ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …
Transcript of ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI …
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
449
ANALISIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOBA DI WILAYAH
HUKUM DIREKTORAT RESERSE NARKOBA POLDA SULAWESI TENGAH
Kiky Khristina
Email: [email protected]
Universitas Tadulako
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanggulangan tindak pidana narkotika oleh
Direktorat Reserse Narkaba Polda Sulawesi Tengah. Jenis penelitian dalam penulisan ini
adalah deskriptif ( descriptive research ), dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Metode penelitian dengan mendasarkan pada konsep hukum. Bentuk penelitian yang
digunakan adalah diagnostik-evaluatif Analisis datanya menggunakan analisis kualitatif
yang selanjutnya dianalisis secara logis sistematis. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian
dan pembahasan sehubungan dengan masalah yang dikaji, dapat disimpulkan sebagai
berikut : Upaya penanggulangaan kejahatan penyalahgunaan narkotika, orientasinya tidak
terlepas dari proses penyelesaian suatu perkara pidana melalui prosedur hukum, yaitu
prosedur hukum melalui peradilan pidana. Penanggulangan terhadap kejahatan
penyalahgunaan narkotika merupakan upaya agar setiap orang mematuhi dan menghormati
ketentuan hukum yang berlaku, upaya ini tentunya tidak terlepas dari tindakan prventif,
represif dan pre-emtif yaitu dengan melakukan pencegahan sebulum terjadinya kejahatan
dan tindakan represif yaitu dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan
tindak pidana narkotika.Faktor internal pertama mengenai sarana dan fasilitas yaitu
kurangnya transportasi, kurangnya alat tes urine dan alat deteksi. Faktor internal yang
kedua adalah kurangnya personil kepolisian atau SDM kepolisian bilamana melakukan
penyidikan penyidik yang memiliki kompetensi sesusai standar penyidik profesional
sangatlah kurang. Faktor internal yang ketiga adalah kurangnya dana operasional, dimana
dana operasional diperlukan pada teknik Undercover Buy. Polisi yang menyamar harus
membeli narkotika dan memerlukan dana yang besar bila ingin mendapatkan barang bukti
yang banyak
Kata Kunci: Penanggulangan; Tindak Pidana Narkotika
PENDAHULUAN
Peredaran Narkoba di Indonesia
apabila ditinjau dari aspek yuridis adalah
sah keberadaannya. Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(yang selanjutnya disebut Undang-Undang
Narkotika) hanya melarang terhadap
penggunaan narkoba tanpa izin oleh
undang-undang yang dimaksud. Keadaan
yang demikian ini dalam tataran
empirisnya, penggunaan narkoba sering
disalahgunakan bukan untuk kepentingan
pengobatan dan ilmu pengetahuan. Akan
tetapi jauh dari pada itu, dijadikan ajang
bisnis yang menjanjikan dan berkembang
pesat, yang mana kegiatan ini berimbas
pada rusaknya mental baik fisik maupun
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
450
psikis pemakai narkoba khususnya generasi
muda.
Penyalahgunaan narkotika dan zat
adiktif lainnya adalah merupakan ancaman
nasional yang perlu ditanggulangi sedini
mungkin karena merupakan ancaman
terhadap peradaban manusia yang pada
akhirnya akan membahayakan stabilitas
nasional bahkan mengancam pertahanan dan
keamanan negara. Ancaman penyalahgunaan
obat-obatan terlarang tersebut dapat menjadi
kerikil tajam bagi kelancaran pembangunan,
khususnya pembangunan sumber daya
manusia, sehingga perlu ditanggulangi oleh
pemerintah maupun masyarakat
Penegakan hukum terhadap kejahatan
di Indonesia, khususnya dalam hal
pemidanaan, seharusnya merujuk pada
pendekatan norma hukum yang bersifat
membina penjahat dengan melakukan
pembinaan di lembaga pemasyarakatan,
dengan demikian dapat memperbaiki
terpidana di lembaga pemasyarakatan
tersebut. Seharusnya hal ini mampu
memberikan wacana kepada para hakim
dalam merumuskan vonis penjatuhan pidana
kepada para pelaku kejahatan agar mampu
menangkap aspirasi keadilan masyarakat.
Sementara itu, dalam kenyataan empiris di
bidang pemidanaan secara umum masih
menganut konsep hanya menghukum
terpidana di lembaga pemasyarakatan,
dengan demikian dapat memberikan
gambaran bahwa kejahatan tersebut hanya
terhenti sesaat dan akan muncul kembali
dalam lingkungan kehidupan sosial
masyarakat, padahal tidak demikian yang
terjadi. Kebijakan hukum pidana (penal
policy) atau penal-law enforcement policy
operasionalisasinya melalui beberapa tahap
yaitu tahap formulasi (kebijakan legislatif);
tahap aplikasi (kebijakan yudikatif/yudicial)
dan tahap eksekusi (kebijakan
eksekutif/administratif). Tahap formulasi
adalah tahap penetapan atau perumusan
hukum pidana oleh pembuat undang-undang
atau disebut juga tahap penegakan hukum in
abstracto oleh badan pembuat undang-
undang. Tahap aplikasi adalah tahap
penerapan hukum pidana oleh aparat
penegak hukum mulai dari kepolisian,
kejaksaan sampai ke pengadilan, sedangkan
tahap eksekusi adalah tahap pelaksanaan
pidana oleh aparat pelaksana atau eksekusi
pidana.
Formulasi sebagaimana dikatakan oleh
Barda Nawawi Arief merupakan tahap yang
paling strategis dari upaya pencegahan dan
penanggulangan kejahatan melalui kebijakan
hukum pidana. Kesalahan/ kelemahan
kebijakan legislatif merupakan kesalahan
strategis yang dapat menjadi penghambat
upaya pencegahan dan penanggulangan
kejahatan pada tahap aplikasi dan
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
451
eksekusi.1Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut : dalam tahap formulasi ini peraturan
perundang-undangan pidana dibuat. Dengan
dibuatnya peraturan tersebut maka sudah
ditentukan perbuatan apa saja yang
merupakan perbuatan yang dilarang atau
diperbolehkan oleh hukum pidana. Ini
artinya menyangkut proses kriminalisasi
yang mengatur baik ruang lingkup perbuatan
yang bersifat melawan hukum,
pertanggungjawaban pidana dan sanksi yang
dapat dijatuhkan baik berupa pidana maupun
tindakan.
Peraturan perundang-undangan pidana
tersebut, maka akan berlanjut pada tahap
aplikasi yaitu penerapan peraturan
perundang-undangan pidana tersebut oleh
hakim. Peraturan perundang-undangan
pidana yang diterapkan oleh hakim akan
dilaksanakan pada tahap eksekusi. Dengan
demikian tahap formulasi merupakan awal
dari upaya penanggulangan dan pencegahan
kejahatan. Apabila upaya awal ini tidak tepat
dalam menetapkan perbuatan pidana, maka
akan mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya.
Formulasi atau pembuatan peraturan
perundang-undangan pidana menduduki
peranan penting karena pada dasarnya setiap
peraturan perundang-undangan bahkan
1 Pramuka Saka Bhayangkara. 2007 Wahai Kaum Muda,
Jangan Berpacu Dengan Ekstasi. Penanggulangan
Narkotika dan Psikotropika. Bina Darma Pemuda Printing,
Jakarta, 2007. Hlm. 143.
peraturan perundang-undangan pidana itu
sendiri akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat, sehingga tidak dapat disangkal
lagi kalau pembuatan undang-undang
merupakan proses sosial dan politik yang
sangat penting artinya dan mempunyai
pengaruh luas karena akan memberikan
bentuk dan mengatur atau mengendalikan
masyarakat. Undang-Undang ini digunakan
oleh penguasa untuk mencapai dan
mewujudkan tujuan tertentu. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa undang-
undang mempunyai dua fungsi yaitu fungsi
untuk mengekspresikan nilai-nilai dan fungsi
instrumental.2
Penggunaan pidana penjara pada tahap
kebijakan formulatif, maka dalam tahap
kebijakan aplikatif pidana penjara menjadi
jenis pidana yang dominan dalam
penerapannya, yang pada tahap berikutnya
bermuara pada persoalan pelaksanaan
(eksekusi) terpidana penjara. Begitupun
kebijakan formulatif pada Undang-Undang
Narkotika.
Barda Nawawi Arief menyatakan
bahwa penanggulangan tindak pidana
narkoba dapat dilakukan melalui jalur
”penal” (hukum pidana) dan ” non penal” (di
luar hukum pidana)”. Dalam Upaya
penanggulangan kejahatan lewat jalur
2 O.C. Kaligis & Associates. 2002. Narkoba dan
Peredarannya di Indonesia: Reformasi Hukum Pidana
Melalui Perundangan dan Peradilan, Alumni, Bandung.
Hlm. 260
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
452
”penal” lebih menitikberatkan pada sifat
”repressive” sesudah kejahatan terjadi,
sedangkan jalur ”non penal” lebih
menitikberatkan pada sifat ”preventive”
(pencegahan/penangkalan/pengendalian)
sebelum kejahatan terjadi.7Dalam hal ini
penanggulangan tindak pidana narkotika
melalui jalur ”penal” (hukum pidana) dalam
menanggulangi tindak pidana narkotika
tercantum dalam Undang-Undang No. 35
tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-
Undang No. 5 Tahun 1997 tentang
psikotropika yang berisi:
Kebijakan kriminalisasi, perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai perbuatan
tindak pidana dalam Undang-Undang
Narkotika diatur dalam Pasal 111 hingga
Pasal 148 dan Undang-Undang Kesehatan
diatur dalam Pasal 59 hingga Pasal
72.Subyek tindak pidana (yang dapat
dipidana) menurut Undang-Undang
Narkotika tersebut berupa orang perorangan
maupun korporasi. Namun di samping itu,
ada pula subjek yang bersifat khusus, yaitu
pimpinan rumah sakit/puskesmas/balai
pengobatan, apotek, dokter, pimpinan
lembaga ilmu pengetahuan, pimpinan pabrik
obat, dan pimpinan pedagang besar farmasi
Kebijakan sanksi pidana dan pemidanaannya
antara lain jenis sanksi dapat berupa pidana
pokok (denda, kurungan, penjara dalam
waktu tertentu/seumur hidup, dan pidana
mati), pidana tambahan (pencabutan izin
usaha/pencabutan hak tertentu), dan tindakan
pengusiran (bagi warga negara asing).
Hukuman bersifat represif lebih cocok
dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana
narkoba yang berperan sebagai produsen
baik yang menyediakan narkoba dengan cara
memproduksi, menanam, eksportir dan
importir atau pun yang berperan
mengedarkan narkoba tersebut.
Penggolongan pelaku tindak pidana
penyalahgunaan narkoba ini diatur dalam
Bab XV tentang Ketentuan Pemidanaan,
Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
Kebijakan formulatif dalam Undang-
Undang Narkotika maupun Undang-Undang
Kesehatan tersebut di atas, maka kebijakan
formulatif ini lebih menitik beratkan pada
kebijakan represif dari pada kebijakan
preventif. Meskipun dalam Undang-Undang
Narkotika telah diatur juga mengenai
kebijakan preventif yang diatur pada Pasal
54 hingga Pasal 59 dan yaitu tentang
rehabilitasi pada orang yang kecanduan
narkotika, namun dalam menjalankan
kebijakan aplikatif ataupun kebijakan
eksekutif, para penegak hukum lebih
cenderung menitik beratkan pada kebijakaan
represif, yaitu menghukum dengan pidana
penjara dan/atau pidana denda. Dalam
menjatuhkan vonisnya terhadap perkara-
perkara narkoba seorang hakim lebih
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
453
mengutamakan hukuman pidana penjara
ataupun pidana denda dan mengesampingkan
pilihan pidana yang berupa rehab.
Keberadaan Undang-Undang
Narkotika merupakan suatu upaya politik
hukum pemerintah Indonesia terhadap
penanggulangan tindak pidana narkotika
khususnya di wilayah hukum Sulawesi
Tengah. Dengan demikian, diharapkan
dengan dirumuskanya undang-undang
tersebut dapat menanggulangi peredaran
gelap dan penyalahgunaan narkotika, serta
menjadi acuan dan pedoman kepada
Kepolisan Daerah Sulawesi Tengah dalam
memberantas dan menanggulangi pelaku
ataupun korban dari narkoba itu senidiri,
khususnya pelaku ataupun korban yang
berada di Sulawesi Tengah, dimana dapat
diketahui bahwa pengguna narkotika ataupun
korban narkotika di Sulawesi Tengah dari
tahun ketahun terus meningkat dan juga
menyebar keseluruh kalangan khususnya
masyarakat Sulawesi Tengah maka dalam
hal ini peran dalam menanggulangai
pemakaian narkotika dimasyarakat Sulteng
perlu pihak kepolisian wilayah hukum
Sulawesi Tengah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian
yuridis empris, dan berdasarkan
permasalahan yang diteliti, maka penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif
yang akan mengungkap sesuatu yang
berkaitan erat dengan sifat unik dan realitas
sosial dan tingkah laku aparat penegak
hukum dalam rangka mencapai tujuan dan
kepentingan lembaga. Dengan melakukan
penelitian kualitatif ini diharapkan dapat
diperoleh gambaran yang nyata dari praktek
penegakan hukum dalam kaitannya dengan
aturan-aturan tentang kejahatan tindak
pidana narkotika di Sulawesi Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
hukum Polda Sulawesi Tengah (Polda
Sulteng). Pemilihan lokasi didasarkan
pertimbangan bahwa penelitian ini
bermaksud melakukan kajian bagaimana
kinerja penegak hukum yaitu kepolisian
daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Pemberantasan dan Penanggulangan Tindak
Pidana Narkoba Oleh Direktorat Reserse
Narkoba Polda Sulawesi Tengah. Dimana
kejahatan ini sangat meresahkan masyakat
Sulawesi Tengah.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana
Narkotika Di Wilayah Hukum Direktorat
Reserse Polda Sulteng.
Pada kasus penyalahgunaan narkotika
di wilayah hukum Polda Sulawesi Tengah
sangatlah dinamis dimana dapat dilihat
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
454
dalam tabel berikut para pengguna ataupun
korban dalam penyalahgunaan narkotika :3
No. Tindak Pidana Uraian
1 Tanggal 03
November 2016
Penyalahgunaan
Narkotika jenis
shabu
sebagaiman yang
diatur dalam
pasal 114 ayat
(2) Jo pasal 132
ayat (1) dan
pasal 127 ayat
(1) huruf a,
Undang-undang
No.35 Tahun
2009 tentang
narkotika.
BERAT :
382,0919 gram
Berdasarkan
informasi dari
masyarakat bahwa
saudara HASRUL
AHMAD Alias
ARUL sering
melakukan
penyalahgunaan
Narkotika Jenis
Shabu dan yang
bersangkutan juga
sering menjemput
Narkotika jenis
shabu, maka atas
dasar informasi
tersebut petugas
dari Ditresnarkoba
Polda Sulteng
kemudian
melakukan
penyelidikan dan
pada hari kamis
tanggal 03
november 2016
sekitar jam 11.00
3 Hasil wawancara dengan responden Polda Sulteng tanggal
11 November 2019
Wita, tepatnya di
jalan kijang
kelurahan Birobuli
Selatan Kecamatan
Palu Selatan Kota
Palu di salah satu
lorong tidak jauh
dari kantor Sinode,
Saudara HASRUL
AHMAD Alias
ARUL berhasil
dilakukan
penangkapan.
2 Tanggal 15 April
2017
Tindak pidana
Narkotika
Golongan 1 Jenis
shabu yang
dilakukan oleh
LK. ANDRIS
YOPIS
sebagaiman
dimaksud dalam
pasal 114 ayat
(2) dan pasal 112
ayat (2),
Undang-Undang
RI No. 35 Tahun
2009 tentang
narkotika
BERAT :
1756,84 gram
Berdasarkan
laporan informasi
masyarakat dan
hasil lidik tim
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
bahwa LK. ANDRI
YOPIS adalah
pelaku tindak
pidana
penyalahgunaan
narkotika
kemudian anggota
ditres narkoba
polda sulteng
melakukan
penyelidikan maka
pada hari sabtu
tanggal 15 februari
2017 sekitar jam
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
455
20.00 wita
mendapatkan
informasi bahwa
yang bersangkutan
akan melakukan
transaksi di jl.
Elang samping
kantor Garindra
kota palu pada
pukul 21 wita di
lakukan
penangkapan dan
penggeledahan
oleh petugas
Ditresnarkoba
polda sulteng serta
disaksikan oleh
saksi masyarakat
setempat
ditemukan
sebanyak 4 (empat)
paket narkotika
jenis shabu
kemudian LK.
ANDRIS YOPIS
Beserta barang
bukti di bawah
kekantor
Ditresnarkoba
Polda sulteng
untuk periksa lebih
lanjut
3 Tanggal 31 Berdasarkan
Agustus 2017
Tindak pidana
Narkotika
Golongan I Jenis
Shabu yang
dilakukan oleh
LK.
MUHAMMAD
ISA
sebagaimana
dimaksud dalam
pasal 112 ayat
(2) Jo 132 Ayat
(1) Undang-
undang RI No.
35 Tahun 2009
Tentang
narkotika
BERAT :
496,378 gram
laporan informasi
masyarakat bahwa
LK. UMAR
LAWADO adalah
seorang pengedar
shabu-shabu maka
dengan dasar
informasi tersebut
petugas dari
Ditresnarkoba
Polda sulteng
terbentuk dalam
tim satgas
melakukan
penyelidikan
terhadap yang
bersangkutan dan
pada hari Rabu
tanggal 02 Agustus
2017 kelurahan
Lasoani kecamatan
mantikolore Kota
palu di lakukan
penangkapan
terhadap LK.
UMAR LAWADO
dan pengeledahan
ditemukan barang
bukti berupa 2
(dua) paket besar
yang diduga jenis
shabu di lantai
dalam kamar dan 7
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
456
(tujuh) paket besar
ditemukan dalam
kloset kamar mandi
dan petugas juga
penyitaan 1 (satu)
unit timbangan
digital kemudian
tersangka dan
barang bukti
langsung di
amankan kekantor
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
untuk dilakukan
pemeriksaan
4 Tanggal 09 Mei
2018
Tindak Pidana
Narkotika
Golongan 1 jenis
shabu yang
dilakukan Oleh
MOH.RISKAN
SAPUTRA
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 114 ayat
(2) dan Pasal 112
ayat (2), undang-
undang Republik
Indonesia Nomor
35 Tahun 2009,
tentang
Berdasarkan
laporan informasi
masyarakat dan
hasil lidik tim
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
bahwa akan adanya
pengiriman
Narkotika jenis
shabu dari kota
medan kekota palu
yang dibawa oleh
seorang kurir LK.
MUHAMMAD
ISA melalui jalur
udara
menggunakan
pesawat LION AIR
Narkotika
BERAT : 376
Gram
sebagai
penumpang
kemudian ketika
target keluar dari
ruang kedatangan
Bandara Mutiara
Sis Al Jufri dan
yang bersangkutan
masuk kedalam
toilet petugas
langsung
melakukan
penangkapan
sekitar pukul 21.00
wita. Kemudian
petugas melakukan
penggeledahan
terhadap LK.
MUHAMMAD
ISA ditemukan 5
(lima) bungkus
narkotika jenis
shabu dalam plastic
hitam yang
disimpan dalam tas
ransel milik LK.
MUHAMMAD
ISA Selanjutnya
Tersangka beserta
barang bukti lainya
di bawa ke kantor
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
457
untuk di periksa
lebih lanjut
5 Tanggal 30 Juli
2018
Tindak Pidana
Narkotika
Golongan 1 jenis
shabu yang
dilakukan Oleh
MOH SURYA
HARYOKO
Berteman
sebagaimana di
maksud Pasal
114 ayat (2) dan
atau Pasal 112
ayat (2) Yo Pasal
132 ayat (1)
Undang-Undang
RI No. 35 Tahun
2009 tentang
Narkotika
992 butir Pil
PCC
11 Butir Pil
ekstasi
Shabu Seberat :
6.1151 Gram
pada hari senin
tanggal 30 Juni
2018 sekitar jam
21.45 wita
bertempat di Jalan
Dewi Sartika depan
Lapas Klas IIA
Palu Petugas
Ditresnarkoba
Polda Sulteng telah
melakukan
pemeriksaan dan
penggeledahan di
TKP I terhadap Lk.
MOH. SURYA
HARYOKO Dari
hasil pemeriksaan
petugas
menemukan barang
bukti 1 (satu) paket
plastik transparan
berisi serbuk kristal
warna bening
diduga Narkotika
Gol I Jenis Shabu
yang sempat di
buang oleh
tersangka.
Selanjutnya pada
pukul 23.30 wita
Petugas melakukan
penggeledahan
terhadap rumah
milik Lk. MOH.
SURYA
HARYOKO alias
SURYA yang
merupakan TKP II
yang berada di
jalan Sulawesi No.
91 Kota Palu.
Adapun barang
bukti yang
ditemukan berupa
2 (dua) paket
Narkotika jenis
sabu, 1 (satu)
bungkus yang
berisikan 11 butir
yang diduga
Ekstasi, serta 992
Butir Pil PCC
barang bukti
tersebut disimpan
didalam dompet
warna hitam yang
ditemukan dalam
kamar beserta
barang bukti
lainnya yaitu
sejumlah plastic
bening dan
timbangan digital.
Selanjutnya dari
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
458
hasil introgasi
bahwa barang bukti
berupa sabu
tersebut di peroleh
dari seorang lelaki
sehingga sekitar
pukul 02.30 wita
petugas melakukan
pengembangan dan
mengamankan Lk.
MAHYUDIN
dirumahnya jalan
Dewi sartika kel.
Birobuli Kec. Palu
Selatan Kota Palu
yang diduga ada
kaitanya dengan
barang bukti sabu
yang ditemukan
petugas dari Lk.
SURYA. Petugas
Ditresnarkoba
melakukan
penggeledahan
dalam rumah Lk.
MAHYUDDIN
dan petugas
menyita barang
bukti berupa 6
(enam) pack plastic
bening, 1 (satu)
rangkaian alat
hisap sabu serta
beberapa barang
bukti lainnya.
Kemudian petugas
mengamankan
terduga kekantor
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
selanjutnya pada
hari selasa sekitar
pukul 11.00 wita di
lakukan
penggeledahan
kembali di Mako
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
terhadap dompet
milik Lk. MOH.
SURYA
HARYOKO yang
disaksikan oleh
saksi anggota dan
ditemukan kembali
barang bukti
berupa 4 (empat)
paket sabu yang
diselip dalam
dompet dan
dilakukan
penyitaan
6 tanggal 11 Maret
2019
Tindak Pidana
Narkotika
Pada hari senin
tanggal 11 Maret
2019 sekitar pukul
16.30 Wita, Subdit
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
459
Golongan 1 jenis
shabu yang
dilakukan Oleh .
IRWANSYAH
sebagaimana di
maksud dalam
Pasal 114 ayat
(2) dan pasal
112 ayat (2),
Undang-Undang
RI No. 35 Tahun
2009 tentang
Narkotika.
Berat : 118. 8122
Gram
III melakukan
penyelidikan di
Jalan Jalur Gaza
yang di pimpin
oleh Kasubdit III
AKBP P.
SEMBIRING, SIK
dan Kanit I Subdit
III AKP ARDY
AGUNG
PERMADI, SH.,
SIK, Kemudian
pukul 18.30 Wita
petugas berhasil
melakukan
penangkapan
terhadap Lk.
IRWANSYAH
tepatnya di Jalan
jalur Gaza yang
tidak jauh dari
rumah Lk.
IRWANSYAH
Pada saat
dilakukan
penangkapan
petugas melakukan
penggeledahan
yang disaksikan
oleh Ketua RT
setempat. Dari
hasil
penggeledahan
petugas
mengamankan 1
(satu) paket sedang
yang diduga
Narkotika jenis
sabu yang
disimpan didalam
pembungkus rokok
Dunhill warna
putih yang
disimpan didalam
kantong celana
sebelah kanan.
kemudian petugas
melakukan
penggeledahan
kembali didalam
rumah Lk.
IRWANSYAH dan
menemukan 1
(satu) paket sedang
diduga Narkotika
jenis sabu di
belakang AC
duduk dan 1 (satu)
paket sedang
diduga Narkotika
jenis sabu
ditemukan di
dalam laci lemari
dan petugas
mengamankan 1
(satu) buah
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
460
timbangan Digital
dan 1 (satu) pack
plastic bening
ukuran sedang.
Selanjutnya
tersangka dan
barang bukti
dibawa kekantor
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
Untuk dilakukan
pemeriksaan lebih
lanjut.
7 tanggal 25 Juni
2019
Tindak Pidana
Narkotika
Golongan 1 jenis
shabu yang
dilakukan Oleh
RENDI FAISAL
sebagaimana
diatur dalam
pasal 114 ayat
(2)) dan pasal
112 ayat (2),
Undang-undang
No. 35 Tahun
2009 tentang
Narkotika.
Berat : 49.8112
Gram
Pada hari Selasa
tanggal 25 Juni
2019 Petugas
Kepolisian dari
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
memperoleh
informasi dari
masyaraat bahwa
saudara Lk.
RENDI FAISAL
BIN SARIFUDIN
akan melakukan
transaksi Narkotika
jenis Shabu-shabu
maka dari
informasi tersebut
oleh Kasubdit III
AKBP P.
SEMBIRING, SIK
memerintahkan
anggota lapangan
untuk melakukan
penyelidikan
terhadap yang
bersangkutan dan
sekitar jam 15.00
wita, dilakukan
penangkapan dan
penggeledahan
terhadap saudara
Lk. RENDI
FAISAL BIN
SARIFUDIN di
daerah Tinggede
Kel. Tinggede Kec.
Marawola Kab.
SIGI dan pada saat
penggeledahan
petugas kepolisian
menemukan barang
bukti berupa 2
(dua) paket
Narkotika jenis
Shabu-shabu yang
di antaranya 1
(satu) paket ukuran
besar dan 1 (satu)
paket ukuran kecil
di dalam kantong
sebelah kiri yang
bersangkutan,
kemudian yang
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
461
bersangkutan dan
barang bukti
langsung di
amankan ke kantor
Ditresnarkoba
Polda Sulteng
untuk dilakukan
sidik lanjut
Tabel penyalahguna narkotika di wilayah
hukum Sulawesi Tengah
Berdasarkan penjelasan tabel diatas
maka dapat dilihat penyalahgunaan narkotika
di wilayah hukum Sulawesi Tengah setiap
tahunnya terus meningkat hal ini
dikarenakan beberapa faktor. Menurut
Alfius meningkatnya penyalahgunaan
narkotika di wilayah hukum Polda Sulteng
terjadi dikarenakan kurangnya peran
keluarga dalam mengawasi pergaulan serta
peran keluarga dalam mendidik anak dalam
kehidupan sehari-hari, sedangkan menurut
Umar Irham meningkatnya penyalahgunaan
narkotika di wilayah hukum Polda Sulteng
terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu: 4
a. Faktor Dari Luar Lingkungan Keluarga
Adanya sindikat narkoba International
yang berupaya untuk menembus setiap
tembok penghalang di negara maupun
dengan tujuan untuk mencari keuntungan /
subversi. Dengan jaringannya yang cukup
terorganisir dengan rapi, sindikat-sindikat
4 Hasil wawancara dengan responden di Polda Sulteng
tanggal 11 November 2019
narkoba berupaya dengan keras untuk
menciptakan konsumen-konsumen baru
dalam mengembangkan pemasaran
narkotik dan obat keras.
b. Lingkungan Yang Sudah Mulai Tercemar
Oleh Kebiasaan
Penyalahgunaan narkotika dan obat keras,
mudah sekali menyerap korban-korban
baru di sekitarnya. Lingkungan ini
biasanya tercipta oleh upaya pedagang
obat keras dan narkotika sebagai agen /
kaki tangan sindikat narkotika. Ada juga
yang tercipta karena adanya pendatang
baru ke dalam suatu lingkungan
masyarakat yang mebawa “oleh-oleh”
yang disebabkan diantara rekannya yang
terdorong oleh rasa ingi tahu, ingin
mencoba.
c. Lingkungan “LIAR”
Lingkungan seperti ini ialah suatu
lingkungan yang lepas dari pengawasan
dan bimbingan. Lingkungan seperti ini
dicita-citakan oleh sekelompok anak-anak
muda yang ingin mencari kebebasan
tersendiri. Kelompok ini diawali dengan
perbuatan-perbuatan yang sifatnya
demonstratif dengan menonjolkan nama
gang mereka “Anterian” Kegiatan
selanjutnya dari kelompok ini ialah
dengan tindak kekerasan, perkelahian,
perkosaan, kejahatan, dan tindakan-
tindakan lainnya yang negatif, termasuk
penggunaan narkotika dan obat-obat keras
secara bebas dan berlebihan. Lingkungan
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
462
seperti ni pada saat sekarang memberikan
rangsangan yang sangat keras kepada
remaja yang jiwanya di tuntut untuk
mendapat kebebasan dan kehebatan-
kehebatan. Lingkungan seperti ini pula
biasanya menjadi sumber distribusi
narkotika dan obat keras lainnya.
d. Faktor dari dalam Lingkungan Keluarga
Masalah ini yang sedang melanda kita
dewasa ini, diawali dengan kesibukan si
Ayah dalam mengejar “karier” atau
“ngobyek” untuk mencari atau mengejar
kekayaan yang berlimpah sehingga
kebutuhan keluarga terlupakan. Istilah :
“Uang mengatur segalanya”. Mulai
popular pada saat sekarang ini, terutama
dikota-kota besar persaingan satu dan
lainnya secara diam-diam berjalan
dahsyat. Dalam persaingan yang tidak
resmi inilah orang terpacu untuk mengejar
karier atau kekayaan dengan segala cara
termasuk menelantarkan keluarganya. Di
lain pihak ibu yang mulai dekat dengan
anak mulai pula kejangkitan wabah arisan,
bisnis, show disana-sini, shopping dan
seribu dan satu kegiatan yang mulai
merenggangkan komunikasi antara orang
tua dengan putra-putrinya. Urusan
keluarga biasanya diserahkan kepada si
“mbok”. Inilah titik awal dari
terjerumusnya generasi muda ke lembah
narkotika dan obat keras. Rumah yang
fungsinya tempat berteduh, tempat
melepaskan kerinduan antara anggota
keluarga satu dengan yang lainnya, tempat
memadu kasih sayang antara orang tua dan
anak, akan sedikit demi sedikit berubah
fungsi menjadi tempat persinggahan saja.
Keadaan ini yang akan mendorong si putra
/ putri untuk mencari kesibukan di luar
seperti halnya mamah dan papah.5
Upaya pencegahan dan
penanggulangaan kejahatan penyalahgunaan
narkotika, tentu dengan sendirinya kita akan
membicarakan penegakan hukum terutama
penegakan hukum pidana terhadap suatu
perbuatan (peristiwa), dan orientasinya tidak
terlepas dari proses penyelesaian suatu
perkara pidana melalui prosedur hukum,
yaitu prosedur hukum melalui peradilan
pidana. Pencegahan dan penanggulangan
terhadap kejahatan penyalahgunaan
narkotika merupakan upaya agar setiap orang
mematuhi dan menghormati ketentuan
hukum yang berlaku.
Upaya ini tentunya tidak terlepas dari
tindakan preventif, represif dan pre-emtif
yaitu dengan melakukan pencegahan
sebelum terjadinya kejahatan dan tindakan
represif yaitu dengan melakukan pencegahan
sebelum terjadinya kejahatan dan Lembaga
Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah suatu lembaga yang mengemban
5 https://media.neliti.com/media/publications/12297-ID-
bahaya-penyalahgunaan-narkoba-serta-usaha-pencegahan-
dan-penanggulangannya-suatu (12/4/2018). Diakses
padatanggal 28 Oktober 2019
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
463
fungsi pemerintahan bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat, berlandaskan pada asas.
Upaya konkret guna mencegah
penyalahgunaan narkoba khususnya di
masyarakat Sulawesi Tengah yang
melibatkan partisipasi semua pihak mulai
dari pemerintah, masyarakat, keluarga
maupun sekolah. Mencegah lebih baik
mengobati.
2. Hambatan Dalam Upaya Penanggulangan
Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulteng
Dalam Menanggulangi Tindak Pidana
Narkotika di Wilayah Hukum Sulawesi
Tengah.
Ada beberapa hambatan-hambatan
yang dialami oleh Kepolisian Daerah
Sulawesi Tengah dalam melakukan langkah-
langkah penanggulangan tindak pidana
narkotika. Berdasarkan Wawancara dengan
Jonathan Utan hambatan yang dialami Polda
Sulawesi Tengah yaitu dari Faktor internal
dan eksternal.
Faktor internal yang pertama adalah
mengenai sarana dan fasilitas yaitu
kurangnya transportasi, kurangnya alat tes
urine dan alat deteksi. Faktor internal yang
kedua adalah kurangnya personil kepolisian
atau SDM kepolisian bilamana melakukan
pengecekan barang misalnya di pelabuhan
pemeriksaan truck yang membawa barang
banyak. Faktor internal yang ketiga adalah
kurangnya dana operasional,dimana dana
operasional diperlukan pada teknik
Undercover Buy. Polisi yang menyamar
harus membeli narkotika dan memerlukan
dana yang besar bila ingin mendapatkan
barang bukti yang banyak.6
Hambatan-hambatan penanggulangan
tidak hanya terjadi pada institusi kepolisian
saja namun terdapat juga diluar institusi atau
berasal dari faktor eksternal. Beberapa
hambatan berdasarkan faktor eksternal yaitu
berasal dari lingkungan, masyarakat dan
pelaku itu sendiri.
Faktor eksternal yang pertama yaitu
pada masyarakat, yaitu tidak sedikit
masyarakat yang tidak mau melaporkan atau
memberi informasi ke kepolisian bila terjadi
tindak pidana dilingkungannya. Penyebabnya
adalah tidak adanya kepedulian dan adanya
rasa takut terhadap pelaku. Hambatan yang
kedua adalah pada modus operandi pelaku
yang semakin berkembang, dimana pelaku
kejahatan menggunakan berbagai cara untuk
membawa narkotika. Sistem tempel juga
menjadi hambatan, dikarenakan pelaku
menaruh barang di tempat yang telah
dijanjikan, pelaku berhubungan dengan
pembeli melalui handphone.
6 Hasil wawancara responden dari Polda Sulteng Tanggal 15
November 2019
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
464
Hambatan berikutnya yaitu komunikasi
menggunakan sosial media dan via transfer
m-banking. Dengan menggunakan aplikasi
chating yang tersedia para pembeli dan
penjual dapat membeli tanpa harus bertemu
dan biasanya para pelaku menggunakan akun
palsu dalam menjalankan aksinya. Faktor
penghambat terakhir yaitu adanya varian
narkotika baru, dikarenakan apabila pelaku
terdapat membawa narkotika jenis baru orang
tersebut tidak dapat dikenakan pidana. Hal
tersebut dikarenakan di dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 belum
mengatur tentang itu. Sesuai dengan asas
hukum pidana yaitu asas legalitas yang
terdapat pada Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang berbunyi
“Suatu perbuatan hanya merupakan tindak
pidana, jika ini ditentukan lebih dulu dalam
suatu ketentuan perundang-undangan”.
Berdasarkan penjelasan diatas maka
dapat dilihat banyak faktor-faktor
penghambat dalam penanggulangan tindak
pidana narkotika diwilayah hukum Polda
Sulteng hal ini relevan dengan teori
efektifitas hukum yang dikemukakan
Soerjono Soekanto tersebut, mengatakan
faktor-faktor yang menghambat efektifitas
penegakan hukum (hakim, jaksa, polisi dan
penasihat hukum) akan tetapi juga terletak
pada faktor sosialisasi hukum yang sering
diabaikan.7 Penegakan hukum dapat
berlangsung secara normal dan damai tetapi
dapat juga karena pelanggaran hukum.
Dalam hal ini hukum yang dilanggar itu
harus ditegakkan, melalui penegakan hukum
inilah hukum menjadi kenyataan. Sudikno
dan Pitlo bahwa dalam penegakan hukum,
kemanfaatan dan keadilan. Supermasi hukum
harus dilaksanakan sesuai dengan ungkapan
“fiat justucia et preat mandus” (meskipun
langitpun runtuh hukum harus ditegakan).8
Hukum menetapkan apa yang harus
dilakukan dan apa yang boleh dilakukan serta
apa yang tidak boleh dilakukan. Sasaran
hukum yang hendak disetujui bukan saja
orang yang nyata-nyata berbuat melawan
hukum, melainkan juga perbuatan hukum
yang mungkin juga akan terjadi, dan kepada
alat perlengkapan negara untuk bertindak
menurut hukum. sistem bekerjanya hukum
yang demikian itu merupakan salah satu
bentuk penegakan hukum.
PENUTUP
Kesimpulan
Upaya penanggulangaan kejahatan
penyalahgunaan narkotika, orientasinya tidak
terlepas dari proses penyelesaian suatu
perkara pidana melalui prosedur hukum,
yaitu prosedur hukum melalui peradilan
7 Romli Atmasasmita. 2001. Perkembangan Pemikiran Hak
Asasi Manusia dan Penegakan Hukum. Mandar Maju.
Bandung. lm 55 8 Sudikno dan Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan
Hukum. Citra Aditya Bhakti. Yogyakarta. Hlm 1
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
465
pidana. Penanggulangan terhadap kejahatan
penyalahgunaan narkotika merupakan upaya
agar setiap orang mematuhi dan
menghormati ketentuan hukum yang berlaku,
upaya ini tentunya tidak terlepas dari
tindakan prventif, represif dan pre-emtif
yaitu dengan melakukan pencegahan
sebulum terjadinya kejahatan dan tindakan
represif yaitu dengan melakukan pencegahan
sebelum terjadinya kejahatan tindak pidana
narkotika.
Adanya hambatan-hambatan yang
terjadi pada upaya penanggulangan tindak
pidana narkotika terdapat pada faktor internal
dan eksternal. Hambatan pada faktor internal
adalah mengenai sarana dan fasilitas yang
kurang, kurangnya personil kepolisian,
kurangnya dana operasional, dan kurangnya
SDM dalam bahasa asing. Hambatan yang
terjadi pada faktor eksternal yaitu modus
operandi para pelaku yang berkembang,
menggunakan sosial media dan rasa takut
dan ketidak pedulian masyarakat.
Olehnya itu, diperlukan kerjasama
masyarakat dengan aparat hukum untuk
memberikan informasi yang seluas-luasnya
dalam upaya pengungkapan kasus kriminal
khususnya tindak pidana narkotika. Dan,
memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya untuk penyidik agar dapat
mendapatkan standar penyidik profesional
khususnya di wilayah hukum Polda Sulteng.
REFERENSI
Adam Chazawi. 2002. Penafsiran Hukum
Pidana dan Dasar Pemidanaan.
Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Adami Chazawi. 2008. Pembelajaran Hukum
Pidana. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Andi Hamzah dan R.M Surahman. 1994
kejahatan Narkotika dan Psikotropika
Jakarta:Sinar Grafika
Anton M. Mulyono. 1998. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Bambang Poernomo. 1992 Asas-Asas Hukum
Pidana. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.
Baribing Simpul, RE. 2001. Mewujudkan
Supermasi Hukum. Jakarta: Pusat
Kegiatan Reformasi.
Barda Nawawi Arief, 2010, Masalah
Penegakan Hukum dan Kebijakan
Hukum Pidana Dalam Penangulangan
Kejahatan, Jakarta: Kencana.
Erdianto Efendi. 2011. Pidana Indonesia.
Suatu Pengantar. Bandung: Rafika
Aditama.
Hasan Sadly. 2000. Kamus Inggris
Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Hari Sasangka, 2003 Narkotika dan
Psikotropika Dalam Hukum Pidana:
Untuk Mahasiswa, Praktisi dan
Penyuluh masalah narkoba, Jakarta:
CV. Mandar Maju.
https://media.neliti.com/media/publications/1
2297-ID-bahaya-penyalahgunaan-
narkoba-serta-usaha-pencegahan-dan-
Tadulako Master Law Journal, Vol 4 Issue 3, Oktober 2020
466
penanggulangannya-suatu (12/4/2018).
Diakses padatanggal 28 Oktober 2019
Lexy Moleong. 1994. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Remaja Rosdakarya
Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia 2005, Jakarta : Perpolisian
Masyarakat (Polmas).
O.C. Kaligis & Associates. 2002. Narkoba
dan Peredarannya di Indonesia:
Reformasi Hukum Pidana Melalui
Perundangan dan Peradilan, Bandung:
Alumni.
Pramuka Saka Bhayangkara. 2007. Wahai
Kaum Muda, Jangan Berpacu Dengan
Ekstasi. Penanggulangan Narkotika
dan Psikotropika. Jakarta : Bina
Darma Pemuda Printing.
Romli Atmasasmita. 2001. Perkembangan
Pemikiran Hak Asasi Manusia dan
Penegakan Hukum. Bandung: Mandar
Maju.
Soebroto Brotodiredjo. 1983. Azas-azas
Wewenang Kepolisian, Majalah
Byangkara, No. 60 PTIK, Jakarta.
Sudikno dan Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang
Penemuan Hukum. Yogyakarta : Citra
Aditya Bhakti.