ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH...

91
ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT BERSAMA KITA BERKAH (BKB) DAN BMT AT-TAQWA PINANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) OLEH : SYIFA AWALIYAH 11140460000063 PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Transcript of ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH...

Page 1: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMTBERSAMA KITA BERKAH (BKB) DAN BMT AT-TAQWA PINANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

OLEH :

SYIFA AWALIYAH

11140460000063

PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 3: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 4: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 5: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

iv  

ABSTRAK

Syifa Awaliyah. NIM 11140460000063. ANALISIS PELAKSANAAN

AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT BERSAMA KITA BERKAH

(BKB) DAN BMT AT-TAQWA PINANG. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1439 H / 2018 M. 8 x 73 halaman 24 halaman lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pengelolaan pembiayaan

murabahah pada BMT Bersama Kita Berkah (BKB) dan BMT At-Taqwa Pinang

sudah sesuai dengan prinsip syariah yaitu dari perspektif Fatwa DSN-MUI. Analisis

kesesuaian syariah pada pembiaaayan murabahah bertujuan untuk memperjelas

bagaimana cara yang benar untuk memperoleh barang yang akan diperjualbelikan

antara penjual dan pembeli.

Jika hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang, maka

harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum dilakukan akad murabahah. Dalam

Fatwa DSN-MUI No. 4 Tahun 2000 tentang Murabahah juga dijelaskan bahwa jika

bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga,

akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik

bank. Jadi pada intinya BMT harus sudah memiliki terlebih dahulu barang yang

dipesan oleh nasabah. Kemudian dalam penelitian ini juga akan membahas tentang

bagaimana beralihnya kepemilikan berdasarkan hukum Islam dan hukum perdata.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan

memecahkan suatu kasus kesesuaian syariah terhadap pembiayaan murabahah pada

BMT Bersama Kita Berkah (BKB) dan BMT At-Taqwa Pinang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk melihat bahwa

pembiayaan murabahah itu sudah sesuai syariah atau belum bisa dilihat dari

skemanya atau alurnya dalam melaksanakan akad. Jika salah satu syarat atau rukun

akad tidak terpenuhi maka dianggap merupakan jual beli yang tidak sah. Pada

dasarnya masih banyak BMT atau lembaga keuangan mikro syariah yang belum

sesuai dengan aturan syariah.

Kata Kunci : BMT, Akad, Jual Beli, Kesesuaian Syariah, Peralihan Kepemilikan

Pembimbing : Dr. Hasanudin, M.Ag

Daftar Pustaka : 1974 s.d 2017

Page 6: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

v  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu

nikmat yang tak terhingga kepada kami semua. Shalawat serta salam kami hanturkan

kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan rahmat dan syafa’atnya kami dapat

menimba ilmu dengan seluas-luasnya.

Dengan izin Allah serta rahmat, nikmat, dan hidayahnya Alhamdulillah saya dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Analisis

Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Pada BMT Bersama Kita Berkah (BKB)

dan BMT At-Taqwa Pinang”.

Dalam menyusun skripsi ini banyak rintangan yang saya hadapi, tetapi itu semua

terbayar dengan adanya bantuan, dukungan, dan doa dari para pihak. Untuk itu

perkenankanlah saya untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak

yang telah membantu saya dalam proses menyusun skripsi ini :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang sudah memberikan kesempatan kepada peneliti

untuk mengikuti studi di Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Dr. Asep Saepudin Jahar, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

3. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Hasanudin, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligu

Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan waktunya

yang sangat berharga demi kelancaran penelitian ini. Jasa bapak sangatlah

berarti bagi hiodup saya.

6. Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Penguji I dan Mustolih, S.H.I, M.H., C.L.A.

selaku penguji II. Terima kasih telah memberikan arahan dan masukan dalam

penulisan skripsi ini. Karena masukan dan arahan penguji sangat bermanfaat

untuk penelitian saya agar lebih baik dan bermanfaat.

7. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak menyalurkan ilmu pengetahuan secara teori ataupun praktik

Page 7: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

vi  

selama saya belajar di Fakultas Syariah dan Hukum. Semoga menjadi amal

jariyah kelak di surga Allah SWT.

8. Terima kasih untuk seluruh pelayanan FSH, baik staf akademik, perpustakaan,

dan lain- lain, yang telah banyak berkecimpung dalam proses penyelesaian

tugas akhir skripsi ini.

9. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

10. Keluarga, saudara, dan teman-teman semua yang tidak dapat disebutkan satu

per satu, yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada peneliti

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak terlibat saya ucapkan banyak terima kasih

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik.

Jakarta, 03 Juli 2018

Syifa Awaliyah

Page 8: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

vii  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN COVER

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..............................................................................iii

ABSTRAK ............................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................................... 1 B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................. 9 D. Metode Penelitian ..................................................................................................... 10 E. Metode Penulisan Skripsi ......................................................................................... 11 F. Kerangka teori dan konseptual ................................................................................ 12 G. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. BMT ......................................................................................................................... 23 B. Kesesuaian Syariah ................................................................................................... 25 C. Akad ........................................................................................................................ 27 D. Jual Beli .................................................................................................................... 29 E. Murabahah ................................................................................................................ 31 F. Wakalah .................................................................................................................... 36 G. Peralihan Kepemilikan .............................................................................................. 38 H. Riview (Tinjauan Ulang) .......................................................................................... 42

Page 9: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

viii  

BAB III GAMBARAN UMUM BMT

A. Sejarah Berdirinya .................................................................................................... 48 B. Visi dan Misi ............................................................................................................. 49 C. Stuktur Organisasi...................................................................................................... 50 D. Produk-produk Lembaga .......................................................................................... 52

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis pada BMT Bersama Kita Berkah (BKB) .................................................... 58 B. Analisis pada BMT At-Taqwa Pinang ...................................................................... 63 C. Peralihan Kepemilikan Berdasarkan Hukum Islam .................................................. 69 D. Peralihan Kepemilikan Berdasarkan Hukum Perdata ............................................... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 72 B. Saran ......................................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami

perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992

tentang perbankan syariah, yang menjadi tonggak awal beroperasinya

bank syariah di Indonesia. Setelah pemerintah mengeluarkan UU No. 7

Tahun 1992 tentang perbankan syariah, UU ini diamandemen dengan UU

No. 10 Tahun 1998. Pada tahun 2008, UU No. 21 Tahun 2008 tentang

perbankan syariah diberlakukan. UU No. 21 ini adalah UU khusus yang

mengatur perbankan syariah. Perkembangan dari perbankan syariah juga

menyentuh pada sektor perkoperasian yang memunculkan Baitul Maal Wa

Tamwil (BMT).

BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau

biasa dikenal oleh masyarakat yaitu Balai Usaha Mandiri Terpadu yang

beroperasi berdasarkan prinsip – prisnip syariah. Istilah BMT menurut

Heri Sudarsono (2004) dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan

Syariah mendefinisikan BMT ke dalam 2 fungsi utama1 :

a. Bait al maal sebagai lembaga yang mengarah pada usaha- usaha

pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti halnya

zakat, infaq, dan shodaqah.

b. Bait at-tamwil sebagai lembaga yang mengarah pada usaha

pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT

sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan

berlandaskan syariah.

1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

( Yogyakarta : Ekonisia, 2004, cet.kedua) h. 96.

Page 11: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

2

Oleh karena itu, BMT secara nama telah melekat dua ciri yaitu

sosial dan bisnis. Sesuai dengan namanya Baitul Maal memiliki kesetaraan

dengan Baitul Tamwilartinya bidang sosial dan bidang bisnis harus dapat

berjalan secara seimbang.

Peran Baitul Maal wa Tamwil (BMT) cukup besar dalam

membantu kalangan usaha kecil dan menengah. BMT ini berusaha

memberikan bantuan dana kepada pedagang maupun usaha mikro yang

masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit dari bank.

Meskipun dana yang dipinjamkan kecil tetapi cukup membantu karena

dalam pembayarannya bisa diangsur tanpa memberatkan nasabah. BMT

ini merupakan salah satu lembaga pembiayaan untuk usaha mikro melalui

pinjaman tanpa menggunakan riba atau bunga. BMT memiliki sistem jual

beli dan sewa-menyewa disamping sistem bagi hasil, sebagai contohnya

adalah produk murabahah, salam, istishna‟, dan sewa-menyewa (ijarah).

Kelebihan BMT dibanding perbankan syariah adalah

keluwesannya dan kecepatannya dalam melayani masyarakat. Persyaratan

dan prosedur dibuat sesederhana mungkin dengan tetap memperhatikan

resiko dan keamanan.

Akad murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar

harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para

pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan

kepada pembeli.2

Murabahah merupakan salah satu produk penyaluran dana yang

cukup digemari nasabah BMT karena karakteristiknya yang profitable,

mudah dalam penerapan, serta dengan risk factor yang ringan untuk

diperhitungkan dalam penerapan, kemudian BMT juga bertindak sebagai

pembeli sekaligus penjual barang halal tertentu yang dibutuhkan nasabah.

2S Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keauangan Syariah, (Yogyakarta :

Graha Ilmu , 2010), h. 200.

Page 12: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

3

Beberapa ketentuan harus dipenuhi dalam melaksanakan akad

murabahah agar transaksi akad tersebut terhindar dari riba dan sesuai

dengan syariah. Salah satunya adalah syarat barang yang diakadkan dalam

hal ini adalah barang yang diperjualbelikan.

BMT yang berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah

(KJKS) merupakan lembaga intermediasi yang tidak mempunyai

persediaan barang dagang yang diperjualbelikan. BMT hanya mengelola

dana pihak ketiga untuk disalurkan melalui akad yang sesuai dengan

kebutuhan pembiayaan kepada anggota. BMT harus mencari supplier yang

sesuai untuk anggota yang mengajukan pembiayaan murabahah. Akad

pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh lembaga keuangan syariah

di Indonesia lebih dikenal dengan murabahah Kepada Pemesan Pembelian

(KPP) karena pihak penjual (Lembaga Keuangan Syariah) tidak memiliki

barang yang diminta oleh nasabah,lembaga keuangan hanya mengadakan

barang untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang memesannya.3

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 04/DSN-

MUI/IV/2000 tentang murabahah disebutkan bahwa jika bank hendak

mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad

jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,

menjadi milik bank.4Jadi intinya, BMT harus membeli terlebih dahulu aset

yang dipesan oleh nasabah secara sah dan kemudian menawarkan aset

tersebut kepada nasabah. Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad

dalam akad murabahah, barang yang diperjualbelikan harus sudah

menjadi milik bank (BMT) dan barang tersebut tidak diharamkan oleh

3Endro Wibowo, “Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BMT Amanah

Ummah”. Al-Tijarah. VOL. 1 No. 2, Sekolah Tinggi Agama Islam Ali bin Ali Thalib,

Desember 2015, 116.

4Fatwa DSN-MUI No. 04 Tahun 2000 tentang Murabahah.

Page 13: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

4

syariah Islam. Tidak sah menjual barang-barang yang baru akan menjadi

miliknya.5

Pembiayaan di BMT juga banyak mengalami masalah walaupun

telah dilakukan berbagai analisis secara seksama. Banyak faktor

diantaranya masyarakat awam yang masih belum faham tentang

pembiayaan murabahah, karena masih banyak masyarakat yang

beranggapan bahwa pembiayaan murabahah itu sama saja dengan

pembiayaan konvensional. Padahal kenyataannya menurut fatwa DSN-

MUI tidak seperti itu, BMT berkedudukan sebagai penjual sedangkan

anggota BMT berkedudukan sebagai pembeli.

Dengan adanya berbagai tantangan, maka lembaga ini dituntut

untuk bekerja secara efektif dan efisien agar masyarakat mulai tertarik dan

beralih pada lembaga ini. Selain itu juga harus lebih transparan agar

masyarakat menyadari bahwa terdapat perbedaan besar antara pembiayaan

murabahah dengan pembiayaan konvensional.

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden (UKM Mitra)

berdasarkan LKMS dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada

sejumlah LKMS (BMT dan BPRS). Data-data yang berhasil dihimpun

adalah sejumlah 511 responden yang tersebar di tujuh wilayah, terbanyak

adalah Jakarta yang tersebar di tiga wilayah, yaitu Jakarta Selatan, Jakarta

Barat, Jakarta Timur. Untuk Jakarta Utara karena persoalan lokasi dan

kesulitan akses, maka tidak bisa diambil datanya. Selanjutnya adalah

wilayah Tangerang sebanyak 127 responden dan sisanya diambil di Depok

(Jawa Barat). Wonosobo (Jawa Tengah) diambil cukup banyak, yaitu pada

BMT Induk dan mitra binaannya sebanyak 52 responden, dan Yogyakarta

55 responden pada 3 BMT yang berbeda. Jumlah ini berbeda-beda karena

sesuai kesediannya mengisi kuesioner, banyak nasabah yang enggan

5Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007),

h. 73.

Page 14: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

5

mengisi karena kesibukannya di lokasi kerja(pasar).6 Pada intinya

responden paling banyak berdasarkan penelitian diatas adalah wilayah

Tangerang sebanyak 127 responden.

Untuk pemilihan produk umumnya nasabah memilih murabahah,

karena produk murabahah ini memiliki resiko yang sangat rendah,

perputaran cepat, dan juga mudah. Sedangkan pada pemilihan produk-

produk lain juga adanya yang diminati oleh masyarakat sesuai dengan

kebutuhannya masing-masing. Berikut data yang diperoleh adalah :7

No Produk LKMS Frekuensi Persen (%)

1. Wadi‟ah / titipan 118 23,1

2. Mudharabah 177 34,6

3. Musyarakah 52 10,2

4. Murabahah 234 45,8

5. Ijarah 11 2,2

6. Qard 32 6,3

7. Lain-lain 8 1,6

Alasan masyarakat bermitra di Lembaga Keuangan Mikro Syariah

adalah bahwa sebagian masyarakat menyatakan karena adanya kemudahan

dan kecepatan dalam proses pencairan, faktor kenyamanannya tinggi

hingga 53 %, pelayanannya baik dan juga ramah, biaya administrasi yang

rendah, dan lain-lain. Dapat disimpulkan juga dari hasil tinjauan ini

bahwasanya pada umunya motivasi atau kepentingan nasabah

6Dr.Euis Amalia,M.Ag, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, 2009), h. 152.

7Dr.Euis Amalia,M.Ag, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, 2009), h. 160.

Page 15: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

6

berhubungan dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah untuk

pembiayaan dari pada untuk menyimpan.8

Peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang pembiayaan

murabahah, dimana produk pembiayaan ini sangat diminati oleh banyak

masyarakat sekitar di Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT).

Selain itu, terdapat indikasi adanya ketidaksesuaian antara konsep

dan apa yang terjadi di lapangan mengenai pelaksanaan

murabahahbagaimana alur pembiayaan itu terjadi dan mengenai peralihan

kepemilikan objek pembiayaan yang harus senantiasa diteliti dan dibahas

agar senantiasa sesuai dengan sumber aslinya.

Didasari oleh latar belakang yang telah disebutkan, peneliti merasa

perlu dan tertarik untuk menganalisis tentang pelaksanaan akad

pembiayaan murabahah, dan bagaimana cara peralihan kepemilikan

barang dari segi hukum Islam dan hukum perdata.

Penelitian ini akan meneruskan dan melengkapi dari penelitian

sebelumnya yaitu penelitian tentang Analisis Pelaksanaan Akad

Pembiayaan Murabahah di BMT Palur Karanganyar oleh Muttaqin

Nurhuda dengan pembahasan yang berbeda. Beberapa perbedaan tersebut

terletak pada tahun, tempat dan objek penelitian. Pada penelitian

sebelumnya hanya membahas tentang pelaksanaan akad murabahah yang

diterapkan di BMT Palur Karanganyar serta kesesuaiannya dengan Fatwa

Dewan Syariah Nasional MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Murabahah. Sedangkan dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada

bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan murabahah pada BMT Bersama

Kita Berkah (BKB) dan BMT At Taqwa Pinang dan bagaimana cara

peralihan kepemilikan barang dari segi hukum Islam dan hukum perdata

dalam pembiayaan murabahah. Melihat dari latar belakang di atas maka

8Dr.Euis Amalia,M.Ag, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, 2009), h. 161.

Page 16: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

7

peneliti mengambil judul tentang “ Analisis Pelaksanaan Akad

Pembiayaan Murabahah pada BMT Bersama Kita Berkah (BKB) dan

BMT At-Taqwa Pinang”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang ada di BMT saat ini yang peneliti temui adalah

sebagai berikut yang pertama adalah nasabah pembiayaan dalam

pelaksanan pembayaran angsuran pembiayaan sangat variatif, ada yang

tepat waktu ada yang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan bahkan

ada juga yang tidak tepat waktu . Sehubung dengan adanya anggota yang

bermasalah tersebut maka akan mempengaruhi pada waktu dan biaya yang

dikeluarkan oleh pihak BMT. Dan yang kedua adalah masalah tentang

penentuan marjin pada akad pembiayaan murabahah. Karena dalam

menentukan margin harus dilakukan dengan adil agar tidak merugikan

salah satu pihak. Masalah-masalah di atas merupakan beberapa saja yang

ada di BMT. Pada penelitian ini peneliti hanya terfokus pada masalah

tentang Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Pada BMT

BKB dan BMT At-Taqwa Pinang.

Masalah tentang objek dari pembiayaan murabahah dimana di dalam

Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah adalah jika

Bank / BMT hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang

kepada pihak ketiga , akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah

barang, secara prinsip menjadi milik Bank/BMT. Dengan ketidakjelasan

status objek dalam pembiayaan murabahah di BMT dapat menimbulkan

berbagai masalah yang berkaitan dengan peraturan tentang murabahah.

Kemudian dalam pembelian barang, dilakukan dengan cara BMT sendiri

yang membeli atau dengan cara mewakilkan kepada nasabah BMT.

Apabila dalam perolehan barang dengan cara mewakilkan kepada nasabah

maka harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum adanya akad

Page 17: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

8

murabahah. Pada masalah peralihan kepemilikan barang murabahahdari

segi hukum Islam dan hukum perdata juga perlu dibahas dalam penelitian

ini.

Masalah yang dapat diidentifikasikan peneliti adalah sebagai berikut :

a. Terdapat ketidakjelasan mengenai penetapan akad dalam

pembiayaan murabahah.

b. Status peralihan kepemilikan barang murabahah dari segi hukum

Islam dan perdata.

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam penelitian ini, peneliti membatasi

masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya akan lebih jelas

dan terarah sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Di dalam

penelitian ini, peneliti akan membatasi penelitiannya pada produk

pembiayaan murabahah di BMT Bersama Kita Berkah (BKB)dan

BMT At-Taqwa Pinang sebagai objek penelitian. Adapun masalah

yang akan diteliti adalah tentang penetapan akad pada pembiayaan

murabahah, dan peralihan kepemilikan barangdari segi hukum Islam

dan hukum perdata dalam pembiayaan murabahah.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang

ditulis diatas, maka peneliti merumuskan masalahnya yaitu kesesuaian

syariah pada ketetapan akad dalampembiayaan murabahahdan

peralihan kepemilikan barang dari segi hukum Islam dan hukum

perdata dalam pembiayaan murabahah di BMT Bersama Kita Berkah

(BKB) dan BMT At-Taqwa Pinang.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis

menguraikannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

Page 18: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

9

a. Apakah pengelolaan pembiayaan murabahah pada BMT Bersama

Kita Berkah (BKB) dan BMT At-Taqwa Pinang sudah sesuai dengan

prinsip syariah?

b. Bagaimana cara beralihannya kepemilikan menurut hukum Islamdan

hukum perdata pada objek pembiayaan murabahah ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kesesuaian hukum syariah terhadap

pengelolaan pembiayaan murabahah pada BMT Bersama

Kita Berkah (BKB) dan BMT At-Taqwa Pinang.

b. Untuk mengetahui bagaimana beralihnya suatu kepemilikan

barang murabahah dari segi hukum Islam dan hukum

perdata.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Bagi penulis

Sebagai suatu bahan informasi ilmiah yang digunakan untuk

menambah wawasan pengetahuan penulis khususnya dan juga

pembaca umumnya seputar pembiayaan murabahah.

b. Bagi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

penambah literatur serta referensi yang dapat dijadikan sebagai bahan

informasi bagi mahasiswa lain yang mengambil permasalahan yang

serupa.

c. Bagi pihak lain

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menambah

hasanah keilmuan dan referensi yang dapat dijadikan sumber

informasi yang berkaitan dengan kinerja BMT.

Page 19: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

10

D. Metode Penelitian

Peran metode penelitian dalam suatu penelitian sangat penting

untuk memperoleh pengetahuan baru dimana kulaitas pengetahuan baru

tersebut bergantung dari metode penelitian yang digunakan. Hanya dengan

menggunakan metode-metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah kita dapat memperoleh suatu pengetahuan yang baru yang memiliki

nilai ilmiah yang tinggi.

Metode penelitian ini akan diuraikan dalam beberapa tahapan yaitu :

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan yaitu deskriptif

kualitatif, yaitu dengan memecahkan suatu kasus kesesuaian syariah

terhadap pembiayaan murabahah di BMT Bersama Kita Berkah (BKB)

dan BMT At-Taqwa Pinang.

2. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yuridis

empiris, dimana kajian yang dilakukan menyelaraskan antara peraturan-

peraturan terkait murabahah.

3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yang terdiri dari data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer diambil langsung dari beberapa peraturang yaitu Fatwa

DSN MUI Nomor 4 Tahun 2000 tentang murabahah, Fatwa DSN-MUI

No. 10 Tahun 2000 tentang Wakalah, KUHPerdata, Peraturan Bank

Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran

Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah.

b. Data sekunder diambil dari wawancara, membaca buku dan literature

lainnya yang terdiri atas :

a) Mewawancarai karyawan/pengelola BMT.

Page 20: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

11

b) Hasil riset berupa tesis dan jurnal tentang pembiayaan murabahah

dan ketentuan akad-akad pada BMT.

c) Buku teks tentang murabahah dan hak milik.

d) Berita-berita seputar BMT (brosur) dan murabahah.

4. Responden

Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah karyawan BMT

Bersama Kita Berkah (BKB) dan BMT At-Taqwa Pinang.

5. Teknik Pengumpulan Data

a) Teknik Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap

karyawan/pengelola BMT untuk mendapatkan informasi.

b) Teknik Kepustakaan, yaitu dengan mencari data dengan berbagai

sumber seperti buku- buku, jurnal- jurnal penelitian, dan melihat

peraturan- peraturan mengenai BMT/murabahah.

6. Teknik Pengolahan Data

Untuk memudahkan dalam pemaparan data yang telah didapatkan,

peneliti mengolah data hasil wawancara kepada karyawan/pengelola BMT

berupa audio visual menjadi data teks yang sesuai dengan kebutuhan

peneliti.

7. Subjek – Objek

a. Subjek penelitian ini adalah karyawan/pengelola BMT Bersama Kita

Berkah (BKB) dan BMT At-Taqwa Pinang.

b. Objek penelitian ini adalah BMT Bersama Kita Berkah (BKB) dan

BMT At-Taqwa Pinang.

E.Metode Penulisan Skripsi

Dalam menyusun penelitian ini, peneliti mengacu kepada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

Page 21: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

12

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, maka akan menggunakan kajian teori,

diantaranya adalah :

a) Teori Hukum dan Keadilan.

Keadilan harus terwujud di semua lini kehidupan, dan setiap produk

manusia haruslah mengandung nilai-nilai keadilan, karena sejatinya perilaku dan

produk yang tidak adil akan melahirkan ketidakseimbangan, ketidakserasian yang

berakibat kerusakan, baik pada diri manusia sendiri maupun alam semesta.

Hukum dan keadilan sebenarnya adalah dua elemen yang saling bertaut yang

merupakan “conditio sine qua non” bagi yang lainnya.9

Rasa keadilan terkadang hidup di luar undang-undang, yang jelas undang-

undang akan sulit untuk membaginya. Begitu pula sebaliknya undang-undang itu

sendiri dirasakan tidak adil. Ketika rasa keadilan itu benar-benar eksis dan

dirasakan oleh mayoritas kolektif, maka kepastian hukum akan bergerak menuju

rasa keadilan itu sendiri. Kepastian hukum adalah rasa keadilan itu sendiri sebab

keadilan dan hukum bukanlah dua elemen yang terpisah.10

Menurut Murtadha Muthahhari mengemukakan bahwa konsep adil dikenal

dalam empat hal, pertama, adil bermakna keseimbangan dalam arti suatu

masyarakat yang ingin tetap seimbang bertahan dan mapan, maka masyarakat

tersebut harus berada dalam keadaan seimbangan, di mana segala sesuatu yang

ada di dalamnya harus eksis dengan kadar semestinya dan bukan dengan kadar

yang sama. Kedua, adil adalah persamaan penafian terhadap perbedaan apa pun.

Keadilan yang dimaksud adalah memelihara persamaan ketika hak miliknya sama,

sebab keadilan mewajibkan persamaan itu, dan mengharuskannya. Ketiga, adil

9Sukarno abauraera, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik,

(Jakarta : Prenada Media, 2014, cet.kedua), h. 177. 10

Sukarno abauraera, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik,

(Jakarta : Prenada Media, 2014, cet.kedua), h. 179.

Page 22: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

13

adalah memelihara hak-hak individu dan memberikan hak kepada setiap orang

yang berhak menerimanya. Keadilan seperti ini adalah keadilan sosial yang harus

dihormati di dalam hukum manusia dan setiaap individu diperintahkan untuk

menegakkannya. Keempat, adil adalah memelihara hak atas berlanjutnya

eksistensi.11

Konsepsi keadilan Islam menurut Qadri mempunyai arti ia merasuk ke

sanubari yang paling dalam dari manusia, karena setiap orang harus berbuat atas

nama Tuhan sebagai tempat bermuaranya segala hal termasuk motivasi dan

tindakan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan

teori hukum dan keadilan berkaitan dengan penelitian ini, karena penerapan

prinsip keadilan dalam pembiayaan murabahah sangat diperlukan. Islam telah

mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung kezhaliman dalam

mewajibkan terpenuhnya keadilan yang teraplikasi dalam setiap hubungan dagang

dan kontrak-kontrak bisnis karena sistem ekonomi islam tidak menganiaya

masyarakat terutama masyarakat lemah.

Transaksi yang berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis.

Dalam bisnis, hasil dalam setiap perusahaan selalu tidak pasti. Bahkan meskipun

lembaga keuangan untung, bisa jadi harga barang yang diinginkan nasabah

dilebihi dari harga barang sesungguhnya, karena BMT mengajukan harga barang

yang akan di pesan oleh nasabah kepada BMT. Dan disini bisa disimpulkan

adanya unsur paksaan. Dimana mau tidak mau nasabah harus menerima

keputusan dari BMT yaitu jumlah harga barang ditambah margin keuntungan

yang ditetapkan oleh BMT yang harus dibayar oleh nasabah. Dalam menentukan

marjin atau bagi hasil harus menggunakan prinsip keadilan agar tidak merugikan

salah satu pihak.

11

Sukarno abauraera, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik,

(Jakarta : Prenada Media, 2014, cet.kedua), h. 192.

Page 23: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

14

b) Teori Efektivitas Hukum

Peraturan perundang-undangan, baik yang tingkatnya lebih rendah

maupun yang lebih tinggi bertujuan agar masyarakat maupun aparatur penegak

hukum dapat melaksanakannya secara konsisten dan tanpa membedakan antara

masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Semua orang dipandang sama

di hadapan hukum ( equality before the law). Namun, dalam realitasnya peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan sering dilanggar, sehingga aturan itu tidak

berlaku efektif. Tidak efektifnya undang-undang bisa disebabkan karena undang-

undangnya kabur atau tidak jelas, aparatnya yang tidak konsisten dan atau

masyarakatnya tidak mendukung pelaksanaan dari undang-undang tersebut. Teori

yang mengkaji dan menganalisis tentang hal tersebut yaitu teori efektivitas

hukum.12

Menurut Hans Kelsen efektivitas hukum yaitu “ Apakah orang-orang pada

kenyataannya berbuat menurut suatu cara untuk menghindari sanksi yang

diancamkan oleh norma hukum atau bukan, dan apakah sanksi tersebut benar-

benar dilaksanakan bila syaratnya terpenuhi atau tidak terpenuhi”.

Menurut Anthony Allot efektivitas hukum yaitu “ Hukum akan menjadi

efektif jika tujuan keberadaan dan penerapannya dapat mencegah perbuatan-

perbuatan yang tidak diinginkan dapat menghilangkan kekacauan. Hukum yang

efektif secara umum dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika

suatu kegagalan, maka kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika

terjadi keharusan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum dalam suasana

baru yang berbeda, hukum akan sanggup menyelesaikannya”.13

Dari kedua pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori efektivitas

hukum yaitu “ Teori yang mengkaji dan menganalisis tentang keberhasilan,

12

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014, cet.ketiga), h. 301. 13

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014, cet.ketiga), h. 302.

Page 24: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

15

kegagalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan dan

penerapan hukum”.

Terdapat pandangan lain tentang efektivitas hukum dikemukakan oleh

Clearence J. Dias, Howard dan Mummers. Clearence J. Dias mengemukakan lima

syarat bagi efektif tidaknya suatu sistem hukum. Kelima syarat itu adalah :

1. Mudah tidaknya makna atau isi aturan-aturan hukum itu ditangkap.

2. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan-

aturan yang bersangkutan.

3. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum yang dicapai.

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya harus mudah

dihubungi dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat, akan tetapi juga

harus cukup efektif menyelesaikan sengketa.

5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga

masyarakat, bahwa aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu memang

sesungguhnya berdaya mampu efektif.14

Dari beberapa pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori

efektivitas hukum berkaitan dengan penelitian ini. Karena dalam penelitian ini ada

beberapa hal yang dikaitkan dengan efektivitas suatu hukum, yaitu tentang sejauh

mana efektivitas hukum yang diterapkan di dalam Fatwa DSN No. 4 Tahun 2004

tentang Murabahah dalam pembiayaan murabahah di BMT BKB dan BMT At-

Tawa Pinang.

c) Teori kebenaran

Menyoal dan membahas pengertian kebenaran, akan mengantarkan pada

kajian kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak dan relatif sifatnya. Untuk

mengatakan sesuatu itu benar, tergantung dari sudut mana orang melihatnya.15

14

Sukarno abauraera, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik,

(Jakarta : Prenada Media, 2014, cet.kedua), h. 239.

Page 25: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

16

Menurut Abbas Hamami Mintaredja, kata “kebenaran” dapat digunakan

sebagai suatu kata benda yang konkret maupun yang abstrak. Jika subjek hendak

menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar. Proposisi maksudnya makna

yang dikandung dalam pernyataan atau statement. Jika subjek menyatakan

kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau

karakteristik, hubungan dan nilai. Hal yang demikian karena kebenaran tidak

dapat begitu saja dari kualitas, sifat hubungan dan nilai itu sendiri.16

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori kebenaran

berkaitan dengan penelitian ini. Dari penelitian ini hal yang akan dibahas yaitu

mengenai kebenaran tentang kesesuaian pada pelaksanaan akad murabahah,

apakah diawali dengan akad wakalah terlebih dahulu atau tidak, jadi prinsipnya

apakah sama saja dengan pinjam meminjam, sedangkan dalam pinjam meminjam

tidak boleh mengambil keuntungan, dan juga melihat perpindahan kepemilikan

barang apakah sudah benar-benar beralih atau belum. Dan ini perlu diadakan

observasi untuk melihat kebenarannya secara langsung , bukan hanya melihat dari

ketentuan peraturannya.

d) Teori Eksistensi Hukum Islam Dalam Tata Hukum di Indonesia.17

Islam telah diterima oleh bangsa Indonesia jauh sebelum penjajah datang

ke Indonesia. Penjajah Belanda menyaksikan kenyataan bahwa Hindia Belanda

sudah ada hukum yang berlaku yaitu, Islam, Hindu, Budha, dan Nasrani, di

samping hukum adat bangsa Indonesia.

Sehubungan dengan berlakunya hukum adat bagi bangsa Indonesia dan

hukum agama bagi masing-masing pemeluknya, munculah beberapa teori, yaitu

dua teori pertama muncul sebelum merdeka dan tiga teori lainnya setelah

Indonesia merdeka.

15

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014, cet.ketiga), h. 308. 16

Sukarno abauraera, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik,

(Jakarta : Prenada Media, 2014, cet.kedua), h. 239-240. 17

Mustofa, Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, ( Jakarta : Sinar Grafika,

2009), h. 143.

Page 26: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

17

1) Teori Receptio in Complexu.

Menurut teori ini bagi setiap penduduk berlaku hukum agamanya masing-

masing. Bagi orang Islam berlaku hukum Islam, demikian juga bagi pemeluk

agama lainnya.

Materi teori receptio in complexu ini, dimuat dalam Pasal 75 RR tahun

1855 yang berbunyi :

“Oleh hakim Indonesia itu hendaklah diberlakukan undang-undang

agama (godsdienstige wetten) dan kebiasaan penduduk Indonesia itu.”

2) Teori Receptie

Munculnya teori ini menentang teori Reception in Complexu. Menurut

teori Resepsi, hukum Islam tidak otomatis berlaku bagi orang Islam. Hukum

Islam berlaku bagi Islam, kalau ia sudah diterima ( diresepsi) oleh dan telah

menjadi hukum adat mereka. Jadi yang berlaku bagi mereka bukan hukum Islam,

melainkan hukum adat.

Pemikiran Snouck Hurgronje tentang teori Resepsi ini, dengan

pendapatnya tentang pemisahan antara agama dan politik. Pandangannya itu

sesuai pula dengan sarannya kepada pemerintah Hindia Belanda tentang politik

Islam Hindia Belanda. Dia menyarankan agar pemerintah Hindia Belanda bersifat

netral terhadap ibadah agama dan bertindak tegas terhadap setiap kemungkinan

perlawanan orang Islam fanatik. Islam dipandangnya sebagai ancaman yang harus

dikekang dai ditempatkan di bawah pengawasan yang ketat.

Penerapan teori Resepsi antara lain pada tahun 1937 dengan Staatablad

1937 No. 116, wewenang menyelesaikan hukum waris dicabut dari Pengadilan

Agama dan dialihkan menjadi wewenang Pengadilan Negeri. Alasan pencabutan

wewenang Pengadilan Agama tersebut dengan alasan bahwa hukum waris Islam

belum sepenuhnya diterima oleh hukum adat (belum diresepsi).

Page 27: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

18

3) Teori Receptie Exit

Semangat pemimpin Islam menentang pemikiran Snouck Hurgronje,

dengan menyadarkan pemberlakuan hukum Islam pada hukum adat terus bergulir.

Upaya itu tampak umpamanya dengan lahirnya Piagam Jakarta pada tanggal 22

Juni 1945.

Piagam Jakarta merupakan Rancangan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia. Ia disusun atas kesepakatan serta disahkan oleh

9 orang tokoh bangsa Indonesia, 8 orang diantaranya beragama Islam. Lahirnya

Piagam Jakarta merupakan bagian dari keberhasilan usaha tokoh-tokoh

kebangsaan yang selalu memperjuangkan berlakunya hukumIslam bagi orang

Islam.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan Undang-Undaang

Dasar 1945. Bagian pembukaan UUD tersebut merupakan Piagam Jakarta setelah

dikurangi 7 kata, hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan keutuhan seluruh

wilayah Indonesia.

Menurut Hazairin, teori Resepsi yang menyatakan bahwa hukum Islam

baru beraku bagi orang Islam kalu sudah diterima dan menjadi bagian dari teori

Iblis (setan) dan telah “modar”, artinya telah hapus atau harus dinyatakan hapus

(keluar) dengan berlakunya UUD 1945. Pemahaman inilah yang dimaksud dengan

Teori Receptie Exit (Resepsi Exit).

Menurut teori ini, peberlakukan hukum Islam tidak harus didasarkan atau

ada ketergantungan kepada hukum adat.pemahaman demikian dipertegas lagi,

anatara lain dengan berlakunya UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, yang

memberlakukan hukum Islam bagi orang Islamm Pasal 2 ayat 1, UU No. 7 tahun

1989 tentang Peradilan Agama, Intruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI).

Page 28: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

19

4) Teori Receptio A Contrairo

Dalam perkembangan selanjutnya, menurut Syuti Thalib ternyata dalam

masyakat telah berkembang yang lebih jauh dari pendapat Hazairin di atas. Di

beberapa daerah yang dianggap sangat kuat adatnya terlihat ada kecenderungan

teori Resepsi dari Snouck Hurgronje itu dibalik.

Contohnya di Aceh, masyarakatnya menghendaki agar soal-soal

perkawinan dan soal warisan diatur menurut hukum Islam. Inilah yang dimaksud

teori Receptio A Contrario, hukum adat berlaku kalau tidak bertentangan dengan

hukum Islam.

5) Teori Eksistensi

Teori eksistensi ini adalah teori yang menerangkan tentang adanya hukum

Islam dalam Hukum Nasional Indonesia. Menurut teori ini bentuk eksistensi

hukum Islam dalam hukum Nasional itu adalah : (1) Ada, dalam arti hukum Islam

berada adalam hukum nasional sebagai bagian yang integral darinya; (2) Ada,

dalam arti adanya kemandirian yang diakui berkekuatan hukum nasional dan

sebagai hukum nasioanl; (3) Ada, dalam hukum nasional dalam arti norma hukum

Islam (agama) berfungsi sebagai penyaring bahan-bahan hukum nasioal

Indonesia; (4) Ada, dalam hukum nasional dalam arti sebagai bahan utama dan

unsur utama hukum nasional Indonesia.18

Berdasarkan teori ini keberadaan hukum Islam dalam tata hukum nasional,

merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah adanya. Bahkan lebih dari

itu, hukum Islam merupakan bahan utama atau unsur utama hukum nasional.

Ajaran Islam diyakini sebagai sebuah instrumen yang mampu menyelesaikan

berbagai permasalahan kehidupan benar-benar diuji dan dipertahankan. Ajaran

Islam harus bisa didudukkan pada proporsisi yang sebenarnya, yakni menjadi

inspirasi perubahan dan bukan objek perubaan.

18

Mustofa, Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, ( Jakarta : Sinar Grafika,

2009), h. 150.

Page 29: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

20

Dalam pembangunan hukum nasional Indonesia, hukum agama (Hukum

Islam) menjadi dasar yang paling dominan, dimana hukum Islam sangat berperan

dalam membentuk perilaku manusia Indonesia. Oleh karenanya hukum Islam

menjadi unsur mutlak bagi pembangunan hukum nasional Indonesia.

Page 30: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

21

2. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran dari masalah yang ada serta pemecahannya

digambarkan sebagai berikut:

Analisis Pembiayaan Murabahah Di BMT

Fatwa DSN-

MUI

KUHPerdata

Analisis Perbandingan

Wawancara karyawan

BMT Bersama Kita Berkah

(BKB)

BMT At-Taqwa Pinang

Kesimpulan

Page 31: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

22

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Merupakan Bab pendahuluan yang menjelaskan Latar Belakang

Masalah, Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian,

Metode Penulisan Skripsi, Kerangka Teori dan Konseptual, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Merupakan Bab Tinjauan Pustaka, dimana ada dua jenis kajian

pustaka, yaitu terdiri dari kajian teoritis dan review ( tinjauan

ulang ) hasil studi terdahulu. Dalam kerangka teoritis yang

menjelaskan tentang pengertian, fungsi dan peranan

BMT,Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Kesesuaian Syariah,

Akad, Murabahah, Wakalah, Peralihan Kepemilikan.

BAB III: Merupakan Bab Gambaran Lembaga. Bab ini terdiri dari Sejarah

Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi dan Produk-

produk BMT.

BAB IV: Merupakan Bab Pembahasan yang mendokumenkan hasil

penelitian. Bab ini terdiri dari penelitian Pembiayaan

Murabahah di BMT BKB dan BMT At –Taqwa Pinang serta

Status Peralihan Kepemilikan barang berdasarkan hukum

Islam dan hukum perdata.

BAB V :Merupakan Bab Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

Page 32: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BMT

a. Pengertian BMT

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga

yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil.

Baitulmaal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang nonprofit, seperti : zakat, infaq, dan sedekah.

Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran

dana komersial.

Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan

ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam.

b. Fungsi BMT

1) Penghimpun dan penyalur dana.

2) Sumber pendapatan dan pemberi informasi.

3) Suatu lembaga yang dapat memberikan pembiayaan bagi usaha

kecil, mikro, menengah dan juga koperasi dengan tidak

meminta jaminan.

4) Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola

menjadi lebh profesional, salaam, dan amanah.

5) Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar

produk-produk anggota.

c. Peranan BMT

1) Menjauhkan masyarakatdari praktik ekonomi yang bersifat non

Islam.

2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.

3) Melepaskan ketergantungan pada rentenir.

4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang

merata.

Page 33: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

24

5) Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi Islam.

6) Penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum dhu‟afa

(miskin).19

d. Akad-akad BMT

1) Mudharabah, adalah bentuk kerja sama antara dua atau

lebih pihak dimana pemilik modal (shohibul amal)

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola

(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini

menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen

modal dan keahlian dari pengelola.

2) Murabahah, perjanjian jual beli antara bank dengan

nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan

nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang

bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan

margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah

dan nasabah.

3) Salam, akad jual beli barang pesanan antara pembeli dan

penjual dengan pembayaran dimuka dan pengiriman

barang oleh penjual dibelakang.

4) Istishna, adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan

persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung

antara dua belah pihak antara pemesanan atau penjual

seperti melalui perantara.

5) Ijarah, adalah akad pemindahan hak guna (manfaaat) atas

suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran

sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang tersebut.

19

Nurul Huda, Mohamad Haykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis

dan Praktis, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 363-365.

Page 34: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

25

6) Qardh, adalah akad pinjaman (penyaluran dana) kepada

nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib

mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah

disepakati antara nasabah dan LKS.

7) Ar-Rahn, adalah perjanjian penyerahan barang untuk

menjadi agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan.

B. KESESUAIAN SYARIAH

Maksud dari kesesuaian syariah itu adalah mengungkapkan

sesuatu yang terjadi apakah sesuai dengan apa yang ada di dalam

hukum Islam atau apakah sudah berjalan sesuai dengan prinsip

syariah. Dimana teori yang ada di dalam hukum Islam itu harus

sama atau sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Prinsip dalam ekonomi syariah( mu‟amalah) adalah sebagai

berikut:20

a. Pada dasarnya segala bentuk mu’amalah adalah boleh

(mubah) kecuali jika ditentukan lain oleh suatu dalil,

baik Al-Quran maupun Hadits.

Dapat disimpulkan bahwa hukum Islam sangat

memberi kesempatan yang luas bagi perkembangan

bentuk dan macam mu‟amalah baru sesuai dengan

berkembangannya zaman dan berkembangnya butuhan

hidup masyarakat.

b. Ekonomi syariah (mu‟amalah) dilakukan atas dasar

sukarela (taradhi) tanpa mengandung unssur paksaan

(ikrah).

Pada prinsip ini menyatakan bahwa segala bentuk

transaksi wajib dilakukan atas dasar kerelaan antara

20

Ma’ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarta : eLSAS, 2008), h.

293.

Page 35: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

26

para pihak. Dan kerelaan disini dianggap sebagai salah

satu unsur terwujudnya suatu transaksi.

Prinsip ini juga memberikan batasan-batasan agar

kebebasan kehendak pihak-pihak yang terlibat dalam

akad agar selalu harus diperhatikan. Selain saling rela

dalam aktifitas ekonomi syariah juga harus didasarkan

prinsip ketidak terpaksaan. Prinsip ini juga merupakan

prinsip dasar dalam fiqh mu’amalat dan merupakan

pula prinsip dasar dalam hukum perjanjian (akad).

c. Terciptanya pelayanan sosial.

Dengan adanya prinsip pelayanan sosial dapat

meringankan beban kaum yang lemah secara ekonomi.

Dalam ekonomi syariah diperbolehkan untuk

mengambil keuntungan dan kekayaan yang bertambah

tetapi juga harus memperhatikan kondisi sosial

disekitarnya.

Prinsip ini relevan untuk diterapkan di setiap

lembaga keuangan syariah, terutama perbankan syariah.

keberpihakan lembaga keuangan syariah yaitu kepada

Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai upaya dalam

mengimplementasikan prinsip hukum ekonomi syariah

ini. Sehingga kesejahteraan ekonomi dapat dirasakan

oleh semua masyarakat.

d. Terciptanya keadilan dan keseimbangan

Pelaksanaan dalam akad ini diperintahkan untuk

berperilaku benar dalam pengungkapan kehendak dan

keadaan, memenuhi perjanjian yang sudah dibuat

dianatara para pihak, dan juga memenuhi semua

kewajiban. Pada asa ini sangat berkaitan dengan asas

kesetaraan yaitu sama-sama lawan dari kezaliman.

e. Tidak ada tipu daya

Page 36: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

27

Salah satu prinsip ini dalam transaksi ekonomi

syariah yaitu bahwa tidak adanya unsur gharar dalam

setiap transaksinya. Yang dimaksud gharar disini

adalah menurut Imam al-Khithabi adalah setiap jual beli

yang tidak diketahui maksudnya dan juga yang tidak

bisa diukur.

f. Profitable

Setiap kegiatan ekonomi tentunya yang diharapkan

adalah keuntungannya. Setiap kegiatan ekonomi yang

dilakukan dengan sistem syariah harus diorientasikan

pada profit. Tidak ada turan syariah yang melarang

adanya mengambil keuntungan dalam kegiatan

ekonomi, bahkan syariah menganjurkan berniaga tetapi

dengan syarat harus beniaga yang menguntungkan.

g. Muamalah yang dilakukan atas dasar pertimbangan

mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat.

Segala bentuk yang muamah yang daoat merusak atau

mengganggu kehidupan masyarakat tidak dibenarkan,

misalnya seperti perjudian, prostitusi, penual obat

terlarang yang tidak sah, dan lain-lain.

C. AKAD

a. Pengertian akad

Akad berasal dari kata bahasa Arab yaitu, Al-„Aqdsecara

bahasa berarti al-rabthu, yaitu mengikat atau ikatan. Dikatakan

rabatha al-Syai‟ rabathan, berarti ia mengikat sesuatu dengan

kuat. Dalam al-Mu‟jam al-Wasith, kata al-„Aqdu adalah sinonim

dari kata al-„Ahdu bermakna perjanjian dan al-Ittifaq, yaitu

kesepakatan yang terjadi antara dua pihak belah pihak yang mana

keduanya diharuskan untuk melakukan kesepakatan, seperti akad

jual beli dan pernikahan. Dikatakan ikatan (al-rabth) maksudnya

adalah menghimpun dan mengumpulkan dua ujung tali dan

Page 37: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

28

mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya

bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.21

Akad merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad

adalah pertemuan ijab dan kabul yang menyatakan kehendak pihak

lain. Tindakan hukum satu pihak contohnya adalah wasiat, wakaf,

janji memberi hadiah, dan lain-lain. Sedangkan contoh tindakan

hukum dua pihak adalah perjanjian sewa menyewa, perjanjian jual-

beli atau perjanjian pranikah.22

b. Rukun Akad

Suatu aktifitas perekonomian dapat dinyatakan legal

menurut hukum Islam jika akad atau transaksi yang

dipergunakannya sah. Suatu akad atau transaksi dianggap sah

apabila telah memenuhi beberapa rukun atau unsur sebagai berikut:

1) Shighat, pernyataan ijab dan qabul.

Ijab qabul diperlukan untuk menjadi tolak ukur

kerelaan antara penjual dan pembeli karena sebagaimana

maklum perasaan saling rela ini adanya dalam hati,

sehingga susah untuk mengetahui dan mengukurnya.

Padahal sahnya akad jual-beli sangat tergantung dengan

adanya perasaan saling rela antara penjual dan pembeli .

2) „aqidan, dua pelaku akad.

Pelaku akad disyaratkan harus orang mukallaf (aqil

baligh) menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali. Sedangkan

mazhab Hanafi dan Maliki hanya mensyaratkan

tamyiz(minimal berusia tujuh tahun). Syarat lain yang harus

dipenuhi oleh pelaku akad adalah memiliki kewenangan

(hak) terhadap objek akad, baik kewenangan asli maupun

kewenangan sebagai wakil atau wali.

21

Abdurrauf, “Penerapan Teori Akad pada Perbankan Syariah”. Al-Iqtishad.

Vol. 4 No. 1, Januari 2012, 19. 22

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam

Fikih Muamalat,( Jakarta : PT Raja Grafindo, 2007), h. 68-69.

Page 38: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

29

3) Ma‟qud „alaih, obyek akad.

Sesuatu yang menjadi objek akad harus memenuhi

5 (lima) syarat, yaitu :

a) Harus suci ( kaunuhu thahiran).

b) Mempunyai manfaat(muntafi‟an bih).

c) Dapat diserahkan ketika akad (al-Qudrah

„ala taslim al-mabi‟).

d) Harus jelas dan diketahui oleh kedua belah

pihak (kaunu al-mabi‟ ma‟luman).

Ulama mazhab Hanafi menambahkan satu unsur lagi pada

rukun akad yaitu, maudhu‟ al-„aqd adalah sasaran atau tujuan

akad.23

c. Syarat Akad

Selain rukun, agar suatu akad dinyatakan sah masih diperlukan

sejumlah syarat. Beberapa syarat yang berkenaan dengan shighat,

„aqidan, dan ma‟qud „alaih, secara garis besar, telah dikemukakan.

Syarat penting lainnya adalah bahwa akad yang dilakukan bukan

merupakan akad yang dilarang oleh hukum dan bahwa akad

tersebut harus menimbulkan manfaat (kegunaan, mufid).

D. JUAL BELI

a. Pengertian jual beli

Jual beli menurut istilah fiqh berarti menjual, mengganti,

dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan

menurut istilah adalah menukar barang dengan barang atau

barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari

yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.24

b. Dasar hukum jual beli

23

Ma’ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarta : Elsas Jakarta,

2008), h. 285. 24

Shobirin, “ Jual Beli Dalam Pandangan Islam”. Jurnal Bisnis. Vol. 3 No. 2

Prodi Ekonomi Syariah STAIN Kudus, Desember 2015, 241.

Page 39: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

30

أنتكىنتجارة ل بانباطل بينك ياأيهاانذينآينىالتؤكهىاأيىانك

نكى عنتزاض ولتقتهىاأنفسكى ا زحي إنانههكانبك

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara

kamu”. ( Q.S.An-Nisa (4) :29).

نه باوأحل يانز هانبيعىحز

“ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba”. (Q.S. Al-baqarah (2) :275)

c. Syarat dan rukun jual beli

Rukun jual beli dalam Islam adalah sebagai berikut :

1) Pihak yang bertransaksi, yaitu terdiri dari penjual dan

pembeli.

2) Barang yang diperjualbelikan, barang dapat beruda benda

atau jasa. Tetapi yang biasanya digunakan dengan objek

jual beli adalah benda, sedangkan jasa lebih dikenal dengan

sewa menyewa.

3) Harga, merupakan kesepakatan nilai barang yang

dipertukarkan.

4) Ijab qabul (serah terima), dimana penjual menyerahkan

barang yang diperjualbelikan dan pembeli menyerahkan

uang kepada penjual.

Adapun syarat dari jual beli adalah sebagai berikut :

1) Berakal. Pihak yang bertransaksi haruslah baligh, memiliki

kemampuan mengatur uang, kompeten dalam melakukan

jual beli.

Page 40: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

31

2) Kehendak sendiri. Para pihak yang terlibat dalam transaksi

ini haruslah ridha dan sukarela, karena jika terdapat unsur

paksaan maka akan timbul transaksi yang bathil.

3) Mengetahui. Para pihak harus mengetahui barang dan harga

yang akan diperjualbelikan.

4) Suci barangnya. Benda yang diperjualbelikan bukanlah

benda najis atau benda yang haram.

5) Barang bermanfaat. Barang yang diperjualbelikan haruslah

memiliki unsur manfaat.

6) Barang sudah dimiliki. Dimana penjual berhak menjual

barang yang diperjualbelikan aslakan barang tersebut sudah

menjadi milik penjual.

7) Barang dapat diserahterimakan.

8) Ijab dan qabul dalam transaksi harus berhubungan. Tidak

adanya pemisah meskipun berbeda tempat.

9) Lafadz dan perbuatan jelas. Dalam pengucapan menjual dan

membeli oleh para pihak yang melakukan transaksi harus

jelas dan saling berkaitan.

E. MURABAHAH

a. Pengertian Murabahah

Secara bahasa, kata murabahah berasal dari kata (Arab)

rabaha, yurabihu, murabahatan, yang berarti untung atau

menguntungkan, seperti ungkapan “ tijaratun rabihah, wa baa‟u

asy-syai murabahatan” artinya perdagangan yang menguntungkan,

dan menjual sesuatu barang yang memberi keuntungan. Kata

murabahah juga berasal dari kata ribhun atau rubhun yang berarti

tumbuh, berkembang, dan bertambah.

Secara istilah menurutpara ahli hukum Islam (fuqaha),

pengertian murabahah adalah “ al-ba‟i bira‟sil maal waribhun

ma‟lum” artinya jual beli dengan harga pokok ditambah

keuntungan yang diketahui.

Page 41: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

32

Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah, yaitu menjual suatu

barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan

pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.25

Akad murabahah menurut Peraturan Bank Indonesia

tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank

Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah

dengan margin keuntungan yang disepakati.26

b. Rukun Murabahah

Rukun murabahah adalah sama dengan rukun jual beli pada

umumnya, yaitu adanya penjual ( al-bai‟), pembeli (al-musytari‟),

barang yang dibeli (al-mabi‟), harga (al-tsaman), dan shighat (ijab-

qabul).27

c. Dasar Hukum Murabahah

Di antara dasar hukum yang digunakan jumhur ulama

adalah Alquran dan Hadis Rasulullah saw. Ayat-ayat Alquran yang

dimaksud adalah sebagai tertuang dalam Alquran Surah QS. An-

Nisa (4) : 29, QS. Al-Baqarah (2) : 275.

Terjemahan ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut :

(QS. An-Nisa(4) : 29)

أنتكىنتجا ل بانباطل بينك ياأيهاانذينآينىالتؤكهىاأيىانك

نكى رة عنتزاض ولتقتهىاأنفسكى ا زحي إنانههكانبك

25

Fatwa DSN-MUI No. 04 Tahun 2000 Tentang Murabahah 26

Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan

Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah. 27

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di

Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafik, 2013), h. 108-111.

Page 42: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

33

“Wahai orang-orang yang beriman!janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar,

kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama

suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Sungguh, Allah maha penyayang kepadamu.”

(QS. Al-Baqarah (2) : 275)

با وانز انبيعوحز للا وأحم

“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba.”

Sedangkan Hadis Rasul antara lain sebgaai berikut :

“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama

suka; ada tiga hal yang mengandung berkah : jual beli tidak

secara tunai, muqaradha, dan mencampur gandum dengan

jawawut.”

d. Pembiayaan Murabahah

8) Pengertian Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah terdiri dari dua suku kata, yaitu

pembiayaan dan murabahah. Pembiayaan merupakan pemberian

fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak

yang merupakan defisit unit.

Menurut undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998

ayat 12 adalah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.28

28

Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.

Page 43: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

34

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005

tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, telah

ditetapkan bahwa ketentuan pembiayaan melalui jual beli

murabahah adalah sebagai berikut, yaitu :

Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan

berdasarkan murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai

berikut :

a) Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan

perjanjian jual beli barang.

b) Jangka waktu pembayaran harga barang oleh

nasabah kepada bank ditentukan berdasarkan

kesepakatan antara bank dan nasabah.

c) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga

pembelian barang yang telah disepakati

kualifikasinya

d) Dalam hal bank mewakilkan kepada

nasabah(wakalah) untuk membei barang maka akad

murabahah harus dilakukan setelah barang secara

prinsip menjadi milik bank.

e) Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang

muka atau urbun saat menandatangani kesepakatan

awal pemesanan barang oleh nasabah.

f) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan

angunan tambahan selain barang yang dibiayai

bank.

g) Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada

awal akad dan tidak berubah selama periode akad.

Page 44: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

35

h) Angsuran pembiayaan selama periode akad harus

dilakukan secara proposional.29

9) Tujuan Pembiayaan Murabahah

Dengan menggunakan fasilitas murabahah, bank dapat

membiayai nasabahnya untuk keperluan modal kerja atau

pembiayaan perdagangan. Adapun tujuan pembiayaan

murabahah antara lain, yaitu :

a) Bank dapat membiayai keperluan modal kerja

nasabahnya untuk membeli bahan mentah, bahan

setengah jadi, barang jadi, suku cadang atau

penggantian.

b) Bank juga dapat membiayai penjualan barang atau

jasa yang dilakukan oleh nasabahnya. Termasuk di

dalamnya biaya produksi barang, baik untuk pasar

domestik maupun diekspor. Pembiayaan akan

meliputi : biaya bahan mentah, tenaga kerja,

overhead cost, margin keuntungan.

c) Nasabah dapat pula meminta bank untuk membiayai

stok dan persediaan mereka. Keperluan pembiayaan

mereka ditentukan pada besarnya stok dan

persediannya (re-ordering level). Pembiayaan juga

meliputi biaya bahan mentah, tenaga kerja, dan

overhead.

d) Dalam hal dimana nasabah perlu untuk mengimpor

bahan menah, barang setengah jadi, suku cadang,

dan penggantian dari luar negeri mengunakan letter

of credit, bank dapat membiayai permintaan akan

29

Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan

penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah.

Page 45: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

36

letter of credit tersebut dengan menggunakan

prinsip murabahah.

e) Nasabah yang telah mendapatkan kontrak, baik

kontrak kerja maupun kontrak pemasukan barang,

dapat pula meminta pembiayaan dari bank, bank

dapat membiayai keperluan ini dengan prinsip

murabahah, dan untuk itu bank dapat meminta surat

perintah kerja dari nasabah yang bersangkutan.30

F. WAKALAH

a. Pengertian Wakalah

Secara etimologi, wakalah berarti penyerahan (al-tafwidh)

dan pemeliharaan (al-hifdh). Secara terminologi, menurut

Wahbah, wakalah ada dua pengertian, yaitu menurut mazhab

Hanafi yang mengartikan wakalah sebagai pendelegasian suatu

tindakan hukum kepada orang lain yang bertindak sebagai

wakil. Sedangkan menurut mazhab Maliki, Syafi’i, dan

Hambali mengartikan wakalah sebagai pendelegasian hak

kepada seseorang dalam hal-hal yang bisa diwakilkan kepada

orang lain selagi orang tersebut masih hidup.

Dalam Kamus Fiqih, istilah wakalah dirumuskan sebagai

memberi kuasa atau mandat kepada seseorang atau kelompok

untuk bertindak atas nama pemberi kuasa atau pemberi mandat.

Rumusan ini juga semakna dengan yang termaktub di dalam

KUH Perdata Pasal 1792, yang berbunyi:

Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan

mana seorang memberikan kekuasaan kepada orang lain,

yang menerimanya, untuk atau namanya

menyelenggarakan suatu urusan.

Pengertian akad wakalah menurut Fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) No.10/DSN-MUI/IV/2000

30

Daeng Naja, Akad Bank Syariah, (Yogyakarta : 2011), h. 43.

Page 46: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

37

Tentang Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh salah

satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh

diwakilkan.31

b. Landasan Syariah

1) Firman Allah SWT :

(QS. Al-Kahfi (18) : 19)

دينت ذهإنىان .....فابعثىاأحدكىبىرقكىه

“.... Maka suruhlah salah seorang di antar kamu

pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini .....”

(QS. Yusuf ( 12) : 55)

خزائنالرضإنيحفيظعهيى قالاجعهنيعهى

“ (Yusuf) berkata, “ Jadikanlah aku bendaharawan

negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang

yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”32

2) Hadis Nabi saw :

“Rasulullah saw telah mengutus Assah untuk

mengumpulkan zakat, Urwah bin Umaiyah untuk menjadi

wali dalam pernikahan Nabi saw dengan Ummu Habibah

binti Abi Sofyan, Abu Rafei dalam menerima pernikahan

Maimunah binti Haris, dan Hakim bin Hizam di kala

membeli ternak kurban”. (HR. Bukhari Muslim).

31

Fatwa DSN-MUI No. 10 Tahun 2000 Tentang Wakalah. 32

Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 2006.

Page 47: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

38

3) Ijma’ :

Para ulama sepakat atas kebolehan wakalah ini,

bahkan menganjurkannya, karena termasuk jenis ta‟awun

(tolong-menolong) atas dasar kebaikan dan takwa, yang

boleh Al-quran diserukan dan disunnahkan oleh Rasulullah.

c. Rukun dan Syarat Wakalah

Rukun wakalah terdiri dari orang yang memberi kuasa (al-

muwakkil), orang yang diberi kuasa (al-wakil), perkara/hal

yang dikuasakan (al-taukil), dan pernyataan kesepakatan (ijab

dan qabul). Suatu akad wakalah menurut ulama fiqh baru

dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:33

1) Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil).

Orang yang memberikan kuasa (al-muwakkil) disyaratkan

cakap bertindak hukum , yaitu telah baligh dan berakal

sehat, baik laki-laki ataupun perempuan, boleh dalam

keadaan tidak ada di tempat (ghaib) maupun berada di

tempat, serta dalam keadaan sakit ataupun sehat.

2) Orang yang menerima kuasa ( Al-Wakil).

3) Perkara yang diwakilkan .

4) Persyaratan kesepakatan (Ijab-Qabul).

G. PERALIHAN KEPEMILIKAN

a. Hukum Islam

Menurut pengertian umum, hak ialah : “suatu ketentuan

yang digunakan oleh syara‟ untuk menetapkan suatu

kekuasaan atau suatu beban hukum”.34

Sedangkan menurut

Abu Zahro, hak milik ialah : “suatu kekhususan terhadap

sesuatu harta yang menghalangi orang lain dari harta tersebut

33

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di

Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafik, 2013), h. 191-192.

34Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor : Penerbit Ghalia

Indonesia, 2011), h. 32.

Page 48: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

39

dan memungkinkan pemiliknya bebas melakukan tasharruf

kecuali ada halangan syar‟i”.

Apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah

menurut syara‟, orang tersebut bebas bertindak terhadap benda

tersebut, baik akan dijual maupun akan digadaikan, baik dia

sendiri maupun dengan perantara orang lain.

Menurut ulama ada empat cara pemilikan harta yang

disyariatkan Islam, yaitu :

1) Melalui penguasaan harta yang belum dimiliki

seseorang atau lembaga hukum lainnya, yang dalm

Islam disebut harta yang mubah, contohnya bebatuan

yang ada di sungai yang belum dimiliki seseorang atau

badan hukum.

2) Melalui transaksi yang ia lakukan dengan seseorang

atau suatu lembaga badan hukum, seperti jual beli,

hibah, dan wakaf.

3) Melalui peninggalan seseorang, seperti menerima harta

warisan dari ahli warisnya yang wafat.

4) Hasil/buah dari harta yang telah dimiliki seseorang,

baik dari hasil itu datang secara alami, misalnya buah

pohon di kebun, anak sapi yang lahir, gaji yang didapat

oleh pekerja.35

Sedangkan menurut Pasal 18 Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah, benda dapat diperoleh dengan cara :

1) Pertukaran.

2) Pewarisan.

3) Hibah.

4) Pertambahan Alamiah.

5) Jual beli.

35

Nasrun Haroen, Fiqh Mumalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 32.

Page 49: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

40

6) Luqathah.

7) Wakaf.

8) Cara lain yang dibenarkan menurut syariah.36

b. Hukum Perdata

Pada umumnya hak milik atas suatu barang hanya dapat

berpindah secara sah, jika seseorang memperolehnya dari orang

yang berhak memindahkan hak milik atas barang tersebut,

yaitu pemiliknya.

Apa yang dimaksud dengan hak milik itu diatur dalam

pasal 570 KUH Perdata. Juga di dalam pasal 570 KUH Perdata

itu sekaligus diatur mengenai pembatasan-pembatasan terhadap

pengunaan hak milik.

Pasal 570 KUH Perdata : “ Hak milik adalah hakuntuk

menikmati suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk

menguasai benda itu dengan sebas-bebasnya, asal tak

dipergunakan bertentangan dengan undang-undang atau

peraturan umum yang diadakan oleh kekuasaan yang

mempunyai wewenang untuk itu dan asal tidak menimbulkan

gangguan terhadap hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan

tak mengurangi kemungkinan kemungkinan adanya pencabutan

hak itu untuk kepentingan umum, dengan pembayaran

penggantinkerugian yang layak dan menurut ketentuan undang-

undang.37

Pengertian hak milik atau juga disebut eigendom adalah hak

yang paling sempurna atas suatu benda. Seseorang yang

mempunyai hak eigendom (milik) atas suatu benda dapat

berbuat apa saja dengan benda itu (menjual, menggadaikan,

36

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah : Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana, 2012) h.

66-67.

37Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, (Yogyakarta

: Liberty Yogyakarta, 1974), h. 42.

Page 50: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

41

memberikan, bahkan merusak), asal saja ia tidak melanggar

undang-undang atau hak orang lain.38

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan dalam bukunya

yang berjudul Hukum Benda , bahwa ada beberapa cara untuk

memperoleh hak milik sebagaimana diatur dalam pasal 584

KUH Perdata adalah :

1. Pendakuan ( toeeigening)

2. Ikutan ( natrekking)

3. Lampaunya waktu = kadaluwarsa (verjaring)

4. Pewarisan (erfopvolging)

5. Penyerahan (levering)

Pendakuan (toeeigening), diatur dalam pasal 585 KUH

Perdata. Pendakuan adalah suatu cara untuk memperoleh hak

eigendom atas benda bergerak yang belum ada pemiliknya (res

nullius). Misalnya : mengail ikan di sungai, mengambil sarang

tawon di hutan.

Ikutan ( natrekking), diatur dalam pasal 588-605 KUH

Perdata. Yaitu memperoleh benda itu karena benda itu

mengikuti benda yang lain. Misalnya : kalau kita membeli

tanah otomatis sudah termasuk apa yang ada di atas dan di

bawahnya.

Daluwarsa ( verjaring), diatur dalam pasal 610 KUH

Perdata dan diatur lebih lanjut dalam buku IV KUH Perdata.

Daluwarsa adalah suatu cara untuk setelah lewatnya suatu

waktu tertentu memperoleh hak atau dibebaskan dari suatu

ikatan atau hak. Misalnya : bebas dari pembayaran sesuatu

hutang.

38

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT Intermasa, 1987), h. 69.

Page 51: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

42

Pewarisan ( erfopvolging) adalah cara memperoleh hak

eigendom dengan cara warisan yang baik menurut UU ataupun

menurut wasiat yang selanjutnya akan dibahas dalam Hukum

Waris.

Penyerahan ( levering) adalah cara memperoleh hak

eigendom dengan cara penyerahan suatu benda oleh eigenaar

atau atas namanya kepada orang lain sehingga orang lain itu

memperoleh hak eigendom atas benda itu.

H. Review (Tinjauan Ulang)

Dalam upaya meneliti penerapan konsep syariah pada

pembiayan murabahah yang sesuai dengan fatwa perlu dilakukan

kajian pustaka sebagai salah satu dari penerapan metode penelitian

yang akan dilakukan. Diantaranya adalah mengidentifikasikan

kesenjangan (identify gaps), menghindari perbuatan ulang,

mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan, meneruskan

dari penelitian sebelumnya, serta mengetahui orang lain yang

spesialisasi dan area penelitiannya dibidang ini.

Selanjutnya peneliti akan menganalisis mengenai aspek

persamaan dan pembeda dari penelitian sebelumnya yang

bersumber dari jurnal, skripsi dan tesis. Oleh karena itu dibawah

ini merupakan kesimpulan dari apa yang sudah peneliti dapatkan,

yaitu :

No Judul Penelitian Pembahasan Aspek Pembeda

1. Penyelesaian

Pembiayaan

Murabahah

Bermasalah Di

Baitul Maal Wa

Tamwil (BMT),

Shobirin, Jurnal

Pembahasan tersebut

membahas tentang

penyelesaian

pembiayaan

murabahah di Baitul

Maal Wa Tamwil

(BMT) , terfokus

Yang

membedakan

dengan

penellitian

Shobirin adalah

terletak pada

fokus masalah

Page 52: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

43

Iqtishadia, Vol.

9, No. 2, 2016.

pada dua

permasalahan yaitu

faktor-faktor yang

menyebabkan

adanya pembiayaan

murabahah

bermasalah di BMT

dan mekanisme

penyelesaiaan

pembiayaan

murabahah

bermasalah di BMT.

yang diteliti.

Pada penelitian

ini yang akan

dibahas berupa

status objek

dalam

pembiayaan

murabahah di

BMT.

2. Penerapan

Prinsip

Pembiayaan

Syariah

(Murabahah)Pa

da BMT Bina

Usaha Di

Kabupaten

Semarang,

Lukman

Haryoso, Jurnal

Law And

Justice, Vol. 2,

No. 1, April,

2017.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

BMT Bina Usaha

dalam praktiknya

sudah menerapkan

prinsip syariah. Tapi

BMT mengalami

kesulitan dalam

menerapkan

pembiayaan yang

lain, karena ada

keraguan dan

kesulitan dalam

praktiknya.

Yang

membedakan

dengan

penelitian

Lukman

Haryoso adalah

terletak pada

fokus masalah

penelitian.

Pada penelitian

ini bukan hanya

sekedar

membahas

kesesuaian

syariah namun

lebih kepada

ketentuan objek

yang ada di

dalam akad

Page 53: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

44

murabahah.

Dan dalam

penelitian ini

tidak membahas

mengenai

margin karena

lebih fokus pada

objek

murabahah yang

ada di dalam

akad

murabahah.

3. Analisis

Penetapan

Tingkat Marjin

Akad

Pembiayaan

Murabahah :

Studi Kasus

Pada Baitul

Maal Wa

Tamwil Ahmad

Yani Malang,

Baskoro

Perdana Putra,

Jurusan

Akuntansi

Fakultas

Ekonomi Dan

Bisnis

Universitas

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

tidak adanya

penggunaan rujukan

suku bunga untuk

menetapkan tingkat

marjin pada akad

pembiayaan

murabahah. Tingkat

marjin akad

pembiayaan

murabahah pada

BMT Ahmad Yani

Malang ditentukan

berdasarkan

beberapa komponen,

yakni, tingkat nisbah

bagi-hasil dengan

BTN Syariah

Yang

membedakan

dengan

penelitian

Baskoro

Perdana Putra

adalah terletak

pada

pembahasan

objek penelitian.

Dalam

penelitian ini

membahas

tentang objek

pembiayaan

murabahah,

sedangkan

dalam penelitian

Baskoro

Page 54: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

45

Brawijaya

Malang.

Malang, tingkat rata-

rata marjin pasar,

tingkat laba yang

diinginkan, dan

biaya perolehan serta

biaya lainnya.

Komponen-

komponen tersebut

menyumbang andil

yang seimbang pada

proses penentuan

tingkat marjin

murabahah.

Perdana Putra

membahas

tentang tingkat

marjin

pembiayaan

murabahah.

4. Analisis

Pelaksanaan

Murabahah Di

Lembaga Mikro

Keuangan

Mikro Syariah

(BMT), Fahadil

Amin Al-Hasan,

Jurusan Hukum

Ekonomi

Syariah Fakultas

Syariah Dan

Hukum.

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

pada pelaksanaan

pembiayaan

murabahah pada

objek berkelanjuan

seperti untuk modal

usaha alangkah

baiknya

menggunakan akad

mudharabah bukan

murabahah.

Kemudian juga

mengenai penetapan

harga yang

dilakukan oleh

Yang

membedakan

dengan

penelitian

Fahadil Amin

Al-Hasan adalah

terletak pada

fokus masalah

yang akan

diteliti. Pada

penelitian ini

masalah yang

akan dibahas

adalah mengenai

status objek

dalam

Page 55: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

46

BMT, setelah

dilakukan

penelusuran

beberapa kitab yang

membahas tentang

jual beli, maka dapat

disimpulkan bahwa

hal yang demikian

itu boleh

berdasarkan

ketentuan syara’.

Walaupun dalam

pelaksanaannya

sudah terdapat

dinamisasi dari

proses pelaksanaan

jual beli itu sendiri.

Adanya

ketidaksesuaian

antara konsep

muamalah dan

khususnya dengan

aplikasinya pada

tatanan praktik

dilapangan.

pembiayaan

murabahah.

Dalam

pelaksanaan

murabahah

apakah barang

tersebut sudah

menjadi milik

penjual(BMT)

atau belum. Dan

dalam penelitian

ini juga

membahas

tentang

ketentuan akad

dalam

pembiayaan

murabahah.

5. Analisis

Pelaksaan Akad

Murabahah Di

BMT Palur

Karanganyar,

Naskah

Hasil penelitian ini

membahas tentang

pelaksanaan akad

murabahah yang

diterapkan di BMT

Palur Karanganyar

Yang

membedakan

dengan

penelitian

Muttaqin

Nurhuda adalah

Page 56: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

47

Publikasi,

Jurusan Hukum

Ekonomi

Syariah Fakultas

Agama Islam

Universitas

Muhamadiyah

Surakarta,

Muttaqin

Nurhuda, Tahun

2015.

serta kesesuaiannya

dengan Fatwa

Dewan Syariah

Nasional MUI No.

04/DSN-

MUI/IV/2000.

Dalam mekanisme

pengambilan

keputusan dalam

menyetujui suatu

pembiayaan telah

sesuai dengan

syariah, rukun dan

syarat akad juga

sesuai dengan

syariah. dalam

perjanjian tentang

tujuan dan maksud

pokok mengadakan

akad sebagai rukun

dan syarat akad tidak

terdapat unsur

gharar.

terletak pada

objek peneltian.

Dalam

penelitian ini

bukan hanya

meneliti tentang

kesesuaian

syariah saja

tetapi juga

membahas

tentang status

objek dalam

pembiayaan

murabahah,

ketetapan akad,

dan peralihan

kepemilikan

barang dari segi

hukum perdata

dan hukum

Islamdalam

pembiayaan

murabahah.

Dan

ketidaksamaan

dalam tempat,

waktu

penelitian.

Page 57: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

48

BAB III

GAMBARAN UMUM BMT

A. Sejarah berdirinya

1. BMT Bersama Kita Berkah (BKB)

Baitul Maal Wa Tamwil Bersama Kita Berkah (BMT BKB)

sebagai lembaga keuangan mikro syariah merupakan sebagian dari da‟wah

bilhal untuk ikut memberikan kontribusi bagi gerakan pemberdayaan dan

peningkatan ekonomi umat. BMT BKB terbentuk dengan hukum koperasi

syariah dengan akte notaris tanggal 22 Juli 2010 No. -90- dan disahkan

oleh Dinas Koperasi DKI No. 149-BH-XII.4/-1.829.31/XII/2010.

BMT BKB dalam operasionalnya dibagi dua yaitu Baitul Maal dan

Baitut Tamwil. Baitul Maal BMT BKB dapat menerima, mengelola dan

menyalurkan zakat, infaq, shodaqah dan dana sosial lainnya untuk

pemberdayaan ekonomi fakir miskin, santunan dan bea siswa yatim piatu.

BMT BKB juga sudah ditetapkan sebagai nazhir wakaf pada tanggal 9

Juni 2014 dengan nomor pendaftaran 3.3.00058 oleh Badan Wakaf

Indonesia, sehingga Baitul Maal BMT BKB dapat menerima wakaf tak

bergerak seperti tanah, gedung dll untuk pendirian masjid dan pesantren,

juga menerima wakaf uang untuk diproduktifkan yang hasilnya untuk 8

ansaf.

Hadirnya BMT BKB dalam rangka memenuhi kebutuhan

informasi usaha dan modal kerja, agar terwujudnya masyarakat yang lebih

sejahtera sehingga menjadi pengusaha yang sukses baik dunia maupun

akhirat. Dengan Motto Bersama Kita Berkah serta didukung oleh SDM

yang berpengalaman, professional dan amanah, Insya Allah BMT dan

nasabah akan meraih keuntungan dan keberkahan.

2. BMT At-Taqwa Pinang

Baitul Maal Wa Tamwil At – Taqwa berdiri sejak tahun 1994, lahir

sebagai solusi dari pembagian dana zakat, untuk memberdayakan

masyarakat khususnya di sekitar Masjid At – Taqwa dan sekitarnya, dalam

bentuk ZIS dan Wakaf untuk dikelola secara produkif dan disalurkan

Page 58: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

49

dalam bentuk pembiayaan Al – Qard serta dana simpanan dari anggota

yang dikelola secara Profitable untuk disalurkan kepada usaha Mikro kecil

dalam bentuk pembiayaan dengan skema sistem.

BMT At - Taqwa sejak awal berdirinya adalah 100 % modalnya

milik yayasan Taqwa Bhakti sebesar RP. 23.000.000,- sedangkan modal

disetor per – Desember 2009 adalah sebesar RP. 345.868.000,-.

B. Visi dan misi

1. BMT Bersama Kita Berkah (BKB)

Visi :

Menjadi Lembaga Pembinanaan dan Pemberdayaan Usaha Mikro yang

Syariah, Amanah, dan Professional.

Misi :

a. Menjalankan dan Mensyiarkan Sistem Ekonomi Islam.

b. Mengembangkan Pembinaan dan Pemberdayaan bagi Usaha Mikro.

c. Memiliki Sumber Daya Insani yang Profesional dan Bertaqwa.

d. Mensejahterakan Stake Holder.

e. Menumbuhkembangkan kesadaran berzakat dan mengelola zakat

untuk Pemberdayaan Ekonomi Fakir Miskin.

Value :

CAKAP dan AMANAH.

2. BMT At-Taqwa Pinang

Visi :

“ Sebagai suatu lembaga atau Koperasi Jasa Keuangan yang berlandaskan

Syariah dalam upaya meningkatkan kualitas maupun kuwantitas

kehidupan sosial ekonomi umat secara umum, khususnya masyarakat

disekitar BMT”.

Misi :

“ Menjalankan BMT At – Taqwa sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah

yang dapat bersaing dalam hal Kesehatan, Profitable, Efisien dan sebagai

Page 59: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

50

pilar ekonomi ummat yaitu sebagai bagian dan syiar Islam dalam bidang

ekonomi”.

C. Struktur Organisasi

1. BMT Bersama Kita Berkah (BKB)

Pembina :

H. Harris Thahir

Pengawas Syariah :

KH.DR. Hmdan Rasyid

DR. Zain Sartono

Pengawas Manajemen :

H. Abdul. Haq, SE.AK

Ir. H. Engkus Kusnandar, MA

PENGURUS

Ketua :

KH. Drs. Ali Sibromalisi, MA

Sekretaris :

Drs. H. Heriyanto

Bendahara :

Bisri, SE

PENGELOLA

Direktur :

Drs. Sulaeman Hayyun

Manager Pembayaran & Marketing:

Bisri, SE

Keuangan & Teller :

Suaibatul Aslamiyah. D.III.AK

Account Officer :

Fatoni Dwi Rahman

Rudi Hartono

Ahmad Subhan

Kep. Kan. Kas :

Page 60: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

51

Anwar Syarief

Teller :

Dwi Riyanti. D.III.AK

2. BMT At-Taqwa Pinang

Dewan Pengawas Keuangan :

Ketua

Drs. H. Imran Hasyim

Anggota

DRS. H. Maryanto

Anggota

Drs. H. Rusli Achmad

Dewan Pengawas Syariah :

Ketua

Drs. H. Djamaluddin G. MM

Anggota

Drs. Ishak Ismail

Pembina Manajemen :

Ketua

Iwan Ridwan, SE. M.Si

Anggota

Ir. Anton Fahlevie, MM

Anggota

Donny M. Iskandar, SE

Pengurus :

Ketua

Abdul Haris Hamzah

Bendahara

Majmuddin

Sekretaris

Rahmat Ardiansyah

Page 61: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

52

D. Produk – produk lembaga

1. BMT Bersama Kita Berkah (BKB)

a. Produk Simpanan / Tabungan

1) Simpanan Berkah Mudharabah.

- Setoran awal minimal Rp. 25.000 (saldo awal Rp. 10.000,

simpanan pokok sebesar Rp. 10.000 dan biaya administrasi

sebesar Rp. 5.000).

- Setiap bulannya mendapatkan bagi hasil sebesar 3% dari saldo.

- Tidak adanya potongan administrasi pada setiap bulannya.

- Penarikan bisa dilakukan kapan saja.

2) Simpanan Berkah Pendidikan.

- Setoran awal minimal sebesar Rp. 25.000 (saldo awal sebesar

Rp. 10.000, simpanan pokok sebesar Rp. 10.000, dan biaya

administrasi sebesar Rp. 5.000).

- Setiap bulannya mendapatkan bagi hasil sebesar 3 % dari saldo.

- Tidak adanya potogan administrasi pada setiap bulannya.

- Penarikan tabungan hanya bisa diambil setiap per semester.

3) Simpanan Berkah Idul Fitri.

- Setoran awal minimal sebesar Rp. 65.000 (saldo awal Rp.

50.000, simpanan pokok sebesar Rp. 10.000, dan biaya

administrasi sebesar Rp. 5.000).

- Setiap bulannya mendapatkan bagi hasil sebesar 3 % dari saldo.

- Tidak adanya potogan administrasi pada setiap bulannya.

- Penarikan tabungan hanya bisa diambil sebelum hari raya idul

fitri.

4) Simpanan Berkah Qurban.

- Setoran awal minimal sebesar Rp. 115.000 (saldo awal Rp.

100.000, simpanan pokok sebesar Rp. 10.000, dan biaya

administrasi sebesar Rp. 5.000).

- Setiap bulannya mendapatkan bagi hasil sebesar 3 % dari saldo.

- Tidak adanya potogan administrasi pada setiap bulannya.

Page 62: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

53

- Penarikan tabungan hanya bisa diambil saat saldo sudah

mencukupi harga untuk membeli hewan qurban.

5) Simpanan Berkah Berjangka (Deposito).

Simpanan berkah berjangka (deposito) adalah simpanan

dengan akad bagi hasil dengan nilai lebih menguntungkan sesuai

dengan jangka waktu yang dibutuhkan.

Nisbah simpanan berkah berjangka, sebagai berikut :

Angka Waktu BMT Anggota

6 Bulan 40% 60%

9 Bulan 45% 55%

12 Bulan 45% 55%

Keunggulan dalam simpanan berkah berjangka ini adalah sebagai

berikut :

a) Bagi hasil menarik + 10% s/d 13% per tahun.

b) Bisa digunakan sebagai jaminan pembiayaan.

c) Biaya administrasi diambil dari bagi hasil yang diperoleh.

d) Insya Allah akan memperoleh pahala karena dana simpanan berkah

berjangka dimanfaatkan untuk membantu modal kerja usaha mikro.

e) Dengan manajemen likuiditas yang konsisten, Insya Allah dana

apara nasabah akan aman.

b. Produk Pembiayaan

1) Pembiayaan Berkah Murabahah ( Jual-Beli).

2) Pembiayaan Berkah Musyarokah ( Kerjasama Modal).

3) Pembiayaan Berkah Mudharabah ( Invesatasi Modal).

4) Pembiayaan Berkah Ijaroh ( Sewa).

5) Pembiayaan Berkah lain yang sesuai syariah.

Mengenai pembiayaan, pada BMT BKB pembiayaan yang

paling sering digunakan yaitu pembiayaan murabahah dan

pembiayaan ijarah. Karena pembiayaan ini merupakan pembiayaan

yang sangat cepat dan mudah.

Page 63: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

54

c. Baitul Maal BMT BKB

Menerima zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf untuk :

1) Pemberdayaan satu tahun dhuafa menjadi berdaya melalui

pemberian modal usaha dengan bagi hasil.

2) Pemberian beasiswa yatim piatu dan anak dhuafa.

3) Bantuan Accident ( Kematian, Bencana, Kelahiran, dll).

4) Menerima wakaf tanah untuk pesantren kemandirian(Entrepeneur)

bagi anak dhuafa dan yatim piatu.

2. BMT At-Taqwa Pinang

a. Produk Simpanan

1) Simpanan Mudharabah

- Setoran awal minimal RP. 25.000,-

- Bagi hasil lebih menarik

- Lebih simpel

Simpanan Mudharabah adalah simpanan menggunakan sistem bagi

hasil, yang mana setoran awal pada simpanan ini adalah Rp 25.000, bagi

hasil yang diberikan oleh BMT At-Taqwa kepada nasabah lebih menarik

dibandingkan dengan bagi hasil pada institusi keuangan syariah lainnya.

Karena bagi hasil yang diberikan lebih besar dibandingkan dengan

lembaga keuangan perbankan.Selain itu pada semua jenis produk

simpanan, BMT At-Taqwa tidak mengenakan biaya administrasi.

Satu lagi keunggulan dari produk ini adalah sistemnya yang lebih

simpel.Pada simpanan mudaharabah ini, nasabah bertindak sebagai

shohibul mal dan BMT sebagai mudharib yang menjankan usaha atau

memutar uang yang disimpan oleh nasabah tersebut.

2) Simpanan Berjangka Iman

- Setoran awal minimal RP. 1.000.000,-

- Jangka waktu bisa bulanan

- Bagi hasil lebih menarik

- Lebih simpel

Page 64: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

55

Simpanan ini berbeda dengan simpanan sebelumnya, yang mana

setoran awal minimal simpanan ini adalah Rp 1.000.000 dengan jangka

waktu yang telah ditentukan.Jangka waktu ini bisa hanya dengan 1 bulan,

bagi hasil yang diberikan tidak kalah besar dengan bagi hasil yang

ditawarkan pada produk Simpanan Mudharabah.Prosedur yang diberikan

pada simpanan ini juga sangat mudah dan simpel.

3) Simpanan At- Taqwa

Produk Simpanan At-Taqwa, produk ini menggunakan sistem

murabahah, di mana sistemnya menggunakan jual beli. BMT dapat

menyediakan barang yang diperlukan oleh nasabah, dan dapat diangsur

secara bulanan ataupun sesuai keinginan.

b. Produk Pembiayaan :

BMT At-Taqwa memiliki 3 jenis produk pembiayaan, yaitu

Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Mudharabah, dan Pembiayaan Al-

Qardhul Hasan (AQH).

1) Pembiayaan Musyarakah

- Pembiayaan dengan sistem tambah modal usaha

- Bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati

- Dapat diangsur bulanan atau jatuh tempo

- Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, pertanian, usaha

atas dasar kontrak, industri perumahan (home industry) dan lain-lain.

Pembiayaan Musyarkah adalah pembiayaan dengan sistem tambah

modal usaha, pembiayaan ini diberikan oleh BMT At-Taqwa sebagai

tambahan modal bagi nasabah yang memiliki usaha. Tidak hanya itu,

bagi nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan ini tidak harus

memiliki usaha terlebih dahulu, melainkan nasabah yang akan baru mulai

usahanya pun bisa mengajukan pembiayaan ini. Namun, pada produk ini

nasabah juga harus ikut andil dalam hal permodalan.

Karena produk ini adalah produk kerja sama yang mana kedua

belah pihak harus menyertakan modal. Bagi hasil yang dibayarkan ke

pada BMT At-Taqwa sendiri adalah sesuai kesepakatan awal yang telah

Page 65: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

56

diperjanjikan. BMT At-Taqwa tidak mematok jumlah bagi hasilnya. Bagi

hasil yang diberikan dapa diangsur dalam jangka waktu bulanan atau saat

jatuh tempo.

2) Pembiayaan Mudharabah

- Pembiayaan dengan sistem modal 100% dari BMT

- Bagi hasil sesuai dengan nisah yang disepakati

- Dapat diangsur bulanan atau jatuh tempo

- Resiko kerugian ditanggung oleh pihak BMT kecuali kerugian yang

diakibatkan oleh kesalahan pengelola/nasabah, kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan

penyalahgunaan

- Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, industri

perumahan, pertanian dan lain-lain berupa usaha modal kerja dan

investasi.

Berbeda dengan produk sebelumnya, pembiayaan dengan produk

Mudharabah ini modal 100 persen diberikan dari BMT. Seperti yang

sudah kita ketahui, bahwa di dalam akad Mudharabah, harus jelas siapa

yang bertindak sebagai Shohibul Maldan siapa yang bertindak sebagai

Mudharib. Dalam pembiayaan ini, peran BMT At-Taqwa adalah sebagai

Sohibul Mal, dan nasabah sebagai mudharib yang menjalankan usahanya.

Hal ini yang membedakan antara produk Simpanan Mudaharabah

dengan Pinjaman Mudharabah. Bagi hasil yang harus diberikan oleh

nasabah ke BMT dari hasil usahanya sama dengan ketentuan bagi hasil

pada Pembiayaan Musyarakah, yaitu sesuai dengan kesepatakan awal

saat akad, dan BMT At-Taqwa tidak mematok besar jumlahnya. Dan

waktunya pun sama, yaitu dapat diangsur bulanan atau saat jatuh tempo.

3) Pembiayaan Al – Qardhul Hasan (AQH)

- Pembiayaan dengan sistem pinjaman lunak

- Tidak dikenakan bagi hasil, hanya biaya administrasi

- Dapat diangsur bulanan

Page 66: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

57

Dan yang terakhir adalah Pembiayaan Al-Qardhul Hasan (AQH).

Pembiayaan dengan produk ini menggunakan sistem pinjaman lunak,

yaitu pembiayaan yang tidak wajib membarikan bagi hasil. Berbeda

dengan kedua produk di atas, pada produk ini, BMT hanya mengenakan

biaya administrasi saja, dan nasabah tidak harus menyerahkan nisbah

bagi hasil kepada nasabah. Pembayaran inidapat diangsur setiap

bulannya.

Page 67: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

58

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Pada BMT Bersama Kita Berkah (BKB)

Pada BMT BKB pembiayaan murabahah paling sering digunakan

dan diminati masayarakat, karena paling mudah dipraktikkan untuk usaha

produktif.

Skema pembiayaan murabahah pada BMT BKB ini lebih sering

menggunakan akad wakalah terlebih dahulu sebelum adanya akad

murabahah. Jadi apabila nasabah datang ke BMT dan mengajukan

pembiayaan murabahah maka BMT meminta kepada nasabah untuk

mewakilkan pembelian barang murabahah terlebih dahulu,lalu BMT

memberika uang kepada nasabah. Setelah barang sudah dibeli oleh

nasabah, kemudian nasabah datang ke BMT untuk laporan kepada petugas

BMT bahwasanya barang yang akan menjadi objek pembiayaan

murabahah sudah dibeli dan sudah menjadi milik BMT secara otomatis.

Setelah barang sudah dibeli, dan menjadi milik BMT maka baru adanya

akad murabahah.

Skema yang terjadi di BMT Bersama Kita Bisa (BKB) adalah

wakalah – pembelian – murabahah. Dapat disimpulkan bahwa skema yang

terjadi di BMT BKB ini sudah sesuai dengan syariah karena pada

kenyatannya pembelian barang menggunakan akad wakalah sebelum

adanya akad murabahah(pembelian dilakukan sebelum murabahah),

dimana dalamFatwa DSN-MUI No. 4 Tahun 2000 tentang murabahah

disebutkan barang yang diperjualbelikan harus sudah dimiliki oleh BMT.

Karena tidak sah melakukan jual beli yang objeknya itu belum dimiliki

atau baru akan dimiliki.

Pada BMT BKB tidak selalu menggunakan akad wakalah dalam

memperoleh barang atau objek pembiayaan murabahah. BMT BKB juga

pernah melakukan langsung tanpa adanya akad wakalah. Tetapi yang

paling sering dilakukan yaitu menggunakan akad wakalah.

Page 68: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

59

Dari sisi persyaratan, BMT BKB melihat dari SOP nya dari form

pembiayaan, jaminan, pendapatan, dll. Di BMT BKB juga terdapat analisa

kelayakan, disini BMT bisa mengetahui apakah layak untuk melakukan

pembiayaan tersebut. Karena jangan sampai ada salah satu pihak yang

dirugikan. Jika semua persyaratan sudah terpenuhi baru dilakukan akad.

Maka dari itu persyaratan pada kejelasan orangnya (identitas), sumber

pendapatan, dan jaminan ini sangat diperlukan bagi BMT.

Untuk jangka waktunya disesuaikan dengan pendapatannya, yang

sudah tertera di persyaratan administrasi. Jika pendapatannya besar maka

bisa dibayar secara angsur selama 6 bulan atau bisa sampai 12 bulan( 1

tahun). Maksimal angsuran yang dipakai oleh BMT BKB adalah dengan

jangka waktu 12 bulan (1 tahun).

Dalam menentukan harga dan keuntungan yang didapat oleh BMT

harus didasari oleh kesepakatan antara kedua belah pihak. BMT wajib

memberi tahu modal dan keuntungan yang didapat. Apabila nasabah

keberatan dengan jumlah yang telah ditentukan, maka akan batal karena

sudah tertera di surat perjanjian berapa yang harus dibayar tiap

angusurannya dan jangka waktu pembayaran sesuai dengan

pendapatannya.

Pada BMT BKB ada sisi persyaratan dimana orangnya itu harus

jelas jabatannya apa, tinggalnya dimana, dan lain-lain. Apabila ada itikad

yang kurang baik dari nasabah maka ada sanksi yang diberikan oleh BMT.

Contohnya apabila nasabah kabur, maka akan dilacak sampai ketemu.

Apabila nasabah tidak membayar angsuran selama tiga bulan maka

sanksinya adalah BMT menjual jaminan nasabah tersebut.

Page 69: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

60

Analisis perbandingan Fatwa DSN-MUI No. 4 Tahun 2004

Tentang Murabahah Dengan Bentuk Akad

No. Ketentuan Fatwa Bentuk akad Sesuai Tidak

1. Barang yang

diperjualbelikan tidak

diharamkan oleh

syari’ah Islam.

Objek akad harus

memenuhi beberapa

persyaratan :

1. Objek akad harus

ada ketika akad atau

kontrak sedang

dilakukan.

2. objek akad berupa

harta yang dibolehkan

syara’ dan dimiliki

penuh oleh

pemiliknya.

3. objek akad bisa

diserahterimakan saat

terjadinya akad, atau

dikemudian hari.

4. Adanya kejelasan

tentang objek

transaksi.

5. objek transaksi

harus suci, tidak

terkena najis dan

bukan barang najis.

Barang yang menjadi

objek dalam pembiayaan

murbahah disini adalah

hewan ternak (sapi dan

kambing).

Dalam bentuk akad ini

nasabah mewakilkan

BMT untuk membeli

objek akad. Dan setelah

barang dibeli, nasabah

laporan kepada BMT

kemudian melakukan

akad murabahah.

Page 70: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

61

2. Aqid ( orang yang

menyelenggarakan

akad).

Ulama fiqh

memberikan

persyaratan atau

kriteria yang harus

dipenuhi oleh aqid

antara lain :

1. Ahliyah. Dimana

keduanya memiliki

kecakapan hukum dan

kepatutan untuk

melakukan transaksi.

2.wilayah. Sebagai

hak dan kewenangan

seseorang yang

mendapatkan legalitas

syar‟i untuk

melakukan transaksi

atas suatu objek

tertentu.

Dalam bentuk akad di

BMT ini pelaku akad

yaitu nasabah dan BMT

sudah cakap hukum dalam

transaksi.

BMT mempunyai

kewenangan dalam

transaksi.

3. Shighat, yaitu ijab dan

qabul.

Dalam ijab qabul

terdapat beberapa

syarat yang harus

dipenuhi, ulama

Dalam bentuk akad ini,

terdapat maksud para

pihak dalam melakukan

pembiayaan murabahah

ini. Nasabah mengajukan

permohonan pembiayaan

guna untuk modal usaha

Page 71: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

62

fiqhmenuliskannya

sebagai berikut :

1.Adanya kejelasan

maksud antara kedua

belah pihak.

2.Adanya kesesuaian

antara ijab dan qabul.

3.Adanya pertemuan

antara ijab dan qabul.

4.Adanya satu majlis

akad dan adanya

kesepakatan antara

kedua belah pihak,

tidak menunjukkan

penolakan dan

pembatalan dari

keduanya.

1

1.

rumah potong sapi dan

kambing. Dimana nasabah

butuh dana untuk membeli

hewan sapi dan kambing.

Adanya kesepakatan

antara nasabah dan BMT

mengenai harga pokok

dan marjin. Dan pihak

BMT menjelaskan bahwa

pembiayaan ini dilakukan

secara angsuran atau

cicilan (12 bulan/1tahun).

Simpulan dan Analisis :

Dari sisi objek murabahah bahwa barang yang diperjualbelikan itu

halal, untuk posisi barang tersebut ada ketika melakukan akad antara

kedua belah pihak. Jika dilihat dari alur pembiayaan bahwa barang

tersebut sudah menjadi milik BMT BKB, dan BMT berhak penuh atas

barang tersebut. Objek merupakan barang yang suci bukan barang najis.

Dalam bentuk akad ini bahwa barang yang diperjualbelikan dalam

pembiayaan murabahah ini adalah hewan ternak (sapi dan kambing).

Dari sisi pelaku akad bahwa pelaku akad dalam pembiayaan ini

sudah sesuai. Dimana keduanya memiliki kecakapan dan kepatutan dalam

transaksi. Dilihat dari biodata nasaah dan pihak BMT bahwa telah

Page 72: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

63

balighatau mumayyiz dan berakal. Berakal disini tidak gila sehingga

mampu memahami ucapan orang-orang normal. Sedangkan mumayyiz

disini artinya mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,

mana yang bahaya mana yang tidak, mana yang merugikan mana yang

tidak. Kemudian BMT disini memiliki ahliyah (kewenangan) karena BMT

berhak untuk melakukan jual beli kepada nasabah karena barang yang

diperjualbelikan sudah menjadi milik BMT.

Dilihat dari sisi ijab qabul, menurut peneliti disini sudah sesuai

dengan prinsip syariah. Dimana BMT menerima permohonan pembiayaan

dari nasabah guna untuk modal usaha. Kemudian pihak BMT menerima

permohonan nasabah dengan kesepakatan antara kedua belah pihak (harga

pokok ditambah marjin), dan pihak BMT juga harus menjelaskan bahwa

pembayaran tersebut dilakukan secara utang/angsuran.

B. Analisis Pada BMT At-Taqwa Pinang

Pada BMT At Taqwa Pinang pembiayaan murabahah banyak

diminati karena lebih umum, peruntukannya lebih banyak untuk jual beli,

tambah modal, pembelian kendaraan, dan lain-lain.

Contoh skema tanpa wakalah, yaitu dalam pembelian kendaraan

yaitu BMT melakukan sendiri pembelian kendaraan ke dealer langsung

secara cash kemudian nanti nasabah akan melakukan kredit kepada BMT.

Harga motor tersebut misalnya Rp. 15.000.000 tetapi pihak BMT menjual

ke nasabah dengan harga Rp. 17.000.000 dengan cara dicicil selama

setahun dan memberikan uang muka terlebih dahulu kepada BMT. Besar

uang yang harus dibayarkan nasabah kepada BMT sudah berdasarkan

kesepakatan bersama antara BMT dan nasabah.

Contoh skema dengan adanya akad wakalah, yaitu nasabah

membutuhkan dana untuk membeli laptop, kemudian BMT memberikan

uang kepada nasabah dan nasabah membeli barang sendiri dengan

didahului akad wakalah secara lisan. Pada kenyataannya nasabah tidak

diwajibkan laporan ke BMT bahwa dia sudah membeli barang yang

Page 73: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

64

dibutuhkan nasabah. Contoh dalam pembelian laptop dengan harga Rp.

4.000.000 kemudian BMT memberikan kepada nasabah uang sebesar Rp.

4.000.000 untuk dibelikan laptop yang diinginkan nasabah. Dengan syarat

nasabah membayar secara angsuran atau cicilan dengan penambahan yang

sudah disepakati antara kedua belah pihak.

Dalam BMT At Taqwa Pinang akad murabahah dilakukan sebelum

adanya pembelian. Karena dalam prinsipnya itu setiap poporasi

mengeluarkan uang harus ada akad terlebih dahulu. Pembiayaan

murabahah pada BMT At Taqwa Pinang akad wakalah diharuskan dalam

pembiayaan murabahah, karena BMT harus mengetahui peruntukan

dananya.

Skema yang terjadi di BMT At-Taqwa Pinang adalah wakalah-

murabahah-pembelian. Menurut skemanya bahwa pengelolaan

pembiayaan murabahah tidak sesuai dengan prinsip syariah, karena akad

murabahah dilakukan sebelum pembelian. Dimana menurut Fatwa DSN-

MUI No. 4 Tahun 2000 tentang murabahah disebutkan barang yang

diperjualbelikan harus sudah dimiliki oleh BMT. Tidak boleh menjual

barang yang belum atau akan menjadi milik BMT. Ada produk murabahah

berarti ada juga jual beli. Jual beli dilakukan harus ada barang yang

diperjualbelikan, apabila tidak adanya barang yang diperjualbelikan maka

jual beli tersebut tidak sah.

Sedangkan dalam melakukan pembiayaan murabahah apabila

menggunakan akad wakalah untuk membeli barang yang akan

diperjualbelikan, nasabah wajib melakukan laporan terhadap BMT bahwa

barang yang diinginkan nasabah sudah dibeli. Kemudian baru melakukan

akad murabahah. Tujuan akad wakalah disini adalah agar BMT yang akan

menjadi penjual ketika melakukan penjualan sudah memiliki barang.

Dari sisi persyaratan pada kejelasan orangnya (identitas), sumber

pendapatan, dan jaminan ini sangat perlu bagi BMT. Apabila salah satu

Page 74: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

65

tidak terpenuhi, contoh dalam sisi pendapatan nasabah apabila terlalu kecil

untuk angsuran yang ditetapkan oleh BMT setiap bulannya maka pihak

BMT mengecilkan limitnya. Apabila dari sisi itikad nasabah kurang baik

maka akan ditolak contoh adanya nasabah yang tidak jujur, transaksi tetap

dilanjutkan sampai selesai tetapi jika dia mengajukan lagi akan ditolak

oleh BMT.

Pada prinsip murabahah, barang diserahkan segera setelah adanya

kesepakatan antara kedua belah pihak, sedangkan pembayaran yang

dilakukan yaitu dengan cara pembayaran cicilan atau angsuran.

Analisis Perbandingan Fatwa DSN-MUI No. 4 Tahun 2004

Tentang Murabahah Dengan Bentuk Akad

No Ketentuan Fatwa Bentuk Akad Sesuai Tidak

1. Barang yang

diperjualbelikan tidak

diharamkan oleh

syari’ah Islam.

Objek akad harus

memenuhi beberapa

persyaratan :

1. Objek akad harus

ada ketika akad atau

kontrak sedang

dilakukan.

2. objek akad berupa

harta yang dibolehkan

syara‟ dan dimiliki

penuh oleh

pemiliknya.

3. objek akad bisa

Dalam bentuk akad ini

berdasarakan penelitian

bahwa barang yang

diperjualbelikan antara

pihak BMT dengan

nasabah itu tidak ada.

Secara otomatis bmt

belum memiliki barang

yang akan menjadi

objek pembiayaan. Dan

objek tidak bisa

diserahterimakan ketika

akad. Jenis barang yang

dijadikan objek

pembiayaan adalah

barang suci barang yang

terhindar dari najis.

Dalam bentuk akad ini

Page 75: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

66

diserahterimakan saat

terjadinya akad, atau

dikemudian hari.

4. Adanya kejelasan

tentang objek

transaksi.

5. objek transaksi

harus suci, tidak

terkena najis dan

bukan barang najis.

bahwa yang menjadi

objek pembiayaan

adalah bahan-bahan

bangunan untuk

renovasi rumah.

2. Aqid ( orang yang

menyelenggarakan

akad).

Ulama fiqh

memberikan

persyaratan atau

kriteria yang harus

dipenuhi oleh aqid

antara lain :

1. Ahliyah. Dimana

keduanya memiliki

kecakapan hukum dan

kepatutan untuk

melakukan transaksi.

2.wilayah. Sebagai hak

dan kewenangan

seseorang yang

mendapatkan legalitas

syar‟i untuk

melakukan transaksi

Dilihat dari bentuk akad

ini, bahwa pelaku akad

yaitu BMT dan nasabah

sudah baligh dan cakap

hukum.

Dilihat berdasarkan

ahliyah (kewenanangan)

bahwa pihak BMT

belum mempunyai hak

dan kewenangan untuk

melakukan transaksi/jual

beli atas objek

pembiayaan.

Page 76: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

67

atas suatu objek

tertentu.

3. Shighat, yaitu ijab dan

qabul.

Dalam ijab qabul

terdapat beberapa

syarat yang harus

dipenuhi, ulama fiqh

menuliskannya sebagai

berikut :

1.Adanya kejelasan

maksud antara kedua

belah pihak.

2.Adanya kesesuaian

antara ijab dan qabul.

3.Adanya pertemuan

antara ijab dan qabul.

4.Adanya satu majlis

akad dan adanya

kesepakatan antara

kedua belah pihak,

tidak menunjukkan

penolakan dan

pembatalan dari

keduanya.

Dalam bentuk akad ini,

terdapat maksud para

pihak dalam melakukan

pembiayaan murabahah

ini. Nasabah

mengajukan

permohonan

pembiayaan guna untuk

merenovasi rumah,

dimana nasabah

membutuhkan dana

untuk merenovasi

rumah. Kemudian

adanya kesepaatan

antara BMT dengan

nasabah mengenai harga

pokok ditambah dengan

marjin. Dan pihak BMT

juga menjelaskan bahwa

pembiayaan ini

dilakukan secara

angsuran atau cicilan.

(12 bulan/1tahun).

Simpulan dan Analisis :

Dari sisi objek menurut penelitian barang yang diperjualbelikan itu

suci bukan barang yang mengandung najis. Tetapi posisi barang ada atau

tidaknya bahwasanya barang yang menjadi objek pembiayaan belum ada

Page 77: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

68

pada saat akad dilakukan. Jika dilihat bahwa barang tidak ada pada saat

akad dilakukan, maka kepemilikan barang tersebut belum menjadi milik

BMT sepenuhnya.

Dari sisi pelaku akad, bisa dilihat dari biodata BMT dan nasabah

bahwa para pihak memiliki kecakapan dan kepatutan untuk melakukan

jual beli. Mereka akan memiliki ahliyah jika mereka telah baligh dan

berakal. Maksudnya berakal disini adalah bahwa tidak gila sehinga mampu

memahami ucapan orang-orang normal.

Mengenai wilayah (kewenangan) bahwa posisi BMT disini tidak

mempunyai kewenangan untuk melakukan jual beli atas barang tersebut.

Dikarenakan barang tidak ada ketika akad dilakukan dan kepemilikan

bukan milik BMT sepenuhnya. Akad murabahah dilakukan setelah adanya

barang. Dalam arti harus ada pembelian terlebih dahulu baru dilakukan

akad. Kesimpulan yang didapat bahwa rukun tidak terpenuhi karena

objeknya tidak ada. Berdasarkan ringkasan dari hadits adalah sebagai

berikut :

“Hakim bil Tizam datang kepada Rasullah, Yaa Rasulullah banyak orang

yang datang kepadaku untuk membeli barang-barang padahal saya belum

punya. Saya akan beli ke pasar. Jangan kamu jual apa yang tidak ada

pada kamu”.

Dari hadits ini bisa dipahami bahwa tidak boleh melakukan jual

beli atas barang yang belum menjadi milik BMT kepada nasabah. Seperti

halnya yang sudah disebutkan dalam Fatwa DSN-MUI No. 4 Tahun 2004

Tentang Murabahah.

Dari sisi ijab qabul, menurut peneliti sudah sesuai dengan prinsip

syariah. Diman BMT menerima permohonan pembiayaan dari nasabah

guna untuk merenovasi rumah. Kemudian pihak BMT menerima

permohonan nasabah dengan kesepakatan anatara kedua belah pihak

(harga pokok ditambah marjin), dan pihak BMT juga menyampaikan

bahwa pembayaran tersebut dilakukan secara angsuran/cicilan. Dalam

bentuk akad ini tertera bahwa pembayaran dilakukan secara cicilan.

Page 78: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

69

C. Peralihan Hak Milik Berdasarkan Hukum Islam

Sebagai pemilik hak, menurut para ulama fiqh, seseorang boleh

memindahtangankan haknya kepada orang lain sesuai dengan cara-cara

yang disyariatkan Islam, baik yang menyangkut hak kehartabendaan,

seperti melalui jual beli dan hutang, maupun hak yang bukan bersifat

kehartabendaan, seperti hak perwalian terhadap anak kecil. Yang penting

pemindahan hak ini, menurut para ulama fiqh, dilakukan sesuai dengan

cara dan prosedur yang ditetapkan oleh syara‟ dan juga dilakukan melalui

berbagai transaksi yang harus memenuhi rukun dan syarat yang ditetapkan

syara‟.

Pada pengertian akad sudah bisa dipahami, kata akad didefinisikan

sebagai hubungan anatar ijab dengan kabul sesusai dengan kehendak

syariat yang menetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam objek

perikatan. Akad ini diwujudkan pertama, dalam ijab dan kabul. Kedua,

sesuai dengan kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada objek

perikatan.

Tercapainya tujuan akad tercermin pada terciptanya akibat hukum.

Bila maksud para pihak dalam melakukan akad jual beli adalah untuk

pemindahan milik atas suatu barang dari penjual kepada pembeli, maka

terjadinya perpindahan milik itu merupakan akibat hukum akad jual beli.

Syarat sahnya akad yaitu orang yang berakad, shighat atau

perbuatan yang menunjukkan terjadinya akad berupa ijab dan kabul, objek

akad. Jika semua syarat telah terpenuhi sejak itu timbul akibat hukum (

langsung terjadi). Secara otomatis pemilik yang memiliki barang tersebut

saat itu hilang kepemilikannya dan beralih ke pihak kedua. Secara fikih

akibat hukum ini tidak dikaitkan dengan hal-hal lain, selain syarat-syarat

tadi, contoh seperti penyerahan.

Dalam Mazhab Hanafi terdapat jenis akad ditinjau dari sifat

bendanya yaitu ada akad „ainiyah yaitu sebuat akad yang baru dianggap

sah dan terjadi apabila ada penyerahan fisik benda yang menjadi objek

akad. Contoh : Jual beli. Dalam jual beli terdapat para pihak, objek atau

Page 79: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

70

barang, dan ijab kabul. Penjual dan pembeli dalam melakukan akad jual

beli dengan bertujuan untuk mengalihkan kepemilikan barang yang akan

diperjualbelikan. Dimana dalam penelitian ini BMT berkedudukan sebagai

penjual dan nasabah berkedudukan sebagai pembeli.Maka pada saat akad

berlangsung maka barang yang menjadi objek pembiayaan sudah beralih

ke pihak kedua (pembeli). Dan pihak penjual mempunyai kewajiban untuk

menyerahkan barang kepada pembeli, kemudian pembeli juga mempunyai

kewajiban untuk membayar harga barang kepada penjual.

Analisis yang didapat yaitu pada dasarnya dalam hukum Islam itu

peralihan kepemilikan beralih dimulai sejak adanya akad itu terjadiyaitu

dimana adanya ijab dan kabul. Mengenai penyerahan bahwa merupakan

sebuah kewajiban saja di dalam hukum Islam, bukan syarat sah. Maka dari

itu dapat disimpulkan walaupun barang belum diserahkan dari penjual

kepada pembeli, peralihan kepemilikan sudah beralih secara otomatis.

D. Peralihan Hak Milik Berdasarkan Hukum Perdata

Menurut KUH Perdata Pasal 584 yang menyebutkan bahwa dalam

hal peralihan kepemilikan atas suatu benda dari satu pihak ke pihak yang

lain disyaratkan bahwa seseorang yang akan mengalihkan barang itu

haruslah orang yang berwenang untuk menguasai bendanya. Dalam arti

bahwa barang itu sudah merupakan milik dari pihak pertama, sehingga

mempunyai kekuasaan yang maksimal untuk menikmati dan melakukan

perbuatan-perbuatan hukum atas benda.

Dalam ketentuan Psal 584 KUHPerdata tersebut dapat diketahui

bahwa sebelum suatu penyerahan kebendaan, dengan tujuan untuk

melakukan pemindahan hak milik dapat dilakukan haruslah ada terlebih

dahulu suatu peristiwa perdata yang bertujuan untuk mengalihkan hak

milik tersebut, yang dalam bentuk perjanjian dapat tertuang dalam wujud

jual beli, tukar menukar, maupun hibah.

Jadi dapat disimpulkan menurut sistem hukum Perdata KUH

Perdata dalam perjanjian jual-beli harus diikuti dengan adanya penyerahan

supaya terjadi perpindahan hak milik. Dan itu merupakan syarat sah dalam

Page 80: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

71

Hukum Perdata untuk memindahkan suatu kepemilikan. Dimana

pengertian dari penyerahan itu sendiri adalah suatu perbuatan hukum

pemindahan hak milik didasarkan atas suatu titel atau alas hak berupa

perjanjian yang bermaksud memindahkan hak milik dan dilakukan oleh

orang yang berhak memindahkannya.

Dalam perjanjian jual-beli hanya melahirkan kewajiban saja yaitu

dengan cara menyerahkan barangnya bagi penjual dari kewajiban untuk

membayar harganya bagi pembeli, tidak berakibat berpindahnya hak milik

atas suatu barang. Hak milik atas suatu barang akan berpindah

kepemilikannya setelah adanya penyerahan. Karena dalam Hukum Perdata

penyerahan merupakan syarat sah. Maksudnya syarat sah disini adalah

selama barang yang diperjualbelikan belum diserahkan atau diterima oleh

pembeli maka perpindahan juga belum beralih.

Pada penyerahan terhadap suatu barang dari hasil jual beli ada

ketntuan bahwa kewajiban menyerahkan suatu barang meliputi segala

sesuatu yang menjadi perlengkapannya serta dimaksudkan bagi

pemakaiannya yang tetap, beserta bukti milik, jika itu ada. Contohnya

yaitu penyerahan sebidang tanah diikuti dengan sertifikat tanahnya dan

penyerahan kendaraan bermotor diikuti dengan BPKB.

Page 81: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pelaksanaan akad pembiayaan murabahah pada BMT BKB dan BMT At-

Taqwa Pinang pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Terdapat dua cara pembiayaan murabahah yang dapat

dilakukan oleh BMT yaitu pertama, BMT membeli barang

langsung kepada agen, dan kedua, dengan mewakilkan kepada

nasabah untuk pembelian barang yang akan menjadi objek

pembiayaan murabahah.

Jika BMT mewakalahkan kepada nasabah, maka harus ada

akad wakalah dan pembelian terlebih dahulu sebelum adanya

akad murabahah. Dengan itu, secara otomatis barang tersebut

merupakan milik BMT, dan BMT memiliki kewenangan untuk

melakukan transaksi jualbeli kepada nasabah. Maka demikian

jika dilihat dari alurnya bahwa sudah sesuai dengan prinsip

syariah di lihat dari perspektif Fatwa DSN-MUI No. 4 Tahun

2000 Tentang Murabahah. ( akad wakalah – pembelian - akad

murabahah).

2. Peralihan kepemilikan. Berdasarkan Hukum Islam yaitu

beralihnya kepemilikan dimulai sejak adanya akad itu terjadi.

Secara otomatis kepemilikan sudah beralih meskipun barang

belum beralih. Sedangkan menurut Hukum Perdata, beralihnya

kepemilikan ketika ada penyerahan dan sebelumnya harus

adanya peristiwa perdata berupa perjanjian yang dibuat oleh

kedua belah pihak yang bertujuan untuk memindahkan hak

milik atas suatu benda.

Page 82: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

73

B. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan

sebelumnya maka dapat disampaikan sarang-saran sebagai berikut :

1. BMT.

a. BMT At-Taqwa Pinang sebaiknya dapat mampu menerapkan

prinsip-prinsip syariah secara keseluruhan. Meskipun adanya

banyak kendala-kendala untuk menyempurnakannya..

b. BMT Bersama Kita Berkah (BKB) agar lebih inovatif dan kreatif

lagi dalam menghadapi persaingan dengan Lembaga Keuangan

lainnya. Agar dapat membantu dan mempermudah masyarakat

dalam perekonomian baik untuk masyarakat menengah ke atas

maupun masyarakat menengah kebawah. Dan juga diharapkan

untuk memperbaiki bunyi akad dalam pembiayaan murabahah

sehingga sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

2. Peneliti Selanjutnya. Peneliti sangat menyarankan untuk peneliti

selanjutnya agar dapat meneliti dengan mengukur berapa persen

kesesuaian syariah pada bunyi akad dalam pembiayaan murabahah di

BMT.

Page 83: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Mustofa, Hukum Islam Kontemporer, Jakarta : Sinar Grafika, 2009.

Abdurrauf, “Penerapan Teori Akad pada Perbankan Syariah”. Al-Iqtishad. Vol.

4 No. 1, Januari (2012).

Aburaera, Sukarno, Muhadar, dan Maskun. Filasafat Hukum Teori dan Parktik,

Jakarta : Prenada Media, 2014.

Al-Hasan, Fahadil Amin. “ Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah Di Lembaga

Mikro Keuangan Syariah(BMT). Jurusan Hukum Ekonomi Syariah,

Fakultas Syariah Dan Hukum UIN SDG Bandung.

Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 2006

Amalia,Euis, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2009.

Amin, Ma’ruf,Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta : Elsas Jakarta, 2008.

Anwar, Syamsul,Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad dalam

Fikih Muamalat, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2007.

Burhanuddin, S, Aspek Hukum Lembaga Keauangan Syariah, Yogyakarta : Graha

Ilmu, 2010.

Djamil, Fathurrahman,Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di

Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafik, 2013.

Fatwa DSN-MUI No. 4 Tahun 2000 tentang Murabahah.

Fatwa DSN-MUI No. 10 Tahun 2000 tentang Wakalah.

Haroen,Nasrun, Fiqh Mumalah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007.

Page 84: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

75

Haryoso, Lukman. “Penerapan Prinsip Pembiayaan Syariah (Murabahah) Pada

BMT Bina Usaha Di Kabupaten Semarang”. Jurnal Law and Justice.

Vol. 2 No. 1. April 2017.

Hendi,Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian

Tesis dan Disertasi. Jakarta : Rajawali Pers, 2014.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah : Fiqh Muamalah, Jakarta : Kencana, 2012.

Masjchoen Sofwan, Sri Soedewi, Hukum Perdata : Hukum Benda, Yogyakarta :

Liberty Yogyakarta, 1974.

Naja, Daeng,Akad Bank Syariah, Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2011.

Natadimaja, Harumiati, Hukum Perdata Mengenai Hukum Perorangan dan

Hukum Benda, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009.

Nurul Huda, Mohamad Haykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis, Jakarta : Kencana, 2010.

Nurhuda, Muttaqin. “Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Di

BMT Palur Karanganyar. Naskah Publikasi. Jurusan Hukum Ekonomi

Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhamadiyah Surakarta.

2015.

Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan

Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah.

Putra, Baskoro Perdana. “Analisis Penetapan Tingkat Marjin Akad Pembiayaan

Murabahah:Studi Kasus Pada Baitul Maal wa Tamwil Ahmad Yani

Malang”.Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Brawijaya Malang.

Page 85: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum

76

Rahmawati, Yuke, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Tangerang Selatan : Uin

Jakarta Press, 2013.

Shobirin. “Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di Baitul Maal Wa

Tamwil(BMT). Jurnal Iqtishadia. Vol. 9 No. 2.( 2016).

Shobirin, “ Jual Beli Dalam Pandangan Islam”. Jurnal Bisnis. Vol. 3 No.2,

Desember (2015) : 241.

Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, Bogor : Penerbit Ghalia

Indonesia, 2011.

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, Yogyakarta :

Liberty Yogyakarta, 1974.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT Intermasa, 1987.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

Yogyakarta : Ekonisia, 2004, cet ke 2.

Syahrani, Riduan, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung : P.T.

Alumni, 2010.

Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.

Wibowo,Endro. “Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BMT Amanah

Ummah”. Jurnal Al-Tijarah. Vol. 1 No. 2. Desember 2015.

Page 86: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 87: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 88: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 89: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 90: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum
Page 91: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44238/1/SYIFA AWALIYAH-FSH.pdf · harus ada akad wakalah terlebih dahulu sebelum