ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH...

86
ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH...

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH

TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN,

JAWA BARAT

ADI ANKAFIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri
Page 3: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan

Usaha Industri Rumah Tangga Bawang Goreng Di Kabupaten Kuningan, Jawa

Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Adi Ankafia

NIM H34087001

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

ABSTRAK

ADI ANKAFIA. Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumah Tangga

Bawang Goreng Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dibimbing oleh

BURHANUDDIN.

Produk pertanian utama dari Kabupaten Kuningan adalah bawang merah.

Komoditas ini menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai salah satu sentra

produksi bawang merah di Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian

Kabupaten Kuningan, pada tahun 2005 produksi bawang merah di Kabupaten

Kuningan berada pada urutan pertama dengan tingkat produksi sebesar 244 456,2

ton. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik usaha

bawang goreng di Kabupaten Kuningan, (2) mengetahui kelayakan usaha bawang

goreng di Kabupaten Kuningan, (3) mengetahui sensitivitas usaha bawang goreng

di Kabupaten Kuningan terhadap perubahan-perubahan yang mempengaruhi

usaha tersebut. Jumlah usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan ada 16 unit

yang dapat dikelompokkan ke dalam enam tipe. Tipe A, B, C, D, E, dan F.

Analisis finansial menunjukkan bahwa usaha bawang goreng yang layak

diusahakan adalah usaha bawang goreng Tipe D dan F. Kedua tipe tersebut

memiliki nilai NPV masing-masing sebesar 75 250 000 dan 77 260 000 IRR

sebesar 33.00 persen dan 32.00 persen, Net B/C Ratio sebesar 1.60 dan 1.60, dan

Payback Period selama 3.30 bulan dan 3.50 bulan. Hasil analisis sensitivitas

menunjukkan bahwa usaha Tipe D dan F tetap menunjukkan nilai kriteria

investasi si atas batas kelayakan bila terjadi perubahan harga bawang merah dan

harga produk sebesar 50.00 persen.

Kata kunci : Bawang Goreng, Industri Rumah Tangga

ABSTRACT

ADIANKAFIA.Feasibility Analysis of Onion Fried Home Industry in Kuningan

district, West Java. Supervised by BURHANUDDIN

The main agricultural products of the Kuningan districtare red onion. This

commodities makes Kuningan district as a center of onion production in

Indonesia. Based on data from the Department of Agriculture Kuningan district,

in 2005 the production of onion in Kuningan district ranks first with a production

rate of 244 456.2 tons. This study aims to (1) identify the characteristics of fried

onions in Kuningan district, (2) determine the feasibility of onions fried in

Kuningan district, (3) determinethe sensitivity of fried onions businesses in

Kuningan district to changes affecting the business. The amount of business fried

onions in Kuningan district there are 16 units that can be grouped into six types.

Type A, B, C, D, E, and F.

Financial analysis shows that the business is viable fried onions are fried

onions effort type D and F. Both of types have their NPV value of 75 250 000 and

77 260 000, IRR of 33.00 percent and 32.00 percent, Net B/C ratio of 1.60 and

1.60, and the payback period for 3.30 months and 3.50 months. The sensitivity

analysis showed that Type D and F efforts continue to demonstrate the value of

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

the investment criteria for eligibility in the event of changes in prices of onion and

product prices for 50.00 percent.

Keywords: Fried Onions, Home Industry

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA

BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN,

JAWA BARAT

ADI ANKAFIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri
Page 8: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumah Tangga Bawang Goreng

Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Nama : Adi Ankafia

NIM : H34087001

Disetujui oleh

Ir. Burhanuddin, MM

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2011 sampai dengan

Juni 2011 ini ialah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan

Usaha Industri Rumah Tangga Bawang Goreng Di Kabupaten Kuningan, Jawa

Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Burhanuddin, MM selaku

pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta

seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Adi Ankafia

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Studi Kelayakan Bisnis 3

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 16

Asumsi Dasar Penelitian 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 22

Aspek Non Finansial 28

Aspek Finansial 33

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 42

RIWAYAT HIDUP 72

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

DAFTAR TABEL

1 Rasio produksi bawang merah di Kabupaten Kuningan

tahun 2005 – 2007 1

2 Informasi demografi Kabupaten Kuningan tahun 2005

sampai dengan 2007 23

3 Jenis mata pencaharian penduduk Kabupaten Kuningan

tahun 1997-2000 24

4 Karakteristik usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan 26

5 Perkembangan dan proyeksi bawang merah tahun 2009-2012 28

6 Perhitungan NPV usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan 34

7 Perhitungan IRR usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan 34

8 Perhitungan Net B/C Ratio usaha bawang goreng

di Kabupaten Kuningan 35

9 Perhitungan Payback Period usaha bawang goreng

di Kabupaten Kuningan 36

10 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe A

di Kabupaten Kuningan 37

11 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe B

di Kabupaten Kuningan 37

12 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe C

di Kabupaten Kuningan 38

13 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe D

di Kabupaten Kuningan 38

14 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe E

di Kabupaten Kuningan 39

15 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe F

di Kabupaten Kuningan 39

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Operasional 15

2 Jalur Pemasaran Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan 28

3 Bagan Alir Proses Produksi Bawang Goreng 31

DAFTAR LAMPIRAN

1 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe A

di Kabupaten Kuningan 42

2 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe B

di Kabupaten Kuningan 46

3 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe C

di Kabupaten Kuningan 50

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

4 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe D

di Kabupaten Kuningan 54

5 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe E

di Kabupaten Kuningan 58

6 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe F

di Kabupaten Kuningan 62

7 Nama pengrajin usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan 66

8 Harga bawang goreng di Kabupaten Kuningan tahun 2007-2011 66

9 Karakteristik mutu pengolahan bawang merah 67

10 Ringkasan umur ekonomis, jumlah, dan nilai peralatan

investasi usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan 67

11 Produksi bawang merah di beberapa sentra produksi

di pulau Jawa 2009 68

12 Kuisioner Penelitian 69

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Kuningan merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya

mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Sampai akhir

tahun 2012 tercatat sebanyak 70.60 persen penduduk usia kerja di Kabupaten

Kuningan hidup sebagai petani, sehingga sebagian besar wilayah Kabupaten

Kuningan merupakan daerah pertanian (BPS 2012).

Sektor pertanian di Kabupaten Kuningan memberi kontribusi yang cukup

signifikan dalam pembangunan perekonomian daerah. Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, pada tahun 2012 Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan mencapai Rp 2.672 trilyun, sekitar

54.56 persen atau Rp 1.458 trilyun diberikan dari sektor pertanian.

Produk pertanian utama dari Kabupaten Kuningan adalah bawang merah.

Komoditas ini menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai salah satu sentra

produksi bawang merah di Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian

Kabupaten Kuningan, pada tahun 2010 produksi bawang merah di Kabupaten

Kuningan berada pada urutan pertama dengan tingkat produksi sebesar 244 456.2

ton.

Selama periode tahun 2010–2012, rasio produksi bawang merah di

Kabupaten Kuningan rata-rata sebesar 33.33 % dari total produksi bawang merah

nasional.

Tabel 1 Rasio produksi bawang merah Kabupaten Kuningan tahun 2010–2012

Tahun Produksi Kabupaten Kuningan

(Ton)

Produksi Nasional

(Ton)

Rasio Produksi

(%)

2010 244 456.2 938 293 36.98

2011 149 057.4 772 818 30.24

2012 169 309.0 774 562 32.78

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, 2012

Tabel 1 menunjukkan bahwa rasio produksi bawang merah di Kabupaten

Kuningan terhadap total produksi bawang merah nasional pada tahun 2010 adalah

sebesar 36.98 persen. Pada tahun 2011 rasio produksi turun menjadi 30.24 persen

seiring dengan turunnya harga bawang merah dari Rp 9000 per kg menjadi

Rp 925 per kg pada bulan Januari 2011. Sedangkan pada tahun 2012, rasio

produksi naik kembali menjadi 32,78 persen.

Bawang merah hingga kini masih menjadi andalan Kabupaten Kuningan

dalam pembangunan perekonomian daerah. Oleh karena itu peranan industri

pengolahan bawang merah di daerah ini menjadi strategis. Hal ini karena industri

pengolahan bawang merah diharapkan mampu menciptakan nilai tambah dan

lapangan kerja, memperbaiki pembagian pendapatan, serta meningkatkan

penerimaan devisa. Namun keberadaan industri bawang goreng di Kabupaten

Kuningan pada tahun 2010 baru mencapai 11 unit usaha dengan kapasitas

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

2

produksi dan kebutuhan bahan baku masing-masing sebesar 15 ton dan 45 ton per

tahun.

Perumusan Masalah

Harga bawang merah cenderung bersifat fluktuatif, terutama di sentra-sentra

produksi seperti Kabupaten Kuningan. Pada musim hujan dan musim serangan

hama penyakit, harga bawang merah cenderung naik karena jumlahnya yang

terbatas. Sedangkan pada saat musim panen harga bawang merah cenderung

menurun karena ketersediaan yang berlimpah.

Bawang merah merupakan komoditas holtikultura yang mempunyai sifat

mudah rusak (perishable) dan setelah panen dapat mengalami perubahan yang

cenderung merugikan akibat kegiatan pasca panen yang kurang baik. Oleh karena

itu diperlukan penanganan bawang merah melalui pengolahan lebih lanjut menjadi

produk yang lebih bernilai secara ekonomi dan berdaya saing. Dalam hal ini

diolah mejadi bawang goreng.

Kabupaten Kuningan menjadi tempat yang potensial untuk pengusahaan

bawang goreng. Ketersediaan bawang merah sebagai bahan baku utama sangat

terjamin sepanjang tahun.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang kan diteliti adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik usaha bawang goreng di Kabupaten

Kuningan?

2. Bagaimanakah kelayakan usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan?

3. Bagaimanakah sensitivitas usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

terhadap perubahan-perubahan yang mempengaruhi usaha tersebut?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,

maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik usaha bawang goreng di Kabupaten

Kuningan.

2. Mengetahui kelayakan usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan.

3. Mengetahui sensitivitas usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

terhadap perubahan-perubahan yang mempengaruhi usaha tersebut.

Manfaat Penelitian

Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan :

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis sendiri

dan menjadi bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang terkait

dengan studi kelayakan usaha bawang goreng. 2. Bagi pengrajin bawang goreng di Kabupaten Kuningan

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

3

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi sebagai

referensi untuk manajemen usaha dalam memutuskan pengusahaan yang

tepat sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal.

3. Bagi Pembaca dan Masyarakat Lainnya

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan wawasan

yang bermanfaat yang terkait dengan studi kelayakan usaha bawang

goreng.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aspek finasial dan non finansial. Adapun

aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa

kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP).

Disamping itu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa

besar kepekaan produk terhadap perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan

dengan produksi.

Analisis non finansial yang dibahas adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek

lingkungan. Adanya keterbatasan informasi dan daya ingat para petani maupun

pengrajin bawang goreng terhadap jumlah input, jumlah output, dan harga

memungkinkan akan berpengaruh terhadap perhitungan analisis kelayakan usaha

atau hasil pengolahan data yang akan diperoleh penulis. Lingkup penelitian ini

dilaksanakan di Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah

suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi

kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau

suatu bisnis layak untuk dijalankan. Selain itu studi kelayakan bisnis ini juga

secara tidak langsung akan mempunyai keterkaitan dengan kepentingan

masyarakat dan pemerintah (Nurmalina, et al 2009).

Penelitian tentang studi kelayakan bisnis dilakukan dengan menganalisis

aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial secara menyeluruh meliputi

aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek sosial-budaya, dan aspek

lingkungan. Selain itu digunakan analisis sensitivitas untuk mengukur kepekaan

kondisi kelayakan investasi bisnis tersebut terhadap perubahan harga input dan

output. Seperti yang dilakukan oleh Fauzi (1993) dalam penelitiannya mengenai

Analisis Kelayakan Industri Tepung Bawang Merah di Kabupaten Brebes, Jawa

Tengah. Tujuan dilakukan penelitian tersebut adalah untuk meningkatkan nilai tambah bagi para petani dalam usaha penganekaragaman pengolahan bawang

merah menjadi tepung bawang merah. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

4

kebutuhan dana investasi pendirian industri tepung bawang merah adalah Rp 450

698 100. Dana yang berasal dari dana sendiri sebesar Rp 157 744 400 atau 35.00

persen dari total modal dan dari kredit bank sebesar Rp 292 953 700. Dana

tersebut digunakan untuk modal tetap pabrik sebesar Rp 138 382 500 dan modal

kerja sebesar Rp 312 315 600. Kredit modal kerja diperoleh dari bank pada tahun

pertama dan dikembalikan mulai tahun kedua dalam jangka waktu 3 tahun.

Berdasarkan kriteria kelayakan bisnis, industri tepung bawang merah memiliki

NPV sebesar Rp 204 304 630, IRR sebesar 46.44 persen, B/C sebesar 2.38 dan

payback period selama 1.98 tahun. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap

perubahan kenaikan biaya eksploitasi dana penurunan harga jual produk masing-

masing 5.00 persen, hasilnya masih memberikan nilai-nilai kriteria investasi di

atas batas kelayakan.

Hasil penelitian yang masih relevan bisa dilihat pada Aditya Widi Nugraha

(2002) dalam Evaluasi Kelayakan Usaha Bawang Goreng di Kabupaten Brebes,

Jawa Tengah. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kontribusi,

perkembangan, karakteristik, dan penyebaran industri kecil bawang goreng di

Kabupaten Brebes. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa selama periode

1996-2001, kontribusi industri bawang goreng terhadap struktur nilai agroindustri

sebesar 19.50 persen dan industri kecil sebesar 7.20 persen. Dalam kurun waktu

tersebut, perkembangan industri bawang goreng mulai dari jumlah unit usaha,

tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi industri bawang goreng rata-rata

meningkat secara berurutan 41.82 persen, 37.70 persen, 35.75 persen, dan 43.49

persen. Berdasarkan analisis usaha yang dilakukan selama satu tahun, usaha

tersebut menghasilkan NPV sebesar Rp 30 250 550, IRR sebesar 324.50 persen,

B/C Ratio sebasar 1.20 dan Payback Period selama 3 tahun. Analisa sensitivitas

dilakukan terhadap perubahan kenaikan biaya produksi dana penurunan harga jual

produk masing-masing 5.00 persen, hasilnya usaha tersebut masih layak untuk

dijalankan.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh Rosiah (2005) yang melakukan

penelitian berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan mas di

Desa Sumurgintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang. Dari hasil

analisisnya didapat bahwa usaha pembenihan Ikan Mas di Desa Sumurgintung,

Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, secara finansial menguntungkan dan

layak untuk dikembangkan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hasil

analisis per kuartal tahun 2005 memperlihatkan keuntungan sebesar Rp 8 757 399,

B/C ratio sebesar 1.14 dan payback period 4.50 tahun. Berdasarkan perhitungan

kriteria investasi dengan tingkat suku bunga 8.00 persen per kuartal diperoleh

NPV sebesar Rp 13 205 659.22, Net B/C sebesar 1.13 dan IRR sebesar 9.45

persen. Skenario adanya pinjaman dari lembaga keuangan, menurunkan nilai

kriteria investasi walaupun masih layak untuk dikembangkan. Pada skenario

dengan pinjaman menunjukan nilai NPV Rp 2 284 388.04, Net B/C sebesar 1.03

dan IRR sebesar 8.27 persen. Selain itu apabila dilihat dari sensitivitasnya

terhadap kenaikan harga pupuk (TSP sebesar 11,11 persen, PK sebesar 4.76

persen, Kaptan sebesar 3.7 persen) menunjukan nilai NPV sebesar Rp 11 230

498.59, Net B/C sebesar 1.11 dan IRR sebesar 9.30 persen. Pada skenario dengan

pinjaman apabila terjadi kenaikan harga TSP sebesar 11.11 persen, PK sebesar

4.76 persen, Kaptan sebesar 3.7 persen, menyebabkan nilai kriteria investasi

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

5

menjadi NPV sebesar Rp 309 227.00, Net B/C sebesar 1.00 dan IRR sebesar 8.04

persen.

Hasil penelitian Atemalem (2001), yang berjudul Analisis Kelayakan

Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius sutchi) di Tapos Agro Lestari,

Ciawi, Bogor menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis usaha yang dilakukan

selama satu tahun, usaha ini memperolah keuntungan sebesar Rp 110 604 616.70.

hasil perhitungan analisis pembenihan ikan ini menguntungkan dilihat dari hasil

perhitungan B/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1.56. Analisis titik impas

(BEP) dari usaha pembenihan ini menghasilkan nilai sebesar 742 522 ekor atau

senilai Rp 82 637 703.83. Sedangkan dari hasil analisis kelayakan investasi

diperoleh NPV sebesar Rp 81 629 230.06, Net B/C sebesar 2.58, dan IRR sebesar

66.77 persen. Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada kondisi kenaikan harga

pakan benih 16.00 persen diperoleh NPV sebesar Rp 8 203 815.31, Net B/C

sebesar 1.11 dan IRR sebesar 27.32 persen. Penurunan harga jual benih ikan patin

ukuran 1 inch (2.56 cm) sebesar 5.00 persen diperoleh NPV sebesar Rp 21 884

659.59, Net B/C 1.33, dan IRR sebesar 36.64 persen, menunjukan bahwa usaha

tersebut layak diteruskan untuk jangka panjang.

Iriani (2006) dalam Analisis Kelayakan Finansial Pembenihan dan

Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari, Desa

Tanjungsari, Kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Purwakarta menjelaskan

bahwa usaha pendederan dan pembenihan ikan nila layak dijalankan dengan

keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 83 009 000, dengan B/C rasio sebesar

3.21, payback period sebesar 0.21 tahun dan BEP sebesar Rp 22 462 437.69.

Berdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap usaha pembenihan dan

pendederan ikan nila ini diperoleh NPV sebesar Rp 225 116 401.83, Net B/C

lebih dari satu dan IRR sebesar 7.07 persen, sehingga usaha tersebut layak untuk

dijalankan. Hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap kenaikan harga

pakan sebesar 800.92 persen diperoleh nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama

dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini

menunjukan usaha ini masih layak untuk dijalankan sampai batas kenaikan harga

pakan 800.92 persen.

Berdasarkan hasil penelitian Rohaeni (2006), yang berjudul Kelayakan

Investasi Pengembangan Usaha Pembesaran Lele Dumbo di Agro Niaga Insani,

Kabupaten Bogor diperoleh hasil perhitungan analisis usaha sebesar Rp 58 451

900, B/C rasio sebesar 1.39 dan payback period sebesar 2.98. Sedangkan

perhitungan analisis kelayakan usaha menghasilkan NPV sebesar Rp 118 976

123.41, Net B/C sebesar 1.89 dan IRR sebesar 34.80 persen. Analisis sensitivitas

dilakukan sampai pada persentase perubahan harga yang menyebabkan usaha

tidak layak adalah pada kenaikan harga pakan sebesar 25.50 persen dan

penurunan harga jual sebesar 9.80 persen. Hasil analisis menunjukan bahwa usaha

ini menguntungkan, serta layak untuk dilakukan dan dikembangkan.

Widiyanthi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan

Finansial Penambahan Mesin Vacuum Frying Pada Usaha Pengolahan Kacang

(Kasus di PD. Barokah Cikijing, Majalengka, Jawa Barat), untuk analisis aspek

non finansialnya hanya aspek pasar dan aspek teknis saja yang dilakukan dan

dapat disimpulkan bahwa secara teknis penambahan mesin vacuum frying layak

karena dalam pengolahan kacang akan memudahkan proses pengerjaannya dan

mendapatkan kualitas kacang lebih baik dibandingkan dengan kualitas kacang

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

6

yang diproduksi tanpa alat tersebut. Dilihat dari aspek pemasaran dapat memenuhi

permintaan kacang dengan cepat. Secara finansial penambahan mesin vacuum

frying pada usaha pengolahan layak untuk diusahakan. Hasil perhitungan analisis

kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada tingkat diskonto 12.00 persen

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1 405 678 570, Net B/C sebesar 1.98, IRR

sebesar 32.22 persen dan Payback Period selama tiga tahun 10 bulan. Hasil

analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini sensitif terhadap perubahan

harga jual produk. Berbeda dengan perubahan kenaikan harga bahan baku tidak

terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Kenaikan maksimal harga adalah

sampai 114.06 persen dan 266.36 persen. Usaha cukup stabil meski dengan

kenaikan harga yang ekstrem sekalipun.

Siregar (2012) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan

Pengembagan Bisnis Domba (Studi Kasus: Peternakan Domba Tawakal Desa

Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor) menganalisis aspek

finansial dan aspek non finansial secara menyeluruh. Hasil dari analisis aspek non

finansial pengembangan bisnis layak untuk dijalankan kecuali pada aspek hukum

karena belum mendapatkan izin dari pemerintah desa saja. Secara finansial usaha

peningkatan kapasitas produksi Peternakan Domba Tawakal layak untuk

dilaksanakan. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil perhitungan kriteria kelayakan

yang dianalisis yaitu NPV yang didapat sebesar Rp 1 754 996 948.00, Net B/C

Ratio sebesar 1.85, IRR sebesar 20.12 persen dan Payback Period selama 6.18

tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas, batasan terhadap penurunan harga jual

domba jantan yaitu sebesar 20.92 persen dan peningkatan pakan hijuan sebesar

134.36 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penurunan harga domba jantan

lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan daripada pakan hijauan.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang

dilakukan terletak pada kriteria analisis kelayakan bisnis, yaitu menggunakan

analisis data seperti NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback Period, dan analisis

sensitivitas. Kriteria-kriteria tersebut diperlukan pada penelitian ini karena bisnis

yang menjadi obyek studi kasus terdapat investasi masing-masing. Perbedaan

dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi studi kasus yang berbeda dan

menghasilkan asumsi-asumsi dasar yang berbeda juga dalam menganalisis

kelayakan bisnis. Penelitian yang penulis lakukan yaitu di sentra industri bawang

merah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Modal awal yang ditanamkan dalam

pengusahaan bawang merah adalah modal sendiri. Data diolah dengan

menggunakan Software Microsoft Excel dan interpretasi data secara deskriptif

untuk melihat apakah investasi bisnis ini nantinya akan layak untuk dilaksanakan.

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

7

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Teori Investasi

Investasi merupakan keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-

sumber untuk mendapat kemanfaatan (benefit) atau suatu kegiatan dengan

mengeluarkan sumber-sumber untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan

datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit.

Kegiatan suatu usaha selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan

mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point)

baik biaya maupun hasilnya yang dapat diukur (Kadariah, 1988).

Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2009), kegiatan pertanian

adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau

manfaat setelah beberapa periode waktu. Sementara itu Gray et al. (1992) dalam

Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan

yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan

mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit.

Pengolahan Bawang Goreng

Agroindustri menurut Soekartawi (2000) adalah pengolahan hasil pertanian

dan merupakan bagian dari subsistem agribisnis yaitu subsistem penyediaan

sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan

pembinaan. Sedangkan menurut Soeharjo (2000) agroindustri mempunyai definisi

sebagai salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung

dengan pertanian, yakni keterkaitan antara subsistem primer dengan subsistem

lainnya dalam sistem agribisnis, baik keterkaitan ke depan (forward linkage)

maupun ke belakang (backward linkage). Keterkaitan ke depan (forward linkage)

berlangsung karena produk pertanian bersifat musiman, mudah rusak, dan

memerlukan ruang penyimpanan yang besar. Sedangkan keterkaitan ke belakang

(backward linkage) berlangsung karena produksi pertanian memerlukan sarana

produksi yang langsung dipakai. Industri yang menghasilkan sarana produksi

seperti pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian disebut industri hulu. Sedanglan

industri yang melakukan kegiatan pengolahan produk pertanian disebut

agroindustri hilir.

Bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) adalah sejenis

tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Orang

Jawa mengenalnya sebagai brambang. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan

adalah umbi, meskipun beberapa tradisi kuliner juga menggunakan daun serta

tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap masakan. Tanaman ini diduga berasal

dari daerah Asia Tengah dan Asia Tenggara (Tindal, 1986).

Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain

itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga

mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah

dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin.

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

8

Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat,

amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida. Bawang merah

akan mempunyai pertumbuhan terbaik jika lama penyinaran matahari lebih dari

12 jam pada ketinggian 30 dpl dengan suhu rata-rata 30 derajat celcius

(Wibowo, 1999).

Menurut Shintania (1999) Bawang goreng adalah bawang merah yang diiris

tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan

Indonesia berupa soto dan sup menggunakan bawang goreng sebagai penyedap

sewaktu dihidangkan. Adapun teknik agar bawang goreng lebih renyah dan tahan

lama. Sebelum digoreng, rendam irisan bawang merah dalam air garam,

banyaknya garam bisa diatur, bisa juga direndam dengan air kapur sirih jika ingin

hasil yang tawar. Ada bawang yang memang khusus dipergunakan untuk

membuat bawang goreng menjadi renyah, biasanya dinamakan varietas bawang

Sumenep. Belakangan diketahui ada varietas yang endemik di Palu, Sulawesi

Tengah.

Dilihat dari prospek pasarnya, bawang goreng mempunyai kontribusi

terhadap struktur nilai agroindustri di Kabupaten Kuningan rata-rata 9.09 persen

dan terhadap industri kecil sebesar 21.12 persen. Tenaga kerja pada industri

bawang goreng di Kabupaten Kuningan rata-rata menghasilkan Rp 49 045 800 per

tahun dan nilai investasi yang ditanam untuk seorang tenaga kerja rata-rata

Rp 1 191 560 (Hapidin, 1997).

Kriteria Kelayakan Bisnis

Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis terbagi ke

dalam dua kelompok yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial.

Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen-

hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, aspek lingkungan (Nurmalina et al. 2009).

Banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan bisnis sangat

tergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis.

1. Aspek Pasar

Aspek pasar dan pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-

kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun kepada pembeli potensial

(Hakim, 2005). Menurut Kadariah (1999), aspek komersial menganalisa

penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan usaha, baik pada waktu

membangun usaha, maupun pada waktu usaha sudah berproduksi, dan

menganalisa pasaran output yang dihasilkan dari kegiatan usaha.

Menurut Gittinger (1986), analisis aspek komersial terdiri dari rencana

pemasaran output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang

dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan usaha. Dari sisi output, analisis

pasar untuk hasil usaha adalah sangat penting dalam menyakinkan bahwa

terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari

sudut pandang input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

9

2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah usaha tersebut

selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal

penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina,et al, 2009).

Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis akan menguji hubungan-

hubungan teknis yang mungkin dalam suatu usaha yang diusulkan, misalnya

keadaan tanah di daerah usaha dan potensinya bagi pembangunan usaha,

ketersediaan air baik secara alami (hujan dan penyebaran hujan) serta pengadaan

(kemungkinan-kemungkinan untuk membangun irigasi), varietas bawang merah

yang cocok. Atas dasar pertimbangan–pertimbangan ini analisis secara teknis

akan dapat menentukan hasil-hasil yang potensial. Analisis secara teknis juga

berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa

barang dan jasa. Kerangka kerja usaha harus dibuat secara jelas agar analisis

secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek-aspek lain dari analisis usaha

akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa

pembangunan usaha dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa

pembangunan usaha hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana usaha, bagaimana

jadwal penyelesaian usaha tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-

masing aspek kelayakan usaha. Sedangkan manajemen dalam operasi mempelajari

bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur

organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah

tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan

tenaga inti (Nurmalina,et al, 2009).

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan

digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan

mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan

sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping

hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan usaha diperlukan dalam hal

mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan

kerjasama dengan pihak lain.

4. Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Aspek sosial, budaya, dan ekonomi akan menilai seberapa besar usaha

mempunyai dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat keseluruhan. Pada

aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau

pengurangan pengangguran. Selain itu aspek ini mempelajari pemerataan

kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh usaha tersebut terhadap lingkungan

sekitar lokasi usaha. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial

yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi usaha.

Sedangkan dari aspek ekonomi suatu usaha yang dinilai dan dipelajari

adalah apakah suatu usaha yang akan dijalankan dapat memberikan peluang

peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan

dari pajak, dan dapat menambah aktifitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

10

ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara

ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al. 2009).

5. Aspek Lingkungan

Merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan bagaimana suatu usaha

berpengaruh terhadap lingkungan. Apakah dengan adanya kegiatan usaha

lingkungan dapat menjadi lebih baik atau bahkan bertambah buruk. Dalam

merancang atau menganalisis kegiatan investasi harus mempertimbangkan pula

dampak terhadap lingkungan.

Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis

suatu usaha justru akan menunjang kelangsungan suatu usaha itu sendiri. Tidak

akan ada usaha yang dapat bertahan lama apabila tidak memperhatikan kondisi

lingkungan sekitar (Hufschmidt et al. 1987 dalam Nurmalina et al. 2009).

6. Aspek Finansial

Menurut Kadariah (1988), analisis aspek finansial suatu usaha dilihat dari

sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam usaha atau yang

berkepentingan langsung dalam usaha. Dalam analisis ini yang diperhatikan

adalah hasil untuk modal yang ditanam dalam suatu usaha. Analisis finansial ini

penting dalam memperhitungkan rangsangan bagi mereka yang turut serta dalam

mensukseskan pelaksanaan usaha. Sebab tidak ada gunanya melaksanakan usaha

yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan, jika

mereka yang menjalankan kegiatan produksi tidak bertambah baik keadaanya.

Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis usaha menerangkan

pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang diusulkan terhadap peserta

yang tergabung di dalamnya. Dalam usaha-usaha pertanian para peserta terdiri

dari petani, perusahaan swasta, koperasi dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan

utama dari analisis finansial adalah menentukan insentif bagi orang-orang yang

terlibat dalam pelaksanaan usaha (Gittinger, 1986)

Analisis usaha pertanian adalah untuk membandingkan biaya-biaya dengan

manfaatnya dan menentukan usaha yang mempunyai keuntungan yang layak.

Dalam analisis usaha diperlukan kriteria investasi yang merupakan metode yang

digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Adapun beberapa

kriteria sebagai tolak ukur kelayakan investasi diantaranya :

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara manfaat dan biaya atau

yang disebut dengan arus kas. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh

manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan (Nurmalina et al.

2009). Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net

Present Value (NPV) yaitu :

a. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, bisnis yang dijalankan tidak

menguntungkan atau tidak merugikan.

b. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, bisnis yang dijalankan

menguntungkan atau memberikan manfaat dan layak untuk dijalankan.

c. NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) artinya, bisnis tersebut tidak layak untuk

dijalankan atau merugikan.

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

11

2. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah rasio antara manfaat

bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif, atau

disebut juga manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap

setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu kegiatan investasi atau

bisnis dapat dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan

tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al. 2009). Terdapat

tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net Benefit – Cost Ratio

(Net B/C Ratio) yaitu :

a. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, bisnis tersebut tidak

menguntungkan atau tidak merugikan.

b. Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut

menguntungkan atau layak untuk dijalankan.

c. Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut tidak

menguntungkan atau tidak layak dijalankan.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan tingkat suku bunga yang menjadikan

manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut

merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh usaha untuk

sumberdaya yang digunakan. Menurut Nurmalina et al. (2009), penilaian suatu

bisnis dapat dikatakan layak dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis

terhadap investasi yang ditanamkan, ditujukan dengan mengukur besarnya

Internal Rate of Return. Sedangkan Gittinger (1986) mendefinisikan Internal Rate

of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan interval tahunan bagi perusahaan

yang melakukan kegiatan investasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase.

Umumnya untuk penghitungan tingkat IRR digunakan metode interpolasi diantara

tingkat discount rate yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan

tingkat discount rate yang lebih tinggi (menghasilkan NPV negatif).

4. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan

untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh

pengeluaran investasi. Menurut Nurmalina et al. (2009) Payback Period

merupakan suatu analisis yang berfungsi untuk mengukur seberapa cepat

investasi yang ditanam pada suatu bisnis dapat kembali. Bisnis yang Payback

Period-nya cepat pengembaliannya memiliki kemungkinan untuk dijalankan.

Kelemahan dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode Payback Period

maksimum yang diisyaratkan untuk digunakan sebagai angka pembanding, selain

itu diabaikannya konsep nilai waktu uang (time value of money) dan cashflow

setelah Payback Period.

Analisis Sensitivitas

Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan

hasil analisis usaha jika terjadi perubahan dalam input yang digunakan ataupun

dalam output yang dihasilkan. Dalam analisis kepekaan setiap kemungkinan harus

dicoba, yang berarti bahwa setiap kombinasi harus diadakan analisis kembali. Hal

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

12

ini diperlukan karena analisis usaha didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang

mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi dimasa yang akan

datang. Pada sektor-sektor pertanian, usaha biasanya dapat berubah-ubah yang

disebabkan karena fluktuasi harga-harga input dan output maupun perubahan pada

volume produksi (Gittinger, 1986). Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat

pengaruh penurunan harga dan kenaikan biaya yang terjadi terhadap kelayakan

suatu usaha, yaitu layak ataupun menjadi tidak layak untuk dijalankan.

Gittinger (1986) mengatakan bahwa untuk menghitung nilai pengganti

maka terlebih dahulu harus menentukan berapa banyak elemen yang kurang baik

dalam suatu usaha yang akan diganti agar dapat memenuhi tingkat minimum yang

masih dapat diterima. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi tingkat

minimum tersebut. Analisis dengan nilai pengganti mengacu kepada berapa besar

perubahan yang terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol.

Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan switching value

adalah pada analisis sensitivitas perubahan sudah diketahui secara empirik dan

dapat dilihat bagaimana dampaknya terhadap hasil analisis kelayakan. Sedangkan

pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari, berapa besar

perubahan yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak untuk

dijalankan.

Umur Bisnis

Menurut Nurmalina, et al (2009), ada beberapa pedoman untuk

menentukan panjangnya umur bisnis berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan

bisnis, antara lain :

1) Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode)

yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada

suatu bisnis, yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat

meminimumkan biaya tahunan dari pemakaiannya.

2) Untuk usaha besar bergerak (diberbagai bidang) lebih mudah menggunakan

umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang

dari umur ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan

teknologi (Absolence) dengan adanya penemuan teknologi baru.

3) Untuk usaha yang umurnya lebih lama dari 25 tahun, biasanya umur usaha

ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai setelah itu jika di discount rate

dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present value-nya

akan kecil sekali, karena nilai discount factor nya kecil mendekati nol.

Konsep Time Value of Money (Nilai Waktu Uang)

Menurut Nurmalina et al. (2009) Unsur nilai waktu memegang peranan

penting dalam mengukur kemampuan bisnis dalam menghasilkan berbagai

manfaat. Biaya dan manfaat dalam studi kelayakan bisnis bukan hanya jumlahnya

yang berbeda tetapi juga waktu yang dibayarkan dan diterima yang berbeda

selama umur bisnis. Biaya-biaya bisnis banyak dikeluarkan pada awal waktu

bisnis, sedangkan manfaat baru akan diterima kemudian. Pengaruh waktu

menyebabkan perbedaan nilai uang karena secara ekonomi disebabkan oleh

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

13

adanya inflasi, kesempatan konsumsi yang berbeda, dan produktivitas yang

dihasilkan pada waktu yang berbeda.

Teori Biaya dan Manfaat

Menurut Nurmalina et al (2009), secara umum biaya didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis, dan manfaat adalah segala sesuatu

yang membantu suatu tujuan. Manfaat terdiri dari tiga macam yaitu, manfaat yang

dapat diukur (tangible benefit), manfaat yang dirasakan di luar usaha itu sendiri

(indirect or secondary benefit), dan manfaat yang secara nyata ada tapi sulit

diukur (intangible benefit). Periode waktu analisis yang direncanakan seringkali

ditetapkan dalam satuan waktu yang panjang, sehingga mengakibatkan arus biaya

maupun manfaat tidak terjadi pada waktu yang sama, melainkan sepanjang umur

usaha. Berdasarkan kenyataan tersebut komponen-komponen biaya dan manfaat

diidentifikasi berdasarkan kapan komponen-komponen tersebut muncul, sehingga

diukur berdasarkan arus riil dari dana dan biaya usaha.

Biaya dan manfaat yang digunakan dalam melakukan analisis usaha,

biasanya adalah yang bersifat tangible (dapat dinilai dengan uang), sedangkan

biaya dan manfaat yang bersifat intangible (tidak dapat dinilai dengan uang)

seperti halnya sebagai masukan tambahan yang digunakan sebagai pertimbangan

subyektif untuk pengambilan keputusan. Pada analisis kelayakan usaha secara

finansial, biaya dan manfaat yang digunakan adalah yang berpengaruh langsung

terhadap usaha yang bersangkutan (biaya investasi, biaya operasional dan lain-

lain), sedangkan yang termasuk manfaat antara lain nilai produksi total,

penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa dan nilai sisa. Komponen-komponen

biaya pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya

tak terduga (contingency allowance), dan sunk cost.

Kerangka Pemikiran Operasional

Industri bawang goreng adalah suatu usaha yang dilakukan oleh rumah

tangga tertentu dalam mengolah bawang merah sebagai bahan baku utama

menjadi bawang goreng sebagai produk untuk dipasarkan sehingga memperoleh

nilai tambah secara materi. Adanya permintaan pasar yang dihadapi industri

bawang goreng dan belum dapat dipenuhi seluruhnya menjadi penghambat dalam

menjalankan usahanya selama ini.

Analisis aspek non finansial menggunakan kriteria kelayakan yang

digunakan adalah aspek pasar yang ditunjukan dengan adanya permintaan pasar

bawang goreng yang dihasilkan. Kriteria kelayakan pada aspek teknis ditunjukan

dengan adanya peningkatan produksi yang ditunjukan dengan peningkatan

produksi dan nilai penjualan. Aspek manajemen dan hukum ditunjukan dengan

pengelolaan dan pengendalian manajemen yang baik dan benar sesuai dengan

kebutuhan usaha, serta bagaimana status badan hukum perusahaan tersebut. Aspek

sosial, budaya, dan ekonomi ditunjukan dengan bagaimana respon masyarakat

sekitar dengan adanya kegiatan usaha dan apakah masyarakat ikut menikmati

keuntungan atau kerugian dari kegiatan usaha. Dari aspek lingkungan ditunjukan

apakah dengan adanya usaha lingkungan dapat menjadi lebih baik atau bahkan

bertambah buruk.

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

14

Penilaian mengenai aspek finansial dilakukan dengan menggunakan NPV,

IRR, Net B/C, dan Payback Period dengan kriteria penilaian yang digunakan

adalah jika NPV>0, maka investasi dikatakan layak atau bermanfaat karena dapat

menghasilkan manfaat lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi

modal. Jika nilai NPV<0, maka investasi tidak layak untuk dilakukan karena

pengusahaan tidak dapat menghasilkan manfaat senilai biaya yang digunakan.

Menurut Umar (2005), NPV merupakan selisih antara Present Value dari investasi

dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan

datang. Untuk menentukan nilai sekarang itu diperlukan tingkat suku bunga yang

relevan.

Nilai Net B/C ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada

setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Investasi dikatakan layak untuk

dilakukan apabila nilai Net B/C ratio menunjukan angka lebih dari satu,

sebaliknya apabila Net B/C ratio menunjukan angka kurang dari satu maka

investasi tidak layak dilakukan. Untuk mengetahui periode pengembalian modal

dapat menggunakan payback period. Analisis sensitivitas digunakan dalam

penelitian ini untuk menguji kepekaan suatu perubahan keadaan terhadap

kelayakan investasi.

Hasil analisis akan menunjukan pengusahaan layak atau tidak layak untuk

dilaksanakan. Dari hasil analisis kelayakan investasi yang diperoleh selanjutnya

akan disampaikan dan direkomendasikan kepada pengusaha. Hasil analisis

kelayakan investasi industri bawang goreng juga diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan tentang

pengusahaan bawang goreng yang layak untuk dilaksanakan. Apabila dari hasil

evaluasi kelayakan investasi menunjukan bahwa pengusahaan bawang goreng

layak untuk dilaksanakan, maka sebaiknya usaha ini dilaksanakan dengan melihat

dan memilih skenario mana yang lebih menguntungkan guna dapat memenuhi

permintaan pasar dan sebaliknya, apabila dari hasil evaluasi kelayakan yang

dilakukan menunjukan bahwa pengusahaan bawang goreng tidak layak untuk

dilaksanakan, maka sebaiknya perusahaan mencari alternatif lain untuk mangatasi

permasalahan yang ada. Adapun gambar kerangka pemikiran operasional ini

dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

15

Gambar 1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Non Finansial Terdiri dari:

1. Analisis Aspek Pasar

2. Analisis Aspek Teknis

3. Analisis Aspek Hukum

dan Manajemen

4. Analisis Aspek Sosial

Aspek Finansial

Analisis Sensitivitas

1. Perubahan harga bawang

merah sebagai bahan baku

utama sebesar 50 %

2. Perubahan harga bawang

goreng sebesar 50 %

Kriteria Kelayakan Investasi:

1. NPV

2. IRR

3. Net B/C

4. Payback Period

Rekomendasi Layak Tidak Layak

Permasalahan yang dihadapi:

1. Harga bawang merah yang fluktuatif

2. Bawang merah merupakan komoditas holtikultura yang bersifat mudah

rusak (perishable)

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

16

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penelitian

dilakukan dengan mengambil sampel dari industri bawang goreng di beberapa

desa yang menjadi sentra industri bawang goreng. Diantaranya desa Ciawigebang,

Cidahu, Cigugur, Cilimus, Garawangi, Kramat Mulya, Kuningan, Luragung.

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April 2011 sampai dengan

Juni 2011.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi

dengan pelaku industri bawang goreng, wawancara dilakukan guna memperoleh

informasi mengenai teknis pengusahaan bawang goreng dan selanjutnya informasi

dan data yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam perhitungan. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian

Kabupaten Kuningan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan,

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan. Informasi tambahan untuk

mendukung penelitian ini digunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dalam penelitian ini meliputi

analisis aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,

budaya, dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif yang

dilakukan meliputi analisis kelayakan finansial. Perhitungan yang dilakukan

menggunakan kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Net Benefit CostRatio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP), serta

analisis sensitivitas.

Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer

yaitu Software Microsoft Excel. Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam

bentuk tabulasi dengan cara memasukan data primer ke dalam bentuk yang mudah

dibaca dan dipahami. Data kualitatif disajikan dalam bentuk uraian deskriptif serta

dalam bentuk tabel, bagan atau gambar.

Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilakukan dengan melihat potensi pasar bawang

goreng dan dikatakan layak apabila pangsa pasar usaha bawang goreng memadai

untuk pemasaran produk, pasar input tersedia dalam jumlah mencukupi, dan produk yang dijual memiliki daya saing atau keunggulan dibandingkan dengan

produk serupa yang dihasilkan oleh pesaing. Selain itu analisis aspek pasar

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

17

dilakukan juga dengan menggunakan bauran pemasaran, yaitu seperangkat alat

pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya

dalam pasar sasarannya (Kotler et al, 1997).

Adapun alat-alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur,

yaitu :

1) Produk, merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi dalam

rangka memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan yang mencakup kualitas,

rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk.

2) Harga, adalah jumlah nilai yang dikeluarkan konsumen dengan manfaat dari

memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga adalah satu-

satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,

sedangkan unsur lainnya menghasilkan biaya.

3) Distribusi, meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

menjadikan produk tersedia dan mudah didapat oleh konsumen sasaran

melalui pengidentifikasian saluran pemasaran yang efisien. Saluran pemasaran

adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam

proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap digunakan.

4) Promosi, meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan memperkenalkan produknya kepada pasar sasaran.

Analisis Aspek Teknis

Analisis teknis dikaji secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran

mengenai lokasi pengusahaan bawang goreng, besarnya skala usaha atau jumlah

produksi yang dihasilkan, proses kegiatan produksi yang dilakukan serta peralatan

produksi yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan bawang goreng di

Kabupaten Kuningan. Dalam aspek teknis ini dinilai lokasi usaha, tata letak atau

layout tempat produksi, kegiatan produksi, serta teknologi yang akan digunakan.

Penilaian kelayakan aspek teknis dapat dikatakan layak apabila hal-hal tersebut

dapat memberikan kemudahan dalam distribusi dan pemeliharaan.

Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis ini akan menguji

hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu usaha yang diusulkan,

seperti keadaan tanah di daerah usaha dan potensinya bagi pengembangan usaha,

ketersediaan air baik secara alamiah maupun pengadaan (kemungkinan untuk

membangun irigasi), serta varietas yang cocok. Atas dasar pertimbangan-

pertimbangan inilah analisis secara teknis akan dapat menentukan hasil-hasil yang

potensial.

Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen dan hukum dikaji secara deskriptif untuk melihat

sumberdaya manusia dalam menjalankan jenis-jenis pekerjaan dan status badan

hukum dari industri bawang goreng, serta untuk melihat sumberdaya lain seperti

struktur organisasi serta sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan.

Kegiatan usaha dikatakan layak apabila perusahaan menggunakan sistem

manajemen dan mempunyai status secara hukum sesuai dengan kebutuhan

perusahaan sehingga dapat membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek manajemen dikatakan layak apabila

alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

18

kebutuhan serta implementasi pekerjaan yang dapat mendukung pencapaian

tujuan dan target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat diperlukan

dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin

kerjasama dengan pihak lain.

Analisis Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Analisis aspek sosial, budaya, dan ekonomi dilakukan secara deskriptif

dengan menilai seberapa besar usaha mempunyai dampak sosial, budaya, dan

ekonomi terhadap masyarakat keseluruhan. Usaha ini dikatakan layak apabila

perusahaan mampu menciptakan dampak positif bagi perekonomian secara

keseluruhan.

Aspek sosial, budaya, dan ekonomi ini perlu dikaji untuk melihat

bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan industri bawang

goreng, terhadap kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat sekitar.

Menurut Nurmalina et al. (2009) suatu bisnis dapat diterima oleh masyarakat

sekitar apabila secara sosial, budaya, dan ekonomi memberikan kesejahteraan.

Analisis Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan yang dilakukan secara deskriptif ini menilai

suatu dampak atau pengaruh yang ditimbulkan terhadap lingkungan berkenaan

dengan bagaimana suatu kegiatan usaha dijalankan. Menurut Nurmalina et al.

(2009) aspek ini mempelajari bagimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan,

apakah dengan adanya pengusahaan bawang goreng yang dilakukan perusahaan

membuat lingkungan menjadi lebih baik atau bahkan bertambah buruk. Aspek ini

menunjang keberlangsungan suatu bisnis. Kegiatan ini dikatakan layak jika

perusahaan dapat mengantisipasi dengan meminimalkan kerusakan lingkungan

yang dapat terjadi sebagai akibat dari kegiatan usahanya.

Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi

untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang

digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net

Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP).

Pelaksanaan analisis finansial dari suatu usaha dapat menggunakan metode

atau kriteria penilaian investasi. Kriteria kelayakan investasi digunakan untuk

mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu kegiatan

usaha. Melalui metode-metode ini dapat diketahui apakah suatu kegiatan usaha

layak untuk dilaksanakan atau tidak. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat

dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai alternatif usaha dari suatu

investasi.

1. Net Present Value (NPV)

NPV atau nilai kini manfaat bersih merupakan manfaat bersih yang

diterima selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha

dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya

yang dikeluarkan, atau dengan kata lain jika NPV lebih besar dari nol, berarti

manfaat yang diperolah lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Rumus

yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

19

n

NPV = ∑ Bt-Ct ............................................................................. (1)

t=1

(1+i)t

Dimana :

Bt = Manfaat pada tahun ke t

Ct = Biaya pada tahun ke t

t = Tahun kegiatan usaha (t= 1,2,3,.........., 10)

i = Tingkat Discount Rate(DR) (%)

n = Umur ekonomis usaha

Kriteria Penilaian :

a. Jika NPV >0, maka kegiatan investasi layak untuk dilaksanakan karena

manfaat lebih besar dari pada biaya.

b. Jika NPV < 0, maka kegiatan investasi tidak layak untuk dilaksanakan.

c. Jika NPV = 0, maka kegiatan investasi tidak untung dan tidak rugi.

2. Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif

dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih

yang menguntungkan suatu kegiatan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu

satuan kerugian dari usaha tersebut.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan

dibandingkan dengan pengeluaran selama umur kegiatan usaha. Suatu kegiatan

investasi dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu. Adapun rumus Net

B/C adalah sebagai berikut :

n Bt-Ct

∑ (1 + i)t

t =1 (Bt – Ct) >0 ......................................... (2)

Net B/C = n Bt-Ct (Bt – Ct)<0

∑ (1 + i)t

t =1

Dimana :

Bt = Manfaat pada tahun ke t

Ct = Biaya pada tahun ke t

i = Tingkat DR (%)

t = Tahun kegiatan usaha (t= 1,2,3,.........., 10)

n = Umur ekonomis usaha

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

20

Kriteria Penilaiaan :

a. Investasi dinilai layak dan dinyatakan menguntungkan jika, Net B/C>1.

b. Investasi dinilai tidak layak dan dinyatakan tidak menguntungkan jika, Net

B/C<1.

c. Investasi ini dinilai tidak untung dan tidak rugi jika, Net B/C = 0.

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan

nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase

(%). IRR menunjukan rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan perusahaan

selama umur usaha. Investasi dapat dikatakan layak apabila mempunyai nilai IRR

lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (OCC).

Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar

oleh suatu kegiatan usaha untuk sumberdaya yang digunakan. Adapun rumus

yang digunakan dalam menghitung IRR adalah :

NPV1

IRR = i1 + (i2- i1)........................................................... (3)

NPV1 – NPV2

Dimana :

i1 = DR yang menghasilkan NPV positif

i 2 = DR yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV 2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria Penilaian :

a. Usaha layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang ditetapkan

oleh bank.

b. Usaha tidak layak jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang

ditetapkan oleh bank.

4. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan metode yang mencoba mengukur seberapa

cepat investasi pada suatu kegiatan usaha dapat kembali. Perhitungan dilakukan

dengan cara mengkumulatifkan nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow.

Semakin kecil angka yang dihasilkan berarti semakin cepat tingkat pengembalian

dari suatu investasi, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk

dilaksanakan dan dikembangkan. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung PP adalah sebagai berikut :

Payback Period= I ................................................... (4)

AB

Dimana :

I = Biaya investasi yang diperlukan

AB = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

21

Kriteria penilaian :

Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih cepat

dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow, semakin cepat

pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk dijalankan.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuannya adalah untuk melihat

kembali hasil analisis suatu kegiatan usaha. Variabel-variabel yang digunakan

untuk analisis ini adalah perubahan volume produksi dan kenaikan biaya produksi.

Variabel-variabel tersebut berpengaruh besar terhadap pendapatan atau

keuntungan karena keduanya merupakan output dan input utama dalam kegiatan

produksi bawang goreng.

Asumsi Dasar Penelitian

1) Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian

berlangsung pada bulan April 2011 sampai dengan Juni 2011.

2) Sumber modal seluruhnya adalah modal sendiri.

3) Umur proyek adalah satu tahun didasarkan pada umur dua peralatan utama

yaitu penggorengan dan kompor.

4) Produksi bawang goreng adalah konstan setiap tahunnya.

5) Proses produksi yang dilakukan pengrajin bawang goreng adalah sama.

6) Pengrajin bawang goreng adalah pemilik usaha bawang goreng.

7) Usaha bawang goreng skala kecil rumah tangga adalah usaha bawang goreng

yang memiliki tenaga kerja paling banyak empat orang termasuk pengrajin.

8) Harga produk adalah harga yang disepakati pengrajin bawang goreng dan

pedagang pengumpul atau pengecer untuk bawang goreng yang dihasilkan.

Harga produk adalah harga rata-rata pada tingkat pengrajin.

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis dan Pembagian Administratif

Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur

Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada

titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur.

Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat

berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan

dengan Kabupaten Majalengka.Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa

Barat.

Dilihat dari posisi geografisnya, Kabupaten Kuningan terletak di bagian

timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota

Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah

yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara

administratif berbatasan dengan

1 Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon

2 Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)

3 Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap

(Jawa Tengah)

4 Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka

Kabupaten Kuningan mempunyai luas 1 178.58 km2 dengan ketinggian rata-

rata 0 meter sampai dengan 700 meter di atas permukaan laut. Luas daerah terdiri

dari 63 376 Ha lahan sawah, 18 469 Ha bangunan, 17 757 Ha tegalan, 7 984 Ha

tambak, 4 400 Ha hutan rakyat, 49 050 Ha hutan Negara, 774 Ha perkebunan

swasta, dan 4 307 Ha untuk fasilitas lain-lain seperti jalan dan lapangan. Curah

hujan rata-rata bulanan menurut Balai Klimatologi di Kabupaten Kuningan

sebesar 18.94 mm.

Demografi

Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda

sebanyak 1 122 376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar

0.48% pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70.76 tahun. Penduduk laki-

laki sebanyak 580 796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564 801 orang

dengan sex ratio sebesar 99.30 persen artinya jumlah penduduk perempuan lebih

banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25.00 persen

penduduk Kuningan bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung,

Yogyakarta dan sebagainya. Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa

Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam. Angka

beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007

kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai angka

0,50 persen. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandingan antara

penduduk yang belum atau tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berarti

pada tahun 2012 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

23

menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum atau tidak produktif. Untuk lebih

lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi demografi kami sajikan

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2 Informasi demografi Kabupaten Kuningan tahun 2010-2012

Informasi Demografi 2010 2011 2012

Jumlah Penduduk

Total 1 069 448 1 089 620 1 102 354

Laki-Laki 534 415 542 645 549 118

Perempuan 535 033 546 975 553 236

Laju Pertumbuhan Penduduk 2.80 % 1.89 % 1.17 %

Sex Ratio 99.80 % 99.20 % 99.30 %

Komposisi Umur

0 - 14 287 288 280

15 - 54 714 727 735

55+ 68 75 87

Angka Beban Tanggungan 0,50 % 0,49 % 0,50 %

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2012

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan tahun 2012,

persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai

98.03 persen sedangkan hasil Suseda 2012 menunjukan adanya perbaikan menjadi

98.27 persen. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tahun 2010, rata-rata lama

sekolah penduduk Kabupaten Kuningan sekitar 8.33 tahun meningkat menjadi

8.68 tahun di tahun 2012.

Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang

berpendidikan SD ke bawah sebesar 72.66 persen, tamat SMP sebesar 13.73

persen, tamat SMU/SMK sebesar 10.88 persen, dan sebanyak 2.72 persen yang

tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1 000 orang

penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan

pendidikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi) (BPS 2012). Adapun

Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini telah banyak

ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, diantaranya

SLBN Kuningan.

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Kuningan meliputi petani dengan

lahan milik sendiri, buruh tani, nelayan, pengusaha, buruh industri, buruh

bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS, pensiunan, dan jasa-jasa. Jenis mata

pencaharian penduduk Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah

ini.

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

24

Tabel 3 Jenis mata pencaharian penduduk Kabupaten Kuningan tahun 1999-2012.

Jenis Mata Pecaharian 1999 2000 2011 2012

Petani lahan sendiri 185 200 200 294

Buruh tani 223 216 216 390

Nelayan 5 11 11 21

Pengusaha 25 40 55 70

Buruh industri 210 210 210 270

Buruh bangunan 40 43 43 68

Pedagang 40 40 40 67

Pengangkutan 10 11 11 19

PNS 20 35 43 60

Pensiunan 10 12 25 27

Jasa-jasa 100 122 128 135

Jumlah : 868 940 982 1421

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2012

Produk Unggulan Daerah

Komoditi holtikultura dan tanaman pangan yang menjadi produk unggulan

Kabupaten Kuningan adalah bawang merah, cabe merah, kentang, kubis, dan

jamur. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, produksi

bawang merah pada tahun 2001 mencapai 244 456.2 ton. Jumlah tersebut

menyumbang 36.96 persen dari total produksi bawang merah di Indonesia.

Sedangkan produk unggulan tanaman perkebunan di Kabupaten Kuningan adalah

teh dengan produksi per tahun mencapai 1 257.051 ton dengan luas lahan 81.936

ha. Di bidang perikanan, produksi ikan bandeng di Kabupaten Kuningan mampu

mencapai 300 ton per tahun dengan luas lahan 6.915 ha. Selain itu, teri nasi

mampu mencapai produksi sebesar 5 ton per tahun dan telah mampu menembus

pasar ekspor ke Taiwan.

Usaha Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan

Usaha bawang goreng telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten

Kuningan sebagai produk unggulan daerah. Menurut data Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Kuningan tahun 2010, usaha bawang goreng terdiri dari

11 unit usaha dengan kapasitas produksi sebesar 15 ton per tahun dan kebutuhan

bahan baku sebesar 45 ton per tahun atau hanya 0.03 persen dari total produksi

rata-rata bawang merah di Kabupaten Kunigan yaitu 167 669.94 ton per tahun.

Lokasi usaha bawang goreng terkonsentrasi di Kecamatan Luragung, Kabupaten

Kuningan. Akses pengrajin bawang goreng terhadap transportasi, telekomunikasi,

dan pasar cukup dekat mudah. Jarak pasar yang dituju dengan lokasi usaha

berkisar antara 0,5 km sampai dengan 6 km. Kebutuhan listrik dan air juga mudah

untuk dipenuhi.

Sebagian besar pengrajin menjadikan usaha bawang goreng sebagai

pekerjaan sampingan dan biasanya mereka juga bukan petani bawang merah.

Pekerjaan utama para pengrajin bawang goreng antara lain pengumpul bawang

merah dan Pegawai Negeri Sipil. Umur pengrajin berkisar antara 25 tahun dan 55

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

25

tahun dengan pengalaman menjalankan usaha bawang goreng berkisar mulai dari

3 tahun sampai 15 tahun. Usaha bawang goreng tersebut berdiri antara tahun 1999

dan 2010. Modal dialokasikan untuk pembelian peralatan, bahan baku, bahan

penolong, serta untuk mengupah tenaga pengupas.

Produk bawang goreng yang dihasilkan pengrajin bawang goreng di

Kabupaten Kuningan berkisar antara 20 kilogram hingga 420 kilogram per bulan.

Teknologi yang digunakan masih sederhana. Hanya ada dua peralatan produksi

yang digunakan secara elektrik, yaitu alat pengiris dan alat penurun kadar minyak.

Bahan baku utama untuk memproduksi bawang goreng adalah bawang

merah. Bahan baku pendukungnya antara lain minyak goreng dan tepung terigu.

Proses produksi bawang goreng meliputi pengupasan bawang merah, pencucian,

pengirisan, penepungan, penggorengan, penurunan kadar minyak, dan

pengemasan. Dari satu kilogram bawang merah mampu menghasilkan rata-rata

0.3 kilogram bawang goreng.

Pemasaran bawang goreng di Kabupaten Kuningan saat ini telah mencapai

berbagai kota seperti Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, bahkan hingga

Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Madiun, Surabaya. Pengrajin bawang

goreng menjual produknya ke pedagang pengumpul dan ke pengecer, serta

sebagian kecil dijual langsung ke konsumen. Harga bawang goreng di tingkat

pengrajin berkisar antara Rp 10 000 dan Rp 25 000 per kilogram. Sedangkan

harga di tingkat konsumen berkisar antara Rp 12 500 dan Rp 30 000 per kilogram.

Produk yang dijual ke pengecer biasanya mempunyai harga yang lebih tinggi.

Usaha rumah tangga bawang goreng di Kabupaten Kuningan rata-rata

membutuhkan 2 hingga 4 tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut sebagian besar

adalah untuk pekerjaan mengupas yang jumlahnya dapat mencapai 3 orang.

Tenaga kerja ini biasanya diperoleh dari masyarakat sekitar. Untuk kegiatan selain

mengupas cukup dilakukan oleh dua hingga empat orang yang biasanya diambil

dari anggota keluarga.

Organisasi yang mewadahi para pengrajin bawang goreng di Kabupaten

Kuningan masih belum ada. Pengrajin beraktivitas sendiri-sendiri tanpa ada

koordinasi. Beberapa tahun sebelumnya pernah dibentuk organisasi bagi pengrajin

bawang goreng, namun kini tidak beroperasi karena tidak ada pengurusnya.

Karakteristik Usaha Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan

Usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan saat penilitian berlangsung

berjumlah 16 unit. Usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan dapat

dikelompokkan ke dalam enam tipe. Dasar dari pengelompokkan ini pada skala

usaha, penggunaan alat pengiris bawang merah, dan jalur pemasaran yang

dilakukan.

Skala usaha menentukkan jumlah tenaga kerja. Perbedaan jumlah tenaga

kerja menimbulkan jumlah perbedaan pada biaya tenaga kerja yang dikeluarkan

dan produksi bawang goreng yang dihasilkan. Alat pengiris bawang merah juga

menjadi dasar pengelompokkan karena penggunaan alat pengiris yang berbeda

akan menyebabkan perbedaan pada jumlah bawang goreng yang diproduksi.

Sedangkan jalur pemasaran menjadi dasar pengelompokkan karena jalur

pemasaran akan menentukkan harga produk.

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

26

Berdasarkan hal tersebut, usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

dapat dikelompokkan menjadi enam tipe. Pertama adalah usaha bawang goreng

Tipe A yaitu usaha skala kecil rumah tangga. Tenaga kerja yang digunakan

sebanyak empat orang dan menggunakan alat pengiris manual. Produknya

dipasarkan melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 10 000 per kilogram.

Rata-rata produksi per bulan sebesar 100 kilogram dengan frekuensi produksi

sebanyak 12 kali dalam satu bulan.

Usaha bawang goreng yang kedua adalah tipe B yang merupakan usaha

skala kecil rumah tangga. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak dua orang.

Sedangkan alat pengiris yang digunakan adalah alat pengiris manual. Produknya

dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 20 000 per kilogram. Rata-rata

produksi per bulan adalah sebesar 20 kilogram dengan frekuensi produksi

sebanyak 8 kali dalam satu bulan.

Usaha bawang goreng yang ketiga adalah Tipe C yang merupakan usaha

skala kecil rumah tangga. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak tiga orang.

Sedangkan alat pengiris yang digunakan adalah alat pengiris manual. Produknya

dipasarkan melalui pedagang pengumpul dengan harga rata-rata Rp 10 714 per

kilogram. Rata-rata produksi per bulan sebesar 188.57 kilogram dengan frekuensi

produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan.

Usaha bawang goreng yang keempat adalah Tipe D yang merupakan usaha

skala kecil rumah tangga. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak empat orang.

Sedangkan alat pengiris yang digunakan adalah alat pengiris manual. Produknya

dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 25 000 per kilogram. Rata-rata

produksi per bulan adalah sebesar 320 klogram dengan frekuensi produksi

sebanyak 12 kali dalam satu bulan.

Usaha bawang goreng yang kelima adalah tipe E yang merupakan usaha

skala kecil rumah tangga. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak empat orang.

Sedangkan alat pengiris yang digunakan adalah alat pengiris elektrik. Produknya

dipasarkan melalui pedagang pengumpul dengan harga rata-rata Rp 10 600 per

kilogram. Rata-rata produksi per bulan adalah sebesar 420 kilogram dengan

frekuensi produksi sebanyak 20 kali dalam satu bulan.

Usaha bawang goreng yang keenam adalah tipe F yang merupakan usaha

skala kecil rumah tangga. Tenaga yang digunakan sebanyak empat orang.

Sedangkan alat pengiris yang digunakan adalah alat pengiris elektrik. Produknya

dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 18 000 per kilogram. Rata-rata

produksi per bulan adalah sebesar 400 kilogram dengan frekuensi produksi

sebanyak 12 kali dalam satu bulan.

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

27

Tabel 4 Karakteristik usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

Tipe Karakteristik

A

1. Skala kecil rumah tangga

2. Jumlah tenaga kerja 4 orang

3. Menggunakan alat pengiris manual

4. Produk dipasarakan melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 10 000 per kilogram

5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 100 kilogram

6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan

B

1. Skala kecil rumah tangga

2. Jumlah tenaga kerja 2 orang

3. Menggunakan alat pengiris manual

4. Produk dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 20 000 per kilogram

5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 20 kilogram

6. Frekuensi produksi sebanyak 8 kali dalam satu bulan

C

1. Skala kecil rumah tangga

2. Jumlah tenaga kerja 3 orang

3. Menggunakan alat pengiris manual

4. Produk dipasarkan melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 10 714 per kilogram

5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 188.57 kilogram

6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan

D

1. Skala kecil rumah tangga

2. Jumlah tenaga kerja 4 orang

3. Menggunakan alat pengiris manual

4. Produk dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 25 000 per kilogram

5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 120 kilogram

6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan

E

1. Skala kecil rumah tangga

2. Jumlah tenaga kerja 4 orang

3. Menggunakan alat pengiris elektrik

4. Produk dipasarkan melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 10 600 per kilogram

5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 420 kilogram

6. Frekuensi produksi sebanyak 20 kali dalam satu bulan

F

1. Skala kecil rumah tangga

2. Jumlah tenaga kerja 4 orang

3. Menggunakan alat pengiris elektrik

4. Produk dipasarkan melalui pengecer dengan harga Rp 18 000 per kilogram

5. Rata-rata produksi per bulan sebesar 400 kilogram

6. Frekuensi produksi sebanyak 12 kali dalam satu bulan

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

28

Aspek Non Finansial

Aspek Pasar

Bawang goreng merupakan produk olahan dari bawang merah yang

digunakan untuk penyedap rasa makanan. Sumber permintaan dari dalam negeri

datang dari rumah tangga, pedagang makanan keliling, rumah makan, hotel, dan

pabrik mie instan. Permintaan dari luar negeri berasal dari negara Singapura,

Malaysia, dan Arab Saudi.

Meskipun permintaan bawang goreng datang dari banyak sumber, namun

bawang merah di Kabupaten Kuningan belum mampu memenuhi permintaan

sepenuhnya. Produksi bawang goreng di Kabupaten Brebes tiap bulan adalah

sebesar 4 260 kilogram atau 51 120 kilogram dalam satu tahun. Jumlah ini masih

sangat kecil.

Permintaan bawang goreng di dalam negeri sulit untuk diketahui, namun

perkembangan permintaan bawang goreng secara tidak langsung dapat dilihat dari

perkembangan konsumsi bawang merah di Indonesia. Perkembangan dan proyeksi

konsumsi bawang merah tahun 2009-2012 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan dan proyeksi bawang merah tahun 2009–2012

Tahun Konsumsi (Ton) Pertumbuhan (%)

2009 356 538

2010 374 941 2.34

2011 384 151 2.34

2012 390 380 2.34

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, 2012

Perkembangan konsumsi bawang merah cenderung terus meningkat tiap

tahunnya sebesar 2.34 persen. Diperkirakan total konsumsi bawang merah

penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 390 380 ton. Perkembangan

konsumsi bawang merah ini memberi gambaran adanya perkembangan yang

meningkat juga pada konsumsi bawang goreng di Indonesia.

Pemasaran bawang goreng dari Kabupaten Kuningan telah mencapai kota-

kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta melalui pedagang

pengumpul. Pemasaran di dalam wilayah Kabupaten Kuningan secara umum

dilakukan pengrajin sendiri. Jalur pemasaran bawang goreng Kabupaten Kuningan

dapat dilihat di Gambar 2.

Gambar 2. Jalur Pemasaran Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan

Pengrajin Bawang

Goreng

Pedagang

Pengumpul Pengecer Konsumen

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

29

Jalur pemasaran yang dilakukan pengrajin bawang goreng di Kabupaten

Kuningan secara umum terbagi menjadi dua. Jalur pertama pemasaran melalui

pedagang pengumpul. Dari pedagang pengumpul, bawang goreng disalurkan ke

pengecer yang selanjutnya dijual kepada konsumen. Jalur kedua pemasaran

melalui pengecer secara langsung. Dari pengecer, bawang goreng dijual ke

konsumen. Konsumen kadang datang langsung ke pengrajin, biasanya dari

masyarakat sekitar.

Pengrajin usaha bawang goreng Tipe A, C, dan E menjual sebagian besar

hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Pembayaran dilakukan secara kas.

Karena modal yang dimiliki pengrajin terbatas, maka sistem pembayaran ini

disukai ketiga tipe pengrajin di atas. Dengan dibayar secara kas, maka modal yang

dimiliki pengrajin bisa cepat kembali. Modal yang telah kembali digunakan untuk

melakukan produksi berikutnya. Produk yang dihasilkan usaha bawang goreng

Tipe A, C, dan E dikemas dalam plastik berukuran 5 kilogram hingga 15 kilogram

tanpa menggunakan merek dagang.

Usaha bawang goreng Tipe B, D, dan F memasarkan hasil produksinya ke

pengecer seperti toko dan supermarket. Pembayaran dilakukan secara konsinyasi.

Pengecer yang dituju adalah toko-toko sekitar yang mudah dijangkau. Untuk

pengrajin Tipe D, toko yang dituju adalah toko di daerah Jakarta, Semarang, dan

Yogyakarta. Produk dikemas dalam kemasan kecil biasanya berukuran satu ons

dengan mencantumkan merek dagang, tanggal produksi dan kadaluarsa. Bawang

goreng yang disukai konsumen adalah bawang goreng yang berwarna kuning atau

coklat muda, bersih, dan tidak remuk.

Harga bawang goreng biasanya mengikuti harga bawang merah. Harga

bawang goreng pada tingkat pengrajin yang diproduksi usaha bawang goreng Tipe

A, C, dan E berkisar antara Rp 10 000 dan Rp 13 000 per kilogram dan di tingkat

konsumen harga menjadi Rp 1 250 sampai dengan Rp 2000 per ons. Pada usaha

bawang goreng tipe B, D, dan F harga di tingkat pengrajin dapat mencapai

Rp 18.000 hingga Rp 25 000 dan di tingkat konsumen mencapai Rp 2 200 hingga

Rp 3000 per ons. Kegiatan promosi hampir tidak pernah dilakukan oleh pengrajin.

Promosi sejauh ini dilakukan oleh sebagian pengrajin dengan cara menitipkan

produknya kepada petugas pemerintah daerah pada saat ada pameran.

Aspek Teknis

Seluruh pengrajin bawang goreng mempunyai lokasi usaha yang menyatu

dengan rumahnya. Pengrajin memanfaatkan dapur di rumahnya untuk dapat

melakukan kegiatan produksi. Peralatan yang digunakan pengrajin dalam kegiatan

produksi bawang goreng secara umum hampir sama. Perbedaan peralatan terdapat

pada penggunaan alat pengiris bawang merah dan alat untuk menurunkan kadar

minyak. Usaha bawang goreng Tipe A, B, C, dan D menggunakan alat pengiris

manual, sedangkan usaha bawang goreng Tipe E dan F menggunakan alat pengiris

elektrik. Alat pengiris bawang merah manual dapat mengiris bawang merah

sebesar 10 hingga 20 kilogram per jam. Sedangkan alat pengiris bawang merah

elektrik mampu mengiris sebanyak 200 kilogram per jam.

Untuk menurunkan kadar minyak secara manual digunakan alat berupa

irigan. Usaha bawang goreng yang mennggunakan irigan adalah tipe A, B, C, dan

E. Sedangkan usaha bawang goreng Tipe D, dan F menggunakan alat untuk

menurunkan kadar minyak secara elektrik. Fungsi kerja dari irigan mirip dengan

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

30

alat penyaring, sedang fungsi kerja alat penurun kadar minyak secara elektrik

menggunakan gaya sentrifugal yaitu gaya gerak melingkar yang berputar

menjauhi pusat lingkaran dimana nilainya adalah positif. Tabung yang berisi

bawang goreng yang baru diangkat dari minyak goreng diputar dengan kecepatan

tinggi sehingga minyak yang ada di bawang goreng terdorong keluar.

Peralatan utama yang digunakan dalam usaha bawang goreng adalah

kompor dan penggorengan. Penggorengan yang digunakan adalah penggorengan

yang berukuran kurang lebih 75 cm, sedangkan kompor yang digunakan adalah

kompor pompa dengan bahan bakar minyak. Selain itu pengrajin bawang goreng

menggunakan pisau, ember kecil, ember besar, irigan, keranjang bambu kecil,

keranjang bambu besar, jerigen minyak, dan timbangan. Ember kecil digunakan

untuk menampung tetesan minyak dari bawang goreng yang baru matang,

sedangkan ember besar digunakan sebagai wadah untuk mencampur tepung terigu

dengan irisan bawang merah. Keranjang bambu kecil digunakan untuk

menampung bawang merah yang akan dikupas, sedangkan keranjang bambu besar

digunakan sebagai wadah untuk mencuci bawang merah. Irigan digunakan untuk

meniriskan minyak dari bawang goreng yang baru matang dan diletakkan di atas

ember kecil.

Dalam proses produksi, bahan baku utama usaha bawang goreng adalah

bawang merah. Bahan baku ini diperoleh di pasar-pasar di seluruh wilayah

Kabupaten Kuningan. Semua pengrajin menggunakan bawang merah lokal

sebagai bahan baku utama pembuatan bawang goreng. Bawang merah lokal

tersebut meliputi varietas Bima Kuningan, Keelung, dan Kaohsiung. Dasar

pemilihan ini karena ketiga varietas tersebut lebih banyak ditanam dan dijumpai di

Kabupaten Kuningan. Ketiga varietas bawang merah ini mempunyai aroma yang

lebih gurih dan harganya relatif lebih murah. Setelah proses produksi, bawang

merah mengalami penyusutan hingga 30.00 persen. Dari satu kilogram bawang

merah akan dihasilkan bawang goreng rata-rata sebanyak 0,30 kilogram.

Pengrajin bawang goreng Tipe A, B, C, dan E rata-rata menggunakan

bawang merah dengan harga per kilogramnya Rp 1 750, sedangkan pengrajin

bawang goreng Tipe D dan F menggunakan bawang merah dengan harga

Rp 2 000 per kilogram. Bahan baku lain yang cukup penting dalam proses

produksi bawang goreng adalah minyak goreng dan tepung terigu. Untuk

memproduksi bawang goreng dibutuhkan minyak goreng sebanyak 20.00 persen

dari jumlah bawang merah yang digunakan. Minyak goreng yang digunakan

pengrajin bawang goreng ada dua macam, yaitu minyak goreng dengan harga Rp

4 000 per liter dan Rp 4.500 per liter. Tepung terigu digunakan untuk membuat

bawang goreng agar menjadi tahan lebih lama.

Proses produksi bawang goreng dimulai dengan melakukan pengupasan

kulit luar bawang merah. Pengupasan masih dilakukan secara manual dengan

menggunakan pisau. Selanjutnya bawang merah yang telah dikupas dikumpulkan

dalam keranjang besar untuk dicuci. Setelah dicuci, bawang merah ditiriskan

kemudian dimasukkan ke alat pengiris secara bertahap. Hasil irisan ditampung ke

dalam wadah besar untuk dicampur dengan tepung.

Proses selanjutnya adalah bawang merah yang sudah dicampur dengan

tepung digoreng selama kurang lebih 10 menit. Bawang goreng yang sudah

matang ditandai dengan warna kuning atau coklat muda. Selanjutnya dilakukan

penurunan kadar minyak dengan cara diletakkan di atas irigan ataupun alat

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

31

penurun kadar minyak elektrik. Setelah kadar minyak turun, bawang goreng

ditampung di dalam plastik ukuran besar dalam keadaan terbuka untuk

didinginkan. Ujung plastik dibuat lubang kecil untuk mengalirkan minyak goreng

yang masih tersisa. Setelah dingin, bawang goreng dikemas sesuai kebutuhan.

Bawang goreng dapat bertahan antara dua sampai tiga bulan. Bagan alir

proses produksi bawang goreng dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3.Bagan Alir Proses Produksi Bawang Goreng.

Kegiatan perawatan dan perbaikan peralatan dilakukan khususnya pada

alat pengiris bawang merah berupa pengasahan mata pisau. Pengasahan ini

dilakukan setiap bulan. Pada peralatan lainnya, perawatan dilakukan untuk

menjaga supaya tetap dalam keadaan bersih.

Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Menurut Nurmalina et al. (2009) dalam aspek sosial, budaya, dan ekonomi

yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, budaya,

dan ekonomi terhadap masyarakat keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh

masyarakat sekitar apabila secara sosial, budaya, dan ekonomi mampu

memberikan kesejahteraan. Pengusahaan bawang goreng memiliki peran penting

terhadap masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha dilakukan. Kegiatan usaha

Pengupasan Kulit Bawang Merah

Pencucian Bawang Merah

Pengirisan Bawang Merah

Penepungan Hasil Irisan Bawang Merah

Penggorengan

Penurunan Kadar Minyak

Pengemasan

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

32

dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar yaitu berupa

penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri bawang goreng. Selain itu

juga kegiatan ini dapat membuka peluang bagi pemilik modal yang ingin

melakukan usaha, sehingga hal ini akan dapat mengurangi pengangguran dan

meningkatkan pendapatan serta taraf hidup masyarakat sekitar.

Selain itu juga dampak positif dari adanya kegiatan ini yaitu infrastruktur

jalan menjadi lebih baik, dan keamanan disekitar lokasi usaha menjadi lebih

terjaga karena adanya petugas keamanan yang berjaga setiap malamnya. Industri

bawang goreng juga memberikan kesempatan kepada petani sekitar untuk menjadi

mitra dan menjual hasil produksinya pada perusahaan.

Aspek Lingkungan

Menurut Nurmalina et al. (2009) suatu pengembangan bisnis dikatakan

layak apabila membawa manfaat atau dampak positif lebih besar dari pada

dampak negatif bagi lingkungan sekitar tempat bisnis. Lingkungan merupakan

salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan sebelum suatu kegiatan

investasi atau usaha dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui dampak

positif ataupun negatif yang akan ditimbulkan dikemudian hari jika suatu kegiatan

usaha dijalankan. Dampak terhadap lingkungan tersebut ada yang langsung

mempengaruhi pada saat kegiatan usaha berlangsung dan ada yang baru terlihat

beberapa waktu kemudian di masa yang akan datang.

Pengusahaan bawang goreng yang berlokasi di Kabupaten Kuningan ini

keberadaannya tidak terlalu memberikan dampak buruk bagi lingkungan, dampak

buruk yang ditimbulkan masih dalam ambang batas yang masih dapat ditoleransi

dan tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan. Hal ini ditandai dengan tidak

adanya keluhan dari masyarakat sekitar terhadap usaha yang dijalankan. Buangan

ataupun limbah yang ditimbulkan dari kegiatan ini hanya berupa air bekas

pencucian bawang merah sebelum digoreng.

Aspek Manajemen dan Hukum

Bentuk usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan adalah perusahaan

perseorangan. Usaha bawang goreng masih dikelola secara sederhana. Sebagian

besar pengrajin tidak melakukan pencatatan maupun pembukuan.

Pembagian pekerjaan dalam usaha bawang goreng ini belum dilakukan

secara jelas, kecuali pekerjaan menggoreng. Pekerjaan ini biasanya telah

ditetapkan orangnya karena berkaitan dengan ciri khas produk bawang goreng

tersebut. Berlaku prinsip beda yang menggoreng beda kualitas rasa. Pekerjaan

lainnya adalah mengupas, mencuci, mengiris, mencampur tepung, dan mengemas.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut, kecuali mengupas, dilakukan oleh dua sampai

empat tenaga kerja tetap yang diperoleh dari keluarga sendiri. Pekerjaan

mengupas dilakukan oleh dua hingga tiga tenaga kerja yang diperoleh dari

masyarakat sekitar. Tenaga kerja mengupas biasanya dapat mengupas 10 kilogram

sampai 15 kilogram bawang merah dalam satu periode produksi.

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

33

Aspek Finansial

Analisis finansial bertujuan untuk melihat sejauh mana kelayakan

pelaksanaan usaha bawang goreng dari segi keuangan. Analisis finansial

dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net

B/C), Payback Period (PP), dan analisis sensitivitas. Untuk menganalisis kriteria-

kriteria tersebut digunakan suatu metode perhitungan atau yang sering disebut

arus kas (cash flow). Cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama

satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut

dengan menunjukkan darimana sumber-sumber kas dan penggunaannya sehingga

dapat diketahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan

dalam usaha yang dijalankan.

Pada usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan komponen outflow

terdiri dari biaya peralatan. Peralatan tersebut meliputi alat pengiris bawang merah,

alat penurun kadar minyak, kompor, penggorengan, susuk, pisau, ember kecil,

ember besar, irigan, keranjang bambu besar dan kecil, jerigen minyak, dan

timbangan. Biaya peralatan yang muncul saat proyek sedang berlangsung adalah

biaya peralatan mata pisau dan brander (mata api kompor).

Pada usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan, komponen inflow

terdiri dari pendapatan operasional yang didapat dari penjualan bawang goreng.

Komponen lainnya adalah biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan

biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya untuk membeli bawang merah,

minyak goreng, minyak tanah, tepung terigu, dan plastik kemasan. Biaya variabel

yang lain adalah biaya tenaga kerja tidak tetap (tenaga kerja pengupas) dan biaya

transportasi. Sedangkan biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja tetap, listrik dan

air, dan perawatan atau perbaikan.

Analisis Kelayakan Finansial

Pelaksanaan analisis kelayakan finansial dari suatu usaha dapat

menggunakan metode atau kriteria penilaian investasi. Kriteria kelayakan

investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang

dikeluarkan dari suatu kegiatan usaha. Melalui metode-metode ini dapat diketahui

apakah suatu kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan atau tidak. Selain itu, setiap

kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai

alternatif usaha dari suatu investasi. Analisis finansial dilakukan dengan

menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period

(PP), dan analisis sensitivitas.

1. Net Present Value (NPV)

NPV atau nilai kini manfaat bersih merupakan manfaat bersih yang

diterima selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha

dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya

yang dikeluarkan, atau dengan kata lain jika NPV lebih besar dari nol, berarti

manfaat yang diperolah lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Hasil

perhitungan NPV untuk setiap tipe pengrajin dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah

ini.

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

34

Tabel 6 Hasil perhitungan NPV usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

Tipe Usaha NPV (Rp)

Tipe A 72 000 000

Tipe B 48 000 000

Tipe C 53 463 000

Tipe D 75 250 000

Tipe E 73 520 000

Tipe F 77 260 000

Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada Tabel 6, maka usaha bawang

goreng Tipe A, B, C, D, E dan F layak untuk diusahakan. Hal ini karena NPV

yang diperoleh oleh kelima tipe usaha tersebut bernilai positif yang menunjukkan

bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai NPV

pada usaha Tipe A, B, C, D, E dan F memberi arti bahwa usaha bawang goreng

masing-masing akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 72 000 000,

Rp 48 000 000, Rp 53 463 000, Rp 75 250 000, Rp 73 520 000 dan Rp 77 260 000

selama umur proyek.

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat DR yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%).

IRR menunjukan rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan perusahaan selama

umur usaha. Investasi dapat dikatakan layak apabila mempunyai nilai IRR lebih

besar dari opportunity cost of capital-nya (OCC). Tingkat IRR mencerminkan

tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh suatu kegiatan usaha untuk

sumberdaya yang digunakan. Hasil perhitungan IRR pada setiap tipe usaha

bawang goreng di Kabupaten Kuningan ditunjukkan pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Hasil perhitungan IRR usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

Tipe Usaha IRR (%)

Tipe A 30.00 %

Tipe B 27.00 %

Tipe C 27.00 %

Tipe D 33.00 %

Tipe E 31.70 %

Tipe F 32.00 %

Hasil perhitungan IRR pada Tabel 7 menunjukkan bahwa keenam tipe

usaha bawang goreng layak diusahakan karena mempunyai nilai IRR melebihi

diskonto rate yang ditentukan saat penelitian berlangsung, yaitu 14.00 persen.

Besarnya IRR pada keenam tipe usaha tersebut disebabkan karena biaya investasi

usaha bawang goreng relatif sangat kecil apabila dibandingkan manfaat yang

diterima selama umur proyek. Biaya investasi keenam tipe usaha bawang goreng

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

35

masing-masing adalah Rp 6 000 000, Rp 4 000 000, Rp 4455250, Rp 6 270 800,

Rp 6 126 700 dan Rp 6 438 300. Sedangkan manfaat yang diperoleh kelima tipe

usaha tersebut selama lima tahun masing-masing sebesar Rp 72 000 000,

Rp 48 000 000, Rp 53 463 000, Rp 75 250 000, Rp 73 520 000 dan Rp 77 260 000

selama umur proyek.

3. Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif

dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih

yang menguntungkan suatu kegiatan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu

satuan kerugian dari usaha tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur

kegiatan usaha. Suatu kegiatan investasi dikatakan layak bila Net B/C lebih besar

dari satu. Hasil perhitungan Net B/C ratio pada setiap tipe usaha bawang goreng

di Kabupaten Kuningan ditunjukkan pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Hasil perhitungan Net B/C Ratio usaha bawang goreng di Kabupaten

Kuningan

Tipe Usaha B/C Ratio

Tipe A 1.40

Tipe B 1.30

Tipe C 1.30

Tipe D 1.60

Tipe E 1.50

Tipe F 1.60

Dari hasil perhitungan Net B/C Ratio pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa

keenam tipe usaha bawang goreng layak diusahakan karena masing-masing

memiliki Net B/C Ratio lebih dari 1. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap

biaya sebesar Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat pada usaha

bawang goreng masing-masing sebesar Rp 1.40, Rp 1.30, Rp 1.30, Rp 1.60,

Rp 1.50 dan Rp 1.60.

4. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan metode yang mencoba mengukur seberapa

cepat investasi pada suatu kegiatan usaha dapat kembali. Perhitungan dilakukan

dengan cara mengkumulatifkan nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow.

Semakin kecil angka yang dihasilkan berarti semakin cepat tingkat pengembalian

dari suatu investasi, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk

dilaksanakan dan dikembangkan. Hasil perhitungan Payback Period pada setiap

tipe usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan ditunjukkan pada Tabel 9

berikut ini.

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

36

Tabel 9 Hasil perhitungan Payback Period usaha bawang goreng di Kabupaten

Kuningan

Tipe Usaha Payback Period

Tipe A 3.20 Bulan

Tipe B 3.80 Bulan

Tipe C 3.60 Bulan

Tipe D 3.30 Bulan

Tipe E 3.30 Bulan

Tipe F 3.50 Bulan

Dari hasil perhitungan Payback Period pada Tabel 9 dapat diperoleh

informasi bahwa keenam tipe usaha bawang goreng layak untuk diusahakan. Hal

ini karena nilai Payback Period usaha bawang goreng dari keenam tipe tersebut

cepat, yaitu masing-masing 3.20 bulan, 3.80 bulan, 3.60 bulan, 3.30 bulan, 3.30

bulan dan 3.50 bulan.

Modal yang dimiliki pengrajin berpengaruh pada harga karena modal yang

dimiliki akan menentukan jalur pemasaran yang dipilih. Pada usaha bawang

goreng Tipe A, C, dan E, modal yang dimiliki terbatas sehingga usaha tipe ini

lebih memilih memasarkan lewat pedagang pengumpul yang melakukan

pembayaran secara kas. Dengan pembayaran secara kas, maka pengrajin dapat

segera mendapatkan modalnya kembali. Harga produk yang dipasarkan melalui

pedagang pengumpul berkisar antara Rp 10 000 dan Rp 13 000. Sedangkan harga

produk yang dipasarkan melalui pengecer secara langsung berkisar antara

Rp 18 000 hingga Rp 25 000.

Dalam perhitungan cash flow, harga produk berpengaruh terhadap

perhitungan pendapatan operasional. Apabila harga rendah, maka pendapatan

operasional menjadi rendah dan sebaliknya apabila harga tinggi, maka pendapatan

operasional menjadi tinggi. Pada keenam tipe usaha bawang goreng, harga produk

relatif tinggi sehingga manfaat (benefit) yang diperoleh dari pendapatan

operasional dapat menutupi seluruh biaya-biaya yang ada sepanjang umur proyek.

Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas dilakukan terhadap setiap tipe usaha bawang goreng

di Kabupaten Kuningan untuk melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila

terdapat perubahan-perubahan pada asumsi-asumsi dasar yang diberlakukan.

Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam analisis ini adalah perubahan harga

bawang goreng dan perubahan harga bawang merah sebagai bahan baku utama.

Harga bawang goreng menentukan besarnya pendapatan operasional yang

diperoleh. Sedangkan bawang merah menyumbang porsi yang sangat besar dalam

perhitungan biaya operasional. Selain itu, bawang merah mempunyai harga yang

cenderung fluktuatif, sehingga perlu melihat kelayakan usaha pada berbagai

tingkat harga bawang merah.

Beberapa perubahan yang akan diujikan dalam analisis sensitivitas usaha

bawang goreng di Kabupaten Kuningan adalah penurunan harga bawang merah

sebesar 50.00 persen, kenaikan harga bawang merah sebesar 50.00 persen.

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

37

Perubahan ini ditentukan berdasarkan harga rata-rata bulanan dan harga ekstrim

bawang merah di Kabupaten Kuningan. Harga rata-rata bulanan bawang merah

adalah Rp 4000 per kilogram, sedangkan harga terendah yaitu Rp 1000 per

kilogram, dan harga tertinggi adalah Rp 10 000 per kilogram. Perubahan harga

produk yang akan diujikan adalah sebesar 50.00 persen. Perubahan harga produk

ini ditentukan berdasarkan kondisi yang terjadi pada usaha bawang goreng di

Kabupaten Kuningan. Hasil analisis sensitivitas usaha bawang goreng di

Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 10 sampai dengan Tabel 15.

Tabel 10 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe A di Kabupaten

Kuningan

Kondisi

Presentase

(%) NPV Net B/C

IRR

(%) PP

Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 36 000 000 0.85 15.00 6.40

Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 72 000 000 1.40 30.00 3.20

Kenaikan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 36 000 000 0.85 15.00 6.40

Penurunan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 72 000 000 1.40 30.00 3.20

Pada usaha bawang goreng Tipe A ketika kenaikan harga bawang merah

yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,

NPV mengalami penurunan hingga 36 000 000, Net B/C turun menjadi 0.85, IRR

menjadi 15.00 persen dan Payback Period menjadi 6.40 bulan. Dalam kondisi ini,

usaha bawang goreng Tipe A tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan

harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap

72 000 000, Net B/C 1.40, IRR 30.00 persen dan Payback Period menjadi 3.20

bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe A masih layak untuk

diusahakan.

Tabel 11 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe B di Kabupaten

Kuningan

Kondisi

Presentase

(%) NPV Net B/C

IRR

(%) PP

Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 24 000 000 0.98 13.50 7.60

Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 48 000 000 1.30 27.00 3.80

Kenaikan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 24 000 000 0.98 13.50 7.60

Penurunan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 48 000 000 1.30 27.00 3.80

Pada usaha bawang goreng Tipe B ketika kenaikan harga bawang merah

yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,

NPV mengalami penurunan hingga 24 000 000, Net B/C turun menjadi 0.98, IRR

menjadi 13.50 persen dan Payback Period menjadi 7.60 bulan. Dalam kondisi ini

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

38

usaha bawang goreng Tipe B tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan

harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap

48 000 000, Net B/C 1.30, IRR 27.00 persen dan Payback Period menjadi 3.80

bulan. Dalam kondisi ini usaha bawnag goreng Tipe B masih layak untuk

diusahakan.

Tabel 12 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe C Di Kabupaten

Kuningan

Kondisi

Presentase

(%) NPV Net B/C

IRR

(%) PP

Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 26 731 500 0.99 13.50 7.20

Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 53 463 000 1.30 27.00 3.60

Kenaikan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 26 731 500 0.99 13.50 7.20

Penurunan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 53 463 000 1.30 27.00 3.60

Pada usaha bawang goreng Tipe C ketika kenaikan harga bawang merah

yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,

NPV mengalami penurunan hingga 26 731 500, Net B/C turun menjadi 0.99, IRR

menjadi 13.50 persen dan Payback Period menjadi 7.20 bulan. Dalam kondisi ini

usaha bawang goreng Tipe C tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan

harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap

53 463 000, Net B/C 1.30, IRR 27.00 persen dan Payback Period menjadi 3.60

bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe C masih layak untuk

diusahakan.

Tabel 13 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe D di Kabupaten

Kuningan

Kondisi

Presentase

(%) NPV Net B/C

IRR

(%) PP

Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 75 250 000 1.60 33.00 3.30

Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 75 250 000 1.60 33.00 3.30

Kenaikan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 75 250 000 1.60 33.00 3.30

Penurunan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 75 250 000 1.60 33.00 3.30

Pada usaha bawang goreng Tipe D ketika kenaikan harga bawang merah

yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,

NPV tetap 75 250 000, Net B/C 1.60, IRR 33.00 persen dan Payback Period 3.30

bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe D masih layak diusahakan.

Pada saat terjadi penurunan harga bawang merah dan bawang goreng sebesar

50.00 persen, NPV tetap 75 250 000, Net B/C 1.60, IRR 33.00 persen dan

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

39

Payback Period 3.30 bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe D

masih layak diusahakan.

Tabel 14 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe E di Kabupaten

Kuningan

Kondisi

Presentase

(%) NPV Net B/C

IRR

(%) PP

Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 36 760 000 0.94 15.85 11.05

Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 73 520 000 1.50 31.70 3.30

Kenaikan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 36 760 000 0.94 15.85 11.05

Penurunan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 73 520 000 1.50 31.70 3.30

Pada usaha bawang goreng Tipe E ketika kenaikan harga bawang merah

yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,

NPV mengalami penurunan hingga 36 760 000, Net B/C turun menjadi 0.94, IRR

menjadi 15.85 persen dan Payback Period menjadi 11.05 bulan. Dalam kondisi ini

usaha bawang goreng Tipe E tidak layak diusahakan. Pada saat terjadi penurunan

harga bawang merah dan bawang goreng sebesar 50.00 persen, NPV tetap

73 520 000, Net B/C 1.50, IRR 31.70 persen dan Payback Period menjadi 3.30

bulan. Dalam kondisi ini usaha bawnag goreng Tipe E masih layak untuk

diusahakan.

Tabel 15 Analisis sensitivitas usaha bawang goreng tipe F di Kabupaten

Kuningan

Kondisi

Presentase

(%) NPV Net B/C

IRR

(%) PP

Kenaikan Harga Bawang Merah 50.00 77 260 000 1.60 32.00 3.50

Penurunan Harga Bawang Merah 50.00 77 260 000 1.60 32.00 3.50

Kenaikan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 77 260 000 1.60 32.00 3.50

Penurunan Harga Produk Bawang

Goreng 50.00 77 260 000 1.60 32.00 3.50

Pada usaha bawang goreng Tipe F ketika kenaikan harga bawang merah

yang juga ikut menaikkan harga produk bawang goreng sebesar 50.00 persen,

NPV tetap 77 260 000, Net B/C 1.60, IRR 32.00 persen dan Payback Period 3.50

bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe F masih layak diusahakan.

Pada saat terjadi penurunan harga bawang merah dan bawang goreng sebesar

50.00 persen, NPV tetap 77 260 000, Net B/C 1.60, IRR 32.00 persen dan

Payback Period 3.50 bulan. Dalam kondisi ini usaha bawang goreng Tipe F masih

layak diusahakan.

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

40

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa keenam tipe usaha bawang

goreng layak diusahakan. Keenam tipe usaha tersebut memiliki nilai NPV masing-

masing sebesar Rp 72 000 000, Rp 48 000 000, Rp 53 463 000, Rp 75 250 000,

Rp 73 520 000 dan Rp 77 260 000. IRR masing-masing sebesar 30.00 persen,

27.00 persen, 27.00 persen, 33.00 persen, 31.70 persen, 32.00 persen. Net B/C

Ratio masing-masing sebesar 1.40, 1.30, 1.30, 1.60, 1.50 dan 1,60. Payback

Period masing-masing selama 3.20 bulan, 3.80 bulan, 3.60 bulan, 3.30 bulan, 3.30

bulan dan 3.50 bulan.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha bawang goreng Tipe

A, B, C, dan E sensitif terhadap perubahan yang terjadi karena nilai kriteria

investasi ketika terjadi kenaikan harga bawang merah dan bawang goreng sebesar

50.00 persen turun masing-masing nilai NPV menjadi 36 000 000, 24 000 000,

26 731 500, 36 760 000. Net B/C masing-masing turun menjadi 0.85, 0.98, 0.99,

0.94. IRR masing-masing turun menjadi 15.00 persen, 13.50 persen, 13.50 persen,

15.85 persen dan Payback Period menjadi 6.40 bulan, 7.60 bulan, 7.20 bulan,

11.05 bulan. Dalam kondisi ini keempat tipe usaha tersebut menjadi tidak layak

untuk diusahakan. Pada saat terjadi penurunan harga bawang merah dan bawang

goreng sebesar 50.00 persen, nilai kriteria analisis keempat tipe usaha tersebut

tetap dan masih layak untuk diusahakan. Usaha bawang goreng Tipe D dan F

tidak sensitif terhadap perubahan harga. Pada saat kenaikan harga bawang merah

dan bawang goreng sebesar 50.00 persen nilai kriteria investasinya tetap begitu

juga saat terjadi penurunan harga bawang merah dan bawang goreng sebesar

50.00 persen nilai kriteria investasinya tetap sehingga kedua tipe usaha ini layak

untuk dijalankan.

Saran

Pengrajin bawang goreng di Kabupaten Kuningan sebaiknya menjadikan

usaha bawang goreng Tipe D dan F sebagai acuan untuk memulai usaha. Ditinjau

dari analisis finansial dan sensitivitas usaha bawang goreng Tipe D dan F lebih

layak untuk diusahakan.

Peningkatan mutu sumberdaya manusia dalam hal ini adalah karyawan-

karyawan yang bekerja pada usaha bawang goreng, sehingga diharapkan ke

depannya bisa menciptakan lapangan kerja sendiri mulai dari skala industri rumah

tangga.

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

41

DAFTAR PUSTAKA

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan. 2012. Informasi Demografi

Penduduk Kabupaten Kuningan, Jawa Barat: Badan Pusat Statistik

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan. 2012. Jenis Mata Pencaharian

Penduduk Kabupaten Kuningan, Jawa Barat : Badan Pusat Statistik.

Gitinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta :

Universitas Indonesia.

Hakim MA, penyunting. 2005. Menguasai Pasar Mengeruk Untung. Jakarta:

Renaisan.

Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Kotler P.1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan

Kontrol. Jakata : Prehalindo.

Nazir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurmalina R, Tintin S, Arif K. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor :

Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Riyanto B. 1989. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan

Penelitian Gajah Mada. Yogyakarta.

Soekartawi, A Soeharjo, JL Dion, JB Hardaker. 1984. Ilmu Usaha Tani dan

Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI – Pers.

Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. PT Pustaka LP3ES. Jakarta

Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

42

Lampiran 1 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe A di Kabupaten Kuningan

No Keterangan Bulan

I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Penjualan Bawang Goreng 104 400 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000

b. Pinjaman 0

c. Modal Sendiri 45 000 000

d. Nilai Sisa

Total Inflow 45 000 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000 108 800 000

II Outflow

1. Biaya Investasi

A. Lahan 11 250 000

B. Bangunan

a. Ruang Penggorengan 10 000 000

b. Ruang Pengepakan 9 000 000

c. Ruang Penyimpanan 10 000 000

d. Ruang Pengirisan 2 250 000

e. WC 2 500 000

f. Ruang Sortir 2 000 000

g. Ruang Kerja 2 000 000

h. Instalasi Air 500 000 500 000

i. Instalasi Listrik 1 500 000

j. Terpal 5 000 000 5 000 000

D. Peralatan

a. Penggorengan 18 000 000

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

43

b. Peniris Minyak 1 000 000

c. Pengiris Manual 1 200 000 1 200 000

d. Mata Pisau Pengiris 360 000 360 000

e. Serok Besar 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000

f. Serok Kecil 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000

h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000

i. Jerigen 250 000 250000

j. Keranjang Bambu 25 000 25 000 25 000 25 000 25 000

k. Timbangan 300 000 300 000

l. Alat Pengemas 350 000 350 000

m. Baskom 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000

n. Genset (2400 W) 2 500 000 2 500 000

o. Gayung 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

p. Sumur 1 000 000

Peralatan Pendukung

a. Meja 250 000 250 000

b. Kursi 450 000 450 000

c. White Board 75 000 75 000

F. Transportasi

a. Mobil Pick Up 45 000 000

b. Motor 12 500 000

c. Perijinan 1 500 000

Total Biaya Investasi 141 960 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000

2. Biaya Tetap

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

44

a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000

b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000

c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000

d. Gaji Karyawan (4 Orang) 31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000

e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500

Total Biaya Tetap 64 367 354 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 86 843 854 78 983 854 78 983 854 78 983 854

3. Biaya Variabel

a. Bawang Merah 44 985 600 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 67 478 400 57 564 000 57 564 000 57 564 000

b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000

c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000

d. Bahan Bakar (BBM) 10 800 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000 16 200 000

e. Pemakaian Listrik 2 800 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000

f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000

g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000

h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000

i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000

j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000

k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000

Total Biaya Variabel 67 970 600 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 10 918 400 94 914 000

Pajak Pendapatan Usaha (25%) 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 5 331 150 9 797 250 9 797 250 9 797 250

Total Outflow 274 297 954 197 093 404 198 318 404 197 093 404 198 318 404 201 268 404 198 318 404 197 093 404 198 318 404 183 695 104 183 695 104 183 695 104

III Net Benefit (82 080 000) 11 706 596 10 481 596 11 706 596 10 481 596 7 531 596 10 481 596 11 706 596 10 481 596 25 104 896 25 104 896 25 104 896

IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27

V Present Value (72 000 000) 9 007 845 7 074 779 6 931 245 5 443 812 3 431 294 4 188 837 4 103 853 3 223 174 6 771 890 6 771 890 6 771 890

PV + 72 000 000

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

45

PV - (0)

IV Net Present Value 72 000 000

VII Net B/C 1.4

VIII IRR 30.00 %

IX PP 3.2

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

46

Lampiran 2 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe B di Kabupaten Kuningan

No Keterangan Bulan

I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Penjualan Bawang Goreng 100 320 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000

b. Pinjaman 0

c. Modal Sendiri 44 680 000

d. Nilai Sisa

Total Inflow 44 680 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000 108 480 000

II Outflow

1. Biaya Investasi

A. Lahan 10 930 000

B. Bangunan

a. Ruang Penggorengan 9 680 000

b. Ruang Pengepakan 8 680 000

c. Ruang Penyimpanan 9 680 000

d. Ruang Pengirisan 1 930 000

e. WC 1 930 000

f. Ruang Sortir 2 000 000

g. Ruang Kerja 2 000 000

h. Instalasi Air 500 000 500 000

i. Instalasi Listrik 1 500 000

j. Terpal 4 680 000 4 680 000

D. Peralatan

a. Penggorengan 17 680 000

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

47

b. Peniris Minyak 1 000 000

c. Pengiris Manual 1 200 000 1 200 000

d. Mata Pisau Pengiris 360 000 360 000

e. Serok Besar 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000

f. Serok Kecil 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000

h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000

i. Jerigen 250 000 250000

j. Keranjang Bambu 25 000 25 000 25 000 25 000 25 000

k. Timbangan 300 000 300 000

l. Alat Pengemas 350 000 350 000

m. Baskom 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000

n. Genset (2400 W) 2 500 000 2 500 000

o. Gayung 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

p. Sumur 1 000 000

Peralatan Pendukung

a. Meja 250 000 250 000

b. Kursi 450 000 450 000

c. White Board 75 000 75 000

F. Transportasi

a. Mobil Pick Up 45 000 000

b. Motor 12 500 000

c. Perijinan 1 500 000

Total Biaya Investasi 13 972 0000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000

2. Biaya Tetap

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

48

a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000

b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000

c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000

d. Gaji Karyawan (2 Orang) 15 720 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 31 440 000 23 580 000 23 580 000 23 580 000

e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500

Total Biaya Tetap 64 047 354 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 86 523 854 78 663 854 78 663 854 78 663 854

3. Biaya Variabel

a. Bawang Merah 44 665 600 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 67 158 400 57 244 000 57 244 000 57 244 000

b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000

c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000

d. Bahan Bakar (BBM) 10 480 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000

e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000

f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000

g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000

h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000

i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000

j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000

k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000

Total Biaya Variabel 67 010 600 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400 9 958 400

Pajak Pendapatan Usaha

(25%) 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250

Total Outflow 273 337 954 196 133 404 197 358 404 195 173 404 197 358 404 200 308 404 197 358 404 195 173 404 197 358 404 182 735 104 182 735 104 182 735 104

III Net Benefit (54 720 000) 10 746 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 7 531 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 24 784 896 24 784 896 24 784 896

IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27

V Present Value (48 000 000) 8 047 845 6 114 779 6 611 245 5 123 812 3 111 294 3 228 837 3 143 853 2 263 174 5 811 890 5 811 890 5 811 890

PV + 48 000 000

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

49

PV - (0)

IV Net Present Value 48 000 000

VII Net B/C 1.3

VIII IRR 27.00 %

IX PP 3.2

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

50

Lampiran 3 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe C di Kabupaten Kuningan

No Keterangan Bulan

I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Penjualan Bawang Goreng 102 375 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000

b. Pinjaman 0

c. Modal Sendiri 44 800 500

d. Nilai Sisa

Total Inflow 44 800 500 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000 108 675 000

II Outflow

1. Biaya Investasi

A. Lahan 10 950 500

B. Bangunan

a. Ruang Penggorengan 9 750 500

b. Ruang Pengepakan 8 750 500

c. Ruang Penyimpanan 9 750 500

d. Ruang Pengirisan 1 950 500

e. WC 1 950 500

f. Ruang Sortir 2 000 000

g. Ruang Kerja 2 000 000

h. Instalasi Air 500 000 500 000

i. Instalasi Listrik 1 500 000

j. Terpal 4 750 500 4 680 000

D. Peralatan

a. Penggorengan 17 750 500

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

51

b. Peniris Minyak 1 000 000

c. Pengiris Manual 1 200 000 1 200 000

d. Mata Pisau Pengiris 360 000 360 000

e. Serok Besar 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000

f. Serok Kecil 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000

h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000

i. Jerigen 250 000 250000

j. Keranjang Bambu 25 000 25 000 25 000 25 000 25 000

k. Timbangan 300 000 300 000

l. Alat Pengemas 350 000 350 000

m. Baskom 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000

n. Genset (2400 W) 2 500 000 2 500 000

o. Gayung 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

p. Sumur 1 000 000

Peralatan Pendukung

a. Meja 250 000 250 000

b. Kursi 450 000 450 000

c. White Board 75 000 75 000

F. Transportasi

a. Mobil Pick Up 45 000 000

b. Motor 12 500 000

c. Perijinan 1 500 000

Total Biaya Investasi 59 720 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000

2. Biaya Tetap

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

52

a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000

b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000

c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000

d. Gaji Karyawan (3

Orang) 23 580 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 23 580 000 23 580 000 23 580 000

e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500

Total Biaya Tetap 29 476 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 51 952 000 44 092 000 44 092 000 44 092 000

3. Biaya Variabel

a. Bawang Merah 40 665 600 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400 63 158 400

b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000

c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000

d. Bahan Bakar (BBM) 10 480 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000 15 560 000

e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000

f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000

g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000

h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000

i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000

j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000

k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000

Total Biaya Variabel 63 010 600 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400 5 958 400

Pajak Pendapatan Usaha

(25%) 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250

Total Outflow 273 450 500 196 150 500 197 150 500 195 150 500 197 450 500 200 325 500 197 150 500 197 150 500 197 150 500 182 750 500 182 750 500 182 750 500

III Net Benefit (60 947 820) 10 746 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 7 531 596 9 521 596 9 786 596 9 521 596 24 784 896 24 784 896 24 784 896

IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27

v Present Value (53 463 000) 8 047 845 6 114 779 6 611 245 5 123 812 3 111 294 3 228 837 3 143 853 2 263 174 5 811 890 5 811 890 5 811 890

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

53

PV + 53 463 000

PV - (0)

IV Net Present Value 53 463 000

VII Net B/C 1.3

VIII IRR 27.00 %

IX PP 3.6

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

54

Lampiran 4 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe D di Kabupaten Kuningan

No Keterangan Bulan

I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Penjualan Bawang Goreng 112 975 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000

b. Pinjaman 0

c. Modal Sendiri 55 400 500

d. Nilai Sisa

Total Inflow 55 400 500 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000 119 275 000

II Outflow

1. Biaya Investasi

A. Lahan 10 950 500

B. Bangunan

a. Ruang Penggorengan 11 750 500

b. Ruang Pengepakan 8 750 500

c. Ruang Penyimpanan 11 750 500

d. Ruang Pengirisan 3 950 500

e. WC 1 950 500

f. Ruang Sortir 2 000 000

g. Ruang Kerja 2 000 000

h. Instalasi Air 500 000 500 000

i. Instalasi Listrik 1 500 000

j. Terpal 6 750 500 4 680 000

D. Peralatan

a. Penggorengan 22 750 500

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

55

b. Peniris Minyak 1 000 000

c. Pengiris Elektrik 1 200 000 1 200 000

d. Mata Pisau Pengiris 360 000 360 000

e. Serok Besar 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000

f. Serok Kecil 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000

h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000

i. Jerigen 250 000 250000

j. Keranjang Bambu 25 000 25 000 25 000 25 000 25 000

k. Timbangan 300 000 300 000

l. Alat Pengemas 350 000 350 000

m. Baskom 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000

n. Genset (2400 W) 2 800 000 2 500 000

o. Gayung 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

p. Sumur 1 000 000

Peralatan Pendukung

a. Meja 450 000 250 000

b. Kursi 550 000 450 000

c. White Board 175 000 75 000

F. Transportasi

a. Mobil Pick Up 50 000 000

b. Motor 12 500 000

c. Perijinan 1 500 000

Total Biaya Investasi 70 320 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000

2. Biaya Tetap

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

56

a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000

b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000

c. Alat Tulis Kantor 350 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000

d. Gaji Karyawan (4

Orang) 31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000

e. Perawatan 13 071 000 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500 19 431 500

Total Biaya Tetap 40 076 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 62 552 000 54 692 000 54 692 000 54 692 000

3. Biaya Variabel

a. Bawang Merah 46 965 600 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400 68 758 400

b. Biaya Pulsa 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000

c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000

d. Bahan Bakar (BBM) 15 480 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000

e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 20 560 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000

f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000

g. Tepung Terigu 1 500 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000

h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000

i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000

j. Biaya Pengiriman 2 400 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000

k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000

Total Biaya Variabel 73 610 600 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400 16 558 400

Pajak Pendapatan Usaha

(25%) 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250

Total Outflow 284 343 300 207 043 300 207 043 300 207 043 300 207 043 300 211 218 300 207 043 300 207 043 300 207 043 300 193 643 300 193 643 300 193 643 300

III Net Benefit (85 785 000) 11 346 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 18 131 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 35 384 896 35 384 896 35 384 896

IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27

v Present Value (75 250 000) 18 647 845 16 614 779 17 111 245 15 723 812 13 711 294 13 828 837 14 143 853 12 863 174 16 511 890 16 511 890 16 511 890

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

57

PV + 75 250 000

PV - (0)

IV Net Present Value 75 250 000

VII Net B/C 1.6

VIII IRR 33.00 %

IX PP 3.3

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

58

Lampiran 5 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe E di Kabupaten Kuningan

No Keterangan Bulan

I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Penjualan Bawang

Goreng 112 375 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000

b. Pinjaman 0

c. Modal Sendiri 54 800 500

d. Nilai Sisa

Total Inflow 54 800 500 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000 118 675 000

II Outflow

1. Biaya Investasi

A. Lahan 10 950 500

B. Bangunan

a. Ruang Penggorengan 11 750 500

b. Ruang Pengepakan 8 750 500

c. Ruang Penyimpanan 11 750 500

d. Ruang Pengirisan 3 950 500

e. WC 1 950 500

f. Ruang Sortir 2 000 000

g. Ruang Kerja 2 000 000

h. Instalasi Air 500 000 500 000

i. Instalasi Listrik 1 500 000

j. Terpal 6 750 500 4 680 000

D. Peralatan

a. Penggorengan 22 750 500

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

59

b. Peniris Minyak 1 000 000

c. Pengiris Manual 1 200 000 1 200 000

d. Mata Pisau Pengiris 360 000 360 000

e. Serok Besar 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000

f. Serok Kecil 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000

h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000

i. Jerigen 250 000 250000

j. Keranjang Bambu 25 000 25 000 25 000 25 000 25 000

k. Timbangan 300 000 300 000

l. Alat Pengemas 350 000 350 000

m. Baskom 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000

n. Genset (2400 W) 2 500 000 2 500 000

o. Gayung 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

p. Sumur 1 000 000

Peralatan Pendukung

a. Meja 250 000 250 000

b. Kursi 450 000 450 000

c. White Board 75 000 75 000

F. Transportasi

a. Mobil Pick Up 50 000 000

b. Motor 12 500 000

c. Perijinan 1 500 000

Total Biaya Investasi 69 720 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000

2. Biaya Tetap

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

60

a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000

b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000

c. Alat Tulis Kantor 200 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000

d. Gaji Karyawan (4

Orang) 31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000

e. Perawatan 12 921 000 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500 19 381 500

Total Biaya Tetap 39 476 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 61 952 000 54 092 000 54 092 000 54 092 000

3. Biaya Variabel

a. Bawang Merah 45 665 600 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400 68 158 400

b. Biaya Pulsa 300 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000

c. Tali Sakura 375 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000 750 000

d. Bahan Bakar (BBM) 15 480 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000 20 560 000

e. Pemakaian Listrik 2 480 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 20 560 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000 3 880 000

f. Minyak Goreng 4 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000

g. Tepung Terigu 1 200 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000

h. Plastik Pengemas 250 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000 1 350 000

i. Pengecapan Produk 800 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000

j. Biaya Pengiriman 2 100 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000 4 200 000

k. Penyortiran 360 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 540 000 450 000 450 000 450 000

Total Biaya Variabel 73 010 600 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400 15 958 400

Pajak Pendapatan

Usaha (25%) 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250

Total Outflow 283 743 300 206 443 300 206 443 300 206 443 300 206 443 300 210 618 300 206 443 300 206 443 300 206 443 300 193 043 300 193 043 300 193 043 300

III Net Benefit (83 812 800) 10 746 596 19 521 596 19 786 596 19 521 596 17 531 596 19 521 596 19 786 596 19 521 596 34 784 896 34 784 896 34 784 896

IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27

v Present Value (73 520 000) 18 047 845 16 114 779 16 611 245 15 123 812 13 111 294 13 228 837 13 143 853 12 263 174 15 811 890 15 811 890 15 811 890

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

61

PV + 73 520 000

PV - (0)

IV Net Present Value 73 520 000

VII Net B/C 1.5

VIII IRR 31.70 %

IX PP 3.3

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

62

Lampiran 6 Cashflow industri rumah tangga bawang goreng tipe F di Kabupaten Kuningan

No Keterangan Bulan

I Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Penjualan Bawang Goreng 123 975 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000

b. Pinjaman 0

c. Modal Sendiri 66 400 500

d. Nilai Sisa

Total Inflow 66 400 500 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000 130 275 000

II Outflow

1. Biaya Investasi

A. Lahan 11 950 500

B. Bangunan

a. Ruang Penggorengan 12 750 500

b. Ruang Pengepakan 8 750 500

c. Ruang Penyimpanan 12 750 500

d. Ruang Pengirisan 3 950 500

e. WC 1 950 500

f. Ruang Sortir 2 000 000

g. Ruang Kerja 2 000 000

h. Instalasi Air 500 000 500 000

i. Instalasi Listrik 2 500 000

j. Terpal 6 750 500 4 680 000

D. Peralatan

a. Penggorengan 23 750 500

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

63

b. Peniris Minyak 1 000 000

c. Pengiris Elektrik 1 200 000 1 200 000

d. Mata Pisau Pengiris 360 000 360 000

e. Serok Besar 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000

f. Serok Kecil 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

g. Ember 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000

h. Bak 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000

i. Jerigen 250 000 250000

j. Keranjang Bambu 25 000 25 000 25 000 25 000 25 000

k. Timbangan 300 000 300 000

l. Alat Pengemas 350 000 350 000

m. Baskom 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000

n. Genset (2400 W) 2 900 000 2 500 000

o. Gayung 37 500 37 500 37 500 37 500 37 500

p. Sumur 2 000 000

Peralatan Pendukung

a. Meja 450 000 250 000

b. Kursi 550 000 450 000

c. White Board 175 000 75 000

F. Transportasi

a. Mobil Pick Up 52 000 000

b. Motor 13 500 000

c. Perijinan 1 500 000

Total Biaya Investasi 81 320 000 1 225 000 1 225 000 4 175 000 1 225 000 1 225 000

2. Biaya Tetap

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

64

a. Abodemen Listrik 392 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000 588 000

b. PBB 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000 243 000

c. Alat Tulis Kantor 350 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000

d. Gaji Karyawan (4

Orang) 31 440 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 47 160 000 39 300 000 39 300 000 39 300 000

e. Perawatan 24 071 000 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500 30 431 500

Total Biaya Tetap 51 076 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 73 552 000 65 692 000 65 692 000 65 692 000

3. Biaya Variabel

a. Bawang Merah 47 965 600 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400 69 758 400

b. Biaya Pulsa 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 1 600 000

c. Tali Sakura 1 375 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000 1 750 000

d. Bahan Bakar (BBM) 16 480 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000 21 560 000

e. Pemakaian Listrik 3 480 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000 4 880 000

f. Minyak Goreng 5 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000

g. Tepung Terigu 2 500 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000 3 700 000

h. Plastik Pengemas 1 250 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000 2 350 000

i. Pengecapan Produk 1 800 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000 2 200 000

j. Biaya Pengiriman 3 400 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000 5 500 000

k. Penyortiran 1 360 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000 1 540 000

Total Biaya Variabel 84 610 600 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400 27 558 400

Pajak Pendapatan Usaha

(25%) 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 5 011 150 9 477 250 9 477 250 9 477 250

Total Outflow 295 343 300 218 043 300 218 043 300 218 043 300 218 043 300 222 218 300 218 043 300 218 043 300 218 043 300 204 643 300 204 643 300 204 643 300

III Net Benefit (88 076 400) 11 346 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 18 131 596 20 121 596 20 386 596 20 121 596 35 384 896 35 384 896 35 384 896

IV Discount Factor (14%) 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.4 0.351 0.308 0.27 0.27 0.27

V Present Value (77 260 000) 18 647 845 16 614 779 17 111 245 15 723 812 13 711 294 13 828 837 14 143 853 12 863 174 16 511 890 16 511 890 16 511 890

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

65

PV + 77 260 000

PV - (0)

IV Net Present Value 77 260 000

VII Net B/C 1.6

VIII IRR 32.00 %

IX PP 3.3

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

66

Lampiran 7 Nama pengrajin usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

No Nama

Pengrajin Alamat (Desa, Kecamatan)

Produksi

(Kg/Bulan)

Harga Produk

(Rp/Kg)

Tipe

Usaha

1 Muhsin Pamijahan, Ciawigebang 100 10.000 A

2 A Guang Jatimulya, Cidahu 20 20.000 B

3 Buseri Winduherang, Cigugur 400 10.000 C

4 Durma Setianegara, Cilimus 60 10.000 C

5 Wasih Kutakembaran, Garawangi 120 12.000 C

6 Ramlah Widarasari, Kramatmulya 100 10.000 C

7 Fauzi Purwawinangun, Kuningan 200 10.000 C

8 Sumarno Sindangsari, Luragung 240 10.000 C

9 Juwariyah Partawangunan, Kalimanggis 200 13.000 C

10 Farida Pasayangan, Lebakwangi 320 25.000 D

11 Uripah Sadamantra, Jalaksana 400 13.000 E

12 Makmuri Tirtawangunan, Sindangagung 600 10.000 E

13 Kasturah Andawaru, Ciwaru 400 10.000 E

14 Edi Kutawaringin, Selajambe 400 10.000 E

15 Tasirah Salakadomas, Mandirancan 300 10.000 E

16 Bambang Mungkaldatar, Ciniru 400 18.000 F

Jumlah Total Produksi Bawang Goreng 4260 Kg

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2012

Lampiran 8 Harga bawang merah di Kabupaten Kuningan tahun 2008-2012

Bulan 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 1950 9000 925 3188 3700

Februari 1650 7650 3462 4500 4675

Maret 3500 6375 2562 5125 5000

April 5650 5375 3400 5500 4425

Mei 5380 5000 4625 4125 4500

Juni 9500 4750 3425 5025 4500

Juli 7375 2950 5375 3688

Agustus 6900 1000 3750 3063

September 10750 1075 2275 3500

Oktober 10250 1800 3750 4200

November 6000 1900 4062 4150

Desember 6875 675 3375 3500 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2012

66

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

67

Lampiran 9 Karakteristik mutu pengolahan bawang merah

Karakteristik Mutu I Mutu II

Kesamaan Sifat Seragam Seragam

Ketuaan Tua Cukup Tua

Kekerasan Keras Cukup Keras

Diameter Minimal 1,7 cm 1,3 cm

Kerusakan Maksimal 10% 10%

Busuk 5% 5%

Kotoran 1% 2% Sumber :Direktorat Bina Produksi Holtikultura Kabupaten Kuningan, 2012

Lampiran 10 Ringkasan umur ekonomis, jumlah, dan nilai peralatan investasi

usaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan

No Nama Alat Umur

Ekonomis

Tipe Usaha Bawang Goreng Harga Satuan

(Rp) A B C D E F

1 Alat pengiris manual 10 Tahun 1 1 1 1 0 0 190.000

2 Alat pengiris elektrik 10 Tahun 0 0 0 0 1 1 1.700.000

3 Mata pisau pengiris 1 Tahun 2 2 2 2 2 2 30.000

4 Alat penyedot minyak goreng 10 Tahun 0 0 0 1 0 1 2.000.000

5 Kompor pompa 5 Tahun 1 1 1 1 2 2 150.000

6 Brander (kepala api) 1 Tahun 1 1 1 1 2 2 50.000

7 Penggorengan 5 Tahun 1 1 1 1 2 2 80.000

8 Susuk 2 Tahun 2 2 2 2 4 4 3.500

9 Pisau 3 Tahun 4 2 8 8 10 10 3.500

10 Ember kecil 3 Tahun 2 2 2 1 4 1 5.000

11 Ember besar 3 Tahun 1 1 1 1 2 2 10.000

12 Irigan (peniris minyak manual) 2 Tahun 2 2 2 0 4 0 3.500

13 Keranjang bambu kecil 2 Tahun 4 2 8 8 10 10 3.500

14 Keranjang bambu besar 2 Tahun 1 1 1 1 2 2 7.000

15 Jerigen minyak 5 Tahun 2 2 2 2 4 4 10.000

16 Timbangan 10 Tahun 1 1 1 1 1 1 100.000

67

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

68

Lampiran 11 Produksi bawang merah di beberapa sentra produksi di Pulau Jawa

tahun 2012

No Sentra Produksi Produksi (Kwintal)

1 Bandung 287.840

2 Cirebon 184.830

3 Kuningan 1.490.574

4 Indramayu 52.220

5 Majalengka 254.970

6 Boyolali 26.905

7 Pati 109.660

8 Demak 37.187

9 Kendal 94.636

10 Tegal 175.075

11 Brebes 91.020

12 Kulonprogo 145

13 Bantul 103

14 Kediri 65.000 Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2012

68

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

69

Lampiran 12 Kuisioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul

“Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumah Tangga Bawang Goreng Di

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat” oleh Adi Ankafia (H34087001), Mahasiswa

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Daftar Pertanyaan

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Alamat :

5. Tgl/Bln/Thn memulai usaha :

6. Luas lahan :

7. Luas bangunan :

B. Aspek Kelayakan Usaha

No Uraian Keterangan

1 Aspek Pasar dan Pemasaran :

a. Permintaan dan Penawaran

b. Strategi pemasaran yang digunakan

c. Pesaing Perusahaan

d. Market share

2 Aspek Teknis :

a. Lokasi Usaha

b. Luas Produksi (Kapasitas Produksi)

c. Proses Produksi

d. Perlengkapan dan Peralatan yang

digunakan

e. Listrik dan air

f. Tenaga kerja

g. Fasilitas Transportasi

h. Teknologi

3 Aspek Manajemen dan Hukum :

a. Bentuk badan usaha

b. Job Description

c. Struktur Organisasi

69 69 69

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

70

d. Penyediaan tenaga kerja

e. Sistem Pembagian Kerja

f. Izin Usaha

4 Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya :

a. Dampak usaha terhadap masyarakat

b. Reaksi masyarakat terhadap usaha

c. Kontribusi terhadap Pendapatan Daerah

5 Aspek Lingkungan :

a. Dampak usaha terhadap lingkungan

b. Penanganan limbah hasil usaha

6 Aspek Finansial :

a. Sumber modal

b. Biaya peralatan

c. Biaya perlengkapan

d. Biaya tenaga kerja

e. Produksi total

f. Sumber penerimaan

C. Biaya Investasi

No Uraian Umur

Ekonomis Jumlah

Harga/Unit

(Rp) Total (Rp)

1

2

3

4

5

6

7

Total Biaya :

70

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

71

D. Biaya Tetap

No Uraian Umur

Ekonomis Jumlah

Harga/Unit

(Rp) Total (Rp)

1

2

3

4

Total Biaya :

E. Biaya Variabel

No Uraian Umur

Ekonomis Jumlah

Harga/Unit

(Rp) Total (Rp)

1

2

3

4

5

Total Biaya :

F. Nilai Penyusutan

No Uraian Umur

Ekonomis Jumlah

Harga/Unit

(Rp)

Total

(Rp)

1

2

3

4

5

6

Total Biaya :

71

Page 84: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri

72

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa Timur pada tanggal 25 Mei 1986

sebagai anak pertama dari ayahanda Syaiful Bashori dan ibunda Sri Hartati.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Pandean 1 Madiun

tahun 1996. Kemudian tahun 1999 lulus dari SMPN 5 Madiun dan tahun 2002

lulus dari SMUN 5 Madiun. Pada tahun 2002 penulis diterima di Diploma III

Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Inventarisasi dan Pengelolaan

Sumber Daya Lahan dan menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2005.

Pada tahun 2007, penulis diterima bekerja di Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan Pendidikan Sarjana

melalui Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis bercita-cita

menjadi Astronaut.

72

Page 85: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri
Page 86: ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA … · ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG GORENG DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT ADI ANKAFIA ... Usaha Industri