ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBENIHAN...
Transcript of ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBENIHAN...
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBENIHAN
IKAN LELE SANGKURIANG DI DAFU FARM, DEPOK,
JAWA BARAT
SKRIPSI
AGUNG FEBRIANTO
11140920000058
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1441 H
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBENIHAN
IKAN LELE SANGKURIANG DI DAFU FARM, DEPOK,
JAWA BARAT
Oleh:
AGUNG FEBRIANTO
11140920000058
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Agung Febrianto
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Februari 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Sumber Alam No. 46 RT 05/RW 03 Kelurahan
Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang
Selatan
No. Hp : 085921658995
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2014-2019 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2011-2014 SMAN 1 Kota Tangerang Selatan
2008-2011 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
2002-2008 SDN Ciputat 9, Tangerang Selatan
PENGALAMAN ORGANISASI
2018-2019 Anggota HMI KOMFASTEK Cabang Ciputat
2017-2018 Ketua Komisi Pemilihan Umum UIN Jakarta
2017-2018 Sekretaris Bidang Komunikasi dan Informasi DEMA UIN Jakarta
2016-2017 Ketua Divisi Litbang Organisasi DEMA FST UIN Jakarta
2015-2017 Anggota Bidang Kewirausahaan DPW 2 POPMASEPI
v
2014-2018 Anggota HMJ Agribisnis UIN Jakarta
2012-2013 Pengurus MPK SMAN 1 Kota Tangerang Selatan
PENGALAMAN KERJA
2018 Relawan Dompet Dhuafa
2017 Praktek Kerja Lapangan CV Sakana Indo Prima
vi
RINGKASAN
Agung Febrianto, Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang di Dafu Farm, Depok, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Rahmi
Purnomowati dan Siti Rochaeni.
Ikan adalah salah satu hasil komoditi yang sangat potensial, karena
keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan
masyarakat, suku, dan agama. Salah satu jenis komoditi ikan yang mempunyai nilai
ekonomi cukup tinggi untuk dikembangkan adalah ikan lele. Budidaya ikan lele
mudah dan memiliki pertumbuhan yang cepat, umur panen untuk ikan lele hanya
memerlukan waktu 2-3 bulan. Selain itu, ikan lele juga kaya akan kandungan gizi.
Kota Depok merupakan salah satu daerah yang cocok untuk menghasilkan komoditi
ikan lele karena didukung suhu yang sesuai untuk melakukan kegiatan usahatani
ikan lele. Selain itu, usahatani ikan lele juga sudah menjadi primadona di Kota
Depok karena ikan lele menjadi alternatif utama untuk sumber protein hewani yang
murah dan rasa daging ikan lele disukai oleh masyarakat Kota Depok. Pembenihan
merupakan salah satu kegiatan usaha yang diminati oleh pembudidaya ikan lele di
Kota Depok karena modal yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, durasi
pertumbuhannya lebih singkat, dan tidak memerlukan areal usaha yang luas. Salah
satu varietas ikan lele yang banyak dibudidayakan oleh pembudidaya ikan lele di
Kota Depok adalah ikan lele sangkuriang, sebagai komoditas unggulan yang
dikembangkan. Usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang ada di Kota Depok,
salah satunya adalah Dafu Farm. Usaha yang dijalankan adalah pembenihan ikan
lele sangkuriang, menggunakan dana untuk membiayai investasi dalam jangka
panjang. Risiko usaha pada kegiatan budidaya juga cukup besar. Untuk mengurangi
risiko tersebut perlu perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan dapat
memberikan keuntungan. Selain itu, biaya variabel seperti harga pakan yang
cenderung meningkat menyebabkan perubahan pada biaya produksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1). Mengetahui besar biaya dan
pendapatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm, Depok, Jawa
Barat. 2). Menganalisis pendapatan dan kelayakan finansial usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang di Dafu Farm yang ditinjau dari nilai R/C Rasio, B/C Rasio, Break
Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Payback Period. 3). Menganalisis besar kenaikan biaya pakan dan penurunan harga
jual pada usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm yang dapat
ditoleransi.
Penelitian ini dilakukan di Dafu Farm, Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari
penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan Bapak Fuad selalu
pemilik usaha Dafu Farm. Sumber data sekunder terdiri dari laporan Dinas
Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Depok, data Badan Pusat
Statistika Kota Depok, laporan perusahaan, penelitian terdahulu dan jurnal terkait.
Metode penelitian yang digunakan untuk melakukan perhitungan menggunakan
vii
R/C Rasio, B/C Rasio, Break Event Point (BEP), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Payback Period, dan Analisis Sensitivitas (Switching Value).
Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan kalkulator.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Total biaya usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang di Dafu Farm selama satu tahun sebesar Rp. 137.469.500.
Total kas bersih usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm dalam satu
tahun sebesar Rp. 102.649.238. 2) Analisis kelayakan usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang di Dafu Farm menghasilkan Nilai R/C Rasio sebesar 1,74
menunjukkan bahwa nilai R/C Rasio lebih dari satu (R/C Rasio > 1). Nilai B/C
Rasio sebesar 0,75 menunjukkan bahwa nilai B/C Rasio lebih dari nol (B/C Rasio
> 0). BEP Volume mendapatkan nilai sebesar 499.889 ekor benih dan BEP harga
mendapatkan nilai Rp. 158/ekor benih. Nilai Net Present Value (NPV) usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang sebesar Rp. 3.160.351 dan bernilai positif. Nilai
Internal Rate of Return (IRR) sebesar 3,89% > 2,5%. Nilai Payback Period sebesar
2,05 menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan
oleh Dafu Farm akan mengalami pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 6 hari.
3) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, kenaikan biaya pakan dibagi menjadi dua
yaitu, biaya pakan indukan dan biaya pakan benih. Kenaikan biaya pakan indukan
sebesar 3%, 6%, dan 12% dapat ditoleransi. Kenaikan biaya pakan benih sebesar
3%masih dapat ditoleransi, sedangkan kenaikan biaya pakan benih sebesar 6% dan
12% tidak dapat ditoleransi karena menghasilkan NPV negatif. Penurunan harga
jual benih sebesar 3%, 6%, dan 12% sudah tidak dapat ditoleransi karena
menghasilkan nilai NPV negatif. 4). Berdasarkan hasil dari nilai R/C Rasio lebih
besar dari satu (R/C Rasio > 1), nilai B/C Rasio lebih besar dari nol (B/C Rasio >
0), hasil Net Present Value (NPV) bernilai positif, dan nilai Internal Rate of Return
(IRR) lebih besar dari suku bunga. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm memberikan
keuntungan dan layak untuk dijalankan kedepannya.
Kata Kunci : Pendapatan, Kelayakan Finansial, Sensitivitas.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji dan syukur penulis ucapkan atas segala karunia dan berkah yang
diberikan Allah SWT, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di Dafu
Farm, Depok, Jawa Barat” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para
sahabat, dan kepada kita semua yang mengharapkan syafa’at-nya di hari kiamat
nanti.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini, baik dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sulimin dan Ibu Ucu Marianah yang
senantiasa memberikan doa, dukungan moril maupun materil yang tidak
terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Ibu Rahmi Purnomowati, SP, M.Si dan Ibu Dr. Siti Rochaeni, M.Si, selaku
Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
ix
bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
3. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta
beserta jajarannya.
5. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu
Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP selaku Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa
memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan, sehingga
memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Fuad dan seluruh karyawan Dafu Farm yang telah bersedia
mengizinkan Dafu Farm sebagai lokasi penelitian dan memberikan ilmu dan
pengalaman mengenai usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
9. Sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penulisan skripsi yaitu, Fadhil
Herawan, Puji Restu Permadani, Truwansui, Dhimas Rozil Gufron,
x
Muhammad Bayu Pramono, Setiadi Amarullah, Azhar Dhika Wiratama, dan
Lutfy Nugraha atas dukungan, semangat serta saran yang sangat memotivasi
penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Keluarga besar Agribisnis 2014, terima kasih banyak atas kebersamaan, do’a
dan dukungan kepada penulis selama ini.
11. Teman-teman HMJ Agribisnis UIN Jakarta, DEMA FST UIN Jakarta,
DEMA UIN Jakarta, KPU UIN Jakarta, KKN Muhajirun UIN Jakarta, dan
HMI KOMFASTEK UIN Jakarta yang telah menjadi bagian penting dalam
pembelajaran dan pengalaman penulis selama masa perkuliahan.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, penulis
mengucapkan terima kasih
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih
terdapat kekurangan baik implementasi maupun dalam penulisan. Namun
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, November 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Lele Sangkuriang ................................................................. 8
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang ............. 9
2.1.2 Keunggulan Ikan Lele Sangkuriang ................................... . 10
2.2. Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang ............................................. 12
2.2.1. Persiapan Induk .................................................................. 13
2.2.2. Persiapan Kolam Pemijahan ............................................. 13
2.2.3. Persiapan Induk pada Kolam Pemijahan............................ 14
2.2.4. Pemijahan ........................................................................... 14
2.2.5. Penetasan Telur .................................................................. 15
2.2.6. Pemeliharaan Larva ........................................................... 15
2.3. Biaya ............................................................................................. 16
2.4. Penyusutan ................................................................................... 17
2.5. Investasi ....................................................................................... 18
2.6. Pendapatan Usaha ........................................................................ 19
2.6.1. Analisis Penerimaan Atas Biaya (R/C Rasio) .................... 20
2.6.2. Analisis Rasio Keuntungan Atas Biaya (B/C Rasio) ........ 20
2.6.3. Analisis Break Even Point (BEP) ..................................... 21
xii
2.7. Analisis Kelayakan Finansial Usaha ........................................... 21
2.7.1. Net Present Value (NPV) ................................................... 22
2.7.2. Internal Rate of Return ..................................................... 23
2.7.3. Payback Period ................................................................. 24
2.8. Analisis Sensitivitas .................................................................... 24
2.9. Penelitian Terdahulu ................................................................... 25
2.10. Kerangka Pemikiran ................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 34
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 34
3.3. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 35
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 36
3.4.1. Analisis Biaya Usaha ........................................................ 36
3.4.2. Analisis Penyusutan .......................................................... 37
3.4.3. Analisis Penerimaan .......................................................... 37
3.4.4. Arus Kas Bersih (Net Cash Flow) ...................................... 38
3.4.5. Analisis Penerimaan Atas Biaya (R/C Rasio) .................... 38
3.4.6. Analisis Rasio Keuntungan Atas Biaya (B/C Rasio) ......... 39
3.4.7. Analisis Break Even Point (BEP) ...................................... 40
3.4.8. Analisis Net Present Value (NPV) ..................................... 41
3.4.9. Analisis Internal Rate of Return (IRR) ............................. 42
3.4.10.Analisis Payback Period .................................................... 43
3.4.11. Analisis Sensitivitas ........................................................ 43
3.5. Definisi Operasional ..................................................................... 45
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Profil Dafu Farm .......................................................................... 47
4.1.1 Sejarah Dafu Farm ............................................................. 47
4.1.2 Visi dan Misi Dafu Farm .................................................. . 49
4.2 Sarana dan Prasarana Dafu Farm ................................................. 50
4.3 Kegiatan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
di Dafu Farm ................................................................................ 51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm .... 56
xiii
5.1.1 Biaya Kolam, Bangunan dan Peralatan Usaha Pembenihan Ikan
Lele Sangkuriang Dafu Farm ............................................. 56
5.1.2 Biaya Penyusutan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm .......................................................................... 58
5.1.3 Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm ......................................................................... . 60
5.1.4 Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm ......................................................................... . 61
5.1.5 Total Biaya Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm ......................................................................... . 67
5.1.6 Total Investasi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm ......................................................................... 68
5.2 Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm ................................................................................... 69
5.3 Kas Bersih Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm ................................................................................... 71
5.4 Analisis Pendapatan Usaha .......................................................... 72
5.4.1 Analisis R/C Rasio ............................................................. 72
5.4.2 Analisis B/C Rasio ............................................................. 74
5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP) ...................................... 75
5.5 Analisis Kelayakan Finansial Usaha ........................................... 76
5.5.1 Analisis Net Present Value (NPV) ..................................... 78
5.5.2 Analisis Internal Rate of Raturn ........................................ 79
5.5.3 Analisis Payback Period .................................................... 80
5.5.4 Analisis Sensitivitas .......................................................... 81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 91
6.2 Saran ............................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 93
LAMPIRAN ................................................................................................. 96
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data Produksi Perikanan Tahun 2018 Kota Depok ................................. 2
2. Data Produksi Pembenihan Tahun 2018 Kota Depok .............................. 3
3. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ......................... 30
4. Peralatan Produksi Pembeihan Ikan Lele Sangkuriang di Dafu Farm
Juli 2017- Juni 2018 ................................................................................ 51
5. Total Biaya Kolam, Bangunan dan Peralatan Usaha Pembenihan Ikan
Lele Sangkuriang Dafu Farm pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018 ............ 57
6. Total Biaya Penyusutan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018 ......................................... 59
7. Total Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018 .......................................... 60
8. Total Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018 .......................................... 62
9. Total Biaya Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018 ............................................................ 67
10. Total Investasi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm Tahun 2016 ........................................................................... 68
11. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Juli 2017 – Juni 2018 ..................................................................... 70
12. Kas Bersih Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Juli 2017 – Juni 2018 ..................................................................... 71
13. Analisis R/C Rasio Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 ................................................... 73
14. Analisis B/C Rasio Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 ................................................... 74
15. Analisis BEP Produksi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 ................................................... 75
xv
16. Analisis BEP Harga Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 ................................................... 77
17. Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 ............................ 78
18. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Usaha Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 ............................ 79
19. Analisis Payback Period Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 .................................................. 80
20. Hasil Analisis Sensitivitas dan Switching Value dengan Kenaikan Harga
Pakan Indukan untuk Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 .................................................. 82
21. Hasil Analisis Sensitivitas dan Switching Value dengan Kenaikan Harga
Pakan Benih untuk Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 .................................................. 85
22. Hasil Analisis Sensitivitas dan Switching Value dengan Penurunan Harga
Jual Benih untuk Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Juli 2017 – Juni 2018 .................................................. 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Wawancara ............................................................................. 96
2. Inflasi Kota Depok pada Bulan Juli 2017 sampai Juni 2018 ................... 99
3. Tata Letak Sarana dan Prasarana Dafu Farm .......................................... 100
4. Biaya Penyusutan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm ................................................................................................ 101
5. Rincian Volume Penjualan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm Setiap Bulan Selama Juli 2017 sampai Juni 2018 ................ 103
6. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Usaha Pembenihan Ikan
Lele Sangkuriang Dafu Farm .................................................................. 104
7. Analisis Sensitivitas dengan Kenaikan Harga Pakan Indukan
Sebesar 3% .............................................................................................. 105
8. Analisis Sensitivitas dengan Kenaikan Harga Pakan Benih
Sebesar 3% .............................................................................................. 106
9. Analisis Sensitivitas dengan Penurunan Harga Jual Benih
Sebesar 3% .............................................................................................. 107
10. Dokumentasi ............................................................................................ 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan adalah salah satu hasil komoditi yang sangat potensial, karena
keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan
masyarakat, suku, dan agama. Ikan sebagai bahan makanan mengandung protein
tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, di
samping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit
sehingga mudah dicerna. Hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Ikan juga dapat digunakan
sebagai bahan obat – obatan, pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran,
dan nilai gizinya tergantung pada jenis, umur kelamin, tingkat kematangan, dan
kondisi tempat hidupnya (Adwiyah, 2008: 1).
Salah satu jenis komoditi ikan yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi
untuk dikembangkan adalah ikan lele. Ikan lele merupakan salah satu komoditas
unggulan, pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai
dengan ukuran konsumsi. Setiap segmen usaha ikan lele sangat menguntungkan.
(Rochaeni, 2009: 1).
Selain itu, ikan lele mudah dibudidayakan dan memiliki pertumbuhan yang
cepat, umur panen untuk ikan lele hanya memerlukan waktu 2-3 bulan. Selain itu,
ikan lele juga kaya akan kandungan gizi. Ikan lele disebut sebagai penyedia protein
yang baik, disamping mengandung fosfor, kalium, lemak, omega-3, omega-6, dan
vitamin B12. Kandungan lemak pada ikan lele hanya dua gram, jauh lebih rendah
2
dibandingkan daging sapi atau ayam selain itu harga ikan lele relatif lebih
terjangkau (Rukmana dan Yudirachman, 2017: 12).
Kota Depok merupakan salah satu daerah yang cocok untuk menghasilkan
komoditi ikan lele karena didukung suhu yang sesuai untuk melakukan kegiatan
usahatani ikan lele. Daerah ini cukup strategis serta juga didukung dengan sumber
daya lahan dan air yang memadai, akses jalan yang cepat dan jangkauan pasar yang
cukup luas. Selain itu, usahatani ikan lele juga sudah menjadi primadona di Kota
Depok karena ikan lele menjadi alternatif utama untuk sumber protein hewani yang
murah dan rasa daging ikan lele disukai oleh masyarakat Kota Depok.
Perkembangan produksi ikan lele di Kota Depok juga mendapat dukungan dari
pemerintah Kota Depok melalui Dinas Perikanan agar tingkat produksi ikan lele di
Kota Depok mengalami peningkatan.
Perkembangan produksi ikan lele di Kota Depok pada tahun 2018 lebih besar
dibandingkan dengan produksi ikan konsumsi lainnya di Kota Depok. Produksi
perikanan Kota Depok pada tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Produksi Perikanan Kota Depok Tahun 2018
No. Jenis Ikan Triwulan (Ton) Jumlah
(Ton) I II III IV
1 Mas 85,02 82,96 84,12 86,24 338,34
2 Nila 52,07 51,05 54,45 54,21 211,78
3 Mujair 13,15 12,12 20,95 12,89 59,11
4 Gurame 96,67 94,61 110,55 125,97 427,8
5 Tawes 12,59 12,17 12,15 12,97 49,7
6 Patin 49,95 47,39 47,74 48,95 194,03
7 Lele 192,73 192,12 202,22 205,85 792,92
8 Bawal 15,86 15,54 18,66 19,12 69,18
Jumlah 518,04 507,96 550,84 566,02 2.142,86 Sumber : Dinas Perikanan Kota Depok (2019:1)
3
Berdasarkan data pada Tabel 1, produksi ikan lele Kota Depok pada tahun 2018
berjumlah 792,92 ton. Menurut Kasubag Dinas Perikanan Depok (2019), jumlah
produksi pembesaran ikan lele pada tahun 2018 mengalami kenaikan sesuai target
dari Dinas Perikanan Kota Depok, yaitu sebesar 4% dari tahun sebelumnya.
Produksi ikan lele merupakan yang terbesar di Kota Depok tahun 2018, yaitu
sebesar 37% dibandingkan dengan produksi ikan konsumsi lainnya di Kota Depok.
Pembenihan merupakan salah satu kegiatan usaha yang diminati oleh
pembudidaya ikan lele di Kota Depok karena modal yang dibutuhkan tidak terlalu
banyak, durasi pertumbuhannya lebih singkat, dan tidak memerlukan areal usaha
yang luas. Selain itu, usaha pembenihan juga perlu dilakukan untuk menjaga
keberlanjutan usaha pembesaran dan kuliner lele di Kota Depok. Tingkat produksi
benih ikan lele di Kota Depok tahun 2018 lebih besar 58% dibandingkan produksi
pembenihan ikan konsumsi lainnya. Berikut data terakhir produksi pembenihan
ikan lele Kota Depok tahun 2018.
Tabel 2. Data Produksi Pembenihan Kota Depok Tahun 2018
No. Jenis Ikan Triwulan (Ekor) Jumlah
(Ekor) I II III IV
1 Mas 420.293 470.502 465.750 537.150 1.893.695
2 Nila 652.258 467.800 475.300 590.900 2.186.258
3 Mujair 64.375 64.300 63.900 64.100 256.675
4 Gurame 500.616 469.625 480.730 495.900 1.946.871
5 Tawes 70.857 70.685 69.950 78.750 290.242
6 Patin 1.538.755 1.550.290 1.652.205 1.821.010 6.562.260
7 Lele 4.632.900 4.929.255 5.123.200 5.782.155 20.467.510
8 Bawal 355.295 354.522 355.965 390.775 1.456.557
Jumlah 8.235.349 8.376.979 8.687.000 9.760.740 35.060.068 Sumber : Dinas Perikanan Kota Depok (2019:2)
Berdasarkan data pada Tabel 2 produksi pembenihan ikan lele Kota Depok
pada tahun 2018 berjumlah 20.467.510 ekor. Menurut Kasubag Dinas Perikanan
4
Kota Depok, jumlah produksi pembenihan ikan lele tahun 2018 mengalami
peningkatan sebesar 4% dari tahun 2017. Produksi pembenihan ikan lele di Kota
Depok adalah produksi pembenihan terbesar dari produksi pembenihan ikan
konsumsi yang ada di Kota Depok.
Salah satu varietas ikan lele yang banyak dibudidayakan oleh pembudidaya
ikan lele di Kota Depok adalah ikan lele sangkuriang. Menurut Warisno dan Dahana
(2009: 1), ikan lele sangkuriang adalah salah satu komoditas perikanan budidaya
unggulan yang dikembangkan. Oleh karena itu, ikan lele jenis sangkuriang
memiliki prospek pasar yang cukup baik dilihat dari kelebihan ikan lele, yaitu dapat
bertahan hidup dalam kondisi air yang minimum, sehingga masyarakat banyak
membudidayakannya. Selain itu ikan ini juga dapat dipijahkan sepanjang tahun,
tumbuh lebih cepat, dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen,
lebih tahan terhadap penyakit, dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar, dan
dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam.
Dafu Farm yang berlokasi di Kelurahan Bedahan Kecamatan Sawangan Kota
Depok merupakan salah satu lokasi usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang
baru menjalankan usahanya selama 3 tahun. Dafu Farm telah dapat menyuplai
benih ikan lele sangkuriang untuk para pelaku usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Rata-rata
jumlah produksi benih ikan lele sangkuriang yang dihasilkan oleh Dafu Farm
sekitar 150.000 – 200.000 ekor setiap satu bulan.
Dafu Farm dalam menjalankan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai investasi dalam
5
jangka panjang. Risiko usaha pada kegiatan budidaya juga cukup besar. Untuk
mengurangi risiko tersebut perlu perencanaan yang tepat agar dana yang
diinvestasikan dapat memberikan keuntungan. Selain itu, biaya variabel seperti
harga pakan yang cenderung meningkat menyebabkan perubahan pada biaya
produksi. Dengan demikian, penting melakukan analisis untuk mengetahui biaya
dan pendapatan dari usaha yang dijalankan masih menguntungkan atau sebaliknya.
Selain itu, menganalisis kelayakan finansial usaha untuk meyakinkan bahwa usaha
tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan dilihat dari aspek finansial.
Kemudian dalam penelitian ini juga menganalisis sensitivitas yang terjadi jika
terdapat perubahan-perubahan biaya variabel dalam menjalankan usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di Dafu Farm, Depok,
Jawa Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Berapa besar biaya dan pendapatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di
Dafu Farm, Depok, Jawa Barat ?
2. Apakah usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm dapat memberi
keuntungan dan layak jika ditinjau dari nilai R/C Rasio, B/C Rasio, Break Even
6
Point (BEP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period ?
3. Berapa besar kenaikan biaya pakan dan penurunan harga jual yang dapat
ditoleransi pada usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm agar
tidak mengalami kerugian?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui besar biaya dan pendapatan usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang di Dafu Farm, Depok, Jawa Barat.
2. Menganalisis pendapatan dan kelayakan finansial usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang di Dafu Farm yang ditinjau dari nilai R/C Rasio, B/C Rasio, Break
Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR)
dan Payback Period.
3. Menganalisis besar kenaikan biaya pakan dan penurunan harga jual pada usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm yang dapat ditoleransi.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dafu Farm,
masyarakat, penulis dan peneliti lainnya.
1. Bagi Dafu Farm, sebagai bahan informasi dan evaluasi dalam pengembangan
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
7
2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan untuk
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
3. Bagi penulis, penelitian ini ditujukan untuk menyelesaikan skripsi yang
merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dan sebagai proses
pembelajaran melakukan penelitian.
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dafu Farm dalam produksi benih ikan lele
sangkuriang. Objek penelitian ini adalah analisis pendapatan serta menganalisis
tingkat sensitivitas kenaikan biaya pakan dan penurunan harga jual yang terjadi
dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm, Depok, Jawa Barat.
Data yang dianalisis adalah biaya dan penerimaan pada periode Juli 2017 – Juni
2018.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele Sangkuriang
Ikan lele sangkuriang merupakan varietas ikan lele hasil pemuliaan genetik
dari para peneliti di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi. Latar belakang pemuliaan genetik ikan sangkuriang adalah untuk
memperbaiki kualitas genetik ikan lele dumbo yang terus menerus menurun dari
waktu ke waktu akibat manajemen induk yang kurang tepat. Ikan lele sangkuriang
telah dikukuhkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
sebagai komoditas baru ikan unggul melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI No. KP.26./MEN/2004 tanggal 21 Juli 2004.
Ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang
balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan
generasi keenam (F6) yang kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan
F2-6 dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) dan hasilnya adalah ikan lele
sangkuriang. Induk betina F2 yang digunakan merupakan koleksi yang ada di Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang berasal dari
keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi dari Afrika ke Indonesia tahun 1985.
Sementara induk jantan F6 merupakan persediaan induk yang ada di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. Ikan lele sangkuriang mempunyai
laju pertumbuhan lebih cepat dibanding ikan lele dumbo (Rukmana dan
Yudirachman, 2017: 30).
9
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang
Menurut Warisno dan Dahana (2009: 4), ikan lele sangkuriang memiliki
klasifikasi taksonomi yang sama dengan lele dumbo, yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Telestei
Ordo : Ostariophusi
Sub Ordo : Siluridae
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
Secara umum, penampilan tubuh ikan lele sangkuriang seperti halnya ikan lele
pada umumnya. Ikan lele sangkuriang memiliki kulit yang licin dan berlendir, serta
tidak memiliki sisik sama sekali. Ikan lele sangkuriang berwarna hitam, hitam
keunguan, atau hitam kehijauan pada bagian punggung, dan putih kekuningan pada
bagian perut. Seperti kebanyakan ikan lele dumbo, ikan lele sangkuriang memiliki
kepala yang panjang, bahkan lebih panjang dibandingkan ikan lele dumbo pada
umumnya. Panjang kepala ikan lele dumbo lebih dari seperempat panjang total
tubuhnya, sedangkan ikan lele sangkuriang memiliki tubuh yang lebih panjang
dibandingkan ikan lele dumbo biasa pada umur yang sama. Bentuk kepala
menggepeng (depress), dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang
sungut (Warisno dan Dahana, 2009: 5).
10
Ikan lele sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip
ekor, dan sirip dubur. Sementara itu sirip yang berpasangan ada dua yaitu sirip dada
dan sirip perut. Pada sirip dada terdapat sepasang patil atau duri keras yang dapat
digunakaan untuk mempertahankan diri dan kadang-kadang dapat dipakai untuk
berjalan dipermukaan tanah. Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat
pernapasan tambahan yang berbentuk seperti batang pohon yang penuh dengan
kapiler-kapiler darah (Rukmana dan Yudirachman, 2017: 31).
2.1.2 Keunggulan Ikan Lele Sangkuriang
Menurut Warisno dan Dahana (2009: 9-12), ikan lele sangkuriang memiliki
banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun lele dumbo biasa. Keunggulan ini
antara lain:
1. Pertumbuhannya lebih cepat
Pertumbuhan lele sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada
tahap pendederan I, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26%, sementara
lele dumbo biasa hanya 20,38%. Pada tahap pendederan II, pertumbuhan lele
sangkuriang mencapai 13,96%, lele dumbo biasa hanya 12,18%. Pada tahap
pembesaran lele konsumsi, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 3,53%,
sedangkan lele dumbo biasa hanya 2,73%. Pada tahap pembesaran calon induk,
pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 0,85%, sementara lele dumbo biasa hanya
0,62%.
2. Umur panen lebih pendek
Dengan pertumbuhan yang lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat
dipanen dibanding lele dumbo biasa. Lele ukuran konsumsi biasanya dipanen saat
11
bobotnya 100-150 gram (7-10 ekor lele/kg). Untuk mencapai ukuran ini, lele
sangkuriang hanya membutuhkan waktu 60-70 hari, sedangkan lele dumbo biasa
butuh waktu 100-110 hari (asumsi pemeliharaan intensif).
3. Daya tetas telur tinggi
Daya telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Daya telur
lele sangkuriang mencapai 40.000-60.000 butir/kilogram bobot induk, sedangkan
lele dumbo biasa hanya 20.000-30.000 butir/kilogram bobot induk. Daya tetas telur
lele sangkuriang juga lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa, mencapai 90% lebih,
sementara lele dumbo biasa hanya 80% lebih. Dengan demikian, anakan yang
dihasilkan lebih banyak untuk setiap kali pemijahan.
4. Food Conversion Ratio (FCR) rendah
Food Conversion Ratio adalah perbandingan antara jumlah pakan yang
diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih rendah
dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang memiliki FCR antara 0,8-1,0 dengan
rata-rata sekitar 0,9. Lele dumbo biasa memiliki FCR antara 1,0-1,1.
Nilai FCR 0,9 menunjukkan bahwa dengan pemberian 90 kg pakan akan
dihasilkan pertambahan bobot seberat 100 kg. Pada lele dumbo biasa, untuk
menghasilkan pertumbuhan bobot seberat 100 kg dibutuhkan pakan sebanyak
100-110 kg. Dengan nilai FCR yang lebih rendah berarti kebutuhan biaya pakan
juga menjadi lebih rendah.
5. Toleransi terhadap penyakit lebih tinggi
Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa jenis
bakteri penyebab penyakit, antara lain Trichodina sp. dan Ichthiophthirius sp. Hasil
12
penelitian BBPBAT Sukabumi menunjukkan bahwa jumlah bakteri jenis ini lebih
sedikit pada kolam pemeliharaan lele sangkuriang dibanding pada kolam
pemeliharaan lele dumbo biasa.
6. Kualitas daging lebih baik
Dari segi konsumen, daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang lebih baik
karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat bahwa
semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya. Pendapat ini agaknya
benar sehingga pada umumnya konsumen menyukai lele dumbo dengan bobot
100-150 gram yang dipanen pada umur 100-110 hari. Untuk mendapatkan lele
sangkuriang dengan bobot yang sama, hanya diperlukan waktu 60-70 hari. Dengan
umur yang lebih muda, totok (tempurung kepala) lele sangkuriang cukup renyah
dan dapat dikonsumsi. Hal ini penting karena panjang kepala lele dumbo dan
sangkuriang mencapai seperempat panjang total tubuhnya.
7. Teknik budidaya mudah
Budidaya lele sangkuriang sebenernya tidak berbeda dengan budidaya lele
dumbo biasa, bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya lele sangkuriang
lebih cepat panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki daya tahan yang
cukup tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit.
2.2 Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Menurut Warisno dan Dahana (2009: 13-19), tahap-tahap dalam proses
pembenihan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
13
2.2.1 Persiapan Induk
Pertama-tama perlu dilakukan pemilihan induk terlebih dahulu, dalam
pemilihan induk lele sangkuriang harus diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas telur yang akan dihasilkan dalam pemijahan yang
akan lakukan. Kriteria induk jantan atau betina yang berada dalam masa produktif
(siap untuk dipijahkan) antara lain:
1. Induk berusia ± 8 s/d 30 bulan
2. Berat induk berkisar antara 1,2 s/d 4 kg
3. Bentuk tubuh normal, tidak ada kelainan, dan dalam kondisi sehat.
Sebelum dipijahkan, induk jantan dan induk betina ditempatkan secara
terpisah dalam kolam induk berukuran 1 x 1 x 1 meter. Pakan yang diberikan
kepada calon induk adalah pakan yang mengandung cukup banyak protein.
Kombinasi pakan yang tepat adalah pelet (25%) dan makanan tambahan berprotein
tinggi lain (75%). Misalnya ikan kecil, daging keong, daging bekicot, dan
sebagainya. Jumlah pakan yang diberikan per hari adalah 3-5% dari bobot calon
induk yang dipelihara.
2.2.2 Persiapan Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan dapat berupa kolam tembok atau kolam terpal. Ukuran
kolam tidak perlu besar, cukup 2 x 2 m untuk sepasang induk. Tinggi kolam sekitar
0,6 meter, diisi air setinggi 30-50 cm. Untuk mencegah induk melompat keluar saat
berkejar-kejaran, kolam pemijahan ditutup anyaman bambu, anyaman daun kelapa,
tripleks, ataupun bahan lain.
14
Air yang digunakan untuk memijahkan sebaiknya air sumur atau air sungai
yang belum tercemar. Untuk tempat menempelnya telur di dasar bak pemijahan
dipasang kakaban atau anyaman ijuk. Kakaban sebaiknya dapat menutup seluruh
dasar kolam untuk memastikan bahwa semua telur dapat menempel pada kakaban.
Kakaban dipasang mendatar pada dasar kolam.
2.2.3 Pelepasan Induk pada Kolam Pemijahan
Induk yang telah siap dipijahkan segera dipindah ke kolam pemijahan.
Pemindahan dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak mengalami stress, terutama
induk jantan. Bila siap pijah maka induk jantan akan semakin lincah dan agresif,
sementara induk betina semakin lamban dan kurang licah sehingga lebih mudah
untuk dipindahkan.
Induk dilepaskan di kolam pemijahan 8 - 12 jam sebelum proses pemijahan
alami dimulai, yaitu sekitar pukul 10.00 malam. Jadi sebaiknya induk sudah
dimasukkan ke kolam pemijahan pada pukul 10.00 pagi, atau selambat-lambatnya
pukul 12.00 siang. Setiap kolam pemijahan hanya boleh diisi sepasang induk yang
sudah siap pijah. Apabila induk yang dimasukkan lebih dari sepasang maka akan
terjadi pertarungan yang justru akan menyebabkan gagalnya proses pemijahan.
2.2.4 Pemijahan
Pemijahan alami berlangsung pada malam hari antara pukul 22.00 dan selesai
pada pagi hari sekitar pukul 05.00. Sebelum proses pemijahan dimulai, induk lele
akan saling kejar. Kolam pemijahan harus benar-benar tertutup untuk menghindari
induk melompat keluar kolam. Setelah memijah, telur yang sudah terbuahi akan
menempel pada kakaban.
15
Seringkali pemijahan harus menunggu beberapa hari baru berhasil, bahkan
kadang tidak membawa hasil sama sekali. Keberhasilan pemijahan sangat
dipengaruhi oleh kondisi indukan dan lingkungan. Indukan harus benar-benar
dalam kondisi siap memijah dan lingkungan (air dan kolam) yang digunakan juga
harus benar-benarsesuai.
2.2.5 Penetasan Telur
Setelah proses pemijahan selesai, induk harus segera dipindahkan ke kolam
induk agar tidak memakan telurnya sendiri. Kakaban yang sudah mengandung telur
dapat segera dipindah ke kolam penetasan atau tetap dibiarkan di kolam pemijahan.
Posisi kakaban harus dibalik dari posisi semula sehingga telur kemudian berada di
bagian bawah kakaban. Di bawah kakaban ditaruh ikatan ijuk dengan ukuran 30-50
cm untuk tempat berkumpul larva yang baru menetas.
Telur akan menetas 24 – 36 jam setelah pembuahan. Setelah 36 jam dapat
dipastikan telur yang baik telah menetas seluruhnya. Sisanya merupakan telur yang
tidak dapat menetas, berwarna kuning dan terkadang berjamur. Setelah telur
menetas, kakaban segera diangkat agar tidak menjadi tempat berkumpulnya larva.
Dengan tidak adanya kakaban, larva akan dapat berenang dengan bebas.
2.2.6 Pemeliharaan Larva dan Benih
Setelah menetas, larva tetap dipelihara di kolam penetasan. Hingga umur tiga
hari, larva belum perlu diberi pakan karena cadangan makanan yang berasal dari
telur masih mencukupi kebutuhan hidupnya. Selain itu, larva juga belum cukup kuat
untuk makan makanan dari luar. Pada hari keempat dan seterusnya, larva mulai
diberi pakan alami yang berukuran kecil. Beberapa jenis pakan yang dianjurkan
16
untuk digunakan, yaitu cacing sutera (Tubifex sp.) atau kutu air (Daphnia sp.).
Pakan ini terus diberikan hingga larva mencapai ukuran tahap pendederan sekitar
2-3 cm.
Setelah berumur 14 hari benih sudah bervariasi ukurannya dan perlu disortir.
Pembagian ukuran penyortiran yaitu, ukuran 1 - 2 cm, ukuran 2 – 3 cm, ukuran
3 – 4 cm, ukuran 4 – 5 cm, ukuran 5 – 6 cm, ukuran 6 -7 cm, ukuran 7 – 8 cm,
ukuran 8 – 9 cm, dan yang paling besar ukuran 9 – 10 cm. Pemberian pakan pada
benih ikan lele dilakukan 3 kali sehari. Beberapa pakan yang dianjurkan untuk
digunakan, yaitu pelet pf 500, pelet pf 800, dan pelet pf 1000.
2.3 Biaya
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya adalah semua dana yang digunakan
dalam melaksanakan suatu kegiatan. Biaya dalam terminologi keuangan
didefinisikan sebagai sumber-sumber daya yang diadakan untuk mendapatkan
keuntungan atau mencapai tujuan tertentu di masa depan (Padangaran, 2013: 45).
Menurut Soekartawi (2016: 56) biaya dalam usahatani adalah sejumlah uang
yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani. Biaya
usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh petani dalam mengelola
usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya dalam usahatani dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variable cost).
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat
aktivitas produksi meningkat atau menurun sepanjang kapasitas normal. Total biaya
17
tetap akan berubah di luar rentang aktivitas yang relevan (Dewi dan Kristanto,
2015: 11). Besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi
yang diperoleh seperti biaya untuk sewa tanah, pajak, alat pertanian, gaji, dan iuran
irigasi. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
jumlah hasil yang diinginkan. Makin tinggi jumlah output yang dikehendaki,
semakin besar pula jumlah biaya variabel yang harus dikeluarkan. Contoh biaya
variabel yaitu biaya tenaga kerja, harga benih atau bibit, harga pupuk atau harga
bahan baku (Padangaran, 2013 : 48).
2.4 Penyusutan
Pembebanan biaya atas harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun adalah melalui penyusutan. Penyusutan atas pengeluaran untuk
pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud yang
dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (Muljono, 2006: 113).
Menurut Suratiyah (2006: 35), untuk memperhitungkan penyusutan pada
dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut
dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk memperhitungkan nilai penyusutan sekaligus digunakan dalam penelitian
yaitu metode garis lurus. Rumus matematis penyusutan sebagai berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝑒𝑙𝑖 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑎
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
18
Dimana harga beli dikurangi dengan nilai sisa atau nilai residu suatu produk
yang telah lewat masa ekonomisnya dibagi dengan umur ekonomis dari benda
tersebut.
2.5 Investasi
Menurut Nurochim (2010: 185) investasi merupakan sejumlah modal atau
biaya yang digunakan untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha. Investasi
adalah menanamkan modal pada perusahaan untuk dapat memproduksi sebuah
produk, baik dalam produk jasa maupun produk barang yang dapat dijual dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Adapun pengertian lain dari investasi
menurut istilah keuangan adalah menyisihkan sebagian uang untuk mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang. Cara berinvestasi bisa membeli
produk-produk investasi, seperti obligasi, reksadana, saham atau produk investasi
lainnya (Lina, 2016: 54).
Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial
assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di
pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga
pasar uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham,
obligasi, dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan dalam
bentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan perkebunan, dan
lainnya (Halim, 2015: 13).
19
2.6 Pendapatan Usaha
Menurut Soekartawi (2016: 58) pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi dengan harga jual. Penerimaan usahatani, yaitu penerimaan dari semua
sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan investasi, nilai penjualan hasil,
nilai penggunaan rumah dan barang yang dikonsumsi. Untuk menghitung
penerimaan, data mengenai jenis dan jumlah produk serta harga dari masing-masing
jenis produk yang dijual harus diketahui. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah
semua biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari modal
usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran
tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris, dan nilai tenaga kerja
yang tidak dibayar.
Soekartawi (2016: 58) juga menjelaskan bahwa pendapatan usahatani
dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
Dimana pendapatan atas biaya tunai merupakan pendapatan yang diperoleh atas
biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas
biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya
diperhitungkan. Selain itu untuk menganalisis biaya dan pendapatan usaha,
umumnya disertai analisis seperti analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C Ratio),
analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C Ratio), dan analisis titik impas (break
even point).
20
2.6.1 Analisis Penerimaan Atas Biaya Total (R/C Ratio)
Menurut Soekartawi (2016: 85), analisis R/C rasio merupakan analisis yang
membandingkan antara penerimaan dan biaya. Analisis R/C rasio adalah singkatan
dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara
penerimaan dan biaya.
Nilai R/C Ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan biaya
satu satuan mata uang (dalam hal rupiah) maka akan menghasilkan tambahan
penerimaan yang lebih besar dari pada satu satuan mata uang. Sebaliknya, jika nilai
rasio lebih kecil dari satu berarti penambahan biaya satu satuan mata uang maka
akan menghasilkan penerimaan kurang dari satu satuan mata uang. Suatu usahatani
dapat dikatakan layak akan menguntungkan apabila nilai R/C Ratio lebih besar dari
satu, jika R/C Ratio lebih kecil dari satu maka usahatani dikatakan tidak
menguntungkan, jika R/C Ratio sama dengan satu maka usahatani dikatakan tidak
menguntungkan dan tidak pula merugikan.
2.6.2 Analisis Rasio Keuntungan Atas Biaya (B/C Ratio)
Menurut Soekartawi (2016: 88), analisis B/C rasio merupakan analisis
perbandingan antara keuntungan dan biaya. B/C rasio adalah perbandingan nilai
selisih biaya manfaat yang positif dan negatif. Analisis B/C rasio ini pada
prinsipnya sama saja dengan analisis R/C rasio, hanya saja pada analisis B/C rasio
ini data yang dipentingkan adalah besarnya manfaat.
Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C Ratio) adalah perbandingan antara
tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu
usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila B/C Ratio lebih besar dari
21
nol, begitupun sebaliknya. Semakin besar nilai rasio B/C Ratio, maka semakin besar
pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut.
2.6.3 Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis break even point atau bisa juga disebut analisis titik pulang pokok
adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk menghitung jumlah volume
produksi, sebuah usaha akan mencapai titik di mana penerimaan persis sama
dengan total modal yang digunakan. Setiap usaha harus berproduksi di atas dari
volume produksi pulang pokok agar dapat tetap beroperasi. Oleh karena besarnya
hasil produksi lebih banyak ditentukan oleh besar kecilnya biaya variable, melalui
analisis break even point ini juga dapat dihitung berapa seharusnya modal yang
harus digunakan untuk membeli input-input variabel agar titik pulang pokok
tercapai atau bahkan terlampaui (Padangaran, 2013: 93).
Suatu usaha akan berada pada titik break even point apabila dalam suatu
periode aktivitas usaha, tidak memperoleh laba dan tidak juga mengalami kerugian.
Artinya, jika seluruh pendapatan perussahaan yang diperoleh dijumlahkan, maka
jumlah tersebut sama besarnya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.
2.7 Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Analisis kelayakan finansial usaha adalah sebuah studi untuk mengkaji secara
komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak
layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor
ekonomi yang akan dilokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan
hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu (Johan,
22
2011: 8). Untuk menjalankan usaha diperlukan sebuah studi kelayakan apakah
sebuah usaha layak dijalankan atau tidak dijalankan. Jika layak untuk dijalankan,
landasan apa saja yang menjadikan layak dan begitu juga jika tidak layak, faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan ketidaklayakan usaha tersebut
(Jumingan, 2009: 12).
Studi kelayakan tidak hanya perlu dijalankan untuk usaha baru, tapi juga
produk baru yang akan dijalankan oleh perusahaan. Studi kelayakan tidak hanya
untuk usaha baru saja, tetapi termasuk juga dalam pengembangan anak perusahaan
atau unit usaha baru, termasuk akuisi perusahaan lainnya. Bagi seorang pengusaha
analisis kelayakan membantu untuk mengukur apakah usaha pada saat itu berhasil
atau tidak. Untuk menganalisis kelayakan finansial pada umumnya disertai dengan
analisis seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Payback Period (Johan, 2011 : 119).
2.7.1 Net Present Value (NPV)
Menurut Umar (2001: 200) Net Present Value adalah selisih antara present
value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih
(aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang.
Dalam hal ini, Net Present Value menunjukkan besarnya kelebihan atau kekurangan
nilai sekarang penerimaan (benefit) dibandingkan dengan nilai sekarang dari biaya
(cost) selama jangka waktu pelaksanaan investasi.
Apabila dalam hasil perhitungan NPV lebih besar dari nol atau positif, berarti
investasi menguntungkan sehingga layak untuk diteruskan. Jika hasil perhitungan
NPV lebih kecil dari nol atau negatif, maka investasi merugikan sehingga tidak
23
layak untuk diteruskan. Jika hasil perhitungan sama dengan nol, artinya investasi
tersebut tidak rugi tetapi juga tidak memperoleh keuntungan jika dilaksanakan
(Padangaran, 2013: 154)
2.7.2 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah hasil bunga yang sesungguhnya dijanjikan oleh
suatu usulan proyek investasi selama umurnya (Halim, 2007: 39). Menurut Umar
(2001: 198) metode IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus yang diharapkan di masa datang, atau
penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Kriteria Internal Rate of Return (IRR) adalah satu angka yang menunjukkan
persentase keuntungan yang dapat diperoleh setiap tahun dari suatu investasi
selama umur investasi. Dalam penentuan kelayakan investasi, indikator IRR ini
dibandingkan dengan tingkat bunga uang yang berlaku di bank karena tingkat
bunga simpanan di bank merupakan biaya imbangan (opportunity cost) dari dana
yang diinvestasikan tersebut (Padangaran, 2013: 156).
Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga, berarti investasi
menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat
bunga, artinya investasi merugikan dan tidak layak untuk dilanjutkan. Jika nilai IRR
sama dengan tingkat bunga berarti brek even, artinya investor bisa melakukan
investasi tetapi keuntungannya akan sama jika dana itu disimpan di bank.
(Padangaran, 2013: 157).
24
2.7.3 Payback Period
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback
period merupakan rasio antara pengeluaran investasi dengan cash inflow-nya yang
hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2001: 197).
Perhitungan payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama
investasi modal kembali, dilihat dari keuntungan bersih proyek sesudah
diperhitungkan pajak perusahaan. Semakin cepat investasi kembali, maka semakin
baik bagi pemilik modal.
2.8 Analisis Sensitivitas
Menurut Gittinger (2008: 420) analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji
kembali kelayakan usaha yang telah dilakukan. Analisis sensitivitas merupakan
perlakuan terhadap ketidakpastian. Tujuan analisis ini adalah menilai apa yang
terjadi dengan hasil analisis kelayakan usaha jika terjadi perubahan harga.
Analisis sensitivitas sangat diperlukan terutama pada proyek yang memiliki
prospek yang panjang. Untuk ini, yang perlu diperhatikan mengenai
komponen-komponen apa yang mudah berubah (peka) baik pada komponen biaya
maupun komponen keuntungan. Besarnya perubahan komponen biaya atau
komponen keuntungan berbeda-beda pada berbagai bidang investasi, karena itu
perlu dilakukan pengamatan yang cermat mengenai perubahan-perubahan yang
terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sebelumnya.
25
Secara umum, yang mudah berubah adalah harga-harga input yang naik atau
hasil produksi dan harga hasil produksi yang turun pada periode-periode tertentu
sebagai akibat dari kondisi alam atau perkembangan ekonomi dunia. Dalam jangka
panjang, aspek yang juga sering mengalami perubahan adalah pajak penghasilan
dari investasi atau kenaikan upah tenaga kerja. Jadi sensitivitas dilakukan untuk
melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan faktor-faktor tersebut
dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu layak menjadi tidak
layak dilaksanakan (Padangaran, 2013 : 159).
2.9 Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan dapat
dijadikan dasar serta bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini sebagai
berikut:
1. Penelitian lain dilakukan oleh Rahmadani (2016) dengan judul Analisis Biaya
dan Pendapatan Ikan Lele Sangkuriang Teknik Tradisional dan Biofloc di kota
Depok (Studi Kasus di Pokdakan Mandiri Sangkuriang dan PT. Agro 165
Nusantara Jaya). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui biaya yang
dikeluarkan pada pembesaran ikan lele sangkuriang teknik tradisional dan
biofloc, mengetahui pendapatan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan
lele sangkuriang teknik tradisional dan biofloc, menganalisis kelayakan usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang dilihat dari R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even
Point (BEP), dan Payback Period, serta mengetahui kelebihan dan kelemahan
teknik tradisional dengan biofloc pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang.
26
Data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan wawancara
langsung kepada anggota Pokdatan Mandiri Sangkuriang. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kelayakan usaha dengan
menggunakan R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point, dan Payback period.
Hasil analisis tersebut yaitu biaya yang dikeluarkan usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang dalam satu periode menggunakan teknik tradisional pada 7 kolam
bulat berdiameter 1,70m dengan menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp.
10.971.713 dan menggunakan teknik biofloc pada 5 kolam bulat berdiameter
2,20m dengan menebar 13.750 ekor sebesar Rp. 17.754.308. Pendapatan yang
diperoleh usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dalam satu periode
menggunakan teknik tradisional pada 7 kolam bulat berdiameter 1,70 m dengan
menebar 7.000 ekor bibit sebesar Rp. 2.118.287 dan menggunakan teknik
biofloc pada 5 kolam bulat berdiameter 2,20 m dengan menebar 13.750 ekor
sebesar Rp. 4.763.692. Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang teknik
tradisional didapatkan nilai R/C ratio sebesar 1,193, nilai B/C ratio sebesar
0,193, BEP volume sebesar 645 kg, BEP harga sebesar Rp. 14.249, dan payback
period dalam waktu 11 bulan 27 hari (4 periode). Pada usaha pembesaran ikan
lele sangkuriang teknik biofloc didapatkan nilai R/C ratio sebesar 1,268, nilai
B/C ratio sebesar 0,268, BEP volume sebesar 986 kg, BEP harga sebesar Rp.
14.192, dan payback period dalam waktu 7 bulan 18 hari (3 periode). Teknik
biofloc pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang lebih baik digunakan dari
pada teknik tradisional.
27
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jamaludin (2015) dengan judul Analisis
Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus) di
Bojong Farm Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan karena terdapat
permasalahan yang dialami oleh Bojong Farm yaitu, Bojong Farm belum bisa
memenuhi permintaan dari konsumen tersebut dikarenakan produksi ikan lele
di Bojong Farm belum bisa maksimal untuk memproduksi ikan lele sangkuriang
siap konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui biaya dan
pendapatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Bojong Farm,
menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Bojong
Farm dengan menggunakan R/C Ratio, B/C Ratio, Break Event Point dan
Payback Period, serta menganalisis kenaikan biaya variabel pada usaha. Alat
analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan perhitungan R/C Rasio, B/C
Rasio, Break Even Point dan analisis switching value untuk menilai sensitivitas
kelayakan usaha terhadap perubahan kenaikan biaya variabel dalam usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang di Bojong Farm. Hasil penelitian ini
menunjukkan total biaya usaha pembesaran ikan lele sangkuriang sebesar Rp
23.530.537, dan total pendapatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di
Bojong Farm sebesar Rp 6.469.427. Analisis kelayakan usaha pembesaran ikan
lele sangkuriang di Bojong Farm menghasilkan R/C Ratio sebesar 1,27, B/C
Ratio sebesar 0,27, BEP terbagi menjadi dua yaitu, BEP produksi dan BEP
harga. BEP produksi mendapatkan nilai sebesar 1.177 kg, sedangkan BEP harga
mendapatkan nilai Rp 15.687, dan payback period dalam jangka waktu 1 tahun
10 bulan 25 hari (8 periode). Dilihat dari aspek kelayakan usaha bahwa usaha
28
pembesaran ikan lele sangkuriang (Clarias Gariepinus) di Bojong Farm layak
untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis sensivitas didapatkan bahwa
kenaikan biaya variabel sebesar 7% masih bisa ditoleransi, namun kenaikan
biaya variabel sebesar 31% maka Bojong Farm akan mengalami kerugian.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rohatta (2015) dengan judul Analisis Biaya dan
Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Patin di CV. Al-Malik Farm (AMF) Patin
Depok. Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan di CV AMF
Patin, yaitu CV AMF Patin dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran
ikan patin belum dapat mengelola usahanya secara tepat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui besar biaya dan pendapatan pada usaha pembesaran
ikan patin di CV AMF Patin, dan mengevaluasi keberlanjutan usahatani
pembesaran ikan patin CV AMF Patin dengan melihat R/C Ratio, B/C Ratio,
Break Even Point (BEP) dan Payback Period. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa total biaya yang dikeluarkan di CV. AMF Patin ini sebesar Rp
558.300.000 untuk satu tahun (2 musim) dan menghasilkan ikan patin sebanyak
53.888 kg, dengan harga Rp 13.500/kg. Dari total biaya serta harga yang berlaku
tersebut, penerimaan usaha yang diperoleh sebesar Rp 727.448.000, sehingga
pendapatan usaha yang diterima CV. AMF Patin ini adalah Rp 169.188.000.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Normansyah (2014) dengan judul Analisis
Usahatani Sayuran (Studi Kasus: Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis tingkat pendapatan usahatani sayuran di Kelompok Tani
Jaya Desa Ciaruteun Ilir, dan menganalisis tingkat efisiensi usahatani sayuran
29
di Kelompok Tani Jaya Desa Ciaruteun Ilir. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan pendapatan usahatani sayuran kelompok Tani Jaya Desa Ciaruteun
Ilir tahun 2013 mencapai Rp 1.706.736.500. Nilai R/C Rasio sebesar 2,99, dan
nilai B/C Ratio sebesar 1,99 menunjukkan bahwa kondisi usahatani sayuran
layak untuk dijalankan dan memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan.
BEP produksi rata-rata sayuran petani di Kelompok Tani Jaya secara
keseluruhan untuk bayam 1.356 kg, kangkung 1.530 kg, dan caisim 1.699 kg
serta BEP harga untuk bayam Rp 1.726,-/kg, kangkung Rp 954,-/kg, dan caisim
Rp 1.805,-/kg.
30
Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu.
No. Penulis Judul Persamaan Perbedaan
1. Rahmadani
(2016)
Analisis Biaya dan
Pendapatan Ikan
Lele Sangkuriang
Teknik Tradisional
dan Biofloc di
kota Depok (Studi
Kasus di
Pokdakan Mandiri
Sangkuriang dan
PT. Agro 165
Nusantara Jaya)
-Komoditas
Perikanan : ikan
lele
-Penggunaan
metode R/C
Ratio, B/C Ratio,
Break Even
Point, dan
Payback Period
-Penggunaan
metode NPV dan
IRR
- Penggunaan
analisis
sensitivitas
2. Jamaludin
(2015)
Analisis
Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan
Lele Sangkuriang
di Bojong Farm,
Kabupaten Bogor
-Komoditas
Perikanan : ikan
lele
-Penggunaan
metode R/C
Ratio, B/C Ratio,
Break Even
Point, dan
Payback Period
-Penggunaan
analisis
sensitivitas
-Penggunaan
metode NPV dan
IRR
3. Rohatta
(2015)
Analisis Biaya dan
Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan
Patin di CV AL-
Malik Farm
(AMF) Patin,
Depok
-Penggunaan
metode R/C
Ratio, B/C Ratio,
Payback Period
dan Break Even
Point
-Komoditas
Perikanan : ikan
patin
-Penggunaan
metode NPV dan
IRR
-Penggunaan
analisis
sensitivitas
4. Normansyah
(2014)
Analisis
Pendapatan
Usahatani Sayuran
(Studi Kasus:
Kelompok Tani
Jaya, Desa
Ciaruteun Ilir,
Kecamatan
Cibungbulang,
Kabupaten Bogor
-Penggunaan
metode R/C
Ratio, B/C Ratio,
dan Break Even
Point
-Subjek yang
diteliti ikan lele
-Penggunaan
metode NPV,
IRR, dan
Payback Period
-Penggunaan
analisis
sensitivitas
31
2.10 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengkaji tentang usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di
Kota Depok, Jawa Barat. Salah satu lokasi usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
di Kota Depok adalah Dafu Farm. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
besarnya biaya dan pendapatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu
Farm. Selain itu dalam penelitian ini juga menganalisis kelayakan usaha untuk
meyakinkan bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm dapat
dikatakan layak atau tidak untuk dijalankan. Pendapatan diperoleh dari penerimaan
dikurangi dengan biaya produksi. Penerimaan ini berasal dari total produksi dikali
dengan harga jual. Biaya produksi berasal dari hasil penjumlahan biaya tetap dan
biaya variabel.
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap pengumpulan data terlebih
dahulu yaitu dengan melakukan wawancara, observasi dan studi pustaka. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari data usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang di Dafu Farm, data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika Kota
Depok, dan juga Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Depok.
Analisis pendapatan digunakan untuk menghitung besarnya tingkat
pendapatan yang diperoleh pada usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu
Farm dengan menghitung penerimaan atas biaya (R/C Rasio), keuntungan atas
biaya (B/C Rasio), dan Break Even Point (BEP). Perhitungan kelayakan usaha
dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa metode yaitu, Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Selain itu, dalam
penelitian ini juga melakukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menilai
32
apa yang terjadi jika terdapat perubahan-perubahan biaya yang terjadi dalam
menjalankan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Hasil dari analisis tersebut
akan disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm layak
atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila hasilnya layak, usaha dapat terus
dilaksanakan dan rekomendasi difokuskan pada pengembangan perusahaan
kedepan. Apabila tidak layak, maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu
Farm harus mengadakan evaluasi dan perbaikan dalam usaha. Berdasarkan uraian
di atas, maka gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1.
33
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
di Kota Depok
Biaya Produksi :
1. Biaya Tetap
2. Biaya Variabel
Total Penerimaan
Analisis Pendapatan Usaha
R/C Ratio
B/C Ratio
BEP (Break Even Point)
Dafu Farm
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Finansial
NPV (Net Present Value)
Internal Rate of Return (IRR)
Payback Period
Analisis Sensitivitas
Layak
Tidak Layak
Pengembangan Usaha
Evaluasi Usaha
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dafu Farm yang berlokasi di Jl. H. Sulaiman,
Kampung Perigi, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa
Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan
pertimbangan Kota Depok merupakan salah satu kota yang mempunyai potensi
dalam pengembangan dan pemasaran ikan lele sangkuriang.
Selain itu, Dafu Farm merupakan tempat yang direkomendasikan Dinas
Perikanan Kota Depok untuk melakukan penelitian dan Dafu Farm baru
menjalankan kegiatan usaha sekitar 3 tahun maka perlu dilakukan analisis
pendapatan untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan usaha tersebut.
Selain itu, perlu dilakukan analisis kelayakan finansial usaha untuk meyakinkan
bahwa usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan dilihat dari aspek
finansial. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai
dengan bulan Maret 2019.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara
langsung dengan Bapak Fuad selaku pemilik usaha Dafu Farm. Pemilik usaha yang
telah dijadikan narasumber dipandu dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya pada Lampiran 1, yang mencakup data biaya produksi, data jumlah
35
produksi, data harga jual, dan data penerimaan usaha, serta informasi lainnya yang
berhubungan dengan penelitian.
Sumber data sekunder terdiri dari laporan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian
dan Perikanan Kota Depok, data Badan Pusat Statistika Kota Depok, laporan
perusahaan, penelitian terdahulu dan jurnal yang terkait. Data sekunder berguna
sebagai data penunjang dalam penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dengan
menggunakan metode wawancara, kuesioner, dan studi pustaka.
a. Wawancara
Metode wawancara sering digunakan untuk mendapatkan informasi dari
orang atau masyarakat. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian
sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber. Penulis
mengadakan wawancara langsung dengan Bapak Fuad selaku pemilik usaha
Dafu Farm yang terpilih sebagai narasumber karena Bapak Fuad merupakan
pengelola keuangan di Dafu Farm. Informasi yang dikumpulkan tentang biaya
dan pendapatan yang dihasilkan dari usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
di Dafu Farm.
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
pemilik usaha Dafu Farm untuk dijawab agar dapat mengetahui biaya dan
36
penerimaan yang dibutuhkan dalam satu periode usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang. Kuesioner pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder.
Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan dengan cara mempelajari
literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku,
jurnal dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk mendapatkan
gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah, struktur oganisasi, sarana
prasarana, dan kegiatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Metode
kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui sejauh mana
kegiatan usaha dapat dikatakan memiliki manfaat dan layak untuk dikembangkan
dilihat dari analisis R/C Rasio, B/C Rasio, Break Even Point (BEP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period, dan analisis
sensitivitas. Pengolahan data dengan metode kuantitatif ini menggunakan alat bantu
berupa software komputer melalui program Microsof Excel 2013.
3.4.1 Analisis Biaya Usaha
Mengacu kepada Soekartawi (2016: 56), analisis biaya usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dapat dilakukan dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya tidak
37
tetap. Perhitungan analisis biaya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TBPL = BTPL + BVPL
Keterangan :
TBPL : total biaya pembenihan lele sangkuriang.
BTPL : biaya tetap pembenihan lele sangkuriang.
BVPL : biaya variabel pembenihan lele sangkuriang.
3.4.2 Penyusutan
Mengacu kepada Padangaran (2013: 48), metode yang digunakan untuk
perhitungan penyusutan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang adalah metode
garis lurus (straight line method). Dalam metode ini nilai penyusutan sama
besarnya dari tahun ke tahun atau dari bulan ke bulan, tergantung satuan waktu yang
digunakan. Rumus yang digunakan untuk menghitung penyusutan dengan metode
garis lurus adalah sebagai berikut:
Penyusutan = 𝑁𝐵𝑖−NS𝑖
UE𝑖
Keterangan :
NBi : Nilai Beli Barang ke i
NSi : Nilai Sisa Barang ke i
UEi : Umur Ekonomis Barang ke i
3.4.3 Analisis Penerimaan
Mengacu kepada Soekartawi (2016: 54), analisis penerimaan usaha dapat
dilakukan dengan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Hal
tersebut dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
38
TPPL = JBL . HBL
Keterangan :
TPPL : total penerimaan pembenihan lele sangkuriang.
JBL : jumlah benih lele sangkuriang
HBL : harga benih lele sangkuriang.
3.4.4 Arus Kas Bersih (Net Cash Flow)
Mengacu kepada Halim (2007: 30), selama proyek investasi beroperasi selama
itu pula akan terjadi arus kas keluar (cash outflow), misalnya untuk membayar
biaya-biaya operasional. Di sisi lain juga akan terjadi arus kas masuk (cash inflow),
misalnya dari penjualan produk. Bila arus kas masuk melebihi arus kas keluar, maka
akan terdapat arus kas bersih (Net Cash Flow). Perhitungan Net Cash Flow dapat
dijelaskan pada rumus sebagai berikut:
KBPL = LSPPL + PAT
Keterangan :
KBPL : kas bersih pembenihan lele sangkuriang.
LSPPL : laba setelah pajak usaha pembenihan lele sangkuriang.
PAT : penyusutan aset tetap.
3.4.5 Analisis Rasio Peneriman atas Biaya (R/C Rasio)
Mengacu kepada Soekartawi (2016: 85), analisis R/C rasio merupakan analisis
yang membandingkan antara penerimaan dan biaya. Analisis ini digunakan untuk
melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya. Secara sistematis R/C
Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C Rasio Pembenihan Lele Sangkuriang = 𝑇𝑃𝑃𝐿
𝑇𝐵𝑃𝐿
39
Keterangan :
TPPL : total penerimaan pembenihan lele sangkuriang.
TBPL : total biaya pembenihan lele sangkuriang.
Dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1. R/C Rasio > 1 berarti usaha pembenihan ikan lele sangkuriang menguntungkan
dan layak untuk dijalankan.
2. R/C Rasio < 1 berarti usaha pembenihan ikan lele sangkuriang tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dijalankan.
3. R/C Rasio = 1 berarti usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dijalankan
dalam kondisi titik impas.
3.4.6 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Rasio)
Mengacu kepada Soekartawi (2016: 88), analisis B/C rasio merupakan analisis
perbandingan antara kas bersih dan biaya. B/C rasio adalah perbandingan nilai
selisih biaya manfaat yang positif dan negatif. Suatu usaha dikatakan layak dan
memberikan manfaat apabila B/C Ratio lebih besar dari nol. Semakin besar nilai
rasio B/C Ratio, maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha
tersebut. Secara sistematis B/C Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:
B/C Rasio Pembenihan Lele Sangkuriang = 𝐾𝐵𝑃𝐿
𝑇𝐵𝑃𝐿
Keterangan :
KBPL : kas bersih pembenihan lele sangkuriang.
TBPL : total biaya pembenihan lele sangkuriang.
40
Dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1. B/C Rasio > 0 berarti usaha pembenihan ikan lele sangkuriang menguntungkan
dan layak untuk dijalankan.
2. B/C Rasio < 0 berarti usaha pembenihan ikan lele sangkuriang tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dijalankan.
3. B/C Rasio = 0 berarti usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dijalankan
dalam kondisi titik impas.
3.4.7 Analisis Break Even Point (BEP)
Mengacu kepada Padangaran (2013: 93), analisis break even point atau bisa
juga disebut analisis titik pulang pokok adalah suatu teknik analisis yang digunakan
untuk menghitung jumlah volume produksi, sebuah usaha akan mencapai titik di
mana penerimaan persis sama dengan total modal yang digunakan. Ada dua jenis
perhitungan BEP yaitu, BEP volume dan BEP harga produksi. Secara sistematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
BEP Volume Pembenihan Lele Sangkuriang (Ekor) = 𝑇𝐵𝑃𝐿
𝐻𝐵𝐿
Keterangan :
TBPL : total biaya pembenihan lele sangkuriang.
HBL : harga benih lele sangkuriang.
BEP Harga Pembenihan Lele Sangkuriang (Rp/Ekor) = 𝑇𝐵𝑃𝐿
𝑉𝑃𝐵𝐿
Keterangan :
TBPL : total biaya pembenihan lele sangkuriang.
VPBL : volume penjualan benih lele sangkuriang.
41
BEP Produksi bertujuan untuk mengetahui volume produksi yang dibutuhkan
untuk mencapai titik impas dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
Sedangkan BEP harga digunakan untuk mengetahui berapa harga yang dibutuhkan
untuk mencapai titik impas dalam usaha pembibitan ikan lele sangkuriang.
3.4.8 Analisis Net Present Value (NPV)
Mengacu kepada Halim (2007: 37), Net Present Value (NPV) merupakan
metode analisis keuangan yang memasukkan faktor nilai waktu uang (time value of
money) karena nilai uang akan bertambah sejalan dengan berjalannya waktu. Nilai
yang dihasilkan untuk masa yang akan datang atau sedang berjalan dikalikan
dengan faktor nilai waktu sehingga menyamakan nilai dengan nilai investasi
sekarang. Adapun rumusan perhitungannya adalah sebagai berikut:
𝑁𝑃𝑉𝑃𝐿 =KBPL 1
(1 + 𝑟)+
KBPL 2
(1 + 𝑟)2+ ⋯ +
KBPL n
(1 + 𝑟)𝑛− Investasi
Keterangan:
NPVPL : Net Present Value Pembenihan Lele Sangkuriang.
KBPL 1 : kas bersih pembenihan lele sangkuriang tahun pertama.
KBPL 2 : kas bersih pembenihan lele sangkuriang tahun kedua.
KBPL N : kas bersih pembenihan lele sangkuriang tahun ke N.
r : Diskonto.
Investasi : Modal atau biaya yang digunakan untuk usaha
Kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan dengan rumus NPV adalah
sebagai berikut:
1. Usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dinilai layak jika NPV bernilai positif
atau lebih besar dari nol.
42
2. Usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dinilai tidak layak jika NPV bernilai
negatif atau lebih kecil dari nol.
3. Usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dinilai tidak rugi tetapi juga tidak
memperoleh keuntungan jika NPV sama dengan nol.
3.4.9 Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Mengacu kepada Halim (2007: 39), Internal Rate of Return (IRR) merupakan
metode penilaian kelayakan usaha dengan menggunakan perluasan metode nilai
sekarang. Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengetahui pada tingkat
suku bunga berapa nilai NPV sama dengan nol. Adapun rumusan perhitungannya
adalah sebagai berikut:
𝐼𝑅𝑅 Pembenihan Lele Sangkuriang = 𝑖1 +𝑁𝑃𝑉𝑃𝐿1
𝑁𝑃𝑉𝑃𝐿1 − 𝑁𝑃𝑉𝑃𝐿2𝑥(i2 − i1)
Keterangan :
IRR = nilai Internal Rate of Return dalam persentase.
NPVPL1 = Net Present Value Pembenihan Lele Sangkuriang pada DF
(discount factor) terkecil.
NPVPL2 = Net Present Value Pembenihan Lele Sangkuriang pada DF
(discount factor) terbesar.
i1 = tingkat suku bunga pertama.
i2 = tingkat suku bunga kedua.
Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga, berarti investasi
menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat
bunga, artinya investasi merugikan dan tidak layak untuk dilanjutkan. Jika nilai IRR
43
sama dengan tingkat bunga berarti break even, artinya investor bisa melakukan
investasi tetapi keuntungannya akan sama jika dana itu disimpan di bank.
3.4.10 Analisis Payback Period
Mengacu kepada Kasmir dan Jakfar (2005: 154), metode payback period
merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian
investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan payback period dapat dilakukan
secara sistematis dengan rumus sebagai berikut:
𝑝𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 pembenihan lele sangkuriang = 𝐼
𝑃𝑈𝑃𝐿 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Keterangan :
I : Investasi.
PUPL : pendapatan usaha pembenihan lele sangkuriang.
3.4.11 Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan usaha,
perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Tujuan
analisis sensitivitas adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis
kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam
perhitungan biaya atau manfaat.
Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa peka kelayakan
usaha terhadap perubahan pada tiap-tiap bagian dari tahapan analisis usaha. Untuk
mengukur perubahan-perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian (variabelnya) saja,
sedangkan yang lain dianggap tetap. (Sofyan, 2003: 117).
44
Analisis sensitivitas pembenihan lele sangkuriang menggunakan metode nilai
pengganti (switching value) dengan mengganti nilai komponen yang bersifat
sensitif atau mudah berubah-ubah dan komponen tersebut sangat mempengaruhi
keadaan finansial suatu usahatani. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan parameter perubahan biaya pakan dan harga jual
sebesar 3% sebagai nilai pengganti. Penentuan kenaikan biaya pakan dan
penurunan harga jual sebesar 3% diperoleh dari total inflasi Kota Depok dalam 12
bulan yaitu pada bulan Juli 2017 sampai Juni 2018 sebesar 2,49 yang dibulatkan
menjadi 3%. Inflasi Kota Depok pada bulan Juli 2017 sampai Juni 2018 dapat
dilihat Lampiran 2. Perhitungan analisis sensitivitas pada penelitian ini juga
menggunakan skema simulasi nilai pengganti sebagai berikut:
1. Kenaikan harga pakan indukan lele sangkuriang sebesar 3%, 6%, dan 12%.
2. Kenaikan harga pakan benih lele sangkuriang sebesar 3%, 6%, dan 12%.
3. Penurunan harga jual benih lele sangkuriang sebesar 3%, 6%, dan 12%.
Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dalam usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang di Dafu Farm yang dapat ditolerir dengan cara simulasi
menaikan harga biaya pakan dan penurunan harga jual hingga menemukan batas
maksimum kenaikan biaya pakan dan penurunan harga jual agar dapat diantisipasi
oleh pelaku usahatani.
45
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang membentuknya.
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Usaha yang dilakukan adalah usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
2. Biaya tetap pembenihan lele sangkuriang (BTPL) adalah biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh banyak produksi
yang dihasilkan.
3. Biaya variabel pembenihan lele sangkuriang (BVPL) adalah biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi yang besarnya dipengaruhi oleh banyak
produksi yang dihasilkan.
4. Total biaya pembenihan lele sangkuriang (TBPL) adalah biaya hasil
penjumlahan dari dua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang. Biaya dinyatakan dalam satuan rupiah.
5. Total penerimaan pembenihan lele sangkuriang (TPPL) adalah hasil perkalian
antara produksi dengan harga jual usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
6. Kas bersih pembenihan lele sangkuriang (KBPL) adalah hasil penjumlahan laba
setelah pajak usaha pembenihan lele sangkuriang dengan penyusutan aset tetap.
7. R/C Rasio pembenihan lele sangkuriang yaitu perbandingan antara total
penerimaan dengan biaya produksi usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
8. B/C Rasio pembenihan lele sangkuriang yaitu perbandingan antara total
pendapatan dengan biaya produksi usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
46
9. Break Even Point (BEP) pembenihan lele sangkuriang dalam penelitian ini yaitu
titik pertemuan antara biaya dan penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi
atau untung dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
10. Net Present Value Pembenihan Lele Sangkuriang (NPVPL) yaitu selisih
pengeluaran dan pemasukan menggunakan nilai waktu uang pada usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang.
11. Internal Rate of Return pembenihan lele sangkuriang yaitu tingkat kelayakan
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang terhadap suku bunga yang ada.
12. Payback Period pembenihan lele sangkuriang yaitu perhitungan atau penentuan
jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali nilai investasi usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dengan menggunakan aliran kas yang
dihasilkan.
13. Analisis sensitivitas pembenihan lele sangkuriang yaitu metode yang diperlukan
dalam mengetahui kepekaan usaha mengenai tingkat keuntungan usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang terhadap perubahan harga.
47
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Profil Dafu Farm
Dafu Farm merupakan salah satu usaha perorangan yang bergerak di bidang
pembenihan ikan lele sangkuriang. Dafu Farm dikategorikan sebagai usaha kecil
karena nilai kekayaan atau asetnya tidak lebih dari Rp. 200.000.000,00, jumlah
karyawannya relatif sedikit, dan struktur organisasinya masih sederhana. Dafu
Farm berlokasi di Kelurahan Bedahan Kecamatan Sawangan Kota Depok. Usaha
ini didirikan pada tahun 2015, tapi perusahaan baru menjalankan kegiatan usaha di
pertengahan tahun 2016.
4.1.1 Sejarah Dafu Farm
Sebelumnya pada tahun 1996, Bapak Fuad pernah melakukan usaha
pembenihan ikan lele dumbo di kota kelahirannya yaitu Kota Padang, Sumatra
Barat. Setelah beliau merantau ke Jakarta dan memutuskan berhenti dari
pekerjaannya di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, beliau memiliki ide untuk
meneruskan usaha pembenihan ikan lele di Kota Depok dengan berbekal
pengalaman yang dimilikinya di bidang usaha perikanan. Bapak Fuad memilih Kota
Depok karena akses pasar dan airnya bagus. Selain itu, Kota Depok juga menjadi
salah satu sentra perikanan di Jawa Barat.
Beliau memilih usaha ikan lele sangkuriang tidak seperti dahulu ikan lele
dumbo karena ikan lele sangkuriang merupakan hasil dari penelitian Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan kualitas terbaik dari
varietas ikan lele saat ini. Sedangkan bidang pembenihan yang dipilih karena
48
menurut beliau, pembenihan tidak memerlukan modal yang besar seperti usaha
pembesaran, keuntungannya juga cukup besar dan masa pertumbuhannya lebih
singkat.
Pada tahun 2015 Bapak Fuad memiliki ide untuk meneruskan usahanya bukan
hanya usaha pembenihan saja, beliau juga berkeinginan untuk menjalankan usaha
pengolahan ikan lele dan produk sayuran sehat. Namun karena kurangnya modal
yang dimiliki, jadi sampai saat ini Dafu Farm baru menjalankan usahanya di bidang
pembenihan ikan lele sangkuriang. Akan tetapi, Bapak Fuad masih mau
meneruskan idenya itu suatu saat nanti.
Dafu Farm mulai didirikan pada tahun 2015, nama Dafu Farm sendiri diambil
dari Dafu yang berarti Uda Fuad dan Farm yang diambil dari bahasa inggris berarti
lahan. Pada awal berdiri Dafu Farm memiliki dua investor yaitu, Bapak Fuad dan
Bapak Fazlur. Akan tetapi pada awal tahun 2017, Bapak Fazlur mundur dari
investor Dafu Farm dan kini Dafu Farm hanya mempunyai satu investor yaitu
Bapak Fuad. Pada awalnya Dafu Farm hanya memiliki 6 kolam berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 8 m x 6 m.
Saat awal merintis di Kota Depok, Bapak Fuad banyak mengalami kegagalan
dalam memproduksi benih ikan lele sangkuriang. Ternyata pengalaman
pembenihan yang ia terapkan saat di Kota Padang tidak cocok dengan keadaan di
Kota Depok, bahkan saat itu Bapak Fuad sempat tidak mendapatkan hasil dari
usahanya tersebut. Beliau terus melakukan berbagai cara agar dapat secara
maksimal memproduksi benih ikan lele sangkuriang. Berbagai cara dilakukan
mulai dari mempelajari lewat internet dan berbagi pengalaman dengan
49
pembudidaya ikan disekitar lokasi usahanya. Sampai pada akhir tahun 2016, beliau
berhasil memproduksi benih ikan lele sangkuriang walaupun belum maksimal dan
mulai mencari konsumen. Pada pertengahan tahun 2017, Dafu Farm mulai
memperbanyak kolam dan sekarang kolam yang dimiliki sudah mencapai 34 unit.
Pada tahun 2017 sampai saat ini, usaha yang dijalankan oleh Bapak Fuad sudah
mulai berjalan dengan baik.
4.1.2 Visi dan Misi Dafu Farm
Dafu Farm merupakan salah satu usaha perorangan yang berusaha
mengembangkan ke arah yang lebih tinggi. Dalam menjalankan usahanya, pemilik
Dafu Farm berpegang pada visi dan misi yang ada. Berikut adalah visi dan misi
Dafu Farm.
Visi :
“Menjadi perusahaan perseorangan dalam menyediakan produk pangan yang
sehat.”
Misi :
1. Menyediakan bibit lele unggul dengan jaminan kualitas dan garansi dengan
standarisasi perikanan melalui sistem pemeliharaan yang bersih dan terukur
serta penggunaan indukan lele sangkuriang yang bersertifikasi BBPBAT
Sukabumi.
2. Menyediakan variasi produk olahan lele sehat untuk menyerap hasil panen dari
petani-petani peternak lele sehat dari komunitas dafufarmers yang sudah
mengikuti standar pembesaran ikan yang baik.
50
3. Menyediakan produk sayuran sehat dan murah tanpa pestisida melalui konsep
Integrated Farming System untuk menjaga sirkulasi air bersih dari limbah air
bekas budidaya yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian sayuran aquaponik.
4.2 Sarana dan Prasarana Dafu Farm
Sarana dan prasarana terdiri dari peralatan-peralatan yang digunakan untuk
menunjang keberlangsungan usaha. Sarana dan prasarana Dafu Farm digambarkan
dengan skema pada Lampiran 3. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
Dafu Farm sebagai berikut :
1. Lahan
Pembenihan ikan lele sangkuriang dilakukan di lahan seluas 1.900 m2, lahan
tersebut merupakan lahan sewa. Lahan disewa oleh Bapak Fuad selama 4 tahun,
lahan ini telah disewa sejak tahun 2015.
2. Bangunan
Bangunan yang dimiliki Dafu Farm ialah sebuah gudang dan saung. Gudang
digunakan untuk menyimpan peralatan-peralatan lainnya yang digunakan untuk
pembenihan ikan lele sangkuriang. Saung digunakan untuk tempat mensortir
ukuran benih ikan lele dan juga untuk menerima orang yang datang seperti
pembeli dan pengunjung.
3. Kolam Produksi
Dafu Farm memiliki 34 kolam yang terdiri atas 19 kolam penampungan
benih ikan lele sangkuriang berbentuk bulat yang berdiameter 3 m, 4 kolam
pemijahan berbentuk persegi panjang berukuran 2 m x 1 m, 4 kolam penetasan
51
berbentuk persegi panjang berukuran 8 m x 6 m, dan 7 kolam indukan berbentuk
persegi berukuran 1 m x 2 m.
4. Peralatan Produksi Pembenihan Lele Sangkuriang
Peralatan produksi pembenihan lele sangkuriang yang dimiliki Dafu Farm
untuk menunjang produksi pembenihan ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Peralatan Produksi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di Dafu Farm
Juli 2017 – Juni 2018
No. Uraian Jumlah Satuan
1 Baskom Sortir 12 Buah
2 Jaring Kecil 4 Buah
3 Jaring Besar 4 Buah
4 Ember 14 Buah
5 Tong 6 Buah
6 Cangkul 2 Buah
7 Garpu Tanah 1 Buah
8 Mesin Pompa 2 Unit
9 Keramba Waring 10 Meter
10 Pompa Gelembung 10 Unit
11 Sekop 3 Buah
12 Serokan 7 Buah
13 Lampu Penerangan 11 Buah
14 Selang 15 Meter
15 Pipa Paralon 13 Buah Sumber : Lampiran 4
4.3 Kegiatan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di Dafu Farm
Kegiatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm meliputi
beberapa tahap sebagai berikut :
1. Persiapan Induk
Sebelum dipijahkan, induk betina dan induk jantan ditempatkan secara
terpisah dalam kolam induk berukuran 1 m x 2 m. Indukan berjumlah 15 ekor,
52
terdiri dari 7 ekor indukan jantan dan 8 ekor indukan betina. Tiga hari sebelum
pemijahan, indukan diberi pakan terlebih dahulu. Pakan yang diberikan kepada
calon induk adalah pakan yang mengandung cukup banyak protein. Pakan yang
diberikan kepada calon induk adalah pelet 781-1 dan maggot BSF.
2. Pemilihan Induk
Sebelum dipijahkan, perlu dilakukan pemilihan induk terlebih dahulu.
Indukan dipilih yang dirasa matang dan siap untuk dipijahkan. Ciri-ciri indukan
yang sudah matang antara lain sebagai berikut :
a. Warna kulit kemerahan mengkilap
b. Berat induk berkisar antara 1,2 s/d 4 kg
c. Induk betina perutnya sudah membuncit
d. Induk jantan kelaminnya sudah membengkak
e. Bentuk tubuh normal, tidak ada cacat dan luka di tubuh, dan dalam kondisi sehat.
3. Persiapan Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan berupa kolam terpal dengan ukuran 2 x 1 m untuk
sepasang induk. Kolam dibersihkan terlebih dahulu, lalu diisi air yang baru. Setelah
pengisisan air ke kolam pemijahan, kemudian menyiapkan anyaman ijuk untuk
tempat menempelnya telur. Anyaman ijuk dipasang mendatar pada dasar kolam.
4. Pelepasan Induk pada Kolam Pemijahan
Induk yang sudah matang segera dimasukkan ke kolam pemijahan.
Pemindahan dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak mengalami stress,
terutaman induk jantan. Induk dilepaskan di kolam pemijahan pada pukul 16.00
sore. Setiap kolam pemijahan diisi oleh sepasang induk, jika lebih dari sepasang
53
maka akan terjadi pertarungan yang akan menyebabkan kegagalan pada proses
pemijahan. Dalam satu bulan, indukan yang akan dipijahkan sebanyak 3 sampai 4
pasang indukan.
5. Pemijahan
Pemijahan di Dafu Farm dilakukan dua minggu sekali. Induk dipijah di
kolam pemijahan dengan perbandingan 1 : 1 ( 1 betina dan 1 jantan ) atau 2 : 1 ( 2
betina dan 1 jantan ). Pemijahan secara alami berlangsung pada malam hari sekitar
pukul 23.00 dan selesai pada pagi hari sekitar 05.00. Sebelum pemijahan, sekitar
pukul 21.00 diberi kuning telor dan dimasukkan ke dalam kolam pemijahan untuk
memicu rangsangan pada induk jantan. Pada saat pemijahan, kolam harus benar-
benar dalam keadaan tertutup agar menghindari induk melompat keluar kolam.
Setelah memijah, telur yang sudah terbuahi akan menempel pada anyaman ijuk.
6. Penetasan Telur
Setelah proses pemijahan selesai, induk segera dipindahkan ke kolam
indukan. Anyaman ijuk yang sudah mengandung telur segera dipindahkan ke kolam
penetasan. Air yang ada di kolam pemijahan dibuang dan dibersihkan kembali
kolamnya. Proses penetasan telur terjadi selama satu hari. Setelah telur menetas,
anyaman ijuk diangkat agar tidak menjadi tempat berkumpulnya larva.
7. Pemeliharaan Larva
Sampai umur dua hari, larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan
karena cadangan makanan yang berasal dari telur masih mencukupi kebutuhan
hidupnya dan juga karena larva masih belum siap dengan makanan dari luar. Pada
54
hari ketiga, larva diberi pakan yang berukuran kecil yaitu, cacing sutra. Setelah
sampai 14 hari dipindahkan ke kolam penampungan benih.
8. Penyortiran
Setelah berumur 14 hari, benih sudah bervariasi ukurannya dan perlu disortir
terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke kolam penampungan benih. Penyortiran
dilakukan menggunakan bak sortir yang sudah dibuat oleh karyawan Dafu Farm.
Pembagian ukuran penyortiran yaitu, ukuran 1 - 2 cm, ukuran 2 – 3 cm, ukuran
3 – 4 cm, ukuran 4 – 5 cm, ukuran 5 – 6 cm, ukuran 6 -7 cm, ukuran 7 – 8 cm,
ukuran 8 – 9 cm, dan yang paling besar ukuran 9 – 10 cm. Tetapi sampai umur 14
hari biasanya ukuran benih baru mencapai ukuran 1- 2 cm atau ukuran 2 – 3 cm.
Setelah penyortiran benih dipindahkan ke kolam sesuai ukurannya masing-masing.
9. Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada benih dilakukan pada waktu pagi, sore, dan malam
hari. Pakan yang diberikan berupa pelet tetapi berbeda jenis-jenisnya setiap ukuran.
Ukuran 1 – 2 cm diberi cacing sutera, ukuran 2 – 3 cm sampai ukuran 3 – 4 cm
diberi pf 500, ukuran 4 – 5 cm sampai ukuran 5 – 6 cm diberi pf 800, dan ukuran
5 – 6 cm sampai ukuran 9 – 10 cm diberi pf 1000. Pakan untuk indukan diberikan
3 hari sekali, sedangkan pakan untuk benih diberikan sehari 3 kali.
10. Pertumbuhan Benih
Benih ikan lele sangkuriang mengalami pertumbuhan setiap satu minggu.
Jika sudah satu minggu benih yang mengalami pertumbuhan dipindahkan ke kolam
lain sesuai ukuran yang sudah berubah, tetapi disortir terlebih dahulu karena ada
juga beberapa benih lambat pertumbuhan. Misalnya, benih ukuran 2 – 3 sudah
55
mengalami pertumbuhan menjadi ukuran 3 – 4 cm maka benih tersebut dipidahkan
ke kolam penampungan benih ukuran 3 – 4 cm.
11. Penjualan Benih
Benih ikan lele sangkuriang Dafu Farm yang dijual yaitu ukuran 4 -5 cm, 5 – 6
cm. 7 – 8 cm, 8 – 9 cm, dan 9 – 10 cm. Benih yang sering dibeli konsumen yaitu
ukuran 7 – 8 cm. Cara penjualan di Dafu Farm ini adalah dengan konsumen datang
ke Dafu Farm dan langsung membeli, dan ada juga dengan cara memesan terlebih
dahulu dan dikirimkan oleh karyawan Dafu Farm.
56
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Biaya dalam usahatani adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk
pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani (Soekartawi, 2016: 56). Biaya
dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Dafu Farm untuk
proses pembenihan ikan lele sangkuriang dalam satu tahun. Biaya yang dikeluarkan
oleh Dafu Farm harus diperhitungkan untuk membantu pengambilan keputusan
guna pengelolaan usaha.
Perhitungan biaya yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi biaya kolam,
bangunan dan peralatan, biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable cost)
dan biaya penyusutan. Biaya kolam, bangunan dan peralatan merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh Dafu Farm untuk pembuatan kolam, pembuatan bangunan, dan
pembeliaan peralatan guna menunjang produksi pembenihan ikan lele sangkuriang.
Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap, dan tidak
tergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya tidak tetap
adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya dapat berubah, tergantung
pada tingkat produksi yang dihasilkan. Biaya penyusutan adalah biaya yang
dikeluarkan berdasarkan proses alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aset selama usia ekonomisnya.
5.1.1 Biaya Kolam, Bangunan dan Peralatan Usaha Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang Dafu Farm
Biaya kolam, bangunan dan peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
Dafu Farm untuk pembuatan kolam, pembuatan bangunan, dan pembeliaan
57
peralatan guna menunjang produksi pembenihan ikan lele sangkuriang. Biaya
kolam, bangunan dan peralatan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Total Biaya Kolam, Gedung dan Peralatan Usaha Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang Dafu Farm pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa total biaya kolam, bangunan dan
peralatan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang adalah Rp. 75.978.000. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh Dafu
No. Uraian Jumlah Umur
Ekonomis
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
Biaya (Rp)
1. Kolam Pemijahan Ukuran
2 x 1 m 4 Buah 4 Tahun 1.200.000 4.800.000
2. Kolam Penetasan Ukuran
8 x 6 m 4 Buah 5 Tahun 2.500.000 10.000.000
3. Kolam Indukan Ukuran
1 x 2 m 7 Buah 4 Tahun 1.200.000 8.400.000
4. Kolam Penampungan Benih
Diameter 3 m 19 Buah 5 Tahun 1.500.000 28.500.000
5. Gudang 1 Unit 10 Tahun 10.000.000 10.000.000
6. Saung 1 Unit 8 Tahun 9.000.000 9.000.000
7. Bak Sortir 12 Buah 4 Tahun 25.000 300.000
8. Jaring Kecil 4 Buah 2 Tahun 10.000 40.000
9. Jaring Besar 4 Buah 2 Tahun 15.000 60.000
10. Ember 14 Buah 2 Tahun 25.000 350.000
11. Tong 6 Buah 4 Tahun 120.000 720.000
12. Cangkul 2 Buah 2 Tahun 30.000 60.000
13. Garpu Tanah 1 Buah 2 Tahun 50.000 50.000
14. Mesin Pompa Air 2 Unit 5 Tahun 1.300.000 2.600.000
15. Pompa Gelembung 10 Unit 4 Tahun 30.000 300.000
16. Sekop 3 Buah 2 Tahun 35.000 105.000
17. Serokan 7 Buah 2 Tahun 10.000 70.000
18. Lampu Penerangan 11 Buah 2 Tahun 10.000 110.000
19. Selang 15 Meter 5 Tahun 5.000 75.000
20. Paralon 13 Buah 4 Tahun 26.000 338,000
21. Keramba Waring 10 Meter 2 Tahun 10.000 100.000
Total Biaya Kolam, Gedung, dan Peralatan 75.978.000
58
Farm adalah biaya untuk pembuatan kolam sebesar Rp. 51.700.000. Biaya yang
digunakan untuk pembuatan kolam sebesar 68% dari total biaya kolam, bangunan
dan peralatan. Kolam digunakan untuk penampungan indukan, penampungan
benih, pemijahan, dan penetasan telur. Biaya terbesar kedua adalah biaya untuk
pembuatan bangunan seperti gudang dan saung sebesar Rp 19.000.000. Biaya yang
digunakan untuk pembuatan bangunan sebesar 25% dari total biaya kolam,
bangunan dan peralatan. Gedung digunakan untuk menyimpan peralatan-peralatan
lainnya yang digunakan untuk pembenihan ikan lele sangkuriang. Saung digunakan
untuk tempat mensortir ukuran benih ikan lele dan juga untuk menerima orang yang
datang seperti pembeli dan pengunjung.
Biaya terbesar ketiga adalah biaya yang digunakan untuk membeli pelaratan-
peralatan lain yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembenihan ikan lele
sangkuriang seperti bak sortir, jaring besar, jaring kecil, ember, tong, cangkul,
garpu tanah, mesin pompa air, pompa gelembung, sekop, serokan, lampu
penerangan, selang, paralon, dan keramba waring. Biaya tersebut sebesar
Rp. 5.278.000. Biaya yang digunakan untuk pembelian peralatan-peralatan sebesar
7% dari total biaya kolam, bangunan dan peralatan.
5.1.2 Biaya Penyusutan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu
Farm
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan berdasarkan proses alokasi
sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama usia ekonomisnya.
Berikut total biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm selama bulan Juli
2017 sampai dengan bulan Juni 2018 yang dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
59
Tabel 6. Total Biaya Penyusutan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu
Farm pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018
No.. Uraian Penyusutan (Rp)
1. Kolam Pemijahan Ukuran 2 x 1 m 300.000
2. Kolam Penetasan Ukuran 8 x 6 m 400.000
3. Kolam Indukan Ukuran 1 x 2 m 525.000
4. Kolam Penampungan Benih Diameter 3 m 1.140.000
5. Gudang 100.000
6. Saung 140.625
7. Bak Sortir 18.750
8. Jaring Kecil 10.000
9. Jaring Besar 15.000
10. Ember 87.500
11. Tong 45.000
12. Cangkul 15.000
13. Garpu Tanah 12.500
14. Mesin Pompa 104.000
15. Pompa Gelembung 18.750
16. Sekop 26.250
17. Serokan 17.500
18. Lampu Penerangan 27.500
19. Selang 3.000
20. Paralon 21.125
21. Keramba Waring 25.000
Total Biaya Penyusutan 3.052.500 Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa total biaya penyusutan yang
dikeluarkan oleh Dafu Farm bulan Juli 2017 – Juni 2018 sebesar Rp. 3.052.500.
Penyusutan masing-masing peralatan disesuaikan dengan nilai ekonomisnya. Pada
hasil penelitian terdahulu yaitu, Jamaludin (2015) yang berjudul Analisis
Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten
Bogor besarnya biaya penyusutan adalah Rp. 1.999.813.
Total biaya penyusutan pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan
penelitian terdahulu. Hal ini dikarenakan pada penelitian Jamaludin hanya
60
menghitung total biaya penyusutan selama 3 bulan, sedangkan pada penelitian ini
menghitung biaya penyusutan selama 1 tahun. Selain itu, peralatan-peralatan yang
dimiliki oleh Dafu Farm pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan
peralatan-peralatan yang dimiliki oleh Bojong Farm pada penelitian Jamaludin.
5.1.3 Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam periode
tertentu yang jumlahnya tetap, dan tidak tergantung pada tingkat produksi yang
dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7. Total Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan
oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang adalah
Rp. 10.875.000 lebih besar dibandingkan dengan total biaya tetap penelitian
Jamuluddin yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor dengan total biaya sebesar
Rp. 2.024.813. Hal ini dikarenakan pada penelitian terdahulu, lahan yang digunakan
adalah lahan sendiri sehingga hanya perlu mengeluarkan biaya untuk pajak lahan.
Sedangkan pada penelitian ini menggunakan lahan sewa dan harus membayar sewa
lahan selama 4 tahun. Selain itu, pada penelitian ini harus mengeluarkan biaya
untuk pembelian indukan, sedangkan pada penelitian Jamaluddin tidak ada biaya
No. Uraian Jumlah Biaya (Rp)
1. Biaya Sewa Lahan 8.750.000
2. Biaya Pembelian Indukan 2.125.000
Total Biaya Tetap 10.875.000
61
pembelian indukan karena penelitian Jamaluddin menggunakan benih untuk
dilakukan pembesaran dan dijual kepada konsumen. Komponen yang menjadi
biaya tetap pada penelitian ini diantaranya adalah :
1. Biaya Sewa Lahan
Lahan disewa oleh Bapak Fuad selama 4 tahun dengan total biaya sebesar
Rp. 35.000.000. Artinya, biaya sewa lahan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm
selama satu tahun adalah Rp. 8.750.000. Biaya sewa lahan memiliki persentase
terbesar dari total biaya tetap yaitu sebesar 80%. Lahan ini digunakan sebagai
tempat usaha pembenihan ikan lele sangkuriang.
2. Biaya Pembelian Indukan
Biaya pembelian indukan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm sebesar
Rp. 8.500.000 untuk 4 tahun produksi benih ikan lele sangkuriang. Artinya, selama
satu tahun biaya pembelian indukan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm adalah
Rp. 2.125.000. Indukan dibeli dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
Sukabumi dengan jumlah 7 ekor jantan dan 8 ekor betina. Indukan lele sangkuriang
yang dibeli dari BBPAT Sukabumi memiliki masa produktif selama 4 tahun. Biaya
pembelian indukan memiliki persentase terkecil dari total biaya tetap yaitu sebesar
20%.
5.1.4 Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang yang dikeluarkan oleh
Dafu Farm dalam periode tertentu yang jumlahnya dapat berubah, tergantung pada
tingkat produksi yang dihasilkan. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Dafu Farm
62
dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah
ini:
Tabel 8. Total Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu
Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Jumlah Biaya (Rp)
1. Biaya Pakan Indukan 2.435.000
2. Biaya Pakan Benih 30.915.000
3.[ Biaya Obat-Obatan dan Vitamin 4.752.000
4. Biaya Tenaga Kerja 36.000.000
5. Biaya Konsumsi Tenaga Kerja 30.000.000
6. Biaya Listrik 9.600.000
7. Biaya Tabung Oksigen dan Isi Ulang 1.100.000
8. Biaya Kemasan Plastik 240.000
9. Biaya Sewa Transportasi 8.500.000
Total Biaya Variabel 123.542.000 Sumber : Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa total biaya variabel yang
dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang adalah
Rp. 123.542.000. Total biaya variabel pada penelitian ini lebih besar dibandingkan
dengan total biaya variabel pada penelitian Jamuluddin (2015) yang berjudul
Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm
Kabupaten Bogor dengan total biaya sebesar Rp. 21.505.760. Hal ini dikarenakan
perhitungan biaya variabel pada penelitian terdahulu hanya tiga bulan saja,
sedangkan pada penelitian ini perhitungan biaya variabel selama satu tahun.
Komponen yang menjadi biaya variabel pada penelitian in sebagai berikut :
1. Biaya Pakan Indukan
Biaya pakan indukan merupakan biaya penggunaan pakan yang dikeluarkan
oleh Dafu Farm selama satu tahun untuk indukan lele sangkuriang.. Biaya pakan
indukan memiliki persentase sebesar 2% dari total biaya variabel. Pakan untuk
63
indukan lele sangkuriang yang digunakan oleh Dafu Farm terdapat dua jenis yaitu,
maggot bsf dan pelet tipe 781-2. Harga maggot bsf yang dibeli oleh Dafu Farm
sebesar Rp. 15.000/kg dan harga pelet tipe 781-2 sebesar Rp. 17.000/kg. Pemberian
pakan pada indukan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm yaitu 3 hari
sekali. Kebutuhan pakan indukan lele sangkuriang selama satu tahun menghabiskan
15 kg maggot bsf dengan nilai Rp. 225.000, dan 130 kg pelet tipe 781-2 dengan
nilai Rp. 2.210.000. Besar biaya pakan indukan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm
senilai Rp. 2.435.000
2. Biaya Pakan Benih
Pakan untuk benih lele sangkuriang yang digunakan oleh Dafu Farm terdapat
empat jenis yaitu, cacing sutera, pf 500, pf 800, dan pf 1000. Hal ini dikarenakan
setiap ukuran benih lele sangkuriang diberikan pakan yang berbeda tipe sesuai
kebutuhan protein masing-masing berukuran benih. Benih berukuran 1 – 2 cm
diberi cacing sutera, ukuran 2 – 3 cm sampai 3 – 4 cm diberi pf 500, ukuran 4 – 5
cm sampai 5 – 6 cm diberi pf 800, dan ukuran 5 – 6 cm sampai ukuran 9 – 10 cm
diberi pf 1000. Pemberian pakan pada indukan lele sangkuriang yang dilakukan
oleh Dafu Farm yaitu 3 kali sehari yaitu pada pagi, sore, dan malam hari.
Berdasarkan Lampiran 1, harga cacing sutera yang dibeli oleh Dafu Farm
adalah Rp. 25.000/liter. Pakan pelet pf 500 adalah Rp. 18.000/kg. Pakan pelet pf
800 adalah Rp. 15.500/kg, dan pakan pelet pf 1000 adalah Rp. 15.000/kg.
Kebutuhan pakan benih lele sangkuriang selama satu tahun adalah 878 liter cacing
sutera dengan nilai Rp. 21.950.000. Pelet pf 500 adalah 210 kg dengan nilai Rp.
3.780.000. Pelet pf 800 adalah 170 kg dengan nilai Rp. 2.635.000, dan Pelet pf
64
1000 adalah 170 kg dengan nilai Rp. 2.550.000. Total biaya pakan benih yang
dikeluarkan oleh Dafu Farm adalah Rp. 30.915.000. Persentase biaya pakan benih
adalah 25% dari total biaya variabel usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
Rp. 123.542.000.
3. Biaya Obat-Obatan dan Vitamin
Obat-obatan dan vitamin yang digunakan Dafu Farm adalah garam krosok dan
boster. Garam krosok digunakan untuk awal persiapan kolam yang sudah
dibersihkan dan akan diisi air kembali. Boster digunakan sebagai vitamin untuk air
dan lele sanguriang, penambah nafsu makan lele sangkuriang, serta penambahan
protein pada pakan. Garam krosok yang dibeli oleh Dafu Farm selama satu tahun
adalah Rp. 552.000 untuk 120 kg garam krosok, untuk harga garam krosok per kg
adalah Rp. 4.600. Boster dibeli oleh Dafu Farm dengan jumlah per satu pack dengan
harga 175.000/pack. Total pengeluaran boster biaya yang dikeluarkan oleh Dafu
Farm sebesar Rp. 175.000 untuk 24 pack boster.
Biaya obat-obatan dan vitamin merupakan biaya penggunaan obat-obatan dan
vitamin yang dikeluarkan oleh Dafu Farm selama satu tahun, besar biaya obat-
obatan dan vitamin yang dikeluarkan oleh Dafu Farm adalah Rp. 4.752.000. Biaya
obat-obatan dan vitamin memiliki persentase sebesar 4% dari total biaya variabel.
4. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam produksi pembenihan ikan lele
sangkuriang di Dafu Farm termasuk ke dalam salah satu komponen biaya,
mengingat bagaimanapun juga tenaga kerja yang digunakan harus mendapat upah
yang sesuai. Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Dafu Farm
65
selama satu tahun untuk membayar tenaga kerja yang sudah melaksanakan kegiatan
produksi pembenihan lele sangkuriang mulai dari persiapan kolam, pemijahan,
pemberian pakan, pemeliharaan, perawatan, penyortiran dan penjualan benih.
Pengeluaran yang dilakukan oleh Dafu Farm untuk tenaga kerja adalah
Rp. 3.000.000 untuk 2 orang tenaga kerja, setiap satu orang diberi upah adalah
Rp. 1.500.000 untuk satu bulan kerja. Total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
oleh Dafu Farm selama satu tahun adalah Rp. 36.000.000 untuk 2 orang tenaga
kerja. Biaya tenaga kerja merupakan persentase terbesar dari total biaya variabel
yaitu sebesar 29%.
5. Biaya Konsumsi Tenaga Kerja
Biaya konsumsi tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Dafu
Farm selama satu tahun untuk konsumsi tenaga kerja, besar biaya konsumsi tenaga
kerja yang dikeluarkan oleh Dafu Farm selama satu bulan adalah Rp. 2.500.000
untuk 2 orang. Konsumsi untuk tenaga kerja diberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang
dan malam hari. Total biaya konsumsi tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Dafu
Farm selama satu tahun yaitu adalah Rp. 30.000.000 untuk 2 orang tenaga kerja.
Biaya konsumsi tenaga kerja memiliki persentase sebesar 24% dari total biaya
variabel.
6. Biaya Listrik
Biaya listrik merupakan biaya penggunaan listrik yang dikeluarkan oleh Dafu
Farm untuk keperluan kegiatan produksi pembenihan ikan lele sangkuriang dengan
besar biaya pengeluaran adalah Rp. 800.000 untuk satu bulan. Pengeluaran biaya
listrik digunakan untuk mesin pompa air dan penerangan sebagai penunjang
66
kegiatan produksi pembenihan lele sangkuriang selama satu tahun dengan total
biaya adalah Rp. 9.600.000. Biaya listrik memiliki persentase sebesar 8% dari total
biaya variabel.
7. Biaya Tabung Oksigen dan Isi Ulang
Tabung oksigen digunakan untuk menambah oksigen pada benih lele
sangkuriang yang akan dikirim ke konsumen. Biaya tabung oksigen dan isi ulang
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Dafu Farm selama satu tahun untuk
pembelian tabung oksigen dan isi ulang tabung oksigen dengan besar biaya adalah
Rp. 1.100.000. Biaya pembelian tabung oksigen dan isi ulang memiliki persentase
sebesar 0,8% dari total biaya variabel.
8. Biaya Kemasan Plastik
Biaya kemasan plastik merupakan biaya pembelian plastik yang digunakan
untuk membungkus benih ikan lele yang sudah dibeli oleh konsumen. Harga satu
lusin plastik kemasan yang dibeli oleh Dafu Farm adalah Rp. 5.000. Total biaya
kemasan plastik yang dikeluarkan oleh Dafu Farm selama satu tahun adalah
Rp. 240.000 untuk 48 lusin plastik kemasan. Biaya kemasan plastik memiliki
persentase terkecil dari total biaya variabel yaitu sebesar 0,2%.
9. Biaya Sewa Transportasi
Biaya sewa transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Dafu Farm
selama satu tahun untuk sewa transportasi berupa mobil pick up. Setiap satu hari
sewa mobil untuk pengiriman benih lele sangkuriang, Dafu Farm mengeluarkan
biaya adalah Rp. 500.000. Biaya sewa transportasi memiliki persentase sebesar 7%
dari total biaya variabel. Pengiriman dilakukan oleh Dafu Farm hanya 17 hari dalam
67
satu tahun dikarenakan pengiriman hanya dilakukan jika pembelian dilakukan lebih
dari 20.000 ekor benih dan juga karena permintaan dari konsumen, tetapi biasanya
konsumen membawa transportasi sendiri untuk membawa benih lele sangkuriang
di Dafu Farm sehingga hanya beberapa pengiriman saja yang dilakukan oleh Dafu
Farm selama satu tahun.
Pengiriman benih lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm tanpa biaya
tambahan pengiriman karena keuntungan yang didapat sudah dirasa cukup oleh
Dafu Farm untuk menutup biaya sewa transportasi. Total biaya sewa transportasi
yang dikeluarkan oleh Dafu Farm selama satu tahun adalah Rp. 8.500.000. Biaya
sewa transportasi sudah termasuk biaya sewa mobil pick up dan biaya bensin.
5.1.5 Total Biaya Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Total biaya merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tetap, biaya variabel
dan biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang selama satu tahun yaitu dari bulan Juli 2017 sampai dengan
bulan Juni 2018. Berikut total biaya yang dikeluarkan oleh Dafu Farm selama bulan
Juli 2017 sampai dengan bulan Juni 2018 yang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Total Biaya Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm dalam
pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
Sumber : Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8
Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa besarnya biaya tetap
sebesar Rp. 10.875.000, biaya variabel sebesar Rp. 123.542.000 dan biaya
No. Komponen Biaya Jumlah Biaya (Rp)
1. Biaya Tetap 10.875.000
2. Biaya Variabel 123.542.000
3. Biaya Penyusutan 3.052.500
Total Biaya 137.469.500
68
penyusutan Rp. 3.052.500. Dari ketiga biaya tersebut dapat diperoleh berapa
besarnya total biaya yang dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang dengan menjumlahkan total biaya tetap, biaya variabel dan
biaya penyusutan sehingga diperoleh total biaya sebesar Rp. 137.469.500.
Total biaya usaha pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan total
biaya penelitian sebelumnya, yaitu Jamuluddin (2015) yang berjudul Analisis
Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten
Bogor dengan total biaya sebesar Rp. 23.530.573. Hal ini dikarenakan kebutuhan
untuk usaha pembenihan seperti pakan, listrik dan tenaga kerja lebih banyak
dibandingkan dengan dengan usaha pembesaran. Selain itu, perhitungan total biaya
usaha pada penelitian ini lebih lama yaitu selama satu tahun dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya dengan perhitungan selama tiga bulan.
5.1.6 Total Investasi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Total investasi merupakan modal awal yang dikeluarkan oleh Dafu Farm untuk
memulai usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Berikut total investasi yang
dikeluarkan oleh Dafu Farm dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Total Investasi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Tahun 2016
No. Komponen Biaya Jumlah Biaya (Rp)
1. Biaya Kolam, Bangunan, dan Peralatan 75.978.000
2. Biaya Tetap 10.875.000
3. Biaya Variabel 123.542.000
Total Investasi 210.395.000 Sumber : Tabel 5, Tabel 7 dan Tabel 8
Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa besarnya biaya kolam,
bangunan dan peralatan adalah Rp. 75.978.000, biaya tetap adalah Rp. 10.875.000
69
dan biaya variabel adalah Rp. 123.542.000. Dari ketiga biaya tersebut dapat
diperoleh berapa besarnya total investasi yang dibutuhkan Dafu Farm dalam usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dengan menjumlahkan total biaya kolam,
bangunan dan peralatan, biaya tetap dan biaya variabel sehingga diperoleh total
investasi adalah Rp. 210.395.000.
Sumber modal yang diperoleh Dafu Farm didapatkan dari hasil tabungan
Bapak Fuad selaku pemilik usaha. Tabungan diperoleh dari hasil Bapak Fuad
bekerja selama 10 tahun di perusahaan swasta. Selain itu, modal juga didapatkan
dari Bapak Fazlur selaku pemilik kedua. Tetapi pada tahun 2017, Bapak Fazlur
mundur dari investor Dafu Farm. Modal juga didapatkan dari hasil bantuan dari
pihak keluarga Bapak Fuad.
Total investasi pada penelitian terdahulu yaitu, penelitian Jamaluddin (2015)
yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di
Bojong Farm Kabupaten Bogor adalah Rp. 48.982.500 lebih kecil dari total
investasi pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan total biaya investasi pada
penelitian ini didapatkan dari total biaya kolam, bangunan, peralatan, biaya tetap
dan biaya variabel. Sedangkan pada penelitian Jamaluddin total investasi
didapatkan dari total pembuatan kolam dan pembelian peralatan.
5.2 Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Penerimaan dimaksudkan untuk mengetahui besarnya hasil penerimaan yang
diperoleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang selama satu
tahun. Penerimaan diperoleh dari volume penjualan yang dikali dengan harga jual
70
benih ikan lele sangkuriang pada masing-masing ukuran. Hasil penerimaan usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm selama satu tahun dapat dilihat pada
Tabel 11 berikut ini :
Tabel 11. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Bulan Juli 2017 – Juni 2018
No. Uraian Volume
Penjualan
(Ekor)
Harga Jual
(Rp/ekor)
Penerimaan
(Rp)
1. Benih Ukuran 3-4 cm 139.700 150 20.955.000
2. Benih Ukuran 4-5 cm 141.300 200 28.260.000
3. Benih Ukuran 5-6 cm 156.500 250 39.125.000
4. Benih Ukuran 7-8 cm 163.600 300 49.080.000
5. Benih Ukuran 8-9 cm 116.800 350 40.880.000
6. Benih Ukuran 9-10 cm 153.300 400 61.320.000
Total Penerimaan 239.620.000
Berdasarkan Tabel 11 di atas menjelaskan bahwa penerimaan usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm selama bulan Juli 2017 sampai
dengan bulan Juni 2018 adalah Rp. 239.620.000. Penerimaan ini diperoleh dari
hasil perkalian volume penjualan benih dengan harga jual. Volume penjualan benih
dan harga jual benih berbeda-beda setiap ukurannya, untuk volume penjualan benih
per bulan dijelaskan secara rinci pada Lampiran 5. Harga jual didapatkan dari hasil
perhitungan biaya-biaya produksi dan keuntungan oleh Bapak Fuad selaku pemilik
usaha.
Penelitian terdahulu yaitu, penelitian Jamaluddin (2015) yang berjudul
Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm
Kabupaten Bogor didapatkan hasil total penerimaan sebesar Rp. 30.000.0000. Total
penerimaan terdahulu lebih kecil dibandingkan dengan total penerimaan pada
71
penelitian ini. Hal ini disebabkan karena pada penelitian terdahulu hanya
menghitung total penerimaan selama tiga bulan saja tidak selama satu tahun.
5.3 Kas Bersih Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
Kas bersih dimaksudkan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang selama
satu tahun. Kas bersih diperoleh dari penjumlahan laba setelah pajak dengan
penyusutan aset tetap. Hasil kas bersih usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
Dafu Farm selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini :
Tabel 12. Kas Bersih Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Sales (Penjualan) 239.620.000
2. Operasional
a. Biaya Tetap 10.875.000
b. Biaya Variabel 123.542.000
3. EBDIT = ((1)-(a+b)) 105.203.000
4. Penyusutan 3.052.500
5. EBIT = (3)- (4) 102.150.500
6. Interest = 0% 0
7. EBT = (5)- (6) 102.150.00
8. Tax (2.5%) = (2.5%)/(7) 2.553.763
9. EAT = (7)- (8) 99.596.738
Total Kas Bersih = (9) + 3 102.649.238
Berdasarkan Tabel 12 di atas menjelaskan bahwa untuk mengetahui besarnya
kas bersih usaha pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm selama satu tahun
yaitu diperoleh dari hasil penjumlahan laba setelah pajak dengan penyusutan aset
tetap.. Kas bersih usaha yang diperoleh Dafu Farm cukup tinggi selama satu tahun
dari bulan Juli 2017 sampai dengan bulan Juni 2018 dengan besar pendapatan
72
adalah Rp. 102.649.238. Jika dihitung setiap bulannya, kas bersih usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm adalah Rp. 8.554.103. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang menguntungkan.
Berdasarkan hasil penelitian Jamaluddin (2015) yang berjudul Analisis
Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten
Bogor total pendapatan adalah Rp. 6.469.427. Hal ini menunjukkan bahwa
pendapatan pada penelitian terdahulu lebih kecil dibandingkan dengan kas bersih
pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan pada usaha pembesaran hanya menghitung
pendapatan setelah 3 bulan atau 1 kali panen saja. Selain itu, pada usaha
pembesaran penjualan hanya bisa dilakukan selama 3 bulan tidak seperti pada
penjualan usaha pembenihan yang dapat dijual pada setiap bulannya.
5.4 Analisis Pendapatan Usaha
Analisis pendapatan usaha dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat dikatakan memiliki manfaat dan
layak untuk dikembangkan. Analisis pendapatan usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang dilakukan dengan metode analisis R/C Rasio, B/C Rasio, dan Break
Even Point.
5.4.1 Analisis R/C Rasio
Analisis penerimaan atas biaya total (R/C Rasio) merupakan analisis yang
membandingkan antara penerimaan dan biaya. Penerimaan yang diperoleh pada
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm sebesar Rp. 239.620.000,
sedangkan biaya total usaha pembenihan ikan lele sangkuriang sebesar
73
Rp. 137.469.500. Analisis R/C Rasio dilakukan dengan pembagian antara
penerimaan dan biaya total usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Berikut hasil
analisis R/C Rasio yang diperoleh dari usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini :
Tabel 13. Analisis R/C Rasio Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Nilai (Rp)
1. Penerimaan Usaha 239.620.000
2. Total Biaya Usaha 137.469.500
Hasil Analisis R/C Rasio 1,74 Sumber :Tabel 9 dan Tabel 11
Berdasarkan hasil analisis R/C Rasio pada Tabel 13, diperoleh bahwa nilai R/C
Rasio sebesar 1,74 mengindikasikan setiap biaya yang dikeluarkan adalah
Rp. 100.000 maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang memberikan
penerimaan adalah Rp. 174.000. Nilai R/C Rasio adalah 1,74 menunjukkan bahwa
nilai R/C Rasio lebih dari satu (R/C Rasio > 1) sehingga usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dapat memberikan manfaat atau keuntungan untuk dijalankan.
Pada penelitian Jamaluddin (2015) yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor, didapatkan
hasil R/C Rasio adalah 1,27. Hasil R/C Rasio pada penelitian terdahulu lebih kecil
dibandingkan dengan hasil R/C Rasio pada penelitian ini. Meskipun nilai R/C Rasio
yang diterima pada penelitian terdahulu lebih kecil tetapi hasilnya masih
menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembesaran dan pembenihan
ikan lele sangkuriang sama-sama menguntungkan untuk dijalankan.
74
5.4.2 Analisis B/C Rasio
Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C Rasio) merupakan analisis yang
membandingkan antara kas bersih dan biaya. Kas bersih yang diperoleh pada usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm adalah Rp. 102.649.238, sedangkan
biaya total usaha pembenihan ikan lele sangkuriang adalah Rp. 137.469.500.
Analisis B/C Rasio dilakukan dengan pembagian antara kas bersih dan biaya total
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Berikut hasil analisis B/C Rasio yang
diperoleh dari usaha pembenihan ikan lele sangkuriang selama satu tahun dapat
dilihat pada Tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Analisis B/C Rasio Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Nilai (Rp)
1. Kas Bersih Usaha 102.649.238
2. Total Biaya Usaha 137.469.500
Hasil Analisis B/C Rasio 0,75 Sumber :Tabel 9 dan Tabel 12
Berdasarkan hasil analisis B/C Rasio pada Tabel 15, diperoleh bahwa nilai B/C
Rasio adalah 0,75 mengindikasikan setiap biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp. 100.000 maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang memberikan
keuntungan adalah Rp. 75.000. Nilai B/C Rasio adalah 0,75 menunjukkan bahwa
nilai B/C Rasio lebih dari nol (R/C Rasio > 0) sehingga usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang dapat memberikan manfaat atau keuntungan untuk dijalankan.
Pada penelitian Jamaluddin (2015) yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor, didapatkan
hasil B/C Rasio adalah 0,27. Hasil B/C Rasio pada penelitian terdahulu lebih kecil
dibandingkan dengan hasil B/C Rasio pada penelitian ini. Meskipun nilai B/C Rasio
75
yang diterima pada penelitian terdahulu lebih kecil tetapi hasilnya masih
menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembesaran dan pembenihan
ikan lele sangkuriang sama-sama menguntungkan untuk dijalankan.
5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan titik impas karena pada titik tersebut suatu
usahatani pembenihan ikan lele sangkuriang tidak memperoleh untung dan tidak
pula rugi. Kondisi ini akan menghasilkan laba yang diperoleh adalah nol (impas).
Perhitungan dibagi menjadi dua yaitu, BEP produksi dan BEP harga.
1. BEP Produksi
Analisis BEP produksi atau volume merupakan hasil pembagian antara total
biaya yang dikeluarkan dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dengan
harga jual benih ikan lele sangkuriang. Total biaya usaha yang dikeluarkan pada
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm adalah Rp. 137.469.500 dapat
dilihat pada Tabel 9, sedangkan harga jual rata-rata benih ikan lele sangkuriang per
ekor adalah Rp. 275. Harga jual benih per ekor adalah Rp. 275 diambil nilai
rata-rata dari harga jual berbagai ukuran benih lele sangkuriang yang dapat dilihat
pada Tabel 11. Berikut hasil analisis BEP produksi yang diperoleh dari usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang disajikan pada Tabel 15 berikut ini :
Tabel 15. Analisis BEP Produksi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu
Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Nilai
1. Total Biaya Usaha (Rp) 137.469.500
2. Harga Jual (Rp/Ekor) 275
Hasil Analisis BEP Produksi (Ekor) 499.889 Sumber : Tabel 9 dan Tabel 11
76
Berdasarkan hasil analisis BEP produksi pada Tabel 15, menunjukkan bahwa
hasil BEP produksi atau volume yang harus dihasilkan usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang minimal sebesar 499.889 ekor benih. Berarti usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada volume produksi mencapai
499.889 ekor benih. Apabila volume produksi kurang dari 499.889 ekor benih
dalam satu tahun maka usaha akan mengalami kerugian, jika produksi lebih dari
499.889 ekor benih dalam satu tahun maka usaha akan mendapatkan keuntungan.
Pada penelitian Jamaluddin (2015) yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor, didapatkan
hasil BEP produksi adalah 1,17 kg. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan
penelitian ini, dikarenakan pada penelitian terdahulu yaitu usaha pembesaran dijual
per kg ikan lele. Sedangkan pada penelitian ini, usaha pembenihan dijual dengan
per ekor benih ikan lele sangkuriang.
2. BEP Harga
Analisis BEP harga merupakan hasil pembagian antara total biaya yang
dikeluarkan dalam usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dengan volume
penjualan benih ikan lele sangkuriang yang dihasilkan. Total biaya usaha yang
dikeluarkan pada usaha pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm adalah
Rp. 137.469.500, sedangkan volume penjualan benih ikan lele sangkuriang yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 11 sebesar 871.200 ekor benih. Berikut hasil
analisis BEP produksi yang diperoleh dari usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
disajikan pada Tabel 16 berikut ini :
77
Tabel 16. Analisis BEP Harga Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu
Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Nilai
1. Total Biaya Usaha (Rp) 137.469.500
2. Volume Penjualan (Ekor) 871.200
Hasil Analisis BEP Harga (Rp/Ekor) 158 Sumber : Tabel 9 dan Tabel 11
Berdasarkan hasil analisis BEP harga pada Tabel 16, menunjukkan bahwa hasil
BEP harga yang harus dijual oleh usaha pembenihan ikan lele sangkuriang sebesar
Rp. 158/ekor benih. Berarti usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
mengalami titik impas pada harga jual Rp. 158/ekor benih. Apabila harga jual
kurang dari Rp. 158/ekor benih maka usaha akan mengalami kerugian, jika harga
jual lebih dari Rp. 158/ekor benih maka usaha akan mendapatkan keuntungan.
Pada penelitian Jamaluddin (2015) yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor, didapatkan
hasil BEP harga sebesar Rp. 1.500. Hal ini juga menunjukkan perbedaan, karena
pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang harga jual sama tiap kilogram.
Berbeda dengan usaha pembenihan ikan lele sangkuring yang harga jualnya
berbeda tiap ukuran benihnya.
5.5 Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Analisis kelayakan finansial usaha dilakukan untuk mengetahui kegiatan usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dapat dikatakan layak atau tidak layak untuk
dijalankan, untuk menganalisis kelayakan finansial usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang dilakukan dengan metode analisis Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Payback Period, dan analisis sensitivitas.
78
5.5.1 Analisis Net Present Value (NPV)
Analisis Net Present Value (NPV) merupakan hasil perhitungan yang
menunjukkan kesetaraan pendapatan, arus kas, atau penghematan biaya dari
investasi yang diperkirakan akan diperoleh pada masa yang akan datang dengan
nilai investasi yang dilakukan saat ini, berdasarkan pertimbangan perusahaan daya
beli uang atau nilai waktu uang. Hasil arus kas bersih (net cash flow) kemudian
didiskonkan dengan inflasi Kota Depok pada bulan Juli 2017 – Juni 2018 yang
dapat dilihat pada Lampiran 2 adalah 2,5%. Kas bersih tahun pertama dapat dilihat
pada Lampiran 1 yaitu adalah Rp. 44.000.000, informasi hasil kas bersih pada tahun
pertama didapat dari wawancara kepada pemilik Dafu Farm. Kas bersih tahun
kedua dapat dilihat dari Tabel 12 yaitu adalah Rp. 102.649.238. Modal kerja
didapatkan dari total biaya operasional yang dapat dilihat pada Tabel 10 adalah
Rp. 137.469.500. Perhitungan analisis Net Present Value (NPV) usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang disajikan pada Tabel 17 berikut ini :
Tabel 17. Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang Dafu Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
Tahun
(1)
Kas Bersih
(2)
DF (2,5%)
(3)
PV Kas Bersih
(4) = (2).(3)
1 44.000.000 0,975609756 42.926.829
2 102.649.238 0,951814396 97.703.022
Total PV Kas Bersih 140.629.851
Modal Kerja 137.469.500
NPV 3.160.351
Berdasarkan Tabel 17 di atas, menunjukkan bahwa hasil Net Present Value
(NPV) yang diperoleh usaha pembenihan ikan lele sangkuriang Dafu Farm adalah
Rp. 3.160.351. Hasil perhitungan ini didapat dari total Present Value (PV) kas
79
bersih sebesar Rp. 107.950.859 dikurangi modal kerja sebesar Rp. 137.469.500.
Hasil total PV (Present Value) didapatkan dari hasil PV tahun ke 1 dan PV tahun
ke 2. PV tahun ke 1 sebesar Rp. 42.926.829 yang diperoleh dari hasil kas bersih
tahun ke 1 sebesar Rp. 44.000.000 dikalikan dengan discount factor tahun ke 1
sebesar 0,9756. PV tahun ke 2 sebesar Rp. 97.703.022 yang diperoleh dari hasil kas
bersih tahun ke 2 sebesar Rp. 102.649.238 dikalikan dengan discount factor tahun
ke 2 sebesar 0,9518.
Hasil Net Present Value (NPV) usaha pembenihan ikan lele sangkuriang adalah
Rp. 3.160.351 > 0 atau bernilai positif. Berdasarkan perhitungan menggunakan Net
Present Value (NPV), maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dikatakan
layak untuk dijalankan kedepannya.
5.5.2 Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Analisis Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengetahui pada
tingkat suku bunga berapa nilai NPV sama dengan nol. Untuk memperoleh nilai
IRR, dilakukan perhitungan lanjutan sampai NPV negatif dengan cara bertahap
discount factor (DF) sampai diperoleh nilai NPV yang sudah negatif. Tingkat bunga
sebesar 2,5% didapat dari inflasi Kota Depok pada bulan Juli 2017 – Juni 2018 pada
Lampiran 2. Perhitungan analisis Internal Rate of Return (IRR) usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang disajikan pada Tabel 18 berikut ini :
Tabel 18. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Usaha Pembenihan Ikan Lele
Sangkuriang Dafu Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Hasil (%)
1. Internal Rate of Return (IRR) 3,89 Sumber: Lampiran 6
80
Berdasarkan Tabel 19 di atas, menunjukkan bahwa hasil Internal Rate of Return
(IRR) yang didapatkan sebesar 3,89% berarti bahwa tingkat kemampuan maksimal
yang dibayarkan usaha ini akibat produksi sebesar 3,89% Nilai IRR lebih besar
dibandingkan dengan suku bunga investasi, yaitu 2,5%. Sehingga secara kelayakan
finansial, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang layak untuk dijalankan
kedepannya.
5.5.3 Analisis Payback Period
Analisis payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian modal yang dikeluarkan oleh Dafu Farm dalam usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang yang diperoleh dari perbandingan nilai investasi dengan nilai
kas bersih kemudian dikali dengan 1 tahun. Berikut hasil analisis payback period
yang diperoleh dari usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada
Tabel 19 berikut ini :
Tabel 19. Analisis Payback Period Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu
Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Nilai
1. Investasi (Rp) 210.395.000
2. Kas Bersih Usaha (Rp) 102.649.238
Hasil Analisis Payback Period 2,05 Sumber : Tabel 10 dan Tabel 12
Berdasarkan hasil analisis payback period pada Tabel 19, menunjukkan bahwa
hasil payback period sebesar 2,05 yang diperoleh dari perbandingan antara nilai
investasi sebesar Rp. 210.395.000 dengan kas bersih sebesar Rp. 102.649.238
dikalikan dengan umur investasi selama satu tahun. Nilai payback period tersebut
menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh
Dafu Farm akan mengalami pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 6 hari.
81
Pada penelitian Jamaluddin yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor, didapatkan
hasil Payback Period adalah 2,40. Payback Period penelitian terdahulu lebih kecil
dibandingkan dengan hasil Payback Period pada penelitian ini yaitu 2,05. Hal ini
dikarenakan hasil pendapatan penelitian terdahulu hanya pendapatan selama satu
kali panen yaitu 3 bulan, sehingga pendapatannya lebih kecil dibandingkan
penelitian ini yang menghitung kas bersih sampai satu tahun.
5.5.4 Analisis Sensitivitas atau Nilai Pengganti (Switching Value)
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji kembali kelayakan usaha yang
telah dilakukan. Analisis sensitivitas merupakan perlakuan terhadap ketidakpastian.
Tujuan analisis ini adalah menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan
usaha jika terjadi perubahan harga. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini
menggunakan metode nilai pengganti (switching value) dengan mengganti nilai
komponen yang bersifat sensitif atau mudah berubah-ubah dan komponen tersebut
sangat mempengaruhi keadaan finansial suatu usahatani. Komponen-komponen
tersebut adalah harga pakan indukan, harga pakan benih, dan harga jual.
A. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Indukan 3%
Hasil analisis sensitivitas dan switching value kenaikan biaya pakan indukan
dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini :
82
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas dan Switching Value dengan Kenaikan Harga
Pakan Indukan untuk Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu
Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No
. Uraian
Persentase Kenaikan Harga Pakan Indukan
3% 6% 12%
1. R/C Rasio 1,74 1,74 1,74
2. B/C Rasio 0,75 0,74 0,74
3. BEP Volume 500.155 500.420 500.952
4. BEP Harga 158 158 158
5. Payback Period 2,05 2,05 2,06
6. Net Present Value 3.019.509 2.878.668 2.596.984
7. Internal Rate of Return 3,83% 3,77% 3,64% Sumber : Lampiran 7
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 20, menunjukkan bahwa
terjadinya kenaikan harga pakan indukan sesuai inflasi Kota Depok yakni sebesar
3%, tidak menghasilkan penurunan kas bersih dan masih memberikan keuntungan
untuk dijalankan. Hasil perhitungan R/C Rasio sebesar 1,74 dan B/C Rasio sebesar
0,75 tidak mengalami penurunan. Hasil perhitungan BEP volume mengalami
kenaikan dari 499.889 ekor benih menjadi 500.155 ekor benih, artinya usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada volume
produksi mencapai 500.155 ekor benih. Hasil perhitungan BEP harga masih tetap
yaitu sebesar Rp. 158/ekor benih¸ artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
dapat mengalami titik impas pada harga jual Rp. 158/ekor benih. Hasil perhitungan
payback period tidak mengalami perubahan dengan hasil 2,05 artinya bahwa usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami
pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 6 hari. Hasil perhitungan Net Present
Value (NPV) mengalami penurunan menjadi sebesar 3.019.509 dan hasil
perhitungan NPV bernilai positif. Hasil perhitungan IRR adalah 3,83 % dan lebih
besar dari suku bunga 2,5%. Sehingga dengan terjadinya kenaikan harga pakan
83
indukan sebesar 3% dan melihat hasil perhitungan NPV adalah positif dan hasil
perhitungan IRR 3,83% lebih besar dari suku bunga, maka usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dikatakan layak untuk dilanjutkan. Artinya kenaikan harga pakan
indukan sebesar 3% dapat ditoleransi.
Terjadinya kenaikan harga pakan indukan sebesar 6%, maka menghasilkan
penurunan kas bersih dan masih memberikan keuntungan. Hasil perhitungan R/C
Rasio sebesar 1,74 dan B/C Rasio sebesar 0,74 tidak mengalami penurunan. Hasil
perhitungan BEP volume mengalami kenaikan dari 499.889 ekor benih menjadi
500.420 ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
mengalami titik impas pada volume produksi mencapai 500.420 ekor benih. Hasil
perhitungan BEP harga tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 158/ekor
benih¸ artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas
pada harga jual Rp. 158/ekor benih. Hasil perhitungan payback period tidak
mengalami perubahan dengan hasil 2,05 artinya bahwa usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami pengembalian modal
dalam waktu 2 tahun 6 hari. Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) mengalami
penurunan menjadi sebesar 2.878.668 dan hasil perhitungan NPV bernilai positif.
Hasil perhitungan IRR adalah 3,77 % dan lebih besar dari suku bunga 2,5%.
Sehingga dengan terjadinya kenaikan harga pakan indukan sebesar 6% dan melihat
hasil perhitungan NPV adalah positif dan hasil perhitungan IRR 3,77% lebih besar
dari suku bunga, maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dikatakan layak
untuk dilanjutkan. Artinya kenaikan harga pakan indukan sebesar 6% dapat
ditoleransi.
84
Terjadinya kenaikan harga pakan indukan sebesar 12%, maka menghasilkan
penurunan kas bersih dan masih memberikan keuntungan. Hasil perhitungan R/C
Rasio sebesar 1,74 dan B/C Rasio sebesar 0,74 tidak mengalami penurunan. Hasil
perhitungan BEP volume mengalami kenaikan dari 499.889 ekor benih menjadi
500.952 ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
mengalami titik impas pada volume produksi mencapai 500.952 ekor benih. Hasil
perhitungan BEP harga tidak mengalami kenaikan yaitu menjadi Rp. 158/ekor
benih¸ artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas
pada harga jual Rp. 158/ekor benih. Hasil perhitungan payback period mengalami
perubahan dengan hasil 2,06 artinya bahwa usaha pembenihan ikan lele
sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami pengembalian modal
dalam waktu 2 tahun 7 bulan. Hasil perhitungan Net Present Value (NPV)
mengalami penurunan menjadi sebesar 2.596.984 dan hasil perhitungan NPV
bernilai positif. Hasil perhitungan IRR adalah 3,64 % dan lebih besar dari suku
bunga 2,5%. Sehingga dengan terjadinya kenaikan harga pakan indukan sebesar
12% dan melihat hasil perhitungan NPV adalah positif dan hasil perhitungan IRR
3,64% lebih besar dari suku bunga, maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
dikatakan layak untuk dilanjutkan. Artinya kenaikan harga pakan indukan sebesar
12% dapat ditoleransi.
B. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Benih 3%
Hasil analisis sensitivitas dan switching value kenaikan biaya pakan benih
dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini :
85
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas dan Switching Value dengan Kenaikan Harga
Pakan Benih untuk Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No. Uraian Persentase Kenaikan Harga Pakan Benih
3% 6% 12%
1. R/C Rasio 1,73 1,72 1,70
2. B/C Rasio 0,74 0,72 0,70
3. BEP Volume 503.262 506.634 513.379
4. BEP Harga 159 160 162
5. Payback Period 2,08 2,10 2,16
6. Net Present Value 1.372.210 -415.931 -3.992.214
7. Internal Rate of Return 3,11% 2,32% -*
*Nilai IRR tidak bisa dicari dikarenakan nilai NPV1 tidak ada yang positif meskipun
digunakan discount factor hingga 1% Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 21, menunjukkan bahwa
terjadinya kenaikan harga pakan benih sesuai inflasi Kota Depok yakni sebesar 3%
menghasilkan perhitungan R/C Rasio sebesar 1,73 dan B/C Rasio sebesar 0,74
mengalami penurunan. Hasil perhitungan BEP volume mengalami kenaikan dari
499.889 ekor benih menjadi 503.262 ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada volume produksi mencapai
503.262 ekor benih. Hasil perhitungan BEP harga mengalami kenaikan yaitu
sebesar Rp. 159/ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
mengalami titik impas pada harga jual Rp. 159/ekor benih. Hasil perhitungan
payback period mengalami perubahan dengan hasil 2,08 artinya bahwa usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami
pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 9 bulan. Hasil perhitungan Net Present
Value (NPV) mengalami penurunan menjadi sebesar 1.372.210 dan hasil
perhitungan NPV bernilai positif. Hasil perhitungan IRR adalah 3,11 % dan lebih
besar dari suku bunga 2,5%. Sehingga dengan terjadinya kenaikan harga pakan
86
benih sebesar 3% dan melihat hasil perhitungan NPV adalah positif dan hasil
perhitungan IRR 3,11% lebih besar dari suku bunga, maka usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dikatakan layak untuk dilanjutkan. Artinya kenaikan harga pakan
benih sebesar 3% dapat ditoleransi.
Terjadinya kenaikan harga pakan benih dengan skenario kedua sebesar 6%
menghasilkan perhitungan R/C Rasio sebesar 1,72 dan B/C Rasio sebesar 0,72
mengalami penurunan. Hasil perhitungan BEP volume mengalami kenaikan dari
499.889 ekor benih menjadi 506.634 ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada volume produksi mencapai
506.634 ekor benih. Hasil perhitungan BEP harga juga mengalami kenaikan yaitu
sebesar Rp. 160/ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
mengalami titik impas pada harga jual Rp. 160/ekor benih. Hasil perhitungan
payback period mengalami perubahan dengan hasil 2,10 artinya bahwa usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami
pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 10 bulan. Hasil perhitungan Net Present
Value (NPV) mengalami penurunan menjadi sebesar -415.931 dan menghasilkan
nilai negatif. Nilai IRR kenaikan harga pakan benih sebesar 6% adalah 2,32% dan
lebih kecil dari pada suku bunga 2,5%. Sehingga dengan terjadinya kenaikan harga
pakan benih sebesar 6% dan melihat hasil perhitungan NPV yaitu negatif, maka
usaha pembenihan ikan lele sangkuriang menjadi tidak layak untuk dijalankan dan
perlu dilakukan evaluasi usaha kedepannya. Artinya kenaikan harga pakan benih
sebesar 6% tidak dapat ditoleransi.
87
Terjadinya kenaikan harga pakan benih dengan skenario ketiga sebesar 12%
menghasilkan perhitungan R/C Rasio sebesar 1,70 dan B/C Rasio sebesar 0,70
mengalami penurunan. Hasil perhitungan BEP volume mengalami kenaikan dari
499.889 ekor benih menjadi 513.379 ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan
lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada volume produksi mencapai
513.379 ekor benih. Hasil perhitungan BEP harga juga mengalami kenaikan yaitu
sebesar Rp. 162/ekor benih¸ artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
mengalami titik impas pada harga jual Rp. 162/ekor benih. Hasil perhitungan
payback period mengalami perubahan dengan hasil 2,16 artinya bahwa usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami
pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 10 bulan. Hasil perhitungan Net Present
Value (NPV) mengalami penurunan menjadi sebesar -3.992.214 dan hasil
perhitungan NPV bernilai negatif. Nilai IRR kenaikan harga pakan benih sebesar
12% tidak dapat dihitung dikarenakan nilai NPV tidak ada yang positif meskipun
digunakan nilai DF hingga 1%. Sehingga dengan terjadinya kenaikan harga pakan
benih sebesar 12% dan melihat hasil perhitungan NPV selalu negatif, maka usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang menjadi tidak layak untuk dijalankan dan perlu
dilakukan evaluasi usaha kedepannya. Artinya kenaikan harga pakan benih sebesar
12% sudah tidak dapat ditoleransi. .
C. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Benih 3%
Hasil analisis sensitivitas dan switching value penurunan harga jual benih
dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini :
88
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas dan Switching Value dengan Penurunan
Harga Jual Benih untuk Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Dafu Farm pada Bulan Juli 2017- Juni 2018
No
. Uraian
Persentase Penurunan Harga Jual Benih
3% 6% 12%
1. R/C Rasio 1,69 1,64 1,53
2. B/C Rasio 0,70 0,64 0,54
3. BEP Volume 499.889 499.889 499.889
4. BEP Harga 158 158 158
5. Payback Period 2,20 2,37 2,82
6. Net Present Value (NPV) -3.319.170 -10.181.964 -23.524.279
7. Internal Rate of Return 1,02% -* -*
*Nilai IRR tidak bisa dicari dikarenakan nilai NPV1 tidak ada yang positif
meskipun digunakan discount factor hingga 1% Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 22, menunjukkan bahwa
terjadinya penurunan harga jual benih sesuai inflasi Kota Depok yakni sebesar 3%
menghasilkan perhitungan R/C Rasio sebesar 1,69 dan B/C Rasio sebesar 0,70
mengalami penurunan. Hasil perhitungan BEP volume tidak mengalami kenaikan
yaitu 499.889 ekor benih, artinya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang dapat
mengalami titik impas pada volume produksi mencapai 499.889 ekor benih. Hasil
perhitungan BEP harga masih tetap yaitu sebesar Rp. 158/ekor benih, artinya usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada harga jual
Rp. 158/ekor benih. Hasil perhitungan payback period mengalami perubahan
dengan hasil 2,20 artinya bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang
dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami pengembalian modal dalam waktu 2
tahun 11 bulan. Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) mengalami penurunan
menjadi sebesar -3.319.170 dan menghasilkan nilai negatif. Nilai IRR kenaikan
harga pakan benih sebesar 3% adalah 1,02% dan lebih kecil dari pada suku bunga
2,5%. Sehingga dengan terjadinya penurunan harga jual sebesar 3% dan melihat
89
hasil perhitungan NPV yaitu negatif, maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
menjadi tidak layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi usaha
kedepannya. Artinya penurunan harga jual sebesar 3% tidak dapat ditoleransi.
Terjadinya penurunan harga jual benih dengan skenario kedua sebesar 6%
menghasilkan perhitungan R/C Rasio sebesar 1,64 dan B/C Rasio sebesar 0,64
mengalami penurunan tetapi masih menghasilkan keuntungan untuk dijalankan.
Hasil perhitungan BEP volume tetap yaitu 499.889 ekor benih, artinya usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada volume
produksi mencapai 499.889 ekor benih. Hasil perhitungan BEP harga tidak
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 158/ekor benih¸ artinya usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada harga jual Rp. 158/ekor
benih. Hasil perhitungan payback period mengalami perubahan dengan hasil 2,37
artinya bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu
Farm akan mengalami pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 11 bulan. Hasil
perhitungan Net Present Value (NPV) mengalami penurunan menjadi -10.181.964
dan menghasilkan NPV bernilai negatif. Nilai IRR penurunan harga jual benih
sebesar 6% juga tidak dapat dihitung dikarenakan nilai NPV selalu negatif
meskipun digunakan nilai DF hingga 1%. Sehingga dengan terjadinya penurunan
harga jual benih sebesar 6% dan melihat hasil perhitungan NPV selalu negatif,
maka usaha pembenihan ikan lele sangkuriang menjadi tidak layak untuk
dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi usaha kedepannya. Artinya penurunan
harga jual benih sebesar 6% juga tidak dapat ditoleransi.
90
Terjadinya penurunan harga jual benih dengan skenario ketiga sebesar 12%
menghasilkan perhitungan R/C Rasio sebesar 1,53 dan B/C Rasio sebesar 0,54
mengalami penurunan tetapi masih menguntungkan.. Hasil perhitungan BEP
volume tidak mengalami kenaikan yaitu 499.889 ekor benih, artinya usaha
pembenihan ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada volume
produksi mencapai 499.889 ekor benih. Hasil perhitungan BEP harga tidak
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 158/ekor benih¸ artinya usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang dapat mengalami titik impas pada harga jual Rp. 158/ekor
benih. Hasil perhitungan payback period mengalami perubahan dengan hasil 2,82
artinya bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu
Farm akan mengalami pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 12 bulan. Hasil
perhitungan Net Present Value (NPV) mengalami penurunan menjadi sebesar
-23.524.279 dan hasil perhitungan NPV bernilai negatif. Nilai IRR tidak dapat
dihitung dikarenakan nilai NPV selalu bernilai negatif meskipun digunakan nilai
DF hingga 1%. Sehingga dengan terjadinya penurunan harga jual benih sebesar
12% dan melihat hasil perhitungan NPV adalah negatif, maka usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang menjadi tidak layak untuk dilanjutkan. Artinya penurunan
harga jual benih sebesar 12% sudah tidak dapat ditoleransi.
91
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm
dalam satu tahun sebesar Rp. 137.469.500 yang terdiri dari biaya tetap sebesar
Rp. 10.875.000, biaya variabel sebesar Rp. 123.542.000 dan biaya penyusutan
sebesar Rp. 3.052.500. Kas bersih usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
dalam satu tahun sebesar Rp. 102.649.238.
2. Nilai R/C Rasio sebesar 1,74 menunjukkan bahwa nilai R/C Rasio lebih dari
satu (R/C Rasio > 1). Nilai B/C Rasio sebesar 0,75 menunjukkan bahwa nilai
B/C Rasio lebih dari nol (B/C Rasio > 0). BEP Volume mendapatkan nilai
sebesar 499.889 ekor benih dan BEP harga mendapatkan nilai Rp. 158/ekor
benih. Nilai Net Present Value (NPV) usaha pembenihan ikan lele sangkuriang
sebesar Rp. 3.160.351 dan bernilai positif. Nilai Internal Rate of Return (IRR)
sebesar 3,89% > 2,5%. Nilai Payback Period sebesar 2,05 menunjukkan
bahwa usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu
Farm akan mengalami pengembalian modal dalam waktu 2 tahun 6 hari.
3. Kenaikan biaya pakan dibagi menjadi dua yaitu, biaya pakan indukan dan biaya
pakan benih. Kenaikan biaya pakan indukan sebesar 3%, 6%, dan 12% dapat
ditoleransi. Kenaikan biaya pakan benih sebesar 3%masih dapat ditoleransi,
sedangkan kenaikan biaya pakan benih sebesar 6% dan 12% tidak dapat
92
ditoleransi karena menghasilkan NPV negatif. Penurunan harga jual benih
sebesar 3%, 6%, dan 12% sudah tidak dapat ditoleransi karena menghasilkan
nilai NPV negatif.
4. Berdasarkan hasil dari nilai R/C Rasio lebih besar dari satu (R/C Rasio > 1),
nilai B/C Rasio lebih besar dari nol (B/C Rasio > 0), hasil Net Present Value
(NPV) bernilai positif, dan nilai Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari
suku bunga. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pembenihan
ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm memberikan keuntungan
dan layak untuk dijalankan kedepannya.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan yang diperoleh,
maka saran yang dapat penulis berikan sebagai masukan yang berkaitan dengan
peningkatan dan pengembangan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu
Farm adalah sebagai berikut :
1. Melanjutkan usaha karena usaha pembenihan ikan lele sangkuriang masih
memliki prospek yang bagus dan perlunya melakukan pengembangan usaha.
2. Melakukan pencatatan jumlah produksi setiap siklus pembenihan ikan lele
sangkuriang secara terperinci dikarenakan belum adanya pencatatan jumlah
produksi benih ikan lele sangkuriang yang dihasilkan secara terperinci.
3. Memperluas daerah pemasaran dan melakukan strategi pemasaran yang lebih
baik agar benih lele sangkuriang lebih banyak yang terjual.
93
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Rabiatul. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asra, Abuzar., dan Agus Purwoto. 2015. Metode Penelitian Survei. IN Media:
Bogor.
Badan Pusat Statistik Kota Depok. 2017. Inflasi Bulanan Kota Depok Tahun 2017.
https://depokkota.bps.go.id/statictable/2018/01/15/38/indeks-harga-
konsumen-dan-inflasi-bulanan-di-kota-depok-2017.html
diakses pada tanggal 16 April 2019
Badan Pusat Statistik Kota Depok. 2018. Inflasi Bulanan Kota Depok Tahun 2018.
https://depokkota.bps.go.id/statictable/2019/03/12/47/inflasi-bulanan-kota-
depok-tahun-2018.html
diakses pada tanggal 16 April 2019
Dewi, S. Prima., dan Bayu S. Kristanto. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 2. In Media:
Bogor.
Dinas Perikanan Kota Depok. 2019. Laporan Produksi Perikanan Kota Depok
tahun 2018. Depok.
Gittinger, J. P. 2008. Analisa Ekonomi Proyek –Proyek Pertanian. UI Press:
Jakarta.
Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Ghalia Indonesia: Bogor.
Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi di Aset Keuangan. Mitra Wacana Media:
Jakarta
Jamaludin. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias Gariepinus) di Bojong Farm Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Jakarta:
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Johan, Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Pembuatan Proposal
Kelayakan. Bumi Aksara: Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Pertama. Kencana Prenada
Media Group: Jakarta.
94
Lina, Rina Dewi. 2016. Bisa Investasi dengan Gaji < 5 Juta. Penebar Swadaya:
Jakarta
Muljono, Djoko. 2006. Akuntasi Pajak. CV Andi Offset: Yogyakarta.
Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. CV Andi Offset:
Yogyakarta.
Normansyah, Dodi. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran (Studi Kasus:
Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurochim dan Iwan Purwanto. 2010. Manajemen Bisnis. Jakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Padangaran, Ayub M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan
Pertanian. IPB Press: Bogor.
Rahmadani. 2016. Analisis Biaya dan Pendapatan Ikan Lele Sangkuriang Teknik
Tradisional dan Biofloc di kota Depok (Studi Kasus di Pokdakan Mandiri
Sangkuriang dan PT. Agro 165 Nusantara Jaya). [Skripsi]. Jakarta:
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rohatta, Revy. 2015. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan
Patin di CV. Al-Malik Farm (AMF) Patin Depok. [Skripsi]. Jakarta:
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rochaeni, Siti. 2009. Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Dumbo Secara Intensif
pada Kolam Terpal. Jurnal Agribisnis. Juni 2009. Vol. 4, No. 1: 1-6.
Rukmana, Rahmat., dan Yudirachman. 2017. Sukses Budidaya Ikan Lele Secara
Intensif. CV Andi Offset: Yogyakarta.
Sangadji, E.M., dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. CV Andi Offset:
Yogyakarta.
Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. UI Press: Jakarta.
Sofyan, Iban. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.
Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
95
Warisno dan Dahana. 2009. Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang. CV
Andi Offset: Yogyakarta.
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Graha Ilmu: Yogyakarta.
96
Lampiran 1. Kuesioner Wawancara
KUESIONER
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Pendapatan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Di Dafu Farm, Depok,
Jawa Barat” oleh Agung Febrianto, Mahasiswa Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
A. Identitas Narasumber
1. Nama : Fuad Janesa
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 40 tahun
4. Alamat : Jl. H. Sulaiman RT 03/08 Kampung Perigi,
Bedahan, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat
5. Pendidikan : Strata 1 Jurusan Teknik Mesin
B. Gambaran Umum Lokasi Usaha
1. Jumlah kolam produksi : 34 unit
2. Luas setiap kolam :
a. Kolam Penetasan : 8 x 6 m
b. Kolam Indukan : 1 x 2 m
c. Kolam Penampungan Benih : diameter 3 m
d. Kolam Pemijahan : 2 x 1 m
3. Status lahan : Sewa
97
C. Rincian Biaya Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang dalam Satu
Tahun
a. Biaya Tetap
No. Uraian Jumlah Jumlah
Biaya
(Rp)
Waktu
Pemakaian
Jumlah
Biaya/tahun
(Rp)
1. Biaya Pembelian
Indukan
15 Ekor 8.500.000 4 tahun 2.125.000
2. Biaya Sewa Lahan 1.900 m2 35.000.000 4 tahun 8.750.000
b. Biaya Variabel
No Uraian Jumlah Harga (Rp) Jumlah
Biaya (Rp)
1. Pakan Indukan
a. Maggot BSF 15 kg 15.000 225.000
b. Pelet Tipe 781-2 130 kg 17.000 2.210.000
Biaya Pakan Indukan 2.435.000
2. Pakan Benih
a. Cacing Sutera 878 liter 25.000 21.950.000
b. PF 500 210 kg 18.000 3.780.000
c. PF 800 170 kg 15.500 2.635.000
d. PF 1000 170 kg 15.000 2.550.000
Biaya Pakan Benih 30.915.000
3. Obat-Obatan dan Vitamin
a. Boster 24 pack 175.000 4.200.000
b. Garam Krosok 120 kg 4.600 552.000
Biaya Obat-Obatan dan Vitamin 4.752.000
4. Tenaga Kerja
a. Tenaga Kerja 1 12 bulan 1.500.000 18.000.000
b. Tenaga Kerja 2 12 bulan 1.500.000 18.000.000
Biaya Tenaga Kerja 36.000.000
5. Biaya Konsumsi Tenaga Kerja 12 bulan 2.500.000 30.000.000
6. Biaya Listrik 12 bulan 800.000 9.600.000
7. Biaya Tabung Oksigen dan Isi
Ulang 1 tabung 1.100.000 1.100.000
8. Biaya Kemasan Plastik 48 lusin 5.000 240.000
9. Biaya Sewa Transportasi 17 hari 500.000 8.500.000
98
D. Kas Bersih Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Tahun Pertama
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Kas bersih tahun pertama 44.000.000
99
Lampiran 2. Inflasi Kota Depok pada Bulan Juli 2017 sampai Juni 2018
Bulan Tingkat Inflasi
Juli 0,38
Agustus -0,22
September 0,01
Oktober -0,19
November 0,12
Desember 0,61
Januari 0,68
Februari 0,29
Maret 0,14
April -0,15
Mei 0,13
Juni 0,69
Total Inflasi 2,49
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Depok (2019)
100
Lampiran 3. Tata Letak Sarana dan Prasana Dafu Farm
101
Lampiran 4. Biaya Penyusutan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm
No
(1)
Uraian
(2)
Jumlah
(3)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
(4)
Harga
Satuan
(Rp)
(5)
Nilai
Beli
(Rp)
(6) = (3).(5)
Nilai Sisa
(Rp)
(7) = (6) –(5)
Selisih
(Rp)
(8) = (6)- (7)
Penyusutan
(Rp)
(9) = (8) : (4)
1. Kolam Pemijahan
Ukuran 2 x 1 m 4 4 1.200.000 4.800.000 3.600.000 1.200.000 300.000
2. Kolam Penetasan
Ukuran 8 x 6 m 4 5 2.500.000 10.000.000 8.000.000 2.000.000 400.000
3. Kolam Indukan
Ukuran 1 x 2 m 7 4 1.200.000 8.400.000 6.300.000 2.100.000 525.000
4. Kolam
Penampungan Benih
Diameter 3 m 19 5 1.500.000 28.500.000 22.800.000 5.700.000 1.140.000
5. Gudang 1 10 10.000.000 10.000.000 9.000.000 1.000.000 100.000
6. Saung 1 8 9.000.000 9.000.000 7.875.000 1.125.000 140.625
7. Bak Sortir 12 4 25.000 300.000 225.000 75.000 18.750
8. Jaring Kecil 4 2 10.000 40.000 20.000 20.000 10.000
9. Jaring Besar 4 2 15.000 60.000 30.000 30.000 15.000
10. Ember 14 2 25.000 350.000 175.000 175.000 87.500
11. Tong 6 4 120.000 720.000 540.000 180.000 45.000
12. Cangkul 2 2 30.000 60.000 30.000 30.000 15.000
13. Garpu Tanah 1 2 50.000 50.000 25.000 25.000 12.500
14. Mesin Pompa 2 5 1.300.000 2.600.000 2.080.000 520.000 104.000
15. Pompa Gelembung 10 4 30.000 300.000 225.000 75.000 18.750
102
Penyusutan = 𝑁𝐵𝑖−NS𝑖
UE𝑖
Keterangan :
NBi = Nilai Beli Barang ke i
NSi = Nilai Sisa Barang ke i
UEi = Umur Ekonomis Barang ke i
16. Sekop 3 2 35.000 105.000 52.500 52.500 26.250
17. Serokan 7 2 10.000 70.000 35.000 35.000 17.500
18. Lampu Penerangan 11 2 10.000 110.000 55.000 55.000 27.500
19. Selang 15 5 5.000 75.000 60.000 15.000 3.000
20. Paralon 13 4 26.000 338.000 253.500 84.500 21.125
21. Keramba Waring 10 2 10.000 100.000 50.000 50.000 25.000
Jumlah 75.978.000 3.052.500
103
Lampiran 5. Rincian Volume Penjualan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Dafu Farm Setiap Bulan
Selama Juli 2017 – Juni 2018
No. Bulan Jumlah
Benih
Ukuran
2 -3 cm
Jumlah Benih
Ukuran
3-4 cm
Jumlah Benih
Ukuran
4-5 cm
Jumlah
Benih
Ukuran
5-6 cm
Jumlah
Benih
Ukuran
7-8 cm
Jumlah
Benih
Ukuran
8-9 cm
Jumlah
Benih
Ukuran
9-10 cm
1 Juli 0 26.000 0 7.800 20.000 0 17.000
2 Agustus 0 0 30.000 14.000 13.600 10.000 20.000
3 September 0 16.700 8.000 10.000 35.000 0 0
4 Oktober 0 0 20.000 7.000 0 21.000 23.700
5 November 0 20.000 0 40.000 19.000 10.000 0
6 Desember 0 13.500 10.000 16.000 0 0 15.000
7 Januari 0 0 30.000 0 21.000 12.500 0
8 Februari 0 20.000 13.300 0 32.000 0 0
9 Maret 0 0 0 16.000 0 32.300 20.000
10 April 0 23.500 4.000 22.700 23.000 0 10,000
11 Mei 0 0 26.000 10.000 0 24.000 25.000
12 Juni 0 20.000 0 13.000 0 7.000 22.600
Total
Jumlah 0 139.700 141.300 156.500 163.600 116.800 153.300
104
Lampiran 6. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Usaha Pembenihan Ikan
Lele Sangkuriang Dafu Farm
Tahun
(1)
Kas Bersih
(2)
DF (2,5%)
(3)
PV Kas Bersih
(4) = (2).(3)
1 44.000.000 0.975609756 42.926.829
2 102.649.238 0.951814396 97.703.022
Total PV Kas Bersih 140.629.851
Investasi 137.469.500
NPV 3.160.351
Tahun
(1)
Kas Bersih
(2)
DF (4%)
(3)
PV Kas Bersih
(4) = (2).(3)
1 44.000.000 0.961538462 42.307.692
2 102.6494.238 0.924556213 94.904.990
Total PV Kas Bersih 137.212.683
Investasi 137.469.500
NPV -256.817
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 +𝑁𝑃𝑉1
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2𝑥(i2 − i1)
𝐼𝑅𝑅 = 2,5 +3.160.351
3.260.351 − (−256.871)𝑥 (4 − 2,5%
IRR = 3,89 %
105
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas dengan Kenaikan Harga Pakan Indukan
Sebesar 3%
Uraian Persen Kenaikan
3% 6% 12%
Biaya Penyusutan 3.052.500 3.052,500 3.052.500
Biaya Tetap
Sewa Lahan 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Pembelian Indukan 2.125.000 2.125.000 2.125.000
Jumlah Biaya Tetap 10.875.000 10.875.000 10.875.000
Biaya Variabel
Pakan Indukan 2.508.050 2.581.100 2.727.200
Pakan Benih 30.915.000 30.915.000 30.915.000
Konsumsi Tenaga Kerja 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Obat Obatan dan Vitamin 4.752.000 4.752.000 4.752.000
Tenaga Kerja 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Listrik 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Tabung Oksigen dan Isi Ulang 1.100.000 1.100.000 1.100.000
Kemasan Plastik 240.000 240.000 240.000
Sewa Transportasi 8.500.000 8.500.000 8.500.000
Jumlah Biaya Variabel 123.615.050 123.688.100 123.834.200
Biaya Kolam, Bangunan dan Peralatan 75.978.000 75.978.000 75.978.000
Investasi 210.468.050 210.541.100 210.687.200
Total Biaya 137.542.550 137.615.600 137.761.700
Total Penerimaan 239.620.000 239.620.000 239.620.000
Total Kas Bersih 102.578.014 102.506.790 102.364.343
R/C Rasio 1,74 1,74 1,74
B/C Rasio 0,75 0,74 0,74
BEP Volume 500.155 500.420 500.952
BEP Harga 158 158 158
Payback Period 2,05 2,05 2,06
Net Present Value (NPV) 3.019.509 2.878.668 2.596.984
Internal Rate of Return (IRR) 3,83% 3,77% 3,64%
106
Lampiran 8. Analisis Sensitivitas dengan Kenaikan Harga Pakan Benih
Sebesar 3%
Uraian Persen Kenaikan
3% 6% 12%
Biaya Penyusutan 3.052.500 3.052.500 3.052.500
Biaya Tetap
Sewa Lahan 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Pembelian Indukan 2.125.000 2.125.000 2.125.000
Jumlah Biaya Tetap 10.875.000 10.875.000 10.875.000
Biaya Variabel
Pakan Indukan 2.435.000 2.435.000 2.435.000
Pakan Benih 31.842.450 32.769.900 34.624.800
Konsumsi Tenaga Kerja 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Obat Obatan dan Vitamin 4.752.000 4.752.000 4.752.000
Tenaga Kerja 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Listrik 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Tabung Oksigen dan Isi Ulang 1.100.000 1.100.000 1.100.000
Kemasan Plastik 240.000 240.000 240.000
Sewa Transportasi 8.500.000 8.500.000 8.500.000
Jumlah Biaya Variabel 124.469.450 125.396.900 127.251.800
Biaya Kolam, Bangunan dan
Peralatan 75.978.000 75.978.000 75.978.000
Investasi 211.322.450 212.249.900 214.104.800
Total Biaya 138.396.950 139.324.400 141.179.300
Total Penerimaan 239.620.000 239.620.000 239.620.000
Total Kas Bersih 101.744.974 100.840.710 99.032.183
R/C Rasio 1,73 1,72 1,70
B/C Rasio 0,74 0,72 0,70
BEP Volume 503.262 506.634 513.379
BEP Harga 159 160 162
Payback Period 2,08 2,10 2,16
Net Present Value (NPV) 1.372.210 -415.931 -3.992.214
Internal Rate of Return (IRR) 3,11% 2,32% -*
107
Lampiran 9. Analisis Sensitivitas dengan Penurunan Harga Jual Benih
Sebesar 3%
Uraian Persen Penurunan
3% 6% 12%
Biaya Penyusutan 3.052.500 3.052.500 3.052.500
Biaya Tetap
Sewa Lahan 8.750.000 8.750.000 8.750.000
Pembelian Indukan 2.125.000 2.125.000 2.125.000
Jumlah Biaya Tetap 10.875.000 10.875.000 10.875.000
Biaya Variabel
Pakan Indukan 2.435.000 2.435.000 2.435.000
Pakan Benih 30.915.000 30.915.000 30.915.000
Konsumsi Tenaga Kerja 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Obat Obatan dan Vitamin 4.752.000 4.752.000 4.752.000
Tenaga Kerja 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Listrik 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Tabung Oksigen dan Isi Ulang 1.100.000 1.100.000 1.100.000
Kemasan Plastik 240.000 240.000 240.000
Sewa Transportasi 8.500.000 8.500.000 8.500.000
Jumlah Biaya Variabel 123.542.000 123.542.000 123.542.000
Biaya Kolam, Bangunan dan
Peralatan 75.978.000 75.978.000 75.978.000
Investasi 210.395.000 210.395.000 210.395.000
Total Biaya 137.469.500 137.469.500 137.469.500
Total Penerimaan 232.637.900 225.242.800 210.865.600
Total Kas Bersih 95.841.690 88.631.468 74.613.698
R/C Rasio 1,69 1,64 1,53
B/C Rasio 0,70 0,64 0,54
BEP Volume 499.889 499.889 499.889
BEP Harga 158 158 158
Payback Period 2,20 2,37 2,.82
Net Present Value (NPV) -3.319.170 -10.181.964 -23.524.279
Internal Rate of Return (IRR) 1,02% -* -*
108
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
Kolam Pemijahan
Kolam Penampungan Benih
Kolam Penetasan Telur
Pemberian Pakan Indukan
109
Gudang
Saung
Indukan Lele Sangkuriang
Pemberian Pakan Benih