Analisis Pemasaran Der Wiener Deewan
-
Author
lusiana-ulfa-h -
Category
Documents
-
view
101 -
download
12
Embed Size (px)
description
Transcript of Analisis Pemasaran Der Wiener Deewan

KONSEP PEMASARAN ALL YOU CAN EAT, PAY AS YOU WISH
RESTORAN HALAL DI WINA, AUSTRIA
“DER WIENER DEEWAN”
OLEH:
LUSIANA ULFA HARDINAWATI
041014121
52
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Restoran merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, maka dari itu, bisnis restoran ini banyak
dibidik oleh kalangan bisnis. Bisnis ini juga memiliki tingkat persaingan yang ketat. Dengan banyaknya
pesaing dalam bisnis restoran, pemilik restoran harus memiliki ide baru dalam konsep restorannya.
Apakah restorannya itu akan dibuat restoran cepat saji, atau restoran tradisional, restoran keluarga,
ataukah hanya warung/ depot.
Ketika banyak restoran yang berusaha membuat restoran dengan konsep yang berbeda-beda
dan unik, menciptakan produk-produk makanan baru, sehingga dapat menghargai produk makanannya
dengan harga tinggi, Afzaal dan Natalie Deewan, warga Wina, Austria, malah membuat restoran
dengan konsep all you can eat, pay as you wish (makan sepuasnya, bayar seikhlasnya), tentu konsep
pemasaran ini sangat aneh, dan tidak sesuai dengan konsep pemasaran konvensional selama ini,
selain itu, makanan di Der Wiener Deewan ini juga halal, padahal tidak semua restoran di Wina
menyediakan makanan yang halal, mengingat Wina sendiri bukan suatu kota dengan penduduk
mayoritas Islam, hanya 7,8% penduduknya yang beragama Islam, lainnya, mayoritas adalah pemeluk
Katolik Roma. Yang lebih aneh lagi, Der Wiener Deewan yang terletak tepat di jantung kota Wina,
Schottentor, yang terkenal akan pajak sewanya yang tinggi, sudah mampu bertahan selama 7 tahun,
tanpa mendapatkan kesulitan finansial yang berarti.
Melihat fakta dan keunikan konsep pemasaran dari Der Wiener Deewan ini, penulis tertarik
mengambil tema mengenai “Konsep Pemasaran Restoran Der Wiener Deewan di Wina, Austria”.
1.2. Rumusan Masalah
bagaimanakah pemilik Der Wiener Deewan mampu mempertahankan restorannya selama ini
tanpa kesulitan finansial yang berarti, dan apakah yang menjadi dasar pembentukan Der Wiener
Deewan?
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana konsep pemasaran pemilik Der Wiener Deewan sehingga
mampu mempertahankan restorannya selama ini. serta untuk mengetahui alasan pembentukan Der
Wiener Deewan.
BAB II

ISI
2.1. Republik Austria
Republik Austria (Bahasa Jerman: Republik Österreich) adalah sebuah negara yang berada di
tengah-tengah Eropa Tengah. Austria berbatasan dengan Jerman dan Ceko di utara, Slowakia dan
Hongaria di timur, Slovenia dan Italia di selatan, Swiss dan Liechtenstein di barat. Ibukota Austria
adalah Vienna, atau yang dikenal di Indonesia dengan sebutan Wina. Austria dikenal dengan musik
klasiknya. Negara ini dahulu kala jauh lebih besar dan merupakan bagian dari kekaisaran Austria-
Hongaria.
Austria adalah negara dengan sistem demokrasi representatif parlementer yang terdiri dari 9
negara bagian federal, dan menjadi salah satu dari dua negara Eropa yang mendeklarasikan
kenetralannya. Austria resmi menjadi negara anggota PBB (sejak 1955) dan Uni Eropa (sejak 1995).
Dalam bahasa jerman Österreich bisa diterjemahkan menjadi “kerajaan timur” kata itu
diturunkan dari bahasa jerman kuno Ostarrîchi. Istilah ini mungkin berasal dari terjemahan dari Latin
untuk nama daerah tersebut: Marchia orientalis, yang berarti “perbatasan timur”, mengingat negara itu
memang terletak di ujung timur dari kekaisaran suci Romawi. Nama Ostmark juga digunakan untuk
menyebut Anschluss semenjak Reich ketiga.
Etnis Jerman ialah etnis terbanyak di negara ini yakni lebih kurang 85% hingga 89% daripada
populasi Austria. Lebih kurang 10% yang lain terdiri daripada pendatang yang berasal dari negara
sekitar terutama sekali dari negara Blok Timur. Negeri Carinthia dan Styria menjadi tempat tinggal
untuk minoritas Slovenia yaitu lebih kurang 18.000 orang. Bahasa Jerman menjadi bahasa resmi
pemerintahan dan digunakan oleh hampir keseluruhan penduduk Austria. Disebabkan muka Bumi yang
berbeda, dialek Jermannya juga berbeda. Hampir semua kawasan menggunakan dialek Austro-
Bavaria kecuali di barat Austria (Vorarlberg) yang menggunakan dialek Alemanik (Alemannic). Bahasa
Jerman yang digunakan oleh Austria juga berbeda dari segi tata bahasa dengan bahasa Jerman di
Jerman.
Hampir tiga suku rakyat Austria beragama Katolik Roma. Lebih kurang 326.990 orang Austria
beragama Islam (4%) dan 408.700 orang yang lain beragama Protestan. Orang Yahudi juga sudah
lama menetap di Austria. Pada 1930, banyak orang Yahudi bermigrasi keluar dari Austria dan
selebihnya dibunuh ketika Holocaust. Ini menyebabkan populasi orang Yahudi berkurang dari 100.000
menjadi antara 10.000 dan 20.000. Agama Islam yang hanya sedikit di Austria (4%), mengakibatkan
agama Islam menjadi salah satu Agama minoritas.
2.1.1. Muslim di Austria

Islam adalah agama minoritas di Austria dengan 4,22% dari populasi di sensus tahun 2001.
Pada tahun 2010 diperkirakan ada di sekitar 400.000 sampai 500.000 Muslim di Austria, atau sekitar
6% dari total penduduk. Kebanyakan Muslim datang ke Austria pada 1960-an sebagai pekerja migran
dari Turki dan Bosnia-Herzegovina. Ada juga komunitas asal asli Arab dan Pakistan yang tinggal di
Austria.
Provinsi paling barat, Vorarlberg, kota dengan industri kecil dan desa, memiliki jumlah Muslim
tertinggi di Austria dengan 8,36% (jumlah ini menyerupai bagian utara-timur Negara Swiss). Kemudian
diikuti oleh ibukota Wina dengan 7,82%. Provinsi-provinsi tengah; Salzburg, Upper Austria, Tyrol dan
Lower Austria mengikuti dibawahnya dengan populasi Muslim yang menyamai rata-rata. Bagian
selatan-timur Austria; Styria, Carinthia serta Burgenland memiliki populasi Muslim lebih sedikit yaitu
dibawah rata-rata populasi muslim Austria.
Austria adalah Negara yang unik di antara negara-negara Eropa Barat, yang memberikan
pengakuan pada sebuah komunitas agama Islam. Hal ini menyusul kependudukan Austro-Hungarian
(dari Bonsia-Herzegovina) pada tahun 1878. Austria telah mengatur kebebasan beragama masyarakat
Muslim dengan "Anerkennungsgesetz" ("Act of Recognition"/ aksi pengakuan). Berikut bagan muslim di
Austria berdasarkan kelompok etnis:
Warga Negara Populasi
Turki 109.700
Bonia 85.200
Afghanistan 31.300
Kurdi 26.770
Albania 20.520
Iran 12.452
Arab 12.100
Pakistan 8.490
2.1.2. Wina
Ibu kota Austria bernama Vienna, atau lebih dikenal di Indonesia dengan nama Wina. Wina

sekaligus menjadi kota terbesar di Negara Austria. Wina salah satu dari 9 provinsi yang ada di Negara
Austria. Dikenal sebagai kota budaya, merupakan tempat kelahiran dari banyak musisi ternama seperti
Schubert, Johann Strauss I, Brahms. Sedangkan bagi Mozart dan Beethoven, Wina merupakan kota
tempat mereka meniti karir sampai masa puncaknya hingga menutup mata. Wina dijuluki sebagai kota
musik, walaupun sudah dilampau negara-negara lain di Eropa.
Wina bangkit dari kehancuran akibat Perang Dunia II, berubah menjadi kota industri modern dan pusat
komunikasi. Setelah periode pembangunan, Wina kembali membangun kejayaan sebagai pusat
kebudayaan dan kesenian, musik, teater, kuliner, dan pariwisata.
Pemandangan Kota Wina, Austria(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Wien040531w.jpg)
Wina merupakan pusat dari The Roman Catholic Archdiocese of Vienna (Keuskupan Ahung Katolik
Roma, Wina). Uskup agungnya kini adalah Kardinal Christoph Schonborn. Berdasarkan data sensus
statistik Austria/ Bundesanstalt Statistik Österreich pada tahun 2001, 49,2% warga Wina adalah
pengikut Katolik Roma, 25,7%-nya tidak memiliki kepercayaan (Atheis), 7,8% adalah muslim, 6%
adalah anggota denominasi Ortodoks, 4,7% protestan (kebanyakan dari Lutheran), 0,5% adalah
Yahudi, 6,3% dari agama lainnya (Hindu, Budha, dll).

Sensus Hasil Utama kota Wina/ VOLKSZÄHLUNG Hauptergebnisse I 2001– Wien(Sumber: ftp://www.statistik.at/pub/neuerscheinungen/vz01wien_web.pdf)

2.2. Der Wiener Deewan
2.2.1. Sejarah Der Wiener Deewan
Pendiri Der Wiener Deewan, Afzaal Deewan dan Natalie Deewan(sumber: www.deewan.at)
Der Wiener Deewan berdiri pertama kali pada tanggal 30 April 2005 bertepatan dengan hari
pengangguran. Didirikan oleh Afzaal Deewan, koki dan pemain kriket asal Pakistan dengan Natalie
Deewan seorang mahasiswa Filsafat yang merupakan warga lokal Austria, dan terletak di jantung kota
Wina, Schottentor. Letaknya yang di jantung kota menyebabkan biaya sewa tempat restauran itu
mahal.
Sistem buffet di Der Wiener Deewan(sumber: www.Deewan.at)
Der Wiener Deewan merupakan restoran kari berkonsep prasmanan/ buffet yang menyediakan
menu utama dalam dua kategori. Makanan kari berbahan dasar ayam, kambing, dan lembu. Dan
beberapa jenis makanan vegetarian. Selain itu, disediakan juga makanan pencuci mulut. Dan yang
membedakan Der Wiener Deewan dengan restoran Pakistan pada khususnya dan restoran
prasmanan pada umumnya, semua makanan itu All you can eat (boleh mengambil apa saja yang

disediakan) dengan konsep pembayaran pay as you wish atau membayar seikhlasnya saja. Hanya
minuman yang berbayar, sedangkan air mineral diberikan secara gratis.
Pada awalnya, konsep All you can eat, pay as you wish dimaksudkan sebagai percobaan saja,
namun pada akhirnya konsep ini bertahan hingga sekarang (7 tahun lamanya) tanpa pernah
mengakibatkan Der Wiener Deewan mengalami krisis finansial yang berarti.
Kini karyawan Der Wiener Deewan berjumlah 14 karyawan ada yang tetap atau ada yang tidak
tetap, ada yang penuh waktu, ada pula yang paruh waktu. Semua makanan yang tersaji di Der Wiener
Deewan adalah makanan yang halal, daging (baik ayam, kambing, dan lembu) yang disediakan juga
halal, dan dimasak oleh koki-koki yang beragama Islam dan yang berpengalaman di bidangnya
(kebanyakan koki merupakan warga asli Pakistan).
Koki di Der Wiener Deewan(sumber: www.deewan.at)
Der Wiener Deewan menyebut good food good mood sebagai motto perusahaan, maksudnya;
makanan yang enak yang disediakan oleh Der Wiener Deewan akan membuat mood pengunjung
bagus juga. Makanan enak = Mood bagus.
Header dan alamat lengkap Der Wiener Deewan(sumber: www.deewan.at)

Disamping makanan yang dimakan itu enak, tentu bagi umat muslim yang terpenting adalah
apakah makanan itu halal. di Der Wiener Deewan, konsumen muslim tidak perlu khawatir karena
makanan yang disediakan di Der Wiener Deewan adalah makanan yang halal. jenis-jenis makanan
yang diharamkan untuk dimakan oleh umat muslim dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 3,
yang berbunyi:
Artinya: diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak
panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Ayat diatas menjelaskan apa sajakah makanan yang diharamkan untuk umat muslim, namun diakhir
kalimat, dijelaskan pula apabila seseorang tanpa disengaja memakannya, Allah mengampuninya. Hal
ini dijelaskan juga dalam Surat Al-An’am ayat 145, yang berbunyi:
.
Artinya: Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah
yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang

disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang".
2.2.2. Konsep Pemasaran Der Wiener Deewan
Sebuah pernyataan tertulis di website Der Wiener Deewan (www.deewan.at), yang berbunyi:
Di Der Wiener Deewan, kami percaya akan kekuatan rasa kemanusiaan yang dapat membuat
perubahan yang luar biasa. Dan kami juga percaya bahwa setiap orang berhak memiliki tempat
di setiap meja (meja restoran di Der Wiener Deewan). Tidak ada harga dalam menu kami,
makanan yang kami sediakan tidak gratis, tapi semua yang anda lakukan disini gratis
(maksudnya, apapun makanan yang anda ambil disini gratis).
Disini, anda bebas membayar sesuai dengan nilai yang anda berikan pada makanan yang
anda makan. Sehingga, setiap orang yang mampu membayar, dapat membayari orang-orang
yang tidak mampu membayar (pay forward).
Silahkan datang untuk memenuhi meja-meja kami!
All you can eat, pay as you wish merupakan konsep diterapkan oleh Der Wiener Deewan.
Sebenarnya, ada harga normal untuk setiap makanan di Der Wiener Deewan, yaitu berkisar 5-6 euro.
Namun, ada juga orang yang membayar 1-2 euro, bahkan hanya membayar minumannya. Kasir dan
karyawan di Der Wiener Deewan sendiri sangat tidak mempermasalahkan baik itu membayar lebih
maupun hanya membayar air saja. Bayar banyak maupun sedikit mereka tetap tersenyum.
Dengan mengusung label halal, Der Wiener Deewan menyediakan makanan-makanan yang
benar-benar halal baik secara penyembelihan maupun pengolahannya, Der Wiener Deewan memiliki
kriteria/ prosedur tersendiri untuk memasak agar ke-halalan makanan di Der Wiener Deewan tetap
terjaga. Misalnya bahan-bahan yang kebanyakan masih Impor dari Pakistan jadi masih terjamin
kualitas bahannya, serta koki-koki yang dipilih adalah koki-koki yang terbiasa mengolah bahan
makanan halal serta muslim.
Der Wiener Deewan juga sangat terbuka pada setiap pengunjung yang mau menyumbang
atraksi tari maupun musik di cafe Der Wiener Deewan. Der Wiener Deewan tak segan mengingatkan
pengunjung untuk stay as you wish and play as you wish! (tinggal dan bermain semaumu!).
Kebanyakan, yang menampilkan anak muda yang menampilkan atraksi-atraksi tersebut, keterbukaan

Der Wiener Deewan terhadap pengunjung inilah salah satu penyebab restoran ini tak pernah sepi
pengunjung.
Natalie Deewan menyatakan konsep restoran Der Wiener Deewan ini terinspirasi akan nilai
nilai kedermawanan manusia baik dari sisi pemberi maupun penerima. Natalie Deewan juga kerap
menyebutkan “fight the poverty not the poor” atau lawan kelaparan, bukan kemiskinan. Hal ini
terinspirasi akan kejadian di Styria, salah satu kota terbesar di Austria, dan kota terbesar kedua setelah
Wina. Saat itu tahun 2011, pemerintahan di Styria menyatakan larangan mengemis di kota itu. Natalie
Deewan berpendapat, memerangi kemiskinan tidak harus dengan cara melarang mengemis. Memang,
larangan mengemis itu bagus, baik untuk meningkatkan martabat seseorang, supaya orang itu
kemudian berusaha dan bekerja, dan baik juga untuk kota sendiri karena di kota nantinya tidak akan
terlihat pengemis-pengemis yang muncul di berbagai sudut kota. Tapi, bagaimana kalau orang tersebut
mengemis bukan karena keinginannya? Terpaksa? Menurut Natalie, seharusnya yang diperangi
pemerintah itu bukan kemiskinannya, tapi kelaparannya. Orang yang kenyang pasti akan dapat berfikir
lebih jernih, semua orang tahu, jika perut seseorang sedang kelaparan, orang itu tidak akan bisa
berfikir jernih. Itulah kenapa Natalie sangat mendukung kampanye “fight the poverty not the poor”.
Sebagian orang mengatakan, ini salah satu cara agen muslim untuk mesyiarkan agamanya
dengan cara yang lebih ramah. Banyak pengunjung non-muslim yang datang kesana akhirnya bertemu
dengan pengunjung muslim, mengobrol dan saling bertukar pikiran, selain muslim, banyak siswa dan
mahasiswa yang nongkrong atau berdiskusi di Der Wiener Deewan, inilah yang akhirnya membuat
Restoran ini ramah bagi siapapun.
Dengan tagline All you can eat, pay as you wish ini, Der Wiener Deewan juga ikut membantu
para musafir (kebanyakan backpacker), dan sabilillah (siswa/ mahasiswa di sekitar kota Wina) yang
kekurangan uang untuk membeli makan jadi ikut terbantu.
2.2.3. Restoran serupa Der Wiener Deewan
Di dunia, ada restoran yang memiliki tujuan sama dengan Der Wiener Deewan yaitu membantu
masyarakat yang membutuhkan, namun restoran-restoran itu memiliki konsep pemasaran yang
berbeda-beda, dan kelebihan Der Wiener Deewan dibandingkan dengan restoran lainnya itu adalah,
hanya Der Wiener Deewan satu-satunya restoran yang memiliki label halal. berikut adalah daftar
restoran-restoran tersebut, yang disadur dari sebuah website milik Christian Science Monitor:
1. One World Café in Salt Lake City
Denise Cerreta pada awalnya mendirikan restoran ini untuk menyediakan makanan organik yang
terjangkau. Pengunjung membayar dengan memasukkan uang ke donation box atau menggunakan

kartu kredit, hasil penjualan restoran ini nantinya akan disumpangkan. Jika tidak memiliki uang,
pengunjung dipersilahkan untuk membayar dengan tenaganya, menjadi tenaga sukarela untuk
mencuci piring maupun jadi pelayan.
2. The Terra Bite Lounge in Kirkland, Wash
Didirikan oleh Ervin Peretz, Cafe ini menyediakan kopi, smoothies, makanan panggang, dan
sandwiches tanpa label harga.
3. Dan's Restaurant in Biddeford, Maine
Didirikan oleh Danielle Ward restoran ini menyediakan makanan yang porsi dan harganya bisa
ditawar.
4. SAME Café in Denver
Didirikan oleh When Brad dan Libby Birky, cafe ini menyediakan makanan yang dapat dibayar
semampunya oleh customer. SAME adalah akronim dari “So All May Eat” atau Agar semua bisa
makan.
2.2.4. Der Wiener Deewan Di Dunia
Der Wiener Deewan banyak dikenal karena tarifnya yang murah dan terjangkau. Banyak
backpacker yang makan di restoran Der Wiener Deewan ini saat berkunjung ke Wina. Der Wiener
Deewan juga sangat terkenal di dunia maya, banyak website-website yang mengulas mengenai Der
Wiener Deewan, diantaranya (link):
http://www.tripadvisor.co.id/ShowUserReviews-g190454-d947308-r116220455-Der_Wiener_Deewan-
Vienna.html
http://www.dopplr.com/place/at/vienna/eat/der-wiener-deewan
http://www.yelp.at/biz/der-wiener-deewan-wien
http://www.travbuddy.com/Der-Wiener-Deewan-v471582
http://www.zabihah.com/d/Vienna+8861+Der-Wiener-Deewan/
http://tupalo.com/en/vienna/der-wiener-deewan
http://m.kaskus.co.id/post/5134d4291a7608fc2d000001
website-website diatas merupakan website trip advisor yang banyak menyarankan tentang hotel,
tempat rekreasi maupun restauran yang memiliki pelayanan bagus dan berkualitas serta cocok untuk
traveller.

Selain di website, Der Wiener Deewan juga dibahas di salah satu buku Novel Travelling yang
ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais (Putri dari Amien Rais) yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa,
dalam buku ini diceritakan bahwa suami Hanum yang merupakan seorang Dosen Ekonomi sangat
kaget dengan konsep pemasaran Der Wiener Deewan (all you can eat, pay as you wish) karena
konsep ini sungguh bertentangan dengan konsep ekonomi konvensional yang selama ini dia pelajari
semasa kuliah.
2.2.5. Penerapan Fungsi Sosial di Der Wiener Deewan
Fungsi Sosial telah diperintahkan oleh Allah sebagaimana tercantum dalam firman Allah dalam
Al Qur’an Surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi:
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Fungsi sosial dimaksudkan agar manusia yang hidup di dunia tidak serta merta hanya berbuat hanya
untuk kepentingan duniawi saja, namun juga memikirkan kepentingan akhirat. Caranya, dengan
berbuat baik pada orang lain, serta tidak membuat kerusakan di bumi.
Tidak sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang menerapkan fungsi sosial berbeda
waktunya dengan waktu bekerja, di Der Wiener Deewan pada dasarnya konsep all you can eat, pay as
you wish itu sendiri sudah merupakan penerapan fungsi sosial yang dilakukan oleh Der Wiener
Deewan. Der Wiener Deewan menyediakan minuman yang tidak gratis, tapi menyediakan makanan
yang dapat dibayar seikhlasnya. Konsep all you can eat, pay as you wish sangat membantu
masyarakat yang membutuhkan.
Jadi, konsep pemasaran restoran ini sudah dapat dikatakan sekaligus sebagai penerapan fungsi sosial
perusahaan.

2.3. Analisis
2.3.1. Pemasaran dalam Islam
Pemasaran Islam atau sering disebut dengan syari’ah marketing memiliki pengertian sebagai
serangkaian proses untuk memberikan nilai yang dibawa oleh sebuah organisasi kepada para pihak
yang memiliki kepentingan terhadapnya serta dalam setiap prosesnya berkaitan erat dengan aturan
atau hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. (Amrin 2007:1) memberikan definisi
pemasaran menurut perspektif syariah (Islami) adalah segala aktifitas yang dijalankan dalam kegiatan
bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapapun
yang melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran,
keadilan, keterbukaan, keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada akad bermuamalah
Islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam. (Amrin, 2007:1)
Dalam jurnal Looking at Islamic Marketing, branding and Muslim consumer behaviour beyond
the 7P’s (Wilson, Jonathan: 2012) terdapat tambahan 7P dalam kasus studi pemasaran Islam, yaitu:
1. Pragmatisme. Menilai kebenaran dan makna dari teori atau keyakinan didasarkan pada
sebuah dunia / waktu pendekatan ilmiah yang diterapkan.
2. Relevansi. Menunjukkan relevansi dan penerapan.
3. Paliatif. Untuk mengurangi gap dan membuat kesulitan berkurang, saat menerima bahwa
banyak akar penyebab masalah gap itu sendiri tidak pernah muncul lagi
4. (4)Jaringan sosial yang mendukung. Mengidentifikasi dan terlibat dengan jaringan sosial dari
kelompok stakeholder tanpa menutup-nutupi kebenaran yang ada.
5. Pedagogi. Memberdayakan stakeholders melalui penyediaan konsep pembelajaran yang
transparan, metode dan praktik – terlepas dari apakah mereka pemasar, akademisi, atau
konsumen.
6. Kegigihan. Kerja terus menerus, Meski menemui kesulitan apapun.
7. Kesabaran. Meletakkan dasar untuk tujuan jangka panjang subjek.
7P ini didasarkan pada Al Qur’an Surat Al-Ashr, yang berbunyi:

Artinya: 1. demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
A Proposed structure for Islamic Marketing Courses(Sumber: Jurnal “Looking at Islamic marketing branding and muslim consumer behaviour beyond the 7P’s”)
Definisi pemasaran Islam menurut Jonathan Wilson (2012):
Pengakuan pendekatan Tuhan dalam pemasaran: dari perspektif pemasar dan konsumen,
yang menggambarkan pengendali atau sifat umum yang berhubungan dengan Islam
Sebuah sekolah pemikiran yang memiliki arah moral yang cenderung ke arah norma etika dan
nilai-nilai agama Islam dan bagaimana muslim menginterpretasikan itu semua dari kacamata
budaya yang berbeda-beda.
Sebuah fenomena yang multi-layer, dinamis, dan 3-dimensional dari hubungan stakeholder
baik muslim dan non-muslim, yang hanya bisa dimengerti dengan mempertimbangkan

penciptaan eksplisit dan atau implisit dengan sinyal budaya artefak - yang difasilitasi oleh
pemasaran.
Selain konsep definisi-definisi pemasaran Islam menurut ahli-ahli ekonomi diatas, contoh nyata
dari konsep pemasaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah selalu berbuat baik kepada
orang lain, dan inilah yang sebenarnya merupakan dasar dari pelayanan yang optimal (service
excellent), sabda Nabi: “Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang murah
hati/ sopan pada saat dia menjual, membeli, atau saat dia menuntut haknya.”. Allah SWT juga telah
mennginstruksikan untuk senantiasa berbuat baik kepada orang lain. Firman Allah diantaranya terdapat
dalam Surat Al-Hijr ayat 88:
Artinya: Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah
Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.
Juga dalam firman-Nya pada Surat Ali-Imran ayat 159 yang berbunyi:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,
kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa barang maupun pelayanan/ jasa
hendaknya memberikan yang berkualitas (yang unggul), jangan memberikan yang buruk atau tidak
berkualitas kepada orang lain. Hal tersebut dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 267:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Oleh karena itu, bisnis yang berkah dapat diawali dengan memberikan layanan yang menguntungkan
pelanggan, meski sedikit untung namun banyak laku. (Ratnasari, 2012). Hal inilah yang sama dengan
prinsip Der Wiener Deewan, yaitu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Ketakutan
yang muncul akan merugi pada awal-awal pendirian der wiener deewan sirna begitu saja ketika
ternyata malah Der Wiener Deewan tidak mengalami kerugian. Dan ternyata, konsep membayar
seikhlasnya malah menguntungkan Der Wiener Deewan karena menarik banyak pelanggan yang
penasaran dengan sistem pemasaran Der Wiener Deewan.
Dalam aturan konvensional untuk manajer restoran, selain memberikan layanan yang menguntungkan
pelanggan, saat membuat restoran, seorang manajer pemasaran selalu disarankan untuk tetap dekat
dengan pelanggan, untuk menempatkan pelanggan di atas segalanya (Day, 1994) hal ini
mengindikasikan bahwa tujuan bisnis adalah untuk memuaskan pelanggan. Jika dibandingkan dengan
prinsip bisnis yang berkah dalam Islam, aturan manajer restoran yang konvensional ini memiliki
kemiripan yaitu sama-sama untuk memuaskan pelanggan. Itulah kenapa terdapat istilah bahwa
seharusnya seorang muslim yang taat mereka juga seorang wirausaha yang baik, karena dalam
banyak aturan di Al Qur’an mengindikasikan dan memberi petunjuk bagi muslim untuk dapat belajar
bagaimana menjadi seorang entrepreneur yang bagus. (Adas, 2006:129)
2.3.2. Analisis Pemasaran Der Wiener Deewan dalam Islam
Konsep restoran Der Wiener Deewan ini terinspirasi akan nilai nilai kedermawanan manusia
baik dari sisi pemberi maupun penerima. Seperti disebutkan dalam websitenya bahwa mereka percaya
kekuatan rasa kemanusiaan dapat membuat perubahan yang menakjubkan, dan mereka mengatakan
bahwa setiap orang berhak memiliki tempat di setiap meja. Di Der Wiener Deewan, semua dibebaskan
membayar makanan sesuai dengan nilai makanan yang mereka rasakan, supaya setiap orang yang
mampu membayar bisa membayari orang yang tidak mampu membayar (pay forward).

Konsep restoran ini sangat sesuai dengan pernyataan Abdullah bin ‘Abbas r.a, bahwasannya
“Hati itu diciptakan dengan tabiat yang mencintai orang berbuat baik dan membenci sebaliknya.”
Jika kita melihat dari sisi konsep pemasaran konvensional, konsep Der Wiener Deewan
sangatlah tidak rasional. Bagaimana mungkin seseorang dapat membayar makanan seikhlasnya,
banyak orang menyalah artikan bahwa membayar seikhlasnya itu ya membayar se-mau-nya kita.
padahal tidak, konsep ikhlas dalam Islam adalah: memurnikan tujuan bertaqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Dalam arti lain, ikhlas adalah menjadikan Allah
sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tidak lain hanyalah dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap orang
apa yang diniatkan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam Hadits ini Rasulullah berusaha menjelaskan bahwa amal itu sama dengan niat. Apabila
niat kita baik maka kita mengamalkan hal yang baik, begitupun sebaliknya. Der Wiener Deewan
berusaha menjadi perantara amal kebaikan manusia dengan cara menjembatani mereka yang mampu
untuk membayari yang tidak mampu lewat konsep membayar seikhlasnya (pay forward/ subsidi silang).
Namun, tetap saja niat itu harus berpegang pada deontologi dalam Islam yaitu “niat baik tidak dapat
mengubah ‘haram’ menjadi ‘halal’. walaupun tujuan, niat, dan hasilnya baik, namun bila caranya tidak
baik TETAP tidak diperbolehkan.”
Konsep pemasaran Der Wiener Deewan juga membantu masyarakat sekitar yang susah untuk
mendapatkan makan. Letak Der Wiener Deewan yang dekat dengan Universitas Wina dan sekolah-
sekolah lain juga membantu mahasiswa dan siswa yang berasal dari perantauan untuk tetap dapat
memperoleh makanan yang layak. Berarti sudah jelas sekali, keberadaan Der Wiener Deewan ini
sangat bagus dan sangat sesuai dengan konsep pemasaran dalam Islam.
2.3.2.1. Segmenting, Targeting, dan Positioning Der Wiener Deewan
Segmenting
Segmenting atau segmentasi adalah cara membagi pasar berdasarkan faktor geografi, demografi,
psikologi, perilaku dan akhirnya pada variabel terkecil yaitu individu. Segmentasi yang
berkesinambungan menjadi hal penting bagi suatu perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasar yang selalu berubah-ubah. Nabi Muhammad sendiri melakukan segmentasi dengan
cara mengetahui market terlebih dahulu, kemudian barulah Nabi melakukan segmentasi pasar secara
individu (segment of one) atau yang sekarang dikenal dengan market identifying. (Ratnasari, 2012).
Contoh pencarian segmentasi dalam Al Al Qur’an disebutkan dalam Surat Al-Quraisyi ayat 1-2:

Artinya: 1. karena kebiasaan orang-orang Quraisy, 2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim
dingin dan musim panas[1602].
[1602] Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada
musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu mereka mendapat
jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu nikmat
yang Amat besar dari Tuhan mereka. oleh karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang
telah memberikan nikmat itu kepada mereka.
Segmentasi pasar Der Wiener Deewan sendiri adalah menyediakan makanan yang disukai oleh
masyarakat Austria, khususnya yang tinggal di sekitar Wina, baik yang mampu maupun yang tidak,
selain masyarakat umum, siswa/ mahasiswa juga merupakan segmentasi pasar Der Wiener Deewan.
Pada dasarnya, tidak ada kriteria khusus tentang segmentasi pasar Der Wiener Deewan, karena telah
disebutkan oleh pemiliknya, Natalie Deewan, bahwa semua orang berhak mendapatkan tempat di Der
Wiener Deewan.
Targeting
Targeting merupakan proses pemilihan target dan mencocokkan reaksi pasar dengan kebutuhan
dasar, kemampuan daya beli, dan keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, tidak semua segmen
dapat menembus semua segmen yang ada di dalam masyarakat. (Ratnasari, 2012)
Dengan label halal di Der Wiener Deewan, tentu Der Wiener Deewan akan lebih mudah mendapatkan
konsumen muslim, namun tidak hanya konsumen muslim yang menjadi traget pasar Der Wiener
Deewan, dan pada kenyataannya, jumlah penduduk muslim yang tidak banyak di Wina juga
mengakibatkan target tersebut tidak efisien. Maka dari itu, Der Wiener Deewan tidak menggunakan
target tertentu dalam pemasarannya, maksudnya, Der Wiener Deewan menyajikan makanan kepada
siapapun yang mau makan. Tidak ada target khusus.
Positioning
Positioning adalah bagaimana menempatkan produk ke dalam benak konsumen secara luas sehingga
akan tertanam dalam benak pasar bahwa perusahaan anda adalah definisi produk yang dijual tersebut.
(Ratnasari, 2012).

Der Wiener Deewan memproduksi makanan Pakistan seperti kari, dll. Namun bukan berarti Der Wiener
Deewan hanya membuat makanannya untuk masyarakat Pakistan di Wina saja, melainkan, berusahan
menyajikan makanan Pakistan agar cocok untuk lidah masyarakat Austria.
2.3.3. Der Wiener Deewan Sebagai Agen Islam di Austria
Letak Der Wiener Deewan yang berada di pusat kota Wina, dekat dengan Universitas Wina
sangat memudahkan Der Wiener Deewan untuk memasarkan restorannya. Tidak perlu dengan usaha
yang ribet, dengan mengusung konsep All you can eat, pay as you wish, Der Wiener Deewan langsung
mampu mendapat tempat di masyarakat Austria.
Dengan label Halal di restorannya, hampir tidak ada warga Austria maupun turis yang beragama Islam
berfikir dua kali untuk datang ke Der Wiener Deewan, mereka kebanyak tertarik dengan sistem
pembayarannya. Tidak jarang ada orang yang datang sekedar karena penasaran, apakah jika mereka
membayar sedikit, mereka akan ditolak oleh kasir. Dan ternyata tidak pernah terjadi penolakan-
penolakan akibat membayar sedikit.
Label Halal di Restoran Der Wiener Deewan
(sumber: www.Deewan.at)
Selain letak yang menguntungkan untuk mencari pelanggan. Label halal Der Wiener Deewan
sekaligus membuatnya disebut sebagai agen islam di Austria secara tidak langsung oleh beberapa
muslim disana. Tentunya, agen muslim secara langsungnya adalah pemilik Der Wiener Deewan
sendiri, yaitu Natalie Deewan. (Rais, 2010).
Pada awalnya, pemilik Der Wiener Deewan sendiri tidak pernah menyangka apa yang ia buat akan
berdampak pada muslim-muslim di Austria, namun sekarang ia tahu itu karena Der Wiener Deewan
sering menjadi tempat berkumpul muslim-muslim di Austria baik untuk sekedar mengobrol maupun
makan bersama keluarga besarnya.
2.4. Penerapan Konsep Der Wiener Deewan di Indonesia
Restoran All you can eat, pay as you wish mungkinkah diterapkan di Indonesia? Kebanyakan
orang ragu. Selain itu, memang belum ada contoh konkrit mengenai pendirian restoran dengan konsep
serupa Der Wiener Deewan di Indonesia. Pesimisme masyarakat Indonesia dengan kemampuan

restoran semacam Der Wiener Deewan akan mampu bertahan di Indonesia cukup realistis, dapat
diketahui sendiri tingkat moralitas Warga Negara Indonesia kurang bisa dikatakan baik. Masih banyak
ditemui pemilik warung-warung tegal yang terpaksa harus merugi karena konsumennya tidak mau
membayar atau kabur saat akan membayar.
Dalam hal konsumsi sekarang ini, telah ada kecenderungan untuk memperlakukan budaya konsumen
sebagai budaya yang tidak baik, dan terkesan merusak nilai-nilai tradisional. Penggambaran budaya
konsumen lebih menjurus pada hal-hal yang bersifat boros, berbahaya, dan tidak bermoral, mendorong
individualisme dan hedonisme. Padahal, para pakar Ekonomi Islam memerintahkan umat Islam untuk
senantiasa hidup sederhana dan menahan diri dari konsumsi yang berlebihan. Terhadap segala
budaya konsumen yang terkesan sarat nilai-nilai budaya barat, Islam hadir untuk menawarkan
penangkal. (Kuran dalam Ozlem Sandicki, 2004)
Budaya konsumsi masyarakat di Indonesia sendirilah yang akhirnya dipertanyakan, padahal,
sudah sangat jelas dalam Al Al Qur’an, Allah menjelaskan tentang konsumsi dan bagaimana
memperlakukan sesuatu yang bukan haknya. Surat Al A’raaf ayat 31 menjelaskan bagaimanakah
konsumsi dalam Islam:
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.
Dalam ayat diatas, sudah jelas sekali bahwa tindakan yang bersifat berlebih-lebihan dilarang dalam
Islam, berlebihan saja dilarang apalagi memakan sesuatu yang bukan haknya. Tindakan ini dapat
disamakan dengan tindakan korupsi. Memakan sesuatu yang bukan haknya tertulis dalam Surat Al
Baqarah ayat 188:
Artinya: dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu
mengetahui.
Jadi, pada dasarnya, Al Al Qur’an sudah sangat jelas menjelaskan tentang konsumsi dan
bagaimana memperlakukan sesuatu yang bukan haknya. Namun mengapa dewasa ini sikap konsumtif
malah banyak terjadi? Manusia menciptakan barang-barang yang tidak berguna, kemudian manusia
lainnya berlomba-lomba untuk mendapatkan barang yang sama sekali tidak berguna itu. Jika dilihat
dari teori ekonomi konvensional, hal ini sangat mungkin terjadi mengingat hakikat manusia itu sendiri
yang dilahirkan sebagai makhluk ekonomi, dimana salah satu cirinya bertindak secara rasional;
manusia ingin hasil maksimal dengan pengorbanan seminimal mungkin. Pengorbanan seminimal
mungkin-inilah yang pada akhirnya menjadi masalah. Dari sisi positif, pengorbanan seminimal mungkin
bisa dilakukan dengan cara bekerja dengan modal sekecil-kecilnya untuk memproduksi barang yang
bernilai ekonomis tinggi, misalnya mendaur ulang kaca untuk dijadikan kerajinan tangan. Namun,
masalahnya, pengorbanan seminimal mungkin malah banyak dilaksanakan dengan cara negatif,
contohnya memanfaatkan jabatan tinggi untuk mendapatkan uang korupsi.
Bagi orang Indonesia sendiri, melakukan pengorbanan seminimal mungkin adalah hal yang
disukai. Banyak contohnya, seperti yang paling jamak terjadi, kejadian korupsi, yang dilakukan mulai
dari oknum pemerintah dengan jabatan terendah sampai jabatan yang tinggi. Korupsi telah menjadi
budaya tersendiri di Indonesia, bahkan anak kecil pun telah akrab dengan kata-kata korupsi. Hal ini
tentu sangat ironis sekali. Bagaimana mungkin anak kecil sudah akrab dengan kata-kata korupsi,
jangan-jangan nanti besarnya mereka lebih akrab untuk melakukannya. Bisa jadi.
Selain itu, mendirikan restoran dengan konsep membayar seikhlasnya di Indonesia yang negaranya
masih berada pada state ekonomi yang berkembang adalah kurang strategis.
Namun yang pasti, mendirikan restoran yang berkonsep membayar seikhlasnya itu bukanlah
hal yang mustahil. Mengutip kata Audrey Hepburn: nothing is impossible, the words itself says im-
possible. Tidak ada istilah tidak mungkin di dunia ini. mendirikan restoran dengan konsep membayar
seikhlasnya itu butuh tekad yang kuat. Jadi, kalau hanya kemauan, mendirikan restoran seperti Der
Wiener Deewan di Indonesia merupakan sesuatu yang dapat mengantar pada kebangkrutan.
Spekulasi tentang bisa atau tidak pada awal mendirikan adalah hal yang wajar, Afzaal dan Natalie
Deewan pun, pada awal mendirikan Der Wiener Deewan juga tidak langsung berharap usahanya akan
langsung sukses besar, mereka membuat percobaan seminggu, setelah melihat respons masyarakat
yang bagus, barulah konsep pemasaran itu dilanjutkan. Hasilnya, 7 tahun restoran Der Wiener Deewan
dapat berdiri tanpa kesulitan finansial yang berarti.

Jadi intinya, bukan masalah Indonesia adalah Negara berkembang, yang memiliki masyarakat dengan
mental negara berkembang. Tapi bagaimanakah tekad seseorang dalam mendirikan usaha itu,
bagaimana cara dia mengatasi tantangan dalam usahanya. Bukankah Allah sendiri telah menjelaskan
dalam Surat Al Insyirah, bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan:
Artinya: 5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.

REKOMENDASI
Konsep restoran Der Wiener Deewan all you can eat, pay as you wish merupakan sebuah
konsep baru dalam sistem pemasaran suatu restoran. Meskipun kebanyakan restoran menyajikan
menu makanan dengan harga yang sudah fix, namun Der Wiener Deewan malah membuat suatu
konsep unik yang terinspirasi akan nilai nilai kedermawanan manusia baik dari sisi pemberi maupun penerima,
menyediakan menu makanan buffet dengan harga yang dapat dibayarkan seikhlasnya, semampu
pembeli.
Kepercayaan pemilik Der Wiener Deewan bahwa setiap manusia pasti memiliki sisi kedermawanan
patut dicontoh oleh pemilik restoran-restoran di Indonesia. Meskipun jika dipikirkan, menciptakan
restoran dengan konsep yang sama dengan Der Wiener Deewan adalah hal yang mustahil, tidak
berarti hal tersebut tidak dapat dilakukan.
Kunci utama dalam membuat restoran dengan konsep membayar seikhlasnya ini adalah keikhlasan itu
sendiri, baik dari sisi penjual maupun pembeli. Pembeli membayar dengan ikhlas sesuai dengan nilai
makanan yang dia makan, penjual dengan ikhlas menerima uang senilai produk yang ia berikan ke
konsumen. Dengan berpegang pada keikhlasan itulah, kasir di Der Wiener Deewan selalu tersenyum
berapapun uang yang diberikan oleh konsumennya. Dan, konsumen yang sudah disenyumi bahkan
sebelum dia memberikan alasan kenapa dia membayar sedikit/ banyak, pasti hatinya akan senang.
Dari hati inilah akhirnya terbentuk bond antara penjual dan pembeli. Sehingga konsumen jadi tak ragu
akan kembali ke Der Wiener Deewan lagi.
Penulis membayangkan, apabila di sekitar Universitas Airlangga terdapat restoran seperti itu,
pasti mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari perantauan, yang kadang masih telat mendapat uang
saku, akan terbantu, dan mereka memiliki tempat nongkrong yang lebih baik daripada sekedar
nongkrong di Warung Kopi. Penulis berharap, suatu saat restoran dengan konsep yang sama dengan
Der Wiener Deewan dapat berdiri di area yang dekat dengan sekolah/ kampus. Disamping mendirikan
restoran di area yang ditinggali masyarakat berpendidikan, mungkin restoran itu juga harus memiliki
aturan-aturan khusus, jadi tidak serta merta semua orang dapat makan gratis, namun orang-orang
tertentu yang bisa makan gratis disana. Misalnya, jika restoran itu berdiri di area dekat kampus, hanya
mahasiswa yang IPK-nya selalu menunjukkan kenaikan, yang boleh makan gratis di restoran tersebut.
Dengan begitu, adanya restoran tersebut turut membantu dan memotivasi mahasiswa/ mahasiswi yang
sedang berjuang mencari ilmu itu untuk terus meningkatkan prestasinya.
REFERENSI

David C. Bojanic. Customer Profile of the “carryout” Segment for Restaurant. International Journal of
Contemporary Hospitality Management, Volume 19, No.1. Halaman 4
Jonathan Wilson. 2012. Looking at Islamic Marketing, branding and Muslim consumer behaviour
beyond the 7P’s. Journal of Islamic Marketing, Volume 3, No.3. Halaman. 5
Jonathan Wilson. 2012. The New Wave of Transformational Islamic Marketing. Journal of Islamic
Marketing, Volume 3, No.1. Halaman. 2
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Ozlem Sandicki. 2011. Researching Islamic Marketing: Past and Future Perspective. Journal of Islamic
Marketing, Volume 2, No.3. Halaman 5
Rais, Hanum. 2012. 99 Cahaya di Langit Eropa (cetakan ke 10). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ratnasari, Ririn. 2012. Modul 1 Manajemen Pemasaran Islam. Surabaya: Departemen Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Ratnasari, Ririn. 2012. Modul 2 Manajemen Pemasaran Islam. Surabaya: Departemen Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Austria. 22 Mei 2013, pukul 00:01. http://id.wikipedia.org/wiki/Austria
Der Wiener Deewan (Main Website). 30 Juni 2013, pukul 20:44. http://www.deewan.at/
Islam in Austria. 22 Mei 2013, pukul 00:15. http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Austria
Korupsi Dalam Pandangan Islam. 1 Juli 2013, pukul 17:07. http://www.tabligh.or.id/2013/korupsi-dalam-
pandangan-islam/
The Culture Food. 22 Mei 2013, pukul 00:30.
http://www.csmonitor.com/The-Culture/Food/2008/0714/p17s01-lifo.html
VOLKSZÄHLUNG Hauptergebnisse I 2001 – Wien. 1 Juli 2013, pukul 16:16.
ftp://www.statistik.at/pub/neuerscheinungen/vz01wien_web.pdf