ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN...
Transcript of ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN...
i
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN
PENANGANAN RISIKO KREDIT MACET PADA KENDARAAN
BERMOTOR (BPRS AL SALAAM CABANG CINERE)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
(SE,Sy)
Disusun Oleh :
MUHAMMAD FACHRYZA
(1110046100219)
PRODI MUAMALAT
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang senantiasa
melimpahkan curahan rahmat dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam tidak lupa penulis
curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut-
Nya.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis akan menerima setiap pandangan dan saran yang terkait
dengan skripsi ini dengan hati terbuka.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH. Bapak Abdurrauf, M.A, selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Muamalat.
3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.PD, S.E. atas kesediaannya memberikan
waktu kepada penulis untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh
perhatian dan kesabaran.
4. Ibu Yuke Rahmawati, MA, Penasehat Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi dalam menuntut ilmu selama bangku kuliah.
vi
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
untuk memberikan ilmunya kepada penulis selama bangku kuliah.
6. Bapak Azwar selaku Pimpinan BPRS Al Salaam Cabang Cinere yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan riset.
7. Bapak Zulfikar Zulkarnain dan para staf BPRS Al Salaam Cabang Cinere dalam
memberikan data- data yang berkaitan dengan skripsi ini.
8. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
9. Kedua orang tuaku tercinta, bapak Royani dan Ibu Mardiyah Orang-orang nomor
satu di hati saya, motivasi terbesar saya. Serta adik-adiku tercinta, Rahmah,
Risqia, dan Alia. Terima kasih atas setiap doa’nya, setiap dukungannya. Berkat
doa dan motivasi mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk orang-orang terdekatku, terima kasih atas dukungan, semangat dan
keceriaannya yang meyakinkan penulis untuk tidak berhenti dan selalu
melakukan yang terbaik.
11. Teman-teman terdekatku yang selalu membantu dalam mengerjakan skripsi dan
memotivasi saya. Nurfadillah, Dian Thalia, Fitri, Fajar, Arif, Noval, Syarifah
Aliya, Ami, Intan, Eneng, Anis, yang selalu mensuport dalam penulisan skripsi.
vii
12. Teman-teman yang selalu mendukung secara langsung dan tidak langsung baik
moril maupun materil, teman seperjuangan dikampus, Syam, Riyan, Aziz,
Hilman, Ari, Fahmi, Ilham, Yafi, Nisrina, Nurul, dan lain-lain.
13. Teman-teman futsal team Syariah dan Hukum
14. Teman-teman kelas PS E 2010 Fakultas Syariah dan Hukum
15. Teman-teman KKN Tunas
16. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhir.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia, limpahan
rahmat dan berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
pihak-pihak yang memerlukan.
Ciputat, 28 Mei 2015 M
10 Syaban 1436 H
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...vii
ABSTRAK………………………………………………………………………...iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah…………………………...8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..9
D. Kerangka Konseptual………………………………………...10
E. Sistematika Penulisan………………………………………...10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Review Study Terdahulu……………………………………..12
B. Tinjauan Umum Murabahah……………………………………..14
C. Konsep Pembiayaan Murabahah…………………………….21
D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis kelayakan
Pembiayaan……………………………………………………25
E. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 17/DSN-
MUI/IX/2000…………………………………………………..34
BAB III METODE PENELITIAN
ix
A. Metodologi Penelitian………………………………………….38
1. Jenis Penelitian……………………………………………..38
2. Tempat dan Waktu……………………………….…………39
3. Jenis data……………………………………………………39
4. Teknik Pengumpulan Data………………………………….40
5. Teknik Analisis Data………………………………………..40
B. Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………...43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan…………………………………………..56
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada BPRS
Al Salaam……………………………………………………….59
C. Kasus Bermasalah Pembiayaan Murabahah Pada Produk
Pembiayaan Kendaraan Sepeda Motor………………………….62
D. Penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor di
BPRS Al Salaam cabang Cinere………………………………...66
E. PENYEABAB PEMBIAYAAN BERMASALAH………….......68
F. Faktor Ekstern Nasabah…………………………………………69
G. Gejala Dini Pembiayaan Bermasalah…………………………....70
H. Strategi Collection Langsung……………………………………71
I. Proses Penangan Pembiayaan Bermasalah………………………71
J. Eksekusi Pembiayaan……………………………………………74
x
K. Syarat dan Proses Litigasi……………………………………….75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………...78
B. Saran…………………………………………………………….79
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..81
LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
Muhammad Fachryza, 1110046100219, “ Analisis Kelayakan Pembiayaan
Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendaraan Bermotor ( BPRS
Al Salaam Cabang Cinere )” Strata 1. Program Studi Muamalat, Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatulah
Jakarta 2015.
BPRS Al Salaam merupakan lembaga keuangan syariah yang melandaskan
kebersamaan ( solidarity corporate ) yang tetap menjunjung tinggi profesioalisme.
Lembaga keuangan syariah ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
nasional. Salah satu pembiayaan yang terdapat di BPRS Al Salaam yaitu pembiayaan
kendaraan bermotor. Prosedur pada pembiayaan kendaraan bermotor, analisis
kelayakan pada pembiayaan kendaraan bermotor kasus pembiayaan bermasalah dan
penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan bermotor di BPRS Al Salaam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang digunakan dalam
skripsi ini yaitu data primer yaitu diambil dari wawancara serta data sekunder berupa
studi kepustakaan dan dokumen lainnya. Adapun objek yang diteliti adalah prosedur
pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan dan penangan pembiayaan
bermasalah pada pembiayaan bermotor di BPRS Al Salaam.
Hasil penelitian ini prosedur pembiayaan kendaraan bermotor nasabah secara
lisan atau tulisan mengajukan pembiayaan kendaraan bermotor kepada BPRS Al
Asaalam. Kemudian BPRS menindaklanjuti dan meminta dokumen nasabah yang
kemudian dilanjutkan untuk analisis kelayakan. BPRS melakukan analisis kelayakan,
dalam hal ini Character, Capacity, Capital, Colleteral, Condition dan Penanganan
pembiayaan, Lancar ( monitoring usaha, stock, proyek dll ), Kurang lancar ( surat
pembritahuan, teguran, kunjungan ) ( preventif : reschedule, resruktur, rekondisi ),
Diragukan ( surat teguran, peringatan, kunjungan ) (reschedule, resruktur, rekondisi ),
Macet ( penagihan, offset jaminan, eksekusi, dll)
Kata Kunci : Pembiayaan, analisis kelayakan dan kredit macet
Dosen Pembimbing : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.PD, S.E.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai perantara
keuangan (financial intermediary), artinya lembaga yang kegiatannya
menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan ke
masyarakat yang kekurangan dana. Kegiatan bank menghimpun dana disebut
dengan funding, sementara kegiatan dana menyalurkan kemasyarakat oleh bank
disebut dengan financing atau lending (pendanaan atau peminjaman).1
Selain menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan antara pihak
surplus dan pihak defisit dana, bank sebagai suatu lembaga keuangan juga
berperan menyediakan sebuah fasilitas modal dan memberikan kredit dan jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran.2 Perkembangan perbankan syariah
pada era reformasi ditandai oleh dengan disetujuinya Undang- undang. No. 10
tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum
serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikandan diimplementasikan oleh bank
syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri
1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 41.
2 Ahmad Anwari, Bank Rekan Terpercaya dalam Usaha Anda (Jakarta: Balai Pustaka,
1987), h. 1.
1
2
secara total menjadi bank syariah.3 Perbankan syariah merupakan bagian dari
konsep yang lebih luas didalam ekonomi Islam, dimana tujuannya sebagaimana
dianjurkan oleh para ulama, adalah memberlakukan sistem nilai dan etika Islam
ke dalam lingkunan ekonomi.4 Dengan adanya dasar acuan seperti ini, maka
keuangan dan perbankan syariah bagi kebanyakan umat tidak hanya sebagai
sebuah transaksi yang bersifat komersial.
Setelah lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur seraca rinci landasan
hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh bank syariah, dan juga menganjurkan adanya dual banking system. Yaitu
adanya bank konvensional yang konversi menjadi Bank Umum Syariah, dan juga
menganjurkan setiap bank konvensional memliki Unit Usaha Syariah, Hal
tersebut memberikan respon yang cukup baik dari masyarakat. Eksistensi bank
syariah semakin diperkuat dengan adanya UU No. 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah pada tanggal 17 juni 2008, sehingga memperkuat kedudukan
bank syariah dalam perbankan nasional.
Selain berfungsi sosial, bank syariah juga mempunyai fungsi yang sama
dengan bank konvesional, yaitu sebagai lembaga yang berfungsi menghimpun
dana masyarakat dan menyalurkan dana masyarakat melalui pembiayaan.
3 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Depok: Gema Insani
,2001), h. 26 4 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006), h.
12.
3
Perluasan lembaga keuangan pembiayaan disambut baik oleh pemerintah,
yaitu dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1998, dimana dalam Kepres ini
didalamnya terdapat landasan operasional yang jelas. Adapun beberapa jenis
usaha dalam lebaga pembiayaan diantaranya adalah sewa guna usaha (leasing),
modal ventura (venture capital), piutang, (factoring), pembiayaan konsumen
(consumers finance), dan perdagangan surat berharga.5
Dalam perkembangan selanjutnya, landasan hukum perusahan pembiayaan
semakin kuat dengan Peraturan Menter Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006
tentang perusahaan pembiayaan, yang menjelaskan bahwa: “Perusahan
pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank
yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang
usaha lembaga pembiayaan”.6
Peraturan Menteri Keuangan inilah yang membuat posisi lembaga
pembiayaan memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan dan
menguatkan lembaga pembiayaan di Indonesia. Sistem keuangan Islam yang
bebas dari prinsip bunga diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam
mencapai kesejahteraan masyarakat. Penghapusan sistem bunga ini memiliki
dampak makro yang cukup baik bagi perkembangan ekonomi Indonesia, hal ini
5 Ade Arthesa & Edie Handiaman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: PT.
Indeks, 2006), h.248. 6 Peraturan Menteri Keuangan No 84/PMK.012/2006, Tentang Perusahaan Pembiayaan.
4
dapat dilihat dengan banyaknya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip
syariah dalam menjalankan kegiatannya.7
Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka setiap tipe
lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam berinvestasi dan
berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Lembaga
pembiayaan harus memfasilitasi hal tersebut guna menampung seluruh keinginan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana yang mereka
inginkan. Disamping itu, peran dan kinerja perbankan tidak akan optimal tanpa
didukung oleh sistem keuangan yang tangguh (robust financial system). Sistem
keuangan yang tangguh harus mampu menghindari dan memecahkan masalah
keuangan yang dihadapi, yaitu potensi adanya risiko sistemik ketidak stabilan
sistem keuangan (sistemik risk), potensi adanya risiko bank run, resiko kelebihan
atau kekurangan likuiditas perbankan, dan risiko terhadap buruknya pelayanan
yang diberikan oleh bank. Dengan alasan itulah, maka diperlukan institusi–
institusi pendukung dalam sistem keuangan, seperti lembaga pembiayaan yang
ada saat ini.8
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah didefinisikan sebagai penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
7 Ade & Edia, Bank & Lembaga, h. 5
8 Ibid, h. 7-8
5
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.9 Secara umum sistem pembiayaan syariah adalah
sama seperti halnya pada pembiayaan konvensional, yaitu perusahaan
pembiayaan syariah menyediakan pembiayaan seperti sewa guna usaha, ajak
piutang, pembiayaan konsumen, usaha kredit.10
Pembiayaan syariah dalam
melakukan kegiatan pembiayaan harus berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu yang
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil dengan akad-akad syariah yang lainnya
seperti Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Salam, Istisna dan Murabahah.11
Lembaga pembiayaan syariah harus mampu bersaing dengan lembaga
pembiayaan lainnnya yang masih didominasi oleh pembiayaan konvensional yang
telah eksis. Lembaga pembiayaan syariah merupakan salah satu lembaga
keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktivitas membiayai
kebutuhan masyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif. Menurut
peraturan mentri keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan
pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank
9 Adiwarman Karim A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), h. 78 10
Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: PT. Indeks, 2006), h. 247
11 Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomer. PER
03/BL/2007 tentang kegiatan perusahaan berdasarkan prinsip syariah. Disetujui oleh DSN-MUI melalui surat Nomor B-323/DSNMUI/XI/2007
6
yang harus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang
usaha lembaga pembiayaan.
Dalam pemberian pembiayaan diperlukan analisa kelayakan pembiayaan oleh
bank syariah dengan tujuan agar bank tersebut yakin bahwa pembiayaan yang
diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali. Bank
harus lebih selektif dan hati-hati dalam menyalurkan dana ke masyarakat, agar
bank tidak mengalami kerugian dikemudian hari.
Risiko timbul karna adanya ketidak pastian, yang berarti kondisi itu
menyebabkan timbulnya risiko karena mengakibatkan keragu-raguan dalam
meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa
medatang. Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka harus
dimanajemen dengan sebaik-baiknya, secara spesifikasi risiko-risiko yang
dihadapi akan menyebabkan bervariasinya tingkat keuntungan bank meliputi
risiko likuiditas adalah risiko yang berkaitan dengan ketidak mampuan bank
dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat
dikatagorikan sebagai risiko likuditas pasar dan risiko likuiditas pendanaan, risiko
pembiayaan murabahah adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak nasbah
(counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Tidak biasa memperoleh kembali
cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang
dilakukannya, risiko modal adalah merefleksikan tingkat pengaruh yang dipakai
7
oleh bank. Salah satu fungsional modal adalah meliputi para penyimpan dana
terhadap kerugian yang terjadi pada bank.12
Manajemen risiko merupakan suatu cara, metode atau ilmu pengetahuan yang
mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola
risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari risiko.13
Jika penyaluran dana tersebut mengalami kerugian maka pihak bank dalam
kegiatan operasionalnya akan terganggu. Jika pembiayaan sudah mengalami
penunggakan pembayaran, pihak bank harus siaga memantau usaha nasabah agar
tidak terjadi lagi penunggakan dibulan berikutnya. Pembiayaan ini harus
ditangani agar tidak menjadi pembiayaan bermasalah (macet) yang nantinya
menimbulkan kerugian bagi pihak bank.
Berdasarkan paparan diatas yang telah dibahas tersebut, maka penulis merasa
tertarik untuk membahas dan meneliti permasalahan penyaluran pembiayaan yang
dianggap bermasalah, yang tentunya tidak boleh menyimpang dari peraturan yang
ditetapkan Bank Indonesia dan Syariat Islam. Oleh karena itu, dalam penulisan
skripsi ini, penulis mengangkat judul “Analisis Kelayakan Pembiayaan
Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet pada kendaraan bermotor ”. (
studi pada BPRS Al Salaam Cinere ).
12
Muhammad Firdaus et al, Konsep dan Implementasi Bank Syariah (Jakarta : Renaisan, 2005), cet- 1, h. 15
13 Syafri Ayat, Manajemen Risiko (Jakarta : Gema Akastri, 2003), h. 1
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis memberikan batasan, yaitu
dengan cara bagaimana BPRS khusunya BPRS Al Salaam cabang Cinere
memberikan pembiayaan murabahah yang hanya difokuskan pada
pembiayaan kendaraan bermotor.
2. Identifikasi Masalah
a. Apa yang dimaksud Pembiayaan Kendaraan Bermotor?
b. Bagaimana manajemen strategi penghimpunan dana BPRS Al Salaam?
c. Bagaimana manajemen strategi pembiayaan dana BPRS Al Salaam?
d. Bagaimana prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam
Cabang Cinere ?
e. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS
Al Salaam Cabang Cinere ?
f. Bagaimana penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor
di BPRS Al Salaam cabang Cinere ?
3. Perumusan Masalah
Masalah peneliti pun dirumuskan dalam beberapa pertayaaan sebagai berikut:
a. Bagaimana prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam
Cabang Cinere ?
b. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS
Al Salaam Cabang Cinere ?
9
c. Bagaimana penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor
di BPRS Al Salaam cabang Cinere ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al
Salaam Cabang Cinere.
b. Mengetahui dan analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di
BPRS Al Salaam Cabang Cinere.
c. Memahami penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor
di BPRS Al Salaam cabang Cinere.
2. Manfaat Penelitian
Secara lebih spesifik manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat bagi penulis : hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi
kehidupan pelajar dan mahasiswa serta untuk menambah wawasan lebih
kepada penulis tentang produk BPRS Al Salaam cabang Cinere khususnya
pada pembiayaan murabahah pada pembiayaan kendaraan bermotor
b. Manfaat bagi BPRS Al Salaam : dapat menjadi solusi bagi pihak BPRS
dalam pembiayaan murabahah yang baik dan tepat guna serta tidak
bertentangan dengan nilai syariah berdasarkan teori-teori yang ada juga
dapat menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk lebih memajukan
pembiayaan tersebut.
10
c. Manfaat bagi akademis : dapat menambah pengetahuan tentang
Pembiayaan murabahah dalam aspek perhitungan serta risiko. Dapat
menjadi referensi awal bagi akademis yang akan melanjutkan penelitian
yang serupa dengan penelitian ini, baik dilakukan di lokasi yang sama
maupun di lokasi yang berbeda.
D. Kerangka Konseptual
E. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Konsep dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Inisiasi, Ientifikasi, & analisa
Persetujuan, Pengikatan, & Pecarian
Pengadministrasian, Pembinaan & Pengawasan
Lancar Macet
11
yang meliputi: Review Studi Terdahulu, Tinjauan Umum Murabahah, Konsep
Pembiayaan Murabahah, Manajemen Risiko dan Analisis Kelayakan
Pembiayaan.
BAB III GAMBARAN UMUM BPRS AL-SALAM
yang meliputi: Sejarah Singkat dan Perkembangannya, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, Produk dan Jasa.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Meliputi, prosedur pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan pada
pembiayaan kendaraan bermotor, kasus pembiayaan bermasalah pada pembiayaan
kendaraan bermotor dan penanganan kredit macet pada pembiayaan kendaraan
bermotor di BPRS Al Asaalam.
BAB V PENUTUP
yang meliputi: Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Review Study Terdahulu
Untuk menjaga nilai keaslian (orisinalitas) dalam penelitian kali ini, maka
perlu disajikan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang
penulis ajukan. Berikut ini adalah penelitian-penelitaian yang pernah dilakukan
berkaitan dengan materi yang dibahas.
Usman Chalid, 2005, dengan judul “Manajemen pembiayaan murabahah pada
bank syariah” (studi kasus Bank Syariah Mandiri cabang Pondok Indah).
Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana manajemen pembiayaan
murabahah dilakukan bank syariah mandiri serta menjelaskan perinsip yang
diterapkan bank syariah mandiri dalam manajemen pembiayaan murabahah, dari
penelitian ini dapat diketahui bagaimana manajemen pembiayaan murabahah
dilakukan yaitu sebelum dilakukan penandatanganan pembiayaan murabahah
terlebih dahulu terpenuhi prosedur persyaratan legalitas dan administrasi dari
nasabah. Selain itu, manajemen yang diterapkan Bank Syariah Mandiri telah
seseuai dengan perinsip Islam, karena kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian
tujuan pembiayaan murabahah selalu berdasarkan konsep dan norma-norma yang
diterapkan oleh Allah SWT. Dan dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut
12
13
dilatar belakangi oleh konsep amal sholeh seperti melakukan perencanaan yang
matang, dan terarah untuk menghindari kekeliruan yang dapat merugikan,
menggunakan konsep pembagian kerja yang didasarkan ada kemampuan fisik,
ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh masingmasing karyawan dan memeliahara
nilai-nilai kemuliaan manusia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif dan tertulis dengan informasi dari yang terlibat dalam objek dilapangan.
Sedangkan pengumpulan data yang berkenaan dengan penelitian ini adalah
menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
Churmah, 2003 dengan judul skripsi “upaya penyelesaian pembiayaan
bermasalah dalam rangka meningkatkan aktifitas perbankan syariah” (studi kasus
Bank Muamalat).
Penelitian ini menjelaskan mengenai penyaluran atas dana pembiayaan Bank
Muamalat tidak diberikan batasan-batasan mengenai sektor yang akan dibiayai.
Bank Muamalat memberikan untuk semua sektor usaha yang sesuai dengan yang
telah ditetapkan bank indonesia, yaitu melalui penyaluran yang produktif untuk
keperluan yang konsumtif. Selain itu juga menjelaskan faktor-faktor penyebab
pembiayaan bermasalah yang terjadi di bank muamalat dapat berasal dari dua
faktor yaitu internal dan eksternal. Untuk faktor internal yang berasal dari debitur
adalah dikarenakan pihak debitur belum memenuhi pengalaman dalam bidang
keuangan dan pengelolaan bermasalah. Penyebab lain adalah unsur kesengajaan
debitur memberikan data-data yang tidak benar pada saat mengajukan
14
permohonan dan pihak bank pun tidak mencermatinya. Sedangkan penyebab
eksternal yaitu akibat bencana alam seperti banjir, kebakaran dan kerusuhan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif yang deskriptif.
M. Zaenal Muttaqin (2011) dalam skripsi yang berjudul “strategi penyelesaian
pembiayaan bermasalah sebagai upaya meminimalkan pembiayaan bermasalah
pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang BSD Tanggerang”,
Dalam penelitian ini disebutkan dalam pelaksanaan pengawasan pembiayaan
pada BMI cabang BSD Tanggerang telah tersusun cukup baik, hal ini bisa dilihat
dari kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap proses pertimbangan pra
pemberian pembayaran pembiayaan mudharabah, pelaksanaan pengawasan pasca
pemenuhan pembiayaan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif deskriptif. Dalam
penelitian ini penulis akan membahas tentang analisis kelayakan dan penangan
pembiayaan kendaraan bermotor pada akad murabahah. Dan bagaimana resiko
yang dihadapi oleh pihak Bank Muamalat dalam mengatasinya.
B. Tinjauan Umum Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah didefinisikan oleh para fuquha penjualan biaya/harga
pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up atau margin
keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual
15
harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost)
tersebut.14
Margin keuntungan merupakan selisih harga jual dikurangi harga
asal yang merupakan pendapatan atau keutungan bagi penjual, akad ini
merupakan salah satu bentuk , karena dalam murabahah ditentukan berapa
rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).15
Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan
merupakan implementasi muamalat tijariah (interaksi bisnis).16
Pada
murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara
pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Untuk
pembayaran secara cicilan, di Malaysia lebih dikenal dengan istilah BBA
(Bai’ Bistaman „Ajil). Secara istilah, sebenarnya transaksi yang dilakukan
dengan pembayaran tangguh disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil disebut
bai; ut-taksid.17
Ketentuan yang harus dipenuhi dalam jual beli murabahah
meliputi hal-hal berikut:
a. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki/hak
kepemilikan telah berada ditangan penjual. Artinya bahwa keuntungan dan
14
Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.13. 15
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004), h. 113.
16 Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat (jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005) h.118.
17 Zulkifli Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (jakarta: Zikrul Hakim.
2003), h.39.
16
risiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari
kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.
b. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga
pembelian/kulakan) dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam
jual beli (capital outlay) pada suatu komoditi, semuanya harus diketahui
oleh pembeli saat akad dan ini merupakan salah satu syarat sah
murabahah.
c. Ada informasi yang jelas tentang keuntungan baik nominal maupun
persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah
murabahah.
d. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada
pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi
lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang
merupakan kewajiban penjual untuk menjaga kepercayaan.
e. Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah, jika
tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah (antara pembeli
pertama yang menjadi penjual kedua dengan pembeli murabahah), karena
murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan
keutungan.18
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
18
Ah.Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat (jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005), h.119 s/d 120.
17
murabahah, pada bagian pertama tentang ketentuan umum murabahah
dalam bank syariah:
1) Melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah islam.
3) Membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas dengan riba.
5) Bank harus menyampaikan semuanya yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakuakan secara hutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai dengan harga beli plus ditambah
keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukannya secara
jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.19
Secara konsep bank syariah dapat menjalankan usaha supermarket atau
perdagangan yang dijalankan dengan prinsip murabahah. Untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang cangkupan transaksi murabahah dapat dilihat dalam
gambar berikut:20
Alur Pembiayaan Murabahah
19
Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No. 04/DSNMUI/IV/2000, bagian pertama angka 1 s/d 6.
20 Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.37.
18
Murabahah dalam gambar diatas dibagi menjadi dua macam, yaitu
murabahah tanpa pesanan, maksudnya disini adalah ada yang pesan atau tidak,
ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan barang dagangannya.
Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruhi atau terikat langsung
dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan,
maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli
apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru
dilakukan jika ada pesanan. dalam hal ini pihak penjual boleh meminta
pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.21
Murabahah berdasarkan pesanan dibedakan menjadi dua yaitu:
21
A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.
Berdasarkan
pesanan
Jenis
Tidak
mengikat
Mengikat
Tunai Tangguh
Murabahah
Cara pembayaran
19
a) Murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat terikat, maksudnya apabila
barang (produk) sudah dipesan maka nasabah harus membelinya.
b) Murabahah berdasarkan pesanan dan berdasarkan tidak mengikat, maksudnya
walaupun nasabah sudah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat,
nasabah dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.22
Sehingga dalam teknik pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai
atau dicicil. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam
harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan
dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian
(setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum
(sekaligus).23
Dalam realisasi dalam perbankan syari’ah pada pembiayaan murabahah
nasabah mendapatkan sebuah dispensasi (potongan) apabila nasabah ini
mempercepat pembayaran cicilan dan melunasi piutang murabahah sebelum jatuh
tempo.24
Seperti yang tertera dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan
Tagihan Murabahah, pada bagian pertama poin pertama yaitu LKS boleh
memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada dalam transaksi
(akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilanya dengan
22
Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.38. 23
A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.
24 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 52.
20
tepat waktu dan / atau nasabah yang mengalami penurunan kemampuan
pembayaran.25
2. Landasan Hukum
“...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. ( QS. AL-
Baqarah/ 1 : 275 )26
3. Rukun Murabahah
a. Penjual (bai’)
b. Pembeli (musytari’)
c. Barang/objek (mabi’)
d. Harga (tsaman)
e. Ijab qabul (sighat).27
f. saksi
4. Syarat Murabahaha.
a. Syarat yang berakad diantaranya:
1) Cakap hukum
25
Indonesia, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional tentang Potongan Tagihan Murabahah, No.46/DSN-MUI/II/2005, bagian pertama angka 1.
26 Al- Quran
27 Zulkifli Sutarno, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul
Hakim,2003), h.40.
21
2) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/ terpaksa/ dibawah
tekanan.
b. Objek yang diperjual belikan
1) Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang
2) Bermanfaat
3) Penyerahannya dari penjual kepembeli dapat dilakukan
4) Merupakan hak milik penuh yang berakad
5) Sesuai dengan spesifikasi antara yang serahkan penjual dan yang
diterima pembeli
c. Akad sighat
1) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa berakad.
2) Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi
barang maupun harga yang disepakati.
3) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan
transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang.
4) Tidak membatasi jangka waktu.
C. Konsep Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian pembiayaan murabahah
Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan
syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim
digunakan oleh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya. Secara sederhana,
murabahah berarti suatu penjualan barang serharga barang tersebut ditambah
22
keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian
menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Beberapa besar keuntungan
tersebut dapat
dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam persentase dari harga
pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.28
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (Margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of
profit-nya (Keuntungan yang ingin diperoleh).29
Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”,
karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli
tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.30
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya (bank dapat
meminta uang muka pembelian pada nasabah).
28
Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtar „alal Ardh al-Mukhtar, VI, hlm. 19-50: al-Kurtubi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II, hlm. 211.
29 A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Vol. 3. 2004), h. 113. 30
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II¸ hlm. 293.
23
Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang
tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada
pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang
sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada si pemesanan.
Contoh si Fulan ingin membeli mobil dengan perlengkapan tertentu yang
harus dicari, dibeli, dan dipasang pada mobil pesanannya oleh dealer mobil.
Tranksaksi murabahah melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih Islam,
antara lain dikatakan oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan Al-Syaibani, Imam
Syafi’i dan Imam Ja’far Al-Shiddiq.
Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual beoleh meminta
pembayaran Hamish ghadiyah¸ yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul. Hal
ini sekadar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli. Bila kemudian
sipenjual telah membeli dan memasang berbagai perlengkapan di mobil
pesanannya, sedangkan si pembeli membatalkannya, Hamish ghadiya ini
dapat digunakan untuk menutup kerugian si dealer mobil. Bila jumlah hamish
ghadiyah-nya lebih kecil dibandingkan jumlah kerusakan yang harus
ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta kekurangannya.
Sebaliknya, bila berlebih, si pembeli berhak atas kelebihan itu.31
2. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah
31
A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.
24
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’al-murabahah memiliki
beberapa manfaat, demikian juga risko yang harus diantisipasi. Bai’al-
murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’almurabahah juga
sangat sederhana.Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di
bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain
sebagai berikut :
a. gagal atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b. pergerakan harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut.
c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga
nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungin
dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi
barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah
menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut
akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko
untuk menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah
25
bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk
menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.32
Secara umum, aplikasi perbankan dari bai’ al-murabahah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini
Akad jual beli
Bayar
Beli barang kirim
D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis Kelayakan Pembiayaan
1. Manajemen risiko
Manajamen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini terkait dengan definisi
umum risiko, yaitu pada setiap usaha/kegiatan selalu terdapat kemungkinan
tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas
keputusan apapun yang telah diambil.33
32
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Depok,Gema Insani ,2001) ,h.107
33 Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D. Islamic Risk
Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h. 64
Nasabah
Negosisi dan
persyratan
Bank
Supplier penjual
26
Manajemen risiko dikatakan pula sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan
untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisis risiko
atau bentuk observasi lain) dalam rangka meminimalisi konsekuensi buruk
yang mungkin muncul.” Dalam hal ini risiko dijabarkan dalam bentuk rencana
atau prosedur yang reaktif. Manajemen risiko bermakna semua rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk
perencanaan (planning), penilaian (assesment) atau identifikasi dan analisis,
penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko. Manajemen
risiko merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha bank, meliputi produk barang dan jasa perbankan,
baik pada bank konvesional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.34
2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko
Manajemen didalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak
terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan
(profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar manajemen haruslah
diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap
pengusaha dan manajer dimana pun mereka berada, baik dalam organisasi
bisnis, pelayanan publik maupun organisasi sosial kemasyarakatan. 35
34
Ibid h.65 35
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006), h. 12
27
Fungsi dari manajemen risiko terbagi menjadi 4 yaitu :36
a. Menetapkan arah dan risiko keinginan dengan mengkaji ulang secara
berkala dan menyetujui batas risiko yang mengikuti perubahan strategi
perusahaan.
b. Menetapkan batas umumnya mencakup pemberian kredit, penempatan
non-kredit, manajemen kekayaan, perdagangan dan kegiatan lain.
c. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan (audit) untuk
memastikan adanya integrasi pengukuran risiko, kontrol sistem pelaporan,
dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.
d. Menetapkan metodologi untuk mengelola risiko dengan menggunakan
sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan sistem
komputerisasi segingga dapat diukur dan dipantau sumber risiko utama
terhadap organisasi bank. Tentang Fungsi-fungsi manajemen tidak hanya
sesuai dengan yang disebutkan diatas unsur-unsur dari manajemen
dilengkapi dengan perencanaan yang baik harus dilakukan dengan
kegiatan yang meliputi:37
1) Forecasting (peramalan) adalah suatu peramalan usaha yang
sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang
akan datang dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan
36
Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D., Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h.83
37 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006),
h.97
28
yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah memberi
informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2) Objective (tujuan) adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh
seseorang atau badan usaha. Untuk mencapai tujuan dia bersedia
memberi pengorbanan atau usaha yang wajar agar nilai-nilai itu
terjangkau.
3) Policies (kebijakan) dapat berarti rencana kegiatan (plan of action)
atau juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok (guiding
principles) yang diadakan oleh suatu badan usaha untuk menentukan
kegiatan yang berulang-ulang.
4) Programmes (program) adalah sederetan kegiatan yang digambarkan
untuk melaksanakan policies. Program itu merupakan rencanan
kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanakan sercara bertahap,
dan terikat dengan ruang (place) dan waktu (time). Program itu harus
merupakan suatu kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan
dengan tujuan yang telah ditentukan dalam organisasi (closely
integrated).
5) Schedules (jadwal) adalah pembagian program yang harus
diselesaikan menurut urut-urutan waktu tertentu. Dalam keadaan
terpaksa schedules dapat berubah, tetapi program dan tujuan tidak
berubah.
29
6) Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Perbedaannya dengan
program adalah: program menyatakan apa yang harus dikerjakan,
sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya. g.
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pendapatan yang diharapkan diperoleh dimasa yang
akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan dalam waktu, uang,
material dan unitunit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh
hasil yang diharapkan.
3. Proses manajemen pada risiko kredit dan analisis kelayakan pembiayaan
murabahah
Pengertian dari risiko kredit dalah risiko dimana nasabah atau debitur
atau counterpart tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya sesuai
kontrak atau kesepakatan yang telah dilakukan. Definisi ini dapat diperluas
yaitu bahwa risiko kredit adalah risiko yang timbul dikarenakan kualitas
kredit semakin menurun. Memang penurunan kualitas kredit dimaksud belum
tentu berimplikasi pada terjadinya kegagalan, namun paling tidak
kemungkinan terjadinya kegagalan akan semakin besar. Hal-hal yang
termasuk dalam Risiko kredit adalah :38
38
Ahza Anwari / Tuesday, 11 May 2010 12:29 http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=103
30
a. Lending Risk (risiko kredit), yaitu risiko akibat nasabah / debitur tidak
mampu melunasi fasilitas yang telah diberikan oleh bank, baik berupa
fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung (cash loan maupun non
cash loan)
b. Counterparty Risk, (rekanan risiko) risiko dimana counterpart tidak bisa
melunasi kewajibannya ke bank baik sebelum tanggal kesepakatan maupun
pada saat tanggal kesepakatan.
c. Issuer Risk, (penerbit risiko) risiko dimana penerbit suatu surat berharga
tidak bisa melunasi kepada bank sejumlah nilai surat berharga yang
dimiliki bank.
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu
dengan analisis 5C, analisis 7P. Kedua prinsip ini 5C dan 7P memiliki
persamaan, yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut
dalam prinsip 7P dan didalam prinsip 7P lebih terinci juga jangkauan
analisisnya lebih luas dari 5C. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C
dapat dijelaskan sebagai berikut:39
a. Character (karakter), adalah sifat watak seseorang dalam hal ini calon
debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa
sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar
39
Ahza Anwari / Tuesday, 11 May 2010 12:29 http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=103
31
terpecaya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan”
nasabah membayar kreditnya.
b. Capacity (kapasitas), untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar kreditnya yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola
bisnis serta kemampuan mencari laba.
c. Capital (modal), untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
d. Colleteral (jaminan), merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah
baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
e. Condition (keadaan), dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang seseuai sektor
masing-masing. Sementara itu penilaian dengan 7P adalah sebagai berikut
:40
1) Personality (kepribadian), yaitu menilai nasabah dari segi
kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa
lalunya.
2) Party (kelompok), yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam
klafikasi tertentu atau golongan-golongan berdasarkan modal, loyalitas
serta karakternya.
3) Perpose (tujuan), yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam
mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
40
Ibid h.93-94
32
4) Prospect (harapan), yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang
akan datang apakah menguntungkan atau tidak.
5) Payment (pembayaran), yaitu merupakan ukuran bagaimana cara
nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber
mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperoleh.
6) Profitability (keuntungan), untuk menganalisis bagaimana
kemampuan nasabah dalam mencari laba.
7) Protection (perlndungan), tujuannya adalah bagaimana menjaga
kredit yang dikucurkan oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan.
Analisis 5C dan 7P harus disempurnakan dengan 1S yaitu Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayai
benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah dan sesuai dengan fatwa
DSN.41
Seperti halnya bank konvesional, bank Islam juga menghadapi risiko
pembiayaan yang menyalurkan dananya kemasyarakat. Risiko pembiayaan
atau sering disebut pula risiko gagal merupakan suatu risiko akibat kegagalan
atau ketidak mampuan nasabah (pengusaha) mengembalikan
pinjaman/pembiayaan yang diterima dari bank sesuai dengan jangka waktu
yang ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi
perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak secara teknis keadaan
41
Hafsah freya/ Friday, diakses pada 18 Jan 2013 08:40 dari http://freyacatatanku. blogspot.com/2013/01/pembiayaan-dalam-perbankansyariah-i_18.html
33
tersebut merupakan gagal. Untuk mengantisipasi risiko pembiayaan aktivitas
manajemen risiko yang telah ditetapkan untuk bank Islam pada produk
murabahah dijelaskan sebagai berikut:42
Bank membeli barang atau komoditi khusus, kemudian dijual kembali
kepada nasabah dengan harga pokok ditambah dengan margin yang telah
disepakati bersama. Khusus untuk transaksi murabahah dengan pesanan yang
sifatnya mengikat, risiko yang dihadapi bank Islam hamper sama dengan
risiko dengan bank konvesional. Sedangkan dalam transaksi murabahah tanpa
pesanan atau dengan pesanan yang sifatnya tidak mengikat nasabah untuk
membeli, menyebabkan bank menghadapi dua risiko. Pertama, tidak ada
jaminan bagi bank islam seandainya pembeli membatalkan transaksi. Kedua,
bank Islam akan mengalami risiko kerugian, dikarenakan menurunnya nilai
barang tersebut akibat cacat atau rusak selama masa penyimpanan.43
4. Identifikasi risiko dan antisipasinya
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya
mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya,
melainkan juga meliputi berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank
42
Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D., Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h.240 43
Ibid h.241-242
34
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, keunikan bank
Islam terletak pada enam hal:44
a. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank Islam dalam proses ini
setidaknya terlihat pada tiga aspek, yaitu proses transaksi pembiayaan
syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga dan proses transaksi
devisa.
b. Proses manajemen. Keunikan bank islam dalam proses manajemen terlihat
pada sistem dan prosedur operasional akuntansi dan chart of account
(CoA), sistem dan prosedur operasional teknologi informasi, sistem dan
prosedur operasional tutup buku, serta sistem dan prosedur operasional
pengembangan produk.
E. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 17/DSN-MUI/IX/2000
Ketentuan umum fatwa DSN No : 17/DSN/IX/2000 Ta’zir
Pertama :
1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS
kepada nasabah yangmampu membayar, tetapi menunda-nunda
pembayaran dengan disengaja
2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur
tidak boleh dikenakan sanksi.
44
A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.256-257
35
3. Nasabah yang mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/tidak
mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh
dikenakan sanksi.
4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah
bersikap disiplin terhadap pembayaran.
5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas
dasar kesepakatan dan pada saat akad ditandatangani.
6. Dana yang berasal dari denda diperuntukan untuk dana sosial.
Kedua :
Jika salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelahtidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Ketiga :
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
Ketentuan umum fatwa DSN No : 43/DSN-MUI/VIII/2004: Ta’widh
Pertama :
1. Ganti rugi (ta’widh) hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan
sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari
ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pad pihak lain.
36
2. Kerugian yang dapat dikenakan ta’widh sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas.
3. Kerugian riil yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang
seharusnya dibayarkan.
4. Besar ganti rugi (ta’widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil yang
pasti dialami dalam transaksi tersebut dengan bukan kerugian yang
diperkirakan akan terjadi karena adanya peluang yang hilang.
5. Ganti rugi (ta’widh) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang
menimbulkan utang piutang (dain), seperti salam, istisna, serta murabahah
dan ijarah.
6. Dalam akad mudharabah dan musyarakah, gati rugi hanya boleh
dikenakan oleh shibul mal atau salah satu pihak dalam musyarakah
apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan.
Kedua :
1. Ganti rugi yang diterima dalam transaksi di LKS dapat diakui sebagai hak
(pendapatan) bagi pihak yang menerimanya.
2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata
cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.
3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.
4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya
lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara.
Ketiga :
37
Jika salah satu pihak tidak menemukan kewajiban atau terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaanya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapainya kesepakatan melalui musyawarah.
Keempat :
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode
kualitatif. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan
menggali atau membangun satu proporsi atau menjelaskan makna dibalik
realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung
dilapangan.45
Penelitian metode kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian
yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai kata-kata lisan maupun
tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.46
Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang menghasilkan deskripsi
berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang-orang
yang berkompeten dibidangnya.47
Melalui penelitian kualitatif ini analisis yang digunakan yaitu deskriptif.
Data deskriptif mengandaikan bahwa data tersebut berupa teks. Bahwa
deskriptif-kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau
45
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 82. 46
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), h. 166. 47
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2010), h. 3.
37 38
39
objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan ungkapan
berupa bahasa atau wacana (apapun itu bentuknya) melalui interpretasi yang
tepat dan sistematis.48
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan
Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendraan Bermotor. Kanor Pusat : Jl.
Cinere Raya Blok A No. 42 Cinere – Depok. Yang dilkukan penelitian pada
bulan Maret 2015.
3. Jenis Data
a. Data primer
Data primer merupakan sebuah informasi dan data yang diperoleh
penulis secara langsung dari tempat penelitian atau objek penelitian. Data
yang diperoleh merupakan hasil dari wawancara dengan pimpinan BPRS
Al Salaam cabang Cinere.
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh penulis dengan cara membaca, melihat atau
mendengarkannya. Dalam penelitian ini, penulis akan memperoleh data
48
Wahyu Wibowo, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah (Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2011), h. 43.
40
berupa laporan keuangan serta informasi-informasi dari internet maupun
jurnal.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Melakukan wawancara dengan narasumber, sehingga penulis
mendapat informasi langsung mengenai manajemen operasional yang
diterapkan pada bisnis syariah tersebut.
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan.49
Hasil wawancara digunakan penulis
sebagai sumber data dalam penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara
kualitatif dengan pendekatan yang bersifat deskriptif yaitu metode untuk
memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data,
mengklarifikasi, menganalisis dan menginterpretasikannya. Tujuan dari
penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta
pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan
49
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h. 118.
41
dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebelumnya dikemukakan
oleh rumusan masalah.50
Setelah keabsahan data telah terpenuhi, selanjutnya melakukan analisis data.
Analisis data dilakukan dengan cara:
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan
Hiberman
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data mentah dari hasil
penelitian, seperti hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan
sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dimulai dengan
menyatukan semua bentuk data mentah kedalam bentuk transkip atau
bahasa tertulis.51
50
Artikel, “Deskriptif Kualitatif”, diakses pada 14 Mei 2014 dari
http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id/2012/02/29/deskriptif-kualitatif/ 51
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 349.
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Kesimpulan
Atau Verifikasi
Reduksi
Data
42
b. Reduksi Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, catatan
lapangan, serta bahan-bahan data lain yang ditemukan dilapangan,
kemudian dikumpulkan dan diklasifikasikan dengan membuat catatan-
catatan ringkasan untuk menyesuaikan hasil penelitian.
c. Penyajian Data (Display Data)
Data yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasikan, kemudian disajikan
dalam bentukk deskriptif agar mudah dipahami secara keseluruhan dan
juga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan data.
d. Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahapan terakhir dari analisis data di
mana kesimpulan yang akan diperoleh berasal dari hasil wawancara. Hasil
penelitian yang sudah terkumpul dan diringkas harus diulang kembali
untuk mencocokan dari reduksi data dan display data, agar kesimpulan
yang telah dikaji dan disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang
memiliki tingkat kepercayaan yang benar.52
52
Miles & Huberman (1992)
43
B. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam53
.
PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al
Salaam, didirikan pada tangga l9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh
para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman
pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba
ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan
kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan
membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan
Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu
perekonomian masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga
keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al
Salaam
Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam
pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah,
dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman.
Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al Salaam
merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang
53 “Sejarah BPRS Al-Salam”, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2015 dari
http://www.bprsalsalaam.co.id/?fuseaction=home.general§ion=profil&subsection=sejarah_bprs_al
salaam
44
tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk
memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai
dengan motto “Maju Dalam Kebersamaan”.
Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Pebruari 1992
berdasarkan Akte No. 30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah dengan
akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta,
yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan
No.C2-7937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan
pada Kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92
serta diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13
tanggal 14 Pebruari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI
No.70 tanggal 1 September 2000.
Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 1991, sebesar Rp.
69,8 juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun
2003, modal yang disetor telah mencapai Rp. 1,28 milyar dengan jumlah
pemegang saham sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung
pengembangan telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam
RUPS tahun 2003 dari Rp. 1 milyar menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan
tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM RI melalui
SK Nomor : C-04029 HT.01.04.TH.2004.
Keinginan para pemegang saham sejak awal pendirian untuk
menjadikan BPR Al Salaam sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat
45
ekonomi menengah ke bawah dengan corak khusus yaitu pelayanan
perbankan dengan nafas keislaman alhamdulillah sudah dapat kami wujudkan
dalam bentuk nyata melalui kegiatan operasi Perbankan Syariah sejak tanggal
3 Juli 2006.
2. Visi, Misi, Motto dan Tujuan BPRS Al Salaam54
a. Visi BPRS Al Salaam: “Menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Terbaik di Indonesia”
b. Misi BPRS Al Salaam: “Menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan
produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan
orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan
bagi stake holder”.
c. Motto BPRS Al Salaam: “Maju Dalam Kebersamaan”
d. Tujuan BPRS Al Salaam:
1) Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada
nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal
kualitas, kenyamanan, keamanan, dan keuntungan dalam hal
berinvestasi.
2) Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh karyawan.
3) Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder.
54
“Visi dan Misi BPRS Al-Salam”, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2015 dari http://www.bprsalsalaam.com/?fuseaction=home.general§ion=profil&subsection=visi_dan_misi
46
PT. BPRS AL SALAAM AMAL SALMAN SATUAN PENGAWAS INTERN
REALISASI PEMBIAYAAN APRIL 2015
Sum of PLAFON Column Labels
Row Labels 001
KTR
PAS 242,330,939
PSKKB 442,250,429
PSKM 445,228,607
PSM
PSPP
Grand Total 1,129,809,975
3. Aset BPRS Al Salaam
BPRS Al Salaam mempunyai nasabah kurang lebih 7.682 orang nasabah
yang tersebar dia 7 kantor cabang. Per Juni Tahun 2010 Al Salaam
mempunyai total Asset sebesar 172,342,354 milyar, dengan total pembiayaan
murabahah sebesar 135,188,038 milyar dan total pembiayaan
musyarakah/mudharabah sebesar 1,431,161 milyar. Al Salaam juga berupaya
untuk memperbaiki performance pembiayaan bermasalah selama tahun 2008
tetap dilakukan. Hal ini tercermin dari menurunnya rasio NPF dari 4,8%
menjadi 3,23%.37
4. Struktur Organisasi
Dewan Komisaris : Mulya Soepardi
B. Munir Sjamsoeddin
Direksi : Ichwanda Munir Syamsoeddin
Azwar
47
Dewan Pengawas Syariah : Mohammad Yahya
Mohammad Akmasj
Sumber:
http://www.bprsalsalaam.com/
5. Produk dan Layanan
48
a) Tabungan iB Amanah
Merupakan tabungan mudharabah yang memiliki bagi hasil yang cukup
tinggi dibandingkan dengan tabungan pada umumnya. Tabungan ini diberi
nama Amanah karena BPRS Al Salaam yang beroperasi menggunakan system
syariah
Berbagai keunggulan fitur tabungan iB Amanah antara lain:
1) Minimal setoran awal Rp. 100.000,-, setoran selanjutnya Rp. 50.000,-.
2) Bebas biaya administrasi.
3) Nisbah bagi hasil 25 (nasabah) : 75 (bank).
4) Bagi hasil setara 5,07% p.a. (Equivalen Rate Juni 2014)
5) Bebas tarik dana kapan saja. Biaya penutupan rekening Rp. 50.000,-.
6) Hadiah/insentif senilai Rp. 100.000,- (diberikan di bulan ke-12) untuk
nasabah dengan saldo rata-rata perbulan selama 12 bulan >= Rp.
10.000.000,- (hadiah diberikan di akhir).
7) Hadiah undian menarik per kelompok (syarat pengundian perkelompok
minimal 20 nasabah dengan nominal kumulatif sudah mencapai minimal
Rp. 20 Juta).
8) Hadiah undian promosi untuk nasabah yang membuka tabungan baru di
periode Agustus 2014 s.d. Desember 2014. Dengan nominal Rp. 100.000,-
berhak mendapat satu kupon undian, berlaku kelipatan.
9) Layanan Pick-Up Service bagi nasabah individu yang akan melakukan
penempatan dengan nominal Rp. 50.000.000,- (layanan sebatas dokumen,
49
untuk uang melalui mekanisme transfer). Untuk penempatan tabungan iB
Amanah terdapat layanan trasaksi di tempat kelompok/grup nasabah
dengan syarat nominal penempatan gabungan seluruh anggota
kelompok/grup minimal Rp. 25.000.000,- (Pick Up dilakukan secara
regular sesuai jadwal).
b) Tabernas Platinum atau Tabungan Berencana Al Salaam
Platinum merupakan tabungan mudharabah berjangka yang dikhususkan
bagi Anda yang memiliki rencana-rencana atau tujuan-tujuan tertentu,
seperti ibadah umroh/haji, pernikahan, biaya pendidikan, travelling, dan
rencana-rencana lainnya. Tabungan ini diharapkan dapat membantu para
nasabah dalam mewujudkan impiannya bersama keluarga secara teratur
dan terarah. Tabernas Platinum semakin menarik dan menguntungkan
karena dilengkapi dengan fitur-fitur, sebagai berikut:
1) Setoran awal minimal Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah). Setoran
selanjutnya minimal Rp. 200.000,-.
2) Bebas biaya administrasi.
3) Nisbah bagi hasil menarik, yaitu 35 (nasabah):65 (bank)
4) Bagi hasil tinggi setara dengan 7,08% p.a. (Equivalen Rate bulan Juni
2014)
5) Dapat ditarik sesuai jatuh tempo tanpa biaya penalty. Bagi nasabah
yang menarik sebelum tanggal jatuh tempo, maka tidak ada
pembayaran bagi hasil.
50
6) Bebas biaya penutupan rekening untuk nasabah yang tidak menarik
dananya minimal selama 12 bulan. (Biaya penutupan sebelum tanggal
jatuh tempo dikenakan biaya Rp. 50.000,-).
7) Jangka waktu 12 bulan sampai dengan 120 bulan.
8) Hadiah/insentif senilai Rp. 500.000,- bagi nasabah yang memiliki
saldo rata-rata perbulan selama 12 bulan >= Rp. 25.000.000,- (hadiah
diberikan di akhir).
9) Bagi nasabah yang membuka tabungan baru di periode Agustus s.d.
Desember 2014 berhak mendapatkan 1 kupon undian dan berlaku
kelipatan.
10) Layanan Pick-Up Service untuk nasabah individu dengan nominal
penempatan minimal sebesar Rp. 50.000.000,- (layanan sebatas
dokumen, sedangkan untuk uang melalui mekanisme transfer).
11) Layanan Pick-Up Service dan transaksi di tempat untuk nasabah
kelompok/grup yang memiliki nilai nominal penempatan minimal Rp.
25.000.000,- (total penempatan dari seluruh anggota).
c) Tabungan Wadiah al salaam
Merupakan simpanan dana pihak ketiga di BPRS Al Salaam. Setoran
awal minimal Rp 10.000,- dan dapat diambil setiap saat (pada jam kas).
d) Deposito Syariah Rakyat (DSR) Maxima
Merupakan produk deposito mudharabah BPRS Al Salaam yang
memiliki keunggulan imbal bagi hasil tinggi dan bebas biaya penalty.
51
Produk ini merupakan pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin
berinvestasi di sektor syariah yang jelas menguntungkan dan bebas dari
unsur riba. DSR Maxima dapat Anda miliki dengan penempatan minimal
sebesar Rp. 2,5 juta rupiah saja. Beberapa fitur menarik DSR Maxima
dapat Anda simak di bawah ini:
1) Minimal setoran awal Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu
rupiah).
2) Bebas biaya administrasi.
3) Nisbah bagi hasil 40 (nasabah) : 60 (bank)
4) Bagi hasil menguntungkan setara dengan 8,84% (Eq. Rate Agustus
2014).
5) Deposito DSR Maxima dengan nominal mulai dari >= Rp. 20 juta,
bagi hasil dapat ditransfer ke rekening tabungan di Bank lain atas
nama nasabah.
6) Dapat ditarik sesuai jatuh tempo. Tidak ada pembayaran bagi hasil
berjalan apabila dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo (mengikuti
tanggal valuta penempatan deposito).
7) Bebas biaya penutupan rekening.
8) Jangka waktu 3, 6, atau 12 bulan.
9) Pick-Up Service atau layanan transaksi ditempat nasabah dengan
syarat nominal penempatan deposito minimal Rp. 100 juta (layanan
52
hanya sebatas dokumen, adapun untuk transaksi uang dilakukan
melalui mekanisme transfer).
e) Pembiayaan Al Salaam Syariah (disingkat "PAS')
Pembiayaan Al Salaam Syariah (disingkat "PAS ') adalah produk
BPRS Al Salaam dalam hal penyaluran dana kepada masyarakat untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan nasabah kecuali yang melanggar
hukum, adat, budaya dan syariah. Plafond Pembiayaan adalah Plafond
pembiayaan yang diberikan minimal sebesar Rp. 15 juta (lima belas juta
rupiah) dan setinggi- tingginya sebesarRp. 150 juta (seratus lima puluh juta
rupiah).Tingkat lmbalan Tingkat imbalan dalam bentuk efektif per tahun yang
ditentukan dalam Memorandum Direksi. Apabila ada calon nasabah atau
nasabah lama yang dianggap pembiayaannya beresiko kecil dan baik atau
untuk tujuan penetrasi pasar/segmen pasar, maka spesial margin dapat
diusulkan oleh cabang dan disetujui oleh Direktur Bisnis. Direktur Bisnis
harus memperhatikan bahwa berapapun spesial margin yang diberikan, pada
saat lunas dan lancar nasabah tetap akan mendapatkan IPTW. Pemberian
IPTW mengikuti ketentuan yang berlaku.
Jangka Waktu Pembiayaan :
Jangka waktu pembiayaan maksimal 60 (enam puluh) bulan.Akad :
1) Jenis Akad yang digunakan adalah Murabahah dengan wakalah atau
langsung dibayarkan kepada pemilik/supplier untuk pembelian barang
(aset berwujud);
53
2) ljaroh Multijasa dengan wakalah atau langsung dibayarkan kepada
pihak lain untuk kebutuhan jasa (aset yang tak berwujud).
Nasabah :
1) Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas PAS adalah
nasabah yang memiliki usaha sendiri (pengusaha) ataupun karyawan;
2) PAS dapat juga diberikan kepada nasabah yang masih mempunyai
pembiayaan produk lain di BPRS Al Salaam, dengan tetap
memperhatikan analisa kelayakan pemberian pembiayaan dan
kemampuan membayar nasabah.
Persyaratan:
1) Permohonan pembiayaan tertulis;
2) Memiliki kemauan (niat) dan sumber pengembalian yang layak untuk
melunasi seluruh hutangnya;
3) Memberikan jaminan yang bankable, berupa tanah dan atau kendaraan
bermotor;
4) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank;
5) Memenuhi syarat sah akad dan perikatan
f) Pembiayaan Kepemilikan Sepeda Motor (PKSM).
Pengertian :
PKSM adalah pembiayaan kepemilikan sepeda motor dengan skema
murabahah tanpa wakalah yang diberihan kepada nasabah PT. BPRS Al
Salaam Amal Salman.
54
Tujuan :
Tujuan PKSM adalah melayani masyarakat yang membutuhkan sepeda motor
namun tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli secara tunai.
Nasabah :
Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas PKSM adalah
nasabah umum atau nasabah kelompok yang memiliki sumber pengembalian
pembiayaan (resource payment).
Persetujuan Prinsip :
A/O sebagai petugas Bank dapat memberikan persetujuan prinsip apabila
Nasabah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) menyerahkan fotokopi KTP nasabah;
2) menyerahkan :
a) fotokopi Kartu Keluarga/Surat Nikah dan fotokopi KTP suami/istri
nasabah (jika nasabah telah menikah); atau
b) fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Pernyataan Balum Menikah
(jika nasabah belum menikah); atau
c) fotokopi Kartu Keluarga, Akta Cerai dan Surat Pernyataan Status
Duda/Janda (ika nasabah telah bercerai dan belum menikah lagi);
3) menyerahkan fotokopi bukti kepemilikan rumah (sertifikat
tanah/girik/AJB/SPPT PBB) dan aslinya diperlihatkan kepada Petugas
Bank (selanjutnya fotokopi bukti kepemilikan rumah dilegalisir oleh
Petugas Bank)
55
4) menyerahkan fotokopi KTP atas nama di BPKB dan STNK fiika
nasabah menghendaki sepeda motor atas nama pihak lain selain
nasabah)
5) Nasabah setuju dengan harga, besar angsuran, besar uang muka dan
premi asuransi
6) Nasabah memiliki sumber pengembalian yang layak
56
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Hasil dan Pembahasan
Prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam
Cabang Cinere BPRS Al-Salaam memerlukan strategi dan kebijakan untuk dapat
memenuhi target tersebut dengan menerapkan kebijakan dalam analisis
pembiayaan. Analisis pembiayaan dilakukan oleh divisi khusus pembiayaan
kendaraan bermotor .
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Azwar selaku direktur
bisnis dan zulfikar zulkarnain selaku Customer service Admin Apprasial, maka
penulis dapat mengemukakan bahwa prosedur pembiayaan dilakukan secara
bertahap yaitu sebagai berikut:55
1. Tahap permohonan pembiayaan
Pada tahap ini calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan
kendaraan bermotor secara tertulis kepada pihak BPRS Al-Salaam .
Permohonan fasilitas pembiayaan dapat mencakup penambahan fasilitas
yaitu nasabah mengajukan pembiayaan kendaraan bermotor tambahan
dengan ketentuan nasabah pada pembiayaan pertama telah berjalan setelah 6
55 Wawancara Pribadi dengan Azwar selaku Kepala Difisi bisnis dan Produk-Modal Krja dan
Insvestasii, Jakarta, 20 Maret 2015.
56
57
bulan pertama dan pada angsuran ke 7 dengan kondisi lancar persyaratannya
jaminan untuk pencairan dan memeriksa kelengkapan data.
Calon nasabah datang ke kantor kemudian dibantu oleh Customer
Service/Sales Officer mengisi formulir pendaftaran atau formulir pengajuan
permohonan pembiayaan yang sudah disediakan pihak bank. Bilamana
nasabah tidak dapat datang ke kantor maka pihak SO (Sales Officer) yaitu
staf marketing akan mendatangi nasabah dan memberikan formulir
pembiayaan untuk diisi lengkap.
Calon nasabah harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam hal pengajuan permohonan pembiayaan. Persyaratan umumnya terdiri
dari:56
Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
a) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia ≥18 tahun.
b) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau
investasi/konsumsi.
c) Memiliki usaha tetap/pekerjaan tetap.
d) Jaminan atas nama milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak
kandung/penjamin.
e) Biaya administrasi mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.
Adapun persyaratan dokumen yaitu:
56
Wawancara Pribadi dengan Azwar selaku kepala difisi bisnis & produk-modal & investasi,
Jakarta, 23 Maret 2015.
58
f) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan 1 lembar.
g) Fotokopi akta nikah/surat nikah 1 lembar.
h) Fotokopi Kartu Keluarga 1 lembar.
i) Slip gaji.
Setelah permohonan diterima lisan maupun tulisan, pihak bank mulai
bekerja melalui investigasi awal dengan mencari informasi mengenai diri
calon nasabah melalui BI Checking dan ke berbagai sumber. Apabila
hasilnya menunjukkan sinyal positif maka dilanjutkan ke tahap berikutnya.
2. Tahap analisis pembiayaan
Pada tahap ini reviewer akan memeriksa kelengkapan berkas calon
nasabah seperti slip gaji, rencana pembelian, dan kelengkapan berkas
lainnya. Apabila berkas kurang lengkap maka reviewer akan
mengembalikannya kepada marketing.57
3. Admin (Order pengikatan notaris dari pembuatan akad pembiayaan).
4. Droping Pembiayaan (Bank Officer melakukan input data otorisasi
Supervisor)
5. Setelah di cairkan dana bisa diambil cash atau transfer ke bank lain.
57
Zulfikar, wawancara khusus
59
Alur Prosedur Pembiayaan
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan kendaraan bermotor Pada BPRS Al-
Salaam
Dalam pemberian pembiayaan kendaraan bermotor banyak hal yang
perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan sehingga analisis pembiayaan menjadi tepat guna. Hal ini
diperuntukkan agar tidak membebani nasabah dan meminimalkan risiko
pembiayaan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu aspek character,
capacity,ncapital, condition dan collateral.
1. Character (karakter)
NASABAH
CS/ AO/ AO
REVIEWER
ADMIN
AKAD PEMBIAYAAN
BACK OFFICE
REKENING NASABAH
APPRAISAL/ PENILAI
JAMINAN permohonan pembiayaan
60
Character merupakan penilaian terhadap personalitas calon nasabah
berupa sifat atau watak. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan
bahwa sifat atau watak dari pihak yang akan diberikan pembiayaan benar-
benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari bagaimana sifatnya,
kejujurannya, gaya hidup yang dianutnya, tidak pemabuk, tidak penjudi, usia
debitur dan lain-lain. Watak calon nasabah dapat diketahui dengan melihat
kelancaran pembayaran pembiayaan di masa lalu jika nasabah merupakan
nasabah lama, sedangkan untuk nasabah permohonan baru dapat diketahui
dengan melihat kebiasaan setor tarik pada tabungan. SO/ AO akan
memeriksa Daftar Hitam Bank Indonesia (BI Checking) untuk melihat
kolektibilitas pembiayaan/ tingkat kesehatan pembiayaan nasabah. SO/ AO
juga melakukan trade checking yaitu pencarian informasi ke rekan bisnis
permohonan pembiayaan, pesaingnya ataupun pemilik usaha sejenis untuk
memperoleh informasi mengenai reputasi.
2. Capacity (kapasitas)
Capacity digunakan untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuannya untuk
melunasi hutangnya, dimana diteliti mengenai pendidikan dan pekerjaan,
slip gaji, jumlah anggota keluarga, pengeluaran rumah tangga, riwayat
usaha, tersebut sehingga bank memperoleh keyakinan bahwa nasabah yang
dibiayai dengan pembiayaan tersebut diberikan oleh orang yang tepat. Analis
pembiayaan akan melihat bagaimana kemampuan calon nasabah dalam
61
melunasi hutang, kemampuan membiayai kegiatan operasional sehari-hari,
dan memenuhi kewajiban pembiayaan.
Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam melunasi
hutang. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar
kemampuannya untuk membayar pembiayaan.
3. Capital (modal)
Capital adalah berkaitan dengan modal atau kekayaan yang dimiliki
calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan calon
nasabah dalam membayar angsuran. Adapun penilaian terhadap capital
adalah untuk mengetahui keadaan permodalan sumber-sumber dana dan
penggunaannya, meneliti besar kecilnya gaji nasabah dan pekerjaanya.
4. Condition (keadaan)
Condition adalah keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin
dapat mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran usaha calon nasabah.
Penilaian terhadap kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha
calon nasabah dan bagaimana nasabah mengatasinya atau mengantisipasi
sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang. Hal yang dianalisis meliputi
persaingan antar sesama pengusaha dalam batas kewajaran atau tidak,
prospek usaha nasabah dan jumlah pesaing yang mengancam usaha nasabah
jika banyak maka akan mempengaruhi omset penjualan nasabah.
5. Collateral (jaminan)
62
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah. Jaminan
hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan, jaminan juga harus
diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan
yang dititipkan akan dapat dipergunakan. Fungsi jaminan adalah sebagai
pelindung bank dari risiko kerugian. Jaminan ini diperlukan bila suatu saat
nasabah wanprestasi walaupun demikian jaminan merupakan pendukung
bukan aspek utama yang diperhitungkan.
C. Kasus Bermasalah Pembiayaan Murabahah Pada Produk Pembiayaan
Kendaraan Sepeda Motor Macet
Dalam dunia perbankan, sudah jadi hal yang sangat dimaklumi tentang
masalah asabah yang tidak mampu membyar pada tepat waktu, walaupun sebelum
diberikan pinjaman atau pembiayaan dana, pihak bank telah melakukan survey
dan latar belakang kehidupan nasabah yag mengajukan pembiayaan kepada bank
yang berangkutan, dan telah melakukan BI checking, BI checking termsuk salah
satu program andalan setiap analisisator semua bank – bank yang ada di
Indonesia, Karen dengan adanya BI chacking nasabah tersebut diketahui telh
meminjam atau punya tunggakan yang belum terbayar, dengan BI chacking juga
bisa melihat nasabah yang telat atau kabur dari hutang yang belum dibayar atau
disebut nasabah bermasalah.
BPRS Al Salaam juga mendapatkan kasus bermasalah pembiayaan
kendaraan bermotor, yang terjadi dilapangan masih banyak nasabah yang
kesulitan untuk membayar angsuran pembiayaan, itu terjadi karna beberapa hal
63
yang menyebabkan nasabah malas membayar angsuran seperti terjadinya
kehilangan sepeda motor, di PHK sehingga tidak ada pemasukan untuk
membayar angsuran sepeda motor, hal tersebut yang sering terjadi pada BPRS Al
Salaam cabang Cinere.
No. Deskripsi OS Pokok s/d 30 April 2015
001
A.4 PSKSM
1 Pembiayaan PSKSM 7,888,242,468
-/- PPAP khusus PSKSM
Net
2 Total Portofolio Pembiayaan 19,579,010,902
% PSKSM Terhadap Total Portofolio 40.29%
3 Total Net Aset
% PSKSM (Net) Terhadap Total Aset
4 Total Modal
% PSKSM (Net) Terhadap Total Modal
Persentase NPF 2.88%
5
Non Performing Financing (NPF) khusus
PSKSM 226,819,727
Kolektibilitas 1 7,661,422,741
Kolektibilitas 2 11,759,048
Kolektibilitas 3 18,929,800
Kolektibilitas 4 196,130,879
6 Jumlah Rekening Nasabah PSKSM 1,089
7
Jumlah Nasabah/Rekening Bermasalah –
PSKSM 41
Total pembiayaan BPRS Al Salaam cabang cinere yang tercatat
sampai april 2015 yang mengajukan pembiayaan berjumlah 1,129,809,975 dari
jumlah tersebut dibagi menjadi beberapa produk pembiayaan didalamnya, PAS
64
242,330,939, PSKKB 442,250,429, dan PSKM 445,228,607. Khususnya untuk
nasabah pembiayaan kendaraan sepeda motor pada bulan april sebanyak 83 orang.
NPF bulan maret sebesar 3.20%, jika dibandingkan dengan bulan april
jumlah NPF pada bulan maret lebih besar. kemudian Saldo NPF pada bulan maret
yaitu 264,233,901 sebanyak 45 jumlah rekening. Berdasarkan data sampai bulan april
2015, BPRS Al Salaam mengeluarkan biaya untuk produk pembiayaan sepeda motor
senilai Rp. 7,888,242,468 sehingga dapat disimpulkan dari nilai tersebut cukup
banyak yang meminta pembiayaan pada BPRS Al Salaam untuk sepeda motor.
Adapun Jumlah Rekening Nasabah PSKSM sebesar 1,089 rekening. Dan tercatat
pada bulan april ada 41 nasabah yang macet dalam pembayaran angsuran. Adapun
kebijakan BI bank dikatakan sehat jika total kredit macet dibawah 5%. Dapat
disimpulkan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam masih sangat baik
yaitu sebesar 2.88%.
LAMPIRAN KOL 2-4 ALL PRODUK S/D 30 APRIL 2015 SATUAN PENGAWAS INTERN
LOAN HOLDER
OS
POKOK
O/S
MARGIN
PRODUK
TELAT
HARI
Status
JAMALUL IZZA
561,413
12,683 PSKM 1114 j.tempo
REZA MAHARDHIKA
3,391,024
198,519 PSKM 158 .
CECEP SOLEHUDIN
2,881,217
137,684 PSKM 97 .
ZAENUDIN
431,918
5,797 PSKM 21 j.tempo
FITRI KURNIAWAN PSKM 420 j.tempo
65
1,967,314 518,490
MIAN B NEMIN
5,215,929
1,546,345 PSKM 734 j.tempo
AGUS SUSANTO
12,051,288
3,063,461 PSKM 1324 j.tempo
MUHAMAD
KURNIAWANSYAH
9,377,652
1,963,061 PSKM 1464 j.tempo
GUGUN GUNARDI
11,534,020
3,418,961 PSKM 1485 j.tempo
EHA
4,415,451
1,978,711 PSKM 1792 j.tempo
HENDRA SYAFRI
9,648,201
3,362,492 PSKM 2272 j.tempo
ANDHI LALA
3,274,337
810,247 PSKM 728 j.tempo
YULIANTO SUSANA
5,113,275
307,042 PSKM 948 j.tempo
RADEN ARDJOENA
WACHJOEWIDAJAT
2,870,902
936,096 PSKM 1445 j.tempo
RADEN ARDJOENA
WACHJOEWIDAJAT
9,425,874
3,285,307 PSKM 2064 j.tempo
BUDI MULYANA
8,281,156
2,861,084 PSKM 2104 j.tempo
RADEN ARDJOENA
WACHJOEWIDAJAT
8,001,725
2,957,332 PSKM 2109 j.tempo
BUDI MULYANA
10,559,789
3,586,494 PSKM 2109 j.tempo
PRAVDI MAHATMA
7,462,824
1,533,874 PSKM 2483 j.tempo
ANDRY SETIAWAN
749,146
9,974 PSKM 7 j.tempo
DIDIK AHMADI
876,638
9,353 PSKM 28 j.tempo
WINARNI
1,024,114
26,373 PSKM 32 j.tempo
ANDAYANI
1,289,906
34,812 PSKM 86 j.tempo
ARI BAWANTO
15,961,138
3,114,107 PSKM 1167 j.tempo
RAHMAT HIDAYAT
1,347,246
26,919 PSKM 622 j.tempo
ZAINI PSKM 1158 j.tempo
66
10,938,735 2,881,839
NURYANDA MURSIDI
6,273,043
385,462 PSKM 665 j.tempo
AJI SUGI HANDOKO
1,307,722
207,403 PSKM 942 j.tempo
MUHAMMAD
NURYUSUFFI JUSMAN
4,127,192
583,147 PSKM 1409 j.tempo
ABDUL KALIM
8,659,439
1,656,813 PSKM 1550 j.tempo
SUBCHAN AL RASJID
938,490
24,839 PSKM 2 j.tempo
ETTI SUSHANTY
1,200,709
20,955 PSKM 33 j.tempo
WAHYUDIN
1,272,861
20,637 PSKM 41 j.tempo
SYAHRONI
441,628
6,681 PSKM 149 j.tempo
UCHA SULIASMI
16,632,825
4,176,385 PSKM 285 .
ABDUL HAFIZ
7,783,405
616,230 PSKM 704 j.tempo
SETIAWAN
1,765,303
56,137 PSKM 720 j.tempo
WANHARIL KAUSAR
6,704,978
841,384 PSKM 797 j.tempo
MUHAMMAD MURSIDI
10,522,990
2,047,418 PSKM 932 j.tempo
MUHAMMAD TOHA
619,953
24,559 PSKM 1135 j.tempo
SITI TOYIBATTUL
HASANAH
9,916,957
1,579,945 PSKM 905 j.tempo
D. Penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al
Salaam cabang Cinere
Teguran via
telfon
Mengirim
surat
Datang ke
rumah
Eksekusi
67
Pembiayan mempunyai 2 objek yang akhirnya menimbulkan nasabah
macet dan nasabah lancar, orang yang melakukan pembayaran secara tepat waktu
karna orang tersebut bertanggung jawab atas tanggungannya. Sedangkan
seseorang yang melakukan telat bayar karna orang tersebut kurang tanggung
jawab dan tidak bisa memenajemen kebutuhannya dengan baik. Allah SWT juga
menegaskan dalam Al- Quran barang siapa seseoorang melalaikan hutangnya
maka orang tersebut akan di hinakan dihadapan Allah SWT. Dan nabi
Muhammad juga tidak mau menyolatkan jenazah apabila jenazah tersebut belum
melunasi hutang – hutangnya dengan orang lain.
Analisis pembiayaan meupakan langkah penting untuk realisasi
pembiayaan di Bank syariah. Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pihak
pelaksana (pejabat) pembiayaan di BPRS Al salaam cabang Cinere dimaksudkan
untuk :
1. Menilai kelayakan usaha calon nasabah.
2. Menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan.
3. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
Tidak jauh berbeda dengan analisis bank konvensional, di BPRS Al
salaam cabang cinere juga benar-benar merinci usaha yang dilakukan nasabah
yang tidak bertentangan dengan syariat-syariat islam, seperti tidak membuka
diskotik, pabrik narkoba, pabrik minuman keras, perkebunan ganja, rumah judi
68
dan lainnya, sedangkan di bank konvensional, bank membebaskan usaha apa saja
yang dilakukan nasabah.
Setelah tujuan analisis pembiayaan BPRS Al salaam cabang cinere
dirumuskan dan disepakati oleh pelaksana pembiayaan atau nasabah, maka unuk
selajutnya dapat ditemukan pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis pembiayaan.
E. Penyeabab Pembiayaan Bermasalah
Ada beberapa penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah yang
sering terjadi di berbagai lembaga keungan, baik lembaga keuangan syariah
ataupun lembaga keuangan konvensional seperti yang tertera dibawh ini :
1. Aspek analisis pembiayaan
a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah dari segi bisnis
perdagangan, industri dan jasa
b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah
c. Kesalahan setting fasilitas pembiayaan
2. Aspek perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada nasabah.
3. Aspek sumber pengembalian
a. Proyeksi penjualan terlalu optimis
b. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang
memperhitungkan competitor
c. Tidak memperhitungkan kebutuhan hidup nasabah
69
4. Aspek jaminan
a. Tidak memperhitungkan marketable
b. Aspek nilai jaminan
c. Aspek letak / strategisnya
d. Aspek perimbangan dengan pembiayaan
5. Sebagai pelengkap tanpa memperhitungkan risiko, seandainya pembiayaan
bermasalah
6. Lemahnya supervise & monitoring
a. Desk monitoring (meja pemantauan)
1) Kurang dilakukan evaluasi atas rekening nasabah
2) Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaran kewajiban
nasabah
3) Belum diterpkannya penggolongan pembiayaan secara tertib
b. On side montoring (pada sisi pemantauan)
1) Jarang berkunjung ke lokasi usaha nasabah, sehingga side streaming
dan permasalah nasabah tidak terdeteksi sejak awal
2) Tidak pernah dihubungi melalui telepon
3) Tidak pernah dilakukan supervisi lapangan
F. Faktor Ekstern Nasabah
1. Nasabah ( character, chapaciy & condition )
a) Meninggalnya nasabah
b) Perselisihan sesama direksi
70
c) Perceraian nasabah
d) Anggota keluarga sakit
e) Kecelakaan dll
2. Lingkungan
a) Bencana alam
b) Kebijakan pemerintah
c) Demonstrasi / kerusuhan politik
d) Kendala musim
G. Gejala Dini Pembiayaan Bermasalah
1. Hubungan Perbankan dan Kelainan Kegiatan Operasional Nasabah
a. Pembiayaan yang terus menerus
b. Penurunan continue saldo simpanan di bank
c. Ketergantungan yang berat pada hutang jangka pendek
d. Peningkatan jumlah & frekuensi permintaan pembiayaan
1) Suppliers minta informasi untuk peningkatan pemberian pembiayaan
pada nasabah
2) Fasilitas produksi tidak terawat baik
2. Kerugian Akibat Nasabah Bermasalah
a. Biaya dana / pembiayaan
b. Biaya administrasi
c. Personalia / moral
d. Reputasi
71
e. Kesempatan berusaha
f. Pengacara
g. Rentabilitas
h. Solvabilitas
H. Strategi Collection Langsung
1. Simpati
a. Sopan
b. Menyanjung
c. Fokus pada tujuan
d. Menghargai
e. Perhatian pada kebanggaannya
2. Empati
a. Sopan
b. Menyelami keadaan nasabah
c. Bicara seakan untuk kepentingan nasabah
d. Bangkitkan emosi, perasaan, kesadaran, perenungan dll
3. Menekan
a. Langsung : tegas, keras, permalukan, ditakuti
b. Tidak langsung : pinjam bendera, saingan, atasan, polisi
I. Proses Penangan Pembiayaan Bermasalah
1. Lancar ( monitoring usaha, stock, proyek dll )
72
2. Kurang lancar ( surat pembritahuan, teguran, kunjungan ) ( preventif :
reschedule, resruktur, rekondisi )
3. Diragukan ( surat teguran, peringatan, kunjungan ) (reschedule, resruktur,
rekondisi )
4. Macet ( penagihan, offset jaminan, eksekusi, dll)
a. RESCHENDULING ( PENJADWALAN ULANG )
Syarat-syarat :
1) Potensi usaha ada
2) Kemampuan debitur masih ada
3) Masalah arus kas sementara
4) Plafond tetap
Perubahan :
1) Jangka waktu
2) Jadwal angsuran
3) Masa tenggang
4) Jumlah angsuran
b. REARRANGEMENT ( PENATAAN ULANG )
Syarat – syarat :
1) Potensi usaha ada
2) Kemampuan nasabah masih ada
73
3) Problem arus kas sementara
4) Plafon bisa berubah
Perubahan :
1) Jangka waktu
2) Jadwal angsuran
3) Masa tenggang
4) Jumlah angsuran
5) Jumlah plafon persyaratan
6) Jaminan
c. RESTART REQUIREMENT ( PERSYARATAN ULANG )
Syarat – syarat :
1) Potensi usaha ada
2) Sarana usaha memadai
3) Masalah arus kas & management
4) Plafond tetap / berubah
Perubahan :
a. Jangka waktu
b. Jadwal angsuran
c. Harga jual
74
d. Agunan
e. Kepemilikan
f. Pengurus
g. Nama & status prusahaan
h. Perubahan nasabah
J. Eksekusi Pembiayaan ( upaya penyelesaian pembiayaan dngan menjual,
jaminan / usaha karena nasabah sudah tidak prospektif )
1. LIKUIDASI USAHA
Upaya pejualan stock barang dagangan sarana produksi, bahkan tempat usaha,
jaminan dll, guna menutupi pembiayaan yng tertunggak.
a. Penjualan dilakukan untuk pembayaran angsuran / pelunasan pembiayaan.
b. Tidak ada pembelian kembali barang dagangan.
2. PERWASITAN MELALUI BASYARNAS
Eksekusi jaminan melalui perwasitan di badan Arbitrase Syariah (
musyawarah/ persidangan disertai hakim / wasit / penengah dari basyarnas )
yakni : upaya pengembalian / pelunasan / penjualan jaminan pembiayaan
dengan melalui musyawarah didepan wasit ( arbitrase ) untuk mendapat
keputusan, yang akan didaftarkan ke pengadilan negri untuk eksekusinya.
3. PARATE EKSEKUSI
Eksekusi jaminan tanpa melalui gugatan perdata terlebih dahulu (secara
sukarela)
75
Yakni : upaya pengembalian / pelunasan pembiayaan dengan / dari penjualan
jaminan nasabah secara sukarela
4. COLLECTION AGENT
Proses pengambil pembiayaan bermasalah melalui pihak ketiga ( orang /
lembaga lain ).
5. LITIGASI
Peroses pengambil alihan jaminan secara paksa dengan saluran hukum yang
berlaku dengan melibatkan lembaga resmi negara dibidang hukum ( melalui
gugatan pengadilan )
K. Syarat & Proses Litigasi
1. Chacking dokumen :
a. Penyiapan ( surat peringatan 1, 2 & 3 dan surat nasabah kepada LKS )
b. Dokumen perjanjian dan jaminan hak tanggungan ( dokumen yuridis
lainnya )
c. Fasilitas pembiayaan telah jatuh tempo, karna proses litigasi hanya dapat
dilakukan apabila fasilitas pembiyaan nasabah telah jatuh waktu.
2. Tahapan :
a. Mencari lawyer yang telah dianggap cakap, pengalaman dalam bidang
peagihan dan dapat berkerja sama dengan LKS
b. Membuat UP ( usulan pembiayaan ) ke komite UPP perihal persetujuan
pemakaian lawyer dan biaya-biaya yang di timbul
76
c. Memintakan rencna kerja dan target date dari lawyer yang telah disetujui
komite
3. Proses Litigasi melalui pengadilan terdiri dari :
a. Gugatan perdata
b. Pidana
c. Rill eksekusi jaminan
Pembiayaan dikataka bermasalah apabila pembiayaan tersebut lebih
dari 90 hari, pembiayaan dikatakan lancar apabila kurang dari 90 hari.
penanganan pembiayaan bermasalah pada BPRS Al salaam cabang cinere
yaitu:
Dengan cara somasi / teguran berupa surat somasi yang kita berikan
jangka waktu 1 minggu, agar si nasabah tersebut membayar lancar dan apabila
nasabah tersebut belum mau membayar atau belum membayar dari batas
waku yang telah ditentukan maka peugas bank akan segera mengeksekusi
jaminan tersebut. Dan selanjutnya ketika barang sudah dikuasai bank maka
bank akan memberikan waktu 2 minggu kepada nasabah unuk menembus atau
mengambil kembali jaminan tersebut, apa bila dalam waktu 2 minggu tersebut
tidak konfirmasi kepada bank maka bank akan melakukan lelang terbuka atas
jaminan tersebut atau barang yang di eksekusi. Selanjutnya ketika barang
lelangan tersebut sudah terjual maka hasil dari penjualan barang tersebut
untuk menutupi jumlah sisa hutang nasabah kepada bank, dan apabila masih
77
ada sisa dari penjualan tersebut akan dikembalikan kepada nasabah sisa
penjualan barang tersebut.
Jika di lihat dan di perhatikan tentang tata cara yang dilakukan BPRS
Al salaam cabang cinere, maka telah terlihat bahwa BPRS Al salaam
mengedepankan cara-cara sesuai syariat islam dalam menangani pembiayaan
yang bermasalah, yaiu dengan cara simpati terhadap nasabah yang telah
menunggak atau macet, pada praktenya dilapangan ketika ada nasabah yang
bermasalah pembayarannya bagian penagihan tidak pernah menggunakan
kata-kata kasar apalagi sampai membentak-bentak seperti yang tejadi pada
lembaga keuangan konvensional.
Banyak yang terjadi ketika proses penagihan melakukan cara debt
collector akan merugikan kedua belah pihak dari pihak nasabah dan pihak
bank, menjadi masalah perusak tali silaturahmi sesama manusia karna fakor
penagihan dengan cara di bentak-bentak. Namun pihak BPRS al salaam tidak
melakukan hal seperti itu karna berpedoman kepada syariat-syariat islam,
yang dilakukan BPRS Al salaam adalah dengan cara teguran dan apabila
masih belum di respon dari nasabah tersebut maka BPRS al salaam
melakukan eksekusi, tetapi tidak melakukan kekerasan terhadap nasabah,
tetapi dengan cara musyawarah agar tidak terjadi kerugian di salah satu pihak.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa analisis kelayakan pembiayaan
murabahah dan penangan risiko kredit macet pada kendaraan bermotor di BPRS
Alsalaam cabang cinere dilihat dari kriteria sebagai berikut :
1. Prosedur pembiayaan kendaraan bermotor
Nasabah secara lisan atau tulisan mengajukan pembiayaan kendaraan
bermotor kepada BPRS Al Asaalam. Kemudian BPRS menindaklanjuti dan
meminta dokumen nasabah yang kemudian dilanjutkan untuk analisis
kelayakan.
2. BPRS melakukan analisis kelayakan dengan 5 C yaitu sebagai berikut :
a. Character, merupakan penilaian terhadap personalitas cara calon nasbah
berupa sifat atau watak.
b. Capacity, Meninjau kemampuan calon nasabah dalam mengebalikan
pembiaayan. Ditinjau dari pendapatan nasabah tersebut.
c. Capital, kekayaan yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan
keberlngsungan pembiaayaanya kendaraan bermotor.
78
79
d. Condition, keadaan social ekonomi suatu saat yang mungkin dapat
mempengaruhi kemampuan calon nasabah dalam melunasi pembiayaanya.
e. Colecteral, jaminan yang dimiliki oleh calon nasabah dengan tujuan jika
terjadi pembiayaan macet maka jaminan tersbut akan eksekusi.
3. Penangan BPRS terhadap nasabah pembiaayaan macet kendaraan bermotor,
memiliki beberapa tahap yaitu :
a. BPRS Al Salaam menghubungi nasabah pembiaayan macet via telpon
b. BPRS Al Salaam mengirim surat kepada nasabah pembiayaan macet
c. BPRS Al Salaam datang kerumah nasabah pembiayaan mecet kemudian
bermusyawarah. BPRS mengharapkan nasabah untuk melanjutkan
pelunasan pada umumnya
d. BPRS Al Salaam mengeksekusi kendaraan bermotor kemudian
melelangnya. Jika ada kelebihan dari hasil lelang tersebut maka kelebihan
tersebut akan dikembalikan oleh nasabah. Adapun jika harga lelang tidak
dapat menutupi sisa hutang nasabah maka BPRS akan mengikhlaskan
hutang nasabah.
B. Saran
1. Bagi BPRS Alsalaam cabang cinere, semua tata cara atau prosedur yang
dilakukan BPRS Alsalaam sudah baik, namun agar lebih mengurangi risiko
nasabah macet atau bermasalah dengan cara melakukan pensortiran dari segi
80
data tertulis dan data lapangan agar tidak mudah untuk di manipulasi data atau
di bohongi, mungkin dari hal sekecil itu bisa saja menjadi salah satu masalah
yang di hadapi BPRS Alsalaam.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharpkan melanjutka penlitian ini dengan fokus
dan lebih memperdalam dari judul ini agar lebih mengembangkan
pembelajaran kita.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al- Quran
Abidin, Ibnu, Rad al-Mukhtar „alal Ardh al-Mukhtar, VI, al-Kurtubi, Bidayatul
Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II.
Ade & Edia, Bank & Lembaga.
Ah. Lathif Azharuddin. Fiqh Muamalat. jakarta: UIN Jakarta Press. 2005.
A.Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan. Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2010.
Anwari, Ahmad. Bank Rekan Terpercaya dalam Usaha Anda. Jakarta: Balai Pustaka.
1987.
Antonio Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik Depok. Gema Insani
,2001.
Arifin Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka
Alvabet,2006.
Arthesa, Ade & Handiman, Edia. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta:
PT. Indeks,2006.
Ayat, Syafri. Manajemen Risiko. Jakarta, Gema Akastri, 2003.
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Firdaus, Muhammad et al. Konsep dan Implementasi Bank Syariah. Jakarta,
Renaisan, 2005.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
81
82
Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.
Indonesia, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional tentang Potongan Tagihan Murabahah,
No.46/DSN MUI/II/2005, bagian pertama angka 1.
Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No.
04/DSNMUI/IV/2000, bagian pertama angka 1 s/d 6.
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2010.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2004.
Peraturan Menteri Keuangan No 84/PMK.012/2006, Tentang Perusahaan
Pembiayaan.
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomer. PER
03/BL/2007 tentang kegiatan perusahaan berdasarkan prinsip syariah.
Disetujui oleh DSN-MUI melalui surat Nomor B-323/DSNMUI/XI/2007
Ramli, Hasbi, “Teori Dasar Akuntansi Syariah”, (Jakarta: Renaisan, 2005).
Rifai, Veithzal. dan Ismail, Rifki. Islamic Risk Management For Islamic Bank.
Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2013.
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II.
Sutarno, Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim,2003.
Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2005.
Wiroso. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005.
Wibowo, Wahyu. Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2011.
Anwari, Ahza
http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1
Hafsah freya/ dari http://freyacatatanku. blogspot.com/2015/01/pembiayaan
dalam
83
perbankansyariah-i_18.html
Admin,” Artikel, “Deskriptif Kualitatif”, diakses dari
http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id/2015/02/29/deskriptif-kualitatif/
“Sejarah BPRS Al-Salam”, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2015 dari
http://www.bprsalsalaam.co.id/?fuseaction=home.general§ion=profil&su
bsection=sejarah_bprs_alsalaam
“Visi dan Misi BPRS Al-Salam”, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2015 dari
http://www.bprsalsalaam.com/?fuseaction=home.general§ion=profil&sub
section=visi_dan_misi1 Wawancara Pribadi dengan Azwar selaku Kepala
Difisi bisnis dan Produk-Modal Kerja dan Insvestasii, Jakarta, 23 Maret 2015.
Wawancara Pribadi dengan Azwar selaku kepala difisi bisnis & produk-modal &
investasi, Jakarta, 23 Maret 2015.
Zulfikar Zulkarnain, wawancara khusus
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
HASIL WAWAN CARA PADA PIHAK BPRS AL SALAAM CABANG CINERE
Narasumber : Bapak Azwar selaku kepala difisi bisnis & produk-modal &
investasi.
Waktu : 23 Maret 2015
Tempat : BPRS Al Salaam cabang cinere
7. Kapan BPRS Al Salaam berdiri ?
l9 Oktober 1991.
8. Visi dan Misi BPRS Al Salaam ?
Visi BPRS Al Salaam: “Menjadi Bank Perkreditan Rakyat
Syariah Terbaik di Indonesia”
Misi BPRS Al Salaam: “Menjadi lembaga keuangan yang
menghasilkan produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan
menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataan
pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi
pengembangan usaha kecil dan menengah menuju
kesejahteraan bagi stake holder”.
9. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan di BPRS Al
Salaam ?
94
Prosedur yang dilakukan calon nasabah untuk mengajukan
pembiayaan dengan cara mendatangi BPRS Al Salaam dan
memberikan biodata diri nasabah untuk dilakukan analisis dari
pihak BPRS layak atau tidak diberikan pembiayaan.
10. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor
di BPRS Al Salaam ?
Dengan cara mendatangi rumah calon nasabah dan melihat
pekerjaan calon nasabah, melihat slip gaji, data diri nasabah
tersebut.
11. Tidakan yang dilakukan BPRS terhadap nasabah yang
bermasalah dalam pembayaran ?
Melakukan teguran / peringatan via telfon dan mengirim surat,
apabila belum mendapat respon dari nasabah, maka pihak
BPRS medatangi rumah nasabah tersebut dan melakukan
eksekusi.