Analisis Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah PT. Chevron Pacific Indonesia terhadap Sambaran...

73
ANALISIS KONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN MENEGAH PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA TERHADAP SAMBARAN PETIR DAN PERBAIKANNYA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung Oleh: MUHAMAD AHLUL FIRDAUS NIM : 18009020 PROGRAM STUDI TEKNIK TENAGA LISTRIK SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015

description

Teknik Tenaga Listrik,Sistem Proteksi Jaringan Listrik

Transcript of Analisis Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah PT. Chevron Pacific Indonesia terhadap Sambaran...

  • ANALISIS KONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN MENEGAH

    PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA TERHADAP SAMBARAN PETIR

    DAN PERBAIKANNYA

    TUGAS AKHIR

    Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung

    Oleh:

    MUHAMAD AHLUL FIRDAUS

    NIM : 18009020

    PROGRAM STUDI TEKNIK TENAGA LISTRIK

    SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2015

  • ANALISIS KONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

    PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA TERHADAP SAMBARAN PETIR

    DAN PERBAIKANNYA

    oleh :

    MUHAMAD AHLUL FIRDAUS

    NIM: 18009020

    TUGAS AKHIR

    Telah diterima dan disahkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

    SARJANA TEKNIK

    Bandung, Februari 2015

    Pembimbing 1 Pembimbing 2

    _____________________ _____________________

    Dr. Ir. Djoko Darwanto Dr-Ing. Deny Hamdani

    NIP 130672121 NIP 999023206

  • i

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kebaikan dan

    karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul

    Analisa Konfigurasi Jaringan Tegangan Menegah PT. Chevron Pacific

    Indonesia Terhadap Sambaran Petir dan Perbaikannya. Selama menjalani

    pendidikan sarjana di ITB, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan dari

    berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Dr. Ir. Djoko Darwanto dan Dr.-Ing. Deny Hamdani selaku

    pembimbing tugas akhir atas semua ilmu, bimbingan dan bantuan

    yang diberikan selama pengerjaan tugas akhir. Di mana selama

    pengerjaan tugas akhir penulis menghadapi banyak rintangan dan

    halangan, namun atas bantuan dan bimbingannya, alhamdulillah

    segala rintangan tersebut dapat teratasi dengan baik.

    2. Dr. Tri Desmana Rachmilda, ST.MT selaku dosen wali akademik

    penulis selama kuliah di Teknik Tenaga Listrik ITB atas semua

    arahan yang diberikan.

    3. PT. Chevron Pacific Indonesia atas bantuan dan data yang sudah

    diberikan untuk pengerjaan tugas akhir ini.

    Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan di laporan Tugas Akhir ini,

    karena itu penulis kritik dan saran dari pembaca sekalian. Akhir kata, semoga

    laporan tugas akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, terutama para pelaku

    di bidang teknik tenaga listrik. Sekian dan terima kasih.

    Bandung, Februari 2015

    Penulis

  • ii

    ABSTRAK

    Dalam Tugas Akhir ini akan ditampilkan konfigurasi eksisting

    jaringan tegangan menengah 13.8kV milik PT. Chevron Pacific Indonesia

    (untuk selanjutnya ditulis PT. CPI) dan kaitannya dengan proteksi terhadap

    sambaran petir. Berdasarkan data Ground Flash Density (GFD), PT. CPI

    terletak di daerah dengan rata-rata sambaran petir tahunan yang tinggi.

    Menurut data perusahaan, sambaran petir telah berakibat hingga 80%

    outage pada jaringan distribusi 13,8 kV. Maka dari itu akan dilakukan

    pengamatan dan evaluasi terhadap parameter-parameter sambaran petir

    yaitu arus puncak, tegangan sambaran, tegangan induksi, yang dapat

    menyebabkan Flashover maupun back-Flashover pada jaringan 13,8 kV

    PT. CPI. Pengamatan dilakukan dengan cara perhitungan arus petir

    maksimal yang dapat menyambar kawat fasa menggunakan metoda bola

    gelinding/ rolling sphere, dan simulasi menggunakan perangkat lunak

    ATP-EMTP dengan metoda Bergeron.

    Selain itu, dilakukan pula perbaikan desain terhadap konfigurasi

    jaringan distribusi 13.8kV milik PT. CPI. Dengan modifikasi pada jaringan

    yaitu dengan menggunakan iGEW (isolated Ground Earth Wire), akan

    diamati perbandingan parameter-parameter sambaran petir sebelum dan

    sesudah dilakukan modifikasi. Pengamatan dan analisa dilakukan dengan

    perhitungan dan simulasi menggunakan perangkat lunak ATP-EMTP.

    Dengan dilakukan modifikasi ini akan mengurangidampak outage akibat

    sambaran petir dan akan meningkatkan reliabilitas dari keseluruhan sistem

    PT.CPI.

    Kata Kunci: proteksi sambaran petir, arus puncak, tegangan sambaran, tegangan

    induksi, jaringan distribusi PT.Chevron Pacific Indonesia, EMTP, iGEW

  • iii

    ABSTRACT

    On this final assignment, will be performed the existing

    configuration of 13.8kV distribution lines of PT. Chevron Pasific

    Indonesia and its corresponds to the lightning flash protection. For the

    information, PT. Chevron Pacific Indonesia is located in the area that has a

    very high isoucreunic level (Ground Flash Density). Based on the company

    data, the lightning flashs are affected to the most of power outage on the

    lines. So it is necessary to make some observations to the lightning

    parameters, such as peak current, flash voltage, and induced voltage that

    can cause the Flashover or backflashover through the lines. The

    observations are done by calculation to its parameters, and simulation

    using ATP-EMTP.

    Besides the study on the existing configuration, the improvisat ion to

    the lines will be done by the modification through the lines configuration

    with iGEW (isolated Ground Earth Wire). It will makes some

    improvement to the protection system. By doing this methode it will be

    reduce the outage and improve the realibility of the whole system of PT.

    CPI.

    Keywords: lightning flash protection, peak current, lightning voltage, induce voltage,

    distribution lines of PT.Chevron Pacific Indonesia, ATP-EMTP, iGEW

  • iv

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

    ABSTRAK ............................................................................................................... ii

    ABSTRACT ........................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii

    DAFTAR

    TABEL...................vii

    BAB I

    PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang................................................................................................1

    1.2 Tujuan Penelitian....3

    1.3 Pembatasan Masalah...4

    1.4 Metode Penelitian.......4

    1.5 Sistematika Penulisan.........4

    BAB II

    DASAR TEORI....................6

    2.1 Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir.....................................6

    2.1.1 Sambaran Langsung Pada Kawat Fasa....................7

    2.1.2 Sambaran Pada Kawat Tanah..............9

    2.1.3 Sambaran Pada Puncak Menara....................13

    2.2 Impedansi Surja..........................................................................................14

  • v

    2.3 Arus Kritikal Sambaran Petir Pada Kawat Fasa..........16

    2.4 Perubahan Besar Resistivitas Tanah Terhadap Jarak Pentanahan...............17

    BAB III

    PENGOLAHAN DATA PARAMETER SAMBARAN PETIR................19

    3.1. Perhitungan Parameter Sambaran Petir pada Kawat Fasa...................19

    3.1.1 Double Pole SAA......................19

    3.1.2 Single Pole Tipe A....................22

    3.2. Simulasi Sambaran Langsung Pada Kawat Fasa.............26

    3.2.1 Double Pole A (StudiKasus).....27

    3.2.1.1 Konfigurasi dan Dimensi Pole...........29

    3.2.1.2 Parameter Elektrik Pole..............30

    3.2.1.3 Resistansi Tanah.....32

    3.2.1.4 Arus Petir............32

    3.2.1.5 Hasil Simulasi.........33

    3.2.2 Single Pole Tipe A................34

    3.2.2.1 Konfigurasi dan Dimensi Pole.......35

    3.2.2.2 Parameter Elektrik Pole..............36

    3.2.2.3 Resistansi Tanah.....38

    3.2.2.4 Arus Petir................38

    3.2.2.5 Hasil Simulasi.........................39

    3.3 Simulasi Sambaran Pada Kawat Tanah................40

    3.3.1 Arus Petir...............41

  • vi

    3.3.2 Double Pole (Studi Kasus)41

    3.3.2.1 Rangkaian Simulasi................41

    3.3.2.2 Hasil Simulasi.............41

    3.3.3 Single Pole A (Studi Kasus)......................44

    3.3.3.1 Rangkaian Simulasi............44

    3.3.3.2 Hasil Simulasi.................44

    3.4 Perbaikan/Modifikasi pada Jaringan Eksisting................................................47

    3.4.1 Simulasi Perbaikan/Modifikasi Jaringan 13,8 kV.............................48

    BAB IV

    HASIL SIMULASI DAN ANALISIS...................................................................51

    4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan........................................................................51

    4.1.1 Konfigurasi Sudut Lindung dan Arus Kritikal..................................51

    4.1.2 Sambaran Langsung pada Kawat Fasa..............................................52

    4.1.3 Tegangan Kawat Fasa Akbiat Sambaran pada Kawat Tanah............53

    4.1.4 Tegangan Akibat Sambaran pada Kawat Tanah (Rangkaian

    Modifikasi).................................................................................................54

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................57

    5.1 Kesimpulan......................................................................................................57

    5.2 Saran.................................................................................................................59

    DAFTAR PUSTAKA.............60

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    BAB I

    Gambar 1.1. Penyebab outage pada PT. CPI...................1

    Gambar 1.2. Data outage PT. CPI menurut level tegangan jaringa.........................3

    BAB II

    Gambar 2.1. Kurva Arus Petir vs Waktu..................................................................6

    Gambar 2.2. Tipe-Tipe Sambaran Pet......................................................................7

    Gambar 2.3. Konfigurasi Kawat Fasa..........8

    Gambar 2.4. Konfigurasi Konduktor ASCR............................................................9

    Gambar 2.5. Kawat Tanah .............................10

    Gambar 2.6. Skema Sudut Lindung.......................................................................10

    Gambar 2.7. Hubungan konsep sudut lindung dan besar arus sambaran...........11

    Gambar 2.8. Lebar area perlindungan kawat tanah............................11

    Gambar 2.9. Skematik Sambaran pada kawat tanah..............12

    Gambar 2.10 Skematik Sambaran pada Puncak Menara.......................................14

    Gambar 2.11 Definisi Mutual Impedansi Dua Konduktor.....................................15

    BAB III

    Gambar 3.1 Konfigurasi Tiang Double Pole SAA.................................................20

    Gambar 3.2 Tiang Double Pole SAA 13,8 kV...................................................20

    Gambar 3.3 Konfigurasi dan Dimensi crossarm Double Pole SAA......................21

    Gambar 3.4 Konfigurasi Single Pole Tipe A........................................................23

  • viii

    Gambar 3.5 Tiang Single Pole Tipe A 13,8 kV.................................................24

    Gambar 3.6 Konfigurasi dan Dimensi Crossarm Single Pole Tipe A..................25

    Gambar 3.7.Data Line dan Pemodelan yang Digunakan...27

    Gambar 3.8 Sumber Tegangan AC Simulasi.....27

    Gambar 3.9 Rangkaian simulasi kondisi eksisting double Pole....28

    Gambar 3.10 Koordinat Kawat Fasa dan Kawat Tanah Double Pole....29

    Gambar 3.11. Konfigurasi Kawat fasa dan Kawat Tanah Double Pole.....30

    Gambar 3.12. Parameter Input Pole Untuk Double Pole SAA......30

    Gambar 3.13. Keterangan Input Parameter Pole....31

    Gambar 3.14. Input Resistansi Tanah............32

    Gambar 3.15. Input Arus Petir...33

    Gambar 3.16. Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Double Pole) Pole

    no.3.........................................................................................................................33

    Gambar 3.17. Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Double Pole) Pole no.1

    s/d 4................................34

    Gambar 3.18. Rangkaian Simulasi Kondisi Eksisting Single Pole........35

    Gambar 3.19. Koordinat Kawat Fasa dan Kawat Tanah Single Pole....36

    Gambar 3.20. Konfigurasi Kawat Fasa dan Kawat Tanah Single Pole.........36

    Gambar 3.21. Parameter Input Pole Untuk Tipe Single Pole A....37

    Gambar 3.22. Keterangan Input Parameter Pole....37

    Gambar 3.23. Resistansi Tanah..................38

    Gambar 3.24. Input Arus Petir Single .Pole...39

    Gambar 3.25. Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Single Pole) Pole no.....39

    Gambar 3.26. Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Single Pole) Pole 1 s/d

    4..........40

    Gambar 3.27. Input Arus Petir.......................................41

    Gambar 3.28. Rangkaian Simulasi Sambaran Kawat Tanah (Double Pole)......41

    Gambar 3.29. Tegangan Kawat Fasa Akibat Sambaran Petir 15 kA pada Kawat

    Tanah (Double Pole) Pole no.342

  • ix

    Gambar 3.30. Tegangan Kawat Fasa Akibat Sambaran Petir 15 kA pada Kawat

    Tanah (Double Pole) Pole 1 s/d 4.......42

    Gambar 3.31. Tegangan Kawat Fasa (Tegangan Induksi) Akibat Sambaran pada

    Kawat Tanah (Double Pole) Pole 3............................................................43

    Gambar 3.32. Tegangan Kawat Fasa (Tegangan Induksi) Akibat Sambaran pada

    Kawat Tanah (Double Pole) Pole 1 s/d 4 no.3....44

    Gambar 3.33 Rangkaian Simulasi Sambaran Kawat Tanah (Single Pole).............44

    Gambar 3.34 Tegangan Kawat Tanah Akibat Sambaran Petir (Single Pole) Pole

    3..............................................................................................................................45

    Gambar 3.35 Tegangan Kawat Tanah Akibat Sambaran Petir (Single Pole) Pole

    1 s/d 4.....................................................................................................................45

    Gambar 3.36 Tegangan Kawat Fasa (Tegangan induksi) Akibat Sambaran pada

    Kawat Tanah (Single Pole) Pole 3......................................................................46

    3.37 Tegangan Kawat Fasa (Tegangan induksi) Akibat Sambaran pada Kawat

    Tanah (Single Pole) Pole 1 s/d 4.........................................................................46

    3.38 Rangkaian Modifikasi Jaringan......................................................................48

    3.39 Tegangan Kawat Fasa pada Rangkaian Modifikasi Untuk Jarak Pentanahan

    1,5 dan 10 meter.....................................................................................................49

    3.40 Tegangan Kawat Tanag pada Rangkaian Modifikasi Untuk Jarak Pentanahan

    1,5 dan 10 meter.....................................................................................................50

  • x

    DAFTAR TABEL

    BAB I

    Tabel 1.1 GFD di seluruh area operasi PT. CPI.......................................................2

    Tabel 1.2 GFD di atas seluruh jaringan 13,8KV PT. CPI dari tahun ke tahun........2

    BAB III

    Tabel 3.1 Dimensi Double Pole SAA........20

    Tabel 3.2 Dimensi Single Pole Tipe A...............................23

    BAB IV

    Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sudut Lindung dan Arus Kritikal Sambaran Petir....51

    Tabel 4.2 Hasil Perhitungan dan Simulasi Sambaran Langsung pada Kawat

    Fasa........................................................................................................................ 52

    Tabel 4.3 Hasil Perhitungan dan Simulasi pada Kawat Tanah..............................53

    Tabel 4.4 Hasil Simulasi Pada Jaringan Perbaikan/Modifikasi.............................55

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, PT. Chevron Pacific Indonesia

    (yang selanjutnya disebut PT. CPI) memiliki sistem kelistrikan AC dengan

    frekuensi 60Hz yang sepenuhnya mereka kelola s1endiri dari hulu (sistem

    penbangkitan), sistem transmisi, hingga hilir (sistem distribusi). Pada setiap

    sistem jaringan diperlukan sistem proteksi terhadap tegangan lebih yang

    mungkin terjadi. Salah satunya adalah proteksi terhadap sambaran petir.

    Sambaran petir pada jaringan dapat menyebabkan terjadinya tegangan

    lebih yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan / outage pada sistem.

    Pada jaringan listrik PT. CPI terjadinya outage sangat berpengaruh besar

    terhadap kelangsungan operasional perusahaan secara keseluruhan. Terutama

    pada sumur-sumur produksi minyak yang PT. CPI kelola, dikarenakan

    jaringan listrik tersebut langsung terhubung ke beban berupa motor-motor

    pompa minyak di sumur-sumur produksi. Oleh karena itu, setiap kali terjadi

    gangguan/outage pada jaringan, target lifting minyak harian PT. CPI akan

    terganggu. Berdasar data PT. CPI, pada tahun 2010 sambaran petir menjadi

    penyebab tertinggi terjadinya outage pada sistem.

    Gambar 1.1 Penyebab Outage PT. CPI

    Data outage tersebut berkorelasi dengan data dari BMKG, di mana

    jaringan PT. CPI terletak pada daerah dengan kepadatan sambaran petir

    24,86%

    22,59%

    11,78%

    8,27%

    6,70%

    6,22%2,76%

    2,65%2,97%11,19% Unidentified

    Lightning

    N/A

    Unidentified (Fuse)

  • 2

    tahunan (Groud Flash Density) yang cukup tinggi. Jaringan distribusi

    13.8KV PT. CPI merupakan jaringan terpanjang diantara jaringan level

    tegangan lain, memiliki potensi terkena sambaran petir yang terbesar

    dibandingkan dengan jaringan pada level tegangan lainnya. Berikut adalah

    GFD di area CPI tahun 2010-2012 :

    Year 2010 2011 2012 2010-2012

    Lightning Strike (flash) 15070 14169 8910 38149

    Area (km2) 22267,8

    GFD (Flash/km2/year) 0,68 0,64 0,40 0,57

    Tabel 1.1. GFD di seluruh area operasi PT. CPI

    Dari keseluruhan jaringan PT. CPI, jaringan tegangan menengah 13,8

    kV menempati urutan tertinggi dalam GFD. Berikut tabel GFD pada area

    jaringan tegangan menengah 13,8 kV:

    Year 2010 2011 2012 2010-2012

    Lightning Strike (flash) 910 897 969 2776

    GFD (Flash/km2/year) 0,73 0,72 0,78 0,74

    Tabel 1.2. GFD diatas seluruh jaringan 13,8 kV PT. CPI dari tahun ke

    tahun

    Sedangkan menurut data outage PT. CPI berdasarkan level jaringan,

    jaringan tengangan menengah 13,8 kV menempati peringkat pertama dalam

    hal frekuensi terjadinya outage (97,58%). Berikut data outage PT. CPI

    menurut level tegangan jaringan.

  • 3

    Gambar 1.2. Data Outage PT. CPI menurut level tegangan jaringan.

    Berdasarkan data-data tersebut dapat ditarik hipotesa bahwa kejadian

    outage tertinggi PT. CPI adalah disebabkan oleh petir yang terjadi pada

    jaringan tegangan menengah 13,8 kV. Maka dari itu diperlukan pengamatan

    dan analisa secara menyeluruh terkait sambaran petir pada jaringan 13,8 kV

    untuk mengurangi terjadinya outage. Pengamatan dan analisa dilakukan pada

    parameter-parameter sambaran petir pada jaringan, yaitu arus puncak,

    tegangan puncak, tegangan induksi, BIL sistem, dan konfigurasi isolasi

    jaringan 13,8 kV untuk kondisi saat ini (eksisting). Selain itu setelah

    mengetahui dan menganalisis konfigurasi jaringan tegangan menengah

    eksisting terhadap sambaran petir, maka dilakukan perbaikan terhadap

    kondisi eksisting jaringan tersebut. Perbaikan konfigurasi jaringan tegangan

    menengah 13,8 kV dilakukan untuk mengurangi terjadinya penyebab outage

    pada jaringan. Dengan dilakukannya perbaikan pada jaringan tersebut

    diharapkan dapat meningkatkan reliabilitas dari keseluruhan sistem PT. CPI.

    1.2 Tujuan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini memiliki tujuan sebagai berikut:

    a. Menganalisis parameter-parameter sambaran petir pada jaringan tegangan

    menengah 13,8 kV PT. CPI.

    b. Melakukan perbaikan / modifikasi pada jaringan tegangan menengah

    13.8KV PT. CPI terhadap sambaran petir.

    97,58%

    0,48%

    0,48% 1,21% 0,24%

    13.8KV

    115KV

    4.16KV

    44KV

    SUBSTATION

  • 4

    c. Sebagai saran kepada PT. CPI untuk menerapkan perbaikan / modifikasi

    jaringan tegangan menengah 13,8 kV dalam rangka mengurangi outage

    akibat sambaran petir pada sistem, sehingga dapat meningkatkan

    reliabilitas sistem secara keseluruhan.

    1.3 Pembatasan Masalah

    Adapun batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain,

    a. Pengamatan pada jaringan 13.8KV yang menurut data PT. CPI terjadi

    outage.

    b. Pengamatan tersebut untuk melihat terjadinya outage akibat tegangan lebih

    oleh sambaran petir.

    c. Simulasi sambaran petir pada jaringan tegangan menengah 13,8 kV PT.

    CPI dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ATP-EMTP.

    1.4 Metode penelitian

    Tahapan pelaksanaan tugas akhir ini adalah:

    1. Studi literatur mengenai sambaran petir pada jaringan.

    2. Pengumpulan data dari PT. CPI.

    3. Melakukan perhitungan parameter-parameter sambaran petir pada jaringan

    tegangan menengah 13,8 kV PT. CPI

    4. Melakukan simulasi sambaran petir pada jaringan tegangan menengah 13,8

    kV PT. CPI dengan menggunakan perangkat lunak ATP-EMTP.

    5. Perancangan serta simulasi dari perbaikan konfigurasi jaringan tegangan

    menengah 13,8 kV yang diusulkan.

    6. Membandingkan dan melakukan analisis terhadap hasil simulasi antara

    kondisi eksisting dengan kondisi setelah dilakukan modifikasi.

    7. Penyusunan laporan Tugas Akhir.

    8. Sidang Tugas Akhir

    1.5 Sistematika Penulisan

    Laporan tugas akhir ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu :

  • 5

    Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penelitian, batasan

    masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

    Bab II Dasar Teori, berisi teori-teori yang berkaitan dengan tugas akhir

    ini, meliputi teori tegangan lebih akibat sambaran petir, impedansi surja,

    arus maksimum sambaran petir pada kawat fasa, perubahan besar

    resistivitas tanah terhadap jarak pentanahan.

    Bab III Pengolahan Data Parameter Sambaran Petir meliputi

    perhitungan parameter sambaran petir pada kawat fasa, simulasi sambaran

    langsung pada kawat fasa, simulasi sambaran pada kawat tanah,

    perbaikan/modifikasi pada jaringan eksisting

    Bab IV Hasil Simulasi dan Analisis, meliputi rekapitulasi perhitungan

    konfigurasi sudut lindung dan arus kritikal, sambaran langsung pada kawat

    fasa, sambaran pada kawat tanah, sambaran pada kawat tanah untuk

    rangkaian modifikasi

    Bab V Kesimpulan dan Saran, merupakan kesimpulan dan saran yang

    dibuat penulis berdasarkan hasil analisis.

  • 6

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1. Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir

    Studi yang dilakukan oleh komite IEEE-EEI menyimpulkan bahwa

    sambaran petir merupakan penyebab terbesar kejadian outage [1]. Kesimpulan

    tersebut didapat setelah dilakukan pengumpulan data dan analisis selama 14 tahun

    pada 42 perusahaan operator di Amerika Serikat dan Kanada. Outage yang terjadi

    karena sambaran petir diakibatkan oleh overvoltage (tegangan lebih pada sistem).

    Secara umum overvoltage adalah tegangan transien yang lebih besar dari tegangan

    maksimum operasi yang diperbolehkan dari sistem. Pada tegangan transien ini

    terdapat perbedaan dari besarnya, durasi dan frekuensinya. Karakteristik dari

    tegangan lebih transien bisa dilihat dari diagram berikut :

    Gambar 2.1. Kurva Arus Petir vs Waktu

    Sambaran petir terjadi akibat perbedaan polaritas muatan antara awan dan

    bumi. Menurut Berger tipe dari sambaran petir dapat dibagi menjadi 4, yaitu

    sambaran petir negatif dari bumi ke awan (bawah ke atas) dan sebaliknya, dan

    sambaran petir positif dari bumi ke awan (bawah ke atas) dan sebaliknya. Berikut

    adalah ilustrasi tipe sambaran menurut Berger :

  • 7

    Gambar 2.2 Tipe-Tipe Sambaran Petir (Sumber : Insulation Coordination

    of Power Systems by Andrew R. Hileman)

    Sekitar 85-95% sambaran petir pada struktur yang memiliki ketinggian

    kurang dari 100 meter berjenis sambaran petir negatif dari awan ke bumi /

    negative downward. Oleh karena itu pada perhitungan dan simulasi untuk

    sambaran petir pada jaringan tegangan menengah 13,8 kV dengan ketinggian

    kurang dari 100 meter, diasumsikan jenis petir yang digunakan adalah petir

    negatif.

    Tegangan lebih akibat sambaran petir pada jaringan listrik dapat dibagi

    menjadi 3, yaitu : sambaran langsung pada kawat fasa, sambaran pada puncak

    tower, dan sambaran pada kawat tanah.

    2.1.1. Sambaran Langung pada Kawat Fasa

    Jika kawat fasa tersambar oleh petir, maka tegangan pada titik sambaran

    adalah :

  • 8

    = 2

    Persamaan 2.1. Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa

    Dengan Zo : Impedansi kawat fasa

    Im : Arus maksimum petir pada kawat fasa

    Sambaran langsung ke kawat fasa dapat menyebabkan timbulnya tegangan

    lebih pada fasa lainnya sebagai akibat adanya kopling magnetis dari sistem. Oleh

    karena itu impedansi Zo merupakan impedansi bersama dari ketiga fasa. Di mana

    persamaan umum impedansi adalah sebagai berikut :

    =

    Persamaan 2.2. Impedansi Surja Kawat Fasa

    Dengan L : Induktansi bersama kawat fasa

    C : Kapasitansi bersama kawat fasa

    Dengan persamaan di atas untuk menghitung impedansi kawat fasa harus

    diketahui terlebih dahulu besar induktansi bersama kawat fasa.Karena untuk

    jaringan jarak jauh induktansi lebih dominan daripada resistansi.Hal ini

    dikarenakan besarnya arus yang mengalir melalui konduktor berhubungan dengan

    parameter induktansi. Untuk 3 fasa menggunakan hubungan sebagai berikut :

    Gambar 2.3. Konfigurasi Kawat Fasa

    Mengikuti persamaan sebagai berikut :

    = 2 107 ln ( 12 33 /) H/m

  • 9

    Persamaan 2.3. Induktansi Bersama Kawat 3 Fasa

    Dengan D1,D2,D3: Jarak antar fasa

    Ds = GMR = 0.7788r konduktor (untuk 3 fasa dengan

    jarak sama)

    Sedangkan untuk konfigurasi konduktor ASCR (Alumunium Steel Carbon

    Reinforced), GMR sudah ditentukan oleh manufaktur. Pada jaringan distribusi

    13.8kV menggunakan ASCR jenis oriole dengan GMR =7.724 x 10^-3 m.

    Gambar 2.4. Konfigurasi Konduktor ASCR

    Kapasitansi bersama kawat tanah dihitung dengan persamaan berikut :

    Persamaan 2.4. Kapasitansi Bersama Kawat Tanah

    Dengan D = 12 33

    r = radius konduktor

    2.1.2 Sambaran Pada Kawat Tanah

    Pada mulanya, kawat tanah dipasang untuk mengurangi tegangan induksi

    pada konduktor fasa yang disebabkan sambaran petir di sekitar tanah. Saat ini riset

    membuktikan bahwa tegangan induksi yang diakibatkan karena sambaran tidak

    langsung tidak memiliki ancaman pada jaringan. Sejak saat itu kawat berfungsi

    untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir secara langsung. Berikut adalah

    skema dari kawat tanah dalam jaringan.

  • 10

    Gambar 2.5. Kawat Tanah

    Perlindungan kawat tanah terhadap kawat fasa tergantung pada besarnya

    sudut lindung. Sudut lindung adalah sudut yang terbentuk Antara titik kawat tanah

    dengan kawat fasa. Berikut adalah skema sudut lindung.

    Gambar 2.6. Skema Sudut Lindung

    Pada jaringan listrik umumnya besar sudut lindung adalah 30.Sudut

    lindung sendiri adalah sudut kritis dimana petir yang datang dengan besarnya

    sudut lindung tersebut akan menyambar kawat fasa. Sedangkan semakin besar

    arus sambaran petir maka besarnya jari-jari lingkup yang tersambar akan semakin

    besar sesuai dengan persamaan [IEEE04]:

    R= 10 0.65

    Persamaan 2.5. Radius Sambaran Petir

    Dengan R: Jari-jari sambaran petir (m)

    I: besarnya arus sambaran (kA)

  • 11

    Maka semakin besar arus sambaran, maka sudut lindungnya akan semakin

    kecil, begitu juga sebaliknya semakin kecil arus petir maka sudut lindungnya

    semakin besar, seperti terlihat pada gambar berikut :

    Gambar 2.7.Hubungan Konsep Sudut Lindung dan Besar Arus Sambaran

    Kawat tanah pada jaringan tenaga listrik juga berfungsi untuk melindungi

    area di bawahnya yang terlingkupi area perlindungan sebagai berikut :

    Gambar 2.8 Lebar area perlindungan kawat tanah pada jaringan tenaga

    listrik (Sumber : Electromagnetic Transients in Power Systems by Pritindra

    Chowduri)

    Persamaan lebar area perlindungan adalah :

    W = b + 4H (m)

    Persamaan 2.6 lebar area perlindungan kawat tanah

  • 12

    Impedansi surja sambaran pada kawat tanah pada dasarnya sama dengan

    persamaan 2 di atas. Namun untuk induktansi bersama dua kawat tanah,

    persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut :

    L = 2 107 ln ( /)

    Persamaan 2.7.Induktansi bersama kawat tanah.

    Dengan d : jarak Antara dua kawat tanah

    r : radius kawat tanah

    Skematik untuk kasus sambaran pada kawat tanah dapat dilihat pada

    gambar berikut :

    Gambar 2.9. Skematik Sambaran Pada Kawat Tanah (Sumber :

    Insulation Coordination for Power Systems, by Andrew R. Hileman)

    Arus sambaran akan terbagi menjadi 2 yang akan berjalan berlawanan arah

    sepanjang kawat tanah menuju puncak menara terdekat. Tegangan yang timbul

    akibat arus ini adalah:

    Vs = Zs

    Persamaan 2.8 Besar Tegangan Sambaran Pada Kawat Tanah

    Dengan Zs = impedansi surja kawat tanah

    Sedangkan tegangan induksi yang timbul pada kawat fasa dikarenakan

    elektromagnetik kopling, adalah :

  • 13

    Vp = Ksp. Vs

    Persamaan 2.9. Besar tegangan kawat fasa akibat sambaran pada kawat

    tanah

    Dengan Ksp = Zsp/Zs

    Zsp = impedansi surja mutual antara kawat tanah dan

    kawat fasa

    Perbedaan tegangan antara kawat tanah dan kawat fasa adalah :

    Vsp = (1- Ksp)Vs

    Persamaan 2.10 Perbedaan tegangan kawat tanah dan kawat fasa

    2.1.3 Sambaran Pada Puncak Menara

    Sambaran pada puncak menara akan menyebabkan terjadinya kenaikan

    tegangan yang dapat menyebabkan backflashover. Backflashover adalah

    Flashover dari koordinasi isolasi yang disebabkan oleh sambaran petir pada yang

    normalnya terjadi pada potensial pentanahan. Besar tegangan yang terjadi akibat

    sambaran pada puncak menara, mengikuti persamaan berikut :

    = x +

    +

    Persamaan 2.11. Besar Tegangan Sambaran Puncak Menara

    Dengan Is : Arus petir (kA)

    L : Induktansi menara

    Re : tahanan kaki menara

    = 2

    3

    Jika Vm melebihitegangan tembus dari isolator maka akan terjadi back

    flash over. Skematik untuk kasus sambaran pada puncak menara dapat dilihat

    pada gambar berikut :

  • 14

    Gambar 2.10 Skematik Sambaran Pada Puncak Menara (Sumber :

    Insulation Coordination for Power Systems, by Andrew R. Hileman)

    2.2 Impedansi Surja

    Impedansi surja pada gangguan transient adalah resistivitas dalam pada

    suatu material, yang memiliki induktansi dan kapasitansi diri. Induktansi dan

    kapasitansi dalam material tersebut yang mempengaruhi kecepatan gelombang

    berjalan melalui material tersebut. Di mana dalam hal ini, suatu gangguan

    transient seperti sambaran petir yang terjadi pada suatu material akan sangat

    dipengaruhi oleh impedansi surja material tersebut. Persamaan impedansi surja

    pada umumnya adalah sebagai berikut :

    =

    Persamaan 2.12 Impedansi Surja

    Dan kaitannya dengan kecepatan rambat gelombang adalah sebagai berikut

    :

    v = 1

  • 15

    Persamaan 2.13 Hubungan kecepatan rambat gelombang dan impedansi

    Di mana L adalah induktansi dan C adalah kapasitansi per satuan panjang.

    Sehingga didapatkan besaran Z (impedansi surja) dalam satuan ohm. Untuk

    multiple conductors jarak antara satu konduktor dengan konduktor lain, radius

    konduktor, dan ketinggian konduktor tersebut dari muka tanah akan

    mempengaruhi besarnya impedansi surja. Hal ini dikarenakan akan timbul mutual

    induktansi dan kapasitansi atara keduanya. Sehingga perhitungan impedansi nya

    menggunakan mutual impedansi surja, sebagai berikut :

    Gambar 2.11 Definisi Mutual Impedansi Dua Konduktor (Sumber :

    Insulation Coordination for Power Systems, by Andrew R. Hileman)

    Dengan impedansi sendiri konduktor adalah

    1 = 60 ln211

    2 = 60 ln222

    Persamaan 2.14 Impedansi surja sendiri untuk dua konduktor

    Dan impedansi surja mutual antara konduktor adalah :

    12 = 60 ln1212

    Persamaan 2.15 Impedansi Surja Mutual

  • 16

    Tegangan pada konduktor yang dilalui gelombang berjalan pada dua

    konduktor yang sejajar adalah sebagai berikut :

    1 = 11 + 212

    2 = 112 + 22

    Persamaan 2. 16 Tegangan Pada Konduktor Akibat Gelombang Transient

    2.3 Arus Kritikal Sambaran Petir Pada Kawat Fasa

    Petir menyambar kawat fasa dikarenakan kegagalan perlindungan kawat

    tanah. Kegagalan kawat tanah dalam melindungi kawat fasa diakibatkan karena

    sudut lindung yang tidak memenuhi standard, atau karena arus petir yang

    menyambar besarnya di bawah arus kritikal sudut perlindungan kawat tanah.

    Besarnya arus minimum sambaran petir pada suatu daerah digunakan sebagai

    salah satu parameter desain koordinasi isolasi pada sistem tenaga listrik. Untuk

    mengetahui sacara pasti berapa besarnya arus minimum sambaran petir di suatu

    daerah dapat digunakan data dari stasiun lokal pengamatan petir setempat. Namun

    dalam studi ini tidak ada data mengenai besarnya arus sambaran petir di wilayah

    PT. CPI. Oleh karena itu digunakan analisis sudut proteksi. Dengan mengetahui

    besarnya sudut proteksi dari Pole akan dapat dihitung besarnya jari-jari

    maksimum sambaran petir. Dengan persamaan berikut :

    =180

    1(1- H/R)

    Persamaan 2.17. Hubungan Antara radius sambaran petir, tinggi tiang dan sudut

    lindung

    Dimana : sudut lindung (di dapat dari datasheet)

    H:tinggi Pole (m) (didapat dari datasheet)

    r:jari-jarisambaranpetir

    Dengan persamaan di atas, dimana besar diketahui, maka besarnya nilai r dapat

    dihitung. Setelah nilai r diketahui maka besarnya arus sambaran dapat diketahui

    dengan persamaan [IEEE04] :

  • 17

    =

    10

    0.65

    Persamaan 2.18.Arus maksimum sambaran pada kawat fasa.

    dimana

    Im : Arus minimum (kA)

    R : jari-jari sambaran petir (m), yang didapat dari

    persamaan2.5.

    2.4 Perubahan Besar Resistivitas Tanah Terhadap Jarak Pentanahan

    Tiang jaringan tenaga listrik yang tertanam dalam tanah yang memiliki

    resistansi tertentu. Sehingga resistansi pentanahan harus diperhatikan agar

    serendah mungkin. Hal ini dikarenakan ketika petir menyambar pada puncak tiang

    atau kawat tanah, gelombang berjalan tersebut harus disalurkan dengan aman ke

    dalam tanah dan tidak terdisipasi.

    Resistansi pentahanan kaki dari tiang jaringan, Rtf adalah parameter yang

    penting yang menentukan proteksi dari jaringan tersebut ketika mendapatkan

    sambaran petir langsung pada tiang. Tegangan gelombang berjalan dari puncak

    tiang akan dipantulkan kembali pada reisitansi pentanahan kaki tiang. Jika Rtf

    lebih kecil daripada impedansi surja tiang (Zt), makagelombang akan berjalan

    dengan polaritas berlawanan pada puncak tiang, yang akan mengurangi tegangan

    pada puncak tiang. Sehingga dengan demikian, untuk mengurangi tegangan

    berlebih akibat sambaran petir yang berakibat pada terjadinya outage perlu

    dilakukan modifikasi agar nilai Rtf dapat sekecil mungkin. Geri et al [3] telah

    memerivikasi model dan rumus-rumus resistansi sistem pentanahan dengan

    simulasi langsung bagaimana perilaku tanah pada saat arus petir masuk ke bumi

    dari elektroda pentanahan. Model rangkaian dari titik ground rod sampai ke bumi

    tak terhingga

    Dengan nilai resistansi masing-masing bagian-bagian sebagai berikut:

  • 18

    = 1

    2

    =

    2 + 22=

    2

    + 1

    + 1

    =

    2 +22=

    2

    +1

    +1

    =

    2 +22=

    2

    +1

    +1

    Persamaan 2.19 Resistansi Pentanahan

    Ri adalah radius tanah disekitar ground rod yamg mengalami ionisasi

    yang lebarnya berubah sebagai fungsi arus. adalah resistivitas tanah terionisasi

    dianggap sama dengan risistivitas ground rod. Di luar itu resistivitas tanah

    dianggap konstan. Besar radius ionisasi dianggap mengikuti rumus :

    = , ()

    2

    dengan = 2410.215

  • 19

    BAB III

    PENGOLAHAN DATA PARAMETER SAMBARAN PETIR

    Pada konfigurasi jaringan tegangan menengah 13,8 kV PT. CPI terdapat 2

    jenis tiang yang digunakan yaitu tiang ganda (Double Pole), dan tiang tunggal

    (Single Pole). Di mana masing-masing jenis tiang tersebut memiliki 4 macam

    jenis yang berbeda konfigurasinya.

    Untuk mengetahui parameter-parameter sambaran petir pada setiap

    konfigurasi tiang tersebut, perlu dilakukan perhitungan dan simulasi. Parameter

    sambaran petir yang dihitung adalah arus sambaran pada kawat fasa, impedansi

    surja kawat fasa, tegangan sambaran kawat fasa. Berikut adalah perhitungan

    parameter sambaran pada kawat fasa untuk konfigurasi jaringan 13,8 kV tipe

    Double Pole SAA dan Single Pole tipe A. Untuk perhitungan parameter sambaran

    petir pada konfigurasi tiang tipe yang lainnya akan ditampilkan pada lampiran.

    3.1 Perhitungan Parameter Sambaran Petir pada Kawat Fasa

    3.1.1 Double Pole SAA

    Double Pole SAA merupakan tiang berbahan baja galvanis dengan dua

    tiang setinggi 18,89 m dan lengan (cross arm) dengan lebar 2,89 m berada

    3,96 m dari puncak tiang.

  • 20

    Gambar 3.1. Konfigurasi Tiang Double Pole SAA

    Tabel 3.1. Dimensi Tiang Double Pole SAA

    Berikut adalah foto dari 13,8 kV Double Pole SAA :

    Gambar 3.2. Tiang Double Pole SAA 13,8 kV

    Arus Sambaran Pada Kawat Fasa

    Dimensi Unit

    British SI

    H (Height of Pole) 62 18,89 m

    W (Width of Crossarm) 9-6 2,89 m

    h (Height of Top Pole-

    Crossarm) 13 3,96 m

    D (Pipe pile) 12.75" 0,3238 m

    b (width of mid sec

    crossarm) 14' 4,2672 m

  • 21

    Mengacu pada dimensi tiang dapat dihitung besarnya arus sambaran petir

    pada kawat fasa, dengan persamaan (2.8) sebagai berikut :

    =

    10

    0.65

    Dengan nilai R yang didapat dari persamaan (2.9) berikut :

    =180

    1(1- H/R)

    Dan memasukkan nilai pada konfigurasi tiang Double Pole SAA :

    = 36.12 (sudut lindung)

    H = 18.89 m (tinggi tiang)

    Diperoleh nilai jarak sambaran R = 19. 1 m. Nilai R dimasukkan ke

    persamaan

    =

    10

    0.65

    Maka diperoleh besarnya arus sambaran pada kawat fasa untuk Double

    Pole SAA, I = 2,706 kA

    Impedansi Surja Pada Kawat Fasa

    Konfigurasi eksisting kawat 3 fasa pada double-Pole SAA

    Gambar 3.3. Konfigurasi dan dimensi crossarm Double Pole SAA

    Persamaan induktansi diri untuk 3 fasa :

    = 2 107 ln ( 12 33 /)

    Dengan memasukkan

    D1 = D2 = 16 = 4, 878 m

    D3 = 2 D1 = 32 = 9.753 m

  • 22

    Ds = GMR = 0.0255ft (ACSR oriole) = 7,724 x10^-3 m

    Diperoleh nilai L = 1.3358 x 10^-6 H/m

    Persamaan kapasitansi untuk 3 fasa :

    D = 12 33

    = 4.978 4.878 9.7533

    = 6,145 m

    r = 9,41 x 10^-3 m

    Diperoleh nilai C = 8,597 x 10^3 F/km = 8,597 x 10^-12 F/m

    Maka Impedansi surja pada kawat fasa :

    =

    Dengan L = 1.3358 x 10^-6 H/m

    C = 8.597 x 10^-12 F/m

    Diperoleh Zo = 394,182

    Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa

    Dengan menggunakan persamaan 2.1, yaitu :

    = 2

    Dan memasukkan Zo = 394,182 dan Im = 2,706 kA diperoleh

    = 533,32 KV

    3.1.2 Single Pole Tipe A

    Single Pole Tipe A merupakan tiang berbahan baja galvanis dengan sebuah

    tiang setinggi 15,392 m dan lengan (cross arm) dengan lebar 1,447 m

    berada 2,743 m dari puncak tiang (lihat Tabel).

  • 23

    Gambar 3.4. Konfigurasi Single Pole Tipe A

    Parameter Desain Unit

    British SI

    H (Height of Pole) 50-6 15.392 m

    W (Width of Crossarm) 4-9 1.447 m

    h (Height of Top Pole-

    Crossarm) 9 2.743 m

    D (Pipe pile) 8.625" 0.219 m

    Tabel 3.2. Dimensi Single Pole Tipe A

    Berikut adalah foto dari 13,8 kV Single Pole Tipe A :

  • 24

    Gambar 3.5. Tiang Single Pole Tipe A 13,8 kV

    Arus Sambaran Pada Kawat Fasa

    Mengacu pada dimensi tiang dapat dihitung besarnya arus sambaran petir

    pada kawat fasa, dengan persamaan (8) sebagai berikut :

    =

    10

    0.65

    Dengan nilai R yang didapat dari persamaan (9) berikut :

    =180

    1(1- H/R)

    Dan memasukkan nilai pada konfigurasi tiang Double Pole SAA :

    = 27,8 (sudut lindung)

    H = 15,39 m(tinggi tiang)

    Diperoleh nilai jarak sambaran R = 15.52 m. Nilai R dimasukkan ke

    persamaan

    =

    10

    0.65

  • 25

    Maka diperoleh besarnya arus sambaran pada kawat fasa untuk Double

    Pole SAA, I = 2 kA

    Impedansi Surja Pada Kawat Fasa

    Konfigurasi eksisting kawat 3 fasa pada singleTipe A

    Gambar 3.6. Konfigurasi dan Dimensi Crossarm Single Pole Tipe A

    Persamaan induktansi diri untuk 3 fasa :

    = 2 107 ln ( 12 33 /)

    Dengan memasukkan

    D1 = 3 = 0.9144 m

    D2 = 518 = 1.9812 m

    D3 = 818 = 2.8954 m

    Ds = GMR = 0.0255 ft (ACSR oriole)= 7.724 x10^-3 m

    Diperoleh nilai L = 1.0831 x 10^-6 H/m

    Persamaan kapasitansi untuk 3 fasa :

    D = 12 33

    = 0.1944 1.9812 2.89543

    = 1.037 m

    r = 9.41 x 10^-3 m

    Diperoleh nilai C = 0,01185 F/km = 1,185 x 10^-11 F/m

    Maka Impedansi surja pada kawat fasa :

  • 26

    =

    Dengan L = 1.0831 x 10^-6 H/m

    C = 1,185 x 10^-11 F/m

    Diperoleh Zo = 302,325

    Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa

    Dengan menggunakan persamaan 1, yaitu :

    = 2

    Dan memasukkan Zo = 302,325 dan Im = 2kA diperoleh

    =302,325 KV

    3.2 Simulasi Sambaran Langsung Pada Kawat Fasa

    Simulasi sambaran pada kawat fasa menggunakan perangkat lunak ATP-EMTP.

    Simulasi dilakukan dengan asumsi jaringan tanpa koordinasi insulasi dan

    menggunakan metode Bergeron. Dengan memasukkan faktor skin effect dan real

    transfer matrix. Dengan menggunakan simulasi ini akan dilihat dampak dari

    Flashover maupun back-Flashover pada jaringan. Beikut ini adalah masukan

    parameter-parameter mekanik dan elektrik dari simulasi sambaran langsung pada

    kawat fasa :

  • 27

    Gambar 3.7. Data Line dan Pemodelan yang Digunakan

    Gambar 3.8. Sumber Tegangan AC Simulasi

    3.2.1 Double PoleA (Studi Kasus)

    Untuk simulasi konfigurasi jaringan tipe Double Pole, rangkaian

    yangdigunakan adalah sebagai berikut:

  • 28

    Gambar 3.9.Rangkaian simulasi kondisi eksisting Double Pole.

    Rangkaian di atas adalah rangkaian simulasi Double Pole, dengan

    menggunakan 4 buah tiang listrik (Pole 1, Pole 2, Pole 3, Pole 4).

    Konfigurasi jaringan Double Pole terdiri dari 5 kawat yaitu 3 kawat fasa,

    dan 2 kAwat tanah. Di mana pada beberapa titik tersebut dipasang probe

    untuk mengukur tegangan akibat sambaran petir. Tegangan yang terukur

    adalab besar tegangan pada titik tersebut terhadap reference 0 pada titik

    tak hingga. Probe pengukur tegangan dipasang pada titik-titik berikut:

    a. Kawat fasa puncak Pole 1 dengan label probe : phs1.

    b. Kawat fasa antara Pole 1 dan Pole 2 dengan label probe : phs2.

    c. Kawat fasa antara Pole 2 dan Pole 3 dengan label probe : phs 3.

    d. Kawat fasa antara Pole 4 dan Pole 5 dengan label probe : phs4.

    e. Kawat fasa puncak Pole 5 dengan label probe : phs 5.

    f. Ground wire puncak Pole 1 dengan label probe : gwr1.

    g. Ground wire antara Pole 1 dan Pole 2 dengan label probe : gwr2.

    h. Ground wire antara Pole 2 dan Pole 3 dengan label probe : gwr3.

  • 29

    i. Ground wire antara Pole 4 dan Pole 5 dengan label probe : gwr4.

    j. Ground wire puncak Pole 5 dengan label probe : gwr5.

    k. Tanah pada dasar Pole 1 dengan label probe : gr1.

    m. Tanah pada dasar Pole 1 dengan label probe : gr2.

    n. Tanah pada dasar Pole 1 dengan label probe : gr3.

    o. Tanah pada dasar Pole 1 dengan label probe : gr4.

    Probe pada rangkaian di atas, sama dengan pada rangkaian-rangkaian

    simulasi berikutnya. Sedangkan untuk konfigurasi letak (koordinat) dari

    tiap kawat tersebut dimasukkan dalam input parameter sebagai berikut :

    3.2.1.1 Konfigurasi dan Dimensi Pole

    Dimensi tiang yaitu tinggi tiang, lebar crossarm, jari-jari kawat, jarak antar

    kawat fasa, dan juga dengan kawat tanah yang dapat dilihat pada gambar

    tekniknya dimasukkan dalam parameter Line/Cable berikut ini :

    Gambar 3.10. Koordinat Kawat Fasa dan Kawat Tanah Double Pole

  • 30

    Sehingga konfigurasi jaringan 13,8 kV tipe Double Pole SAA dapat dilihat

    dalam potongan a-a berikut ini :

    Gambar 3.11. Konfigurasi Kawat Fasa dan Kawat Tanah Double Pole

    3.2.1.2 Parameter Elektrik Pole

    Pada rangkaian simulasi, LINE Z ekivalen dengan tiang dari jaringan 13,8

    kV PT. CPI. Setelah dilakukan perhitungan parameter tiang, maka input

    dari LINE Z untuk tipe Double Pole SAA adalah sebagai berikut :

    Gambar 3.12. Parameter Input Pole Untuk Tipe Double Pole SAA

  • 31

    Dengan keterangan tiap masukkan dari parameter tersebut adalah

    sebagai berikut :

    Gambar 3.13. Keterangan Input Parameter Pole

    Sebagai input, dipilih ILINE = 1. Di mana B adalah kecepatan rambat

    gelombang elektromagnetik yaitu 300 x 10^5 m/s dan A adalah impedansi

    dari Pole, yang didapat dari perhitungan sebagai berikut :

    Zp = 1/2 (Zs + Zm)

    Persamaan 10. Impedansi Double Pole

    dimana

    Zs = 60 ln (H/r) + 90 (r/H) 60

    Zm = 60 ln (H/b) + 90 (b/H) 60

    Dengan memasukkan data dari datasheet yaitu jari-jari pile r = 0,3238 m,

    tinggi tiang H = 18,89 m, lebar lengan b = 4,267 m, diperoleh nilai

    impedansi surja dari puncak tiang Zp = 117,551. Sedangkan nilai R/l

    adalah resistivitas Pole per satuan panjang yang diperoleh dari perhitungan

    berikut :

    =

  • 32

    Persamaan 11. Resistivitas Pole Per Satuan Panjang

    Dimana

    R : Resistansi ()

    L : panjang Pole (m)

    : resistivitas (.m)

    A : luas penampang Pole (m^2)

    Berdasarkan datasheet perhitungan perhitungan luas penampang Pole (A)

    sebagai berikut:

    = (. (. . )

    Diperoleh nilai A= 0.03811 m2. Maka dengan memasukkan resistivitas ()

    steel carbon yaitu 1.43 x 10^-7.m dan A = 0.03811 m2 ke persamaan

    11, diperoleh nilai

    = . /.

    3.2.1.3 Resistansi Tanah

    Input parameter resistansi tanah adalah sebagai berikut :

    Gambar 3.14. Input Resistansi Tanah

    Besar nilai resistansi tanah dipilih 25, yaitu berdasarkan nilai rata-rata

    hasil pengukuran di lapangan.

    3.2.1.4 Arus Petir

    Input parameter sumber arus petir sebagai berikut :

  • 33

    Gambar 3.15. Input Arus Petir

    Arus petir yang digunakan adalah 2,7 kA sesuai dengan hasil perhitungan

    merupakan besar arus petir maksimum yang akan menyambar kawat fasa.

    3.2.1.5 Hasil Simulasi

    Setelah rangkaian jaringan dengan masukan parameter di atas

    disimulasikan, diperoleh plot sebagai berikut :

    a. Analisis Flashover

    Gambar 3.16.Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Double Pole) -

    Pole no.3

  • 34

    Gambar 3.17. Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Double Pole) Pole

    no.1 s/d 4

    Dari hasil simulasi dengan arus petir 2.7KA diperoleh besar tegangan

    maksimum terjadi pada titik sambaran (Pole 3) adalah 354 KV. Besar

    tegangan sambaran terukur akan semakin mengecil semakin jauh dari titik

    sambaran. Dari hasil simulasi juga diperoleh kenaikan tegangan muka

    (front stepness) yaitu : S = 354kV / 4.15 s = 85.301 kV / s.

    3.2.2 Single Pole Tipe A

    Simulasi sambaran pada kawat fasa menggunakan perangkat lunak ATP-

    EMTP. Untuk simulasi Single Pole, rangkaian yang digunakan adalah

    sebagai berikut:

  • 35

    Gambar 3.18. Rangkaian Simulasi Kondisi Eksisting Single Pole

    Rangkaian di atas adalah rangkaian simulasi Single Pole, dengan

    menggunakan 4 buah tiang listrik (Pole 1, Pole 2, Pole 3, Pole

    4).Konfigurasi jaringan Single Pole terdiri dari 4 kawat yaitu 3 kawat fasa,

    dan 1 kawat tanah. Di mana pada beberapa titik dipasang probe untuk

    mengukur tegangan akibat sambaran petir. Konfigurasi letak dari tiap

    kawat tersebut dimasukkan dalam input parameter sebagai berikut :

    3.2.2.1 Konfigurasi dan Dimensi Pole

    Dimensi tiang yaitu tinggi tiang, lebar crossarm, jari-jari kawat, jarak antar

    kawat fasa, dan juga dengan kawat tanah yang dapat dilihat pada gambar

    tekniknya dimasukkan dalam parameter Line/Cable berikut ini :

  • 36

    Gambar 3.19. Koordinat Kawat Fasa dan Kawat Tanah Single Pole

    Sehingga konfigurasi jaringan 13,8 kV tipe Single Pole A dapat dilihat

    dalam potongan a-a berikut ini :

    Gambar 3.120. Konfigurasi Kawat Fasa dan Kawat Tanah Single Pole

    3.2.2.2 Parameter Elektrik Pole

    Pada rangkaian simulasi, LINE Z ekivalen dengan tiang dari jaringan 13,8

    kV PT. CPI. Setelah dilakukan perhitungan parameter tiang, maka input

    dari LINE Z untuk tipe Single Pole A adalah sebagai berikut :

  • 37

    Gambar 3.21. Parameter Input Pole Untuk Tipe Single Pole A

    Dengan keterangan tiap masukkan dari parameter tersebut adalah sebagai

    berikut :

    Gambar 3.22. Keterangan Input Parameter Pole

    Sebagai input, dipilih ILINE = 1. Di mana B adalah kecepatan rambat

    gelombang elektromagnetik yaitu 300 x 10^5 m/s dan A adalah impedansi

    dari Pole, yang didapat dari perhitungan sebagai berikut :

    Zp = 60 ln (H/r) + 90 (r/H) 60

    Persamaan 12. Impedansi Single Pole

  • 38

    Dengan memasukkan data dari datasheet yaitu jari-jari pile r = 0,219 m,

    tinggi tiang H = 15,39 m, diperoleh nilai impedansi surja dari puncak tiang

    Zp = 196.42. Sedangkan nilai R/l adalah resistivitas Pole per satuan

    panjang yang diperoleh dengan persamaan 11 dari perhitungan berikut :

    Berdasarkan datasheet perhitungan perhitungan luas penampang Pole (A)

    sebagai berikut:

    = (. (. . )

    Diperoleh nilai A= 0.02564 m2. Maka dengan memasukkan resistivitas ()

    steel carbon yaitu 1.43 x 10^-7.m dan A = 0.03811 m2 ke persamaan

    11, didapat nilai

    = . /.

    3.2.2.3 Resistansi Tanah

    Input parameter grounding (resistivitas tanah) adalah sebagai

    berikut :

    Gambar 3.23. Input Resistansi Tanah

    Besar nilai resistansi tanah dipilih 25, berdasarkan nilai rata-rata hasil

    pengukuran di lapangan.

    3.2.2.4 Arus Petir

    Sedangkan untuk input parameter sumber arus petir sebagai berikut :

  • 39

    Gambar 3.24. Input Arus Petir Single Pole

    Arus petir yang digunakan adalah 2 kA sesuai dengan hasil perhitungan

    merupakan besar arus petir maksimum yang akan menyambar kawat fasa

    Single Pole.

    3.2.2.5 Hasil Simulasi

    Setelah dilakukan simulasi, diperoleh plot sebagai berikut :

    a. Analisis Flashover

    Gambar 3.25.Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Single Pole) -Pole

    no.3

  • 40

    Gambar 3.26. Tegangan Sambaran Pada Kawat Fasa (Single Pole) Pole

    1 s/d 4

    Dari hasil simulasi dengan arus petir 2 kA diperoleh tegangan terbesar

    terjadi pada titik sambaran (Pole 3) adalah 355 kV. Besar tegangan

    sambaran terukur akan semakin mengecil semakin jauh dari titik

    sambaran. Dari hasil simulasi juga diperoleh kenaikan tegangan muka

    (front stepness) yaitu : S = 355kV / 5.15 s = 68.93 kV / s.

    3.3 Simulasi Sambaran Pada Kawat Tanah

    Pada perhitungan menggunakan metode rolling sphere di atas, diperoleh nilai arus

    critical yang menyambar kawat fasa sebesar 2,7 kA. Akan tetapi, probabilitas

    terjadinya petir dengan besar 2,7 kA hanya 3% (IEEE 1992). Rata-rata besar arus

    sambaran petir mencapai 20KA. Sebagian besar petir yang menyambar jaringan

    (petir dengan besar arus lebih dari 2,7 kA) akan menyambar kawat tanah. Oleh

    karena itu dalam kasus ini dilakukan simulasi dengan menggunakan arus 15 kA

    dan menyambar kawat tanah. Parameter yang diubah dalam simulasi sambaran

    pada kawat tanah hanyalah arus petir sedangkan parameter yang lainnya tetap.

  • 41

    3.3.1 Arus Petir

    Input arus petir (15 kA) untuk sambaran pada kawat tanah adalah sebagai

    berikut :

    Gambar 3.27. Input Arus Petir

    3.3.2 Double Pole A (Studi Kasus)

    3.3.2.1 Rangkaian Simulasi

    Gambar 3.28. Rangkaian Simulasi Sambaran Kawat Tanah (Double Pole)

    3.3.2.2 Hasil Simulasi

  • 42

    Berikut adalah plot tegangan kawat tanah akibat sambaran petir 15 kA :

    Gambar 3.29.Tegangan Kawat Tanah Akibat Sambaran Petir 15 kA Pada

    Kawat Tanah (Double Pole) - Pole 3

    Gambar 3.30. Tegangan Kawat Tanah Akibat Sambaran Petir 15 kA Pada

    Kawat Tanah (Double Pole) Pole 1 s/d 4

    Dari plot di atas dapat dilihat tegangan terbesar dirasakan pada kawat

    tanah Pole 3 (pada titik sambaran), yaitu mencapai 617KV. Dari hasil

  • 43

    simulasi juga diperoleh kenaikan tegangan muka (front stepness) yaitu : S

    = 617kV / 0,69 s = 894,22 KV/s.

    Berikut adalah plot tegangan induksi pada kawat fasa yang terjadi kopling

    elektromagtik akibat sambaran petir pada kawat tanah :

    Gambar 3.31.Tegangan Kawat Fasa (Tegangan Induksi) Akibat Sambaran

    Pada Kawat Tanah (Double Pole) - Pole 3

  • 44

    Gambar 3.32. Tegangan Kawat Fasa (Tegangan Induksi) Akibat

    Sambaran Pada Kawat Tanah (Double Pole) Pole 1 s/d 4

    Dari plot di atas dapat dilihat tegangan terbesar dirasakan pada kawat fasa

    Pole 3, yaitu mencapai 151KV. Dari hasil simulasi juga diperolehkenaikan

    tegangan muka (front stepness) yaitu : S = 151KV / 0.71 s = 212,67 KV /

    s.

    3.3.3 Single Pole A (Studi Kasus)

    3.3.3.1 Rangkaian Simulasi

    Gambar 3.33. Rangkaian Simulasi Sambaran Kawat Tanah (Single Pole)

    3.3.3.2 Hasil Simulasi

    Berikut adalah plot tegangan kawat tanah yang terjadi akibat sambaran

    petir 15 kA :

  • 45

    Gambar 3.34.Tegangan Kawat Tanah Akibat Sambaran Petir (Single Pole)

    - Pole 3

    Gambar 3.35.Tegangan Kawat Tanah Akibat Sambaran Petir (Single Pole)

    - Pole 1 s/d 4

    Dari plot di atas dapat dilihat tegangan terbesar dirasakan pada kawat fasa

    Pole 3, yaitu mencapai 627 KV. Dari hasil simulasi juga diperoleh

    kenaikan tegangan muka (front stepness) yaitu : S = 627 kV / 0.68 s =

    922,058 KV / s.

  • 46

    Berikut adalah plot tegangan induksi pada kawat fasa yang terjadi akibat

    sambaran petir pada kawat tanah :

    Gambar 3.36.Tegangan Kawat Fasa (Tegangan Induksi) Akibat Sambaran

    Pada Kawat Tanah (Single Pole) - Pole 3

    Gambar 3.37. Tegangan Kawat Fasa (Tegangan Induksi) Akibat Sambaran

    Pada Kawat Tanah (Single Pole) Pole 1 s/d 4

  • 47

    Dari plot di atas dapat dilihat tegangan terbesar dirasakan pada kawat fasa

    Pole 3, yaitu mencapai 202 kV. Dari hasil simulasi juga diperoleh

    kenaikan tegangan muka (front stepness) yaitu : S = 202kV / 0.71 s =

    284.5 kV / s.

    3.4 Perbaikan/Modifikasi pada Jaringan Eksisting

    Rancangan baru untuk jaringan tegangan menengah 13,8 kV PT. CPI yang

    berbeda dari yang lama adalah menerapkan IEEE Guide 1410[1] yang secara

    spesifik menganjurkan pemakaian ground wire dan ground lead yang terisolir dari

    tiang. Rancangan ini disebut iGEW (isolated Ground Earth Wire). Kawat tanah /

    ground wire dipasang dipuncak tiang diikat ke isolator tipe pin. Sebelum sampai

    ke titik tumpu isolator pin, ground lead disambungkan ke ground wire dan

    dituntun turun kebawah menggunakan fiberglass standoffs untuk memberi jarak

    yang cukup agar tidak terjadi Flashover antara ground lead ke kawat fasa disekitar

    posisi cross arm. Setelah melewati posisi letak fasa terbawah ground lead baru

    diikatkan ke tiang.

    EEE Guide 1410 sebetulnya hanya berbicara tentang tiang kayu, namun

    rancangan ini bermanfaat juga untuk tiang besi sebagaimana yang ada di PT. CPI.

    Untuk tiang kayu fenomena gelombang berjalan melalui tiang sebagai pantulan

    dari tanah ke puncak tiang tidak terjadi. Hal yang berbeda akan terjadi pada tiang

    besi. Ground lead perlu dijaga berjarak yang cukup dari tiang dengan

    menggunakan fiberglass standoffs dan menanamkannya ke bumi pada jarak yang

    cukup jauh. Dengan cara demikian maka tiang besi sebagai saluran hanya akan

    mendapat tegangan di dasar tiang dari gelombang yang sudah menjalani jarak

    antara titik tanam sistem pentanahan ke kaki tiang. Semakin jauh jarak tersebut

    semakin kecil tegangan yang sampai di kaki tiang tersebut. Diharapkan

    gelombang yang naik keatas sampai ke crossarms tidak lagi cukup untuk memicu

    backflashover.

    Meskipun demikian pada tiang besi ada juga masalah yakni tegangan

    induksi yang dihasilkan oleh aliran arus di ground lead. Untuk keperluan itu perlu

  • 48

    disimulasi dengan menganggap tiang sebagai kawat yang paralel dengan ground

    wire.

    3.4.1 Simulasi Perbaikan/Modifikasi Jaringan 13,8 kV

    Salah satu usulah peningkatan keandalan jaringan distribusi 13,8 kV

    terhadap sambaran petir adalah modifikasi grounding kawat tanah, dimana

    kawat tanah diground atau ditanahkan langsung ke grounding kaki tower

    secara terisolasi. Pada saat ini tiang transmisi dan distribusi menggunakan

    tiang besi logam yang konduktif dan kawat tanah dihubungkan langsung di

    ujung tiang, dengan demikian kawat tanah di grounding ke tanah melalui

    tiang besi. Sambaran petir pada kawat tanah akan menyebabkan penaikkan

    tegangan sangat tinggi pada kawat tanah, pada kaki tower dan juga

    penaikkan tegangan pada cross arm dudukan insulator, sehingga terjadilah

    Backflashover loncatan tegangan dari tanah, dari cross arm ke kawat fasa.

    Modifikasi dengan perubahan penghubungan kawat tanah langsung ke

    pentanahan dan tidak lagi menggunakan tiang besi, kawat tanah

    digrounding langsung ke pentanahan dengan kabel berisolasi, maka

    sambaran petir pada kawat tanah, tegangan tinggi yang terjadi pada kawat

    tanah tidak akan menaikkan tegangan tower, juga tidak menaikkan tegangan

    cross arm, yang dengan demikian tidak terjadi lagi Backflashover.

    Simulasi dilakukan dengan arus petir 20KA sedangkan parameter-parameter

    yang masih sama dengan simulasi yang sebelumnya. Berikut adalah

    rangkaian perbaikan/modifikasi yang digunakan :

    Gambar. 3.38. Rangkaian Modifikasi Jaringan (Double Pole)

  • 49

    Bagian yang dimodifikasi yaitu bagian yang dilingkari garis biru yang

    merupakan representasi dari dipisahkannya pentanahan dengan tiang dan

    dimodelkan sebagai pembagi tegangan. Modifikasi ini dilakukan untuk

    dapat memperkecil tegangan yang dirasakan oleh tiang ketika sambaran

    petir terjadi sehingga backflashover dapat dihindarkan. Berikut adalah hasil

    simulasinya :

    Gambar 3.39. Tegangan Kawat Fasa Pada Rangkaian Modifikasi Untuk

    Jarak Pentanahan 1,5 dan 10 meter

    Dari plot di atas dapat dilihat bahwa tegangan puncak yang dirasakan kawat

    fasa pada setiap jarak yang berbeda menghasilkan tegangan puncak yang

    berbeda pula. Pada jarak 1 meter tegangan puncaknya adalah 70KV, pada 5

    meter adalah 60KV, dan 10 meter adalah 58KV.

  • 50

    Gambar 3.40. Tegangan Kawat Tanah Pada Rangkaian Modifikasi Untuk

    Jarak Pentanahan 1,5 dan 10 meter

    Dari plot di atas dapat dilihat bahwa tegangan puncak yang dirasakan kawat

    tanah pada setiap jarak yang berbeda menghasilkan tegangan puncak yang

    berbeda pula. Pada jarak 1 meter tegangan puncaknya adalah 140KV, pada 5

    meter adalah 110KV, dan 10 meter adalah 105KV.

  • 51

    BAB IV

    HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

    4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan

    Setelah dilakukan perhitungan dan simulasi untuk konfigurasi tiang tipe

    yang lain, diperoleh hasil sebagai berikut:

    4.1.1 Konfigurasi Sudut Lindung dan Arus Kritikal

    Tipe Pole Tinggi Struktur Sudut Lindung Arus Kritikal

    Lebar Jarak

    Perlindungan

    Double Pole SAA 18,89 m 36,12 2, 706 kA 79,82 m

    Double Pole SBB dan SCC 18,89 m 31,8 2,694 kA 80,43 m

    Single Pole Tipe A,B,dan C 15,39 m 27,8 2 kA 61,56 m

    Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sudut Lindung dan Arus Kritikal Sambaran Petir

    Mengacu pada rekomendasi oleh Young dan Brown-Whitehead,

    konfigurasi sudut lindung jaringan tegangan menegah 13,8 kV PT. CPI masih

    berada dalam zona aman. Berikut kurva Young dan Brown-Whitehead :

    Gambar 4.1. Rekomendasi Tinggi Struktur Terhadap Sudut Lindung (Sumber :

    Insulation for Coordination Power Systems by Andrew R. Hileman)

    Dari perhitungan arus kritikal diperoleh nilai di bawah 3 kA untuk semua

    jenis tiang. Hal ini berarti konfigurasi geometri dari sudut lindung sudah baik

    sehingga arus kritikal yang dapat menyambar kawat fasa nilainya sangat kecil.

  • 52

    Menurut data IEEE-1992 besar arus petir kurang dari 5 kA hanya 3%. Dengan

    demikian 97% petir yang menyambar akan mengenai kawat tanah. Sehingga dapat

    dikatakan kawat tanah pada jaringan tegangan menengah PT. CPI dapat

    melindungi kawat fasa dari sambaran petir pada umumnya.

    Konfigurasi kawat tanah pada jaringan listrik juga berfungsi sebagai

    perlindungan sambaran petir untuk objek-objek di sekitarnya. Dari hasil

    perhitungan diperoleh lebar jarak perlindungan untuk objek-objek yang berada di

    bawah jaringan tegangan menengah PT. CPI. Untuk Single Pole nilainya lebih

    kecil dikarenakan jumlah kawat tanahnya hanya satu. Sehingga lebar area

    perlindungannya kurang dari tipe Double Pole.

    4.1.2 Sambaran Langsung Pada Kawat Fasa

    Tabel. 4.2 Hasil Perhitungan dan Simulasi Sambaran Langsung Pada Kawat Fasa

    Pada hasil perhitungan manual dan simulasi terdapat perbedaan

    dikarenakan pada perhitungan manual hanya menghitung besar tegangan

    maksimum yang mungkin terjadi akibat sambaran petir. Namun dengan

    menggunakan simulasi dengan metode Bergeron menggunakan proses iterasi

    Tipe Pole Arus Impuls

    (kA) Zo ()

    Vmaks-

    perhitungan (kV)

    Vmaks-

    simulasi (kV)

    S Kecuraman

    (kV / s)

    VTanah

    Maks (kV)

    Double Pole

    A 2.7 394.18

    536.195 354

    85.3

    27

    Double Pole

    B 2.7 397.68 536.868 354

    85.3

    27

    Double Pole

    C 2.7 397.68 536.868 354

    85.3

    27

    Single Pole A 2 302.32 302.32 355 68.93 21.3

    Single Pole B 2 302.32 302.32 355 68.93 21.3

    Single Pole C 2 302.32 302.32 355 68.93 21.3

  • 53

    gelombang berjalan akibat sambaran petir tersebut. Sehingga data yang

    ditampilkan oleh hasil simulasi lebih akurat karena melalui iterasi berulang.

    Berdasarkan hasil di atas, besar tegangan yang timbul pada kawat fasa

    akibat sambaran langsung sangat tinggi dan jauh melebihi batas BIL isolator

    jaringan 13,8 kV. Oleh karena itu, jika kawat fasa mendapat sambaran langsung

    (hanya dengan arus kritikal maksimum atau di bawahnya) maka isolator akan

    mengalami Flashover dan akan terjadi outage pada sistem. Namun, kemungkinan

    terjadinya Flashover akibat sambaran langsung tersebut sangatlah kecil

    dikarenakan probabilitas terjadinya sambaran petir dengan arus di bawah 5 kA

    hanya 3% (IEEE 1992).

    4.1.3 Tegangan Kawat Fasa Akibat Sambaran Pada Kawat Tanah

    Tipe Pole Arus Impuls (kA) Vkawat Tanah (kV) Kecuraman Petir (kV / s)

    Vind-

    kawat Fasa

    (kV)

    S Kecuraman

    Petir (kV / s)

    Vtanah

    Maks

    (kV)

    Double Pole A 15 617 894,22 151 212,67 7

    Double Pole B 15 617 894,22 151 212,67 7

    Double Pole C 15 617 894,22 151 212,67 7

    Single Pole A 15 627 922,05 202 284,5 126

    Single Pole B 15 627 922,05 202 284,5 126

    Single Pole C 15 627 922,05 202 284,5 126

    Tabel 4.3. Hasil Perhitungan dan Simulasi Sambaran Pada Kawat Tanah

    Pada jaringan 13,8 kV, dengan menggunakan metode bola gelinding

    (Rolling-Sphere Methode) diperoleh besar arus sambaran petir tertinggi yang

    masih dapat menyambar langsung kawat fasa adalah 2,7 kA. Probabilitas

    terjadinya sambaran petir dengan besar arus di bawah 2,74 kA adalah kurang dari

    3% (IEEE 1992). Dengan menggunakan perhitungan manual, maupun dengan

    menggunakan simulasi ATP-EMTP besar tegangan akibat sambaran langsung

    pada kawat fasa yang terjadi jauh diatas BIL (tingkat isolasi dasar) semua jenis

    insulator yang dipasang. Maka dari itu terjadilah Flashover pada permukaan

  • 54

    insulator. Sambaran langsung pada kawat fasa dapat menyebabkan Flashover

    pada jaringan 13,8 kV karena melebihi batas BIL (TID Tingkat Isolasi Dasar)

    insulator. Akan tetapi kemungkinan (probabilitas) kejadiannya kurang dari 3%,

    atau sangat tidak mungkin kawat fasa tersambar petir.

    Berdasarkan statistik IEEE probabilitas 50% sambaran petir di sekitar 15

    kA. Sambaran petir pada kawat tanah dengan arus sambaran 15 kA, besar

    tegangan pada kawat tanah untuk tipe Double Pole adalah 151 kV dengan

    kecuraman petir 212,67 kV, untuk tipe Single Pole adalah 202 kV dengan

    kecuraman petir 212,67 kV. Tegangan ini juga merupakan tegangan pada Pole

    (tower) dan tegangan pada crossarm dudukan insulator dan melebihi BIL

    insulator. Dengan demikian maka terjadilah backflashover atau flash over dari

    tanah ke kawat fasa.

    Flashover pada permukaan insulator akibat sambaran petir pada kawat tanah

    maupun kawat fasa menyebabkan pengaliran arus hubung singkat yang tak

    terpotong, menyebabkan terbukanya circuit breaker, terjadi gangguan pelayanan

    daya. Hal ini menunjukkan korelasi yang kuat antara kerapatan sambaran petir

    (GFD) dengan Fault (kegagalan pelayanan daya).

    4.1.4 Tegangan Akibat Sambaran Pada Kawat Tanah (Rangkaian

    Modifikasi)

    Single

    Pole Tipe

    A

    Arus

    Impuls

    (KA)

    Tegangan

    Kawat

    Tanah

    (KV)

    Kecuraman

    Petir (kV/

    s)

    Tegangan

    Kawat Fasa

    (KV)

    Kecuraman

    Petir (KV / s)

    Kondisi

    Eksisting 15 627 922,05 202 284,5

    Modifikasi

    (Jarak

    pentanahan

    1 m dari

    20 140 70 70 8,75

  • 55

    tiang)

    Modifikasi

    (Jarak

    pentanahan

    5 m dari

    tiang)

    110 55 60 6,85

    Modifikasi

    (Jarak

    pentanahan

    10 m dari

    tiang)

    105 52,5 58 6,62

    Tabel 4.4. Hasil Simulasi Pada Jaringan Perbaikan / Modifikasi

    Dari hasil simulasi rangkaian modifikasi di atas terlihat bahwa semakin jauh

    pentanahan dari tiang, semakin rendah tegangan yang dirasakan oleh kawat fasa

    dan kawat tanah. Perubahan tegangan yang dirasakan ini, dengan jarak tertentu

    dapat memperkecil tegangan antara kawat fasa dengan tiang sehingga

    backflashover dapat dihindari.

    Pada jarak 1 meter kita lihat adanya kenaikan tegangan di ground wire, ini

    terjadi akibat dari perubahan resistansi pentanahan, tapi hal itu tetap tidak

    mengubah bahwa penggeseran pentanahan ini berimbas baik terhadap tegangan

    yang akan dirasakan oleh tiang.

    Resistansi pentanahan kita dapatkan dari

    =

    +

    dimana :

    R : resistansi pentanahan

    Rm : resistansi tanah dari permukaan ionisasi ke elektroda pengukuran

    =

    2

    + 1

    + 1

  • 56

    ri : resistansi permukaan ionisasi

    =

    2

    = 2410.215

    g : resistivitas tanah

    Ig : arus sambaran

    R : resistansi tanah dari elektroda pengukuran ke titik dimana potensial

    bernilai 0

    =2

    + 1

    + 1

    Dari hasil di atas dapat dianalisa bahwa cukup dengan penggeseran

    pentanahan sebesar 1 meter dari tiang dan mengacu pada BIL isolator terkecil

    (isolator pin) yaitu 175 kV didapati bahwa sistem tidak akan mengalami gangguan

    jika tersambar petir dengan arus 20KA (arus yang digunakan untuk simulasi

    diatas). Dengan demikian, teknik penggeseran pentanahan akan mengurangi

    resiko terjadinya gangguan akibat backflashover sampai 45%. Untuk jarak

    pentanahan lebih dari 2 (dua) meter, resiko terjadinya gangguan akibat

    backflashover dibawah 10 %.

  • 57

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Dengan menggunakan metode bola gelinding (Rolling-Sphere Method)

    diperoleh besar arus sambaran petir tertinggi yang masih dapat

    menyambar langsung kawat fasa adalah 2,7 kA. Probabilitas terjadinya

    sambaran petir dengan besar arus di bawah 2,74 kA adalah kurang dari

    3%.

    2. Dengan menggunakan perhitungan manual, besar tegangan akibat

    sambaran langsung pada kawat fasa, untuk tipe Double Pole adalah

    536 kV. Sedangkan dengan menggunakan simulasi EMTP besar

    tegangan akibat sambaran langsung pada kawat fasa adalah 354 kV

    dan kecuraman arus petir 85,3 kV/s. Walau terdapat perbedaan,

    namun besar tegangan yang terjadi jauh diatas BIL (tingkat isolasi

    dasar) semua jenis insulator yang dipasang dan terjadilah flash over

    pada permukaan insulator.

    3. Dengan menggunakan perhitungan manual, besar tegangan akibat

    sambaran langsung pada kawat fasa, untuk tipe Single Pole adalah 302

    kV. Sedangkan dengan menggunakan simulasi EMTP besar tegangan

    akibat sambaran langsung pada kawat fasa adalah 355 kV dan

    kecuraman arus petir 68,93 kV/s. Hasil ini jauh diatas BIL insulator.

    4. Pada kesimpulan poin 1 dan 2 di atas, sambaran langsung pada kawat

    fasa dapat menyebabkan Flashover pada jaringan 13,8 kV karena

    melebihi batas BIL (TID Tingkat Isolasi Dasar) insulator. Akan tetapi

    kemungkinan (probabilitas) kejadiannya kurang dari 2%, atau sangat

    tidak mungkin kawat fasa tersambar petir.

    5. Berdasar statistik IEEE probabilitas 50% sambaran petir di sekitar 15

    kA. Dengan menggunakan simulasi EMTP, sambaran petir pada kawat

  • 58

    tanah dengan arus sambaran 15 kA, besar tegangan pada kawat tanah

    ini, untuk tipe Double Pole adalah 151 kV dengan kecuraman petir

    212,67 kV, untuk tipe Single Pole adalah 202 kV dengan kecuraman

    petir 212,67 kV.Tegangan ini juga merupakan tegangan pada Pole

    (tower) dan tegangan pada cross arm dudukan insulator dan melebihi

    BIL insulator. Dengan demikian maka terjadilah Back Flashover

    flash over dari tanah ke kawat fasa.

    6. Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi dengan ATP-EMTP ini,

    maka sambaran petir secara langsung pada kawat fasa jaringan 13,8 kV

    dengan magnitude diatas 15 kA, maupun pada kawat tanah dapat

    menyebabkan terjadinya Flashover. Dengan Flashover pada

    permukaan insulator, follow current (arus ikutan) hubung singkat akan

    terjadi dan tidak akan terputus seperti pada arrester, menyebabkan

    circuit breaker membuka (Fault).

    7. Tingginya korelasi antara Fault (kegagalan pelayanan daya) dan

    kerapatan sambaran petir dibuktikan dengan banyak terjadinya

    Flashover pada permukaan insulator.

    8. Suatu upaya menurunkan tegangan sambaran petir dengan

    memperbaiki tahanan pentanahan, pada dasarnya tidak banyak

    hasilnya, dikarenakan besarnya impedansi surja jaringan dan tower

    (Pole). Dengan demikian harus dilakukan upaya lain untuk

    menurunkan fault (kegagalan pelayanan daya).

    9. Untuk memperbaiki performasi (unjuk kerja) jaringan distribusi 13,8

    kV PT. CPI adalah dengan meniadakan sumber penyebab terjadinya

    tegangan pada crossarm. Improvisasi yang dapat dilakukan adalah

    pemasangan insulator pada kawat tanah dan langung diketanahkan

    tanpa melewati Pole (kaki tower).

    10. Dari hasil simulasi untuk rangkaian modifikasi, diperoleh kesimpulan

    bahwa cukup dengan penggeseran pentanahan sebesar 1 meter

  • 59

    menggunakan metode iGEW (isolated Ground Earth Wire) dapat

    menurunkan tegangan puncak pada kawat fasa dan kawat tanah hingga

    30%. Dengan jarak ini beda tegangan pada insulator kawat tanah ke

    kaki tower dibawah BIL insulator dan tidak akan terjadi flash over

    pada insulator kawat tanah. Dengan demikian terjadinya back

    Flashover juga akan terhindar.

    5.2 Saran

    Untuk mengurangi terjadinya Outage akibat sambaran petir pada jaringan

    tegangan menengah 13,8 kV, PT. CPI disarankan untuk melakukan pilot project

    pada jaringan eksisting menggunakan jaringan perbaikan/modifikasi. Perbaikan

    jaringan/modifikasi tersebut adalah dengan pemasangan iGEW (isolated Ground

    Earth Wire) pada jaringan eksisting. Dengan penerapan modifikasi tersebut

    diharapkan akan mengurangi outage akibat sambaran petir pada jaringan tegangan

    menengah 13,8 kV PT. CPI.

  • 60

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Chowduri, Pritindra. Electromagnetic Transients in Power Systems, John

    Wiley and Sons (1996)

    [2] Chris, Violeta. Bala, Christina dan Craciun, Daciana. Simulation of Lightning

    Overvoltages With ATP-EMTP AND PSCAD/EMTDC, ACTA Universitatis

    Apulensis (2000)

    [3] Datasheet of PT. Chevron Pacific Indonesia

    [4] Denno, Khalil. High Voltage Engineering in Power Systems,CRC Press

    (1992)

    [5] Greenwood, Allan. Electrical Transients in Power Systems, John Wiley and

    Sons, Second Editon (1991)

    [6] Hileman, Andrew.R Insulation Coordination for Power System, Marcel

    Dekker (1999)

    [7] IEEE Guide for Improving Lightning Performance of Electric Power Overhead

    Distribution Lines

    [8] IEEE Guide for Improving Lightning Performance of Transmission Lines

    [9] Piantini, Alexandre, Lightning Protection of Overhead Power Distribution

    Lines, University of Sao Paulo (2008)

    [10] R. Mostafizur dan Hossain Faisal, Lightining Surge Analysis On Vertical

    Tower Using Electromagnetic Transient Program (EMTP, Departemen of

    Electronics and Communication Engineering, KUET Bangladesh (2006)

    [11] Zorro, Reynaldo. Diktat Kuliah Proteksi Sistem Tenaga, Penerbit ITB