ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

of 72 /72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan PAJAK REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008-2010 TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan Oleh : ALIM ADI TANTOMO NIM F3408011 PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Embed Size (px)

Transcript of ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user i

    ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan PAJAK

    REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN

    PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA

    TAHUN 2008-2010

    TUGAS AKHIR

    Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan

    mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

    Oleh :

    ALIM ADI TANTOMO

    NIM F3408011

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user ii

    ABSTRACT

    Analysis of Taxation at The Annual Advertisement and Advertisement Tax

    Incidental in Order to Optimize Revenue in Surakarta City

    ALIM ADI TANTOMO F3408011

    The advertisement tax is revenue for administering the city of Surakarta advertisement. The potential for this advertisement tax continues to increase, along with the times. DPPKA Surakarta is the executive element of local government in the field of regional income in charge of digging as much as possible the potential of local tax revenue.

    The aim of the research the author is to know the intent and purpose of the discrepancy between annual and incidental advertisement tax and the impact on local revenues. In conducting this research, writer use method of direct observation and interviews of relevant parties. The author also compares the theory that the author could during collage with real field data. During the study authors found the weakness that occurred during the collection and management of advertisement tax treatment, including (1) dysfunction of department licensing advertisement, (2) are less strict regulation, (3) tax payers often break the rules, (4) dysfunction department of the DPPKA.

    The conclusion that can present the author is the inability of local regulations to regulate advertisement arrangement significantly, and the calculation of target setting is not based on the real potential of advertisement tax, so tax collection be less than the maximum advertisement.

    From the finding obtained, the author can make recommendation that local government could be more strictly enforce that law and also more actively cooperate with private parties in order to maximize the collection of advertisement tax.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Tugas akhir ini dengan judul “ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK

    REKLAME TAHUNAN dan PAJAK REKLAME INSIDENTIL DALAM

    RANGKA MENGOPTIMALKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA

    SURAKARTA TAHUN 2008-2010” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk

    diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program DIII Akuntansi Perpajakan

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Surakarta, 11 Juni 2011 Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh, Pembimbing

    TITIK SETYANINGSIH, S.E., Ak. NRP. 340800001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi Tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan. Surakarta, 11 Juni 2011

    Tim Penguji Tugas Akhir

    1. Suyanto, S.E., M.Si. (................................)

    NRP. 340800002

    Penguji

    2. TITIK SETYANINGSIH, S.E., Ak. (………………........)

    NRP. 340800001

    Dosen Pembimbing

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Persahabatan sejati adalah ketika diam antara dua orang terasa nyaman (Dave

    Tyson)

    Jangan pernah mengajarkan sesuatu kepada seseorang, karena sungguh dia tak

    akan pernah belajar. (Bernard Shaw)

    Kebodohan yang nyata adalah ketika kita berusaha memarahi seseorang atas

    kesalahan yang mereka lakukan. (Jhon Wanamaker)

    Pahami segala sesuatunya dan terapakan dalam kehidupan sehari-hari. (Penulis)

    Setiap orang yang saya jumpai adalah lebih baik dari pada saya dalam hal

    tertentu, dengan berpikir seperti itu, saya belajar tentang dirinya. (Penulis)

    Jangan pernah merasa kecewa atas segala yang telah kita lakukan, karena

    sungguh kekecewaan itu berawal dari diri kita sendiri. (Penulis)

    Karya ini, penulis persembahkan teruntuk :

    Allah SWT

    Bapak-Ibu tersayang, Kakak-Adikku dan Keluarga Besarku.

    Seseorang yang menjadi motivasi dan inspirasiku

    TEAM SABLENG (Sadulur Ati Bareng Laku Eling Ning Gusti)

    Keluarga Besar MEPA-UNS

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, raja semesta alam atas segala karunianya

    yang diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

    “ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan PAJAK

    REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN

    PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008-2010”

    guna melengkapi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Program Diploma III

    Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

    Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa

    bantuan, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil.

    Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin

    mengucapkan banyak terima kasih kepada :

    1. Dr. Wisnu Untoro M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

    Maret.

    2. Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak., BKP selaku Ketua Program Studi Perpajakan

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

    3. Titik Setyaningsing, S.E., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah

    memberikan pengarahan selama menyusun tugas akhir.

    4. Ir. Suhanto, M.M. selaku kepala bagian DAFDA & Dokumentasi yang telah

    memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan

    penelitian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vii

    5. Karyawan dan karyawati DPPKA Surakarta bagian DAFDA & Dokumentasi

    yang telah membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengertian-

    pengertian selama magang kerja.

    6. Segenap Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

    yang telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis.

    7. Bapak, Ibu tersayang, yang selalu memberikan do’a, bantuan, dukungan, dan

    semangat serta kasih sayang.

    8. Seluruh keluarga di Surakarta, Pak Dhe dan Bu Dhe yang selalu menjaga penulis,

    dan memberikan arahan selama kuliah, dan segala bantuannya yang telah

    diberikan kepada penulis.

    9. Team SABLENG (Sadulur Ati Bareng Laku Eling Ning Gusti), Andrian, Adit

    dan Keluarga Ketut, atas bantuan dan motivasinya, terus belajar dan memahami

    intisari dari kehidupan, kalian kawan terbaik sepanjang masa.

    10. Keluarga besar MEPA-UNS, kebersamaan yang penuh dengan kenangan takkan

    terlupakan, karena kalianlah penulis bisa menjadi pribadi yang kuat dan tangguh,

    atas semua pengalaman yang penulis peroleh, menjadi bekal yang sangat

    bermanfaat bagi penulis dimasa depan.

    11. Seluruh mahasiswa D3 Perpajakan UNS 2008, kebersamaan selama 3 tahun kini

    dan semoga hingga esok bisa terus terjalin, atas persahabatan dan

    kebersmaannya.

    12. Rekan-rekan penulis, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungannya,

    namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user viii

    Penulis menyadari bahwa baik isi maupun bentuk penyajian Tugas Akhir ini

    masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati terbuka akan

    menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna

    kesempurnaan dari Tugas Akhir ini.

    Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan

    manfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan

    Surakarta, Juni 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

    ABSTRAK .................................................................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv

    MOTTO dan PERSEMBAHAN ................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

    BAB

    I. PENDAHULUAN

    A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................... 1

    1) Sejarah DPPKA ........................................................................................ 1

    2) Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA....................................... 6

    3) Struktur Organisasi DPPKA .................................................................... 7

    4) Deskripsi Tugas Jabatan Struktural .......................................................... 9

    5) Tata Kerja DPPKA ................................................................................... 15

    6) Visi dan Misi DPPKA .............................................................................. 16

    B. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................. 17

    C. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 20

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user x

    D. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 20

    E. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 21

    II. ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN

    A. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 22

    1) Pengertian Pajak ....................................................................................... 22

    2) Sistem Pemungutan Pajak ........................................................................ 24

    3) Penagihan Pajak ....................................................................................... 25

    4) Penggolongan Pajak ................................................................................. 27

    5) Pengertian Pajak Daerah ......................................................................... 28

    6) Pengertian Pajak Reklame ........................................................................ 29

    B. ANLISIS DATA dan PEMBAHASAN ........................................................ 31

    1) Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame

    Insidentil .................................................................................................. 31

    2) Cara Perhitungan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame

    Insidentil ................................................................................................. 36

    3) Analisis Pengaruh Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil

    Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta ................................. 43

    4) Analisis Penentuan Target dan Potensi Penerimaan Pajak Reklame

    Dengan Metode Kecenderungan Lurus (Linier Trend Method) .............. 50

    C. HAMBATAN YANG TIMBUL SAAT PENYELENGGARAAN

    REKLAME DAN PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME ........................... 54

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xi

    D. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI MASALAH

    YANG TERJADI .......................................................................................... 60

    III. TEMUAN

    A. KELEBIHAN ................................................................................................ 61

    B. KELEMAHAN ............................................................................................. 62

    IV. PENUTUP

    A. KESIMPULAN ............................................................................................. 64

    B. REKOMENDASI ......................................................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    II.1 Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Reklame Board ....................... 37

    II.2 Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Non Board ............................... 38

    II.3 Penetapan Tarif Retribusi ........................................................................... 38

    II.4 Penetapan Nilai Strategis Mencakup Lokasi, Luas Reklame, Sudut

    Pandang Kelas Jalan untuk Reklame Board ............................................... 39

    II.5 Kontribusi Pajak Reklame Tahunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

    di Kota Surakarta ........................................................................................ 44

    II.6 Kontribusi Pajak Reklame Insidentil Terhadap Pendapatan Asli Daerah

    di Kota Surakarta ........................................................................................ 45

    II.7 Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Tahunan .......................................... 47

    II.8 Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Insidentil ......................................... 48

    II.9 Peramalan Target Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2008-2010 dengan

    Metode Kecenderungan Lurus ................................................................... 51

    II.10 Peramalan Potensi Pajak Reklame Dalam Kaitannya dengan Penentuan

    Target dengan Metode Kecenderungan Lurus ........................................... 53

    II.11 Perbandingan Target yang Ditentukan oleh DPPKA dengan Target

    Yang Dicari oleh Penulis ............................................................................ 53

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ABSTRACT

    Analysis of Taxation at The Annual Advertisement and Advertisement Tax

    Incidental in Order to Optimize Revenue in Surakarta City

    ALIM ADI TANTOMO F3408011

    The advertisement tax is revenue for administering the city of Surakarta advertisement. The potential for this advertisement tax continues to increase, along with the times. DPPKA Surakarta is the executive element of local government in the field of regional income in charge of digging as much as possible the potential of local tax revenue.

    The aim of the research the author is to know the intent and purpose of the discrepancy between annual and incidental advertisement tax and the impact on local revenues. In conducting this research, writer use method of direct observation and interviews of relevant parties. The author also compares the theory that the author could during collage with real field data. During the study authors found the weakness that occurred during the collection and management of advertisement tax treatment, including (1) dysfunction of department licensing advertisement, (2) are less strict regulation, (3) tax payers often break the rules, (4) dysfunction department of the DPPKA.

    The conclusion that can present the author is the inability of local regulations to regulate advertisement arrangement significantly, and the calculation of target setting is not based on the real potential of advertisement tax, so tax collection be less than the maximum advertisement.

    From the finding obtained, the author can make recommendation that local government could be more strictly enforce that law and also more actively cooperate with private parties in order to maximize the collection of advertisement tax.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. GAMBARAN UMUM

    1. Sejarah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan ASET

    Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta tentunya tidak

    dapat dipisahkan dengan sejarah daerah Surakarta sebagai wilayah pemerintahan otonom

    Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi

    konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah

    Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh Pemerintah dengan

    mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang

    menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk

    daerah baru dengan nama Kota Surakarta.

    Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan

    dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota

    Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Haminte Kota Surakarta waktu itu terdiri

    dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Kabupaten

    Karanganyar belum diserahkan. Pelaksanaan penyerahan 9 kelurahan dari Kabupaten

    Karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis

    pemerintahan Haminte Kota Surakarta terdiri dari jawatan-jawatan. Jawatan yang

    dimaksud adalah Jawatan Sekretariat Umum, Jawatan Keuangan, Jawatan Pekerjaan

    Umum, Jawatan Sosial, Jawatan Kesehatan, Jawatan Perusahaan, Jawatan P.D.&K,

    Jawatan Pamong Praja, dan Jawatan Perekonomian. Jawatan Keuangan ini merupakan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    lembaga yang mengurusi penerimaan pendapatan daerah yang antara lain adalah pajak

    daerah.

    Berdasarkan keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956

    tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas

    Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan

    tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang

    sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan

    Pajak.

    Berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23

    Februari 1970 No.259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakarta

    termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi

    urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti

    menjadi Bagian Pajak.

    Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta

    tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari

    Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan dinas baru. Dinas

    baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian sering disingkat

    DIPENDA.

    Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan

    langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan

    Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak

    Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    dan Leges Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan

    tugasnya langsung di bawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

    Pendapatan Daerah

    Tugas Pokok Dipenda waktu itu adalah sebagai pelaksana utama Walikota Kepala

    Daerah di bidang perencanaan, penyelenggaraan, dan kegiatan di bidang pengelolaan

    sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah, yang antara lain sektor

    Perpajakan Daerah, Retribusi, Leges dan lain-lain yang menurut sifat dan bentuk

    pekerjaan itu dapat dimasukkan dalam Dinas Pendapatan Daerah. Tugas pekerjaan yang

    dimaksud dapat meliputi tata pengurusan, pengawasan, ketertiban dan pengamanan

    menurut kebijaksanaan dan petunjuk teknis yang digariskan oleh Walikota Kepala

    Daerah

    Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 11 tahun 1957 tentang Pajak Daerah,

    terdapat 13 macam pajak-pajak daerah Kotamadya Surakarta yang wewenang

    pemungutan dan pengelolaan ditugaskan kepada Dinas Pendapatan Daerah.Pajak-pajak

    Daerah terssebut harus ditetapkan dalam Peraturan Daerah yang sebelum diberlakukan

    perlu mendapatkan pengesahan terlebih dahulu dari Presiden Republik Indonesia.Dan

    sehubungan dengan keadaan,waktu itu baru ada 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan

    dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah,yaitu:

    1. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No.1 tahun 1972.

    2. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No.11 tahun 1971.

    3. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun 1953.

    4. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun

    1972.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    Disamping Pajak tersebut,Dipenda juga bertugas mengelola Pajak-Pajak Negara

    yang diserahkan kepada daerah,yaitu:

    1. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 tahun 1959.

    2. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 8 tahun 1960.

    3. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No.1 tahun 1970.

    4. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 tahun 1971.

    Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/41- 101

    Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah

    Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dinas

    Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26

    Mei 1988 No. 473-442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah,

    dan Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi

    dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu

    pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur tersebut

    dikenal dengan MAPENDA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di

    Kotamadya Surakarta dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang

    Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.

    Dengan berjalannya waktu penataan pemerintahaan Kota Surakarta kembali

    mengalami perbaikan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang Peraturan

    Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

    Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008

    tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam

    peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut dengan

    DPPKA. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

    Perangkat Daerah Kota Surakarta ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009. Dinas

    Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas dipimpin

    oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

    kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan

    Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam bidang-bidang yang dipimpin

    langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bagian dipimpin oleh Kepala

    Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung di

    bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan

    Pengelolaan Keuangan dan Aset.

    2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA

    Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsure pelaksana

    Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah yang

    dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab

    kepada Walikota Surakarta. DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang

    tercantum dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat (2) yaitu

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan

    dan aset daerah.

    Fungsi DPPKA antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:

    a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

    b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi.

    d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi.

    e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain.

    f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain.

    g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi.

    h. Pengelolaan aset barang daerah.

    i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja

    daerah.

    j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah.

    k. Penyelenggaraan sosialisasi.

    l. Pembinaan jabatan fungsional.

    m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

    3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta

    Sesuai dengan Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Bagian Keempatbelas Pasal 35, Susunan

    Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut:

    a. Kepala.

    b. Sekretariat, membawahkan :

    1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

    2) Subbagian Keuangan.

    3) Subbagian Umum dan Kepegawaian.

    c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahkan :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan.

    2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data.

    d. Bidang Penetapan, membawahkan :

    1) Seksi Perhitungan.

    2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.

    e. Bidang Penagihan, membawahkan :

    1) Seksi Penagihan dan Keberatan.

    2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain

    f. Bidang Anggaran, membawahkan :

    1) Seksi Anggaran I.

    2) Seksi Anggaran II.

    g. Bidang Perbendaharaan, membawahkan :

    1) Seksi Pembendaharaan I.

    2) Seksi Perbendaharaan II.

    h. Bidang Akuntansi, membawahkan :

    1) Seksi Akuntansi I.

    2) Seksi Akuntansi II.

    i. Bidang Aset, membawahkan :

    1) Seksi Perencanaan Aset.

    2) Seksi Pengelolaan Aset.

    j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

    k. Kelompok Jabatan Fungsional.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas

    membawahkan :

    a. Sekretariat

    b. Bidang pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi

    c. Bidang Penetapan

    d. Bidang Penagihan

    e. Bidang Anggaran

    f. Bidang Perbendaharaan

    g. Bidang Akuntansi

    h. Bidang Aset

    i. Bidang UPTD

    j. Kelompok Jabatan Fungsional

    4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural

    a. Kepala Dinas

    Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu melaksanakan urusan

    pemerintahan di bidang pendapatan daerah.

    Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai berikut:

    1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas sesuai dengan

    Program Pembangunan Daerah.

    2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan

    tugas.

    3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    b. Sekretariat

    Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan kebijakan

    teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,

    pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan

    pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian.

    Sekretariat membawahi subbagian-subbagian sebagai berikut:

    1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan

    Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah dan

    menyajikan data sebagai bahan penyusunan rencana strategis dan program kerja

    tahunan Dinas. Selain itu juga bertugas sebagai pelaksana/melaksanakan

    monitoring dan pengendalian, analisa dan evaluasi dan serta menyusun laporan

    hasil pelaksanaan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas.

    2) Subbagian Keuangan

    Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi

    keuangan.

    3) Subbagian Umum dan Kepegawaian

    Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang cukup banyak yaitu

    melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, penggandaan, administrasi

    perijinan, perjalanan dinas, rumah tangga, pengelolaan barang inventaris,

    pengaturan penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    masyarakat, sistem jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan administrasi

    kepegawaian.

    c. Bidang Pendaftaran, pendataan dan dokumentasi (DAFDA & Dokumentasi)

    Bidang Pendaftaran, pendataan dan dokumentasi mempunyai tugas pokok

    melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

    pendaftaran, pendataan, dokumentasi dan pengolahan data.

    Bidang Pendaftaran, Pandataan, dan Dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai

    berikut:

    1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan

    Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan dan

    pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Pajak

    Retribusi Daerah (WRD).

    2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data Tugas dari Seksi Dokumentasi dan

    Pengolahan Data adalah menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan

    mengolah data Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.

    d. Bidang Penetapan

    Bidang Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan

    teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perhitungan dan penerbitan surat

    ketetapan.

    Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

    1) Seksi Perhitungan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan dan penetapan

    besarnya pajak dan retribusi.

    2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan

    Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan Surat Ketetapan

    Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR), dan surat-surat ketetapan pajak

    lainnya.

    e. Bidang Penagihan

    Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan

    teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan, keberatan dan pengelolaan

    penerimaan sumber pendapatan lain.

    Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

    1) Seksi Penagihan dan Keberatan

    Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan tunggakan pajak daerah,

    retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan

    keberatan dan penyelesaiannya.

    2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain

    Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan lain diluar

    pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan

    yang berlaku.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    f. Bidang Anggaran

    Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan

    teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan, pengelolaan dan

    pengendalian anggran pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah dalam rangka

    penyusunan dan pelaksanaan APBD dan Perubahan APBD.

    Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja,

    yaitu sebagai berikut:

    1) Seksi Anggaran I

    2) Seksi Anggaran II

    g. Bidang Perbendaharaan.

    Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan

    I dan II.

    h. Bidang Akuntansi

    Bidang akuntansi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan

    teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyelenggaraan tata akutnansi

    keuangan daerah pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan

    penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Surakarta.

    Bidang Akuntansi membawahi seksi – seksi sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    1) Seksi Akuntansi I

    2) Seksi Akuntansi II

    i. Bidang Aset

    Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijaan teknis,

    pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset dan pengelolaan aset.

    Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

    1) Seksi Perencanaan Aset

    Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan mengembangkan semua aset yang

    dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta sehingga dapat berguna bagi

    masyarakat dan pemerintah.

    2) Seksi Pengelolaan Aset

    Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah dibuat oleh Seksi

    Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola aset-aset tersebut

    j. Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan

    Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    5. Tata Kerja DPPKA Kota Surkarta

    Dalam melaksanakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan

    pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan

    tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsipprinsipkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan

    simplikasi baik dalam lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala

    Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis

    Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan

    simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masingmasing.

    Kepala Sekretariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung

    jawab memberikan bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-

    hasil pelaksanaan tugasnya menurut hierarkis jabatan masing-masing. Kepala

    Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis

    Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Para Kepala Seksi pada DPPKA

    bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Sekretariat/Kepala Bagian yang

    membidanginya.

    Kepala Dinas, Kepala Sekretariat, dan Kepala Seksi di lingkungan DPPKA

    Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Kepala Daerah

    Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di

    lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta diangkat dan diberhentikan

    oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.

    6. Visi dan Misi DPPKA Kota Surakarta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    a) Visi DPPKA

    Visi DPPKA adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang optimal

    untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II

    Surakarta.

    b) Misi DPPKA

    Misi DPPKA adalah sebagai berikut:

    1. Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti.

    2. Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah.

    3. Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban.

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi membawa tantangan dan peluang baru

    bagi proses pembangunan di Indonesia. Era otonomi daerah yang disebut-sebut sebagai

    kebijakan yang sesuai untuk memeratakan pembangunan daerah saat ini, membuat kepala

    daerah harus bisa menggali potensi semaksimal mungkin untuk peningkatan pendapatan

    asli daerah. Salah satu objek untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah reklame,

    yang kini semakin digemari sebagai media promosi, mulai dari baliho, billboard,

    selebaran, dan sebagainya.

    Menurut perda no.5 tahun 1990 yang dimaksud reklame adalah benda, alat-alat, atau

    media yang bentuk dan coraknya beragam yang dipergunakan untuk memperkenalkan,

    menganjurkan dan memujikan barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dilihat, dibaca, dan

    atau didengar dari suatu tempat oleh umum.

    Berdasarkan PERDA Kota Surakarta No. 5 tahun 1999 tentang Pajak Reklame,

    penyelenggaraan reklame meliputi :

    a. Reklame papan / billboard

    b. Reklame kain

    c. Reklame melekat / stiker

    d. Reklame selebaran

    e. Reklame berjalan

    f. Reklame kendaraan

    g. Reklame peragaan

    h. Reklame udara

    i. Reklame suara

    j. Reklame film / slide

    Ada beberapa pengecualian dalam pengenaan pajak reklame yaitu penyelenggaraan

    reklame melalui televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan yang

    sejenisnya.

    Bentuk, ukuran, konstruksi, penempatan dan izin penyelenggaraan reklame

    ditentukan dan ditetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah, disesuaikan dengan

    kemampuan dan kondisi daerahnya. Dalam pemasangan reklame dibutuhkan tempat-

    tempat yang strategis, namun juga tidak bisa memasang reklame disembarang tempat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    Ada tempat-tempat yang dilarang untuk memasang reklame, seperti di jalur-jalur atau

    jalan-jalan utama.

    Tujuan pemasangan reklame sendiri adalah untuk mempromosikan barang atau pun

    jasa kepada kalayak umum supaya tertarik untuk membeli atau menggunakan jasa yang

    ditawarkan.

    Di era serba modern ini, dimana kecanggihan teknologi terus berkembang demi

    memudahkan segala urusan manusia, media promosi sangat berperan aktif dalam

    keberhasilan terjualnya sebuah produk di pasaran. Perusahaan-perusahaan besar dan kecil

    pun beramai-ramai untuk bersaing ketat memikat konsumennya. Dengan media reklame

    salah satunya, yang sering kita jumpai adalah spanduk, umbul-umbul, billboard,

    selebaran kertas yang dibagikan dijalan ataupun yang terpasang dipinggiran jalan.

    Dengan pemasangan reklame yang banyak dan menarik, diharapkan konsumen akan

    tertarik untuk mencoba produk mereka, dan tanpa disadari reklame yang terpasang

    tersebut secara tidak langsung merusak keindahan kota itu sendiri. Populasi pemasangan

    reklame yang semakin meningkat, membuat pemerintah harus bertindak tegas dalam

    rangka mengendalikan pemasangan reklame yang kian hari kian bertambah dengan tetap

    memperhatikan para penyelenggara reklame sebagai wajib pajak dalam upaya

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di sektor pajak reklame. Dengan kata lain,

    pemerintah harus tetap menjaga ketertiban pemasangan reklame dan menjaga para wajib

    pajak agar tidak merasa dirugikan atas kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Oleh

    karena itu, penulis ingin mengetahui lebih dalam dengan membuat Tugas Akhir yang

    berjudul :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    ”ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN DAN PAJAK

    REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN PENDAPATAN

    ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008-2010”.

    C. PERUMUSAN MASALAH

    Dari gambaran objek penelitian di atas, maka untuk memudahkan penyusunan tugas

    akhir ini, penulis mencoba merumuskan masalah :

    1. Seperti apa pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil?

    2. Seberapa besar pengaruh antara pajak reklame tahunan dan reklame insidentil dalam

    menunjang pendapatan asli daerah kota Surakarta?

    3. Bagaimana tindakan tegas pemerintah dalam mengendalikan jumlah populasi

    pemasangan reklame?

    4. Hambatan-hambatan apa saja yang menjadi kendala dalam menertibkan ke dua objek

    pajak tersebut?

    D. TUJUAN PENELITIAN

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

    ini adalah :

    1. Untuk mengetahui perbedaan pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil.

    2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemungutan pajak reklame tahunan dan

    insidentil terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    3. Untuk mengetahui dan mencari solusi mengendalikan populasi pemasangan reklame.

    4. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul ketika

    menyelenggarakan dan memungut pajak reklame.

    E. MANFAAT PENELITIAN

    1. Bagi Pembaca.

    Dapat menambah informasi, pengetahuan dan wawasan tentang pemungutan pajak

    reklame tahunan dan insidentil di kota Surakarta.

    2. Bagi Universitas

    Sebagai bahan referensi bagi penulisan tugas akhir selanjutnya dengan tema yang

    sama.

    3. Bagi DPPKA

    Dapat memberikan masukan atau referensi dalam melakukan pengendalian

    populasi reklame dan pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil di kota Surakarta.

    Sebagai sumber informasi mengenai fakta pertumbuhan reklame di kota Surakarta.

    BAB II

    ANALISIS dan PEMBAHASAN

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Pengertian Pajak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak adalah untuk

    membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan guna menunjang sarana dan prasarana

    di Negara atau daerah tertentu. Negara pada dasarnya memerlukan dana untuk

    kepentingan rakyat. Didalam Undang-undang Perpajakan no 28 tahun 2007, pajak adalah

    kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

    bersifat memaksa, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

    untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam bukunya

    tentang Hukum Pajak, Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton menjelaskan mengenai fungsi

    pajak, yang dapat digolongkan dalam beberapa penjabaran, yaitu:

    a. Fungsi Budgeter

    Adalah sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran

    pemerintah, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan bila ada sisa

    (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.

    b. Fungsi Regulerend

    Adalah alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan

    ekonomi. Fungsi ini umumnya dapat dilihat pada sektor swasta, seperti yang

    dikemukakan Dr. Soemitro Djojohadikusumo, yaitu fiscal policy sebagai suatu alat

    pembangunan yang harus mempunyai satu tujuan yang barsamaan secara langsung

    menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public investmen dan secara tidak

    langsung digunakan untuk menyalurkan private saving ke arah sektor-sektor yang

    produktif maupun digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang

    menghambat pembangunan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    c. Fungsi Demokrasi

    Adalah bentuk wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan

    pembangunan demi kemaslahatan (kebaikan/ manfaat) manusia. Fungsi demokrasi

    pada masa sekarang lebih sering dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan

    memperoleh pelayanan dari pemerintah setelah mereka membayar pajak yang

    terutang.

    d. Fungsi Redistribusi

    Adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam

    masyarakat. Misal, dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar

    kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil

    kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih sedikit.

    2. Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:

    a. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

    wewenang kepada pemerintah atau biasa dikenal sebagai fiskus (pemungut pajak)

    untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Dengan sistem ini

    masyarakat bersifat pasif dan menunggu dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh

    fiskus.

    b. Semiself assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

    wewenang pada fiskus atau wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang

    yang terutang. Jadi dengan sistem ini masyarakat juga berperan dalam menentukan

    besarnya pajak yang terutang untuk setiap bulannya, baru pada akhir tahun pajak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    fiskus menentukan besarnya utang pajak yang sesungguhnya berdasarkan data yang

    dilaporkan oleh wajib pajak.

    c. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

    wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

    terutang, tanpa adanya campur tangan dari fiskus, kecuali wajib pajak melanggar

    ketentuan yang berlaku.

    d. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

    pada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang.

    Dengan sistem ini, wajib pajak dan fiskus bersifat pasif, hanya pihak ke tiga yang

    bertugas menghitung, melaporkan, dan membayarkan pajak yang terutang. Fiskus

    hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemotongan/ pemungutan pajak yang

    dilakukan oleh pihak ke tiga (Mardiasmo, 2009:5)

    3. Penagihan Pajak

    Di zaman sekarang ini peran serta masyarakat dalam mendukung pembangunan

    yang dilakukan pemerintahan sangat diharapkan. Sesuai dengan kerangka sistem self

    assessment yang dianut dalam UU Perpajakan sejak tahun 1983, memberikan

    kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan

    pajaknya sendiri. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat cukup kendala dalam

    pelaksanaan pemungutan pajak ini. Masih banyak masyarakat yang dengan sengaja

    maupun dengan berbagai alasan tidak melaksanakan kewajibannya membayar pajak

    kepada Negara. Dengan terlambatnya pajak yang dibayarkan atau pun tidak dibayarkan

    pajak yang terutang tentu saja menjadi beban administrasi tunggakan pajak . Oleh karena

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    itu, untuk mencairkan dana-dana yang tidak atau belum dibayarkan dilakukan tindakan

    penagihan pajak sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

    Dalam bukunya Pemeriksaan Pajak, Hardi menjelaskan penagihan pajak sendiri

    telah diatur dalam UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

    Dalam rangka penagihan pajak dilakukan secara bertahap, artinya tindakan diawali

    dengan surat teguran, tetapi bila wajib pajak tidak menghiraukan baru dilakukan

    tindakan secara paksa. Ada tiga hal kriteria diterbitkannya Surat Paksa (SP), yaitu:

    a. Apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh

    tempo dan telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan.

    b. Bahwa terhadap penanggung pajak telah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.

    c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran

    atau penundaan pembayaran pajak.

    Dalam bukunya Pemeriksaan Pajak, Hardi menjelaskan jika Surat Paksa (SP) sudah

    tidak mampu untuk menagih penanggung pajak, maka tindakan penagihan lebih lanjut

    dengan tindakan penyitaan atau pelelangan. Prinsip dari tindakan penyitaan yang

    dilakukan oleh juru sita adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan

    tidak mengubah status kepemilikan suatu barang, bahkan barang yang disita bisa

    dititipkan kepada penanggung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Oleh karena itu,

    penyitaan dapat dilakukan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada di

    tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain. Penyitaan tersebut

    dilakukan, baik terhadap barang bergerak maupun barang tidak bergerak.

    Tindak penagihan terakhir adalah dengan pelelangan. Pelelangan merupakan upaya

    hukum dalam rangka mencairkan tunggakan pajak sebagaimana diataur dalam pasal 25

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    UU Penagihan Pajak. Pasal 25 ayat (1) menyatakan “apabila utang pajak dan/ atau biaya

    penagihan pajak tidak dilunasi setelah penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan

    penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang”

    4. Penggolongan Pajak

    Berdasarkan buku Perpajakan karangan Sumarso, jenis-jenis pajak yang dikenakan

    kepada wajib pajak dapat digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu menurut sifatnya,

    menurut sasaran atau objeknya, dan menurut lembaga pemungutannya.

    a. Menurut sifatnya, jenis pajak dapat dibagi dua, yaitu:

    1) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak

    lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan dan

    dilakukan secara berulang-ulang misalnya, PPh.

    2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke

    pihak lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

    b. Menurut sasaran atau objeknya, jenis pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

    1) Pajak subyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan

    pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan

    subjeknya.

    2) Pajak obyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada obyeknya

    baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan

    timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi

    subyek pajak maupun tempat tinggal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    c. Menurut lembaga pemungutannya, Waluyo (2010:56) memaparkan jenis pajak dapat

    dibedakan menjadi dua, yaitu:

    1) Pajak pusat adalah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

    digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

    2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik tingkat I

    maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

    masing-masing.

    5. Pengertian Pajak Daerah

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pajak daerah adalah pajak-pajak yang

    dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kota) yang diatur

    berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk

    pembiayaan rumah tangga daerah. Sedangkan menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang

    Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000,

    pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada

    daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dimana hasilnya digunakan untuk

    membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Jenis pajak

    daerah dibedakan menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutanya. Menurut wilayah

    pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi:

    a. Pajak Propinsi yang terdiri dari:

    1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.

    2) Bea balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.

    3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

    b. Pajak Kabupaten/ Kota, yang terdiri dari:

    a) Pajak Hotel

    b) Pajak Restoran

    c) Pajak Hiburan

    d) Pajak Reklame

    e) Pajak Parkir

    f) Pajak Penerangan Jalan

    g) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

    6. Pengertian Pajak Reklame

    Reklame adalah benda, alat-alat, atau media yang bentuk dan coraknya beragam

    yang dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan dan memujikan barang, jasa

    atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang

    yang ditempatkan atau dilihat, dibaca, atau didengar dari suatu tempat oleh umum.

    a. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame Tahunan.

    1) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1999 tentang pajak reklame.

    2) Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang perubahan

    keputusan walikota nomor 03/DRT/1999 tentang pedoman pelaksanaan reklame.

    b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame Insidentil.

    1) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1999 tentang pajak reklame.

    2) Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang perubahan

    keputusan walikota nomor 03/DRT/1999 tentang pedoman pelaksanaan reklame.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    3) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 7 tahun 2009 tentang retribusi pemakaian

    kekayaan daerah.

    Objek pajak reklame berdasarkan PERDA No. 5 tahun 1999 tentang Pajak Reklame

    adalah penyelenggara reklame yang jenisnya meliputi:

    k. Reklame papan / billboard

    l. Reklame kain

    m. Reklame melekat / stiker

    n. Reklame selebaran

    o. Reklame berjalan

    p. Reklame kendaraan

    q. Reklame peragaan

    r. Reklame udara

    s. Reklame suara

    t. Reklame film / slide

    Pajak reklame sendiri digolongkan menjadi dua, yaitu: Pajak Reklame Tahunan dan

    Pajak Reklame Isidentil.

    a. Pajak reklame tahunan, pajak reklame yang sifat pembayarannya dibayar per tahun

    misal, reklame papan/billboard, reklame berjalan, reklame kendaraan, reklame

    udara, reklame suara, dan reklame film/ slide.

    b. Pajak reklame insidentil, pajak reklame yang sifat pembayarannya dibayar pada

    jangka waktu kurang dari satu tahun, maksimal satu bulan dan minimal 1 minggu

    penayangan misal, selebaran, spanduk, umbul-umbul, baliho, MMT, dan stiker.

    Untuk reklame insidentil jika masa tayangnya sudah habis tidak diperkenankan

    untuk diperpanjang lagi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    B. Analisis Data dan Pembahasan

    1. Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil

    a. Pajak Reklame Tahunan

    1) Prosedur Pendaftaran dan Pendataan

    § Mengisi formulir disertai dokumen mengenai reklame yang akan dipasang

    mencakup tinggi, lebar, panjang, serta informasi lain yang dibutuhkan untuk

    pendataan, seperti foto lokasi pemasangan reklame.

    § Formulir dan dokumen yang telah diisi diserahkan ke bidang Pendaftaran,

    Pendataan, dan Dokumentasi (DAFDA & Dokumentasi).

    § Selanjutnya dilakukan cek lokasi ke tempat yang akan dipasang reklame.

    Lama cek biasanya dua hari sampai satu minggu. Pengecekan ini biasanya

    mencakup pendataan apakah di tanah Negara atau tanah milik sendiri.

    § Jika telah dilakukan cek lokasi, maka akan langsung diperhitungkan

    pajaknya.

    2) Prosedur Penghitungan dan Penetapan

    § Pajak yang akan dihitung berdasarkan tinggi, lebar, panjang, serta informasi

    lain yang dibutuhkan.

    § Informasi yang telah didata oleh bidang DAFDA & Dokumentasi

    diserahkan ke bagian penetapan untuk dilakukan perhitungan pajaknya.

    Dibidang penetapan akan dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah

    (SKPD), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) jika reklame tersebut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    dipasang di tanah milik Negera, serta form Uang Jaminan Bongkar (UJB),

    yang dari kesemua surat tersebut di cetak rangkap lima.

    § Setiap form/ surat lembar pertama untuk wajib pajak, lembar kedua untuk

    bidang DAFDA & Dokumentasi sebagai arsip tetap, lembar ketiga untuk

    bidang Penetapan, lembar keempat untuk bidang Pembukuan dan lembar

    kelima untuk kas penerimaan dinas pendapatan daerah surakarta sebagai

    bukti bayar yang sebelumnya diberikan ke wajib pajak terlebih dahulu.

    § Semua form/ surat di cek kembali dan diotorisasi di bidang DAFDA &

    Dokumentasi lalu diserahkan di bidang Penetapan untuk dilakukan

    penetapan, selanjutnya lembar kedua dikembalikan ke bidang DAFDA &

    Dokumentasi, lembar ketiga untuk bidang Penetapan dan lembar keempat

    diserahkan ke bidang Pembukuan lalu lembar pertama dan kelima

    diserahkan ke wajib pajak yang nantinya lembar kelima diserahkan ke kas

    penerimaan dinas daerah Surakarta.

    § Setelah ditetapkan SKPD, maka surat-surat tersebut akan diserahkan ke

    wajib pajak yang bersangkutan, jika wajib pajak masih berdomisili di

    Surakarta. Untuk yang diluar Surakarta maka SKPD akan dikirim via

    faximile. Strategi ini biasa disebut strategi jemput bola, jadi pemerintah juga

    berperan aktif dalam penyampaian SKPD, sehingga wajib pajak menerima

    SKPD bisa tepat waktu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    3) Prosedur Pembayaran

    Setelah wajib pajak menerima SKPD, diharapkan wajib pajak bisa

    sesegara mungkin untuk membayarkan pajaknya supaya reklame yang akan

    dipasang bisa segera mendapat ijin pendirian. Dengan membawa SKPD, form

    UJB, form perhitungan wajib pajak membayarkan pajaknya ke bagian kasir.

    Lalu lembar pertama SKPD akan divalidasi lunas.

    4) Prosedur Perizinan Penyelenggaraan Reklame

    Setelah divalidasi lunas oleh bagian kas penerimaan DPPKA, maka wajib

    pajak kembali ke customer service office memperlihatkan form pertama yang

    telah divalidasi untuk dibuatkan surat perizinan reklame oleh bidang DAFDA &

    Dokumentasi, dimana ada 2 lembar kemudian lembar pertama diserahkan ke

    wajib pajak melalui customer service office (CSO) dan lembar kedua diarsip

    oleh bidang DAFDA & Dokumentasi.

    b. Pajak Reklame Insidentil.

    Khusus untuk penyelenggaraan reklame insidentil seperti baliho, MMT, kain

    (spanduk, umbul-umbul, dll), kertas poster, plastik ditangani oleh Kantor Pelayanan

    dan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta. Tata cara penyelenggaraan

    reklamenya adalah sebagai berikut:

    1) Prosedur Perizinan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Wajib pajak mengajukan permohonan izin penyelenggaraan reklame secara

    tertulis kepada Walikota Surakarta dengan mengisi formulir yang telah di

    sediakan di Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta dengan

    dilengkapai fotocopy KTP penanggung jawab iklan, surat persetujuan dari

    pemilik lahan/ kepala instansi untuk pemasangan reklame di atas tanah/ gedung

    milik pemerintah, materi reklame di bawa ke KPPT untuk di validasi. Setalah di

    validasi maka akan diterbitkan SPKPD/ SKRD sebagai bukti izin reklame.

    2) Prosedur Pembayaran dan Penagihan

    Untuk pembayaran reklame insidentil dibayar dimuka, guna mendapat izin

    reklame yang sebelumnya WP juga harus membayar retribusi sewa tanah dan

    uang jaminan bongkar. Reklame yang telah penuh pajaknya (lunas), diberi

    tanda lunas pajak reklame. Setiap penyelenggara reklame insidentil membayar

    100% uang jaminan bongkar dari jumlah pajak yang dibayar, jadi bisa

    dikatakan besarnya pajak yang dibayarkan dua kali lipat lebih besar dari pajak

    terhutang, hanya saja uang jaminan bongkar ini bisa ditarik kembali oleh WP

    jika pada masa penerbitan reklame sudah habis dan reklame yang terpasang

    diturunkan sendiri oleh penyelenggara reklame dengan batas pembongkaran

    reklame dilaksanakan selambat-lambatnya lima belas hari setelah masa

    berlakunya habis.

    2. Cara Perhitungan Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    Dasar perhitungan pengenaan pajak adalah Nilai Sewa Reklame. Nilai Sewa

    Reklame ini dihitung dengan menjumlahkan Nilai Strategis dan Nilai Jual Objek

    Reklame. Tarif dari nilai strategis ditetapkan dalam Kep. Walikota Nomor

    03/DRT/1999 tanggal 27 Desember 1999, sedangkan untuk tarif pajak reklame sendiri

    ditetapkan sebesar 20% dari nilai sewa reklame.

    Khusus untuk reklame non board diperhitungkan dari NJOP reklame tanpa dengan

    mempertimbangkan nilai strategis. Perhitungan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) reklame

    berdasarkan besarnya komponen biaya penyelenggaraan reklame yang meliputi

    indikator:

    a) biaya pembuatan/ konstruksi,

    b) biaya pemeliharaan,

    c) lama pemasangan dan jenis reklame.

    Tabel II. 1

    Tabel Penetapan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) Reklame Board

    No Jenis Reklame

    ( out door )

    Konstruksi

    (Rp)

    Non Konstruksi

    (Rp)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    1 2 3

    BERSINAR a. > 51 b. 26 - 50 c. 11 - 25 d. 1 - 10

    TIDAK BERSINAR a. > 51 b. 26 - 50 c. 11 - 25 d. 1 - 10

    MULTIVISION a. > 51 b. 26 - 50 c. 11 - 10

    225.000 175.000 125.000 75.000

    200.000 150.000 100.000 50.000

    500.000 400.000 300.000

    115.000 90.000 75.000 40.000

    100.000 75.000 50.000 25.000

    250.000 200.000 150.000

    Tabel II. 2

    Tabel Penetapan NJOP Reklame Non Board

    No Jenis Reklame Tahunan (Rp)

    Bulanan (Rp)

    Mingguan (Rp)

    1 2 3

    BALIHO K A I N

    T E M P E L

    50.000 60.000

    12.000 7.500

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    4 5

    a. Kertas b. Plastik c. Seng d. Triplek

    Berjalan UDARA (Balon)

    400.000

    10.000 30.000 23.000 21.000

    50.000

    2.500 5.000 6.000 5.000

    12.500

    Tabel II. 3

    Tabel Penetapan Tarif Retribusi

    No Jenis Reklame Tarif Retribusi Keterangan 1 2 3

    Di jalan Protokol Di jalan Ekonomi Di jalan Lingkungan

    20% x NJOP /

    10% x NJOP /

    50% x NJOP /

    Per Minggu Per Minggu Per Minggu

    Nilai strategis dihitung berdasarkan besarnya bobot dan skor dari nilai strategis

    reklame dengan indikator yang mencakup lokasi, kelas jalan, sudut pandang ketinggian

    dan luas reklame. Berikut adalah tabel mengenai nilai strategis reklame:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    Dari tebel di atas dapat dibuat rumus perhitungan pajak reklame sebagai berikut:

    Dari tebel di atas dapat dibuat rumus perhitungan pajak reklame sebagai berikut :

    Pajak reklame terutang = 20% x Nilai Sewa

    Nilai Sewa = Nilai Strategis + NOP Reklame

    NJOP Reklame = Luas Reklame (/ ) x Ketetapan NJOP Reklme

    Nilai Strategis :

    Ø Lokasi = 15% x Score Ø Kelas Jalan = 25% x Score Ø Sudut pandang = 15% x Score Ø Ketinggian = 20% x Score Ø Luas Reklame = 25% x Score +

    Total Score x NJOP Reklame

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    a. Contoh Perhitungan Pajak Reklame Tahunan Di Jalan Protokol

    Jalan Protokol adalah jalan-jalan utama yang ada di Kota Surakarta, dan memiliki nilai

    titik yang strategis. Beberapa jalan ptotokol di Kota Surakarta adalah Jalan Slamet

    Riyadi, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Sutarto, Jalan Sutarmi, Jalan Adi Sucipto.

    Contoh kasus:

    Pak Darto dalam usaha bisnis distronya ingin memasang reklame di jalan urip somoharjo

    dikawasan perkantoran, dengan ukuran reklame 2m x 1,5m dan tinggi reklame 5m, satu

    sudut pandang, berjenis reklame bersinar di tanah sendiri, sebanyak satu buah.

    Perhitungan pajak reklamenya sebagai berikut;

    NJOP reklame board bersinar:

    175.000 x (2 x 1,5) = 525.000

    Nilai Strategis:

    Lokasi : 15% x 8 = 1,2

    Kelas jalan : 25% x 10 = 2,5

    Sudut Pandang : 15% x 8 = 1,2

    Tinggi : 20% x 5 = 1

    Luas : 25% x 1 = 0,25 +

    Total Score 6,15

    Nilai Strategis = 6,15 x 525.000

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    = 3.228.750

    Pajak terutang : 20% x (3.228.750 + 525.000) = 750.750

    Karena ditanah sendiri maka tidak ada penambahan retribusi.

    b. Perhitungan Pajak Reklame Tahunan Di Jalan Biasa/ Ekonomi

    Pak Darto dalam usaha bisnis distronya juga ingin memasang reklame di jalan M.T.

    Haryono dikawasan perkantoran, dengan ukuran reklame 2m x 1,5m dan tinggi reklame

    5m, dua sudut pandang, berjenis reklame bersinar di tanah sendiri sebanyak satu buah.

    Perhitungan pajak reklamenya sebagai berikut;

    NJOP reklame board bersinar:

    175.000 x (2 x 1,5) = 525.000

    Nilai Strategis:

    Lokasi : 15% x 8 = 1,2

    Kelas jalan : 25% x 7 = 1,75

    Sudut Pandang : 15% x 4 = 0,6

    Tinggi : 20% x 5 = 1

    Luas : 25% x 1 = 0,25 +

    Total Score 4,8

    Nilai Strategis = 4,8 x 525.000

    = 2.520.000

    Pajak terutang : 20% x (2.520.000 + 525.000) = 609.000

    Karena ditanah sendiri maka tidak ada penambahan retribusi.

    c. Perhitungan Pajak Reklame Insidentil

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    Selain reklame tahunan Pak Darto juga memasang reklame insidentil di panggung

    reklame daerah Mojosongo, dengan ukuran reklame 2m x 8m, berjenis reklame baliho

    sebanyak satu buah dan reklame insidentil di pinggirang jalan Dr. Oen Mojosongo

    dengan ukuran 2m x 3m berjenis kain sebanyak 5 buah. Masing-masing berdurasi satu

    minggu dan satu bulan.

    Perhitungan pajak reklamenya adalah sebagai berikut :

    Tarif NJOP baliho mingguan = 12.000

    Tarif NJOP reklame kain (@ 50.000) = 250.000

    Tarif retribusi reklame kain:

    0,5 x 250.000 = 125.000 +

    Pajak terutang 387.000

    Dikenakan retribusi karena di tanah Negara.

    3. Analisis Pengaruh Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Insidentil

    Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta

    Keberhasilan dapat diukur dengan melihat kemampuan daerah dalam

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang kemudian digunakan untuk membiayai

    pengeluaran daerah. Terbukti untuk di Surakarta sendiri pembangunan infrastruktur

    penunjang fasilitas umum telah banyak di lakukan. Pembangunan untuk fasilitas

    reklame sendiri juga sudah banyak didirikan panggung reklame, yang digunakan untuk

    memasang reklame-reklame insidentil. Panggung reklame tersebut adalah merupakan

    salah satu upaya pemerintah untuk memfasilitasi para penyelenggara reklame untuk

    memasang reklamenya dan agar reklame yang sifatnya insidentil bisa terpasang rapi di

    panggung reklame tersebut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Pemungutan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah pajak reklame

    merupakan salah satu komponen pajak yang cukup potensial peranannya dalam

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

    Untuk mengetahui berapa prosentase pengaruh pendapatan pajak reklame terhadap

    pendapatan asli daerah dapat dihitung dengan:

    Penerimaan pajak reklame dibandingkan dengan Pendapatan Asli Daerah di Kota

    Surakarta dapat dilihat dalam tabel II. 5 berikut ini.

    Tabel II. 5

    Kontribus Penerimaan Pajak Reklame Tahunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

    di Kota Surakarta (dalam Rupiah)

    Tahun Penerimaan Pajak Reklame PAD %

    2008 3.527.909.910 102.989.919.369 3,43

    2009 3.850.377.341 101.972.318.682 3,78

    2010 4.697.717.016 113.972.332.541 4,12

    Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta

    Dari tabel II.5 dapat dilihat penerimaan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli

    Daerah di Kota Surakarta secara signifikan mengalami peningkatan pada tahun 2009,

    dengan kenaikan sebesar 0,35% dari tahun 2008. Begitu pula di tahun 2010 yang juga

    = %100 (PAD)Daerah Asli PendapatanReklamePajak Penerimaan Realisasi

    X

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    mengalmi kenaikan sebesar 0,34% dari tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa minat

    para perusahaan sebagai penyelenggara reklame dari tahun ke tahun terus diminati

    sebagai sarana promosi produk-produknya. Sehingga perlu adanya pengawasan khusus

    bagi pemerintah sebagai penyedia fasilitas penempatan titik reklame. Sehingga dengan

    begitu kenaikan penerimaan pajak reklame di setiap tahunnya dapat terus meningkat dan

    media reklame sendiri dari tahun ke tahun akan terus berkembang dan peminatnya pun

    juga akan semakin banyak, asalkan penataan dan pengelolaan reklame dapat

    dimaksimalkan oleh pemerintah kota. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya media

    promosi yang dikembangkan oleh penyedia jasa advertising. Sebuah hal yang positif jika

    dipandang dari sisi penerimaan pajaknya, tapi menjadi tugas sendiri bagi pemerintah

    untuk menghadapi segala masalah yang akan terjadi.

    Berbanding terbalik pada penerimaan pajak reklame insidentil, yang penerimaannya

    relatif lebih sedikit. Penerimaan pajak reklame insidentil dibandingkan dengan

    Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta dapat dilihat dalam tabel II. 6 berikut ini:

    Tabel II. 6

    Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame Insidentil Terhadap Pendapatan Asli

    Daerah di Kota Surakarta (dalam Rupiah)

    Tahun Penerimaan Pajak Reklame PAD %

    2008 1.030.539.450 102.989.919.369 1,00

    2009 808.021.350 101.972.318.682 0,79

    2010 1.442.271.255 113.972.332.541 1,26

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    Sumber: Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta

    Dari tabel II. 6 dapat dilihat penerimaan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli

    Daerah di Kota Surakarta secara signifikan mengalami penurunan pada tahun 2009,

    dengan prosentase penurunan sebesar 0,21% dari tahun 2008. Hal ini disebabkan pada

    tahun 2009 para penyelenggara reklame lebih berminat pada reklame yang berjenis

    tahunan. Selain masa pemasangan yang jauh lebih lama, biaya yang dikeluarkan pun juga

    lebih hemat dalam jangka panjang. Namun pada tahun 2010 penerimaan pajak reklame

    insidentil mengalami lonjakan yang cukup besar, prosentase kenaikannya adalah sebesar

    0,47 jika dibanding dengan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dikarenakan padatnya

    reklame tahunan di tahun 2010 membuat penyelenggara reklame memilih alternatif untuk

    memasang reklame insidentil. Pada kenyataannya pemohon reklame insidentil

    sebenarnya terus mengalami penurunan dari tahun 2008 jumlah pemohon sebesar 2.962,

    tahun 2009 jumlah pemohon 2.441, tahun 2010 jumlah pemohon 1.858. Jumlah pemohon

    yang terus menurun tetapi penerimaan cenderung meningkat, hal ini disebabkan karena

    perubahan tarif yang juga mengikuti perkembangan reklame insidentil.

    Dengan segala fasilitas infrastruktur yang sangat mendukung, sehingga penetapan

    target pendapatan pada pajak reklame juga ditingkatkan setiap tahunnya. Hal ini

    bertujuan guna memaksimalkan fasilitas yang telah dibangun, dan juga memaksimalkan

    potensi-potensi pajak reklame yang ada di Kota Surakarta. Untuk mengetahui besarnya

    prosentase capaian target pajak reklame dengan pendapatan pajak reklame dapat dihitung

    dengan rumus:

    Besarnya prosentase capaian target pajak reklame, dapat di lihat di tabel II.7 berikut ini: = %100

    ReklamePajak PendapatanTarget ReklamePajak Pendapatan Realisasi

    X

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    Tabel II. 7

    Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Tahunan

    Tahun Penerimaan Pajak Reklame Target %

    2008 3.527.909.910 3.450.000.000 102,26

    2009 3.850.377.341 4.500.000.000 85,56

    2010 4.697.717.016 4.550.000.000 103,25

    Sumber: DPPKA Kota Surakarta

    Dari tabel II.7 dapat dilihat prosentase capaian target penerimaan pajak reklame di

    Kota Surakarta. Pada tahun 2008 dari target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota

    (Pemkot) penerimaan pajak reklame terpenuhi sebesar 102,26 %. Namun pada tahun

    2009 dari target yang telah ditentukan Pemkot, penerimaan pajak reklame tidak

    memenuhi target, dengan selisih sebesar Rp 649.622.659,- dari target yang ditentukan.

    Hal ini dikarenakan masa pajak dari tahun 2008 yang habis di tahun 2009 banyak yang

    diperpanjang masa terbitnya, sehingga penambahan reklame tahunan yang baru

    prosentasenya hanya sedikit. Meskipun di tahun 2009 penerimaan pajak reklame tidak

    memenuhi target yang ditentukan, potensi penerimaan pajak reklame di tahun 2010

    sangat mungkin terjadi peningkatan, kerena reklame yang sudah terpasang selama dua

    tahun otomatis perlu dipindah ketempat-tempat yang dinilai lebih strategis, sehingga

    penyelenggaraan pada reklame yang baru pada titik-titik reklame juga semakin

    meningkat. Kenaikan ini ditunjukkan pada tabel di atas, dimana tahun 2010 penerimaan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    pajak memenuhi target yang ditetapkan dan lebih besar dari target tahun 2009, yaitu

    sebesar 103,25% dari target.

    . Untuk capaian prosentase penerimaan pajak reklame insidentil dapat dilihat di

    tabel II.8 berikut ini:

    Tabel II. 8

    Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Insidentil

    Tahun Penerimaan Pajak Reklame Target %

    2008 1.030.539.450 872.229.750 118,15

    2009 808.021.350 872.300.000 92,64

    2010 1.442.271.255 872.250.000 165,35

    Sumber: Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta

    Dari table diatas dapat diketahui potensi per tahunanya relatif sama, karena

    fasilitas untuk penempatan reklame insidentil tidak ada pembangunan baru. Jadi potensi

    pajak reklame insidentil pun relatif sama tiap tahunnya, tetapi meskipun potensi relatif

    sama penerimaan pajaknya terus memenuhi target, dapat dilihat di tahun 2008 prosentase

    capaian target reklame insidentil sebesar 118,15%, tahun 2009 sebesar 92,64%, dan tahun

    2010 sebesar 165,35%. Prosentase realisasi penerimaan pajak reklame insidentil sangat

    dipengaruhi dari event-event yang diselenggarakan di Surakarta sendiri, seperti pada

    tahun 2008 yang penerimaan pajak reklamenya bisa mencapai satu millir lebih, karena

    banyak event-event besar di tahun ini misal SIEM dan SIPA . Event besar yang diadakan

    setiap tahun selalu menarik banyak wisatawan asing maupun domestik datang ke

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    Surakarta, sehingga banyak perusahaan yang memanfaatkan event ini untuk memasang

    sebanyak-banyaknya reklame insidentil. Penerimaan pajak insidentil juga sangat

    dipengaruhi oleh fasilitas panggung reklame yang sudah ada di beberapa titik jalan di

    Surakarta, karena panggung reklame sendiri merupakan sarana utama reklame insidentil

    untuk diselenggarakan. Jika dari panggung reklame tidak terurus alias sudah kusam

    otomatis para penyelenggara reklame enggan tuk memasangnya di panggung reklame

    tersebut. Hal ini terjadi pada tahun 2009, dimana panggung reklame dinilai tidak

    menunjukkan citra tempat iklan yang layak untuk media promosi.

    Dalam penerimaan pajak insidentil relatif sedikit tiap tahunnya, reklame insidentil

    tetap di pertahankan dan terus dikembangkan inovasinya, karena reklame insidentil

    merupakan alternatif fasilitas yang disediakan oleh Pemkot Surakarta untuk tetap

    menjalin hubungan dengan wajib pajak yang telah menyelenggarakan reklame tahunan

    dan juga masih tetap menyelenggarakan reklame insidentil. Pemungutan pajak reklame

    insidentil juga berfungsi sebagai alat kontrol pemerintah untuk memantau perkembangan

    reklame insidentil, baik itu mengenai jumlah atau pun perkembangan jenis reklamenya.

    4. Analisis Penentuan Target dan Potensi Penerimaan Pajak Reklame Dengan

    Metode Kecenderungan Lurus (Linier Trend Method)

    Dalam bukunya The Power of Statistics, Supranto menjelaskan metode ini

    merupakan cara meramalkan dengan menggunakan data time series. Data time series

    adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perubahan. Dari

    data time series dapat ditarik trend, yaitu garis yang menunjukkan arah perkembangan

    secara umum, kemudian dibuat persamaan trend. Khusus untuk data kali ini penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    mencoba meramalkan penentuan target dan potensi penerimaan pajak reklame tahunan

    saja, untuk yang penerimaan pajak reklame insidentil tidak ada peramalan untuk target

    dan potensinya, karena dari objek pajaknya sendiri tergantung dengan pembangunan

    infrastruktur panggung reklame, sehingga kemungkinan untuk penentuan potensi

    dimungkinkan akan sama setiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat pada tabel II.8 dimana

    target dari pajak reklame insidentil tiap tahunnya relatif sama.

    Untuk meramalkan target dan mencari potensi penerimaan pajak reklame

    digunakan persamaan sebagai berikut:

    Keterangan:

    Y = nilai yang akan diramalkan

    t = variabel waktu

    a = nilai Y jika t = 0

    b = koefisien arah sebagai perkiraan rata-rata kenaikan/ pertumbuhan

    n = banyaknya tahun data

    Data berikut ini merupakan data yang digunakan untuk meramalkan target tahun

    2008-2010 dengan metode kecenderungan lurus. Tabel perhitungannya sebagai berikut:

    Tabel II. 9

    Peramalan Target Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2008-2010 Dengan Metode

    Kecenderungan Lurus

    Y = a + b(t)

    Tahun REALISASI (Y) t

    t(Y)

    2002 Rp 1.402.712.208 -5.00 25 Rp (7.013.561.040)

    2003 Rp 1.804.690.293 -3.00 9 Rp (5.414.070.879)

    2004 Rp 2.015.892.093 -1.00 1 Rp (2.015.892.093)

    2005 Rp 2.319.096.340 1.00 1 Rp 2.319.096.340

    2006 Rp 3.579.599.930 3.00 9 Rp 10.738.799.790

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    Dari data yang diperoleh, persamaannya menjadi :

    a = ∑Y/ n

    b = ∑ tY

    jadi

    a =

    = 2.427.291.321

    b =

    = 226.045.106

    Sehingga peramalan target reklame pada tahun 2008 diperoleh:

    Target tahun 2008 = 2.427.291.321 + 226.045.106 (7)

    = 4.009.607.064

    Target tahun 2009 = 2.427.291.321 + 226.045.106 (8)

    = 4.235.652.171

    Target tahun 2008 = 2.427.291.321 + 226.045.106 (9)

    = 4.461.697.277

    Setelah mengetahui peramalan target penerimaan pajak reklame tahun 2008-2010

    maka jika diambil persamaan , sedangkan untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    Tahun

    Realisasi Pajak Reklame

    Target Menurut Metode

    Kecenderungan Lurus

    Potensi (a x b)

    Target Seharusnya (potensi th sekarang :

    Realisasi th sebelumnya)

    (a) (b) (y) (x)

    2008 3.527.909.910 4.009.607.064 14.145.532.497.938.000.000 4.109.974.132

    2009 3.850.377.341 4.235.652.171 16.308.859.142.237.400.000 4.622.810.547

    2010 4.697.717.016 4.461.697.277 20.959.791.217.643.200.000 5.443.568.087

    besarnya potensi pajak reklame didapat dengan perkalian realisasi tahun sekarang

    dengan target yang telah diramalkan. Perhitungannya sebagai berikut:

    Tabel II. 10

    Peramalan Potensi Pajak Reklame Dalam Kaitannya Penentuan Target dengan

    Metode Kecenderungan Lurus

    Jadi dapat diketahui target seharusnya yang berpotensi dapat tertagih oleh

    pemerintah seperti di tabel II.10.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    Tabel II. 11

    Perbandingan Target yang Ditentukan oleh DPPKA dengan Target yang Dicari

    oleh Penulis

    Tahun Realisasi Pajak Reklame

    Target Dari DPPKA

    Target yang Diperoleh Penulis

    Selisih Target

    2008 3.527.909.910 3.450.000.000 4.109.974.132 659.974.132

    2009 3.850.377.341 4.500.000.000 4.622.810.547 122.810.547

    2010 4.697.717.016 4.550.000.000 5.443.568.087 893.568.087

    Jika dilihat dari tabel II.11, Pemkot Surakarta masih kehilangan pendapatan

    daerah dari penerimaan pajak reklame selama tiga tahun terakhir sebesar Rp

    1.676.352.766,- . Perhitungan di atas tentunya hanya sekedar gambaran kecil tentang

    perkiraan pendapatan yang dimungkinkan dapat memaksimalkan pendapatan daerah di

    sektor pajak reklame dan juga untuk memantau kinerja dari pegawai pemerintah

    daerah, terutama pada pemungutan pajak reklame tahunan. Dengan gambaran seperti di

    atas dapat diketahui kinerja dari pegawai pemerintah daerah kurang maksimal dalam

    pencapaian target pendapatan daerah.

    C. Hambatan Yang Timbul Saat Penyelenggaraan Reklame dan Pemungutan Pajak

    Reklame.

    Kemajuan teknologi hingga sampai sekarang ini membuat semua bidang di sektor

    manapun menjadi semakin beragam dan canggih. Media elektronik yang semakin

    merajai di segala aspek kehidupan semakin diburu para konsumennya, tidak terkecuali

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    di media promosi. Sebuah teknik pemasaran dengan promosi sudah sejak dulu

    dilakukan, salah satunya dengan reklame. Peran serta kemajuan teknologi turut serta

    dalam memajukan dunia periklanan. Keberagaman media iklan semakin berkembang

    sejalan dengan berkembangnya teknologi. Hal ini membuat persaingan di bidang

    periklanan semakin ketat terutama persaingan media promsi (reklame). Terbukti pada

    pendataan reklame tahun 2009 sebanyak 5543 reklame tahunan terpasang di sepanjang

    jalan kota Surakarta.

    Semakin padatnya reklame yang terpasang membuat timbulnya beragam masalah.

    Masalah-masalah saat penyelenggaraan reklame dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Masalah sampah yang ditimbulkan akibat reklame yang sudah kadarluarsa tidak

    segera dibongkar oleh pemiliknya. Mengenai hal ini sebenarnya sudah ada tim

    penertib reklame, yang bertugas menertibkan dan membongkar reklame yang sudah

    habis masa tayangnya. Tetapi dari petugas itu sendiri kadang tidak mencukupi

    untuk menertibkan di lima kecamatan yang ada di Surakarta mengingat banyaknya

    reklame yang melanggar peraturan, seperti memasang reklame tanpa izin,

    memasang reklame di pohon dan tiang listrik, memasang di white area (kawasan

    bebas reklame). Dengan ada tim penertib reklame sebanarnya sudah cukup efektif

    untuk menekan pelanggaran dalam menyelenggarakan reklame, hanya saja tenaga

    kerja dari tim penertib reklame sendiri terbatas, kurang lebih ada lima belas tenaga

    kerja yang menjadi tim penertib reklame yang setiap hari terbagi dilima kecamatan

    di Surakarta (Jebres, Banjarsari, Laweyan, Pasar Kliwon, Serengan).

    2. Pemasangan reklame yang berlebihan akan mengganggu suasana dan keindahan

    kota, menurut Ketua Asosiasi Perusahaan dan Praktisi Periklanan Solo (ASPPRO)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    penataan reklame di Surakarta sangat semrawut, indikasinya terlihat dari tata letak

    dan pemasangan berbagai reklame yang ada sehingga justru mengurangi keindahan

    kota. Penataan dan pemasangan reklame yang semrawut dapat membuat tingkat

    kepercayaan dari pemasangan kepada biro iklan pada khususnya yang outdoor

    berkurang, jika dibiarkan terus menerus akan berdampak pada pendapatan pajak

    reklame. (Dikutib dari harian Joglosemar, tanggal 28-03-2011)

    3. Keamanan akan reklame yang dipasang. Dari setiap laporan pengaduan yang masuk

    di Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta wajib pajak sering

    dirugikan akibat reklame berjenis kain (baliho, MMT, spanduk) yang mereka

    pasang sering hilang atau bisa dikatakan dicuri. Keterangan yang di dapat penulis

    dari KPPT Kota Surakarta hal tersebut dikarenakan persaingan antar perusahaan

    atau bisa saja dicuri oleh masyarakat disekitar reklame yang dipasang itu sendiri.

    Biasanya masyarakat yang mempunyai warung untuk digunakan sebagai atap atau

    dinding warungnya. Mengenai hal ini pihak KPPT dan DPPKA Kota Surakarta

    tidak bisa mengawasinya secara terus menerus, yang dapat dilakukan untuk

    mengawasi reklame-reklame tersebut adalah dengan tim penertib yang sudah

    berjalan, dengan menertibkan reklame setiap hari diharapkan tim penertib tersebut

    juga mengawasi reklame yang sudah