebesar Rp. 1 maka petani responden akan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp6,60 /tahun.
-
48
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pendapatan usahatani karet di lokasi penelitian sangat membantu
perekonomian Petani di Kelurahan Palampang, terbukti dengan total biaya
rata-rata di keluarkan sebanyak Rp 363.849,79 Ha/tahun dan pendapatannnya
yakni Rp 2.036.150,21 Ha/tahun.
2. Usahataani karet di Kelurahan Palampang dapat di usahakan karena indeks
R/C – Ratio usahatani karet menunjukan angka 6,60 yaitu besar dari 1,
berarti usahatani karet memberikan manfaat secara ekonomis terhadap petani
karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.
Hal ini dapat diartikan bahwa jika petani responden mengeluarkan biaya
sebesar Rp. 1 maka petani responden akan mendapatkan keuntungan sebesar
Rp 6,60 dalam satu tahun.
6.2 Saran
1. Pengunaan pupuk/pestisida yang sedikit maka akan mengakibatkan hasil
produksi berkurang. Disarankan kepada petani karet untuk meningkatkan
pengetahuan dibidang produksi karet, bagaimana cara memaksimalkan
produksi karet secara efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan
produksi karet yang pada akhirnya juga dapat meningkatkan pendapatan.
-
49
2. Disarankan kepada petani Karet untuk lebih meningkatkan pendidikannya
baik di sekolah formal ataupun informal, sekolah informal dapat berupa
mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diberikan dinas pertanian setempat.
-
50
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil. 2001. Manajemen dan Budidaya Karet, Medan: Pusat Penelitian
Karet.
Anomi, dalam Nasaruddin dan Deasy Maulana, Produksi Tanaman Karet pada
Pemberian Stimulan Ethepon Lateks Produksion In Relation Etephon
Aplication. (jurnal agrisistem, Desember 2009, Vol 5 no 2), h. 2.
Direktoral Jederal Perkebunan Kementrian Pertanian 2012, Peningkatan Produksi,
produktivitas dan mutu tanaman tahunan. Pedoman teknis pengembangan
Tanaman Karet Tahun 2013, h. 6.
Didit, Heru, Setiawan dan Agus Andoko. 2005, Petunjuk Lengkap Budidaya
Karet, PT. Agromedia Pustaka. Jakarta..
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan
Indonesia komoditas Karet. Jakarta
Hartomo, dkk. 1993. Ilmu sosial Dasar. Jakarta : Bumi aksara
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Karwan, 2003, Sistem Pertanian Berkelanjutan, Yogyakarta : , Kanisius.
Mangunwidjaja, D dan Sailah, I. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Depok :
Pebebar Swadaya.
Kasryno, F. (ed). 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Moertopo, A. 1975. Buruh Tani dalam Pembangunan. Jakarta : Yayasan
Proklamasi.
Setiawan, H. D dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Soekartawi, 1996. Analisis Usahatani. Jakarta : UI.Press.
Soekartawi. 2002. AnalisisUsahatani. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
et al, 1993. Resiko Ketidak Pastian dalam Agribisnis. Raja Grafindopersada, Jakarta.
-
51
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Suratiyah. K. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Penebar Swadaya, 2008. Panduan Lengkap Karet.Jakarta: Penebar Swadaya.
Tohir, Kaslan A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
http://www.wikipedia.org/wiki/Karet. Tanggal Akses : 20 Desember 2019
http://www.wikipedia.org/wiki/Karet
-
52
Kusioner Penelitian
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI
KARET DI KELURAHAN PALAMPANG KECAMATAN RILAU ALE
KABUPATEN BULUKUMBA
A. Identitas Responden
a. Nama Petani :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Jenis kelamin :
e. Pendidikan :
f. Jumlah tanggungan keluarga :
g. Status kepemilikan lahan : Milik sendiri/ Garapan
h. Pengalaman Usahatani :
B. Keadaan usahatani
1. Jenis lahan yang ditanami
No Bentuk
Lahan Milik Penggarap Sewa
Jumlah
(ha)
1. Tanah
Jumlah
-
53
2. Jenis alat yang dimiliki
No Jenis
alat
Jumlah
(getah)
Nilai
Baru
(Rp)
Nilai
Sekarang
(Rp)
Lama
pemakaian
(Tahun)
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah
C. Penerimaan Usaha Tani
No Jenis Jumlah
(Kg/ha)
Harga
(Kg) Nilai (Rp)
1. Luas Lahan
2. Produksi
D. Komponen Luas Lahan Dan Produktivitas
No
Jumlah
Pohon
Jumlah
Pohon Yang
Disadap
Jumlah Pohon
Yang Belum
Disadap
Produksi
Getah (sekali
panen)
Harga
-
54
Lampiran 1 Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara dengan petani Karet
Gambar 2. Tanaman Karet
-
55
Gambar 3. Wawancara dengan petani Karet
Gambar 4. Tanaman Karet
-
56
Gambar 5.Mangkok Penampung Getah Karet
Gambar 6. Alat Sadap Karet
-
57
Gambar 7. Getah Karet
Gambar 8. Getah Karet
-
58
Lampiran 2
PETA LOKASI PENELITIAN
-
59
Lampiran 3. Identitas Petani Responden Usahatani Karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019
No. Nama Responden Jenis
Kelamin Umur
Tanggungan
Keluarga
Pendidikan
Terakhir
Pengalaman
Berusaha
Tani (Tahun)
1 Muh Umar Laki-laki 46 4 SMP 10
2 Nurdin Laki-laki 27 1 SMA 2
3 Isal Laki-laki 24 1 SMA 3
4 Ruppa Laki-laki 39 2 SD 4
5 H. Harung Laki-laki 36 3 SD 6
6 Iskandar Laki-laki 33 2 SMP 6
7 Mansur Laki-laki 44 4 SD 9
8 Yaya Laki-laki 26 1 SMP 2
9 Naing Laki-laki 50 3 SD 11
10 Kaseng Laki-laki 32 3 SMP 4
11 Haling Laki-laki 53 4
Tidak
Sekolah 14
12 Baktiar Laki-laki 30 3 SMP 13
13 Sumardi Laki-laki 31 2 SMP 5
14 Baso Laki-laki 50 3 SD 7
15 Sale Laki-laki 43 2 SD 8
16 Dudding Laki-laki 49 2 SD 11
17 Maing Laki-laki 34 3 SD 5
18 Alimuddin Laki-laki 63 6
Tidak
Sekolah 15
19 Sabo Laki-laki 43 2 SD 6
20 Sampara Laki-laki 56 5
Tidak
Sekolah 15
21 Tajuddin Laki-laki 50 3 SD 7
22 Kahar Laki-laki 30 3 SMP 4
23 Mutta Laki-laki 47 2 SD 7
24 Sangkala Laki-laki 49 4 SD 7
25 Syamsuddin Laki-laki 40 3 SD 6
26 Rais Laki-laki 42 4 SD 9
27 Rammang Laki-laki 45 3 SD 8
28 Lukman Laki-laki 40 4 SD 7
29 Bahar Laki-laki 38 3 SMP 6
Jumlah 1190 85 - 217
Rata-rata 41 3 - 7
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
-
60
Lampiran 4. Biaya Penyusutan Alat Pisau Sadap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang
Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
1 Muh Umar 2.50 2 50,000 40,000 3 6,666.67
2 Nurdin 1.50 1 40,000 33,000 3 2,333.33
3 Isal 1.00 1 40,000 33,000 3 2,333.33
4 Ruppa 2.00 1 45,000 40,000 3 1,666.67
5 H