ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN ...repository.ub.ac.id/6518/1/AMALIA NUR WAHIDAH.pdfii...

98
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN PADA USAHA PERSEORANGAN “TIRTO MAS FARM” DI KELURAHAN BEDURI KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : AMALIA NUR WAHIDAH NIM. 135080400111001 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN ...repository.ub.ac.id/6518/1/AMALIA NUR WAHIDAH.pdfii...

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN PADA USAHA PERSEORANGAN “TIRTO MAS FARM” DI KELURAHAN BEDURI

KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh : AMALIA NUR WAHIDAH NIM. 135080400111001

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

ii

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN PADA USAHA PERSEORANGAN “TIRTO MAS FARM”DI KELURAHAN BEDURI

KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh : AMALIA NUR WAHIDAH NIM. 135080400111001

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

iii

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Skripsi yang saya tulis

ini benar-benar hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan Skripsi ini

hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, Agustus 2017 Mahasiswa

( AMALIA NUR WAHIDAH )

NIM. 135080400111001

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Tinta hitam diatas kertas putih tertulis dengan rapi yang tak menunjukkan

rasa letihnya, ucapan rasa syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis

mampu menyusun serta menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu yang berjudul

“Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Patin Pada Usaha Perseorangan

Tirto Mas Farm di Kelurahan Beduri Kabupaten Ponorogo”

Bantuan dan Dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga mampu

bertahan dan berdiri dengan tegap disini, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam

penulisan skripsi hingga terselesaikan secara langsung maupun tidak langsung:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kelancaran dan pertolongan

2. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga di beri

kemudahan dan tetap bertahan sejauh ini dalam menyelesaikan laporan

skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Dr.

Ir. Anthon Efani, MP selaku dosen pembimbing 2 yang telah bersedia

memberikan waktunya untuk membimbing penyusunan laporan Skripsi

sehingga dapat terselesaikan. Penulis sampaikan terimakasih atas

kesabaran, arahan, ilmu yang telah diberikan selama proses penulisan

skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku dosen penguji 1 dan Ibu

Wahyu Handayani, S.Pi,. MBA, MP selaku dosen penguji 2 yang telah

bersedia memberikan waktunya. Penulis ucapkan terimakasih atas ilmu,

saran dan pertanyaan selama proses ujian berlangsung.

vi

5. Bapak Aji Wicaksono selaku pemilik usaha pembesarn ikan patin “Tirto Mas

Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo

yang telah memberikan informasi selama penelitian.

6. Keluarga besarku Nenek, Kakek, Tante Fitri, Tante Elik, Om Didit, Om

Wahyu, Dek Alfi, Dek Aziz dan Dek Syahdan terimakasih untuk doa yang

selalu kalian ucapkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

tepat waktu.

7. Ifa Fajarika dan Helmi Yunitasari yang telah memberi bantuan, dukungan

dan semangat serta canda tawa yang berhasil kalian selipkan di kehidupan

penulis yang dapat menghilangkan penat sejenak kepada penulis sehingga

Laporan Skripsi dapat terselesaikan.

8. Hafiz Nurdiansyah terimakasih telah menemani penulis dengan penuh

kesabaran ketika terjatuh selama ini, selalu memberikan doa, dukungan dan

bantuan setiap penulis membutuhkanya. Semoga setiap pengorbananmu

tidak akan sia-sia dan semoga kelak menjadi orang sukses.

9. Seluruh teman-teman AP angkatan 2013 terimakasih atas bantuan yang

kalian berikan secara langsung maupun tidak langsung selama awal menjadi

mahasiswa baru hingga menjadi sekarang. Semoga menjadi orang yang

sukses dunia akhirat.

Malang, Agustus 2017

Penulis

vii

RINGKASAN AMALIA NUR WAHIDAH. 135080400111001.Skripsi tentang Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Patin Pada Usaha Perseorangan “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (dibawah bimbingan Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS dan Dr. Ir. Anthon Efani, MP.)

Ikan Patin merupakan salah satu komoditi yang memiliki sifat

menguntungkan untuk dibudidaya. Kebutuhan protein hewani masyarakat semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Selain itu prospek pasar domestik dan pasar luar negeri ikan patin sangat baik namun, tingkat produksi ikan patin di Indonesia masih tergolong rendah untuk mengisi kebutuhan pasar. Tirto Mas Farm adalah satu-satunya usaha yang membudidaya ikan patin di Ponorogo.

Penelitian ini dilaksanakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo pada bulan Mei 2017. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan aspek teknis, aspek manajemen dan aspek pemasaran pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. (2) Untuk menganalisis aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, (3) Untuk menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Jenis data penelitian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif sedangkan, sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik

pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Aspek teknis pada usaha ini meliputi lokasi usaha yang mudah dijangkau; sarana terdiri dari kolam dan peralatan usaha; prasarana yang digunakan adalah sumber air yang berasal dari sumur pompa, akses jalan dalam kondisi baik, alat komunikasi yang digunakan adalah handphone; faktor produksi yang digunakan adalah benih, pakan dan tenaga kerja; proses produksi dimulai dari persiapan kolam, penebaran benih ikan patin, pemeliharaan ikan patin serta pemanenan; hasil produksi selama setahun sebesar 72 Ton. Aspek manajemen meliputi perencanaan secara garis besar dilakukan oleh pemilik usaha sedangkan, perencanaan detailnya dilakukan tenaga kerja; pengorganisasian yang ada yaitu pemilik usaha memberikan tugas langsung kepada tenaga kerja; penggerakan dilakukan pemilik usaha dengan memberikan pengarahan dan motivasi; dan pengawasan dilakukan oleh salah satu tenaga kerja yang sudah dipercaya pemilik usaha. Aspek pemasaran meliputi strategi pemasaran terdiri dari segmentasi pasar dengan tidak membagi konsumen berdasarkan kelasnya, target pasar yang dipilih adalah pasar konsumen yaitu pasar tradisional Ngawi, posisi pasar yang dilakukan yaitu selalu memasok ikan patin ke pedagang pengumpul; bauran pemasaran meliputi produk berupa ikan patin hidup, penentuan harga sesuai harga pasar yaitu sebesar Rp. 15.500/kg, promosi tidak dilakukan karena hasil langsung dipasarkan ke pedagang pengumpul, tempat usaha mudah dijangkau; dan saluran pemasaran yang diterapkan yaitu mulai dari pembudidaya ke pedagang pengumpul kemudian dijual ke pengecer setelah itu baru dijual ke konsumen.

Analisis finansiil jangka pendek pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto

Mas Farm” meliputi modal sebesar Rp. 1.352.399.667; biaya total sebesar Rp.

viii

739. 264. 667; penerimaan sebesar Rp. 1.116.000.000; keuntungan sebesar Rp. 376.735.333; R/C Ratio sebesar 1,51; rentabilitas sebesar 50,96%; dan

BEPsales sebesar Rp. 154.540.483 serta BEPunit sebanyak 9.970 kg. Sedangkan finansiil jangka panjang meliputi Net Present Value (NPV) diperoleh nilai sebesar Rp. 1. 399. 364.360; Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) sebesar 3,28; Internal Rate of Return (IRR) sebesar 61%; dan Payback Periode (PP)

selama 1 tahun 6 bulan. Analisis finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kondisi normal layak dan menguntungkan untuk dijalankan.

Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” pada tingkat kenaikan biaya maksimum sebesar 34%, tingkat penurunan benefit maksimum sebesar 23% serta tingkat kenaikan biaya dan penurunan benefit secara bersamaan sebesar 13% masih layak untuk dijalankan dan selebihnya usaha tidak layak untuk dijalankan.

Pemilik usaha diupayakan untuk membuat surat izin usaha sebagai legalitas untuk memudahkan dalam penyuluhan dan pengenalan teknologi baru untuk budidaya ikan patin. Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pertanian bidang Perikanan dan Kelautan turut serta membantu pembudidaya dalam mengembangkan usaha budidaya ikan patin dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini mengenai strategi pengembangan usaha pembesaran ikan patin.

ix

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan Laporan Skripsi yang berjudul

Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Patin Pada Usaha Perseorangan

“Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten

Ponorogo , Jawa Timur. Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang

meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek finansiil jangka

pendek maupun jangka panjang serta analisis sensitivitas.

Diharapkan dengan tersusunnya Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat,

terutama bagi mahasiswa program studi Agrobisnis Perikanan. Karena itu sangat

disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis,

walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih

dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran

yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, Agustus 2017

Penulis

x

DAFTAR ISI

RINGKASAN ....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3 1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 5 2.2 Deskripsi Ikan Patin ..................................................................................... 8 2.3 Studi Kelayakan Usaha ............................................................................... 10 2.3.1 Aspek Teknis ......................................................................................... 11

2.3.2 Aspek Manajemen ................................................................................ 16 2.3.3 Aspek Pemasaran ................................................................................. 20 2.3.4 Aspek Finansiil ...................................................................................... 22 2.3.5 Analisis Sensitivitas ............................................................................... 29

2.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 30

III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 32 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................ 32 3.2 Jenis dan Metode Penelitian ........................................................................ 32 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 33 3.4 Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 34 3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 34 3.6 Analisis Data ............................................................................................... 35

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ................................................................... 36 3.6.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif ................................................................. 37

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................................................... 45 4.1 Letak Geografis dan Topografis .................................................................. 45 4.2 Keadaan penduduk .................................................................................... 45 4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 45 4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 46 4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................... 47 4.3 Keadaan Umum Usaha Perikanan di Ponorogo ......................................... 47 4.4 Gambaran Umum Usaha ............................................................................ 48

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 50

5.1 Aspek Teknis .............................................................................................. 50 5.2 Aspek Manajemen ...................................................................................... 60 5.3 Aspek Pemasaran ...................................................................................... 62 5.4 Aspek Finansiil ........................................................................................... 66 5.4 1. Aspek Finansiil Jangka Pendek ........................................................... 66 5.4.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang ........................................................... 71 5.5 Tingkat Sensitivitas ..................................................................................... 73

xi

5.6 Faktor yang mempengaruhi usaha ............................................................. 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 79 6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 79 6.2 Saran .......................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81 LAMPIRAN ............................................................................................................ 85

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat kepadatan bedasarkan luas lahan ....................................................... 14

2. Data penduduk berdasarkan jenis kelamin Kelurahan Beduri ........................... 46

3. Data penduduk berdasarkan mata pencaharian Kelurahan Beduri ................... 46

4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Kelurahan Beduri ............... 47

5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” ................................................................................................ 52

6. Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” ................................................................................................ 77

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Patin ......................................................................................................... 9

2. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 31

3. Kolam Pembesaran Ikan Patin ........................................................................ 51

4. Bagan proses produksi ikan patin ................................................................... 59

5. Struktur organisasi pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” ....... 63

6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” .............................................................................................................. 66

7. Grafik Break Event Point ................................................................................. 70

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta lokasi penelitian ...................................................................................... 85

2. Rincian modal tetap pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” per

tahun ............................................................................................................... 86

3. Rincian modal kerja pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” per

tahun ............................................................................................................... 87

4. Analisis jangka pendek ................................................................................... 88

5. Kenaikan investasi .......................................................................................... 90

6. Analisis jangka panjang (Normal) .................................................................... 91

7. Analisis jangka panjang (Biaya naik 34%) Layak ............................................ 92

8. Analisis jangka panjang (Biaya naik 35%) Tidak Layak ................................... 93

9. Analisis jangka panjang (Benefit turun 23%) Layak ......................................... 94

10. Analisis jangka panjang (Benefit turun 24%) Tidak Layak ............................... 95

11. Analisis jangka panjang (Biaya Naik 13% dan Benefit turun 13%) Layak ........ 96

12. Analisis jangka panjang (Biaya Naik 14% dan Benefit turun 14%)

Tidak Layak .................................................................................................... 97

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan sektor yang memilik peranan bagi perekonomian

Indonesia. Sektor perikanan membantu peningkatan devisa, meningkatkan

pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah. Perikanan dan

kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi dan termasuk

prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000).

Ikan patin adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki prospek

yang baik karena nilai jualnya cukup tinggi dan pembudidayaannya cukup

mudah. Ikan ini memiliki sifat yang menguntungkan untuk dibudidaya yaitu

fekunditas tinggi, bersifat omnivora, dapat beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan, tidak membutuhkan perairan yang mengalir dan pada perairan

dengan kandungan oksigen rendah masih layak untuk pembesaran Ikan patin.

Selain itu, Ikan patin memiliki sedikit duri, tidak bersisik dan dagingnya berwarna

putih serta mudah dikuliti untuk dijadikan ikan olahan yaitu fillet (Kementrian

Kelautan dan Perikanan, 2012).

Menurut Khairuman dan Khairul (2008), prospek pemasaran Ikan patin

tidak lepas dari perhitungan akan kebutuhan protein hewani masyarakat secara

umum. Sebagaimana diketahui, kebutuhan protein hewani masyarakat secara

umum akan meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk,

pendidikan, dan taraf hidup masyarakat. Selain itu, munculnya kesadaran

masyarakat akan bahaya kolesterol menjadi pertimbangan saat memilih jenis

protein hewani ikan termasuk patin yang dinilai lebih aman daripada ternak jenis

lain, karena kolesterolnya relatif lebih rendah sebesar 1,09 %.

2

Prospek pasar Ikan patin sebagai komoditas baru dalam dunia

perdagangan sangat baik. Permintaan komoditas Ikan patin dari pasar Uni

Eropa, Amerika Serikat, Eropa Timur dan Eropa Tengah sangat tinggi sebesar

1,1 juta ton per tahun. Selama ini permintaan Ikan patin dunia hanya dipenuhi

dari Negara Vietnam yang memasok Ikan patin. Peluang ekspor Ikan patin

semakin terbuka setelah Amerika membatasi impor Ikan patin dari Vietnam

karena mengandung bahan berbahaya. Kondisi tersebut adalah peluang untuk

mengisi kebutuhan pasar Amerika Serikat dan Indonesia dapat menjadi salah

satu produsen Ikan patin (Ditjen Pengembangan Ekspor Negeri, 2013).

Hasil produksi total ikan patin nasional pada tahun 2010 hingga 2015

secara berturut-turut sebesar 147.888 ton, 229.267 ton, 347.000 ton, 410.883 ton

418.002 ton dan 339.111 ton. Pada tahun 2015, hasil produksi Ikan patin

mengalami penurunan (Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim, 2015). Total

produksi patin Indonesia berada dibawah Vietnam yang berhasil memproduksi

hampir 1,03 ton. Mengingat produksi Ikan patin masih tergolong rendah dengan

permintaan yang tinggi dan peluang pasar Ikan patin yang masih luas, maka

budidaya Ikan patin di Indonesia perlu digalakkan lagi untuk meningkatkan

produksi Ikan patin.

Ponorogo adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki peluang

untuk meningkatkan produksi Ikan patin karena hasil produksi Ikan patin masih

sedikit yaitu sebesar 9 ton pada tahun 2015. Tirto Mas Farm merupakan suatu

usaha budidaya ikan yang bergerak dalam budidaya Ikan patin pada kegiatan

pembesaran. Tirto Mas Farm ini adalah usaha perseorangan yang dimiliki oleh

Bapak Aji Wicaksono sebagai pemilik usaha. Letak usaha tersebut berada di

jalan Mliwis, Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo,

Jawa Timur. Usaha ini sudah berjalan selama tiga tahun. Tirto Mas Farm adalah

satu-satunya usaha pembesaran ikan patin di Kecamatan Ponorogo.

3

Selama ini belum ada laporan analisis finansiil mengenai usaha

pembesaran Ikan patin pada usaha ”Tirto Mas Farm” sehingga perlu dilakukan

pengkajian mengenai kelayakan usaha pembesaran Ikan patin untuk mengetahui

sejauh mana usaha tersebut layak untuk diteruskan sebagai suatu investasi yang

baik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan patin Pada

Usaha Perseorangan Tirto Mas Farm di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo,

Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aspek teknis, aspek manajemen dan aspek pemasaran pada

usaha pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri,

Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur?

2. Bagaimana aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada usaha

pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan

Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur?

3. Bagaimana tingkat sensitivitas pada usaha pembesaran Ikan “Tirto Mas

Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo,

Provinsi Jawa Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan aspek teknis, aspek manajemen dan aspek

pemasaran pada usaha pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di

Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi

Jawa Timur.

4

2. Untuk menganalisis kelayakan finansiil jangka pendek dan jangka panjang

pada usaha pembesaran Ikan patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri,

Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

3. Untuk menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha pembesaran Ikan patin

“Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten

Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

1.4 Kegunaan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Lembaga Akademis atau Perguruan Tinggi

Sebagai sumber pengetahuan dan informasi evaluasi usaha agar dapat

meningkatkan serta mengembangkan usaha pembesaran ikan patin.

b. Pembudidaya Ikan

Sebagai sumber informasi yang dapat dijadikan referensi untuk

pengembangan usaha.

c. Pemerintah

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk

menciptakan lapangan usaha di Sektor Perikanan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Riska (2015) dengan judul Strategi Pengembangan

Usaha Budidaya Ikan Lele Pada Usaha Toni Makmur di Kawasan Agropolitan,

Jombang mengenai aspek teknis yang ada meliputi sarana prasarana, faktor

produksi, proses produksi dan hasil produksi. Sarana yang digunakan dalam

budidaya yaitu kolam beton, kolam terpal, jaring, timbangan, sabit, cangkul,

keranjang,gerobak dorong, pipa air, dan drum plastik. Prasarana yang

menunjang kegiatan budidaya yaitu sumber air yang berasal dari sumur bor,

akses jalan sudah diaspal dan lokasi berada di persimpangan jalan, alat

komunikasi menggunakan handphone, instalasi listrik menggunakan daya

sebesar 900 Watt. Faktor produksi pada usaha ini antara lain benih, tenaga kerja,

dan pakan. Benih yang digunakan berukuran 4-5 cm untuk pembesaran yang

diperoleh dari rekan pemilik usaha dekat lokasi usaha yang hanya menjual benih

ikan lele saja sehingga ketersediaannya melimpah. Tenaga kerja berasal dari

daerah Kauman berjumlah satu orang pekerja tetap tetapi jika panen ada pekerja

tambahan. Pakan yang digunakan ada tiga macam diperoleh dari kios penjualan

pakan dekat lokasi usaha dan tidak menggunakan pakan alternatif. Proses

produksi diawali dengan persiapan kolam yaitu membersihkan kolam, pengisian

air selama seminggu untuk mengembangbiakkan pakan alami lele, langkah

selanjutnya penebaran benih dengan padat tebar 300-350/m3 ukuran 4-5 cm,

setelah itu ikan lele dipelihara dalam kurun waktu tiga bulan dalam sekali

produksi, kegiatan terakhir adalah proses pemanenan. Hasil produksi berupa

ikan lele segar yang dijual langsung kepada tengkulak dan konsumen dengan

ukuran 12 ekor/kg.

6

Hasil penelitian Pernandes (2016) yang berjudul The Prospects Of Shark

Catfish (Pangasius hypothalmus) Farming Development In Kelurahan Palas,

Rumbai Subdistricts, Pekanbaru City, Riau Province mengenai aspek

manajemen dan aspek pemasaran. Aspek manajemen terdiri dari fungsi

perencanaan, organisasi, aktualisasi dan pengendalian. Fungsi perencanaan

yang meliputi penyusunan rencana kerja terdiri dari empat komponen yaitu

persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan dan pemanenan. Setelah itu

penjadwalan kerja pemilihan benih yang bagus. Fungsi organisasi tidak

terstruktur karena dikelola sendiri oleh pemilik usaha. Fungsi aktualisasi yaitu

tahap pelaksanaan usaha pembesaran ikan patin yang dilaksanakan tidak

khusus atau seperti biasa sesuai rencana dan mampu terselesaikan dengan

baik. Fungsi pengendalian dengan memantau secara langsung pekerjaan seperti

kolam yang jebol, pencurian atau yang lainnya untuk mencegah adanya

kesalahan yang dapat merugikan usaha. Pada aspek pemasaran yaitu bauran

pemasaran yang terdiri dari produk, harga dan promosi. Produk yang dihasilkan

ikan patin konsumsi hasil budidaya pembesaran dengan ukuran lebih sama

dengan satu kilogram. Harga yang ditetapkan berkisar Rp. 13.000-15.000 sesuai

harga dipasaran saat itu. Promosi tidak dilakukan oleh pemilik usaha karena

pembeli yang mencari informasi dan datang langsung ke lokasi usaha.

Pada penelitian Hasnibar (2014) dengan judul Strategi Pemasaran

Produk Olahan Ikan Patin di Desa Koto, Riau mengenai strategi pemasaran

meliputi segmentasi pasar, target pemasaran dan positioning. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut pemasaran produk dibagi menjadi dua segmen berdasarkan

geografisnya yaitu pasar dalam daerah dan pasar luar daerah. Target pemasaran

produk olahan patin meliputi seluruh segmen pasar yaitu pasar dalam daerah

dan luar daerah dengan pertimbangan permintaan, harga serta jarak tempuh ke

pasar tujuan dalam memasok produk. Positioning produk olahan ikan patin

7

dilakukan dengan dua langkah yaitu pemasok selalu memenuhi permintaan

produk pada setiap segmen dan membangun image produk ke konsumen.

Penelitian mengenai analisis kelayakan suatu usaha telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya tetapi dengan jenis produk yang berbeda. Penelitian yang

terkait dengan analisis kelayakan usaha telah dilakukan oleh Rohmawati (2010)

dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar

Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut secara finansiil layak

dengan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp. 2.039.639.749,00, nilai Net B/C

diperoleh sebesar 4,08, nilai IRR sebesar 60%, payback period sebesar 2,03,

nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp. 434.591.902,00. Hasil analisis

sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga penjualan menunjukkan usaha

tersebut masih tetap layak untuk dilanjutkan. Penurunan harga jual ikan hias

sebesar 20% menghasilkan NPV Rp. 1.125.203.260,00 ; IRR sebesar 34 %; Net

B/C sebesar 2,43. Sedangkan untuk penurunan harga jual ikan hias sebesar 30

persen, menghasilkan NPV sebesar 667.985.016,00; Net B/C sebesar 1,79 dan

IRR sebesar 24 %.

Martha (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan

Industri Fillet Ikan Patin Beku mengemukakan bahwa usaha industri dilihat dari

aspek teknis, manajemen, aspek pasar dan finansiil layak untuk dilaksanakan.

Pada penelitian ini hasil analisis finansiil dengan nilai NPV sebesar

Rp.219.008.659,99; Net B/C Rasio 1,24; IRR 27,02% dan Payback Period satu

tahun sepuluh bulan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa proyek tersebut

masih layak untuk dilaksanakan jika terjadi perubahan kenaikan harga bahan

baku hingga 5% dan tidak layak lagi terjadi kenaikan harga bahan baku mulai

10% serta penurunan harga jual sebesar sebesar 5%.

8

Dwirosyadha (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Finansiil

Penggunaan Lampu Petromak sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan

Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis

finansiil dengan nilai R/C sebesar 1,97; PP sebesar 1,73; NPV sebesar Rp.

695.550.355,5; Net B/C diperoleh sebesar 27,69%; IRR sebesar 457,26%.

Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm dengan menggunakan pemanas

petromak akan menjadi tidak layak jika terjadi kenaikan harga minyak tanah

sebesar 1.161,87%, kenaikan harga pakan sebesar 1.228,65% dan penurunan

harga benih sebesar 98,57%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penggantian teknologi pemanas menjadi petromak layak untuk dilakukan karena

dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan.

2.2 Deskripsi Ikan Patin

Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) banyak ditemukan di perairan

umum seperti sungai, waduk, dan rawa. Kerabat dekat Ikan patin yang ada di

Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri keluarga Pangasidae, yaitu bentuk

badannya sedikit memipih, tidak bersisik, atau sisiknya halus sekali. Kerabat Ikan

patindi Indonesia cukup banyak diantaranya : Pangasius polyuranoda (ikan

juaro), Pangasius macronema (ikan roes, riu, lancang), Pangasius micronemus

(wakal, riuscaring), Pangasius nasutus (pedado), Pangasius nieuwenhuisii

(lawang). Ikan patin jenis ikan penghuni asli perairan umum Indonesia yaitu

terutama Sumatera, Kalimantan dan Jawa (Susanto dan Amri, 1999). Gambar

ikan patin dapat dilihat pada Gambar 1.

Menurut Prahasta dan Masturi (2009), jika dilihat secara ilmiah dalam

taksonomi hewan atau sistematika hewan, Ikan patin dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

9

Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostarioplaysi

Subordo : Siluriodea

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius pangasius

(Sumber : Google, 2017)

Gambar 1. Ikan Patin

Patin (Pangasius pangasius) adalah salah satu ikan asli perairan

Indonesia yang telah berhasil di domestikasi. Patin tergolong ikan unggul karena

rasa dagingnya lezat dan gurih, merupakan ikan berukuran besar, respon

terhadap pakan buatan dan dalam pembudidayaannya tumbuh cepat. Patin

mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, dan tidak bersisik. Panjang

tubuhnya dapat mencapai 120 cm. warna tubuh patin pada bagian punggung

keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan. Kepala

patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung agak ke bawah. Pada sudut

10

mulutnya terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai

peraba.

Menurut Bidayani (2007), Ikan patin merupakan jenis ikan ekonomis yang

cukup digemari masyarakat yang saat ini telah dibudidayakan di kolam, keramba

maupun jaring apung. Ikan ini termasuk jenis ikan liar yang mudah beradaptasi

dengan lingkungan dan tumbuh normal dalam kolam terbatas karena ikan patin

mudah menyesuaikan diri dengan perairan tenang maupun mengalir. Ikan ini

dibudidayakan secara intensif yang mampu memakan semua pakan yang

diberikan atau dapat dikatakan pemakan segala (omnivora).

2.3 Studi Kalayakan Usaha

Studi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh

mana tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek berjalan sesuai rencana dan

akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Proyek adalah keseluruhan

aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat

(benefit), atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk

mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat

direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001).

Feasibility study atau Studi kelayakan usaha adalah suatu studi untuk

melakukan penilaian tehadap instansi pada proyek tertentu yang sedang atau

akan dilaksanakan. Studi ini digunakan untuk memberikan arahan investasi pada

proyek tertentu itu layak dilaksanakan atau tidak. Atas dasar risk and uncertainty

(risiko dan ketidakpastian) dimasa yang akan datang, diperlukan studi secara

multidisipliner sebelum pengambilan keputusan. Hal ini berdampak bahwa untuk

melakukan studi ini melibatkan team work dari berbagai keahlian disiplin ilmu

yang kuat misalnya : managerial skill, rekayasa teknologi (teknokrat), hukum

(advokat), ekonomi, policy maker (birokrat), akuntan, psikologi kesehatan dan

11

lain-lain yang terkait dengan investasi proyek tertentu. Apabila feasibility study ini

akan dilaksanakan pada investasi proyek dengan “social oriented“, maka akan

dilakukan studi tentang layak tidaknya investasi tersebut secara sosial dengan

pertimbangan benefit sosial ekonomis. Sedangkan untuk investasi pada proyek

dengan “profit oriented”, maka feasibility study dilakukan untuk penilaian layak

atau tidaknya suatu investasi proyek tersebut dengan pertimbangan benefit

ekonomis (Primyastanto, 2011).

Aspek yang diteliti dalam studi kelayakan usaha adalah aspek

pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen serta aspek keuangan. Setiap

aspek saling berkaitan satu sama lain sehingga hasil analisis aspek tersebut

menjadi terintregasi. Penjelasan aspek-aspek studi kelayakan usaha adalah

sebagai berikut.

2.3.1 Aspek Teknis

Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan

pemasaran hasil-hasil produksi, seperti lokasi proyek, besaran skala operasional

untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment,

layout, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi. Aspek teknis

akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana

secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Pada aspek teknis dipaparkan

beberapa faktor, yaitu penentu keputusan produksi, tata letak pabrik, serta

pemilihan mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi (Umar, 2003).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

aspek teknis adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak,

penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan

teknologi. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis usaha

yang dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri.

12

Menurut Wild World Found (2015), untuk mendukung suksesnya kegiatan

budidaya ikan patin maka pembudidaya harus memahaminya. Hal yang perlu

dipahami adalah pemilihan lokasi budidaya, penyiapan sarana dan prasarana

budidaya, penyiapan dan penebaran benih, penyiapan dan pemberian pakan,

pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen

sebagai berikut.

1. Pemilihan lokasi budidaya

Usaha budidaya ikan patin perlu disesuaikan dengan lingkungan yang ada

disekitar daerah agar usaha yang dijalankan bias berjalan dengan baik.

Persyaratan umum dalam pemilihan lokasi yaitu tidak terletak didaerah yang

tinggi sumber pencemarannya, sesuai dengan rencana tata ruang dan

wilayah, tidak berdekatan dengan lahan pertanian yang menggunakan

pestisida, mudah dijangkau, mudah mendapatkan sarana produksi pakan dan

benih, kondisi keamanan baik. Persyaratan khusus dalam pemilihan lokasi

yaitu dekat dengan sumber air, terletak di daerah rawan banjir, tanah tidak

bersifat sulfat masam, penerapan sarana pengolah limbah serta biosecurity

berupa pagar keliling untuk mencegah hewan berkeliaran.

2. Penyiapan sarana dan prasarana budidaya

Sarana yang digunakan dalam budidaya ikan patin adalah kolam. ukuran

kolam pembesaran yang ideal 1.000-5.000 m2 dan ukuran kolam yang

menggunakan sistem air mengalir sebaiknya empat persegi panjang dengan

ukuran 50-100 m2. Persiapan kolam yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut.

a. Memeriksa pematang dan pintu kolam, jika terdapat kebocoran atau

kerusakan segera dilakukan penambalan dan perbaikan.

13

b. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit yang memanjang dari arah

pemasukan air kearah pengeluaran air. Ukuran parit adalah lebar 30-50

cm dengan kedalaman 10-15 cm.

c. Tinggi pematang dari dasar kolam minimal 1-1,5 m dengan tingkat

kemiringan sebesar 0,5 - 1% mengarah ke saluran pembuangan. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan pengeringan kolam dan memudahkan

kegiatan panen.

d. Pemasangan saringan di pintu pengeluaran untuk mencegah masuknya

hewan predator, serta untuk menghindari ikan lolos keluar dari kolam.

e. Membuang semua sisa air dari siklus sebelumnya atau yang berasal dari

rebesan dan kebocoran tanggul

f. Lakukan pemasangan saringan pada saluran pemasukkan air kemudian

lakukan pengisian air.

g. Setelah air siap maka benih bisa ditebar

3. Penebaran benih

Sebelum penebaran benih ikan patin diperlukan benih yang unggul dan

bebas penyakit yang berasal dari pembenih. Kriteria benih yang baik adalah

Ukuran seragam dan tidak cacat, gerakannya lincah, jika air diputar dalam

bak, bibit akan bergerak melawan arus, warna tubuh gelap cerah, responsif

terhadap kejutan dan pakan yang diberikan, semua pendederan bibit ikan

patindilakukan di kolam, panjang tubuh 2-3 inchi untuk di tebar di kolam,

diutamakan yang sudah mendapatkan vaksinasi, gunakan benih yang sudah

bisa mengkonsumsi pakan pellet. Setelah itu benih ikan patindapat ditebar.

Penebaran benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari saat cuaca tidak

panas. Benih yang telah tiba di lokasi dilakukan aklimatisasi (penyesuaian

terhadap lingkungan air baru) dengan cara kantong yang berisi bibit

14

NO

JENIS WADAH BUDIDAYA

UKURAN BENIH LUAS KOLAM

(m)

KEPADATAN

(ekor/m³)

KEPADATAN

(ekor/unit)

1 Kolam air tenang 2,5”-3,5” (±50 gr) 15x30X1,2

11 6.000

2

Kolam air tenang

(budidaya intensf)

2,5”-3,5” (±50 gr)

15x30X1,2

27

15.000

3

Kolam air deras 2,5”-3,5” (±50 gr) 7x3x1,2

84 2.100

4

Karamba

jaring

apung

2,5”-3,5” (±50 gr)

3x3x2

277

5.000

5 Karamba tancap 2,5”-3,5” (±50 gr)

5x6x2

50 3.000

Sumber: Wild World Found, 2015

dimasukkan ke dalam kolam. Setelah suhu dalam kantong relatif sama

dengan suhu di luar kantong (ditandai dengan timbulnya uap air di dinding

kantong),bisa dilakukan dengan memasukkan air kolam kedalam kantong

secara bertahap setelah suhunya sama kemudian benih dilepaskan kedalam

wadah budidaya. Tingkat kepadatan tebar benih berdasarkan luas lahan

dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Tingkat kepadatan tebar berdasarkan luas lahan

4. Pemberian pakan

Pakan yang diberikan mulai dari benih ukuran 2 inchi adalah pakan

buatan/pelet pabrikan) dengan frekuensi 2 kali sehari pagi (sekitar jam 9) dan

sore hari (jam 5). Benih hingga berumur 3 bulan (±50 gr) gunakan pakan

dengan kadar protein minimal 28 %. Setelah ikan berumur 3 bulan bisa

digunakan pakan dengan kadar protein skitar 21-24 %. Jumlah pelet yang

diberikan tergantung nafsu makan ikan, selama masih mau makan bisa

diberikan terus hingga ikan berhenti makan.Tingkat FCR untuk pembesaran

ikan patinmaksimal 1,68. Selain pakan, dalam pembesaran ikan patin juga

dapat ditambahkan probiotik dengan kandungan utama Baccillus sp. sebagai

dekomposer sisa makanan dan bahan lain yang terdapat dalam air sehingga

tidak berbahaya bahkan bisa menjadi makanan bagi ikan. Pemberian

15

probiotik adalah sekali sebulan atau berdasarkan pengamatan visual

kecerahan air kolam, semakin pekat warna air maka pemberian probiotik bisa

dilakukan lebih dari sekali dalam sebulan. Untuk pembesaran atau setelah

berumur 2 bulan dapat juga menggunakan pakan buatan sendiri agar lebih

murah.

5. Pemeliharaan

Pada pemeliharaan ikan patin perlu dilakukan pengecekan pagar pengaman

kolam dan perbaikan tanggul serta pintu air yang rusak atau bocor. Kualitas

air juga perlu dilakukan pemantauan agar kualitas air tidak menurun.

6. Panen dan pasca panen

Ikan patin dapat dipanen setelah pemeliharan selama 6 bulan. Sebelum

dipanen ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari untuk menghindari

muntah pada saat pengangkutan. Panen patin di kolam dilakukan dengan

cara menggiring ikan dari bagian hilir ke bagian hulu menggunakan jaring.

Pengambilan ikan dilakukan dengan menggunakan jala 2-3 buah dan tenaga

kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Kemudian ikan ditempatkan

dalam wadah penampungan yang telah diaerasi. Pengangkutan

menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20˚C dan waktu

pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.

Produksi didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk

menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi

kebutuhan atau kepuasan manusia. Proses untuk menghasilkan barang dan jasa

dinamakan proses produksi. Proses produksi dimana satu atau beberapa faktor

produksi (input) diubah menjadi hasil produksi (output). Perubahan bentuk,

tempat, dan waktu penggunaan menentukan penggunaan input untu

16

menghasilkan output yang diinginkan. Tersedianya produksi dipengaruhi

beberapa faktor diantaranya yaitu komoditi yang dibudidayakan, luas lahan

budidaya, tenaga kerja, modal (bibit, pupuk, obat-obatan), manajemen dan faktor

sosial ekonomi produsen (Soekartawi, 2013).

2.3.2 Aspek Manajemen

Manajemen adalah upaya - upaya yang dilakukan untuk menggerakkan

organisasi melalui implementasi fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan

organisasi. Fungsi manajemen meliputi: a) perencanaan merupakan kegiatan

menentukan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, b) pengorganisasian

merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian sumberdaya serta

pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada individu dan kelompok untuk

menerapkan rencana, c) pengarahan adalah proses untuk menumbuhkan

semangat pada karyawan agar dapat bekerja keras dalam melaksanakan

rencana, d) pengendalian digunakan untuk melihat kesesuaian kegiatan dengan

tujuan (Amirullah, 2015).

Aspek manajemen difokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-

aspek yang diperhatikan pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada

masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek,

pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu

bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, serta

jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting

dianalisis untuk kelayakan suatu usaha karena walaupun suatu usaha telah

dinyatakan layak, tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik,

bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah

17

sumberdaya manusia maupun menyangkut rencana perusahaan secara

keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan

perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila memenuhi kaidah-kaidah atau

tahapan dalam proses manajemen (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Menurut Umar (2003), aspek manajemen untuk mengetahui suatu bisnis

dapat dinyatakan layak atau tidak meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan yang dapar dipaparkan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Dalam menyusun perencanaan hendaknya dapat dikaji dari beberapa sisi

yaitu sisi pendekatan pembuatan perencanaan, sisi fungsi perencanaan,

sisi jangka waktu pelaksanaan, dan sisi tingkat perencanaan.

2. Pengorganisasian

Langkah dalam pengorganisasian secara garis besar yaitu merinci

seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan organisasi, membagi beban

kerja kedalam aktivitas yang secara logis dan memadai,

mengkobinasikan pekerjaan anggota organisasi, dengan logis dan efisien,

menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota

organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis, memantau efektivitas

organisasi dan mengambil langkah penyesuaian untuk mempertahankan

atau meningkatkan efektivitas. Asas organisasi merupakan berbagai

pedoman yang secara maksimal hendaknya dilaksanakan agar diperoleh

struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi berjalan dengan

lancar. Asas organisasi adalah sebagai berikut.

a. Perumusan tujuan organisasi

Rumusan tujuan utama organisasi yang dibuat dapat mempermudah

pemilihan bentuk organisasi, pembentukan struktur organisasi dan

kebutuhan pejabat.

18

b. Departemenisasi

Penyusunan unit organisasi yang diperlukan dalam organisasi untuk

melaksanakan fungsi yang ada. Hal yang perlu diperhatikan adalah

jumlah unit organisasi yang dibuat hendaknya disesuaikan dengan

kebutuhan dan nama satuan organisasi hendaknya tertib sehingga

dapat diketahui fungsinya melalui nama itu.

c. Pembagian kerja

Pembagian kerja yang harus diperhatikan yaitu tiap unit organisasi

harus mempunyai rincian aktivitas dan tugas yang jelas, variasi tugas

bagi pekerja hendaknya sejenis atau erat hubungannya dan beban

tugas hendaknya adil

d. Koordinasi

Suatu organisasi harus memiliki keselarasan aktivitas diantara unit

organisasi pejabat lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari

konflik, kekembaran pekerjaan, kekosongan pekerjaan dan merasa

lepas dari satu sama lain.

e. Pelimpahan wewenang

Penyerahan sebagian hak untuk mengambil keputusan yang

diperlukan agar tugas serta tanggung jawab yang diberikan dapat

dilaksanakan dengan baik. Pelimpahan wewenang biasanya

diterapkan jika bawahan jumlahnya terlalu banyak.

f. Kesatuan perintah

Setiap pejabat dalam organisasi hendaknya hanya mendapat perintah

dan bertanggung jawab kapada seorang atasan tertentu karena

organisasi yang tidak memiliki kesatuan perintah akan menimbulkan

kebingungan dan keraguan dari para bawahan.

19

g. Fleksibelitas

Struktur organisasi hendaknya mudah diubah untuk dapat

disesuaikan dengan perubahan yang terjadi tanpa mengurangi

kelancaran aktivitas yang berjalan.

3. Penggerakan

Penggerakan merupakan bagian dari manajemen yang hendaknya

diperkirakan berjalan baik sehingga dapat dinyatakan layak. Hal tersebut

dikaji dari dua sisi. Pertama, fungsi pergerakan yang harus terpenuhi

yaitu mempengaruhi orang lain, melakukan daya tolak pada seseorang,

membuat seseorang mengerjakan tugas dengan baik, memelihara dan

memupuk kesetiaan pada pimpinan serta tugas dan organisasi tempat

mereka bekerja. Kedua, sikap dan perilaku seorang pemimpin hendaknya

memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat menggerakkan bawahannya

4. Pengawasan

Fungsi pokok pengawasan adalah mencegah terjadinya penyimpangan,

memperbaiki penyimpangan, mendinamisasikan organisasi dan

mempertebal rasa tanggungjawab. Fungsi tersebut dapat berjalan

dengan baik apabila memperhatikan prinsip fungsi pengawasan sebagai

berikut.

a. Pengendalian hendaknya direncanakan dengan baik

b. Dapat merefleksikan sifat pengawasan yang unik dari bidang yang

diawasi

c. Pelaporan penyimpangan yang dilakukan dengan segera

d. Pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis

e. Dapat merefleksikan pola kerja unit organisasi

20

f. Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif yaitu segera

diketahui apa yang salah, dimana terjadinya kesalahan dan siapa

yang bertanggungjawab.

2.3.3 Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat

individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan

menciptakan, menawarkan dan bertukar barang yang memiliki nilai satu sama

lain (Shinta, 2011). Kegiatan pemasaran biasanya dilakukan di pasar yang

merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan

transaksi. Analisis aspek pemasaran bertujuan untuk memahami besar potensi

pasar yang tersedia, mengetahui luas pasar, jumlah permintaan terhadap produk,

dan kondisi persaingan.

Menurut Umar (2003), Analisis kelayakan dari aspek ini yang utama

adalah dalam hal:

1. Penentuan segmentasi, target, dan posisi produk pada pasarnya.

2. Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku,

serta kepuasan mereka atas produk.

3. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan

dilaksanakan.

Pengusaha hendaknya mengetahui pasar yang akan dipilih untuk

menawarkan produknya sehingga, perlu dilakukan penentuan pasar sasaran.

Penentuan pasar sasaran dengan melakukan segmentasi pasar, target pasar

sasaran dan posisi produk di pasar. Tindak lanjut penentuan pasar adalah

melakukan segmentasi pasar dengan memilah-milah pasar membentuk segmen

yang relatif homogen. Setelah itu dilakukan target pasar yaitu dengan memilih

segmen pasar yang ingin dilayani karena perusahaan memiliki sumberdaya

21

terbatas untuk memenuhi pasar meskipun telah disegmentasikan.

Selanjutnya,penentuan posisi produk mana yang ingin ditempati dalam segmen

tersebut.

Menurut Shinta (2011), strategi pemasaran meliputi segemtasi pasar,

target pasar dan posisi pasar yang diuraikan sebagai berikut:

Segmentasi, suatu pengetahuan untuk membagi-bagi pasar yang heterogen

kedalam kelompok-kelompok yang lebih homogeny yang responsif terhadap

produk yang ingin ditawarkan marketer.

Targeting, menetapkan target pasar yaitu satu atau beberapa segmen pasar

yang akan menjadi focus kegiatan pemasaran. Marketer harus memiliki

keberaniannya pada beberapa segmen dan meninggalkan segmen yang

lainnya.

Positioning, sesuatu yang dilakukan marketer terhadap otak calon

pelanggan dengan menempatkan produk dalam otak konsumen, sehingga

calon konsumen memiliki penilaian dengan produk itu.

Pencapaian hasil pemasaran yang diinginkan suatu perusahaan harus

menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.

Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut Kottler (2002) yaitu

seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus untuk

mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Menurut Shinta (2011),

bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, promosi dan tempat yang masing-

masing diuraikan sebagai berikut:

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan pada pasar baik produk nyata

ataupun produk tidak nyata (jasa) sehingga dapat memuaskan keinginan

dan kebutuhan pasar.

22

Harga adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna

pertukaran/transaksi atau sejumlah uang yang harus dibayar konsumen

untuk mendapatkan barang dan jasa. Penetapan harga memiliki implikasi

penting terhadap strategi bersaing perusahaan.

Promosi merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha untuk

menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan mengingat pasar

sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli

dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Tempat Adanya tempat yang sesuai maka produk akan dengan mudah

untuk didistribusikan ke konsumen secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Anindita (2008) dalam Adida (2014), sistem pemasaran hasil

perikanan merupakan serangkaian dari tiga sub sistem yang saling terkait yaitu

produksi, konsumsi dan saluran pemasaran. Sektor produksi merupakan sub

sistem sebagai produsen yang memproduksi produk yang akan ditawarkan

kepada konsumen akhir (sektor konsumsi) melalui saluran pemasaran. Saluran

pemasaran terdiri dari pelaku pasar atau perantara yang bertanggungjawab agar

produk yang disediakan dapat tersedia untuk konsumen yang membutuhkan.

2.3.4 Aspek Finansiil

Aspek finansiil bertujuan untuk menghitung kebutuhan dana, baik

kebutuhan dana untuk modal kerja. Dilihat dari sisi finansiil, proyek bisnis

dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu

memenuhi kewajiban finansiilnya (Umar, 2003). Analisis finansiil dalam kerangka

evaluasi proyek lebih bersifat analisis arus dana. Dana investasi bagi suatu

perusahaan itu sendiri yang berupa dana penyusutan dan laba yang ditahan dan

dapat dari luar perusahaan berupa kredit bank (Gray, 2007)

23

Menurut Ibrahim (2003) biaya investasi adalah biaya yang diperlukan

dalam pembangunan usaha, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin,

peralatan, biaya pemasangan, biaya studi kelayakan dan biaya lainnya yang

berhubungan dengan pembangunan proyek. Modal kerja adalah biaya yang

dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan usaha siap,

terdiri dari biaya tetap,dan biaya tidak tetap. Selain biaya investasi dan modal

kerja, yang perlu diperhatikan juga dalam aspek finansiil adalah sumber modal,

proses perputaran uang, break even point, dan analisis dampak usaha terhadap

perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Analisis Finansiil terdiri dari

analisis jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut.

Analisis Finansiil Jangka Pendek

Analisis jangka pendek merupakan analisis yang dilakukan dalam jangka

waktu bulanan, tengah tahunan dan paling lama satu tahun. Kegiatan setelah

pemasaran yaitu menghitung dan menganalisis kelayakan suatu usaha

khususnya pada usaha perseorangan “Tirto Mas Farm” dengan menggunakan

aspek finansiil jangka pendek. Adapun aspek finansiil jangka pendek yaitu

sebagai berikut.

a. Permodalan

Menurut Primyastanto (2011), modal terdiri dari modal aktiva dan modal

pasiva. Modal aktiva dibedakan menjadi dua yaitu modal kerja dan modal tetap.

Modal tetap merupakan modal tidak habis pakai atau habis dalam jangka waktu

yang lama sedangkan, modal kerja adalah modal yang habis pakai. Modal pasiva

dibedakan menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri

berasal dari perusahaan itu sendiri dapat berupa cadangan, laba atau dari modal

saham sedangkan, modal asing berasal dari kreditur yang berupa hutang.

24

b. Biaya total (Total Cost)

Menurut Pernandes (2016), Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah

biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi,

antara lain sewa atau pembelian lahan, pembelian alat dan perlengkapan, biaya

penyusutan dan biaya perawatan. Pada biaya tetap yang dihitung adalah biaya

pembelian alat dan perlengkapakan, biaya perawatan dan biaya penyusutan,

sedangkan biaya pembelian lahan tidak dihitung. Menurut Riyanto (2001), Biaya

total merupakan total pengeluaran dari usaha yang didefinisikan sebagai semua

nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi. Biaya total

dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

c. Penerimaan (Total Revenue)

Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha

yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu

(Primyastanto, 2011). Penerimaan adalah nilai total produk yang dihasilkan

dalam waktu tertentu, dimana besar penerimaan tergantung pada harga dan

jumlah produk yang dihasilkan. Penerimaan diperoleh dari perkalian antara

jumlah produksi dengan harga per unit (Soekartawi,2003).

d. Keuntungan

Menurut Pernandes (2016), Pendapatan bersih atau keuntungan (Net

Income) adalah selisih antara pendapatan kotor dengan total biaya yang

dikeluarkan. Keuntungan merupakan selisih antara penghasilan total atau Total

Revenue (TR) dengan pembiayaan total atau Total Cost (TC). Jika TR dikurangi

TC hasilnya positif, maka suatu usaha dapat dinilai menguntungkan. Sebaliknya

jika TR dikurangi TC hasilnya negatif, maka suatu usaha dapat dinilai merugikan.

25

Suatu usaha dikatakan mengalami break event point (BEP) atau impas apabila

nilai keuntungan sama dengan nol (Harianto, 2003).

e. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C Ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan

relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1). Hal

ini menggambarkan semakin tinggi nilai R/C, maka tingkat keuntungan suatu

usaha akan semakin tinggi (Effendi dan Oktariza, 2006). R/C (Revenue Cost

Ratio) dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan antara

jumlah total penerimaan dengan jumlah total biaya yang telah dikeluarkan untuk

menjalankan produksi dalam periode tertentu. Analisa ini merupakan salah satu

analisis untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan sudah menghasilkan

keuntungan atau belum (Soekartawi, 2003).

f. Rentabilitas

Menurut Primyastanto (2011), ada beberapa indikator yang dijadikan tolok

ukur untuk menghitung efisiensi modal yang ditanam pada usaha untuk melihat

gambaran kelancaran dan keberhasilan usaha. Rentabilitas suatu perusahaan

menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang

menghasilkan laba tersebut.

g. Break Event Point (BEP)

Menurut Kurniawan et.al, (2013), menyatakan bahwa Break Even Point

adalah titik dimana besarnya total revenue sama dengan total biaya (TR=TC).

Break Even Point disebut juga sebagai titik impas. Cara menghitung nilai BEP

unit maka dapat dihitung dengan cara biaya tetap dibagi hasil pengurangan

harga penjualan per unit dikurangi dengan variabel cost per unit. Cara untuk

26

mengetahui nilai BEP sales yaitu dapat dicari dengan membagi biaya tetap

dengan hasil pengurangan dari satu dikurangi hasil bagi dari biaya variabel

dengan total penjualan/penerimaan. BEP (Break Even Point) merupakan titik

impas, yaitu keadaan dimana suatu usaha berada pada posisi tidak memperoleh

keuntungan dan tidak mengalami kerugian. BEP adalah teknik analisa

mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, volume kegiatan dan

keuntungan (Primyastanto, 2011).

Analisis Finansiil Jangka Panjang

Analisis jangka panjang merupakan analisis yang dilakukan dalam jangka

waktu 10 tahun kedepan. Pada umumnya ada lima kriteria yang digunakan

dalam penilaian aspek finansiil jangka panjang, yaitu Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period

(PP), dan analisis sensitivitas.

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), Metode Net Present Value

(NPV) adalah menghitung antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang

penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di

masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu

ditentukan terlebih dulu tingkat suku bunga yang dianggap relevan. Apabila nilai

sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih

besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek ini dikatakan

menguntungkan sehingga diterima. Apabila lebih kecil (NPV negatif), proyek

ditolak karena tidak menguntungkan.

Menurut Mahyuddin et.,al (2014), Net Present Value merupakan selisih

antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya selama

umur proyek, pada tingkat bunga tertentu. Proyek dianggap menguntungkan atau

27

Go (proyek dapat berlangsung/ dilaksanakan) jika nilai NPV > 0. Net Present

Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang

ditimbulkan oleh investasi. Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih

sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal.

Pada perhitungan NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu sebagai berikut.

1. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian

sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Proyek

tersebut tidak untung maupun rugi.

2. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

3. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan, atau merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.

b. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan metode menghitung perbandingan antara nilai

sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai

sekarang investasi. Apabila lebih besar dari satu, maka proyek dikatakan

menguntungkan, tetapi kalau kurang dari satu maka dikatakan tidak

menguntungkan. Metode ini sebagaimana dengan metode NPV yaitu perlu

menentukan tingkat bunga yang akan digunakan terlebih dahulu (Husnan dan

Suwarsono, 2000).

Menurut Rohmawati (2010), Ratio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai

sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net B/C

menunjukkan tingkat tambahan manfaat pada setiap sebesar satu rupiah. Proyek

layak dilaksanakan apabila nilai Net B/C lebih dari satu.

28

Kriteria Investasi berdasarkan Net B/C adalah:

1. Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi

2. Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan

3. Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan

c. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Ismail (2013), Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang

menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value

aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga

yang menyebabkan Net Present value (NPV) sama dengan nol. Menurut

Mahyuddin et.,al (2014), IRR menunjukkan nilai discount rate pada saat NPV=0.

Biasanya rumus IRR tidak dapat dipecahkan secara langsung, namun dapat

didekati dengan cara interpolasi, yaitu dengan terlebih dahulu menentukan NPV

yang bernilai positif dan NPV yang bernilai negatif dengan tingkat bunga masing-

masing. Jika IRR > i (tingkat discount rate), berarti NPV > 0, ini menunjukkan

bahwa proyek tersebut menguntungkan atau Go.

d. Payback Periode (PP)

PP (Payback Period) merupakan metode yang digunakan untuk

menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah

diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh

proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama

maka payback period (PP) dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara

membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan(Suliyanto, 2010).

PP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus

permintaan cash in flow secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam

bentuk present value atau dapat disimpulkan suatu nilai dimana dari nilai tersebut

29

dapat diketahui berapa lama usaha yang dijalankan bias mengembalikan modal

yang ditanam baik modal tetap atau modal tidak tetap (Mahyuddin et.,al, 2014).

2.3.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis

kelayakan proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan

yang berubah ubah atau adanya sesuatu kesalahan dalam dasar-dasar

perhitungan biaya dan manfaat. Analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus

dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini

perlu karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang

mengandung banyak ketidakpastiaan dan perubahan yang akan terjadi di masa

yang akan datang, sehingga dapat mengantisipasi perubahan-perubahan

tersebut. Pada sektor perikanan, proyek usaha dapat berubah-ubah sebagai

akibat dari empat permasalahan utama yaitu perubahan harga jual pokok,

keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan nilai volume

produksi (Taufik, 2013).

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji sejauh mana perubahan

unsur-unsur dalam aspek finansiil mempengaruhi keputusan yang diambil. Gray

et al (2007) menambahkan bahwa analisa sensitivitas diperlukan apabila terjadi

kesalahan dalam menilai suatu biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi

terjadinya perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut

dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilakukan mengingat proyeksi-proyeksi

yang dilaksanakan mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi

dimasa yang akan datang. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah

sebagai berikut :

30

Kenaikan dalam biaya kontruksi (cost over-run) karena perhitungan yang

terlalu rendah dimana kemudian ternyata pada saat pelaksanaan biaya-biaya

meningkat karena peningkatan harga peralatan, mesin dan bahan bangunan.

Perubahan dalam harga hasil produksi, misalnya karena turunnya harga

produk di pasaran umum.

Terjadinya penurunan pelaksanaan pekerjaan (produktivitas menurun), dan

lain-lain.

2.4 Kerangka Pemikiran

Budidaya merupakan suatu kegiatan usaha yang mengkoordinir faktor

produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehngga memberikan manfaat

sebaik-baiknya. Ikan patin adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang

cukup digemari masyarakat. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan

(2012), potensi pasar untuk ikan patin sangat besar baik dalam negeri maupun

luar negeri. Salah satu usaha budidaya ikan patin yaitu usaha pembesaran ikan

patin. Tirto Mas Farm yang merupakan usaha perseorangan di Kelurahan

Beduri, Ponorogo yang memproduksi ikan patin. Penelitian ini diawali dengan

mendeskripsikan aspek teknis, aspek manajemen dan aspek pemasaran pada

usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” setelah itu menganalisis

kelayakan aspek finansiil. Proses analisis setiap komponen saling berkaitan

dengan komponen yang lain sehingga hasil analisis menjadi terintregasi. Analisis

kelayakan finansiil pada usaha pembesaran Ikan patin yaitu analisis jangka

pendek dan jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi modal,

biaya, penerimaan, R/C Ratio, Keuntungan, BEP dan Rentabilitas. Pada analisis

finansiil jangka panjang usaha pembesaran ikan patin menggunakan beberapa

kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Langkah selanjutnya adalah

menganalisis tingkat sensitivitas.

31

Nilai dari kriteria investasi tersebut akan menunjukkan seberapa besar

kelayakan untuk menjalankan usaha pembesaran Ikan Patin. Apabila usaha

layak untuk diteruskan maka perlu dilakukan ekspansi usaha. Namun, apabila

usaha tidak layak maka perlu pengkajian ulang untuk mengetahui besaran

ekspansi yang layak agar usaha dapat diteruskan dan bertumbuhkembang.

Kerangka pemikiran analisis kelayakan usaha pembesaran ikan patin pada

usaha perseorangan “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri dapat dilihat pada

Gambar 2.

Aspek Finansiil

Usaha Pembesaran Ikan patin “ TIRTO MAS FARM “

Jangka Pendek : - Modal - Biaya - Penerimaan - R/C - Keuntungan - BEP - Rentabilitas

Jangka Panjang : - NPV - Net B/C - IRR - PP

- Aspek Teknis - Aspek Manajemen - Aspek Pemasaran

Pertumbuhan Usaha

LAYAK

Pengkajian ulang untuk mengetahui besaran ekspansi yang layak

TIDAK LAYAK

Ekspansi usaha

Analisis sensitivitas

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

32

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada usaha perseorangan “Tirto Mas Farm” di

Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa

Timur. Tempat penelitian ini dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan

bahwa “Tirto Mas Farm” adalah satu-satunya usaha budidaya Ikan patin

bergerak pada kegiatan pembesaran di Kecamatan Ponorogo. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan Mei 2017.

3.2 Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Menurut Nawawi (2012), metode deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subyek/orang penelitian (seorang, lembaga, masyarakat

dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran

obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Menurut Nawawi (2012), studi kasus merupakan penelitian yang memusatkan diri

secara intensif terhadap satu obyek tertentu dengan mempelajarinya sebagai

suatu kasus. Data yang terkumpul disusun dan dipelajari menurut urutanya dan

dihubungankan dengan satu sama lain secara menyeluruh dan integral agar

menghasilkan gambaran dari kasus yang diselidiki. Pada taraf akhir studi kasus

harus mampu menemukan cara yang dapat ditempuh untuk melakukan

perbaikan terhadap aspek yang menunjukkan kelainan kasus yang diselidiki.

33

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan

data kualitatif. Menurut Nawawi (2012), data kualitatif banyak digunakan dalam

penelitian filosofis dan sebagian digunakan dalam penelitian deskriptif yang

dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian sedangkan, jenis data kuantitatif

dinyatakan dalam bentuk angka baik yang berasal dari transformasi data

kualitatif maupun sejak semula sudah bersifat kuantitatif.

Sumber data pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu data primer

dan sekunder yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer ialah data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh

melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam

penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti (Sarwono,2006).

Data yang akan diambil langsung pada penelitian diperoleh dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi serta wawancara. Data yang

dikumpulkan meliputi data lokasi usaha, sarana dan prasarana yang

digunakan,faktor produksi pada usaha, proses pembesaran Ikan Patin, hasil

produksi, fungsi manajemen pada usaha, struktur organisasi, sejarah berdirinya

usaha, strategi pemasaran yang dilakukan pada usaha tersebut, bauran

pemasaran, saluran pemasaran yang ada, permodalan usaha, biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk usaha, dan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha

pembesaran ikan patin.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bersumber pada data statistik yang

dikumpulkan oleh beberapa instansi atau lembaga (Mantra,2008). Data sekunder

yang akan dikumpulkan meliputi data geografis dan topografi daerah penelitian,

34

keadaan umum penduduk di daerah penelitian dan keadaan umum perikanan di

Kabupaten Ponorogo. Sumber data didapat dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Ponorogo, serta literatur dari internet ataupun buku.

3.4 Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil

sampel secara sengaja atau purposive sampling. Menurut Nawawi (2012), pada

teknik ini pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian dan ukuran

sampel tidak dipermasalahkan. Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan

kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Cara pengambilan sampel secara purposive sampling dalam penelitian ini

dilakukan dengan menentukan responden yang benar-benar mengetahui

informasi tentang usaha pembesaran Ikan patin“Tirto Mas Farm”. Responden

yang dipilih yaitu pemilik usaha dan tenaga kerja yang terlibat dalam usaha

pembesaran Ikan patin“Tirto Mas Farm”.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran dan

keterangan yang berkaitan dengan studi kelayakan yang akan diteliti. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala–gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan

data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,direncanakan dan dicatat secara

sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya

(Usman dan Purnomo,2014). Tahap observasi dilakukan dengan pengamatan

terhadap lokasi penelitian.

35

b. Wawancara

Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang

diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan

wawancara. Proses wawancara akan berhasil apabila pewawancara berkemauan

mendengarkan dengan sabar,dapat melakukan interaksi dengan orang lain

secara baik dan dapat mengemas pertanyaan dengan baik (Sarwono,2006).

Tahap wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab langsung

dengan pihak terkait yaitu pemilik usaha dan tenaga kerja mengenai lokasi

usaha, sarana dan prasarana yang digunakan,faktor produksi pada usaha,

proses pembesaran ikan patin, hasil produksi, fungsi manajemen pada usaha,

struktur organisasi, sejarah berdirinya usaha, strategi pemasaran yang dilakukan

pada usaha tersebut, bauran pemasaran, saluran pemasaran yang ada,

permodalan usaha, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha, dan faktor-faktor

yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan patin.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengambilan data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi adalah biayanya

relatif murah,waktu dan tenaga lebih efisien. Kelemahannya adalah data yang

diambil dari dokumen cenderung sudah lama dan kalau ada yang salah maka

peneliti juga ikut salah dalam mengambil datanya. Data yang dikumpulkan

dengan teknik ini cenderung data sekunder (Usman dan Purnomo,2014).

Dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melalui pengumpulan data

dari Badan Pusat Statistik Ponorogo mengenai data keadaan umum lokasi

penelitian.

3.6 Analisis Data

Menurut Sugiyono (2014), menyatakan bahwa analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

36

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

data kedalam kategori,menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis data ini digunakan untuk menjawab

tujuan dari penelitian. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab

tujuan mengenai aspek teknis, aspek pemasaran dan aspek manajemen

sedangkan, analisis deskriptif kuantitatif digunakan sebagai analisis aspek

finansiil dan sensitivitas. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif penelitian ini

dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif merupakan proses pencarian dan penyusunan

data sistematik melalui transkrip wawancara,catatan lapang dan dokumentasi

yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang

ditemukan. Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola atau tema.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis data ialah kegiatan analisis

mengkategorikan data untuk mendapat pola hubungan, tema, menaksir apa yang

bermakna serta menyampaikan kepada orang lain (Usman dan Purnomo,2014).

Pada penelitian ini, data dianalisis menggunakan analisis deskriptif

kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai aspek pada usaha pembesaran

Ikan patin Tirto Mas Farm yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, dan aspek

manajemen. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi, kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif.

Aspek Teknis

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek teknis pada usaha

pembesaran Ikan patin meliputi lokasi usaha, prasarana dan sarana budidaya,

37

faktor produksi usaha pembesaran ikan patin, proses kegiatan budidaya Ikan

patin mulai dari persiapan kolam, persiapan benih, pakan, pemeliharaan Ikan

patin sampai proses pemanenan Ikan patin yang dilakukan dalam usaha

pembesaran Ikan patin pada Tirto Mas Farm serta hasil produksi yang diperoleh.

Aspek Manajemen

Aspek manajemen dikaji untuk mengetahui sumberdaya manusia dalam

menjalankan jenis pekerjaan pada usaha pembesaran ikan patin pada Tirto Mas

Farm. Penelitian pada aspek manajemen yang dilakukan dalam perencanaan

usaha pembesaran ikan patin di “Tirto Mas Farm” berkaitan dengan faktor

produksi yang akan digunakan, penentuan jumlah kolam yang akan difungsikan.

Penelitian pada aspek manajemen yang dilakukan dalam pengorganisasian

usaha pembesaran ikan patin di “Tirto Mas Farm” dilihat dari pemilik usaha

dalam membagi pekerjaan dan memberi pengarahan kepada tenaga kerja.

Selain itu, struktur organisasi dan koordinasi tenaga kerja pada usaha tersebut

juga penting agar bisa berjalan dengan efisien serta maksimal. Penelitian pada

aspek manajemen yang dilakukan dalam penggerakan usaha pembesaran ikan

patin di “Tirto Mas Farm” dengan melihat kesesuaian hasil kinerja yang dilakukan

tenaga kerja. Penelitian pada aspek manajemen yang dilakukan dalam

pengawasan usaha pembesaran ikan patin di “Tirto Mas Farm” dengan melihat

aktivitas tenaga kerja yang dilakukan untuk menghidari kerugian atau

penyimpangan pada usaha.

Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran yang akan diteliti pada usaha ini adalah strategi

pemasaran (segmentasi pasar, target pasar dan posisi pasar), bauran

pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) dan saluran pemasaran yang

diterapkan dalam usaha pembesaran ikan patin pada “Tirto Mas Farm”.

38

3.6.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis data pada penelitian kuantitatif bersifat deduktif,uji empiris teori

yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas

dengan menggunakan sarana statistik (Sarwono,2006).

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansiil

meliputi aspek finansiil jangka pendek, aspek finansiil jangka panjang dan

analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Tahap

ini data kuantitatif dikumpulkan dari lapang, kemudian dianalisis menggunakan

bantuan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007 yang akan ditampilkan

dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif . Adapun

penjabaran masing-masing aspek finansiil jangka pendek, aspek finansiil jangka

panjang dan analisis sensitivitas adalah sebagai berikut.

Aspek Finansiil Jangka Pendek

a. Permodalan

Menurut Primyastanto (2011), modal usaha merupakan barang atau uang

yang bersama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru.

Modal usaha tersebut berupa modal tetap dan modal kerja.

b. Biaya Total

Menurut Primyastanto (2011), rumus biaya total adalah sebagai berikut.

Dimana:

TC = Total Cost

FC = Fixed Cost

VC = Variabel Cost

TC = FC + VC

TC

=

FC

+

VC

TC

=

FC

+

39

c. Penerimaan

Menurut Soekartawi (2003), penerimaan secara umum dapat dirumuskan

sebagai berikut.

Dimana:

TR = Penerimaan (Rp/unit)

P = Harga (Rp)

Q = Jumlah barang (unit)

d. R/C

Menurut Soekartawi (2001), untuk mengetahui perbandingan antara

penerimaan dan biaya yang dikeluarkan petani ikan dalam usaha maka rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut.

Apabila :

R/C > 1, maka usaha tersebut dapat dikatakan menguntungkan (layak)

R/C = 1, maka usaha tersebut dapat dikatakan impas

R/C < 1, maka usaha tersebut dapat dikatakan mengalami kerugian

TR = P X Q

R/C = 𝑻𝑹

𝑻𝑪

40

e. Keuntungan

Menurut Soekartawi (2003), Keuntungan diperoleh dari penerimaan

dikurangi biaya total yang dikeluarkan untuk produksi dengan rumus sebagai

berikut:

Dimana:

Π = Keuntungan

TR = Penerimaan

TC = Total Biaya

f. Rentabilitas

Menurut Primyastanto (2011), Rentabilitas secara umum dirumuskan

sebagai berikut:

Dimana:

R = Rentabilitas (%)

L = Jumlah keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu (Rp)

M = Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba (Rp)

g. Break Event Point (BEP)

Menurut Riyanto (2001), Break Event Point dapat dirumuskan sebagai

berikut.

π = TR - TC

R = M

L X 100 %

41

BEP atas dasar sales

Dimana :

FC = Biaya tetap

VC = Variabel cost

S = Nilai penjualan (jumlah penerimaan)

BEP atas dasar unit (BEP unit):

Dimana :

FC = biaya tetap

p = harga per unit

v = biaya variabel per unit

Atau:

s

vc

FCBEP

1

vp

FCBEP

BEP unit = asatuanh

BEPsales

arg

42

Aspek Finansiil Jangka Panjang

a. NPV ( Net Present Value)

Menurut Gray (2007), rumus perhitungan Net Present Value adalah

sebagai berikut.

Dimana:

Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun

Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun

n= jumlah tahun

i= tingkat suku bunga (diskonto)

Dengan kriteria :

NPV > 0 = Layak

NPV < 0 = Tidak layak/ rugi

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Gray (1997) dalam Supit (2015), Net B/C digunakan untuk

ukuran tentang efisiensi dalam penggunaan modal. Rumus perhitungan Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah sebagai berikut.

ti)(1

CtBtΣ

n

1tNPV

n

i

i

i

n

i

BN

BN

CNetB

1

1

)(

)(

/

43

Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah:

Net B/C =1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak menguntungkan

ataupun rugi

Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek menguntungkan

Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tidak

menguntungkan/merugi

c. IRR (Internal Rate of Return)

Menurut Supit (2015), Internal Rate of Return dapat dirumuskan sebagai

berikut :

IRR = '"

"'

'' NPV

iiNPVNPV

i

Keterangan :

I’ = tingkat suku bunga pada interpolasi pertama (lebih kecil)

I” = tingkat suku bunga pada interpolasi kedua (lebih besar)

NPV’ = nilai NPV pada discount rate pertama (positif)

NPV” = nilai NPV pada discount rate kedua (negatif)

Kriteria perhitungan IRR :

Jika IRR > discount rate yang telah ditentukan, maka usaha layak

dijalankan.

Jika IRR < discount rate yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak

dijalankan.

Jika IRR < discount rate yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak

dijalankan

IRR = '"

"'

'' NPV

iiNPVNPV

i

44

d. Payback Period (PP)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), perhitungan yang digunakan dalam

menghitung masa pengembalian modal investasi sebagai berikut.

Analisis Sensitivitas

Menurut Rahmawati (2011), Analisa sensitivitas dilakukan untuk menguji

kembali suatu analisis kelayakan usaha agar dapat terlihat pengaruh yang akan

terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau adanya kesalahan dalam dasar-

dasar perhitungan biaya dan manfaat. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan

dengan mengubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsure lain,

kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis Switching Value

dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang

boleh terjadi agar usaha budidaya masih dapat memperoleh keuntungan normal

(NPV = 0).

Menurut Sulistyo (2015), analisis sensitivitas dapat ditinjau atas dua

perpektif yaitu:

1. Sensitivitas terhadap dirinya sendiri yaitu sensitivitas pada kondisi break

event point saat NPV = 0 atau AE = 0 atau jumlah faktor bunga = 0.

2. Sensitivitas terhadap alternatif lain, biasanya ditemukan jika terdapat (n)

alternatif yang harus dipilih salah satunya untuk dilaksanakan.

𝑃𝑃 =𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

𝑘𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Topografi

Lokasi penelitian dilaksanakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto

Mas Farm” di Kelurahan Beduri. Secara geografis Kelurahan Beduri terletak di

Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur dengan luas

wilayah Kelurahan Beduri 1,29 Km2. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan

Beduri dengan daerah disekitarnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Gupolo, Bareng dan Ngunut

Sebelah Timur : Kelurahan Keniten

Sebelah Selatan: Kelurahan Jingglong

Sebelah Barat : Kelurahan Nambangrejo, Gandukepuh dan Sragi

Topografi Kelurahan Beduri merupakan dataran rendah yang terletak

pada ketinggian ± 129 meter di atas permukaan laut dan memiliki jumlah hari

hujan 57 hari pada tahun 2015 dengan jumlah curah hujan terbesar terjadi pada

bulan februari mencapai 412 mm.

4.2 Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk sekitar usaha “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri,

Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo dapat diketahui berdasarkan jumlah

penduduk, mata pencaharian dan tingkat pendidikan.

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik Ponorogo tahun 2016 dapat

diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Beduri berjumlah 2.401 jiwa pada

Tahun 2015. Jumlah tersebut terbagi atas penduduk laki-laki sebanyak 1.197

jiwa dengan presentase 49,85 % dan jumlah penduduk perempuan sebanyak

46

1.204 jiwa dengan persentase 50,15 %. Dapat disimpulkan bahwa jumlah

penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Data

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai

berikut.

Tabel 2. Data penduduk berdasarkan jenis kelamin Kelurahan Beduri

Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)

Laki-Laki 1.197 49,85Perempuan 1.204 50,15Jumlah Penduduk 2.401 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Ponorogo, 2016

4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik Ponorogo tahun 2016

dapat diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian pokok masyarakat

Kelurahan Beduri adalah sebagai Buruh Tani sebanyak 249 jiwa. Mata

pencaharian penduduk Kelurahan Beduri diurutan kedua adalah Perdagangan

sebanyak 233 jiwa. Selain itu penduduk Kelurahan Beduri yang memiliki mata

pencaharian lainnya sebesar 255 jiwa, jumlah tersebut bermata pencaharian

selain petani, pengusaha industri, buruh industri, pengusaha bangunan, buruh

bangunan, angkutan, PNS, pegawai swasta, TNI/POLRI dan pensiunan. Jumlah

penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data penduduk berdasarkan mata pencaharian Kelurahan Beduri

Mata Pencaharian Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)

Petani 221 15,8Buruh Tani 249 17,8Pengusaha Industri 26 1,8Buruh Industri 37 2,6Pengusaha Bangunan 4 0,3Buruh Bangunan 76 5,5Perdagangan 233 16,6Angkutan 30 2,2Pegawai Negeri Sipil 39 2,7Pegawai Swasta 221 15,7TNI-Polri 10 1,4Pensiunan 21 1,5Lainnya 255 17,9

Sumber : Badan Pusat Statistik Ponorogo, 2016

47

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik Ponorogo tahun 2016

dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk yang mendominasi adalah

tamatan SD sebanyak 543 jiwa. Selanjutnya peringkat kedua yang diduduki

yaitu tamatan SLTA sebanyak 522 jiwa. Tingkat pendidikan peringkat ketiga

yaitu Belum atau tidak sekolah sebanyak 387 jiwa. Pada peringkat keempat

diduduki oleh jenjang tamat Perguruan Tinggi sebanyak 266 jiwa. Penduduk

Kelurahan Beduri yang belum atau tidak tamat SD sebanyak 259 jiwa. Tingkat

penduduk suatu daerah akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi dalam

daerah tersebut. Apabila kualitas sumberdaya masyarakat baik maka kondisi

sosial ekonomi suatu daerah tersebut baik dan sebaliknya apabila kualitas

sumberdaya masyarakatnya rendah maka kondisi sosial ekonomi daerah juga

cenderung rendah terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam wilayah

tersebut. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Kelurahan

Beduri

Tingkat Pendidikan Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)

Tamat Perguruan Tinggi 266 11,1Tamat SLTA 522 21,7Tamat SLTP 424 17,7Tamat SD 543 22,6Belum / Tidak Tamat SD 259 10,8Belum / Tidak Sekolah 387 16,1

Sumber : Badan Pusat Statistik Ponorogo, 2016

4.3 Keadaan Umum Perikanan di Kabupaten Ponorogo

Perikanan di Kabupaten Ponorogo terdiri dari budidaya di perairan umum

dan budidaya di kolam. Luas areal perairan umum 252,19 Ha dengan jumlah

produksi sebesar 20,89 ton. Luas areal lahan untuk budidaya kolam 20,89 Ha

dengan jumlah produksi sebesar 1.643,71 ton. Jumlah produksi kolam lebih

48

besar dibandingkan dengan jumlah produksi perairan umum. Jenis ikan hasil

produksi perairan umum adalah Baung putih, Nilam, Udang, Katak dan lainnya.

Hasil produksi perairan umum terbesar adalah jenis ikan Nilam yang diproduksi

Kecamatan Ngebel sebesar 6.560 kg pada Tahun 2015. Sedangkan pada

budidaya di kolam, jenis ikan yang dihasilkan adalah Lele sebesar 1.369,08 ton,

Gurami sebesar 158,70 ton, Nila sebesar 106,94 ton, dan Patin sebesar 9 ton.

Jumlah RTP budidaya kolam di Kabupaten Ponorogo yaitu 2.096 orang (Badan

Pusat Statistik Ponorogo, 2016).

4.4 Gambaran Umum Usaha

Tirto Mas Farm terletak di jalan Mliwis, Kelurahan Beduri, Kecamatan

Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Tirto Mas Farm merupakan usaha perorangan

yang bergerak di bidang perikanan yaitu usaha pembesaran ikan patin. Produk

yang dihasilkan pada usaha “Tirto Mas Farm” adalah ikan patin segar. Usaha

pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” ini belum memiliki surat izin usaha.

Usaha ini mempunyai luas lahan sebesar 5.850 m2. Lahan tersebut meliputi

kolam pembesaran patin, mess karyawan, tempat parkir, dan gudang. Kolam

pembesaran ikan patin berukuran 3,5 m x 12 m berjumlah 30 kolam. Usaha

perikanan milik Bapak Aji didirikan dengan nama Tirto Mas Farm pada tahun

2009. Pembangunan usaha dimulai pada tahun 2007 sampai akhir tahun 2008.

Awalnya pemilik usaha membudidayakan ikan lele di kolamnya selama 5 tahun.

Pemilik usaha kemudian mencoba untuk membudidayakan ikan patin pada tahun

2014. Hal tersebut dilakukan karena pedagang pengumpul ikan lele di Ponorogo

tidak mau mengambil ikan lele yang siap dipanen ketika banyak pembudidaya

ikan lele lain juga memanen ikan lele serta jumlah pesaing budidaya ikan lele

sudah banyak di Ponorogo sehingga pemilik usaha beralih pada budidaya ikan

49

patin yang memiliki peluang usaha. Pemilihan lokasi Usaha ini cukup strategis

karena berada di kawasan pedesaan tetapi dekat dengan pasar.

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” ini memiliki jumlah

tenaga kerja sebanyak 2 orang. Lokasi usaha mudah dijangkau oleh kendaran

roda dua maupun roda empat dan jalan menuju lokasi usaha sudah beraspal.

Pemilik usaha mendapatkan pellet yang didistribusikan PT. CARGIL melalui

distributor Tulungagung. Benih ikan patin diperoleh dari pedagang pengumpul

dari Ngawi.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Aspek Teknis

Aspek teknis adalah salah satu aspek yang berpengaruh terhadap usaha

yang dijalankan. Aspek teknis pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” meliputi lokasi usaha, sarana dan prasarana, faktor produksi (input),

proses pembesaran ikan patin, serta hasil produksi yang dihasilkan (output).

Aspek aspek tersebut saling berkaitan dengan tujuan untuk keberhasilan usaha

yang dijalankan berkaitan dengan input dan output yang dihasilkan. Berikut

adalah uraian dari aspek teknis tersebut.

a. Lokasi usaha

Lokasi usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” berada di jalan

Mliwis, Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Daerah

tersebut termasuk daerah yang tidak terlalu tinggi sumber pencemarannya dan

berada di kawasan lahan pertanian yang berdekatan dengan sungai sehingga

dapat dikatakan lokasi usaha ini terletak di daerah rawan banjir. Lokasi usaha

berada di tempat terbuka sehingga kolam mendapatkan penyinaran matahari

yang cukup. Tempat usaha ini mudah dijangkau karena berada di daerah

pedesaan tetapi tidak jauh dari perkotaan

b. Sarana

Sarana merupakan sesuatu yang digunakan untuk mendukung dalam

pencapaian tujuan. Sarana yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” yaitu kolam dan peralatan-peralatan yang digunakan untuk

kegiatan usaha pembesaran ikan patin. Sarana kolam dan peralatan dapat

diuraikan sebagai berikut.

51

1. Kolam

Sarana yang penting dalam usaha pembesaran ikan patin adalah kolam

sebagai tempat pemeliharaan ikan patin. Kolam yang digunakan pada usaha

pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah kolam beton yang berbentuk

empat persegi panjang berjumlah 30 unit. Ukuran kolam pembesaran ikan

patin “Tirto Mas Farm” sebesar 3,5 m x 12 m. Pada sisi kolam terdapat

saluran masuk (inlet) dan saluran keluar (outlet) untuk air. Bagian dasar

kolam dibuat caren berbentuk empat persegi didekat saluran pembuangan

dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm. Tinggi pematang dari dasar kolam

adalah 80 cm – 130 cm dengan tingkat kemiringan sebesar 0,5 % mengarah

ke saluran pembuangan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam

pengeringan kolam dan pemanenan ikan patin. Gambar kolam dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Kolam Pembesaran Ikan Patin

2. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” dapat di lihat pada Tabel 5.

52

Tabel 5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin“Tirto Mas Farm”

No.

Nama Alat Kegunaan Gambar

1. Jaring Untuk menangkapikan patin dalamjumlah banyak

2. Timbangandigital

Untuk menimbangberat ikan patin

3. Keranjang Sebagai wadahsementara ikanpatin waktuditimbang

Dilanjutkan

53

Lanjutan Tabel 5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”

No. Nama Alat Kegunaan Gambar

4. Seser Untuk menangkapikan patin dalamjumlah sedikit

5. Jerigen Sebagai wadahsementara benih

6. Bak plastik Untuk wadahsementara

7. Sabit Untukmembersihkanrumput

Dilanjutkan

54

Lanjutan Tabel 5. Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”

No. Nama Alat Kegunaan Gambar

8. Gerobaksorong

Untuk mengambilpakan dari gudang

9. Pipa Untuk saluran airinlet dan outlet

c. Prasarana

Prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang

berlangsungnya suatu proses. Prasarana yang digunakan pada usaha

pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah sumber air, akses jalan, alat

komunikasi dan instalasi listrik. Prasarana dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Sumber air

Sumber air merupakan komponen yang penting untuk kelangsungan hidup

dari ikan patin saat di kolam. Sumber air yang digunakan pada usaha

pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” berasal dari sumur pompa. Jumlah

sumur yang dimiliki sebanyak 3 unit dengan kualitas air yang baik.

55

2. Akses jalan

Keadaan jalan menuju lokasi usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

di Kelurahan Beduri sudah cukup baik dan memadai. Hal ini dikarenakan

semua jalan yang melintasi Kelurahan tersebut sudah diaspal dan kondisi

jalan dalam keadaan baik serta tidak berlubang. Kondisi jalan ini

memudahkan usaha sebagai penunjang dalam usaha pembesaran ikan

patin.

3. Alat Komunikasi

Komunikasi sangat penting terkait dengan kegiatan pemasaran. Alat

komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu usaha. Salah

satu peran alat komunikasi adalah sebagai alat penghubung kepada pembeli

atau konsumen. Alat komunikasi yang digunakan oleh pemilik usaha untuk

menghubungi pedagang pengumpul adalah handphone. Komunikasi yang

dilakukan pemilik usaha yaitu dengan pedagang pengumpul serta distributor

yang menjual pakan. Alat komunikasi sangat membantu antara pembudidaya

ikan patin dengan pedagang pengumpul ketika ikan patin siap dipanen.

4. Instalasi listrik

Listrik memiliki peranan saat berlangsungnya suatu usaha pembesaran.

Tenaga listrik digunakan untuk memberikan penerangan dan menggerakkan

pompa air agar air mengalir ke kolam. Daya listrik yang digunakan pada

usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar 900 Watt dengan

jumlah 3 unit. Pembeliaan listrik pada usaha ini dengan menggunakan token.

d. Faktor Produksi (Input)

Faktor produksi adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

memproduksi barang. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

faktor produksi yang digunakan adalah sebagai berikut.

56

1. Benih

Benih ikan patin yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto

Mas Farm” adalah benih ikan patin yang berukuran 4 cm. Benih ukuran 4 cm

tersebut langsung dimasukkan kedalam kolam pembesaran ikan patin. Benih

ikan patin diperoleh dari pedagang pengumpul yang berasal dari Ngawi.

Benih ikan patin biasanya dikirim langsung ke lokasi usaha oleh pedagang

pengumpul Ngawi. Transaksi dilakukan secara langsung setelah benih

sampai di lokasi usaha “Tirto Mas Farm”. Harga benih ikan patin ukuran 4 cm

yaitu Rp. 250/ekor. Ketersediaan benih ikan patin cukup ada karena

pedagang pengumpul memperoleh benih ikan patin dari Balai Benih Ikan

Ngawi.

2. Pakan

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” menggunakan pakan

buatan atau pellet yang diperoleh melalui distributor di Tulungagung. Ada tiga

macam pakan yang digunakan dalam usaha ini yaitu pellet PF 7404, pellet

PF 7404-1, dan pellet Presto 2ml. Setiap satu kali produksi menghabiskan

540 sak pakan pellet PF 7404, 450 sak untuk pellet PF 7404-1, dan 720 sak

untuk pellet Presto 2ml. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

hanya menggunakan pakan pellet dan tidak menggunakan pakan pengganti

atau pakan alternatif. Pellet diperoleh dari PT. CARGIL yang didistribusikan

melalui distributor Tulungagung. Ketersediaan pakan cukup baik karena

distributor selalu siap kirim jika pemilik usaha menghubunginya.

3. Tenaga kerja

Pada usaha ini, tenaga kerja berasal dari desa Slahung dengan jumlah 2

orang . Pada saat pemanenan tidak ada tenaga kerja tambahan. Tenaga

57

kerja memiliki jam kerja yaitu 8 jam/hari dan upah yang diterima sebesar Rp.

1.000.000 yang dibayarkan satu bulan sekali. Rata-rata pendidikan terakhir

tenaga kerja pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

e. Proses produksi

Produksi adalah suatu proses transformasi untuk mengubah berbagai

banyak input atau sumber – sumber daya menjadi output berupa barang dan

jasa, sehingga manfaatnya meningkat. Usaha “ Tirto Mas Farm ” merupakan

usaha yang bergerak dibidang penyediaan ikan patin hidup, proses produksi ikan

patin dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Persiapan kolam

Kolam yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

yaitu kolam beton berukuran 3,5 x 12 m. Tahap pertama dalam persiapan

kolam yaitu membuka saluran pembuangan untuk mengeringkan kolam

dengan membuang semua sisa air dari siklus air sebelumnya, membersihan

kolam dari lumpur dan rumput dipinggir kolam. Langkah selanjutnya

kemudian menutup saluran pembuangan dan mengisi kolam dengan air

kolam dari kolam pembesaran ikan patin yang belum dipanen menggunakan

selang. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan plankton

sebagai pakan alami benih ikan patin. Kolam diisi air hingga ketinggian air

mencapai 100 cm.

2. Penebaran benih Ikan Patin

Setelah kolam sudah siap, benih ikan patin yang dikirim pedagang

pengumpul langsung dimasukkan ke dalam kolam pembesaran tanpa

dilakukan pendederan terlebih dahulu. Benih ikan patin yang tiba tidak

58

dilakukan penyesuaian terhadap lingkungan air baru. Kegiatan penebaran

benih dilakukan pada waktu pagi hari. Benih yang ditebarkan berukuran 4

cm dengan padat tebar 2.000 ekor/ kolam.

3. Pemeliharaan Ikan Patin

Pemeliharaan ikan patin dilakukan dalam kurun waktu 6-7 bulan satu kali

produksi. Pemeliharaan ikan patin meliputi pemberian pakan dan

pengecekan kualitas air kolam. Pemberian pakan ikan patin dimulai dari

benih tiba sampai panen. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan atau

pelet namun, benih ikan patin yang baru dimasukkan kedalam kolam tidak

diberikan pakan pelet terlebih dahulu agar benih ikan patin memakan

plankton yang tersedia dikolam selama satu minggu benih ikan baru

diberikan pakan pelet. Frekuensi pemberian pakan pelet 2 kali sehari yaitu

pagi sekitar pukul 08.00 dan sore hari sekitar pukul 16.00. Jenis pakan dan

jumlah pemberian pakan ikan patin berubah setiap bulannya karena harus

menyesuaikan dengan pertumbuhan ikan patin. Semakin besar ikan maka

pakan yang diberikan juga semakin banyak. Apabila nafsu makan ikan patin

menurun maka ikan perlu diberikan vitamin. Pengecekan kualitas air

dilakukan dengan mengganti air kolam serta mengontrol kondisi ikan. Setiap

hari air kolam dibuang sekitar 5 cm untuk membuang kotoran ikan yang

berada didasar kolam kemudian air diisi ulang sampai mencapai ketinggian

air semula. Pada budidaya ika patin, serangan hama dan penyakit tergolong

sedikit karena ikan patin memiliki daya tahan yang baik dengan kondisi

lingkungan.

4. Pemanenan Ikan Patin

Kegiatan terakhir yang dilakukan pada pembesaran ikan patin adalah

pemanenan. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

59

pemanenan dilakukan secara parsial atau tidak keseluruhan. Sebelum

dilakukan pemanenan, ikan patin dipuasakan atau tidak diberi makan selama

sehari untuk menghindari kematian. Panen ikan patin menggunakan jaring

dengan cara menggiring ikan patin dari bagian hilir ke bagian hulu. Kegiatan

pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja sebanyak 2 orang. Ikan Patin yang

sudah terjaring kemudian dipilih yang berukuran 300 gram – 1kg lalu

dimasukkan ke keranjang untuk ditimbang. Setelah ditimbang, ikan patin

dimasukkan ke wadah sementara yaitu drum. Waktu pemanenan dilakukan

pada waktu suhu rendah yaitu pada pagi hari. Hal tersebut dilakukan agar

ikan patin yang akan dipanen tidak mengalami stress. Pada saat panen perlu

menghindari terjadinya luka pada ikan patin karena dapat menurunkan nilai

jual ikan patin.

Proses produksi ikan patin mulai dari persiapan lahan sampai pemanenan

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagan proses produksi ikan patin

Persiapan Kolam Budidaya

Penebaran Benih Ikan

Patin

Pemeliharaan Ikan Patin

Pengecekan Kualitas Air

Kolam

Pemberian pakan

Pemanenan

60

f. Hasil Produksi (Output)

Siklus produksi pembesaran ikan patin selama setahun dilakukan

sebanyak dua kali. Hasil produksi ikan patin sekali produksi sebesar 36 ton

sedangkan, total produksi ikan patin selama setahun sebesar 72 Ton. Setiap

kolam menghasilkan ikan patin sebanyak 1,2 ton dengan jumlah kolam yang

difungsikan sebanyak 30 unit kolam. Ikan patin yang dijual memiliki ukuran

terkecil sebesar 300 gram dan paling besar ukuran 1 kg.

5.2 Aspek Manajemen

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, aspek manajemen

yang ada masih cukup berjalan dengan baik. Adapun aspek manajemen tersebut

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan adalah

sebagai berikut.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh pemilik usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm”yaitu pemilik usaha memberikan petunjuk perencanaan secara

garis besar sedangkan perencanaan detailnya diserahkan kepada kreativitas

tenaga kerja. Perencanaan dalam penyediaan bahan baku berupa benih ikan

patin ukuran 4 cm yang jumlahnya menyesuaikan kolam yang kosong dengan

perkiraan padat tebar 2.000 ekor/kolam. Perencanaan ketersediaan tenaga kerja

apabila ada tenaga kerja yang ingin keluar, maka tenaga kerja tersebut harus

membawa pengganti yang baru. Perencanaan ketersediaan pakan yaitu

melakukan order sebulan sebelum pakan yang ada di gudang habis. Apabila

terjadi keterlambatan dalam pengiriman pakan, maka pakan diganti dengan jenis

lain untuk sementara waktu sampai pakan tersedia. Perencanaan persiapan

kolam dengan merencanakan jumlah kolam yang akan difungsikan untuk

penebaran benih. Perencanaan pada usaha ini dapat dikatakan baik untuk aspek

61

teknis sedangkan, untuk aspek pemasaran dan finansiil perencanaan masih

belum ada sehingga pemilik usaha juga perlu melakukan perencanaan dari segi

pemasaran dan finansiil agar usaha dapat berjalan menjadi lebih baik.

b. Pengorganisasian

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, pengorganisasian

yang ada yaitu pemilik usaha sekaligus pemimpin memberikan tugas kepada

tenaga kerja. Pemilik usaha sebagai penanggungjawab dari pengadaan bahan

baku, sarana prasarana yang digunakan dan komunikasi dengan pedagang

pengumpul berkaitan pemasaran ikan patin. Tenaga kerja bekerja pada kegiatan

teknis usaha pembesaran ikan patin mulai dari persiapan kolam, penebaran

benih ikan patin, pemberian pakan, pengontrolan air, pembersihan kolam dan

pemanenan ikan patin. Struktur organisasi usaha ini adalah organisasi lini yaitu

pemilik usaha memberikan tugas kepada tenaga kerja tanpa melalui perantara.

Pada usaha ini tidak ada pelimpahan wewenang dan tenaga kerja hanya

mendapat perintah serta bertanggungjawab pada pemilik usaha. Pada usaha ini

belum ada pengelompokkan pekerjaan sesuai tugas, wewenang dan

tanggungjawab namun, pemilik usaha dan tenaga kerja saling berkoordinasi

untuk mencapai tujuan. Usaha pembesaran ikan patin dapat dikatakan belum

berjalan dengan baik. Struktur organisasi pada usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur organisasi pada usaha pembesaran ikan patin“Tirto Mas Farm”

PEMILIK USAHA“BAPAK AJI”

TENAGA KERJA“TUKIRAN”

TENAGA KERJA“BAGUS”

62

c. Penggerakan

Penggerakan dilakukan oleh pemilik usaha sendiri dengan mengarahkan

tugas dari tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai dengan tujuan. Penggerakan

tersebut meliputi instruksi dalam pemberian pakan, pengontrolan kualitas air dan

pemanenan. Pemilik usaha mampu mempengaruhi tenaga kerja sehingga

tenaga kerja mengerjakan tugas dengan baik. Tenaga kerja dapat bekerja tanpa

adanya paksaan karena pemilik usaha memiliki sikap positif terhadap tenaga

kerja dan tidak otoriter dalam mengarahkan tugas. Penggerakan yang dilakukan

oleh pemilik usaha pada usaha ini cukup baik karena selalu ada komunikasi

antara pemilik usaha dengan tenaga kerja untuk saling bekerjasama dalam

mencapai tujuan.

d. Pengawasan

Pengawasan dilakukan untuk menghindari kerugian dari usaha untuk

diperbaiki. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, pengawasan

dilakukan oleh Pak Tukiran yaitu salah satu tenaga kerja yang sudah dipercaya

oleh pemilik usaha. Pengawasan yang dilakukan hanya pada kegiatan teknis

meliputi pengawasan dalam penebaran benih, kondisi air maupun ikan, sarana

yang rusak, pemberian pakan dan pengawasan kolam agar tidak terjadi

pencurian. Apabila terjadi penyimpangan, maka Pak Tukiran harus mengetahui

kesalahan tersebut dan segera melaporkan penyimpangan yang terjadi kepada

pemilik usaha. Pengawasan pada usaha ini cukup baik dari aspek teknis

sedangkan pengawasan pada aspek pemasaran dan finansiil belum ada.

5.3 Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran yang pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” meliputi strategi pemasaran (segmentasi pasar, target pasar dan posisi

63

pasar), bauran pemasaran (product, price, place,promotion) dan saluran

pemasaran yang diuraikan sebagai berikut.

a. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran bertujuan untuk mengetahui investasi atau bisnis

yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik atau tidak oleh karena itu perlu

melakukan strategi bersaing yang tepat. Pada usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” strategi pemasaran meliputi segmentasi pasar, target pasar dan

posisi pasar.

Segmentasi pasar

Segmentasi pasar dapat diartikan sebagai pembagian pasar menjadi

beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk

yang berbeda pula. Segmentasi pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” tidak membagi konsumen menjadi beberapa kelompok karena produk ikan

patin hidup dijual kepada pedagang pengumpul dan tidak melayani penjualan

dalam bentuk eceran. Kegiatan pemasaran dilakukan sepenuhnya oleh

pedagang pengumpul yang berasal dari Ngawi. Pedagang pengumpul menjual

ikan patin tersebut ke pengecer yang ada di pasar tradisional Ngawi.

Target pasar

Target pasar adalah memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih

untuk dilayani. Target pasar dari produk ikan patin hidup adalah pasar

konsumen. Pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul ini membidik

pasar tradisional Ngawi sebagai target pasar. Pada usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” belum membidik pasar industri karena produk belum mampu

memenuhi standar ikan patin yang diinginkan oleh pasar industri, sehingga

hanya pasar tradisional yang dijadikan target pasar sasaran.

64

Posisi pasar

Posisi pasar merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon

pelanggan atau strategi komunikasi terhadap konsumen agar calon konsumen

memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk

tersebut. Posisi pasar yang dilakukan pada produk ini adalah pemilik usaha

memiliki pembeli tetap (pedagang pengumpul) dan selalu memasok ikan patin

pada pedagang pengumpul.

b. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran atau marketing mix terdiri dari produk, harga, tempat

dan promosi. Bauran pemasaran pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” dapat diuraikan sebagai berikut.

Produk

Ikan yang dihasilkan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

adalah ikan patin hidup. Keunggulan yang dimiliki pada usaha ini yaitu dapat

menyediakan ikan patin hidup berkualitas karena tidak menggunakan bahan

kimia dalam membudidayakan. Produk ikan patin ini belum memiliki deversifikasi

produk karena pengetahuan pemilik usaha yang masih minim dan belum ada

penyuluhan dari Dinas Pertanian Ponorogo terkait dengan olahan ikan berbahan

dasar ikan patin.

Harga

Harga yang ditawarkan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” ukuran 1-3 ekor/kg sebesar Rp. 15.500,-/kg. Penetapan harga tersebut

menyesuaikan dengan harga pasar. Harga ikan patin tidak terlalu sering

mengalami fluktuasi harga atau cenderung tetap, sehingga pemilik usaha jarang

mengalami kerugian.

65

Promosi

Promosi merupakan suatu upaya untuk memberitahukan atau

menawarkan produk dengan tujuan menarik calon konsumen agar membelinya.

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”, kegiatan promosi tidak

dilakukan karena hasil panen ikan patin langsung dipasarkan kepada pedagang

pengumpul saja. Promosi pada usaha ini tergolong pasif dan belum

mempromosikan ikan patin hidup.

Tempat

Usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” berlokasi di Jalan Mliwis,

Kelurahan Beduri, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Letak usaha ini

cukup strategis karena mudah dijangkau. Akses menuju lokasi usaha mudah

untuk dijangkau dengan transportasi, berada tidak jauh dengan perkotaan.

c. Saluran Pemasaran

Saluran distribusi yang dilakukan pada usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” yaitu saluran pemasaran melalui pedagang pengumpul yang

berasal dari Ngawi. Usaha ini tidak melayani penjualan secara eceran atau

langsung ke konsumen. Apabila ada konsumen yang datang ke kolam pada saat

panen kemudian konsumen ingin membeli ikan patin tersebut, maka pemilik

usaha memberikan ikan patin secara gratis. Pedagang pengumpul biasanya

sekali mengambil ikan patin sebanyak 4 kwintal. Proses pemasaran dilakukan

ketika ikan patin sudah siap panen, dua hari sebelum panen pemilik usaha

melakukan komunikasi dengan pedagang pengumpul.Transaksi jual beli

dilakukan setelah kegiatan pemanenan dengan sistem pembayaran langsung.

Saluran pemasaran dimulai dari pembudidaya ikan patin “Tirto Mas Farm” yang

dijual kepada pedagang pengumpul yang berasal dari Ngawi dengan harga Rp.

66

15.000/ kg. Kemudian pedagang pengumpul Ngawi tersebut menjual ke

pedagang pengecer di pasar Ngawi dengan harga Rp. 18.500/kg. Terakhir ikan

patin dijual ke konsumen akhir pasar Ngawi dengan harga Rp. 21.000/kg.

Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”

5.4 Aspek Finansiil

Aspek finansiil adalah aspek yang digunakan dalam menentukan

kelayakan suatu usaha. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

analisis yang digunakan adalah analisis finansiil jangka pendek dan analisis

finansiil jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi permodalan,

biaya produksi, penerimaan, R/C ratio, keuntungan, Rentabilitas dan BEP.

Analisis finansiil jangka panjang meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode,

dan sensitivitas. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang dapat

diuraikan sebagai berikut.

5.4.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek

Analisis jangka pendek digunakan untuk memperkirakan pembiayaan

selama satu tahun pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Analisis

jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut.

Pembudidaya

66

15.000/ kg. Kemudian pedagang pengumpul Ngawi tersebut menjual ke

pedagang pengecer di pasar Ngawi dengan harga Rp. 18.500/kg. Terakhir ikan

patin dijual ke konsumen akhir pasar Ngawi dengan harga Rp. 21.000/kg.

Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”

5.4 Aspek Finansiil

Aspek finansiil adalah aspek yang digunakan dalam menentukan

kelayakan suatu usaha. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

analisis yang digunakan adalah analisis finansiil jangka pendek dan analisis

finansiil jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi permodalan,

biaya produksi, penerimaan, R/C ratio, keuntungan, Rentabilitas dan BEP.

Analisis finansiil jangka panjang meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode,

dan sensitivitas. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang dapat

diuraikan sebagai berikut.

5.4.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek

Analisis jangka pendek digunakan untuk memperkirakan pembiayaan

selama satu tahun pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Analisis

jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut.

Pedagangpengumpul Pengecer

66

15.000/ kg. Kemudian pedagang pengumpul Ngawi tersebut menjual ke

pedagang pengecer di pasar Ngawi dengan harga Rp. 18.500/kg. Terakhir ikan

patin dijual ke konsumen akhir pasar Ngawi dengan harga Rp. 21.000/kg.

Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Saluran pemasaran ikan patin pada usaha pembesaran ikanpatin “Tirto Mas Farm”

5.4 Aspek Finansiil

Aspek finansiil adalah aspek yang digunakan dalam menentukan

kelayakan suatu usaha. Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

analisis yang digunakan adalah analisis finansiil jangka pendek dan analisis

finansiil jangka panjang. Analisis finansiil jangka pendek meliputi permodalan,

biaya produksi, penerimaan, R/C ratio, keuntungan, Rentabilitas dan BEP.

Analisis finansiil jangka panjang meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode,

dan sensitivitas. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang dapat

diuraikan sebagai berikut.

5.4.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek

Analisis jangka pendek digunakan untuk memperkirakan pembiayaan

selama satu tahun pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”. Analisis

jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut.

Konsumen

67

a. Permodalan

Menurut Agustina (2015), Modal merupakan barang atau uang yang

dipergunakan untuk menjalankan usaha agar tetap berlangsung. Ada tiga jenis

modal yang dikeluarkan yaitu modal investasi awal, modal kerja dan modal

operasional. Modal yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto

Mas Farm” adalah modal tetap dan modal kerja. Modal tetap meliputi lahan,

kolam, gudang, jaring, timbangan digital, sabit, keranjang, gerobak sorong, pipa

air, jerigen, seser, pompa air, bak plastik, selang kecil, selang besar, kabel listrik,

lampu, kalkulator dan gayung. Hasil analisis investasi atau modal tetap pada

usaha pembesaran ikan patin diperoleh nilai sebesar Rp. 613.135.000. Nilai

penyusutan investasi per tahun pada usaha ini sebesar Rp. 47.474.667.

Penyusutan diperoleh dari jumlah nilai suatu barang dibagi dengan umur teknis

barang tersebut. Perhitungan modal tetap dan penyusutan modal tetap serta re-

investasi dapat dilihat pada lampiran 5. Selain modal tetap dalam usaha juga

terdapat modal kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Modal kerja

pada usaha ini diperoleh nilai sebesar Rp. 739.264.667.

b. Biaya Total (Total Cost)

Menurut Mahyuddin (2008), biaya produksi merupakan semua

pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang

atau jasa. Biaya produksi tidak hanya berbentuk uang tetapi juga bias berupa

tenaga kerja, benih, sewa lahan dan semua asset yang dimanfaatkan untuk

produksi. Biaya yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya

yang tidak tergantung dengan banyak sedikitnya produk yang dihasilkan

sedangkan, biaya variabel merupakan biaya yang besarnya tergantung pada

input yang dihasilkan. Biaya tetap pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

68

Farm” meliputi biaya penyusutan, biaya perawatan kolam, pajak, dan upah

tenaga kerja. Besar biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan

patin “Tirto Mas Farm” dalam satu tahun sebesar Rp. 60.554.667. Biaya variabel

pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” meliputi pembelian benih,

pakan, vitamin, dan token listrik. Biaya variabel pada usaha pembesaran ikan

patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp. 678.710.000. Biaya total produksi pada

usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp 739.264.667.

Adapun rincian biaya total dapat dilihat pada Lampiran 4.

c. Penerimaan (Total Revenue)

Menurut Mahyuddin (2008), penerimaan adalah jumlah uang yang

diperoleh dari hasil penjualan. Siklus produksi ikan patin dalam setahun pada

usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebanyak dua kali produksi. Hasil

produksi ikan patin selama 1 siklus produksi pada usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” yaitu 36.000 kg sehingga, total produksi ikan patin sebesar

72.000 kg per tahun.

Penerimaan yang diperoleh dari penjualan ikan patin pada usaha

pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp. 1.116.000.000 dalam satu

tahun. Jumlah penjualan ikan patin sebanyak 72.000 Kg dengan harga sebesar

Rp. 15.500/kg ikan patin. Rincian total penerimaan dalam satu tahun pada usaha

pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dapat dilihat pada Lampiran 4.

d. Revenue Cost Ratio (R/C)

Revenue Cost Ratio digunakan untuk menghitung keuntungan relatif

usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai. Berdasarkan hasil

perhitungan R/C ratio pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

diperoleh nilai sebesar 1,51. Nilai tersebut menunjukkan nilai >1 yang berarti

bahwa usaha pembesaran ini menguntungkan dalam kurun waktu satu tahun.

69

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Riska (2015) bahwa perhitungan R/C

Ratio yang dihasilkan pada usaha budidaya ikan lele “Toni Makmur” adalah >1

yang artinya usaha ini menguntungkan dalam setahun dengan nilai sebesar 1,9.

Adapun rincian perhitungan R/C ratio dapat dilihat pada Lampiran 4

e. Keuntungan

Menurut Suharno (2007), keuntungan didefinisikan sebagai penerimaan

bersih atau besarnya penerimaan setelah dikurangi biaya. Keuntungan dapat

diperoleh apabila TC < TR sehingga, TR-TC memiliki hasil positif.

Keuntungan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto

Mas Farm” sebesar Rp. 376.735.333 dalam satu tahun. Hasil perhitungan

tersebut menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan patin dapat dikatakan

untung karena nilai penerimaan sebesar Rp. 1.116.000.000 lebih besar daripada

biaya total sebesar Rp. 739.264.667 sehingga TR-TC diperoleh nilai positif.

Adapun rincian perhitungan keuntungan dapat dilihat pada Lampiran 4.

f. Break Event Point (BEP)

BEP merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengetahui posisi

suatu usaha dalam keadaan tidak untung dan tidak merugi. Kondisi BEP yaitu

dimana titik impas yaitu TR=TC yang berarti produsen dalam kondisi pulang

pokok. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai BEP sales pada usaha pembesaran

ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar Rp. 154.540.483 dengan jumlah produksi

sebanyak 9.970 kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha akan mengalami

kerugian apabila jumlah produksi kurang dari 9.970 kg per tahun. Penerimaan

yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan patin “ Tirto Mas Farm” sebesar

Rp. 1.116.000.000 dengan jumlah produksi sebanyak 72.000 kg per tahun. Grafik

Break Event Point pada usaha ini dapat dilihat pada Gambar 7. Nilai penerimaan

pada usaha ini lebih besar dibandingkan nilai BEP sales dan jumlah produksi

70

lebih banyak dibandingkan BEP unit sehingga dapat dikatakan bahwa usaha

berada dalam keadaan menguntungkan.

Hal tersebut sesuai menurut hasil penelitian Rosalina (2014) bahwa

penjualan lele mengalami titik impas dengan produksi minimal 844 kg yang

berarti jika produksi dibawah 844 kg akan mengalami kerugian. Rincian

perhitungan dari BEP dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 7. Grafik Break Event Point

g. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan suatu usaha dengan modal yang bekerja

didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Hasil perhitungan Rentabilitas

pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” sebesar 50,96 %. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa usaha ini mampu menghasilkan laba sebesar

50,96 % dengan modal yang telah dikeluarkan. Setiap Rp. 1 modal yang ditanam

TRTR

Rp. 1.116.000.000

E VC

0

FC

9.970 kg 72.000 kg

TC

Rp. 154.540.483

71

menghasilkan laba sebesar Rp. 50, 96. Sehingga dapat dikatakan bahwa usaha

pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” menguntungkan. Adapun rincian

perhitungan nilai Rentabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.4.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang

Analisis jangka panjang digunakan untuk memperkirakan pembiayaan

pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kurun waktu sepuluh

tahun. Analisis jangka panjang dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih present value benefit dan present value dari

biaya. Perhitungan NPV pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

menggunakan discount rate sebesar 13 % pada kondisi normal nilai NPV yang

diperoleh sebesar Rp. 1.399.364.360. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” layak untuk

dijalankan dalam kurun waktu 10 tahun kedepan karena memiliki nilai positif. Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian Maulana (2008) bahwa usaha pembuatan

bandeng isi memperoleh nilai NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 13.646.116 yang

artinya bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan. Adapun

rincian perhitungan NPV dapat dilihat pada Lampiran 6.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah

present value yang positif dengan present value yang negatif. Perhitungan ini

digunakan untuk mengetahui rasio manfaat-biaya suatu proyek atau keuntungan

ekonomis. Nilai Net B/C ratio pada keadaan normal pada usaha pembesaran

ikan patin “Tirto Mas Farm” adalah sebesar 3,28. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa nilai Net B/C lebih besar dari satu sehingga, dapat dikatakan usaha ini

72

layak untuk dijalankan kurun waktu 10 tahun kedepan. Nilai Net B/C sama

dengan 3,28 artinya setiap Rp. 1 yang dikeluarkan selama umur proyek

menghasilkan Rp. 3,28 satuan manfaat bersih.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Maulana (2008) bahwa

kriteria lain yang dianalisis pada usaha bandeng isi adalah Net B/C yang memiliki

nilai Net B/C > 1 yaitu sebesar 1,29 yang menunjukkan usaha ini layak

dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan 1,29 artinya setiap Rp. 1 yang dikeluarkan

selama umur proyek menghasilkan Rp. 1,29 satuan manfaat bersih. Rincian

perhitungan nilai Net B/C dapat dilihat pada Lampiran 6.

c. Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam

keadaan normal sebesar 61%. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan tingkat

suku bunga yaitu sebesar 13% sehingga, usaha ini layak untuk dijalankan. Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati (2011) yaitu perhitungan

nilai IRR diperoleh sebesar 51% yang menunjukkan bahwa kemampuan untuk

mengembalikan modal yang digunakan lebih besar dari tingkat discount rate

yang digunakan yaitu sebesar 8% sehingga usaha pembenihan ikan patin ini

layak untuk dijalankan. Adapun rincian perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada

Lampiran 6.

d. Payback Periode (PP)

Nilai payback periode pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” pada kondisi normal sebesar 1,63 Tahun. Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa jangka waktu pengembalian modal yang digunakan

untuk investasi adalah 1 tahun 6 bulan. Hasil tersebut dapat dikatakan layak

karena periode pengembalian pinjaman uang ke bank pendek sehingga usaha

tersebut memiliki resiko dan likuiditas yang lebih baik.

73

Hal tersebut sesui dengan pernyataan menurut Saefuddin (2015) bahwa

Payback Periode digunakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk

pengembalian modal yang telah digunakan untuk investasi. Kriteria PP tidak

mempunyai batas yang jelas sehingga, semuanya tergantung pemilik modal yang

pada umumnya menyukai periode yang pendek. Untuk rincian perhitungan

payback periode dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.5 Tingkat Sensitivitas

Analisis sensitivitas menunjukkan bagian-bagian yang peka terhadap

perubahan dalam suatu variabel, sehingga para pengusaha melakukan

pengawasan pada usahanya. Menurut Rahmawati (2011), analisis sensitivitas

dilakukan dengan cara switching value atau coba-coba yang menyebabkan

usaha masih dapat memperoleh keuntungan normal yakni NPV sama dengan

nol, IRR sama dengan tingkat suku bunga deposito, Net B/C sama dengan satu

dan PP sama dengan sepuluh tahun. Usaha tidak layak untuk dijalankan apabila

nilai NPV <0, Net B/C <1 , IRR < Suku Bunga dan nilai PP yang semakin

panjang.

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kondisi

normal memenuhi kriteria investasi yang baik, tetapi jika terjadi perubahan

kenaikan atau penurunan benefit pada tingkatan tertentu usaha dapat dikatakan

tidak layak. Besar presentase kenaikan biaya atau penurunan benefit yang

diasumsikan menunjukkan tingkat kelayakan usaha. Apabila asumsi presentase

semakin besar, maka dapat diketahui seberapa layak usaha untuk dijalankan

pada presentase tertentu. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui titik

puncak kenaikan biaya atau penurunan benefit yang berdampak pada kelanjutan

usaha pembesaran ikan patin.

74

Kenaikan Biaya

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dilakukan analisis

sensitivitas dengan asumsi kenaikan biaya. Dasar pengambilan asumsi ini

mengingat adanya kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak menentu yang akan

berdampak pada biaya produksi, maka asumsi kenaikan biaya tersebut

diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya inflasi yang lebih tinggi. Asumsi

kenaikan biaya akan dapat menggambarkan hal yang terjadi pada usaha

terhadap kenaikan biaya tidak tetap, perawatan kolam, lahan dan pengadaan

investasi baru.

Asumsi biaya naik 34 %

Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR

sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan scenario dengan

kenaikan biaya sebesar 34 % diperoleh nilai nilai NPV sebesar Rp.

35.478.135; Net B/C sebesar 1,06; IRR sebesar 15 %; dan PP selama 4

tahun 8 bulan. Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 34 %

menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” masih

layak untuk dilanjutkan.

Asumsi biaya naik 35 %

Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR

sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan scenario dengan

kenaikan biaya sebesar 35% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. -4.636.166;

Net B/C sebesar 0,99; IRR sebesar 13 %; dan PP selama 5 tahun 2 bulan.

Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 35% menunjukkan

bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” tidak layak untuk

75

dilanjutkan. Hal tersebut dikarenakan terdapat nilai NPV yang kurang dari 0

dan nilai Net B/C kurang dari 1.

Penurunan Benefit

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dilakukan analisis

sensitivitas dengan asumsi penurunan benefit. Dasar pengambilan asumsi

penurunan benefit adalah apabila terjadi penurunan penerimaan karena adanya

kerusakan produk, mutu bahan baku, maka dapat menurunkan hasil penjualan.

Asumsi benefit turun 23 %

Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR

sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan skenario dengan

penurunan benefit sebesar 23% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 6.556.184;

Net B/C sebesar 1,01; IRR sebesar 13%; dan PP selama 5 tahun 1 bulan.

Hasil analisis sensitivitas pada penurunan benefit sebesar 23% menunjukkan

bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” masih layak untuk

dilanjutkan.

Asumsi benefit turun 24 %

Pada kondisi normal usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.399.364.360; Net B/C sebesar 3,28; IRR

sebesar 61 %; dan PP selama 1 tahun 6 bulan. Perubahan skenario dengan

penurunan benefit sebesar 24% diperoleh nilai NPV sebesarRp. -54.000.693;

Net B/C sebesar 0,91; IRR sebesar 11%; dan PP selama 5 tahun 6 bulan.

Hasil analisis sensitivitas pada penurunan benefit sebesar 24% menunjukkan

bahwa usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” tidak layak untuk

dilanjutkan. Hal tersebut dikarenakan terdapat nilai NPV yang kurang dari 0,

76

nilai Net B/C kurang dari 1 dan IRR dibawah tingkat suku bunga pinjaman

bank.

Kenaikan Biaya dan Penurunan Benefit

Pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” dilakukan analisis

sensitivitas dengan asumsi kenaikan biaya dan penurunan benefit. Hal tersebut

untuk mengantisipasi terjadinya tingkat inflasi dan penurunan benefit yang

bersamaan.

Biaya naik 13 % dan benefit turun 13 %

Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

dengan asumsi bahwa biaya naik sebesar 13 % yang bersamaan dengan

penurunan benefit sebesar 13 % sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp.

90. 639.047; Net B/C sebesar 1,15; IRR sebesar 17%; dan PP selama 4

tahun 5 bulan. Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 13%

dan penurunan benefit sebesar 13% menunjukkan bahwa usaha pembesaran

ikan patin “Tirto Mas Farm” masih layak untuk dilanjutkan.

Biaya naik 14 % dan benefit turun 14 %

Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

dengan asumsi bahwa biaya naik sebesar 14% yang bersamaan dengan

penurunan benefit sebesar 14% sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp. -

10.032.131; Net B/C sebesar 0,98; IRR sebesar 13%; dan PP selama 5

tahun 2 bulan. Hasil analisis sensitivitas pada kenaikan biaya sebesar 14%

dan penurunan benefit sebesar 14% menunjukkan bahwa usaha pembesaran

ikan patin “Tirto Mas Farm” tidak layak untuk dilanjutkan. Hal tersebut

dikarenakan terdapat nilai NPV yang kurang dari 0 dan nilai Net B/C kurang

dari 1.

77

Analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

menunjukkan bahwa usaha budidaya masih dapat memperoleh keuntungan

normal dan masih layak untuk dilaksanakan pada tingkat kenaikan biaya

maksimum sebesar 34%, tingkat penurunan benefit maksimum sebesar 23%

serta kenaikan biaya 13% dan penurunan benefit 13%. Analisis sensitivitas

menunjukkan bahwa usaha tidak layak lagi jika terjadi kenaikan biaya mulai 35%,

penurunan benefit sebesar 24% serta kenaikan biaya 14% dan penurunan

benefit 14%. Hasil analisis sensitivitas secara singkat pada usaha pembesaran

ikan patin “Tirto Mas Farm” dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembesaran ikan patin “TirtoMas Farm”.

No . KondisiAnalisis Ekonomi

NPV Net B/C IRR PP

1. Normal Rp. 1.116.000.000 3,28 61 % 1,63

2. Biaya naik 34 % Rp. 35.478.135 1,06 15 % 4,89

3. Biaya naik 35 % Rp. -4.636.166 0,99 13 % 5,20

4. Benefit turun 23 % Rp. 6.556.184 1,01 13 % 5,11

5. Benefit turun 24 %Rp. -54.000.693

0,91 11 % 5,63

6.Biaya naik 13%Benefit turun 13 %

Rp. 90.639.047 1,15 17 % 4,52

7.Biaya naik 14 %Benefit turun 14 %

Rp. -10.032.131 0,98 13 % 5,24

Sumber: Data diolah, 2017

5.5 Faktor yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan patin

Setiap usaha pasti memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya

usaha,baik faktor pendukung atau faktor penghambat yang dapat memperlancar

jalannya usaha. Berikut adalah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”.

a. Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang mendukung kelancaran usaha pembesaran ikan patin

“Tirto Mas Farm” adalah sebagai berikut.

78

1. Produksi tidak tergantung musim karena ikan patin memiliki sifat seperti

ikan lele yang dapat bertahan hidup pada musim hujan dan kemarau

sehingga usaha masih bisa berjalan.

2. Pesaing budidaya ikan patin masih sedikit karena sebagian besar

pembudidaya di Ponorogo membudidayakan ikan lele.

b. Faktor Penghambat

Faktor-faktor yang menghambat usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” sebagai berikut:

1. Usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” belum memiliki surat izin

usaha.

2. Belum ada pembagian tugas secara terstruktur dari tenaga kerja pada

usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

3. Belum ada penyuluhan dan pelatihan dari Dinas Pertanian bidang

Perikanan mengenai budidaya ikan patin.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada usaha pembesaran ikan

patin “Tirto Mas Farm” mengenai Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan

Patin “Tirto Mas Farm” di Kelurahan Beduri Kecamatan Ponorogo Kabupaten

Ponorogo, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Aspek teknis yang ada pada usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm”

ini meliputi lokasi usaha, sarana dan prasarana, faktor produksi, proses

produksi, hasil produksi. Aspek manajemen meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Aspek pemasaran meliputi

strategi pemasaran, bauran pemasaran dan saluran pemasaran.

2. Aspek finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada usaha pembesaran

ikan patin “Tirto Mas Farm” dalam kondisi normal layak dan menguntungkan

untuk dijalankan.

3. Usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas Farm” masih layak dijalankan

apabila tingkat kenaikan biaya maksimum sebesar 34%, tingkat penurunan

benefit maksimum sebesar 23% serta tingkat kenaikan biaya dan penurunan

benefit secara bersamaan sebesar 13% selebihnya usaha tidak layak untuk

dijalankan.

6.2 Saran

Saran yang diberikan untuk usaha pembesaran ikan patin “Tirto Mas

Farm” adalah sebagai berikut.

1. Untuk pemilik usaha, diupayakan membuat surat izin usaha untuk

memudahkan dalam penyuluhan dan pengenalan teknologi baru untuk

budidaya.

80

2. Untuk Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pertanian bidang

Perikanan dan Kelautan turut serta membantu pembudidaya dalam

mengembangkan usaha budidaya dengan mengadakan penyuluhan dan

pelatihan.

3. Untuk peneliti lain, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini mengenai

strategi pengembangan usaha pembesaran ikan patin.

DAFTAR PUSTAKA

Adida. 2014. Efisiensi Pemasaran Benih Ikan Gurami Ukuran ‘Nguku’ ditinjau dariKeragaan Pasar di Kelurahan Duren Seribu Depok Jawa Barat. JurnalManajemen Perikanan dan Kelautan. Vol 1.No.1.

Agustina, Tri Siwi. 2015. Kewirausahaan Teori dan Penerapan pada Wirausahadan UKM di Indonesia. Mitra Wacana Media: Jakarta.

Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen. Mitra Wacana Media: Jakarta.

Badan Pusat Statistik Ponorogo. 2016. Kecamatan Ponorogo dalam Angka 2016.Ponorogo.

Bidayani, Endang. 2007. Analisa Usaha Budidaya Ikan Patin dan Lele DumboHasil Subtitusi Pelet dengan Usus Ayam di Kolong Bekas PenambanganTimah. AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan Vol.1(1): 21-27.

Dahuri, R. 2000. Prospek Bisnis Perikanan dan Kelautan Indonesia. Agrimedia :6 (1): 26-29.

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Timur. 2015. Laporan TahunanStatistik Perikanan Budidaya di Jawa Timur Tahun 2015. DirektoratJendral Perikanan Budidaya Kementrian Perikanan Republik Indonesia.

Direktorat Jendral Pengembangan Ekspor Negeri. 2013. Warta Ekspor Ikan PatinHasil Alam Bernilai Ekonomi dan Berpotensi Ekspor Tinggi. KementrianPerdagangan Republik Indonesia.

Dwirosyadha, Ganang Arytra. 2008. Analisis Finansial Penggunaan LampuPetromak sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan Ikan Patin NusaHias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, KabupatenBogor Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.

Effendi, Irzal dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Google image. 2017. Ikan Patin. www. Google. Com. Diakses pada tanggal 2

Februari 2017 pukul 12.45 WIB.

Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur,P.F.L. Maspaitella, dan R.C.G. Varley.

2007. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Harianto. 2003. Kajian Kelayakan Usaha Ekspor Ikan Kerapu Dengan PenerapanAlat Pengangkutan Darat Dan Teknik Kemasan Pengiriman Udara. JurnalSains dan Teknologi Indonesia, Vol. 5, No. 5, hal: 180-183.

Hasnibar, Sesni., Hamdi Hamid dan Lamun Bathara. 2014. Strategi PemasaranProduk Olahan Ikan Patin (Pangasius sutci) di Desa Koto MesjidKecamatan xiii Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. UniversitasRiau: Riau.

Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UnitPenerbit dan Percetakan AMP YKPN.

82

Ibrahim, Yacob M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). PT Rineka Cipta,Jakarta.

Ismail, Indradi, Dian Wijayanto, Taufik Yulianto dan Suroto. 2013. AnalisisKelayakan Usaha Perikanan Laut Kabupaten Kendal. Jurnal SaintekPerikanan Vol.8(2): 52-56.

Kadariah, 2001. Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Lembaga Penerbitan

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Kadariah., Lien Karlina dan Clive Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek EdisiRevisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media Group :Jakarta.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012.Analisis Usaha Pembesaran Ikan

Patin. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya: Jakarta

Kottler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta : Prenhallindo.

Kurniawan, R.P., Eni Istiyanti dan Uswatun Hasanah. 2013. Analisis Usahatani

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Di Lahan Tegalan Desa

Ketawangrejo Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Surya Agritama

Vol.II No.1 Maret 2013. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah

Purworejo. Purworejo.

Mahyuddin, Idiannor., Emmy Sri Mahreda., Rina Mustika.,dan Irma Febrianty.2014. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas Harga Input Pada UsahaBudidaya Ikan Lele dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru ProvinsiKalimantan Selatan. EnviroScienteae 10: 9-17.

Mahyuddin, Kholish. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya:Jakarta.

Mantra,Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Martha, Ronny. 2006. Analisis Kelayakan Industri Fillet Ikan Patin Beku(Pangasius hypophthalmus) di Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: FakultasTeknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Maulana, Mochammad Evan Setya. 2008. Analisis Kelayakan Usaha PembuatanBandeng Isi Pada BANISI di kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung,Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Nawawi, H. Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah MadaUniversity Press: Yogyakarta.

Pernandes, Judhi Eka., Lamun Bathara., dan Viktor Amrifo. 2016. The ProspectsOf Shark Catfish (Pangasius hypothalmus) Farming Development InKelurahan Palas, Rumbai Subdistricts, Pekanbaru City, Riau Province.Faculty of Fishieries and Marine Scinces. University of Riau

83

Prahasta, A. dan M. Hasanawi. 2009. Agribisnis Ikan Patin. Pustaka Grafika:Bandung.

Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi DariTeori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). UB Press. UniversitasBrawijaya. Malang. https://www. google. co.id/webhp?sourceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=UTF8#q=FEASIBILITY+STUDY+USAHA+PERIKANAN+primyastanto. Diakses tanggal 1Februari 2017.

Rahmawati, Rini. 2011. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin PadaAlma Fish Farm di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. FakultasEkonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Riska, Fiya Fajriya. 2015. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele(Clarias sp.) Pada Usaha Perseorangan Toni Makmur di KawasanAgropolitan Desa Kauman Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang, JawaTimur. Skripsi. FPIK UB: Malang.

Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada UniversityPress : Yogyakarta.

Rohmawati, Oom. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan HiasAir Tawar Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara,Kota Bogor. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. InstitutPertanian Bogor.

Rosalina, Dwi. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di KolamTerpal di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah. Maspari Journal6(1): 20-24.

Saefuddin, E. Mubarok. 2015. Ekonomi Manajerial Dan Strategis Bisnis. InMedia: Jakarta.

Sarwono,Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. UB-Press : Malang.

Soekartawi. 2001. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Soekartawi. 2013. Agribisnis dan Aplikasinya. Rajawali Press: Jakarta.

Soekartiwi. 2003. Manajemen Pemasaran. Salemba Empat : Jakarta.

Sugiyono .2014. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suharno. 2007. Ekonomi Manajerial. Andi Yogyakarta : Yogyakarta.

Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Andi : Yogyakarta.

Supit, R. Maria. 2015. Evaluasi Kelayakan Usaha Pengolahan Daging Buah Pala

(Studi Kasus Usaha Pengolahan Daging Buah Pala di Desa Karegesan

Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara). Fakultas Pertanian.

Universitas Sam Ratulangi : Manado.

Susanto, H. dan Amri, K. 1999. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya, Jakarta.

84

Taufik, M. Ani Muani, dan Radian. 2013. Analisis Kelayakan Investasi UsahaPembenihan Ikan di Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Kabupaten Kubu Raya.Jurnal Social Economic of Agriculture. Vol.2(2): 60-67.

Umar, H. 2000. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metoda dan Kasus. PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta

Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis (Teknik Menganalisis KelayakanRencana Bisnis secara Komprehensif). PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Usman,Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2014. Metode PenelitianSosial.Jakarta : Bumi Aksara.

Wild World Found Indonesia. 2015. Better Management Practices (BMP) IkanPatin Siam Sistem Kolam, Keramba Jaring Tancap dan Keramba JaringApung. WWF-Indonesia : Jakarta.