ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET … · 2020. 9. 12. · ii ANALISIS PENDAPATAN...

91
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET DI KELURAHAN PALAMPANG KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA RISAL S 105960186115 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET … · 2020. 9. 12. · ii ANALISIS PENDAPATAN...

  • i

    ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET

    DI KELURAHAN PALAMPANG KECAMATAN RILAU ALE

    KABUPATEN BULUKUMBA

    RISAL S

    105960186115

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • ii

    ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KARET

    DI KELURAHAN PALAMPANG KECAMATAN RILAU ALE

    KABUPATEN BULUKUMBA

    RISAL S

    105960186115

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

    Strata Satu (S-1)

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • v

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis

    Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan

    Rilau Ale Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang

    belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua

    sumber data dan informasi atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

    diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

    daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Makassar, Februari 2020

    RISAL S

    105960186115

  • vi

    ABSTRAK

    RISAL S.105960186115.Analisis Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh

    KASIFAH dan FIRMANSYAH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan

    usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten

    Bulukumba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai

    Februari 2020.

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu jenis penelitian ini

    yang sifatnya menggambarkan pendapatan yang diperoleh petani karet.Populasi

    dalam penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive kepada para petani karet

    sebanyak 29 orang dengan skala luas lahan yang berbeda. Analisis data penelitian

    ini yaitu menggunakan tehnik analisis pendapatan dan kelayakan.

    Hasil penelitin ini menunjukan bahwa petani karet mendapatkan

    keuntungan lebih itu terbukti dengan total biaya yang rata-rata dikeluarkan

    perhektar sebanyak Rp 363.849,79 /Ha/tahun dan pendapatannya yakni Rp

    2.036.150,21 Ha/tahun, itu berarti karet cukup membantu perekonomian petani.

    Usahataani karet layak di usahakan karena indeks R/C Ratio usahatani karet

    menunjukan angka 6,60 yaitu besar dari 1, berarti usahatani karet memberikan

    manfaat secara ekonomis terhadap petani karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Hal ini dapat diartikan bahwa jika

    petani responden mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1 maka petani responden akan

    mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 6,60 dalam satu tahun.

    Kata kunci : usahatani karet, pendapatan, kelayakan

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur

    kehadirat Allah SWT. Karena hanya berkat, rahmat, dan petunjuk-Nya jualah

    serta kekuatan iman yang diberikan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

    tepat pada waktu yang direncanakan walaupun dalam bentuk yang sederhana.

    Diakui bahwa penyusunan skripsi ini, terdapat banyak kekurangan karena

    keterbatasan penulis sebagai mahluk sosial yang jauh dari kesempurnaan. Oleh

    karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan diterima dengan

    tangan terbuka.

    Penulis menyadari pula bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

    bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan rasa syukur dan terimah kasih yang tak terhingga kepada semua

    pihak yang telah membantu, diantaranya adalah :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., M.M selaku Rektor

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Muhammadiyah Makassar;

    3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas

    Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • viii

    4. Ibu Dr. Ir. Kasifah, M.Pselaku pembimbing I dan Bapak Firmansyah, S.P.,

    M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya

    membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat

    terselesaikan.

    5. Kedua orangtua ayahanda Jufri dan Ibunda Henda, dan segenap keluarga

    yang senantiasa selalu mendoakan dan dukungan serta memberikan

    bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan.

    6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

    Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

    penulis.

    7. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Bulukumba khususnya Pak Bupati

    beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

    penelitian di daerah tersebut.

    8. Rekan- rekan Mahasiswa Agribisnis serta sahabat-sahabat serta semua

    pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.

    Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

    terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat

    memberikan sumbangsi yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga

    kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin

    Makassar, November 2019

    Risal S

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ................................................... v

    ABSTRAK .................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

    I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6

    1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

    2.1 Perkebunan Karet ................................................................... 8

    2.2 Produksi ................................................................................. 10

    2.3 Biaya Usahatani ..................................................................... 12

    2.4 Pendapatan ............................................................................ 14

    2.5 Penerimaan Usahatani ............................................................ 16

    2.6 Kelayakan Usahatani ............................................................. 17

    2.7 Kerangka Pemikiran .............................................................. 19

    III. METODE PENELITIAN ................................................................ 21

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 21

  • x

    3.2 Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 21

    3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 22

    3.4 Jenis-JenisData ....................................................................... 23

    3.5 Analisis Data .......................................................................... 23

    3.6 Definisi Operasional .............................................................. 24

    IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 26

    4.1 Letak Geografis ....................................................................... 26

    4.2 Kondisi Demografis .............................................................. 27

    4.3 Kondisi Pertanian .................................................................. 30

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32

    5.1 Identitas Responden ................................................................ 32

    5.2 Lahan Usahatani ....................................................................... 37

    5.3 Tenaga Kerja ............................................................................ 38

    5.4 Analisis Pendapatan Usahatani Karet ...................................... 38

    5.5 Penerimaan Usahatani Karet .................................................... 44

    5.6 Pendapatan Usahatani Karet..................................................... 45

    5.7 Kelayakan Usahatani Karet ...................................................... 46

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 48

    6.1 Kesimpulan ............................................................................... 48

    6.2 Saran ......................................................................................... 48

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Nomor Teks Halaman

    1. Jumlah Peduduk, berdasarkan jenis kelamin di Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019 ........................................ 27

    2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019 ........................................ 28

    3. Keadaan Penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019...................... 29

    4. Keadaan Penduduk berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Palampamg Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019 ........................................ 27

    5. Luas wilayah dan produksi pertanian di Kelurahan Palampamg

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019. ....................................... 31 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkatan Umur di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019...................... 33 7. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 .......... 34 8. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman diKelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019...................... 36 9. Keadaan Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba tahun 2019 ............ 37 10. Jumlah tenaga kerja di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale

    Kabupaten Bulukumba tahun 2019 .................................................................. 38 11. Rata-rata biaya Tetap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ............................. 39 12. Rata-rata biaya variabel usahatani Karet di Kelurahan Palampang

    Kecmatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ............................... 41 13. Rata-rata pendapatan usahatani Karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ............................. 45

  • xii

    14. Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019 ................................................ 46

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Teks Halaman

    1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan dan kelayakan Usahatani karet di Keluraahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba ....... 20

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Teks Halaman

    1. Dokumentasi .................................................................................................. 54

    2. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 59

    3. Identitas Petani Responden Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 59

    4. Biaya Penyusutan Alat Pisau Sadap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019..................... 60

    5. Penyusutan Alat Mangkok Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 61

    6. Penyusutan Alat Parang Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 62

    7. Penyusutan Alat Ember Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 63

    8. Biaya Tetap Pajak lahan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 64

    9. Biaya Variabel Pupuk Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 65

    10. Biaya Variabel Pupuk Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 66

    11. Tenaga Kerja Pemeliharaan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 67

    12. Biaya Variabel Tenaga Kerja Upah Panen/Sadap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba,

    2019 ................................................................................................................. 68

    13. Total Biaya Tetap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ......................................................... 69

    14. Total Biaya Variabel Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ...................................... 70

  • xv

    15. Total Penerimaan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ......................................................... 71

    16. Pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019 ................................................................... 72

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Perkebunan karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi

    dan strategis, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil karet. Kurang dari 3

    dekade mengalami peningkatan yang sangat pesat bahkan Indonesia pernah

    menguasai poduksi karet di dunia. Meningkatnya produksi karet sangat besar

    pengauhnya terhadap peningkatan ekonomi suatu daerah atau wilayah.

    Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang

    menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,

    sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan

    produktivitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi

    budidayanya. Petani karet dalam melakukan usahataninya, tentunya

    mengharapkan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan

    keuntungan (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu menghitung untung rugi

    dengan membuat analisis secara ekonomi. Dari analisis tersebut petani akan dapat

    melihat perkiraan besar biaya yang akan dikeluarkan dan berapa keuntungan yang

    diperoleh. Usaha yang dilakukan petani tidak terlepas dari pengeluaran (biaya)

    yang harus dikeluarkan dalam penggunaan faktor produksi selama proses

    produksi berlangsung. Pendapatan maksimal usahatani karet merupakan tujuan

    utama petani dalam melakukan kegiatan produksi, oleh karena itu dalam

    menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak,

    sebab pendapatan usahatani yang rendah menyebabkan petani tidak dapat

  • 2

    melakukan investasi. Hal ini dikarenakan hasil pendapatan sebagian dipergunakan

    kembali untuk modal usahatani dan sebagian dipergunakan untuk biaya hidup

    dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

    Pada dasarnya bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan

    kondisi suatu negara atau suatu daerah secara menyeluruh dan berkesinambungan

    menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

    ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu

    perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

    Peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting terutama

    bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat di maklumi

    karena seperti negara berkembang lainnya, Indonesia mengalami masalah

    kemiskinan dan kekurangan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang

    terus bertambah setiap tahunnya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup

    tinggi, diharapkan akan lebih mudah bagi indonesia untuk menyediakan

    kesempatan kerja yang lebih banyak sehingga kesejahteraan masyarakat dapat

    lebih meningkat.

    Pada tahun 2015 produksi perkebunan karet rakyat baru mencapai 926

    Kg/Ha/Tahun bila dibandingkan dengan perkebunan negara telah mencapai 1.327

    Kg/Ha/Tahun dan Perkebunan Besar Swasta mencapai 1.565

    Kg/Ha/Tahun.Pemerintah melakukan pengembangan karet rakyat pada tahun

    2016 ini untuk mendukung peningkatan produksi dengan cara melakukan

    perluasan karet rakyat di daerah perbatasan.

  • 3

    Perkebunan karet banyak tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.

    Perkebunan karet banyak diusahakan oleh pemerintah serta swasta sedangkan,

    perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil umumnya dimiliki oleh rakyat.

    Namun, jumlah perkebunan karet ini belum dihimpun agar menghasilkan jumlah

    yang besar.

    Salah satu daerah penghasil karet di Provinsi Sulawesi Selatan adalah

    Kabupaten Bulukumba, Pada tahun 2010 luas lahan perkebunan karet di

    Kabupaten Bulukumba yaitu 1.784,94 ha dengan,produksi sekitar 3.071 ton dan

    pada tahun 2012 luas lahan perkebunan karet di kabupaten Bulukumba yaitu

    meningkat menjadi 2.155,14 Ha, peningkatan luas lahan tersebut menyebabkan

    produksi karet di Kabupaten Bulukumba juga mengalami peningkatan, produksi

    karet tahun 2012 menjadi 3.990 Ton.

    Produksi Karet Tahun 2019 yakni 1.181 ton, produksinya mengalami

    peningkatan jika dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Ini dipengaruhi oleh

    banyaknya pembukaan kawasan baru untuk tanaman karet pada Tahun 2016.

    Areal produksi perkebunan Karet di Kabupaten Bulukumba terdapat pada 2 (dua)

    wilayah yakni areal produksi Palangisang di Kecamatan Ujung Loe, dan areal

    produksi Balangriri di Kecamatan Bulukumpa. Areal produksi Palangisang

    meliputi Kecamatan Ujung Loe dan Herlang, sedangkan areal produksi Balangriri

    meliputi Kecamatan Bulukumpa, Rilau Ale dan Kajang. Secara keseluruhan, luas

    areal produksi perkebunan Karet di Kabupaten Bulukumba mencapai 3.686 Ha,

    dengan jumlah Petani sebanyak 1.294 orang.

  • 4

    Meningkatnya produksi perkebunan karet sangat erat hubungannya dengan

    pertumbuhan ekonomi terutama di Kabupaten Bulukumba. Kebun karet salah

    satu sektor yang dapat menunjang peningkatan ekonomi Kabupaten

    Bulukumba. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat.

    Pendapatan usaha karet dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, harga beli

    dari pedagang pengumpul karet, kecakapan dan kekayaan dalam artian pengusaha

    karet dapat mempertahankan barangnya jika harga terlalu rendah dan sarana yang

    diperlukan untuk meningkatkan pendapatan berupa perawatan pohon karet agar

    tetap subur sehingga banyak mengeluarkan getahnya. Faktor-faktor tersebut

    berkaitan erat dengan besar atau kecilnya produksi. Besarnya produksi karet

    berarti besar pula pendapatan usaha karet, demikian pula jika produksinya kecil

    maka akan kecil pula pendapatan yang diperoleh petani karet. Bila produksi dapat

    dikelola pada tingkat yang lebih baik maka pendapatan petani penyadap karet

    akan menjadi lebih baik pula.

    Perkebunan karet-rakyat di Kabupaten Bulukumba sudah membudaya

    dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya diusahakan oleh petani dalam

    skala kecil (sempit) dengan sistem tradisional. Berbeda dengan yang diusahakan

    oleh perusahaan pemerintah/swasta, dimana pengusahaannya dilakukan dalam

    skala besar dengan sistem teknologi modern. Namun demikian, dilihat dari

    proporsi luasan, kebun karet-rakyat tetap mendominasi, sehingga usaha itu patut

    diperhitungkan, karena dapat menentukan dinamika perkaretan Indonesia.

  • 5

    Walaupun pengembangan pertanian karet mengalami prospek yang cerah,

    namun masih ditemukan beberapa masalah dalam proses pengelolaannya oleh

    petani. Keberhasilan dari pada usaha perkebunan karet sangat ditentukan oleh

    kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelolah

    pertanian yang diusahakannya. Pengelolaan usahatani karet secara tepat dapat

    memberikan hasil produksi yang tinggi dan tingkat keuntungan yang memadai.

    Misalnya bagaimana petani menentukan sikap mereka dalam penanganan usaha

    tani karet mereka, penggunaan bibit unggul, pengelolahan tanah yang baik,

    pemupukan secara tepat waktu, jenis dan dosis, pemeliharaan seacara intensif,

    perlakuan pasca panen yang baik dan kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut

    upaya petani dalam mengelolah usaha tani yang diusahakannya.

    Kelurahan Palampang merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam

    wilayah Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, dengan luas wilayah 7,80

    km2, yang dihuni sekitar 5.500 jiwa. Penduduk yang mengusahakan perkebunan

    karet di Kelurahan tersebut sebanyak 29 petani dengan luas yang areal tanaman

    karet 26,50 ha, ini termasuk tanaman belum menghasilkan, tanaman

    menghasilkan, dan tanaman tua dengan jumlah produksi 23,7 ton. Budidaya

    usahatani karet di Kelurahan Palampang merupakan perkebunan milik rakyat

    yang awal pengelolaannya tidak lepas dari motivasi dan campur tangan

    pemerintah dalam berbagai hal baik berupa pembinaan, bantuan bibit dan

    pengawasan. Hal ini dimaksudkan budidaya yang dilakukan oleh petani dapat

    berjalan dengan lancar.

  • 6

    Analisis kelayakan diperlukan dalam usaha perkebunan karet untuk

    mengetahui manfaat seberapa besar keuntungan yang diperoleh. Kegiatan usaha

    perkebunan karet juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah dan instansi terkait,

    apalagi dengan adanya program eks UPP TCSDP, guna menganalisis kelayakan

    ini juga mendorong perkembangan perkebunan karet tersebut.

    Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

    dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Karet Rakyat

    di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba “

    1.2. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana pendapatan usahatani karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba?

    2. Apakah usahatani karet layak diusahakan di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba?

    1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

    1. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani karet di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

    2. Untuk mengetahui usahatani karet layak diusahakan di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

  • 7

    Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:

    1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar

    sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai

    pendapatan usahatani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale

    Kabupaten Bulukumba.

  • 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perkebunan Karet

    Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis

    tinggi. Selain diusahakan sebagai perkebunan besar komoditi ini juga diusahakan

    sebagai perkebunan yang strategis sebagai salah satu komoditi andalan ekspor

    nonmigas. Tanaman perkebunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali

    pada umur tahun ke-5. Getah dari tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah

    menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan, atau karet remah (crumb rubber)

    yang merupakan bahan baku industri karet. Produk-produk karet pada umumnya

    diekspor (Didit & Agus, 2005).

    Menurut Statistik Karet Indonesia (2014), di Indonesia terdapat beberapa

    bentuk usaha perkebunan karet, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar

    Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Berikut ini adalah penjelasan

    dari masing-masing perkebunan diatas:

    a. Perkebunan Rakyat (PR)

    Perkebunan rakyat merupakan suatu usaha perkebunan yang dimiliki,

    diselenggarakan serta dikelola oleh rakyat atau perseorangan dengan luasan lahan

    yang dimiliki maksimal sebesar 25 ha. Walaupun total luas perkebunan rakyat

    mencapai 70,4 persen dari seluruh perkebunan di Indonesia, namun sejumlah

    besar perkebunan rakyat diusahakan dalam bentuk skala kecil (Iskandar, 2015).

  • 9

    Perkebunan rakyat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Bentuk usaha

    perkebunan kecil, (2) penggunaan lahan terbatas, (3) tidak padat modal, (4)

    sumber tenaga kerja lebih berpusat pada tenaga kerja dalam keluarga, (5) lebih

    berorientasi pada usahatani subsistem.

    b. Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)

    Perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang diselenggarakan atau

    dikelola secara komersil oleh suatu perusahaan yang memiliki badan usaha dan

    badan hukum diatas tanah negara yang mendapat izin dari instansi yang

    berwenang. Berbeda dengan perkebuna rakyat, perkebunan besar swasta pada

    dasarnya sudah merupakan perusahaan yang memiliki badan hukum. Lahan yang

    diusahakan merupakan lahan milik negara yang digunakan dengan fasilitas Hak

    Guna Usaha (HGU). Sedangkan perkebunan besar negara sebagian besar sebagai

    Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

    Perkebunan besar memiliki ciri-ciri usaha sebagai berikut : (1) memiliki

    bentuk usaha pertanian berskala luas, besar dan kompleks, (2) menggunakan areal

    lahan yang luas, (3) bersifat padat modal, (4) menggunakan tenaga kerja yang

    cukup banyak dengan pembagian kerja yang dirinci dan terstruktur, (5) sudah

    menggunakan teknologi modern, (6) berorientasi pada pasar.

    Bulukumba merupakan penghasil karet di Sulawesi selatan dengan produksi

    karet pada tahun 2017 sebanyak 7.343 ton yang terdiri dari produksi pertanian

    rakyat 1.250 ton dan produksi pertanian swasta 6.093 ton. Yang tersebar di 19.900

    ha, dimana luas lahan pertanian karet terdiri dari perkebunan rakyat 14.105 ha dan

  • 10

    perkebunan swasta 5.975 ha. Data : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

    Makassar 2018

    Dalam gambaran diatas dapat dijlelaskan bahwa pertanian karet rakyat

    dengan luas lahan 19.900 ha memproduksi karet lebih kecil dengan 1.250 ton

    sedangkan pertanian karet swasta yang memiliki lahan yang lebih sedikit yaitu

    5.975 ha tetapi dapat memproduksi karet yang lebih besar dengan 6.093 ton.

    Maka terlihat masalah besar yang dihadapi oleh pertanian karet rakyat dalam hal

    pengelolaan pertanian.

    2.2 Produksi

    Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksud konsep arus (flow

    concept) disini adalah produksi merupakan kegiatan yang di ukur sebagai tingkat-

    tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa

    diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita bicara mengenai peningkatan

    produksi, ini seperti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor

    yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Hasil

    akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dan memanfaatkan beberapa masukan

    atau input. Dengan pengertian ini dapat di pahami bahwa kegiatan produksi

    adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan

    output. Input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari

    karakteristik teknologi. Selagi teknologi ditingkatkan dan fungsi produksi

    berubah sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk

    serangkaiaan input tertentu.

  • 11

    Menurut Hartomo dkk ( 1993 ; 292 ) bahwa produksi adalah kegiatan

    untuk menghasilkan barang dan jasa serta kegiatan menciptakan kegunaan.

    Kegunaan artinya dapat memenuhi kebutuhan manusia. Jadi pengertian secara

    luas produksi, bukan hanya kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, tetapi

    mencakup semua kegiatan yang menciptakan menambah kegunaan.

    Produktivitas faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau

    proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu

    produk yang mengacu pada the law of variable proportionfaktor memberikan

    dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi

    (Damanhuri, 2007).

    Produksi pertanian dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan

    kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha tani

    maupun usaha lainnya. Menurut Soekartawi (1995:54) Produksi dalam usaha tani

    berupa 28 sesuatu yang dihasilkan tanaman (akar, batang, getah, buah dan

    sebagainya) yang diusahakan dan dapat menjadi nilai secara komersil sehingga

    menjadi tujuan dalam usaha pertanian. Pada prinsipnya hasil merupakan besaran

    yang menggambarkan banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam

    satu luasan lahan dalam satu siklus produksi. Hasil membantu menggambarkan

    tingkat nisbah atau rasio keuntungan yang diperoleh dari pemberian masukan

    terhadap lahan untuk usaha tani. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per

    satuan luas, sedangkan satuan produksi hanya satuan berat (Moehar Daniel

    2004:121). Berdasarkan pendapat tersebut yang dimaksud dengan produksi yang

    dihasilkan kebun karet adalah hasil usaha kebun karet yang diperoleh setiap luas

  • 12

    lahan garapan petani pada setiap pengambilan lateks dalam satu hektar, dihitung

    dengan satuan berat kilogram (kg) dan bernilai dengan satuan rupiah (Rp) per

    kilogram (kg). Standar produksi perkebunan karet nasional per hektar 2.300 kg

    dengan produktivitas 3.000 per kilogram (Tim Karya Tani Mandiri 2010:109).

    2.3 Biaya Usahatani

    Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani ditunjukan untuk menghasilkan

    pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan

    biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui

    tingkat produksi yang tinggi. Biaya produksi merupakan jumlah dari biaya tetep

    yang berlangsung brkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan,

    biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, termasuk

    didalamnya adalah sewa lahan, pajak lahan, pembayaran kembali pinjaman dan

    biaya hidup.

    Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani adalah semua pengeluaran

    yang dipergunakan dalam suatu kegiatan usahatani. Lebih lanjut lagi biaya

    merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang

    telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya

    (Cost) dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang

    besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (Y), dan biaya variabel

    (VC = variabel cost), yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya

    produksi (Suratiyah, 2011).

  • 13

    1. Biaya Tetap (FC = fixed cost)

    Biaya tetap yaitu biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu masa

    produksi dan besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Yang

    termasuk pada biaya tetap adalah sewa lahan, penyusutan alat dan bangunan

    pertanian, pemeliharaan tanaman, dan lainya. Menurut Soekartawi (2002), biaya

    tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluakan walaupun

    produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak

    tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap

    antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Perhitungan biaya

    alat-alat yang digunakan yaitu menggunakan perhitungan nilai penyusutan. Biaya

    penyusutan merupakan pendekatan dari pengurangan nilai alat tiap tahunnya.

    Secara matematis biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut :

    Dimana , Np = Harga sekarang (Rp)

    Ns = Harga Beli (Rp)

    N = Usia ekonomis (tahun)

    Untuk mencari biaya tetap dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

    iPXi

    Dimana, FC = Biaya tetap

    Xi = Jumlah input yang digunakan

    PXi = Harga input (Rp)

    n = Macam input

  • 14

    2. Biaya Variabel (VC = variabel cost)

    Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi produksi

    yang diperoleh. Contohnya adalah biaya-biaya yang digunakan untuk sarana

    produksi. Seperti biaya penggunaan pupuk, obat-obatan, biaya tenaga kerja serta

    biaya-biaya lainnya yang habis dalam satu kali proses produksi. Sehingga biaya

    variabel sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang

    dihasilkan.

    Konsep biaya dinyatakan sebagai biaya rill dan biaya non rill. Biaya rill

    adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan selama usahatani. Misalnya jumlah

    tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja luar keluarga, bila didalam

    usahatani tenaga kerja didalam keluarga juga digunakan maka biaya tenaga kerja

    yang dihitung hanya yang menyewa saja, yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar

    keluarga. Sedangkan konsep biaya non rill memperhitungkan semua pengeluaran

    baik yang nyata dibayar selama usahatani maupun yang tidak nyata sebagai

    peramalan dengan menggunakan harga bayangan (shadow price) dalam

    mengembangkan usahatani untuk musim tanam kedepannya.

    2.4 Pendapatan

    Pendapatan yaitu penerimaan setelah dikurangi dengan biaya tenaga kerja

    dalam keluarga. Sebelum menghitung keuntungan, perlu dipahami bahwa

    terdapat dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan

    tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Petani umumya jarang menghitung tenaga

    kerja dalam keluarga (TKDK) sehingga dalam menghitung keuntungan

    usahataninya kurang tepat. Perlu diingat bahwa anggota keluarga yang ikut

  • 15

    bekerja dalam usahatani perlu dihargai tenaganya, seperti ketika petani

    menggunkan/mengupah tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Dengan demikian

    akan terlihat jelas pengeluaran tenaga kerja secara keseluruhan, baik tenaga kerja

    dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluatga(TKLK) (Suratiyah,

    2006).

    Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan dapat

    dibagi menjadi dua pengertian, yaitu :

    a. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

    usahataninya selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil

    penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilia dalam rupiah

    berdasarkan harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil.

    b. Pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

    satu tahun dikurangi dengan biaya produksi. Biaya produksi meliputi biaya

    rill tenaga kerja dan biaya rill sarana produksi.

    Menurut Soekartawi (2006), pendapatan sebagai selisih antara total

    penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Total

    penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi yang dihasilkan

    dengan nilai/harga produk tersebut, sedangkan biaya total adalah semua biaya

    yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Pendapatan rumah tangga petani

    bersumber dari dalam usahatani dan pendapatan dari luar usahatani. Pendapatan

    dari dalam usahatani meliputi pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh

    petani. Sedangkan usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang

    diusahakan

  • 16

    Pd = TR – TC

    Dimana :

    Pd = Income (Pendapatan)

    TR = Total Renue (Penerimaan)

    TC = Total Cost (Total Biaya)

    2.5 Penerimaan Usahatani

    Penerimaan usahatani terdiri dari hasil penjualan produksi pertanian,

    produksi yang dikonsumsi dan kenaikan nilai inventaris. Penerimaan usahatani

    adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual (Soekartawi,

    1995). Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli

    menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti yang lazim dipakai

    pembeli/penjual secara partai besar misalnya kg, kwintal, ikat, dan sebagainya

    (BPS Jakarta dalam Stania, 2008).

    Hermanto dalam Saskia (2012) menyatakan bahwa penerimaan usahatani

    adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan

    hasil kali dari jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi

    tersebut penerimaan usahatani dibagi menjadi penerimaan tunai usahatani dan

    penerimaan total usahatani. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai yang diterima

    dari penjualan produk usahatani. Penerimaan total usahatani adalah penerimaan

    dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu kali musim penen), baik yang

    dijual (tunai) maupun tidak dijual (tidak tunai seperti konsumsi keluarga, bibit,

    pakan ternak).

  • 17

    Hernanto (1991) menyatakan bahwa penerimaan usahatani yaitu

    penerimaan dari sumber-sumber usahatani dan keluarga. Untuk menghitung total

    penerimaan yaitu : TR = Py x Y

    Dimana : TR = Total Penerimaan (Rp)

    Py = Harga (Rp)

    Y = Jumlah Produksi (kg)

    2.6 Kelayakan Usaha

    Sebuah industri perlu dianalisa kelayakannya apakah usaha tersebut layak

    atau tidak. Jika layak berarti usaha tersebut dapat dilanjutkan ketingkat yang lebih

    tinggi dan sebaliknya jika tidak layak maka perlu dianalisa lebih lanjut apa

    penyebabnya dan jika setelah dianalisa tetap tidak layak maka usaha tersebut tidak

    dapat dilanjutkan, karena ditakutkan akan memberikan hasil yang kurang baik dan

    investasi yang dilakukan akan mengalami kegagalan. Kelayakan usaha atau bisnis

    merupakan usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh

    keuntungan baik finansial maupun nonfinansial. Jadi dengan dilakukannya studi

    kelayakan usaha akan didapatkan gambaran apakah usaha atau bisnis yang diteliti

    layak atau tidak untuk dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003). Analisa kelayakan

    usaha digunakan untuk mengukur nilai investasi yang ditanamkan untuk sebuah

    usaha pada masa yang akan datang. Dengan dilakukan analisis kelayakan usaha

    melalui beberapa simulasi perhitungan investasi, akan diketahui seberapa besar

    resiko yang akan dialami dan akan diketahui pengaruh layak atau tidaknya

    rencana nilai investasi dari sebuah usaha. Pada saat ini, istilah analisis kelayakan

    usaha banyak dikenal baik oleh kalangan akademisi maupun bisnis dengan

  • 18

    sebutan studi kelayakan usaha. Semua memiliki maksud yang sama dengan

    berbagai analisis terhadap aspek yang ada dalam rangka membantu Industri Kecil

    Menengah untuk pengambilan keputusan pada sebuah bisnis/usaha. Studi

    kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan dalam memutuskan apakah

    sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis

    dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan

    manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholders) dibandingkan dampak

    negatif yang ditimbulkan. Studi kelayakan bisnis tidak hanya diperlukan oleh

    pemrakarsa bisnis atau pelaku bisnis/manajemen perusahaan, tetapi juga

    diperlukan oleh beberapa pihak lain, antara lain: investor, kreditor, pemerintah,

    dan masyarakat (Suliyanto, 2010). Dalam melakukan analisis kelayakan usaha,

    pasti dilakukan pula analisis keuangan yang dapat menguraikan tentang penerapan

    kriteria-kriteria investasi untuk mengukur layak atau tidaknya suatu investasi yang

    akan dilaksanakan. Pengukuran dengan kriteria-kriteria investasi tersebut

    berdasarkan atas data keuangan yang telah disusun baik dalam bentuk struktur

    modal, biaya modal,

    Proyeksi laporan kas, proyeksi laporan rugi/laba, dan proyeksi laporan

    neraca (Soeseno, 2007). Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai

    kelayakan usaha/investasi, yaitu: 1). Payback Period (PBP), 2). Net Present Value

    (NPV), 3). Internal Rate of Return (IRR), 4). Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

    (Suliyanto, 2010). Selain itu juga dilakukan analisa keuntungan dengan

    menggunakan metode Break Even Point (BEP).

  • 19

    2.7 Kerangka Pemikiran

    Kerangka berfikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan antar konsep

    dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang

    disusun dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait. Kerangka fikir ini

    digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang

    diangkat. Atau, bisa diaartikan sebagai mengalirkan jalan pikiran menurut

    kerangka logis (countruct logic) atau kerangka konseptual yang relevan untuk

    menjawab penyebab terjadinya masalah. Untuk membuktikan kecermatan

    penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat hasil-hasil penelitian terdahulu

    yang relevan.

  • 20

    Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini, lebih lanjut dapat dilihat pada

    bagan berikut :

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usahatani Karet Rakyat

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba

    Usahatani Karet

    Produksi

    Biaya Produksi

    Biaya Tetap Biaya Variabel

    Pendapatan

    R/C Ratio

  • 21

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penlitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Palampang Kecamatan

    Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan

    Desember 2019-Januari 2020.

    3.2 Teknik Penentuan Sampel

    Pelaksanaan penelitian ini dipilih satu desa secara sengaja

    (purposive) dengan pertimbangan desa tersebut memiliki luas panen dan produksi

    di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba dengan

    jumlah populasi 29 orang. Dari jumlah populasi tersebut dilakukan dengan jenis

    Non Probability Sampling. Non Probability Sampling jenis sampel ini tidak

    dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai

    kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

    Menurut Sugiyono Non Probability Sampling adalah tehik yang tidak

    member peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota

    populasi untuk dipilih menjadi sampel.

    Tehnik Non Probability Sampling yang dipilih yaitu sampling jenuh

    (Sensus) yaitu metode penarikan sampel bila semua anggota populasi dijadikan

    sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi kecil, kurang

    dari 29 orang.

  • 22

    Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah seluruh petani karet

    yang ada di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba

    yang berjumlah 29 orang dengan tehnik sampel jenuh.

    3.3 Teknik Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Teknik dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap

    obyek penelitian sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang

    akan diteliti. Observasi dilakukan terhadap petani karet untuk mengamati

    berlangsungnya proses produksi dan pendapatan usahatani di Kabupaten

    Bulukumba.

    2. Wawancara

    Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer yang merupakan

    data utama dalam penelitian yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada

    responden yang berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan

    sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam

    mengenai kondisi riil produksi dan pendapatan usahatani di Kabupaten

    Bulukumba.

    3. Pencatatan

    Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan

    mencatat data-data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait

    dengan penelitian ini.

  • 23

    3.4 Jenis-jenis Data

    a. Data primer

    Data primer adalah data utama dalam penelitian ini yang diperoleh

    langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar

    pertanyaaan (kuisioner) yang telah disiapkan.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data-data penunjang untuk penelitian ini yang

    dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau

    lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

    3.5 Analisis Data

    Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    deskriptif dan kuantitatif. Untuk tujuan yang pertama analisis yang digunakan

    adalah analisis pendapatan usahatani karet. Dimana struktur biaya yang

    dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengelompokan biaya dalam biaya tetap

    dan biaya tidak tetap.

    1. Analisis Pendapatan

    Menurut Suratiyah (2015) pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR)

    dan biaya total (TC) dan dinyatakan dengan rumus:

    I = TR – TC

    Dimana :

    I = Income (Pendapatan)

    TR = Total Revenue (Penerimaan Total)

    TC = Total Cost (Biaya Total)

  • 24

    2. Analisis R/C

    Menurut Suratiyah (2015), R/C adalah perbandingan antara penerimaan

    dengan biaya total.

    Dimana :

    R/C = Return Cost Ratio

    TR = Penerimaan usahatani (Rp)

    TC = Biaya total usahatani (Rp)

    Kriteria :

    R/C > 1, usahatani layak diusahakan

    R/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan

    R/C = 1, usahatani dikatakan impas

    3.6. Definisi Operasional

    1. Responden adalah petani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale

    Kabupaten Bulukumba.

    2. Usahatani karet adalah suatu usaha untuk mengelola lahan untuk penanaman

    tanaman karetdi Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale.

    3. Produksi karet yaitu jumlah hasil karet yang dihasilkan selama setahun pada

    masa penelitian.

    4. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama setahun, yaitu

    meliputi:

    a. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis

    dalam satu masa produksi, misalnya penyusutan alat. Biaya penyusutan

  • 25

    alat-alat pertanian diperoleh dengan memperhitungkan biaya pembelian

    dibagi dengan umur teknis dari alat-alat tersebut

    b. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat

    tergantung pada skala produksi. Contoh biaya tidak tetap adalah biaya

    sarana produksi yaitu pembelian bibit, biaya tenaga kerja adalah biaya yang

    dikeluarkan untuk upah tenaga kerja, biaya ini dihitung berdasarkan upah

    yang berlaku di lokasi penelitian berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK)

    yang dikonversikan setara pria dewasa.

    5. Penerimaan adalah satuan rupiah yang dihitung berdasarkan jumlah produksi

    (output) yang terjual dengan harga yang berlaku ditingkat petani.

    6. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dari usahatani karet

    dikurangi biaya yang di keluarkan selama setahun.

    7. Harga adalah harga jual karet di tingkat petani di lokasi penelitian.

    8. Biaya lainnya adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam memasarkan karet

    seperti biaya transportasi.

    9. Kelayakan Usahatani adalah suatu usaha yang dijalankan yang tujuan

    utamanya untuk memperoleh keuntungan baik finansial maupun nonfinansial.

  • 26

    V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1 Letak Geografis

    Kelurahan Palampang memiliki luas wilayah 7,80 KM2 dan jarak Ibu Kota

    Kabupaten 20 KM2. Selain itu, wilayah Kelurahan Palampang merupakan daerah

    daratan rendah dengan daerah tanah yang relatif datar dan letak dari permukaan

    laut ± 71

    Kelurahan Palampang terdiri dari 5 dusun antara lain sebagai berikut :

    a. Kelurahan Palampang

    b. Dusun Tammasongo

    c. Dusun Marana

    d. Dusun Batupangka

    e. Dusun Darincing

    Secara geografis Kelurahan Palampang terletak dibagian Utara Kecamatan

    Rilau Ale Kabupaten Bulukumba dengan batas-batas sebagai berikut :

    a. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bonto Bangun

    b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bonto Haru

    c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bonto Lohe

    d. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Bulukumba

  • 27

    4.2 Kondisi Demografis

    4.2.1 Keadaan Penduduk

    Jumlah penduduk di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale

    Kabupaten Bulukumba adalah 3.676 jiwa. Para pembuka lahan di Palampang

    berasal dari kawasan Kindang, juga ada yang berasal dari Maiwa, Enrekang

    Sulawesi Selatan. Para pendatang ini kebanyakan kawin dengan penduduk asli

    Palampang, yang masih merupakan keturunan Arung (Raja) Kindang dan

    Kerajaan Bone.

    4.2.2 Jumlah penduduk Menurut Jenis Kelamin

    Jumlah penduduk di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten

    Bulukumba terdiri atas laki-laki 1.723 jiwa dan perempuan 1.953 jiwa. dapat

    dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Jumlah Peduduk, berdasarkan jenis kelamin di Palampang Kecamatan

    Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019

    No Jenis Kelamin Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1 Laki-Laki 1.723 46,87

    2 Perempuan 1.953 53,13

    Jumlah 3.676 100,00

    Sumber : BPS Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019

    Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk yang ada di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba adalah 3.676 jiwa. Dari jumlah

    tersebut sebagian besar penduduk yang yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

    1.723 jiwa dengan persentase 46,87% sedangkan untuk penduduk yang berjenis

    kelamin perempuan sebanyak 1.953 jiwa dengan persentase 53,13%.

  • 28

    4.2.3 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok Umur

    Bersarakan data BPS jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba yang memilki kelompok umur 0-75

    tahun sebanyak 3.676 jiwa. Dapat diketahui dari penelasan Tabel 2.

    Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019

    No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

    1 0-4 283 7,70

    2 5-9 509 13,85

    3 10-14 661 17,98

    4 15-24 975 26,52

    5 24-40 857 23,31

    6 ≥50 391 10,64

    Jumlah 3.676 100,00

    Sumber : BPS Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019

    Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 283

    (7,70%), kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 509 (13,85%), kelompok umur 10-

    14 tahun sebanyak 661 (17,98%), kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 975

    (26,52%), kelompok umur 24-50 tahun sebanyak 857 (23,31%), kelompok umur

    ≥50 tahun sebanyak 391 (10,64%).

    4.2.4 Keadaan penduduk menurut mata pencaharian

    Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kelurahan Palampang adalah

    petani. Hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dahulu bahwa

    masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan

    masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan selain

  • 29

    menajadi petani dapat dilihat pada Tabel 3 Sebagai berikut:

    Tabel 3. Keadaan Penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019

    No Mata Pencaharian Jumlah

    (orang)

    1. Petani 2347

    2. Pegawai 173

    3. Pedagang 523

    4. Lain-lain 633

    Jumlah 3.676

    Sumber : Kantor Kelurahan Palampang, 2019

    Berdasarkan table 3 di atas menunjukan bahwa pada umumnya mata

    pencaharian penduduk di Kelurahan Palampang adalah 90% dalam sektor

    pertanian dan selebihnya merupakan Pedagang dan Pegawai Negeri Sipil.

    4.2.5 Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan

    Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan adalah untuk melihat sejauh mana

    tingkat pendidikan penduduk yang ada di Kelurahan Palampang dalam melakukan

    usahatani, petani yang berwawasan luas dan cepat menangkap informasi yang

    baru sesuai dangan kemampuan ilmu pengetahuan serta teknologi baru sangat

    berpengaruh terhadap teknik usahatani yang baik dan benar. Keadaan penduduk

    Kelurahan Palampang, berdasarkan pendidikan terbagi atas: SD, SMP/SLTP,

    SMA/SLTA, dan sarjana, selengkapnya dapat diliat pada Tabel 4 sebagai berikut:

    Tabel 4. Keadaan Penduduk berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Palampamg

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019.

  • 30

    No Tingkat

    Pendidikan

    Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1. Tidak tamat SD 1139 30,98

    2. SD 876 23,83

    3. SMP 759 20,65

    4. SMA 516 14,04

    5. Sarjana 386 10,50

    Jumlah 3.676 100,00

    Sumber : Kantor Kelurahan Palampang, 2019

    Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa keadaan penduduk di Kelurahan

    Palampamg Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba memiliki tingkat

    pendidikan yang terbilang rendah yaitu sebanyak 1139 jiwa (31%) masyarakat

    yang tidak taman SD, di bandingkan dengan masyarakat yang memiliki ijazah

    sarjana yaitu hanya 386 jiwa (10,50%).

    4.3 Kondisi Pertanian

    Adapun data potensi wilayah pertanian di Kelurahan Palampamg Kecamatan

    Rilau Ale Kabupaten Bulukumba di bidang pertanian mulai dari komuditas

    tanaman pangan, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat dilihat

    pada Tabel 5.

  • 31

    Tabel 5. Luas wilayah dan produksi pertanian di Kelurahan Palampamg

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019.

    No. Jenis Tanaman

    Luas

    tanam

    (Ha)

    Persentase

    (%)

    Produksi

    (Ton)

    Persentase

    (%)

    1 Tanaman Pangan 1.157 68,71 1.458 88,42

    2 Hortikultura 21 1,25 62 3,76

    4 Perkebunan 506 30,05 129 7,82

    Jumlah 1.684 100,00 1649,00 100,00

    Sumber : Kantor Kelurahan Palampang, 2019

    Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa luas tanaman yang paling tinggi

    yaitu tanaman pangann dengan jumlah 1.157 ha (68,71%) dengan jumlah produksi

    yang diperoleh sebesar 1.458 ton (88,42%) Hal ini dikarenakan di daerah

    Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba masyarakat

    lebih memproritaskan tanaman pangan dari pada tanaman lainnya.

  • 32

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Identitas Responden

    Identitas Petani Responden merupakan latar belakang untuk mengetahui

    kondisi petani dalam penelitian. Penelitian ini dibatasi dalam beberapa

    karakteristik yang diperkirakan dapat menghambat atau mempengaruhi kemauan

    dan kemampuan petani dalam berusahatani. Responden dalam penelitian ini

    adalah petani karet. Adapun yang termasuk identitas adalah nama, umur, jenis

    kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan lama berusahatani.

    5.1.1 Umur Responden

    Umur responden merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    kemampuan kerja dan produktifitas seseorang. Seseorang akan mengalami

    peningkatan kemampuan kerja seiring dengan meningkatnya umur, akan tetapi

    selanjutnya akan mengalami penurunan kamampuan kerja pada titik umur

    tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dikenal adanya umur produktif dan umur

    nonproduktif. Umur produktif adalah umur dimana seseorang memiliki

    kemampaun untuk menghasilkan produk maupun jasa.

    Usia produktif 20 – 45 tahun masih memiliki semangat yang tinggi dan

    mudah mengadopsi hal-hal baru. Berbeda dengan petani jagung yang telah

    berusia lanjut di atas 50 tahun, mereka yang berusia lanjut cenderung fanatik

    terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat

    mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya.

  • 33

    Soekartawi (2003) dalam bukunya menyatakan bahwa mereka yang

    berusia lanjut cenderung fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan

    pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara

    hidupnya.

    Adapun klasifikasi responden berdasarkan umur petani karet di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba menjadi responden

    dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

    Tabel 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkatan Umur di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019

    No Responden

    (umur)

    Jumlah

    (orang)

    Presentase

    (%)

    1 24-33 8 27,59

    2 34-43 10 34,48

    3 44-53 9 31,03

    4 54-63 2 6,90

    Jumlah 29 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Secara umum rata-rata umur responden yang mengusahakan tanaman

    Karet berkisar diantara 24– 63 Tahun. Umur responden dapat dibagi menjadi

    empat kategori yaitu responden berumur 24–33 tahun (28%), responden berumur

    34–43 tahun (34%), responden berumur 44– 53 tahun (31%), petani berumur 54–

    63 (7%).

    Hal ini menandakan bahwa petani karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba berada pada umur produktif

    sehingga memungkinkan bagi para petani tersebut dapat bekerja lebih baik,

    bersemangat, serta mempunyai motivasi yang tinggi. Sementara responden yang

    berusia 54 tahun ke atas tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan faktor usia yang

    kurang mampu untuk melakukan tugas-tugas yang harus dilakukan. Menurut

  • 34

    pengamatan dilapangan, petani pada usia ini sebagian besar telah melimpahkan

    atau mewariskan usaha taninya pada anak sehingga petani pada usia ini cukup

    sedikit.

    5.1.2 Pendidikan

    Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap kemampuan

    Responden dalam mengambil keputusan. Responden dengan tingkat pendidikan

    tinggi akan lebih berhati hati dalam mengambil keputusan dengan terlebih dahulu

    memperhitungkan resiko yang dihadapi serta mampu mengadopsi inovasi

    teknologi yang ada. Sementara responden dengan tingkat pendidikan yang rendah,

    dalam mengelola usahataninya cenderung mengikuti kebiasaan yang telah

    diwariskan secara turun temurun. Tingkat pendidikan responden petani karet di

    Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

    Tabel 7. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019

    No. Pendidikan Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1 Tidak sekolah 3 10,34

    2 SD 16 55,17

    3 SMP 8 27,59

    4 SMA 2 6,90

    Jumlah 29 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Tingkat pendidikan responden bervariasi mulai dari Tidak Sekolah sampai

    Perguruan tinggi. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah Tidak

    Sekolah sebanyak 3 orang (10%), untuk SD yaitu sebanyak 16 orang (55%), SMP

    sebanyak 8 orang (28%), dan SMA sebanyak 2 orang (7%).

    Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan

    usahatani karet. Pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama

  • 35

    dalam hal pengambilan keputusan dan pengatur manajemen dalam mengelola

    suatu usaha. Dengan adanya pendidikan dapat mempermudah dalam menerima

    atau mempertimbangkan suatu inovasi yang dapat membantu mengembangkan

    usaha menjadi lebih baik dari sebelumnya, sehingga petani tidak mempunyai sifat

    yang tidak terlalu tradisional.

    5.1.3 Pengalaman Usahatani

    Dalam usahatani pengalaman merupakan salah satu faktor penentu

    keberhasilan suatu usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu usaha maka

    semakin luas pengalaman yang diperoleh dan semakin besar kemampuannya

    dalam mengenal usaha yang digeluti. Dalam melakukan penelitian, lamanya

    pengalaman diukur mulai sejak kapan petani itu aktif secara mandiri

    mengusahakan usahataninya tersebut sampai di adakan penelitian. Adapun

    klasifikasi responden berdasarkan tingkat pengalaman dalam petani Kedalai dapat

    di lihat pada Tabel 8.

    Tabel 8. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 2019

    No. Pengalaman

    (Thn)

    Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1 2-3 3 10,34

    2 4-5 5 17,24

    3 6-7 5 17,24

    4 8-10 10 34,48

    5 11-15 6 20,69

    Jumlah 29 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Pengalaman dalam berusahatani karet yang diusahakan responden di

    Kelurahan Palampang berkisar diantara 2– 15 tahun. Dari Tabel 10 dapat

    diketahui bahwa pengalaman berusahatani yang diusahakan petani responden dari

  • 36

    2– 3tahun sebanyak 3 orang 10%), 4-5tahun sebanyak 5 orang (17%), 6-7 tahun

    sebanyak 5 orang (17%), 8-10tahun sebanyak 10 orang (34%) dan 11– 15tahun

    sebanyak 6 orang (21%),

    Berdasarkan para petani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau

    Ale Kabupaten Bulukumba pada umumnya sudah cukup berpengalaman, karena

    rata-rata telah menggeluti usaha pertaniannya sudah lebih dari 7 tahun. Petani

    yang memiliki pengalaman bertani yang cukup lama umumnya memiliki

    pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan petani yang baru saja menekuni

    usaha pertaniannya. Sehingga pengalaman bertani menjadi salah satu ukuran

    kemampuan seseorang dalam mengelolah suatu usaha pertanian. Semakin banyak

    pengalaman maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh di bidang

    tersebut. Semakin lama pengalaman bertani, cenderung semakin memudahkan

    petani dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis

    pelaksanaan usaha tani yang dilakukannya.

    5.1.4 Skala Kepemilikan lahan

    Adapun jumlah kepemilikan Lahan yang dimiliki petani karet di

    Kelurahan Palampang yang diambil sebagai responden dapat di lihat di Tabel 9

    berikut ini :

    Tabel 9. Keadaan Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba tahun 2019

    No. Luas Lahan

    (Ha)

    Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1 0,5-1 15 51,72

    2 1,5-2 12 41,38

    3 2,5 2 6,90

    Jumlah 29 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

  • 37

    Luas lahan yang diusahakan responden di Kelurahan Palampang berkisar

    diantara 0,5 ha sampai 2,5 ha. Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa kepemilikan

    lahan yang diusahakan petani responden dari 0,5 – 1 sebanyak 15orang (52%),

    1,5 – 2 sebanyak 12 orang (41%), dan 2,5 sebanyak 2 orang (7 %),

    Luas Kepemilikan lahan Merupakan faktor penentu tinggi rendahnya

    pendapatan yang diperoleh. ini dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh

    petani Karet. Luasnya Kepemilikan Lahan Merupakan faktor penentu tinggi

    rendahnya pendapatan.

    5.2 Lahan Usahatani

    Lahan yang digunakan di daerah penelitian merupakan lahan-lahan yang

    masih baru, artinya lahan-lahan tersebut belum pernah dipergunakan untuk

    membudidayakan karet (Tim Penulis PS, 2008). Dari hasil rata-rata yang didapat

    pada daerah penelitian mempunyai luas lahan 2 ha, dengan jenis tanaman karet

    yang di peroleh dari biji lokal. Luas lahan ha ini masuh tergolong kecil untuk jenis

    usahatani apapun termasuk juga usahatani karet ini, tetapi memiliki luas lahan

    yang kecil bukan berarti tidak bisa untuk dibudidayakan atau untuk memulai

    usaha. Luas lahan menggambarkan tingkat keseriusan petani dalam mengusahan

    karet.

    5.3 Tenaga Kerja

    Penggunaan tenaga kerja petani sampel di daerah penelitian ini berasal

    dari dalam keluarga. Tenaga dalam keluarga sangat penting digunakan dalam

    usahatani untuk megurangi beban biaya upah yang dikeluarkan.

  • 38

    Tabel 10. Rata-rata tenaga kerja di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale

    Kabupaten Bulukumba tahun 2019

    No. Uraian Jumlah

    TK

    1 Pembersih lahan dan persiapan tanaman 5

    2 Penanaman 3

    3 Penyulaman 2

    4 Penyiangan 2

    5 Pemupukan 3

    6 Penyadapan/Pengumpulan hasil 2

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Pada tabel 10 di atas dijelaskan bahwa untuk kegiatan pembersih lahan

    dan persiapan tanam lebih banyak dari pada kegiatan-kegiatan lain untuk

    mengerjakan pembersih lahan misalnya membersihkan gulma dan lain

    sebagainya.

    5.4 Analisis Pendapatan Usahatani Karet

    Analisis pendapatan dilakukan untuk menentukan berapa pendapatan

    petani pada lahan kering yang diperoleh dari usahatani karet. Dalam analisis

    pendapatan menjelaskan tentang bagaimana struktur biaya, pendapatan dari

    usahatani karet. Bentuk analisis pendapatan usahatani karet secara umum

    merupakan selisih antara penerimaan produksi dengan biaya yang dikeluarkan.

    Penerimaan produksi usahatani meliputi penerimaan secara tetap dan

    penerimaan tidak tetap. Penerimaan tetap merupakan hasil perkalian antara jumlah

    produksi yang dijual dengan harga satuannya, sedangkan penerimaan tidak tetap

    berupa hasil produksi yang tidak dijual dan biasanya dikonsumsi oleh petani

    sendiri. Analisis pendapatan ini juga membahas biaya usahatani yang tetap dan

    tidak tetap. Biaya tidak tetap adalah biaya yang secara langsung dikeluarkan oleh

  • 39

    petani. Biaya tetap meliputi semua pengeluaran yang tidak dibayarkan secara

    tetap tetapi diperhitungkan dalam biaya.

    5.4.1 Biaya Usahatani Karet

    5.4.1.1 Biaya Tetap

    Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus

    dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya

    biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh.

    Biaya tetap meliputi : Penyusutan alat dan pajak lahan dapat dilihat pada tabel 11.

    Tabel 11. Rata-rata biaya Tetap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019

    Uraian Biaya (Rp)

    Biaya Pajak Lahan (Ha)

    Biaya Penyusutan

    40.000,00

    44.482,70

    Total 84.482,70

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Berdasarkan tabel 11 biaya pajak lahan dengan biaya keseluruhan sebesar

    Rp 1.580.000 /tahun dengan rata-rata Rp 40.000,00 dari 29 petani. Biaya

    penyusutan alat sebesar Rp 3,684,533 dengan Rata-rata 44.482,70. Alat yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah pisau sadap, mangkok, parang, ember.

    Jumlah pisau sadap yang digunakan adalah 30 buah /tahun dengan rata-

    rata penggunaan 1,39 buah/tahun dan pisau sadap ini digunakan oleh 29

    responden. Harga satuan pisau sadap berkisar Rp 35.000,00 - Rp 50.000,00 /buah

    dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.217.000,00 /tahun dengan rata-rata

  • 40

    biaya Rp 41.965,52 Tahun/Ha dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 80.833,33

    /tahun dengan rata-rata Rp 2.046,41 /Ha.

    Jumlah mangkok yang digunakan oleh sebagian besar responden adalah

    barang-barang bekas seperti botol dan lain-lain. Jumlah mangkok yang dibeli oleh

    petani adalah 4.500 buah/tahun dengan rata-rata penggunaan 117,67 buah/Ha dan

    mangkok ini digunakan oleh 29 responden. Harga satuan Mangkok berkisar Rp

    4.000,00 - Rp 5.000,00 /buah dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp

    121.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 4.172,41 /Ha dan biaya penyusutan

    alat ini adalah Rp 1.465.000,00 /tahun dengan rata-rata Rp 36.250,93 /Ha.

    Jumlah parang yang digunakan adalah 31 buah/tahun dengan rata-rata

    penggunaan 0,78 buah/tahun dan parang ini digunakan oleh 29 responden. Harga

    satuan parang berkisar Rp 33.000,00 - Rp 50.000,00 /buah dengan biaya yang

    dikeluarkan adalah Rp 1.324.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 45.655,17

    /tahun dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 67.233,33 /tahun dengan rata-rata

    Rp 1.656,18 /Ha.

    Jumlah ember yang digunakan adalah 52 buah /tahun dengan rata-rata

    penggunaan 1,34 buah /tahun dan ember ini digunakan oleh 29 responden. Harga

    satuan ember berkisar Rp 40.000,00 - Rp 68.000,00 /buah dengan biaya yang

    dikeluarkan adalah Rp 1.577.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 54.379,31

    /tahun dan biaya penyusutan alat ini adalah Rp 144.000,00 /tahun dengan rata-

    rata Rp 3.648,01 /Ha.

  • 41

    5.4.1.2 Biaya Variabel

    Biaya variabel adalah biaya yang digunakan usahatani karet yang besarnya

    berubah-ubah sesuai jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel meliputi :

    Pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 12.

    Tabel 12. Rata-rata biaya variabel usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecmatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP-36

    dan KCl. Jenis-jenis pupuk ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh responden

    tapi hanya ada beberapa yang menggunakan pupuk ini dikarenakan tanaman karet

    di lokasi penelitian adalah tanaman yang sudah memiliki hasil dan tanaman sudah

    mulai reproduksi. Jumlah biaya pupuk yang dikeluarkan 29 responden adalah Rp

    7.625.000,00 /tahun dengan rata-rata Rp 188.516,59 /Ha.

    Jumlah pupuk Urea yang digunakan adalah 1.455,00 kg/tahun dengan rata-

    rata penggunaan 36,84 Kg/Ha dan pupuk ini hanya digunakan oleh 14 responden.

    Harga satuan pupuk ini adalah Rp 1.800,00 perkilogram dengan biaya yang

    Uraian Satuan Jumlah

    (Unit)

    Nilai

    (Rp)

    Biaya Variabel:

    1. Benih 2. Pupuk

    - Pupuk Urea - SP-36 - Pupuk KCL

    2. Pestisida

    - Basmilang - Supertok

    3. Upah TK

    - Pemeliharaan - Panen/Sadap

    Kg

    Kg

    Kg

    Liter

    Liter

    HOK

    HOK

    36,84

    28,96

    9,11

    0,41

    0,10

    -

    66.304,00

    57.924,05

    72.911,39

    24.303,80

    7.088,61

    41.772,15

    13.165

    Jumlah 279.367,09

  • 42

    dikeluarkan adalah Rp 2.457.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 60.745,61

    /Ha .

    Jumlah pupuk SP-36 yang digunakan adalah 1.144,00 kg/tahun dengan rata-

    rata penggunaan 28,96 Kg/Ha dan pupuk ini hanya digunakan oleh 10 responden.

    Harga satuan pupuk ini adalah Rp 2.000,00 /Kg dengan biaya yang dikeluarkan

    adalah Rp 2.288.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 57.924,05 /Ha .

    Jumlah pupuk KCL yang digunakan adalah 360,00 kg/tahun dengan rata-rata

    penggunaan 8,90 Kg/Ha dan pupuk ini hanya digunakan oleh 5 responden. Harga

    satuan pupuk ini adalah Rp 8.000,00 perkilogram dengan biaya yang dikeluarkan

    adalah Rp 2.880.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp 72.911,39 /Ha.

    Jenis pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Basmilang dan

    Supertok. Jenis-jenis pestisida ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh

    responden tapi hanya ada beberapa yang menggunakan pestisida ini dikarenakan

    tanaman karet di lokasi penelitian adalah tanaman yang sudah memiliki hasil dan

    tanaman sudah mulai reproduksi. Manfaat pestisida basmilang adalah untuk

    membasmi gulma alang-alang di sekitar tanaman karet dan manfaat pestisida

    supertok adalah untuk membasmi serangga pada tanaman karet. Jumlah biaya

    pestisida yang dikeluarkan 29 responden adalah Rp 1.240.000,00 dengan rata-rata

    Rp 31.392,41 /Ha.

    Jumlah pestisida basmilang yang digunakan adalah 16 liter/tahun dengan

    rata-rata penggunaan 0,41 liter/Ha dan pestisida ini hanya digunakan oleh 6

    responden. Harga satuan pestisida ini adalah Rp 60.000,00 perkilogram dengan

  • 43

    biaya yang dikeluarkan adalah Rp 960.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp

    24.303,80 /Ha .

    Jumlah pestisida Supertok yang digunakan adalah 4 liter/tahun dengan

    ratarata penggunaan 0,10 liter/Ha dan pestisida ini hanya digunakan oleh 2

    responden. Harga satuan pestisida ini adalah Rp 70.000,00 perkilogram dengan

    biaya yang dikeluarkan adalah Rp 280.000,00 /tahun dengan rata-rata biaya Rp

    7.088,61 /Ha .

    Jenis pekerjaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeliharaan dan

    panen/sadap. Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan 29 responden adalah

    Rp 2.170.000,00 /tahun dengan rata-rata Rp 53,649.97 /tahun.

    Jumlah tenaga kerja pada pemeliharaan adalah 42 HOK /tahun. Upah yang

    diberikan pada pekerjaan pemeliharaan ini adalah Rp 15.000 HOK-1 maka jumlah

    biaya upah yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini adalah Rp 1.650.000,00 /tahun

    dengan rata-rata Rp 41.772,15 /Ha.

    Jumlah tenaga kerja pada panen/sadap adalah 42 HOK /tahun . Upah yang

    diberikan pada pekerjaan pemeliharaan ini adalah Rp 10.000/HOK maka jumlah

    biaya upah yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini adalah 520.000,00 /tahun dengan

    rata-rata Rp 13.164,56 /Ha.

    5.5 Penerimaan Usahatani Karet

    Penerimaan menurut Suratiyah (2015) adalah perkalian antara produksi

    dengan harga jual, besarnya penerimaan yang diterima oleh petani untuk setiap

    rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi usahatani dipengaruhi oleh

    jumlah produksi yang dihasilkan dan harga satuan produksi yang dihasilkan.

  • 44

    Semakin tinggi jumlah produksi dan harga satuan produksi yang dihasilkan maka

    penerimaan usahatani semakin besar sebaliknya, semakin rendah jumlah produksi

    dan harga satuan produksi yang dihasilkan maka penerimaan usahatani semakin

    kecil.

    Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil rata-rata produksi

    karet yaitu 600,00 Kg/Ha/tahun dengan harga sebesar Rp. 4.000 /kg. Maka

    jumlah penerimaan dalam satu tahun adalah Rp 94.800.000,00 dengan rata-rata

    Rp 2.400.000,00 /Ha/tahun.

    5.6 Pendapatan Usahatani Karet

    Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani karet dan

    semua biaya produksi usahatani karet selama proses produksi ataupun biaya yang

    dibayarkan. Adapun rata-rata pendapatan usahatani karet dapat dilihat pada Tabel

    13 berikut:

    Tabel 13. Rata-rata pendapatan usahatani Karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019

    Uraian Jumlah (Rp)

    Total Penerimaan (TR)

    Total Biaya (TC)

    2.400.000,00

    363.849,79

    Pendapatan 2.036.150,21

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan karet di daerah

    penelitian adalah Rp 2.036.150,21 /Ha/tahun. Dari data tersebut terlihat bahwa

    total penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, hal ini berarti

    penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam proses

  • 45

    produksi usahatani karet di daerah penelitian dan usahatani karet ini merupakan

    usahatani yang menjanjikan untuk pendapatan petani karet di daerah penelitian.

    Hasil rata-rata pendapatan petani responden cukup besar untuk digunakan

    menutupi kebutuhan hidup dan menunjang keuangan rumah tangga petani dikala

    terpuruknya harga komoditi pertanian utama petani sampel di daerah penelitian.

    5.7 Kelayakan Usahatani karet

    Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara

    mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka

    menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar

    2012:7). Kelayakan usahatani karet di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel

    Tabel 14.

  • 46

    Tabel 14. Rata-rata pendapatan Usahatani Karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2019

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

    Berdasarkan Tabel 14 tersebut maka dapat dilihat bahwa besarnya jumlah

    rata-rata pendapatan yang diterima petani responden dari usahatani karet yaitu

    sebesar Rp. 2.036.150,21 /Ha/tahun.

    Sedangkan indeks R/C – Ratio usahatani karet menunjukan angka 6,60

    yaitu besar dari 1, berarti usahatani karet memberikan manfaat secara ekonomis

    terhadap petani karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten

    No Uraian

    Karet

    Jumlah

    (Unit)

    Nilai

    (Rp)

    I. Penerimaan 3.268.966,52

    Produksi (Kg)

    Harga (Rp/Kg) 6.000,00

    4.000,00

    II. Biaya

    A. Variabel: 3. Benih 4. Pupuk

    - Pupuk Urea (Kg) - Pupuk SP-36 (Kg) - Pupuk KCL (Kg)

    2. Pestisida

    - Basmilang (Liter) - Supertok (Liter)

    3. Upah TK (HOK)

    - Pemeliharaan - Panen/Sadap

    36,84

    28,96

    9,11

    0,41

    0,10

    66.303,80

    57.924,05

    72.911,39

    24.303,80

    7.088,61

    41.772,15

    13.164,56

    Jumlah ( A ) 279.367,09

    B. Biaya Tetap: - Pajak Lahan (Ha) - Penyusustan

    40.000,00

    44.482,70

    Jumlah ( B ) 84.482,70

    III. Total Biaya Produksi ( A + B ) 363.849,79

    IV. PENDAPATAN ( I – III ) 2.036.150,21

    V. R/C Ratio ( I/III ) 6,60

  • 47

    Buukumba. Hal ini dapat diartikan bahwa jika petani responden mengeluarkan

    biaya sebesar Rp. 1 maka petani responden akan mendapatkan keuntungan

    sebesar Rp6,60 /tahun.

  • 48

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Pendapatan usahatani karet di lokasi penelitian sangat membantu

    perekonomian Petani di Kelurahan Palampang, terbukti dengan total biaya

    rata-rata di keluarkan sebanyak Rp 363.849,79 Ha/tahun dan pendapatannnya

    yakni Rp 2.036.150,21 Ha/tahun.

    2. Usahataani karet di Kelurahan Palampang dapat di usahakan karena indeks

    R/C – Ratio usahatani karet menunjukan angka 6,60 yaitu besar dari 1,

    berarti usahatani karet memberikan manfaat secara ekonomis terhadap petani

    karet di Kelurahan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

    Hal ini dapat diartikan bahwa jika petani responden mengeluarkan biaya

    sebesar Rp. 1 maka petani responden akan mendapatkan keuntungan sebesar

    Rp 6,60 dalam satu tahun.

    6.2 Saran

    1. Pengunaan pupuk/pestisida yang sedikit maka akan mengakibatkan hasil

    produksi berkurang. Disarankan kepada petani karet untuk meningkatkan

    pengetahuan dibidang produksi karet, bagaimana cara memaksimalkan

    produksi karet secara efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan

    produksi karet yang pada akhirnya juga dapat meningkatkan pendapatan.

  • 49

    2. Disarankan kepada petani Karet untuk lebih meningkatkan pendidikannya

    baik di sekolah formal ataupun informal, sekolah informal dapat berupa

    mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diberikan dinas pertanian setempat.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, Chairil. 2001. Manajemen dan Budidaya Karet, Medan: Pusat Penelitian

    Karet.

    Anomi, dalam Nasaruddin dan Deasy Maulana, Produksi Tanaman Karet pada

    Pemberian Stimulan Ethepon Lateks Produksion In Relation Etephon

    Aplication. (jurnal agrisistem, Desember 2009, Vol 5 no 2), h. 2.

    Direktoral Jederal Perkebunan Kementrian Pertanian 2012, Peningkatan Produksi,

    produktivitas dan mutu tanaman tahunan. Pedoman teknis pengembangan

    Tanaman Karet Tahun 2013, h. 6.

    Didit, Heru, Setiawan dan Agus Andoko. 2005, Petunjuk Lengkap Budidaya

    Karet, PT. Agromedia Pustaka. Jakarta..

    Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan

    Indonesia komoditas Karet. Jakarta

    Hartomo, dkk. 1993. Ilmu sosial Dasar. Jakarta : Bumi aksara

    Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Karwan, 2003, Sistem Pertanian Berkelanjutan, Yogyakarta : , Kanisius.

    Mangunwidjaja, D dan Sailah, I. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Depok :

    Pebebar Swadaya.

    Kasryno, F. (ed). 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jakarta :

    Yayasan Obor Indonesia.

    Moertopo, A. 1975. Buruh Tani dalam Pembangunan. Jakarta : Yayasan

    Proklamasi.

    Setiawan, H. D dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.

    Jakarta: Agromedia Pustaka.

    Soekartawi, 1996. Analisis Usahatani. Jakarta : UI.Press.

    Soekartawi. 2002. AnalisisUsahatani. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

    et al, 1993. Resiko Ketidak Pastian dalam Agribisnis. Raja Grafindopersada, Jakarta.

  • 51

    Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

    Alfabeta.

    Suratiyah. K. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Tim Penebar Swadaya, 2008. Panduan Lengkap Karet.Jakarta: Penebar Swadaya.

    Tohir, Kaslan A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Jakarta : PT.

    Rineka Cipta.

    http://www.wikipedia.org/wiki/Karet. Tanggal Akses : 20 Desember 2019

    http://www.wikipedia.org/wiki/Karet

  • 52

    Kusioner Penelitian

    ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI

    KARET DI KELURAHAN PALAMPANG KECAMATAN RILAU ALE

    KABUPATEN BULUKUMBA

    A. Identitas Responden

    a. Nama Petani :

    b. Umur :

    c. Alamat :

    d. Jenis kelamin :

    e. Pendidikan :

    f. Jumlah tanggungan keluarga :

    g. Status kepemilikan lahan : Milik sendiri/ Garapan

    h. Pengalaman Usahatani :

    B. Keadaan usahatani

    1. Jenis lahan yang ditanami

    No Bentuk

    Lahan Milik Penggarap Sewa

    Jumlah

    (ha)

    1. Tanah

    Jumlah

  • 53

    2. Jenis alat yang dimiliki

    No Jenis

    alat

    Jumlah

    (getah)

    Nilai

    Baru

    (Rp)

    Nilai

    Sekarang

    (Rp)

    Lama

    pemakaian

    (Tahun)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Jumlah

    C. Penerimaan Usaha Tani

    No Jenis Jumlah

    (Kg/ha)

    Harga

    (Kg) Nilai (Rp)

    1. Luas Lahan

    2. Produksi

    D. Komponen Luas Lahan Dan Produktivitas

    No

    Jumlah

    Pohon

    Jumlah

    Pohon Yang

    Disadap

    Jumlah Pohon

    Yang Belum

    Disadap

    Produksi

    Getah (sekali

    panen)

    Harga

  • 54

    Lampiran 1 Dokumentasi

    Gambar 1. Wawancara dengan petani Karet

    Gambar 2. Tanaman Karet

  • 55

    Gambar 3. Wawancara dengan petani Karet

    Gambar 4. Tanaman Karet

  • 56

    Gambar 5.Mangkok Penampung Getah Karet

    Gambar 6. Alat Sadap Karet

  • 57

    Gambar 7. Getah Karet

    Gambar 8. Getah Karet

  • 58

    Lampiran 2

    PETA LOKASI PENELITIAN

  • 59

    Lampiran 3. Identitas Petani Responden Usahatani Karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019

    No. Nama Responden Jenis

    Kelamin Umur

    Tanggungan

    Keluarga

    Pendidikan

    Terakhir

    Pengalaman

    Berusaha

    Tani (Tahun)

    1 Muh Umar Laki-laki 46 4 SMP 10

    2 Nurdin Laki-laki 27 1 SMA 2

    3 Isal Laki-laki 24 1 SMA 3

    4 Ruppa Laki-laki 39 2 SD 4

    5 H. Harung Laki-laki 36 3 SD 6

    6 Iskandar Laki-laki 33 2 SMP 6

    7 Mansur Laki-laki 44 4 SD 9

    8 Yaya Laki-laki 26 1 SMP 2

    9 Naing Laki-laki 50 3 SD 11

    10 Kaseng Laki-laki 32 3 SMP 4

    11 Haling Laki-laki 53 4

    Tidak

    Sekolah 14

    12 Baktiar Laki-laki 30 3 SMP 13

    13 Sumardi Laki-laki 31 2 SMP 5

    14 Baso Laki-laki 50 3 SD 7

    15 Sale Laki-laki 43 2 SD 8

    16 Dudding Laki-laki 49 2 SD 11

    17 Maing Laki-laki 34 3 SD 5

    18 Alimuddin Laki-laki 63 6

    Tidak

    Sekolah 15

    19 Sabo Laki-laki 43 2 SD 6

    20 Sampara Laki-laki 56 5

    Tidak

    Sekolah 15

    21 Tajuddin Laki-laki 50 3 SD 7

    22 Kahar Laki-laki 30 3 SMP 4

    23 Mutta Laki-laki 47 2 SD 7

    24 Sangkala Laki-laki 49 4 SD 7

    25 Syamsuddin Laki-laki 40 3 SD 6

    26 Rais Laki-laki 42 4 SD 9

    27 Rammang Laki-laki 45 3 SD 8

    28 Lukman Laki-laki 40 4 SD 7

    29 Bahar Laki-laki 38 3 SMP 6

    Jumlah 1190 85 - 217

    Rata-rata 41 3 - 7

    Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

  • 60

    Lampiran 4. Biaya Penyusutan Alat Pisau Sadap Usahatani Karet di Kelurahan Palampang

    Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba, 2019

    Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

    1 Muh Umar 2.50 2 50,000 40,000 3 6,666.67

    2 Nurdin 1.50 1 40,000 33,000 3 2,333.33

    3 Isal 1.00 1 40,000 33,000 3 2,333.33

    4 Ruppa 2.00 1 45,000 40,000 3 1,666.67

    5 H