ANALISIS KONDISI KEPARIWISATAAN KSPP MUNTOK DAN … · Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka...

125
BAB 4 ANALISIS KONDISI KEPARIWISATAAN KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Transcript of ANALISIS KONDISI KEPARIWISATAAN KSPP MUNTOK DAN … · Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka...

BAB 4 ANALISIS KONDISI KEPARIWISATAAN

KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-2

4.1 Potensi Sumber Daya Alam, Sejarah, dan Budaya KSPP Muntok

dan Sekitarnya

4.1.1 Kondisi Fisik Kawasan

Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya meliputi wilayah Kabupaten

Bangka Barat yang secara astromonis terletak pada 105’ Bujur Timur dan 1’ sampai 2’ Lintang

Selatan. Secara geografis, Kabupaten Bangka Barat berbatasan dengan Laut Natuna di sebelah

utara, Selat Bangka di sebelah selatan dan barat, serta berbatasan dengan Kabupaten Bangka di

sebelah timur. Kabupaten Bangka Barat memiliki lokasi yang strategis karena terletak dekat

dengan Pulau Sumatera dan menjadi pintu masuk penumpang dan barang dari Palembang

(Sumatera) menuju Pangkalpinang (Ibu Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) dan sebaliknya

melalui jalur laut.

Kabupaten Bangka Barat memiliki luas wilayah lebih kurang 2.884,15 km2 atau 288.415 ha yang

terbagi kedalam enam kecamatan, yaitu Kecamatan Kelapa, Kecamatan Tempilang, Kecamatan

Muntok, Kecamatan Simpang Teritip, Kecamatan Jebus, dan Kecamatan Parittiga. Kecamatan

Simpang Teritip merupakan kecamatan terluas, yaitu sebesar 637,35 km2, sedangkan Kecamatan

Parittiga merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu 326,71 km2.

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Tinggi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase

(%)

Tinggi

(mdpl)

Simpang Teritip 637,35 22,10 12,7

Kelapa 573,80 19,89 51,0

Muntok 505,94 17,54 18,6

Tempilang 461,02 15,98 25,0

Jebus 379,49 13,03 25,0

Parittiga 326,71 11,22 25,0

Total 2.884,31 100,00 -

Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Kabupaten Bangka Barat berada di ketinggian antara 12,7 – 51,0 meter di atas permukaan laut

dengan Kecamatan Simpang Teritip sebagai kecamatan yang berada pada ketinggian terendah

dan Kecamatan Kelapa sebagai kecamatan yang berada pada ketinggian tertinggi. Secara

topografi wilayah, Kabupaten Bangka Barat terdiri dari rawa-rawa dengan hutan bakau, pantai

landai berpasir, dataran rendah dan bukit-bukit dengan hutan lebat. Semua kecamatan di

Kabupaten Bangka Barat berbatasan dengan laut, sehingga memiliki potensi bentang alam pesisir

dan laut yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata.

Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis (Tipe A) dengan curah hujan rata-rata sebesar 91,90

mm3/bulan dan suhu rata-rata sebesar 28,10oC. Pada tahun 2017, curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan Februari, yaitu sebesar 183,9 mm3/bulan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-3

Juli, yaitu sebesar 21,5 mm3/bulan. Kondisi curah hujan tersebut dapat menjadi acuan para

wisatawan dalam berkunjung untuk mempersiapkan berbagai kebutuhannya dalam menghadapi

kondisi cuaca di Kabupaten Bangka Barat.

Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Bangka Barat, 2017

Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Kondisi fisik lain yang juga penting diperhatikan di Kawasan Kota Muntok ini terkait curah hujan

dan pasang surut adalah banjir. Berdasarkan penelusuran berita, kejadian banjir di Kota Muntok

yang terjadi pada rentang waktu terdekat adalah pada tanggal: 18 Desember 2017, 11 dan 29

Maret 2018, dan 1 Juni 2018. Pada ke-empat waktu tersebut, terjadinya banjir didahului dengan

intensitas hujan yang tinggi yang bersamaan waktunya dengan waktu pasang tinggi. Banjir pada

tanggal 11 Maret dan 1 Juni 2018 bertepatan dengan kondisi pasang tertinggi (di atas rata-rata

permukaan pasang surut) yang mencapai lebih dari 3 meter untuk wilayah Muntok. Sedangkan

banjir pada tanggal 18 Desember 2017 dan 29 Januari 2018, tidak bersamaan waktunya dengan

saat pasang tertingggi walaupun pasang tinggi yang terjadi tetap berada pada kisaran ketinggian

3 meter di atas rata-rata permukaan pasang-surut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-4

Sumber: hasil analisis dengan menggunakan program WxTide

: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir

Gambar 4.2 Grafik Pasang Surut untuk Wwilayah Muntok Bulan Desember 2017

(banjir tanggal 18 Desember 2017, pasang naik tertinggi 3,3 meter)

Sumber: hasil analisis dengan menggunakan program WxTide

: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir

Gambar 4.3 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Januari 2018

(banjir tanggal 29 Januari 2018, pasang naik tertinggi 3,2 meter)

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-5

Sumber: hasil analisa dengan menggunakan program WxTide

: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir

Gambar 4.4 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Maret 2018

(Banjir tanggal 11 Maret 2018, pasang naik tertinggi 3,3 meter)

Sumber: hasil analisa dengan menggunakan program WxTide

: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir

Gambar 4.5 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Juni 2018

(Banjir tanggal 1 Juni 2018, pasang naik tertinggi 3,6 meter)

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-6

Selain karena faktor alam berupa hujan dan pasang surut, hal lain yang menyebabkan banjir

adalah terjadinya sedimentasi di sepanjang Sungai Arang-Arang hingga muara dan pesisir Kota

Muntok. Pendangkalan pada wilayah muara dan pesisir ini dapat menyebabkan perlambatan laju

arus air dari sungai menuju laut. Akibat perlambatan laju air air ini, jika terjadi hujan dengan

intensitas tinggi maka debit air hujan yang mengalir dari arah hulu sungai akan lebih besar

dibandingkan dengan debit air sungai yang dapat mengalir masuk menuju laut, sehingga sebagian

air akan tertahan dan berpotensi menyebabkan genangan banjir di wilayah daratan Kota Muntok.

Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kepariwisataan Kota Muntok, sehingga

penanggulangan bencana banjir ini perlu dimasukkan dalam perencanaan wilayah Kota Muntok.

4.1.2 Karakteristik Sosial Kependudukan

Penduduk Kabupaten Bangka Barat berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 adalah

sebanyak 204.778 jiwa yang terdiri dari 106.851 jiwa penduduk laki-laki dan 97.927 jiwa

penduduk perempuan. Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten Bangka Barat tahun 2017

mencapai 71 jiwa/km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Parittiga,

yaitu sebesar 113 jiwa/km2, dan terendah di Kecamatan Simpang Teritip, yaitu sebesar 47

jiwa/km2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bangka Barat 2017

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk

(per Km2)

Kelapa 17.509 16.133 33.642 59

Tempilang 13.724 12.919 26.643 58

Muntok 28.928 26.493 55.421 110

Simpang Teritip 15.542 14.444 29.986 47

Jebus 11.508 10.538 22.046 58

Parittiga 19.640 17.400 37.040 113

Jumlah 106.851 97.927 204.778 71

Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Suku dan etnis penduduk Kabupaten Bangka Barat terdiri dari suku Melayu, keturunan Tionghoa,

Jawa, Arab Melayu, Palembang, Bugis, dan Batak. Kondisi keberagaman suku dan etnis ini

mendorong Kabupaten Bangka Barat tumbuh menjadi kabupaten yang unik dan menarik. Hal

tersebut juga didukung oleh kerukunan dan toleransi antarsuku dan etnis penduduk.

Sebagai contoh, latar belakang multikultural terasa begitu kuat di Kota Muntok. Setidaknya,

terdapat perpaduan tiga etnis yang berbaur, yakni Melayu, Tionghoa, dan juga Arab. Namun

kerukunan dan toleransi begitu terasa antaretnis dan golongan. Terdapat dua bangunan yang

berdiri berdampingan sebagai cermin toleransi yang terbangun di Kota Muntok. Kelenteng Kong

Fuk Miau dan Masjid Jami’ menjadi dua bangunan ikonik dari Kampung Tanjung, Kecamatan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-7

Muntok yang dibangun pada era abad ke-18. Masjid dibangun secara gotong royong antara

Muslim dengan non-Muslim, dan merupakan masjid pertama di Muntok. Beberapa bahan

bangunan untuk masjid pun disumbangkan dari kelenteng, salah satunya tiang penyangga Masjid

Jami’. Kerukunan yang terjalin antara etnis Melayu dan Tionghoa ini nyatanya sudah terjalin sejak

zaman nenek moyang, kerukunan serta toleransi sudah mulai ditanamkan di kehidupan mereka.

Rasa menjunjung tinggi tenggang rasa dan kerukunan antarmasyarakat juga diterapkan pada

nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Jika masjid Jami’ sedang melaksanakan ibadah, maka Kelenteng

akan rehat dari kegiatannya dan memberikan kesempatan bagi jemaah masjid untuk melakukan

ibadah. Contohnya, kegiatan latihan barongsai dan shalat Jumat. Jadi setiap jadwal shalat, latihan

barongsai dihentikan dahulu.

Meski memiliki pandangan masing-masing dalam menyikapi kehidupan, para pemeluk agama di

kedua tempat peribadatan tersebut senantiasa rukun. Kelenteng dan masjid yang mampu

menjalankan aktivitasnya berdampingan selama 133 tahun membuktikan toleransi beragama

yang luar biasa di Muntok. Masyarakat Muntok yang Muslim dan non-Muslim memang sudah

akrab dari dulu. Keakraban terjalin dari hal-hal kecil seperti saling mengunjungi ketika hari raya

masing-masing agama, yang lain datang, begitu sebaliknya. Tak berhenti sampai di situ, mereka

pun acap kali duduk bersama untuk sekadar berbagi cerita. Warung kopi pun menjadi saksi

keakraban yang terjalin di antara mereka. Kebiasaan serta cara pandang masyarakat yang menilai

perbedaan bukan menjadi sebuah penghalang untuk bersatu, merupakan salah satu resep

mengapa kerukunan tetap terjaga.

4.1.3 Karakteristik Ekonomi Wilayah

Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah yang memiliki potensi hasil alam seperti komoditi

timah, lada, dan kaya akan hasil laut dan hutannya. Mata pencaharian penduduk tersebar di

berbagai kegiatan pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, kelautan, perdagangan

barang dan jasa, serta pegawai negeri, BUMN, dan swasta.

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB

berdasarkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari

tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

PDRB Kabupaten Bangka Barat atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha

mengalami peningkatan dari tahun 2014 hingga 2017. Berdasarkan data PDRB tersebut, tiga

jenis sektor ekonomi yang menjadi penyumbang paling besar untuk ekonomi Bangka Barat berasal

dari sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pertanian, kehutanan, dan

perikanan. Sedangkan sektor yang terkait langsung dengan kepariwisataan, yaitu sektor

penyediaan akomodasi dan makan minum menempati posisi ke sembilan dalam kontribusinya

terhadap PDRB.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-8

Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Bangka Barat

Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2014-2017

Sektor Ekonomi 2014 2015 2016 2017

1. Industri pengolahan 3 879 61 4.015.961 4.170.859 4.443.087

2. Pertanian, kehutanan dan

perikanan

1.120.752 1.192.686 1.282.698 1.279.011

3. Pertambangan dan penggalian 1.135.060 1.160.621 1.168.179 1.196.312

4. Perdagangan besar dan eceran;

reparasi mobil dan sepeda

939.640 1.007.462 1.086.086 1.165.904

5. Konstruksi 435.156 471.029 514.076 550.316

6. Administrasi, pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial

277.088 303.545 326.245 351.692

7. Real estate 156.633 163.851 173.761 182.532

8. Jasa Pendidikan 106.364 116.602 127.585 140.038

9. Penyediaan akomodasi dan

makan minum

86.309 90.768 97.948 103.646

10. Transportasi dan pergudangan 68.402 72.125 76.768 82.731

11. Jasa kesehatan dan kegiatan

sosial

56.119 56.119 60.655 66.053

12. Jasa keuangan dan asuransi 30.922 32.338 34.064 34.675

13. Informasi dan komunikasi 25.466 27.553 30.066 32.600

14. Jasa lainnya 22.941 22.941 25.285 27.256

15. Jasa perusahaan 11.405 11.868 12.368 12.875

16. Pengadaan listrik dan gas 3.118 3.311 3.485 3.681

17. Pengadaan air, pengelolaan

sampah, limbah dan daur

528 567 606 653

TOTAL 8.349.260 8.749.347 9.189.733 9.673.060

Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Berdasarkan data PDRB tersebut, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang

merupakan sektor yang terkait langsung dengan kepariwisataan di Kabupaten Bangka Barat

menunjukkan peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Hal ini dapat menjadi indikasi

bahwa terjadi peningkatan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bangka

Barat.

4.1.4 Sejarah sebagai Potensi Pariwisata Kawasan

Kawasan Kota Muntok merupakan kota yang memuat berbagai macam peristiwa sejarah. Secara

garis besar, peristiwa sejarah di Kawasan Muntok dan sekitarnya meliputi 4 (empat) masa atau

periode, yaitu (1) masa Kesultanan Palembang; (2) masa Penjajahan Inggris; (3) masa Penjajahan

Jepang (Perang Dunia II); (4) masa Agresi Militer Belanda ke II (Perjuangan Kemerdekaan).

1. Muntok pada Masa Kesultanan Palembang

Asal mula berdirinya Kota Muntok tidak dapat terlepas dari keterkaitannya dengan keberadaan

Kesultanan Palembang yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan. Sejarah terkait pertambangan

timah di Bangka dimulai pada masa Kesultanan Palembang, yaitu pada masa Sultan Mahmud

Badarrudin I.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-9

a. Awal mula kegiatan tambang timah di Muntok

Sebelum menjabat menjadi sultan, Mahmud Badaruddin sempat singgah di Pulau Bangka

(tepatnya di Belinyu), yaitu pada saat pelayaran pengasingannya ke Johor. Kemudian pada saat

akan kembali ke Palembang, yaitu sekitar tahun 1724 M, Mahmud Badaruddin juga kembali

singgah ke Bangka dengan membawa pasukannya dari Negeri Siantan (salah satu negeri di bawah

kekuasaan Kesultanan Johor). Salah satu pasukan Mahmud Badaruddin tersebut menemukan

kandungan timah di Bangka, tepatnya di sekitar Sungai Ulin. Maka penambangan timah di Bangka

dimulai dan dilakukan secara rahasia.

b. Asal muasal nama Muntok

Setelah Mahmud Badarudin menjabat sebagai sultan (Sultan Mahmud Badaruddin I), Sekitar

tahun 1724 – 1725 M, Sultan Mahmud Badaruddin I memerintahkan kepada istri (Ratu) dan para

petinggi kesultanan dan petinggi dari Negeri Siantan, untuk berangkat ke Pulau Bangka untuk

memastikan lokasi tempat tinggal keluarga dari istrinya (dari Negeri Siantan, Kesultanan Johor).

Setelah pelayaran sampai di perairan luar Sungsang (perairan di antara Palembang dan Pulau

Bangka), Ratu melihat sebuah daratan dari kejauhan yang merupakan bagian dari Pulau Bangka.

Semakin dekat daratan yang dituju, ternyata daratan tersebut adalah sebuah tanjung, maka Ratu

berujar dalam Bahasa Melayu Siantan “daratan Entoklah” atau “A-muntok jadilah” (kalau itu jadi)

sambil menunjuk ke arah daratan tersebut. Maksud dari ucapan ini bahwa daratan yang di depan

adalah tempat yang layak untuk kediaman keluarga dari Siantan. Ujaran Ratu tersebut selanjutnya

menjadi cikal bakal pertama penamaan Muntok. Kata “entok” dalam dialek Melayu Siantan

tersebut artinya “Itulah”. Setelah itu Sultan pun memerintahkan untuk mendirikan tempat tinggal

di daerah tersebut.

Pada perkembangan berikutnya, setelah terbentuk komunitas kecil di daerah itu, maka disebutlah

daerah itu dengan nama “Muntok”, sedangkan tanjung yang pertama kali dilihat dan ditunjuk oleh

Ratu diberi nama Tanjung Kelihatan yang selanjutnya lazim disebut “Tanjung Kalian”. Muntok

ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Palembang yang memiliki kepentingan atas

penambangan timahnya. Oleh karena hasil penambangan timah yang begitu banyak, maka Sultan

Palembang mengirim seorang Tumenggung ke Muntok untuk mengatur pekerjaan penambangan

timah tersebut (makam dari para Tumenggung dan tokoh-tokoh pemimpin pemerintahan Muntok

dapat ditemukan di Pemakaman Kota Seribu, Muntok).

c. Masuknya Etnis Cina ke Muntok

Semakin pesatnya penambangan timah di Muntok mendorong Sultan Palembang untuk

mendatangkan orang-orang dari Siam, Kucing, serta orang-orang Cina peranakan Palembang

untuk bekerja di penambangan timah. Dampak dari penambangan timah tersebut adalah

terbentuknya perkampungan yang pertama kali di Muntok bernama Kampung Jiran Siantan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-10

(terletak di sekitar Kelurahan Tanjung sekarang), kemudian terbentuk Kampung Pemohon (sekitar

Kampung Ulu sekarang), dan Kampung Petenun (sekitar Kampung Teluk Rubiah sekarang).

Penambangan timah di Muntok kemudian berkembang semakin pesat dan semakin luas hingga

sampai ke Belinyu, Toboali, dan hampir ke seluruh Pulau Bangka. Muntok berkembang menjadi

Bandar (pelabuhan) yang besar dan sibuk dengan aktivitas-aktivitas pendatang dari berbagai suku

bangsa sehingga proyeksi kemajuan Pulau Bangka kala itu berpusat di Muntok.

d. Pembangunan Benteng Kota Seribu

Pesatnya aktivitas penambangan timah dan mulai padatnya Muntok sebagai pelabuhan

mendorong banyak terjadinya perampokan dan penyelundupan timah. Perampokan tersebut tidak

hanya terjadi di darat, melainkan terjadi juga di laut. Kapal-kapal muatan timah yang sedang

berlayar ke Palembang sering menjadi sasaran perompakan di tengah laut. Satu waktu tersiar

kabar bahwa Raja Johor akan menyerang Muntok untuk menguasai Kesultanan Palembang.

Menyikapi kabar tersebut, Sultan Palembang yang pada saat itu dijabat oleh Sultan Ahmad

Najamuddin (pengganti Sultan Mahmud Badaruddin I yang telah wafat) memerintahkan kepada

Tumenggung Dita Menggala (pemimpin wilayah Muntok kala itu) untuk membangun benteng

pertahanan di Kota Muntok. Pada tahun 1760 M, Sultan Palembang memberikan bantuan untuk

pembangunan benteng dan atas anjuran Sultan Palembang, pembangunan benteng tersebut

harus melibatkan atau mempekerjakan penduduk asli Muntok dan benteng itu harus dibuat dari

tanah. Setelah benteng tersebut selesai, maka benteng tanah tersebut dinamakan “Benteng Kota

Seribu” yang terletak di bagian Barat Kota Muntok.

e. Kerusuhan di Pantai Air Bugis

Pada tahun 1216 H (1795 M), Panglima Arung Marupu (seorang pelarian keturunan Raja Bugis)

dan Panglima Raman (panglima Lanun / Perompak / Bajak Laut) bersama para pengikutnya

berangkat ke Bangka untuk menyerang Kota Muntok. Oleh karena keadaan cuaca yang sangat

buruk, pasukan mereka terpisah-pisah di perairan Pulau Bangka. Pasukan Arung Marupu sampai

terlebih dahulu di perairan Muntok dan bermaksud untuk berlabuh di kawasan pantai untuk

menunggu rombongan pasukan Panglima Raman. Kawasan pantai yang dimaksud adalah

kawasan yang sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Air Bugis, berjarak sekitar 1 km arah

barat dari Pelabuhan Muntok.

Tumenggung memerintahkan Raden Jafar dan Demang Minyak beserta pasukannya (pasukan

Muntok) untuk menghalau dan mengusir perahu pasukan Arung Marupu. Hal tersebut memicu

terjadinya pertempuran antara pasukan Arung Marupu dan Pasukan Muntok di depan Benteng

Kota Seribu (di pantai antara Pantai Muntok Asin dan Pantai Batu Rakit). Pertempuran tersebut

menyebabkan banyak pasukan Bugis (Pasukan Arung Marupu) meninggal dunia di Perairan

Muntok. Dengan terjadinya pertempuran tersebut, pantai di antara Pantai Muntok Asin dan Pantai

Batu Rakit, hingga saat ini dikenal oleh masyarakat Muntok dengan sebutan Pantai Air Bugis.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-11

f. Perebutan Kekuasaan di Muntok

Pada tahun 1252 H (1831 M), Tumenggung Dita Menggala wafat dan dikebumikan di Pemakaman

Keturunan Siantan, tepatnya di Pemakaman Kota Seribu Muntok. Sejak saat itu kepala

pemerintahan di Muntok digantikan oleh Abang Ismail (anak dari Tumenggung Dita Menggala)

dengan gelar Tumenggung Kerta Menggala.

Semenjak Muntok dibawah pemerintahan Tumenggung Kerta Menggala, banyak sekali terjadi

kekacauan berupa kerusuhan, perampokan, perompakan, maupun penyelundupan timah sebagai

akibat lemahnya sistem pemerintahan di Muntok. Hal itu dikarenakan Tumenggung melalaikan

tugas dan kewajibannya sebagai kepala pemerintahan di Muntok.

Melihat kondisi yang demikian, salah seorang keponakan Tumenggung yang bernama Abang Tawi

merebut kekuasaan. Abang Tawi beranggapan bahwa dirinya berhak menjadi kepala

pemerintahan di Muntok dan masyarakat pun banyak yang mendukungnya. Maka dari itu, atas

kemauan sendiri Abang Tawi menyatakan dirinya sebagai Kepala Pemerintahan Muntok, demikian

juga halnya dengan salah seorang keturunan dari Wan Akub yang bernama Abang Kumbang.

Abang Kumbang pun menyatakan dirinya sebagai Kepala Pemerintahan Muntok dengan alasan

karena dirinya adalah keturunan Wan Akub, yaitu pendiri pertama Kota Muntok.

Dengan demikian berarti Kepala Pemerintahan Muntok terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

Tumenggung Kerta Menggala, Abang Tawi, serta Abang Kumbang. Ketiga pemimpin itu, dalam

waktu yang bersamaan berkuasa dan memerintah atas orang-orang yang setia kepada diri meraka

masing-masing. Melihat keadaan tersebut, Sultan Palembang seakan tidak mau peduli. Sultan

Palembang sendiri sudah tahu bahwa kejadian ini merupakan akibat dari kelalaian Tumenggung

Kerta Menggala.

2. Muntok Pada Masa Penjajahan Inggris

Seorang pangeran yang berasal dari Palembang yang bernama Pangeran Muhammad datang ke

Muntok, lalu menikah dengan saudara Demang di Muntok. Akibat dari pernikahan tersebut, Sultan

Palembang tidak membenarkan pernikahan itu dikarenakan melanggar hukum atau aturan yang

telah ditetapkan selama ini. Selanjutnya istri pangeran tersebut dibawa ke Palembang. Kejadian

itu membuat Pangeran Muhammad sangat kecewa dan terpukul sehingga dia memutuskan untuk

lari ke Kedah. Saat itu di Kota Muntok sudah mulai terjadi kekacauan-kekacauan sebagai akibat

dari adanya aturan-aturan serta perintah-perintah dari Sultan Palembang yang tidak menentu.

Aturan dan perintah Sultan ini tidak diindahkan lagi oleh para petinggi dan masyarakat Muntok.

Pada saat pelarian Pangeran Muhammad ke Kedah, ternyata Pangeran berjumpa dengan Abang

Abdul Rauf, yaitu putra Abang Tawi yang sudah lama tinggal di Lingga. Secara kebetulan pada saat

itu Abang Abdul Rauf sedang berada di Kedah. Dikarenakan sama-sama memendam rasa kecewa

dan sakit hati terhadap Sultan Palembang, maka mereka berdua bermufakat untuk mendekati

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-12

Inggris yang pada saat itu sudah menduduki daerah Semenanjung. Tujuannya supaya Inggris mau

menyerang Muntok yang pada waktu itu merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Palembang.

Sekitar tahun 1812 M, Inggris mulai mendaratkan pasukannya di Muntok yang dipimpin oleh

Mayor Meares. Kemudian pasukan Inggris mulai mempergunakan siasat dengan memberikan

kesenangan kepada para petinggi di Muntok dengan berbagai macam cara, sehingga para

petinggi tersebut tidak memperdulikan lagi apa yang diperbuat oleh Inggris di Muntok.

Selain itu Mayor Meares juga menemui kepala-kepala kongsi penambangan timah, baik Melayu

maupun Cina untuk mengadakan perundingan dalam hal penambangan timah. Dalam

perundingan tersebut Inggris menyatakan, bahwa semua timah hasil penambangan penduduk

akan dibeli dengan harga 16 Ringgit per pikul dalam perdagangan tersebut, dan orang Inggris

memberikan uang muka terlebih dahulu kepada para penambang. Dengan demikian para

penambang timah di Muntok sangat senang. Timah hasil penambangannya dibeli dengan harga

tinggi dan diberi uang muka sebagai jaminan pembeliannya.

Untuk menguasai Pulau Bangka seutuhnya yang dimulai dari Muntok, maka Mayor Meares pun

bersama dengan Pangeran Muhammad dan Abang Abdul Rauf mengadakan penyerangan ke

Kesultanan Palembang. Pada saat penyerangan tersebut Mayor Meares menderita luka cukup

parah. Setibanya di Muntok, jiwanya tidak dapat diselamatkan, Mayor Meares meninggal dunia.

Setelah itu posisi Mayor Meares digantikan oleh Mayor Robinson yang sebelumnya bertugas di

Betawi (Batavia).

Mayor Robinson meneruskan penyerangan ke Kesultanan Palembang. Setelah sekian lama Inggris

di bawah kendali Mayor Robinson, maka harga timah yang tadinya 16 Ringgit sepikul, tiba-tiba

oleh Gubernur Inggris diturunkan menjadi 8 Ringgit sepikul. Sejak saat itulah para penambang

timah di Muntok menderita kerugian. Dampaknya para penambang timah di Muntok tidak mau

lagi mengerjakan penambangan atau membuka parit timah. Dalam keadaan demikian, pasukan

Inggris yang tadinya berada di daerah Tanjung Kalian secara perlahan-lahan bergerak untuk

menguasai Muntok dengan membuka sebagian daerah di kaki Gunung Menumbing untuk

dijadikan tempat pertahanan. Tidak hanya itu, setiap area penambangn timah (parit timah) diambil

alih dan dijaga oleh para tentara Inggris. Setelah itu pasukan Inggris yang ada di Semenanjung

mulai didatangkan ke Muntok dengan tujuan akhir untuk menguasai Pulau Bangka.

Pada masa itu kepala pemerintahan Muntok dipimpin oleh Tumenggung Karta Wijaya atau yang

lebih dikenal dengan nama Abang Muhammad Toyib. Tetapi, dikarenakan usia yang sudah tua,

maka keberadaan Tumenggung Karta Wijaya sama sekali tidak diperhitungkan oleh Inggris. Dalam

perkembangan berikutnya, Inggris mengangkat Rangga Citra Nandita dan Demang Wira Dikrama

sebagai kepala pemerintahan di Muntok, serta ditambah dua orang lagi, yaitu Abang Abdul

Rahman Pang dan Abang Muhammad. Selanjutnya keempat orang inilah yang menjadi kepala

pemerintahan di Muntok dengan pembagian tugas sebagai berikut:

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-13

1. Rangga Citra Nandita menjadi Kepala Kampung Keranggan merangkap Penghulu;

2. Demang Wira Dikrama menjadi Kepala Kampung Pemohon (Kampung Ulu);

3. Abang Abdul Rahman Pang menjadi Kepala Kampung Perkauman Dalam (sekarang kampung

di sekitar Mesjid Jami’ Muntok);

4. Abang Muhammad menjadi juru tulis merangkap sebagai Kepala Kampung Jiran Siantan

(sekarang Kampung Tanjung).

Pada sekitar tahun 1813 M, Inggris membangun sebuah gudang di tepi Pantai Muntok,

selanjutnya bangunan itu oleh masyarakat Muntok lazim disebut Gudang Kuning. Fungsi utama

gudang itu adalah sebagai Pusat Pasukan Berkuda Inggris. Dengan demikian, Kota Muntok pada

saat itu hampir seluruhnya dikuasai oleh Inggris termasuk segala urusan administrasi

pemerintahan yang ada di Kota Muntok juga di bawah kendali Inggris. Sejak saat itulah para

petinggi Inggris mulai mengutus serta mengambil orang-orang Muntok yang ada di Lingga dan

Singkep untuk kembali ke Muntok. Tidak semua orang Muntok yang berada di Lingga dan Singkep

bersedia kembali pulang ke Muntok, di antara mereka ada yang tidak mau pulang ke Muntok dan

memilih tetap tinggal menjadi penduduk di sana.

Selama beberapa waktu menduduki Muntok, maka Inggris pun mendatangkan kembali orang-

orang Cina dari Cung King untuk dijadikan buruh atau pekerja di parit-parit timah. Mereka tinggal

di pinggiran Kota Muntok, sehingga membuat orang-orang Muntok yang telah lari ke Lingga dan

Singkep cemburu dan menyebabkan mereka banyak yang pulang kembali ke Muntok. Bahkan di

antara mereka yang datang dari Lingga ada yang dijadikan sebagai kepala parit penggalian timah

di Muntok.

Seiring dengan berkembangnya penambangan timah di Muntok yang diusahakan oleh Inggris,

maka kekuasaan Inggris pun meluas ke seluruh Pulau Bangka dan Belitung sampai terjadinya

Traktat London, yaitu pada tanggal 13 Agustus 1814. Salah satu isi Traktat London tersebut

menyatakan bahwa Inggris harus mengembalikan sebagian besar daerah jajahan atau koloninya

secara tukar guling kepada Belanda, termasuk Pulau Bangka dan Belitung. Namun pada saat

Traktat London itu disahkan, Stamford Raffles tetap bersikukuh untuk tidak melepaskan Pulau

Bangka dan Belitung. Menurutnya, secara kenyataan Pulau Bangka dan Belitung bukanlah daerah

jajahan atau koloni Belanda. Ketetapan pada Traktat London menyatakan bahwa Pulau Bangka

dan Belitung harus diserahkan kepada Belanda. Berbagai macam usaha Stamford Rafles untuk

mempertahankan Pulau Bangka dan Belitung akhirnya menemui kegagalan, maka pada tanggal

17 April 1827 Pulau Bangka dan Belitung, secara hukum (hasil Traktat London) diserahkan

kepada Belanda.

3. Muntok pada masa Penjajahan Belanda

Setelah terjadinya Traktat London pada tahun 1814, maka pada tahun 1816 Belanda kembali ke

Pulau Bangka dikarenakan gagalnya Stamford Raffles mempertahankan status pulau tersebut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-14

Pulau Bangka diserahkan kembali kepada Belanda sebagai imbal tukar guling dengan Cochin di

India. Serah terima Pulau Bangka tersebut berlangsung di Muntok pada tanggal 10 Desember

1816 dari Residen Court (Inggris) kepada Residen Klass Heynis (Belanda). Residen Klass Heynis

adalah Residen Belanda pertama yang berkedudukan di Muntok yang secara otomatis merupakan

Residen yang pertama untuk Pulau Bangka, tapi Heynis tidak bertahan lama karena melakukan

korupsi (menggelapkan timah). Setelah itu Klass Heynis digantikan oleh Coop A Groen yang tak

lama kemudian tepatnya pada tahun 1818 dipecat dan digantikan oleh A. Smissaert.

Dengan masuknya Belanda, maka seluruh penambangan timah diambil alih oleh Belanda dan

mendirikan sebuah perusahaan untuk mengelolanya, yaitu “Banka Tin Winning Bedrijf” (BTW) yang

berkedudukan di Muntok. Sistem penambangan timah yang dilakukan oleh Belanda tersebut

masih menggunakan sistem lama, yaitu mengandalkan keahlian tenaga kerja manusia, maka dari

itu didatangkanlah orang Cina dalam jumlah yang lebih banyak dan dipekerjakan dalam sistem

kuli bebas atau yang lebih popular disebut “Vrij Koelie Uit Cina”. Pada tahun 1821 seluruh Pulau

Bangka termasuk Muntok takluk di bawah pemerintahan Belanda. Untuk pengelolaan timah

tersebut, sejak tahun 1819 Belanda mengeluarkan Tin Reglement yang berisi:

1. Penambangan timah di Bangka langsung di bawah wewenang dan kekuasaan Residen;

2. Tambang timah adalah monopoli penuh Belanda dan tambang timah partikelir (swasta) sama

sekali tidak boleh beroperasi.

Akibat dari Tin Reglement tersebut, rakyat Muntok secara serempak memberikan reaksi

penolakan. Puncak penolakan tersebut adalah terjadinya pergolakan rakyat Muntok melawan

Belanda. Dengan kembalinya Belanda menduduki Pulau Bangka, maka ibukota Keresidenan

Bangka pertama kali berpusat di Muntok. Dengan demikian pada tahun 1818 di Muntok mulai

dibangun beberapa fasilitas oleh Belanda, misalnya kantor pengelola penambangan timah BTW.

Sedangkan untuk transportasi laut, Belanda pun membangun sebuah pelabuhan (vlucht haven)

untuk kepentingan pengangkutan hasil timah. Seiring dengan makin ramainya aktivitas di

pelabuhan Muntok dengan arus pendatang yang hilir mudik, maka pada tahun 1860 Belanda

mendirikan satu fasilitas lagi berupa dermaga atau jembatan panjang ke arah laut yang disebut

Ujung Brug. Layaknya sebuah dermaga pada umumnya, jembatan Ujung Brug pun dimaksudkan

untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di Muntok sekaligus juga memudahkan kapal-

kapal besar Belanda untuk merapat di Muntok.

Untuk kepentingan sistem navigasi pelayaran yang memasuki perairan Selat Bangka, pada tahun

1862 Belanda membangun sebuah Menara suar di Tanjung Kalian, dengan mempekerjakan

arsitek Inggris. Ketinggian menara suar tersebut lebih kurang 56 meter, pancaran sinar lampunya

mencapai radius 25 mil, dan berputar ulang setiap 10 detik sekali, selain dari menara suar

Tanjung Kalian, maka pada tahun 1892 kembali Belanda membangun lagi sebuah menara suar

di Tanjung Ular untuk kepentingan navigasi pelayaran di bagian barat perairan Selat Bangka. Pada

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-15

saat Belanda menduduki Muntok, maka perkembangan Muntok sebagai pusat kota tampak begitu

jelas, terutama ditandai dengan berdirinya beberapa bangunan penting.

Salah satunya adalah Masjid Jami’ yang dibangun pada tahun 1883 M (19 Muharam 1300H).

Masjid Jami’ itu merupakan masjid tertua di Pulau Bangka. Pembangunan masjid tersebut

dilakukan pada masa pemerintahan H. Abang Muhammad Ali dengan Gelar Tumenggung Karta

Negara II dengan dibantu oleh tokoh masyarakat Muntok pada saat itu yaitu H. Nuh dan H. Yakub.

Adapun posisi masjid tersebut berdampingan atau bersebelahan dengan sebuah kelenteng tua

yang usianya lebih kurang 83 tahun di atas usia masjid itu sendiri.

Kelenteng itu dibangun sekitar tahun 1800-an dan diberi nama Kelenteng Kong Fuk Miau. Dalam

pembangunan mesjid Jami’ itu konon kabarnya material mesjid dibeli oleh panitia pembangunan

mesjid kepada seorang Mayor Cina yang diberi kepangkatan tituler atau kehormatan oleh Belanda.

Gelar kehormatan Mayor itu menunjukkan bahwa orang Cina itu adalah orang yang terpandang di

dalam ras Cina. Mayor Cina tersebut adalah Zhong Run Hwang (Tjoeng A Tiam). Kedua bangunan

peribadatan yang berdampingan itu sampai sekarang masih berdiri kokoh dan tetap difungsikan.

Hal itu memiliki nilai filosofi bahwa kehidupan antarumat beragama dalam masyarakat Muntok

sangat harmonis.

Pada tahun 1897, tepatnya pada tanggal 11 Februari 1897 di Muntok juga telah hadir seorang

pahlawan dari tanah Jawa yang diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda karena menentang

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Belanda, yaitu seorang keturunan dari Sunan Pakualam II

yang bernama Kanjeng Pangeran Hario Pakoeningprang, yaitu putera dari Pangeran Hario

Nataningrang I, cucunda dari Sri Paduka Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Pakualam II. Kehadiran

beliau di Muntok oleh pemerintah Belanda di Muntok, tidak diperkenankan untuk terlalu banyak

berhubungan dengan masyarakat Muntok, dikarenakan pada saat tersebut Masyarakat Muntok

pun sangat membenci keberadaan pemerintah Belanda yang ada. Akibat terisolirnya sang

Pangeran ini, keberadaan beliau tidak banyak diketahui oleh masyarakat Muntok. Pada tanggal

18 Agustus 1897, Pangeran Hario Pakoeningprang wafat dan dikebumikan di pemakaman

masyarakat Muntok yaitu di pemakaman umum “Kebon Nanas Muntok” yang jauh dari sanak

keluarganya di tanah Jawa.

Setelah sekian lama Residen Bangka A Smissaert berada di Muntok, dan beberapa Residen lagi

dibawahnya, maka pada tahun 1913, tatkala Keresidenan Bangka di Muntok dipegang oleh

Residen Edie, maka Keresidenan Bangka dipindahkan ke Pangkalpinang dan mulailah pemisahan

urusan administrasi pemerintah dengan urusan penembangan timah. Setelah Keresidenan

pindah ke Pangkalpinang, barulah Pangkalpinang lebih ramai, yang sebelumnya Pangkalpinang

merupakan kumpulan beberapa buah dusun kecil (Gabek, Jelutung dan Semabung). Sedangkan

Muntok sendiri ditetapkan sebagai kantor pusat Banka Tin Winning dan kepemerintahan Muntok

menjadi kota Onderaffdelling Bangka Barat yang dikepalai oleh seorang Controleur Belanda.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-16

Setelah Keresidenan berpusat di Pangkalpinang, maka Muntok sebagai kota onderafdelling

Bangka Barat terus mengalami penataan dan berjalan secara normal sampai meletusnya perang

Dunia Ke II, dimana terjadinya pendaratan pasukan “Dai Nippon” sebagai penjajah dan penguasa

baru di Muntok.

4. Muntok Pada Masa Penjajahan Jepang (Perang Dunia II)

Mula pertama Bangka merasakan suasana perang adalah ketika satu batalyon infanteri KNIL

mendarat di Muntok, Pangkalpinang, dan Tanjungpandan. Kompi Muntok dipecah ke dalam seksi-

seksi (peleton) yang kemudian dipecah lagi ke dalam regu-regu di Tanjung Kalian, Menumbing,

dan Lapangan Terbang (Pal Satu).

Beberapa hari sebelum pendaratan Dai Nippon, ketiga kompi senapan itu ditarik keluar dari

Bangka dan Belitung. Kompeni-kompeni Bangka dan sekelompok orang sipil Belanda

menyeberang ke Palembang dengan kapal-kapal kecil dari pantai-pantai di Tempilang. Pada saat

melintas di Selat Bangka, kapal-kapal itu dipergoki oleh pesawat-pesawat Nippon. Kompeni

Belitung, rencananya dipulangkan kembali ke Jawa dengan kapal Sloet van de Beele dengan

kawalan kapal perusak van Nes. Di tengah perjalanan, kedua kapal itu ditenggelamkan serangan-

serangan bom Nippon.

Dalam kejadian itu hanya sebagian kecil saja yang selamat. Selanjutnya, dalam penyerangan itu,

Sungailiat menjadi target pertama pengeboman yang dilancarkan Nippon, sedangkan target

berikutnya adalah Pangkalpinang. Dari kedua kota ini, yang menjadi sasaran pengeboman adalah

Sekolah Rakyat. Sepuluh lokal belajar, tempat orang-orang KNIL itu menginap, bom Nippon jatuh

tepat di depan kerkop tak jauh dari Sekolah Rakyat. Muntok, mendapatkan serangan yang justru

lebih banyak hingga tiga kali dibom. Dua kali serangan pertamanya menghancurkan bangunan-

bangunan penting seperti Hotel Centrum (terletak di samping Rumah Mayor Cina).

Pada tanggal 12 Februari 1942, sekitar 65 (enam puluh lima) orang juru rawat Angkatan Darat

dari 2/10th dan 2/13th Rumah Sakit Umum Australia melakukan perjalanan pulang ke Australia

dengan KM. “VYNER BROOKE”. Pada saat pelayaran tanggal 14 Februari 1942 kapal tersebut

dibom oleh pesawat tempur (Japanese Aircraft) pasukan Jepang di perairan Selat Bangka tepatnya

di Pantai Radji, kawasan Pantai Tanjung Kalian. Kejadian tersebut mengakibatkan 12 (dua belas)

orang juru rawat tewas atau hilang di laut dan 22 (dua puluh dua) orang juru rawat lain berhasil

mencapai pantai utara Pulau Bangka. Sebagian dari mereka mencapai pantai dengan naik sekoci

dan sebagian lagi dengan cara berenang (Kompas, 15 Mei 2004).

Saat mereka hendak mendarat di pantai, mereka ditawan oleh Komandan Jepang setempat.

Kemudian pada tanggal 16 Februari 1942 mereka dibawa oleh tentara Jepang ke pantai dan

ditembak mati dengan senapan mesin. Dari 22 (dua puluh dua) juru rawat itu, hanya satu orang

juru rawat, yaitu Suster Vivian Bullwinkel yang selamat dari pembunuhan tersebut. Menurut

penuturannya dalam dokumen pribadi almarhum M. Isa Djamaluddin, ketika mereka diberondong,

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-17

Suster Vivian Bullwinkel langsung menjatuhkan badannya di antara teman-teman yang telah

tertembak sehingga badannya pun terlumuri darah dari teman-temannya tersebut. Pada saat

mayat-mayat diperiksa oleh tentara Jepang untuk meyakinkan kematian mereka, Suster Vivian

Bullwinkel melakukan kamuflase seakan-akan dia pun telah mati dalam penembakan tersebut.

Mayat-mayat yang bergelimpangan itu selanjutnya ditinggalkan begitu saja oleh tentara Jepang.

Setelah keadaan memungkinkan, Suster Vivian Bullwinkel itu lari ke hutan selama 10 hari dan

pada saat di hutan ternyata Vivian bertemu salah seorang tentara Inggeris yaitu Private Kingsley

yang juga sama-sama korban keganasan dari serdadu Jepang. Kemudian setelah itu mereka

berdua menyerahkan diri kepada tentara Jepang dan dikirim ke kamp tawanan perang. Hanya

Private Kingsley tidak bertahan lama di kamp tawanan. Luka bayonet Jepang ditangannya

mengalami infeksi berat, setelah satu bulan lamanya Private Kingsley menghembuskan nafas

terakhirnya di kamp tawanan Jepang. Karena ketidaktahuan Vivian terhadap nama depan

Kingsley, maka Vivian menyebutnya dengan kata “private” di depan nama Kingsley. Selama di

kamp tawanan itu, Vivian juga bertemu dengan 31 (tiga puluh satu) juru rawat kelompok lain yang

selamat dari pengeboman di Kapal Vyner Brooke. Mereka ditawan selama 3,5 (tiga setengah)

tahun dari tahun 1942 sampai tahun 1945. Selama kurun waktu itu pulalah mereka menderita

dalam tawanan perang di kamp-kamp Jepang. Saat berada di kamp Jepang, 8 (delapan) orang

juru rawat meninggal dunia.

Dengan demikian, dari 65 (enam puluh lima) orang juru rawat hanya 24 orang termasuk Suster

Vivian Bullwinkel yang dapat pulang ke Australia setelah Perang Dunia II usai. Setelah sekian lama

Suster Vivian Bullwinkel berada di Australia, maka pada tanggal 2 Maret 1993 Suster Vivian

Bullwinkel bersama keluarga para juru rawat yang selamat dari kamp tawanan Jepang, kembali

lagi ke Muntok untuk meresmikan sebuah Monumen atas nama Pemerintahan Australia.

Monumen itu tepatnya berada di Pantai Tanjung Kalian. Pembangunan monumen tersebut

dimaksudkan sebagai penghargaan untuk memperingati para juru rawat yang meninggal dunia

pada saat pengeboman kapal Vyner Brooke serta sebagai penghargaan untuk memperingati para

juru rawat yang meninggal di kamp-kamp tawanan Jepang. Pada monumen tersebut, daftar nama

penumpang kapal Vyner Brooke ditulis pada sebuah lempengan dan diletakkan di atas sebuah

bekas puing yang berasal dari dapur kamp Jepang yang berada di Kampung Baru, Muntok.

5. Muntok Pada Masa Agresi Militer Belanda Ke II (Perjuangan Kemerdekaan)

Setelah terjadinya perang Dunia Ke II, dimana Jepang menguasai seluruh Muntok, maka terjadilah

banyak perubahan pada wajah Kota Muntok terutama dalam hal penambangan timah. Pada tahun

1942, kantor yang mengendalikan penambangan timah di Muntok, BTW (Banka Tin Winning) oleh

pemerintah kolonial Belanda, diubah menjadi MKK (Mitsubishi Kogyo Khaisa) dan seluruh sistem

kepemerintahan pada saat itu yang dikenal hanya sistem pemerintahan yang diterapkan oleh

Jepang. Kehidupan sehari–hari masyarakat Muntok juga berubah menurut gaya Jepang (dengan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-18

terpaksa), salah satu contoh pada waktu itu penduduk Muntok (anak-anak sekolah dan

masyarakat yang dimiliterisasikan oleh Jepang) harus mengikuti upacara “Seikeirei” pada setiap

pagi sewaktu matahari terbit.

Kekalahan tentara sekutu oleh penyerangan pasukan udara Jepang, khususnya Amerika di “Pearl

Harrbour”, merupakan hal yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Amerika. Hal ini membuat

pasukan Ammerika memperhitungkan penyerangan kembali ke negara Jepang. Setelah peristiwa

kelabu yang melanda Amerika itu, maka mulailah pasukan Amerika menyiapkan mesin perang

mereka, yaitu 2 buah bom yang maha dahsyat (Bom Atom), dengan pesawat bomber B-29 Inola

Guy, mereka kembali menyerang negara Jepang, sehingga hancur luluh lah 2 kota penting di

Negara Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang bertekuk lutut kepada

armada sekutu tanpa syarat. Momen ini dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk melepaskan

belenggu dari penjajahan Jepang dengan memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945.

Tapi dengan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, bangsa Indonesia belum benar-benar

lepas dari cengkeraman penjajahan, karena pasukan Belanda masih bercokol di seantero wilayah

Indonesia, khususnya di Kota Muntok Pulau Bangka. Melihat kondisi yang demikian, maka

Belanda tidak tinggal diam, lalu mengadakan reaksi dengan mengasingkan (mengisolir) para

pemimpin bangsa yang dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda cukup membahayakan

mereka.

Maka pada hari Rabu tanggal 22 Desember 1948, dengan menggunakan pesawat pembom B-25,

diterbangkan para pemimpin bangsa oleh pemerintah Belanda dengan tujuan Muntok, melalui

lapangan udara Kampung Dul (sekarang Bandara Depati Amir) di Pangkalpinang yaitu :

1. Drs. Moh. Hatta, sebagai Wapres dan Perdana Menteri RI

2. Mr. A. Gafar Pringgodigdo, sebagai Sekretaris Negara

3. Mr. Ass aat, sebagai Ketua SPKNIP

4. Commodor. Surya Darma, Kepala Staf Angkatan Udara RI

Kempat orang pemimpin bangsa ini setelah mendarat di Pangkalpinang, langsung dibawa oleh

Belanda menuju ke tempat pengasingan yaitu di Pasanggrahan Menumbing. Kemudian pada

tanggal 24 Desember 1948, hari Jumat dengan memakai pesawat yang sama milik militer Belanda

diterbang kan lagi untuk diasingkan ke Muntok yaitu:

1. Mr. Ali Sastroamidjoyo, sebagai Menteri P dan K RI

2. Mr. Moh Roem, sebagai Ketua Delegasi Perundingan RI (juru runding)

Pemimpin bangsa yang berjumlah 6 orang itu, semuanya ditempatkan pada satu lokasi yaitu

Pasanggrahan Menumbing. Pasanggrahan Menumbing terletak di bukit yang sering disebut oleh

orang Muntok, Gunung Menumbing. Bukit Menumbing terletak pada ketinggian 458 m dari

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-19

permukaan laut, dan di sana terdapat satu bangunan permanen yang disebut “Pasanggrahan”.

Ditempat inilah 6 orang Pemimpin Bangsa menjalani masa-masa pengasingan mereka sebagai

tahanan politik oleh pemerintah Belanda.

Disaat ke enam tokoh negara itu diasingkan, terdengarlah oleh mereka yang diasingkan dari para

pengurus BTW, yang sedianya adalah sebagai pengurus perlengkapan sehari-sehari para tokoh

negara ini untuk keperluan selama di pengasingan. Para pengurus dari BTW menginformasikan,

bahwa akan diberangkatkan lagi tokoh negara lainnya untuk diasingkan ke Muntok. Ternyata pada

hari Minggu, tanggal 6 Februari 1949 memang benar telah tiba di Bangka 2 (dua) orang tokoh

negara lainnya yang diberangkatkan yaitu :

1. Ir. Soekarno, sebagai Presiden pertama RI

2. H. Agus Salim, sebagai Menteri Luar Negeri RI

Mereka selanjutnya dibawa ke Muntok dan ditempatkan di Pasanggrahan Muntok (sekarang

Wisma Ranggam). Jauh sebelum ke 2 tokoh negara ini ditempatkan, Wisma Ranggam sudah lebih

dahulu menjadi tempat pengasingan salah satu tokoh yang berasal dari keturunan Susuhunan

Paku Alam (kerabat Kesultanan Jokdjakarta Hadiningrat), yang menentang kebijakan pemerintah

Kolonial Belanda pada saat itu yaitu Kajeng Pangeran Hario Pakoeningprang anak dari Pangeran

Hario Nataningrang yang merupakan kerabat dekat KesultananJokyakarta Hadiningrat, yaitu pada

tanggal 18 Februari 1897 s/d 18 Agustus 1897. Keberadaan Pasanggrahan Muntok itu memang

oleh pemerintahan Kolonial Belanda dijadikan tempat untuk mengasingkan orang-orang yang

membahayakan bagi mereka.

Sesudah mendengar kabar kedua orang tokoh negara berada di Muntok, maka tokoh negara yang

terlebih dahulu diasingkan menggabungkan diri bersama kedua orang tokoh tersebut yang berada

di Pasanggrahan Muntok (Wisma Ranggam). Tokoh negara yang diasingkan di Menumbing yang

menggabungkan diri yaitu Mr. Ali Sastro Amidjoyo dan Moh Roem. Dengan bergabungnya kedua

orang tokoh dari Pasanggrahan Menumbing, maka di Menumbing hanya terdapat 4 orang tokoh

negara saja yang tinggal yaitu Bung Hatta, Mr. Ass at, Mr. A.G. Pringgodigdo dan Commodor Surya

Darma.

Dikarenakan pertikaian antara Indonesia dan Belanda tidak juga menemukan kata sepakat,

beberapa perundingan serta pembicaraan kepentingan negara Indonesia dilaksanakan di

Passanggrahan Muntok (Wisma Ranggam) dan Menumbing. Pada tanggal 22 April 1949

diadakanlah perundingan yang disebut Perjanjian Roem Royen di Jakarta, antara pemerintah

Belanda dengan pemerintah Indonesia, dimana perjanjian tersebut berjalan dengan mulus tanpa

kendala yang berarti. Perundingan ini kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Meja Bundar

(KMB) di Den Haag, Belanda pada tanggal 29 Oktober 1949, dan semuanya mengalami

keberhasilan yang memuaskan untuk negara Indonesia. Semua keberhasilan ini bermulai dari

pembicaraan-pembicaraan awal yang dilakukan oleh para pemimpin negara kita di Pasanggrahan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-20

(Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing, pada saat mereka menjadi tawanan pemerintah

Kolonial Belanda dan diasingkan ke Muntok. Pembicaraan-pembicaraan penting yang dilakukan

oleh para pemimpin bangsa di Muntok (Wisma Ranggam dan Menumbing) dalam menyelesaikan

pertikaian antara Indonesia dan Belanda ini, bermula dengan kedatangan para anggota KTN

(Komisi Tiga Negara) yang terdiri dari Australia, Belgia dan Amerika. Mereka menemui Presiden

Soekarno dan Drs Moh Hatta (wapres), yang sudah dikenal dunia Internasional setelah

memproklamirkan negara Indonesia di mata dunia. Para anggota KTN yang datang ke

Pasanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok pada saat itu :

1. Merle Cochran (terakhir jadi Dubes Amerika untuk Indonesia, tahun 1955)

2. Mr. Koetta (Perancis)

3. Tk. Creatcly (Dubes Australia untuk Indonesia, tahun 1978-1981)

4. G.Mc. Kahin

5. Hermans (Belanda)

6. Prof.Lyle (Belgia)

Selain dari anggota KTN yang datang ke Muntok, juga telah hadir utusan dari PBB, serta utusan

dari BFO (Bijen Konvoor Federal Overly), yang semuanya menuju satu pusat pertemuan, yaitu

Passanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing. Perundingan-perundingan yang

dilakukan adalah untuk kepentingan negara Indonesia, agar benar-benar berdaulat tanpa

dibayang-bayangi oleh Belanda yang masih berada di Indonesia. Selain dari kejadian-kejadian

yang besejarah untuk negara Indonesia tersebut, ada satu peristiwa yang tak kalah pentingnya

yang berlangsung di Passanggarahan (Wisma Ranggam) Muntok dalam perjalanan sejarah bangsa

Indonesia. Pada bulan Juni tahun 1949 di Wisma Ranggam, karena terjadinya pergolakan yang

mengakibatkan tidak kondusifnya Jakarta, sebagai Ibu kota negara Republik Indonesia, maka

Presiden Soekarno menyerahkan surat kuasa kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX, agar ibu

kota negara Republik Indonesia dialihkan ke Jokyakarta.

Jika melihat perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini, maka tidak terlepas kaitannya dengan Kota

Muntok yaitu keberadaan Passanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing, yang

merupakan tempat memuluskan jalannya gerakan-gerakan kebangsaan dalam melepaskan diri

dari belenggu pejajah, sampai terjadinya satu negara yang berdaulat penuh dan diakui di mata

dunia.

Potensi sumber daya alam, social budaya, perekonomian, dan sejarah panjang perjalanan Kota

Muntok sejak masa Kesultanan Palembang hingga pascakemerdekaan ini menjadi dasar yang

memiliki pengaruh penting dalam mengembangkan kepariwisataan di KSPP Muntok dan

sekitarnya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-21

4.2 Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan

sekitarnya sebagai Destinasi Pariwisata

4.2.1 Daya Tarik Wisata dan Sumber Daya Wisata

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) Tahun 2010-2025, daya tarik wisata adalah segala sesuatu

yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Kecamatan Muntok, Bangka Barat merupakan salah satu kecamatan yang ditetapkan menjadi

bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) dan Kawasan Strategis Pariwisata

Kabupaten (KSPK). Penetapan tersebut dikarenakan Kecamatan Muntok memiliki potensi

pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam lingkup provinsi untuk satu

atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya

alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan kemanan.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengelompokkan daya tarik wisata ke dalam tiga

kategori, yaitu daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia. Penjabaran dari masing-

masing jenis daya tarik wisata dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Kategorisasi Jenis Daya Tarik Wisata

JENIS

DAYA TARIK WISATA

BASIS POTENSI

DARI JENIS DAYA TARIK WISATA KATEGORISASI JENIS DAYA TARIK WISATA

A. DAYA TARIK

WISATA ALAM

1. Berbasis potensi

keanekaragaman dan

keunikan lingkungan alam

di wilayah perairan laut.

a. bentang pesisir pantai;

b. bentang laut;

c. kolam air dan dasar laut.

2. Berbasis potensi

keanekaragaman dan

keunikan lingkungan alam

di wilayah daratan.

a. pegunungan dan hutan alam/taman

nasional/taman wisata alam/taman

hutan raya;

b. perairan sungai dan danau;

c. perkebunan;

d. pertanian;

e. bentang alam khusus, seperti gua, karst,

padang pasir, dan sejenisnya.

B. DAYA TARIK

WISATA BUDAYA

1. Daya tarik wisata budaya

bersifat berwujud (tangible). a. cagar budaya, meliputi benda cagar

budaya, bangunan cagar budaya, struktur

cagar budaya, situs cagar budaya,

kawasan cagar budaya;

b. perkampungan tradisional dengan adat

dan tradisi budaya masyarakat yang khas;

c. museum.

2. Daya tarik wisata budaya

bersifat tidak berwujud

(intangible).

a. kehidupan adat dan tradisi masyarakat

serta aktivitas budaya masyarakat yang

khas di suatu area/tempat;

b. kesenian.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-22

JENIS

DAYA TARIK WISATA

BASIS POTENSI

DARI JENIS DAYA TARIK WISATA KATEGORISASI JENIS DAYA TARIK WISATA

C. DAYA TARIK

WISATA HASIL

BUATAN MANUSIA

1. Fasilitas rekreasi dan

hiburan/taman bertema.

Adalah fasilitas yang berhubungan dengan

motivasi untuk rekreasi, hiburan, maupun

penyaluran hobi.

2. Fasilitas peristirahatan

terpadu (integrated resort).

Adalah kawasan peristirahatan dengan

komponen pendukungnya yang membentuk

kawasan terpadu.

3. Fasilitas rekreasi dan olah

raga.

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Penjelasan Pasal 14).

KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki beragam daya tarik wisata yang didominasi oleh daya tarik

wisata budaya berupa Benda Cagar Budaya peninggalan sejarah yang sebagian besar terdapat di

wilayah Kota Tua Muntok. Berikut adalah daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya

berdasarkan kategorisasi jenis daya tarik wisata.

Tabel 4.5 Daya Tarik Wisata KSPP Muntok dan Sekitarnya

Berdasarkan Kategorisasi Jenis Daya Tarik Wisata

JENIS

DAYA TARIK

WISATA

BASIS POTENSI

DARI JENIS DAYA

TARIK WISATA

KATEGORISASI JENIS

DAYA TARIK WISATA

NAMA

DAYA TARIK WISATA

A. DAYA

TARIK

WISATA

ALAM

1. Berbasis potensi

keanekaragaman

dan keunikan

lingkungan alam

di wilayah

perairan laut.

a. bentang pesisir

pantai;

Kec. Muntok

1) Pantai Teluk Rubiah

2) Pantai Muntok Asin

3) Pantai Batu Rakit

4) Pantai Tanjung Kalian

5) Pantai Asmara

6) Pantai Batu Berani

7) Pantai Tembelok

8) Pantai Radji

9) Pantai Menggeris

10) Pantai Angel

11) Pantai Tanjung Ular

12) Pantai Karang Aji

Kec. Simpang Teritip

13) Pantai Air Mas

14) Pantai Aikemas

15) Pantai Tungau

16) Pantai Mentiba

17) Pantai Air Nyatoh

Kec. Jebus

18) Pantai Bembang

19) Pantai Jerangkat

Kec. Parittiga

20) Pantai Siangau

21) Pantai Pala

22) Pantai Batu Besimpuh

23) Pantai Tanjung Ru

24) Pantai Bakit

25) Pantai Blembang

26) Pulau Nenas

Kec. Tempilang

27) Pantai Pasir Kuning

28) Pantai Kedacak

29) Pantai Tanjung Niur

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-23

JENIS

DAYA TARIK

WISATA

BASIS POTENSI

DARI JENIS DAYA

TARIK WISATA

KATEGORISASI JENIS

DAYA TARIK WISATA

NAMA

DAYA TARIK WISATA

30) Pantai Kuarsa Sikka

b. bentang laut; -

c. kolam air dan

dasar laut.

-

2. Berbasis potensi

keanekaragaman

dan keunikan

lingkungan alam

di wilayah

daratan.

a. pegunungan dan

hutan

alam/taman

nasional/taman

wisata

alam/taman

hutan raya;

Kec. Muntok

31) Bukit Menumbing (Hutan

Konservasi)

32) Bukit Kukus

Kec. Jebus

33) Bukit Penyabung

34) Bukit Mempari

b. perairan sungai

dan danau;

Kec. Parittiga

35) Danau Sekar Biru

36) Sumur Dewa

Kec. Kelapa

37) Air Panas Dendang

c. perkebunan; -

d. pertanian; -

e. bentang alam

khusus, seperti

gua, karst, padang

pasir, dan

sejenisnya.

Kec. Muntok

38) Aek Biru

39) Batu Balai

Kec. Parittiga

40) Batu Belimbing

B. DAYA

TARIK

WISATA

BUDAYA

3. Daya tarik wisata

budaya bersifat

berwujud

(tangible).

a. cagar budaya,

meliputi benda

cagar budaya,

bangunan cagar

budaya, struktur

cagar budaya, situs

cagar budaya,

kawasan cagar

budaya;

Kec. Muntok

41) Pasanggrahan Muntok

42) Rumah Dinas Bupati Bangka

Barat (Eks Kantor Residen)

43) Museum Timah (BTW)

44) Alun-alun (Voetbaetrin)

45) Rumah Mayor Cina

46) Eks Jembatan Burg

47) Kelenteng Kung Fuk Miau

48) Pasanggrahan Menumbing

49) Benteng Kute Seribu

50) Masjid Jami

51) Penginapan Sandy Ayu (Eks Hotel

Centrum)

52) Kantor Administrasi Pelabuhan

(Eks Kantor Syahbandar

Belanda/ Habur Master)

53) Gudang Mayor Cina

54) Pelabuhan Lama Muntok (Eks

Vlucht Haven)

55) Surau Tanjung

56) Rumah Tumenggung

57) Menara Suar Tanjung Kalian

58) Makam Pangeran Hario

Pakoeningprang

59) Makam Istri Orang Belanda

(Nyonya Aneh & Nyonya Moenah)

60) Rumah Keluarga Ahmad

Djunaedi/ Rumah Macan (Eks

Rumah Kepala Parit Timah)

61) SDN 01 Muntok (Eks Hollandsche

Chineeshe School)

62) Sekolah Katolik Santa Maria

63) Rumah Pastoral

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-24

JENIS

DAYA TARIK

WISATA

BASIS POTENSI

DARI JENIS DAYA

TARIK WISATA

KATEGORISASI JENIS

DAYA TARIK WISATA

NAMA

DAYA TARIK WISATA

64) Gereja Katolik

65) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah

Kavilasi 2/ Kepala BTW)

66) Rumah Bapak H. Choirudin (Eks

Rumah Kavilasi I/ Kepala BTW)

67) Gereja Bethesda

68) Gudang Inggris

69) Makam Bangsawan Melayu

70) Makam Mayor Cina Thjung A Tiam

(Chung Fah Yun)

71) Makam Mayor Cina Tan Jien Men

72) Café Teras Kite (Eks Taman

Kanak-kanak Belanda)

73) Gedung KPU (Eks Gedung

Concordia)

74) Rumah TahananMuntok

(Gavengis)

75) Rumah Liem Tjin Sun (Eks Kantor

Kolonial)

76) Komplek Polsek Muntok (Eks

Komplek Benteng Inggris &

Belanda)

77) Rumah Bapak Rusli (Eks Rumah

Kepala Kapal Keruk Belanda)

78) Rumah Kolonial (Eks Rumah

Karyawan Zaman Belanda)

79) Kantor LSM Karimah (Eks Rumah

Warga Tionghoa)

80) Ruko Keluarga Ding Tjiang

(Rumah Warga Tionghoa)

81) Rumah Warga Tionghoa 2,3,4

82) Eks Rumah Kapiten Cina (Wong

Lim Pat)

83) Petak 15 (Rumah Warga

Tionghoa)

84) Rumah Warga Lie Yong Bak

(Rumah Warga Tionghoa)

85) Eks Bangunan Sekolah Cina

86) Rumah Bapak Afandi Isa (Rumah

Panggung Melayu)

87) Rumah Bapak Fakhrizal (Rumah

Panggung Melayu)

88) Tempat Pemakaman Umum (Eks

Rumah Sakit Cina)

89) Rumah Melayu Kampung Ulu

90) Rumah Dinas Pegawai Rutan (Eks

Rumah Sakit Jiwa)

91) Peleburan Timah Muntok

(Smelter Timah)

92) Monumen Proklamas Muntok

Kec Jebus

93) Benteng Sungai Buluh

Kec. Parittiga

94) Makam Khotamarrasyid/H.

Hatama Rasyid

Kec. Tempilang

95) Benteng Kota

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-25

JENIS

DAYA TARIK

WISATA

BASIS POTENSI

DARI JENIS DAYA

TARIK WISATA

KATEGORISASI JENIS

DAYA TARIK WISATA

NAMA

DAYA TARIK WISATA

b. perkampungan

tradisional dengan

adat dan tradisi

budaya masyarakat

yang khas;

Kec. Simpang Teritip

96) Rumah Tradisional Jering

Pelangas dan Ketapik Kacung

c. museum. 97) Museum Timah Indonesia Muntok

4. Daya tarik wisata

budaya bersifat

tidak berwujud

(intangible).

a. kehidupan adat

dan tradisi

masyarakat serta

aktivitas budaya

masyarakat yang

khas di suatu

area/tempat;

Kec. Muntok

98) Pembuatan Empek-empek Desa

Belo Laut

99) Kuliner Khas Melayu (Teras Kite)

100) Kuliner Petak 15

101) Kuliner Tradisional Jajanan Pasar

Kampung Tanjung

102) Kuliner Tradisional Jajanan Pasar

Gedung Kuning (Gedung M3)

103) Kuliner Martabak (Hok Lo Pan)

104) Kuliner Otak-tak Tanjung Kalian

105) Do’a dan Dziarah Makam Kute

Seribu

106) Sembahyang Rebut

107) Cap Go Meh

108) Haul Kota Seribu

109) Lunar Whorship Festival

110) Festival Obor

111) Nganggung

112) Sembahyang Rebut Festival

113) Festival Seni Lintas Budaya

114) Festival Bumi Sejiran Setason

Kec. Simpang Teritip

115) Pesta Adat Suku Ketapik

116) Pesta Adat Kundi Bersatu

Kec. Kelapa

117) Festival 7 Likur Desa Mancung

118) Kuliner Madu dan Kulat Pelawan

Kec. Tempilang

119) Perang Ketupat Desa Tempilang

120) Dodol Bergema

b. kesenian. Kec. Muntok

121) Kesenian Hadrah/Dambus

122) Kesnian Campak, Rudat, dan

Rebana

c. Kerajinan tangan Kec. Muntok

123) Kerajinan Akar Bahar

124) Batu permata (gemstone)

125) Kerajinan dari timah (pewter)

126) Kain cual

C. DAYA

TARIK

WISATA

HASIL

BUATAN

MANUSIA

1 Fasilitas rekreasi

dan

hiburan/taman

bertema.

Adalah fasilitas yang

berhubungan dengan

motivasi untuk

rekreasi, hiburan,

maupun penyaluran

hobi.

-

2 Fasilitas

peristirahatan

terpadu

(integrated

resort).

Adalah kawasan

peristirahatan dengan

komponen

pendukungnya yang

membentuk kawasan

terpadu.

-

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-26

JENIS

DAYA TARIK

WISATA

BASIS POTENSI

DARI JENIS DAYA

TARIK WISATA

KATEGORISASI JENIS

DAYA TARIK WISATA

NAMA

DAYA TARIK WISATA

3 Fasilitas rekreasi

dan olah raga.

-

Sumber: Hasil Analisis, 2018.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-27

Gambar 4.6 Sebaran Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan Sekitarnya

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-28

Gambar 4.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kecamatan Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-29

Gambar 4.8 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kota Tua Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-30

Deskripsi dari beberapa daya tarik wisata alam dan budaya di KSPP Muntok dan sekitarnya

dijelaskan berikut ini.

A. Daya Tarik Wisata Alam

1. Pantai Batu Rakit

Pantai Batu Rakit berlokasi bersebelahan dengan Pelabuhan Tanjung Kalian. Pantai ini memiliki

pasir pantai yang putih dan pemandangan yang indah. Di pantai ini terdapat beberapa pedagang

yang menjual makanan khas seperti otak-otak dan es kelapa muda. Selain terdapat penjual

makanan di Pantai Batu Rakit tersedia warung makanan yang menjual masakan ala seafood.

Pantai Batu Rakit dilengkapi dengan area parkir, pondok dan taman bermain anak.

Gambar 4.9 Pantai Batu Rakit

Sumber: Ripparkab Bangka Barat, 2016

2. Pantai Teluk Rubiah

Pantai Teluk Rubiah adalah salah satu pantai yang ada di Kecamatan Muntok. Di pantai ini

terdapat kolam buatan yang cukup luas, dikelilingi taman yang berbatasan langsung dengan bibir

Pantai Teluk Rubiah yang cukup indah. Di sebelah kanan, pengunjung bisa menikmati perpaduan

pemandangan lokasi tambat kapal ikan yang menjorok ke laut dengan panjang sekitar satu

kilometer. Selain itu, pengunjung juga bisa memandang keindahan Menara Suar Tanjung Kalian

dan sejumlah kapal feri yang berlabuh di sekitarnya.

3. Pantai Muntok Asin

Pantai Muntok Asin merupakan pantai yang berpasir landai dengan ombak tenang sehingga

menjadi pilihan pengunjung bersama keluarga atau teman untuk bermain atau berenang. Selain

itu pantai ini memiliki pasir putih dan pemandangan yang indah.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-31

Gambar 4.10 Pantai Muntok Asin

Sumber: Ripparkab Bangka Barat, 2016

4. Pantai Batu Berani

Pantai Batu Berani terletak 10 kilometer dari pusat Kota Muntok. Pantai ini dinamakan Pantai

Batu Berani karena di pinggir pantai ini terdapat dinding batu kokoh yang terbentuk secara alami.

Batu yang kokoh itu terlihat sangat indah dan juga dapat berfungsi sebagai penahan ombak laut.

Di Pantai Batu Berani pengunjung dapat menikmati indahnya matahari terbenam sambil berenang

atau memancing.

Gambar 4.11 Pantai Batu Berani

Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

5. Pantai Tembelok

Pantai Tembelok adalah pantai yang terletak sekitar 10 kilometer dari Muntok. Pantai ini biasanya

digunakan para nelayan untuk mendaratkan ikan hasil tangkapan dan menambatkan perahu.

Pantai ini memiliki pemandangan yang indah dengan pasir putih yang landai.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-32

Gambar 4.12 Pantai Tembelok

Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

6. Pantai Asmara

Pantai Asmara terletak di Tanjung Kalian, Kecamatan Muntok. Pantai ini masih terlihat begitu asri,

air lautnya yang biru dan garis pantainya yang cukup panjang. Tidak kalah dengan pantai

sebelahnya yakni Pantai Batu Rakit. Di pantai ini banyak wisatawan yang berkemah dan menikmati

malam di Pantai Asmara.

Gambar 4.13 Pantai Asmara

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

7. Batu Balai

Batu Balai adalah salah satu daya tarik wisata alam yang terletak di Kampung Balai, Kelurahan

Tanjung. Batu Balai merupakan batu besar yang terbentuk secara alamiah, bertumpuk dua, dan

bagian paling atas menyerupai buritan sebuah perahu. Layaknya perahu layar, bagian pinggir batu

yang menyerupai buritan tersebut membekas seperti alur-alur yang sering disebut palka. Ketika

batu ini dipukul dengan tangan akan terdengar suara seperti gendang.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-33

Gambar 4.14 Batu Balai

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

8. Pantai Tanjung Ular

Pantai Tanjung Ular terletak di Kelurahan Tanjung Kecamatan Mentok. Pantai Tanjung Ular

memiliki ciri khas berupa air yang jernih dan berpasir putih. Selain itu pemandangan di Tanjung

Ular begitu indah dan alami. Pengunjung yang datang ke pantai ini dapat melihat bukit-bukit yang

hijau, deretan pohon kelapa dan juga hewan-hewan laut seperti ikan, kepiting dan sebagainya.

Gambar 4.15 Pantai Tanjung Ular

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

9. Pantai Tanjung Kalian

Tanjung Kalian hanya berjarak tujuh kilometer dari Kota Muntok dan dapat di tempuh lewat jalan

beraspal atau menyusuri pantai berpasir putih. Tanjung Kalian terkenal sebagai daerah wisata laut

paling popular di Kota Muntok. Di Pantai Tanjung Kalian terdapat sebuah menara suar tua (1862)

setinggi 56 meter. Selain itu di pantai ini terdapat sebuah bangkai kapal tua Van der Parra yang

tenggelam karena dihujani bom oleh Jepang masih terdapat di tepi pantai, dan monumen yang

bertuliskan “8th Australian Division, 2nd Australian Imperial Force. This memorial honoursthe

heorism and sacrifice of member of the Australian of Army Nursing Service, who serven in the

Bangka area in the Sea and World War during the years 1942-1945. Lost at sea off Bangka Island

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-34

when SS Vyner Brooke was bombed and sunk by Japanese air craft on 14 February 1942. shot

and killed on Raji Beach by Japanese soldiers on 16 February 1942”. Monumen perang dunia II

itu khusus dibangun untuk mengenang kembali peristiwa kapal SS Vyner Brooke yang di bom dan

tenggelam di Laut Muntok. Apabila menyusuri sepanjang pantai dapat ditemukan banyak pohon

ketapang pada masa perang Dunia II.

Gambar 4.16 Pantai Tanjung Kalian

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

10. Bukit Kukus

Bukit Kukus merupakan salah satu bukit yang berada di tengah-tengah permukiman warga, yang

berada di Desa Belo Kecamatan Muntok. Bukit ini memiliki pemandangan yang indah dan suasana

alam yang masih segar. Selain itu ketika berada di bukit ini, pengunjung dapat melihat hamparan

pemukiman dan suasana Kota Muntok dari ketinggian. Pebukitan yang mempunyai tiga puncak

bukit ini dan berakhir di puncak ketiga yang bernama Bukit Kukus. Terdapat banyak fauna dan

flora yang masih alami dan dilindungi.

11. Aek Biru

Aek Biru Muntok terletak di Kecamatan Muntok dengan jarak tempuh kurang lebih 5-10 menit

(kurang lebih 4 km) dari pusat Kota Muntok. Wisata Aek Biru Muntok merupakan danau yang

cantik yang berada di bekas tambang timah, tepatnya di Aik Ketok menjelang Kelurahan Tanjung

Kecamatan Muntok. Pengunjung yang datang ke tempat ini dapat berfoto pada beberapa spot foto

selain itu juga wisatawan dapat menguji adrenalin dengan cara terjun dari atas dinding danau.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-35

Gambar 4.17 Aek Biru

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

B. Daya Tarik Wisata Budaya

1. Pasanggrahan Muntok (Wisma Ranggam)

Wisma Ranggam dikenal juga dengan Pasanggrahan Muntok. Cagar budaya ini berada di

Kelurahan Sungai Daeng, sekitar 5 km dari Kota Muntok. Bangunan dengan arsitektur bergaya

Eropa ini didirikan oleh Banka Tin Winning (perusahaan timah Belanda) pada tahun 1827 dan

dinasionalisasi pascakemerdekaan Indonesia. Wisma Ranggam menjadi tempat pengasingan

sejumlah pemimpin Indonesia pada tahun 1949, yaitu Ir. Soekarno dan H. Agus Salim yang

mendarat di Pangkalpinang pada 6 Februari 1949. Kemudian Mr. Ali Sastroamidjoyo dan Mr. Moh

Roem yang telah terlebih dahulu diasingkan di Pasanggrahan Menumbing ikut dipindahkan ke

Wisma Ranggam.

Beberapa catatan penting sejarah yang berlangsung di Pasanggrahan Muntok adalah:

• Tempat perundingan UNCI, BFO, dan KTN;

• Penyerahan surat kuasa kembalinya Ibu Kota Yogyakarta oleh Ir. Soekarno kepada Sri Sultan

Hamengkubuwono IX dikarenakan kondisi Jakarta yang tidak kondusif;

• Konsep Perjanjian Roem-Royen disiapkan disini.

Saat ini di halaman pasanggrahan berdiri sebuah monumen yang diresmikan oleh Mohammad

Hatta.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-36

Gambar 4.18 Pasanggrahan Muntok

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

2. Pasanggrahan Menumbing

Pasanggrahan Menumbing pada mulanya merupakan sebuah hotel yang dibangun oleh

pemerintah Belanda untuk tempat peristirahatan bagi pekerjanya. Hotel ini dibangun dengan gaya

Eropa modern dan dikerjakan oleh masyarakat lokal dan pekerja dari Cina. Bangunannya terdiri

dari tiga bangunan utama berbahan batu granit bergaya arsitektur de Stijl dengan atap datar yang

difungsikan sebagai menara pandang. Hotel Menumbing selesai dibangun dan diresmikan pada

tanggal 28 Agustus 1928 dengan dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti listrik, pengairan, telepon,

dan lapangan tenis.

Tempat ini menjadi salah satu tempat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Pada masa

agresi militer Belanda ke-2, Pasanggrahan Menumbing sempat dijadikan sebagai tempat

pengasingan para pemimpin Republik antara lain Drs. M Hatta, Mr. A. G. Pringgodigdo, Mr. Asa’at,

dan Komoddor Surya Darma (mendarat tanggal 22 Desember 1948) dan Ali Sastroamidjoyo dan

Moh Roem (mendarat 24 Desember 1948 di Pangkalpinang).

Pasanggrahan Menumbing dapat diakses dengan kendaraan dari Kota Muntok selama 30 menit.

Jalan aspal yang berkelok-kelok menuju Pasanggrahan Menumbing relatif sempit sehingga tidak

dapat dilalui oleh dua kendaraan roda empat sekaligus. Namun kondisi jalan sudah beraspal

sehingga memudahkan pengunjung yang berkendara. Daya tarik utamanya adalah rumah di

puncak Gunung Menumbing dengan panorama perbukitan yang sejuk. Saat ini, Pasanggrahan

Menumbing telah menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan Kabupaten Bangka Barat, dan

sudah ditambahkan beberapa fasilitas lain seperti kolam renang, lapangan tenis, dan restoran.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-37

Gambar 4.19 Pasanggrahan Menumbing di Muntok

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

3. Klenteng Kong Fuk Miaw

Kelenteng yang terletak di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok ini dibangun pada tahun 1820

oleh Mayor Chung A dan merupakan kelenteng pertama yang ada di Kota Muntok. Thiam bersama

masyarakat Cina dari suku Kuantang dan Fu-Kien di masa Dinasti Ching. Kong Fuk berasal dari

kata “Kwang Tung” dan “Fuk Kian” (Hokkian), suatu daerah di Cina. Kedua kata tersebut disingkat

menjadi “Kong Fuk”. Adapun “Miau” berarti rumah Dewa. Bangunan dengan luas 26,5 x 16,80 m

dan lahan seluas 57 x 40 m ini letaknya persis bersebelahan dengan Masjid Jami’ sehingga

menjadi salah satu simbol toleransi beragama Kota Muntok. Kelenteng yang kini berada dibawah

kepemilikan Yayasan Tulus Bhakti ini sudah direnovasi selama dua kali, yaitu pada tahun 1982

dan 1994 dan hingga sekarang masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan maupun pusat

pelatihan barongsai. Setiap tahun di halaman bangunan ini rutin diselenggarakan perayaan Cap

Go Meh, sembahyang rebut dan Sembahyang Bulan.

Gambar 4.20 Klenteng Kong Fuk Miaw

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4. Masjid Jami’

Merupakan salah satu bangunan tertua bergaya arsitektur campuran Islam, Melayu, Cina, dan

Belanda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masjid ini didirikan pada tahun 1883 M (1300 H)

atas inisiatif H. Abang Muhammad Ali yang bergelar Tumenggung Karta Negara II pada masa

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-38

Kesultanan Palembang. Dalam pembangunannya, beberapa bahan bangunan untuk masjid pun

turut disumbangkan dari Kelenteng, seperti tiang penyangga Masjid Jami’. Bung Karno dan Bung

Hatta pun kerap datang ke masjid ini kemudian membaur dengan masyarakat setempat, sebab di

masa itu, Masjid Jami’ termasuk masjid megah di Kota Muntok.

Gambar 4.21 Masjid Jami

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

5. Menara suar Tanjung Kalian

Pantai Tanjung Kalian terletak di Kelurahan Tanjung, berjarak sekitar 9 km dari Kota Muntok atau

10 menit dari Pelabuhan Muntok yang merupakan pintu gerbang sebelah barat Pulau Bangka.

Kondisi pantai relatif bersih dengan tipikal pantai berpasir putih. Daya tarik wisata di lokasi ini

berupa menara atau menara suar yang dibangun pada tahun 1862 yang berfungsi untuk

memantau kapal yang melintas di perairan Pelabuhan Muntok, sisa bangkai kapal bekas Perang

Dunia II, dan monumen peringatan 21 perawat Australia yang gugur dalam peristiwa pemboman

kapal laut Australia oleh tentara Jepang pada 16 Februari 1942. Pembangunan menara suar

Tanjung Kalian dilakukan oleh arsitek dari Inggris serta memiliki ketinggian 56 meter. Pancaran

sinar lampu dari menara suar ini mencapai 25 mil dan berputar setiap 10 detik sekali.

Gambar 4.22 Menara Suar Tanjung Kalian

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-39

6. Jembatan Inggris

Jembatan Inggris terletak di Dusun Dayabaru, Desa Airbelo. Bangunan ini diperkirakan dibangun

pada masa pendudukan Inggris di Pulau Bangka antara tahun 1811 sampai 1816. Bangunan ini

bergaya Eropa dengan ciri khas pasangan batu bata sistem roolag.

Gambar 4.23 Jembatan Inggris

Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

7. Rumah Mayor Cina

Rumah Mayor Cina terletak di Jl. RE. Martadinata No. 75, Muntok, tepatnya di kawasan pasar

dekat area pelabuhan lama. Bangunan ini merupakan rumah Mayor Cina, Chung A. Thiam (juga

dikenal sebagai Mayor II) yang diangkat Belanda sebagai kepala masyarakat Cina di Muntok,

kemudian dilanjutkan oleh Chung Phah Yunm (yang dikenal juga sebagai Mayor III). Bangunan

yang dipengaruhi arsitektur Eropa dengan luas mencapai 2.500 m2 ini dibangun pada tahun 1834.

Saat ini bangunan tersebut ditempati oleh keturunan sang Mayor. Bangunan ini memiliki 8 kamar

dengan 16 buah pilar utama serta koleksi benda-benda antik dan bersejarah keluarga Mayor.

Gambar 4.24 Rumah Mayor Cina

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-40

8. Rumah Tahanan Muntok

Rumah tahanan ini terletak di sebelah tenggara eks Kantor BTW. Seperti penjara umumnya,

bangunan ini dikelilingi pagar tembok berdenah persegi dan dilengkapi bangunan pengawas di

sudutnya. Rutan ini akan direlokasi karena dinilai sudah tidak representatif (berada di tengah Kota

Muntok) dan akan dijadikan museum.

Gambar 4.25 Rumah Tahanan Muntok

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

9. Rumah Eks Karyawan Timah

Rumah eks karyawan timah adalah rumah yang dulunya merupakan rumah tinggal bagi karyawan

PT Timah. Bangunan rumah bergaya khas Eropa ini memiliki tiga bangunan yaitu bangunan induk,

paviliun dan bangunan di bagian belakang yang berfungsi sebagai dapur dan toilet. Dinding

bangunan rumah eks karyawan timah terbuat dari batu alam, dan terdiri dari dua kamar tidur dan

teras yang terletak di bagian depan.

Gambar 4.26 Rumah Eks Karyawan Timah

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-41

10. Eks Gedung Concordia

Bangunan ini dulu berfungsi sebagai gedung pertemuan para pejabat Belanda pada masa

Pemerintahan Belanda. Setelah merdeka bangunan ini dialihfungsikan sebagai gedung

pertemuan para pejabat UPTB/TTB (Unit Penambangan Timah Bangka) dan bernama Gedung Bina

Jaya. Pada tahun 2005 gedung ini difungsikan sebagai kantor DPRD Kabupaten Bangka Barat.

Kemudian tahun 2008 gedung tersebut menjadi Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bangka

Barat hingga sekarang (Tourism Buide Book of Muntok 2015).

Gambar 4.27 Eks Gedung Concordia

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

11. Gereja Katolik Santa Maria

Gereja Katolik Muntok dibangun pada tanggal 14 Februari 1932. Arsitek yang membangun Gereja

Katolik Santa Maria ini adalah seorang berkebangsaan Inggris yang bernama Fermont-Cuypers.

Bangunan gereja berbentuk persegi panjang dengan atap limasan dari bahan genteng yang

dilengkapi hiasan tanda salib pada bagian kemuncaknya. Pintu masuk berada di sebelah timur

dengan ciri-ciri terbuat dari kayu, berdaun ganda, berbentuk lengkung sempurna, dan dinaungi

kanopi yang juga berbentuk lengkung sempurna. Di bagian samping pintu masuk terdapat

inskripsi ”ARCH.EN.INGRS.BUR:FERMONT-CUYPERS” dan ”14-2-1932”. Dinding atas dilengkapi

lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai ventilasi, sementara dinding bawah diberi ornamen

berbentuk batu-batu. Ventilasi yang lebih besar terdapat pada dinding kanan atas berjumlah 3

pasang dengan susunan marmer hitam bercorak geometris pada bagian tengahnya. Lantainya

terbuat dari tegel merah berukuran 20 x 20 cm.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-42

Gambar 4.28 Gereja Katolik Muntok

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

12. Monumen Proklamasi Muntok

Monumen Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta dibangun di Muntok dan diresmikan oleh

Wakil Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada 2 Juli 2000. Monumen yang dibuat dari batu

granit ini memiliki tinggi sekitar tujuh meter berbentuk batu lonjong dengan seekor burung Garuda

berkalungkan perisai Lima Sila yang mengepakkan sayapnya seakan hendak terbang. Di pelataran

depan, patung Bung Karno dan Bung Hatta berdiri gagah sedang menunjuk ke arah perairan Selat

Bangka.

Gambar 4.29 Tugu Proklamasi Muntok

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

13. Museum Timah

Museum Timah Indonesia-Muntok menempati gedung Banka Tinwining Bedriff atau lebih dikenal

dengan Gedung Kantor Kavilasi Timah. Gedung yang dibangun pada tahun 1915 ini merupakan

lokasi perusahaan tambang timah Bangka yang didirikan pada tahun 1819. Melalui gedung ini,

Pemerintah Belanda mengendalikan segala proses penambangan timah di Pulau Bangka. Pada

masa penjajahan Jepang, perusahan timah sempat diambil alih oleh MKK (Mitsubishi Kogyo

Khaisa). Direstorasi kembali oleh PT. Timah Tbk sebagai pemilik aset pada pertengahan 2011.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-43

Pada 11 November 2013 gedung ini resmi dibuka untuk umum dan difungsikan sebagai Museum

Timah yang menyajikan informasi tentang penambangan timah di Pulau Bangka. Di lantai pertama

terdapat ruang museum dengan 9 galeri, sedangkan di lantai dua terdapat auditorium,

perpustakaan, dan ruang diskusi, serta terdapat toko cinderamata dan kafe di pelatarannya.

Gambar 4.30 Museum Timah

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

14. Café Teras Kita (Eks Taman Kanak-Kanak Belanda)

Bangunan ini dulunya merupakan sekolah taman kanak-kanak yang dialihfungsikan menjadi

tempat hunian kemudian menjadi kafe Teras Kite. Bangunan ini hingga sekarang masih

mempertahankan arsitektur bericikan Eropa (Tourism Buide Book of Muntok 2015). Lokasi café

yang berada di pinggir jalan utama dan memiliki bentuk bangunan kuno, memberikan kesan

tersendiri dan dapat dengan mudah dikenali oleh pengunjung yang lewat.

Gambar 4.31 Teras Kite

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

15. Gudang Inggris

Gudang Inggris disebut juga Gudang Kuning. Gudang ini dibangun oleh Inggris pada 1813 M.

Berfungsi sebagai pusat pasukan berkuda Inggris dan terletak di tepi Pantai Muntok.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-44

Gambar 4.32 Gudang Inggris

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

16. Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda)

Kantor Syahbandar Belanda atau yang juga dikenal dengan Habur Master merupakan kantor bea

cukai pada masa penjajahan Belanda. Saat ini bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal

pegawai kantor pelabuhan.

Gambar 4.33 Eks Kantor Syahbandar Belanda

Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

17. Rumah Tumenggung

Rumah ini dibangun oleh Tumenggung Arifin dengan gelar Kertanegara I. Dulunya di sekitar

bangunan ini adalah perkampungan pembantu tumenggung. Bangunan bersemi panggung ini

pernah difungsikan untuk Madrasah Al-Hidayah. Rumah ini menghadap ke tenggara dengan

bangunan utama yang memiliki 6 tiang di terasnya. Terdapat beberapa penambahan seperti

membuat dinding dari papan kayu yang membentuk kamar di bagian teras dan dalam ruangan.

Terdapat sebuah sumur di sisi kanan rumah dan dua bangunan kecil yang memiliki arsitektur

Eropa dan dulu digunakan sebagai toilet, serta memiliki vertilasi udara berbentuk gorong-gorong

(Tourism Guide Book of Muntok, 2015).

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-45

Gambar 4.34 Rumah Tumenggung

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

18. Benteng Kota Seribu

Benteng Kota Seribu merupakan benteng pertahanan yang mulai dibangun pada tauhn 1760,

pada masa pemerintahan Tumenggung Dita Manggala. Pembangunan benteng ini melibatkan dan

memperkerjakan penduduk asli Muntok, sesuai dengan perintah Sultan. Benteng terbuat dari

tanah. Setelah Benteng Selesai, Sultan Palembang mengangkat seorang kepala pekerja tambang

sebagai Kapitan Cina (Bun A Siong), menjadi koodinator para pekerja tambang yang berasal dari

Cina.

Gambar 4.35 Benteng Kota Seribu

Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

19. Eks Hotel Centrum (Penginapan Sandy)

Hotel Centrum merupakan hotel yang menjadi korban bom ketika masa penjajahan Jepang. Hotel

ini saat ini sudah dibeli dan dijadikan penginapan yang bernama penginapan Sandy. Hotel ini

berada dekat dengan Rumah Mayor dan Pelabuhan.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-46

Gambar 4.36 Eks Hotel Centrum

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

20. Makam Pengeran Hario Pakuningprang

Pangeran Hario Pakuningprang merupakan seorang pahlawan dari Jawa yang menentang

kebijakan yang dibuat oleh Belanda. Pada tanggal 18 Februari 1897 sampai dengan 18 Agustus

1897 beliau diasingkan oleh Belanda di Muntok dan tidak diperkenankan untuk berhubungan

dengan masyarakat setempat hingga wafat dan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum

Kebonnanas, Muntok.

Gambar 4.37 Makam Pangeran Hario Pakuningprang

Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

21. Gudang Mayor Cina

Bangunan ini dibangun oleh mayor Cina yang bernama Tjung A Thiam pada masa penjajahan

Belanda sebagai tempat untuk penyimpanan barang-barang miliknya. Gudang mayor ini berada

diseberang rumah mayor dekat dengan pelabuhan. Saat ini bangunan gudang dimanfaatkan

untuk menjadi sarang burung walet.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-47

Gambar 4.38 Eks Gudang Mayor Cina

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

22. SDN 1 Muntok

Sekolah ini terletak di Kecamatan Muntok dan dibangun pada masa kolnial Belanda. Sekolah ini

termasuk salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kota Tua Muntok. SDN 1 Muntok memiliki

bentuk persegi panjang dan beratap limasan tumpeng dua yang terbuat dari genteng.

Gambar 4.39 SDN 1 Muntok

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

C. Sumber Daya Wisata

Selain daya tarik wisata yang sudah dijelaskan sebelumnya, KSPP Muntok dan sekitarnya masih

kaya akan sumber daya wisata, yaitu potensi sumber daya alam dan budaya yang dapat

dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Sumber daya wisata ini tersebar hampir di seluruh

Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat dan beberapa sumber daya wisata tersebut dapat

diintegrasikan pengembangannya dengan daya tarik wisata di sekitarnya menjadi suatu klaster

(area) daya tarik wisata tertentu, sehingga memiliki nilai tambah untuk meningkatkan daya saing

pariwisata KSPP Muntok dan sekitarnya. Sebaran sumber daya tarik wisata tersebut adalah

sebagai berikut:

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-48

Tabel 4.6 Sumber Daya Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya

KECAMATAN SUMBER DAYA WISATA BASIS POTENSI POTENSI

PENGEMBANGAN

Muntok 1. Perkebunan Durian Alam/

Perkebunan

Agrowisata

2. Pawai Obor Pal 4 Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

3. Pesta Adat Nanggung Tanjung

Punai

4. 3000 Culok dan Pawai Obor

Daya Baru

5. Pesta Adat Kampung Daya Baru

Pal 4

6. Adat Perkawinan Mentok

7. Tepung Tawar

Simpang Teritip 8. Rebo Kasan Desa Air Nyatoh Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

9. Sedekah Kampung Desa Pangek Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

10. Sedekah Kampung Desa

Paradong

Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

11. Sedekah Kampung Desa Ibul Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

12. Pesta Adat Dusun Belar

13. Pesta Adat Rajek

14. Sedekah kampung Simpang Tiga

15. Sembahyang Rebut Desa

Pelangas

16. Sembahyang Rebut Dusun Anyai

17. Hutan Larangan (Simpang Teritip

dan Kelapa)

18. Rebo Kasan Desa Bukit Terak

Jebus 19. Sedekah Kampung Limbung

20. Khitanan Masal Ranggi Asam

21. Sembahyang Rebut Dusun Tayu

Parittiga 22. Sembahyang Bulan Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

23. Sedekah Kampung Desa Kacung Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

24. Sembahyang Rebut Pecinan

Bakit

25. Perayaan 10 Muharam Desa

Bakit

26. Sembahyang Bulan Desa Puput

27. Rebo Kasan Teluk Limau

28. Sembahyang Rebut Desa Klabat

29. Khataman Desa Kapit

Kelapa 30. Perkebunan Sawit Alam/

Perkebunan

Agrowisata

31. Pesta Adat Pangkal Beras

32. Sedekah Kampung Desa

Terentang

33. Hutan Larangan (Simpang Teritip

dan Kelapa)

34. Sedekah Kampung Dusun

Bujang

Tempilang 35. Pesta Adat Sedekah Ruah Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya

Sumber : Diadaptasi dari Ripparkab Bangka Barat, 2016

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-49

D. Keterkaitan Daya Tarik Wisata dengan Periode Sejarah di Muntok

Daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki nilai-nilai penting sejarah yang terbagi

kedalam berapa periode, yaitu periode Kesultanan Palembang, Penjajahan Inggris, Penjajahan

Belanda, Penjajahan Jepang (Perang Dunia ke-II), Perjuangan Kemerdekaan (Agresi Militer

Belanda II), dan periode Pertambangan TImah. Selain itu, daya tarik wisata berupa Benda Cagar

Budaya (BCB) yang ada di KSPP Muntok (khususnya di wilayah Kota Tua Muntok) juga memiliki

tingkatan signifikansi tertentu, mulai dari tingkat signifikansi I hingga tingkat signifikansi III yang

telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Muntok. Berikut adalah rincian daya

tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan tingkat signifikansi dan keterkaitannya

dengan periode sejarah.

Tabel 4.7 Keterkaitan Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya dengan Periode Sejarah

DTW

Periode Sejarah

Kesultanan

Palembang

Penjajahan

Inggris

Penjajahan

Belanda

Penjajahan

Jepang

(Perang

Dunia Ke-

II)

Perjuangan

Kemerdekaan

(Agresi Militer

Belanda II)

Pertambangan

Timah

DTW Alam

Pantai Tanjung

Kelian

Pantai Tanjung

Ular

Pantai Teluk

Rubiah

Pantai

Muntokasin

Bukit

Menumbing

Aek Biru

DTW Budaya

BCB Tingkat

Signifikansi I

Pesanggrahan

Muntok

Rumah Dinas

Bupati Bangka

Barat (Eks

Kantor Residen)

Museum Timah

(BTW)

Alun-alun

(Voetbaetrin)

Rumah Mayor

Cina

Eks Jembatan

Burg

Kelenteng Kung

Fuk Miau

Pesanggrahan

Menumbing

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-50

DTW

Periode Sejarah

Kesultanan

Palembang

Penjajahan

Inggris

Penjajahan

Belanda

Penjajahan

Jepang

(Perang

Dunia Ke-

II)

Perjuangan

Kemerdekaan

(Agresi Militer

Belanda II)

Pertambangan

Timah

BCB Tingkat

Signifikansi II

Benteng Kota

Seribu

Masjid Jami

Penginapan

Sandy Ayu (Eks

Hotel Centrum)

Kantor

Administrasi

Pelabuhan (Eks

Kantor

Syahbandar

Belanda/ Habur

Master)

Gudang Mayor

Cina

Pelabuhan

Lama Muntok

(Eks Vlucht

Haven)

Surau Tanjung

Rumah

Tumenggung

Menara Suar

Tanjung Kelian

BCB Tingkat

Signifikansi III

Makam

Pangeran Hario

Pakoeningprang

Makam Istri

Orang Belanda

(Nyonya Aneh &

Nyonya

Moenah)

Rumah

Keluarga

Ahmad

Djunaedi/

Rumah Macan

(Eks Rumah

Kepala Parit

Timah)

SDN 01 Muntok

(Eks

Hollandsche

Chineeshe

School)

Sekolah Katolik

Santa Maria

Rumah Pastoral

Gereja Katolik

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-51

DTW

Periode Sejarah

Kesultanan

Palembang

Penjajahan

Inggris

Penjajahan

Belanda

Penjajahan

Jepang

(Perang

Dunia Ke-

II)

Perjuangan

Kemerdekaan

(Agresi Militer

Belanda II)

Pertambangan

Timah

Rumah

Sudirman 12

(Eks Rumah

Kavilasi 2/

Kepala BTW)

Rumah Bapak

H. Choirudin

(Eks Rumah

Kavilasi I/

Kepala BTW)

Gereja

Bethesda

Gudang Inggris

Makam

Bangsawan

Melayu

Makam Mayor

Cina Thjung A

Tiam (Chung

Fah Yun)

Makam Mayor

Cina Tan Jien

Men

BCB Lainnya

Café Teras Kite

(Eks Taman

Kanak-kanak

Belanda)

Gedung KPU

(Eks Gedung

Concordia)

Rumah

TahananMuntok

(Gavengis)

Rumah Liem

Tjin Sun (Eks

Kantor Kolonial)

Komplek Polsek

Muntok (Eks

Komplek

Benteng Inggris

& Belanda)

Rumah Bapak

Rusli (Eks

Rumah Kepala

Kapal Keruk

Belanda)

Rumah Kolonial

(Eks Rumah

Karyawan

Zaman

Belanda)

Kantor LSM

Karimah (Eks

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-52

DTW

Periode Sejarah

Kesultanan

Palembang

Penjajahan

Inggris

Penjajahan

Belanda

Penjajahan

Jepang

(Perang

Dunia Ke-

II)

Perjuangan

Kemerdekaan

(Agresi Militer

Belanda II)

Pertambangan

Timah

Rumah Warga

Tionghoa)

Ruko Keluarga

Ding Tjiang

(Rumah Warga

Tionghoa)

Rumah Warga

Tionghoa 2,3,4

Eks Rumah

Kapiten Cina

(Wong Lim Pat)

Petak 15

(Rumah Warga

Tionghoa)

Rumah Warga

Lie Yong Bak

(Rumah Warga

Tionghoa)

Eks Bangunan

Sekolah Cina

Rumah Bapak

Afandi Isa

(Rumah

Panggung

Melayu)

Rumah Bapak

Fakhrizal

(Rumah

Panggung

Melayu)

Tempat

Pemakaman

Umum (Eks

Rumah Sakit

Cina)

Rumah Melayu

Kampung Ulu

Rumah Dinas

Pegawai Rutan

(Eks Rumah

Sakit Jiwa)

Sumber: Hasil Analisis, 2018

E. Keterkaitan Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur

Daya tarik wisata berupa bangunan bersejarah (Benda Cagar Budaya) di KSPP Muntok dan

sekitarnya memiliki langgam arsitektur khas yang dapat dikelompokkan kedalam beberapa

kategori, yaitu Indische Style, Kolonial Belanda, Rumah Panggung Limas (Melayu Awal), Rumah

Panggung Limas Bubung Panjang, Rumah Tinggal Tionghoa, Rumah Tinggal Tionghoa Abad 19,

Ruko Tionghoa, Kelenteng, dan Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa. Berkut penjelasan dari

masing-masing langgam arsitektur tersebut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-53

1. Langgam Arsitektur Indische Style

Langgam arsitektur indische style memiliki ciri bangunan sebagai berikut:

a. Memiliki kebun yang luas;

b. Jalan melingkar untuk kendaraan dan ditanami dengan pohon palem di sisinya;

c. Teras depan dengan deretan kolom gaya Doric;

d. Beranda belakang dan depan yang luas merupakan penyesuaian dengan iklim tropis

lembab, sehingga ada ventilasi udara silang yang baik.

Gambar 4.40 Langgam Arsitektur Indische Style dan Contohnya

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur indische style diantaranya adalah

Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen), Rumah Tumenggung, Café Teras Kite,

dan Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master).

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-54

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.41 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Indische Style:

(a) Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen); (b) Rumah Tumenggung; (c) Café Teras Kite;

(d) Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master).

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

2. Langgam Arsitektur Kolonial Belanda

Langgam arsitektur Kolonial Belanda memiliki ciri sebagai berikut:

a. Memakai “Gable” pada tampak

b. Atap miring curam

c. Fasad simetris

d. Skala bangunan relatif tinggi

Gambar 4.42 Langgam Arsitektur Kolonial Belanda dan Contohnya

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-55

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur kolonial diantaranya adalah

Pasanggrahan Muntok, Museum Timah, Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala

BTW), dan Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah Kavilasi I/ Kepala BTW).

(a) (b) (c)

Gambar 4.43 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Kolonial Belanda:

(a) Pesanggrahan Muntok; (b) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala BTW);

(c) Museum Timah

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

3. Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal)

Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal) memiliki ciri sebagai berikut:

a. Dibuat dari kayu, rotan, bambu, daun-daun, akar pohon, alang-alang;

b. Memiliki beranda dan bukaan yang banyak

c. Bagian rumah terdiri atas rumah induk dan dapur

Gambar 4.44 Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal)

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah panggung limas (Melayu awal)

diantaranya adalah rumah-rumah panggung Melayu yang ada di Kampung Ulu.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-56

Gambar 4.45 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal):

Rumah-rumah Melayu di Kampung Ulu

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4. Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang

Langgam arsitektur rumah Melayu bubung panjang memiliki ciri-ciri seperti arsitektur rumah

panggung limas (Melayu awal) dengan tambahan ciri sebagai berikut:

a. Memiliki penambahan bangunan di sisi badan rumah utama;

b. Tangga rumah dibuat dari batu dan dibuat melengkung.

Gambar 4.46 Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah Melayu bubung panjang

diantaranya adalah rumah-rumah panggung melayu yang ada di Kampung Tanjung.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-57

Gambar 4.47 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang:

Rumah-rumah Melayu di Kampung Tanjung

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

5. Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa

Langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

a. Memiliki bentuk atap yang khas melengkung ke atas (Nang Shan);

b. Memiliki ornamen khas Tionghoa;

c. Memiliki warna khas merah dan kuning.

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa adalah

rumah-rumah tinggal Tionghoa yang ada di Pasar Muntok (Klaster Cina).

Gambar 4.48 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-58

Gambar 4.49 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa:

Rumah-rumah Tionghoa di area Pasar Muntok (Klaster CIna)

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

6. Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19

Langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa setelah abad 19 merupakan rumah tinggal Tionghoa

yang sudah terpengaruh oleh arsitektur kolonial dengan ciri-ciri sebagai berkut:

a. Denah rumah induk simetris dan memiliki teras;

b. Memiliki bukaan pintu skala besar, berjumlah tiga atau lebih;

c. Memiliki kolom (pilar) bergaya Yunani;

d. Memiliki ornamen-ornamen khas Tionghoa dengan jumlah yang cenderung sedikit.

Contoh daya tarik wisata benda cagar budaya yang memiliki arsitektur rumah tinggal setelah abad

19 adalah Rumah Mayor Cina.

Gambar 4.50 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-59

Gambar 4.51 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19:

Rumah Mayor Cina

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

7. Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa

Langgam arsitektur ruko Tionghoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Lantai 1 digunakan untuk toko dan lantai 2 untuk hunian;

b. Lebar unit 3 – 6 meter;

c. Panjang unit 5 – 8 kali lebarnya;

d. Bentuk atap pelana;

e. Terdapat halaman depan yang dibatasi pagar.

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ruko Tionghoa adalah ruko-ruko yang

ada di Pasar Muntok (Klaster Cina).

Gambar 4.52 Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-60

Gambar 4.53 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa:

Ruko-ruko di Pasar Muntok (Klaster Cina)

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

8. Langgam Arsitektur Kelenteng

Langgam arsitektur kelenteng memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Denah simetris;

b. Didirikan di atas podium;

c. Memiliki lebih dari satu pintu masuk pada fasad depan;

d. Pintu masuk utama dihiasi ornamen khas Tionghoa;

e. Fasad depan dihiasi ornamen khas Tionghoa;

f. Terdapat pilar di depan;

g. Atap jurai atau atap pelana.

Daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ini adalah Kelenteng Kung Fuk Miaw.

Gambar 4.54 Langgam Arsitektur Kelenteng

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-61

Gambar 4.55 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Kelenteng:

Kelenteng Kung Fuk Miaw

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

9. Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa

Langgam arsitektur gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa memiliki ciri-ciri sebagai beriikut:

a. Memiliki kolom gaya Eropa;

b. Atap melengkung khas Tionghoa;

c. Atap limas dan ekstensi atap khas Melayu.

Daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ini adalah Masjid Jami’ Muntok.

Gambar 4.56 Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-62

Gambar 4.57 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa:

Masjid Jami’ Muntok

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4.2.2 Aksesibilitas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 aksesibilitas pariwisata adalah

semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari

wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi

pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata. Kondisi aksesibilitas di Kecamatan

Muntok, Kabupaten Bangka Barat akan dijelaskan lebih detail di bawah ini.

A. Moda Transportasi

Moda transportasi adalah segala bentuk atau jenis (angkutan) yang digunakan untuk

memindahkan orang ataupun barang. Moda transportasi terbagi atas tiga jenis yaitu moda

transportasi darat, moda transportasi laut dan moda transportasi udara. Di Kecamatan Muntok

terdapat moda transportasi darat dan moda transportasi laut. Moda trasportasi udara tidak

terdapat di Kecamatan Muntok tetapi terdapat di Pangkalpinang, ibukota Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung.

1. Moda Transportasi Udara

Pesawat merupakan salah satu moda transportasi udara yang dapat digunakan untuk menuju

Pulau Bangka dari pulau lain di luar Bangka. Terdapat satu bandara sebagai pintu gerbang melalui

jalur udara untuk ke Pulau Bangka sebelum menuju Kecamatan Muntok yaitu Bandar Udara

Depati Amir, yang terdapat di Pangkalpinang, sekitar 2-3 jam perjalanan dari Muntok. Adapun

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-63

daftar maskapai penerbangan yang melayani rute ke bandar udara tersebut dapat dilihat pada

tabel di bawah ini

Tabel 4.8 Daftar Maskapai Penerbangan menuju Ke Bandara Depati Amir

Maskapai Tujuan

Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia

dioperasikan oleh Explore Garuda

Palembang, Tanjung Pandan

Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Nam Air Palembang, Tanjung Pandan

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang

Susi Air Dabo

Wings Air Batam, Tanjung Pandan

Sumber: Maskapai Penerbangan dan Tujuan, data diperoleh dari:

https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Depati_Amir, diakses

pada 5 Juli 2018

2. Moda Transportasi Laut

Kapal atau perahu merupakan moda transportasi laut yang sering digunakan untuk melakukan

perpindahan baik orang ataupun barang. Moda transportasi laut yang ada di Kecamatan Muntok

mayoritas adalah kapal ferry dan kapal cepat. Untuk menuju Kecamatan Muntok moda

transportasi tersebut akan berhenti di Pelabuhan Tanjung Kalian dan Pelabuhan Muntok.

Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian melayani penyeberangan antarprovinsi yaitu Provinsi

Sumatera Selatan (35 Ilir) – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Tanjung Kalian) untuk kapal

ferry, dan lintasan Boom Baru – Tanjung Kalian untuk kapal cepat.

Melihat besarnya potensi pelabuhan penyeberangan yang terdapat di Kabupaten Bangka Barat

untuk masa mendatang khususnya Pelabuhan Tanjung Kalian sebagai pelabuhan penyeberangan,

maka dikembangkan jalur penyeberangan baru yaitu Palembang (Tanjung Siapi-api) – Bangka

Barat (Tanjung Kalian) untuk angkutan penyeberangan di Pelabuhan Tanjung Kalian dan

Pelabuhan Muntok dengan menggunakan kapal ferry dan kapal cepat atau speed boat yang

melayani penyeberangan lintas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke Provinsi Sumatera

Selatan.

3. Moda Transportasi Darat

Moda transportasi darat terdiri dari seluruh bentuk alat transportasi yang beroperasi di darat.

Moda transportasi darat sering dianggap identik dengan moda transportasi jalan raya (Warpani,

1990).

Di Kecamatan Muntok moda transportasi yang ada adalah moda transportasi jalan berupa

kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat atau lebih. Adapun jenis angkutan paling

mendominasi adalah truk yang sering digunakan untuk pergerakan barang.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-64

Tabel 4.9 Jumlah Sarana Angkutan Darat menurut Jenis Angkutan

di Kecamatan Muntok 2016

Jenis Angkutan Jumlah (unit)

Bis Umum 32

Bis Tak Umum -

Mobil Penumpang Umum 18

Mobil Penumpang Tak Umum -

Sedan Taksi -

Sedan Taksi Umum -

Truk 142

Pick Up Umum 21

Pick Up Tak Umum -

Ambulance -

Tangki 9

Mobil Gandengan -

Jip -

Sepeda Motor -

Sepeda -

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka

2017

B. Prasarana Transportasi

1. Prasarana Transportasi Udara

Prasarana transportasi yang dapat digunakan untuk menuju Kecamatan Muntok adalah Bandar

Udara Depati Amir. Bandar Udara Depati Amir adalah bandar udara yang terletak di Kota

Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa Pura II

sejak bulan Januari 2007. Untuk menuju Kecamatan Muntok dari Bandar Udara Depati Amir akan

menempuh jarak sejauh 143 km atau kurang lebih 2,5 – 3 jam apabila menggunakan kendaraan

bermotor.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-65

Gambar 4.58 Jarak Tempuh dari Bandara Depati Amir

Sumber: gmaps.com, diakses pada tanggal 26 Juli 2018

2. Prasarana Transportasi Laut

Di Kecamatan Muntok terdapat lima dermaga, namun hanya dua dermaga yang digunakan untuk

aktivitas keluar masuknya pergerakan orang ataupun barang yaitu Dermaga Tanjung Kalian dan

Dermaga Muntok.

Tabel 4.10 Daftar Dermaga di Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat

Dermaga Aktivitas Jumlah

Tanjung Kalian

- Kapal Ferry Penumpang, kendaraan dan barang 7

- Kapal Cepat Penumpang dan Barang 2

Muntok Penumpang, barang, kendaraan dan nelayan 111

Tanjung Punai Nelayan 50

Sukal Nelayan 60

Belo Laut Nelayan 44

Sumber: Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016

a. Pelabuhan Tanjung Kalian

Angkutan penyeberangan di Pulau Bangka dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Kalian. Pelabuhan ini

menghubungkan Pulau Bangka dengan Palembang di Provinsi Sumatera Selatan yang berada di

daratan Pulau Sumatera. Lintasan trayek angkutan dan jenis kapal penyeberangan yang

beroperasi saat ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-66

Tabel 4.11 Angkutan Penyebrangan di Kabupaten Bangka Barat

No Lintasan Panjang Lintasan Keterangan

1 Muntok-Palembang (Pelabuhan Boombaru) 74 Mil Kapal Cepat

2 Muntok-Tanjung Api-api 24 Mil Kapal Roro

Rute lintasan Muntok – Tanjung Api-api beroperasi setiap hari dengan frekuensi 6 kali per hari dari

masing-masing pelabuhan. Jadwal keberangkatan kapal ferry ro-ro untuk setiap rute adalah

sebagai berikut:

• Muntok – Tanjung Api-Api: Pukul 09.00; 11.00, 13.00; 15.00; 17.00; 19.00

• Tanjung Api-Api – Muntok: Pukul 08.00; 10.00, 12.00; 14.00; 16.00; 18.00

Sedangkan untuk kapal cepat lintasan Muntok-Palembang (Pelabuhan Boombaru) beroperasi 4

kali dalam seminggu yakni hari Senin, Rabu, Jumat, Minggu dengan jam keberangkatan dari

Palembang pukul 07.00 dan dari Muntok pukul 11.00. waktu tempuh lintasan trayek ini adalah 3

jam.

Gambar 4.59 Jarak Tempuh dari Tanjung Kalian ke Tanjung Api-api dan Boom Baru

Sumber: googlemaps.com, diakses pada tanggal 26 Juli 2018

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa Pelabuhan Tanjung Kalian merupakan simpul utama

pergerakan orang dan barang dari pulau Bangka menuju Palembang dan demikian pula

sebaliknya. Pada Saat ini Pelabuhan ASDP Tanjung Kelian tidak hanya digunakan sebagai

penyeberangan penumpang (Ferry) tetapi juga penyeberangan angkutan barang. Letak Pelabuhan

Tanjung Kelian sangat baik disebabkan langsung berhubungan dengan Jalan Nasional dari

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-67

Muntok hingga Pangkalpinang, sehingga akan mempermudah dan mempercepat distribusi dari

kegiatan transpotasi barang di Pelabuhan Tanjung Kelian menuju wilayah Pulau Bangka lainya di

bagian tengah dan selatan.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kondisi pelayanan angkutan umum penumpang di

Pulau Bangka saat ini setelah beroperasinya pelabuhan penyeberangan Tanjung Kalian, tidak lagi

menggunakan terminal Muntok di Kelurahan Tanjung sebagai simpul utama pergerakan.

Pelabuhan Tanjung Kalian menjadi simpul pergerakan regional baru dimana trayek angkutan

umum penumpang dari pelabuhan Tanjung Kalian akan menuju pusat-pusat kegiatan yang ada di

Pulau Bangka tanpa melewati Terminal Muntok. Demikian pula sebaliknya trayek angkutan umum

penumpang dari Pulau Bangka akan langsung menuju Pelabuhan Tanjung Kalian tanpa melalui

terminal Muntok.

Hal ini tentunya berimplikasi terhadap kebutuhan fasilitas pelabuhan yang tidak hanya harus

mengakomodir kegiatan penyeberangan orang dan barang saja, namun harus disedikan fasilitas

integrasi layanan angkutan antar moda di sisi darat pelabuhan Tanjung Kalian. Berdasarkan data

layout fasilitas sisi darat Pelabuhan Tanjung Kalian seperti yang ditunjukkan pada gambar

dibawah ini, belum terdapat fasilitas atau ruang khusus untuk integrasi layanan antar moda di

pelabuhan.oleh sebab itu untuk kedepannya perlu disediakan perencanaan, pembangunan, dan

pengaturan integrasi fasilitas dan layanan antara moda di Pelabuhan Tanjung Kalian. Dengan

adanya fasilitas ini tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi kegiatan pariwisata di

wilayah Muntok dan sekitarnya.

Gambar 4.60 Layout Fasilitas Sisi Darat Pelabuhan Tanjung Kalian

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-68

Potensi yang dapat dimanfaatkan dari pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian

khususnya untuk kegiatan pariwisata adalah dari pergerakan penumpang dan kendaraan yang

cukup besar. Hal ini terlihat dari jumlah penumpang per hari dan per tahunnya seperti yang di

tunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.12 Rata-rata Jumlah Penumpang di Pelabuhan Tanjung Kalian

Penumpang Rata-rata Penumpang/Hari Jumlah Penumpang/Tahun Proporsi Penumpang

Kapal Cepat 472 172.433 84.5%

Kapal Ro-ro 87 31.714 15.5%

Total 559 204.147 100.0%

Sumber: Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Muntok Tahun 2013

b. Pelabuhan Muntok

Kondisi pengoperasian pelabuhan Muntok saat ini mengalami degradasi fungsi pelabuhan akibat

sedimentasi yang tinggi. Kondisi kolam labuh yang hanya mempunyai kedalaman 50 cm di bawah

LWS maka pada saat surut maksimum akan terlihat kondisi dasarnya dan saat ini hanya

digunakan untuk kegiatan sandar perahu nelayan.

Penurunan fungsi Pelabuhan Muntok juga terjadi karena adanya pengoperasian Pelabuhan ASDP

yang berjarak 3 Km dari Pelabuhan Muntok. Saat ini Pelabuhan ASDP Tanjung KAlian tidak hanya

digunakan sebagai Penyeberangan Penumpang (ferry) tetapi juga penyeberangan angkutan

barang.

Adanya kebijakan mengembangkan Pelabuhan Tanjung Ular menjadi Pelabuhan Barang sebagai

kebijakan pengembangan Pelabuhan Muntok dengan lokasi berjarak 10Km dari Pelabuhan

Muntok, menjadikan Pelabuhan Muntok semakin mengalami penurunan fungsi.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat terkait Pelabuhan Muntok diarahkan untuk

menjadi Cagar Budaya dari Bangunan dan Pelabuhan Lama dari pelabuhan Muntok yakni

pengembangan fungsi ruang publik baru, museum pelayaran, museum kesyahbandaran dan

konvensi, terminal/parkir, perdagangan, jasa, dan pariwisata. Mengingat kondisi di atas maka

pemanfaatan Pelabuhan Lama Muntok perlu diselaraskan sehinga bisa berfungsi dan bermanfaat

secara ekonomi untuk masyarakat di Muntok, Kabupaten Bangka Barat dan Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung.

c. Pelabuhan Laut Tanjung Ular

Pelabuhan laut di Kabupaten Bangka Barat direncanakan akan dikembangkan di Tanjung Ular di

Kelurahan Air Putih. Pantai Tanjung Ular berada kurang lebih sekitar 15 km dari perkotaan

Muntok. Pelabuhan ini akan berperan sebagai pelabuhan multipurpose untuk menunjang

pelayanan terhadap komoditi dan barang-barang umum di Pulau Bangka.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-69

Kawasan Pelabuhan Tanjung Ular memiliki lahan yang masih kosong dan sangat luas sehingga

sangat memungkinkan dikembangkan aktivitas kepelabuhanan secara terpadu dengan

pengembangan Kawasan Industri. Perencanaan dan pengembangan kawasan akan menjadi

kawasan industri dan pelabuhan umum yang cukup besar untuk menopang kegiatan ekonomi dan

industri di Kabupaten Bangka Barat, dan Pulau Bangka pada umumnya.

3. Prasarana Transportasi Darat

Berdasarkan komponennya prasarana transportasi terdiri dari dua kelompok, yaitu jalan yang

berupa jalur gerak dan terminal yang merupakan suatu tempat pemberhentian alat transportasi

guna menurunkan atau menaikkan penumpang.

Jalan raya adalah suatu prasarana perhubungan darat yang digunakan untuk kendaraan yang

menggunakan roda karet meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

pelengkapnya yang diperlukan bagi lalu lintas. Di Kecamatan Muntok terdapat dua jenis jalan yaitu

jalan kabupaten dan jalan nasional dengan jenis permukaan jalan yaitu aspal, kerikil dan tanah.

Tabel 4.13 Panjang Jalan menurut Jenis Jalan dan Jenis Permukaan

di Kecamatan Muntok 2016

Uraian Panjang Jalan (km)

Jenis Jalan

Jalan Kabupaten 211,42

Jalan Provinsi 0,00

Jalan Nasional 25,92

Jenis Permukaan

Aspal 108,34

Kerikil 17,22

Tanah 16,76

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Pusat kegiatan utama di Kabupaten Bangka Barat adalah Perkotaan Muntok, Jebus, dan Paritiga,

sedangkan Ibul dan Kelapa hanya merupakan zona perantara (intermediate zone) untuk menuju

Belinyu, Sungai Liat, dan Kota Pangkalpinang. Berdasarkan Penetapan Jalan Nasional maka ruas

Jalan Nasional di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari ruas jalan berikut:

Tabel 4.14 Ruas Jalan Nasional di Kabupaten Bangka Barat

No. Ruas Nama Ruas Panjang (Km)

001 TANJUNG KELIAN - IBUL 52,33

002 IBUL - KELAPA 25,52

003 KELAPA – BTS. KAB (BANGKA.BANGKA BARAT) 4,16

Ilustrasi jalan nasional di Pulau Bangka khususnya Jalan Nasional yang menghubungkan Muntok

sampai ke Pangkalpinang dapat dilihat pada gambar berikut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-70

Gambar 4.61 Jalan Nasional di Pulau Bangka

Jalan nasional di Kecamatan Muntok adalah ruas Tanjung Kelian – Muntok – Air Belo – Air Limau

– Mayang – Batas Kec Simpang Teritip dengan panjang 25,92 Km. Jaringan jalan kabupaten di

Kecamatan Muntok adalah sepanjang 211,42 km. Kondisi jalan khususnya Jalan Nasional di

Kecamatan Muntok sangat baik dengan permukaan aspal. Dari total panjang jalan di Kecamatan

Muntok 76,19 % jalan sudah dalam kondisi perkerasan aspal.

Kecamatan Muntok hanya memiliki satu terminal bus yang masuk kategori tipe C yang dinamakan

terminal Muntok. Terminal Muntok merupakan terminal utama di Kabupaten Bangka Barat yang

melayani trayek antarprovinsi ke Palembang, antarkabupaten di Pulau Bangka, antarkecamatan

di Bangka Barat, dan lokal sekitar kota dan Kecamatan Muntok. Terminal ini tercatat memiliki

sepuluh perusahaan otobus yang melayani rute dari dan ke Muntok sebanyak 48 armada. Jumlah

armada terbanyak dimiliki oleh koperasi Tanjung Kalian Indah dengan armada sebanyak 14

armada.

Tabel 4.15 Jumlah Armada Perusahaan Otobus di Kecamatan Muntok

Nama Perusahaan Jumlah Armada

PT Kesatuan Jaya Abadi (AKDP) 7

PO Putri Tanjung (AKDP) 2

Koperasi Citra Wahana Prima (AKDP) 5

Koperasi Citra Wahana Prima (Angdes) 1

CV Karya Mandiri (Travel) 2

CV Bina Sentosa (Travel) 4

PO Kesatuan Trans (AKDP) 8

Koperasi Tanjung Kalian Indah (angkot) 8

Ferru Duta Trans (Pemandu Moda) 4

Total 41

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Sebagai simpul pergerakan lalu lintas di Kecamatan Muntok, Terminal Muntok yang berada di

Kelurahan Tanjung berada dalam kondisi yang tidak lagi berfungsi optimal karena trayek-trayek

regional antar kabupaten tidak lagi menggunakan terminal ini. Hal ini disebabkan lokasi terminal

Muntok yang tidak terletak di lintasan regional. Saat ini umumnya penumpang dari Muntok akan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-71

langsung dijemput di luar terminal dan untuk penumpang yang menuju Muntok akan turun di

kawasan perkotaan Muntok di luar terminal.

Adapun trayek-trayek angkutan yang melayani muntok terdiri dari:

• Muntok – Pangkal Pinang PP

• Muntok - Pangkal Pinang – Toboali

• Muntok – Bandara Depati Amir PP

• Muntok – Koba

• Muntok – Belinyu

• Muntok – Sungailiat

Dari trayek yang ada, trayek angkutan Muntok – Pangkal Pinang merupakan trayek utama dengan

frekuensi dan jumlah armada terbesar dibandingkan trayek lainnya. Tingkat aksesesibilitas

dengan Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang sebagai pintu utama tergolong baik dengan

adanya trayek Bandara Depati Amir – Muntok yang salah satunya dilayani oleh DAMRI sebagai

angkutan khusus pemandu moda dengan frekuensi 2 kali per hari untuk masing-masing arah dan

dengan tarif sebesar Rp. 70.000/penumpang.

Jumlah penumpang yang datang dan berangkat dari dan menuju Kecamatan Muntok mengalami

penurunan drastis dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Namun pada tahun 2014 ke 2015 terjadi

peningkatan penumpang yang datang maupun berangkat dari dan menuju Kecamatan Muntok.

Tabel 4.16 Jumlah Penumpang yang Datang dan Berangkat di Terminal Muntok Tahun 2013-2016

Tahun Jumlah Penumpang

Datang Berangkat

2013 131.619 116.471

2014 28.309 29.039

2015 32.200 32.498

2016 34. 022 33.477

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Jumlah penumpang yang datang dan pergi ke Kecamatan Muntok mempengaruhi jumlah armada

bus yang datang maupun pergi ke Kecamatan Muntok. Pada tahun 2013 ke 2014 juga terjadi

penurunan jumlah armada bus baik dari dan menuju terminal Muntok.

Tabel 4.17 Jumlah Armada yang Datang dan Berangkat pada Terminal Muntok

Tahun 2013-2016

Tahun Jumlah Armada

Datang Berangkat

2013 16.433 16.454

2014 7.478 7.467

2015 7.856 7.856

2016 7.818 7.818

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-72

4.2.3 Fasilitas Pariwisata

Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung

penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke

destinasi pariwisata (Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025). Fasilitas pariwisata yang akan

dijelaskan lebih lanjut di bawah ini dibagi menjadi empat, yaitu fasilitas akomodasi, fasilitas

makan dan minum, usaha perjalanan wisata, dan fasilitas hiburan.

A. Fasilitas Akomodasi

Fasilitas akomodasi adalah sarana yang menyediakan jasa pelayanan penginapan dengan atau

tanpa fasilitas yang dapat digunakan bagi siapa saja. Fasilitas akomodasi yang ada di Kecamatan

Muntok adalah penginapan dan hotel dengan total 9 buah. Di kecamatan ini hanya terdapat satu

hotel berbintang yaitu hotel Pasadena dan lainnya adalah hotel non bintang. Lokasi fasilitas

akomodasi tersebar di beberapa kelurahan di Kecamatan Muntok, kecuali di Kelurahan Airbelo,

Airputih dan Airlimau tidak terdapat penginapan ataupun hotel.

Tabel 4.18 Jumlah Jasa Akomodasi di Kecamatan Muntok 2016

Kelurahan/Desa Losmen Penginapan Hotel

Belolaut - 1 1

Airbelo - - -

Sungaibaru - 2 -

Sungaidaeng - 1 -

Tanjung - 2 2

Airputih - - -

Airlimau - - -

Jumlah - 6 3

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Adapun penjelasan lebih detail mengenai nama dan lokasi fasilitas akomodasi yang ada di

Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19 Daftar Lokasi Hotel/ Penginapan di Kecamatan Muntok

Nama Hotel/

Penginapan Lokasi Jumlah Kamar Fasilitas Utama

Hotel Pasadena

Muntok

Jl. Komplek Pemda Kabupaten

Bangka Barat Pal.4, Dayabaru,

Belo Laut, Mentok, Muntok,

Bangka, Kepulauan Bangka

Belitung

24 kamar AC

Parkir

Pelayanan resepisonis 24

jam

Restoran

Wifi

Hotel Berkah

Kalian

Jl. Tj. kalian No.132, Tanjung,

Mentok, Bangka, Kepulauan

Bangka Belitung

30 kamar Parkir

Layanan Resepsionis 24

Jam

Wifi

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-73

Nama Hotel/

Penginapan Lokasi Jumlah Kamar Fasilitas Utama

Yasmin Hotel and

Restauran

Jl. Depati Amir No 07, Muntok,

Bangka, Kepulauan Bangka

Belitung

28 kamar AC

Parkir

Layanan Resepsionis 24

Jam

Restoran

Wifi

Penginapan Kita Tanjung, Mentok, Bangka,

Kepulauan Bangka Belitung

11 kamar -

Penginapan

Arwana

Jl. Jenderal Sudirman No. 252,

RT.02/ RW.01, Muntok,

Sungai Baru, Muntok, Sungai

Baru, Mentok, Bangka,

Kepulauan Bangka Belitung

18 kamar Wifi

Parkir

Sarapan

Dapur Kecil

Layanan Kamar

Transportasi Bandara

Penginapan

Sampoerna Cipta

JL. Raya Peltim, No. 03,

Muntok, Tanjung, Mentok,

Bangka, Kepulauan Bangka

Belitung

11 kamar AC

Kamar Mandi

TV

Breakfast

Penginapan Adhika Jl. Peleburan Timah Gg.

Andhika No.1 Muntok

14 kamar -

Penginapan

Pegagan

Jl. Jend. Sudirman, Pal 3, Belo

Laut, Muntok, Belo Laut,

Muntok, Bangka, Kepulauan

Bangka Belitung

12 kamar -

Penginapan Sandi

Jl. Pasar Muntok 8 kamar -

Penginapan EB.

Global

Jl. Barokah Belakang Apotik

Putra Farma Pal. 2 Muntok

10 kamar -

Yasmin Guest

House

Jl. Depati Amir No 09, Muntok,

Bangka, Kepulauan Bangka

Belitung

28 kamar AC

Restoran

Wifi

Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015

Selain hotel, di Kecamatan Muntok terdapat homestay yang dapat dijadikan sebagai tempat

menginap ketika sedang berkunjung untuk berwisata ataupun kegiatan lainnya. Daftar homestay

yang ada di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.20 Daftar Lokasi Homestay di Kecamatan Muntok

NO Nama Homestay Nama Pemilik Alamat

1 Yang Maryana Yang Maryana Jl. Peleburan Timah, Cik Daud Kelurahan Sungai Daeng,

Kecamatan Muntok

2 Heriyanto Heriyanto Jl. Argo Tirto RT 02 RW 02 Kelurahan Sungai Daeng

Kecamatan Muntok

3 Gelora 127 H. Butet K. Adil Jl. Gelora No. 127 RT 01, RW 01 Kelurahan Sungai

Daeng Kecamatan Muntok

4 Marsina Marsina Jl. Raya Peleburan Timah Kelurahan Sungai Baru

Kecmatan Muntok

5 Arlan Arlan Rasyid Jl. Sudirman No. 95 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung

Kecamatan Muntok

6 Cikulur H. Choiruddin

Mansyur

Jl. Sudirman No 12 KP. Warga Mulia Kelurahan Sungai

Daeng Kecamatan Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-74

NO Nama Homestay Nama Pemilik Alamat

7 Sopian Sopian Jl. Sudirman No. 11 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung,

Kecamatan Muntok

8 Sudirman 12 Supeni Jl Sudirman No 12 KP. Warga Mulia Kelurahan Tanjung

Kecamatan Muntok

9 Taufik Taufik Jl. Sudirman No. 11 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung

Kecamatan Muntok

10 Zaenab Zaenab Asnawi Jl. Sudirman Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok

11 Orange House Abang Zulaila Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan

Muntok

12 White House Abang Arifin Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan

Muntok

13 Sella Ramli Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan

Muntok

14 Sukidi Sukidi Sarwan Jl. Tj. Kalian, No 172 RT 02, RW 10 Muntok Asin

Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok

15 Rozak Mantri Rozak Jl. Kebon Jati Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok

16 Suwarno Suwarno

Sugeng

Gg. Pelita II No. 261 RT 01 RW 02 KP. Senang Hati,

Kelurahan Sungai Daerng, Kecamatan Muntok

17 Adi Guna Adi Guna KP. Senang Hati, Kelurahan Sungai Daerng, Kecamatan

Muntok

18 Siti Aminah Siti Aminah Jl KP. Ulu No 61. Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok

19 Nuryati Nuryati Jl KP. Ulu No 21. Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok

20 Aiptu Gamaludin Aiptu

Gamaludin

Jl. Sudirman RT 03, RW 03 PAL, Kelurahan Sungai

Daerng Kecamatan Muntok

21 Asmani Asmani Sinar Menumbing Pal- 2 Kelurahan Sungai Daeng,

Kecamatan Muntok

22 Mak Yang Yang Sunami RT 02 RW 03 Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan

Muntok

23 Ibu Fitri Ibu Fitri Tangsi (Belakang BUMD) Kelurahan Sungai Baru,

Kecamatan Muntok

24 Yasmin Yasmin KP. Tanjung RT 03, RW 02 Kelurahan Tanjung,

Kecamatan Muntok

25 Kelly Heriwanto JL. KP Tanjung RT 03 RW 02 Kelurahan Tanjung,

Kecamatan Muntok

26 Toto Toto JL. KP Tanjung No. 19 RT 03 RW 02 Kelurahan Tanjung,

Kecamatan Muntok

27 Abang Faisal Abang Faisal KP. Teluk Rubiah Kelurahan Tanjung, Kecamatan

Muntok

18 Abang Alfian Abang Alfian KP. Teluk Rubiah Kelurahan Tanjung, Kecamatan

Muntok

29 Sandy Sandy JL R.E Martadiata 1/70 Kelurahan Tanjung, Kecamatan

Muntok

30 Alkaff Muhammad

Alkaff

Jl. Depati Barin KP. Tanjung Kelurahan Tanjung

Kecamatan Muntok

31 Almusawa Usman

Almusawa

Jl. Depati Barin KP. Tanjung Kelurahan Tanjung,

Kecamatan Muntok

Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015

B. Fasilitas Makan dan Minum

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 fasilitas makanan dan

minuman termasuk dalam kategori usaha jasa dan minuman. Usaha jasa dan minuman yaitu

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-75

usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan

untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan atau penyajian. Usaha jasa dan minuman terdiri dari

beberapa jenis yaitu restoran, rumah makan, bar/rumah minum, kafe, jasa boga, dan pusat

penjualan makanan.

Di Kecamatan Muntok terdapat tujuh restoran dan tujuh puluh lima warung makan yang tersebar

di seluruh desa. Restoran terbesar yang ada di Kecamatan Muntok yaitu restoran Rumah Keboen

Ibu Mimi.

Tabel 4.21 Jumlah Restoran, Rumah Makan dan Katering menurut Kelurahan

di Kecamatan Muntok 2016

Kelurahan/Desa Restoran Rumah Makan/

Warung Makan Katering

Belolaut 4 5 4

Airbelo - 9 -

Sungaibaru - 10 2

Sungaidaeng 1 4 3

Tanjung 2 42 4

Airputih - 2 -

Airlimau - 3 -

Jumlah 7 75 13

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Untuk lebih detailnya mengenai fasilitas makan dan minum di Kecamatan Muntok dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.22 Daftar Fasilitas Makan dan Minum di Kecamatan Muntok

Nama Deskripsi Alamat

Nasi Goreng AL Rumah makan ini menjual makanan modern dan

makanan khas Bangka

Jln. Mayor Safri Rahman

Cafe Tempo

Doeloe

Kedai kopi yang berdiri sejak tahun 2013 dan buka

selama 24 jam. Menyediakan aneka makanan

seperti nasi goreng, mie goreng, empek-empek dan

aneka gorengan lain

-

Toko Kue Asui Toko ini menyediakan oleh-oleh khas Bangka Jln. Yos Sudarso (Pasar

Muntok)

Jln. Sudirman (dekat

Tugu Duren)

Resto Menumbing Rumah makan ini menyediakan bangka dan oleh-

oleh khas bangka

Terminal bus Muntok

Ala Koko Toko kecil yang menjual aneka roti, dan teh Selain itu

juga ada toko menjual snack dan minuman modern

-

Teras Kite Kafe yang dibuka tahun 2014 memiliki nuansa

Eropa. Hal yang menarik di kafe ini adalah

pengunjung dapat menemukan foto para bangsawa

Eropa, foto perawat Australia yang karam di laut

Muntok serta foto-foto Muntok tempo dulu yang

dipajang pada dinding kafe

-

Cofee Break Warung kopi ini buka mulai pukul 10.00 WIB hingga

malam hari. Warung ini menyediakan fasilitas berupa

Wi-fi yang menjadikan daya tarik sehingga

pengunjung jadi betah berlama-lama di tempat ini

Jln. Imam Bonjol

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-76

Nama Deskripsi Alamat

Rumah Makan

Griya

Menyediakan menu khas Bangka. Selain itu juga

pengunjung dapat menikmati menu kuliner seperti

ikan pari, ikan hiu, ikan manyu dan ikan sembilang.

Rumah makan ini juga menyediakan menu udang

gado-gado, pindang ikan serani, siput berung santan

dan aneka sayuran seperti rebung, sayur keladi, daun

ubi tumbik santan dan lainnya

-

Mex Coffe Menyediakan minuman kopi bagi para penikmat

kopi. Selain itu Mex coffe juga menyediakan aneka

penganan lokal. Menu spesial pada Mex Coffe yaitu

sop ikan Tenggiri Batam

-

Kedai Nale Kedai yang ramai dikunjungai akhir pekan dan

biasanya dilengkapi dengan sajian live acousitic

-

Martabak Iwan menjual kuliner khas yang dibuat oleh etnis Cina

yang sudah turun menurun namun menetap di

Bangka. Salah satu makanan yang dijual adalah

martabak berbagai rasa

Jln. Sudirman

Martabak Manis

Anam

Menjual Martabak Jln Ahmad Yani (depan

Deaker Yamaha)

Warung empek-

empek Biktum

Menjual empek-empek telor, tekwan, lenggang,

selade, model dan lain-lain

Kampung Ulu Muntok

(tidak jauh dari gerbang

masuk kampung

permukiman)

Warung Kopi

Nyaloi

Warung kopi ini setiap hari buka pukul 05.00 pagi

hinga 00.00 WIB. Warung kopi ini menyediakan

berbagai penganan seperti kue-kue khas Muntok,

empek-empek, otak-otak, lontong, lakse dan aneka

mie.

-

Warung Kopi

Amigo

Warung kopi yang berukuran 3 x 6 meter menjual

kopi maupun teh yang dimasak dengam

menggunakan arang kayu

-

Warung Kopi Anen Bangunan warung kopi ini merupakan warung kopi

turun menurun dan sudah berusia 35 tahun. Di

warung kopi ini, menggunakan kopi Tokak, kopi

legendaris khas Muntok yang dimasak dengan arang

kayu.

-

Warung kopi Bang

Husni

Warung kopi yang diwariskan dan sekarang

diteruskan oleh Bang Husni

-

Warung kopi Uda Menjual aneka masakan khas Padang Terletak tidak jauh dari

teminal bus dan

Pelabuhan Lama Muntok

Warung Kopi Surya Menjual secangkir kopi yang nikmat Masjid Jami dan Klenten

Kong Fuk Miaw

Warung Kopi Toto Menjual aneka makanan seperti kue-kue khas

Muntok, Lakse, empek-empek dan aneka mie

Sebrang masjid Jamik

Warung Kopi Bu

Farida

Menyajikan kopi dan kue khas Muntok seperti

Kecangan, dan kue Kaca

Di belakang masjid Jamik

Warung Kopo

Danesdeva

Warung kopi yang sudah berdiri selama 30 tahun.

Warung kopi ini menjual kopi warung, kue-kue,

empek-empek dan otak-otak

Jln. Kemakmuran atau

lorong II pasar Muntok

Warung Kopi

Lorong II Pasar

Warung kopi telah dibuka semenjak tahun 1998.

Warung ini menyajikan seduhan kopi warung, kue-

kue, lontong sayur, lakse, empek-empek dan otak-

otak

Pasar Muntok

Pondok Otak-Otak

Tanjung Kalian

Menjual otak-otak, sate dan jagung bakar -

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-77

Nama Deskripsi Alamat

Pondok Otak-Otak

Pantai Asmara

Menjual otak-otak ikan tenggiri disertai air kelapa

muda

Pantai Asmara

Lapak Kue Khas

Muntok

Menjual kue-kue khas Muntok, selain itu juga

menjual makanan khas Muntok

-

Warung Mie Murni

Aliong

Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1960 yang

buka setiap hari mulai pukul 07.00-11.00 WIB.

Warung ini menjual semua masakan mie

mengandung daging babi, kuetiaw, mie polos serta

tulang babi kuah

Jln. Ahmad Yani Muntok

Warung Mie Babi

Affan

Warung ini telah buka dan mulai berjualan sejak 45

tahun yang lalu. Warung ini menjual makanan yang

mengandung daging babi. Warung ini buka pukul

06.00 sampai pukul 11.00 WIB

-

Warung Bakmi

Alan

Warung ini menjual pangsit, mie babi dan tahu isi

daging. Warung Bakmi Alan buka puku 06.00 sampai

pukul 12.00

Jln. Kemakmuran atau

lorong II pasar Muntok

Martabak Damai Menjual martabak dengan varian kacang, coklat,

wijen, jagung dan keju

Jln. Sudirman

Warung Soto AK

BET

Warung ini buka jam 06.30 sampai dengan jam

10.00 pagi dengan menjual soto kaki sapi yang enak.

-

Rumah Keboen Ibu

Mimi

Restoran paling besar di Muntok yang menjual

makanan dan minuman. Di restoran ini tersedia

menu berbagai olahan ikan laut dan ikan air tawar.

-

Sate Bu Wastra Warung ini menyediakan sate ayam, sate sapi, selada

dan lontong yang buka sejak sore hari hingga malam

Jln Ahmad Yani Muntok

Kantin 99 Menyediakan menu selain nasi seperti kwetiau yang

beraneka ragam

Pinggir Jalan pasar

Muntok

Warung Jajan Cha-

Oy

Warung ini terkenal dengan menu martabak kari.

Selain itu warung ini menyediakan menu lain yang

tak kalah nikmat seperti empek-empek, telor/lenjer,

tekwan, model, pantiau, selade, mie kuah dan rujak

sohun

-

Warung Simpang

Pasar.

Menyediakan minuman segar dan makanan ringan

khas Muntok seperti otak-otak tenggiri, empek-

empek dan kue basah

Persimpangan jalan

pasar Muntok

Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015

Di Kecamatan Muntok terdapat satu supermarket dan pasar yang terpusat di Desa Tanjung.

Tabel 4.23 Jumlah Pasar dan Supermarket Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan Muntok 2016

Kelurahan/Desa Pasar Supermarket/Minimarket

Belolaut - -

Airbelo - -

Sungaibaru - -

Sungaidaeng - -

Tanjung 1 1

Airputih - -

Airlimau - -

Jumlah 1 1

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-78

Adapun jumlah usaha perdagangan makanan di Kecamatan Muntok pada tahun 2016 paling

banyak terdapat di Desa Tanjung.

Tabel 4.24 Jumlah Usaha Perdagangan Makanan di Kecamatan Muntok 2016

Kelurahan/Desa Makanan

Belolaut 28

Airbelo 27

Sungaibaru 29

Sungaidaeng 31

Tanjung 45

Airputih 38

Airlimau 20

Jumlah 218

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

C. Fasilitas Biro/Agen Perjalanan Wisata

Fasilitas biro perjalanan wisata merupakan fasilitas yang menyediakan jasa perencanaan

perjalanan dan/ atau jasa pelayanan penyelenggaraan pariwisata, sementara agen perjalanan

merupakan fasilitas pemesanan sarana seperti tiket dan pemesanan akomodasi serta

pengurusan dokumen. KSPP Muntok dan sekitarnya sudah memiliki 2 buah biro perjalanan dan

beberapa fasilitas agen perjalanan. Biro perjalanan yang ada yaitu Yasmin Buana Wisata yang

menyediakan paket wisata heritage dan PT Hotma Angkasa Travelindo yang menyediakan paket

wisata culinary. Sedangkan tempat agen perjalanan wisata belum terekapitulasi. Berikut adalah

contoh salah satu fasilitas agen perjalanan wisata yang dapat ditemui di sekitar Kota Tua Muntok.

Gambar 4.62 Fasilitas Agen Perjalanan Wisata

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-79

Gambar 4.63 Persebaran Fasilitas Pariwisata di Kota Tua Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-80

4.2.4 Fasilitas Umum

Fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan umum. Fasilitas umum untuk

menunjang pariwisata terdiri dari fasilitas keuangan dan perbankan, fasilitas kesehatan, dan

fasilitas peribadatan.

A. Fasilitas Keuangan dan Perbankan

Fasilitas keuangan di Kecamatan Muntok terdiri dari perbankan, pegadaian dan koperasi. Lokasi

fasilitas keuangan berupa Bank dan pegadaian terkonsentrasi di satu desa yaitu Desa Tanjung.

Tabel 4.25 Jumlah Lembaga Keuangan Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan Muntok 2016

Kelurahan/Desa Bank Asuransi Pegadaian Koperasi

Belolaut - - - -

Airbelo - - - -

Sungaibaru - - - 4

Sungaidaeng - - - 2

Tanjung 9 - 1 2

Airputih - - - 1

Airlimau - - - -

Jumlah 9 0 1 9

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Data lebih detail mengenai lembaga atau fasilitas keuangan yang ada di Kecamatan Muntok dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.26 Fasilitas Keuangan dan Perbankan di Kecamatan Muntok

Jenis Fasilitas

Keuangan

Nama Alamat

Bank Bank Sumsel Babel cabang

Muntok

Jl. Jend. Sudirman No.162, Tanjung, Mentok

Bank Muamalat KCP Jl. Jend. Sudirman RT 03, RW 06, Tanjung,

Mentok

Bank Danamon Tanjung, Mentok

Bank BRI Unit Mentok Kp. Tangsi, Tanjung, Mentok

Bank Mandiri Muntok Tanjung, Mentok

Bank BNI Jl. Ms Rahman No.212, Tanjung, Mentok

Bank BCA Jl. R.E. Martadinata, Tanjung, Mentok

Bank BRI Unit Menotk Kp. Tangsi, Tanjung, Mentok

Bank BRI Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok

ATM ATM Mandiri Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok

Tanjung, Mentok

ATM center Jl. Kp. Muntok, Jawa, Mentok

ATM BRI Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok

Pegadaian Pegadaian Muntok Jl. Jend. Sudirman No.26 Muntok, Tanjung,

Mentok

Sumber: Data diolah dari google maps, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-81

Gambar 4.64 Sebaran Fasilitas Keuangan di KSPP Muntok dan sekitarnya

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-82

B. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat yang dapat menunjang

kesehatan atau yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik

promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah dan atau masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 fasilitas kesehatan

terdiri dari poliklinik yang buka 24 jam dan fasilitas pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan.

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Muntok sudah cukup lengkap. Fasilitas tersebut terdiri

dari rumah sakit, balai pengobatan, rumah bersalin, puskesmas, praktek dokter dan poskesdes.

Tabel 4.27 Jumlah Fasilitas Sarana dan Kesehatan di Kecamatan Muntok 2016

Uraian Pemerintah Swasta Jumlah

Rumah Sakit 1 1 2

Balai Pengobatan/Poliklinik - 1 1

Rumah Bersalin - 4 4

Puskesmas Induk 1 - 1

Puskesmas Pembantu 2 - 2

Puskesmas Keliling 2 - -

Pos Klinik KB 9 - 9

Praktek Dokter - 8 8

Praktek Bidan - 10 10

Tukang Gigi - 4 4

Poskesdes 7 - 7

Jumlah 22 31 53

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Data lengkap mengenai beberapa fasilitas kesehatan di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.28 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Muntok

Jenis Fasilitas Kesehatan Nama Alamat

Rumah Sakit Rumah Sakit Bakti Timah Sungai Baru, Mentok

Puskesmas Puskesmas Muntok Jl. Basuki Rahmat, Sungai Daeng,

Mentok

Klinik Bersalin Klinik Bersalin Bunda Aulia Jl. Menara Air, Belo Laut, Mentok

Sumber: Data diolah dari gmaps, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-83

Gambar 4.65 Sebaran Fasilitas Kesehatan di KSPP Muntok dan sekitarnya

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-84

C. Fasiltias Sanitasi dan Kebersihan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, fasilitas sanitasi dan kebersihan terdiri dari toilet

umum, laundry dan tempat sampah. Di Kecamatan Muntok terdapat tiga tempat laundry yaitu

Yasmin Laundry and Water, Queen Laundry dan Mari Laundry.

Di Kecamatan Muntok hanya ada 1 unit Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Aktif dan 18 unit Tempat

Pembuangan Sampah (TPS), didukung 144 orang personil pasukan kuning (RPJMD Kabupaten

Bangka Barat Tahun 2016-2021). Untuk tempat sampah, beberapa bangunan sudah memiliki

tempat sampah baik permanen dan non permanen yang diletakkan di depan bangunan tersebut.

Tabel 4.29 Daftar Fasilitas Sanitasi dan Kebersihan di Kecamatan Muntok

Nama Alamat

Yasmin Laundry and Water Jln H. Agus Salim No 09,RT.02/01 (Kampung Tanjung) Bangka Barat

33311, Muntok, Tanjung, Muntok

Queen Laundry Jl. Jend. Sudirman, Sungai Baru, Mentok, Kabupaten Bangka Barat.

Mari Laundry Tanjung, Mentok, Kabupaten Bangka Barat

Sumber: Data diolah dari gmaps, 2018

D. Fasilitas Ibadah

Fasilitas ibadah adalah fasilitas yang digunakan untuk melakukan peribadatan. Fasilitas ibadah

yang ada di Kecamatan Muntok terdiri dari masjid, gereja dan klenteng.

Tabel 4.30 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Muntok

Fasilitas Ibadah Nama Alamat

Gereja Gereja Katolik ST Maria JL. Kartini, No. 24, Sungai Daeng, Air Belo,

Mentok

GSJA Sinar Kasih Sungai Daeng, Mentok

Klenteng Klenteng Akuet Jl. Raya Peltim, Belo Laut, Mentok

Klenteng Kong Fuk Miaw JL Jend A Yani, No. 1, RT. 003/05, Tanjung,

Mentok

Masjid/Mushola Masjid Al Musawwiroh Tanjung, Mentok

Masjid Urwatul Usqo Jln. Menara Air peltim, Sungai Baru

Masjid Baiturrahman Tanjung, Mentok

Masjid Agung Baitur Ridha Muntok Jalan Alternatif Pemda Bangka Barat, Desa

Belo Laut, Muntok

Masjid Al Ikhlas Belo Laut, Mentok

Masjid Musawwirul Goffar Kampung Menjelang Baru, Mentok, Tanjung,

Mentok

Masjid Baitusallam Kampung Air Samak, Mentok, Tanjung,

Mento

Masjid Nurul Huda Tanjung, Mentok

Masjid Jami Kampung Kerangan Bawah, Mentok

Masjid Al Ridho Tanjung, Mentok

Masjid Al Muhajirin Tanjung, Mentok,

Masjid Al Hidayah Jl. Jend. Sudirman No.112, Tanjung, Mentok,

Masjid Attaubah Tanjung, Mentok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-85

Fasilitas Ibadah Nama Alamat

Masjid Al Ikhsan Kampung Kerangan Atas, Mentok, Tanjung,

Mentok

Masjid Al Amin Jl. Jend. Sudirman No.74, Tanjung, Mentok

Musolla Pemkab Bangka Barat Belo Laut, Mentok

Musolla Al-Istiqomah Tanjung, Mentok

Sumber: Data yang diolah dari google maps, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-86

Gambar 4.66 Sebaran Fasilitas umum di Kota Tua Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-87

4.2.5 Prasarana Umum

Prasarana umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya

memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya (PP

Nomor 50 Tahun 2011 mengenai Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun

2010-2025).

A. Listrik

Kondisi prasarana energi listrik di Pulau Bangka khususnya Kabupaten Bangka Barat Kecamatan

Muntok tergolong sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari data nilai Rasio Elektrifikasi Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung mencapai 101 %. Pasokan listrik di Pulau Bangka memiliki daya

155,05 megawatt (mw), sementara beban puncaknya mencapai 124,2 mw, sehingga jumlah

cadangan listrik mencapai 30,85 mw.

Pelanggan listrik PLN didominasi oleh pelanggan rumah tangga. Kebutuhan akan listrik setiap

tahunnya mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah pelanggan

setiap tahunnya, yaitu sebanyak 33.475 pelanggan pada tahun 2012 dan menigkat menjadi

40.228 pelanggan pada tahun 2013 serta terus mengalami peningkatan hingga mencapai angka

54.248 pelanggan pada tahun 2017.

Tabel 4.31 Jumlah Pelanggan Listrik PLN di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2009-2013

No Jenis

Pelanggan

Banyak Pelanggan

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Badan Sosial 360 408 448 642 720 803 888 999 1.174

2 Rumah

Tangga

13.456 15.902 23.953 33.475 40.228 47.116 48.007 50.293 54.284

3 Bisnis 611 677 755 885 979 1.243 1.641 2.166 2.122

4 Industri 3 3 3 4 8 20 18 25 39

5 Pemerintahan 114 143 169 190 226 279 316 354 368

6 Penerangan

Jalan

17 17 17 21 21 * * * *

7 Multiguna/

Layanan

Khusus

51 0 0 85 106 * * * *

Jumlah/Total 14.612 17.150 25.345 35.302 42.288 49.461 50.870 53.837 57.987

*Tidak ada data

Sumber: Diadaptasi dari RKPD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 dan Kabupaten Bangka Barat

dalam angka tahun 2015-2018

Keandalan pasokan listrik ke wilayah Pulau Bangka akan semakin membaik dengan adanya

pembangunan pembangkit dan transmisi berikut:

• pembangkit dan Gardu Induk di Muntok 150 kilo Volt (kV) berkapasitas 2x30 MVA.

• Pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Kelapa-Muntok dengan daya

yang dipasok dari Gardu Induk Muntok.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-88

• Kabel listrik bawah laut Tanjung Api-Api – Muntok 150kv dengan kemampuan daya 120

megawatt (mw) dan ditargetkan beroperasi tahun 2020.

• PLTG Batu Rakit di sekitar lokasi DTW Pantai Batu Rakit dengan daya 100 megawatt (mw).

Khusus di Kecamatan Muntok kondisi jaringan distribusi listrik sudah sangat baik menjangkau

wilayah dengan persentase rumahtangga pengguna listrik PLN di Kecamatan Muntok yang

mencapai 97,36 persen dan hanya 2,64 persen yang menggunakan sumber listrik dari diesel dan

minyak tanah (Kecamatan Muntok Dalam Angka 2017). Surplus daya listrik ini akan menunjang

aktivitas pariwisata di Kabupaten Bangka Barat khususnya Muntok sebagai Kawasan Strategis

Pariwisata Provinsi.

B. Air Bersih

Penggunaan air bersih di Kabupaten Bangka Barat mengalami peningkatan dari tahun 2011-

2014. Apabila dilihat pada tahun 2013 menuju tahun 2014 pengguna air bersih mengalami

peningkatan dari 83,45% menjadi 84,79%.

Tabel 4.32 Penggunaan Air Bersih di Kabupaten Bangka Barat 2013-2014

No Indikator 2011 2012 2013 2014

1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (%) 70,14 82,51 83,45 84,79

2. Rumah Tangga Pengguna Listrik (%) 55,25 78,07 83,5 84,6

3. Rumah Tangga Ber Sanitasi (%) 50,32 66,88 70,35 76,01

Sumber: RKPD Kabupaten Bangka Tahun 2016

Salah satu sumber air bersih yang ada di Kecamatan Muntok yaitu berasal dari PDAM Tirta Sejiran

Setason yang terletak di Jl. Kapten Alizen No 45.

C. Jaringan Prasarana Drainase

Kecamatan Muntok kerap kali menghadapi permasalahan banjir yang disebabkan oleh meluapnya

Sungai Ciulong. Selain karena ketidakmampuan saluran menampung debit air, banjir di Muntok

juga disebabkan oleh pasang air laut di muara sungai sehingga debit sungai dan aliran permukaan

tidak dapat mengalir. Lokasi genangan di Kecamatan Muntok terjadi di sekitar Sungai Ciulong

yang mengalir dari Kelurahan Sungaidaeng sampai ke Kelurahan Tanjung. Pada tahun 2018

terdapat 829 rumah terkena banjir akibat meluapnya Sungai Ciulong. Beberapa wilayah yang

kerapkali mengalami banjir adalah Kampung Ciulong, Kampung Ulu, Desa Air Putih, dan Pasar

Muntok.

D. Jaringan Telekomunikasi

Di Kecamatan Muntok terdapat 17 tower jaringan seluler yang tersebar di berbagai desa. Desa

Tanjung merupakan desa yang memiliki tower telepon seluler terbanyak di Kecamatan Mentok

yaitu sebanyak empat buah.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-89

Tabel 4.33 Jumlah Tower Telepon Selular Menurut Kelurahan/Desa

di Kecamatan Muntok 2016

Kekurahan/Desa Tower Telepon Selular

Belolaut 3

Airbelo 2

Sungaibaru 1

Sungaidaeng 3

Tanjung 4

Airputih 3

Airlimau 1

Jumlah 17

Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

4.2.6 Pemberdayaan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan dari pengembangan pariwisata

di KSPP Muntok dan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan partisipasi dari semua

elemen pemangku kepentingan termasuk masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang ada di

KSPP Muntok dan sekitarnya salah satunya dapat terlihat dari keberadaan UMKM yang bergerak

di berbagai bidang. Pada umumnya, jenis UMKM yang ada bergerak di bidang kuliner dan

makanan. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Bangka Barat, terdapat 134 kerajinan tradisional yang terdiri dari 1 souvenir resam, 1 anyaman

tikar mengkuang, 1 kerajinan atap nipah, 1 cual Limar Muntok, 1 peralatan rotan, 1 obat

tradisional Rokok Sertung, dan 128 makanan tradisional diantaranya kue maci, getas ubi, empek-

empek telok, berbagai jenis pantiaw, lakse, srikaye, lempah kuning, dan lempok. Berbagai usaha

kuliner ini tersebar utamanya di Kampung Tanjung. Upaya pemerintah daerah dalam hal ini adalah

untuk melakukan pengembangan usaha dengan memberikan pelatihan dan pendampingan.

Berdasarkan wawancana dengan salah satu pelaku usaha yang ada di KSPP Muntok dan

sekitarnya adalah bentuk pelatihan yang dibutuhkan tidak hanya sekedar bagaimana cara mebuat

makanan ataupun pengemasan, tetapi juga terkait hal-hal pembukuan untuk menjadikan sistem

usaha yang lebih terstruktur.

Selain untuk kegiatan usaha kuliner, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat melalui Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat telah melakukan pengembangan kapasitas

melalui penyelenggarakan pelatihan pemandu wisata. Pelatihan ini diselenggarakan selama dua

hari mulai tanggal 11-12 April 2016. Pelatihan tersebut mengundang pelaku pariwisata yang ada

di sekitar Muntok antara lain tour dan travel agent, pemilik homestay, English club, siswa sekolah

dan masyarakat penggiat pariwisata Muntok.

Materi yang dijelaskan pada pelatihan tersebut mencakup kode etik dan Standard Operational

Procedure (SOP) pramuwisata dan teknik memandu yang diberikan pada hari pertama pelatihan.

Hari kedua dilanjutkan dengan teknik memandu di lapangan dengan mengunjungi objek wisata

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-90

andalan yang ada di Muntok, seperti Museum Timah Indonesia, Pasanggrahan Muntok,

Pasanggrahan Menumbing, Pantai Tanjung Kalian, Kelenteng Kung Fuk Miao, Masjid Jami’, dan

Rumah Mayor Cina (Erfan, 2016).

Selain melakukan pelatihan dalam pengembangan pariwisata pemerintah Kabupaten Bangka

Barat melakukan audiensi dengan masyarakat dengan mengundang perwakilan masyarakat

untuk membahas pengembangan destinasi wisata bersejarah di Bangka Barat salah satunya di

Kecamatan Muntok (Krisyanidayati, 2018).

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat memiliki rencana untuk membangun desa wisata

yang berlokasi di dua desa di Kecamatan Muntok. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat dari sektor pariwisata. Desa yang akan dibangun menjadi desa wisata

adalah Desa Belolaut dan Desa Telukrubiah. Desa Belolaut memiliki potensi besar dalam bidang

kelautan dan hasil tangkapan nelayan seperti udang, kerang, dan ikan. Selain itu, dari potensi

alam Desa Belolaut cukup prospektif. Untuk Desa Telukrubiah juga memiliki keunggulan karena

berada di pusat Kota Muntok dan masih menjaga beberapa bangunan khas Melayu lama

(Putranta, 2016).

Selain itu, berikut adalah pelatihan yang pernah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 di

Kabupaten Bangka Barat.

Tabel 4.34 Kegiatan Pelatihan di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2017-2018

Tahun Nama Pelatihan Jumlah

Peserta

Kab/ Kota

2017 Pelatihan Perpajakan Koperasi (DAK)

Angkatan III

30 Kab. Bangka Tengah dan Kab. Bangka

Barat

Pelatihan Kewirausahaan Bidang

Manajemen Kemasan/ Desain Produk

(Packaging) (DAK)

30 Kab. Bangka Tengah dan Kab. Bangka

Barat

Pelatihan Business Plan (DAK) Angkatan II 40 Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka

Barat

2018 Pelatihan Kewirausahaan (DAK) Angkatan

III

30 Kab. Bangka Barat

Pelatihan Akutansi Koperasi Berbasis

Komputerisasi Akuntansi (DAK) Angkatan

II

30 Kab. Bangka/ Kab. Bangka Barat

Pelatihan Penilaian Kesehatan Koperasi

KSP/ USP (DAK) Angkatan II

30 Kab. Bangka/ Kab. Bangka Barat

Pelatihan Kewirausahaan Bidang

Manajemen berbasis Teknologi

Pemasaran (DAK) Angkatan II

30 Kab. Bangka Barat

Pelatihan terbaru yang dilakukan di Kota Tua Muntok adalah pelatihan menenun Cual yang

diadakan pada bulan Oktober 2018. Pelatihan ini diadakan di Gedung M3 yang berada di depan

taman segitiga Klenteng-Masjid Jami’ oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-91

Bangka Belitung. Pelatihan ini akan berguna tidak hanya bagi masyarakat, tetapi untuk

mempertahankan warisan budaya Cual yang mulai jarang penenunnya.

Gambar 4.67 Pelatihan Tenun Cual

Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4.3 Industri Pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009, industri pariwisata diartikan sebagai kumpulan

usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha–usaha pariwisata

yang dimaksud di atas dapat berupa hotel, rumah makan, pengelolaan daya tarik wisata dan lain–

lain. Pertumbuhan industri pariwisata dapat dilihat salah satunya melalui pertumbuhan usaha-

usaha pariwisata.

Pertumbuhan industri pariwisata Kecamatan Muntok dapat dinilai dari pertumbuhan fasilitas

akomodasi seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.68 Pertumbuhan Jumlah Hotel di Kabupaten Bangka Barat

Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018

0

2

4

6

8

10

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pertumbuhan Jumlah Hotel di Kecamatan Muntok

Jumlah Hotel

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-92

Gambar 4.69 Pertumbuhan Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Kecamatan Muntok

Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018

Berdasarkan diagram di atas, jumlah fasilitas akomodasi selama 12 tahun terakhir terus tumbuh.

Pertumbuhan rata-rata hotel di Kecamatan Muntok selama 12 tahun terakhir mencapai 15,38%

per tahun. Sedangkan angka pertumbuhan rata-rata jumlah kamar dan tempat tidur masing–

masing adalah 23,75% dan 19,15% per tahun.

Berdasarkan pertumbuhan fasilitas akomodasi di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha yang

mendukung sektor pariwisata mengalami pertumbuhan dalam 12 tahun terakhir. Meningkatnya

jumlah usaha pendukung pariwisata menunjukkan pertumbuhan industri pariwisata yang positif

di Kecamatan Muntok. Walaupun mengalami pertumbuhan, angka pertumbuhan usaha sektor

pariwisata terutama dalam lima tahun terakhir cenderung stagnan, sehingga dapat dikatakan

pertumbuhan industri pariwisata di Kecamatan Muntok perlu perhatian lebih lanjut.

Cooper (2008) menyatakan industri pariwisata umumnya diisi oleh usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM). Jumlah unit usaha kecil dan menengah yang berkaitan dengan sektor

pariwisata dapat menjadi indikator potensi pertumbuhan industri pariwisata suatu daerah.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat, pada

tahun 2017 terdapat 410 UMKM dalam sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan

keseluruhan berada pada skala usaha mikro.

Selain itu, berdasarkan data dari umkmmuntok.blogspot.com, terdapat 18 perusahaan Kecil dan

Menengah yang berpotensi terlibat langsung dengan kegiatan pariwisata. 18 perusahaan tersebut

seluruhnya merupakan perusahaan yang berkaitan dengan penjualan kuliner.

Tabel 4.35 Direktori UMKM Kuliner Lokal di Kecamatan Muntok

No Nama dan Alamat Produk

1 Yuniar, KP Keranggan Atas RT/RW 002/011 Kelurahan Tanjung Kecamatan

Muntok, Bangka Barat

Kemplang Panggang

2 Yusita, Kp Menjelang Baru RT/RW 02/12 Kel Tanjung, Kecamatan Muntok,

Bangka Barat Kemplang Panggang

0

50

100

150

200

250

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pertumbuhan Jumlah Kamar dan Tempat Tidur

di Kecamatan Muntok

Kamar Tempat Tidur

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-93

No Nama dan Alamat Produk

3 Sulastri, Dsn III Belo Laut Kec. Muntok, Bangka Barat Empek-Empek Udang

4 Nurhayati, Kp Tegal Rejo RT/RW 03/02 Kelurahan Sungai Baru Kecamatan

Muntok, Bangka Barat Kue Basah

5 Sulita, Kp Kerangga Atas RT/RW 02/11 Kelurahan Tanjung, Kecamatan

Muntok, Kabupaten Bangka Belitung Kue Kering

6 Zuraidah, Jl Batin Tikal Gg. Temenggung RT/RW 02/01 Kelurahan Tanjung,

Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat Kemplang Goreng

7 Yusni, Kp. Keranggan Tengan RT/RW 03/09 Kelurahan Tanjung, Kecamatan

Muntok, Bangka Barat Kretek

8 Asiah, Kp Tegal Rejo RT/RW 01/02 Kelurahan Sungai Baru, Kecamatan

Muntok, Bangka Barat Aneka Kue Basah

9 Endang BS., Dusun III Belo Laut RT. 001 Kec. Muntok, Bangka Barat Kempelang Ikan

10 Maryuna, Kp Jawa Baru, Kel. Sungai Baru, Kec. Muntok, Bangka Barat Emping Melinjo

11 Ika Zulaika Purnaningsih, Kp. Tegal Rejo RT/RW. 03/01, Kel. Sungai Baru,

Kec. Muntok

Bangka Barat

Lontong Sayur, Pecel

dan Nasi Bakar

12 Rolla Fitriyanti, Kp. Keranggan Atas RT/RW. 02/10 Kel. Tanjung, Kec. Muntok

Bangka Barat Rumah Makan Z

13 Yustiana, Kp. Jawa Baru Gg. Durian RT/RW 03/02 Kel. Sungai Baru Kec.

Muntok Bangka Barat Kempelang Mentah

14 Vina Violina Fransiska, Kp. Keranggan Tengah RT/RW 03/09 Kel. Tanjung, Kec.

Muntok Bangka barat Aneka Kue Basah

15 Fardiah, Jl Tanjung Kalian Indah RT/RW. 03/09 Kel. Tanjung Kec. Muntok

Bangka Barat Kempelang Goreng

16 Nusleni, Kp. Jawa Baru Gg. Sukun Kel. Sungai Baru Kec. Muntok Bangka Barat Kue Basah

17 Ena Feriyanti, Kp. Sungai Baru RT/RW. 03/01 Kel. Sungai Baru Kec. Muntok

Bangka Barat Empek-empek

18 Suwarni, Kp. Jawa Baru RT 02 RW 002 Kel. Sungai Baru Kec. Muntok Bangka

Barat Aneka Kue Basah

Sumber: http://umkmmuntok.blogspot.com/2016/11/no.html

4.4 Pasar Pariwisata dan Upaya Pemasaran KSPP Muntok dan

sekitarnya

4.4.1 Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan

Pembahasan jumlah kunjungan wisatawan ke KSPP Muntok dan sekitarnya akan merujuk kepada

jumlah kunjungan ke Kabupaten Bangka Barat, karena keterbatasan data sebaran kunjungan

wisatawan per kecamatan. Kabupaten Bangka Barat saat ini masih didominasi oleh wisatawan

nusantara lokal. Kunjungan lebih didominasi oleh wisatawan dari Palembang maupun daerah lain

di Pulau Sumatra, sebab akses Kabupaten Bangka Barat lebih mudah dicapai melalui jalur laut

oleh wisatawan yang berasal dari daratan Sumatera, khususnya Palembang, Sumatera Selatan.

Berdasarkan data jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang menginap di akomodasi

di Kabupaten Bangka Barat tahun 2015, terjadi kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara,

dikarenakan adanya event pariwisata bertajuk Homestay Fair yang digelar pada September 2015.

Sedangkan untuk kunjungan wisatawan nusantara di tahun 2015 mengalami penurunan dari

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-94

tahun sebelumnya. Data tahun 2016 hingga semester II tahun 2018 hanya terdapat data secara

keseluruhan jumlah wisatawan. Pada tahun 2017, jumlah kunjungan mencapai angka tertinggi

109.174, naik 124,5% dari tahun 2016. Meningkatnya jumlah kunjungan yang sangat signifikan

ini menunjukkan adanya peningkatan popularitas Muntok atau Kabupaten Bangka Barat Sebagai

tujuan berwisata.

Tabel 4.36 Perkembangan Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang Menginap di Hotel

Tahun 2011-2017

Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah Total

2010 40 5.980 6.020

2011 12 6.881 6.893

2012 7 10.645 10.652

2013 6 11.721 11.727

2014 1 9.414 9.415

2015 195 44.029 44.222

2016 - - 48.644

2017 - - 109.174

2018* - - 76.757

* s.d semester II - Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018

Jika melihat perbandingan dengan data dari tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumlah

kunjungan wisatawan Bangka Barat ini merupakan 23,4% dari jumlah wisatawan total di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai 466.876 kunjungan.

Sementara itu jika melihat data dari BPS Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan

nusantara dilihat dari jumlah kunjungan tamu hotel di Kabupaten Bangka Barat, pada tahun 2016

masih relatif sedikit dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Kabupaten Bangka Barat menempati urutan ke-enam di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, sedangkan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Belitung.

Tabel 4.37 Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

2010-2016

Kabupaten/Kota

2012 2013 2014 2015 2016

Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus Wisman

Kabupaten Bangka 6.2247 178 62.247 178 71.738 73 128.163 396

Kabupaten Bangka Barat 1.0645 7 11.721 6 9.414 1 44.029 195

Kabupaten Bangka Selatan 15.700 1.5850

Kabupaten Bangka Tengah 5.0181 77.524 78.040 75.881 9.417

Kabupaten Belitung 11.0638 975 131.091 451 196.617 3.206 247.053 4.387 285.773 7.112

Kabupaten Belitung Timur 2.8142 1.503 40.935 820 81.032 720 165.630 23.2871

Kota Pangkalpinang 14.8684 1.564 165.830 1.024 177.857 1.014 192.206 1.052

Sumber: Olahan berbagai sumber, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-95

4.4.2 Karakteristik Wisatawan

Karakteristik wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya menggunakan (a) data hasil survei pasar

wisatawan saat penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten

(Ripparkab) Bangka Barat pada bulan September tahun 2016, dengan jumlah responden adalah

sebanyak 65, (b) data hasil survey online mengenai image dan persepsi wisatawan terhadap Kota

Muntok pada bulan September-Oktober tahun 2018, dengan jumlah responden adalah sebanyak

51, serta (c) data hasil survei primer yang dilakukan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2018

dengan menyebarkan kuesioner di fasilitas penginapan di Kota Muntok sejumlah 61 responden.

a. Hasil Survei Wisatawan (Ripparkab Bangka Barat, tahun 2016)

Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan yang akan disajikan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu profil

sosio-demografis, karakteristik dan pola perjalanan wisatawan, serta persepsi dan preferensi

wisatawan terhadap produk pariwisata di Kabupaten Bangka Barat secara umum.

1. Profil Sosio-Demografis Wisatawan

Sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu sebesar 54%, sedangkan responden berjenis

kelamin perempuan memperoleh presentase sebesar 46%. Responden dengan presentase paling

besar adalah dengan rentang usia antara 26-40 tahun yaitu sebesar 46%. Lalu disusul dengan

rentang usia ≤ 17 tahun dengan presentase sebesar 23%, sementara yang berusia antara 18-25

tahun memperoleh presentase sebesar 16%, kemudian sisanya yang memiliki jumlah presentase

paling sedikit adalah dengan rentang usia antara 41-58 tahun yaitu sebesar 15%.

Responden terbanyak berdasarkan daerah asal adalah dari Bangka Barat, yaitu sebesar 22%.

Setelah Bangka Barat, persentase terbesar kedua berasal dari Palembang, yaitu sebesar 13%.

Selanjutnya responden yang berasal dari Pangkalpinang sebesar 15%, Jakarta sebesar 12%, dan

Sungailiat sebesar 6%.

26%

12%

22%

15%

6%

5%

3% 3%

3%1%

2% 2%

Asal DaerahBangka Barat

Jakarta

Palembang

Pangkal Pinang

Sungailiat

Koba

Batam

Belitung Timur

Riau

Bogor

Jawa Barat

Jawa Tengah

Gambar 4.70 Profil Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal

Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-96

Dari segi pendidikan, responden sebagian besar berpendidikan terakhir SMA, yaitu sebesar 43%.

Responden dengan tingkat pendidikan sarjana mendapatkan presentase sebesar 37%, iikuti

dengan responden yang memiliki pendidikan D3 sebesar 14%. Sisanya yang memiliki pendidikan

Pascasarjana (S2) dan SMP masing-masing sebesar 3%.

Status pekerjaan responden paling banyak adalah pelajar atau mahasiswa dengan persentase

sebesar 35%. Selanjutnya diikuti responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta

yang memperoleh presentase sebesar 29%. Responden yang berprofesi sebagai pengusaha

sebesar 23%. Sisanya 9% merupakan pegawai negeri, selanjutnya masing-masing sebanyak 2%

menjawab pekerjaan mereka dengan pilihan profesional dan lainnya.

Tabel 4.38 Profil Sosio-Demografis Wisatawan Kabupaten Bangka Barat

PROFIL PERSEN

A. JENIS KELAMIN

Laki-laki 54,0%

Perempuan 46,0%

Jumlah 100,0%

B. UMUR

26-40 tahun 46,0%

< 18 tahun 23,0%

18-25 tahun 16,0%

41-58 tahun 15,0%

Jumlah 100,0%

C. TINGKAT PENDIDIKAN

SMA 43,0%

S1 37,0%

D3 14,0%

SMP 9,0%

S2 3,0%

Jumlah 100,0%

D. PEKERJAAN

Pelajar 35,0%

Karyawan Swasta 29,0%

Wiraswasta 23,0%

PNS 9,0%

Professional 2,0%

Lainnya 2,0%

Jumlah 100,0%

E. PENDAPATAN PER BULAN

Rp 2.000.000 - Rp 4.000.000 37,0%

< Rp 2.000.000 34,0%

Rp 6.000.001 - Rp 8.000.000 14,0%

Rp 4.000.001 - Rp 6.000.000 11,0%

> Rp 8.000.000 4,0%

Jumlah 100,0%

JUMLAH POPULASI (N) 65

Sumber: RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Sebagian besar responden memiliki pendapatan perbulan sebesar Rp. 2.000.001 hingga Rp.

4.000.000. Lalu disusul dengan responden yang pendapatan perbulannya ≤ Rp. 2.000.000 yaitu

sebesar 34%. Selanjutnya, sebesar 14% responden menjawab bahwa pendapatan perbulan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-97

adalah Rp. 6.000.001 – Rp. 8.000.000, sisanya sebesar 11% menjawab memiliki pendapatan

sebesar Rp. 4.000.001 – Rp. 6.000.000 dan 4% sebesar ≥ Rp. 8.000.001.

2. Karakteristik Perjalanan Wisatawan

Selain profil wisatawan nusantara (wisnus), hasil survei juga menggambarkan karakteristik

perjalanan wisnus. Responden mayoritas sudah pernah datang ke Bangka Barat dengan

presentase 85%, dan memiliki motivasi melakukan perjalanan ke Bangka Barat untuk berlibur

(50%) Hal ini menunjukkan Bangka Barat telah menjadi tujuan untuk berwisata dan telah memiliki

“repeater” wisatawan.

Dalam kunjungannya, responden rata-rata menghabiskan 2-3 hari (44%) dan >3 hari (31%)

selama di Kabupaten Bangka Barat, dengan menggunakan fasilitas penginapan berupa hotel

sebesar 46%, dan yang menginap di rumah keluarga atau teman yaitu sekitar 42%,

Fasilitas makan dan minum yang paling banyak digunakan oleh responden selama berkunjung di

Bangka Barat adalah rumah makan yaitu sebesar 51%. Sementara dengan perolehan persentase

sebesar 29% selama berkunjung di Bangka Barat melakukan aktivitas makan dan minum di

rumah keluarga atau temannya. Sisanya sebesar 17% menjawab warung makan dan 3%

menjawab lainnya.

Mayoritas responden yang berkunjung ke Bangka Barat yaitu sebesar 34% mengeluarkan dana

sekitar Rp. 1.000.000 hingga Rp 3.000.000 selama berkunjung ke Bangka Barat. Selanjutnya

dengan perolehan sebesar 31% responden mengeluarkan dana sekitar Rp. 500.000 hingga Rp.

1.000.000 dan 15% sebesar > Rp. 3.000.000.

Tabel 4.39 Karakteristik Perjalanan Wisatawan Kabupaten Bangka Barat

KARAKTERISTIK PERSEN

A. PERNAH BERKUNJUNG KE BANGKA BARAT

Ya 85,0%

Tidak 15,0%

Jumlah 100,0%

B. TUJUAN/MOTIVASI

Liburan/rekreasi 50,0%

Mengunjungi Keluarga/Teman 28,0%

Berbisnis 17,0%

Lainnya 5,0%

Jumlah 100,0%

C. LAMA KUNJUNGAN

2-3 hari 44,0%

>3 hari 31,0%

1 hari 25,0%

Jumlah 100,0%

D. FASILITAS PENGINAPAN

Hotel 46,0%

Rumah Keluarga/Teman 42,0%

Tidak menginap 12,0%

Jumlah 100,0%

E. FASILITAS MAKAN/MINUM

Rumah Makan 51,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-98

KARAKTERISTIK PERSEN

Rumah Keluarga/Teman 29,0%

Warung Makan 17,0%

Lainnya 3,0%

Jumlah 100,0%

F. PENGELUARAN BERWISATA

Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 34,0%

Rp 500.000 – Rp 1.000.000 31,0%

> Rp 3.000.000 15,0%

Rp 100.000 - Rp 300.000 11,0%

Rp 300.000 - Rp 500.000 9,0%

Jumlah 100,0%

JUMLAH POPULASI (N) 65

Sumber: RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

3. Persepsi dan Preferensi Wisatawan

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, persentase terbesar, yaitu 26% wisatawan

mengunjungi Gunung Menumbing. Selanjutnya sebesar 23% berkunjung ke Pantai Tanjung Kalian,

diikuti sebesar 13% wisatawan berkunjung ke Museum Timah dan 10% ke Wisma Ranggam.

Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa wisatawan sebagian besar berkunjung ke daya

tarik wisata sejarah yang berada di KSPP Muntok dan sekitarnya.

Gambar 4.71 Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi di Bangka Barat

Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Gunung Menumbing merupakan tempat yang paling disukai oleh wisatawan, yaitu sebanyak 38%.

Wisatawan menyukai Gunung Menumbing karena cerita sejarah yang ada di daya tarik wisata ini,

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-99

selain itu melalui Gunung Menumbing, wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam dari atas

bangunan Pesanggrahan Menumbing. Selanjutnya, sebanyak 26% wisatawan menjawab bahwa

Pantai Tanjung Kalian merupakan daya tarik wisata yang mereka sukai. Pantai Tanjung Kalian

disukai oleh wisatawan karena adanya wisata kuliner berupa otak-otak yang dapat mereka

nikmati. Selain itu, di Pantai Tanjung Kalian terdapat menara suar yang dapat dipergunakan untuk

melihat suasana sekitar Pantai Tanjung Kalian. Selanjutnya, sebanyak 15% wisatawan menjawab

Pantai Siangau sebagai daya tarik wisata yang mereka sukai, hal ini dikarenakan karakteristik

pantainya yang memiliki hamparan pasir putih dan bebatuan granit yang besar, sehingga dapat

digunakan untuk bersantai maupun melakukan aktivitas fotografi.

Gambar 4.72 Daya Tarik Wisata yang disukai di Bangka Barat

Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Sejarah dan budaya yang berada di Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu daya tarik

utama kabupaten ini. Hal ini dibuktikan dengan jawaban sebanyak 41% responden yang

mengatakan bahwa sejarah dan budaya di Kabupaten Bangka Barat merupakan hal yang mereka

sukai. Selain itu, sebanyak 26% menjawab bahwa kuliner yang ada di Kabupaten Bangka Barat

merupakan hal yang mereka sukai. Selanjutnya sebanyak 24% menjawab pantai dan sisanya

sebanyak 9% menjawab hal yang mereka sukai adalah keramahtamahan masyarakatnya. Hasil ini

menunjukkan tema utama (pariwisata warisan budaya) dan tema pendukung (wisata kuliner)

KSPP Muntok dan sekitarnya telah sesuai dengan apa yang menjadi pengalaman mengesankan

bagi wisatawan selama berkunjung ke Bangka Barat.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-100

Gambar 4.73 Hal yang disukai di Bangka Barat

Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

b. Hasil Survei Wisatawan Online Tahun 2018

Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan hasil Survey Online yang akan disajikan dalam 2 (dua)

bagian, yaitu profil sosio-demografis serta persepsi terhadap Kota Muntok.

1. Profil Sosio Demografis

Responden dengan presentase paling besar adalah dengan rentang usia antara 26-35 tahun yaitu

sebesar 49,0%. Lalu disusul dengan rentang usia 18-25 tahun memperoleh presentase sebesar

33,3%, kemudian sisanya yang memiliki jumlah presentase paling sedikit adalah dengan rentang

usia antara 36-55 tahun yaitu sebesar 17,6%.

Responden terbanyak berdasarkan daerah asal adalah dari Bandung, yaitu sebesar 39,2%.,

persentase terbesar kedua berasal dari Jakarta, yaitu sebesar 11,8%. Selanjutnya responden yang

berasal dari Semarang dan Pangkalpinang sebesar 7,8%. Selain dari dalam negeri, terdapat juga

satu responden dari mancanegara yang berasal dari Amerika.

Tabel 4.40 Profil Sosio Demografis Responden Kuesioner Online

PROFIL PERSEN

A. UMUR

26-35 tahun 49,0%

18-25 tahun 33,3%

36-55 tahun 17,6%

Jumlah 100,0%

B. DAERAH ASAL

Bandung 39,2%

Jakarta 11,8%

Semarang 7,8%

Pangkal Pinang 7,8%

Bekasi 3,9%

Sungailiat 3,9%

Cimahi 2,0%

Ciamis 2,0%

Sumedang 2,0%

Depok 2,0%

Tanggerang 2,0%

Kuningan 2,0%

Surabaya 2,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-101

PROFIL PERSEN

Paser 2,0%

Medan 2,0%

Pekanbaru 2,0%

Balikpapan 2,0%

Muntok 2,0%

Palm Springs 2,0%

Jumlah 100,0%

JUMLAH POPULASI (N) 51

Sumber: Survey Online, 2018

2. Persepsi Tentang Kota Muntok

Hasil survey menunjukkan 62,0% responden belum pernah mengunjungi Kota Muntok, namun

63,5% sudah pernah mendengar Kota Muntok dari teman (33,3%), kerabat (18,8%), serta internet

dan media sosial (18,8%). Kota sejarah menjadi yang paling tinggi (48,6%) ketika ditanya terhadap

responden yang pernah mendengar tentang Kota Muntok. Hal ini menunjukkan citra Kota Muntok

yang paling diingat adalah sebagai kota sejarah. Hal ini juga sejalan dengan penilaian responden

yang pernah mengunjungi Kota Muntok dengan menjawab kota bersejarah (22,7%) sebagai kesan

yang didapat ketika mengunjungi Kota Muntok. Mayoritas responden (90,4%) tertarik untuk

mengunjungi Kota Muntok, namun ketersediaan waktu dan kurangnya informasi (32,0%) menjadi

hambatan utama alasan responden belum mengunjungi Kota Muntok. Hal ini menunjukkan

perlunya peningkatan penyebaran informasi mengenai pariwisata Kota Muntok.

Tabel 4.41 Persepsi Responden Kuesioner Online terhadap Kota Muntok

PERSEPSI PERSEN

A. PERNAH MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK

Belum pernah 62,0%

Pernah 38,0%

Jumlah 100,0%

B. PERNAH MENDENGAR KOTA MUNTOK

Pernah 63,5%

Belum pernah 36,5%

Jumlah 100,0%

C. DARI MANA MENDENGAR KOTA MUNTOK

Teman 33,3%

Kerabat dan keluarga 18,8%

Internet dan media sosial 18,8%

Penduduk asli atau tempat kelahiran 8,3%

Tempat kerja 6,3%

Buku sejarah 4,2%

Media elektronik 4,2%

Pernah berkunjung 4,2%

Peta 2,1%

Media cetak 0,0%

Jumlah 100,0%

D. PENDAPAT TENTANG KOTA MUNTOK

Kota sejarah 48,6%

Kota yang menarik dan unik 11,4%

Kurang tertata/ belum dikembangkan 11,4%

Kota tua 8,6%

Kota tambang timah 5,7%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-102

PERSEPSI PERSEN

Kota Kecil 5,7%

Kota diujung pulau Bangka 2,9%

Kota yang tenang dan bersih 2,9%

Branding 2,9%

Jumlah 100,0%

E. KESAN TERHADAP KOTA MUNTOK

Kota besejarah 22,7%

Luar biasa 18,2%

Belum tertata 18,2%

Harmonis dan ramah 13,6%

Tenang dan bersih 9,1%

Kota tua 9,1%

nyaman 4,5%

Menyenangkan 4,5%

Jumlah 100,0%

F. TERTARIK MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK

Ya 90,4%

Tidak 9,6%

Jumlah 100,0%

G. HAMBATAN MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK

Waktu 32,0%

Kurang informasi 32,0%

Jarak 14,0%

Biaya 10,0%

Kemudahan akses 8,0%

Transportasi 2,0%

Akomodasi 2,0%

Jumlah 100,0%

JUMLAH POPULASI (N) 51

Sumber: Survey Online, 2018

c. Hasil Survei Primer Wisatawan Tahun 2018

Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan yang akan disajikan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu profil

sosio-demografis, karakteristik dan pola perjalanan wisatawan, serta persepsi dan preferensi

wisatawan terhadap produk pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya.

1. Profil Sosio-Demografis Wisatawan

Profil wisatawan menggambarkan karakteristik responden yang berhasil dijaring dalam survei

yang dilakukan. Berdasarkan hasil survei tersebut, responden wisatawan yang berkunjung ke

KSPP Muntok dan sekitarnya sebagian besar merupakan wisatawan yang berada pada kelompok

umur 26-35 tahun (37,0%) dan 18-25 tahun (33,3%), yaitu kelompok produktif yang telah

memasuki kematangan sosial dan ekonomi serta kelompok umur remaja.

Responden wisatawatan KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan wisatawan dengan tingkat

pendidikan menengah atas dan tinggi. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh segmen wisatawan ini

selain untuk bersenang-senang, juga mencari pengembangan pengetahuan, wawasan,

pembelajaran, dan pengalaman bagi dirinya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-103

Selain yang masih berstatus pelajar, status pekerjaan pun menunjukkan bahwa sebagian besar

responden wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan mereka yang telah telah memiliki

status pekerjaan tetap. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pegawai swasta (44,0%),

pelajar (18,5%) dan pengusaha (14,8%).

Kemampuan ekonomi responden wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya ditunjukkan dari

pendapatan rumah tangga per bulan. Sebagian besar dari mereka masih berpendapatan rendah

< Rp 2.000.000 (32,7%), Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 (30,9%) dan Rp 4.000.000 – Rp

6.000.000 (21,8%).

Berdasarkan daerah tempat tinggalnya, sebagian besar responden wisnus masih berasal dari

wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bangka, Pangkalpinang, Sungai Liat,

Tanjungpandan, dan Bangka Barat). Daerah lainnya yang juga berpotensi untuk menjadi daerah

sumber pasar wisnus KSPP Muntok dan sekitarnya adalah Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sumatera

Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi

Sumatera Utara, serta Provinsi Banten.

Tabel 4.39 Profil Sosio-Demografis Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya

PERSEPSI PERSEN

A. JENIS KELAMIN

Laki-laki 67,9%

Perempuan 32,1%

Jumlah 100,0%

B. UMUR

26-35 tahun 37,0%

18-25 tahun 33,3%

36-55 tahun 26,0%

< 18 tahun 3,7%

Jumlah 100,0%

C. ASAL KABUPATEN

Bangka 12,0%

Palembang 12,0%

Malang 8,0%

Sidoarjo 8,0%

Yogyakarta 8,0%

Pangkalpinang 8,0%

Banyuasin 8,0%

Jombang 4,0%

Surabaya 4,0%

Magelang 4,0%

Tanggerang 4,0%

Cimahi 4,0%

Sungai Liat 4,0%

Tanjung Pandan 4,0%

Bangka Barat 4,0%

Karo 4,0%

Jumlah 100%

D. ASAL PROVINSI

Bangka Belitung 32,0%

Jawa Timur 24,0%

Sumatera Selatan 20,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-104

PERSEPSI PERSEN

Daerah Istimewa Yogyakarta 8,0%

Jawa Barat 4,0%

Jawa Tengah 4,0%

Sumatera Utara 4,0%

Banten 4,0%

Jumlah 100,0%

E. TINGKAT PENDIDIKAN

Sekolah Menengah Atas 44,6%

Sarjana (S1) 28,6%

D3 17,9%

Pascasarjana (S2) 5,4%

Sekolah Menengah Pertama 1,8%

Doktoral (S3) 1,8%

Jumlah 100%

F. PEKERJAAN

Pegawai Swasta 44,0%

Pelajar 18,5%

Pengusaha 14,8%

Lainnya 9,3%

Pegawai Negeri 7,4%

Profesional 5,6%

Jumlah 100%

G. PENDAPATAN PERBULAN

<Rp. 2.000.000 32,7% Rp. 2.000.001- Rp. 4.000.000 30,9% Rp. 4.000.001- Rp. 6.000.000 21,8% > Rp. 8.000.001 10,9% Rp. 6.000.001- Rp. 8.000.000 3,6%

Jumlah 100,0%

JUMLAH POPULASI (N) 61

Sumber: Survey Primer, 2018

Dengan kondisi sosial dan ekonomi yang telah dicapai responden wisatawan KSPP Muntok dan

sekitarnya, maka diperlukan upaya untuk membidik wisatawan dengan kondisi sosial dan

ekonomi yang lebih matang, sehingga nantinya akan menjadikan mereka sebagai wisatawan

reguler Kabupaten Bangka Barat khususnya KSPP Muntok dan sekitarnya. Segmen wisatawan

dengan kematangan sosial dan ekonomi memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dalam berwisata.

2. Karakteristik Perjalanan Wisatawan

Selain profil wisatawan nusantara (wisnus), hasil survei juga menggambarkan karakteristik

perjalanan wisnus. Kunjungan wisatawan ke KSPP Muntok dan sekitarnya hampir 60,7%

responden wisatawan merupakan wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Kabupaten

Bangka Barat khususnya KSPP Muntok dan sekitarnya. Sebanyak 42,9% wisatawan nusantara

(wisnus) sudah pernah berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya sebanyak 3-4 kali dengan rata

rata tujuan berkunjung untuk liburan (26,7%), perjalanan bisnis (25,0%) dan mengunjungi

keluarga atau teman (20,0%).

Responden wisnus di KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan wisatawan dengan lama tinggal

yang cukup, yaitu dua-tiga hari sebanyak 58,6% dan rata-rata responden wisnus memilih untuk

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-105

menginap di hotel melati/penginapan sebanyak 40,7% serta responden yang memutuskan untuk

kembali langsung dari KSPP Muntok dan sekitarnya sebanyak 22,0%.

Dalam kunjungan di KSPP Muntok dan sekitarnya, responden lebih banyak memilih untuk

menggunakan sepeda motor, mobil pribadi, maupun menyewa mobil atau bus untuk berkeliling

KSPP Muntok dan sekitarnya. Para responden rata-rata berpergian dan mengatur perjalanannya

sendiri atau bersama teman atau keluarganya untuk berwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya.

Responden wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya sebagian besar

mendapatkan informasi tentang pariwisata daerah ini dari keluarga atau teman dan internet atau

sosial media. Masih sedikit juga yang mendapat informasi dari agen perjalanan maupun media

elektronik. Berdasarkan hasil ini, penyediaan informasi dan pelayanan agen perjalanan maupun

media elektronik harus terus ditingkatkan agar dapat menjangkau pasar wisnus yang lebih luas

lagi.

Tabel 4.40 Karakteristik Perjalanan Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya

KARAKTERISTIK PERSENTASE

A. FREKUENSI PERJALANAN

Pernah Mengunjungi 60,7%

Pertama kali 39,3%

Jumlah 100,0%

B. TUJUAN PERJALANAN

Liburan 26,7%

Perjalanan Bisnis 25,0%

Mengunjungi keluarga/teman 20,0%

Penelitian 13,3%

Mengunjungi situs sejarah 10,0%

Memperdalam seni 1,7%

Acara Gathering 1,7%

Lainnya 1,7%

Jumlah 100,0%

C. FREKUENSI KUNJUNGAN

3-4 kali 42,9%

1-2 kali 28,6%

> 6 kali 28,6%

Jumlah 100,0%

D. LAMA KUNJUNGAN

2-3 hari 58,6%

<24 jam 27,6%

>6 hari 6,9%

3-4 hari 3,4%

5-6 hari 3,4%

Jumlah 100,0%

E. TEMPAT MENGINAP

Hotel melati/penginapan 61,5%

Hotel berbintang 23,1%

Rumah keluarga/teman 15,4%

Jumlah 100,0%

F. FASILITAS MAKAN MINUM YANG DIGUNAKAN

Rumah makan 36,1%

Warung makan 27,9%

Lainnya 19,7%

Restoran 13,1%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-106

KARAKTERISTIK PERSENTASE

Rumah keluarga/teman 3,3%

Jumlah 100,0%

G. MODA TRANSPORTASI MENUJU KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Kendaraan roda empat 37,7%

Kendaraan roda dua 26,2%

Kapal laut 23,0%

Lainnya 13,1%

Jumlah 100,0%

H. MODA TRANSPORTASI SELAMA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Sepeda motor 50,0%

Mobil pribadi 22,2%

Sewa mobil/bus 20,4%

Transportasi umum 3,7%

Mobil dinas 3,7%

Jumlah 100,0%

I. TEMAN PERJALANAN

Sendiri 30,0%

Teman (1-3 orang) 23,3%

Keluarga/saudara (1-3 orang) 18,3%

Rekan kerja (1-3 orang) 16,7%

Teman (4-6 orang) 3,3%

Rekan kerja (4-6 orang) 3,3%

Lainnya 1,7%

Keluarga/saudara (4-6 orang) 1,7%

Keluarga/saudara(>6 orang) 1,7%

Jumlah 100,0%

J. PENGATUR PERJALANAN

Sendiri 55,1%

Teman/keluarga 28,6%

Sekolah/kantor 12,2%

Agen/biro perjalanan 4,1%

Jumlah 100,0%

K. SUMBER INFORMASI

Keluarga/teman 37,7%

Internet/sosial media 27,9%

Agen/biro perjalanan 4,9%

Lingkungan kerja 4,9%

Media cetak 3,3%

Media elektronik 3,3%

Jumlah 100,0%

Sumber: Survey Primer, 2018

3. Persepsi dan Preferensi Wisatawan

Hal yang pertama terlintas saat mendengar KSPP Muntok dan sekitarnya adalah kota sejarah dan

kota tua, hal ini menunjukkan potensi kekuatan wisata sejarah KSPP Muntok dan sekitarnya telah

sangat dikenal dan menjadi citra dari KSPP Muntok dan sekitarnya.

Pengeluaran berwisata responden wisnus selama berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya

bisa dibilang masih sangat rendah, sebagian besar di kisaran Rp 100.000 – Rp 300.000,

meskipun ada sebagian kecil responden yang mengeluarkan biaya untuk berwisata di KSPP

Muntok dan sekitarnya lebih dari Rp 3.000.000.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-107

Pesanggrahan Menumbing dan pantai-pantai di sekitar Muntok menjadi tempat yang paling

banyak dikunjungi wisnus selama berada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Meskipun demikian,

wisata sejarah menjadi kenangan yang paling berkesan.

Kurangnya kebersihan lingkungan menjadi hal yang tidak disukai wisatawan ketika berada di

KSPP Muntok dan sekitarnya, selain itu keterbatasan fasilitas transortasi umum juga menjadi

perhatian oleh wisatawan yang merasa hal tersebut perlu ditingkatkan.

Masih banyaknya situs sejarah yang belum dikunjungi menjadi alasan terbesar wisatawan

berminat kembali mengunjungi KSPP Muntok dan sekitarnya, hal ini menunjukkan pentingnya

peningkatan kualitas produk dan promosi terkait wisata sejarah di KSPP Muntok dan sekitarnya

agar semakin mendorong wisatawan untuk berkunjung.

Tabel 4.41 Persepsi dan Preferensi Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya

PERSEPSI DAN PREFERENSI PERSENTASE

A. HAL YANG TERLINTAS SAAT MENDENGAR KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Kota sejarah dan kota tua 30,8%

Banyak daya tarik wisata 23,1%

Kota pengasingan Bug Karno 19,2%

Kota bekas tambang timah 11,5%

Belum pernah mendengar 7,7%

Ibukota Kabupaten Bangka Barat 3,8%

Makanan dan budayanya 3,8%

Jumlah 100,0%

B. PENGELUARAN SELAMA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Rp 100.000 - Rp 300.000 33,3%

Rp 300.001- Rp 500.000 31,7%

Rp 500.001 - Rp 1.000.000 20,0%

Rp 1.000.001 - Rp 3.000.000 13,3%

>Rp 3.000.000 1,7%

Jumlah 100,0%

C. KESAN SETELAH BERKUNJUNG KE KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Masyarakatnya ramah dan menyenangkan 42,3%

Suasana yang tenang dan sepi 15,4%

Wisata sejarahnya 15,4%

Tertib dan bersih 7,7%

Pemandangan yang bagus 7,7%

Mendapat pengetahuan baru 7,7%

Kulinernya 3,8%

Jumlah 100,0%

D. TEMPA YANG DIKUNJUNGI

Pantai-Pantai di sekitar 71,0%

Pesanggrahan Menumbing 67,7%

Museum Timah 32,3%

Tanjung Kelian 19,4%

Wisma Ranggam 19,4%

Masjid dan Klenteng 12,9%

E. TEMPAT YANG PALING DISUKAI

Pesanggrahan Menumbing 51,6%

Pantai-pantai disekitar Muntok 35,5%

Museum Timah 9,7%

Klenteng Kong Fuk Miau 3,2%

Jumlah

100,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-108

PERSEPSI DAN PREFERENSI PERSENTASE

F. PENGALAMAN YANG PALING BERKESAN

Wisata Sejarahnya 40,0%

Kegiatan seperti organisasi, penelitian, dan gathering 20,0%

Kulinernya 13.3%

Kerukunan dan keramahan masyarakat 13,3%

Ketenangan 6,7%

Bencana Banjir 6,7%

Jumlah 100,0%

G. YANG TIDAK DISUKAI SELAMA BERWISATA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA

Kurangnya Kebersihan lingkungan 34,8%

Fasilitas dan sarana 17,4%

Penataan dan pengelolaan 13,0%

Lainnya 13,0%

Belum banyak pilihan kuliner 8,7%

Aksesibilitas 4,3%

Cuaca 4,3%

Bencana banjir 4,3%

Jumlah 100,0%

H. PELAYANAN DAN FASILITAS YANG HARUS DITINGKATKAN

Transportasi umum 26,3%

Wisata alam, budaya dan sejarahnya 21,1%

Sarana dan prasarana 15,8%

Kebersihan 15,8%

Akomodasi 10,5%

Hiburan seni 5,3%

Fasilitas wisata seperti petunjuk dan peta 5,3%

Jumlah 100,0%

I. TERTARIK KEMBALI BERKUNJUNG KE MUNTOK

Ya, karena banyak situs sejarah yang belum dikunjungi 45,0%

Ya, karena susananya tenang dan alami 15,0%

Ya, karena keluarga dan teman 15,0%

Ya, karena pekerjaan 10,0%

Ya, karena ingin melihat perkembangannya 10,0%

Ya, karena masyarakatnya ramah 5,0%

Jumlah 100,0%

Sumber: Survey Primer, 2018

Berdasarkan gambaran profil dan karakteristik perjalanan wisnus KSPP Muntok dan sekitarnya

dapat disimpulkan bahwa:

1. Wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya didominasi oleh wisatawan dari

dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan kelompok umur 26-35 tahun serta

18-25 tahun, dengan tingkat pendidikan menengah atas dan tinggi yang telah memiliki status

pekerjaan tetap;

2. Wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan kelompok wisatawan

yang potensial dan mudah dipengaruhi untuk melakukan perjalanan wisata, yaitu kelompok

usia produktif yang sedang menuju kematangan status sosial dan ekonomi (usia remaja dan

dewasa, pendidikan menengah atas-tinggi, golongan ekonomi menengah, status pekerjaan

tetap). Berwisata sudah menjadi kebutuhan utama segmen wisnus ini dan dorongan dari teman

maupun orang-orang sekitar akan turut mempengaruhi keputusanya dalam berwisata.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-109

3. Wisnus di KSPP Muntok dan sekitarnya belum merupakan wisnus berkualitas, meskipun

dengan lama tinggal cukup lama (2-3 hari) namun memiliki rata-rata pengeluaran berwisata

yang masih sangat rendah Rp 100.000 - Rp 300.000 serta Rp 300.001 - Rp 500.000;

4. Produk pariwisata sejarah yang berkualitas dan berbasis pengetahuan harus dikembangkan

untuk dapat menyasar wisatawan yang lebih berkualitas, yaitu menyasar wisatawan yang

memiliki status ekonomi dan kesadaran terhadap lingkungan yang tinggi dan memiliki

kebutuhan yang lebih berkualitas dalam berwisata. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh

segmen wisatawan ini tidak hanya untuk sekedar bersenang-senang, tetapi juga ditujukan bagi

pengembangan pengetahuan, wawasan, pembelajaran, dan pengalaman bagi dirinya.

4.4.3 Upaya Promosi yang Telah Dilakukan

Upaya promosi pariwisata Kabupaten Bangka Barat yang dilakukan oleh pemerintah daerah

melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagian besar merupakan penyelenggaraan even.

Beberapa even yang diselenggarakan pada tahun 2018 diantaranya Festival Jiran Nusantara pada

6-8 September, Pagelaran Seni Lintas Budaya pada bulan Oktober, serta pelestarian nilai sejarah

pada 1-6 Mei. Hingga tahun 2018 ini belum ada upaya untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai karakteristik dan preferensi wisatawan terhadap produk pariwisata Kabupaten Bangka

Barat, khususnya terkait Kota Tua Muntok. Hal ini sangat penting agar upaya pemasaran yang

dilakukan dapat tepat sasaran dan efektif, sesuai dengan karakteristik dan preferensi wisatawan.

Berikut ini adalah data even/kegiatan wisata yang terselengara di Kecamatan Muntok pada tahun

2018.

Tabel 4.42 Data Even Pariwisata di Kecamtan Muntok Tahun 2018

NO KEGIATAN PELAKSANAAN LOKASI

1 Pemilihan Bujang Dayang 10 - 14 Juli 2018 Kecamatan Muntok

2 Festival Jiran Nusantara 6 - 8 September 2018 Kecamatan Muntok

3 Lomba Lintas Alam 11 November 2018 Kecamatan Muntok

4 Lomba Gasing Desember 2018 Kecamatan Muntok

5 Festival Bumi Sejiran Setason Juli 2018 Kecamatan Muntok

6 Pagelaran Seni Lintas Budaya Oktober 2018 Kecamatan Muntok

7 Pesta Adat Tanjung Punai 22 April 2018 Dusun Tanjung Punai, Desa Belo Laut,

Kecamatan Muntok

8 Pawai Obor Pal 4 12 Mei 2018 Dusun Daya Baru, Pal 4, Desa Belo

Laut, Kecamatan Muntok

9 Pesta Adat Dusun Daya Baru 23 Agustus 2018 Dusun Daya Baru, Pal 4, Desa Belo

Laut, Kecamatan Muntok

10 Do'a dan Ziarah Arwah Kute

Seribu 24 Agustus 2018 Kecamatan Muntok

11 Sembahyang Rebut Muntok Agustus 2018 Kecamatan Muntok

12 Sembahyang Bulan Muntok September 2018 Kecamatan Muntok

13 Pelestarian Nilai Sejarah 1-6 Mei 2018 Kecamatan Muntok

Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-110

4.5 Kelembagaan Kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional menjelaskan bahwa kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan

unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah,

Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme

operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian

tujuan di bidang kepariwisataan. Pada bagian ini, akan dibahas hal-hal terkait kelembagaan

kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya yang terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah

kabupaten/kecamatan, Organisasi pariwisata di lingkungan masyarakat/komunitas dan lain-lain,

dan SDM di bidang pariwisata.

4.5.1 Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kecamatan

Organisasi perangkat daerah merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang berperan

membangun kerangka pembangunan kepariwisataan, baik dalam bentuk kebijakan dan regulasi

maupun dalam bentuk pembangunan prasarana dan sarana umum. Dalam pembangunan KSPP

Muntok dan sekitarnya, yang berperan tidak hanya OPD di tingkat kecamatan, tetapi juga secara

lebih luas OPD di tingkat kabupaten maupun provinsi.

Organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bangka Barat dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Barat,

Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka Barat, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat

Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka Barat. Kelembagaan

Perangkat Daerah Kabupaten Bangka Barat terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut.

Tabel 4.43 Perangkat Daerah di Kabupaten Bangka Barat

No Bagian OPD

1 Badan • Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah

• Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

• Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah

• Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah

• Badan Penanggulangan Bencana Daerah

• Inspektorat Daerah

2 Setda • Bagian Hukum

• Bagian Komunikasi Humas dan Protokol

• Bagian Organisasi dan Kelembagaan

• Bagian Pelayanan Data Elektronik

3 Dinas • Dinas Kelautan dan Perikanan

• Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

• Dinas Kesehatan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-111

No Bagian OPD

• Dinas Komunikasi dan Informatika

• Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perindustrian

• Dinas Lingkungan Hidup

• Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

• Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

• Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Tenaga

Kerja dan Transmigrasi

• Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga

• Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak

• Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

• Dinas Pertanian dan Pangan

• Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Perhubungan

• Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, dan Desa

• Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

• Satuan Polisi Pamong Praja

4 Kecamatan • Jebus

• Kelapa

• Muntok

• Parit Tiga

• Simpang Teritip

• Tempilang

5 Sekretariat • Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Sumber: Website Resmi Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selain di tingkat kabupaten, OPD di tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki

peranan penting dalam pembangunan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya, antara lain

sebagai berikut.

1. Badan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung;

2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

4. Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; dan

5. Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4.5.2 Organisasi Pariwisata di Lingkungan Masyarakat/Komunitas

Organisasi pariwisata memiliki peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan tidak

hanya sebagai mitra pemerintah tetapi juga sebagai pendamping bagi masyarakat. Organisasi ini

dapat berbentuk asosiasi-asosiasi maupun komunitas-komunitas yang bergerak di bidang

pariwisata. Diantara komunitas yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut.

a. Muntok Heritage Community

Muntok Heritage Community adalah suatu komunitas yang peduli terhadap Kota Tua Muntok,

kota bersejarah yang memiliki banyak cagar budaya, enam di antaranya telah ditetapkan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-112

sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu

Pesanggerahan Menumbing, Pesanggerahan Muntok, Kantor Pusat Eks PN Timah, Masjid

Jamik Muntok, Kelenteng Kung Fuk Miao, dan Rumah Mayor China. Komunitas ini terbentuk

pada tanggal 7 September 2011, tepat pada HUT Kota Muntok yang ke-277. MHC dibentuk

oleh beberapa orang yang berdomisili di Muntok, antara lain Chairul Amri Rani, Muhammad

Rizki, Syarifudin Isa, Rusli Rasyidie, Arman Abu Hurairah, Fakhrizal Abubakar, Hamdan

Rastam, Amnar Hafizh. Muntok Heritage Community memiliki tujuan pelestarian Kota Tua

Muntok. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh komunitas ini adalah sebagai berikut.

• Tahun 2011 menyelenggarakan pameran foto yang memuat zaman prakolonial, kolonial,

Perang Dunia II dan Kemerdekaan.

• Tahun 2012 menyelenggarakan perlombaan permainan tradisional.

• Tahun 2013 menyelenggarakan tidak kurang dari 15 kegiatan dalam upaya mendorong

Kota Muntok sebagai Kota Pusaka. Kegiatan tersebut diantara lain:

o melakukan konsultasi ke Balai Arkeologi Palembang;

o menyelenggarakan seminar menuju Muntok sebagai Kota Pusaka;

o melaksanakan lomba permainan tradisional dan lomba lagu Melayu;

o membentuk subunit heritage kampung Petenun (Telukrubiah);

o menyelenggarakan workshop dalam rangka mengungkit apresiasi pelajar terhadap

sejarah dan cagar budaya;

o menyusun perencanaan guna revitalisasi/rehabilitasi/rekonstruksi kota tua Muntok;

o membentuk Tim Fasilitasi Pengelolaan Kota Pusaka; Melakukan konsultasi ke Balai

Penelitian Nilai Budaya di Tanjungpinang;

o melakukan konsultasi ke Balai Pelestarian Cagar Budaya di Jambi;

o melakukan penelusuran jejak keberadaan makam Nek Senguk (ibunda SMB I), Ratu

Iliring dan Rubia;

o Penyusunan buku The Hybrid Architecture of Colonial Tin Mining Town of Muntok yang

merupakan kerja sama antara Muntok Heritage Community (MHC) dengan PT Timah

(Persero), Tbk dan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia;

o melakukan sosialisasi dan edukasi di media massa melalui talkshow di radio dan

koran lokal;

o melaksanakan jalan santai napak tilas ke klaster kampung Melayu;

o Pameran Seribu Kue; dan

o Pameran Foto.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-113

b. Asosiasi Homestay Muntok

Asosiasi Homestay Muntok adalah komunitas bisnis rumah inap (penginapan) dan perjalanan

wisata yang berbasis pada masyarakat atau usaha kecil dan menengah (UKM). Kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh asosiasi ini antara lain seperti membuat paket wisata sejarah,

jelajah alam, dan legenda; melakukan sosialisasi tentang pengelolaan dan pelayanan tamu

homestay (pada tahun 2015); serta melaksanakan acara homestay fair. Saat ini asosiasi

homestay ini sedang tidak aktif.

c. Komunitas Ojek

Komunitas ojek merupakan salah satu komunitas yang berpengaruh untuk mendukung

pengembangan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya. Terdapat 3 (tiga) komunitas

ojek yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya yaitu Komunitas Ojek Polres, Komunitas Ojek

Koramil, dan Komunitas Honda. Komunitas Ojek ini cukup sering mengantar wisatawan yang

ingin berkeliling Kota Muntok. Untuk tariff, biasanya pengendara ojek belum punya standar

harga dan dapat bernegosiasi terlebih dahulu dengan penumpangnya.

d. Forum Peduli Menumbing

Forum Peduli Menumbing terbentuk karena kepedulian masyarakat terhadap Bukit

Menumbing yang semakin hari semakin rusak karena aktivitas penambangan timah. Padahal,

Bukit Menumbing merupakan hutan konservasi yang seharusnya dijaga kelestariannya. FPM

diketuai oleh Herman yang saat ini juga menjabat sebagai Lurah Sungai Daeng. Untuk

membantu menyelamatkan Menumbing, Herman bersama sejumlah warga setempat

mendirikan FPM yang memiliki tugas dan kewajiban menjaga keutuhan dan kelestarian flora

dan fauna yang ada didalamnya. FPM tidak dapat mengambil tindakan tegas kepada para

perusak kawasan Menumbing, namun dengan adanya FPM diharapkan dapat memberikan

sumbangsih dalam pengawasan dan pemantauan Bukit Menumbing.

e. Komunitas Mural

Komunitas mural merupakan salah satu komunitas berbasis minat yang ada di Kota Muntok.

Beberapa hasil kreatifitas dari komunitas ini dapat dilihat di klaster Cina berupa gambar-

gambar mural yang ada di dinding-dinding bangunan.

Selain dalam lingkup KSPP Muntok dan sekitarnya, komunitas yang berperan dalam

pengembangan kepariwisataan kawasan ini juga berasal dari komunitas di tingkat Kabupaten

Bangka Barat maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa komunitas ini adalah

sebagai beriku.

f. Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Bangka Belitung

ASPPI adalah sebuah asosiasi profesi dimana anggotanya adalah setiap orang yang berprofesi

di bidang pariwisata, baik itu hotel, travel agency, guide, restoran, transportasi dan pelaku

wisata lainnya. ASPPI Bangka Belitung terbentuk sejak tahun 2009 dan memiliki 26 anggota

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-114

yang tersebar di Belitung, Bangka Barat, dan Kota Pangkalpinang. ASPPI Bangka Belitung

berlokasi di Jln Masjid Jamik no. 62 Pangkalpinang. Visi dari asosiasi ini adalah memajukan

pariwisata Indonesia dengan meningkatkan profesionalisme pekerja pariwisatanya. Beberapa

kegiatan dari asosiasi ini adalah sebagai berikut.

• Wadah untuk meningkatkan SDM pariwisata agar lebih profesional dan memajukan

pariwisata daerah.

• Kegiatan peduli pariwisata yang ditujukan pada pembinaan kegiatan pariwisata kepada

masyarakat di daerah destinasi wisata

• Menggelar kegiatan Musyawarah Daerah I tahun 2013

• Menghimpun para pelaku wisata

• Menggelar Pelangi Travel Mart

• Membantu mempromosikan pulau-pulau yang ada di Bangka dan Belitung

g. Asosiasi Sales Travel Indonesia (ASATI) Bangka Belitung

ASATI merupakan sebuah asosiasi yang tidak hanya memasarkan dan mempromosikan

pariwisata, tetapi lebih jauh berorientasi pada membangun produk dan menjual produk yang

berkonsentrasi terhadap inbound guna meraih pasar wisata dunia. Kegiatan dari asosiasi ini

adalah sebagai berikut.

• Meningkatkan peraihan pasar wisata dunia guna berkunjung ke Indonesia dengan

mengikuti berbagai kegiatan ekspo seperti Central European Tourism Trade Fair” di negara

Ceko 15-18 Februari 2018, Muscat Festival di Oman pada 17 Januari-10 Februari 2018,

talk show “Halal Membawa Pesona” di Palembang

• Membangun produk dan menjual produk yang berkonsentrasi terhadap inbound guna

meraih pasar wisata dunia.

• Membangun sinergitas antara stakeholder serta memberikan kontribusi pemikiran juga

langkah-langkah dalam membuat inovasi produk guna meraih pasar wisatawan

mancanegara.

• Membuat paket-paket wisata dan mengadakan famtrip untuk mengeksplore Kepulauan

Bangka Belitung bekerjasama dengan Pemkab serta pelaku pariwisata Bangka.

• Melakukan pendataan semua jenis transportasi dan produk wisata

h. Assosiation of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) DPD Bangka Belitung

ASITA merupakan asosiasi travel agent yang ada di tingkat nasional dan memiliki cabang di

tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia. ASITA Bangka Belitung memiliki

kegiatan sebagai berikut.

• Mempromosikan pariwisata di Bangka Belitung dengan cara menarik para end user untuk

menjual pariwisata Bangka Belitung.

• Menjual paket-paket wisata

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-115

• Melakukan kegiatan analisis pasar

• Melakukan pengawasan kinerja dan fasilitas pada tiap perusahaan yang bergerak di

bidang travel.

• Menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda)

i. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPD Bangka Belitung

PHRI merupakan asosiasi non-profit dari pemilik hotel dan restoran serta para profesional yang

memfokuskan kegiatannya untuk pengembangan dan pertumbuhan sektor-sektor penting

industri pariwisata di Indonesia. Sama seperti asosiasi lainnya yang ada di tingkat nasional,

PHRI juga memiliki cabang kepengurusan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. PHRI di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kegiatan sebagai berikut.

• Mengkoordinir proses sertifikasi perhotelan dan restoran se-Bangka Belitung,

• Melakukan kemitraan strategis dengan organisasi profesi di dunia pariwisata,

• Melakukan revitalisasi peran PHRI di tingkat kabupaten/kota.

• Menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) dan Rapat Kerja Nasional

(RAKERNAS)

• Mengadakan gathering dengan seluruh anggota PHRI Bangka Belitung

j. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Bangka Belitung

HPI adalah organisasi profesi yang bersifat non-politik dan mandiri, ditingkat Nasional, Provinsi

dan Kabupaten/Kota. HPI di Bangka Belitung memiliki kantor sekretariat yang berlokasi di Jl.

Masjid Jamik no. 62, Pangkalpinang. Beberapa kegiatan utama HPI adalah sebagai berikut.

• Menggelar pelatihan berbahasa asing

• Mengadakan sosialisasi tentang pemahaman terkait pariwisata daerah

• Mengadakan pelatihan pemandu wisata

k. HPI DPC Bangka Barat

HPI DPC Bangka Barat merupakan organisasi profesi yang bersifat non-politik dan mandiri

serta wadah bagi yang berada di Kabupaten Bangka Barat. HPI Bangka Barat saat ini

membawahi beberapa komunitas volunteer pemandu yang berada di Museum Timah Muntok.

4.5.3 Sumber Daya Manusia di bidang Pariwisata

Data mengenai sumber daya manusia yang khusus bekerja di bidang pariwisata belum tersedia

secara rinci. Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, kondisi sumber daya

manusia di bidang pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya akan diuraikan sebagai berikut.

1. Sumber daya manusia yang bekerja di pemerintahan

Dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Bangka Barat, urusan kepariwisataan berada

langsung di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai pemegang peranan penting.

Meskipun begitu, pengembangan kepariwisataan sangat bergantung pada sektor-sektor lain

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-116

yang ada dalam lingkup pemerintahan baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di

dalam lingkup pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

memiliki struktur organisasi sebagai berikut.

Gambar 4.74 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat

2. Sumber daya manusia yang bekerja sebagai pemandu wisata (guide)

Daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya banyak yang merupakan daya tarik wisata

berbasis sejarah, sehingga sangat membutuhkan interpretasi pariwisata agar pengunjung

dapat mengetahui sejarah dari masing-masing lokasi. Beberapa tempat wisata di KSPP

Muntok dan sekitarnya sudah memiliki pemandu wisata (guide) seperti yang ada di Wisma

Ranggam. Guide yang ada akan menjelaskan secara rinci tentang sejarah, barang-barang,

serta foto-foto yang ada di Wisma Ranggam. Namun jumlah guide yang ada masih terbatas,

sehingga belum dapat mengakomodir kunjungan dalam jumlah besar.

Selain di Wisma Ranggam, pemandu juga dapat ditemui di Museum Timah Muntok. Walaupun

begitu, masing-masing barang ataupun waktu bersejarah sudah dijelaskan dalam papan

interpretasi yang tersedia, sehingga wisatawan dapat mengetahui sejarahnya walaupun tidak

ditemani dengan pemandu. Wisma Menumbing juga merupakan salah satu lokasi bersejarah

yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Namun di lokasi ini belum dapat ditemui pemandu

(guide) untuk menerangkan tentang sejarahnya pada pengunjung. Keberadaan pemandu

(guide) kedepannya merupakan kebutuhan dalam pengembangan kepariwisataan di KSPP

Muntok dan sekitarnya. Pemandu perlu menguasai dan memahami sejarah KSPP Muntok dan

sekitarnya secara keseluruhan, dikarenakan memiliki keterkaitan satu sama lain.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-117

Gambar 4.75 Pemandu Wisata di Wisma Ranggam

Sumber: Hasil Survey, 2018

3. Sumber daya manusia yang bekerja di fasilitas akomodasi

Fasilitas akomodasi di KSPP Muntok dan sekitarnya pada umumnya dikelola secara langsung

oleh pemiliknya. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kunjungan yang tidak tinggi dan hanya pada

waktu-waktu tertentu, sehingga dibutuhkan efisiensi biaya pengelolaan. Mayoritas sumber

daya manusia pariwisata yang bekerja di bidang perhotelan tidak memiliki latar belakang

pendidikan dari bidang perhotelan ataupun pariwisata. Untuk lebih jelasnya, sumber daya

manusia pariwisata yang bekerja di fasilitas akomodasi di KSPP Muntok dan sekitarnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.44 Sumber Daya Manusiia di Fasilitas Akomodasi

Nama Hotel/

Penginapan

Jumlah

Pekerja

Keterangan

Hotel Yasmien 25 orang 1 orang lulusan sekolah perhotelan (supervisor hotel),

2 orang lulusan SMK perhotelan, dan yang lain bukan

berlatar belakang pendidikan perhotelan

Penginapan

Sandy

1 orang Bekerja untuk operasional penginapan

Penginapan

Arwana

5 orang Bekerja untuk operasional penginapan

Penginapan

Sampoerna Cipta

6 orang Bekerja untuk operasional penginapan dengan

pergantian shift kerja

Penginapan Kita 1 orang Hanya bertugas untuk urusan kebersihan penginapan

Hotel Berkah

Kalian

2 orang Keseluruhan operasional hotel dikerjakan oleh pemilik

hotel

Adhika 1 -

EB Global 2 -

Pegagan 3 -

Pasadena 24 -

Sederhana 4 -

Asia 3 -

Taman Duku 4 - Sumber: Data dari Dinas Pariwisata dan Budaya dan Hasil survey, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-118

4. Sumber daya manusia yang bekerja di fasilitas makan dan minum

Sumber daya manusia lain yang berperan dalam pengembangan kepariwisataan adalah sumber

daya manusia yang bekerja di fasilitas makan dan minum meliputi restoran/ rumah makan/ usaha

kuliner. Selain menjadi suatu kebutuhan, wisatawan yang datang ke suatu daerah cenderung ingin

mencoba kekhasan dari daerah tersebut, termasuk makanannya. Berikut adalah jumlah sumber

daya manusia yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya yang bekerja di fasilitas makan dan

minum.

Tabel 4.45 Sumber Daya Manusia di Fasilitas Makan dan Minum

No Nama Restoran/ Rumah Makan Jumlah

Karyawan

Kecamatan Muntok

1 Shela 4

2 Iyobana 5

3 Pegagan 3

4 Uni-Nopi 4

5 Talago Minang 2

6 Griya 8

7 Rumah Keboen 3

8 Resto & Café Menumbing 10

9 Warjo 4

Kecamatan Kelapa

10 Melati 5

11 Mawar

12 Nur 1

13 Surya Minang Saiyo

14 Vioza 2

15 Café Pempek Tasya 5

16 Lamongan Fajar 2

17 Sabar Subur Solo

18 Putra Berkah

19 Ibu Pailan

20 Do’a Bunda

21 Mba Siti Wonosobo

22 Simpang Ibul

23 Aisyah

Kecamatan Jebus

24 Palapa 3

25 Takana Bundo 3

26 Hailai

27 S. M Caffe 6

28 Putri Sago

Kecamatan Parit Tiga

29 Bumdes 4

30 Pesona Tanjung Ru Bakit 7

31 Taman Duku 4

32 Bersahabat 3

33 Berkah 2

34 Tiga Putra 5

35 Mauniang 2

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-119

No Nama Restoran/ Rumah Makan Jumlah

Karyawan

36 Kopitiam Korea 1

37 Pecel Lele 388 8

38 Kedai Kopi 74 4

39 Pondok Rumbo 4

Kecamatan Tempilang

40 Aroma Minang 4

41 MInang Jaya 4

42 Selera Kita 2

43 Rumpun Padi 3

44 Bunda 2

45 Selera Basamo 2

46 Bakso Tempilang 2

47 Nasi Bakar Safira 2

Kecamatan Simpang Teritip

48 Iyobana 2

49 Selera Anda 2

50 RM Diah 5

Selain dari fasilitas makan dan minum dalam bentuk restoran maupun rumah makan, Kota

Muntok dikenal sebagai Kota Seribu Kue. Oleh karena itu, usaha dan industri kuliner berkembang

dengan cukup baik di kota ini, khususnya untuk penganan kue. Perkembangan kue di kota ini

dimulai sejak masa krisis timah di tahun 1980-1990an, yang menyebabkan masyarakat maupun

pemerintah harus mencari alternatif usaha ekonomi lainnya. Namun, keberadaan usaha kue ini

tidak hanya berperan untuk perekonomian di Kota Muntok saja, tetapi juga dalam pengembangan

kepariwisataan.

Sumber daya manusia yang bekerja di industri kue mayoritas berada di Klaster Melayu tepatnya

di Kampung Tanjung. Usaha kue-kue ini pada umumnya adalah industri rumah tangga yang

dijalankan oleh Ibu-ibu. Peralatan yang digunakan juga masih sederhana serta pekerja biasanya

masih berasal dari kalangan keluarga atau tetangga sendiri.

Gambar 4.76 Pelaku Pembuat Kue di KSPP Muntok dan sekitarnya

Sumber: Hasil Survey, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-120

4.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kepariwisataan KSPP

Muntok dan Sekitarnya

Hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok

dan sekitarnya berdasarkan pilar-pilar pembangunan kepariwisataan (destinasi pariwisata,

industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan) dapat dilihat pada

uraian berikut.

4.6.1 Potensi

A. Destinasi Pariwisata

1. Keanekaragaman daya tarik wisata budaya dan sejarah KSPP Muntok dan sekitarnya

dengan berbagai peninggalan benda cagar budaya yang dapat diangkat sebagai identitas

kawasan.

KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki dokumentasi sejarah yang baik dimana setiap masa

atau periode sejarah tertentu meninggalkan jejak berupa situs dan bangunan bersejarah.

Potensi kekayaan sejarah terkait dengan Kesultanan Palembang, Penjajahan Inggris,

Penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang (Perang Dunia ke-II), Perjuangan Kemerdekaan

(Agresi Militer Belanda II), dan sejarah terkait pertambangan timah di KSPP Muntok dan

sekitarnya dapat dikembangkan sebagai produk wisata edukasi bagi para pelajar dan

mahsiswa dan juga produk wisata perjalanan sejarah bangsa (historical trip/heritage trail)

bagi wisatawan.

2. Keragaman etnis dan budaya masyarakat KSPP Muntok yang masih dapat dilihat dan

dirasakan (upacara adat, kesenian, tarian, permainan tradisional dll).

Upaya-upaya dalam mempertahankan budaya tradisi agar tetap lestari terus dilakukan

melalui berbagai kegiatan seperti upacara adat, pagelaran kesenian, sedekah adat,

permainan tradisional, tari-tarian, peralatan tradisional dan lain sebagainya. Selain itu,

terdapat agenda rutin festival budaya tahunan yang diselenggarakan di KSPP Muntok dan

sekitarnya.

3. Keragaman kuliner khas yang terkait dengan budaya masyarakat dan didukung potensi

hasil perikanan tangkap;

Potensi kuliner khas berupa kue-kue tradisional jajanan pasar dimana terdapat kue yang

memiliki nilai sejarah terkait dengan Bung Karno, yaitu Kue Pelite sebagai kue kesukaan

Bung Karno, dan juga sistem perdagangan kue tradisional dimana terdapat sistem “Kue

Pulang” menjadi potensi yang dapat dikembangkan menjadi wisata kuliner dan wisata

kreatif kuliner tradisional. Selain itu, hasil perikanan tangkap telah mendorong

pengembangan wisata kuliner aneka makanan laut dan olahannya seperti kuliner pempek

udang, kemplang, otak-otak, terasi blacan, dan lain sebagainya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-121

4. Jarak Kota Muntok yang relatif tidak terlalu jauh dengan Pangkalpinang maupun

Palembang sebagai pintu masuk wisatawan, didukung oleh kondisi jalan yang baik dan

sarana prasarana transportasi lainnya.

Jalan Nasional Tanjung Kalian–Muntok–Pangkalpinang merupakan jalur lintasan

distribusi pergerakan orang dan barang dengan simpul utama pergerakan di Pelabuhan

Penyeberangan Tanjung Kalian yang menghubungkan KSPP Muntok dan sekitarnya

dengan Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, terdapat juga rencana pembangunan

pelabuhan penyebrangan di wilayah Tanjung Ular. Hal ini merupakan potensi sumber

pasar wisatawan yang cukup besar yang dapat diraih KSPP Muntok dan sekitarnya.

5. Ketersediaan fasilitas pariwisata maupun fasilitas umum pendukung pariwisata yang

cukup memadai;

Ketersediaan fasilitas akomodasi berupa hotel bintang dan hotel non-bintang dapat

mendukung pengembangan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya. Selain itu, rumah-

rumah tradisional seperti rumah panggung Melayu berpotensi dikembangkan untuk

menjadi homestay. Demikian juga dengan keberadaan restoran/rumah makan, fasilitas

perbankan, perdagangan, kesehatan dan lain-lain yang dapat mendukung pengembangan

kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya.

6. Kepedulian masyarakat terhadap kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya.

Beberapa asosioasi/organisasi dan kelompok masyarakat memperlihatkan

kepedualiannya terhadap warisan budaya dan sejarah Kota Tua Muntok. Adanya asosiasi

masyarakat yang bergerak di bidang warisan sejarah dan budaya serta karakter sosial

masyarakat lokal yang ramah dan memiliki toleransi yang tinggi ini dapat menjadi modal

utama dalam mendukung pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya.

B. Industri Pariwisata

1. Keberadaan UMKM produk olahan laut maupun kuliner (khususnya kue) sebagai

penggerak industri pariwisata Muntok;

2. Ketersediaan usaha makan dan minum skala kecil (seperti warung makan dan kedai kopi).

C. Pemasaran Pariwisata

1. Citra Muntok sebagai destinasi pariwisata sejarah (sejarah perang dunia II, sejarah

pengasingan tokoh sejarah nasional dan sejarah pertambangan timah);

2. Terdapat agenda kepariwisataan dan kebudayaan yang rutin dilaksanakan;

3. Sejarah tragedi perang dunia ke-II di Muntok yang mendunia dan terdapat agenda rutin

terkait peringatan tragedi tersebut yang melibatkan peserta dari internasional (khususnya

dari Australia).

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-122

D. Kelembagaan Kepariwisataan

1. Keberadaan organisasi/asosiasi/komunitas kepariwisataan, khususnya yang terkait

dengan Warisan Budaya dan Sejarah di Muntok;

2. Terdapat upaya dari berbagai Perangkat Daerah (Dinas-dinas terkait) dalam perencanaan

pembangunan Kota Pusaka Muntok;

4.6.2 Permasalahan

A. Destinasi Pariwisata

1. Perubahan bentuk (banyak) bangunan peninggalan sejarah yang sudah tidak sesuai

dengan aslinya, terkait belum adanya aturan yang tegas dari pemerintah atau pihak yang

berwenang dan kurangnya kesadaran masyarakat, umumnya terkait masalah finansial;

2. Budaya lokal yang mulai terancam akibat masuknya pengaruh budaya dari luar;

3. Kurangnya informasi yang lengkap terkait potensi daya tarik wisata budaya maupun

kuliner sebagai bahan interpretasi kepada wisatawan;

4. Belum memadainya angkutan umum dari pintu masuk wisatawan menuju Kota Muntok

maupun di dalam kawasan Muntok, serta integrasi antarmoda yang menghubungkan

pergerakan regional dengan internal;

5. Sedimentasi sungai akibat penambangan timah dan perusakan hutan khususnya di area

hulu sungai yang dapat menyebabkan banjir di Kota Muntok;

6. Pemahaman dan tingkat penerimaan warga Kota Muntok terhadap pelestarian,

pengembangan, dan pemanfaatan pusaka budaya (cultural heritage) yang masih

bervariasi;

7. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan sejarah dan penguatan

budaya lokal, a.l. karena pemahaman dan tingkat penerimaan warga Kota Muntok

terhadap pariwisata dan manfaat pengembangan pariwisata yang masih bervariasi.

B. Industri Pariwisata

1. Kurangnya pembinaan UMKM maupun desa wisata dalam mendukung pengembangan

pariwisata Kawasan Muntok;

2. Masih belum berkembangnya industri pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya karena

para pelaku usaha yang belum sadar terhadap peluang usaha di bidang pariwisata.

C. Pemasaran Pariwisata

1. Belum optimalnya upaya promosi kegiatan even-even terkait kepariwisataan;

2. Belum optimalnya pemanfaatan media digital dalam mempromosikan pariwisata di

KSPP Muntok dan sekitarnya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-123

D. Kelembagaan Kepariwisataan

1. Lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan kepariwisataan Muntok;

2. Masih rendahnya upaya regenerasi para pelaku asosiasi-asosiasi kepariwisataan,

khususnya asosiasi terkait warisan sejarah dan budaya di KSPP Muntok dan sekitarnya.

4.7 Isu Strategis Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan

Sekitarnya

Berdasarkan analisi terhadap potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan KSPP

Muntok dan sekitarnya, dapat dirumuskan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan KSPP

Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut:

1. Komitmen dan peningkatan peran serta koordinasi antarpemangku kepentingan

Komitmen yang konsisten dari seluruh pemangku kepentingan kepariwisataan KSPP

Muntok dan sekitarnya, di berbagai tingkatan sangatlah diperlukan dalam mendukung

pengembangan kawasan ini. Termasuk keterlibatan dari semua pihak dan korodinasi serta

kerjasama antara masyarakat lokal, komunitas (budaya dan sejarah), pemerintah, dan

swasta dalam pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya.

2. Integrasi dan implementasi kebijakan dan rencana

Berbagai penyusunan kebijakan dan dokumen perencanaan terkait KSPP Muntok dan

sekitarnya telah banyak dilakukan oleh pemerintah, baik dari tingkat kabupaten maupun

tingkat provinsi dan pusat (misalnya RTRW, RPJMD, Ripparkab, RDTR Perkotaan Muntok,

Rencana Aksi Kota Pusaka, RTBL dan DED Klaster Eropa, Melayu, dan Cina, dan lain

sebagainya). Upaya integrasi dan implementasi dari berbagai kebijakan dan rencana yang

telah disusun tersebut menjadi hal yang sangat penting dan mendesak untuk dilakukan

dalam rangka mewujudkan pembangunan yang terintegrasi dan terpadu.

3. Peningkatan kapasitas masyarakat dan usaha pariwisata lokal

Peningkatan kapasitas masyarakat dan usaha pariwsiata lokal terkait kepariwisataan

perlu dilakukan agar masyarakat lokal dapat berperan aktif dalam pengembangan

kepariwisataan dan para pelaku usaha pariwisata lokal mampu memahami dan

menangkap peluang usaha sehingga dapat mengembangkan usahanya yang lebih baik di

bidang kepariwisataan. Kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait pemahan terhadap

pentingnya benda cagar budaya, pelestarian budaya dan sejara, manfaat pariwisata dan

sadar wisata untuk masyarakat dan pelaku usaha pariwisata local perlu dilakukan secara

rutin dan berlanjut agar dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dan para pelaku

usaha local agar siap untuk berperan aktif dalam pengembangan kepariwisataan di KSPP

Muntok dan sekitarnya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-124

4. Pengenalan (recognition) arti penting warisan budaya

Pengenalan (recognition) arti penting warisan budaya bangsa dalam perjalanan sejarah

Indonesia dapat menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri

bangsa. Pemerintah dapat mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah

pada pelestarian kebudayaan dan sejarah nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang

dapat dilakukan adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah di setiap even-

eventakbar nasional, misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya. Hal tersebut perlu

dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya dan sejarah

yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Demikian juga melalui jalur formal

pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan yang

kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan

lokal kebudayaan daerah.

5. Peningkatan daya dukung lingkungan

Daya dukung lingkungan merupakan aspek penting dalam mewujudkan pembangunan

pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism). Aspek penataan ruang dan

penyediaan ruang terbuka hijau di KSPP Muntok dan sekitarnya, khususnya di kawasan

Kota Tua Muntok, perlu dilakukan untuk meningkatkan dukung lingkungan sekaligus

dapat dikembangkan sebagai fasilitas umum pendukung pariwisata. Isu mendesak terkait

daya dukung lingkungan di KSPP Muntok dan sekitarnya, khususnya di Kota Tua Muntok,

diantaranya adalah terkait dengan kegiatan penambangan timah yang tidak menerapkan

pengelolaan dampaknya sehingga menyebabkan pendangkalan sungai dan berimplikasi

terhadap banjir karena luapan air sungai dan air pasang dari laut. Sehingga perlu ada

penertiban terkait penambangan timah tersebut dan perlu dilakukan upaya normalisasi

sungai dan penataan bangunan-bangunan sepanjang sungai.

6. Pengemasan nilai-nilai peninggalan sejarah serta keunikan budaya

Pengemasan nilai-nilai peninggalan sejarah serta keunikan budaya bertujuan untuk

memberikan edukasi kepada masyarakat luas sehingga dapat berperan dalam pelestarian

warisan sejarah (khususnya bagi generasi muda) dan pengembangan kebudayaan itu

sendiri dimana dapat dikemas dalam bentuk kegiatan wisata (pariwisata heritage/warisan

budaya).

7. Aksesibilitas dan dukungan fasilitas serta prasarana penunjang pariwisata

Aksesibilitas merupakan faktor penting dalam memberikan kemudahan bagi wisatawan

untuk berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya. Aksibilitas juga perlu dikelola secara

optimal sesuai dengan daya dukungnya agar tidak menimbulkan kemacetan. Upaya-upaya

dalam meningkatkan kemudahan aksesibilitas meunju KSPP Muntok dan sekitarnya

dapat dilakukan melaui pengembangan trayek angkutan antar kecamatan di Kabupaten

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-125

Bangka Barat yang terintegrasi antar pusat-pusat kecamatan dengan simpul-simpul

transportasi di Kabupaten Bangka Barat (seperti Pelabuhan Penyebrangan Tanjung Kelian

dan Rencana Pelabuhan Laut Tanjung Ular). Selain itu, perencanaan ulang terminal

angkutan muntok sebagai salah satu simpul transportasi di internal perkotaan muntok

juga dapat dilakukan untuk menunjang pergerakan di internal perkotaan Muntok.

8. Optimalisasi program pemasaran dan promosi

Optimalisasi program pemasaran dan promosi dengan memanfaatkan berbagai media

digital perlu dilakukan, khususnya terkait dengan even-even pariwisata dan budaya,

sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus memberikan edukasi bagi

wisatawan dan masyarakat umum terkait warisan sejarah dan budaya yang ada di KSPP

Muntok dan sekitarnya.