ANALISIS NILAI KARAKTER DONGENG DALAM BUKU ...ANALISIS NILAI KARAKTER DONGENG DALAM BUKU BAHASA...
Transcript of ANALISIS NILAI KARAKTER DONGENG DALAM BUKU ...ANALISIS NILAI KARAKTER DONGENG DALAM BUKU BAHASA...
ANALISIS NILAI KARAKTER DONGENG DALAM BUKU BAHASA
INDONESIA KELAS III SD INPRES GONTANG
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
EVI YULIANTI
105401104816
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : EVI YULIANTI
NIM : 10540 11048 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Analisis Nilaia Karakter Dongeng dalam Buku Bahasa
Indonesia Kelas III SD Inpres Gontang Kota Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun .
Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat Pernyataan
EVI YULIANTI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : EVI YULIANTI
NIM : 10540 11048 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat Perjanjian
EVI YULIANTI
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain), dan hanya kepada Tuhan-mulah kamu berharap”
(QS. Al-Insyiroh: 6-8)
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang serta
salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Saya dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan baik. Dengan segala ketulusan dan keikhlasan karya sederhana
ini ku persembahkan untuk :
Orang tuaku tercinta. Terima kasih atas doa, dukungan. kesabaran dan
pengorbanan yang selalu mengiringi langkahku selama menuntut ilmu.
Teman-teman PGSD 2016 B, yang telah menemani perjalanan saya selama
perkuliahan.
Serta keluarga dan teman-temanku, yang senantiasa memberikan motivasi dan doa
dalam mencapai keberhasilanku.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semuanya.
vii
ABSTRAK
Evi Yulianti, 2020. Analisis Nilai Karakter Dongeng dalam Buku Bahasa
Indonesia Kelas III SD Inpres Gontang Kota Makassar. Skripsi Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Sulfasyah, dan M. Agus.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai karakter dongeng
pada buku “Bahasa Indonesia Kelas III” SD Inpres Gontang Kota Makassar. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi
kasus. Prosedur penelitian ini dalam skripsi ini meliputi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Sumber data penelitian berupa buku
“Bahasa Indonesia untuk SD dan MI Kelas III” serta hasil kegiatan wawancara
yang dilakukan peneliti dengan wali kelas III. Teknik pengumpulan data yang
dilaksanakan terdiri atas observasi, wawancara, dan dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam dongeng yang
terdapat dalam buku “Bahasa Indonesia Kelas III SD” mengandung 5,56% nilai
karakter jujur, 5,56% nilai karakter disiplin, 16,67% nilai karakter kerja keras,
5,56% nilai karakter demokratis, 22,22% nilai karakter rasa ingin tahu, 16,67%
nilai karakter komunikatif, 16,67% nilai karakter cinta damai, 16,67% nilai
karakter peduli lingkungan, 33,33% nilai karakter peduli sosial, dan 16,67% nilai
karakter tanggung jawab. Simpulan penelitian ini adalah nilai karakter yang
ditemukan sebanyak 28 nilai karakter. Dongeng yang paling banyak mengandung
nilai karakter adalah “Bunga Melati yang Baik Hati” yaitu sebanyak enam nilai
karakter. Nilai karakter yang muncul dalam dongeng adalah jujur, disiplin, kerja
keras, demokratis, rasa ingin tahu, komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Saran yang diberikan adalah 1) bagi guru atau
orang tua dapat menjadikan dongeng sebagai alternatif pilihan dalam dalam
mendidik anak tentang nilai-nilai karakter, 2) bagi siswa hendaknya dapat
memilih karakter yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, 3) bagi penulis buku hendaknya leebih banyak meenyisipkan nilai-nilai
karakter dalam dongeng terutama nilai karakter yang belum muncul.
Kata kunci : buku teks, dongeng, nilai karakter.
viii
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala yang maha mendengar lagi maha melihat atas segala limpahan rahmat,
taufiq, dan karunia-Nya serta kerja keras sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Nilai Karakter Dongeng dalam Buku Bahasa
Indonesia Kelas III SD Inpres Gontang Kota Makassar.” dirampung dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan selesainya skripsi
ini karena adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini perkenankalnah penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Amir dan Ibunda Catira yang senantiasa
memberikan semangat motivasi dan selalu mendoakan. Hj.Sulfasyah, M.A.,Ph.D
pembimbing I dan Dr.M. Agus, M.Pd pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya disela kesibukan beliau untuk mengarahkan dan membimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini sampai tahap penyelesaian.
Demikian pula penulis sampaikan terima kasih tiidak terhingga kepada
Prof. Dr. H. Ambo Asse.,M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D Dekan fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
ix
Universitas Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar. Semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 7
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ........................ 9
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 9
xi
B. Kerangka Pikir ............................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 29
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 29
B. Definisi Istilah ............................................................................. 30
C. Prosedur Penelitian ...................................................................... 32
D. Data dan Sumber Penelitian ......................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 34
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 37
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 47
H. Analisis Data ................................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 52
A. Deskripsi Data .............................................................................. 52
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 52
C. Pembahasan .................................................................................. 103
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 105
A. Simpulan....................................................................................... 105
B. Saran............................................................................................. 106
DAFTA R PUSTAKA ................................................................................ 107
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ........................................................... 28
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ..................................................... 32
xiii
DAFTAR TABEL
Gambar 3.2 Tabel indikator nilai karakter pada buku teks pelajaran .... ........ 38
Gambar 4.1 Tabel Nilai Karakter dalam Dongeng ............................................ 96
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Gambar 4.2 Diagram Nilai Karakter dalam Dongeng .............................. 102
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Wawancara untuk Guru
2. Hasil Wawancara terhadap Guru
3. Dongeng “Pohon Apel yang Tulus”
4. Dongeng “Pengembara dan Sebuah Pohon”
5. Dongeng “Asal Mula Buah Kelapa”
6. Dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati”
7. Dongeng “Petani yang Baik Hati”
8. Dongeng “Ayam Jago Baru”
9. Dongeng “Kisah Semut dan Merpati”
10. Dongeng “Kisah Petani dan Anak Harimau”
11. Dongeng “Anak Gembala dan Serigala”
12. Dongeng “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban”
13. Lampiran Foto Wawancara dengan Guru Kelas III
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, karena
pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Sesuai Undang-Undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dan Pasal
2 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasanan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadia, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan megara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggapan terhadap tuntutan
perubahan zaman (Depdiknas, 2003).
Adanya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional turut membuktikan bahwa pendidikan harus dibarengi dengan
penanaman nilai-nilai karekter. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan
rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 2003).
2
Pendidikan erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan
pendidikan mendapatkan tempat layaknya kebutuhan pokok, yaitu sandang,
pangan, papan. Pendidikan lebih luas daripada sekedar kegiatan menyekolahkan
anak. Oleh karena itu, proses pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Pendidikan sebagai sarana menstrasfer berbagai ilmu
dan pengetahuan juga idealnya harus dapat menanamkan nilai, etika, moral, dan
segala aturan dari leluhur kita (Wibowo dan Gunawan 2015).
Pendidikan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan
kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam berkehidupan
berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa; ancaman disentegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa
(Puskurbuk 2011).
Era globalisasi melalui teknologi digital tidak ada kejadian di bumi ini
yang hanya diketahui secara lokal. Manusia yang dibutuhkan di era globalisasi
adalah manusia yang handal, cerdas, berwatak dan kompetitif yang dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu bawaan, lingkungan dan latihan. Faktor lingkungan dan
latihan merupakan sumbangsih dari kegiatan di sekolah. Karakter bukan hanya
suatu sifat bawaan namun dapat diusahakan melalui latihan secra berulang dan
rutin.
3
Beberapa tahun terakhir media massa memberitakan adanya konflik fisik
natar masyarakat, agama, pelajar, remaja, gank, dan desa yang dipicu masalah
kecil dan salah paham. Penyalahgunaan narkoba dan minuman keras juga melanda
remaja, merokok dikalangan pelajar juga sudah menjadi hal yang wajar. Dengan
penyalahgunaan narkoba dan minuman keras dibarengi dengan permasalahan-
permasalahan baru seperti menurunnya semangat bekerja (malas), seks bebas,
menurunnya kepekaan sosial yang dibarengi dengan kurang memperdulikan kata
hati (nurani), menurunnya sikap hormat kepada orang tua dan guru, merasa berani
dan kuat (bertindak, nekat).
Bahasa sebagai alat komunikasi, baik secra lisan maupun tertulis, ini
adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai nilai-
nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya
selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Tujuan utama
pengajaran dan pendidikan bahasa Indonesia sebagai bekal menghadapi
kehidupan masa kini dan mendatang, dalam mencapai tujuan pendidikan bahasa
Indonesia, kurikulum bahasa, buku pelajaran bahasa, metode belajar mengajar
bahasa, guru lingkungan keluarga serta masyarakat dan perpustakaan sekolah
memengang peran penting (Faisal 2009: 12).
Meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang
digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Untuk mewujudkan proses
dan produk tersebut, kemampuan mendayagunakan metode atau cara mengajar
sangat diperlukan untuk menjamin swadaya dan swakarsa siswa yang sesuai
dengan perkembangan pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, juga
4
diperlukan penenaman pendidikan karakter pada diri siswa Mulyasa (2011: 1)
mengemukakan “pendidikan karekter merupakan upanya untuk membantu
perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya
menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik”. Jadi, pendidikan
karakter itu merupakan pendidikan yang berkaitan dengan masalah penenaman
kebiasaan baik yang harus dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Bila berbicara tentang pendidikan yang langsung terikat adalah sekolah,
sebagai lembaga yang memusatkan kegiatannya pada pendidikan. Pendidikan
formal di sekolah seluruh kegiatan dilakukan secara sadar dan sistematis, tujuan
pendidikan telah dirumuskan secra jelas dan bahan ajarnya telah digariskan secara
rinci, cara dan juga metodenya juga telah dirumuskan secara jelas, dan ini semua
telah di sahkan dalam sistem atuaran yang pasti.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Soetantyo pada tahun 2013
dengan judul ”Peranan Dongeng dalam Pembetukan Karakter Siswa Sekolah
Dasar,” bahwa pentingnya pendidikan karakter memang sudah lama ditengarai
untuk menyaring banjir informasi di internet yang berkembang dengan sangat
cepat di abad 21 ini. Namun pemerintah Indonesia belum secara sungguh-sungguh
menerapkannya. Akibatnya kemerosotan moral pun banyak terjadi. Untuk
mengantisipasi hal ini pendidikan karakter yang terintegrasi dengan setiap mata
pelajaran sangat baik untuk dilakukan. Strategi penerapan karakter tersebut dapat
dilakukan dalam empat tahap, yaitu sosialisasi, internalisasi, pembiasaan, dan
pembudayaan. Dongeng adalah bagian dari budaya rakyat Indonesia. Pengaruh
dongeng yang besar pun terhadap moralitas dan karakter anak-anak sangat
5
mendukung dijadikannya dongeng sebagai cerita pendukung karakter. Dongeng
dapat diberikan sebagai langkah untuk mensosialisasikan karakter yang baik yang
akan diajarkan di sekolah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk. Pada tahun 2014
dengan judul “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara dan Relevasinya terhadap Pengajaran Pendidikan
Karakter di Indonesia”, bahwa Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang terdapat
dalam novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara berjumlah 14. Nilai-nilai
karakter tersebut terdiri atas, nilai karakter religius, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, jujur, mandiri, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab.
Hasil kajian terhadap novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara ysng jika
dikaitkan terhadap pengajaran pendidikan karakter di sekolah sangat relevan.
Relevansi novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara terlihat dari nilai-nilai
karakter dalam novel tersebut, sangat baik digunakan sebagai pengejaran untuk
membentuk karakter seseorang. Misalnya, nilai karekter religius yang terkait
dengan ketuhanan secara tidak langsung dapat diterapkan melalui kegitan
persembahyangan di sekolah. Begitu juga nilai-nilai karakter yang lain sangat bisa
dikaitkan dengan pengajaran pendidikan karakter di sekolah.
Penelitian yang dilakukan di SD Inpres Gontang membuktikan bahwa
sebagian besar siswa kelas III sudah pandai untuk mengakses informasi secara
instan dengan memenfaatkan perangkat teknologi canggih seperti internet. Selain
itu siswa kelas III sudah paham dengan adanya game yang sangat mudah diunduh
6
melalui ponsel. Siswa sudah mengenal berbagai produk teknologi informasi dan
hal ini merupakan menu sehari-hari. Melalui media teknologi, anak-anak dengan
mudah dapat mengikuti kejadian-kejadian di bagian manapun dari planet bumi ini
secara cepat. Bukan lagi dalam hitungan detik, tapi dalam saat bersamaan.
Informasi apapun dapat dengan mudah diakses melalui berbagai produk teknologi
informasi seperti internet, telepon genggam, TV, dan alat-alat canggih lainnya.
Seorang anak dengan mudah mendapatkan informasi yang dia kehendaki dengan
hanya mengetik kata kunci di mesin pencarian google. Ia juga dapat menonton
program-program kartun lewat youtube atau mendapatkan teman diseluruh dunia
melalui facebook atau twitter. Siswa juga cenderung menjadi pribadi yang manja
dengan adanya kemajuan teknologi, akibat dari teknologi yang diketahui siswa
menyebabkan menurunnya semangat belajar. Adanya kemudahan yang diberikan
oleh teknologi internet menyebabkan siswa malas membaca dan lebih memilih
untuk mengakses melalui mesin pencarian. Kepedulian siswa dengan lingkungan
juga masih kurang, hal ini dibuktikan dengan sikap siswa yang acuh terhadap
sampah plastik yang berada di dekat siswa. Selain itu dampak negatif yang
ditumbulkan adalah menurunnya rasa kejujuran siswa. Menurunnya kedisiplinan
siswa merupakan dampak dari kemajuan teknologi.
Hal tersebut harus diperhatikan dengan serius mengingat bahwa siswa SD
merupakan generasi penerus bangsa. Usaha yang bisa dilakukan salah satunya
adalah memperbaiki perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang
dimaksud adalah buku teks pengangan siswa yaitu buku “Bahasa Indonesia untuk
SD dan MI kelas III”. Keberadaan buku teks pengangan siswa mempermudah
7
guru dalam menyampaikan materi. Isi dari buku “Bahasa Indonesia untuk SD dan
MI kelas III” salah satunya adalah dongeng. Dongeng adalah karya sastra yang
trategis dalam penenaman nilai karakter.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Nilai Karakter Dongeng dalam Buku “Bahasa Indonesia Untuk
SD dan MI Kelas III” SD Inpres Gontang Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas, maka terdapat
rumusan masalah yang akan dibahas yaitu: “Nilai karakter apa sajakah yang
terdapat dalam dongeng pada buku Bahasa Indonesia Kelas III SD Inpres Gontang
Kec. Tamalate Kota Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan nilai karakter yang terdapat dalam dongeng pada buku Bahasa
Indonesia kelas III SD Inpres Gontang Kec. Tamalate Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan referensi atau pendukung penelitian selanjutnya.
b. Menambah kajian tentang teori nilai karakter.
c. Menambah informasi kepada pembaca tentang nilai karakter dongeng pada
buku “Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas III” Sekolah Dasar.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Menambah pengetahuan tentang nilai karekter dongeng pada buku “Bahasa
Indonesia untuk SD dan MI kelas III” dan sebagai bahan penenaman nilai
karakter dalam pembelajaran kepada siswa.
b. Bagi Siswa
Menumbuhkan minat baca siswa terhadap cerita dongeng sebagai sarana
pembentukan karakter positif agar menjadi pribadi yang santun dan cerdas.
c. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai landasan untuk menulis penelitian selanjutanya.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Penelitan yang Relevan
Kusuma (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai
Karakter pada Siswa Kelas IV dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
Materi Membaca Intensif SD Tlogosari Kulon 06 Semarang” penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui analisis karakter pada siswa. Penelitian dari Putri
Apreliana Ajeng Kusuma releven dengan penelitian ini karena dalam penilitian ini
ditemukan upanya analisis karakter pada siswa dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia.
Selanjutnya dalam penelitian Rizki Kurniawati dan Irsyadillah yang
berjudul “Analisis Nilai Karakter dalam Teks Cerita Buku Pelajaran Siswa
Sekolah Dasar” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis nilai karakter
dalam teks cerita. Penelitian dari Rizki Kurniawati dan Irsyadillah relevan
dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut dikatakan menegenai
nilai karakter. Penelitian Rizki Kurniawati dan Irsyadillah relevan dengan peneliti
karena dalam penelitian tersebut diteliti nilai karakter terhadap siswa sekolah
dasar.
2. Pengertian Nilai
Tidak mudah untuk menjelaskan atau mengartikan nilai karena adalah
sesuatu yang abstrak. Manusia sebagai insan individu dan makhluk sosial baik
10
secara sadar atau pun secara tidak sadar melakukan penilaian dalam
kehidupannya. Nilai merupakan terjemahan kata value yang berasal dari bahasa
Latin valere atau bahasa Prancis kuno valoir yang dapat dimaknai sebagai harga.
Nilai erat kaitannya dengan kepercayaan, sikap, atau perasaan yang dibanggakan
oleh individu. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya
pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Fitri (2012:
91) menjelaskan bahwa nilai adalah hakikat sesuatu yang baik dan pantas
dilakukan oleh manusia menyangkut keyakinan, kepercayaan, norma, dan
perilaku. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan suatu hal disukai,
diinginkan, dikejar, dihargai, berguna, dan dapat membuat orang yang
menghayatinya menjadi bermartabat (Adisusilo, 2012: 56). Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa nilai adalah sesuatu yang menyempurnakan
manusia dari kakikatnya. Dari pengertian tersebut tampak bahwa nilai
mengandung aspek praktis dan teoritis. Secara praktis, nilai berkaitan dengan
pemaknaan terhadap sesuatu secara hakiki.
Penanaman nilai terjadi lewat sekolah, asrama, dan masyarakat baik
disadari ataupun tidak. Nilai memberi arti atau tujuan dan arah hidup. Nilai
menyediakan motivasi-motivasi. Nilai tersembunyi dari pengetahuan yang benar
sehingga dapat terlaksana dalam kehidupan. Tanpa pengetahuan yang benar
tentang nilai, tidak mungkin seseorang bertindak yang bermoral. Max Scheler
dalam Sudirman (2008: 59), memiliki hirarki yang dapat dikelompokkan ke dalam
empat tingkatan, yaitu:
11
a. Nilai kenikmatan. Pada tingkatan ini terdapat serangkaian nilai yang
menyenangkan atau sebaliknya yang kemudian orang merasakan bahagia atau
menderita.
b. Nilai kehidupan. Pada tingkatan ini terdapat nilai kewajiaan yang sama sekali
tidak tergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan. Misalnya kehidupan,
kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan umum, dan seterusnya.
c. Nilai kejiwaan. Pada tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali
tidak tergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan. Misalnya keindahan,
kebenaran, pengetahuan murni yang dicapai melalui filsafat.
d. Nilai kerohanian. Pada tingkatan ini terdapat nilai yang suci maupun tidak suci.
Nilai-nilai ini terlahir dari nilai ketahuan sebagai nilai tertinggi.
Dalam buku yang lain Max Scheller menyebutkan hirearki nilai menjadi
tiga yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
Max Scheller dalam Suyahmo (2008: 165) mejelaskan adanya hirarki nilai
sebagai berikut, 1) nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
bagi kehidupan manusia, 2) nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk dapat mengadakan aktivitas kehidupan, 3) nilai
kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
3. Penanaman Nilai
Nilai kebijakan menjadi dasar pengembangan kehidupan manusia dalam
berperilaku sebagai insan individu dari sebagai makhluk sosial yang berinteraksi
dengan masyarakat. Pendidikan nilai sebagai keseluruhan aspek pengajar atau
bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan
keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak
yang konsisten.
12
Dilihat dari segi kognitif atau pengetahuan moral siswa dibantu untuk
mengerti apa isi nilai yang digeluti dan mengapa nilai itu harus dilakukan dalam
hidup mereka, dengan demikian siswa sungguh mengerti apa yang dilakukan dan
sadar apa yang dilakukan. Perasaan moral membantu siswa merasakan bahwa
nilai itu sungguh baik dan perlu dilakukan atau diterapkan. Tindakan moral
membantu siswa untuk mewujudkan nilai itu dalam tindakan sehari- hari.
Sjarkawi (2008: 14-16) menyebutkan 5 pendekatan dalam penanaman nilai
dalam pembelajaran di sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan penenaman nilai (inclucation approach)
Pendekatan ini mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima nilai
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
melalui tahapan, mengenal pilihan, menentukan pendirian menerapkan nilai
sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang digunakan pada pendekatan ini antara
lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, bermain peran.
b. Pendekatan moral kognitif (cognitif moral development approach)
Pendekatan ini menekankan pada tercapainya tingkat pertimbangan moral yang
tinggi sebagai hasil belajar. Guru dapat menjadi fasilitator dalam menerapkan
proses pemikiran moral melalui diskusi dilema moral sehingga anak tertantang
untuk membuat keputusan tentang moralitasnya mereka diharapkan mencapai
tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi sebagai hasil pemikiran
moralnya. Tingkat pertimbangan moral itu terstruktur dari yang rendah ke yang
tinggi, yaitu takut hukuman, melayani kehendak sendiri, menuruti peranan
yang diharapkan, menaati atau menghormati aturan, berbuat baik untuk orang
13
banyak, bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika, dan sesuai dengan nilai-
nilai kemanusiaan yang universal. Cara yang dapat digunakan dalam
menerapkan pendekatan ini adalah dengan melakukan diskusi kelompok
dengan dilema moral, baik yang faktual maupun yang abstrak (hipotekal).
c. Pendekatan analisis nilai ( values analysis approach)
Pendekatan ini mendekatkan agar siswa dapat menggunakan kemampuan
berpikir logis dan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhungan
dengan nilai tertentu. Selain itu, siswa dalam menggunakan proses berpikir
rasioanal dan analisis dapat menghubungkan dan merumuskan konsep tentang
nilai mereka sendiri. Cara dapat yang digunakan dalam pendekatan ini antara
lain diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegakan bukti, penegasan
prinsip, analisis terhadap kasus debat, dan penelitian.
d. Pendekatan klarifikas nilai (values clarification appoach)
Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengidentifikasi nilai- nilai mereka sendiri dan nilai-
nilai orang lain. Selain itu, pendekatan juga membantu siswa untuk membantu
siswa dalam menggunakan kemampuan berfikir rasional dan emosional dalam
menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka sendiri. Cara yang dapat
dimanfaatkan dalam pendekatan ini antara lain bermain peran, simulasi,
analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang bertujuan
mengembangkan sensistivitas, kegiatan diluar kelas, dan diskusi kelompok.
14
e. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning appoach)
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa seperti
pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai, selain itu, pendekatan ini
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan
kegiatan sosial serta mendorong siswa untuk melihat diri sendiri sebagai
makhluk yang senantiasa berinteraksi dengan masyarakat. Cara yang dapat
digunakan dalam pendekatan ini seperti pendekatan analisis, klarifikasi,
kegiatan disekolah, hubungan antar pribadi, praktik hidup bermasyarakat, dan
berorganisasi.
Pendekatan-pendekatan di atas diketahui bahwa pendekatan penanaman
nilai dapat dilakukan dengan keteladanan, penguatan positifdan negatif, simulasi,
dan bermain peran. Pendekatan moral kognitif dapat dilakukan dengan melakukan
diskusi kelompok dengan dilema moral. Pendekatan analisis nilai dapat dilakukan
dengan diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegakan bukti, penegasan
prinsip, analisis terhadap kasus, debat, dan penelitian.
Pendekatan klarifikasi nilai cara yang dapat digunakan bermain peran,
simulasi, analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang bertujuan
mengembangkan sensitivitas, kegiatan di luar kelas, dan diskusi kelompok.
Pendekatan pembelajaran berbuat antara lain dengan lain dengan kegiatan di
sekolah, hubungan antar pribadi, praktik hidup bermasyarakat, dan berorganisasi.
4. Pengertian Karakter
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kata “karakter”
sebagai taniat, sifat-sifat kejiwaan, ahklak atau budi pekerti, watak, yang
15
membedakan seseorang dengan yang lain. Orang yang berkarakter berarti orang
yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat atau berwatak. Wibowo
(2013: 12) menjelaskan bahwa karakter merupakan watak dan sifat-sifat seseorang
yang menjadi dasar untuk membedaan seseorang dengan yang lainnya.
Wynne dalam Arismantoro (2008: 28) berpendapat kata karakter berasal
dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku. Orang yang berperilaku jujur, adil dan suka menolong dikatakan sebagai
orang yang berkarakter mulia, sementara orang yang tidak jujur, tidak adil, kejam,
rakus dan korup dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek. Jadi istilah
karakter erat hubungannya dengan kepribadian seseorang. Seseorang bisa
dikatakan berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan
kaidah moral. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa karakter
adalah sifat-sifat kejiwaan, perilaku, dan watak individu yangmenjadi ciri khas
dalam diri individu tersebut.
5. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan menfasilitasi anak
agar memiliki karakter positif. Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter
antara lain:
a. Mengembangkan potensi kalbu, nurani, dan efektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dankarakter
bangsa,
16
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius,
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa,
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan,
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
6. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukan berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu
nilai yang menjadi satu kesatuan dengan setiap mata pelajaran di sekolah. Proses
pendidikan karakter tidak dapat langsung dilihat hasilnya dalam waktu yang
singkat, tetapi memerlukan waktu dan proses yang konsisten. Fitri (2012: 45)
menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui
beberapa strategi yang meliputi:
1) Pengintegrasian nilai dan etika dalam setiap mata pelajaran.
2) Internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh setiap warga sekolah (kepala
sekolah, guru, dan orang tua).
3) Pembiasaan dan latihan.
4) Pemberian contoh atau teladan.
5) Penciptaan suasana berkarakter di sekolah.
6) Pembudayaan.
17
Pendidikan karakter di sekolah sangat dipengaruhi oleh perilaku guru.
Seorang guru memerlukan strategi dalam memasukkan pendidikan karakter dalam
kegiatan pembelajaran. Fitri (2012: 46) menyatakan bahwa strategi pembelajaran
pendidikan karakter dapat dilihat dalam lima bentuk integrasi yaitu:
1) Integrasi kedalam mata pelajaran.
2) Integrasi melalui pembelajaran tematik.
3) Integrasi melalui penciptaan suasana berkarakter dari pembiasaan
4) Integrasi melalui kegiatan ekstrakulikuler.
5) Integrasi antara program pendidikan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
7. Dongeng
Sastra adalah tulisan yang khas, dengan pemanfaatan kata yang khas,
tulisan yang beroperasi dengan cara yang khas dan menuntut pembacaan yang
khas pula (Surumpaet, 2010: 1). Sastra anak adalah sastra yang dibaca oleh anak-
anak. Sastra anak pada umumnya dikenalkan sebagai karya sastra yang khusus
dikerjakan untuk anak-anak seperti buku bermain, buku-buku untuk bayi, buku
memperkenalkan alfabet, buku mengenal angka dan hitungan, dan segala buku
yang mencerminkan tentang segala pengalaman anak pada saat seusia tersebut. Di
samping itu, yang sangat populer dan diminati anak adalah buku bacaan
bergambar. Anak-anak juga gemar tentang kisah klasik yang dikenal dengan
dongeng.
Hal yang tidak boleh terlupakan dalam memahami sastra anak adalah
pertama, bahwa kita berhadapan dengan karya sastra dan dengan demikian
menggunakan elemen yang biasa dingunakan seperti sudut pandang, latar, tokoh,
18
watak, alur, konflik, tema, dan gaya. Kedua, kita mendapat kesan mendalam dan
serta merta yang kita temukan pada pembacaan pertama adanya kejujuran,
penulisan yang bersifat langsung, serta informasi.
a. Pengertian Dongeng
Berdasarkan pembagian sejarah sastra Indonesia, dikenal menjadi dua
macam sastra, yakni sastra klasik dan sastra modern. Dalam sastra modern
mencakup roman, novel, dan cerpen. Dalam sastra klasik mencakup cerita rakyat,
dongeng, fabel, epos, legenda, mite, hikayat, sage, silsilah, dan lain sebagainya.
Dongeng termasuk dalam suatu prosa fiksi imajinasi (folklore) yang di
dalamnya menyajikan rangkaian peristiwa yang pelaku-pelakunya hanya ada
dalam dunia imajinasi pengarang, misalnya raksasa pemakan manusia dan burung
garuda raksasa. Winarni (2014: 21) mengatakan bahwa dongeng adalah cerita
yang tidak benar terjadi, cerita yang lahir dari khayalan pengarang.
Trianto (2007: 46) mengatakan bahwa dongeng adalah cerita sederhana
yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh di zaman dahulu.
Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan juga
menghibur. Dongeng termasuk cerita tradisional yang di sampaikan secra turun-
temurun.
Danandjaja dalam Agus DS (2009: 12) mengatakan bahwa dongeng
termasuk cerita rakyat lisan yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
punya cerita.
19
Berdasarkan dari pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
dongeng adalah cerita yang tidak benar terjadi dan tidak diketahui asal muasalnya
yang bersifat turun-temurun.
b. Unsur Dongeng
Dongeng termasuk kedalam prosa jenis klasik, unsur prosa terdiri dari dua
unsur yaitu instrinsik dan ekstinsik. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur instrinsik pada prosa terdiri dari tokoh
dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, dan amanat. Tokoh dan
penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis
tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak tokoh, dan cara
pengarang menggambarkan watak tokoh tersebut. Alur adalah struktur penceritaan
dalam prosa yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa, yang
disusun berdasarkan hukum sebab akibat. Latar atau setting merupakan segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana,
dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Sudut pandang adalah cara
memendang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya
pada posisi tertentu. Tema adalah gagasan, atau ide, atau pikiran utama yang
mendasari suatu karya sastra. Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Gaya bahasa adalah teknik
pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang
hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh pemilihan kata yang
tepat.
20
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar.
Unsur ini tidak masuk dalam cakupan cerita, tetapi sangat mempengaruhi dan
mewarnai unsur instrinsiknya. Unsur ekstrinsik terdiri dari latar belakang
pengarang dan latar belakang masyarakat. Latar belakang pengarang meliputi
kondisi kejiwaan pengarang pada saat menulis dongeng. Keadaan masyarakat
sangat berpengaruh terhadap corak karya sastra yang dihasilkan.
c. Pelaku atau Tokoh Dongeng
1) Dewa dan dewi, ibu dan saudara tiri yang jahat, raja dan ratu, pangeran
dan putri, ahli nujum;
2) Peri, wanita penyihir, raksasa, orang kerdil, putri duyung, monster naga;
3) Binatang, misalnya ikan ajaib dan kancil;
4) Kastil, hutan yang memikat, negeri ajaib;
5) Benda ajaib, misalnya lampu, cincin, permadani, dan cermin.
d. Tema Dongeng
Biasanya, suatu dongeng mempunyai tema seperti uraian sebagai berikut:
1) Moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan.
2) Kejadian yang terjadi masa lampau, di suatu tempat yang sangat jauh.
3) Mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah orang menjadi binatang.
4) Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan cinta.
5) Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh orang yang jahat.
e. Jenis – Jenis Dongeng
Dongeng dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:
1) Dongeng binatang
21
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan atau
binatang liar. Binatang-binatang dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan
berakal budi seperti manusia. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik,
licik, dan jenaka.
2) Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya
adalah kisah suka duka seseorang misalnya dongeng Ande-Ande Lumut, Jaka
Tarub, Jaka Kendil, dan lain-lain.
3) Lelucon atau anekdot
Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang
mendengarnya mampu menceritakannya. Meski demikian, bagi masyarakat
atau orang yang menjadi sasaran, dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit
hati.
4) Dongeng berumus
Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.
Dongeng ini ada tiga macam, yaitu dongeng tertimbun banyak (cumalative
tales), dongeng untuk mempermaikan orang (catch tales), dan dongeng yang
tidak mempunyai akhir (endleass tales).
Dalam penelitian ini terdapat sepuluh buah dongeng yang berjudul “Pohon
Apel yang Tulus”, “Pengenbara dan Sebuah Pohon”, “Asal Mula Buah Kelapa”,
“Bunga Melati yang Baik Hati”, “Petani yang Baik Hati”, “Ayam Jago Baru”,
“Kisah Semut dan Merpati”, “Kisah Petani dan Anak Harimau” “Anak Gembala
dan Serigala”, dan “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban”. Kesepuluh
22
dongeng tersebut masuk dalam jenis dongeng biasa dan fabel yaitu dongeng yang
ditokohi oleh manusia dan hewan dan terdapat kisah suka duka di dalamnya.
8. Analisis Karya Sastra
Menganalisis sebuah karya sastra perlu adanya sebuah pendekatan.
Pendekata disini digunakan sebagai suatu cara agar peneliti menjadi lebih dalam.
Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan peneliti untuk menguasai dan
mengembangkan ilmu yang paling tinggi validitasnya dan ketepatannya sebagai
acuan dalam penelitian.
Menurut Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2003: 9), pendekatan
terdiri dari dua yaitu pendekata instrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan
instrinsik adalah penelitian sastra yang berseumber pada teks sastra itu sendiri
secara otonom. Sedangkam pendekatan eksrinsik adalah penelitian unsusr-unsur
luar karya sastra, yakni pengkajian konteks karya sastra diluar teks. Berkaitan
dengan penelitian analisis nilai karakter, dalam hal ini peneliti menggunakan
pendekatan ekstrinsik yaitu bentuk pendekatan karakter. Pendekatan karekter
dalam karya sastra menghendaki sastra menjadi medium perekaman keperluan
zaman, yang sangat menggerakkan masyarakat kearah budi pekerti yang terpuji.
Analisis adalah pengaruh terhadap bagian-bagian atau unsur-unsur karya
sastra. Dalam analisis harus mempertimbangkan tiga aspek, yaitu (1) aspek
sintaksis, meneliti urutan peristiwa secara kronologis dan logis, (2) aspek
semantik, berkaitan dengan makna dan lambang, meneliti tema, tokoh, dan latar,
dan (3) aspek verbal, meneliti sarana-sarana seperti sudut pandang, gaya bahasa,
dan sebagainya.
23
a. Aspek Sintaksis
Sintaksis merupakan sturktur internal bahasa dalam objek kajian ilmu
linguistik. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau
frase atau klausa atau kaliamat yang satu dengan kata atau frase klausa atau
kalimat yang lainatau tegasnya mempelajari seluk-beluk rasa, klausa, kalimat dan
wacana (Ramlan, 2001: 18). Sintaksis merupakan tata bahasa yang membahas
hubungan antara kata-kata di dalam sebuah tuturan (Verhaat, 1996: 162).
Dari beberapa pengertian sintaksis, dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah ilmu kajian bidang linguistik yang mempelajari tentang tatabahasa di
antaranya struktur-struktur frase, klausa, dan kalimat.
b. Aspek Semantik
Semantik berasal dari bahasa Yunani, Sema (nomina) yang berarti tanda
atau lambang, dan verba Samaino yang bisa disebut sebagai menandai atau
melambangkan. Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari
tentang makna yang terkandung dalam bahasa.
Menuerut Griffiths (2006: 15) semantik adalah ilmu yang mempelajari
makna kata dan makna kalimat yang maknanya dapat dilihat dari konteks
penggunaan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu
linguistik yang mempelajari makna baik kata yang berdiri sendiri maupun kata
yang merupakan bagian dari kalimat atau kalimat secara keseluruhan. Semantik
merupakan ilmu yang mempelajari makna dan beberapa ahli bahasa membagi
makna ke dalam beberapa bagian. Makna merupakam ide atau konsep yang dapat
24
dialihkan dari pemikiran penutur ke pikiran pendengar yang mewujudkan
sebagaimana adanya dalam suatu bentuk satu bahasa atau yang lainnya.
9. Buku Teks
a. Pengertian Buku Teks
Buku memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat modern. Banyak hal yang dapat dipelajari dari buku. Tarigan (2009:
13) mengungkapakan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi
tertentu yang merupakan buku maksud dan tujuan instruksional, yang
diperlengkap dengan sarana pengajaran yang serasi sehingga mudah dipahami
oleh para pemakainya. Buku teks merupakan sarana penting dan ampuh bagi
penyediaan dan pemenuhan pengalaman tak langsung dalam jumlah besar.
Buku teks berguna untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dalam
mata pelajaran tertentu. Semakin tinggi mutu buku teks, maka kualitas pengajaran
dan hasil pengajarannya semakin meningkat. Buku teks yang baik harus
menunjang dan relevan terhadaoo pelaksanaan kurikulum. Buku teks yang
digunakan pada penelitian ini yaitu buku “Bahasa Indonesia untuk SD dan MI
kelas III”.
b. Manfaat Buku Teks
Buku teks berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di kelas.
Buku teks disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks dapat
dijadikan sebagai sarana peningkatan mutu pendidikan nasional.
Hidayat (2013: 63) bependapat bahwa materi pembelajaran disusun secara
logis dan sistematis dalam bentuk:
25
1) Teori, yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
salain berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematis tentang gejala
dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2) Konsep, yaitu suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3) Generalisasi, yaitu kesimpulan umun berdasarkan hal- hal khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5) Prosedur, yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.
6) Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting,
terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9) Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
10) Preporsi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Penelitian yang dilakukan oleh Duski pada tahun 2015 dengan judul
“Nilai-Nilai Karakter Bangsa pada Buku Kumpulan Dongeng Fabel Karya Kevin
26
Van Embis dan Implementasinya pada Perkemnagan Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMP” menunjukkan bahwa nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
pada buku kumpulan dongeng fabel sudah muncul terbukti dengan adanya nilai
religius. Nilai religius yang terdapat dalam buku adalah rasa bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri.
Ada beberapa nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri. Berikut
beberapa nilai tersebut: jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin,
kerja keras, percaya diri berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, sadar diri, cerdas, tangguh, dan berani
mengambil resiko. Nilai karekter yang berhubungan dengan sesama atau sikap
sosial yang tampak pada buku kumpulan dongeng fabel ini yaitu: patuh poada
aturan sosial, sepek, santun, demokrasi, suka menolong, berorientasi tindakan.
Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan yaitu ekologi yaitu sikap
dan tindakan mencintai lingkungan sekitar. Belum tanpak adanya nilai karakter
dalam hubungannya dengan kebangsaan belum tampak dalam buku ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Klein-Ezell,dkk. Pada tahun 2014 dengan
judul “Character Educationa Using Children’s Literature, Puppets, Magic Tricks
and Ballon Art” menunjukkan bahwa prinsip dalam mengajar pendidikan karakter
menggunakan bacaan anak, boneka tangan, trik sulap dan seni balon adalah
kegembiraan dan cara yang menyenangkan untuk menggambarkan poin penting
dari pendidikan karakter. Penggunaan gabungan dari beberapa metode ini
meningkatkan kesempatan siswa dalam mengingat hal penting tujuan
diberikannya pendidikan karekter. Pelajaran pendidikan karakter harus
27
menyenangkan, mengesankan, dan diperkenalkan dengan cara yang baik sehingga
pesan yang disampaikan dapat dirasakan sebagai pengalaman yang positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Al-Somadi pada tahun 2012 dengan judul “
The Effect Of A Story- Based Programme on Developing Moral Values At The
Kindergarten Stage” menyatakan bahwa membimbing anak-anak untuk
mengidentifikasi nilai moral dalam cerita, secara tidak langsung anak juga akan
belajar tentang nilai-nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata. Metode ini
efektif membangkitkan rangsangan mental yang dianggap sebagai prinsip pondasi
dari pengembangan moral.
B. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu harus adanya nilai
karakter. Nilai karakter adalah suatu konsep atau ide yang dijadikan sebagai
sebagai pedoman dalam berperilaku bagi seseorang.
Jenis nilai karakter yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, nasionalisme, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komukatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial dan tanggunng jawab. Dari 18 jenis nilai karakter ini, peneliti
menganalisis nilai karakter yang ada dalam karya sastra, peneliti pilih atau fokus
penelitiannya ada pada karya sastra jenis dongeng, kemudian dongeng yang akan
peneliti analisis yaitu dongeng yang terdapat pada buku pelajaran kelas III SD,
setelah dianalisis maka akan ada hasil temuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam skema kerangka pikir berikut:
28
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Nilai Karakter
Jenis Nilai Karakter
Dongeng
Buku Pelajaran Kelas III SD
Analisis
Temuan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu sebuah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Sugiono (2015: 15) mengumukakan bahwa metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana adalah
peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel dan sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Alasan penelitian menggunakan jenis penelitian deskriftif adalah karena
dengan penelitian ini mampu memberikan gambaran menyeluruh dan jelas
terhadap situasi satu dengan situasi sosial yang lain atau dari waktu tertentu
dengan waktu yang lain. Penelitian ini berfokus pada nilai- nilai karakter yang
terdapat dalam dongeng pada buku ”Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas
III”.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain
studi kasus, yaitu penelitian difokuskan pada satu fenomena yang dipilih dan
ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena
lainnya.
30
B. Definisi Istilah
1. Analisis
Kata analisis atau analisa berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu
“analusis” yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata yaitu
“ana” yang berarti kembali dan “luein” yang berarti melepas.
Banyak yang keliru dalam penggunaan kata analisa. Sebagaian orang
menganggap kata analisa adalah yang benar, dan sebagian orang menganggap kata
analisis yang benar, kata yang baku dan yang benar adalah analisis. Namun,
penggunaan kata-kata analisa sudah cukup banyak sehingga banyak yang
menganggapnya sebagai kata yang benar.
Analisis sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari ilmu
bahasa, bisnis, manajemen, ilmu kimia, dan lain sebagainya. Setiap penulisan
karya ilmiah pada umumnya disertai dengan berbagai analisis yang dipaparkan
oleh penulisnya. Penjabaran analisis tersebut harus bersifat logis dan obyektif.
Ketika penulis gagal memaparkan analisis dengan logis maka sebuah karya ilmiah
akan dianggap tidak akurat.
2. Nilai Karakter
Karakter merupakan cerminan diri manusia terkait tentang tabiat seseorang
dalam bertingkah laku yang menjadi kebiasaan dalam kesehariannya, tabiat
tersebut baik atau buruk. Hal itu tergantung pada pembentukan karakter dalam
lingkungannya.
Karakter adalah sifat khas yang terpatri pada diri seseorang, diwujudkan
melalui nilai-nilai moral kemudian mejadi ciri khas seseorang yang terbentuk
31
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini guru dapat membantu membangun
dan membentuk watak peserta didik agar karakter kepribadiannya dapat sejalan
dengan jati diri bangsa. Secara umum telah kita ketahui bahwa nilai adalah
sesuatu yang berharga dan berguna bagi kehidupan manusia. Namun, nilai yang
dimaksud dalam karakter ini dapat dikatakan sebagai keyakinan seseorang dalam
menentukan pilihan.
Nilai adalah suatu keyakinan seseorang yang menjadi pertimbangan
sebelum ia bertindak dalam menentukan pilihannya yang menghasilkan perilaku
positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.
3. Dongeng
Dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian
yang luar biasa, terjadi di luar nalar manusia yang penuh fantasi dan khayalan
(fiksi). Dongeng dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar
terjadi di dunia nyata. Dongeng memang sudah menjadi pelajaran lama dalam
bidang studi Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, banyak siswa dituntun untuk
mengerti tentang dongeng sejak dibangku sekolah dasar.
4. Buku Bahasa Indonesia
Buku teks pelajaran adalah buku teks wajib digunakan di sekolah yang
berisikan materi pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Oleh
karena itulah, buku teks pelajaran merupakan proses untuk melakukan penilaian
yang objektif untuk menjamin mutu isi, metode pelajaran, bahasa dan grafiknya.
Buku teks digunakan untuk mata pelajaran tertentu, contohnya “Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas III”, penggunaan buku teks
32
berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum. Selain itu
buku teks juga digunakan sebagai sarana atau teknik yang sesuai dengan tujuan
yang sudah dibuat sebelumnya. Teknik tersebut bertujuan untuk memudahkan
pemakai buku teks dalam memahami materi yang ada dalam buku teks.
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa
tahap, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
Berdasarkan gambar di atas, maka tahapan dalam prosedur penelitian
deskriftif yaitu:
Tahap Persiapan Tahap
Pelaksanaan
Tahap
Penyelesaian
1. Identifikasi
masalah
2. Penyusunan
proposal
penelitian
3. Penyusunan
instrumen
4. Konsultasi dan
izin tempat
pelaksanaan
penelitian
1. Pengambilan
data
2. Membaca
buku yang
akan diteliti
3. Menganalisis
dongeng yang
diteliti
1. Mengkoreksi
kembali data
yang telah
diperoleh
2. Penyusunan
laporan
penelitian
33
a. Tahapan persiapan
Tahapan persiapan meliputi pengajuan identifikasi masalah, penyusunan
proposal penelitian, penyusunan instrumen, serta konsultasi dan izin tempat
pelaksanaan penelitian.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pengambilan data, membaca buku yang akan
diteliti, serta menganalisis buku yang diteliti.
c. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi tahap pengkoreksian data yang telah dianalisis
dan penyusunan laporan penelitian.
D. Data dan Sumber Data
Data adalah segala keterangan informasi atau fakta tentang suatu hal atau
persoalan. Arikunto (2010: 172) menjelaskan bahwa sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Data pada penelitian ini meliputi
dongeng yang berjudul “ Pohon Apel yang Tulus”, “Pengembara dan Sebuah
Pohon”, “Asal Mula Buah Kelapa”, “Bunga Melati yang Baik Hati”, “Petani yang
Baik Hati”, “Ayam Jago Baru”, “Kisah Semut dan Merpati”, “Kisah Petani dan
Anak Harimau”, “Anak Gembala dan Serigala”, dan “Kuda dan Keledai yang
Sarat dengan Beban” yang terdapat dalam buku “Bahasa Indonesia untuk SD dan
MI kelas III”, dan hasil wawancara terhadap wali kelas III. Sumber data meliputi
dari peristiwa dari sebuah aktivitas, tempat atau lokasi dan dokumen. Sumber data
34
dalam penelitian ini berupa buku “ Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas III”
serta hasil kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti dengan wali kelas III.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2015: 308) mengatakan bahwa pengumpulan data
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah triangulasi yang terdiri dari
analisis isi dan indikator. Sugiyono (2015: 330) menjelaskan bahwa, triangulasi
diartikan sebagai pengupulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan data yang telah ada.
1. Analisis Isi (content analysis)
Analisis isi (content analysis) adalah suatu teknik penelitian untuk
membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (repicable) dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus
untuk pemerosesan dalam data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan,
membukawawasan baru dan menyajikan fakta.
Analisis isi (content analysis) digunakan untuk memperoleh keterangan
dari komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi
atau dapat didokumentasikan. Analisis isi dipakai untuk menganalisa semua
bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, film, dan sebagainya.
2. Indikator Nilai Karakter
a) Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan
ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah
35
sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain,
serta hidup rukun dan berdampingan.
b) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar,
mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan
orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
c) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis,
pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan
terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
d) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku.
e) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-
sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-
baiknya.
f) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai
segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara
baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
g) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan
berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh
melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
36
h) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan
hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya sebagai orang lain.
i) Rasa igin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan kengintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam.
j) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau indivudu atau golongan.
k) Cinta tanah air, yakni sikapa dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga,
setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi,
politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain
yang dapat merugikan bangsa sendiri.
l) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan
mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi
yang lebih tinggi.
m) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan
terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta
kerja sama secra kolaboratif dengan baik.
n) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai,
aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau
masyarakat tertentu.
o) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan
waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal,
37
majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi
dirinya.
p) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga
dan melestarikan lingkungan sekitar.
q) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
r) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang (Sugiyono,
2015: 329). Dokumen dibagi menjadi dua jenis yaitu berbentuk tulisan dan
berbentuk gambar. Dokumen yang berbentuk tulisan antara lain catatan harian,
sejarah kehidupan, biografi dan ceritera. Dokumen yang berbentuk gambar antara
lain foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
F. Instrumen Penelitian
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitaian
yaitu kualitas instrumen peneliti dan kuliatas pengumpulan data. Sugiyono
(2009:59) menjelaskan dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau
alat penelitaian itu sendiri. Insteumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
38
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang
dilakukan kepada guru kelas III SD Inpres Gontang. Wawancara dimaksudkan
untuk memperoleh informasi tentang buku yang digunakan siswa kelas III dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, wawancara dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang kandungan nilai karakter dalam sebuah dongeng
yang terdapat dalam buku “Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas III” serta
peranan nilai karakter dalam pembelajaran.
Instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel indikator
nilai karakter pada buku teks pelajaran siswa. Tabel indikator dimaksudkan untuk
mengklarifikasi nilai karakter berdasarkan kalimat- kalimat yang telah ditemukan.
Berikut adalah tabel indikator nilai karakter pada buku teks pelajaran
siswa:
Tabel 3.2
Indikator Nilai Karakter pada Buku Teks Pelajaran
No. Nilai
Karakter
Indikator Kalimat
Indikator Gambar
1. Religius a. Memuat kata yang
menunjukkan rasa syukur
pemberian tubuh dan
bagiannya sebagai ciptaan
a. Memuat gambar yang
menunjukkan rasa
syukur atas pemberian
tubuh dan bagiannya
39
Tuhan melalui cara
merawatnya dengan baik.
b. Mendeskripsikan orang
membantu teman yang
memerlukan bantun sebagai
suatu ibadah atau kebijakan.
sebagai ciptaan Tuhan
melalui cara
merawatnya dengan
baik.
b. Memuat gambar yang
menunjukkan perilaku
membantu teman yang
memerlukan bantuan
sebagai suatu ibadah
atau kebijakan.
2. Jujur a. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku tidak meniru
jawaban teman atau
menyontek ketika ulangan
ataupun mengerjakan tugas.
b. Memuat kata yang
menunjukkan siswa
menjawab pertanyaan guru
tentang yang berdasarkan
yang diketahuinya.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan sikap dan
perilaku tidak meniru
jawaban teman atau
menyontek ketika
ulangan ataupun
mengerjakan tugas.
b. Memuat gambar yang
menunukkan siswa
menjawab pertanyaan
guru tentang sesuatu
yang berdasarkan yang
diketahuinya.
40
3. Toleransi a. Memuat kata yang
menunjukkan sikap tidak
menggnggu teman yang
berlainan agama dalam
beribadah.
b. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku membantu teman
yng mengalami kesulitan
walaupun berbeda dalam
agama, suku, dan etnis.
c. Mendeskripsikan sikap mau
menerima pendapat teman
yang berbeda dari pendapat
dirinya.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan sikap
tidak mengganggu
teman yang berlainan
agama dalam
beribadah.
b. Memuat gambar yang
menunjukkan sikap
membantu teman yang
mengalami kesulitan
walaupun berbeda
dalam agama, suku dan
etnis.
c. Memuat gambar yang
menunjukkan sikap
mau menerima
pendapat teman yang
berbeda dari pendapat
dirinya.
4. Disiplin a. Memuat deskripsi yang
menunjukkan siswa
menyelesaikan tugas pada
waktunya.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan siswa
menyelesaikan tugas
pada waktunya.
41
b. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku siswa menaati
peraturan di sekolah dan
kelas.
c. Memuat deskripsi orang yang
berpakaian sopan dan rapi.
b. Memuat gambar yang
menunjukkan siswa
menaati peraturan di
sekolah dan kelas.
c. Memuat gambar orang
yang berpakaian sopan
dan rapi.
5. Kerja keras a. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku yang menunjukkan
siswa mengerjakan tugaas
dengan teliti dan bersungguh-
sungguh.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan siswa
mengerjakan tugas
dengan teliti dan
bersungguh-sungguh.
6. Kreatif a. Mendeskripsikan sikap dan
perilku yang membuat suatu
karya dari bahan yang
tersedia di kelas.
b. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku yang menyatakan
perasaannya dalm gambar,
seni,bentuk-bentuk
komunikasi lisan dan tulis.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan membuat
suatu karya dari bahan
yang tersedia di kelas.
b. Memuat gambar yang
menyatakan perasaannya
dalam gambar, seni,
bentuk-bentuk komukasi
lisan dan tulis.
7. Mandiri a. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku yang melakukaan
a. Memuat gambar yang
menunjukkan siswa
42
sendiri tugas kelasyang
menjadi tanggungjawabnya.
b. Mendeskripsikan sikap dan
perilku yang tidak mudah
bergantung pada orang lain.
melakukan sendiri tugas
kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Memuat gambar yang
menunjukkan tidak
mudah bergantung pada
orang lain.
8. Demokratis a. Mendeskripsikan sikap
seseorang yang membiasakan
bermusyawarah dengan
teman-teman.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan
bermusyawarah dengan
teman-teman.
9. Rasa ingin
tahu
a. Memuat deskripsi tentang
orang yang bertanya atau
membaca sumber di luaar
buku teks tentang materi yang
terkait dengan pelajaran.
b. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku yang berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam
mengenai sesuatu.
a. Memuat gambar yang
bertanya atau membaca
sumber di luar buku teks
tentang materi yang
terkait dengan pelajaran.
b. Memuat gambar orang
yang berupaya untuk
mengetahui lebih
mendalam mengenai
sesuatu.
10 Semangat
kebangsaan
a. Memuat deskripsi yang
menggambarkan cara berpikir
a. Memuat gambar yang
menunjukkann cara
43
yang lebih mementingkan
kepentingan bangsa dan
negara
b. Memuat deskripsi yang
menggambarkan cara
bertindak yang lebih
mementingkan kepentingan
bangsa dan negara.
c. Memuat kata yang
menunjukkan cara
berwawasan yang
mementingkan kepentingn
bangsa dan negara.
berpikir yang lebih
mementingkan
kepentingan bangsa dan
negara
b. Memuat gambar yang
menunjukkan cara
bertindak yang lebih
mementingkan
kepentingan bangsa dan
negara.
c. Memuat gambar yang
menunjukkan cara
berwawasan yang lebih
mementingkan
kepentingan dan dan
negara.
11 Cintag
Tanah Air
a. Memuat deskripsi yang
menunjukkan rasa kagum
terhadap keragaman hasil-
hasil pertanian, perikanan,
flora, dan fauna Indonesia.
b. Memuat deskripsi sikap yang
memunjukkan rasa bangga
a. Memuat gambar yang
menunjukkan rasa
kagum terhadap
keragaman hasil-hasil
pertanian, perikanan,
flora, dan fauna
Indonesia
44
terhadap kekayaan budaya
dan seni di Indonesia.
b. Memuat gambar sikap
yang menunjukkan rasa
bangga terhadap
kekayaan budaya dan
seni di Indonesia.
12 Menghargai
prestasi
a. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku seseorang dalam
mengapresiasi keberhasilan
atau prestasi orang lain.
b. Memuat kata “terima kasih”
sebagai upayayuntuk
menghargai jasa orang lain.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan sikap dan
perilaku yang
memberikn apresiasi
terhadap keberhasilan
atau prestasi orang lain.
13 Bersahabat/
komunikatif
a. Memuat deskripsi tentangg
orang yang berkomuniikasi
dan berinteraksi secara
egfektif dan santun.
b. Mendeskripsikan rasa senag
akan kerja sama dengan
orang lain.
c. Mendeskripsikan rasa senang
akan berteman dengan orang
lain.
a. Memuat gambar tentang
orng yang
berkomunikasi dan
berinteraksi secara
efektif dan santun.
b. Memuat gambar orang
yang senang akan kerja
sama degan orang lain.
c. Memuat gambar orang
yang senang akan
berteman dengan orang
45
lain.
14. Cinta damai a. Memuat deskripsi mengenai
orang yang berani
mementang atau
mmengoreksi perilaku orang
lain yang tidak terpuji.
b. Memuat deskripsi mengenai
orang yang mendamaikan
teman yang sedang berselisih.
c. Memuat deskripsi yanfg
menggambarkan suasana
nyaman, tentram, harmonis.
a. Memuat gambar anak
yang bermain tanpa
melakukan kekerasan
b. Memuat gambar anak
yang melerai temannya
yang sedang berselisih.
c. Memuat gambar yang
menunjukkan suasana
yang nyama, tentram,
dan harmonis.
15. Gemar
membaca
a. Mendeskripsikan sikap dan
perilaku yang menunjukkan
siswa membaca buku dan
tulisan yang terkait dengan
mata pelajaran.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan siswa
membaca buku dan
tulisan yang terkait
dengan mata pelajaran.
16 Peduli
lingkungan
a. Mendeskripsikan sikap da
perilaku yang menunjukkan
menjaga kebersihan dan
keindahan lingkungan
sekoalah.
a. Memuat gambar yang
menunjukkan menjaga
kebersihan dan
keindahan sekolah.
17 Peduli a. Mendeskripsikan sikapa dan a. Memuat gambar yang
46
sosial perilaku yang menunjukkan
orang membant teman yang
sedang memerlukan bantuan.
b. Memuat deskripsi yang
menunjukkan perilaku
seseorang dalaam mengikuti
berbagai kegiatan sosial.
menunjukkan orang
membantu teman yang
sedang memerlukan
bantuan.
b. Memuat gambar yang
menunjukkan perilaku
seseorang dalam
mengikuti berbagai
kegiatan sosial.
18 Tanggung
jawab
a. Memuat deskripsi tentang
orang yang melaksanakan
tugas dan kewajibannya tanpa
di suruh orangg lain.
b. Mendeskripsikan sikapa dan
perilaku yang berani
menanggung resiko atau
akibat dari segala
perbuatannya.
c. Mendeskripsikan orang yang
bersedia mengakui
kesalahannya.
a. Memuat gambar tentang
orang yang
melaksanakan tugas dan
kewajibannya tanpa di
suruh orang lain.
Memuat gambar orang
yang bersedia mengakui
kesalahannya.
Sumber: Daryanto dan Darmiatun (2013)
47
G. Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengecekan keabsahan
data, seperti perpanjangan pengamatan, peningkatan kekuatan dan triangulasi.
1. Perpanjangan Pengamatan
Menurut Sugiyono (2010: 369) menyatakan bahwa lama waktu
perpanjangan pengamatan yang dilakukan akan sangat tergantung dalam
pengamatan, keluasan, dan kepastian data. Perpanjangan pengamatan pada
penelitian ini adalah dengan cara perpanjangan waktu dongeng.
2. Peningkatan Ketekunan
Menurut Sugiyono (2010: 371) menyatakan bahwa meningkatkan
ketekunan berarti melakukan pengecekan kembali apakah data-data yang telah
ditemukan salah atau tidak. Peningkatan ketekunan dengan cara membaca sebagai
referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan
temuan yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara membaca dan mengamati
dengan cermat dan teliti.
3. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari beberapa teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menguji kreabilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
48
4. Ketekunan/Keajekan Pengamat
Keajekan pengamat berarti mencari secara konsisten interprestasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.
Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat
diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan. Sedangkan ketekunan
pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebutsecara rinci. Dengan kata lain, jika
perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamat
menyediakan kedalam. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
yang sesuai dengan persoalan yang sedang dicari.
5. Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.
Pemeriksa sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang
sama tentang apa yang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat meriview
persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
H. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan
tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiyono,2015: 335). Analisis data dilakukan
49
sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data. Pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa dokumen dan hasil wawancara dengan guru.
Setelah data terkumpul secara keseluruhan, kemudian data
diklasifikasikan, dideskripsikan, dan dianalisis berdasarkan masalah penelitian.
Secara rinci teknik analisis data adalah sebagai berikut:
a. Membaca secara kritis dan mendalam dongeng-dongeng yang terdapat pada
buku Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas III.
b. Menganalisis nilai karakter dalam dongeng berdasarkan indikator nilai
katrakter yang telah disediakan.
c. Menuliskan bukti nilai karakter ke dalam tabel nilai karakter.
Miles and Huberman (Sugiyono,2015: 337) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisi data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Teknik
analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data,
dan verifikasi data.
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencerinya bila diperlukan.
50
Sugiyono (2015: 339) mengungkapkan bahwa reduksi data merupakan
proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta
kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam mereduksi data, setiap penelitian akan
dipandu oleh tujuan yang hendak dicapai.
Pada penelitian ini penelitian membaca secara kritis dan mendalam
dongeng-dongeng yang terdapat pada buku “Bahasa Indonesia untuk SD dan MI
kelas III”. Selanjutnya, peneliti memilih hal-hal pokok yang dapat dianalisis dan
membuang data yang dianggap penting
2. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya
(Sugiyono, 2015: 341). Penyajian data yang paling sering digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah penyajian data secra naratif. Penyajian yang digunakan
adalah berupa tabel sehingga memudahkan untuk memahami hasil penelitian.
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penerikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan kesimpulan yang di kemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
51
Sugiyono (2015: 345) mengemukakan bahwa kesimpulan dalam penelitian
kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelunya masih remang- remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, hipotesis atau teori. Pada
penelitian ini pendeksripsian dilakukan pada masing –masing data sesuai dengan
penyajian data.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitan ini berupa dongeng yang terdapat
pada buku Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas III seperti yang sudah
disampaikaan pada Bab 3 jumlah dongeng yang dianalisis sebanyak sepuluh
dongeng. Dongeng tersebut berjudul “Pohon Apel yang Tulus”, “Pengembara dan
Sebuah Pohon”, “Asal Mula Buah Kelapa”, “Bunga Melati yang Baik Hati”,
“Petani yang Baik Hati”, “Ayam Jago Baru”, “kisah Semut dan Merpati”, “Kisah
Petani dan Anak Harimau”, “Anak Gembala dan Serigala”, “Kuda dan Keledai
yang Sarat dengan Beban”.
Dongeng dalam buku Bahasa Indonesia untk SD dan MI kelas III setelah
dibaca dengan cermat, kemudian dianalisis nilai karakter yang terkandung
berdasarkan dengan indikator nilai karakter menurut Kemendiknas. Dongeng
dianalisis dan dideskripsikan sesuai dengan tabel nilai karakter. Deskripsi yang
akan dilakukan dengan memberikan unsur intrinsik yang terdapat dalam dongeng,
dan bukti kalimat yang mengandung nilai karakter. Selain itu dipaparkan
persentase nilai karakter pada dongeng. Berikut pembahasan setiap dongeng.
B. Hasil Penelitian
1. Nilai Karakter yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia kelas III
53
1.1 Dongeng “Pohon Apel yang Tulus”
Pohon Apel yang Tulus
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel besar. Ada seorang anak laki-laki
bermain di sekitar pohon itu. Dia sangat menyanyangi pohon itu. Pohon tu juga
senang bermain bersamanya. Waktu berlalu, anak laki-laki itu tumbuh dewasa.
Suatu hari, ia datang kembali. Pohon apel menyambutnya dengan gembira. “Ayo,
bermainlah bersamaku,” ajak si Pohon Apel. “Ah, aku tak punya waktu untuk
bermain. Kami membutuhkan rumah untuk tinggal. Bisakah kau membantuku?”
“Kamu boleh memotong cabang-cabang pohonku ini untuk membangun
rumahmu.” Jadi anak laki-laki itu memotong semua cabang pohon dan pergi
dengan riang. Pohon apel itu senang melihat temannya bahagia. Tapi dia tak
pernah kembali sejak saat itu. Pohon apel kembali merasa kesepian dan sedih.
Akhirnya, laki-laki itu kembali lagi. Laki-laki itu dan pohon apel sekarang
sudah sama-sama tua. “Aku sudah tak bisa meberikan apa-apa,” kata Pohon Apel.
“Tidak apa-apa. Aku hanya membutuhkan sebuah tempat untuk beristirahat,”
jawab laki-laki itu. “Baik! Sisa batang pohon tua adalah tempat terbaik untuk
bersandar dan berstirahat. Duduklah sni bersamaku dan istirahatlah,”kata pohon
apel. Laki-lakiitupun duduk bersandakan pada batang phon yang masih tersisa.
Pohon apel pun menangis bahagia. Akhirnya mereka pun bersama lagi.
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dari dongeng yang berjudul “Pohon Apel yang Tulus” adalah
sebagai berikut:
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya
sastra. Tema dari dongeng “Pohon Apel yang Tulus” adalah persahabatan.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Pohon Apel yang Tulus” adalah alur maju karena dijelaskan
secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
54
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh pada dongeng “Pohon Apel yang Tulus” adalah sebuah pohon apel
besar dan seorang anak laki-laki. Pohon apel memiliki watak yang baik
dan suka menolong dan si anak laki- laki memili watak yang setia.
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Pohon Apel yang Tulus” terdiri dari latar
tempat, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng tersebut adalah di
sekitar pohon, dan latar suasana pada dongeng tersebut adalah senang dan
sedih.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng “Pohon Apel yang Tulus”
adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan dengan penulis
mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita. Penulis
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan motivasi yang
melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari dongeng yang berjudul “Pohon Apel yang Tulus” adalah kita
harus berbuat baik kepada siapapun khususnya teman kita pasti akan
membutuhkan pertolongan teman tersebut.
55
b. Nilai Karakter
1) Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain
maupun masyarakat yang membutuhkan. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Waktu berlalu, anak laki-laki itu tumbuh dewasa. Suatu hari, ia datang
kembali. Pohon apel menyambutnya dengan gembira. “Ayo,
bermainlah bersamaku,” ajak si Pohon Apel.
(2) “Kamu boleh memotong cabang-cabang pohonku ini untuk
meembangun rumahnu.” Jadi anak laki-laki itu memotong semua
cabang pohon dan pergi dengan riang. Pohon aple itu senang melihat
temannya bahagia.
2) Komunikatif
Senang bersahabat atau proaktif yakni sikap dan tindakan terbuka
terhadapat orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta
kerja sama secara kolabratif dengan baik. Bukti kalimat sebagai berkut:
(1) “Baik! Sisa batang pohon tua adalah tempat terbaik untuk bersandar
dan beristirahat. Duduklah sini bersamaku dan instirahatlah,” kata
pohon apel. Laki-laki itu pun duduk bersandarkan pada batang pohon
yang masih tersisa. Pohon apel pun menangis bahagia. Akhirnya
mereka pun bersama lagi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Pohon Apel yang Tulus” adalah nilai karakter peduli sosial dan komunikatif
Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
56
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Peduli sosial 1
2. Komunikatif 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 2 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Pohon Apel yang Tulus”. Contoh dapat dilihat pada penggalan dongeng
di bawah ini:
(1) Waktu berlalu, anak laki-laki itu tumbuh dewasa. Suatu hari, ia datang
kembali. Pohon apel menyambutnya dengan gembira. “Ayo, bermainlah
bersamaku,” ajak si Pohon Apel.
(2) “Kamu boleh memotong cabang-cabang pohonku ini untuk meembangun
rumahnu.” Jadi anak laki-laki itu memotong semua cabang pohon dan pergi
dengan riang. Pohon aple itu senang melihat temannya bahagia.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Pohon Apel
yang Tulus” yaitu nilai karakter peduli sosial dan komunikatif.
1.2 Dongeng “Pengembara dan Sebuah Pohon”
Pengembara dan Sebuah Pohon
(pengarang: Aesop)
Dua orang pengembara berjalan di sepanjang jalan yang berdebu dan
tandus di hari yang sangat panas. Tidak lama kemudian, mereka menenukan sebua
pohon besar. Dengan gembra, keduanya lalu berteduh dari teriknya sinar matahari
di bawah naungan daun-daun pohn besar yang lebat. Saat beristirahat, mereka
melihat ke atas pohon. Salah seorang penembara berkata kepada teman
seperjalanannya, “Betapa tidak bergunanya pohon besar ini! Pohon ini tidak
memiliki buah sehingga tidak berguna untuk manusia sama sekali.”
57
Pohon besar tersebut lalu berkata, “Kamu manusia yang tidak tahu terima
kasih!” Pohon itu berkata lagi,”Kamu datang dan bernaungdi bawah daun-daunku.
Kamu menikmati teduhnya cabang dan daungku. Kamu masih menyebutku tidak
berguna sama sekali?”
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dari dongeng yang berjudul “Pengembara dan Sebuah Pohon”
adalah sebagai berikut:
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya
sastra. Tema dari dongeng “Pengembara dan Sebuah Pohon” adalah rasa
syukur.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Pengembara dan Sebuah Pohon” adalah alur maju karena
dijelaskan secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan tahap
penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh pada dongeng “Pengembara dan Sebuah Pohon” adalah pengembara
1 memiliki watak sombong dan tidak bersyukur, pengembara 2 memiliki
watak pendiam dan pohon memiliki watak yang bijaksana.
58
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Pengembara dan Sebuah Pohon” terdiri dari
latar tempat, waktu, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng tersebut
adalah di jalan yang tandus, dan latar waktu pada dongeng tersebut adalah
siang (di hari yang sangat panas) dan latar suasana pada doneng tersebut
adalah gembira dan marah.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng “Pengembara dan Sebuah
Pohon” adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan dengan penulis
mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita. Penulis
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan motivasi yang
melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari dongeng yang berjudul “Pengembara dan Sebuah Pohon”
adalah janganlah lupa untuk selalu bersyukur atas nikmmat yang telah kita
terima. Belajar selalu bersyukur. Sikap bersyukur dapat ditunjukkan dengan
menyayangi makhluk hidup.
b. Nilai Karakter
1) Komunikatif
Senang bersahabat atau proaktif yakni sikap dan tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta
kerjas sama secara kolaboratif dengan baik. Bukti kalimat sebagai
berikut:
59
(1) Dua orang pengembara berjalan di sepanjang jalan yang berdebu
dan tandus di hari yang sangat panas.
2) Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan
lingkungan sekitar. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Kamu memikmati teduhnya perlindungan cabang dan daunku.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Pengembara dan Sebuah Pohon” adalah nilai karakter komunikatif dan peduli
lingkungan. Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Komunikatif 1
2. Peduli lingkungan 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang
dikembangkan di Sekolah Dasar, terdapat 2 nilai karakter yang di temukan pada
dongeng yang berjudul “Pengembara dan Sebuah Pohon”.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Pohon
Apel yang Tulus” yaitu nilai karakter komunikatif dan peduli lingkungan.
1.3 Dongeng “Asal Mula Buah Kelapa”
Asal Mula Buah Kelapa
Seorang laki-laki mendaki gunung yang tinggi. Ia ingin mengunjungi
penyihir sakti. Penyihir sakti mempersilahkan laki-laki itu masuk ke pondoknya.
“Wahai Penyihir sakti, ada sesuatu yang ingin kumohon darimu,” kata laki-laki itu
sambil menunduk dengan hormat. “Aku ingin diberi sesuatu olehmu, agar aku
menjadi seseorang yang sangat berguna bagi setiap orang,” “Permintaanmu cukup
60
bagus,” sahut Penyihir sakti. Ia mengeluarkan sebuah kotak hijau yang kecil. Dia
berkata, “Kau baru boleh membukanya jika kau sudah tiba di rumah!”
Laki-laki itu menerima kotak hijau tersebut dengan perasaan gembira.
Setelah menggucapkan terima kasih, dia berjalan menuruni gunung. Di tengah
perjalanan dia tergoda untuk membuka kotak hijau itu. Ia ingin melihat apa isinya,
namun ia tidak jadi membukanya. Saat ia ingat pada pesan Penyihir sakti. Ketika
tiba di kaki gunung, lagi-lagi dia tergoda, ingin melihat isi kotak hijau tersebut. Ia
lalu membuka kotak hijau itu. Tiba-tiba laki-laki ituberubah menjadi pohon yang
daunnya panjang dan buahnya besar-besar.
Terdengar suara Penyihir sakti dari puncak gunung. “Karena kau tak
meematuhi kataa-kataku, kau berubah menjadi pohon kelapa. Namun,
permohonanmu tetap terkabul. Kau sangat berguna. Tiap bagian darimu berguna
bagi manusia. Daunmu, buahmu, dan batangmu dapat dimanfaatkan manusia.
Sejak saat itu, pohon kelapa cepat berkembang biak, sehingga bisa dijumpai di
mana-mana. Orang menghargai pohon kelapa karena banyak gunanya.
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dari dongeng yang berjudul “Asal Mula Buah Kelapa” adalah
sebagai berikut:
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya
sastra. Tema dari dongeng “Asal Mula Buah Kelapa” adalah niat baik laki-
laki yang tak di sertai kesabaran.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Asal Mula Buah Kelapa” adalah alur maju karena dijelaskan
secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
(3) Menuju konflik
61
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh pada dongeng “Asal Mula Buah Kelapa” adalah anak laki-laki dan
penyihir sakti. Anak laki-laki memiliki watak baik, dan kurang sabar,
sedangkan penyihir sakti memiliki watak baik dan suka menolong.
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Asal Mula Buah Kelapa” terdiri dari latar
tempat, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng tersebut adalah di
rumah penyihir, gunung, dan kaki gunung, dan latar suasana pada dongeng
tersebut adalah mengharukan.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng “Asal Mula Buah Kelapa”
adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan dengan penulis
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan motivasi yang
melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari doneng yang berjudul “Asal Mula Pohon Kelapa” adalah niat
yang baik, harus pula disertai dengan kesabaran agar kita selalu menjaga
atau menepati janji, karena ingkar janji hanya akan berdampak buruk bagi
kita dan orang lain.
b. Nilai karakter
1) Cinta damai
62
Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan
nyaman atas kehadiran dirinyadalam komunitas atau masyarakat tertentu.
Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Seorang laki-laki mendaki gunung yang tinggi. Ia ingin menginjungi
penyihir sakti. Penyihir sakti mempersilahkan laki-laki itu masuk ke
pondoknya.
(2) “Wahai Penyihir sakti, ada sesuatu yang inginkumohon darimu,” kata
laki-laki itu sambil menunduk dengan hormat.
2) Disiplin
Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk perturan
atau tata tertib yang berlaku. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Dia berkata, “Kau baru boleh membukanya jika kau sudah tiba di
rumah!”
(2) Saat ia ingat pada pesan Penyihir sakti. Ketika tiba di kaki gunung, lagi-
lagi dia tergoda, ingin melihat isi kotak hijau tersebut. Ia lalu membuka
kotak hijau itu.
(3) “Karena kau tak mematuhi kata-kataku, kau berubah menjadi pohon
kelapa.
3) Rasa ingin tahu
Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan
keingintahuan terhadap segala hal terlihat, didengar, dan dipelajari secara
lebih mendalam. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Di tengah perjalanan dia tergoda untuk membuka kotak hijau itu. Ia
63
ingin melihat apa isinya, namun ia tidak jadi membukanya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Asal Mula Buah Kelapa” adalah nilai karakter cinta damai, disiplin, dan rasa
ingin tahu. Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Cinta damai 1
2. Disiplin 1
3. Rasa ingin tahu 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 3 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Asal Mula Buah Kelapa”. Contoh dapat dilihat pada penggalan dongeng
di bawah ini:
(1) Dia berkata, “Kau baru boleh membukanya jika kau sudah tiba di rumah!”
(2) Saat ia ingat pada pesan Penyihir sakti. Ketika tiba di kaki gunung, lagi-lagi
dia tergoda, ingin melihat isi kotak hijau tersebut. Ia lalu membuka kotak
hijau itu.
(3) “Karena kau tak mematuhi kata-kataku, kau berubah menjadi pohon kelapa.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Asal Mula Buah
Kelapa” yaitu nilai karakter cinta damai, disiplin, dan rasa ingin tahu.
1.4 Dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati”
Bunga Melati yang Baik Hati
Di taman bunga kerajaan, tumbuh berbagai macam tanaman bunga yang
bunganya sangat indah. Para putri senang sekali memandang dan menciumi
64
bunga melati. Hal itu menimbulkan kecemburuan dari bunga-bunga yang
lain.
Putri 1 : “Wah....indah sekali bunga-bunga di taman istana
ini.”
Putri 2 : “Hei.... lihat bunga melati itu. Warnanya putih
bersih dan harumnya semerba memenuhi taman ini.”
Putri 1 : “Mmmh....aroma melati memang harum. Aku sangat
menyukainya.”
Bunga Sedap Malam : “Aku tak habis pikir, mengapa para putri suka sekali
dengan dirimu.”
Bungan Anggrek : “Iya, padahal dirimu berbunga kecil, berdaun besar,
dan berbatang keras.”
Bungan Mawar Biru :” Walaupun engkau harum, namun mudah layu jika
dijadikan pajangan di vas bunga. Karena pasti akan
terlihat jelek sekali jika sudah layu dipajang di
sana.”
Bunga melati hanya diam dan tetap tersenyum. Senyumnya yang
manis membuat keharuman dirinya semakin merebak. Udara di taman
bungan kerajaan bertambah wangi dan bertambah bnyak kumbang yang
datang. Kedatangan para kumbang yang bertambah banyak, membuat
semua bunga di taman bunga kerjaan menjadi senang. Mereka pun sibuk
menyapa para kumbang dan mempersilahkan mengisap sari madu yang ada
pada setiap bunganya. Para bunga tentu tidak akan bisa berbunga lagi jika
tidak ada kumbang yang datang dan mengsap sari madu mereka.
Bunga Sedap Malam dan bunga yang lainnya kini telah mengerti,
kenapa Bunga Melati sangat wangi sekali. Bunga- bunga yang lain meminta
maaf kepada Bunga Melati atas perasaan cemburu mereka. Kini mereka
mengakui bahwa keberadaan Bunga Melati itu justru harus disyukuri.
Bunga Sedap Malam :“Ternyata aroma harummu mengundang para
kumbang datang. Tanpa dirimu taman ini akan sepi
dari kumbang-kumbang. Maafkan, aku Melati.”
Bunga Anggrek :“Aku juga mau minta maaf, Melati. Selama ini aku
iri padamu. Ternyata keberadaanmu sangat
bermanfaat untuk kami.”
Bungan Mawar Biru : “Selama ini aku juga berburuk sangka padamu,
Melati. Aku minta maaf, ya.”
Bunga Melati :“Aku sudah memaafkan kalian, teman-teman.
Sekarang kita bisa berteman tanpa ada prasangka
buruk.”
a. Unsur intrinsik
Unsur intrinsik dari dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati” adalah
sebagai berikut:
65
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra. Tema dari dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati”
adalah kecemburuan yang berakhir yang berakhir persahabatan.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati” adalah alur maju karena
dijelaskan secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan
tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh pada dongeng “ Bunga Melati yang Baik Hati” adalah putri 1
dan 2 memiliki watak yang baik, bunga sedap malam memiliki watak
pencemburu, bunga anggrek memiliki watak pencemburu, bunga
melati memiliki watak baik hati, dan bunga mawar biru memiliki
watak pencemburu.
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati” terdiri dari
latar tempat, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng tersebut
66
adalah di taman bunga kerajaan dan latar suasana pada dongeng
tersebut adalah cemburu dan senang.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng “Bunga Melati yang
Baik Hati” adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini memuktikan dengan
penulis mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita.
Penulis mengetahui berbagai hal tentang tokoh, persitiwa, dan
motivasi yang melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari dongeng yang berjudul “Bunga Melati yang Baik Hati”
adalah janganlah mudah berprasangka buruk terhadap apapun yang
terjadi, tanpa mengetahui kebenaran sesungguhnya.
b. Nilai karakter
1) Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mejaga dan melestarikan
linkungan sekitar. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Di taman bunga kerajaan, tumbuh berbagai macam tanaman bunga
yang bunganya sangat indah.
(2) Udara di taman bunga kerajaan bertambah wangi dan bbertambah
banyak kumbang yang datang.
(3) Putri 1: “Mmmh... aroma melati memang harum. Aku sangat
menyukainya.”
2) Rasa ingin tahu
67
Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan
keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari
secara lebih medalam. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Bunga sedap malam : “Aku tak habis pikir, mengapa para putri
suka sekali dengan dirimu.”
(2) Bunga melati hanya diam dan tetap tersenyum. Senyumnya yang
manis membuat keharuman dirinya semakn merebak.
3) Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksananakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan bangsa dan negara, maupun agama.
Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Mereka pun sibuk menyapa para kumbang dan mempersilahkan
mengisap sari mau yang ada pada setiap bunganya. Para bunga
tentu tidak akan bisa berbunga jika tidak ada kumbang yang datang
lagi jika tidak ada kumbang yang datang dan mengisap sari madu
mereka.
4) Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahan,
perkataan, dan perbuatan dan mengetahui apa yang benar, mengatakan
yang benar, dan melakukan yang benar sehingga menjadikan orang
bersangkutan sebagai pribadi yang dapat di percaya. Bukti kalimat
sebagai berikut:
(1) Kini mereka mengakui bahwa keberadaan Bunga Melati itu justru
68
harus di syukuri.
5) Cinta damai
Sikap dan perilku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang,
dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat
tertentu. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Bunga Anggrek: “Aku juga mau minta maaf, Melati. Selama ini
aku iri padamu. Ternyata keberadaanmu sangat bermanfaat untuk
kami."
(2) Bunga Melati: “Aku sudah memaafkan kalian, teman-teman.
Sekarang kita bisa berteman tanpa ada prasangka buruk.”
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Bunga Melati yang Baik Hati” adalah nilai karakter peduli lingkungan, rasa ingin
tahu, tanggung jawab, jujur dan cinta damai. Seperti ditunjukkan pada tabel di
bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Peduli lingkungan 1
2. Rasa ingin tahu 1
3. Tanggung jawab 1
4. Jujur 1
5. Cinta damai 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 5 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
69
berjudul “Bungan Melati yang Baik Hati”. Contoh dapat dilihat pada penggalan
dongeng di bawah ini:
(1) Di taman bunga kerajaan, tumbuh berbagai macam tanaman bunga yang
bunganya sangat indah.
(2) Udara di taman bunga kerajaan bertambah wangi dan bbertambah banyak
kumbang yang datang.
(3) Putri 1: “Mmmh... aroma melati memang harum. Aku sangat
menyukainya.”
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Bunga Melati
yang Baik Hati” yaitu nilai karakter peduli lingkungan, rasa ingin tahu, tanggung
jawab, jujur, dan cintadamai.
1.5 Dongeng “Petani yang Baik Hati”
Petani yang Baik Hati
Suatu hari, tinggallah seorang petani yang baik dan murah hati.
Pada saat petani itu pergi kesawahnya, ia menemukan seekor burung pipit
yang kakinya patah. Sang petani merasa kasihan. Ia pun membawa burung
itu ke rumahnya yang sederhana. Sang petani langsung mengobati kaki
burung tersebut. Setelah beberapa hari ia rawat, burung pipit itu ia
lepaskan ke alam bebas.
Beberapa hari kemudian, pada saat petani itu sedang mengairi
sawah dan mencabuti rumput liar, ia didatangi oleh burung pipit kecil yang
telah ia tolong. Burung itu membawa tiga buah biji semangka pada
paruhnya. Ia memberikannya kepada petani itu. Setelah itu, burung itupun
pergi. Petani itu sangat berterima kasih kepada burung.
Besoknya, sang petani menanam biji-biji semangka itu di dekat
rumahnya. Setelah ia mengurus bibit pohon semangaka itu, pohon
semangka itupun tumbuh. Semakin lama pohon itu semakin besar.
Akhinya pohon semangka berbuah. Petani itu sangat senang. Ia mengambil
ketiga buah semangka itu.
Pada saat ia membela buah semangka yang pertama, keluarlah
beberapa bongkah emas dan berlian yang berkilauan. Petani itu merasa
sangat kaget bercampur senang, lalu ia membela semangka yang kedua.
Ternyata isinya adalah bahan-bahan bangunan. Petani itu merasa sangat
70
bahagia, lalu ia membela semangka terakhir. Ternyata keluarlah para
pekerja yang siap membangun istana yang megah untuk ia tinggali.
Akhirnya, karena kebaikan dan ketulusan petani itu, sekarang ia
menjadi orang yang sangat kaya raya. Ia selalu membagikan hartanya
kepada orang yang kekurangan dan selalu menolong orang yang butuh
pertolongannya.
a. Unsur intrinsik
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra. Tema dari dongeng “Petani yang Baik Hati” adalah
ketulusan petani membuahkan benih.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Petani yang Baik Hati” adalah alur maju karena dijelaskan
secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan tahap
penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masala
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh dalam dongeng “Petani yang Baik Hati” adalah pak petani yang
memiliki watak murah hati, memiliki rasa syukur dan tulus. Sedangkan
burung pipit memiliki watak punya rasa balas budi.
4) Latar
71
Latar cerita pada dongeng “Petani yang Baik Hati” terdiri dari latar
tempat, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng tersebut adalah
di sawah dan rumah dan latar suasana pada dongeng tersebut adalah
senang.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dngeng “Petani yang Baik Hati”
adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini memuktikan dengan penulis
mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita. Penulis
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, persitiwa, dan motivasi yang
melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari dongeng yang berjudul “Petani yang Baik Hati” adalah
ketulusan kita dalam menolong sesama makhluk hidup maka suatu saat
kita akan menerima balasan yang setimpal atas kebaikan kita, mau
bagaimanapun kehidupan yang kita jalani tetaplah saling berbagi
kepada sesama makhlik hidup dan ingat akan rasa syukur atas suatu
perolehan.
b. Nilai karakter
1) Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan
lingkungan sekitar. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Pada saat petani itu pergi ke sawahnya, ia menemukan seekor
burung pipit yang kakinya patah. Sang petani merasa kasihan. Ia
72
pun membawa burung itu ke rumahnya yang sederhana. Sang petai
langsung mengobati kaki burung tersebut.
(2) Pada saat peetani itu sedang mengari sawah dan mencabuti rumput
liar, ia didatangi oleh burung pipit kecil yang telah iatolong. Burun
itu membawa tiga buah biji semangka pada paruhnya. Ia
membarikannya kepada petani itu.
2) Kerja keras
Perilaku yang meenunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang
hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas,
permasalahan pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Bukti
kalimat sebagai berikut:
(1) Besoknya, sang petani menanam biji-biji semangka itu di dekat
rumahnya. Setelah ia mengurus bibit pohon semangka itu, pohon
semangka itupun tumbuh semakin lama pohon itu semakin besar.
Akhirnya pohon semangka berbuah. Petani itu sangat senang. Ia
mengambil ketiga buah semangka itu.
3) Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang
lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Bukti kalimat sebagai
berikut:
(1) Ia selalu membagikan hartanya kepada orang yang kekurangan dan
selalu menolong orang yang butuh pertolongannya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
73
“Petani yang Baik Hati” adalah nilai karakter peduli lingkungan, kerja keras dan
peduli lingkungan. Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Peduli lingkungan 1
2. Kerja keras 1
3. Peduli sosial 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 3 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Petani yang Baik Hati”. Contoh dapat dilihat pada penggalan dongeng
di bawah ini:
(1) Pada saat petani itu pergi ke sawahnya, ia menemukan seekor burung pipit
yang kakinya patah. Sang petani merasa kasihan. Ia pun membawa burung
itu ke rumahnya yang sederhana. Sang petai langsung mengobati kaki
burung tersebut.
(2) Pada saat peetani itu sedang mengari sawah dan mencabuti rumput liar, ia
didatangi oleh burung pipit kecil yang telah iatolong. Burun itu membawa
tiga buah biji semangka pada paruhnya. Ia membarikannya kepada petani
itu.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Petani yang
Baik Hati” yaitu nilai karakter peduli lingkungan, kerja keras dan peduli sosial.
74
1.6 Dongeng “Anak Jago Baru”
Ayam Jago Baru
(pengarang: Anonim)
Ada ayam jago baru di suatu dusun. Dia datang dari kota yang
jauh...sekali. suatu ketika, Ayam Jago terjagadari tidurnya. Matanya yang
masih mengantuk perlahan terbuka. Di langit dia melihat bend bundar
berwarna kuning keemasan. “itu pasti Matahari!” pikirnya. Maka
walaupun diamasih mengantuk, dia melompatke atas pagar.
“kukurukyuk....Hari sudah pagi!” kokoknya keras-keras. Induk-induk
ayam bergegas berlarian keluar. Mereka mulai mengais-ngais mencari
makan. “Wah, betapa gelapnya hari ini!” keluh mereka.
Tiba-tiba terbang melintas seekor burung hantu. Dia hingga di
pohon dekat mereka. “Kamu siapa?” tanya si Ayam Jago Baru. “Aku,
Burung Hantu!” jawabnya. “Hai, mengapa kalian ribut-ribut di tengah
malam begini?” “Si Ayam Jago tadi berkokok. Itu tanda hari sudah
pagi!”ujar induk-induk ayam itu. Mereka kemudian ribut bergumam. Si
Burung Hantu menepukkan sayapnya meminta mereka tenang. “Iya! Itu
Matahari sudah terbit di langit!” ujar si Jago.si Burung Hantu tertawa
terbahak-bahak. “itu bukan Matahari! Itu adalah bulan purnama!” katanya.
Induk-induk ayam kembali bergumam. Mereka keembalike tempat
masing-masing dan tidur lagi. Si Ayam Jago Baru merasa malu. Dia
berjanji besok lagi akan membuka kedua katanya lebar-lebar. Dia harus
yakin yan dilihatnya adalah Matahari. Setelah itu, baru dia akan berkook.
a. Unsur intrinsik
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra. Tema dari dongeng “Ayam Jago Baru” adalah seekor
ayam jantan yang memutuskan sesuatu tanpa memastikan
kebenarannya.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Ayam Jago Baru” adalah alur maju karena dijelaskan secara
urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
75
(2) Pemunculan masala
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh dalam dongeng “Ayam Jago Baru” adalah ayam jago baru
memiliki watak baik dan tergesa-gesa, induk ayam memiliki watak
penurut, dan burung hantu memiliki watak baik.
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Ayam Jago Baru” terdiri dari latar tempat,
waktu, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng tersebut adalah di
dusun, larat waktu pada dongeng tersebut adalah tengah malam, latar
suasana pada dongeng tersebut adalah malu.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng “Ayam Jago Baru”
adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini memuktikan dengan penulis
mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita. Penulis
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, persitiwa, dan motivasi yang
melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari dongeng yang berjudul “Ayam Jago Baru” adalah jangan
mudah percaya atau terpengaruh dengan informasi atau berita yang
belum pasti, setiap informasi harus dicari tahu kebenarannya.
76
b. Nilai karakter
1) Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkatan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa dan negara,maupun agama. Bukti kalimat sebagai
berkut:
(1) Ayam Jago terjaga dari tidurnya. Matanya yang masih mengantuk
perlahan terbuka. Di langit dia melihat benda bundar berwarna
kuning keemasan. “Itu pasti Matahari!” pikirnya. Maka walaupun
dia masih mengantuk, dia melompat ke atas pagar.
“Kukuruyuk...hari sudah pagi!” kokoknya keras-keras.
(2) Induk-induk ayam bergegas berlarian keluar.mereka mulai
mengais-ngais mencari makan.
(3) Dia berjanji besok lagi akan membuka kedua matanya lebar-lebar.
Dia harus yakin yang dilihatnya adalah Matahari. Setelah itu, baru
dia akan berkokok.
2) Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang
lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Bukti kaliamat sebagai
berikut:
(1) Si burung hantu tertawa terbahak-bahak. “Itu bukan Matahari itu
adalah bulan purnama!” katanya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
77
“Ayam Jago Baru” adalah nilai karakter tanggung jawab dan peduli sosial.
Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Tanggung jawab 1
2. Peduli sosial 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 2 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Ayam Jago Baru”. Contoh dapat dilihat pada penggalan dongeng di
bawah ini:
(1) Ayam Jago terjaga dari tidurnya. Matanya yang masih mengantuk perlahan
terbuka. Di langit dia melihat benda bundar berwarna kuning keemasan. “Itu
pasti Matahari!” pikirnya. Maka walaupun dia masih mengantuk, dia
melompat ke atas pagar. “Kukuruyuk...hari sudah pagi!” kokoknya keras-
keras.
(2) Induk-induk ayam bergegas berlarian keluar.mereka mulai mengais-ngais
mencari makan.
(3) Dia berjanji besok lagi akan membuka kedua matanya lebar-lebar. Dia harus
yakin yang dilihatnya adalah Matahari. Setelah itu, baru dia akan berkokok.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Ayam Jago
Baru” yaitu nilai karakter tanggung jawab dan peduli sosial.
1.7 Dongeng “Kisah Semut dan Merpati”
Kisah Semut dan Merpati
(pengarang: Anonim)
78
Pada suatu hari, ada seekor semut yang sedang berjalan-jalan
mencari makan di pingir sungai.seperti biasa, dia berjalan dengan riang
dan karena kurang hati-hati tiba-tiba ia terjatuh ke dalam sungai.
Arus sungai menghanyutkannya. Semut itu timbul teenggelam dan
kelelahan. Ia berusaha untuk menepi, tetapi tidak berhasil. Seekor burung
merpati kebetulan bertengger di ranting pohon yang melitang di atas
sungai, melihat semut yan hampir tenggelam dan merasa iba.
Burung merpati ini memetik dan dan menjatuhkannya di dekat
semut. Semut merayap naik keatas daun. Akhirya, ia berhasil
menyelamatkan dirinya dengan bantuan daun tersebut dan mendarat di tepi
sungai.
Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu sedang
mmengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah
menolongnya tadi. Semut menyadari bahanya yng membayangi merpati
yang baik tersebut. Ia seger berlari mendekati pemburu dan mengigit kaki
sang pemburu.
Pemburu itu kesakitan dan terkejut. Ia mengibaskan ranting yang
tadinya akan digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati
menyadari keberadaan pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting.
Akhirnya sang burungg pun terbang menyelamatkan dirinya.
a. Unsur intrinsik
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra. Tema dari dongeng “Kisah Semut dan Merpati” adalah
persahabatan dan tolong menolong.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Kisah Semut dan Merpati” adalah alur maju karena
dijelaskan secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan
tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
(3) Menuju konflik
79
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh dalam dongeng “Kisah Semut dan Merpati” adalah semut
memiliki watak baik, suka menolong, merpati memiliki watak baik,
suka menolong, dan pemburu memiliki watak jahat.
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Kisah Semut dan Merpati” terdiri dari latar
tempat, waktu, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng tersebut
adalah sungai atas pohon latar waktu pada dongeng tersebut adalah
suatu hari dan latar suasana pada doneng tersebut adalah
menengangkan.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng “Kisah Semut dan
Merpati” adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini memuktikan dengan
penulis mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita.
Penulis mengetahui berbagai hal tentang tokoh, persitiwa, dan
motivasi yang melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari dongeng yang berjudul “Kisah Semut dan Merpati”
adalah kita jangan pernah ragu untuk berbuat kebaikan kepada
siapapun yang sedang berada dalam kesulitan, karena kebaikan yang
80
kita lakukan, pasti suatu saat kita akan mendapat balasan kebaikan
pula.
b. Nilai karakter
1) Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang
hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas,
permasalahan pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Bukti
kalimat sebagai berikut:
(1) Pada suatu hari, ada seekor semut yang sedang berjalan-jalan
mencari makan di pinggir sungai.
2) Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang
lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Bukti kalimat sebagai
berikut:
(1) Seekor burung merpati kebetulan bertengger di ranting pohon yang
melintang di atas sungai, melihat semut yang hampir tenggelam
dan merasa iba.
(2) Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya di dekat
semut. Semut meranyap naik ke atas daun. Akhirnya, ia berhasil
menyelamatkan dirinya dengan bantuan daun tersebut dan
mendarat di tepi sungai.
(3) Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik
tersebut. Ia segera berlari mendekati pemburu dan menggigit kaki
81
sang pemburu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Kisah Semut dan Merpati” adalah nilai karakter kerja keras dan peduli sosial.
Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Kerja keras 1
2. Peduli sosial 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 2 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Kisah Semut da Merpati”. Contoh dapat dilihat pada penggalan dongeng
di bawah ini:
(1) Seekor burung merpati kebetulan bertengger di ranting pohon yang
melintang di atas sungai, melihat semut yang hampir tenggelam dan merasa
iba.
(2) Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya di dekat semut.
Semut meranyap naik ke atas daun. Akhirnya, ia berhasil menyelamatkan
dirinya dengan bantuan daun tersebut dan mendarat di tepi sungai.
(3) Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik tersebut. Ia
segera berlari mendekati pemburu dan menggigit kaki sang pemburu.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Kisah Semut
dan Merpati” yaitu nilai karakter kerja keras dan peduli lingkungan.
82
1.8 Dongeng “Kisah Petani dan Anak Harimau”
Kisah Petani dan Anak Harimau
(pengarang: Anonim)
Di sebuah desa di pulau jawa, tinggallah seorang kakek. Ia terkenal
baik hati dan ramah.namanya Ki Maulaya. Para warga desa sangat segan
dan mengagumi beliau. Sifatnya yang arif dan bijaksana sering dijadikan
tempat bertanya ketika ada perselisihan. Di suatu hari Ki Maulaya pulang
dari sawah. Di tengah-tengah perjalanan menuju rumahnya, Ki Maulaya
terhenti oleh suara yang didengarnya. Ia pun mencari dari mana suara itu
berasal. Dia menemukan sebuah lubang jebakan. Dilihatnya ada tiga ekor
anak harimau yang terjebak dan tidak bisa keluar.
Melihat bahwa binatang yang dia temukan bisa membahayakannya,
dia pun tertegu sejenak. Setelah beberapa saat terpaku, Ki Maulaya dapat
menekan rasa takutnya. “Ak percaya bahwa kebaikan pasti dibalas denga
kebaikan pula.” Dikeluarkannya satu persatu anak harimau itu. Setelah
semua terangkat, dia pun naik keluar dari lubang itu. Baru saja dia sampai
di atas, tiba-tiba darisemak belukar keluar seekor harimau yang sangat
besar. Harimau itu adalah induk dari tiga anak harimau yang dia tolong.
Ki Mulaya pun gemetar dan berkeringat dingin. Namun, dia mencoba
mengendalikan rasa takunya. Ia hanya pasrah pada kehendak Sang
Pencipta. Harimau itu mendekatinya sambil mengendus-endus Ki
Maulaya, lalu dia pergii membawa anak-anaknya.
Konon setelah kejaddian itu, Ki Maulaya dan harimau menjadi
sahabat. Harimau itu sering menunggui Ki Maulaya ketika di sawah dan
menjaganya dari bahaya hewan-hewan buas. Dan apa yang diyakini Ki
Maulaya terbukti. “Kebaikan pasti dibalas degan kebaikan pula.”
a. Unsur intrinsik
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra. Tema dari dongeng “Kisah Petani dan Anak Harimau”
adalah kebaikan petani yang dibalas dengan kebaikan.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Kisah Petani dan Anak Harimau” adalah alur maju karena
83
dijelaskan secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan
tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh dalam dongeng “Kisah Petani dan Anak Harimau” adalah kakek
Ki Maulaya memiliki watak baik dan bijaksanan.
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Kisah Petani dan Anak Harimau” terdiri
dari latar tempat, waktu, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng
tersebut adalah di desa, sawah, dan semak belukar dan latar waktu
pada dongeng tersebut adalah suatu hari dan latar suasana pada
dongeng tersebut adalah mengharukan.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dngeng “Kisah Petani dan Anak
Harimau” adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini memuktikan dengan
penulis mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita.
Penulis mengetahui berbagai hal tentang tokoh, persitiwa, dan
motivasi yang melatarbelakangi.
6) Amanat
84
Amanat dari dongeng yang berjudul “Kisah Petani dan Anak Harimau”
adalah jika kita berbuat kebaikan pasti dibalas dengan kebaikan pula.
b. Nilai karakter
1) Cinta damai
Sikap dan perilaku yang mencerminkan susana damai, aman, tenang,
dan nyaman atas kehadirian dirinya dalam komunitas atau masyarakat
tertentu. Buktikalimat sebagai berikut:
(1) Di sebuah desa di Pulau Jawa, tinggallah seorang kakek. Ia
terkenal baik hati dan ramah, paara warga desa sangat segan dan
mengangumi beliau.
(2) Sifatnya yang arif dan bijaksana sering di jadikan tempat bertanya
ketika ada perselisihan.
2) Rasa ingin tahu
Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan
keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari
secara lebih mendalam. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Di tengah-teengah perjalanan menuju rumahnya, Ki Maulaya
terhenti oleh suara yang didengarnya. Ia pun mencari dari mana
suara itu berasal.
3) Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang
lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Bukti kalimat sebagai
berikut:
85
(1) Melihat bahwa binatang yang dia temukan bisa
membahayakannya, dia pun tertegun sejenak. Setelah beberapa saat
terpaku, Ki Maulaya dapat menekan rasa takutnya. “Aku
percaya..bahwa kebaikan pasti dibalas dengan kebaikan pula.”
(2) Di keluarkannya satu persatu anak harimau itu. Setelah semua
terangkat, dia pun naik keluar dari lubang itu.
4) Komunikatif
Senag bersahabat atau proaktif yakni sikap dan tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta
kerja sama secara kolaboratif dengan baik. Bukti kalimat sebagai
berikut:
(1) Konon setelah kejadian itu, Ki Maulaya dan harimau menjadi
sahabat. Harimau itu sering mengunjungi Ki Maulaya ketika di
sawah dan menjanganya dari bahayaa hewan-hewan buas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Kisah Petani dan Anak Harimau” adalah nilai karakter cinta damai, rasa ingin
tahu, peduli sosial dan komunikatif. Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Cinta damai 1
2. Rasa ingin tahu 1
3. Peduli sosial 1
4. Komunikatif 1
86
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 4 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Kisah Petani dan Anak Harimau”. Contoh dapat dilihat pada penggalan
dongeng di bawah ini:
a. Cinta damai
(1) Di sebuah desa di Pulau Jawa, tinggallah seorang kakek. Ia terkenal
baik hati dan ramah, paara warga desa sangat segan dan mengangumi
beliau.
(2) Sifatnya yang arif dan bijaksana sering di jadikan tempat bertanya
ketika ada perselisihan.
b. Peduli sosial
(1) Melihat bahwa binatang yang dia temukan bisa membahayakannya, dia
pun tertegun sejenak. Setelah beberapa saat terpaku, Ki Maulaya dapat
menekan rasa takutnya. “Aku percaya..bahwa kebaikan pasti dibalas
dengan kebaikan pula.”
(2) Di keluarkannya satu persatu anak harimau itu. Setelah semua
terangkat, dia pun naik keluar dari lubang itu.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Kisah Semut
dan Merpati” yaitu nilai karakter cinta damai, rasa ingin taahu, peduli sosial dan
komunikatif.
1.9 Dongeng “Anak Gembala dan Serigala”
Anak Gembala dan Serigala
Narator :
Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya di
dekat hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Suatu hari dia
87
menggembalakan domba di dekat hutan. Dia merasa terhiburdengan
memikirkan berbagai macam rencana apabila dia melihat serigala. Dia
teringat ucapan tuannya.
Tuan Anak Gembala :
“Apabila kamu melihat serigala datang dan menyerang domba, kamu harus
teriak memanggil bantuan. Orang sekampung akan datang membantumu.”
Narator :
Anak gembala itu berpkir bahwa akan terasa lucu apabila dia berpura-pura
melihat serigala dan berteriak ke arah kampuungnya dan berteriak sekeras-
kerasnya.
Anak Gembala :
“Ada sergala, serigala. Tolooong!”
Narator :
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya
berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah
anak gembala tersebut untuk membantunya.
Orang Kampung 1 :
“Di mana....serigalanya? Di mana......?
Orang Kampung 2 :
“Apa serigala itu mlukaimu? Di mana serigala itu sekarang?”
Anak Gembala :
“Ha....ha...ha....kalian semua tertpu. Tidak ada serigaladi sini.
Oarng Kampung 3 :
“Rupanya kamu telah menipu kami semua. Huh....!
Narator :
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak meminta
tolong.
Anak Gembala :
“Tolong ....tolong ada serigala! Tolong.......serigala memakan domba!”
Orang Kampung 1 :
“Mana serigalanya? Tidak terlihat serigala di sini?”
Anak Gembala :
“Ha..ha..ha..memang tidak ada serigala. Aku iseng saja berteriak minta
tolong!”
Orang Kampung 2 :
“Hei..keberadaan serigala bukan untuk main-main. Kalau kamu berbohong
terus, tidak ada yang percaya lagi padamu!
Narator :
Pada suatu sore ketika Matahari mulai terbenam, seekor sergala benar-
benar datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak
gembala tersebut.
Anak Gembala :
“Serigala......! Serigala .....!Tolong.... ada serigala! Tolong...tolong....!
Orang Kampung 1 :
“Anak gembala itu pasti bermain-main lagi!”
Orang Kampung 2 :
88
“Dia tidak akan bisa menipu kita lagi.”
Narator :
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang
digembaakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan
kembali.
a. Unsur intrinsik
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra. Tema dari dongeng “Anak Gembala dan Serigala” adalah
nasib anak gembala yang suka menipu.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Anak Gembala dan Serigala” adalah alur maju karena
dijelaskan secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai dengan
tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
Tokoh dalam dongeng “Anak Gembala dan Serigala” adalah anak
gembala memilik watak yang suka menipu, orang kampung 1 dan 2
memiliki watak baik dan suka menolong,
4) Latar
89
Latar cerita pada dongeng “Anak Gembala dan Serigala” terdiri dari
latar tempat, waktu, dan latar suasana. Latar tempat pada dongeng
tersebut adalah kampung dan dekat hutan, dan latar waktu pada
dongeng tersebut adalah suatu haari daan sore hari, dan latar suasana
pada dongeng tersebut adalah menegangkan.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng “Anak Gembala dan
Serigala” adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini memuktikan dengan
penulis mengetahui hal-hal yang menyangkut tokoh dalam cerita.
Penulis mengetahui berbagai hal tentang tokoh, persitiwa, dan
motivasi yang melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dari dongeng yang berjudul “Anak Gembala dan Serigala ”
adalah jangan pernah untuk mempermaikan kepercayaan orang lain,
sebab sekali engkau hancurkan, dia tak akan percaya lagi.
b. Nilai karakter
1) Demokratis
Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persoalan hak dan
kewajiban secara adil dan merata anatara dirinya dengan orang lain.
Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Tuan anak Gembala “Apabila kamu melihat serigala datang dan
menyerang domba, kamu harus berteriak memanggil bantuan.
Orang sekampung akan datang membantumu.”
90
2) Rasa ingi tahu
Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran
dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar dan
dipelajari secara lebihh mendalam. Bukti kalimat sebagai berikut:
(1) Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia
pura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang-
orang. Anak gembala itu berlari ke arah kampungnya dan
beteriak sekeras-kerasnya.
3) Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang
lain maupun mmasyarakat yang membutuhkannya. Bukti kalimat
sebagai berikut:
(1) Orang-orang sekampung yang mendengarnya berteriak, cepat-
cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak
gembala tersebut untuk membantunya.
(2) Orang kampung 2: “Apa serigala itu melukaimu? Dimana
serigala itu sekarang?”
(3) Orang kampung 1: “Mana serigalanya? Tidak terlihat serigala di
sini?”
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Anak Gembala dan Serigala” adalah nilai karakter demokratis, rasaingin tahu,
dan peduli sosial. Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
91
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Demokratis 1
2. Rasa ingin tahu 1
3. Peduli sosial 1
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 3 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Anak Gembala dan Serigala”. Contoh dapat dilihat pada penggalan
dongeng di bawah ini:
(1) Orang-orang sekampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat
meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut
untuk membantunya.
(2) Orang kampung 2: “Apa serigala itu melukaimu? Dimana serigala itu
sekarang?”
(3) Orang kampung 1: “Mana serigalanya? Tidak terlihat serigala di sini?”
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Anak Gembala
dan Serigala” yaitu nilai karakter demokratis, rasa ingin tahu dan peduli
lingkungan..
1.10 Dongeng “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban”
Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban
(pengarang: Aesop)
Pernah ada seorang pria yang memelihara seekor kuda dan seekor
keledai. Kebiasaan pria tersebut memuati keledainya dengan beban yang
berat. Keledai tersebut terhuyung-huyung karena beban yang telalu berat.
Sementara kuda berjalan dengan beban yang ringan.
Pada suatu hari mereka melakukan perjalanan. Keledai berkata
kepada Kuda, “Maukah kamu mengangkut sebagian dari beban saya? Saya
92
merasa sangat tidak enak badan. Jika kamu mau membawa sebagian
bebanku, mungkin saya akan cepat sembuuh. Beban yang terlalu berat ini
bisa membunuhku.” Kuda hanya menendang-nendangkan kakinya. Ia
berkata kepada Keledai agar tidak usah mengelur. Ia tdak mau diganggu
dengan kata-kata keluhan.
Keledai terhuyung-huyung selama berjalan setengah kilometer. Tiba-
tiba ia jatuh ke tanah dan mati. Si pemilik datang dan hanya bisa berpasrah
dengan apa yang terjadi. Ia melepaskan beban dari keledai yang telah mati.
Semua beban ditempatkan di atsa punggung kuda. “Aduh,” keluh Kuda
saat dia merasakan beban berat. Beban bertambah dengan berat tubuh
Keledai yang telah mati. “Sekarang saya mendapatkan ganjaran karena
sifat saya yang jelek.” “Saya menolak menanggung sebagian beban
Keledai. Ditambah saya harus membawa seluruh beban. Ditambah dengan
berat tubuh teman saya yang malang ini.”
a. Unsur intrinsik
1) Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra. Tema dari dongeng “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan
Beban” adalah kuda yang malang akibat tak ingin menolong.
2) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun cerita. Alur pada
dongeng “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban” adalah alur
maju karena dijelaskan secara urut mulai dari tahap perkenalan sampai
dengan tahap penyelesaian.
(1) Tahap Perkenalan
(2) Pemunculan masalah
(3) Menuju konflik
(4) Ketengangan
(5) Penyelesaian
3) Tokoh dan penokohan
93
Tokoh dalam dongeng “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban”
adalah kuda memiliki watak yang jahat dan tak ingin menolong,
keledai memiliki watak baik dan gigih, pria memiliki watak kurang
adil.
4) Latar
Latar cerita pada dongeng “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan
Beban” terdiri dari latar tempat, waktu, dan latar suasana. Latar tempat
pada dongeng tersebut adalah di jalan dan latar waktu pada dongeng
tersebut adalah suatu hari dan latar suasana pada dongeng tersebut
adalah mengharukan.
5) Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dngeng “Kuda dan Keledai
yang Sarat dengan Beban” adalah orang ketiga serba tahu. Hal ini
memuktikan dengan penulis mengetahui hal-hal yang menyangkut
tokoh dalam cerita. Penulis mengetahui berbagai hal tentang tokoh,
persitiwa, dan motivasi yang melatarbelakangi.
6) Amanat
Amanat dongeng yang berjudul “Kuda dan Keledai yang Sarat dengan
Beban” adalah jadilah sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain,
terlibih yang membutuhkan pertolongan.
b. Nilai karakter
1) Kerja keras
94
Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang
singgah titik darah penghabisan) dalam menyeesaikan berbagai tugas,
permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Bukti
kalimat sebagai berikut:
(1) Keledai tersebut terhuyung-huyung karena beban terlalu berat
(2) Saya merasa saya tidak enak badan. Jikakamu mau membawaka
sebagian bebanku, mungkin saya akan cepat sembuh. Beban yang
terlalu berat ini bisa membunuhku.
2) Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan degan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa dan negara maupun agama. Bukti kalimat sebagai
berikut:
(1) “Sekarang saya mendapatkan ganjaran karena sifat saya yang
jelek.” “Saya menolak menanggung sebagian beban Keledai.
Sekarang saya harus membawa seluruh beban. Ditambah dengan
berat tubuh teman saya yang malang ini.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai karakter yang terdapat pada dongeng
“Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban” adalah nilai karakter kerja keras
dan tanggung jawab. Seperti ditunjukkan pada tabel di bawah:
No. Nilai karakter dongeng Frekuensi kemunculan
1. Kerja keras 1
2. Tanggung jawab 1
95
Seperti di perlihatkan pada tabel di atas, dari nilai karakter yang dikembangkan di
Sekolah Dasar, terdapat 2 nilai karakter yang di temukan pada dongeng yang
berjudul “Kuda an Keledai yang Sarat dengan Beban”.
Dengan demikian nilai karakter yang terkandung pada dongeng “Kuda dan
Keledai yang Sarat dengan Beban” yaitu nilai karakter peduli sosial dan
komunikatif.
Berikut adalah hasil analisis nilai karakter yang disajikan dalam bentuk
grafik tabel:
96
Tabel 4.1
Nilaia Karakter Dongeng dalam buku “Bahasa Indonesia Kelas III” SD Inpres Gontang Kota Makassar
No.
Nilai Karakter
Judul Dongeng
Pohon
apel
yang
tulus
Pengemb
ara dan
sebuah
pohon
Asal
mula
buah
kelapa
Bunga
melati
yang baik
hati
Petani
yang
baik hati
Ayam
jago
baru
Kisah
semut dan
merpati
Kisah
petani dan
anak
harimau
Anak
gembala
dan serigala
Kuda dan
keledai yang
sarat dengan
beban
Jumlah
1. Religius 0
2. Jujur 1
3. Toleransi 0
4. Disiplin 1
5. Kerja keras 3
6. Kreatif 0
7. Mandiri 0
8. Demokratis 1
9. Rasa ingin tahu 4
10. Nasionalisme 0
97
11. Cinta damai 0
12. Menghargai
prestasi
0
13. Komunikatif 3
14. Cinta damai 3
15. Gemar membaca 0
16. Peduli
lingkungan
3
17. Peduli sosial 6
18. Tanggung jawab 3
Jumlah 2 2 3 5 3 2 2 4 3 2 28
98
Berdasarkan hasil anaalisis nilai karakter, jumlah keseluruhan data nilai karakter
yang muncul pada dongeng sebanyak 28 nilai karakter. Nilai-nilai yang muncul di
uraikan dalam bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut:
Persentase : (Jumlah Bagian / Jumlah Keseluruhan) x 100%
Berikut persentase nilai karakter yang muncul dalam dongeng:
1. Nilai karakter jujur
Nilai karakter jujur yang terdapat dalam dongeng sebanyak satu nilai
karakter. Berikut ini persentase nilai karakter jujur yang muncul dalam
dongeng:
Persentase nilai karakter jujur : 1
18 x100 = 5,56%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 5,56% nilai karakter jujur dalam dongeng.
2. Nilai karakter disiplin
Nilai karakter disiplin yang terdapat dalam dongeng sebanyak satu nilai
karakter. Berikut ini persentase nilai karakter disiplin yang muncul dalam
dongeng:
Persentase nilai karakter disiplin : 1
18 x 100 = 5,56%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 5,56% nilai karakter disiplin dalam dongeng
99
3. Nilai karakter kerja keras
Nilai karakter disiplin yang terdapat dalam dongeng sebanyak tiga nilai
karakter. Berikut ini persentase nilai karakter kerja keras yang muncul dalam
dongeng:
Persentase nilai karakter kerja keras : 3
18 x 100 = 16,67%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 16,67% nilai karakter kerja keras dalam dongeng.
4. Nilai karakter demokratis
Nilai karakter demokratis yang terdapat dalam dongeng sebanyak satu
nilai karakter. Berikut ini persentase nilai karakter demokratis yang muncul
dalam dongeng:
Persentase nilai karakter demokraatis : 1
18 x 100 = 5,56%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 5,56% nilai karakter demokratis dalam dongeng.
5. Nilai karakter rasa ingin tahu
Nilai karakter rasa ingin tahu yang terdapat dalam dongeng sebanyak
empat nilai karakter. Berikut ini persentase nilai karakter rasa ingin tahu yang
muncul dalam dongeng:
Persentase nilai karakter rasa ingin tahu : 4
18 x 100 = 22,22%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 22,22% nilai karakter rasa ingin tahu dalam dongeng.
6. Nilai karakter komunikatif
100
Nilai karakter komunikatif yang terdapat dalam dongeng sebanyak tiga
nilai karakter. Berikut ini persentase nilai karakter komunikatif yang muncul
dalam dongeng:
Persentase nilai karakter komunikatif : 3
18 x 100 = 16,67%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 16,67% nilai karakter komunikatif dalam dongeng.
7. Nilai karakter cinta damai
Nilai karakter cinta damai yang terdapat dalam dongeng sebanyak tiga
nilai karakter. Berikut ini persentase nilai karakter cinta damai yang muncul
dalam dongeng:
Persentase nilai karakter cinta damai : 3
18 x 100 = 16,67%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 16,67% nilai karakter cinta damai dalam dongeng.
8. Nilai karakter peduli lingkungan
Nilai karakter peduli lingkungan yang terdapat dalam dongeng sebanyak
tiga nilai karakter. Berikut ini persentase nilai karakter peduli lingkungan yang
muncul dalam dongeng:
Persentase nilai karakter peduli lingkungan : 3
18 x 100 = 16,67%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 16,67% nilai karakter peduli lingkungan dalam dongeng.
9. Nilai karakter peduli sosial
101
Nilai karakter peduli sosial yang terdapat dalam dongeng sebanyak enam
nilai karakter. Berikut ini persentase nilai karakter peduli sosial yang muncul
dalam dongeng:
Persentase nilai karakter peduli sosial : 6
18 x 100 = 33,33%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 33,33% nilai karakter peduli sosial dalam dongeng.
10. Nilai karakter tanggung jawab
Nilai karakter tanggung jawab yang terdapat dalam dongeng sebanyak tiga
nilai karakter. Berikut ini persentase nilai karakter tanggung jawab yang
muncul dalam dongeng:
Persentase nilai karakter tanggung jawab: 3
18 x 100 = 16,67%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan bahwa dari 18 nilai
karakter mengandung 16,67% nilai karakter tanggung jawab dalam dongeng.
Berdasarkan pada persentase nilai karakter pada dongeng, urutan nilai
karakter yang sering muncul ke nilai karakter yang jarang muncul adalah peduli
sosial, rasa ingin tahu, kerja keras, komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan,
tanggung jawab, jujur, disiplin, dan demokratis. Berikut adalah diagram penyajian
persentase nilai karakter yang terkandung dalam dongeng:
102
Gambar 4.2 Diagram Nilai Karakter dalam Dongeng
Nilai karakter yang ada dalam dongeng dapat menjadi alternatif bagi orang
tua maupun guru untuk dijadikan media penanaman nilai karakter pada diri siswa.
Melalui dongeng yang menampilkan tokoh-tokoh dengan berbagai jenis
perwatakan dapat dijadikan model agar siswa dapat membedakan karakter yang
baik maupun yang buruk.
Dongeng dianggap mampu menanamkan nilai karakter pada anak sehingga
sangat berguna untuk menghadapi kehidupan dunia di era globalisasi seperti
sekarang ini. Dongeng yang jarang dipilih oleh guru dan orang tua sebagai media
penanaman nilai karakter, ternyata dapat menjadi alternatif sarana pembangunan
karakter bagi siswa. Siswa tidak merasa tertekan dengan proses peneneman nilai
yang biasanya bersifat mendoktrin mengenai suatu ajaran tertentu. Melalui
5.56% 5.56%
16.67%
5.56%
22.22%
16.67% 16.67% 16.67%
33.33%
16.67%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
103
dongeng siswa merasa enjoy karena proses penanaman nilai karakter berlangsung
menyenangkan.
C. Pembahasan
Terdapat sepuluh dongeng yang dianalisis yaitu “Pohon Apel yang Tulus”,
“Pengembara dan Sebuah Pohon”, “Asal Mula Buah Kelapa”, “Bunga Melati
yang Baik Hati”, “Petani yang Baik Hati”, “Ayam Jago Baru”, “Kisah Semut dan
Merpati”, “Kisah Petani dan Anak Harimau”, “Anak Gembala dan Serigala”, dan
“Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban”. Nilai karakter yang terdapat dalam
dongeng pada buku Bahasa Indonesia kelas III cukup banyak ditemukan.
Dongeng yang merupakan bagian dari sastra anak sangat mendidik dengan pesan-
pesan yang disampaikan baik secara tersurat maupun tersirat. Pesan-pesan yang
disampaikan sangat membantu dalam proses perkembangan peserta didik.
Dongeng “Pohon Apel yang Tulus” memiliki 2 nilai karakter yaitu peduli
sosial dan komunikatif. Dongeng “Pengembara dan Sebuah Pohon” memiliki 2
nilai karakter yaitu komunikatif dan peduli lingkungan. Dongeng “Asal Mula
Buah Kelapa” memiliki 3 nilai karakter yaitu cinta damai, disiplin dan rasa ingin
tahu. Dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati” memiliki 4 nilai karakter yaitu
peduli lingkungan, rasa ingin tahu, tanggung jawab dan jujur. Dongeng “Petani
yang Baik Hati” memiliki 3 nilai karakter yaitu peduli lingkungan, kerja keras dan
peduli sosial. Dongeng “Ayam Jago Baru” memiliki 2 nilai karakter yaitu
tanggung jawab dan peduli sosial. Dongeng “Kisah Semut dan Merpati” memiliki
2 nilai karakter yaitu kerja keras dan peduli sosial. Dongeng “Kisah Petani dan
104
Anak Harimau” memiliki 4 nilai karakter cinta damai, rasa ingin tahu, peduli
sosial dan komunikatif. Dongeng “Anak Gembala dan Serigala” memiliki 3 nilai
karakter yaitu demokratis, rasa inginn tahu dan pedulii sosial. Dongeng “Kuda dan
Keledai yang Sarat dengan Beban” memiliki 2 nilai karakter yaitu kerja keras dan
tanggung jawab.
105
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian analisis nilai karakter dongeng dalam Buku Bahasa
Indonesia untuk SD dan MI kelas III, dapat disimpulkan bahwa nilai karakter
dalam sebuah dongeng dapat diketahui dengan menjabarkan unsur intrinsik yang
terdapat dalam dongeng. Unsur intrinsik pada dongeng yaitu tema, alur, tokoh dan
penokohan, latar, sudut pandang, serta amanat.
Nilai karakter yang ditemukan dalam dongeng sebanyak 28 nilai karakter, 1
nilai karakter jujur, 1 nilai karakter disiplin, 3 nilai karakter kerja sama, 1 nilai
karakter demokratis, 4 nilai karakter rasa ingin tahu, 3 nilai karakter komunikatif,
3 nilai karakter cinta damai, 3 nilai karakter peduli lingkungan, 6 nilai karakter
peduli sosial dan 3 nilai karakter tanggung jawab. Dongeng yang paling banyak
mengandung nilai karakter adalah dongeng “Bunga Melati yang Baik Hati”
mengandung 5 nilai karakter. Nilai karakter yang muncul dalam dongeng adalah
jujur, disiplin, kerja keras, demokratis, rasa ingin tahu, komunikatif, cinta damai,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai karakter yang tidak
muncul dalam dongeng adalah religius, toleransi, kreatif, mandiri, nasionalisme,
cinta tanah air, menghargai prestasi, dan gemar membaca. Nilai karakter negatif
yang terdapat dalam dongeng adalah memiliki sikap pembohong, pencemburu,
jahat, tidak suka menolong, kurang adil, tidak menghargai, dan tergesa-gesa.
Dongeng dapat dijadikan salah satu media untuk menanamkan nilai-nilai karakter,
sehingga siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
106
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak kekurangan dan
keterbatasan, namun tidak ada salahnya apabila penulis mengemukakan beberapa
saran sebagai:
1. Bagi guru atau orang tua dapat menjadikan dongeng sebagai alternatif
pilihan dalam mendidik anak tentang nilai-nilai karakter.
2. Bagi siswa hendaknya dapat meilih karakter yang baik sehingga dapat
diterakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi penulis buku hendakya lebih banyak menyisipkan nilai-nilai karakter
dalam dongeng terutama nilai karakter yang belum muncul.
107
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajara Nilai Karakter Kontruktivisme dan VCT
sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Al-Somadi, Mona Mohammad Farid. 2012. The Effect of A Story- Based
Programme on Developing Moral Values at The Kindergarten Stage.
Insterdisciplinary Journal of Conterporary Research in Business. Vol. 4
(No.7, 535-559).
Agus, DS. 2009. Tips Jitu Mendongeng. Yogyakarta: Kanisius.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Arismantoro. 2008. Chacacter Building. Yogyakarta. Tiara Wacana.
Daryanto, Suryati Darmiatuun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Darmadi, Rita Nirbaya. 2008. Bahasa Indonesia untuk SD dan MI Kelas III.
Jakarta: Pusat Pembukuan, Depdiknas.
Dewi, Ni Luh Lina Agustini, Ida Bagus Putrayasa, dan I Gede Nurjaya, 2014.
Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Sepatu Dahlan Karya
Khrisna Pabhicara dan Relevansinya terhadap Pengajaran Pendidikan
Karakter Sekolah di Indonesia. E- Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Undiksha. Vol. 2 (No. 1, 1-10).
Duski, Achmad. 2015. Nilai-Nilai Karakter Bangsa pada Buku Kumpulan
Dongeng Fabel Karya Kevin Van Embis dan Implementasinya pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. NOSI. Vol 3 (No.1,
1-11).
Ezell, Colleen Klein, dkk. 2014. Character Education Using Childreen’s
Literature, Puppets, Magic Tricks and Ballon Art. Internasional Journal of
Humanities and Social Science. Vol (No. 14, 1-15)
Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra: Epistemology Model Teori
dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
108
Faisal, M. Bahan Ajar Cetak Kajian Bahasa Indonesia SD 3SKS. Direktorat
Jendral Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Fitri, Agus Zaenal. 2012. Reinventing Human Character Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai&Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Gunawan, Imam. 2015. Megembangkan Karakter Bangsa Besdasarkan Kearifan
Lokal.From http://fip.um.ac.id/wpcontent/upload/2015/12/16.1_Imamgun-
Mengembangkan-Karakter-Bangsa-Berdasarkan-Kearifan-Lokal.
Griffiths, Patrick. 2006. An Introduction to English Semantics and Pragmatics.
Edinburgh University Press Ltd.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
kbbi.kemendikbud.go.id/entr/religius. Diakses 7 februari 2020.
Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Miles, M. B & Huberman, M 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
Moloeng, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Ramlan. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono
Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral, Intelektual,
Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Soetantyo, Sylvia Primulawati. 2013. Peranan Dongeng dalam Pembentukan
Karakter Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. Vol.14 (No. 1,44-51)
Sugiyono. 2009. Memehami penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa
Indonesia. Bandung: Angkasa
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN WAWANCARA UNTUK GURU
Judul Penelitian : ANALISIS NILAI KARAKTER DONGENG DALAM BUKU
BAHASA INDONESIAUNTUK SD DAN MI KELAS III SD
INPRES GONTANG KOTA MAKASSAR
II. Pelaksanaan
1. Hari/tanggal :
2. Waktu :
3. Tempat :
III. Identitas Subjek
1. Nama :
2. Alamat :
3. Pendidikan :
4. Jabatan :
IV. Pertanyaan
1. Buku apa sajakah yang Bapak/Ibu guru gunakan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas III?
2. Apakah isi di dalam buku yang digunakan oleh guru dan siswa sama?
3. Jenis bacaan apa sajakah yang terdapat dalam buku siswa tersebut?
4. Apakaah dalam cerita dongeng yang terdapat dalam buku siswa
mengandung nilai-nilai karakter?
5. Bagaimanakah peranan dongeng terhadap penanaman nilai karakter pada
siswa?
6. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu guru menanamkan nilai karakter yang ada
pada dongeng dalam pembelajaran?
7. Apakah ada perubahan tingkah laku siswa setelah mendapatkan
pendidikan karakter melalui dongeng dalam pembelajaran?
LAMPIRAN 2
HASIL WAWANCARA TERHADAP GURU
Judul Penelitian : ANALISIS NILAI KARAKTER DONGENG DALAM BUKU
BAHASA INDONESIAUNTUK SD DAN MI KELAS III SD
INPRES GONTANG KOTA MAKASSAR
I. Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Sabtu, 05 September 2020
2. Waktu : 10.38 WIB
3. Tempat : SD Inpres Gontang
II. Identitas Subjek
1. Nama : Widya Amrah, S.Pd
2. Alamat : Jl. Dg. Kuling
3. Pendidikan : S1 PGSD
4. Jabatan : Guru Kelas 3A
III. Pertanyaan
1. Buku apa sajakah yang Bapak/Ibu guru gunakan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas III?
Jawab : Buku Tematik Kelas 3.
2. Apakah isi di dalam buku yang digunakan oleh guru dan siswa sama?
Jawab : Tidak sama, Guru memuat tujuan dan penjelasan-penjelasan,
sedangkan siswa berupa soal dan contoh-contoh.
3. Jenis bacaan apa sajakah yang terdapat dalam buku siswa tersebut?
Jawab : Ada dongeng, ada bacaan naratif dan sebagainya.
4. Apakah dalam cerita dongeng yang terdapat dalam buku siswa
mengandung nilai-nilai karakter?
Jawab : Iya
5. Bagaimana peranan dongeng terhadap penanaman nilai karakter pada
siswa?
Jawab : Siswa dapat memahami berbagai macam karakter dalam dongeng
dan mengetahui nilai-nilai moral di dalam dongeng tersebut.
6. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menanamkan nilai karakter yang ada pada
dongeng terhadap siswa?
Jawab : Dengan mengaitkan langsung kehidupan siswa, misalnya nilai
religius yang terdapat dalam cerita atau dongeng.
7. Apakah ada perubahan tingkah laku siswa setelah mendapatkan
pendiidikan karakter melalui dongeng dalam pembelajaran?
Jawab : Iya, sangat berpengaruh.
LAMPIRAN 3
Pohon Apel yang Tulus
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel besar. Ada seorang anak laki-laki
bermain di sekitar pohon itu. Dia sangat menyanyangi pohon itu. Pohon tu juga
senang bermain bersamanya. Waktu berlalu, anak laki-laki itu tumbuh dewasa.
Suatu hari, ia datang kembali. Pohon apel menyambutnya dengan gembira. “Ayo,
bermainlah bersamaku,” ajak si Pohon Apel.
“Ah, aku tak punya waktu untuk bermain. Kami membutuhkan rumah
untuk tinggal. Bisakah kau membantuku?” “Kamu boleh memotong cabang-
cabang pohonku ini untuk membangun rumahmu.” Jadi anak laki-laki itu
memotong semua cabang pohon dan pergi dengan riang. Pohon apel itu senang
melihat temannya bahagia. Tapi dia tak pernah kembali sejak saat itu. Pohon apel
kembali merasa kesepian dan sedih.
Akhirnya, laki-laki itu kembali lagi. Laki-laki itu dan pohon apel sekarang
sudah sama-sama tua. “Aku sudah tak bisa meberikan apa-apa,” kata Pohon Apel.
“Tidak apa-apa. Aku hanya membutuhkan sebuah tempat untuk beristirahat,”
jawab laki-laki itu. “Baik! Sisa batang pohon tua adalah tempat terbaik untuk
bersandar dan berstirahat. Duduklah sni bersamaku dan istirahatlah,”kata pohon
apel. Laki-lakiitupun duduk bersandakan pada batang phon yang masih tersisa.
Pohon apel pun menangis bahagia. Akhirnya mereka pun bersama lagi.
LAMPIRAN 4
Pengembara dan Sebuah Pohon
(pengarang: Aesop)
Dua orang pengembara berjalan di sepanjang jalan yang berdebu dan
tandus di hari yang sangat panas. Tidak lama kemudian, mereka menenukan sebua
pohon besar. Dengan gembra, keduanya lalu berteduh dari teriknya sinar matahari
di bawah naungan daun-daun pohn besar yang lebat. Saat beristirahat, mereka
melihat ke atas pohon. Salah seorang penembara berkata kepada teman
seperjalanannya, “Betapa tidak bergunanya pohon besar ini! Pohon ini tidak
memiliki buah sehingga tidak berguna untuk manusia sama sekali.”
Pohon besar tersebut lalu berkata, “Kamu manusia yang tidak tahu terima
kasih!” Pohon itu berkata lagi,”Kamu datang dan bernaungdi bawah daun-daunku.
Kamu menikmati teduhnya cabang dan daungku. Kamu masih menyebutku tidak
berguna sama sekali?”
LAMPIRAN 5
Asal Mula Buah Kelapa
Seorang laki-laki mendaki gunung yang tinggi. Ianingin mengunjungi
penyihir sakti. Penyihir sakti mempersilahkan laki-laki itu masuk ke pondoknya.
“Wahai Penyihir sakti, ada sesuatu yang ingin kumohon darimu,” kata laki-laki itu
sambil menunduk dengan hormat. “Aku ingin diberi sesuatu olehmu, agar aku
menjadi seseorang yang sangat berguna bagi setiap orang,” “Permintaanmu cukup
bagus,” sahut Penyihir sakti. Ia mengeluarkan sebuah kotak hijau yang kecil. Dia
berkata, “Kau baru boleh membukanya jika kau sudah tiba di rumah!”
Laki-laki itu menerima kotak hijau tersebut dengan perasaan gembira.
Setelah menggucapkan terima kasih, dia berjalan menuruni gunung. Di tengah
perjalanan dia tergoda untuk membuka kotak hijau itu. Ia ingin melihat apa isinya,
namun ia tidak jadi membukanya. Saat ia ingat pada pesan Penyihir sakti. Ketika
tiba di kaki gunung, lagi-lagi dia tergoda, ingin melihat isi kotak hijau tersebut. Ia
lalu membuka kotak hijau itu. Tiba-tiba laki-laki ituberubah menjadi pohon yang
daunnya panjang dan buahnya besar-besar.
Terdengar suara Penyihir sakti dari puncak gunung. “Karena kau tak
meematuhi kataa-kataku, kau berubah menjadi pohon kelapa. Namun,
permohonanmu tetap terkabul. Kau sangat berguna. Tiap bagian darimu berguna
bagi manusia. Daunmu, buahmu, dan batangmu dapat dimanfaatkan manusia.
Sejak saat itu, pohon kelapa cepat berkembang biak, sehingga bisa dijumpai di
mana-mana. Orang menghargai pohon kelapa karena banyak gunanya.
LAMPIRAN 6
Bunga Melati yang Baik Hati
Di taman bungakerajaan, tumbuh berbagai macam tanaman bunga yang
bunganya sangat indah. Paraputri senag sekali memandang dan menciumi bunga
melati. Hal itu menimbulkan kecemburuan dari bunga-bunga yang lain.
Putri 1 : “Wah....indah sekali bunga-bunga di taman istana ini.”
Putri 2 : “Hei.... lihat bunga melati itu. Warnanya putih bersih dan
harumnya semerba memenuhi taman ini.”
Putri 1 : “Mmmh....aroma melati memang harum. Aku sangat
menyukainya.”
Bunga Sedap Malam : “Aku tak habis pikir, mengapa para putri suka sekali
dengan dirimu.”
Bungan Anggrek : “Iya, padahal dirimu berbunga kecil, berdaun besar, dan
berbatang keras.”
Bungan Mawar Biru :” Walaupun engkau harum, namun mudah layu jika
dijadikan pajangan di vas bunga. Karena pasti akan terlihat
jelek sekali jika sudah layu dipajang di sana.”
Bunga melati hanya diam dan tetap tersenyum. Senyumnya yang manis
membuat keharuman dirinya semakin merebak. Udara di taman bungan kerajaan
bertambah wangi dan bertambah bnyak kumbang yang datang. Kedatangan para
kumbang yang brtambah banyak, membuat semua bunga di taman bunga kerjaan
menjadi senang. Mereka pun sibuk menyapa para kumbang dan mempersilahkan
mengisap sari madu yang ada pada setiap bunganya. Para bunga tentu tidak akan
bisa berbunga lagi jika tidak ada kumbang yang datang dan mengsap sari madu
mereka.
Bunga Sedap Malam dan bunga yang lainnya kini telah mengerti, kenapa
Bunga Melati sangat wangi sekali. Bunga- bunga yang lain meminta maaf kepada
Bunga Melati atas perasaan cemburu mereka. Kini mereka mengakui bahwa
keberadaan Bunga Melati itu justru harus disyukuri.
Bunga Sedap Malam : “Ternyata aroma harummu mengundang para kumbang
datang. Tanpa dirimu taman ini akan sepi dari kumbang-
kumbang. Maafkan, aku Melati.”
Bunga Anggrek : “Aku juga mau minta maaf, Melati. Selama ini aku iri
padamu. Ternyata keberadaanmu sangat bermanfaat untuk
kami.”
Bungan Mawar Biru : “Selama ini aku juga berburuk sangka padamu, Melati.
Aku minta maaf, ya.”
Bunga Melati : “Ak sudah memaafkan kalian, teman-teman. Sekarang kita
bisa berteman tanpa ada prasangka buruk.”
LAMPIRAN 7
Petani yang Baik Hati
Suatu hari, tinggallah seorang petani yang baik dan murah hati. Pada saat
petani itu pergi kesawahnya, ia menemukan seekor burung pipit yang kakinya
patah. Sang petani merasa kasihan. Ia pun membawa burung itu ke rumahnya
yang sederhana. Sang petani langsung mengobati kaki burung tersebut. Setelah
beberapa hari ia rawat, burung pipit itu ia lepaskan ke alam bebas.
Beberapa hari kemudian, pada saat petani itu sedang mengairi sawah dan
mencabuti rumput liar, ia didatangi oleh burung pipit kecil yang telah ia tolong.
Burung itu membawa tiga buah biji semangka pada paruhnya. Ia memberikannya
kepada petani it. Setelah itu, burung itupun pergi. Petani itu sangat berterima kasih
kepada burung.
Besoknya, sang petani menanam biji-biji semangka itu di dekat rumahnya.
Setelah ia mengurus bibit pohon semangaka itu, pohon semangka itupun tumbuh.
Semakin lama pohon itu semakin besar. Akhinya pohon semangka berbuah.
Petani itu sangat senang. Ia mengambil ketiga buah semangka itu.
Pada saat ia membela buah semangka yang pertama, keluarlah beberapa
bongkah emas dan berlian yang berkilauan. Petani itu merasa sangat kaget
bercampur senang, lalu ia membela semangka yang kedua. Ternyata isinya adalah
bahan-bahan bangunan. Petani itu merasa sangat bahagia, lalu ia membela
semangka terakhir. Ternyata keluarlah para pekerja yang siap membangun istana
yang megah untuk ia tinggali.
Akhirnya, karena kebaikan dan ketulusan petani itu, sekarang ia menjadi
orang yang sangat kaya raya. Ia selalu membagikan hartanya kepada orang yang
kekurangan dan selalu menolong orang yang butuh pertolongannya.
LAMPIRAN 8
Ayam Jago Baru
(pengarang: Anonim)
Ada ayam jago baru di suatu dusun. Dia datang dari kota yang
jauh...sekali. suatu ketika, Ayam Jago terjagadari tidurnya. Matanya yang masih
mengantuk perlahan terbuka. Di langit dia melihat bend bundar berwarna kuning
keemasan. “itu pasti Matahari!” pikirnya. Maka walaupun diamasih mengantuk,
dia melompatke atas pagar. “kukurukyuk....Hari sudah pagi!” kokoknya keras-
keras. Induk-induk ayam bergegas berlarian keluar. Mereka mulai mengais-ngais
mencari makan. “Wah, betapa gelapnya hari ini!” keluh mereka.
Tiba-tiba terbang melintas seekor burung hantu. Dia hingga di pohon
dekat mereka. “Kamu siapa?” tanya si Ayam Jago Baru. “Aku, Burung Hantu!”
jawabnya. “Hai, mengapa kalian ribut-ribut di tengah malam begini?” “Si Ayam
Jago tadi berkokok. Itu tanda hari sudah pagi!”ujar induk-induk ayam itu. Mereka
kemudian ribut bergumam. Si Burung Hantu menepukkan sayapnya meminta
mereka tenang. “Iya! Itu Matahari sudah terbit di langit!” ujar si Jago.si Burung
Hantu tertawa terbahak-bahak. “itu bukan Matahari! Itu adalah bulan purnama!”
katanya.
Induk-induk ayam kembali bergumam. Mereka keembalike tempat masing-
masing dan tidur lagi. Si Ayam Jago Baru merasa malu. Dia berjanji besok lagi
akan membuka kedua katanya lebar-lebar. Dia harus yakin yan dilihatnya adalah
Matahari. Setelah itu, baru dia akan berkook.
LAMPIRAN 9
Kisah Semut dan Merpati
(pengarang: Anonim)
Pada suatu hari, ada seekor semut yang sedang berjalan-jalan mencari
makan di pingir sungai.seperti biasa, dia berjalan dengan riang dan karena kurang
hati-hati tiba-tiba ia terjatuh ke dalam sungai.
Arus sungai menghanyutkannya. Semut itu timbul teenggelam dan
kelelahan. Ia berusaha untuk menepi, tetapi tidak berhasil. Seekor burung merpati
kebetulan bertengger di ranting pohon yang melitang di atas sungai, melihat semut
yan hampir tenggelam dan merasa iba.
Burung merpati ini memetik dan dan menjatuhkannya di dekat semut.
Semut merayap naik keatas daun. Akhirya, ia berhasil menyelamatkan dirinya
dengan bantuan daun tersebut dan mendarat di tepi sungai.
Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu sedang
mmengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya
tadi. Semut menyadari bahanya yng membayangi merpati yang baik tersebut. Ia
seger berlari mendekati pemburu dan mengigit kaki sang pemburu.
Pemburu itu kesakitan dan terkejut. Ia mengibaskan ranting yang tadinya
akan digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati menyadari keberadaan
pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting. Akhirnya sang burungg pun
terbang menyelamatkan dirinya.
LAMPIRAN 10
Kisah Petani dan Anak Harimau
(pengarang: Anonim)
Di sebuah desa di pulau jawa, tinggallah seorang kakek. Ia terkenal baik
hati dan ramah.namanya Ki Maulaya. Para warga desa sangat segan dan
mengagumi beliau. Sifatnya yang arif dan bijaksana sering dijadikan tempat
bertanya ketika ada perselisihan. Di suatu hari Ki Maulaya pulang dari sawah. Di
tengah-tengah perjalanan menuju rumahnya, Ki Maulaya terhenti oleh suara yang
didengarnya. Ia pun mencari dari mana suara itu berasal. Dia menemukan sebuah
lubang jebakan. Dilihatnya ada tiga ekor anak harimau yang terjebak dan tidak
bisa keluar.
Melihat bahwa binatang yang dia temukan bisa membahayakannya, dia
pun tertegu sejenak. Setelah beberapa saat terpaku, Ki Maulaya dapat menekan
rasa takutnya. “Ak percaya bahwa kebaikan pasti dibalas denga kebaikan pula.”
Dikeluarkannya satu persatu anak harimau itu. Setelah semua terangkat, dia pun
naik keluar dari lubang itu. Baru saja dia sampai di atas, tiba-tiba darisemak
belukar keluar seekor harimau yang sangat besar. Harimau itu adalah induk dari
tiga anak harimau yang dia tolong. Ki Mulaya pun gemetar dan berkeringat
dingin. Namun, dia mencoba mengendalikan rasa takunya. Ia hanya pasrah pada
kehendak Sang Pencipta. Harimau itu mendekatinya sambil mengendus-endus Ki
Maulaya, lalu dia pergii membawa anak-anaknya.
Konon setelah kejaddian itu, Ki Maulaya dan harimau menjadi sahabat.
Harimau itu sering menunggui Ki Maulaya ketika di sawah dan menjaganya dari
bahaya hewan-hewan buas. Dan apa yang diyakini Ki Maulaya terbukti.
“Kebaikan pasti dibalas degan kebaikan pula.”
LAMPIRAN 11
Anak Gembala dan Serigala
Narator :
Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya di dekat
hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Suatu hari dia
menggembalakan domba di dekat hutan. Dia merasa terhiburdengan memikirkan
berbagai macam rencana apabila dia melihat serigala. Dia teringat ucapan
tuannya.
Tuan Anak Gembala :
“Apabila kamu melihat serigala datang dan menyerang domba, kamu harus teriak
memanggil bantuan. Orang sekampung akan datang membantumu.”
Narator :
Anak gembala itu berpkir bahwa akan terasa lucu apabila dia berpura-pura melihat
serigala dan berteriak ke arah kampuungnya dan berteriak sekeras-kerasnya.
Anak Gembala :
“Ada sergala, serigala. Tolooong!”
Narator :
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak,
cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala
tersebut untuk membantunya.
Orang Kampung 1 :
“Di mana....serigalanya? Di mana......?
Orang Kampung 2 :
“Apa serigala itu mlukaimu? Di mana serigala itu sekarang?”
Anak Gembala :
“Ha....ha...ha....kalian semua tertpu. Tidak ada serigaladi sini.
Oarng Kampung 3 :
“Rupanya kamu telah menipu kami semua. Huh....!
Narator :
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak meminta tolong.
Anak Gembala :
“Tolong ....tolong ada serigala! Tolong.......serigala memakan domba!”
Orang Kampung 1 :
“Mana serigalanya? Tidak terlihat serigala di sini?”
Anak Gembala :
“Ha..ha..ha..memang tidak ada serigala. Aku iseng saja berteriak minta tolong!”
Orang Kampung 2 :
“Hei..keberadaan serigala bukan untuk main-main. Kalau kamu berbohong terus,
tidak ada yang percaya lagi padamu!
Narator :
Pada suatu sore ketika Matahari mulai terbenam, seekor sergala benar-benar
datang dan menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Anak Gembala :
“Serigala......! Serigala .....!Tolong.... ada serigala! Tolong...tolong....!
Orang Kampung 1 :
“Anak gembala itu pasti bermain-main lagi!”
Orang Kampung 2 :
“Dia tidak akan bisa menipu kita lagi.”
Narator :
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang
digembaakan oleh sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.
LAMPIRAN 12
Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban
(pengarang: Aesop)
Pernah ada seorang pria yang memelihara seekor kuda dan seekor keledai.
Kebiasaan pria tersebut memuati keledainya dengan beban yang berat. Keledai
tersebut terhuyung-huyung karena beban yang telalu berat. Sementara kuda
berjalan dengan beban yang ringan.
Pada suatu hari mereka melakukan perjalanan. Keledai berkata kepada
Kuda, “Maukah kamu mengangkut sebagian dari beban saya? Saya merasa sangat
tidak enak badan. Jika kamu mau membawa sebagian bebanku, mungkin saya
akan cepat sembuuh. Beban yang terlalu berat ini bisa membunuhku.” Kuda hanya
menendang-nendangkan kakinya. Ia berkata kepada Keledai agar tidak usah
mengelur. Ia tdak mau diganggu dengan kata-kata keluhan.
Keledai terhuyung-huyung selama berjalan setengah kilometer. Tiba-tiba
ia jatuh ke tanah dan mati. Si pemilik datang dan hanya bisa berpasrah dengan apa
yang terjadi. Ia melepaskan beban dari keledai yang telah mati. Semua beban
ditempatkan di atsa punggung kuda. “Aduh,” keluh Kuda saat dia merasakan
beban berat. Beban bertambah dengan berat tubuh Keledai yang telah mati.
“Sekarang saya mendapatkan ganjaran karena sifat saya yang jelek.” “Saya
menolak menanggung sebagian beban Keledai. Ditambah saya harus membawa
seluruh beban. Ditambah dengan berat tubuh teman saya yang malang ini.”
LAMPIRAN 13
Foto kegiatan hasil wawancara dengan wali kelas III
Foto kegiatan hasil wawancara dengan wali kelas III
Foto kegiatan hasil wawancara dengan wali kelas III
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP
Evi Yulianti. Dilahirkan di Bone, pada tanggal 27 Maret
1998 dari pasangan Ayahanda Amir dan Ibunda Catira.
Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2004 di MI Al-
Ikram Bulukasa Kabupaten Bone, tamat sekolah di
menengah pertama di MTS Guppi Bulukasa Kabupaten
Bone pada tahun 2013, dan tamat sekolah menengah atas di
MAN 3 Bone, Kabupaten Bone pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan program Strata Satu (S1) di
salah satu Universitas yang berada di kota Makassar. Universitas Muhammadiyah
Makassar merupakan tempat saya melanjutkan pendidikan khususnya di jurusan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar merupakan program
jurusan yang telah terakreditasi (A). Selain itu, masih banyak program studi
pilihan yang bisa kalian dapatkan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Pada
tahun 2020 penulis berhasil membuat karya tulis ilmiah yang dijadikan sebagai
SKRIPSI hasil penelitian dengan judul “Analisis Nilai Karakter Dongeng dalam
Buku Bahasa Indonesia Kelas III SD Inpres Gontang Kota Makassar”.