ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

189
ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK CIBIS TOWER 9 JAKARTA SELATAN PT WASKITA KARYA TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: RIDANTI LENGGO GENI NIM : 1111101000088 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Transcript of ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

Page 1: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK

CIBIS TOWER 9 JAKARTA SELATAN PT WASKITA KARYA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

RIDANTI LENGGO GENI

NIM : 1111101000088

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 September 2015

Ridanti Lenggo Geni

Page 3: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN

Skripsi, Oktober 2015

Ridanti Lenggo Geni, NIM. 1111101000088

Analisis Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta

Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015

xiii + 159 halaman, 9 tabel, 15 gambar, 6 lampiran

ABSTRAK

PT Waskita Karya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

bergerak dibidang jasa konstruksi. PT Waskita Karya pada tahun 2013 kasus

kecelakaan kerja meningkat sebanyak 7 kali serta terdapat 19 kecelakaan pada

Proyek Cibis Tower 9. Untuk mencegah kecelakaan tidak terjadi PT Waskita

Karya melakukan risk assessment. Pelaksanaan Risk Assessment diketahui tidak

dilakukan dengan tepat, baik dari segi waktu, alur proses, revisi, pengumpulan

informasi serta komunikasi kepada pekerja.

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan

pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT

Waskita Karya tahun 2015. Data penelitian didapatkan dengan cara

mengumpulkan data primer didapatkan dengan cara observasi dan wawancara

informan, sedangkan data sekunder didapatkan dengan telaah dokumen. Penyebab

ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dianalisis dengan teknik Management

Oversight and Risk Tree pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hal-hal yang menyebabkan tidak

tepatnya pelaksanaan risk assessment adalah sistem pengumpulan informasi,

waktu analisis risiko, lingkup analisis risiko, pelaksana analisis risiko, temuan

bahaya, kesesuaian pengendalian dengan hirarki pengendalian, arahan

penggunaan pengendalian, kesesuaian pengendalian dengan situasi yang berbeda.

Berdasarkan hasil penelitian maka Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita

Karya disarankan untuk mengubah waktu sistem pertemuan dan membuat jadwal

shift safety morning, melaksanakan risk assessment sesuai prosedur yang ada dan

ditinjau secara berkala, mengkomunikasikan hasil risk assessment kepada Kepala

Proyek dan divisi terkait, memberikan pelatihan tentang risk assessment kepada

personil, melakukan pemantauan pelaksanaan risk assessment yang dibuat agar

dapat terdeteksi kesalahan-kesalahan dalam memprioritaskan bahaya, membuat

jadwal pengawas untuk pekerja di lapangan.

Daftar bacaan: 46 (Tahun 2003 – 2014)

Kata Kunci: Analisis Risk Assessment, MORT

Page 4: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, October 2015

Ridanti Lenggo Geni, NIM. 1111101000088

Analysis the Implementation of Risk Assessment at Cibis Tower 9 South

Jakarta Project of PT Waskita Karya 2015

xiii + 159 pages, 9 tables, 15 pictures, 6 attachments

ABSTRACT

PT Waskita Karya is one of State Owned Enterprises who are competent

in the construction service. During 2013 PT Waskita Karya cases of occupational

accidents increased by seven time and there were 19 cases of accidents that occur

in Cibis Tower 9 Project. PT Waskita Karya applying risk assessment to prevent

the accidents . The implementation of risk assessment known were not done

properly in terms of time, the process, revision and communication to employers.

The study is a qualitative research to find the cause of problem in the

implementation if risk assessment at PT Waskita Karya Cibis Tower 9 Project

2015. Type of data used is primary data by observation and interviews, adn

secondary data by document review. The causes of problem is analyzed by using

Management Oversight and Risk Tree (MORT) on Task Specific Risk

Assessment LTA.

The result showed that causes inaccurate implementation of risk

assessment is the information systems, timing of risk analysis, scope of risk

analysis, implementing risk analysis, hazard identification, suitability of the

hierarchy control, directive of equipment used, and suitability to different

situations.

Based on the research, Waskita’s Project Cibis Tower 9 advised to change

the system time meeting and make a shift for safety morning, carrying out risk

assessment according to existing procedures and reviewed periodically,

communicate the results of the risk assessment to the Head of Project and related

divisions, provide a training on risk assessment to personnel, monitoring the

implementation of the risk assessment made in order to undetected errors in

hazard prioritizing, scheduling supervisor to workers in the field.

Reading List: 46 (2003 – 2014)

Keywords: Analysis Risk Assessment, MORT

Page 5: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi

ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK

CIBIS TOWER 9 JAKARTA SELATAN PT WASKITA KARYA

TAHUN 2015

Telah disetujui, diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 30 September 2015

Oleh

Ridanti Lenggo Geni

NIM. 1111101000088

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS Fase Badriah, Ph.D

NIP. 19530730 198011 1 001 NIP. 19710605 200604 2 012

Page 6: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RIDANTI LENGGO GENI

NIM: 1111101000088

LEMBAR PENGESAHAN

Jakarta, 30 September 2015

Penguji I,

Ratri Ciptaningtyas, MHS

NIP: 19840404 200912 2 007

Penguji II,

Dr. Iting Shofwati, ST. MKKK

NIP: 19760808 200604 2 003

Penguji III,

Ir. Rulyenzi Rasyid, M.Si, M.KKK

Page 7: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

vi

CURRICULUM VITAE

PERSONAL DETAILS

Name : Ridanti Lenggo Geni

Place of Birth : Jakarta

Date of Birth : March, 17th

1994

Gender : Female

Address : Kp.Kelapa RT04/05 No.39

Kel. Rawapanjang, Kec. Bojonggede. Kab. Bogor

No. Telephone : 085692540253

Email : [email protected]

EDUCATIONAL BACKGROUND

Formal Education

2011 – 2015 : Bachelor Degree of Public Health Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Faculty of Medicine

and Health Science

2008 – 2011 : SMA Negeri 5 Depok

2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Depok

1999 – 2005 : SD Negeri Citayam 04

Informal Education

2006 – 2009 : Language Institute and Professional Education PEC

ORGANIZATIONAL EXPERIENCE

2006– 2008 : Anggota Paskibra SMP Negeri 1 Depok

2006– 2008 : Bendahara Pramuka SMP Negeri 1 Depok

2009 – 2010 : Anggota Osis SMA Negeri 5 Depok

2008 –2011 : Sekertaris Paskibra SMA Negeri 5 Depok

2009 –2010 : Anggota Tari Tradisional SMA Negeri 5 Depok

2010 –2011 : Anggota Bulutangkis SMA Negeri 5 Depok

2011 – 2014 : Bendahara Tari Saman FKIK UIN Jakarta

2013 – 2014 : Manager Finance FSK3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

maka penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul “Analisis

Pelaksanaan Risk Assessment Pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT

Waskita Karya Tahun 2015”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta Mama Isnaeni Nasaroh, Papa Ery Supridha dan Adinda

Retno Sekar Hutami yang dengan doa, restu serta dukungan yang

diberikan tanpa mengenal batas waktu..

2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku pembimbing I yang telah

memberi arahan dan masukan kepada penulis.

5. Ibu Fase Badriah, Ph.D selaku pembimbing II yang telah membantu

penulis untuk menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Asi Samosir selaku sekretaris K3LMP Proyek Cibis Tower 9

Cilandak yang memberikan informasi serta arahan selama kegiatan turun

lapangan berlangsung.

7. Pak Gallang Wicaksono, Pak Majuandi Situmorang dan Ibu Nidaa

A’diilah selaku staff K3LMP yang senantiasa memberikan ilmu dan

pengalaman berarti mengenai K3.

8. Para penguji skripsi, Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, Ibu Dr. Iting

Shofwati, MKKK dan Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK yang senantiasa

memberi masukan demi perbaikan penyusunan skripsi.

Page 9: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

viii

9. Seluruh informan dari Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita

Karya yang telah memberikan banyak informasi terkait penelitian.

10. Kawan Sholihah dan anggota Bukan 5cm yang selalu memberikan

dukungan dan motivasi untuk penulis.

11. Kawan Peminatan K3 angkatan 2011 yang senantiasa memberi semangat

dalam menyusun skripsi.

12. Rekan-rekan Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 yang selalu berbagi

informasi terkait penyusunan skripsi.

13. Pihak lainnya yang sudah membantu namun tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna.

Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat

dijadikan masukan di waktu mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis, rekan mahasiswa, instansi pendidikan serta perusahaan

terkait.

Terimakasih atas perhatiannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 4 September 2015

Ridanti Lenggo Geni

Page 10: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... v

CURRICULUM VITAE ............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN.................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

DAFTAR ISTILAH .................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 5

D. Tujuan ............................................................................................................ 5

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 5

2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

1. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ..................................... 6

Page 11: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

x

2. Bagi Proyek Cibis dan PT Waskita Karya ............................................. 6

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ................................................................... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................................ 8

B. Kecelakaan Kerja.......................................................................................... 8

1. Kecelakaan Kerja Konstruksi ................................................................. 9

2. Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ............................ 9

C. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja .............................................................. 11

1. Teori Domino ....................................................................................... 12

2. ILCI Loss Causation Model ................................................................. 13

3. Fault Tree Analysis .............................................................................. 16

4. Management Oversight and Risk Tree (MORT) ................................. 16

D. Manajemen Risiko ....................................................................................... 19

1. Tahapan Manajemen Risiko ................................................................. 20

2. Risk Assessment .................................................................................... 21

3. Cabang Risk Assessment dalam MORT ............................................... 25

E. Kerangka Teori ............................................................................................ 36

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ........................................ 37

A. Kerangka Pikir ............................................................................................. 37

B. Definisi Istilah ............................................................................................. 40

Page 12: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

xi

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 42

A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 42

B. Lokasi dan Waktu ........................................................................................ 42

C. Informan Penelitian ..................................................................................... 42

1. Informan Utama ................................................................................... 43

2. Informan Pendukung ............................................................................ 43

D. Instrumen Penelitian .................................................................................... 45

E. Pengumpulan Data....................................................................................... 45

F. Analisis Data dan Pengolahan Data ............................................................ 47

G. Penyajian Data ............................................................................................. 48

BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................... 49

A. Gambaran Umum Perusahaan dan Proyek .................................................. 49

1. Sejarah Perkembangan PT Waskita Karya (Persero) ........................... 49

2. Visi dan Misi Perusahaan ..................................................................... 50

3. Kebijakan K3 ....................................................................................... 50

4. Jenis Kegiatan Usaha ........................................................................... 51

5. Gambaran Area Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ................................. 53

6. Struktur Organisasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ........................... 54

7. Sistem Manajemen K3LMP Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ............. 55

B. Karakteristik Informan ................................................................................ 55

Page 13: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

xii

C. Gambaran Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015 ..................................................... 57

D. Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015 ............................. 62

E. Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015 .................................................... 102

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 104

A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 104

B. Pembahasan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015 .................................................... 104

C. Pembahasan Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment

pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015 ...... 110

1. Cabang Task Spesific Risk Analysis ................................................... 110

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA ........................................ 123

D. Pembahasan Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015 ............................ 134

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 140

A. Simpulan .................................................................................................... 140

B. Saran .......................................................................................................... 143

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 144

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ 152

Page 14: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Cabang Utama Pohon MORT ............................................................. 18

Bagan 2. 2 Tahapan Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004............................... 21

Bagan 2. 3 Cabang Risk Assessment MORT ....................................................... 27

Bagan 2. 4 Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed..................... 28

Bagan 2. 5 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ..................................... 34

Bagan 2. 6 Kerangka Teori ................................................................................... 36

Bagan 3. 1 Kerangka Pikir.....................................................................................39

Bagan 5. 1 Struktur Organisasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak...........................54

Bagan 5. 2 Alur Proses Risk Assessment K3LMP ............................................... 59

Bagan 5. 3 Pohon MORT pelaksanaan risk assessment ..................................... 102

Bagan 6. 1 Proses Manajemen Risiko AS / NZS 4360 : 2004.............................106

Page 15: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan Teori Kecelakaan Kerja ................................................ 19

Tabel 2. 2 Arti Simbol dalam MORT ................................................................... 35

Tabel 2. 3 Kode Warna Pohon MORT.................................................................. 35

Tabel 3. 1 Definisi Istilah.......................................................................................39

Tabel 4. 1 Informan Penelitian .............................................................................. 43

Tabel 4. 2 Triangulasi Sumber .............................................................................. 44

Tabel 4. 3 Triangulasi Teknik ............................................................................... 46

Tabel 5. 1 Karakteristik Informan..........................................................................56

Tabel 5. 2 Tanggung Jawab Pelaksana Risk Assessment ..................................... 76

Page 16: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Teori Domino ................................................................................... 12

Gambar 2. 2 Teori ILCI Loss Causation Model ................................................... 14

Gambar 5. 1 Lokasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ........................................53

Gambar 5. 2 Lembar Persetujuan Hasil Risk Assessment .................................... 60

Gambar 5. 3 Prosedur Persetujuan Hasil Penilaian Risiko ................................... 60

Gambar 5. 4 Topik Toolbox Meeting ................................................................... 65

Gambar 5. 5 Absensi Safety Morning ................................................................... 68

Gambar 5. 6 Revisi Hasil Risk Assessment .......................................................... 70

Gambar 5. 7 Form Hasil Risk Assessment Proyek Cibis Tower 9 ....................... 75

Gambar 5. 8 Form Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan

Pengendalian Risiko .............................................................................................. 80

Gambar 5. 9 Matriks Penilaian Tingkat Risiko ..................................................... 82

Gambar 5. 10 Matriks Penentuan Pengendalian ................................................... 83

Gambar 5. 11 Contoh Pengendalian Risiko .......................................................... 85

Gambar 5. 12 Instruksi Kerja Alat Pelindung Diri ............................................... 95

Gambar 5. 13 Form Bukti Pelanggaran K3LMP .................................................. 99

Page 17: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

xvi

DAFTAR ISTILAH

K3LMP : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu,

Pengamanan

HIRADC : Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

IADL : Identifikasi Aspek Dampak Lingkungan

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

HSE : Health Safety and Environment

ISO : International Organization for Standardization

OHSAS : Occupational Health and Safety Assessment Series

APD : Alat Pelindung Diri

AS/NZS : Australia/New Zealand Standard

Page 18: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah industri

merupakan bagian yang sangat penting. Masalah K3 secara umum di

Indonesia masih sering terabaikan, hal ini ditunjukkan dengan masih

tingginya angka kecelakaan kerja (Kani, 2013).

Jumlah kecelakaan di Indonesia adalah yang tertinggi di kawasan

ASEAN. Pada tahun 2010, 32% dari kasus kecelakaan kerja yang terjadi di

sektor konstruksi melibatkan semua jenis proyek kerja seperti pembangunan

jalan, jembatan, terowongan dan bendungan. Kecelakaan kerja sektor

konstruksi menempati presentase tertinggi yakni 32%, diikuti dengan sektor

industri 31,60%, sektor transportasi 9,30%, sektor kehutanan 3,80%, sektor

pertambangan 2,60% dan lain-lain 21% (Jamsostek, 2011). Dibandingkan

dengan sektor pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan, sektor

konstruksi menjadi perhatian karena terus mendaftarkan tingkat korban

kecelakaan kerja tertinggi (Camino López dkk., 2008).

Pada Industri konstruksi pekerja menghadapi bahaya dan risiko kerja 2

- 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja-pekerja lain pada umumnya

(Sucita dan Broto, 2011). Bahaya dan risiko K3 dapat diketahui dengan

melakukan identifikasi bahaya dan risiko K3 yang memungkinkan terjadinya

kerugian (Rijanto, 2012). Terdapat berbagai risiko tinggi dalam industri

konstruksi seperti tertimpa material, tersengat listrik, terjatuh dari ketinggian

Page 19: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

2

(Adiyanto dan Irawan, 2013). Hal ini sejalan dengan masih tingginya angka

kecelakaan kerja di Indonesia.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurut data Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2013 diketahui kecelakaan

kerja menimpa sebanyak 192.911 orang (BPJS Ketenagakerjaan, 2013). Di

Indonesia, angka kecelakaan kerja tertinggi terdapat pada sektor konstruksi.

Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia pada tahun 2010

terjadi di sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek

gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya

(Jamsostek, 2011).

Perseroan Terbatas (PT) Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi. Dilihat dari

aspek keselamatan kerja, tingkat kecelakaan kerja di PT Waskita Karya

meningkat sebanyak 7 kali dalam proyek yang sedang dikerjakan selama

tahun 2013 (PT Waskita Karya, 2013). PT Waskita Karya menaungi

beberapa proyek di Indonesia, salah satunya proyek yang sedang berjalan

periode tahun 2014-2015 adalah Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan.

Kecelakaan kerja pada Proyek Cibis Tower 9 tercatat sebanyak 19 kecelakaan

sejak September 2014 sampai dengan akhir Juli 2015 (Laporan Bulanan

Proyek Cibis Tower 9, 2015).

Salah satu langkah untuk menghindari terjadinya kecelakaan dengan

melakukan risk assessment untuk seluruh proses pekerjaan yang ada pada

proyek konstruksi (Pinto dkk., 2011). Risk assessment merupakan upaya

untuk menghitung besarnya suatu risiko dan menetapkan kemungkinan risiko

Page 20: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

3

tersebut dapat diterima atau tidak (Bachtiar dan Sulaksmono, 2013). Risk

assessment dilakukan untuk memisahkan risiko kecil dengan risiko yang

besar dan menyediakan data evaluasi dan perbaikan risiko (Brown, 2014).

Selain itu risk assessment menjadi syarat penyusunan Program K3 yang

kemudian digunakan untuk merencanakan dan melakukan tindakan

pengendalian dan pencegahan risiko (Labombang, 2011).

Pelaksanaan risk assessment dapat dianalisis dengan menggunakan

Task Spesific Risk Assessment LTA (Less Than Adequate) dan Task Spesific

Risk Assessment Not Performed yang merupakan cabang dari teknik

Management Oversight and Risk Tree (MORT) dalam menyelidiki

kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang tersedia (Ericson,

2005). Pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed digunakan

untuk menganalisis risk assessment yang tidak dilaksanakan sedangkan Task

Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk

Assessment (Noordwijk Risk Initiative, 2009). Pada penelitian Pratiwi tahun

2014 mengenai analisis penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment

pada pekerjaan Direktorat Produksi PT Dirgantara Indonesia, untuk

menganalisis pelaksanaan risk assessment berdasarkan teknik MORT yaitu

terletak pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task

Spesific Risk Assessment LTA yang akan menjadi fokus analisis untuk

mengetahui penyebab ketidaktepatan pada pelaksanaan risk assessment.

Langkah awal dalam menerapkan sistem manajemen K3 adalah dengan

melakukan risk assessment. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui

bahwa Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya telah berupaya

Page 21: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

4

melaksanakan risk assessment dengan adanya prosedur Penilaian Risiko (Risk

Assessment) dengan nomor dokumen PW-K3LMP-01, serta hasil risk

assessment dengan nomor dokumen PW-K3LMP-01-01. Pelaksanaan risk

assessment Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya diketahui tidak

dilakukan di waktu yang tepat, belum sesuai alur proses penilaian risiko,

ketidaktepatan juga meliputi revisi dokumen, identifikasi bahaya serta tidak

dikomunikasikannya hasil penilaian risiko pada pekerja atau karyawan lain

termasuk pimpinan.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

analisis pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta

Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa PT Waskita Karya pada

tahun 2013 kasus kecelakaan kerja meningkat sebanyak 7 kali serta terdapat

19 kecelakaan pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan sejak September

2014 sampai dengan akhir Juli 2015. Untuk mencegah agar kecelakaan

tersebut tidak terjadi PT Waskita Karya melakukan risk assessment.

Pelaksanaan Risk Assessment dibuktikan dengan adanya prosedur Penilaian

Risiko (Risk Assessment) dengan nomor dokumen PW-K3LMP-01 akan

tetapi diketahui pelaksanaan Risk Assessment tidak dilakukan dengan tepat,

baik dari segi waktu, alur proses, revisi, pengumpulan informasi serta

komunikasi kepada pekerja. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan analisis

pelaksanaan risk assessment dengan Task Spesific Risk Assessment pada

Page 22: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

5

Teknik MORT pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya

Tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana mengetahui gambaran umum PT Waskita Karya dan Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan Tahun 2015?

2. Bagaimana pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015?

3. Apakah yang menyebabkan ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment

dari cabang Task Spesific Risk Analysis LTA pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015?

4. Apakah yang menyebabkan ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment

dari cabang Recommended Risk Controls LTA pada Proyek Cibis Tower

9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015?

5. Bagaimana gambaran pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada

Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pelaksanaan risk assessment pada Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran umum PT Waskita Karya dan Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan Tahun 2015.

b. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan risk assessment pada

Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.

Page 23: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

6

c. Untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk

assessment dari cabang Task Spesific Risk Analysis LTA pada Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.

d. Untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk

assessment dari cabang Recommended Risk Controls LTA pada

Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.

e. Untuk mengetahui gambaran pohon MORT pelaksanaan risk

assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita

Karya tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tambahan

untuk civitas akademik program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan keilmuan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai pelaksanaan risk

assessment pada kegiatan konstruksi.

2. Bagi Proyek Cibis dan PT Waskita Karya

Hasil penelitian dapat menjadi informasi dan rekomendasi untuk

perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan untuk

memperbaiki pelaksanaan risk assessment pada kegiatan konstruksi PT

Waskita Karya.

Page 24: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

7

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana meningkatkan

kompetensi peneliti dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

khususnya mengenai pelaksanaan risk assessment pada kegiatan

konstruksi. Bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi referensi untuk

meneliti risk assessment pada cabang Task spesific not performed yang

tidak digunakan dalam penelitian ini, selain itu juga dapat dilakukan

penelitian terkait penyebab kecelakaan kerja dengan teori yang sama

yakni MORT pada cabang lainnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab

ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan

selama bulan Februari tahun 2015 sampai dengan September tahun 2015.

Data penelitian didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer dan

data sekunder. Data primer didapatkan dengan observasi dan wawancara

informan, sedangkan data sekunder didapatkan dengan cara telaah dokumen

terkait risk assessment. Penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment

dianalisis dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree

(MORT) pada cabang Task Spesific Risk Assessment.

Page 25: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 menurut

PP RI No. 50 Tahun 2012 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja sebagai segala daya dan upaya serta pemikiran yang

dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi, dan menanggulangi

terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi,

analisa, dan pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian

bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja (Depnaker, 2005).

B. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu insiden yang menyebabkan cidera, sakit

penyakit atau kematian (OHSAS 18001, 2007). Kecelakaan kerja merupakan

kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk

penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang

terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan

pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Menakertrans,

2012).

Page 26: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

9

1. Kecelakaan Kerja Konstruksi

Menurut Permen PU Nomor 05/PRT/M/2014, pekerjaan konstruksi

adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan

dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup bangunan

gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal serta jasa

pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik

lain dalam jangka waktu tertentu. Kecelakaan kerja konstruksi

merupakan kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja,

termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja pada seluruh

kegiatan dalam pekerjaan konstruksi baik dalam rangkaian kegiatan

perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang disingkat K3

Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.

2. Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja

Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan tenaga

kerja adalah kelemahan sistem manajemen K3, kondisi – kondisi yang

membahayakan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti penempatan

mesin dan bahan – bahan yang mengganggu, lingkungan pekerjaan yang

kurang mendukung, proses, sifat pekerjaan dan cara kerja. Selain itu,

tindakan yang membahayakan seperti kurangnya pengetahuan

keterampilan pelaksana, cacat tubuh yang tidak kentara, keletihan dan

Page 27: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

10

kelesuan, serta sikap dan tingkah laku yang tidak sempurna juga

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Srijayanti dkk., 2013).

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan tenaga

kerja adalah kelemahan sistem manajemen K3 (Srijayanti dkk., 2013).

Manajemen risiko merupakan elemen sentral dari manajemen K3 yang

diibaratkan sebagai mata uang dengan dua sisi. Jika tidak ada bahaya dan

risiko, maka upaya K3 tidak diperlukan dan sebaliknya manajemen K3

diperlukan sebagai antisipasi terhadap adanya bahaya dan risiko (Ramli,

2010).

a. Bahaya

Bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi yang berpotensi

menyebabkan kecelakaan atau membahayakan kesehatan atau

sumber potensial yang dapat merusak energi (Taylor, 2004). Banyak

definisi mengenai bahaya, namun istilah ini akan menjadi sangat

umum saat dibicarakan pada keselamatan dan kesehatan ditempat

kerja dimana suatu bahaya (hazard) bisa menjadi sumber dari potensi

kerusakan, gangguan efek kesehatan yang mempengaruhi sesuatu

atau seseorang di bawah kondisi-kondisi tertentu dtempat kerja

(workplace) (CCOHS, 2009). Keberadaan bahaya dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa

dampak terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan

(Ramli, 2010).

Page 28: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

11

b. Risiko

Risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu

yang dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko

diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau

konsekuensi yang dapat ditimbulkannya (AS/NZS 4360, 2004).

Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian

berbahaya atau paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit

penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut

(OHSAS 18001, 2007).

Risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.

Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai

dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis kegiatannya. Risiko juga

menggambarkan besarnya potensi bahaya untuk dapat menimbulkan

insiden atau cidera pada manusia yang ditentukan oleh kemungkinan

dan keparahan yang diakibatkannya, sehingga diperlukan

manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan manajemen K3 yang

baik (Ramli, 2010)

C. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia

kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan

pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja,

yaitu:

Page 29: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

12

1. Teori Domino

Gambar 2. 1 Teori Domino

Heinrich mengemukan sebuah teori yang dikenal sebagai “Teori

Domino”. Dalam teorinya tersebut dinyatakan mengenai lima faktor yang

terjadi secara berurutan dan berakhir dengan suatu kerugian. Lima faktor

tersebut adalah (Stranks, 2007):

a. Kebiasaan atau lingkungan sosial (uncestry or social environment).

Kebiasaan merupakan karakter sifat individu seperti sombong,

keras kepala, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan sosial yang

mempengaruhi terbangunnya karakter sifat tersebut.

b. Kesalahan manusia (Fault by the person) meliputi: Keterampilan

dan pengetahuan pekerja yang minim, masalah fisik dan mental,

motivasi yang minim atau salah penempatan, perhatian yang

kurang.

c. Kondisi tidak aman dan atau tindakan tidak aman (unsafe condition

and or unsafe action). Tindakan tidak aman seperti berdiri di

bawah tumpukan barang, menyalakan mesin tanpa memperhatikan

Page 30: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

13

peringatan, memindahkan alat pengaman dan lain-lain. Sedangkan

kondisi tidak aman seperti peralatan yang tidak dilengkapi

pengaman, pencahayaan yang kurang, dan hal lainnya yang secara

langsung menyebabkan kecelakaan.

d. Kecelakaan (accident) kejadian seperti terjatuh, oleh objek yang

melayang dan lain-lain yang mana kecelakaan tersebut dapat

menyebab cedera.

e. Cidera atau kerusakan peralatan (loss/injury) Patah tulang, luka,

dan lain-lain yang mana merupakan cedera akibat kecelakaan.

Salah satu kesulitan/kendala dari penggunaan teori Heinrich ini

adalah model tersebut masih terlalu luas dan dapat diartikan dalam

banyak cara. Model ini tidak menyediakan gambaran umum atau

klasifikasi yang dapat dijadikan dasar penelitian ilmiah. Model ini juga

melibatkan faktor perilaku manusia, dan faktor mekanik atau fisik dalam

klasifikasi yang sama (Stranks, 2007).

2. ILCI Loss Causation Model

The International Loss Control Institute mengembangkan suatu

sistem pencegahan kerugian yang disebut sebagai ILCI Loss Causation

Model yang juga mengacu pada urutan peristiwa yang akan berakibat

pada kerugian. Pada buku Practical Loos Control leadershift (1986),

Frank E. Bird dan Germain menggambarkan urutan-urutan kejadian yang

saling berhubungan dan berakhir pada kerugian yaitu cidera, kerusakan

peralatan atau terhentinya proses. Urutan kejadian tersebut adalah (Sklet,

2004) :

Page 31: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

14

Gambar 2. 2 Teori ILCI Loss Causation Model

a. Kurang Pengendalian/ Kontrol

Kontrol merupakan salah satu diantara fungsi manajemen yang

penting meliputi, perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan

pengontrolan. Seseorang secara propesional memimpin perusahaan

mengetahui tentang program keselamatan/loss control, mengetahui

standar-standar, memimpin karyawan guna mencapai standar,

mengukur kinerja dirinya sendiri dan orang lain, mengevaluasi hasil

dan keperluan, mengomentari dan mengoreksi guna pengembangan

kinerja. Tanpa itu, rangkaian kecelakaan berawal dan menyebabkan

faktor-faktor penyebab yang berkelanjutan mengarah pada kerugian.

Tanpa pengontrolan manajemen memadai, penyebab kecelakaan dan

pengaruh rangkaian di mulai dan tanpa koreksi, mengarah pada

kerugian.

b. Penyebab Dasar

Penyebab dasar adalah akar masalah, penyebab nyata setelah

gejala-gejala, alasannya mengapa terjadi tindakan dan kondisi tidak

standar, faktor yang bila dikenali membuat pengendalian manajemen

yang berarti. Seringkali mengacu pada berbagai sumber penyebab

Page 32: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

15

diantaranya penyebab dasar, penyebab tidak langsung dan penyebab

utama. Penyebab dasar juga membantu menjelaskan mengapa timbul

kondisi yang tidak standar.

c. Penyebab Langsung

Penyebab langsung kecelakaan merupakan suatu kejadian yang

terjadi sebelum terjadi kontak, biasanya dapat dilihat. Keadaan ini

biasanya disebut keadaan dan tindakan tidak aman.

d. Insiden/ Kejadian

Insiden disebabkan adanya suatu kontak dengan sumber nergi yang

melampaui ambang batas dari yang seharusnya diterima oleh tubuh atau

benda. Setiap kali timbul potensi kecelakaan maka selalu terbuka

kemungkinan terjadinya suatu kontak/kejadian, baik yang

mengakibatkan kerugian atau tidak. Bilamana tenaga yang dipindahkan

terlalu banyak, menyebabkan seseorang cidera/luka atau kerugian harta

benda, yang disebabkan karena energy kinetic, listrik, panas, radiasi,

kimia dan lain-lain.

e. Kerugian/ Loss

Akibat dari kecelakaan adalah kerugian berupa cidera ringan

bahkan kematian pada karyawan/pekerja, kerusakan peralatan, kerugian

harta benda atau kerugian proses produksi. Jenis dan derajat kerugian

sebagian tergantung hal-hal yang dilakukan untuk

mengurangi/memperkecil resiko kerugian. Konsep tentang kontrol

kerugian yang dikemukakan oleh Frank. E. Bird dan George Germani

merupakan penyesuaian dari model yang dikemukakan oleh H.W

Page 33: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

16

Heinrich, pada tahun 1969 di Amerika Utara menyimpulkan tentang

formula 1-10-30-600, dapat diartikan bahwa setiap adanya suatu

kejadian cidera berat seperti fatality, cidera kehilangan jam kerja selalu

ada kurang lebih 30 property damage, serta 600 kajian yang tidak

terlihat adanya cidera atau kerusakan material (termasuk neermiss

incident).

3. Fault Tree Analysis

Fault Tree Analysis (FTA) merupakan deduktif untuk

mengidentifikasi penyebab terjadinya bahaya dengan pendekatan bersifat

top-down, dengan memulai analisis dari kejadian yang tidak diinginkan

atau kerugian yang terjadi kemudian menganlisa penyebab dari kejadian

tersebut yang dideskripsikan dalam bentuk sebuah pohon kesalahan (fault

tree) (Stranks, 2007). FTA adalah daftar peristiwa kegagalan, suatu

metode model grafik dan logika dengan kombinasi kejadian yang

memungkinkan yaitu rusak atau baik, yang terjadi dalam sistem (Susanto,

2010). Terdapat 5 tahapan untuk melakukan analisa dengan FTA, yaitu:

a. Mendefinisikan masalah dan kondisi batas dari sistem yang ditinjau

b. Penggambaran model grafis Fault Tree

c. Mencari minimal cut set dari analisa Fault Tree

d. Melakukan analisa kualitatif dari Fault Tree

e. Melakukan analisa kuantitatif dari Fault Tree

4. Management Oversight and Risk Tree (MORT)

Management Oversight and Risk Tree (MORT) merupakan sebuah

prosedur untuk menganalisis serta menyelidiki penyebab dan faktor yang

Page 34: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

17

berkontribusi atas kejadian kecelakaan dan insiden (Noordwijk Risk

Initiative, 2009). Secara luas pendekatan manajemen untuk menemukan

penyebab kecelakaan adalah dengan sistem MORT. Pendekatan MORT

merupakan mata rantai penyebab dari level pekerja hingga level

manajemen tingkat atas (Oakley, 2003).

Metode MORT adalah sebuah pernyataan logika dari sebuah fungsi

yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi untuk mengatur risiko secara

efektif. MORT dapat diaplikasikan di berbagai industri yang berbeda.

Filosofi MORT menyatakan bahwa cara yang paling efektif mengatur

keselamatan adalah menyatukannya ke dalam manajemen bisnis dan

pengendalian operasi. MORT sering digunakan sebagai alat untuk

menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang

ada (Ericson, 2005).

MORT menjadi prosedur analisis yang komprehensif yang

menyediakan metode disiplin untuk menentukan penyebab dan faktor-

faktor utama yang berkontribusi kecelakaan. Secara total, sekitar 1.500

peristiwa dasar tercakup oleh bagan MORT. Di bagian bawah, MORT

terdiri dari kumpulan pertanyaan. Kriteria yang memandu keputusan

apakah peristiwa dan kondisi tertentu yang memuaskan atau kurang

memadai berasal dari pertanyaan-pertanyaan ini. Bagan MORT pada

dasarnya adalah bagan logika yang rumit. Bagan MORT bagan sangat

efektif dalam menjamin perhatian pada akar penyebab yang mendasari

manajemen bahaya (International Crisis Management Association, 2014).

Page 35: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

18

Bagan 2. 1 Cabang Utama Pohon MORT

Page 36: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

19

Tabel 2. 1 Perbandingan Teori Kecelakaan Kerja

Teori Kelebihan Kekurangan

Domino - Spesifik

- Bisa digunkan untuk semua

sektor industri

- Mencakup model sekuensial,

pengolahan dan informasi oleh

manusia

- Kecelakaan bersumber pada

genetika pekerja

- Dilakukan oleh ahli

ILCI - Spesifik

- Bisa digunakan untuk semua

sektor industri

- Fokus pada tindakan dan

kondisi tidak aman

- Hanya mampu

menganalisis penyebab

sampai level manajemen

perusahaan

- Dilakukan oleh ahli

FTA - Bersifat terbuka

- Segala kemungkinan penyebab

mempunyai peluang yang

sama untuk dipilih

- Dilakukan oleh ahli

- Tidak memiliki dasar teori

kecelakaan kerja

- Pengguna harus memiliki

pengalaman dan terlatih

MORT - Model sekuensial (Memiliki

daftar penyebab-penyebab

yang telah ditentukan)

- Bersifat deduktif

- Memiliki pedoman pertanyaan

- Dilakukan oleh ahli

Sumber: (Katsakiori dkk, 2009)

D. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah

yang telah dirumuskan dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah)

dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat

risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan. Manajemen risiko merupakan

Page 37: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

20

metode yang sistematis yang terdiri dari menetapkan konteks,

mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan, monitoring dan

mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas apapun,

proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan

(AS/NZS 4360, 2004).

1. Tahapan Manajemen Risiko

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah

menentukan konteks yang diperlukan karena manajemen risiko sangat

luas dan bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah manajemen

risiko K3. Untuk manajemen risiko K3, juga diperlukan penentuan

konteks yang akan dikembangkan, misalnya menyangkut risiko

kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, dan lain sebagainya. Dari konteks

tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen

risiko untuk aktifitas rumah sakit, industri kimia, kilang minyak, dan

bidang lainnya.

Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi

serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan kriteria risiko

yang sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen

risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi hazard, analisis,

dan evaluasi risiko serta menentukan langkah atau straregi

pengendaliannya. Proses manajemen risiko harus dilakukan secara

komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

manajemen proses. Proses manajemen risko digambarkan sebagai berikut

(AS/NZS 4360, 2004):

Page 38: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

21

Bagan 2. 2 Tahapan Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004

2. Risk Assessment

Risk assessment adalah metode sistematis untuk menentukan risiko

dari suatu aktivitas dapat ditoleransi atau tidak. Risk assessment akan

bermanfaat jika hasil risiko yang telah teridentifikasi dan diprioritaskan

tersebut ditindaklanjuti dengan cara mengelola (mengendalikan/

memperlakukan) risiko tersebut dengan baik. Tujuannya adalah

memberikan masukan untuk keputusan tentang apakah risiko perlu

dikendalikan dan strategi pengendalian risiko yang tepat dan hemat

biaya. Risk assessment melibatkan pertimbangan sumber risiko,

keparahan dan kemungkinan terjadinya. Pengendalian sendiri berfungsi

untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang posistif

(AS/NZS 4360, 2004).

Page 39: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

22

Dalam melaksanakan identifikasi, penilaian dan pengendalian

risiko harus dilakukan oleh pekerja yang mempunyai kompetensi yang

ditetapkan. Orang yang menganalisis risiko harus memiliki pemahaman

yang baik tentang pekerjaan dan pengetahuan untuk menemukan bahaya.

Melibatkan pekerja akan membantu meminimalkan kelalaian,

memastikan kualitas analisis dan memperdalam analisis untuk solusi.

Ada berbagai pendekatan dalam menggambarkan kemungkinan dan

keparahan suatu risiko baik secara kualitatif, semi kuantitatif atau

kuantitatif (AS/NZS 4360, 2004).

a. Penilaian risiko dengan analisis kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif

untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan

yang akan di ukur. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk

menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan.

Dalam metode analisis kualitatif terdapat 2 unsur yang dijadikan

pertimbangan, yaitu:(AS/NZS 4360, 2004):

1) Konsekuensi

Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu keparahan

dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada setiap tahapan

pekerjaan.

2) Kemungkinan

Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan kecenderungan

terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap tahapan

pekerjaan.

Page 40: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

23

Tingkat risiko pada analisis kualitatif merupakan hasil perkalian nilai

variabel konsekuensi dan kemungkinan dari risiko-risiko keselamatan

kerja yang terdapat pada setiap tahapan pekerjaan.

b. Penilaian risiko dengan analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif menggunakan hasil perhitungan numerik untuk

tiap konsekuensi dan tingkat kemungkinan dengan menggunakan variasi,

seperti:

Catatan-catatan terdahulu

Pengalaman kejadian yang relevan

Literatur-literatur yang beredar dan relevan

Marketing tes dan penelitian pasar

Percobaan-percobaan dan prototype

Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis memiliki

keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan analisis risiko lainnya.

c. Penilaian risiko dengan analisis semi kuantitatif

Pada analisis semikuantitatif penilaian numerik diberikan kepada

tingkat likelihood dan consequences berdasarkan penilaian subyektif.

Nilai tersebut tidak mencerminkan secara tepat ukuan relatif dari

penilaian deskriptif. Analisis semi kuantitatif menghasilkan prioritas

yang lebih rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif karena risiko di

agi menjadi beberapa kategori. Metode ini pada prinsipnya hampir sama

dengan metode analisis kualitatif, perbedaannya terletak pada uraian atau

deskripsi dari parameter yang ada pada analisis semi kuantitatif

Page 41: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

24

dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Analisis semi kuantitatif

mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu

probabilitas (likelihood) dan paparan (exposure) sebagai frekuensi.

Terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi dari paparan

dengan probabilitas terjadinya risiko (AS/NZS 4360, 2004).

Hasil dari analisis risko kemudian di evaluasi dengan

membandingkan nilai risiko yang diperoleh dengan kriteria risiko yang

ditentukan apakah risiko yang di analisis dapat diterima atau tidak. Jika

risiko masih berada di atas batas yang dapat diterima, harus dilakukan

langkah pengendalian (Ramli, 2010).

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan

dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar

dan potensi risikonya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai

dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Dalam menentukan

pengendalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian, sebagai

berikut (Ramli, 2010) :

1) Eliminasi

Eliminasi merupakan teknik pengendalian dengan

menghilangkan sumber bahaya. Cara ini sangat efektif karena sumber

bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan.

2) Subtitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti

alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahay dengan yang lebih

aman atau lebih rendah bahayanya.

Page 42: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

25

3) Pengendalian Teknis

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau saran teknis

yang ada di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat

dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan

pemasangan peralatan pengaman.

4) Pengendalian Administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif

misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau

prosedur kerja yang lebih aman, rotasi kerja atau pemeriksaan

kesehatan.

5) Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan

memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung

tangan, pelindung pernapasan, pelindung jatuh dan pelindung kaki.

Dalam konsep K3 penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau

last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena

APD bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekedar

mengurangi efek atau keparahan kecelakaan.

3. Cabang Risk Assessment dalam MORT

Tujuan dari MORT adalah untuk merumuskan sistem manajemen

keselamatan yang ideal berdasarkan sintesis terbaik elemen program

keselamatan sehingga tersedia teknik manajemen keselamatan. MORT

digunakan sebagai alat praktis dalam penyelidikan kecelakaan dan

evaluasi program keselamatan yang ada (Ericson, 2005). Pertanyaan-

Page 43: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

26

pertanyaan di MORT memiliki urutan tertentu, yang dirancang untuk

membantu mengklarifikasi fakta-fakta seputar insiden.

Struktur MORT menyerupai sebuah pohon dan berasal dari fault

tree (pohon kegagalan). Dilihat dari struktur pohon MORT, kerugian

akibat kecelakaan dan insiden timbul dari dua sumber yang berbeda.

Sumber pertama berasal dari risiko yang sudah diidentifikasi lalu risiko

tersebut diterima dengan pengelolaan yang benar (assumed risk) dan

sumber kedua berasal dari risiko yang belum dikelola dengan benar.

Sumber kedua ini dimasukkan sebagai kelalaian (oversight and

omission).

Bagan MORT berperan sebagai daftar yang memungkinkan untuk

berkonsentrasi pada isu-isu terungkap melalui proses. Bagan MORT

dasar dapat digunakan untuk memfasilitasi dan memeriksa proses

identifikasi bahaya secara keseluruhan (International Crisis Management

Association, 2014). Bagan MORT memiliki dua kegunaan langsung yaitu

untuk menganalisis manajemen dan faktor organisasi relatif terhadap

kecelakaan yang telah terjadi dan untuk mengevaluasi atau mengaudit

program keselamatan dalam kaitannya dengan kecelakaan yang

signifikan yang memiliki potensi untuk terjadi (ILO, 2011).

Untuk menganalisis penyebab masalah pelaksanaan risk

assessment berdasarkan teknik MORT yaitu terletak pada cabang Task

Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk

Assessment LTA (Less Than Adequate). Cabang Task Spesific Risk

Page 44: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

27

Assessment Not Performed membahas tidak terlaksananya risk

assessment. Sedangkan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk Assessment.

Bagan 2. 3 Cabang Risk Assessment MORT

Berikut ini penjelasan cabang Task Spesific Risk Assessment Not

Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA (Noordwijk Risk

Initiative, 2009):

Page 45: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

28

a. Task Spesific Risk Assessment Not Performed

Pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed

membahas tentang risk assessment yang. Permasalahan dapat

timbul jika penilaian risiko tidak dilakukan pada pekerjaan yang

memiliki risiko tinggi.

Bagan 2. 4 Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed

Page 46: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

29

1) Task Analysis Not Required

Cabang ini merupakan cabang pertama pada lapisan

Supervision and Stuff Peformance LTA dengan kode e1. Cabang

ini akan membahas apakaah perusahaan mewajibkan pelaksanaan

pre-job analysis pada setiap pekerjaan.

2) Task Analysis LTA

Cabang ini merupakan cabang kedua pada lapis Supervision

and Stuff Peformance LTA dengan kode e2. Jika perusahaan

mewajibkan pre-job analysis maka cabang ini akan membahas

ketepatan job analysis yang ditinjau dari identifikasi bahaya pada

setiap langkah proses kerja.

3) Task Analysis Not Made

Cabang ini merupakan cabang ketiga pada lapis kelima

Supervision and Stuff Peformance LTA dengan kode e3. Pada

cabang Task Analysis Not Made terdapat empat cabang lagi yang

wajib dipertimbangkan sebagai penyebab kegagalan pre-job

analysis, yakni:

a) Authority LTA

Cabang ini merupakan cabang pertama yang menjurus

bahwa kelemahan risk assessment disebabkan oleh

ketidakahlian analisis menganalisis sebuah pekerjaan.

b) Budget LTA

Cabang ini merupakan cabang kedua yang menekankan

pada aspek pembiayaan untuk pelaksanaan risk assessment.

Page 47: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

30

c) Time LTA

Cabang ini merupakan cabang yang membahas tentang

permasalahan waktu untuk pelaksanaan risk assessment.

d) Supervisor Judgement LTA

Cabang ini merupakan cabang keempat yang membahas

tentang ketidaktepatan supervisor mengambil keputusan dalam

pelaksanaan pre-job analysis.

b. Task Spesific Risk Assessment LTA

Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA merupakan

cabang yang akan menjadi fokus analisis untuk mengetahui

penyebab ketidaktepatan pada pelaksanaan risk assessment.

Berikut merupakan cabang dari Task Spesific Risk Assessment:

1) Task Spesific Risk Analysis LTA

Cabang dengan kode D10 ini mempertimbangkan kualitas

analisis risiko pekerjaan yang sudah dilakukan.

a) Knowledge LTA

Cabang dengan kode E4 ini mempertimbangkan

pengetahuan yang memadai tersedia untuk analisis risiko.

i. Use of Workers’ Suggestion and Inputs LTA

Cabang dengan kode F5 ini mempertimbangkan saran dan

input pekerja yang memadai digunakan dalam analisis

risiko.

Page 48: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

31

ii. Technical Information Systems LTA

Cabang dengan kode F6 ini mempertimbangkan

analisis risiko pekerjaan cukup didukung oleh sistem

informasi teknis.

b) Execution LTA

Cabang dengan kode E5 ini mempertimbangkan hal-hal

yang memengaruhi kualitas analisis risiko.

iii. Time LTA

Cabang dengan kode F7 ini mempertimbangkan

waktu yang cukup untuk melakukan analisis risiko.

iv. Budget LTA

Cabang dengan kode F8 ini mempertimbangkan

anggaran yang memadai untuk melakukan analisis risiko.

v. Scope

Cabang dengan kode F9 ini mempertimbangkan

ruang lingkup dan detail dari analisis risiko pekerjaan yang

cukup untuk mencakup semua risiko yang terkait dengan

pekerjaan/ proses tersebut.

vi. Analytical Skill LTA

Cabang dengan kode F10 ini mempertimbangkan

pengalaman dan keterampilan para pengawas dan peserta

lain yang memadai untuk menyelesaikan penilaian risiko

pekerjaan yang diperlukan.

Page 49: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

32

vii. Hazard Selection LTA

Cabang dengan kode F11 ini menganggap bahaya

yang tidak dicantumkan memicu masalah. Temuan bahaya

sangat penting untuk kecukupan analisis risiko.

- Hazard Identification LTA

Cabang dengan kode G1 ini mempertimbangkan

kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya.

- Hazard Prioritisation LTA

Cabang dengan kode G2 ini mempertimbangkan

metode yang digunakan dalam memprioritaskan bahaya

yang telah diidentifikasi.

2. Recommended Risk Control LTA

Cabang dengan kode D11 ini mempertimbangkan

kecukupan pengendalian yang direkomendasikan oleh penilaian

risiko pekerjaan.

c. Clarity LTA

Cabang dengan kode E6 ini mempertimbangkan

rekomendasi dari penilaian risiko pekerjaan cukup jelas untuk

mengizinkan penggunaannya mudah dan paham.

d. Compatibility LTA

Cabang dengan kode E7 ini mempertimbangkan

pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan

persyaratan yang ada.

Page 50: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

33

e. Testing of Control LTA

Cabang dengan kode E8 ini mempertimbangkan

pengendalian diuji untuk efektivitas sebelum diimplementasikan.

f. Directive LTA

Cabang dengan kode E9 ini mempertimbangkan arahan

untuk penggunaan pengendalian yang direkomendasikan.

g. Availability LTA

Cabang dengan kode E10 ini mempertimbangkan

pengendalian yang direkomendasikan tersedia untuk digunakan

oleh personil yang terlibat.

h. Adaptability LTA

Cabang dengan kode E11 ini mempertimbangkan

pengendalian yang direkomendasikan dirancang dengan cara yang

memungkinkan mereka untuk secara memadai disesuaikan dengan

situasi yang berbeda-beda.

i. Use Not Mandatory

Cabang dengan kode E12 ini mempertimbangkan

penggunaan pengendalian yang direkomendasikan adalah wajib.

Page 51: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

34

Berikut ini cabang Task Spesific Risk Assessment LTA:

Bagan 2. 5 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

Page 52: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

35

Berikut arti simbol-simbol dalam MORT (Noordwijk Risk Initiative, 2009):

Tabel 2. 2 Arti Simbol dalam MORT

Simbol Arti

Simbol ini digunakan untuk menyatakan suatu

kegagalan atau kelalaian.

Simbol ini mendeskripsikan komponen dasar dari

sebuah cabang.

Simbol ini menyatakan akhir dari sebuah rangkaian

tanpa informasi dan solusi yang cukup. Cabang ini

baru dapat dianalisis pada cabang Assumed Risk.

Gerbang DAN.

Gerbang ATAU.

Simbol yang digunakan untuk perpindahan ke lokasi

lain.

Untuk meninjau proses lebih mudah menggunakan kode warna bagan

(Noordwijk Risk Initiative, 2009):

Tabel 2. 3 Kode Warna Pohon MORT

Warna Arti

Merah Masalah ditemukan

Hijau Isu telah relevan dan dinilai memuaskan

Biru Menunjukan masalah relevan tetapi tidak memiliki informasi

yang cukup untuk menilai masalah besar

Page 53: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

36

c12

d10 d11

e4 e5 e6 e7 e8 e9 e10 e11 e12

f5

f6 f7

f8

f9

f10

f11

g1 g2

E. Kerangka Teori

Berdasarkan teori MORT yang dikeluarkan Noordwijk Risk Initiative (2009) untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan

pelaksanaan risk assessment dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 2. 6 Kerangka Teori

Task Spesific Risk

Assessment

LTA

Task Spesific

Risk Analysis

LTA

Rceommended

Risk Control

LTA

Knowledge

LTA

Execution

LTA Clarity

LTA

Compatibility

LTA

Testing of Control

LTA

Directive to Use

LTA

Availabi

lity LTA

Adaptabili

ty LTA

Use Not

Mandatory

Use of workers

Input LTA

Technical

Information

System LTA Time

LTA

Budget

LTA

Scope

LTA

Analytical

Skill

LTA

Hazard

Selection LTA

Hazard Identificatio

n LTA

Hazard

Prioritisatio

n LTA

Page 54: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

37

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan

pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT

Waskita Karya tahun 2015. Proyek Cibis Tower 9 merupakan kegiatan

industri konstruksi yang dalam proses pekerjaanya mengandung sumber

bahaya serta risiko yang dapat menyebabkan kecelakaan. Penelitian ini akan

dilaksanakan berdasarkan studi pendahuluan yang menyatakan bahwa

pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

diketahui tidak dilakukan di waktu yang tepat, belum sesuai alur proses

penilaian risiko, ketidaktepatan juga meliputi revisi dokumen, identifikasi

bahaya serta tidak dikomunikasikannya hasil penilaian risiko pada pekerja

atau karyawan lain termasuk pimpinan.

Berdasarkan temuan tersebut, peneliti melakukan proses analisis

pelaksanaan risk assessment dengan menggunakan teknik Management

Oversight and Risk Tree (MORT). Teknik MORT yang digunakan adalah

cabang yang fokus pada risk assessment, yakni cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA membahas

pelaksanaan risk assessment yang tidak tepat. Cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA ini yang menjadi fokus analisis pelaksanaan risk assessment

pada Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya tahun 2015.

Page 55: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

38

Peneliti akan menganalisis letak permasalahan dan mencari informasi

lebih dalam tentang penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment

melalui observasi, wawancara dan telaah dokumen. Penyebab berdasarkan

cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yaitu Task Spesific Risk Analysis

LTA dan Recommended Risk Control Controls LTA.

Pada cabang Task Spesific Risk Analysis LTA, peneliti akan melihat

status ada tidaknya ketidaktepatan dari cabang-cabang yang terkait.

Kemudian pada cabang Recommended Risk Controls LTA, peneliti juga akan

melihat status dari cabang-cabang yang terkait apakah memadai atau belum.

Hasil analisis tersebut akan didapatkan output yaitu penyebab tidak tepatnya

pelaksanaan risk assessment. Penyebab tersebut akan digambarkan melalui

pohon MORT dan pembahasannya sehingga diketahui cabang-cabang

manakah yang kurang memadai dalam pelaksanaan risk assessment pada

Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya tahun 2015.

Page 56: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

39

Kerangka pikir digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3. 1 Kerangka Pikir

Pelaksanaan risk assessment

Analisis pelaksanaan risk assessment dengan MORT.

Task Spesific Risk Assessment LTA:

a. Task Spesific Risk Analysis LTA

(Use of workers's input, Technical information system, Time, Budget, Scope, Analytical Skill, Hazard identification, Hazard Prioritisation)

b. Recommended Risk Controls LTA

(Clarity, Compatibility, Testing of control, Directive to use, Availability, Adaptability, Use

not mandatory)

Ada tidaknya ketidaktepatan

pelaksanaan risk assessment dan penyebabnya

Page 57: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

40

B. Definisi Istilah

Tabel 3. 1 Definisi Istilah

No Istilah Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil

1.

Pelaksanaan Risk

Assessment

Proses atau cara melaksanakan risk assessment

dibandingkan dengan teori AS/NZS 4360

Tahun 2004 tentang Manajemen Risiko.

Telaah dokumen,

Wawancara

Daftar dokumen,

Pedoman

wawancara

Gambaran

pelaksanaan risk

assessment

2. Analisis

pelaksanaan risk

assessment

Analisis terhadap masalah dalam pelaksanaan

risk assessment berdasarkan teknik MORT

cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

yang terdiri dari 2 cabang utama, yaitu Task

Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended

Risk Controls LTA.

Wawancara,

Observasi, Telaah

dokumen

Pedoman

wawancara,

Lembar observasi,

Daftar dokumen

Status ada tidaknya

masalah pada

cabang Task Spesific

Risk Analysis LTA

dan Recommended

Risk Control LTA

a. Cabang Task

Spesific Risk

Analysis LTA

Analisa yang mempertimbangkan kualitas risk

assessment yang meliputi, Use of workers's

input, Technical information system, Time,

Page 58: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

41

No Istilah Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil

Budget, Scope, Analytical Skill, Hazard

identification, Hazard Prioritisation pada

Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT

Waskita Karya.

b. Cabang

Recommended Risk

Controls LTA

Analisa yang mempertimbangkan kecukupan

pengendalian yang direkomendasikan oleh

penilaian risiko yang meliputi, Clarity,

Compatibility, Testing of control, Directive to

use, Availability, Adaptability, Use not

mandatory pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta

Selatan PT Waskita Karya.

3. Penyebab tidak

tepatnya

pelaksanaan Risk

Assessment

Hal yang menyebabkan pelaksanaan risk

assessment tidak terlaksana secara tepat.

Wawancara,

Observasi, Telaah

dokumen

Pedoman

Wawancara,

Lembar

Observasi, Daftar

Dokumen

Hal-hal yang

menyebabkan tidak

tepatnya pelaksanaan

risk assessment

Page 59: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

42

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang biasanya digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti berperan sebagai

instrumen (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini ingin menganalisis

ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Ketidaktepatan pelaksanaan

risk assessment dianalisis dengan menggunakan teknik Management

Oversight and Risk Tree (MORT) dan difokuskan pada cabang Task Spesific

Risk Assessment LTA.

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan

PT Waskita Karya. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari hingga

September tahun 2015.

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode Purposive

Sampling. Purposive Sampling merupakan teknik pengambilan informan

dengan pertimbangan tertentu yakni informan dianggap paling tahu tentang

apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek

atau situasi sosial yang sedang diteliti (Sugiyono, 2009). Informan penelitian

dipilih berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

Page 60: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

43

berdasarkan ciri-ciri informan yang sudah diketahui sebelumnya. Pada

penelitian ini ada beberapa kategori informan penelitian yang harus terpenuhi

agar informasi didapatkan bervariasi yaitu:

1. Informan Utama

Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam

objek yang diteliti, dalam penelitian ini Informan utama yang diplih untuk

wawancara adalah Sekertaris K3LMP dan staf K3LMP.

2. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah Kepala Proyek,

safety koordinator, dan pekerja. Hal ini dapat memberikan telaah secara

mendalam mengenai pelaksanaan risk assessment di Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan.

Tabel 4. 1 Informan Penelitian

No.

Kategori

Informan

Jabatan

Jumlah

Informan

1. Informan Utama

Sekertaris K3LMP 1

Staf K3LMP 2

2.

Informan

Pendukung

Kepala Proyek 1

Safety Koordinator 1

Pekerja Besi 1

Pekerja Kayu 1

Pekerja Coran 1

Page 61: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

44

Tabel 4. 2 Triangulasi Sumber

No. Data

Informan

Sekertaris

K3LMP

Kepala

Proyek

Staf

K3LMP

Safety

Koordina

tor

Pekerja

1. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

– Cabang Knowledge LTA

a Cabang Use of Workers

Suggestion & Input LTA -

b Cabang Technical

Information System LTA -

– Cabang Execution LTA -

c Cabang Time LTA - - -

d Cabang Budget LTA - - -

e Cabang Scope LTA - - -

f Cabang Analytical Skill LTA -

g Cabang Hazard

Identification LTA - - - -

h Cabang Hazard

Prioritisation LTA - - - -

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA

i Cabang Clarity LTA - -

j Cabang Compatibility LTA - - -

k Cabang Testing of Control

LTA - - -

l Cabang Directive LTA - -

m Cabang Availability LTA -

n Cabang Adaptability LTA - -

o Cabang Use Not Mandatory - -

Page 62: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

45

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Untuk

mengumpulkan data peneliti menggunakan pedoman wawancara, lembar

observasi, dokumen terkait, alat perekam suara, kamera, laptop dan alat tulis.

E. Pengumpulan Data

Data penelitian ini didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer

dan data sekunder.

1. Data primer didapatkan dengan cara observasi dan wawancara pihak-

pihak terkait.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2007). Wawancara menggunakan pedoman

wawancara dari teknik MORT cabang Task Spesific Risk Assessment

LTA yang ditujukan kepada informan yang telah ditetapkan.

Observasi merupakan pengamatan yang didasarkan atas pengalaman

secara langsung (Moleong, 2007). Proses observasi menggunakan

lembar observasi dan didukung dengan kamera. Selain itu, didukung

dengan peralatan seperti alat perekam dan alat tulis.

2. Sedangkan data sekunder didapatkan dari telaah dokumen perusahaan

seperti:

1. Kebijakan risk assessment

2. Form risk assessment

3. Lembar inspeksi

Page 63: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

46

4. Anggaran dana

5. Daftar pengendalian risiko

6. Risalah pertemuan

7. Metode kerja

8. Form Hazard Identification

9. Hasil risk assessment

10. Form bukti pelanggaran

11. Lembar penerimaan dokumen

12. Instruksi Kerja

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi data membandingkan dan

mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data (Moleong, 2007).

Tabel 4. 3 Triangulasi Teknik

No Data Sumber Data

Wawancara Observasi Telaah Dokumen

1. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

– Cabang Knowledge LTA

a Use of Workers’ Suggestion

and Input LTA (6)

b Technical Information System

LTA (6)

– Cabang Execution LTA

c Time LTA - (1,9)

d Budget LTA - (4)

e Scope LTA (1,2,9)

f Analytical Skill LTA - (1,9)

g Hazard Identification LTA - (1,7,8)

Page 64: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

47

No Data Sumber Data

Wawancara Observasi Telaah Dokumen

H Hazard Prioritisation LTA - (1,9)

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA

i Clarity LTA - (1,2,5)

j Compatibility LTA - (1,2,4)

k Testing of Control LTA - (2,9)

l Directive LTA (2,5,10,12)

m Availability LTA (4,11)

n Adaptability LTA (9)

o Use Not Mandatory (1,3,10)

F. Analisis Data dan Pengolahan Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan kategori. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis atau kajian isi. Teknik

kajian isi digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan

karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis (Moleong,

2007). Sesuai dengan penjelasan teknik analisis data kualitatif yaitu analisis

isi, semua data yang sudah diperoleh selanjutnya dinarasikan dan disusun

kedalam transkrip untuk kemudian dibuat matriksnya.

Pengolahan data yang dilakukan dengan mengumpulkan semua data

yang diperoleh dari wawancara, observasi dan telaah dokumen. Kemudian

data yang terkumpul disusun dalam bentuk transkrip data. Data yang telah

disusun dikategorikan sesuai kode dalam cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA dari pohon Management Oversight and Risk Tree (MORT).

Analisis data dan interpretasi data mengikuti cabang Task Spesific Risk

Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA, sehingga dapat diketahui

Page 65: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

48

penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis

Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Seluruh data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks serta

pohon MORT.

G. Penyajian Data

Penyajian data penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat

dengan teks yang bersifat naratif dan disajikan dalam bentuk matriks

berdasarkan unsur yang diteliti.

Page 66: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

49

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan dan Proyek

1. Sejarah Perkembangan PT Waskita Karya (Persero)

PT Waskita Karya merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang memainkan peran utama dalam

pembangunan negara. PT Waskita Karya didirikan pada 1 Januari 1961

dan sejak 1973 status hukum PT Waskita Karya telah diubah menjadi

“Persero”. Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya

sebagai kontraktor umum terlibat dalam jangkauan yang lebih luas dalam

kegiatan konstruksi termasuk jalan raya, jembatan, pelabuhan, bandara,

bangunan, tanaman pembuangan limbah, pabrik semen, pabrik dan

fasilitas industri lainnya.

Memasuki tahun 1990, PT Waskita Karya (Persero) telah

menyelesaikan banyak bangunan bertingkat dengan reputasi baik

diterima seperti BNI City (bangunan tertinggi di Indonesia), Bank

Indonesia Bangunan Kantor, Graha Niaga Tower, Mandiri Plaza Tower,

Shangri-La Hotel dan beberapa apartemen bertingkat bangunan di Jakarta

dan kota-kota lainnya di Indonesia.

Upaya selalu dilakukan untuk mengutamakan kualitas terdepan apa

pun telah memungkinkan PT Waskita Karya (Persero) dalam

memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995; yang

menjadi pengakuan internasional meyakinkan tentang Sistem Manajemen

Page 67: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

50

Mutu ISO dilaksanakan oleh perusahaan dan titik awal menuju era global

kompetisi. Pada bulan Juni 2003, PT Waskita Karya (Persero) telah

berhasil memperbarui Sistem Manajemen Mutu dan mampu

mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 dan pada tahun 2007

melanjutkan proses restrukturisasi dan siap menjalani provatisasi untuk

pengembangan usahanya. Hingga saat ini PT Waskita Karya (Persero)

terdiri dari beberapa wilayah dan divisi, kantor cabang dan anak

perusahaan yang tersebar di Indonesia dan luar negeri.

2. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

Menjadi perusahaan jasa konstruksi terbaik yang memberikan nilai

tambah bagi stakeholder.

b. Misi

Meningkatkan nilai perusahaan yang kompetitif dan berkualitas

dengan:

1) Sumber daya manusia yang kompeten

2) Sinergi dengan pelanggan, mitra kerja dan lembaga keuangan serta,

3) Berorientasi pada keselamatan, kesehatan dan peduli lingkungan

3. Kebijakan K3

PT Waskita Karya (Persero) sebagai Badan Usaha Jasa Konstruksi

selalu mengendalikan risiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Lingkungan dan Mutu dengan cara menerapkan Sistem Manajemen PT

Waskita Karya (Persero) untuk memenuhi kepuasan stakeholders.

Sebagai bentuk komitmen tersebut, manajemen selalu:

Page 68: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

51

a. Mematuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang berlaku.

b. Meningkatkan kinerja secara berkesinambungan

c. Mencegah cidera, sakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan

d. Memberikan pelatihan, menyediakan tempat dan sarana kerja yang

sehat, aman dan nyaman kepada seluruh stakeholders.

4. Jenis Kegiatan Usaha

PT Waskita Karya (Persero) saat ini memiliki 5 (lima) bidang

bisnis yang meliputi Jasa Konstruksi, Beton Precast,

Properti, Engineering dan Procurement, serta Jasa Pengoperasian dan

Pemeliharaan Jalan Tol.

a. Konstruksi

Jasa konstruksi mencakup dua bidang usaha, yaitu Konstruksi Sipil

dan Konstruksi Gedung. Konstruksi Sipil dikelola oleh Divisi Sipil

yang berkedudukan di Jakarta. Daerah operasi Divisi Sipil mencakup

Jabodetabek dan Banten (NK ≥ 30 M), Pulau Jawa (≥ 100 M), dan Luar

Jawa (≥ 250 M). Divisi Sipil mengerjakan proyek-proyek infrastruktur

seperti jalan dan jembatan, irigasi, bendungan, dermaga, pelabuhan,

serta bandara.

b. Beton Precast

PT Waskita Karya melakukan inovasi dan terobosan dalam

pengembangan usaha produksi beton dengan mendirikan anak

perusahaan PT Waskita Beton Precast. Fasilitas Beton Precast adalah

pengembangan dan diversifikasi dalam bidang selain kontraktor dan

memiliki core bisnis yang menunjang Waskita Karya sebagai

Page 69: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

52

perusahaan jasa konstruksi di Indonesia. PT Waskita Beton Precast

memiliki visi agar menjadi unit bisnis di bidang Precast dan Ready Mix

yang dapat memberikan profit dengan menghasilkan produk-produk

Precast & Ready Mix yang bermutu tinggi dan harga yang kompetitif.

c. Properti

Proyek-proyek property dikelola oleh PT Waskita Karya Realty,

yang berkedudukan di Jakarta. Divisi ini melaksanakan kegiatan

perusahaan dalam bidang Pemasaran sampai dengan produksi, dengan

jenis usaha Rumah Tapak (real estate, town house), Rumah Susun

(rusun, apartemen, kondominium, condotel), serta Commercial

Building (perhotelan, perkantoran, ruko/rukan/soho, mall, industrial

building, sekolah, rumah sakit).

d. EPC

Kegiatan perusahaan dalam kegiatan pemasaran, engineering dan

procurement proyek-proyek dilaksanakan oleh Divisi EPC. Segmen

usaha Engineering, Procurement, Construction (EPC)mencakup

pekerjaan bangunan pabrik dan energi. Pekerjaan bangunan pabrik

meliputi bangunan sarana industri, konstruksi dan pabrikasi, serta

maintenance.

e. Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan Tol

Usaha Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan Tol dilakukan

oleh PT Waskita Toll Road, yang merupakan anak perusahaan PT

Waskita Karya (Persero). Jasa pengoperasian dan pemeliharaan untuk

Page 70: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

53

saat ini meliputi Jalan Tol Pejagan - Pemalang serta Jalan Tol Kriyan -

Legundi - Bunder.

5. Gambaran Area Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

Nama Proyek : Cibis Tower 9

Lokasi Proyek : Jl. Cilandak kko. Jakarta Selatan

Waktu Pelaksanaan : 23 September 2014 s/d 23 April 2016

Pemilik Proyek : PT. Bhumyanca Sekawan

Batas Area Proyek : Sisi Utara : Traxindo Build

Sisi Timur : Jalan Raya Cilandak KKO

Sisi Barat : Kawasan Komersial

Sisi Selatan : Toserba Seven Eleven

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

Gambar 5. 1 Lokasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

Page 71: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

54

6. Struktur Organisasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

Bagan 5. 1 Struktur Organisasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

Page 72: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

55

7. Sistem Manajemen K3LMP Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

PT Waskita Karya (Persero) selalu berupaya untuk memastikan

proyek dalam pelaksanaannya selalu menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lingkungan dan Mutu serta Sistem

Manajemen Pengamanan (SM-K3LMP), sesuai dengan kebijakan

perusahaan di dalam masalah Keselamatan, Kesehatan Kerja,

Lingkungan, Mutu dan Pengamanan yang terukur sesuai yang

disyaratkan dalam regulasi peraturan perundangan Republik Indonesia

dan peraturan daerah setempat, terlaksana dan terukur dengan baik dan

sesuai Nilai Ambang Batas yang disyaratkan.

Ruang lingkup implementasi Sistem Manajemen Keselamatan,

Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan (SM-K3LMP) di

proyek mencakup semua persyaratan yang diminta di dalam standar

OHSAS 18001:2007, ISO 14001:2004 dan ISO 9001:2008 serta SMP

SMK3 Perkap RI No. 24 : 2007, selama proses pelaksanaan proyek dari

awal hingga selesai.

B. Karakteristik Informan

Informan penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti, sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang

diharapkan sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi

sosial yang sedang diteiti. Informan tersebut sebagai berikut:

Page 73: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

56

Informan Utama

Informan utama yang di wawancara dalam penelitian ini adalah

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan risk assessment di Proyek

Cibis Tower 9 yaitu Sekertaris K3LMP dan staf K3LMP.

Informan Pendukung

Informan pendukung yang di wawancara dalam penelitian ini

adalah safety koordinator, kepala proyek dan pekerja terkait.

Dalam penelitian ini peneliti didampingi oleh seseorang yang ahli

dalam obyek yang diteliti guna memperkuat hasil penelitian pada saat

dilapangan. Peneliti didampingi oleh orang yang berpengalaman di bidang

K3 dan tersertifikasi manajemen risiko. Pada saat mewawancarai informan

peneliti didampingi oleh seorang safety leader di salah satu perusahaan

konstruksi swasta di Indonesia.

Tabel 5. 1 Karakteristik Informan

No. Kategori

Informan Informan Jabatan

1. Informan Utama PRA1 Sekertaris K3LMP

PRA2 Staf K3LMP

PRA3 Staf K3LMP

2. Informan

Pendukung

PRA4 Kepala Proyek

PRA5 Safety Koordinator

PRA6 Pekerja Besi

PRA7 Pekerja Kayu

PRA8 Pekerja Coran

Page 74: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

57

C. Gambaran Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015

Penilaian risiko merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko.

Manajemen risiko merupakan bagian dari sistem manajemen PT Waskita

Karya yang dirancang untuk mengantisipasi dan pengendalian risiko potensial

(PT Waskita Karya, 2013). Dalam prosedur penilaian risiko dengan nomor

dokumen PW-K3LMP-01 memiliki detail pelaksanaan prosedur penilaian

risiko harus mencakup identifikasi bahaya dan aspek lingkungan, penilaian

dan pengendalian risiko serta persetujuan, pemantauan dan update penilaian

risiko.

a. Tujuan Risk Assessment

Tujuan PT Waskita Karya (persero) membuat prosedur terkait

penilaian risiko adalah guna memastikan bahwa seluruh proses penilaian

risiko yang mencakup Keselamatan Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu

dan Pengamanan (K3LMP) ditetapkan, diterapkan dan dirawat.

Proyek Cibis Tower 9 membuat penilaian risiko yang dimulai dari

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining

Control) dan IADL (Identifikasi Aspek Dampak Lingkungan) dan

penyusunan program Kesehatan, Keselamatan Kerja dan lingkungan

bertujuan dapat memenuhi peraturan hukum seperti Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2014 tentang pedoman SMK3

Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan peraturan-peraturan lainnya yang

berlaku di Indonesia khususnya serta di International umumnya untuk

menjamin tidak terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan kerja dan

Page 75: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

58

penurunan kualitas lingkungan di proyek seperti OHSAS 18001: 2007

tentang sistem manajemen K3.

Dalam RK3LMP Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

(Persero) menyebutkan bahwa tujuan risk assessment adalah untuk

memastikan bahwa semua potensi bahaya teridentifikasi, dinilai risiko

yang meliputi:

- Identifikasi Bahaya

Memperkirakan suatu aktifitas yang dilakukan terhadap sesuatu

yang memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan cidera, sakit

atau kerusakan konstruksi / properti yang terkandung dalam suatu

obyek atau aktifitas.

- Penilaian Risiko

Proses pembobotan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan

potensi-potensi bahaya ke dalam kategori tinggi, menengah atau

rendah dengan menggunakan parameter atau skor.

- Pengendalian Risiko

Suatu upaya untuk meminimalkan atau menghilangkan celaka atau

sakit atau kerusakan terhadap properti perusahaan dalam suatu

proses kegiatan.

b. Tahapan Pelaksanaan Risk Assessment

Prosedur risk assessment secara tertulis tidak tercantum alur

tahapan penerapan penilaian risiko akan tetapi berdasarkan hasil

wawancara dengan narasumber diketahui bahwa alur tahapan penerapan

prosedur risk assessment dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 76: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

59

Bagan 5. 2 Alur Proses Risk Assessment K3LMP

Pada pelaksanaannya berdasarkan hasil studi pendahuluan yakni

wawancara dengan narasumber sekertaris K3LMP selaku yang membuat

risk assessment K3 mengatakan bahwa pelaksanaan penilaian risiko masih

belum sesuai alur. Diketahui dalam alur proses bahwa penerapan risk

assessment di proyek dilakukan setelah organisasi membuat metode kerja

dan spesifikasi teknis, akan tetapi dalam pelaksanaannya penialaian risiko

dilakukan sebelum metode kerja dan spesifikasi dibuat.

Dalam alur proses risk assessment, hasil risk assessment wajib

ditanda tangani oleh organisasi, hal ini merupakan salah satu bentuk

bahwa hasil penilaian risiko juga telah dikomunikasikan kepada pihak

terkait. Namun dalam pelaksanaanya diketahui bahwa pada dokumen

K3LMP

Mempelajari Spesifikasi Teknis, Mengidentifikasi Bahaya & Aspek Lingkungan, Menilai Risiko, Menentukan Pengendalian Risiko, Melakukan

Pemantauan dan Pengukuran

Organisasi Organisasi

Membuat Metode Kerja Menyetujui Hasil Penilaian danSpesifikasi Teknis Risiko, Meninjau Hasil

Penilaian Risiko Periodik

Waskita Pusat

Membuat Organisasi Proyek

OWNER

Menunjuk Waskita sebagai Kontraktor

Page 77: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

60

Form PW-K3LMP-01-01 hasil penilaian risiko yang dibuat pada bulan

oktober tersebut belum disetujui.

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

Gambar 5. 2 Lembar Persetujuan Hasil Risk Assessment

Pada tahapan penilaian risiko hasil penilaian harus disetujui oleh

pimpinan/ manajer yang terkait dalam organisasi perusahaan. Hal ini tertera

dalam dokumen PW-K3LMP-01:

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 Cilandak

Gambar 5. 3 Prosedur Persetujuan Hasil Penilaian Risiko

Identifikasi bahaya dan aspek lingkungan termasuk dalam prosedur

wajib penilaian risiko di PT Waskita Karya (Persero). Dalam prosedur

Page 78: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

61

penilaian risiko untuk melakukan identifikasi bahaya dan aspek

lingkungan harus mempertimbangkan antara lain sebagai berikut:

a. Aktifitas rutin dan non rutin

b. Aktifitas seluruh personil yang mempunyai akses tempat kerja

c. Perilaku/kebiasaan dan kemampuan adaptasi manusia

d. Bahaya-bahaya yang terjadi disekitar tempat kerja

e. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja

f. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, baik milik

sendiri maupun milik subkontraktor.

g. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di perusahaan,

aktifitas-aktifitasnya atau material

h. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan semen

tara dan dampaknya kepada operasional, proses dan aktifitas.

i. Melihat kondisi saat ini, masa lampau dan pekerjaan yang akan

dilakukan.

j. Sumber daya yang akan dipergunakan termasuk sumber daya

manusia, energi dan infrastruktur.

k. Kapan pekerjaan akan dikerjakan

l. AMDAL/RKL/RPL/UKL/UPL

Dalam mengidentifikasi bahaya, aspek lingkungan menjadi salah

satu perhatian dalam prosedur penilaian risiko.

AMDAL/RKL/RPL/UKL/UPL merupakan salah satu alternatif untuk

meminimalisasi dampak negatif. Berdasarkan hasil telaah dokumen

diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembangunan proyek Cibis Tower 9

Page 79: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

62

tidak terdapat dokumen AMDAL. Tidak adanyanya dokumen AMDAL

menjadi salah satu masalah penting dalam penilaian risiko. Berdasarkan

hasil studi pendahuluan wawancaara dengan Sekertaris K3LMP

mengungkapkan pengajuan AMDAL telah dilakukan akan tetapi belum

disetujui oleh pihak terkait, akibatnya proyek Cibis Tower 9 dibangun

tanpa adanya izin lingkungan.

D. Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015

Berdasarkan ketidaktepatan dalam pelaksanaan risk assessment pada

Proyek Cibis Tower 9, maka peneliti melakukan analisis pelaksanaan risk

assessment dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk

Tree (MORT) pada cabang Task Spesific Risk Assessment. Dalam teknik

MORT, pada lapis kesepuluh terdapat dua cabang yang membahas risk

assessment yaitu cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan

Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment

Not Performed membahas tidak terlaksananya risk assessment. Sedangkan

cabang Task Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan

pelaksanaan risk assessment (Noordwijk Risk Initiative, 2009).

Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang akan menjadi fokus

analisis karena pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan risk assessment

dilaksanakan namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaannya. Berikut ini

penjabaran penyebab masalah berdasarkan cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA:

Page 80: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

63

a. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

1) Cabang Knowledge LTA

Cabang knowledge dengan kode E4 mempertimbangkan

pengetahuan yang memadai harus tersedia untuk pelaksanaan risk

assessment. Terdapat dua cabang yang mempengaruhi pengetahuan,

yaitu:

a) Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input LTA

Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input dengan kode

F5 mempertimbangkan saran dan masukan pekerja yang memadai

digunakan dalam pelaksanaan risk assessment. Proyek Cibis Tower

9 melibatkan pekerja dalam pemberian informasi terkait bahaya

atau risiko yang dihadapi. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan, diketahui bahwa pekerja dilibatkan sebagai objek yang

akan memberikan informasi terkait bahaya yang dihadapi. Berikut

ini kutipan pernyataan informan utama:

“Pekerja nggak terlibat langsung dalam pembuatan risk

assessment nya, tapi mereka cukup terlibat dalam memberi

masukan ke kita risiko sama bahaya apa aja yang ada di

lapangan.. nanti setelah mereka kasih tau ke kita, kita kasih

tindakan koreksi nya...“ PRA1.

“Selama ini pekerja sudah banyak yang terlibat.. Ketika ada

kemungkinan yang bisa menimpa pekerja, pekerja nya itu

melaporkan risiko apa yang dia lihat ke K3. Dari laporan itu

langsung di antisipasi dan dimasukan ke hiradc...” PRA2.

Page 81: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

64

“Kalau terlibat pasti terlibat...dari pekerja seumpama ada risiko

atau bahaya yang menyangkut kondisi pekerja biasanya langsung

melapor ke K3 atau ke pelaksana di lapangan, nanti pelaksana

dilapangan akan memberitahu orang K3 nya...“ PRA3.

Selanjutnya hasil wawancara dengan pekerja mendukung

pernyataan dari informan utama, berikut ini kutipan pernyataan

informan pendukung:

“Keterlibatan pekerja ya ada ya, kalopun intelektual mereka

backgroundnya hanya SD SMP tapi mereka tetap dilibatkan... ya

kalo ada risiko gitu mereka lapor ke kita...“ PRA5.

“Setau saya pekerja disini sering kasih masukan mbak, risiko disini

kan sering jadi pekerja aktif kasih tau orang K3 supaya ada

tindakan gitu mbak...“ PRA7.

“Kita kerja diketinggian pasti hubungannya dengan jatuh, risiko

yang ekstrim gitu pasti harus lapor. Kalo saya si seringnya lapor

ke pelaksana...” PRA8.

Dari hasil kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa

pekerja terlibat dengan memberikan informasi risiko yang dihadapi

di area kerja kepada tim K3LMP dan pelaksana di lapangan.

Selama pengamatan berlangsung di lapangan terlihat beberapa

pekerja menemui tim K3LMP baik saat sedang berpatroli ataupun

saat safety morning untuk menyampaikan bahaya dan risiko yang

dihadapi di area kerja. Pekerja juga meminta penanggulangan

kepada petugas K3LMP atau kepada Pelaksana di lapangan untuk

Page 82: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

65

risiko yang mereka hadapi, tidak hanya mandor atau wakil mandor

tetap anak buah pun ikut melaporkan atas temuan risiko yang

mereka hadapi dan melaporkannya dengan kritis.

Berdasarkan hasil telah dokumen topik toolbox meeting

dengan nomor dokumen WK/HSE/TBM/CBS/I/2015 diketahui

penyampaian topik disesuaikan dari keluhan pekerja di lapangan

setiap minggu nya.

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 4 Topik Toolbox Meeting

b) Cabang Technical Information Systems LTA

Cabang Technical Information Systems LTA dengan kode

F6 mempertimbangkan risk assessment didukung oleh sistem

informasi. Proyek Cibis Tower 9 dalam melaksanakan risk

assessment didukung oleh sistem informasi teknis, yaitu memilki

pertemuan rutin satu kali dalam seminggu. Namun tidak semua

pekerja hadir berdasarkan dokumen absen hasil pertemuan safety

morning yang diadakan satu minggu sekali banyak karyawan dan

Page 83: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

66

pekerja yang tidak menghadiri pertemuan tersebut. Berdasarkan

hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa terdapat

sistem pertemuan guna mengumpulkan berbagai macam informasi

terkait K3 yang terjadi di tempat kerja. Berikut ini kutipan

pernyataan narasumber:

“Sistem informasi komunikasi langsung dengan pekerja ada setiap

hari jumat pagi safety morning, ada juga rapat orang kantor setiap

hari rabu siang. Disitu semua informasi selama satu minggu

terkumpul untuk di evaluasi juga...“ PRA1.

“Pengumpulan informasi untuk analisa risiko tentu saja ada

komunikasi dengan tim, baik itu kapro, kalap, maupun tim dari

K3LMP. Setiap hari ada briefing dan seminggu sekali juga ada

safety morning walau yang datang tidak banyak....“ PRA2.

“Safety morning seminggu sekali kita jabarkan bahaya apa aja

dihadapan pekerja, tapi jujur disini masih susah masih kurang

kompak dari tim kantor yang jarang hadir, safety dilapangan cuma

2 orang, pekerja ada 300 bangunan ada 16 lantai harus patrol...”

PRA3

Dari kutipan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa

pertemuan safety morning yang diadakan satu kali dalam seminggu

merupakan wadah untuk mengevaluasi risiko yang ada di tempat

kerja. Akan tetapi dalam pelaksanaannya safety koordinator dan

beberapa pekerja menyatakan bahwa pertemuan kurang efektif

Page 84: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

67

akibat kehadiran pekerja dan karyawan yang tidak maksimal.

Berikut ini kutipan pernyataan pekerja:

“Pertemuan ya ada briefing setiap pagi ada juga yang seminggu

sekali buat sharing antara pekerja dengan karyawan kantortapi

kurang efektif ya banyak yang telat dan malahan tidak datang...

Kepagian mungkin ya kan safety morning jam 7 pagi jadi pada

telat, kalau sudah telat ya mungkin tidak datang...”PRA5

“Safety morning tapi saya ndak pernah ikut, emang udah masuk

tapi nggak ikut aja. Apalagi briefing itu jarang sekali...”PRA6

“Ya situ pernah ikut safety morning kan, bagus buat evaluasi cuma

sayang yang ikut sedikit...“ PRA8.

Selama pengamatan di lapangan ada pertemuan antara

seluruh pekerja yakni pada safety morning dan ada pertemuan rapat

antar karyawan kantor. Safety morning dilaksanakan Jumat pagi

pukul 07.00 – 09.30 yang membahas perkembangan pekerjaan

setiap minggu nya dan evaluasi secara keseluruhan tentang aspek

K3LMP. Terkait pertemuan setiap hari yakni briefing tidak

diwajibkan sehingga berdasarkan hasil pengamatan briefing tidak

dilakukan oleh semua pihak, hanya staf K3LMP dan safety

koordinator.

Sepanjang pengamatan safety morning yang dilakukan

seminggu sekali ini berjalan akan tetapi pertemuan ini dihadiri oleh

sedikit pekerja dan karyawan. Beberapa pertemuan juga tidak

dihadiri oleh pimpinan. Selain itu karyawan juga banyak yang telat

Page 85: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

68

dan tidak menghadiri safety morning akibat pertemuan yang

dijadwalkan mulai cukup pagi. Sehingga pertemuan tidak maksimal

dikarenakan tidak ada pimpinan yang menghadiri. Padahal agenda

safety morning adalah untuk mengumpulkan informasi terkait yang

terjadi selama seminggu hari kerja untuk menjadi bahan evaluasi.

Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui bahwa jumlah

pekerja dan karyawan yang mengikuti safety morning masih kurang

dari jumlah pekerja dan karyawan yang ada dan diketahui pula

dalam beberapa pertemuan pimpinan tidak hadir. Berikut ini

merupakan daftar absensi yang mengikuti safety morning:

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 5 Absensi Safety Morning

Page 86: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

69

2) Cabang Execution LTA

Cabang Execution LTA dengan kode E5 mempertimbangkan hal-

hal yang memengaruhi kualitas risk assessment. Terdapat 5 cabang

yang mempengaruhi kualitas risk assessment, yaitu:

c) Cabang Time LTA

Cabang Time LTA dengan kode F7 mempertimbangkan

waktu yang cukup untuk membuat risk assessment dan

melaksanakannya. Proyek Cibis Tower 9 melaksanakan risk

assessment tidak sesuai prosedur akibat keterbatasan personil dan

spesifikasi teknis tentang pekerjaan juga belum diberikan padahal

dikejar oleh waktu pembangunan.

Pembuatan risk assessment dibuat setelah proyek berjalan

selama satu bulan, berdasarkan hasil wawancara dengan informan

diketahui bahwa waktu pelaksanaan analisis risiko tidak di awal

pekerjaan dan tidak di revisi secara berkala sesuai dengan prosedur

penilaian risiko PT Waskita Karya. Penyebab ketidaktepatan waktu

pelaksanaan risk assessment diketahui akibat keterlambatan

spesifikasi teknis yang diberikan tidak di awal pekerjaan, setelah

satu bulan proyek berlangsung. Berikut ini kutipan pernyataan

sekertaris K3LMP:

“Risk assessment dibuat satu bulan setelah proyek mulai, memang

di prosedur harusnya diawal pekerjaan. Pada saat proyek jalan

spesifikasi teknis baru diberikan sehingga pembuatan risk

assessment lama....“ PRA1.

Page 87: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

70

Safety koordinator sebagai informan pendukung memberikan

informasi bahwa risk assessment tidak dibuat di awal proyek atau

ada keterlambatan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:

“Assessment ya? Waduh udah lama ya itu dibuat waktu proyek

sudah berjalan.. Harusnya sih sebelum pelaksanaan pekerjaan itu

udah dibikin...“ PRA5.

Selanjutnya berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui

bahwa hasil dari penilaian risiko dengan nomor dokumen PW-

K3LMP-01-01 masih memiliki revisi 02, 07 Oktober 2011. Dalam

prosedur penilaian risiko telah ditetapkan bahwa hasil penilaian

risiko secara periodik ditinjau minimal 6 bulan sekali sehingga

terdapat ketidaktepatan antara pelaksanaan dan prosedur yang

berlaku.

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 6 Revisi Hasil Risk Assessment

Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui bahwa dalam

prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9 dengan nomor

dokumen PW-K3LMP-01 dijabarkan bahwa revisi dilakukan secara

on going dimana jika ada perubahan aktivitas maka perlu dibuat

penilaian risiko yang baru atau di review. Selama pekerjaan

Page 88: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

71

berlangsung terdapat aktivitas baru yakni tahap plumbing dan

finishing akan tetapi penilaian risiko tidak dilakukan kembali atau

direvisi.

d) Cabang Budget LTA

Cabang budget LTA dengan kode F8 mempertimbangkan

anggaran yang cukup untuk melakukan analisis risiko. Proyek

Cibis Tower 9 memiliki anggaran untuk melaksanakan program

K3LMP dan risk assessment masuk kedalam anggaran program

tersebut. Proyek Cibis Tower 9 berjalan dengan anggaran yang

diberikan oleh perusahaan terdapat pada Rencana Keselamatan,

Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan (RK3LMP).

Anggaran dana untuk keperluan risk assessment mencakup

semua pengendalian risiko yang perlu diterapkan di lapangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa

anggaran untuk melaksanakan risk assessment masuk ke dalam

anggaran program K3LMP secara keseluruhan. Berikut ini kutipan

pernyataan narasumber:

“Untuk budget risk assessment hanya print hiradc saja mungkin

untuk pengendalian risiko yang butuh biaya, tidak ada masalah,

karna berapa biaya yang harus dihabiskan dari awal sampai akhir

dihitung dan dan setiap bulan juga dibuat laporan bulanan yang

dikasih ke pimpinan..“ PRA1.

“Sudah ada anggaran dana nya, untuk K3LMP 3,2% dari biaya

keseluruhan..” PRA4.

Page 89: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

72

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa anggaran

dana untuk melaksanakan risk assessment termasuk dalam

anggaran dana rencana K3LMP. Anggaran dana yang ada

dikatakan cukup dan dapat mendukung berlangsungnya

pengendalian risiko dan program K3LMP di Proyek Cibis Tower 9.

Jumlah anggaran dana 3,2% dari total keseluruhan dana untuk

pembangunan sehingga anggaran dana tersebut dirasa cukup untuk

memenuhi seluruh kebutuhan program K3LMP termasuk

pelaksanaan risk assessment.

Berdasarkan hasil telaah dokumen anggrana dana pada

RK3LMP diketahui terdapat biaya perencanaan yang didalamnya

termasuk biaya fotokopi dan biaya jilid untuk dokumen risk

assessment. Akan tetapi dokumen anggaran dana tidak dapat

dilampirkan karena merupakan dokumen rahasia perusahaan.

Berikut uraian biaya dalam anggaran RK3LMP

Biaya Fotocopy dan jilid

Biaya Distribusi

Biaya Pengadaan Dokumen Perusahaan

Biaya APD & Perlengkapan K3LMP + Alat Safety Deck

Biaya Pembuatan Laporan & Alat Security + CCTV

Biaya Medical Check & Obat

Biaya Penyelenggaraan Training

Biaya Seminar-seminar K3LMP Eksternal/Internal

Biaya Inspeksi dan Tes Lapangan

Page 90: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

73

Biaya Perawatan Akibat Kecelakaan

Biaya Kalibrasi Peralatan

Biaya Perawatan dan Penyimpanan Alat

Biaya Audit K3LMP

e) Cabang Scope LTA

Cabang scope LTA dengan kode F9 mempertimbangkan

ruang lingkup dan detail dari risk assessment untuk mencakup

semua risiko yang terkait dengan pekerjaan/ proses pada Proyek

Cibis Tower 9. Lingkup pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis

Tower 9 dibuat berdasarkan proses secara umum pada kegiatan

konstruksi. Pada prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9

dijelaskan bahwa pelaksanaan risk assessment dilakukan di seluruh

proses bisnis di PT Waskita Karya termasuk pihak luar yang

bekerja untuk atau atas nama Waskita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diketahui

bahwa lingkup pelaksanaan risk assessment masih ada

kekurangan. Terdapat proses kerja baru yang tidak dianalisis

risikonya yakni proses plumbing yang dilakukan oleh pihak

subkontraktor yang tergabung dengan perusahaan. Padahal proses

plumbing juga merupakan tanggungjawab PT Waskita Karya.

Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:

“Lingkupnya ya konstruksi, kita melihat item pekerjaan bagi

pekerjaan nya apa aja, risiko paling sering terjadi tertusuk paku.

Page 91: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

74

Kalau di konstruksi risiko yang paling tinggi itu nilai 6 jatuh dari

ketinggian...“ PRA1.

“Bisa dilihat dalam dokumen hiradc, semua kegiatan harus

dicantumkan dan sudah memang seharusnya mendetail. Tapi

beberapa hal yang tidak tercantumkan karena lingkup kerja yang

baru seperti plumbing.. Ya belum sempat ya kan Bapak juga

megang proyek lain....”PRA2

Berdasarkan hasil telaah dokumen risk assessment Proyek

Cibis Tower 9 terdapat kolom lokasi namun kolom tersebut

digabung dengan kolom peralatan, perkakas dan material sehingga

pengisian tidak lengkap. Area lokasi yang pernah disebutkan dalam

hasil risk assessment hanya area proyek tidak ada area kantor atau

lokasi lainnya. Meskipun risk assessment berdasarkan aktivitas

akan tetapi terdapat kekurangan aktivitas dalam hasil risk

assessment yakni tidak ada nya aktivitas plumbing dan finishing.

Selanjutnya terkait detail risiko yang dianalisis adalah risiko

K3LMP baik tinggi, sedang, maupun rendah yang disesuaikan

dengan prosedur penilaian risiko.

Pada saat telaah dokumen ditemukan dokumen hasil audit

internal yang di lakukan pada bulan Juli 2015 terdapat temuan

terkait tingkatan risiko. Untuk beberapa pekerjaan yang

mengakibatkan jari terputus tingkat risiko tersebut termasuk tingkat

3 yaitu cacat permanen akan tetapi dalam hasil risk assessment

Page 92: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

75

keparahan tersebut masih dinilai 2. Akan tetapi dokumen tidak

dapat ditampilkan karena merupakan rahasia perusahaan.

Selain itu berdasarkan telaah dokumen prosedur risk

assessment Proyek Cibis Tower 9 tipe risiko yang dianalisis adalah

risiko terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Namun

pada form hasil risk assessment Proyek Cibis Tower 9 risiko yang

dianalisis hanya risiko keselamatan dan kesehatan terhadap

manusia. Padahal berdasarkan pengamatan, terdapat risiko

pencemaran udara dari pekerjaan pengecoran dan pembongkaran.

Berikut ini merupakan contoh hasil risk assessment:

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 7 Form Hasil Risk Assessment Proyek Cibis Tower 9

f) Cabang Analytical Skill LTA

Cabang Analytical Skill LTA dengan kode F10

mempertimbangkan pengalaman dan keterampilan pelaksana yang

dibutuhkan untuk membuat dan melaksanakan risk assessment.

Proyek Cibis Tower 9 tidak menentukan pelaksana risk assessmen

Page 93: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

76

secara khusus akan tetapi pelaksana harus termasuk dalam divisi

K3LMP. Berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment

Proyek Cibis Tower 9 pelaksana risk assessment secara tanggung

jawab berada pada divisi K3LMP dan kepala proyek serta unit

kerja terkait. Berikut ini merupakan pembagian tugas dan tanggung

jawab pelaksana risk assessment:

Tabel 5. 2 Tanggung Jawab Pelaksana Risk Assessment

No. Uraian Kegiatan Penanggungjawab

1. Menyiapkan input HIRADC dan aspek

dampak lingkungan yang berupa seluruh

proses bisnis.

Divisi K3LMP

2. Melakukan Identifikasi bahaya, aspek

dampak lingkungan baik dalam kondisi

normal, abnormal dan darurat.

Divisi K3LMP

3. Melakukan identifikasi dengan melihat

kondisi lapangan/ ruangan/ tempat kerja dan

lingkungan sekitarnya observasi dan

wawancara kepada personil terkait.

Divisi K3LMP

4. Melakukan identifikasi persyaratan hukum

dan persyaratan lainnya yang berlaku untuk

aktivitas produk atau jasa tersebut.

Divisi K3LMP

5. Menghitung risiko awal dengan matriks dan

mengklasifikasikan skala risiko awal sesuai

dengan matriks penilaian risiko.

Divisi K3LMP

6. Melakukan identifikasi pengendalian risiko

sesuai hirarki meliputi Eliminasi dan

Subtitusi.

Divisi K3LMP

7. Melakukan identifikasi pengendalian risiko

sesuai hirarki meliputi pengendalian

rekayasa, pengendalian administratif dan

alat pelindung diri serta penghitungan sisa

risiko.

Unit kerja terkait &

K3LMP

Page 94: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

77

8. Pemantauan dan pengukuran terhadap

pengendalian risiko serta persetujuan hasil

penilaian risiko

Unit kerja terkait

9. Meninjau penilaian risiko secara on going

dan periodik 6 bulan sekali.

Divisi K3LMP &

Kapro

Berdasarkan tanggung jawab tersebut hampir secara

keseluruhan divisi K3LMP bertugas dalam pelaksanaan risk

assessment. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa

pelaksana risk assessment telah memiliki pengalaman yang cukup

panjang dibidang konstruksi seperti pada pernyataan berikut ini:

“Kalau melihat pengalaman sudah pengalaman di konstruksi

sudah bertahun-tahun juga, beliau tau risk assessment

bagaimana... “ PRA2.

“Oh Bapak sih sudah melanglang buana, saya juga sudah hampir

7 tahun kerja di waskita...”PRA3

Selain itu, pada prosedur risk assessment dijelaskan bahwa tidak

hanya divisi K3LMP saja yang memiliki tanggung jawab dalam

pelaksanaan risk assessment. Pimpinan juga dilibatkan dalam

pelaksanaan risk assessment, Kepala proyek bertugas meninjau

hasil risk assessment. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:

“Semua yang disini sudah berpengalaman. Untuk risk assesment

saya belum memeriksa yang si Asi (Sekertaris K3LMP) buat

makanya kemarin pas audit masih ada yang harus

diperbaiki...”PRA4

Page 95: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

78

“Pelaksana risk assessment disini bagus pengalamannya sudah

banyak di bidang konstruksi...”PRA5

Dari kutipan hasil wawancara diatas, diketahui bahwa

pelaksana telah memiliki banyak pengalaman dibidang konstruksi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sekertaris K3LMP juga

menjelaskan bahwa risk assessment dibuat berdasarkan data

sebelumnya saja. Staf ikut terlibat dalam pelaksanaan risk

assessment namun tidak memiliki sertifikasi akan hal tersebut,

seperti pada kutipan berikut ini:

“Risk assessment dibuat berdasarkan pengalaman selama di

proyek. Disini tidak ada yang sertifikasi tentang risk assessment,

staf K3LMP kita suruh untuk mengoreksi hasil risk assessment

yang dibuat saja...“ PRA1

g) Cabang Hazard Selection LTA

Cabang hazard selection LTA dengan kode F11

mempertimbangkan tentang kesesuaian temuan bahaya pada

analisis risiko dengan bahaya yang ada. Temuan bahaya sangat

penting untuk kecukupan risk assessment. Terdapat 2 cabang yang

mempengaruhi hazard selection, yaitu:

- Cabang Hazard Identification LTA

Cabang hazard identification LTA dengan kode G1

mempertimbangkan kriteria yang digunakan untuk

mengidentifikasi bahaya. Proyek Cibis Tower 9

Page 96: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

79

mengidentifikasi bahaya menggunakan form yang telah

disediakan oleh perusahaan yaitu form identifikasi bahaya,

penilaian risiko dan penentuan pengendalian risiko dengan

nomor dokumen PW-K3LMP-01-01. Bahaya diidentifikasi

berdasarkan aktivitas proses pekerjaan, akan tetapi kolom lokasi,

proses, peralatan, material dijadikan dalam satu kolom sehingga

terdapat ketidakjelasan atau membingungkan dalam pengisian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sekertaris K3LMP,

diketahui bahwa terdapat prosedur khusus identifikasi bahaya

K3LMP dengan form yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi bahaya. Berikut merupakan kutipan pernyataan

informan:

“Untuk identifikasi bahaya menggunakan form yang ada di

PWK3LMP, form nya diisi bahaya nya apa lalu dinilai

keparahannya...“ PRA1.

Hal tersebut didukung dengan hasil telaah dokumen yang

dilakukan peneliti, memang benar terdapat form khusus

identifikasi aspek K3LMP dengan nomor dokumen PW-01-01.

Berikut ini form identifikasi aspek K3LMP:

Page 97: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

80

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 8 Form Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan

Pengendalian Risiko

Selanjutnya pada prosedur risk assessment Proyek Cibis

Tower 9, dijelaskan bahwa identifikasi bahaya harus dilakukan

secara on going dimana jika terjadi perubahan aktivitas

penilaian risiko dibuat yang baru. Berdasarkan hasil telaah

dokumen metode kerja dengan nomor dokumen WK-CIBIS-

ENG-MS-BS-009 dengan hasil form risk assessment dengan

nomor dokumen PW-K3LMP-01-01 diketahui terdapat

ketidaksesuaian tahapan yang di analisis. Terdapat tahapan kerja

yang tidak dianalisis adalah proses kerja yakni plumbing.

Namun dokumen metode kerja tidak dapat dilampirkan karena

dokumen tersebut merupakan rahasia perusahaan.

Page 98: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

81

- Cabang Hazard Prioritisation LTA

Cabang hazard prioritisation LTA dengan kode G2

mempertimbangkan metode yang digunakan dalam

memprioritaskan bahaya yang telah diidentifikasi. Pada Proyek

Cibis Tower 9 terdapat ketidaktepatan penentuan kategori

analisis risiko antara prosedur dengan form hasil risk

assessment. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

diketahui bahwa metode analisis terdapat pada prosedur

perusahaan. Berikut ini kutipan pernyataan informan:

“Ya bahaya di prioritaskan sesuai risiko nya dilihat keparahan

dan kemungkinannya rendah, sedang, tinggi, 1, 2, 3 gitu di tabel

di PWK3, saya sudah pernah kasih lihat sama kamu

kan...“PRA1.

Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen prosedur

penilaian risiko Proyek Cibir Tower 9 PT Waskita Karya,

metode analisis yang digunakan adalah metode analisis

kualitatif. Hal tersebut terlihat dari tahapan pelaksanaan pertama

yaitu menentukan kemungkinan dan selanjutnya menentukan

keparahan. Berikut merupakan pengkategorian kemungkinan

dan keparahan serta kategori tingkat risiko yang terlampir

dalam prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9:

Page 99: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

82

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 9 Matriks Penilaian Tingkat Risiko

Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan memadukan nilai

kemungkinan terjadinya peristiwa risiko K3 dengan keparahan

yang ditimbulkannya. Dalam prosedur penialaian risiko Proyek

Cibis Tower juga menjelaskan bahwa kerugian yang diakibatkan

bisa karena kerusakan harta benda atau lingkungan. Risiko awal

dikategorikan penting jika nilainya lebih besar dari dua. Setelah

Page 100: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

83

didapatkan tingkat risiko maka masuk ke tahap selanjutnya

untuk penentuan tindakan dan skala waktu pengendalian risiko.

Berikut merupakan matriks penentuan pengendalian risiko:

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 10 Matriks Penentuan Pengendalian

b. Cabang Recommended Risk Controls LTA

3) Cabang Clarity LTA

Cabang clarity LTA dengan kode E6 mempertimbangkan kejelasan

rekomendasi dari penilaian risiko untuk memudahkan memahami dan

melaksanakannya. Pengendalian yang direkomendasikan telah ditulis

dalam form hasil risk assessment, didalam hasil tersebut juga

memasukan pengendalian sesuai dengan hirarki pengendalian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa

Page 101: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

84

rekomendasi pengendalian tertulis dalam form hasil risk assessment.

Berikut ini kutipan pernyataan informan utama:

“Pengendalian ada di hiradc dari mulai eliminasi sampai APD

ditambah juga RTD (Rencana tanggap darurat. Mayoritas pekerja

juga sudah paham pengendalian yang ada dilapangan.Ya kaya jalur

evakuasi, rambu-rambu juga jelas, peringatan untuk area wajib APD

juga...“ PRA1.

“Sejauh yang saya ketahui rekomendasi pengendalian sangat jelas, di

lapangan, pemahaman pekerja tentang APD cukup baik ya...”PRA3

Selain itu, dilapangan pekerja juga diberi petunjuk terkait

pengendalian yang direkomendasikan. Berikut ini kutipan pernyataan

informan:

“Kalau pengendalian saya paham, misal yang simple aja ketinggian

harus pake bodyharness...“PRA6.

“Sudah jelas sih mbak, kan kita pakai APD setiap masuk proyek ada

papan nya didepan area kerja kita cara-cara pakainya...“ PRA7.

Menurut staf K3LMP pekerja memahami pengendalian yang

direkomendasikan karena pekerja memiliki pengalaman bekerja di

area kerja yang sama yakni pekerja konstruksi. Berikut merupakan

kutipan pernyataan staf K3LMP:

“Pengendalian disini jelas dan sebagian pekerja sudah paham kan

sudah lama di proyek...“ PRA2.

Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen form hasil risk

assessment Proyek Cibis Tower 9, terdapat kolom rekomendasi

Page 102: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

85

pengendalian. Kolom pengendalian risiko dalam hasil risk assessment

diisi dengan rekomendasi pengendalian. Berikut merupakan salah satu

rekomendasi pengendalian risiko yang dilakukan di Proyek Tower 9:

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 11 Contoh Pengendalian Risiko

4) Cabang Compatibility LTA

Cabang compatibility LTA dengan kode E7 mempertimbangkan

pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan persyaratan

yang ada. Proyek Cibis Tower 9 mengatur rekomendasi pengendalian

harus dengan hirarki pengendalian dalam prosedurnya. Berdasarkan

telaah dokumen prosedur risk assessment Proyek Cibis Tower 9,

rekomendasi pengendalian yang diberikan sesuai hirarki. Berikut ini

hirarki pengendalian pada prosedur:

a. Eliminasi yaitu menghilangkan bahaya atau risiko dari

sumbernya

Page 103: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

86

b. Subtitusi yaitu mengganti dengan bahan atau sumber bahaya

yang lebih kecil

c. Pengendalian rekayasa (Engineering control) yaitu cara

pengendalian risiko dengan cara rekayasa

d. Pengendalian administratif yaitu cara pengendalian risiko

dengan memasang tanda-tanda peringatan serta melalui

penerapan suatu prosedur atau sistem kerja

e. Alat pelindung diri (APD) yaitu pengendalian risiko dengan

cara memakai peralatan APD sesuai dengan jenis dan sumber

bahayanya.

Namun berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment

Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya, rekomendasi

pengendalian yang diberikan lebih banyak kontrol administratif.

Padahal dalam menerapkan pengendalian terdapat hirarki

pengendalian lain sebelum pengendalian administratif. Salah satu

contoh diketahui dari hasil risk assessment proses pekerjaan struktur

pada aktivitas pemasangan baja casteleted beam di ketinggian, untuk

aktivitas tersebut dapat dikendalikan dengan pengendalian teknis

seperti pemasangan safety net akan tetapi dalam hasil analisis

pengendalian yang dilakukan langsung pada poin pengendalian

administratif. Hal tersebut dapat dilhat dalam hasil risk assessment

dalam kolom pengendalian pada Gambar 5.11 Contoh Pengendalian

Risiko.

Page 104: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

87

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa

rekomendasi pengendalian mempertimbangkan hirarki pengendalian

dalam prosedur. Berikut ini kutipan pernyataan informan:

“Sesuai peraturan kan dimasukan juga di form nya, pengendalian

juga sudah sesuai hirarki kan kamu bisa baca sendiri...“ PRA1.

Selain itu, berdasarkan pernyataan informan pendukung diketahui

bahwa pada pelaksanaannya pengendalian yang dilaksanakan tidak

semua sesuai dengan hirarki yang terdapat pada form hasil hiradc.

Berikut merupakan penyataan infroman pendukung:

“Ya kalau selama pekerjaan tuh ya liat HIRADC berdasarkan itu aja

pengendaliannya tapi tidak semua diikuti. APD dan rambu-rambu

paling yang diterapkan...”PRA5

Berdasarkan telaah dokumen anggaran dana membuktikan bahwa

ada rincian biaya APD dan perlengkapan K3LMP. Biaya untuk

keperluan pengendalian administrasi, pelatihan dan tindakan

pencegahan lain juga tersedia hanya saja dalam pelaksanaan dengan

hirarki pengendalian mayoritas difokuskan pada perlengkapan

K3LMP.

5) Cabang Testing of Control LTA

Cabang testing of control LTA dengan kode E8

mempertimbangkan pengujian pengendalian untuk efektivitas sebelum

diimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,

diketahui bahwa pengujian pengendalian tidak dilakukan akibat

keterbatasan waktu. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:

Page 105: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

88

“Tidak ada pengujian ya kita siapkan pengendalian sesuai standar aja

karena sistem kerja disini yang cepat jadi tidak melakukan pengujian-

pengujian...“ PRA1.

Rekomendasi pengendalian langsung diterapkan pada pekerja.

Selain itu, menurut informan lain pengendalian sudah tersedia saja

sudah cukup sehingga tidak diperlukan pengjuian. Berikut kutipan

pernyataan informan:

“Pengujian dari supllier lah dek, disini mah tinggal make aja

pekerjanya...“ PRA2.

“Tidak sih tidak ada. Sudah efektif jadi kalau disini langsung

diterapkan saja pengendaliannya. Pengendalian yang digunakan juga

tidak jauh berbeda dengan proyek kita yang lain...“ PRA3.

“Ya seharusnya ada pengujian tapi disini tidak ada karena sudah ada

saja sudah bagus..”PRA5

Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen hasil risk assessment

Proyek Cibis Tower 9 terdapat pengendalian yang harus dilakukan

pengujian seperti pengujian jalur evakuasi tanggap darurat, APD,

peralatan kerja, dan lain-lain. Meskipun tidak dilakukan pengujian

berdasarkan observasi dapat diketahui spesifikasi alat pelindung diri

yang digunakan di Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan.

Hasil identifikasi jenis dan kualitas kesesuaian APD dengan :

a) Safety helmet (MSA V-Gard)

Page 106: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

89

Keterangan:

Putih : Karyawan, Tamu, Subkontraktor

Oren : Pekerja K3 harian, serba/i, logistik

Merah, Biru : Pekerja besi

Kuning : Pekerja Galian dan Cor

Hijau : Pekerja Kayu

Safety helmet merupakan alat pelindung kepala dari bahaya

kejatuhan atau benturan sesuai dengan bahaya dan risiko yang ada di

tempat kerja. Safety helmet yang terdapat di perusahaan telah

memenuhi kualitas standar ANSI Z89.1 2009. Safety helmet yang

digunakan adalah dengan kelas G yakni helm berjenis umum yang

telah diuji ketahanannya pada tegangan 2.200 volts.

b) Safety shoes

Page 107: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

90

Safety shoes merk King’s ini dilengkapi dengan steel toe cap

diproduksi menggunakan bahan yang relevan dari EN ISO

20345:2004 & AS/NZS 2210.3:2009 untuk kinerja dan kualitas. Safety

shoes berfungsi melindung kaki dari bahaya kejatuhan benda,

terlindas benda berat dan bahaya terpeleset sesuai dengan bahaya yang

ada di tempat kerja. Sepatu ini memiliki ketahanan perlindungan

beban sebanyak 20Kg (200 Joules) dan perlindungan tekanan sebesar

15.000 Newtons.

Sedangkan sepatu boots merk Petrova dan AP boots terbuat dari

bahan karet yang kuat dengan guratan yang bisa melekat pada

permukaan yang licin sehingga mencegah pekerja yang memakai dari

bahaya terpeleset di area kerja.

c) Safety full body harness

Konstruksi merupakan sektor industri yang sangat erat kaitannya

dengan bahaya jatuh dari ketinggian, untuk itu perusahaan

menyediakan safety full body harness untuk mencegah cedera yang

lebih parah pada pekerja yang bekerja di ketinggian. Safety full body

harness memiliki kualitas yang baik, mampu menahan beban kerja

Page 108: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

91

aman (safety working load) sebesar 590 kg dan daya renggang

(breaking strength) sebesar 1000kgs.

d) Vest

Pekerja harus berpakaian dan dilengkapi rompi pada saat bekerja,

selain untuk sebagai identitas rompi juga berfungsi untuk menandakan

bahwa sedang ada pekerjaan terutama pada saat malam hari. Rompi

tersebut akan memantulkan sinar, hal ini sangat berguna untuk pekerja

yang bekerja pada malam hari ataupun pada saat bekerja di area yang

gelap seperti confined space.

e) Face shield (Kedok)

Face shield berfungsi melindungi wajah dan mata pekerja. Di area

kerja terdapat aktifitas pengelasan sehingga face shield merupakan

salah satu alat pelindung diri yang diperlukan dan disediakan oleh

Page 109: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

92

perusahaan. Face shield dapat melindungi pekerja dari paparan

radiasi, benda panas dan cahaya sesuai dengan jenis bahaya yang ada

di tempat kerja.

f) Sarung tangan

Sarung tangan katun digunakan pada pekerja besi beton, pekerjaan

bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk

pekerjaan ketinggian. Sarung tangan ini sesuai dengan jenis bahaya

yang ada, untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cedera lecet atau

terluka pada tangan.

g) Safety Eyewear

\

Safety eyewear ini merupakan safety glasses yang memenuhi

standard ANSI Z87.1+2010 dan EN166. Kaca yang berwarna gelap

ini digunakan pekerja saat siang hari. Safety eyewear ini memiliki

kualitas yang baik dalam menangkal sinar UV hingga 99,9% serta

memiliki lapisan yang kuat terhadap goresan.

Page 110: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

93

6) Cabang Directive LTA

Cabang directive LTA dengan kode E9 mempertimbangkan arahan

untuk penggunaan pengendalian yang direkomendasikan dalam risk

assessment. Proyek Cibis Tower 9 memberi arahan terkait

pengendalian. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,

diketahui bahwa arahan untuk penggunaan pengendalian diberikan

oleh staf K3LMP kepada para pekerja. Berikut ini kutipan pernyataan

narasumber:

“Gini arahan ke pekerja ada pas safety morning selalu diulang

bahaya apa aja pengendalian apa aja seperti induksi. Kita punya

banyak karakter sifat pekerja ada yang bandel, ada yang cuek, ada

yang tertib. K3LMP memberikan arahan ke pekerja jika masih

bertindak tidak aman akan kita tegur lagi....“ PRA1.

“Kalau disini semua arahan pengendalian di lapangan, dikantor sih

jarang ada arahan ya...“ PRA2.

“Arahan pengendalian untuk menggunakan APD, bertindak safety,

tanggap darurat juga. Tidak hanya K3LMP tapi pelaksana kadang

juga kasih arahan karena pekerja sebanyak ini susah ya kalau yang

ngawas cuma berdua saja..” PRA3.

Dari kutipan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa

rekomendasi pengendalian yang diarahkan oleh staf K3LMP dan atau

pelaksana di lapangan. Pekerja dengan jumlah yang banyak

menyulitkan petugas K3LMP yang hanya berjumlah dua orang untuk

memberikan pengarahan atau teguran. Hal ini juga dirasakan oleh

Page 111: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

94

pekerja sebagai mandor yang terkadang perlu ikut menegur pekerja

yang tidak bertindak aman atau tidak menggunakan APD, berikut

pernyataan pekerja:

” Masih jarang yang pakai APD masih kurang pengawasan untuk

pekerja nya, ya kita mandor suka bantu tegur saja..”PRA7

Berdasarkan hasil pengamatan juga diketahui terdapat arahan

kepada pekerja, namun terdapat juga beberapa pekerja yang masih

membandel dikarenakan pengawasan yang masih kurang. Seperti

terdapat pekerja yang bekerja di ketinggian namun tidak

menggunakan body harness

Kemudian berdasarkan telaah dokumen, terdapat dokumen terkait

pengendalian yaitu instruksi kerja penggunaan APD dengan nomor

dokumen IK-PW-K3LMP-APD-08. Pada dokumen tersebut,

dijelaskan bahwa divisi K3LMP bertanggungjawab untuk memberikan

pelatihan cara penggunaan APD kepada seluruh pekerja termasuk

pengunjung.

Page 112: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

95

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 12 Instruksi Kerja Alat Pelindung Diri

7) Cabang Availability LTA

Cabang availability LTA dengan kode E10 mempertimbangkan

ketersediaan perlengkapan pengendalian yang direkomendasikan

untuk digunakan oleh personil yang terkait. Proyek Cibis Tower 9

memberikan rekomendasi pengendalian risiko yang tersedia dengan

lengkap. Berdasarkan dokumen anggaran dana pada RK3LMP Proyek

Cibis Tower membuktikan bahwa ada terdapat anggaran baik untuk

tindakan pencegahan maupun pemeliharaan. Anggaran untuk tindakan

pencegahan meliputi, pengadaan APD, alat safety deck, obat-obatan,

CCTV, safety reward, pelatihan, biaya administrasi dan lain-lain.

Page 113: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

96

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa

pengadaan perlengkapan pengendalian dilakukan oleh Divisi K3LMP

serta divisi Logistik dan Peralatan. Kemudian pengadaan

perlengkapan juga telah mencakup semua aspek baik K3, lingkungan

dan pengamanan. Berikut ini kutipan pernyataan informan:

“Saya rasa perlengkapan sudah cukup karna banyak yang

dimodifikasi dari proyek sebelumnya untuk keperluan safety disini.

Walaupun disini K3 digabung dengan Mutu, Lingkungan dan

Pengamanan semua pengendalian yang dibutuhkan sudah terpenuhi

semua ya...“ PRA1.

“Di lapangan kalau untuk perlengkapan safety sudah ada semua kan

bisa dilihat juga APD, rambu-rambu sampai ruang medis semua

ada...“ PRA3.

Selain itu Kepala Proyek juga selalu mengingatkan terkait

pengadaan pengendalian di lapangan dengan memantau anggaran

dana. Seperti pada pernyataan Kepala Proyek berikut ini:

“Untuk perlengkapan itu bagian K3LMP dan Logistik, selama ini

kalau butuh apa-apa selalu siap sedia sih kita. Saya juga selalu

ingatkan anggaran dana kan ada jadi saya tidak mau sampai lah ada

kekurangan...“PRA4.

Selanjutnya pekerja sebagai informan pendukung menyatakan

bahwa pengendalian tersedia di lapangan memang benar tersedia

dengan lengkap. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:

Page 114: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

97

“Alhamdulillah perlengkapan cukup mbak. Ya kaya helm, sepatu,

body harness ada...“ PRA6.

“Kalau disini lengkap pengendaliannya..”PRA7

“Dari pada proyek yang dulu di Bogor mending disini sih lebih

lengkap. Ya kaya ada bu dokter, APD, APAR terus juga ada safety net

gitu...“ PRA8

Dalam pengamatan diketahui bahwa ketersediaan perlengkapan

sudah cukup memenuhi terdapat ruang medis, APAR, APD, rambu-

rambu, safety net, dan lain sebagainya. Ketersediaan perlengkapan

telah sesuai dengan bahaya yang ada dalam proses kerja dan

lingkungan kerja. Perlengkapan yang tersedia disesuaikan dengan

keadaan di lapangan seperti risiko kecelakaan ringan, bahaya bekerja

diketinggian dan lain-lain. Jika ada persediaan yang diperlukan tim

K3LMP segera menghubungi bagian logistik untuk mendapatkan

persediaan perlengkapan.

8) Cabang Adaptability LTA

Cabang adaptability LTA dengan kode E11 mempertimbangkan

situasi yang berbeda-beda sesuai dengan rancangan pengendalian

yang direkomendasikan. Pekerja proyek Cibis Tower 9 melakukan

pekerjaan yang sama setiap harinya di area kerja yang menetap.

Pengendalian yang dirberikan disama ratakan di setiap pekerjaan,

namun beberapa pengendalian tidak sesuai dengan beberapa pekerjaan

tersebut.

Page 115: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

98

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui

bahwa rekomendasi pengendalian yang diberikan hampir sama di

setiap pekerjaan. Namun ada beberapa penambahan untuk bagian

pekerjaan tertentu seperti pengelasan, bekerja diketinggian. Berikut ini

kutipan pernyataan informan:

“Semua pekerjaan pengendalian di lapangan di sama ratakan, sarung

tangan, masker, helm, sepatu tapi akan ada penambahan dari jenis

pekerjaannya. Seperti bagian las perlu pakai kedok, bagian cor

bekisting pakai body harness...“PRA1.

Pernyataan diatas didukung oleh penyataan staf K3LMP yang

menjelaskan bahwa di lapangan pekerja mendapatkan pengendalian

yang sama agar lebih mudah. Berikut pernyataan staf K3LMP:

“Ndak ada beda-beda sama semua, ribet kalau harus dibeda-

bedain...“ PRA2.

“Harusnya sih disesuaikan tapi ya begini. Mungkin kalau di hiradc

dibedakan tapi sudah di lapangan sama saja semua pakai, terkadang

pekerja nya sendiri suka lalai tidak pakai APD...“PRA3.

Dari hasil kutipan wawancara tersebut, diketahui bahwa

pengendalian yang direkomendasikan sama jenisnya. Selama

pengamatan didapatkan semua pekerja menggunakan pengendalian

yang sama. Pekerja diberikan APD seperti helm dan sepatu. Pekerjaan

yang dihadapi pekerja berbeda-beda seperti bagian cor, pembesian,

dan kayu yang memiliki risiko yang berbeda. Seperti pada bagian cor

Page 116: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

99

yang memerlukan masker dan bagian besi yang memerlukan sarung

tangan.

Berdasarkan telaah dokumen pada form hasil risk assessment

Proyek Cibis Tower 9 menunjukkan bahwa pengendalian dari setiap

proses kerja telah disesuaikan dengan situasi masing-masing proses

kerja tersebut.

9) Cabang Use Not Mandatory

Cabang use not mandatory dengan kode E12

mempertimbangkan kewajiban atas penggunaan pengendalian yang

direkomendasikan. Proyek Cibis Tower 9 memiliki peraturan yang

diwajibkan atas pelaksanaan pengendalian yang direkomendasikan

didukung dengan adanya punishment. Komitmen ini dibuktikan

dengan adanya dokumen form bukti pelanggaran dengan nomor

dokumen 03/IM/WK/DG/DG2814122/2015.

Sumber: Dokumen Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

Gambar 5. 13 Form Bukti Pelanggaran K3LMP

Page 117: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

100

Form bukti pelanggaran dipergunakan untuk memberi hukuman

kepada pekerja yang tidak bertindak aman dan tidak menggunakan

APD pada saat di area kerja. Staf K3LMP bertugas mengisi form

pelanggaran tersebut didukung oleh adanya dokumen lembar inspeksi

harian dengan nomor dokumen PW-K3LMP-06-10. Temuan di

lapangan terkait pelanggaran tidak bertindak aman dan tidak

menggunakan APD akan dimasukan kedalam form bukti pelanggaran.

Kemudian pekerja yang melanggar akan dikenakan denda berupa

pemotongan honor sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Proyek Cibis

Tower 9 menerapkan sistem punishment dan reward. Punishment

diberikan kepada pekerja yang telah terkena teguran namun masih

tidak merubah tindakannya. Sedangkan reward diberikan kepada

pekerja yang tertib. Berikut pernyataan informan terkait hal tersebut:

“Oh ya ada punishment nya denda kan kamu juga bantu bagikan form

denda nya. Ada jenis-jenis pelanggaran nya juga kan kamu sudah

tahu. Kita buat itu supaya mereka patuh terhadap peraturan demi

keselamatan mereka juga. Untuk reward juga ada kita pantau di

lapangan mandor siapa yang anak buahnya rapih kerja nya itu akan

dikasih reward nya ya uang bonus buat mereka...”PRA1

“Ada hukuman denda kalau pekerja tidak menggunakan APD, jika

pekerja tetap bandel dan tidak ada perubahan kita langsung buat

surat untuk pengeluaran pekerja. Sedangkan kalau reward ada dalam

Page 118: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

101

bentuk uang biasanya pas safety morning dikasih reward untuk

pekerja yang rajin...”PRA2.

Kutipan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa

pengendalian yang direkomendasikan merupakan hal yang wajib

untuk dilaksanakan didukung dengan adanya punishment yang

ditetapkan. Punishment yang diberikan berupa teguran dan potong

gaji. Berikut ini kutipan pernyataan pekerja selaku::

“Kalau disini ditegur sekali dua kali lalu difoto sistemnya dipotong

upahnya bukan ke pekerja tapi ke mandor. Hm reward nya kalau

safety morning aja ada nya...“ PRA8.

“Ditegur kadang juga dikasih sanksi kadang ada yang disuruh keluar

proyek disuruh pulang dulu ambil helm. Jarang denda atau

dikeluarkan tapi pernah kalau ada pekerja yang bandel diarahin

malah membantah...”PRA7

Kutipan diatas selaras dengan hasil selama pengamatan

berlangsung memang terdapat punishment dan reward di tempat kerja.

Punishment diberikan kepada pekerja yang tidak patuh menggunakan

APD di area kerja. Seperti teguran dan denda terdapat juga pekerja

yang sangat membantah setelah diberikan teguran beberapa kali lalu

dilakukan pemecatan. Sedangkan reward diberikan kepada pekerja

yang tertib dan rajin. Reward diberikan pada saat safety morning

setiap minggu nya.

Page 119: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

102

E. Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015

Task Spesific Risk

Assessment

LTA

Task Spesific

Risk Analysis

LTA

Rceommended

Risk Control

LTA

Knowledge

LTA

Execution

LTA Clarity

LTA Compa

tibility

LTA

Testing of

Control

LTA

Directive

to Use

LTA

Availabi

lity LTA

Adaptabili

ty LTA

Use Not

Mandator

y

Use of

workers

Input LTA

Technical

Information System LTA

Time

LTA

Budget

LTA

Scope

LTA

Analytical

Skill

LTA

Hazard

Selection

LTA

Hazard

Identificati

on LTA

Hazard

Prioritisati

on LTA

Keterangan:

Warna Merah = Bermasalah

Warna Hijau = Tidak Bermasalah

= Atau

= Basic Cause

= Intermediate Cause

= Undeveloped Cuase

Bagan 5. 3 Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Page 120: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

103

Pohon MORT diatas menggambar hasil penelitian yang dilakukan

bahwa dari semua cabang yang diteliti pada cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA terdapat lima cabang yang tidak bermasalah yakni cabang

Use of Workers Input LTA, Budget LTA, Clarity LTA, Testing of Control

LTA, Availability LTA dan Use not Mandatory. Sedangkan cabang

Technical InformationSystem LTA, Time LTA, Scope LTA, Analytical Skil

LTA, Hazard Identification & Prioritisation LTA, Compatibility LTA,

Directive to Use LTA dan Adaptability LTA merupakan cabang yang

bermasalah dalam ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada

Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya tahun 2015.

Page 121: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

104

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian mengenai analisis pelaksanaan risk

assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya,

peneliti menghadapi beberapa keterbatasan seperti pada beberapa dokumen

tidak dapat ditampilkan dalam tulisan ini. Dokumen yang tidak dapat

ditampilkan dalam tulisan ini adalah dokumen anggaran dana secara

mendalam, hasil audit internal dan dokumen metode kerja. Peneliti hanya

boleh melihat dokumen tersebut pada saat itu juga dikarenakan dokumen

tersebut merupakan dokumen rahasia perusahaan.

B. Pembahasan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015

Risk assessment merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko.

Manajemen risiko merupakan bagian dari sistem manajemen PT Waskita

Karya yang dirancang untuk mengantisipasi dan pengendalian risiko potensial

(PT Waskita Karya, 2013). Dalam prosedur penilaian risiko dengan nomor

dokumen PW-K3LMP-01 memiliki detail pelaksanaan prosedur penilaian

risiko harus mencakup identifikasi bahaya dan aspek lingkungan, penilaian

dan pengendalian risiko serta persetujuan, pemantauan dan update penilaian

risiko.

Page 122: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

105

Tujuan PT Waskita Karya membuat prosedur terkait penilaian risiko

adalah guna memastikan bahwa seluruh proses penilaian risiko yang

mencakup Keselamatan Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan

Pengamanan (K3LMP) ditetapkan, diterapkan dan dirawat.

Tujuan tersebut selaras dengan sebuah standar yakni AS / NZS 4360 :

2004 yang pada intinya penilaian dan pengendalian risiko dilakukan untuk

meminimalisasi meluasnya kejadian yang tidak diinginkan, meminimalkan

kerugian, menyusun dan melaksanakan program dengan tepat dan efisien.

Tujuan melaksanakan program secara tepat dan efisien dirasa relevan

dengan memaksimalkan pencapaian tujuan menjamin tidak terjadinya

gangguan kesehatan, kecelakaan kerja dan penurunan kualitas lingkungan

yang tertera dalam RK3LMP Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT

Waskita Karya.

Dalam RK3LMP Proyek Cibis Tower 9 menyebutkan bahwa tujuan risk

assessment adalah untuk memastikan bahwa semua potensi bahaya

teridentifikasi, dinilai risiko yang meliputi identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian risiko.

Tujuan penilaian risiko yang dibuat oleh PT Waskita Karya dalam

RK3LMP telah sesuai dengan sistem manajemen K3. Penilaian risiko

merupakan proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya bahaya-

bahaya dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan

menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak. Perusahaan harus

membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi

Page 123: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

106

bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang

diperlukan. (OHSAS 18001, 2007).

Proyek konstruksi sangat berpotensi mengakibatkan terjadinya hal–hal

yang tidak diinginkan menjadi risiko. Risiko tersebut ada dalam semua aspek

yang membutuhkan perencanaan dan pengaturan, akan tetapi kompleksitas

dan tingkat risiko dalam tiap-tiap pekerjaan sangat variatif tergantung

seberapa besar pekerjaan dan bidang yang dijalankan (Banaitiene dan

Banaitis, 2013).

Prosedur risk assessment atau penilaian risiko secara tertulis tidak

tercantum alur tahapan penerapan penilaian risiko akan tetapi dijelaskan

berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber. Proses manajemen risiko

harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari manajemen proses. Proses penialaian risiko diperusahaan

telah sejalan dengan proses manajemen risko digambarkan sebagai berikut

(AS/NZS 4360, 2004):

Bagan 6. 1 Proses Manajemen Risiko AS / NZS 4360 : 2004

Page 124: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

107

Tahap pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9

mempelajari spesifikasi teknis selaras dengan proses manajemen risiko

AS/NZS 4360:2004 yakni menetapkan konteks. Sedangkan mengidentifikasi

bahaya dan aspek lingkungan, menilai risiko, menentukan pengendalian

risiko juga terdapat dalam standar yang sama.

Pada pelaksanaannya berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber

sekertaris K3LMP selaku yang membuat penilaian risiko K3 mengatakan

bahwa pelaksanaan risk assessment masih belum sesuai alur. Diketahui dalam

alur proses bahwa penerapan penilaian risiko di proyek dilakukan setelah

organisasi membuat metode kerja dan spesifikasi teknis, akan tetapi dalam

pelaksanaannya penialaian risiko dilakukan sebelum metode kerja dan

spesifikasi dibuat.

Dalam alur proses penialain risiko, hasil risk assessment wajib ditanda

tangani oleh organisasi, hal ini merupakan salah satu bentuk bahwa hasil risk

assessment juga telah dikomunikasikan kepada pihak terkait. Namun dalam

pelaksanaanya diketahui bahwa pada dokumen Form PW-K3LMP-01-01

hasil penilaian risiko yang dibuat pada bulan oktober tersebut belum

disetujui. Penyetujuan hasil risk assessment merupakan salah satu bentuk

bahwa risk assessment telah dikomunikasikan.

Hasil penilaian risiko yang tidak disetujui menjadi salah satu

ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment. Selain tidak sesuai dengan

prosedur, hal ini juga tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun

2012 tentang Penerapan SMK3 pasal 13 ayat 3 (a) yang menyatakan bahwa

prosedur informasi K3 harus dikomunikasikan kepada semua pihak dalam

Page 125: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

108

perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan. Sebagaimana berdasarkan

lampiran I pada Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, hasil identifikasi,

penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi

keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan lainnya, bahan-

bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi

harus dikomunikasikan.

Pertimbangan dalam melakukan identifikasi bahaya dan aspek

lingkungan pada prosedur penilaian risiko di Proyek Cibis Tower 9 telah

sesuai dengan standar OHSAS 18001:2007 yakni prosedur untuk

mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan:

a. Aktifitas rutin dan non rutin

b. Aktifitas seluruh personil yang mempunyai akses tempat kerja

(termasuk kontraktor dan tamu)

c. Perilaku/kebiasaan manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia

lainnya

d. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak

pada kesehatan dan keselamatan personil

e. Bahaya-bahaya yang terjadi disekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja

f. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, baik milik sendiri

maupun milik subkontraktor.

g. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di perusahaan, aktifitas-

aktifitasnya atau material

h. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan semen tara

dan dampaknya kepada operasional, proses dan aktifitas.

Page 126: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

109

i. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait penilaian risiko

dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan..

j. Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi,

mesin/peralatan dan organisasi kerja serta adaptasinya kepada

kemampuan manusia.

Prosedur identifikasi bahaya Proyek Cibis Tower 9 telah sesuai dengan

pertimbangan yang diatur dalam OHSAS 18001:2007. Pertimbangan

melakukan identifikasi bahaya telah cukup baik dengan melebihkan dua poin

yakni kapan pekerjaan akan dikerjakan dan AMDAL/RKL/RPL/UKL/UPL.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa dalam pelaksanaan

pembangunan proyek Cibis Tower 9 tidak terdapat dokumen AMDAL.

Peraturan Pemerintah RI No.27 tahun 2012 mengatur bahwa setiap Usaha

dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib

memiliki Izin Lingkungan.

Berdasarkan telaah dokumen, tidak adanyanya dokumen AMDAL

menjadi salah satu masalah penting dalam penilaian risiko karena AMDAL

merupakan bentuk dari penilaian risiko dari aspek lingkungan. Narasumber

mengungkapkan pengajuan AMDAL telah dilakukan akan tetapi belum

disetujui oleh pihak terkait, akibatnya proyek Cibis Tower 9 dibangun tanpa

adanya izin lingkungan. AMDAL berguna untuk mengantisipasi adanya

dampak buruk atau kerusakan terhadap lingkungan. Dalam pendirian

bangunandengan tanpa memperhatikan dampak dari usaha atau industri yang

akandibangunan dapat merusak lingkungan fisik dan biologis secara perlahan

dan tidaklangsung (Azevedo dkk., 2014).

Page 127: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

110

C. Pembahasan Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment

pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun

2015

1. Cabang Task Spesific Risk Analysis

a. Cabang Knowledge LTA

Cabang ini mempertimbangkan pengetahuan yang memadai harus

tersedia untuk analisis risiko. Terdapat dua cabang yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1) Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input LTA

Proyek Cibis Tower 9 dalam pelaksanaan risk assessment

mendukung adanya keterlibatan pekerja. Saran dan masukan pekerja

digunakan dalam menganalisis risiko yang ada di tempat kerja.

Pelaksanaan risk assessmen dengan melibatkan pekerja akan

membantu meminimalkan kelalaian pelaksana risk assessment,

memastikan kualitas analisis dan memperdalam analisis untuk

menemukan pengendalian risiko tersebut (AS/NZS 4360, 2004).

Adanya masukan dari pekerja dibuktikan dengan adanya dokumen

toolbox meeting, dalam dokumen ini diketahui terdapat penyampaian

topik yang disesuaikan dengan keluhan pekerja di lapangan.

Berrdasarkan hasil wawancara, pekerja terlibat dengan

memberikan informasi risiko yang dihadapi di area kerja kepada tim

K3LMP dan pelaksana di lapangan. Pekerja merupakan bagian yang

berhubungan langsung dengan risiko dalam pekerjaan atau proses

yang dilakukan. Sehingga, informasi yang didapatkan dari pekerja

Page 128: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

111

dapat membantu pelaksana mengidentifikasi dan menganalisis risiko

yang ada di tempat kerja. Informasi dapat dijadikan pertimbangan

masukan untuk pelaksanaan risk assessment dan dapat dijadikan

dasar revisi atau peninjauan ulang risk assessment.

Sesuai dengan salah satu ketentuan peninjauan dan peningkatan

kinerja SMK3 dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 pasal

15 ayat 4 (h) yaitu perusahaan harus memperhatikan masukan dari

pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh. Kemudian hasil

pengamatan juga mendukung adanya keterlibatan pekerja, di

lapangan terlihat beberapa pekerja menemui tim K3LMP baik saat

sedang berpatroli ataupun saat safety morning untuk menyampaikan

bahaya dan risiko yang dihadapi di area kerja. Pekerja juga meminta

pengendalian risiko yang mereka hadapi kepada petugas K3LMP

atau kepada pelaksana di lapangan. Seperti dalanm Undang undang

No. 1 Tahun 1970 yang menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam

melakukan pekerjaan.setiap pekerja wajib memberikan informasi

terkait bahaya di lapangan sehinggan seluruh pekerja mendapatkan

perlindungan (Reese dan Eidons, 2006). Berdasarkan hasil

penelitian, cabang Use of Workers’ Suggestion and Inputs LTA

dilaksanakan dengan tepat atau dengan kata lain cabang ini tidak

bermasalah. Pekerja dilibatkan dalam pemberian masukan terkait

risiko yang dihadapi di tempat kerja.

Page 129: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

112

2) Cabang Technical Information Systems LTA

Sistem informasi merupakan salah satu cara untuk mendukung

pelaksanaan risk assessment di tempat kerja. Salah satu sistem

informasi yang sering diterapkan adalah pertemuan atau rapat.

Pertemuan merupakan wadah untuk evaluasi dari hasil kerja yang

telah dilakukan yang dapat memberikan umpan balik dengan

pengusulan langkah-langkah dalam menghadapi masalah di tempat

kerja (Macdonald, 2004).

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa terdapat sistem

pertemuan rutin di Proyek Cibis Tower 9 yang dilakukan satu

minggu sekali yakni safety morning. Akan tetapi dalam

pelaksanaannya safety koordinator dan beberapa pekerja menyatakan

bahwa pertemuan kurang efektif akibat kehadiran pekerja dan

karyawan yang tidak maksimal. Padahal dalam Peraturan Pemerintah

no. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1,

dijelaskan bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan

bahwa informasi K3 dikomunikasikan. Hal tersebut juga didukung

hasil pengamatan, bahwa ada pertemuan antara seluruh pekerja yakni

pada safety morning dan ada pertemuan rapat antar karyawan kantor.

Safety morning sebagai bentuk pengumpulan sistem informasi

dilaksanankan setiap Jumat pagi pukul 07.00 – 09.30. Sepanjang

pengamatan safety morning yang dilakukan seminggu sekali ini

berjalan akan tetapi pertemuan ini dihadiri oleh sedikit pekerja dan

karyawan bahkan pimpinan. Selain itu karyawan juga banyak yang

Page 130: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

113

telat dan tidak menghadiri safety morning akibat pertemuan yang

dijadwalkan mulai cukup pagi. Sehingga pertemuan tidak maksimal

dikarenakan tidak ada pimpinan yang menghadiri. Pimpinan

merupakan figur penting dalam sebuah organisaasi.

Pimpinan harus terlibat komunikasi dengan pekerja dengan

upaya konsultasi guna pengambilan keputusan. Selain itu keberadaan

pimpinan penting untuk mengembangkan rencana pengendalian

risiko pada semua proses kerja (AS/NZS 4360, 2004). Pelaksanaan

safety morning mewajibkan seluruh pekerja menghadiri setiap

kegiatannya. Sistem informasi yang dibuat perusahaan juga berguna

mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil dapat

menghasilkan keputusan-keputusan strategis. Dengan peraturan yang

mewajibkan seluruh pekerja hadir dirasakan tidak efektif sebab akan

ada proses kerja yang terhambat saat kegiatan berlangsung.

Penggantian jadwal posisi kerja dalam mengikuti kegiatan secara

bergiliran memungkinkan keefektifan kegiatan berlangsung. Proses

kerja yang tetap berjalan dan safety morning juga tetap berjalan.

Berdasarkan hasil penelitian, cabang Technical Information

Systems tidak dilaksanakan dengan tepat atau dapat dikatakan

bermasalah. Hal tersebut dikarenakan sistem pertemuan yang ada

tidak dilaksanakan dengan tepat, yaitu tidak semua karyawan dan

pekerja bahkan pimpinan mengikuti pertemuan. Absensi yang

ditemukan juga menunjukan pekerja yang mengikuti safety morning

sedikit jumlahnya. Akibat dari ketidakhadiran tersebut adalah tidak

Page 131: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

114

terkumpulnya informasi untuk analisis risiko yang dirasakan pekerja

kepada pimpinan. Oleh sebab itu disarankan untuk mengubah waktu

sistem pertemuan menjadi lebih siang yaitu jam 08.00 – 09.30 WIB.

Selain mengubah waktu pertemuan pihak K3LMP juga

membagi jadwal untuk karyawan yang mengikuti safety morning di

setiap posisi kerja, membuat jadwal shift anggota yang mengikuti

safety morning., agar proses kerja tidak terhambat dan jumlah

kehadiran peserta safety morning lebih terkontrol.

b. Cabang Execution LTA

Cabang execution LTA mempertimbangkan hal-hal yang

memengaruhi kualitas risk assessment. Terdapat 5 cabang yang

memengaruhi kualitas risk assessment, yaitu:

1) Cabang Time LTA

Waktu merupakan bagian penting dalam sebuah proses

pelaksanaan risk assessment. Pelaksanaan risk assessment harus

dilakukan sebelum dan selama proses pekerjaan berjalan. Risk

assesment dilakukan sebelum pekerjaan bertujuan melindungi

pekerja dari dampak buruk yang dapat terjadi.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa waktu

pelaksanaan analisis risiko tidak di awal pekerjaan dan tidak di revisi

secara berkala sesuai dengan prosedur penialain risiko PT Waskita

Karya disebabkan oleh keterlambatan spesifikasi teknik yang

merupakan dokumen yang dibutuhkan untuk menganalisis risiko.

Selain itu dari hasil telaah dokumen ditemukan adanya

Page 132: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

115

ketidaktepatan hasil revisi dokumen risk assessment. Ketentuan

dalam merevisi dokumen risk assessment telah ditentukan dalam

prosedur penilaian risiko telah ditetapkan bahwa hasil penilaian

risiko secara periodik ditinjau minimal 6 bulan sekali.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang

penerapan SMK3 pasal 15 ayat 4 peninjauan risk assessment

dilakukan bila adanya tuntutan dari pihak terkait pasar, adanya

perubahan produk dan kegiatan perusahaan, terjadinya perubahan

peraturan perundangan, adanya masukan dari pekerja/buruh, terjadi

perubahan struktur organisasi serta adanya pelaporan. Diketahui

selama proses pekerjaan berlangsung terdapat aktivitas baru yang

dilakukan yakni plumbing dan finishing yang tidak dilakukan risk

assessment. Padahal dalam proses kerja tersebut juga memiliki

risiko-risiko yang harus dianalisis.

Pemantauan dan peninjauan ulang perlu dilakukan untuk

memonitor efektifitas. Pemantauan perlu dilakukan untuk

mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi.

Perubahanperubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk

selanjutnya dilakukan perbaikan (AS/NZS 4360, 2004).

Ketidaktepatan tersebut tidak hanya terletak pada prosedur PT

Waskita Karya tetapi juga tidak sejalan dengan standar yang

diadopsi oleh perusahaan yakni OHSAS 18001: 2007 SMK3 yang

menyatakan bahwa organisasi harus mendokumentasikan dan

Page 133: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

116

memelihara hasil identifikasi bahaya, penilaian risko dan penetapan

pengendalian selalu terbaru (OHSAS 18001, 2007).

2) Cabang Budget LTA

Anggaran dana dalam suatu perusahaan sangat diperlukan untuk

mendukung berjalannya sistem. Penyediaan anggaran dana yang

cukup pada suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat kerja merupakan

komitmen yang harus dipenuhi oleh manajemen perusahaan (Pinto,

2014). Uang merupakan persediaan asset yang digunakan untuk

aktivitas perekonomian baik transaksi barang dan jasa. Hal ini akan

berhubungan dengan jumlah uang yang harus disediakan perusahaan

untuk menyediakan peralatan yang dibutuhkan perusahaan dan gaji

yang harus dikeluarkan untuk orang yang bekerja (Mankiw, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Proyek Cibis

Tower 9 memiliki anggaran untuk melaksanakan program K3LMP

dan risk assessment masuk kedalam anggaran program tersebut.

Proyek Cibis Tower 9 berjalan dengan anggaran yang diberikan oleh

perusahaan terdapat pada Rencana Keselamatan, Kesehatan Kerja,

Lingkungan, Mutu dan Pengamanan (RK3LMP). Pada RK3LMP

diketahui terdapat biaya perencanaan yang didalamnya termasuk

biaya fotokopi dan biaya jilid untuk dokumen risk assessment.

Anggaran dana terkait pelaksanaan risk assessment juga

mencakup biaya penyelenggaraan training, biaya seminar K3LMP

internal/eksternal. Salah satu bentuk pengendalian kecelakaan kerja

Page 134: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

117

dalam PP No.50 tahun 2012 adalah pelatihan. Berdasarkan risiko dan

bahaya yang terdapat pada sektor konstruksi, Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya memiliki anggaran program

pelatihan dan seminar K3LMP yang bertujuan agar karyawan

mengetahui risiko dan bahaya di tempat kerja.

Berdasarkan hasil wawancara anggaran dana yang ada dikatakan

cukup dan dapat mendukung berlangsungnya pengendalian risiko

dan program K3LMP di Proyek Cibis Tower 9. Jumlah anggaran

dana 3,2% dari total keseluruhan dana untuk pembangunan sehingga

anggaran dana tersebut dirasa cukup untuk memenuhi seluruh

kebutuhan program K3LMP termasuk pelaksanaan risk assessment.

Berdasarkan hasil penelitian, cabang Budget telah sesuai untuk

memenuhi kebutuhan program K3LMP secara menyeluruh sehingga

dapat dikatakan tidak bermasalah.

3) Cabang Scope LTA

Lingkup pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis Tower 9

dibuat berdasarkan proses secara umum pada kegiatan konstruksi.

Pada prosedur penilaian risiko Proyek Cibis Tower 9 dijelaskan

bahwa pelaksanaan risk assessment dilakukan di seluruh proses

bisnis di PT Waskita Karya termasuk pihak luar yang bekerja untuk

atau atas nama Waskita.

Ruang lingkup risk assessment harus mencakup semua risiko

yang terkait dengan pekerjaan/ proses yang ada di tempat kerja. Risk

Assessment wajib dilakukan di seluruh aktifitas pekerjaan, termasuk

Page 135: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

118

aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan tersebut dilakukan oleh

karyawan langsung atau kontrak, suplier dan kontraktor, serta

aktifitas fasilitas atau personil yang masuk ke tempat kerja (AS/NZS

4360, 2004).

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa lingkup

pelaksanaan risk assessment masih ada kekurangan. Terdapat proses

kerja baru yang tidak dianalisis risikonya yakni proses plumbing

yang dilakukan oleh pihak subkontraktor yang tergabung dengan

perusahaan. Padahal proses plumbing juga merupakan

tanggungjawab PT Waskita Karya. Sehingga dapat dikatakan bahwa

tidak semua proses dilaksanakan risk assessment. Padahal proses

tersebut tentu memiliki potensi bahaya dan risiko yang berbeda di

tempat kerja. Jika terdapat proses kerja yang tidak di analisis risiko

nya maka dapat menyebabkan tidak teridentifikasinya potensi

bahaya dan risiko yang ada pada proses kerja tersebut, sehingga

pengendaliannya pun tidak akan dilakukan.

Risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang

dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur

berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau

konsekuensi yang dapat ditimbulkannya (AS/NZS 4360, 2004). Oleh

sebab itu, seluruh risiko yang ada di tempat kerja harus dianalisis.

Berdasarkan telaah dokumen hasil risk assessment Proyek Cibis

Tower 9 terdapat kolom lokasi namun kolom tersebut digabung

dengan kolom peralatan, perkakas dan material sehingga pengisian

Page 136: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

119

tidak lengkap. Area lokasi yang pernah disebutkan dalam hasil risk

assessment hanya area proyek tidak ada area kantor atau lokasi

lainnya. Dalam mengidentifikasi bahaya terdapattiga sumber potensi

bahaya yang dapat terjadi yakni pada manusia, peralatan dan

lingkungan (Russ, 2010).

Meskipun risk assessment berdasarkan aktivitas akan tetapi

terdapat kekurangan aktivitas dalam hasil risk assessment yakni

tidak ada nya aktivitas plumbing dan finishing. Namun pada form

hasil risk assessment Proyek Cibis Tower 9 risiko yang dianalisis

hanya risiko keselamatan dan kesehatan terhadap manusia, sehingga

tidak ditemukan upaya mencegah pencemaran lingkungan. Padahal

berdasarkan pengamatan, terdapat risiko pencemaran udara dari

pekerjaan pengecoran dan pembongkaran. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan merupakan

kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha

dan/atau kegiatan Jadi pada pelaksanaan risk assessment mengalami

ketidaktepatan dalam lingkup pelaksanaannya.

4) Cabang Analytical Skill LTA

Pengalaman dan keterampilan pelaksana yang dibutuhkan untuk

membuat dan melaksanakan risk assessment. Proyek Cibis Tower 9

mengharuskan pelaksana risk assessment termasuk dalam divisi

Page 137: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

120

K3LMP. Berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment

Proyek Cibis Tower 9 pelaksana risk assessment secara tanggung

jawab berada pada divisi K3LMP dan kepala proyek serta unit kerja

terkait. Petugas yang melakukan risk assessment harus memiliki

pemahaman yang baik tentang pekerjaan dan pengetahuan untuk

menemukan bahaya (AS/NZS 4360, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pelaksana telah

memiliki banyak pengalaman dibidang konstruksi. Tidak hanya

divisi K3LMP saja yang memiliki tanggung jawab dalam

pelaksanaan risk assessment. Pimpinan juga dilibatkan dalam

pelaksanaan risk assessment, Kepala proyek bertugas meninjau hasil

risk assessment akan tetapi berdasarkan pengakuan Kepala Proyek

belum memeriksa hasil risk assessment yang dibuat. Berdasarkan

hasil wawancara dengan sekertaris K3LMP juga menjelaskan bahwa

risk assessment dibuat berdasarkan data sebelumnya saja. Staf ikut

terlibat dalam pelaksanaan risk assessment namun tidak memiliki

sertifikasi akan hal tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3

pasal 10 ayat 3, yang menyatakan bahwa pelaksana harus memiliki

kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat serta

kewenangan di bidang K3. Hal ini berakibat ketidakpahaman

pelaksanaan risk assessment mulai dari tahapan pelaksanaan sampai

metode yang digunakan.

Page 138: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

121

Pengalaman dan keterampilan pelaksana dapat disimpulkan

belum memadai. Sehingga, cabang Analytical Skill LTA bermasalah.

Oleh sebab itu, sebaiknya Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya

menetapkan pelaksana secara struktural dengan deskripsi kerja jelas

yang dituangkan dalam surat izin kerja, serta membekali para

personil dengan pelatihan khusus.

5) Cabang Hazard Selection LTA

Cabang ini menganggap bahaya yang tidak dicantumkan dapat

memicu masalah. Temuan bahaya sangat penting untuk kecukupan

analisis risiko. Terdapat 2 cabang yang mempengaruhi, yaitu:

a) Cabang Hazard Identification LTA

Prosedur risk assessment Proyek Cibis Tower 9 menjelaskan

bahwa identifikasi bahaya harus dilakukan secara on going

dimana jika terjadi perubahan aktivitas penilaian risiko dibuat

yang baru. Berdasarkan hasil telaah dokumen metode kerja

dengan nomor dokumen WK-CIBIS-ENG-MS-BS-009 dengan

hasil form risk assessment dengan nomor dokumen PW-K3LMP-

01-01 diketahui terdapat ketidaksesuaian tahapan yang di analisis.

Terdapat tahapan kerja yang tidak dianalisis adalah proses kerja

yakni plumbing. Selain itu bahaya diidentifikasi berdasarkan

aktivitas proses pekerjaan, akan tetapi kolom lokasi, proses,

peralatan, material dijadikan dalam satu kolom sehingga terdapat

ketidakjelasan atau membingungkan dalam pengisian.

Page 139: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

122

Untuk itu, sebaiknya Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita

Karya melakukan revisi form risk assessment aspek K3LMP,

yaitu dengan memisahkan kolom lokasi, peralatan dan material.

b) Cabang Hazard Prioritisation LTA

Metode yang digunakan dalam memprioritaskan bahaya

perlu diperhatikan saat melakukan identifikasi bahaya. Proyek

Cibir Tower 9 menggunakan metode analisis kualitatif dalam

menentukan prioritas bahaya. Hal tersebut terlihat dari tahapan

pelaksanaan pertama yaitu menentukan kemungkinan dan

selanjutnya menentukan keparahan. Kelebihan menggunakan

analisis kualitatif adalah mudah dimengerti, tidak menggunakan

sumber daya yang mahal, dan dapat digunakan ketika tidak

tersedia data yang baik (Cross, 1998). Berdasarkan kelebihan

tersebut, maka Proyek Cibis Tower 9 telah sesuai memilih metode

kualitatif. Kondisi Proyek Cibis Tower 9 yang memiliki sumber

daya yang seperti personil, waktu, dan lain-lain.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun

2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1, bahwa prosedur

informasi harus memberikan jaminan bahwa informasi K3

dikomunikasikan. Namun dalam pelaksanaan risk assessment

terdapat ketidaksesuaian dengan prosedur, yaitu penentuan

kategori terkait tingkatan risiko. Untuk beberapa pekerjaan yang

mengakibatkan jari terputus tingkat risiko tersebut termasuk

tingkat 3 yaitu cacat permanen akan tetapi dalam hasil risk

Page 140: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

123

assessment keparahan tersebut masih dinilai 2. Berdasarkan hasil

penelitian, cabang Hazard Prioritisation bermasalah. Hal tersebut

karena terdapat ketidaksesuaian penentuan kategori tingkatan

risiko kemungkinan dan keparahan antara prosedur serta form

hasil risk assessment. Oleh sebab itu, sebaiknya Proyek Cibis

Tower 9 memantau pelaksanaan risk assessment yang dibuat agar

dapat terdeteksi kesalahan-kesalahan dalam memprioritaskan

bahaya.

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA

a. Cabang Clarity LTA

Pengendalian yang direkomendasikan oleh Proyek Cibis Tower

9 telah ditulis dalam form hasil risk assessment, didalam hasil tersebut

juga memasukan pengendalian sesuai dengan hirarki pengendalian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa

rekomendasi pengendalian tertulis dalam form hasil risk assessment.

Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan

yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan

peluang positif (AS/NZS, 2004).

Berdasarkan hasil wawancara diketahui pekerja memahami

pengendalian yang direkomendasikan karena pekerja memiliki

pengalaman bekerja di area kerja yang sama yakni pekerja konstruksi.

Berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment Proyek Cibis

Tower 9, terdapat kolom rekomendasi pengendalian. Kolom

pengendalian risiko dalam hasil risk assessment diisi dengan

Page 141: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

124

rekomendasi pengendalian. Pengendalian risiko merupakan langkah

penting dalam menentukan keseluruhan manajemen risiko (Ramli,

2010). Dengan adanya pengendalian yang jelas dari pengendalian

risiko dan pemahaman pekerja atas pengendalian yang

direkomendasikan maka tidak terdapat masalah dalam cabang Clarity.

b. Cabang Compatibility LTA

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan

dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui

besar dan potensi risikonya harus dikelola dengan tepat, efektif dan

sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Dalam

menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki

pengendalian, sebagai berikut: (Ramli, 2010)

1. Eliminasi merupakan teknik pengendalian dengan

menghilangkan sumber bahaya. Cara ini sangat efektif karena

sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat

dihilangkan.

2. Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan

mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahay dengan

yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya.

3. Pengendalian Teknis, sumber bahaya biasanya berasal dari

peralatan atau saran teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena

itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada

desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan

pengaman.

Page 142: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

125

4. Pengendalian Administratif, pengendalian bahaya juga

dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur

jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih

aman, rotasi kerja atau pemeriksaan kesehatan.

5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan pilihan

terakhir untuk mengendalikan bahaya misalnya pelindung kepala,

sarung tangan, pelindung pernapasan, pelindung jatuh dan

pelindung kaki. Dalam konsep K3 penggunaan APD merupakan

pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal

ini disebabkan karena APD bukan untuk mencegah kecelakaan

namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan.

Berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya, rekomendasi

pengendalian yang diberikan lebih banyak kontrol administratif.

Padahal dalam menerapkan pengendalian terdapat hirarki

pengendalian lain sebelum pengendalian administratif. Seperti pada

hasil risk assessment proses pekerjaan struktur pada aktivitas

pemasangan baja casteleted beam dalam hasil analisis pengendalian

yang dilakukan langsung pada poin pengendalian administratif.

Padahal rekayasa teknis merupakan pengendalian yang terbaik karena

menghilangkan bahaya yang ada atau menghilangkan kemungkinan

bahaya tersebut mengenai pekerja. Sedangkan kontrol administratif

tidak menghilangkan bahaya secara langsung, tetapi digunakan untuk

membatasi waktu kontak antar pekerja dengan bahaya.

Page 143: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

126

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pada

pelaksanaannya pengendalian yang dilaksanakan tidak semua sesuai

dengan hirarki yang terdapat pada form hasil hiradc hanya saja dalam

pelaksanaan dengan hirarki pengendalian mayoritas difokuskan pada

perlengkapan K3LMP. Padahal perlengkapan atau APD digunakan

sebagai cara terakhir untuk melindungi pekerja bila pengendalian

teknis dan administratif tidak mungkin dilakukan atau dalam keadaan

darurat. APD tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang

ada, karena hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan

menempatkan penghalang antara pekerja dengan bahaya. Hal ini dapat

mengakibatkan ketidakefektifan dalam mengatasi risiko yang ada,

karena tidak ada pertimbangan tingkat risiko dalam menerapkan

pengendalian.

Pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan

Pemerintah no. 50 tahun 2012, menyatakan bahwa apabila upaya

pengendalian risiko diperlukan, maka upaya tersebut ditetapkan

melalui tingkat pengendalian. Berdasarkan hasil penelitian, cabang

Compatibility bermasalah. Hal disebabkan biaya untuk keperluan

pengendalian administrasi, pelatihan dan tindakan pencegahan lain

tersedia akan tetapi dalam pelaksanaan hanya fokus kepada APD

sehingga pengendaian yang direkomendasikan tidak kompatibel

dengan hirarki pengendalian. Oleh sebab itu, sebaiknya Proyek Cibis

Tower 9 melakukan tinjauan ulang terhadap rekomendasi

Page 144: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

127

pengendalian yang dibuat agar sejalan dengan yang dilaksanakan,

yaitu dengan mengutamakan berdasarkan hirarki pengendalian.

c. Cabang Testing of Control LTA

Risiko yang terdapat di tempat kerja wajib dikendalikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa

pengujian pengendalian tidak dilakukan akibat keterbatasan waktu.

Selain itu, rekomendasi pengendalian langsung diterapkan pada

pekerja. Berdasarkan telaah dokumen hasil risk assessment Proyek

Cibis Tower 9 terdapat pengendalian yang harus dilakukan pengujian

seperti pengujian jalur evakuasi tanggap darurat, APD, peralatan

kerja, dan lain-lain. Pengujian sendiri merupakan proses, cara,

perbuatan untuk mengetahui mutu sesuatu (KBBI, 2015).

Pengendalian sebelum diimplementasikan harus diuji untuk

efektivitas. Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan

atau tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau

meningkatkan peluang positif (AS/NZS 4360, 2004).

Pengendalian risiko akan langsung diterapkan, apabila ada

masalah baru akan dilaporkan. Dampaknya adalah masih besar

kemungkinan tidak efektifnya pengendalian yang direkomendasikan,

dibandingkan dengan apabila sudah dilakukan pengujian terlebih

dahulu, karena dengan pengujian dapat mengetahui mutu sesuatu.

Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen hasil risk assessment,

terdapat kolom resultant index, yaitu evaluasi ulang indeks risiko

setelah pengujian tindakan pengendalian. Meskipun tidak dilakukan

Page 145: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

128

pengujian langsung akan tetapi berdasarkan observasi diketahui

bahwa terdapat spesifikasi alat pelindung diri yang digunakan telah

disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, cabang Testing of Controls tidak

bermasalah. Hal ini dikarenakan meskipun pengendalian yang

direkomendasikan tidak diuji langsung sebelum diimplementasikan

akan tetapi spesifikasi ketersediaan perlengkapan pengendalian telah

disesuaikan dengan kebutuhan pekerja. Pada lampiran I tentang

pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012,

bahwa upaya pengendalian di evaluasi apabila terjadi ketidaksesuaian

atau perubahan pada proses kerja. Proyek Cibis Tower 9 Jakarta

Selatan disarankan untuk menerapkan pengujian pengendalian yang

direkomendasikan secara langsung guna meningkatkan kualitas

pengendalian.

d. Cabang Directive LTA

Penerapan pengendalian dalam pelaksanaannya perlu diikuti

dengan arahan yang tepat. Pekerja perlu diarahkan oleh seorang

pemimpin untuk bisa bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku di

perusahaan tersebut (Brown, 2014). Pekerja yang kurang

mendapatkan arahan dapat menyebabkan proses kerja terhambat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rekomendasi

pengendalian yang diarahkan oleh staf K3LMP dan atau pelaksana di

lapangan. Pekerja dengan jumlah yang banyak menyulitkan petugas

K3LMP yang hanya berjumlah dua orang untuk memberikan

Page 146: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

129

pengarahan atau teguran. Hal ini juga dirasakan oleh pekerja sebagai

mandor yang terkadang perlu ikut menegur pekerja yang tidak

bertindak aman atau tidak menggunakan APD. Peraturan Pemerintah

no. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1,

menjelaskan bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan

bahwa informasi K3 dikomunikasikan. Dikomunikasikannya prosedur

kepada pekerja adalah salam bentuk arahan saat bekerja.

Berdasarkan hasil pengamatan juga diketahui terdapat arahan

kepada pekerja, namun terdapat juga beberapa pekerja yang masih

membandel dikarenakan pengawasan yang masih kurang. Seperti

terdapat pekerja yang bekerja di ketinggian namun tidak

menggunakan body harness . Padahal, berdasarkan telaah dokumen,

terdapat dokumen terkait pengendalian yaitu instruksi kerja

penggunaan APD dengan nomor dokumen IK-PW-K3LMP-APD-08.

Pada dokumen tersebut, dijelaskan bahwa divisi K3LMP

bertanggungjawab untuk memberikan pelatihan cara penggunaan APD

kepada seluruh pekerja termasuk pengunjung.

Dalam instruksi kerja APD tersebut dituliskan Unit K3LMP

harus merencanakan kebutuhan APD di masing-masing kegiatan

sesuai jenis pekerjaan, melakukan pengadaan APD sesuai kebutuhan

dan jadwal penggunaannya, memberikan APD kepada para pekerja

serta memberikan pelatihan cara penggunaan kepada seluruh pekerja.

Pada Peratran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor

Page 147: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

130

PER./08/MEN/VII/2010 Pasal 4 ayat 1 tentang APD tertulis

manajemen APD yakni:

a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD.

b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan

kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh.

c. Pelatihan.

d. Penggunaan, perawatan dan penyimpanan.

e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan.

f. Inspeksi dan,

g. Evaluasi dan pelaporan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan cabang Directive

mengalami masalah. Hal ini diakibatkan masih kurangnya arahan dan

pengawasan terkait pengendalian diberikan oleh staf K3LMP,

sehingga disarankan untuk pihak Proyek Cibis Tower 9 melakukan

pelatihan terkait pengendalian di lapangan guna pengawasan bagi

pekerja saat menggunakan APD.

h. Cabang Availability LTA

Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau

tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau

meningkatkan peluang positif (AS/NZS 4360, 2004). Proyek Cibis

Tower 9 memberikan rekomendasi pengendalian risiko yang tersedia

dengan lengkap. Berdasarkan dokumen anggaran dana pada RK3LMP

Proyek Cibis Tower membuktikan bahwa ada terdapat anggaran baik

untuk tindakan pencegahan maupun pemeliharaan. Anggaran untuk

Page 148: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

131

tindakan pencegahan meliputi, pengadaan APD, alat safety deck, obat-

obatan, CCTV, safety reward, pelatihan, biaya administrasi dan lain-

lain.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengadaan

perlengkapan pengendalian dilakukan oleh Divisi K3LMP serta divisi

Logistik dan Peralatan. Selain itu selaras dengan cabang Testing of

Control yang diketahui bahwa perlengkapan pengendalian memiliki

spesifikasi sesuai dengan bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja.

Hal ini membuktikan bahwa upaya penyediaan pengendalian

dilaksanakan, sehingga pengendalian yang direkomendasikan dapat

diterapkan. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terbukti bahwa

ketersediaan perlengkapan sudah cukup memenuhi terdapat ruang

medis, APAR, APD, rambu-rambu, safety net, dan lain sebagainya.

Hal ini sejalan dengan lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3

Peraturan Pemerintah no.50 tahun 2012, bahwa pengadaan prasarana

dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, dan

peralatan pelindung diri. Berdasarkan hasil penelitian, cabang

Availability tidak memiliki masalah sebab pengadaan peralatan

pengendalian sudah terpenuhi di lapangan.

i. Cabang Adaptability LTA

Pekerja proyek Cibis Tower 9 melakukan pekerjaan yang sama

setiap harinya di area kerja yang menetap. Pengendalian yang

diberikan disama ratakan di setiap pekerjaan, namun beberapa

pengendalian tidak sesuai dengan beberapa pekerjaan tersebut.

Page 149: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

132

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui

bahwa rekomendasi pengendalian yang diberikan hampir sama di

setiap pekerjaan. Namun ada beberapa penambahan untuk bagian

pekerjaan tertentu seperti pengelasan, bekerja diketinggian.

Berdasarkan telaah dokumen pada form hasil risk assessment

Proyek Cibis Tower 9 menunjukkan bahwa pengendalian dari setiap

proses kerja telah disesuaikan dengan situasi masing-masing proses

kerja tersebut. Alat pelindung diri merupakan seperangkat alat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh

tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono,

2003). Seperti diketahui bahwa APD memilki persyaratan tersendiri

salah satunya adalah memberikan perlindungan yang efektif terhadap

jenis bahaya yang dihadapainya (Suma'mur, 2009). Akan tetapi

selama pengamatan didapatkan semua pekerja menggunakan

pengendalian yang sama. Pekerja diberikan APD seperti helm dan

sepatu. Pekerjaan yang dihadapi pekerja berbeda-beda seperti bagian

cor, pembesian, dan kayu yang memiliki risiko yang berbeda. Seperti

pada bagian cor yang memerlukan masker dan bagian besi yang

memerlukan sarung tangan.

Ketidaksesuaian pengendalian ini selaras dengan cabang

Directive yang dimana kurangnya arahan dan pengawasan dari staf

K3LMP yang mempengaruhi ketidaksesuaian pengendalian di

lapangan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pengendalian

yang direkomendasikan terdapat pengendalian yang belum sesuai

Page 150: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

133

dengan hirarki pengendalian seperti pada cabang Compatibility yang

juga bermasalah.

Pada pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis Tower 9

terdapat ketidaktepatan pada cabang Adaptability LTA yang juga

dipengaruhi oleh beberapa cabang lainnya sebab pengendalian yang

ada di tempat kerja masih kurang sesuai dengan beberapa jenis

pekerjaan. Sehingga Proyek Cibis Tower 9 perlu melakukan perbaikan

terhadap pelaksanaan kesesuaian pengendalian sesuai dengan jenis

pekerjaan.

j. Cabang Use Not Mandatory

Proyek Cibis Tower 9 memiliki peraturan yang diwajibkan atas

pelaksanaan pengendalian yang direkomendasikan didukung dengan

adanya punishment. Sejalan dengan lampiran I tentang pedoman

penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, bahwa

tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan.

Komitmen ini dibuktikan dengan adanya dokumen form bukti

pelanggaran dengan nomor dokumen

03/IM/WK/DG/DG2814122/2015. Punishment diberikan kepada

pekerja yang telah terkena teguran namun masih tidak merubah

tindakannya. Sedangkan reward diberikan kepada pekerja yang tertib.

Untuk mencapai perilaku aman yang baik, sangat penting untuk

memberikan beberapa bentuk penghargaan atau reward begitupun

sebaliknya, punishment dapat digunakan untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya perilaku buruk yang sama (Reese dan

Page 151: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

134

Eidons, 2006). Berdasarkan hasil penelitian, Punishment diberikan

kepada pekerja yang tidak patuh menggunakan APD di area kerja.

Seperti teguran dan denda terdapat juga pekerja yang sangat

membantah setelah diberikan teguran beberapa kali lalu dilakukan

pemecatan. Sedangkan reward diberikan kepada pekerja yang tertib

dan rajin. Reward diberikan pada saat safety morning setiap

minggunya.

Uraian diatas menjelaskan bahwa untuk cabang use not

mandatory telah dilakukan dengan tepat atau tidak ada masalah.

Terdapat peraturan yang mendorong pekerja untuk melakukan

pengendalian. Terbukti berdasarkan hasil pengamatan, bahwa

punishment diberikan kepada pekerja yang telah terkena teguran

namun masih tidak merubah tindakannya. Berdasarkan hasil

penelitian, cabang Use Not Mandatory tidak bermasalah. Hal tersebut

karena terdapat punishment apabila pengendalian tidak diterapkan.

D. Pembahasan Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek

Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015

Pada struktur pohon MORT, pada lapis kesepuluh terdapat dua cabang

yang fokus membahas terkait risk assessment yaitu cabang Task Spesific Risk

Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang

Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang menjadi fokus analisis karena

pada Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya risk assessment dilaksanakan,

namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaannya. Dalam pohon MORT, cabang

Task Spesific Risk Assessment LTA terdiri dari 2 cabang, yaitu Task Spesific

Page 152: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

135

Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA. Pada cabang Task

Spesific Risk Analysis LTA, cabang yang terkait diantaranya cabang

Knowledge LTA dan Execution LTA.

Cabang Knowledge LTA terdiri dari Use of Workers’ Suggestion and

Inputs LTA dan Technical Information Systems LTA. Cabang Use of Workers’

Suggestion and Inputs LTA tidak bermasalah karena pekerja dilibatkan dalam

pemberian masukan terkait risiko yang dihadapi. Sedangkan cabang

Technical Information Systems LTA bermasalah karena sistem pertemuan

yang ada tidak dilaksanakan dengan tepat, yaitu tidak semua karyawan dan

pekerja bahkan pimpinan mengikuti pertemuan.

Antara cabang Knowledge dengan cabang Use of Workers’ Suggestion

and Inputs LTA dan Technical Information Systems LTA terdapat simbol

“gerbang ATAU”. Artinya apabila salah satu saja antara cabang Use of

Workers’ Suggestion and Inputs LTA dan cabang Technical Information

Systems LTA tidak dilaksanakan dengan tepat, maka akan menyebabkan

masalah pada cabang Knowledge LTA. Jadi berdasarkan hasil penelitian,

cabang Knowledge LTA dapat dikatakan memiliki masalah, karena cabang

Technical Information Systems LTA tidak dilaksanakan dengan tepat.

Kemudian cabang Execution LTA terdiri dari Time LTA, Budget LTA,

Scope LTA, Analytical Skill LTA, dan Hazard Selection LTA. Berikut ini hasil

penelitiannya:

a. Cabang Time LTA bermasalah karena pelaksanaan risk assessment tidak

sesuai air pelaksanaan dan tidak direvisi secara berkala.

Page 153: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

136

b. Cabang Budget LTA tidak bermasalah karena telah tersedia anggaran

dana untuk memenuhi kebutuhan program K3LMP secara menyeluruh.

c. Cabang Scope LTA bermasalah karena terdapat proses kerja yang tidak

di lakukan analisis risiko.

d. Cabang Analytical Skill LTA bermasalah karena pengalaman dan

keterampilan pelaksana dapat disimpulkan belum memadai.

e. Cabang Hazard Selection LTA terdiri dari cabang Hazard Identification

LTA dan Hazard Prioritisation LTA. Cabang Hazard Identification LTA

bermasalah karena terdapat ketidaksesuaian penentuan kategori

konsekuensi dan kemungkinan antara prosedur dengan form hasil risk

assessment.

Antara cabang Hazard Selection LTA dengan cabang Hazard

Identification LTA dan Hazard Prioritisation LTA terdapat simbol “ATAU”.

Sehingga apabila salah satu saja antara cabang Hazard Identification LTA dan

Hazard Prioritisation LTA bermasalah, maka akan menyebabkan

ketidaktepatan pelaksanaan pada cabang Hazard Selection LTA. Jadi

berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa cabang Hazard Selection

LTA bermasalah. Selanjutnya antara cabang Execution LTA dengan cabang

Time LTA, Budget LTA, Scope LTA, Analytical Skill LTA dan Hazard

Selection LTA terdapat simbol “ATAU”. Artinya apabila salah satu cabang

bermasalah maka akan menyebabkan masalah pada cabang Execution LTA.

Jadi berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa cabang Execution

LTA juga bermasalah. Berdasarkan hasil penelitian cabang Knowledge LTA

dan Execution LTA bermasalah. Antara cabang Task Spesific Risk Analysis

Page 154: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

137

LTA dengan cabang Knowledge LTA dan Execution LTA terdapat simbol

“ATAU”, sehingga apabila salah satu dari cabang Knowledge LTA dan

Execution LTA bermasalah menyebabkan masalah juga pada cabang Task

Spesific Risk Analysis LTA. Dengan demikian, masalah pada cabang

Knowledge LTA dan Execution LTA akan mempengaruhi cabang Task

Spesific Risk Analysis LTA.

Kemudian pada cabang Recommended Risk Controls LTA, cabang yang

terkait diantaranya cabang Clarity LTA, Compatibility LTA, Testing of

Control LTA, Directive LTA, Availability LTA, Adaptability LTA, dan Use Not

Mandatory. Berikut ini hasil penelitiannya:

a. Cabang Clarity LTA tidak terdapat masalah sebab pemahaman pekerja

atas pengendalian yang direkomendasikan telah jelas diterima.

b. Cabang Compatibility LTA tidak dilaksanakan dengan tepat karena

biaya untuk keperluan pengendalian administrasi, pelatihan dan tindakan

pencegahan lain tersedia akan tetapi dalam pelaksanaan hanya fokus

kepada APD.

c. Cabang Testing of Control LTA tidak bermasalah karena pengendalian

yang direkomendasikan disesuaikan dengan spesifikasi kebutuhan

pengendalian di lapangan.

d. Cabang Directive LTAdikatakan bermasalah akibat masih kurangnya

arahan dan pengawasan terkait pengendalian diberikan oleh staf K3LMP.

e. Cabang Availability LTA tidak bermasalah sebab pengadaan peralatan

pengendalian sudah terpenuhi di lapangan.

Page 155: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

138

f. Cabang Adaptability LTA bermasalah dikarenakan pengendalian yang

ada di tempat kerja masih kurang sesuai dengan beberapa jenis pekerjaan.

g. Cabang Use Not Mandatory tidak bermasalah sebab terdapat

punishment diberikan kepada pekerja yang telah terkena teguran namun

masih tidak merubah tindakannya.

Antara Recommended Risk Controls LTA dengan cabang Clarity LTA,

Compatibility LTA, Testing of Control LTA, Directive LTA, Availability LTA,

Adaptability LTA, dan Use Not Mandatory terdapat simbol “gerbang ATAU”.

Artinya apabila salah satu saja antara cabang Clarity LTA, Compatibility LTA,

Testing of Control LTA, Directive LTA, Availability LTA, Adaptability LTA,

dan Use Not Mandatory bermasalah, maka akan menyebabkan masalah pada

cabang Recommended Risk Controls LTA. Jadi berdasarkan hasil penelitian,

dapat dikatakan bahwa cabang Recommended Risk Controls LTA bermasalah.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian cabang Task Spesific Risk

Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA bermasalah. Antara

cabang Task Spesific Risk Assessment LTA dengan cabang Task Spesific Risk

Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA terdapat simbol

“ATAU”, sehingga jika salah satu antara cabang Task Spesific Risk Analysis

LTA dan Recommended Risk Controls LTA bermasalah, maka menyebabkan

masalah pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA. Jadi, masalah pada

cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls

LTA akan mempengaruhi cabang Task Spesific Risk Assessment LTA. Dengan

demikian hal-hal yang menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk

assessment adalah sistem pengumpulan informasi, penentuan waktu risk

Page 156: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

139

assessment, lingkup pelaksanaan risk assessment, pelaksana risk assessment,

identifikasi bahaya, kesesuaian dengan hirarki pengendalian, arahan untuk

penggunaan pengendalian, dan kesesuaian rancangan pengendalian dengan

situasi.

Page 157: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

140

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. PT Waskita Karya merupakan perusahaan yang memiliki bidang bisnis

jasa konstruksi, Beton Precast, Properti, Engineering dan Procurement,

serta Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan Tol.Proyek Cibis Tower

9 Cilandak merupakan salah satu proyek yang dibangun oleh PT Waskita

Karya (Persero) dengan menerapkan program Keselamatan Kesehatan

Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan (K3LMP).

2. Pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan

PT Waskita Karya belum sesuai alur proses penilaian risiko.

Ketidaksesuaian meliputi revisi dokumen, identifikasi bahaya serta tidak

dikomunikasikannya hasil penilaian risiko pada pekerja atau karyawan lain

termasuk pimpinan.

3. Dalam menganalisis penyebab masalah dalam pelaksanaan risk

assessment berdasarkan MORT, berikut ini status dari cabang task spesific

risk assessment LTA:

a. Cabang task spesific risk analysis LTA

1) Cabang yang tidak bermasalah yaitu:

- Cabang use of workers’ suggestion and inputs karena pekerja

dilibatkan dalam pemberian masukan terkait risiko yang dihadapi.

- Cabang Budget LTA karena telah tersedia anggaran dana untuk

memenuhi kebutuhan program K3LMP secara menyeluruh.

Page 158: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

141

2) Cabang yang bermasalah yaitu:

- Cabang technical information system karena sistem pertemuan

yang ada tidak dilaksanakan dengan tepat, yaitu tidak semua

karyawan dan pekerja bahkan pimpinan mengikuti pertemuan.

- Cabang Time LTA karena pelaksanaan risk assessment tidak

sesuai air pelaksanaan dan tidak direvisi secara berkala.

- Cabang Scope LTA karena terdapat proses kerja yang tidak di

lakukan analisis risiko.

- Cabang Analytical Skill LTA keterampilan pelaksana belum

memadai.

- Cabang Hazard Selection LTA terdiri dari cabang Hazard

Identification LTA dan Hazard Prioritisation LTA. Cabang

Hazard Identification LTA bermasalah karena Proyek Cibis

Tower 9 tidak melihat bahaya terhadap aktivitas kerja baru.

Kemudian cabang Hazard Prioritisation LTA bermasalah karena

terdapat terdapat ketidaksesuaian penentuan kategori konsekuensi

dan kemungkinan antara prosedur dengan form hasil risk

assessment.

b. Cabang recommended risk coontrols LTA

1) Cabang yang tidak bermasalah yaitu:

- Cabang Clarity LTA karena pemahaman pekerja atas

pengendalian yang direkomendasikan telah jelas diterima.

- Cabang Testing of Control LTA karena pengendalian yang

direkomendasikan disesuaikan dengan spesifikasi kebutuhan.

Page 159: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

142

- Cabang Availability LTA karena pengadaan peralatan

pengendalian sudah terpenuhi di lapangan.

- Cabang Use Not Mandatory karena terdapat punishment

diberikan kepada pekerja yang bertindak tidak aman.

2) Cabang yang bermasalah yaitu:

- Cabang Compatibility LTA karena biaya untuk keperluan

pengendalian administrasi, pelatihan dan tindakan pencegahan

lain tersedia tetapi dalam pelaksanaan hanya fokus kepada APD.

- Cabang Directive LTA karena masih kurangnya arahan dan

pengawasan terkait pengendalian diberikan oleh staf K3LMP.

- Cabang Adaptability LTA karena pengendalian yang ada di

tempat kerja masih kurang sesuai dengan beberapa jenis

pekerjaan.

4. Hal-hal yang menyebabkan masalah dalam pelaksanaan risk assessment

berdasarkan pohon MORT adalah sistem pengumpulan informasi,

penentuan waktu risk assessment, lingkup pelaksanaan risk assessment,

pelaksana risk assessment, identifikasi bahaya, kesesuaian dengan hirarki

pengendalian, pengujian pengendalian sebelum diimplementasikan, arahan

untuk penggunaan pengendalian, dan kesesuaian rancangan pengendalian

dengan situasi.

Page 160: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

143

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan

PT Waskita Karya disarankan:

- Mengubah waktu sistem pertemuan menjadi lebih siang 08.00 – 09.30

WIB dan membuat jadwal shift anggota yang mengikuti safety

morning.

- Melaksanakan risk assessment sesuai prosedur yang ada dan ditinjau

secara berkala yakni 6 bulan sekali.

- Mengkomunikasikan hasil risk assessment kepada Kepala Proyek dan

divisi terkait.

- Memberikan pelatihan tentang risk assessment kepada seluruh staff

K3LMP dan personil terkait.

- Melakukan pemantauan pelaksanaan risk assessment yang dibuat agar

dapat terdeteksi kesalahan-kesalahan dalam memprioritaskan bahaya.

- Melakukan tinjauan ulang terhadap rekomendasi pengendalian yang

dibuat agar sejalan dengan yang dilaksanakan.

- Membuat jadwal personil K3LMP dalam melakukan pengawasan

untuk pekerja di lapangan.

Page 161: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

144

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanto, B. & Irawan, S. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) pada Pekerjaan Struktur Bawah dan Struktur Atas Gedung

Bertingkat. Jurnal Teknik Sipil.

AS/NZS 4360 2004. Risk Management. Sidney: Council of Standards Australia

and Council of Standards New Zealand.

Azevedo, R. C. d., Ensslin, L. & Jungles, A. E. 2014. A review of Risk

Management in Construction: Opportunities for Improvement. Modern

Economy, 5, 367-383.

Bachtiar, D. S. & Sulaksmono, M. 2013. Risk Assessment Pada Pekerjaan

Welding Confined Space di Bagian Ship Building PT Dok Dan Perkapalan

Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 2,

52-60.

Banaitiene, N. & Banaitis, A. 2013. Risk Management in Construction Projects.

INTECH.

BPJS Ketenagakerjaan 2013. Laporan Tahunan Sustainability Annual Report

2013.

Brown, A. S. 2014. Chapter 6 - Risk Management. In: Taktak, A., Ganney, P.,

Long, D. & White, P. (eds.) Clinical Engineering. Oxford: Academic

Press.

Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan Kerja, Semarang,

Universitas Diponegoro.

Page 162: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

145

Camino López, M. A., Ritzel, D. O., Fontaneda, I. & González Alcantara, O. J.

2008. Construction industry accidents in Spain. Journal of Safety

Research, 39, 497-507.

CCOHS 2009. Canadian Centre for Occupational Health and Safety

Depnaker 2005. Modul SMK3 Jakarta: Direktorat Pengawasan Keselamatan

Kerja.

Ericson, C. A. 2005. Hazard Analysis Techniques for System Safety, Virginia,

Wiley Interscience.

ILO 2011. Hazard Analysis: Organizational Factors – MORT.

International Crisis Management Association 2014. The Management Oversight

and Risk Tree (MORT).

Jamsostek. 2011. Kecelakaan Kerja terbanyak di Sektor Konstruksi Diakses

melalui.: http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=828. Diakses

melalui [Accessed Access Date Access Year]|.

Kani, B. R. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek

Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama). Jurnal Sipil Statik,

1, 430-433.

Adiyanto, B. & Irawan, S. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) pada Pekerjaan Struktur Bawah dan Struktur Atas Gedung

Bertingkat. Jurnal Teknik Sipil.

AS/NZS 4360 2004. Risk Management. Sidney: Council of Standards Australia

and Council of Standards New Zealand.

Page 163: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

146

Azevedo, R. C. d., Ensslin, L. & Jungles, A. E. 2014. A review of Risk

Management in Construction: Opportunities for Improvement. Modern

Economy, 5, 367-383.

Bachtiar, D. S. & Sulaksmono, M. 2013. Risk Assessment Pada Pekerjaan

Welding Confined Space di Bagian Ship Building PT Dok Dan Perkapalan

Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 2,

52-60.

Banaitiene, N. & Banaitis, A. 2013. Risk Management in Construction Projects.

INTECH.

BPJS Ketenagakerjaan 2013. Laporan Tahunan Sustainability Annual Report

2013.

Brown, A. S. 2014. Chapter 6 - Risk Management. In: Taktak, A., Ganney, P.,

Long, D. & White, P. (eds.) Clinical Engineering. Oxford: Academic

Press.

Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan Kerja, Semarang,

Universitas Diponegoro.

Camino López, M. A., Ritzel, D. O., Fontaneda, I. & González Alcantara, O. J.

2008. Construction industry accidents in Spain. Journal of Safety

Research, 39, 497-507.

CCOHS 2009. Canadian Centre for Occupational Health and Safety

Depnaker 2005. Modul SMK3 Jakarta: Direktorat Pengawasan Keselamatan

Kerja.

Ericson, C. A. 2005. Hazard Analysis Techniques for System Safety, Virginia,

Wiley Interscience.

Page 164: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

147

ILO 2011. Hazard Analysis: Organizational Factors – MORT.

International Crisis Management Association 2014. The Management Oversight

and Risk Tree (MORT).

Jamsostek. 2011. Kecelakaan Kerja terbanyak di Sektor Konstruksi Diakses

melalui.: http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=828. Diakses

melalui [Accessed Access Date Access Year]|.

Kani, B. R. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek

Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama). Jurnal Sipil Statik,

1, 430-433.

Labombang, M. 2011. Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi. Jurnal

SMARTek, 9.

Macdonald, D. 2004. Practical Industrial Safety, Risk Assessment, and Shutdown

System, Elsevier Science & Technology Books.

Mankiw, G. 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta, Salembat Empat.

Menakertrans 2012. Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit

Akibat Kerja. In: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia (ed.). Jakarta.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja

Rosdakarya.

Noordwijk Risk Initiative 2009. NRI MORT User's Manual, Netherlands, The

Noorwidjk Risk Initiative Foundation.

Oakley, J. S. 2003. Accident Investigation Techniques, United States, The

American Society of Safety Engineers.

Page 165: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

148

OHSAS 18001 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja -

Persyaratan. British Standard Institution.

Pinto, A. 2014. QRAM a Qualitative Occupational Safety Risk Assessment Model

for the construction industry that incorporate uncertainties by the use of

fuzzy sets. Safety Science, 63, 57-76.

Pinto, A., Nunes, I. L. & Ribeiro, R. A. 2011. Occupational risk assessment in

construction industry – Overview and reflection. Safety Science, 49, 616-

624.

PT Waskita Karya 2013. Laporan Tahunan 2013 Annual Report.

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

18001, Jakarta, Dian Rakyat.

Reese, C. D. & Eidons, J. V. 2006. Handbook of OSHA Construction Safety and

Health, United States of America, CRC Press.

Rijanto, B. 2012. Pencegahan Kecelakaan di Industri, Jakarta, Mitra Wacana

Media.

Russ, K. 2010. Risk Assessment in the UK Health and Safety System: Theory and

Practice. Safety and Health at Work, 1, 11-18.

Sklet, S. 2004. Methods for Accident Investigation, Norwegian University of

Science and Technology, ROSS.

Srijayanti, N. L. P., Sudipta, I. G. K. & Putera, A. 2013. Kecelakaan Tenaga Kerja

Pada Proyek Konstruksi di Kabupaten Tabanan. Jurnal Ilmiah Elektronik

Infrastruktur Teknik Sipil, 12, 1-6.

Stranks, J. 2007. Human Factor and Behavioural Safety, Burlington, UK, Elsevier

Ltd.

Page 166: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

149

Sucita, I. K. & Broto, A. B. 2011. Identifikasi dan Penanganan Risiko K3 Pada

Proyek Konstruksi Gedung. Jurnal Teknik Sipil, 10, 83-92.

Sugiyono 2009. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Bandung, Alfabeta.

Suma'mur 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta, Gunung

Agung.

Susanto, H. 2010. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Pada

Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

Taylor, G. 2004. Enhancing Occupational Safety and Health, Jordan Hill, Oxford.

Labombang, M. 2011. Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi. Jurnal

SMARTek, 9.

Macdonald, D. 2004. Practical Industrial Safety, Risk Assessment, and Shutdown

System, Elsevier Science & Technology Books.

Mankiw, G. 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta, Salembat Empat.

Menakertrans 2012. Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit

Akibat Kerja. In: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia (ed.). Jakarta.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja

Rosdakarya.

Noordwijk Risk Initiative 2009. NRI MORT User's Manual, Netherlands, The

Noorwidjk Risk Initiative Foundation.

Oakley, J. S. 2003. Accident Investigation Techniques, United States, The

American Society of Safety Engineers.

Page 167: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

150

OHSAS 18001 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja -

Persyaratan. British Standard Institution.

Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

PERMENPU No: 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Pinto, A. 2014. QRAM a Qualitative Occupational Safety Risk Assessment Model

for the construction industry that incorporate uncertainties by the use of

fuzzy sets. Safety Science, 63, 57-76.

Pinto, A., Nunes, I. L. & Ribeiro, R. A. 2011. Occupational risk assessment in

construction industry – Overview and reflection. Safety Science, 49, 616-

624.

Pratiwi, Sinta. 2014. Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk

Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun

2014. Skripsi FKIK UIN Jakarta.

PT Waskita Karya 2013. Laporan Tahunan 2013 Annual Report.

PT Waskita Karya 2014. Laporan Bulanan Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

18001, Jakarta, Dian Rakyat.

Reese, C. D. & Eidons, J. V. 2006. Handbook of OSHA Construction Safety and

Health, United States of America, CRC Press.

Page 168: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

151

Rijanto, B. 2012. Pencegahan Kecelakaan di Industri, Jakarta, Mitra Wacana

Media.

Russ, K. 2010. Risk Assessment in the UK Health and Safety System: Theory and

Practice. Safety and Health at Work, 1, 11-18.

Sklet, S. 2004. Methods for Accident Investigation, Norwegian University of

Science and Technology, ROSS.

Srijayanti, N. L. P., Sudipta, I. G. K. & Putera, A. 2013. Kecelakaan Tenaga Kerja

Pada Proyek Konstruksi di Kabupaten Tabanan. Jurnal Ilmiah Elektronik

Infrastruktur Teknik Sipil, 12, 1-6.

Stranks, J. 2007. Human Factor and Behavioural Safety, Burlington, UK, Elsevier

Ltd.

Sucita, I. K. & Broto, A. B. 2011. Identifikasi dan Penanganan Risiko K3 Pada

Proyek Konstruksi Gedung. Jurnal Teknik Sipil, 10, 83-92.

Sugiyono 2009. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Bandung, Alfabeta.

Suma'mur 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta, Gunung

Agung.

Susanto, H. 2010. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Pada

Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

Taylor, G. 2004. Enhancing Occupational Safety and Health, Jordan Hill, Oxford.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970. Tentang Keselamatan

Kerja

Page 169: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

152

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara.......................................................................................153

2. Lembar Observasi............................................................................................158

3. Dokumentasi....................................................................................................160

4. Transkrip Wawancara......................................................................................161

5. Daftar Dokumen...............................................................................................172

6. Surat Keterangan..............................................................................................173

Page 170: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

153

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian :

"Analisis Pelaksanaan Risk Assessment Pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta

Selatan PT. Waskita Karya Tahun 2015"

No. Informan :

Tanggal Penelitian :

Pewawancara :

A. Identitas Informan

Inisial Informan :

Jabatan :

B. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan wawancara disertai dengan manfaat penelitian,

serta menjelaskan bahwa kerahasiaan informan terjamin.

3. Meminta kesediaan calon informan menandatangani surat pernyataan

kesediaan menjadi informan.

4. Melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu wawancara 10

sampai 30 menit.

C. Pertanyaan Wawancara

Setelah calon informan menandatangani surat pernyataan kesediaan

menjadi informan, selanjutnya peneliti mewawancarai informan dengan

merekam isi pembicaraan.

Page 171: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

154

Analisis Pelaksanaan Risk Assessment Pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta

Selatan PT. Waskita Karya Tahun 2015

Sekertaris K3LMP

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana keterlibatan pekerja dalam

pelaksanaan risk assessment? (Probing: saran dan

masukan pekerja)

2. Bagaimana dukungan sistem pengumpulan

informasi untuk pelaksanaan risk assessment?

(Probing: rapat/ pertemuan)

3. Kapan dan berapa lama pelaksanaan risk

assessment?

4. Bagaimana anggaran dana untuk melaksanakan

risk assessment pekerjaan? Berapa anggaran yang

disediakan?

5. Bagaimana lingkup dan detail dari risk

assessment? (Probing: lokasi dan tipe risiko)

6. Bagaimana pengalaman dan keterampilan

pelaksana risk assessment? (Probing: keahlian)

7. Bagaimana metode yang digunakan untuk

mengidentifikasi bahaya?

8. Bagaimana metode yang digunakan dalam

memprioritaskan bahaya yang telah diidentifikasi?

(Probing: metode analisis)

9. Bagaimana kejelasan pengendalian yang

direkomendasikan? (Probing: pemahaman pekerja)

10. Bagaimana kesesuaian atau keterkaitan

pengendalian yang direkomendasikan dengan

persyaratan yang ada? (Probing: hirarki

pengendalian)

11. Bagaimana sistem pengujian pengendalian untuk

efektivitas sebelum diimplementasikan?

12. Bagaimana arahan untuk penggunaan pengendalian

yang direkomendasikan?

Page 172: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

155

No Pertanyaan Jawaban

13. Bagaimana ketersediaan perlengkapan

pengendalian untuk digunakan oleh personil yang

terlibat?

14. Bagaimana rancangan pengendalian yang

direkomendasikan sesuai dengan situasi yang

berbeda-beda?

15. Bagaimana upaya menekankan bahwa penggunaan

pengendalian yang direkomendasikan adalah

wajib? (Probing: reward and punishment)

Kepala Proyek

1. Bagaimana anggaran dana untuk melaksanakan

risk assessment pekerjaan? Berapa anggaran yang

disediakan?

2. Bagaimana pengalaman dan keterampilan

pelaksana risk assessment? (Probing: keahlian)

3. Bagaimana ketersediaan perlengkapan

pengendalian untuk digunakan oleh personil yang

terlibat?

Staf K3LMP

1. Bagaimana keterlibatan pekerja dalam

pelaksanaan risk assessment?

2. Bagaimana dukungan sistem pengumpulan

informasi untuk pelaksanaan risk assessment?

(Probing: rapat/ pertemuan)

3. Bagaimana lingkup dan detail dari risk

assessment? (Probing: lokasi dan tipe risiko)

4. Bagaimana pengalaman dan keterampilan

pelaksana risk assessment? (Probing: keahlian)

5. Bagaimana kejelasan pengendalian yang

direkomendasikan? (Probing: pemahaman pekerja)

6. Bagaimana sistem pengujian pengendalian untuk

efektivitas sebelum diimplementasikan?

7. Bagaimana arahan untuk penggunaan pengendalian

yang direkomendasikan?

Page 173: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

156

No Pertanyaan Jawaban

8. Bagaimana ketersediaan perlengkapan

pengendalian untuk digunakan oleh personil yang

terlibat?

9. Bagaimana rancangan pengendalian yang

direkomendasikan sesuai dengan situasi yang

berbeda-beda?

10. Bagaimana upaya menekankan bahwa penggunaan

pengendalian yang direkomendasikan adalah

wajib? (Probing: reward and punishment)

Safety Koordinator

1. Bagaimana keterlibatan pekerja dalam

pelaksanaan risk assessment? (Probing: saran dan

masukan pekerja)

2. Bagaimana dukungan sistem pengumpulan

informasi untuk pelaksanaan risk assessment?

(Probing: rapat/ pertemuan)

3. Kapan dan berapa lama pelaksanaan risk

assessment?

4. Bagaimana pengalaman dan keterampilan

pelaksana risk assessment? (Probing: keahlian)

5. Bagaimana kesesuaian atau keterkaitan

pengendalian yang direkomendasikan dengan

persyaratan yang ada? (Probing: hirarki

pengendalian)

Pekerja

1. Bagaimana keterlibatan pekerja dalam

pelaksanaan analisis risiko? (Probing: saran dan

masukan pekerja)

2. Bagaimana dukungan sistem pengumpulan

informasi untuk pelaksanaan analisis risiko?

3. Bagaimana kejelasan pengendalian yang

direkomendasikan? (Probing: pemahaman pekerja)

4. Bagaimana arahan untuk penggunaan pengendalian

yang direkomendasikan?

Page 174: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

157

No Pertanyaan Jawaban

5. Bagaimana ketersediaan perlengkapan

pengendalian untuk digunakan oleh personil yang

terlibat?

6. Bagaimana rancangan pengendalian yang

direkomendasikan sesuai dengan situasi yang

berbeda-beda?

7. Bagaimana upaya menekankan bahwa penggunaan

pengendalian yang direkomendasikan adalah

wajib? (Probing: reward and punishment)

Sumber: NRI MORT User's Manual ( Noordwijk Risk Initiative, 2009)

Page 175: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

158

LEMBAR OBSERVASI

No. Data Catatan

1 Keterlibatan Pekerja Selama pengamatan di lapangan terlihat beberapa

pekerja menemui K3LMP yang sedang berpatroli

untuk menyampaikan bahaya dan risiko yang

dihadapi di area kerja. Pekerja juga meminta

penanggulangan kepada petugas K3LMP atau kepada

Pelaksana di lapangan untuk risiko yang mereka

hadapi, tidak hanya mandor atau wakil mandor tetap

anak buah pun ikut melaporkan atas temuan risiko

yang mereka hadapi dan melaporkannya dengan

kritis.

2 Sistem Pengumpulan

Informasi

Selama pengamatan di lapangan ada pertemuan

antara seluruh pekerja yakni pada safety morning dan

ada pertemuan rapat antar karyawan kantor. Safety

morning dilaksanankan Jumat pagi pukul 07.00 –

09.30 yang membahas perkembangan pekerjaan

setiap minggu nya dan evaluasi secara keseluruhan

tentang aspek K3LMP. Sepanjang pengamatan safety

morning yang dilakukan seminggu sekali ini berjalan

akan tetapi pertemuan ini dihadiri oleh sedikit

pekerja dan karyawan. Beberapa pertemuan juga

tidak dihadiri oleh pimpinan. Selain itu karyawan

juga banyak yang telat dan tidak menghadiri safety

morning akibat pertemuan yang dijadwalkan mulai

cukup pagi. Sehingga pertemuan tidak maksimal

dikarenakan tidak ada pimpinan yang menghadiri.

3 Lingkup Risk Assessment Selama pengamatan terdapat tahap pekerjaan baru

yakni plumbing dan finishing. Pelaksana bagian

plumbing dan finishing sudah memulai pekerjaan

akan tetapi pekerjaan tersebut belum dilaksanakan

analisis risiko. Selain itu terdapat risiko terkait

lingkungan pencemaran udara dari pekerjaan

pengecoran dan pembongkaran.

Page 176: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

159

No. Data Catatan

4 Arahan Penggunaan

Pengendalian Yang

Direkomendasikan

Selama pengamatan terdapat arahan kepada pekerja,

namun terdapat juga beberapa pekerja yang masih

membandel dikarenakan pengawasan yang masih

kurang. Terdapat pekerja yang bekerja di ketinggian

namun tidak menggunakan body harness.

5 Ketersediaan

Perlengkapan

Pengendalian

Dalam pengamatan diketahui bahwa ketersediaan

perlengkapan sudah cukup memenuhi terdapat ruang

medis, APAR, APD, rambu-rambu, safety net, dan

lain sebagainya. Jika ada persediaan yang diperlukan

tim K3LMP segera menghubungi bagian logistik

untuk mendapatkan persediaan perlengkapan.

6 Kesesuaian Rekomendasi

Pengendalian

Selama pengamatan didapatkan semua pekerja

menggunakan pengendalian yang sama. Pekerja

diberikan APD seperti helm dan sepatu. Pekerjaan

yang dihadapi pekerja berbeda-beda seperti bagian

cor, pembesian, dan kayu yang memiliki risiko yang

berbeda. Seperti pada bagian cor yang memerlukan

masker dan bagian besi yang memerlukan sarung

tangan.

7 Kewajiban Penggunaan

Pengendalian

Selama pengamatan terdapat punishment dan reward

di tempat kerja. Punishment diberikan kepada pekerja

yang tidak patuh menggunakan APD di area kerja.

Seperti teguran dan denda terdapat juga pekerja yang

sangat membantah setelah diberikan teguran

beberapa kali lalu dilakukan pemecatan. Sedangkan

reward diberikan kepada pekerja yang tertib dan

rajin. Reward diberikan pada saat safety morning

setiap minggu nya.

Page 177: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

160

Lampiran foto ketersediaan pengendalian:

Gambar 1. Alat Pelindung Diri

Gambar 2. Safety Net

Gambar 3. Ruang Medis dan Obat-obatan

Gambar 4. APAR dan Rambu-rambu

Page 178: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

161

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

1. Bagaimana

keterlibatan pekerja

dalam pelaksanaan

analisis risiko

“Pekerja nggak terlibat langsung

dalam pembuatan risk assessment

nya.. ya tapi mereka cukup

terlibat dalam memberi masukan

ke kita risiko sama bahaya apa

aja yang ada di lapangan.. nanti

setelah mereka kasih tau ke kita,

kita kasih tindakan koreksi nya.”

“Selama ini pekerja sudah banyak

yang terlibat.. ketika ada

kemungkinan yang bisa menimpa

pekerja, pekerja nya itu

melaporkan bahaya apa yang dia

lihat ke K3. Dari laporan itu

langsung di antisipasi dan

dimasukan ke hiradc”

“Kalau terlibat pasti terlibat...dari

pekerja seumpama ada risiko atau

bahaya yang menyangkut kondisi

pekerja biasanya langsung melapor

ke K3 atau ke pelaksana di

lapangan, nanti pelaksana

dilapangan akan memberitahu

orang K3 nya.”

“Keterlibatan pekerja ya ada

ya, kalopun intelektual mereka

backgroundnya hanya SD SMP

tapi mereka tetap dilibatkan...

ya kalo ada risiko gitu mereka

lapor ke kita.”

No. PRA6 PRA7 PRA8

1. “hm pasti dilaporin kaya apa

kalau ada bahaya ya pasti

manggil K3 dulu”

“Setau saya pekerja disini sering

kasih masukan mbak, risiko disini

kan sering jadi pekerja aktif kasih

tau orang K3 supaya ada

tindakan gitu mbak.”

“Kita kerja diketinggian pasti

hubungannya dengan jatuh, risiko

yang ekstrim gitu pasti harus lapor.

Kalo saya si seringnya lapor ke

pelaksana.”

Page 179: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

162

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

2. Bagaimana

dukungan sistem

pengumpulan

informasi dalam

pelaksanaan

analisis risiko

“Sistem informasi komunikasi

langsung dengan pekerja ada

setiap hari jumat pagi safety

morning, ada juga rapat orang

kantor setiap hari rabu siang.

Disitu semua informasi selama

satu minggu terkumpul untuk di

evaluasi juga.”

“Pengumpulan informasi untuk

analisa risiko tentu saja ada

komunikasi dengan tim, baik itu

kapro, kalap, maupun tim dari

K3LMP. Setiap hari ada briefing

dan seminggu sekali juga ada

safety morning walau yang

datang tidak banyak.”

“Safety morning seminggu sekali

kita jabarkan bahaya apa aja

dihadapan pekerja, tapi jujur disini

masih susah masih kurang kompak

dari tim kantor yang jarang hadir,

safety dilapangan cuma 2 orang,

pekerja ada 300 bangunan ada 16

lantai harus patrol.”

“Pertemuan ya ada briefing

setiap pagi ada juga yang

seminggu sekali buat sharing

antara pekerja dengan

karyawan kantortapi kurang

efektif ya banyak yang telat dan

malahan tidak datang...

Kepagian mungkin ya kan safety

morning jam 7 pagi jadi pada

telat, kalau sudah telat ya

mungkin tidak datang.”

No. PRA6 PRA7 PRA8

2. “Safety morning

tapi saya ndak

pernah ikut, emang

udah masuk tapi

nggak ikut aja.

Apalagi briefing itu

jarang sekali”

“Safety morning itu selalu

penyampaian kembali ke faktor

risiko cara pengendaliannya

arahan bekerja yang aman.”

“Ya situ pernah ikut safety

morning kan, bagus buat

evaluasi cuma sayang yang ikut

sedikit.”

Page 180: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

163

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

3. Kapan dan berapa

lama pelaksanaan

analisis risiko

“Risk assessment dibuat satu

bulan setelah proyek mulai,

memang di prosedur harusnya

diawal pekerjaan...

Pada saat proyek jalan spesifikasi

teknis baru diberikan sehingga

pembuatan risk assessment

lama.”

“Buat risk assessment di awal

proyek harusnya jadi.”

“Setelah saya masuk risk

assessment dibuat berbarengan

dengan RK3LMP.”

“Assessment ya? Waduh udah

lama ya itu dibuatwaktu proyek

sudah berjalan.. harusnya sih

sebelum pelaksanaan pekerjaan

itu udah dibikin.”

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA4

4. Bagaimana

anggaran dana

untuk

melaksanakan

analisis risiko?

Berapa anggaran

yang disediakan?

“Untuk budget risk assessment

hanya print hiradc saja mungkin

untuk pengendalian risiko yang

butuh biaya, tidak ada masalah,

karna berapa biaya yang harus

dihabiskan dari awal sampai

akhir dihitung dan setiap bulan

juga dibuat laporan bulanan yang

dikasih ke pimpinan.”

“Anggaran dana untuk K3 sudah

diatur oleh divisi dan selama ini

sudah terpenuhi.. kalau analisa

risiko hasilnya kan di print aja

penyediaan kertas dari divisi

logistik.”

“oh untuk anggaran dana tidak

pernah kurang.”

“Sudah ada anggaran dana nya,

untuk K3LMP 3,2% dari biaya

keseluruhan.”

Page 181: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

164

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3

5. Bagaimana lingkup

dan detail dari

analisa risiko?

“Lingkupnya ya konstruksi, kita

melihat item pekerjaan bagi

pekerjaan nya apa aja, risiko

paling sering terjadi tertusuk

paku. Kalau di konstruksi risiko

yang paling tinggi itu nilai 6 jatuh

dari ketinggian.”

“Bisa dilihat dalam dokumen

hiradc, semua kegiatan harus

dicantumkan dan sudah memang

seharusnya mendetail. Tapi

beberapa hal yang tidak

tercantumkan karena lingkup

kerja yang baru seperti

plumbing.. Ya belum sempat ya

kan Bapak juga megang proyek

lain.”

“Lokasi untuk proyek ini masih di

Jakarta.. Detail risiko nya ada di

prosedur sesuai tingkatannya.”

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA4 PRA5

6. Bagaimana

pengalaman dan

keterampilan

pelaksana penilaian

risiko?

“Risk assessment dibuat

berdasarkan pengalaman

selama di proyek. Disini

tidak ada yang sertifikasi

tentang risk assessment,

staf K3LMP kita suruh

untuk mengoreksi hasil

risk assessment yang

dibuat saja.”

“Kalau melihat

pengalaman sudah

pengalaman di

konstruksi sudah

bertahun-tahun juga,

beliau tau risk

assessment bagaimana.”

“Oh Bapak sih sudah

melanglang buana, saya

juga sudah hampir 7 tahun

kerja di waskita.”

“Semua yang disini sudah

berpengalaman. Untuk risk

assesment saya belum

memeriksa yang si Asi

(Sekertaris K3LMP) buat

makanya kemarin pas audit

masih ada yang harus

diperbaiki.”

“Pelaksana risk

assessment disini bagus

pengalamannya sudah

banyak di bidang

konstruksi.”

Page 182: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

165

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3

7. Bagaimana metode

yang digunakan untuk

mengidentifikasi

bahaya?

“Untuk identifikasi bahaya

menggunakan form yang ada di

PWK3LMP, form nya diisi bahaya

nya apa lalu dinilai keparahannya..”

“Identifikasi bahaya ya form kan

sudah ada jadi tinggal di isi saja itu

Pak Asi yang isi.”

“Wah kalau itu Sekertaris K3LMP

yang mengidentifikasi, saya kan di

lapangan saja.”

No Pertanyaan PRA1

8. Bagaimana metode

yang digunakan dalam

memprioritaskan

bahaya yang telah

diidentifikasi?

“Ya bahaya di prioritaskan sesuai

risiko nya dilihat keparahan dan

kemungkinannya rendah, sedang,

tinggi, 1, 2, 3 gitu di tabel di PWK3,

saya sudah pernah kasih lihat sama

kamu kan.”

Page 183: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

166

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3

9. Bagaimana kejelasan

pengendalian yang

direkomendasikan?

“Pengendalian ada di hiradc dari

mulai eliminasi sampai APD

ditambah juga RTD (Rencana

tanggap darurat. Mayoritas pekerja

juga sudah paham pengendalian

yang ada dilapangan.

Ya kaya jalur evakuasi, rambu-rambu

juga jelas, peringatan untuk area

wajib APD juga .”

“Pengendalian disini jelas dan

sebagian pekerja sudah paham kan

sudah lama di proyek.”

“sejauh yang saya ketahui

rekomendasi pengendalian sangat

jelas, di lapangan, pemahaman

pekerja tentang APD cukup baik ya.”

No PRA6 PRA7 PRA8

9. “Kalau pengendalian saya paham,

misal yang simple aja ketinggian

harus pake bodyharness."

“Sudah jelas sih mbak, kan kita pakai

APD setiap masuk proyek ada papan

nya didepan area kerja kita cara-

cara pakainya.”

“Bagus ya kaya APD gitu ada, di

proyek-proyek kecil belum tentu

ada.”

Page 184: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

167

No Pertanyaan PRA1 PRA5

10 Bagaimana kesesuaian

atau keterkaitan

pengendalian yang

direkomendasikan

dengan persyaratan

yang ada?

“Sesuai peraturan kan dimasukan

juga di form nya, pengendalian juga

sudah sesuai hirarki kan kamu bisa

baca sendiri.”

“Ya kalau selama pekerjaan tuh ya

liat HIRADC berdasarkan itu aja

pengendaliannya tapi tidak semua

diikuti. APD dan rambu-rambu

paling yang diterapkan.”

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

11

.

Bagaimana sistem

pengujian

pengendalian untuk

efektivitas sebelum

diimplementasikan?

“Tidak ada pengujian ya kita

siapkan pengendalian sesuai

standar aja karena sistem kerja

disini yang cepat jadi tidak

melakukan pengujian-pengujian.”

“Pengujian dari supllier lah dek,

disini mah tinggal make aja

pekerjanya.”

“Tidak sih tidak ada. Sudah

efektif jadi kalau disini langsung

diterapkan saja pengendaliannya.

Pengendalian yang digunakan

juga tidak jauh berbeda dengan

proyek lainnya.”

“Ya seharusnya ada pengujian

tapi disini tidak ada karena sudah

ada saja sudah bagus.”

Page 185: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

168

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

12 Bagaimana arahan

untuk penggunaan

pengendalian yang di

rekomendasikan?

“Gini arahan ke pekerja ada pas

safety morning selalu diulang

bahaya apa aja pengendalian apa

aja seperti induksi. Kita punya

banyak karakter sifat pekerja ada

yang bandel, ada yang cuek, ada

yang tertib. K3LMP memberikan

arahan ke pekerja jika masih

bertindak tidak aman akan kita

tegur lagi.

“Kalau disini semua arahan

pengendalian di lapangan, dikantor

sih jarang ada arahan ya.”

“Arahan pengendalian untuk

menggunakan APD, bertindak

safety, tanggap darurat juga.

Tidak hanya K3LMP tapi

pelaksana kadang juga kasih

arahan karena pekerja sebanyak

ini susah ya kalau yang ngawas

cuma berdua saja.”

“Sudah benar ya ada arahan

mungkin kalau pekerja belum

melaksanakan sesuai

pengendalian ya itu memang

mereka juga yang tidak sayang

sama diri sendiri.”

No PRA6 PRA7 PRA8

12 “Ada arahan pas baru masuk kesini.

Wah kalau arahan di safety morning

tidak tahu saya tidak pernah ikut.”

“Masih jarang yang pakai APD

masih kurang pengawasan untuk

pekerja nya, ya kita mandor suka

bantu tegur saja.”

“Pengarahan sendiri setiap minggu

ada pengarahan. Ya udah berjalan

kaya sepatu APD kita gunakan

semaksimal mungkin ya untuk action

nya belum semuaya kadang kan

terlalu ribet.”

Page 186: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

169

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA4

13 Bagaimana

ketersediaan

perlengkapan

pengendalian untuk

digunakan oleh

personil yang

terlibat?

“Saya rasa perlengkapan sudah

cukup karna banyak yang

dimodifikasi dari proyek

sebelumnya untuk keperluan safety

disini. Walaupun disini K3

digabung dengan Mutu,

Lingkungan dan Pengamanan

semua pengendalian yang

dibutuhkan sudah terpenuhi semua

ya.”

“Ketersediaan pengendalian untuk

pekerja sudah lengkap dari APD

atau teknis.”

“Di lapangan kalau untuk

perlengkapan safety sudah ada

semua kan bisa dilihat juga APD,

rambu-rambu sampai ruang

medis semua ada.”

“Untuk perlengkapan itu bagian

K3LMP dan Logistik, selama ini

kalau butuh apa-apa selalu siap

sedia sih kita. Saya juga selalu

ingatkan anggaran dana kan ada

jadi saya tidak mau sampai lah

ada kekurangan.”

No PRA6 PRA7 PRA8

13 “Alhamdulillah perlengkapan cukup

mbak. Ya kaya helm, sepatu, body

harness ada.”

“Kalau disini lengkap

pengendaliannya.”

“Dari pada proyek yang dulu di

Bogor mending disini sih lebih

lengkap. Ya kaya ada bu dokter,

APD, APAR terus juga ada safety net

gitu.”

Page 187: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

170

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

14 Bagaimana

rancangan

pengendalian yang

direkomendasikan

sesuai dengan situasi

yang berbeda-beda?

“Semua pekerjaan pengendalian di

lapangan di sama ratakan, sarung

tangan, masker, helm, sepatu tapi

akan ada penambahan dari jenis

pekerjaannya. Seperti bagian las

perlu pakai kedok, bagian cor

bekisting pakai body harness.”

“Ndak ada beda-beda sama semua,

ribet kalau harus dibeda-bedain.”

“Harusnya sih disesuaikan tapi

ya begini. Mungkin kalau di

hiradc dibedakan tapi sudah di

lapangan sama saja semua pakai

terkadang pekerja nya sendiri

suka lalai tidak pakai APD.”

“Situasi di setiap pekerjaan

memang berbeda tapi

pengendalian dari K3LMP tidak

dibedakan sejauh ini semua

pekerja menggunakan APD yang

sama.”

No PRA6 PRA7 PRA8

14 “Kurang ya, padahal kan kerja di

besi itu kan karat kadang kita harus

minta dulu baru dikasih sarung

tangan kalau ngga minta ya ngga

pakai. Dikasih tapi sarung tangan

kan nggak seawet helm”

“Susah ya namanya proyek situasi

beda-beda kadang pekerja juga harus

aktif gitu, sering sih kita lapor kalau

butuh apa-apa gitu ke K3LMP nya.”

“Ya alhamdulillah disini masih ada

APD biar ngga spesifik juga tapi

alhamdulillah lah sudah dikasih

helm, sepatu.”

Page 188: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

171

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

15 Bagaimana upaya

menekankan bahwa

penggunaan

pengendalian yang di

rekomendasikan

adalah wajib?

“Oh ya ada punishment nya denda

kan kamu juga bantu bagikan form

denda nya. Ada jenis-jenis

pelanggaran nya juga kan kamu

sudah tahu. Kita buat itu supaya

mereka patuh terhadap peraturan

demi keselamatan mereka juga.

Untuk reward juga ada kita pantau

di lapangan mandor siapa yang

anak buahnya rapih kerja nya itu

akan dikasih reward nya ya uang

bonus buat mereka.”

“Ada hukuman denda kalau pekerja

tidak menggunakan APD, jika

pekerja tetap bandel dan tidak ada

perubahan kita langsung buat surat

untuk pengeluaran pekerja.

Sedangkan kalau reward ada dalam

bentuk uang biasanya pas safety

morning dikasih reward untuk

pekerja yang rajin.”

“Hukuman paling berat ya

dikeluarkan kalau ada pekerja

yang berantem, kalau pekerja

yang tidak patuh paling kita

potong gaji dari mandornya.”

“Ada dari waskita sendiri ada

punishment berupa denda atau

kita bikin surat peringatan

terlebih dahulu. Rewardnya ya

situ kan pernah ikut lah safety

morning kan ya dari waskita

sendiri suka memberikan reward

kan.”

No PRA6 PRA7 PRA8

15 “Ada kalau terus membandel dari

mandor juga kena dendanya potong

progres, teguran biasanya dari

memo. Untuk reward untuk yang

tertib.”

“Ditegur kadang juga dikasih sanksi

kadang ada yang disuruh keluar

proyek disuruh pulang dulu ambil

helm. Jarang denda atau dikeluarkan

tapi pernah kalau ada pekerja yang

bandel diarahin malah membantah.”

“Kalau disini ditegur sekali dua kali

lalu difoto sistemnya dipotong

upahnya bukan ke pekerja tapi ke

mandor. Hm reward nya kalau safety

morning aja ada nya.”

Page 189: ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK ...

172

DAFTAR DOKUMEN

No. Dokumen yang

Dibutuhkan Checklist Nomor Dokumen Judul Dokumen

1. Kebijakan Risk

Assessment

PW-K3LMP-01 Prosedur Penilaian

Risiko

2.

Form Risk

Assessment

PW-K3LMP-01-01 Form Identifikasi

Bahaya, Penilaian

Risiko dan Penentuan

Pengendalian Risiko

3. Lembar

Inspeksi

PW-K3LMP-06-10 Inspeksi Harian

4. Anggaran Dana - Rincian Biaya K3LMP

5. Daftar

Pengendalian

Risiko

- Penilaian dan

Pengendalian Risiko

6. Risalah

Pertemuan

PW-K3LMP-04 Formulir Absensi

7. Metode Kerja - Metode Kerja

8.

Form Hazard

Identification

PW-K3LMP-01-01 Identifikasi Bahaya,

Penilaian Risiko dan

Penentuan

Pengendalian Risiko

9.

Hasil Risk

Assessment

PW-K3LMP-01-01 Identifikasi Bahaya,

Penilaian Risiko dan

Penentuan

Pengendalian Risiko

10. Form Bukti

Pelanggaran

03/IM/WK/DG/DG2814122/2015 Form Bukti

Pelanggaran

11. Lembar

Penerimaan

Dokumen

- Tanda Terima

Dokumen

12. Instruksi Kerja

APD

IK-PW-K3LMP-APD-08 Instruksi Kerja Alat

Pelindung Diri