Analisis kinerja routing dinamis teknik OSPF Chapter III - V.pdf

33
49 BAB III PENGGUNAAN SOFTWARE DAN PERANCANGAN JARINGAN 3.1 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer Cisco Packet Tracer adalah salah satu aplikasi yang dibuat oleh Cisco sebagai simulator dalam pembelajaran Cisco Networking maupun simulasi dalam mendesain jaringan komputer mengunakan Device Cisco yang dapat di download di http://www.packettracer.info/category/download . Komponen yang disediakan pada Cisco Packet Tracer Dalam program ini telah tersedia beberapa komponen-komponen atau alat- alat yang sering dipakai atau digunakan dalam merancang suatu sistem network, sehingga dapat dengan mudah membuat sebuah simulasi jaringan komputer didalam PC. Simulasi ini berfungsi untuk mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat tersebut dan cara pengiriman sebuah pesan dari komputer yang satu ke komputer lain juga dapat disimulasikan. Software Cisco Packet Tracer yang digunakan pada saat membuat perancangan ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar mirip device Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai pendekatan real implementasi. Gambar 3.1 Splash Screen ketika memulai Cisco Packet Tracer UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of Analisis kinerja routing dinamis teknik OSPF Chapter III - V.pdf

49

BAB III

PENGGUNAAN SOFTWARE DAN PERANCANGAN JARINGAN

3.1 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer

Cisco Packet Tracer adalah salah satu aplikasi yang dibuat oleh Cisco

sebagai simulator dalam pembelajaran Cisco Networking maupun simulasi dalam

mendesain jaringan komputer mengunakan Device Cisco yang dapat di download

di http://www.packettracer.info/category/download. Komponen yang disediakan

pada Cisco Packet Tracer

Dalam program ini telah tersedia beberapa komponen-komponen atau alat-

alat yang sering dipakai atau digunakan dalam merancang suatu sistem network,

sehingga dapat dengan mudah membuat sebuah simulasi jaringan komputer

didalam PC. Simulasi ini berfungsi untuk mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat

tersebut dan cara pengiriman sebuah pesan dari komputer yang satu ke komputer

lain juga dapat disimulasikan. Software Cisco Packet Tracer yang digunakan pada

saat membuat perancangan ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.

sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar

mirip device Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai

pendekatan real implementasi.

Gambar 3.1 Splash Screen ketika memulai Cisco Packet Tracer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

50

3.2 Item Tools yang Digunakan pada Aplikasi Cisco Packet Tracer

Berikut ini adalah tampilan menu utama (main window) pada saat

aplikasi Cisco Packet Tracer dijalankan didalam sebuah komputer, seperti yang

terlihat pada Gambar 3.2 [12].

Gambar 3.2 Tampilan menu utama pada aplikasi Cisco Packet Tracer

Dalam program tersebut terdiri beberapa menu yang ditampilkan pada

program ini diantaranya :

a. Kolom 1 (Menu)

Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang

sering kita lihat dalam setiap software yang berguna sebagai pilihan menu

dari sekelompok perintah, dimana diantaranya adalah menu File, Edit,

Options, View, Tools, Extensions dan Help.

b. Kolom 2 (Shortcut)

Pada bagian ini terdapat shortcut seperti New, Open, Save, Print, Activity

Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out,

Drawing Palette dan Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga

akan ditemukan shortcut Network Information dan Contents.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

51

c. Kolom 3 (Alat Umum)

Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan

workspace. Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih

(Select), memindahkan tata ruang (Move Layout), menempatkan catatan

(Place Note), menghapus (Delete), memeriksa (Inspect), serta

menambahkan PDU sederhana dan kompleks (Resize Shape).

d. Kolom 4 (Logical dan Physical Workspace)

Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan

Physical. Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat

sebuah simulasi jaringan 51omputer. Dan Physical Workspace merupakan

tempat untuk member suatu dimensi physical ke topologi jaringan

komputer. Hal tersebut bisa memberikan pengertian skala dan penempatan

suatu jaringan 51omputer pada suatu lingkungan.

e. Kolom 5 (Tempat Kerja)

Area ini merupakan sebuah tempat dimana akan merencanakan atau

membuat sebuah jaringan, mengamati simulasi pada jaringan tersebut serta

mengamati beberapa macam informasi dan statistik.

f. Kolom 6 (Realtime / Simulation)

Pada bagian ini tersedia dua item yang diantaranya mode Realtime dan

mode Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device

yang nyata dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan.

Dalam mode Simulation, user dapat melihat dan mengendalikan waktu

interval, transfer data, serta penyebaran data melalui jaringan yang telah

dirancang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

52

g. Kolom 7 (Network Component Box)

Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang

akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan

komputer. Dalam bagian ini juga terdapat dua item yaitu pemilihan

peralatan dan koneksi serta pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang

lebih spesifik, contohnya jenis penghubung dan jenis kabel.

h. Kolom 8 (Kotak Pemilihan Jenis Alat / Koneksi)

Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom

tersebut digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan

ditempatkan pada workspace. Alat tersebut antara lain adalah Routers,

Switches, Hubs, Wireless Device, Connections, End Devices, Wan

Emulation, Custom Made Devices dan Multiuser Connection.

i. Kolom 9 (Kotak Pemilihan Jenis Alat / Koneksi Spesifik)

Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian diatas, dimana alat koneksi

yang telah dipilih akan dibagikan menjadi beberapa jenis-jenisnya secara

lebih rinci. Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang

akan digunakan dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai

dengan keinginan.

j. Kolom 10 (Jendela Informasi Status)

Bagian ini merupakan keterangan untuk melihat informasi status dari paket

serta untuk mengatur skenario selama berlangsungnya simulasi jaringan

yang telah dibuat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

53

3.3 Parameter Sistem

Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisa

kinerja jaringan LAN, yaitu Packet Loss, Delay dan Throughput.

3.3.1 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari

asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu

proses yang lama.

Persamaan perhitungan Delay [13] :

Delay rata-rata = Diterima yangPaket Total

Delay Total (3.1)

Tabel 3.1 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON) [13]

Kategori Besar Delay

Sangat Bagus <150 ms

Bagus 150 s/d 300 ms

Sedang 300 s/d 450 ms

Buruk >450 ms

3.3.2 Packet Loss

Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu

kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet Loss dapat

terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan,

melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit,

kesalahan hardware jaringan [14].

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

54

Tabel 3.2 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss [13]

Kategori Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 3%

Sedang 15%

Buruk 25%

Persamaan perhitungan Packet Loss [13] :

Packet loss = 100%x dikirim yang dataPaket

diterima) dataPaket - dikirim data(Paket (3.2)

3.3.3 Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam

melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan

bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth

dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara

throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi [14].

Persamaan perhitungan Throughput [14] :

Throughput =

(sec)packet last &first between Time

secBytes/ Average Data PengirimanWaktu

Dikirim Yang DataJumlah = (3.3)

3.4 Langkah-langkah Perancangan Jaringan dengan Menggunakan

Cisco Packet Tracer

Persiapan perancangan jaringan dalam Tugas Akhir ini adalah dengan

mengasumsikan menggunakan 4 buah gedung (Gedung A, Gedung B, Gedung C,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

55

Gedung D). Masing-masing gedung mempunyai 10 komputer, 1 switch, 1 router.

Maka total untuk keempat gedung memiliki 40 komputer, 4 switch dan 4 router.

3.4.1 Membuat Model Jaringan

Untuk membuat model dari jaringan komputer yang akan digunakan

bisa dilakukan dengan memanfaatkan area kerja dari Cisco Packet Tracer,

kemudian memilih end device untuk menentukan perangkat yang ingin

dihubungkan, lalu gunakan concentrator sesuai dengan kebutuhan, setelah itu

hubungkan setiap perangkat end device ke concentrator dengan menggunakan

fasilitas connection. Model jaringan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Model Jaringan

Suatu jaringan komputer pada kenyataannya terdiri dari beberapa

komputer yang terhubung, sedangkan pada perancangan ini suatu jaringan

komputer akan dihubungkan dengan jaringan komputer yang lain dalam suatu

jaringan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

56

Pada gambar model jaringan sebelumnya, terdapat empat jaringan

yang terpisah, dan masing-masing jaringan membentuk jaringan komputer sendiri.

Agar antar jaringan satu dengan jaringan yang lain bisa saling berhubungan, maka

antar jaringan harus dihubungkan. Jika dalam pemakaian kelas IP address masing-

masing jaringan menggunakan kelas yang sama, maka dalam menghubungkan

jaringan ini bisa hanya menggunakan peralatan berupa switch. Tetapi jika masing-

masing jaringan yang akan dihubungkan menggunakan kelas IP address yang

berbeda, maka dalam menghubungkan jaringan ini memerlukan suatu perangkat

yang lebih dimana perangkat ini bisa mengontrol trafik yang akan dilalui yakni

berupa router.

3.4.2 Menentukan IP Address

IP address merupakan identitas sebuah perangkat dalam jaringan

komputer. IP address dapat dibuat dengan cara klik pada perangkat yang ingin

diberi IP address, lalu pilih desktop, setelah itu pilih IP configuration, kemudian

masukkan nomor IP berdasarkan kelas yang telah ditentukan sesuai dengan Tabel

3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Menentukan alamat IP address

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

57

Tabel 3.3 IP untuk masing-masing PC pada gedung A dengan Network

192.168.1.0

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

A1 192.168.1.2 255.255.255.240 192.168.1.1

A2 192.168.1.3 255.255.255.240 192.168.1.1

A3 192.168.1.4 255.255.255.240 192.168.1.1

A4 192.168.1.5 255.255.255.240 192.168.1.1

A5 192.168.1.6 255.255.255.240 192.168.1.1

A6 192.168.1.7 255.255.255.240 192.168.1.1

A7 192.168.1.8 255.255.255.240 192.168.1.1

A8 192.168.1.9 255.255.255.240 192.168.1.1

A9 192.168.1.10 255.255.255.240 192.168.1.1

A10 192.168.1.11 255.255.255.240 192.168.1.1

Tabel 3.4 IP untuk masing-masing PC pada gedung B dengan Network

192.168.1.16

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

B1 192.168.1.18 255.255.255.240 192.168.1.17

B2 192.168.1.19 255.255.255.240 192.168.1.17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

58

Tabel 3.4 Lanjutan

Tabel 3.5 IP untuk masing-masing PC pada gedung C dengan Network

192.168.1.32

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

C1 192.168.1.34 255.255.255.240 192.168.1.33

C2 192.168.1.35 255.255.255.240 192.168.1.33

C3 192.168.1.36 255.255.255.240 192.168.1.33

C4 192.168.1.37 255.255.255.240 192.168.1.33

C5 192.168.1.38 255.255.255.240 192.168.1.33

C6 192.168.1.39 255.255.255.240 192.168.1.33

C7 192.168.1.40 255.255.255.240 192.168.1.33

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

B3 192.168.1.20 255.255.255.240 192.168.1.17

B4 192.168.1.21 255.255.255.240 192.168.1.17

B5 192.168.1.22 255.255.255.240 192.168.1.17

B6 192.168.1.23 255.255.255.240 192.168.1.17

B7 192.168.1.24 255.255.255.240 192.168.1.17

B8 192.168.1.25 255.255.255.240 192.168.1.17

B9 192.168.1.26 255.255.255.240 192.168.1.17

B0 192.168.1.27 255.255.255.240 192.168.1.17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

59

Tabel 3.5 Lanjutan

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

C8 192.168.1.41 255.255.255.240 192.168.1.33

C9 192.168.1.42 255.255.255.240 192.168.1.33

C10 192.168.1.43 255.255.255.240 192.168.1.33

Tabel 3.6 IP untuk masing-masing PC pada gedung D dengan Network

192.168.1.48

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

D1 192.168.1.50 255.255.255.240 192.168.1.49

D2 192.168.1.51 255.255.255.240 192.168.1.49

D3 192.168.1.52 255.255.255.240 192.168.1.49

D4 192.168.1.53 255.255.255.240 192.168.1.49

D5 192.168.1.54 255.255.255.240 192.168.1.49

D6 192.168.1.55 255.255.255.240 192.168.1.49

D7 192.168.1.56 255.255.255.240 192.168.1.49

D8 192.168.1.57 255.255.255.240 192.168.1.49

D9 192.168.1.58 255.255.255.240 192.168.1.49

D10 192.168.1.59 255.255.255.240 192.168.1.49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

60

3.4.3 Setting Router

Agar terjadi komunikasi data dalam suatu jaringan diperlukan suatu

alat yang bisa untuk mengatur sistem pertukaran data tersebut dan alat inilah yang

disebut dengan router, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 Pemakaian

router pada jaringan LAN menggunakan topologi Mesh

Gambar 3.5 Pemakaian router pada jaringan LAN menggunakan topologi Mesh

Sesuai dengan Gambar 3.5 IP address yang digunakan dalam interface-

interface router adalah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

61

Tabel 3.7 IP address yang digunakan dalam interface-interface router

Router Interface IP Address Network Netmask

R1

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.1 192.168.1.0 255.255.255.240

Serial 0/0/0 192.168.10.1 192.168.10.0 255.255.255.240 Serial 0/1/0 192.168.11.1 192.168.11.0 255.255.255.240 Serial 0/1/1 192.168.14.1 192.168.14.0 255.255.255.240

R2

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.17 192.168.1.0 255.255.255.240

Serial 0/0/0 192.168.10.2 192.168.10.0 255.255.255.240 Serial 0/1/0 192.168.13.1 192.168.13.0 255.255.255.240 Serial 0/1/1 192.168.15.2 192.168.15.0 255.255.255.240

R3

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.33 192.168.1.0 255.255.255.240

Serial 0/0/0 192.168.13.2 192.168.13.0 255.255.255.240 Serial 0/1/0 192.168.12.1 192.168.12.0 255.255.255.240 Serial 0/1/1 192.168.14.2 192.168.14.0 255.255.255.240

R4

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.49 192.168.1.0 255.255.255.240

Serial 0/0/0 192.168.11.2 192.168.11.0 255.255.255.240 Serial 0/1/0 192.168.12.2 192.168.12.0 255.255.255.240

Serial 0/1/1 192.168.15.1 192.168.15.0 255.255.255.240

Cara men-setting router adalah dengan mengklik pada router, setelah

masuk ke menu setting pilih perintah CLI (Command Line Interface), kemudian

ketik perintah-perintah yang digunakan. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

62

Gambar 3.7 Setting Router pada menu CLI

Perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI tersebut adalah sebagai berikut:

a. Untuk Fast Ethernet

1. Awalnya muncul pertanyaan, ketik saja no

2. enable

3. configure terminal

4. interface fa 0/0 Misal yang akan di setting adalah fast ethernet 0/0.

5. ip address 192.168.1.1 255.255.255.240 Setting ip address dan

subnetmask

6. no shutdown

7. end

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

63

b. Untuk Serial

1. enable

2. configure terminal

3. interface serial 0/0/0 Misal yang akan di setting adalah serial 0/0/0.

ip route 192.168.10.1 255.255.255.0 192.168.10.0 Setting network

yang dituju,

subnetmask

dan next hop.

4. no shutdown

5. end

c. Setting Routing OSPF (Open Shortest Path First) Menciptakan Routing

dengan model OSPF

router ospf <process id>

network <ip network>

contoh:

Setting table routing pada masing-masing Router dengan protokol OSPF

Router 1:

Router(config)#router ospf 10

Router(config-router)#network 192.168.10.0 255.255.255.240 area 0

Router(config-router)#network 192.168.11.0 255.255.255.240 area 0

Router(config-router)#network 192.168.14.0 255.255.255.240 area 0

Router(config-router)#^Z

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

64

3.4.4 Melihat Hasil Konfigurasi

Pada Gambar 3.8 menunjukan hasil konfigurasi OSPF symbol O pada

Gambar 3.8 menunjukan bahwa jaringan telah berhasil dikonfigurasikan

menggunakan teknik OSPF, dan perintah untuk melihat hasil konfigurasi router

dengan teknik OSPF adalah :

Router#show ip route

Gambar 3.8 Tampilan hasil konfigurasi router dinamik OSPF

Setelah tahapan setting router dilaksanakan, maka jaringan komputer yang

terhubung dapat melakukan komunikasi data dengan jaringan komputer yang lain.

Pada perancangan ini setiap koneksi yang terhubung dan tidak terdapat kesalahan

dalam mensetting jaringan akan diindikasikan dengan adanya titik berwarna hijau,

sedangkan untuk komputer yang bermasalah akan diindikasikan dengan titik

berwarna merah. Setiap router yang telah behasil dikonfigurasikan secara OSPF

maka akan diinisialkan dengan huruf O pada CLI.

OSPF

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

65

3.4.5 Ping Test

Ping test digunakan untuk melihat apakah seluruh PC sudah dapat

terkoneksi dan sudah dapat mengirim data. Dengan ping test dapat diketahui

apabila ada router yang belum berhasil terhubung dan PC yang akan di Ping tidak

akan terdeteksi dari PC yang lainnya. Gambar 3.9 adalah contoh tampilan ping

test .

Cara melakukan ping test sebagai berikut:

• klik salah satu PC dari satu gedung, contoh gedung Teknik Elektro

• klik menu desktop kemudian pilih command prompt

• ketik : ping [ip_address_tujuan]

contoh: PC>ping 192.168.1.18

Gambar 3.9 Tampilan ping test A1 menuju B1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

66

BAB IV

ANALISIS KINERJA ROUTING DINAMIS TEKNIK OSPF

4.1 Umum

Kualitas merupakan tingkat keberhasilan suatu sistem untuk

memberikan layanan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dalam hal komunikasi

data, kualitas dikatakan maksimal apabila setiap paket data yang terkirim sama

persis dengan data yang dikirim dengan nilai waktu tunda seminimal mungkin.

Bagi pengguna, kualitas maksimal merupakan tingkat kepuasan dalam

mempergunakan suatu layanan.

Pada bab IV ini akan membahas analisis kinerja jaringan yang dirancang

pada software Cisco Packet Tracer sesuai dengan yang ada pada Gambar 3.5

Jaringan LAN menggunakan topologi Mesh sebelumnya. Parameter yang menjadi

bahan analisa adalah berupa delay, packet loss dan throughput yang dihasilkan

pada waktu terjadi pengiriman paket data sampai penerimaan paket data. Untuk

pengujian parameter yang akan dibahas adalah dengan melakukan 10 kali

pengujian dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer, dimana pengujian

yang dilakukan sebanyak 10 kali, antara lain :

1. Dari salah satu PC gedung A (yaitu A2) menuju salah satu PC yang berada

pada gedung B (yaitu B2) sebanyak 10 kali pengujian untuk masing-

masing perancangan.

2. Dari salah satu PC gedung A (yaitu A2) menuju salah satu PC yang berada

pada gedung C (yaitu C2) sebanyak 10 kali pengujian untuk masing-

masing perancangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

67

3. Membandingkan hasil dari salah satu PC gedung A (yaitu A2) menuju

salah satu PC yang berada pada gedung Teknik Kimia (yaitu D2) sebanyak

10 kali pengujian, pada perancangan ini dari gedung A menuju gedung D

akan melewati 2 buah router.

4.2 Analisis Perancangan

Adapun parameter yang dianalisis untuk mengetahui kinerja dari

jaringan yang dirancang adalah delay, packet loss, serta throughput.

4.2.1 Analisis Delay

Untuk melihat rute-rute jaringan yang dituju antar jaringan dapat dilihat

pada menu CLI seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tampilan menu CLI untuk melihat rute antar jaringan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

68

Untuk tampilan delay sebanyak 10 kali pengujian dilakukan pada menu

command prompt dan dapat dilihat pada Lampiran A.1, A.2 dan A.3 (hal.80-88).

Hasil pengujian delay menurut software Cisco Packet Tracer ditunjukkan pada

Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

Tabel 4.1 Hasil pengujian delay dari (A2 gedung A) ke (B1 gedung B) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak Pengujian IP Tujuan

Total Delay (ms)

Total Paket

Delay rata-rata

(ms) 1. 192.168.1.3 ke

192.168.1.19 230 3 76

2. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

276 4 69

3. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

289 4 72

4. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

380 4 95

5. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

400 4 100

6. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

249 4 62

7. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

310 4 77

8. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

288 4 79

9. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

293 4 73

10. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

254 4 63

Rata-rata delay keseluruhan

) Diterima yangPaket Total

Delay Total(∑

∑= 76.6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

69

Tabel 4.2 Hasil pengujian delay dari (A2 gedung A) ke (C2 gedung C) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak Pengujian IP Tujuan

Total Delay (ms)

Total Paket

Delay rata-rata

(ms) 1. 192.168.1.3 ke

192.168.1.35 165 3 55

2. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

332 4 83

3. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

342 4 85

4. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

471 4 117

5. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

420 4 105

6. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

310 4 77

7. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

385 4 96

8. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

480 4 120

9. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

430 4 107

10. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

482 4 120

Rata-rata delay keseluruhan

) Diterima yangPaket Total

Delay Total(∑

∑= 96.5

Tabel 4.3 Hasil pengujian delay dari (A2 gedung A) ke (D2 gedung D) menurut

software Cisco Packet Tracer

Banyak Pengujian IP Tujuan

Total Delay (ms)

Total Paket

Delay rata-rata

(ms) 1. 192.168.1.3 ke

192.168.1.35 329 3 109

2. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

385 4 96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

70

Tabel 4.3 Lanjutan

Banyak Pengujian IP Tujuan

Total Delay (ms)

Total Paket

Delay rata-rata

(ms) 3. 192.168.1.3 ke

192.168.1.35 410 4 102

4. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

340 4 85

5. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

380 4 95

6. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

357 4 89

7. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

330 4 82

8. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

312 4 78

9. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

330 4 82

10. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

340 4 85

Rata-rata delay keseluruhan

) Diterima yangPaket Total

Delay Total(∑

∑= 90.3

4.2.2 Analisis Packet Loss

Untuk tampilan packet loss sebanyak 10 kali pengujian juga dilakukan

pada menu command prompt dan dapat dilihat pada Lampiran A.1, A.2 dan A.3

(hal.80-88). Hasil pengujian packet loss menurut software Cisco Packet Tracer

ditunjukkan pada Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

71

Tabel 4.4 Hasil pengujian packet loss dari (A2 gedung A) ke (B2 gedung B)

menurut software Cisco Packet Tracer

Banyak Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

dikirim

Jumlah Paket

diterima

Packet Loss (%)

1. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 3 25

2. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

3. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

4. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

5. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

6. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

7. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

8. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

9. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

10. 192.168.1.3 ke 192.168.1.19

4 4 0

Rata-rata packet loss keseluruhan

100%x dikirim yang dataPaket

diterima) dataPaket - dikirim data(Paket

∑∑= 2,5

Tabel 4.5 Hasil pengujian packet loss dari (A2 gedung A) ke (C2 gedung C)

menurut software Cisco Packet Tracer

Banyak Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

dikirim

Jumlah Paket

diterima

Packet Loss (%)

1. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 3 25

2. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

72

Tabel 4.5 Lanjutan

Banyak Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

dikirim

Jumlah Paket

diterima

Packet Loss (%)

3. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

4. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

5. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

6. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

7. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

8. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

9. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

10. 192.168.1.3 ke 192.168.1.35

4 4 0

Rata-rata packet loss keseluruhan

100%x dikirim yang dataPaket

diterima) dataPaket - dikirim data(Paket

∑∑=

2,5

Tabel 4.6 Hasil pengujian packet loss dari (A2 gedung A) ke (D2 gedung D)

menurut software Cisco Packet Tracer

Banyak Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

dikirim

Jumlah Paket

diterima

Packet Loss (%)

1. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 3 25

2. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

3. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

4. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

73

Tabel 4.6 Lanjutan

Banyak Pengujian IP Tujuan

Jumlah Paket

dikirim

Jumlah Paket

diterima

Packet Loss (%)

5. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

6. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

7. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

8. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

9. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

10. 192.168.1.3 ke 192.168.1.51

4 4 0

Rata-rata packet loss keseluruhan

100%x dikirim yang dataPaket

diterima) dataPaket - dikirim data(Paket

∑∑= 2,5

4.2.3 Analisis Throughput

Dari tampilan yang terdapat pada Lampiran A.1, A.2 dan A.3 (hal.80-88)

diperoleh data yang dapat digunakan untuk mencari nilai throughput. Adapun

nilai throughput yang didapat ditunjukkan pada Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel

4.9.

Tabel 4.7 Nilai throughput dari (A2 gedung A) ke (B2 gedung B) menurut

software Cisco Packet Tracer

IP Tujuan Besar Data

(bytes)

Waktu Max. (ms)

Waktu Min. (ms)

Throughput (kbps)

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 80 70 3.2

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 100 46 0.592

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

74

Tabel 4.7 Lanjutan

IP Tujuan Besar Data

(bytes)

Waktu Max. (ms)

Waktu Min. (ms)

Throughput (kbps)

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 90 19 0.450

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 100 80 1.6

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 120 80 0.8

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 90 50 0.8

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 110 50 0.53

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 126 50 0,421

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 90 64 1.23

192.168.1.3 ke 192.168.1.19

32 112 24 0.363

Rata-rata throughput keseluruhan

)Data PengirimanWaktu

Dikirim Yang DataJumlah (∑∑= 0.998

Tabel 4.8 Nilai throughput dari (A2 gedung A) ke (C2 gedung C) menurut

software Cisco Packet Tracer

IP Tujuan Besar Data

(bytes)

Waktu Max. (ms)

Waktu Min. (ms)

Throughput (kbps)

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 60 51 3.55

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 130 60 0,457

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 100 62 0.842

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 162 89 0,438

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 110 100 3.2

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 90 60 1.067

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

75

Tabel 4.8 Lanjutan

IP Tujuan Besar Data

(bytes)

Waktu Max. (ms)

Waktu Min. (ms)

Throughput (kbps)

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 150 60 0.355

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 270 60 0,152

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 150 80 0.457

192.168.1.3 ke 192.168.1.35

32 280 60 0,145

Rata-rata throughput keseluruhan

)Data PengirimanWaktu

Dikirim Yang DataJumlah (∑∑= 1.066

Tabel 4.9 Nilai throughput dari (A2 gedung Teknik A) ke (D2 gedung D) menurut

software Cisco Packet Tracer

IP Tujuan Besar Data

(bytes)

Waktu Max. (ms)

Waktu Min. (ms)

Througput (kbps)

192.168.1.3 ke 192.168.1.51

32 160 80 0.4

192.168.1.3 ke 192.168.1.51

32 150 72 0.41

192.168.1.3 ke 192.168.1.51

32 120 90 1.067

192.168.1.3 ke 192.168.1.51

32 100 70 1.067

192.168.1.3 ke 192.168.1.51

32 120 80 0.8

192.168.1.3 ke 192.168.1.51

32 120 51 0.463

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

76

Tabel 4.9 Lanjutan

IP Tujuan Besar Data

(bytes)

Waktu Max. (ms)

Waktu Min. (ms)

Througput (kbps)

192.168.1.3 ke

192.168.1.51

32 90 60 1.067

192.168.1.3 ke

192.168.1.51

32 90 60 1.067

192.168.1.3 ke

192.168.1.51

32 100 70 1.067

192.168.1.3 ke

192.168.1.51

32 90 80 3.2

Rata-rata throughput keseluruhan

)Data PengirimanWaktu

Dikirim Yang DataJumlah (∑∑= 1.0608

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hasil pengujian (A2 gedung A) ke

(B2 gedung B), (A2 gedung A) ke (C2 gedung C), (A2 gedung A) ke (D2 gedung

D) pada perancangan jaringan LAN memiliki selisih delay yang tidak terlalu

besar, yaitu 76.6 ms, 96.5 ms dan 90.3 ms. Maka dapat disimpulkan bahwa

banyaknya router yang dilewati dari satu jaringan menuju jaringan lainnya sangat

mempengaruhi terjadinya peningkatan delay. Namun rata-rata delay yang terjadi

masih berkisar <150 ms, dimana nilai delay tersebut termasuk kategori sangat

bagus berdasarkan Tabel 3.1 pada bab sebelumnya.

Sedangkan packet loss untuk setiap pengujian pada masing-masing gedung

yaitu sebesar 2,5%. Maka dapat disimpulkan bahwa setiap pengujian pengiriman

paket pertama dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer akan

mengalami kehilangan paket (lost) sebanyak 1 paket dari 4 paket yang dikirimkan.

Hal ini disebabkan oleh lamanya waktu untuk memproses data yang dikirim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

77

melalui software Cisco Packet Tracer sehingga terjadi request timed out. Packet

loss yang terjadi masih berkisar 2,5%, dimana nilai packet loss tersebut termasuk

kategori bagus berdasarkan Tabel 3.2 pada bab sebelumnya.

Sementara untuk hasil throughput pada pengujian (A2 gedung A) ke (B2

gedung B), (A2 gedung A) ke (C2 gedung C) dan (A2 gedung A) ke (D2 gedung

D) pada perancangan jaringan LAN memiliki selisih throughput yang tidak terlalu

besar, yaitu 0.998 kbps, 1.066 kbps, dan 1,0608 kbps. Pada perancangan jaringan

dari (A2 gedung A) ke (D2 gedung D) menggunakan topologi mesh sehingga data

yang dikirimkan melewati 2 router. Dapat disimpulkan bahwa banyaknya router

yang dilewati dari satu jaringan menuju jaringan lainnya juga sangat

mempengaruhi terjadinya penurunan nilai throughput.

4.2.4 Analisis Perbandingan Perancangan Routing Statis dengan Routing

Dinamis

Dari hasil data dari referensi Tugas Akhir saudara Dian Saipul yang

menggunakan routing statis topologi mesh maka dapat dibandingan dengan hasil

data pada perancangan Tugas Akhir ini yaitu menggunakan routing dinamis

topologi mesh ini untuk tiap-tiap parameter kinerja jaringan LAN. Adapun hasil

yang diperoleh seperti yang terdapat pada Tabel 4.10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

78

Tabel 4.10 Perbandingan Perancangan Routing Statis (Topologi Mesh)

dengan Perancangan Routing Dinamis (Topologi Mesh).

Pengujian

Routing Statis Routing Dinamis

delay (ms)

Packet Loss (%)

Throughput (kbps) Delay (ms)

Packet Loss (%)

Throughput (kbps)

A ke B 114 2.5 0.917 76 2.5 0.998 A ke C 110 2.5 1.258 96 2.5 1.066 A ke D 113 2.5 1.638 90 2.5 1.0608

Dari Tabel 4.10 dapat dilihat perbandingan nilai delay pada perancangan

menggunakan routing dinamis lebih kecil dibandingkan dengan yang

menggunakan routing statis, yaitu pengujian dari gedung A ke gedung B memiliki

delay 114 ms untuk routing statis dan 76 ms untuk routing dinamis, gedung A ke

gedung C memiliki delay 110 ms untuk routing statis dan 96 ms untuk routing

dinamis, dan gedung A ke gedung D memiliki delay 113 ms untuk routing statis

dan 90 ms untuk routing dinamis.

Sedangkan untuk nilai Packet Loss perancangan menggunakan routing

statis maupun routing dinamis sama-sama memiliki nilai yang sama yaitu 2,5%.

Maka dapat disimpulkan bahwa setiap pengujian pengiriman paket pertama

dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer akan mengalami kehilangan

paket (lost) sebanyak 1 paket dari 4 paket yang dikirimkan. Hal ini disebabkan

oleh lamanya waktu untuk memproses data yang dikirim melalui software Cisco

Packet Tracer sehingga terjadi request timed out. Packet loss yang terjadi masih

berkisar 2,5%, dimana nilai packet loss tersebut termasuk kategori bagus

berdasarkan Tabel 3.2 pada bab sebelumnya.

Sementara untuk hasil nilai throughput perbandingan nilai throughput

pada perancangan menggunakan routing dinamis lebih kecil dibandingkan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

79

yang menggunakan routing statis, yaitu pengujian dari gedung A ke gedung B

memiliki throughput 0,917 kbps untuk routing statis dan 0,998 kbps untuk routing

dinamis, gedung A ke gedung C memiliki throughput 1,258 kbps untuk routing

statis dan 1,066 kbps untuk routing dinamis, dan gedung A ke gedung D memiliki

throughput 1,638 kbps untuk routing statis dan 1,0608 kbps untuk routing

dinamis. bila throughput yang dihasilkan lebih besar, maka kualitas dari layanan

jaringan LAN semakin baik, tetapi jika throughput yang dihasilkan semakin kecil

maka kualitas layanan jaringan LAN itu pun menurun. Dari data throughput

terendah terdapat pada pengujian dari gedung A ke gedung B memiliki throughput

sebesar 0,998 kbps dan throughput tertinggi pada gedung A ke gedung C memiliki

throughput sebesar 1,066 kbps.

Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata throughput yang baik adalah

pada pengiriman data dari gedung A ke gedung C memiliki throughput sebesar

1,066 kbps. Routing statis memiliki nilai yang lebih besar maka kualitas

layanannya lebih baik dibandingkan dengan router dinamis, itu disebabkan pada

routing dinamis kecepatan pengenalan dan kelengkapan IP table terbilang lama

karena router membroadcast ke semua router sampai ada yang cocok. Sehingga

setelah konfigurasi harus menunggu beberapa saat agar setiap router mendapat

semua alamat IP yang ada dan beban kerja router lebih berat karena selalu

memperbarui IP table pada setiap waktu tertentu, sedangkan pada routing statis

beban kerja router terbilang ringan dibandingkan dengan routing dinamis. Karena

router hanya mengupdate sekali saja IP table yang ada. (pada saat di konfigurasi)

dan pengiriman paket data yang lebih cepat karena jalur-jalur (path) sudah di

ketahui terlebih dahulu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut:

1. Jaringan Local Area Network yang dirancang menggunakan software

Cisco Packet Tracer, dimana saat di coba berhasil melakukan koneksi

melalui jaringan wireless. Testing koneksi dari server ke client atau dari

client ke server telah berhasil dijalankan.

2. Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat perbandingan nilai delay pada

perancangan menggunakan routing dinamis lebih kecil dibandingkan

dengan yang menggunakan routing statis. Dengan demikian semakin besar

delay yang terjadi, maka semakin besar waktu tunda yang diperlukan

untuk mengirimkan paket data. Nilai delay terkecil pada perancangan

menggunakan routing dinamis pada pengujian dari (A2 gedung A) ke (B2

gedung B) sebesar 76,6 ms.

3. Berdasarkan hasil pengujian packet loss menurut software Cisco Packet

Tracer, untuk setiap pengujian pada perancangan menggunakan routing

statis maupun routing dinamis sama-sama memiliki nilai yang sama yaitu

2,5%.

4. Untuk hasil throughput menurut software Cisco Packet Tracer, nilai

throughput routing dinamis lebih kecil dibandingkan dengan

menggunakan routing statis. Dengan demikian semakin kecil throughput

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

81

yang dihasilkan, maka kinerja jaringan tersebut semakin buruk. Demikian

pula sebaliknya, semakin besar throughput yang dihasilkan, maka kinerja

jaringan tersebut akan semakin baik. Routing statis memiliki nilai yang

lebih besar maka kualitas layanannya lebih baik dibandingkan dengan

router dinamis.

5.2 Saran

Untuk mengembangkan Tugas Akhir ini kedepannya diharapkan :

1. Pada Tugas Akhir ini hanya membuat perutean routing secara dinamis

dengan teknik OSPF, untuk mendapatkan nilai yang lebih baik maka

sebaiknya digunakan lebih banyak server karena teknik OSPF ini sangat

baik digunakan untuk perancangan dengan server yang lebih banyak pada

jaringan.

2. Perancangan jaringan dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer

dapat pula dilakukan dengan merancang jaringan nirkabel.

3. Untuk lebih mengembangkan Tugas Akhir ini, ada baiknya pada

perancangan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis

router, sehingga dapat dibandingkan kinerja antara router yang satu

dengan router yang lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA