ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
Embed Size (px)
Transcript of ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan PAJAK
REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA
TAHUN 2008-2010
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh :
ALIM ADI TANTOMO
NIM F3408011
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
ABSTRACT
Analysis of Taxation at The Annual Advertisement and Advertisement Tax
Incidental in Order to Optimize Revenue in Surakarta City
ALIM ADI TANTOMO F3408011
The advertisement tax is revenue for administering the city of Surakarta advertisement. The potential for this advertisement tax continues to increase, along with the times. DPPKA Surakarta is the executive element of local government in the field of regional income in charge of digging as much as possible the potential of local tax revenue.
The aim of the research the author is to know the intent and purpose of the discrepancy between annual and incidental advertisement tax and the impact on local revenues. In conducting this research, writer use method of direct observation and interviews of relevant parties. The author also compares the theory that the author could during collage with real field data. During the study authors found the weakness that occurred during the collection and management of advertisement tax treatment, including (1) dysfunction of department licensing advertisement, (2) are less strict regulation, (3) tax payers often break the rules, (4) dysfunction department of the DPPKA.
The conclusion that can present the author is the inability of local regulations to regulate advertisement arrangement significantly, and the calculation of target setting is not based on the real potential of advertisement tax, so tax collection be less than the maximum advertisement.
From the finding obtained, the author can make recommendation that local government could be more strictly enforce that law and also more actively cooperate with private parties in order to maximize the collection of advertisement tax.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas akhir ini dengan judul “ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK
REKLAME TAHUNAN dan PAJAK REKLAME INSIDENTIL DALAM
RANGKA MENGOPTIMALKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA
SURAKARTA TAHUN 2008-2010” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk
diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program DIII Akuntansi Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 11 Juni 2011 Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh, Pembimbing
TITIK SETYANINGSIH, S.E., Ak. NRP. 340800001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi Tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan. Surakarta, 11 Juni 2011
Tim Penguji Tugas Akhir
1. Suyanto, S.E., M.Si. (................................)
NRP. 340800002
Penguji
2. TITIK SETYANINGSIH, S.E., Ak. (………………........)
NRP. 340800001
Dosen Pembimbing
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Persahabatan sejati adalah ketika diam antara dua orang terasa nyaman (Dave
Tyson)
Jangan pernah mengajarkan sesuatu kepada seseorang, karena sungguh dia tak
akan pernah belajar. (Bernard Shaw)
Kebodohan yang nyata adalah ketika kita berusaha memarahi seseorang atas
kesalahan yang mereka lakukan. (Jhon Wanamaker)
Pahami segala sesuatunya dan terapakan dalam kehidupan sehari-hari. (Penulis)
Setiap orang yang saya jumpai adalah lebih baik dari pada saya dalam hal
tertentu, dengan berpikir seperti itu, saya belajar tentang dirinya. (Penulis)
Jangan pernah merasa kecewa atas segala yang telah kita lakukan, karena
sungguh kekecewaan itu berawal dari diri kita sendiri. (Penulis)
Karya ini, penulis persembahkan teruntuk :
Allah SWT
Bapak-Ibu tersayang, Kakak-Adikku dan Keluarga Besarku.
Seseorang yang menjadi motivasi dan inspirasiku
TEAM SABLENG (Sadulur Ati Bareng Laku Eling Ning Gusti)
Keluarga Besar MEPA-UNS
Universitas Sebelas Maret Surakarta
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, raja semesta alam atas segala karunianya
yang diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan PAJAK
REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008-2010”
guna melengkapi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Program Diploma III
Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa
bantuan, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Wisnu Untoro M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
2. Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak., BKP selaku Ketua Program Studi Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Titik Setyaningsing, S.E., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahan selama menyusun tugas akhir.
4. Ir. Suhanto, M.M. selaku kepala bagian DAFDA & Dokumentasi yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan
penelitian.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
5. Karyawan dan karyawati DPPKA Surakarta bagian DAFDA & Dokumentasi
yang telah membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengertian-
pengertian selama magang kerja.
6. Segenap Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis.
7. Bapak, Ibu tersayang, yang selalu memberikan do’a, bantuan, dukungan, dan
semangat serta kasih sayang.
8. Seluruh keluarga di Surakarta, Pak Dhe dan Bu Dhe yang selalu menjaga penulis,
dan memberikan arahan selama kuliah, dan segala bantuannya yang telah
diberikan kepada penulis.
9. Team SABLENG (Sadulur Ati Bareng Laku Eling Ning Gusti), Andrian, Adit
dan Keluarga Ketut, atas bantuan dan motivasinya, terus belajar dan memahami
intisari dari kehidupan, kalian kawan terbaik sepanjang masa.
10. Keluarga besar MEPA-UNS, kebersamaan yang penuh dengan kenangan takkan
terlupakan, karena kalianlah penulis bisa menjadi pribadi yang kuat dan tangguh,
atas semua pengalaman yang penulis peroleh, menjadi bekal yang sangat
bermanfaat bagi penulis dimasa depan.
11. Seluruh mahasiswa D3 Perpajakan UNS 2008, kebersamaan selama 3 tahun kini
dan semoga hingga esok bisa terus terjalin, atas persahabatan dan
kebersmaannya.
12. Rekan-rekan penulis, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungannya,
namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
Penulis menyadari bahwa baik isi maupun bentuk penyajian Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati terbuka akan
menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
kesempurnaan dari Tugas Akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan
Surakarta, Juni 2011
Penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv
MOTTO dan PERSEMBAHAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................... 1
1) Sejarah DPPKA ........................................................................................ 1
2) Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA....................................... 6
3) Struktur Organisasi DPPKA .................................................................... 7
4) Deskripsi Tugas Jabatan Struktural .......................................................... 9
5) Tata Kerja DPPKA ................................................................................... 15
6) Visi dan Misi DPPKA .............................................................................. 16
B. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................. 17
C. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 20
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
D. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 20
E. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 21
II. ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 22
1) Pengertian Pajak ....................................................................................... 22
2) Sistem Pemungutan Pajak ........................................................................ 24
3) Penagihan Pajak ....................................................................................... 25
4) Penggolongan Pajak ................................................................................. 27
5) Pengertian Pajak Daerah ......................................................................... 28
6) Pengertian Pajak Reklame ........................................................................ 29
B. ANLISIS DATA dan PEMBAHASAN ........................................................ 31
1) Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame
Insidentil .................................................................................................. 31
2) Cara Perhitungan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame
Insidentil ................................................................................................. 36
3) Analisis Pengaruh Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta ................................. 43
4) Analisis Penentuan Target dan Potensi Penerimaan Pajak Reklame
Dengan Metode Kecenderungan Lurus (Linier Trend Method) .............. 50
C. HAMBATAN YANG TIMBUL SAAT PENYELENGGARAAN
REKLAME DAN PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME ........................... 54
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
D. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI MASALAH
YANG TERJADI .......................................................................................... 60
III. TEMUAN
A. KELEBIHAN ................................................................................................ 61
B. KELEMAHAN ............................................................................................. 62
IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................................. 64
B. REKOMENDASI ......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Reklame Board ....................... 37
II.2 Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Non Board ............................... 38
II.3 Penetapan Tarif Retribusi ........................................................................... 38
II.4 Penetapan Nilai Strategis Mencakup Lokasi, Luas Reklame, Sudut
Pandang Kelas Jalan untuk Reklame Board ............................................... 39
II.5 Kontribusi Pajak Reklame Tahunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Kota Surakarta ........................................................................................ 44
II.6 Kontribusi Pajak Reklame Insidentil Terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Kota Surakarta ........................................................................................ 45
II.7 Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Tahunan .......................................... 47
II.8 Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Insidentil ......................................... 48
II.9 Peramalan Target Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2008-2010 dengan
Metode Kecenderungan Lurus ................................................................... 51
II.10 Peramalan Potensi Pajak Reklame Dalam Kaitannya dengan Penentuan
Target dengan Metode Kecenderungan Lurus ........................................... 53
II.11 Perbandingan Target yang Ditentukan oleh DPPKA dengan Target
Yang Dicari oleh Penulis ............................................................................ 53
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Analysis of Taxation at The Annual Advertisement and Advertisement Tax
Incidental in Order to Optimize Revenue in Surakarta City
ALIM ADI TANTOMO F3408011
The advertisement tax is revenue for administering the city of Surakarta advertisement. The potential for this advertisement tax continues to increase, along with the times. DPPKA Surakarta is the executive element of local government in the field of regional income in charge of digging as much as possible the potential of local tax revenue.
The aim of the research the author is to know the intent and purpose of the discrepancy between annual and incidental advertisement tax and the impact on local revenues. In conducting this research, writer use method of direct observation and interviews of relevant parties. The author also compares the theory that the author could during collage with real field data. During the study authors found the weakness that occurred during the collection and management of advertisement tax treatment, including (1) dysfunction of department licensing advertisement, (2) are less strict regulation, (3) tax payers often break the rules, (4) dysfunction department of the DPPKA.
The conclusion that can present the author is the inability of local regulations to regulate advertisement arrangement significantly, and the calculation of target setting is not based on the real potential of advertisement tax, so tax collection be less than the maximum advertisement.
From the finding obtained, the author can make recommendation that local government could be more strictly enforce that law and also more actively cooperate with private parties in order to maximize the collection of advertisement tax.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM
1. Sejarah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan ASET
Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta tentunya tidak
dapat dipisahkan dengan sejarah daerah Surakarta sebagai wilayah pemerintahan otonom
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi
konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah
Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh Pemerintah dengan
mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang
menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk
daerah baru dengan nama Kota Surakarta.
Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota
Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Haminte Kota Surakarta waktu itu terdiri
dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Kabupaten
Karanganyar belum diserahkan. Pelaksanaan penyerahan 9 kelurahan dari Kabupaten
Karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis
pemerintahan Haminte Kota Surakarta terdiri dari jawatan-jawatan. Jawatan yang
dimaksud adalah Jawatan Sekretariat Umum, Jawatan Keuangan, Jawatan Pekerjaan
Umum, Jawatan Sosial, Jawatan Kesehatan, Jawatan Perusahaan, Jawatan P.D.&K,
Jawatan Pamong Praja, dan Jawatan Perekonomian. Jawatan Keuangan ini merupakan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
lembaga yang mengurusi penerimaan pendapatan daerah yang antara lain adalah pajak
daerah.
Berdasarkan keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956
tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas
Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan
tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut dapat
disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang
sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan
Pajak.
Berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23
Februari 1970 No.259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakarta
termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi
urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti
menjadi Bagian Pajak.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta
tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari
Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan dinas baru. Dinas
baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian sering disingkat
DIPENDA.
Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan
langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan
Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak
Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dan Leges Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan
tugasnya langsung di bawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Pendapatan Daerah
Tugas Pokok Dipenda waktu itu adalah sebagai pelaksana utama Walikota Kepala
Daerah di bidang perencanaan, penyelenggaraan, dan kegiatan di bidang pengelolaan
sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah, yang antara lain sektor
Perpajakan Daerah, Retribusi, Leges dan lain-lain yang menurut sifat dan bentuk
pekerjaan itu dapat dimasukkan dalam Dinas Pendapatan Daerah. Tugas pekerjaan yang
dimaksud dapat meliputi tata pengurusan, pengawasan, ketertiban dan pengamanan
menurut kebijaksanaan dan petunjuk teknis yang digariskan oleh Walikota Kepala
Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 11 tahun 1957 tentang Pajak Daerah,
terdapat 13 macam pajak-pajak daerah Kotamadya Surakarta yang wewenang
pemungutan dan pengelolaan ditugaskan kepada Dinas Pendapatan Daerah.Pajak-pajak
Daerah terssebut harus ditetapkan dalam Peraturan Daerah yang sebelum diberlakukan
perlu mendapatkan pengesahan terlebih dahulu dari Presiden Republik Indonesia.Dan
sehubungan dengan keadaan,waktu itu baru ada 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan
dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah,yaitu:
1. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No.1 tahun 1972.
2. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No.11 tahun 1971.
3. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun 1953.
4. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun
1972.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Disamping Pajak tersebut,Dipenda juga bertugas mengelola Pajak-Pajak Negara
yang diserahkan kepada daerah,yaitu:
1. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 tahun 1959.
2. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 8 tahun 1960.
3. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No.1 tahun 1970.
4. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 tahun 1971.
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/41- 101
Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dinas
Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26
Mei 1988 No. 473-442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah,
dan Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi
dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu
pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur tersebut
dikenal dengan MAPENDA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di
Kotamadya Surakarta dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.
Dengan berjalannya waktu penataan pemerintahaan Kota Surakarta kembali
mengalami perbaikan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang Peraturan
Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam
peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut dengan
DPPKA. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Surakarta ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009. Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam bidang-bidang yang dipimpin
langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bagian dipimpin oleh Kepala
Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung di
bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset.
2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsure pelaksana
Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah yang
dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Walikota Surakarta. DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang
tercantum dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat (2) yaitu
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan
dan aset daerah.
Fungsi DPPKA antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi.
d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi.
e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain.
f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain.
g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi.
h. Pengelolaan aset barang daerah.
i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah.
k. Penyelenggaraan sosialisasi.
l. Pembinaan jabatan fungsional.
m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta
Sesuai dengan Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Bagian Keempatbelas Pasal 35, Susunan
Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut:
a. Kepala.
b. Sekretariat, membawahkan :
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
2) Subbagian Keuangan.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahkan :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan.
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data.
d. Bidang Penetapan, membawahkan :
1) Seksi Perhitungan.
2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.
e. Bidang Penagihan, membawahkan :
1) Seksi Penagihan dan Keberatan.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
f. Bidang Anggaran, membawahkan :
1) Seksi Anggaran I.
2) Seksi Anggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan, membawahkan :
1) Seksi Pembendaharaan I.
2) Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi, membawahkan :
1) Seksi Akuntansi I.
2) Seksi Akuntansi II.
i. Bidang Aset, membawahkan :
1) Seksi Perencanaan Aset.
2) Seksi Pengelolaan Aset.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas
membawahkan :
a. Sekretariat
b. Bidang pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi
c. Bidang Penetapan
d. Bidang Penagihan
e. Bidang Anggaran
f. Bidang Perbendaharaan
g. Bidang Akuntansi
h. Bidang Aset
i. Bidang UPTD
j. Kelompok Jabatan Fungsional
4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu melaksanakan urusan
pemerintahan di bidang pendapatan daerah.
Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas sesuai dengan
Program Pembangunan Daerah.
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan
tugas.
3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan kebijakan
teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,
pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan
pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian.
Sekretariat membawahi subbagian-subbagian sebagai berikut:
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan data sebagai bahan penyusunan rencana strategis dan program kerja
tahunan Dinas. Selain itu juga bertugas sebagai pelaksana/melaksanakan
monitoring dan pengendalian, analisa dan evaluasi dan serta menyusun laporan
hasil pelaksanaan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas.
2) Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi
keuangan.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang cukup banyak yaitu
melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, penggandaan, administrasi
perijinan, perjalanan dinas, rumah tangga, pengelolaan barang inventaris,
pengaturan penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
masyarakat, sistem jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan administrasi
kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, pendataan dan dokumentasi (DAFDA & Dokumentasi)
Bidang Pendaftaran, pendataan dan dokumentasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pendaftaran, pendataan, dokumentasi dan pengolahan data.
Bidang Pendaftaran, Pandataan, dan Dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai
berikut:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan dan
pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Pajak
Retribusi Daerah (WRD).
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data Tugas dari Seksi Dokumentasi dan
Pengolahan Data adalah menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan
mengolah data Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.
d. Bidang Penetapan
Bidang Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perhitungan dan penerbitan surat
ketetapan.
Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Perhitungan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan dan penetapan
besarnya pajak dan retribusi.
2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan
Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR), dan surat-surat ketetapan pajak
lainnya.
e. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan, keberatan dan pengelolaan
penerimaan sumber pendapatan lain.
Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan tunggakan pajak daerah,
retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan
keberatan dan penyelesaiannya.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan lain diluar
pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
f. Bidang Anggaran
Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian anggran pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah dalam rangka
penyusunan dan pelaksanaan APBD dan Perubahan APBD.
Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja,
yaitu sebagai berikut:
1) Seksi Anggaran I
2) Seksi Anggaran II
g. Bidang Perbendaharaan.
Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan
I dan II.
h. Bidang Akuntansi
Bidang akuntansi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyelenggaraan tata akutnansi
keuangan daerah pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Surakarta.
Bidang Akuntansi membawahi seksi – seksi sebagai berikut :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Seksi Akuntansi I
2) Seksi Akuntansi II
i. Bidang Aset
Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijaan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset dan pengelolaan aset.
Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Perencanaan Aset
Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan mengembangkan semua aset yang
dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta sehingga dapat berguna bagi
masyarakat dan pemerintah.
2) Seksi Pengelolaan Aset
Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah dibuat oleh Seksi
Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola aset-aset tersebut
j. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan
Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
5. Tata Kerja DPPKA Kota Surkarta
Dalam melaksanakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan
pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan
tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsipprinsipkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplikasi baik dalam lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala
Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masingmasing.
Kepala Sekretariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung
jawab memberikan bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-
hasil pelaksanaan tugasnya menurut hierarkis jabatan masing-masing. Kepala
Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Para Kepala Seksi pada DPPKA
bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Sekretariat/Kepala Bagian yang
membidanginya.
Kepala Dinas, Kepala Sekretariat, dan Kepala Seksi di lingkungan DPPKA
Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Kepala Daerah
Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di
lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta diangkat dan diberhentikan
oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.
6. Visi dan Misi DPPKA Kota Surakarta
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a) Visi DPPKA
Visi DPPKA adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang optimal
untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta.
b) Misi DPPKA
Misi DPPKA adalah sebagai berikut:
1. Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti.
2. Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah.
3. Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi membawa tantangan dan peluang baru
bagi proses pembangunan di Indonesia. Era otonomi daerah yang disebut-sebut sebagai
kebijakan yang sesuai untuk memeratakan pembangunan daerah saat ini, membuat kepala
daerah harus bisa menggali potensi semaksimal mungkin untuk peningkatan pendapatan
asli daerah. Salah satu objek untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah reklame,
yang kini semakin digemari sebagai media promosi, mulai dari baliho, billboard,
selebaran, dan sebagainya.
Menurut perda no.5 tahun 1990 yang dimaksud reklame adalah benda, alat-alat, atau
media yang bentuk dan coraknya beragam yang dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan dan memujikan barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dilihat, dibaca, dan
atau didengar dari suatu tempat oleh umum.
Berdasarkan PERDA Kota Surakarta No. 5 tahun 1999 tentang Pajak Reklame,
penyelenggaraan reklame meliputi :
a. Reklame papan / billboard
b. Reklame kain
c. Reklame melekat / stiker
d. Reklame selebaran
e. Reklame berjalan
f. Reklame kendaraan
g. Reklame peragaan
h. Reklame udara
i. Reklame suara
j. Reklame film / slide
Ada beberapa pengecualian dalam pengenaan pajak reklame yaitu penyelenggaraan
reklame melalui televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan yang
sejenisnya.
Bentuk, ukuran, konstruksi, penempatan dan izin penyelenggaraan reklame
ditentukan dan ditetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah, disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi daerahnya. Dalam pemasangan reklame dibutuhkan tempat-
tempat yang strategis, namun juga tidak bisa memasang reklame disembarang tempat.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Ada tempat-tempat yang dilarang untuk memasang reklame, seperti di jalur-jalur atau
jalan-jalan utama.
Tujuan pemasangan reklame sendiri adalah untuk mempromosikan barang atau pun
jasa kepada kalayak umum supaya tertarik untuk membeli atau menggunakan jasa yang
ditawarkan.
Di era serba modern ini, dimana kecanggihan teknologi terus berkembang demi
memudahkan segala urusan manusia, media promosi sangat berperan aktif dalam
keberhasilan terjualnya sebuah produk di pasaran. Perusahaan-perusahaan besar dan kecil
pun beramai-ramai untuk bersaing ketat memikat konsumennya. Dengan media reklame
salah satunya, yang sering kita jumpai adalah spanduk, umbul-umbul, billboard,
selebaran kertas yang dibagikan dijalan ataupun yang terpasang dipinggiran jalan.
Dengan pemasangan reklame yang banyak dan menarik, diharapkan konsumen akan
tertarik untuk mencoba produk mereka, dan tanpa disadari reklame yang terpasang
tersebut secara tidak langsung merusak keindahan kota itu sendiri. Populasi pemasangan
reklame yang semakin meningkat, membuat pemerintah harus bertindak tegas dalam
rangka mengendalikan pemasangan reklame yang kian hari kian bertambah dengan tetap
memperhatikan para penyelenggara reklame sebagai wajib pajak dalam upaya
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di sektor pajak reklame. Dengan kata lain,
pemerintah harus tetap menjaga ketertiban pemasangan reklame dan menjaga para wajib
pajak agar tidak merasa dirugikan atas kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Oleh
karena itu, penulis ingin mengetahui lebih dalam dengan membuat Tugas Akhir yang
berjudul :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
”ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN DAN PAJAK
REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008-2010”.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari gambaran objek penelitian di atas, maka untuk memudahkan penyusunan tugas
akhir ini, penulis mencoba merumuskan masalah :
1. Seperti apa pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil?
2. Seberapa besar pengaruh antara pajak reklame tahunan dan reklame insidentil dalam
menunjang pendapatan asli daerah kota Surakarta?
3. Bagaimana tindakan tegas pemerintah dalam mengendalikan jumlah populasi
pemasangan reklame?
4. Hambatan-hambatan apa saja yang menjadi kendala dalam menertibkan ke dua objek
pajak tersebut?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemungutan pajak reklame tahunan dan
insidentil terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Untuk mengetahui dan mencari solusi mengendalikan populasi pemasangan reklame.
4. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul ketika
menyelenggarakan dan memungut pajak reklame.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pembaca.
Dapat menambah informasi, pengetahuan dan wawasan tentang pemungutan pajak
reklame tahunan dan insidentil di kota Surakarta.
2. Bagi Universitas
Sebagai bahan referensi bagi penulisan tugas akhir selanjutnya dengan tema yang
sama.
3. Bagi DPPKA
Dapat memberikan masukan atau referensi dalam melakukan pengendalian
populasi reklame dan pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil di kota Surakarta.
Sebagai sumber informasi mengenai fakta pertumbuhan reklame di kota Surakarta.
BAB II
ANALISIS dan PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pajak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak adalah untuk
membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan guna menunjang sarana dan prasarana
di Negara atau daerah tertentu. Negara pada dasarnya memerlukan dana untuk
kepentingan rakyat. Didalam Undang-undang Perpajakan no 28 tahun 2007, pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam bukunya
tentang Hukum Pajak, Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton menjelaskan mengenai fungsi
pajak, yang dapat digolongkan dalam beberapa penjabaran, yaitu:
a. Fungsi Budgeter
Adalah sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan bila ada sisa
(surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.
b. Fungsi Regulerend
Adalah alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan
ekonomi. Fungsi ini umumnya dapat dilihat pada sektor swasta, seperti yang
dikemukakan Dr. Soemitro Djojohadikusumo, yaitu fiscal policy sebagai suatu alat
pembangunan yang harus mempunyai satu tujuan yang barsamaan secara langsung
menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public investmen dan secara tidak
langsung digunakan untuk menyalurkan private saving ke arah sektor-sektor yang
produktif maupun digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang
menghambat pembangunan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Fungsi Demokrasi
Adalah bentuk wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan
pembangunan demi kemaslahatan (kebaikan/ manfaat) manusia. Fungsi demokrasi
pada masa sekarang lebih sering dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan
memperoleh pelayanan dari pemerintah setelah mereka membayar pajak yang
terutang.
d. Fungsi Redistribusi
Adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam
masyarakat. Misal, dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar
kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil
kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih sedikit.
2. Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah atau biasa dikenal sebagai fiskus (pemungut pajak)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Dengan sistem ini
masyarakat bersifat pasif dan menunggu dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Semiself assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang pada fiskus atau wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang
yang terutang. Jadi dengan sistem ini masyarakat juga berperan dalam menentukan
besarnya pajak yang terutang untuk setiap bulannya, baru pada akhir tahun pajak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
fiskus menentukan besarnya utang pajak yang sesungguhnya berdasarkan data yang
dilaporkan oleh wajib pajak.
c. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang, tanpa adanya campur tangan dari fiskus, kecuali wajib pajak melanggar
ketentuan yang berlaku.
d. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
pada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang.
Dengan sistem ini, wajib pajak dan fiskus bersifat pasif, hanya pihak ke tiga yang
bertugas menghitung, melaporkan, dan membayarkan pajak yang terutang. Fiskus
hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemotongan/ pemungutan pajak yang
dilakukan oleh pihak ke tiga (Mardiasmo, 2009:5)
3. Penagihan Pajak
Di zaman sekarang ini peran serta masyarakat dalam mendukung pembangunan
yang dilakukan pemerintahan sangat diharapkan. Sesuai dengan kerangka sistem self
assessment yang dianut dalam UU Perpajakan sejak tahun 1983, memberikan
kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan
pajaknya sendiri. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat cukup kendala dalam
pelaksanaan pemungutan pajak ini. Masih banyak masyarakat yang dengan sengaja
maupun dengan berbagai alasan tidak melaksanakan kewajibannya membayar pajak
kepada Negara. Dengan terlambatnya pajak yang dibayarkan atau pun tidak dibayarkan
pajak yang terutang tentu saja menjadi beban administrasi tunggakan pajak . Oleh karena
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
itu, untuk mencairkan dana-dana yang tidak atau belum dibayarkan dilakukan tindakan
penagihan pajak sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
Dalam bukunya Pemeriksaan Pajak, Hardi menjelaskan penagihan pajak sendiri
telah diatur dalam UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Dalam rangka penagihan pajak dilakukan secara bertahap, artinya tindakan diawali
dengan surat teguran, tetapi bila wajib pajak tidak menghiraukan baru dilakukan
tindakan secara paksa. Ada tiga hal kriteria diterbitkannya Surat Paksa (SP), yaitu:
a. Apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
tempo dan telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan.
b. Bahwa terhadap penanggung pajak telah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.
c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran
atau penundaan pembayaran pajak.
Dalam bukunya Pemeriksaan Pajak, Hardi menjelaskan jika Surat Paksa (SP) sudah
tidak mampu untuk menagih penanggung pajak, maka tindakan penagihan lebih lanjut
dengan tindakan penyitaan atau pelelangan. Prinsip dari tindakan penyitaan yang
dilakukan oleh juru sita adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan
tidak mengubah status kepemilikan suatu barang, bahkan barang yang disita bisa
dititipkan kepada penanggung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Oleh karena itu,
penyitaan dapat dilakukan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada di
tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain. Penyitaan tersebut
dilakukan, baik terhadap barang bergerak maupun barang tidak bergerak.
Tindak penagihan terakhir adalah dengan pelelangan. Pelelangan merupakan upaya
hukum dalam rangka mencairkan tunggakan pajak sebagaimana diataur dalam pasal 25
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
UU Penagihan Pajak. Pasal 25 ayat (1) menyatakan “apabila utang pajak dan/ atau biaya
penagihan pajak tidak dilunasi setelah penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan
penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang”
4. Penggolongan Pajak
Berdasarkan buku Perpajakan karangan Sumarso, jenis-jenis pajak yang dikenakan
kepada wajib pajak dapat digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu menurut sifatnya,
menurut sasaran atau objeknya, dan menurut lembaga pemungutannya.
a. Menurut sifatnya, jenis pajak dapat dibagi dua, yaitu:
1) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak
lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan dan
dilakukan secara berulang-ulang misalnya, PPh.
2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke
pihak lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut sasaran atau objeknya, jenis pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak subyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan
subjeknya.
2) Pajak obyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada obyeknya
baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi
subyek pajak maupun tempat tinggal.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Menurut lembaga pemungutannya, Waluyo (2010:56) memaparkan jenis pajak dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak pusat adalah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik tingkat I
maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing-masing.
5. Pengertian Pajak Daerah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pajak daerah adalah pajak-pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kota) yang diatur
berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga daerah. Sedangkan menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000,
pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dimana hasilnya digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Jenis pajak
daerah dibedakan menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutanya. Menurut wilayah
pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi:
a. Pajak Propinsi yang terdiri dari:
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.
2) Bea balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b. Pajak Kabupaten/ Kota, yang terdiri dari:
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Parkir
f) Pajak Penerangan Jalan
g) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
6. Pengertian Pajak Reklame
Reklame adalah benda, alat-alat, atau media yang bentuk dan coraknya beragam
yang dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan dan memujikan barang, jasa
atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang
yang ditempatkan atau dilihat, dibaca, atau didengar dari suatu tempat oleh umum.
a. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame Tahunan.
1) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1999 tentang pajak reklame.
2) Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang perubahan
keputusan walikota nomor 03/DRT/1999 tentang pedoman pelaksanaan reklame.
b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame Insidentil.
1) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1999 tentang pajak reklame.
2) Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang perubahan
keputusan walikota nomor 03/DRT/1999 tentang pedoman pelaksanaan reklame.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 7 tahun 2009 tentang retribusi pemakaian
kekayaan daerah.
Objek pajak reklame berdasarkan PERDA No. 5 tahun 1999 tentang Pajak Reklame
adalah penyelenggara reklame yang jenisnya meliputi:
k. Reklame papan / billboard
l. Reklame kain
m. Reklame melekat / stiker
n. Reklame selebaran
o. Reklame berjalan
p. Reklame kendaraan
q. Reklame peragaan
r. Reklame udara
s. Reklame suara
t. Reklame film / slide
Pajak reklame sendiri digolongkan menjadi dua, yaitu: Pajak Reklame Tahunan dan
Pajak Reklame Isidentil.
a. Pajak reklame tahunan, pajak reklame yang sifat pembayarannya dibayar per tahun
misal, reklame papan/billboard, reklame berjalan, reklame kendaraan, reklame
udara, reklame suara, dan reklame film/ slide.
b. Pajak reklame insidentil, pajak reklame yang sifat pembayarannya dibayar pada
jangka waktu kurang dari satu tahun, maksimal satu bulan dan minimal 1 minggu
penayangan misal, selebaran, spanduk, umbul-umbul, baliho, MMT, dan stiker.
Untuk reklame insidentil jika masa tayangnya sudah habis tidak diperkenankan
untuk diperpanjang lagi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil
a. Pajak Reklame Tahunan
1) Prosedur Pendaftaran dan Pendataan
§ Mengisi formulir disertai dokumen mengenai reklame yang akan dipasang
mencakup tinggi, lebar, panjang, serta informasi lain yang dibutuhkan untuk
pendataan, seperti foto lokasi pemasangan reklame.
§ Formulir dan dokumen yang telah diisi diserahkan ke bidang Pendaftaran,
Pendataan, dan Dokumentasi (DAFDA & Dokumentasi).
§ Selanjutnya dilakukan cek lokasi ke tempat yang akan dipasang reklame.
Lama cek biasanya dua hari sampai satu minggu. Pengecekan ini biasanya
mencakup pendataan apakah di tanah Negara atau tanah milik sendiri.
§ Jika telah dilakukan cek lokasi, maka akan langsung diperhitungkan
pajaknya.
2) Prosedur Penghitungan dan Penetapan
§ Pajak yang akan dihitung berdasarkan tinggi, lebar, panjang, serta informasi
lain yang dibutuhkan.
§ Informasi yang telah didata oleh bidang DAFDA & Dokumentasi
diserahkan ke bagian penetapan untuk dilakukan perhitungan pajaknya.
Dibidang penetapan akan dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) jika reklame tersebut
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dipasang di tanah milik Negera, serta form Uang Jaminan Bongkar (UJB),
yang dari kesemua surat tersebut di cetak rangkap lima.
§ Setiap form/ surat lembar pertama untuk wajib pajak, lembar kedua untuk
bidang DAFDA & Dokumentasi sebagai arsip tetap, lembar ketiga untuk
bidang Penetapan, lembar keempat untuk bidang Pembukuan dan lembar
kelima untuk kas penerimaan dinas pendapatan daerah surakarta sebagai
bukti bayar yang sebelumnya diberikan ke wajib pajak terlebih dahulu.
§ Semua form/ surat di cek kembali dan diotorisasi di bidang DAFDA &
Dokumentasi lalu diserahkan di bidang Penetapan untuk dilakukan
penetapan, selanjutnya lembar kedua dikembalikan ke bidang DAFDA &
Dokumentasi, lembar ketiga untuk bidang Penetapan dan lembar keempat
diserahkan ke bidang Pembukuan lalu lembar pertama dan kelima
diserahkan ke wajib pajak yang nantinya lembar kelima diserahkan ke kas
penerimaan dinas daerah Surakarta.
§ Setelah ditetapkan SKPD, maka surat-surat tersebut akan diserahkan ke
wajib pajak yang bersangkutan, jika wajib pajak masih berdomisili di
Surakarta. Untuk yang diluar Surakarta maka SKPD akan dikirim via
faximile. Strategi ini biasa disebut strategi jemput bola, jadi pemerintah juga
berperan aktif dalam penyampaian SKPD, sehingga wajib pajak menerima
SKPD bisa tepat waktu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Prosedur Pembayaran
Setelah wajib pajak menerima SKPD, diharapkan wajib pajak bisa
sesegara mungkin untuk membayarkan pajaknya supaya reklame yang akan
dipasang bisa segera mendapat ijin pendirian. Dengan membawa SKPD, form
UJB, form perhitungan wajib pajak membayarkan pajaknya ke bagian kasir.
Lalu lembar pertama SKPD akan divalidasi lunas.
4) Prosedur Perizinan Penyelenggaraan Reklame
Setelah divalidasi lunas oleh bagian kas penerimaan DPPKA, maka wajib
pajak kembali ke customer service office memperlihatkan form pertama yang
telah divalidasi untuk dibuatkan surat perizinan reklame oleh bidang DAFDA &
Dokumentasi, dimana ada 2 lembar kemudian lembar pertama diserahkan ke
wajib pajak melalui customer service office (CSO) dan lembar kedua diarsip
oleh bidang DAFDA & Dokumentasi.
b. Pajak Reklame Insidentil.
Khusus untuk penyelenggaraan reklame insidentil seperti baliho, MMT, kain
(spanduk, umbul-umbul, dll), kertas poster, plastik ditangani oleh Kantor Pelayanan
dan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta. Tata cara penyelenggaraan
reklamenya adalah sebagai berikut:
1) Prosedur Perizinan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Wajib pajak mengajukan permohonan izin penyelenggaraan reklame secara
tertulis kepada Walikota Surakarta dengan mengisi formulir yang telah di
sediakan di Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta dengan
dilengkapai fotocopy KTP penanggung jawab iklan, surat persetujuan dari
pemilik lahan/ kepala instansi untuk pemasangan reklame di atas tanah/ gedung
milik pemerintah, materi reklame di bawa ke KPPT untuk di validasi. Setalah di
validasi maka akan diterbitkan SPKPD/ SKRD sebagai bukti izin reklame.
2) Prosedur Pembayaran dan Penagihan
Untuk pembayaran reklame insidentil dibayar dimuka, guna mendapat izin
reklame yang sebelumnya WP juga harus membayar retribusi sewa tanah dan
uang jaminan bongkar. Reklame yang telah penuh pajaknya (lunas), diberi
tanda lunas pajak reklame. Setiap penyelenggara reklame insidentil membayar
100% uang jaminan bongkar dari jumlah pajak yang dibayar, jadi bisa
dikatakan besarnya pajak yang dibayarkan dua kali lipat lebih besar dari pajak
terhutang, hanya saja uang jaminan bongkar ini bisa ditarik kembali oleh WP
jika pada masa penerbitan reklame sudah habis dan reklame yang terpasang
diturunkan sendiri oleh penyelenggara reklame dengan batas pembongkaran
reklame dilaksanakan selambat-lambatnya lima belas hari setelah masa
berlakunya habis.
2. Cara Perhitungan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dasar perhitungan pengenaan pajak adalah Nilai Sewa Reklame. Nilai Sewa
Reklame ini dihitung dengan menjumlahkan Nilai Strategis dan Nilai Jual Objek
Reklame. Tarif dari nilai strategis ditetapkan dalam Kep. Walikota Nomor
03/DRT/1999 tanggal 27 Desember 1999, sedangkan untuk tarif pajak reklame sendiri
ditetapkan sebesar 20% dari nilai sewa reklame.
Khusus untuk reklame non board diperhitungkan dari NJOP reklame tanpa dengan
mempertimbangkan nilai strategis. Perhitungan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) reklame
berdasarkan besarnya komponen biaya penyelenggaraan reklame yang meliputi
indikator:
a) biaya pembuatan/ konstruksi,
b) biaya pemeliharaan,
c) lama pemasangan dan jenis reklame.
Tabel II. 1
Tabel Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Reklame Board
No Jenis Reklame
( out door )
Konstruksi
(Rp)
Non Konstruksi
(Rp)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1 2 3
BERSINAR a. > 51 b. 26 - 50 c. 11 - 25 d. 1 - 10
TIDAK BERSINAR a. > 51 b. 26 - 50 c. 11 - 25 d. 1 - 10
MULTIVISION a. > 51 b. 26 - 50 c. 11 - 10
225.000 175.000 125.000 75.000
200.000 150.000 100.000 50.000
500.000 400.000 300.000
115.000 90.000 75.000 40.000
100.000 75.000 50.000 25.000
250.000 200.000 150.000
Tabel II. 2
Tabel Penetapan NJOP Reklame Non Board
No Jenis Reklame Tahunan (Rp)
Bulanan (Rp)
Mingguan (Rp)
1 2 3
BALIHO K A I N
T E M P E L
50.000 60.000
12.000 7.500
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4 5
a. Kertas b. Plastik c. Seng d. Triplek
Berjalan UDARA (Balon)
400.000
10.000 30.000 23.000 21.000
50.000
2.500 5.000 6.000 5.000
12.500
Tabel II. 3
Tabel Penetapan Tarif Retribusi
No Jenis Reklame Tarif Retribusi Keterangan 1 2 3
Di jalan Protokol Di jalan Ekonomi Di jalan Lingkungan
20% x NJOP /
10% x NJOP /
50% x NJOP /
Per Minggu Per Minggu Per Minggu
Nilai strategis dihitung berdasarkan besarnya bobot dan skor dari nilai strategis
reklame dengan indikator yang mencakup lokasi, kelas jalan, sudut pandang ketinggian
dan luas reklame. Berikut adalah tabel mengenai nilai strategis reklame:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dari tebel di atas dapat dibuat rumus perhitungan pajak reklame sebagai berikut:
Dari tebel di atas dapat dibuat rumus perhitungan pajak reklame sebagai berikut :
Pajak reklame terutang = 20% x Nilai Sewa
Nilai Sewa = Nilai Strategis + NOP Reklame
NJOP Reklame = Luas Reklame (/ ) x Ketetapan NJOP Reklme
Nilai Strategis :
Ø Lokasi = 15% x Score Ø Kelas Jalan = 25% x Score Ø Sudut pandang = 15% x Score Ø Ketinggian = 20% x Score Ø Luas Reklame = 25% x Score +
Total Score x NJOP Reklame
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Contoh Perhitungan Pajak Reklame Tahunan Di Jalan Protokol
Jalan Protokol adalah jalan-jalan utama yang ada di Kota Surakarta, dan memiliki nilai
titik yang strategis. Beberapa jalan ptotokol di Kota Surakarta adalah Jalan Slamet
Riyadi, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Sutarto, Jalan Sutarmi, Jalan Adi Sucipto.
Contoh kasus:
Pak Darto dalam usaha bisnis distronya ingin memasang reklame di jalan urip somoharjo
dikawasan perkantoran, dengan ukuran reklame 2m x 1,5m dan tinggi reklame 5m, satu
sudut pandang, berjenis reklame bersinar di tanah sendiri, sebanyak satu buah.
Perhitungan pajak reklamenya sebagai berikut;
NJOP reklame board bersinar:
175.000 x (2 x 1,5) = 525.000
Nilai Strategis:
Lokasi : 15% x 8 = 1,2
Kelas jalan : 25% x 10 = 2,5
Sudut Pandang : 15% x 8 = 1,2
Tinggi : 20% x 5 = 1
Luas : 25% x 1 = 0,25 +
Total Score 6,15
Nilai Strategis = 6,15 x 525.000
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
= 3.228.750
Pajak terutang : 20% x (3.228.750 + 525.000) = 750.750
Karena ditanah sendiri maka tidak ada penambahan retribusi.
b. Perhitungan Pajak Reklame Tahunan Di Jalan Biasa/ Ekonomi
Pak Darto dalam usaha bisnis distronya juga ingin memasang reklame di jalan M.T.
Haryono dikawasan perkantoran, dengan ukuran reklame 2m x 1,5m dan tinggi reklame
5m, dua sudut pandang, berjenis reklame bersinar di tanah sendiri sebanyak satu buah.
Perhitungan pajak reklamenya sebagai berikut;
NJOP reklame board bersinar:
175.000 x (2 x 1,5) = 525.000
Nilai Strategis:
Lokasi : 15% x 8 = 1,2
Kelas jalan : 25% x 7 = 1,75
Sudut Pandang : 15% x 4 = 0,6
Tinggi : 20% x 5 = 1
Luas : 25% x 1 = 0,25 +
Total Score 4,8
Nilai Strategis = 4,8 x 525.000
= 2.520.000
Pajak terutang : 20% x (2.520.000 + 525.000) = 609.000
Karena ditanah sendiri maka tidak ada penambahan retribusi.
c. Perhitungan Pajak Reklame Insidentil
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Selain reklame tahunan Pak Darto juga memasang reklame insidentil di panggung
reklame daerah Mojosongo, dengan ukuran reklame 2m x 8m, berjenis reklame baliho
sebanyak satu buah dan reklame insidentil di pinggirang jalan Dr. Oen Mojosongo
dengan ukuran 2m x 3m berjenis kain sebanyak 5 buah. Masing-masing berdurasi satu
minggu dan satu bulan.
Perhitungan pajak reklamenya adalah sebagai berikut :
Tarif NJOP baliho mingguan = 12.000
Tarif NJOP reklame kain (@ 50.000) = 250.000
Tarif retribusi reklame kain:
0,5 x 250.000 = 125.000 +
Pajak terutang 387.000
Dikenakan retribusi karena di tanah Negara.
3. Analisis Pengaruh Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta
Keberhasilan dapat diukur dengan melihat kemampuan daerah dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang kemudian digunakan untuk membiayai
pengeluaran daerah. Terbukti untuk di Surakarta sendiri pembangunan infrastruktur
penunjang fasilitas umum telah banyak di lakukan. Pembangunan untuk fasilitas
reklame sendiri juga sudah banyak didirikan panggung reklame, yang digunakan untuk
memasang reklame-reklame insidentil. Panggung reklame tersebut adalah merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk memfasilitasi para penyelenggara reklame untuk
memasang reklamenya dan agar reklame yang sifatnya insidentil bisa terpasang rapi di
panggung reklame tersebut.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pemungutan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah pajak reklame
merupakan salah satu komponen pajak yang cukup potensial peranannya dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Untuk mengetahui berapa prosentase pengaruh pendapatan pajak reklame terhadap
pendapatan asli daerah dapat dihitung dengan:
Penerimaan pajak reklame dibandingkan dengan Pendapatan Asli Daerah di Kota
Surakarta dapat dilihat dalam tabel II. 5 berikut ini.
Tabel II. 5
Kontribus Penerimaan Pajak Reklame Tahunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Kota Surakarta (dalam Rupiah)
Tahun Penerimaan Pajak Reklame PAD %
2008 3.527.909.910 102.989.919.369 3,43
2009 3.850.377.341 101.972.318.682 3,78
2010 4.697.717.016 113.972.332.541 4,12
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
Dari tabel II.5 dapat dilihat penerimaan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kota Surakarta secara signifikan mengalami peningkatan pada tahun 2009,
dengan kenaikan sebesar 0,35% dari tahun 2008. Begitu pula di tahun 2010 yang juga
= %100 (PAD)Daerah Asli PendapatanReklamePajak Penerimaan Realisasi
X
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mengalmi kenaikan sebesar 0,34% dari tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa minat
para perusahaan sebagai penyelenggara reklame dari tahun ke tahun terus diminati
sebagai sarana promosi produk-produknya. Sehingga perlu adanya pengawasan khusus
bagi pemerintah sebagai penyedia fasilitas penempatan titik reklame. Sehingga dengan
begitu kenaikan penerimaan pajak reklame di setiap tahunnya dapat terus meningkat dan
media reklame sendiri dari tahun ke tahun akan terus berkembang dan peminatnya pun
juga akan semakin banyak, asalkan penataan dan pengelolaan reklame dapat
dimaksimalkan oleh pemerintah kota. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya media
promosi yang dikembangkan oleh penyedia jasa advertising. Sebuah hal yang positif jika
dipandang dari sisi penerimaan pajaknya, tapi menjadi tugas sendiri bagi pemerintah
untuk menghadapi segala masalah yang akan terjadi.
Berbanding terbalik pada penerimaan pajak reklame insidentil, yang penerimaannya
relatif lebih sedikit. Penerimaan pajak reklame insidentil dibandingkan dengan
Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta dapat dilihat dalam tabel II. 6 berikut ini:
Tabel II. 6
Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame Insidentil Terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kota Surakarta (dalam Rupiah)
Tahun Penerimaan Pajak Reklame PAD %
2008 1.030.539.450 102.989.919.369 1,00
2009 808.021.350 101.972.318.682 0,79
2010 1.442.271.255 113.972.332.541 1,26
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Sumber: Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta
Dari tabel II. 6 dapat dilihat penerimaan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kota Surakarta secara signifikan mengalami penurunan pada tahun 2009,
dengan prosentase penurunan sebesar 0,21% dari tahun 2008. Hal ini disebabkan pada
tahun 2009 para penyelenggara reklame lebih berminat pada reklame yang berjenis
tahunan. Selain masa pemasangan yang jauh lebih lama, biaya yang dikeluarkan pun juga
lebih hemat dalam jangka panjang. Namun pada tahun 2010 penerimaan pajak reklame
insidentil mengalami lonjakan yang cukup besar, prosentase kenaikannya adalah sebesar
0,47 jika dibanding dengan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dikarenakan padatnya
reklame tahunan di tahun 2010 membuat penyelenggara reklame memilih alternatif untuk
memasang reklame insidentil. Pada kenyataannya pemohon reklame insidentil
sebenarnya terus mengalami penurunan dari tahun 2008 jumlah pemohon sebesar 2.962,
tahun 2009 jumlah pemohon 2.441, tahun 2010 jumlah pemohon 1.858. Jumlah pemohon
yang terus menurun tetapi penerimaan cenderung meningkat, hal ini disebabkan karena
perubahan tarif yang juga mengikuti perkembangan reklame insidentil.
Dengan segala fasilitas infrastruktur yang sangat mendukung, sehingga penetapan
target pendapatan pada pajak reklame juga ditingkatkan setiap tahunnya. Hal ini
bertujuan guna memaksimalkan fasilitas yang telah dibangun, dan juga memaksimalkan
potensi-potensi pajak reklame yang ada di Kota Surakarta. Untuk mengetahui besarnya
prosentase capaian target pajak reklame dengan pendapatan pajak reklame dapat dihitung
dengan rumus:
Besarnya prosentase capaian target pajak reklame, dapat di lihat di tabel II.7 berikut ini: = %100
ReklamePajak PendapatanTarget ReklamePajak Pendapatan Realisasi
X
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel II. 7
Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Tahunan
Tahun Penerimaan Pajak Reklame Target %
2008 3.527.909.910 3.450.000.000 102,26
2009 3.850.377.341 4.500.000.000 85,56
2010 4.697.717.016 4.550.000.000 103,25
Sumber: DPPKA Kota Surakarta
Dari tabel II.7 dapat dilihat prosentase capaian target penerimaan pajak reklame di
Kota Surakarta. Pada tahun 2008 dari target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota
(Pemkot) penerimaan pajak reklame terpenuhi sebesar 102,26 %. Namun pada tahun
2009 dari target yang telah ditentukan Pemkot, penerimaan pajak reklame tidak
memenuhi target, dengan selisih sebesar Rp 649.622.659,- dari target yang ditentukan.
Hal ini dikarenakan masa pajak dari tahun 2008 yang habis di tahun 2009 banyak yang
diperpanjang masa terbitnya, sehingga penambahan reklame tahunan yang baru
prosentasenya hanya sedikit. Meskipun di tahun 2009 penerimaan pajak reklame tidak
memenuhi target yang ditentukan, potensi penerimaan pajak reklame di tahun 2010
sangat mungkin terjadi peningkatan, kerena reklame yang sudah terpasang selama dua
tahun otomatis perlu dipindah ketempat-tempat yang dinilai lebih strategis, sehingga
penyelenggaraan pada reklame yang baru pada titik-titik reklame juga semakin
meningkat. Kenaikan ini ditunjukkan pada tabel di atas, dimana tahun 2010 penerimaan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pajak memenuhi target yang ditetapkan dan lebih besar dari target tahun 2009, yaitu
sebesar 103,25% dari target.
. Untuk capaian prosentase penerimaan pajak reklame insidentil dapat dilihat di
tabel II.8 berikut ini:
Tabel II. 8
Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Insidentil
Tahun Penerimaan Pajak Reklame Target %
2008 1.030.539.450 872.229.750 118,15
2009 808.021.350 872.300.000 92,64
2010 1.442.271.255 872.250.000 165,35
Sumber: Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta
Dari table diatas dapat diketahui potensi per tahunanya relatif sama, karena
fasilitas untuk penempatan reklame insidentil tidak ada pembangunan baru. Jadi potensi
pajak reklame insidentil pun relatif sama tiap tahunnya, tetapi meskipun potensi relatif
sama penerimaan pajaknya terus memenuhi target, dapat dilihat di tahun 2008 prosentase
capaian target reklame insidentil sebesar 118,15%, tahun 2009 sebesar 92,64%, dan tahun
2010 sebesar 165,35%. Prosentase realisasi penerimaan pajak reklame insidentil sangat
dipengaruhi dari event-event yang diselenggarakan di Surakarta sendiri, seperti pada
tahun 2008 yang penerimaan pajak reklamenya bisa mencapai satu millir lebih, karena
banyak event-event besar di tahun ini misal SIEM dan SIPA . Event besar yang diadakan
setiap tahun selalu menarik banyak wisatawan asing maupun domestik datang ke
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Surakarta, sehingga banyak perusahaan yang memanfaatkan event ini untuk memasang
sebanyak-banyaknya reklame insidentil. Penerimaan pajak insidentil juga sangat
dipengaruhi oleh fasilitas panggung reklame yang sudah ada di beberapa titik jalan di
Surakarta, karena panggung reklame sendiri merupakan sarana utama reklame insidentil
untuk diselenggarakan. Jika dari panggung reklame tidak terurus alias sudah kusam
otomatis para penyelenggara reklame enggan tuk memasangnya di panggung reklame
tersebut. Hal ini terjadi pada tahun 2009, dimana panggung reklame dinilai tidak
menunjukkan citra tempat iklan yang layak untuk media promosi.
Dalam penerimaan pajak insidentil relatif sedikit tiap tahunnya, reklame insidentil
tetap di pertahankan dan terus dikembangkan inovasinya, karena reklame insidentil
merupakan alternatif fasilitas yang disediakan oleh Pemkot Surakarta untuk tetap
menjalin hubungan dengan wajib pajak yang telah menyelenggarakan reklame tahunan
dan juga masih tetap menyelenggarakan reklame insidentil. Pemungutan pajak reklame
insidentil juga berfungsi sebagai alat kontrol pemerintah untuk memantau perkembangan
reklame insidentil, baik itu mengenai jumlah atau pun perkembangan jenis reklamenya.
4. Analisis Penentuan Target dan Potensi Penerimaan Pajak Reklame Dengan
Metode Kecenderungan Lurus (Linier Trend Method)
Dalam bukunya The Power of Statistics, Supranto menjelaskan metode ini
merupakan cara meramalkan dengan menggunakan data time series. Data time series
adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perubahan. Dari
data time series dapat ditarik trend, yaitu garis yang menunjukkan arah perkembangan
secara umum, kemudian dibuat persamaan trend. Khusus untuk data kali ini penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mencoba meramalkan penentuan target dan potensi penerimaan pajak reklame tahunan
saja, untuk yang penerimaan pajak reklame insidentil tidak ada peramalan untuk target
dan potensinya, karena dari objek pajaknya sendiri tergantung dengan pembangunan
infrastruktur panggung reklame, sehingga kemungkinan untuk penentuan potensi
dimungkinkan akan sama setiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat pada tabel II.8 dimana
target dari pajak reklame insidentil tiap tahunnya relatif sama.
Untuk meramalkan target dan mencari potensi penerimaan pajak reklame
digunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Y = nilai yang akan diramalkan
t = variabel waktu
a = nilai Y jika t = 0
b = koefisien arah sebagai perkiraan rata-rata kenaikan/ pertumbuhan
n = banyaknya tahun data
Data berikut ini merupakan data yang digunakan untuk meramalkan target tahun
2008-2010 dengan metode kecenderungan lurus. Tabel perhitungannya sebagai berikut:
Tabel II. 9
Peramalan Target Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2008-2010 Dengan Metode
Kecenderungan Lurus
Y = a + b(t)
Tahun REALISASI (Y) t
t(Y)
2002 Rp 1.402.712.208 -5.00 25 Rp (7.013.561.040)
2003 Rp 1.804.690.293 -3.00 9 Rp (5.414.070.879)
2004 Rp 2.015.892.093 -1.00 1 Rp (2.015.892.093)
2005 Rp 2.319.096.340 1.00 1 Rp 2.319.096.340
2006 Rp 3.579.599.930 3.00 9 Rp 10.738.799.790
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dari data yang diperoleh, persamaannya menjadi :
a = ∑Y/ n
b = ∑ tY
jadi
a =
= 2.427.291.321
b =
= 226.045.106
Sehingga peramalan target reklame pada tahun 2008 diperoleh:
Target tahun 2008 = 2.427.291.321 + 226.045.106 (7)
= 4.009.607.064
Target tahun 2009 = 2.427.291.321 + 226.045.106 (8)
= 4.235.652.171
Target tahun 2008 = 2.427.291.321 + 226.045.106 (9)
= 4.461.697.277
Setelah mengetahui peramalan target penerimaan pajak reklame tahun 2008-2010
maka jika diambil persamaan , sedangkan untuk
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tahun
Realisasi Pajak Reklame
Target Menurut Metode
Kecenderungan Lurus
Potensi (a x b)
Target Seharusnya (potensi th sekarang :
Realisasi th sebelumnya)
(a) (b) (y) (x)
2008 3.527.909.910 4.009.607.064 14.145.532.497.938.000.000 4.109.974.132
2009 3.850.377.341 4.235.652.171 16.308.859.142.237.400.000 4.622.810.547
2010 4.697.717.016 4.461.697.277 20.959.791.217.643.200.000 5.443.568.087
besarnya potensi pajak reklame didapat dengan perkalian realisasi tahun sekarang
dengan target yang telah diramalkan. Perhitungannya sebagai berikut:
Tabel II. 10
Peramalan Potensi Pajak Reklame Dalam Kaitannya Penentuan Target dengan
Metode Kecenderungan Lurus
Jadi dapat diketahui target seharusnya yang berpotensi dapat tertagih oleh
pemerintah seperti di tabel II.10.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel II. 11
Perbandingan Target yang Ditentukan oleh DPPKA dengan Target yang Dicari
oleh Penulis
Tahun Realisasi Pajak Reklame
Target Dari DPPKA
Target yang Diperoleh Penulis
Selisih Target
2008 3.527.909.910 3.450.000.000 4.109.974.132 659.974.132
2009 3.850.377.341 4.500.000.000 4.622.810.547 122.810.547
2010 4.697.717.016 4.550.000.000 5.443.568.087 893.568.087
Jika dilihat dari tabel II.11, Pemkot Surakarta masih kehilangan pendapatan
daerah dari penerimaan pajak reklame selama tiga tahun terakhir sebesar Rp
1.676.352.766,- . Perhitungan di atas tentunya hanya sekedar gambaran kecil tentang
perkiraan pendapatan yang dimungkinkan dapat memaksimalkan pendapatan daerah di
sektor pajak reklame dan juga untuk memantau kinerja dari pegawai pemerintah
daerah, terutama pada pemungutan pajak reklame tahunan. Dengan gambaran seperti di
atas dapat diketahui kinerja dari pegawai pemerintah daerah kurang maksimal dalam
pencapaian target pendapatan daerah.
C. Hambatan Yang Timbul Saat Penyelenggaraan Reklame dan Pemungutan Pajak
Reklame.
Kemajuan teknologi hingga sampai sekarang ini membuat semua bidang di sektor
manapun menjadi semakin beragam dan canggih. Media elektronik yang semakin
merajai di segala aspek kehidupan semakin diburu para konsumennya, tidak terkecuali
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
di media promosi. Sebuah teknik pemasaran dengan promosi sudah sejak dulu
dilakukan, salah satunya dengan reklame. Peran serta kemajuan teknologi turut serta
dalam memajukan dunia periklanan. Keberagaman media iklan semakin berkembang
sejalan dengan berkembangnya teknologi. Hal ini membuat persaingan di bidang
periklanan semakin ketat terutama persaingan media promsi (reklame). Terbukti pada
pendataan reklame tahun 2009 sebanyak 5543 reklame tahunan terpasang di sepanjang
jalan kota Surakarta.
Semakin padatnya reklame yang terpasang membuat timbulnya beragam masalah.
Masalah-masalah saat penyelenggaraan reklame dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Masalah sampah yang ditimbulkan akibat reklame yang sudah kadarluarsa tidak
segera dibongkar oleh pemiliknya. Mengenai hal ini sebenarnya sudah ada tim
penertib reklame, yang bertugas menertibkan dan membongkar reklame yang sudah
habis masa tayangnya. Tetapi dari petugas itu sendiri kadang tidak mencukupi
untuk menertibkan di lima kecamatan yang ada di Surakarta mengingat banyaknya
reklame yang melanggar peraturan, seperti memasang reklame tanpa izin,
memasang reklame di pohon dan tiang listrik, memasang di white area (kawasan
bebas reklame). Dengan ada tim penertib reklame sebanarnya sudah cukup efektif
untuk menekan pelanggaran dalam menyelenggarakan reklame, hanya saja tenaga
kerja dari tim penertib reklame sendiri terbatas, kurang lebih ada lima belas tenaga
kerja yang menjadi tim penertib reklame yang setiap hari terbagi dilima kecamatan
di Surakarta (Jebres, Banjarsari, Laweyan, Pasar Kliwon, Serengan).
2. Pemasangan reklame yang berlebihan akan mengganggu suasana dan keindahan
kota, menurut Ketua Asosiasi Perusahaan dan Praktisi Periklanan Solo (ASPPRO)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
penataan reklame di Surakarta sangat semrawut, indikasinya terlihat dari tata letak
dan pemasangan berbagai reklame yang ada sehingga justru mengurangi keindahan
kota. Penataan dan pemasangan reklame yang semrawut dapat membuat tingkat
kepercayaan dari pemasangan kepada biro iklan pada khususnya yang outdoor
berkurang, jika dibiarkan terus menerus akan berdampak pada pendapatan pajak
reklame. (Dikutib dari harian Joglosemar, tanggal 28-03-2011)
3. Keamanan akan reklame yang dipasang. Dari setiap laporan pengaduan yang masuk
di Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta wajib pajak sering
dirugikan akibat reklame berjenis kain (baliho, MMT, spanduk) yang mereka
pasang sering hilang atau bisa dikatakan dicuri. Keterangan yang di dapat penulis
dari KPPT Kota Surakarta hal tersebut dikarenakan persaingan antar perusahaan
atau bisa saja dicuri oleh masyarakat disekitar reklame yang dipasang itu sendiri.
Biasanya masyarakat yang mempunyai warung untuk digunakan sebagai atap atau
dinding warungnya. Mengenai hal ini pihak KPPT dan DPPKA Kota Surakarta
tidak bisa mengawasinya secara terus menerus, yang dapat dilakukan untuk
mengawasi reklame-reklame tersebut adalah dengan tim penertib yang sudah
berjalan, dengan menertibkan reklame setiap hari diharapkan tim penertib tersebut
juga mengawasi reklame yang sudah