ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN...

6
1 ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA) M Khairan Zakky Alfarizi (1) , Tri Achmadi (2) (1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan Program Studi Transportasi Laut ITS, (2) Dosen/Pengajar Program Studi Transportasi Laut ITS Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail : [email protected] Abstrak Sampai saat ini pelayaran rakyat (pelra) masih menjadi sarana angkutan yang sering dipilih untuk mendistribusikan barang ke daerah terpencil di wilayah Indonesia dan menjadi salah satu ujung tombak perekonomian disuatu daerah. Saat ini rata-rata usia kapal tradisional pelra berusia lebih dari 20 tahun, maka dari itu kebutuhan akan peremajaan kapal tradisional sangat diperlukan. Namun dalam hal pembangunan kapal tradisional pelra saat ini masih berasal dari kantong para pelaku usaha sendiri dan belum adanya lembaga keuangan yang menyentuh sektor ini sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam pembangunan sebuah kapal kayu. Oleh karena itu diperlukan analisis pembiayaan armada kapal tradisional pelra dengan menggunakan jasa Lembaga Keuangan Bank dan non Bank dalam hal pembiayaan kapal kayu tradisional. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa untuk pembangunan kapal tradisional ukuran 50-150 GT dapat menggunakan Koperasi, ukuran 200-300 GT dapat menggunakan Bank Perkreditan Rakyat, ukuran > 300 GT dapat menggunakan Bank. Kata Kunci - Pembiayaan, Lembaga Keuangan, Kapal Tradisional I. PENDAHULUAN Pelabuhan rakyat adalah pelabuhan yang melayani kapal-kapal pelayaran rakyat sedangkan pelayaran rakyat adalah pelayaran antar pulau dengan menggunakan perahu motor. Pelayaran rakyat masih menjadi sarana angkutan yang paling sering dipilih untuk mendistribusikan barang ke daerah kepulauan di Indonesia. Jumlah pulau yang mencapai 17.000 pulau tentu saja tidak semua pulau dapat disinggahi oleh kapal-kapal besar sedangkan penduduk tersebar dibanyak pulau. Oleh karena itu pelayaran rakyat masih dibutuhkan untuk mendistribusikan barang-barang kepulau-pulau yang tidak dapat dimasuki kapal-kapal besar. Peran pelayaran rakyat sendiri semakin surut dan memprihatinkan. Pelayaran rakyat hanya sesuai untuk angkutan dengan demand yang kecil. Menghubungkan pulau-pulau yang jumlah penduduknya masih rendah, ataupun pada angkutan pedalaman guna memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pelayaran rakyatlah yang menjadi ujung tombak salah satu perekonomian disuatu daerah. Kebutuhan akan peremajaan kapal tradisional juga sangat diperlukan mengingat rata-rata usia kapal tradisional pelra yang beroperasi saat ini banyak yang sudah tua. Dari uraian ini dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan peran serta pelayaran rakyat kembali dalam kegiatan pelayaran di Indonesia, salah satu cara yaitu dalam bidang pembiayaan armada kapal tradisional. Hal ini diperlukan karena sangat sedikit sekali atau bahkan belum adanya lembaga keuangan yang menyentuh sektor ini dan turut membantu para pelaku usaha pelayaran rakyat dalam pembiayaan pengadaan/peremajaan armada kapal tradisionalnya. Pada kondisi saat ini, pembiayaan pengadaan/peremajaan armada kapal tradisional hanya berasal dari kantong para pelaku usaha pelayaran rakyat itu sendiri sehingga memakan waktu yang cukup panjang dalam pembangunan kapal kayu karena keterbatasan dana. Maka perlu dilakukannya suatu penelitian tentang analisis pembiayaan armada kapal tradisional pelra, dimana dari hasil analisis dapat memberikan suatu gambaran mengenai pembiayaan armada kapal bagi para pelaku usaha pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku usaha pelra untuk peremajaan kapal dan pengembangan usahanya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apa saja yang menjadi alternatif sumber pembiayaan pembangunan armada kapal tradisional ? 2. Bagaimana alternatif sumber pembiayaan pembangunan kapal tradisional tersebut dapat diterapkan/dipilih bagi pelaku usaha pelayaran rakyat ? II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10. Tahun 1998: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.” Lembaga Keuangan bank dibedakan menjadi 3 yang mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda [10] : 1. Bank Sentral merupakan bank yang bertugas mengatur perbankan dan keuangan melalui kebijakan moneter dan melaksanakan kebijakan perbankan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Transcript of ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN...

Page 1: ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-41218-4108100028-paper.pdf · pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku

1

ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL

PELAYARAN RAKYAT

(STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)

M Khairan Zakky Alfarizi (1), Tri Achmadi (2)

(1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan Program Studi Transportasi Laut ITS, (2) Dosen/Pengajar

Program Studi Transportasi Laut ITS

Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail : [email protected]

Abstrak – Sampai saat ini pelayaran rakyat (pelra) masih

menjadi sarana angkutan yang sering dipilih untuk

mendistribusikan barang ke daerah terpencil di wilayah

Indonesia dan menjadi salah satu ujung tombak

perekonomian disuatu daerah. Saat ini rata-rata usia kapal

tradisional pelra berusia lebih dari 20 tahun, maka dari itu

kebutuhan akan peremajaan kapal tradisional sangat

diperlukan. Namun dalam hal pembangunan kapal tradisional

pelra saat ini masih berasal dari kantong para pelaku usaha

sendiri dan belum adanya lembaga keuangan yang menyentuh

sektor ini sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang

dalam pembangunan sebuah kapal kayu. Oleh karena itu

diperlukan analisis pembiayaan armada kapal tradisional

pelra dengan menggunakan jasa Lembaga Keuangan Bank

dan non Bank dalam hal pembiayaan kapal kayu tradisional.

Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa untuk

pembangunan kapal tradisional ukuran 50-150 GT dapat

menggunakan Koperasi, ukuran 200-300 GT dapat

menggunakan Bank Perkreditan Rakyat, ukuran > 300 GT

dapat menggunakan Bank.

Kata Kunci - Pembiayaan, Lembaga Keuangan, Kapal

Tradisional

I. PENDAHULUAN

Pelabuhan rakyat adalah pelabuhan yang melayani

kapal-kapal pelayaran rakyat sedangkan pelayaran rakyat

adalah pelayaran antar pulau dengan menggunakan perahu

motor. Pelayaran rakyat masih menjadi sarana angkutan

yang paling sering dipilih untuk mendistribusikan barang ke

daerah kepulauan di Indonesia. Jumlah pulau yang

mencapai 17.000 pulau tentu saja tidak semua pulau dapat

disinggahi oleh kapal-kapal besar sedangkan penduduk

tersebar dibanyak pulau. Oleh karena itu pelayaran rakyat

masih dibutuhkan untuk mendistribusikan barang-barang

kepulau-pulau yang tidak dapat dimasuki kapal-kapal besar.

Peran pelayaran rakyat sendiri semakin surut dan

memprihatinkan. Pelayaran rakyat hanya sesuai untuk

angkutan dengan demand yang kecil. Menghubungkan

pulau-pulau yang jumlah penduduknya masih rendah,

ataupun pada angkutan pedalaman guna memenuhi

kebutuhan masyarakat khususnya di Kalimantan, Sulawesi,

dan Papua. Pelayaran rakyatlah yang menjadi ujung tombak

salah satu perekonomian disuatu daerah. Kebutuhan akan

peremajaan kapal tradisional juga sangat diperlukan

mengingat rata-rata usia kapal tradisional pelra yang

beroperasi saat ini banyak yang sudah tua.

Dari uraian ini dapat diketahui bahwa untuk

meningkatkan peran serta pelayaran rakyat kembali dalam

kegiatan pelayaran di Indonesia, salah satu cara yaitu dalam

bidang pembiayaan armada kapal tradisional. Hal ini

diperlukan karena sangat sedikit sekali atau bahkan belum

adanya lembaga keuangan yang menyentuh sektor ini dan

turut membantu para pelaku usaha pelayaran rakyat dalam

pembiayaan pengadaan/peremajaan armada kapal

tradisionalnya. Pada kondisi saat ini, pembiayaan

pengadaan/peremajaan armada kapal tradisional hanya

berasal dari kantong para pelaku usaha pelayaran rakyat itu

sendiri sehingga memakan waktu yang cukup panjang

dalam pembangunan kapal kayu karena keterbatasan dana.

Maka perlu dilakukannya suatu penelitian tentang

analisis pembiayaan armada kapal tradisional pelra, dimana

dari hasil analisis dapat memberikan suatu gambaran

mengenai pembiayaan armada kapal bagi para pelaku usaha

pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku

usaha pelra untuk peremajaan kapal dan pengembangan

usahanya.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini,

antara lain:

1. Apa saja yang menjadi alternatif sumber pembiayaan

pembangunan armada kapal tradisional ?

2. Bagaimana alternatif sumber pembiayaan

pembangunan kapal tradisional tersebut dapat

diterapkan/dipilih bagi pelaku usaha pelayaran

rakyat ?

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Keuangan Bank

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10.

Tahun 1998: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup masyarakat banyak.” Lembaga Keuangan bank

dibedakan menjadi 3 yang mempunyai tugas dan fungsi

yang berbeda[10]:

1. Bank Sentral merupakan bank yang bertugas

mengatur perbankan dan keuangan melalui kebijakan

moneter dan melaksanakan kebijakan perbankan

yang ditetapkan oleh pemerintah.

Page 2: ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-41218-4108100028-paper.pdf · pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku

2

2. Bank Umum/Syariah merupakan bank yang

memiliki tugas memberikan pelayanan jasa

perbankan terhadap masyarakat. Bank umum

memiliki tujuan profit, yakni mencari keuntungan.

Bank Syariah pada dasarnya memiliki tugas yang

sama dengan bank umum, namun menerapkan

prinsip-prinsip syariah Islam dalam kegiatannya.

3. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang pada

umumnya melayani masyarakat di wilayah pedesaan

atau kecamatan namun tidak menutup kemungkinan

melayani masyarakat perkotaan juga. Pada dasarnya

BPR sama dengan bank umum, namun aspek

layanannya tidak seluas bank umum. Kegiatan usaha

yang tidak dapat dilakukan oleh BPR antara lain:

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta

dalam lalu lintas pembayaran.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing

kecuali pedagang valuta asing (dengan izin Bank

Indonesia).

3. Melakukan usaha perasuransian.

B. Lembaga Keuangan non Bank

Lembaga Keuangan non Bank atau bisa disebut sebagai

lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung

dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini untuk menunjang

pengembangan pasar uang dan modal serta membantu

permodalan perusahaan-perusahaan[5].

Usaha pokok Lembaga Keuangan non Bank yaitu:

1. Jenis pembiayaan adalah memberikan kredit jangka

menengah/panjang serta melakukan penyiutan modal

dalam perusahaan.

2. Jenis investasi terutama melakukan usaha sebagai

perantara dalam menerbitkan surat berharga dan

menjamin serta menanggung terjualnya surat

berharga.

3. Jenis lainnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam bidang tertentu seperti

memberikan pinjaman kepada masyarakat.

Lembaga Keuangan non Bank adalah sebagai berikut:

1. Koperasi merupakan badan usaha yang

beranggotakan orang-orang atau badan hukum

koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

2. Leasing (sewa guna usaha) merupakan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal

baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi

maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk

digunakan oleh lessee (perusahaan atau pihak

pemakai barang) selama jangka waktu tertentu

berdasarkan pembayaran secara berkala.

3. Ventura merupakan suatu investasi dalam bentuk

pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam

suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha

untuk jangka waktu tertentu.

C. Jenis Kredit Atas Dasar Tujuan Penggunaan

Atas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitur,

kredit dapat dibedakan menjadi:

1. Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang

digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja

nasabah/debitur.

2. Kredit Investasi adalah kredit (berjangka menengah

atau panjang_ yang diberikan kepada usaha–usaha

guna merehabilitasi, modernisasi, ataupun pendirian

proyek baru.

3. Kredit Konsumsi adalah kredit untuk keperluan

konsumsi berupa barang atau jasa dengan cara

membeli, menyewa, atau dengan cara lain.

D. Perhitungan Angsuran Kredit

Perhitungan bunga kredit yang digunakan lembaga

pembiayaan akan menentukan besar kecilnya angsuran

pokok dan bunga yang harus dibayar debitur atas kredit

yang diterima dari lembaga keuangan[4].

1. Flat Rate

Perhitungan bunga didasarkan pada plafond kredit dan

besarnya bunga yang dibebankan dialokasikan secara

proporsional sesuai dengan jangka waktu kredit

sehingga jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit

setiap bulan sama besarnya.

Rumus :

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 = 𝑷𝒍 𝒙 𝒊 𝒙 𝒏 (II.1)

𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 = 𝑷𝒍 𝒙 𝒊𝟏𝟐⁄ (II.2)

Dimana :

Pl = Plafond kredit (jumlah pinjaman)

i = Suku bunga per tahun

n = jangka waktu kredit (tahun)

2. Efektif rate

Perhitungan bunga dilakukan setiap akhir periode

pembayaran angsuran. Pada perhitungan ini, bunga

kredit dihitung dari saldo akhir setiap bulannya

sehingga bunga yang dibayar debitur semakin

menurun dan jumlah angsuran yang dibayar debitur

setiap bulannya akan semakin mengecil.

Rumus :

𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 = 𝑺𝑨 𝒙 𝒊𝟏𝟐⁄ (II.3)

𝑨𝒏𝒈𝒔𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒑𝒐𝒌𝒐𝒌 𝒑𝒆𝒓 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 =𝒑

𝒏⁄ (II.4)

Dimana :

SA = Saldo akhir periode

i = suku bunga per tahun

p = pokok pinjaman/plafond kredit

n = jangka waktu kredit/jumlah periode pembayaran

3. Anuitas

Jumlah angsuran bulanan yang dibayar debitur tidak

berubah selama jangka waktu kredit. Namun

komposisi besarnya angsuran pokok maupun angsuran

bunga setiap bulannya akan berubah dimana angsuran

bunga akan semakin mengecil sedangkan angsuran

pokok akan semakin membesar.

Rumus :

𝑨𝒏𝒈𝒔𝒖𝒓𝒂𝒏 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏 = 𝑷𝒍 𝒙 𝒊𝟏𝟐 ⁄ 𝒙

𝟏

〔𝟏− 𝟏

〔𝟏+ 𝒊 𝟏𝟐⁄ 〕𝒏〕 (II.5)

Dimana:

Pl = plafond kredit

i = suku bunga kredit

n = jumlah periode pembayaran

Page 3: ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-41218-4108100028-paper.pdf · pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku

3

E. Expected Opportunity Loss

Suatu kriteria alternatif untuk mengevaluasi keputusan

dalam suasan risk dinamakan Expected Opportunity Loss

(EOL). Prinsip dasar EOL adalah meminimumkan kerugian

yang disebabkan karena pemilihan alternatif keputusan

tertentu[9].

Tabel II.1 Kondisi Investasi

Alternatif

Investasi

Peristiwa

Kondisi 1

(p=0.4)

Kondisi 2

(p=0.6)

A 50,000 -10,000

B 15,000 60,000

C 100,000 10,000

Opportunity loss dihitung untuk setiap peristiwa dengan

pertama kali mengidentifikasikan tindakan terbaik untuk

setiap peristiwa. Bagi kondisi pasar 1, investasi C adalah

keputusan terbaik.

Tabel II.2 Selisih Opportunity Loss

Alternatif

Investasi

Peristiwa

Kondisi 1

(p=0.4)

Kondisi 2

(p=0.6)

A 50,000 70,000

B 85,000 0

C 0 50,000

EOL, yang memasukkan probabilitas masing-masing

kondisi pasar, dihitung dengan menetukan nilai harapan

untuk setiap tindakan, Sehingga:

EOLa = 0.4 (50,000) + 0.6 (70,000) = 62,000

EOLb = 0.4 (85,000) + 0.6 (0) = 34,000

EOLc = 0.4 (0) + 0.6 (50,000) = 30,000

Dapat dilihat bahwa alternatif terbaik adalah investasi C,

karena minimumkan EOL atau memberikan nilai EOL

paling kecil sehingga direkomendasikan untuk dipilih.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Masalah

Dilakukan identifikasi mengenai permasalahan dari

tugas akhir ini. Permasalahan yang timbul adalah dalam

pengadaan kapal atau peremajaan kapal kayu tradisional

oleh para pelaku usaha pelayaran rakyat masih

menggunakan dana pribadi sehingga memerlukan waktu

yang lama dalam hal pembangunan kapal kayu.

B. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam tugas ini adalah

metode pengumpulan data secara langsung (primer) dan

tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data dilakukan

secara langsung melalui interview dengan pihak lembaga

keuangan, pelaku bisnis pelayaran rakyat dan data

pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti PT.

Pelindo III maupun literature yang berkaitan. Adapun data-

data yang diperoleh antara lain berupa system pembiayaan

masing-masing lembaga keuangan dan ukuran kapal kayu di

Pelabuhan Kalimas.

C. Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian diawali dengan identifikasi permasalahan

bahwa belum adanya lembaga keuangan yang bergerak di

bidang pembiayaan dalam pengadaan kapal kayu tradisional

baru dan lamanya pembangunan kapal kayu baru dengan

menggunakan uang pribadi. Literatur yang digunakan, yaitu

mengenai macam-macam lembaga keuangan, metode

perhitungan angsuran, suku bunga, jenis kredit yang

digunakan, dsb.

Dilakukan analisis dengan menghitung perbandingan

angsuran dari masing-masing lembaga keuangan yang

digunakan dengan menggunakan metode anuitas, bagi hasil,

dan suku bunga fixed. Dari hasil perhitungan didapatkan

bahwa pemilihan lembaga keuangan dalam pembiayaan

kapal kayu berdasarkan pada ukuran GT kapal. Didapatkan

bahwa kapal dengan ukuran GT kecil, menengah, dan besar

dapat menggunakan lembaga keuangan yang berbeda dalam

pembiayaannya. Lalu dilakukan perhitungan opportunity

loss dari masing-masing lembaga keuangan. Selanjutnya

dilakukan sensitifitas perubahan capital cost (angsuran)

terhadap tenor dan rate, didapatkan hasil bahwa tenorlah

yang mempengaruhi besarnya jumlah angsuran.

IV. GAMBARAN UMUM PELRA DAN SISTEM DI

LEMBAGA KEUANGAN

A. Kapal Pelra di Kalimas Surabaya

PT. Pelindo III Cabang Tanjung Perak Surabaya selaku

Badan Usaha Pelabuhan mengelompokkan kapal di

Pelabuhan Kalimas berdasarkan ukuran GT kapal. Hal ini

mempermudah kerja operator pelabuhan dalam menentukan

tarif pelabuhan kapal pelra.

Tabel IV.1 Pengelompokkan Kapal Pelra di Kalimas

Berdasarkan pengelompokkan kapal pelra di Kalimas

tersebut maka Penentuan ukuran GT kapal dalam penelitian

ini mengikuti pengelompokkan ukuran GT kapal pelra yang

berlaku di Pelabuhan Kalimas Surabaya.

Tabel IV.2 Ukuran Kapal Kayu yang Digunakan[8]

B. Sistem Pembiayaan di Lembaga Keuangan

Dari hasil survey di masing-masing Lembaga Keuangan

Bank dan Non Bank, dapat dilihat dalam tabel berikut [1][2][3][6][7]:

GT GT Kapal Payload (ton) Harga/Nilai Kapal (Rp)Harga Kapal Bekas (Rp)

<100 50 142 1,300,000,000 900,000,000

100-200 100 283 1,550,000,000 1,150,000,000

150 425 1,800,000,000 1,400,000,000

200-300 200 566 2,050,000,000 1,650,000,000

250 708 2,300,000,000 1,900,000,000

300-400 300 850 2,550,000,000 2,150,000,000

350 991 2,800,000,000 2,400,000,000

400 400 1133 3,050,000,000 2,650,000,000

Page 4: ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-41218-4108100028-paper.pdf · pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku

4

Tabel IV.3 Sistem Pembiayaan Lembaga Keuangan

Kredit investasi, rata-rata lama pinjaman (tenor)

maksimum 5 tahun. Tenor pinjaman dan suku bunga dapat

berubah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

besarnya pinjaman yang diajukan, bentuk jaminan,

kemampuan bayar, usaha, dsb dimana sesuai hasil penilaian

tim penilai (appraiser).

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Nilai Jaminan

Jaminan yang digunakan berupa aset usaha (kantor)

(barang tidak bergerak) dan kapal kayu yang telah ada dan

beroperasi (barang bergerak). Ukuran dan nilai kapal kayu

yang dijadikan jaminan disesuaikan dengan ukuran dan nilai

kapal kayu yang akan dibangun. Jaminan diasumsikan

berupa kapal kayu dan asset usaha (kantor) kemudian

dinilai/ditaksir menurut harga umum pasaran masing-

masing jaminan. Lalu kemudian dihitung total nilai taksiran

umum barang/asset dari kedua jaminan yang digunakan.

B. Plafond Kredit dari Lembaga Keuangan

Berdasarkan Tabel IV.3 Plafond kredit bank sebesar

70% dari Total Project Cost, Leasing sebesar 75% dari

Total Project Cost, dan Bank Syariah sebesar 80% dari

Total Project Cost sedangkan plafond kredit Koperasi

sebesar 60% dari total nilai taksiran asset/barang jaminan,

BPR sebesar 65% dari total nilai taksiran asset/barang

jaminan, dan Ventura sebesar 80% dari total nilai taksiran

asset/barang jaminan. (Nilai plafond kredit yang digunakan

merupakan nilai maksimum yang dapat diberikan oleh

lembaga keuangan dan besarnya nilai plafond kredit

tersebut berbeda-beda di setiap lembaga keuangan)

C. Perhitungan Angsuran/Cicilan Kapal Kayu Tradisional

Dengan menerapkan system dan metode perhitungan

angsuran yang berlaku di masing-masing lembaga keuangan

maka dapat dilihat rekapitulasi hasil perhitungan sebagai

berikut.

Gambar V.1 Perbandingan Angsuran Kapal Kayu Baru

Gambar V.2 Perbandingan Angsuran Kapal Kayu Bekas

Dari Gambar V.1 dan Gambar V.2 dapat dilihat bahwa

kapal kayu baru dan bekas ukuran 50 GT – 150 GT dapat

menggunakan Koperasi dalam hal

pendanaan/pembiayaannya. Kapal kayu ukuran 200 GT –

300 GT dapat menggunakan BPR dalam hal

pendanaan/pembiayaannya dan Kapal kayu ukuran 350 GT

– 400 GT dapat menggunakan Bank umum dalam hal

pendanaan/pembiayaannya. Lembaga keuangan lainnya

seperti Leasing, Ventura, Bank Syariah tidak termasuk atau

tidak terpilih dikarenakan total nilai angsuran yang terbilang

tinggi.

D. Analisis Lembaga Keuangan Terpilih

Analisis kriteria lembaga keuangan yang terpilih ditinjau

dari beberapa sisi, yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi Usaha Pelayaran Rakyat

Pelaku usaha pelra lingkup pasar kecil dominan berada

di wilayah terpencil sehingga lebih mengenal koperasi

karena jangkauan koperasi yang lebih luas dan

merakyat, untuk administrasi pinjaman bersifat mudah.

Pelaku usaha pelra lingkup pasar besar yang berada di

kota-kota besar dapat menggunakan BPR dan Bank

karena usaha pelayaran rakyat lingkup pasar besar

secara administrasi untuk pinjaman di lembaga

keuangan tersebut, mereka telah memenuhi persyaratan.

2. Bentuk Badan Hukum Perusahaan Pelayaran

Rakyat

Beberapa Usaha Pelayaran Rakyat di daerah masih

bersifat tradisional sehingga koperasi dan BPR masih

dapat memberikan pinjaman dana, berbeda dengan

pinjaman pada Bank minimal usaha pelayaran rakyat

sudah bankable atau sudah memenuhi prasyarat yang

dapat diterima oleh bank bila perusahaan ingin berbisnis

dengan bank.

Page 5: ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-41218-4108100028-paper.pdf · pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku

5

E. Skenario Variasi Jumlah Kapal Kayu

Lembaga keuangan yang terpilih berdasarkan nilai

angsuran terendah per 1 kapal yaitu Koperasi, BPR, Bank.

Maka dilakukan skenario variasi ukuran kapal kayu

menggunakan lembaga keuangan yang terpilih tersebut.

Skenario digunakan untuk mengambil keputusan

penggunaan lembaga keuangan yang mana yang harus

dipilih ketika dihadapkan pada suatu pilihan variasi ukuran

kapal berdasarkan GT nya. Skenario ini dilakukan dengan

asumsi bahwa:

1. Ukuran yang digunakan yaitu GT Kapal Kayu.

(Perbandingan dilakukan dengan menyamakan GT

kapal kayu).

2. Mengabaikan proses produksi kapal maupun biaya

operasional kapal.

1. Koperasi dan BPR

Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 200

GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan

koperasi untuk pembuatan 4 kapal 50 GT dengan

pinjaman BPR untuk pembuatan 1 kapal 200 GT, maka

didapatkan total angsuran sebesar Rp. 4,881,858,644

untuk Koperasi dan Rp. 1,963,396,350 untuk BPR. Dapat

diketahui bahwa penggunaan BPR relatif lebih rendah

nilai angsurannya daripada koperasi untuk setiap ukuran

GT yang sama.

2. Koperasi dan Bank

Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 350

GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan

koperasi untuk pembuatan 7 kapal 50 GT dengan

pinjaman Bank untuk pembuatan 1 kapal 350 GT, maka

didapatkan total angsuran sebesar Rp. 8,543,252,627

untuk Koperasi dan Rp. 2,705,957,892 untuk Bank. Dapat

diketahui bahwa penggunaan Bank relatif lebih rendah

nilai angsurannya daripada koperasi untuk setiap ukuran

GT yang sama.

3. BPR dan Bank

Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 350

GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan

BPR untuk pembuatan 7 kapal 200 GT dengan pinjaman

Bank untuk pembuatan 4 kapal 350 GT, maka didapatkan

total angsuran sebesar Rp. 13,743,774,447 untuk BPR dan

Rp. 10,823,831,566 untuk Bank. Dapat diketahui bahwa

penggunaan Bank relatif lebih rendah nilai angsurannya

daripada BPR untuk setiap ukuran GT yang sama.

4. Koperasi, BPR, dan Bank

Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 400

GT, dalam hal ini dibandingkan antara pinjaman dengan

Koperasi untuk pembuatan 4 kapal 100 GT, dengan

pinjaman BPR untuk pembuatan 2 kapal 200 GT, dengan

pinjaman Bank untuk pembuatan 1 kapal 400 GT maka

didapatkan total angsuran sebesar Rp. 5,851,510,603

Koperasi dan Rp. 3,926,792,699 untuk BPR, dan Rp.

2,931,088,785 untuk Bank. Dapat diketahui bahwa

penggunaan Bank relatif lebih rendah nilai angsurannya

daripada BPR dan Koperasi untuk setiap ukuran GT yang

sama.

F. Opportunity Loss Jaminan masing-masing Lembaga

Keuangan

Alternatif keputusan berdasarkan Lembaga Keuangan

yang terpilih, yaitu Koperasi, BPR dan Bank, kemudian

dilakukan perhitungan Opportunity Loss-nya. Masing-

masing ditentukan nilai jaminan terendah hingga tertinggi

jika melakukan pinjaman dari masing-masing lembaga

keuangan.

Tabel V.1 Perhitungan Opportunity Loss

Alternatif

Keputusan

Jaminan

Nilai Jaminan

Tertinggi (Rp)

(p=0.6)

Nilai Jaminan

Terendah (Rp)

(p=0.4)

Koperasi 1,800,000,000 1,300,000,000

BPR 2,550,000,000 2,050,000,000

Bank 3,050,000,000 2,800,000,000

Opportunity Loss dihitung untuk setiap peristiwa dengan

mengidentifikasikan alternatif terbaik. Kondisi Bank

memberikan persyaratan yang relatif ringan (jaminan

berupa kapal yang dibangun, bukan kapal yang sudah

beroperasi dan usaha yang ada)

Tabel V.2 Perhitungan Opportunity Loss

Alternatif

Keputusan

Jaminan

Nilai Jaminan

Tertinggi (Rp)

(p=0.6)

Nilai Jaminan

Terendah (Rp)

(p=0.4)

Koperasi 1,250,000,000 1,500,000,000

BPR 500,000,000 750,000,000

Bank - -

EOL Koperasi = 0.6 (Rp. 1,250,000,000) + 0.4 (Rp.

1,500,000,000) = Rp. 1,350,000,000,-

EOL BPR = 0.6 (Rp. 500,000,000) + 0.4 (Rp. Rp.

750,000,000) = Rp. 600,000,000,-

EOL Bank = 0.6 ( Rp. 0) + 0.4 (Rp. 0) = Rp. 0,-

Alternatif terbaik adalah Bank, dimana Bank

memberikan nilai Expected Opportunity Loss (EOL) paling

kecil (Rp. 0) sehingga direkomendasikan untuk dipilih.

G. Analisis Sensitivitas

Analisis dilakukan dengan melihat dipengaruhi apakah

perubahan nilai angsuran, apakah masa pinjaman (tenor)

ataukah suku bunga (rate). Sehingga dilakukan variasi masa

pinjaman (tenor) dan suku bunga (rate) untuk ke 8 kapal

kayu pada masing-masing lembaga keuangan yang

digunakan.

1. Sensitivitas Angsuran Terhadap Tenor

Tabel V.3 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Bulan

Terhadap Tenor (Kapal 1 - 50 GT)

Selisih nilai angsuran/bulan di Bank antara tenor 1 tahun

dengan tenor 2 tahun sebesar 46%. Selisih nilai

angsuran/bulan di Koperasi antara tenor 1 tahun dengan

tenor 2 tahun sebesar 45%, dst.

Page 6: ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-41218-4108100028-paper.pdf · pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku

6

Tabel V.4 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Tahun

Terhadap Tenor (Kapal 1 - 50 GT) Ventura

Selisih nilai angsuran/tahun pada tahun ke 1 tenor 1

tahun dengan tahun ke 1 tenor 2 tahun sebesar 49.69%.

Selisih nilai angsuran/tahun antara tahun ke 1 tenor 2 tahun

dengan tahun ke 1 tenor 3 tahun sebesar 32.38%, dst.

2. Sensitivitas Angsuran Terhadap Rate

Tabel V.5 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Bulan

Terhadap Rate (Kapal 1 - 50 GT)

Selisih nilai angsuran/bulan di Bank antara rate 12% dengan

rate 13% sebesar 2.29%. Selisih nilai angsuran/bulan di

Bank antara rate 13% dengan rate 14% sebesar 2.26%, dst.

Tabel V.6 Persentase Perubahan Nilai Angsuran /Tahun

Terhadap Rate (Kapal 1 - 50 GT) Ventura

Selisih nilai angsuran/tahun pada tahun ke 1 rate 18%

dengan tahun ke 1 rate 19% sebesar 1.31%. Selisih nilai

angsuran/tahun pada tahun ke 2 rate 18% dengan tahun ke 2

rate 19% sebesar 1.60%,dst.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nilai Angsuran

sensitif terhadap perubahan masa pinjaman (tenor) dan

tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga (rate).

VI. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil survey, lembaga keuangan bank dan

non bank yang dapat menjadi sumber pembiayaan dalam

armada kapal tradisional. yaitu: Bank, Koperasi, BPR,

Leasing, Ventura, Bank Syariah.

2. Berdasarkan perhitungan pengembalian angsuran atau

cicilan dari ke 6 Lembaga Keuangan, maka Lembaga

Keuangan Bank, Koperasi, dan BPR lah yang dapat

dipilih karena memiliki total nilai angsuran yang paling

rendah.

a. Kapal kayu berukuran 50 – 150 GT dapat

menggunakan Koperasi dengan EOL Rp.

1,350,000,000,-

b. Kapal kayu berukuran 200 - 300 GT dapat

menggunakan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

dengan EOL Rp. 600,000,000,-

c. Kapal kayu berukuran > 350 GT dapat

menggunakan Bank dengan EOL Rp. 0,-

3. Berdasarkan analisis pada lembaga keuangan pada poin

2, bila dilihat/ditinjau dari sisi :

a) Kondisi usaha Pelayaran Rakyat,

b) Bentuk badan hukum Perusahaan Pelayaran Rakyat,

Menunjukkan koperasi sesuai untuk pembiayaan kapal-

kapal kayu berukuran kecil (50 – 150 GT), BPR sesuai

untuk pembiayaan kapal-kapal kayu berukuran

menengah/sedang (200 – 300 GT) dan Bank sesuai

untuk pembiayaan kapal-kapal kayu berukuran besar

(>300 GT).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Tri

Achmadi, Ph.D .selaku dosen pembimbing, kedua orangtua

yang telah memberikan dukungan dan semua pihak yang

telah membantu menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1]Ani. (2013, Februari 15). Pembiayaan Pada Bank

Perkreditan Rakyat. (K. Zakky, Interviewer)

[2]Ardianto, H. (2014, Mei 12). Pembiayaan pada Bank

Syariah. (K. Zakky, Interviewer)

[3]Darmawan, T. A. (2014, Februari 20). Pembiayaan pada

Ventura. (K. Zakky, Interviewer)

[4]Indonesia, B. (2009, Mei 23). Cara Menghitung

Angsuran. Jakarta, Jakarta, Indonesia: Bank Indonesia.

[5]Kuncoro, M., & Suhardjono. (2002). Manajemen

Perbankan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: BPFE.

[6]Nungky. (2012, Desember 20). Pembiayaan Pada

Koperasi. (K. Zakky, Interviewer)

[7]Prisdianto, A. (2013, September 22). Pembiayaan Pada

Bank. (K. Zakky, Interviewer)

[8]Rozak, T. (2014, Januari 10). Harga Kapal Kayu

Tradisional. (K. Zakky, Interviewer)

[9]Santoso, T. B., & Triandana, S. (2006). Bank dan

Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba

Empat.

[10]Siamat, D. (2001). Manajemen Lembaga Keuangan

Edisi Ke 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Eknomi Universitas Indonesia.