ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

116
ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA (Periode 2010-2015) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Fatimah At-Thohiroh NIM: 1113084000068 EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

Page 1: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN

SOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN

TIMUR INDONESIA

(Periode 2010-2015)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat

Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Fatimah At-Thohiroh

NIM: 1113084000068

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …
Page 3: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …
Page 4: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …
Page 5: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …
Page 6: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Fatimah At-Thohiroh

2. Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis, 15 Desember 1995

3. Alamat : Jl Rapi RT 005/005 No. 76. Kelurahan

Pondok Petir, Bojongsari. Depok

4. Telepon : 08568423538

5. Email : [email protected]

II. Pendidikan Formal

1. MI Miftahul Huda Tahun 2001-2007

2. MtsN Tangerang II Pamulang Tahun 2007-2010

3. SMK AL-HASRA Depok Tahun 2010-2013

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2018

III. Pengalaman Bekerja

1. Juru Bayar di Bank BTPN kcp Ciputat Tangerang Selatan April 2017 –

Desember 2017

2. Staff Disbursement Account PT. Penascop Maritim Indonesia Januari

2018-Sekarang.

Page 7: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

ii

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of economic and social infrastructure

on economic growth in the provinces of Eastern Indonesia period 2010-2015. This

research uses panel data with Random Effect Model (REM) approach. The results

show that economic growth can be explained by electricity infrastructure, long road

infrastructure and health infrastructure of 66.92% (R2). Simultaneously variable of

electricity infrastructure, road length and health have significant effect to economic

growth equal to 62.04% (F-Statistic). Partially, however, shows that (1) Electricity

infrastructure and health infrastructure has positive and significant impact on

economic growth. (2) Road infrastructure has no positive and significant impact on

economic growth this is because the number of people who access road is not

maximal and there is no multiplier effect on road construction economic growth

and the existing roads have not been able to open isolation so that economic growth

only revolves around it.

Keywords: Electricity Infrastructure, Road Infrastructure, Health Infrastructure,

Economic Growth, Random Effect Model (REM).

Page 8: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur ekonomi

dan sosial terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi-provinsi Kawasan Timur

Indonesia periode 2010-2015. Penelitian ini menggunakan data panel dengan

pendekatan Random Effect Model (REM). Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi dapat dijelaskan oleh Infrastruktur listrik, infrastruktur panjang jalan dan

infrastruktur kesehatan sebesar 66.92% (R2). Secara simultan variabel infrastruktur

listrik, panjang jalan dan kesehatan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi sebesar 62.04% (F-Statistik). Namun secara parsial menunjukkan bahwa

(1) Infrastruktur listrik dan kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi (2) Infrastruktur jalan tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang mengakses jalan

belum maksimal dan belum adanya multiplier efek pada pembangunan jalan

terhadap pertumbuhan ekonomi serta jalan yang tersedia belum mampu membuka

keterisolasian sehingga pertumbuhan ekonomi hanya berputar disatu tempat.

Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

Kata Kunci: Infrastruktur listrik, Infrastruktur panjang jalan, Infrastruktur

Kesehatan, Pertumbuhan Ekonomi, Random Effect Model (REM).

Page 9: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala nikmat,

keberkahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

berjudul “ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI

DAN SOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN

TIMUR INDONESIA PERIODE 2010-2015” dengan baik. Shalawat serta salam

penulis hanturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

umatnya dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan,

semoga dapat berkumpul di Yaumil Qiyamah nanti.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan dan bantuan serta

semangat dan do’a dari orang-orang di sekeliling penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, izinkanlah penulis menyampaikan terim

kasih kepada:

1. Orang tua penulis, Ibunda Ellah dan Ayahanda (Alm) Sutikno Wijaya

yang selalu memberikan doa yang tiada henti, dukungan, motivasi dan

selalu ada ketika penulis mengalami masa-masa sulit, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan. Serta dua adikku tercinta, Ali dan Satria yang

kehadirannya menambah kebahagiaan keluarga kami. Semoga kalian

selalu dilindungi oleh Allah SWT.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama

perkuliahan

3. Bapak Drs. Rusdianto, Akt., M.Sc dan Bapak Fahmi Wibawa, MBA

sebagai dosen pembimbing yang ditengah-tengah kesibukkan mereka

mampu memberikan ilmu yang bermanfat, dukungan dan motivasi, serta

waktu sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga bapak

selalu diberikan keberkahan dan kesehatan oleh Allah SWT.

Page 10: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

v

4. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina selaku Ketua Jurusan

dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan

arahan serta bimbingan yang berarti dalam penyelesaian perkuliahan ini.

5. Teman-teman seperjuangan Zahra, Kartika, Lisa, Ayu dan Tiara yang

selalu mendukung satu sama lain dan saling berbagi ilmu serta saling

memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

6. Teman-teman Werewolf (Mail, Fadli, Faris, Dayat, Dzul, Syarah, Tika,

Lisa dan Zahra) yang selalu menghibur dikala susah dan senang

7. Teman-teman KKN AKSI 2016 yang telah menjadi keluarga KKN

selama 1 bulan lamanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasam pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab

itu, penulis mengharapkan segala bentuk krtitik dan saran yang membangun untuk

pencapaian yang lebih baik.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta,

Fatimah At-Thohiroh

Page 11: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12

A. Landasan Teori Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 12

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 12

2. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 13

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................ 19

B. Landasan Teori Infrastruktur...................................................................... 21

1. Pengertian Infrastruktur .......................................................................... 21

Page 12: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

vii

2. Infrastruktur Listrik ................................................................................ 25

3. Infrastruktur Jalan ................................................................................... 25

4. Infrastruktur Kesehatan .......................................................................... 27

C. Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 28

D. Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi ........................... 43

E. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 44

F. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 47

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 47

B. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 47

C. Metode Analisis Data ................................................................................. 48

D. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 58

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 58

B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................................... 62

1. Analisis Deskriptif Antar variabel .......................................................... 62

2. Analisis Model Pertumbuhan Ekonomi Dengan Variabel Bebas

Infrastruktur Listrik, Infrastruktur Jalan, dan Infrastruktur Kesehatan. ........ 69

3. Analisis Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi dengan variabel bebas

Infrastruktur Listrik, Infrastruktur Jalan dan Infrastruktur Kesehatan .......... 79

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 84

A. Kesimpulan ................................................................................................ 84

B. Saran ........................................................................................................... 85

Page 13: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

viii

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 94

Page 14: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

ix

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.1 Dana Alokasi Bidang Infrastruktur Pekerjaan Umum dan

Pemukiman tahun 2015

3

1.2 PDRB Menurut Wilayah tahun 2015 5

1.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan KTI dan KBI (milyar) 5

1.4 Perbandingan Infrastruktur KBI dan KTI 6

2.1 Penelitian Sebelumnya 34

3.1 Operasional Variabel 57

4.1 Populasi, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk KTI 2015 59

4.2 Jumlah Kecamatan dan Desa di KTI tahun 2015 60

4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi di KTI 2011-2015 61

4.4 Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Pelanggan di Indonesia

2015

63

4.5 Uji Chow 69

4.6 Uji Hausmen 70

4.7 Uji Lagrange Multiplier 71

4.8 Hasil Estimasi Data Panel 72

4.9 Interpretasi Random Effect Model 73

4.10 Uji Parsial 77

4.11 Uji Simultan 79

4.12 Uji Koefisien Determinasi (R2) 79

Page 15: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

x

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 45

4.1 Peta Indonesia 58

Page 16: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

xi

DAFTAR GRAFIK

No Keterangan Halaman

4.1 Jumlah kapasitas listrik yang terpasang di KTI 63

4.2 Energi Listrik yang disalurkan di KTI periode 2010-2015 64

4.3 Jumlah Panjang Jalan di KTI 2010-2015 65

4.4 Akses Jalan terhadap per 1000 penduduk di KTI 66

4.5 Rasio Puskesmas per 30.000 Penduduk di Indonesia 67

4.6 Akses Kesehatan per 1000 Penduduk di KTI 2010-2015 68

Page 17: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1 Uji Model Panel 94

A. Common Effect Model 94

B. Fixed Effect Model 94

C. Uji Chow 95

D. Random Effect Model 95

E. Uji Hausmen 96

F. Uji Lagrange Multiplier 96

2 Data Penelitian 96

Page 18: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi memiliki beberapa pengertian. Secara tradisional,

pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena ekonomi yang diukur

berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pandangan mengenai tujuan dan makna

pembangunan kemudian berkembang lebih luas. Hal tersebut dilihat dari

keberhasilan indikator pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur dari pertumbuhan

PDRB maupun PDRB perkapita. Hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi diantaranya faktor ekonomi dan nonekonomi. Adapun contoh faktor yang

seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, usaha, teknologi dan

sebagainya (Jhingan, 2004:67).

Salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi

modal. Akumulasi modal ini dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap

stok modal secara fisik (pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan

baku), atau dengan melakukan investasi terhadap fasilitas-fasilitas penunjang

seperti investasi infrastruktur ekonomi dan sosial (pembangunan jalan raya,

penyediaan listrik, air bersih, pembangunan fasilitas komunikasi dan sebagainya).

Pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada pembangunan ekonomi suatu

daerah. Menurut Todaro (2006:28-29) proses pembangunan disemua masyarakat

harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut:

Page 19: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

2

1. Ketersediaan dan perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan pokok

seperti sandang, pangan, papan serta keamanan guna memberikan

perlindungan kepada masyarakat

2. Perlunya penambahan lapangan kerja, perbaikan fasilitas dan kualitas

pendidikan dan tidak lupa peningkatan kepedulian atas nilai-nilai

kemanusiaan

3. Perlunya perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap

individu serta bangsa secara keseluruhan

Menurut Adi Pramono (2011:2) masalah infrastruktur seringkali dituding

menjadi penghambat investasi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Penarikan minat investasi ke Indonesia masih sulit dilakukan karena

masih banyaknya hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan investasi,

diantaranya adalah masalah keterbatasan infrastruktur. Indonesia masih mengalami

ketimpangan di berbagai daerah dilihat dari nilai investasi dan produksi di masing-

masing daerah.

Pembangunan infrastruktur akan memiliki dampak pada pertumbuhan

ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur merupakan

salah satu prasyarat untuk mengembangkan dan menciptakan sektor-sektor lain dan

sebagai penghubung kegiatan ekonomi yang satu dengan yang lain (Warsilan dan

Akhmad Noor, 2015:359).

Adanya keterkaitan yang sangat erat antara perkembangan infrastruktur dengan

pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur akan meningkatkan mobilitas penduduk,

mempercepat laju pengangkutan barang, memperbaiki kualitas dari jasa

Page 20: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

3

pengangkutan tersebut, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pembangunan

serta meningkatkan efisiensi penggunaan sarana pembangunan yang akan

berdampak berkurangnya daerah-daerah tertinggal serta terbukanya akses ekonomi

masyarakat di daerah satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat diartikan

infrastruktur merupakan jantung dari sebuah perekonomian, tanpa adanya

infrastruktur maka sebuah perekonomian tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh

karena itu pemerintah pusat maupun daerah memiliki anggaran tersendiri khusus

untuk infrastruktur.

Anggaran memilik peran dalam memacu perekonomian suatu negara.

Meskipun kualitas pengelolaan anggaran negara mengalami suatu kemajuan,

namun dari sisi efektifitas masih perlu evaluasi dan perhatian yang lebih. Anggaran

negara kita masih menghadapi tekanan dari sisi pengeluaran yang kurang

memberikan dampak efektif bagi perbaikan infrastruktur dan pelayanan publik.

Sebab anggaran negara lebih banyak digunakan seperti untuk membayar subsidi

energi, membayar bunga utang, dan belanja pegawai. Sementara anggaran untuk

belanja modal dan barang masih cukup rendah (Aunur Rofiq, 2014:139).

Tabel 1.1 Dana Alokasi Bidang Infrastruktur Pekerjaan Umum dan

Pemukiman Tahun 2015

Daerah Dana Alokasi Khusus (Milyar)

Jalan Irigasi Air Minum Sanitasi Perumahan

Jawa 2017,07 928,92 360,49 148,66 52,9

Sumatera 4556,22 1350,22 363,2 318,6 94,39

Kalimantan 2779,78 451,69 78,89 107,31 33,97

Sulawesi 4600,4 1292,57 191,73 191,3 52,78

Maluku, Papua, Bali

dan Nusa Tenggara 5243,6 2546,36 360,74 345,22 19,44

Total 19197,07 6569,76 1355,05 1111,09 253,48

Sumber: Kementrian PUPR, 2015

Page 21: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

4

Berdasarkan data tabel 1.1 dapat dilihat dana alokasi Anggaran Pendapatan

Belanja Negara bidang infrastruktur terbagi menjadi 5 alokasi. Alokasi jalan,

irigasi, air minum, sanitasi dan perumahan. Dana alokasi anggaran infrastruktur

terbesar pada alokasi jalan. Jalan merupakan akses masyarakat dalam melakukan

kegiatan. Tanpa adanya jalan dengan kondisi baik maka kegiatan apapun tidak akan

berjalan sesuai rencana. Begitupun kegiatan ekonomi karena jika tidak ada akses

jalan maka tidak terjadi produktifitas ekonomi yang mengakibatkan ketertinggalan

daerah tersebut.

Selain peran infrastruktur ekonomi peran infratsruktur sosial juga memiliki

peran yang penting. Infrastruktur sosial berupa akses kesehatan. Jika dalam sebuah

wilayah memiliki akses kesehatan yang minim maka bukan berarti kualitas sumber

daya manusia diwilayah tersebut mengalami kualitas SDM yang buruk. Oleh karena

itu perlu ditingkatkanya akses kesehatan untuk investasi dalam sumber daya

manusia supaya dapat memperbaiki kualitas masyarakat dan menjadi SDM yang

berkualitas. SDM yang berkualitas mempunyai pengaruh terhadap kegiatan

produksi seiring dengan meningkatknya jumlah manusia (Todaro, 2006:118).

Pentingnya sebuah infrastruktur dalam suatu daerah yaitu untuk memajukan

dan meningkatkan perekonomian daerah itu sendiri serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Kemajuan suatu daerah dapat diukur melalui

pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan indikator Produk Domestik Regional

Bruto.

Page 22: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

5

Tabel 1.2 PDRB Menurut Wilayah tahun 2015

Daerah %

Jawa 58,86%

Sumatera 21,98%

Kalimantan 8,33%

Sulawesi 5,77%

Maluku,Papua, Bali dan Nusa Tenggara 4,66%

Sumber: Badan Pusat Statistik,2016

Berdasarkan data tabel 1.2 dapat dilihat Produk Domestik Regional Bruto pada

tahun 2015 dengan presentase tertinggi yaitu pulau jawa sebesar 58,86%. Pulau

Jawa memegang setengah lebih dari pertumbuhan PDRB seluruh Indonesia, hal ini

dikarenakan pusat pertumbuhan ekonomi masih berpusat di Pulau Jawa. Hal

tersebut mengindikasikan rendahnya PDRB dari pulau-pulau di luar Pulau Jawa.

Dari sudut pandang tersebut, menunjukkan bahwa keseimbangan itu belum dapat

diwujudkan, hampir dalam segala aspek pembangunan. Oleh karena itu, seringkali

timbul kecemburuan dan sering diekspresikan dalam bentuk yang beragam.

Tabel 1.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan KTI dan KBI (milyar)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

KBI 5562193 5914164 6281321 6641467 6995094 7341493

KTI 1298589 1369463 1452001 1488313 1557460 1632173

Indonesia 6860782 7283628 7733321 8129780 8552554 8973665

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat perbedaan yang cukup signifikan PDRB

Atas Dasar Harga Konstan antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur

Indonesia selama enam tahun. PDRB KTI hanya menyumbang sekitar 18-19 persen

dari keseluruhan PDRB Indonesia. Sedangkan lebih 80 persen PDRB disumbang

dari PDRB KTI. Hal ini dapat disimpulkan ketimpangan PDRB antara KTI dan KBI

memang cukup mencolok.

Page 23: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

6

Tabel 1.4 Perbandingan Infrastruktur KBI dan KTI

KBI KTI

Infrastruktur 2010 2015 2010 2015

Jalan (km) 287466 306377 199848 212628

Kesehatan (unit) 7169 8140 3468 4046

Listrik (Megawatt) 29338,6 48286,4 3543,62 12091,5

Sumber: Statistik Indonesia 2016

Berdasarkan tabel 1.4 tentang perbandingan infrastruktur KBI dan KTI. Maka

telah terjadi ketimpangan infrastruktur antara KBI dan KTI. Kondisi Infastruktur

jalan KBI dan KTI yang diwakili dengan panjang jalan negara, provinsi dan

kabupaten kota dalam kondisi jalan baik dan sedang mengalami ketimpangan yaitu

KBI relatif lebih tinggi dari pada KTI. Infrastruktur kesehatan yang diwakili dengan

Jumlah Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan Puskesmas lebih banyak

KBI yaitu sebanyak 8140 unit pada tahun 2015 sedangkan KTI hanya ada 4046

unit. Kapasitas listrik yang terpasang di KBI pada tahun 2015 sebesar 48286,4

Mega Watt sedangkan di KTI hanya 12091,5 Mega Watt.

Kawasan Timur Indonesia terdiri dari 17 provinsi yang merupakan bagian

integral yang tidak terpisahkan dari suatau negara dan berbangsa yang bernama

Indonesia. Maka perlunya keseimbangan pembangunan antar kawasan, supaya

terciptanya persatuan dan kesatuan NKRI (Iskandar Andi Nuhung, 2010:61).

Kawasan Timur Indonesia (KTI) adalah sebuah kawasan yang relatif

tertinggal. Kesenjangan pembangunan antara Kawasan Timur Indonesia (KBI)

dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI) masih cukup tampak. Kinerja

pembangunan dan pelayanan publik di KTI meskipun menunjukkan tren positif

belum mampu mendekatkan pada capaian pembangunan KBI. Kawasan Timur

Indoenesia identik dengan ketertinggalan, keterbalakangan, keterisolasian, dan

Page 24: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

7

kemiskinan. Selain kesenjangan pembangunan kesenjangan KTI dan KBI dapat

dilihat dari dua aspek besar, yaitu kependudukan dan kegiatan usaha (Muljono,

2010:2). Jumlah penduduk yang berada di KTI hanya seperempat dari jumlah

penduduk KBI, atau dapat dikatakan jumlah penduduk KBI sebesar 80% sedangkan

KTI adalah 20%.

Menurut Fitri Amalia (2012:159) Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan

Timur Indonesia mengalami perkembangan ekonomi yang berbeda. Provinsi-

provinsi yang terletak di KTI pada umumnya mengalami perkembangan ekonomi

jauh lebih lambat dibandingkan daerah atau provinsi yang berada di KBI. Sarana

transportasi, tingkat fasilitas pendidikan dan kesehatan di KBI masih jauh lebih baik

apabila dibandingkan dengan daerah atau provinsi-provinsi yang terletak di KTI.

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa pembangunan di Kawasan Barat

Indonesia jauh lebih baik dari pada pembangunan di Kawasan Timur Indonesia.

Untuk mengurangi adanya pusat dan daerah pinggiran dan adanya pembagian

kemajuan pembangunan di KBI dan KTI, maka perlu pembangunan Infrastruktur

di berbagai sektor di KTI. Namun, perlu dipelajari bahwa ada banyak hambatan

untuk membangun KTI. (Mappamiring, 2006:3)

Fakta ini menjadi menarik karena sangat kontras dengan potensi kekayaan

alam KTI yang berlimpah. Kawasan Timur Indonesia dilimpahi kekayaan alamnya

seperti emas, tembaga, nikel, gas alam, dsb. Sungguh ironi memang apabila KTI

harus menghadapai ketertinggalan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang

berdampak pada kesejahteraan penduduknya disaat kekayaan alam yang melimpah

Page 25: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

8

ruah. Namun keterbatasan infrastruktur serta akses menyulitkan daerah timur untuk

lebih maju.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat perlunya penelitian terkait

infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi terutama untuk Kawasan Timur Indonesia.

Penulis ingin melihat hubungan antara infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi.

Apakah dengan meningkatnya akses infrastruktur ekonomi maupun infrastruktur

sosial akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui PDRB di Kawasan Timur

Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti ingin menganalisis

tentang “ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN

SOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI PADA

KAWASAN TIMUR INDONESIA).”

B. Perumusan Masalah

Kawasan Timur Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tingkat

ketimpangan yang tinggi jika dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia hal

itu dapat dilihat berdasarkan PDRB wilayah Kawasan Timur Indonesia jauh

tertinggal dibandingkan Kawasan Barat Indonesia. Selain permasalahan

ketimpangan dan ketertinggalan yang terjadi di Kawasan Timur Indonesia masih

ada tiga masalah mendasar dalam upaya mengangkat sebagian besar penduduk

yang masih terhimpit kemiskinan, yaitu: Mempercepat pertumbuhan ekonomi,

peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin, dan perlindungan bagi si

miskin.

Ketertinggalan KTI dikonribusi oleh banyak faktor, diantaranya, terbatasnya

infrastruktur dasar yang kemudian menghambat arus investasi, rendahnya kualitas

Page 26: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

9

sumberdaya manusia akibat buruknya konektivitas wilayah yang memicu

melambungnya biaya dan kurangnya pelayanan dasar untuk pemenuhan hak-hak

dasar yang berimbas terhadap rendahnya kualitas hidup.

Penanganan berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan

yang jelas. Salah satu langkah yang dapat diambil dalam implementasi strategi

menurut World Bank yaitu dengan pembangunan infrastrukur.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan perumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Infrastruktur Listrik secara parsial terhadap

Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan di

Kawasan Indonesia Timur Periode 2010-2015?

2. Bagaimana pengaruh Infrastruktur Jalan secara parsial terhadap

Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan di

Kawasan Timur Indonesia Periode 2010-2015?

3. Bagaimana pengaruh Infrastruktur Kesehatan secara parsial terhadap

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga

Konstan di Kawasan Timur Indonesia Periode 2010-2015?

4. Bagaimana pengaruh Infrastruktur Jalan, Listrik, Pendidikan dan

Kesehatan secara simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai

PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Kawasan Timur Indonesia Periode

2010-2015?

Page 27: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

10

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan

bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infrastruktur Listrik secara parsial

terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga

Konstan di Kawasan Indonesia Timur Periode 2010-2015

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infrastruktur Jalan secara parsial

terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga

Konstan di Kawasan Timur Indonesia Periode 2010-2015

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infrastruktur Kesehatan secara

parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar

Harga Konstan di Kawasan Timur Indonesia Periode 2010-2015

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infrastruktur Listrik, Jalan dan

Kesehatan secara simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui nilai

PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Kawasan Timur Indonesia Periode

2010-2015

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Memberikan gambaran kepada pemerintah tentang pengaruh infrastruktur

terhadap kemiskinan sehingga bisa diambil kebijakan-kebijakan guna

membantu dalam pembangunan di Negara Indonesia

2. Manfaat Teoritis dan Akademis

Page 28: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

11

Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi Ekonomi Pembangunan

tentang keterkaitan antara infrastruktur terhadap kemiskinan. Sehingga

penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk menentukan penelitian selanjutnya

yang terkait dengan variabel yang bersangkutan.

Page 29: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan kerangka teori yang melandasi penelitian ini.

Pembahasan dari teori ini meliputi teori infrastruktur dalam ekonomi sektor publik.

Selain itu, pada bab ini penulis juga memaparkan beberapa temuan mengenai

ketersediaan infrastruktur ekonomi dan sosial tehadap pertumbuhan ekonomi. Pada

bagian akhir bab ini penulis akan menjelaskan pembentukan model yang digunakan

dalam penelitian ini.

A. Landasan Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Nuraliyah (2011:28) pertumbuhan ekonomi adalah salah satu

indikator penting dalam menganalisis tentang pembangunan ekonomi yang

terjadi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kegiatan

perekonomian yang menghasilkan peningkatan pendapatan masyarakat dalam

periode tertentu. Makna dari kegiatan perekonomian yaitu proses penggunaan

faktor-faktor produksi yang bertujuan untuk menghasilkan output dan

terjadinya aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang digunakan.

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat, diharapkan akan meningkatkan

pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.

Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari

setiap negara Todaro (2006:118). Ketiga faktor tersebut adalah:

Page 30: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

13

a. Akumulasi modal, yang termasuk dalam akumulasi modal merupakan jenis

investasi baru yang diinvestasikan pada tanah, peralatan fisik dan modal

(sumber daya manusia). Akumulasi modal dihasilkan dari pendapatan yang

diterima kemudian ditabung atau diinvestasikan kembali dengan tujuan

meningkatkan pendapatan dimasa depan.

b. Pertumbuhan penduduk, pertambahan penduduk akan meningkatkan jumlah

angkatan kerja, secara tradisional hal tersebut dianggap positif karena akan

merangsang peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga tersedia lebih

banyak pekerja yang produktif.

c. Kemajuan teknologi

Todaro (2006:123) mengatakan bahwa kemajuan ekonomi dapat dilihat dari

berbagai faktor. Salah satunya dengan investasi yang besar maka akan

memperbaiki kualitas sumber daya fisik dan sumber daya manusia. Faktor

utama dalam merangsang pertumbuhan ekonomi yaitu dengan inovasi dan

kemajuan teknologi.

2. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Menurut teori solow ( dalam Mankiw, 2007:212) pertumbuhan ekonomi itu

terjadi ketika perubahan modal (tabungan dan investasi) dan perubahan

angkatan kerja (pertumbuhan populasi). Menurut para ekonom beraliran klasik

di dalam Mandala Manurung (2008:136). Analisis faktor-faktor model

pertumbuhan ekonomi terbagi menjadi dua, faktor pertumbuhan ekonomi

mikro atau yang sering disebut fungsi produksi seperti dibawah ini:

Page 31: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

14

Q = f (K,L)

Dimana: Q = Output

K = Barang Modal

L = Tenaga Kerja

Untuk analisis pertumbuhan ekonomi (analisis makro) model klasik tersebut

dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menulis persamaan:

Q = f(K,L,T,U,M,W,I)

Dimana:

Q = output atau PDB

K = barang modal

L = Tenaga Kerja

T = Teknologi

U = uang

M = Manajemen

W = kewirausahaan (entrepreneurship)

I = Informasi

Teori ini dikembangkan oleh Solow (dalam Mandala Manurung, 2008:140).

Pertumbuhan ekonomi menurut Teori Solow adalah akumulasi stok barang

modal dan hubungannya dengan keputusan masyarakat terhadap tabungan dan

investasi.

Asumsi–asumsi penting dari model solow antara lain:

1) Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi)

2) Tingkat depresiasi dianggap konstan

Page 32: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

15

3) Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal

4) Tidak ada sektor pemerintah

5) Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan

Dengan asumsi-asumsi di atas maka dapat disimpulkan faktor-faktor

penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja.

Lebih lanjut lagi dapat disimpulkan bahwa PDRB per kapita semata-mata

ditentukan oleh stok barang modal per tenaga kerja.

b. Teori Pertumbuhan Endojenus (Endogenous Growth Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Romer (1986) (dalam Mandala Manurung,

2008:142). Kelemahan model klasik dan neo klasik terletak pada asumsi bahwa

teknologi bersifat eksojenus. Konsekuensi asumsi ini adalah terjadinya The

Law Of Deminishing Return, karena teknologi dianggap sebagai faktor

produksi tetap. Konsekuensi lebih serius dari memperlakukan teknologi

sebagai faktor eksogen dan konstan adalah perekonomian yang lebih dahulu

maju, dalam jangka panjang perekonomian yang lebih terbelakang akan

terkejar selama tingkat pertambahan penduduk, tingkat tabungan, dan akses

terhadap teknologi adalah sama. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

perekonomian Asia Tenggara dapat menyamai perekonomian negara Barat,

tetapi faktanya tidak demikian. The Law Of Deminishing Return di

perekonomian negara Barat tidak terjadi, sehingga perekonomian Asia

Tenggara makin tertinggal dibanding negara Barat. Menurut Romer,

ketertinggalan ini disebabkan kemajuan teknologi yang justru menghasilkan

increasing return to scale (IRS). Semangat perusahaan untuk memaksimalkan

Page 33: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

16

keuntungan justru dapat dipenuhi lewat penguasaan (monopoli) teknologi.

Akibatnya, pertumbuhan output disertai dengan menguatnya gejala monopoli.

Menurut Adi Pramono Sidik (2011:12) perusahaan cenderung ingin

menguasai (memonopoli) perubahan teknologi, sebab teknologi merupakan

barang publik yang dapat dimanfaatkan bukan hanya penemunya saja, tanpa

mengeluarkan biaya riset. Selama return dari pengembangan teknologi

terhadap semua perusahaan adalah sama, maka kecendrungan memonopoli

teknologi sangat kecil. Namun apabila return-nya berbeda, yang paling

menikmati akan berusaha memonopoli. Dengan demikian, teknologi tidak

dapat diperlakukan sebagai faktor eksogen, melainkan faktor endogen.

c. Teori Model Pertumbuhan Harrod-Domar

Menurut Harrod-Domar (dalam Todaro, 2006:128) mengatakan bahwa

untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang

merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock).

Model yang dibuat oleh Harrod-Domar (dalam Jhingan, 2004:230)

didasarkan pada asumsi sebagai berikut:

1) Adanya keseimbangan (ekulibrium) awal pendapatan dalam keadaan

pekerjaan penuh

2) Tidak ada campur tangan pemerintah

3) Model ini terjadi pada perekonomian tertutup tanpa perdagangan luar

negeri

4) Tidak ada kesulitan di dalam penyesuaian antara investasi dan penciptaan

kapasitas produktif

Page 34: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

17

5) Kecendrungan menabung rata-rata sama dengan kecendrungan menabung

marginal

6) Kecendrungan menabung tetap konstan

7) Koefisien modal, yaitu rasio stok modal terhadap pendapatan, diasumsikan

tetap (fixed)

8) Tidak ada penyusutan barang modal yang diasumsikan memiliki daya

pakai seumur hidup

9) Tabungan dan investasi berkaitan dengan pendapatan tahun yang sama

10) Tingkat harga umum konstan, yaitu upah uang sama dengan pendapatan

nyata

11) Tidak ada perubahan tingkat suku bunga

12) Ada proporsi yang tetap antara modal dan buruh dalam proses produksi

13) Modal tetap dan modal lancar disatukan menjadi modal.

Teori Harrod Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang

bersamaan oleh E.S Domar (1947,1948) dan R.F Harrod (1939,1948). Menurut

kedua ekonom tersebut menyatakan bahwa pentingnya investasi terhadap

pertumbuhan ekonomi, karena investasi dianggap sebagai stok modal. Stok

barang modal yang meningkat maka akan berdampak pada peningkatan output

sedangkan sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian

produksi (pendapatan nasional) yang ditabung (Mandala Manurung,

2008:143).

Harrod-Domar sependapat dengan Keynes bahwa pertambahan produksi

dan pendapatan nasional bukan hanya berasal dari peningkatan dalam kapasitas

Page 35: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

18

memproduksi, tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat (Sadono Sukirno,

2004:257). Dengan demikian dapat disimpulkan walaupun kapasitas

memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru bertambah dan

pertumbuhan ekonomi tercipta apabila pengeluaran masyarakat mengalami

kenaikan jika dibandingkan pada periode sebelumnya.

d. Teori Schumpeter

Menurut Schumpeter ( dalam Mandala Manurung, 2008:143) berpandangan

bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan

(entrepreneurship). Hal tersebut dikarenakan pengusaha yang memiliki

kemampuan dalam berinovasi dalam aktifitas produksi. Schumpeter

mengatakan bahwa kemajuan perekonomian kapitalis karena diberikan

kebebasan untuk para pengusaha (entrepreneur) inovasi. Kebebasan yang

diberikan sering disalahgunakan yang mengakibatkan timbulnya masalah-

masalah nonekonomi terutama sosial politik dan pada akhinrnya akan

menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri.

Pada dasarnya teori Rostow dan para teoretisi lainnya menetapkan tahapan

“tinggal landas” dengan cara dan rumusan tertentu. Negara-negara yang dapat

menabungkan dan menginvestasikan 15-20 persen dari GDP-nya,

diprediksikan akan mengalami pertumbuhan ekonomi secara lebih cepat

apabila dibandingkan dengan negara-negara lain yang tidak menginvestasikan

sebesar itu. Kemudian pertumbuhan akan dapat terus dipertahankan sehingga

Rostow memiliki pendapat bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Page 36: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

19

dan proses pembangunan melalui peningkatan total tabungan nasional dan

investasi (Todaro, 2006:130).

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah

tingkat PDB. Adapun alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan PDB dan

bukan indikator lainnya (seperti PNB) sebagai pertumbuhan yaitu karena PDB

menghitung pengeluaran output. Produk Domestik Bruto (PDB) dapat

diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di

dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu (Sukirno, 2008:14).

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah dari hasil

penggunaan dan pelayanan atau jasa setiap unit produksi dalam suatu negara

pada periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto juga berarti total dari

permintaan, pemenuhan konsumsi belanja rumahtangga dan institusi non

profit, konsumsi pemerintah pada waktu tertentu (BPS, 2017)

Menurut Muliza, dkk (2017:56) Produk Domestik Regional Bruto

merupakan salah satu indikator penting untuk melihat siklus perekonomian di

suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku

maupun atas dasar harga konstan.

Produk Domestik Regional Bruto terbagi menjadi dua yaitu Produk

Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Produk Domestik

Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan. Menurut Badan Pusat Statistik

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menjelaskan nilai tambah barang dan jasa

yang diukur menggunakan harga pada tahun berjalan. Tujuan dari PDRB Atas

Page 37: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

20

Dasar Harga Berlaku untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi,

pergeseran dan struktur ekonomi suatu daerah.

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan merupakan

nilai tambah barang dan jasa yang diukur menggunakan acuan harga yang

berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB Atas Dasar Harga

Konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari

tahun ketahun atau pertumbuhan ekonomi.

PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang muncul akibat adanya aktivitas

ekonomi dalam suatu wilayah tertentu. Penghitungan angka-angka PDRB

dapat menggunakan tiga pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun).

b. Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor

produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

c. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir dalam jangka waktu

tertentu (biasanya satu tahun), yang dirinci sebagai berikut:

1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba

2) Konsumsi pemerintah

Page 38: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

21

3) Pembentukan modal tetap domestik bruto

4) Perubahan stok dan ekspor neto

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diperoleh dari

perhitungan PDRB atas harga konstan, dengan cara perhitungan mengurangi

nilai PDRB pada tahun ke n-1 (tahun sebelumnya), dibagi dengan nilai pada

tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan

menunjukkan perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu terhadap

waktu sebelumnya (perkembangan berantai).

Dimana :

r = Angka pertumbuhan PDRB

PDRBn = Perkiraan PDRB pada tahun ke-n

PDRBn-1 = Perkiraan PDRB pada tahun ke n-1

B. Landasan Teori Infrastruktur

1. Pengertian Infrastruktur

Menurut Warsilan dan Akhmad Noor (2015:361) infrastruktur dilihat dari

sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-

bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017) infrastruktur dapat

diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana umum diketahui sebagai

fasilitas publik seperti: jalan, sanitasi, rumah sakit, dsb.

Page 39: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

22

Menurut World Bank Report 1994 Infrastruktur adalah istilah umum untuk

banyak kegiatan yang disebut “modal sosial” menurut ekonom pembangunan

seperti Paul Rosentein Rodan, Ragnar Nurske, dan Albert Hirschman.

Infrastruktur terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

a. Infrastruktur Ekonomi meliputi public utilities (telekomunikasi, air minum,

sanitasi, dan gas) public works (bendungan, saluran irigasi, dan drainase)

serta trasnportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, dan bandara)

b. Infrastruktur Sosial meliputi kesehatan, pendidikan, perumahan dan rekreasi

c. Infrastruktur Administrasi meliputi penegak hukum, control administrasi,

dan koordinasi serta kebudayaan

Selain itu menurut Faisal Basri (dalam Fauzani Zamzani, 2014:11) ada yang

membagi infrastruktur menjadi infrastruktur keras fisik, keras non fisik, dan

lunak

1. Infrastruktur keras fisik meliputi jalan raya rel, rel kereta api, bandara,

pelabuhan, bendungan, dan saluran irigasi

2. Infrastruktur keras non fisik meliputi air bersih, listrik, telekomunikasi, dan

energi.

3. Infrastruktur lunak meliputi nilai, norma, dan hukum

Menurut Grigg (2003:3) infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-

fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi

yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan

sistem ekonomi masyarakat. Ada enam kategori besar infrastruktur menurut

Grigg, yaitu:

Page 40: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

23

1. Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan)

2. Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar

udara)

3. Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air

4. Kelompok manajemen limbah ( sistem manajemen limbah padat)

5. Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar

6. Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas)

Berdasarakan Peraturan Presiden No 122 tahun 2016 bahwa infrastruktur

yang harus diatur oleh pemerintah salah satu diantaranya yaitu infrastruktur

listrik dan jalan. Dikategorikan sebagai infrastruktur dasar karena bersifat

dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah tentang

penyediaannya.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No 4 tahun 2016

menjelaskan tentang percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

Tujuan dipercepatnya pembangunan infrastruktur listrik tidak lain untuk

mendorong peningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga terciptanya

pemerataan dan kesejahteraan yang akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi inklusif merupakan pertumbuhan ekonomi yang

tidak hanya terfokus pada perubahan PDB maupun PDRB Perkapita tetapi

memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya yang dapat diukur melalui

jumlah penduduk miskin. Infrastruktur memiliki peranan penting untuk

terciptanya pertumbuhan yang inklusif serta penyediaan akses terhadap

pelayanan publik. Kinerja infrastruktur dapat mengikuti kinerja rata-rata

Page 41: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

24

nasional. Meskipun banyak desa sudah memilik akses jalan, namun seperlima

dari jumlah jalan kabupaten/kota sebagian besar mengalami kerusakan (World

Bank Report ,2011: 3).

Definisi lain mengenai infrastruktur menurut Tatom (dalam Tunjung

Hapsari, 2011:13) yaitu infrastruktur melihat pada fasilitas kapital fisik,

kerangka kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk

pembangunan ekonomi masyarakat. Infrastruktur yang dimaksud seperti

undang-undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik (sistem distribusi dan

perrawatan air, pengumpulan sampah dan limbah serta pengolahan dan

pembuangannya, sistem keselamatan publik dll.

Menurut Mandala Harefa (2015:21) infrastruktur memiliki peran yang

penting karena sebagai pendukung supaya pembangunan ekonomi suatu negara

dapat terwujud. Infrastruktur terbagi menjadi beberapa subsektor seperti

perumahan dan transportasi. Selain sebagai pendukung pembangunan

ekonomi, infrastruktur juga menunjukkan seberapa besar pemerataan

pembangunan. Wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan

berdampak pada pemerataan pembangunan kemudian melakukan

pembangunan infrastruktur ke wilayah disekitarnya. Perekonomian terintegrasi

membutuhkan pembangunan infrastruktur.

Ketersediaan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem

penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan

sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan

Page 42: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

25

yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain

dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

2. Infrastruktur Listrik

Listrik merupakan salah satu bentuk energi terpenting dalam perkembangan

kehidupan manusia modern, baik untuk kegiatan rumah tangga, pendidikan,

kesehatan, usaha, industri, maupun kegiatan lainnya dari mulai komunitas

pengguna di kota besar sampai ke pelosok pedesaan. Perkembangan kebutuhan

energi listrik dari waktu ke waktu emakin bertambah luas dan besar sejalan

dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat.

Dalam hubungannya dengan peningkatan output, beberapa penelitian

menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur listrik memberikan kontribusi

dalam peningkatan perekonomian suatu bangsa. Adi Pramono Sidik (2011:4)

meneliti tentang hubungan antara infrastruktur ekonomi seperti jalan dan listrik

terhadap pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan data panel dan

menggunakan variabel terikat PDB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif dan signifikan antara infrastruktur listrik dan jalan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Infrastruktur Jalan

Di dalam laporan statistik Indonesia (2015:16) jalan raya merupakan salah

satu prasarana penting dalam transportasi darat. Hal ini karena fungsi strategis

yang dimilikinya, yaitu sebagai penghubung antar satu daerah dengan daerah

lain. Jalan sebagai penghubung antara sentra-sentra produksi dengan daerah

Page 43: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

26

pemasaran., sangat dirasakan sekali manfaatnya dalam rangka meningkatkan

perekonomian suatu wilayah.

Menurut laporan statistik transportasi (2015:10) jalan terbagi menjadi tiga

jenis jalan, yaitu:

a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dalam sistem jaringan jalan primer

yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional

serta jalan tol

b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer

yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau

antaribukota kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi

c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer

yang tidak termasuk pada jalan nasional dan jalan provinsi yang

menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,

antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,

serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah

kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Menurut Krismanti Tri Wahyuni (2009:24) infrastruktur jalan memiliki

peran dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena jalan akan

meminimalkan modal dalam proses produksi dan dsitribusi terjadi lebih

efisien. Pembangunan prasarana jalan akan meningkatkan pertumbuhan

wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Kondisi jalan

yang buruk maka akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan

Page 44: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

27

industri, pendistribusian faktor produksi barang dan jasa yang pada akhirnya

akan mempengaruhi pendapatan.

Pembangunan prasarana jalan memiliki peran dalam merangsang

tumbuhnya wilayah-wilayah baru sehingga terciptanya jalan baru yang

berdampak pada peningkatan volume lalu lintas. Tumbuhnya kota-kota baru

dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan perumahan dan lingkungan

yang memadai tentunya membutuhkan akses baru untuk memberikan

pelayanan terhadap wilayah tersebut (Adi Pramono Sidik, 2011:56).

4. Infrastruktur Kesehatan

Menurut World Health Organization (WHO) mengartikan bahwa kesehatan

sebagai sebuah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Bukan hanya

terbebas dari berbagai macam penyakit dalam kelemahan fisik. Dalam

prakteknya, pengukuran tingkat kesehatan yang digunakan antara lain tingkat

harapan hidup.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Berdasarkan Pasal

14 UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, “Pemerintah bertanggung jawab

merencanakan, mengatur, menyelenggarakan membina dan mengawasi

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat” (Laporan Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi,

2009:9).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

Page 45: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

28

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.

Menurut Krismanti Tri Wahyuni (2009:28) pembangunan kesehatan

menjadi bagian integral dari pembangunan nasional karena bidang kesehatan

menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia secara

berkesinambungan, yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang

menyeluruh, terpadu dan terarah. Pembangunan ini merupakan upaya untuk

tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Pelayanan dan fasilitas kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas yang

tersedia diharapkan meningkatkan kualitas kesehatan yang dapat dijangkau

oleh masyarakat dengan tujuan terciptanya pembangunan kesehatan yang

menyeluruh. Peningkatan infrastruktur kesehatan baik secara kualitas maupun

kuantitas akan menciptakan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.

Karena sumber daya manusia yang baik merupakan faktor input pembangunan

yang berkesinambungan.

C. Penelitian Sebelumnya

1. Fauzan Zamzami (2014) menulis penelitan yang berjudul Analisis

Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB (Studi Kasus Jawa Tengah tahun

2008-2012. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh infrastruktur

terhadap PDRB. Hasil dari penelitian ini adalah variabel panjang jalan,

Page 46: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

29

pendidikan (SLTA), PNS, dan Pengeluaran Pembangunan berpengaruh

signifikan terhadap PDRB di Jawa Tengah. Sedangkan variabel air, listrik,

kesehatan (tempat tidur rumah sakit) dan perumahan berpengaruh positif

namun tidak signifikan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

infrastruktur irigasi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap PDRB

Jawa Tengah.

2. Novi Maryaningsih dkk (2014) menulis dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari infrastruktur terhadap

perekonomian di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan beberapa

kesimpulan menarik pertama, resiliensi pertumbuhan ekonomi Indonesia

telah berhasil meningkatkan rata-rata pendapatan per kapita riil nasional.

Kedua, meskipun pendapatan per kapita riil nasional telah meningkat,

namun belum terdapat pemerataan pendapatan per kapita riil antar provinsi

di Indonesia. Ketiga, terdapat indikasi β-convergence dengan kecepatan

konvergensi sebesar 1,75% atau setara dengan half life sekitar 41,14 tahun.

Dengan demikian, provinsi-provinsi dengan pendapatan per kapita riil

lebih rendah tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi

dengan pendapatan per kapita riil lebih tinggi. Ke empat σ-convergence

belum terjadi dalam perekonomian nasional Indonesia, yang artinya masih

terdapat ketimpangan pendapatan per kapita riil antar provinsi di

Indonesia. Kelima, kondisi infrastruktur jalan dan listrik berdampak

signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita, namun tidak

Page 47: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

30

demikian dengan pelabuhan. Terakhir, investasi terbukti secara empiris

sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3. Krismantri Tri Wahyuni (2009) dalam penelitiannya menulis tentang

Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap

Produktivitas Ekonomi Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat

seberapa besar pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap

produktivitas ekonomi Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa masing-

masing variabel memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas

ekonomi dengan elastisitas yang berbeda-beda yaitu infrastruktur sarana

kesehatan sebesar 0,65, energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07, dan air

bersih 0,05. Sarana kesehatan yang merupakan bagian dalam modal

manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai tingkat elastisitas yang

paling besar mempengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap

kenaikan 1 persen infrasrtuktur kesehatan akan meningkatkan

produktivitas ekonomi sebesar 0,65 persen.

4. Nuraliyah (2011) melakukan penelitian tentang Peran Pengembangan

Infrastruktur dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia (Jawa dan

diluar Jawa). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran dari

infrastruktur terhadap pengentasan kemiskinan studi kasus Jawa dan diluar

Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur listrik, air bersih,

dan infrastruktur kesehatan di Jawa berpengaruh nyata positif terhadap

pertumbuhan ekonomi, sedangkan di Luar Jawa hanya infrastruktur listrik

dan air bersih yang nyata positif berpengaruh terhadap pertumbuhan

Page 48: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

31

ekonomi. Infrastruktur jalan baik di Jawa maupun di Luar Jawa tidak

signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain,

pertumbuhan di Jawa dapat menurunkan kemiskinan. Hal yang sebaliknya

terjadi di Luar Jawa bahwa pertumbuhan ekonomi ternyata meningkatkan

kemiskinan. Terkait dengan hasil estimasi yang didapat, dimana

infrastuktur jalan tidak memberi pengaruh nyata terhadap pertumbuhan

ekonomi, maka pemerintah penting untuk membuat kebijakan dalam

pembatasan jumlah kendaraan di Jawa. Selanjutnya pemerintah juga harus

memperhatikan perekonomian di Luar Jawa, karena pertumbuhan di Luar

Jawa ternyata meningkatkan kemiskinan.

5. Fadly Elwa Purwansyah dkk (2013) melakukan penelitian tentang

Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Pengembangan Sektor

Pertanian di Kabupaten Muaro Jambi. Tujuan dari penelitian ini untuk

melihat bagaimana pembangunan infrastruktur terhadap perkembangan

sektor pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jalan,

pasar dan irigasi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap sektor

pertanian. Secara parsial variabel jalan dan irigasi memiliki pengaruh

positif dan signifikan sedangkan variabel pasar memiliki pengaruh positif

tetapi tidak signifikan.

6. Annisa Tri Hastuti (2016) menulis tentang Analisis Kemiskinan dan

Ketersediaan Infrastruktur di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan

Jawa Timur. Tujuan penelitian ini untuk melihat dan menganalisis

kemiskinan dan ketersediaan infrastruktur di pedesaan kawasan jalan

Page 49: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

32

lintas selatan Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

jalan, listrik dan air bersih secara signifikan positif terhadap kemiskinan di

daerah Pedesaan Jawa Timur. Hasil perbandingan antara KJLS dan Non

KJLS Region menunjukkan bahwa wilayah ekonomi dan sosial selatan

masih jauh tertinggal.

7. Dalam penelitian Armughana Traveer (2016) yang berjudul Impact of

Infrastructure on Economic Growth of Pakistan. Tujuan penelitian ini

untuk melihat dampak infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di

Pakistan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur

di Pakistan memiliki kontribusi positif yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Pengalaman dari Pakistan menunjukkan bahwa

perlu merancang sebuah kebijakan ekonomi yang memperbaiki

infrastruktur dan pembentukan modal tetap bruto untuk pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang.

8. Sakineh Sojoodi dkk (2012) menulis tentang The Role of Infrastructure in

Promoting Economic Growth in Iran. Tujuan penelitian ini untuk

memberikan evaluasi empiris mengenai peran infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi Iran selama periode 1985-2008. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sarana transportasi yang memiliki panjang jalur

kereta api, jalan raya, telekomunikasi memiliki dampak positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Iran, namun kapasitas listrik

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan output perapita.

Page 50: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

33

9. Hadi Salehi Esfahami (2002) menulis tentang Institutions, Infrastructure

and Economic Growth. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan

model struktural pertumbuhan infrastruktur dan output yang

memperhitungkan faktor kelembagaan dan ekonomi yang menengahi

interaksi infrastruktur PDB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kontribusi layanan infrastruktur terhadap PDB cukup besar dan pada

umumnya melebihi biaya penyediaan layanan tersebut.

10. Lesta Karolina B Sembanyang (2011) menulis tentang Analisis

Keterkaitan Ketersediaan Infrastruktur Dengan Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia: Pendekatan Analisis Granger Cuasality. Tujuan penelitian ini

untuk melihat hubungan kausal penyediaan pelayanan publik

(infrastruktur), pertumbuhan ekonomi dan pajak di Indonesia dan untuk

merumuskan implikasi kebijakan hubungan sebab akibat dan infrastruktur

dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan langsung antara PDB terhadap Infrastruktur dan PDB

terhadap pendapatan pajak. Produk Domestik Bruto (PDB) dapat

menyebabkan tersedianya infrastruktur (misalnya panjang jalan) di

Indonesia, ada hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan

penerimaan pajak di Indonesia, dan peningkatan pendapatan pajak akan

meningkatkan ketersediaan infrastruktur, terutama jalan.

11. Nurul Septiyani Eka Putri (2017) menulis tentang Pengaruh Infrastruktur

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Tujuan penelitian untuk menganalisis seberapa besar

Page 51: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

34

pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pelanggan listrik, jumlah

kelas di SMA dan pengeluaran pembangunan secara positif berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan jumlah pelanggan

air, panjang jalan dan jumlah tempat tidur di rumah sakit dan puskesmas

secara positif berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi namun tidak

signifikan.

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1. 2014 Fauzan

i

Zamza

mi

Analisis

Pengaruh

Infrastruktur

terhadap

PDRB Jawa

Tengah tahun

2008-2012

Terdapat

variabel

infrastruktur

listrik,

panjang

jalan dan

sarana

kesehatan

Tidak

terdapat

variabel air,

irigasi,

sarana

pendidikan,

jumlah

perumahan,

jumlah

PNS, dan

pengeluara

n

pembangun

an.

Menunjukan

bahwa variabel

panjang jalan,

pendidikan

(SLTA), PNS,

dan pengeluaran

pembangunan

berpengaruh

signifikan

terhadap PDRB

di Jawa Tengah.

Sedangkan

untuk variabel

air, listrik,

kesehatan,

(tempat tidur

rumah sakit)

dan perumahan

berpengaruh

positif namun

tidak signifikan.

Hasil penelitian

ini juga

menunjukkan

bahwa

infrastruktur

irigasi yang

memiliki

Page 52: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

35

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

pengaruh paling

besar terhadap

PDRB Jawa

Tengah

2. 2014 Novi

Marya

ningsih

dkk

Pengaruh

Infrastruktur

terhadap

pertumbuhan

ekonomi

Indonesia

Terdapat

variabel

infrastruktur

listrik dan

panjang

jalan

Tidak

terdapat

variabel

bongkar

muat

pelabuhan,

kualitas

SDM

(Pendidika

n),

presemtase

masyarakat

yang

tinggal

diperkotaan

, tingkat

keterbukaa

n

perdaganga

n antar

wilayah,

pangsa

konsumsi

pemerintah

riil

terhadap

total PDRB

riil, pangsa

PDRB

sektor

pertanian

Menunjukkan

beberapa

kesimpulan

menarik

pertama,

resiliensi

pertumbuhan

ekonomi

Indonesia telah

berhasil

meningkatkan

rata-rata

pendapatan per

kapita riil

nasional.

Kedua,

meskipun

pendapatan per

kapita riil

nasional telah

meningkat,

namun belum

terdapat

pemerataan

pendapatan per

kapita riil antar

provinsi di

Indonesia.

Ketiga, terdapat

indikasi β-

convergence

dengan

kecepatan

konvergensi

sebesar 1,75%

atau setara

dengan half life

sekitar 41,14

tahun. Dengan

demikian,

Page 53: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

36

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

provinsi-

provinsi dengan

pendapatan per

kapita riil lebih

rendah tumbuh

lebih tinggi

dibandingkan

dengan

provinsi-

provinsi dengan

pendapatan per

kapita riil lebih

tinggi.

Keempat, σ-

convergence

belum terjadi

dalam

perekonomian

nasional

Indonesia, yang

artinya masih

terdapat

ketimpangan

pendapatan per

kapita riil antar

provinsi di

Indonesia.

Kelima, kondisi

infrastruktur

jalan dan listrik

berdampak

signifikan

terhadap

pertumbuhan

pendapatan per

kapita, namun

tidak demikian

dengan

pelabuhan.

Terakhir,

investasi

terbukti secara

empiris sebagai

faktor

Page 54: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

37

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

pendorong

pertumbuhan

ekonomi

Indonesia.

3. 2009 Krisma

ntri Tri

Wahyu

ni

Analisis

Pengaruh

Infrastruktur

Ekonomi dan

Sosial

terhadap

Produktivitas

Ekonomi

Indonesia

Terdapat

variabel

panjang

jalan, energi

listrik yang

terjual, dan

jumlah

rumah sakit

dan

puskesmas.

Tidak

terdapat

variabel air

bersih yang

disalurkan,

dan output

pertenaga

kerja

Menunjukan

hasil bahwa

masing-masing

variabel

memberikan

pengaruh positif

terhadap

produktivitas

ekonomi

dengan

elastisitas yang

berbeda-beda

yaitu

infrastruktur

sarana

kesehatan

sebesar 0,65,

energi listrik

0,08, panjang

jalan 0,07, dan

air bersih 0,05.

Sarana

kesehatan yang

merupakan

bagian dalam

modal manusia

yang vital bagi

pembangunan,

mempunyai

tingkat

elastisitas yang

paling besar

mempengaruhi

produktivitas

ekonomi

dimana setiap

kenaikan 1

persen

infrasrtuktur

Page 55: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

38

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

kesehatan akan

meningkatkan

produktivitas

ekonomi

sebesar 0,65

persen.

4. 2011 Nuraliy

ah

Peran

Pengembanga

n Infrastruktur

dalam

Pengentasan

Kemiskinan di

Indonesia

(Jawa dan

diluar Jawa)

Terdapat

variabel

jumlah

listrik,

panjang

jalan,

jumlah

puskesmas,

PDRB, dan

angka

kemiskinan

Tidak

terdapat

variabel

volume air

bersih,

jumlah

tenaga

kerja,

jumlah

penduduk,

jumlah

rumah

tangga.

Berdasarkan

hasil estimasi

regresi data,

infrastruktur

listrik, air

bersih, dan

infrastruktur

kesehatan di

Jawa

berpengaruh

nyata positif

terhadap

pertumbuhan

ekonomi,

sedangkan di

Luar Jawa

hanya

infrastruktur

listrik dan air

bersih yang

nyata positif

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

Infrastruktur

jalan baik di

Jawa maupun di

Luar Jawa tidak

signifikan

dalam

meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi. Di sisi

lain,

pertumbuhan di

Jawa dapat

menurunkan

Page 56: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

39

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

kemiskinan. Hal

yang sebaliknya

terjadi di Luar

Jawa bahwa

pertumbuhan

ekonomi

ternyata

meningkatkan

kemiskinan.

Terkait dengan

hasil estimasi

yang didapat,

dimana

infrastuktur

jalan tidak

memberi

pengaruh nyata

terhadap

pertumbuhan

ekonomi, maka

pemerintah

penting untuk

membuat

kebijakan dalam

pembatasan

jumlah

kendaraan di

Jawa.

Selanjutnya

pemerintah juga

harus

memperhatikan

perekonomian

di Luar Jawa,

karena

pertumbuhan di

Luar Jawa

ternyata

meningkatkan

kemiskinan.

5. 2013 Fadly

Elwa

Purwan

Pengaruh

Pembangunan

Infrastruktur

terhadap

Terdapat

variabel

panjang

jalan

Tidak

terdapat

variabel

pasar,

Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa variabel

jalan, pasar dan

Page 57: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

40

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

syah

dkk

Pengembanga

n Sektor

Pertanian di

Kabupaten

Muaro Jambi

irigasi, dan

sektor

pertanian

irigasi secara

bersama-sama

memiliki

pengaruh

terhadap sektor

pertania. Secara

parsial variabel

jalan dan irigasi

memiliki

pengaruh positif

dan signifikan

sedangkan

variabe pasar

memiliki

pengaruh positif

tetapi tidak

signifikan.

6. 2016 Annisa

Tri

Hastuti

Analisisis

Kemiskinan

dan

Ketersediaan

Infrastruktur di

Pedesaan

Kawasan Jalan

Lintas Selatan

Jawa Timur

Terdapat

variabel

Infrastruktur

jalan, listrik

Tidak

terdapat

variabel

Disparitas

Hasilnya

menunjukkan

bahwa variabel

jalan, listrik dan

air bersih secara

signifikan

positif terhadap

kemiskinan di

Daerah

Pedesaan Jawa

Timur. Hasil

perbandingan

antara KJLS

dan Non KJLS

Region

menunjukkan

bahwa wilayah

ekonomi dan

sosial selatan

masih jauh

tertinggal

7. 2016 Armug

hana

Travee

r dkk

Impact of

Infrastructure

on Economic

Growth of

Pakistan

Infrastruktur

dan

Pertumbuha

n Ekonomi

Bahwa

pembangunan

infrastruktur di

Pakistan

memiliki

Page 58: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

41

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

kontribusi

positif yang

signifikan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

Pengalaman

dari Pakistan

menunjukkan

bahwa perlu

merancang

sebuah

kebijakan

ekonomi yang

memperbaiki

infrastruktur

dan

pembentukan

modal tetap

bruto untuk

pertumbuhan

ekonomi yang

berkelanjutan di

negara-negara

berkembang.

8. 2012 Sakine

h

Sojood

i dkk

The Role of

Infrastructure

in Promoting

Economic

Growth in Iran

Infrastruktur

jalan raya,

listrik dan

pertumbuha

an ekonomi

Infrastruktu

r jalur

kereta api

dan

telekomuni

kasi

Bahwa sarana

transportasi

yang memiliki

panjang jalur

kereta api, jalan

raya,

telekomunikasi

memiliki

dampak positif

dan signifikan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi Iran,

namun

kapasitas listrik

tidak

berpengaruh

signifikan

Page 59: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

42

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

terhadap

pertumbuhan

output perapita.

9. 2002 Hadi

Salehi

Esfaha

mi

Institutions,

Infrastructure

and Economic

Growth

Infrastruktur

dan PDB

bahwa

kontribusi

layanan

infrastruktur

terhadap PDB

cukup besar dan

pada umumnya

melebihi biaya

penyediaan

layanan

tersebut.

10. 2011 Lesta

Karolin

a B

Semba

nyang

Analisis

Keterkaitan

Ketersediaa

Infrasruktur

dengan

Pertumbuhan

Ekonomi di

Indonesia

Panjang

Jalan ,

Produk

Domestik

Bruto

Pajak Menunjukkan

bahwa ada

hubungan

langsung antara

PDB terhadap

Infrastruktur

dan PDB

terhadap pajak.

11. 2017 Nurul

Septiya

ni Eka

Putri

Pengaruh

Infrastruktur

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi di

Provinsi

Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Panjang

Jalan,

PDRB

ADHK

Jumlah

pelanggan

listrik,

Jumlah

kelas di

SMA,

Pengeluara

n

Menunjukkan

bahwa jumlah

pelanggan

listrik, jumlah

kelas di SMA

dan

Pengeluaran

Pembangunan

secara posotif

signifikan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi

sedangkan

jumlah

pelanggan air,

panjang jalan

dan jumlah

tempat tidur di

rumah sakit dan

Page 60: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

43

No. Tahun Nama Judul

Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

puskesmas tidak

signifikan.

D. Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan Laporan Bappenas (2012) mengatakan bahwa Infrastruktur

merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik

dan swasta, infrastrutktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan

daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur

mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks

ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap

pengurangan biaya produksi.

Infrastruktur memiliki peran yang besar dalam peningkatan kualitas hidup dan

kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan konsumsi, peningkatan

kemakmuran dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan

fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.

Selain itu peningkatan Infrastruktur juga akan memperngaruhi pertumbuhan

ekonomi yaitu ketika kenaikan infrastruktur meningkat sebesar 1% maka akan

mendorong peningkatan PDB sebesar 1% (Aunur Rofiq, 2014:147)

Menurut Asian Development Bank (2012), infrastruktur mendorong

pertumbuhan ekonomi dimana hal tersebut mengurangi kemiskinan secara

langsung dan tidak langsung. Pembangunan infrastruktur dapat (i) menciptakan

lapangan kerja (ii) mengurangi biaya produksi (iii) meningkatkan kapasitas

Page 61: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

44

produksi (iv) menyediakan koneksi antar pasar (v) meningkatkan akses fasilitas

kunci.

E. Kerangka Pemikiran

Pengembangan infrastruktur merupakan indikator penting dalam sebuah

pembangunan ekonomi terlebih pada cara untuk peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Infrastruktur ekonomi dalam penelitian ini menggunakan variabel

panjang jalan dan listrik. Variabel jalan itu sendiri terdiri dari panjang jalan

nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten kota dengan kondisi jalan baik dan

sedang menurut provinsi. Variabel listrik menggunakan indikator jumlah seluruh

energi listrik yang disalurkan menurut provinsi . Jalan dan listrik merupakan akses

utama masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Sedangkan infrastruktur

sosial dalam penelitian ini menggunakan variabel kesehatan yaitu jumlah Rumah

Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan Puskesmas di provinsi-provinsi. untuk

variabel pertumbuhan ekonomi menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

dimana menurut BPS PDRB Atas Dasar Harga Konstan menjadi salah satu bagian

indikator pertumbuhan ekonomi.

Page 62: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

45

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Ketersediaan dan

kondisi infrastruktur

Sosial Ekonomi

Listrik Jalan

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Kesehatan

Panel Data

Pemilihan Model

Uji Hipotesis

Hasil dan Kesimpulan

Page 63: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

46

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka, hipotesis yang ditarik untuk faktor-faktor yang

memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia serta

pengaruhnya adalah sebagai berikut:

1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap PDRB di

KTI pada tahun 2010-2015

H1 : Diduga terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap PDRB di KTI

pada tahun 2010-2015

2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh panjang jalan secara parsial terhadap

PDRB di KTI pada tahun 2010-2015

H1 : Diduga terdapat pengaruh panjang jalan secara parsial terhadap PDRB

di KTI pada tahun 2010-2015

3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh kesehatan secara parsial terhadap PDRB

di KTI pada tahun 2010-2015

H1 : Diduga terdapat pengaruh kesehatan secara parsial terhadap PDRB di

KTI pada tahun 2010-2015

4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara listrik, panjang

jalan dan kesehatan secara simultan terhadap PDRB di KTI pada tahun 2010-

2015

H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara listrik, panjang jalan

dan kesehatan secara simultan terhadap PDRB di KTI pada tahun 2010-2015

Page 64: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan model data panel. Penelitian ini fokus kepada 16

Provinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara,

Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Kalimantan Barat,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Periode yang

digunakan dalam penelitian ini selama periode 2010-2015. Objek dalam penelitian

ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga variabel independen

(bebas). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pertumbuhan Ekonomi dengan satuan ukur PDRB Atas Dasar Harga Konstan.

Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jalan,

Listrik, dan Kesehatan.

B. Metode Pengumpulan Data

Sumber data berasal dari data sekunder yang diperoleh dari publikasi oleh

Badan Pusat Statistik, berupa data jalan, listrik, pendidikan dan pertumbuhan

ekonomi. Waktu penelitian adalah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

Dengan mencakup 16 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Pengolahan data ini

dilakukan menggunakan E-Views 9. Jenis data yang digunakan adalah data panel.

Menurut Gujarati (2012:378) data panel adalah kombinasi antara data runtut waktu

Page 65: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

48

(time series) dan data silang tempat (cross section) dan model yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model regresi berganda (multiple regression).

C. Metode Analisis Data

1. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai dalam

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan

pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang telah diperoleh maka

diharap dapat memberikan kesimpulan yang tepat.

2. Analisis Data Panel

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah model analisis regresi

panel data dengan bantuan software Eviews-9 dan untuk mengetahui tingkat

signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap

variabel dependen maka digunakan uji statistik.

Menurut Rosadi (2012:272) data panel atau pooled data merupakan kombinasi

dari data bertipe cross section dan data time series (yakni sejumlah variabel

diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka waktu

tertentu). Sehingga dapa disimpulkan analisis regresi data panel adalah analisis

regresi yang didasarkan penggabungan time series dan cross section untuk

mengamati hubungan antara variabel terikat (dependen) dan variabel bebas

(independen). Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai

masalah Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia menggunakan studi

kasus enam belas provinsi dengan tahun yang akan diteliti dari tahun 2010-2015.

Page 66: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

49

Model dengan data time series :

Yi = α + β Xi + ε ; t = 1,2,…,T,N : banyaknya data time series

Model dengan data cross section :

Yi = α + β Xi + ε ; i = 1.2,... N; N: banyaknya data cross section

Sehingga secara umum dalam model data panel dapat dituliskan sebagai

berikut:

Yit = α+ β Xit + εit ; i = 1,2,...N; dan t = 1,2,....,T

Dimana:

Y = variabel dependen

X = variabel Independen merupakan data time series

N = banyaknya variabel dependen merupakan data cross sectional

T = banyaknya waktu

N x T = banyaknya data panel

Penggunaan data panel pada penelitian memiliki beberapa keunggulan.

Keunggulan data panel menurut Baltagi (dalam Gujarati, 2012: 386) antara lain:

1. Dapat mengontrol heterogenitas individu dengan memberikan variabel

spesifik-subjek

2. Dengan menggabungkan antara observasi runtut waktu dan seksi silang,

data panel memberi lebih banyak informasi, lebih banyak variasi, sedikit

kolinieritas antar variabel lebih banyak degree of freedom dan lebih efisien.

3. Dengan mempelajari observasi seksi silang berulang-ulang, data panel

paling tepat untuk mempelajari dinamika perubahan.

Page 67: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

50

4. Data panel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak yang secara

sederhana tidak bisa dilihat pada data seksi silang murni dan runtut waktu

murni. Pemodelan data panel pada dasarnya menggabungkan pembentukan

model yang dibentuk berdasarkan runtut waktu (time series) dan

berdasarkan cross section

Regresi data panel memberikan alternatif model, Pooled Least Square, Fixed

Effect dan Random Effect. Model Pooled Least Square dan Fixed Effect

menggunakan pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) dalam teknik

estimasinya, sedangkan Random Effect menggunakan Generalized Least Square

(GLS).

Metode Generalized Least Square adalah OLS pada variabel yang telah

ditransformasikan yang memenuhi asumsi-asumsi standar kuadrat sederhana

terkecil. Jadi, yang kemudian didapatkan oleh karena itu disebut sebagai estimator

GLS dan estimator tersebutlah yang BLUE (Gujarati, 2012:472).

Keuntungan penting dari data panel dibandingkan dengan time series atau

data cross-sectional adalah bahwa hal itu memungkinkan identifikasi paramater

tertentu atau pertanyaan, tanpa perlu untuk membuat asumsi yang membatasi atau

asumsi klasik (Verbeek, 2004:324).

3. Estimasi Model Data Panel

Analisis data panel diketahui memiliki tiga pendekatan, yaitu : 1) pendekatan

OLS biasa (Pooles Least Square), 2) pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model),

dan 3) pendekatan efek acak (Random Effect Model).

Page 68: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

51

a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Teknik yang digunakan dalam metode Pooled Least Square hanya dengan

mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan

hanya menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan

metode OLS untuk mengestimasi model data panel.

b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed

Effect. Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap

adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien

regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun intersepnya

berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun

metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan

(degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter.

c. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan

menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan

muncul pada hubungan antar waktu dan antar provinsi. Teknik metode OLS

tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga

lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS).

4. Pemilihan Model Data Panel

Dari ketiga teknik diatas kita harus memilih teknik terbaik yang digunakan

untuk data. Cara memilih salah satu dari tiga teknik yang ada sebagai berikut:

Page 69: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

52

a. Uji Chow

Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS)

atau Fixed Effect Model (FEM) yang digunakan dalam estimasi. Relatif

terhadap Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted model

dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Padahal

asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama

cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit tersebut

memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat digunakan

restricted F-test, dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 :Model Pooled Least Square (PLS)

H1 : Model Fixed Effects

Kriteria pengambilan keputusan: Tolak H0 jika P-value ≤ α. Artinya

model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan

sebaliknya jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai dan dianalisis.

Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji kembali untuk

memilih apakah akan memakai model FEM atau REM.

b. Uji Hausman

Untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Fixed Effects

ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji Hausman (Hausman Test)

dengan hipotesis:

H0 : model Random Effects lebih baik daripada Fixed Effects

H1 : model Fixed Effects lebih baik daripada Random Effects

Page 70: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

53

Kriteria pengambilan keputusan: Tolak H0 jika P-value ≤ α. Artinya

model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan

sebaliknya jika H0 diterima, berarti model Random Effect Model yang

dipakai dan dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model REM harus diuji

kembali untuk memilih apakah akan memakai model REM atau PLS.

c. Uji Lagrange Multiplier

Untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Random Effect

Model dengan Pooled Least Square, dapat digunakan Uji Lagrange

Multiplier dengan hipotesis.

H0 : Model Pooled Least Square

H1 : Random Effect Model

Uji Breusch Pagan ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek cross

section/time (atau keduanya) di dalam panel data (Rosadi, 2012:275).

Kriteria pengambilan keputusan yakni jika nilai probabilitas Breush-Pagan

lebih kecil dari α maka tolak H0 yang berarti model yang terbaik digunakan

yaitu Random Effect Model. Namun jika terima H0 maka model yang tepat

untuk penelitian ini adalah Pooled Least Square.

d. Model Empiris

Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini sebagai berikut:

Yit = β0 + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + + eit

Keterangan :

Yit : PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada tahun ke-t (milyar)

X1it : Daya listrik tersambung menurut provinsi di KTI i pada

Page 71: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

54

Periode t (Gwh)

X2it : Jumlah panjang jalan kondisi baik dan sedang (km)

X3it : Jumlah RS Umum, RS Khusus dan puskesmas (unit)

β0 : Intercept/Konstanta

β1 β2 β3: Koefisien Regresi

eit : error term

Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan

besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas. Nilai

parameter parameter posistif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian.

5. Uji Hipotesis

Uji ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi

yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya dari signifikan ini adalah

suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika

koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup

bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel

terikat. Ada dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat

dilakukan antara lain:

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t-statistic dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikansi setiap

variable independen terhadap variable dependen. Uji t dilakukan dengan

membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 72: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

55

H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

indpenden terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

H0 : β > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5%

(α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

1) Jika t hitung > t tabel maka H diterima dan H0 ditolak berarti ada pengaruh

yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen secara parsial (individu).

2) Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada

pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial (individu).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap

variabel dependen. Metode yang digunakan dengan membandingkan nilai F

hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen

terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama).

H0 : β = 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel indpenden

terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama)

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5%

(α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Page 73: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

56

1) Jika F hitung > F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti ada variabe

independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

2) Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel

independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi R2

Uji koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar

proporsi variasi variable dependen dapat dijelaskan oleh variable independen.

Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) berkisar diantara nol dan satu (0

<Adj. R2 < 1). Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol artinya kemampuan

variable independen dalam menjelaskan variable dependen sangat terbatas.

Nilai Adjusted R2 yang besar atau mendekati satu artinya variable independen

mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam

menjelaskan perubahan variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi akan cenderung semakin besar bila jumlah

variabel bebas dan jumlah data yang diobservasi semakin banyak. Oleh karena

itu, maka digunakan ukuran adjusted R2, untuk menghilangkan bias akibat

adanya penambahan jumlah variabel bebas dan jumlah data yang diobservasi.

Page 74: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

57

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Satuan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan dengan tahun dasar 2010

Milyar

Rupiah

Listrik Jumlah Daya yang terdistribusi menurut provinsi Gwh

Jalan Jumlah jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten

kota dengan kondisi baik dan sedang

Km

Kesehatan Jumlah fasilitas Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit

Khusus, dan Puskesmas

Unit

Page 75: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

58

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Kondisi geografis

Gambar 4.1 Peta Indonesia

Sumber: Statistik Indonesia

Secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, Benua Asia dan

Australia, di antara dua samudera. Samudera Hindia dan Samudra Pasifik.

Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode

dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, secara administrasi wilayah

Indonesia terbagi atas 34 provinsi, 514 kabupaten/kota (416 kabupaten dan 98

kota), 7.094 kecamatan, 8412 kelurahan dan 74.0930 desa. Jumlah provinsi

bertambah satu dari tahun 2013, yaitu Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi

Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur.

Page 76: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

59

Negara Indonesia memiliki 34 provinsi. Menurut Kementrian Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pembagian

wilayah Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Kawasan Barat Indonesia dan

Kawasan Timur Indonesia.

Kawasan Barat Indonesia meliputi Pulau Jawa, Pulau Sumatera dan Pulau Bali

sedangkan untuk Kawasan Timur Indonesia meliputi Pulau Kalimantan, Pulau

Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

2. Keadaan Penduduk

Menurut Badan Pusat Statistik 2015 hasil estimasi jumlah penduduk pada

tahun 2015 sebesar 255.461.686 jiwa yang terdiri atas 128.366.718 jiwa penduduk

laki-laki dan 127.094.968 jiwa penduduk perempuan. Populasi penduduk di

Kawasan Timur Indonesia mengalami peningkatan sebesar 7,5% dari 46.445.851

penduduk pada tahun 2010 menjadi 50.250.438 penduduk pada 2015.

Tabel 4.1 Populasi, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk KTI 2015

No Provinsi Populasi

(Jiwa)

Luas Wilayah

(km2)

Kepadatan

(Jiwa/Km)

1 Nusa Tenggara Barat 4.835.557 19.708,79 245,3

2 Nusa Tenggara

Timur

5.120.061 46.137,87 110,9

3 Kalimantan Barat 4.789.574 120.114,32 39,8

4 Kalimantan Tengah 2.495.035 153.564,50 16,2

5 Kalimantan Selatan 3.989.793 37.530,52 106,3

6 Kalimantan Timur 3.426.638 230.277,00 14,8

7 Kalimantan Utara 530.425 85.618,00 6,1

8 Sulawesi Utara 2.412.118 13.930,73 173,1

9 Sulawesi Tengah 2.876.700 68.089,83 42,2

10 Sulawesi Selatan 2.876.700 46.116,45 184,7

11 Sulawesi Tenggara 2.499.540 36.757,45 68

12 Gorontalo 1.133.237 12.165,44 93,1

13 Sulawesi Barat 1.282.162 16.787,19 76,3

14 Maluku 1.686.469 47.350,42 35,6

Page 77: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

60

No Provinsi Populasi

(Jiwa)

Luas Wilayah

(km2)

Kepadatan

(Jiwa/Km)

15 Maluku Utara 1.162.345 39.959,99 29

16 Papua Barat 871.510 114.566,40 7,6

17 Papua 3.149.375 309.934,40 10,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Berdasarkan tabel 4.1 populasi penduduk yang paling banyak di KTI yaitu

provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan untuk populasi penduduk yang terendah

di KTI yaitu provinsi Kalimantan Utara. Untuk luas wilayah terluas di KTI adalah

provinsi Papua dengan luas wilayah 309.934,40 km2 sedangkan untuk luas wilayah

terkecil di KTI adalah provinsi Gorontalo 12.165,44 km2 .

Tabel 4.2 Jumlah Kecamatan dan Desa di KTI tahun 2015

No Provinsi Kecamatan Desa

1 Nusa Tenggara Barat 116

1141

2 Nusa Tenggara Timur 306 3270

3 Kalimantan Barat 174 2005

4 Kalimantan Tengah 136 1569

5 Kalimantan Selatan 152 2009

6 Kalimantan Timur 103 1026

7 Kalimantan Utara 50 479

8 Sulawesi Utara 167 1830

9 Sulawesi Tengah 172 1985

10 Sulawesi Selatan 306 3030

11 Sulawesi Tenggara 213 2268

12 Gorontalo 77 735

13 Sulawesi Barat 69 649

14 Maluku 118 1190

15 Maluku Utara 115 1196

16 Papua Barat 175 1590

17 Papua 470 4375

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Berdasarkan tabel 4.2 jumlah kecamatan dan desa di KTI itu sendiri cukup

banyak. Provinsi yang memiliki jumlah desa dan kecamatan terbanyak adalah

Page 78: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

61

Provinsi Papua yaitu dengan 4375 desa dan 470 kecamatan. Sedangkan untuk

jumlah desa dan kecamatan terkecil yaitu Kalimantan Utara dengan 479 desa dan

50 kecamatan. Walaupun jumlah kecamatan dan desa tertinggi adalah Papua namun

pemerataan ekonomi belum terjadi di provinsi tersebut. Secara geografis potensi

yang dimiliki oleh Kawasan Timur Indonesia cukup banyak dari segi sumber daya

alam.

3. Keadaan Perekonomian

Ketimpangan dan kesenjangan yang terjadi antar Kawasan Barat Indonesia

dengan Kawasan Timur Indonesia sangat terlihat jika kita bandingkan melalui

perhitungan laju pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi di KTI 2011-2015

2011 2012 2013 2014 2015

NTB -3,91255 -1,54103 5,164091 5,169013 21,76772

NTT 5,673232 5,458309 5,406933 5,053432 5,034286

KALBAR 5,497814 5,90802 6,050638 5,034912 4,86384

KALTENG 7,008382 6,870621 7,365632 6,214477 7,007777

KALSEL 6,971608 5,967762 5,328661 4,839307 3,828903

KALTIM 6,468697 5,475809 -6,62485 1,709368 -1,2065

SULUT 6,166837 6,85964 6,382181 6,309039 6,124674

GORONTALO 7,711101 7,90673 7,674958 7,271072 6,222576

SULTENG 10,63103 11,65097 7,499005 6,259765 6,881575

SULSEL 8,133032 8,872035 7,619048 7,536645 7,167131

SULBAR 10,7291 9,246564 6,929849 8,855111 7,389758

SULTRA 10,63103 11,65097 7,499005 6,259765 6,881575

MALUKU 6,342377 7,157535 5,242171 6,636777 5,479229

MALUT 6,797558 6,984056 6,359028 5,491978 6,102789

PAPUA -4,27898 1,71988 8,55297 3,647928 7,470622

PAPUA BARAT 3,639892 3,630166 7,362999 5,379435 4,151579

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Menurut tabel 4.3 dapat dilihat laju pertumbuhan ekonomi pada provinsi-

provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Provinsi yang memiliki penurunan

Page 79: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

62

pertumbuhan ekonomi terendah yaitu Kalimantan Timur sebesar -1,2065 pada

tahun 2015 hal ini dikarenakan 40 % dari perekonomian didapatkan dari sektor

pertambangan. Sehingga pada tahun 2014-2015 produksi sektor pertambangan

mengalami penurunan dan pertumbuhan sektor negatif (-0,11%) yang

mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur

(Bappenas, 2015)

Provinsi yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yaitu

provinsi Nusa Tenggara Barat dengan nilai sebesar 21,76 %. Hal tersebut

dikarenakan povinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan drastis produksi

dan ekspor bahan galian bijih logam pada kategori pertambangan dan penggalian

yang mencapai 86,78 % (yoy) selain itu pengadaan listrik dan gas sebesar 16,46 %

dan kategori jasa keuangan dan asuransi sebesar 14,95 % (BPS Nusa Tenggara

Barat) .

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif Antar variabel

a. Infrastruktur Listrik

Kebutuhan listrik yang semakin meningkat menuntut peningkatan kapasitas

pembangkit listrik. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia dalam lima tahun

terakhir, periode 2011-2015 peningkatan kapasitas listrik cukup besar, bila

pada tahun 2011 kapasitas terpasang 35.596,74 MW, pada tahun 2015

kapasitasnya meningkat menjadi 55.394,67 MW.

Peningkatan kapasitas listrik juga terjadi di Kawasan Timur Indonesia.

Meskipun berada di Kawasan Timur Indonesia tetapi tidak luput dari

Page 80: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

63

pengawasan pemerintah. Hal ini terbukti dengan jumlah kapasitas yang

meningkat dalam 6 tahun terakhir.

Grafik 4.1 Jumlah Kapasitas Listrik yang Terpasang di KTI 2010 & 2015

Sumber: Statitik Listrik Indonesia, 2016

Berdasarkan data grafik 4.1 dapat dilihat peningkatan jumlah kapasitas yang

terpasang selama 6 tahun terakhir. Provinsi yang cukup meningkat tajam yaitu

Kalimantan Tengah dengan jumlah 81,87 MW pada 2010 dan menjadi 5155,26

MW pada tahun 2015. Selain perkembangan kapasitas yang cukup meningkat

penggunaan listrik bagi wilayah-wilayah terpencil sudah mulai dilakukan.

Terbukti sudah ada beberapa desa terpencil di Provinsi Papua yang sudah

mendapatkan listrik yaitu Desa Bomopay Distrik Yaro dan Desa Parauto.

Tabel 4.4 Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Pelanggan di Indonesia 2015

Tahun

Jenis Pelanggan

Industri Rumah

Tangga Usaha Umum Jumlah Pelanggan

2011 52.125 42.592.962 2.049.618 1.217.877 45.912.582

2012 52.789 46.254.481 2.218.594 1.304.466 49.830.330

2013 57.408 50.145.466 2.418.594 1.406.104 54.027.572

2014 60.143 53.352.906 2.613.834 1.499.399 57.526.282

2015 65.353 56.649.029 2.895.276 1.604.416 61.214.074

Sumber: Statistik Listrik Indonesia, 2016

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

2010 2015

Page 81: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

64

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat jumlah pelanggan listrik menurut sektor

pelanggan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Kemudian pelanggan

tertinggi di tempati oleh sektor rumah tangga yaitu sebesar 56.605.260

pelanggan atau sekitar 92,54% dari total pelanggan. Salah satu indikator

keberhasilan sektor listrik adalah rasio rumah tangga yang telah memperoleh

sambungan listrik (rasio elektrifikasi). Data dari Ditjen Ketenagalistrikan

Kementrian ESD menunjukkan rasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2015

sebesar 88,30 % dari jumlah rumahtangga sebanyak 65.669.197 rumahtangga.

Hal ini sejalan dengan kebutuhan listrik yang semakin meningkat maka

menuntut peningkatan kapasitas pembangkit listrik. Lima tahun terakhir pada

periode 2011-2015 peningkatan kapasitas listrik cukup besar, bila pada tahun

2011 kapasitas terpasang sebesar 35.596,74 MW, pada tahun 2015

kapasitasnya meningkat menjadi 55.394,67 MW.

Grafik 4.2 Energi Listrik (Gwh) yang disalurkan di KTI 2010 dan 2015

Sumber: Statistik Listrik Indonesia 2016

74

5,1

6

42

9,3

6 12

88

,96

57

0,7

7 13

31

,25 21

16

,9

87

8,5

5

21

3,4

9

47

9,2

7

29

90

,44

13

0,3

3

38

4,2

7

29

0,8

6

17

1,7

4

47

1,4

7

27

3,9

8

14

02

,3

74

9,7

6

19

89

,63

10

48

,64

21

87

,64 30

07

,3

13

02

,58

39

8,8

2

94

8,7

8

44

79

,46

25

8,7 70

3,5

9

50

9,5

1

32

9,4

4

76

3,3

2

45

5,5

8

2010 2015

Page 82: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

65

Berdasarkan Grafik 4.2 dapat dilihat energi listrik yang disalurkan di KTI

periode 2010-2015 mengalami peningkatan. Energi listrik yang

didistribusikan merupakan energi yang disalurkan ke rumah tangga,

industri, pemerintahan dll. Peningkatan energi yang disalurkan di KTI ini

dapat menggambarkan bahwa energi listrik yang tersambung di KTI terus

mengalami perbaikan sehingga terjadi peningkatan jumlah energi yang

tersalurkan.

b. Infrastruktur Jalan

Pada tahun 2015, panjang jalan di Indonesia mencapai 523.974 kilometer.

Berdasarkan tingkat kewenangan pembinaan, jalan kabupaten/kota masih

merupakan bagian terbesar yaitu 421.541 kilometer atau 80,54 persen dari total

panjang jalan di Indonesia. Sedangkan untuk jalan negara dan jalan provinsi

masing-masing 47.017 kilometer dan 55.416 kilometer atau 8,97 persen dan

10,58 persen.

Grafik 4.3 Jumlah Panjang Jalan (km) di KTI 2010 dan 2015

Sumber: Statistik Indonesia 2016

75

84

68

02

83

30

64

87

42

87

10

94

4

35

98

23

37

80

93

35

29

19

58

5

60

19

37

69

20

46 5

84

3

41

157

66

3

72

21

74

30

74

64

41

10

12

02

9

47

65

30

90 6

74

3

35

05

20

02

9

56

80

21

08

26

25

10

19

1

49

18

2010 2015

Page 83: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

66

Berdasarkan grafik 4.3 dapat dilihat peningkatan panjang jalan di Kawasan

Timur Indonesia. Jumlah panjang jalan negara menurut provinsi, panjang jalan

provinsi menurut provinsi dan panjang jalan kabupaten/kota menurut provinsi.

Jika dilihat dari jangka waktu 2010-2015 penambahan panjang jalan

mengalami peningkatan walaupun tidak banyak. Pemerintah terus melakukan

pembenahan-pembenahan dalam meningkatkan akses jalan masyarakat. Hal ini

terbukti peningkatan selama 6 tahun terakhir.

Grafik 4.4 Akses Jalan km per 1000 Penduduk di KTI 2010 dan 2015

Sumber : Statistik Indonesia 2016

Berdasarkan grafik 4.4 maka dapat dilihat akses penduduk selama periode

2010-2015 terhadap panjang jalan di KTI. Akses penduduk KTI bervariasi

setiap daerahnya. Untuk provinsi yang mengalami penurunan akses jalan yaitu

NTB dari 1,8 km per 1000 penduduk menjadi 1,6 km, Kalimantan Barat dari

3,4 km per 1000 penduduk menjadi 3,2 km per 1000 penduduk, Sulawesi

Tenggara dari 5 km per 1000 penduduk menjadi 4,5 km per 1000 penduduk.

1,8

4,1

3,4

6,2

3

4

3

4,2

7,1

4

5,8

5 4,7 5

,1 5,7

10

,5

1,6

4,2

3,2

6

3,2 3

,6

3,2

5,1 5

,6

3,8

5,4

4,5 4

,9

6,1

5,8

10

,8

2010 2015

Page 84: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

67

Meskipun mengalami penurunan akses tetapi jalan yang dapat diakses oleh

penduduk masih cukup terhitung luas.

Bahkan untuk provinsi Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Papua

justru mencerminkan peningkatan akses jalan yang dapat dilalui penduduk.

Akantetapi penduduk yang mengakses jalan tersebut berkurang sehingga

adanya penambahan km per 1000 penduduknya.

c. Infrastruktur Kesehatan

Grafik 4.5 Rasio Unit Puskesmas per 30.000 Penduduk di Indonesia 2015

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016

Berdasarkan grafik 4.5 provinsi dengan rasio puskesmas tertinggi di

Kawasan Timur Indonesia yaitu Papua Barat sebesar 5,2 per 30.000 penduduk,

sedangkan Nusa Tenggara Barat memiliki rasio terendah sebesar 0,98 per

30.000 penduduk. Rasio puskesmas per 30.000 penduduk belum sepenuhnya

menggambarkan kondisi yang sebenarnya mengenai aksesibilitas masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan dasar.

0,9

8

2,1

7

1,3

3,2

7

1,7

3

1,5

2

2,3

3

2,4

6

1,9

7

1,5

8

2,2

3,2

3 3,5

4

3,2

8 3,7

5

5,2

Page 85: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

68

Sebagai contoh tiga provinsi dengan rasio tertinggi seluruhnya berada di

wilayah Timur yaitu Papua Barat, Maluku, dan Papua. Hal ini dapat disebabkan

karena jumlah penduduk yang relatif sedikit sedangkan wilayah kerja yang

luas.

Grafik 4.6 Akses Kesehatan per 1000 Penduduk di KTI 2010 dan 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik 2016

Berdasarkan grafik 4.6 dapat dilihat peningkatan akses kesehatan oleh

penduduk KTI selama periode 2010-2015. Fasilitas kesehatan yang dapat

diakses yaitu Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan Puskesmas.

Meskipun mengalami peningkatan tetapi presentasenya masih dibawah 15%

sehingga perlu ditingkatkan kembali akses kesehatan penduduk.

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0,4

2010 2015

Page 86: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

69

2. Analisis Model Pertumbuhan Ekonomi Dengan Variabel Bebas

Infrastruktur Listrik, Infrastruktur Jalan, dan Infrastruktur Kesehatan.

a. Uji Chow

Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan uji

F-Restricted dengan cara melihat nilai Probabilitas (P-Value) F-Statistik lebih

kecil dari tingkat signifikansi α = 5%. Sebelum melihat nilai probabilitas (P-

Value) F-Statistik lebih keci dari tingkat signifikansi α = 5 % terlebih dahulu

dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesis adalah sebagai berikut:

H0 : Model PLS

H1 : Model Fixed Effect

Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan Pooled Least

Square (PLS) diperoleh nilai probabilitas F-statistik yakni sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Chow

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9,0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diperloeh F-statistika adalah 815.438711

dengan d.f (15,77) dan nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0000, yang berarti

bahwa nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5%

(0,0000 < 0.05). Maka H0 ditolak, sehingga model panel yang digunakan

adalah Fixed Effect Model.

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 815.438711 (15,77) 0.0000

Cross-section Chi-square 487.127663 15 0.0000

Page 87: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

70

b. Uji Hausman

Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan Uji

Hausman, pengujian ini untuk menentukan model paling tepat digunakan

diantara FEM dengan REM. Uji Hausman memberikan penilaian dengan

menggunakan Chi-Square Statictic sehingga keputusan pemilihan model dapat

ditentukan dengan tepat. Sebelum membandingkan Chi-Square Statistic dan

Chi-square table terlebih dahulu dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Dari hasil berdasarkan metode Random Effect Model (REM) dan Model

Fixed Effect diperoleh nilai sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji Hausmen

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 4.770746 3 0.1894

Sumber: Hasil Pengolah Data Dengan E-views 9

Berdasarkan hasil Uji Hausman pada tabel 4.6 diatas, didapatkan Chi-

Square Statistic sebesar 4.770746 dengan probabilitas 0,1894 dan d.f 3.

Dikarenakan Chi-hitung lebih kecil dari pada Chi-tabel (4.770746 < 122,1077)

dan nilai probabilitas Chi-Square statistik lebih besar dari nilai α 5% (0.1894

> 0.05) maka gagal tolak H0. Dapat disimpulkan bahwa model yang dapat

digunakan untuk model penelitian adalah Random Effect Model. Sehingga

perlu dilakukan pengujian selanjutnya dengan Uji Lagrange Multiplier.

Page 88: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

71

c. Uji Lagrange Multiplier

Berdasarkan hasil dari Uji Chow dan Uji Hausman yang berbeda maka perlu

dilakukan pengujian ketiga yaitu Uji Lagrange Multiplier untuk mengetahui

metode panel yang terbaik dalam penelitian ini Maka dilihat berdasarkan nilai

Breusch Pagan. Sebelum melihat nilai probabilitas Breusch Pagan lebih kecil

dari tingkat signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Model PLS

H1 : Random Effect Model

Dari hasil berdasarkan metode Pooled Least Square (PLS) dan Random

Effect Model diperoleh nilai probabiltas Breusch Pagan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Uji Lagrange Multiplier

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan E-views 9

Berdasarkan tabel 4.7 Dapat dilihat nilai probabilitas Breusch Pagan lebih

kecil dari tingkat signifikan (0.000 < 0.05) maka dapat disimpulkan model yang

dapat digunakan untuk model penelitian adalah Random Effect Model.

d. Model Random Effect Model (REM)

Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan model Random Effect Model (REM) dapat di jelaskan melalui

persamaan sebagai berikut:

Test Hypothesis

Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 220.2776 1.933794 222.2114

(0.0000) (0.1643) (0.0000)

Page 89: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

72

Berdasarkan hasil Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplier

yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model yang terbaik dalam

penelitian ini menggunakan metode Random Effect Model (REM).

Tabel 4.8 Hasil Estimasi Data Panel

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0

PDRB = +19452.88 + 31.35367 X1 + 0.972677 X2 + 111.0669 X3

Dari persamaan diatas maka, dapat di informasikan :

1) Nilai konstanta sebesar 19452.88 artinya jika variabel listrik, jalan dan

kesehatan nol, maka nilai PDRB sebesar 19452.88 milyar rupiah

2) Koefisien Listrik sebesar 31.35367 yang berarti setiap kenaikan satu satuan

daya lisrik maka akan menaikkan PDRB sebesar 31.35367 milyar rupiah

dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.

3) Koefisien Jalan sebesar 0.972677 yang berarti setiap kenaikan satu satuan

maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.972677 milyar rupiah dengan

asumsi faktor lain dianggap tetap.

4) Koefisien Kesehatan sebesar 111.0699 yang berarti setiap kenaikan satu

satuan maka akan meningkatkan PDRB sebesar 111.0699 milyar rupiah

dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 19452.88 23008.18 0.845476 0.4000

X1 31.35367 3.185042 9.844038 0.0000

X2 0.972677 1.080926 0.899855 0.3705

X3 111.0669 44.16549 2.514789 0.0136

Page 90: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

73

Tabel 4.9 Interpretasi Random Effect Model

Variable Coefficient Ind. Effect Prob.

C 19452,88 0,40000

LISTRIK 31,35 0,00000

JALAN 0,97 0,37050

KESEHATAN 111,07 0,01360

Random Effect Cross

Kalbar -18299,21 1153,67

Kalteng -14513,09 4939,79

Kaltim 302634,50 322087,38

Kalsel -16257,56 3195,32

NTB -7668,89 11783,99

NTT -50983,06 -31530,18

Sulut -25810,07 -6357,19

Gorontalo -26035,82 -6582,94

Sulteng -21025,36 -1572,48

Sulbar -21637,41 -2184,53

Sulsel -16912,95 2539,93

Sultra -18070,56 1382,32

Maluku -41371,01 -21918,13

Malut -30708,01 -11255,13

Papua 15673,46 35126,34

Papua_barat -9014,93 10437,95

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0

1) Provinsi Kalimantan Barat

Diketahui nilai konstanta Kalimantan Barat sebesar 1153,67. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Kalimantan Barat sebesar 1153,67 milyar.

Page 91: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

74

2) Provinsi Kalimantan Tengah

Diketahui nilai konstanta Kalimantan Tengah sebesar 4939,79. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Kalimantan Tengah sebesar 4939,79 milyar.

3) Provinsi Kalimantan Timur

Diketahui nilai konstanta Kalimantan Timur sebesar 322087,38. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Kalimantan Timur sebesar 322087,38 milyar.

4) Provinsi Kalimantan Selatan

Diketahui nilai konstanta Kalimantan Selatan sebesar 3195,32. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Kalimantan Selatan sebesar 3195,32 milyar.

5) Provinsi Nusa Tenggara Barat

Diketahui nilai konstanta Nusa Tenggara Barat sebesar 11783,99. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Nusa Tenggara Barat sebesar 11783,99 milyar.

6) Provinsi Nusa Tenggara Timur

Diketahui nilai konstanta Nusa Tenggara Timur sebesar -31530,18.

Artinya ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan.

Maka nilai PDRB di Nusa Tenggara Barat sebesar -31530,18 milyar.

Page 92: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

75

7) Provinsi Sulawesi Utara

Diketahui nilai konstanta Sulawesi Utara sebesar -6357,19. Artinya ketika

variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka nilai

PDRB di Sulawesi Utara sebesar -6357,19 milyar.

8) Provinsi Gorontalo

Diketahui nilai konstanta Gorontalo sebesar -6582,94 Artinya ketika

variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka nilai

PDRB di Sulawesi Utara sebesar -6582,19 milyar.

9) Provinsi Sulawesi Tengah

Diketahui nilai konstanta Sulawesi Tengah sebesar -1572,48. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Sulawesi Utara sebesar -1572,48 milyar.

10) Provinsi Sulawesi Barat

Diketahui nilai konstanta Sulawesi Barat sebesar -2184,53. Artinya ketika

variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka nilai

PDRB di Sulawesi Utara sebesar -2184,53 milyar.

11) Provinsi Sulawesi Selatan

Diketahui nilai konstanta Sulawesi Selatan sebesar 2539,93. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Sulawesi Utara sebesar 2539,93 milyar.

Page 93: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

76

12) Provinsi Sulawesi Tenggara

Diketahui nilai konstanta Sulawesi Tenggara sebesar 1382,32. Artinya

ketika variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka

nilai PDRB di Sulawesi Utara sebesar 1382,32 milyar.

13) Provinsi Maluku

Diketahui nilai konstanta Maluku sebesar -21918,13. Artinya ketika

variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka nilai

PDRB di Sulawesi Utara sebesar -21918,13 milyar.

14) Provinsi Maluku Utara

Diketahui nilai konstanta Maluku Utara sebesar -11255,13. Artinya ketika

variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka nilai

PDRB di Sulawesi Utara sebesar -11255,13 milyar.

15) Provinsi Papua

Diketahui nilai konstanta Papua sebesar 35126,34. Artinya ketika variabel

listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka nilai PDRB di

Sulawesi Utara sebesar 35126,34 milyar.

16) Provinsi Papua Barat

Diketahui nilai konstanta Papua Barat sebesar 10437,95. Artinya ketika

variabel listrik, panjang jalan dan kesehatan dianggap konstan. Maka nilai

PDRB di Sulawesi Utara sebesar 10437,95 milyar.

e. Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen listrik

(X1), Jalan (X2), dan Kesehatan (X3) berpengaruh secara parsial terhadap

Page 94: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

77

variabel dependennya Pertumbuhan Ekonomi (Y) yaitu dengan

membandingkan masing-masing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel

dalam menolak atau menerima hipotesis.

Tabel 4.10 Uji Parsial

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik dan

Infrastruktur Kesehatan secara partial masing-masing mempengaruhi PDRB.

Sedangkan variabel Infrastruktur Jalan tidak memiliki pengaruh partial.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat juga digunakan untuk membuktikan hipotesis

penelitian yang telah disusun. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap PDRB

di KTI pada tahun 2010-2015

H1 : Diduga terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap PDRB di KTI

pada tahun 2010-2015

2) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Panjang Jalan secara parsial terhadap

PDRB di KTI pada tahun 2010-2015

H1 : Diduga terdapat pengaruh Panjang Jalan secara parsial terhadap

PDRB di KTI pada tahun 2010-2015

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 19452.88 23008.18 0.845476 0.4000

LISTRIK 31.35367 3.185042 9.844038 0.0000

JALAN 0.972677 1.080926 0.899855 0.3705

KESEHATAN 111.0669 44.16549 2.514789 0.0136

Page 95: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

78

3) H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh kesehatan secara parsial terhadap

PDRB di KTI pada tahun 2010-2015

H1 : Diduga terdapat pengaruh kesehatan secara parsial terhadap PDRB di

KTI pada tahun 2010-2015

Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh tersebut, maka pembuktian dari

hipotesis yang telah dipaparkan sebagai berikut:

1) Nilai t parsial variabel listrik terhadap PDRB = 9.844038 dengan p value

0.0000. Karena 0.0000 < 0.05 yang berarti H1 diterima dan tolak H0.

Maka variabel listrik signifikan dalam mempengaruhi variabel terikat

PDRB di dalam model.

2) Nilai t parsial variabel jalan terhadap PDRB = 0.899855 dengan p value

0.3705. Karena 0.3705 > 0.05 yang berarti H1 ditolak dan terima H0.

Maka variabel jalan tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel

terikat PDRB di dalam model

3) Nilai t parsial variabel kesehatan terhadap PDRB = 2.514789 dengan p

value 0.0136. Karena 0.0136 < 0.05 yang berarti H1 diterima dan tolak

H0. Maka variabel kesehatan signifikan dalam mempengaruhi variabel

terikat PDRB di dalam model.

f. Uji F dan Interpretasi Hasil Analisis

Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependennya, maka digunakan uji F dengan cara

membandingkan F-statistik dengan F-tabel.

Page 96: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

79

Tabel 4.11 Uji Simultan

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, hasil regresi data panel menggunakan

Random Effect Model diperoleh nilai F-statistik sebesar 62.04901 dengan

probabilitas sebesar 0.000000, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 3, n = 96,

sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu (2.69). maka terlihat bahwa F-

statistik > F-tabel (62.04901 > 2.69), maka H0 ditolak, artinya bahwa variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PDRB.

g. Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Interpretasi Hasil Analisis

Tabel 4.12 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan koefisien determinasi sebesar 0.669240

atau 66.92%. Hal ini terlihat bahwa 66.92% PDRB di Kawasan Timur

Indonesia dapat dijelaskan oleh infrastruktur listrik, infrastruktur panjang jalan

dan infrastruktur kesehatan. Sedangkan sisanya (100%-66.92%= 33.08%)

PDRB dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Analisis Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi dengan variabel bebas

Infrastruktur Listrik, Infrastruktur Jalan dan Infrastruktur Kesehatan

a. Infrastruktur Listrik terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan infrastruktur listrik di Kawasan Timur Indonesia memang

belum sepenuhnya tertangani. Masih banyak kekurangan dan kendala yang

dihadapi pemerintah untuk membangun infrastruktur listrik yang layak dan

F-statistic 62.04901

Prob(F-statistic) 0.000000

R-squared 0.669240

Page 97: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

80

menyeluruh keseluruh masyarakat yang berada di daerah timur. Daerah

yang luas serta jarak yang cukup jauh antar desa yang satu dengan desa yang

lain menjadi salah satu kendala dalam membangun infrastruktur listrik di

KTI. Mesikpun demikian pemerintah tetap meningkatkan pembangunan

fasilitas dan infrastruktur dasar ini di provinsi-provinsi Indoneia.

Dalam penelitian ini infrastruktur listrik menunjukkan arah hubungan

yang positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui PDRB. Hal ini berarti

bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa Infrastruktur Listrik

mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia dapat

diterima. Hubungan ini mempunyai nilai apabila infrastruktur listrik naik

maka pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB di KTI akan mengalami

kenaikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krismanti

Tri Wahyuni (2009) yang menyatakan bahwa variabel listrik memiliki

pengaruh positif terhadap produktivitas perekonomian di Indonesia periode

1995-2007 dimana kenaikan sebesar 1 persen akan meningkatkan

produktivitas ekonomi sebesar 0,08 persen. Berbeda dengan penelitian

Krismanti, Penelitian yang dilakukan oleh Sakineh, dkk (2012) menyatakan

bahwa kapasitas listrik tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Iran.

b. Infrastruktur Jalan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan infrastruktur jalan di Kawasan Timur Indonesia memiliki

berbagai kendala. Luas wilayah antar daerah yang satu dengan daerah yang

lain menjadi faktor kendala dalam peningkatan akses jalan. Transportasi

Page 98: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

81

yang kurang memadai membuat fasilitas jalan yang tersedia tidak dapat

digunakan dengan baik.

Begitu juga dengan variabel jalan yang menunjukan hubungan positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Akantetapi pada penelitian ini variabel

jalan tidak signifikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Diduga bahwa

panjang jalan di Kawasan Timur Indonesia dalam kondisi “kurang

transportasi kendaraan”. Kondisi ini dapat dipahami dengan alasan bahwa

jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor di KTI sedikit, sehingga

akan sedikit juga orang yang mengakses jalan.

Penjelasan akses jalan per 1000 penduduk dapat dilihat pada grafik 4.4

dapat disimpulkan peningkatan akses jalan dengan perbandingan 1000

penduduk bervariasi. Ada yang mengalami peningkatan dan ada juga

mengalami penurunan akses. Provinsi Papua mengalami peningkatan pada

tahun 2010 akses jalan 10,5 km per 1000 penduduk namun pada tahun 2015

meningkat menjadi 10,8 km per 1000 penduduk.

Hal ini sesuai dengan penelitian Heri Purnomo (2009) yang berjudul

“Dampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Bekasi” menyatakan bahwa infrastruktur jalan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Bekasi karena

masih sangat terbatas yang dapat mengakses jalan hanya 1,7 km per 1000

penduduk, dan hampir 50 persen jalan dalam kondisi buruk. Penelitian

Nurul Septiyani Eka Putri (2017) yang berjudul “Pengaruh Infrastruktur

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi DIY” juga menyatakan bahwa

Page 99: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

82

infrastruktur jalan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Nuraliyah (2011)

mengatakan bahwa ketika panjang jalan bertambah, pertumbuhan ekonomi

tidak terakselerasi secara signifikan di Luar Jawa.

Alasan lain peningkatan akses jalan tidak berpengaruh di KTI adalah

belum adanya efek multiplier pembangunan infrastruktur pada

perekonomian seperti belum tersedianya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

(growth pole). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Slamet

Muljono (2010) menyatakan bahwa efek multiplier intraregion nilai tambah

yang sangat rendah diterima oleh KTI dan spillover effect KTI terhadap KBI

juga terlihat tinggi. Sehingga yang diuntungkan dari adanya pembangunan

infrastruktur jalan hanya golongan rumah tangga yang berpendapatan tinggi

dan rumah tangga yang berada di pusat kota. Selain itu infrastruktur jalan

masih belum mampu membuka keterisolasian sehingga pertumbuhan

ekonomi hanya berputar ditempatnya saja.

c. Infrastruktur Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Variabel Kesehatan yang diwakili dengan jumlah Rumah Sakit Umum,

Rumah Sakit Khusus dan Puskesmas yang tersedia di provinsi ternyata

menunjukkan hasil positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

KTI. Sarana kesehatan yang tersedia dan terjangkau akan menentukan

keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Dimana pembangunan

kesehatan sangat berdampak pada kondisi SDM sehingga memiliki kualitas

SDM yang baik dan berdampak pada produktifitas ekonomi di daerahnya

Page 100: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

83

masing-masing. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Warsilan

dkk (2015) menyatakan bahwa variabel kesehatan memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda.

d. Infrastruktur Listrik, Jalan dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi

Secara keseluruhan variabel infrastruktur listrik, jalan dan kesehatan

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal ini dapat dilihat dari hasil uji F-statistik yang memiliki hasil signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB. Selain itu jika dilihat

dari nilai R2 sebesar 66,92% pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB

Atas Dasar Harga Konstan dipengaruhi oleh infrastruktur listrik, panjang

jalan dan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

infrastruktur listrik, infrastruktur jalan dan kesehatan memiliki peran dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB. Sehingga perlu di adakan

kebijakan khusus terkait perkembangan infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia.

Sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan kondisi

masyarakat di kawasan tersebut.

Page 101: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya,

penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai

Analisis Ketersediaan Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia periode 2010-2015, adalah sebagai berikut:

1. Infrastruktur listrik yang diukur dengan jumlah energi yang tersambung dari

keseluruhan sektor baik sektor rumah tangga industri, rumah tangga

pemerintah dll mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya semakin

tinggi energi listrik yang tersambung maka akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan.

2. Infrastruktur Jalan yang diukur dengan jumlah panjang jalan negara, panjang

jalan provinsi dan panjang jalan kabupaten/kota dengan kondisi baik dan

sedang tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan tingkat

kepercayaan 95%. Artinya variabel panjang jalan di KTI tidak memiliki

pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal tersebut karena infrastuktur

jalan belum bisa membuka keterisolasian daerah terpencil sehingga

perekonomian hanya berputar satu tempat saja serta sedikit penduduk yang

mengakses jalan dan belum adanya multiplier efek pada pembangunan jalan

terhadap pertumbuhan ekonomi di KTI.

Page 102: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

85

3. Infrastruktur Kesehatan yang diukur dengan jumlah Rumah Sakit Umum,

Rumah Sakit Khusus dan Puskesmas mempunyai hubungan yang positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 95%.

Artinya semakin tinggi jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia maka akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga

Konstan di KTI.

4. Secara simultan variabel infrastruktur listrik, infrastruktur panjang jalan dan

infrastruktur kesehatan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi. Jika dilihat dari nilai R2 sebesar 66,92% maka artinya variabel

listrik, panjang jalan dan infrastruktur kesehatan memiliki pengaruh sebesar

66,92 % terhadap pertumbuhan ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar

Harga Konstan. Sehingga 33,08 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah Provinsi-provinsi KTI

a. Infrastruktur listrik dan infrastruktur kesehatan memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada provinsi-

provinsi di KTI yang diteliti, maka sebaiknya perlu ditingkatkan

kembali penyediaan infrastruktur listrik dan infrastruktur kesehatan

untuk terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang merata serta

Page 103: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

86

terwujudnya pembangunan manusia yang tinggi pada akhirnya

memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di provinsi-provinsi KTI.

b. Infrastruktur jalan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di KTI. Faktor infrastruktur jalan tidak memiliki

pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dikarenakan jalan belum

mampu membuka keterisolasian daerah terpencil sehingga

perekonomian hanya berputar di satu tempat saja selain itu kondisi

geografis yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain

tidak hanya jalur darat saja tetapi jalur air seperti sungai sebagai

mobilitas penduduk sehingga dibutuhkan infrastruktur seperti jembatan

serta transportasi air. Oleh karena itu diharapkan pemerintah membuat

kebijakan penambahan anggaran untuk infrastruktur di daerah terisolir

untuk mengatasi mobilitas antar penduduk serta dilakukan pengawasan

yang secara berkala terhadap infrastruktur yang didirikan termasuk

jalan serta minimnya transportasi atau kendaraan yang ada di KTI.

2. Bagi Masyarakat

Ketersediaan infrastruktur ekonomi dan sosial di KTI memang belum

sepenuhnya merata. Akantetapi hendaknya masyarakat menggunakan fasilitas

infrastruktur yang tersedia dengan bijak. Seperti penggunaan listrik dalam

kehidupan sehari-hari untuk dapat lebih menghemat supaya energi listrik yang

tersedia tidak terbuang sia-sia. Sehingga masyarakat lain yang belum memiliki

fasilitas listrik akibat sumber daya alam yang belum cukup dapat menikmati

listrik yang ada. Untuk infrastruktur kesehatan diperlukan kesadaran

Page 104: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

87

masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan menggunakan fasilitas

kesehatan. Sehingga terciptanya generasi yang sehat dan berkualitas. Sumber

Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam peningkatan

pertumbuhan ekonomi.

Selain penggunaan infrastruktur yang bijak juga perlunya inisiatif dari

masyarakat setempat untuk berswadaya atau bergotong royong membangun

infrastruktur seperti pembangunan jembatan secara gotong royong guna untuk

memajukan daerahnya masing-masing.

3. Bagi Civitas Akademika

a. Dapat menggunakan variabel lain maupun daerah-daerah lainnya untuk

memperkaya wawasan mengenai pertumbuhan ekonomi. Penelitian di

fokuskan untuk melihat satu daerah penelitan untuk menganalisi

ketersediaan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga lebih

mengetahui kembali faktor –faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing

b. Dapat menggunakan alat analisis lainnya seperti Path Analisis sehingga

dapat diketahui pengaruh infrastruktur ekonomi dan kesehatan terhadap

pertumbuhan ekonomi serta implikasinya terhadap kemiskinan .

Page 105: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

88

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Widodo dkk, 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor

Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pengentasan Kemiskinan melalui

Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Annisa, Tri Hastuti, 2016. Analisis Kemiskinan dan Ketersediaan Infrastruktur di

Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur. Universitas Brawijaya.

Malang.

Aunur Rofiq, 2014. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Kebijakan dan

Tantangan Masa Depan. Republika Penerbit. Jakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012

Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. 2016. Gorontalo Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2016. Statistik Indonesia 2016.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2016. Statistik Transportasi Indonesia 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2016. Kalimantan Barat Dalam

Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. 2016. Kalimantan Tengah

Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. 2016. Kalimantan Timur Dalam

Angka 2016.

Page 106: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

89

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2016. Kalimantan Selatan

Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2016. Nusa Tenggara Barat

Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2016. Nusa Tenggara Timur

Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat. 2016. Sulawesi Barat Dalam Angka

2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2016. Sulawesi Selatan Dalam

Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2016. Sulawesi Tengah Dalam

Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Sulawesi Tenggara Dalam

Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. 2016. Sulawesi Utara Dalam Angka

2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku. 2016. Maluku Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. 2016. Maluku Utara Dalam Angka

2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. 2016. Papua Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. 2016. Papua Barat Dalam Angka 2016.

Page 107: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

90

Esfahani, Hadi Salehi, 2002. Institutions, Infrastructure, and Economic Growth.

University of Illions. Urbana Champaign.

Fauzan, Zamzami, 2014. Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB Jawa

Tengah Tahun 2008-2012. Universitas Diponegoro. Semarang.

Fitri, Amailia, 2012. Pengaruh Pendidikan, Pengangguran dan Inflasi terhadap

Tingkat Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Periode 2001-2010.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Grigg, Neil, S, 2002. Water, Wastewater and Stormwater Infrastructure

Management. A CRC Press Company. New York.

Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter, 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika,

Edisi Lima, Buku Dua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Heri, Purnomo, 2009. Dampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Kabupaten Bekasi.Institur Pertanian Bogor.Bogor

Iskandar, Andi Nuhung, 2010. Pertanian, Kemiskinan dan Kawasan Timur

Indonesia. PT Wahyu Promo Citra. Jakarta.

Jhingan, M.L, 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT RajaGrafindo

Persada. Jakarta.

Krismanti, Tri Wahyuni, 2009. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan

Sosial terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia. Institut Pertanian

Bogor. Bogor

Mankiw N, Gregory, 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Page 108: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

91

Mappamiring, 2006. Perspektif Alternatif Pembangunan Kawasan Timur

Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muliza dkk. 2017. Analisis Pengaruh Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan,

Tingkat Kemiskinan dan PDRB terhadap IPM di Provinsi Aceh. Universitas

Syiah. Banda Aceh.

Novi, Maryaningsih dkk, 2014. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

Nuraliyah, 2011. Peran Pengembangan Infrastruktur Dalam Pengentasan

Kemiskinan di Indonesia: Jawa dan Luar Jawa. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Prathama Rahardja, dan Mandala Manurung, 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu

Pengantar Edisi Keempat. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Putri, Nurul Septiyani Eka, 2017. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Diponegoro.

Semarang

Republik Indonesia (2016). Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016 tentang

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Jakarta: Indonesia

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Indonesia.

Republik Indonesia (2014). Peraturan Mentri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Indonesia

Page 109: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

92

Republik Indonesia (2015). Peraturan Mentri Dalam Negri No. 39 Tahun 2015

tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan secara

Administrasi. Jakarta. Indonesia.

Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika & Analisis Runtut Waktu Terapan dengan

Eviews. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Tunjung, Hapsari, 2011. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta

Sembanyang, Lesta Karolina B,2011. Analisis Keterkaitan Ketersediaan

Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Pendekatan Analisis

Granger Causality. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Slamet, Muljono, 2010. Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan terhadap

Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Intra dan Interregional Kawasan

Barat dan Timur Indonesia: Suatu Analisis Model Interregional Social

Accounting Matrix. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sidik, Adi Pramono. 2011. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Listrik

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan tahun 1994-2008.

Universitas Indonesia. Jakarta.

Sojoodi, Sakineh., Zonuzi, Fakhri Mohseni., & Nia, Nasim Mehin Aslani, 2012.

The Role of Infrastructure in Promoting Economic Growth in Iran. Iranian

Economic Review. Iran

Sukirno, Sadono, 2008. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT

RajaGrafindo Persada. Jakarta

Page 110: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

93

Todaro, Michael P, dan Smith Stephen, C, 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi

Kesembilan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Traveer, Armughana dan Manan, Natasha, 2016. Impact of Infrastructure on

Economic Growth of Pakistan. University of Gujrat. Pakistan

Veerbeek, M.N, 2004. A Guide to Modern Econometric (2nd ed). Jhon Wiley &

Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex P019 8SQ,

England.

Warsilan, dan Akhmad Noor, 2015. Peranan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan

Ekonomi dan Implikasi pada Kebijakan Pembangunan di Kota Samarinda.

Universitas Mulawarman Samarinda. Samarinda.

World Bank Report, 1994. Infrastructure

Page 111: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

94

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Uji Model Panel

A. Common Effect Model

Dependent Variable: PDRB

Method: Panel Least Squares

Date: 02/11/18 Time: 20:29

Sample: 2010 2015

Periods included: 6

Cross-sections included: 16

Total panel (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 27960.46 17345.84 1.611941 0.1104

LISTRIK 88.57273 10.36570 8.544788 0.0000

JALAN -2.126276 2.383266 -0.892169 0.3746

KESEHATAN -7.705834 134.6658 -0.057222 0.9545 R-squared 0.550172 Mean dependent var 91645.83

Adjusted R-squared 0.535503 S.D. dependent var 102985.7

S.E. of regression 70188.86 Akaike info criterion 25.19654

Sum squared resid 4.53E+11 Schwarz criterion 25.30339

Log likelihood -1205.434 Hannan-Quinn criter. 25.23973

F-statistic 37.50747 Durbin-Watson stat 0.025149

Prob(F-statistic) 0.000000

B. Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: PDRB

Method: Panel Least Squares

Date: 02/11/18 Time: 20:30

Sample: 2010 2015

Periods included: 6

Cross-sections included: 16

Total panel (balanced) observations: 96 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 20313.04 12962.78 1.567028 0.1212

LISTRIK 30.57078 3.207774 9.530218 0.0000

JALAN 0.862064 1.126844 0.765025 0.4466

KESEHATAN 116.8571 44.51361 2.625199 0.0104 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.997221 Mean dependent var 91645.83

Adjusted R-squared 0.996571 S.D. dependent var 102985.7

S.E. of regression 6030.295 Akaike info criterion 20.42227

Sum squared resid 2.80E+09 Schwarz criterion 20.92980

Log likelihood -961.2690 Hannan-Quinn criter. 20.62742

Page 112: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

95

F-statistic 1535.038 Durbin-Watson stat 1.731484

Prob(F-statistic) 0.000000

C. Uji Chow

D. Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: PDRB

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 02/11/18 Time: 20:34

Sample: 2010 2015

Periods included: 6

Cross-sections included: 16

Total panel (balanced) observations: 96

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 19452.88 23008.18 0.845476 0.4000

LISTRIK 31.35367 3.185042 9.844038 0.0000

JALAN 0.972677 1.080926 0.899855 0.3705

KESEHATAN 111.0669 44.16549 2.514789 0.0136 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 77773.98 0.9940

Idiosyncratic random 6030.295 0.0060 Weighted Statistics R-squared 0.669240 Mean dependent var 2899.505

Adjusted R-squared 0.658454 S.D. dependent var 10417.27

S.E. of regression 6088.052 Sum squared resid 3.41E+09

F-statistic 62.04901 Durbin-Watson stat 1.420521

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.395142 Mean dependent var 91645.83

Sum squared resid 6.09E+11 Durbin-Watson stat 0.007948

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: REM

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 825.780117 (15,77) 0.0000

Cross-section Chi-square 488.329960 15 0.0000

Page 113: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

96

E. Uji Hausmen

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: REM

Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 4.770746 3 0.1894

F. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects

Null hypotheses: No effects

Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided

(all others) alternatives Test Hypothesis

Cross-section Time Both Breusch-Pagan 220.2776 1.933794 222.2114

(0.0000) (0.1643) (0.0000)

Honda 14.84175 -1.390609 9.511393

(0.0000) -- (0.0000)

King-Wu 14.84175 -1.390609 6.216572

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized Honda 16.97331 -1.216080 7.577125

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized King-Wu 16.97331 -1.216080 4.094224

(0.0000) -- (0.0000)

Gourierioux, et al.* -- -- 220.2776

(< 0.01)

2. Data Penelitian

Tahun Provinsi Listrik Jalan Kesehatan PDRB

2010 Kalbar 1288,96 15007 262 86065,85

2011 Kalbar 1434,72 14738 268 90797,59

2012 Kalbar 1603,72 14901 275 96161,93

2013 Kalbar 1889,39 15345 277 101980,3

2014 Kalbar 1862,44 15770 283 107115

2015 Kalbar 1989,63 15750 282 112324,9

2010 Kalteng 570,77 13765 189 56531,02

2011 Kalteng 649,95 13765 194 60492,93

2012 Kalteng 752,34 15176 206 64649,17

2013 Kalteng 854,78 15253 211 69410,99

Page 114: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

97

Tahun Provinsi Listrik Jalan Kesehatan PDRB

2014 Kalteng 970,16 15054 214 73724,52

2015 Kalteng 1048,64 15081 215 78890,97

2010 Kaltim 2116,9 14229 252 418211,6

2011 Kaltim 2099,6 14767 251 445264,4

2012 Kaltim 2334 15154 267 469646,3

2013 Kaltim 2731,57 15661 276 438532,9

2014 Kaltim 2815,55 15586 218 446029,1

2015 Kaltim 3007,3 12463 221 440647,7

2010 Kalsel 1331,25 10943 243 85305

2011 Kalsel 1467,13 11344 253 91252,13

2012 Kalsel 1688,44 11552 255 96697,84

2013 Kalsel 1880,66 11687 259 101850,5

2014 Kalsel 2092,23 12518 264 106779,4

2015 Kalsel 2187,64 12805 265 110867,9

2010 NTB 745,16 8060 167 70122,73

2011 NTB 837,17 8089 169 67379,14

2012 NTB 976,39 8067 179 66340,81

2013 NTB 1133,33 8083 181 69766,71

2014 NTB 1291,47 8135 182 73372,96

2015 NTB 1402,3 8169 186 89344,58

2010 NTT 429,36 19464 339 43846,61

2011 NTT 486,91 19464 376 46334,13

2012 NTT 567,32 20264 390 48863,19

2013 NTT 639,57 20508 403 51505,19

2014 NTT 702,26 21218 414 54107,97

2015 NTT 749,76 21752 415 56831,92

2010 Sulut 878,55 7561 201 51721,33

2011 Sulut 986,62 8019 202 54910,9

2012 Sulut 1087,08 8174 212 58677,59

2013 Sulut 1192,52 8607 223 62422,5

2014 Sulut 1240,32 8952 227 66360,76

2015 Sulut 1302,58 9488 229 70425,14

2010 Gorontalo 213,49 4464 84 15475,74

2011 Gorontalo 236,52 4599 95 16669,09

2012 Gorontalo 293,13 4694 98 17987,07

2013 Gorontalo 328,4 4814 103 19367,57

2014 Gorontalo 366,08 5245 105 20775,8

2015 Gorontalo 398,82 5885 105 22068,59

2010 Sulteng 479,27 18784 183 48401,15

2011 Sulteng 574,71 18387 196 53546,69

Page 115: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

98

Tahun Provinsi Listrik Jalan Kesehatan PDRB

2012 Sulteng 686,19 18387 201 59785,4

2013 Sulteng 758,7 18790 209 64268,71

2014 Sulteng 865,77 18045 215 68291,78

2015 Sulteng 948,78 16234 220 72991,33

2010 Sulbar 130,33 6819 86 17183,83

2011 Sulbar 151,52 6819 93 19027,5

2012 Sulbar 177,63 6915 99 20786,89

2013 Sulbar 207,59 7039 101 22227,39

2014 Sulbar 238,03 7573 104 24195,65

2015 Sulbar 258,7 6942 104 25983,65

2010 Sulsel 2990,44 32553 479 171740,7

2011 Sulsel 3246,42 32553 488 185708,5

2012 Sulsel 3639,63 32779 501 202184,6

2013 Sulsel 4156,49 32691 522 217589,1

2014 Sulsel 4339,22 32614 532 233988,1

2015 Sulsel 4479,46 33215 533 250758,3

2010 Sultra 384,27 11313 254 48401,15

2011 Sultra 441,08 11690 271 53546,69

2012 Sultra 528,42 11859 281 59785,4

2013 Sultra 621,64 11922 289 64268,71

2014 Sultra 670,71 10370 294 68291,78

2015 Sultra 703,59 11424 298 72991,33

2010 Maluku 290,86 7216 179 18428,58

2011 Maluku 336,69 7218 194 19597,39

2012 Maluku 397,49 7671 204 21000,08

2013 Maluku 469,96 7794 217 22100,94

2014 Maluku 480,08 8273 224 23567,73

2015 Maluku 509,51 8342 226 24859,06

2010 Malut 171,74 5348 113 14983,91

2011 Malut 204,67 5348 130 16002,45

2012 Malut 235,88 5750 136 17120,07

2013 Malut 259,1 6200 143 18208,74

2014 Malut 309,37 7123 146 19208,76

2015 Malut 329,44 7100 146 20381,03

2010 Papua 471,47 16324 321 110808,2

2011 Papua 522,8 16149 362 106066,7

2012 Papua 600,67 16348 415 107890,9

2013 Papua 713,26 16773 426 117118,8

2014 Papua 724,78 17028 432 121391,2

2015 Papua 763,32 18548 434 130459,9

Page 116: ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN …

99

Tahun Provinsi Listrik Jalan Kesehatan PDRB

2010 Papua_barat 273,98 7998 116 41361,67

2011 Papua_barat 305,08 7998 137 42867,19

2012 Papua_barat 346,65 8089 141 44423,34

2013 Papua_barat 383,99 8147 159 47694,23

2014 Papua_barat 430,63 8728 167 50259,91

2015 Papua_barat 455,58 9430 167 52346,49