ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap...

44
i ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh Dzakiy Nasyith 3211412046 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap...

Page 1: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

i

ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK

KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2017

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh

Dzakiy Nasyith

3211412046

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

ii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

ii

Page 3: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

iii

sd

iii

Page 4: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Dzakiy Nasyith

NIM. 3211412046

iv

Page 5: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya

memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akherat,

maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki

keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu. (HR. Turmudzi)

Karya ini dipersembahkan untuk:

Keluarga yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu.

Sahabat Jurusan Geografi yang telah berjuang bersama-sama demi

menyelesaikan sekolah sarjana ini.

Teman-teman di Universitas Negeri Semarang yang telah memberi

dukungan.

Page 6: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

vi

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat iman, Islam, kesempatan,

serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwa ta’ala sehingga Penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Geografi (S.Geo) dari Program Studi Geografi Universitas Negeri Semarang.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan, pengarahan,

dorongan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang,

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si. Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang,

4. Ariyani Indrayati, S.Si., M.Sc. Dosen wali yang telah membimbing penulis

dari awal sampai akhir dalam melaksanakan belajar di Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang,

5. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S. Dosen pembimbing I skripsi yang telah meluangkan

waktu, memberikan bimbingan, masukan, arahan dan motivasi demi

terselesaikannya skripsi ini,

Page 7: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

vii

6. Dr. Juhadi, M.Si. Dosen pembimbing II skripsi yang telah meluangkan

waktu, memberikan bimbingan, masukan, arahan dan motivasi demi

terselesaikannya skripsi ini,

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial, khususnya Jurusan Geografi Universitas

Negeri Semarang atas segala ilmu yang diberikan,

8. Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tangerang Selatan, Kepala Badan

Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kepala Dinas Pertamanan dan

Pemakaman Kota Tangerang Selatan, Kepala Dinas Perhubungan Kota

Tangerang Selatan beserta staffnya yang telah memberikan kemudahan dalam

proses penelitian

9. Sahabat-sahabatku khususnya Prodi Geografi 2012 Universitas Negeri

Semarang yang telah menemani perjuangan selama studi S1, memberikan

semangat, setia menemani dalam suka maupun duka,

Semoga segala dukungan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah

Subhanahuwa ta’ala . Penulis sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, 13 Agustus 2019

Penulis

Page 8: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

viii

SARI

Dzakiy Nasyith. 2019. Analisis Ketersediaan Oksigen Untuk Kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017. Jurusan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: Pemetaan, Kota, Ruang Terbuka Hijau, Kebutuhan Oksigen.

Kemajuan perekonomian dan peningkatan jumlah penduduk telah mendorong

meningkatnya kebutuhan penduduk akan lahan untuk permukiman, industri, sarana

trasportasi, pusat ekonomi dan lainnya. Hal ini menimbulkan banyaknya lahan – lahan

bervegetasi yang dialih fungsikan menjadi permukiman, perkantoran, industri, dan pusat

perbelanjaan. Adanya ketimpangan dalam pertumbuhan penduduk serta bangunan

membuat ketersediaan oksigen pada wilayah tersebut berkurang.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan ketersediaan oksigen. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan estimasi

kebutuhan oksigen data yang digunakan yaitu jumlah penduduk, kendaraan bermotor, dan

industri, sedangkan untuk ketersediaan oksigen didapat dari ruang terbuka hijau eksisting.

Penelitian ini menggunakan metode gerarkis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki ruang

terbuka hijau eksisting sebesar 3.993 hektar, dan berdasarkan metode gerarkis, ruang

terbuka hijau tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi manusia,

kendaraan bermotor, dan industri. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan perhitungan

kebutuhan oksigen dan ketersediaan oksigen tiap Kecamatan, maka akan diketahui peta

kebutuhan dan ketersediaan oksigen tiap Kecamatan pada daerah penelitian. Kecukupan

oksigen pada setiap Kecamatan di dapatkan dari perhitungan selisih antara ketersediaan

oksigen dengan kebutuhan oksigen, sehingga dapat diketahui apakah kelurahan tersebut

masih membutuhkan ruang terbuka hijau tambahan atau tidak. Dalam perhitungan ini

peneliti menggunakan software ArcGIS 10.1 untuk menggabungkan (overlay) peta

ketersediaan oksigen dan peta kebutuhan oksigen. Selanjutnya Kecamatan yang memiliki

ketersediaan oksigen cukup (selisih 0) diklasifikasikan sebagai wilayah yang tidak

membutuhkan ruang terbuka hijau tambahan, sedangkan daerah yang belum mencukupi

kebutuhan oksigen diklasifikasikan sebagai daerah yang membutuhkan ruang terbuka

hijau tambahan, dan digunakan sebagai arahan pengembangan. Perhitungan tersebut

menghasilkan peta arahan pengembangan ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhan

oksigen di Kota Tangerang Selatan.

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah hanya ada 1 Kecamatan

yang tidak perlu pengembangan yaitu Kecamatan Serpong, 2 Kecamatan yang perlu

pengembangan sedang yaitu Kecamatan Setu dan Kecamatan Ciputat Timur, serta 4

Kecamatan yang memerlukan pengembangan tinggi yaitu Kecamatan Serpong Utara,

Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, dan Kecamatan Pamulang.. Saran dari

peneliti sebaiknya pemerintah harus meratakan ketersediaan RTH di setiap Kecamatan,

agar setiap Kecamatan terpenuhi akan kebutuhan oksigen. Serta peran aktif masyarakat

akan penting RTH di daerahnya.

Page 9: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii

PERNYATAAN............................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

PRAKATA....................................................................................................... vi

SARI................................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

1.5. Batasan Istilah .......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 9

2.1. Deskripsi Teoritis ...................................................................................... 9

2.1.1 Kota ............................................................................................. 9

2.1.2 RTH ............................................................................................. 10

2.1.3 Oksigen 13

2.1.4 SIG 14

2.1.5 Digitasi 18

2.2. Kajian Hasil – Hasil Penelitian yang Relevan ......................................... 20

2.3. Kerangka Berfikir .................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28

3.1. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 28

3.2. Populasi Penelitan .................................................................................... 28

3.3. Sample dan Teknik Sampling .................................................................. 29

3.4. Variable Penelitian .................................................................................. 29

3.5. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 30

Page 10: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

x

3.5.1 Alat Penelitian ............................................................................. 30

3.5.2 Bahan Penelitian .......................................................................... 30

3.6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 30

3.7. Teknik Analisis Data .............................................................................. 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 35

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 35

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 35

4.1.2 Letak Geografis dan Administratif .............................................. 35

4.1.3 Luas Wilayah ............................................................................... 37

4.1.4 Kondisi Fisik dan Pemanfaatan Lahan ........................................ 37

4.1.5 Topografi ..................................................................................... 39

4.1.6 Iklim ............................................................................................ 39

4.1.7 Geologi ........................................................................................ 39

4.1.8 Jenis Tanah .................................................................................. 40

4.1.9 Jumlah Penduduk ........................................................................ 40

4.1.10 Jumlah Kendaraan Bermotor ....................................................... 41

4.1.11 Jumlah Industri ............................................................................ 42

4.1.12 Ruang terbuka hijau eksisting ..................................................... 44

4.1.12.1. RTH Eksisting Kecamatan Pondok Aren 47

4.1.12.2. RTH Eksisting Kecamatan Ciputat Timur 49

4.1.12.3. RTH Eksisting Kecamatan Ciputat 51

4.1.12.4. RTH Eksisting Kecamatan Pamulang 53

4.1.12.5. RTH Eksisting Kecamatan Setu 55

4.1.12.6. RTH Eksisting Kecamatan Serpong 57

4.1.12.7. RTH Eksisting Kecamatan Serpong Utara 59

4.1.13 Perhitungan Ketersediaan Oksigen Dari Ruang Terbuka Hijau 61

4.1.14 Perhitungan Kebutuhan Oksigen 64

4.1.14.1 Perhitungan Kebutuhan Oksigen Penduduk 64

4.1.14.2 Perhitungan Kebutuhan Oksigen Kendaraan Bermotor

66

4.1.14.3 Perhitungan Kebutuhan Oksigen Industri 68

4.1.14.4 Perhitungan Kebutuhan Oksigen Keseluruhan 69

4.1.15 Perkiraan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau 71

4.1.16 Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau 74

4.2 Pembahasan 77

BAB V PENUTUP 80

5.1. Kesimpulan 80

5.2. Saran 81

Daftar Pustaka 82

Lampiran ...................................................................................................... 84

Page 11: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Luas RTH untuk Umum ..................................................... 12

Tabel 2.2 Karakteristik Citra Pleiades.............................................................. 17

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 20

Tabel 3.1 Kebutuhan Oksigen Berdasarkan Setiap Konsumen Oksigen ........ 32

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan ..... 37

Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan ...................... 38

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017 41

Tabel 4.4 Jumlah Kendaraan Bermotor per Kecamatan di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017.......................................................................... 42

Tabel 4.5 Jumlah Perusahaan Menurut Industri di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017....................................................................................... 43

Tabel 4.6 Jumlah Industri Menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan ... 43

Tabel 4.7 Kondisi RTH eksisting per Kecamatan di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017....................................................................................... 45

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Ketersediaan Oksigen disetiap Kecamatan di

Kota Tangerang Selatan ................................................................... 62

Tabel 4.9 Kebutuhan Oksigen Penduduk per Kecamatan di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017.......................................................................... 65

Tabel 4.10 Kebutuhan Oksigen Kendaraan Bermotor di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017 67

Tabel 4.11 Kebutuhan Oksigen Industri per Kecamatan di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017 ......................................................................... 69

Tabel 4.12 Perhitungan Kebutuhan Oksigen Keseluruhan di Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017.......................................................................... 69

Tabel 4.13 Perhitungan Kebutuhan Oksigen Keseluruhan per Kecamatan di

Kota Tangerang Selatan ................................................................... 71

Tabel 4.14 Tabel Kelas Arahan Pengembangan RTH ...................................... 75

Page 12: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Sub – Sistem SIG........................................................... 14

Gambar 2.2 Ilustrasi Uraian Sub – Sistem SIG............................................... 15

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian..................................................................... 27

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan ................................. 36

Gambar 4.2 Peta RTH eksisting Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .......... 46

Gambar 4.3 Taman Menteng Bintaro.............................................................. 47

Gambar 4.4 Peta RTH eksisting Kecamatan Pondok Aren Tahun 2017......... 48

Gambar 4.5 Lokasi Situ Gintung..................................................................... 49

Gambar 4.6 Peta RTH eksisting Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017 ....... 50

Gambar 4.7 Taman Kota Tanah Tinggal......................................................... 51

Gambar 4.8 Peta RTH eksisting Kecamatan Ciputat Tahun 2017 .................. 52

Gambar 4.9 Hutan Kota Witana Harja ............................................................ 53

Gambar 4.10 Peta RTH eksisting Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .............. 54

Gambar 4.11 Kawasan PUSPIPTEK................................................................. 55

Gambar 4.12 Peta RTH eksisting Kecamatan Setu Tahun 2017....................... 56

Gambar 4.13 Taman Kota 1 .............................................................................. 57

Gambar 4.14 Peta RTH eksisting Kecamatan Serpong Tahun 2017................. 58

Gambar 4.15 Lahan Hijau di Simpang 3 Alam Sutera...................................... 59

Gambar 4.16 Peta RTH eksisting Kecamatan Serpong Utara Tahun 2017....... 60

Gambar 4.17 Peta Ketersediaan Oksigen di Kota Tangerang Selatan Tahun

2017 ............................................................................................. 63

Gambar 4.18 Peta Kebutuhan Oksigen di Kota Tangerang Selatan Tahun

2017 ............................................................................................. 70

Gambar 4.19 Peta Arahan Pengembangan RTH di Kota Tangerang Selatan ... 76

Page 13: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data SHP polygon RTH di Kecamatan Pondok Aren...................84

Lampiran 2. Data SHP polygon RTH di Kecamatan Ciputat ...........................88

Lampiran 3. Data SHP polygon RTH di Kecamatan Ciputat Timur.................92

Lampiran 4. Data SHP polygon RTH di Kecamatan Pamulang........................96

Lampiran 5. Data SHP polygon RTH di Kecamatan Setu ..............................100

Lampiran 6. Data SHP polygon RTH di Kecamatan Serpong ........................101

Lampiran 7. Data SHP polygon RTH di Kecamatan Serpong Utara ..............104

Lampiran 8. Citra Satelit RTH Eksisting Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017 ................................................................................109

Page 14: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan perekonomian dan peningkatan jumlah penduduk telah

mendorong meningkatnya kebutuhan penduduk akan lahan untuk permukiman,

industri, sarana trasportasi, pusat ekonomi dan lainnya. Hal ini menimbulkan

banyaknya lahan – lahan bervegetasi yang dialih fungsikan menjadi permukiman,

perkantoran, industri, dan pusat perbelanjaan. Adanya ketimpangan dalam

pertumbuhan penduduk serta bangunan membuat ketersediaan oksigen pada

wilayah tersebut berkurang.

Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam. RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu

atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain

berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami

tumbuhan. RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah

daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara

umum.

RTH sangat dibutuhkan dalam suatu wilayah untuk menstabilkan iklim

serta suhu. Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, menyatakan bahwa proporsi RTH pada wilayah perkotaan paling sedikit

30% dari luas wilayah keseluruhan. Dalam PERDA Kota Tangerang Selatan

Page 15: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

2

Tahun 2012 pada pasal 42 dijelaskan tentang RTH 30% dibagi menjadi 2 yaitu

20% untuk RTH publik dan 10% untuk RTH privat. RTH selain dibutuhkan

dalam hal tersebut juga berfungsi sebagai tempat rekreasi dan tempat olahraga.

Hal ini dimaksudkan untuk memberi kenyamanan kepada warga yang tinggal di

wilayah perkotaan tersebut.

Kegiatan–kegiatan manusia yang tidak memperhatikan kelestarian

lingkungan hijau mengakibatkan perubahan pada lingkungan yang akhirnya akan

menurunkan kualitas lingkungan perkotaan. Kesadaran menjaga kelestarian

lingkungan hijau pasti akan lebih baik jika setiap orang mengetahui fungsi RTH

bagi lingkungan perkotaan. Fungsi ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting

dalam keseimbangan ekologi wilayah terutama di wilayah perkotaan. Dapat

diamati bahwa kota merupakan pusat perkembangan dan pertumbuhan masyarakat

dalam sebuah wilayah. Wilayah perkotaan dicirikan dengan berbagai

keberagaman aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, mulai dari kegiatan

ekonomi, industri, pendidikan, kebudayaan, perdagangan, pelayanan dan

sebagainya. Kenampakan lain ditunjukkan dengan jumlah penduduk yang cukup

tinggi yang menitik beratkan terhadap pembangunan sarana prasarana kota.

Akibatnya keadaan lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomi, namun

menurun secara ekologi.

Kota Tangerang Selatan merupakan pengembangan dari Kabupaten

Tangerang. Kota Tangerang Selatan sama halnya seperti Kabupaten Tangerang,

Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor termasuk sebagai kota yang berperan

dalam menyangga DKI Jakarta. Dengan demikian Kota Tangerang Selatan juga

Page 16: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

3

mendapat limpahan bidang ekonomi, pembangunan perumahan, pusat

perkantoran, industri, dan penduduk, sehingga pertumbuhan di Kota Tangerang

Selatan juga sangat signifikan.

Kota Tangerang Selatan lebih diutamakan dalam hal pembangunan

kawasan permukiman. Banyak warga yang bertempat tinggal di Kota Tangerang

Selatan tetapi bekerja di DKI Jakarta. Berdasarkan Kota Tangerang Selatan Dalam

Angka Tahun 2017, pada tahun 2017 jumlah penduduk yang ada di Kota

Tangerang Selatan berjumlah 1.544.209 jiwa dengan rata – rata jumlah laju

pertumbuhan penduduk sebesar 4% per tahunnya. Dampak dari itu semua bagi

Kota Tangerang Selatan adalah semakin berkurangnya RTH dikarenakan

tingginya kebutuhan warganya dalam hal permukiman, serta pembangunan jalan

sebagai akses untuk menghubungkan wilayah Kota Tangerang Selatan menuju

DKI Jakarta, sehingga kebutuhan warga akan RTH menjadi berkurang.

Berkurangnya tutupan lahan yang bervegetasi akan mempengaruhi

kualitas lingkungan. Sebagaimana diketahui vegetasi dapat melakukan proses

fotosintesis dengan mengubah CO2 menjadi O2. Gas CO2 dari buangan kendaraan

bermotor dan industri akan dirubah kembali melalui proses fotosintesis menjadi

O2. Namun, bila vegetasi semakin berkurang, dan disertai dengan peningkatan

jumlah CO2 maka akan mengakibatkan polusi udara yang akhirnya menyebabkan

pemanasan global.

Kurangnya RTH membuat orang tidak nyaman untuk tinggal di suatu

perkotaan karena suplai oksigen yang didapat berbanding terbalik dengan

kebutuhan oksigen yang ada. Banyaknya gedung-gedung perkantoran, cepatnya

Page 17: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

4

pertambahan penduduk, polusi udara karena kendaraan bermotor, banyaknya

mesin industri itu merupakan pengaruh berkurangnya suplai oksigen di suatu

perkotaan. Persebaran RTH harus merata di setiap wilayah agar terciptanya

suasana kota yang asri dan juga dapat memberikan ruang gerak yang nyaman

untuk beragam kegiatan yang terjadi di sebuah kota. Seluruh masyarakat dan

pemerintahan Kota Tangerang Selatan dapat bekerjasama mewujudkan RTH

perkotaan diantarannya melalui pengembangan taman lingkungan, pengembangan

jalur hijau, serta penghijauan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan RTH

lebih terencana agar tercipta kota hijau dan bisa memenuhi peraturan pemerintah,

yaitu memenuhi 30% RTH dari luas wilayah.

Penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif dalam melakukan

pemantauan terhadap perubahan RTH di suatu kawasan. Penggunaan citra satelit

dengan resolusi spasial yang tinggi sangat diperlukan di daerah perkotaan yang

mempunyai tingkat keragaman tutupan lahan yang heterogen (Linang et al.,

2007). Untuk itu dalam hal ini digunakan citra satelit Pleiades dengan resolusi

spasial 2 m untuk multispektral dan 0,5 untuk pankromatik sehingga dapat dilihat

secara detail jumlah luasan RTH eksisting di Kota Tangerang Selatan.

Salah satu cara dalam mengolah data citra satelit adalah digitasi. Digitasi

merupakan suatu proses mengkonversi data analog menjadi data digital dimana

dapat ditambahkan atribut yang berisikan informasi dari objek yang dimaksud.

Pada saat ini proses digitasi biasanya dilakukan dengan menggunakan komputer

atau sering disebut Digitasi on Screen dimana komputer tersebut dilengkapi

dengan software pemetaan seperti ArcGIS, ArcView atau yang lainnya.

Page 18: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

5

Sumber data peta untuk digitasi dibagi menjadi beberapa bagian, antara

lain yaitu Image Remote Sensing dan Image Scanning. Image Remote Sensing

merupakan data yang diperoleh dari sebuah citra satelit maupun foto udara. Untuk

dapat melakukan digitasi dari data seperti ini, dibutuhkan kemampuan seorang

pembuat peta untuk dapat menginterpretasi objek-objek pada citra satelit. Image

Scanning merupakan data Scan/Cetak berbentuk file raster dari Atlas atau peta

analog lainnya. Sebelum melakukan digitasi pada data seperti ini, maka kita harus

melakukan tahap georeferensi terlebih dahulu agar image hasil scan sudah

memiliki koordinat sesuai dengan aslinya.

Proses digitasi akan menghasilkan suatu file dengan format Shapefile

(.Shp) yaitu format data vektor yang digunakan untuk menyimpan lokasi, bentuk,

dan atribut dari fitur geografis. Format data Shp disimpan dalam satu set file

terkait dan berisi dalam satu kelas fitur. Format data ini berisikan tentang data

referensi geografis yang didefinisikan sebagai objek tunggal seperti jalan, sungai,

landamark, dan lain – lain. Data yang disimpan dapat berupa titik (point), garis

(polyline) dan poligon (polygon).

Berdasarkan Uraian diatas, diambil judul “Analisis Ketersediaan

Oksigen Berdasarkan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang

Selatan” dalam penulisan skripsi ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan,

yaitu: Apakah RTH eksisting di wilayah Kota Tangerang Selatan telah mampu

memberikan kontribusi bagi ketersediaan oksigen untuk kebutuhan hidup disana ?

Page 19: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai yaitu :

a) Mengetahui luas RTH eksisting di wilayah Kota Tangerang Selatan.

b) Mengetahui jumlah ketersediaan oksigen di Kota Tangerang Selatan

c) Mengetahui jumlah kebutuhan oksigen di Kota Tangerang Selatan.

d) Mengetahui luasan RTH yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen di Kota Tangerang Selatan.

e) Menentukan arahan pengembangan RTH di Kota Tangerang Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis.

a) Secara Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian sejenis

dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi bahan kajian

lebih lanjut mengenai pengelolaan RTH, terutama mengenai kebijakan

pemerintah selama ini mengenai pembangunan dan pengembangan

kawasan RTH.

b) Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan masukan

kepada pemerintah Kota Tangerang Selatan khususnya Badan Lingkungan Hidup,

BAPPEDA, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, dalam mengatasi permasalahan

Page 20: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

7

lingkungan dan juga tambahan pengetahuan kepada masyarakat mengenai

pentingnya RTH dilingkungan mereka.

1.5 Batasan Istilah

Berdasarkan uraian yang dituliskan pada latar belakang, maka digunakan

beberapa batasan istilah untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian agar

mudah dipahami serta untuk menghindari perbedaan persepsi, antara lain

a) Kota

Menurut John Brickerhoff Jackson (1984) dalam Taufik (2013) kota

adalah suatu tempat tinggal manusia yang merupakan manifestasi dari

perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh berbagi unsur seperti

bangunan, jalan dan RTH. Dalam penelitian ini dipilih Kota Tangerang Selatan

sebagai wilayah yang akan dilakukan penelitian karena Kota Tangerang Selatan

menjadi salah satu penopang kota pusat sehingga tingkat pembangunannya

dianggap sangat tinggi.

b) RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Menurut Chafid Fandeli (2004) RTH kota merupakan bagian dari penataan

ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota

terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi

kota, kawasan hijau olahraga, kawasan hijau pekarangan. RTH diklasifikasikan

berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya.

Tersediannya RTH juga dibutuhkan dalam suatu wilayah perkotaan untuk

menjadi sumber penyedia oksigen, sehingga dapat menciptakan kenyamanan pada

lingkungan tersebut. Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Page 21: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

8

Penataan Ruang yang menyatakan bahwa proporsi RTH pada wilayah perkotaan

paling sedikit 30% dari luas wilayah keseluruhan.

c) Kebutuhan Oksigen

Gas oksigen adalah esnsial untuk pernafasan banyak sekali jenis makhluk

hidup, termasuk manusia. Tanpa oksigen dalam waktu singkat manusia akan mati.

Gas oksigen dihasilkan dari proses fotosintesis. Fotosintesi merupakan proses

esensial untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi. Fotosintesis terutama

dilakukan oleh tumbuhan hijau. Dalam proses ini energi matahari diubah menjadi

energi kimia yang terkandung dalam bahan organic tumbuhan. Energi inilah yang

dipakai untuk kehidupan makhluk hidup lain yang tidak dapat melakuka

fotosintesis, antara lain manusia, hewan, dan jasad renik (Soemarwoto, 2004).

d) SIG (Sistem Informasi Geografi)

Menurut Murai (1999) SIG sebagai sistem informasi yang digunakan

untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis

dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk

mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan

penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan

pelayanan umum lainnya.

Dalam penelitian software SIG yang digunakan adalah ArcGIS 10.1 dan

ER Mapper 7.1 berfungsi untuk melakukan pengamatan, mengolah, dan

mengukur wilayah Kota Tangerang Selatan yang memiliki vegetasi sehingga

dapat dianalisis dan didapatkan data yang valid.

Page 22: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritis

2.1.1 Kota

Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh

kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai

fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.

Fungsi :

Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih luas

lagi antara lain sebagai berikut:

a) Sebagai pusat produksi (Production Centre).

Contoh: Surabaya, Gresik, Bontang

b) Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce).

Contoh: Jakarta, Bandung

c) Sebagai pusat pemerintahan (Political Capital).

Contoh: Jakarta sebagai ibukota negara indonesia

d) Sebagai pusat kebudayaan (culture centre).

Contoh: Yogyakarta, Solo

e) Sebagai penopang kota pusat.

Contoh : Tangerang Selatan, Depok, Bogor

Ciri-ciri :

Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:

a) Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan.

Page 23: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

10

b) Tersedianya tempat-tempat untuk parkir.

c) Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga.

Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:

a) Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan,

tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

b) Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.

c) Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan

pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.

d) Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.

e) Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip

ekonomi.

f) Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial

disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.

g) Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat

solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini

kemudian menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil sikap acuh

tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka

mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam

berinteraksi).

2.1.2 RTH

RTH adalah ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian

hijau tanaman atau tumbuh – tumbuhan secara alamiah atau budidaya. RTH

dinyatakan sebagai ruang – ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik

Page 24: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

11

dalam bentuk taman kota, taman kampus, taman rumah, jalur hijau, hutan kota

dan bantaran sungai (Depdagri, 1988).

RTH Kota adalah ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik

dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya

lebih bersifat terbuka, berisi hijau tanaman atau tumbuh – tumbuhan yang tumbuh

secara alami atau budidaya.

Tipe RTH :

a) Tipe Permukiman

RTH Kota di daerah permukiman dapat berupa taman lingkungan, taman di

pekarangan dan jalur hijau di permukiman dengan komposisi tanaman pepohonan

yang tinggi, perdu, semak, dan rerumputan, yang dapat dikombinasikan dengan

bahan lainnya.

b) Tipe Kawasan Industri

Polusi dari industri bisa berupa partikel, gas, cairan maupun kebisingan yang

diakibatkan oleh suara mesin pabrik yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Untuk itu dewasa ini juga telah banyak diteliti beberapa tanaman yang dapat

menyerap polutan serta peredam kebisingan. RTH kota kawasan industri

dibutuhkan selain dari itu juga untuk tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir

kendaraan, dan keindahan.

c) Tipe Rekreasi dan Keindahan

Dalam RTH ini memiliki beragam fasilitas tambahan yang dapat digunakan

untuk tempat rekreasi maupun olahraga bagi warga kota dalam memanfaatkan

waktu luangnya.

Page 25: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

12

d) Tipe Pelestarian Plasma Nutfah

RTH untuk konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan,

perlindungan, dan pelestarian terhadap sumber daya alam. Bentuk RTH yang

memungkinkan memenuhi kriteria ini adalah: kebun raya, hutan raya, dan kebun

binatang.

e) Tipe Perlindungan

Areal kota dengan ciri – ciri fisik seperti kemiringan lereng tinggi maupun

daerah pinggiran sungai merupakan daerah yang perlu dijaga dengan membangun

RTH agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.

Luasan RTH yang optimum dapat diperkirakan dengan metode Gerarkis yang

menentukan seberapa besar kebutuhan RTH berdasarkan permasalahan yang

dihadapi bagi penduduk, atau dengan cara membandingkan terhadap standar

Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 (Depdagri, 1988).

Selanjutnya dapat dilihat standar luas RTH untuk umum pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Standar Luas RTH untuk Umum

Sumber : Depdagri, 1988

No Jenis Sarana

∑ Pend.

Minim

(jiwa)

Lokasi

Luas

Tanah

(m2)

Area yang

dilayani

(%)

Radius

Aksesibilitas

(m)

Standar

(m2/p)

1 Taman, tempat bermain 250

Ditempat

kelompok

perumahan

250 2 200 1

2 Taman, tempat bermain,

olahraga 2.500

Dipusat

kegiatan RW 1.250 1,04 500 0.5

3 Taman, tempat bermain,

olahraga (diperkeras) 120.000

Dikelompokkan

dengan sekolah 24.000 0,416 - 0.2

4 Taman, tempat bermain,

olahraga, stadion dan parkir 480.000 Pusat Kota 124.000 0,83 - 0.3

5 Jalur hijau - Tersebar - - - 1.5

Page 26: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

13

Beberapa contoh manfaat RTH antara lain adalah sebagai indentitas kota

dan pelestarian plasma nutfah, penyerap CO2 dan penghasil O2, Peredam bau,

mengurangi intrusi air laut, konservasi air tanah, dan dapat dijadikan sarana

wisata atau tempat olahraga untuk warga disekitar kawasan tersebut.

2.1.3 Oksigen

Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia yang mempunyai

lambang O dan nomor atom 8. Dalam tabel periodik, oksigen merupakan

unsur nonlogam golongan VIA (kalkogen) dan dapat dengan mudah bereaksi

dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada temperatur

dan tekanan standar, dua atom oksigen berikatan menjadi O2 (dioksigen), gas

yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan

unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa (setelah

hidrogen dan helium) dan unsur paling melimpah di kerak Bumi. Berdasarkan

volume, 20,9% atmosfer bumi adalah oksigen.

Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang,

dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh hampir

semua makhluk hidup. Di alam, oksigen bebas dihasilkan dari fotolisis air

selama fotosintesis oksigenik. Ganggang hijau dan sianobakteri di lingkungan

lautan menghasilkan sekitar 70% oksigen bebas yang dihasilkan di bumi,

sedangkan sisanya dihasilkan oleh tumbuhan daratan

Page 27: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

14

Bagi kehidupan mahluk hidup oksigen mutlak diperlukan untuk proses

kehidupan seperti bernafas, dan membantu semua sistem metabolisme tubuh.

selain untuk mahluk hidup oksigen juga sangat berguna bagi kendaraan bermotor

maupun industri karena oksigen diperlukan dalam membantu proses pembakaran

bahan bakar yang digunakan oleh mesin pada kendaraan bermotor dan industri.

2.1.4 SIG

SIG adalah sistem komputer untuk mengumpulkan, memeriksa,

mengintegrasikan, dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan

permukaan bumi (Demers, 97). Teknologi SIG dapat digunakan untuk investigasi

penggunaan lahan, perencanaan pembangunan, pengelolaan sumber daya, dan

sebagainya. Selanjutnya dapat dilihat Ilustrasi Sub – Sistem SIG pada Gambar

2.1.

Untuk penjelasan yang lebih mendalam tentang uraian dari Sub – Sistem SIG

dapat dilihat pada gambar 2.2.

Data Manipulation dan

analysis

Data

Management

Data Output Data Input SIG

Gambar 2.1 : Ilustrasi Sub – Sistem SIG (Prahasta, 2002: 57)

Page 28: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

15

Gambar 2.2: Ilustrasi Uraian Sub – Sistem SIG (Prahasta, Eddy. 2009)

Komponen SIG

a) Perangkat Keras

SIG tersedia di berbagai platform perangkat keras; mulai dari komputer

(PC/CPU), mouse, keyboard, monitor (plus VGA-Card Grafik) yang beresolusi

tinggi, digitizer, printer, plotter, receiver GPS, dan scanner.

b) Perangkat Lunak

SIG merupakan sistem perangkat lunak dimana sistem basisdatanya

memegang peranan kunci. Terdiri dari ArcGIS, ArcView, ERMapper, Global

Mapper, ENVI, dan lain – lain.

c) Data & Informasi Geografis

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data/informasi yang diperlukan

baik tidak langsung (dengan mengimportnya) maupun langsung dengan

mendigitasi. Contoh seperti: peta (topografi, tematik, dll), citra satelit, foto udara.

Tabel

Laporan

Pengukuran

Lapangan

Peta (tematik,

topografi, dll)

Foto udara

Citra Satelit / radar

DEM (srtm, dll.)

Data lainnya

INPUT

Storage /

Basisdata

OUTPUT

Processing

Retrieval

Tabel

Peta

Laporan

Softcopy

Page 29: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

16

d) Manajemen

Proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang

yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

Citra Satelit Pleiades

Merupakan sistem observasi optis yang mencakup dua satelit identik yang

dapat menghasilkan produk berwarna dengan resolusi 50cm. Teroperasi dengan

jarak 180 derajat. Dalam satu fase orbit, sistem Pleiades dapat melakukan rotasi

24 harian ulang dalam titik manapun di permukaan bumi, untuk mengatasi

masalah kependudukan dan militer. Satelit ini telah di desain dengan tugas siap

darurat, citranya dapat diperoleh dalam waktu kurang dari 6 jam. Hal ini akan

sangat menguntungkan untuk menghadapi waktu disaat koleksi citra yang up to

date sangat dibutuhkan seperti dalam monitoring krisis. Hal ini pun meningkatkan

fleksibilitas dan membuka ruang yang persisten untuk teknologi akusisi terbaru

nan mumpuni. (diterjemahkan dari www.geoimage.com.au/satellite/pleiades) Saat

ini terdapat dua seksi Pleiades dengan fase kostelasi yaitu Pleiades 1A – yang

diluncurkan pada 16 desember 2011 dan Pleiades 1B – yang diluncurkan pada 2

desember 2012. Hasil citra satelit Pleiades merupakan salah satu citra dengan

resolusi tinggi yang dapat digunakan terutama untuk manajemen lahan, pertanian,

pertahanan, keamanan komunitas, hidrologi, kehutanan dan juga digunakan dalam

bidang terapan teknik sipil.

Page 30: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

17

a) Pleiades-1A Satellite Sensor

Diluncurkan pada 16 Desember 2011. Sensor satelit ini mampu

mengambil gambar stereo dalam sekali pemotretan dan dapat mencakup

wilayah yang luas (hingga 1000km x 1000km).

b) Pleiades-1B Satellite Sensor

Diluncurkan pada 2 Desember 2012. Memiliki kemampuan untuk melakukan

pemetaan skala besar termasuk rekayasa dan proyek konstruksi, monitoring

(kompleks pertambangan, industri dan militer, daerah konflik dan krisis,

bencana alam serta evakuasi dan operasi penyelamatan). Selanjutnya untuk

karakteristik citra Pleiades dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Karakteristik Citra Pleiades

Mode Pencitraan Pankromatik Multispektral

Resolusi Spasial Pada

Nadir

0,5m GSD pada nadir 2m GSD pada nadir

Jangkauan Spektral 480 – 830 nm

Biru (430 – 550nm) Hijau (490 – 610nm)

Merah (600 – 720nm)

IR dekat (750 – 950nm)

Lebar Sapuan 20 km pada nadir

Pencitraan Off-Nadir Hingga 47 Derajat

Tersedia opsi pemilihan sudut ketinggian

Jangkauan Dinamik 12 bit per piksel

Waktu Pengulangan Setiap 1 hari Ketinggian Orbit 694 km Waktu Lintasan

Equatorial

10:15 A.M

Orbit Sinkron matahari

Harga €. 10 per km2 untuk data arsip

€. 17 per km2 untuk perekaman baru Luas Pemesanan Minimum 25 km2 untuk data arsip (jarak lebar min.500m )

Minimum 100 km2 untuk perekaman baru (jarak lebar

min.5km) Tingkat Akurasi 3m tanpa GCP (CE90)

Hingga kurang dari 1m dengan GCP

Sumber : www.geoimage.com.au/satellite/pleiades

Page 31: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

18

2.1.5 Digitasi

Digitasi merupakan usaha untuk menggambarkan kondisi bumi kedalam

sebuah bidang datar dalam computer. Atau dapat disebut sebagai pengubahan data

peta hardcopy menjadi softcopy. Sumber data peta untuk digitasi dibagi menjadi

beberapa bagian, antara lain sebagai berikut.

a) Peta Analog (Hard Data) Adalah sumber data peta yang digunakan untuk

digitasi secara manual menggunakan alat tambahan yaitu meja digitasi.

Contoh data ini adalah: atlas atau peta (bentuk kertas).

b) Image Remote Sensing (Soft Data) adalah data yang didapat dari pencitraan

jarak jauh seperti citraan satelit dan Citraan Udara.

c) Image Scanning (Soft Data)adalah data Scan/ Cetak berbentuk file raster dari

Atlas atau peta analog lainnya.

Pada dasarnya untuk membuat peta digital ada dua metode yang

digunakan, yaitu Digitasi langsung dan digitasi tidak langsung.

a) Digitasi Langsung

Digitasi peta secara langsung berarti melakukan proses digitasi atau proses

penggambaran ulang secara langsung di atas peta kertas. Digitasi langsung

dilakukan dengan menggunakan alat digitizer. Pada proses digitasi ini, gambar

dari peta garis analog (di atas media kertas) dipindahkan ke media perekam disket

dalam format digital.

b) Digitasi Tak Langsung

Digitasi peta secara tidak langsung merupakan proses penggambaran ulang

dari peta garis/analog menjadi peta digital dengan bantuan alat pemindai

Page 32: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

19

(scanner). Setelah discanner, peta baru digambar ulang dengan komputer

menggunakan software AutoCAD Map3D. Pada digitasi tidak langsung ini,

diperlukan beberapa alat sebagai pendukung didalam proses digitasi yang akan

dilakukan, yakni :

1) Scanner : Untuk menyecan peta sebelum didigit dengan komputer. untuk

perangkat keras ini ada yang mampu memindai kertas yang besar / sampai

dengan A0.

2) Satu unit PC (personal computer) dengan spesifikasi yang mampu digunakan

dalam proses digitasi Pemindai (Scanner).

3) Plotter : Alat untuk menterjemahkan serta mentransformasikan data gambar

digital menjadi gerakan mekanik pada bidang (diatas media analog kertas

atau kalkir).

4) Printer

Baik tidaknya hasil digitasi ditentukan oleh kemampuan setiap user yang

melakukannya. Berdasarkan pengalaman, kemampuan melihat dan menganalisis

objek yang ada pada peta, foto udara, maupun citra satelit serta tingkat kedetailan

berpengaruh terhadap hasil digitasi yang didapat. Kesulitan yang dihadapi oleh

user yang melakukan digitasi biasanya terdapat pada tingkat kerumitan objek

yang akan diteliti, kualitas dari sumber data yang digunakan, dan kemampuan

dari alat pendukung yang digunakan.

Page 33: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

20

2.2 Kajian Hasil – hasil penelitian yang relevan

Berdasarkan Tinjauan Pustaka dan penelitian sebelumnnya, peneliti

mengacu pada beberapa penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis dan

Tahun Tujuan Hasil Utama

1 Analisis Indeks Vegetasi

Menggunakan Citra

ALOS/AVNIR-2 dan

Sistem Informasi Geografi

(SIG) Untuk Evaluasi

Tata Ruang Kota

Denpasar

A. Rahman

As-Syakur dan

I.W. Sandi

Adnyana 2009

1. Untuk mengetahui

kemampuan citra

ALOS/AVNIR-2 dalam

mendeteksi vegetasi yang

dihubungkan dengan

menggunakan Sistem

Informasi Geografi (SIG).

2. Untuk mengevaluasi peta

tata ruang Kota Denpasar tahun

2003 berdasarkan peta sebaran

persentase vegetasi yang

diperoleh dari citra

ALOS/AVNIR-2

1. Peruntukan tata ruang untuk

kawasan permukiman mendominasi

daerah yang memilki tutupan vegetasi

dengan persentase vegetasi kurang dari

25%. Peruntukan tata ruang untuk

RTH KDB 0% didominasi oleh

vegetasi dengan persentase vegetasi

25-50% dan 50-75%.

2. Peruntukan tata ruang untuk tahura

didominasi oleh vegetasi yang

memiliki persentase vegetasi lebih dari

75%

2 Studi Identifikasi

Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau

Menggunakan Teknik

Interpretasi Citra

IKONOS di Kecamatan

Lubuk Baja, Kota Batam

Suprajaka

dan Abdul

Haris Mogot

2010

1. Mengidentifikasi luas dan

sebaran ruang terbuka hijau di

Kecamatan Lubuk Baja, Kota

Batam.

2. Mengidentifikasi jumlah

kebutuhan ruang terbuka hijau

di Kecamatan Lubuk Baja,

Kota Batam.

3. Mengidentifikasi apakah

luas dan sebaran ruang terbuka

hijau di Kecamatan Lubuk

Baja telah sesuai terhadap

kebutuhan luas kawasan hijau

berdasarkan UU No. 14 Tahun

1988 tentang penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) dan

jumlah penduduk

4. Mengindentifikasi

kesesuaian jumlah dan sebaran

ruang terbuka hijau di

Kecamatan Lubuk Baja

berdasarkan Rencana Umum

Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kota Batam Tahun 2004 –

2014 (PERDA Kota Batam

No.2/2004 tentang Tata Ruang

Wilayah Kota Batam) terhadap

kebutuhan RTH

1. Terdapat kekurangan ruang terbuka

hijau sebesar 154,43 hektar.

2. Berdasarkan jumlah penduduk

masih kekurangan ruang terbuka hijau

sebesar 116,21 hektar.

3. Luas pengembangan ruang terbuka

hijau yang diperlukan pada masing –

masing kelurahan adalah, Kelurahan

Batu Selicin 62,67 hektar, Lubuk Baja

Kota 48,68 hektar dan Kampung Pelita

22,35 hektar.

Page 34: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

21

3 Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau

Berdasarkan Fungsi

Ekologis Sebagai

Penghasil Oksigen dan

Kawasan Resapan Air

Sesuai Tipologi Kota

Afrizal

Ramadhan

dan Dr. Ir.

Iwan

Kustiwan,

MT. 2013

1. Menghitung kebutuhan RTH

pada tipologi kota yang berbeda

(Kota Bandung, Kota Bogor,

dan Kota Cirebon)

1. luas RTH yang seharusnya

disediakan oleh Kota Bandung saat ini

adalah sebesar 13.423 Ha (80% luas

wilayah), Kota Bogor sebesar 2.207

Ha (19%), dan Kota Cirebon sebesar

944 Ha (25% luas wilayah).

4 Pola Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau Pada

Kawasan Perkampungan

Plemburan Tegal, Ngaglik

Sleman

Budi

Santoso,

Retna

Hidayah, dan

Sumardjito

2012

1. Menggambarkan pola

pemanfaatan ruang terbuka

hijau (RTH) di Kawasan

Kampung Plemburan RW 25,

Sariharjo, Ngaglik

1. Luas ruang terbuka yang ada

terdiri dari kawasan hijau seluas

14.425 m2 atau seluas 11.81% dari

total lahan dan area non hijau seluas

10.555 m2 atau seluas 8.64% dari

total luas lahan.

2. Bentuk pemanfaatan RTH kawasan

untuk masing-masing lokasi

dikategorikan ke dalam: (a) fasilitas

ruang sosial; (b) lahan perkebunan;

(c) lahan kosong (vacant land)

5 Penyediaan Ruang

Terbuka Hijau

Berdasarkan Kebutuhan

Oksigen di Kota Malang

Maria

Febrianan

Bewu Mbele

dan Rulli

Pratiwi

Setiawan

2015

1. Menghitung luas kebutuhan

RTH publik berdasarkan

kebutuhan oksigen tiap bagian

wilayah kota di Kota Malang

2. Menganalisis faktor – faktor

yang mempengaruhi

penyediaan RTH publik di

Kota Malang

3. Merumuskan kriteria

penyediaan RTH publik di

Kota Malang berdasarkan

kebutuhan oksigen

1. Luas kebutuhan RTH Kota Malang

untuk memenuhi kebutuhan oksigen

adalah 10.241 ha dari luas 11.006 ha.

2. Terdapat 7 faktor yang

mempengaruhi penyediaan RTH

publik di Kota Malang yaitu faktor

kepadatan penduduk, faktor

penduduk pendatang dan pindah,

faktor keterbatasan lahan, faktor

peran serta masyarakat, faktor

keterlibatan swasta, faktor

keterbatasan dana, faktor komitmen

pemerintah..

6 Analisi Ketersediaan dan

Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau Pada

Kawasan Pusat Pelayanan

Kota Di Kecamatan Palu

Timur, Kota Palu

Andi Chairul

Achsan

2016

1. Mengidentifikasi

ketersediaan ruang terbuka

hijau di kawasan pusat

pelayanan kota,.

2. Menentukan kebutuhan

ruang terbuka hijau kawasan

pusat pelayananan kota

1. Luas ruang terbuka hijau sebesar

5,96 ha, wilayah Kelurahan Besusu

Tengah sebesar 2,91 ha, wilayah

Kelurahan Besusu Timur sebesar 1,73

ha, wilayah Kelurahan Lolu Utara

sebesar 3,55 ha dan wilayah Kelurahan

Lolu Selatan sebesar 12,67 ha.

2. Luas ruang terbuka hijau

berdasarkan kebutuhan oksigen pada

wilayah Kecamatan Palu Timur, Kota

Palu adalah sebesar 43,89 ha, dengan

proyeksi kebutuhan pada tahun awal

proyeksi sebesar 64,06 ha, dan pada

tahun akhir proyeksi sebesar 86,22 ha.

Page 35: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

22

7 Analsis Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau

Berdasarkan Pendekatan

Kebutuhan Oksigen

Menggunakan Citra

Satelit EO-1 ALI (Earth

Observer-1 Advanced

Land Imager) Di Kota

Manado

Erwin

Hardika

Putra

2012

1. Memetakan RTH aktual

menggunakan citra satelit EO-1

ALI

2. Mengestimasi kebutuhan

RTH menggunakan pendekatan

berbasis kebutuhan oksigen

1. Lahan RTH aktual di Kota Manado

diidentifikasi seluas ±12.549,44 ha,

sedangkan yang tidak bervegetasi

seluas ±3.967,54 ha.

2. Kebutuhan minimal RTH di Kota

Manado adalah seluas 892 ha sehingga

masih memenuhi kebutuhan.

8 Analisis Kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau

Kecamatan Kota Tengah

Kota Gorontalo

Sri Sutarni

Arifin 2012

1. Menghitung luas ruang

terbuka hijau berdasarkan

jumlah penduduk

2. Proyeksi Jumlah penduduk

hingga 10 tahun mendatang

3. Indentifikasi ruang terbuka

hijau yang telah ada

1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada

wilayah Kecamatan Kota Tengah Kota

Gorontalo yang ada saat ini adalah

seluas 4,37 hektar atau sekitar 0,91%

dari total luas wilayah kecamatan.

2. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan jumlah penduduk tahun

2012 adalah sebesar 0,85 hektar atau

sebesar 0,18 persen luas wilayah.

Sedangkan pada tahun 2022

berdasarkan proyeksi jumlah

penduduk, kebutuhan RTH seluas

1.484 hektar atau sekitar 0,31 persen.

9 Pengaruh Ruang Terbuka

Hijau (RTH) Terhadap

Iklim Mikro Di Kota

Pasuruan

Anugrah

Teguh

Prasetyo

2012

1. Mengetahui pengaruh ruang

terbuka hijau terhadap iklim

mikro di kota pasuruan

1. Untuk menjaga kondisi iklim mikro

di Kota Pasuruan maka Kota Pasuruan

harus menyediakan luas lahan minimal

sebesar 14,95% dari luas total wilayah

Kota Pasuruan yang khusus digunakan

untuk RTH.

10 Analisis Kebutuhan

Ruang Terbuka Hiaju

(RTH) Berdasarkan

Serapan Gas CO2, Di

Kota Pontianak

Lubena

Hajar

Velayati,

Agus

Ruliyansyah,

dan Yulisa

Fitrianingsih

2012

1. Menghitung luas penutupan

lahan bervegetasi eksisting

2. Menghitung jumlah emisi

karbondioksida yang

dihasilkan oleh aktivitas kota

saat ini

3. menghitung luas RTH yang

dibutuhkan untuk menyerap

sisa emisi karbondioksida yang

tidak terserap oleh tutupan

lahan yang ada di kota

pontianak

1. Luas tutupan lahan bervegetasi

eksisting di Kota Pontianak

berdasarkan klasifikasi tutupan lahan

adalah 3.351,21 ha atau 29 % dari luas

total wilayah Kota Pontianak yakni

11.396,65 ha.

2. Total emisi CO2 1.917.709

ton/tahun.

3. Wilayah ini membutuhkan luasan

RTH sebesar 5.962,2 ha atau sebesar

52 % dari total luas wilayah Kota

Pontianak.

11 Analisis Ketersediaan

Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Berdasarkan

Kebutuhan Oksigen (Studi

Kasus: Kota Salatiga)

Sri Purwatik,

Bandi

Sasmito,

Hani’ah

2014

1. Untuk mengetahui

kesesuaian luasan RTH Kota

Salatiga dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui luas RTH

yang dibutuhkan berdasarkan

kebutuhan oksigen

1. Kota Salatiga memerlukan Ruang

Terbuka Hijau sebesar 3452,6515 Ha.

Sehingga dengan luas RTH yang ada

belum memenuhi. Namun, bila

ditambah dengan vegetasi Non RTH

penghasil oksigen, luas penghasil

Oksigen menjadi 4912,79 Ha.

Sehingga, dengan luas penghasil

oksigen tersebut sudah memenuhi

batas minimum suplai oksigen.

Page 36: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

23

12 Analisis Tingkat

Kebutuhan Dan

Ketersediaan RTH pada

Kawasan Perkantoran Di

Kota Makassar

Adillasintani,

Muh. Isran

Ramli, dan

Achmad

Zubair

2013

1. Menganalisis tingkat

kebutuhan dan ketersediaan

ruang terbuka hijau di kawasan

kantor gubernur provinsi

sulawesi selatan, dinas

pendidikan provinsi sulawesi

selatan, dan dinas kesehatan

provinsi sulawesi selatan dalam

memenuhi dan menghasilkan

oksigen serta dalam menyerap

karbon dioksida

1. Kantor Gubernur mememerlukan

RTH seluas 3,77 ha untuk memenuhi

kebutuhan oksigen serta menyerap

karbon dioksida

2. Dinas Pendidikan mememerlukan

RTH seluas 0,81 ha untuk memenuhi

kebutuhan oksigen serta menyerap

karbon dioksida.

3. Dinas Kesehatan mememerlukan

RTH seluas 0,65 ha dan untuk

memenuhi kebutuhan oksigen serta

menyerap karbon dioksida.

4. RTH yang ada di kawasan Kantor

Gubernur, yaitu sebesar 6,2 ha dapat

menghasilkan O2 sebesar 3.720

kg/hari dan menyerap CO2 sebesar

5.580 kg/hari.

5. RTH yang ada di Dinas Pendidikan

yaitu sebesar 0,38 ha dapat

menghasilkan O2 sebesar 228 kg/hari

dan menyerap CO2 sebesar 342

kg/hari.

6. RTH yang ada di Dinas Kesehatan

yaitu sebesar 0,82 ha dapat

menghasilkan O2 sebesar 156 kg/hari

dan mampu menyerap CO2 sebesar

234 kg/hari.

13 Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau Kota Pada

Kawasan Padat, Studi

Kasus di Wilayah

Tegallega, Bandung

Widyastri

Atsary

Rahmy, Budi

Faisal, dan

Agus R.

Soeriaatmadj

a

2012

1. Membentuk sistem ruang

terbuka hijau yang sesuai

dengan kebutuhan kawasan

1. Angka kebutuhan spasial ruang

terbuka hijau peorang seluas 11,5m2

per-orang. Apabila standar ini

dikalikan dengan populasi pada

kawasan studi, diperoleh angka

kebutuhan spasial ruang terbuka hijau

kota seluas 31,41 Ha atau 51,75% dari

luas total kawasan studi.

14 Identifikasi Ruang

Terbuka Hijau Publik Di

Kota Tangerang

Fathuddin

Kholish,

Janthy

Trilusianthy

Hidayat, dan

Yusi

Febriani

2013

1. Identifikasi RTH publik

eksisting di Kota Tangerang

2. Identifikasi persepsi

masyarakat terhadap

keberadaan RTH publik di

Kota Tangerang

3. Identifikasi RTH publik

berdasarkan luas wilayah

1. RTH publik eksisting Kota

Tangerang memiliki luas 2245,94 ha

dengan persentase 13,6% dari luas

wilayah Kota Tangerang.

2. Keberadaan RTH publik dirasakan

cukup oleh masyarakat. Sedangkan

3. Persepsi masyarakat terhadap

kondisi RTH publik adalah baik,

15 Penyediaan Hutan Kota

dan Taman Kota Sebagai

Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Publik Menurut

Preferensi Masyrakat di

Kawasan Pusat Kota

Tangerang

Nadia

imansari dan

Parfi

khadiyanta

2015

1. Untuk mengkaji fungsi dan

kriteria penyediaan sebagai

ruang terbuka hijau (RTH)

publik pada hutan kota dan

taman kota

1. Pada zona 1, sebagian besar

masyarakat menginginkan RTH publik

yang berfungsi sebagai peneduh dan

paru – paru kota. Hal ini sudah sesuai

dengan fungsi eksisting dari hampir

seluruh RTH.

2. Pada zona 2 terkait fungsi RTH

publik cenderung memilih fungsi

sebagai peneduh dan paru – paru kota

untuk diprioritaskan, di samping itu,

masyarakat juga menginginkan RTH

Page 37: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

24

publik yang berfungsi sebagai pusat

interaksi dan komunikasi masyarakat

serta sebagai sarana pendidikan.

3. Pada zona 3 masyarakat

menginbginkan adanaya hutan kota

maupun taman kota yang dapat

berfungsi sebagai sarana rekreasi.

16 Analisis Kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau di

Kota Poso

Juliana

Mariana

Tontou,

Ingerid L

Moniaga ST

M.Si, dan

Michael M.

Rengkung,

ST. MT

2012

1. Mewujudkan ruang kawasan

perkotaan yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan.

1. Kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan luas wilayah secara umum

yakni 301,8 ha atau 24% dari luas

wiayah 1.280 ha.

2. Berdasarkan jumlah penduduk dan

kebutuhan oksigen proyeksi tahun

2032, terdapat 3 Kelurahan

membutuhkan penambahan RTH.

17 Analisis Kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Kebutuhan

Oksigen dan Air di Kota

Depok Provinsi Jawa

Barat

Bos Ariadi

Muris

2005

1. Menetukan luas ruang terbuka

hijau berdasarkan kebutuhan

oksigen dan air

2. Menilai preferensi masyarakat

terhadap pengembangan

pembangunan di Kota Depok

1. Kota Depok saat ini memiliki RTH

seluas 5.125,43 ha,

2. Berdasarkan perhitungan metode

Gerarkis, RTH untuk tahun 2005

seudah tidak mampu lagi memenuhi

kebutuhan oksigen karena luas RTH di

Kota Depok seharusnya 6.155,18 ha.

18 Analisis Kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau Di

Kota Medan

Johansen

Silalahi dan

Alfonsus

H.Harianja

2014

1. memproyeksikan luas Ruang

Terbuka Hijau (RTH) di Kota

Medan berdasarkan tiga ukuran,

yaitu: 1). luas wilayah; 2).

jumlah penduduk; dan 3).

kebutuhan oksigen sampai

dengan tahun 2030

1. Luas minimum RTH sesuai dengan

luas wilayah adalah 7.953 Ha;

sedangkan berdasarkan jumlah

penduduk adalah 846,87 ha dan jika

berdasarkan konsumsi oksigen adalah

sebesar 2.152,86 Ha.

19 Arahan Pengembangan

RTH Berdasarkan Fungsi

Ekologis Di Kota Blitar

Arlingga

Tirta

Septianto

2009

1. mengidentifikasi fungsi

ekologis dengan teknik teoritikal

deskriptif

2. menganalisa kriteria

pengembangan ruang terbuka

hijau dengan teknik delphi

3. menganalisa arahan

pengembangan ruang terbuka

hijau berdasarkan fungsi

ekologis di kota Blitar dengan

menggunakan teknik triangulasi.

1. Fungsi ekologis dari ruang terbuka

hijau yang paling penting di Kota

Blitar sebagai pengaman kawasan

resapan air dan mata air serta sebagai

pengendali pencemaran udara.

2. Arahan untuk mengembangkan

ruang terbuka hijau berdasarkan fungsi

ekologis yang penting di Kota Blitar

adalah penyediaan bentuk ruang

terbuka hijau berupa hutan kota, RTH

sempadan mata air dan RTH jalan,

penambahan luas RTH di Kota Blitar,

pemanfaatan lokasi – lokasi strategis

untuk dijadikan sebagai RTH dan

penanaman jenis pohon yang dapat

menyerap polusi udara dan dapat

menyerap air tanah.

Page 38: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

25

20 Analisis dan Arahan

Pengembangan Ruang

Terbuka Hijau Dalam

mendukung Green City

Kota Ungaran Kabupaten

Semarang

Antonius Dwi

Yunianto

2015

1. Mengidentifikasidan

menganalisis luas dan dsitribusi

kondisi eksisting RTH

2. Menganalisis kebutuhan RTH

Kota Ungaran guna memenuhi

ketentuan yang

ditetapkan undang-undang yang

berlaku

3. Menganalisis areal yang

berpotensi untuk pengembangan

RTH

4. Menyusun perencanaan RTH

yang berbasis konsep Kota Hijau

(Green Planning);

5. Menyusun perancangan RTH

yang berbasis konsep Kota Hijau

(Green Design)

1. Hasil pemetaan RTH yang ada di

Kota Ungaran seluas 2.190,7 ha atau

sebesar 71,6%.

2. Hasil analisis kebutuhan RTH

publik berdasarkan jumlah penduduk

pada tahun 2012 seluas 195,5 ha atau

6,9%. Berdasarkan proyeksi jumlah

penduduk pada tahun 2032 kebutuhan

RTH publik seluas 292,4 ha atau 9,6%

dari luas wilayah. Sedangkan

kebutuhan RTH publik berdasarkan

20% dari luas wilayah adalah seluas

612,2 ha.

3. Hasil analisis preferensi stakeholder

(AHP), menunjukkan konsep

perencanaan dan perancangan RTH

adalah menyebar dan

memperhitungkan jarak terhadap

pemukiman dengan bobot nilai sebesar

0,58.

4. Hasil analisis areal yang berpotensi

untuk pengembangan RTH publik

berdasarkan gabungan kriteria green

planning adalah seluas 1.099,8 ha.

5. Arahan pengembangan RTH

berdasarkan pendekatan green

planning dibagi dalam dua bagian,

yaitu arahan berfokus pada

penambahan luas RTH publik

(minimal 20%) dan arahan berfokus

pada upaya menjaga keberadaan RTH

privat (minimal 10%).

2.3 Kerangka Berpikir

RTH Kota adalah ruang hijau di dalam kota atau wilayah yang lebih luas

baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana

penggunaannya lebih bersifat terbuka. RTH merupakan kebutuhan setiap kota,

dikarenakan fungsi serta manfaatnya yang penting, salah satunya sebagai

penyedia oksigen.

Perhitungan kebutuhan oksigen digunakan untuk mengetahui tercukupi

atau tidaknya oksigen yang ada pada suatu kota dilihat dari luasan RTH serta

pengguna oksigennya. Pada penelitian ini parameter pengguna oksigen yang

Page 39: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

26

digunakan adalah penduduk, kendaraan bermotor, dan industri dengan beberapa

asumsi antara lain :

1. Menggunakan analisis tertutup sehingga RTH di Kota lain tidak

mempengaruhi hasil dari ketersediaan oksigen di wilayah penelitian

2. Jumlah pengguna oksigen yang ada tetap sesuai data yang tersedia sehingga

aktfitas seperti manusia atau kendaraan bermotor yang masuk ke wilayah

penelitian tidak dihitung.

Untuk melihat luasan RTH eksisting digunakan citra satelit pleiades yang

selanjutnya diolah didalam aplikasi ArcGIS 10.1 lalu digunakan teknik digitasi

untuk melihat RTH eksisting yang terdapat di Kota Tangerang Selatan. Setelah

diketahui luasan RTH eksisting tersebut digunakan rumus pendekatan gerarkis

untuk mengetahui ketersediaan oksigen yang dapat terpenuhi di Kota Tangerang

Selatan.

Pada penelitian ini perhitungan kebutuhan oksigen dan ketersediaan

oksigen dilakukan dalam satuan administrasi kecamatan. Lalu hasilnya diolah

kembali di dalam Ms. Excel yang selanjutnya dibuatkan peta menggunakan

ArcGIS 10.1. Peta kebutuhan oksigen didapat dari pengguna oksigen di setiap

kecamatan dan peta ketersediaan oksigen didapat dari persebaran RTH eksisting

di daerah penelitian pada setiap kecamatan. Setelah itu akan dilakukan analisis

lebih lanjut sehingga mendapatkan arahan pengembangan RTH

Page 40: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

27

Gambar 2.3 : Kerangka Penelitian

Kebutuhan

Oksigen

Perhitungan

Kebutuhan

Oksigen

Penduduk

Perhitungan

Kebutuhan

Oksigen

Kendaraan

Bermotor

Perhitungan

Kebutuhan

Oksigen Mesin

Industri

Citra Satelit

Pleiades

Rumus

Kebutuhan

Oksigen

Peta

Ketersedian

Oksigen

Perhitungan

selisih

ketersediaan

oksigen

Rumus

Pendekatan

Gerrarkis

Overlay

Peta Arahan

Pengembangan

RTH

Ms. Excel

ArcGIS 10.1

Membuat

Kelas Tingkat

Pengembangan

ArcGIS

10.1

Peta

Kebutuhan

Oksigen

Parameter :

- Jumlah

penduduk

- Jumlah

Kendaraan

bermotor

- Jumlah

Industri

Digitasi

Page 41: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

80

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang analisis kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan ketersediaan oksigen di Kota Tangerang Selatan yang telah

dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :

a) Berdasarkan hasil digitasi citra satelit Pleiades tahun 2017 yang telah

digabungkan dengan data RTRW Kota Tangerang Selatan, maka diketahui

luasan RTH eksisting sebesar 39,93 Km2

atau 3.993 Ha. RTH tersebut

belum memenuhi kriteria 30% dari luas wilayah seluruhnya, luas RTH

eksisting tersebut hanya 27,13%. Untuk memenuhi peraturan Undang –

undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, RTH di Kota

Tangerang Selatan harus ditambah sebanyak 2,87%

b) Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan oksigen, dapat diketahui suplai

oksigen yang dihasilkan dari RTH yang ada di Kota Tangerang Selatan

setiap harinya sebesar 2.023,40 Ton/hari. Sedangkan dari perhitungan

kebutuhan oksigen di Kota Tangerang Selatan setiap harinya memerlukan

4.883.102,7 Ton/hari. Dari hasil tersebut suplai oksigen yang dihasilkan

sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen di daerah

penelitian.

c) Berdasarkan hasil perkiraan kebutuhan RTH di Kota Tangerang Selatan

berdasarkan kebutuhan oksigen, didapat luas RTH yang diperlukan sebesar

9.645,63 Ha. Dengan kondisi RTH eksisting yang tersedia di daerah

Page 42: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

81

penelitian sebesar 3.993 Ha masih sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan

RTH berdasarkan kebutuhan oksigen yang ada.

d) Arahan pengembangan RTH di daerah penelitian didasarkan pada

kebutuhan oksigen pada setiap Kecamatan. Dari hasil perhitungan dan

pemodelan arahan pengembangan RTH dikelaskan menjadi 4 kelas, hasil

yang didapat adalah hanya ada 1 Kecamatan yang tidak perlu

pengembangan yaitu Kecamatan Serpong, 2 Kecamatan yang perlu

pengembangan sedang yaitu Kecamatan Setu dan Kecamatan Ciputat

Timur, serta 4 Kecamatan yang memerlukan pengembangan tinggi yaitu

Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat,

dan Kecamatan Pamulang.

5.2 Saran

Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian terkait arahan

pengembangan RTH berdasarkan Kebutuhan oksigen yaitu sebaiknya para pihak

terkait dari pemerintah harus meratakan ketersediaan RTH di setiap kecamatan

yang ada, agar setiap kecamatan dapat terpenuhi kebutuhan oksigennya. Serta

peran aktif masyarakat untuk sadar pentingnya RTH di daerahnya, mulai dari

tidak merusak RTH yang ada dan menambah vegetasi yang bisa dilakukan di

pekarangan rumahnya, agar lingkungan dapat lebih asri serta dapat membantu

pemerintah dalam hal memenuhi kebutuhan oksigen di Kota Tangerang Selatan.

Page 43: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

82

DAFTAR PUSTAKA

Achsan, A. C. 2016. Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan

Palu Timur, Kota Palu). Jurnal Arsitektur Lansekap, 83-92.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

As-syakur, A. R., & Adnyana, I. S. 2009. Analisis indeks vegetasi menggunakan

citra ALOS/AVNIR-2 dan sistem informasi geografi (SIG) untuk

evaluasi tata ruang kota Denpasar. Bumi Lestari Journal of

Environment, 9(1), 1-11.

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2017. Kota Tangerang Selatan

Dalam Angka 2017.

Bintarto, R dan Surastopo Hadi Sumarno. 1987. Metode Analisa Geografi.

Jakarta: LP3ES.

Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun

1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.

Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah

Perkotaan. Bandung: Lap. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur

Lanskap Fakultas Pertanian – IPB.

Imansari, N., & Khadiyanta, P. (2015). Penyediaan hutan kota dan taman kota

sebagai ruang terbuka hijau (RTH) publik menurut preferensi

masyarakat di kawasan pusat Kota Tangerang. Jurnal Ruang, 1(3), 101-

110.

Juhadi dan Dewi Liesnoor Setyowati. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik.

Semarang: CV Indoprint.

Menteri Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta.

Muis, B A. 2005. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan

Kebutuhan Oksigen dan Air Kota Depok Propinsi Jawa Barat. Tesis.

Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Page 44: ANALISIS KETERSEDIAAN OKSIGEN UNTUK ...lib.unnes.ac.id/34176/1/3211412046maria.pdfHijau Terhadap Ketersediaan Oksigen Di Kota Tangerang Selatan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah

83

Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang. Bandung.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan . 2017. Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun

Anggaran 2009-2029. Tangerang Selatan: BAPPEDA daerah Kota

Tangerang Selatan

Prahasta, Eddy. 2011. Tutorial ArcGIS Desktop. Bandung: Informatika Bandung.

Purwatik, S., & Sasmito, B. (2014). Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Berdasarkan Kebutuhan Oksigen (Studi Kasus: Kota

Salatiga). Jurnal Geodesi Undip, 3(3), 124-135.

Putra, E. H. (2012). Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan

Pendekatan Kebutuhan Oksigen Menggunakan Citra Satelit EO-1 ALI

(Earth Observer-1 Advanced Land Imager) di Kota Manado. Earth

Observer, 1, 41-54.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Ramadhan, A., & Kustiwan, I. (2012). Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Fungsi Ekologis Sebagai Penghasil Oksigen dan

KawasanResapan Air Sesuai Tipologi Kota. Jurnal Perencanaan

Wilayah dan Kota A SAPPK, 1(2), 379-389.

Rijal, S. (2008). Kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Makassar tahun

2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat, 3(1).

Ruliyansyah, L. H. V. A., & Fitrianingsih, Y. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau (Rth) Berdasarkan Serapan Gas Co2 di Kota Pontianak. Jurnal

Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 1(1).

Tika, Moh.Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Wahid, Akhsin. 2013. Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis Untuk Evaluasi Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang. Tesis.

Sekolah Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada.