ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …
Transcript of ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN KESEHATAN
TEMPAT-TEMPAT UMUM DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAYA
KOTA BANDUNG 2018
Ayu Laili Rahmiyati1, Zenica Bela2
1Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Bandung 2Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung
([email protected], 081289248964)
ABSTRAK
Isu sanitasi di tempat-tempat umum merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan, karena tempat
umum merupakan tempat bertemunya berbagai anggota masyarakat dengan berbagai sumber penyakit
yang berpotensi menyebarkan segala penyakit. Berdasarkan data Dirjen Kesehatan Masyarakat
Kemenkes RI, secara nasional prosentase TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016
adalah mencapai 52,46%, pencapaian ini telah melebihi target Renstra Kementrian Kesehatan 2016 yaitu
52%. Provinsi dengan prosesntase tertinggi adalah Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka Belitung
(88,53%) dan Bengkulu (86,76%) sedangkan Provinsi Jawa Barat tidak termasuk 3 tertinggi karena nilai
capaiannya masih 71,81%.Tujuan analisis pelaksanaan program pengawasan TTU ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran situasi TTU, pelaksanaan dan hambatan pelaksanaan pengawasan TTU di
Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian yaitu pengawasan Tempat-Tempat Umum yang ada diwilayah UPT
Puskesmas Sindangjaya yang berjumlah 67 sarana, 43 diantaranya telah diperiksa dan memenuhi syarat
dengan presentase 64%. Sedangkan target pengawasan Tempat-Tempat Umum adalah 75% masih
dibawah target. Dalam pelaksanaan progam pengawasan TTU tersebut, hanya terdapat 2 orang sanitarian,
belum adanya pencatatan dan pendokumentasian,belum adanya tindak lanjut dari hasil kunjungan,
sehingga setelah pemeriksaan selesai tidak direncanakan kembali kapan kunjungan selanjutnya, untuk
meninjau kembali apakah saran dari kunjungan sebelumnya sudah diperbaiki atau belum. Selain itu,
kegiatan promosi kesehatan terkait sarana TTU belum pernah dilaksanakan, kurangnya kordinasi petugas
sanitarian dengan kader/RW terkait keberadaan TTU. Kesimpulan penelitian yaitu pelaksanaan program
pengawasan TTU penting adanya perencanaan, penjadwalan kunjungan pengawasan TTU,
pendokumentasian, perlunya standar pencatatan dalam pengawasan TTU, perlunya koordinasi dengan
masyarakat/kader RW setempat, sehingga dengan adanya keterbatasan pegawai sanitasi dapat diatasi
dengan bantuan para kader dalam pengawasan TTU, penting adanya peraturan yang mengenai
pengawasan TTU karena berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan maupun gangguan kesehatan lainnya.
Kata Kunci: Analisis, Program Pengawasan, Tempat-Tempat Umum
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
ABSTRACT
The issue of sanitation in public places is one of the indicators of environmental health, because the
public place is a meeting place of various members of the community with various sources of diseases
that have the potential to spread all diseases. Based on data from the Directorate General of Public
Health Ministry of Health, nationally the percentage of TTU that has fulfilled the health requirement in
2016 is 52.46%, this achievement has exceeded the target of Renstra Ministry of Health 2016, 52%.
Provinces with the highest percentage were North Kalimantan (89.47%), Kep. Bangka Belitung (88.53%)
and Bengkulu (86.76%) while West Java Province excludes the highest 3 because the value is still
71.81%. The purpose of the analysis of the implementation of TTU supervision program was conducted to
find out the situation of TTU, implementation and obstacles of TTU supervision implementation at
Puskesmas Sindangjaya Bandung. Method: Qualitative research method. Data collection was done by
interview and observation and documentation study. Result: Supervision of Public Places in the area of
UPT Puskesmas Sindangjaya which amounted to 67 means, 43 of which have been checked and fulfill the
requirement with 64% percentage. While the target of Public Places surveillance is 75% is still below
target. In the implementation of the TTU supervision program, there are only 2 sanitarians, no record
and documentation, no follow-up from the visit result, so that after the inspection is not re-planned any
subsequent visits, to review whether suggestions from previous visits have been improved or not. . In
addition, health promotion activities related to TTU facilities have never been implemented, lack of
coordination of sanitarian officers with cadres / RW related to the existence of TTU. Conclusion: The
implementation of the TTU supervision program is important in the planning, scheduling of TTU
supervision visits, documentation, the need for recording standards in TTU supervision, the need for
coordination with local RW community / cadres so that with limited sanitation personnel can be
overcome with the help of cadres in TTU supervision, the existence of regulations concerning the
supervision of TTU because of potential as a place for the occurrence of disease transmission,
environmental pollution or other health problems.
Keywords: Analysis, Monitoring Program, Public Places
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
A. PENDAHULUAN
Isu sanitasi merupakan masalah yang perlu
diperhatikan semua pihak karena berkaitan dengan
seluruh kegiatan manusia (Fachri, 2013).Sanitasi
yang tidak sehat berpotensi menimbulkan berbagai
macam penyakit.Karena itu, kampanye sanitasi
sehat harus terus digalakkan. Sekitar 2,4 juta
kematian di dunia (4,2% dari jumlah semua
kematian) dapat dicegah setiap tahun jika semua
orang menjaga kebersihan dengan baik dan
memiliki fasilitas sanitasi dan air bersih yang
memadai (Bartram & Cairncross, 2010).
Di antara masalah utama yang menjadi
penyebab masalah sanitasi di negara-negara
berkembang menurut WHO (2010) dalam Itchon
dan Gensch (2013) adalah: kurangnya prioritas
yang diberikan pada sektor sanitasi, kurangnya
sumber daya keuangan, kurangnya keberlanjutan
pelayanan air bersih dan sanitasi, perilaku
kebersihan yang buruk dan sanitasi yang tidak
memadai di tempat-tempat umum termasuk rumah
sakit, puskesmas, sekolah dan lain-lain.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang biasa
disebut Puskesmas merupakan sarana fasilitas
kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setingi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu
pelayanan kesehatan yang terdapat di puskesmas
adalah pelayanan kesehatan lingkungan yaitu
merupakan salah satu bagian dari pelayanan
puskesmas yang bertujuan mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit
dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor risiko lingkungan. (Permenkes No. 13
Tahun 2015).
Faktor risiko lingkungan adalah hal,
keadaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan
kualitas media lingkungan yang mempengaruhi
atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit
dan/atau gangguan kesehatan.Lingkungan
merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat.Setiap Puskesmas
wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan.
Berdasarkan Indikator SPM Permenkes No
828/Menkes/IX/2008), Kegiatan pelayanan
kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk :
konseling terhadap pasien yang menderita
penyakit berbasis lingkungan, inspeksi kesehatan
lingkungan dengan pengamatan fisik media
lingkungan dan intervensi kesehatan lingkungan
dari data yang didapatkan. Terdapat beberapa
cakupan dalam menentukan derajat kesehatan
lingkungan di suatu wilayah, diantaranya; cakupan
rumah sehat, cakupan jamban sehat, cakupan
keluarga dengan sumber air minum terlindung,
cakupan pengawasan tempat – tempat umum
(TTU) dan cakupan tempat pengelolaan makanan
(TPM).
Salah satu indikator kesehatan lingkungan
adalah tempat–tempat umum (TTU). Menurut
Mukono (2006), sanitasi di tempat-tempat umum,
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
cukup mendesak. Karena tempat umum
merupakan tempat bertemunya masyarakat dengan
segala penyakit yang berpotensi diderita anggota
masyarakat. Oleh sebab itu, tempat umum bisa
menjadi tempat menyebarnya segala penyakit
terutama penyakit yang medianya makanan,
minuman, udara dan air.Dengan demikian sanitasi
tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan
kesehatan untuk melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tempat-tempat umum (TTU) perlu terus
dipantau dan dibina tentang keadaan lingkungan
dan upaya untuk menciptakan lingkungan sehatnya
secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.Hal ini
disebabkan karena tempat–tempat umum
berpeluang menjadi sumber tempat tersebarnya
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
wabah penyakit.Tempat-tempat umum (TTU)
merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak
orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran
penyakit.
Penularan penyakit dapat terjadi di tempat-
tempat umum karena kurang tersedianya air bersih
dan jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah
dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan
nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan,
kebisingan dan lain-lain. Tempat-tempat umum
yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai
penyakit antara lain diare, infeksi saluran
pernafasan akut serta penyakit-penyakit akibat
terpapar asap rokok, seperti : penyakit paruparu,
jantung dan kanker, yang selanjutnya dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia dan
berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit.
Berdasarkan Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kemenkes RI, tahun 2017, secara
nasional persentase TTU yang telah memenuhi
syarat kesehatan pada tahun 2016 adalah mencapai
52,64%, pencapaian ini telah melebihi target
Renstra Kementerian Kesehatan 2016 yaitu 52%.
Namun capaian tersebut cenderung menurun
dibandingkan capaian tahun 2015 (61,44%).
Provinsi dengan persentase tertinggi adalah
Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka
Belitung (88,53%), dan Bengkulu (86,76%)
sedangkan Provinsi Jawa Barat tidak termasuk 3
teringgi karena nilai capaiannya masih 71,81%.
Berdasarkan pencatatan pelaporan
kabupaten/kota di Jawa Barat selama tahun 2016
tercatat 36.049 buah Tempat-tempat umum (TTU)
yang terdiri dari sarana pendidikan sebanyak
32.893 buah, sarana kesehatan (RS dan
Puskesmas) sebanyak 1.378 buah dan hotel
sebanyak 1.778, diketahui 23.860 buah (66,19%)
B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pndekatan kualitatif. Alasan peneliti menggunakan
dinyatakan memenuhi syarat kesehatan, akan
tetapi masih terdapat 12.189 buah (33,81%) TTU
yang belum memenuhi syarat kesehatan. Cakupan
Tempat Tempat Umum (TTU) tertinggi di Kota
Cirebon sebesar 96,9% sedangkan Kota Bandung
sebesar53,1% nilai ini cukup jauh dengan Kota
Cirebon yang sudah hampir 100% (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2016).
Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota
Bandung tahun 2016, Tempat-tempat umum
meliputi terminal, pasar, tempat ibadah, station,
tempat rekreasi, dan lain-lain.Tempat-tempat
umum yang diulas dalam profil kesehatan ini
adalah sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan
hotel yang totalnya berjumlah sebanyak 1.756
titik. Sebanyak 1.332 TTU atau 75,85 %
diantaranya telah memenuhi syarat kesehatan.
Persentase TTU memenuhi syarat tahun 2016
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 75,73%.
Cakupan tertinggi diperoleh Kecamatan Gedebage
dengan presentase 100% sedangkan beberapa
Kecamatan lain masih cukup jauh tertinggal
seperti kecamatan Mandalajati (60%), Sukajadi
(65%), Cicendo (66%).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota
Bandung tahun 2016, salah satu Kecamatan yang
cakupan TTU nya masih terbilang rendah yaitu
Kecamatan Mandalajati yang merupakan wilayah
kerja UPT Puskesmas Sindangjaya memiliki
jumlah TTU sebanyak 50 titik diantaranya 30 SD,
10 SLTP, 5 SLTA dan 5 puskesmas. Presentasi
TTU yang memenuhi syarat masih 60% dan
tergolong lebih rendah bila dibandingkan dengan
UPT Puskesmas yang lain seperti UPT Puskesmas
Riung Bandung Kecamatan Gedebage yang sudah
mencapai 100%.
metode tersebut karena penelitian ini berusaha
ingin mengetahui atau menggali secara mendalam
tentang fenomena atau permasalahan yang menjadi
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
fokus penelitian, dengan menganalisis data
sekunder,dan wawancara langsung untuk menggali
data primer.Pengumpulan data pada penelitian
kualitatif dilakukan secara natural atau alamiah,
C. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, UPT
Puskesmas Sindangjaya dengan meningkatkan
upaya Pembangunan Kesehatan Kota Bandung
sedang terus melakukan peningkatan mutu
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada obeservasi berperan serta
(participation obeservation).
pelayanan, evaluasi dan perbaikan-
perbaikan dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Berikut data demografi
dan tempat-tempat umum.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016
NO KELOMPOK UMUR JUMLAH
1 0-4 2.091
2 5-14 7.284
3 15-44 9.464
4 45-64 5.414
5 >65 1.100
Jumlah 25.353
(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)
Berdasarkan tabel 3.1, penduduk
wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya
sebesar 25.353 orang dengan jumlah
kelurahan 2 yaitu Kelurahan Sindangjaya
dan Kelurahan Pasir impun. Komposisi
jumlah penduduk terbanyak terdapat pada
kelompok umur 15-44 tahun sebanyak
sebanyak 9.464 orang dan jumlah penduduk
terrendah yaitu kelompok umur >65 tahun
sebanyak 1.100.
a. Tingkat Pendidikan
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang
Ditamatkan Di Wilayah UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016
NO Pendidikan Jumlah
1 Belum Sekolah 1.737
2 Tidak tamat SD 4.780
3 SD 5.054
4 SLTP 5.789
5 SMU 5.004
6 D1/D3 1.738
7 PT 1.251
Jumlah 25.353
(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
Berdasarkan tabel 3.2, jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja
UPT Puskesmas Sindangjaya paling banyak
adalah SLTP dengan jumlah 5.789 orang
sedangkan yang paling rendah adalah Perguruan
Tinggi yaitu sebesar 1.251 orang.
c. Mata pencaharian Penduduk
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016
NO Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri 1.229
2 TNI/POLRI 65
3 Pegawai Swasta 5.306
4 Tani 1.497
5 Dagang 5.004
6 Pelajardanmahasiswa 961
7 Pensiunan 833
8 Lain-lain 10.458
(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)
Berdasarkan tabel 3.3, mata pencaharian
tertinggi di wilayah kerja UPT Puskesmas
Sindangjaya adalah lain-lain sebesar 10.458
orang dan terendah adalah TNI/POLRI
dengan jumlah 65 orang.
Data 10 Pola Penyakit Terbanyak Penderita Umum di wilayah UPT Puskesmas Sindangjaya
Tahun 2016
Tabel 3.4 Jumlah 10 Pola Penyakit Terbanyak Penderita UmumDi Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016
No Jenis Penyakit Jumlah
1 Common Cold 1867
2 Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut 1565
3 Hipertensi Essensial 1484
4 Myalgia 750
5 Batuk 652
6 Dispepsia 649
7 Sakit Kepala 601
8 Derrmatitis 475
9 Diare dan Gastroenteritis 388
10 Faringitis Akut 317 (Sumber data : Laporan tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016)
Berdasarkan tabel 3.4,
kecenderunganpola penyakit pasien yang
berobat ke Puskesmas adalah masalah
pernafasan. Hal ini menunjukkan adanya
faktor risiko polutan yang ditimbulkan dari
lingkungan yang kurang sehat. Setelah itu,
penyakit nyeri sendi dan hipertensi. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan pola hidup
yang mengarah pada penyakit degeneratif.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
Cakupan pengawasan program kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a) Pengawasan Rumah Sehat
Tabel 3.5 Cakupan Pengawasan Rumah di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
NO Uraian Jumlah Pencapaian Target
1 Rumah Yang Ada 6.040
41,40% 75% 2 Rumah Yang di Periksa 4.275
3 Rumah Yang Sehat 2.500
4 Rumah Yang Memenuhi Syarat 41,40%
(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)
Berdasarkan tabel 3.5, dari 6.040
rumah yang ada sudah 2.500 rumah yang
telah diperiksa dan sehat. Pencapaian dari
cakupan pengawasan rumah sehat adalah
41,40% dari target yaitu 75%.
Hal ini disebabkan, sasaran rumah yang ada
memiliki nilai yang besar sedangkan tenaga
sanitarian hanya berjumlah 2 orang.
b) Pengawasan Sarana Air Bersih
Tabel 3.6 Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
NO Uraian Jumlah Pencapaian Target
1 SAB Yang Ada 6.599
59% 80% 2 SAB Yang di Periksa 3.966
3 SAB Yang Sehat 3.900
4 SAB Yang Memenuhi Syarat 59%
(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)
Berdasarkan tabel 3.6, dari 6.599
Sarana Air Bersih yang ada sudah 3.900
SAB yang telah diperiksa dan sehat.
Pencapaian dari cakupan pengawasan
Sarana Air Bersih adalah 59% dari target
yaitu 80%. Hal ini disebabkan, sasaran SAB
yang ada memiliki nilai yang besar
sedangkan tenaga sanitarian hanya
berjumlah 2 orang. Sehingga sasaran belum
semua tercapai.
c) Pengawasan Jamban Keluarga
Tabel 3.7 Cakupan Pengawasan Jamban di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
NO Uraian Jumlah Pencapaian Target
1 JAGA Yang Ada 6.042
71% 75% 2 JAGA Yang Diperiksa 6.036
3 JAGA Yang Sehat 4.298
4 JAGA Yang memenuhi Syarat 71%
(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
d) Pengawasan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)
Tabel 3.8 Cakupan Pengawasan SPAL di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
NO Uraian Jumlah Pencapaian Target
1 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang
Ada 5.168
62,6% 80%
2 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang
Diperiksa 4.275
3 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang
Sehat 3.235
4 SPAL Memenuhi syarat 62,6%
(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)
Berdasarkan tabel 3.8, dari 5.168 sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang ada sudah
3.235 SPAL yang telah diperiksa dan memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan
SPAL adalah 62,6% dari target yaitu 80%.
e) Pengawasan Inspeksi Sanitasi TTU
Tabel 3.9 Cakupan Pengawasan Inspeksi Sanitasi TTU di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
NO Uraian Jumlah Pencapaian Target
1 Jumlah TTU yang Ada 67
64% 75%
2 Jumlah TTU Yang
diperiksa 43
3 Jumlah TTU Yang Sehat 43
4 % TTU memenuhi syarat 64%
(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)
Berdasarkan tabel 3.9, dari 67 TTU yang ada sudah 42 TTU yang telah diperiksa dan
memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan TTU adalah 64% dari target yaitu 75%.
f) Pengawasan Inspeksi Sanitasi TPM
Tabel 3.10 Cakupan Pengawasan Inspeksi Sanitasi TPM di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
NO Uraian Jumlah Pencapaian Target
1 Jumlah Sarana TPM Yang Ada 116
49% 75%
2 Jumlah Sarana TPM Yang
Diperiksa 57
3 Jumlah TPM Yang Sehat 57
4 % TPM Memenuhi syarat 49%
(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)
Berdasarkan tabel 3.10, dari 116 TPM yang ada sudah 57 TPM yang telah diperiksa dan
memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan TPM adalah 49% dari target yaitu 75%.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
g) Data Pelaksanaan Program Pengawasan Tempat-tempat Umum (TTU) di UPT
Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
Tabel 3.11 Data Jenis Sarana Tempat-tempat umum (TTU) di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017
NO JENIS SARANA
KEL. SINDANGJAYA KEL.PASIRIMPUN
JUMLAH JUMLAH
SARANA DIPERIKSA MS SARANA DIPERIKSA MS
A. INSTITUSI YANG DIBINA
1 Rumah Sakit 0 0 0 0 0 0
2 Puskesmas 1 1 1 0 0 0
3
Sarana Kesehatan
Lainnya 14 0 0 0 0 0
4 Sekolah 14 4 4 2 2 2
5 Rutan 0 0 0 0 0 0
6 Perkantoran 2 0 0 2 0 0
7 Tempat Penitipan Anak 0 0 0 0 0 0
8 Panti Asuhan 0 0 0 0 0 0
9 Asrama 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 31 5 5 4 2 2
B. TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)
1 Hotel 0 0 0 0 0 0
2 Penginapan 0 0 0 0 0 0
3 Kolam renang 1 0 0 1 0 0
4 Bioskop 0 0 0 0 0 0
5 Pasar (tradisional /
modern) 0 0 0 0 0 0
6 T.Rekreasi/Sarana
Pariwisata 0 0 0 0 0 0
7 Sanggar senam 1 0 0 0 0 0
8 Fitnes Centre 1 0 0 0 0 0
9 Terminal 0 0 0 0 0 0
10 Bandara 0 0 0 0 0 0
11 Stasiun 0 0 0 0 0 0
12 Mesjid 15 2 2 13 0 0
13 Salon 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 18 2 2 14 0 0
(Laporan bulanan Kesling, Januari 2018)
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
Berdasarkan tabel 3.11, dari 67 TTU yang
ada 9 diantaranya sudah di kunjungi pada
bulan februari dengan hasil memenuhi
syarat kesehatan lingkungan, antara lain : 6
sekolah, 1 puskesmas dan 2 mesjid. Kondisi
di lapangan menunjukan bahwa hubungan
pengelola TTU dengan petugas puskesmas
sangatlah baik dikarenakan waktu
kunjungan tidak menganggu aktivitas dari
TTU itu sendiri.
D. PEMBAHASAN
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 menyebutkan bahwa puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya
Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas
tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP), (Profil Kesehatan Jawa
Barat Tahun 2017).
Pelaksanaan program pengawasan tempat-
tempat umum (TTU) masih terus ditingkatkan.
Ditandai dengan belum tercapainya nilai
pencapaian program pengawasan tempat-
tempat umum (TTU) yang sesuai dengan
target yang telah di tetapkan yaitu 75%. Dari
67 TTU yang ada, 43 diantaranya memenuhi
syarat dengan presentase 64%. Berarti masih
ada kesenjangan pencapaian sebesar 11%. Hal
ini disebabkan karena jumlah sasaran yang
banyak sedangkan jumlah tenaga terbatas
dengan beban kerja yang tidak sedikit.
Kurangnya koordinasi petugas sanitarian
dengan masyarakat / kader masing-masing
RW terkait keberadaan sarana Tempat-tempat
Umum (TTU). Masih ada beberapa sarana
tempat umum yang belum terdata oleh petugas
sanitarian. Seiring berjalannya waktu, banyak
sarana tempat-tempat umum yang baru dan
tidak diketahui oleh Puskesmas. Sejauh ini,
informasi yang petugas sanitarian dapat
berasal dari Kader-kader saat kegiatan
posyandu dan belum optimal disetiap RW.
Tempat-tempat umum adalah suatu
tempat dimana umum (semua orang) dapat
masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul
mengadakan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus. Tempat-tempat umum
merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap
yang diselenggarakan oleh badan pemerintah,
swaasta, dan atau perorangan yang
dipergunakan langsung oleh masyarakat
(Alfian dkk, 1977).
Tempat-Tempat Umum Menurut
Kepmenkes Nomor 288 tahun 2003, Sarana
dan bangunan umum merupakan tempat dan
atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat
umum untuk melakukan kegiatannya, oleh
karena itu perlu dikelola demi kelangsungan
kehidupan dan penghidupannya untuk
mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial, yang memungkinkan penggunanya
hidup dan bekerja dengan produktif secara
social ekonomis. Sarana dan bangunan umum
dinyatakan memenuhi syarat kesehatan
lingkungan apabila memenuhi kebutuhan
fisiologis, psikologis dan dapat mencegah
penularan penyakit antar pengguna, penghuni
dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus
memenuhi persyaratan dalam pencegahan
terjadinya kecelakaan. Menurut Departemen
kesehatan RI tempat-tempat umum adalah
tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan
oleh badan-badan pemerintah, swasta,
perorangan yang langsung digunakan oleh
masyarakat, mempunyai tempat dan kegiatan
tetap serta memiliki fasilitas. Tempat-tempat
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan, ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan
sanitasi terhadap tempat-tempat umum
dilakukan untuk mewujudkan lingkungan
tempat-tempat umum yang bersih guna
melindungi kesehatan masyarakat dari
kemungkingan penularan penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2007).
Menurut Budiman (2006), Tempat-
tempat umum meliputi hotel, terminal
angkutan umum, pasar tradisional atau
swalayan pertokoan, bioskop, salon
kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti
pijat, taman hiburan, gedung pertemuan,
pondok pesantren, tempat ibadah, objek
wisata, dan lain-lain.
1. Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Sanitasi menurut kamus besar bahasa
Indonesia diartikan sebagai pemelihara
kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah
upaya pengendalian semua faktor lingkungan
fisik manusia, yang mungkin menimbulkan
atau dapat menimbulkan hal-hal yang
merugikan, bagi perkembangan fisik,
kesehatan, dan daya tahan hidup manusia
(Mundiatun, 2014). Sanitasi tempat-tempat
umum merupakan usaha untuk mengawasi
kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat
umum terutama yang erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu
penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan
oleh kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi,
2009).
Sanitasi tempat-tempat umum menurut
Mukono (2006), merupakan problem
kesehatan masyarakat yang cukup mendesak.
Tempat umum merupakan tempat bertemunya
segala macam masyarakat dengan segala
penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh
sebab itu tempat umum merupakan tempat
menyebarnya segala penyakit terutama
penyakit yang medianya makanan, minuman,
udara dan air, dengan demikian sanitasi
tempat-tempat umum harus memenuhi
persyaratan kesehatan dalam arti melindungi,
memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tempat-tempat umum
harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum,
artinya masyarakat umum boleh keluar
masuk ruangan tempat umum dengan
membayar atau tanpa membayar.
2. Harus ada gedung/ tempat peranan,
artinya harus ada tempat tertentu dimana
masyarakat melakukan aktivitas tertentu.
3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan
dan aktivitas dari pengunjung tempat-
tempat umum tersebut.
4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat
umum tersebut harus sesuai dengan
ramainya, harus mempunyai fasilitas
tertentu yang mutlak diperlukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di tempat-
tempat umum.
Tempat atau sarana layanan umum yang
wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan
antara lain, tempat umum atau sarana umum
yang dikelola secara komersial, tempat yang
memfasilitasi terjadinya penularan penyakit,
atau tempat layanan umum yang intensitas
jumlah dan waktu kunjungannya tinggi.
2. Pengawasan Sanitasi Tempat Umum
Pengawasan sanitasi Tempat-Tempat
Umum adalah kegiatan pengawasan terhadap
tempat-tempat umum agar tercipta kondisi
tempat-tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan, bebas dari faktor resiko penyakit
dan kecelakaan terhadap masyarakat di dalam
tempat-tempat umum maupun terhadap
masyarakat di sekitar/diluar tempat-tempat
umum tersebut. Tujuan umum pengawasan
dan pembinaan tempat tempat umum adalah
terlaksananya pengawasan kesehatan
lingkungan untuk mewujudkan tempat tempat
umum yang bersih, nyaman dan sehat.
Sedangkan tujuan khususnya adalah
teridentifikasinya faktor risiko lingkungan di
TTU, teridentifikasinya faktor risiko perilaku
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
di TTU, terwujudnya rekomendasi dan tindak
lanjut dan terwujudnya TTU yang bersih,
nyaman dan sehat.
Tujuan pengawasan sanitasi tempat-
tempat umum, antara lain :
a. Untuk memantau sanitasi tempat-tempat
umum secara berkala.
b. Untuk membina dan meningkatkan peran
aktif masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat
ditempat-tempat umum.
c. Mencegah timbulnya berbagai macam
penyakit menular dan penyakit akibat
kerja.
Penyelenggaraan kesehatan
lingkungan terdiri dari upaya penyehatan,
upaya pengamanan dan upaya
pengendalian.
a. Upaya penyehatan
Pengawasan, pelindungan dan
peningkatan kualitas pangan, air dan
sarana bangunan.
Pemantauan, pencegahan penurunan
kualitas tanah dan udara.
b. Upaya pengamanan
Pengawasan pembuangan limbah
yang sesuai dengan perundang-
undangan.
Pengolahan limbah cair, padat dan
gas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Perlindungan kesehatan masyarakat
dari dampak sampah yang tidak
diolah, zat kimia yang berbahaya,
gangguan fisik udara, radiasi pengion
dan non pengion serta pestisida.
c. Upaya pengendalian vektor dan binatang
penganggu pembawa penyakit
Melalui kegiatan pengamatan dan
penyelidikan bioekologi, Status
kevektoran, Status resistensi, Efikasi,
Pemeriksaan spesimen, pengendalian
vektor pengelolaan lingkungan dan
pengendalian vektor terpadu.
Menggunakan metode pengendalian
terdiri dari fisik, kimia, biologi,
pengelolaan lingkungan terpadu.
3. Penyakit yang disebabkan / ditularkan di
Tempat –Tempat Umum (TTU)
Menurut Chandra (2006), tempat-
tempat umum memiliki potensi sebagai
tempat terjadinya penularan penyakit,
pencemaran lingkungan ataupun
gangguan kesehatan lainnya. Kondisi
lingkungan tempat-tempat umum yang
tidak terpelihara akan menambah
besarnya resiko penyebaran penyakit serta
pencemaran lingkungan sehingga perlu
dilakukan upaya pencegahan dengan
menerapkan sanitasi lingkungan yang
baik.
Oleh sebab itu tempat umum
merupakan tempat menyebarnya segala
penyakit terutama penyakit yang
medianya makanan, minuman, udara dan
air. Dengan demikian sanitasi tempat-
tempat umum harus memenuhi
persyaratan kesehatan dalam arti
melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Mukono, 2005).
4. Jenis – jenis tempat umum (TTU)
Berdasarkan PP 66 Tentang
Kesling, tempat-tempat umum adalah
lokasi, sarana dan prasarana antara lain :
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Pendidikan
Tempat ibadah
Hotel
Rumah makan dan usaha lain yang sejenis
Sarana olahraga
Sarana transportasi
Stasiun dan terminal
Pasar dan pusat perbelanjaan
Pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas
batas darat dan negara, dan
Tempat dan fasilitas umum lainnya.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
Jenis tempat umum yang biasa
ditemukan di setiap wilayah kerja
puskesmas terdiri dari sarana pendidikan
(sekolah, tk/paud, pesantren), pusat
perbelanjaan (pasar, minimarket), tempat
ibadah (mesjid, gereja). Tempat tersebut
merupakan tempat berkunjungnya
masyarakat umum dan silih berganti
dengan latar belakang perilaku yang
berbeda-beda.
5. Peraturan Terkait Pengawasan Tempat-
tempat Umum (TTU)
a. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun
2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan.
b. Permenkes No 13 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesling di Puskesmas.
c. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No
1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
d. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No
1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah.
e. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
519/Menkes/SK/VI/2008 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar
Sehat
f. Permenkes No 80 Tahun 1990
tentang Persyaratan Kesling Hotel.
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI
No 288/Menkes/SK/III/2003
tentang Pedoman penyehatan sarana
dan bangunan umum masjid.
Peraturan diatas belum banyak
diketahui masyarakat / pengelola tempat-
tempat umum (TTU), karena belum
optimalnya sosialisasi yang dilakukan
oleh sektor pemerintah. Oleh karena itu,
dalam setiap kegiatan yang berkaitan
dengan pengawasan tempat-tempat
umum (TTU) diharapkan selalu
memberikan penyuluhan dan sosialisasi
terkait peraturan yang berlaku.
Dalam pelaksanaan program
pengawasan tempat-tempat umum (TTU)
di Puskesmas Sindangjaya tidak terlepas
dari ditemukannya suatu permasalahan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara langsung dari pemegang
Program Pengawasan Tempat-tempat
umum (TTU) di UPT Puskesmas
Sindangjaya adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program pengawasan tempat-
tempat umum (TTU) masih perlu
ditingkatkan. Ditandai dengan belum
tercapainya nilai pencapaian program
pengawasan tempat-tempat umum (TTU)
yang sesuai dengan target yang telah di
tetapkan yaitu 75%. Dari 67 TTU yang
ada, 43 diantaranya memenuhi syarat
dengan presentase 64%. Berarti masih ada
kesenjangan pencapaian sebesar 11%. Hal
ini disebabkan karena jumlah sasaran
yang banyak sedangkan jumlah tenaga
terbatas dengan beban kerja yang tidak
sedikit. Selain itu, kegiatan promosi
kesehatan terkait sarana TTU belum
pernah dilaksanakan sehingga sasaran
belum mengetahui bahwa perlu
diadakannya pengawasan dan pembinaan
oleh petugas sanitarian.
2. Kurangnya koordinasi petugas sanitarian
dengan masyarakat / kader masing-
masing RW terkait keberadaan sarana
Tempat-tempat Umum (TTU). Masih ada
beberapa sarana tempat umum yang
belum terdata oleh petugas sanitarian.
Seiring berjalannya waktu, banyak sarana
tempat-tempat umum yang baru dan tidak
diketahui oleh Puskesmas. Sejauh ini,
informasi yang petugas sanitarian dapat
berasal dari Kader-kader saat kegiatan
posyandu dan belum optimal disetiap
RW.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
3. Belum tersedia data-data tertulis
penunjang program pengawasan TTU.
Jadi, belum tersedianya rekapitulasi data
sarana TTU mana saja yang sudah di
kunjungi dan dibina.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Program Kesehatan Lingkungan di UPT
Puskesmas Sindangjaya adalah
pemeriksaan Rumah Sehat, Sarana Air
Bersih (SAB), Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL), dan Jamban Keluarga
(JAGA), Pengawasan Tempat-Tempat
Umum dan TPM, Klinik Sanitasi.
2. Masalah yang ditemukan pada
pelaksanaan program Kesehatan
Lingkungan adalah Pengawasan Tempat-
Tempat Umum (TTU), yaitu :
a. Belum tersedia data-data tertulis
penunjang program pengawasan
TTU.
b. Kurangnya koordinasi petugas
sanitarian dengan masyarakat / kader
masing-masing RW terkait
keberadaan sarana TTU
F. SARAN
Segera menindaklanjuti semua
permasalahan yang telah di sebutkan pada
kesimpulan di atas. Adapun sarannya
yaitu :
1. Menyediakan setiap form Inspeksi
Sanitasi TTU yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Menyediakan tempat (map) khusus dan
terpisah untuk pencatatan TTU yang
sudah terregistrasi dan sudah dikunjungi.
3. Membuat perencanaan terkait Inspeksi
Sanitasi TTU yang disesuaikan dengan
target setiap bulannya.
Seperti data umum sarana TTU (alamat,
penanggugjawab, tanggal registrasi), data
inspeksi sanitasi sarana TTU yang
harusnya dilakukan pengawasan secara
berkala.
c. Pelaksanaan program pengawasan
tempat-tempat umum (TTU) belum
optimal.
3. Berdasarkan penetapan prioritas utama
dengan metode matriks adalah belum
tersedia data-data tertulis penunjang
program pengawasan TTU.
4. Penyebab terjadinya masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Belum ada form khusus untuk setiap
IS TTU.
b. Peraturan / regulasi yang sudah
berubah.
c. Belum adanya pengarsipan TTU yang
sudah terdata dan sudah dikunjungi.
4. Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang Sanitasi TTU mulai
dari jenis-jenis sarana dan bagaimana
TTU yang memenuhi syarat kesehatan
lingkungan.
5. Melakukan pendataan kembali TTU yang
berada pada wilayah kerja UPT
Puskesmas Sindangjaya dengan
melibatkan kader atau pengurus RW dan
RT.
6. Menambah media promosi kesehatan
terkait jenis sarana TTU yang
disebarluaskan di tempat yang mudah
dilihat oleh masyarakat misal Posyandu,
Puskesmas dan tempat lainnya.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Fahmi U, 2010, Manajemen
Penyakit Berbasis Lingkungan,
Penerbit Universitas Indonesia
Press.
Chandra, budiman. 2007. Pengantar kesehatan
lingkungan. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No
1428/Menkes/SK/XII/2006
Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Puskesmas.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No
288/Menkes/SK/III/2003 tentang
Pedoman penyehatan sarana dan
bangunan umum masjid.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No
1429/Menkes/SK/XII/2006
Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
519/Menkes/SK/VI/2008 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar
Sehat
Mukono H.J., 2006, Prinsip Dasar Kesehatan
Lingkungan, Airlangga
Universitas Press, Surabaya
Mundiatun dan Daryanto. 2014. Pengelolaan
Kesehatan
Lingkungan.Yogyakarta: Penerbit
Gava Media.
Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Lingkungan.
Permenkes No 13 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan
Kesling di Puskesmas.
Permenkes No 80 Tahun 1990 tentang
Persyaratan Kesling Hotel.
Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
di Puskesmas.
Santoso, Imam. 2015. Inspeksi Sanitasi
Tempat-Tempat Umum.
Banjarbaaru:Gosyen Publishing.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018