ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN...

134
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7 231 ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKEMAS KOTA BANJARMASIN TAHUN 2016 Achmad Rizal dan Agus Jalpi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan E-mail : [email protected] ABSTRAK Puskesmas merupakan ujung tombak yang memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau. Dalam memberikan pelayanannya, Puskesmas harus memperhatikan kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah perbedaan antara harapan pasien terhadap pelayanan kesehatan dengan kinerja pelayanan yang ada di Puskesmas Kota Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kepuasan pasien di Puskesmas Kelayan Dalam Kota Banjarmasin dengan menggunakan dimensi kepuasan pelayanan kesehatan yang terdiri dari : Tanggible, Reliability, Resvonsivness, Assurance, dan Empaty. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan pendekatan Cross Sectional. Jumlah responden yang diteliti 84 responden. Hasil pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan statistik univariat, bivariat menggunakan uji chi squaredengan bantuan komputerisasiNilai kemaknaan () 0,05. Hasil analisis menunjukan bahwa pasien yang merasa puas berjumlah 51,2 % (43 responden) dengan demikian ada hubungan antara kepuasan pasien dengan umur (P Value : 0,008), Dalam meningkatkan kepuasan pasien di Puskesmas petugas kesehatan agar lebih tanggap dan senantiasa memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien yang berkunjung untuk pelayanan kesehatan terutama pada orang tua lanjut usia agar mereka selalu merasa diperhatikan juga pada pasien yang berjenis kelamin perempuan serta pasien yang berpendidikan rendah. Kata kunci : Jenis Kelamin, Kepuasan Pasien, Pelayanan Kesehatan, Puskesmas, Umur. ABSTRACT Puskesmas is the main providing service health integrated, thorough and accessible. In giving its service, puskesmas have to take satisfaction patients. Satisfaction patients is the difference between hope patients for health services with the performance of the existing services at puskesmas Banjarmasin city.The purpose of this research is to know satisfaction patients at puskesmas kelayan in the Banjarmasin city by using dimensions satisfaction health services consisting of : tanggible, reliability, resvonsivness, assurance, and empaty.The kind of research this is a quantitative used the cross sectional.The number of the treatment respondents 84 respondents. The results of data collection analyzed using univariat statistics, bivariat test using chi square with the help of computerized P value0.05.The results of the analysis showed that patients who are satisfied the amount is 51,2 % ( 43 respondents ) thus there is a relationship between patient satisfaction to the days of ( p value: 0,008 ) , in improving the satisfaction of patients at puskesmas health workers to be more responsive and is constantly at give more attention towards patients who is visiting to health provisions especially in older people aged so that they always feel cared for also in patients of the female genitalia as well as patients who had low . Keywords: Age, Gender, Health Services, Patients Satisfaction, Puskesmas

Transcript of ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN...

Page 1: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

231

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI

PUSKEMAS KOTA BANJARMASIN

TAHUN 2016

Achmad Rizal dan Agus Jalpi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Puskesmas merupakan ujung tombak yang memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu,

menyeluruh dan mudah dijangkau. Dalam memberikan pelayanannya, Puskesmas harus

memperhatikan kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah perbedaan antara harapan pasien

terhadap pelayanan kesehatan dengan kinerja pelayanan yang ada di Puskesmas Kota

Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kepuasan pasien di Puskesmas

Kelayan Dalam Kota Banjarmasin dengan menggunakan dimensi kepuasan pelayanan

kesehatan yang terdiri dari : Tanggible, Reliability, Resvonsivness, Assurance, dan Empaty.

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan pendekatan Cross Sectional.

Jumlah responden yang diteliti 84 responden. Hasil pengumpulan data dianalisis dengan

menggunakan statistik univariat, bivariat menggunakan uji chi squaredengan bantuan

komputerisasiNilai kemaknaan () 0,05. Hasil analisis menunjukan bahwa pasien yang

merasa puas berjumlah 51,2 % (43 responden) dengan demikian ada hubungan antara

kepuasan pasien dengan umur (P Value : 0,008), Dalam meningkatkan kepuasan pasien di

Puskesmas petugas kesehatan agar lebih tanggap dan senantiasa memberikan perhatian yang

lebih terhadap pasien yang berkunjung untuk pelayanan kesehatan terutama pada orang tua

lanjut usia agar mereka selalu merasa diperhatikan juga pada pasien yang berjenis kelamin

perempuan serta pasien yang berpendidikan rendah.

Kata kunci : Jenis Kelamin, Kepuasan Pasien, Pelayanan Kesehatan, Puskesmas, Umur.

ABSTRACT

Puskesmas is the main providing service health integrated, thorough and accessible. In giving

its service, puskesmas have to take satisfaction patients. Satisfaction patients is the difference

between hope patients for health services with the performance of the existing services at

puskesmas Banjarmasin city.The purpose of this research is to know satisfaction patients at

puskesmas kelayan in the Banjarmasin city by using dimensions satisfaction health services

consisting of : tanggible, reliability, resvonsivness, assurance, and empaty.The kind of

research this is a quantitative used the cross sectional.The number of the treatment

respondents 84 respondents. The results of data collection analyzed using univariat statistics,

bivariat test using chi square with the help of computerized P value0.05.The results of the

analysis showed that patients who are satisfied the amount is 51,2 % ( 43 respondents ) thus

there is a relationship between patient satisfaction to the days of ( p value: 0,008 ) , in

improving the satisfaction of patients at puskesmas health workers to be more responsive and

is constantly at give more attention towards patients who is visiting to health provisions

especially in older people aged so that they always feel cared for also in patients of the

female genitalia as well as patients who had low .

Keywords: Age, Gender, Health Services, Patients Satisfaction, Puskesmas

Page 2: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

232

PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya keadaan sosial masyarakat dimana masyarakat semakin

sadar akan kualitas, maka diperlukan peningkatan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan

yang lebih baik berorientasi pada kepuasa pasien. Beberapa aspek pelayanan kesehatan yang

dapat mempengaruhi persepsi seseorang yang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah

kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan tersebut seperti faktor dari petugas

kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan, fasilitas yang digunakan dalam

pelayanan pengobatan dan perawatan, pelayanan medik dan penunjang medik mulai dari

penegakan diagnosa sampai tindakan pengobatan dan perawatan serta pelayanan administrasi

(Pohan, 2006).

Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

terhadap pelayanan yang diterima dengan harapannya sebelum mendapatkan pelayanan

tersebut. Apabila harapannya terpenuhi, berarti pelayanannya tersebut telah memberikan

suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan keluasan yang tinggi. Sebaliknya

apabila harapannya itu tidak tercapai, maka diartikan kualitas pelayanan tidak memenuhi apa

yang diharapkannya (Kotler, 1995 dalam Tjiptono 2002).

Setiap pasien menilai sarana atau fasilitas kesehatan dalam hal ini Puskesmas sebagai

badan usaha yang bergerak di bidang jasa khususnya di bidang pelayanan kesehatan, dituntut

untuk dapat menciptakan dan memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal.

Upaya kesehatan ditujukan untuk peningkatan kualitas pelayanan, pemerataan dan jangkauan

pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu terus ditingkatkan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal karena terwujudnya keadaan sehat

adalah kehendak semua pihak (Solikhah, 2008).

Di bidang pelayanan kesehatan selain rumah sakit, puskesmas khususnya

keperawatan merupakan sebuah institusi pemerintah yang bergerak di bidang penyedian jasa

layanan kesehatan rawat inap kepada masyarakat di lini terdepan dengan memberikan jasa

layanan medis, keperawatan, dan layanan penunjang medis. Untuk memberikan sebuah

layanan yang baik kepada masyarakat khususnya masyarakat yang ingin mendapatkan jasa

pelayanan kesehatan dasar dan konsultasi di bidang kesehatan khususnya di layanan

puskesmas rawat inap, maka semua elemen pendukung di puskesmas harus berupaya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan jika puskesmas tidak ingin ditinggalkan oleh masyarakat

karena pada hakikatnya kepuasan terkait dengan peningkatan pelayanan, makin sempurna

pelayanan yang diberikan kepada pasien maka makin tinggi pula tingkat kepuasan pasien

(Wiyono, 2000) .

Page 3: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

233

Akan tetapi, pada umumnya pelayanan puskesmas saat ini tidak sesuai dengan fungsinya

yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas pada pasiennya, apa yang diharapkan oleh

pasien, dapat dikatakan kurang memuaskan hati pasiennya. Padahal kesehatan merupakan

kebutuhan utama setiap manusia. Dikaitkan dengan berbagai bidang, banyak masyarakat

tidak mau berobat ke puskesmas dengan berbagai alasan baik dai segi ekonomi, finansial

maupun lokasi.

Berdasarkan survei pendahuluan diperoleh laporan kunjungan pasien dari bagian

administrasi atau loket puskesmas kelayan dalam kota Banjarmasin jumlah pasien rawat

jalan yang memanfaatkan fasilitas layanan umum pada tiga tahun terkahir yaitu tahun 2012 :

22658, 2013 : 20132, 2014 : 20168, 2015 : 17288, pada dua tahun terakhir kunjungan pasien

menurun sebanyak 15% yaitu tahun 2014 dan 2015 dari 20168 turun menjadi 17288.

Disamping itu terdapat keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan kesehatan

yang diberikan di puskesmas kota Banjarmasin yaitu dari 7 dari 10 pasien menyatakan tidak

puas Sehingga perlu kiranya dilakukan evaluasi terhadap pelayanan di puskesmas yang

berada di wilayah kota Banjarmasin.

Dalam upaya untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja serta upaya pelayanan

kesehatan yang berkualitas diharapkan oleh masyarakat luas maka setiap puskesmas dituntut

untuk terus memperbaiki segala aspek pelayanan. Berkaitan dengan hal itu peneliti tertarik

untuk meneliti kualitas pelayanan puskesmas terhadap kepuasan pasien, guna memberikan

langkah-langkah perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan agar keluhan dari

pasien tidak terjadi. Kepuasan pasien merupakan kesuksesan palayanan yang pada akhirnya

akan menimbulkan minat untuk kembali menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Kota Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian Survei analitik yaitu penelitian

yang dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis tentang suatu objek yang diteliti

dengan rancangan studi cross sectional yaitu metode penelitian dengan cara

pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat/point time

aaproach (Notoatmodjo,2010).Dalam penelitian ini menganalisis terhadap tingkat

kepuasaan pasien dan kualitas pelayanan, data mengenai kualitas pelayanan dan tingkat

kepuasan dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner yang dibagikan sekaligus pada

saat penelitian dilakukan). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang

menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2015 dengan

jumlah sampel yaitu 84 responden.

Page 4: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

234

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hubungan Umur dengan Kepuasan Pasien

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut umur dan kepuasan pasien Di Puskesmas

Kota Banjarmasin Tahun 2016

Umur

Kepuasan Pasien Total

p value Tidak Puas Puas

n % n % n %

Tua 16 76,2 5 23,8 21 100

0,008 Muda 27 42,9 36 57,1 63 100

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa 57,1% responden muda yang merasa

puas terhadap pelayanan di Puskesmas Kota Banjarmasin. Sedangkan responden tua 23,8%

yang puas dengan pelayanan di Puskesmas Kota Banjarmasin. Hasil uji statistik diperoleh p

value = 0,008 yang artinya ada hubungan antara umur dengan kepuasan pasien di Puskesmas

Kota Banjarmasin. Meskipun demikian, bila dilihat dari proporsi pasien yang berumur muda

lebih banyak menyatakan puas yaitu sebanyak 57.1 % dibandingkan dengan pasien yang

berumur tua yaitu sebanyak 23,8 %. Sebagai gambaran asumsi bahwa semakin bertambah

umur seseorang maka akan bertambah pula pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki,

sehingga akan mempengaruhi sikap dan perilakunya di dalam memilih pengobatan,

perbedaan antara hasil penelitian ini dengan gambaran tersebut dan beberapa teori serta studi

yang telah dilakukan dapat dikatakan berbeda dalam hal substansi serta kondisi yang dialami

oleh responden tidak mendukung mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai pengobatan

pada tenaga kesehatan.

Hal ini berbeda denganLumenta.B, (1989) yang mengatakan bahwa umur produktif

mempunyai tuntutan dan harapan lebih besar serta cenderung mengkritik terhadap pelayanan

kesehatan dasar dibandingkan dengan umur tua. Hasil yang analisis peneliti yang dilakukan

peneliti diketahui bahwa responden tua yang datang untuk berobat cenderung menuntut

pelayanan yang lebih baik dibandingkan reponden yang berumur muda.

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa 51% responden laki-laki yang merasa

puas terhadap pelayanan di Puskesmas Kota Banjarmasin. Sedangkan responden perempuan

45,5 % yang puas dengan pelayanan di Puskesmas Kota Banjarmasin. Hasil uji statistik

diperoleh p value = 0,621yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

kepuasan pasien di Puskesmas Kota Banjarmasin.

Page 5: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

235

Tabel 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Pasien

Jenis Kelamin

Kepuasan Pasien Total

p value Tidak Puas Puas

n % n % n %

Laki-laki 25 49 26 51 51 100

0,621 Perempuan 18 54,5 15 45,5 33 100

Menurut Notoatmodjo.S (1985) dalam suku keluarga seorang pria yang menjadi

kepala keluarag cenderung melidungi dan memberikan rasa aman bagi keluarganya. Pria

cenderung mempengaruhi wanitanya dalam memberikan pendapat dan pertimbangan untuk

melakukan sesuatu.

Perempuan biasanya tidak bersifat agresif, suka memelihara dan mempertahankan

sifat kelembutan, keibuan tanpa mementingkan diri sendiri dan tidak mengharapkan balas

jasa. Adanya perbedaan psikologis tersebut, menyebabkan perempuan cenderung merasa

lebih cepat puas dibandingkan dengan laki-laki, selain itu laki-laki mempunyai beban

tanggungjawab lebih besar dibandingkan dengan perempuan, sehingga ia akan menuntut

kondisi kerja yang lebih baik agar ia merasa terpuaskan seperti pelayan kesehatan, upah/gaji

yang memadai dan sebagainya.

Tabel 3. Hubungan Pendidikan dengan Kepuasan Pasien

Pendidikan

Kepuasan Pasien Total

p value Tidak Puas Puas

n % n % n %

Tinggi 29 46 34 54 63 100

0.101 Rendah 14 66,7 7 33,3 21 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan 54 % responden berpendidikan tinggi yang

merasa puas terhadap pelayanan di Puskesmas Kelayan Dalam Kota Banjarmasin. Sedangkan

diantara responden berpendidikan rendah 33,3 % yang puas dengan pelayanan di Puskesmas

Kota Banjarmasin. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,101 yang artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepuasan pasien di Puskesmas Kota

Banjarmasin.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat lumenta (1989) yang menyatakan ada hubungan

antara pendidikan dengan kepuasan pasien, pasien yang mempunyai tingkat pendidkan

rendah cenderung tuntuk cepat merasa puas dibadingkan dengan yang berpendidikan tinggi.

Hasil penelitian yang sama dikemukakan Marsudi (2000) dimana semakin tinggi pendidikan

Page 6: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

236

seseorang semakin cepat untuk mendapatkan informasi secara lengkap. Pada hasil penelitian

ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Winarti Damayanti (2000) mengatakan

adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat di

Puskesmas.

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha,

pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada

kedewasaan. Pendidikan orang dewasa mempunyai beberapa makna, diantaranya yaitu

adanya suatu keinginan manusia dari yang paling dasar sampai dengan kebutuhan paling

tinggi berupa pengembangan diri. Sedangkan Siagian. P(2002) mengatakan bahwa

pendidikan merupakan karakteristik individu yang menjadi sumber status yang penting dalam

organisasi kerja. Pendidikan yang diikuti jenjang kepangkatan adalah lambang dari status

yang tinggi

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Kepuasan pasien di Puskesmas Kota

Banjarmasin dapat diketahui bahwa yang menyatakan puas sebanyak 51,2 %.Variabel yang

mempunyai dengan kepuasan pasien adalah umur (P Value : 0,008). Sedangkan variabel yang

tidak mempunyai hubungandengan kepuasan pasien adalah jenis kelamin(P Value :0,621)dan

pendidikan (P Value: 0,101). Dalam meningkatkan kepuasan pasien di Puskesmas petugas

kesehatan agar lebih tanggap dan senantiasa memberikan perhatian yang lebih terhadap

pasien yang berkunjung untuk pelayanan kesehatan terutama pada orang tua lanjut usia agar

mereka selalu merasa diperhatikan juga pada pasien yang berjenis kelamin perempuan serta

pasien yang berpendidikan rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Y, 2005. Manajemen Rumah Sakit, EGC, Jakarta.

Andersen dan Newman. 1973. Societal and individual determinants of medical care

utilization in the United States. (Online) www.milbank.org/uploads/documents/

[diakses 12 Januari 2015]

Alma B, 2000, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfabeta, Bandung.

Asep A, 2014, Hubungan karakteristik Pasien Rawat Jalan dengan Kepuasan di Puskesmas

Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat, Skripsi FKM UI, Depok.

Asrori M, 2013, Studi Kualitas Pelayanan Kesehatan Pasien di Puskesmas Tanrutedong

Kabupaten Sidrap, Skripsi FKM UI, Depok.

Aulia N, 2014, Analisis Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pelayan Rawat

Jalan, Tesis FKM UNS, Semarang.

Azwar A, 1996Standar dan Mutu Pelayanan Medis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,

Nomor 7 Agustus 1996.

------------,1996, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Page 7: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

237

Budiarso, 1996, Pengantar Manajemen Pemasaran , UI Press, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan

Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Kepmenkes Nomor

1202/Menkes/SK/VIII/2003.Depkes RI, Jakarta.

----------------------------,Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SKJ II/2004

Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Jakarta.

---------------------------,2008. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/MENKES/SK/II/2008.

Jakarta : Depkes RI.

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. ,2012. Data Profil Kesehatan Kota Banjarmasin 2012.

Banjarmasin.

------------------------------------------------ ,2013. Data Profil Kesehatan Kota Banjarmasin

2013. Banjarmasin.

------------------------------------------------ ,2014. Data Profil Kesehatan Kota Banjarmasin

2014. Banjarmasin.

------------------------------------------------ ,2015. Data Profil Kesehatan Kota Banjarmasin

2015. Banjarmasin.

Ellya N, 2014, Hubungan Kepuasan Pasien dengan minat kunjungan di Puskesmas Wisma

Jaya Kota Bekasi, Tesis FKM UI, Depok.

Gaspersz, 1997, Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, Yayasan Indonesia Emas

Gramedia Pustaka, Jakarta.

Hafizurahman, 2004, Pengukuran Kepuasan Institusi Kesehatan, Majalah Kedokteran

Indonesia, Jakarta.

Halimah J, 2013, Faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Elim

Rantepao Kabupaten Toraja Utara, Tesis FKM UNHAS, Makasar.

Hastono Susanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan, FKM UI, Depok.

---------------------------,2006, Analisis Multivariat, FKM UI, Depok.

---------------------------2000. Modul SPSS, FKM UI Jurusan Biostatistik dan Kesehatan,

Depok.

Kotler P, 1995, Manajemen Pemasaran, Peharlindo, Jakarta.

-----------, 2004, Kualitas jasa pelayanan. Dalam Nasution M.N. Manajemen jasa terpadu. :

Ghalia Indonesia, Bogor

Lumenta B, 1989, Dokter, Citra, Peran dan Fungsi : Tinjauan Fenomena Sosial, Kanisius,

Jakarta.

Page 8: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

238

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP

PEMANFAATAN BANK SAMPAH DI KOTA BANJARMASIN

Ahmad Zacky Anwary dan Erwin Ernandi

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Keberadaan Bank Sampah dapat menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif

masyarakat untuk mulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, karena

sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang

berwawasan lingkungan dapat menjadi budaya baru di Kota Banjarmasin.Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisa pengetahuan dan sikap masyarakat kota Banjarmasin dalam

memanfaatkan bank sampah. Menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan

kuantitatif serta menggunkan kuesioner sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data.

Subyek penelitian yaitu ibu rumah tangga yang tersebar pada 3 (tiga) RT di Kelurahan

Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Data kemudian diolah dan

dianalisis dengan uji statistika chi square untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap pemanfaatan bank sampah di kota Banjarmasin.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Bank Sampah

ABSTRACT

The existence of the Bank Trash may be the initial momentum to foster collective awareness

for people to start sorting, recycling and reusingthe trash, becauseit has a good sale value, so

thattrash management which has an environmental conception could be a new culture in

Banjarmasin. This study aims to analyze the knowledge and attitudes of the Banjarmasin

residents in utilizing the BankTrash. Using survey method with quantitative approach and

using the questionnaire as the primary instrument for data collection. The subjects of research

are housewives that are scattered in three (3) RT in the Village District of Pemurus

Baru,Subdistrict of South Banjarmasin, City of Banjarmasin. The data were processed and

analyzed with chi square statistic to test the hypothesis of the study. The results showed that

there is a significant relationship between knowledge and attitudes towards the utilization of

the Bank Trash inBanjarmasin City.

Keywords: Knowledge, Attitude, The Bank Trash

PENDAHULUAN

Kota Banjarmasin merupakan kota terbesar kesembilan di Indonesia, dengan luas

wilayah ± 98 km2, memiliki jumlah penduduk sekitar 675.440 jiwa dengan kepadatan

mencapai 6.860 jiwa/km2(BPS Banjarmasin, 2016). Dengan jumlah penduduk yang besar

maka produksi sampah oleh rumah tangga maupun individu masyarakat juga semakin banyak

setiap harinya. Ditambah lagi dengan adanya perilaku individu-individu yang tidak

bertanggung jawab membuang sampah sembarangan di lingkungan sekitar, hal tersebut dapat

Page 9: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

239

menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.Peningkatan volume sampah dari tahun

ke tahun dapat menyebabkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan

masyarakat.Menurut profil pengelolaan persampahan kota Banjarmasin di tahun 2015 rata-

rata sampah yang diangkut ke TPA sebanyak 1200-1560 m3/hari atau 400-500 ton/hari.

Akibat peningkatan volume sampah adalah umur TPA semakin pendek karena

volume sampah semakin banyak, berdampak juga terhadap kesehatan, misalkan dapat

menimbulkan penyakit diare dan penyakit kulit, dan mengakibatkan pencemaran lingkungan,

misalkan menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan sumber air (Ramang, dkk, 2007).

Pengelolaan sampah sebaiknya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja,

melainkan juga memerlukan peran aktif dari masyarakat untuk selalu peduli terhadap

kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya. Di Indonesia pada umumnya seringkali

masih banyak ditemui masyarakat dengan tingkat kesadaran yang rendah dalam pengelolaan

sampah, meskipun telah tersedia tempat pembuangan sampah namun masih banyak yang

membuang sampah sembarangan. Padahal sampah-sampah tersebut tidak hanya dapat

dibuang di tempat pembuangan sampah namun juga masih dapat dimanfaatkan kembali

dengan menggunakan konsep 3R (Reuse, Reduce,dan Recyle), dimana konsep ini masih

menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani permasalahan sampah.

Adapun kegiatan 3R masih menghadapi kendala utama, yaitu rendahnya kesadaran

dan pengetahuan masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu solusi untuk mengatasi

masalah tersebut yaitu melalui pengembangan Bank Sampah yang merupakan kegiatan

bersifat social engineering yang mengajarkan kepada masyarakat untuk memilah sampah

serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah secara bijak dan pada

gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

(Kementrian Lingkungan Hidup, 2011).

Program Bank Sampah adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup.

Pembangunan Bank Sampah ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif

masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, karena

sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang

berwawasan lingkungan menjadi budaya baru di Indonesia (Kementrian Lingkungan Hidup,

2012). Diharapkan dengan adanya Program Bank Sampah yang saat ini telah berkembang

hampir diseluruh daerah di Indonesia dapat membantu mengatasi permasalahan sampah yang

selama ini menjadi persoalan yang belum terpecahkan. Banyak potensi manfaat yang bisa

didapatkan dengan adanya Program Bank Sampah tersebut diantaranya adalah memberi

kesadaran pada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan, dan bahkan dapat

Page 10: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

240

menjadikan sampah menjadi barang ekonomis, maka masyarakat akan mendapatkan

tambahan penghasilan baik berupa uang maupun bahan makanan pokok.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei melalui pendekatan kuantitatif,

dimana tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masayarakat

terhadap pemanfaatan bank sampah dengan cara pendekatan dan observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat (point time opproach). Berlokasi di lingkungan RT. 10, 19, dan

29 Kelurahan Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Dengan

jumlah populasi sebanyak 368 Kepala Keluarga yang terdiri dari RT. 10 = 128 kepala

keluarga, jumlah diteliti sebanyak 67 orang, RT. 19 = 114 kepala keluarga, jumlah diteliti

sebanyak 59 orang, dan RT. 29 = 126 kepala keluarga, jumlah diteliti sebanyak 66 orang,

sehingga ditentukan total sampel sebanyak 192 orang responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengetahuan Responden

Tabel 1 Distribusi Pengetahuan Responden

Pengetahuan

Responden

Total

Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Baik 91 47.4

Cukup 69 35.9

Kurang 32 16.7

Jumlah 192 100

Sumber: Data Penelitian

Gambar 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Dapat dilihat bahwa responden yang pengetahuannya cukup terdapat sejumlah 69

orang (35,9%), dan responden dengan pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 32 orang

(16,7%). Mayoritas responden(47,4%) di daerah Kelurahan Pemurus Baru telah memiliki

pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan bank sampah.

91

69

32

0

20

40

60

80

100

Pengetahuan Baik Pengetahuan

Cukup

Pengetahuan

Kurang

Pengetahuan Responden

Page 11: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

241

Sikap Responden

Tabel 2 Distribusi Sikap Responden

Sikap Responden Total

Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Positif 127 66.1

Negatif 65 33.9

Jumlah 192 100.0

Sumber: Data Penelitian

Gambar 2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa sebanyak 127 orang responden

(66,1%) memiliki sikap yang positif, sedangkan sisanya yaitu 65 orang responden (33,9%)

memiliki sikap yang negatif terhadap pemanfaatan bank sampah di Kelurahan Pemurus Baru

Kota Banjarmasin.

Pemanfaatan Bank Sampah oleh Responden

Tabel 3 Distribusi Pemanfaatan Bank Sampah oleh Responden

Pemanfaatan Bank

Sampah

Total

Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Memanfaatkan 120 62.5

Tidak Memanfaatkan 72 37.5

Jumlah 192 100.0

Sumber: Data Penelitian

Gambar 3 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Bank Sampah

127

65

0

50

100

150

Sikap Positif Sikap Negatif

Sikap Responden

120

72

0

50

100

150

Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan

Pemanfaatan Bank Sampah

Page 12: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

242

Berdasarkan tabel dan gambar tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden

khususnya yang berada di wilayah RT. 10, 19 dan 29 Kelurahan Pemurus Baru, telah

memanfaatkan bank sampah yaitu sebanyak 120 orang atau sekitar 62,5% dari responden

yang diteliti.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaatan Bank Sampah

Tabel 4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaatan Bank Sampah

Pengetahuan

Pemanfaatan Bank Sampah

α ρ value Memanfaatkan Tidak

Memanfaatkan Total

n % n % n %

Baik 76 63,3 15 20,8 91 47,4

0,05 0,000 Cukup 37 30,8 32 44,4 69 35,9

Kurang 7 5,8 25 34,7 32 16,7

Total 120 100 72 100 192 100

Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan hasil uji square terhadap variabel-variabel yang diteliti diperoleh p value

0,000 dengan α 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan bank sampah.

Hubungan Antara Sikap dengan Pemanfaatan Bank Sampah

Tabel 5 Hubungan antara Sikap dengan Pemanfaatan Bank Sampah

Sikap

Pemanfaatan Bank Sampah

α ρ value Memanfaatkan Tidak

Memanfaatkan Total

n % n % n %

Positif 108 90,0 19 26,4 127 66,1 0,05 0,000

Negatif 12 10,0 53 73,6 65 33,9

Total 120 100 72 100 192 100

Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan hasil uji square terhadap variabel sikap dengan variabel pemanfaatan

bank sampah diperoleh p value sebesar 0,000 dengan α 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sikap masyarakat terhadap pemanfaatan bank

sampah di Kelurahan Pemurus Baru Kota Banjarmasin.

Page 13: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

243

Pembahasan

Hubungan Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Bank Sampah

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki tingkat pengetahuan yang baik adalah sebanyak 91 orang (47,4%), sementara

responden yang memiliki pengetahuan cukup terdapat sejumlah 69 orang (35,9%), dan

responden dengan pengetahuan yang kurang adalah sebanyak 32 orang (16,7%). Pengetahuan

tidak lain merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2005).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang

baik yaitu sebanyak 76 orang telah memanfaatkan bank sampah dengan optimal, sedangkan

sebanyak 15 orang responden meskipun telah memiliki pengetahuan yang baik namun belum

memanfaatkan bank sampah yang telah tersedia. Selanjutnya responden dengan tingkat

pengetahuan cukup terdapat sebanyak 37 orang yang telah memanfaatkan keberadaan bank

sampah, sementara 32 orang lainnya yang berpengetahuan cukup belum memanfaatkan bank

sampah yang tersedia. Kemudian berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa sebanyak

7 orang responden telah memanfaatkan keberadaan bank sampah meskipun tingkat

pengetahuannya masih dalam kategori yang kurang, dan juga terdapat 25 responden dengan

tingkat pengetahuan kurang yang tidak memanfaatkan bank sampah di sekitar lingkungannya.

Secara kuantitas, mayoritas responden yaitu sebanyak 63,3% (76 orang) yang memiliki

tingkat pengetahuan baik telah memanfaatkan bank sampah dengan baik, hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan Notoadmodjo (2005) bahwa seseorang melakukan perilaku

atau tindakan disebakan karena adanya pengetahuan dan sikap yang dimilikinya.

Selain itu hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Rozak (2014) yang menyebutkan

bahwa tidak hanya menjadi satu alternatif penguatan ekonomi bagi nasabahnya, Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga memberikan dampak lain bagi

masyarakatnya, yaitu menjadi poros bagi masyarakat untuk membangun pola piker dan

perilaku masyarakat dalam memilah sampah secara kontinu dengan menerapkan konsep

reuse dan recycle. Penelitian Ahmad juga menghasilkan penelitian yang serupa dimana

disebutkan bahwa terdapat hubungan positif yang significant antara pengetahuan tentang

manfaat sampah dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah.

Hubungan Sikap Terhadap Pemanfaatan Bank Sampah

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 127 orang responden (66,1%) memiliki sikap

yang positif, sedangkan 65 orang responden (33,9%) memiliki sikap yang negatif terhadap

Page 14: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

244

pemanfaatan bank sampah di Kelurahan Pemurus Baru Kota Banjarmasin. Selain itu hasil

analisis data juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap positif yaitu sebanyak

108 orang telah memanfaatkan keberadaan bank sampah. Sementara sebanyak 12 orang

responden meskipun memiliki sikap yang negatif namun mereka tetap memanfaatkan adanya

bank sampah di lingkungan mereka. Selain itu juga terdapat 19 orang responden yang tidak

memanfaatkan tersedianya bank sampah meskipun telah memiliki sikap yang positif.

Responden yang memiliki sikap negatif sekaligus juga tidak memanfaatkan keberadaan bank

sampah di Kelurahan Pemurus Baru terdapat sebanyak 53 orang.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Kamal (2009) yang menyebutkan bahwa ada

hubungan antara sikap dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pembuangan sampah di

wilayah Kelurahan Wonosari Kota Semarang, diperoleh keeratan hubungan sebesar 0,293

yang artinya ada hubungan yang cukup rendah antara sikap dengan praktek ibu rumah tangga

dalam pemilahan sampah. Demikian halnya dengan penelitian Ahmad yang menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan positif yang significant antara sikap tentang pengelolaan sampah

terpadu dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah. Penelitian Fahruddin, dkk

(2014) juga menyebutkan bahwa responden mengatakan mereka peduli terhadap apa yang

diinstruksikan oleh petugas. Bukti bahwa mereka peduli adalah ketika mereka diminta untuk

memilah-milah sampah yang dibawanya sendiri atau merapikannya sebelum ditimbang, para

responden bersedia melakukannya. Berdasarkan teori tentang sikap dan hasil angket

mengenai faktor sikap yang mempengaruhi persepsi nasabah Bank Sampah bahwa sikap

dipengaruhi pandangan dan perasaan. Pandangan dan perasaan yang mudah dalam

mengumpulkan, menyimpan dan menabung sampah sudah jelas berdampak pada persepsi

yang baik untuk terus menabung dan menjadi nasabah Bank Sampah meskipun tidak secara

keseluruhan.

Hasil penelitian Rohmatin juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan

pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan II kelurahan Sumompo kecamatan

tuminting kota Manado (ρ = 0,000). Nilai r positif yang berarti semakin baik sikap, maka

disertai juga dengan semakin baik tindakan. Terkait sikap positif masyarakat terhadap

pemanfaatan Bank Sampah, hal ini juga disebutkan oleh Saputri, dkk (2015) bahwa

masyarakat mulai mengerti cara mengelola sampah, dengan membedakan sampah organik

dan anorganik. Sampah anorganik dipilh yang masih bagus dan dibersihkan, lalu diubah

menjadi kerajinan daur ulang yang ada di Bank Sampah. Hasil dari kerajinan yang sudah

dibuat lalu ditawarkan dan dijual kepada yang berminat. Manfaat lain dari program Bank

Page 15: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

245

Sampah ini munculnya rasa kepeduliaan serta kegotong-royongan antar masyarakat dalam

pengelolaan sampah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal

dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap pemanfaatan bank sampah. Selain itu juga terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap masyarakat terhadap pemanfaatan bank sampah di wilayah Kelurahan

Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Dengan demikian

Program Bank Sampah telah terbukti dapat menjadi salah satu solusi terbaik dalam upaya

menangani permasalahan sampah di Kota Banjarmasin, sehingga program tersebut dapat

dimanfaatkan dan dikembangkan lebih baik lagi di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Banjarmasin. 2016. Statistik Daerah Kota Banjarmasin 2016. Badan Pusat Statistik

Banjarmasin, ISBN 9786026900173.

Fahruddin, A.S., Arisanty, D., dan Hastuti, K.P. 2014. Persepsi Nasabah Terhadap Bank

Sampah Gerakan Peduli Sampah FKIP UNLAM Banjarmasin. Jurnal Pendidikan

Geografi, Volume 1, No 2, September 2014, e-ISSN 2356-5225.

http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg

Ramang, R., Enri, D., Padmi, T., dan Rahardyan, B. 2007, Pola Penanganan Sampah Di

Daerah Perkotaan Berdasarkan Karakteristik Tipe Rumah (Studi Kasus Kota Cimahi).

Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 13, No. 1.

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2011, Bank Sampah dan 3R:

Membangun Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2012, Pedoman 3R Melalui Bank

Sampah, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Rozak, Abdul. 2014. Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) Dalam

Pemberdayaan Perekonomian Nasabah. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Ahmad, Irdam. Hubugan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Kepala Keluarga

Terhadap Keberadaan Bank Sampah (Studi Kasus Pada Bank Sampah Kel Cibinong

Bandung). Lembaga Penelitian dan Pengembangan UHAMKA, Jakarta.

Kamal, Fitrul. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga

Tentang Pengelolaan Samaph dengan Perilaku Pembuangan Sampah Pada Masyarakat

Sekitar Sungai Beringin Di RW 07 Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyan Kota

Semarang Tahun 2009. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.

Rohmatin, Vieta Amelia., Lampus, B., Tucunan., A. Hubungan Antara Pengetahuan dan

Sikap dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di lingkungan II Kelurahan

Sumopo Kecamatan Tuminting Kota Manado. Minat Kesling, Universitas Sam

Ratulangi, Manado.

Saputri, M.M., Hanafi, I., Ulum, M.C. (2015). Evaluasi Dampak Kebijakan Pemerintah

Daerah Dalam Pengelolaan Sampah Melalui Program Bank Sampah (Studi di Bank

Sampah Sumber Rejeki Kelurahan Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota Kediri).

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No 11 2015, ISSN 2503-3867.

Page 16: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

246

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI

CAMPAK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KOTA BANJARMASIN TAHUN 2016

Agus Jalpi dan Achmad Rizal

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus (paramyxovirus) yang bersifat akut dan

menular. Cakupan imunisasi campak pada balita di Puskesmas Alalak Tengah tiga tahun

terakhir terjadi fluktuasi tajam tahun 2012 sebesar 49,25%, tahun 2013 sebesar 96,70%,

sedangkan pada tahun 2014 sebesar 70,1%. Penelitian ini bertujuan mempelajari dan

menjelaskan determinan pemberian imunisasi campak pada balita.Penelitian merupakan

survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 responden

diambil secara random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan

kuesioner dan data dianalisis dengan menggunakan statistik univariat, bivariat, dengan uji

SPSS dengan nilai kemaknaan 0,05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang tidak

diberikan imunisasi campak sebanyak 64 balita (64%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa

ada hubungan umur p-value = 0,001, pendidikan p-value =0,000, pekerjaan p-value =0,000,

pengetahuan p-value =0,000, sikap p-value =0,001, dan dukungan suami p-value =0,002.

Perlu adanya peningkatan pengetahuan berupa sosialisasi dari petugas kesehatan kepada ibu

yang mempunyai balita tentang pemberian imunisasi campak agar ibu dapat bersikap positif

dan berperilaku positif karena tahu pentingnya imunisasi campak bagi anak.

Kata Kunci : Imunisasi Campak, Pengetahuan, Sikap.

ABSTRACT

Measles is the disease caused by a virus ( paramyxovirus ) that is spatially acute and

contagious.The scope of measles in toddlers at puskesmas alalak central the last three years

there are fluctuations in sharp 2012 of 49,25 %, 2013 of 96,70 %, while in 2014 which 70,1

%.This study aims to studies and explain determinan the provision of measles in

toddlers.Research is survey analytic with the approach cross sectional.The sample of the as

many as 100 respondents was a random sampling.Data were collected by interviews uses a

questionnaire and data analyzed by uses statistics univariat, bivariat, by test spss with the P

Value0.05.The research results show that toddlers who do not given measles as many as 64

toddlers in 64 % ) .Bivariat analysis shows that there was a correlation age p-value = 0,001 ,

education p-value = 0,000 , work p-value = 0,000 , knowledge p-value = 0,000 , attitude p-

value = 0,001 , and support husband p-value = 0,002 .There should have been increased

knowledge of socialization by health workers to the mother who have toddlers regarding the

provision of measles mum cannot be positive and behaving positive because it knew the

importance of measles for children .

Keywords: Immunization Measles, Knowledge, Attitude.

Page 17: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

247

PENDAHULUAN

Cakupan imunisasi campak pada balita tahun 2012 wilayah bagian Asia Tenggara

khususnya Indonesia menempati urutan ke enam dari 11 negara setelah Kamboja yaitu

sebesar 85%, sedangkan pada tahun 2013 cakupan imunisasi campak mengalami fluktuasi

kecil yaitu sebesar 84% (WHO, 2014). Cakupan imunisasi campak mengalami fluktuasi kecil

dari tahun 2007 yaitu sebesar 41,6%, tahun 2010 yaitu sebesar 53,8%, sedangkan pada tahun

2013 yaitu sebesar 59,2%. Sedangkan cakupan imunisasi campak di provinsi Kalimantan

Selatan yaitu sebesar 74,1% dimana menempati urutan ke tujuh terendah dari 33 provinsi di

Indonesia. Provinsi Kalimantan Selatan menempati urutan ke 4 (paling rendah) dari empat

provinsi Kalimantan dimana cakupan imunisasi campak provinsi Kalimantan Barat sebesar

77%, Kalimantan Timur sebesar 84,1%, dan Kalimantan Tengah sebesar 77,3%, sedangkan

Kalimantan Selatan sebesar 74,1% (Riskesdas 2013).

Adapun cakupan imunisasi campak pada balita provinsi Kalimantan Selatan tiga

tahun terakhir terjadi fluktuasi kecil dimana pada tahun 2008 sebesar 72,85%, tahun 2009

sebesar 73,49%, tahun 2010 sebesar 73,84%, tahun 2011 sebesar 74,04%, tahun 2010 sebesar

74,24%, dan pada tahun 2013 yaitu sebesar 74,1% (Profil Dinkes Prov. Kalsel, 2013). Kota

Banjarmasin menunjukkan cakupan imunisasi campak pada balita tiga tahun terakhir terjadi

fluktuasi kecil, dimana pada tahun 2012 sebesar 72,1%, tahun 2013 sebesar 73,4%,

sedangkan pada tahun 2014 sebesar 76,1% (Dinkes. Kota Banjarmasin, 2014).Sedangkan

cakupan imunisasi campak pada balita di Puskesmas Alalak Tengah kota Banjarmasin tiga

tahun terakhir terjadi fluktuasi tajam pada tahun 2012 dari 538 balita ada 265 balita yang

diimunisasi campak (49,25%), tahun 2013 dari 547 balita ada 529 balita yang diimunisasi

campak (96,70%), sedangkan pada tahun 2014 dari 531 balita ada 321 balita yang diimunsasi

(70,1%) (Puskesmas Alalak Tengah, 2013).

Menurut Riskesdas (2013), menyatakan bahwa balita dengan status gizi kurang

dengan fluktuasi kecil provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2007 sebesar 26%, pada tahun

2010 sebesar 22%, dan pada tahun 2013 sebesar 27%. Profil Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2012 ditemukan kematian akibat

campak 6 (enam) orang, dan pada tahun 2013 ditemukan akibat campak 2 (dua) orang.

Artinya terhitung dari dua tahun terakhir masih ditemukannya kasus campak yang semula

sebanyak 6 orang turun menjadi 2 orang. Kematian balita karena campak terjadi akibat

komplikasi yang mana daya tahan tubuh menurun dan status gizi kurang. Dari data tersebut

menunjukkan bahwa masih ditemukannya penyakit menular yang berpotensi KLB yang

menjadi sebuah tantangan pada tahun yang akan datang khususnya campak. Oleh karena itu

Page 18: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

248

pada balita yang terkena penyakit infeksi menular (campak) perlu diberi vitamin A guna

menambah daya tahan tubuh balita dan menjaga mata agar tidak mengalami cacat terutama

pada mata (Sunarti, 2012). Cakupan pemberian vitamin A pada balita provinsi Kalimantan

Selatan pada tahun 2007 sebesar 80%, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu

sebesar 70% (Riskesdas, 2013).

Kota Banjarmasin terdapat 26 Puskesmas yang tersebar di lima kecamatan yaitu

Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Utara, Banjarmasin Barat,

Banjarmasin Tengah, dan kecamatan Banjarmasin Utara. Penduduk kota Banjarmasin sangat

dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat, dimana terdapatnya keragaman suku, seperti

suku Banjar yang merupakan penduduk asli daerah Kalimantan Selatan, dan suku pendatang

yang berasal dari Jawa, Dayak, Madura, Bugis, dan lainnya. Penduduk atau masyarakat yang

beraneka ragam suku tersebut di wilayah kerja puskesmas tinggal di pinggiran sungai,

perumahan atau komplek, yang pada umumnya bersifat agamis dengan sebagian besar

memeluk agama islam. Tidak hanya agamis, namun kebiasaan yang ada di masyarakat yang

sudah dilakukan secara turun temurun sangat mereka pegang teguh untuk menjaga tradisi dan

adat istiadat yang ada didaerahnya masing-masing. Di samping itu pula ekonomi masyarakat

sebagian besar menengah ke bawah. Kebiasaan dan tradisi masyarakat tersebut yang

terkadang menjadi kendala para petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan khususnya

imuniasi campak pada balita.

Kegiatan yang dilaksanakan dimasing-masing posyandu melayani berbagai macam

pelayanan kesehatan seperti pelayanan kesehatan lansia, kesehatan ibu hamil, kesehatan anak

dan balita, imunisasi BCG, DPT, HB-0, campak dan polio serta pelayanan kesehatan lainnya.

Walaupun demikian dari hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa masih ada sebagian balita

yang tidak lengkap imunisasi campak melihat dari KMS balita dan buku register posyandu.

Data Puskesmas bahwa cakupan imunisasi campak balita pada tahun 2013 dari 529 balita

yang di imunisasi ada (4 balita) terkena campak sebesar 25%. Sedangkan pada tahun 2014

dari 321 balita yang di imunisasi ada (2 balita) terkena campak sebesar 8%.Berdasarkan data

dan keterangan di atas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin

Tahun 2016.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian Survei analitik yaitu penelitian

yang dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis tentang suatu objek yang diteliti

dengan rancangan studi cross sectional yaitu metode penelitian dengan cara

Page 19: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

249

pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat/point time

aaproach (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

mempunyai balita di Wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2015 sejumlah 531

balita dengan sampel 96 responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 1

Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banjarmasin Tahun 2016

Umur Ibu

Pemberian Imunisasi Campak Total

p-value Ya Tidak

n % N % N %

Tua 23 57,5 17 42,5 40 100 0,001

Muda 13 21,7 47 78,3 60 100

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016 menunjukkan

bahwa responden yang berumur muda dan tidak memberikan imunisasi campak sebanyak 47

orang (78,3%), sedangkan responden yang berumur tua dan tidak memberikan imunisasi

campak sebanyak 17 orang (42,5%). Berdasarkan uji statistik nilai (p-value = 0,001), artinya

ada hubungan umur ibu dengan pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016.Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ririn, 2012 nilai p-value = 0,005 bahwa umur berhubungan dengan

pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban

Kabupaten 50 Kota.

Umur adalah usia ibu yang menjadi indicator dalam kedewasaan dalam setiap

pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya.

Umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut

umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti

dari usia muda. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang mempunyai usia lebih tua cenderung

mempunyai pengetahuan lebih banyak (Notoatmodjo, 2002).

2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 2

Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banjarmasin Tahun 2016

Pendidikan Ibu

Pemberian Imunisasi

Campak Total p-value

Ya Tidak

Page 20: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

250

n % n % n %

Tinggi 25 67,6 12 32,4 37 100 0,000

Rendah 11 17,5 52 82,5 63 100

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016

menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan rendah dan tidak memberikan

imunisasi campak sebanyak 52 orang (82,5%), sedangkan responden yang

berpendidikan tinggi dan tidak memberikan imunisasi campak sebanyak 12 orang

(32,4%).

Berdasarkan uji statistik nilai (p-value = 0,000), artinya ada hubungan pendidikan ibu

dengan pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kota

Banjarmasin tahun 2016.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn, 2012 nilai p-value=

0,000 bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada

batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota. Tingkat

pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya dalam pembentukan

perilaku, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat

kesaran seseorang tentang suatu hal untuk mengambil sebuah keputusan. Pendidikan

secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain

baik individu, kelompok, ataupun masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi

atau penerapan pendidikan bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 3

Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banjarmasin Tahun 2016

PekerjaanIbu

Pemberian Imunisasi Campak Total

p-value Ya Tidak

n % N % n %

TidakBekerja 23 59,0 16 41,0 39 100 0,000

Bekerja 13 21,3 48 78,7 61 100

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016

menunjukkan bahwa responden yang bekerja dan tidak memberikan imunisasi campak

sebanyak 48 orang (78,7%), sedangkan responden yang tidak bekerja dan tidak

memberikan imunisasi campak sebanyak 16 orang (41,0%).

Berdasarkan uji statistik nilai (p-value = 0,000), artinya ada hubungan pekerjaan ibu

dengan pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kota

Banjarmasin tahun 2016.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyanti (2013)

menyatakan bahwa ibu tidak bekerja didapat hasil (p-value = 0,03) berhubungan secara

bermakna terhadap imunisasi campak pada bayi di desa Batubarani.

Pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian imunisasi

campak pada anak balita. Pada pekerjaan ibu maupun keaktifan ibu dalam berorganisasi

sosial berpengaruh pada kejadian campak pada balita. Hal ini dapat dijadikan

pertimbangan bagi ibu balita apabila ingin berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan.

Page 21: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

251

Dengan pekerjaannya tersebut diharapkan ibu mendapat informasi tentang pemberian

imunisasi campak.

4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 4

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Pada BalitaDi Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banjarmasin Tahun 2016

Pengetahuan Ibu

Pemberian Imunisasi Campak Total

p-value Ya Tidak

n % N % n %

Baik 24 58,5 17 41,5 41 100 0,000

Kurang 12 20,3 47 79,7 59 100

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016

menunjukkan bahwa responden yang pengetahuan kurang dan tidak memberikan

imunisasi campak sebanyak 47 orang (79,7%), sedangkan responden yang pengetahuan

baik dan tidak memberikan imunisasi campak sebanyak 17 orang (41,5%).

Berdasarkan uji statistik nilai (p-value = 0,000), artinya ada hubungan pengetahuan ibu

dengan pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kota

Banjarmasin tahun 2016.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn, 2012 nilai p-value =

0,000 bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada

batita di wilayah kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Jannah, dkk 2012 nilai

p-value = 0,000 bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan status imunisasi campak

pada batita di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar.

5. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 5

Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banjarmasin Tahun 2016

Sikap Ibu

Pemberian Imunisasi Campak Total

p-value Ya Tidak

n % n % n %

Positif 21 58,3 15 41,7 36 100 0,001

Negatif 15 23,4 49 76,6 64 100

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016

menunjukkan bahwa responden yang bersikap negatif dan tidak memberikan imunisasi

campak sebanyak 49 orang (76,6), sedangkan responden yang bersikap positif dan tidak

memberikan imunisasi campak sebanyak 15 orang (41,7%).

Berdasarkan uji statistik nilai (p-value = 0,001), artinya ada hubungan sikap ibu dengan

pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin

tahun 2016.

Page 22: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

252

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Jannah, dkk 2012 nilai

p-value = 0,002 bahwa sikap ibu berhubungan dengan status imunisasi campak pada

batita di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar.

Sikap baik terhadap suatu nilai atau tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata,

sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi tertentu,

pengalaman orang lain dan pengalaman dirinya, serta nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

6. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 6

Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Campak

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banjarmasin Tahun 2016

Dukungan Suami

Pemberian Imunisasi Campak Total

p-value Ya Tidak

n % n % n %

Mendukung 24 53,3 21 46,7 45 100 0,002

TidakMendukung 12 21,8 43 78,2 55 100

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016

menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan suami dan tidak

memberikan imunisasi campak sebanyak 43 orang (78,2%), sedangkan responden yang

mendapat dukungan suami dan tidak memberikan imunisasi campak sebanyak 21 orang

(46,7%).

Berdasarkan uji statistik nilai (p-value = 0,002), artinya ada hubungan dukungan suami

dengan pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kota

Banjarmasin tahun 2016.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwiatusti, Putri, dkk. 2012

nilai p-value = 0,000 bahwa dukungan suami berhubungan dengan pemberian imunisasi

BCG di wilayah Puskesmas UPT Cimanggis Kota Depok.

Pada dasarnya dukungan suami bukan hanya pada ibu, teatapi suami juga berperan

penting dan dituntut keterlibatannya dalam melihat perkembangan balitanya. Karena

suami adalah orang yang terdekat yang diharapkan selalu ada didekat ibu dan selalu

siap memberi bantuan baik moril maupun materil.

KESIMPULAN

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarmasin tahun 2016

menunjukkanbahwabalita yang diberiimunisasicampaksebanyak 36 balita (36%),

sedangkan yang tidakdiberiimunisasicampaksebanyak 64 balita (64,0%). Variabel yang

berhubungandengan pemberian imunisasi campak pada balita di wilayah kerja

Puskesmas kota Banjarmasin tahun 2016 adalahumur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikapdandukungansuamidimana ρ < α =

0,005.Kepadaibudiharapkanuntuk mematuhi jadwal imunisasi yang harus diberikan

pada anaknya, dan kepada Puskesmas hendaknya lebih berperan aktif dalam

meningkatkan pemahaman masyarakat terutama ibu-ibu tentang imunisasi campak

melalui penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

253

Adriana, 2003. Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap Kunjungan Posyandu Dengan Pemberian

Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Balangan. Banjarmasin.

Skripsi FKM Uniska.

Depkes RI, 2005 Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta.Ditjen PP dan PL

_________, 2007. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), Jakarta.

_________, 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Jakarta. Jurnal [Putri, 2012]

Dinkes Provinsi, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin.

Dinkes Kota Banjarmasin. 2014, Profil Kesehatan Kota Banjarmasin.

Dito, Anurogo, 2008. Tips Praktis Mengatasi Campak. Jakarta.

http//www.indonesia.indonesia.com.

Fitriyanti. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi Dasar Lengkap

Pada Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone. Bolango

Jurnal [diakses 13 Januari 2017] Harrison, 2002. Kelainan Karena Agen Biologik dan Lingkungan (Principles of Internal

Medicine. EGC

Hastono, Sutanto, Priyo, 2006. Analaisis Multivariat. Depok

Hilwati, 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Campak di Kota Bekasi.

Tesis-IKM Urindo

IDAI, 2011. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Indra, dkk. 2010. HubunganFaktorPerilakuIbudenganPenerapanImunisasiCampak di

Wilayah kerjaPuskesmasPunggur. Jurnal [12 Pebruari 2015].

Fuadiyati, Nur. 2011. Faktor Risiko Kejadian Campak Anak Balita (bawah lima tahun) Pada

Wilayah KLB Campak Di Kecamatan Rumpin dan Suka Makmur Kab. BogorPeriode

Januari 2010-Januari 2011: Program Pascasrajana, Tesis FKM UI, Depok.

Puskesmas, 2013. Profil Laporan Tahunan Puskesmas Alalak Tengah. Kota Banjarmasin.

Putri, Dwiastuti, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi

BCG di wilayah Puskesmas UPT Cimanggis Kota Depok tahun 2012. Jurnal Ilmiah-

STIKES MH. Thamrin [diakses 13 januari 2017]

Ririn, Rahmala F, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi

Campak Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten

50 Kota Tahun 2012. Skripsi-FKM Universitas Sumatra Utara [diakses 13 januari

2017]

Riskesdas, Nasional. 2013. Laporaan Nasional “Riset Kesehatan Dasar 2007”. Badan

Penelitian & Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Notoatmodjo, 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,Reinika Cipta.

Jakarta.

___________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta. Jakarta.

___________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Rineka Cipta: Jakarta.

___________, 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar), Rineka Cipta,

Jakarta.

___________, 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan ke 2: Rineka Cipta, Jakarta.

Nur Jannah, dkk, 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Campak Pada

Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi-

FKM Departemen Epidemiologi Universitas Hasanuddin [diakses 13 Januari 2017]

WHO, 2008. Global Immunization Coverage, dari

http://www.who.int/immunitazionmonitiring/date/en [13 Pebruari 2015]

_____. 2011. Pedoman Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi dan Anak Balita. Jakarta.

[Sartika, 2012].

Page 24: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

254

HUBUNGAN UMUR DAN SIKAP MENGENAI GIGI TIRUAN

DENGAN LAMA PENGGUNAAN GIGI TIRUAN PADA PASIEN

DI KLINIK GIGI ILHAMBANJARMASIN 2016

Akhmad Fauzan dan M. Bahrul Ilmi

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Gigi tiruan dipergunakan untuk menghindari resiko yang akan terjadi mengikuti hilangnya

gigi, seperti penampilan yang tidak menarik, bergesernya gigi-gigi lain mengisi ruangan

bekas pencabutan, perubahan fungsi kunyah, fungsi bicara, dan lain-lain. Berdasarkan

Riskesdas tahun 2013, prevalensi 3 provinsi penduduk yang bermasalah gigi dan mulut

terbanyak yaitu Sulawesi Selatan (10,3%), Kalimantan Selatan (8%) dan Sulawesi Tengah

(6,4%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur dan sikap mengenai

gigi tiruan denganlama penggunaan gigi tiruan pada pasien di Klinik Gigi Ilham Banjarmasin

2016. Desain penelitian ini kuantitatif non eksperimental (observasi), teknik sampel dengan

accidental sampling, pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah dengan

mengambil semua pasien yang datang untuk perawatan ataupun pembuatan gigi tiruan

sebagai subjek penelitian (total populasi) yang akan dilaksanakan Analisis data dilakukan

dengan menggunakan uji Chi Square dengan menggunakan bantuan program komputer. Hasil

penelitian didapatkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan lama penggunaan

gigi tiruan. ORsebesar 14,4 (95% CI = 3,525-58,742) menunjukkan bahwa pasien lansia awal

mempunyai peluang penggunaan gigi tiruan 14,4 kali lebih tinggi dibandingkan pasien lansia

akhir.

Kata Kunci :gigi tiruan, umur, sikap, lama penggunaan.

ABSTRACT

Denture used to avoid the risks that will occur following tooth loss, such as the appearance of

unattractive, shifting of other teeth who which filling the space former revocation, change of

chewing function, speech function, and others. In Riskesdas 2013, the prevalence of three

provincial population most problematic teeth and mouth namely South Sulawesi (10.3%),

South Kalimantan (8%) and Central Sulawesi (6.4%).The purpose of this study was to

determine the correlation between age and attitudes duration the use of the old denture with

denture patients in Banjarmasin Ilham Dental Clinic in 2016.The study design was

quantitative non-experimental (observation), engineering sample with accidental sampling,

cross-sectional approach.Sample of this research is to take all the patients who come for

treatment or making the denture as research subjects (total population) to be carried out The

data were analyzed using Chi Square test with the help of a computer program.The result

showed no significant relationship between age and duration of use denture. OR of 14.4 (95%

CI = 3.525 to 58.742) shows that elderly patients have a chance of beginning the use of

denture 14.4 times higher than the end of elderly patients.

Keywords : Denture, age, attitude, duration to use

Page 25: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

255

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi di Indonesia sebagai negara berkembang masih jauh dari kata

memuaskan, sekitar 60% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut. Penyebab

timbulnya penyakit gigi dan mulut ini mempunyai banyak faktor, diantaranya ialah

pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi yang berhubungan dengan kebersihan gigi

(oral hygiene) masih sangat rendah (SKRT, 2004).

Di tahun2007 menurutRisetKesehatanDasar(Riskesdas)Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, melaporkan bahwa kehilangan gigiditemukanpada kelompokumur45-

54tahunsebesar1,8%,55-64tahunsebesar5,9%,danpada

kelompokumur65tahunkeatas,kehilangangigimencapai17,6%.Pemakaian

gigitiruandiperlukanapabila seseorangtelahkehilangangiginya.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi 3 provinsi penduduk yang bermasalah

gigi dan mulut terbanyak yaitu Sulawesi Selatan (10,3%), Kalimantan Selatan (8%) dan

Sulawesi Tengah (6,4%).

Jarang sekali orang yang berkeinginan menggunakan gigi tiruan. Tetapi bila gigi asli

terpaksa dicabut, baik karena sudah berlubang besar atau sudah membusuk, gigi tiruan harus

diterima sebagai bagian dari mulut. Hal ini untuk menghindari resiko yang akan terjadi

mengikuti hilangnya gigi, seperti penampilan yang tidak menarik, bergesernya gigi-gigi lain

mengisi ruangan bekas pencabutan, perubahan fungsi kunyah, fungsi bicara, dan lain-lain

(Melinda Suwandi, 2014).

Salah satu klinik gigi yang berada di Banjarmasin adalah Klinik Gigi Ilham. Jam

kerjanya mulai dari jam 16.30-22.00 dari senin-sabtu. Kegiatan praktik yang dilakukan

antara lain perawatan gigi, penambalan gigi, pembersihan karang gigi dan pembuatan serta

pemasangan gigi tiruan akrilik dengan rata-rata pasien perhari 30-35 orang. Untuk pasien

yang ingin dilakukan pembuatan gigi tiruan, dalam 1 hari dimaksimalkan 3-5 orang

dikarenakan adanya pembagian waktu untuk kegiatan praktik lainnya.

Data register pasien 1 bulan terakhir (Oktober 2016), sebanyak 73 orang yang telah

mempunyai gigi tiruan, hanya 54 orang (74%) yang menggunakannya secara rutin, yaitu

antara hari pertama gigi tiruan dipakai hingga 1 minggu setelah pemakaian pertama.

Page 26: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

256

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif non eksperimental (observasi),

teknik sampel menggunakan accidentalsamplingdengan pendekatan cross sectional untuk

mempelajari hubungan umur dan sikap mengenai gigi tiruan denganlama penggunaan gigi

tiruan pada pasien. Saat penelitian, pembagian kuesioner dan wawancara dilakukan selama

waktu tunggu dari pasien mendaftar ke resepsionis hingga pasien dipanggil untuk dilakukan

tindakan.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang baru memakai gigi tiruan

akrilik, yang pernah menggunakan sebelumnya baik secara rutin ataupun tidak, hadir pada

saat penelitian dan bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang mempunyai riwayat penyakit

Diabetes Mellitus, membawa pulang kuesioner tapi tidak dikembalikan lagi (selama masa

penelitian) dan tidak menyelesaikan wawancara dengan berbagai alasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatka hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel Univariat

No Variabel Frekuensi Persentasi (%)

Dependen

Lama Penggunaan Belum lama 40 60,6

lama 26 39,4

Independen

1 Umur Lansia awal 49 74,2

Lansia akhir 17 25,8

2 Sikap Mendukung 22 33,3

Tidak mendukung 44 66,7

Tabel 2. Tabel Bivariat

No Variabel Lama penggunaan

Belum lama % Lama %

1 Umur Lansia awal 37 56,1 12 18,2

Lansia akhir 3 4,5 14 21,2

2 Sikap Mendukung 15 22,7 7 10,6

Tidak mendukung 25 37,9 19 28,8

Dilihat dari tabel 2, dapat dijelaskan bahwa persentasi variabelumur pada responden

statuslansia awal yang belum lama menggunakan gigi tiruan sebanyak 56,1% (37 responden).

Untuk persentasi status sikap pada responden yang tidak mendukung dan belum lama

menggunakan gigi tiruan sebanyak 37,9 % (25 responden).

Page 27: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

257

1. Hasil analisis univariat dari variabel lama penggunaan gigi tiruan pada pasien di Klinik

Gigi Ilham Banjarmasin tahun 2016, didapatkan bahwa variabel lama penggunaan gigi

tiruan dengan status belum lama lebih besar daripada variabel lama penggunaan gigi

tiruan dengan status lama. (60,6% berbanding) 39,4%)..

2. Hasil analisis univariat pada variabel umur diketahui distribusi frekuensi responden

bahwa jumlah pasien dengan status lansia awal mempunyai persentasi lebih besar

dibandingkan dengan jumlah pasien dengan status lansia akhir (74,2% berbanding

25,8%)

3. Hasil analisis bivariatdari variabel umur dengan variabel lama penggunaan gigi tiruan,

dilihat dari hasil uji statisticdiperoleh p-value = 0,000serta nilai Odds Ratio

(OR)sebesar 14,4 (95% CI = 3,525-58,742). Dengan p-value <0,05, yang artinya ada

hubungan yang bermakna antara umur dengan lama penggunaan gigi tiruan di Klinik

Gigi Ilham Banjarmasin tahun 2016.

4. Hasil analisis univariat pada variabel sikap diketahui distribusi frekuensi responden

bahwa jumlah pasien dengan status mendukung mempunyai persentasi lebih kecil

dibandingkan dengan jumlah pasien dengan status tidak mendukung (33,3% berbanding

66,7%).

5. Hasil analisis bivariat dari variabel sikap dengan variabel lama penggunaan gigi tiruan,

dilihat dari hasil uji statisticdiperoleh p-value = 0,533serta nilai Odds Ratio

(OR)sebesar 1,629 (95% CI = 0,555-4,783). Dengan p-value <0,05, yang artinya tidak

ada hubungan yang bermakna antara umur dengan lama penggunaan gigi tiruan di

Klinik Gigi Ilham Banjarmasin tahun 2016.

6. Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi umur padastatus lansia awal di Klinik

Gigi Ilham adalah sebesar 74,2%. Untuk proporsi status yang belum lama

menggunakan gigi tiruan pada lansia awal yaitu 56,1%. Dari hal tersebut, kontribusi

pasien yang termasuk lansia awal dan belum lama menggunakan gigi tiruan yaitu

sebesar 41,63% (74,2% x 56,1% = 41,63%).

7. Untuk distribusi frekuensi umur, status lansia akhir yaitu sebesar 25,8%, proporsi yang

menggunakan gigi tiruan pada lansia akhir yaitu 4,5%. Dapat dilihat bahwa kontribusi

pasien yang termasuk lansia akhir yaitu sebesar 1,16% (25,8% x 4,5% = 1,16%)

Page 28: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

258

KESIMPULAN

1. Variabel yang ada hubungan bermakna dengan variabel lama penggunaan gigi tiruan

yaitu variabel umur, sedangkan untuk variabel sikap tidak ada hubungan bermakna.

2. Hasil analisis bivariat dari variabel umur dengan variabel lama penggunaan gigi tiruan,

didapatkan bahwa 56,1% pasien lansia awal belum lama menggunakan gigi tiruan,

sedangkan 4,5% pasien lansia akhir belum lama menggunakan gigi tiruan.

3. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000serta nilai Odds Ratio (OR)sebesar 14,4

(95% CI = 3,525-58,742). Dengan p-value <0,05, yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan lama penggunaan gigi tiruan di Klinik Gigi Ilham

Banjarmasin tahun 2016.

4. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 14,4 menunjukkan bahwa pasien lansia awal

mempunyai peluang lama penggunaan gigi tiruan 14,4 kali lebih tinggi dibandingkan

pasien lansia akhir.

5. Distribusi frekuensi umur pada pasien, status lansia awal yaitu sebesar 74,2%. Proporsi

yang menggunakan gigi tiruan pada lansia awal yaitu 56,1%. Dapat dilihat bahwa

kontribusi pasien yang termasuk lansia awal terhadap penggunaan gigi tiruan

yaitusebesar 41,63%.

6. Distribusi frekuensi distribusi umur pada pasien dengan status lansia akhir sebesar

25,8%. Proporsi yang menggunakan gigi tiruan pada lansia akhir sebesar 4,5%.

Kontribusi pasien yang termasuk lansia akhir terhadap penggunaan gigi tiruan sebesar

1,16%.

SARAN

Dapat memberikan pengetahuan kesehatan gigi secara terencana sehingga adanya

perubahan sikap pasien yang datang menjadi lebih baik dalam meningkatkan kesehatan

giginya. Meningkatkan promosi kesehatan dengan gigi tiruan khususnya, sebagai bentuk

preventif dari masalah kesehatan gigi dan mulut seperti seperti penggunaan media bantu

(cetak & elektronik)leaflet, brosur,poster bahkan video yang ditayangkan.Penelitian

selanjutnya semoga dapat mengkaji dan meneliti lebih mendalam mengenai dukungan umur

dan sikap pada lama penggunaan gigi tiruan, sehingga mengoptimalkan pengembangan upaya

mengenai fungsi, manfaat dan tujuan penggunaan gigi tiruan.

Page 29: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

259

DAFTAR PUSTAKA

Agtini, M. D. 2010. Persentasi Pengguna Protesa Di Indonesia. Media Litbang Kesehatan

Volume XX Nomor 2, (ejournal.litbang.depkes.go.id), diakses 24 September 2016.

Audy Dental. 2013. Berbagai Jenis Gigi Palsu. (http://www.audydental.com/categories/gigi-

tiruan),diakses 25 September 2016.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013.Riset

Kesehatan Dasar. Jakarta

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan

Gigi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

-------------, 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

Gigi.Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Charisma, Olivia. T 2013. Perilaku Masyarakat Pengguna Gigi tiruan Lepasandi Kelurahan

Bahu.Manado : FKG Universitas Sam Ratulangi.

Depkes RI., 2004, Survey Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta.

Emini 2013, Gigi Tiruan dan Perilaku Ibadah, Jakarta :Journal Health Quality Vol.4 No.1

Nopember 2013.

Hashanur, Itjiningsih W. 2012. Anatomi Gigi. Jakarta : Buku KedokteranEGC.

Kesehatan Gigiku. 2014. Manfaat dan Kegunaan Gigi Palsu.

(http://www.kesehatangigiku.com),Diakses 25 September 2016.

Melinda Suwandi. 2014. Bila Terpaksa Harus Menggunakan Gigi Palsu.

(http://wardogi.blogspot.com),diakses 25 September 2016.

Murti, Bhisma, 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.Yogyakarta :Gajah Mada

University Press.

Nurlitasari, D. F. 2012. Faktor Yang Berperan Terhadap Permintaan Gigi Tiruan Pada

Lansia.Jakarta : FKG UI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173/MENKES/PER/X/2004

Tentang Rumah Sakit Gigi Dan Mulut.

Poerwadarminta WJS. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Riskesdas(Riset Kesehatan Dasar). 2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Jakarta :Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Sarlito,W.S. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori PsikologiSosial.

Edisi3.Jakarta: BalaiPustaka.

Page 30: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

260

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETUGAS GIZI

PUSKESMAS DALAM PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN DI POS

PELAYANAN TERPADU LANJUT USIA (POSYANDU LANSIA) KOTA

BANJARBARU TAHUN 2016

Ari Widyarni dan Nuning Irnawulan Ishak

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 pasal 8disebutkan bahwa

Pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan

kesejahteraan sosial lanjut usia (Lansia). Data cakupan pelayanan kesehatan Lansia di Kota

Banjarbaru terlihat masih rendah dari target 70% yaitu hanya 31,2% Lansia yang

mendapatkan pelayanan kesehatan dari total Lansia di Kota Banjarbaru.Penelitian ini

merupakan studi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel adalah

seluruh Petugas Gizi Puskesmas di Puskesmas Kota Banjarbaru yang berjumlah 38 orang.

Pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner terstruktur pada Petugas Gizi

Puskesmas. Analisis bivariat menggunakan Pearson Product Moment, Rank

Spearmandanmultivariat menggunakan Regresi Logistik. Hasil penelitian bahwa sebagian

besar responden berpendidikan DIII Gizi, memiliki masa kerja lebih dari 12 bulandan

berumur antara 24 tahun sampai dengan 48 tahun. Responden mempersepsikan motivasi

rendah (57,9%), mempersepsikan tanggung jawab baik (52,6%) dan mempersepsikan

supervisi kurang baik (57,9%). Variabel yang berhubungan dengan motivasi petugas gizi

adalah tanggung jawab (r = 0,913, p = 0,0001), dan supervisi (r = 0,782, p = 0,0001).Hasil

analisis multivariat menyatakan bahwa ada pengaruh variabel tanggung jawab terhadap

motivasi Petugas Gizi Puskesmas dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu

Lansia Kota Banjarbaru. Disarankan bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk

meningkatkan pembinaan dan pengarahan rutin melalui pelatihan, seminar dan pendidikan,

meningkatkan kerjasama dan penggerakan serta meningkatkan motivasi dengan memberikan

penghargaan kepada Petugas Gizi Puskesmasberprestasi dalam pemberian penyuluhan

kesehatan di Posyandu Lansia Kota Banjarbaru.

Kata Kunci : Motivasi, Penyuluhan Kesehatan, Petugas Gizi

ABSTRACT

Indonesian Government Regulation No. 43 of 2004, Article 8 states that governments,

communities and families are responsible for the realization of efforts to improve the social

welfare of the elderly (Elderly). Data Elderly health care coverage in the City Banjarbaru

seen still lower than the target of 70% is only 31.2% elderly who receive health care of

elderly in the total Banjarbaru City. This research is a quantitative study with a cross-

sectional approach. Population and sample are all officers of nutrition in health centers

Banjarbaru City totaling 38 people. Data collection was studies using a structured

questionnaire on nutritional health center personnel. Bivariate analysis using Pearson Product

Moment and Spearman Rank qualitative research with in-depth interview and multivariate

with Regresi Logistic. The results showedthat most respondentseducatedDIIINutrition, has

aperiod of work over12months, working as anutritionistandagedbetween24 yearsto 48years.

Page 31: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

261

Respondentsstatedlow motivation, stated goodresponsibility, andstatedbad supervision, and

stated factors related to themotivation ofnutritionist is responsibility andsupervision. It is

recommended for the DKK and Puskesmas to improve coaching and training through regular

briefings, seminars and education, improving cooperation and mobilization and increase the

motivation to reward achievement in the delivery of nutrition workers in the health education

Posyandu Lansia in Kota Banjarbaru.

Keywords : Health counseling, Motivation, Nutritionist

PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan

Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usiapasal 8disebutkan bahwa Pemerintah,

masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan

kesejahteraan sosial lanjut usia (Lansia). Pelayanan kesehatan Lansia melalui Posyandu

Lansia dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan

Lansia, agar kondisi fisik, mental dan sosial dapat berfungsi secara wajar melalui pelayanan

pencatatan, pengukuran, pemeriksaan, pengobatan sederhana, penyuluhan atau konseling

kesehatan, gizi serta kesejahteraan dan penyebarluasan informasi kesehatan.1

Data Badan Pusat Statistik, dari 237.641.326 jiwa penduduk di Indonesia pada Tahun

2010jumlah Lansia (60–74 tahun) sebesar 5,98% danLansia risiko tinggi (75 tahun–lebih)

sebesar 1,61%. Lansia yang berusia 60 tahun ke atas pada Tahun 2012 sebesar 18.037.009

(7,59%) dari jumlah penduduk di Indonesia.2

Indonesia merupakan salah satu dari lima negara yang mempunyai Lansia terbanyak

di dunia sesudah Cina, India, USA, dan bekas Uni Soviet. Data Susenas 2013

memperlihatkan Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua yang ditandai oleh jumlah

penduduk Lansia lebih besar dari 7%. Propinsi yang mempunyai Lansia dengan proporsi

tertinggi adalah DI Yogyakarta (14,2%), Jawa Tengah (10,9%) dan Kalimantan Selatan

sebesar 7,68%.3

Mengacu pada Permendagri Nomor : 52 Tahun 2006 dan kewenangan wajib standar

pelayanan minimal (SPM) kesehatan Kabupaten atau Kota, Kota Banjarbaru menetapkan

kebijakan pancapaian cakupan pelayanan kesehatan pra Lansia dan Lansia adalah 70%. Data

cakupan pelayanan kesehatan Lansia di Kota Banjarbaru masih rendah yaitu hanya sebesar

31,3% orang dari jumlah total sebesar 53.309 Lansia. Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada

Lansia diketahui hampir separuh (40,43%) Lansia mengalami keluhan kesehatan setiap

bulannya, sebanyak 28,06%Lansia memiliki tekanan darah tinggi, 4,08% Lansia memiliki

tekanan darah rendahdan 8,29% Lansia memiliki kelainan kencing manis.4

Page 32: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

262

Studi pendahuluan dengan wawancara pada sepuluh Petugas Gizi Puskesmasdi

Posyandu Lansia secara acak serta dilakukan pengamatan, diketahui bahwa tujuh dari

sepuluh Petugas Gizi Puskesmastidak melakukan penyuluhan kesehatan dan gizi untuk

Lansia, hal ini dikarenakan rata–rata kunjungan Lansia yang rendah. Petugas Gizi

Puskesmasjuga menambahkan bahwa beban kerja mereka yang relatif banyak dan tidak ada

pembagian tugas yang jelas menyebabkan kurang fokus, yang terpenting bagi mereka adalah

sudah berusaha menjalankan kegiatan Posyandu Lansia, untuk kualitasnya bagaimana itu

yang kurang diperhatikan. Hal lain yang menyebabkan karena belum adanya supervisi dan

evaluasi hasil kerja secara khusus untuk program Posyandu Lansia.Petugas Gizi

PuskesmasPosyandu Lansia dengan karakteristik yang berbeda tiap wilayah merupakan

kendala tersendiri bagi Pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang sudah ada.

Belum optimalnya peran dan tugas Petugas Gizi Puskesmasdi Posyandu Lansia

seperti digambarkan di atas dan melihat besarnya manfaat Posyandu Lansia bagi masyarakat

khususnya Lansia, maka penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitiantentang

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petugas Gizi Puskesmas dalam Pemberian

Penyuluhan Kesehatan di Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia Kota Banjarbaru”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dan sampel adalah seluruh Petugas Gizi Puskesmasdi Puskesmas Kota Banjarbaru

yang berjumlah 38 orang. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer melalui

wawancara mendalam menggunakan kuesioner terstruktur pada Petugas Gizi Puskesmasdan

data sekunder melalui telaah dokumen. Analisis bivariat menggunakan Pearson Product

Moment, Rank Spearman, multivariat menggunakan Regresi Logistik

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut Umur dan Masa Kerja

No. Karakteristik Median Minimum Maksimum

1. Umur (th) 31,00 24 48

2. Masa kerja (th) 8,00 2 26

Pada Tabel1 menunjukkan bahwa umur responden berkisar antara 24–48 tahun

sehingga dengan umur tersebut merupakan umur yang cukup matang dan siap untuk bekerja.

Usia Petugas Gizi Puskesmasyang paling muda 24 tahun dan yang paling tua48 tahun.

Sedangkan masa kerja responden berkisar antara 2–26 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 33: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

263

pengalaman Petugas Gizi Puskesmascukup lama. Masa kerja berkaitan erat dengan

pengalaman–pengalaman yang telah didapat selama menjalankan tugas.

Tabel 2. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

No. Karakteristik Pendidikan f %

1.

2.

3.

D I Gizi / SPAG

D III Gizi

D IV/S I Gizi

3

20

15

7,9

52,6

39,5

Total 38 100,0

Mayoritas pada pendidikan diploma tiga responden sebanyak 20 orang (52,6%) telah

melaksanakan standar pelayanan Posyandu Lansia, walaupun belum semua langkah dapat

dikerjakan dengan baik. Pendidikan merupakan proses perubahan, sikap dan tata laku

seseorang melalui pelajaran, latihan dan proses perbuatan. Jika pendidikan tidak sesuai

dengan pekerjaannya, maka akan menjadi beban dan dapat menurunkan produktifitas

kerjanya.

Univariat

a. Motivasi Petugas Gizi Puskesmas

Gambar 1.Distribusi Frekuensi Kategori Seluruh Responden Berdasarkan Variabel Motivasi

Petugas Gizi PuskesmasDi Kota Banjarbaru Tahun 2016.

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa dari 38 responden sebagian besar responden

memiliki motivasi rendah sebanyak 22 orang (57,9 %) dan 16 orang responden (42,1%)

mempunyai motivasi yang tinggi, namun lebih kecil dari pada responden dengan motivasi

rendah.Sebagian besar responden memiliki motivasi rendah, ini memang tidak terlepas dari

tugas petugas gizi dalam membantu masyarakat khususnya di Posyandu Lansia. Dalam hal

ini petugas gizi membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam menjalankan pelayanan

Penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia.

b. Tanggung Jawab

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Kategori Seluruh Responden Berdasarkan

VariabelTanggung Jawab Petugas Gizi PuskesmasDi Kota Banjarbaru Tahun

2016.

57,9%42,1%

MOTIVASI

Rendah

Tinggi

Page 34: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

264

Pada gambar 2 menunjukkan bahwa responden yang mempersepsikan tanggung

jawab sebagai Petugas Gizi Puskesmas di Posyandu Lansia kurang baik sejumlah 18 orang

(47,4%) dan yang mempersepsikan tanggung jawab sebagai Petugas Gizi Puskesmas di

Posyandu Lansia baik sejumlah 20 orang (52,6%).Responden mempersepsikan tanggung

jawab sebagai Petugas Gizi Puskesmas di Posyandu Lansia baik, hal ini berarti Petugas Gizi

Puskesmas telah bertanggung jawab sesuai dengan peran dan fungsi Petugas Gizi Puskesmas

itu sendiri dalam penyuluhan kesehatan, Petugas Gizi Puskesmasmemiliki kewenangan untuk

memberikan pelayanan penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia. Berdasarkan hal inilah,

Petugas Gizi Puskesmasdituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus

mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan pemberian

penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia.

c. Supervisi

Supervisi dimaksudkan sebagai berbagai tindakan yang dilakukan untuk memastikan

bahwa staf pelaksana melaksanakan kegiatan secara efektif dan menjadi terampil

bekerja.Dalam mengimplementasikan penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia maka perlu

dilakukan supervisi terhadap motivasi Petugas Gizi Puskesmas tersebut.

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kategori Seluruh Responden Berdasarkan Variabel

Supervisi Petugas Gizi PuskesmasDi Kota Banjarbaru Tahun 2016.

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi Petugas Gizi Puskesmas

terhadap supervisi menyatakan kurang baik yaitu 57,9% dan persepsi Petugas Gizi

Puskesmas terhadap supervisi baik yaitu 42,1%. Diketahui dari hasil penelitian bahwa Dinas

Kesehatan dipersepsikan oleh Petugas Gizi Puskesmas Lansia belum melaksanakan supervisi

dengan baik. Dimana supervisi tidak dilakukan secara berkala, supevisi yang dilakukan sekali

47,4%52,6%

TANGGUNG JAWAB

KURANG BAIK

BAIK

57,9%

42,1%

SUPERVISI

KURANG BAIK

BAIK

Page 35: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

265

bukan supervisi yang baik, berapa sering supervisi yang dilakukan tidak ada pedoman yang

pasti. Walaupun tidak terpaut jauh yaitu masih terdapat 22 Petugas Gizi Puskesmas yang

menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan Dinas Kesehatan bergantung pada derajat

kesulitan dan penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap laporan berupa hasil laporan yang

diserahkan pada setiap triwulan sekali.

Bivariat

a. Tanggung Jawab Dengan Motivasi

Tabel 3. Tabel Silang Variabel Tanggung Jawab Dengan Motivasi

Tanggung Jawab

Motivasi Total

Rendah Tinggi

n % n % n %

Kurang Baik

Baik

17

5

94,4

25,0

1

15

5,6

75,0

18

20

100

100

Total 22 57,9 16 42,1 38 100

(p-value= 0,0001 dan r = 0,913)

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa Petugas Gizi Puskesmas dengan motivasi rendah

yang mempersepsikan tanggung jawab kurang baik (94,4%) lebih banyak daripada Petugas

Gizi Puskesmas dengan motivasi rendah yang mempersepsikan tanggung jawab baik

(25,0%). Sedangkan pada Petugas Gizi Puskesmas dengan motivasi tinggi yang

mempersepsikan tanggung jawab kurang baik (5,6%) lebih kecil dibandingkan Petugas Gizi

Puskesmas dengan motivasi tinggi yang mempersepsikan tanggung jawab baik (75,0%).

Dapat disimpulkan bahwa kelompok responden dengan motivasi rendah cenderung akan

mempunyai persepsi tanggung jawab yang kurang baik, sedangkan pada kelompok responden

yang dengan motivasi tinggi akan cenderung mempunyai persepsi tanggung jawab yang baik

dalam kegiatan pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia.

Pembuktian hipotesis adanya hubungan variabel tanggung jawab dengan motivasi

Petugas Gizi Puskesmas dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia di Kota

Banjarbaru, yang dilakukan dengan uji Pearson Product Moment. Hasil korelasi

menunjukkan nilai r = 0,913 dan p = 0,0001, yang berarti p kurang dari 0,05 sehingga

disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel tanggung jawab dengan motivasi Petugas

Gizi Puskesmas dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia, dengan

kekuatan hubungan kedua variabel tergolong sangat kuat.

Meningkatkan motivasi petugas gizi dapat dilakukan dengan cara memenuhi

kebutuhan, seperti kebutuhan fisiologis serta kebutuhan egoistik yang meliputi harga diri dan

aktualisasi diri maupun dengan cara komunikasi persuasivemelalui rapat atau pertemuan rutin

Page 36: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

266

agar dapat bekerja sama dalam menjalankan tugas dan menyelesaikan kesulitan–kesulitan

yang dihadapi dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia.6

Persepsi tanggung jawab merupakan kewajiban yang harus dipikul sebagai akibat dari

perbuatan pihak yang berbuat, manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari

akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan

pengorbanan.

Tanggung jawab menjalankan Posyandu Lansia dalam memberikan penyuluhan

kesehatan oleh Petugas Gizi Puskesmas sesuai dengan keterampilan dan profesi sebagai

Petugas Gizi Puskesmas, tetapi bagi Petugas Gizi Puskesmas hal ini tidak mudah dikerjakan

karena mempunyai beban kerja yang sangat berat dan tidak sesuai dengan insentif yang

diterima. Padahal tanggung jawab merupakan salah satu unsur penting faktor yang dapat

mendorong motivasi individu untuk dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, jika

tanggung jawab tidak terdapat pada pegawai atau karyawan akan dapat berimplikasi serius

terhadap keberhasilan dari sebuah pekerjaan.7

Tugas dan tanggung jawab sangat penting dalam menentukan mutu kinerja Petugas

Gizi Puskesmas. Dalam memberikan penyuluhan Kesehatan di Posyandu Lansia, Petugas

Gizi Puskesmas harus waspada serta meningkatkan kinerjanya mengingat tugas dan tanggung

jawab berhubungan dengan kegiatan atau tindakan mereka. Petugas Gizi Puskesmas perlu

memonitor dan mengevaluasi semua hasil pekerjaan yang telah dilakukannya dan selalu

berupaya meningkatkan serta menjaga mutu pelayanannya. Berdasarkan hal inilah Petugas

Gizi Puskesmas diandalkan untuk memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan

penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia.

b. Supervisi Terhadap Motivasi

Tabel 4. Tabel Silang Variabel Supervisi Dengan Motivasi Petugas Gizi Puskesmas Di Kota

Banjarbaru

Supervisi

Motivasi Total

Rendah Tinggi

n % n % n %

Kurang Baik

Baik

19

3

86,4

18,8

3

13

13,6

81,2

22

16

100

100

Total 22 57,9 16 42,1 38 100

(p-value= 0,0001 dan r = 0,782)

Dari tabel 4 diketahui bahwa Petugas Gizi Puskesmas dengan motivasi rendah yang

mempersepsikan supervisi kurang baik (86,4%) lebih banyak daripada Petugas Gizi

Puskesmas dengan motivasi rendah yang mempersepsikan supervisi baik (18,8%). Sedangkan

Page 37: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

267

pada Petugas Gizi Puskesmas dengan motivasi tinggi yang mempersepsikan supervisi kurang

baik (13,6%) lebih kecil dibandingkan Petugas Gizi Puskesmas dengan motivasi tinggi yang

mempersepsikan supervisi baik (81,2%). Dari tabel silang tersebut dapat disimpulkan bahwa

kelompok responden dengan motivasi rendah cenderung mempersepsikan supervisi dengan

kurang baik, sedangkan pada kelompok responden dengan motivasi tinggi cenderung

mempersepsikan supervisi dengan baik dalam kegiatan pemberian penyuluhan kesehatan di

Posyandu Lansia.

Pembuktian hipotesis adanya hubungan variabel supervisi dengan motivasi Petugas

Gizi Puskesmas dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia Kota

Banjarbaru, yang dilakukan dengan uji Rank Spearman. Hasil korelasi menunjukkan nilai r =

0,782 dan p = 0,0001, yang berarti p kurang dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa adanya

hubungan antara variabel supervisi dengan motivasi Petugas Gizi Puskesmas dalam

pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia, dengan kekuatan hubungan kedua

variabel tergolong kuat.

Sebagian besar responden juga menyatakan bahwa Dinas Kesehatan tidak melakukan

pemantauan setiap kegiatan penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia secara dokumentasi

dan secara langsung, sebagian kecil Petugas Gizi Puskesmasjuga berpendapat bahwa Dinas

Kesehatan cenderung melakukan pemeriksaan secara langsung jika ada tenaga, jika

mengalami keterbatasan tenaga pemeriksaan cukup dilakukan dengan pelaporan yang dikirim

kepada Dinas Kesehatan, padahal catatan dokumentasi yang identik dengan hasil pelaksanaan

cenderung tidak dapat memberikan gambaran nyata dari kemampuan Petugas Gizi

Puskesmasdengan kompetensinya melaksanakan standar pelayanan Posyandu Lansia.

Pembinaan dan pemantauan merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendukung

terlaksananya pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Pembinaan bertujuan agar pelayanan

pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia dapat diselenggarakan dengan berkualitas dan

mengutamakan kesehatan serta kepuasan klien, selain tersedianya tenaga, sarana dan

prasarana pelayanan sesuai prosedur. Pemantauan dilakukan secara internal oleh timjaga

mutu dengan unsur–unsur terkait yang terlibat langsung dalam pelayanan.

Sasaranpemantauan adalah pelayanan dasar dan lanjutan.

Kegiatan supervisi yang dilaksanakan dimaksudkan agar pelaksanaan Posyandu

Lansia dalam pemberian penyuluhan kesehatan bagi Lansia sesuai dengan rencana dan

masalahdi lapangan dapat dipecahkan serta mencapai tujuan dan sasaran. Salah satu tehnik

supervisi antara lain dengan menetapkan sasaran pengamatan hanya ditujukan pada sesuatu

yang bersifat pokok. Di Kota Banjarbaru tehnik supervisi yang dilakukan dimana yang

Page 38: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

268

disupervisi diminta datang ke DKK, sehingga penetapan sasaran yang pokok kurang bisa

dilaksanakan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena terbatasnya sumber daya manusia yang

tersedia. Supervisi yang dilakukan oleh pengelola program Lansia terhadap pelaksanaan

standar pelayanan penyuluhan kesehatan dengan cara meminta dokumentasi hasil

pelaksanaan. Dengan tidak dilakukannya supervisi oleh tenaga yang kompeten sangat

memungkinkan data yang dilaporkan dalam setiap tahun sekali adalah data fiktif.

Supervisi merupakan salah suatu upaya pembinaan ataupengarahan untuk

meningkatkan gairah dan prestasi kerja dengan memberikan petunjuk serta saran, setelah

menemukan alasan dan keluhan pelaksana dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi.Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan performance dari petugas kesehatan

secara kontinyu. Ada empat faktor besar manfaat dari supervisi, yaitu: 1). Membuatyakin

bahwa sasaran program adalah tepat, 2). Mengatasikesulitan yang dihadapi, 3).

Meningkatkan motivasi kepada staf dan4). Membantu peningkatan keterampilan petugas

serta kemampuan. Sebab dengan melakukan kegiatan supervisi secara sistimatis maka akan

memotivasi pegawai untuk meningkatkan prestasi kerja mereka dan pelaksanaan pekerjaan

akan menjadi lebih baik.8

Faktor higiene atau pemelihara sangat berhubungan dengan motivasi Petugas Gizi

Puskesmas dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia. Faktor pemelihara

dapat mencegah merosotnya semangat atau efisiensi. Perbaikan pada faktor pemelihara akan

mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan kerja, faktor pemuas dan pemeliharaan dalam

kerj.9

Motivasi seseorang tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan,

sebaliknya motivasi seseorang rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang

diharapkan.Kegiatan supervisi juga bertujuan untuk melakukan evaluasi dari pelayanan yang

dilakukan oleh petugas gizi dalam penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia. Hal ini sesuai

dengan tujuan dari supervisi yaitu untuk memantau secara langsung dan mengikuti

perkembangan setiap kegiatan dan sekaligus memberikan pembinaan dan bantuan teknis.

KESIMPULAN

1. Hasil penelitian pada 38 Petugas Gizi Puskesmas didapatkan sebagian besar motivasi

responden rendah yaitu 22 orang (57,9%) dan motivasi responden tinggi sejumlah 16

orang (42,1%).

2. Ada hubungan yang bermakna antara variabel tanggung jawab (r = 0,913, p = 0,0001)

dan variabel supervisi (r = 0,782, p = 0,0001) dengan motivasi Petugas Gizi Puskesmas

Page 39: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

269

dalam pelaksanaan pemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia Kota

Banjarbaru.

3. Ada pengaruh antara variabel tanggung jawab (R2 = 0,162, p = 0,007) dengan motivasi

Petugas Gizi Puskesmas dalam pelaksanaan pemberian penyuluhan kesehatan di

Posyandu Lansia Kota Banjarbaru.

4. Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Petugas

Gizi Puskesmas dalampemberian penyuluhan kesehatan di Posyandu Lansia Kota

Banjarbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah. Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lansia. Jakarta;

2004.

Kementrian Kesehatan, RI. Profil Kesehatan Indonesia, 2010. Jakarta: 2011.

Komisi Nasional, Lanjut Usia. Profil Penduduk Lanjut Usia 2013. Jakarta. 2014.

Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Profil Kesehatan Kota Banjarbaru Tahun 2014.

Banjarbaru. 2015.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Salemba

Medika.

Danim. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Rineka Cipta. Jakarta. 2004.

Andrian. Manusia dan Tanggung Jawab. Bagus Pemuda Indonesia. Jakarta. 2011.

James L, Gibsons. 1998. Organisasi Dan Manajemen. Edisi keempat. Jakarta. Erlangga.

Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja SDM

Page 40: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

270

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN POLA KONSUMSI

TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA

PADA SISWI SLTPN2BANJARBARU TAHUN 2016

Deni Suryanto dan Hilda Irianty

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang

dari darah normal.Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gr/dl.Anemia merupakan

masalah gizi yang banyak terdapat diseluruh dunia, yang tidak hanya terjadi di negara

berkembang tetap juga dinegara maju.Penderita anemia diperkirakan dua milyar di dunia,

dengan prevalensi terbanyak diwilayah Asia dan Afrika.WHO (2004).DiIndonesia, dari

laporan (Depkes, 2005) prevalensi anemia pada remaja wanita usia 15-19 tahun adalah

26,5%. Hasil penelitian Permaesih dan Herman (2005) tentang prevalensi anemia remaja usia

10-19 tahun adalah 25,5%, dengan anemiapada remaja wanita 30%. Tujuan penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pola konsumsi terhadap pencegahan

anemia pada siswi SLTPN 2 Banjarbaru.Jenis penelitian adalah survei analitik dengan

pendekatan cross sectional.Sampel penelitian yaitu siswi kelas VII dan VII SLTPN 2

Banjarbaru yang berjumlah 84 siswi.Instrumen penelitiannya adalah menggunakan angket

dan analisis data di uji dengan menggunakan uji Chi-square.Hasil penelitian didapat(P

value= 0,038), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan dengan

Pencegahan Anemia pada siswi, dan (P value= 0,032) yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara pola konsumsi denganPencegahan Anemia pada Siswi.

Kata kunci : Pengetahuan siswi, Pola konsumsi siswi, Anemia pada siswi, Pencegahan

anemia pada siswi, Siswi SLTPN.

ABSTRACT

Anemia is a medical condition in which the number of red blood cells or the hemoglobin is

less than normal blood. Anemia is a nutritional problem that is Widely available throughout

the world, the which does not only occur in developing countries remains Also in developed

countries. Patients with anemia estimated two billion in the world, with the highest

prevalence in the region of Asia and Africa, WHO(2004). In Indonesia, on the report (MOH,

2005), the prevalence of anemia in young women aged 15-19 years was 26.5%. Permaesih

research results and Herman (2005) on the prevalence of anemia adolescents aged 10-19

years was 25.5%, with anemia in young women 30%. The purpose of this of researchwas

conducted to determine the correlation between knowledge and consumption patterns

towards prevention of anemia female students in SLTPN 2 Banjarbaru. This type of research

is analytic survey with cross sectional approach. The research sample is female students of

class VII and VII SLTPN 2 Banjarbaru totaling 84 students. The research instrument is using

questionnaires and data analysis in a test using Chi-square test. The result is (P value =

0.038), which means that there is a significant relationship between knowledge of the

Prevention of Anaemia in female students, and (P value = 0.032), which means there is a

significant relationship between consumption patterns with the Prevention of Anemia in

female students

Page 41: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

271

Keywords : Knowledge of the female students, the consumption patterns of the female

students, the Anemia in female students, Prevention of anemia in female

students, Female students SLTPN

PENDAHULUAN

Remaja putri lebih rentan anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki disebabkan oleh

kebutuhan zat besi pada remaja putri adalah 3 kali lebih besar dari pada laki-laki, setiap hari

manusia kehilangan zat besi 0,6 mg melalui feses, remaja putri setiap bulan mengalami

menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan darah, dimana remaja putri kehilangan zat

besi ± 1,3 mg per hari,itulah sebabnya remaja putri memerlukan zat besi untuk

mengembalikan kondisi tubuhnya ke keadaan semula, sehingga kebutuhan zat besi remaja

putri lebih banyak dari pada remaja laki-laki (Notoatmodjo, 2011). WHO (2004)

memperkirakan prevalensi anemia diseluruh dunia sekitar dua milyar.Meskipun program

anemia telah dikenal sebagai masalah kesehatan masyarakat sejak lama, hanya sedikit

kemajuan yang dicapai.Oleh sebab itu, WHO dan UNICEF menekankan kembali perlunya

pemberantasan anemia pada remaja, data prevalensi anemia didunia diperkirakan 46%

(Beard, 2000).

Di Indonesia, dari laporan (Depkes, 2005) prevalensi anemia pada remaja wanita usia

15-19 tahun adalah 26,5%. Hasil penelitian Harsono (2004), di dapat bahwa rata-rata

pengetahuan remaja putri dikelompok anak usia sekolah tentang anemia termasuk dalam

kategori kurang yaitu 53,21% remaja banyak yang belum mengenal apa itu anemia serta

remaja masih banyak yang belum tahu tanda-tanda gejala anemia, pengetahuan remaja putri

tentang penyebab anemia juga kurang yaitu 46,32% remaja tidak mengetahui bahwa pola

konsumsi makan yang tidak seimbang dan istirahat yang kurang merupakan indikator

penyebab terjadinya anemia, dan rata rata pengetahuan remaja putri tentang dampak anemia

masih kurang yaitu 54,74% remaja sering kali menganggap bahwa anemia bukanlah hal yang

serius, bahkan rata-rata pengetahuan remaja putri tentang pencegahan anemia juga masih

dalam kategori kurang yaitu 46,10%.

Beberapa pola konsumsi yang kurang baik yang menyebabkan remaja terkena anemia

pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengonsumsi

makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan

hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi, remaja putri biasanya ingin

tampil langsing sehinga membatasi asupan makanan, selain itu anak usia sekolah sangat aktif

bermain dan banyak kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah yang

Page 42: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

272

menyebabkan menurunnya nafsu makan sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan

kalori yang diperlukan (Notoatmodjo,S. 2011).

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi terhadap

anemia, pola konsumsi siswa sehari-hari dalam upaya pencegahan anemia, jumlah siswi yang

melakukan pencegahan anemia, dan mengetahui hubungan pengetahuan dan pola konsumsi

dengan pencegahan anemia pada siswi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode survey analitik.Dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah seluruh siswi

kelas VII dan VIII yang berjumlah 334 orang. Jumlah sampeladalah 84 responden setelah

dihitung dengan menggunakan rumus slovin dalam Arikunto (2006) yang sudah

disederhanakan. Responden ini terdiri dari 44 Siswi kelas VII dan 44 Siswi kelas VIII Dalam

penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah sampel random sampling, karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2011).

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2017.Instrumen atau alat yang

digunakan peneliti yaitu berupa angket. Penelitian ini menghubungkan antara variabel terikat

yaitu pencegahan anemia pada siswi, dengan variabel Bebas tentang pengetahuan dan pola

konsumsi siswi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan

instrumen penelitian berupa angket yang berisi pertanyaan seputar pengetahuan sisiwi

mengenai anemia, pola konsumsi makan siswi dan pencegahan anemia pada siswi, dan juga

data sekunder berupa jumlah seluruh siswi kelas VII dan VIII diperoleh dari data laporan

tahunan sekolah.Data yang telah dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan

meggunakan perangkat lunak komputer. Analisis yang digunakan mengunakan analisis

univariat dan analisis bivariat

PEMBAHASAN

Univariat

Tabel 4. 5Distribusi Pencegahan Anemia pada responden

No Pencegahan Anemia f Persentase (%) 1 Mencegah 28 33,3 % 2 Tidak Mencegah 56 66,7 %

Total 84 100 %

Page 43: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

273

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa pencegahan anemia pada responden,

masih banyak responden yang belum melakukan pencehahan anemia dalam kesehariannya,

dari 84 responden terdapat 28 responden (33,3%) melakukanpencegahan anemia, 56

responden (66,7%) Tidak mencegah anemia.

Responden tidak melakukan pencegahan anemia dengan memakan buah setiap

harinya karena respondenlebih suka memakan makanan ringan dan gorengan dari pada

memakan buah. Responden tidak minum jus atau sari buah beberapakali dalam seminggu

untuk mencegah anemiadikarenakan responden rata-rata malas untuk membuat minuman

berupa jus atau sari buah lainnya bagi mereka jus adalah minuman yang merepotkan untuk

membuatnya dan sebagian siswa akan merasa terlalu mahal dan tidak sesuai dengan uang

saku mereka jika harus membelinya. Respondentidur kurang dari 7 jam per hari, karena

sebagian responden lebih asik disibukan oleh gadget mereka sehingga mereka tidak tidur

cukup dalam sehari. Sebagian para responden juga tidak melakukan pencegahan anemia

dengan cara sudah meminum tablet tambah darah atau Fe dengan teratur disaat haid karena

sebagian siswi masih yang banyak belum mengetahui apa fungsi tablet tambah darah.

Tabel 4. 6Distribusi Pengetahuan responden

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan mengenai anemia masih

kurang yaitu dengan hasil dari 84responden hanya 14,3%respondenyang memiliki

pengetahuan baik, 32,1%respondenmemiliki pengetahuan cukup, dan 53,6% responden

memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia yang artinya responden banyak yang belum

mengetahui dan memahami anemia.

Tabel 4.7 Distribusi Pola Konsumsi Responden

No Pola Konsumsi f Persentase (%) 1 Baik 31 36,9 % 2 Kurang Baik 53 63,1 %

Total 84 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa pola konsumsi dalam keseharian

responden masih banyak responden yang belum melaksanakan pola konsumsi dengan baik,

dari 84responden terdapat 36,9%responden memiliki pola konsumsi baik, 63,1% responden

memiliki pola konsumsi kurang baik.Pada penelitian ini, diketahui sebagian

besarrespondenbelum menerapkan pola konsumsi sesuai dengan empat sehat lima sempurna

dalam kehidupan sehari-harinya, hal ini karena masih banyak responden yang makan sayur

No Tingkat Pengetahuan f Persentase (%) 1 Baik 12 14,3 % 2 Cukup 27 32,1 % 3 Kurang 45 53,6 %

Total 84 100 %

Page 44: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

274

dan lauk saja tanpa minum susu dikarenakan responden jarang sekali membeli dan meminum

susu.Porsi makanan para responden pun terkadang masih tidak seimbang dengan kebutuhan

gizi yang mereka perlukan pada masa pertumbuhan mereka, porsi seimbang adalah porsi

yang cukup tidak terlalu sedikit, karena porsi makan yang terlalu sedikit tidak akan mampu

mencukupi zat-zat yang di butuhkan oleh tubuh, responden mungkin malas makan karena

asik dengan aktifitasnya.

Pola konsumsi makan yang dianjurkan adalah pola yang mendapatkan kandungan

energinya sebesar 60-70% berasal dari karbohidrat 15-20% dari protein dan 20-30% dari

lemak, di samping cukup akan vitamin, zat besi, mineral dan serat. Pola makan tersebut

terbagi menjadi tiga yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Peranan sarapan tidak

boleh di abaikan, karena sarapan menentukan kerja tubuh dari pagi hingga siang hari

(Supariasa, 2012).

Analisis Bivariat

Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Anemia pada Siswi

No Pengetahuan

Pencegahan Anemia Total

P

Value Mencegah Tidak Mencegah

n % n % n %

0,038 1 Baik 7 58,3% 5 41,7% 12 100%

2 Cukup 11 40,7% 16 59,3% 27 100%

3 Kurang 10 22,2% 35 77,8% 45 100%

Berdasarkan dari hasil Uji Statistik Pearson Chi-Square maka dapat dilihat bahwa P Value=

0,038 lebih kecil dari α= 0,05 artinya bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan

dengan pencegahan anemia pada siswi SLTP.hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari

pengetahuan responden mengenai anemia kurang baik, sehingga ini mengakibatkan pola

konsumsi serta perilaku hidup responden kurang baik pula dalam pencegahan.Pengetahuan

merupakan salah satu pendorong seseorang untuk mengubah dan mengadopsi perilaku baru.

Peningkatan pengetahuan sangatlah penting untuk mencegah anemia serta diringi dengan

tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.Pencegahan anemia dari 12 respondenyang

memiliki pengetahuan baik, 58,3% responden mencegah anemia dan 41,7% responden tidak

mencegah anemia.Dari 27respondenyang memiliki pengetahuan cukup, 40,7% responden

mencegah anemia dan 59,3% responden tidak mencegah anemia. Dari 45respondenyang

memiliki pengetahuan kurang 22,2% responden mencegah anemia dan 77,8% responden

tidak mencegah anemia. Pengetahuan respondenkurang mengenai anemia ini disebabkan

belum pernah ada pendidikan kesehatan di sekolah khususnya yang membahas tentang

anemia, untuk program dari puskesmas pun juga belum optimal dalam penyampaian

program-program anemia.

Page 45: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

275

Pengetahuan tentang penyakit baik gejala, penyebab, pencegahan dan pengobatannya

merupakan faktor penentu seseorang tersebut merubah perilaku yang tidak sehat menjadi

sehat. Seseorang yang berpengetahuan baik serta memahami dalam masalah-masalah

kesehatan di harapkan dapat mencegah terjadinya penyakit- penyakit yang dapat

mengganggu kesehatan kita khususnya pencegahan anemia.

Tabel 4.9

Hubungan Pola Konsumsi dengan Pencegahan Anemia pada Siswi

No Pola Konsumsi

Pencegahan Anemia Total P Value

Mencegah Tidak Mencegah

n % n % n %

0,032 1 Baik 15 53,6% 13 46,4% 28 100%

2 Kurang Baik 13 28,6% 40 71,4% 56 100%

Berdasarkan dari hasil Uji statistik Fisher,s Exact Test dapat dilihat bahwa P Value= 0,032

lebih kecil dari α= 0,05, artinya bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi

dengan pencegahan anemia pada siswi SLTP. Hasil dari penelitian di lapangan menunjukan

bahwa pola konsumsi berpengaruh terhadap pencegahan anemia pada responden, karena

jumlah responden yang memiliki pola konsumsi buruk tidaklah sedikit yaitu pola konsumsi

buruk sebanyak 56 responden. Pola konsumsi adalah hal utama dalam menjanga kesehatan

tubuh kita karena tujuan kita makan selain untuk mendapatkan energi dan tenaga dalam tubuh

adalah untuk mendapatkan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh kita sehingga kita tidak

kekurangan asupan zat besi dan zat-zat lainnya. Pola konsumsi yang baik akan dapat menjaga

kesetabilan zat-zat yang diperlukan dalam tubuh.Dalam pencegahan anemia diperoleh hasil

bahwa responden yang mencegah anemia sebanyak 53,6% memiliki pengetahuan baik dan

responden tidak mencegah anemia adalah responden dengan pola konsumsi kurang baik yaitu

berjumlah 71,4%, ini di karenakan pola konsumsi respondenbaik seperti sering

mengkonsumsi sayur dan protein tapi respondenlebih banyak pula yang melakukan hal pola

konsumsi tidak baik seperti respondensering tidak sarapan pagi, responden sering menuda

makan, bahkan responden sering makan dengan porsi yang tidak seimbang atau sedikit. Pola

konsumsi makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengetahuan jumlah dan jenis makanan

dengan maksud tertentu seperti memperhatikan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau

membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Tenri Yamin

dengan judul Hubungan Pengetahuan, Asupan Gizi dan Faktor lainnya yang berhubungan

dengan Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Kab. Kepulauan selayar Tahun 2012

dengan menggunakan uji Chi-quare dengan nilai P Value = 0,023, nilai ini lebih kecil dari

Page 46: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

276

α=0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara asupan gizi dengan pencegahan

anemia.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SLTP Negeri 2 Banjarbaru dan hasil

pembahasannya, maka peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Pencegahan anemia Siswi, dari 84 responden, 28 responden (33,3%) mencegah, 56

responden (66,7%) tidak mencegah anemia

2) Pengetahuan Siswi, dari 84 responden, 12 responden (14,3%) berpengetahuan baik, 27

responden (32,1%) berpengetahuan cukup, 45 responden (53,6%) pengetahuan kurang.

3) Pola Konsumsi Siswi, dari 84 responden, 31 responden (36,9%) baik, 53 responden

(63,1%) kurang baik.

4) Ada Hubungan yang bermakna antara Pengetahuan dengan Pencegahan Anemia pada

Siswi SLTP Negeri 2 Banjarbaru (P value= 0,038).

5) Ada Hubungan yang bermakna antara Pola Konsumsi dengan Pencegahan Anemia pada

Siswi SLTP Negeri 2 Banjarbaru (P value= 0,032).

Saran

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi sekolah untuk

memberikan bimbingan berupa pendidikan kesehatan disekolah agar siswa/i dapat

meningkatkan dan menjaga kesehatannya .

b. Siswi diharapkan dapat menerapkan pola konsumsi yang benar dan perilaku hidup sehat

agar dapat mencegahan anemia dan lebih menjaga kesehatan untuk dirinya sendiri.

Kesehatan bukan segalanya, namun tanpa kesehatan kita bukan apa-apa.

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin

mengangkat penelitian dengan tema yang sama dengan variabel baru seperti tingkat

ekonomi, haid normal, asupan gizi dan meneliti lebih lanjut masalah anemia pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Aan Karnadi, (2014) Hubungan pengetahuan dan kebiasaan makan pagi dengan status gizi

pada murid remaja berdasarkan (IMT/U) di SMAN 1 Kota baru

Arikunto, (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta

Beard, (2000). Iron requiremrnts in adolescent famales. J Nutr 2000 (Dalam buku Dodik

Briawan MCN).

Depertemen Kesehatan, (2005). Gizi dalam angka. Jakarta : Depertemen kesehatan

__________________, (2011). Brosur anemia.

Dinkes kota banjarmasin (2016). Pedoman perbaikan Gizi sekolah

Page 47: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

277

Dodik, (2014). Anemia masalah gizi pada remaja wanita. Jakarta. Buku kedokteran EGC

Harsono, (2004). Pengetahuan remaja putri tentang anemia, bahaya anemia , dampak

anemia, pola konsumsi remaja. Jakarta. Buku kedokteran EGC

Laporan tahunan SLTP Negeri 2 Banjarbaru tahun 2017.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

_____________. (2011). Kesehatan Masyarakat Seni & Budaya. Jakarta.Rineka Cipta.

_____________, (2012). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. (2015). Panduan pelaksanaan

penelitian, pengabdian dan penulisan artikel.Universitas Islam

KalimantanMuhammad Arsyad Al- Banjary Banjarmasin.

Permeansih & Herman, (2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja.

Profil SLTPN 2 Banjarbaru tahun 2017.

Rianto, (2011). Pengaruh pola konsumsi makan terhadap anemia di Puskesmas Melati

Makasar.

Sugiyono, (2011), Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, Alfabeta. Bandung

Supariasa, (2012).http://google.com/Anjuran asupan gizi-.html di akses pada 03 Juni 2016

Jam 11:00

Page 48: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

278

PERBEDAAN SKOR PLAK SEBELUM DAN SESUDAH MENGUNYAH PERMEN

KARET XILITOL PADA MURID KELAS VII

DI SMPN-SN 3 KOTA BANJARMASIN

Eddy Rahman dan Chandra

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Percobaan klinis menunjukkan bahwa gula diganti seluruhnya atau sebagian oleh xilitol,

terjadi lebih sedikit plak dan lebih sedikit karies dibanding pada kelompok yang sama yang

menggunakan sakarosa. Keadaan ini disebabkan karena polisakarida ekstraselular tidak

dibentuk dari bahan pengganti gula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xilitol pada murid kelas

VII di SMPN-SN 3 kota Banjarmasin.Jenis penelitian ini memakai rancangan penelitian

eksperimental semu, dengan rancangan pre- posttest dan same subject design. Teknik sampel

menggunakan simple random sampling dengan sampel penelitian 73 siswa dari 262 siswa.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji paired sample T-test dengan menggunakan

program komputer SPSS untuk melihat seberapa besar penurunan plak setelah mengunyah

permen karet xilitol. skor plak sebelum mengunyah permen karet xilitol pada murid kelas VII

dari 73 siswa sebesar 24,82, dengan nilai tengah (median) sebesar 23,00 dan modus sebesar

17, dengan skor plak terendah adalah 10 dan skor plak tertinggi adalah 44. rata-rata skor plak

sebelum mengunyah permen karet xilitol pada murid kelas VII dari 73 siswa sebesar 12,52,

dengan nilai tengah (median) sebesar 12,00 dan modus sebesar 12, dengan skor plak terendah

adalah 4 dan skor plak tertinggi adalah 25. Mengunyah permen karet xilitol dapat

menurunkan skor plak sebesar 12,30, yaitu dari 24,82 (sebelum mengunyah permen karet

xilitol) menjadi berubah turun 12,52 (sesudah mengunyah permen karet xilitol). Hasil uji T

diperoleh P value = 0,000 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan skor plak

sebelum dan sesudah mengunyah permen xilitol pada murid kelas VII di SMPN-SN 3 Kota

Banjarmasin.

Kata Kunci : Permen Karet Xilitol, Skor Plak.

ABSTRACT A clinical trial shows that sugar replaced wholly or in part by xilitol, was a little whack and

fewer caries compared to the same group that uses saccharose.The state of it is because of

polysaccharides extracellular are not formed from substitute sugar.The purpose of this

research is to knows the difference a score whack before and after chewing gum xilitol in

grade students VII in SMPN-SN 3 Banjarmasin city. The kind of research this wearing design

experimental all the research, to a draft pre- posttest and same subject design.Technique use

simple random sample of sampling with the sample 73 students from 262 students. From data

analysis was Conducted using test paired sample t-test with use a computer program spss to

seeing how big a decrease in whack after chewing gum xilitol.The score plak before chew

gum xilitol in the fourth grade vii of 73 students at 24,82 , with the median the of 23,00 and

mode of of 17 , the lowest plak is 10 and plak highest score is 44 . mean score plak before

chew gum xilitol in the fourth grade VII of 73 students at 12,52 , with the median the of

12,00 and mode of of 12 , the lowest plak is 4 and plak highest score is 25. Chewing gum

xilitol can be lowered the score whack of 12,30, from 24,82 ( before chewing gum xilitol )

being changed down 12,52 and chewing gum xilitol ).Test results t obtained p value = 0,000

Page 49: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

279

it means statistically significant there is a difference in a score whack before and after chew

bubble xilitol in grade students VII in SMPN-SN 3 Banjarmasin city.

Keywords: gum xilitol , the score plak

PENDAHULUAN

Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada pemukaan gigi dan juga

menaikkan tingkat kebersihan karbohidrat dari rongga mulut. Saliva membantu pencernaan

dan penelanan makanan, disamping itu juga untuk mempertahankan integritas gigi, lidah dan

membran mukosa mulut (Soesilo dkk., 2005). Xilitol mempunyai efek menstimulasi daya alir

saliva, sehingga pembentukan plak menurun. Xilitol lebih efektif karena xilitol tidak dapat

dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam dan mempunyai efek anti bakteri

(Angela, 2005).

Penelitian Hoesche (Mangoenprasodjo, 2004) melaporkan bahwa xilitol secara

signifikan dapat menurunkan populasi S. mutans di dalam air ludah dibandingkan dengan

pemberian fluor atau plasebo. Selanjutnya melalui pengunyahan permen karet dengan

pemanis xilitol diperoleh jumlah S. mutans jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah

yang diperoleh dengan pemanis sorbitol atau fruktosa. Pengunyahan permen karet berxilitol

ternyata mampu menstimulasi ekskresi air ludah di dalam mulut. Adanya aliran air ludah juga

membantu mengurangi populasi bakteri. Dengan demikian, gigi relatif tetap bersih dan

terlindung dari kerusakan gigi. Tujuan penelitian untukmengetahui perbedaan skor plak

sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xilitol pada murid kelas VII di SMPN-SN 3

kota Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini memakai rancangan penelitian eksperimental semu, dengan

rancangan pre- posttest dan same subject design. Eksperimental semu adalah penelitian

terhadap efek dari suatu perlakuan terhadap sejumlah variabel luar sehingga perubahan yang

terjadi tidak sepenuhnya karena perlakuan. Pre-post design merupakan bentuk rancangan

yang melakukan pengukuran sebelum perlakuan diberikan. Same subject design merupakan

rancangan yang menggunakan subjek perlakuan sekaligus sebagai subyek kontrol

(Notoatmodjo, 2002).Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kota Banjarmasin Provinsi

Kalimantan Selatan. Wilayah ini diambil sebagai objek penelitian karena SMP Negeri 3 kota

Banjarmasin merupakan sekolah yang paling banyak muridnya di Kota Banjarmasin.

Page 50: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

280

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas VII SMPN-SN 3 kota

Banjarmasin T. A. 2016/2017 yang berjumlah 262 siswa. Perhitungan besar sampel minimum

penelitian ini menggunakan rumus besar sampel dengan jumlah populasi yang diketahui.

Sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak73 siswa dengan memenuhi kriteria inklusi

yaitu gigi tidak berjejal, tidak ada karang gigi, gigi indeks bebas karies.Variabel terkendali

adalah Waktu mengunyah permen karet selama 5 menit menggunakan kedua sisi rahang atas

dan rahang bawah, subyek penelitian tidak ada kalkulus, Subyek penelitian giginya tidak

malposisi, gigi indeks yang akan diskor bebas karies, gigi dan mulut dalam keadaan sehat,

sedangkan variabel tidak terkendali yaitu kekuatan pengunyahan aliran saliva.

Dalam penelitian ini digunakan analisis data univariat yang dilakukan pada masing-

masing variabel untuk melihat gambaran umum setiap variabel, distribusi, dan frekuensinya

terkait dan akan diujikan bivariat dengan uji paired sample T-test. Untuk melihat seberapa

besar penurunan plak setelah mengunyah permen karet xilitol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Skor Plak Sebelum Mengunyah Permen Karet Xilitol Pada Murid Kelas VII Di

SMPN-SN 3 Kota Banjarmasin

N

Mean Median Modus Minimum Maksimum

73 24,82 23,00 17 10 44

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skor plak sebelum mengunyah permen

karet xilitol pada murid kelas VII dari 73 siswa sebesar 24,82, dengan nilai tengah (median)

sebesar 23,00 dan modus sebesar 17, dengan skor plak terendah adalah 10 dan skor plak

tertinggi adalah 44.

Tabel Skor Plak Sesudah Mengunyah Permen Karet Xilitol Pada Murid Kelas VII Di

SMPN-SN 3 Kota Banjarmasin

N

Mean Median Modus Minimum Maksimum

73 12,52 12,00 12 4 25

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skor plak sebelum mengunyah permen

karet xilitol pada murid kelas VII dari 73 siswa sebesar 12,52, dengan nilai tengah (median)

sebesar 12,00 dan modus sebesar 12, dengan skor plak terendah adalah 4 dan skor plak

tertinggi adalah 25.

Page 51: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

281

Tabel Hasil Uji PerbedaanSkor Plak Sebelum Dan Sesudah Mengunyah Permen Karet

Xilitol Pada Murid Kelas VII Di SMPN-SN 3 Kota Banjarmasin

Mengunyah

permen karet

xilitol

N Mean Std Deviation P Value

Sebelum 73 24,82 8,455 0,000

Sesudah 73 12,52 5,156

Dari tabel dapat diketahui bahwa mengunyah permen karet xilitol dapat menurunkan

skor plak sebesar 12,30, yaitu dari 24,82 (sebelum mengunyah permen karet xilitol) menjadi

berubah turun 12,52 (sesudah mengunyah permen karet xilitol). Hasil uji T diperoleh P value

= 0,000 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan skor plak sebelum dan sesudah

mengunyahpermen xilitol pada murid kelas VII di SMPN-SN 3 Kota Banjarmasin.

Penelitian Hildebran dan Sparks (2000) menunjukkan permen karet dengan pemanis

xilitol dapat menurunkan akumulasi plak, karena S. mutans tidak dapat memetabolisme

pemanis xilitol menjadi polisakarida yang mudah larut sehingga menghambat pertumbuhan

koloni S. mutans. Isokangas dkk. (2000) menyatakan xilitol mengurangi perlekatan bakteri S.

mutans di permukaan gigi sehingga mudah dibersihkan oleh saliva.

Penelitian Hildebrant dan Sparks (2000) menunjukkan permen karet xilitol dapat

bersifat kariostatik di dalam mulut dan xilitol menghambat koloni S. mutans. Kebanyakan

bakteri plak tidak dapat mengubah xilitol menjadi asam karena tidak adanya enzim

dehidrogenase yang sangat penting untuk metabolisme bakteri. Penelitian Edgar dan Geddes

(1990) yang menyatakan bahwa pembentukan plak gigi meningkat pada pengunyahan

permen karet yang mengandung sukrosa jika dibandingkan dengan permen karet yang

mengandung sorbitol, sedangkan permen karet yang mengandung xilitol mampu

menghambat pembentukan plak gigi. Gula alkohol seperti sorbitol, mannitol, maltitol dan

laktitol dapat difermentasi secara lambat oleh bakteri rongga mulut, sedangkan xilitol tidak

dapat difermentasi dan digunakan sebagai substrat oleh bakteri. Xilitol juga dapat

menyebabkan pembentukan polisakarida ekstraseluler yang mudah larut akibatnya plak sukar

melekat pada gigi (Makinen, 2001).

Perlakuan dengan mengunyah permen karet pada penelitian ini juga memperlihatkan

penurunan skor plak gigi. Gerakan pengunyahan melibatkan sekresi saliva, gerakan lidah,

pipi dan bibir sehingga dapat membersihkan mulut, melepaskan bakteri dari permukaan gigi

(Veld dkk.,1993)

Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan mengunyah permen karet yang mengandung

xilitol selama 2 minggu dengan frekuensi pengunyahan 3 kali sehari yaitu pada pagi hari

Page 52: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

282

setelah makan pagi, makan siang dan makan malam dapat mengurangi jumlah koloni

Streptococcus pada saliva dan plak gigi secara bermakna (Loesche dkk., 1984).

KESIMPULAN

Kesimpulan

Mengunyah permen karet xilitol dapat menurunkan skor plak sebesar 12,30, yaitu dari

24,82 (sebelum mengunyah permen karet xilitol) menjadi berubah turun 12,52 (sesudah

mengunyah permen karet xilitol). Hasil uji T diperoleh P value = 0,000 artinya secara

statistik ada perbedaan yang signifikan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen

xilitol pada murid kelas VII di SMPN-SN 3 Kota Banjarmasin.

Saran

Dari kesimpulan maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan penyuluhan kepada murid, guru dan orang tuabahwa di samping menyikat

gigi pengunyahan permen karet xilitol juga dapat membantu meningkatkan kebersihan

gigi dan mulut.

2. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel tekanan pengunyahan dan aliran

saliva pada subyek penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Angela A., 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi, Maj. Ked.

Gigi (Dent. J.), Vol. 38. h. 132.

Ford, T.R.P., 1993, Restorasi Gigi (terj.), ed.2, EGC, Jakarta, h. 2-17.

Houwink B., Dirks O.B., Cramwinckel A.B., Crielaers P.J.A., Dermaut L.R., Veld J.H.J.H.I.,

Konig K.G., Moltzer G., Helderman W.H.V.P., Pilot T., Roukema P.A., Schautteet

H., Tan H.H., Velden-Veldkamp I.V.D., Woltgents J.H.M., 1993, Ilmu Kedokteran

Gigi Pencegahan, Yogyakarta, h.90-92, 127, 185, 194, 274-278.

Kemenkes RI., 2009. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan (Online),http://www.docstoc.com/docs/ 23512622/ UU-36-th-2009-

tentang-kesehatan-com) di akses 27April 2016.

Kemenkes RI., 2012.Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di SMP dan SMA atau yang

Sederajat, Jakarta

Kemenkes RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian Pengembangan

Kesehatan, Jakarta

Konig, K.G. dan Hoogendoorn, 1982, Prevensi dalam Kedokteran Gigi dan Dasar Ilmiah,

PT. Denta, Jakarta, h. 68-88.

Machfoedz, I., Ediati S., Sidarta A., 1980, Kesehatan Gigi dan Masalahnya, Yayasan Sarana

Cipta, Yogyakarta, h. 23-25.

Mangoenprasodjo, A.S., 2004, Gigi Sehat Mulut Terjaga, Yogyakarta, h. 4-5, 107,134-138.

Nio, B.K., 1982, Preventif Dentistry, Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia, Bandung, h. 6.

Notoatmodjo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, h.167,168.

Page 53: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

283

Resti, Auerkari EI., dan Sarwono AT., 2008, Pengaruh Gigi Mengandung Xylitol Terhadap

Pertumbuhan Streptococcus mutans Serotipe E (In Vitro), Indonesian Journal Of

Dentistry, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta, Vol. 15 (1) : 16.

Srigupta, A.A., 2004, Panduan Singkat Kesehatan Gigi dan Mulut, Prestasi Pustaka, Jakarta,

h. 87.

Sriyono N.W., 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Medika Fakultas

Kedokteran UGM, Yogyakarta, h. 92-94.

Page 54: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

284

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN

IBU BALITA TENTANG KELUARGA SADAR

GIZI DI DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH

RT 11 TAHUN 2016

Eka Handayani dan Aulia Azizah

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

Email : [email protected]

ABSTRAK

Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode

ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya

terpenuhi. Menurut World Health Organization (WHO) Pada tahun 2011, diperkirakan 101

juta anak di bawah lima tahun di seluruh dunia yang kurus (yaitu, rendah berat-untuk-usia),

mengalami penurunan dari 159 juta anak-anak hal ini mengalami kemajuan secara

keseluruhan namun hal ini harus tetap di lakukan pengembangan karena jutaan anak masih

beresiko mengalami gangguan gizi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan status

ekonomi dan pendidikan dengan pengetahuan ibu balita tentang keluarga sadar gizi di

Kelurahan Landasan Ulin Tengah RT 11. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey

analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

balita yang ada diwilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Selatan sebesar 237 orang balita.

Jumlah sampel 70 orang dengan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan

secara nonprobability Sampling, dengan teknik sampling aksidental. Data kemudian diolah

dan dianalisis dengan uji Spearman Rank untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji

Spearman Rank untuk status ekonomi didapatkan hasil 0,025 < α artinya ada hubungan antara

status ekonomi dengan pengetahuan ibu balita tentang KADARZI dan variabel pendidikan

dengan hasil 0,286 > α artinya tidak ada hubungan pendidikan dengan dengan pengetahuan

ibu balita tentang KADARZI.

Kata kunci: status ekonomi, pendidikan dan pengetahuan

ABSTRACT

The period of the first two years of life is a critical period, because at this time there is a

growth and very rapid development. Nutritional disorder that occurs in this period is

permanent, although it can not be restored during the next nutritional needs are met.

According to the World Health Organization (WHO) In 2011, an estimated 101 million

children under five years of age worldwide are thin (ie, low weight-for-age), has decreased

from 159 million children this progress overall but this should still be done for the

development of millions of children are still at risk of malnutrition. The aim of research to

determine the relationship of economic status and education with knowledge of mothers

about nutrition conscious families in Villages In Central Foundation Ulin Rt 11. This Study Is

A Survey Research with cross sectional analytic. The population in this study are all mothers

existing South Banjarbaru Puskesmas working area of 237 toddlers. Number of samples 70

with a sampling technique in this study conducted nonprobability Sampling, with accidental

sampling technique.The data were processed and analyzed by Spearman Rank test to test the

Page 55: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

285

hypothesis of the study. Spearman Rank test results to the economic status showed 0,025 <α

means that there is a relationship between economic status with knowledge of mothers about

family aware of nutrition and educational variables with the results 0.286> α means there is

no relation between education and the knowledge of mothers about family aware of nutrition.

Keywords : economic status, education, Knowledge

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah hak azazi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya

manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan

Manusia. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan

(janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut (Kemenkes RI, 2007).

Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini

terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada

periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa

selanjutnya terpenuhi. Menurut World Health Organization (WHO) Pada tahun 2011,

diperkirakan 101 juta anak di bawah lima tahun di seluruh dunia yang kurus (yaitu, rendah

berat-untuk-usia), mengalami penurunan dari 159 juta anak-anak hal ini mengalami kemajuan

secara keseluruhan namun hal ini harus tetap di lakukan pengembangan karena jutaan anak

masih beresiko mengalami gangguan gizi (Kemenkes RI, 2013).

Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia.

Masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderungan peningkatan masalah

gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir. Menurut Kemenkes RI tahun 2013 Secara nasional,

dari 82.661 terdapat prevalensi berat-kurang sebanyak 19,6 persen , terdiri dari 5,7% gizi

buruk dan 13,9% persen gizi kurang (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Tahun 2016 dimana didapatkan

data jumlah penduduk 241.000 ribu jiwa dari 8 puskesmas yang ada di kota Banjarbaru

dengan jumlah balita sebanyak 17.137 jiwa. Sedangkan data puskesmas Banjarbaru pada

tahun 2016 di temukan jumlah balita sebanyak 2.092 jiwa.

Salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi masyarakat yaitu dengan cara

peningkatan pelayanan gizi dan masyarakat melalui pembinaan gizi masyarakat yaitu melalui

program KADARZI. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu

mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut

KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan:

menimbang berat badan secara teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi

Page 56: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

286

sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan

garam beryodium dan minum suplemen gizi sesuai anjuran (Kemenkes RI, 2007).

Berdasarkan data studi pendahuluan di Kelurahan Landasan Ulin Tengah dimana

peneliti sudah melakukan studi pendahuluan kepada 10 ibu balita dimana hanya 4 orang ibu

balita yang mengetahui tentang Gizi yang seimbang yang berhubungan dengan gizi keluarga,

sedangkan 6 orang ibu balita sama sekali tidak mengerti tending gizi seimbang dan dilihat

dari pendidikan rata-rata ibu balita banyak yang berpendidikan SD karena banyak pendatang

dari luar daerah yang merantau ke wilayah ini untuk mencari nafkah dengan domisili rata-rata

tinggal dirumah kontrakan. Sebab itu peneliti tertarik untuk mengambil penelitian Hubungan

Status Ekonomi Dan Pendidikan Ibu Balita Dengan Pengetahuan Tentang Keluarga Sadar

Gizi Di Kelurahan Landasan Ulin Tengah

RT 11 Tahun 2016”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang ada diwilayah kerja Kelurahan

Landasan Ulin Tengah RT 11 sebesar 237 orang balita. Besar sampel denga rumus Slovin

didapatkan 70 orang, dengan tekhnik aksidental sampling.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi. Analisis

univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel dan

analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yaitu hubungan status ekonomi,

pendidikan dengan pengetahuan ibu balita tentang KADARZI. Dalam penelitian ini analisa

yang digunakan adalah korelasi tata jenjang melalui Uji korelasi Spearman Rank pada alpha

(α)= 0,05 (Hidayat, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Univariat

a. Status Ekonomi

Tabel 1 Distribusi Frekuesnsi Responden Berdasarkan Satus Ekonomi ibu balita tentang

KADARZI di wilayah kerja kelurahan Landasan Ulin Tengah RT 11 Tahun 2016.

N

O Status Ekonomi N %

1 Tinggi 35 50.0

2 Sedang 32 45.7

3 Rendah 3 4.3

Total 70 100

Sumber; diolah dari data penelitian.

Page 57: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

287

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu balita paling banyak mempunyai status

ekonomi tinggi yaitu sebanyak 35 orang (50%). Sedangkan jumlah ibu balita paling sedikit

mempunyai status ekonomi rendah yaitu sebanyak 3 ibu balita (4,3%).

b. Pendidikan

Tabel 2. Distribusi Frekuesnsi Responden Berdasarkan Pendidikan ibu balita tentang

KADARZI di wilayah kerja kelurahan Landasan Ulin Tengah RT 11 Tahun 2016.

N

O Pendidikan N %

1 Tinggi 37 52.9

2 Menengah 27 38.6

3 Rendah 6 8.6

Total 70 100

Sumber; diolah dari data penelitian.

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu balita paling banyak mempunyai

pendidikan tinggi yaitu sebanyak 37 orang (52,9%). Sedangkan jumlah ibu balita paling

sedikit mempunyai pendidikan rendah yaitu sebanyak 6 ibu balita (8,6%).

c. Pengetahuan

Tabel 3 Distribusi Frekuesnsi Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu balita tentang

KADARZI di wilayah kerja kelurahan Landasan Ulin Tengah RT 11 Tahun 2016.

N

O Pengetahuan N %

1 Baik 30 42.9

2 Cukup 25 35.7

3 Kurang 15 21.4

Total 70 100

Sumber; diolah dari data penelitian.

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu balita paling banyak mempunyai

pengetahuan baik yaitu sebanyak 30 orang (42,9%). Sedangkan jumlah ibu balita paling

sedikit mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 15 ibu balita (21,4%).

Status Ekonomi ibu balita.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu balita paling banyak

mempunyai status ekonomi tinggi yaitu sebanyak 35 orang (50%). Hal ini dapat dilihat dari

status pekerjaan ibu balita rata-rata bekerja untuk membantu ekonomi keluarga ada yang PNS

dan ada yang karyawan sehingga untuk kebutuhan terutama tentang gizi seimbang dapat

terpenuhi.

Pendidikan ibu balita.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu balita paling banyak

mempunyai pendidikan tinggi yaitu sebanyak 37 orang (52,9%) sedangkan jumlah ibu balita

Page 58: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

288

paling sedikit mempunyai pendidikan rendah yaitu sebanyak 6 ibu balita (8,6%). Dari

penelitian didapatkan paling banyak hasil mempunyai pendidikan tinggi dimana dengan

jumlah sebanyak 37 orang yang didominasi oleh ibu balita yang hanya berpendidikan

Diploma dan Sarjana sehingga dapat disimpulkan pendidikan ibu hamil masih banyak yang

sudah berpendidikan tinggi.

Tingkat pendidikan merepresentasikan tingkat kemampuan seseorang dalam

memperoleh dan memahami informasi kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang diasumsikan semakin baik tingkat pemahamannya terhadap informasi kesehatan

yang diperolehnya.

Pengetahuan tentang KADARZI

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu balita paling banyak

mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 30 orang (42,9%). Sedangkan jumlah ibu balita

paling sedikit mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 15 ibu balita (21,4%).

Sesuai dengan teori Laurance Green dalam Notoadmodjo (2010) yang menyatakan

bahwa perilaku seseorang terbentuk dari 3 faktor, salah satunya adalah faktor predisposisi

yang terwujud dalam pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Selanjutnya Notoatmodjo (2010) Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik

dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan ibu yang masih kurang baik

inilah yang menyebabkan peningkatan gizi seimbang karena pengetahuan merupakan dasar

utama untuk melakukan sesuatu, terutama pemberian gizi seimbang.

2. Bivariate

a. Analisis berdasarkan hubungan status ekonomi dengan dengan Pengetahuan ibu balita

tentang KADARZI.

Tabel .4 Distribusi frekuensi antara hubungan status ekonomi dengan pengetahuan ibu balita

tentang KADARZI di wilayah kerja kelurahan Landasan Ulin Tengah RT 11 Tahun

2016.

No Status

Ekonomi

Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang N %

N % n % n %

1 Tinggi 15 21,43 13 18,6 7 10 35 50

2 Sedang 14 20 1

1 15,7 7 10 32 45,7

3 Rendah 1 1,43 1 1,43 1 1,43 3 4,3

Total 30 42,9 25 35,7 1

5 21,4 70 100

p = 0.025, α = 0.05

Page 59: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

289

Berdasarkan tabulasi silang tabel 5.4 di atas diketahui bahwa dari 70 responden yang

mempunyai status ekonomi paling banyak yaitu pada kategori tinggi sebesar 35 orang (50%)

dengan pengetahuan baik sebesar 30 orang (42,9%) responden.

Hasil uji statistik dengan rumus spearman rank didapatkan nilai 0,025 artinya p value

< α (0,05) artinya ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu balita tentang

KADARZI.

b. Analisis berdasarkan hubungan pendidikan dengan dengan Pengetahuan ibu balita

tentang KADARZI.

Tabel 5 Distribusi frekuensi antara hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu

balita tentang KADARZI di wilayah kerja kelurahan Landasan Ulin Tengah RT 11 Tahun

2016.

No Pendidikan

Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang N %

n % n % n %

1 Tinggi 24 34,3 2 2,9 1

1

1

5,7 37 52,8

2 Menengah 4 5,7 23 32,9 0 0 27 38,6

3 Rendah 2 2,9 0 0 4 5,7 6 8,6

Total 30 42,9 25 35,7 1

5 21,4 70 100

p = 0.286, α = 0.05

Berdasarkan tabulasi silang tabel 5.4 di atas diketahui bahwa dari 70 responden yang

mempunyai pendidikan paling banyak pada kategori tinggi sebesar 37 orang (52,8%) dengan

pengetahuan baik sebesar 30 orang (42,9%) responden.

Hasil uji statistik dengan rumus spearman rank didapatkan nilai 0,286 artinya p value

< α (0,05) artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu balita

tentang KADARZI.

Hubungan status ekonomi dengan pengetahuan tentang KADARZI

Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa dari 70 responden yang mempunyai

status ekonomi paling banyak yaitu pada kategori tinggi sebesar 35 orang (50%) dengan

pengetahuan baik sebesar 30 orang (42,9%) responden.

Hasil uji statistik dengan rumus spearman rank didapatkan nilai 0,025 artinya p value

< α (0,05) artinya ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu balita tentang

KADARZI.

Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2010) kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi faktor perilaku (behavior causes), diantaranya adalah

faktor predisposisi yang salah satunya adalah tingkat ekonomi. Ibu dengan status ekonomi

tinggi lebih besar kemungkinannya untuk mengkonsumsi gizi yang seimbang untuk keluarga.

Page 60: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

290

Tingkat ekonomi seseorang juga selalu menjadi faktor penentu dalam mendapatkan

gizi seimbang. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memperoleh gizi seimbang

setiap hari.

Hal ini sejalan dengan penelitian Munadiroh (2008) dimana hasil penelitiannya ada

hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan status KADARZI hasil p value

0,003< 0,05.

Hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang KADARZI.

Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa dari 70 responden yang mempunyai

pendidikan paling banyak pada kategori tinggi sebesar 37 orang (52,8%) dengan pengetahuan

baik sebesar 30 orang (42,9%) responden.

Hasil uji statistik dengan rumus spearman rank didapatkan nilai 0,286 artinya p value

< α (0,05) artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu balita

tentang KADARZI.

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar maupun yang sangat dibutuhkan untuk

pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima serta

mengembangkan pengetahuan dan teknologi juga semakin meningkatnya produktivitas serta

semakin tinggi kesejahteraan keluarganya.

Hasil analisis yang tidak menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan

KADARZI bisa terjadi pendidikan bukan satu-satunya variabel yang berhubungan dengan

pengetahuan KADARZI. Pendidikan ibu di Kelurahan Landasan Ulin Tengah hampir

seragam D3 dan S1, namun masih ada yang masih lulusan SMP dan SMA sederajat tapi

lamanya pendidikan untuk masyarakat di lokasi penelitian tidak mempunyai pengaruh besar

dengan pengetahuan KADARZI. Selain itu, pendidikan yang telah dilalui ibu memang tidak

memfokuskan pada gizi keluarga. Pendidikan hanyalah salah satu faktor yang diharapkan

agar ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah serta lebih mampu menyerap informasi.

Untuk itu, pendidikan tetap harus menjadi perhatian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Status Ekonomi Dan Pendidikan Ibu Balita

Dengan Pengetahuan Tentang Keluarga Sadar Gizi Di Kelurahan Landasan Ulin Tengah RT

11 Tahun 2016 diperoleh kesimpulan sebagai berikut Status ekonomi ibu balita paling

banyak pada kategori tinggi yaitu sebanyak 35 orang (50%), Pendidikan ibu balita paling

banyak pada kategori tinggi yaitu sebanyak 37 orang (52,9%), Pengetahuan ibu balita paling

banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 30 orang (42,9%). Ada Hubungan Status Ekonomi

Page 61: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

291

Ibu Balita Dengan Pengetahuan Tentang Keluarga Sadar Gizi Di Kelurahan Landasan Ulin

Tengah RT 11 Tahun 2016.Tidak Ada Hubungan Pendidikan Ibu Balita Dengan Pengetahuan

Tentang Keluarga Sadar Gizi Di Kelurahan Landasan Ulin Tengah RT 11 Tahun 2016.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba

Medika.

Kemenkes, 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2012. Kemenkes RI Jakarta

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2012. Kemenkes RI Jakarta

Notoadmodjo, 2010. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Skripsi Muhdaniroh (2008) Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Dan Pengetahuan

Gizi Ibu Dengan Status Kadarzi Di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang.

Page 62: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

292

HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA

SMA NEGERI DI KECAMATAN JUAI

KABUPATEN BALANGAN

Erwin Ernadi dan Eddy Rahman

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Merokok merupakan perilaku yang tidak muncul dengan sendirinya tetapi melalui

serangkaian proses yang dapat dipelajari dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Jika merokok tersebut selalu diulang maka menjadi

kebiasaan. Setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan kebiasaan

tersebut disesuaikan dengan tujuan mereka merokok.Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahuaihubungan faktor eksternal dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri di

kecamatan Juai kabupaten Balangan. Jenis penelitian ini yaitu analitik dengan pendekatan

cross sectional studi. Yang menjadi subyek penelitian yaitu semua siswa laki-laki yang

tersebar pada 2 sekolah SMA Negeri di Kecamatan Juai Kabupaten Balangan. Instrumen

penelitian ini yaitu kuesioner untuk mengumpulkan data pengaruh teman sebayadan perilaku

merokok pada siswa. Data kemudian diolah dan dianalisis dengan uji statistika chi square

untuk menguji hipotesis penelitian.Hasil penelitian penelitian di SMAN Juai Kabupaten

Balangan diketahui bahwa siswa yang menyatakan pengaruh teman sebaya yang berpengaruh

dengan perilaku merokok pada siswa sebanyak 118 siswa (61,5%), sedangkan jawaban yang

menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya tidak berpengaruh dengan perilaku merokok

sebanyak 74 siswa (38,5%). Siswa yang merokok sebanyak 105 siswa (54,7%) sedangkan

siswa yang tidak merokok sebanyak 87 siswa (45,3%).Berdasarkan uji statistik hubungan

antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok diperoleh p-value = 0,000 dengan

demikian p-value lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini berarti secara statistik ada hubungan

bermakna antara pengaruh teman sebaya (faktor eksternal) dengan perilaku merokok.

Kata Kunci : Faktor Eksternal dan Perilaku Merokok.

ABSTRACT Smoking is conduct that is presented itself but through series of processes by which can be

studied and influenced by various factors , whether they are internal and external .If smoking

they are always repeated so is the norm .Each individual have smoking habit different and

those habits adapted to the purposes they smoking. Research aims to understand external

factors relations with the behavior smoking high school students home affairs in kecamatan

Juai then sell kabupaten balangan.The kind of research is analytic with the approach cross

sectional study.Who be subject to research that all male students scattered on 2 high school

home affairs in kecamatan Juai then sell kabupaten Balangan. Research instruments is the

questionnaire to collect the data the influence of their peers and behavior smoked on

students.Data then processed and analyzed by test statistika chi square to test hypotheses

research. The results of this research in sman then sell kabupaten balangan be seen that

students who said the influence of their peers an influential with the behavior smoked on

students as many as 118 students ( 61,5 % ), while an answer indicating that the impact of

their peers it does not affect the behavior smoking as many as 74 students ( 38,5 % ).Students

who smoke as many as 105 students ( 54.7 % ) while students who does not smoke as many

as 87 students ( 45,3 % ).Based on the a statistical relation between the influence of their

peers with the behavior smoking obtained p-value = 0,000 thus p-value smaller of the value

Page 63: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

293

of α ( 0.05 ), this means statistically there was a correlation meaningful between the influence

of their peers ( external factors ) with the behavior smoking.

Keywords: External factors and behavior smoking

PENDAHULUAN

Di Indonesia diperkirakan 50 – 59 % laki-laki adalah perokok dan pada perempuan

mencapai 10%. Di kalangan remaja sendiri kebiasaan merokok sudah sedemikian

mengkhawatirkan, 30-60% remaja (30% remaja laki-laki dan mencapai 10% remaja

perempuan) mengkonsumsi rokok (Ekawati, 2009).

Kelompok Smoking and Health memperkirakan sekitar 6.000 remaja mencoba

merokok pertama setiap hari dan 3.000 diantaranya menjadi perokok rutin. Perilaku merokok

pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap

perkembangannya ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok dan

sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Nasution, 2007).Tujuan

Penelitian ini untuk mengetahuihubungan faktor eksternal dengan perilaku merokok di

sekolah SMA Negeri Juai Kabupaten Balangan dan diiketahuinya pengaruh teman sebaya

terhadap perilaku merokok

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Survei Analitik dengan menggunakan pendekatan

Cross Sectional, hubungan faktor eksternal dengan perilaku merokok di sekolah SMA Negeri

di Kecamatan Juai dengan cara pendekatan dan observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time opproach). Artinya, tiap subjek peneliti hanya diobservasi sekali

saja dengan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama

(Notoatmodjo. S, 2010).Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri di Kecamatan Juai

Kabupaten Balangan yaitu SMA Negeri 1 Juai dan SMA Negeri 2 Juai.

Populasi dalam penelitian ini adalah 368 siswa terdiri dari laki-laki yang tersebar pada 2

SMA Negeri di Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.Perhitungan besar sampel minimum

penelitian ini menggunakan rumus besar sampel dengan jumlah populasi yang diketahui.

Sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak192 siswa dengan rincian SMA Negeri 1

Juaijumlah diteliti sebanyak 109 murid laki-laki, SMA Negeri 2 Juai jumlah diteliti sebanyak

83 murid laki-laki.

Page 64: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

294

Instrumen yang digunaka dalam penelitian ini adalah berupa lembar petanyaan

(kuesioner)/wawancara yang berisi daftar pertanyaan tentang hubungan faktor eksternal

(pengaruh teman sebaya) dengan perilaku merokok siswa SMA Negeri di kecamatan Juai

kabupaten Balangan.Dalam penelitian ini digunakan analisis data univariat yang dilakukan

pada masing-masing variabel untuk melihat gambaran umum setiap variabel, distribusi, dan

frekuensinya terkait dan akan diujikan bivariat dengan uji chi-square. Untuk melihat

seberapa besar penurunan plak setelah mengunyah permen karet xilitol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Distribusi frekuensi pengaruh teman sebaya dan perilaku merokok

No. Variabel Frekuensi Persentase

1. Pengaruh Teman Sebaya

Berpengaruh

Tidak Berpengaruh

118

74

61,5

38,5

Jumlah 192 100

2. Perilaku Merokok

Merokok

Tidak Merokok

105

87

54,7

45,3

Jumlah 192 100

Berdasarkan hasil penelitian di SMAN Juai Kabupaten Balangan diketahui bahwa siswa

yang menyatakan pengaruh teman sebaya yang berpengaruh dengan perilaku merokok pada

siswa sebanyak 118 siswa (61,5%), sedangkan jawaban yang menunjukkan bahwa pengaruh

teman sebaya tidak berpengaruh dengan perilaku merokok sebanyak 74 siswa (38,5%). Siswa

yang merokok sebanyak 105 siswa (54,7%) sedangkan siswa yang tidak merokok sebanyak

87 siswa (45,3%).

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data jumlah pengaruh teman sebaya dengan perilaku

merokok pada pelajar di SMA Negeri JuaiSMAN Juai Kabupaten Balangan diketahui bahwa

siswa yang menyatakan pengaruh teman sebaya yang berpengaruh dengan perilaku merokok

pada siswa sebanyak 118 siswa (61,5%),Kelompok sebaya adalah kumpulan dua individu

atau lebih yang berinteraksi tataap muka, yang masing-masing menyadari keanggotannya

dalam kelompok dan masing-masing menyadari ketergantungan dalam mencapai tujuan

bersama (Sarwono, 2005). Pengaruh teman sebaya juga merupakan salah satu faktor

penyebab perilaku buruk merokok khususnya pada remaja.Karena pengaruh teman sebaya

sangat kuat mempengaruhi perilaku remaja. Remaja cenderung memilki emosi yang labil

sehingga akan mudah terbawa dan terpengaruh ke dalam sebuah pergaulan yang salah.

Teman sebaya yang memiliki kebiasaan buruk merokok juga akan berperan terjadinya

Page 65: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

295

kebiasaan buruk merokok pada remaja. Untuk menghindari kebiasaan buruk merokok pada

remaja khusunya siswa SMA Negeri Juai hendaknya lebih berpikir positif pada sesuatu hal

yang bisa merusak kesehatan diantaranya kebiasaan buruk merokok.

Kemungkinan besar siswa SMA Negeri Juaikabupaten Balangan bisa merokok karena

masih terdapat celah atau kesempatanyang dimanfaatkan untuk merokok terutama tempat-

tempat yang lepas dari pihak orang tua atau keluarga, terpengaruh lingkungan sekitar tempat

tinggal, dan terpengaruh oleh teman-teman sebaya yang merokok.Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Santi, 2010 yang menyatakan bahwa perilaku merokok pada siswa bisa

dicegah dengan memotivasi agar siswa menjauhi perilaku merokok. Motivasi ini sebagai

benteng agar mereka tidak ikut-ikutan mencoba untuk merokok juga bisa menangkal godaan

dari teman, iklan, dan kebiasaan orang tua/ keluarga (Santi,2010).

Tabel Hubungan pengaruh teman sebaya dengan Perilaku Merokok di SMA Negeri

Kecamatan Juai Kabupaten Balangan

Berdas

arkan

hasil

penelitian

yang

dilakukan di SMAN Juai Kabupaten Balangan diperoleh bahwa siswa yang mendapat

pengaruh dari teman sebaya dan mempunyai perilaku merokok sebesar 83 siswa (70,3%)

sedangkan yang tidak mendapat pengaruh dari teman sebaya dan mempunyai perilaku tidak

merokok sebesar 52 siswa (70,3%). Berdasarkan uji statistik hubungan antara pengaruh

teman sebaya dengan perilaku merokok diperoleh p-value = 0,000 dengan demikian p-value

lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara

pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok.

Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa tidak bisa dipungkiri lagi, banyak fakta

membuktikan bahwa semakin banyak para remaja (siswa) yang merokok maka kemungkinan

besar semakin banyak teman-temannya yang mempnyai kebiasaan merokok (Triswanto,

2007). Menurut Al Bachri dalam buku Triswanto, 2007, yang berjudul “Stop Smoking”

diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih

sahabat juga perokok.(Triswanto,2007).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santi, 2010 pada SMA Negeri 13 Banjarmasin

yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku merokok

Variabel

Perilaku Merokok

Jumlah p-

value Merokok Tidak

Merokok

n % n % n %

Pengaruh Teman

Sebaya

0,00 Berpengaruh 83 70,3 35 29,7 118 100

Tidak Berpengaruh 22 29,7 52 70,3 74 100

Page 66: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

296

siswa adalah faktor dari teman-teman siswa yang memiliki perilaku merokok, maka semakin

besar juga pengaruh yang akan dihadapi oleh siswa tersebut (Santi, 2010).

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMAN Juai Kabupaten Balangan diketahui bahwa siswa yang

menyatakan pengaruh teman sebaya yang berpengaruh dengan perilaku merokok pada siswa

sebanyak 118 siswa (61,5%), sedangkan jawaban yang menunjukkan bahwa pengaruh teman

sebaya tidak berpengaruh dengan perilaku merokok sebanyak 74 siswa (38,5%). Siswa yang

merokok sebanyak 105 siswa (54,7%) sedangkan siswa yang tidak merokok sebanyak 87

siswa (45,3%).

Berdasarkan uji statistik hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok

diperoleh p-value = 0,000 dengan demikian p-value lebih kecil dari nilai α (0,05), hal ini

berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara pengaruh teman sebaya (faktor

eksternal) dengan perilaku merokok.

Saran

Memberikan penyuluhan kepada murid, guru dan orang tuabahwa betapa betapa bahayanya

merokok untuk kesehatan.

Melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel pengaruh lingkungan dirumah karena di

rumah lah awal perilaku di mulai.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama. (2006). Bye..Bye..Smoke. Jakarta: PT. Trieks Trimacindo

Armstrong. M. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia.

Danusantoso, H. 1997. Rokok dan Perokok. Jakarta: Aksara.

Ekawati. 2009. Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap rokok.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ekawati/080102009.

Forumkami.net.com2012.Pengertian Siswa.

Komalasari, D. & Helmi, A.F. 2000. Faktor-faktor Penyebab perilaku Merokok Pada

Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada Press.

Levy, M.R. 1984. Life and health. New York : Random House

Martono. 2008. Remaja Dan Faktor Pengaruhnya. Jakarta: EGC.

Mercken, L. Snijders, T.A.B.. Steglich. C. Vartiainen. E. DeVries. 11. 2009. Dynamics of

Adolescent Friendship Networks adn Smoking Behavior. Social Network.

Nasution, LK. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Http://library

.usu.ac.id/download/fk/131316815.pdf

Pharucharas, D. Dan Chalongsuk, R. 2009. Smooking Behavior And Smoking Related

Knowledge of Student. at Silpakorn U Science & Tech.

Poerwadarminta, W. J. S. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 67: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

297

Plandorfer, P., Wegner, C, Buber, I. 2010.Gender Role and Ssmoking Behavior. Vienna

Institute Demography.

Riskesdas Kalsel. 2012. Prevalensi Perokok Remaja. Http://dinkes.kalselprov.go.id

Sudarsono. 2000. Pembentukan Pribadi Remaja. Bina Aksara. Jakarta.

SMA Negeri Juai, 2016. Arsip SMA Negeri 1 juai.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Semarang. PT Gramedia.

Soekidjo. Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi . Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Triswanto. 2007. Stop Smoking. Sleman Yogyakarta.

Wikipidea. 2013. Orang Tua, Kepribadian, Iklan

Page 68: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

298

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN KEJADIAN

DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR TAHUN 2016

Hilda Irianty dan Ridha Hayati

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya.Banyak pasien diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit

yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan penyakit gula atau kencing manis.

Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi dan pengetahuan pada masyarakat

tentang diabetes terutama dengan gejala-gejala dan penyebabnya, selain itu kebiasaan

makan juga menjadi factor terjadinya penyakit diabetes mellitus.Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis hubungan pengetahuan dan kebiasaan makan dengan kejadian

diabetes mellitus di Puskesmas Sungai Besar tahun 2016.Jenis penelitian ini

menggunakan metode survey analitik.Dengan menggunakan pendekatan cross

sectional.Sampel penelitian ini berjumlah 78 responden. Hasil penelitian menunjukkan

dari 78 responden (100%), terdapat 29 responden (37,2%) yang berpengetahuan rendah

dan 42 responden (53,8%) yang kebiasaan makannya mengkonsumsi makanan yang dapat

meningkatkan gula darah.

Kata Kunci : Kebiasaan Makan, Kejadian Diabetes Mellitus, Pengetahuan,

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a metabolic disease group with characteristics hiperglikemia that

occurs due to an abnormality of the secretion of insulin , insulin work or both of

them.Many patients diabetes not found themselves clear of more commonly known by the

community as disease sugar. This may be caused lack of information and knowledge the

community about diabetes especially with symptoms and the cause , in addition the habit

of eating is also a factor the of diabetes mellitus . The purpose of this research is analyze

relations knowledge and the habit of eating with a diabetes mellitus in puskesmas the

great river 2016. The kind of research using methods this survey analytic .By adopting

both cross sectional .The study sample are always 78 respondents .The research results

show from 78 respondents ( 100 % ) , there are 29 respondents ( 37,2 % ) who

knowledgeable low and 42 respondents ( 53.8 % ) that the habit of his dinner consumed

the food that might improve blood sugar .

Keywords: knowledge, our eating habits, scene diabetes mellitus

PENDAHULUAN

Data Riskesdas 2013 Prevalensi tertinggi diabetes terdapat di Yogyakarta

(2,6%), sedangkan Kalimantan Selatan (1,4 %). Sedangkan data dari Puskesmas

Sungai Besar pada tahun 2016 terdapat 363 kasus penyakit Diabetes Mellitus, dari

363 kasus tersebut terdapat 10 kasus baru dan 353 kasus lama dengan kisaran umur

Page 69: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

299

20 tahun- 70 tahun keatas.Dilihat dari data di Puskesmas Sungai Besar kasus penyakit

Diabetes Mellitus menempati urutan ke 2 setelah penyakit hipertensi

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau kedua-duanya (Sidartawan, 2005).

Banyak pasien diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang

lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan penyakit gula atau kencing manis. Hal

ini mungkin disebabkan minimnya informasi dan pengetahuan pada masyarakat

tentang diabetes terutama dengan gejala-gejala dan penyebabnya.Di wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Besar tingkat pengetahuan sebagian masyarakat masih rendah

mengenai penyakit Diabetes Mellitus. Dengan demikian perlunya untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tersebut.

Kebiasaan makan merupakan salah satu penyebab terkenanya penyakit

diabetes mellitus. Dari data yang didapat masih banyak masyarakat yang kebiasaan

makannya mengkonsumsi makanan yang manis atau yang dapat meningkatkan

naiknya gula darah.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan dan

kebiasaan makan dengan kejadian diabetes mellitus di Puskesmas Sungai Besar

Tahun 2016.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional.Adapun populasi dalam penelitian ini

sebanyak 363 orang dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling,

dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang responden.Instrument penelitian yang

dilakukan peneliti berupa pengisian kuesioner dan wawancara kepada

responden.Untuk teknik pengumpulan data peneliti menggunakan data primer dan

data sekunder, data primer didapat dari hasil wawancara dan pengisisan kuesioner

yang dilakukan di Puskesmas Sungai Besar sedangkan data sekunder di dapat dari

hasil laporan Tahunan Puskesmas Sungai Besar. Analisis data berupa analisis

univariat dan analisis bivariat yang dibantu dengan komputerisasi.

Page 70: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

300

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Tempat Penelitian

Keadaan Geografis Puskesmas Sungai BesarPuskesmas Sungai Besar terletak di

Kelurahan Sungai Besar Kecamatan Banjarbaru Selatan Kota Banjarbaru dengan perbatasan

yaitu :

1). Sebelah Utara : Kelurahan Komet Kecamatan Banjarbaru Utara

2). Sebelah Selatan : Kelurahan Cempaka Kecamatan Cempaka

3). Sebelah Timur : Kelurahan Sungai Ulin Kecamatan Banjarbaru utara.

4). Sebelah Barat : Kelurahan Guntung Paikat Kecamatan Banjarbaru Selatan.

Keadaan Penduduk

Daerah binaan merupakan sasaran kegiatan Puskesmas Sungai Besar adalah wilayah

Kelurahan Sungai Besar dengan jumlah penduduk sebesar 16.123 jiwa yang terdiri dari :

1). Laki-laki : 8.265 jiwa

2). Perempuan : 7.858 jiwa

Data Univariat

Kejadian Diabetes Mellitus

Tabel 1. Distribusi Responeden Berdasarkan Kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sungai Besar tahun 2016

Kejadian Diabetes

Mellitus

n Persentase

Tidak Diabetes

Mellitus

36 46,2

Diabetes Mellitus 42 53,8

Jumlah 78 100

Dari data tabel diatas, dapat dilihat dari 78 responden (100%) yang tidak mengalami

Diabetes Mellitus sebanyak 36 responden (46,2%) dan sebanyak 42 responden (53,8%) yang

mengalami Diabetes Mellitus.

Pengetahuan

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Puskesmas Sungai

Besar Tahun 2016

Pengetahuan n Persentase

Tinggi 49 62,8

Rendah 29 37,2

Jumlah 78 100

Dari data diatas dapat dilihat sebanyak 49 responden (62,8%) yang berpengatahuan

tinggi dan sebanyak 29 responden (37,2%) yang berpengetahuan rendah.

Page 71: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

301

Kebiasaan Makan

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Makan di Puskesmas

Sungai Besar Tahun 2016

Kebiasaan Makan n persentase

Tidak 36 46,2

Ya 42 53,8

Jumlah 78 100

Dari data tabel diatas, dapat dilihat sebanyak 36 responden (46,2%) yang tidak

mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan gula darah dan sebanyak 42 responden

(53,8%) yang kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan gula darah.

Pengetahuan dengan Kejadian Diabetes Mellitus

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sungai Besar Tahun 2016

N Pengetahuan Kejadian Diabetes Mellitus Total

Tidak

Diabetes

Mellitus

Diabetes

Mellitus

N % N % N %

1 Tinggi 28 57,1 21 42,9 49 100

2 Rendah 8 27,6 21 72,4 29 100

Jumlah 36 42 78 100

α = 0,05 ρ =

0,022

Dari 49 orang (100%) responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 28 orang

(57,1%) yang tidak mengalami Diabetes Mellitus, sedangkan dari 29 orang (100%)

responden yang berpengetahuan rendah sebanyak 21 orang (72,4%) yang mengalami

Diabetes Mellitus. Hasil analisis statistik diperoleh p value 0,022, artinya ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan kejadian Diabetes Mellitus.

Kebiasaan Makan dengan Kejadian Diabetes Mellitus

Tabel .7. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sungai Besar Tahun 2016

N Kebiasaan makan Kejadian Diabetes Mellitus Total

Tidak

Diabetes

Mellitus

Diabetes

Mellitus

N % N % N %

1 Tidak 3

6

1

00

0 0 3

6

1

00

2 Ya 0 0 4

2

1

00

4

2

1

00

Jumlah 3

6

4

2

7

8

1

00

α = 0,05 ρ = 0,000

Dari 36 responden (100%) yang kebiasaan makannya tidak menkonsumsi makanan

yang dapat meningkatkan gula darah tidak terdapat responden yang mengalami Diabetes

Page 72: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

302

Mellitus, sedangkan yang kebiasaan makannya mengkonsumsi makanan yang dapat

meningkatkan gula darah terdapat 42 responden (100%) yang mengalami Diabetes Mellitus.

Hasil analisis statistik diperoleh p value 0,000, artinya ada hubungan yang signifikan antara

kebiasaan makan dengan kejadian Diabetes Mellitus.

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diabetes Mellitus

Hasil peelitian dapat dilhat, dari 49 orang (100%) responden yang berpengetahuan

tinggi sebanyak 28 orang (57,1%) yang tidak mengalami Diabetes Mellitus, sedangkan dari

29 orang (100%) responden yang berpengetahuan rendah sebanyak 21 orang (72,4%) yang

mengalami Diabetes Mellitus. Hasil analisis statistik diperoleh p value 0,022, artinya ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian Diabetes Mellitus.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat responden yang pengetahuannya tinggi mengerti

tentang dan penyebab penyakit diabetes mellitus sehingga tidak mengalami penyakit diabetes

mellitus.Sedangkan responden yang pengetahuannya rendah ada 21 orang yang mengalami

diabetes mellitus.Penelitian ini sejalan dengan Phitri (2013),adanya hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan kepatuhan diet diabetes mellitus.

Pengetahuan merupakan jembatan penghubung untuk seseorang berperilaku baik

terhadap sesuatu.Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali

kejadian yang pernah dialami baiksecara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap obyek tertentu (Wahit,2007).

Dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara

pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan

itu, akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku

sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

a. Hubungan Kebiasaan makan dengan Kejadian Diabetes Mellitus

Hasil penelitian didapatkan dari 36 responden (100%) yang kebiasaan makannya tidak

menkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan gula darah tidak terdapat responden yang

mengalami Diabetes Mellitus, sedangkan yang kebiasaan makannya mengkonsumsi makanan

yang dapat meningkatkan gula darah terdapat 42 responden (100%) yang mengalami

Diabetes Mellitus. Hasil analisis statistik diperoleh p value 0,000, artinya ada hubungan yang

signifikan antara kebiasaan makan dengan kejadian Diabetes Mellitus.

Kebiasaan makan berkaitan dengan pola makan seseorang sehari-hari. Apabila pola

makan tidak teratur dan sering mengkonsumsi makan yang manis dapat memicu terjadinya

penyakit diabetes mellitus. Dilihat dari data tabel 5.7 masih banyak responden yang

Page 73: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

303

mengalami diabetes mellitus di karenakan kebiasaan makannya yang sering mengkonsumsi

makanan yang manis.

Peneltian ini sejalan dengan Manto (2015), adanya hubungan antara pola makan

dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2.Dimana dalam penelitian manto respondennya

masih banyak yang mengkonsumsi makanan yang manis seperti,kue,coklat dan biskuit,

sering mengkonsumsi makanan yang siap saji, dan sering mengkonsumsi makanan yang

berlemak.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Dari 78 orang responden lebih dari separoh yang mengalami penyakit Diabetes Mellitus.

1. Sebanyak 49 responden (62,8%) yang berpengatahuan tinggi dan sebanyak 29

responden (37,2%) yang berpengetahuan rendah.

2. Dari 78 orang responden sebanyak 42 orang responden (53,8%) yang kebiasaan

makannya dapat menigkatkan gula darah.

3. Variabel Pengetahuan dan Kebiasaan Makan merupakan variabel yang berhubungan

dengan kejadian Diabetes Mellitus. Dari hasil uji statistik kedua variabel tersebut ρ value =

0,05 (ρ < α).

Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran kepada :

1. Bagi Masyarakat

Perlunya penyebarluasan informasi atau penyuluhan edukasi/ pendidikan secara terencana,

terarah dan berkesinambungan, terutama penyuluhan tentang Diabetes Mellitus.

2. Bagi Puskesmas

Perlunya penyebarluasaan informasi kepada masyarakat tentang kebiasaan makan setiap hari

agar terhindar dari berbagai penyakit khususnya untuk makanan yang dapat meningkatkan

gula darah agar terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi, hendaknya dapat

melakukan penelitian berikutnya dengan variabel yang berbeda yang berkaitan dengan

diabetes mellitus dan dengan jumlah sampel yang berbeda. Oleh karena itu untuk penelitian

selanjutnya variabel yang berbeda tersebut dapat diteliti lebih mendalam lagi oleh peneliti

lain.

Page 74: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

304

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Penderita Diabetes Indonesia Urutan ke-4 di

dunia.(http:www.depkes.go.id,Jakarta). Di akses pada tanggal 25 Agustus 2016

Depkes RI 2009.Definisi Non-communicable disease (NCD). [diakses pada tanggal 26

Agustus 2016].

Depkes. RI 2010. Definisi Diabetes Mellitus Tipe 1.Diabetes Mellitus Tipe 2. [diakses pada

tanggal 25Agustus 2016].

Depkes. RI 2010. Penyakit Tidak Menular (PTM) Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).

[diakses pada tanggal 26 Agustus 2016].

Depkes. RI 2010. Penyakit Tidak Menular (PTM) Secara Global, Regional dan Nasional.

[diakses pada tanggal 26Agustus 2016].

Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes Mellitus.

Jakarta ; Departemen Kesehatan RI. Halaman 9, 29, 30, 32, 39, 43.

Hartog, A. P. et al. 1995. Manual For Survey on Food Habits and Consumption in

Developing Countries. Margraf Verlag. Germany.

(http;www.en.wikipedia.org/wiki/Fast Food-93k). Diakses 25 Agustus 2016

Hayati, F. 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Fast Food Waralaba

Modern Tradisional pada Remaja Siswa SMU Negeri di Jakarta Selatan.Skripsi

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Data Keluarga, Fakultas Pertanian IPB Bogor.

Khomsan, A. 2004.Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup.Jakarta; Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Manto, S.Z. 2015.Hubungan Pola Makan Dan Olahraga Dengan Kejadian Diabetes Mellitus

Tipe II Di Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. (Jurnal Keperawatan). Diakses 2

Februari 2017.

Notoatmodjo, S. 2003. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta;Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta;Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi dan Perilaku Kesehatan.Jakarta; Rineka Cipta

Notoatmodjo,S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta ; Jakarta

Nursalam . 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta;

Salemba Medika.

Riyanto, A. 2011.Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta; Nuha Medika.

Rusdi & Nurlaela Isnawati.2010. Tipe Penyakit Diabetes Mellitus. [diakses pada tanggal 25

Agustus 2016)

Savitri Rumaiah. 2008. Definisi Diabetes Mellitus. [diakses pada tanggal 25Agustus 2016].

Soegondo Sidartawan. 2005. Definisi Diabetes Mellitus. [diakses pada tanggal 25 Agustus

2016].

Sumangkut, S, dkk. 2013. Hubungan Pola makan dengan Kejadian Penyakit Diabetes

Mellitus Tipe-2 di Poli Interna BLU. PROF. DR. R. D. Kandou

Manado.(http:http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2235).Diakses

tanggal 2 Februari 2017.

Wahit, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar

Dalam Pendidikan. Graha Ilmu, Gresik.

Wapadji. 2010. Definisi Insulin. [diakses pada tanggal 25 Agustus 2016].

. 2015. Puskesmas Sungai Besar. Laporan Tahunan

. 2016. Puskesmas Sungai Besar. Laporan Tahunan

Page 75: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

305

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV-AIDS

DAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA LAKI-LAKI MA MUHAMMADIYAH1

BANJARMASIN TAHUN 2016

Kasman dan Nurul Indah Qoriaty

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global,

terdapat 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV dengan dua juta infeksi baru pada tahun

2014. Persentase pengguna narkoba yang hidup dengan HIV sebesar 18,8%. Penyebab AIDS

15,2% karena narkoba suntik, sedangkan pada penderita HIV sebesar 7,7% di Indonesia.

Pencegahan HIV-AIDS dan bahaya narkoba dapat dilakukan dengan meningkatkan

pengetahuan dan sikap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan

sikap tentang HIV-AIDS dan bahaya narkoba pada siswa MAMuhammadiyah 1Banjarmasin.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan desain cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki SMAMuhammadiyah

1Banjarmasin dengan menggunakan total sampling sebanyak 37 siswa. Teknik pengambilan

sampel menggunakan accidental Sampling. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan uji

Korelasi Spearman. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap terhadap HIV-AIDS

(p=0,011 ; r=0,413). Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang bahaya

narkoba (p=0,382 ; r=0,145). Ada hubungan antara pengetahuan HIV-AIDS dengan

pengetahuan bahaya narkoba (p=0,002 ; r =0,491). Tidak ada hubungan antara sikap HIV-

AIDS dengan sikap terhadap bahaya narkoba (p=0,280 ; r=0,182). Perlu dilakukan upaya-

upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS dan bahaya narkoba, seperti

kerjasama antara sekolah degan BNN, Komisi Penanggulangan AIDS, atau LSM serta

penyediaan informasi yang komprehensif tentang HIV-AIDS dan bahaya narkoba.

Kata kunci : HIV-AIDS, Narkoba, Pengetahuan, Sikap, Remaja

ABSTRACT

Human Immunodeficiency Virus continually becomes the problem of global society’s health,

there are 36,9 millions people who live with HIV along with 2 millions new infection at

2014. Percentage of drugs users who live with HIV is 18,8%. 15,2% of the cause of AIDS is

because injected drugs, meanwhile for the HIV sufferer is 7,7% in Indonesia. Prevention of

HIV-AIDS and the drugs’ danger can be done by increasing knowledge and attitude. This

research has a purpose to know the degree of knowledge and attitude about HIV-AIDS and

the drugs’ danger towards the students of MA Muhammadiyah 1 Banjarmasin. The kind of

the research which is used is analytic survey with sectional cross design. The population of

this research is all of male students of SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin by using total

sampling, those are 37 students. The technique of sampling uses accidental sampling. The

collected data is analyzed by using Spearman Correlation test. There is a relation between

knowledge and attitude towards HIV_AIDS (p=0,011 ; r=0,413). There is no any relation

between knowledge and attitude about drugs’ danger (p=0,382 ; r=0,145). There is a relation

between the knowledge about HIV-AIDS with the knowledge about drugs’ danger (p=0,002 ;

r =0,491). There is not any relation between attitude towards HIV-AIDS with attitude

towards durgs’ danger (p=0,280 ; r=0,182). It need to be done some efforts in increasing the

students’ knowledge about HIV_AIDS and drugs danger, such as a coordination between the

Page 76: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

306

school and BNN, AIDS Tackling Commission (Komisi Penanggulangan AIDS), or LSM and

also the supplying of comprehensive information about HIV-AID and drugs’ danger.

Keywords : HIV-AIDS, Drugs, Knowledge, Attitude, Teen

PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Virus terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global,

terdapat 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV dengan dua juta infeksi baru pada tahun

2014. Sub-Sahara Afrika merupakan penyebab 70% kasus baru infeksi HIV pada tahun 2014.

Penderita HIV yang mengetahui statusnya hanya 54% dari seluruh penderita HIV (WHO,

2015). Persentase penderita HIV pada perempuan sebesar 45,7% dan pada anak berusia <15

tahun sebesar 9,1% pada tahun 2013 di seluruh dunia. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun

2013 sebesar 88,8% dewasa dan 11,2% anak berusia <15 tahun (Kemenkes RI, 2014).

Secara global, persentase pengguna narkoba yang hidup dengan HIV sebesar 18,8%, di

Eropa Timur dan Asia Tengah lebih 80% dari semua infeksi HIV terkait dengan penggunaan

narkoba. United Nations Programme on HIV-AIDS (UNAIDS) menyebutkan bahwa di

seluruh dunia terdapat sekitar 10% infeksi HIV yang berasal dari jarum dan alat suntik

lainnya yang tercemar. (Kemenkes RI, 2014). Narkoba yang digunakan melalui jarum suntik

salah satunya heroin. Heroin menjadi masalah lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan

terdapat sekitar 10 juta orang yang menyuntik heroin secara rutin di seluruh dunia. Dari 100

negara tersebut, lebih dari 80 negara diantaranya telah melaporkan infeksi HIV dikalangan

pengguna narkoba suntik. Di Amerika Utara, penyalahgunaan narkoba suntik menyebabkan

sedikitnya 25% kasus AIDS sampai tahun 1994, dan merupakan faktor risiko kedua untuk

tertular HIV. Penggunaan jarum suntik merupakan faktor penyebab utama penularan HIV di

wilayah Eropa Timur. Penderita AIDS tertular melalui penggunaan narkotika secara

bergantian sebesar 62% di Rusia pada tahun 1997 (Winarno,2008).

Jumlah kasus narkoba tahun 2013 yang diungkap meningkat sebesar 23,8% dari 28.623

kasus. Angka-angka yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es dari masalah narkoba yang

jauh lebih besar (BNN, 2014). Berdasarkan data BNN, masalah penyalahgunaan narkoba di

tanah air telah merambah pada sebagian besar kelompok usia produktif, yaitu yang masih

remaja berstatus pelajar maupun mahasiswa (Emailijati, 2013).jumlah tersangka narkoba

selama tahun 2007-2011 berdasarkan tingkat pendidikan yaitu sebanyak 11,8% anak SD,

sebesar 23,7% anak SMP dan sebesar 61,9% anak SMA.

Hasil studi yang dilaksanakan kementerian kesehatan, bahwa pengetahuan

komprehensif tentang HIV dan AIDS di kalangan orang muda (usia 15-24 tahun) pada

Page 77: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

307

populasi umum sebesar 20,6%. Penelitian lainnya, hanya 22% siswa kelas dua MA yang

memiliki pengetahuan komprehensif tentang penularan HIV, dan 64% masih miskonsepsi

tentang HIV (UNICEF, 2012). Hasil penelitian Wibowo dan Marom (2014) pada siswa

MAN 2 Kota Pekalongan, pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS berada pada kategori

cukup sebesar 61,9%. Hasil penelitian Thanabal (2012), pengetahuan pelajar MA

Harapan 1 Medan tentang bahaya narkotika berada pada kategori cukup. Berdasarkan

hasil penelitian Syarif dan Tafal (2008), remaja penasun dengan tingkat pengetahuan

kurang tentang HIV/AIDS mempunyai risiko tertular HIV/AIDS 6,9 kali dibandingkan

yang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Hasil penelitian Tosi dkk (2010), terdapat

hubungan pengetahuan dengan sikap siswa MA tentang HIV/AIDS. Pengetahuan yang

baik akan menciptakan sikap yang baik. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya

narkoba pada siswa laki-laki MAMuhammadiyah 1 Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dengan sikap tentang HIV-

AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki di MA Muhammadiyah 1 Banjarmasin.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki di MA Muhammadiyah 1

Banjarmasin sebanyak 37 siswa. Besar sampel menggunakan total sampling, yakni semua

populasi dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental

sampling, yaitu sampel yang ditemui pada saat penelitian dilakukan. Pengolahan dan anilisis

data dengan uji korelasi menggunakan program SPSS. Data yang telah dianalisis kemudian

disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi untuk membahas hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yakni 19 orang

(80%). Tingkat pendidikan terbanyak adalah kategori kurang dengan 27 orang(51%).

Sebanyak 53,1% responden tidak bekerja. 43,8% responden mempunyai 1-2 anak. Sebagian

besar responden memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang imunisasi dasar yakni 76%.

Tabel 1. Analisis Univariat Variabel Penelitian di MA Muhammadiyah 1 Banjarmasin

Variabel Penelitian Jumlah Persen

PengetahuanHIV-AIDS Baik

Cukup

Kurang

0

18

19

0

48,6

51,4

Page 78: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

308

PengetahuanNarkoba Baik

Cukup

Kurang

0

10

27

0

27,0

73,0

Sikap terhadap HIV-AIDS Baik

Cukup

Kurang

5

15

17

13,5

40,5

46,0

Sikap terhadap Narkoba Baik

Cukup

Kurang

11

17

9

29,7

45,9

24,3

Jumlah 37 100,0

Sumber : Data Primer

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Variabel Penelitian

Sikap HIV-AIDS

Pengetahuan HIV-AIDS r 0,413

p

0,011

Sikap Bahaya Narkoba

Pengetahuan Bahaya r 0,145

Narkoba p

0,392

Pengetahuan Bahaya Narkoba

Pengetahuan HIV-AIDS r 0,491

p

0,002

Sikap Bahaya Narkoba

Sikap HIV-AIDS r 0,182

p 0,280

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara pengetahuan

dengan sikap terhadap HIV-AIDS p=0,011 dengan nilai korelasi 0,413.Tidak ada hubungan

antara pengetahuan dengan sikap terhadap bahaya narkoba p=0,392 dengan nilai korelasi

0,143.Ada hubungan antara pengetahuan HIV-AIDS dengan Pengetahuan tentang bahaya

narkoba p=0,002 dengan nilai korelasi 0,491. Tidak ada hubungan antara sikap HIV-AIDS

dengan sikap terhadap bahaya narkoba p=0,280 dengan nilai korelasi 0,182.

Page 79: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

309

Pembahasan

Secara umum hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan pengetahuan

siswa tentang HIV-AIDS dengan sikap terhadap HIV-AIDS.Pengetahuan siswa tentang HIV-

AIDS juga memiliki hubungan dengan pengetahuan tentang bahaya narkoba. Sedangkan

pengetahuan siswa tentang bahaya narkoba tidak memiliki hubungan dengan sikap terhadap

narkoba.

Analisis Univariat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan HIV-AIDS yang kurang yakni 19 orang (51,4%). Hal ini bisa dikarenakan

kurangnya informasi yang didapatkan siswa dari sekolah. Hasil penelitian sebelumnya oleh

Wibowo dan Marom (2014) menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan remaja di Kota

Pekalongan pada kategori cukup yaitu sebesar 56,73%. Hasil penelitian Samy (2014)

menunjukkan bahwa pengetahuan siswa terbesar berada pada kategori cukup sebesar 63,6%

di MA Raksana Medan. Hasil penelitian Mardhatillah (2015) menunjukkan bahwa

pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS di MA N 5 Makassar adalah cukup sebesar 67,3%.

Penelitian lainnya, hanya 22% siswa kelas dua MA yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang penularan HIV, dan 64% masih miskonsepsi tentang HIV (UNICEF,

2012).

Untuk kategori pengetahuan tentang narkoba menunjukkan hasil yang kurang lebih

sama dengan kategori pengetahuan. Sebagian besar (73%) responden memiliki pengetahuan

yang kurang. Hal ini mungkin terkait dengan istilah-istilah narkoba atau nama jenis narkoba.

Sebagian dari mereka bahkan tidak mengetahui efek dari beberapa jenis narkoba.Hasil

penelitian ini juga menunjukkan variasi sikap mahasiswa laki-laki MA Muhammadiyah 1

Banjarmasin terhadap HIV-AIDS. Proporsi terbesar ada pada kategori kurang yakni 17 orang

(45,9%) sedangkan kategori baik hanya 5%. Hal ini dikarenakan mereka masih

mendiskriminasikan penderita HIV-AIDS. Mereka beranggapan bahwa penderita HIV-AIDS

harus dimusuhi dan dijauhi. Padahal seseorang menderita HIV-AIDS memerlukan perhatian

dari orang-orang sekitarnya untuk bisa bertahan hidup lebih lama.

Penelitian ini juga menunjukkan adanya variasi proporsi sikap mahasiswa laki-laki MA

Muhammadiyah 1 Banjarmasin terhadap Narkoba. Hasil penelitian menunjukkan sebagian

besar responden memiliki sikap yang cukup baik yakni 17 orang (45,9%) sedangkan yg

memiliki sikap yang kurang ada 9 orang (24,3%). Sikap siswa laki-laki baik dipengaruhi oleh

nilai religius siswa dan institusi pendidikan. Sesuai dengan tujuan pendidikan di MA

Muhammdiyah 1 Banjarmasin untuk mengamalkan dan menyampaikan ajaran Islam,

Page 80: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

310

pendekatan agama dengan menanamkan ajaran-ajaran agama serta memperkuat nilai moral

yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi sikap siswa. Hasil penelitian Afianty (2014)

menunjukkan bahwa 92,73% responden memiliki sikap baik tentang NAPZA pada siswa

SMK di kota Bandung tahun 2014. Hasil penelitian Nurfajri dkk (2013) menunjukkan bahwa

90,3% siswa memiliki sikap baik terhadap narkoba pada siswa-siswi MA Handayani

Pekanbaru.

Analisis Bivariat

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara pengetahuan dengan sikap

terhadap HIV-AIDS dengan nilai p = 0,011. Nilai korelasi spearman sebesar 0,413

menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan dengan sikap terhadap HIV-AIDS sebesar

41,3%. Artinya semakin baik pengetahuan siswa maka semakin baik pula sikapnya terhadap

HIV-AIDS. Hasil penelitian Nurhidayatullah (2015) mengenai hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS di MA Negeri 1 Karangtengah Demak

menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS dengan

nilai p=0,041. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan siswa tentang

penyakit HIV/AIDS, maka ada kecenderungan untuk melakukan sikap yang positif terhadap

penyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian Tosi dkk (2010), terdapat hubungan pengetahuan

dengan sikap siswa MA tentang HIV/AIDS. Pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap

yang baik.

Pengetahuan responden memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap responden.

Salah satu faktor pembentukan sikap seseorang adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan

hasil tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu, individu mempunyai dorongan untuk mengerti dengan pengalamannya untuk

memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan

tersebut mengenai objek yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan sikap

terhadap Bahaya Narkoba dengan nilai p = 0,392. Nilai korelasi spearman sebesar 0,145

menunjukkan adanya pengaruh yang sangat lemah antara pengetahuan dengan sikap terhadap

bahaya narkoba. Sikap bahaya narkoba merupakan respon yang masih tertutup terhadap

bahaya narkoba belum berupa tindakan. Sikap siswa yang baik karena siswa memiliki sikap

yang dipengaruhi oleh nilai religius siswa, sehingga walaupun siswa tidak mengetahui secara

komprehensif bahaya narkoba tetapi siswa cenderung menjauhi narkoba. Siswa hanya

Page 81: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

311

mengetahui bahwa narkoba itu tidak baik dan dilarang. Menurut Azwar yang dikutip

Maulana (2009), pembentukan sikap dipengaruhi beberapa faktor, seperti institusi atau

lembaga pendidikan dan lembaga agama.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada korelasi antara pengetahuan dengan sikap

terhadap Bahaya Narkoba dengan nilai p = 0,002. Nilai korelasi spearman sebesar 0,491

menunjukkan adanya pengaruh yang kuat antara pengetahuan dengan sikap terhadap bahaya

narkoba sebesar 49,1%. Artinya semakin baik pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS maka

semakin baik pula pengetahuan siswa tentang bahaya narkoba. Hal ini dikarenakan

penyuluhan tentang HIV-AIDS hampir selalu diikuti dengan penyuluhan bahaya narkoba,

karena salah satu faktor risiko HIV-AIDS adalah penyalahgunaan narkoba terutama yang

menggunakan narkoba suntik.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada korelasi antara sikap HIV-AIDS dengan

sikap terhadap Bahaya Narkoba dengan nilai p = 0,280. Nilai korelasi spearman sebesar

0,182 menunjukkan adanya pengaruh yang sangat lemah antara sikap HIV-AIDS dengan

sikap terhadap bahaya narkoba. Hal ini dikarenakan responden cenderung memiliki sikap

yang kurang terhadap HIV-AIDS sementara sikap terhadap bahaya narkoba cenderung lebih

baik.

KESIMPULAN

Sebagian besar reponden memiliki tingkat pengetahuan kurang dengan proporsi 51,4%.

Pengetahuan tentang bahaya narkoba lebih banyak pada kategori yang kurang dengan

proporsi 73%. Sikap terhadap HIV-AIDS lebih banyak pada kategori kurang yakni 45,9%,

sedangkan sikap terhadap bahaya narkoba lebih banyak pada kategori cukup baik dengan

proporsi 45,9%. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap terhadap HIV-AIDS. Tidak

ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang bahaya narkoba. Ada hubungan

antara pengetahuan HIV-AIDS dengan pengetahuan bahaya narkoba. Tidak ada hubungan

antara sikap HIV-AIDS dengan sikap terhadap bahaya narkoba.Perlu dilakukan upaya-upaya

peningkatan pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS dan bahaya narkoba, seperti kerjasama

antara sekolah degan BNN, Komisi Penanggulangan AIDS, atau LSM.

DAFTAR PUSTAKA

Afianty, R.D.; Martioso, P.S.; Hadi, H.T. 2014. Gambara Pengetahuan, Sikap,dan Perilaku

Siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan “X” mengenaiNapza di Kota Bandung.

http://repository.maranatha.edu/12681/9/ 1110119_Journal.pdf.

Page 82: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

312

BNN. 2014. Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahguna Narkoba Tahun

Anggaran

2014.http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/.../Laporan_BNN_2014_Upload_Humas_F

IX.pdf

Emailijati, Kartika. 2013. Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan Sosialterhadap Risiko

Penyalahgunaan Narkoba pada Anak Remaja di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli.

http://repository.usu.ac.id/.

Kemenkes RI. 2015. INFODATN Pusat Data dan Informasi Kemenkes RISituasi Kesehatan

Reproduksi Remaja.

http://www.kemkes.go.id/development/resources/download/pusdatin/infodatin/infodati

n%20reprodu ksi%20remaja-ed.pdf.

Kemenkes RI. 2014. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/bu letin-

ptm.pdf.

Kemenkes RI. 2014. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RISituasi dan Analisis

HIVAIDS. http://www.depkes.go.id/resources/ download/pusdatin/infodatin/ Infodatin

%20AIDS.pdf.

Kemenkes RI. 2014. Statistik Kasus HIVAIDS di Indonesia.

http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1.

Maulana, H.D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC

Mardhatillah. 2015 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang HIVdan AIDS dengan

Stigma terhadap Orang dengan HIV dan AIDS (Odha) di SMAN 5 Makassar.

http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/314/mardhatill15691-

mardhati%29.pdf.

Nurfajri; Murzam, S.; Dimas P.N. 2013. Pengetahuan dan Sikap tentang Narkoba pada

Siswa-siswi SMA Handayani Pekanbaru Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka

Cipta

Samy, R.D.N. 2014. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentangHIV/AIDS di SMA

Raksana Medan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40388/3/Chapter%20III%20-

%20VI.pdf.

Tosi, Ariyanto; Romeo, Petrus,: Marni. 2010. Hubungan antara PengetahuanSiswa tentang

Penyakit HIV/AIDS dengan Sikap Siswa terhadap Penyakit HIV/AIDS.

https://mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com/2012/06/artikelpertama-

ariyanto.pdf.

UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian Respon Terhadap HIV&AIDS.

http://www.unicef.org/indonesia/id/A4_-_B_Ringkasan_Kajian_HIV.pdf.

WHO. 2015. HIV/AIDS. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/.

Wibowo, D.E.; Marom, Saeful. 2014. Tingkat Pengetahuan Remaja TentangHIV/AIDS di

Kota Pekalongan. http://jurnal.pekalongankota.go.id/

index.php/jp/article/download/9/22.

Winarno. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan JarumSuntik

Bergantian diantara Pengguna Napza Suntik di Kota

Semarang.ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/2539/229.

Page 83: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

313

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES

DI KELURAHAN PENGAMBANGAN KOTA BANJARMASIN

TAHUN 2016

M. Bahrul Ilmi dan Mahmudah

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Gangguan terhadap kesehatan kulit yang disebut dengan skabies merupakan jenis

gangguan kesehatan pada manusia yang berasal dari lingkungan biologik disebabkan oleh

hewan kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, Penelitian bertujuan untuk

mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Kelurahan Pengambangan

kota Banjarmasin tahun 2016. Metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional,

Sampel penelitian adalah penduduk usia produktif yang berdomisili di kelurahan

Pengambangan Kota Banjarmasin berjumlah 98 orang yang akan dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Instrumen penelitian kuesioner dengan metode wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan variabel yang ada hubungan bermakna dengan kejadian

skabies yaitu penggunaan handuk, Hasil uji statistik variabel penggunaan handuk diperoleh

p-value = 0,011 serta nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,307 (95% CI = 0,121 – 0,780). Dengan

p-value < 0,05, yang artinya ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan penggunaan

handuk dengan kejadian skabies di wilayah kelurahan Pengambangan Banjarmasin tahun

2016.

Kata kunci : Kesehatan kulit, penggunaan handuk, skabies, usia produktif.

ABSTRACT Disruption to the health of the skin called scabies is a kind of health problems in humans are

derived from biological environment caused by small animals that can not be seen with the

naked eye. This study aims to determine the factors associated with the incidence of scabies

in the Village Pengambangan, Banjarmasin City in 2016. Methods analytic survey with cross

sectional approach, samples are of productive age who live in the villages Pengambangan in

Banjarmasin city with total samples are 98 people will be done by using purposive sampling.

The research instrument a questionnaire with interview method. The results showed that the variables significant relationship with the occurrence of scabies is

the use of towels, the results of statistical test variable use of towels obtained p-value = 0.011

and the value Odds Ratio (OR) of 0.307 (95% CI = 0,121-0,780). The p-value <0.05, which

means that there is a significant relationship between habitual use of towel with the incidence

of scabies in work area village Pengambangan in Banjarmasin city in 2016.

Page 84: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

314

PENDAHULUAN

Penyakit kulit di Indonesia banyak dijumpai karena Indonesia beriklmim tropis. Iklim

tersebut mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur. Menurut Depkes RI,

prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6-12,95% dan

menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Tahun 2010, penyakit kulit skabies

masih menduduki peringkat ketiga dari 10 besar penyakit rawat jalan di Indonesia (Profil

Kesehatan Indonesia, 2011). Data Depkes RI juga menunjukan bahwa prevalensi penyakit

kulit di seluruh Indonesia pada tahun 2012 adalah 8.46%. Tahun 2013 mengalami

peningkatan sebesar 9% dan kembali menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit

tersering (Depkes RI, 2013).

Penyakit skabies dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya

berjabat tangan, tidur bersama dan melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan secara

tidak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk sprei, bantal dan selimut (Djuanda,

2007).

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang terkena penyakit skabies, terutama faktor

perilaku. Seperti jarang mengganti alas tidur, penggunaan handuk secara bersamaan dan atau

penggantian handuk bersih yang lama (2-3 mingggu sekali), serta menggunakan sabun mandi

secara bersama. Awalnya ada satu anggota yang terkena skabies dan akhirnya menular ke

anggota yang lain (Khotimah, 2006). Hasil penelitian Handayani (2007) di Pondok Pesantren

Nihayatul Amal menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan

pemakaian sabun mandi, pemakaian handuk, berganti pakaiaan, kebiasaan tidur bersama dan

kebiasaan mencuci pakaian bersama serta kebersihan lingkungan dengan kejadian skabies.

Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara berkembang terkait

dengan rendahnya tingkat kebersihan, akses air yang sulit dan kepadatan hunian. Faktor lain

yang menyebabkan skabies adalah keterkaitan antara faktor sosio demografi dengan

lingkungan. Penyakit skabies berasosiasi dengan kemiskinan dan kepadatan penduduk.

Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan

transmisi dan infestasi tungau skabies (Ratnasari, 2014). Depkes RI (2004) menyatakan

bahwa prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni

yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.

Selain itu, faktor lain yang mengakibatkan tingginya prevalensi skabies antara lain

kelembaban yang tinggi, rendahnya sanitasi, kepadatan, malnutrisi, personal higiene yang

buruk, pengetahuan, sikap dan perilaku yang mendukung pola hidup sehat

Survey pendahuluan yang dilakukan oleh Aridha (2016) menunjukan bahwa sebagian

besar masyarakat Pengambangan menggunakan air sungai untuk keperluan MCK (mandi,

Page 85: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

315

cuci, kakus). Masyarakat beranggapan bahwa karena terpengaruh oleh pasang surut sehingga

kuman yang yang ada di air sungai terbawa oleh arus. Selain itu, perilaku higiene seperti

penggunaan handuk, kebiasaan mengganti alas tidur dan menjemur bantal sangat

berpengaruh dalam penyakit skabies. Berlatar belakang hal tersebut, maka perlu dilakukan

penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Kelurahan

Pengambangan..

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey analitik, pengambilan sampel akan

dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan pendekatan cross sectional untuk

mempelajari hubungan jenis kelamin, sumber air, kebiasaan mengganti alas tidur dan sprei,

kebiasaan menjemur kasur dan bantak serta penggunaan handuk. Saat penelitian, pembagian

kuesioner dan wawancara dilakukan ke rumah-rumah penduduk yang berada dekat sungai di

wilayah kelurahan Pengambangan Banjarmasin.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah penduduk yang berdomisili di Kelurahan

Pengambangan., berusia produktif (15 – 64 tahun), dapat berkomunikasi dengan baik dan

bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah KTP nya bukan penduduk kelurahan

Pengambangan, rumahnya tidak berada di sekitar pinggiran sungai dan tidak menyelesaikan

wawancara dengan berbagai alasan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai

berikut: Tabel 1. Tabel Univariat

No Variabel Frekuensi Persentasi (%)

Dependen

Kejadian skabies Tidak 53 54,1

Ya 45 45,9

Independen

1 Jenis kelamin Laki-laki 55 56,1

Perempuan 43 43,9

2 Sumber air PDAM 65 66,3

Air sungai 33 33,7

3 kebiasaan Ya 62 63,3

mengganti alas tidur Tidak 36 36,7

dan sprai

4 Kebiasaan Ya 38 38,8

menjemur kasur dan Tidak 60 61,2

Page 86: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

316

bantal

5 Penggunaan handuk Ya 27 27,6

Tidak 71 72,4

Tabel 2. Tabel Bivariat

No

Variabel

Kejadian skabies

Tidak %

Ya %

1 Jenis Laki-laki 33 33,7 22 22,4

Kelamin Perempuan 20 20,4 23 23,5

2 Sumber air PDAM 38 38,8 27 27,6

Air sungai 15 15,3 18 18,4

3 kebiasaan Ya 33 33,7 29 29,6

mengganti Tidak 20 20,4

16 16,3

alas tidur

dan sprai

4 Kebiasaan Ya 23 23,5 15 15,3

menjemur Tidak 30 30,6

30 30,6

kasur dan

bantal

5 Penggunaan Ya 9 9,2 18 18,4

handuk Tidak 44 44,9

27 27,6

Dilihat dari tabel 2, dapat dijelaskan bahwa persentasi variabel jenis kelamin laki-laki

pada responden dengan status tidak terindikasi skabies sebanyak 33,7% (33 responden).

Untuk variabel sumber air PDAM pada responden dengan status tidak terindikasi skabies

sebanyak 38,8% (38 responden). Untuk variabel kebiasaan mengganti alas tidur dan sprai

minimal 1 kali seminggu pada responden dengan status tidak terindikasi skabies sebanyak

33,7% (33 responden). Untuk variabel kebiasaan tidak menjemur kasur dan bantal minimal 2

minggu sekali pada responden dengan status terindikasi & tidak terindikasi skabies

mempunyai presentasi yang sama yaitu sebanyak 30,6% (30 responden). Untuk variabel

penggunaan handuk tidak seminggu sekali & tidak dijemur di bawah sinar matahari setiap

hari pada responden dengan status tidak terindikasi skabies sebanyak 72,4% (71 responden).

HASIL PEMBAHASAN 1. Hasil analisis univariat dari variabel kejadian skabies pada responden di wilayah

keluahan Pengambangan Banjarmasin tahun 2016, didapatkan bahwa variabel kejadian

skabies dengan status tidak terindikasi skabies lebih besar daripada variabel kejadian

skabies dengan status terindikasi skabies. (54,1% berbanding 45,9%).

Page 87: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

317

2. Hasil analisis univariat pada variabel jenis kelamin diketahui distribusi frekuensi

responden dengan status laki-laki mempunyai persentasi lebih besar dibandingkan

dengan status perempuan (56,1% berbanding 43,9%) 3. Hasil analisis bivariat dari variabel jenis kelamin dengan kejadian skabies dapat

dijelaskan bahwa 33,7% responden laki-laki terindikasi tidak skabies, sedangkan 20,4%

responden perempuan terindikasi tidak skabies. Hasil uji statistik diperoleh p-value =

0,184 serta nilai Odds Ratio (OR) sebesar 1,725 (95% CI = 0,770 – 3,863). P-value >

0,05, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian

skabies di wilayah kelurahan Pengambangan kota Banjarmasin tahun 2016. 4. Hasil analisis univariat pada variabel sumber diketahui distribusi frekuensi responden

yang menggunakan PDAM mempunyai persentasi lebih besar dibandingkan dengan

responden yang menggunakan air sungai (66,3% berbanding 33,7%). 5. Hasil analisis bivariat dari variabel sumber air dengan kejadian skabies dijelaskan

bahwa 38,8% responden menggunakan PDAM dan terindikasi tidak skabies, sedangkan

15,3% responden menggunakan air sungai terindikasi tidak skabies. Hasil uji statistik

diperoleh p-value = 0,222 serta nilai Odds Ratio (OR) sebesar 1,689 (95% CI = 0,726 –

3,929). P-value > 0,05, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber

dengan kejadian skabies di wilayah kelurahan Pengambangan kota Banjarmasin tahun

2016. 6. Hasil analisis univariat pada variabel kebiasaan mengganti alas tidur dan sprai diketahui

distribusi frekuensi responden yang terbiasa mengganti alas tidur dan sprai minimal 1

kali seminggu mempunyai persentasi lebih besar dibandingkan dengan responden yang

tidak terbiasa mengganti alas tidur dan sprai minimal 1 kali seminggu (63,3%

berbanding 36,7%) 7. Hasil analisis bivariat dari variabel kebiasaan mengganti alas tidur dan sprai dengan

kejadian skabies dijelaskan bahwa 33,7% responden kebiasaan mengganti alas tidur dan

sprai dan terindikasi tidak skabies, sedangkan 20,4% responden kebiasaan tidak

mengganti alas tidur dan sprai terindikasi tidak skabies. Hasil uji statistik diperoleh p-

value = 0,823 serta nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,910 (95% CI = 0,399 – 2,078). P-

value > 0,05, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengganti

alas tidur dan sprai dengan kejadian skabies di wilayah kelurahan Pengambangan kota

Banjarmasin tahun 2016. 8. Hasil analisis univariat pada variabel kebiasaan menjemur kasur dan bantal diketahui

distribusi frekuensi responden yang tidak menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu

Page 88: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

318

sekali mempunyai persentasi lebih besar dibandingkan dengan responden yang

menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali (61,2% berbanding 38,8%). 9. Hasil analisis bivariat dari variabel kebiasaan menjemur kasur dan bantal dengan

kejadian skabies dijelaskan bahwa 30,6% responden kebiasaan tidak menjemur kasur &

bantal dan terindikasi tidak skabies, sedangkan 23,5% responden kebiasaan mengganti

alas tidur dan sprai terindikasi tidak skabies. Hasil uji statistik diperoleh p-value =

0,308 serta nilai Odds Ratio (OR) sebesar 1,533 (95% CI = 0,673 – 3,469). P-value >

0,05, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menjemur kasur

dengan kejadian skabies di wilayah kelurahan Pengambangan kota Banjarmasin tahun

2016. 10. Hasil analisis univariat pada variabel penggunaan handuk diketahui distribusi frekuensi

responden yang tidak mengganti penggunaan handuk seminggu sekali & dijemur di

bawah sinar matahari setiap hari mempunyai persentasi lebih besar dibandingkan

dengan responden yang mengganti penggunaan handuk seminggu sekali & dijemur di

bawah sinar matahari setiap hari (72,4% berbanding 27,6%) 11. Hasil analisis bivariat dari variabel penggunaan handuk dengan kejadian skabies dapat

dijelaskan bahwa 44,9% responden kebiasaan tidak mengganti penggunaan handuk dan

terindikasi tidak skabies, sedangkan 23,5% responden kebiasaan mengganti

penggunaan handuk terindikasi tidak skabies. Hasil uji statistik diperoleh p-value =

0,011 serta nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,307 (95% CI = 0,121 – 0,780). P-value <

0,05, berarti ada hubungan yang bermakna antara penggunaan handuk dengan kejadian

skabies di wilayah kelurahan Pengambangan kota Banjarmasin tahun 2016. 12. Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi penggunaan handuk pada status tidak

terbiasa mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah

sinar matahari setiap hari di wilayah kelurahan Pengambangan adalah sebesar 72,4%.

Untuk proporsi tidak terindikasi skabies dengan status tidak terbiasa mengganti

penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah sinar matahari

setiap hari yaitu 44,9%. Dari hal tersebut, kontribusi responden yang terindikasi tidak

skabies dan tidak terbiasa mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan

dijemur di bawah sinar matahari setiap hari yaitu sebesar 32,51% (72,4% x 44,9% =

32,51%). 13. Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi penggunaan handuk pada status

terbiasa mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah

sinar matahari setiap hari di wilayah kelurahan Pengambangan adalah sebesar 27,6%.

Untuk proporsi tidak terindikasi skabies dengan status terbiasa mengganti penggunaan

Page 89: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

319

handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah sinar matahari setiap hari yaitu

9,2%. Dari hal tersebut, kontribusi responden yang terindikasi tidak skabies dan

terbiasa mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah

sinar matahari setiap hari yaitu sebesar 0,25% (27,4% x 9,2% = 0,25%).

KESIMPULAN

1. Variabel yang ada hubungan bermakna dengan variabel kejadia skabies yaitu variabel

penggunaan handuk, sedangkan untuk variabel jenis kelamin, sumber air, kebiasaan

mengganti alas tidur dan sprai, kebiasaan menjemur kasur dan bantal, tidak ada

hubungan bermakna. 2. Hasil analisis bivariat dari variabel penggunaan handuk dengan kejadian skabies dapat

dijelaskan bahwa 44,9% responden kebiasaan tidak mengganti penggunaan handuk dan

terindikasi tidak skabies, sedangkan 23,5% responden kebiasaan mengganti

penggunaan handuk terindikasi tidak skabies. 3. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,011 serta nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,307

(95% CI = 0,121 – 0,780). P-value < 0,05, berarti ada hubungan yang bermakna antara

penggunaan handuk dengan kejadian skabies di wilayah kelurahan Pengambangan kota

Banjarmasin tahun 2016. 4. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,307 menunjukkan bahwa responden yang tidak

terbiasa mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah

sinar matahari setiap hari mempunyai peluang terindikasi kejadian skabies 0,307 kali

lebih tinggi dibandingkan responden yang terbiasa terbiasa mengganti penggunaan

handuk. 5. Distribusi frekuensi penggunaan handuk pada status tidak terbiasa mengganti

penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah sinar matahari

setiap hari sebesar 72,4%. Proporsi tidak terindikasi skabies dengan status tidak terbiasa

mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah sinar

matahari setiap hari sebesar 44,9%. Kontribusi responden yang terindikasi tidak skabies

dan tidak terbiasa mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur

di bawah sinar matahari setiap hari yaitu sebesar 32,51%. 6. Distribusi frekuensi penggunaan handuk pada status terbiasa mengganti penggunaan

handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah sinar matahari setiap hari

sebesar 27,6%. Proporsi tidak terindikasi skabies dengan status terbiasa mengganti

penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah sinar matahari

Page 90: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

320

setiap hari sebesar 9,2%. Kontribusi responden yang terindikasi tidak skabies dan

terbiasa mengganti penggunaan handuk minimal sekali seminggu dan dijemur di bawah

sinar matahari setiap hari yaitu sebesar 0,25%

SARAN

Perlu adanya keinginan dari penduduk / tokoh masyarakat setempat secara aktif untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan kulit secara mandiri sehingga dapat merubah

sikap mengenai kesehatan kulit yang lebih baik. Meminta kerjasama dengan instansi

kesehatan sekitar, sehingga peningkatkan promosi kesehatan mengenai kesehatan kulit

khususnya penyakit skabies, sehingga dapat lebih terfokus. Penelitian selanjutnya dapat

menambah wawasan untuk dalam mengkaji dan meneliti mengenai dukungan jenis kelamin,

sumber air, kebiasaan mengganti alas tidur dan sprai, kebiasaan menjemur kasur dan bantak

serta penggunaan handuk sehingga mengoptimalkan pengembangan upaya mengenai

pencegahan dan pengobatan penyakit kulit, khususnya skabies.

DAFTAR PUSTAKA

Amrul Munif, (2010). Metode penelitian bidang kesehatan bahan ajaran untuk mahasiswa.

Cetakan pertama Jakarta : CV. Sangung Seto

Arikunto, (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar Asrul, (2007). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Edisi pertama Jakarta :

Pustaka Pelajar.

Candra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC

harahap. M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : hipokrates

http://id.wikihow.com/Mengobati-Kudis. Diakses: 26 Agustus 2016

Indrayatna. 2010. Penyakit kulit, tanda dan gejala, cara penularan, dampak dan upaya

pencegahan. [online]. http;//www.anneahira.com [diakses 28 Agustus 2016].

Iskandar, T. 2000. Masalah Skabies Pada Hewan dan Manusia serta Penanggulangannya :

peternakan.litbang.deptan.go.id.

Ma’rufi, I. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit

Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 2, No. 1. Juli

Natadisastra, D., Agoes, R., Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang

Diserang. Jakarta: EGC

Page 91: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

321

Notoatmodjo, (2011). Ilmu kesehatan remaja, Kesehatan Masyarakat Seni &

Budaya. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, (2012). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta.

Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta : Trans Info

Media. Robin, Graham. 2006. Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Siregar R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing.

Yogyakarta :Universitas Gajah Mada

Sudirman. T. 2006. Skabies : Masalah Diagnosis dan Pengobatan. Majalah Kesehatan

Damianus. Vol. 5, No. 3 September 2006. Hal : 177 – 190.

Sungkar, S., 2001. Skabies, Jakarta : IDI.

Page 92: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

322

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SERTA PELAKSANAAN

PHBS PADA SISWA SDN KUIN UTARA 4 BANJARMASIN

Nuning Irnawulan Ishak, Akhmad Fauzan, dan Kasman

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

Email : [email protected]

ABSTRAK

Derajat kesehatan anak saat ini masih belum membaik karena masih banyaknya masalah

kesehatan pada anak sekolah dasar yang umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan dan sikap siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan

pelaksanaan PHBS pada siswa SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin.Jenis penelitian ini bersifat

deskriptif. Penelitian ini berlokasi di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan September–Januari 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah

siswa kelas 4 dan 5 sebanyak 63 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.Untuk

pengetahuan, dari 63 siswa terdapat 62 orang (98,1%) memiliki tingkat pengetahuan

mengenai PHBS dengan kategori baik dan 1 orang (1,6%) dengan kategori sedang.Untuk

sikap, dari 63 siswa terdapat 58 orang (92,1%) memiliki tingkat sikap mengenai PHBS

dengan kategori baik dan 5 orang (7,9%) dengan kategori sedang. Dan untuk pelaksanaan,

dari 63 siswa terdapat 49 orang (77,8% memiliki tingkat pelaksanaan mengenai PHBS

dengan kategori baik dan 14 orang (22,2%) dengan kategori sedang.Kepada pihak sekolah

dalam hal ini kepala sekolah dan guru-guru untuk senantiasa menanamkan nilai-nilai PHBS

kepada siswa-siswi sehingga mereka dapat berperilaku hidup bersih dan sehat khususnya di

lingkungan sekolah serta untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit.

Kata kunci : Anak, PHBS, Pengetahuan, Sikap

ABSTRACT

The current children’s health is not going better yet because there are so many problem in

the elementary school grade children’s health which is related to Clean and Healthy Life

Behavior (in Indonesian : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)). The objective of this

research is to know the representation of the students’ knowledge and attitude about Clean

and Healthy Life Behavior and the implementation of PHBS towards the students of SDN

Kuin Utara 4 Banjarmasin. This research is descriptive. This research is held at SDN Kuin

Utara 4 Banjarmasin, September 2016 - Januari 2017. The sample of this research are the

students of 4th and 5th grade, those are 63 students. The technique of sampling uses

purposive sampling method. The collected data is analyzed descriptively. For the

knowledge side, from 63 students, there are 62 students (98,1%) who have good degree of

the knowledge about the PHBS and there is a student (1,6%) who has average degree. For

Page 93: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

323

the attitude side, from 63 students, there are 58 students (92,1%) who have good degree of

the attitude about the PHBS and there are 5 students (7,9%) who have average degree. And

for the implementation side, from 63 students, there are 49 students (77,8%) who have

good degree of the implementation about the PHBS and there are 14 students (22,2%) who

have average degree. For the headmaster and the teachers in order to give the moral value

of the PHBS to the students often so they are be able to act the clean and healthy life

behavior, particularly in the school environment and also to prohibit various illness

appearance.

Keywords : Attitude, Children, Knowledge, PHBS

PENDAHULUAN

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,

meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu

mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di

kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan

terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan

dan mengukur tinggi badan setiap bulan dan membuang sampah pada tempatnya

(Proverawati, 2012).

Tatanan sekolah merupakan salah satu ruang lingkup promosi kesehatan. Promosi

kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif sebab anak sekolah merupakan sasaran yang

mudah dijangkau karena terorganisasi dengan baik dan berpotensi sebagai agent of change

untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat

serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima suatu perubahan. Anak

sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk

dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie,2005). Anak usia

sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan, usia sekolah

sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat, sekolah merupakan

institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik, keadaan kesehatan anak sekolah akan

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai, anak sekolah merupakan

Page 94: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

324

kelompok terbesar dari kelompok usia anak-anak yang menerapkan wajib belajar dan

pendidikan kesehatan melalui anak-anak sekolah sangat efektif untuk merubah perilaku dan

kebiasaan hidup sehat umumnya (Fauziah, 2014).

Anggota masyarakat yang paling penting dijadikan sasaran dalam penerapan PHBS

adalah anak SD. Hal ini karena pada masa tersebut merupakan masa yang paling eksploratif

(bermain dengan lingkungan) serta merupakan masa-masa yang tepat untuk dapat

menerima dan menyerap informasi dengan tepat (Pramono dan Paramita, 2011).Hal ini

diperkuat bahwa anak SD terutama usia siswa kelas 4 dan 5 merupakan usia yang mudah

menerima adanya inovasi baru dan mudah menyampaikannya kepada orang lain (Wati,

2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan secara teratur dapat

mencegah terjadinya berbagai penyakit pada anak usia sekolah seperti TB, diare, typhoid,

serta demam berdarah, namun pada kenyataannya di lapangan masih sering sekali ditemui

kasus penyakit yang disebabkan karena kurangnya kesadaran anak usia sekolah dalam

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (Efendi & Makhfudli, 2009). Survei yang

dilakukan di 10 propinsi dengan sasaran seluruh anak sekolah dasar. Hasil survey sangat

bervariasi yaitu antara 4,8%-83,0%.Anak SD di Propinsi Nusa Tenggara Barat

menunjukkan PHBS yang rendah sebesar 83,0% sedangkan di propinsi Jawa Timur hanya

sebesar 4,3% yang tidak berperilaku bersih dan sehat.Selanjutnya, berdasarkan hasil

Susenas 2011 diketahui bahwa sebagian besar siswa SD memiliki masalah kebersihan diri

(personal hygiene) yang cukup banyak, antara lain sebesar 86% siswa yang bermasalah

pada gigi (karies dan gigi berlubang), siswa yang tidak menggosok gigi sebesar 42%, siswa

yang tidak mencuci tangan sebelum makan sebesar 8%, siswa yang tidak mencuci kaki

sebelum tidur sebesar 37%, siswa yang tidak biasa menggunakan alas kaki sebesar 25%,

siswa yang tidak biasa memotong kuku sebesar 53%,serta siswa yang mempunyai

kebiasaan mandi 1 kali sehari dsebesar 8% (Laporan Susenas, 2011).

Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah terjadinya berbagai penyakit seperti

diare, cacingan, dan gatal-gatal.Sanitasi dan tingkat higienitas yang rendah menyebabkan

sekitar 88% kematian anak akibat diare.Berdasarkan data riskesdas tahun 2007, diare

sebagai penyebab kematian anak pada usia 1 bulan hingga 1 tahun sebesar 31% dan pada

Page 95: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

325

usia 1 tahun hingga 4 tahun sebesar 25% (Unicef, 2012). Masalah-masalah yang terjadi

pada anak usia sekolah dasar semakin memperjelas bahwa nilai-nilai PHBS di sekolah

masih minim dan belum mencapai tingkat yang diharapkan. Oleh sebab itu perlu adanya

suatu kegiatan intervensi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang

pelaksanaan PHBS pada anak sekolah dasar (Wowor, 2013).

Menurut penelitian Diana (2014) bahwa lebih dari separuh siswa memiliki

pengetahuan yang rendah dalam melaksanakan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) yaitu 59,4% pada SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun Kabupaten Karimun

Tahun 2013. Masih rendahnya pelaksananaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada anak sekolah terutama pada pelaksanaan cuci tangan pakai sabun,berolahraga

secara teratur, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan,memberantas jentik

disekolah dan membuang sampah pada tempatnya. Hal ini disebabkan masih kurangnya

informasi dan pengetahuan anak tersebut tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

tersebut, kurangnya fasilitas sarana yang mendukung kegiatan tersebut, serta masih

rendahnya peran guru dan petugas kesehatan dalam memberikan informasi guna

mendukung kegiatan pelaksanaan program perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada

lingkungan sekolah.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin, belum

pernah dilakukan pembinaan dan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat, masih

banyak siswa yang bermain di halaman sekolah tanpa memakai alas kaki, kebiasaan tidak

mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, kebiasaan jajan sembarangan

terlihat dengan banyaknya siswa yang jajan sembarang di penjual makanan pinggir jalan

sekolah. Pada keadaan sekolahnya masih ada sampah yang berserakan di halaman sekolah

dan kamar mandi untuk guru dan siswa tidak terpisah.Berdasarkan fenomena yang terjadi,

peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap guru dan siswa tentang

perilaku hidup bersih dan sehat dan pelaksanaan PHBS pada siswa SDN Kuin Utara 4

Banjarmasin.

Page 96: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

326

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan

pengetahuan dan sikap siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan

pelaksanaan PHBS pada siswa SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin. Populasi dari penelitian ini

adalah seluruh siswa di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin berjumlah 368 orang. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive

sampling sehingga sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan siswa kelas 4 dan 5

sebanyak 63 orang yang terdiri dari 32 orang siswa laki-laki dan 31 orang siswa

perempuan.Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif

menggunakan program SPSS. Data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk

tabel disertai narasi untuk membahas hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Umum Responden

Tabel 1. KarakteristikRespondenPenelitian di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin

KarakteristikResponden Jumlah Persen

JenisKelamin

Laki-laki

Perempuan

32

31

50,8

49,2

Umur

9

10

11

12

14

15

27

19

1

1

23,8

42,9

30,2

1,6

1,6

Jumlah 63 100,0

Sumber : Data Primer

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden laki-laki berjumlah 32 siswa (50,8%) dan

responden perempuan berjumlah 31 siswa (49,2%).Jumlah responden yang paling banyak

adalah kelompok umur 10 tahun berjumlah 27 siswa (42,9%), kemudian kelompok umur 11

tahun berjumlah 19 siswa (30,2%), kelompok umur 9 tahun berjumlah 15 siswa (23,8%)

Page 97: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

327

dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 12 tahun sebanyak 1 siswa (1,6%) dan

kelompok umur 14 tahun juga sebanyak 1 siswa (1,6%).

AnalisisUnivariat

Tabel 2. Analisis BivariatVariabel Penelitian di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin

Variabel Penelitian Jumlah Persen

PengetahuanPHBS

Baik

Sedang

Buruk

62

1

0

98,4

1,6

0

Sikap PHBS

Baik

Sedang

Buruk

58

5

0

92,1

7,9

0

Tindakan PHBS

Baik

Sedang

Buruk

49

14

0

77,8

22,2

0

Jumlah 63 100,0

Sumber : Data Primer

Tabel2 menunjukkan bahwa dari 63 responden, sebagian besar yaitu 62 siswa

(98,1%) memiliki pengetahuan baik dan hanya 1 siswa (1,6%) yang memiliki pengetahuan

sedang.Tidak satupun siswa yang memiliki pengetahuan buruk.Sebanyak 58 siswa (92,1%)

memiliki sikap baik dan sebanyak 5 siswa (7,9%) memiliki sikap sedang. Tidak satupun

siswa yang memiliki sikap buruk mengenai PHBS.Sebanyak 49 siswa (77,8%) memiliki

pelaksanaan yang baik dan sebanyak 14 siswa (22,2%) memiliki pelaksanaan sedang.Tidak

satupun siswa yang memiliki pelaksanaan yang buruk tentang penerapan PHBS di sekolah

dasar.

Pembahasan

Pengetahuan Siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pengetahuan siswa-siswi di SDN. Kuin Utara 4 Banjarmasin khususnya kelas 4 dan 5

tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat dilihat pada tabel 4 menunjukkan

bahwa dari 63 responden, sebagian besar yaitu 62 siswa (98,1%) memiliki pengetahuan

yang baik dan hanya 1 siswa (1,6%) yang memiliki pengetahuan sedang.Hasil yang

diperoleh tidak terlepas dari peran guru sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator,

Page 98: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

328

manager, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik dalam melaksanakan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Namun, meskipun pengetahuan siswa yang

sebagian besar sudah baik, akan tetapi tetap perlu diberikan tambahan-tambahan

pengetahuan secara menyeluruh bagi siswa yang belum tahu sama sekali.Hal tersebut

tentunya tidak lepas dari dukungan pendidikan yang cukup baik. Namun penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana dkk (2013), yang menunjukkan bahwa

lebih dari separuh siswa memiliki pengetahuan yang rendah dalam melaksanakan PHBS

yaitu 59,4% pada SDN 001 Tanjung Balai Karimun Kabupaten Karimun Tahun

2013.Rendahnya tingkat pengetahuan anak/siswa mengenai PHBS disebabkan karena

kurangnya peran guru dan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi mengenai PHBS,

kurangnya pelatihan guru sehingga tidak mengajarkan PHBS terhadap siswanya.

Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2011) mengemukakan bahwa pengetahuan

mengenai PHBS sebenarnya secara tidak langsung sudah tertanam dalam setiap mata

pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain pengetahuan yang didapatkan melalui proses

belajar, siswa juga diberikan pengetahuan tentang PHBS di luar jam belajar seperti kerja

bakti dan lomba kebersihan kelas, aktivitas penyuluhan yang dilakukan oleh kader

kesehatan/dokter kecil, pemeriksaan jentik nyamuk, mendemokan gerakan cuci tangan

dengan sabun dan cara gosok gigi yang baik dan benar, kegiatan olahraga yang diadakan

setiap minggu serta pemeriksaan rutin kebersihan kuku, rambut, telinga, gigi dan

sebagainya (Yuanna, 2013).

Notoatmodjo(2007) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

upaya kesehatan.Makin baik pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan semakin menunjukkan sikap

kepatuhannya untuk berperan serta dalam upaya kesehatan (Mohtar, 2014).Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Anggrahitha (2009) menunjukkan bahwa pengaruh

intervensi penyuluhan dan simulasi terhadap kebersihan diri dan lingkungan siswa kelas 4

dan 5 SDN Cisalak 1 Depok memiliki dampak yang besar terhadap peningkatan

pengetahuan siswa mengenai PHBS.Menurut Anggrahitha (2009), faktor yang mendukung

Page 99: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

329

terjadinya peningkatan pengetahuan tersebut karena proses penyampaian pesan yang

dilakukan tidak hanya dilakukan selama kegiatan penyuluhan saja, tetapi juga melalui

proses reminding dan recall yang terus menerus dilakukan.Disinilah peran guru dan kader

kesehatan di sekolah untuk selalu berusaha menanamkan nilai-nilai indikator PHBS.

Sikap Siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Sikap siswa-siswi kelas 4 dan 5 yang bersekolah di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin

sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 58 siswa (92,1%). Sikap merupakan reaksi

atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

obyek.Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan lebih

dahulu dari perilaku yang tertutup.Hal ini sejalan dengan penelitian Diana, dkk (2013)

bahwa sebanyak 75% anak memiliki sikap yang positif terhadap pelaksanaan program

PHBS pada SDN 001 Tanjung Balai Karimun Kabupaten Karimun. Terbentuknya sikap

seseorang tidak terlepas dari pengetahuan atau informasi-informasi serta pengalaman yang

diperoleh baik dari sekolah maupun dari luar.Oleh sebab itu, peran guru dan tenaga

kesehatan dalam hal ini sebagai penyebar informasi tentang PHBS sangat diperlukan.

Sikap diturunkan dari pengetahuan responden.Dengan demikian, untuk menentukan

sikap harus didasari oleh pengetahuan responden.Terdapat hubungan yang signifikan antara

sikap PHBS responden dengan dengan tindakan.Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif

responden yang ditunjukan oleh sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung

jawab terhadap PHBS akan memberi dampak yang positif juga bagi PHBS mereka.Hal ini

sesuai dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa sikap adalah satu predisposisi untuk

munculnya perilaku yang dapat dibuktikan dalam penelitian ini (Habeahan, 2009).

Pelaksanaan/Tindakan Siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pelaksanaan/tindakan siswa tentang PHBS sebagian besar yaitu sebanyak 49 siswa

(77,8%) sudah memiliki kategori baik. Dari 15 item pertanyaan yang diberikan,

menunjukkan hampir sebagian besar telah memiliki tindakan yang baik tentang PHBS.

Misalnya, tindakan positif siswa dalam indikator PHBS mencuci tangan dengan sabun

sudah cukup baik yang ditunjukkan dengan sebagian besar yaitu 49 siswa (77,8%) selalu

Page 100: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

330

mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan serta

setelah BAB dan BAK. Hal ini berbanding terbalik dengan studi yang dilakukan oleh

Catalina, et al pada tahun 2009. Dalam studinya yang membahas tentang perilaku cuci

tangan pada anak usia sekolah di Bogota, sepertiga dari sampel yang selalu mencuci tangan

sebelum makan dan setelah dari toilet. Studi tersebut juga menemukan 3 alasan yang sering

dikemukakan siswa saat tidak mencuci tangan yaitu karena lupa, malas, dan tidak ada

waktu. Selanjutnya alasan lain yaitu karena kurangnya air bersih, ketiadaan sabun, fasilitas

kamar mandi yang kotor, kamar mandi yang kurang aman serta kurangnya ketertarikan

untuk mencuci tangan.

Hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari segi

sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak sekolah untuk mencuci tangan sudah

sangat baik, namun sabun yang digunakan masih berupa sabun batangan yang dipakai

bergantian oleh seluruh warga sekolah sehingga hal ini dapat menyebabkan perpindahan

bakteri antar warga sekolah.

Catalina, et al (2009) juga mengemukakan bahwa usia dan jenis kelamin tidak

mempengaruhi perilaku cuci tangan pada anak usia sekolah di Bogota, Colombia.Dalam

sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Jurnal Kedokteran Inggris (British Medical

Journal) pada tahun 2007 menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara teratur

bisa jadi lebih efektif dalam menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS.Hal ini

bisa terjadi karena tubuh dilindungi sehingga bakteri maupun virus terhambat proses

masuknya ke dalam tubuh bahkan bisa terputus rantai penularannya (Yuanna, 2013).

Tindakan siswa-siswi kelas 4 dan 5 yang bersekolah di SDN Kuin Utara 4

Banjarmasin sebagian besar telah memiliki kategori baik.Namun, dari 15 item pertanyaan

yang diajukan terdapat beberapa item jawaban tindakan yang kadang-kadang atau tidak

pernah dilakukan siswa. Misalnya, sebanyak 30 siswa (47,6%) tidak pernah berpartisipasi

dalam membersihkan jentik nyamuk di dalam bak kamar mandi sekolah. Pemberdayaan

siswa sekolah dasar untuk membersihkan jentik nyamuk atau menjadi Siswa Pemantau

Jentik (Wawantik) mulai dicetuskan sejak tahun 2004 oleh pemerintah, tetapi sampai saat

ini implementasi program masih belum berjalan. Pemerintah masih belum memiliki konsep

yang tepat dan efektif dalam pemberdayaan siswa.

Page 101: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

331

Kebiasaan membawa bekal makanan sebagian besar menyatakan kadang-kadang

yaitu 47 siswa (74,6%).Makanan bekal juga dapat menjadi tambahan makan pagi

anak.Makanan tambahan ini dibutuhkan sebab kebutuhan gizi anak semakin meningkat

sedangkan kemampuan saluran cerna untuk mengkonsumsi masih terbatas, sehingga

diperlukan bekal makanan.Lama waktu sekolah (5-6 jam) atau bertambahnya kegiatan

siswa di luar sekolah bisa pula menyebabkan anak membutuhkan tambahan

makanan.Selain itu, maraknya penggunaan zat kimia berbahaya dalam makanan jajanan,

seperti pewarna, penyedap rasa, hingga pengawet perlu diwaspadai.Salah satu cara agar

anak terhindar dari makanan jajanan tidak sehat adalah membekali anak dengan makanan

bekal.Salah satu alasan responden kadang-kadang atau tidak membawa bekal makanan

adalah karena membawa uang saku/uang jajan.Makanan jajanan ternyata lebih banyak

dikonsumsi oleh anak sekolah yang tidak membawa bekal dari rumah (Putra, 2009).

KESIMPULAN

Sebagianbesarrespondenmemiliki tingkat pengetahuan mengenai PHBS dengan

kategori baik yakni62 orang (98,1%).Dari 63 siswa, terdapat 58 orang (92,1%) memiliki

tingkat sikap mengenai PHBS dengan kategori baik dan 5 orang (7,9%) dengan kategori

sedang.Dari 63 siswa, terdapat 49 orang (77,8% memiliki tingkat pelaksanaan mengenai

PHBS dengan kategori baik dan 14 orang (22,2%) dengan kategori sedang. Kepada pihak

sekolah (kepala sekolah dan para guru) yang mengajar di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin

agar senantiasa menanamkan nilai-nilai PHBS kepada siswa-siswi sehingga mereka dapat

berperilaku hidup bersih dan sehat khususnya di lingkungan sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahitha R, 2009. Tudi Intervensi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bagi

Anak SDN Cisalak 1 Depok. http://www.lontar.ui.ac. FKM UI.

Catalina, L,Q., et al, 2009. Hand Washing Among School Children in Bogota, Colombia.

American Journal of Public Helath99, 1, 94-101.

Diana, F., 2014. Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) di SD

Negeri 001 Tanjung Balai Karimun. Jurnal KesehatanMasyarakat. Vol 8 (1) : 3.

Habeahan, 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Perilaku Hidup Bersihdan Sehat Anak-

Anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan.Skripsi USUMedan.

Page 102: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

332

Laporan Susesnas, 2011. Survei Sosial Ekonomi

Nasional2011.http://www.microdata.bps.go.id.

Lucie, Setiana., 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia

Indonesia. Bogor.

Mohtar, 2014..Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Obat

Generik di Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Fakultas Farmasi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Proverawati, Atikah., 2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).Nuha

Medika.Yogyakarta.

Putra, Andhika Eka, 2009. Gambaran Kebiasaan Jajan Siswa di Sekolah (Studi di Sekolah

Dasar Hj. Isriati Semarang). Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Wati, Sudarsih, 2011. Keterampilan Sosial Siswa Adhddi Sekolah Dasar Negeri Y

Pangkalpinang. Universitas Pendidikan Indonesia. repository.upi.edu.

Wowor, S., 2013. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sekolah Pada Siswa

Sekolah Dasar Gmim Lemoh Image Of Clean Living And Healthy Behavior OFF

School In Elementary School Students Gmim Lemoh. Jurnal Kesehatan:1-3.

Yuanna, Mentari Puspa, 2013. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa Mengenai Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

Page 103: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

333

PERBEDAAN UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)

PADA PENDERITA DBD DAN NON PENDERITA DBD DI KOTA

BANJARBARU TAHUN 2016

Ridha Hayati dan Hilda Irianty

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

Email : hafizulya222gmail.com

ABSTRAK

DBD adalah salah satu jenis penyakit yang berkembang di daerah tropis. Penyakit DBD

perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, mengingat jumlah kasusnya yang

cenderung meningkat setiap tahun. Upaya pemberantasan sarang nyamuk berperan

penting untuk memutus rantai penularan DBD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

perbedaan upaya PSN pada penderita dan non penderita DBD di Kota Banjarbaru.Sampel

diambil secara total populasi yaitu semua peserta di 5 tempat arisan ibu ibu Kelurahan

Sungai Besar dan Cempaka sebanyak 27 penderita DBD dan 58 non penderita DBD.

Analisa dengan Chi Square menunjukkan ada hubungan/perbedaan upaya PSN antara

penderita DBD dan non DBD, sehingga diperlukan juru pemantau jentik yang berasal ibu

ibu arisan sendiri.

ABSTRACT

Dengue fever is one of illnesses that flourished in the tropics .Dengue fever need to get

serious attention from all parties , given the amount of his case likely to increase each

year .The fight against mosquito play an important role to break chain transmission of

dengue fever .The purpose of this research to knows the difference efforts psn in people

with and non dengue fever in the city banjarbaru.sampel taken as the total number of that

all participants in 5 place arisan mom mother urban village the great river and chrysolite

27 dengue fever and 58 non dengue fever .Analysis with chi square show there was a

correlation / distinction efforts psn between dengue fever and non dengue fever , so that

required the mosquito-larva monitoring officers derived mom mother arisan own .

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi problem kesehatan

masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama negara-

negara tropik dan subtropik dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang

Page 104: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

334

menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain (Djunaedi

D, 2006).

Laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat di tahun 2015 pada bulan

Oktober ada 3.219 kasus DBD dengan kematian mencapai 32 jiwa, sementara November

ada 2.921 kasus dengan 37 angka kematian, dan Desember 1.104 kasus dengan 31

kematian. Angka kejadian DBD di Kalimantan Selatan pada tahun 2015, tercatat

sebanyak 3.668 kasus dengan jumlah penderita tewas mencapai 40 orang. Kejadian DBD

bulan januari 2016 di Kalimantan Selatan dilaporkan 14 orang meninggal dunia. Daerah

terbanyak kejadian DBD meliputi Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tabalong, Tanah

Bumbu, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Tengah. Bulan januari di kota Banjarbaru

penderita DBD berjumlah 131 orang dan meninggal 1 orang. Peningkatan penderita DBD

biasanya pada awal musim penghujan dimana terjadi perubahan iklim (Dinas Kesehatan

Kota Banjarbaru, 2016)

Upaya masyarakat yang terus menerus diperlukan dalam memberantas nyamuk

penularnya dengan cara metode 3M Plus yaitu: Menguras tempat penyimpanan air (TPA),

Menutup TPA dan mengubur / menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air

hujan dan membubuhkan larvasida, Memelihara ikan pemakan jentik dan mencegah

gigitan nyamuk. Cara pencegahan tersebut juga dikenal dengan istilah PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) (Depkes, 2005). Seringkali Upaya PSN oleh masyarakat

Kalimantan Selatan kebanyakan hanya bersifat sementara, yakni hanya dilakukan apabila

sudah ada penderita DBD, namun apabila kabar tersebut hilang maka perilaku PSN

perlahan lahan pun menjadi jarang, hanya sebagian kecil masyarakat yang melakukan

PSN secara kontinu.

Upaya PSN tersebut tentu berbeda dari satu orang ke orang yang lain, hal ini

dipengaruhi oleh banyak factor, selain pengetahuan, pengalaman, sarana sampai

dukungan lingkungan sekitar, berdasarkan uraian di atas, dimana upaya PSN sangat

penting dalam mencegah DBD dan banyak dipengaruhi berbagai hal dan sangat komplek,

karena itulah maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Upaya

Pemberantasan Sarang Nyamuk pada penderita DBD dan Non penderita DBD di kota

Banjarbaru tahun 2016.

Page 105: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

335

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan

Case Control yaitu perbedaan PSN antara penderita DBD dan Non Penderita DBD. Sampel

adalah seluruh populasi dalam penelitian yaitu penderita DBD dewasa (positif DBD atau

Dengue shock syndrome/DSS) tahun 2015 dikota Kelurahan Cempaka dan Kelurahan Sei

Besar Banjarbaru yang berjumlah 27 orang dan non penderita DBD sebanyak 58 orang.

Analisis bivariat digunakan adalah uji statistik chi square (x) dengan derajat kepercayaan

95% dengan α = 0.05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kelurahan Cempaka memiliki wilayah geografis paling luas yaitu 8.065,00 Ha, dan

paling kecil adalah kelurahan Sungai Besar yaitu 730,00 Ha. Secara astronomis

Kecamatan cempaka sendiri terletak pada posisi 233o 27o LS dan 114o 45o BT.

Jumlah penduduk Kelurahan Cempaka laki-laki 9.038 jiwa dan perempuan 8.470 jiwa

yang terbagi menjadi 43 RT. Jumlah penduduk kelurahan Sungai Besar laki-laki 9.196

jiwa dan perempuan 8.838 jiwa yang terbagi kedalam 46 RT.

Univariat

1. Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik responden Penelitian Upaya PSN

Karakteristik Jumlah Persentasi

Usia 25 – 40 tahun 41 48,2

>40 – 55 tahun 44 51,8

Pendidikan

Pendidikan rendah 13 15,3

Pendidikan Menengah 23 27

Pendidikan Tinggi 49 57,7

Pekerjaan

Ibu rumah Tangga 30 35,3

Wiraswasta 28 32,9

PNS/Pegawai swasta 27 31,8

Page 106: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

336

Kejadian DBD dan Upaya PSN

Tabel .2. Distribusi Frekuensi Kejadian DBD dan upaya PSN responden di Kota

Banjarbaru Tahun 2016

B

Berdasarkan hasil penelitian untuk kejadian DBD diketahui bahwa sebagian besar

responden yang negatif atau non penderita DBD yaitu sebanyak 58 orang (68,2%).

Sedangkan responden yang positif atau pernah menderita DBD yaitu sebanyak 27 orang

(31,8%). Sebagian besar responden mempunyai perilaku yang baik yaitu sebanyak 56 orang

(65,9%). Sedangkan responden yang mempunyai perilaku yang kurang baik yaitu sebanyak

29 orang (34,1%).

Analisis Bivariat

Hubungan upaya PSN dengan kejadian DBD di kota Banjarbaru dapat dilihat pada

tabel .3

Tabel 3. Hubungan Upaya PSN Dengan Kejadian DBD di Kota Banjarbaru

Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang negatif atau non penderita DBD

lebih banyak pada responden yang mempunyai perilaku baik dalam hal upaya PSN (83,9%)

dibanding dengan responden yang mempunyai perilaku kurang baik (37,9%). Sedangkan

responden yang positif atau pernah menderita DBD lebih banyak pada responden yang

mempunyai perilaku kurang baik dalam hal upaya PSN (62,1%) dibanding dengan

Variabel Jumlah Persentasi

Kejadian DBD Negatif 58 68,2

Positif 27 31,8

Upaya PSN Baik 56 65,9

Kurang Baik 29 34,1

Upaya PSN Kejadian DBD Total p -

(value) Negatif DBD Positif DBD

n % N % N % 0,000

Baik 47 83,9 9 16,1 56 100

Kurang

Baik

11 37,9 18 62,1 29 100

Total 58 68,2 27 31,8 85 100

Page 107: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

337

responden yang mempunyai perilaku baik (16,1%). Mengingat tidak ada sel yang memiliki

nilai expected count < 5, maka digunakan uji Pearson Chi-Square dengan α = 0,05

sehingga dari analisis tersebut didapatkan hasil p-value sebesar 0,000. Nilai p-value < 0,05

artinya bahwa ada hubungan antara upaya PSN dengan kejadian DBD.

Pembahasan

Kejadian DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai dengan : (1)

demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7

hari; (2) manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,

ekimosis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji Tourniquet

(Rumple Leede) positif; (3) Trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/μl); (4)

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%); dan (5) disertai dengan atau tanpa

pembesaran hati (hepatomegali) (R.I, Depkes 2005). Berdasarkan hasil penelitian (Tabel

4.1) didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang negatif DBD atau non penderita

yaitu sebanyak 58 orang atau 68,2%, dan responden yang positif DBD atau pernah

menderita yaitu sebanyak 27 orang atau 31,8%.

Penyakit DBD dapat menyerang semua golongan umur, aktivitas dari masing-masing

kelompok umur mengakibatkan peluang terinfeksi dengue melalui gigitan nyamuk aedes

aegepty juga berbeda. Kepadatan penduduk yang tinggi, mobilitas penduduk, serta keadaan

lingkungan yang tidak mendukung juga ikut mempengaruhi kejadian DBD.

Tetapi tidak semua orang yang digigit nyamuk yang terinfeksi virus dengue akan

terserang DBD. Hal ini juga tergantung dari kekebalan tubuh yang dimiliki oleh orang

tersebut. Orang dengan kekebalan tubuh yang baik terhadap virus dengue tidak akan

terserang DBD walaupun dalam darahnya terdapat virus tersebut. Sedangkan orang dengan

kekebalan tubuhnya lemah terhadap virus dengue akan terserang DBD (Lila Kesuma,

2009).

Upaya PSN

Upaya PSN yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah responden yang

melaksanakan upaya pemberantasan terhadap sarang nyamuk yaitu diantaranya adalah

menutup tempat penampungan air dengan rapat, menguras dengan menggosok tempat-

Page 108: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

338

tempat penampungan air, mengganti air vas bunga, mengubur atau menyingkirkan barang-

barang bekas, mencegah barang-barang/pakaian-pakaian yang bergelantungan di kamar,

melindungi diri dari gigitan nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, melaksanakan

gotong royong membersihkan lingkungan serta abatisasi.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4.2) didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden mempunyai perilaku yang baik yaitu sebanyak 56 orang atau 65,9%. Sedangkan

responden yang mempunyai perilaku yang kurang baik yaitu sebanyak 29 orang atau

34,1%.

Upaya PSN responden baik umumnya berkaitan dengan kegiatan responden menguras

penampungan air minimal satu kali seminggu, menutup tempat penampungan air,

membuang sampah pada tempatnya, serta melindungi diri dari gigitan nyamuk. Namun,

menggantung pakaian di dinding yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat perkotaan

maupun masyarakat pedesaan masih banyak dilakukan, abatisasi yang pelaksanaannya

masih kurang, serta hanya sebagian responden saja yang membersihkan lingkungan sekitar

mereka tinggal, hal ini dikarenakan tidak adanya kerjasama ataupun gotong royong yang di

koordinir oleh ketua RT setempat.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan upaya PSN dengan kejadian DBD di Kota Banjarbaru

Berdasarkan hasil penelitian (p=0,000) menunjukkan bahwa ada hubungan antara

upaya PSN dengan kejadian DBD di Kota Banjarbaru.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amrul Hasan dan

Dian Ayubi pada tahun 2007 tentang hubungan perilaku PSN dan kejadian DBD di kota

Bandar Lampung dengan jumlah sampel sebanyak 406 orang didapatkan hasil bahwa ada

hubungan kebiasaan PSN dengan kejadian DBD.

Penelitian yang dilakukan oleh Rizkha J. Goshali, Woodford B. S. Dan Rahayu H.

Akili tahun 2012 tentang hubungan antara tindakan pencegahan kejadian DBD dengan

jumlah responden 50 orang, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tindakan

pencegahan dengan kejadian DBD.

Serta penelitian lain yang dilakukan oleh Sarifah tahun 2014 tentang hubungan

perilaku PSN dengan kejadian DBD dengan jumlah responden sebanyak 36 orang,

Page 109: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

339

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara perilaku PSN keluarga dengan

kejadian DBD.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa 56 responden yang memiliki upaya

PSN baik, 47 orang atau 83,9% negatif atau non penderita DBD. Hal ini dikarenakan

tingkat pengetahuan responden yang baik tentang penyakit DBD, tingkat resiko yang

diakibatkan DBD serta upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Orang umumnya

akan melakukan PSN apabila ia tahu manfaat serta tujuan bagi kesehatan, serta bahaya

yang ditimbulkan apabila PSN tidak dilakukan.

Dari 56 responden yang memiliki upaya PSN baik, 9 orang atau 16,1% positif atau

pernah menderita DBD. Upaya PSN yang mereka lakukan baik dikarenakan mereka belajar

dari pengalaman pernah menderita DBD sebelumnya, sehingga mereka melakukan upaya

kearah yang lebih sebagai bentuk pencegahan.

Nila Prastiana Dewi, 2015 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengalaman atau

pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam

menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman atau terdapat anggota keluarga

yang pernah terserang penyakit DBD menjadi pelajaran dan akan menyebabkan terjadinya

sikap antisipasi. Perubahan sikap yang lebih baik akan memberikan dampak yang lebih

baik dan pengalaman tersebut dijadikan bahan pembelajaran bagi seseorang yang akhirnya

dapat merubah perilaku untuk mencegah kembali diri mereka dan anggota keluarga mereka

dari serangan penyakit DBD.

Sebanyak 29 orang responden yang memiliki upaya PSN kurang baik, 11 orang atau

37,9% negatif atau non penderita DBD. Upaya PSN yang mereka lakukan masih kurang,

dikarenakan mereka menganggap bahwa sampai saat ini mereka baik-baik saja dan tidak

terkena penyakit DBD. Kesadaran akan pentingnya upaya PSN yang masih rendah dan

tidak adanya sistem gotong royong oleh ketua RT setempat di lingkungan mereka tinggal

mengakibatkan mereka malas untuk membersihkan lingkungan mereka sendiri. Selain itu

kesibukan melakukan pekerjaan lain membuat responden jarang melakukan upaya PSN.

Menurut Gani, 1990 yang dikutip oleh Deddy Maulana, 2007 faktor yang

menghambat masyarakat dalam pemberantasan jentik, antara lain faktor kesibukan (waktu

Page 110: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

340

relatif tidak ada untuk melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk). Responden yang

bekerja cenderung tidak melaksanakan tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Responden yang memiliki upaya PSN kurang baik yaitu sebanyak 29 orang, 18 orang

atau 62,1% positif atau pernah menderita DBD. Meskipun responden sudah pernah

menderita DBD, rupanya kesadaran yang mereka miliki masih minim, seringkali upaya

PSN yang mereka lakukan kebanyakan hanya bersifat sementara, yakni hanya dilakukan

apabila sudah ada penderita DBD, namun apabila kabar tersebut hilang maka perilaku PSN

perlahan lahan pun menjadi jarang.

Erna Kusumawardani tahun 2012 melakukan penelitian terhadap 12 orang penderita

DBD dan didapatkan hasil bahwa 83,3% responden berperilaku kurang baik dan hanya

16,7% responden yang berperilaku baik.

Semakin baik upaya PSN maka akan semakin rendah resiko terkena DBD, sebaliknya

semakin kurang upaya PSN maka akan semakin tinggi pula resiko terkena DBD.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 85 responden, 31,8 atau 27 responden pernah mengalami penyakit DBD pada tahun

2015, responden yang melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk dengan kategori

baik sebesar 65,9 % atau 56 orang.

2. Ada hubungan antara upaya PSN dengan kejadian DBD. Dengan kata lain terdapat

perbedaan antara responden yang pernah mengalami DBD dengan yang tidak dalam hal

melakukan upaya PSN.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dia atas, maka peneliti memberikan saran kepada :

1. Instansi Kesehatan yang terkait secara rutin dan kontinu memberikan peningkatan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat agar selalu melakukan upaya PSN tidak

memandang musim atau cuaca, serta agar dapat memfasilitasi masyarakat dalam upaya 3

M plus, misalnya pembagian abate gratis dan pembentukan juru pemantau jentik dari

masyarakat sendiri.

2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan jumlah

sampel yang lebih besar dan ruang lingkup serta variabel yang lebih banyak.

Page 111: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

341

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi, 2009. Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Depkes RI, 2003, Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, Jakarta

_________, 2005, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di

Indonesia, Jakarta

Dinkes Provinsi Kal-Sel, 2015. ProfilKesehatanProvinsi Kalimantan Selatan 2015-Sistem

InformasiKesehatan, Banjarmasin.

Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, 2015, Demam Berdarah Dengue, Kota Banjarbaru

Djoni Djunaedi 2006, Demam Berdarah Dengue, UMM Press, Malang

Goshal, Rizkha J. Woodford, B S. Rahayu, H. 2012. Hubungan Antara Tindakan

Pencegahan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Wanea Kota

Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Hairani, Lila Kesuma. 2009. Gambaran Epidemilogi literatur. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Hasan, Amrul. Dian, Ayubi. 2007. Hubungan Perilaku PSN Dan Kejadian DBD di Kota

Bandar Lampung. 2 (2), hal 86-90. [online]. http://www.jurnalkesmas.ui.ac.id [di

akses tanggal 12 Februari 2017]

Hasyim, Deddy Maulana. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD).

Hastono SP, 2001, Analisis Data, Depok

Hastuti, Oktri, 2008, Demam Berdarah Dengue Penyakit & Cara Pencegahannya,

Kanisius, Yogyakarta http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DBD2-1-01.pdf diakses

tanggal 19 agustus 2016

Jurnal Medika respati, Januari 2009, Hubungan Pengetahuan dengan upaya pencegahan

demam berdarah dengue dipedukuhan kab. Bantul

Kusumawardani, Erna. 2012. Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah

Pedesaan Tahun 2012 (Daerah Perbatasan Kabupaten Bogor Dan Kabupaten

Lebak). Jakarta: Universitas Indonesia

Sarifah. 2014. Hubungan Perilaku PSN Dengan Kejadian DBD di Pedukuhan Karang

Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Aisyiyah

Mubarak, Wahid, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi, Salemba Medika,

Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

___________________, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Santoso,S.2000. Mengolah Data Statistik Secara Profesional.

Satari, Hindra, 2004, Demam Berdarah Perawatan di Rumah & Rumah sakit + Menu,

Puspa Swara, Jakarta

Soegijanto, Soegeng, 2006. Demam Berdarah Dengue, Airlangga University Press,

Surabaya

Yuwisna, Acep, 2008, Gambaran Pelaksanaan Tuga-tugas Keluarga Dalam Upaya

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Buffer Area Pelabuhan

Trisakti Banjarmasin, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam

Kalimantan Banjarmasin.

Page 112: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

342

PENGETAHUAN IBU DAN PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD TERPADU MA’RIFAH ASHFIA

BANJARBARU

Septi Anggraeni dan Siska Dhewi

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNISKA

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa prasekolah merupakan tahap dasar yang

sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk perkembangan selanjutnya. Berbagai

upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak dapat dilakukan oleh orang-orang yang

berada disekitar anak, terutama ibu. Peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses

perkembangan anak secara keseluruhan, karena itu diperlukan pengetahuan dan sikap yang

benar oleh ibu tentang pemberian stimulasi agar perkembangan anak dapat optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang stimulasi

perkembangan anak dan bagaimana pemberian stimulasi perkembangan oleh ibu pada anak

usia prasekolah meskipun anaknya sudah diikutsertakan dalam PAUD. Penelitian pada

tahun 2016 dan dilaksanakan pada 52 ibu yang memiliki anak usia prasekolah (3-5) tahun

di PAUD Terpadu Ma’rifah Ashfia Banjarbaru. Instrumen penelitian ini yaitu kuesioner.

Secara deskriptif diperoleh hasil pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak

sebagian besar berada pada kategori baik (69,2%) dan Pemberian stimulasi oleh ibu pada

anak usia prasekolah sebagian besar dalam kategori jarang melakukan stimulasi yaitu

sebanyak 55,8%.

Kata kunci: Pengetahuan, perkembangan anak, stimulasi

ABSTRACT

Growth and development in the preschool period is the foundation stage which is very

influential and became the foundation for subsequent development. Various efforts to

optimize the development of children can be done by people who are around the child,

especially the mother. The role of the mother is very beneficial for the process of

development of the child as a whole, because it required the knowledge and the right

attitude by the mother about giving stimulation to a child's development can be optimal.

This study aims to determine the extent of knowledge of mothers about the stimulation of

child's development and how the provision of the stimulation of the development by the

mother in children of preschool age although their children already involved in early

childhood education (PAUD). The research was conducted in 2016 on 52 mother who has

children of preschool age (3-5 years) in PAUD Ma'rifah Ashfia Banjarbaru. This research

instrument is the questionnaire. Descriptive results obtained knowledge of mothers about

the stimulation of the development of the child mostly is in the good category (69,2%) and

Page 113: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

343

the Provision of stimulation by the mother in children of preschool age are mostly in the

category of rarely do the stimulation of as many as 55,8%.

Keywords: Child development, knowledge, stimulation

PENDAHULUAN

Anak mempunyai ciri khas selalu tumbuh dan berkembang sejak saat pembuahan

sampai berakhirnya masa remaja. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses

yang berbeda, namun saling berkaitan satu sama lain. Salah satu fase dalam pertumbuhan

dan perkembangan manusia adalah masa prasekolah yaitu anak usia 3-5 tahun. Anak usia

prasekolah memiliki beberapa ciri serta tugas perkembangan yang meliputi keterampilan

motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosial (Wong, 2009).

Data nasional menurut Kementrian Kesehatan Indonesia bahwa pada tahun 2010,

11,5% anak balita di Indonesia mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan

(Kemenkes, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Lindawati (2013) tentang perkembangan

motorik anak usia pra sekolah, diperoleh hasil bahwa sebanyak 31% anak mengalami

ketidaksesuaian dalam tumbuh kembang. Penelitian tentang perkembangan anak usia

prasekolah di Kediri diperoleh hasil bahwa untuk perkembangan motorik halus anak usia

prasekolah yang belum tercapai yaitu sebesar 20,1% sedangkan perkembangan motorik

kasar yang belum tercapai sebesar 17% dan Perkembangan bahasa masih ada 18,5% yang

belum tercapai. Hal ini menujukan adanya masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan

anak (Werdiningsih, 2012).

Berbagai upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak dapat dilakukan oleh

orang-orang yang berada disekitar anak, terutama lingkungan keluarga (orang tua).

Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses

perkembangan anak. Karena itu diperlukan pengetahuan dan sikap yang benar oleh ibu

tentang pemberian stimulasi agar perkembangan anak dapat optimal (Gandasetiawan,

2009). Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak

yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan

anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi (Soetjiningsih, 2007).

Page 114: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

344

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 ibu di PAUD Ma’Rifah Ashfia

Banjarbaru untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemberian stimulasi pada anak usia

prasekolah didapatkan hasil bahwa 2 dari 5 orang ibu memilki pengetahuan yang kurang

tentang stimulasi perkembangan anak dan berdasarkan jawaban mengenai pemberian

stimulasi didapatkan bahwa 3 orang ibu (60%) jarang melakukan stimulasi perkembangan

pada anak usia prasekolah. Hasil wawancara dengan pihak sekolah diperoleh informasi

bahwa ada anak yang memang belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai

dengan kelompok umurnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak dan bagaimana pemberian stimulasi

oleh ibu terhadap anaknya meskipun anaknya sudah diikutsertakan dalam PAUD.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah

seluruh ibu yang memiliki anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang diikutkan dalam program

PAUD Terpadu Ma’rifah Ashfia Banjarbaru sebanyak 52 orang. Pengambilan sampel di

lakukan secara total Sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel. Variabel pada

penelitian ini adalah pengetahuan ibu dan pemberian stimulasi perkembangan oleh ibu pada

anak usia prasekolah. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data

dianalisis secara univariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini, terdiri dari umur dan jenis kelamin anak,

pendidikan ibu, status pekerjaan dan lama interaksi ibu dengan anak dalam sehari.

Karakteristik responden secara lengkap disajikan pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak dan Jenis Kelamin Anak yang

Dimiliki Ibu di PAUD Terpadu Ma’rifah Ashfia Banjarbaru

Variabel Frekuensi %

1. Usia Anak

Usia playgroup 17 32,7

Usia Taman Kanak-kanak 35 67,3

2. Jenis Kelamin Anak

Page 115: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

345

Laki-laki 27 51,9

Perempuan 25 48,1

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu, Status Pekerjaan dan Lama

Interaksi Ibu dengan Anak di PAUD Terpadu Ma’rifah Ashfia Banjarbaru

Variabel Frekuensi %

Pendidikan Ibu

Dasar (SD & SMP) 6 11,5

Menengah (SMA) 19 36,5

Tinggi 27 52,0

Status Pekerjaan Ibu

Tidak bekerja 29 55,8

Bekerja 23 44,2

Lama Interaksi dengan Anak

≤ 8 jam 21 40,4

>8 jam 31 59,6

Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden yang

berpengetahuan baik yaitu 36 orang (69,2%) dan sebanyak 29 orang (55,8%) responden

jarang memberikan stimulasi perkembangan.

Tabel 3. Distribusi Pengetahuan ibu dan Pemberian Stimulasi Perkembangan Pada Anak

Usia Prasekolah di PAUD Terpadu Ma’rifah Ashfia Banjarbaru

Variabel Frekuensi %

Pengetahuan Ibu

Kurang 16 30,8

Baik 36 69,2

Pemberian Stimulasi

Jarang 29 55,8

Sering 23 44,2

Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden sudah

memiliki pengetahun yang baik tentang stimulasi perkembangan anak, namun masih ada

beberapa responden yang belum mengetahui tentang tujuan dan prinsip dalam stimulasi.

Pengetahuan responden yang baik tentang stimulasi perkembangan anak dapat ibu

peroleh dari berbagai sumber seperti buku, majalah, televisi, serta internet. Selain itu

pengetahuan ibu pada penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 1.

Page 116: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

346

Gambar 1. Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 1. Menunjukkan bahwa dari 27 responden dengan tingkat pendidikan

tinggi, seluruhnya (100%) memiliki pengetahuan yang baik tentang stimulasi

perkembangan anak prasekolah. Dari 6 responden dengan pendidikan dasar, 5 responden

(83,3%) memiliki pengetahuan yang kurang dan 1 responden (16,7%) memiliki

pengetahuan yang baik tentang stimulasi. Sedangkan dari 19 responden dengan pendidikan

menengah, 11 responden (57,9%) memiliki pengetahuan kurang dan 8 responden (42,1%)

memiliki pengetahuan yang baik tentang stimulasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pada responden dengan

pendidikan dasar dan menengah lebih banyak yang memiliki pengetahuan kurang tentang

stimulasi perkembangan anak prasekolah, sedangakan pada responden dengan pendidikan

tinggi seluruhnya memiliki pengetahuan yang baik tentang stimulasi perkembangan anak.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariyana (2009) yang

menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan baik memiliki tingkat

pendidikan tinggi. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Daniel H, Pink (2006) yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi akan memungkinkan seseorang untuk

mencapai konseptual memori (memory conseptuall) yang tinggi sehingga daya perspektif

akan makin meluas terhadap suatu objek yang diterimanya.

Menurut Notoadmojo (2010), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan ibu

semakin mudah menerima informasi tentang stimulasi perkembangan anak sehingga

pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan dan manfaatnya semakin luas.

0

5

10

15

20

25

30

Pendidikan Dasar PendidikanMenengah

Pendidikan Tinggi

Pengetahuan kurang

Pengetahuan baik

Tingkat Pendidikan

Page 117: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

347

Pemberian Stimulasi Pada Anak Usia Prasekolah

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu yang jarang memberikan

stimulasi lebih banyak dibandingkan dengan yang sering memberikan stimulasi. Ibu yang

sering melakukan stimulasi hanya sebesar 44,2%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Lastri (dalam Hidayati, 2008) yang menyatakan bahwa sebesar 81,2%

ibu memiliki kebiasaan yang baik dalam memberikan stimulasi dini terhadap anak

prasekolah di desa Godean Yogyakarta. Jarangnya ibu melakukan stimulasi kepada anak

selain disebabkan oleh faktor pengetahuan, status pekerjaan dan lama interaksi ibu dengan

anak, juga disebabkan karena para ibu sudah mempercayakan PAUD sebagai sarana tempat

menstimulasi perkembangan anak.

Dapat dikatakan bahwa usia 3-5 tahun adalah masa keemasan pada anak sehingga

pemberian stimulasi yang sesuai dengan perkembangan anak akan menjadikan mereka

lebih matang baik secara fisik maupun psikis (Sujiono, 2004).

Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Prasekolah Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan ibu

Gambar 2. Pemberian Stimulasi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan responden

Gambar 2. menunjukkan bahwa dari total 16 responden yang memiliki pengetahuan

kurang tentang stimulasi perkembangan anak, sebanyak 12 (75%) responden jarang

melakukan stimulasi perkembangan dan sisanya 4 (25%) responden sering melakukan

stimulasi. Sedangkan dari 36 responden dengan pengetahuan baik, antara yang jarang

memberikan stimulasi dengan yang sering memberikan stimulasi adalah hampir sama yaitu

0

5

10

15

20

Pengetahuan kurang Pengetahuan baik

Jarang melakukan

Sering melakukan

Page 118: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

348

17 responden (47,2%) jarang melakukan stimulasi dan sebanyak 19 (52,8%) responden

sering melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia prasekolah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun ibu memiliki pengetahuan yang

baik tentang stimulasi, hal ini tidak menjadi jaminan ibu akan sering memberikan stimulasi

terhadap anaknya, karena pemberian stimulasi terhadap anak usia prasekolah di pengaruhi

oleh banyak faktor, diantaranya status pekerjaan dan lama interaksi ibu dengan anak dalam

sehari.

Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Prasekolah Berdasarkan Status Pekerjaan

Ibu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada ibu yang bekerja lebih banyak

yang jarang melakukan pemberian stimulasi pada anaknya sedangkan ibu yang tidak

bekerja lebih sering melakukan stimulasi perkembangan terhadap anaknya. Hasil penelitian

ini dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Pemberian Stimulasi Perkembangan Berdasarkan

Status Pekerjaan Ibu

Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian Maulina yang menunjukkan hasil

bahwa pada kelompok ibu bekerja paling banyak mendapatkan hasil peran stimulasi

perkembangan anak usia prasekolah pada hasil cukup, yang kedua pada hasil kurang,

sedangkan paling kecil pada hasil baik, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja sebagian

besar mendapat hasil peran stimulasi yang baik dan cukup.

0

5

10

15

20

Bekerja Tidak bekerja

Jarang melakukan

Sering melakukan

Page 119: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

349

Menurut Harjaningrum (2005) menyatakan bahwa ibu yang meninggalkan anaknya

saat bekerja memiliki pengaruh dalam melaksanakan perannya dalam memberikan

stimulasi pada anak, hal ini juga menggambarkan bahwa perhatian dan intensitas waktu ibu

berpengaruh pada perkembangan anak khususnya pada usia prasekolah. Menurut Allen

(2010) sebagian besar waktu ibu secara penuh telah terpakai untuk bekerja sehingga dalam

menjalankan perannya masih belum optimal. Ibu yang bekerja memilki waktu berinteraksi

dengan anak lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, namun lama waktu

yang dimilki ibu untuk berinteraksi dengan anak bukanlah menjadi penghalang dalam

memberikan stimulasi terhadap anaknya jika ibu mampu memanfaatkan waktu yang

dimiliki untuk memberikan stimulasi perkembangan.

Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Prasekolah Berdasarkan Lama Interaksi

Ibu dengan Anak Dalam Sehari

Pemberian stimulasi berdasarkan lama interaksi ibu dengan anak dalam sehari dapat

dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Pemberian Stimulasi Perkembangan Berdasarkan

Lama Interaksi Ibu dengan Anak Dalam Sehari

Gambar 4. menunjukkan bahwa dari 21 responden dengan lama interaksi dengan

anak ≤ 8 jam dalam sehari, sebanyak 17 responden (81%) jarang melakukan stimulasi

terhadap anaknya dan sisanya 4 responden (19%) sering melakukan stimulasi

perkembangan pada anaknya. Sedangkan dari 31 responden dengan lama interaksi

dengan anak > 8 jam, sebanyak 12 responden (38,7%) jarang melakukan stimulasi dan

0

5

10

15

20

≤ 8 jam > 8 jam

Jarang

Sering

Page 120: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

350

sebanyak 19 responden (61,3%) sering melakukan stimulasi perkembangan pada

anaknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pada ibu yang berinteraksi

dengan anak ≤ 8 jam dalam sehari lebih banyak yang jarang melakukan pemberian

stimulasi perkembangan terhadap anaknya, sedangkan pada ibu yang memilki lama

interaksi dengan anak > 8 jam dalam sehari, sebagian besar lebih sering melakukan

pemberian stimulasi perkembangan pada anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

berinteraksi dengan anak dalam sehari > 8 jam karena sebagian besar responden (55,8%)

berstatus sebagai ibu rumah tangga, sehingga waktu berinteraksi dengan anak lebih

lama.

KESIMPULAN

1. Secara deskriptif diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan

tinggi yaitu sebanyak 27 ibu (52%), dengan status pekerjaan yaitu tidak bekerja

sebanyak 29 orang ibu (55,8%) dan lama interaksi ibu dengan anak dalam sehari

sebagian besar > 8 jam yaitu sebanyak 31 ibu (59,6%).

2. Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak sebagian besar berada pada

kategori baik (69,2%). Pada ibu dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 27 ibu

seluruhnya memiliki pengetahuan yang baik tentang stimulasi perkembangan anak usia

prasekolah.

3. Pemberian stimulasi oleh ibu pada anak usia prasekolah sebagian besar dalam kategori

jarang melakukan stimulasi yaitu sebanyak 55,8%.

DAFTAR PUSTAKA

Allen. 2010. Profil Perkembangan Anak. Jakarta: IKAPI

Ariyana, D., Rini, N.S. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan Anak

dengan Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun di

TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang, Jurnal Keperawatan, Volume 2, No 2.

(11-20).

Gandasetiawan, R.Z. 2009. Mengoptimalkan IQ dan EQ Anak Melalui Metode

Sensomotorik. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Harjaningrum, T.A. 2005. Ibu Bekerja Mencari Solusi. Bandung : CV Mandar Maju

Page 121: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

351

Hidayati, E. 2008. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Perkembangan Psikomotor Anak

Usia 3-5 tahun di Desa Sarirejo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Jurnal

Keperawatan, 1(2),12-22

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Lindawati. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Anak

Usia Prasekolah. Jurnal Health Quality 4(1): 22-27

Maulina, dkk. 2015. Perbedaan Peran Ibu dalam Stimulasi Perkembangan Anak Usia

Prasekolah Pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Di wilayah Kerja Puskesmas

Banyu Urip Surabaya. Universitas Airlangga.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC

Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC.

Sujiono B, dkk. 2005. Menu Pembelajaran anak usia Dini. Jakarta : Yayasan Citra

Pendidikan Indonesia.

Werdiningsih, A dan Kili A. 2012. Peran Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak

Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal STIKES 5(1):82-98

Wong, D.L, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. (Agus Sutarna, et al,

Penerjemah). Jakarta : EGC

Page 122: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

352

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DENGAN

KEJADIAN ANEMIA DI SMPN 9 BANJARBARU TAHUN 2016

Siska Dhewi dan Septi Anggraeni

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari normal. Anemia

merupakan masalah gizi di dunia, terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia.

Angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara berkembang sekitar 53,7 %.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri di

SMPN 9 Banjarbaru. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dan menurut

waktunya menggunakan teknik cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik

Total populasi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 orang.

Hasil penelitian menunjukkan yaitu paling banyak responden dalam kategori pengetahuan

baik ada 33 orang (73,3%) Karakteristik responden menurut sikap yaitu ada 32 orang

(71,1%) dalam kategori positif Karakteristik responden menurut kadar hemoglobin untuk

responden yang mengalami anemia ada 10 orang (22,2%). Ada hubungan antara

pengetahuan remaja putri dengan kejadian anemia (p = 0,028 < α = 0,05) dan tidak ada

hubungan antara sikap remaja putri dengan kejadian anemia (p= 0,238 > α=0,05).

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja, Anemia

ABSTRACT

Anemia is a medical condition in which the hemoglobin level is less than normal. Anemia

is a nutritional problem in the world, especially in developing countries, including

Indonesia. The incidence of anemia in adolescent girls in developing countries around

53.7%. This study was conducted to determine the level of knowledge and attitudes of

young women in SMPN 9 Banjarbaru. This type of research is an observational study and

according to the time using the technique of cross sectional. Sampling using total

population, the sample used in this study are as many as 45 people. The results showed that

most respondents in both categories of knowledge there are 33 people (73.3%)

Characteristics of respondents think the attitude that there are 32 people (71.1%) in the

category of positive characteristics of the respondents according to levels of hemoglobin for

respondents who are anemic 10 people (22.2%). There is a relationship between the

knowledge of young women with anemia (p = 0.028 <α = 0.05) and there was no

connection between the attitude of young women with anemia (p = 0.238> α = 0.05).

Keywords : knowledge. Attitude, Juvenile, Anemia

Page 123: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

353

PENDAHULUAN

Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya anemia defisiensi besi. Remaja

putri berisiko lebih tinggi dari pada remaja putra oleh karena remaja setiap bulannya

mengalami siklus haid (menstruasi).Haid merupakan perdarahan secara periodik dan siklus

dari uterus disertai pelepasan dinding endometrium. Selain itu remaja khususnya siswa

memiliki kesibukan yang tinggi baik dalam aktivitas sekolah maupun ekstrakulikuler yang

akan mempengaruhi pola makan sehingga tidak teratur. Selain itu seringnya kebiasaan

siswa dalam mengkonsumsi minuman yang dapat menghambat absorpsi zat besi sehingga

nantinya akan mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang (Hanafiah, 2009). Secara umum

pengetahuan remaja putri tentang anemia masih rendah. Pada Wijiastuti (2006), sebab

mendasar anemia yaitu masalah sosial ekonomi yaitu rendahnya pendidikan, rendahnya

pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang sulit.

Diperkirakan lebih dari 30 % penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia

dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi anemia Indonesia menurut World

Health Organization (WHO) pada tahun 2011 prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57, 1

% diderita oleh remaja putri. Menurut penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut

World Health Organization (WHO, 2011) untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12

gr/dl. Menurut Djarianto (2008) akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan

terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh

akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan prilaku.

Pada survei pendahuluan di SMPN 9 Banjarbaru didapatkan ada siswa yang

mengalami keadaan anemia berat dan berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di

SMPN 9 Banjarbaru tentang pengetahuan anemia terhadap 5 orang siswa diperoleh hasil

yaitu hanya 2 orang yang mengetahui tentang anemia dan 3 orang tidak mengetahui tentang

anemia serta bahayanya bagi kesehatan remaja.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yakni dengan hanya mengamati

tanpa melakukan perlakuan pada objek penelitian, menurut waktunya adalah cross sectional

yakni pengamatan hanya dilakukan pada suatu saat saja. Menurut analisanya merupakan

Page 124: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

354

penelitian analitik yaitu hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dengan kejadian

anemia di SMPN 9 Banjarbaru tahun 2016

Pengambilan sampel menggunakan teknik Total populasi, sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah umur

responden,pengetahuan dan sikap responden dengan kejadian anemia. Hasil penelitian

menunjukkan karakteristik responden menurut umur dimana responden paling banyak

berumur 12 tahun ada 29 orang (64,4%), dan responden yang paling sedikit ada 2 orang

(4,4%) berumur 14 tahun. Karakteristik menurut pengetahuan, yaitu paling banyak

responden dalam kategori baik 33 orang (73,3%) dan paling sedikit dalam kategori kurang

ada 4 orang (8,9%). Karakteristik responden menurut sikap yaitu ada 32 orang (71,1%)

dalam kategori positif dan masuk dalam kategori negatif ada 13 orang (28,9%).

Karakteristik responden menurut kadar hemoglobin untuk responden yang mengalami

anemia ada 10 orang (22,2%) dan yang tidak mengalami anemia ada 35 orang (77,8%).

Hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia

Tabel. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Pengetahuan dengan kejadian anemia

Variabel Bebas Variabel Terikat α P value Hasil

Pengetahuan Status Anemia 0,05 0,028 Ada Hubungan

Hasil uji statistik dengan rumus spearman rank didapatkan nilai 0,028 artinya p value

< α (0,05) artinya ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan kejadian anemia

pada siswi kelas VII di SMPN 9 Banjarbaru tahun 2016. Hasil penelitian diatas sesuai

dengan tinjauan teori Notoatmodjo (2010) bahwa seseorang tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus berupa materi/pengetahuan akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap

sehingga terbentuk perilaku.

Penelitian ini sesuai dengan Anditian (2009) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian anemia gizi remaja putri di SMP 133 di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu tahun

Page 125: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

355

2009 yang menyatakan hasil penelitian menunjukkan anemia siswi smp 133 Pulau Pramuka

Kepulauan Seribu adalah 39,4%, dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 53,8%, dan

remaja putri di SMP 133 mayoritas sudah mengalami menstruasi sebesar 98,5%. Hasil uji

statistik Chi Square ditemukan ada hubungan antara pengetahuan dan menstruasi dengan

kejadian anemia pada remaja putri SMP 133 di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.

Pengetahuan responden yang baik, pada penelitian ini banyak dipengaruhi oleh faktor

lingkungan dan minat responden. Lingkungan responden yang dekat dengan kota

menyebabkan terpaan informasi tentang anemia yang diterima responden tinggi. Informasi

yang diterima tersebut secara tidak sadar dapat meningkatkan pengetahuan responden

tentang anemia.

Hubungan Sikap dengan kejadian anemia

Tabel. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Sikap dengan kajdian anemia

Variabel Bebas Variabel Terikat α P value Hasil

Sikap Status Anemia 0,05 0,238 Tidak Ada

Hubungan

Hasil uji statistik dengan rumus spearman rank didapatkan nilai 0,238 artinya p value >

α (0,05) artinya tidak ada hubungan antara sikap remaja putri dengan kejadian anemia pada

siswi kelas VII di SMPN 9 Banjarbaru tahun 2016. Hal ini karena dimana siswi

menganggap anemia itu hanya akan terjadi pada usia di atas 17 tahun dan terjadi pada

orang yang gemuk. Pendapat ini yang menjadikan sikap siswi kelas VII di SMPN 9 sebesar

13 orang (28,9 %) masih negatif terhadap kejadian anemia.

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Usia remaja adalah masa mengalami perubahan fisik, psikis

dan pematangan fungsi seksual dimana mereka mengalami krisis identitas atau sebagai

masa pencarian jati diri. Pada remaja putri pada masa ini akan sangat memperhatikan

penampilan diri dan bentuk tubuhnya sehingga ada beberapa remaja putri yang kadang

sudah melakukan diet atau membatasi asupan makanannya karena takut akan

Page 126: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

356

mengakibatkan perubahan pada tubuhnya. Kurangya asupan gizi tertentu mengakibatkan

remaja rentan terkena anemia.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Kejadian anemia pada pada remaja putri khususnya siswi kelas VII SMPN 9

Banjarbaru tahun 2016 terdapat 10 siswi (22,2%) dari 45 siswi yang menjadi responden.

Pada kategori pengetahuan sebanyak 33 orang (73,3%) dalam kategori baik, dan untuk

kategori sikap yaitu sebanyak 32 orang (71,1%) mempunyai sikap positif. Dengan

menggunakan uji korelasi rank spearman didapatkan adanya hubungan antara variabel

pengetahuan dengan kejadian anemia (p= 0,028 < α = 0,05) dan tidak ada hubungan antara

variabel sikap dengan kejadian anemia (p=0,238 > α=0,05) pada siswi kelas VII SMPN 9

Banjarbaru Tahun 2016.

Saran

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan bisa meneliti variabel lain yang mungkin

menjadi faktor penyebab terjadinya anemia di SMPN 9 Banjarbaru, dan juga bisa

menggunakan responden yang lebih banyak agar semua tingkatan umur bisa terwakili.

Serta melakukan timbal balik untuk hasil penelitian yang sudah dilakukan, agar anemia

yang dialami siswi tersebut bisa berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Adintian, Nari. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Gizi Remaja Putri

SMP 133 di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Tahun 2009. Kepulauan Seribu. 2009.

Aziz Alimul Hidayat, Metodelogi penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :

Medika Salemba. 2010

DepKes RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi

Masyarakat 2009.

Khumaidi, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita, Jakarta : Penerbit Salemba

Medika : 2011.

Walgito. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahnya, Jakarta : Penerbit Cv Sagung

Seto : 2003.

Page 127: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

357

HUBUNGAN ANTARA PERAN GURU DAN SIKAP SISWA DENGAN KEBIASAN

CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SDN KUIN UTARA 4 KOTA BANJARMASIN

TAHUN 2016

Yeni Riza dan Asrinawaty

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006 tentang persepsi danperilaku

masyarakat Indonesia terhadap kebiasaan CTPS menemukan bahwabaru 12% yang

melakukan CTPS setelah buang air besar, 14% sebelum makan,9% setelah menceboki anak

dan 6% sebelum menyiapkan makanan (Kemenkes,2010 ; Kemenkes, 2012). Tujuan

penelitian untuk mengetahui mengidentifikasi hubungan antara peran guru dan sikap siswa

dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin Tahun

2016. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross

sectional. Populasi adalah siswa kelas IV,V dan VI di SDN Kuin Utara 4 yang berjumlah

130 siswa. Sampel adalah siswa kelas IV,V dan VI di SDN Kuin Utara 4 yang berjumlah

130 siswa. Pengumpulan data dengan metode kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis

dengan uji chi square.Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara peran guru

dengan kebiasaan CTPS siswa di SDN 04 Kuin Utara Kota Banjarmasin, dan tidak ada

hubungan antara sikap dengan kebiasaan CTPS siswa di SDN 04 Kuin Utara Kota

Banjarmasin. Disarankan kepada pihak sekolah untuk lebih sering lagi mensosialisasikan

tentang CTPS dan memperbanyak poster dan himbauan-himbauan untuk melakukan CTPS.

Kata Kunci : Peran Guru, Sikap Siswa, Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun

ABSTRACT

Study of Basic Human Services (BHS) in Indonesia in 2006 about the perceptions and

behavior of the people of Indonesia to customs CTPS found that only 12% who do CTPS

after defecation, 14% before the meal, 9% after cleaning a child and 6% before preparing

food (Ministry of Health, 2010; Ministry of Health, 2012). Purpose of research to identify

the relationship between the roles of teachers and students' attitudes to the habit of washing

hands with soap in SDN 4 Kuin Utara Banjarmasin Year 2016. This type of research is

analytic survey with cross sectional study design. The population is class I and V SDN 4

Kuin Utara totaling 130 students. Samples were students of class IV and V SDN 4Kuin

Utara totaling 130 students. The data collection questionnaire method. Data were analyzed

with chi square test. The result showed that there is a relationship between the role of the

teacher with the habit of CTPS students at SDN 04 Kuin Utara Banjarmasin, and there is no

relationship between attitude and habits of students at SDN 04 Kuin Utara CTPS

Page 128: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

358

Banjarmasin. Suggested to the school to socialize more often and multiply CTPS posters

and appeals-appeals to CTPS.

Keywords: Role of Teachers, Students Attitudes, Habits Handwashing (CTPS)

PENDAHULUAN

Sasaran utama pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup sehat, manajemen

pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat. Saat ini diharapkan bersifat

proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadi penyakit

serta melindungi diri dari ancaman serta berpartisipasi aktif dalam kesehatan masyarakat

(Depkes RI, 2009).

Mencuci tangan yang benar adalah dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan

memakai sabun. Kegiatan CTPS merupakan salah satu indikator PHBS di sekolah.

Peringatan HCTPS 2010 mengangkat subtema ”Cuci Tangan Pakai Sabun, Perilaku

Sederhana Berdampak Luar Biasa”, mengedepankan pentingnya melibatkan anak-anak

pada kelompok usia sekolah dalam melakukan promosi kesehatan CTPS (Kemenkes,

2010).

Menurut laporan World Health Organization (WHO), Unicef Joint Monitoring, hanya

separuh penduduk Indonesia yang memiliki akses padasanitasi yang memadai, di desa

bahkan hanya 1/3nya. Hal ini menyebabkananak-anak rentan terhadap diare dan penyakit

yang ditularkan melalui air. Studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006

tentang persepsi danperilaku masyarakat Indonesia terhadap kebiasaan CTPS menemukan

bahwabaru 12% yang melakukan CTPS setelah buang air besar, 14% sebelum makan,9%

setelah menceboki anak dan 6% sebelum menyiapkan makanan (Kemenkes,2010 ;

Kemenkes, 2012).

Kesadaran masyarakat Indonesia untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS) terbukti masih

sangat rendah, tercatat rata-rata 12% masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun

(CTPS). Penyebab utama diare adalah kurangnya perilaku hidup sehat di masyarakat, salah

satunya kurangnya pemahaman mengenai cara cuci tangan dengan sabun secara baik dan

Page 129: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

359

benar menggunakan air bersih yang mengalir. Perilaku CTPS terbukti merupakan cara yang

efektif untuk upaya kesehatan preventif. (Nikson,2014).

Peran guru di sekolah rnerupakan orang dewasa terdekat kedua bagi mereka. Bahkan

saat ini banyak kasus anak lebih mempunyai kepercayaan terhadap guru dibandingkan pada

orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah guru harus biasa menunjukan sikap dan

keteladanan yang baik di hadapan murid-muridnya, selain keteladanan, kewibawaan juga

perlu. Dengan kewibawaan, guru menegakan disiplin demi kelancaran dan ketertiban

proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, kewibawaan rnerupakan syarat mutlak

mendidik dan membimbing anak (Irfan, 2013).

Program Cuci Tangan Pakai Sabun bukan hanya pengetahuan dan sikap positif serta

dukungan fasilitas sarana saja, melainkan diperlukan juga dukungan dan contoh dari guru,

Informasi yang diberikan sangatlah menunjang dalam pelaksaan program tersebut,juga

adanya kebijakan, aturan dan sanksi yang dibuat oleh guru sangat menentukan terlaksana

atau tidaknya program tersebut pada institusi pendidikan (Susanti, 2013).

SDNKuin Utara 4 merupakan salah satu institusi pendidikan yang berada di wilayah

kota Banjarmasin dengan jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 368 siswa,

melihat banyaknya siswa yang besekolah di SD tersebut, untuk membiasakan perilaku

siswa terhadap hidup sehat tidaklah mudah terutama untuk kebiasaan cuci tangan pakai

sabun setelah mereka beraktifitas seperti sebelum makan dan sesudah makan, setelah

memegang uang, setelah bermain, setelah mengusap hidung atau bersin maupun kegiatan

lainnya, hal tersebut dapat berdampak bagi kesehatan siswa tersebut.

Masalah ini memerlukan perhatian baik secara teknik perawatan, pemberian informasi

dan peran guru terhadap kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada anak dan sebaiknya

dilakukan sedini mungkin karena kebiasaan yang di tanamkan akan berpengaruh terhadap

perilaku sehat anak tahap selanjutnya. Hal ini yang menarik minat peneliti untuk

mengangkat judul “Hubungan Antara Peran Guru dan Sikap Siswa dengan Kebiasaan Cuci

Tangan Pakai Sabun di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin Tahun 2016”.

Page 130: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

360

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode survey Analitik dengan rancangan

penelitian yaitu Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V

di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin dengan besar jumlah populasi 130 siswa dengan

pengambilan sampel dengan teknik total sampling.

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dengan wawancara

untuk mengetahui hubungan antara peran guru dan sikap siswa dengan kebiasaan cuci

tangan pakai sabun di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah peran guru dan sikap siswa, sedangkan variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHSASAN

SDNKuin Utara 4 merupakan salah satu institusi pendidikan yang berada di wilayah

kota Banjarmasin dengan jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 368 siswa,

SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin merupakan suatu instansi pendidikan yang terletak di

Jalan HKSN Kuin Utara RT 09, kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara Kota

Banjarmasin Provinsi Kalimantan SelatanBerikut ini adalah hasil analisis univariat

penelitian di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin

Tabel 1. Analisis univariat penelitian di SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin

Karakteristik Jumlah

N %

Peran Guru

Baik

Kurang

Sikap Siswa

Positif

Negatif

Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun

Baik

Kurang

112

18

116

14

120

10

86,15%

13,84 %

89,23%

10,77%

92,31%

7,69 %

Jumlah 130 100%

Page 131: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

361

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatakan

peran guru adalah baik yaitu sebesar 112 (86,15%), begitu juga dengan sikap siswa yang

sebagian besar adalah positifyaitu sebesar 116 (89,23%). Sebagian besar responden baik

dalam Kebiasaan cuci tangan pakai sabun yaitu 120 (92,31%).

Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel yang dapat dilihat sebagai berikut :

a. Hubungan Peran Guru dengan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SDN

Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin

Tabel 2 Analisis Bivariat hubungan Peran Guru dengan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai

Sabun di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin

No

Peran Guru

Kebiasaan CTPS Total P. Value

Baik Kurang

n % n % n %

0,000 1. Baik 108 96,4 4 3,6 112 100,0 2. Kurang 12 66,7 6 33,3 18 100,0 Total 120 92,3 10 7,7 130 100,0 p= 0,000 α=0,05

Berdasarkan tabel 2 memperlihatkan hubungan peran guru dengan kebiasaan cuci tangan

pakai sabun. Dari 112 responden yang peran guru nya baik terdapat 108 responden

(96,4%) yang mempunyai kebiasaan CTPS baik dan 4 responden (3,6%) mempunyai

kebiasaan CTPS kurang. Dari 18 responden yang peran guru nya kurang terdapat sebanyak

12 responden (66,7%) yang mempunyai kebiasaan CTPS baik dan 6 responden (33,3%)

mempunyai kebiasaan CTPS kurang. Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square, nilai

0,000 ≤ 0,05 berarti Ho ditolak (p value ≤ α). Uji statistik menunjukkan Ha diterima yaitu

ada hubungan yang bermakna antara peran guru dengan kebiasaan CTPS di SDN Kuin

Utara 4 Kota Banjarmasin.

b. Hubungan Sikap dengan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SDN

Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin

c. Berdasarkan tabel 3 memperlihatkan hubungan sikap dengan kebiasaan cuci tangan

pakai sabun. Dari 116 siswa yang bersikap positif terdapat sebanyak 106 responden

(91,4%) yang mempunyai kebiasaan CTPS baik dan 10 responden (8,6%) mempunyai

kebiasaan CTPS kurang. Dari 14 responden yang bersikap negatif semuanya (100%) yang

Page 132: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

362

mempunyai kebiasaan CTPS baik dan 0 responden (0%) mempunyai kebiasaan CTPS

kurang. Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square, didapatkan nilai 0,599 ≥ 0,05 berarti

Ho diterima (p value ≤ α). Uji statistik menunjukkan Ha ditolak yaitu tidak ada hubungan

yang bermakna antara sikap dengan kebiasaan CTPS di SDN Kuin Utara 4 Kota

Banjarmasin.

Tabel 3. Analisis Bivariat hubungan Sikap Siswa dengan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai

Sabun di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin

No

Sikap

Kebiasaan CTPS Total P. Value

Baik Kurang

n % n % n %

0,599 1. Positif 106 91,4 10 8,6 116 100,0 2. Negatif 14 100 0 0 14 100,0 Total 120 92,3 10 7,7 130 100,0 p= 0,599 α=0,05

Program Cuci Tangan Pakai Sabun diperlukan dukungan dan contoh dari guru,

Informasi yang diberikan sangatlah menunjang dalam pelaksaan program tersebut,juga

adanya kebijakan, aturan dan sanksi yang dibuat oleh guru sangat menentukan terlaksana

atau tidaknya program tersebut pada institusi pendidikan (Susanti, 2013).

Hal inisejalandenganpenelitiansebelumnya yang dilakukanolehKushartanti (2012),

adanyafaktorperan guru di sekolahuntukmempengaruhiperilakuCuciTanganPakaiSabun

(CTPS) di SekolahDasarNegeriBrebes 3 (p=0,041< 0,005).

Terlihat padatabel 2 tentangperan guru dengankebiasaan CTPS di SDN Kuin Utara 4

ada beberapa siswa yang peran gurunya baik namun kebiasaan CTPSnya kurang karena

sebagian besar siswa kurang membiasakan diri untuk cuci tangan pakai sabun di sekolah

setelah beraktifitas, ada juga responden yang peran gurunya kurang tapi kebiasaan

CTPSnya baik karena mungkin siswa memiliki kebiasaan CTPS baik dari keluarganya di

rumah.

Terlihat pada tabel 3 bahwa sikap positif ternyata ada yang kurang dalam kebiasaan

CTPS hal tersebut karena siswa hanya bersikap sebatas setuju saja padahal yang siswa

sering lakukan, namun mereka tidak memahami apa saja hal hal yang termasuk dalam

kebiasaan CTPS tersebut sehingga hanya melakukan yang menurutnya baik saja.

Page 133: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

363

Sedangkan ada siswa yang bersikap negatif tetapi kebiasaan CTPS nya baik disebabkan

karena mereka melaksanakan tetapi tidak menjadikan sikap dasar mereka artinya mereka

hanya melaksanakan kebiasaan CTPS hanya apabila menginginkannya.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nikson Sitorus, 2014,

Palembang, yang mengangkat judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SD Negeri 157 Kota

Palembang Tahun 2014 mengatakan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap

cuci tangan pakai sabun yang benar pada siswa SD.

Sikap ditandai dengan sadarnya seseorang dengan adanya nilai baru di masyarakat

tetapi nilai itu belum merupakan nilai khas bagi masyarakat bersangkutan. Di antara faktor

yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, lembaga

pendidikan atau lembaga agama serta emosi dalam diri individu.(Azwar, 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan peran guru di SDN Kuin Utara 4 Kota

Banjarmasin adalah dengan peran baik, begitu juga dengan sikap siswa yang sebagian besar

adalah sikap positif, dan sebagian besar juga baik dalam kebiasaan mencuci tangan pakai

sabun. Uji statistik menunjukkan ada hubungan antara peran guru dengan kebiasaan cuci

tangan pakai sabun di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin dan tdak ada hubungan sikap

siswa dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun di SDN Kuin Utara 4 Kota Banjarmasin.

Disarankan lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak instansi kesehatan setempat dalam

hal pembinaan tentang Kebiasaan CTPS di sekolah, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan peran guru yang ada di sekolah dan penyediaan sarana dan prasarana yang

harus ditingkatkan bagi siswa di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.,2013. TeoriSikapManusiadanPengukurannya. Yogyakarta.

PustakaPelajarhttp://eprint.undip.ac.id/3279/.pdf (diakses 28 Juni 2016)

Depkes RI, 2009. SistemKesehatanNasional. Jakarta

Depkes, 2009. PanduanpenyelenggaraanHariCuciTanganPakaiSabunSedunia

http//:depkes.go.id (diakses 13 Mei 2016)

Page 134: ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN …ppj.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/4.-FKM.pdf · Kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya

PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7

364

Irfan, 2013. Program PerilakuHidupBersihdanSehat

http//:=83408&ftyp=potongan&potongan=S2-2015- 323669-introduction.pdf

(diakses 11 Mei 2016)

Kemenkes,2010. PedomanPembinaanPerilakuHidupBersihdanSehat Jakarta :

KementrianKesehatan RI

http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/1041/772(di akses 13

Mei 2016)

Kemenkes, 2010:2012. SituasiDiare di Indonesia Jakarta : KementrianKesehatan RI

http://kes.go.id/resource/download/kesehatan-2005.pdf(diakses 13 Mei 2016

Kushartanti, 2012. BeberapaFaktor Yang MempengaruhiPerilakuCuciTanganPakaiSabun

(CTPS) (Studi Di SekolahDasarNegeriBrebes 3) http://eprints.undip.ac.id/42527/ (

diakses 1 Gustus 2016)

Nikson, 2014. PengaruhPendidikanKesehatanTerhadapPengetahuan Dan SikapCuci

TanganPakaiSabunPadaSiswaSdNegeri 157 Kota Palembang Tahun 2014

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/download/262/3199 (diakses 13

Mei 2016)

Susanti, 2013. Pelaksanaan Program PHBS di SD Negeri 001 TanjungBalaiKarimun

http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/1041/772 (diakses 13

Mei 2016)