ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN...

98
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN) SKRIPSI Oleh: RISKI AMALIYAH D1A1 12 021 JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN...

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN

(STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI

DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO

KABUPATEN KONAWE SELATAN)

SKRIPSI

Oleh:

RISKI AMALIYAH

D1A1 12 021

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN

(STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI

DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO

KABUPATEN KONAWE SELATAN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakutas Pertanian

untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

studi pada Jurusan Agribisnis

Oleh:

RISKI AMALIYAH

D1A1 12 021

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA

DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA

SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA

MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.

Kendari, Juni 2016

Riski Amaliyah

D1A1 12 021

ii

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
Page 5: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
Page 6: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

ABSTRAK

Riski Amaliyah (D1A1 12 021). Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan

(Studi Kasus Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan

Landono Kabupaten Konawe Selatan). Dibawah bimbingan Weka Gusmiarty

Abdullah selaku Pembimbing I dan Muhammad Aswar Limi selaku

Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha jahe

instan di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kelayakan Usaha yang

terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal

Rate of Return (IRR) dan Analisis Sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri layak secara

finansial untuk diusahakan. Hal ini dibuktikan pada discount factor (df) 7%,

diperoleh nilai NPV sebesar Rp 77.576,-, NBCR sebesar 1,02, dan IRR sebesar

7,92%. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual

produk sebesar 1,3% pada discount factor (df) 7%, diperoleh nilai NPV sebesar

Rp 2.460,-, NBCR sebesar 1,00 dan IRR sebesar 7,03%. Meningkatkan biaya

operasional sebesar 4,1% pada discount factor (df) 7%, diperoleh nilai NPV

sebesar Rp 842,-, NBCR sebesar 1,00 dan IRR sebesar 7,01%. Keadaan ini

menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

Desa Abenggi masih layak untuk diusahakan.

Kata kunci: Usaha Jahe Instan, Kelayakan Finansial, Analisis Sensitivitas

v

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

ABSTRACT

Riski Amaliyah (D1A1 12 021). Financial Feasibility Analysis of the Instant

Ginger Business (a case study of Gerak Mandiri Domestic Industry in the Abenggi

Village, Landono Sub District of South Konawe District). Weka Gusmiarty

Abdullah as Advisor I and Muhammad Aswar Limi as Advisor II.

The purpose of this research was to determine the financial feasibility of

the instant ginger business in Abenggi Village, Landono Sub District of South

Konawe. This research used financial feasibility analysis, consisting of Net

Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return

(IRR) and Sensitivity Analysis. The results showed that the instant ginger business

of Gerak Mandiri Domestic Industry have financially feasible to be developed. It

was evidenced of discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR 77.576,-,

NBCR 1,02, and IRR 7,92%. The calculation of sensitivity analysis with reducing

price of selling of 1,3% of discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR

2.460,-, NBCR 1,00 and IRR 7,03%. Increase of operation cost of 4,1% by

discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR 842,-, NBCR 1,00 and IRR

7,01%. This condition indicated of the ginger instant business of Gerak Mandiri

Domestic Industry in Abenggi Village still feasible.

Keyword: Instant Ginger Business, Financial Feasibility, Sensitivity Analysis

vi

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabaarakaatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam,

pemberi kehidupan serta petunjuk bagi umatnya yang senantiasa beriman dan

bertaqwa kepada-Nya, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula

penulis haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabiyullah Muhammad

Shallallahu’ Alaihi Wasallam, Nabi yang menjadi Uswatun Khasanah bagi umat

manusia.

Seiring dengan selesainya skripsi ini, tak lupa penulis haturkan ucapan

terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. Weka Gusmiarty Abdullah, S.P.,

M.P selaku Pembimbing I dan Bapak Muhammad Aswar Limi, S.Pi., M.Si selaku

Pembimbing II yang telah bersedia dengan ikhlas menjadi pembimbing penulis,

yang telah menghabiskan waktunya untuk memberikan pengetahuan, pengarahan

kepada penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini. Rasa

syukur, bangga dan terimakasih yang sebesar-besarnya, yang tidak henti-hentinya

dan tidak terhingga tercurahkan kepada Orangtua tercinta, Ayahanda Makruddin

(Alm) serta Ibunda Siti Nurbaedah. Terima kasih atas segala bentuk kasih

sayangnya, merawat dan membesarkan serta pelajaran hidup yang telah diberikan

kepada penulis. Ibunda yang sekaligus menjadi Ayah, menjadi sahabat yang selalu

siap mendengarkan segala cerita dan keluh kesah penulis. Terima kasih atas

segala doa, nasehat, motivasi, semangat, dukungan moril dan materil yang tidak

vii

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

henti-hentinya. Semoga Allah membalas segala ketulusan yang telah diberikan.

Amin.

Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua

Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo.

2. Penasehat Akademik, Bapak Iskandar, S.P., M.Si. Dosen di lingkup Jurusan

Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah

membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.

3. Seluruh staf Jurusan, staf Fakultas, Staf Laboratorium dan Perpustakaan atas

segala bantuan dan kelancaran urusan asdministrasi yang mendukung penulis

selama masa pendidikan.

4. Keluarga Bapak Kepala Desa Abenggi, Bapak Wasno dan Ibu Nurhayati yang

telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian.

5. Saudara-saudariku: Kakak pertama, Nursamsi, AMK terima kasih atas segala

doa, serta terutama dukungan materil, terima kasih sudah membiayai kuliah.

Insya Allah selanjutnya saya akan membiayai kuliah adik-adik, serta Kakak

Kedua, Sulbiaman, S.Sos. Adik Arsullah dan Rahmadani, terimakasih atas

segalanya. Semoga semuanya bisa jadi anak sholeh sholehah, berbakti dan

bisa membahagiakan Mama. Amin.

6. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda, yang telah memberikan

dukungannya dalam melaksanakan pendidikan di bangku perkuliahan,

khusunya keluarga Tante Surianah, S.Sos yang sudah memberikan tumpangan

viii

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

tempat tinggal kepada saya, dukungan moril dan materil, serta pelajaran hidup

yang sangat berharga kepada saya selama menempuh perkuliahan.

7. Teman-teman Agribisnis angkatan 2012, terutama buat kelas Agribisnis A;

Mulianton, Ayu Ansyari, Nurtani, Risna, Waode Herlianti Astuti, Mustika,

Israwati, Hasnawati Sarfan, Minartin, Mega Silviana A, Amrin Aksa, Indri

Sulfianatasari, Awwal Rahmat H, Ika Ririn M, La Ode Dawid, S.P, Wana

Rukmana, Juhardin, Hardianti, Syamsiah, Bayu Prasetyo A, Tafahuddin,

Hardiman Arif, Al Munir, Armansyah, Dina Rachmayanti, La Bai, S.P, Abdul

Hamid, Ifan, Irma Sapta P, Rizal Endriansyah, Maria Teresia S, Kiki Puspita,

Ld. Abdul Asis H, S.P, Yusriadin, S.P serta teman-teman Agribisnis lainnya

yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas semua

doa, waktu, tenaga, dukungan moril dan materil, nasehat dan motivasinya.

Terima kasih sudah menjadi teman seperjuangan selama 4 tahun ini.

8. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Organisasi Tercinta, keluarga

besar Forum Insan Seni Pertanian (FISTA) Universitas Halu Oleo. Kakak-

kakak register 01 sampai register 05; Sahlan Ardianto, S.P, Andi Rahmat

Maccawi, S.Pt, Safarudin Ado, S.P, Herya Yudha Perkasa, S.P., M.P, Farid

Isra, S.Pt, Dewi Darma Laksana, S.P, Eman Putrawan, S.P, Husnawati

Djabbar, S.P, Lino Aryesta, S.P, Siska Amdas, S.P, Muh. Ichwan, S.P, Idam

Hakim, S.P, Alfian Akbar, S.P, Laode Muh. Jasmin, S.P, Waode Hasida, S.P,

Risman, S.P, Laode Ilham Malik, S.P, Ralia, S.P, Rosayanti Dwi Utami, S.TP,

Faisal, S.P, Sutrisno Panca Putra R, S.Hut, serta kakak-kakak lainnya yang

tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Saudara sekaligus sahabat, teman,

ix

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

FISTA Register 06; Dwi Saptarani, Iman Ilahiyyat, S.P, Rosiman, S.P,

Shafaruddin, Ilman Fadil, Jhon Permata, Gusti Ketut Pariyatna, S.P, Ardhi

serta teman-teman 06 lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu-

persatu. Adik-adik register 07 dan 08 yang tidak bisa disebutkan namanya

satu-persatu. Terima kasih atas semua dukungan moril dan materil, mengajari

serta membagi ilmu dan pengalaman, perhatian, kepedulian, motivasi dan

nasehatnya, semua air mata, tenaga, dukungan serta semangatnya. Terima

kasih sudah menguatkan, menghibur dan menjadikan saya bagian dari FISTA

UHO.

9. Keluarga Bapak La Ode Farudu, tempat tinggal selama pelaksanaan KKN

serta teman-teman seperjuangan selama 45 hari; Muhammad Alfaqri Rasyid,

S.M, Mu’mina Auzu, S.Sos, Risna, Irma Rahayu dan Asrul Saleh Sahara,

S.Pd. Terima kasih sudah menjadi bagian pelengkap perjalanan dalam

menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunannya masih

jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhirnya, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kendari, Juni 2016

Riski Amaliyah

D1A1 12 021

x

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ............................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

A. Usaha Jahe Instan ....................................................................................... 5

B. Industri Rumah Tangga, UKM dan UMKM ............................................... 7

C. Investasi ..................................................................................................... 10

D. Biaya Produksi .......................................................................................... 13

E. Penerimaan (Benefit) ................................................................................. 15

F. Pendapatan (Net Benefit) ........................................................................... 16

G. Kelayakan Finansial Usaha ........................................................................ 17

G.1 Net Present Value (NPV) ................................................................... 18

G.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) ......................................................... 19

G.3 Internal Rate of Return (IRR) ............................................................ 20

G.4 Analisis Sensitivitas ........................................................................... 21

H. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 22

I. Kerangka Pikir Penelitian ......................................................................... 25

III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 27

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 27

B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 27

C. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 27

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 28

E. Variabel Penelitian .................................................................................... 28

F. Analisis Data ............................................................................................. 29

G. Konsep Operasional .................................................................................. 31

xi

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 35

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 35

A.1 Letak dan Luas Wilayah...................................................................... 35

A.2 Keadaan Iklim dan Topografi ............................................................. 35

A.3 Keadaan Demografi ............................................................................ 36

B. Gambaran Umum Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri ....................................................................................................... 40

C. Kelayakan Finansial Usaha ........................................................................ 44

C.1 Biaya Produksi .................................................................................... 44

C.2 Produksi dan Harga Produksi ............................................................. 47

C.3 Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit) ........................... 48

C.4 Net Present Value (NPV) ................................................................... 49

C.5 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) .......................................................... 50

C.6 Internal Rate of Return (IRR) ............................................................. 51

C.7 Sensitivitas Usaha ............................................................................... 52

C.8 Perhitungan R/C Ratio ........................................................................ 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 57

A. Kesimpulan ................................................................................................ 57

B. Saran ........................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59

LAMPIRAN ......................................................................................................... 63

xii

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Penduduk Desa Abenggi berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin ............................................................................................................ 37

2. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 38

3. Jumlah Penduduk Desa Abenggi berdasarkan Mata Pencaharian ................... 39

4. Rincian Biaya Investasi Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri di Desa Abenggi Tahun ke-0 (2007) .................................................. 44

5. Rincian Biaya Operasional Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga

Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 (2008-2015) ...................................... 46

6. Produksi Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa

Abenggi ............................................................................................................ 47

7. Penerimaan Usaha Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

di Desa Abenggi ............................................................................................... 48

8. Perhitungan R/C Ratio Usaha Jahe Instan ....................................................... 55

xiii

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................ 26

2. Proses Produksi Jahe Instan ............................................................................. 43

xiv

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Riwayat Hidup ................................................................................................. 64

2. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................................... 65

3. Kuesioner Penelitian ........................................................................................ 66

4. Biaya Investasi (Tahun ke-0) ........................................................................... 69

5. Biaya Operasional Tahun ke-1 sampai ke-8 (2008-2015) ............................... 70

6. Rincian Penerimaan (Benefit) .......................................................................... 72

7. Rincian Pendapatan (Net Benefit) .................................................................... 73

8. Perhitungan Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan ....................................... 74

9. Analisis Sensitivitas jika Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3%........ 75

10. Analisis Sensitivitas jika Biaya Operasional Meningkat 4,1% ........................ 76

11. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada Analisis Kelayakan Finansial .......... 77

12. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada saat Harga Jual Produk Jahe

Instan Menurun 1,3% ...................................................................................... 78

13. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada saat Biaya Operasional

14. Meningkat 4,1% ............................................................................................... 79

15. Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 80

xv

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam hayati. Salah

satu sumber kekayaan tersebut berasal dari banyaknya jenis-jenis tanaman obat

tradisional yang berada di alam. Seiring berjalannya waktu, saat ini trend

masyarakat konsumen menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan

slogan ”back to nature” dengan didasari oleh kesadaran untuk mengkonsumsi

pangan yang sehat. Hal ini telah meningkatkan permintaan terhadap produk

rimpang organik, diantaranya jahe untuk dikonsumsi secara langsung maupun

menjadi produk olahan (Balittro, 2008).

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis tanaman obat dan

dapat juga berfungsi sebagai rempah yang telah lama dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Kegunaan jahe antara lain digunakan sebagai bumbu, campuran

makanan/minuman, obat-obatan, minyak wangi dan kosmetika. Sebagai obat

tradisional, jahe dapat digunakan untuk anti inflamasi, nyeri sendi dan otot karena

reumatik, tonik serta obat batuk.

Peluang pasar bagi komoditas ini sangat besar, baik di pasar lokal dengan

semakin menjamurnya industri obat, makanan, dan minuman yang berbahan dasar

jahe, maupun di pasar internasional. Komoditas jahe digunakan sebagai bahan

minuman kesehatan dalam bentuk minuman siap saji atau minuman instan yang

berbentuk serbuk oleh berbagai industri baik industri kecil maupun industri besar.

Pelaku industri olahan jahe diantaranya yaitu CV. Intrafood, PT. Florisa, PT. Sido

muncul, PT. Konimex, PT. Gunung Subur dan PT. Jico Agung. Industri-industri

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

2

tersebut mengolah jenis jahe sebagai minuman kesehatan, karena manfaat dan

khasiatnya telah lama dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Industri-industri

kecil dan besar mulai saling berkompetisi untuk memenuhi jumlah permintaan

minuman sehat alami yang berasal dari jenis jahe ini. Hal tersebut ditunjukkan

dengan semakin banyaknya merek produk minuman instan yang beredar di

pasaran.

Tanaman jahe di Sulawesi Tenggara sudah dikembangkan di beberapa

Kabupaten, salah satunya adalah daerah Kabupaten Konawe Selatan yang

memiliki potensi pertanian yang sangat banyak. Selain itu, Kabupaten Konawe

Selatan juga sudah mulai mengolah tanaman jahe tersebut menjadi produk olahan

siap saji/instan. Salah satu daerah di Konawe Selatan yang mengolah tanaman

jahe adalah Kecamatan Landono tepatnya di Desa Abenggi. Desa Abenggi bukan

merupakan daerah penghasil atau produsen jahe, namun satu-satunya Industri

Rumah Tangga yang mengolah tanaman jahe menjadi produk olahan adalah

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang terletak di Desa Abenggi Kecamatan

Landono Kabupaten Konawe Selatan 1

.

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi berdiri sejak

tahun 2007. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri merupakan Industri Rumah

Tangga yang tergolong sudah cukup lama beroperasi. Meskipun demikian, jumlah

dan waktu produksi jahe instan ini tidak menentu untuk setiap tahun atau setiap

satu kali proses produksinya, hal ini diakibatkan karena permintaannya yang

masih disesuaikan dengan jumlah pesanan. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis

kelayakan finansial pada usaha jahe instan ini, karena mengingat setiap kegiatan

1 Hasil Wawancara dengan Ketua IRT Gerak Mandiri Desa Abenggi.

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

3

usaha tidak akan terhindar dari adanya risiko. Analisis kelayakan finansial usaha

adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam

melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak

gagasan dari suatu usaha.

Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan

suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti

finansial maupun sosial. Dengan adanya analisis kelayakan finansial usaha ini,

diharapkan risiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari agar

usaha ini dapat terus dikembangkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana kelayakan finansial usaha jahe instan Industri

Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten

Konawe Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan

finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa

Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai

kalangan, diantaranya yakni:

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

4

a. Bagi Pengusaha Jahe Instan

Sebagai bahan informasi dan masukan khususnya bagi pengusaha jahe

instan bahwa pentingnya mengetahui kelayakan finansial dalam pelaksanaan

pengembangan usaha jahe instan.

b. Bagi Peneliti

Sebagai sarana mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku

perkuliahan dalam kasus nyata di lapangan serta untuk menambah

pengetahuan tentang bagaimana cara mengusahakan usaha jahe instan.

c. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan serta dapat

dijadikan indikator keberhasilan pemerintah dalam memperhatikan usaha

skala kecil seperti usaha Industri Rumah Tangga dalam hal ini dapat

memberikan bantuan berupa modal agar dapat menumbuhkan semangat para

pelaku usaha kecil/mikro maupun industru rumah tangga, untuk menciptakan

lapangan pekerjaan mereka sendiri.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dalam rangka mengadakan penelitian yang

relevan.

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Usaha Jahe Instan

Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer

sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang

menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa

keton bernama zingeron.

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species : Zingiber officinale

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil jahe (Zingiber officinale)

terbesar di dunia. Jumlah produksi jahe di Indonesia meningkat dari tahun ke

tahun. Pada tahun 2003, produksi jahe nasional adalah sebesar 112.290 ton.

Dengan tingkat kenaikan produksi sebesar 3,28 % tiap tahun, maka pada tahun

2009 jumlah produksi jahe di Indonesia diperkirakan sebesar 136.388,1 ton.

Jumlah jahe yang melimpah ini justru menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu

turunnya nilai ekonomi jahe. Selain itu teknologi pasca panen yang tidak tepat

menyebabkan jumlah jahe yang membusuk juga besar karena tidak termanfaatkan

secara optimal (Ramadhan, 2010).

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

6

Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi

3 (tiga) varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe

merah (jahe sunti). Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan

obat-obatan, sedangkan jahe besar dimanfaatkan sebagai bumbu masak

(Matondang, 2005).

Kegunaan ekstrak jahe antara lain yaitu sebagai obat sakit kepala, obat

batuk, obat masuk angin, untuk mengobati gangguan pencernaan, stimulansia,

diuretik, reumatik, menghilangkan rasa sakit, obat anti mual dan mabuk

perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut), kolera, diare, sakit

tenggorokan, difteria, neuropati, sebagai penawar racun dan sebagai obat luar

untuk mengobati gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar.

Banyaknya kegunaan ekstrak jahe merupakan sebuah peluang yang sangat baik

untuk dikembangkan (Ravindran et al. dalam Ramadhan, 2010).

Jahe instan merupakan ekstrak jahe yang diberi pengisi (misal gula pasir)

dan dikeringkan. Proses pembuatan jahe instan secara umum meliputi: Persiapan

bahan baku, ekstraksi (pemerasan), pemasakan (pengeringan) dan pengemasan.

Produk ini dapat dikonsumsi langsung dengan menambahkan air saja (Ludong,

2012).

Proses utama pembuatan minuman instan ekstrak jahe meliputi beberapa

proses, yaitu pemisahan dan pemurnian ekstrak jahe. Pembuatan minuman instan

jahe diawali dengan pemisahan ekstrak yang dilakukan dengan proses ekstraksi

yaitu menghancurkan bahan hingga ukuran tertentu kemudian memisahkan

ekstrak dari campurannya. Proses pemurnian ekstrak jahe dilakukan dengan cara

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

7

mengendapkan ekstrak jahe secara alami dari partikel-partikel atau padatan yang

ada secara terpisah hingga waktu tertentu ke dalam suatu wadah. Perlakuan ini

bertujuan untuk memisahkan cairan ekstrak jahe dengan partikel-partikel atau

padatan yang ada. Padatan tersebut mempunyai berat jenis yang lebih besar dari

berat jenis air sehingga akan mengendap di bawah permukaan wadah. Hasil yang

diharapkan adalah memperoleh cairan ekstrak yang lebih homogen dan jernih

untuk diolah lanjut menjadi minuman serbuk instan (Istafid, 2006).

B. Industri Rumah Tangga, UKM dan UMKM

Industri rumah tangga pada umumnya adalah unit-unit usaha yang sifatnya

lebih tradisional, dalam arti menerapkan sistem organisasi dan manajemen yang

baik seperti lazimnya dalam suatu perusahaan modern, tidak ada pembagian tugas

kerja dan sistem pembukuan yang jelas. Proses produksi dilakukan di samping

atau di dalam rumah dari pemilik usaha, mereka tidak mempunyai tempat khusus.

Teknologi yang digunakan sangat sederhana yang pada umumnya manual dan

sering kali direkayasa sendiri dan banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak

dibayar (khususnya anggota keluarga). Sebagaian besar industri rumah tangga

terdapat di daerah pedesaan dan kegiatan produksi pada umumnya musiman erat

kaitannya dengan siklus kegiatan di sektor pertanian (Tambunan, 2002).

Badan Pusat Statistik (2012), menetapkan empat kriteria industri di

Indonesia, diantaranya adalah industri besar, industri sedang, industri kecil dan

industri rumah tangga. Berdasarkan prioritasnya industri kecil dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, diantaranya:

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

8

1. Industri kecil yang menghasilkan barangbarang konsumsi

2. Industri kecil tradisional yang menghasilkan barang kerajinan

3. Industri kecil modern yang menghasilkan komponen/peralatan teknik untuk

keperluan produksi dari sektor industri.

Industri kecil memiliki peranan penting dalam menunjang perekonomian

nasional melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah dan

keunggulan komparatif produk lokal serta memberikan pengaruh pada

pengembangan industri hulu dan penghematan devisa. Industri kecil memiliki

perbedaan dengan industri lainnya, baik dari segi karakteristik maupun rekayasa.

Karena sifatnya yang lebih cenderung suka bergerak sendiri-sendiri dan tidak

terorganisir, industri ini memiliki nilai tawar yang rendah dalam pasar bisnis,

dengan demikian perlu adanya pengelolaan yang sistematis dan tepat dalam

menjalankan industri ini (Mulyanto, 2006).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008,

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah yang terdapat Pada Bab I Pasal 1 adalah sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

9

atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha

Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berdasarkan Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2008 yang terdapat pada Bab IV Pasal 6 adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

10

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

C. Investasi

Investasi dapat didefinisikan sebagai penempatan sejumlah dana pada saat

ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya

investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Investasi pada financial assets Investasi pada financial assets dapat dibedakan

lagi menjadi 2, yaitu:

a. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya

berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang

dan lainnya.

b. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya

berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya.

2. Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif,

pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan

lainnya (Halim, 2003).

Menurut Sunarto (2006), investasi merupakan komitmen sejumlah dana

suatu periode untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

11

datang sebagai kompensasi unit yang diinvestasikan. Investasi juga didefinisikan

sebagai barang-barang yang dibeli oleh individu ataupun perusahaan untuk

menambah persediaan modal mereka (Mankiw, 2000).

Menurut Sugiharto (2002), dalam melakukan investasi tersebut setiap

perusahaan umumnya akan berusaha agar perluasannya dapat berkembang sesuai

dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk

kelangsungan hidup perusahaan, sehingga seberapa lama pengembalian dana yang

ditanam di proyek tersebut menjadi sangat penting. Artinya, sebelum perusahaan

menanamkan investasi untuk perluasan usaha baru, maka terlebih dahulu perlu

diketahui apakah proyek atau investasi yang akan dilakukan dapat mengembalikan

uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dengan jangka waktu

tertentu. Selain itu, agar dapat melihat apakah investasi yang dijalankan dapat

memberikan keuntungan finansial lainnya seperti yang diharapkan.

Menurut Sukirno (2011) faktor-faktor utama yang menentukan tingkat

investasi atau pembentukan modal yang akan dilakukan dalam perekonomian

adalah:

1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return)

Investasi yang direncanakan hanya akan dilakukan apabila tingkat

keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga yang

harus dibayarnya. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh

keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar

daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan.

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

12

Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan,

sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan. Untuk kondisi

internal dapat berupa efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan.

Disamping itu, kepemilikan hak monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan dan

penguasaan jalur informasi juga menjadi faktor non-teknis internal perusahaan.

Sedangkan kondisi eksternal perusahaan adalah perkiraan kondisi ekonomi tingkat

nasional maupun internasional, kondisi sosial politik serta kondisi keamanan

negara. Selain itu, kebijakan pemerintah di bidang perpajakan yang akan

mempengaruhi permintaan agregat, juga menjadi faktor yang harus

diperhitungkan terhadap tingkat pengembalian investasi yang diharapkan.

2. Suku Bunga

Suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi investasi. Jika

suku bunga tinggi, maka investasi akan berkurang. Hal ini disebabkan karena

kenaikan suku bunga terutama dalam hal ini suku bunga pinjaman menyebabkan

biaya investasi semakin tinggi sehingga akan mempengaruhi tingkat

pengembalian modal atau tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan

investasi yang dilakukan. Demikian sebaliknya, jika suku bunga rendah akan

mendorong lebih banyak investasi karena biaya investasinya rendah sehingga

tingkat pengembalian modal atau harapan keuntungan dari kegiatan investasi

tersebut akan tinggi.

3. Kemajuan Teknologi

Adanya penemuan-penemuan teknologi baru oleh para pengusaha untuk

dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen memacu dilakukannya

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

13

pembaruan-pembaruan atau inovasi dengan melakukan pembelian barang-barang

modal baru dan ada kalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan

pabrik/industri yang baru. Makin banyak pembaruan-pembaruan yang dilakukan,

makin tinggi investasi yang akan dicapai.

D. Biaya Produksi

Menurut Nicholson (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses

atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.

Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi mengandung

hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau

hasil yang akan diperoleh, sehingga produksi merupakan hasil akhir dari proses

atau aktivitas dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan

berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara

menghubungkan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi dan

managerial skill. Menurut Pindyck dan Rubinfield (2007) menyatakan bahwa

hubungan input dan output untuk setiap sistem produksi adalah sebagai fungsi

dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi

produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output

untuk serangkaian input tertentu. Faktor produktivitas adalah kunci untuk

mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus

dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

14

variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumberdaya yang

efisien dalam sebuah sistem produksi.

Menurut Mulyadi (2004) biaya produksi merupakan biaya-biaya yang

terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

Biaya produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai variabel akan tingkat

produksi. Umumnya faktor-faktor utama utama untuk mempengaruhi produksi

adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat-

obatan, teknologi dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2007).

Perhitungan biaya yang dilakukan meliputi biaya investasi, biaya variabel-

semi variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya. Biaya investasi adalah sejumlah

modal atau biaya yang digunakan untuk memulai usaha atau mengembangkan

usaha. Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan

usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin

diproduksi Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin dikeluarkan oleh

perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan produksi, akan tetapi besarnya

biaya tetap tidak tergantung pada kapasitas produksi (Ardana, 2008).

Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

jumlah produk yang dihasilkan. Biaya operasional merupakan biaya yang

besarnya ditentukan oleh jumlah produk yang diproduksi. Biaya operasional

terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan semi variabel. Komponen biaya tetap

produksi mie jagung terdiri dari sewa bangunan, biaya penyusutan mesin

peralatan, biaya pemeliharaan, biaya rutin kebersihan dan keamanan. Biaya

variabel pada terdiri dari : biaya bahan baku, bahan pendukung, biaya tenaga

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

15

kerja, biaya overhead, sedangkan biaya semi variabel terdiri dari biaya pemasaran

dan biaya administrasi (Parama, 2014).

E. Penerimaan (Benefit)

Besarnya penerimaan hasil usaha tergantung dari jumlah barang yang

dapat dihasilkan dan harga jual yang diperoleh. Tinggi rendahnya harga di pasaran

tidaklah selalu dapat dikuasai atau ditentukan oleh pengusaha itu sendiri, akan

tetapi biaya produksi (cost) sedikit banyak dapat diatur sendiri. Seluruh jumlah

pendapatan yang diterima oleh perusahaan dari menjual barang yang

diproduksinya dinamakan hasil penjualan total (TR) yaitu dari perkalian total

revenue.

Menurut Bilas (1994) dalam Buku Ekonomi Mikro menjelaskan bahwa

penerimaan produksi total adalah penerimaan penjualan total dikurangi dengan

biaya penjualan, ini adalah penerimaan penjualan yang diberikan kepada bagian

produksi dari perusahaan. Dengan demikian, angka penerimaan penjualan adalah

yang paling penting dalam masalah maksimalisasi keuntungan. Penerimaan

produksi total akan ditentukan oleh harga produk dan jumlah produk yang terjual.

Sofyan (2005) mendefinisikan total revenue dalam hal ini adalah besarnya

penerimaan total yang diterima oleh perusahaan/produsen dari penjualan produk

yang di produksinya. Tujuan Perusahaan dalam memproduksi barang adalah agar

memperoleh pendapatan dari penjualan output sebagai sumber penerimaan utama

atau revenue. Revenue yang berarti penerimaan adalah sebagai jumlah yang

diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau

perusahaan. Penerimaan atau revenue, adalah penghasilan dari penjualan barang-

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

16

barang atau barang-barang dagangan. Penerimaan total atau total revenue pada

umumnya dapat didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan barang-barang

yang diperoleh penjual. Penerimaan total adalah sama banyaknya dengan satuan

barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan tiap satuan atau dirumuskan

sebagai berikut:

R = P x X

R = Penerimaan total

P = Harga tiap satuan barang

X = Banyaknya barang yang terjual

F. Pendapatan (Net Benefit)

Pendapatan disebut juga dengan income yaitu imbalan yang diterima oleh

seluruh rumah tangga pada lapisan masyarakat dalam suatu negara/daerah, dari

penyerahan faktor-faktor produksi atau setelah melakukan kegiatan

perekonomian. Pendapatan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi dan sisanya merupakan tabungan untuk memenuhi hari

depan (Tito, 2011).

Menurut Belkaoui (2000) Pendapatan diinterprestasikan sebagai :

1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa.

2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan.

3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh

perusahaan selama periode waktu tertentu.

Menurut Hery (2013) pendapatan adalah arus masuk aktiva atau

peningkatan lainnya atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau

kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktiva

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

17

lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. Menurut

Jusup (2011) pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan

aktivitas perusahaan yang biasa (misalnya penjualan barang dagangan atau

pendapatan jasa). Menurut Sumarni & Jhon (2014), pendapatan adalah jumlah

uang yang dibayarkan kepada penerima.

Menurut Henry (2000) Pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto dari

manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu

periode bilamana arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi pemodal. Pengertian pendapatan usaha dikemukakan juga

oleh Dyckman (2002) dalam Putra (2012) bahwa pendapatan adalah arus masuk

atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban

(atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi

barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau

sentral entitas yang sedang berlangsung.

G. Kelayakan Finansial Usaha

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) studi kelayakan usaha adalah suatu

kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha

yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis

dijalankan. Menurut Umar (2005) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian

terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak

bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka

pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan,

misalnya rencana peluncuran produk baru. Suliyanto (2010) menyatakan beberapa

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

18

perbedaan studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis (business plan)

berdasarkan sumber data penelitian, penyusun penelitian, tujuan dari studi

kelayakan dan rencana bisnis, waktu penelitian, dan biaya yang dibutuhkan oleh

masing-masing.

G.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah merupakan selisih antara benefit

(penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan. Kriteria

ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih apabila NPV > 0. Dengan demikian,

jika suatu proyek mempunyai NPV < 0, maka tidak akan dipilih atau tidak layak

untuk dijalankan (Pudjosumarto, 2002).

Net Present Value (NPV) yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai

keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan

memperhitungkan nilai waktu dari uang. Menurut Gray et al (1997), formulasi

dari NPV adalah:

𝑁𝑃𝑉 = 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡

(1 + 𝑖)𝑡

𝑡=𝑛

𝑖=0

Keterangan:

Bt = Penerimaan total pada tahun sekarang (Rp/tahun)

Ct = Biaya total pada tahun sekarang (Rp/tahun)

t = Tahun investasi (tahun)

i = Suku bunga discount factor (%)

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha menguntungkan dan layak

untuk diusahakan.

b. Ababila NPV bernilai negatif (-), maka usaha tidak menguntungkan dan

tidak layak untuk diusahakan.

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

19

G.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR)

Net B/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara benefit bersih dari

tahun-tahun yang bersangkutan yang telah dipresent valuekan (pembilang/bersifat

+) dengan biaya bersih dalam tahun dimana Bt – Ct (penyebut/bersifat –) yang

telah dipresent valuekan, yaitu biaya kotor > benefit kotor. Kriteria ini memberi

pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio > 1, dan begitu pula

sebaliknya bila suatu proyek member hasil Net B/C Ratio < 1, proyek tidak terima

(Pudjosumarto, 2002).

NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV

negatif yang diformulasikan Gray, et al (1997) :

𝑁𝑒𝑡 𝐵

𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =

𝐵𝑡 − 𝐶𝑡/ 1 + 𝑖 tnt=0

𝐶𝑡 − 𝐵𝑡nt=0 / 1 + 𝑖 t

𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0

atau NBCR adalah:

𝑁𝑒𝑡 𝐵

𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =

𝑁𝑃𝑉+

𝑁𝑃𝑉−

Keterangan:

Net B/C = Nilai Net Benefit Cost Ratio (Rp)

NPV+

= Nilai NPV yang bernilai positif (Rp)

NPV−

= Nilai NPV yang bernilai negatif (Rp)

dengan kriteria:

a. Net B/C ratio > 1 : Usaha layak untuk diusahakan (untung).

b. Net B/C ratio < 1 : Usaha tidak layak untuk diusahakan (rugi).

c. Net B/C ratio = 1 : Usaha tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan.

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

20

G.3 Internal Rate of Return (IRR)

Pada metode ini akan dihitung tingkat bunga. Tingkat bunga yang dihitung

merupakan tingkat bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak

menguntungkan dan tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga impas

ini, maka dapat dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of

return yang diinginkan. Jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila

sebalikanya maka investasi tidak menguntungkan. Misalnya IRR yang dihasilkan

oleh sebuah proyek adalah 25% yang berarti proyek ini akan menghasilkan

keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Bila rate of return yang diinginkan adalah

20%, maka proyek dapat diterima kelayakannya (Prabantoro, 2003).

IRR merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit

(penerimaan) yang telah dipresent valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah

dipresent valuekan sama dengan nol. Dengan demikian, IRR ini menunjukkan

kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns, atau tingkat keuntungan

yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini digunakan pedoman tingkat bunga

(i) yang berlaku, walaupun sebenarnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati

besarnya i tersebut. Kriteria investasi IRR ini memberikan pedoman bahwa

proyek akan dipilih apabila IRR > Social Discount Rate. Begitu pula sebaliknya,

jika diperoleh IRR < Social Discount Rate, maka proyek sebaiknya tidak

dijalankan (Pudjosumarto, 2002).

Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV

proyek sama dengan nol. Menurut Sucipto (2010), IRR dihitung dengan rumus:

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

21

𝐼𝑅𝑅 = i1 + 𝑁𝑃𝑉1

𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 i2 − i1

Keterangan:

IRR = Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal).

i1 = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati

nol.

NPV1 = Nilai NPV positif mendekati nol.

i2 = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati

nol.

NPV2 = Nilai NPV negatif mendekati nol.

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut

mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang

diinvestasikan dan mendapat keuntungan.

b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut

tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang

diinvestasikan dan mendapat kerugian.

c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut

tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang

diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan.

G.4 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu

analisa agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan-

keadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan

atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan

terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas digunakan untuk

mengetahui kepekaan usaha jahe instan terhadap perubahan-perubahan yang akan

terjadi. Data diolah dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis secara matematis

dengan merujuk pada aspek-aspek perhitungan analisis kelayakan finansial, yaitu

Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Payback Period, Incremental

Rate of Return (IRR), dan Rasio B/C (Kusuma, 2012).

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

22

Penetapan asumsi dilakukan untuk membantu pengolahan data, penetapan

Harga Pokok Produksi (HPP) dan pembuatan cash flow. Asumsi yang ditetapkan

meliputi jumlah hari kerja karyawan, harga jual produk, peningkatan kapasitas

produksi yang diharapkan, peningkatan harga bahan baku, dan umur proyek

(Idham, 2010).

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang berbagai usaha produk jahe dan kelayakan finansial juga

telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang bertujuan untuk

mengetahui perbandingan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan

dana, kemampuan proyek untuk membiayai dana tersebut dalam waktu yang

ditentukan. Hal ini dapat menjadi patokan untuk mengambil langkah, apakah

suatu proyek atau usaha masih layak dilakukan atau tidak.

Harisudin (2013) dengan judul penelitian “Perumusan Strategi Bersaing

Jahe Instan Produk CV. Intrafood Surakarta Menggunakan Perceptual Mapping”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi bersaing jahe instan produk CV.

Intrafood dan strategi bersaing yang dapat direkomendasikan untuk meraih

keberasilannya. Metode dasar yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Penentuan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive, yaitu CV.

Intrafood Surakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis Perceptual

Mapping. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa jahe instan produk CV

Intrafood berada pada peringkat kedua dari produk empat jahe instan yang

diperbandingkan. Atribut yang dapat dijadikan kekuatan utama dalam

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

23

meningkatkan pemasaran jahe instan produk CV. Intrafood adalah manfaat

produk. Sisi yang paling lemah adalah atribut desain kemasan dan kinerja produk

dalam kemasan.

Sangwan (2012) dengan judul penelitian “Nutritional composition of

ginger powder prepared using various drying methods”. Sebuah studi dilakukan

untuk mempersiapkan bubuk jahe menggunakan berbagai metode pengeringan

dan melakukan evaluasi gizi. Jahe (Zingiber officinale) dikeringkan menggunakan

naungan, surya, oven dan metode pengeringan microwave. Semua sampel di

giling untuk membuat bubuk halus. Analisis sensori menunjukkan bahwa

penerimaan dari semua jenis bubuk jahe berada di kisaran mulai dari sangat

menyukai hingga ke cukup menyukai oleh panelis. Skor yang diperoleh untuk

warna lebih tinggi adalah bubuk jahe kering di bawah naungan yaitu (8,20)

dibandingkan dengan kering oven (7,60), kering surya (7,70), dan bubuk jahe

kering microwave (7,80). kadar air berkisar antara 3,55% di bubuk jahe kering

surya hingga 3,78% bubuk jahe kering di bawah naungan. Konten lembab sedikit

lebih tinggi ditemukan di tempat bubuk jahe kering yang teduh. Protein, serat

kasar, lemak dan abu isi berkisar dari 5,02-5,82; 4,97-5,61; 0,76-0,90 dan 3,38-

3,66% masing-masing. Karotin dan asam askorbat ditemukan maksimum bubuk

jahe kering pada di bawah naungan yaitu, 0,81 mg / 100 g dan 3,83 mg / 100 g,

masing-masing. Konten polifenol hampir sama di semua sampel sedangkan

kalsium sedikit lebih tinggi di bawah naungan kering jahe bubuk yaitu, 69,21 mg /

100 g. Hasil menunjukkan bahwa bubuk jahe yang diolah dari berbagai metode

pengeringan memiliki profil sensorik dan gizi yang baik.

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

24

Ciba (2012) dengan judul penelitian “Processing of ginger & its medicinal

uses”. Jahe adalah tanaman rempah-rempah penting di dunia. Jahe biasanya

tersedia dalam tiga bentuk yang berbeda: jahe segar (hijau), jahe diawetkan dalam

air garam atau sirup, jahe kering atau bubuk jahe. pengolahan produk jahe

merupakan praktek penting dalam industri pengolahan makanan. Ada dua faktor

penting untuk dipertimbangkan saat memilih rimpang jahe untuk pengolahan,

yaitu tahap kematangan saat panen dan sifat asli dari jenis tumbuhan. Olahan

produk jahe terdiri dari roti jahe, minyak jahe, permen jahe, jahe mengkristal, jahe

bubuk, jahe dalam sirup, bubur jahe, dan oleoresin jahe. Jahe dapat ditemukan

dalam berbagai makanan dan minuman, jahe memainkan peran penting dalam

pengobatan Ayurveda India sebagai obat tradisional untuk mempromosikan

pembersihan tubuh melalui keringat, menenangkan mual dan untuk merangsang

nafsu makan.

Novi (2010) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Finansial

Pengolahan Produk Herbal Jahe Merah pada Home Industri Enam Putri Jakarta

Pusat” bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan jahe

merah instan serta menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha pengolahan jahe

merah terhadap perubahan-perubahan harga produk yang mungkin terjadi. Hasil

analisis kelayakan finansial dengan 100 % modal sendiri dinyatakan layak,

terbukti dengan nilai Net Present Value (NPV) yang positif pada diskon faktor 16

%, Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

(16 %), dan nilai Net B/C Ratio > 1, serta Payback Period yang relatif cepat.

Begitu pula hasil analisis kelayakan finansial dengan 80 % dan 50 % modal

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

25

sendiri. Secara keseluruhan, usaha pengolahan jahe merah instant di Home

Industri Enam Putri layak untuk dilaksanakan.

Alim (2001) dengan judul penelitian “Kajian Proses dan Analisa Finansial

Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga“. Analisis kelayakan

pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25 % menunjukkan nilai Net Present

Value (NPV) Rp 22.629.547, nilai Internal Rate of Return (IRR) 61,13 %, nilai

Net Benefit Cost Ratio (NBCR) sebesar 1,9, nilai Payback Period (PBP) adalah

0,62 tahun, sedangkan Break Event Point (BEP) produksinya akan tercapai pada

penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp 54.448.000. Hasil

analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikan biaya produksi sebesar 18 % dan

penurunan harga jual sampai 13 % proyek masih layak untuk dilaksanakan.

Dari hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun

persamaannya adalah pada penelitian terdahulu dan penelitian yang akan

dilakukan ini menggunakan sebagian alat atau metode analisis yang sama, yaitu

terdiri dari metode Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR),

Internal Rate of Return (IRR), dan Analisis Sensitivitas. Adapun Perbedaannya

antara lain terdapat pada objek dan lokasi penelitian.

I. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir merupakan proses yang harus dilakukan menurut susunan

serta menggunakan analisis data sesuai dengan keadaan yang ada. Penelitian ini

dilakukan untuk melihat bagaimana kelayakan secara finansial usaha jahe instan.

Dimana pada usaha jahe instan ini dimulai dari pemasukan input yang dalam

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

26

analisis finansial terdiri atas biaya-biaya yakni biaya investasi dan biaya

operasional, dalam usaha ini akan menghasilkan keluaran (output) berupa produk

jahe instan.

Selanjutnya dari hasil produksi akan dikalikan dengan harga sehingga

menjadi penerimaan (Benefit) bagi para petani. Dari hasil ini kemudian dikurangi

dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga diperoleh

pendapatan bersih (Net Benefit). Selanjutnya akan dilakukan suatu analisis

kelayakan secara finansial yang terdiri dari beberapa metode yakni Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) yang

disertakan dengan penggunaan Analisis Sensitivitas. Dari hasil pengolahan data

tersebut, akan menghasilkan data kelayakan secara finansial usaha jahe instan.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.

Usaha Jahe Instan

Proses Produksi

Biaya (Cost):

a. Biaya Investasi

b. Biaya Operasional

c.

Biaya Total

Harga

Penerimaan

(Benefit)

Pendapatan

(Net Benefit)

Kelayakan finansial usaha jahe

instan

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

27

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten

Konawe Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive

(sengaja) dengan pertimbangan bahwa Desa Abenggi merupakan satu-satunya

Desa yang mengolah tanaman jahe menjadi produk jahe instan di Konawe Selatan

yang masih berjalan. Selain itu, Desa Abenggi juga merupakan Desa binaan

Fakultas Pertanian yang masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Waktu

penelitian berlangsung selama Bulan Februari sampai dengan Bulan Mei 2016.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah usaha jahe instan Industri Rumah

Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe

Selatan. Penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel, karena penelitian

ini merupakan penelitian studi kasus dimana peneliti terfokus kepada satu

populasi dan sampel saja, sehingga peneliti menjadikan populasi sekaligus sebagai

sampel dalam penelitian ini.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden

penelitian dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan-

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

28

pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada responden untuk mendapatkan

jawaban, tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan pada instansi dan

sumber pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Survei, yaitu melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian khususnya

pada usaha jahe instan yang menjadi objek penelitian.

2. Wawancara, yaitu melakukan kegiatan tanya jawab dengan responden,

berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan lembar

kuesioner.

3. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literatur

yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Biaya-biaya dalam membuat usaha jahe instan meliputi:

- Biaya investasi, yaitu biaya pembelian peralatan dan bangunan.

- Biaya operasional, yaitu biaya pembelian bahan baku, bahan tambahan dan

bahan pendukung lainnya dalam pembuatan jahe instan.

2. Produksi dan harga produksi jahe instan.

3. Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit).

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

29

F. Analisis Data

Kelayakan finansial usaha jahe instan UKM Gerak Mandiri dapat diuji

dengan menggunakan metode analisis kelayakan sebagai berikut:

1. Metode Net Present Value (NPV)

NPV adalah untuk mengetahui nilai sekarang penerimaan bersih yang

diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Menurut Gray et al (1997), formulasi dari

NPV adalah:

𝑁𝑃𝑉 = 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡

(1 + 𝑖)𝑡

𝑡=𝑛

𝑖=0

Keterangan:

Bt = Penerimaan total pada tahun sekarang (Rp/tahun)

Ct = Biaya total pada tahun sekarang (tahun 2015) (Rp/tahun)

t = Tahun investasi (tahun 2007)

i = Suku bunga discount factor (7,00 %)

(Sumber : BI Rate)

dengan kriteria:

a. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe instan Industri Rumah

Tangga Gerak Mandiri menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

b. Ababila NPV bernilai negatif (-), maka usaha jahe instan Industri Rumah

Tangga Gerak Mandiri tidak menguntungkan dan tidak layak untuk

diusahakan.

2. Metode Net Benefit Cost Ratio (NBCR)

NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV

negatif yang diformulasikan Gray, et al (1997) :

𝑁𝑒𝑡 𝐵

𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =

𝐵𝑡 − 𝐶𝑡/ 1 + 𝑖 tnt=0

𝐶𝑡 − 𝐵𝑡nt=0 / 1 + 𝑖 t

𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

30

atau NBCR adalah:

𝑁𝑒𝑡 𝐵

𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =

𝑁𝑃𝑉+

𝑁𝑃𝑉−

Keterangan:

Net B/C = Nilai Net Benefit Cost Ratio (Rp)

NPV+

= Nilai NPV yang bernilai positif (Rp)

NPV−

= Nilai NPV yang bernilai negatif (Rp)

dengan kriteria:

a. Net B/C ratio > 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri layak untuk diusahakan (untung).

b. Net B/C ratio < 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri tidak layak untuk diusahakan (rugi).

c. Net B/C ratio = 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan.

3. Metode Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV

proyek sama dengan nol. Menurut Sucipto (2010), IRR dihitung dengan rumus:

𝐼𝑅𝑅 = i1 + 𝑁𝑃𝑉1

𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 i2 − i1

Keterangan:

IRR = Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal).

i1 = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati

nol.

NPV1 = Nilai NPV positif mendekati nol.

i2 = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati

nol.

NPV2 = Nilai NPV negatif mendekati nol.

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut

mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang

diinvestasikan dan mendapat keuntungan.

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

31

b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak

mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang

diinvestasikan dan mendapat kerugian.

c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak

mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang

diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan.

4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu

analisa agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan-

keadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan

atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan

terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas digunakan untuk

mengetahui kepekaan usaha jahe instan terhadap perubahan-perubahan yang akan

terjadi (Kusuma, 2012).

Variabel yang diteliti adalah perubahan menurunnya harga jual produk

jahe instan dan meningkatnya biaya operasional sementara yang lain tetap, yang

dikondisikan sebagai berikut:

1. Harga jual produk jahe instan menurun 8,36%.

2. Biaya operasional meningkat 8,36%.

Penentuan persentase sensitivitas ditentukan berdasarkan Laporan Inflasi

(Indeks Harga Konsumen) berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tertinggi

selama 3 Tahun terakhir.

G. Konsep Operasional

Konsep operasional merupakan pengertian, batasan dan ruang lingkup

penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

32

berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil pengamatan variabel yang

ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik/produsen usaha jahe instan di

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang memiliki pengetahuan tentang

usaha jahe instan.

2. Jahe instan adalah jahe yang telah diolah dan diberikan perlakuan sedemikian

rupa dengan melalui beberapa tahap, yang kemudian dikemas menjadi jahe

siap saji.

3. Biaya investasi adalah jumlah biaya awal yang digunakan dalam pelaksanaan

usaha jahe instan baik berupa uang maupun bangunan, peralatan serta

investasi lainnya yang sifatnya jangka panjang (Rp/tahun).

4. Bangunan adalah tempat yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha

khususnya digunakan pada saat proses pembuatan jahe instan.

5. Peralatan adalah semua alat yang digunakan dalam pembuatan jahe instan,

yang sifatnya tidak habis satu kali pakai atau jangka panjang.

6. Pemarut adalah alat yang digunakan untuk memarut jahe.

7. Kompor adalah alat yang digunakan untuk memasak jahe.

8. Wajan adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung sari jahe

sebelum dimasak.

9. Sendok kayu adalah alat yang digunakan untuk mengaduk sari jahe selama

proses pemasakan sebelum jahe mengkristal.

10. Sutil aluminium adalah alat yang digunakan untuk mengaduk jahe yang telah

mengkristal.

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

33

11. Pisau adalah alat yang digunakan untuk mengupas jahe.

12. Baskom adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung jahe

yang telah dikupas serta jahe yang telah dimasak

13. Kain penyaring adalah alat yang digunakan untuk memisahkan jahe yang telah

diparut, untuk mendapatkan sari jahe.

14. Saringan tepung adalah alat yang digunakan untuk memisahkan jahe yang

telah mengkristal, untuk mendapatkan bubuk jahe yang lebih halus.

15. Talang adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung jahe

yang telah diparut.

16. Biaya operasional adalah nilai input untuk melaksanakan proses produksi

dalam usaha jahe instan yang terdiri atas biaya pembelian bahan-bahan atau

peralatan tambahan dalam pembuatan jahe instan, upah tenaga kerja dan lain

sebagainya (Rp/tahun).

17. Produksi jahe instan adalah jumlah jahe instan yang dihasilkan atau diproduksi

yang diukur dalam satuan Kilogram per tahun (Kg/tahun).

18. Harga output adalah harga jahe instan pada saat produksi yang diukur dalam

rupiah per Kilogram (Rp/Kg).

19. Penerimaan (Benefit) adalah hasil perkalian antara jumlah jahe instan yang

diproduksi dengan harga jahe instan yang dipasarkan, yang dinyatakan dalam

satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).

20. Pendapatan (Net Benefit) adalah selisih antara penerimaan dengan biaya

produksi usaha jahe instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per tahun

(Rp/tahun).

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

34

21. Discount factor adalah faktor pemotongan yang didasarkan pada tingkat bunga

bank yang berlaku, dinyatakan dalam persen (%) yaitu 7,00 %.

22. Analisis kelayakan usaha adalah suatu analisa yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kelayakan dari usaha jahe instan yaitu NPV, NBCR, IRR

dan Analisis Sensitivitas.

23. Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih sekarang dari sejumlah uang

yang diterima atau dikeluarkan pada waktu yang akan datang berdasarkan

besarnya persen discount factor.

24. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) adalah perbandingan antara jumlah NPV

positif dengan NPV negatif.

25. Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan

bahwa NPV sama dengan seluruh biaya investasi proyek yang dinyatakan

dalam persen (%).

26. Analisis sensitivitas adalah pengujian untuk mengetahui sampai sejauh mana

usaha jahe instan mampu bertahan atau layak terhadap perubahan-perubahan

naik turunnya biaya maupun harga jual produk jahe instan.

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian merupakan gambaran atau penjelasan

singkat secara umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan luas wilayah,

keadaan iklim serta keadaan demografi lokasi penelitian.

A.1 Letak dan Luas Wilayah

Secara administratif, Desa Abenggi berada dalam wilayah pemerintahan

Kecamatan Landono. Desa Abenggi terletak di sebelah utara pusat pemerintahan

Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan, dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Landono II

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Watabenua

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Watabenua

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talimbinga

Desa Abenggi merupakan wilayah dataran yang memiliki luas wilayah

secara keseluruhan seluas 2.860 ha atau ± 3,5 km2

atau 2,6% dari total luas

wilayah Kecamatan Landono yaitu sebesar 125,9 km2. Desa Abenggi memiliki 4

(empat) dusun yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun.

A.2 Keadaan Iklim dan Topografi

Sebagaimana halnya dengan daerah lain di Indonesia pada umumnya dan

Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya yang dikenal dengan iklim tropis, maka

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

36

Desa Abenggi juga termasuk di dalamnya. Tinggi rendahnya suhu udara pada

suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut

dari permukaan air laut. Semakin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan air

laut akan semakin rendah suhu udara begitupun sebaliknya. Secara keseluruhan,

Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah yang beriklim tropis. Berdasarkan

data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2014

suhu udara maksimum 32ºC dan minimum 23ºC. tekanan udara rata-rata 1.008,6

milibar dengan kelembaban udara rata-rata 83 %. Kecepatan angin pada umumnya

berjalan normal yaitu sekitar 3 m/sec.

Desa Abenggi memiliki topografi dataran yang berbukit-bukit dengan

ketinggian 176 m dpl. Secara hidrologi, Desa Abenggi memiliki irigasi pengairan

teknis sepanjang 3 Km dengan tingkat kemungkinan rawan banjir. Tanaman jahe

membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi, yaitu antara 2.500 – 4.000

mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan

sinar matahari, dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang

terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum

untuk budidaya tanaman jahe adalah antara 20-35°C. Jahe tumbuh baik di daerah

tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 – 2.000 m dpl. Di Indonesia pada

umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.

A.3 Keadaan Demografi

Keadaan demografi atau penduduk Desa Abenggi dikelompokkan

berdasarkan umur dan jenis kelamin, berdasarkan mata pencaharian, dan jumlah

penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

37

A.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk berdasarkan umur yaitu penggolongan penduduk

berdasarkan usia, sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang termasuk

dalam usia produktif dan tidak produktif. Jumlah penduduk di Desa Abenggi

Tahun 2016 berjumlah 643 jiwa yang terdiri atas 319 jiwa laki-laki dan 324 jiwa

perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 189 KK. Jumlah penduduk

Desa Abenggi berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

No. Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(Tahun) Laki-laki Perempuan (Jiwa) (%)

1. 0-14 80 86 166 25,81

2. 15-54 195 173 368 57,23

3. 55 Ke atas 44 65 109 16,96

Jumlah 319 324 643 100,00

Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi, 2016)

Menurut Soeharjo dan Patong (1984), penduduk diklasifikasikan sebagai

usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-54 tahun), dan usia tidak

produktif (lebih dari 55 tahun). Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa sebagian

besar penduduk yang ada di Desa Abenggi termasuk dalam usia produktif yaitu

berjumlah 368 jiwa (57,23). Hal ini berarti penduduk yang berjumlah 368 jiwa

tersebut menanggung beban tanggungan penduduk yang termasuk dalam usia

belum produktif dan tidak produktif yaitu berjumlah 275 jiwa (42,77).

Penduduk dengan usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih

kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Selain itu, penduduk dengan usia

produktif masih memungkinkan memiliki keinginan untuk meningkatkan

keterampilan dan pengetahuannya, tak terkecuali dalam mengelola usaha jahe

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

38

instan ini. Secara tidak langsung, dengan meningkatnya keterampilan dan

pengetahuan penduduk dapat mempengaruhi produksi sehingga pendapatannya

juga dapat bertambah.

A.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Secara keseluruhan, penduduk Desa Abenggi memiliki tingkat pendidikan

yang berbeda-beda. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

(Jiwa) (%)

1. Tidak Sekolah 27 4,20

2. Belum Sekolah 8 1,24

3. Taman Kanak-kanak (TK) 15 2,33

4. Sekolah Dasar (SD) 219 34,06

5. Tamat SD 182 28,30

6. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 61 9,49

7. Tamat SMP 48 7,47

8. Sekolah Menengah Atas (SMA) 43 6,69

9. Tamat SMA 35 5,44

10. Diploma/Sarjana 5 0,78

Jumlah 643 100,00

Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi,2016)

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa penduduk Desa Abenggi sebagian

besar menempuh pendidikan di bangku sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 219

jiwa (34,06 %). Meskipun jumlah penduduk yang menempuh perguruan tinggi

lebih sedikit yaitu berjumlah 5 jiwa (0,78), akan tetapi Desa Abenggi memiliki

banyak sumber daya manusia yang akan menjadi generasi mendatang.

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

39

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pola pikir dan mempengaruhi

kecepatan adopsi suatu teknologi. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kualitas dan kemampuan penduduk

atau sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah mampu mengadopsi suatu

teknologi yang ada. Kemampuan sumber daya manusia dalam mengembangkan

pola pikir dan mengadopsi teknologi ini tentu dapat membantu mengembangkan

usaha jahe instan yang ada di Desa Abenggi, agar usaha ini dapat terus berjalan

dan mampu meningkatkan pendapatan para pelaku usaha untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

A.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Secara umum, penduduk di Desa Abenggi bermata pencaharian di sektor

pertanian. Namun demikian, penduduknya memiliki mata pencaharian yang

bervariasi mulai dari Petani, Buruh Tani, PNS, Karyawan Swasta dan lain

sebagainya. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan mata pencaharian dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Jenis Jumlah Persentase

Mata Pencaharian (Jiwa) (%)

1. Petani 187 83,11

2. Buruh Tani 8 3,56

3. PNS 3 1,33

4. TNI/POLRI 2 0,89

5. Karyawan Swasta 3 1,33

6. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 22 9,78

Jumlah 225 100,00

Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi,2016)

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

40

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa penduduk Desa Abenggi sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani yaitu berjumlah 187 jiwa (83,11 %).

Semua jenis mata pencaharian tersebut merupakan sarana untuk memperoleh

pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di Desa Abenggi. Mata

pencaharian merupakan unsur penting dalam menunjang kehidupan ekonomi

manusia karena dengan adanya mata pencaharian tersebut dapat menjadi sarana

untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata

pencaharian di suatu wilayah tergantung dari potensi sumber daya alam,

keterampilan serta tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing

penduduk di wilayah tersebut.

B. Gambaran Umum Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri terbentuk atas dasar inisiatif dari

para ibu rumah tangga yang telah terbentuk sejak tahun 2007, dengan tujuan agar

selain menjadi ibu rumah tangga, mereka juga memiliki usaha sendiri sehingga

dapat menambah penghasilan keluarga. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

sudah memiliki izin usaha berupa izin industri pangan yang disebut juga dengan

P-IRT. P-IRT adalah kepanjangan dari Pangan Industri Rumah Tangga. P-IRT

dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melalui Dinas

Kesehatan (Dinkes). Nomor P-IRT usaha jahe instan Industri Rumah Tangga

Gerak Mandiri dikeluarkan pada Tahun 2008 dengan Nomor Depkes RI: P-IRT

No. 214740502008. Nomor P-IRT ini diperbaharui setiap Tahunnya, namun

karena usaha jahe instan ini tidak berjalan dengan lancar, sehingga mereka tidak

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

41

pernah memperbaharui Nomor P-IRT nya. Meskipun demikian, Nomor P-IRT

Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi masih

terdaftar di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sampai saat ini.

Sertifikat P-IRT adalah izin edar produk pangan olahan yang diproduksi

oleh Industri Rumah Tangga untuk dipasarkan secara lokal. Izin P-IRT hanya

untuk produk pangan olahan dengan tingkat risiko yang rendah. P-IRT penting

sebagai jaminan bahwa usaha makanan atau minuman rumahan yang dijual

memenuhi standar keamanan makanan. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

pada awalnya terdiri dari 20 orang anggota kelompok, namun seiring berjalannya

waktu jumlah anggota kelompok tersebut terus berkurang karena beberapa alasan.

Sampai saat ini, jumlah anggota kelompok Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

yang tersisa yaitu 15 orang anggota, bertempat di Desa Abenggi Kecamatan

Landono Kabupaten Konawe Selatan.

Jenis produk yang diproduksi Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri pada

tahun 2007 adalah Virgin Cocunut Oil (VCO) dan Nata De Coco, kemudian hasil

dari penjualannya dijadikan sebagai modal untuk membuat jahe instan dan

sarabba instan. Sampai saat ini, Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri hanya

memproduksi jahe instan dan jumlah produksinya disesuaikan dengan jumlah

pesanan. Akibatnya, waktu produksinya pun harus mengikuti waktu pemesanan,

sehingga proses produksi usaha jahe instan ini tidak continue atau tidak

berkesinambungan dari tahun ke tahunnya.

Selain jumlah dan waktu produksi, Harga produk jahe instan ini juga tidak

pernah berubah dari awal produksi hingga sekarang. Berdasarkan hasil wawancara

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

42

di lapangan, penyebab harga produk jahe instan ini tidak pernah berubah dari

tahun ke tahun adalah agar konsumen mereka tidak berkurang dan bahkan mereka

berharap konsumennya dapat bertambah. Selain itu, salah satu kendala yang

mereka hadapi adalah, tidak adanya tempat pemasaran bagi produk jahe instan ini

yang sifatnya menetap dan dengan jumlah yang besar, sehingga usaha ini lagi-lagi

hanya bergantung pada pemesanan saja. Instansi yang biasanya melakukan

pemesanan jahe instan diantaranya adalah Dinas Pemberdayaan dan KB

Kabupaten Konawe Selatan, serta Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa (BPMD) Provinsi Sulawesi Tenggara.

Langkah-langkah proses pembuatan jahe instan adalah sebagai berikut:

- Mengupas terlebih dahulu kulit jahe kemudian mencuci bersih jahe yang telah

dikupas tersebut.

- Memarut jahe menggunakan mesin pemarut/parut manual, setelah itu memeras

jahe menggunakan kain penyaring sampai benar-benar tidak ada ampas,

dengan tujuan untuk mendapatkan sari jahe.

- Mendiamkan atau mengendapkan sari jahe yang telah disaring selama 30-40

menit.

- Menyiapkan kompor lalu memanaskan wajan ukuran besar.

- Menuangkan sari jahe kedalam wajan yang telah dipanaskan dan sisakan

endapannya kemudian aduk rata sari jahe tersebut selama 30 menit.

- Menuangkan 1 kg gula pasir dan menyisihkan ¼ kg.

- Mengaduk sari jahe sampai merata dan terus menerus sampai berbentuk kristal

kira-kira selama 2 jam. Setelah berbentuk kristal, angkat dan dinginkan.

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

43

- Setelah dingin, kristal jahe tersebut di pisah-pisahkan menggunakan sutil

aluminium, kemudian di blender agar menjadi bubuk yang halus.

- Memisahkan bagian kristal jahe yang kasar dan yang halus dengan

menggunakan saringan tepung.

- menambahkan ¼ kg gula pasir yang telah disisihkan sebelumnya.

- Jahe siap untuk dikemas dan disajikan dengan takaran 2 sdm/gelas atau dapat

disesuaikan dengan pesanan, untuk menambah cita rasa yang lain, dapat

ditambahkan dengan susu maupun teh.

Berdasarkan hasil wawancara, proses pembuatan jahe instan dapat dilihat

seperti pada Gambar 2.

Jahe

Pengupasan dan pencucian jahe

Proses pemarutan dan penyaringan jahe dengan kain penyaring

Pengendapan/mengendapkan jahe yang sudah disaring selama 30-40 menit

Proses pemasakan sari jahe

Penambahan gula pasir

Penyaringan kristal jahe dengan menggunakan saringan tepung

Pengemasan

Pemasaran jahe (jahe instan siap jual)

Gambar 2. Proses Produksi Jahe Instan

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

44

C. Kelayakan Finansial Usaha

Kelayakan finansial usaha dalam penelitan ini dihitung berdasarkan biaya

produksi, jumlah produksi dan harga produksi, penerimaan (Benefit), pendapatan

(Net Benefit) dan R/C ratio. Selanjutnya, dianalisis dengan menggunakan analisis

Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of

Return (IRR) dan Sensitivitas Usaha.

C.1 Biaya Produksi

Biaya produksi dalam usaha jahe instan ini terdiri dari dua macam biaya

yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah jumlah biaya

awal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha jahe instan baik berupa uang,

bangunan, peralatan dan investasi lainnya yang sifatnya jangka panjang yang

dinyatakan dalam satuan Rupiah/Tahun. Rincian biaya investasi pada usaha jahe

instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri di Desa Abenggi Tahun ke-0 (2007)

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

1. Bangunan 1 Unit 2,934,000 2,934,000

2. Peralatan:

a. Pemarut 3 Buah 10,000 30,000

b. Kompor 2 Buah 320,000 640,000

c. Wajan 2 Buah 50,000 100,000

d. Sendok Kayu 3 Buah 5,000 15,000

e. Sutil Aluminium 3 Buah 10,000 30,000

f. Pisau 5 Buah 5,000 25,000

g. Baskom 3 Buah 7,000 21,000

h. Kain Penyaring 1 Meter 7,000 7,000

i. Saringan Tepung 2 Buah 3,000 6,000

j. Talang 3 Buah 7,000 21,000

Total 3,829,000

Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

45

Tabel 4 menunjukkan bahwa total biaya investasi sebesar Rp 3.829.000,-.

Hal ini dikarenakan biaya bangunan sebesar 2.934.000,- yang merupakan biaya

investasi terbesar yang digunakan. Bangunan merupakan tempat untuk

menjalankan suatu usaha khususnya pada pembuatan jahe instan, meskipun

sesekali mereka membuat jahe instan di dalam rumah. Setelah itu, biaya investasi

terbesar yang kedua yaitu kompor sebesar Rp 640.000,-. Kompor merupakan

salah satu alat yang sangat penting, dimana kompor ini digunakan sebagai alat

untuk memasak jahe dalam proses pengolahan jahe instan. Selanjutnya, biaya

investasi terkecil yaitu pembelian saringan tepung sebesar Rp 6.000,-, kemudian

menyusul kain penyaring dengan harga sebesar Rp 7.000,-, meski memiliki nilai

yang paling kecil, namun saringan tepung dan kain penyaring juga memiliki

peranan yang penting dalam proses pengolahan jahe instan.

Jenis investasi lainnya berupa peralatan, yaitu mesin pemarut. Pengadaan

mesin pemarut ini diperoleh pada tahun 2011 dari hasil penjualan jahe instan itu

sendiri dengan tujuan agar pembuatan jahe instan tidak lagi menggunakan

pemarut manual. Selain itu, pada Tahun 2013 ada pula jenis investasi yang

diperoleh dari bantuan pemerintah yaitu berupa mesin press serta pembungkus

atau kemasan.

Biaya operasional adalah nilai korbanan (input) untuk melaksanakan

proses produksi dalam usaha jahe instan yang terdiri atas biaya bahan baku dan

biaya sarana produksi yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/Tahun. Biaya ini

merupakan biaya yang nantinya akan dikeluarkan setiap tahun untuk keperluan

biaya operasi usaha jahe instan. Biaya operasional dalam usaha jahe instan ini

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

46

tidak menentu atau tidak selalu sama untuk tiap tahunnya, hal ini dikarenakan

jumlah jahe instan yang diproduksi disesuaikan dengan jumlah pesanan setiap

tahunnya. Biaya operasional yang dikeluarkan dalam usaha jahe instan pada

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rincian Biaya Operasional Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga

Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 (2008-2015)

Komponen Biaya Total Biaya Tahun ke- (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Bahan Baku:

Jahe 15,000 308,000 18,000 24,000 60,000 162,000 20,000 85,000

Gula Pasir 21,000 72,000 22,000 24,000 60,000 108,000 78,000 75,000

Bahan Penolong:

Minyak Tanah 8,000 90,000 5,000 5,000 18,000 42,000 40,000 30,000

Kertas Label 1,500 42,000 1,000 1,000 2,500 4,500 3,000 2,500

Plastik/Pembungkus 252 7,056 168 168 420 22,500 15,000 12,500

Bensin 32,500 42,000 18,000 19,500 19,500 26,000 37,500 27,600

Total 78,252 1,161,056 64,168 73,668 160,420 365,000 293,500 232,600

Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)

Tabel 5 menunjukkan bahwa total biaya operasional terbesar yang

dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk produksi jahe instan dalam satu tahun yaitu

terdapat pada tahun ke-2 (2009) yaitu sebesar Rp 1.161.056,-, sedangkan biaya

operasional terkecil yang dikeluarkan untuk produksi jahe instan dalam satu tahun

terdapat pada tahun ke-3 (2010) yaitu sebesar Rp 64.168,-. Perbedaan total biaya

operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya ini dipengaruhi oleh perbedaan

jumlah produksi dan perbedaan harga setiap komponen biaya. Rincian biaya

operasional Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

47

C.2 Produksi dan Harga Produksi

Produksi merupakan hasil akhir yang diperoleh dari proses pengolahan

jahe instan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). Jumlah jahe instan yang

diproduksi oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak selalu sama untuk

tiap tahunnya, hal ini dikarenakan jumlah jahe instan yang diproduksi masih

disesuaikan dengan jumlah pesanan. Adapun rincian produksi jahe instan Industri

Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produksi Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di

Desa Abenggi

Tahun ke- Produksi (Kg/Tahun)

1 (2008) 3

2 (2009) 84

3 (2010) 2

4 (2011) 3

5 (2012) 5

6 (2013) 9

7 (2014) 6

8 (2015) 5

Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah produksi jahe instan yang tertinggi

adalah pada tahun ke-2 yaitu 84 Kg dan produksi jahe instan yang terendah adalah

pada tahun ke-3 yaitu 2 Kg saja. Hal ini tidak lain karena dipengaruhi oleh

seberapa besar jumlah permintaan konsumen untuk tiap tahunnya. Industri Rumah

Tangga Gerak Mandiri hanya memproduksi jahe instan sesuai dengan jumlah

permintaan atau pesanan saja, karena belum adanya tempat untuk memasarkan

produk jahe instan yang mereka buat, sehingga jumlah produksi dari tahun ke-1

hingga tahun ke-8 itu berbeda.

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

48

Harga produksi adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi jahe

instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Kg). Harga jahe instan yang

ditawarkan oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri kepada konsumen adalah

senilai Rp 60.000,-/Kg.

C.3 Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit)

Penerimaan (Benefit) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah

produksi jahe instan yang dikalikan dengan harga jahe instan yang diberikan

kepada konsumen, yang nantinya akan diterima oleh Industri Rumah Tangga

Gerak Mandiri yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Tahun). Adapun rincian

besarnya penerimaan usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan Usaha Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri di Desa Abenggi

Tahun

ke-

Jumlah Produksi Harga Produk Penerimaan (Benefit)

(Kg/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)

1 (2008) 3 60,000 180,000

2 (2009) 84 60,000 5,040,000

3 (2010) 2 60,000 120,000

4 (2011) 3 60,000 180,000

5 (2012) 5 60,000 300,000

6 (2013) 9 60,000 540,000

7 (2014) 6 60,000 360,000

8 (2015) 5 60,000 300,000

Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)

Tabel 7 menunjukkan bahwa setiap tahunnya jumlah penerimaan dari

usaha jahe instan yang diperoleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak

selalu sama, hal ini dikarenakan jumlah produksi setiap tahunnya juga tidak selalu

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

49

sama. Penerimaan tertinggi yang diperoleh adalah pada tahun ke-2, dimana pada

tahun ke-2 (2009) ini Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri memproduksi jahe

instan sebesar 84 Kg dengan harga per kilogram sebesar Rp 60.000,- sehingga

memberikan penerimaan sebesar Rp 5.040.000,-. Penerimaan terendah yang

diperoleh adalah pada tahun ke-3, dimana pada tahun ini (Tahun 2010) Industri

Rumah Tangga Gerak Mandiri hanya memproduksi jahe instan sebesar 2 Kg saja

dengan harga per kilogram sebesar Rp 60.000,- sehingga memberikan penerimaan

sebesar Rp 120.000,-.

Pendapatan (Net Benefit) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

jumlah penerimaan jahe instan yang dikurangi dengan jumlah biaya yang telah

dikeluarkan oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dalam memproduksi jahe

instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/tahun). Adapun rincian besarnya

pendapatan usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat

pada Lampiran 7.

C.4 Analisis Net Present Value (NPV)

Analisis Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui

penerimaan bersih sekarang yang diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Data

yang digunakan untuk menghitung NPV usaha jahe instan adalah data biaya (cost)

dan penerimaan (Benefit) pada tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-8 yang

disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Present Value (NPV),

diperoleh nilai NPV pada discount factor (df) 7% sebesar Rp 77.576,- sampai

usaha jahe instan ini berjalan selama 8 tahun. Hasil perhitungan ini menunjukkan

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

50

bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi

layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai Net Present Value (NPV)

yang diperoleh adalah positif (+), sebagaimana yang telah disebutkan dalam

kriteria penilaian NPV. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe instan

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri menguntungkan dan layak untuk

diusahakan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diharapkan agar usaha jahe instan

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi dapat terus berjalan dan

lebih dikembangkan lagi, mengingat nilai Net Present Value (NPV) yang

diperoleh tergolong tidak begitu besar yaitu Rp 77.576,-, untuk lebih jelasnya

perhitungan analisis Net Present Value (NPV) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan

Lampiran 11.

C.5 Analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR)

Analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) merupakan suatu analisis yang

membandingkan antara NPV positif dengan NPV negatif. Net Benefit Cost Ratio

(NBCR) digunakan untuk mengetahui perbandingan antara nilai manfaat sekarang

pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 7%.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR)

pada discount factor 7%, diperoleh nilai NBCR sebesar 1,02. Hasil perhitungan

ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai yang

diperoleh lebih besar dari satu (NBCR > 1), sebagaimana yang telah disebutkan

dalam kriteria penilaian NBCR. Apabila Net B/C ratio > 1 maka usaha jahe instan

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

51

layak untuk diusahakan (untung), oleh karena itu diharapkan agar usaha jahe

instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi lebih ditingkatkan

karena lagi-lagi mengingat bahwa nilai yang diperoleh dari Net Benefit Cost Ratio

(NBCR) ini tidak begitu besar yaitu 1,02 saja, untuk lebih jelasnya perhitungan

analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan

Lampiran 11.

C.6 Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Analisis Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengetahui

sampai sejauh mana suatu usaha mampu mengembalikan sejumlah modal yang

diinvestasikan dari usaha jahe instan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis

Internal Rate of Return (IRR), diperoleh nilai IRR sebesar 7,92%. Hasil

perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga

Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena

tingkat pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga

yang berlaku yaitu 7%, sebagaimana yang telah disebutkan dalam kriteria

penilaian IRR. Apabila IRR > bunga pinjaman bank, maka diterima. Diterima

artinya usaha jahe instan layak untuk diusahakan.

Berdasarkan uraian di atas, dengan melihat nilai IRR yang diperoleh maka

diharapkan kepada pihak lembaga keuangan bisa mempertimbangkan usaha ini

dalam penyaluran bantuan kredit, meskipun peningkatannya tidak tergolong besar

yaitu 7,92%, untuk lebih jelasnya perhitungan analisis Internal Rate of Return

(IRR) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 11.

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

52

C.7 Sensitivitas Usaha

Sensitivitas usaha digunakan untuk melihat sejauh mana usaha jahe instan

mampu bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan-

keadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan

atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan

terjadi di waktu yang akan datang.

Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menurunkan harga jual produk sebesar 1,3% dan meningkatkan biaya operasional

sebesar 4,1% dan yang lain dianggap tetap. Penentuan persentase sensitivitas tidak

dilihat dari nilai inflasi yang berlaku yaitu 8,36% (Laporan Inflasi Indeks Harga

Konsumen berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tertinggi selama 3 Tahun

terakhir). Apabila kita melihat atau mengacu pada nilai inflasi yang berlaku, maka

pada tingkat inflasi tersebut usaha jahe instan ini sudah tidak menguntungkan dan

tidak layak untuk dikembangkan. Oleh karena itu, persentase sensitivitas ini

diperoleh dari hasil perhitungan kelayakan finansial, sampai dimana usaha jahe

instan ini mampu bertahan. untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan analisis

sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 12 dan

Lampiran 13.

Analisis sensitivitas pada kondisi harga jual produk jahe instan menurun

sebesar 1,3% dengan discount factor 7%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.460,-.

Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah

Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan,

karena nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

53

adalah sebesar 1,00. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan

Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial

untuk diusahakan, namun tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan, karena

NBCR = 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 7,03%. Hasil perhitungan ini

menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di

Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena tingkat

pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang

berlaku yaitu 7%. Analisis sensitivitas usaha jahe instan dengan menurunkan

harga jual produk jahe instan sebesar 1,3% dapat dilihat pada Lampiran 9 dan

Lampiran 12.

Analisis sensitivitas pada kondisi biaya operasional meningkat sebesar

4,1% dengan discount factor 7%, diperoleh NPV sebesar Rp 842,-. Hasil

perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga

Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena

nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh adalah

sebesar 1,00. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri

Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk

diusahakan, namun tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan, karena

NBCR = 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 7,01%. Hasil perhitungan ini

menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di

Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena tingkat

pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

54

berlaku yaitu 7%. Analisis sensitivitas usaha jahe instan dengan meningkatkan

biaya operasional sebesar 4,1% dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 13.

Secara umum usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini

layak secara finansial untuk diusahakan. Dilihat dari hasil perhitungannya

meskipun usaha jahe instan ini layak secara finansial, namun usaha ini juga

memiliki sensitivitas yang tidak begitu tinggi, serta tingkat kecenderungan

kelayakannya yang juga masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil

yang diperoleh dari perhitungan analasis NPV, NBCR, IRR dan sensitivitasnya.

Kasmir dan Jakfar (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kedalaman studi kelayakan antara lain: (a) Jumlah dana yang

ditanamkan, (b) Ketidakpastian estimasi usaha pada masa yang akan datang, dan

(c) Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi usaha.

C.8 Perhitungan R/C Ratio

Menutut Hartati dan Mulyani (2009) R/C ratio merupakan perbandingan

antara penerimaan dan biaya. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan

bahwa usaha yang dilakukan oleh pengrajin atau perusahaan layak untuk

diusahakan.

R/C Ratio dapat dihubungkan dengan efisiensi biaya, ada beberapa definisi

efisiensi. Efisiensi dalam pekerjaan merupakan perbandingan yang terbaik suatu

pekerjaan dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Perbandingan

tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu:

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

55

a. Segi hasil : Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien, apabila dengan usaha

tertentu dapat diperoleh hasil yang maksimal, baik dalam hal kualitas maupun

kuantitasnya.

a. Segi usaha : Suatu pekerjaan disebut efisien, jika hasil tertentu dapat dicapai

dengan usaha yang minimal.

Efisiensi merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha

dan hasil yang dicapai. Efisien atau tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar

kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang

diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha

biasanya ditentukan dengan menghitung revenue cost ratio, yaitu imbangan antara

hasil usaha dengan total biaya produksinya (Soekartawi, 2002). Perhitungan R/C

ratio usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi

dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Perhitungan R/C ratio Usaha Jahe Instan

Tahun ke- Penerimaan

Total Biaya R/C Ratio (Benefit)

1 (2008) 180,000 78,252 2.30

2 (2009) 5,040,000 1,161,056 4.34

3 (2010) 120,000 64,168 1.87

4 (2011) 180,000 73,668 2.44

5 (2012) 300,000 160,420 1.87

6 (2013) 540,000 365,000 1.48

7 (2014) 360,000 293,500 1.23

8 (2015) 300,000 232,600 1.29

Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)

Tabel 8 menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga

Gerak Mandiri di Desa Abenggi, layak untuk diusahakan. Hal ini berdasarkan

hasil perhitungan R/C ratio yang lebih besar dari satu (R/C ratio > 1), maka usaha

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

56

tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. R/C ratio > 1 menunjukkan

bahwa penggunaan biaya pada usaha jahe instan ini tergolong menguntungkan

dan efisien. Selain itu, R/C ratio > 1 ini juga menunjukkan bahwa usaha jahe

instan ini layak dan berpotensi untuk dikembangkan. Tingginya nilai R/C ratio

disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga komoditi yang sangat

berpengaruh terhadap penerimaan petani sebagai pengusaha. Pengembangan

usaha untuk jangka panjang biasanya menggunakan modal pinjaman, namun

berdasarkan perhitungan analisis kelayakan menggunakan analisis Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) dan

analisis sensitivitas, usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini

hampir mengalami ketidaklayakan, atau dengan kata lain tingkat kelayakannya

tidak begitu besar. Keadaan ini bisa saja dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya

jumlah produksi yang tidak menentu, harga produk yang tidak pernah berubah,

biaya-biaya yang dikeluarkan, pemasaran produk serta motivasi pelaku usaha

yang masih perlu ditingkatkan.

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

57

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis kelayakan finansial usaha

jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi, maka dapat

disimpulkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di

Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan, layak secara

finansial untuk diusahakan. Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri ini hanya layak diusahakan hingga 1,3% penurunan harga produk jahe

instan dan 4,1% kenaikan biaya operasional.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan dengan melihat kondisi dan analisis kelayakan

finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa

Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai berikut:

1. Bagi pelaku usaha dalam hal ini kelompok Industri Rumah Tangga Gerak

Mandiri Desa Abenggi, agar lebih meningkatkan jumlah produksi, serta selalu

memperhatikan peningkatan dan penurunan harga dari produksi maupun harga

dari biaya operasional, sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan dalam

menjalankan usaha.

2. Bagi Pemerintah, diharapkan agar selalu memperhatikan Usaha Industri

Rumah Tangga khususnya dalam hal permodalan, pemasaran serta sarana dan

prasarana untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu pemerintah seharusnya lebih memperhatikan usaha kecil yang

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

58

mengolah produk pertanian yang mampu menghasilkan nilai tambah, seperti

usaha jahe instan ini dan lain sebagainya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, agar lebih memperdalam kajian tentang kelayakan

finansial, misalnya menganalisis faktor-faktor penyebab ketidakkontinuannya,

motivasi pelaku usaha jahe instan dalam menjalankan usaha, serta risiko dan

ketidakpastian pada usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

ini, sehingga dapat diketahui secara menyeluruh tentang studi kelayakan suatu

usaha khususnya dalam bidang pertanian.

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

59

DAFTAR PUSTAKA

Alim, A.S., 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Bubuk Jahe

Pada Industri Skala Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ardana, K.B., Pramudya, M.H dan Tambunan, A.H.. 2008. Pengembangan

tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) mendukung kawasan

mandiri energi di Nusa Penida, Bali. Jurnal Littri. Vol. 14. No. 2.

Halaman: 155-161.

Balittro,. 2008. Budidaya Organik Tanaman Jahe. Zingiber officinale Rosc.

Bogor.

Belkaoui, A.R. 2000. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Alih Bahasa Marwata S.E.,

Akt, Salemba Empat. Jakarta.

Bilas, A.R. 1994. Micro Economics Theory. Mc.Graw-Hill, International Book

Company.

Ciba, C. 2012. Processing of ginger & its medicinal uses. Agricultural University.

Hyderabad International Convention Centre. Tamil Nadu Agricultural

University. India. Jurnal Food Process Technol Vol. 3. No. 10. Halaman:

143-149.

Gray, C., P, Simanjuntak, K.L. Sabur dan Maspaitella, P.F.L. 1997. Pengantar

Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Halim, A. 2003. Auditing 1 Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Unit Penerbit

dan Percetakan AMP YKPN. Jakarta.

Harisudin, M., Widiyanti, E., dan Suharyati, A. 2013. Perumusan Strategi

Bersaing Jahe Instan Produk CV. Intrafood Surakarta Menggunakan

Perceptual Mapping. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS.

Surakarta.

Hartati, A. dan Mulyani, A. 2009. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara (Virgin

Coconut Oil/VCO) di Kabupaten Cilacap. Jurnal Agroland Vol. 16. No.

2. Halaman: 130-140.

Henry, S. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Cetakan Pertama. Salemba

Empat. Jakarta.

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

60

Hery,. 2013. Akuntansi Keuangan Menengah. CAPS (Central of Academic

Publishing Service). Yogyakarta.

Idham, A.T. Lestari, dan Adriani, D. 2010. Analisis Finansial Sistem Usaha Tani

Terpadu (integrated farming system) Berbasis Ternak Sapi Di

Kabupaten Oganilir. Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 6. No.2.

Halaman: 1-15.

Istafid, W. 2006. Visibility Study Minuman Isntan Ekstrak Temulawak dan

Ekstrak Mengkudu sebagai Minuman Kesehatan. Skripsi Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Jusup, A.H. 2011. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi 7 Jilid 1. Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Kasmir, dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi revisi. Kencana. Jakarta.

Kusuma, P.T.W.W., Hidayat, D.D., dan Indrianti, N. 2012. Analisis Kelayakan

Finansial Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Nata De Coco

di Sumedang, Jawa Barat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Vol. 1. No.

2. Halaman: 113-120.

Ludong, M., Magrietje, B.L., dan Tatuh, J. 2012. Pelatihan Pengembangan

Pengolahan Instan Jahe Merah. Fakultas Pertanian UNSRAT, Manado.

Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makro Ekonomi Edisi Keempat. Alih Bahasa

Imam Nurmawam. Erlangga. Jakarta.

Matondang, I. 2005. Zingiber officinale L. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tumbuhan Obat. UNAS. Bandung.

Mulyadi,. 2004. Sistem Akuntansi Edisi ke 9. Sekolah Tinggi Hukum Ekonomi

YKPN. Yogyakarta.

Mulyanto, D. 2006. Usaha Kecil dan Persoalannya di Indonesia. Yayasan

Akatiga. Bandung.

Nicholson, W. 2003. Microeconomics: Basic Principle and Extenssion. The

Dryden Press. Chicago.

Novi, E.S. 2010. Analisis kalayakan finansial pengolahan produk herbal jahe

merah pada home Industri enam putri Jakarta Pusat. Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

61

Parama, T.W.W.K., dan Kartika, N.I.M. 2014. Analisa Kelayakan Finansial

Pengembangan Usaha Produksi Komoditas Lokal : Mie Berbasis

Jagung. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Lembaga

ilmu Pengetahuan Indonesia. Subang. Bandung.

Pindyck, R.S., dan Rubinfeld, D.L. 2007. Mikro Ekonomi Edisi 6 Jilid 1. Indeks.

Jakarta.

Prabantoro, G. 2003. Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem Informasi

Manajemen menggunakan Metode Cost Benefit dan Aplikasi dengan MS

Excel 2000.

Pudjosumarto, M.S.U. 2002. Evaluasi Proyek. Uraian Singkat dan Soal – Jawab.

Liberty. Yogyakarta.

Putra, M.F.P.T. 2012. Pengaruh Pendapatan Usaha dan Beban Pajak Terhadap

Prediksi Laba Bersih (Studi Empiris pada PT HM Sampoerna Tbk

Periode 1999-2010). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia. Bandung.

Rahim, A., dan Hastuti, D.R.W. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Ramadhan, A.E., dan Phaza, H.A. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan

Jumlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Rosc)

Secara Batch, Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Republik Indonesia. 2008. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2008. Tentang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sekretariat Negara, Jakarta.

Sangwan, A., Kawatra, A., Sehgal.S. 2012. Nutritional composition of ginger

powder prepared using various drying methods. Association of Food

Scientists & Technologists. India. Jurnal Food Sci Techno Vol. 51. No.

9. Halaman: 2260-2262.

Soeharjo, A. Dan Patong, D. 1984. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Faperta,

Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI – Press. Jakarta.

Sofyan, A. 2005. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit FEUI.

Jakarta.

Sucipto, A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis, Analisis Integratif dan Studi Kasus.

Aditya Media. Malang.

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

62

Sugiharto, T. dan Sumiati. 2002. Studi Kelayakan Proyek Pengembangan

Perkebunan Pisang Abaca dengan Menggunakan Analisis Peranggaran

Modal. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 7. No. 3. Halaman: 145-150.

Sukirno, S. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Suliyanto,. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Andi Offset.

Yogyakarta.

Sumarni, M. dan John S. 2014. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi

Perusahaan) Edisi ke 6. Liberty. Yogyakarta.

Sunarto,. 2006. Pengantar Manajemen Pemasaran. Cet. 1. Ust Press. Yogyakarta.

Tambunan, Tulus, T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa

Isu Penting. PT Salemba Empat. Jakarta.

Tito, B. 2011. Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi

Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone

Bolango. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

63

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

64

Lampiran 1. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Atas berkah Allah SWT penulis lahir dengan nama

Riski Amaliyah pada tanggal 16 Juni 1993, di Desa

Pitulua Kecamatan Lasusua Kabupaten Kolaka Utara,

yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara (Anak

pertama Nursamsi, AMK, kedua Sulbiaman,S.Sos,

keempat Arsullah dan kelima Rahmadani) dari pasangan Makruddin (Alm.) dan

Siti Nurbaedah.

Kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan bagi seorang anak, maka

penulis mulai disekolahkan di SDN 1 Pitulua dan tamat pada tahun 2005. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada SMPN 1 Lasusua dan

tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di

SMAN 1 Lasusua dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis

melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi Universitas Halu Oleo Kendari,

Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) gelombang pertama.

Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo, penulis aktif

dalam salah satu organisasi kampus yaitu Forum Insan Seni Pertanian (FISTA)

Universitas Halu Oleo di tahun 2013. Selanjutnya penulis menjadi Pengurus

Harian FISTA UHO dan menjabat sebagai Sekretaris Umum FISTA UHO Periode

2014-2015, dan Anggota Dewan Pengarah Organisasi (DPO) Periode 2015-2016.

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

65

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

66

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN (STUDI

KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI DI DESA

ABENGGI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE

SELATAN)

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :……………………………………………..

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

3. Umur : …….Tahun

4. Alamat

RT/RW :……………………………………………..

Desa/Kelurahan :……………………………………………..

Kecamatan/Kabupaten :……………………………………………..

Provinsi :……………………………………………..

5. Agama : a. Islam b. Protestan c. Katolik

d. Hindu e. Budha f. ……….

8. Suku : a. Tolaki b. Muna c.Bugis-Makassar

d. Buton e. ………..

9. Pendidikan Terakhir : a. S2/S1 b. D3 Sederajat c. SMU/MA

d. SMP/MTs e. SD Sederajat f. Tidak Sekolah

10. Pekerjaan : 1. …………………….

2. …………………….

11. Jumlah Tanggungan Keluarga : …….Orang

(Laki-laki………Orang)

(Perempuan….…Orang)

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

67

Lanjutan Lampiran 3.

12. Status dalam Keluarga : a. Kepala Keluarga b. Istri

c. Anak c. Saudara/Family

14. Sejarah Singkat usaha yang dijalankan :………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

B. BIAYA YANG DIGUNAKAN

1. Biaya Investasi usaha jahe instan

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

1.

2.

Bangunan

Peralatan:

a. Pemarut

b. Kompor

c. Wajan

d. Sendok Kayu

e. Sutil Aluminium

f. Pisau

g. Baskom

h. Kain Penyaring

i. Saringan Tepung

j. Talang

Total Biaya (Rp)

Page 84: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

68

Lanjutan Lampiran 3.

2. Biaya Operasional usaha jahe instan tahun ke-1 s/d ke-8 (2008-2015)

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe

2 Gula Pasir

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah

2 Kertas Label

3 Bensin

Total Biaya

3. Penerimaan (Benefit)

Tahun ke- Jumlah Produksi Harga Produk Penerimaan (Benefit)

(Kg/Tahun) (Rp/Kg) (Rp/Tahun)

1

2

3

4

5

Dst.

4. Pendapatan (Net Benefit)

Tahun

Ke-

Penerimaan

(Rp/Tahun)

Biaya (Rupiah) Total

Biaya (Rp)

Pendapatan

(Rp/Tahun) B. Investasi B. Operasional

1.

2.

3.

4.

5.

Dst.

Page 85: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

69

Lampiran 4. Biaya Investasi (Tahun ke-0)

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

1. Bangunan 1 Unit 2,934,000 2,934,000

2. Peralatan:

a. Pemarut 3 Buah 10,000 30,000

b. Kompor 2 Buah 320,000 640,000

c. Wajan 2 Buah 50,000 100,000

d. Sendok Kayu 3 Buah 5,000 15,000

e. Sutil Aluminium 3 Buah 10,000 30,000

f. Pisau 5 Buah 5,000 25,000

g. Baskom 3 Buah 7,000 21,000

h. Kain Penyaring 1 Meter 7,000 7,000

i. Saringan Tepung 2 Buah 3,000 6,000

j. Talang 3 Buah 7,000 21,000

Total 3,829,000

69

Page 86: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

70

Lampiran 5. Biaya Operasional Tahun ke-1 sampai ke-8 (2008-2015)

2008

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 3 Kg 5,000 15,000

2 Gula Pasir 3 Kg 7,000 21,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 2 Liter 4,000 8,000

2 Kertas Label 3 Lembar 500 1,500

3 Plastik/Pembungkus 3 Buah 84 252

4 Bensin 5 Liter 6,500 32,500

Total 78,252

2009

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 13 Kg 5,000 65,000

65 Kg 3,000 195,000

6 Kg 8,000 48,000

2 Gula Pasir 84 Kg 8,000 672,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 20 Liter 4,500 90,000

2 Kertas Label 84 Lembar 500 42,000

3 Plastik/Pembungkus 84 Buah 84 7,056

4 Bensin 7 Liter 6,000 42,000

Total 1,161,056

2010

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 2 Kg 9,000 18,000

2 Gula Pasir 2 Kg 11,000 22,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 1 Liter 5,000 5,000

2 Kertas Label 2 Lembar 500 1,000

3 Plastik/Pembungkus 2 Buah 84 168

4 Bensin 3 Liter 6,000 18,000

Total 64,168

Page 87: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

71

Lanjutan Lampiran 5.

2011

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 2 Kg 12,000 24,000

2 Gula Pasir 2 Kg 12,000 24,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 1 Liter 5,000 5,000

2 Kertas Label 2 Lembar 500 1,000

3 Plastik/Pembungkus 2 Buah 84 168

4 Bensin 3 Liter 6,500 19,500

Total 73,668

2012

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 5 Kg 12,000 60,000

2 Gula Pasir 5 Kg 12,000 60,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 3 Liter 6,000 18,000

2 Kertas Label 5 Lembar 500 2,500

3 Plastik/Pembungkus 5 Buah 84 420

4 Bensin 3 Liter 6,500 19,500

Total 160,420

2013

No Komponen Biaya Jumla

h Satuan

Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 9 Kg 18,000 162,000

2 Gula Pasir 9 Kg 12,000 108,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 6 Liter 7,000 42,000

2 Kertas Label 9

Lemba

r 500 4,500

3 Plastik/Pembungkus 9 Buah 2,500 22,500

4 Bensin 4 Liter 6,500 26,000

Total 365,000

Page 88: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

72

Lanjutan Lampiran 5.

2014

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 6 Kg 20,000 120,000

2 Gula Pasir 6 Kg 13,000 78,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 4 Liter 10,000 40,000

2 Kertas Label 6 Lembar 500 3,000

3 Plastik/Pembungkus 6 Buah 2,500 15,000

4 Bensin 5 Liter 7,500 37,500

Total 293,500

2015

No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya

(Rp) (Rp)

Bahan Baku:

1 Jahe 5 Kg 17,000 85,000

2 Gula Pasir 5 Kg 15,000 75,000

Bahan Penolong:

1 Minyak Tanah 3 Liter 10,000 30,000

2 Kertas Label 5 Lembar 500 2,500

3 Plastik/Pembungkus 5 Buah 2,500 12,500

4 Bensin 4 Liter 6,900 27,600

Total 232,600

Lampiran 6. Rincian Penerimaan (Benefit)

Tahun ke- Jumlah Produksi Harga Produk Penerimaan (Benefit)

(Kg/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)

1 (2008) 3 60,000 180,000

2 (2009) 84 60,000 5,040,000

3 (2010) 2 60,000 120,000

4 (2011) 3 60,000 180,000

5 (2012) 5 60,000 300,000

6 (2013) 9 60,000 540,000

7 (2014) 6 60,000 360,000

8 (2015) 5 60,000 300,000

Page 89: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

73

Lampiran 7. Rincian Pendapatan (Net Benefit)

Tahun ke-

Biaya

Total Biaya

Penerimaan Biaya Biaya Pendapatan

(Benefit) Investasi Operasional (Net Benefit)

0 (2007)

0 3,829,000 0 3,829,000 (3,829,000)

1 (2008) 180,000

78,252 78,252 101,748

2 (2009) 5,040,000

1,161,056 1,161,056 3,878,944

3 (2010) 120,000

64,168 64,168 55,832

4 (2011) 180,000

73,668 73,668 106,332

5 (2012) 300,000

160,420 160,420 139,580

6 (2013) 540,000

365,000 365,000 175,000

7 (2014) 360,000

293,500 293,500 66,500

8 (2015) 300,000

232,600 232,600 67,400

73

Page 90: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

74

Lampiran 8. Perhitungan Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan

Tahun Benefit Cost NB (B-C) df 7% NPV 7% df 7,9% NPV 7,9% df 8% NPV 8% df 9% NPV 9%

0

-

3,829,000

(3,829,000) 1

(3,829,000)

1

(3,829,000) 1

(3,829,000) 1

(3,829,000)

1

180,000

78,252

101,748 0.9346

95,092

0.9268

94,298 0.9259

94,211 0.9174

93,347

2

5,040,000

1,161,056

3,878,944 0.8734

3,388,020

0.8589

3,331,736 0.8573

3,325,569 0.8417

3,264,830

3

120,000

64,168

55,832 0.8163

45,576

0.7960

44,445 0.7938

44,321 0.7722

43,113

4

180,000

73,668

106,332 0.7629

81,120

0.7378

78,447 0.7350

78,157 0.7084

75,328

5

300,000

160,420

139,580 0.7130

99,519

0.6837

95,437 0.6806

94,996 0.6499

90,717

6

540,000

365,000

175,000 0.6663

116,610

0.6337

110,894 0.6302

110,280 0.5963

104,347

7

360,000

293,500

66,500 0.6227

41,413

0.5873

39,055 0.5835

38,802 0.5470

36,378

8

300,000

232,600

67,400 0.5820

39,227

0.5443

36,685 0.5403

36,414 0.5019

33,826

7,020,000

6,257,664

762,336

77,576

1,997

(6,249)

(87,115)

NPV 77,576

NBCR 1.02

IRR 7.92%

74

Page 91: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

75

Lampiran 9. Analisis Sensitivitas jika Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3%

Tahun Benefit Cost NB (B-C) df 7% NPV 7% df 7.1% NPV 7.1%

0 0 3,829,000 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 (3,829,000)

1 177,660 78,252 99,408 0.9346 92,905 0.9337 92,818

2 4,974,480 1,161,056 3,813,424 0.8734 3,330,792 0.8718 3,324,575

3 118,440 64,168 54,272 0.8163 44,302 0.8140 44,178

4 177,660 73,668 103,992 0.7629 79,335 0.7600 79,039

5 296,100 160,420 135,680 0.7130 96,738 0.7097 96,287

6 532,980 365,000 167,980 0.6663 111,932 0.6626 111,307

7 355,320 293,500 61,820 0.6227 38,498 0.6187 38,247

8 296,100 232,600 63,500 0.5820 36,958 0.5777 36,682

∑ 6,928,740 6,257,664 671,076

2,460

(5,866)

NPV 2,460

NBCR 1.00

IRR 7.03%

75

Page 92: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

76

Lampiran 10. Analisis Sensitivitas jika Biaya Operasional Meningkat 4,1%

Tahun Benefit Cost NB (B-C) df 7% NPV 7% df 7.1% NPV 7.1%

0 0 3,829,000 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 (3,829,000)

1 180,000 81,460 98,540 0.9346 92,093 0.9337 92,007

2 5,040,000 1,208,659 3,831,341 0.8734 3,346,441 0.8718 3,340,195

3 120,000 66,799 53,201 0.8163 43,428 0.8140 43,306

4 180,000 76,688 103,312 0.7629 78,816 0.7600 78,522

5 300,000 166,997 133,003 0.7130 94,829 0.7097 94,387

6 540,000 379,965 160,035 0.6663 106,638 0.6626 106,042

7 360,000 305,534 54,467 0.6227 33,919 0.6187 33,698

8 300,000 242,137 57,863 0.5820 33,677 0.5777 33,426

∑ 7,020,000 6,357,239 662,761

842

(7,416)

NPV 842

NBCR 1.00

IRR 7.01%

76

Page 93: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

77

Lampiran 11. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada Analisis Kelayakan

Finansial.

1. Net Present Value (NPV)

NPV = ∑ (NB × df 7%)

= Rp 77.576,-

2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)

NBCR =NPV+

NPV−

=Rp 3.906.576

(−Rp 3.829.000)

= 1,02

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR = i1 + NPV1

NPV1 − NPV2 i2 − i1

= 7,9% + Rp 1.997

Rp 1.997 − (−Rp 6.249) 7,9% − 8%

= 7,92%

76

Page 94: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

78

Lampiran 12. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada saat Harga Jual Produk

Jahe Instan Menurun 1,3%

1. Net Present Value (NPV)

NPV = ∑ (NB × df 7%)

= Rp 2,460,-

2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)

NBCR =NPV+

NPV−

=Rp 3.831.460

(−Rp 3.829.000)

= 1,00

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR = i1 + NPV1

NPV1 − NPV2 i2 − i1

= 7% + Rp 2.460

Rp 2.460 − (−Rp 5.866) 7,1% − 7%

= 7,03%

Page 95: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

79

Lampiran 13. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada saat Biaya Operasional

Meningkat 4,1%

1. Net Present Value (NPV)

NPV = ∑ (NB × df 7%)

= Rp 842

2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)

NBCR =NPV+

NPV−

=Rp 3.829.842

(−Rp 3.829.000)

= 1,00

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR = i1 + NPV1

NPV1 − NPV2 i2 − i1

= 7% + Rp 842

Rp 842 − (−Rp 7.416) 7,1% − 7%

= 7,01%

Page 96: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

80

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Proses Wawancara bersama Ketua Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

Page 97: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

81

Lanjutan Lampiran 14.

Proses pengupasan dan pencucian jahe

Proses pemarutan dan penyaringan jahe

Proses pengendapan dan pemasakan jahe

Page 98: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A112021_sitedi_RISKI AMALIYAH... · bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri

82

Lanjutan Lampiran 14.

Sumber Gambar: Dokumentasi Proses Pembuatan Jahe Instan KKN Tahun 2015

Proses pendinginan dan penyaringan serbuk jahe