ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

18
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020 449 ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI WILAYAH HUKUM DIREKTORAT RESERSE NARKOBA POLDA SULAWESI TENGAH Kiky Khristina Email: [email protected] Universitas Tadulako Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanggulangan tindak pidana narkotika oleh Direktorat Reserse Narkaba Polda Sulawesi Tengah. Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah deskriptif ( descriptive research ), dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian dengan mendasarkan pada konsep hukum. Bentuk penelitian yang digunakan adalah diagnostik-evaluatif Analisis datanya menggunakan analisis kualitatif yang selanjutnya dianalisis secara logis sistematis. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan sehubungan dengan masalah yang dikaji, dapat disimpulkan sebagai berikut : Upaya penanggulangaan kejahatan penyalahgunaan narkotika, orientasinya tidak terlepas dari proses penyelesaian suatu perkara pidana melalui prosedur hukum, yaitu prosedur hukum melalui peradilan pidana. Penanggulangan terhadap kejahatan penyalahgunaan narkotika merupakan upaya agar setiap orang mematuhi dan menghormati ketentuan hukum yang berlaku, upaya ini tentunya tidak terlepas dari tindakan prventif, represif dan pre-emtif yaitu dengan melakukan pencegahan sebulum terjadinya kejahatan dan tindakan represif yaitu dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan tindak pidana narkotika.Faktor internal pertama mengenai sarana dan fasilitas yaitu kurangnya transportasi, kurangnya alat tes urine dan alat deteksi. Faktor internal yang kedua adalah kurangnya personil kepolisian atau SDM kepolisian bilamana melakukan penyidikan penyidik yang memiliki kompetensi sesusai standar penyidik profesional sangatlah kurang. Faktor internal yang ketiga adalah kurangnya dana operasional, dimana dana operasional diperlukan pada teknik Undercover Buy. Polisi yang menyamar harus membeli narkotika dan memerlukan dana yang besar bila ingin mendapatkan barang bukti yang banyak Kata Kunci: Penanggulangan; Tindak Pidana Narkotika PENDAHULUAN Peredaran Narkoba di Indonesia apabila ditinjau dari aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (yang selanjutnya disebut Undang-Undang Narkotika) hanya melarang terhadap penggunaan narkoba tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud. Keadaan yang demikian ini dalam tataran empirisnya, penggunaan narkoba sering disalahgunakan bukan untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi jauh dari pada itu, dijadikan ajang bisnis yang menjanjikan dan berkembang pesat, yang mana kegiatan ini berimbas pada rusaknya mental baik fisik maupun

Transcript of ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Page 1: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

449

ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI WILAYAH

HUKUM DIREKTORAT RESERSE NARKOBA POLDA SULAWESI TENGAH

Kiky Khristina

Email: [email protected]

Universitas Tadulako

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanggulangan tindak pidana narkotika oleh

Direktorat Reserse Narkaba Polda Sulawesi Tengah. Jenis penelitian dalam penulisan ini

adalah deskriptif ( descriptive research ), dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Metode penelitian dengan mendasarkan pada konsep hukum. Bentuk penelitian yang

digunakan adalah diagnostik-evaluatif Analisis datanya menggunakan analisis kualitatif

yang selanjutnya dianalisis secara logis sistematis. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian

dan pembahasan sehubungan dengan masalah yang dikaji, dapat disimpulkan sebagai

berikut : Upaya penanggulangaan kejahatan penyalahgunaan narkotika, orientasinya tidak

terlepas dari proses penyelesaian suatu perkara pidana melalui prosedur hukum, yaitu

prosedur hukum melalui peradilan pidana. Penanggulangan terhadap kejahatan

penyalahgunaan narkotika merupakan upaya agar setiap orang mematuhi dan menghormati

ketentuan hukum yang berlaku, upaya ini tentunya tidak terlepas dari tindakan prventif,

represif dan pre-emtif yaitu dengan melakukan pencegahan sebulum terjadinya kejahatan

dan tindakan represif yaitu dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan

tindak pidana narkotika.Faktor internal pertama mengenai sarana dan fasilitas yaitu

kurangnya transportasi, kurangnya alat tes urine dan alat deteksi. Faktor internal yang

kedua adalah kurangnya personil kepolisian atau SDM kepolisian bilamana melakukan

penyidikan penyidik yang memiliki kompetensi sesusai standar penyidik profesional

sangatlah kurang. Faktor internal yang ketiga adalah kurangnya dana operasional, dimana

dana operasional diperlukan pada teknik Undercover Buy. Polisi yang menyamar harus

membeli narkotika dan memerlukan dana yang besar bila ingin mendapatkan barang bukti

yang banyak

Kata Kunci: Penanggulangan; Tindak Pidana Narkotika

PENDAHULUAN

Peredaran Narkoba di Indonesia

apabila ditinjau dari aspek yuridis adalah

sah keberadaannya. Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

(yang selanjutnya disebut Undang-Undang

Narkotika) hanya melarang terhadap

penggunaan narkoba tanpa izin oleh

undang-undang yang dimaksud. Keadaan

yang demikian ini dalam tataran

empirisnya, penggunaan narkoba sering

disalahgunakan bukan untuk kepentingan

pengobatan dan ilmu pengetahuan. Akan

tetapi jauh dari pada itu, dijadikan ajang

bisnis yang menjanjikan dan berkembang

pesat, yang mana kegiatan ini berimbas

pada rusaknya mental baik fisik maupun

Page 2: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

450

psikis pemakai narkoba khususnya generasi

muda.

Penyalahgunaan narkotika dan zat

adiktif lainnya adalah merupakan ancaman

nasional yang perlu ditanggulangi sedini

mungkin karena merupakan ancaman

terhadap peradaban manusia yang pada

akhirnya akan membahayakan stabilitas

nasional bahkan mengancam pertahanan dan

keamanan negara. Ancaman penyalahgunaan

obat-obatan terlarang tersebut dapat menjadi

kerikil tajam bagi kelancaran pembangunan,

khususnya pembangunan sumber daya

manusia, sehingga perlu ditanggulangi oleh

pemerintah maupun masyarakat

Penegakan hukum terhadap kejahatan

di Indonesia, khususnya dalam hal

pemidanaan, seharusnya merujuk pada

pendekatan norma hukum yang bersifat

membina penjahat dengan melakukan

pembinaan di lembaga pemasyarakatan,

dengan demikian dapat memperbaiki

terpidana di lembaga pemasyarakatan

tersebut. Seharusnya hal ini mampu

memberikan wacana kepada para hakim

dalam merumuskan vonis penjatuhan pidana

kepada para pelaku kejahatan agar mampu

menangkap aspirasi keadilan masyarakat.

Sementara itu, dalam kenyataan empiris di

bidang pemidanaan secara umum masih

menganut konsep hanya menghukum

terpidana di lembaga pemasyarakatan,

dengan demikian dapat memberikan

gambaran bahwa kejahatan tersebut hanya

terhenti sesaat dan akan muncul kembali

dalam lingkungan kehidupan sosial

masyarakat, padahal tidak demikian yang

terjadi. Kebijakan hukum pidana (penal

policy) atau penal-law enforcement policy

operasionalisasinya melalui beberapa tahap

yaitu tahap formulasi (kebijakan legislatif);

tahap aplikasi (kebijakan yudikatif/yudicial)

dan tahap eksekusi (kebijakan

eksekutif/administratif). Tahap formulasi

adalah tahap penetapan atau perumusan

hukum pidana oleh pembuat undang-undang

atau disebut juga tahap penegakan hukum in

abstracto oleh badan pembuat undang-

undang. Tahap aplikasi adalah tahap

penerapan hukum pidana oleh aparat

penegak hukum mulai dari kepolisian,

kejaksaan sampai ke pengadilan, sedangkan

tahap eksekusi adalah tahap pelaksanaan

pidana oleh aparat pelaksana atau eksekusi

pidana.

Formulasi sebagaimana dikatakan oleh

Barda Nawawi Arief merupakan tahap yang

paling strategis dari upaya pencegahan dan

penanggulangan kejahatan melalui kebijakan

hukum pidana. Kesalahan/ kelemahan

kebijakan legislatif merupakan kesalahan

strategis yang dapat menjadi penghambat

upaya pencegahan dan penanggulangan

kejahatan pada tahap aplikasi dan

Page 3: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

451

eksekusi.1Hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut : dalam tahap formulasi ini peraturan

perundang-undangan pidana dibuat. Dengan

dibuatnya peraturan tersebut maka sudah

ditentukan perbuatan apa saja yang

merupakan perbuatan yang dilarang atau

diperbolehkan oleh hukum pidana. Ini

artinya menyangkut proses kriminalisasi

yang mengatur baik ruang lingkup perbuatan

yang bersifat melawan hukum,

pertanggungjawaban pidana dan sanksi yang

dapat dijatuhkan baik berupa pidana maupun

tindakan.

Peraturan perundang-undangan pidana

tersebut, maka akan berlanjut pada tahap

aplikasi yaitu penerapan peraturan

perundang-undangan pidana tersebut oleh

hakim. Peraturan perundang-undangan

pidana yang diterapkan oleh hakim akan

dilaksanakan pada tahap eksekusi. Dengan

demikian tahap formulasi merupakan awal

dari upaya penanggulangan dan pencegahan

kejahatan. Apabila upaya awal ini tidak tepat

dalam menetapkan perbuatan pidana, maka

akan mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya.

Formulasi atau pembuatan peraturan

perundang-undangan pidana menduduki

peranan penting karena pada dasarnya setiap

peraturan perundang-undangan bahkan

1 Pramuka Saka Bhayangkara. 2007 Wahai Kaum Muda,

Jangan Berpacu Dengan Ekstasi. Penanggulangan

Narkotika dan Psikotropika. Bina Darma Pemuda Printing,

Jakarta, 2007. Hlm. 143.

peraturan perundang-undangan pidana itu

sendiri akan mempengaruhi kehidupan

masyarakat, sehingga tidak dapat disangkal

lagi kalau pembuatan undang-undang

merupakan proses sosial dan politik yang

sangat penting artinya dan mempunyai

pengaruh luas karena akan memberikan

bentuk dan mengatur atau mengendalikan

masyarakat. Undang-Undang ini digunakan

oleh penguasa untuk mencapai dan

mewujudkan tujuan tertentu. Dengan

demikian dapatlah dikatakan bahwa undang-

undang mempunyai dua fungsi yaitu fungsi

untuk mengekspresikan nilai-nilai dan fungsi

instrumental.2

Penggunaan pidana penjara pada tahap

kebijakan formulatif, maka dalam tahap

kebijakan aplikatif pidana penjara menjadi

jenis pidana yang dominan dalam

penerapannya, yang pada tahap berikutnya

bermuara pada persoalan pelaksanaan

(eksekusi) terpidana penjara. Begitupun

kebijakan formulatif pada Undang-Undang

Narkotika.

Barda Nawawi Arief menyatakan

bahwa penanggulangan tindak pidana

narkoba dapat dilakukan melalui jalur

”penal” (hukum pidana) dan ” non penal” (di

luar hukum pidana)”. Dalam Upaya

penanggulangan kejahatan lewat jalur

2 O.C. Kaligis & Associates. 2002. Narkoba dan

Peredarannya di Indonesia: Reformasi Hukum Pidana

Melalui Perundangan dan Peradilan, Alumni, Bandung.

Hlm. 260

Page 4: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

452

”penal” lebih menitikberatkan pada sifat

”repressive” sesudah kejahatan terjadi,

sedangkan jalur ”non penal” lebih

menitikberatkan pada sifat ”preventive”

(pencegahan/penangkalan/pengendalian)

sebelum kejahatan terjadi.7Dalam hal ini

penanggulangan tindak pidana narkotika

melalui jalur ”penal” (hukum pidana) dalam

menanggulangi tindak pidana narkotika

tercantum dalam Undang-Undang No. 35

tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-

Undang No. 5 Tahun 1997 tentang

psikotropika yang berisi:

Kebijakan kriminalisasi, perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai perbuatan

tindak pidana dalam Undang-Undang

Narkotika diatur dalam Pasal 111 hingga

Pasal 148 dan Undang-Undang Kesehatan

diatur dalam Pasal 59 hingga Pasal

72.Subyek tindak pidana (yang dapat

dipidana) menurut Undang-Undang

Narkotika tersebut berupa orang perorangan

maupun korporasi. Namun di samping itu,

ada pula subjek yang bersifat khusus, yaitu

pimpinan rumah sakit/puskesmas/balai

pengobatan, apotek, dokter, pimpinan

lembaga ilmu pengetahuan, pimpinan pabrik

obat, dan pimpinan pedagang besar farmasi

Kebijakan sanksi pidana dan pemidanaannya

antara lain jenis sanksi dapat berupa pidana

pokok (denda, kurungan, penjara dalam

waktu tertentu/seumur hidup, dan pidana

mati), pidana tambahan (pencabutan izin

usaha/pencabutan hak tertentu), dan tindakan

pengusiran (bagi warga negara asing).

Hukuman bersifat represif lebih cocok

dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana

narkoba yang berperan sebagai produsen

baik yang menyediakan narkoba dengan cara

memproduksi, menanam, eksportir dan

importir atau pun yang berperan

mengedarkan narkoba tersebut.

Penggolongan pelaku tindak pidana

penyalahgunaan narkoba ini diatur dalam

Bab XV tentang Ketentuan Pemidanaan,

Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

Kebijakan formulatif dalam Undang-

Undang Narkotika maupun Undang-Undang

Kesehatan tersebut di atas, maka kebijakan

formulatif ini lebih menitik beratkan pada

kebijakan represif dari pada kebijakan

preventif. Meskipun dalam Undang-Undang

Narkotika telah diatur juga mengenai

kebijakan preventif yang diatur pada Pasal

54 hingga Pasal 59 dan yaitu tentang

rehabilitasi pada orang yang kecanduan

narkotika, namun dalam menjalankan

kebijakan aplikatif ataupun kebijakan

eksekutif, para penegak hukum lebih

cenderung menitik beratkan pada kebijakaan

represif, yaitu menghukum dengan pidana

penjara dan/atau pidana denda. Dalam

menjatuhkan vonisnya terhadap perkara-

perkara narkoba seorang hakim lebih

Page 5: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

453

mengutamakan hukuman pidana penjara

ataupun pidana denda dan mengesampingkan

pilihan pidana yang berupa rehab.

Keberadaan Undang-Undang

Narkotika merupakan suatu upaya politik

hukum pemerintah Indonesia terhadap

penanggulangan tindak pidana narkotika

khususnya di wilayah hukum Sulawesi

Tengah. Dengan demikian, diharapkan

dengan dirumuskanya undang-undang

tersebut dapat menanggulangi peredaran

gelap dan penyalahgunaan narkotika, serta

menjadi acuan dan pedoman kepada

Kepolisan Daerah Sulawesi Tengah dalam

memberantas dan menanggulangi pelaku

ataupun korban dari narkoba itu senidiri,

khususnya pelaku ataupun korban yang

berada di Sulawesi Tengah, dimana dapat

diketahui bahwa pengguna narkotika ataupun

korban narkotika di Sulawesi Tengah dari

tahun ketahun terus meningkat dan juga

menyebar keseluruh kalangan khususnya

masyarakat Sulawesi Tengah maka dalam

hal ini peran dalam menanggulangai

pemakaian narkotika dimasyarakat Sulteng

perlu pihak kepolisian wilayah hukum

Sulawesi Tengah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian

yuridis empris, dan berdasarkan

permasalahan yang diteliti, maka penelitian

ini menggunakan metode penelitian kualitatif

yang akan mengungkap sesuatu yang

berkaitan erat dengan sifat unik dan realitas

sosial dan tingkah laku aparat penegak

hukum dalam rangka mencapai tujuan dan

kepentingan lembaga. Dengan melakukan

penelitian kualitatif ini diharapkan dapat

diperoleh gambaran yang nyata dari praktek

penegakan hukum dalam kaitannya dengan

aturan-aturan tentang kejahatan tindak

pidana narkotika di Sulawesi Tengah.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah

hukum Polda Sulawesi Tengah (Polda

Sulteng). Pemilihan lokasi didasarkan

pertimbangan bahwa penelitian ini

bermaksud melakukan kajian bagaimana

kinerja penegak hukum yaitu kepolisian

daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Pemberantasan dan Penanggulangan Tindak

Pidana Narkoba Oleh Direktorat Reserse

Narkoba Polda Sulawesi Tengah. Dimana

kejahatan ini sangat meresahkan masyakat

Sulawesi Tengah.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

Narkotika Di Wilayah Hukum Direktorat

Reserse Polda Sulteng.

Pada kasus penyalahgunaan narkotika

di wilayah hukum Polda Sulawesi Tengah

sangatlah dinamis dimana dapat dilihat

Page 6: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

454

dalam tabel berikut para pengguna ataupun

korban dalam penyalahgunaan narkotika :3

No. Tindak Pidana Uraian

1 Tanggal 03

November 2016

Penyalahgunaan

Narkotika jenis

shabu

sebagaiman yang

diatur dalam

pasal 114 ayat

(2) Jo pasal 132

ayat (1) dan

pasal 127 ayat

(1) huruf a,

Undang-undang

No.35 Tahun

2009 tentang

narkotika.

BERAT :

382,0919 gram

Berdasarkan

informasi dari

masyarakat bahwa

saudara HASRUL

AHMAD Alias

ARUL sering

melakukan

penyalahgunaan

Narkotika Jenis

Shabu dan yang

bersangkutan juga

sering menjemput

Narkotika jenis

shabu, maka atas

dasar informasi

tersebut petugas

dari Ditresnarkoba

Polda Sulteng

kemudian

melakukan

penyelidikan dan

pada hari kamis

tanggal 03

november 2016

sekitar jam 11.00

3 Hasil wawancara dengan responden Polda Sulteng tanggal

11 November 2019

Wita, tepatnya di

jalan kijang

kelurahan Birobuli

Selatan Kecamatan

Palu Selatan Kota

Palu di salah satu

lorong tidak jauh

dari kantor Sinode,

Saudara HASRUL

AHMAD Alias

ARUL berhasil

dilakukan

penangkapan.

2 Tanggal 15 April

2017

Tindak pidana

Narkotika

Golongan 1 Jenis

shabu yang

dilakukan oleh

LK. ANDRIS

YOPIS

sebagaiman

dimaksud dalam

pasal 114 ayat

(2) dan pasal 112

ayat (2),

Undang-Undang

RI No. 35 Tahun

2009 tentang

narkotika

BERAT :

1756,84 gram

Berdasarkan

laporan informasi

masyarakat dan

hasil lidik tim

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

bahwa LK. ANDRI

YOPIS adalah

pelaku tindak

pidana

penyalahgunaan

narkotika

kemudian anggota

ditres narkoba

polda sulteng

melakukan

penyelidikan maka

pada hari sabtu

tanggal 15 februari

2017 sekitar jam

Page 7: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

455

20.00 wita

mendapatkan

informasi bahwa

yang bersangkutan

akan melakukan

transaksi di jl.

Elang samping

kantor Garindra

kota palu pada

pukul 21 wita di

lakukan

penangkapan dan

penggeledahan

oleh petugas

Ditresnarkoba

polda sulteng serta

disaksikan oleh

saksi masyarakat

setempat

ditemukan

sebanyak 4 (empat)

paket narkotika

jenis shabu

kemudian LK.

ANDRIS YOPIS

Beserta barang

bukti di bawah

kekantor

Ditresnarkoba

Polda sulteng

untuk periksa lebih

lanjut

3 Tanggal 31 Berdasarkan

Agustus 2017

Tindak pidana

Narkotika

Golongan I Jenis

Shabu yang

dilakukan oleh

LK.

MUHAMMAD

ISA

sebagaimana

dimaksud dalam

pasal 112 ayat

(2) Jo 132 Ayat

(1) Undang-

undang RI No.

35 Tahun 2009

Tentang

narkotika

BERAT :

496,378 gram

laporan informasi

masyarakat bahwa

LK. UMAR

LAWADO adalah

seorang pengedar

shabu-shabu maka

dengan dasar

informasi tersebut

petugas dari

Ditresnarkoba

Polda sulteng

terbentuk dalam

tim satgas

melakukan

penyelidikan

terhadap yang

bersangkutan dan

pada hari Rabu

tanggal 02 Agustus

2017 kelurahan

Lasoani kecamatan

mantikolore Kota

palu di lakukan

penangkapan

terhadap LK.

UMAR LAWADO

dan pengeledahan

ditemukan barang

bukti berupa 2

(dua) paket besar

yang diduga jenis

shabu di lantai

dalam kamar dan 7

Page 8: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

456

(tujuh) paket besar

ditemukan dalam

kloset kamar mandi

dan petugas juga

penyitaan 1 (satu)

unit timbangan

digital kemudian

tersangka dan

barang bukti

langsung di

amankan kekantor

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

untuk dilakukan

pemeriksaan

4 Tanggal 09 Mei

2018

Tindak Pidana

Narkotika

Golongan 1 jenis

shabu yang

dilakukan Oleh

MOH.RISKAN

SAPUTRA

sebagaimana

dimaksud dalam

Pasal 114 ayat

(2) dan Pasal 112

ayat (2), undang-

undang Republik

Indonesia Nomor

35 Tahun 2009,

tentang

Berdasarkan

laporan informasi

masyarakat dan

hasil lidik tim

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

bahwa akan adanya

pengiriman

Narkotika jenis

shabu dari kota

medan kekota palu

yang dibawa oleh

seorang kurir LK.

MUHAMMAD

ISA melalui jalur

udara

menggunakan

pesawat LION AIR

Narkotika

BERAT : 376

Gram

sebagai

penumpang

kemudian ketika

target keluar dari

ruang kedatangan

Bandara Mutiara

Sis Al Jufri dan

yang bersangkutan

masuk kedalam

toilet petugas

langsung

melakukan

penangkapan

sekitar pukul 21.00

wita. Kemudian

petugas melakukan

penggeledahan

terhadap LK.

MUHAMMAD

ISA ditemukan 5

(lima) bungkus

narkotika jenis

shabu dalam plastic

hitam yang

disimpan dalam tas

ransel milik LK.

MUHAMMAD

ISA Selanjutnya

Tersangka beserta

barang bukti lainya

di bawa ke kantor

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

Page 9: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

457

untuk di periksa

lebih lanjut

5 Tanggal 30 Juli

2018

Tindak Pidana

Narkotika

Golongan 1 jenis

shabu yang

dilakukan Oleh

MOH SURYA

HARYOKO

Berteman

sebagaimana di

maksud Pasal

114 ayat (2) dan

atau Pasal 112

ayat (2) Yo Pasal

132 ayat (1)

Undang-Undang

RI No. 35 Tahun

2009 tentang

Narkotika

992 butir Pil

PCC

11 Butir Pil

ekstasi

Shabu Seberat :

6.1151 Gram

pada hari senin

tanggal 30 Juni

2018 sekitar jam

21.45 wita

bertempat di Jalan

Dewi Sartika depan

Lapas Klas IIA

Palu Petugas

Ditresnarkoba

Polda Sulteng telah

melakukan

pemeriksaan dan

penggeledahan di

TKP I terhadap Lk.

MOH. SURYA

HARYOKO Dari

hasil pemeriksaan

petugas

menemukan barang

bukti 1 (satu) paket

plastik transparan

berisi serbuk kristal

warna bening

diduga Narkotika

Gol I Jenis Shabu

yang sempat di

buang oleh

tersangka.

Selanjutnya pada

pukul 23.30 wita

Petugas melakukan

penggeledahan

terhadap rumah

milik Lk. MOH.

SURYA

HARYOKO alias

SURYA yang

merupakan TKP II

yang berada di

jalan Sulawesi No.

91 Kota Palu.

Adapun barang

bukti yang

ditemukan berupa

2 (dua) paket

Narkotika jenis

sabu, 1 (satu)

bungkus yang

berisikan 11 butir

yang diduga

Ekstasi, serta 992

Butir Pil PCC

barang bukti

tersebut disimpan

didalam dompet

warna hitam yang

ditemukan dalam

kamar beserta

barang bukti

lainnya yaitu

sejumlah plastic

bening dan

timbangan digital.

Selanjutnya dari

Page 10: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

458

hasil introgasi

bahwa barang bukti

berupa sabu

tersebut di peroleh

dari seorang lelaki

sehingga sekitar

pukul 02.30 wita

petugas melakukan

pengembangan dan

mengamankan Lk.

MAHYUDIN

dirumahnya jalan

Dewi sartika kel.

Birobuli Kec. Palu

Selatan Kota Palu

yang diduga ada

kaitanya dengan

barang bukti sabu

yang ditemukan

petugas dari Lk.

SURYA. Petugas

Ditresnarkoba

melakukan

penggeledahan

dalam rumah Lk.

MAHYUDDIN

dan petugas

menyita barang

bukti berupa 6

(enam) pack plastic

bening, 1 (satu)

rangkaian alat

hisap sabu serta

beberapa barang

bukti lainnya.

Kemudian petugas

mengamankan

terduga kekantor

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

selanjutnya pada

hari selasa sekitar

pukul 11.00 wita di

lakukan

penggeledahan

kembali di Mako

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

terhadap dompet

milik Lk. MOH.

SURYA

HARYOKO yang

disaksikan oleh

saksi anggota dan

ditemukan kembali

barang bukti

berupa 4 (empat)

paket sabu yang

diselip dalam

dompet dan

dilakukan

penyitaan

6 tanggal 11 Maret

2019

Tindak Pidana

Narkotika

Pada hari senin

tanggal 11 Maret

2019 sekitar pukul

16.30 Wita, Subdit

Page 11: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

459

Golongan 1 jenis

shabu yang

dilakukan Oleh .

IRWANSYAH

sebagaimana di

maksud dalam

Pasal 114 ayat

(2) dan pasal

112 ayat (2),

Undang-Undang

RI No. 35 Tahun

2009 tentang

Narkotika.

Berat : 118. 8122

Gram

III melakukan

penyelidikan di

Jalan Jalur Gaza

yang di pimpin

oleh Kasubdit III

AKBP P.

SEMBIRING, SIK

dan Kanit I Subdit

III AKP ARDY

AGUNG

PERMADI, SH.,

SIK, Kemudian

pukul 18.30 Wita

petugas berhasil

melakukan

penangkapan

terhadap Lk.

IRWANSYAH

tepatnya di Jalan

jalur Gaza yang

tidak jauh dari

rumah Lk.

IRWANSYAH

Pada saat

dilakukan

penangkapan

petugas melakukan

penggeledahan

yang disaksikan

oleh Ketua RT

setempat. Dari

hasil

penggeledahan

petugas

mengamankan 1

(satu) paket sedang

yang diduga

Narkotika jenis

sabu yang

disimpan didalam

pembungkus rokok

Dunhill warna

putih yang

disimpan didalam

kantong celana

sebelah kanan.

kemudian petugas

melakukan

penggeledahan

kembali didalam

rumah Lk.

IRWANSYAH dan

menemukan 1

(satu) paket sedang

diduga Narkotika

jenis sabu di

belakang AC

duduk dan 1 (satu)

paket sedang

diduga Narkotika

jenis sabu

ditemukan di

dalam laci lemari

dan petugas

mengamankan 1

(satu) buah

Page 12: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

460

timbangan Digital

dan 1 (satu) pack

plastic bening

ukuran sedang.

Selanjutnya

tersangka dan

barang bukti

dibawa kekantor

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

Untuk dilakukan

pemeriksaan lebih

lanjut.

7 tanggal 25 Juni

2019

Tindak Pidana

Narkotika

Golongan 1 jenis

shabu yang

dilakukan Oleh

RENDI FAISAL

sebagaimana

diatur dalam

pasal 114 ayat

(2)) dan pasal

112 ayat (2),

Undang-undang

No. 35 Tahun

2009 tentang

Narkotika.

Berat : 49.8112

Gram

Pada hari Selasa

tanggal 25 Juni

2019 Petugas

Kepolisian dari

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

memperoleh

informasi dari

masyaraat bahwa

saudara Lk.

RENDI FAISAL

BIN SARIFUDIN

akan melakukan

transaksi Narkotika

jenis Shabu-shabu

maka dari

informasi tersebut

oleh Kasubdit III

AKBP P.

SEMBIRING, SIK

memerintahkan

anggota lapangan

untuk melakukan

penyelidikan

terhadap yang

bersangkutan dan

sekitar jam 15.00

wita, dilakukan

penangkapan dan

penggeledahan

terhadap saudara

Lk. RENDI

FAISAL BIN

SARIFUDIN di

daerah Tinggede

Kel. Tinggede Kec.

Marawola Kab.

SIGI dan pada saat

penggeledahan

petugas kepolisian

menemukan barang

bukti berupa 2

(dua) paket

Narkotika jenis

Shabu-shabu yang

di antaranya 1

(satu) paket ukuran

besar dan 1 (satu)

paket ukuran kecil

di dalam kantong

sebelah kiri yang

bersangkutan,

kemudian yang

Page 13: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

461

bersangkutan dan

barang bukti

langsung di

amankan ke kantor

Ditresnarkoba

Polda Sulteng

untuk dilakukan

sidik lanjut

Tabel penyalahguna narkotika di wilayah

hukum Sulawesi Tengah

Berdasarkan penjelasan tabel diatas

maka dapat dilihat penyalahgunaan narkotika

di wilayah hukum Sulawesi Tengah setiap

tahunnya terus meningkat hal ini

dikarenakan beberapa faktor. Menurut

Alfius meningkatnya penyalahgunaan

narkotika di wilayah hukum Polda Sulteng

terjadi dikarenakan kurangnya peran

keluarga dalam mengawasi pergaulan serta

peran keluarga dalam mendidik anak dalam

kehidupan sehari-hari, sedangkan menurut

Umar Irham meningkatnya penyalahgunaan

narkotika di wilayah hukum Polda Sulteng

terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu: 4

a. Faktor Dari Luar Lingkungan Keluarga

Adanya sindikat narkoba International

yang berupaya untuk menembus setiap

tembok penghalang di negara maupun

dengan tujuan untuk mencari keuntungan /

subversi. Dengan jaringannya yang cukup

terorganisir dengan rapi, sindikat-sindikat

4 Hasil wawancara dengan responden di Polda Sulteng

tanggal 11 November 2019

narkoba berupaya dengan keras untuk

menciptakan konsumen-konsumen baru

dalam mengembangkan pemasaran

narkotik dan obat keras.

b. Lingkungan Yang Sudah Mulai Tercemar

Oleh Kebiasaan

Penyalahgunaan narkotika dan obat keras,

mudah sekali menyerap korban-korban

baru di sekitarnya. Lingkungan ini

biasanya tercipta oleh upaya pedagang

obat keras dan narkotika sebagai agen /

kaki tangan sindikat narkotika. Ada juga

yang tercipta karena adanya pendatang

baru ke dalam suatu lingkungan

masyarakat yang mebawa “oleh-oleh”

yang disebabkan diantara rekannya yang

terdorong oleh rasa ingi tahu, ingin

mencoba.

c. Lingkungan “LIAR”

Lingkungan seperti ini ialah suatu

lingkungan yang lepas dari pengawasan

dan bimbingan. Lingkungan seperti ini

dicita-citakan oleh sekelompok anak-anak

muda yang ingin mencari kebebasan

tersendiri. Kelompok ini diawali dengan

perbuatan-perbuatan yang sifatnya

demonstratif dengan menonjolkan nama

gang mereka “Anterian” Kegiatan

selanjutnya dari kelompok ini ialah

dengan tindak kekerasan, perkelahian,

perkosaan, kejahatan, dan tindakan-

tindakan lainnya yang negatif, termasuk

penggunaan narkotika dan obat-obat keras

secara bebas dan berlebihan. Lingkungan

Page 14: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

462

seperti ni pada saat sekarang memberikan

rangsangan yang sangat keras kepada

remaja yang jiwanya di tuntut untuk

mendapat kebebasan dan kehebatan-

kehebatan. Lingkungan seperti ini pula

biasanya menjadi sumber distribusi

narkotika dan obat keras lainnya.

d. Faktor dari dalam Lingkungan Keluarga

Masalah ini yang sedang melanda kita

dewasa ini, diawali dengan kesibukan si

Ayah dalam mengejar “karier” atau

“ngobyek” untuk mencari atau mengejar

kekayaan yang berlimpah sehingga

kebutuhan keluarga terlupakan. Istilah :

“Uang mengatur segalanya”. Mulai

popular pada saat sekarang ini, terutama

dikota-kota besar persaingan satu dan

lainnya secara diam-diam berjalan

dahsyat. Dalam persaingan yang tidak

resmi inilah orang terpacu untuk mengejar

karier atau kekayaan dengan segala cara

termasuk menelantarkan keluarganya. Di

lain pihak ibu yang mulai dekat dengan

anak mulai pula kejangkitan wabah arisan,

bisnis, show disana-sini, shopping dan

seribu dan satu kegiatan yang mulai

merenggangkan komunikasi antara orang

tua dengan putra-putrinya. Urusan

keluarga biasanya diserahkan kepada si

“mbok”. Inilah titik awal dari

terjerumusnya generasi muda ke lembah

narkotika dan obat keras. Rumah yang

fungsinya tempat berteduh, tempat

melepaskan kerinduan antara anggota

keluarga satu dengan yang lainnya, tempat

memadu kasih sayang antara orang tua dan

anak, akan sedikit demi sedikit berubah

fungsi menjadi tempat persinggahan saja.

Keadaan ini yang akan mendorong si putra

/ putri untuk mencari kesibukan di luar

seperti halnya mamah dan papah.5

Upaya pencegahan dan

penanggulangaan kejahatan penyalahgunaan

narkotika, tentu dengan sendirinya kita akan

membicarakan penegakan hukum terutama

penegakan hukum pidana terhadap suatu

perbuatan (peristiwa), dan orientasinya tidak

terlepas dari proses penyelesaian suatu

perkara pidana melalui prosedur hukum,

yaitu prosedur hukum melalui peradilan

pidana. Pencegahan dan penanggulangan

terhadap kejahatan penyalahgunaan

narkotika merupakan upaya agar setiap orang

mematuhi dan menghormati ketentuan

hukum yang berlaku.

Upaya ini tentunya tidak terlepas dari

tindakan preventif, represif dan pre-emtif

yaitu dengan melakukan pencegahan

sebelum terjadinya kejahatan dan tindakan

represif yaitu dengan melakukan pencegahan

sebelum terjadinya kejahatan dan Lembaga

Kepolisian Negara Republik Indonesia

adalah suatu lembaga yang mengemban

5 https://media.neliti.com/media/publications/12297-ID-

bahaya-penyalahgunaan-narkoba-serta-usaha-pencegahan-

dan-penanggulangannya-suatu (12/4/2018). Diakses

padatanggal 28 Oktober 2019

Page 15: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

463

fungsi pemerintahan bidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat,

penegakan hukum, memberikan

perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat, berlandaskan pada asas.

Upaya konkret guna mencegah

penyalahgunaan narkoba khususnya di

masyarakat Sulawesi Tengah yang

melibatkan partisipasi semua pihak mulai

dari pemerintah, masyarakat, keluarga

maupun sekolah. Mencegah lebih baik

mengobati.

2. Hambatan Dalam Upaya Penanggulangan

Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulteng

Dalam Menanggulangi Tindak Pidana

Narkotika di Wilayah Hukum Sulawesi

Tengah.

Ada beberapa hambatan-hambatan

yang dialami oleh Kepolisian Daerah

Sulawesi Tengah dalam melakukan langkah-

langkah penanggulangan tindak pidana

narkotika. Berdasarkan Wawancara dengan

Jonathan Utan hambatan yang dialami Polda

Sulawesi Tengah yaitu dari Faktor internal

dan eksternal.

Faktor internal yang pertama adalah

mengenai sarana dan fasilitas yaitu

kurangnya transportasi, kurangnya alat tes

urine dan alat deteksi. Faktor internal yang

kedua adalah kurangnya personil kepolisian

atau SDM kepolisian bilamana melakukan

pengecekan barang misalnya di pelabuhan

pemeriksaan truck yang membawa barang

banyak. Faktor internal yang ketiga adalah

kurangnya dana operasional,dimana dana

operasional diperlukan pada teknik

Undercover Buy. Polisi yang menyamar

harus membeli narkotika dan memerlukan

dana yang besar bila ingin mendapatkan

barang bukti yang banyak.6

Hambatan-hambatan penanggulangan

tidak hanya terjadi pada institusi kepolisian

saja namun terdapat juga diluar institusi atau

berasal dari faktor eksternal. Beberapa

hambatan berdasarkan faktor eksternal yaitu

berasal dari lingkungan, masyarakat dan

pelaku itu sendiri.

Faktor eksternal yang pertama yaitu

pada masyarakat, yaitu tidak sedikit

masyarakat yang tidak mau melaporkan atau

memberi informasi ke kepolisian bila terjadi

tindak pidana dilingkungannya. Penyebabnya

adalah tidak adanya kepedulian dan adanya

rasa takut terhadap pelaku. Hambatan yang

kedua adalah pada modus operandi pelaku

yang semakin berkembang, dimana pelaku

kejahatan menggunakan berbagai cara untuk

membawa narkotika. Sistem tempel juga

menjadi hambatan, dikarenakan pelaku

menaruh barang di tempat yang telah

dijanjikan, pelaku berhubungan dengan

pembeli melalui handphone.

6 Hasil wawancara responden dari Polda Sulteng Tanggal 15

November 2019

Page 16: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

464

Hambatan berikutnya yaitu komunikasi

menggunakan sosial media dan via transfer

m-banking. Dengan menggunakan aplikasi

chating yang tersedia para pembeli dan

penjual dapat membeli tanpa harus bertemu

dan biasanya para pelaku menggunakan akun

palsu dalam menjalankan aksinya. Faktor

penghambat terakhir yaitu adanya varian

narkotika baru, dikarenakan apabila pelaku

terdapat membawa narkotika jenis baru orang

tersebut tidak dapat dikenakan pidana. Hal

tersebut dikarenakan di dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 belum

mengatur tentang itu. Sesuai dengan asas

hukum pidana yaitu asas legalitas yang

terdapat pada Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana yang berbunyi

“Suatu perbuatan hanya merupakan tindak

pidana, jika ini ditentukan lebih dulu dalam

suatu ketentuan perundang-undangan”.

Berdasarkan penjelasan diatas maka

dapat dilihat banyak faktor-faktor

penghambat dalam penanggulangan tindak

pidana narkotika diwilayah hukum Polda

Sulteng hal ini relevan dengan teori

efektifitas hukum yang dikemukakan

Soerjono Soekanto tersebut, mengatakan

faktor-faktor yang menghambat efektifitas

penegakan hukum (hakim, jaksa, polisi dan

penasihat hukum) akan tetapi juga terletak

pada faktor sosialisasi hukum yang sering

diabaikan.7 Penegakan hukum dapat

berlangsung secara normal dan damai tetapi

dapat juga karena pelanggaran hukum.

Dalam hal ini hukum yang dilanggar itu

harus ditegakkan, melalui penegakan hukum

inilah hukum menjadi kenyataan. Sudikno

dan Pitlo bahwa dalam penegakan hukum,

kemanfaatan dan keadilan. Supermasi hukum

harus dilaksanakan sesuai dengan ungkapan

“fiat justucia et preat mandus” (meskipun

langitpun runtuh hukum harus ditegakan).8

Hukum menetapkan apa yang harus

dilakukan dan apa yang boleh dilakukan serta

apa yang tidak boleh dilakukan. Sasaran

hukum yang hendak disetujui bukan saja

orang yang nyata-nyata berbuat melawan

hukum, melainkan juga perbuatan hukum

yang mungkin juga akan terjadi, dan kepada

alat perlengkapan negara untuk bertindak

menurut hukum. sistem bekerjanya hukum

yang demikian itu merupakan salah satu

bentuk penegakan hukum.

PENUTUP

Kesimpulan

Upaya penanggulangaan kejahatan

penyalahgunaan narkotika, orientasinya tidak

terlepas dari proses penyelesaian suatu

perkara pidana melalui prosedur hukum,

yaitu prosedur hukum melalui peradilan

7 Romli Atmasasmita. 2001. Perkembangan Pemikiran Hak

Asasi Manusia dan Penegakan Hukum. Mandar Maju.

Bandung. lm 55 8 Sudikno dan Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan

Hukum. Citra Aditya Bhakti. Yogyakarta. Hlm 1

Page 17: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

465

pidana. Penanggulangan terhadap kejahatan

penyalahgunaan narkotika merupakan upaya

agar setiap orang mematuhi dan

menghormati ketentuan hukum yang berlaku,

upaya ini tentunya tidak terlepas dari

tindakan prventif, represif dan pre-emtif

yaitu dengan melakukan pencegahan

sebulum terjadinya kejahatan dan tindakan

represif yaitu dengan melakukan pencegahan

sebelum terjadinya kejahatan tindak pidana

narkotika.

Adanya hambatan-hambatan yang

terjadi pada upaya penanggulangan tindak

pidana narkotika terdapat pada faktor internal

dan eksternal. Hambatan pada faktor internal

adalah mengenai sarana dan fasilitas yang

kurang, kurangnya personil kepolisian,

kurangnya dana operasional, dan kurangnya

SDM dalam bahasa asing. Hambatan yang

terjadi pada faktor eksternal yaitu modus

operandi para pelaku yang berkembang,

menggunakan sosial media dan rasa takut

dan ketidak pedulian masyarakat.

Olehnya itu, diperlukan kerjasama

masyarakat dengan aparat hukum untuk

memberikan informasi yang seluas-luasnya

dalam upaya pengungkapan kasus kriminal

khususnya tindak pidana narkotika. Dan,

memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya untuk penyidik agar dapat

mendapatkan standar penyidik profesional

khususnya di wilayah hukum Polda Sulteng.

REFERENSI

Adam Chazawi. 2002. Penafsiran Hukum

Pidana dan Dasar Pemidanaan.

Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Adami Chazawi. 2008. Pembelajaran Hukum

Pidana. Rajagrafindo Persada. Jakarta

Andi Hamzah dan R.M Surahman. 1994

kejahatan Narkotika dan Psikotropika

Jakarta:Sinar Grafika

Anton M. Mulyono. 1998. Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka.

Bambang Poernomo. 1992 Asas-Asas Hukum

Pidana. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Baribing Simpul, RE. 2001. Mewujudkan

Supermasi Hukum. Jakarta: Pusat

Kegiatan Reformasi.

Barda Nawawi Arief, 2010, Masalah

Penegakan Hukum dan Kebijakan

Hukum Pidana Dalam Penangulangan

Kejahatan, Jakarta: Kencana.

Erdianto Efendi. 2011. Pidana Indonesia.

Suatu Pengantar. Bandung: Rafika

Aditama.

Hasan Sadly. 2000. Kamus Inggris

Indonesia, Jakarta: Gramedia.

Hari Sasangka, 2003 Narkotika dan

Psikotropika Dalam Hukum Pidana:

Untuk Mahasiswa, Praktisi dan

Penyuluh masalah narkoba, Jakarta:

CV. Mandar Maju.

https://media.neliti.com/media/publications/1

2297-ID-bahaya-penyalahgunaan-

narkoba-serta-usaha-pencegahan-dan-

Page 18: ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020

466

penanggulangannya-suatu (12/4/2018).

Diakses padatanggal 28 Oktober 2019

Lexy Moleong. 1994. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Remaja Rosdakarya

Markas Besar Kepolisian Negara Republik

Indonesia 2005, Jakarta : Perpolisian

Masyarakat (Polmas).

O.C. Kaligis & Associates. 2002. Narkoba

dan Peredarannya di Indonesia:

Reformasi Hukum Pidana Melalui

Perundangan dan Peradilan, Bandung:

Alumni.

Pramuka Saka Bhayangkara. 2007. Wahai

Kaum Muda, Jangan Berpacu Dengan

Ekstasi. Penanggulangan Narkotika

dan Psikotropika. Jakarta : Bina

Darma Pemuda Printing.

Romli Atmasasmita. 2001. Perkembangan

Pemikiran Hak Asasi Manusia dan

Penegakan Hukum. Bandung: Mandar

Maju.

Soebroto Brotodiredjo. 1983. Azas-azas

Wewenang Kepolisian, Majalah

Byangkara, No. 60 PTIK, Jakarta.

Sudikno dan Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang

Penemuan Hukum. Yogyakarta : Citra

Aditya Bhakti.