ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA … · 2019. 8. 26. · Pelaksanaan Pembelajaran...

255
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Oleh: Endang Suprapti NIM: 151134208 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA … · 2019. 8. 26. · Pelaksanaan Pembelajaran...

  • ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA

    PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH

    SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar

    Oleh:

    Endang Suprapti

    NIM: 151134208

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA

    PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH

    SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar

    Oleh:

    Endang Suprapti

    151134208

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan kepada:

    1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya

    2. Kedua orang tua Bapak Warno Suwignyo dan Ibu Sumiyati yang senantiasa

    memberikan dukungan baik dalam doa maupun materi dan kasih sayang.

    3. Kakak saya Mayang Astia Paramitha S.Pd. yang senantiasa memberi

    dukungan dan semangat.

    4. Saudara dan keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.

    5. Dosen Pembimbing yang telah membantu saya untuk menyelesaikan skripsi

    Bapak Apri Damai Sagita Krissandi,S.S., M.Pd. dan Ibu Brigitta Erlita Tri

    Anggadewi,M.Psi.

    6. Rekan payung skripsi Dinda Marga Saputri.

    7. Sahabat saya Irene Pri Septianing, Dinda Marga Saputri, Melania Chintya

    Kusuma Wardhani, Maria Dwi Aria Sari, Christina Dessy Indriastuti.

    8. Kepada almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyirah; 5)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 21 Juni 2019

    Peneliti

    Endang Suprapti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Endang Suprapti

    Nomor Mahasiswa : 151134208

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA

    PEMBELAJARAN KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH SATU

    SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)

    Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

    mempublikasikanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

    perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama

    tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada Tanggal: 21 Juni 2019

    Yang menyatakan

    Endang Suprapti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA

    PEMBELAJARAN KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH SATU

    SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)

    Endang Suprapti

    Universitas Sanata Dharma

    2019

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; Bagaimana desain

    Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang guru memuat indikator

    keterampilan berpikir tingkat tinggi, Bagaimana penerapan keterampilan berpikir

    tingkat tinggi pada proses pembelajaran di kelas III, Bagaimana pelaksanaan

    penilaian kelas (assessment) telah mengarah pada keterampilan berpikir tingkat

    tinggi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan desain

    penelitian studi kasus.penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Dasar Swasta di

    Yogyakarta dengan subjek penelitian Guru dan siswa kelas III. Teknik

    pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu, observasi, dokumentasi,

    wawancara, dan kuesioner. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu

    metode triangulasi. Uji kredibilitas dengan triangusi serta expert judgement

    digunakan untuk menguji keabsahan data.

    Berikut merupakan hasil dari penelitian ini (1) Desan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan oleh guru masih menggunakan

    indikator kognitif dengan tingkatan keterampilan berpikir tingkat rendah. (2)

    Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung

    mengarahkan siswa kepada keterampilan berpikir tingkat rendah (3) Penliaian

    yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan siswa yaitu soal Tes Kendali

    Mutu (TKM) yang sebagian besar masih menggunakan kata kerja operasional

    keterampilan berpikir tingkat rendah.

    Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS), Kurikulum 2013,

    Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Penilaian Pembelajaran

    (assessment)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    THE ANALYSIS OF HIGHERORDER THINKING SKILLS IN THIRD

    GRADE LEARNING (A CASE STUDY IN ONE OF THE PRIVATE

    ELEMENTARY SCHOOLS IN YOGYAKARTA)

    Endang Suprapti

    Sanata Dharma University

    2019

    The purpose of this study is to determine (1) How the design of the Lesson

    Plan at one of the private elementary schools in Yogyakarta loads the indicator of

    higher order thinking skills (2) How does the application of higher order thinking

    skills on the learning process in third gradeatone of the private elementary

    schools in Yogyakarta (3) How is the implementation of classroom assessment at

    one private elementary schools in Yogyakarta which has led to higher order

    thinking skills.

    This study is a qualitative studyusing the researchdesign ofa case study.

    The study was conducted in one of the Private Elementary Schools in Yogyakarta

    with the research subject of Teachers and students of third grade. The data

    collection techniques used by the researchers are observation, documentation,

    interviews, and questionnaires. The method used to analyze the data is

    triangulation method. Test credibility with triangulation and expert judgment is

    used to ensure the validity of the data.

    Here are the results of this study (1) The Design ofLessonPlan used by the

    teachers still use cognitive indicators with levels of lower order thinking skills. (2)

    The implementation process of learning undertaken by the teachers tends to lead

    students towardlower order thinking skills (3) The assessmentused by the teachers

    to measure the ability of students is Quality Control Tests (QCT), most of which

    still use the operational verbs of lower order thinking skills.

    Keywords: Higher Order Thinking Skills (HOTS), 2013 Curriculum, Lesson Plan,

    Learning Implementation, Learning Assessment

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Segala Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Karena berkat dan

    rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul ”Analisis

    Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran Kelas III (Studi Kasus

    Pada Salah Satu Sekolah Dasar Swasta di Yogyakarta)”.

    Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjan Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Peneliti menyadari selama proses penyususnan skripsi dilaksanakan

    banyak pihak yang telah membantu peneliti untuk menulis skripsi ini sehingga

    dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini peneliti akan

    mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selalu mendukung peneliti

    baik dalam doa dan semangat. Ucapan terima kasih tersebut ditunjukan kepada:

    1. Dr. Yohans Harsono, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku dosen pembimbing

    yang senantiasa bersabar menuntun dan membimbing peneliti dari

    awal hingga akhir penyususnan skripsi.

    5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing

    kedua yang senantiasa bersabar menuntun dan membimbing peneliti

    dari awal hingga akhir penyususnan skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Theresia Yunia Setyawan,M.Hum. selaku dosen pembimbing

    akademik kelas C yang senantiasa bersabar dan penuh kasih sayang

    dalam membimbing kelas kami.

    7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Universitas Sanata Dharma

    8. Segenap Karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu

    peneliti dalam proses kelancaran administrasi selama perkuliahan

    berlangsung.

    9. Seluruh staff Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah

    menyediakan buku dan fasilitas dalam mengerjakan skripsi.

    10. Seluruh Staff Biro Keuangan dan Student Staff Keuangan yang telah

    membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

    11. Kepala Sekolah di salah satu Sekolah Dasar Swasta di Kota

    Yogyakarta karena telah memberikan izin kepada peneliti untuk

    melakukan penelitian.

    12. Guru kelas III di salah satu Sekolah Dasar Swasta di Kota Yogyakarta

    karena bersedia memberikan waktu dan membantu peneliti untuk

    melakukan penelitian di kelas.

    13. Seluruh siswa kelas III di salah satu Sekolah Dasar Swasta di Kota

    Yogyakarta yang telah membantu mengisis kuesioner saat proses

    observasi.

    14. Kedua orang tuaku Warno Suwignyo dan Sumiyati yang senantiasa

    bersabar dan mendukung dengan penuh kasih sayang dalam bentuk

    doa maupun semangat kepada peneliti.

    15. Mbah putri Ibu Siwi yang selalu memberikan doa dan dukungan serta

    nasehat yang baik kepada peneliti.

    16. Kakakku Mayang Astia Paramitha S.Pd. yang senentiasa memberikan

    dukungan dan doa kepada peneliti.

    17. Sahabat karibku Irene Pri Septianing yang selalu memberi dukungan

    dan semangat kepada peneliti.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    18. Sahabat seperjuangan Dinda Marga Saputri, Melania Chintya Kusuma

    Wardhani, Christina Desi Indriastuti, Maria Dwi Ariya Sari yang

    selalu memberi semangat dan dukungan kepada peneliti untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    19. Pandu Kauri yang selalu memberikan dukungan serta doa selama

    perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak sempurna dan

    memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati

    peneliti meminta kritik dan saran terhadap karya tulis ini. Semoga

    karya ini juga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.

    Peneliti

    Endang Suprapti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL …………………………………………………… ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… iii

    HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. v

    HALAMAN MOTTO …………………………………………………… vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. vii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

    ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………..

    viii

    ABSTRAK ………………………………………………………………… ix

    ABSTACK …………………………………………………………………. i

    KATA PENGANTAR ……………………………………………………. xi

    DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiv

    DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xviii

    DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xix

    DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xx

    BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

    A. Latar belakang …………………………………………………………... 1

    B. Rumusan masalah ………………………………………………………. 6

    C. Tujuan penelitian ………………………………………………………... 6

    D. Manfaat penelitian …………………………………………………….... 7

    E Asumsi penelitian ………………………………………………………... 7

    F. Definisi Operasional …………………………………….......................... 8

    BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………. 9

    A. Kajian Pustaka …………………………………………………………. 9

    1. Teori-teori Yang Mendukung ………………………………………... 9

    a. Keterampilan abad ke-21 ………………………………………… 9

    b. High Order Thinking Skis (HOTS) ……………………………… 11

    c. Low Order Thinking Skis (LOTS) ………………………………… 17

    d. Kurikulum 2013 …………………………....……………………… 20

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    B. Hasil Penelitian Yang Relevan ………………………………………. 29

    C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………... 32

    BAB III MEODE PENELITIAN ………………………………………... 34

    A. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 34

    B. Setting Penelitian ………………………………………………………. 35

    1. Tempat dan Waktu penelitian …………………………………………… 35

    C. Desain Penelitian ………………………………………………………... 36

    D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………… 36

    E. Instrumen Penelitian …………………………………………………….. 38

    1. Instrumen Penelitian RPP ……………………………………………….. 38

    2. Instrumen Penelitian Pembelajaran ……………………………………... 41

    3. Instrumen Penelitian Soal ……………………………………………….. 54

    4. Kredibilitas dan Transferabilitas ………………………………………… 57

    5. Teknik Analisis Data …………………………………………………..... 57

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………... 60

    A. Hasil Penelitian …………………………………………………………. 60

    1. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Perencanaan

    Pembelajaran ………………………………………………………........

    60

    a. Hasil Analisis Indikator Kognitif RPP …………………………………... 60

    2. Penerapan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pelaksanaan

    Pembelajaran ………………………………………………………......

    63

    a.Hasil Analisis Kuesioner Siswa …………………………………………. 63

    b.Hasil Analisis Kuesioner Guru ………………………………………….. 66

    c.Hasil Analisis Wawancara Guru …………………………………............. 70

    d.Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran …………………………… 72

    3. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Penilaian

    Pembelajaran …………………………………………………………..

    79

    B. Pembahasan …………………………………………………………....... 84

    1.Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran ………………………………………………

    84

    2.Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada

    Pelaksanaan Pembelajaran …………………………………………........

    87

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    3. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada Penilaian

    Pembelajaran …………………………………………….........................

    91

    BAB V PENUTUP ………………………………………………………... 96

    A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 96

    B. Keterbatasan Peneliti …………………………………………………... 96

    C. Saran …………………………………………………………………… 97

    DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 98

    LAMPIRAN ………………………………………………………………. 101

    RIWAYAT PWNWLITI ………………………………………………… 236

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1 Pedoman Analisis Desain RPP ……………………………… 39

    Tabel 3.2 Lembar Instrumen Perancangan RPP ……………………… 41

    Tabel 3.3 Lembar Instrumen Untuk Guru ……………………………… 45

    Tabel 3.4 Lembar Instrumen Untuk Siswa …………………………… 47

    Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Guru ………………………………… 50

    Tabel 4.1 Hasil Analisis Indikator RPP ………………………………… 62

    Tabel 4.2 Hasil Hitung Skala Likert Kuesioner Siswa ………………… 65

    Tabel 4.3 Hasil Akhir Kuesioner Siswa………………………………… 67

    Tabel 4.4 Hasil Hitung Skala Likert Kuesioner Guru ………………… 68

    Tabel 4.5 Hasil Akhir Kuesioner Guru ………………………………… 70

    Tabel 4.6 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ………………… 74

    Tabel 4.7 Hasil Hitung Keseluruhan Soal Evaluasi …………………… 83

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom …………………… 14

    Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom …………………… 19

    Gambar 2.3 Prinsip Pembelajaran Abad ke- 21 ………………………… 25

    Gambar 2.4 Penelitian Yang Relevan …………………………………… 32

    Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir ………………………………… 34

    Gambar 4.1 Hasil Analisis Indikator RPP oleh Peneliti ………………… 61

    Gambar 4.2 Hasil Analisis Indikator RPP oleh Rekan Peneliti ………… 61

    Gambar 4.3 Hasil Akhir Analisis Indikator RPP ……………………… 61

    Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Analisis Kuesioner Siswa ………… 66

    Gambar 4.5 Diagram Batang Hasil Analisis Kuesioner Guru ………… 69

    Gambar 4.6 Pelaksanaan Wawancara Dengan Guru …………………… 71

    Gambar 4.7 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1A ……… 80

    Gambar 4.8 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1B ……… 81

    Gambar 4.9 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2A ……… 82

    Gambar 4.10 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2B ……… 82

    Gambar 4.11 Diagram Pie Hasil Hitung Keseluruhan Soal Evaluasi …… 84

    Gambar 4.12 Contoh Soal LOTS Tema 1 A …………………………….... 82

    Gambar 4.13 Contoh Soal HOTS Tema 1 A ……………………………... 84

    Gambar 4.14 Contoh Soal LOTS Tema 1 B …………………………….... 92

    Gambar 4.14 Contoh Soal HOTS Tema 1 B ……………………………... 92

    Gambar 4.15 Contoh Soal LOTS Tema 2 A …………………………….... 93

    Gambar 4.16 Contoh Soal HOTS Tema 2 B ……………………………... 94

    Gambar 4.17 Contoh Soal LOTS Tema 2 B …………………………….... 95

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Surat Izin Penelian ……………………………………… 91

    Lampiran 2 Pernyataan Penelitian …………………………………….. 92

    Lampiran 3A Validasi Instrumen Kuesioner Siswa …………………… 93

    Lampiran 3B Validasi Instrumen Kuesioner Siswa …………………… 94

    Lampiran 4A Validasi Instrumen Kuesioner Guru ……………………… 95

    Lampiran 4B Validasi Instrumen Kuesioner Guru ……………………… 96

    Lampiran 5A Validasi Instrumen Pedoman Wawancara ……………… 97

    Lampiran 5B Validasi Instrumen Pedoman Wawancara ……………… 98

    Lampiran 6A Validasi Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ………… 99

    Lampiran 6B Validasi Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ………… 100

    Lampiran 7A Validasi Instrumen Analisis Indikator RPP ……………… 101

    Lampiran 7B Validasi Instrumen Analisis Indikator RPP ……………… 102

    Lampiran 8 Validasi Instrumen Analisis Soal Evaluasi ……………… 103

    Lampiran 9 Lembar Pedoman Analisis RPP ………………………….. 104

    Lampiran 10A Hasil Kuesioner Siswa ………………………………… 107

    Lampiran 10B Hasil Kuesioner Siswa ……………………………………. 108

    Lampiran 11A Hasil Kuesioner Siswa …………………………………… 109

    Lampiran 11B Hasil Kuesioner Siswa ……………………………………. 110

    Lampiran 12 Hasil Data Kuesioner Siswa ……………………………… 111

    Lampiran 13 Hasil Skala Likert Kuesioner Siswa …………………… 119

    Lampiran 14A Hasil Kuesioner Guru …………………………………… 120

    Lampiran 15 Hasil Data Kuesioner Guru ……………………………… 123

    Lampiran 16 Hasil Skala Likert Kuesioner Guru ……………………… 125

    Lampiran 17A Hasil Instrumen Wawancara Guru ……………………… 126

    Lampiran 17B Hasil Wawancara Guru ………………………………… 130

    Lampiran 18 Hasil Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 135

    Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………… 139

    Lampiran 20A Hasil Analisis Indikator RPP …………………………… 152

    Lampiran 20B Instrumen Langkah-Langkah Pembalajaran RPP ……… 153

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    Lampiran 21A Soal Evaluasi Tema 1 A ………………………………… 158

    Lampiran 21B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1 A ………………… 168

    Lampiran 21C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 1 A ………… 173

    Lampiran 22A Soal Evaluasi Tema 1 B ………………………………… 175

    Lampiran 22B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1 B ………………… 182

    Lampiran 22C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 1 B ………… 188

    Lampiran 23A Soal Evaluasi Tema 2 A ………………………………… 190

    Lampiran 23B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2 A ………………… 198

    Lampiran 23C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 2 A ………… 204

    Lampiran 24A Soal Evaluasi Tema 2 B ………………………………… 206

    Lampiran 24B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2 B ………………… 213

    Lampiran 24C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 2 B ………… 220

    Lampiran 25 Hasil Hitung Keseluruhan Analisis Soal Evaluasi ………… 222

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kunci untuk membentuk suatu kemajuan bangsa yaitu dengan

    mengutamakan pendidikan. Karena dengan mengembangkan pendidikan maka

    dapat tercipta generasi bangsa yang memiliki pola pikir dan kebiasaan yang

    lebih baik untuk menghadapi suatu persoalan dan tantangan. Untuk

    memperoleh suatu pendidikan yang berkualitas harus menentukan rencana

    serta tujuan yang yang pasti dan terarah agar dapat menciptakan generasi

    yang lebih berkualitas untuk mendorong kemajuan bangsa.

    Berdasarkan hasil survei pertama “Trends in International Math and

    Science” pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukan

    hanya lima persen peserta didik di Indonesia mampu mengerjakan soal

    penalaran berkategori tinggi (HOTS) padahal peserta didik di Korea dapat

    mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen peserta didik di Indonesia mampu

    mengerjakan soal hafalan yang berkategori rendah (LOTS), Sementara siswa

    di korea 10 persen. Kemudian data lain juga diungkapkan oleh Programme

    For International Students Assesment (PISA) dalam survei ke dua.

    Pengambilan data dilakukan pada tahun 2009 dan menyatakan bahwa

    Indonesia terdapat pada peringkat 10 paling bawah dari 65 negara peserta

    PISA. Hasil menyatakan peserta didik di Indonesia menguasai pelajaran hanya

    sampai level tiga sementara Negara lain dapat menguasai pelajaran hingga

    level empat, lima, bahkan level enam Saputra (2016: 86-87). Berdasarkan

    kedua hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi peserta didik di

    Indonesia masih kurang bahkan tertinggal jauh dari Negara lainnya.

    Oleh sebab itu pemerintah harus memperhatikan sistem pendidikan di

    Indonesia agar peserta didik di Indonesia siap menghadapi abad ke-21 ini.

    Keterampilan di abad ke-21 menuntut siswa untuk memiliki berbagai

    keterampilan. Keterampilan-keterampilan penting yang terdapat di abad ke-21

    mencakup empat pilar kehidupan yaitu ; learning to know, learning to do,

    learning to be, dan learning to live together. Empat keterampilan itu tentunya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar seperti keterampilan untuk berpikir

    kritis dan kreatif. Demi tercapainya keterampilan yang terdapat dalam abad

    ke-21 maka pemerintah harus memperbaiki program pendidikan agar dapat

    membentuk generasi yang berkualitas untuk mendorong kemajuan bangsa.

    Apa itu pendidikan? mengapa pendidikan sangat berperan penting untuk

    kemajuan Bangsa dan Negara?

    Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untu meningkatkan

    kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu

    rohani (piker, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (pancaindra

    serta keterampilan-keterampilan) Syam (dalam Danim,2011: 4). Pendidikan

    merupakan proses membawa perubahan yang diinginkan dalam perilaku

    manusia. Pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses perolehan

    pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi

    (Dahama & Bhatnager (1980:3-4). Pendidikan merupakan usaha yang

    dilakukan untuk mengembangkan kepribadian serta potensi yang ada dalam

    dirinya melalui pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran. Hal ini

    disebutkan juga oleh Prof. Rechey (Planning for teaching and introduction to

    education) istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari

    pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa

    warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan

    tanggung jawabnya di dalam masyarakat (Ahmadi Rulam, 2014: 34-35 dan

    37).

    Pendidikan berarti sebuah proses yang dilakukan untuk memperoleh ilmu

    pengetahuan dan meningkatkan potensi yang ada pada diri sendiri yang

    bertujuan untuk mengembangkan membawa kehidupan generasi masyarakat

    yang lebih baik lagi dan mampu mendorong kemajuan bangsa. Karena

    semakin baik pendidikan yang diperoleh maka pengetahuan yang dihasilkan

    akan lebih berkualitas sehingga dapat membentuk pola pikir masyarakat

    khususnya generasi baru menjadi lebih kritis dalam menyikapi setiap

    persoalan.

    Dalam proses pendidikan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan

    adalah kegiatan berpikir. Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak

    pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai

    pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan (Suriasumantri, 1978: 1).

    Dengan demikian kegiatan berpikir merupakan sarana untuk memperoleh

    pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi

    pendidikan.

    Kegiatan berpikir sendiri dibagi menjadi dua, yaitu berpikir tingkat tinggi

    atau Higer Order Thinking (HOT) dan berpikir tingkat rendah atau Lower

    Order Thinking (LOT). HOTS sendiri merupakan suatu proses berpikir anak

    didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai

    konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode

    Problem Solving Krulik dan Rudrinck (1998), Taksonomi Bloom (1956), dan

    Taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian dari Anderson dan

    Krathwohl (2001).

    Mulyadi (2010) mengemukakan, kemampuan berpikir tingkat tinggi

    Hinger Order Thinking Skills (HOTS) adalah cara berpikir yang diharapkan 1)

    mencipta, 2) mengefaluasi, dan 3) menganalisis (Desstya, 2015: 261).

    Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses bepikir yang tidak

    hanya sebatas menghafal materi saja melainkan dapat membuat siswa berpikir

    lebih kritis lagi untuk dapat mengatasi masalah dengan menggunakan cara

    atau pendapatnya sendiri. Hingher Order Thinking Skill (HOTS) adalah

    kemampuan berpikir yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analisis

    terhadap infotmasi dan data dalam memecahkan permasalahan (Barratt, 2014)

    Tujuan utama dari HOTS ini adalah bagaimana cara meningkatkan

    kemampuan berpikir anak pada level yang lebih tinggi, terutama yang

    berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima

    berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan

    pengetahuan yang dimilikinya serta membuat putusan dalam situasi-situasi

    yang kompleks. Sedangkan manfaat berpikir tingkat tinggi secara umum

    untuk memperoleh informasi baru dan disimpan dalam memori dan saling

    berkaitan atau menata ulang memperluas informasi tersebut untuk mencapai

    tujuan atau menemukan kemungkinan jawaban dalam kondisi yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    membingungkan. Oleh sebab itu kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat

    berpengaruh bagi siswa agar siswa dapat berlatih mengembangkan pola pikir

    siswa.

    Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang

    ditetapkan maka HOTS ini dikembangkan melalui metode Taksonomi kognitif

    Bloom dan revisi Taksonomi Bloom oleh Anderson dan Krathwohl.

    Taksonomi bloom sendiri merupakan pengelompkan atau klasifikasi benda

    berdasarkan cirri-ciri tertentu. Taksonomi sendiri digolongkan dalam tiga

    domain yang menunjang keutuhan pemahaman dan kedirian anak didik, yakni

    : (1) domain kognitif (cognitive domain) ; (2) domain afektif (affective

    domain) ; (3) domain psikomotorik. Domain tersebut harus menjadi sasaran

    dalam menjalankan praktik pembelajaran agar anak dapat mengeluarkan

    potensinya secara maksimal. Taksonomi bloom juga terdiri dari berbagai

    tingkatan atau level mulai dari jenjang rendah hingga jenjang yang tinggi.

    Level tersebut yakmi ; (C-1) Pengetahuan (Knowledge) ; (C-2) Pemahaman

    (Comprehension) ; (C-3) Penerapan (Application) ; (C-4) Analisis (Analysis) ;

    (C-5) Sintesis (Synthesis) ; (C-6) Evaluasi (Evaluation).

    Selain memperhatikan pola pikir siswa, untuk mencapai tahap kemampuan

    berpikir tingkat tinggi guru juga harus mengetahui sifat dan karakter siswa.

    Hal tersebut bertujuan agar guru dapat memberikan pembelajaran dan binaan

    yang tepat untuk siswa. Apa lagi untuk perkembangan siswa Sekolah Dasar

    Untuk menciptakan pemebelajaran efektif seperti yang termuat dalam

    taksonomi bloom maka guru harus melakukan perencanaan yang tersususn

    dengan baik. Cara yang harus dilakukan yaitu dengan menyusun Rancangan

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melakukan proses kegiatan belajar

    mengajar. Tujuannya adalah agar kata kerja yang termuat dalam taksonomi

    bloom dapat tercapai dengan baik.

    Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan

    dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif

    guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga kegiatan tersebut

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, pembelajaran adalah

    kegiatan mengajar yang bukan sekedar menyampaikan materi pembelajaran,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    melainkan juga sebagai proses belajar-mengajar siswa dijadikan sebagai pusat

    dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk watak, peradaban, dan

    meningkatkan mutu kehidupan siswa. Dengan kata lain, dari kedua makna

    kata, baik makna kata perencanaan maupun makna kata pembelajaran, maka

    dapat kita pahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu cara yang

    memuaskan disertai dengan langkah-langkah antisipatif untuk untuk membuat

    pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat membentuk watak,

    peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan siswa Uno (dalam Prastowo,

    2015). Penyususnan RPP dilakukan dengan tujuan agar dapat membentuk pola

    pikir siswa sesuai dengen tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu pembuatan RPP

    harus disusun secara perinci agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

    Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai

    perbaikan pembelajaran. Menurut Callahn & Clark (dalam Prastowo: 2015)

    bahwa perencanaan pembelajaran memiliki kedudukan yang esensial dalam

    pembelajaran yang efektif, karena akan membuat disiplin kerja yang baik,

    suasana yang lebih menarik, dan pembelajaran yang diorganisasikan secara

    baik, relevan, dan akurat. Oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan

    untuk menyusun RPP dengan baik, bukan hanya sekedar pada tahap

    menghafal saja melainkan dapat membentuk siswa menjadi lebih kreatif dan

    berpikir kritis. Selain itu guru juga harus membuat siswa memahami materi

    yang diberikan bukan hanya menerima saja. Langkah-langkah yang terdapat di

    dalam RPP harus di deskripsikan secara jelas sehingga tujuan yang ada dalam

    setiap pembelajaran dapat tercapai dan dapat membentuk siswa menjadi lebih

    kritis.

    Pada dasarnya kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa penting

    dibentuk sejak dini mengingat sumber daya manusia yang semakin meningkat.

    Sehingga lembaga pendidikan harus semakin giat dalam pembelajaran yang

    lebih berkualitas. Tidak hanya menerapkan kemampuan menghafal pada siswa

    karena dengan menghafal saja belum tentu siswa mengerti tentang materi

    pembelajaran yang disampaikan. Selain itu siswa juga tidak terbiasa untuk

    dapat berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut dapat berakibat fatal bagi

    perkembangan siswa karena siswa tidak memiliki pemikiran yang kritis dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    keinginan untuk menjadi lebih maju. Maka dari itu, pemerintah harus lebih

    memperhatikan peningkatan mutu pendidikan agar dapat membentuk generasi

    bangsa yang lebih baik dan mampu bersaing dalam era persaingan global.

    Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai

    keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia pendidikan agar tidak

    selalu menggunakan kemampuan menghafal saja dalam kegiatan

    pembelajaran. Seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan

    kemampuan kognitif lainnya agar dapat membentuk siswa menjadi lebih aktif

    dan kreatif. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas maka

    peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS

    KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA

    PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III (STUDI KASUS PADA

    SALAH SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA).

    Peneliti menyamarkan nama sekolah tempat penelitian dengan tujuan agar

    pihak sekolah tidak merasa dirugikan dengan penelitian ini.

    B. Rumusan Masalah

    Berikut ini merupakan beberapa rumusan masalah dari peneliti :

    1. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

    desain Rencana Perlaksanaan Pembelajaran di salah satu Sekolah Dasar

    swasta di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?

    2. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

    kegiatan pembelajaran di salah satu Sekolah Dasar swasta di Kecamatan

    Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?

    3. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

    penilaian kelas (assessment) di salah satu Sekolah Dasar swasta di

    Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    C. Tujuan Penelitian

    Peneliti merumuskan tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mendeskripsikan sejauh mana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) di salah satu sekolah dasar di Kecamatan, Ngaglik, Sleman,

    Yogyakarta memuat indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi.

    2. Untuk mendeskripsikan sejauh mana kegiatan pembelajaran di salah

    satu sekolah dasar di Kecamatan, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta mengarah

    pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.

    3. Untuk mendeskripsikan soal evaluasi di salah satu sekolah dasar di

    Kecamatan, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta telah menunjukkan indikator

    pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.

    D. Manfaat Penelitian

    Berikut ini merupakan manfaat dari penelitian :

    1. Bagi Guru

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi guru.

    Khususnya dalam merancang RPP dan saat proses pembelajaran sehingga

    guru tidak hanya menerapkan keterampilan menghafal namun guru dapat

    membentuk kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.

    2. Bagi Universitas

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan bagi mahasiswa khususnya

    bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma untuk menjadi refrensi pada

    penelitian berikutnya.

    3. Bagi Peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat membantu penulis untuk mendapatkan

    informasi lebih banyak lagi mengenai kegiatan berpikir tingkat tinggi

    pada siswa Sekolah Dasar.

    E. Asumsi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa asumsi yaitu :

    1. Keterampilan abad ke-21

    Proses berpikir kreatif yang dapat menciptakan pembelajaran yang lebih

    kondusif guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang terdapat

    dalam 4C (Communication, Collaborative, Crittical Thinking & Problem

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Solving, Creativity) yang dapat digunakan untuk menganalisis proses

    pelaksanaan pembelajaran.

    2. High Order Thinking Skills

    Adalah kegiatan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yang bertujuan

    untuk membuat siswa dapat mencipta dan mencapai metode, pendekatan

    dan pembelajaran yang yang sudah dipelajari yang mengacu pada

    taksonomi bloom dan kata kerja operasional

    3. Low Order Tinking Skill

    Adalah kegiatan berpikir yang hanya meliputi mengetahui sesuatu dan

    mengingat suatu konsep dasar.

    4. Kurikulum 2013

    Adalah konsep belajar mengajar yang dilakukan untuk memperoleh

    pengalaman belajar pada siswa. Proses pengajaran tersebut berpedoman

    pada 4 aspek yaitu kognitif, efektif, sosial dan spiritual

    5. Studi Kasus

    Adalah proses untuk mencari pengetauan tentang pentingnya kemampuan

    berpikir tingkat tinggi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu

    F. Definisi Operasional

    Berikut ini merupakan beberapa definisi operasional dalam

    penelitian:

    1.Keterampilan abad ke-21

    Adalah proses berpikir kreatif yang dapat menciptakan pembelajaran yang

    lebih kondusif guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang

    terdapat dalam 4C (Communication, Collaborative, Crittical Thinking &

    Problem Solving, Creativity) yang dapat digunakan untuk menganalisis

    proses pelaksanaan pembelajaran.

    2.High Order Thinking Skills

    Adalah kegiatan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yang bertujuan

    untuk membuat siswa dapat mencipta dan mencapai metode, pendekatan

    dan pembelajaran yang yang sudah dipelajari yang mengacu pada

    taksonomi bloom dan kata kerja operasional.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    3.Low Order Tinking Skill

    Adalah kegiatan berpikir yang hanya meliputi mengetahui sesuatu dan

    mengingat suatu konsep dasar.

    4.Kurikulum 2013

    Adalah konsep belajar mengajar yang dilakukan untuk memperoleh

    pengalaman belajar pada siswa. Proses pengajaran tersebut berpedoman

    pada 4 aspek yaitu kognitif, efektif, sosial dan spiritual.

    5.Studi Kasus

    Adalah proses untuk mencari pengetauan tentang pentingnya kemampuan

    berpikir tingkat tinggi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini terdapat uraian yang berisi landasan teori, penelitian yang

    relevan dan kerangka berpikir

    A. Kajian Pustaka

    Di dalam bagian ini, peneliti menulis mengenai teori yang mendukung yang

    terkait dalam penelitian, kemudian peneliti akan menyimpulkan dari setiap

    teori yang sudah dituliskan. Teori tersebut berupa (1) Berpikir Tingkat Tinggi

    (2) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill), (3)

    Berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill), dan Kurikulum 2013..

    1. Teori-teori yang Mendukung

    a. Keterampilan abad ke-21

    1. Pengertian Keterampilan abad ke-21

    Dengan berkembangnya kemajuan teknologi pada era globalisasi

    seseorang harus menguasai berbagai keterampilan. Sehingga pendidikan

    diharapkan untuk membentuk siswa untuk memiliki kemampuan berpikir

    tingkat tinggi. Berdasarkan dimensi pendidikan pada abad ke-21 output student

    profil yang diharapkan yaitu kemampuan 4C (Critical thinking and problem

    solving, collaborative, creativity, dan communication). Kemampuan berpikir

    kritis sebagai cara berpikir rasional dan reflektif dalam membuat keputusan

    tentang hal yang harus dipercayai atau dilakukan. Rasional berarti mempunyai

    keyakinan dan pandangan yang disertai oleh bukti yang standar, aktual, cukup

    dan relevan; refelktif berarti harus mempertimbangkan secara aktif, hati-hati

    dan tekun segala alternatif solusi pemecahan masalah sebelum mengambil

    keputusan Dewey ( dalam Susilowati, 2017;224).

    Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mencangkup 4C (Critical

    thinking and problem solving, collaborative, creativity, dan communication)

    merupakan fundamental pada pembelajaran abad ke-21. Kemampuan berpikir

    kritis (Critical Thinking and Problem Solving) mencakup kemampuan

    mengakses, menganalisis, mensistematis informasi yang dapat dibelajarkan,

    dilatihkan dan dikuasai mensitesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatikan

    dan dikuasai Redecker (dalam Zubaidah 2016) . Keterampilan berpikir kritis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    juga menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan komunikasi

    dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan

    dan mengevaluasi bukti. Sedangkan kemampuan menyelesaikan masalah

    mencangkup keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan mencari,

    memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai

    alternatif dan menafsirkan informasi. Kolaborasi (Collaborative) kemampuan

    berkolaborasi dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di sekolah,

    antar sekolah dan di luar sekolah (P21, 2007a). Komunikasi (Communication)

    Kemampuan komunikasi mencangkup keterampilan menyampaikan pemikiran

    dengan jelas dan persuasive secara oral maupun tertulis, kemampuan

    menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah

    dengan jelas dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara.

    Kreativitas (Creativity) adalah kemampuan untuk mengembangkan,

    melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada orang lain.

    Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa memiliki

    kesempatan untuk berpikir devergen. Siswa harus dipicu untuk berpikir diluar

    kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir baru, memperoleh kesempatan

    untuk menyampaikan ide-ide dan solusi baru, mengajukan pertanyaan yang

    tidak lazim, dan mencoba mengajukan jawaban ( dalam Zubaidah, 2016;3-4).

    Berdasarkan cara pandang dari 4C dapat dilihat bahwa seluruh konsep

    yang terdapat di dalamnya sangat penting bagi perkembangan cara berpikir

    siswa mulai dari taap berpikir tingkat rendah hingga mencapai tahap berpikir

    tingkat tinggi. Karena pada dasarnya keterampilan berpikir tingkat tinggi akan

    semakin diperlukan guna untuk membentuk generasi yang lebih kreatif dan

    dapat berpikir kritis mengenai keadaan di lingkungan sekitar. Setiap siswa

    harus mampu menganalisis semua informasi yang di dapatkan sehingga

    informasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan ketika disampaikan kepada

    orang lain.

    Berpikir tingkat tinggi adalah (1) berpikir tingkat tinggi berada pada

    bagian atas taksonomi kognitif bloom, (2) tujuan pengajaran dibalik tksonomi

    kognitif yang dapat membekali peserta didik untuk melakukan transfer

    pengetahuan, (3) mampu berpikir artinya peserta didik mampu menerapkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    pengetahuan dan keterampilan yang mereka kembangkan selama belajar pada

    konteks yang baru. Dalam hal ini yang dimaksud ”baru” adalah aplikasi konsep

    yang belum terpikirkan sebelumnya oleh peserta didik, namun konsep tersebut

    sudah diajarkan, ini berarti belum tentu suatu yang universal baru. Berpikir

    tingkat tinggi berarti kemampuan peserta didik untuk mengubungkan

    pembelajaran dengan hal-hal lain yang belum pernah diajarkan. Brookart

    (2010, p.5).

    Menurut Gunawan (dalam Novirin, 2014) mengatakan bahwa berpikir

    tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengharuskan peserta didik untuk

    memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka

    pengertian dalam implikasi baru. Sedangkan menurut Heong dkk (dalam

    Novianti, 2014:4) Kemampuan berpikir tingkat tinggi di definisikan sebagai

    pengggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru.

    Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk

    menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi

    informasi untuk menjangkau kemaungkinan jawaban dalam situasi yang baru

    (Wiwin, 2018;45).

    Berdasarkan pernyataan beberapa ahli yang telah disebutkan di atas maka

    dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan

    keterampilan yang bukan hanya sebatas mengafal namun siswa harus memiliki

    kemampuan kognitif lainnya seperti menyimpulkan dan memanipulasi

    informasi yang didapatkan untuk disapaikan kepada orang lain namun dapat

    dipertanggung jawabkan. Selain itu berpikir tingkat tinggi juga merupakan

    keterampilan yang sangat dibutukan untuk membantu siswa berpikir kritis dan

    kreatif.

    b. High Order Thinking Skill

    1. Pengertian High Order Thinking Skill

    High Order Tinking Skill merupakan suatu proses berpikir anak didik

    dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai

    konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode

    Problem Solving Krulik dan Rudnick (1998), taksonomi Bloom (1956), dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian dari Anderson dan

    Kratwohl (2001) (Saputra, 2016:91)

    Characteristics of higher-order tinking skills: higher-order thinking skills

    encompass both chritical thinking and creative thinking. Artinya, karakteristik

    keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir

    kreatif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan manusia yang

    sangat mendasar karena keduannya dapat mendorong seseorang untuk

    senentiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta

    mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal baru

    yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya Coklin (dalam Budiman,

    2014;141).

    HOTS (High Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi

    adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi

    informasi yang ada dengan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan

    mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa

    menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensitesis, melakukan hipotesis

    dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan.

    Selanjutnya Rosnawati (2013:3) menjelaskan kemampuan berpikir tingkat

    tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang baru diterima

    dengan informasi yang sudah tersimpan dalam ingatannya kemudian

    menghubung-hubungkannya dan atau menata ulang serta mengembangkan

    informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu penyelesaian

    dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan (Lailly, 2015;28).

    Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang disebutkan di atas

    disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan

    yang dimiliki siswa bukan hanya sebatas kemampuan menghafal melainkan

    mencapai pada kemampuan kognitif yang dapat mendorong siswa untuk

    berpikir kritis dan kreatif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    2. Indikator Pengukur Higher Order Thinking Skills Menurut Revisi

    Taksonomi Bloom

    Menurut Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy : an

    overview – Theory Into Practice menyatakan bahwa indikator untuk

    mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi

    Gambar 2.1 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom

    (1) Menganalisis (Analyze)

    Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan

    memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan

    dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan

    tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganasilis

    merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan

    pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut

    siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan

    terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali

    cenderung lebih penting dari pada dimensi proses kognitif yang lain

    seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian

    besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan

    pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

    Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut

    (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut

    akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi

    permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi

    asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan.

    Mengorganisasikan menunjukan identifikasi unsur-unsur hasil

    komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur

    ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan

    memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan

    koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama

    yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang

    paling penting dan relevan dengan permasalahan kemudian melanjutkan

    dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah

    diberikan.

    (2) Mengevaluasi (Evaluate)

    Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian

    berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

    digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, konsistensi. Kriteria

    atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini

    dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri

    oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian

    merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses

    kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang

    dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada

    standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria

    yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan

    dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang

    digunakan maka yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.

    Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi

    (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang

    tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika

    dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan

    mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan

    sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan

    standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.

    Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari

    suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

    (3) Mencipta (Create)

    Mencipta mengarah pada proses kognitif meletakan unsur-unsur

    secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan

    mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan

    mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang

    berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan

    pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun

    menciptakan mengarahkan pada proses berpikir kreatif namun tidak

    secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.

    Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan

    menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan

    menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada

    dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa

    bekerja dengan informasi yang sudah dikenali sebelumnya, sedangkan

    pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan suatu yang baru.

    Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan

    memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan

    merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis

    yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir

    divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi

    mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang

    diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan

    yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,

    pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakologis

    (Gunawan&Palupi, 2015;105-108).

    3. Konseptual HOTS (Higher Order Thinking Skill)

    Menurut Saputra ( Dinni, 2018) Tujuan utama dari HOTS adalah

    bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada level yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    lebih tinggi, terutama yang berkaitan kemampuan untuk berpikir secara

    kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam

    memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki

    serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks. Konsep

    HOTS ini dikembangkan dari metode problem solving Krulik dan

    Rudnick, taksonomi kognitif Bloom, dan revisi taksonomi Bloom oleh

    Anderson dan Krathwohl.

    Apa yang dimaksud dengan Problem Solving sendiri adalah sebuah

    proses di mana seseorang menggunakan berbagai informasi dan

    pengetahuan yang dimilikinya untuk kemudian diolah dalam satu situasi

    yang belum dialami sebelumnya atau untuk menyelesaikan persoalan yang

    baru dan berbeda.

    Mengutip Krulik dan Rudnick (1998:3):

    Promblem solving is process. It is the means by which an individual

    uses previously acquired knowledge, skills, understanding to satisfy the

    demands of an unfamiliar situation. The process begins with the inital

    confrontation and concludes when an answer has been obtained and

    consideres with regard to the initial conditions. Thr student must

    synthesize what he or she has learned, and apply it to the new and

    different situation.

    Pola pemecahan masalah (Problem solving) tersebut dijabarkan oleh

    Krulik dan Rudnick (1998:19-27) dalam langkah-langkah berikut yang

    bisa diajarkan pada anak didik dalam pembelajaran, yaitu:

    a. Read (baca); membaca persoalan ini membuat tindakan-tindakan seperti

    memperjelas situasi dan membayangkan tindakan yang akan dilakukan,

    menjelaskan masalah dengan kalimat sendiri, memahami apa yang

    ditanyakan dan menjadi persoalan, memahami kunci persoalan dan

    informasi yang berkaitan dengannya.

    b. Explore (kembangkan); yakni tindakan menata informasi dan

    menganalisis serta membuat sintesa atau informasi yang terkandung

    dalam masalah yang sudah dibaca.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    c. Select a strategy (memilih strategi); yakni mengenali pola, membuat

    perkiraan berdasarkan informasi dan melakukan uji coba penyelesaian,

    mereduksi masalah dan berlatih memecahkannya, merumuskan logika

    secara deduktif, serta membagi dan menguasai masalah berdasarkan

    strategi yang sudah dipilih dan diuji pada masalah yang lebih sempit.

    d. Solve (pemecahan); yakni menyelesaikan masalah berdasarkan analisis

    data informasi yang sudah dilakukan dan strategi yang sudah ditetapkan.

    Langkah ini juga bisa memuat penggunaan matematika atau perhitungan

    seperti keterampilan komputasional, geometri, serta logika dasar.

    e. Look back and extend (memeriksa kembali dan meluaskan); perlu

    diingat bahwa suatu jawaban bukanlah sebuah solusi (the answer is not

    the solution. Soluasi adalah sebuah proses di mana suatu jawaban

    didapatkan. Kerena itu, jawaban tersebut harus diperiksa kembali untuk

    kemudian dikembangkan pada kasus yang serupa dalam skala yang lebih

    besar atau konteks yang berbeda. Langkah-langkah pemecahan masalah

    di atas merupakan gambaran bagaimana guru mengajarkan pada anak

    didik untuk berpikir secara kritis dan kreatif (critical and creative

    thinking)sebagai lanjutan atas pemahaman terhadap materi pelajaran

    (informasi dan pengetahuan) baik ysng bersifat recall (pengulangan)

    atau basic (mendasar atau kemampuan memahami dan mengaplikasikan

    pengetahuan).

    c. Low Order Thinking Skill

    1. Pengertian Low Order Thinking Skill

    Kemampuan berpikir tingkat renda (LOTS) didefinisikan sebagai

    kemampuan dalam mnegetahui dan mengingat sesuatu konsep dasar Zoller

    (dalam Sutrisno dkk, 2018). LOTS (Low Order Tinking Skill) adalah

    keterampilan berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk mengingat,

    memaami, dan mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum Thomas & Thome

    (dalam Gunawan, 2008).

    Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl, 2010) mengungkapkan bahwa

    kemampuan berpikir rendah umumnya hanya difokuskan pada kemampuan

    mengingat informasi, mengumpulkan informasi, menjelaskan ulang informasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    dengan kata-kata sendiri (Susanti, 2014). Berdasarkan pengertian beberapa ahli

    yang sudah disebutkan di atas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan

    berpikir tingkat rendah merupakan kemampuan berpikir yang hanya melibatkan

    kemampuan mengingat, mengumpulkan,dan mengulang informasi yang sudah

    didapatkan.

    2. Indikator Low Order Thinking Skill

    Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom

    Berdasarkan revisi taksonomi Bloom yang termasuk dalam kategori

    kemampuan berpikir tingkat rendah atau Low Order Tinking Skill adalah pada

    tingkatan mengingat (Remembering), memahami (Understanding), dan

    menerapkan (applying). Berikut ini merupakan uraian mengenai kategori Low

    Order Thinking Skill:

    (1) Mengingat (Remember)

    Mengingat merupakan usaha untuk mendapatkan kembali

    pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang

    baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat

    merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran

    yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masala (problem

    solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    permasalahan yauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali

    (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Menggali berkaitan

    dengan mengetetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan

    hal-hal yang konret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia,

    sedangkan memangil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang

    membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

    (2) Memahami (Understand)

    Memahami atau mengerti berkaitan dengan membangun sebuah

    pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

    Memahami atau mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan

    (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan

    akan muncul ketika seorang siswa berusaha menggali pengetahuan yang

    merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertuntu.

    Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang

    spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.

    Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan

    dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.

    Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu

    persatu ciri-ciri dari obyek yang dibandingkan.

    (3) Menerapkan (Apply)

    Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

    mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

    menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi

    pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi

    kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan

    (implementing).

    Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam

    menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa

    sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan

    pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak

    mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari

    prosedur baku yang sudah ditetapkan.

    Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan

    menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih

    asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu

    mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru

    menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

    Mengimplementasikan berkatan erat dengan dimensi proses kognitif

    yang lain yaitu mngerti dan menciptakan.

    Menerapkan merupakan proses kontinu, dimulai dari siswa

    menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar

    yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa

    benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah,

    kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru

    yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan

    baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tetap untuk

    menyelasaikan permasalahan (Gunawan&Palupi, 2015;105-108).

    d. Kurikulum 2013

    1. Pengertian Kurikulum 2013

    Menurut pandangan Sani (dalam Prastowo, 2015) Kurikulum 2013 ini

    merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan

    yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Hal

    tersebut juga diungkapkan oleh Abdul Madjid (dalam Prastowo, 2015)

    Pengembangan Kurikulum 2013 adalah bagian dari strategi meningkatkan

    capaian pendidikan. Kurikulum menurut undang-undang Nomor 20 Tahun

    2003 pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

    tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

    penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

    tertentu (Morelent & Syofiani, 2015). Berdasarkan beberapa pendapat ahli

    yang sudah di sebutkan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa kurikulum

    2013 adalah pengembangan kurikulum yang dilakukan untuk mengupayakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    peningkatan mutu dalam pendidikan guna untuk membentuk lulusan yang

    kreatif dan mampu mengadapi perkembangan dimasa yang akan datang.

    2. Kerangka Dasar Kurikulum 2013

    Kerangka dasar kurikulum berisi landasan filosofis, psikopedagogis dan

    yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kerangka dasar kurikulum

    digunakan sebagai acuan dalam pengembangan struktur kurikulum pada tingkat

    nasional sebagai acuan dalam pengembangan struktur kurikulum pada tingkat

    nasional sebagai acuan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah, dan

    sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

    1. Landasan Filosofis

    a. Filosofis pendidikan berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan

    peserta didik, dan masyarakat.

    b. Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.

    2. Landasan Psikopedagogis

    a. Relevansi

    b. Kurikulum berbasis kompetensi

    c. Proses pembelajaran yang berisi aktivitas belajar, output, dan outcomes.

    d. Penilaian yang autentik (input, proses, dan output) dan sesuai dengan 3

    ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)

    3. Landasan Yuridis

    a. Undang-undang Disdiknas, PP32, dan Permendikbud.

    b. RPJMN 2010-2014 Sektor pendidikan tentang perubahan metodelogi

    pembelajaran dan penataan kurikulum.

    c. Inpres No 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas

    Pembangunan Nasional: penyempurnaan kurikulum dan metode

    pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk

    daya saing karakter bangsa.

    e. Komponen dalam kurikulum 2013

    a. Standar isi (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

    1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Salah satu komponen penting yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Uno (dalam Prastowo, 2015)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    mengungkapkan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan

    untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai

    langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga

    kegiatan tersebut mencapai tujuan hyang telah ditetapkan. Sementara itu,

    pembelajaran adalah kegiatan mengajar yang bukan sekedar menyampaikan

    materi pembelajaran, melainkan juga sebagai proses mengatur lingkungan

    supaya siswa belajar. Dengan kata lain, dalam proses belajar mengajar siswa

    dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk

    watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa. Dengan kata

    lain, dari kedua makna kata perencanaan maupun makna kata pembelajaran,

    maka dapat kita pahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu cara

    yang memuaskan disertai dengan langkah-langkah antisipatif untuk membuat

    pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat membentuk watak,

    peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa.

    Sementara menurut Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang

    perubahan atas peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan pasal 20 dijelaskan, bahwa ”Perencanaan pembelajaran

    adalah penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap muatan

    pembelajaran” (Prastowo,2015)

    2. Komponen RPP

    Menurut Permendikbud RI No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dan

    Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013 komponen yang terdapat dalam RPP

    yakni sebagai berikut:

    a. Identitas RPP

    Identitas RPP ini menyajikan tentang data informasi nama sekolah,

    Tema/Subtema, Kelas/Semester, materi pokok, dan alokasi waktu.

    b. Kompetensi inti

    Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai

    kompetensi dalam aspek sikap, pengetauan, dan keterampilan yang harus

    dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    c. Kompetensi Dasar dan Indikator

    Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.

    Sedangkan indikator, merupakan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat

    dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.

    d. Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat

    operasional yang ditargetkan /dicapai dalam RPP.

    e. Materi Pembelajaran

    Merupakan materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran .

    f. Metode Pembelajaran

    Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan

    strategi pembelajaran

    g. Alat dan Sumber Pembelajaran

    Media pembelajaran berupa alat yang digunakan untuk menyampaikan

    materi pembelajaran.

    h. Langkah-langkah pembelajaran

    Langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan

    kegiatan penutup. Masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan.

    i. Alokasi Waktu

    Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian

    suatu kompetensi dasar pembelajaran.

    j. Penilaian

    Penilaian pencapaian KD dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian

    dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes.

    k. Pengesahan

    Pada bagian pengesahan menyajikan tanda tangan dari pihak yang

    bertanggung jawab terhadap penyusunan RPP.

    b. Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

    1. Pradikma proses dalam pembelajaran abad ke-21

    Dengan berjalannya waktu perkembangan jaman semakin luas dan sumber

    daya manusia yang berkualitas akan semakin diperlukan. Untuk membentuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    generasi yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi pemerintah harus

    sealalu memperbaiki sistem pendidikan. Seperti pada kehidupan di abad ke-21

    yang menuntut siswa untuk memiliki berbagai macam keterampilan. Oleh

    sebab itu pendidik harus mampu menyiapkan siswa agar mengusai berbagai

    keterampilan tersebut dan mampu bersaing di era globalisasi ini.

    Nichols (dalam Zubaidah, 2016) menyederhanakan prinsip pembelajaran

    dalam abad ke-21 menjadi empat hal berikut ini

    1. Intruction Should be student-centered

    Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat kepada

    siswa. Siswa sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan

    minat dan potensinya. Siswa tidak dituntut untuk menghafal materi

    pembelajaran yang diberikan guru, tetapi mengkontruksi pengetahuan dan

    keterampilannya.

    2. Education should be collaborative

    Siswa harus diajarkan untuk berkolaborasi dengan orang lain, yang

    berbeda latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu didorong

    untuk bisa berkolaborasi dengan teman di kelasnya dalam menggali informasi

    dan membangun makna, menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta

    bagaimana mengambil peran menyesuaikan diri di tempat mereka.

    3. Learning should have context

    Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa

    karena pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak diberi dampak

    terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.

    4. Schools should be integrated with society

    Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam

    lingkungan sosialnya, dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga yang

    bertanggung jawab.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Gambar 2.3 Empat prinsip pembelajaran abad ke-21

    2. Standar Proses Pembelajaran

    Standar proses merupakan salah satu dari 8 bagian Standar Nasional

    Pendidikan yang menjadi salah satu bagian terpenting dalam proses kegiatan

    belajar mengajar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

    tantang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus

    dikembangkan yaitu standar proses. Standar proses adalah Standar Nasional

    Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan

    pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan.

    Standar proses sendiri berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada

    satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia. Standar proses berlaku pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah untuk jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem

    kredit semester.

    Beberapa aspek yang menjadi bagian dari standar proses yaitu

    perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian

    hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran guna untuk

    menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Berikut ini

    merupakan penjelasan dari isi standar proses :

    a. Perencanaan Proses Pembelajaran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Perancanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang dapat

    digunakan untuk mendorong guru agar lebih siap dalam melakukan kegiatan

    pembelajaran dengan perencanaan yang matang.

    b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

    Pelaksanaan proses pembelajaran adalah implementasi dari RPP.

    Pelaksanaan proses pembelajaran sendiri terdiri dari kegiatan pendahuluan,

    kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

    c. Penilaian Hasil Pembelajaran

    Peniliaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap hasil

    pembelajaran guna untuk mengukur tingkat pencapaian pada peserta didik dan

    digunakan untuk bahan penyusunan laporan hasil belajar serta memperbaiki

    proses kegiatan pembelajaran. Penilaian yang dilakukan harus konsisten,

    sistematik, dan terprogram baik menggunakan tes maupun non tes. Penilaian

    yang digunakan harus berdasarkan pada standar penilaian pendidikan dan

    panduan penilaian kelompok mata pelajaran.

    d. Pengawasan Prosen Pembelajaran

    Terdapat beberapa langkah dalam pengawasan proses pembelajaran yaitu:

    1) Pemantuan

    Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,

    pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan dengan

    cara diskusi kelompok terfokus,pengamatan, pencatatan, perekaman,

    wawancara dan dokumentasi.

    2) Supervisi

    Supervisi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan pada tahap

    perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Supervisi

    pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi,

    pelatihan, dan konsultsi. Kegiatan ini dilakukan oleh kepala dan pengawas

    satuan pendidikan.

    3) Evaluasi

    Evaluasi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan untuk

    menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap

    perencanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara membandingkan proses

    pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses kemudian

    diidentifikasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensei guru.

    Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru

    dalam proses pembelajaran.

    4) Pelaporan

    Pelaporan merupakan hasil kegiatan pemantauan, supervise, dan evaluasi

    proses pemeblejaran dilaporkan pada pemangku kepentingan.

    5) Tindak Lanjut

    Proses tindak lanjut merupakan penguatan dan penghargaan diberikan

    kepada guru yang telah memenuhi standar. Serta teguran yang mendidik

    diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar kemudian guru akan

    diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut.

    c. Standar Penilaian ( Pelaksanaan Penilaian Kelas )

    1. Pengertian Penilaian

    Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

    mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Wijaya, 2019).

    Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

    menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta

    didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga

    menjadi informasi bermakna dalam pengambilan keputusan (Wijayani, 2006).

    Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian

    merupakan kegiatan untuk mengukur hasil belajar peserta didik yang

    dilakukan melalui proses pembelajaran.

    2. Pendekatan Penilaian

    Berdasarkan panduan penilaian yang diterbitkan oleh Kementrian

    Pendidikan dan Kebudayaan, penilaian dalam kurikulum 2013 bukan sebatas

    mengukur hasil belajar peserta didik. Penilaian seharusnya mampu

    meningkatkan kopetensi peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh krena

    itu, penilaian dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :

    1. Penilaian atas pembelajaran (assessment of learning) adalah penilaian yang

    dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian ini digunakan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    mengukur capaian peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Yang

    termasuk dalam assessment of learning yaitu Penilaian Tengah Semester

    (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT), Ujian

    Sekolah Berstandar Naional (UNBK), serta Ujian Nasional (UN).

    2. Penilauan untuk pembelajaran (assessment for learning) dilakukan selama

    proses pembelajaran berlangsung. Assessment of learning dijadikan sebagai

    dasar untuk melakukan perbaikan pembelajaran.

    3. Penilaian sebagai pembelajaran (Assesment as learning) merupakan penilaian

    yang juga dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini

    melibatkan peserta didik aktif dalam kegiatan penilaian. Adapun yang

    termasuk dalam assessment as learning yaitu penilaian diri dan penilaian antar

    teman. Pada penilaian ini, peserta didik diberi kesempatan untuk menilai

    dirinya sendiri sekaligus menilai temannya secara jujur.

    3. Prinsip Penilaian

    Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23

    Tahun 2016 adapun prinsip-prinsip dalam penilaian sebagai berikut :

    1. Sahih (Valid)

    Penilaian hasil belajar didasarkan pada data yang mencerminkan

    kompetensi yang dapat diukur.

    2. Objektif

    Penilaian hasil belajar didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas

    serta tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilaian.

    3. Adil

    Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik

    dengan kebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku budaya,

    adat istiadat, status sosial ekonimi, dan gender.

    4. Terpadu

    Penilaian hasil belajar merupakan salah satu komponen yang tak

    terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

    5. Terbuka

    Prosedur, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat

    diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    6. Menyeluruh dan Berkeseimbangan

    Penilaian hasil belajar mencakup semua aspek kompetensi dengan

    menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk mamantau dan

    menilai perkembangan kemampuan peserta didik.

    7. Sistematis

    Penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana dan bertahap dengan

    mengikuti langkah-langkah buku.

    8. Memiliki Acuan Kriteria

    Penilaian hasil belajar didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi

    yang ditetapkan.

    9. Akuntabel

    Penilaian hasil belajar dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

    mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya. (Wijayani, 2006)

    B. Hasil Penelitian yang Relevan

    Berikut ini merupakan penelitian yang releven terkait dengan

    penelitian ini:

    1. Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

    Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Pada Siswa Kelas

    V SD (Rofiyah ,2015)

    Dalam penelitian ini penulis menuliskan permasalahan yang terjadi

    di sekolah yaitu Munculnya sikap kebencian terhadap pelajaran

    matematika di Sekolah Dasar, karena matematika dianggap sebagai

    ilmu yang membosankan yang hanya merupakan kumpulan angka-

    angka dan rumus yang tidak diterapkan dalam kehidupan sehari –hari.

    Kemudian peneliti menggunakan Jenis Penelitian penelitian

    pengembangan, untuk subejknya sendiri yang digunakan peneliti

    adalah siswa kelas V SDN JEMBER. Hasil dari penelitian ini adalah

    Penelitian ini menggunakan pengembangan model 4D yang

    dikembangkan oleh Thiagarajan.

    2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Model

    Pembelajaran Treffinger (Annuuru, Johan, Ali,2017)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Dalam penelitian ini peneliti menuliskan permasalahan yang

    muncul disekolah yaitu peserta didik belum diajarkan kemampuan

    berpikir tingkat tinggi, melainkan sebatas kemampuan tingkat rendah

    saja yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.

    Sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari

    menganalisis, mengevaluasi dan mencipta tidak diajarkan secara

    intensif. Kondisi ini juga berlaku pada SD yang belum mengajarkan

    kemampuan berpikir tingkat tinggi secara intensif. Peserta didik

    kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan pendidik dan

    kesulitan dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi

    tersebut. Peserta didik belum terampil dalam mengontruksi

    pengetahuan mereka sendiri dan hanya menunggu materi yang

    disampaikan pendidik tanpa menemukan sendiri konsep pembelajaran.

    Kemudian untuk penelitian ini peneliti menggunakan penelitian

    kualitatif.

    3. Penerapan model problem solving dalam meningkatkan kemampuan

    hot (higher order thinking) siswa sdn banyu landas (Uyaniv,2016)

    Dalam penelitian ini peneliti menuliskan permasalahan yang

    muncul di sekolah yaitu Pelajaran yang diajarkan di kelas VI adalah

    pelajaran yang pernah diterima siswa sejak kelas I hingga kelas v,

    maka di kelas VI siswa hanya perlu mempertajam dan meningkatkan

    pemahaman konsep saja. Kenyataannya di SDN Banyu Landas, kurang

    berhasilnya kegiatan pembelajaran terutama di kelas III, IV dan V

    menyebabkan siswa di kelas VI terkesan harus mempelajari segala

    sesuatu dari dasar mulai dari awal lagi. Fenomena ini terjadi karena

    saat duduk di kelas III, IV dan V si