ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA EGA DALAM NOVEL · i analisis konflik batin tokoh utama ega...
Transcript of ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA EGA DALAM NOVEL · i analisis konflik batin tokoh utama ega...
ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA EGA DALAM NOVEL
EGA KARYA ANGGIE M DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
KELAS XI SEMESTER I
(PENDEKATAN STRUKTURAL DAN PSIKOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Sisillia Yossy Nour Indrasari
NIM : 121224058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA EGA DALAM NOVEL
EGA KARYA ANGGIE M DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
KELAS XI SEMESTER I
(PENDEKATAN STRUKTURAL DAN PSIKOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Sisillia Yossy Nour Indrasari
NIM : 121224058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orang tua saya Bapak Ignatius Wasgito dan Ibu Yustina Sumiyati yang
selalu mendoakan dan memberikan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.
Adikku Stefanus Ricky Wahyu Nugroho dan orang yang terkasih Aji Saputro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka akan mendapat; ketuklah
maka pintu akan dibukakan bagimu
(Matius 7:7)
Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa telah menerimanya, maka hal ini akan diberikan kepadamu
(Markus 11:24)
Tuhan tak’kan terlambat!
Juga tak’kan lebih cepat
Semuanya…
Dia jadikan indah tepat pada waktunya
(Pengkotbah 3:11a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana mestinya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Oktober 2017
Penulis
Sisillia Yossy Nour Indrasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Sisillia Yossy Nour Indrasari
NIM : 121224058
menyatakan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma diserahkan karya ilmiah berjudul:
ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA EGA
NOVEL EGA KARYA ANGGIE M DALAM PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA KELAS XI SEMESTER I
(PENDEKATAN STRUKTURAL DAN PSIKOLOGI SASTRA)
Dengan demikian saya memberikan kewenangan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, medistribusikan secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan yang saya buat dengan kesungguhan ini.
Dibuat diYogyakarta
Pada tanggal: 30 Oktober 2017
Yang menyatakan
Sisillia Yossy Nour Indrasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Indrasari, Sisillia Yossy Nour. 2017. Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Ega
dalam Novel Ega Karya Anggie M dalam Pembelajaran Sastra di
SMA Kelas XI Semester I (Pendekatan Struktural dan Psikologi
Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama Ega dalam novel Ega karya
Anggie M dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Tujuan
penelitian ini yaitu mendeskripsikan alur, tokoh/penokohan, tema, dan latar yang
terdapat dalam novel Ega untuk mengetahui bagaimana konflik batin tokoh utama
Ega sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester II.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan unsur intrinsik berupa
alur, tokoh/penokohan, tema, dan latar, serta konflik batin tokoh utama Ega akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar; dan mendeskripsikan novel Ega
dengan pembelajaran sastra di SMA yang dikaji dari segi bahasa, perkembangan
psikologi, dan latar belakang budaya siswa. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik baca dan teknik catat.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat delapan unsur alur yang
digambarkan dalam novel Ega karya Anggie M. yaitu, paparan, rangsangan,
gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan selesaian. Tokoh utama dalam
novel ini adalah Ega sedangkan tokoh tambahan adalah Pak Bos, Pak Wira, Evan,
Ryan, Mama, Papa, Kak Hana, Andi, Nami, dan Luna. Teknik Penokohan yang
digunakan yaitu teknik dramatik. Latar yang yang digambarkan dalam novel ini
adalah latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Konflik batin tokoh utama Ega
muncul dikarenakan tidak terpenuhinya beberapa aspek berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
keamanan, tidak terpenuhinya akan cinta dan keberadaan, tidak terpenuhinya
kebutuhan akan penghargaan, dan tidak terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi
diri. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut, maka timbullah rasa
sedih, rasa takut, rasa tidak percaya diri, dan rasa marah.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa novel Ega karya
Anggie M. layak digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI
semester I. Dari segi bahasa, perkembangan psikologi, dan latar belakang budaya,
novel ini cocok untuk dijadikan bahan pembelajaran di kelas.
Kata kunci: konflik batin, pembelajaran sastra, pendekatan struktural,
pendekatan psikologi sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Indrasari, Sisillia Yossy Nour. 2017. Analysis of Ega’s Inner Conflicts as the
Main Character in the Anggie M.’s Novel of “Ega” in Literature
Learning for High School XI Class on 1st Semester (Structural and
Literary Psychology Approach). Essay. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
This study examines the inner conflicts of the main character of Ega in the
novel “Ega” by Anggie M. in the study of literature in high school X class on
second semester. The purpose of this study is to describe the plot,
character/characterization, theme, and background contained in the novel Ega to
find out how the inner conflicts of the main character of Ega as a material of
literature learning in high school X class on second semester.
The method used in this research is descriptive qualitative method. This
method is used to describe the intrinsic elements such as plot, characterization,
theme, and background, and inner conflicts of the main character of Ega due to
unmet basic needs, describe Ega novel by studying literature in high school
studied in terms of language, psychology development, and Student's cultural
background. Data gathering techniques in this study using the techniques of
reading and make notes.
The results of the analysis show that there are eight elements of the plot
depicted in the novel “Ega” by Anggie M. that is, exposure, stimulation, gait,
conflicts, complexing, climax, divination, and completion. The main character in
this novel is Ega while the additional characters are Mr.Bos, Mr.Wira, Evan,
Ryan, the Mama, the Papa, Miss Hana, Andi, Nami, and Luna. The
characterization technique used is dramatic technique. The background described
in this novel is the setting of the place, the background of time and the social
setting. The inner conflicts of Ega's main character is existed because of the lack
of fulfillment of several aspects based on the theory proposed by Abraham
Maslow, namely physiological needs, the need for security, the unfulfilledness of
love and existence, the unmet need for reward, and the non-fulfillment of the need
for self-actualization. The consequences of that is causing sadness, fear,
insecurity, and anger.
Based on the results of the analysis can be concluded that the novel “Ega”
by Anggie M. is feasible to be used as a literary learning material in high school
XI class on first semester. In terms of language, the development of psychology,
and the cultural background, this novel is suitable to be used as learning
materials in the classroom.
Keywords: inner conflicts, literature learning, structural approach, literature
psychology approach
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan akhir
skripsi yang berjudul “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Ega Novel Ega Karya
Anggie M dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester II (Pendekatan
Struktural dan Psikologi Sastra)” dapat diselesaikan dengan baik. Tujuan
menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini juga dapat terselesaikan berkat peran serta dan jasa berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D, selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, SPd., M.Hum, selaku ketua program studi PBSI,
yang memberikan saran dan dukungan dalam menyelesaian skripsi.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi,M.Hum, selaku wakil ketua Program studi PBSI,
yang memberikan saran dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.
4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J.,M.Hum, selaku dosen pembimbing pertama,
yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis
menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. P. Hariyanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua, yang dengan
penuh kesabaran dan ketelitian dari awal hingga penulisan menyelesaikan
skripsi ini.
6. Septina Krismawati, S.S., M.A, selaku dosen trianggulator yang telah
memberikan penilaian beserta komentar dan saran untuk memperbaiki
analisis novel.
7. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah membekali ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Orang tua saya Ignatius Wasgito dan Yustina Sumiyati yang selalu
mendoakan dan mendukung saya.
9. Adik saya Stefanus Ricky Wahyu Nugroho dan orang terkasih Aji Saputro
yang membantu dan mendukung saya.
10. Teman-teman yang selalu menyemangati saya yaitu: Leonardus Yudi
Kristianto, Markus Jalu Via Nugrah, Alfonsus Novendi, Tian Eka
Febriana, Maria Ratih Pramithasari, Martha Novitasari Lagur, Paulina
Novi Dianing Sari, dan Yoanna Daru Kusumastuti serta para sahabat yang
ada di PBSI yang tidak tersebut.
11. Seluruh teman-teman PBSI 2012 kelas A, B, dan C
Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat diharapkan. Penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat secara khusus dibidang akademis
dan dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Yogyakarta, 30 Oktober 2017
Penulis
Sisillia Yossy Nour Indrasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................iv
MOTO ....................................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACK ...........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ...........................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................6
1.5 Batasan Istilah ...................................................................................................7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................................................11
2.2 Kerangka Teori ................................................................................................13
2.2.1 Hakikat Novel .......................................................................................13
2.2.2 Unsur Instrinsik (Alur, Tokoh, Penokohan, Tema, dan Latar) .............15
2.2.2.1 Alur ...........................................................................................15
2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan ..............................................................20
2.2.2.3 Tema .........................................................................................21
2.2.2.4 Latar ..........................................................................................22
2.2.3 Psikologi Sastra .....................................................................................24
2.2.4 Teori Kepribadian .................................................................................25
2.2.5 Teori Psikologi Abraham Maslow ........................................................27
2.2.6 Konflik Batin .........................................................................................31
2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA ................................................................32
2.2.8 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ...............................35
2.2.9 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .................................................37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.10 Silabus .................................................................................................40
2.2.11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................................47
2.2.12 Kerangka Berpikir ...............................................................................53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................................55
3.2 Sumber Data ....................................................................................................56
3.3 Instrumen Penelitian ........................................................................................56
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................57
3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................................58
3.6 Trianggulasi .....................................................................................................58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data .................................................................................................60
4.2 Analisis Alur ...................................................................................................60
4.2.1 Paparan ..................................................................................................61
4.2.2 Rangsangan ...........................................................................................64
4.2.3 Gawatan ................................................................................................65
4.2.4 Tikaian ..................................................................................................66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.2.5 Rumitan .................................................................................................67
4.2.6 Klimaks .................................................................................................68
4.2.7 Leraian ..................................................................................................68
4.2.8 Selesaian ................................................................................................69
4.3 Analisis Tokoh dan Penokohan .......................................................................71
4.3.1 Tokoh Utama .........................................................................................71
4.3.2 Tokoh Tambahan ..................................................................................83
a. Pak Bos .............................................................................................84
b. Pak Wira ...........................................................................................89
c. Evan ..................................................................................................92
d. Ryan ..................................................................................................95
e. Mama ..............................................................................................100
f. Papa .................................................................................................102
g. Kak Hana ........................................................................................104
h. Andi ................................................................................................107
i. Nami ................................................................................................108
j. Luna .................................................................................................110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.4 Analisis Tema ...............................................................................................111
4.5 Analisis Latar ................................................................................................111
4.5.1 Latar Tempat .......................................................................................112
a. Dian Shop ........................................................................................112
b. Kampus ...........................................................................................113
c. Rumah .............................................................................................114
d. Kantin .............................................................................................116
e. Rumah Sakit ....................................................................................116
f. Bengkel ............................................................................................117
4.5.2 Latar Waktu ........................................................................................117
a. Tahun 2009 .....................................................................................118
b. Waktu 4 Tahun ...............................................................................118
c. Waktu 1 Tahun ................................................................................119
d. Waktu 2 Tahun ...............................................................................119
e. Waktu 5 Hari ...................................................................................120
f. Waktu 2 Bulan .................................................................................120
g. Waktu 3 Minggu .............................................................................121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
h. Waktu 3 Bulan ................................................................................121
i. Beberapa Peristiwa yang Menunjukkan Latar Waktu (Kehidupan
Sehari-hari) .......................................................................................122
4.5.3 Latar Sosial .........................................................................................133
4.6 Analisis Konflik Batin Menggunakan Teori Psikologi Abraham Maslow ...134
4.6.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisologis ..........................................134
4.6.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Rasa Aman ............................136
4.6.3 TidakTerpenuhinya Kebutuhan Akan Cinta dan Keberadaan ............138
4.6.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Penghargaan ..........................140
4.6.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri .....................141
4.7 Konflik Batin Akibat Tidak Terpenuhinya Kebutuhan-Kebutuhan Dasar
Tokoh Ega ....................................................................................................142
4.7.1 Rasa Sedih ...........................................................................................142
4.7.2 Rasa Takut ...........................................................................................143
4.7.3 Rasa Tidak Percaya Diri .....................................................................143
4.7.4 Rasa Marah .........................................................................................143
4.8 Perencanaan Pembelajaran Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel Ega Karya
Anggie M .....................................................................................................144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
4.9 Pembahasan ...................................................................................................145
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................151
5.2 Implikasi ........................................................................................................155
5.3 Saran ..............................................................................................................155
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................157
BIODATA .........................................................................................................219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I SILABUS .................................................................................159
LAMPIRAN II RPP ..........................................................................................162
LAMPIRAN III MATERI PEMBELAJARAN .............................................173
LAMPIRAN IV KUNCI JAWABAN ..............................................................175
LAMPIRAN V RINGKASAN NOVEL ..........................................................178
LAMPIRAN VI DATA PENILAIAN PRODUK RPP...............................................184
LAMPIRAN VII RUBRIK PENILAIAN RPP ...............................................186
LAMPIRAN VIII TRIANGGULASI DATA ..................................................193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah karya seni dalam bentuk tulisan, karangan, bahasa atau kata-kata
yang memiliki nilai ekstetika atau keindahan. Nilai ekstetika atau keindahan sastra
dapat terlihat dari bagaimana bahasa dan kata-kata itu saling mengisi dan
menghasilkan sebuah karya dan seni yang indah untuk dinikmati, didengar, dan
dirasakan. Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang mempergunakan
bahasa sebagai mediumnya. Bahasa sastra adalah bahasa yang sudah berarti
(Pradopo, 2010: 121). Bahasa sastra merupakan bahasa yang khusus hasil susunan
dari sastrawannya. Bahasa itulah yang dikatakan karya seni. Beberapa fungsi
sastra di antaranya adalah menghibur dan bermanfaat. Sastra menghibur dengan
cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian,
kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia
imajinasi, sehingga dapat meracuni tanpa kita sadari. Sebagian orang selalu
menjadikan karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan pesan tentang apa
yang terjadi pada masanya. Menurut Yudiono K.S. (2007: 27), sebuah karya
sastra dapat diterangkan atau ditelaah secara tuntas apabila diketahui asal usulnya
yang bersumber pada riwayat hidup pengarang dan zaman yang melingkupinya.
Novel merupakan sebuah karangan prosa yang tergolong panjang, yang
mengandung susunan cerita kehidupan seseorang dengan orang yang berada di
sekitarnya. Selain itu novel juga menonjolkan sifat dan watak setiap tokoh. Novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
juga merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki unsur pembangun.
Unsur-unsur tersebut merupakan unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam
yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti tema, tokoh, dan penokohan,
alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan sedangkan unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Pembelajaran sastra tidak akan pernah lepas dari pembelajaran Bahasa
Indonesia, karena bahasa adalah bahan pokok pembelajaran sastra. Pembelajaran
dan pengajaran sastra saling berkaitan tidak bisa dilepaskan karena sangatlah
penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan memiliki relevansi-relevansi
dalam dunia nyata.
Menurut Rahmanto (1988: 16), pengajaran sastra mempunyai empat
manfaat yang dapat ditujukan untuk dunia pendidikan. Manfaat yang pertama
adalah pengajaran bahasa dapat membantu keterampilan dalam berbahasa. Kedua,
pengajar bahasa dapat meningkatkan pengetahuan budaya. Ketiga, pengajaran
bahasa dapat mengembangkan cipta dan rasa. Keempat, pengajaran bahasa dapat
menunjang pembemtukan watak.
Rahmanto (1988: 27) mengatakan pemilihan bahan ajar dalam pengajaran
sastra harus tepat. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
bahan ajarnya. Aspek pertama, yaitu dari sudut bahasa. Kedua, pengajaran dari
segi kematangan jiwa (psikologi). Ketiga, pengajaran dari latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kebudayaan para siswa. Jika dilihat dari ketiga aspek tersebut, pemilihan bahan
ajar untuk pengajaran sastra sangat kompleks dan harus bisa merelevansikan
bahan yang digunakan untuk siswa. Oleh karena itu, peneliti mencoba
memanfaatkan bahan pengajaran yang menarik bagi siswa sesuai dengan tahap
psikologi siswa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba menemukan relevansi
dalam novel Ega karya Anggie M dalam pembelajaran Sekolah Menengah Atas
(SMA). Peneliti memilih kelas XI karena pembelajaran sastra yang kompetensi
dasarnya menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik novel terdapat di kelas XI.
Selain itu, juga untuk membatasi ruang lingkup yang akan diteliti.
Peneliti memilih novel Ega karya Anggie M karena ceritanya menarik
untuk diteliti. Dalam cerita ini terdapat perjuangan tokoh utama meskipun tokoh
utama mengalami pergulatan batin yang disebabkan oleh masa lalu di dalam
keluarganya. Konflik batin tokoh utama yang digambarkan pengarang menantang
peneliti untuk menganalisis secara psikologi. Selain itu, perjuangan tokoh utama
juga cocok sebagai bahan pembelajaran di sekolah. Cerita yang digambarkan
dalam tokoh utama bernama Helga Herlangga, namun biasa dipanggil Ega. Di
usianya yang beranjak remaja, Ega harus mengalami berbagai peristiwa
menyedihkan dalam keluarganya. Kehidupan Mama dan papanya tidak harmonis.
Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Pak Wira yang mau menampung dan
merawatnya.
Ega sering mengalami konflik batin dalam kehidupannya. Salah satunya
adalah ketika ia mendengarkan perkataan mamanya yang membuat hatinya
terluka. Mamanya bahkan menganggap Ega sebagai anak iblis yang dititipkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dirahimnya. Satu per satu orang yang ia cintai telah meninggalkannya. Ega
merasa bahwa ia hidup sendirian. Di tengah sikap egois dan cueknya, Ega
menemukan sebuah keluarga yang selalu memberikan perhatian dan cinta
kasihnya. Pak Bos, Bu Dian, Evan, dan Ryan yang selalu memerhatikan kondisi
dan keadaan Ega. Konflik yang dialami Ega, khususnya konflik batin membuat
peneliti ingin meneliti novel Ega karya Anggie M.
Psikologi sastra dan sastra memiliki kaitan dengan manusia dan
masyarakat. Pendekatan psikologi sastra dapat memberikan gambaran atau
penjelasan tentang tokoh utama yang mengalami konflik batin diakibatkan oleh
rasa traumanya terhadap masa lalu dalam keluarganya. Pendekatan psikologi
dipilih untuk dapat memberikan gambaran tentang aspek kejiwaan tokoh utama,
sejauh mana keterlibatan psikologi tokoh utama dalam menghadapi masalah
hidupnya dan kemampuan menampilkan tokoh rekaan yang terlibat dalam
masalah kejiwaan.
Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, pendidik mempertimbangkan
relevansi bahan ajar, nilai yang terkandung dalam karya sastra itu, dan psikologi
siswa. Peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis konflik batin dan struktur
intrinsik khususnya tokoh, penokohan, alur, latar dan konflik batin yang dialami
tokoh utama Ega yang terdapat dalam novel yang berjudul Ega karya Anggie M,
dan hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan
pembelajaran sastra di SMA kelas XI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Penelitian konflik batin dalam tokoh Ega menggunakan pendekatan
struktural dan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra dapat mengkaji dan
menemukan hal-hal yang terjadi dalam novel. Aliran psikologi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori psikologi menurut Abraham Maslow tentang
kebutuhan manusia. Menurut Maslow kebutuhan manusia ada lima tingkatan.
Kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan rasa saling memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan
kebutuhan akan aktualisasi diri
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah tokoh, penokohan, alur, tema, dan latar dalam novel Ega
karya Anggie M?
1.2.2 Bagaimanakah konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Ega
karya Anggie M?
1.2.3 Bagaimana penerapan analisis novel dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran di pembelajaran sastra untuk SMA kelas XI semester 1?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan alur, tema dan latar dalam
novel Ega karya Anggie M.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3.2 Mendeskripsikan konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel
novel Ega karya Anggie M.
1.3.3 Mendeskripsikan penerapan analisis novel dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran di pembelajaran sastra untuk SMA kelas XI semester 1?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan menambah
ilmu pengetahuan tentang studi sastra Indonesia, dan meningkatkan potensi
dalam membuat karya sastra, khususnya dengan pendekatan psikologi sastra.
Pendekatan ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam teori
sastra dan teori psikologi sastra dalam mengungkapkan novel Ega karya
Anggie M.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat masukan dan
menambah informasi mengenai karya sastra, khusunya novel Ega karya
Anggie M. Dari penelitian ini, pembaca lebih memahami isi cerita dalam
novel Ega karya Anggie M terutama kondisi kejiwaan para tokoh dan konflik
yang dihadapi dengan pemanfaatan lintas disiplin ilmu yaitu, psikologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Batasan Istilah
Penelitian ini terdapat batasan istilah yang bertujuan agar tidak terjadi salah
pengertian dan salah tafsir tentang istilah-istilah yang ada. Batasan isitilah
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Novel
Novel merupakan sebuah karya sastra prosa fiksi yang panjangnya cukupan,
tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2010: 10).
b. Konflik
Konflik adalah aspek-aspek pada aktivitas manusia yang dapat timbul dalam
kehidupan sehari-hari tiap-tiap orang. Konflik terjadi karena kegagalan dalam
menyesuaikan diri (Soeitoe, 1971:21).
c. Konflik Batin
Konflik batin adalah konflik yang disebabkan adanya dua gagasan atau lebih
atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga
mempengaruhi tingkah laku (Depdiknas, 2008: 723).
d. Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya
sastra itu (Sudjiman, 1988: 50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
e. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di
dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16).
f. Penokohan
Penokohan adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang
membedakannya dengan tokh yang lain (Sudjiman, 1988: 23)
g. Alur
Alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita (Sudjiman, 1988:
31)
h. Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra
membangun larat cerita (Sudjiman, 1988: 44)
i. Psikologi Sastra
Kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan (Endraswara,
2013: 96).
j. KTSP
KTSP adalah suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum
(kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan (Mulyasa, 2008: 178).
k. Silabus
Silabus adalah penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal memuat kompetensi dasar, materi
standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik sehubungan dengan
suatu mata pelajaran (Mulyasa, 2008: 133)
l. RPP
RPP adalah perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan
pembentukan kopentensi peserta didik (Mulyasa, 2008: 154)
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penelitian dalam skripsi ini disajikan terbagi dalam lima bab. Bab
I dalam pendahuluan akan menguraikan (a) latar belakang, (b) rumusan masalah,
(c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) batasan istilah, dan (f) sistematika
penyajian. Bab II menguraikan landasan teori yang digunakan sebagai acuan yang
terdiri dari (a) penelitian terdahulu yang relevan, dan (b) kajian pustaka. Bab III
adalah metodologi penelitian yang berisi (a) jenis penelitian, (b) data penelitian,
(c) teknik pengumpulan data, dan (d) teknik analisis data. Bab IV berisi hasil dan
pembahasan, yang meliputi (a) analisis alur, tokoh, penokohan dan latar yang
membentuk konflik batin tokoh utama, (b) analisis psikologi sastra, (c) konflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
batin tokoh utama, dan (d) relevansi novel sebagai bahan pembelajaran sastra di
SMA. Bab V berisi tentang (a) kesimpulan, (b) implikasi, dan (c) saran. Bagian
akhir skripsi ini terdapat daftar pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan disampaikan beberapa beberapa kajian pustaka yang
mengkaji novel dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Terdapat tiga
penelitian yang relevan yang memiliki kesamaan dengan topik yang akan diteliti.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Elisabeth Tri Lestari (2014), Wahyu Mintasih
(2016), dan L. Yudi Kristianto (2016).
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian Elisabeth Tri Lestari yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama
dalam Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda? Karya Agnes Davonar dan
Relevansinya Sebagai Materi Pembelajaran Sastra Indonesia di SMP (Pendekatan
Psikologi Sastra)”. Penelitian ini dilakukan karena tokoh dalam novel ini memberi
contoh kepada anak-anak perlunya sebuah perjuangan. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pengumpulan dalam dalam penelitian ini menggunakan teknik baca catat dan
instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Tokoh utama dalam novel
Ayah, Mengapa Aku Berbeda? adalah Angel, dan tokoh pembantu lainnya adalah
Ayah, Ibu, Nenek, Guru, Kepala Sekolah, Hendra, Agnes, Maria, Fifi, Pak Mojo,
Mbok Itam, dan Bu Katrina. Konflik batin yang dialami oleh tokoh utama adalam
rasa sedih, rasa takut, dan rasa putus asa.
Kedua, penelitian Wahyu Mintasih yang berjudul “Konflik Batin Tokoh
Utama Pusparatri dalam Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Karya Nurul Ibad, MS dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di
SMA Kelas XII Semester I (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)”. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mengungkapkan
alur, tokoh, penokohan, latar, psikologi novel, dan konflik batin tokoh utama.
Novel ini menggunakan alur mundur karena menceritakan tahun 1961. Tokoh
utama dalam novel ini adalah Pusparatri, serta tokoh tambahan Gus Rukh, Nyi
Poniyem, Demang Wonokromo, Bilqis, Margono, Raden Mas Jayakesuma,
Herman, Karenina, dan Paijo. Watak dari Pusparatri adalah pemberani, pantang
menyerah, pendirian yang kuat, dan wanita yang baik. Latar sosial yang
digambarkan dari Pusparatri yang memiliki darah keturunan kerajaan. Konflik
batin yang dialami tokoh utama dalam novel ini adalah timbulnya rasa takut, tidak
percaya diri, dan rasa marah disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis,
tidak terpenuhinya kebutuhan rasa aman, tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta
dan keberadaan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan, tidak
terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri pada tokoh Pusparatri.
Kemudian yang ketiga adalah penelitian L. Yudi Kristianto yang berjudul
“Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Ayu tu Novel Cinta Berbunga di Lovina
Karya Sunaryono Basuki KS dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di
SMP Kelas VIII Semester II (Pendekatan Psikologi Sastra). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Motode ini
digunakan untuk mendeskripsikan unsur instrinsik berupa alur, tokoh penokohan,
dan latar, serta konflik batin tokoh utama Ayu Tu akibat tidak terpenuhinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kebutuhan-kebutuhan dasar, mendeskripsikan relevansi novel Cinta Berbunga di
Lovina dengan pembelajaran sastra di SMP yang dikaji dari segi
bahasa,perkembangan psikologi, dan latar belakang budaya siswa. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik baca dan teknik
catat. Tokoh utama dalam novel ini adala Ayu Tu sedangkan tokoh tambahan
adalah Putu Wijaya, Ted dan Ketut. Konflik batin tokoh utama Ayu Tu muncul
karena tidak terpenuhinya beberapa aspek berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan,
tidak terpenuhinya akan cinta dan keberadaan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan
penghargaan, dan tidak terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri. Akibat dari
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut menimbulkan rasa sedih, rasa benci,
rasa marah, rasa kecewa, dan rasa putus asa.
Ketiga penelitian di atas merupakan penelitian yang menggunakan
pendekatan psikologi sastra. Penelitian yang dilakukan oleh penulis masih
relevan, bermanfaat dan bisa dikembangkan. Referensi penelitian di atas bisa
dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian konflik batin tokoh Ega.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Hakikat Novel
Novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus. Kata baru dikaitkan dengan
kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan
dibandingkan cerita pendek dan roman. Suasana yang digambarkan dalam novel
adalah sesuatu yang realistis dan masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
hanya kelebihan dari tokoh tersebut tetapi juga kekurangannya (Waluyo, 1994:
37).
Menurut Depdiknas (2008: 969) novel merupakan karangan prosa yang
panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang
di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan
menurut Sumardjo (1984: 66) novel adalah cerita yang berbentuk prosa dalam
ukuran yang panjang dan luas.
Novelis menganggap bahwa novel bukan hanya sebagai alat hiburan, tetapi
juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan
nilai-nilai kehidupan baik dan buruk (moral) dalam kehidupan ini dan
mengarahkan kepada pembaca tentang pekerti yang baik dan budi luhur (Waluyo,
1994: 39)
Menurut Waluyo (1994: 40), novel berisi tentang perubahan nasib tokoh
cerita, kehidupan tokoh utama, dan tokoh utama yang tidak pernah mati. Dalam
novel tidak dituntut memiliki kesatuan gagasan, impresi, emosi, dan setting seperti
dalam cerita pendek. Pengamat mengklarifikasi novel menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
a) Novel Serius
Novel serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra tinggi. Ciri novel
serius adalah tidak menunjukan realitas kehidupan (realisme), tetapi yang
ditampilkan adalah tokoh dan cerita di luar realitas kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b) Novel Pop
Novel pop adalah novel yang nilai sastranya diragukan atau rendah, karena
tidak adanya unsur kreativitas. Pengarang novel pop hanya mengulang-ulang
problem cerita yang sudah dikerjakan dan dengan pengerjaan yang tetap. Selain
itu, karya mereka juga kurang mendapat perhatian di mata kritikus.
2.2.2 Unsur Instrinsik (Alur, Tokoh, Penokohan, Tema, dan Latar)
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra. Unsur
intrinsik yang digunakan dalam penelitian ini ada lima, yaitu alur, tokoh,
penokohan, tema dan latar. Lima hal tersebut akan menjadi acuan peneliti untuk
mengetahui hal apa saja yang menimbulkan konflik batin tokoh utama.
2.2.2.1 Alur
Alur adalah peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama yang
menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke klimaks dan selesaian. Menurut
Sudjiman (1988: 30) struktur terbagi menjadi beberapa tahapan. Pada setiap
tahapan struktur alur akan terjadi peristiwa-peristiwa yang berurutan. Plot
memiliki tiga unsur untuk membangun dan mengembangkan sebuah plot cerita.
Ketiga unsur tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat jika jumlah cerita
sebuah karya fiksi banyak sekali, tetapi belum tentu semuanya mengandung dan
atau merupakan konflik, apalagi konflik utama. Jumlah konflik juga relatif masih
banyak, tetapi hanya konflik utama tertentu yang dapat dipandang sebagai
klimaks. Sedangkan menurut Depdiknas (2008: 45) alur adalah jalinan peristiwa
dalam cerita untuk memperoleh efek tertentu. Kemudian menurut Abrams (dalam
Nurgiyantoro, 2010: 113), plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa
tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
1) Unsur-unsur Alur
a) Peristiwa
Sebuah karya sastra akan memiliki kejadian atau peristiwa yang diangkat
menjadi sebuah cerita. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu
keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dalam Nurgiyantoro, 2010: 117).
Peristiwa dapat dibedakan menjadi tiga jenis dalam pengembangan plot atau
penyajian cerita, yaitu (1) Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang
menentukan dan mempengaruhi perkembangan plot. Urut-urutan peristiwa
fungsional merupakan inti cerita sebuah karya fiksi yang bersangkutan, (2)
Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peritiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa
penting, (3) Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung
berpengaruh dan berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu
pada unsur-unsur lain. Dalam hubungan ini, bukan alur dan peristiwa yang
diceritakan, melainkan bagaimana suasana alam dan batin dilukiskan.
b) Konflik
Konflik adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, ia akan berupa
peristiwa fungsional, utama, kernel) dan merupakan unsur yang esensial dalam
pengembangan plot (Nurgiyantoro, 2010: 122). Konflik adalah sesuatu yang
dramatik mengacu pada pertarungan dua kekuatan yang seimbang dan
menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Werren dalam
Nurgiyantoro, 2010: 122). Menurut Nurgiyantoro konflik terdiri dari dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kategori, yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah
konflik yang terjadi dalam hati dan jiwa seorang tokoh cerita. Konflik ini
merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri dan lebih
masalah intern seorang manusia. Konflik ekternal adalah konflik yang terjadi
antara seorang tokoh dan sesuatu yang di luar dirinya, baik lingkungan alam
maupun lingkungan manusia.
c) Klimaks
Konflik merupakan unsur penting dalam plot, seperti halnya dengan klimaks
yang merupakan unsur penting dalam struktur plot. Klimaks akan terjadi apabila
konflik sudah mencapai titik puncaknya. Klimaks adalah konflik yang telah
mecapai intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari kejadiannya. Klimaks merupakan titik pertemuan antara dua atau lebih
hal yang berbeda yang menentukan permasalahan atau konflik akan diselesaikan
(Stanton dalam Nurgiyantoro, 2010: 127).
2) Struktur Alur
Untuk memperoleh keutuhan sebuah plot dalam cerita, ada pola-pola tertentu
yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita. Sebuah alur terdiri dari tahap
awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Struktur alur dapatlah digambarkan sebagai
berikut.
a) Tahap Awal
Tahap awal sebuah cerita disebut dengan tahap perkenalan. Tahap perkenalan
pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai
hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahap awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya
khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.
a. Paparan (exsposition)
Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca yang disebut
juga dengan eksposisi. Pada bagian ini pengarang memberikan gambaran awal
kepada pembaca untuk emngikuti jalan ceritanya. Pengarang memperkenalkan
para tokoh, menggambarkan secara singkat watak tokoh-tokohnya, dan
menjelaskan tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen.
b. Rangsangan (inciting moment)
Pada rangsangan terjadi peristiwa yang menimbulkan terjadinya gawatan
sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang
akan berlanjut pada bagian gawatan. Tidak ada patokan mengenai panjang
paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada
gawatan (Sudjiman, 1988: 333).
c. Gawatan (rising action)
b) Tahap Tengah
Tahap tengah cerita, yang dapat disebut sebagai tahap pertikaian,
menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap
sebelumnya. Pada tahap ini konflik menjadi semakin meningkat dan
menegangkan. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting
dari karya fiksi yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Tikaian (conflict)
Tikaian adalah perselisahan yang timbul karena adanya dua kekuatan yang
bertentangan. Tikaian ini dapat berupa pertentangan tokoh dengan suara hati atau
prinsip dirinya, dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain,
ataupun pertentangan antara dua unsur dalam diri satu tokoh tersebut (Sudjiman,
1988: 35).
b. Rumitan (complication)
Perkembangan dari gejala muda tikaian menuju klimaks cerita disebut
rumitan.
c. Klimaks
Klimaks akan terjadi apabila sudah mencapai puncaknya. Oleh karena itu,
klimaks disebut sebagai titik pusat cerita.
c) Tahap Akhir
Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahap pelarian,
menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian akhir berisi
kesudahan cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah sebuah cerita.
a. Leraian (falling action)
Leraian menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian.
b. Selesaian (denouement)
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Tidak menutup
kemungkinan sebuah cerita berakhir dalam keadaan salah satu atau bahkan
beberapa tokohnya masih berada dalam masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan
Menurut Abrahm (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165), tokoh adalah orang
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan, sedangkan menurut
Sudjiman (1988: 16), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa
atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Berdasarkan segi peranan tokoh dalam sebuah cerita, menurut Sudjiman
(1988:17), tokoh dibagi menjadi tokoh sentra/utama dan tokoh
bawahan/tambahan.
a) Tokoh sentral/utama adalah tokoh yang memegang peran pimpinan. Ia
bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh utama dapat juga
ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh. Tokoh utama
merupakan tokoh yang banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupaun yang dikenai kejadian (peristiwa yang terjadi).
b) Tokoh bawaan/tambahan adalah tokoh yang tidak sental kedudukannya
didalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau
mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan yang sebenarnya sulit disebut
tokoh karena ia boleh dikatakan tidak memegang peran di dalam cerita.
Tokoh dalam cerita memiliki watak seperti manusia nyata. Ada dua teknik
penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Wahyuningtyas dan
Santoso, 2011: 4) yaitu secara langsung (analitik) dan tak langsung (dramatik).
Secara dramatik, watak tokoh digambarkan melalui beberapa teknik, yaitu: (a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tingkah laku, (b) cakapan, (c) pikiran dan perasaan, (d) arus kesadaran, (e) reaksi
tokoh, (f) reaksi tokoh lain, (g) pelukisan latar, dan (h) pelukisan fisik.
Penjelasan tokoh juga ada penjelasan tentang penokohan. Penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita (Nurgiyantoro, 2010: 165), sementara itu menurut Sudjiman (1988: 23)
penokohan dalam perwatakan dan penciptaan citra tokoh dalam karya sastra.
Watak tokoh dapat diungkap melalui (a) tindakan, (b) perkataan, (c) pikiran, (d)
penampilan fisik, dan (e) apa yang dikatakan dan dipikirkan tokoh tentang diri
sendiri. Penokohan merupakan acuan untuk mewujudkan dan mengembangkan
tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dalam cerita memiliki tempat untuk
menyampaikan pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang akan disampaikan
kepada pembaca. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah
oranng yang melakukan sebuah adegan dalam sebuah karya sastra, sedangkan
penokohan adalah watak atau karakter yang ada dalam setiap tokoh.
2.2.2.3 Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya
sastra. Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2010: 67) tema adalah
makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan pokok pikiran atau
dasar cerita yang dipercakapkan dan dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah
sajak, dsb (Depdiknas, 2008: 1429). Sedangkan menurut Sudjiman (1988: 50)
tema adalah alasan pengarang mengemukakan gagasan, ide, atau pilihan utama
yang mendasar suatu karya sastra. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat
dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
konflik, dan situasi tertentu tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran
atau ketidakhadiran peristiwa konflik situasi tertentu, termasuk berbagai unsur
intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan
tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita,
maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai
genelalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.
2.2.2.4 Latar
Latar adalah landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 216). Sudjiman (1988: 44), juga
berpendapat bahwa latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu
karya sastra membangun latar cerita. Menurut Rahmanto (1988: 71), latar
menyangkut tentang lingkungan geografi, sejarah, sosial dan bahkan kadang-
kadang lingkungan politik atau latar belakang tempat kisah itu berlangsung.
Menurut Nurgiyantoro (2010: 227), unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga
unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut memberikan
permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan. Pada kenyataannya saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Ketiga unsur latar
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Latar Tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu tanpa
jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama tertentu haruslah mencerminkan
atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan goegrafis tempat
yang bersangkutan. Masing-masing tempat tentu saja memiliki karakteristiknya
sendiri yang membedakannya dengan tempat lainnya.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah waktu dalam karya
naratif, menurut Genette (dalam Nurgiyantoro, 2010: 231), dapat bermakna
ganda: di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita,
dan di pihak lain menunjukan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan
dikisahkan dalam cerita. Kejelasan waktu yang diceritakan sangat penting dari
segi waktu penceritaannya.
c. Latar Sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup komplek, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain. Latar sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, dan atas. Latar sosial berperan penting dalam menentukan apakah
sebuah latar,khususnya latar tempat menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya
bersifat netral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.2.3 Psikologi Sastra
Psikologi berasal dari bahasa Yunani psyce, yang berarti jiwa dan logos
yang berarti ilmu. Jadi, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan
mempelajari tingkah laku manusia (Minderop, 2016: 3). Pada dasarnya psikologi
sastra dibangun atas dasar asumsi-asumsi genesis dalam kaitannya dengan asal
usul karya. Artinya, psikologi sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psikologi
dengan aspek-aspek kejiwaan pengarang (Minderop: 2010: 52).
Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakinin mencerminkan
proses dan aktiviitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis, hal
penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang
dan kemampuan pengarang menampilkan usaha kejiwaan (Minderop, 2010: 55).
Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan
kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada
situasi setengah sadar (subconscious) yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk
conscious (Endraswara dalam Minderop, 2010: 55). Kedua, telaah psikologi sastra
adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang
disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh
problema psikologis kisahan. Kadang kala merasa dirinya terlibat dalam cerita
tersebut (Minderop, 2010: 55).
Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologis dan sastra
(Endraswara dalam Minderop, 2010: 59). Menurut Wellek dan Warren (dalam
Wahyuningtyas dan Santoso, 2011: 8), psikologi terdapat empat kategori, yaitu (1)
studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, (2) studi hukum-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, (3) proses kreatif, dan (4)
pengarang dan latar belakang pengarangnya mempelajari dampak sastra terhadap
pembaca dan psikologi karya sastra. Penelitian ini akan lebih menjelaskan tentang
studi-studi hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra.
Berdasarkan pendapat-pendapat dari para tokoh diatas dapat disimpulkan
bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari kejiwaan dan tingkah laku
seseorang. Ilmu yang bisa berdiri sendiri, tidak bersama ilmu yang lainnya.
Psikologi sastra merupakan ilmu yang mempelajari ilmu kejiwaan dan ringkah
laku seseorang dalam karya sastra. Psikologi sastra mempelajari dari aspek
pengarang, pembaca, dan tokoh-tokoh lain dalam karya sastra. Dalam penelitian
ini, studi hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalamkarya sastra akan
digunakan. Salah satunya dengan teori psikologi Abraham Maslow untuk
menganalisis konflik batin yang terdapat dalam novel Ega.
2.2.4 Teori Kepribadian
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Menurut Gregory (dalam Sjarkawi, 2006: 13), kepribadian tidak ada hubungannya
dengan sikap berpura-pura dan menunjukkan yang diperolehnya dalam pendidikan
keluwesan dengan kursus-kursus perbaikan diri, karena hal tersebut merupakan
mode dan keisengan yang datang dan pergi. Kepribadian adalah sebuah kata yang
menandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi
itu sendiri. Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
usaha, aksi tanggapan terhadap kesempatan, tekanan, dan cara sehari-hari
berinteraksi dengan orang lain.
„Orang percaya percaya bahwa tiap-tiap individu memiliki karakteristik
kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang mencakup
dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik seseorang yang
menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan, itulah yang
disebut kepribadian (Santrock dalam Minderop, 2010: 4). Kepribadian menurut
psikologi bisa pada pola karakteristik dan pola pikir yang menentukan penilaian
seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian dibentuk oleh potensi sejak lahir dan
budaya yang memodifikasi oleh pengalaman budaya dan pengalaman unik yang
mempengaruhi seseorang sebagai individu.
Menurut Krech (dalam Minderop, 2010: 6), kepribadian adalah suatu
konstruksi hipotesis yang kompleks. Kepribadian menjadi konstruksi hipotesis
karena ia mengembangkannya melalui observasi tingkah laku. Kepribadian
dikatakan kompleks karena kita mengasumsi bahwa kepribadian terdiri dari
kualitas nalar atau id, ego, dan superego. Kajian kepribadian adalah kajian
mengenai bagaimana seseorang menjadi dirinya sendiri, karena tiap individu
memiliki pengalaman dan keunikan sendiri, walaupun semua berdasarkan hukum
yang berlaku.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
adalah suatu integrasi dari semua aspek kepribadian yang unik dari seseorang
menjadi organisasi yang unik, yang menentukan, dan dimodifikasi oleh upaya
seseoarang beradaptasi dengan lingkungannya yang selalu berubah. Terdapat tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
aliran pemikiran (revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern),
yaitu psikoanalisis, behaviorisme, dan psikologi humasnistik.
Teori psikologi yang dikemukakan oleh Freud merupakan teori
berdasarkan pengalamannya menghadapi para pasien yang mengalami problem
mental. Teori Freud disebut dengan Teori Psikoanalisis. Psikoanalisis adalah
disiplin ilmu yang dimulai oleh Sigmund Freud pada tahun 1900. Teori
psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental serta
manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan konstribusi
besar dan dibuat untuk psikologi manusia (Minderop, 2010: 11).
2.2.5 Teori Psikologi Abraham Maslow
Abraham Maslow, seorang psikolog berasumsi bahwa manusia sejatinya
merupakan makhluk yang baik sehingga manusia memiliki hak cipta untuk
merealisasikan jati dirinya agar mencapai aktualisasi dari. Manusia berupaya
memenuhi dan mengekspresikan potensi dan bakatnya yang kerap kali terhambat
oleh kondisi masyarakat yang menolaknya. Kondisi ini membuat seseorang
menyangkal keberadaan dirinya dan menghambat dirinya sendiri untuk mencapai
kenyataan dirinya. Keadaan semacam ini pula yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami problem kejiwaan dan ketimpangan prilaku. Individu semacam ini
membutuhkan terapi agar memperoleh kesempatan bagi dirinya sendiri untuk
mengekspresikan dirinya sendiri secara bebas dan berupaya melepaskan perasaan
dan pikiran yang disembunyikan dan dihindarinya. Apabila ia mampu menerima
dirinya secara penuh, ia akan mampu mencapai integrasi psikologis yang
memuaskan. (Krech dalam Minderop, 2016 :591).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Menurut Maslow tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh
kecendrungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu untuk
mencapai tujuan lebih bahagia dan sekaligus memuaskan. Maslow menyampaikan
teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut, kebutuhan:
fisiologis, rasa aman, cinta, dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan psikologis; bila
kebutuhan ini belum tercapai dan terpuaskan maka individu tidak akan bergerak
mencapai kebutuhan di atasnya. Maksudnya kebutuhan yang akan diaktualisasi
diri bisa tercapai bila kebutuhan akan harga diri sudah terpenuhi. Demikian pula,
kebutuhan harga diri dapat dicapai bila kebutuhan cinta dan memiliki telah
diperoleh, dst. Masalah yang terpenting menurut Maslow adalah seseorang harus
terlebih dahulu mencapai kebutuhan yang mendasar sebelum mampu mencapai
kebutuhan di atasnya. Seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan rasa aman
sebelum ia memenuhi kebutuhan fisiologis dst.
Teori kebutuhan bertingkat dari Maslow adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air,
udara, tidur. Pemuasan terhadap kebutuhan ini sangat penting untuk kelangsungan
hidup, karena kebutuhan ini merupakan yang terkuat dari semua kebutuhan.
Apabila kebutuhan fisiologis telah dipenuhi maka kita didorong oleh kebutuhan
rasa aman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas,
perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Ketidakpastian
yang dihadapi manusia membuat manusia harus mencapai sebanyak mungkin
jaminan, perlindungan, ketertiban menurut kemampuan kita apabila kita mencapi
suatu tingkat tertentu dari rasa aman dan jaminan, maka kita akan digerakkan
untuk memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta.
3. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Cinta
Kebutuhan rasa memiliki dan cinta dapat dipenuhi dengan cara
menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai-
nilai dan sifat-sifat atau memakai pakaian seragam dengan maksud agar
merasakan perasaan memiliki. Untuk memuaskan kebutuhan akan cinta kita dapat
membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain atau
dengan orang-orang pada umumnya, dalam hubungan ini memberi dan menerima
cinta adalah sama penting. Menurut Maslow sulit bagi kita memenuhi kebutuhan
cinta dewasa ini sehingga menimbulkan rasa kesepian dan keterasingan. Oleh
karena itu, banyak tumbuh berbagai kelompok atau komune untuk melepaskan
diri dari perasaan terisolasi karena kegagalan mencapai cinta dan memiliki. Bila
kita telah mencapai cinta dan memiliki, kita akan bergerak menuju kebutuhan
akan rasa penghargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Kebutuhan Rasa Penghargaan
Kebutuhan rasa penghargaan, menurut Maslow terbagi dua, yaitu penghargaan
yang berasal dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan
yang berasal dari orang lain adalah yang utama. Penghargaan ini berdasarkan
reputasi, kekaguman, status, popularitas, prestise atau keberhasilan dalam
masyarakat semua sikap bagaimana pandangan orang lain terhadap kita. Apabila
kita merasak suatu perasaan penghargaan dari dalam atau penghargaan diri, kita
merasa yakin dan aman akan diri kita; kita merasa berharga dan edukat. (serasi,
seimbangan). Apabila kita kekurangan harga diri, kita merasa rendah diri, kecil
hati dan tak berdaya menghadapi kehidupan. Agar kita memiliki perasaan harga
diri sejati, kita harus mengetahui diri kita dengan baik dan mampu menilai secara
obyektif kebaikan dan kelemahan kita. Kita tidak dapat menghargai diri kita bila
kita tidak mengetahui siapa dan apa diri kita. Bila kebutuhan ini tercapai kita
didorong oleh kebutuhan tertinggi kebutuhan aktualisasi diri.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan
yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas
dan kapasitas kita. Walaupun kita telah mencapai kebutuhan dalam tingkat yang
lebih rendah merasa aman secara fisik dan emosional, mempunyai rasa memiliki
dan cinta, merasa berharga, namun kita akan merasa kecewa, tidak tenang dan
tidak puas kalau kita gagal berusaha memuaskan kebutuhan akan aktualisasi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Bila kondisi ini terjadi, maka kita tidak berada dalam damai dengan diri kita dan
tidak bisa dikatakan sehat secara psikologis (Schultz dalam Minderop, 2016 :93).
2.2.6 Konflik Batin
Konflik batin adalah pertarungan individual yang terjadi dalam batin
manusia itu sendiri. Konflik ini akan membuat sebuah keputusan atau ketetapan,
terjadilah pertentangan antara kekuatan keberanian dan kekuatan, kebijakan dan
kejahatan, kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya (Tjahjono, 1988: 113).
Menurut Soeitoe (1971: 21) konflik merupakan aspek-aspek pada aktivitas
manusia yang dapat timbul dalam kehidupan sehari-hari tiap-tiap orang. Kalau
seseorang menemukan rintangan baik, besar maupun kecil dalam pemenuhan
kebutuhan vitalnya, ia akan mengalami frustasi. Frustasi hanya timbul bila orang
sadar akan rintangan dan kesulitan yang dihadapinya dan bila ia mengerti bahwa
semua itu merupakan tenaga yang kuat. Pengalaman tegangan yang kuat dapat
menimbulkan frustasi.
Menurut Depdiknas (2008: 723) konflik batin adalah konflik yang
disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling
bertentangan untuk menguasai diri sehingga memengaruhi tingkah laku. Menurut
Miderop (2010: 230), penyebab terjadinya konflik adalah sebagai berikut.
a) Adanya kebebasan versus ketidakbebasan
Manusia kerap kali ingin melakukan sesuatu di masa kecil, namun kita diberi
pelajaran bahwa yang kita lakukan harus diikuti dengan sikap bertanggung jawab.
b) Adanya kerjasama versus persaingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kompetisi telah diajarkan sejak masa kecil hingga dewasa, sejak di sekolah
dasar hingga terjun ke masyarakat, dalam bidang pekerjaan. Di saat bersamaan
kita harus pula bekerja sama dan menolong orang lain. Kontradiksi semacam ini
berpontensi memunculkan konflik.
c) Adanya implus versus moral standar
Suatu masyarakat menganut sistem moral yang mengatur tingkah laku
anggota masyarakat. Misalnya, naluri agresif seksual kerap kali berkonflik dengan
standar moral yang bilamana dilanggar akan melahirkan konflik (Minderop, 2016:
230).
Klasifikasi emosi berdasarkan konflik batin akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar yang dialami oleh tokoh utama, yaitu rasa benci, rasa kecewa,
dan rasa marah. Rasa benci berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu,
dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan rasa benci ialah timbulnya nafsu
atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam
menumbuhkan karakter siswa. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan
secara utuh apabila cakupan memiliki 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa,
dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Rahmanto (1988 :15)
berpendapat apabila karya-karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat
lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata maka tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
saja pengajaran sastra tidak ada gunanya lagi untuk diadakan. Namun, jika dapat
ditunjukkan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia
nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting
yang patut menduduki tempat yang selayaknya.
Prinsip penting dalam pengajaran ialah penyajian bahan pengajaran yang
sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan pengajaran. Pengajaran
memerlukan suatu pentahapan. Bahan pengajaran harus sesuai dengan
kemampuan siswa. Oleh karena itu, bahan pengajaran diklasifikasikan
berdasarkan tingkatan kesukaran dan kriteria-kriteria siswa (Rahmanto, 1988: 26).
Untuk memilih bahan pengajaran sastra yang tepat, ada beberapa aspek
penting yang perlu dipertimbangkan. Tiga aspek penting dalam memilih
pengajaran sastra yaitu sudut pandang bahasa, segi kematangan siswa (psikologi),
dan latar belakang budaya siswa. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara
yang tepat, pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang besar untuk
memecahkan masalah nyata yang cukup sulit dipecahkan oleh masyarakat
(Rahmanto, 1988: 27). Ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika
ingin memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 27), yaitu sebagai
berikut
1. Bahasa
Perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek
kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh
masalah-masalah yang akan dibahas, tetapi juga faktor yang lain seperti cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan,
dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Agar pengajaran sastra
dapat lebih berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk
memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat
penguasaan siswa.
2. Psikologi
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan
psikologis hendaknya diperhatikan karena hendaknya tahap-tahap ini sangat
berpengaruh besar terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan
bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem
yang dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan
psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto (1988: 30)
menyajikan perkembangan psikologi anak, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)
Pada tahap ini, imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih
penuh dengan berbagai macam fantasi.
b. Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke
realitas. Pada tahap ini anak telah menyukai cerita kepahlawanan, petualangan,
dan kejahatan.
c. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Sampai tahap ini, anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan
sangan berniat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.
d. Tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya)
Pada tahap ini, anak sudah tidak lagi berminat pada hal yang praktis saja
tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena.
3 Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya yang juga harus diperhatikan dalam pengajaran sastra.
Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar
belakang yang erat hubungannya dengan kehidupan mereka. Dengan demikian,
guru hendaknya memilih bahan pengajaran dengan menggunakan prinsip
mengutamakn karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa.
2.2.8 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok
yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran
yang di dalamnya setiap pembeajar bertanggung jawab atas pembelajarannya
sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang
lain (Roger, dkk dalam Huda, 2012: 29).
Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana ruang kelas yang
terbuka (inclusive). Hal ini disebabkan pembelajaran ini mampu membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
keberagaman dan mendorong koneksi antarsiswa. Jadi, pembelajaran ini tidak
hanya cocok untuk sisw-siswa yang berkemampuan rendah. Ia juga sesuai bagi
siswa-siswa yang diindentifikasi “berisiko gagal”(at risk), “berdwibahasa”
(bilingual) “berbakat” (gifted), dan “normal” (normal). Semua siswa perlu belajar
dan bekerja di lingkungan-lingkungan yang memungkinkan karakteristik
individual mereka diakui dan diperhatikan. Semua siswa harus belajar dalam
komunitas suportif agar dirinya merasa aman dan nyaman jika harus mengambil
resiko tertentu.
Teknik pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan berpikir-berpasangan-berbagi (think-pair-share). Teknik ini
dikembangkan oleh Frank Lyman. Teknik ini memungkinkan siswa untuk bekerja
sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, juga mengoptimalkan partisipasi
siswa. Teknik ini juga memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang
lain. Selain itu, teknik ini juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan
tingkatan kelas. Prosedur dalam teknik ini yaitu:
a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
empatanggota/siswa.
b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.
c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-
sendiri terlebih dahulu.
d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap
pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
e. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing
untuk menshare hasil diskusinya.
2.2.9 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional
yang disusun dan diaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/ sekolah
(Muslich, 2007: 17). KTSP adalah suatu proses penerapan ide, konsep, dan
kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan (Mulyasa, 2008: 178). Implemantasi kurikulum
setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.
a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi; yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi,
seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku
kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan
kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk
merealisasikan kurikulum (curriculum planning) dalam pembelajaran.
Menurut Muslich (2007: 29), KTSP memiliki empat komponen, yaitu (1)
tujuan pendidikan tingkat kesatuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(3) kalender penelitian, dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran
(RPP).
Komponen 1: Tujuan Pendidikan Tingkat Kesatuan Pendidikan
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendedekan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejujurannya.
Komponen 2: Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah tertuang dalam standar isi. Struktur KTSP yang terdapat
dalam standar isi dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kelompok mata pelajaran estetika.
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Sementara itu, muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi
sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban
belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan
lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum.
Komponen 3: Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat
dengan mempertahankan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam
standar isi.
Komponen 4: Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah, guru mengembangkannya
menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kegiatan belajar mengajar.
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam
konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah yang akan memberikan
wawasan baru terhadap sistem yang berjalan. Karakteristik KTSP dapat diketahui
dengan bagaimana sekolah dan satuan pendidikan mengoptimalkan kinerja dan
proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga
kependidikan, dan sistem penilaian. Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa karakteristik KTSP adalah pemberi otonomi luas kepada
sekolah dan satuan pendidikan, pastisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kepemimpinan yang demokratis dan profesional, dan tim kerja yang kompak dan
transparan (Mulyasa, 2008: 178).
2.2.10 Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Silabus memuat enam komponen utama,
yakni (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) materi pembelajaran, (4)
materi standar, (5) standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan (6) standar
penilaan (Mulyasa, 2008: 138).
Pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap jenjang
pendidikan. Dalam prosesnya, pengenbangan silabus harus melibatkan berbagai
pihak, seperti dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota dan kabupaten,
departemen agama serta sekolah yang akan mengimplementasikan kurikulum,
sesuai dengan kapasitas dan proporsinya masing-masing. Dengan demikian,
pengembangan silabus KTSP dapat dilakukan melalui tiga cara berikut.
a. Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu
mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta
fasilitas dan lingkungan yang memadai.
b. Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BSNP; bagi sekolah
yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
c. Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi sekolah yang
belum mampu mengembangkannya secara mandiri (Mulyasa, 2008: 134).
Pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap jenjang
pendidikan. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan diberi kebebasan dan
keluasan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
(Mulyasa, 2008: 138). Berikut ini adalah prinsip-prinsip pengembangan silabus
yang terdapat dalam KTSP.
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Relevan dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman,
tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik.
c. Fleksibel
Fleksibel dalam silabus dapat dikaji dari dua sudut pandang yang berbeda,
yakni fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan, dan fleksibel sebagai kaidah
dalam penerapan kurikulum.
d. Kontinuitas
Setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki
keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta
didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
e. Konsisten
Adanya hubungan konsisten antara kompetensi dasar, standar kompetensi,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
f. Memadai
Ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian yang dilakasanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan.
g. Aktual dan kontekstual
Ruang lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir
dalam kehidupan nyata.
h. Efektif
Silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif, yakni memperhatikan
keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran dan tingkat
pembentukkan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
i. Efisien
Efisien dalam silabus bisa dilihat dengan cara membandingkan antara biaya,
tenaga, dan waktu yang digunakan untuk pembelajaran dengan hasil yang dicapai
oleh peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Silabus merupakan uraian yang lebih rinci mengenai kompetensi dasar, materi
standar, dan hasil belajar yang dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan
suatu mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran. Ada beberapa langkah atau
prosedur dalam pengembangan silabus berbasis KTSP, yaitu sebagai berikut.
a. Mengisi kolom identitas
Contoh: Cara mengisi kolom identitas
b. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi mata pelajaran yang ada
dalam standar isi dengan memerhatikan hal-hal berikut:
1. Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi,
melainkan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dengan tingkat
kesulitan bahan.
2. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran.
3. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
c. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
SILABUS
Nama Sekolah : SDN Majalengka
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Alokasi Waktu : 12 x 35 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar mata pelajaran yang ada dalam
standar isi dengan memerhatikan hal-hal berikut.
1. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
materi, tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam standar isi.
2. Keterkaitan antar kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
3. Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi.
d. Mengidentifikasi materi standar
Mengidentifikasi materi standar yang menunjang standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spititual
peserta didik.
2. Kebermanfaatan bagi peserta didik.
3. Struktur keilmuan.
4. Kedalaman dan keluasan materi.
5. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
6. Alokasi waktu.
e. Mengembangkan pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan
peserta didik dalam proses pembentukkan kompetensi, dengan berinteraksi aktif
dengan sumber belajar melalui pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang
bervariasi. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
peserta didik. Rumusan pengalaman belajar mencerminkan manajemen
pengalaman belajar peserta didik.
f. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
1. Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang
menunjukan tanda-tanda, perbuatan dan respon yang dilakukan atau
ditampilkan oleh peserta didik.
2. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakterisktik satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
3. Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional yang dapat diukur
dan dapat diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam
menyusun alat penilaian.
g. Menentukan jenis penilaian
Penelitian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator, dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tulisan maupun
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaan hasil karya berupa proyek atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
h. Alokasi waktu
Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memerhatikan
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingannya. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata peserta didik
untuk menguasai kompetensi dasar.
i. Menentukan sumber belajar.
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,
nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Sumber belajar dipilih dan ditetapkan berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, indikator kompetensi, serta materi pokok dan kegiatan
pembelajaran, dengan prosedur sebagai berikut.
1. Merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta menentukan
materi standar yang memuat kompetensi dasar, materi standar, hasil
belajar, dan indikator hasil belajar.
2. Menetapkan strategi, metode, dan teknik pembelajaran sesuai dengan
model pembelajaran.
3. Menetapkan alat evaluasi berbasis kelas (EBK), dan alat ujian berbasis
sekolah atau school based exam (SBE) sesuai dengan visi dan misi
KTSP, yang berbasis kompetensi.
4. Menganalisis kesesuaian silabus dengan pengorganisasian pengalaman
belajar, dan waktu yang tersedia dengan kurikulum beserta
perangkatnya (kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas, dan
ujian berbasis sekolah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
5. Menetapkan sumber belajar yang tepat untuk mencapai SKKD, dan
tujuan pembelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia (alokasi
waktu).
2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah perencanaan jangka pendek
untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan
guru dalam pembelajaran dan pembentukan kopentensi peserta didik (Mulyasa,
2008: 154).
Guru diberikan kewenangan secara luas untuk mengembangkan RPP
berbasis KTSP. Tugas guru adalah menjabarkan silabus kedalam RPP yang lebih
operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario pembelajaran.
Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang
akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP mengkoordinasi komponen
pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan
penilaian.
Pengembangan RPP harus memperhatikan perhatian dan karakteristik
peserta didik. Guru hanya berperan sebagai motivator yang membangkitkan
gairah dan nafsu belajar, serta mendorong peserta didik untuk belajar.
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
a. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus
jelas; makin konkret kompetensi makin mudah dipahami, dan makin tepat
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, dapat
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi
peserta didik
c. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang
diwujudkan.
d. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan
menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama
secara tim atau dilaksanakan diluar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam
pelajaran yang lain.
Pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi KTSP dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama, menambah kolom yang lebih rinci pada
format silabus. Kedua, membuat format terpisah dalam bentuk satuan pelajaran
(satpel). Cara pertama lebih tepat dilakukan oleh guru yang sudah berpengalaman,
sedangkan cara kedua lebih cocok digunakan oleh guru pemula atau oleh para
calon guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1. Cara Pertama (Menambah Kolom Silabus)
Pengembangan rencana pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
menambahkan beberapa kolom pada format silabus yang sudah ada sebagai
berikut.
MATRIK RPP
Kelas :........................................................................
Standar Kompetensi : 1. ...................................................................
Kom-
peten-
si
Dasar
Indik-
ator
Mate-
ri
Pokok
Kegiatan
Belajar
Penil-
aian
Instr-
umen
Penil-
aian
Tugas
Alok-
asi
Wak-
tu
Sum-
ber
Belaj-
ar
Pendahul
uan
Pembent
ukan
kompete
nsi
Penutup
Matrik di atas memberikan kemudahan, karena guru hanya mengisi matrik
tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik.
Format tersebut dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
serta dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Selanjutnya kemampuan
guru sendiri yang akan mengembangkan persiapan mengajar, dan yang akan
melakukan proses pembelajaran.
2. Cara Kedua (Membuat Format Satpel)
Cara kedua dalam pengembangan RPP adalah dengan membuat format
rencana pembelajaran berbentuk satpel. Cara ini lebih rinci sehingga memakan
waktu yang cukup lama dibanding dengan cara pertama. Pembuatannya pun perlu
dilakukan beberapa kali, mungkin untuk satu silabus perlu tiga sampai lima satpel.
Sedangkan cara pertama, silabus langsung berfungsi sebagai satpel, setelah
ditambah beberapa kolom.
Format suatu pelajaran bisa dan bahkan harus dikembangkan sendiri oleh guru
dengan memperhatikan bebagai ketentuan serta kompetensi yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik. Berikut disajikan contoh format RPP.
Contoh format rencana pelaksanaan pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : .............................................................................................
Satuan Pendidikan : .............................................................................................
Kelas/Semester : .............................................................................................
Pertemuan ke : .............................................................................................
Alokasi Waktu : .......................... jam pembelajaran
(Isi sesuai dengan silabus)
Kompetensi dasar : 1. .........................................................................................
2...........................................................................................
Indikator:
1.1 ..........................................................................................................................
1.2 ..........................................................................................................................
2.1 ..........................................................................................................................
2.2 ..........................................................................................................................
(Kompetensi dasar dan indikator ditulis lengkap sesuai dengan silabus)
Tujuan Pembelajaran:
1. ............................................................................................................................
2. ............................................................................................................................
(Rumuskan dengan lengkap mengacu pada indikator)
Materi Standar:
1. ............................................................................................................................
2. ............................................................................................................................
(Tulis garis besar atau pokok-pokok yang langsung berkaitan dengan indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dan tujuan pembelajaran)
Metode Pembelajaran
1. ............................................................................................................................
2. ............................................................................................................................
(Tulis cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya:
ceramah, tanya jawab, karyawisata, dan cara lainnya)
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. ...................................................................................................
b. ...................................................................................................
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. ...................................................................................................
b. ...................................................................................................
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. ...................................................................................................
b. ...................................................................................................
(Tulis kegiatan apa yang harus dilakukan dari awal sampai akhir, untuk
mencapai tujuan dan membentuk kompetensi)
Sumber Belajar
1. .............................................................................................................................
2. .............................................................................................................................
(Tulis sumber belajar yang akan digunakan, termasuk alat peraga, media, dan
bahan pembelajaran/buku sumber)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penilaian
1. Tes tulis : ....................................................................................
2. Kinerja (Perfomansi) : ....................................................................................
3. Produk : ....................................................................................
4. Penugasan/Proyek : ....................................................................................
5. Portofolio : .....................................................................................
(Tulis penilaian apa yang akan dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pembelajaran dan kompetens dasar, pilih jenis penilaian yang paling
tepat)
2.2.11 Kerangka Berpikir
Pembelajaran unsur intrinsik dan ekstrinsik merupakan salah satu materi
yang terdapat pada siswa SMA kelas SMA kelas XI semester 1 yaitu pada
Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mencari
novel yang akan dianalisis unsur instrinsiknya. Judul novel yang akan dianalisis
ialah “Ega” karya Anggie M, novel ini terdiri dari 228. Selanjutnya peneliti
membaca novel sampa selesai dan membuat sinopsisnya. Hal selanjutnya yang
peneliti lakukan adalah mencari unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik daam novel.
Setelah membuat sinopsis dan menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik
dalan novel “Ega” karya Anggie M. Peneliti merancang bahan ajar yang berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
silabus dan RPP, peneliti membuat RPP dengan dua kali pertemuan yaitu
menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik novel “Ega”. Metode yang digunakan
dalam pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI adalah metode kooperatif.
Pendekatan kooperatif sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa agar siswa
dapat dengan mudah memahami apa yang diajarkan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari lima subab, yaitu pendekatan dan jenis penelitian,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data, dan teknik analisis
data. Kelima subab tersebut dijelaskan secara terperinci, yaitu sebagai berikut.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi
sastra. Secara definitif tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek
kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya peneliti menggunakan novel Ega
karya Anggie M karena penulis menganalisis konflik batin dalam novel tersebut.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong,
2006: 11).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif atau kajian pustaka. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
2006: 4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian ini juga menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan
prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tujuan penelitian ini yang pertama adalah menganalisis unsur instrinsik dan
konflik batin tokoh utama novel Ega karya Anggie M dan menganalisis tokoh dan
penokohan, latar, dan alur novel tersebut. Tujuan kedua adalah merelevansikan
unsur intrinsik novel Ega karya Anggie M sebagai bahan pelajaran dalam bentuk
silabus dan RPP sastra untuk SMA. Dalam penelitian ini produk yang dhasilkan
berupa silabus dan RPP. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ini
bertujuan untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat berdasarkan fakta yang ada
dan peneliti akan menyajikan kata-kata tertulis yang mengandung konflik batin
dari tokoh utama yang terdapat dalam novel.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data diperoleh. Sumber data
merupakan tempat asal data diperoleh. Sumber data pada penelitian ini sebagai
berikut.
Judul : Ega
Pengarang : Anggie M
Penerbit : Kana Media
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 228
3.3 Instrumen Penelitian
Menurut Moleong (2006: 168), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
analisis, penafsif data, dan pada akhirnya peneliti juga berperan sebagai pelapor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
hasil penelitiannya. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai alat pengumpulan
data adalah peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan data dari novel Ega karya
Anggie M.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sumber tertulis dapat dibagi atas buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Sumber-sumber tersebut biasanya
dapat ditemukan di perpustakaan. Langkah awal yang digunakan dalam penelitian
ini ada dua yaitu menyimak dan mencatat. Peneliti menyimak langsung teks sastra
yang telah dipilih sebagai bahan penelitian. Menyimak bertujuan untuk mencatat
hal-hal yang dianggap sesuai dan mendukung penulis dalam memecahkan
rumusan masalah.
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai
berikut.
1. Peneliti memilih novel yang akan diteliti.
2. Peneliti menyimak dan menggaris-bawahi setiap kalimat yang
mengandung konflik batin tokoh utama novel yang menjadi bahan
penelitian. Dalam hal ini novel yang diteliti adalah Ega karya Anggie M.
3. Peneliti mencatat setiap kalimat yang mengandung konflik batin tokoh
utama dalam kertas yang sudah disediakan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar, sehingga dapat dirumuskan sebagai suatu hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data (Moleong,2006: 247). Teknik yang digunakan
oleh peneliti dalam melakukan novel Ega karya Anggie M adalah sebagai
berikut.
1. Peneliti membaca ulang data yang sudah di kumpulkan dan mengamati
dengan teliti bagian kalimat yang menujukan konflik batin.
2. Peneliti menelaah data yang terkumpul dalam bentuk catatan dengan cara
menghubungkannya dengan teori, apakah novel tersebut sesuai dengan
teori atau tidak.
3. Peneliti menganalisis data dan mengamati dengan teliti bagian kalimat
yang menujukan konflik batin.
4. Peneliti menghubungkan konflik batin dengan standar kompetisi dan
kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di kelas XI
SMA Semester I.
3.6 Trianggulasi
Temuan dan interpretasi yang diperoleh peneliti harus diperiksa
keabsahannya dengan trianggulasi. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagi cara, dan
berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 273). Dalam penelitian ini, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menggunakan trianggulasi data. Trianggulasi data dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang berupa kutipan dalam novel Ega karya Anggie M.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Dalam bab empat ini, peneliti akan mengkaji unsur-unsur intrinsik dalam
novel Ega karya Anggie M. Peneliti memilih empat dari enam unsur yang ada
dalam unsur instrinsik, yaitu tokoh, penokohan, alur, dan latar. Peneliti memilih
keempat unsur karena unsur-unsur tersebut bisa membantu dalam menemukan
konflik batin yang dialami oleh tokoh Ega.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi sastra. Pendekatan ini menganalisis aspek-aspek psikologi dari tokoh
utama dalam karya sastra tersebut. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam
pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.
4.2 Analisis Alur
Alur adalah peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung
cerita (Sudjiman, 1988: 29). Seperti yang dikatakan oleh Sudjiman (1988: 30-36),
struktur alur meliputi paparan (exsposition), rangsangan (inciting moment),
gawatan (rising action), tikaian (conflict), rumitan (complication), klimaks,
leraian (falling action), selesaian (denouement).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
4.2.1 Paparan
Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca disebut
dengan eksposisi (Sudjiman, 1988: 31). Tahap paparan dalam novel Ega diawali
dengan memaparkan tokoh utama Ega. Ega adalah seorang yang baru lulus SMA
dan akan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Jakarta. Dalam
perjalanannya mencari alamat yang di berikan oleh Pak Wira, yang selama ini
menampungnya, akhirnya mempertemukannya dengan Pak Bos, Evan, Ryan, dan
Nami.
(1) Dian Shop
Jln. Pemuda, No. 17, Rawamangun, Jakarta
Alamat itu tertulis di secarik kertas yang kupegang. Aku sama sekali
tidak tahu di mana letak alamat itu. Setahun lalu, Pak Wira
memberikan alamat ini kepadaku. Kalau aku membutuhkan bantuan,
aku boleh mencari “Pak Bos” di toko itu. Pak Bos adalah sahabat baik
Pak Wira yang sudah bertahun-tahun menikah, tapi belum memiliki
anak. Kata Pak Wira, lelaki yang dipanggil “Bos” ini pasti akan
bersikap baik kepadaku (Anggie, 2013: 6).
(2) “Namanya Evan,” kata Pak Bos tiba-tiba. “Si penjaga kasir itu,
namanya Evandra Saputra. Kamu kelihatan sangat tertarik kepadanya,”
sambung Pak Bos lagi (Anggie, 2013: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(3) “Aku belum bilang, ya? Kita satu falkutas. Kebetulan yang hebat, kan?
Aku di jurusan Ilmu Komunitas, sedangkan kamu kalau tidak salah
Hubungan Internasional, kan?” tanya Evan (Anggie, 2013: 12).
(4) “Aku Ryan. Sesama anak HI (Hubungan Internasional) kita harus
saling kenal. Satu semester ini mata kuliah kita satu paket. Jadi, kita
pasti bakal sekelas. Kamu reguler, kan? Ingat baik-baik, ya. Namaku
Ryan. Jadi, nanti kalau ketemu jangan lupa sapa aku, ya.” (Anggie,
2013: 13).
(5) Aku tidak menjawab pertanyaannya, tapi aku akan memusatkan
perhatian pada name tag panitia PKA yang tergantung di leher wanita
itu. Namanya Nami. (Anggie, 2013: 15).
Kutipan di atas menggambarkan pertemuan Ega dengan Pak Bos, Evan, Ryan dan
Nami. Selain menjelaskan pertemuan Ega, peneliti akan memaparkan masa lalu
Ega. Berikut adalah kutipannya
(6) Pertama kali aku menyadari ada yang tidak beres dengan Mama adalah
saat kelas 1 SMP. Aku melihat Mama berdebat dengan Papa di ruang
makan (Anggie, 2013: 16).
(7) Waktu itu aku memang tidak begitu mengerti, tapi sekang aku tahu apa
yang terjadi. Kak Hana−satu-satunya kakakku−pernah menceritakan
tentang pernikahan Mama dan Papa yang ditentang keluarga dan
keadaan Mama yang sudah pernah berkonsultasi kepada psikolog.
Mama mengalami guncangan jiwa. Dia menuduh Papa selingkuh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menuduh Kak Hana hamil di luar nikah, menuduh semua tetangga
bergunjing tentangnya, dan menuduhku memakai narkoba sampai
kemudian dia takut melihatku dan menganggapku jelmaan iblis. Dia
menyesal telah meminta Papa membawanya meninggalkan
keluarganya. Dia juga menyesal telah melahirkanku. Semua
penyesalan itu dirasakannya saat tekanan hidup semakin menghimpit
keluarga kami. Dia menyesal hidup yang telah dipilihnya (Anggie,
2013: 18).
(8) Keadaan di bawah kelihatannya semakin parah. Terdengar suara gaduh
benda-benda dilemparkan, berjatuhan, dan pecah. Aku harus keluar
dan melakukan sesuatu. Suasana pelahan mulai hening, aku pun mulai
berani menuruni anak tangga. Perasaanku tidak menentu. Aku
mempercepat langkah sambil memandang sekeliling ruang tengah
yang cukup lebar. Lantai yang kupijak seolah terperosok saat mataku
menangkap Mama memegang pisau yang berlumuran darah di depan
tubuh Papa yang terbaring kaku. Papa sudah tidak bergerak lagi, tapi
Mama kembali menikamkan pisaunya sambil tertawa tanpa suara
dengan air mata yang berlinang di pipinya (Anggie, 2013: 23).
(9) Saat itu aku melihat Mama berdiri, tapi Mama tidak menghampiriku.
Mama bahkan tidak memandangku. Dia melangkah lunglai menuju
dapur. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya. Beberapa saat
kemudian, asap mengepul dari dapur dan mulai memenuhi ruangan.
Mama membakar rumah kami (Anggie, 2013: 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Selain memaparkan bahwa Ega adalah seorang mahasiswa, dia juga menjadi
penjaga toko Dian Shop milik Pak Bos.
(10) Kemarin sudah disepakati jika jam kuliah kami bersamaan, Pak
Bos akan menggantikan kami menjaga toko. Setiap hari aku dan Evan
bergantian menutup dan membuka toko sekaligus membersihkan
rumah (gudang lantai dua) (Anggie, 2013: 27).
4.2.2 Rangsangan
Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan
sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang
akan berlanjut pada bagian gawatan (Sudjiman, 1988: 33). Saat rumahnya sudah
terbakar, tinggal Ega dan Kak Hana yang selamat. tetapi saat Ega terbangun dari
tidurnya Kak Hana juga meninggalkan Ega.
(11) Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah tetangga−aku lupa
tetangga yang mana dan siapa namanya. Langit di luar sudah terang
Kak Hana duduk di sampingku dan sepertinya orang-orang sibuk
sekali diluar sana. Semua bagian rumah nyaris terbakar habis bersama
dengan semua pakaian, buku, dan foto-foto kenangan keluarga kami,
termasuk Papa dan Mama (Anggie, 2013: 24).
(12) Aku suka Kak Hana mengatakan itu. Kupikir memang selama aku
masih punya dia, semua pasti akan baik-baik saja. Kak Hana adalah
kakak yang paling sempurna dseluruh dunia. Setidaknya itulah yang
ada dipikiranku samapi aku terbangun dan tidak menemukannya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
sampingku. Aku menunggunya sampai hari berganti malam. Besoknya
aku tetap berharap dia akan pulang karna kupikir dia pasti hanya pergi
sebentar. Tapi ternyata, dia memang tidak pernah kembali lagi. Saat
aku terbangun di pagi berikutnya, aku tetap sendirian. Lagi-lagi aku
ditinggalkan (Anggie, 2013: 26).
4.2.3 Gawatan
Gawatan adalah tahapan yang ditimbulkan oleh rangsangan dan lebih
mengarah ke tikaan. Saat kakaknya yang pergi meninggalkan Ega di rumah
tetangganya, Ega akhirnya memutuskan untuk hidup di jalanan. Ega pun bertemu
dengan Pak Wira yang menolongnya dan membantunya melanjutkan sekolah
dengan mencarikan beasiswa.
(13) Aku terus mencoba meyakinkan diri kalau aku akan baik-baik saja.
Aku hidup dijalanan, makan dari sisa orang lain, mengemis,
menjadikan emperan toko sebagai atapku. Aku tidak menangis lagi
karena semua itu percuma dan buang-buang tenaga. Pada akhirnya,
hanya aku sendiri yang peduli dengan diriku sendiri. Aku tidak pernah
memikirkan keluargaku. Aku sudah muak menjadi korban dari semua
ini (Anggie, 2013: 26).
(14) Hampir dua bulan aku hidup dengan kondisi seperti itu. Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk mencopet, tapi gagal. Pertama kali
mencoba, aku langsung ditangkap dan dihajar. Namun, seseorang
membelaku. Dia mengajakku tinggal bersamanya di sebuah bengkel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Itu pertama kalinya aku tidur dengan bantal sejak hidup dijalan. Dia
lelaki luar biasa. Aku memanggilnya Pak Wira (Anggie, 2013: 26).
(15) Pak Wira membantuku mencarikan beasiswa agar aku bisa kembali
sekolah. Dia punya seorang teman yang bekerja di dinas pendidikan.
Dia membuatkan proposal dengan melampirkan prestasiku hingga
akhirnya aku berhasil melanjutkan sekolah dengan mengandalkan
beasiswa dari pemerintah daerah. Aku mempertahankan setiap nilai
mata pelajaranku agar tetap di atas rata-rata. Aku mendapatkan biaya
sekolah sampai tamat SMA (Anggie, 2013: 26-27).
(16) Awal semester kelas 1 SMA, Pak Wira pergi ke Bandung, ke
tempat keluarganya. Aku hidup sendirian lagi. Pada saat bersamaan
sekolah merekomendasikanku untuk memperebutkan beasiswa dari
salah satu perusahaan minya terbesar di Indonesia. Dari sekian banyak
peserta tes, hanya beberapa orang yang akan terpilih mendapatkan
biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi selama empat tahun. Aku
adalah salah satu di antara mereka (Anggie, 2013: 27)
4.2.4 Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul akibat adanya dua kekuatan yang
bertentangan. Pada tahap ini tikaian terjadi ketika Ega bertemu lagi dengan Kak
Hana tetapi Ega mengelak bahwa kakaknya sudah meninggal dan tidak mengenali
Kak Hana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(17) “Kakak saya sudah mati;” kataku lagi. Dalam hati, aku berharap
dia akan menangis meraung-raung. Sudah cukup dia merasa bahagia
selama aku harus mengalami semua kepahitan. Tidak akan kubiarkan
dia mendapat kebahagiaan lebih dari ini. “Dia sudah mati. Kira-kira
enam tahun lalu. Dia mati. Maaf saya harus kembali bekerja dan tidak
punya waktu menemani Anda ngobrol. Ini belanjaannya,” tegasku
sambil menyodorkan plastik belanjaan kepadanya (Anggie, 2013: 95).
4.2.5 Rumitan
Pada tahap rumitan, cerita sudah masuk pada tahap konflik yang terjadi.
Rumitan adalah perkembangan dari tikaian yang menghantar konflik menuju
klimaks. Pada tahap rumitan ini Kak Hana menemui Ega kembali untuk
menjelaskan dan meminta maaf tetapi Ega tidak memperdulikannya dan
menganggap semuanya sudah selesai.
(18) “Memangnya aku harus bilang apa?” tanyaku kemudian. Dia sudah
menjelaskan semuanya. Dia juga sudah mengalirkan banyak air mata
saking menyesalnya. Bukankah seharusnya kita sudahi saja drama
menyedihkan ini? Aku bilang sudah memaafkannya. Apa itu tidak
cukup? Apa aku harus ikut menangis tersedu-sedu dan berlari
memeluknya?” kataku dengan nada meninggi. “Kepalaku sakit. Aku
mau tidur,” sambungku lagi sambil memutar langkah kembali menaiki
tingga (Anggie, 2013: 120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2.6 Klimaks
Klimaks adalah titik puncak cerita. Klimaks tercapai apabila rumitan
mencapai puncak kehebatanya. Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan
yang terjadi menjadi titik optimalnya. Tahap klimaks terjadi ketika Ega masuk ke
rumah sakit dan Kak Hana beserta suami dan anaknya mengunjungi Ega kembali
untuk menjelaskan kejadian sebenarnya tetapi Ega merasa kesal dan mengusirnya.
(19) “Lalu kenapa sekarang kamu kembali?” tanyaku mencoba
mengabaikan tangisannya. “Kamu butuh waktu satu bulan untuk
memilih antara meninggalkanku atau menjemputku kembali? Aku
tidak peduli waktu sebulan itu. Karena yang aku tahu, kamu sudah
enam tahun meninggalkanku. Kenapa sekarang kamu kembali lagi?”
tanyaku dengan nada tinggi (Anggie, 2013: 142).
4.2.7 Leraian
Leraian adalah tahap yang menunjukkan peristiwa ke arah selesaian atau
penyelesaian. Leraian dimulai ketika Ega mulai memaafkan kakanya, Kak Hana.
Kak Hana juga meminta Ega untuk tinggal bersamanya dan mencukupi
kebutuhannya.
(20) “Terima kasih, Ega. Aku juga merasa tidak apa-apa kalau kamu
masih sedikit marah. Kamu berhak untuk marah. Aku tidak pernah
menganggap kemarahanmu itu tidak pantas,” Kak Hana kembali
mengusap matanya. Dia mengempas napas dan menatapku.
“Tinggallah bersamaku. Kamu mau? Aku janji tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
membiarkanmu terbebani lagi. Aku akan memberikan semua yang
kamu butuhkan dan semua yang selama ini sudah hilang darimu. Aku
akan berusaha mengembalikannya lagi. Aku ingin melaksanakan
peranku sebagai kakak dan melihatmu tertawa lagi,” kata Kak Hana
penuh harap (Anggie, 2013: 169).
(21) “Tidak tinggal bersama bukan berarti hubungan keluarga putus,
kan? Biar sudah mati sekalipun, sekali keluarga tetap keluarga. Sayang
sekali, aku tidak bisa mempertemukanmu dengan Pak Wira. Dia orang
yang bertama kali memberikan „tempat pulang‟ kepadaku sejak rumah
kita terbakar. Dia juga yang mengantarku sampai ke „rumah‟ ini. Kalau
tidak ada dia, mungkin aku tidak akan bisa bangkit lagi. Tapi, tidak
akan ada yang berubah meskipun dia sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Kamu juga begitu, apa pun yang terjadi, sampai kapan pun tidak ada
yang bisa mengubah kenyataan kalau kamu kakakku,” aku
memberinya senyum yang kurasa cukup terkesan hangat (Anggie,
2013: 173).
4.2.8 Selesaian
Selesian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian terjadi saat
ulang tahun Ega. Pak Bos, Bu Dian, Evan, Ryan, Nami dan Kak Hana
memberikannya kado sebagai tanda kasih sayang mereka kepada Ega. Ega pun
merasa senang karna banyak yang memperhatikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(22) “Buka kadoku dulu, buka kadoku dulu, kadoku dulu!” Ryan ngotot
menyodorkan kotak kadonya kepadaku
Kupikir itu memang cara terbaik untuk membungkam makhluk
primitif itu. Jadi, aku membuka kadonya dan menemukan handphone
canggih keluaran terbaru yang sangat mahal tergolek anggun di dalam
kotak itu.
Selanjutnya aku membuka kado dari Bu Dian. Isinya Parka berwarna
abu-abu. Dia bilang, jaketku sudah kelihatan lusuh dan sepertinya aku
tidak berminat membeli yang baru. Jadi, dia membelikan parka sebagai
penggantinya.
Berikutnya, kado dari Kak Hana dan Pak Bos yang kubuka. Aku
merenggangkan mulut cukup lama. Kupikir Cuma aku yang begitu,
tapi ternyata semua orang yang ada di sini sama kagetnya denganku.
Kak Hana dan Pak Bos juga membelikanku HP (Anggie, 2013: 175-
176).
(23) Terima kasih kadonya,” aku mencoba memulai topik baru. Nami
memberikan kado di hari ulang tahunku yang isinya handuk kecil
berwarna biru muda dengan rajutan kata “your silence” di bagian
ujungnya. “Aku suka,” kataku lagi (Anggie, 2013: 190).
(24) Aku mencagak sepedaku di depan toko dan membuka pintu kaca.
Seperti yang sudah kuduga, Pak Bos menyapaku dengan senyum
hangatnya,”Ega? Kamu sudah pulang?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Oh, Tuhan....
Terima kasih....
Aku telah menemukan diriku tidak sendirian lagi.
Ternyata aku memang tidak pernah sendirian
Aku akan hidup dengan baik.... (Anggie, 2013: 205).
4.3 Analisis Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dan ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2010: 165). Menurut Sudjiman (1988:
16), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh-tokoh cerita yang dikemukakan
diatas, tidak begitu saja ada di depan pembaca. Mereka memerlukan perantara
yang kemungkinan kehadirannya. Ada dua cara dalam menggambarkan watak
tokoh yaitu secara langsung (teeling) dan tak langsung (showing) (Nurgiyantoro,
2010: 195-210).
4.3.1 Tokoh Utama
Ada satu tokoh utama yang terdapat dalam novel Ega karya Anggie M
yaitu Ega. Tokoh Ega merupakan tokoh sentral dalam novel ini karena tokoh
tersebut sangat dominan dan dalam setiap cerita selalu ada, penemuan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
utama dalam novel Ega. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung
atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut:
(25) Alamat itu tertulis di secarik kertas yang kupegang. Aku sama
sekali tidak tahu di mana letak alamat itu. Setahun lalu, Pak Wira
memberikan alamat ini kepadaku. Kalau aku membutuhkan bantuan,
aku boleh mencari “Pak Bos” di toko itu. Pak Bos adalah sahabat baik
Pak Wira yang sudah bertahun-tahun menikah, tapi belum memiliki
anak. Kata Pak Wira, lelaki yang dipanggil “Bos” ini pasti akan
bersikap baik kepadaku (Anggie, 2013: 6).
(26) “Tinggallah di sini selama kamu mau,” Pak Bos membuka suara.
“Aku tidak akan menahanmu. Kalau tidak betah, kamu boleh pergi
kapan saja. Kamu boleh menyebut tempat ini rumah dan aku tidak aka
menutup pintu kalau kamu mau kembali. Kamu boleh pulang dan pergi
sesuka hatimu,” sambungnya (Anggie, 2013: 7).
(27) Aku memilih untuk tidak menanggapi dan melangkah menuju
kamar mandi. Aku yakin, Evan itu tidak sebaik kelihatannya. Dia
menyembunykan banya hal di balik senyumnya. Tidak akan ada
manusia yang “tidak apa-apa” kalau pernah dicampakkan ayahnya dan
ditinggal mati ibunya saat usianya masih sepuluh tahun (Anggie, 2013:
12).
(28) “Aku Ryan. Sesama anak HI (Hubungan Internasional) kita harus
saling kenal. Satu semester ini mata kuliah kita satu paket. Jadi, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
pasti bakal sekelas. Kamu reguler, kan? Ingat bak-baik, ya. Namaku
Ryan. Jadi, nanti kalau ketemu jangan lupa sapa aku, ya.” (Anggie,
2013: 13).
(29) “Kamu lihat apa, hah?!” bentak Mama saat mata kami bertemu.
Wanita itu berlinang air mata, rambutnya kusut, dan matanya cekung.
Ternyata keadaan Mama sudah separah itu. Aku jarang melihatnya
karena dia selalu menghindariku (Anggie, 2013: 17)
(30) “Kamu sudah gila!” teriak Papa masih terdengar jelas di telingaku
sampai sekarang, seolah menggema disetiap sudut kamar ini. Aku
masih ingat laki-laki itu menghampiriku dan mengusap pelan
keningku, tempat sendok yang dilemparkan Mama mendarat keras.
“Tidak sakit, kan?” tanyanya. Aku menggeleng pelan (Anggie, 2013:
17)
(31) Kak Hana tertawa sambil mengucap rambut. “Kamu tenang saja.
Aku kan sudah bilang tidak apa-apa. Aku masih punya sisa tabungan.
Sementara ini masih cukup untuk kita, selanjutnya nanti kita pikirkan.
Besok aku akan coba cari kerja lagi,” senyumnya berhasil
mendamaikan hatiku. “Ega, dengar ya. Biar bagaimana pun, kamu
tidakboleh benci kepada Mama. Dia beusaha keras menghadapi ini
semua, tapi dia tetap punya kekurangan. Mungkin ini terlalu berat
baginya. Kamu mengerti, kan?” (Anggie, 2013: 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(32) “Kamu sakit”? sebuah suara yang tidak asing menyapaku. Saat aku
mengangkat wajah, aku menemukan Nami menatapku prihatin. “Kamu
bak-bak saja?” tanya lagi (Anggie, 2013: 105).
(33) “Kak Ega tidak ikut?” tanya Luna saat aku membukakan pintu
mobil untuknya (Anggie, 2013: 200)
Ega digambarkan sebagai seorang anak remaja yang baru saja lulus SMA
dan akan melanjutkan ke Universitas. Ega seorang yang berprestasi dalam
akademiknya. Ega memiliki perawakan yang kecil dan pendek. Ega juga memiliki
wajah yang imut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau
ekspositori melalui kutipan sebagai berikut:
(34) Perjalanan dari Bekasi sampai Pulo Gadung memakan waktu
kurang lebih dua jam. Sopirnya ugal-ugalan sampai tulangku rasanya
hampir patah. Semua harus kulalui demi menjalani kehidupanku
sebagai mahasiswa di Jakarta. Aku baru saja lulus SMA dengan nilai
yang cukup memuaskan. Aku juga berhasil memperebutkan beasiswa
dari salah satu perusahaan besar di Indonesia. Selama empat tahun,
perusahaan itu akan mengirimkan lima juta setiap tahunnya ke
rekeningku dengan syarat IP-ku tidak boleh kurang dari 2,75 (Anggie,
2013: 5).
(35) Wanita berjilbab yang tubuhnya lebih tinggi dariku itu sudah pergi
semenit yang lalu, tapi Evan masih saja menggelayutkan lengan
dipundakku sambil sesekali membalas sapaan anak-anak 2009 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
lain. Aku meliriknya jengkel sampai akhirnya dia sadar tatapan
kesalku, lalu menurunkan tangannya sambil nyengir (Anggie, 2013:
15).
(36) “Jangan bikin emosi, ya! Aku sudah sengaja membuatnya
untukmu. Kata Pak Bos, kamu harus banyak minum susu. Memangnya
kamu tidak pernah mengukur tinggidan beratbadanmu, ha?! Kamu
tidak mirip mahasiswa, tahu!” sambungnya (Anggie, 2013: 178).
(37) “Aku benci kalau orang bilang aku ini kakakmu! Kesannya aku
jadi yang ketuaan. Padahal bukan tampangku yang boros, tapi mukamu
itu yang terlalu kekanak-kanakan!” protes Evan (Anggie, 2013: 178).
Ega berasal dari seorang anak yang bercukupan. Hal ini ditunjukan
pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai
berikut:
(38) Dulu keluarga kami tidak seperti itu. Keluarga kami bahagia, tapi
semuanya berubah sejak usaha Papa tidak mengalami kemajuan,
keuangan keluarga semakin sulit, dan utang menumpuk. Mama dan
Papa semakin sering bertengkar, saling menyalahkan tanpa
memedulikan dampaknya kepadaku dan Kak Hana. Mama menjadi
sering menangis sendiri. Dia mulai tidak peduli kepadaku yang lebih
parah lagi, dia jadi takut melihatku (Anggie, 2013: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tokoh Ega merasa tersiksa saat Mamanya menganggap Ega sebagai
penghancur keluarganya. Hal ini ditunjukan pengarang dengan teknik langsung
atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut:
(39) “Kenapa?” Mama mulai mengabaikan bahan-bahan masakannya.
“Kenapa kamu lahir?!” cengkramannya di lenganku terasa sangat
keras. “Semua kacau sejak kamu muncul. Kamu ini sebenarnya apa,
hah?! Kenapa kamu membuat keluargaku tidak bahagia?” Mama
melayangkan telapak tangannya ke pipiku sangat keras hingga pipiku
terasa panas (Anggie, 2013: 18-19).
(40) “Mama ....,” aku menangis sambil memanggilnya, tapi dia tidak
mendengarkanku lagi. Saat itu yang terasa sakit bukan pipiku, tapi
hatiku. Dan yang kutakutkan bukan pukulan Mama, melainkan
tatapannya kepadaku (Anggie, 2013: 19).
Ega menganggap kakaknya adalah kakak yang paling sempurna karna
akan selalu menemaninya. Tetapi saat Ega terbangun dari tidurnya Ega tidak
melihat Kak Hana ada disampingnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut:
(41) Aku suka Kak Hana mengatakan itu. Kupikir memang selama aku
masih punya dia, semua pasti akan baik-baik saja. Kak Hana adalah
kakak yang paling sempurna diseluruh dunia. Setidaknya itulah yang
ada dipikiranku sampai aku terbangun dan tidak menemukannya
disampingku. Aku menunggunya sampai hari berganti malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Besoknya aku tetap berharap dia akan pulang karna kupikir dia pasti
hanya pergi sebentar. Tapi ternyata, dia memang tidak pernah kembali
lagi. Saat aku terbangun di pagi berikutnya, aku tetap sendirian. Lagi-
lagi aku ditinggalkan (Anggie, 2013: 26).
Tokoh Ega digambarkan sebagai tokoh yang cuek dan dingin. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui
kutipan sebagai berikut:
(42) Hari kelima sejak aku tinggal tetanggaku, aku keluar tanpa
mengucapkan apa pun, bahkan tidak mengucapkan terima kasih. Aku
pergi begitu saja dan berlari mengejar sesuatu yang bayangannya pun
bahkan sudah tidak terlihat lagi. Aku mencari sosok Kak Hana yang
akan tersenyum kepadaku sambil berkata,” Semuanya pasti akan baik-
baik saja.” Tapi kini Kak Hana sudah pergi, hilang entah ke mana, dan
aku sudah tidak bisa kembali lagi. Aku tidak punya tempat untuk
pulang. Saat itu kupikir, kali ini aku benar-benar sendirian (Anggie,
2013:26).
(43) “Ok, aku akan diam kalau kamu merasa terganggu,” katanya tiba-
tiba. “Ternyata dia cukup peka karena tahu apa yang baru saja
kupikitkan,” pikirku. “Oh, iya. Besok giliranmu buat sarapan, ya,”
sambungnya lagi. “Aku mengerti. Berisik!” gerutuku tanpa berkata
sepatah katapun (Anggie, 2013:13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tokoh Ega juga digambarkan sebagai tokoh yang tidak banyak berbicara.
Hal ini ditunjukan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui
kutipan sebagai berikut:
(44) “Anda siapanya Evan?” tanyaku yang entah kenapa menjadi
penasaran. “Akhirnya, kamu bicara juga,” Pak Bos tertawa sambil
meneguk kembali minuman kalengnya (Anggie, 2013: 9).
(45) “Boleh aku tanya sesuatu?” tanyaku kepada Pak Bos yang sedang
membantuku memasang banderol barang yang baru masuk di lantai
dua. Pak Bos terdiam sambil menatapku tidak percaya. Dia buru-buru
mengeluarkan HP dan mengutak-atik benda itu. “Pak Bos sedang
apa?” aku bingung melihat reaksinya. “Tunggu. Aku sedang mencatat
hari ini sebagai hari pertama kamu mengajakku bicara,” katanya yang
masih memeperhatikan HP (Anggie, 2013:59).
Tokoh Ega digambarkan sebagai sosok yang membutuhkan kasih sayang
dari Pak Wira. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau
ekspositori dan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai
berikut
(46) “Aku...,” jawabku berusaha mengendalikan suaraku yang bergetar
hebat. “Aku senang kamu menelponku,” kataku (Anggie, 2013:59).
(47) “Wira meninggal,” Pak Bos mengucapkan kalimat itu sambil
menangis. Dua kata itu cukup menutup seluruh aliran pernapasanku.
Sekujur tubuhku mendadak seperti tersiram air es dan udara yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
kuhirup benar-benar tidak sampai ke paru-paruku. Dadaku terasa
sesak. Tubuhku gemetar tidak terkendali. Aku masih tidak percaya jika
satu-satunya orang yang kumiliki itu akan pergi meninggalkanku
(Anggie, 2013: 96).
(48) “Tunggu.... kumohon jangan pergi! Tolong jangan tinggalkan aku
seperti ini. Aku janji aku akan hidup dengan baik. Jangan tinggalkan
aku lagi, jangan biarkan aku sendirian. Aku mohon bawa aku ikut
bersamamu...,” kataku dalam mimpi (Anggie, 2013:98)
Ega digambarkan orang yang sangat baik kepada temannya. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui
kutipan sebagai berikut:
(49) “Cukup!” Ryan histeris. “Tolong jangan sebut-sebut lagi tentang
tugas kuliah,” Ryan mendadak lemas dan menjatuhkan keningnya di
atas meja kasir. “Kan kamu yang mulai duluan. Aku punya bahannya
kalau kamu mau,” kataku. Ternyata jawabanku semakin
menjerumuskanku ke dalam permainan “teman-temanan” Ryan
(Anggie, 2013: 71).
(50) “Saya beli satu, tapi saya minta tolong kasihkan ke cewek itu,”
kataku sambil mengendikkan dagu sekilas ke arah Nami. Si bapak
mengacungkan jempol dengan mantap (Anggie, 2013: 92).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Selain itu Ega juga digambarkan sebagai tokoh yang pantang menyerah
meskipun harus hidup dijalanan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik
langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut:
(51) Aku terus mencoba meyakinkan diri kalau aku akan baik-baik saja.
Aku hidup dijalanan, makan dari sisa orang lain, mengemis,
menjadikan emperan toko sebagai atapku. Aku tidak menangis lagi
karena semua itu percuma dan buang-buang tenaga. Pada akhirnya,
hanya aku sendiri yang peduli dengan diriku sendiri. Aku tidak pernah
memikirkan keluargaku. Aku sudah muak menjadi korban dari semua
ini (Anggie, 2013: 26).
(52) Hampir dua bulan aku hidup dengan kondisi seperti itu. Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk mencopet, tapi gagal. Pertama kali
mencoba, aku langsung ditangkap dan dihajar. Namun, seseorang
membelaku. Dia mengajakku tinggal bersamanya di sebuah bengkel.
Itu pertama kalinya aku tidur dengan bantal sejak hidup dijalan. Dia
lelaki luar biasa. Aku memanggilnya Pak Wira (Anggie, 2013: 26).
Tokoh Ega selain menjadi mahasiswa juga membagi waktunya menjadi
penjaga kasir di toko milik Pak Bos. Hal ini ditunjukan pengarang dengan teknik
langsung atau ekspositori dan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan
sebagai berikut.
(53) Kemarin sudah disepakati jika jam kuliah kami bersamaan, Pak
Bos akan menggantikan kami menjaga toko. Setiap hari aku dan Evan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
bergantian menutup dan membuka toko sekaligus membersihkan
rumah (gudang lantai dua) (Anggie, 2013: 27).
(54) Sebotol air mineral dan makanan ringan baru saja diletakkan di
atas meja kasir. “Hei, kamu kerja disini?” sapa sebuah suara (Anggie,
2013: 37).
(55) “Sudah sana mandi, biar kugantikan.” Kata Pak Bos yang tiba- tiba
muncul dari arah tangga (Anggie, 2013:40).
Tokoh Ega selalu teringat akan kenangan buruknya bersama keluarganya,
perkataan Mamanya yang selalu terngiang di dalam pikiran Ega. Hal ini
ditunjukan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik berikut
kutipannya
(56) “Kamu lihat apa, hah?! Jangan lihat aku seperti itu! Pergi kamu
dari sini! Pergi!”. Teriakan itu bergema di telingaku bersama dengan
cahaya mentari pagi yang menerobos masuk lewat jendela dan
menyilaukan mata. Lagi-lagi mimpi yang sama, entah harus berapa
kali lagi aku melihat mimpi itu. Mimpi tentang seorang wanita yang
dulu sangat menyayangiku, yang pernah kupanggil Mama, berteriak-
teriak kepadaku dengan mata cekung dan rambut panjang tidak
terawat. Aku takut menutup mata karena masa lalu yang mengerikan
itu akan selalu muncul dan menggangguku (Anggie, 2013:12).
Teknik penulisan tokoh yang digunakan dalam novel Ega karya Anggie M
adalah teknik langsung atau ekspositori dan teknik tidak langsung atau dramatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Dalam pelukisan tokoh Ega teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui
kutipan (25), (26), (27), (28), (29), (30), (31), (32), (33), (34), (35), (36), (38),
(39), (40), (44), (45), (46), (51), (52), dan (53). Teknik tidak langsung atau
dramatik dapat dilihat melalui kutipan (41), (42), (43), (47), (48), (49), (50), (54),
(55), dan (56).
Berdasarkan kutipan (25) sampai (53) dapat disimpulkan bahwa pengarang
menggambarkan Ega dengan sudut pandang “aku”. Kutipan (25), (26), (27), (28),
(29), (30), (31), (32), dan (33) menjelaskan bahwa Ega adalah sebagai tokoh
utama memiliki hubungan dengan Pak Wira, Pak Bos, Evan, Ryan, Mama, Papa,
Kak Hana, Nami, dan Luna. Kutipan (34) menjelaskan bahwa Ega adalah seorang
anak yang akan melanjutkan pendidikannya ke Universitas, selain itu Ega juga
termasuk anak yang berprestasi bisa mendapatkan beasiswa selama empat tahun
dengan mempertahankan IP diatas 2,75. Kutipan (35), (36), dan (37) menjelaskan
ciri Ega yang memiliki perawakan kecil, pendek, dan juga imut.
Kutipan (38) menjelaskan bahwa Ega berasal dari keluarga yang
berkecukupan dan penuh dengan kasih sayang. Tetapi semuanya berubah saat
usaha Papanya tidak mengalami kemajuan. Kedua orang tua Ega pun bertengkar
dan saling menyalahkan tanpa memikirkan dampaknya kepada Ega dan kakaknya
yang bernama Kak Hana. Kutipan (39) dan (40) menjelaskan bahwa Ega sangat
terluka atas perkataan dan perilaku Mamanya yang menganggap bahwa Ega
adalah penyebab hancurnya keluarga mereka. Kutipan (41) menjelaskan setelah
Ega ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, Ega hanya memiliki Kak Hana yang
merupakan satu-satunya keluarganya. Ega juga beranggapan bahwa Kak Hana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
adalah Kakak yang paling sempurna karena Kak Hana selalu berada di
sampingnya saat itu. Tetapi saat Ega membuka matanya di pagi hari, Ega tidak
menemukan Kak Hana tetapi Ega masih tetap percaya bahwa Kak Hana akan
kembali tetapi setelah beberapa hari ternyata Kak Hana tidak kembali juga.
Kutipan (42) dan (43) menjelaskan bahwa Ega merasa sudah beberapa
kali tinggalkan, akhirnya iapun bersikap cuek kepada setiap orang. Kutipan (44)
dan (45) menjelaskan bahwa Ega dinilai jarang berbicara dengan orang
disekitarnya. Kutipan (46), (47), dan (48) menjelaskan bahwa Ega sangat
menyayangi Pak Wira dan membutuhkan kasih sayang dari Pak Wira. Kutipan
(49) dan (50) menjelaskan Ega memiliki hati yang baik dan suka membantu
terhadap teman-teman di kampusnya. Kutipan (51) dan (52) menjelaskan bahwa
Ega memiliki sikap pantang menyerah dalam menghadapi situasi. Kutipan (53),
(54), dan (55) menjelaskan bahwa Ega memiliki sikap yang mandiri. Ega juga
membagi waktunya selain berkuliah, ia juga membantu menjaga toko sebagai
kasir di toko milik Pak Bos dan bergantian dengan Evan. Kutipan (56)
menjelaskan bahwa sampai usianya yang ke 19 tahun itu, ia masih teringat akan
kenangan buruknya bahkan saat tidurpun Ega selalu memimpikan hal yang sama.
4.3.2 Tokoh Tambahan
Tokoh-tokoh lain yang ada dalam novel Ega ini adalah Pak Bos, Pak Wira,
Evan, Ryan, Mama, Papa, Kak Hana, Andi, Nami dan Luna. Tokoh tambahan
merupakan tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Wahyuningtyas
& Santoso, 2011: 3).
a. Pak Bos
Tokoh Pak Bos disini yang dimaksud adalah laki-laki pemilik toko yang
bermana Dian Shop. Dia merupakan teman dekat dari Pak Wira. Dia memiliki
istri yang bernama Bu Dian, namun belum dikaruniai seorang anak. Pak Bos yang
menampung Ega dan Evan. Hal ini ditunjukan dengan teknik langsung atau
ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
(57) Dian Shop
Jln. Pemuda, No. 17, Rawamangun, Jakarta.
Alamat itu tertulis di secarik kertas yang kupegang. Aku sama sekali
tidak tahu di mana letak alamat itu. Setahun lalu, Pak Wira
memberikan alamat ini kepadaku. Kalau aku membutuhkan bantuan,
aku boleh mencari “Pak Bos” di toko itu. Pak Bos adalah sahabat baik
Pak Wira yang sudah bertahun-tahun menikah, tapi belum memiliki
anak. Kata Pak Wira, lelaki yang dipanggil “Bos” ini akan bersikap
baik kepadaku (Anggie, 2013:6).
(58) “Kenapa Pak Bos tidur disitu?,” tanyaku
“Terserah aku. Ini kan tokoku,” sahutnya berlagak sewot (Anggie,
2013:100).
(59) Terakhir, terima kasih karena kamu memang sobatku yang luar
biasa. Kesabaranmu bersama Dian, meskipun kalian belum dikarunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
anak, membuatku kagum kepadamu. Kamu suami yang hebat dan Dian
istri yang hebat. Kalian teman-temanku yang paling luar biasa.
Bukannya sok tahu, tapi mungkin Allah sudah mengatur semua ini
supaya kalian bisa bertemu dengan Evan dan Ega Semakin banyak
alasan bagi kalian untuk ke surga. Semoga Allah selalu memberikan
yang terbaik untukmu dan orang-orang yang kamu sayangi (Anggie,
2013:103).
Pak Bos juga bersikap rendah hati. Niatnya kala itu menampung Evan
hanya karna bentuk kemanusiaan saja. Pak Bos tidak suka disebut orang yang
baik hati. Hal ini ditunjukkan dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui
ketipan sebagai berikut:
(60) “Bukan, tadinya kupikir dia akan baik-baik saja. Pasti ada orang
baik hati yang akan merawatnya. Tapi ternyata dia memang sendirian,
bahkan dibiarkan sendirian.”
“Lalu, Anda menampungnya?” tannyaku lagi
“Bukan. Sudah kubilang bukan. Aku bukan orang sebaik itu,” (Anggie,
2013:9).
Pak Bos memiliki sikap yang sabar, bijaksana dan penuh pengertian dalam
menghadapi sikap Ega yang keras kepala. Pak Bos mencoba untuk menyadarkan
Ega bahwa menahan sesuatu itu tidak baik dan bisa menyiksa diri sendiri. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik
melalui kutipan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
(61) “Menceritakan masalah kepada orang lain itu pekerjaan orang
lemah. Lagi pula kalau sedikit-sedikit aku mengeluh dan mencarai
orang lain untuk mengadu, aku tidak akan bisa bertahan sampai hari
ini,” kataku setengah membela.
“Tapi sakit, kan?” suara Pak Bos terdengar sangat lembut. “Pasti
rasanya menderita sekali. Aku tahu, kamu pasti tidak suka sendirian.
Mana ada orang yang suka sendirian,” sindir Pak Bos (Anggie,
2013:79).
(62) “Kalau begitu, maukah kamu memberitahuku lebih banyak lagi
tentangmu? Supaya aku bisa membantumu,” dia masih tersenyum
meskipun aku sudah menunjukkan rasa tidak suka (Anggie, 2013:83).
(63) “Aku minta maaf kalau sudah membuatmu kesal. Tapi, kamu tidak
akan pernah bisaberubah menjadi orang hampa yang tidak peduli
apapun,” Pak Bos melangkah mendekatiku sambil membersihkan
bagian belakang celananya dan masih mengumbar senyum tenang.
“Kamu tidak akan sangup hidup seperti ini terus. Jangan kamu menipu
dirimu sendiri. Kamu tidak sepenuhnya bersikap tidak peduli. Kamu
peduli, kamu memikirkan semuanya. Kamu sedih, marah, dan terluka.
Rasa sakitnya luar biasa sampai seolah mata rasa dan tidak merasakan
apa pun.” (Anggie, 2013:84).
(64) “Biarkan kami membantumu,” akhirnya Pak Bos buka suara lagi.
“Kamu kan tidak sendirian. Kalau kamu sedang sakit atau butuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
sesuatu, kamu cerita saja. Kamu tidak perlu menahan semuanya
sendirian,” nada suara Pak Bos sangat bijak (Anggie, 2013: 123).
Selain itu Pak Bos juga memiliki selera humor. Pak Bos mengejek Ega
yang sedang berbicara dengan Pak Wira melalui HP Pak Bos. Ega tidak bisa
menjawab pertanyaan dari Pak Wira karena Ega menahan tangis. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori
melalui kutipan sebagai berikut:
(65) Aku belum bisa menjawab kata-katanya. Hatiku belum stabil.
Semua masih terasa sesak. Kalau aku bicara, pasti terdengar parau dan
konyol. Namun, tiba-tiba seseorang nyeletuk dari sebelahku,” Dia
tidak bisa bicara, Wira. Anak ini sudah membanjiri tokoku dengan air
matanya,” kata Pak Bos sambil berlalu pergi dan tertawa keras. Pak
Wira pun terdengar tertawa lepas diujung sana (Anggie, 2013: 61).
Pak Bos perhatian, peduli terhadap Ega dan menyayangi Ega. Pak Bos
ingin membantu Ega, untuk mengobati beban di hatinya. Hal ini ditunjukkan
pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai
berikut:
(66) “Padahal kalau kamu begini, kamu akan membuat orang-orang
yang peduli denganmu merasa sedih. Kamu terlalu menutup diri dan
tidak membeiarkan siapa pun menolongmu. Kita memang boleh punya
cerita masing-masing yang ingin disimpan sendiri, tapi tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
salahnya menerima uluran tangan, kan? Kenapa kamu sulit sekali
menerima kebaikan orang lain?” lanjut Pak Bos (Anggie, 2013:82).
(67) “Bagaimana caranya membantumu kalau aku tidak tahu apa pun
tentangmu,” Pak Bos balik bertanya (Anggie, 2013:83).
(68) “Aku ambilkan minum, ya? Kamu juga lapar, kan? Kamu mau
makan sesuatu?” tanya Pak Bos yang hanya aku jawab dengan
gelengan kepala. “Bagaimana kalau kita ke rumah sakit saja. Ok?”
(Anggie, 2013:99).
(69) “Kamu jangan berkeliaran dulu. Kamu kan masih sakit. Sudah
menum obat?” tanyanya sambil meraba keningku. Refleks aku
menarik diri karena merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu.
“Ayo, masuk lagi sana. Wajahmu masih pucat begitu” (Anggie,
2013:100).
Dalam pelukisan tokoh Pak Bos, tenik langsung atau ekspositori dapat
dilihat melalui kutipan (57), (58), (59), (65), (66), (67), (68), dan (69). Teknik
tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (60), (61), (62), (63),
dan (64). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan
(57), (58), dan (59) menjelaskan bahwa Pak Bos adalah pemilik toko Dian Shop
sekaligus teman dekat Pak Wira. Pak Bos juga memiliki istri bernama Bu Dian,
yang sudah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Pak Bos adalah
seseorang yang menampung Evan dan Ega. Kutipan (60) menjelaskan bahwa Pak
Bos memiliki sikap yang rendah hati. Menurutnya sikap yg dilakukan terhadap
Evan itu hal yang manusiawi. Kutipan (61), (62), (63), dan (64) menjelasan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Pak Bos memiliki sikap yang sabar, bujaksana dan penuh pengertian dalam
menghadapi Ega yang keras kepala. Kutipan (65) menjelaskan bahwa Pak Bos
juga memiliki selera humor untuk menghibur Ega yang saat itu sedang berbicara
lewat HP dengan Pak Wira. Kutipan (66), (67), (68) dan (69) menjelaskan bahwa
Pak Bos sangat peduli, perhatian dan juga menyayangi Ega. Pak Bos juga ingin
membantu Ega untuk meringankan beban di hati Ega.
b. Pak Wira
Tokoh Pak Wira yang dimaksud disini adalah orang yang menolong Ega
ketika dikeroyok warga karna ketahuan mencopet. Pak Wira digambarkan sebagai
sosok yang tegas, baik hati, penyayang, dan ikhlas. Pak Wira mempunyai bengkel
untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
(70) “Aku menyanyangimu,” kata Pak Wira begitu saja. Darahku
langsung mendesir sangat hangat sampai ke ujung jari. “Aku sangat
menyayangimu seperti anakkku sendiri. Aku tidak mau melihatmu
sedih. Aku tidak tahan kalau melihatmu sedih. Kamu mengerti?
Hiduplah dengan baik, ya?” dia mengatakan itu lagi (Anggie, 2013:
64).
(71) Hampir dua bulan aku hidup dengan kondisi seperti itu. Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk mencopet, tapi gagal. Pertama kali
mencoba, aku langsung ditangkap dan dihajar. Namun, seseorang
membelaku. Ia mengajakku tinggal bersamanya di sebuah bengkel. Itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
pertama kalinya aku tidur dengan bantal sejak hidup dijalan. Dia lelaki
luar biasa. Aku memanggilnya Pak Wira (Anggie, 2013: 26).
Saat Ega tinggal dengan Pak Wira, Pak Wira mendidik Ega dengan tegas
dan keras. Ternyata itu malah membuat Ega menjadi pribadi yang cuek dan tidak
mau terbuka terhadap siapapun. Pak Wira pun menyesali dan menasehati Ega
supaya hidup dengan baik. Ketika Pak Wira kembali kerumah anaknya di
Bandung, Ega pun tinggal sendiri di sebuah bengkel. Sebenarnya Pak Wira
menitipkan Ega pada Pak Ridwan dan Pak Bos. Hal ini ditunjukkan pengarang
dengan menggunakan teknik langsung atau ekpositori dan teknik tidak langsung
atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut.
(72) Pak Wira selalu mengatakan itu kepadaku. Dia memintaku untuk
hidup dengan baik. Aku dan Pak Wira pernah mengalami bayank hal.
Entah sejak kapan kehadirannya menjadi sangat berarti bagiku. Tapi
sekitar tiga tahun lalu, dia meninggalkanku. Hari- hari pertama setelah
kepergiannya adalah hal tersulit bagiku. Dia memang mengenalkanku
pada Pak Ridwan teman yang membuka usaha rumah makan. Aku
bekerja ditempat Pak Ridwan untuk membiayai hidupku selama SMA.
Dia menyewakan bengkel kecilnya selama setahun untuk kutinggali.
Tapi saat aku membuka pintu, aku hanya melihat ruangan gelap dan
tidak kutemukan siapapun ditempat itu. (Anggie, 2013:47).
(73) “Kenapa harus dihentikan?” balas Pak Wira sesaat kemudian.
“Kalau tidak bisa berhenti, ya, biarkan saja. Biarkan saja air matamu
itu meluap. Bayangkan, sudah berapa lama kamu menahannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Bendungannya pasti sudah keropos,” Pak Wira menghela napas.
“Mungkin ini juga salahku. Aku terlalu keras membentuk pribadimu,
padahal kamu juga berhak untuk menangis. Meskipun kuat, tapi kamu
tetap saja bocah biasa yang bertahan sendirian saat umurmu baru
belasan tahun. Ega, jangan terlalu memendam. Kamu Cuma akan
menyakiti dirimu sendiri. Mengenai kata-kata yang pernah kuucapkan
dulu ...,”Pak Wira berhenti sejenak. Dia sedang berpikir untuk
melanjutkan apa yang akan dikatakannya (Anggie, 2013: 62).
(74) “Namanya Ega. kamu jangan lembek kepadanya. Anak itu harus
diperlakukan keras,” Pak Wira berbicara dengan lawan bicaranya di
telepon. Malam itu beberapa hari sebelum Pak Wira mengatakan kalau
dia akan pindah bersama anaknya ke Bandung, aku mendengar dia
sedang bicara dengan seseorang melalui HP. Mungkin dia mengira aku
tidak mendengar karena aku sedang mencuci piring di kamar mandi.
Tapi, aku nyaris mendengar semua yang dikatakannya. Hanya saja,
memang aku tidak bisa dengar apa yang dikatakan lawan bicaranya
yang ternyata adalah Pak Bos (Anggie, 2013: 219).
Pak Wira sangat dekat dengan Ega, meskipun Pak Wira tidak tahu masa
lalu Ega, tetapi Pak Wira mencoba menenangkan Ega. Hal ini ditunjukkan
pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekpositori melalui kutipan
sebagai berikut.
(75) Perlahan Pak Wira melepaskan kedua lenganku dan memelukku.
“Sudahlah. Tidak apa-apa, Ega. Jangan menangis lagi, “ katanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dengan suara lembut. Aku tidak bisa menahan air mataku. Aku
menangis dalam dekapannya tanpa mengatakan apapun (Anggie, 2013:
46).
Dalam pelukisan toko Pak Wira, pengarang menggunakan teknik langsung
atau ekspoditori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (70), (71), (72), (73), dan
(75). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (74).
Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (70) dan
(71) menjelaskan Pak Wira adalah orang yang menolong Ega ketika dikeroyok
warga karna ketahuan mencopet. Pak Wira digambarkan sebagai sosok yang
tegas, baik hati, penyayang, dan ikhlas. Pak Wira mempunyai bengkel untuk
memenuhi kebutuhannya. Kutipan (72), (73), dan (74) menjelaskan bahwa Pak
Wira mendidik Ega dengan tegas dan keras. Ternyata itu malah membuat Ega
menjadi pribadi yang cuek dan tidak mau terbuka terhadap siapapun. Pak Wira
pun menyesali dan menasehati Ega supaya hidup dengan baik. Kutipan (75) Pak
Wira sangat dekat dengan Ega, meskipun Pak Wira tidak tahu masa lalu Ega,
tetapi Pak Wira mencoba menenangkan Ega.
c. Evan
Evan merupakan teman Ega di toko Dian Shop. Evan juga bekerja sebagai
kasir dan menjadi mahasiswa di Universitas yang sama dengan Ega. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(76) “Namanya Evan,” kata Pak Bos tiba-tiba. “Si penjaga kasir itu,
namanya Evandra Saputra. Kamu kelihatannya sangat tertarik
kepadanya,” sambung Pak Bos lagi (Anggie, 2013:8).
(77) “Aku belum bilang, ya? Kita satu falkutas. Kebetulan yang hebat,
kan? Aku dijurusan Ilmu Komunikasi, sedangkan kamu kalau tidak
salah Hubungan Internasional, kan?” tanyanya (Anggie, 2013: 12).
Evan juga mengalami masalah dengan keluarganya, Ibunya meninggal dan
Ayahnya pergi meninggalkan Evan. Sejak saat itu Pak Boslah yang
menampungnya. Evan menutupi rasa sakit hatinya dengan mengumbarkan
senyum kepada siapapun. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung
atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
(78) “Waktu dia berusia sepuluh tahun, dia ditemukan terkurung
dirumahnya selama dua hari dengan mayat ibunya.” Kalimat Pak Bos
cukup menyekap perhatian dan membuatku menatapnya tidak percaya
(Anggie, 2013: 8).
(79) “Lalu, Pak Bos membawaku kerumah sakit,” sambung suara lain
yang membuatku harus mengangkat wajah untuk menemukan si
pemilik suara. Evan sedang tersenyum kepada kami dan biacar tanpa
beban seolah pembicaraan ini bukan tentang dia. “Setelah aku sembuh,
dia langsung mengeksploitasiku,” katanya lagi (Anggie, 2013: 9).
(80) “Kurasa kalau kamu, perempuan, kamu pasti cerewet sekali,” kata
Evan sambil mengamatiku. ”memang ada yang salah dengan penilaian
Pak Wira. Kamu bukan nya susah ditebak, tapi malah terlalu mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
ditebak. Kalau sedang kesal, eskpresimu jelas sekali,” sambungnya
lagi. “Kayak aku dong. Kamu pasti tidak tahu apa yang kupikirkan
sekarang, kan?” dia mendekatkan wajahnya dengan senyum penuh
makna (Anggie,2013:16).
Evan mempunyai sifat yang baik, peduli, perhatian, dan usil terhadap
temannya. Hal ini ditujukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori
dan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut.
(81) “Hei, sudah bangun? Tadinya aku akan membangunkanmu setelah
sarapan siap. Kamu harus cepat-cepat soalnya PKA (Pengenalan
Kuliah Awal) dimulai pukul 8.00. Tinggal setengah jam lagi,” dia
mengedikkan dagu ke arah jam dinding di sisi kiri ruangan (Anggie,
2013: 12).
(82) Ryan langsung mundur sambil nyengir dan berlari menaiki tangga.
Evan masih sibuk menahan tawanya disudut sana. Tangan ku gatal
ingin melemparkan tas Ryan ini kewajah si ceking yang suka sekali
tertawa diatas kesalahan orang lain itu. “Kalian seperti pasangan
homo,” katanya disela-sela tawa (Anggie,2013:72).
(83) Kata- katanya yang terakhir membuat urat dipelipis ku menonjol.
Cebol katanya? Aku sudah tahu, jadi tidak perlu dibilang lagi, kan?
Aku sempat kesal, tetapi setelah kupikir lagi, dia cukup peratian juga.
Mungkin dia menyimpulkan kalau aku tidak suka susu putih gara-gara
dulu waktu aku sakit, aku pernah bergulat sama Pak Bos demi menolak
susu yang disodorkannya kepadaku dan berakhir dengan wajah Pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Bos yang basah dengan susu putih. Padahal aku memang tidak suka
susu mau putih atau coklat tetap saja aku tidak suka
(Anggie,2013:178).
Evan juga memiliki sifat yang dingin jika sudah merasa tidak nyaman dan
juga susah di tebak oleh siapapun. Hal ini ditujukkan pengarang dengan teknik
langsung atau ekspositori dan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan
sebagai berikut.
(84) “Kita berbeda, Ega,” Evan mulai merenggangkan otot-otot
pinggangnya. “Aku kesal kalau Pak Bos mengatakan kita sama. Aku
tidak terima,” katanya sambil menyatukan dua ujung handuk dan
mengambil ancang-ancang untuk memukul sesuatu dengan handuk itu.
“Kalau kamu memutuskan untuk tidak peduli kepada apa pun, aku lain
lagi. Aku membenci semuanya. Aku terbiasa melenyapkan apa yang
kuanggap mengganggu,” katanya sambil memukulkan handuk ke
kardus. Tatapan matanya lekat menatapku dan berhasil membuatku
merinding. Dia mendadak terlihat mengerikan (Anggie, 2013: 30).
(85) Itulah salah satu sifat Evan yang tidak bisa kutebak. Tapi entah
kenapa, aku menghabiskan sarapan yang dibuatnya. Mungkin aku
kesal dikatai cebol atau aku memang tidak mau menyia-nyiakan
kebaikannya yang jarang itu. Aku sebenarnya tidak mau melihat dia
kecewa karena merasa apa yang dilakukannya tidak dihargai (Anggie,
2013: 178).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Dalam pelukisan tokoh Evan, pengarang menggunakan teknik langsung
atau ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (76). (77), (78), (79), (80),
(81), (82), dan (84). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui
kutipan (83) dan (85). Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kutipan (76) dan (77) menjelaskan bahwa Evan juga bekerja sebagai kasir dan
menjadi mahasiswa di Universitas yang sama dengan Ega. Kutipan (78), (79, dan
(80) menjelaskan bahwa Evan juga mengalami masalah dengan keluarganya,
Ibunya meninggal dan Ayahnya pergi meninggalkan Evan. Sejak saat itu Pak
Boslah yang menampungnya. Evan menutupi rasa sakit hatinya dengan
mengumbarkan senyum kepada siapapun. Kutipan (81), (82), dan (83)
menjelaskan Evan mempunyai sifat yang baik, peduli, perhatian, dan usil terhadap
temannya. Kutipan (84) dan (85) menjelaskan bahwa Evan juga memiliki sifat
yang dingin jika sudah merasa tidak nyaman dan juga susah di tebak oleh
siapapun.
d. Ryan
Ryan merupakan teman Ega di kampus yang mengambil jurusan yang sama
dengan Ega. Ryan adalah anak dari seorang penjabat. Ryan sangat ingin berteman
dengan Ega karena Ega adalah teman sewaktu SD dan SMP selain itu juga karena
Ryan ingin membalas budi kepada Ega karena dulu Ega pernah membantu Ryan..
Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui
kutipan sebagai berikut.
(86) “Aku Ryan. Sesama anak HI (Hubungan Internasional) kita harus
saling kenal. Satu semester ini mata kuliah kita satu paket. Jadi, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
pasti bakal sekelas. Kamu reguler, kan? Ingat baik-baik, ya. Namaku
Ryan. Jadi, nanati kalau ketemu jangan lupa sapa aku, ya? (Anggie,
2013: 13).
(87) “Iya, masa anak penjabat pelit sama seniornya,” tambah yang lain.
“Rokok sebungkus ya, Ryan,” kata salah satu dari mereka (Anggie,
2013: 52).
(88) “Kita kan dulu satu SMP!”serunya nyaris histeris. “Aku Ian. Kita
pernah sekelas waktu kelas VII, masakamu sama sekali tidak ingat/”
tanyanya (Anggie, 2013: 54).
(89) Evan sudah membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Ryan
menyela. “Kupikir kira bisa berteman lagi seperti dulu, tapi kamu
bahkan tidak mengingatku. Kamu pasti juga lupa kalau kita satu SD,”
keluh Ryan (Anggie, 2013: 55).
Ryan memiliki sikap yang baik hati, setia kawan, dan cerewet. Ryan selalu
ingin menjaga Ega. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau
ekspositori dan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai
berikut.
(90) “PKA-nya bikin ngantuk. Untuk apa juga mereka bicara panjang
lebar begitu,” kata Ryan. “Untuk masa depanmu, bodoh,” gerutuku
dalam hati. “Hei, kamu kenapa? Sariawan? Katakan sesuatu, dong”.
“Kamu tidak bisa diam, ya?” kalimatku meluap begitu saja. “Aku kesal
melihat orang cerewet sepertimu,” sambungku sambil
meninggalkannya yang terpaku bingung (Anggie, 2013: 14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
(91) “Jangan bicarakan hal yang tidak kamu tahu,” tukas Ryan cepat.
“Dia bukannya tidak punya perasaan, tapi dia Cuma tidak pandai
menyampaikan perasaannya. Dia memang bukan orang yang supel,
tapi dia baik. Aku benar-benar tidak tahucara membantunya kalau dia
selalu diam begitu,” nada biacar Ryan mulai turun (Anggie, 2013:
114).
(92) “Tenang saja, pokoknya kutemani sampai kamu bisa bangkit lagi,”
katanya dengan senyum lebar. “Tadi kamu mimpi buruk, ya? Sampai
berkeringat,” dia mengelap sesuatu di sudut mataku. Bohong kalau dia
tidak tahu itu air mata (Anggie, 2013: 131).
(93) “Aku memang tidak tahu apa-apa. Apa yang kamu alami, apa yang
membuatmu merasa sedih dan marah, semua tentang masa lalumu itu.
Aku hanya tahu luarnya saja. Bagaimana pun, aku tidak akan pernah
bisa mengerti bagaimana sulitnya menanggung rasa sakit hatimu
selama ini,” dia mengambil jeda beberapa detik. Raut wajahnya pun
berubah serius. “Tapi, teman itu kan bukan berarti kita harus mengerti
semuanya. Teman itu ada agar kamu tidak senditian. Paling tidak kalau
kamu mati, ada yang menangis kan? Aku pasti menangis karna aku
temanmu. Terserah mau percaya atau tidak,” dia mengendikkan
bahunya sekilas sambil mengumbar senyum (Anggie, 2013: 133).
Ryan sangat peduli dengan Ega, dia pun ingin membantu Ega dengan
mengangkat Ega sebagai saudaranya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
teknik langsung atau ekspositori dan teknik tidak langsung atau dramatik melalui
kutipan sebagai berikut.
(94) “Lebih dari pasangan homo, tahu!” teriakan Ryan di seberang
membuatku mengurungkan niat untuk melempar gelas ke jidat Evan.
“Dia lebih dari itu! Sudah seperti saudaraku. Seperti kakak, adik,
sepupu, sahabat, dan seperti semua orang yang berarti. Biar
bagaimanapun, dia teman yang tidak bisa aku biarkan,” jelas Ryan
(Anggie, 2013: 114).
(95) “Kamu mau kan jadi ..., hmm ... mau, kan?” tanya Ryan tersendat-
sendat. “Mau apanya?!”. “Jadi anak angkat di rumahku,” katanya
mantap. “Ha?” tanyaku heran. “Anak angkat. Orangtuaku mau
mengangkatmu sebagai anak. Kita jadi saudara. Daripada kamu hidup
sendirian, lebih bagus kalau kamu memiliki orang-orang yang bisa
disebut keluarga. Ya, kan? (Anggie, 2013: 159).
Dalam pelukisan tokoh Ryan pengarang menggunakan teknik langsung atau
ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (86), (87), (88), (89), (90), (91),
dan (95). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (92),
(93), dan (94). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kutipan (86), (87), (88), dan (89) menjelaskan bahwa Ryan merupakan teman Ega
di kampus yang mengambil jurusan yang sama dengan Ega. Ryan adalah anak
dari seorang penjabat. Ryan sangat ingin berteman dengan Ega karena Ega adalah
teman sewaktu SD dan SMP selain itu juga karena Ryan ingin membalas budi
kepada Ega karena dulu Ega pernah membantu Ryan. Kutipan (90), (91), (92),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dan (93) menjelaskan Ryan memiliki sikap yang baik hati, setia kawan, dan
cerewet. Ryan selalu ingin menjaga Ega meskipun Ega selalu bersikap cuek
kepadanya. Kutipan (94) dan (95) menjelaskan Ryan sangat peduli dengan Ega,
dia pun ingin membantu Ega dengan mengangkat Ega sebagai saudaranya
kandungnya.
e. Mama
Mama adalah ibu dari Ega dan Kak Hana. Mama mengalami guncangan jiwa
dikarenakan pernikahannya yang ditentang keluarga dan keadaan keluarga yang
hampir bangkrut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau
ekspositori dan tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut:
(96) Waktu itu aku memang tidak begitu mengerti, tapi sekarang aku
tahu apa yang terjadi. Kak Hana, kakakku satu-satunya pernah
menceritakan tentang pernikahan Mama dan Papa yang ditentang
keluarga dan keadaan Mama yang sudah pernah berkonsultasi kepasa
psikolog. Mama mengalami guncanagan jiwa. Dia menuduh Papa
selingkuh, menuduh Kak Hana hamil diluar nikah, menuduh semua
tetangga bergunjing tentangnya, dan menuduhku memakai narkoba
sampai kemudian dia takut melihatku dan menganggapku jelmaan
iblis. Dia telah menyesal telah meminta Papa membawanya
meninggalkan keluarganya. Dia juga menyesal telah melahirkanku.
Semua penyesalan itu dirasakannya saat tekanan hidup semakin
menghimpit keluarga kami. Dia menyesali hidup yang telah dipilihnya
(Anggie, 2013: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
(97) “Mama!” sebuah teriakan menghentikan Mama yang hendak
menyabetkan pisau di tangannya ke wajahku. Aku menoleh ke pintu
dapur dan menemukan Kak Hana melangkah cepat ke arahku. “Apa
yang Mama lakukan?” tanyanya sambil berlutut dan memelukku.
“Seharusnya Mama lebih kuat. Tolong, jangan perlakukan kami seperti
ini. Apa salah kami, Ma?” suara Kak Hana mulai terdengar parau
(Anggie, 2013: 20).
Mama memiliki sikap yang kasar, senang menuduh dan karena gangguan
jiwanya Mama tanpa sengaja membunuh Papa. Hal ini ditunjukkan pengarang
dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
(98) “Kamu lihat apa, hah?!” bentak Mama saat mata kami bertemu.
Wanita itu berlinang air mata, rambutnya kusut, dan matanya cekung
(Anggie, 2013:17).
(99) “Asal kamu tahu, aku mengemis kesana kemari mencari pinjaman
setelah semua uang kita habis untuk membayar utang. Sudahlah, aku
capek! Jangan mulai lago!” bentak Papa. “Kamu selalu bicara begitu
kalau sudah hampir ketauan”. “Hampir ketahuan apa?” tanya Papa.
“Kamu pasti bersama wanita lain, kan?” tanya Mama penuh
kecurigaan (Anggie, 2013: 22).
(100) Keadaan di bawah kelihatanya semakin parah, Terdengar suara
gaduh benda-benda dilemparkan, berjatuhan, dan pecah. Aku harus
keluar dan melakukan sesuatu. Suasana perlahan mulai hening, aku
pun mulai berani menuruni anak tangga. Perasaanku tidak menentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Aku mempercepat langkah sambil memandang sekeliling ruang tengah
yang cukup lebar. Lantai yang kupijak seolah terperosok saat mataku
menangkap Mama memegang pisau yang berlumuran darah didepan
tubuh Papa yang terbaring kaku. Papa yang sudah terbaring kaku. Papa
sudah tidak bergerak lagi, tapi Mama kembali menikam pisaunya
sambil tertawa tanpa suara dengan air mata yang berlinang di pipinya
(Anggie, 2013: 23).
Dalam pelukisan tokoh Mama, pengarang menggunakan teknik langsung
atau ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (97), (98), dan (99). Teknik
tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (96) dan (100).
Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (96) dan
(97) menjelaskan bahwa Mama adalah ibu dari Ega dan Kak Hana. Mama
mengalami guncangan jiwa dikarenakan pernikahannya yang ditentang keluarga
dan keadaan keluarga yang hampir bangkrut. Kutipan (98), (99), dan (100)
menjelaskan bahwa Mama memiliki sikap yang kasar, senang menuduh dan
karena gangguan jiwanya Mama tanpa sengaja membunuh Papa.
f. Papa
Papa adalah ayah dari Ega dan Kak Hana. Papa memiliki sikap yang tegas dan
penyayang terhadap anakanya. Papa juga memiliki pemikiran yang logis. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan
sebagai berikut.
(101) “Kamu jangan suka mengada-ada,” balas Papa sambil tetap
melahap makanannya (Anggie, 2013: 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
(102) “Kamu sudah gila!” teriakan Papa masih terdengar jelas di
telingaku sampai sekarang, seolah menggema ke setiap sudut kamar
ini. Aku masih ingat laki-laki itu menghampiriku mengusap pelan
keningku tempat sendok yang dilemparkan Mama mendarat keras.
”Tidak sakit,kan?” tanyanya. Aku menggeleng pelan (Anggie,
2013:17).
Papa sudah tahu keadaan Mama yang memiliki guncangan jiwa dan masalah
yang menimpa keluarga. Papa mencoba menenangkan Mama. Hal ini ditunjukan
pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai
berikut.
(103) “Kamu berhalusinasi,” tegas Papa.” Aku tahu kita sedang
mengalami masa-masa sulit, Lisa. Aku hampir bangkrut dan sebentar
lagi kita harus meninggalkan rumah ini.” (Anggie, 2013: 17).
(104) “Aku berusaha membuat keadaan kita jadi lebih baik, Lisa” samar
terdengar bentakan Papa dari bawah (Anggie, 2013: 22).
Dalam pelukisan tokoh Papa, pengaran menggunakan teknik langsung atau
ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (101), (102), (103), dan (104).
Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (101) dan
(102) menjelaskan bahwa Papa adalah ayah dari Ega dan Kak Hana. Papa
memiliki sikap yang tegas dan penyayang terhadap anakanya. Papa juga memiliki
pemikiran yang logis. Kutipan (103) dan (104) menjelaskan bahwa Papa sudah
tahu keadaan Mama yang memiliki guncangan jiwa dan masalah yang menimpa
keluarga. Papa mencoba menenangkan Mama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
g. Kak Hana
Kak Hana adalah Kakak dari Ega. Kak Hana mencari kerja untuk membantu
perekonomian keluarga. Kak Hana merupakan seorang mahasiswa yang sudah
selesai ujian dan akan diwisuda. Kak Hana bekerja sebagai office girl di Kantor
Andi. Hal ini ditujukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori
melalui kutipan sebagai berikut.
(105) Waktu itu aku memang tidak begitu mengerti, tapi sekarang aku
tahu apa yang terjadi. Kak Hana, kakakku satu-satunya pernah
menceritakan tentang pernikahan Mama dan Papa yang ditentang
keluarga dan keadaan Mama yang sudah pernah berkonsultasi kepasa
psikolog (Anggie, 2013: 18).
(106) Aku kira keadaan tidak akan menjadi lebih parah lagi, tapi ternyata
tidak. Papa mulai jarang pulang, Kak Hana lebih sering berada di luar
rumah mencari pekerjaan untuk membantu keluarga, sedangkan aku
lebih sering berduaan dengan Mama di rumah, tapi kondisi Mama pun
semakin parah (Anggie, 2013: 20).
(107) Aku mengangguk. Entah kenapa, waktu itu aku merasa hampa.
Selama beberapa saat kami membisu, Kak Hana terdian seperti
kehilangan jiwa. Dia pasti sedang berusaha menjadi satu-satunya yang
bisa kuandalkan, padahal waktu itu dia sudah selesai ujian dan akan
diwisuda dalam waktu dekat. Tapi, aku tidak bisa membayangkan apa
yang menanti kami di depan sana. Bahkan untuk menangisi kematian
Mama dan Papa pun kami sudah tidak sempat (Anggie, 2013: 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
(108) “Aku bekerja sebagai office girl di kantor Andi. Sebulan setelahnya
aku bermaksud menjemputmu karena kupikir gajiku sudah lumayan
cukup untuk hidup kita berdua. Waktu aku kembali, Bu Yuli bilang
kamu sudah pergi entah kemana,” air mata Kak Hana mengalir lagi
(Anggie, 2013: 141).
Kak Hana memliki sikap yang penyayang, bertanggung jawab, tegar dan
lemah lembut. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau
dramatik melalui kutipan sebagai berikut.
(109) Kak Hana tertawa sambil mengusap rambutku. “Kamu tenang saja.
Aku kan sudah bilang tidak apa-apa. Aku masih punya sisa tabungan.
Sementara ini masih cukup untuk kita, selanjutnya nanti kita pikirkan.
Besok aku akan coba cari kerja lagi,” senyumnya berhasil
mendamaikan hatiku. “Ega, dengar ya. Biar bagaimana pun, kamu
tidak boleh benci kepada Mama. Dia berusaha keras menghadapi ini
semua, tapi dia tetap punya kekurangan. Mungkin ini terlalu berat
baginya. Kamu mengerti, kan? (Anggie, 2013: 25).
(110) “Kamu harus pandai menjaga diri. Jangan bicarakan hal apa pun
membuatmu menderita. Jangan biarkan siapa pun menyakitimu. Kamu
mengerti, Ega? Kamu harus menjadi orang bahagia,” kata Kak Hana
lagi. “Sekarang cepat tidur! Besok kamu harus sekolah,” dia mengusap
pelan rambutku dengan penuh kehangatan sambil membetulkan posisi
bantalku dan menepuknya pelan. “Tidurlah. Aku janji, saat kamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
membuka mata nanti, aku akan selalu ada menemanimu,” katanya
(Anggie, 20013: 26).
Kak Hana menyesal karena telah meninggalkan Ega, tetapi Kak Hana
mencoba meminta maaf dan menjelaskan kepada Ega. Hal ini ditunjukkan
pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai
berikut.
(111) “Maafkan aku, Ega. Selama ini aku berusaha mencarimu, tapi aku
tidak bisa menemukanmu,” katanya dengan suara parau dan terisak-
isak seolah kesedihannya sangat dalam (Anggie, 2013: 119).
(112) “Aku bekerja sebagai office girl di kantor Andi. Sebulan setelahnya
aku bermaksud menjemputmu karena kupikir gajiku sudah lumayan
cukup untuk hidup kita berdua. Waktu aku kembali, Bu Yuli bilang
kamu sudah pergi entah kemana,” air mata Kak Hana mengalir lagi.
“Kalau saja aku langsung menjemputmu dan aku tidak punya pikiran
bodoh untuk meninggalkanmu bersama Bu Yuni, aku pasti bisa
menemukanmu. Ini salahku. Dari awal aku sudah meninggalkanmu
dan memperbaiki hidupku lebih dulu. Aku yang salah karena sudah
mengesampingkanmu, Ega,” sesalnya (Anggie, 2013: 144).
Dalam pelukisan tokoh Kak Hana, pengarang menggunakan teknik langsung
atau ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (105), (106), (107), (108),
(111), dan (112). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui
kutipan (109) dan (110). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kutipan (105), (106), (107), dan (108) menjelaskan bahwa Kak Hana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
adalah Kakak dari Ega. Kak Hana mencari kerja untuk membantu perekonomian
keluarga. Kak Hana merupakan seorang mahasiswa yang sudah selesai ujian dan
akan diwisuda. Kak Hana bekerja sebagai office girl di Kantor Andi. Kutipan
(109) dan (110) menjelaskan bahwa Kak Hana memliki sikap yang penyayang,
bertanggung jawab, tegar dan lemah lembut. Kutipan (111) dan (112) menjelaskan
Kak Hana menyesal karena telah meninggalkan Ega, tetapi Kak Hana mencoba
meminta maaf dan menjelaskan kepada Ega.
h. Andi
Andi adalah suami dari Kak Hana. Andi memiliki sikap yang sabar dan
suka menolong. Hal ini di tunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau
ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
(113) “Iya, Ega. Tolong dengarkan sebentar. Aku tdak berani
berhrapamuakan mengerti, tapi setidaknya kamu tahu cerita
sebenarnya,” Andi sepertinya ingin menceritakan alasan kenapa
selama ini aku bisa terlupakan. “Sekitar 6 tahun yang lalu, beberapa
hari setelah rumah kalian kebakaran ...” (Anggie, 2013: 141).
(114) “Iya, seperti itulah tepatnya. Beberapa hari setelah itu, Hana
meninggalkanmu di rumah tetangga, kan? Itu bukan salahnya. Aku
yang waktu itu menyetir tidak hati-hati dan tidak sengaja
menabraknya,” sahutnya (Anggie, 2013: 141).
Dalam pelukisan tokoh Andi, pengarang menggunakan teknik langsung atau
ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (113) dan (114). Berdasaran
kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (113) dan (114) menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
bahwa Andi ingin memberitahukan kepada Ega apa penyebab Kak Hana tidak
pulang pada waktu itu.
i. Nami
Nami adalah senior Ega di kampus. Nami salah satu panitia PKA di kampus.
Nami memiliki rasa suka kepada Ega. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
(115) Aku tidak menjawab pertanyaannya, tapi aku memusatkan
perhatian pada name tag panitia PKA yang tergantung di leher wanita
itu. Namanya Nami (Anggie, 2013: 15).
(116) “Maaf ...,” gumam Nami. Dia menunduk dan kelihatan salah
tingkah. Sampai akhirnya, dia bicara pelan ke arah permukaan meja.
“Aku, sejak pertama melihatmu, aku ...,” suaranya mengecil di akhir
kalimat. “Aku suka sama kamu,” gumamnya pelan (Anggie, 2013:
109).
Nami memiliki sikap yang baik, peduli dan setia kepada Ega. Nami ingin
berusaha membantu Ega. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak
langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut.
(117) “Tidak bisakah sedikit saja kamu melihat orang lain tidak seperti
keluargamu?” kali ini Nami bicara dengan wajah memelas. Dia
menatap dengan pandangan superprihatin seperti aku ini orang yang
sudah divonis mengidap penyakit kronis dan akan mati besok.
“Lupakan semua masa lalu yang menyedihkan itu. Kamu harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
membuat kenangan baru yang lebih menyenangkan. Berteman dengan
orang lain dan ...” (Anggie, 2013: 109).
(118) “Aku ...,” akhirnya Nami buka suara. “Aku terus disini sejak tadi
pagi. Aku menggantikan Evan menjagamu karena dia ada kuis hari
ini,” Nami bicara tanpa mengangkat wajahnya. “Hari ini tidak ada
yang menjengukmu selain kami,” katanya (Anggie, 2013: 132).
(119) “Selamat ulang tahun,” kata suara pelan itu kemudian. “Ega,
selamat ulang tahun,” kata perempuan di seberang sana (Anggie,
2013:154).
(120) “Kak Nami, ada yang mau kubilang,” aku menyela kalimat
panjangnya itu dan membuatnya terdiam. “Kakak berhenti saja
menungguku,” lanjutku kemudian. Dia masih terdiam. Aku tidak bisa
membayangkan ekspresinya saat ini dan aku sama sekali tidak ingin
membayangkannya. “Apa Kakak tidak pernah kepikiran? Mungkin
perasaan Kakak kepadaku bukan perasaan cinta kepada laki-laki, tapi
itu Cuma perasaan cinta seorang kakak kepada adik,” jelasku (Anggie,
2013: 188).
Dalam pelukisan tokoh Kak Hana, pengarang menggunakan teknik langsung
atau ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (115) dan (116). Teknik
tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (117), (118), (119), dan
(120). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan
(115) dan (116) menjelaskan bahwa Nami adalah senior Ega di kampus. Nami
salah satu panitia PKA di kampus. Nami memiliki rasa suka kepada Ega. Kutipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
(117), (118), (119) dan (120) menjelaskan bahwa Nami memiliki sikap yang baik,
peduli dan setia kepada Ega. Nami ingin berusaha membantu Ega meskipun Ega
bersikap tidak peduli kepada Nami.
j. Luna
Luna adalah mahasiswa baru di kampusnya. Luna memiliki sifat pemalu,
tertutup dan ceroboh. Hal ini ditunjukkan dengan teknik langsung atau ekspositori
melalui kutipan sebagai berikut.
(121) Dia tersentak kaget dan langsung berbalik panik saat mendengar
suaraku. “Ya ampun,” dia sadar kalau sudah menjatuhkan hampir
seluruh benda kecil dari dalam tasnya, mulai dari permen, pensil, pena,
sampai recehan. Ternyata ada lubang kecil di bagian bawah ranselnya
yang baru dia ketahui. Dengan tergesa-gesa dia mengambil satu per
satu barangnya yang terjatuh sampai akhirnya dia tiba di hadapanku.
Dia baru saja akan mengambil benda terakhir dari lantai koridor, uang
koin lima ratus rupiah, saat buku-buku yang sejak tadi dipeluknya
lolos dan berjatuhan karena membungkuk (Anggie, 2013: 196).
(122) Dia mendongak menatapku dengan wajah yang sudah basah.
Kurasa itu keringat bercampur air mata. “Maaf, kakak tidak usah
repot-repot membantu. Saya tidak mau menyusahkan,” katanya dengan
wajah yang sangat merah seperti tomat (Anggie, 2013: 196).
(123) “Aku sama sekali tidak bicara manis. Lupakan. Aku menyuruhmu
ke sini untuk membantunya,” kataku sambil mengendikkan dagu ke
arah Luna. “Namanya Luna. Dia anak baru. Kakinya sakit gara-gara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
terjatuh tadi. Antarkan dia pulang,” perintahku kepada Ryan (Anggie,
2013: 199).
Dalam pelukisan tokoh Luna, pengarang menggunakan teknik tidak
langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (121), (122), dan (123).
Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (121),
(122), dan (123) menjelaskan bahwa Luna adalah mahasiswa baru di kampusnya.
Luna memiliki sifat pemalu, tertutup dan ceroboh.
4.4 Analisis Tema
Menurut Sudjiman (1988: 50) tema adalah alasan pengarang
mengemukakan gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya
sastra. Tema yang terdapat dalam novel Ega karya Anggie M adalah keluarga.
Dalam novel Ega karya Anggie M, cerita yang lebih ditunjukkan adalah masalah
keluarga Ega yang Mamanya tidak bisa menerima keadaan karena perekonomian
dalam keluarga semakin sulit dan utang papa menumpuk. Selain itu, Mamanya
juga mengalami guncangan jiwa sehingga sikap Mama mengakibatkan Ega
merasa tidak nyaman.
4.5 Analisis Latar
Menurut Sudjiman (1988: 44), latar adalah segala keterangan, petunjuk,
pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa
dalam suatu karya sastra membangun latar cerita. Menurut Nurgiyantoro (2010:
227), unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu,
dan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
4.5.1 Latar Tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010, 227). Latar tempat
pada novel Ega adalah di Rawamangun, Jakarta. Berikut latar tempat yang
digunakan dalam novel Ega.
a. Dian Shop
Dian Shop adalah toko milik Pak Bos. Dian Shop merupakan swalayan
yang menjual barang-barang yang cukup beragam. Selain itu Dian Shop juga
merupakan tempat kerja dan rumah untuk Ega dan Evan. Berikut ini kutipan tidak
langsung yang menggambarkan latar tersebut.
(124) Kami lalu duduk di anak tangga sambil menikmati minuman
kaleng yang disodorkannya. Ternyata Dian Shop adalah swalayan
dengan barang-barang yang cukup beragam, mulai dari makanan dan
minuman, kebutuhan sehari-hari, sampai pernak-pernik. Aku memutar
kepala untuk melihat apa yang ada di ujung tangga dan menemukan
tumpukan kardus di lantai dua sepertinya lantai dua ini adalah gudang
(Anggie, 2013: 7).
(125) “Tinggalah disini selama yang kamu mau,” Pak Bos membuka
suara. “Aku tidak akan menahanmu. Kamu tidak betah, kamu boleh
pergi kapan saja. Kamu boleh menyebut tempat ini rumah dan aku
tidak akan menutup pintu kalau kamu mau kembali. Kamu boleh
pulang dan pergi sesuka hatimu,” sambungnya (Anggie, 2013: 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
(126) “Ini kamarmu,” Pak Bos membuka pintu kamar di sudut gudang.
“Cukup luas untuk kalian berdua, kan? Sekarang kamu mau beres-
beres dulu atau makan siang?” (Anggie, 2013: 10).
(127) Aku tidak menanggapinya dan neranjak meninggalakn kamar itu.
Kemarinsudah disepakati jika jam kuliah kami bersamaan. Pak Bos
akan menggantikan kami menjaga toko. Setiap hari akudan Evan
bergatian menutup dan membuka toko sekaligus membersihkan rumah
(gudang lantai dua). Tapi entah kenapa, aku rasanya lelah sekali.
Hidup seperti ini membuatku lelah. Aku merasa tidak nyaman kalau
ada orang lain di dekatku. Aku sudah terbiasa sendirian karena aku
tidak perlu memikirkan apapun yang akan dikatakan orang lain. Aku
merasa hidup dengan orang lain itu terlalu melelahkan (Anggie, 2013:
27).
b. Kampus
Kampus adalah tempat Ega, Evan, Ryan, dan Nami berkuliah dengan falkutas
yang sama. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar
tersebut.
(128) “Aku belum bilang, ya? Kita satu fakultas. Kebetulan yang hebat,
kan? Aku di jurusan ilmu Komunikasi, sedangkan kamu kalau tidak
salah Hubungan Internasional, kan?” tanyanya (Anggie, 2013: 12).
(129) Menurut kabar yang beredar, kampusku melarang hal-hal yang
berbau perpeloncoan. Kupikir suasana PKA hari pertama akan
diwarnai dengan ospek, tapi ternyata tidak. Kegiatan yang dilakukan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
hari pertama hanya obrolan seputar kampus, pengenalan, kuliah
perdana, dan sejenisnya. Orang yang duduk disebelahku selalu
bergumam dalam selang waktu tertentu. Sepuluh menit pertama, dia
bilang,” Sepuluh tahun kemudian.” Lima menit berikutnya, dia
bilang,” Dua puluh tahun kemudian ...,” begitu seterusnya sampait
akhirnya MC menutup acara dan dia menggliat sambil nyeletuk, “And
they live happily ever after ....” (Anggie, 2013: 13).
(130) “Aku Ryan. Sesama anak HI (Hubungan Internasional) kita harus
saling kenal. Satu semester ini mata kuliah kita satu paket. Jadi, kita
pasti bakal sekelas. Kamu reguler, kan? Ingat baik-baik, ya. Namaku
Ryan. Jadi, nanati kalau ketemu jangan lupa sapa aku, ya? (Anggie,
2013: 13).
(131) Aku tidak menjawab pertanyaannya, tapi aku memusatkan
perhatian pada name tag panitia PKA yang tergantung di leher wanita
itu. Namanya Nami (Anggie, 2013: 15).
c. Rumah
Rumah adalah tempat Papa, Mama, Kak Hana, dan Ega tinggal. Rumah itu
memiliki ruang makan, kamar, dapur, anak tangga dan ruang tengah yang cukup
lebar. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut.
(132) Pertama kali aku menyadari ada yang tidak beres dengan Mama
adalah saat kelas 1 SMP. Aku sering lihat Mama berdebat dengan Papa
di ruang makan (Anggie, 2013: 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
(133) Aku kaget dan tanpa sengaja menyikut fream foto di atas meja.
Meraka segera menyadari keberadaanku. Karena sudah ketahuan, aku
memberanikan diri muncul di pintu (Anggie. 2013:17).
(134) Dulu keluarga kami tidak seperti ini. Keluarga kami bahagia, tapi
semuanya berubah sejak usaha Papa tidak mengalami kemajuan,
keuangan keluarga semakin sulit, dan utang menumpuk. Mama dan
Papa semakin sering bertengkar, saling menyalahkan tanpa
memedulikan dampaknya kepadaku dan Kak Hana. Mama menjadi
sering menangis sendiri. Dia mulai tidak peduli kepadaku dan yang
lebih parah lagi, dia jadi ketakutan melihat ku (Anggie. 2013:18).
(135) Suatu Minggu pagi, aku terbangun dan tidak menemukan siapapun
dirumah. Aku membuat sarapan sendiri, lalu duduk menonton TV
sambil menunggu seseorang pulang. Tidak berapa lama, Mama muncul
dipintu sambil membawa belanjaan. Aku berdiri, menghampirinya, dan
bermaksud membawakan belajaannya. Dia melihatku, tapi tidak
mengatakan apa-apa. Seolang tidak ada siapapun di hadapannya. Dia
hanya melangkah melewatiku menuju dapur (Anggie, 2013: 18).
(136) Sekitar pukul 8 malam, Papa akhirnya pulang. Papa dan Mama
kembali bertengkar. Aku masuk kekamar dan sama sekali tidak ingin
menyimak sumpah serapah dan kata – kata makian yang meluncur
bergantian dari mulut mereka (Anggie, 2013: 22).
(137) Keadaan di bawah kelihatannya semakin parah. Terdengar suara
gaduh benda-benda dilemparkan, berjatuhan, dan pecah. Aku harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
keluar dan melakukan sesuatu. Suasana mulai hening, aku pun mulai
berani menuruni anak tangga. Perasaanku tidak menentu. Aku
mempercepat langkah sambil memandang sekeliling ruang tengah
yang cukup lebar. Lantai yang kupijak seolang terperosok saat mataku
menangkap Mama memegang pisau yang berlumuran darah di depan
tubuh Papa yang terbaring kaku. Papa sudah tidak bergerak lagi, tapi
Mama kembali menikamkan pisaunya sambil tertawa tanpa suara
dengar air mata yang berlinang di pipinya (Anggie, 2013: 23).
d. Kantin
Kantin adalah tempat para mahasiswa membeli makanan dan minuman. Di
Kantin terdapat berbagai macam daftar makanan yang disajikan. Berikut ini
kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut.
(138) Siang ini kantin cukup penuh. Perkuliahan di kelas cukup
membosankan. Kuliah benar-benar seperti aksi mentalis yang
menghipnotis orang supaya tidur. Dosen duduk di belakang meja dan
mengoceh tanpa memedulikan mahasiswanya yang sibuk dengan
urusannya masing-masing. Bahkan, sebagian orang di kelas satu per
satu izin keluar dan tidak kembali sampai kuliah selesai (Anggie,
2013:51).
e. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah tempat Ega dirawat saat dia sakit terkena tifus. Berikut ini
kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
(139) Saat aku mengulurkan tangan untuk menggapai sosoklelaki itu, ada
yang memegang tanganku. Seketika aku membuka mata dan rasanya
seolah ditarik keluar dari dalam cerobong asap yang pekat. “Akhirnya
begini lagi, kan?” sebuah suara terdengar saat aku menemukan
seseorang barusaja meletakkan kembali tanganku tepat di samping
tubuhku, di atas tempat tidur. Pandanganku mulai jelas. Aku belum
bisa menangkap wajah di depanku, tapi sepertinya yang barusan bicara
itu suara Pak Bos. Perlahan aku mulai sadar kalau akua tidak sedang
berada di kamarku. Ruangan yang kukenal ini sepertinya rumah sakit.
Ya ampun, aku sampai pakai infus segala. Apa ini tidak terlalu
berlebihan? (Anggie, 2013: 122).
f. Bengkel
Bengkel adalah tempat tinggal Pak Wira. Berikut ini kutipan tidak langsung
yang menggambarkan latar berikut.
(140) Hampir dua bulan aku hidup dengan kondisi seperti ini. Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk mencopet, tapi gagal. Pertama kali
mencoba , Aku langsung ditangkap dan dihajar. Namun, seseorang
membelaku. Dia mengajakku tinggal bersamanya di sebuah bengkel.
Itu pertama kalinya Aku tidur dengan bantal sejak hidup di jalan.Dia
lelaki luar biasa. Aku memanggilnya Pak Wira (Anggie, 2013:26).
4.4.2 Latar Waktu
Menurut Genette (dalam Nurgiantoro, 2010: 231), dapat bermakna ganda:
di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
pihak lain menujuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan
dalam cerita. Berikut latar waktu yang digunakan dalam novel Ega.
a. 2009
Tahun 2009 adalah tahun angkatan Ega berkuliah di Universitas. Berikut
ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut.
(141) “Saya Evan, Ikom 2009. Dia Ega. HI 2009. Maaf ya, Kak. Saya
akan coba menasehati dia supaya lebih sopan kepada senior,” kata
Evan sambil meletakkan tangan di pundakku (Anggie, 2013: 15).
b. Waktu 4 Tahun
Dalam waktu empat tahun Ega mendapatkan kiriman beasiswa sebanyak lima
juta setiap tahunnya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal
tersebut.
(142) Perjalananku dari Bekasi sampai Pulo Gadung memakan waktu
kurang lebih dua jam. Sopirnya ugal-ugalan samapai tulangku rasanya
hampir patah. Semua harus kulalui demi menjalani kehidupanku
sebagai mahasiswa di Jakarta. Aku baru saja lulus SMA dengan nilai
yang cukup memuaskan. Aku juga berhasil memperebutkan beasiswa
dari salah satu perusahaan besar di Indonesia. Selama empat tahun,
perusahaan itu akan mengirimkan lima juta setiap tahunnya ke
rekeningku dengan syarat IP-ku tidak boleh kurang dari 2,75 (Anggie,
2013: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
c. Waktu 1 Tahun
Waktu satu tahun adalah waktu saat Pak Wira memberikan alamat Dian Shop
kepada Ega yang akhirnya mempertemukan Ega dengan Pak Bos. Berikut ini
kutipan yang menggambarkan hal tersebut
(143) Alamat itu tertulis di secarik kertas yang kupegang. Aku sama
sekali tidak tahu di mana letak alamat itu. Setahun lalu, Pak Wira
memberikan alamat ini kepadaku. Kalau aku membutuhkan bantuan,
aku boleh mencari “Pak Bos” di toko itu. Pak Bos adalah sabahat baik
Pak Wira yang sudah bertahun-tahun menikah, tapi belum memiliki
anak. Kata Pak Wira, lelaki yang dipanggil “Bos” ini pasti akan
bersikap baik kepadaku (Anggie, 2013: 6).
d. Waktu 2 Tahun
Waktu dua tahun adalah waktu saat Pak Wira meninggalkan Ega untuk
kembali pada keluarganya di Bandung. Saat Pak Wira pergi, Ega hanya sendirian
dalam keheningan dan membuatnya teringat akan masa lalu dengan keluarganya.
Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut.
(144) Hari ketiga PKA, aku terbangun lebih dulu dari Evan, tepatnya aku
terbangun karena mimpi buruk pukul 03.00 dan tidak bisa mnyambung
tidur lagi. Aku berbaring menghadap langit-langit dan menikmati suara
hening. Senyap ... hanya terdengar detak jarum jam dan sesekali suara
kendaraan di luar. Sejak Pak Wira pergi sekitar dua tahun lalu, aku
sudah terbiasa dengan keheningan. Pikiranku kosong membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
sekelebat masa lalu kembali melintas di benakku, masa lalu yang tidak
pernah berhasil kusingkirkan dari kepalaku (Anggie, 2013: 16).
e. Waktu 5 hari
Waktu lima hari adalah waktu saat Ega keluar dari rumah tetangganya. Kak
Hana pun tidak kembali kepadanya. Ega pun pergi mencari Kak Hana namun
tidak menemukannya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan
hal tersebut
(145) Hari kelima setelah aku tinggal di rumah tetanggaku, aku keluar
tanpa mengucapkan apa pun, bahkan tidak mengucapkan terima kasih.
Aku pergi begittu saja dan berlari mengejar sesuatu yang bayangannya
pun bahkan sudah tidak terlihat lagi. Aku mencari sosok Kak Hana
yang akan tersenyum kepadaku sambil berkata,” Semuanya pasti akan
baik-baik saja.” Tapi kini Kak Hana sudah pergi, hilang entah kemana
dan aku sudah tidak bisa bangkit lagi. Aku tidak punya tempat untuk
pulang. Saat itu kupikir, aku benar-benar sendirian (Anggie, 2013: 26).
f. Waktu 2 Bulan
Waktu dua bulan adalah waktu ketika Ega hidup di jalanan, makan sisa orang,
mengemis, dan tidur di emperan toko. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
meggambarkan hal tersebut.
(146) Hampir dua bulan aku hidup dengan kondisi seperti itu. Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk mencopet, tapi gagal. Pertama kali
mencoba, aku langsung ditangkap dan dihajar. Namun, seseorang
membelaku. Dia mengajakku tinggal bersamanya di sebuah bengkel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Itu pertama kalinya aku tidur dengan bantal sejak hidup di jalan. Dia
lelaki luar biasa. Aku memanggilnya Pak Wira (Anggie, 2013: 26).
g. Waktu 3 Minggu
Waktu tiga minggu adalah waktu Ega sudah menjalani kehidupan di kampus.
Ega mulai terbiasa dengan keshariannya saat bersama Evan dan Ryan. Berikut ini
kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut.
(147) Sudah hampir tiga minggu aku menjalani kehidupan kampus.
Semester ini aku masuk pagi dari senin sampek jumat. Semuanya
berjalan baik. Evan masih ramah dengan senyumannya dan aku
memutuskan untuk melupakan pembicaraan tidak menyenangkan yang
pernah terjadi diantara kami. Sementara itu, Ryan masih selalu
mengikutiku. Di kelas, dia suka duduk di sebelahku, sedangkan kalau
di kantin, dia selalu satu meja denganku. Dia juag selalu menyapaku
sebelum kelas dimulai dan setelah kelas bubar. Aku juga tidak tau apa
maunya. Semoga saja dia laki-laki norkal yang masih suka melihat
perempuan dan tidak ada yang salah dengan otaknya (Anggie,
2013:37).
h. Waktu 3 bulan
Waktu tiga bulan adalah waktu Ega mulai terbiasa sendiri saat Pak Wira pergi
ke Bandung. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut
(148) Setelah tiga bulan berlalu, aku tidak pernah memikirkan Pak Wira
lagi. Bagiku, dia hanya mimpi dan tidak pernah ada. Mama, Papa, dan
Kak Hana, mereka juga hanya mimpi buruk. Di dunia ini semuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
ilusi. Teman dan musuh itu tidak ada. Hanya aku serang diri yang ada.
Seperti orang lain yang tidak peduli denganku, seperti itulah aku tidak
peduli kepada mereka. Aku tidak ingin jadi orang yang memilukan.
Aku memutuskan untuk melanjutkan hidup dan tidak akan
membiarkan apa pun meruntuhkanku. Menangis pun percuma, dunia
tidak akan diam selagi aku menghabiskan waktu untuk menangis. Aku
tidak akan mengharapakan siapa pun lagi. Aku tidak butuh orang lain
(Anggie, 2013: 223-224).
i. Beberapa Peristiwa yang menunjukkan latar waktu (kehidupan
sehari-hari)
a) Peristiwa terjadi pada siang hari, ketika Ega mencari alamat itu. Berikut
ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tesebut.
(149) Siang ini cuaca sangat panas. Entah apa yang terjadi, sepertinya
matahari berniat memanggang bumi. Untungnya, aku tidak perlu
berlama-lama mencari alamat itu. Dian Shop terletak diantara deretan
ruko, tepat beberapan meter di hadapanku. Aku mendorong pintu kaca
toko. Udara AC di ruangan itu langsung menyambutku. Rasanya
seperti menemukan oase di gurun pasir (Anggie, 2013: 6).
b) Peristiwa terjadi pada pagi hari saat Ega tersadar dari lamunanya dan Evan
memberi tahu bahwa hari itu ada PKA (Perkenalan Kuliah Awal) di
kampus. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
(150) “Hei, sudah bangun? Tadinya aku akan membangunkanmu setelah
sarapan siap. Kamu harus cepat-cepat soalnya PKA (Perkenalan
Kuliah Awal) dimulai pukul 8.00. Tinggal setengah jam lagi,” dia
mengendikkan dagu ke arah jam dinding di sisi kiri ruangan (Anggie,
2013: 12).
c) Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Ega terbangun dan tidak
menemukan siapapun di rumah. Ega menunggu seseoarang pulang, ketika
Mama pulang, Ega berharap Mamanya akan menyambutnya tetapi Mama
hanya diam saja. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan
hal tersebut.
(151) Suatu minggu pagi, aku terbangun dan tidak menemukan siapa pun
di rumah. Aku membuat sarapan sendiri, lalu duduk menonton TV
sambil menunggu seseorang pulang. Tidak berapa lama, Mama muncul
di pintu sambil membawa belanjaan. Aku berdiri, menghampirinya,
dan bermaksud membawakan belanjaannya. Dia melihatku, tapi tidak
mengatakan apa-apa. Seolah tidak ada siapa pun di hadapannya. Dia
hanya melangkah melewatiku menuju dapur (Anggie, 2013: 18).
d) Peristiwa terjadi pada malam hari ketika Papa pulang, setelah seharian
keluar rumah. Mama dan Papa pun kembali bertengkar yang akhirnya
membuat Mama membunuh Papa. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut
(152) Sekitar pukul 8 malam, Papa akhirnya pulang. Papa dan Mama
kembali bertengkar. Aku masuk ke kamar dan sama sekali tidak ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
menyimak sumpah serapah dan kata-kata makian yang meluncur
bergantian dari mulut mereka (Anggie, 2013: 22).
e) Peristiwa terjadi pada malam hari ketika rumahnya habis terbakar. Ega dan
Kak Hana tinggal di rumah tetangganya. Kak Hana pulang setelah
seharian mencari kerja tetapi tidak mendapatkannya, ia pun menangis
namun berusaha untuk tetap tegar. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut.
(153) Malam kedua di rumah tetangga, aku menemukan Kak Hana
menangis. Aku pun semakin sadar kalau dia tidak akan sanggup
menanggung ini semua. Saat dia sadar kalau aku sedang
memerhatikannya, Kak Hana langsung mengusap pipinya. “Kenapa
kamu belum tidur?” tanyanya lembut sambil mengumbar senyum
(Anggie, 2013: 25).
f) Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Ega tersadar atas lamunannya
tentang masa lalu. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut.
(154) Alarm handphone Evan berdering cukup keras dan memecah
keheningan. Saat aku mendapatkan kesadaranku kembali, ternyata aku
sudah cukup lama terhanyut dalam pikiranku. Sekarang sudah pukul 5
pagi. Evan menggeliat dan menyapaku saat mata kami bertemu. “Hei,
sudah bangun? Kamu sudah tahu tugasmu, ya? Hebat,” kata Evan
(Anggie, 2013: 27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
g) Peristiwa terjadi pada siang hari ketika PKA terakhir kampus mengadakan
acara Go Green. Tetapi Ega meminta izin kepada dosen untuk mengambil
HP yang tertinggal di musala. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut.
(155) Pucuk-pucuk pohon ekaliptus yang berjajar rapi di belakang
musala FISIP bergoyang saat angin sepoi-sepoi berhembus siang ini.
PKA hari terakhir kampus mengadakan acara Go Green dengan
kegiatan menanam pohon di halaman FISIP. Hari ini benar-benar
melelahkan. Setelah Isoma, HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dan
para dosen HI mengadakan acara pengenalan jurusan. Aku pun
seharusnya berada di kelas tapi sebelum kajur (kepala jurusan) bicara,
aku minta izin keluar dengan alasan HP-ku ketinggalan di musala
(Anggie, 2013: 30).
h) Peristiwa terjadi pada sore hari ketika Ega pulang dan dia melihat Nami
tertidur di bawah pohon mahoni. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal berikut.
(156) Aku melangkah sendirian melintas taman. Saat itu, aku melihat ada
seseorang tertidur lelap di bawah pohon mahoni rindang di sisi kira
taman falkutas. Hari sudah sore, kampus sudah mulai sepi (Anggie,
2013: 34).
i) Peristiwa terjadi pada siang hari ketika Ega selessi mengisi angin ban
motor seorang anak SMA. Tiba -tiba ada yang menynyikan lagu Kasih Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
di radio. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal
tersebut.
(157) Siang itu, Pak Wira menyalakan radio sambil memperbaiki motor
pelanggannya. Waktu itu kami hanya berdua. Pelanggan sedang sepi
dan si pemilik motor menitipkan motornya di bengkel. Saat aku baru
saja selesai mengisi angin ban motor seorang anak SMA, aku
mendengar ada penelpon di radio yang menyanyikan lagu “Kasih Ibu”.
Aku tidak tahu kenapa dia menyanyikan lagu itu. Entah itu hari ibu
atau apa, tetapi gara-gara mendengar lagu itu aku sampai mengabaikan
anak SMA yang mengucapkan terima kasih. Perhatianku terpusat pada
lirik lagu itu (Anggie, 2013:45).
j) Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Ega membuka mata. Saat itu hujan
turun dengan deras dan Ega merasa tidak nyaman. Berikut ini kutipan
tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut.
(158) Tepat pukul tujuh pagi, aku membuka mata. Suara hujan
menghampiri telingaku. Derasya hujan tidak pernah membuatku
merasa nyaman. Aku benci hujan. Dari dulu aku tidak suka dengan
suasana hujan, apalagi pada pagi hari. Setiap kali aku terbangun dan
mendengar suara hujan, rasanya sepi. Benar-benar membuat
perasaanku tidak nyaman. Aku beranjak dan melangkah keluar kamar.
Hari ini giliranku piket (Anggie, 2013: 49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
k) Peristiwa terjadi pada siang hari ketika Ega selesai kuliah dan menuju ke
kantin. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal
tersebut.
(159) Siang ini kantin cukup penuh. Perkuliahan di kelas cukup
membosankan. Kuliah benar-benar seperti aksi mentalis yang
menghipnotis orang supaya tidur. Dosen duduk dibelakang meja dan
mengoceh tanpa memedulikan mahasiswanya yang sibuk dengan
urusannya masing-masing. Bahkan, sebagian orang di kelas satu per
satu izin keluar dan tidak kembali sampai kuliah selesai (Anggie,
2013: 51).
l) Peristiwa terjadi pada siang hari ketika Ega menjaga toko. Berikut ini
kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut.
(160) Minggu siang di Jakarta. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Aku menekan tombol up pada AC karena dingin sudah mulai
menyelinap ke balik kulitku. Tadi malam setelah Pak Wira
meninggalkan pesan agar aku hidup dengan baik, kami tidak bicara
lagi. Dia memintaku untuk menyerahkan HP pada Pak Bos, lalu Pak
Bos keluar toko. Aku tidak tahu mereka membicarakan apa, tapi
sepertinya cukup serius (Anggie, 2013: 64).
m) Peristiwa terjadi pada malam hari ketika Pak Bos baru saja akan pamit
pulang dan Evan bertemu dengan ayahnya. Berikut ini kutipan tidak
langsung yang menggambarkan hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
(161) Jam mulai menunjukan pukul 22.30. Pak Bos baru saja akan pamit
pulang sebelum ayah Evan akhirnya memberanikan diri mendakati
toko dan menyapa. Evan bermaksud menghindar dengan masuk
kembali ke toko. Tapi, Pak Bos menarik lenganya cukup keras sampai
dia terpaksa berbalik dan berhadapan dengan ayahnya (Anggie,
2013:75).
n) Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika selesai kuliah dan Ega dimintai
bantuan untuk membawakan makalah. Berikut ini kutipan tidak langsung
yang menggambarkan hal tersebut
(162) Waktu menunjukan pukul 10.30. Kuliah baru saja selesai dan Bu
Okta memintaku membawakan tumpukan makalah yang baru saja
dikumpulkan. Kebetulan aku duduk paling depan dan paling dekat
mejanya sehingga dia meminta tolong kepadaku. Tinggi badanku yang
tidak seberapa dan beratku yang kurus membuatku membuatku
kesulitan membawa tumpukan makalah yang cukup berat ini. Aku
tidak mengejar Bu Okta yang berjalan cepat di depan sana (Anggie,
2013:89).
o) Peristiwa terjadi pada malam hari ketika Ega tak bisa memejamkan mata
dan Ega pun keluar dari kamar. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut
(163) Aku tidak berhasil tidur nyenyak, padahal jam sudah menunjukan
pukul 22.00 lewat beberapa menit. Aku selalu terbangun saat hendak
memejamkan mata. Akhirnya, kuputuskan untuk beranjak sebisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
mungkin tidak membuat suara saat melangkah keluar kamar.aku
sedang tidak ingin berada di kamar. Aku ingin sendirian (Anggie,
2013:100).
p) Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Ega hendak berangkat kuliah, saat
itu Ega edang tidak enak badan tetapi Ega memaksakan diri untuk tetap
berangkat kuliah. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan
hal tersebut
(164) Sepanjang pagi ini, aku menghindari bertatapan langsung dengan
Evan. Wajahku sembab dan mataku bengkak. Jadi, sudah kuputuskan
untuk tidak pergi ke kampus diiringi tawa bahagia Evan. Sekarang aku
bisa mengerti kenapa setelah Evan menangis seperti anak kecil di
dalam pelukan ayahnya, dia terlihat agak ceria dan banyak omong.
Ternyata sensasi melegakannya memang luar biasa. Setelah semalam
aku menangis di depan Pak Bos, aku merasa seolah semuanya menjadi
lebih ringan (Anggie, 2013: 105).
q) Peristiwa terjadi pada malam hari ketika Ega akan bertukar shift dengan
Evan. Namun demamnya mulai kambuh lagi. Berikut ini kutipan tidak
langsung yang menggambarkan hal tersebut
(165) Langit sudah gelap saat aku bertukar shift dengan Evan. Aku
mengurungkan niat untuk mandi karena badanku menggigil. Untuk
kesekian kalinya, sepertinya demamku kambuh lagi. Rasanya benar-
benar lemas dan tidak enak mau melakukan apa saja. Padahal biasanya
aku tidak tidak pernah demam lebih dari dua hari. Jadi, seharusnya aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
sudah sembuh hari ini. Mungkin karena sudah dua malam aku selalu
kena angin di atap atau mungkin karena aku selalu tidak bisa tidur
belakangan ini makanya demamku belum juga sembuh (Anggie, 2013:
117).
r) Peristiwa terjadi pada tengah malam ketika Evan sudah selesai
mengerjakan tugas. Ega pun mengerjakan tugas menggunakan komputer
secara bergantian. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut
(166) Pukul 01.00 lewat beberapa menit. Aku masih harus mengerjakan
tugas paper yang harus dikumpulkan besok. Tadi Evan memakai
komputer sampai tengah malam. Dia baru saja naik dan langsung
tewas di tempat tidur. Sepertinya kami sama-sama punya tugas yang
harus dikumpulkan besok. Komputer di meja kasir memang disediakan
untuk Evan, tapi kali ini Pak Bos memintanya untuk berbagi denganku.
Mungkin sebenarnya Evan kesal karena kehadiranku di tengah
kehidupannya bersama Pak Bos hanya membuatnya susah. Jadi, lebih
baik aku tidak mengatakan kepadanya tentang tugas yang juga harus
ku selesaikan malam ini (Anggie, 2013: 153-154).
s) Peristiwa terjadi pada malam hari ketika Ega berulang tahun. Pak Bos,
Ryan, Evan, dan Bu Dian mengucapkan selamat kepada Ega dan juga
memberi kue tart kepada Ega. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
(167) “Selamat ulang tahun ...!” seru beberapa orang saat aku baru saja
bersiap mandi pukul 7 malam. Mereka berkumpul tepat beberapa
meter di depanku dan aku melihat namaku tertulis di atas kue tart yang
dibawa Pak Bos ke hadapanku. Pak Bos, Ryan, Evan, dan Bu Dian
sudah mempersiankan semua ini untukku (Anggie, 2013: 163).
t) Peristiwa terjadi pada malam hari ketika Ega menghabiskan waktu di
tempat kesukaannya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut
(168) Tengah malam di atap, lagi-lagi aku berada di tempat yang
beratapkan langit malam yang cerah ini. Entah kenapa, aku suka sekali
berada di sini. Saking seringnya aku mengahabiskan waktu di sini
setelah toko tutup, Pak Bos sampai memasang pagar di sekelilimg.
Katanya dia takut kalau aku tiba-tiba punya pikiran untuk melompat
(Anggie, 2013: 177).
u) Peristiwa terjadi siang hari ketika Ega hendak berangkat ke kampus
menggunakan busway. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut
(169) Siang ini pun, busway yang kutumpang penuh sesak. Tapi, aku
cukup beruntung karena seorang penumpang yang duduk tepat di
depanku baru saja turun. Aku pun langsung mengambil kesempatan itu
untuk duduk sampai akhirnya aku mengurungkan niat karena melihat
seorang cewek berjilbab sedang berdiri terhimpit dengan penumpang
yang lain. Kalau kuperhatikan, cewek itu cukup kesusahkan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
badannya kecil dan membawa ransel besar beserta tas plastik. Cewek
itu menatap ke arahku (Anggie, 2013: 183).
v) Peristiwa terjadi sore hari ketika Ega hendak pulang kampus, ia teringat
saat melihat Nami tertidur. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut
(170) Matahari sudah semakin condong ke langit sebelah barat. Kampus
juga sudah sepi, hanya tampak beberapa oarang yang masih tinggal
dan suara canda tawa yang terdengar samar dari kejauhan. Aku harus
menyebrangi taman di bagian tengah falkutas ini untuk menuju ke
tempat parkir sepedaku. Tepat saat itu aku melintas di dekat pohon
mahoni rindang di salah satu sisi taman, pikiranku kembali ke saat itu.
Ketika aku menemukan wanita bernama Nami sedang tertidur di
bawah pohon. Suasana yang sama, hembusan angin yang sama, cahaya
matahari sore yang sama. Untuk pertama kalinya, aku terpesona
melihat wajah seorang wanita yang sedang tidur (Anggie, 2013: 187).
w) Peristiwa terjadi siang hari ketika Ega bertemu dengan Luna di kantin.
Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut
(171) Entah kenapa, rasanya aku semakin sering bertemu dengan Luna.
Seperti siang ini, hanya dua hari setelah aku dan Ryan
mengantarkannya pulang waktu itu, aku melihanya bersama dengan
teman-teman di meja dekat pintu kantin. Teman-temannya menoleh ke
arahku beberapa kali dan langsung mengalihkan tatapan mereka saat
Luna terlihat panik (Anggie. 2013: 201).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
4.5.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal –hal yang berhubungan dengan prilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 227). Dalam
novel Ega karya Anggie M selain terdapat keberagaman latar tempat juga
tterdapat keberagaman latar sosial.
Latar sosial yang ditunjukan dalam novel Ega karya Anggie M adalah
ketika Ega melamun selalu terbayang tentang masa lalu keluarganya bahkan
dalam mimpi pun Ega selalu bermimpi tentang masa lalunya sampai membuat
Ega tidak pernah tertidur dengan nyenyak. Berikut ini kutipan tidak langsung
yang menggambarkan hal tersebut.
(172) “Kamu lihat apa, hah?! Jangan lihat aku seperti itu! Pergi kamu
dari sini! Pergi!”
Pergi!
Teriakan itu bergema di telingaku bersamaa dengan cahaya matahari
pagi yang menerobos masuk lewat jendela dan menyilaukan mata.
Lagi-lagi mimpi yang sama, entah harus berapa kali aku melihat
mimpi itu. Mimpi tentang seorang wanita yang dulu sangat
menyayangiku, yang pernah kupanggil Mama, berteriak-teriak
kepadaku dengan mata cekung dan rambut panjang tidak terawat. Aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
takut menutup mata karena masa lalu yang mengerikan itu akan selalu
muncul dan menggangguku (Anggie, 2013: 12).
(173) “Dia itu anak iblis yang dititipkan di kandunganku!” suara itu
masih terdengar di telingaku. “Kenapa Mama jadi seperti itu? Kenapa
hanya Mama yang seperti itu?” tanyaku dalam hati (Anggie, 2013: 46).
Latar sosial yang ditunjukan dalam novel Ega karya Anggie M adalah Ega
selalu mengingat kata-kata yang pernah diucapkan Pak Wira kepadanya yang
meminta Ega untuk hidup dengan baik. Berikut ini kutipan tidak langsung yang
menggambarkan hal tersebut.
(174) “Hiduplah dengan baik, Ega ....” Kata-kata Pak Wira sebelum
beliau pergi ke Bandung selalu terngiang di telingaku. Beliau
memintaku untuk hidup dengan baik (Anggie, 2013: 29).
4.6 Analisis Konflik Batin menggunakan Teori Psikologi Abraham Maslow
Analisis psikologi tokoh utama, Ega menggunakan teori Abraham
Maslow. Maslow (2010, dalam Feist: 333-335) mengungkapkan kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia di golongan menjadi lima tingkatan, yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman, cinta dan keberadaan, pengahargaan, dan aktualisasi diri.
Berikut uraian dan analisis.
4.6.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisiologis
Dalam novel Ega memiliki kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis
adalah kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air, udara dan tidur. Kebutuhan
fisiologis Ega mulai tidak terpenuhi setelah dia kehilangan rumah dan orang
tuanya, bahkan Kak Hana kakaknya Ega pun pergi meninggalkan Ega. Ega harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
hidup mandiri pada saat dia masih kelas 1 SMP. Ega hidup di jalanan, makan dari
sisa orang lain dan mengemis. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal
tersebut.
(175) Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah tetangga, aku lupa
tetangga yang mana dan siapa namanya. Langit diluar sudah terang.
Kak Hana duduk di sampingku dan sepertinya orang-orang sibuk
sekali di luar sana. Semua bagian rumah nyaris terbakar habis bersama
dengan semua pakaian, buku, dan foto-foto kenangan keluarga kami,
termasuk Papa dan Mama (Anggie, 2013: 24).
Pada kutipan tersebut, dijelaskan bahwa saat rumahnya terbakar Ega dan
Kak Hana selamat dari kejadian itu, ketika Ega tersadar, Ega sudah berada di
rumah tetangganya dan Kak Hana duduk di sampingku. Kejadian kebakaran itu
mengakibatkan Ega kehilangan rumah, pakaian, buku, dan foto-foto kenangan
keluarganya.
(176) Aku terus mencoba meyakinkan diri kalau aku akan baik-baik saja.
Aku hidup di jalanan, makan dari sisa orang lain, mengemis,
menjadikan emperan toko sebagai atapku. Aku tidak menangis lagi
karena semua itu percuma dan buang-buang tenaga. Pada akhirnya,
hanya aku sendiri yang peduli dengan diriku sendiri. Aku tidak pernah
memikirkan keluargaku. Aku sudah muak menjadi korban dari semua
ini (Anggie, 2013: 26).
Pada kutipan tersebut, dijelaskan bahwa Ega menjalani hidupnnya di
jalanan, Ega juga makan dari sisa orang lain, mengemis dan tidur di emperan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
toko. Ega berusaha menyakinkan dirinya akan baik-baik saja walau hanya
sendirian dan hidup di jalanan.
4.6.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman
Dalam novel Ega membutuhkan rasa aman dari bayangan masa lalunya.
Kebutuhan akan rasa aman meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas,
pelindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan rasa
aman Ega mulai tidak terpenuhi ketika Ega memiliki kecemasan dalam dirinya,
setiap bermimpi bahkan dalam bayangannya pun Ega selalu terngiang dengan
perkataan Mamanya yang mengatakan Ega adalah anak iblis dan bersikap kasar
untuk mengusir Ega. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut.
(177) “Kamu lihat apa, hah?! Jangan lihat aku seperti itu! Pergi kamu
dari sini! Pergi!”
Pergi!
Teriakan itu bergema di telingaku bersamaa dengan cahaya matahari
pagi yang menerobos masuk lewat jendela dan menyilaukan mata.
Lagi-lagi mimpi yang sama, entah harus berapa kali aku melihat
mimpi itu. Mimpi tentang seorang wanita yang dulu sangat
menyayangiku, yang pernah kupanggil Mama, berteriak-teriak
kepadaku dengan mata cekung dan rambut panjang tidak terawat. Aku
takut menutup mata karena masa lalu yang mengerikan itu akan selalu
muncul dan menggangguku (Anggie, 2013: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Pada kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Ega selalu bermimpi tentang
Mamanya yang berteriak-teriak kasar dengan penampilan yang tidak terawat. Ega
merasa takut untuk tidur karena selalu bermimpi tentang masa lalunya.
(178) “Anak itu sangat menakutkan ....Aku tidak tahan lagi seharian di
dekatnya. Dia itu anak iblis yang ditiipkan dikandunganku.”
Teriakan-teriakan Mama terdengar semakin nyata, saling bersahutan,
dan gemanya tidak berhenti mengisi kepalaku. Suaranya seperti
rekaman kaset yang diputar berulang-ulang dan terlanjur melekat di
benakku sampai kapan pun. Kalau aku menutup mata, hanya wajah
Mama yang cekung dan rambutnya yang berantakan yang dapat
kulihat, sosok Papa yang berlumur darah, dan punggung Kak Hana
yang berlari meninggalkanku. Hanya itu saja, tidak ada satu pun
kenangan indah yang tersisa (Anggie, 2013: 129).
Pada kutipan tersebut, menjelaskan ketika Ega sedang melamun terlintas
kembali perkataan Mama yang diucapkan dulu. Mamanya yang mengalami
guncangan jiwa mengakibatkan Mama menjadi gila. Mama juga menuduh Papa
berselingkuh, Kak Hana hamil di luar nikah, dan menuduh Ega menggunakan
narkoba, sehingga Mama sangat takut bertemu bahkan bertatapan mata dengan
Ega.
(179) “Kamu lihat apa, hah?!”
“Diam”! aku nyaris berteriak dan berusaha menghilangkan suara-suara
itu dengan mnutup kedua telingaku. Tapi, teriakan Mama masih tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
memenuhi kepalaku. “Diam. Aku mohon diamlah ...,” seruku (Anggie,
2013: 129).
Pada kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Ega berusaha memberontak
karena selalu terbayang dengan ucapan Mamanya yang selalu mengganggunya.
4.6.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan
Kebutuhan akan cinta dan keberadaan meliputi membangunnya suatu
hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain, dalam hubungan ini
memberi dan menerima cinta juga akan memenuhi kebutuhan akan cinta dan
keberadaan. Dalam novel Ega, masing-masing tokoh juga membutuhkan rasa
cinta dan keberadaan dari keluarga dan lingkungan.
Kebutuhan cinta dan keberadaan yang tidak terpenuhi oleh Ega ketika
Mama mulai kumat karena usaha Papa mulai bangkrut yang menyebabkan
keuangan mulai menipis, Mama mulai berubah yang dulunya sangat penyayang
sekarang menjadi sangat membenci Ega. Akibat kegilaan Mama menyebabkan
Papa meninggal dunia, Mama pun membakar rumah yang juga membakar diri
Mama dan Papa. Hanya Kak Hanalah yang Ega miliki satu-satunya, tetapi saat
Kak Hana berpamit untuk mencari kerja Kak Hana tak kunjung kembali. Berikut
ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut.
(180) Dulu keluarga kami tidak seperti itu. Keluarga kami bahagia, tapi
semuanya berubah sejak usaha Papa tidak mengalami kemajuan,
keuangan keluarga semakin sulit, dan utang menumpuk. Mama dan
Papa semakin sering bertengkar, saling menyalahkan tanpa
memedulikan dampaknya kepadaku dan Kak Hana. Mama menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
sering menangis sendiri. Dia mulai tidak peduli kepadaku dan yang
lebih parah lagi, dia jadi takut melihatku (Anggie, 2013: 18).
Pada kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Ega merindukan keluarganya
yang dulu, keluarga yang penuh dengan kebahagiaan dan kasih sayang. Tetapi
saat usaha Papa mulai bangkrut, keuangan menjadi sulit dan utang menumpuk
dimana-mana. Mama dan Papanya pun sering bertengkar, dan tidak ada lagi rasa
bahagia dan kasing sayang dalam keluarga.
(181) Aku suka Kak Hana mengatakan itu. Kupikir memang selama aku
masih punya dia, semuanya pasti akan baik-baik saja. Kak Hana adalah
kakak yang paling sempurna di seluruh dunia. Setidaknya itulah yang
ada dipikiranku sampai aku terbangun dan tidak menemukannya di
sampingku. Aku menunggunya sampai hari berganti malam. Besoknya
aku tetap berharap dia akan pulang karena aku pikir dia pasti hanya
pergi sebentar. Tapi ternyata, dia memang tidak pernah kembali lagi.
Saat aku terbangun di pagi berikutnya, aku tetap sendirian. Lagi-lagi
aku ditinggalkan (Anggie, 2013: 26).
Pada kutipan tersebut, menjelaskan Ega menganggap bahwa Kak Hana
adalah kakak yang paling sempurna. Ega menyukai Kak Hana yang bersikap
sangat penyayang dan selalu ingin melindungi Ega. Tetapi anggapan itu
menghilang ketika Kak Hana pergi meninggalkan Ega dan tak kunjung kembali.
(182) Awal semester kelas 1 SMA, Pak Wira pergi ke Bandung, ke
tempat keluarganya. Aku hidup sendiri lagi. Pada saat bersamaan,
sekolah merekomendasikanku untuk memperebutkan beasiswa dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
salah satu perusahaan minyak terbesar di Indonesia. Dari sekian
banyak peserta tes, hanya beberapa orang yang akan terpilih
mendapatkan biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi selama
empat tahun. Aku adalah salah satu di antara mereka (Anggie, 2013:
27).
Pada kutipan tersebut, menjelaskan bahwa sejak itu Ega hidup di jalanan,
tetapi Pak Wira datang untuk membantu dan merawat Ega, hingga mencarikannya
beasiswa untuk bisa bersekolah kembali. Saat kelas 1 SMA, Ega kembali merasa
ditinggalkan oleh Pak Wira, karena Pak Wira harus kembali pada keluarganya di
Bandung.
(183) “Pak Bos menyayangimu,” kataku memanggapinya
“Ya, Pak Bos lebih menyanyangi Evan dibandingkan aku. Dilihat dari
mana pun, Pak Bos lebih mendahulukan Evan daripada aku,”
gumamku dalam hati (Anggie, 2013: 87).
Pada kutipan tersebut, menjelaskan bahwa Ega merasa Pak Bos lebih
menyayangi Evan karena Evan lebih dahulu tinggal bersama Pak Bos. Pak Bos
adalah orang yang memberinya tumpangan saat Ega kuliah.
4.6.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Penghargaan
Terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan berdasarkan reputasi,
kekaguman, status, popularitas, prestise, atau keberhasilan. Dalam novel Ega
kebutuhan akan penghargaan ini tidak terpenuhi. Kebutuhan akan penghargaan
tidak terpenuhinya ketika Ega melihat Mamanya berubah yang tadinya
menyayangi Ega tetapi kini membenci Ega. Ega merasa dipersalahkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Mamanya tanpa tahu kesalahannya. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal
tersebut
(184) “Kenapa Mama membenciku ?” tanyaku disela isakan yang
semakin menjadi. “Padahal dulu Mama tidak begini. Dulu Mama
menyayangiku. Kalau semua kesulitan ini menimpa kita, mengapa ini
jadi salahku?” tanyaku lagi (Anggie, 2013: 19).
Pada kutipan tersebut, menjelaskan Ega mempertanyakan kenapa Mama
membenci Ega, Ega juga mempertanyakan kalau kesulitan yang menimpa dalam
keluarganya, mengapa ia yang harus disalahkan.
4.6.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri mencangkup pemenuhan semua kualitas dan
kapasitas diri. Dalam novel Ega kebutuhan akan aktualisasi diri tidak dapat
terpenuhi. Kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi ketika Ega tidak berusaha
menyelamatkan diri dari kebakaran. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal
tersebut.
(185) “Sudahlah, mati pun tidak apa,” pikirku. Aku sama sekali tidak
berusaha menyelamatkan diri. Seumur hidupku, itulah malam yang
paling menyeramkan. Seperti jeritan tanpa suara, rasa sakit
meremukkanku sampai tidak berbentuk. Aku bahkan berharap ada
lubang hitam yang mampu menelanku bulat-bulat dan
menghilangkanku tanpa jejak. Malam itu mengubah hidupku untuk
selamanya (Anggie, 2013: 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Pada kutipan tersebut, menjelaskan Ega tidak memiliki semangat untuk
hidup. Ega bersikap pasrah ketika rumahnya terbakar dan Ega juga berharap ada
api yang membakarnya tanpa meninggalkan jejak karena Ega beranggapan
hidupnya sudah tidak ada gunanya lagi.
4.7 Konflik Batin Akibat Tidak Terpenuhinya Kebutuhan-kebutuhan Dasar
Tokoh Ega
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam hidup
Ega, maka menyebabkan konflik yang dialami oleh Ega, yaitu.
4.7.1 Rasa Sedih
Rasa sedih adalah satu konflik batin yang dialami oleh Ega akibat
kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Ega merasa sedih karena saat masih kelas 1
SMP Ega sudah kehilangan rumah dan juga kedua orang tuanya, sehingga Ega
harus hidup di jalanan, makan dari sissa orang, dan tidur di emperan toko, dapat
dilihat pada kutipan (175). Pada kutipan (180), dan (181) dijelaskan bahwa Ega
merindukan keluarga yang dulu, keluarga yang penuh dengan kebahagiaan. Ega
juga merasa sedih karena kakak satu-satunya yaitu Kak Hana juga meninggalakan
Ega sendirian, sehingga Ega merasa ditinggalkan. Pada kutipan (182) menjelaskan
bahwa ketika Ega sudah merasa nyaman dengan Pak Wira yang dulu
menolongnya saat Ega hidup di jalanan dan membantunya mencarikan beasiswa
untuk melanjutkan sekolah ke SMA juga harus meninggalkan Ega untuk kembali
pada keluarganya di Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
4.7.2 Rasa Takut
Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi oleh Ega, menimbulkan rasa takut.
Kutipan (177), (178), dan (179) menjelaskan bahwa Ega merasa cemas karena
setiap bermimpi bahkan dalam bayangannya pun Ega selalu terbayang dengan
perkataan Mamanya yang mengatakan bahwa Ega adalah anak iblis dan bersikap
kasar kepada Ega untuk mengusir Ega.
4.7.3 Tidak Percaya Diri
Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam diri Ega juga menyebabkan
dirinya tak percaya diri. Kutipan (176) menjelaskan bahwa Ega berusaha
meyakinkan diri bahwa dirinya akan baik-baik saja, meskipun Ega hanya hidup
sendirian dan menjalani hari-harnya di jalananan. Kutipan (183) menjelaskan Ega
berpikiran bahwa Pak Bos yang selama ini membantunya juga tidak menyayangi
Ega. Ega beranggapan Pak Bos lebih menyayangi Evan karena Evan yang lebih
dahulu tinggal bersama Pak Bos. Kutipan (185) menjelaskan Ega tidak memiliki
harapan untuk bertahan hidup, Ega bersikap pasrah dan tidak menyelamatkan diri
saat kebakaran menimpa rumahnya.
4.7.3 Rasa Marah
Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi oleh Ega, menimbulkan rasa marah
kepada Mama. Pada kutipan (184) Ega mempertanyakan apa kesalahannya
sehingga Mama membecinya. Ega juga tidak menerima jika kesulitan yang
menimpa dalam keluarganya itu adalah kesalahan Ega.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
4.8 Perencanaan Pembelajaran Unsur-Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik
Novel Ega Karya Anggie M
Dalam kegiatan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyiapkan materi
pembelajaran. Guru juga harus menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang dibuat dengan melihat silabus. RPP sangat mempunyai peranan
penting dalam berlangsungnya pembelajaran, RPP ini dibuat dengan tujuan
supaya dapat tercapainya pembelajaran dengan baik.
Standar kompetensi yang digunakan untuk pembelajaran ini adalah
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dengan
kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
Dalam pembuatan RPP unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Ega karya
Anggie M. terdapat beberapa langkah. Langkah pertama, peneliti mengisi kolom
identitas yang terdiri dari mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas/semester,
pertemuan, dan alokasi waktu. Langkah kedua, peneliti mengisi kompetensi dasar
yang sudah ada dalam silabus. Langkah ketiga, peneliti menuliskan indikator yang
sudah ditentukan. Langkah keempat, peneliti menuliskan tujuan pembelajaran
dengan mengacu pada indikator, tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan.
Langkah kelima, peneliti menuliskan pada kolom materi standar atau materi
pembelajaran, peneliti menuliskan topik-topik yang akan diajarkan tetapi juga
berkaitan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan
sebelumnya. Langkah keenam, peneliti menentukan metode pembelajaran apa
yang akan digunakan dalam pembelajaran. Langkah ketujuh, peneliti mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
menentukan kegiatan pembelajaran, mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan
akhir untuk tercapai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Peneliti
menuliskan ada dua kali pertemuan Langkah kedelapan, peneliti menuliskan
sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran, alat peraga, media, dan
bahan pembelajaran. Kemudian, langkah kesembilan, menentukan penilaian untuk
tercapainya tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar.
Dalam perencanaan ini, jenis penilaian yang digunakan adalah penilaian
tertulis. Dengan menerapkan tiga aspek penilaian, yaitu penilaian kognitif,
penilaian afektif, dan penilaian psikomotorik. Penilaian kognitif digunakan untuk
menilai kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan, penilaian
afektif digunakan untuk menilai sikap yang ditunjukkan siswa selama
pembelajaran itu berlangsung, sedangkan penilaian psikomotorik digunakan untuk
menilai keberanian siswa mempresentasikan tugasnya di depan kelas.
4.9 Pembahasan
Setelah melakukan penelitian dengan menjawab semua rumusan masalah.
Konflik batin telah ditemukan dengan cara mencermati alur, tokoh penokohan,
dan latar. Dalam teori terdapat lima tingkatan yang menggolongkan kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan,
kebutuhan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan
akan aktualisasi diri. Pada hasil analisis, peneliti menemukan konflik batin yang
terjadi dalam diri tokoh Ega akibat tidak terpenuhinya lima kebutuhan dasar
manusia. Penemuan tersebut sudah bisa dijadikan gambaran bentuk konflik batin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Dalam penyusunan RPP untuk pembelajaran sastra SMA kelas XI
semester I, siswa akan diajak untuk menganalisis unsur-unsur instrinsik dan
ekstrinsik dalam novel Ega karya Anggie M sesuai dengan kompetensi dasar yang
digunakan. Kemudian siswa juga diajak untuk mengidentifikasi konflik batin yang
terkandung dalam novel Ega karya Anggie M. Selan itu, siswa menghubungkan
nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Ega karya Anggie M denggan
kehidupan sehari-hari. Strandar kompetensi yang sesuai dengan penelitian ini
adalah memahami pembacaan novel dan kompetensi dasar yang sesuai dengan hal
ini adalah menjelaskan unsur-unsur instrinsik dari pembacaan penggalan novel.
Peneliti menggunakan trianggulasi data untuk menilai RPP yang telah disusun
sudah layak digunakan atau belum. Trianggulator dalam penelitian ini adalah Ibu
Septiana Krismawati, S.S., M.A. Menurut beliau, RPP yang telah peneliti susun
sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA untuk kelas XI
semester I.
Dalam pembuatan RPP unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Ega karya
Anggie M. terdapat beberapa langkah. Langkah pertama, peneliti mengisi kolom
identitas yang terdiri dari mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas/semester,
pertemuan, dan alokasi waktu. Langkah kedua, peneliti mengisi kompetensi dasar
yang sudah ada dalam silabus yaitu menganalisis unsur-unsur instrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Langkah ketiga, peneliti menuliskan
indikator yang sudah ditentukan, yaitu menganalisis tema, tokoh, penokohan,
latar, dan alur yang terdapat dalam novel Ega karya Anggie M, mengidentifikasi
konflik batin yang dialami tokoh utama, mengidentifikasi nilai-nilai moral yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
terkadung dalam novel, dan menghubungkan nilai moral yang terkandung dalam
novel dengan kehidupan sehari-hari. Langkah keempat, peneliti menuliskan tujuan
pembelajaran dengan mengacu pada indikator, tujuan pembelajaran yang sudah
dirumuskan yaitu siswa dapat menganalisis tema, tokoh, penokohan, latar, dan
alur yang terdapat dalam novel Ega karya Anggie M, siswa dapat
mengidentifikasi konflik batin yang dialami tokoh utama, siswa dapat
mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terkadung dalam novel, dan siswa dapat
menghubungkan nilai moral yang terkandung dalam novel dengan kehidupan
sehari-hari. Langkah kelima, peneliti menuliskan pada kolom materi standar atau
materi pembelajaran, peneliti menuliskan topik-topik yang akan diajarkan tetapi
juga berkaitan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan
sebelumnya, misalnya pengertian novel, unsur instrinsik novel (tema, tokoh,
penokohan, latar, dan alur), dan juga pengertian dari konflik batin. Langkah
keenam, peneliti menentukan metode pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam pembelajaran, di pembelajaran ini peneliti menerapkan model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Langkah ketujuh, peneliti mulai menentukan
kegiatan pembelajaran, mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir untuk
tercapai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Pada pertemuan pertama
dalam kegiatan awal, peneliti menuliskan guru memberikan salam kepada siswa,
lalu guru menjelaskan SK, KD, dan tujuan pembelajaran pada hari itu, dalam
petemuan awal terdapat orientasi, apersepsi, dan motivasi. Selama orientasi guru
memusatkan perhatian siswa pada materi yang diajarkan dan memberikan ilustrasi
meng enai unsur instrinsik. Lalu apersepsi, guru memberikan gambaran atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
contoh kepada siswa, kemudian guru memberikan ilustrasi kotak pensil, siswa
menyebutkan apa saja bagian dalam dan bagian luar yang terdapat dalam kotak
pensil. Pada contoh kotak pensil, guru mengaitkan dengan unsur instrinsik novel.
Kemudian dalam motivasi, guru memberikan motivasi dan manfaat mempelajari
unsur instrinsik novel dan manfaat dalam kehidupan nyata dan kehidupan sehari-
hari.
Dalam kegiatan inti terdapat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada
eksplorasi, siswa mencatat materi yang diberikan guru. Lalu, siswa membaca dan
memahami isi novel Ega karya Anggie M. Setelah itu, siswa mempelajari definisi
tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar yang terdapat dalam cerpen dan
mengkaitkan definisi unsur instrinsik ke dalam kehidupan sehari-hari atau dunia
nyata. Kemudian siswa menganalisis secara individu novel Ega untuk
menentukan unsur tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar yang terdapat dalam
novel Ega karya Anggie M. Pada elaborasi, siswa membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang setiap kelompok. Lalu, siswa mendiskusikan secara
berkelompok hasil analisis setiap individu mengenai unsur tema, tokoh,
penokohan, alur dan latar dalam novel Ega karya Anggie M dan siswa
mendiskusikan manfaat mempelajari unsur instrinsik yng terdapat dalam novel
Ega karya Anggie M serta mengkaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, dalam konfirmasi guru memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan kepada siswa dan menanyakan kepada
siswa materi yang belum dipahami. Pada kegiatan akhir, terdapat kesimpulan
refleksi, evaluasi dan tindak lanjut. Dalam kesimpulan, guru dan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
menyimpulkan materi tentang mengidentifikasi tema, tokoh, penokohan, alur dan
latar dalam novel Ega karya Anggie M. Lalu dalam refleksi, guru dan siswa
merefleksikan pembelajaran dengan membuat ringkasan mengenai pengguasaan
materi. Dalam evaluasi, guru memberikan post-test berkaitan dengan unsur
instrinsik yang dusah diberikan. Kemudian dalam tindak lanjut, guru memberikan
pekerjaan rumah (PR) kepada siswa berkaitan dengan unsur insitrinsk yang sudah
dipelajari
Pada pertemuan kedua, kegiatan awal yang terdiri dari orientasi, apersepsi,
dan motivasi. Guru meminta siswa mengumpulkan pekerjaan rumah (PR) yang
telah diberikan. Dalam orientasi, guru memusatkan perhatian siswa pada materi
lanjutan unsur instrinsik dan konflik batin. Dalam apersepsi, guru memberikan
ilustrasi seorang anak yang dibully oleh teman-temannya disekolah hingga
menyebabkan tidak mau berangkat sekolah kemudian mengkaitkannya dengan
konflik batin. Dalam motivasi, guru memberikan motivasi untuk mempelajari
unsur instrinsik dan konflik batin dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, kegiatan inti
yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam eksplorasi, guru dan
siswa bertanya jawab tentang materi sebelumnya, lalu guru menginstruksikan agar
duduk secara berkelompok untuk menganalisis konflik batin pada novel Ega
karya Anggie M. Dalam elaborasi, siswa diminta untuk mengidentifikasi konflik
batin yang dialami tokoh utama, lalu siswa melaporkan hasil analisis konflik batin
lalu kelompok lain menanggapi dan memberikan pertanyaan. Dalam konfirmasi,
guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dan guru bertanya tentang
materi yang belum dipahami siswa. Kemudian kegiatan akhir, terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
kesimpulan, refleksi, dan evaluasi. Dalam kesimpulan, guru dan siswa
menyimpulkan materi tentang mengidentifikasi unsur instrinsik dan konflik batin
yang terdapat dalam novel Ega karya Anggie M untuk mengkaitkan dengan
kehidupan sehari-hari sehingga dapat berguna dan bermanfaat bagi siswa. Dalam
refleksi, guru dan siswa melakukan refleksi terkait pembelajaran dengan membuat
ringkasan mengenai penguasaan materi. Dalam evaluasi, guru memberikan post-
test berkaitan dengan unsur instrinsik dan konflik batin. Langkah kedelapan,
peneliti menuliskan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran, alat
peraga, media, dan bahan pembelajaran. Sumber belajar yang digunakan dalam
menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Ega karya Anggie M adalah
novel Ega karya Anggie M, Teori Pengkajian Fiksi karya Nurgiyantoro, dan
Memahami Cerita Rekaan karya Panuti Sudjiman. Kemudian, langkah
kesembilan, menentukan penilaian untuk tercapainya tujuan pembelajaran dan
kompetensi dasar. Dalam perencanaan ini, jenis penilaian yang digunakan adalah
penilaian tertulis. Dengan menerapkan tiga aspek penilaian, yaitu penilaian
kognitif, penilaian afektif, dan penilaian psikomotorik. Penilaian kognitif
digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami materi yang
diberikan, penilaian afektif digunakan untuk menilai sikap yang ditunjukkan siswa
selama pembelajaran itu berlangsung, sedangkan penilaian psikomotorik
digunakan untuk menilai keberanian siswa mempresentasikan tugasnya di depan
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
BAB V
PENUTUP
Ada tiga hal utama yang akan dikemukakan pada bab lima ini, yaitu
kesimpulan akhir penganalisisan, implikasi, dan saran.
5.1 Kesimpulan
Novel Ega karya Anggie mempunyai alur yang meliputi paparan,
rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian dan selesaian. Paparan
diawali dengan menceritakan tokoh utama yang bernama Ega. Ega adalah seorang
lelaki yang baru lulus SMA dan akan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di
Jakarta. Dalam perjalanannya mencari alamat yang diberikan oleh Pak Wira,
ternyata mempertemukannya dengan Pak Bos, Evan, Ryan dan Nami. Rangsangan
mulai tampak ketika rumah, Mama, dan Papanya terbakar, yang tersisa hanyalah
Kak Hana saja dan mereka pun tinggal di rumah tetangga. Gawatan dimulai ketika
Kak Hana meninggalkan Ega dirumah tetangganya, Ega memutuskan untuk hidup
dijalanan. Ega pun bertemu dengan Pak Wira yang menolongnya dan
membantunya melanjutkan sekolah dengan mencarikan beasiswa. Tikaian terjadi
pada diri Ega ketika Ega bertemu dengan Kak Hana, tetapi Ega berpura-pura tidak
mengenalinya dan beranggapan bahwa Kak Hana sudah meninggal. Rumitan
terjadi ketika ada konflik antara Ega dan Kak Hana, Kak Hana menemui Ega
kembali untuk menjelaskan dan meminta maaf tetapi Ega tidak
memperdulikannya dan menganggap kalau semuanya sudah selesai. Klimaks
terjadi ketika Ega masuk ke rumah sakit dan Kak Hana beserta suami dan anaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
mengunjungi Ega kembali untuk menjelaskan kejadian sebenarnya tetapi Ega
merasa kesal dan mengusirnya. Leraian dimulai ketika Ega mulai memaafkan Kak
Hana. Kak Hana juga meminta Ega untuk tinggal bersamanya dan mencukupi
kebutuhannya sebagai wujud untuk menebus kesalahannya. Selesaian terjadi saat
ulang tahun Ega. Pak Bos, Bu Dian, Evan, Ryan, Nami, dan Kak Hana
memberikannya kado sebagai tanda kasih sayang mereka kepada Ega. Ega pun
tersadar bahwa masih ada yang peduli dengannya dan berjanji akan hidup dengan
baik.
Novel Ega karya Anggie M memiliki tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama dalam novel ini yaitu Helga Herlangga atau biasa dipanggil Ega.
Tokoh tambahan dalam novel ini yaitu Mama, Papa, Kak Hana sebagai kakaknya
Ega, Pak Wira, Pak Bos, Evan, Ryan, Nami dan Luna. Teknik penokohan yang
digunakan adalah teknik dramatik.
Novel Ega karya Anggie M mempunyai tiga latar yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Latar tempat yang terdapat dalam novel Ega yaitu Dian
Shop, kampus, rumah, kantin, rumah sakit, dan bengkel. Latar waktu dalam
penceritaan novel Ega karya Anggie M adalah pada tahun 2009 ketika dia
memulai kehidupan menjadi mahasiswa. Waktu lima hari Ega ditinggalkan Kak
Hana di rumah tetangganya. Waktu dua bulan Ega hidup di jalanan. Waktu dua
tahun Ega kembali merasakan kesendirian ketika ditinggalkan oleh Pak Wira.
Ketika kehidupan Ega pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Latar sosial yang
ditunjukan dalam novel Ega karya Anggie M adalah ketika Ega selalu terbayang
akan masa keluarganya bahkan dalam mimpi pun Ega selalu bermimpi tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
masa lalunya dan Ega selalu mengingat kata-kata Pak Wira untuk hidup dengan
baik.
Dalam meneliti novel Ega karya Anggie M, peneliti menggunakan
pendekatan struktural yang mengkaji alur, tokoh/penokohan, tema, dan latar.
Selain itu juga menggunakan pendekatan psikologi sastra yang ditinjau dari sisi
persepektif kepribadian humanistik Abraham Maslow. Peneliti menggunakan lima
teori kebutuhan untuk menganalisis konflik batin yang dialami tokoh utama Ega.
Ada lima teori kebutuhan yang peneliti gunakan, yaitu (1) kebutuhan fisiologis,
(2) kebutuhan akan keamanan, (3) kebutuhan akan cinta dan keberadaan, (4)
kebutuhan akan penghargaan, dan (5) kebutuhan akan aktualisasi diri.
Pertama, tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis yang dinyatakan bahwa
di dalam kehidupan Ega setelah dia kehilangan rumah dan orang tuanya, bahkan
Kak Hana kakaknya Ega pun pergi meninggalkan Ega. Ega harus hidup mandiri
pada saat dia masih kelas 1 SMP dan hidup di jalanan, makan dari sisa orang lain
dan mengemis. Kejadian kebakaran itu mengakibatkan Ega kehilangan rumah,
pakaian, buku, dan foto-foto kenangan keluarganya. Kedua, tidak terpenuhinya
kebutuhan rasa aman dinyatakan bahwa ketika Ega mengalami kecemasan dalam
dirinya, setiap bermimpi bahkan dalam bayangannya pun Ega selalu terngiang
dengan perkataan Mamanya yang mengatakan Ega adalah anak iblis. Ketiga, tidak
terpenuhinya kebutuhan rasa cinta dan memiliki dinyatakan bahwa Mamanya
yang dulu sangat menyayanginya tetapi sekarang malah membecinya. Keempat,
tidak terpenuhinya kebutuhan rasa penghargaan saat Ega merasa dipersalahkan
oleh Mamanyatanpa tahu kesalahannya. Kelima, tidak terpenuhinya kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
akan aktualisasi diri ketika Ega tidak berusaha menyelamatkan diri dari
kebakaran.
Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam hidup Ega menyebabkan
konflik batin. Konflik batin yang Ega alami yaitu (1) rasa sedih. Pertama, dalam
usia kelas 1 SMP Ega harus ditinggalkan sendiri oleh Kak Hana. Kedua, Ega
harus hidup dijalanan, makan dari sisa orang, mengemis, dan menjadikan emperan
toko sebagai atapnya. Ketiga, Ega harus merasakan sendiri lagi karena Pak Wira
meninggalkannya ke Bandung. Keempat, Ega merindukan keluarganya yang dulu,
keluarga yang penuh dengan kebahagiaan. (2) rasa takut karena setiap bermimpi
bahkan dalam bayangannya pun Ega selalu tergiang dengan perkataan Mamanya
yang mengatakan bahwa Ega anak iblis dan bersikap kasar kepada Ega untuk
mengusir Ega. (3) rasa tidak percaya diri karena Ega tidak memiliki harapan untuk
bertahan hidup, Ega bersikap pasrah dan tidak menyelamatan diri saat kebakaran
menimpa rumahnya dan (4) rasa marah karena Ega tidak terima jika kesulitan
yang terjadi dalam keluarganya adalah kesalahannya seperti yang dikatakan
Mamanya.
Hasil analisis tokoh penokohan, psikologi dan konflik batin tokoh utama
Ega dalam novel Ega karya Anggie M dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMA kelas XI karena memenuhi tiga aspek penting
sebagai bahan ajar, yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang
budaya. Dari segi bahasa, novel Ega dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
sastra di SMA. Hal ini didasarkan pada penggunaan bahasa sehari-hari yang
mudah dipahami. Dari segi perkembangan psikologi, novel Ega dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
sebagai bahan pembelajaran di SMA. Hal itu dikarenakan novel Ega mengandung
nilai-nilai kehidupan dan pendidikan yang baik untuk siswa. Dari segi latar
belakang budaya siswa, novel Ega tepat jika digunakan untuk bahan pembelajaran
sastra di SMA karena tokoh yang dihadirkan merupakan sesuai dengan usia dan
menyadarkan pada sang pencipta.
Pembelajaran tersebut membutuhkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) berdasarkan SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi
Dasar) Salah satu KD yang dapat digunakan untuk pembelajaran adalah SK kelas
XI, yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. KD
yang dapat dijadikan acuan adalah menganalisis unsur-unsur instrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian terhadap novel Ega karya Anggie
M, dapat dikatakan bahwa novel ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
sastra di SMA kelas XI semester I. Melalui analisis terhadap tokoh Ega, siswa
dapat diharapkan mampu menerapkan sikap positif dari tokoh utama yang selalu
optimis dan pantang menyerah.
5.3 Saran
Dari penelitian novel Ega karya Anggie M dapat disimpulkan bahwa novel
ini bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.
Melalui analisis konflik batin tokoh Ega, siswa diharapkan mampu menerapkan
sikap positif dari tokoh utama yang selalu optimis dan pantang menyerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Secara umum, bagi peneliti sastra, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan dalam meneliti novel, khususnya novel Ega karya Anggie M. Dengan
menemukan permasalahan yang lainya, novel ini dapat diangkat menjadi sebuah
penelitian sastra yang lebih baik. Bagi peneliti lain, novel Ega karya Anggie M
dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitianya dan diharapkan dapat
dikembangkan serta ditinjau kembali baik dari segi sastra, psikologi sastra, dan
yang lainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
DAFTAR PUSTAKA
Anggie, M. 2013. Ega. Yogyakarta: Kana Media.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.
Endraswara, Suwardji. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.
Huda, Miftahul, M.Pd. 2012. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur,
dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lestari, Elisabet Tri. “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Ayah,
Mengapa Aku Berbeda? Karya Agnes Davonar dan Relevansinya sebagai
Materi Pembelajaran Sastra Indonesia di SMP Pendekatan Psikologi Sastra”.
Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPSI, FKIP,USD.
Minderop, Albertine. 2016. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Mintasih, Wahyu. 2016. “Konflik Batin Tokoh Utama Pusparatri dalam Novel
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang Karya Nurul Ibad,MS dan
Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII
Semester 1 Suatu Tinjauan Psikologi Sastra”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,
JPSI, FKIP, USD.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, H.E. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar
Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
Pradopo, Rachnat Djoko. 2010. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual,
Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Intergitas Membangun Jati Diri.
Jakarta: Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sumardjo, Jacob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Penerbit Alumni.
Soeitoe, S. 1971. Kesehatan Mental. Djakarta: Bursa Buku.F.I.P.I.K.I.P.
Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan
Apresiasi. NTT: Nusa Indah.
Wahyuningtyas, Sri & Santoso, Heru Wijaya. 2011. Sastra: Teori dan
Implementasi. Surakarta: Yuma Pusaka.
Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Yudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Yudi, L Kristianto. 2016. “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Ayu Tu Novel
Cinta Berbunga di Lovina Karya Sunaryono Basuki KS dan Relevansinya
dalan Pembelajaran Sastra di SMP Kelas VIII Semester II Pendekatan
Psikologi Sastra”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPSI, FKIP, USD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I SILABUS
LAMPIRAN II RPP
LAMPIRAN III MATERI PEMBELAJARAN
LAMPIRAN IV KUNCI JAWABAN
LAMPIRAN V RINGKASAN NOVEL
LAMPIRAN VI DATA PENILAIAN PRODUK RPP
LAMPIRAN VII RUBRIK PENILAIAN RPP
LAMPIRAN VIII TRIANGGULASI DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 1
SILABUS
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pencapaian
Indikator
Pencapaian
Penilaian Contoh Soal Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
7.2 Menganalisis
unsur-unsur instrinsik
dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan
1. Ringkasan
novel Ega karya
Angge M.
2. Pengertian novel
dan unsur-unsur
instrinsik
2. Unsur-unsur
instrinsik novel
(tema, tokoh,
penokohan, alur,
1.Siswa memahami
pengertian novel
dan unsur instrinsik
2. Siswa membaca
ringkasan novel
Ega karya Anggie
M.
3.Siswa membe-
ntuk kelompok 4-5
orang setiap
1. Menganalisis 5
unsur instrisik
dalam novel
Ega karya
Anggie M.
2. Mengidentifikas
i konflik batin
tokoh utama
dalam novel
Ega karya
Jenis
Tugas
Tugas
kelompok.
Bentuk
Instrumen
Jawaban
singkat
1. Analisislah
unsur
instrinsik
yang
terkandung
dalam
novel Ega
karya
Anggie M.
2. Identifikasil
4 x 45
menit
1. Laptop,
LCD,
proyektor.
2. Buku
siswa.
3. Novel Ega
karya
Anggie M.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
latar) dan konflik
batin.
kelompok.
4. Siswa mengide-
ntifikasi unsur
tema, tokoh,
penokohan, alur,
dan latar dalam
novel Ega karya
Anggie M.
4. Siswa mengide-
ntifikasi konflik
batin yang
terkandung dalam
novel Ega karya
Anggie M.
5. Siswa mela-
porkan hasil
analisis instrinsik
dan konflik batin
Anggie M
3. Mengidentifikas
i nilai-nilai
moral yang
terkandung
dalam novel
Ega karya
Anggie M.
4. Menghubungka
n nilai-nilai
moral yang
terkandung
dalam novel
Ega karya
Anggie M
dengan
kehidupan
sehari-hari.
Uraian ah konflik
batin yang
dialami
tokoh
utama
dalam
novel Ega
karya
Anggie M.
3. Identifisika
silah nilai-
nilai moral
yang
terkandung
dalam
novel Ega
karya
Anggie M.
4. Hubungkan
lah nilai-
nilai moral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
yang
terkandung
dalam
novel Ega
karya
Anggie M
dengan
kehidupan
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembeajaran
(RPP)
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Standar Kompetensi : 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan
Kompetensi Dasar : 7.2 Menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit (2 x pertemuan)
I. Indikator
1. Menganalisis 5 unsur instrisik (tema, tokoh, penokohan, latar, dan alur) dalam novel
Ega karya Anggie M.
2. Mengidentifikasi konflik batin tokoh utama dalam novel Ega karya Anggie M
3. Mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Ega karya Anggie M.
4. Menghubungkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Ega karya Anggie M
dengan kehidupan sehari-hari.
II. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menganalisis 5 unsur instrisik (tema, tokoh, penokohan, latar, dan alur)
dalam novel Ega karya Anggie M.
2. Siswa dapat mengidentifikasi konflik batin tokoh utama dalam novel Ega karya
Anggie M
3. Siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Ega
karya Anggie M.
4. Siswa dapat menghubungkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Ega
karya Anggie M dengan kehidupan sehari-hari.
III. Materi Pembelajaran
- Pengertian novel dan unsur instrinsik (terlampir)
- Unsur instrinsik novel (tema, tokoh, penokohan, latar, dan alur) dan konfik batin
(terlampir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
- Ringkasan novel Ega karya Anggie M (terlampir)
IV. Model dan Metode Pembelajaran
- Model Pembelajaran
Cooperative Learning
V. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan Awal
1. Guru memberikan salam kepada siswa.
2. Guru menyiapkan siswa untuk siap
belajar (berdoa).
3. Guru menjelskan SK, KD, dan tujuan
pembelajaran
Orientasi
4. Guru memusatkan perhatian siswa pada
materi yang akan diajarkan dan
memberikan ilustrasi mengenai unsur
instrinsik.
Apersepsi
5. Guru memberikan gambaran atau
contoh kepada siswa, kemudian guru
memberikan ilustrasi kotak pensil,
siswa menyebutkan apa saja bagian
dalam dan bagian luar yang terdapat
dalam kotak pensil. Pada contoh kotak
pensil, guru mengaitkan dengan unsur
instrinsik novel
Motivasi
6. Guru memberikan motivasi dan manfaat
mempelajari unsur instrinsik novel dan
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
manfaat dalam kehidupan nyata dan
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Siswa mencatat materi yang diberikan
Guru
b. Siswa membaca dan memahami isi
novel Ega karya Anggie M.
c. Siswa mempelajari definisi tema, tokoh,
penokohan, alur, dan latar yang terdapat
dalam cerpen dan mengkaitkan definis
unsur instrinsik kedalam kehidupan
sehari-hari atau dunia nyata.
d. Kemudian siswa menganalisis secara
individu novel Ega untuk menentukan
unsur tema, tokoh, penokohan, alur, dan
latar yang terdapat dalam novel Ega
karya Anggie M.
e. Siswa bertanya kepada guru berkaitan
dengan unsur tema, tokoh, penokohan,
alur, latar dan mengkaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari
Elaborasi
f. Setelah siswa menganalisis tema, tokoh,
penokohan, alur, dan latar. Guru
membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang setiap
kelompok.
g. Siswa mendiskusikan secara
berkelompok hasil analisis setiap
individu mengenai unsur tema,toko,
penokohan, alur dan latar dalam novel
Ega karya Anggie M.
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
h. Siswa mendiskusikan manfaat
mempelajari unsur instrinsik yng
terdapat dalam novel Ega karya Anggie
M serta mengkaitkannya dalam
kehidupan masing-masing siswa.
i. Guru memberikan instruksi agar tugas
kelompok dipersentasikan
Guru memberikan contoh pemodelan
novel Ega karya Anggie M yang
sebelumnya sudah dianalisis.
j. Guru memberikan contoh pemodelan
novel Ega karya Anggie M yang
sebelumnya sudah dianalisis.
Konfirmasi
k. Guru memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan dan
tulisan kepada siswa.
l. Guru bertanya tentang materi yang
belum diketahui siswa
Kegiatan
Akhir
Kesimpulan
Guru dan siswa menyimpulkan materi
tentang mengidentifikasi unsur tema,
tokoh, penokohan, alur, dan latar dalan
novel Ega karya Anggie M.
Refleksi
Guru dan siswa melakukan refleksi terkait
pembelajaran dengan membuat ringkasan
mengenai penguasaan materi.
Evaluasi
Sebelum mengakhiri pemblajaran, Guru
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
memberikan post-test berkaitan dengan
unsur tema, tokoh, penokohan, alur, dan
latar yang sudah diberikan.
Tindak Lanjut
Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
kepada siswa berkaitan dengan unsur
instrinsik yang sudah dipelajari.
Pertemuan II
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan Awal 1. Guru memberkan salam kepada siswa.
2. Guru menyiapkan siswa untuk siap
belajar (berdoa)
3. Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan tugas rumah yang telah
diberikan pada pertemuan pertama.
Orientasi
4. Guru memusatkan perhatian siswa pada
materi yang akan diajarkan dan
memberikan ilustrasi mengenai materi
lanjutan unsur instrinsik dan konflik
batin
Apersepsi
5. Guru memberikan penjelasan tentang
gambar awal mengenai unsur instrinsik
novel. Kemudian guru memberikan
ilustrasi seorang anak yang dibully oleh
teman-temannya di sekolah hingga
menyebabkan tidak mau berangkat
sekolah. Pada contoh itu, guru
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
mengkaitkannya dengan konflik batin.
Motivasi
6. Guru memberikan motivasi
mempelajari unsur instrinsik dan
manfaat konflik batin dalamkehidupan
nyata dan sehari-hari
Kegiatan Inti Eksplorasi
a. Guru dan siswa bertanya jawab
mengenai materi sebelumnya yang telah
dipelajari agar pemahaman tentang
unsur instrinsik lebih baik.
b. Guru memberikan instruksi agar duduk
bersama kelompoknya dan
mempersiapkan untuk menganalisis
konflik batin.
Elaborasi
c. Siswa mendiskusikan secara
berkelompok hasil analisis konflik batin
dalam novel Ega karya Anggie M.
d. Semua kelompok wajib melaporkan
tugasnya terkait menganalisis konflik
batin novel Ega karya Anggie M.
e. Guru memberikan instruksi agar siswa
yang lain menanggapi atau memberi
pertanyaan atas persentasi tiap
kelompok
Konfirmasi
f. Guru memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan dan
tulisan kepada siswa.
g. Guru bertanya tentang materi yang
belum diketahui siswa
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Kegiatan
Akhir
Kesimpulan
Guru dan siswa menyimpulkan materi
tentang mengidentifikasi unsur instrinsik
dan konflik batin yang terdapat dalam
novel Ega dan guru membrikan
kesimpulan dengan mengkaitkan dengan
kehidupan nyata atau kehidupan sehari-
hari sehingga dapat berguna dan
bermanfaat bagi siswa.
Refleksi
Guru dan siswa melakukan refleksi terkait
pembelajaran dengan membuat ringkasan
mengenai penguasaan materi.
Evaluasi
Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru
memberikan post test berkaitan dengan
materi unsur instrinsik dan konflik batin.
10 menit
VI. Media Pembelajaran
1. Buku siswa
2. Rangkuman materi
3. Ringkasan novel Ega karya Anggie M
4. Alat: LCD, Power Point
VII. Sumber:
- Anggie, M. 2013. Ega. Yogyakarta: Kana Media.
- Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
- Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
VIII. Penilaian
Jenis tes : tertulis
Bentuk tes: Uraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Kerjakan soal di bawah ini!
1. Analisislah 5 unsur instrinsik yang terkandung dalam novel Ega karya Anggie
M! (skor 5)
2. Identifikasilah konflik batin yang terkandung dalam novel Ega karya Anggie
M ! (skor 5 )
Rubrik Penilaian
No Kriteria Penilaan Skor
1 Menganalisis 5 unsur instrinsik novel Ega karya
Anggie M
5
Menganalisis 4 unsur instrinsik novel Ega karya
Anggie M
4
Menganalsis 3 unsur instrinsik novel Ega karya
Anggie M
3
Menganalisis 2 unsur instrinsik novel Ega karya
Anggie M
2
Menganalisis 1 unsur instrinsik novel Ega karya
Anggie M
1
2 Mengidentifikasi konflik batin novel Ega karya
Anggie M dengan lengkap dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
5
Mengidentifikasi konflik batin novel Ega karya
Anggie M dengan lengkap dan tidak
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
4
Mengidentifikasi konflik batin novel Ega karya
Anggie M dengan tidak lengkap tetapi
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
3
Mengidentifikasi konflik batin novel Ega karya
Anggie M dengan tidak lengkap dan tidak
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
2
Tidak mengidentifiikasi konflik batin novel Ega
karya Anggie M dengan lengkap dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Pedoman Penilaian
Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek
Nilai =
1. Aspek Afektif
Mata Pelajaran : ..............................................
Kelas/Semester : ..............................................
Tahun Ajaran : ..............................................
Waktu Pengamatan : ..............................................
Kriteria yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah menunjukkan tanggung jawab dan
disiplin dalamberinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan jangkauan pergaulan.
Rubrik Penilaian
Indikator Selalu Sering Tampak Belum
Tampak
Keterangan
(4) (3) (2) (1)
Siswa mampu menunjukkan
sikap tanggung jawab dalam
mengidentifikasi unsur
instrinsik dan konflik batin
novel Ega.
Siswa mampu menunjukan
sikap disiplin dalam
mengerjakan tugas unsur
instrinsik dan konflik batin
dengan baik
Pedoman Penilaian
Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek
Nilai =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
2. Aspek Psikomotorik
Kriteria Penilaian
Deskripsi Pelaksanaan Skor
Media Presentasi Kelengkapan Isi Pemahaman
a. Media
yang
digunakan
sangat
menarik
a. Mempersentasikan
dengan intonasi yang
sangat jelas
a. Kelengkapan
isi yang
dipaparkan
sangat
lengkap
a. Kemampuan
menanggapi
presentasi
kelompok
lain dengan
baik
5
b. Media
yang cukup
menarik
b.Mempersentasikan
dengan intonasi cukup
jelas
b.Kelengkapanisi
yang dipaparkan
lengkap
b.Kemampuan
menanggapi
presentasi
kelompok lain
baik
3
c. Media
yang
digunakan
kurang
menarik
c.mempresentasikan
dengan intonasi yang
kurang jelas
c. kelengkapan
isi yang
dpaparkan
kurang lengakap
c.kemampuan
menanggapi
kelompok lain
cukup baik
2
Skor
Maksimal
10
Rubrik Penilaian
Nama Media Presentasi Kelengkapan Isi Pemahaman Total Skor
Sari
Ratih
Dst
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Pedoman Penilaian
Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek
Nilai =
Mengetahui, Yogyakarta, Oktober 2017
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(.....................) (Sisillia Yossy)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Lampiran 3
Materi Pembelajaran
Pengertian Novel
Novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus. Kata baru dikaitkan dengan kenyataan
bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan cerita
pendek dan roman. Suasana yang digambarkan dalam novel adalah sesuatu yang realistis dan
masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan hanya kelebihan dari tokoh tersebut tetapi
juga kekurangannya (Waluyo, 1994:37).
Unsur-unsur instrinsik yang terkandung dalam novel
a. Tema adalah alasan pengarang mengemukakan gagasan, ide atau pilihan utama yang
mendasar suatu karya sastra (Sudjiman, 1988:50).
b. Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap
sebagai tokoh konkret dan individual (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 144). Sedangkan
menurut Sudjiman (1990: 79)), tokoh adalah adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita, tokoh di bedakan
menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.
1. Tokoh sentral/utama adalah tokoh yang memegang peran pimpinan. Ia bahkan
menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh utama dapat juga ditentukan dengan
memperhatikan hubungan antartokoh. Tokoh utama merupakan tokoh yang banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupaun yang dikenai kejadian (peristiwa
yang terjadi).
2. Tokoh bawaan/tambahan adalah tokoh yang tidak sental kedudukannya didalam cerita
tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh
utama. Tokoh bawahan yang sebenarnya sulit disebut tokoh karena ia boleh dikatakan
tidak memegang peran di dalam cerita.
c. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010: 165), sementara itu menurut Sudjiman (1990:
61) penokohan dalam perwatakan dan penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Watak
tokoh dapat diungkap melalui (a) tindakan, (b) perkataan, (c) pikiran, (d) penampilan
fisik, dan (e) apa yang dikatakan dan dipikirkan tokoh tentang diri sendiri.
d. Latar adalah landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Nurgiyantoro, 1995: 216). Sudjiman (1988: 44), juga berpendapat bahwa latar adalah
segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan
suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita. Latar
terdiri dari tiga unsur, yaitu tempat waktu dan sosial. Ketiga unsur latar tersebut salilng
berkaitan dan saling mempengaruhi satu yang lainnya. Latar berfungsi untuk
mempertegas jalannya cerita.
e. Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah novel untuk mengembangkan jalan cerita
dan merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk karena sebab-akibat.
Konflik batin
Konflik batin adalah pertarungan individual yang terjadi dalam batin manusia itu sendiri.
Konflik ini akan membuat sebuah keputusan atau ketetapan, terjadilah pertentangan
antara kekuatan keberanian dan kekuatan, kebijakan dan kejahatan, kejujuran dan
kecurangan, dan sebagainya (Tjahjono, 1987: 113). Sedangkan menurut Baribin (1985:
62), konflik internal atau kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang
tokoh cerita yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Konflik batin mengarah pada
suatu individu dimana terjadi pergulatan batin dalam dirinya yang dihasilkan dari luar
maupun dari dalam dirinya sendiri. Konflik bisa terjadi karena masalah internal
seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Lampiran 4
Kunci Jawaban
1. 5 unsur instrinsik
a. Tema
Tema adalah alasan pengarang mengemukakan gagasan, ide atau pilihan utama
yang mendasar suatu karya sastra (Sudjiman, 1988:50).
b. Tokoh
Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca
dianggap sebagai tokoh konkret dan individual (Hartoko dan Rahmanto, 1986:
144). Sedangkan menurut Sudjiman (1990: 79)), tokoh adalah adalah individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa
dalam cerita, tokoh di bedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.
c. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010: 165), sementara itu
menurut Sudjiman (1990: 61) penokohan dalam perwatakan dan penciptaan citra
tokoh dalam karya sastra. Watak tokoh dapat diungkap melalui (a) tindakan, (b)
perkataan, (c) pikiran, (d) penampilan fisik, dan (e) apa yang dikatakan dan
dipikirkan tokoh tentang diri sendiri.
d. Latar
Latar adalah landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
(Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 216). Sudjiman (1988: 44), juga berpendapat
bahwa latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra
membangun latar cerita. Latar terdiri dari tiga unsur, yaitu tempat, waktu dan
sosial. Ketiga unsur latar tersebut salilng berkaitan dan saling mempengaruhi satu
yang lainnya. Latar berfungsi untuk mempertegas jalannya cerita.
e. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah novel untuk mengembangkan jalan
cerita dan merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk karena sebab-
akibat. Alur terdapat tiga jenis, yaitu maju, mundur, dan campuran (maju
mundur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Konflik batin
Konflik batin adalah pertarungan individual yang terjadi dalam batin manusia itu
sendiri. Konflik ini akan membuat sebuah keputusan atau ketetapan, terjadilah
pertentangan antara kekuatan keberanian dan kekuatan, kebijakan dan kejahatan,
kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya (Tjahjono, 1987: 113). Sedangkan menurut
Baribin (1985: 62), konflik internal atau kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam
hati, jiwa seorang tokoh cerita yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Konflik
batin mengarah pada suatu individu dimana terjadi pergulatan batin dalam dirinya
yang dihasilkan dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Konflik bisa terjadi
karena masalah internal seseorang.
2. Unsur instrinsik Novel Ega
Pertama, tema yang terdapat dalam novel Ega adalah berkaitan dengan keluarga, karena
pada novel ini menceritakan tentang permasalahannya bersama keluarganya. Kedua,
tokoh dalam novel Ega karya Anggie M adalah Ega, Pak Bos, PakWira, Evan, Ryan,
Mama, Papa, Kak Hana, Andi, Nami, dan Luna. Tokoh utama dalam novel ini adalah
Ega, sedangkan tokoh tambahan dalam novel ini adalah Pak Bos, PakWira, Evan, Ryan,
Mama, Papa, Kak Hana, Andi, Nami, dan Luna. Ketiga, penokohan dalam novel Ega
karya Anggie M adalah Ega memiliki karakter baik, mandiri, cuek, dan pantang
menyerah. Pak Bos memiliki karakter baik hati, sabar, bijaksana, penuh pengertian,
humoris, dan penyayang. Pak Wira memiliki kriteria baik, keras, tegas, penyayang, dan
ikhlas. Evan memiliki kriteria baik, peduli, perhatian, dan usil. Ryan memiliki kriteria
baik, setia kawan, dan cerewet. Mama memiliki kriteria kasar, plin plan, dan senang
menuduh. Papa memiliki kriteria penyayang, bertanggung jawab, dan sabar. Kak Hana
memiliki kriteria penyayang, bertanggung jawab, lemah lembut, dan tegar. Andi
memiliki kriteria baik, sabar, dan suka menolong. Nami memiliki kriteria baik, peduli
dan setia. Luna memiliki kriteria pemalu, tertutup, dan ceroboh. Keempat, latar yang
terdapat dalam novel Ega karya Anggie M terbagi menjadi tiga unsur yaitu latar tempat,
latar waktu, dan sosial. Latar tempat dalam novel Ega terjadi di Dian shop, kampus,
rumah, kantin, rumah sakit, dan bengkel. Latar waktu yang terdapat dalam novel Ega
menunjukkan pada waktu siang hari, pagi hari, malam hari, dan sore hari. Latar sosial
yang terdapat dalam novel Ega adalah Ega selalu terbayang dengan masa lalunya yang
membuat Ega tidak bisa tidur dengan nyenyak tetapi, pada akhirnya Ega mampu
memaafkan semua orang yang meninggalkan Ega termasuk Mamanya yang sudah tiada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
dan mau menerima Kak Hana kembali sehingga Ega bisa hidup dengan baik. Kelima,
alur yang digunakan dalam novel Ega karya Anggie M adalah alur campuran atau maju
mundur, karena dalam novel ini Ega mengingat kembali kejadian masa lalu, setelah itu
Ega menceritakan kembali kehidupannya saat ini.
Konflik batin yang dialami Ega adalah ketika hal yang tidak diinginkan terjadi pada
keluarganya. Mama yang dulu menyayanginya, kini membenci Ega. Mama juga
membunuh Papa. Kak Hana yang sangat ia percayai juga meninggalkannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Lampiran 5
Ringkasan Novel
Siang itu cuaca sangat panas. Perjalanan dari Bekasi sampai Pulo Gadung memakan
waktu kurang lebih dua jam. Ega baru saja lulus SMA dengan nilai yang cukup memuaskan.
Dia juga berhasil memperebutkan beasiswa dari salah satu perusahaan besar di Indonesia.
Selama empat tahun, perusahaan itu akan mengirim lima juta setiap tahunnya ke rekening
dengan syarat IP tidak boleh kurang dari 2,75.
Dian Shop
Jln. Pemuda, No. 17, Rawamangun, Jakarta
Alamat itu tertulis d secarik kertas yang dipegang. Ega sama sekali tidak tahu di mana
letak alamat itu. Setahun lalu, Pak Wira memberikan alamat ini kepadanya. Kalau dia
membutuhkan bantuan, dia boleh mencari “Pak Bos” di toko itu. Pak Bos adalah sahabat baik
Pak Wira yang sudah bertahun-tahun menikah, tapi belum memliki anak. Kata Pak Wira,
lelaki yang dipanggil “Bos” ini pasti akan bersikap baik kepadaku. Dian Shop terletak di
antara deretan ruko, tepat beberapa meter di hadapannya. Ega mendorong pintu kaca toko.
Udara dingin AC di ruangan itu langsung menyambut. Rasanya seperti menemukan oase di
gurun pasir.
Saat Pak Bos menemuinya dan menebak namanya, Ega hanya membalas dengan
anggukan. Tidak ada yang salah, namanya Helga Herlangga dan memang biasa dipanggil
Ega. Lelaki di hadapannya itu langsung memeluknya sampai Ega nyaris kehabisan napas. Pak
Bos mempersilahkan Ega untuk tinggal di toko itu bersama dengan Evan.
Lamunannya buyar saat mencium aroma telur dadar yang membuatnya menarik diri
untuk beranjak dan mengintip keluar. Evan sedang membelakanginya diseberang ruangan,
tepat di sebelah kamar mandi. Tempat itu bisa disebut dapur karena ada satu kompor di atas
meja kayu dan beberapa alat makan tergeletak begitu saja di sebelahnya. Pintu kamar berderit
saat dibukanya. Evan menoleh dan langsung menyambut Ega dengan senyum khasnya yang
luar biasa sempurna. Ega dan Evan merupakan satu falkutas, Evan di jurusan Ilmu
Komunikasi, sedangkan Ega di jurusan Hubungan Internasional.
Saat PKA (Perkenalan Kuliah Awal) hari pertama, tiba-tiba ada seseorang yang
mendekati dan langsung mengajaknya berkenalan. Dia bernama Ryan. Ega pun membalas
uluran tangannya sambil menyebutkan nama panggilannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Saat Ega melangkah sendirian di koridor, lagi-lagi ada sesuatu yang menganggunya.
Ega melihat wanita itu lagi, wanita yang berdiri di sebelahnya waktu di busway. Wanita itu
melirik Ega sekilas dan sepertinya dia juga masih mengenali wajah Ega. Di luar dugaan, Ega
pikir dia akan pasang wajah jutek, tapi dia malah mengumbar senyum.
Wanita bernama Nami itu menatap Ega dengan wajah mengerucut penuh selidik.
Menanyakan siapa namanya tanpa ada kesan ramah sama sekali karena Ega tidak menjawab
pertanyaanya. Wanita berjilbab yang tubuhnya lebih tinggi dari Ega itu sudah pergi semenit
yang lalu, tapi Evan masih saja menggelayutkan lengan di pundak Ega sambil sesekali
membalas sapaan anak-anak 2009 yang lain. Ega meliriknya jengkel sampai akhirnya dia
sadar dengan tatapan kesal Ega, lalu menurunkan tangannya sambil nyengir.
Hari ketiga PKA, Ega bangun lebih dulu dari Evan, tepatnya Ega terbangun karena
mimpi buruk pukul 03.00 dan tidak bisa menyambung tidur lagi. Sejak Pak Wira pergi sekitar
dua tahun lalu, Ega sudah semakin terbiasa dengan keheningan. Pikiran kosong membuatnya
sekelebat masa lalu kembali melintas di benak, masa lalu yang tidak pernah berhasil Ega
singkirkan dari kepalanya.
Pertama kali Ega menyadari ada yang tidak beres dengan Mama adalah saat kelas 1
SMP. Ega melihat Mama berdebat dengan Papa di ruang makan. Dulu keluarga mereka tidak
seperti itu. Keluarga mereka bahagia, tapi semuanya berubah sejak usaha Papa tidak
mengalami kemajuan, keuangan keluarga semakin sulit, dan utang menumpuk. Mama dan
Papa semakin sering bertengkar, saling menyalahkan tanpa memedulikan dampaknya kepada
Ega dan Kak Hana. Mama menjadi sering menangis sendiri. Dia mulai tidak peduli kepada
Ega dan yang lebih parah lagi, Mama jadi ketakutan melihat Ega.
Waktu itu Ega memang tidak begitu mengerti, tapi sekarang Ega tahu apa yang
terjadi. Kak Hana, satu-stunya kakaknya, pernah menceritakan tentang pernikahan Mama dan
Papa yang ditentang keluarga dan keadaan Mama yang sudah pernah berkonsultasi kepada
psikolog. Mama mengalami guncangan jiwa. Dia menuduh Papa selingkuh, menuduh Kak
Hana hamil di luar nikah, menuduh semua tetangga bergunjing tentangnya, dan menuduh Ega
memakai narkoba sampai kemudian dia takut melihat Ega dan menganggap Ega jelmaan
iblis. Dia menyesal telah melahirkan Ega. Semua penyesalan itu dirasakannya saat tekanan
hidup menghimpit keluarga kami. Dia menyesali hidup yang telah dipilihnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Sekitar pukul 8 malam, Papa akhirnya pulang. Papa dan Mama kembali bertengkar.
Ega masuk ke kamar dan sama sekali tidak ingin menyimak sumpah serapah dan kata-kata
makian yang meluncur bergantian dari mulut mereka.
Keadaan di bawah kelihatannya semakin parah. Terdengar suara gaduh benda-benda
dilemparkan, berjatuhan dan pecah. Ega merasa harus keluar dan melakukan sesuatu. Suasana
perlahan mulai hening, Ega pun mulai berani menuruni anak tangga. Perasaannya tidak
menentu. Ega mempercepat langkah sambil memandang sekeliling ruang tengah yang cukup
lebar. Lantai yang dipijak seolah terperosok saat matanya menangkap Mama memegang
pisau yang berlumuran darah di depan tubuh Papa yang terbaring kaku. Papa sudah tidak
bergerak lagi, tapi Mama kembali menikamkan pisaunya sambil tertawa tanpa suara dengan
air mata.
Kak Hana pergi mencari bantuan. Ega ingin menyusulnya karena Ega benar-benar
takut berada di situ tetapi Ega tidak bisa bergerak, sekujur tubuhnya terasa lemas. Saat itu
Ega melihat Mama berdiri, tapi Mama tidak menghampiri Ega. Mama bahkan tidak
memandangnya. Dia melangkah lunglai menuju dapur. Ega tidak tahu apa yang
dilakukannya. Beberapa saat kemudian, asap mengepul dari dapur dan mulai memenuhi
ruangan. Mama membakar rumah mereka.
Saat Ega tersadar, Ega sudah berada di rumah tetangga yang mana dan siapa
namanya. Langit di luar sudah terang. Kak Hana duduk di sampingnya dan sepertinya orang-
orang sibuk sekali di luar sana. Semua bagian rumah nyaris terbakar habis bersama dengan
semua pakaian, buku, dan foto-foto kenangan keluarga mereka, terutama Papa dan Mama.
Hari kelima sejak Ega tinggal di rumah tetangganya, Ega keluar tanpa mengucapkan
apapun, bahkan tidak mengucapkan terima kasih. Ega pergi begitu saja dan berlari mengejar
sesuatu yang bayangannya pun bahkan sudah tak terlihat lagi. Ega mencari sosok Kak Hana
yang akan tersenyum kepadanya sambil berkata, “Semuanya pasti akan baik-baik saja.” Tapi
kini Kak Hana sudah pergi, hilang entah kemana dan Ega sudah tidak bisa kembali lagi. Ega
tidak punya tempat untuk pulang. Saat itu dia pikir, kali ini dia benar-benar sendirian.
Ega terus mencoba meyakinkan diri kalau dia akan baik-baik saja. Ega hidup di jalan,
makan dari sisa orang lain, mengemis, menjadikan emperan toko sebagai atapku. Ega tidak
menangis lagi karena itu percuma dan buang-buang tenaga. Pada akhirnya, hanya Ega sendiri
yang peduli dengan dirinya sendiri. Ega tidak pernah memikirkan keluarganya. Ega sudah
muak menjadi korban dari semua ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Hampir dua bulan Ega hidup dengan kondisi seperti itu. Hingga akhirnya Ega
memutuskan untuk mencopet, tapi gagal. Pertama kali mencoba, Ega langsung ditangkap dan
dihajar. Namun, seseorang membelanya. Dia mengajak Ega tinggal bersamanya di sebuah
bengkel. Itu pertama kalinya Ega tidur dengan bantal sejak hidup di jalan. Dia lelaki luar
biasa. Ega memanggilnya Pak Wira.
Pak Wira membantu Ega mencarikan beasiswa agar Ega bisa kembali sekolah. Dia
punya seorang teman yang bekerja di dinas pendidikan. Dia membuatkan proposal dengan
melampirkan prestasi Ega hingga akhirnya Ega berhasil melanjutkan sekolah dengan
mengandalkan beasiswa dari pemerintah daerah. Ega mempertahankan setiap nilai mata
pelajarannya agar tetap di atas rata-rata. Ega mendapatkan biaya sekolah sampai tamat SMA.
Awal semester kelas I SMA, Pak Wira pergi ke Bandung, ke tempat keluarganya. Ega
hidup sendirian lagi. Pada saat bersamaan, sekolah merekomendasikannya untuk
memperebutkan beasiswa dari salah satu perusahaan minyak terbesar di Indonesia. Dari
sekian banyak peserta tes, hanya beberapa orang yang akan terpilih mendapatkan biaya untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi selama empat tahun. Ega adalah salah satunya di antara
mereka.
Ketika Ega sedang duduk di kursi kasir, HP Pak Bos berdering. Dia kemudian keluar
dari toko. Hampir bersamaan saat dia keluar, seorang wanita masuk ke toko diikuti bocah
laki-laki. Mereka berjalan ke salah satu lorong. Tidak lama kemudian, wanita itu
menghampiri Ega sambil membawa tisu, permen, cokelat, dan minyak kayu putih. Seperti
biasa, tanpa bicara apapun Ega langsung menghitung belanjaan dan membiarkannya
menunggu.
Wanita itu menatapnya dan memanggil namanya. Ega pun mendongak dan tidak
butuh waktu lama untuk mengenali wajah itu. Wanita itu adalah Kak Hana, satu-satunya
saudara kandungnya yang dulu pernah Ega anggap kakak terbaik di dunia. Dia yang dulu
pernah bilang kalau semuanya akan baik-baik saja. Dia yang dulu pernah pergi meninggalkan
Ega tanpa mengatakan apapun. Dan sekarang, sepertinya dia menjalani kehidupan yang
bahagia. Kak Hana bahkan sudah punya anak yang tampak sangat sehat.
Perlahan Kak Hana mulai berbalik dan menggandeng tangan anaknya. Dia masih
memandang Ega dengan matanya yang berair. Kak Hana masih berharap Ega mengenalinya.
Ega sama sekali tidak berniat memanggilnya meskipun dia masih menatap Ega lewat kaca
etalase. Apa pun yang dia katakan tidak akan mengubah keadaan. Ega akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
meninggalkannya, sama seperti yang dia lakukan kepada Ega. Ega berharap dia merasakan
kepedihan, sakit hati, dan penyesalan seumur hidup.
Pak Bos kembali ke toko dengan wajah basah. Dia pun mengatakan bahwa Pak Wira
meninggal. Ega pun meninggalkan meja kasir. Sekujur tubuhnya menggigil seperti retak dan
akan roboh seketika. Ega merasa lelah. Kakinya lemas dan Ega tidak bisa mencegah saat
tubuhnya jatuh. Ega tahu ada orang lain yang baru saja masuk ke toko dan Ega juga tahu
waktu Pak Bos berteriak panik. Pandangannya semakin gelap, tidak terlihat apa-apa, dan
tidak terdengar apa-apa.
Perlahan Ega mulai sadar kalau Ega tidak sedang berada di kamarnya. Ruangan yang
tidak dia kenal ini adalah rumah sakit. Pak Bos, Evan, Ryan dan Nami bergantian
menjaganya. Kak Hana beserta suami dan anaknya pun datang untuk menjenguk Ega. Kak
Hana mulai meminta maaf kepada Ega atas kesalahannya meninggalkan Ega, namun Ega
tidak memperdulikannya. Dia pun mulai menjelaskan kejadian apa yang sebenarnya terjadi
sehinga membuat dia tidak pulang.
Saat Kak Hana hendak pulang, dia ditabrak oleh Andi yang kini jadi suaminya. Andi
pun membawanya ke rumah sakit. Kak Hana menceritakan apa yang terjadi dalam keluarga,
dia menceritakan kalau tidak punya rumah. Andi menawarkan kak Hana bekerja sebagai
office girl. Kak Hana berpikir Ega akan baik-baik saja bersama Bu Yuni tetangggaku.
Sebulan setelahnya, Kak Hana bermaksud menjeput Ega karena dia pikir gajinya sudah
lumayan cukup untuk hidup, namun ketika Kak Hana kembali, Bu Yuni mengatakan Ega
sudah pergi entah kemana. Kak Hana sudah menjelaskan semuanya tetapi Ega masih tidak
bisa menerimanya. Ega meminta Kak Hana untuk pulang.
Malam hari setelah Ega selesai mandi, Pak Bos, Bu Dian, Evan, dan Ryan serempak
mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Pak Bos juga mengundang Kak Hana untuk
ikut makan malam bersama. Kak Hana bilang kepada Ega akan menceraikan suaminya dan
meninggalkan anaknya. Kak Hana merasa inilah salah satunya cara agar Ega bisa
memaafkannya dan menggantikan semua kesalahannya. Bahkan, Kak Hana berniat untuk
bunuh diri namun Ega mencegahnya. Ega merasa hatinya sudah terlalu membusuk
membiarkan kakaknya menderita. Ega pun memaafkannya. Kak Hana senang Ega sudah
memaafkannya, dia pun memeluk dan menggenggap erat tangan Ega.
Kak Hana meminta Ega untuk tinggal bersamanya namun Ega menolaknya. Ega
membutuhkan waktu untuk menerima semua ini, Kak Hana pun mengerti dan mengizinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Ega untuk tinggal bersama Pak Bos dan Evan. Siang itu Ega berangkat ke kampus, salah satu
teman Nami memanggil Ega dan mengancam Ega agar aku tidak menghancurkan hidup
Nami. Nami menyukai Ega sejak Ega masuk kuliah, namun Ega tidak memperdulikannya.
Nami merupakan seniorku, saat itu dia sudah di wisuda. Nami sempat mengatakan kepada
Ega bahwa dia akan menunggu Ega. Ega pun menelfonnya dan mengatakannya untuk tidak
menunggunya lagi dan memintanya untuk sebatas kakak adik saja.
Saat menyusuri karidor gedung A tiba-tiba saja mata Ega tertancap pada benda kecil,
ternyata gantungan kunci ini adalah milik cewek yang berada di busway kemarin. Cewek itu
bernama Luna. Ega baru saja berbalik dan melangkah menuju arah berlawanan dengannya
saat kudengar teriakan kecil dari belakang, tepatnya arah yang dituju cewek tadi. Setelah Ega
menoleh, ternyata dia terjatuh. Kakinya terperosok di selokan kecil, buku-bukunya
berserakan, jilbabnya miring, dan sepertinya dia cedera. Ega langsung membantunya dan
meminta bantuan Ryan untuk mengantarnya pulang.
Pak Bos baru saja membuka toko baru. Ega berkunjung kesana karena letaknya tidak
jauh dengan makan Pak Wira. Aku memutuskan untuk datang kemakamnya dan Pak Bos
menemaninya tanpa Ega minta. Terlintas Ega teringat saat dia menyelamatkannya ketika Ega
dikeroyok karena ketahuan mencopet. Setelah Ega usai mendoakannya Ega pun berjanji akan
hidup dengan baik seperti yang selalu dikatakan Pak Wira kepadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Lampiran 6
Data Penilaian Produk RPP untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1 oleh Dosen Bahasa
Indonesia
Nama Dosen Penilai : Septina Krismawati, S.S., M.A.
Instrumen Penlinaian Kegiatan Guru
No Komponen Rencana Pembelajaran Skor
(1-5
Skor
Maksimal
I Perumusan tujuan pembelajaran
dengan metode pembelajaran
kooperatif
1 Kejelasan tujuan pembelajaran 5
2 Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik
5
3 Kejelasan urutan tujuan pembelajaran 5
4 Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar 5
II Pemilihan dan pengorganisasian
materi novel
5 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
5
6 Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik
5
7 Keruntutan dan sistematika materi 5
8 Ketepatan alokasi waktu 5
III Pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif
9 Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran
4
10 Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan materi
pembelajaran
4
11 Kesesuaian sumber belajar/media
pemblajaran dengan karakteristik
siswa
5
IV Metode pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran
kooperatif
12 Kesesuian strategi dan metode
pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
13 Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan materi
pembelajaran
5
14 Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan karakteristik
siswa
5
V Penilaian hasil belajar
15 Kesesuaian teknik penilaian dengan
tujuan pembelajaran
4
16 Kejelasan unsur-unsur penilaian 4
17 Kejelasan instrumen (soal, kunci
jawaban/pedoman penskoran)
5
Skor Total 81
Setelah Bapak/Ibu memberikan penilaian diatas, maka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) ini dinyatakan LAYAK/TIDAK LAYAK.
Catatan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Lampiran 7
1.1 Daftar Tabel Kisi-Kisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Instrumen Penilaian Kegiatan Guru
No Komponen Rencana Pembelajaran Skor
(1-5
Skor
Maksimal
I Perumusan tujuan pembelajaran
dengan metode pembelajaran
kooperatif
1 Kejelasan tujuan pembelajaran
2 Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik
3 Kejelasan urutan tujuan pembelajaran
4 Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar
II Pemilihan dan pengorganisasian
materi novel
5 Kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran
6 Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik
7 Keruntutan dan sistematika materi
8 Ketepatan alokasi waktu
III Pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif
9 Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran
10 Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan materi
pembelajaran
11 Kesesuaian sumber belajar/media
pemblajaran dengan karakteristik
siswa
IV Metode pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran
kooperatif
12 Kesesuian strategi dan metode
pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran
13 Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan materi
pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
14 Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan karakteristik
siswa
V Penilaian hasil belajar
15 Kesesuaian teknik penilaian dengan
tujuan pembelajaran
16 Kejelasan unsur-unsur penilaian
17 Kejelasan instrumen (soal, kunci
jawaban/pedoman penskoran)
Skor Total
Setelah Bapak/Ibu memberikan penilaian diatas, maka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) ini dinyatakan LAYAK/TIDAK LAYAK.
Catatan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
1.2 Rubrik Penilaan RPP Pembelajaran Sastra untuk SMA Kelas XII Semester 1
1. Kejelasan Identitas RPP
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Kejelasan identitas RPP mencakup 7 komponen, yaitu 1.
SK,KD dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3.
Materi Pembelajaran, 4. Metode Pembelajaran, 5. Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, 6. Alat dan sumber belajar, 7.
Evaluasi pembelajaran
5
2 Kejelasan identitas RPP mencakup 6 komponen, yaitu 1.
SK,KD dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3.
Materi Pembelajaran, 4. Metode Pembelajaran, 5. Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, 6. Alat dan sumber belajar,
4
3 Kejelasan identitas RPP mencakup 5 komponen, yaitu 1.
SK,KD dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3.
Materi Pembelajaran, 4. Metode Pembelajaran, 5. Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran.
3
4 Kejelasan identitas RPP mencakup 4 komponen, yaitu 1.
SK,KD dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3.
Materi Pembelajaran, 4. Metode Pembelajaran.
2
5 Kejelasan identitas RPP mencakup 3 komponen, yaitu 1.
SK,KD dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3.
Materi Pembelajaran.
1
2. Ketepatan Standar Kompetensi (SK)
No Aspek yang Dinilai Skor
1 SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran.
5
2 SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, tetapi tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata
pelajaran.
4
3 SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK tidak
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran.
3
4 SK pembelajaran tidak sesuai dengan standar isi, urutan SK
tidak berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat
kesulitan bahan, tetapi tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam
mata pelajaran.
2
5 Tidak ada SK 1
3. Ketepatan Kompetensi Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
No Aspek yang Dinilai Skor
1 KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur,
KD ditulis lengkap dan penulisan kalimat sesuai EYD
5
2 KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur,
KD ditulis lengkap tetapi penulisan kalimat tidak sesuai EYD
4
3 KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur,
KD tidak ditulis lengkap dan penulisan tidak kalimat sesuai
EYD
3
4 KD dan SK berkaitan, KD tidak sesuai dengan aspek yang
diukur, KD tidak ditulis lengkap dan penulisan tidak kalimat
sesuai EYD
2
5 KD dan SK tidak berkaitan, KD tidak sesuai dengan aspek yang
diukur, KD tidak ditulis lengkap dan penulisan tidak kalimat
sesuai EYD
1
4. Ketepatan Indikator
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja
operasional, indikator sesuai dengan yang diukur, dan disusun
dengan menggunakan bahasa baku.
5
2 Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja
operasional, indikator sesuai dengan yang diukur, tetapi tidak
disusun dengan menggunakan bahasa baku.
4
3 Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja
operasional, tetapi indikator tidak sesuai dengan yang diukur,
dan tidak disusun dengan menggunakan bahasa baku.
3
4 Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator tidak dirumuskan dalam kata kerja
operasional, indikator tidak sesuai dengan yang diukur, dan
tidak disusun dengan menggunakan bahasa baku.
2
5 Indikator tidak sesuai dengan SK dan KD 1
5. Ketepatan Tujuan Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, terperinci fokus
dengan kompetensi yang akan dicapai
5
2 Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, terperinci tetapi
kurang fokus dengan kompetensi yang akan dicapai
4
3 Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, tidak terperinci
dan tidak fokus dengan kompetensi yang akan dicapai
3
4 Tujuan pembelajaran kurang jelas, tidak terperinci dan tidak
fokus dengan kompetensi yang akan dicapai
2
5 Tidak ada tujuan pembelajaran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
6. Ketepatan Materi Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD,
mencakup 6 pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat
bagi siswa; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan
materi; (5) relevansi dengan kebutuhan siswa; (6) alokasi waktu
5
2 Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD,
mencakup 5 pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat
bagi siswa; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan
materi; (5) relevansi dengan kebutuhan siswa
4
3 Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD,
mencakup 4 pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat
bagi siswa; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan
materi
3
4 Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD,
mencakup 3 pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat
bagi siswa; (3) struktur keilmuan
2
5 Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD,
mencakup 2 pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat
bagi siswa
1
7. Ketepatan Metode Pengajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, mengaktifkan
siswa, dan menggunakan metode yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik
5
2 Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, mengaktifkan
siswa, tetapi tidak menggunakan metode yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik
4
3 Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, tetapi tidak
dapat mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan metode
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
3
4 Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tetapi tidak sesuai dengan
tingkat emosi, tidak mengaktifkan siswa, dan tidak
menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
5 Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tetapi tidak disesuaikan dengan tingkat
intelektual, tidak sesuai dengan tingkat emosi, tidak
mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan metode yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik
1
8. Ketepatan Kegiatan Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut,
terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah
ditentukan
5
2 Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut,
kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang
sudah ditentukan
4
3 Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, kurang
runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan
materi yang sudah ditentukan
3
4 Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, kuraang jelas,
kurang runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu
dan materi yang sudah ditentukan
2
5 Kegiatan pembelajaran disusun secara kurang tepat, kurang
jelas, kurng runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi
waktu dan materi yang sudah ditentukan
1
9. Ketepatan Penilaian
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 5 hal,
yaitu (1) penilaian dilakukan untung mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis
untuk menentukan tindak lanjut, (5) sesuai dengan pengalaman
belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran
5
2 Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 4 hal,
yaitu (1) penilaian dilakukan untung mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis
untuk menentukan tindak lanjut
4
3 Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 3 hal,
yaitu (1) penilaian dilakukan untung mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan
3
4 Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 2 hal,
yaitu (1) penilaian dilakukan untung mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria
2
5 Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 1 hal,
yaitu (1) penilaian dilakukan untung mengukur pencapaian
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
kompetensi
10. Ketepatan Sumber dan Media Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1 Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan
SK, KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sesuai
dengan karakteristik siswa, dan dapat mengaktifkan siswa
5
2 Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan
SK, KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sesuai
dengan karakteristik siswa, dan tetapi tidak dapat mengaktifkan
siswa
4
3 Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan
SK, KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, tetapi
tidak sesuai dengan karakteristik siswa, dan tidak dapat
mengaktifkan siswa
3
4 Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan
SK, KD, indikator, materi pokok, tetapi tidak sesuai dengan
kegiatan pembelajaran, tidak sesuai dengan karakteristik siswa,
dan tidak dapat mengaktifkan siswa
2
5 Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan
SK, KD, indikator, tetapi tidak sesuai materi pokok, tidak
sesuai dengan kegiatan pembelajaran, tidak sesuai dengan
karakteristik siswa, dan tidak dapat mengaktifkan siswa
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Lampiran 8
Triangulasi Data
Berikut ini adalah hasil analisis data penelitian pembelajaran unsur instrinsik novel Ega karya Anggie M dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif untuk siswa SMA kelas XI semester 1 yang perlu divalidasi oleh ahli pakar. Berilah tanda centang (√) pada kolom
“setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis unsur instrinsik novel Ega karya Anggie M, serta
berilah pada kolom keterangan yang dapat membuat kebenaran hasil analisis tersebut.
Alur
No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
1 Alur
Tahapan
Awalan
Paparan (1) Dian Shop
Jln.Pemuda, No.17, Rawamangun,
Jakarta
Alamat itu tertulis di secarik
kertas yang kupegang. Aku sama
sekali tidak tahu di mana letak
alamat itu. Setahun lalu, Pak Wira
memberikan alamat itu kepadaku.
Kalau aku membutuhkan bantuan,
aku boleh mencari “Pak Bos” di
toko itu. Pak Bos adalah sahabat
baik Pak Wira yang sudah
bertahun-tahun menikah, tapi
belum memiliki anak. Kata Pak
Wira, lelaki yang dipanggil “Bos”
ini pasti akan bersikap bak
kepadaku (Anggie, 2013: 6)
Kutipan (1), penulis
mencerikan tentang Ega yang
baru saja datang ke Jakarta
untuk kuliah di salah satu
Universitas dan mencari
alamat Pak Bos teman dari
Pak Wira.
√
Rangsangan (2) Saat tersadar, aku sudah berada di
rumah tetangga−aku lupa tetangga
Kutipan (2), penulis
menceritakan saat kejadian
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
yang mana dan siapa namanya.
Langit di luar sudah terang Kak
Hana duduk disampingku dan
sepertinya orang-orang sibuk
sekali diluar sana. Semua bagian
rumah nyaris terbakar habis
bersama dengan semua pakaian,
buku, dan foto-foto kenangan
keluarga kami, termasuk Papa dan
Mama (Anggie, 2013: 24)
kebakaran Ega dan kakaknya,
Kak Hana berhasil selamat
dalam kejadian itu.
Kebakaran itu menghabiskan
rumah beserta dengan semua
pakaian, buku, dan foto-foto
kenangan, bahkan Mama dan
Papanya.
Gawatan (3) Aku terus mencoba meyakinkan
diri kalau aku akan baik-baik saja.
Aku hidup di jalanan, makan dari
sisa orang lain, mengemis,
menjadikan emperan toko sebagai
atapku. Aku tidak menangis lagi
karena semua itu percuma dan
buang-buang tenaga. Pada
akhirnya, hanya aku sendiri yang
peduli dengan diriku sendiri. Aku
tidak pernah memikirkan
keluargaku. Aku sudah muak
menjadi korban dari semua ini
(Anggie, 2013: 26).
(4) Hampir dua bulan aku hidup
dengan kondisi seperti ini. Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk
mencopet, tapi gagal. Pertama kali
mencoba, aku langsung ditangkap
dan dihajar. Namun, seseorang
membelaku. Dia mengajakku
tinggal bersamanya di sebuah
Kutipan (3), penulis
menceritakan tentang Ega
yang memutuskan kabur dari
rumah tetangga setelah Kak
Hana pergi dan tidak kembali
lagi, Ega menjalani
kehidupannya di jalanan dan
mencoba meyakinkan diri
bahwa dirinya akan baik-baik
saja.
Kutipan (4), menjelaskan
bahwa Ega sudah hampir dua
bulan hidup di jalanan.
Hingga Ega memutuskan
untuk mencopet tetapi gagal.
Ega langsung ditangkap dan
dihajar oleh warga tetapi Pak
Wira menyelamatkannya dan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
bengkel. Itu pertama kalinya aku
tidur dengan bantal sejak hidup
dijalan. Dia lelaki luar biasa. Aku
memanggilnya Pak Wira (Anggie,
2013: 26).
merawat lukanya hingga Ega
tersadar. Sejak saat itulah
Ega tinggal bersama Pak
Wira.
Tahap
Tengah
Tikaian (5) “Kakak saya sudah mati;” kataku
lagi. Dalam hati, aku berharap dia
akan menangis meraung-raung.
Sudah cukup dia merasa bahagia
selama aku harus mengalami
semua kepahitan. Tidak akan
kubiarkan dia mendapat
kebahagiaan lebih dari ini. “Dia
sudah mati. Kira-kira enam tahun
lalu. Dia mati. Maaf saya harus
kembali bekerja dan tidak punya
waktu menemani Anda ngobrol.
Ini belanjaannya,” tegasku sambil
menyodorkan plastik belanjaan
kepadanya (Anggie, 2013: 95).
Kutipan (5), menjelaskan Ega
bertemu dengan Kak Hana di
Dian Shop tempat Ega
bekerja. Tetapi Ega mengelak
dan mengatakan bahwa
Kakaknya sudah meninggal
selama enam tahun lalu, tepat
Kak Hana meninggalkan Ega
di rumah tetangganya.
√
Rumitan (6) “Memangnya aku harus bilang
apa?” tanyaku kemudian. Dia
sudah menjelaskan semuanya. Dia
juga sudah mengalirkan banyak
air mata saking menyesalnya.
Bukankah seharusnya kita sudahi
saja drama menyedihkan ini? Aku
bilang sudah memaafkannya. Apa
itu tidak cukup? Apa aku harus
ikut menangis tersedu-sedu dan
berlari memeluknya?” kataku
dengan nada meninggi. “Kepalaku
Kutipan (6), menjelaskan
bahwa Kak Hana menemui
Ega kembali untuk
menjelaskan dan meminta
maaf tetapi Ega tidak
memperdulikannya dan
menganggap semuanya sudah
selesai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
sakit. Aku mau tidur,” sambungku
lagi sambil memutar langkah
kembali menaiki tingga (Anggie,
2013: 120).
Klimaks (7) “Lalu kenapa sekarang kamu
kembali?” tanyaku mencoba
mengabaikan tangisannya. “Kamu
butuh waktu satu bulan untuk
memilih antara meninggalkanku
atau menjemputku kembali? Aku
tidak peduli waktu sebulan itu.
Karena yang aku tahu, kamu
sudah enam tahun
meninggalkanku. Kenapa
sekarang kamu kembali lagi?”
tanyaku dengan nada tinggi
(Anggie, 2013: 142).
Kutipan (7), menjelaskan
ketika Ega masuk ke rumah
sakit karena Ega pingsan.
Kak Hana, suaminya Andi
dan anaknya pun datang
menemui Ega kembali untuk
menjelaskan kejadian
sebenarnya tetapi Ega merasa
kesal dan mengusirnya
√
Tahap
Akhir
Leraian (8) “Terima kasih, Ega. Aku juga
merasa tidak apa-apa kalau kamu
masih sedikit marah. Kamu
berhak untuk marah. Aku tidak
pernah menganggap
kemarahanmu itu tidak pantas,”
Kak Hana kembali mengusap
matanya. Dia mengempas napas
dan menatapku. “Tinggallah
bersamaku. Kamu mau? Aku janji
tidak akan membiarkanmu
terbebani lagi. Aku akan
memberikan semua yang kamu
butuhkan dan semua yang selama
ini sudah hilang darimu. Aku akan
Kutipan (8), menjelaskan
bahwa Ega sudah mulai
mencoba untuk memaafkan
Kak Hana meminta Ega
untuk tinggalbersamanya
untuk menebus semua
kesalahannya dan memenuhi
tugas sebagai kakak.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
berusaha mengembalikannya lagi.
Aku ingin melaksanakan peranku
sebagai kakak dan melihatmu
tertawa lagi,” kata Kak Hana
penuh harap (Anggie, 2013: 169).
(9) “Tidak tinggal bersama bukan
berarti hubungan keluarga putus,
kan? Biar sudah mati sekalipun,
sekali keluarga tetap keluarga.
Sayang sekali, aku tidak bisa
mempertemukanmu dengan Pak
Wira. Dia orang yang bertama kali
memberikan „tempat pulang‟
kepadaku sejak rumah kita
terbakar. Dia juga yang
mengantarku sampai ke „rumah‟
ini. Kalau tidak ada dia, mungkin
aku tidak akan bisa bangkit lagi.
Tapi, tidak akan ada yang berubah
meskipun dia sudah tidak ada lagi
di dunia ini. Kamu juga begitu,
apa pun yang terjadi, sampai
kapan pun tidak ada yang bisa
mengubah kenyataan kalau kamu
kakakku,” aku memberinya
senyum yang kurasa cukup
terkesan hangat (Anggie, 2013:
173).
Kutipan (9), menjelaskan
bahwa Ega menolak untuk
tinggal bersama kakaknya
karena Ega merasa sudah
nyaman tinggal bersama
keluarga barunya. Ega juga
mengatakan kepada Kak
Hana bahwa tidak tinggal
bersama bukan berarti
hubungan keluarga putus.
Kak Hana pun mencoba
memahaminya.
Selesaian (10) “Buka kadoku dulu, buka
kadoku dulu, kadoku dulu!” Ryan
ngotot menyodorkan kotak
kadonya kepadaku. Kupikir itu
Kutipan (10), menceritakan
ketika Ega ulang tahun
banyak yang memberikannya
kado, Pak Bos, Bu Dian,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
memang cara terbaik untuk
membungkam makhluk primitif
itu. Jadi, aku membuka kadonya
dan menemukan handphone
canggih keluaran terbaru yang
sangat mahal tergolek anggun di
dalam kotak itu. Selanjutnya aku
membuka kado dari Bu Dian.
Isinya Parka berwarna abu-abu.
Dia bilang, jaketku sudah
kelihatan lusuh dan sepertinya aku
tidak berminat membeli yang
baru. Jadi, dia membelikan parka
sebagai penggantinya. Berikutnya,
kado dari Kak Hana dan Pak Bos
yang kubuka. Aku
merenggangkan mulut cukup
lama. Kupikir Cuma aku yang
begitu, tapi ternyata semua orang
yang ada di sini sama kagetnya
denganku. Kak Hana dan Pak Bos
juga membelikanku HP (Anggie,
2013: 175-176).
(11) Aku mencagak sepedaku di
depan toko dan membuka pintu
kaca. Seperti yang sudah kuduga,
Pak Bos menyapaku dengan
senyum hangatnya,”Ega? Kamu
sudah pulang?”
Oh, Tuhan....
Terima kasih....
Aku telah menemukan diriku tidak
Ryan, dan Kak Hana. Bu
Dian memberikannya Parka
berwana abu-abu, sedangkan
Pak Bos, Kak Hana dan Ryan
memberikannya HP.
Kutipan (11), menjelaskan
ketika Ega pulang kuliah, Pak
Bos menyapanya dengan
hangat. Ega sangat bersyukur
dengan orang yang
menyayanginya, Ega pun
berjanji akan hidup dengan
baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
sendirian lagi.
Ternyata aku memang tidak pernah
sendirian
Aku akan hidup dengan baik....
(Anggie, 2013: 205).
Tokoh dan Penokohan
No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
2 Tokoh
Utama
Ega Ega disebut sebagai tokoh utama
dalam novel karena tokoh tersebut
sangat dominan dalam cerita. Ega
memiliki sifat cuek, baik, mandiri, dan
pantang menyerah.
Dalam cerita Ega selalu
berkaitan dengan tokoh
lainnya seperti Pak Bos, Pak
Wira, Evan, Ryan, Mama,
Papa, Kak Hana, Andi, Nami,
dan Luna. Ega bersikap cuek
terhadap siapapun, tetapi Ega
memiliki rasa untuk saling
monolong. Ega menjalani
kehidupan sendirian setelah
rumahnya terbakar dan Ega
berusaha untuk mencari
kehidupan yang lebih baik.
√
Tokoh
Tambahan
Pak Bos Pak Bos adalah pemilik toko Dian
Shop. Dia adalah sahabat dekat Pak
Wira. Pak Bos memiliki istri bernama
Bu Dian, namun belum dikaruniai
seorang anak. Pak Bos menampung
Ega dan Evan. Pak Bos memiliki sifat
yang sabar, bijaksana, penuh
Pak Bos memiliki toko yang
bernama Dian Shop. Pak Bos
sudah lama menikah dengan
Bu Dian tetapi belum
memiliki anak. Pak Bos juga
menampung Evan saat ia
ditinggalkan oleh orang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
pengertian, penyayang dan humoris. tuanya dan menjadikan Evan
sebagai karyawan di tokonya.
Pak Bos juga menampung
Ega ketika Ega akan
berkuliah di Universitas
Jakarta, dan Pak Wira
mengusulkan Ega untuk
tinggal bersama Pak Bos
yang merupakan sahabat baik
Pak Wira. Pak Bos juga
menjadikan Ega sebagai
karyawannya.
Pak Wira Pak Wira memiliki bengkel untuk
memenuhi kebutuhannya. Pak Wira
sahabat baik Pak Bos. Pak Wira yang
menolong Ega ketika dikeroyok warga
karena ketahuan mencopet. Pak Wira
memiliki sifat yang keras, tegas,
penyayang dan ikhlas dalam mendidik
Ega
Pak Wira memiliki sebuah
bengkel untuk memenuhi
kebutuhannya, sedangkan
anaknya tinggal di Bandung.
Pak Wira merupakan sahabat
baik Pak Bos. Pak Wira
adalah seseorang yang
menolong Ega ketika Ega
dikeroyok warga karena
ketahuan mencopet. Pak
Wira juga merawat Ega dan
membantu Ega mencarikan
beasiswa agar Ega bisa
melanjutkan sekolah.
√
Evan Evan merupakan teman Ega di toko
Dian Shop. Evan juga bekerja sebagai
kasir dan menjadi mahasiswa di
Universitas yang sama dengan Ega.
Evan memiliki sifat peduli dan
perhatian terhadap Ega tetapi kadang
Evan adalah teman Ega di
toko Dian Shop dan bekerja
sebagai kasir. Evan juga
seorang mahasiswa di
Universitas yang sama
dengan Ega. Mereka satu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
juga usil. falkutas namun berbeda
jurusan, Evan di jurusan Ilmu
Komunikasi sedangkan Ega
dijurusan Hubungan
Internasional.
Ryan Ryan merupakan teman Ega di kampus
dan mengambil jurusan yang sama
dengan Ega. Ryan adalah anak dari
seorang penjabat. Ryan sangat ingin
berteman dengan Ega karena Ryan
ingin membalas budi kepada Ega.
Ryan memiliki sifat yang setia kawaan
dan cerewet
Ryan adalah teman Ega di
kampus dan mengambil
jurusan Hubungan
Internasional yang sama
dengan Ega. Ryan
merupakan anak dai seorang
penjabat. Ryan sangat ingin
berteman dengan Ega karena
Ryan ingin membalas budi
kepada Ega karena Ega
pernah membantu Ryan saat
dia dijahili oleh temannya
sewaktu SD, selain itu Ryan
merupakan teman Ega
sewaktu SD dan SMP.
√
Mama Mama merupakan ibu dari Ega dan
Kak Hana. Mama mengalami
guncangan jiwa dan menyebabkan
Mama membunuh Papa. Mama
memiliki sifat yang kasar terhadap
Ega, Kak Hana, dan Papa, selain itu
Mama juga senang menuduh.
Mama adalah ibu dari Ega
dan Kak Hana. Mama
mengalami guncangan jiwa
karena pernikahan mereka
yang ditentang oleh keluarga.
Selain itu, usaha Papa yang
hampir bangkrut dan
menyebabkan utang yang
menumpuk serta
perekonomian keluarga yang
mulai menipis juga
menyebabkan guncangan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
jiwa Mama kumat sehingga
membuat Mama membunuh
Papa dan membakar rumah.
Kejadian kebakaran itu juga
membakar Mama dan Papa.
Akibat kebakaran itu Ega dan
Kak Hana kehilangan rumah
dan mengungsi di rumah
tetangganya.
Papa Papa merupakan ayah dari Ega dan
Kak Hana. Papa mencoba memahami
dan memberikan pengertian kepada
Mama. Papa memiliki sifat yang sabar
dan penyayang
Papa adalah ayah dari Ega
dan Kak Hana. Papa
mencoba memberikan
pengertian kepada Mama
tentang keadaan keluarganya
yang sedang sulit tetapi
Mama tidak bisa
menerimanya yang
menyebabkan Papa di bunuh
oleh Mama.
√
Kak Hana Kak Hana merupakan Kakak kandung
Ega. Kak Hana merupakan seorang
mahasiswa yang sudah selesai ujian
dan akan di wisuda. Kak Hana bekerja
sebagai office girl. Kak Hana memiliki
sifat yang bertanggung jawab, lemah
lembut, dan tegar
Kak Hana adalah Kakak
perempuan Ega. Ketika Ega
masih SMP, Kak Hana
seorang mahasiswa yang
sudah selesai ujian dan akan
di wisuda. Tetapi kebakaran
itu membuat Kak Hana
kehilangan semuanya
termasuk Mama dan
Papanya, hanya Egalah yang
dimiliki. Sebagai seorang
Kakak, Kak Hana
mempunyai kewajiban untuk
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
melindungi Ega agar tetap
aman hingga Kak Hana pun
bekerja menjadi office girl
untuk memenuhi kebutuhan.
Andi Andi merupakan suami Kak Hana.
Andi mencoba memberikan penjelasan
kepada Ega alasan Kak Hana
meninggalkan Ega, tetapi Ega tidak
memperdulikannya. Andi memiliki
sifat yang sabar dan suka menolong
Andi adalah suami Kak
Hana. Andi mencoba
memberikan penjelasan
bahwa Kak Hana tidak
sengaja meninggalkan Ega.
Saat itu, tanpa sengaja Andi
menabrak Kak Hana
sehingga Andi membawa
Kak Hana ke rumah sakit.
Kak Hana menceritakan
kejadian yang menimpa
keluarganya dan Kak Hana
mengatakan membutuhkan
pekerjaan, kemudian Andi
menolong Kak Hana untuk
memberikannya pekerjaan
sebagai office girl di
kantornya. Saat Kak Hana
kembali ke rumah
tetangganya Ega sudah tidak
ada di sana.
√
Nami Nami merupakan senior Ega di
kampus. Nami salah satu panitia PKA
di kampus. Nami memiliki rasa suka
kepada Ega. Nami memiliki sifat
peduli dan setia
Nami merupakan senior Ega
di kampus. Nami juga salah
satu panitia PKA (Perkenalan
Kuliah Awal) di kampus.
Nami memiliki perasaan suka
pada Ega sejak pertama
bertemu. Bahkan Nami
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
bersedia menunggu Ega,
hingga Ega mau menerima
Nami, walaupun banyak yang
menyukai Nami tetapi Nami
menolaknya
Luna Luna merupakan mahasiswa baru di
kampus. Luna memiliki sifat pemalu,
tertutup, dan ceroboh
Luna adalah mahasiswa baru.
Luna kerap kali tanpa sengaja
meninggalkan barangnya dan
Luna tidak suka merepotkan
orang lain
√
Latar
No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
3 Latar Latar
tempat
(1) Kami lalu duduk di anak tangga
sambil menikmati minuman kaleng
yang disodorkannya. Ternyata Dian
Shop adalah swalayan dengan
barang-barang yang cukup beragam,
mulai dari makanan dan minuman,
kebutuhan sehari-hari, sampai
pernak-pernik. Aku memutar kepala
untuk melihat apa yang ada di ujung
tangga dan menemukan tumpukan
kardus di lantai dua sepertinya lantai
dua ini adalah gudang (Anggie,
2013: 7).
(2) Menurut kabar yang beredar,
kampusku melarang hal-hal yang
berbau perpeloncoan. Kupikir
Terjadi di Dian Shop
Terjadi di Kampus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
suasana PKA hari pertama akan
diwarnai dengan ospek, tapi ternyata
tidak. Kegiatan yang dilakukan di
hari pertama hanya obrolan seputar
kampus, pengenalan, kuliah perdana,
dan sejenisnya. Orang yang duduk
disebelahku selalu bergumam dalam
selang waktu tertentu. Sepuluh menit
pertama, dia bilang,” Sepuluh tahun
kemudian.” Lima menit berikutnya,
dia bilang,” Dua puluh tahun
kemudian ...,” begitu seterusnya
sampait akhirnya MC menutup acara
dan dia menggliat sambil nyeletuk,
“And they live happily ever after ....”
(Anggie, 2013: 13).
(3) Aku kaget dan tanpa sengaja
menyikut fream foto di atas meja.
Meraka segera menyadari
keberadaanku. Karena sudah
ketahuan, aku memberanikan diri
muncul di pintu (Anggie. 2013:17).
(4) Siang ini kantin cukup penuh.
Perkuliahan di kelas cukup
membosankan. Kuliah benar-benar
seperti aksi mentalis yang
menghipnotis orang supaya tidur.
Dosen duduk di belakang meja dan
mengoceh tanpa memedulikan
mahasiswanya yang sibuk dengan
urusannya masing-masing. Bahkan,
sebagian orang di kelas satu per satu
Terjadinya di Rumah
Terjadinya di kantin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
izin keluar dan tidak kembali sampai
kuliah selesai (Anggie, 2013:51).
(5) Saat aku mengulurkan tangan untuk
menggapai sosoklelaki itu, ada yang
memegang tanganku. Seketika aku
membuka mata dan rasanya seolah
ditarik keluar dari dalam cerobong
asap yang pekat. “Akhirnya begini
lagi, kan?” sebuah suara terdengar
saat aku menemukan seseorang
barusaja meletakkan kembali
tanganku tepat di samping tubuhku,
di atas tempat tidur. Pandanganku
mulai jelas. Aku belum bisa
menangkap wajah di depanku, tapi
sepertinya yang barusan bicara itu
suara Pak Bos. Perlahan aku mulai
sadar kalau akua tidak sedang berada
di kamarku. Ruangan yang kukenal
ini sepertinya rumah sakit. Ya
ampun, aku sampai pakai infus
segala. Apa ini tidak terlalu
berlebihan? (Anggie, 2013: 122).
(6) Hampir dua bulan aku hidup dengan
kondisi seperti ini. Hingga akhirnya
aku memutuskan untuk mencopet,
tapi gagal. Pertama kali mencoba ,
Aku langsung ditangkap dan dihajar.
Namun, seseorang membelaku. Dia
mengajakku tinggal bersamanya di
sebuah bengkel. Itu pertama kalinya
Aku tidur dengan bantal sejak hidup
Terjadinya di Rumah sakit
Terjadinya di bengkel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
di jalan.Dia lelaki luar biasa. Aku
memanggilnya Pak Wira (Anggie,
2013:26).
Latar
Waktu
(7) “Saya Evan, Ikom 2009. Dia Ega. HI
2009. Maaf ya, Kak. Saya akan coba
menasehati dia supaya lebih sopan
kepada senior,” kata Evan sambil
meletakkan tangan di pundakku
(Anggie, 2013: 15).
(8) Perjalananku dari Bekasi sampai
Pulo Gadung memakan waktu
kurang lebih dua jam. Sopirnya ugal-
ugalan samapai tulangku rasanya
hampir patah. Semua harus kulalui
demi menjalani kehidupanku sebagai
mahasiswa di Jakarta. Aku baru saja
lulus SMA dengan nilai yang cukup
memuaskan. Aku juga berhasil
memperebutkan beasiswa dari salah
satu perusahaan besar di Indonesia.
Selama empat tahun, perusahaan itu
akan mengirimkan lima juta setiap
tahunnya ke rekeningku dengan
syarat IP-ku tidak boleh kurang dari
2,75 (Anggie, 2013: 5).
(9) Alamat itu tertulis di secarik kertas
yang kupegang. Aku sama sekali
tidak tahu di mana letak alamat itu.
Setahun lalu, Pak Wira memberikan
alamat ini kepadaku. Kalau aku
membutuhkan bantuan, aku boleh
mencari “Pak Bos” di toko itu. Pak
2009 adalah tahun angkatan
Ega berkuliah di Universitas
Waktu empat tahun Ega
mendapatkan kiriman
beasiswa sebanyak lima juta
setiap tahunnya
Satu tahun adalah waktu saat
Pak Wira memberikan alamat
Dian Shop kepada Ega yang
akhirnya mempertemukan
Ega dengan Pak Bos.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
Bos adalah sabahat baik Pak Wira
yang sudah bertahun-tahun menikah,
tapi belum memiliki anak. Kata Pak
Wira, lelaki yang dipanggil “Bos”
ini pasti akan bersikap baik
kepadaku (Anggie, 2013: 6).
(10) Hari ketiga PKA, aku
terbangun lebih dulu dari Evan,
tepatnya aku terbangun karena
mimpi buruk pukul 03.00 dan tidak
bisa mnyambung tidur lagi. Aku
berbaring menghadap langit-langit
dan menikmati suara hening. Senyap
... hanya terdengar detak jarum jam
dan sesekali suara kendaraan di luar.
Sejak Pak Wira pergi sekitar dua
tahun lalu, aku sudah terbiasa
dengan keheningan. Pikiranku
kosong membuat sekelebat masa lalu
kembali melintas di benakku, masa
lalu yang tidak pernah berhasil
kusingkirkan dari kepalaku (Anggie,
2013: 16).
(11) Hari kelima setelah aku tinggal
di rumah tetanggaku, aku keluar
tanpa mengucapkan apa pun, bahkan
tidak mengucapkan terima kasih.
Aku pergi begittu saja dan berlari
mengejar sesuatu yang bayangannya
pun bahkan sudah tidak terlihat lagi.
Aku mencari sosok Kak Hana yang
akan tersenyum kepadaku sambil
Dua tahun adalah waktu saat
Pak Wira meninggalkan Ega
untuk kembali pada
keluarganya di Bandung.
Waktu lima hari adalah waktu
saat Ega keluar dari rumah
tetangganya. Kak Hana pun
tidak kembali kepadanya. Ega
pun pergi mencari Kak Hana
namun tidak menemukannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
berkata,” Semuanya pasti akan baik-
baik saja.” Tapi kini Kak Hana
sudah pergi, hilang entah kemana
dan aku sudah tidak bisa bangkit
lagi. Aku tidak punya tempat untuk
pulang. Saat itu kupikir, aku benar-
benar sendirian (Anggie, 2013: 26).
(12) Hampir dua bulan aku hidup
dengan kondisi seperti itu. Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk
mencopet, tapi gagal. Pertama kali
mencoba, aku langsung ditangkap
dan dihajar. Namun, seseorang
membelaku. Dia mengajakku tinggal
bersamanya di sebuah bengkel. Itu
pertama kalinya aku tidur dengan
bantal sejak hidup di jalan. Dia
lelaki luar biasa. Aku memanggilnya
Pak Wira (Anggie, 2013: 26).
(13) Sudah hampir tiga minggu aku
menjalani kehidupan kampus.
Semester ini aku masuk pagi dari
senin sampek jumat. Semuanya
berjalan baik. Evan masih ramah
dengan senyumannya dan aku
memutuskan untuk melupakan
pembicaraan tidak menyenangkan
yang pernah terjadi diantara kami.
Sementara itu, Ryan masih selalu
mengikutiku. Di kelas, dia suka
duduk di sebelahku, sedangkan
kalau di kantin, dia selalu satu meja
Waktu dua bulan adalah
waktu ketika Ega hidup di
jalanan, makan sisa orang,
mengemis, dan tidur di
emperan toko.
Waktu tiga minggu adalah
waktu Ega sudah menjalani
kehidupan di kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
denganku. Dia juag selalu
menyapaku sebelum kelas dimulai
dan setelah kelas bubar. Aku juga
tidak tau apa maunya. Semoga saja
dia laki-laki norkal yang masih suka
melihat perempuan dan tidak ada
yang salah dengan otaknya (Anggie,
2013:37).
(14) Setelah tiga bulan berlalu, aku
tidak pernah memikirkan Pak Wira
lagi. Bagiku, dia hanya mimpi dan
tidak pernah ada. Mama, Papa, dan
Kak Hana, mereka juga hanya
mimpi buruk. Di dunia ini semuanya
ilusi. Teman dan musuh itu tidak
ada. Hanya aku serang diri yang ada.
Seperti orang lain yang tidak peduli
denganku, seperti itulah aku tidak
peduli kepada mereka. Aku tidak
ingin jadi orang yang memilukan.
Aku memutuskan untuk melanjutkan
hidup dan tidak akan membiarkan
apa pun meruntuhkanku. Menangis
pun percuma, dunia tidak akan diam
selagi aku menghabiskan waktu
untuk menangis. Aku tidak akan
mengharapakan siapa pun lagi. Aku
tidak butuh orang lain (Anggie,
2013: 223-224).
(15) “Hei, sudah bangun? Tadinya
aku akan membangunkanmu setelah
sarapan siap. Kamu harus cepat-
Waktu tiga bulan adalah
waktu Ega mulai terbiasa
sendiri saat Pak Wira pergi ke
Bandung.
Terjadi pada pagi hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
cepat soalnya PKA (Perkenalan
Kuliah Awal) dimulai pukul 8.00.
Tinggal setengah jam lagi,” dia
mengendikkan dagu ke arah jam
dinding di sisi kiri ruangan (Anggie,
2013: 12).
(16) Pucuk-pucuk pohon ekaliptus
yang berjajar rapi di belakang
musala FISIP bergoyang saat angin
sepoi-sepoi berhembus siang ini.
PKA hari terakhir kampus
mengadakan acara Go Green dengan
kegiatan menanam pohon di
halaman FISIP. Hari ini benar-benar
melelahkan. Setelah Isoma, HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) dan
para dosen HI mengadakan acara
pengenalan jurusan. Aku pun
seharusnya berada di kelas tapi
sebelum kajur (kepala jurusan)
bicara, aku minta izin keluar dengan
alasan HP-ku ketinggalan di musala
(Anggie, 2013: 30).
(17) Aku melangkah sendirian
melintas taman. Saat itu, aku melihat
ada seseorang tertidur lelap di bawah
pohon mahoni rindang di sisi kira
taman falkutas. Hari sudah sore,
kampus sudah mulai sepi (Anggie,
2013: 34).
(18) Aku tidak berhasil tidur
nyenyak, padahal jam sudah
Terjadi pada siang hari.
Terjadi pada sore hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
menunjukan pukul 22.00 lewat
beberapa menit. Aku selalu
terbangun saat hendak memejamkan
mata. Akhirnya, kuputuskan untuk
beranjak sebisa mungkin tidak
membuat suara saat melangkah
keluar kamar.aku sedang tidak ingin
berada di kamar. Aku ingin
sendirian (Anggie, 2013:100).
Terjadi pada malam hari.
Latar sosial (19) “Kamu lihat apa, hah?!
Jangan lihat aku seperti itu! Pergi
kamu dari sini! Pergi!”
Pergi!
Teriakan itu bergema di telingaku
bersamaa dengan cahaya matahari
pagi yang menerobos masuk lewat
jendela dan menyilaukan mata. Lagi-
lagi mimpi yang sama, entah harus
berapa kali aku melihat mimpi itu.
Mimpi tentang seorang wanita yang
dulu sangat menyayangiku, yang
pernah kupanggil Mama, berteriak-
teriak kepadaku dengan mata cekung
dan rambut panjang tidak terawat.
Aku takut menutup mata karena
masa lalu yang mengerikan itu akan
selalu muncul dan menggangguku
(Anggie, 2013: 12).
(20) “Hiduplah dengan baik, Ega
....” Kata-kata Pak Wira sebelum
beliau pergi ke Bandung selalu
terngiang di telingaku. Beliau
Ketika Ega melamun selalu
terbayang tentang masa lalu
keluarganya bahkan dalam
mimpi pun Ega selalu
bermimpi tentang masa
lalunya sampai membuat Ega
tidak pernah tertidur dengan
nyenyak.
Ega selalu mengingat kata-
kata yang pernah diucapkan
Pak Wira kepadanya yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
memintaku untuk hidup dengan baik
(Anggie, 2013: 29).
meminta Ega untuk hidup
dengan baik.
Konflik Batin
No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
4 Konflik
Batin
Tidak
terpenuhinya
kebutuhan
akan
fisiologis
(1) Saat aku tersadar, aku sudah berada
di rumah tetangga, aku lupa
tetangga yang mana dan siapa
namanya. Langit diluar sudah
terang. Kak Hana duduk di
sampingku dan sepertinya orang-
orang sibuk sekali di luar sana.
Semua bagian rumah nyaris
terbakar habis bersama dengan
semua pakaian, buku, dan foto-foto
kenangan keluarga kami, termasuk
Papa dan Mama (Anggie, 2013:
24).
(2) Aku terus mencoba meyakinkan
diri kalau aku akan baik-baik saja.
Aku hidup di jalanan, makan dari
sisa orang lain, mengemis,
menjadikan emperan toko sebagai
atapku. Aku tidak menangis lagi
karena semua itu percuma dan
buang-buang tenaga. Pada
akhirnya, hanya aku sendiri yang
peduli dengan diriku sendiri. Aku
Kebutuhan fisiologis Ega
mulai tidak terpenuhi setelah
dia kehilangan rumah dan
orang tuanya, bahkan Kak
Hana kakaknya Ega pun
pergi meninggalkan Ega. Ega
harus hidup mandiri pada saat
dia masih kelas 1 SMP. Ega
hidup di jalanan, makan dari
sisa orang lain dan
mengemis. Kutipan (1)
menyebabkan rasa sedih yang
di alami Ega.
Kutipan (2) dijelaskan bahwa
saat rumahnya terbakar Ega
dan Kak Hana selamat dari
kejadian itu, ketika Ega
tersadar, Ega sudah berada di
rumah tetangganya dan Kak
Hana duduk di sampingku.
Kejadian kebakaran itu
mengakibatkan Ega
kehilangan rumah, pakaian,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
tidak pernah memikirkan
keluargaku. Aku sudah muak
menjadi korban dari semua ini
(Anggie, 2013: 26).
buku, dan foto-foto kenangan
keluarganya. Hal ini
menyebabkan rasa tidak
percaya diri pada diri Ega.
Kebutuhan
akan rasa
aman
(3) “Kamu lihat apa, hah?! Jangan
lihat aku seperti itu! Pergi kamu
dari sini! Pergi!”
Pergi!
Teriakan itu bergema di telingaku
bersamaa dengan cahaya matahari
pagi yang menerobos masuk lewat
jendela dan menyilaukan mata.
Lagi-lagi mimpi yang sama, entah
harus berapa kali aku melihat
mimpi itu. Mimpi tentang seorang
wanita yang dulu sangat
menyayangiku, yang pernah
kupanggil Mama, berteriak-teriak
kepadaku dengan mata cekung dan
rambut panjang tidak terawat. Aku
takut menutup mata karena masa
lalu yang mengerikan itu akan
selalu muncul dan menggangguku
(Anggie, 2013: 12).
(4) “Anak itu sangat menakutkan
....Aku tidak tahan lagi seharian di
dekatnya. Dia itu anak iblis yang
ditiipkan dikandunganku.”
Teriakan-teriakan Mama terdengar
semakin nyata, saling bersahutan,
dan gemanya tidak berhenti
Kutipan (3) Kebutuhan rasa
aman Ega mulai tidak
terpenuhi bahwa Ega selalu
bermimpi tentang Mamanya
yang berteriak-teriak kasar
dengan penampilan yang
tidak terawat.
Kutipan (4), menjelaskan
ketika Ega memiliki
kecemasan dalam dirinya,
setiap bermimpi bahkan
dalam bayangannya pun Ega
selalu terngiang dengan
perkataan Mamanya yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
mengisi kepalaku. Suaranya seperti
rekaman kaset yang diputar
berulang-ulang dan terlanjur
melekat di benakku sampai kapan
pun. Kalau aku menutup mata,
hanya wajah Mama yang cekung
dan rambutnya yang berantakan
yang dapat kulihat, sosok Papa
yang berlumur darah, dan
punggung Kak Hana yang berlari
meninggalkanku. Hanya itu saja,
tidak ada satu pun kenangan indah
yang tersisa (Anggie, 2013: 129).
(5) “Kamu lihat apa, hah?!”
“Diam”! aku nyaris berteriak dan
berusaha menghilangkan suara-
suara itu dengan mnutup kedua
telingaku. Tapi, teriakan Mama
masih tetap memenuhi kepalaku.
“Diam. Aku mohon diamlah ...,”
seruku (Anggie, 2013: 129).
mengatakan Ega adalah anak
iblis dan bersikap kasar untuk
mengusir Ega.
Kutipan (5), menjelaskan
bahwa Ega berusaha
memberontak karena selalu
terbayang dengan ucapan
Mamanya yang selalu
mengganggunya. Hal tersebut
menyebabkan rasa takut pada
diri Ega.
Tidak
terpenuhinya
kebutuhan
akan cinta
dan
keberadaan
(6) Dulu keluarga kami tidak seperti
itu. Keluarga kami bahagia, tapi
semuanya berubah sejak usaha
Papa tidak mengalami kemajuan,
keuangan keluarga semakin sulit,
dan utang menumpuk. Mama dan
Papa semakin sering bertengkar,
saling menyalahkan tanpa
memedulikan dampaknya kepadaku
dan Kak Hana. Mama menjadi
Kutipan (6), menjelaskan Ega
merindukan keluarganya
yang dulu, keluarga yang
penuh dengan kebahagiaan
dan kasih sayang. Tetapi saat
usaha Papa mulai bangkrut,
keuangan menjadi sulit dan
utang menumpuk dimana-
mana. Mama dan Papanya
pun sering bertengkar, dan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
sering menangis sendiri. Dia mulai
tidak peduli kepadaku dan yang
lebih parah lagi, dia jadi takut
melihatku (Anggie, 2013: 18).
(7) Aku suka Kak Hana mengatakan
itu. Kupikir memang selama aku
masih punya dia, semuanya pasti
akan baik-baik saja. Kak Hana
adalah kakak yang paling sempurna
di seluruh dunia. Setidaknya itulah
yang ada dipikiranku sampai aku
terbangun dan tidak
menemukannya di sampingku. Aku
menunggunya sampai hari berganti
malam. Besoknya aku tetap
berharap dia akan pulang karena
aku pikir dia pasti hanya pergi
sebentar. Tapi ternyata, dia
memang tidak pernah kembali lagi.
Saat aku terbangun di pagi
berikutnya, aku tetap sendirian.
Lagi-lagi aku ditinggalkan (Anggie,
2013: 26).
(8) Awal semester kelas 1 SMA, Pak
Wira pergi ke Bandung, ke tempat
keluarganya. Aku hidup sendiri
lagi. Pada saat bersamaan, sekolah
merekomendasikanku untuk
memperebutkan beasiswa dari salah
satu perusahaan minyak terbesar di
Indonesia. Dari sekian banyak
tidak ada lagi rasa bahagia
dan kasing sayang dalam
keluarga.
Kutipan (7) menjelaskan Ega
menganggap bahwa Kak
Hana adalah kakak yang
paling sempurna. Ega
menyukai Kak Hana yang
bersikap sangat penyayang
dan selalu ingin melindungi
Ega. Tetapi anggapan itu
menghilang ketika Kak Hana
pergi meninggalkan Ega dan
tak kunjung kembali.
Kutipan (8) menjelaskan
bahwa sejak itu Ega hidup di
jalanan, tetapi Pak Wira
datang untuk membantu dan
merawat Ega, hingga
mencarikannya beasiswa
untuk bisa bersekolah
kembali. Saat kelas 1 SMA,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
peserta tes, hanya beberapa orang
yang akan terpilih mendapatkan
biaya untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi selama empat
tahun. Aku adalah salah satu di
antara mereka (Anggie, 2013: 27).
(9) “Pak Bos menyayangimu,” kataku
memanggapinya
“Ya, Pak Bos lebih menyanyangi
Evan dibandingkan aku. Dilihat
dari mana pun, Pak Bos lebih
mendahulukan Evan daripada aku,”
gumamku dalam hati (Anggie,
2013: 87).
Ega kembali merasa
ditinggalkan oleh Pak Wira,
karena Pak Wira harus
kembali pada keluarganya di
Bandung. Hal ini
menyebabkan Ega merasa
sedih.
Kutipan (9) menjelaskan
bahwa Ega merasa Pak Bos
lebih menyayangi Evan
karena Evan lebih dahulu
tinggal bersama Pak Bos. Pak
Bos adalah orang yang
memberinya tumpangan saat
Ega kuliah. Hal ini Ega
merasa tidak percaya diri.
Tidak
terpenuhinya
kebutuhan
akan
penghargaan
(10) “Kenapa Mama membenciku
?” tanyaku disela isakan yang
semakin menjadi. “Padahal dulu
Mama tidak begini. Dulu Mama
menyayangiku. Kalau semua
kesulitan ini menimpa kita,
mengapa ini jadi salahku?” tanyaku
lagi (Anggie, 2013: 19).
Kutipan (10) menjelaskan
Ega mempertanyakan kenapa
Mama membenci Ega, Ega
juga mempertanyakan kalau
kesulitan yang menimpa
dalam keluarganya, mengapa
ia yang harus disalahkan. Hal
ini Ega sangat marah.
√
Tidak
terpenuhinya
akan
akutualisasi
diri
(11) “Sudahlah, mati pun tidak
apa,” pikirku. Aku sama sekali
tidak berusaha menyelamatkan diri.
Seumur hidupku, itulah malam
yang paling menyeramkan. Seperti
jeritan tanpa suara, rasa sakit
meremukkanku sampai tidak
Kutipan (11) menjelaskan
Ega tidak memiliki semangat
untuk hidup. Ega bersikap
pasrah ketika rumahnya
terbakar dan Ega juga
berharap ada api yang
membakarnya tanpa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
berbentuk. Aku bahkan berharap
ada lubang hitam yang mampu
menelanku bulat-bulat dan
menghilangkanku tanpa jejak.
Malam itu mengubah hidupku
untuk selamanya (Anggie, 2013:
24).
meninggalkan jejak karena
Ega beranggapan hidupnya
sudah tidak ada gunanya lagi.
Hal ini Ega merasa tidak
percaya diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
BIODATA
Sisillia Yossy Nour Indrasari lahir di Bantul, Yogyakarta pada
tanggal 22 Oktober 1994. Ia lulus Taman Kanak-Kanak Indriyasana
pada tahun 1999. Tahun 2000 melanjutkan pendidikan di SD Negeri
2 Manggahang III, Bandung dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2006
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Baleendah, Bandung dan
lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA
Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarya dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012
menlanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Masa kuliah di Universitas Sanata Dharma
diakhiri dengan menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Konflik Batin Tokoh Utama
Ega dalam Novel Ega Karya Anggie M dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X
Semester II (Pendekatan Struktural Dan Psikologi Sastra).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI