Analisis Mikroflora Pada Biofilm Karies Skunder Di Sekitar Tumpatan Komposit Dan Amalgam Kelas I Dan...
-
Upload
muthiarapraziandite -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
Transcript of Analisis Mikroflora Pada Biofilm Karies Skunder Di Sekitar Tumpatan Komposit Dan Amalgam Kelas I Dan...
Analisis Mikroflora pada Biofilm Karies Skunder di sekitar Tumpatan
Komposit dan Amalgam Kelas I dan Kelas II
Abstrak
Latar belakang: Karies skunder bertanggung jawab atas 60% dari seluruh penggantian
restorasi dalam praktek kedokteran gigi. Perbedaan sumber bakteri dan perbedaan jenis
material tumpatan bisa jadi memiliki peran dalam karies skunder. Tujuan studi ini adalah
untuk mendeterminasi dan membandingkan spektrum mikroba biofilm karies skunder
disekitar restorasi amalgam dan resin komposit.
Metode: Sampel klinis dikumpulkan dari gigi yang baru dicabut yang didiagnosa dengan
karies skunder. Sampel dikategorikan ke dalam 4 grup berdasarkan tipe material restorasi
dan klasifikasi kavitas. Biofilm diambil dari bagian permukaan dalam restorasi gigi
menggunakan dental explorer dan setelah pelemahan diinkubasi pada agar khusus. Bakteri
diidentifikasi dengan sistem penilaian biokimia. Perhitungan statistik didapat dengan
software SPSS11.5 untuk menganalisa prevalensi bakteri yang terdapat dalam karies
skunder.
Hasil: Seluruh sampel dari 4 grup dikumpulkan: dua grpu dikumpulkan dari restorasi
amalgam, masing-masing mempunyai 21 sampel karies kelas 1 maupun kelas 2; dan dua
grup lainnya dari restorasi resin komposit, masing-masing mempunyai 12 sampel karies
kelas 1 maupun kelas 2. Hasil kami menujukkan: (1) spesies anaerobic mendominasi
dalam kedua material restorasi. (2) dalam keterkaitan dari jenis bakteri, tidak ada
perbedaan signifikan diantara empat grup berdasarkan nilai rata geometri bakteri yang
terdeteksi (P>500). Namun, terdapat perbedaan signifikan antara bakteri yang tedeteksi
dalam masing-masing grup (P<0.05). Komposisi masing-masing bakteri tidak memiliki
perbedaan statistik tertentu antara empat grup (P>0.005), tetapi menunjukkan perbedaan
signifikan antara bakteri yang terdeteksi dalam masing-masing grup. (3) antar empat grup,
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam angka deteksi dari masing-masing
bakteri (P>0.05), bagaimanapun, angka deteksi dari masing-masing bakteri dalam masing-
masing grup berbeda secara statistik antara bakteri terdeteksi (P<0.005).
Kesimpulan: Proporsi spesies anaerobic obligatory lebih banyak dari spesies anaerobic
fakultatif dalam biofilm karies skunder. Secara statistik, material restorasi dan lokasi karies
skunder tidak menunjukkan adanya efek signifikan dari komposisi mikroflora.
Latar belakang
Istilah "karies skunder" atau "karies berulang" merupakan karies pada garis tepi
restorasi gigi, yang merupakan alasan terpenting dalam kegagalan pengisian tumpatan.
Karies skunder bertanggung jawab terhadap 60% dari seluruh penggantian restorasi pada
praktek kedokteran. Keberadaan bakteri dalam plak gigi yang terlibatk dalam etiologi
perkembangan karies primer memainkan peran besar dalam timbulnya karies skunder.
Telah dilaporkan bahwa sifat material restorasi gigi mempengaruhi jumlah dan
perkembangan karies sekunder. Namun, didalam studi budaya Kidd et al., mereka
menemukan tidak ada perbedaan dignifikan komposisi microflora dalam sampel plak yang
diambil dari bagian karies primer maupun karies berulang. Tak jauh berbeda, beberapa
studi juga gagal menemukan hubungan signifikan antara microbial flora antar material
kedokteran gigi yang berbeda, beberapa studi melaporkan spektrum profil microbial yang
spesifik atau menemukan hubungan antara kekasaran bahan kedokteran gigi dan jumlah
bakteri. Ini mengindikasikan bahwa efek antibakteri dari ion metal bahan kedokteran gigi
dapat memainkan peran dalam karies skunder. Svanberg et al.mendeteksi jauh lebih
banyak jumlah pembentukan kolonisasi unit (cfu) saat menghitung streptococcus mutans
di tepi tumpatan komposit dibandingkan tumpatan amalgam. Jumlah plak dan derajat
kekariogenikan di tepi restorasi bergantung pada bahan restorasi. Penemuan-penemuan
tersebut mengindikasikan bahwa bahan dasar resin menumpuk lebih banyak plak, dan
lebih kariogenik daripada bahan amalgam, semen silikat, dan gelas ionomer kaca. Di sisi
lain, pengkerutan polimerisasi dan muatan tekanan kunyah sering menghasilkan retakan
dan microleakage di komposit. Celah tepi ini dapat menjadi ceruk ekologis bagi
mikroorganisme, apalagi komposit tidak memiliki sifat antibakteri, seperti ion Hg pada
amalgam. Terlebih lagi, Matasa menggambarkan sebuah "serangan microbial" pada
penggunaan komposit sebagai adhesi bonding dalam aplikasi orthodontik. Mikroleakage
juga dipercaya memiliki hubungan dengan perkembangan karies skunder, tapi teori ini
telah ditolak. Sebagian besar fakta yang ada mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan
antara perkembangan karies skunder dan ukuran celah pada permukaan dalam restorasi
gigi, terlepas dari kasus-kasus microleakage pada celah yang melibihi 250nm atau 400nm.
Jadi, karies skunder tidak timbul dari hasil microleakage di sepanjang permukaan dalam
restorasi gigi, tapi pada permukaan lesi hampir sama dengan karies primer di permukaan
licin. Kehadiran tumpatan berlebih, meskipun secara klinis sulit mendeteksi tumpatan
berlebih minor, cenderung meningkatkan resiko karies skunder, yang mengindikasikan
bahwa akumulasi plak merupakan faktor pendorong dalam perkembangan karies skunder.
Kebanyakan studi memfokuskan pada bakteri aerob disekitar restorasi, namun
sedikit diketahui tentang bakteri anaerob. Walaupun bakteri anerob gram negatif tersebut
telah menunjukkan hubungan dengan penyakit jaringan periodontal, Crhistian et al.
menemukan bahwa bakteri anaerob gram negatif berhubungan dengan penyakit jaringan
periodontal yang sebagain besar ada pada karies skunder di tumpatan komposit. Bakteri-
bakterinya hampir sama dengan spektrum bakteri pada infeksi saluran akar, misalnya
Fusobacterium, Veillonella, Prevotella, dll. Oleh karena itu, kami menduga bakteri
anaerob juga memainkan peran penting dalam pembentukan karies skunder dan kami
memfokuskan pada beberapa dari bakteri anaerob periodontal tersebut dalam studi ini.
Tujuan studi ini untuk menetapkan dan membandingkan spekrum mikrobiologi
disekeliling tumpatan komposit dan amalgam dengan mengkhususkan perhatian pada flora
anaerob.
Metode
Pengumpulan sampel
Studi ini disetujui oleh Komite Etik Rumah Sakit Ninth People, Fakultas
Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong, Cina. Informed consent diperoleh dari
seluruh pasien yang berpartisipasi dalam studi ini. Pasien yang berkontribusi dalam studi
ini, kebanyakan memiliki penyakit jariangan periodontal. Sampel biofilm dikumpulkan
dari gigi yang baru dicabut yang telah didiagnosa karies skunder atas inspeksi visual oleh
dokter gigi berpengalaman bedasarakan kiretria khusus dari Callifornia Dental
Association. Sampel dikumpulkan dan dikategorikan kedalam empat grup bedasarkan
bahan restorasi dan kalsifikasi kavitas menurut G.V.Black: Grup 1 sampel dikumpulkan
dari tumpatan amalgam kavitas 1, Grup 2: kelas II dengan amallgam, Grup 3: kavitas kelas
I dengan resin komposit, dan Grup 4; kavitas kelas II dengan resin komposit. Gigi dicabut
dan dibilas dengan air deionised secara terliti. Sampel biofilm dikumpulkan dengan dental
explorer dan segera dipindahkan kedalam botol kecil berisi 1ml cairan transport dari
prereduksi thioglikolat medium (Difco, Detroit, Mich, USA)
Prosedur pengolahan bakteri
Sampel dikumpulkan menjadi satu selama 10detik. Setelah 105 kali pelemahan,
sampel dilapiskan pada 9 piringan agar khusus (ditampilkan pada tabel 1) dalam rangkap
tiga dan dipelihara dalam suhu 37C. Tiap 50nm piringan dari pelemahan sampel
digunakan. Piringan untuk bakteri anaerob CDC, KVLB, V-Rogosa, FS, dan PS diinkubasi
didalam lingkungan anerobik (BUG BOX DUAL, Fuskinn, Inggris) didalam N2 80%, H2
10% dan CO2 10% pada 37C selama sedikitnya 4 hari. Piringan untuk bakteri aerob TSA,
MS, CFAR, dan L-Rogosa diinkubassi di lingkungan anaerob dalam N2 dan CO2 10%
pada 37C selama sedikitnya 2 hari. Seletah inkubasi, pembentukan koloni di piringan
mulai diidentifikasi memalui morfologi menggunakan stereomikroskop dan berdasarkan
hal tersebut penghitungan cfu dicatat. Identifikasi bakteri lebih lanjut dilakukan hal seperti
berikut: petama-tama bakteri diperiksa pewarnaan Gram, ketahanan terhadapa udara, dan
sensitivitas antibiotiknya. Kemudian analisis biokimia termasuk fermentasi karbohidrat
dan produksi indole dan nitrat menggunakan sebuah alat dari KLOBME (Key Laboratory
of Oral Biomedical Engineering, Ministry of Education, Chendu, China). Acuan biokimia
analisis spesies didaftar sebagai berikut: streprococcus mutans NCTC Ingbritt,
Actinomyses viscocus ATCC 19246, Lactobacilus acidophilus ATCC 4356, Neisseriae
mucosa ATCC 49233, Prevotella corporis ATCC 3354, Prevotella melaninogenica ATCC
33563, Porphyromobas gingivalis ATCC 33277, Veillonella parvula ATCC 10790,
Fusobacterium nucleatum. ATCC 23276, Peptostreptocococcus anaerobius ATCC 27337,
dan Capnocytophaga ochracea ATCC 33596.
tabel 1. Media yang digunakan pada studi ini
Analisis Statistik
Untuk pembentukan koloni bakteri (cfu) disajikan sebagai rata-rata geomotris.
Komposisi masing-masing bakteri didalam sampel plak dihitung dalam bentuk rasio
persentasi dari penghitungan terbentuknya cfu di piringan pengolahan terntentu
dibandingkan dengan total pembentukan cfu dalam piringan secara umum. Nilai
pendeteksian dari masing-masing bakteri dimasing-masing grup dihitung dalam bentuk
angka rasio persentase dari sampel yang kami dapat identifikasi satu jenis bakteri dari
pembagian oleh angka sampel dimasing-masing grup.
Prevalensi bakteri yang terlibat dalam karies skunder dianalisa menggunakan
software SPSS11.5. Total cfu dari tiap sampel dipaparkan dalam bentuk logaritma untuk
mengakomodasi distribusi normal. Perbedaan rata-rata geometric fcu dan komposisi tiap
bakteri di dalam empat grup dibandingkan oleh dua cara analisic ANOVA menggunakan
metode Benforreni. Untuk membedakan nilai deteksi bakteri antar empat grup, tes Chi-
square digunakan untuk menganalisa.
Hasil
Microflora dalam biofilm karies skunder secara dominan terdiri dari Prevotella,
Veillonella, Lactobacillus, Streptococcus mutans, Neisseriae, dan Actinomyces; diikuti
oleh Peptostreptococcus, fusobacterium, dan Porphyromonas gingivalis; dan terkadang
Capnocytophaga terdeteksi. Rasio dari aerob dan anaerobic flora dibandingkan antara
kelompok komposit dan amalgam, berturut-turut 37.64%/62.87% dan 38.60%/61.40%.
komposisi tiap bakteri tidak memiliki perbedaan statistik antar empat grup (P> 0.05),
bagaimanapun, perbedaan signifikan ditemukan pada bakteri yang terdeteksi pada tiap
goup ( P < 0.005) sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2. Tidak ada perbedaan signifikan
diantara empat grup dalam nilai pendeteksian dari masing-masing bakteri ( P > 0.005), tapi
nilai pendeteksian diantara bakteri yang terdeteksi memiliki perbedaan yang signifikan
dalam tiap grup ( P < 0.005) sebagaimana ditunjukkan tabel 3.
tabel 2 logaritma unit pembentukan koloni per ml dari empar grup (logXG±SD)
unit pembentukan koloni bakteri disajikan dalam bentuk logaritma unit pembentukan koloni per ml. komposisi mikroba uang terlibat dalam karies skunder dianalisis enggunakan software SPSS11.5. logaritma unit pembentukan koloni per ml dibandingkan dengan dua cara analisis ANOVA menggunakan metode Bonferroni. Untuk tiap jenis bakteri, tidak ditemukan perbedaan sognifikan diantara epat grup (P > 00.005), tapi nilai rata logaritma unit pembentukan koloni untun mendeteksi bakteri menunjukkan perbedaan statistic diantara bakteri yang terdeteksi pada tiap grup (P<0.05)
tabel 3 perbandingan presentasi mikroba yang dapat terdeksi didalam keempat group
Nilai pendeteksian dari masing-masing bakteri dimasing-masing grup dihitung dalam bentuk angka rasio
persentase dari sampel yang kami dapat identifikasi satu jenis bakteri dari pembagian oleh angka sampel
dimasing-masing grup. Nilai pendeteksian bakteri yang terlibat dalam kasier skunder dianalisa menggunakan
software SPSS11.5. untuk Untuk membedakan nilai deteksi bakteri antar empat grup, tes Chi-square
digunakan untuk menganalisa. Tidak ada perbedaan signifikan diantara keempat grup dalam nilai
pendeteksian bakteri yang terlibat (P>0.005), tapi dalam tiap grup nilai deyeksi tiap bakteri diantara bakteri
yang terdeteksi memiliki perbedaan statistic (P<0.05). S. mutans, No-Black Prevotella, dan Veillonella
diisolasi dari karies skunder pada persentase relative lebih tinggi darpi pada Fusobacterium dan
Campnocytophaga (P<0.05). Tidak ada perbedaan signifikan diantara nilai deteksi spesies mikroba lainnya
(P>0.05).
Pembahasan
Spektrum bakteri dan mikroflora dominan dalam karies skunder
Dalam studi ini, microflora dalam biofilm karies skunder disekitar tumpatan kelas I
dan kelas II komposit dan amalgam yang utama terdiri dari Prevotella, Veillonella,
Lactobacillus, Streptpcoccus mutans, dan Neisseriae. Prevalensi bakteri terbanyak
berikutnya terdiri dari Actinomyces, Peptostreptococcus, Fusobacterium, dan
Porphyromonas gingivalis dan terkadang Capnocytophaga. Proporsi bakteri spesies
anaerob obligat jauh lebih banyak daripada spesies bakteri fakultatif anaerob. Spektrum
bakteri ini hampir sama dengan microflora pada plak subgingiva penyakit jaringan
periodontal dan menginfeksi saluran akar dengan mikroba yang berpotensi patogenik
pulpa. Christian Splieth et al., yang melakukan studi yang hanpir sama, menemukan rasio
aerob dan anaerob flora sebanding antara tumpatan komposit dan amalgam berturut-turut
11.4%/88.6% dan 15.4%/84.5%. Sangat sedikit studi yang dilaporkan menganai bakteri
anaerob dalam karies skunder. Gonzalez-Cabezas melaporkan pendeteksian streptococcus
mutans dalam lesi karies skunder menggunakan confocl laser scanning microscopy dan
teknik immunofluorescent, dengan teknik ini bakteri terdeteksi 88.9% dari sampel yang
dianalisis. Gonzalez-Cabezas melaporkan distribusi ketiga bakteri kariogenik,
streptococcus mutans, Actinomyses naeslundii, dan lactobacillus di dalam lesi karies
skunder sekitar restorasi amalgam. Fitzgerald RJ melaporkan bahwa sangat adanya variasi
didalam jumlah dan jenis mikroorganisme pada sampel dentin dari lesi yang dapat
disamakan kekomplekannya. Streptococcus mutans ditemukan 40% di tempat perkebangan
karies dengan berbagai derajat karies dan hanya 3 dari 9 dari tempat tersebut yang
memiliki karies paling banyak. Prevalensi dan jumlah lactobacillus meningkat seiring
meningkatnya derajat karies, bakteri ini hadir pada kurang dari setengah sampel dentin
yang rusak. Actinomyces hadir di 15 dari 32 daerah yang rusak tetapi hanya 2 dari 9 yang
paling aktif dengan jumlah melebihi 3x105 CFU/mg. bagaimanapun, semua studi tersebut
tidak melaporkan mengenai bakteri anaerob pada karies skunder. Sampel yang digunakan
pada studi ini dikumpulkan dari gigi yang baru dicabut. Gigi tersebut sebagian besar
diambil dari pasien yang memiliki penyakit jaringan periodontal. Mikroflora didalam
saliva pasien bisa jadi yang bertanggung jawab atas banyaknya bakteri anaerob pada
penyakit jaringan periodontal. Bakteri anaerob mulut dapat memasuki lingkungan anaerob
misalnya lacuna atau sepanjang tepi restorasi. Oleh karena itu, proporsi yang tinggi dari
spesies anaerob ditemukan dalam studi ini kemungkinan bukan bakkteri yang terlibat
dalam karies skunder secara langsung, tapi mungkin karena perbedaan etiologi karies
primer model.
Di karies primer, mikroorganisme menempel pada permukaan dan membentuk
biofilm. Prosesnya diawalinoleh demineralisasinpermukaan giginoleh asam organic. Asam
tersebet menghasilkan fermentasi karbohidrat oleh bakteri plak. Sebagaimana mineral gigi
hilang, proteinase plak menyebabkan kerusakan skunder pada protein gigi. Pada karies
skunder, bakteri mungkin dating dari lingkungan mulut, yang masuk ke lingkungan
anaerob dari lacuna atau kerutan sepanjang permukaan dalam restorasi gigi. Pengrusakan
protein gigi dapat menjadi langkah pertama dan mengkontribusi ke bentuk kavitas. Setelah
pembentukan kavitas, hasil fermentasi karbohidrat oleh bakteri dapat terakumulasi dan
menghasilkan lebih banyak asam.
Efek bahan tumpatan dan klasifikasi kavitas terhadao flora dalam karies skunder
Berdasarkan studi Christian Splieth, variasi mikroba dibawah tumpatan komposit
jauh lebih banyak dibandingkan tumpatan amalgam. Pada tumpatan komposit, terdapat 34
tegangan anaerob pembentukan non spora batang gram negatif, 17 tegangan anaerob atau
fakultatif anaerob pembentukan non spora batang gram posotif, 9 tegangan anaerob cocci
gram positif, dan 2 tegangan cocci gram negative. Pada tumpatan amalgam, terdapat 1
tegangan anaerob pembentukan non spora batang gram negtaif, 7 tegangan anaerob atau
fakultatif anaerob pembentukan non spora batang gram positif, dan 3 tegangan anaerob
cocci gram positif. Lactobacillus ebih banyak spesies dan jumlah lebih tinggi diisolasi dari
tumpatan komposit. Perbedaan antara kolonisasi bakteri dibawah komposit dan amalgam
secara statitistik signifikan untung batang anaer (p <0.05) namun tidak untuk batang aerob,
anaerob, dan cocci aerob yang mana memiliki jumlah lebih sedikit. Namun, dalam studi ini
kami menemukan tidak da perbedaan signifikan diantara empar grup berdasarkan bakteri
yang terdeteksi dalam nilai rata geometri (P> 0.05).
Studi lainya melaporkan bahwa kolonisasi bakteri karies skunder dibawah
amalgam hampir sama dengan flora karies dentin atau plak, dengan dominasi anaerob dan
fakultatif anaerob batang gram positif. Flora ini terdistribusi disekitar restorasi amalgam
lesi karies skunder. Mejare et al. mendeteksi spektrum bakteri dibawah tumpatan negative
hampir sama dengan plak gigi, dengan Actinomyces spp. dan streptococcus mendominasi.
Komposisi bakteri ini dapat disebabkan kekuatan restorasi yang rendah di kavitas dalam
studi mereka. Banyak studi yang memfokuskan pada aktivitas antibakteri pada bahan
restorasi gigi. Percobaan klinis jangka panjang diperlukan untuk mendeteminasi apakah
efek antimikroba pada bahan kedokteran gigi mampu mereduksi resiko pembentukan
karies skunder.
Pada studi saat ini, untuk tiap bakteri, tidak ada perbedaan signifikan yang dapat
ditemukan diantara empar grup berdasarkan nilai rata geometri pendeteksian bakteri diatas
(P > 0.05), persentase bakteri yang terdeteksi ( P > 0.005), dan pervalensi bakteri yang
terdeteksi (P > 0.05). hasil tersebut mengesankan bahwa microleakage atau retakan
merupakan salah satu factor ekologi ceruk untuk mikroorganisme. Lingkungan anaerob
pada lapisan lesi dalam sepanjang permukaan dalam restorasi gigi merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri naerob. Oleh karena itu, mikroflora di karies skunder dapat
berkembang disepanjang permukaan dalam restorasi gigi.
Kesimpulan
Artikel ini memnginformasikan analisis microflora disekitar restorasi gigi. Proporsi spesies
anaerob obligatory jauh lebih banayk dari pada spesies anaerob fakultatif di biofilm karies
skunder. Secara statistic, jenis bahan restorasi and lokasi karies tidak memiliki perbedaan
komposisi microfloral yang signifikan.