Analisis Kuat Tekan dan Porositas Beton dengan Menggunakan ... · memenuhi standar fungsi beton...
Transcript of Analisis Kuat Tekan dan Porositas Beton dengan Menggunakan ... · memenuhi standar fungsi beton...
238
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Andi Rumpang Yusuf Jurusan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Bosowa
Email: [email protected]
.
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan atas dasar pemanfaatan dan pengurangan limbah industri slag baja dan batu
kapur sebanyak mungkin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh slag baja dan
batu gamping sebagai pengganti agregat kasar terhadap kuat tekan beton dan porositas beton dengan
proporsi 0%, 7,5%, 15%, 22,5%, dan 30% volume agregat kasar. Hal ini dilakukan di Laboratorium Beton
Jurusan Teknik Sipil, mulai Desember 2016 sampai Februari 2017. Prosedur penelitian dilakukan dari bahan
preparasi, inspeksi material, desain campuran beton, spesimen uji, perlakuan spesimen, dan uji porositas
beton dan kekuatan tekan beton. Hasil penelitian kekuatan tekan beton menunjukkan bahwa
perbandingan antara variasi agregat beton normal dengan penambahan slag baja dan batu kapur. Nilai
kuat tekan untuk beton normal adalah 35,76 MPa dan nilai kuat tekan tertinggi 28,46 MPa diperoleh pada
beton dengan aspal 7,5% campuran baja dan nilai kekuatan tekan tertinggi 42,84 MPa diperoleh pada
beton dengan campuran kapur sebesar 7,5%. Dari hasil penelitian ini semakin besar penambahan terak
besi sebagai agregat kasar maka kekuatan tekan yang menurun dihasilkan namun tidak lebih rendah dari
kekuatan tekan yang direncanakan dari fc '25 Mpa dan sebaliknya dari hasil penelitian ini semakin besar
pula penambahan. Batu kapur sebagai agregat kasar semakin menurun kekuatan tekan yang dihasilkan.
Nilai porositas untuk beton normal adalah 6,66% dan nilai porositas tertinggi 4,27% diperoleh pada beton
dengan campuran slag 30% baja, dan nilai porositas tertinggi 10,82% diperoleh pada beton dengan
campuran batu kapur 7.5%. Dari hasil penelitian ini semakin besar penambahan terak besi sebagai
agregat kasar semakin tinggi porositas yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin besar penambahan batu
kapur sebagai agregat kasar, semakin rendah porositas yang dihasilkan.
Kata Kunci: Beton, Beton Ringan, Slag Baja dan Batu Kapur
1. PENDAHULUAN
Dunia industri akhir-akhir ini berkembang cukup pesat seiring dengan perkembangan
jaman. Seperti kita ketahui bahwa suatu industri seringkali menghasilkan limbah yang
merupakan sisa hasil pengolahan produk industri tersebut. Limbah yang dihasilkan jika tidak
dikelola secara baik akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan, yang pada akhirnya
berimbas pada kesehatan masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut. Oleh karena itu
dibutuhkan pengadaaan sarana pengolahan limbah yang dibutuhkan guna mengurangi
dampak limbah tersebut.
Salah satu bidang industri yang saat ini makin maju perkembangannya adalah industri
pengolahan baja dan batu kapur. Seiring dengan berkembangnya industri pengolahan baja
tersebut maka limbah yang dihasilkan akan meningkat pula. Dalam perkembangannya, limbah
baja padat (steel slag) yang dihasilkan oleh industri peleburan baja (dalam hal ini PT. Barawaja
Analisis Kuat Tekan dan Porositas Beton dengan Menggunakan Limbah Industri Besi dan Batu Kapur
239
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Steel, Makassar) semakin menumpuk hingga mencapai 10 – 15 ton per hari dan perlu dilakukan
penanganan yang serius karena dapat merusak lingkungan.
Adapun batu Kapur (limestone) yang dihasilkan dari penambangan galian kelas C yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dari hasil penambangan tersebut dihasilkan. Pada proses
pengolahan tersebut banyak menghasilkan pecahan- pecahan berukuran kecil kurang dari 5 cm
yang disebut dengan Deposit Batu Kapur. Dengan melihat ukuran dari deposit tersebut, maka
sangat cocok digunakan sebagai agregat kasar yang ada pada campuran beton.
Adapun maksud dari penelitian ini adalah menciptakan beton ramah lingkungan yang
memenuhi standar fungsi beton dengan menggunakan Iron Slag dari PT. Barawaja Makassar
dan Batu Kapur dari Kab. Maros sebagai pengganti agregat kasar.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Beton
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari suatu material hasil
dari campuran semen (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan kadang-kadang
dengan bahan tambah (admixture atau additive) yang bervariasi. Sifat-sifat utama beton
umumnya ialah kekuatan (strength), sifat mudah dikerjakan/kelecakan (workability), dan daya
tahan (durability).
Tabel 1. Jenis beton berdasarkan kuat tekannya (Tjokrodimulko, 2007)
Kuat Tekan (MPa) Tujuan Konstruksi
Beton sederhana < 15 Non-struktur
Beton normal (beton biasa) 15-30 Struktur, bagian struktur
penahan beban
Beton prategang 30-40 Balok prategang, tiang
pancang
Beton kuat tekan tinggi 40-80 Stuktur khusus
Beton kuat tekan sangat
tinggi
>80 Stuktur khusus
Tabel 2. Jenis beton berdasarkan berat jenisnya (Tjokrodimulko, 2007)
Jenis Beton Berat Jenis (kg/m3) Tujuan Konstruksi
Beton sangat ringan <1000 Non-struktur
Beton ringan 1000-2000 Struktur ringan
Beton normal (beton biasa) 2300-2500 Struktur
Beton berat >3000 Perisai sinar-X
2.2. Kuat Tekan & Porositas Beton
Kekuatan tekan beton adalah kriteria untuk menentukan kualitas beton, dimana
prosedur pengukuran didasarkan pada SNI 03-1974-1990. Pembebanan pada pengujian kuat
tekan termasuk pembebanan statik monotonic dengan menggunakan compressive test.
Beban yang bekerja akan terdistribusi secara continue melalui titik berat, atau dengan
Persamaan (1) dan kuat tekan rata-rata pada Persamaan (2).
f′c28 =P
A ...................................................................................................(1)
240
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
fcr =∑ f"c28
n
n ...................................................................................................(2)
Keterangan:
f'c28 = kuat tekan masing-masing benda uji (kg/cm2)
fcr = kuat tekan rata-rata benda uji (kg/cm2)
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
n = jumlah benda uji
Untuk menentukan mutu beton atau kekuatan tekan karakteristik beton dihitung
berdasarkan Persamaan (3).
f’c = fcr - 1,64 Sr jika Sr< 4 MPa, atau
f’c = fcr - (2,64 Sr – 4) jika >Sr 4 MPa ........................(3)
Dengan menganggap bahwa hasil pengujian menyebar normal, maka deviasi standar
dapat dihitung berdasarkan Persamaan (4):
Sr = √∑(f′
c − f′cr)2
n−1 ..............................................................................................(4)
Keterangan:
Sr = Deviasi standar (MPa)
f’c = Kekuatan masing-masing benda uji (MPa)
f’cr = Kuat tekan rata-rata benda uji (MPa)
n = Jumlah benda uji(buah)
Sedangkan porositas beton adalah jumlah/besarnya kadar pori yang terkandung dalam
beton. Pori-pori beton tidak semuanya tertutup oleh pasta semen. Pori tersebut biasanya terisi
udara (air void) atau berisi air (water filled space) yang saling berhubungan dan dinamakan
kapiler beton. Kapiler beton ini akan tetap ada walaupun air yang digunakan telah menguap,
sehingga kapiler ini akan mengurangi kepadatan beton yang dihasilkan. Nilai porositas dapat
diukur dengan menggunakan perbandingan antara berat air dan udara yang berada dalam
sampel (B-C) dengan berat sampel padat/volume mortar padat (B-A) dan dihitung dengan
persamaan 5.
Porositas = B−C
B−A x 100% ………………………………(5)
Keterangan:
A = berat sampel dalam air (gr)
B = berat sampel dalam kondisi SSD (gr)
C = berat sampel kering oven (gr)
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium bahan dan beton Politeknik Negeri Ujung
Pandang, Jln. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea, Makassar selama 3 (tiga) bulan yaitu dari
bulan Desember 2016 – Februari 2017.
Pada penelitian ini, perancangan campuran beton dilakukan dengan ”SNI” (Standar
Nasional Indonesia) yang diterbitkan oleh Balitbang Kimpraswil (2003b) dimana perencanaan
adukan dapat menggunakan tabel dan grafik dalam mix design dengan mutu beton f’c 25 Mpa.
Adapun prosedur penelitiannya adalah sebagai berikut:
241
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Melakukan pengujian sifat karakteristik agregat halus dan agregat kasar berat jenis,
analisa saringan, kadar air, berat volume dan lain-lain.
c. Melakukan perhitungan penggabungan agregat halus dan kasar untuk mendapatkan
komposisi yang sesuai.
d. Merancang campuran beton (mix design) fc’ 25 Mpa “Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal’’
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian terhadap beton dilakukan sejak beton masih dalam keadaan segar sampai
dalam keadaan keras. Pengujian dalam keadaan segar dan sebelum proses pencetakan, meliputi
pengujian slump dan berat isi beton segar. Sedangkan pengujian beton dalam keadaan keras
yakni umur 28 hari meliputi berat isi beton dan pengujian kuat tekan beton. Hasil penelitian
yang diperoleh melalui pengujian beton menghasilkan berupa nilai kuat tekan dan porositas
beton dengan menggunakan slag baja dan batu kapur sebagai pengganti agregat kasar
dengan persentase 0%, 7,5%, 15%, 22,5% dan 30% terhadap volume agregat kasar. Adapun
penelitian yang dilakukan berdasarkan Balitbang Kimpraswil (2003) meliputi:
4.1 Pemeriksaan Karakteristik Agregat
Berdasarkan pemeriksaan agregat di laboratorium diperoleh hasil karakteriktik agregat
halus dan agregat kasar yang ditunjukkan pada tabel 4.1
Tabel 1. Hasil pemeriksaan karakteristik agregat halus dan agregat kasar
No. Jenis Pengujian Sat
Syarat SNI
Pasir Batu
pecah
Slag
Baja
Batu
Kapur Pasir Batu
Pecah
1 Kadar air % 3 - 5 0,5 - 2 4.69 1.01 0.54 2.55
2 Kadar lumpur % 0,2 - 6 0,2 - 1 1.73 0.83 0.75 0.64
3 Berat volume kg/ltr 1,4 - 1,9 1,6 - 1,9 1.44 1.63 1.62 1.45
4 Berat jenis % 1,6 - 3,3 1,6 - 3,2 2.37 2.37 3.712 2.65
5 Penyerapan % 0,2 - 2 0,2 - 4 1.94 1.94 0.778 0.44
6 Kadar organik - < No. 3 2,5 - 8,5 No. 1 6.71 6.75 6.75
7 Analisa saringan % 2,2 - 3,1 - 2.71 - - -
8 Keausan Agregat % - 15 - 50 - 18.83 14.38 14.62
Dari Tabel 1., menujukkan bahwa semua hasil untuk pengujian karakteristik agregat
halus dan agregat kasar masuk dalam interval yang telah ditetapkan dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan. Dengan demikian material agregat halus ini dapat digunakan untuk mix
designbeton normal dengan mengacu pada Tata Cara Pembuatan Rencana Campuan Beton
Normal (SNI 03-2834-2002).
4.2 Rencana Campuran Beton (Mix Design)
Kebutuhan bahan yang digunakan pada saat pelaksanaan dapat dilihat pada tabel 2.
berikut ini.
242
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Tabel 2. Kebutuhan bahan untuk empat benda uji silinder pada beton
normal
Bentuk Jumlah Volume Semen
Agregat Agregat Air
Berat
benda benda uji benda uji halus kasar total
uji (buah) (m³) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
Silinder 3 0.00530 6.86 12.11 20.54 4.36 43.87
1 0.00530 2.29 4.04 6.85 1.45 14.62
Rancangan campuran beton dengan slag baja dan batu kapur pada dasarnya sama
dengan rancangan campuran beton normal, hanya pada beton tersebut agregat kasar (batu
pecah) digantikan oleh slag baja dan batu kapur dengan masing-masing variasi sebesar 7,5%,
15%, 22,5%, dan 30% terhadap volume agregat kasar di dalam campuran beton.
Untuk memperoleh berat slag baja dan batu kapur serta bahan beton lainnya, dimulai dari
perhitungan jumlah bahan dalam satuan berat (kg) yang dikonversi ke dalam satuan volume
(liter) menggunakan Persamaan (1). Volume Slag baja dan batu kapur dan bahan lainnya
kemudian dikonversi kembali dalam satuan berat (kg) yang akan digunakan dalam menakar
bahan campuran beton menggunakan Persamaan (2)
Setelah diperoleh kebutuhan bahan dalam satuan berat kemudian dikonversi ke satuan
volume untuk memperoleh kebutuhan pellet plastik. Nilai konversi yang digunakan adalah berat
satuan batu pecah dari hasil pengujian laboratorium, yaitu:
Berat volume batu pecah = 1,63 kg/ltr
Berat volume slag baja = 0,73 kg/ltr
Berat volume batu kapur = 1,45 kg/ltr
Apabila telah diperoleh kebutuhan bahan untuk 1 adukan campuran beton dalam satuan
volume, kemudian dilakukan variasi kadar slag baja dan batu kapur sebagai pengganti batu
pecah di dalam campuran beton. Variasi kadar slag baja dan batu kapur di dalam campuran
beton adalah prosentase volume yang telah ditentukan terhadap volume batu pecah. Adapun
variasi volume tersebut terhadap volume batu pecah untuk benda uji silinder:
BN (Normal) = 0%
BNS (Normal+Slag) = 7,5%, 15%, 22,5% dan 30%
BNK (Normal +B.Kapur) = 7,5%, 15%, 22,5% dan 30%
Setelah perhitungan kebutuhan batu pecah dan pellet plastik, dibuat rekapitulasi
kebutuhan bahan untuk beton plastik pada Tabel 4.3.
Tabel 3. Kebutuhan bahan untuk beton normal dan beton plastik
Bentuk Persentase
Campuran
Jumlah
Benda
Uji
(buah)
Semen
(kg)
Halus
(kg)
Kasar
(kg)
Air
(kg)
Slag
Baja
(kg)
Batu
Kapur
(kg)
Berat
benda total
Uji (%) (kg)
Silinder
0 3 6.86 12.11 20.54 4.36 0.00 0.00 43.87
7.5 3 6.86 12.11 19.00 4.36 1.53 1.37 45.23
15 3 6.86 12.11 17.46 4.36 3.05 2.74 46.59
22.5 3 6.86 12.11 15.92 4.36 4.58 4.11 47.94
30 3 6.86 12.11 14.38 4.36 6.11 5.48 49.30
243
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
6.66
3.23 3.143.92 4.27
0
2
4
6
8
10
12
BN BNS 7,5% BNS 15% BNS 22,5% BNS 30%
Po
rosi
tas
Ra
ta-R
ata
(%
)
Variasi beton
Porositas Beton Normal dan Slag Baja (%)
6.66
10.829.90
7.696.89
0
2
4
6
8
10
12
BN BNK 7,5% BNK 15% BNK 22,5% BNK 30%
Po
rosi
tas
Ra
ta-R
ata
(%
)
Variasi beton
Porositas Beton Normal dan Batu Kapur (%)
4.3 Pengujian Porositas Beton
Pengujian porositas beton betujuan untuk mengetahui jumlah/besarnya kadar pori yang
terkandung dalam beton. Pori-pori beton tidak semuanya tertutup oleh pasta semen. Pori
tersebut biasanya terisi udara (air void) atau berisi air (water filled space) yang saling
berhubungan dan dinamakan kapiler beton. Kapiler beton ini akan tetap ada walaupun air yang
digunakan telah menguap, sehingga kapiler ini akan mengurangi kepadatan beton yang
dihasilkan.
Dari data pada Tabel 4 diperoleh grafik hubungan porositas dengan variasi beton
normal penambahan slag baja dan beton normal penambahan batu kapur ukuran agregat kasar
pada gambar berikut :
Gambar 1. Porositas beton
Tabel 4. Hasil Pengujian Porositas Beton
No Kode Benda Uji
Kondisi
SSD
(kg)
Kering
Oven
(kg)
Dalam
Air (kg)
Porositas
(%)
Porositas
Rata-Rata
(%)
1 BN 1 12.37 11.95 6.78 7.51
6.66 2 BN 2 12.63 12.31 7.03 5.71
3 BN 3 12.36 11.99 6.87 6.74
4 BNS 1 (7,5%) 13.16 12.97 7.28 3.23
3.23 5 BNS 2 (7,5%) 13.13 12.93 7.27 3.41
6 BNS 3 (7,5%) 12.89 12.71 6.98 3.05
7 BNS 1 (15%) 12.72 12.55 7.41 3.20
3.14 8 BNS 2 (15%) 12.63 12.48 7.50 2.92
9 BNS 3 (15%) 12.55 12.37 7.10 3.30
10 BNS 1 (22.5%) 12.76 12.59 7.69 3.35
3.92 11 BNS 2 (22.5%) 12.93 12.82 7.60 2.06
12 BNS 3 (22.5%) 12.75 12.41 7.39 6.34
13 BNS 1 (30%) 13.07 12.68 7.43 6.91 4.27
14 BNS 2 (30%) 13.01 12.88 7.60 2.40
244
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
35.76
28.46 26.8023.36 22.31
0
10
20
30
40
50
BN BNS 7,5% BNS 15% BNS 22,5% BNS 30%
Ku
at
tek
an
, f'
c (
MP
a)
Variasi beton
Kuat Tekan Beton Normal dan Slag Baja (f'c)
35.7642.84
39.44
29.1825.12
0
10
20
30
40
50
BN BNK 7,5% BNK 15% BNK 22,5% BNK 30%
Ku
at
tek
an
, f'c
(M
Pa)
Variasi beton
Kuat Tekan Beton Normal dan Batu Kapur (f'c)
15 BNS 3 (30%) 12.95 12.76 7.52 3.50
16 BNK 1 (7,5%) 12.36 11.64 6.35 11.98
10.82 17 BNK 2 (7,5%) 12.16 11.60 6.38 9.69
18 BNK 3 (7,5%) 12.23 11.60 6.40 10.81
19 BNK 1 (15%) 12.30 11.74 6.40 9.49
9.90 20 BNK 2 (15%) 12.43 11.88 6.74 9.67
21 BNK 3 (15%) 12.25 11.65 6.56 10.54
22 BNK 1 (22.5%) 12.50 12.15 6.75 6.09
7.69 23 BNK 1 (22.5%) 12.35 11.97 6.70 6.73
24 BNK 1 (22.5%) 12.25 11.66 6.50 10.26
25 BNK 1 (30%) 12.52 12.16 6.90 6.41
6.89 26 BNK 2 (30%) 12.52 12.01 6.78 8.89
27 BNK 3 (30%) 12.69 12.38 6.93 5.38
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perbandingan antara variasi agregat kasar beton
normal dengan penambahan slag baja dan beton normal dengan penambahan batu kapur.
Adapun nilai porositas untuk beton normal adalah 6,66% dan nilai porositas tertinggi 4,27%
diperoleh pada beton dengan campuran 30% slag baja, serta nilai porositas tertinggi 10,82%
diperoleh pada beton dengan campuran 7,5% batu kapur. Dari hasil penelitian ini semakin besar
penambahan iron slag dalam campuran beton sebagai agregat kasar maka semakin tinggi
porositas yang dihasilkan. Sebaliknya semakin besar penambahan batu kapur dalam campuran
beton sebagai agregat kasar maka semakin rendah porositas yang dihasilkan.
4.4 Pengujian Kuat tekan Beton
Tujuan pengujian kuat tekan beton (compressive strength) adalah untuk mengetahui
dan memperoleh nilai kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan
dimatangkan (curing) di laboratorium maupun di lapangan. Kuat tekan beton adalah beban per
satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan (Balitbang Kimpraswil 2003b).
Dari data pada Tabel 5 diperoleh grafik hubungan kuat tekan dengan variasi beton
normal penambahan slag baja dan beton normal penambahan batu kapur ukuran agregat kasar
pada gambar berikut :
Gambar 2. Kuat Tekan Beton
245
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perbandingan antara variasi agregat kasar beton
normal dan slag baja. Adapun nilai kuat tekan untuk beton normal adalah 35,76 Mpa dan nilai
kuat tekan tertinggi 28,46 Mpa diperoleh pada beton dengan campuran 7,5% slag baja dan
nilai kuat tekan tertinggi 42,84 Mpa diperoleh pada beton dengan campuran 7,5% batu kapur.
Dari hasil penelitian ini semakin besar penambahan iron slag dalam campuran beton sebagai
agregat kasar maka semakin menurun kuat tekan yang dihasilkan tetapi tidak lebih rendah dari
kuat tekan yang direncanakan yaitu fc’ 25 Mpa dan sebaliknya dari hasil penelitian ini semakin
besar penambahan batu kapur dalam campuran beton sebagai agregat kasar maka semakin
menurun kuat tekan yang dihasilkan.
Tabel 5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
No Kode Benda
Uji
A P
(KN)
fc P/A
(Mpa)
fcr P/A
(Mpa)
(f'c-
f'cr)²
Σ Sr fcr fcr
(cm²) (f'c-f'cr)² (MPa) (MPa) (kg/cm²)
1 BN 1 176.63 454.
9
38.82
7
39.20
0.14
13.20 2.10 35.76 430.82 2 BN 2 176.63 421.2 41.934 7.48
3 BN 3 176.63 479.
5
36.83
5 5.59
10 BNS 1 (7,5%) 176.63 581.8 30.35
8
30.01
0.12
2.66 0.94 28.46 342.93 11 BNS 2 (7,5%) 176.63 570.
8
30.94
3 0.88
12 BNS 3 (7,5%) 176.63 615 28.72
0 1.66
4 BNS 1 (15%) 176.63 593.
4
29.76
5
30.72
0.92
17.15 2.39 26.80 322.93 5 BNS 2 (15%) 176.63 519.3 34.012 10.81
6 BNS 3 (15%) 176.63 622 28.39
6 5.42
7 BNS 1 (22,5%) 176.63 734.
3
24.05
4
28.36
18.56
27.90 3.05 23.36 281.46 8 BNS 2 (22,5%) 176.63 575.
8
30.67
5 5.35
9 BNS 3 (22,5%) 176.63 581.8 30.35
8 3.98
13 BNS 1 (30%) 176.63 466.
9
37.82
9 30.73
50.33
79.12 5.14 22.31 268.83
14 BNS 2 (30%) 176.63 619 28.53
4 4.84
246
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
15 BNS 3 (30%) 176.63 683.
5 25.841 23.95
16 BNS 1 (7,5%) 176.63 404.
8
43.63
3
43.69
0.00
0.81 0.52 42.84 516.17 17 BNS 2 (7,5%) 176.63 409.
9
43.09
0 0.36
18 BNS 3 (7,5%) 176.63 398.
2
44.35
6 0.44
19 BNS 1 (15%) 176.63 408 43.29
0
47.20
15.32
67.24 4.73 39.44 475.18 20 BNS 2 (15%) 176.63 397.
3
44.45
6 7.55
21 BNS 3 (15%) 176.63 327.
9
53.86
6 44.37
22 BNS 1 (22,5%) 176.63 304.
9
57.92
9
45.55
153.16
299.08 9.98 29.18 351.55 23 BNS 2 (22,5%) 176.63 390.
3
45.25
4 0.09
24 BNS 3 (22,5%) 176.63 527.
6
33.47
7 145.83
25 BNS 1 (30%) 176.63 563.
2 31.361
34.89
12.49
106.61 5.96 25.12 302.63 26 BNS 2 (30%) 176.63 588.1 30.03
3 23.64
27 BNS 3 (30%) 176.63 408 43.29
0 70.49
Sumber : Hasil Perhitungan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, maka dapat kami simpulan beberapa
hal:
1. Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal dengan campuran beton menggunakan
iron slag dan batu kapur sebagai pengganti agregat kasar dengan persentase tertentu,
maka diperoleh kuat tekan untuk beton normal 25,33 Mpa serta pada penggunaan slag
baja sebagai pengganti agregat kasar nilai kuat tekan tertinggi 35,70 Mpa diperoleh
pada campuran slag baja 15%dan kuat tekan paling tinggi pada penggunaan batu
kapur sebagai pengganti angregat kasar 29,43 Mpa diperoleh pada campuran batu
kapur 30%.
2. Dari hasil pengujian porositas beton normal dengan campuran beton menggunakan
iron slag dan batu kapur sebagai pengganti agregat kasar dengan persentase tertentu,
maka diperoleh porositas untuk beton normal 6,66% serta pada penggunaan slag baja
sebagai pengganti agregat kasar nilai porositas tertinggi 4,27% Mpa diperoleh pada
247
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
campuran slag baja 30% dan porositas paling tinggi pada penggunaan batu kapur
sebagai pengganti angregat kasar 10,82% diperoleh pada campuran batu kapur 7,5%.
Berdasarkan poin-poin diatas, diperoleh bahwa penggunaan iron slag dan batu kapur
sebagaiagregatkasarpenggantibatu pecah sangatlah efektif tergantung presentasenya, ditinjau
dari mutu beton yang diperoleh, keramahan lingkungan maupun sisi ekonomisnya mengingat
iron slag dan batu kapur saat ini masih termasuk dalam kategori limbah yang tidak
dimanfaatkan.
5.2. Saran
Mengingat masih kurangnya penelitian menyengkut limbah baja iron slagdan batu
kapur maka kami dari pihak penulis sangat mengharapkan adanya penelitian-penelitian lanjutan
tentang masalah ini. Penelitian semacam ini sangatlah efektif untuk dilakukan untuk mengurangi
kadar limbah yang dapat merusak lingkungan yang semakin hari semakin bertumpuk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi, Ali. 2009. Kajian Beton Mutu Tinggi Menggunakan Slag sebagai Agregat Halus
dan Agregat Kasar dengan Aplikasi Superplasticizer dan Silicafume. Semarang: Universitas
Diponegoro.
2. Amalia, 2009. Studi Eksperimental Perilaku Mekanik Beton Normal dengan Substitusi Limbah
Debu Pengolahan Baja (Dry Dust Collector). Semarang : Universitas Diponegoro.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
2003b. Metoda, Tata Cara dan Spesifikasi, Bagian 3: Beton, Semen, Perkerasan Jalan Beton
Semen. Jakarta.
4. Mulyono, T. 2005. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi.
5. Murdock, L.J. dan Brook, K.M. Bahan dan Praktek Beton. Edisi Keempat. Terjemahan oleh Ir.
Stephanus Hendarko.1999. Jakarta: Erlangga.
6. Saputra Awal dan LD. M. Nasran. 2011. Kuat Tekan Beton dengan Menggunakan Iron Slag
PT. Barawaja Makassar Sebagai Agregat Kasar. Makassar: Skripsi D3, Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
7. Sujatmika Heri. 2011. Optimalisasi Penggunaan Limbah Batu Kapur sebagai Pengganti
Agregat Kasar terhadap Kuat Tekan Beton 17,5 Mpa dan Pengaruhnya terhadap Analisis
Waktu dan Biaya di Banyuwang.
8. Tjaronge Wihardi. 2012. Teknologi Bahan Lanjut Semen dan Beton Berongga Makassar. CV.
Telaga Zam-Zam.
9. Tjokrodimulyo, Kardiyono. 2000. Teknologi Beton. Yogyakarta : Nafiri
10. Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit KMTS Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada.
11. Wahyudi, L dan Syahril A. Rahim. 1999. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia.
12. Zulmi Utari dan Yosi Komala Sari. 2015. Pengaruh Penggunanan Batu Kapur Sebagai
Agregat Kasar Untuk Kuat Tekan Beton Normal.
249
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Motivasi kerja ini memiliki peranan yang penting dalam mengoptimalkan efektivitas
kerja, yang nantinya akan meningkatkan produktivitas kerja proyek konstruksi. Untuk dapat
meninggatkan efektivitas kerja, diperlukan pengetahuan serta pemahaman mengenai motivasi
kerja. Tetapi perlu diingat bahwa motivasi kerja ini memang tidak dapat mengubah kemampuan
kerja seseorang, peranannya hanya sekedar menentukan tingkat kegiatan, meninggi atau
merendahkan usaha orang itu.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak atau
menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang
menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang dapat
memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki,
sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang
cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Adapun indikator yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Upah Pekerjaan
Upah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha dan pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruhdan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
2. Faktor Tunjangan kerja
Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan dalam nilai rupiah secara langsung
kepada karyawan individual dan dapat diketahui secara pasti. Tunjangan diberikan kepada
karyawan dimaksud agar dapat menimbulkan/meningkatkan semangat kerja dan kegairahan
bagi para karyawan.
3. Faktor Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang
berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak
terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat
hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi
dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika melakukan
pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar
tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan, setiap pegawai
akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam lingkungan kerja.
4. Faktor Hubungan kerja
Pada dasarnya, hubungan kerja dapat diartikan sebagai hubungan antar pekerja dan
pengusaha yang terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dengan pengusaha, di mana
pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada pengusaha dengan menerima upah
dan dimana pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk memperkerjakan dengan
membayar uapah. Perjanjian tersebut kemudian di sebut sebagai perjanjian kerja. Dari definisi
250
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
tersebut dapat di definisikan sebagai bentuk hubungan hokum lahir atau tercipta setelah
adanya perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha. Di samping itu hubungan kerja
dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara bagian bagian atau individu individu baik
antara mereka di dalam organisasi sebagai akibat penyelenggaraan tugas dan fungsi masing
masing dalam mencapai sasaran dan tujuan dari orgnisasi tersebut.
2.2. Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berart prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Indikator untuk mengukur kinerja buruh secara individu ada enam indikator, yaitu :
1. Kualitas.
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan
serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
2. Kuantitas.
Merupakan jumlah yang dihasilkan dan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit,
jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu.
Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari
sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk
aktivitas lain.
4. Efektivitas.
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi,
bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam
penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian.
Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi
kerjanya. Komitmen kerjam merupakan suatu tingkat dimana seseorang mempunyai
komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
3. METODE PENELITIAN
PT. Makmur jaya adalah perseroan terbatas yang bergerak dibidang manufacture dan
telah berdiri sejak tahun 2008 yang berkedudukan di Surabaya, jawa timur serta telah memiliki
sektor dibeberapa provinsi termasuk di Makassar provinsi Sulawesi selatan. Adapun proyek
yang sedang dikerjakan di Makassar, Sulawesi selatan adalah pembangunan rumah sakit
bersalin bunda 10 lantai dengan kapasitas 100 kamar di jl. Ap. Pettarani Makassar.
Penelitian ini mengambil objek pada salah satu proyek yang dilaksanakan di Makassar
yakni proyek pembangunan Rumah Sakit Bersalin Bunda di Makassar yang beralamat di Jl. A. P.
Pettarani. Proyek ini dikerjakan atas kerjasama antara PT. Makmur Jaya sebagai owner dan PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Precast sebagai kontraktor pelaksana.
251
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Tenaga kerja proyek konstruksi adalah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu proyek
yang ditugaskan untuk menjalankan suatu kegiatan dalam proyek konstruksi. Tenaga kerja
dimasa yang akan datang haruslah benar-benar tenaga kerja yang mempunyai kemampuan
dan keahlian dibidangnya meskipun sebagai tukang. Berikut ini adalah beberapa daftar tenaga
kerja pada proyek PT. Makmur Jaya pada Pembangunan RSB. Bunda Di Makassar.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Upah pekerjaan
Tabel 1. Klasifikasi Skor Responden Variabel Upah Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat sesuai 5 25.0 25.0 25.0
Sesuai 12 60.0 60.0 85.0
Kurang sesuai 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel 1. menunjukan dari 20 responden yang diteliti lebih banyak responden yang
mengangap variabel upah pekerjaan pada penelitian ini berada dalam kategori sesuai yaitu
sebanyak 12 responden atau (60 %).
Gambar 1. Grafik histogram variabel upah pekerjaan
Diagram histogram diatas menunjukkan sebaran tabulasi frekuensi dari skor responden
yang dipaparkan pada tabel 4.26 menggambarkan hasil bahwa pada variabel upah pekerjaan
menggunakan empat respon jawaban dengan skor terendah 0 dan skor tertinggi adalah 3.
Aitem valid dalam skala ini berjumlah 4. Kemungkinan skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi
adalah 14, dengan mean hipotetik sebesar 5 dan standar deviasi sebesar 3 Data penelitian
menunjukkan skor terendah 6 dan skor tertinggi adalah 13, dengan mean empirik sebesar 9,1
252
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
dan standar deviasi sebesar 1,8. Mean empirik atau rerata skor data penelitian yakni 9,1 lebih
tinggi dibandingkan dengan mean hipotetik 5 sehingg a dapat disimpulkan rata-rata skor
perolehan dari kuesioner pada variabel upah pekerjaan.
4.2. Tunjangan Pekerjaan
Tabel 2. menunjukan dari 20 responden yang diteliti lebih banyak responden yang
menganggap variabel tunjangan pekerjaan pada penelitian ini berada dalam kategori sesuai
yaitu sebanyak 15 responden atau (75 %).
Tabel 2. Klasifikasi skor responden variabel tunjangan pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat sesuai 4 20.0 20.0 20.0
Sesuai 15 75.0 75.0 95.0
Kurang sesuai 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Gambar 2. Grafik Histogram variabel tunjangan pekerjaan
Diagram histogram di atas menunjukkan sebaran tabulasi frekuensi dari skor responden
yang dipaparkan pada table 4.28 menggambarkan hasil bahwa pada variabel tunjangan
pekerjaan menggunakan empat respon jawaban dengan skor terendah 0 dan skor tertinggi
adalah 3. item valid dalam skala ini berjumlah 4. Kemungkinan skor terendah adalah 0 dan skor
tertinggi adalah 12, dengan mean hipotetik sebesar 4 dan standar deviasi sebesar 1 Data
penelitian menunjukkan skor terendah 4 dan skor tertinggi adalah 10, dengan mean empirik
sebesar 7,3 dan standar deviasi sebesar 1,3. Mean empirik atau rerata skor data penelitian yakni
253
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
7,3 lebih tinggi dibandingkan dengan mean hipotetik 4 sehingga dapat disimpulkan rata-rata
skor perolehan dari kuesioner pada variabel tunjangan pekerjaan.
4.3. Lingkungan Kerja
Tabel 3. menunjukan dari 20 responden yang diteliti lebih banyak responden yang
mengangap variabel lingkungan kerja pada penelitian ini berada dalam kategori sesuai yaitu
sebanyak 16 responden atau ( 80 % ).
Tabel 3. Klasifikasi Skor Responden variabel lingkungan kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat sesuai 1 5.0 5.0 5.0
Sesuai 16 80.0 80.0 85.0
Kurang sesuai 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Gambar 3. Grafik histogram variabel lingkungan kerja
Diagram histogram di atas menunjukkan sebaran tabulasi frekuensi dari skor responden
yang dipaparkan pada table 4.30 menggambarkan hasil bahwa pada variabel lingkungan kerja
menggunakan empat respon jawaban dengan skor terendah 0 dan skor tertinggi adalah 3. item
valid dalam skala ini berjumlah 4. Kemungkinan skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi
adalah 16, dengan mean hipotetik sebesar 1 dan standar deviasi sebesar 3 Data penelitian
menunjukkan skor terendah 4 dan skor tertinggi adalah 10, dengan mean empirik sebesar 11,4
254
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
dan standar deviasi sebesar 1,1. Mean empirik atau rerata skor data penelitian yakni 11,4 lebih
tinggi dibandingkan dengan mean hipotetik 1 sehingga dapat disimpulkan rata-rata skor
perolehan dari kuesioner pada variabel lingkungan kerja.
4.4. Hubungan Kerja
Tabel 4. menunjukan dari 20 responden yang diteliti lebih banyak responden yang
menganggap variabel hubungan kerja pada penelitian ini berada dalam kategori sesuai yaitu
sebanyak 14 responden atau ( 70 % ).
Tabel 4. Klasifikasi Skor Responden variabel ingkungan kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat sesuai 4 20.0 20.0 20.0
sesuai 14 70.0 70.0 90.0
Kurang sesuai 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Gambar 4. Grafik Histogram variabel hubungan kerja
Diagram histogram di atas menunjukkan sebaran tabulasi frekuensi dari skor responden
yang dipaparkan pada table 4 menggambarkan hasil bahwa pada variabel hubungan kerja
menggunakan empat respon jawaban dengan skor terendah 0 dan skor tertinggi adalah 3. item
valid dalam skala ini berjumlah 4. Kemungkinan skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi
adalah 20, dengan mean hipotetik sebesar 4 dan standar deviasi sebesar 2. Data penelitian
menunjukkan skor terendah 9 dan skor tertinggi adalah 18, dengan mean empirik sebesar 12,6
dan standar deviasi sebesar 2,6. Mean empirik atau rerata skor data penelitian yakni 12,6 lebih
255
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
tinggi dibandingkan dengan mean hipotetik 4 sehingga dapat disimpulkan rata-rata skor
perolehan dari kuesioner pada variabel hubungan kerja.
4.5. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji asusmsi bahwa data penelitian yang diperoleh
merupakan data dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas secara ringkas
dapat dilihat pada tabel 5.
Teknik analisis yang digunakan untuk uji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov
dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa data
dari populasi penelitian adalah berdistribusi normal yang dilihat dari signifikansi 0,988 > 0,05
atau p > 0,05.
Tabel 5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Skor total
responden
N 20
Normal Parametersa Mean 40.40
Std. Deviation 4.784
Most Extreme
Differences
Absolute .100
Positive .100
Negative -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .448
Asymp. Sig. (2-tailed) .988
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan maka akan dibahas beberapa hasil
penelitian sebagai berikut :
1. Variabel upah pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukan dari 20 responden yang diteliti lebih banyak responden yang
menganggap variabel upah pekerjaan pada penelitian ini berada dalam kategori tinggi
sebanyak 12 responden atau (60%) pada Pembangunan Rumah Sakit Bersalin Bunda Di
Makassar.
Melihat skor dari hasil penelitian yang berada pada kategori tinggi sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel upah pekerjaan yang dalam hal ini pekerja atau buruh pada
pembangunan rumah sakit bersalin bunda merasa sesuai terhadap upah yang berikan oleh PT.
Makmur Ujung Jaya.
2. Variabel tunjangan pekerjaan
256
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Dari hasil penelitian, banyak responden yang menganggap variabel tunjangan pekerjaan
berada dalam kategori tinggi sebanyak 15 responden atau (75%) pada Pembangunan Rumah
Sakit Bersalin Bunda Di Makassar.
Melihat skor pada variabel tunjangan pekerjaan yang berada pada kategori tinggi, dapat
disimpulkan bahwa pemberian tunjangan kepada para pekerja/buruh cukup baik sehingga pada
pembangunan rumah sakit bersalin bunda berjalan dengan cukup efektif.
3. Variabel Lingkungan Kerja
Hasil penelitian dari variabel lingkungan kerja menunjukkan bahwa banyak responden
menganggap penelitian ini berada dalam kategori tinggi sebanyak 16 responden atau (80%)
pada Pembangunan Rumah Sakit Bersalin Bunda Di Makassar.
Melihat skor pada variabel lingkungan kerja yang berada pada kategori tinggi sehingga
dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja yang baik akan membawa dampak positif terhadap
motivasi para pekerja, khususnya pada proyek pembangunan rumah sakit bersalin bunda di
kota Makassar.
4. Variabel hubungan kerja
Hasil penelitian dari variabel hubungan kerja menunjukan 20 responden yang diteliti,
banyak responden menganggap penelitian ini berada pada kategori tinggi sebanyak 14
responden atau (70%) pada Pembangunan Rumah Sakit Bersalin Bunda Di Makassar.
Melihat skor pada variabel hubungan kerja yang berada pada kategori tinggi, dapat
disimpulkan bahwa hubungan kerja yang dilakukan antara sesama pekerja atau kepada atasan
sangat baik sehingga mampu memberikan dampak yang positif terhadap kualiatas
pekerjaannya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, maka dapat kami simpulan beberapa
hal:
1. Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal dengan campuran beton menggunakan
iron slag dan batu kapur sebagai pengganti agregat kasar dengan persentase tertentu,
maka diperoleh kuat tekan untuk beton normal 25,33 Mpa serta pada penggunaan slag
baja sebagai pengganti agregat kasar nilai kuat tekan tertinggi 35,70 Mpa diperoleh
pada campuran slag baja 15%dan kuat tekan paling tinggi pada penggunaan batu
kapur sebagai pengganti angregat kasar 29,43 Mpa diperoleh pada campuran batu
kapur 30%.
2. Dari hasil pengujian porositas beton normal dengan campuran beton menggunakan
iron slag dan batu kapur sebagai pengganti agregat kasar dengan persentase tertentu,
maka diperoleh porositas untuk beton normal 6,66% serta pada penggunaan slag baja
sebagai pengganti agregat kasar nilai porositas tertinggi 4,27% Mpa diperoleh pada
campuran slag baja 30% dan porositas paling tinggi pada penggunaan batu kapur
sebagai pengganti angregat kasar 10,82% diperoleh pada campuran batu kapur 7,5%.
Berdasarkan poin-poin diatas, diperoleh bahwa penggunaan iron slag dan batu kapur
sebagaiagregatkasarpenggantibatu pecah sangatlah efektif tergantung presentasenya, ditinjau
dari mutu beton yang diperoleh, keramahan lingkungan maupun sisi ekonomisnya mengingat
257
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
iron slag dan batu kapur saat ini masih termasuk dalam kategori limbah yang tidak
dimanfaatkan.
5.2. Saran
Mengingat masih kurangnya penelitian menyengkut limbah baja iron slagdan batu
kapur maka kami dari pihak penulis sangat mengharapkan adanya penelitian-penelitian lanjutan
tentang masalah ini. Penelitian semacam ini sangatlah efektif untuk dilakukan untuk mengurangi
kadar limbah yang dapat merusak lingkungan yang semakin hari semakin bertumpuk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sedarmayanti. (2011) “ Tata Kerja Dan Produktivitas Kerja” cetakan Ketiga, bandung, mandar
maju
2. Bambang kussriyanto (1991). “Meningkatkan Produktivitas Karyawan” Pustaka binaan
pressindo: Jakarta
3. Ishak dan Hendri Tanjung (2003). “Manajemen Sumber Daya Manusia”Jakarta : Universitas
Trisakti
4. Utomo (2002). “ Kepemimpinan Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku” Riset ekonomi dan
manajemen vol.2 no. 2 mei 2002 Hal 34 – 52
5. Hartono widodo dan judiantoro (1989). “Segi Hukum Penyelesaian Perburuhan” Edisi ke-1
jakarta : rajawali Pers, 1989
6. Tjepi F. Aloewir (1996). “Pemutusan Hubungan Kerja dan penyelesaian Perselisihan
Industrial”, Cetakan ke-11, (Jakarta: BPHN,1996), hal. 32.
7. Frederrick herzberk (2003). “Dasar – Dasar Manajemen” edisi kedua, Jakarta : bumi aksara.
8. McClelland (1971), “Motivating Economic Achievement”, Newyork Macmillian company.
9. Sinungan (1985). “Produktivitas : Apa Dan Bagaimana” edisi II Jakarta : Penerbit bumi aksara
10. Riyanto J, (1986). “Produktivitas dan Tenaga Kerja” Jakarta : SIUP
11. Wulfram I. Ervianto, (2005). “Manajemen Proyek Konstruksi” Yogyakarta Andi offset, 2005
12. Hadari Nawawi, (2008). “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif”
Yogyakarta : gadjah madaUniversity press
13. Istimawan, Dipohusodo (1995). “Manajemen Proyek Dan Konstruksi” Yogyakarta : badan
penerbit kanisius.
14. Nurlaila (2010). “Manajemen Sumber Daya Manusia ” Ternate: Penerbit lepkhair.
15. Luthans (2005), “Perilaku Organisasi” edisi sepuluh penerbit andi,Yogyakarta
16. Dressler (2000).“Manajemen Sumber Daya Manusia” edisi terjemahan Penerbit PT.
prenhallindo, Jakarta.
17. Anwar Prabu Mangkunagara, (2002).”Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”
bandung, PT. Remaja rosda karya.
18. Prawirosentono, (1999). “Kebijakan Kinerja Karyawan” Yogyakarta BPFE
19. Sugiyono (2010). “Metode Penelitian Kualitatif” bandung, alfabeta.
20. Azwar s. (2011). “Norma Kategorisasi Sikap Dan Perilaku” Yogyakarta Pustaka pelajar.
21. Anonim,. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat
Buruh.
22. Anonim. Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
258
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
23. Anonim. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
24. Anonim. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2005 PP No.14 Tahun 1993 tentang
Penyelengagaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
25. Anonim. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena
Hubungan Kerja.
26. Anonim. peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
27. Anonim. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan bagi Pekerja.