ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

65
141 BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID DALAM PENDIDIKAN A. Etika Murid dalam Pendidikan Menurut al-Zarnuji Bentuk pemikiran pendidikan al-Zarnuji dalam kitab Ta`lim al- Muta`allim dapat dipetakan menurut komponen pendidikan, yaitu berdasarkan tujuan pendidikan, guru sebagai pendidik, murid sebagai terdidik, serta media dan metode pendidikan. Untuk mengetahui pemikiran pendidikan al- Zarnuji, maka kitab Ta`lim al-Muta`allim adalah satu-satunya kitab yang dapat dijadikan pijakan, sebab berdasar litertur yang dapatkan, para peneliti masih sepakat bahwa kitab tersebut merupakan satu-satunya kitab sebagai karya al-Zarnuji yang masih ada sampai sekarang. M. Plessner misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta`lim al-Muta`allim adalah satu-satunya karya al- Zarnuji yang masih tersisa. Dalam hal ini penulis sengaja membahas beberapa pasal dari 13 pasal dalam kitab Ta’lim Muta’allim ini yang perlu dianalisa dan dikritisi dengan membandingkan dengan teori pendidikan modern yang berkembang, tentunyan tanpa mengapaikan dampak positif dan negatifnya. Adapun pasal utama yang menjelaskan pokok-pokok pikiran dari kitab Talim al- Muta’allim ini, yaitu: 1. Hakikat Ilmu, Hukum Mencari Ilmu dan Keutamaannya Dalam pandangan Syekh al-Zarnuji ilmu itu dibatasi dengan ilmu agama dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku, atau bermuamalah dengan

Transcript of ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

Page 1: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

141

BAB IV

ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI

TENTANG ETIKA MURID DALAM PENDIDIKAN

A. Etika Murid dalam Pendidikan Menurut al-Zarnuji

Bentuk pemikiran pendidikan al-Zarnuji dalam kitab Ta`lim al-

Muta`allim dapat dipetakan menurut komponen pendidikan, yaitu berdasarkan

tujuan pendidikan, guru sebagai pendidik, murid sebagai terdidik, serta

media dan metode pendidikan. Untuk mengetahui pemikiran pendidikan al-

Zarnuji, maka kitab Ta`lim al-Muta`allim adalah satu-satunya kitab yang

dapat dijadikan pijakan, sebab berdasar litertur yang dapatkan, para peneliti

masih sepakat bahwa kitab tersebut merupakan satu-satunya kitab sebagai

karya al-Zarnuji yang masih ada sampai sekarang. M. Plessner misalnya,

mengatakan bahwa kitab Ta`lim al-Muta`allim adalah satu-satunya karya al-

Zarnuji yang masih tersisa.

Dalam hal ini penulis sengaja membahas beberapa pasal dari 13 pasal

dalam kitab Ta’lim Muta’allim ini yang perlu dianalisa dan dikritisi dengan

membandingkan dengan teori pendidikan modern yang berkembang,

tentunyan tanpa mengapaikan dampak positif dan negatifnya. Adapun pasal

utama yang menjelaskan pokok-pokok pikiran dari kitab Ta’lim al-

Muta’allim ini, yaitu:

1. Hakikat Ilmu, Hukum Mencari Ilmu dan Keutamaannya

Dalam pandangan Syekh al-Zarnuji ilmu itu dibatasi dengan ilmu agama

dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku, atau bermuamalah dengan

Page 2: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

142

sesama manusia.1 Dan hukum mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim

baik laki-laki dan perempuan. Syeikh Imam al-Zarnuji menekankan kewajiban

belajar seperti pada hadits Nabi yang berbunyi: 2

Diceritakan dari Hisyam ibn Umar, diceritakan dari Khafs ibn Sulaiman,

diceritakan dari Katsir ibn Syindzir, dari Muhammad bin Sirin, dari Anas bin

Malik berkata menuntut ilmu itu adalah fardhu bagi tiap-tiap Muslim.

(HR.Ibnu Majah). 3

Dihukumi fardhu‟ain dalam mencari ilmu, jika itu ditujukan untuk

mengetahui atau mempelajari amalan ibadah yang hukumnya fardhu‟ain,

diibaratkan makanan yang dibutuhkan setiap orang. Sedangkan mempelajari

amalan yang hukumnya fardhu kifayah, itu ibarat obat yang tidak dibutuhkan

oleh setiap orang, dan penggunaannya pun pada waktu-waktu tertentu, maka

hukumnya fardhu kifayah. Adapun, mempelajari ilmu nujum itu

hukumnya haram, karena ia diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan.

Boleh mempelajari ilmu nujum untuk mengetahui arah kiblat, dan waktu-

waktu sholat.

Dalam pandangan al-Zarnuji ilmu itu sebagai sarana untuk

bertakwa. Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat di

1 Aliy As‟ad. Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan. Hlm. 51.

2 Al-khafid Abi „Abdillah Muhammadibni Yazid Al-Qazwini. Tt. Sunan Ibnu Majah, Darulfikri,

t.th. Jil. 1, Hlm. 81. 3 Abdurrahman Al-Baghdadi. 1996. Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, Surabaya: Al-

Izzah. Cet. 1, Hlm. 3.

Page 3: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

143

sisi Allah swt, dan keuntungan abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad

bin al-Hasan bin „Abdullah dalam syairnya: 4

“Tuntutlah ilmu, karena ilmu merupakan perhiasan bagi pemiliknya,

keunggulan dan pertanda segala pujian”.5

Dijelaskan oleh imam al-Zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta’alim tentang

pengertian ilmu:

"Pengertian ilmu itu adalah suatu sifat yang dengannya dapat menjadi

jelas pengertian suatu hal yang disebut".6

Jadi dapat dikatakan bahwasannya ilmu menurut imam al-Zarnuji

merupakan sifat yang kalau dimiliki seseorang maka menjadi jelaslah apa yang

terlintas di dalam pengertiannya. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu.

Imam al-Zarnuji memandang ilmu sebagai sesuatu yang mulia, karena ilmu itu

khusus dimiliki oleh manusia untuk kebutuhan sekarang. Beliau juga

menjelaskan dalam kitabnya sebagai berikut : 7

“Ketahuilah, bahwa kewajiaban setiap muslim bukanlah menuntut

segala macam ilmu, tetapi yang wajib baginya adalah menuntut ilmu

khaal sekarang)” 8

Dalam pada itu, segala sesuatu selain ilmu, dapat juga dimiliki oleh selain

manusia, misalnya keberanian, kuat, baik hati, belas kasih dan lain sebagainya

4 Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 9.

5Aliy As‟ad. 2007. Hlm. 8

6 Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 9.

7 Al-Jarnuii, Hlm. 32.

8 Ma‟ruf Asrori. 1996. Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu. Surabaya: Al-Miftah. Hlm. 6.

Page 4: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

144

selain ilmu. Dengan ilmu pula, Allah mengunggulkan Adam as. atas para

malaikat.9

Dalam menuntut ilmu hendaknya memilih mana yang terbagus dan

dibutuhkan dalam kehidupan agamanya pada waktu itu, al-Ghazali

mengungkapkan dalam Ta’lim al-Muta’alim: 10

Dalam menuntut ilmu hendaknya memilih mana yang terbagus dan

dibutuhkan dalam kehidupan agamanya pada waktu itu, yaitu

mendahulukan mempelajari tauhid, mengenal Allah lengkap dengan

dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taqlid, sekalipun menurut

kita sudah sah tetapi tetap berdosa, karena ia tidak mau berusaha mengkaji

dalam masalah ini.11

Di samping itu, manusia juga diwajibkan mempelajari ilmu yang

diperlukan setiap saat. Karena manusia diwajibkan shalat, puasa dan haji, maka

ia juga diwajibkan mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan

kewajiban tersebut. Sebab apa yang menjadi perantara pada perbuatan wajib,

maka wajib pula hukumnya. Demikian pula manusia wajib mempelajari ilmu-

ilmu yang bekaitan dengan berbagai pekerjaan atau kariernya. Seseorang yang

sibuk dengan tugas kerjanya (misalnya dagang), maka ia wajib mengetahui

bagaimana cara menghindari yang haram. Di samping itu manusia juga

9 Hasan Langgulung. 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Khusna. Hlm. 105.

10 Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 13.

11 Aliy As‟ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, Hlm. 15.

Page 5: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

145

diwajibkan mempelajari ilmu ahwal al-qalb, seperti tawakal, ridla dan

sebagainya. 12

Pemahaman tentang hakikat ilmu. Dalam kamus bahasa Indonesia

ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun

secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk

menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan. The Liang Gie (1987)

mendefinisikan ilmu sebagai rangkaian aktivitas penelaahan yang

mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara

rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan

pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin

dimengerti manusia.13

Lorens Bagus (1996) mengutip pendapat Arhur

Thomson yang mendefinisikan ilmu sebagai pelukisan fakta-fakta,

pengalaman secara lengkap dan konsisten meski dalam perwujudan istilah

yang sangat sederhana.14

Bahm yang dikutip oleh Kunto Wibisono (1997) mendefinisikan

ilmu pengetahuan memiliki enam komponen yaitu masalah (problem), sikap

(attitude), metode (method), aktivitas (activity), kesimpulan (conclution), dan

pengaruh (effect).15 Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar

untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari

berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. segi-segi ini dibatasi agar

12

Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pendidikan Islam dari

Paradigma Klasik Hingga Kontemporer, Hlm.269. 13

Sumarna, Cecep. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi

Aksara, Hlm.56 14

Loren Bagus. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama., Hlm. 307. 15

Koento Wibisono. 1997. “gagasan strategic tentang kultur keilmuan pada pendidikan

tinggi. Jurnal Filsafat, Edisi Khusus Agustus 1997.

Page 6: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

146

dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan

membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu- ilmu diperoleh dari

keterbatasannya.16

Analisa lain tentang hakikat ilmu itu dapat dilihat dari pendekatan filsafat

ilmu dilihat dari ontologi; pengkajian segala yang ada bersifat realitas,

epistemologi; metodologi pencapaian sebuah teori pengetahuan, dan axiologi;

teori tentang nilai. Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang

hakikat ilmu pengetahuan. Dalam kaitan ini, perbincangan tentang hakikat ilmu

pengetahuan dan struktur ilmu pengetahuan merupakan keniscayaan.17

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti knowledge

atau pengetahuan. Sedangkan logy berarti theory, sehingga epistemologi

diartikan sebagai teori pengetahuan atau filsafat ilmu. Ketika mengkaji bidang

ini, maka ada tiga persoalan pokok yang perlu disentuh, yaitu makna

pengetahuan, sumber pengetahuan, genealogi pengetahuan, bagaimana cara

mengetahuinya, dan apakah pengetahuan kita itu benar (valid).18

Objek telaah

epistemologi adalah mempertanyakan dari mana ilmu itu diperoleh, bagaimana

cara mengetahuinya, dan bagaimana kita membedakan dengan yang lain, jadi

berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai hal. 19

Aksiologi atau nilai guna dan kemanfaatan ilmu pengetahuan disebut juga

dengan teori nilai. Pada tataran aksiologi, filsafat hendaknya mampu menjawab

pertanyaan tentang “untuk tujuan apa ilmu pengetahuan digunakan?”,

16

Van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief 17

Ahmad Tafsir. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm. 66. Lihat juga Jujun

S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu. Hlm. 63. 18

Juhaya S. Pradja. 1987. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan Piara. Hlm 16. 19

Inu Kencana Syafiie. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama. Hlm. 10.

Page 7: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

147

“bagaimana hubungan penggunaan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai etika

dan moral?”, “bagaimana tanggung jawab sosial ilmuan?”, dan “apakah ilmu

pengetahuan itu bebas nilai (meaningless) atau sarat nilai (meaningfull)?” 20

Dengan demikian, tataran hakikat ilmu ini mendorong nilai etika atau

karakter dalam Islam yang sangat tinggi dalam pemantapan nilai moralitas

pelajar muslim yang positif dan pantas untuk dijaga serta dilestarikan dalam

kehidupan pendidikan. Hal ini dapat di dapat dilihat dari pendekatan filsafat

ilmu anatara ontologi, epistemologi dan aksiologi saling berrhungan erat dan

tidak bisa dipisahkan. Hal ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :

Bagan : I

Macam-macam Ilmu Berdsarkan fungsinya

2. Niat Dalam Mencari Ilmu

Niat adalah pokok dari segala amal ibadah. Nabi bersabda “Semua amal

itu tergantung pada niatnya” Hadis Sahih. Niat seorang pelajar dalam menuntut

ilmu harus ikhlas mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat,

menghilangkan kebodohan dirinya, dan orang lain menghidupkan agama,

20

Inu Kencana Syafiie. Ibid. Hlm. 11.

ontologi Epistemologi Aksiologi

Filsafat ilmu

Page 8: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

148

dan melestarikan Islam.21

Karena Islam akan tetap lestari kalau pemeluknya

atau umatnya berilmu. Dalam menuntut ilmu murid juga harus didasari niat

untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Jangan sampai terbesit

niat supaya dihormati masyarakat, untuk mendapat harta dunia, atau agar

mendapat kehormatan di hadapan pejabat atau lainnya. Hal ini dijelaskan

beliau dalam kitabnya mengenai nita sebagai berikut : 22

.

“Sebaiknya bagi pencari ilmu dalam belajarnya hendaklah berniat

mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan

sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan

melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan

dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar

ilmu”.23

Dengan kata lian, niat mencari ilmu bagi murid adalah untuk

meningkatkan budaya hidup dan membangun masyarakat yang budaya dalam

memahami pentingnya ilmu untuk diamalkan serta merasakan lezatnya ilmu.

Barang siapa dapat merasakan lezatnya ilmu dan nikmatnya

mengamalkannya, maka dia tidak akan begitu tertarik dengan harta yang

dimiliki orang lain. Senada dengan syair Syekh Imam hammad bin Ibrahim

bin Ismail Assyafar al-Anshari kepada Abi Hanifah: “Siapa yang menuntut

ilmu untuk akhirat, tentu ia akan memperoleh anugerah kebenaran. Dan

21

Abu Muhammad Iqbal. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-Gagasan Besar Para

Ilmuan Muslim. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 388. 22

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm. 10. 23

Ali As`ad, Hlm. 18.

Page 9: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

149

kerugian bagi orang yang menuntut ilmu hanya kerena mencari kedudukan di

masyarakat”. 24

Bila dilihat dari teori pendidikan modern, niat dalam mencari ilmu

termasuk kategori motif dalam mencari ilmu (motif belajar). Makna Motif

diartikan sebagai suatu kekuatan atau daya pendorong yang menyebabkan

orang mulai bergerak atau mengambil suatu tindakan.25 Motif juga dapat

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk

melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai sutau tujuan.26

Bahkan

motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Niat

mencari ilmu yang bermanfaat merupakan motif belajar yang positif dan

tergolong pada motivasi instinsik. Secara umum motivasi terbagi dua, yaitu

motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Niat mencari ilmu yang

dipengaruhi oleh pendekatan religi dalam teori pendidikan ini merupakan

motivasi instrinsik. Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.27 Pelajar yang

memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang

terdidik, yang berpengetahuan, ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya

jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar

tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan

24

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 18. 25

Sidharta. 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung. Hal 7-11 26

Dale H. Schunk. 2002. Learning Theories An Educational Perspective. ( Teori-teori

Pembelajaran Perspektif Pendidikan ), Penterjemah : Eva Hamdiah, Rahmat Fajar .

Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 80. 27

Sudarsono. 1993. Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm.160.

Page 10: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

150

yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang

berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.

Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong kemampuan dan kemuan usaha untuk

pencapaian prestasi.28

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya

motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil

yang baik.

3. Memilih Ilmu, Guru, Teman Belajar dan Tekun dalam Mencari

Ilmu

Para pelajar harus memilih ilmu pengetahuan yang paling baik atau

paling cocok dengan dirinnya. Pertama-tama yang perlu dipelajari oleh

seorang pelajar adalah ilmu yang paling baik dan yang diperlukan dalam

urusan agama pada saat ini. Kemudian baru ilmu-ilmu yang diperlukan pada

masa yang akan datang. Para pelajar harus mendahulukan ilmu tauhid yang

dipelajari atau ilmu-ilmu para ulama salaf.29

Tinggalkan ilmu debat yang

muncul setelah meninggalnya para ulama. Sebab perdebatan akan

menjauhkan keresahan dan permusuhan. Dan apabila umat Muhammad

sudah suka berbantah-bantahan di antara mereka, itulah tanda-tanta akan

datangnya hari kiamat dan tanda bahwa ilmu fiqih semakin menghilang. 30

Adapun cara memilih guru atau kiai, carilah yang alim, yang

bersifat wara‟, dan yang lebih berumur. Sebagaimana Abu Hanifah memilih

28

Veithzal Rival dan Arviyan Arifin. 2013. Islamic Leadership: Membangun Superleadership

melalui Kecerdasan Spritual. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 395. 29

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 25. 30

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 27.

Page 11: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

151

Kiyai Hammad bin Abi Sulaiman, karena beliau mempunyai kriteria atau

sifat-sifat tersebut. Pendapat al-Zarnuji bahwa pelajar seyogyanya

bermusyawarah dengan orang alim ketika akan pergi menuntut ilmu atau

dalam segala urusan. Karena Allah Ta‟ala menyuruh Nabi Muhammad SAW

supaya bermusyawarah dalam segala urusan, padahal tiada seorang pun yang

lebih pandai darinya. Hal ini sebagaimana yang dilaksanakan dalam proses

pendidikan saat ini dengan menggunakan metode diskusi dalam

pembelajarannya. 31

Dalam memilih teman, al-Zarnuji berpandangan bahwa seorang pelajar

harus berteman atau memilih teman dengan orang yang tekun belajar, bersifat

wara‟ dan berwatak Istiqamah. Hindari teman yang malas, banyak bicara, suka

merusak, dan suka memfitnah. Hal ini dijelaskan oleh al-Zarnuji sebagai

beikut: 32

“Tentang memilih teman, hendaklah memilih yang tekun, waro,

bertabiat jujur serta mudah memahami masalah. Menyingkiri orang

pemalas, penganggur, banyak bicara, suka mengacau dan gemar

memfitnah”. 33

Adapun tekun dalam menimba ilmu, al-Zarnuji berkata “seorang

tidak boleh menuruti keinginan hawa nafsunya”. Seperti kata sebuah syair,

31

Departemen Agama RI. 2001. Metodologi Pembelajaran PAI. Jakarta : Bimmas Pendidkan

Agama Islam. 32

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 14. 33

Ali As`ad, Hlm. 32.

Page 12: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

152

“sungguh hawa nafsu itu rendah nilainya, barang siapa terkalahkan oleh

hawa nafsunya berarti ia terkalahkan oleh kehinaan”. Seorang pelajar harus

tabah menghadapi ujian dan cobaan. Sebab ada yang mengatakan bahwa

gudang ilmu itu selalu diliputi dengan cobaan dan ujian. Ali bin Abi Thalib

ra, berkata secara implisit dijelaskan dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim pada

pasal 3 memilih guru, teman dan tentang ketabahan sebagai berikut: 34

* *

“Ah, tak mampu kau meraih ilmu, tanpa dengan enam prilaku:

berikut saya jelaskan semua kepadamu. Cerdas, semangat, sabar,

cukup bekal, dan petunjuk guru serta sepanjang waktu”.35

Bait atau barisan Nadhoman di atas menurut Abu Muhammad Iqbal

adalah isi yang terkandungnya merupakan syarat-syarat untuk mencari ilmu

menurut al-Zarnuji meliputi: cerdas, rasa ingin tau, sabar, biaya, petunjuk

dari guru dan waktunya yang lama.36

Pemikiran al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim ini bila dianalisa

dengan teori pendidik modern, antara lain: tentang belajar dikemukakan

oleh John Travers dalam bukunya Learning Analysis and Application yang

dikutip oleh Nana Sujana.37

Ia mengemukakan bahwa “belajar adalah

suatu proses yang menghasilkan tingkah laku”. Sebelum merumuskan

definisi tersebut, Travers membedakan belajar menjadi dua macam yaitu

34

Syekh al-Zarnuji, Hlm. 15 35

Aliy As`ad. Hlm. 51. 36

Abu Muhammad Iqbal. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-Gagasan Besar Para

Ilmuan Muslim. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 380-385. 37

Nana Sujana. 2005. Dasar-Dasar & Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hlm. 102

Page 13: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

153

pertama, belajar sebagai proses dan kedua, belajar sebagai hasil.

Dalam hubungan ini, yang disebut kedua, belajar sebagai hasil,

merupakan akibat wajar dari yang disebut pertama yaitu, belajar sebagai

proses. Dengan perkataan lain bahwa proses belajar menyebabkan hasil

belajar.38

Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah

yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan

tantangan bagi murid untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-

sungguh.39

Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan

menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari

hukuman yang tidak menyenangkan.

Memilih teman dengan orang yang tekun belajar, bersifat wara‟ dan

berwatak Istiqamah dan menghindari teman yang malas, banyak bicara,

suka merusak, dan suka memfitnah tergolong pada motif yang datang

dari luar untuk meningkatkan motivasi belajar. Motif-motif tersebut

merupakan motivasi ekstrinsik. Motivasi Ekstrinsik, adalah motif-motif

yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.40

Motivasi

ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di

dalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan

yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Demikian beberapa hal mengenai motivasi belajar yang dapat

38

Nana Sujana. 2005. Dasar-Dasar & Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hlm.102 39

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :

Prestasi Pustaka. Hlm. 135. 40

Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.Hlm. 37, 87-

89.

Page 14: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

154

dirangkum berdasarkan penafsiran yang dapat dipahami secara umum dan

dianggap bisa mewakili perspektif Islam tentang motivasi dalam menuntut

ilmu. Karena dengan ilmu akan mendapatkan kemulyaan di dunia dan

akhirat serta menjadi dekat kepada Allah SWT. 41

4. Penghormatan Terhadap Ilmu dan Ulama

Untuk mengetahui konsep memuliakan ilmu dan guru atau ulama

menurut pemikiran al-Zarnuji, maka dapat diulas dari kitab Ta’lim al-

Muta’allim, yang secara spesifik ditulis dalam pasal IV, tentang

memuliakan ilmu dan ulama.42 Dalam bab ini beliau membahas secara luas

mengenai hubungan guru dengan murid, mencakup beberapa etika yang

harus diperhatikan oleh seorang murid, terkait dengan hubungan sebagai

sesama manusia dalam keseharian maupun hubungan dalam situasi formal

sebagai seorang pengajar dan individu yang belajar. Akan tetapi dalam hal

ini, bagaimana etika atau sikap guru terhadap murid hanya dibahas secara

implisit, karena pada dasarnya kitab ini ditulis sebagai pedoman dan

tuntunan bagi para penuntut ilmu atau para murid.

Menurut Awaludin,43 belajar bagi al-Zarnuji lebih dimaknai sebagai

tindakan yang bernilai ibadah, yang dapat ikut menghantarkan peserta didik

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab diniati untuk mencari ridho

41

Imam Al Ghazali. 2006. Menggali Mutiara Ihya Ulumuddin (Ringkasan Imam Al-Ghazali)

Penyuting: Rafi`udin. Jakarta :Pustaka Dwipar. Hlm. 219 42

Syekh al-Zarnuji dalam Syeh Ibrahim bin Isma‟il, Syarah Ta’lim al-Muta’allim. (Indonesia :

Karya Insan, t.th). Hlm. 16 43

Awaluddin Pimay, Konsep Pendidik dalam Islam (Studi Komparatif atas Pandangan al-Ghazali

dan al-Zarnuji), Tesis Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan

Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 1999). Hlm. 55, td.

Page 15: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

155

Allah, pengembangan dan pelestarian Islam serta dalam rangka mensyukuri

nikmat Tuhan dan menghilangkan kebodohan, serta bukan sekedar

reorganisasi atau struktur kognitif dan bukan pula dalam arti perubahan

yang relatif permanen yang terjadi karena adanya reinforcement.

Agama sangat menjunjung nilai-nilai moral dalam kehidupan, terlebih

orang-orang yang berilmu. Orang yang mencari ilmu harus memperhatikan

dasar-dasar etika agar dapat berhasil dengan baik dalam belajar,

memperoleh manfaat dari ilmu yang dipelajari dan tidak menjadikannya sia-

sia. Diantara beberapa etika tersebut dapat dipahami dari nasehat–nasehat

al-Zarnuji, yang terkait dengan etika dalam menjaga hubungan antara guru

dengan murid. Dalam mengawali pembahasan ini, beliau memberi statement

yang bernada suatu penegasan kepada orang yang belajar (murid),

penegasan tersebut adalah : 44

.

“Ketahuilah sesunguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan

memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan

ilmu beserta ahli ilmu (Ulama), dan memuliakannya.” 45

Statement di atas menjadi semangat yang mendasari adanya

penghormatan murid terhadap guru, bahwa murid tidak akan bisa

memperoleh ilmu yang manfaat tanpa adanya pengagungan terhadap ilmu

dan orang yang mengajarnya. Jadi untuk mendapatkan ilmu yang

bermanfaat, membutuhkan jalan dan sarana yang tepat, yakni dengan

44

Syekh al-Zarnuji dalam Syeh Ibrahim bin Isma‟il, Syarah Ta’lim al-Muta’allim. Hlm. 16 45

Aliy As`ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan. Hlm. 16

Page 16: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

156

mengagungkan ilmu yang termasuk dalam mengagungkan ilmu adalah

penghormatan terhadap guru dan keluarganya. Apabila kita membuka mata,

betapa besar pengorbanan Guru yang berupaya keras mencerdaskan manusia

dengan memberantas kebodohan, dengan sabar dan telaten membimbing,

mengarahkan murid serta mentransfer ilmu yang dimiliki, sehingga

melahirkan individu-individu yang memiliki nilai lebih dan derajat

keluhuran baik di mata sesama makhluk maupun di hadapan Allah SWT.

Jadi penghormatan terhadap guru merupakan suatu hal yang wajar karena

pada dasarnya guru tidak membutuhkan suatu penghormatan akan tetapi

secara manusiawi guru biasanya menjadi tersinggung apabila muridnya

bersikap merendahkan dan tidak menghargai. Hal ini dalam analisis

pendidikan modern saat ini adalah adanya hubungan timbal balik antara

guru dengan siswa atau interaksi guru-siswa yang keduanya saling

menghargai, kerja sama dan memperhatikan berbagai aspek perkembangan

pengetahuan siswa.46

Sebagai wujud pemuliaan dan penghormatan kepada guru, Sebagai

konsekuensi sikap moral atas pengagungan dan penghormatan terhadap

guru al-Zarnuji memberikan saran dan penjelasan, bahwa penghormatan

tersebut berbentuk sikap konkrit yang mengacu pada etika moral dan akhlak

seorang murid terhadap gurunya dalam interaksi keseharian dan dalam

46

Dale H. Schunk. Learning Theories An Educational Perspective. ( Teori-teori Pembelajaran

Perspektif Pendidikan ), Penterjemah : Eva Hamdiah, Rahmat Fajar (2002. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar. Hlm. 649.

Page 17: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

157

bentuk materi. Syeh al-Zarnuji mengutip syair dari Sayidina Ali

Karramallahu wajhah sebagai berikut : 47

* *

“Aku tahu bahwa hak seorang guru itu harus diindahkan melebihi

segala hak. Dan wajib dijaga oleh setiap Islam. Sebagai balasan

memuliakan guru, amat pantaslah jika beliau diberi seribu dirham,

meskipun hanya mengajarkan satu kalimat.” 48

Dalam kajian Awaluddin bahwa bentuk penghormatan ini, berkaitan

dengan kewajiban orang tua murid dalam upaya menjalin suasana keakraban

dengan seorang guru, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan imbalan atas

jasa serta waktu yang telah banyak dicurahkan untuk mendidik murid. Salah

satu bentuknya adalah memberikan sebagian hartanya kepada pendidik atau

guru. 49

Penghormatan dan kedudukan yang sangat tinggi ini sangat logis

diberikan kepada guru karena dilihat dari jasanya yang sedemikian besar

dalam membimbing, mengarahkan, memberikan pengetahuan, membentuk

akhlak dan menyiapkan anak didik agar siap menghadapi hari depan dengan

penuh keyakinan dan percaya diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi

kekhalifahan di bumi dengan baik. 50

Sedangkan bentuk penghormatan dalam sikap konkrit tersebut terdapat

dalam syair al-Zarnuji yaitu: 51

47

Syekh al-Zarnuji dalam Syeh Ibrahim bin Isma‟il, Syarah Ta’lim al-Muta’allim. Hlm. 16 48

Aliy As`ad, . Hlm. 37 49

Awaluddin Pimay, Op.Cit., Hlm. 53 50

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit. Hlm. 70 51

Syekh al-Zarnuji dalam Syeh Ibrahim bin Isma‟il, Op.Cit., Hlm. 17

Page 18: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

158

.

. . a. Hendaknya seorang murid tidak berjalan di depan guru

b. Tidak menduduki tempat duduk guru.

c. Tidak mendahului bicara kecuali mendapat izin dari guru.

d. Tidak memperbanyak pembicaraan di sisi guru.

e. Tidak mengajukan pertanyaan pada saat guru dalam keadaan

tidak berkenan.

f. Dapat menjaga waktu apabila hendak berkunjung.

g. Bersabar untuk tidak mengetuk pintu dan menunggu sampai

guru keluar.

h. Selalu mencari keridlo’an guru dengan menjaga perasaan dan

menghindari kemurkaannya. i. Taat pada perintah guru kecuali dalam hal maksiat (mendatangkan

dosa), sebab ketentuan taat adalah taat kepada kebaikan bukan

keburukan.

j. Menghormati dan memuliakan anak-anak serta keluarga atau

familinya. 52

Pemikiran al-Zarnuji mengenai keutamaan dalam menghormati dan

memuliakan guru bukan merupakan sebuah teori semata akan tetapi lebih

dari sebuah pemikiran yang mengandung alasan cukup mendasar bagi

terbentuknya suatu hubungan yang etis humanitis antara guru dan murid.

Alasan tersebut dikemukakan secara jelas oleh al-Zarnuji : 53

. Maka, sesungguhnya orang yang mengajar kamu satu huruf, yang hal

itu masalah agama dan kamu perlukan maka dia termasuk (dihukumi)

sebagai bapakmu dalam agama.54

52

Aliy As`ad, . Hlm. 38 53

Syekh al-Zarnuji dalam Syeh Ibrahim bin Isma‟il, Op.Cit., Hlm. 17 54

Aliy As`ad, . Hlm. 37

Page 19: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

159

Alasan di atas menunjukkan secara jelas bahwa posisi guru yang

mengajari ilmu walaupun hanya satu huruf dalam konteks keagamaan,

disebut sebagai bapak spiritual, sehingga kedudukan guru sangat terhormat

dan tinggi, karena dengan jasanya seorang murid dapat mencapai ketinggian

spiritual dan keselamatan akhirat. Hal ini berarti hubungan tersebut adalah

hubungan yang sangat dekat tidak hanya terbatas dalam kondisi dan

lingkungan pendidikan secara formal, dimana guru sebagai pentransfer

pengetahuan dan murid sebagai penerima yang dapat merubah sikap dan

prilaku siswa.55

Hubunga ini lebih merupakan sebuah hubungan yang

memiliki ikatan moral dan emosional tinggi sebagaimana ikatan antara

bapak dan anak, yang sama-sama memiliki konsekuensi sikap dalam bentuk

hak dan kewajiban yang menuntut tanggung jawab cukup besar.

Sifat dan kepribadian guru mempunyai pengaruh kuat terhadap diri

murid dan merupakan hal yang pokok dalam pendidikan. Sebagaimana

dikemukakan oleh Ahmad Fuad al-Ahwani “kepribadian guru itu

berpengaruh besar terhadap akal dan jiwa anak didik”56 Karena pentingnya

kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka Zakiyah Daradjat

menegaskan :

Kepribadian itulah yang menentukan apakah ia menjadi pendidik dan

pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak

atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama anak didik yang

55

Jeanne Ellis Ormrod. Educational Psychology Developing Learners ( Psikologin Penedidikan

Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang) Terj : Wahyu Indiyanti. 2008. Jakarta: Erlangga.

Cetakan ke-6. Hlm. 424. 56

Ahmad Fuad al-Ahwani, At-Tarbiyah Fil Islam, (Kairo: Darul Ma‟arif, t.th), Hlm. 196

Page 20: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

160

masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang

mengalami kegoncangan jiwa atau tingkat menengah. 57

Pada intinya seorang murid hendaknya senantiasa menjaga perasaan

gurunya, dengan tidak berniat sedikitpun untuk menyinggung atau

menyakiti hati gurunya. Sebagaimana cerita yang dikutip dari Syeh Abu

Bakar al-Zarnuji, yang tidak menjenguk gurunya selama dalam

pengungsian, karena beliau sibuk mengurus dan merawat ibunya. Kemudian

gurunya berkata: “kalau begitu kau akan diberi rizki umur, tetapi engkau

tidak diberi rezeki enaknya belajar”.58

Berdasar pada cerita di atas, terdapat indikasi bahwa seorang murid

hendaknya selalu dapat menyenangkan hati sang guru dan menaruh penuh

rasa hormat terhadap gurunya, mendahulukan urusan yang terkait dengan

guru. Sehingga guru tidak merasa tersinggung dan sakit hati. Jadi pada

dasarnya merupakan suatu kewajiban atas murid untuk dapat beritikad baik

kepada guru, sebab bagaimanapun guru adalah juga bapak dari para murid,

sehingga perintah dari guru merupakan suatu keharusan bagi murid untuk

melaksanakannya, sebagaimana perintah dari orang tua terhadap anaknya,

kecuali perintah dalam kedholiman, bahkan haram bagi murid menyinggung

perasaan dan membuat sakit hati guru, sebagaimana Allah mengharamkan

kedurhakaan anak terhadap orang tuanya. Secara tegas al-Zarnuji

mengatakan, “Barang siapa menyakiti hati guru, maka haramlah

keberkahan ilmu dantidak memperoleh manfaat ilmu kecuali sedikit.”59

57

Zakiyah Daradjat. 1980. Kepribadian Guru, Jakarta : Bulan Bintang, cet II, Hlm. 16 58

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 18 59

Aly As`ad, . Hlm. 38

Page 21: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

161

Sebagai suatu implikasi dari sikap murid yang meremehkan dan

tidak dapat menaruh rasa hormat terhadap guru maupun para kerabatnya,

maka digambarkan oleh al-Zarnuji dengan mengutip sebuah sya‟ir, bahwa:60

* *

“Ketahuilah, sesungguhnya guru dan dokter, keduanya jika tidak

dihormati, tentu tidak akan mau memberikan nasehat yang benar.”61

Syair di atas menggambarkan, bahwa hubungan guru dan murid

seperti hubungan antara dokter dan pasien, karena adanya persamaan saling

membutuhkan dan saling ketergantungan. Guru dibutuhkan oleh murid

karena ilmunya untuk menghilangkan kebodohan sedangkan dokter

dibutuhkan oleh pasien karena nasehat dan obatnya untuk kesembuhan

penyakitnya. Dari analogi di atas, menurut Maemonah, menunjukkan

adanya nilai kepercayaan.62 Dalam proses belajar mengajar dan dalam

persoalan akademik, seorang guru lebih tahu disebabkan pengalaman yang

lebih dibandingkan dengan murid. Sedangkan seorang dokter memang

memiliki keahlian didalam mendiagnosa untuk menyembuhkan berbagai

penyakit.

Di sini fungsi hubungan guru murid sebagai hubungan antara dokter

dengan pasien adalah adanya kepercayaan dan kepatuhan murid terhadap

guru dalam persoalan akademiknya, dengan mengutamakan petunjuk dan

60

Syekh al-Zarnuji dalam Syeh Ibrahim bin Isma‟il, Op.Cit., Hlm. 18 61

Aly As`ad, . Hlm. 42 62

Maemonah, Reward And Punishment Sebagai Metode Pendidikan Anak Menurut Ulama Klasik

(Studi Pemikiran Ibnu Maskawaih, Al-Ghozali, Dan Al-Zarnuji), Tesis Pascasarjana IAIN

Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang,

2001), hlm. 76-77, td.

Page 22: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

162

nasehat sebagai kepentingan utama, yaitu pada saat-saat tertentu murid

sangat penting untuk berdiskusi dengan guru terutama dalam masalah

pelajaran. Hubungan ini mengisyaratkan adanya penghormatan murid

kepada guru terhadap ketinggian nilai ilmu yang dimiliki oleh guru serta

menciptakan interinteraksi belajar dan mengajar yang memungkinkan siswa

belajar dengan aktif. Kemudian pada akhirnya al-Zarnuji menutup

pembahasan dengan nasehat, bahwa “seorang murid harus dapat menjaga

dari budi pekerti yang tercela (sifat madzmumah) sebab sifat tercela

diibaratkan anjing yang tidak nampak, khususnya dapat menjaga diri dari

sifat takabur (sombong).63

Nasehat ini pada dasarnya ditekankan supaya sebaik mungkin seorang

murid dapat memahami dan menjaga diri dari segala kemungkinan yang

dapat merusak nilai kesucian ilmu yang menjadikan manusia memiliki nilai

lebih dari yang lain, yakni senantiasa menghias diri dengan sikap rendah diri

dan tawadhu’ dalam menjaga hubungan dengan gurunya, sehingga menuai

buah dan manfaat dari ilmu yang dipelajari.

5. Kesungguhan dalam Belajar dan bercita-cita.

Para pelajar harus bersungguh-sungguh dalam belajar, harus tekun

seperti diisyaratkan dalam Al-Qur‟an surat Angkabut ayat 69 yang artinya

sebagai berikut : “Dan orang-orang yang berjihad atau berjuang sungguh-

sungguh untuk mencari (keridhaan-Ku), maka benar-benar Aku akan

63

Aly As`ad, . Hlm. 35

Page 23: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

163

tunjukkan mereka kepada jalan-jalan menuju keridhaan-Ku.64 Pesan kedua

dalam Ta‟lim Muta‟allim, hendaknya pelajar bercita-cita tinggi, sebab

orang itu tinggi derajatnya karena memang ia bercita-cita tinggi. Cita- cita

itu ibarat sayap burung yang dipergunakan untuk terbang tinggi-tinggi.

Sebagaimana beliau menganjurkan dalam kitabnya : 65

Penuntut ilmu itu harus cita-cita luhur dalam berilmu. Karena

manusia itu akan terbang dengan cita-citanya, sebagaimna halnya

burung terbang dengan kedua sayapnya .66

Hal ini ditegaskan Abi Thalib berkata: “Kedudukan seseorang itu

tergantung menurut cita-citanya. Dan kemuliaan akan tergapai oleh

seseorang kalau cita-citanya tinggi dan mulia. Pangkat yang tinggi akan

terasa berat meraihnya bagi orang yang berjiwa kerdil. Tapi bagi orang

yang berjiwa besar, setinggi apa pun sebuah kedudukan, dianggap kecil

atau ringan.”67 Dengan demikian kesuksesan seseorang dalam hidup

bermodalkan yang paling pokok adalah kesungguhan dan bercita-cita

luhur.

Bila dihubungkan dengan teori pendidikan modern tentang etika

kesungguhan dalam belajar dan bercita-cita tinggi dapat dikaitkan dengan

pendapat Piaget bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus

dikerjakan pelajar untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang

64

Departemen Agama RI. 1989. Al Qur`an dan Terjemahannya. Hlm. 639. 65

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm. 23. 66

Aliy As`ad, . Hlm. 60 67

Aliy As`ad, . Hlm. 61

Page 24: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

164

dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah.68

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa

mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa

mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,

konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari,

menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.69

Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan

hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan

adanya latihan-latihan.

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering

dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan.

Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan

pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin

sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang

dikemukakan oleh Reber bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh

pengetahuan dan suatu perubahan relatif langgeng sebagai hasil praktik

latihan-latihan yang diperkuat.70

Dalam proses belajar, siswa harus

menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik

yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati.

Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih

68

Piaget Bariow: 1985 dalam Muhibbin Syah. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan

Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hlm. 109. 69

Jeanne Ellis Ormrod. Educational Psychology Developing Learners ( Psikologin Penedidikan

Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang) Terj : Wahyu Indiyanti. 2008. Jakarta: Erlangga.

Cetakan ke-6. Hlm. 424. 70

Reber dalam Muhibbin Syah. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :

Remaja Rosdakarya. Hlm. 89.

Page 25: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

165

keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Dalam konteks inilah belajar

bisa bermakna sesuai dengan hakekat belajar sebagai suatu proses. 71

Kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki

dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep

dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.

Di samping itu pula, bahwa pelajar memiliki kesungguhan belajar

dan bercita-cita tinggi disebabkan adanya perhatian dan motivasi

dalam kajian teori pendidikan modern. Perhatian mempunyai peranan yang

penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan

informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi

belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan

pelajaran sesuai dengan kebutuhan hidup modern yang banyak tantangan

yang menghantam moral siswa. Modernitas terkadang dianggap sebagai

sebuah entitas elementer kebudayaan yang mampu mendekonstruksi pola

pandang manusia atas segala sesuatu yang dicapai selama perjalanan

hidupnya, bahkan ia memberikan situasi berbeda dalam menyikapi masa

depan agama, budaya, dan struktur sosialnya.72

Apabila bahan pelajaran itu

dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar

lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan

membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya.

71

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No : 22, 23,

dan 24. Hlm. 89 72

Seyyed Hossein Nasr, The Essential Seyyed Hossein Nasr, ed. William C. Chittick (New York:

World Wisdom, 1997). Hlm.15. Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Volume 2

Nomor 1 Juni 2012 Fakultas Ushuluddin Institut Dirasah Islamiyah al-Amien (IDIA) Prenduan, Madura

Page 26: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

166

Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang

dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya.

Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar

pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar

mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih

stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian

banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta

didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan melihat

masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus

pada masalah yang harus diselesaikan sebagai ciri kecerdasan seorang

pelajar yang merupakan potensi miliknya.73

Di samping perhatian, motivasi

mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga

yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi

mempunyai kaitan yang erat dengan minat.74

Siswa yang memiliki

minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik

perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.

Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang

belajarnya dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah

kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa

terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.75 Motivasi dapat

diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah

73

Wowad Gardner. 2003. Multple Intelleginces, Theory dan Praktik. Batam: Interaksara . Hlm. 9. 74

Dale H. Schunk. Learning Theories An Educational Perspective. ( Teori-teori Pembelajaran

Perspektif Pendidikan ), Penterjemah : Eva Hamdiah, Rahmat Fajar (2002. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar. Hlm. 80. 75

Ahmad Tafsir. 2014. Ilmu Pendidikan Islami. Hlm. 74.

Page 27: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

167

laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri

peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila

peserta didik mempunyai motivasi, ia akan bersungguh-sungguh

menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat

untuk ikut serta dalam kegiatan belajar. Juga ia akan berusaha keras dan

memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut dan

terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan sebagai kewajiban

yang harus dilakukan oleh pelajar. 76

Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari

dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua,

teman dan sebagainya. 77

Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga

motivasi berprestasi.

6. Mulai Belajar, Ukuran dan Urutannya

Permulaan belajar bagi penunut ilmu menurut al-Zarnuji menulis

dalam kitab Ta‟lim a l - M uta‟allim sebaiknya dimulai belajarnya pada hari

rabu. Hal ini dijelaskan berkata: Guru kami, Syekh Burhanuddin biasa

memulai belajar pada hari Rabu. Beliau melakukan hal itu berdasarkan

hadis nabi yang berbunyi, “Tidak ada sesuatu yang dimulai pada hari

76

Imam Al Ghazali. 2006. Menggali Mutiara Ihya Ulumuddin (Ringkasan Imam Al-Ghazali)

Penyuting: Rafi`udin. Jakarta :Pustaka Dwipar. Hlm. 33-37. 77

Ratna Yudhawati dkk. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi

Pustakarya . Hlm. 7.

Page 28: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

168

Rabu kecuali akan menjadi sempurna.” 78 Abu Hanifah meriwayatkan

hadits ini dari gurunya, Imam Ahmad bin Abu Rasyid. Abu Hanifah

juga biasa melakukan hal ini. Senada dalam pemikiran Abu Hanifah, al-

Zarnuji mengutip pula perkataan Syekh Abu Yusuf al-Hamdany sebagai

ulama terpercaya bahwa beliau biasa memulai pekerjaan yang baik pada

hari Rabu. Kebiasaan ini baik dan benar karena hari Rabu adalah hari di

mana cahaya diciptakan. Hari Rabu adalah hari naas bagi orang kafir,

tapi bagi orang mukmin adalah hari yang penuh berkah. 79

Adapun ukuran dalam belajar bagi pelajar yang baru memulai,

menurut cerita Abu Hanifah dari Syekh Umar bin Abi Bakr bahwa beliau

berkata :80

“sebaiknya bagi oarang yang mulai belajar, mengambil pelajaran

baru sepanjang yang kira-kira mampu dihapalkan dengan faham,

setelah diajarkannya dua kali berulang. Kemudian untuk setiap hari,

ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak dan panjang

pun masih bisa menghapal dengan paham pula setelah diulanga dua

kali. Demikianlah lambat laun setapak demi setapak. Apabila

pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang sehingga para

pelajar memerlukan diulanganya 10 kali, maka untuk seterusnya

78

Aliy As`ad, . Hlm. 73 79

Aliy As`ad, . Hlm. 74 80

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. 2

Page 29: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

169

sampai yang terakhirpun begitu. Karena hal itu menjadi kebiasaan

yang sulit dihilangkan kecuali dengan susah payah.”81

Bahkan ada yang berpendapat, “Belajar harus diulang-ulang

sampai seribu kali”. Ukuran belajar, setelah benar-benar hafal dan

mengerti, pelajar harus mencatatnya, karena hal itu banyak manfaatnya

dikemudian hari. Santri sebaiknya tidak menulis pelajaran yang belum

dipahami, sebab hal itu akan menimbulkan keracunan, menghilangkan

kecerdasan dan menyia-nyiakan waktu.

Seyogyanya pelajar berusaha sungguh-sungguh memahami apa yang

diterangkan oleh gurunya. Kemudian diulang-ulang sendiri beberapa

kali dan direnungkan supaya benar-benar mengerti, karena mendengar

satu kalimat lalu dihafal dan dimengerti, itu lebih baik dari pada

mendengar seribu kalimat tapi tidak paham. 82

Dalam penggunaan metode diskusi ada beberapa etika dalam

berdiskusi yang dipaparkan oleh al-Zarnuji, yaitu Pelajar harus sering

mendiskusikan suatu pendapat atau masalah dengan teman-teman,

diskusi harus dilakukan dengan tertib atau tenang, tidak gaduh, tidak

emosi.83 Karena tertib dan tenang dalam berpikir adalah tiangnya

musyawarah. Dan tujuan musyawarah adalah mencari kebenaran dan

mengembangkan potensi yang imiliki setiap siswa.84

Tujuan itu akan

tercapai bila orang-orang yang terlibat dalam diskusi atau musyawarah

tersebut bersikap tenang, benar dalam berpikir, dan lapang dada.

81

Aliy As`ad, . Hlm. 7 82

Aliy As`ad, . Hlm.77. 83

Aliy As`ad, . Hlm. 81. 84

Munif Chatib. 2014. Gurunya Manusia. Jakarta. Kalam Mulia. Hlm.132.

Page 30: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

170

Sebaliknya, hal itu tidak akan berhasil bila timbul kegaduhan dan

saling emosi. Jika tujuan diadakan diskusi tersebut untuk saling

mengalahkan hujjah temannya, maka tidak halal. Diskusi itu halal kalau

tujuannya untuk mencari kebenaran. Diskusi merupakan suatu tugas yang

benar-benar memerlukan keahlian. Oleh sebab itu apa yang disebut dengan

metode diskusi belum diterapakan dengan baik dan dengan persiapan yang

sungguh-sungguh baik dari pihak guru, sekolah, maupun siswa. Karena ada

yang sebagian guru berpendapat bahwa diskusi telah berjalan jika kelas

menjadi ramai atau jika terjadi tanya-jawab antara guru dengan siswa,

padahal apa yang dikemukakan itu bukan ciri diskusi atau mungkin

sebagian dari ciri sebuah diskusi kelas.85

Sedangkan mengaburkan

persoalan atau jawaban, atau memberi tanggapan dengan cara yang tidak

semestinya juga tidak halal kecuali jika orang yang bertanya itu bermaksud

mempersulit, tidak mencari kebenaran.

Terkait dengan pandangan al-Zarnuji tentang pembiasaan atau

pengulangan dalam belajar sebagai implikasi dari kesungguhan dalam

belajar untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang dimaksud.86 Hal

tersebut memiliki kesamaan pandangan dengan teori pendidikan yang sudah

populer, yaitu: Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan

adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih

daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati,

menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya.

85

Abdul Azis Wahab. 2009. Metodel dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial IPS.

Bandung: Alfabeta. Hlm. 100. 86

Aly As`ad, . Hlm. 84

Page 31: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

171

Menurut Gardner anak-anak itu memiliki Multiple Intelligence. ada 8

macam kecerdasan yang salah satu atau beberapa diantaranya dapat dimiliki

oleh seorang anak.87 Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya

tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan

menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-

pengulangan akan sempurna.

Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka

semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang.

Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya

pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah

terlupakanakan tetap tertanam dalam otak seseorang”88. Mengulang dapat

secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting

adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya

dengan membuat ringkasan.

7. Guru dalam Mengajar

a. Syarat-Syarat Seorang Guru

Guru merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh

terhadap proses pendidikan. Dalam perspektif Islam keberadaan,

peranandan fungsi guru merupakan keharusan yang tidak diingkari. Tidak

ada pendidikan tanpa kehadiran guru. Peran dan tanggung jawab guru dalam

proses pendidikan sangat berat. Apalagi dalam konteks pendidikan Islam, di

mana sema aspek pendidikan dalam Islam terkait dengan nilai-nilai (value

87

Wowad Gardner. 2003. Multple Intelleginces, Theory dan Praktik. Batam: Interaksara . Hlm. 7. 88

Aly As`ad, . Hlm. 85

Page 32: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

172

bound), yang melihat guru bukan saja pada penguasaan

materialpengetahuan, tetapi juga pada investasi nilai-nilai moral dan

spiritual yang diembannya untuk ditransformasikan ke arah pembentukan

kepribadian anak didik.89

Mengingat peran dan tanggung jawab guru dalam proses

pendidikan sangat berat, imam al-Zarnuji menganjurkan pada kita dalam

memilih guru, hendaklah memilih guru yang lebih alim, waro‟ dan juga

lebih tua usianya. Imam al-Zarnuji berkata:90

Dalam memilih guru hendaklah memilih yang lebih alim, waro’ dan

juga lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah terlebih

dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka

menentukan pilihannya kepada tuan Hammad bin Abu Sulaiman.

Dalam hal ini ia berkata: “beliau saya kenal sebagai orang tua yang

berbudi luhur, berdada lebar serta penyabar. Katanya lagi: saya

mengabdi di pangkuan tuan Hammad bin Abu Sulaiman, dan

ternyata saya pun semakin berkembang.91

Syarat-syarat di atas yang harus dipenuhi oleh seorang guru, di mana

seorang guru haruslah, 1) „Alim (cendekiawan), karena guru ini merupakan

guru yang mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas.92

Sehingga

dapat memberikan pengetahuan kepada anak didiknya. 2) Lebih tua usianya:

89

Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan. Hlm. 219. 90

Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, hlm. 13. 91

Aliy As‟ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan. Hlm. 16. 92

Ahmad Tafsir. 2013. Ilmu Pendidikan Islami: Bandung. Rosda Karya. Hlm. 127.

Page 33: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

173

dianjurkan memilih guru yang lebih tua usianya (dewasa), sebagai guru

lebih tua mempunyai banyak pengalaman dalam beramal, maupun dalam

menghadapi murid-muridnya. 3) Mempunyai sifat wara‟: dianjurkan

memilih sifat wara‟, karena guru yang mempunyai sifat ini akan selalu

mengutamakan kehidupan yang bersifat ukhrawi, dan dia akan dipercaya

dalam segala tindak lakunya. Sehingga akan menjadi tauladan yang baik

bagi muridnya.93

Persyaratan menjadi seorang yang baik tersebut tidak menutup

kemungkinan syarat-syarat lainnya. Syarat yang dikemukakan di atas masih

relevan dengan persyaratan yang lebih bersifat persyaratan akademis dan

profesionalisme sebagai seorang guru.94

Menjadi guru tidaklah sembarang

orang bisa menjadi guru.

a. Etika Seorang Guru

Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi anak didik. Ialah

yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu dan membenarkannya. Pribadi

guru adalah uswatun hasanah, untuk itu seorang guru haruslah mempunyai

kepribadian.95

yang baik. Karena guru adalah mitra anak didik dalam

kebaikan. Guru yang baik, anak didik pun menjadi baik. Oleh karena itu,

93

Ibid. Hlm. 128-129 94

Abdullah Nashin Ulwan. 2007. Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam:

Terjemahan Jamaluddin Miri.) Jakarta : Pustaka Amani. Hlm. 302 95

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam

makna demikian, seluruh sikap dan pebuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari

kepribadian seseorang. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu

mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan

sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatan bahwa

orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunya akhlak yang tidak mulia.

Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukasi. Hlm. 40.

Page 34: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

174

masalah kepribadian adalah suatu hal yang menentukan tinggi rendahnya

kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. 96

Profesi keguruan bukan hanya kerja mencari nafkah keseharian,

melainkan juga panggilan jihad untuk mencurahkan segala kemampuan

untuk mencari ridha Allah. Jika guru yang menyatakan dirinya sedang

berjihad di jalan Tuhan dan mengharapkan sesuatu yang bersifat material, ia

tidak lebih hanya makelar kependidikan. Guru, dalam konteks jihad

pembelajaran, mensyaratkan adanya kebeningan jiwa dan keikhlasan diri

ketika melaksanakan aktifitas pendidikan.97

Pengajar atau guru mempunyai

derajat yang tinggi. Derajat seorang pengajar dan kedudukannya akan

semakin bertambah tinggi dan mulia jika ia berperilaku baik dan berakhlak

mulia serta menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji. Ia akan

terhindar dari segala sifat yang buruk yang yang akan mencemarinya

dengan kedudukannya yang mulia dan derajat yang tinggi.98

Walaupun

seorang guru itu mempunyai kedudukan yang tinggi, namun hal itu tidak

boleh membuat seorang guru menjadi sombong, hendaknya seorang guru itu

harus selalu bersikap tawadhu’ dan iffah, yaitu selalu menjaga diri dari

perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan pada kehinaan bagi

seorang ahli ilmu.

96

Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukasi. Hlm. 49 97

Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Hlm. 226. 98

Abdullah Nashin Ulwan. 2007. Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam:

Terjemahan Jamaluddin Miri.) Jakarta : Pustaka Amani. Hlm. 302

Page 35: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

175

8. Peserta Didik dalam Belajar

Seorang anak didik, untuk dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sejak sebelum menjalankan tugas belajar, seharusnya mempunyai

watak-watak yang baik antara lain, tawadu, iffah, tabah, sabar,

mencintai ilmu dan menghormati gurunya, bersungguh-sungguh, wara',

mempunyai cita-cita yang tinggi serta tawakal. Dalam kitab Ta`lim al-

Muta`allim karya al-Zarnuji ditemukan beberapa petunjuk etika dan akhlak

atau karakter bagi para penuntut ilmu (siswa) dalam melakukan kegiatan

belajar-mengajar, Adapun nilai-nilai karakternya sebagai berikut :

a. Anjuran untuk selalu belajar al-Zarnuji mengutip syair Muhammad bin al-

Hasan bin Abdullah, yang mendorong anak-anak untuk selalu belajar

atau menuntut ilmu, karena ilmu itu adalah penghias bagi pemiliknya.

b. Kewajiban mempelajari akhlak terpuji dan tercela. Sebagai bekal

dalam mengarungi kehidupan peserta didik, al-Zarnuji amat mendorong

bahkan mewajibkan mengetahui dan mempelajari berbagai akhlak yang

terpuji dan tercela, seperti watak murah hati, kikir, penakut,

pemberani, merendah hati, congkak, menjaga diri dari keburukan, israf

(berlebihan), bakhil dan lain-lain.99

. "Setiap orang Islam wajib mengetahui dan mempelajari berbagai

akhlak yang terpuji dan tercela, seperti watak murah hati, kikir,

penakut, pemberani, rendah hati, congkak, menjaga diri dari

99

Syekh al-Zarnuji, . Hlm.8

Page 36: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

176

keburukan, israf (berlebihan), bakhil dan lain-lain." 100

c. Larangan mempelajari ilmu perdukunan. Al-Zarnuji mengharamkan

mempelajari ilmu perdukunan atau ilmu nujum. Ini membuktikan

bahwa al-Zarnuji tidak hanya mengutamakan ilmu-ilmu agama Islam,

tetapi juga menghormati dan menjunjung tinggi ilmu-ilmu aqliyah,

karena ilmu perdukunan tidak masuk akal (irasional). 101

. "Sedangkan mempelajari ilmu nujum itu hukumnya haram, karena

ia diibiratkan penyakit yang amat membahayakan. Dan

mempelajari ilmu nujum itu sia-sia belaka, karena ia tidak bisa

menyelamatkan seseorang dari takdir Tuhan".102

Sebaliknya, al-Zarnuji membolehkan mempelajari ilmu-ilmu alam

yang didasarkan pada rasio dan pengamatan, seperti ilmu kedokteran serta

ilmu-ilmu lain yang bermanfaat.

d. Niat dalam menuntut ilmu. al-Zarnuji menempatkan niat dalam kedudukan

yang amat penting bagi para pencari ilmu. Beliau menganjurkan agar para

pencari ilmu menata niatnya ketika akan belajar. Ia mengatakan:103

"Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar. Karena

niat adalah pokok dari segala amal ibadah. Hal ini sesuai dengan

Sabada Nabi Saw. Sesungguhnya segala amal perbutan itu

100

Aly As`ad, . Hlm. 101

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm.8 102

Ali As`ad. Hlm.12 103

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm.10

Page 37: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

177

tergantung pada niatnya. Hadits Saheh.".104

Menurut al-Zarnuji ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

oleh para pelajar terkait dengan niat mencari ilmu itu, yaitu pertama, niat

itu harus ikhlak untuk mengharap ridla Allah, kedua, niat itu

dimaksudkan untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan;

ketiga, boleh menunutut ilmu dengan niat dan upaya mendapat kedudukan

di masyarakat, dengan catatan kedudukan itu dimanfaatkan untuk amar

ma'ruf dan nahi munkar, untuk melakukan kebenaran, untuk menegakkan

agama Allah dan bukan untuk keuntungan diri sendiri, juga bukan

karena keinginan hawa nafsu.

1) Sifat tawadlu. Para pencari ilmu dianjurkan oleh al-Zarnuji untuk tawadlu

dan tidak tamak pada harta benda. Beliau mengutip syair yang

dikemukakan oleh Ustadz al-Adib berkenaan dengan keutamaan

tawadlu, sebagai berikut: 105

"Tawadlu adalah salah satu tanda/sifat orang yang bertakwa.

Dengan bersifat tawadlu, orang yang bertakwa akan semakin tinggi

martabatnya. Keberadaannya menakjubkan orang-orang bodoh yang

tidak bisa membedakan antara orang yang beruntung dengan orang

yang celaka".106

2) Cara memilih guru. Dalam kitab ini, al-Zarnuji juga memberikan resep

bagaimana mencari guru. Menurut beliau guru yang baik adalah yang

104

Ali As`ad, Ibid. Hlm.16 105

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm.12 106

Ali As`ad, Ibid. Hlm.22

Page 38: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

178

alim, wara dan lebih tua dari muridnya, sebagaimana dikatakannya:107

"Dan adapun cara memilih guru, carilah yang alim, yang

bersifat wara, dan yang lebih tua".108

7) Cara memilih jenis ilmu. al-Zarnuji menganjurkan agar para pelajar

memilih ilmu yang peling baik dan sesuai dengan dirinya. Di sini

unsur subyektivitas pelajar menjadi pertimbangan penting. Bakat,

kemampuan akal, keadaan jasmani seyogyanya menjadi pertimbangan

dalam mencari ilmu. Namun demikian, al-Zarnuji menempatkan ilmu

agama sebagai pilihan pertama yang mesti dipilih oleh seorang pelajar.

Dan di antara ilmu agama itu, Ilmu Tauhid mesti harus diutamakan,

sehingga sang pelajar mengetahui sifat-sifat Allah berdasarkan dalil

yang otentik. Karena menurut al-Zarnuji, "iman seseorang yang taklid

tanpa mengetahui dalilnya berarti imannya batal". Selain ilmu tauhid,

al-Zarnuji juga menganjurkan para pelajar untuk mempelajari ilmunya

para ulama Salaf.

8) Nasihat kepada para pelajar. al-Zarnuji memberikan beberapa nasihat yang

di dalamnya sarat dengan muatan moral dan akhlak bagi para pelajar,

nasihat-nasihat itu antara lain anjuran untuk bermusyawarah. Karena

mencari ilmu merupakan sesuatu yang luhur namun perkara yang sulit,

al-Zarnuji menganjurkan agar para pelajar melakukan diskusi atau

musyawarah dengan pelajar atau orang lain.

107

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim, Hlm.13 108

Ali As`ad, Ibid. Hlm.26

Page 39: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

179

9) Anjuran untuk sabar, tabah dan tekun al-Zarnuji menganjurkan agar

para pelajar memiliki kesabaran atau ketabahan dan tekun dalam

mencari ilmu.

10) Anjuran untuk bersikap berani. Selain sabar dan tekun, al-Zarnuji juga

menganjurkan para pelajar untuk memiliki keberanian. Keberanian berarti

juga kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan. Menurut

beliau : 109

“Keberanian ialah sabar sejenak.” Maka sebaiknya pelajar

mempunyai hati tabah dan sabar dalam belajar kepada sang guru,

dalam mempelajari suatu kitab jangan sampai ditinggalkan sebelum

sempurna dipelajari, dalam satu bidang ilmu jangan sampai

berpindah bidang lain sebelum memahaminya benar-benar, dan

juga dalam tempat belajar jangan sampai berpindah kelain daerah

kecuali karena terpaksa. Kalau hal ini di langgar, dapat membuat

urusan jadi kacau balau, hati tidak tenang, waktupun terbuang dan

melukai hati sang guru.” 110

11) Anjuran untuk tidak mengikuti hawa nafsu. al-Zarnuji banyak sekali

menekankan tentang pentingnya menghindari hawa nafsu.

12) Anjuran berteman dengan orang baik. al-Zarnuji memberikan saran

kepada para pelajar agar ia selalu berteman dengan orang-orang yang

109

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm.13 110

Ali As`ad, Ibid. Hlm.31

Page 40: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

180

baik, yang menurutnya, orang-orang yang baik adalah: 111

"Yang tekun belajar, bersifat wara', berwatak istiqamah, dan mereka

yang faham/pandai. Sebaliknya ia tidak berteman dengan orang yang

malas, banyak bicara, suka merusak dan suka memfitnah".112

13) Anjuran menghormati ilmu dan guru. Menghormati ilmu dan guru

adalah salah satu sifat yang mesti dimiliki oleh setiap pelajar, bila ia ingin

sukses dalam mencari ilmu.

Bahkan karena pentingnya hormat kepada guru, al-Zarnuji bahkan

memberikan nasihat kepada para pelajar agar ia tidak berjalan di

depannya, tidak duduk di tempatnya, dan bila di hadapan guru ia tidak

memulai bicara kecuali ada ijinnya. Hormat seorang siswa kepada

gurunya juga harus ditunjukkan dengan cara tidak banyak bicara di

hadapan guru dan senantiasa mencari kerelaan hati sang guru. Anjuran al-

Zarnuji inilah yang oleh para aktivis pesantren mendapat banyak sorotan,

terutama anjurannya untuk tidak terlalu banyak bicara di hadapan

guru. Menurut mereka, anjuran ini dapat melemahkan kreativitas siswa

dalam berdiskusi. Cara lain menghormati guru menurut al-Zarnuji adalah

dengan tidak menyakiti hati guru, karena dengan demikian, maka ilmunya

tidak akan memiliki berkah.

14) Anjuran untuk bersungguh-sungguh dalam belajar. Dalam pasal

tentang kesungguhan (al-jiddu), ketekunan (al-muwadzabah), dan cita-

111

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm.15. 112

Ali As`ad, Ibid. Hlm.32

Page 41: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

181

cita (al-himmah), al-Zarnuji mengatakan: 113

"Dan siswa harus bersungguh-sungguh dalam belajar, harus tekun

Barang siapa bersungguh-sungguh dalam mencari sesuatu tentu akan

mendapatkannya. Siapa saja yang mau mengetuk pintu dan maju

terus, tentu bisa masuk".114

Dalam Ta’lim al-Muta’allim disebutkan, bahwa Syekh al-Imam al-Ajjal

Ustadz Sadiduddin mendendangkan gubahan syair Imam Syaf‟i: 115

kesungguhan akan mendekatkan sesuatu yang jauh dan membukakan

pintu yang terkunci. Hak Allah yang paling utama bagi makhluknya

adalah orang-orang yang bercita-cita tinggi justru diuji dengan hidup

yang sempit.116

Al-Zarnuji menyarankan kepada peserta didik untuk selalu

bersungguh-sungguh dalam menunutut ilmu, karna siapa yang

bersungguh-sungguh pasti ia akan mendapatkanya.

15) Anjuran untuk mencermati perkataan guru. Dalam upaya meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman siswa, al-Zarnuji menganjurkan agar para

siswa senantiasa jeli dalam mencermati apa yang dikatakan oleh guru.

16) Anjuran untuk berusaha sambil berdoa. Usaha saja tidaklah cukup bagi

seorang siswa tanpa disertai dengan do'a. demikian pula do'a tidak

akan berarti tanpa disertai dengan usaha. Oleh karena itu al-Zarnuji

113

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm.21 114

Ali As`ad, Hlm.53 115

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm. 30. 116

Ali As‟ad. Hlm. 30

Page 42: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

182

menganjurkan agar siswa senantiasa berusaha dan berdo'a.

17) Anjuran untuk berdiskusi. Diskusi atau belajar besama adalah sesuatu

yang amat penting bagi para siswa dalam memahami materi-materi

pelajarannya. Oleh karena itu, al-Zarnuji menganjurkannya.

18) Anjuran untuk senantiasa bersyukur. Al-Zarnuji memberi nasihat agar

para pelajar senantiasa selalu bersyukur kepada Allah.

19) Anjuran untuk tidak mudah putus asa. Mencari ilmu tidak mudah

Untuk menggapainya diperlukan usaha sungguh-sungguh dan serius. Dan

untuk itu pun para siswa akan berhadapan dengan banyak

rintangan, hambatan dan masalah. Oleh karena itu, al-Zarnuji menganjurkan

agar setiap pelajar tidak mudah patah semangat. 117

"Hendaklah pelajar bersungguh-sungguh sampai terasa letih guna

mencapai kesuksesan, dan tak kenal berhenti, dan dengan cara

menghayati keutamaan ilmu. Ilmu itu kekal, sedang harta adalah

fana" 118

20) Anjuran untuk senantiasa tawakkal. Di samping tidak boleh patah

semangat, ketika para pelajar menghadapi masalah, setelah berusaha ia

dianjurkan untuk tawakkal. Beliau mengatakan : 119

117

Syekh al-Zarnuji, Ibid. Hlm.21 118

Ali As`ad, Hlm.63 119

Syekh al-Zarnuji, Ibid. Hlm.

Page 43: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

183

Pelajar harus bertawakal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang

karena masalah rizki, dan hatinya pun jangan terbawa kesana. Abu

Hanifah meriwayatkan dari Abdullah Ibnul Hasan Al-Zubaidiy

sahabat Rasulullah saw : “Barangsiapa mempelajari agama Allah,

maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberinya rizki dari

jalan yang tidak di kira sebelumnya.” 120

21) Anjuran untuk saling mengasihi. Para pencari ilmu disarankan oleh al-

Zarnuji untuk saling mengasihi antar sesama.

22) Anjuran untuk tidak berprasangka buruk. Terhadap sesama Muslim, al-

Zarnuji menganjurkan agar tidak memiliki prasangka buruk.

23) Anjuran bersikap wara'. Para pelajar disarankan oleh al-Zarnuji untuk

memiliki sifat wara' atau menjaga diri dari hal-hal yang tidak jelas halal-

haramnya. Beliau berkata : 121

"Termasuk berbuat waro’ adalah memelihara dirinya jangan sampai

perutnya kenyang amat, terlalu banyak tidur dan banyak

membicarakan hal yang tak bermanfaat.".122

24) Anjuran memperbanyak shalat. Seorang murid yang sedang menuntut

ilmu disarankan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan

shalat. Karena shalat menjadi salah satu ibadah yang dapat

mendekatkan manusia dengan Allah Swt.

120

Ali As`ad, . Hlm. 121

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm. 122

Ali As`ad, . Hlm.122

Page 44: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

184

Anak didik hendaknya bersabar dalam perjalanannya mempelajari ilmu.

Perlu disadari bahwa perjalanan mencari ilmu itu tidak akan terlepas dari

kesulitan, sebab mempelajari ilmu merupakan suatu perbuatan yang menurut

kebanyakan para ulama lebih utama dari pada berperang membela agama

Allah. Siapa yang bersabar menghadapi kesulitan dalam mempelajari ilmu,

maka ia akan merasakan lezatnya ilmu melebihi segala kelezatan yang ada di

dunia. 123

Imam al-Zarnuji juga mengingatkan agar peserta didik selalu menjaga

diri dari akhlak tercela, terutama sikap sombong. Seorang penyair berkata:

“ilmu itu musuh bagi penyombong diri, laksana air bah musuh dataran tinggi.

Diraih keagungan dengan kesungguhan bukan semata-mata dengan harta

tumpukan. Bisakah agung didapat dengan harta tanpa semangat. Banyak

sahaya menduduki tingkat merdeka, banyak orang merdeka menduduki

tingkat sahaya”.124

9. Tujuan Pendidikan

Pendidikan merupakan proses belajar dan pembelajaran dalam

membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan

bermuara pada terciptanya pribadi pesreta didik sebagai muslim paripurna

(insan alkamil). Mengenai tujuan pendidikan imam al-Zarnuji adalah

ditujukan untuk mencari keridlaan Allah, memperoleh kebahagiaan di akhirat,

memerangi kebodohan pada diri sendiri danorang lain, mengembangkan dan

123

Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Hlm. 109. 124

Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pendidikan Islam dari

Paradigma Klasik Hingga Kontemporer. Hlm. 279.

Page 45: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

185

melestarikan ajaran Islam, serta mensyukuri nikmat Allah.125

Hal ini senada

dengan perkataan imam al-Zarnuji mengenai niat menuntut ilmu. Dalam

Ta’lim al- Muta’allim imam al-Zarnuji berkata: 126

. Di dalam menuntut ilmu sebaiknya peserta didik berniat mencari ridla

Allah, mengharap kebahagiaan akhirat, menghilangkan kebodohan

dari dirinya sendiri dan dari segenap orang-orang bodoh,

menghidupkan agama dan melestarikan Islam, karena sesungguhnya

kelestarian islam hanya dapat depertahankan dengan ilmu dan perilaku

zuhud, dan takwa tidaklah sah dengan kebodohan. 127

Jadi tujuan pendidikan imam al-Zarnuji adalah tidak diperbolehkan

belajar dengan tujuan dunia (kedudukan/ kemuliaan di hadapan manusia)

Melainkan ditujukan untuk mencari keridlaan Allah, memperoleh

kebahagiaan di akhirat, memerangi kebodohan pada diri sendiri danorang

lain, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, serta mensyukuri

nikmat.

Tujuan pendidikan dalam hal ini menurut al-Zarnuji disebutkan dengan

niat, merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam pendidikan Islam. Tujuan

pendidikan tersebut, pertama, harus ditujukan untuk mencari rida Allah Swt.

Kedua, ditujukan pula untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat yang

125

Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Hlm. 109. 126

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm. 10. 127

A. Ma‟ruf Asrori, Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu. Hlm. 15.

Page 46: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

186

merupakan tempat kebahagiaan abadi. Ketiga, untuk menghidupkan agama,

sebab agama tanpa ilmu tidak akan dapat hidup. Keempat, ditujukan pula

untuk menghilangkan kebodohan yang ada dalam diri seseorang. Sebab,

manusia telah diberikan Allah potensi akal yang mempunyai kemampuan

untuk berpikir dan sekaligus membedakannya dengan makhluk-makhluk

lain.

Al-Zarnuji memberikan konsep sederhana tetapi penuh makna,

bahwa seorang murid dididik harus mencapai tingkat kecerdasan

intelektual (Intelectual Quotient) terlebih dahulu.

“Kami terangkan: Bahwa sebab-sebab yang dapat membuat seorang

menjadi hafal ialah bersungguh-sungguh, rajin, istiqomah,

mengurangi makan dan mengerjakan sholat malam juga membaca Al-

Quran.” 128

Al-Zarnuji tidak melupakan pentingnya faktor kecerdasan emosional

(Emosional Quotient) dalam proses pengembangan kepribadian. Dalam

bahasa yang santun dan ramah al-Zarnuji berkata:129

“Orang alim hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau memberi

nasehat serta jangan berbuat dengki. Dengki itu berbahaya tidak akan

bermanfaat,130

Bahkan yang lebih mengagumkan, al-Zarnuji pun telah menyadari

bahwa dua kecerdasan tadi akan sia-sia bila tidak diimbangi dengan

128

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm. 41. 129

Syekh al Zarnuji. Hlm. 36. 130

Ali As`ad, Hlm. 109.

Page 47: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

187

kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Al-Zarnuji telah memberikan

konsep mengenai metode pendidikan yang cukup ideal dan gambaran

tentang keharusan adanya keterhubungan yang utuh antara kecerdasan

intelektual lebih berkaitan dengan fungsi akal dengan kecerdasan

emosional serta kecerdasan spiritual dimana keduanya sedikit banyak

terpengaruhi oleh aspek karakter atau moralitas dan etika.

10. Metode Pembelajaran

Alat pendidikan meliputi dua aspek, yaitu materi dan metode

pendidikan yang pada dasarnya kedua hal itu merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan, pemakaian metode pendidikan harus

sesuai dengan materi yang diberikan. Pertama, materi pendidikan harus

mempunyai kaitan erat dengan kebutuhan kehidupan keagamaan anak

didik, misalnya saja tentang tauhid, ibadah, dan akhlak, selain itu materi

juga harus sesuai dengan kebutuhan anak didik dalam menjalani

kehidupannya sehari-hari seperti materi keterampilan kerja.

Kedua, al-Zarnuji memberikan metode menghafal supaya pendidikan

yang diberikan oleh guru dapat masuk kedalam diri anak didik, metode

mancatat dan memahami, metode diskusi yang mencakup tiga, yaitu

mudzakarah, munadharah, dan mutharahah. ,131 Muzakarah adalah tukar

pendapat untuk saling melengkapi pengetahuan massing-masing.

Munadhoroh adalah saling mengkritisi masing-masing. Seangkan

131

Ali As`ad, Hlm. 80.

Page 48: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

188

Muthorobah adalah adu pendapat untuk diuji an dicari mana yang benar. 132

Hal ini al-Zarnuji menegsakan ddalam metode diskusi berikut : 133

)(

.

Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah (forum saling

mengingatkan), munadharah (forum saling mengadu pandangan) dan

mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem

dan penghayatan serta menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif.

Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan

musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna

mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan

penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak akan berhasil,

bila dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yang

tidak baik. 134

Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar

pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi

secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap

harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Diskusi dapat dilaksanakan

dalam dua bentuk. Pertama, diskusi kelompok kecil (small group discussion)

dengan kegiatan kelompok kecil. Kedua, diskusi kelas, yang melibatkan

semua siswa di dalam kelas, baik dipimpin langsung oleh gurunya atau

132

Ali As`ad, Hlm. 80. 133

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’alim. Hlm.36. 134

Ali As`ad, Hlm. 81.

Page 49: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

189

dilaksanakan oleh seorang atau beberapa pemimpin diskusi yang dipilih

langsung oleh siswa. Jadi dilihat dari segi hubungan antara guru dengan

murid adalah hubungan yang demokratis, hubungan dalam pendidikan

yang memposisikan guru sebagai fasilitator dan evaluator.

Sedangkan lingkungan pendidikan haruslah lingkungan yang

kondusif untuk pengembangan pendidikan. Lingkungan pendidikan yang

dikonsepsikan al-Zarnuji adalah lingkungan persahabatan yang mendukung

lancarnya pendidikan dan kesungguhan belajar, dan sebaliknya harus

menjauhi lingkungan persahabatan yang tidak mendukung pendidikan.

Dalam bab ke-12 dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim menjelaskan,

bahwa metode menghafal merupakan metode pokok dalam sistem

pendidikan, kekuatan akal dalam menangkap respon-respon dari luar

sangat penting dalam usaha pemahaman sesuatu makna. Hal ini terlihat

jelas dari deskripsi al-Zarnuji tentang kiat-kiat memperkuat hafalan dan

hal-hal yang harus dijauhi yang dapat merusak hafalan (penyebab

kelalaian). Usaha untuk memperkuat hafalan (dlabith, dalam istilah hadits)

dilakukan dengan cara tekun belajar, mengurangi makan, salat malam,

dan membaca Al-Quran. Dikatakan oleh l- Zarnuji: ,135

. Suatu cara yang efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran

yaitu : Pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali, hari

135

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim. Hlm. 41.

Page 50: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

190

kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali, dan hari sebelumnya lagi

satu kali. ,136

Cara lain yang dapat menguatkan hafalan adalah dengan makan

kundar (kemenyan) dicampur madu, makan 21 anggur merah setiap hari

tanpa air, dan apa saja yang dapat mengurangi dahak, bisa menguatkan

hafalan, dan sebaliknya jika apa saja yang menambah dahak akan

menyebabkan lemahnya hafalan seseorang.

Al-Zarnuji secara sederhana memberikan gambaran tentang hal-

hal yang menjadikan penyebab lemahnya hafalan seseorang ini

dijelaskan dalam fasal 12 adalah banyak berbuata maksiat, banyak berbuat

dosa dan banyak memikirkan masalah uniawi. Hal ini dijelaskan oleh al

Zanuji sebagai berkut: 137

“Penyebab lupa adalah laku maksiat, banyak dosa, gila dan

gelisah karena urusan dunia. Seperti telah kami kemukakan di

atas, bahwa orang yang berakal itu jangan tergila-gila dengan

perkara dunia, karena akan membahayakan dan sama sekali tidak

ada manfaatnya. Gila dunia tak lepas dari akibat kegelapan hati,

sedang gila akhirat tak lepas dari akibat hati bercahaya yang akan

tersakan di kala shalat. Kegilaan dunia akan menghalangi berbuat

136

Ali As`ad, Hlm. 97. 137

Syekh al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim. Hlm. 42.

Page 51: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

191

kebajikan, tetapi kegilaan akhirat akan membawa kepada amal

kebajikan.” 138

Penyebab lainya menurut beliau adalah makan ketumbar basah,

makan apel yang kecut, melihat orang yang disalib, membaca tulisan di

kuburan, melewati barisan unta, membuang kutu hidup di tanah dan cantuk

(melukai di bagian tengkuk kepala untuk menghilangkan rasa pusing).

Semua penyebab hapalan tersebut masih harus dikaji lagi kebenaranya

sesuai dengan perkembangan masyarakat modern saat ini yang semua alat

atau media pendidikan saat ini sudah semakin canggih.

B. Relevansi Dan Aktualisasi Etikan Murid Dalam Pendidikan Akhlak

menurut al-Zarnui Terhadap Pendidikan Islam Sekarang

Setelah mengkaji konsep pendidikan akhlak al-Zarnuji yang

tertuang dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim tersebut, maka dapat dikatakan

selaras dengan tujuan pendidikan Nasioanal yang tercantum dalam

Undang-undang Sikdiknas tahun 2003 pasal II tentang dasar, fungsi, dan

tujuan yang menyatakan bahwa:

“ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Dan menjadi warga

yang demokratis dan bertanggung jawab “.139

Tujuan pendidikan Nasional salah satunya adalah membentuk

peserta didik memiliki akhlak yang mulia. Hal ini bertentangan dengan apa

138

Ali As`ad, Hlm. 97. 139

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

(Sisdiknas), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), Hlm. 23.

Page 52: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

192

yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini. Lembaga pendidikan yang

seharusnya diarahkan untuk mendewasakan anak didik baik jasmani

maupun rohani, atau terciptanya pribadi yang utuh, dewasa dan cerdas

dalam pikiran dan tindakan, berubah menjadi alat Negara untuk mengejar

ketertinggalan-ketertinggalan dalam bidang pembangunan materi.

Pada dasarnya Pendidikan Agama Islam juga diberikan dengan

mengikuti tuntunan bahwa agama diajarakan kepada manusia dengan visi

untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. dan

berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur,

adil, berbudi pekerti, percaya diri, bertanggung jawab, bangga akan

kebudayaan sendiri, cinta dengan ilmu, baik personal maupun sosial.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang

sempurna (insan kamil), yaitu selalu berupaya menyempurnakan iman,

Islam, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan

keharmonisan kehidupan. Khususnya dalam memajukan bangsa yang

bermartabat. 140 Pendidikan akhlak di sekolah-sekolah dan madrasah-

madrasah di Indonesia pun mengadopsi dari ajaran-ajaran pendidikan

akhlak atau etika Syekh al-Zarnuji. Baik pendidikan akhlak kurikulum

KTSP maupun pendidikan akhlak kurikulum 2013 banyak berisi ajaran-

ajaran pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim. Hal

itu berlaku dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD/MI, kelas 7 sampai

dengan kelas 9 SMP/MTs, dan kelas 10 sampai dengan kelas 12 SMA/MA. 140

Perangkat pembelajaran KTSP Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah

(MTS), Hlm. 3.

Page 53: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

193

Hal itu dapat dilihat dari kurikulum-kurikulum, silabus-silabus dan buku-

buku yang digunakan di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah.

Untuk mengembalikan fungsi dan tujuan pendidikan, konsep

pendidikan yang tertuang dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim karya al-

Zarnuji ini juga bagus untuk diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini,

baik dari segi tujuan pendidikan dan juga kurikulum yang ditawarkan oleh

beliau. Banyak sekali hal-hal yang yang masih relevan untuk diterapkan

dalam dunia pendidikan saat ini, meskipun ada beberapa pendapat beliau

yang sudah tidak relevan lagi. Hal ini bisa diketahui dari analisis konsep

pendidikan al-Zarnuji dalam kitabnya dan cukup banyak yang masih

relevan dan baik untuk diajarkan kepada peserta didik dan ditanamkan

sejak dini pada saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Misalnya

ketaatan pada guru dan orang tua pada tingkat awal pendidikan perlu

ditanamkan untuk pembinaan sikap dalam menaati hukum yang pada

dasarnya adalah masalah mengajarkan ketaatan terhadap norma,

bersungguh-sungguh dalam belajar, tawakkal, cinta ilmu, menjaga diri dari

perkara-perkara yang syubhat, memilih teman yang baik, dan masih

banyak lagi hal-hal yang masih relevan untuk diterapkan dalam dunia

pendidikan pada saat ini dan bahkan di masa yang akan datang. Dengan

demikian anak didik akan menjadi manusia- manusia yang tawadlu, sopan

santun, cinta ilmu, manusia yang shaleh secara individual dan sosial.

Mereka tidak akan melakukan sesuatu yang akhirnya akan merugikan

orang secara individual atau masyarakat. Sangatlah sulit membentuk

Page 54: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

194

kepribadian seperti ini, kecuali sejak masa kanak-kanak telah ditanamkan

kepercayaan ini secara emosional dan intelektual.

Adapun aktualisasi dari pemikiran al-Zarnuji tersebut dapat dilakukan

dengan berbagai cara dan oleh berbagai pihak baik murid, orang tua murid,

guru, dan tenaga kependidikan lainnya dengan cara memperbaharui teknik

pengajaran akhlak yang sesuai dengan kemajuan teknologi canggih dan

modern. Hal ini harus selalu disesuaikan dan diperhatikan dengan situasi,

kondisi lingkungan sekolah, sosial siswa yang meliputi :

1. Murid

a. Memperhatikan kemuliaan, kehormatan dan kewibawaan guru, sehingga

hubungan antara guru dan murid dapat berjalan secara harmonis.

b. Memperhatikan konsenstrasi dan suasana belajar mengajar di dalam

kelas.

c. Sopan santun dan tata krama dalam pergaulan sehari-hari.

2. Orang tua Murid

a. Meningkatkan perhatian pada anak/murid dengan meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, keteladanan dan pembiasaan yang baik.

b. Berusaha menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang dan tentram,

sehingga anak akan merasa tenang jiwanya, dan dengan mudah akan

dapat diarahkan kepada hal-hal yang positif.

c. Memberikan pendidikan akhlak dan menanamkan sikap saling

menghormati dan sopan-santun terhadap anak sejak dini sehingga anak

akan terbiasa dan dengan demikian akan berimplikasi terhadap sikap

Page 55: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

195

anak kepada orang tua dan gurunya, yaitu menghormati dan memuliakan

mereka.

d. Selalu mengontrol dan memonitor kegiatan dan perkembangan anak baik

di luar sekolah maupun di sekolah yaitu dengan menjalin tali silaturrahmi

antara guru dan orang tua. Sebab dengan membina hubungan antara guru

dan orang tua secara tidak langsung juga memberikan kontribusi bagi

suksesnya belajar anak di sekolah dimana orang tua dapat memantau

perkembangan anaknya melalui gurunya.

3. Guru

a. Menerapkan pendekatan modelling yaitu guru hendaknya bertindak

sebagai suri tauladan bagi kehidupan akademis bagi semua muridnya,

baik di dalam maupun di luar kelas yang tercermin dalam ucapan dan

tingkah laku sehari-hari, sehingga dengan sendirinya peserta didik akan

menghormatinya.

b. Menunjukkan sikap kasih sayang kepada murid, antusias dan ikhlas

mendengar atau menjawab pertanyaan serta menjauhkan sikap emosional

dan feodal seperti cepat marah dan tersinggung, karena pertanyaan siswa

sering disalahartikan dengan mengurangi kewibawaannya serta

mengupayakan iklim dialogis/ interaktif di dalam kelas.

c. Memberikan pendidikan agama dan budi pekerti serta membiasakan

murid bersikap dan bertindak baik secara terus menerus dan konsisten.

4. Tenaga Kependidikan lain.

Page 56: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

196

a. Menciptakan lingkungan sekolah yang bernuansa religius seperti

pembiasaan shalat berjamaah, menegakkan disiplin, memelihara

kebersihan, ketertiban, kejujuran, tolong-menolong, hormat-

menghormati, sopan santun dan sebagainya, sehingga nilai-nilai agama

menjadi kebiasaan tradisi dan budaya seluruh peserta didik.

b. Memberikan peringatan dan penindakan apabila ada sikap dan perilaku

baik peserta didik maupun guru yang kurang terpuji atau menyimpang

dari nilai-nilai etika dan norma-norma agama.

Apabila semua pihak tersebut di atas dapat menjalankan peranannya

dengan baik, maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara guru,

murid, orang tua dan tenaga kependidikan yang lain. Hubungan guru dan

murid adalah dekat yang berlaku atas dasar saling memberi dan menerima,

akan tetapi kedekatan tersebut juga bukan kedekatan tanpa batas yang

mengabaikan nilai-nilai etika dan kesopanan dalam hubungan sosialnya,

sehingga dapat menghilangkan kewibawaan guru di depan murid dan

lunturnya rasa hormat murid terhadap guru. Nilai-nilai etika yang

disarankan oleh al-Zarnuji yang cukup beberapa perintah atau anjuran

kepada siswa untuk selalu belajar, kewajiban mempelajari akhlak terpuji dan

tercela, larangan mempelajari ilmu perdukunan, mengenai niat dalam

menuntut ilmu, sifat tawadlu, cara memilih guru, memilih guru dan

menerima nasehat yang baik.141

141

Moch Muizzudin, 2012. Etika Belajar dalam Kitab Ta`limul Muta`allim. Jurnal.

agibmz@gmail. com.

Page 57: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

197

Nilai-nilai etika lain menurut Iman al-Zarnuji yang terdapat dalam

kitab Ta`limul Muta`allim antara lain yang berkaitan dengan karakter peserta

didik dari 13 bab tersebut dapat dianalisa dan disimpulkan, yaitu anjuran untuk

bermusyawarah, sabar, tabah dan tekun, anjuran untuk bersikap berani, tidak

menuruti hawa nafsu, mencari teman yang baik, menghormati ilmu dan guru,

bersungguh-sungguh dalam belajar, banyak mengulangi pelajaran yang sudah

diajarkan, mencermati atau mendengarkan perkataan guru, selalu berusaha

sambil berdo`a, anjuran selalu berdiskusi, selalu bersyukur, selalu sabar tidak

mudah putus asa, senantiasa bertawakkal, saling mengasihi, tidak berprasangka

buruk, bersikap wara` dan memperbanyak shalat sunnah.

Dari beberapa nilai etika murid dalam pendidikan Islam tersebut baik

menurut al-Zarnuji dan Diknas. kesemua itu saling memberikan kontribusi bagi

arah dan pembentukan pola hubungan yang harmonis dan bernilai etis

humanitis tetapi juga tidak menghambat kreatifitas siswa sehingga tercipta

kondisi pendidikan yang berperadaban modern dengan tidak meninggalkan

nilai-nilai religius hasil karya ulama terdahulu yang selalu bertahan dan selalu

relevan dengan kondisi sistem Pendidikan Agama Islam (PAI) saat ini.

Berikut ini aspek-aspek materi pendidikan dan nilai-nilai yang

terkandung dalam konsep pendidikan etika atau akhlak menurut pemikiran

Syekh al-Zarnuji dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim yang masih relevan dan

aktual untuk diterapkan dalam kondisi pendidikan Islam pada saat sekarang ini

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Page 58: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

198

Tabel : 2

Relevansi dan Aktualisasi Pemikirana al-Zarnuji

dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim.

No

Aspek Pendidikan al-Zarnuji Materi PAI

Nilai Etika

1

Akhlak

Cinta Ilmu

2 -

-

Akhlak

Cinta Ilmu

3

Keimanan

Religius

4

Tasawuf

Sosial

Page 59: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

199

5

Akhlak

Sosial/

Pergaulan

6 *

*

Akhlak

Cinta ilmu

7

.

Akhlak Motivasi

8 *

Tasawuf

Sosial

9

.

Akhlak

Sopan

santun

Page 60: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

200

. .

10 .

Akhlak

Religius

11

Akhlak

Sosial

12

Akhlak

Cinta ilmu

13

Akhlak

Motivasi

Page 61: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

201

14

Tasawuf

Sosial

15

Akhlak

Motivasi

16

.

Akhlak

Religius

17

.

Akhlak

Sosial

18

Akhlak

Motivasi

Page 62: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

202

Akhlak

Religius

20

Akhlak

Motivasi

21

Akhlak

Motivasi

22

Tasawuf

Sosial

23 Akhlak

Cinta Ilmu

Page 63: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

203

24

Akhlak

Konsisten

25

Tasawuf Hemat

26

Akhlak Sosial

27

)(

.

Akhlak

Berdiskusi

28

Akhlak

Evaluasi

Page 64: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

204

29

Taswuf

Juhud

Page 65: ANALISIS PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG ETIKA MURID …

205