ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB...

73
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Skripsi) Oleh Bagoes Prayogi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI

KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

Bagoes Prayogi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI

KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

Bagoes Prayogi

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) kelayakan finansial, (2) laju

kepekaan (sensitivitas) jika terjadi kenaikan biaya sebesar 3,25 persen, penurunan

produksi sebesar 5 persen, kenaikan tingkat suku bunga menjadi sebesar 14

persen, serta (3) dampak sosial dan ekonomi dari adanya agroindustri pengolahan

onggok di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

Pengumpulan data primer dilakukan selama bulan Maret 2018 pada 16

agroindustri pengolahan onggok. Penentuan lokasi penelitian dipilih dengan

sengaja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus. Metode analisis data yang digunakan, yaitu analisis kelayakan finansial dan

analisis deskriptif kualitatif serta kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

: (1) agroindustri pengolah onggok secara finansial menguntungkan dan layak

untuk dikembangkan. Nilai NPV dalam tiga skala agroindustri lebih besar dari 0.

Nilai Net B / C dan Gross B / C dalam tiga skala agroindustri lebih besar dari 1.

Nilai IRR pada tiga agroindustri lebih besar daripada suku bunga yang digunakan,

dan periode pengembalian investasi dapat dikembalikan kurang dari usia

agroindustri. (2) Jika terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 3,25 persen, maka

nilai Gross B/C, Net B/C, NPV, IRR, dan PP sensitif dengan laju kepekaan ≥ 1.

Jika terjadi penurunan volume produksi sebesar 5 persen, maka nilai Gross B/C,

Net B/C, NPV, IRR, dan PP sensitif dengan laju kepekaan ≥ 1. Jika terjadi

kenaikan tingkat suku bunga dari 9,75 persen menjadi 14 persen, maka nilai Gross

B/C, Net B/C, NPV, IRR, dan PP tidak sensitif dengan laju kepekaan < 1. (3)

Adanya agroindustri pengolahan onggok menyerap 252 tenaga kerja. Sebanyak 85

persen responden merasa terganggu dengan aroma dan 49 persen responden

merasa kebersihan lingkungan berkurang akibat adanya agroindustri. Sebanyak

54 persen responden merasa adanya agroindustri berdampak pada berkurangnya

keindahan lingkungan.

Kata Kunci : kelayakan finansial, onggok, sensitivitas

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

ABSTRACT

FINANCIAL ANALYSIS OF CASSAVA SOLID WASTE (ONGGOK)

PROCESSING AGROINDUSTRY IN TERUSAN NUNYAI DISTRICT

CENTRAL LAMPUNG REGENCY

Oleh

Bagoes Prayogi

This research aims to analyze: (1) financial feasibility, (2) sensitivity if there is a

cost increase of 3.25 percent, a decrease in production of 5 percent, and an

increase in the interest rate to 14 percent, and (3) the social and economic impacts

of the onggok processing agroindustry in Terusan district, Central Lampung

Regency. This is a case study involving 16 agroindustries and was carried out in

March 2018. The study site was chosen purposively. The research method used in

this study is a case study. Data analysis method used qualitative and quantitative

descriptive analysis as well as financial analysis. The study shows that : (1)

Onggok processing agroindustry is financially profitable and feasible to develop.

NPV value in three agroindustries scales is more than 0. Net B / C and Gross B /

C values on three agroindustries scales are more than 1. The IRR value of the

three agroindustries is more than the interest rate commercial, and the investment

payback period can be returned less than the age of agroindustry. (2) If there is an

increase in production costs of 3.25 percent, then the Gross B / C, Net B / C,

NPV, IRR, and PP values are sensitive to the sensitivity rate ≥ 1. If there is a

decrease in production volume by 5 percent, then Gross B / C, Net B / C, NPV,

IRR, and PP values are sensitive to the sensitivity rate ≥ 1. If there is an increase

in interest rates from 9.75 percent to 14 percent, then the Gross B / C value, Net B

/ C, NPV, IRR, and PP are not sensitive to the sensitivity rate < 1. (3) The

existence of onggok agroindustries hire 252 workers. As many as 85 percent of

respondents feel disturbed by aroma and 49 percent of respondents felt that

environmental cleanliness was reduced due to the onggok agroindustries. As

many as 54 percent of respondents felt that the agroindustries process had an

impact on reducing the beauty of the environment.

Key words: feasibility, onggok, sensitivity.

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI

KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

BAGOES PRAYOGI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN

TERUSAN NUNYAI KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH

Nama Mahasiswa : Bagoes Prayogi

Nomor Pokok Mahasiswa : 1414131027

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S. Dr. Ir. Sumaryo Gitosaputro, M.Si.

NIP. 196109211987031003 NIP. 196403271990031004

2. Ketua Jurusan Agribisnis

Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si.

NIP 19691003 199403 1 004

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S. ………………

Sekretaris : Dr. Ir. Sumaryo Gitosaputro, M.Si. ………………

Penguji

Bukan Pembimbing :Ir. Suriaty Situmorang, M.Si. ………………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP 19611020 198603 1 002

Tanggal lulus ujian skripsi : 20 Desember 2018

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan

Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah Provinsi

Lampung pada tanggal 08 Mei 1995 sebagai anak ke tujuh dari

tujuh bersaudara, pasangan Bapak Alm. Ngasin bin

Resowikromo dan Ibu Adminah. Penulis menempuh pendidikannya pada Sekolah

Dasar Negeri 1 Bandar Agung pada tahun 2002, kemudian pendidikan dilanjutkan

ke Sekolah Menengah Pertama Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Kecamatan

Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2008, dan pendidikan

sekolah menengah kejuruan di SMKN 2 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan ekstra kampus diantaranya,

Mahasiswa Pecinta Islam Lampung periode 2015/2016 sebagai Kepala Bidang

Aksi Sosial. Pada tahun 2017 penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata

(KKN)

selama 40 hari di Desa Tias Bangun Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung

Tengah Provinsi Lampung. Pada tahun 2017 penulis melakukan kegiatan Praktik

Umum (PU) selama 40 di perusahan Mitra Tani Parahyangan Kabupaten Cianjur.

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

Penulis melakukan penelitian skripsi pada tahun 2018 di Kecamatan Terusan

Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahuwata’ala yang nyawaku

berada dalam genggaman-Nya. Serta sholawat beriring salam senantiasa tercurah

untuk Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam the agent of change.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “ ANALISIS KELAYAKAN

FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH”, banyak pihak yang telah

memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun.

Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-

banyaknya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Ir. Teguh Endaryanto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

3. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S. selaku dosen pembimbing pertama penulis

selama mengerjakan skripsi.

4. Dr. Ir. Sumaryo Gitosaputro, M.Si. selaku pembimbing kedua penulis selama

mengerjakan skripsi.Lina Marlina, S.P, M.Si selaku pembibing akademik

penulis selama mengenyam studi di Jurusan Agribisnis.

5. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si. selaku dosen penguji skripsi penulis.

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung

atas semua ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di

Unila.

7. Kedua orang tua saya Almarhum Bapak Ngasin Bin Resowikromo dan Ibu

Adminah, kakak-kakakku Mas Ujang, Mbak Ie, Mbak Her, Mbak Tutut, Mas

Nola, dan Mbak Anteng, atas kasih sayang, perhatian, doa, dan bantuan yang

telah diberikan hingga tercapainya gelar sarjana ini.

8. Abu Haris, S.P., Ade Putra, S.P., Aryan Novaldi, S.P., Bartolomeus, S.P.,

Citra Aji, S.P., Danang Wicaksono, S.P., Firdaus F. Marpaung, S.P., Adek

Fitri, S.P., Ajeng Citra, S.P., Anitha, S.P., B. Dayu, S.P., Cindy Puri, S.P.,

Chindy Yulianti S.P.., Dian Mukri, S.P., Ekawati, S.P., Faakhira Nadia , S.P.,

Fabiola, S.P.

9. Sahabat Agribisnis 14, khususnya kelas A, yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu, yang senantiasa memberikan dorongan, pengertian, semangat,

doa, dan kebersamaan kita selama ini.

10. Kakak dan adik Agribisnis 12, 13, 15, dan 16 yang telah memberikan saran,

motivasi, bantuan, dan doa selama menempuh studi dan menulis skripsi.

11. Kepada saudara-saudaraku keluarga besar Pesma Al-Huda dan Mahasiswa

Pecinta Islam Lampung yang telah berbagi ilmu, suka, dan duka selama

penulis belajar.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan terbaik atas segala

bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita

semua. Semoga karya kecil ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang

membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

Allah Subhanahu Wata’ala penulis memohon ampun. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita

Bandar Lampung, 20 Desember 2018

BAGOES PRAYOGI

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...................... 9

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 9

1. Ubi Kayu ................................................................................................ 9

2. Limbah Agroindustri ............................................................................ 12

3. Pengolahan Onggok .............................................................................. 14

4. Studi Kelayakan Bisnis ......................................................................... 16

5. Manfaat Proyek .................................................................................... 17

6. Analisis Kriteria Investasi .................................................................... 20

7. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................. 24

B. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 27

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 31

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional .................................................... 31

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ............................... 34

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ............................................... 35

D. Metode Analisis Data ................................................................................ 36

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 44

A. Keadaan Umum Kecamatan Terusan Nunyai ........................................... 44

B. Pertanian di Kecamatan Terusan Nunyai .................................................. 46

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

ii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 50

A. Keadaan Umum Responden ...................................................................... 50

1. Sebaran Umur Responden Pengolah Onggok ...................................... 50

2. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pengolah Onggok ................ 50

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Pengolah Onggok ............. 51

4. Luas Lahan Pengolahan Onggok .......................................................... 51

5. Skala Usaha Pengolahan Onggok di Kecamatan Terusan Nunyai

Kabupaten Lampung Tengah................................................................ 51

6. Identitas Responden Masyarakat di Sekitar Lokasi Pengolahan

Onggok ................................................................................................. 53

B. Pengolahan Onggok .................................................................................. 53

C. Kelayakan Finansial .................................................................................. 58

D. Analisis Sensitivitas .................................................................................. 67

E. Dampak Sosial dan Ekonomi Agroindustri Pengolahan Onggok

di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah .................. 86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 90

A. Kesimpulan ................................................................................................ 90

B. Saran .......................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sebaran lahan, produksi, dan produktivitas ubi kayu di Provinsi

Lampung, periode 2014-2015 ........................................................................... 2

2. Sebaran agroindustri tapioka di Provinsi Lampung tahun 2010 ....................... 3

3. Batasan operasional yang berhubungan dengan analisis finansial

pengolahan onggok di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten

Lampung Tengah ............................................................................................ 31

4. Batasan operasional agroindustri pengolahan onggok dan dampak sosial

di Kecamatan Terusan Nunyai kabupaten Lampung Tengah ......................... 33

5. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Terusan Nunyai ............................ 46

6. Luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu

di Kecamatan Terusan Nunyai ........................................................................ 47

7. Luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas jagung

di Kecamatan Terusan Nunyai ........................................................................ 48

8. Sebaran penggunaan luas lahan pengolahan onggok di Kecamatan

Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah ............................................... 51

9. Skala usaha pengolahan onggok di Kecamatan Terusan Nunyai

Kabupaten Lampung Tengah .......................................................................... 52

10. Sebaran responden masyarakat di sekitar lokasi pengolahan

onggok ............................................................................................................. 53

11. Biaya pembukaan lahan usaha agroindustri pengolahan onggok

di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah ....................... 54

12. Sebaran penggunaan bahan baku onggok dan harga di Kecamatan

Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah ............................................... 56

13. Klasifikasi onggok kering berdasarkan warna dan bentuk ............................. 57

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

iv

14. Analisis finansial agroindustri pengolahan onggok skala mikro

di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah ........................ 59

15. Analisis finansial agroindustri pengolahan onggok skala kecil

di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah ........................ 61

16. Sensitivitas pada kriteria Gross B/C jika terjadi kenaikan biaya

produksi ........................................................................................................... 68

17. Sensitivitas pada kriteria Gross B/C jika terjadi penurunan volume

produksi ........................................................................................................... 69

18. Sensitivitas pada kriteria Gross B/C jika terjadi kenaikan tingkat suku

bunga ............................................................................................................... 70

19. Sensitivitas pada kriteria Net B/C jika terjadi kenaikan biaya produksi ......... 71

20. Sensitivitas pada kriteria Net B/C jika terjadi penurunan volume

produksi ........................................................................................................... 73

21. Sensitivitas pada kriteria Net B/C jika terjadi kenaikan tingkat suku

bunga ............................................................................................................... 74

22. Sensitivitas pada kriteria NPV jika terjadi kenaikan biaya produksi .............. 74

23. Sensitivitas pada kriteria NPV jika terjadi penurunan volume produksi......... 76

24. Sensitivitas pada kriteria NPV jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga........ 78

25. Sensitivitas pada kriteria IRR jika terjadi kenaikan biaya produksi ................ 79

26. Sensitivitas pada kriteria IRR jika terjadi penurunan volume produksi .......... 79

27. Sensitivitas pada kriteria IRR jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga ......... 81

28. Sensitivitas pada kriteria Payback period jika terjadi kenaikan biaya

produksi ........................................................................................................... 83

29. Sensitivitas pada kriteria Payback period jika terjadi penurunan volume

produksi ........................................................................................................... 83

30. Sensitivitas pada kriteria Payback period jika terjadi kenaikan tingkat

suku bunga ...................................................................................................... 85

31. Identitas responden pengolahan onggok di Kecamatan Terusan Nunyai

Kabupaten Lampung Tengah .................................................................... 95

32. Biaya investasi agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono ................. 96

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

v

33. Biaya operasional agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono ............ 97

34. Produksi dan penerimaan agroindustri pengolahan onggok Bapak

Maryono .......................................................................................................... 98

35. Cashflow agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono .......................... 99

36. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak

Maryono ........................................................................................................ 101

37. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono ...... 101

38. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak

Maryono setelah terjadi kenaikan biaya ........................................................ 102

39. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono

setelah terjadi kenaikan harga ....................................................................... 103

40. Laju kepekaan agroindustri onggok Bapak Maryono terhadap kenaikan

biaya ............................................................................................................. 103

41. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak

Maryono setelah terjadi penurunan volume produksi ................................... 104

42. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono

setelah terjadi penurunan volume produksi................................................... 105

43. Laju kepekaan agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono

terhadap penurunan volume produksi ........................................................... 105

44. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Maryono setelah terjadi penurunan harga output .............................. 106

45. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono

setelah terjadi penurunan harga output ......................................................... 107

46. Laju kepekaan agroindustri pengolahan onggok Bapak Maryono

terhadap penurunan harga output .................................................................. 107

47. Biaya investasi agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang .............. 108

48. Biaya operasional agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang .......... 109

49. Produksi dan penerimaan agroindustri pengolahan onggok Bapak

Bambang ....................................................................................................... 110

50. Cashflow agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang ....................... 111

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

vi

51. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Bambang ............................................................................................ 113

52. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang ..... 113

53. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Bambang setelah terjadi kenaikan biaya ............................................ 114

54. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang

setelah terjadi kenaikan harga ....................................................................... 115

55. Laju kepekaan agroindustri onggok Bapak Bambang terhadap kenaikan

biaya .............................................................................................................. 115

56. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak

Bambang setelah terjadi penurunan volume produksi .................................. 116

57. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang

setelah terjadi penurunan volume produksi................................................... 117

58. Laju kepekaan agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang

terhadap penurunan volume produksi ........................................................... 117

59. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Bambang setelah terjadi penurunan harga output .............................. 118

60. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang

setelah terjadi penurunan harga output ......................................................... 119

61. Laju kepekaan agroindustri pengolahan onggok Bapak Bambang

terhadap penurunan harga output .................................................................. 119

62. Biaya investasi agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain ...................... 120

63. Biaya operasional agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain .................. 121

64. Produksi dan penerimaan agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain ...... 122

65. Cashflow agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain ............................... 123

66. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Zain .................................................................................................... 125

67. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain ............. 125

68. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Zain setelah terjadi kenaikan biaya .................................................... 126

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

vii

69. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain setelah

terjadi kenaikan harga ................................................................................... 127

70. Laju kepekaan agroindustri onggok Bapak Zain terhadap kenaikan

biaya .............................................................................................................. 127

71. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Zain setelah terjadi penurunan volume produksi ............................... 128

72. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain

setelah terjadi penurunan volume produksi................................................... 129

73. Laju kepekaan agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain terhadap

penurunan volume produksi .......................................................................... 129

74. Perhitungan kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok

Bapak Zain setelah terjadi penurunan harga output ...................................... 130

75. Kelayakan finansial agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain

setelah terjadi penurunan harga output ......................................................... 131

76. Laju kepekaan agroindustri pengolahan onggok Bapak Zain terhadap

penurunan harga output ................................................................................. 131

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pohon industri pengolahan ubi kayu menjadi berbagai produk ...................... 12

2. Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial usaha pengolahan

onggok di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah ........... 30

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ubi kayu (Manihot utilissima) adalah salah satu tanaman pangan yang banyak

ditemukan di Indonesia. Ubi kayu digunakan sebagai bahan pangan

pengganti beras. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropis dan

subtropis, sehingga banyak petani yang membudidayakan tanaman ini untuk

dikomersilkan. Tanaman ubi kayu saat ini menyebar merata di seluruh

wilayah di Indonesia, menjadikan ubi kayu memiliki banyak nama daerah, di

antaranya adalah ketela pohon, singkong, telo puhung, kasape, bodin,

sampeu, huwi dangdeur, huwi jenderal, kasbek, kikim, dan lain-lain (Najiyati

dan Danarti, 2000).

Ubi kayu adalah tanaman yang berasal dari negara Brazil. Tanaman ini

pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada abad ke 17. Namun tanaman

ini baru popular pada tahun 1952 terutama di Pulau Jawa. Memasyarakatnya

singkong di kalangan petani disebabkan oleh dua hal, pertama tanaman

singkong mudah dibudidayakan, kedua kandungan karbohidrat singkong

tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan pengganti beras

(Najiyati dan Danarti 2000).

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

2

Di Indonesia terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra produksi ubi

kayu, salah satunya adalah Provinsi Lampung. Pada tahun 2015, produksi ubi

kayu di Provinsi Lampung mencapai delapan juta ton lebih, seperti disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran lahan, produksi, dan produktivitas ubi kayu di Provinsi

Lampung, periode 2014-2015

No

Kabupaten/Kota

Luas Lahan

(ha)

Produksi

(ton)

Produktivitas

tonl/ha)

2014 2015 2014 2015 2014 2015

1. Lampung Barat 254 246 5.263 5.529 207,20 224,75

2. Tanggamus 578 439 12.344 10.311 213,56 234,88

3. Lampung Selatan 6.898 10.398 150.920 248.978 218,78 239,45

4. Lampung Timur 53.740 48.092 1.433.094 1.224.711 266,67 254,66

5. Lampung

Tengah

91.906 97.346 2.401.090 2.523.230 261,25 259,20

6. Lampung Utara 74.537 54.170 1.999.026 1.526.969 268,20 281,88

7. Way Kanan 16.402 14.448 400.772 399.810 244,34 275,96

8. Tulang Bawang 21.774 17.915 600.954 472.557 275,60 263,78

9. Pesawaran 4.742 4.431 104.072 107.636 219,47 242,92

10. Pringsewu 873 836 18.039 19.823 206,63 237,12

11. Mesuji 4.506 3.351 125.947 97.682 279,51 291,50

12. Tulang Bawang

Barat 27.686 27.293 770.367 741.497 278,25 271,68

13. Pesisir Barat 194 123 4.014 2.755 206,91 224,02

14. Bandar Lampung 117 104 2.551 2.637 218,03 253,57

15. Metro 261 105 5.563 2.958 213,14 281,69

Rata-rata 238,50 255,80

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah merupakan daerah

dengan luas lahan dan produksi ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung. Pada

tahun 2015 luas lahan usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengah

adalah 97.346 ha yang menghasilkan ubi kayu sebanyak 2.523.230 ton.

Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan luas lahan usahatani

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

3

ubi kayu seluas 91.906 ha dan menghasilkan ubi kayu sebanyak 2.401.090

ton.

Besarnya luas panen dan produksi ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengah

mendorong munculnya banyak agroindustri pengolahan ubi kayu. Peluang

untuk mengembangkan industri pengolahan ubi kayu cukup luas, terutama

industri makanan, mulai dari industri rumahan yang dapat memproduksi

keripik singkong, enyek-enyek, dan opak, hingga agroindustri yang mengolah

ubi kayu menjadi tepung tapioka dalam skala besar (Rukmana, 1997). Data

agroindustri tapioka di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran agroindustri tapioka di Provinsi Lampung tahun 2010

No Kabupaten Unit

1 Lampung Selatan 2

2 Lampung Timur 12

3 Lampung Tengah 43

4 Lampung Utara 17

5 Way Kanan 6

6 Pesawaran 2

7 Mesuji 1

8 Tulang Bawang Barat 3

9 Pesisir Barat 3

Jumlah 89

Sumber: Dinas Perindustrian Provinsi Lampung, 2010

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui pada tahun 2010 terdapat 89

agroindustri tapioka yang terdaftar di Dinas Perindustrian Provinsi Lampung.

Kabupaten Lampung Tengah menduduki peringkat pertama terbanyak, yakni

43 unit. Banyaknya agroindustri tapioka di Kabupaten Lampung Tengah

sejalan dengan luas lahan dan produksi ubi kayu yang dihasilkan kabupaten

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

4

ini, dimana Kabupaten Lampung Tengah juga merupakan kabupaten dengan

produksi ubi kayu tertinggi di Provinsi Lampung.

Agroindustri tapioka akan menghasilkan produk sampingan berupa limbah

padat. Limbah padat dari pengolahan ubi kayu disebut onggok. Dari setiap

ton ubi kayu, dihasilkan 250 kg tapioka dan 114 kg onggok. Ketersediaan

onggok ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya agroindustri

tapioka akibat dari meningkatnya luas lahan panen ubi kayu (Muhtarudin,

2012).

Komponen yang terdapat dalam onggok adalah serat kasar dan pati yang tidak

berhasil dipisahkan sewaktu pembuatan tapioka. Onggok biasa dimanfaatkan

sebagai alternatif pakan ternak. Limbah padat ubi kayu ini sangat potensial

karena jumlahnya yang banyak dan tidak bersaing dengan manusia.

Melimpahnya ketersediaan limbah tetap memiliki kelemahan yakni nilai gizi

yang rendah. Limbah padat ubi kayu berserat kasar dan mengandung protein

yang rendah. Untuk meningkatkan manfaat onggok sebagai pakan ternak

ruminansia, maka perlu adanya pengolahan (Muhtarudin, 2012).

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2006), saat ini pendayagunaan

onggok belum optimal bahkan pada beberapa kasus dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan, padahal dengan kandungan seratnya yang tinggi

memungkinkan onggok untuk dimanfaatkan sebagai sumber serat makanan

yang murah dan mudah didapat. Jumlah onggok yang dihasilkan dari

pembuatan tapioka diperkirakan sekitar 5-20 persen dari bobot bahan

bakunya.

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

5

Kecamatan Terusan Nunyai merupakan kecamatan penghasil ubi kayu

terbesar di Kabupaten Lampung Tengah. Tercatat pada tahun 2014,

Kecamatan Terusan Nunyai menghasilkan ubi kayu sebanyak 354.804 ton.

Jumlah ini meningkat dari produksi ubi kayu tahun sebelumnya, yakni

sebesar 321.873 ton. Meningkatnya produksi ubi kayu di kecamatan ini dapat

menjadi salah satu faktor meningkatnya agroindustri tapioka (Badan Pusat

Statistik, 2015).

Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka akan menghasilkan limbah

berupa onggok. Semakin tinggi volume produksi tepung tapioka pada

agroindustri pengolahan ubi kayu di kecamatan ini, akan menghasilkan

onggok yang lebih banyak. Bagi sebagian masyarakat sekitar, keberadaan

onggok dapat bermanfaat. Masyarakat di sekitar lokasi pengolahan tapioka

biasanya mengolah limbah ini dengan menjemur di bawah sinar matahari.

Setelah kering, onggok dapat dijual ke peternakan atau penggemukan sapi

yang membutuhkan onggok sebagai bahan baku produknya. Onggok

biasanya dimanfaatkan menjadi beberapa jenis produk seperti bahan pakan

ternak, bahan campuran pembuatan saus, bahan asbes, bahan campuran obat

nyamuk, serta yang terbaru adalah plastik organik.

Di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah saat ini banyak

bermunculan unit-unit agroindustri pengolahan onggok yang memanfaatkan

limbah ubi kayu untuk diperjual belikan yang termasuk dalam kriteria Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menurut UU no 20 tahun 2008,

pengertian UMKM adalah suatu usaha melakukan penjualan pertahun hingga

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

6

Rp300.000.000,00 termasuk ke dalam usaha mikro, apabila suatu usaha

mampu menjual produk lebih dari Rp300.000.000,00 hingga

Rp2.500.000.000,00 per tahun maka usaha tersebut termasuk ke dalam usaha

kecil, dan apabila suatu usaha melakukan penjualan mencapai

Rp2.500.000.000,00 hingga Rp50.000.000.000,00 maka usaha tersebut

termasuk ke dalam usaha menengah.

B. Rumusan Masalah

Ubi kayu adalah salah satu dari beberapa jenis tanaman palawija yang mudah

dibudidayakan. Dengan ubi kayu yang mudah tumbuh di berbagai wilayah,

banyak petani yang berminat dengan budidaya tanaman ubi kayu, akibatnya

luas lahan dan produksi ubi kayu akan semakin meningkat.

Meningkatnya luas lahan dan produksi ubi kayu mendorong banyak

agroindustri, baik dengan skala home industry maupun pabrik yang mengolah

komoditas tersebut. Untuk skala home industry, membutuhkan bahan baku

minimal 100-500 kg per hari, sedangkan untuk skala pabrik dibutuhkan bahan

baku ubi kayu minimal 5-15 ton per hari (Kementerian Lingkungan Hidup,

2006).

Seiring meningkatnya agroindustri tersebut, limbah yang dihasilkan juga akan

meningkat. Mengingat pernyataan Kementerian Lingkungan Hidup (2006)

bahwa pengolahan limbah padat dari agroindustri ubi kayu belum dilakukan

dengan maksimal, sedangkan limbah padat atau onggok yang dihasilkan

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

7

agroindustri ubi kayu dapat menimbulkan masalah jika tidak diolah dengan

tepat.

Onggok yang dibiarkan menumpuk di tempat penampungan akan menggangu

nilai estetika. Apabila limbah padat tersebut tertimbun dalam waktu yang

lama dan dalam jumlah banyak akan terurai menjadi asam organik dan dapat

memberikan dampak negatif bagi lingkungan berupa pencemaran air.

Tingginya potensi limbah yang dihasilkan oleh agroindustri tepung tapioka di

Kecamatan Terusan Nunyai dan banyaknya bermunculan lapak-lapak

pengolahan onggok menyebabkan perlunya penelitian tentang analisis

kelayakan finansial usaha pengolahan onggok. Berdasarkan uraian tersebut

maka terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan perumusan masalah dari

pengolahan onggok sebagai berikut :

1. Apakah usaha pengolahan onggok di Kecamatan Terusan Nunyai

Kabupaten Lampung Tengah merupakan usaha yang layak untuk

dijalankan secara finansial?

2. Bagaimana laju kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan onggok di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah terhadap

perubahan jumlah produksi, harga output, dan harga input terhadap

kelayakan finansialnya?

3. Apa dampak sosial dan ekonomi dari adanya usaha pengolahan onggok

di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah terhadap

masyarakat sekitar usaha?

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan onggok di Kecamatan Terusan

Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

2. Menganalisis laju kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan onggok di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

3. Mengetahui dampak sosial dan ekonomi dari adanya usaha pengolahan

onggok di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. pelaku usaha, sebagai informasi dan pertimbangan pengambilan

keputusan dalam melakukan usaha.

2. Bagi pemerintah, sebagai pertimbangan dalam menentukan arah

kebijakan yang terkait dengan usaha pengolahan onggok.

3. Bagi akademisi, sebagai tambahan informasi untuk melakukan penelitian

yang relevan di masa mendatang.

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Ubi Kayu

Ubi Kayu (Manihot utilissima) digolongkan ke dalam keluarga

Euphorbiaceae. Batangnya tegak setinggi 1,5-4 meter. Bentuk batang

bulat dengan diameter 2,5-4 cm, berkayu dan bergabus. Batang berwarna

kecokelatan atau keunguan dan bercabang ganda tiga. Daun ubi kayu

termasuk daun majemuk menjari dengan anak daun berbentuk elips yang

berujung runcing. Warna daun muda hijau kekuningan atau hijau

keunguan. Tangkai daun panjang, dengan warna hijau, merah, kuning

atau kombinasi dari ketiganya. Bunga ubi kayu muncul pada setiap

ketiak percabangan (Najiyati dan Danarti, 2000).

Ubi kayu dapat tumbuh dengan baik di berbagai wilayah di Indonesia.

Tanaman ubi kayu dapat dipanen pada umur 8-10 bulan tergantung bibit

yang digunakan (Thamrin, 2013). Ubi kayu merupakan tanamanan

semusim, sehingga ubi kayu hanya dapat dipanen satu kali semasa tanam.

Bagian dari tanaman ubi kayu yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan

adalah umbi. Umbi yang digunakan adalah umbi yang cukup umur.

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

10

Tanaman ubi kayu dapat dengan mudah beradaptasi di berbagai kondisi

lingkungan tumbuhnya. Meskipun demikian, tanaman ubi kayu memiliki

syarat tumbuh untuk berproduksi secara optimum. Menurut Najiyati dan

Danarti (2000), ubi kayu dapat berproduksi secara maksimum pada :

1. Tempat tumbuh mendapat sinar matahari setiap hari.

2. Tanaman akan tumbuh baik pada ketinggian 0-800 mdpl.

3. Drainase harus baik, tanah tidak becek yang menyebabkan akar

tergenang dan umbi membusuk.

4. Tanah tidak terlalu padat atau keras.

5. Curah hujan 760-2500 mm/th, dengan bulan kering tidak lebih dari 6

bulan.

Ubi kayu dipanaen pada saat kadar tepung dalam umbi mencapai ukuran

maksimum. Ubi kayu yang dipanen melampaui batas kadar tepung

maksimum, kualitasnya akan menurun. Ini disebabkan karena sebagian

tepung berubah menjadi serat atau kayu. Apabila ubi kayu dipanen jauh

sebelum kadar tepung maksimum, kualitasnya juga akan rendah. Umur

panen ubi kayu bervariasi tergantung dari varietas, iklim, dan ketinggian

tempat. Semakin tinggi tempat, semakin lama umur panen dan semakin

panjang bulan basah semakin lama pula ubi kayu untuk mencapai kadar

tepung maksimum.

Tanaman ubi kayu memiliki banyak manfaat, mulai dari daun, batang,

kulit umbi hingga umbinya. Daun dari tanaman ubi kayu dapat

dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak dan makanan bagi manusia.

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

11

Batang tanaman ubi kayu dapat dijadikan briket, arang, dan kerajinan,

sedangkan umbinya dapat diolah dan dijadikan bahan baku makanan.

Pengolahan umbi tanaman ubi kayu juga menghasilkan produk

sampingan berupa limbah. Limbah ubi kayu setelah diproses menjadi

tepung tapioka terbagi menjadi dua bentuk. Limbah pertama berbentuk

cair. Limbah cair dari proses pembuatan tapioka ini dapat dimanfaatkan

menjadi biogas, sedangkan limbah padat dari proses pembuatan tepung

tapioka berasal dari kulit umbi dan serat hasil ekstraksi yang disebut

onggok.

Kulit umbi dan onggok kemudian dapat dimanfaatkan kembali. Kulit

umbi dapat diolah dan dijadikan pakan ternak, sedangkan onggok yang

diolah akan menghasilkan bahan campuran saus, bahan campuran obat

nyamuk, asam sitrat, dan bahan pakan ternak. Pemanfaatan ubi kayu

menjadi beberapa produk dapat dilihat pada pohon industri ubi kayu

Gambar 1 berikut.

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

12

Gambar 1. Pohon industri pengolahan ubi kayu menjadi berbagai produk

Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2011

2. Limbah Agroindustri

Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses

kegiatan manusia. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa

kotoran hewan, tanaman atau sayuran. Keseimbangan lingkungan dapat

terganggu jika jumlah hasil buangan melebihi ambang batas toleransi

UBI KAYU

(Cassava)

(Cas

ONGGOK

(Residues)

(Cas

TAPIOKA

(Tapioca)

(Cas

GAPLEK

(Moniac)

(Cas

Tapioka

mutiara

(Pearl tapioca)

(Cas Serpihan

(Flakes)

Lain-lain

(Other product

of manioc)

Tepung

Gaplek

(Manioc flour)

Pelet

(Pellets)

Dikeringkan

(Dried)

(Cas

Asam sitrat

(Citric Acid)

Makanan

Ringan

(Snack)

Asam Asetat

(Acetic Acid)

Etanol

(Etanol)

Fruktosa

(Fructose)

Sorbitol

(Sorbitol)

Glukosa

(Glucose)

Dekstrin

(Dextrin)

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

13

lingkungan. Apabila konsentrasi dan kuantitas melebihi ambang batas,

keberadaan limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan.

Limbah agroindustri adalah produk sampingan dari pengolahan produk

pertanian. Limbah agroindustri merupakan limbah organik yang berbeda

dengan limbah anorganik seperti plastik, logam, kaca, dan lain-lain.

Jumlah dari limbah organik sangat melimpah, semakin besar suatu

agroindustri maka semakin besar pula potensi limbah yang akan

dihasilkan.

Limbah dari agroindustri dapat berupa cairan dan padatan. Limbah padat

dari agroindustri mempunyai tekstur yang halus dan mengandung kadar

air cukup tinggi, sekitar 50-60 persen. Limbah agroindustri juga

mengandung bahan kimia yang bervariasi, tergantung sumber bahan baku

dan proses yang telah dialami limbah tersebut.

Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam

penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein,

lemak, garam mineral, dan sisa-sisa bahan kimia (Jenie dan Rahayu,

1993). Sebagai contoh limbah dari industri tapioka, onggok. Onggok

yang dibiarkan tertumpuk menimbulkan polusi udara berupa bau yang

tidak enak.

Industri tapioka adalah industri yang paling banyak menggunakan ubi

kayu. Proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka menghasilkan

produk sampingan berupa padatan yang disebut onggok. Produksi

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

14

tapioka dari satu ton ubi kayu segar diperoleh sekitar 114 kg onggok

(Muhtarudin, 2012). Haroen (1993) dalam Kurniadi (2010) merinci lebih

lengkap tentang presentase dari produk utama berupa tepung tapioka

berkisar 20-24 persen, sedangkan limbah yang dihasilkan selama proses

pengolahan berturut-turut untuk kulit luar, kulit dalam, dan onggok

adalah 2 persen, 15 persen, dan 5-15 persen. Onggok masih mengandung

karbohidrat yang tinggi, namun sedikit mengnadung protein kasar dan

lemak. Komposisi kimia ytang terdapat dalam onggok beragam,

tergantung pada mutu bahan baku, proses pengolahan, dan penanganan

onggok itu sendiri (Ciptadi et al. 1983 dalam Kurniadi 2010).

Kementerian Lingkungan Hidup (2009) menyatakan pada industri

tapioka skala besar umumnya berkapasitas 700 ton per hari dapat

menghasilkan tapioka sebanyak 140 ton per hari, dan menghasilkan

onggok sebanyak 175 ton. Berdasarkan jumlah dan kandungan

karboidrat yang tinggi, onggok mempunyai potensi yang besar untuk

dimanfaatkan menjadi produk yang lebih bernilai seperti bahan pakan

ternak, bahan campuran saus, bahan campuran obat nyamuk, dan lain-

lain.

3. Pengolahan Onggok

Onggok merupakan limbah dari industri tapioka berupa padatan yang

terbentuk dari proses ekstraksi. Proses ekstraksi menghasilkan pati yang

tersuspensi, sedangkan ampas yang tertinggal menjadi onggok.

Kandungan penting yang terdapat dalam onggok adalah pati dan serat

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

15

kasar. Kandungan ini berbeda pada setiap onggok tergantung pada jenis

dan mutu, daerah tempat tumbuh, teknologi yang digunakan, serta

penanganan onggok itu sendiri (Fahmi, 2008 dalam Kurniadi 2010).

Onggok dapat dimanfaatkan menjadi bahan pembuatan pakan ternak,

campuran saus, plastik, bahan campuran obat nyamuk, dan lain-lain.

Agar dapat digunakan, onggok harus diolah terlebih dahulu. Onggok

merupakan sumber karbon dalam suatu media karena masih banyak

mengandung pati (75 persen) yang tidak terekstrak, namun kandungan

protein yang terdapat dalam onggok sangat rendah, yakni 1,04 persen

sehingga diperlukan tambahan bahan lain pada pengolahan sebagai

sumber nitrogen yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ternak.

Metode yang biasa digunakan dalam mengolah onggok adalah

fermentasi. Metode ini dapat meningkatkan nilai dan kualitas protein.

Peningkatan protein dalam fermentasi akan berhasil apabila jenis kapang

dan yeast serta prekursor dipilih dengan tepat untuk terjadinya

biokonversi zat-zat perkursor menjadi protein yang berkualitas

(Muhtarudin , 2012).

Sebelum onggok difermentasi, onggok harus dikeringkan untuk

mengurangi kadar air. Pengeringan onggok dapat dilakukan dengan tiga

metode yakni pengeringan onggok dengan radiasi matahari, pengeringan

menggunakan energi listrik, dan pengeringan onggok menggunakan

energi radiasi matahari dan listrik (hybrid). Onggok yang dikeringkan

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

16

menggunakan metode radiasi matahari akan menghasilkan warna yang

lebih putih dibandingkan dengan metode listrik dan hybrid (Sari, 2013).

Menurut Muhtarudin (2012) fermentasi, salah satu cara pengolahan

biologis, merupakan cara yang paling tepat untuk pengolahan onggok,

mengingat onggok memiliki komposisi zat makanan yaitu karbohidrat

yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media yang

cocok bagi pertumbuhan mikroorganisme. Proses fermentasi merupakan

cara paling murah, mudah, praktis, dan aman yang berfungsi sebagai

salah satu cara pengawetan yang juga akan membawa pengaruh terhadap

bentuk, sifat, dan nilai pakan yang dihasilkan menjadi lebih baik.

4. Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kadariah (2001) proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang

menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit) atau

suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk

memperolehnya pada waktu yang akan datang, dapat direncanakan,

dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit, sedangkan studi kelayakan

bisnis (feasibility study) adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana

manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha

atau proyek (Ibrahim, 2009). Studi kelayakan bisnis dari aspek keuangan

bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas bisnis,

sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis yang

dimaksud (Herlianto dan Pujiastuti, 2009).

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

17

Setelah mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas bisnis serta layak

atau tidaknya suatu bisnis, pelaku bisnis dapat mengambil satu dari tiga

alternatif pilihan. Menurut Ibrahim (2009), keputusan yang dapat

diambil setelah mengetahui keadaan finansial suatu proyek adalah

sebagai berikut :

1. Menolak atau menerima proyek.

2. Memilih satu atau beberapa proyek dari proyek yang layak, sesuai

dengan dana yang tersedia.

3. Membuat skala prioritas dari beberapa proyek yang layak.

5. Manfaat Proyek

Manfaat yang dinilai dari evaluasi proyek pada umumnya lebih bersifat

social benefit daripada financial benefit dan sebaliknya dalam

perhitungan studi kelayakan bisnis lebih menitik beratkan pada financial

benefit daripada social benefit. Menurut Ibrahim (2009), manfaat proyek

dilihat dari evaluasi proyek, adalah penerimaan (revenue) yang didapat

dari kegiatan suatu usaha atau proyek sebelum dikurangi dengan biaya

yang dikeluarkan. Dilihat dari sifatnya, manfaat proyek digolongkan

menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Manfaat langsung (direct benefits).

2. Manfaat tidak langsung (indirect benefits).

3. Manfaat tidak kentara (intangible benefits).

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

18

a. Manfaat langsung

Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima akibat dari

berjalannya kegiatan suatu usaha atau proyek. Manfaat ini berupa

naiknya nilai hasil produksi barang atau jasa, perubahan bentuk,

turunnya biaya, dan lain sebagainya. Kenaikan nilai hasil produksi

dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah produksi dan kualitas

dari produk yang dihasilkan sebagai akibat dari adanya proyek.

Demikian dengan perubahan bentuk, permintaan akan produk atau

jasa dapat meningkat apabila produk tersebut mengalami perubahan

dari bentuk sebelumnya.

b. Manfaat Tidak Langsung

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang timbul sebagai dampak

dari adanya suatu kegiatan proyek. Dampak ini bersifat multiplier

effects dari proyek yang dibangun terhadap kegiatan pembangunan

lainnya. Sebagai contoh, masuknya proyek listrik ke desa

menyebabkan timbulnya industri-industri yang memanfaatkan tenaga

listrik. Industri-industri yang muncul akibat masuknya listrik ini

merupakan manfaat tidak langsung (indirect benefits) yang perlu

diperhitungkan dalam evaluasi proyek. Contoh lain yakni dengan

adanya pengolahan ubi kayu oleh agroindustri tepung tapioka, akan

menimbulkan usaha-usaha baru seperti jasa pengangkutan, selain itu

dengan adanya pengolahan ubi kayu akan menghasilkan limbah

berupa onggok yang dapat diolah oleh masyarakat sekitar menjadi

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

19

bahan pakan ternak serta bahan produk lain yang membutuhkan

onggok olahan.

c. Manfaat Tidak Kentara

Manfaat tidak kentara sebuah proyek adalah manfaat dari

pembangunan proyek yang sulit diukur dalam bentuk uang, seperti

perubahan pola pikir masyarakat, perbaikan lingkungan,

berkurangnya pengangguran, peningkatan ketahanan nasional,

kemantapan tingkat harga, dan lain sebagainya.

Didirikannya suatu proyek pada awalnya memang bertujuan untuk

meningkatkan keadaan sosial dan ekonomi, sehingga dampak dari

adanya proyek haruslah bersifat positif bagi seluruh masyarakat

sekitar dan pemerintah, misalnya di negara berkembang, komponen

yang dianggap sangat penting adalah sebagai berikut :

1. Penyerapan tenaga kerja : semakin banyak proyek yang akan

dibangun dapat menyerap tenaga kerja setempat semakin besar,

artinya dampak positif adanya proyek semakin besar. Dampak

penyerapan tenaga kerja tidak selalu bersifat langsung, tetapi

dapat bersifat tidak langsung dengan munculnya sumber

pekerjaan baru.

2. Berkembangnya struktur ekonomi : timbunya aktifitas

perekonomian lain akibat adanya proyek sehingga menciptakan

lapangan kerja baru yang menyerap tenaga kerja bahkan yang

mampu diserap oleh proyek sebelumnya.

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

20

3. Peningkatan pendapatan masyarakat : peningkatan pendapatan

baik langsung maupun tidak langsung dari proyek akan

memberikan dampak yang berarti.

4. Perubahan lapangan kerja : perubahan lapangan kerja

baiklangsung maupun tidak langsung karena perkembangan

struktur ekonomi harus diperhatikan karena tidak selalu

perubahan itu menguntungkan bagi masyarakat secara umum.

5. Komponen penting lain yaitu sumber daya apa yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya air.

6. Analisis Kriteria Investasi

Menurut Ibrahim (2009), ada beberapa metode pengukuran kelayakan

investasi yang akan ditanam pada suatu kegiatan. Metode-metode

tresebut antara lain :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah sebuah kriteria investasi untuk

menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau

pengeluaran. Secara sederhana, perhitungan untuk net present value

adalah sebagai berikut :

NPV = ∑𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝐼)2

𝑛

𝑡=1………………..………………………………(1)

Keterangan :

NPV = Net Present Value

t = Waktu

Bt = Benefit

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

21

Ct = Cost

i = Tingkat bunga bank yang berlaku

Dengan kriteria sebagai berikut :

NPV > 0, proyek dinyatakan layak (feasible)

NPV < 0, proyek dinyatakan tidak layak (not feasible)

NPV = 0, proyek dinyatakan dalam posisi Break Event Point (BEP)

dengan TR = TC dalam bentuk present value.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang

menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah

seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga disebut sebagai

suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Rumus IRR

secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :

𝐼𝑅𝑅 = 𝑖 +𝑁𝑃𝑉

𝑁𝑃𝑉′−𝑁𝑃𝑉" (𝑖′ − 𝑖")……………………………………(2)

Keterangan :

i= discount rate pada saat ini

i’= discount rate terendah yang membuat NPV negatif

i”= discount rate tertinggi yang membuat NPV positif

NPV’= NPV negatif

NPV= NPV positif

Kriteria penilaian IRR adalah sebagai berikut :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka proyek dinyatakan layak

(feasible)

Bila IRR < tingkat suku bunga, maka proyek dinyatakan tidak layak

(no feasible)

Bila IRR = tingkat suku bunga, maka proyek dinyatakan dalam posisi

Break Event Point (BEP)

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

22

c. Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah

pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan

nilainya pada saat ini (present value).

Secara sederhana rumus dari Net B/C adalah sebagai berikut :

𝑁𝑒𝑡B

C=

∑ 𝑃𝑉 𝑛𝑒𝑡 𝐵 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓

∑ 𝑃𝑉 𝑛𝑒𝑡 𝐵 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓=

𝑁𝑒𝑡 𝐵

𝑁𝑒𝑡 𝐶………………………………..…(3)

Kriteria pengukuran Net B/C adalah sebagai berikut :

Bila Net B/C > 1, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan

(feasible)

Bila Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan

(no feasible)

Bila Net B/C = 1, maka proyek tersebut berada dalam keadaan break

event point (BEP).

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan untuk

mengetahui tingkat perbandingan antara penerimaan kotor dengan

jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.

Secara sederhana rumus dari Gross B/C adalah sebagai berikut :

𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠𝐵

𝐶=

𝑃𝑉𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑠

𝑃𝑉 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠……………………………………….…(4)

e. Payback period

Payback period merupakan waktu yang diperlukan untuk

pengembalian seluruh investasi yang dikeluarkan. Payback period

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

23

terjadi ketika NPV yang semula bernilai negatif berubah menjadi

positif. Payback period memiliki nilai yang berbanding terbalik

dengan NPV. Semakin tinggi nilai NPV suatu proyek maka semakin

kecil nilai Payback period, yang artinya semakin baik kriteria

investasi karena semakin sedikit waktu pengembalian investasi dari

proyek.

f. Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (2008 dalam Sari 2016) analisis sensitivitas

merupakan analisis ulang terhadap proyek yang telah dianalisis

menggunakan kriteria investasi (NPV, B/C, IRR). Pengujian ini

dilakukan akibat masalah ketidakstabilan harga, keterlambatan

pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil yang diperoleh. Teknis

analisis sensitivitas hanya perlu menghitung ulang ukuran

kemanfaatan proyek dari estimasi baru dari satu atau lebih komponen

biaya, harga, atau hasil dengan kriteria investasi yang diinginkan.

Dengan mengasumsikan komponen tersebut perkiraan persentase

kenaikan atau penurunan yang ditentukan.

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akah terjadi

pada analisis usaha jika terdapat perubahan dalam dasar-dasar

perhitungan biaya maupun penerimaan. Analisis sensitivitas

dilakukan untuk melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya

keadaan yang berubah-ubah atau jika terdapat kesalahan dalam

perhitungan sebelumnya. Hal ini disebabkan dalam perhitungan

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

24

kelayakan usaha terdapat ketidakpastian dan risiko yang dapat terjadi

di masa yang akan datang. Kemungkinan perubahan-perubahan yang

dapat terjadi dalam perhitungan produksi maupun manfaat antara lain

perubahan biaya produksi, perubahan harga jual, terjadi kesalahan

perhitungan, keterlambatan pelaksanaan proyek, perubahan volume

produksi, dan lain sebagainya.

7. Kajian Penelitian Terdahulu

Sasongko (2010) melakukan penelitian tentang analisis finansial dan

pemasaran kakao di Kecamatan Gedong Tataan. Dalam penelitian ini

menggunakan metode analisis finansial NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C,

dan Payback period untuk mengetahui apakah usaha//proyek yang diteliti

layak atau tidakn untuk dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

usaha/proyek ini layak dijalankan dengan hasil NPV = 50.943.353; Gross

B/C = 2,70; Net B/C = 11,75; IRR = 40,60 persen; dan Payback period =

3 tahun 6 bulan.

Saty et al. (2016) melakukan penelitian mengenai analisis finansial dan

risiko investasi teknologi pisang kultur jaringan di Kabupaten Lampung

Selatan. Penelitian ini menggunakan metode yang digunakan adalah

NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback period. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa usahatani pisang di Kabupaten Lampung Selatan

layak untuk dijalankan. Untuk usahatani pisang dengan bibit kultur

jaringan nilai NPV =11.220.349,21; IRR = 32,14 persen; Gross B/C =

1,24; dan Payback period selama 2 tahun 7 bulan. Pada usahatani pisang

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

25

dengan bibit tunas anakan diketahui nilai NPV = 25.874.245,92; IRR =

98,25 persen; Gross B/C = 1,84; dan Payback period selama 1 tahun 7

bulan.

Primasari (2016), melakukan penelitian mnengenai analisis finansial

usaha pembesaran ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pringsewu. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini

adalah NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback period untuk

mengetahui kelayakan finansial usaha yang diteliti. Analisis data kedua

yakni analisis BEP. Analisis BEP yang diukur adalah BEP produk dan

BEP harga. Analisis data terakhir yang digunakan adalah analisis

deskriptif. Analisis ini digunakan untuk membandingkan kelayakan dari

usaha pembesaran ikan lele dan ikan mas. Hasil dari penelitian ini adalah

kedua usaha yang diteliti layak untuk dijalankan. Dari kedua usaha yang

diteliti, secara finansial usaha pembesaran ikan lele lebih menguntungkan

dibandingkan dengan usaha pemnbesaran ikan mas. Kedua usaha

tersebut sensitif terhadap penurunan produksi, kenaikan biaya produksi,

dan penurunan harga jual yang menjadikan usaha pembesaran ikan lele

tidak layak, namun usaha pembesaran ikan mas tetap layak untuk

dijalankan.

Imansari (2016), melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan

finansial pengembangan usahatani papaya california di Kabupaten

Lampung Selatan Provinsi Lampung. Penelitian tersebut menggunakan

metode analisis kelayakan finansial dengan mengukur NPV, IRR, Net

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

26

B/C, Gross B/C, dan Payback period. Pengukuran kepekaan juga

dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahu sejauh mana usaha akan

bertahan jika terjadi perubahan pada variabel terkait. Analisis deskriptif

juga digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui beberapa aspek

yang berperan dalam usahatani papaya California. Aspek-aspek tersebut

adalah aspek teknis budidaya, aspek sosial dan lingkungan, aspek

ekonomi, aspek pemasaran. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa

usahatani papaya California di Lampung Selatan ini layak untuk

dijalankan. Pada analisis kepekaan, setelah terjadi penurunan produksi

sebesar 10 persen, penurnan harga output 12,5 persen, dan kenaikan

biaya produksi sebesar 6,41 persen semua kriteria investasi usahatani ini

masih layak, serta secara keseluruhan usahatani papaya California ini

layak dari aspek teknis budidaya, ekonomi, sosial dan lingkungan, serta

pemasaran.

Febriyanti (2017), melakukan penelitian mengenai analisis finansial dan

nilai tambah agroindustri keripik pisang skala UMK di Kota Metro.

Penelitian ini menggunakan metode NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan

Payback period untuk mengetahui kelayakan finansial usaha yang diteliti

dan metode Hayami untuk mengetahui nilai tambah usaha agroindustri

pisang. Penelitian ini menunjukkan bahwa usaha agroindustri ini layak

dijalankan dengan nilai NPV = 61.724.706,80-545.335.264,28; IRR =

44,82-72,84 persen; Net B/C = 3,42-5,94; Gross B/C = 1,67-2,81; dan

Payback period selama 1 tahun 2 bulan 3 harisampai 4 tahun 4 bulan 3

hari pada agroindustri skala mikro. Pada usaha skala kecil menunjukkan

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

27

nilai NPV = 633.256.802,33-817.129.687,43; IRR = 45,85-56,12 persen;

Net B/C= 4,82-6,16; Gross B/C = 1,73-2,01 dan Payback period selama

2 tahun 0 bulan 6 hari sampai 6 tahun 3 bulan 3 hari. Nilai tambah yang

didapat dari agroindustri skala mikro sebesar Rp15.481,97 dengan rasio

nilai tambah 59,97 persen dan agroindustri skala kecil memiliki nilai

tambah produk sebesar Rp27.528,19 dengan rasio kenaikan sebesar 80,13

persen.

B. Kerangka Pemikiran

Ubi kayu adalah tanaman yang mudah tumbuh dan banyak ditemukan di

berbagai daerah di Indonesia. Ubi kayu merupakan tanaman yang memiliki

karakteristik mudah tumbuh, sehingga banyak masyarakat yang

membudidayakan tanaman ini. Meningkatnya minat petani untuk menanam

ubi kayu menyebabkan meningkatnya produksi tanaman ini.

Ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi manusia.

Umumnya dari tanaman ubi kayu yang dijadikan bahan makanan adalah umbi

dan daun. Umbi dari tanaman ubi kayu dapat diolah langsung menjadi

cemilan atau dapat diolah terlebih dahulu oleh agroindustri untuk

mendapatkan pati dan dikeringkan menjadi terigu. Dari pengolahan

agroindustri ubi kayu, dihasilkan produk sampingan berupa limbah padat dan

cari. Limbah cair kemudian dapat diolah menjadi biogas, sedangkan limbah

padat dari agroindustri ubi kayu berupa kulit umbi dan onggok.

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

28

Onggok adalah salah satu limbah yang dihasilkan dari usaha agroindustri ubi

kayu. Onggok merupakan hasil dari proses ekstraksi pemisahan pati dan serat

ubi kayu oleh agroindustri. Kebanyakan dari onggok yang diolah

dimanfaatkan menjadi pakan ternak warga maupun usaha peternakan dan

penggemukan ternak, hal ini disebabkan onggok memiliki kandungan serat

yang cukup tinggi sehingga baik apabila dijadikan makanan untuk ternak.

Selain itu onggok juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran

pembuatan saos, bahan campuran obat nyamuk, dan yang terbaru adalah

onggok dimanfaatkan menjadi bahan kantung plastik yang ramah bagi

lingkungan.

Banyaknya manfaat dan potensi dari limbah ubi kayu ini memunculkan minat

masyarakat untuk memulai usaha pengolahan. Pengolahan yang paling

umum dan mudah ditemukan adalah fermentasi. Lapak-lapak tempat

pengolahan onggok menggunakan lahan yang cukup luas untuk menjemur

onggok. Setelah onggok yang dijemur kering, pelaku usaha mengemas dan

menjual onggok ke peternakan dan penggemukan ternak atau perusahaan lain

yang membutuhkan onggok sebagai salah satu input produknya. Pelaku

usaha pengolahan onggok memperoleh pendapatan melalui penjualan output

dikalikan harga, sedangkan keuntungan usaha pengolahan onggok diperoleh

dari pendapatan dikurangi biaya-biaya yang diperlukan selama melakukan

pengolahan.

Pengukuran kelayakan usaha pengolahan onggok dilakukan menggunakan

metode analisis finansial dan analisis sensitivitas. Pengukuran ini dilakukan

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

29

untuk mengetahui apakah usaha pengolahan onggok yang dijalankan adalah

layak atau tidak secara finansial. Analisis finansial usaha pengolahan onggok

menggunakan beberapa kriteria berupa Net Present Value (NPV), Net B/C,

Gross B/C, Internal Rate Return (IRR), dan Payback period (PP). Analisis

sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha pengolahan

onggok dapat dikatakan layak apabila terjadi beberapa perubahan seperti

perubahan biaya produksi, penurunan jumlah produksi dan penurunan harga

jual produk. Kerangka berfikir analisis kelayakan finansial usaha pengolahan

onggok di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah dapat

dilihat pada Gambar 2.

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

30

Gambar 2. Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial usaha pengolahan

onggok di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung

Tengah

Pengolahan

Onggok

Proses Produksi

Biaya

variabel

Biaya tetap

Input

Output

Harga

Penerimaan Biaya produksi

ANALISIS KELAYAKAN

1. Analisis Finansial

NPV, Net B/C, Gross

B/C, IRR, Payback

period.

2. Analisis Sensitivitas

Kenaikan biaya

produksi, Penurunan

harga jual,

Penurunan jumlah

produksi

Dampak Sosial dan

Ekonomi

1. Penyerapan

tenaga kerja

2. Kenyamanan

Masyarakat

3. Estetika

lingkungan

Tidak

Layak

Layak

Penjemuran

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional adalah pengertian yang diberikan

kepada variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai petunjuk dalam

memperoleh data pada saat penelitian sehingga mempermudah proses analisis

yang akan dilakukan. Konsep ini digunakan untuk menghindari

kesalahpahaman mengenai pengertian maupun istilah dalam penelitian ini,

maka dibuat definisi operasional pada Tabel 3 dan 4 :

Tabel 3. Batasan operasional yang berhubungan dengan analisis finansial

pengolahan onggok di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten

Lampung Tengah

No Variabel Definsi Satuan

1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah pengeluaran bisnis

yang tidak bergantung pada tingkat

barang atau jasa yang dihasilkan

Rp

2. Biaya Variabel Biaya yang berubah secara proporsional

dengan aktivitas bisnis

Rp

3. Output jumlah onggok kering yang dihasilkan

oleh agroindustri pengolahan onggok

Kg

4. Harga Jumlah uang yang diterima pelaku

usaha dari penjualan output

Rp

5. Luas lahan Luas lahan yang digunakan pengusaha

untuk melakukan proses pengeringan

onggok.

Hektar

(ha)

6. Tenaga kerja Banyaknya orang yang bekerja yang

digunakan dalam proses produksi

onggok

HOK

7. Penerimaan Penerimaan adalah nilai hasil yang

diterima pelaku usaha yang dihitung

Rp

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

32

dengan mengalikan jumlah produksi

onggok dengan harga output

8. Keuntungan Besarnya penerimaan onggok yang

diperoleh pelaku usaha dikurangi

seluruh biaya selama proses produksi

Rp

9. Analisis

kelayakan

finansial

Analisis yang mengkaji suatu proyek

untuk mengetahui apakah proyek

tersebut layak untuk dijalankan atau

tidak. Analisis kelayakan finansial

menggunakan kriteria-kriteria seperti

NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR,

Payback period, dan analisis

sensitivitas.

-

10. Net Present

Value (NPV)

Merupakan salah satu penentu apakah

proyek atau usaha layak atau tidak

untuk dijalankan. Proyek dikatakan

layak apabila nilai NPV > 0.

-

11. Net B/C Merupakan manfaat bersih tambahan

yang diterima proyek setiap satu satuan

biaya yang dikeluarkan, yang

menunjukkan gambaran berapa kali

lipat manfaat yang diperoleh atas biaya

yang dikeluarkan. Proyek dikatakan

layak apabila nilai Net B/C > 1.

-

12. Gross B/C Perhitungan yang menunjukkan suatu

tingkat perbandingan antara penerimaan

kotor dengan biaya kotor yang

diperhitungkan saat ini.

-

13. Internal Rate of

Return (IRR)

Suatu tingkat bunga yang menunjukkan

nilai bersih sekarang (NPV) sama

dengan jumlah seluruh investasi proyek.

Untuk mencari IRR harus mengetahui

suku bunga yang berlaku pada tahun

tersebut.

persen

14. Payback period Waktu yang diperlukan untuk

pengembalian seluruh investasi yang

dikeluarkan. Semakin pendek waktu

yang dibutuhkan untuk pengembalian

investasi, semakin layak proyek untuk

dijalankan.

Tahun/

Bulan/Hari

15. Analisis

sensitivitas

Analisis yang mengukur sejauh mana

proyek akan bertahan jika terjadi

ketidakpastian seperti kenaikan biaya

produksi, penurunan volume produksi,

penurunan harga output, dan

sebagainya.

-

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

33

Tabel 4. Batasan operasional agroindustri pengolahan onggok dan dampak

sosial di Kecamatan Terusan Nunyai kabupaten Lampung Tengah

No Variabel Definisi Ukuran/

Satuan

1 Pengolahan

onggok

Proses pengeringan onggok basah menjadi

onggok yang siap jual dengan

mengombinasikan berbagai faktor produksi

yaitu luas lahan, bahan baku, peralatan,

biaya transportasi untuk mencapai

pendapatan maksimum.

Unit

2 Onggok Produk sampingan berupa limbah padat dari

hasil pengolahan agroindustri ubi kayu.

Onggok dimanfaatkan oleh manusia sebagai

bahan pakan ternak dan bahan campuran

produk lain seperti saus, obat nyamuk, dan

plastik organik.

Kg

3 Manfaat sosial

adanya suatu

proyek

Adalah berupa manfaat tidak langsung yang

didapat dari berjalannya suatu proyek.

Manfaat tersebut salah satunya adalah

penyerapan tenaga kerja.

-

4 Dampak sosial Pengaruh atau akibat dari suatu kejadian,

keadaan, atau kebijakan sehingga

mengakibatkan perubahan baik yang

bersifat baik maupun bersifat buruk bagi

masyarakat.

-

5 Dampak positif

adanya usaha

pengolahan

onggok

Pengaruh yang dirasakan anggota

masyarakat dan menurut mereka berdampak

baik.

-

6 Dampak negatif

usaha

pengolahan

onggok

Pengaruh yang dirasakan enggota

masyarakat dan menurut mereka berdampak

buruk.

-

7

Penyerapan

tenaga kerja

Jumlah tertentu dari tenaga kerja yang

digunakan per unit usaha pengolahan dalam

keseluruhan proses usaha pengolahan mulai

dari pengadaan bahan baku, proses produksi

dan pengemasan, serta pemasaran output.

HOK

8 Dampak

adanya sebuah

industri

terhadap

Pengaruh baik maupun buruk terhadap

lingkungan sekitar industri terkait

infrastruktur.

-

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

34

infrastruktur

9 Pencemaran

udara dari

adanya usaha

pengolahan

onggok

Kehadiran satu atau lebih substansi fisik,

kimia, atau biologi di atmosfer dalam

jumlah yang dapat menjadi gangguan bagi

masyarakat sekitar lokasi pengolahan

onggok.

Meningkat

/menurun

10 Estetika

lingkungan

Suatu penilaian atau anggapan terhadap

kondisi lingkungan atas keberadaan usaha

pengolahan onggok.

Baik/

Tidak Baik

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung

Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Lampung Tengah merupakan

kabupaten dengan jumlah agroindustri tapioka terbanyak yang ada di Provinsi

Lampung. Penentuan Kecamatan Terusan Nunyai menjadi lokasi penelitian

berdasarkan jumlah produksi ubi kayu yang dihasilkan oleh kecamatan ini,

yang mana Kecamatan Terusan Nunyai merupakan kecamatan yang

memprosuksi ubi kayu paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lain di

Kabupaten Lampung Tengah.

Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, pertama pelaku usaha

pengolahan onggok dan responden kedua merupakan masyarakat yang

bermukim di sekitar lokasi pengolahan onggok di Kecamatan Terusan

Nunyai. Responden yang dipilih adalah pelaku usaha pengolahan onggok

yang di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah, sedangkan

pemlihan responden masyarakat yang terkena dampak dari adanya usaha

pengolahan onggok adalah masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

35

agroindustri pengolahan onggok dengan jarak terjauh maksimal 500 meter.

Waktu pengumpulan data dilakukan selama Bulan Maret 2018.

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

kerangka pengambilan sampel secara sensus pada usaha pengolahan onggok.

Menurut Arikunto (2006) metode sampling sensus merupakan salah satu

metode pengumpulan sampel yang dilakukan dengan mengambil seluruh

jumlah populasi menjadi sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi

penelitian relatif sedikit, yakni kurang dari 100 orang. Pada penelitian ini

jumlah populasi, yaitu pelaku usaha pengolahan onggok, sebanyak 16 orang,

maka jumlah pelaku usaha pengolahan seluruhnya digunakan menjadi

sampel.

Dalam menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam meneliti dampak

sosial dan ekonomi adanya usaha pengolahan onggok dilakukan secara

purposive. Menurut Arikunto (2006), purposive sampling adalah teknik

mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah, atau strata,

melainkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.

Sampel untuk mengetahui dampak sosial dan ekonomi dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan pada letak tempat tinggal warga yang dijadikan

sampel. Pada setiap agroindustri pengolahan onggok dipilih sebanyak tiga

warga yang dijadikan sampel dengan ketentuan jarak dekat (0-50 meter),

menengah (51-100 meter), dan jauh (101-150 meter).

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

36

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara menggunakan

kuesioner. Kuesioner tersebut diberikan kepada pelaku usaha pengolahan

onggok di lokasi penelitian. Data primer yang dibutuhkan seperti produksi,

harga beli, harga jual, pendapatan, upah tenaga kerja, dan lain sebagainya.

Data sekunder dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan

dengan penelitian. Data ini diperoleh dari instansi terkait seperti badan pusat

statistik, dinas koperasi, perindustrian, dan perdagangan, serta studi literatur

yang terkait dengan topik penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk analisis data adalah tabulasi dan komputasi.

Data yang diperoleh diolah secara komputasi, dan dianalisis secara kualitatif

dan kuantitatif. Sebelum data diolah, dilakukan pengelompokan agroindustri

pengolahan onggok berdasarkan skala usahanya. Pengelompokkan ini

merujuk pada UU nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM yang menjelaskan

jika sebuah industri melakukan penjualan per tahun hingga Rp300.000.000,00

termasuk ke dalam usaha mikro, apabila suatu usaha mampu menjual produk

lebih dari Rp300.000.000,00 hingga Rp2.500.000.000,00 per tahun maka

usaha tersebut termasuk ke dalam usaha kecil, dan apabila suatu usaha

melakukan penjualan mencapai Rp2.500.000.000,00 hingga

Rp50.000.000.000,00 maka usaha tersebut termasuk ke dalam usaha

menengah.

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

37

Sebelum menghitung kelayakan finansial dan kepekaan (sensitivitas)

agroindustri pengolahan onggok, dilakukan proyeksi terhadap data produksi

dan biaya agroindustri pengolahan onggok. Proyeksi dilakukan untuk

memperkirakan kegiatan agroindustri di masa mendatang selama sisa umur

agroindustri. Proyeksi data yang digunakan untuk menghitung proyeksi

adalah metode trend garis lurus, dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + b (X)…………………………………………………………..(5)

Keterangan : Y = variabel yang diproyeksikan

a = rata-rata variabel yang diproyeksikan

b = konstanta serangkaian tahun yang dihitung

X = jumlah tahun, Hamdani (2007) dalam Iqbal (2010).

1. Untuk menjawab tujuan pertama dari penelitian Analisis Kelayakan

Finansial Usaha Pengolahan Onggok di Kecamatan Terusan Nunyai

Kabupaten Lampung Tengah menggunakan metode kelayakan finansial

dengan kriteria investasi. Menurut Ibrahim (2009), untuk mengukur

suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan memerlukan kriteria

investasi yaitu :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang

digunakan untuk menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan

dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan nilai NPV menggunakan

rumus sebagai berikut :

NPV = ∑𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝐼)2

𝑛

𝑡=1……………………………..……………….(6)

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

38

Keterangan :

NPV = Net Present Value

t = Waktu

Bt = Benefit

Ct = Cost

i = Tingkat bunga bank yang berlaku

Dengan kriteria :

NPV > 0, proyek dinyatakan layak (feasible)

NPV < 0, proyek dinyatakan tidak layak (not feasible)

NPV = 0, proyek dinyatakan dalam posisi Break Event Point (BEP)

dengan TR = TC dalam bentuk present value.

b. Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah

pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan

nilainya pada saat ini (present value).

Secara sederhana rumus dari Net B/C adalah :

𝑁𝑒𝑡B

C=

∑ 𝑃𝑉 𝑛𝑒𝑡 𝐵 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓

∑ 𝑃𝑉 𝑛𝑒𝑡 𝐵 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓=

𝑁𝑒𝑡 𝐵

𝑁𝑒𝑡 𝐶…………………………….…..(7)

Kriteria pengukuran Net B/C adalah :

Bila Net B/C > 1, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan

(feasibel)

Bila Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan

(no feasibel)

Bila Net B/C = 1, maka proyek tersebut berada dalam keadaan break

event point (BEP).

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

39

c. Gross Benefit Cost Ratio

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan untuk

mengetahui tingkat perbandingan antara penerimaan kotor dengan

jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.

Secara sederhana rumus dari Gross B/C adalah :

𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠𝐵

𝐶=

𝑃𝑉𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑠

𝑃𝑉 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠………………..………………..(8)

d. Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang

menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah

seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga disebut sebagai

suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Rumus IRR

secara sederhana dapat ditulis sebagai :

𝐼𝑅𝑅 = 𝑖 +𝑁𝑃𝑉

𝑁𝑃𝑉′−𝑁𝑃𝑉" (𝑖′ − 𝑖")………………..……………….(9)

Keterangan :

i= discount rate pada saat ini

i’= discount rate terendah yang membuat NPV negatif

i”= discount rate tertinggi yang membuat NPV positif

NPV’= NPV negatf

NPV= NPV positif

Kriteria penilaian IRR adalah :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka proyek dinyatakan layak

(feasible)

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

40

Bila IRR < tingkat suku bunga, maka proyek dinyatakan tidak layak

(not feasible)

Bila IRR = tingkat suku bunga, maka proyek dinyatakan dalam posisi

Break Event Point (BEP)

e. Payback period

Payback period merupakan waktu yang diperlukan untuk

pengembalian seluruh investasi yang dikeluarkan. Payback period

terjadi ketika NPV yang semula bernilai negatif berubah menjadi

positif. Payback period memiliki nilai yang berbanding terbalik

dengan NPV. Rumus Payback period dapat ditulis sebagai:

𝑃𝑃 =𝐾𝑜

𝐾𝑏× 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛……………………………………………..(10)

Keterangan:

PP = Payback period

Ko = Investasi awal

Kb = Manfaat (benefit) setiap periode.

Kriteria :

Jika masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis

proyek, maka proyek menguntungkan dan layak dijalankan.

Jika masa pengembalian (PP) lebih panjang dari umur ekonomis

proyek, maka proyek tidak layak untuk dikembangkan.

2. Analisis Sensitivitas

Untuk menjawab tujuan kedua dilakukan analisis sensitivitas. Analisis

ini menghitung kepekaan analisis finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

41

Gross B/C). Asumsi yang digunakan pada analisis sensitivitas penelitian

ini adalah :

a. Analisis sensitivitas apabila terjadi kenaikan biaya produksi

(kenaikan harga onggok basah 3,25 persen). Penentuan besarnya

nilai kenaikan harga onggok basah sebesar 3,25 persen ini atas dasar

rata-rata laju inflasi yang terjadi di Indonesia dalam satu tahun

terakhir.

b. Analisis sensitivitas apabila terjadi penurunan jumlah produksi

(penurunan volume produksi 5 persen). Penentuan besarnya nilai

penurunan volume produksi sebesar 5 persen ini atas dasar rata-rata

berkurangnya volume produksi onggok, ketika onggok yang

dihasilkan dari proses pengolahan tapioka berkurang akibat

menurunnya pasokan ubi kayu sebagai bahan baku tapioka.

c. Analisis sensitivitas apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga dari

9,75 persen menjadi 14 persen. Perubahan ini didasarkan pada suku

bunga kredit non KPR BRI.

Menurut Ibrahim (2009), laju kepekaan dapat dihitung menggunakan

rumus :

| X1 - X0| × 100%

X Laju Kepekaan =

…………………………..(11)

|Y1 - Y0| × 100%

Y Keterangan :

X1 = NPV atau IRR atau, Net B/C atau PP atau Gross B/C setelah

terjadi perubahan

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

42

X0 = NPV atau IRR atau, Net B/C atau PP atau Gross B/C sebelum

terjadi perubahan

X = Rata-rata perubahan NPV atau IRR atau, Net B/C atau PP atau

Gross B/C

Y1 = Biaya produksi atau jumlah produksi atau tingkat suku bunga

setelah terjadi perubahan

Y0= Biaya produksi atau jumlah produksi atau tingkat suku bunga

sebelum terjadi perubahan

Y = Rata=rata perubahan biaya produksi atau jumlah produksi atau

tingkat suku bunga setelah terjadi perubahan

Suatu usaha dinyatakan sensitif terhadap perubahan apabila nilai laju

kepekaannya lebih dari atau sama dengan satu. Suatu usaha dinyatakan

tidak sensitif terhadap perubahan apabila nilai laju kepekaannya kurang

dari satu.

3. Untuk menjawab tujuan ketiga dari penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif kuantitatif. Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah dampak

sosial dan ekonomi dari adanya proyek berupa penyerapan tenaga kerja,

kenyamanan masyarakat, dan estetika lingkungan.

a. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja diukur berdasarkan berapa banyak tenaga

kerja yang terserap, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga

kerja luar keluarga, dari adanya usaha pengolahan onggok di

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

43

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah. Selain itu

dilakukan survei dengan wawancara terhadap masyarakat yang

tinggal di sekitar lokasi pengolahan onggok terhadap kontribusi

agroindustri pengolahan onggok dalam menyerap tenaga kerja.

b. Kenyamanan Masyarakat

Kenyamanan masyarakat diukur berdasarkan penilaian anggota

masyarakat di sekitar lokasi pengolahan onggok, yakni melalui aroma

yang ditimbulkan dari adanya usaha pengolahan tersebut yang dapat

mengganggu aktivitas warga sekitar. Pengukuran ini dilakukan

dengan wawancara yang menggunakan skala likert dengan skor 1-5.

Nilai 1 adalah sangat mengganggu, 2 mengganggu, 3 biasa saja, 4

tidak mengganggu, 5 sangat tidak mengganggu.

c. Estetika Lingkungan

Estetika lingkungan diukur berdasarkan penilaian masyarakat

terhadap dampak kegiatan pengolahan onggok yang dapat

mengurangi keindahan, kerapian, serta kebersihan di lingkungan

pemukiman penduduk. Pengukuran ini dilakukan dengan cara

mewawancarai anggota masyarakat menggunakan skala likert dengan

skor 1-5. Nilai 1 adalah sangat mengganggu, 2 mengganggu, 3 biasa

saja, 4 tidak mengganggu, 5 sangat tidak mengganggu.

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kecamatan Terusan Nunyai

Kecamatan Terusan Nunyai adalah kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak ke 13 di Kabpaten Lampung Tengah. Pada tahun 2016, jumlah

penduduk di Kecamatan Terusan Nunyai 45.358 jiwa atau 12.473 kepala

keluarga, yang terdiri dari 22.620 laki-laki dan 21.864 perempuan (Badan

Pusat Statistik (Kabupaten Lampung Tengah Dalam Angka, 2016).

Kecamatan Terusan Nunyai adalah salah satu dari 27 kecamatan yand ada di

Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Terusan Nunyai memiliki luas

lahan sebesar 68.852,67 haektare. Dengan luas lahan tersebut, Kecamatan

Terusan Nunyai terbagi menjadi 7 kampung. Ketujuh kampung tersebut

adalah Kampung Gunung Agung, Bandar Agung, Bandar Sakti, Tanjung

Anom, Gunung Batin Baru, Gunung Batin Ilir, dan Gunung Batin Udik

(Terusan Nunyai Dalam Angka, 2016).

Dengan ketinggian 40 meter di atas permukaan laut, Desa Gunung Batin Udik

dijadikan pusat pemerintahan Kecamatan Terusan Nunyai terletak. Jarak

antara pusat pemerintahan Kecamatan Terusan Nunyai dengan ibu kota

kabupaten adalah 40 kilometer, sedangkan jarak dengan ibu kota propinsi

adalah 100 kilometer (Terusan Nunyai Dalam Angka, 2016).

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

45

Kecamatan Terusan Nunyai berbatasan langsung dengan dua kabupaten dan

kecamatan. Pada sebelah utara Kecamatan Terusan berbatasan dengan

Kabupaten Tulang Bawang, sebelah timur Kecamatan Terusan Nunyai

berbatasan dengan Kecamatan Bandar Mataram, sebelah selatan Kecamatan

Terusan Nunyai berbatasan dengan Kecamatan Way Pengubuan, dan sebelah

barat Kecamatan Terusan Nunyai berbatasan langsung dengan Kabupatn

Tulang Bawang Barat.

Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Terusan Nunyai sebagian besar

bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Hal ini dapat diketahui

dari luas lahan pertanian yang digunakan. Dari total 68.852,67 hektar luas

lahan Kecamatan Terusan Nunyai, sebesar 51.597,5 hektar merupakan lahan

pertanian berbentuk lading, huma, tegal, kebun, dan kolam. Pekerjaan

sebagai buruh tani dan buruh pabrik juga dapat diketahui dari adanya 4 pabrik

pengolah hasil pertanian yang beroperasi di Kecamatan Terusan Nunyai,

antara lain 1 unit pabrik milik Gunung Madu Plantations yang mengolah tebu,

2 unit pabrik milik PT. Sungai Budi Grup yang mengolah ubi kayu menjadi

tepung tapioka, dan 1 unit pabrik pengolah singkong milik perusahaan sinar

laut. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Terusan Nunyai disajikan

pada Tabel 5.

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

46

Tabel 5. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Terusan Nunyai

No Kampung Pertanian

(ha)

Bukan Pertanian

Jumlah (ha) Bangunan

(ha)

Lainnya

(ha)

1 Gunung Agung 2.894,0 1.034,0 - 3.928,0

2 Bandar Agung 943,0 768,0 - 1.711,0

3 Bandar Sakti 1.144,2 219,0 - 1.363,2

4 Tanjung Anom 660,1 407,0 - 1.067,1

5 Gunung Batin Baru 34.851,2 593,8 - 35.445,0

6 Gunung Batin Udik 10.500.0 4.000,0 500,0 15.000,0

7 Gunung Batin Ilir 605.0 151,5 308,5 1.065,0

Terusan Nunyai 51.597,5 7.173,3 808,5 59.579,3

Sumber : Monografi Kecamatan Terusan Nunyai

B. Pertanian di Kecamatan Terusan Nunyai

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016,

Kecamatan Terusan Nunyai merupakan kecamatan terluas ketiga setelah

Kecamatan Bandar Mataram dan Selagai Lingga yakni seluas 68.852,67

hektar. Dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Terusan Nunyai, sebanyak

51.597,5 hektar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian (Kecamatan Terusan

Nunyai Dalam Angka, 2016).

Hampir keseluruhan lahan pertanian di Kecamatan Terusan Nunyai adalah

berbentuk ladang atau kebun. Luas lahan pertanian berbentuk ladang atau

kebun di kecamatan ini seluas 51.411,2 hektar, sedangkan sisanya adalah

empang atau kolam budidaya perikanan (Kecamatan Terusan Nunyai Dalam

Angka, 2016).

Dengan bentuk lahan berbentuk ladang, Kecamatan Terusan Nunyai memiliki

komoditas unggulan di sektor pertanian berupa tanaman pangan dan

perkebunan. Komoditas yang banyak ditemukan di kecamatan ini tanaman

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

47

adalah ubi kayu dan tebu. Selain kedua komoditas yang telah disebutkan,

petani di Kecamatan Terusan Nunyai juga membudidayakan tanaman jagung,

karet, sawit, dan padi sawah serta padi ladang.

Tanaman ubi kayu menjadi komoditas unggulan di Kecamatan Terusan

Nunyai disebabkan mudahnya pembudidayaan tanaman tersebut serta

mudahnya petani menjual hasil panen. Hasil panen tanaman ubi kayu petrani

dibeli oleh produsen besar tepung tapioka. Di Kecamatan Terusan Nunyai

sendiri terdapat 3 unit pabrik pengolahan tepung tapioka. Ketiga pabrik

tersebut tersebar di tiga desa yaitu Desa Gunung Batin Udik, Desa Gunung

Batin Ilir, dan Desa Gunung Agung. Informasi luas tanam, luas panen,

produksi, dan produktivitas ubi kayu di Kecamatan Terusan Nunyai dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu di

Kecamatan Terusan Nunyai

No Kampung Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

1. Gunung Agung 2.503 2.503 60.583 24,20

2. Bandar Agung 1.730 1.730 39.886 23,05

3. Bandar Sakti 1.264 1.264 35.722 28,25

4. Tanjung Anom 1.108 1.108 28.906 26,08

5. Gunung Batin Baru 2.267 2.267 50.595 22,32

6. Gunung Batin Udik 3.904 3.904 107.459 27,53

7. Gunung Batin Ilir 628 628 14.037 22,34

Terusan Nunyai 13.405 13.405 337.188 25,15

Sumber : UPTD Pertanian TPH Kecamatan Terusan Nunyai, 2015

Petani jagung di Kecamatan Terusan Nunyai hanya menanam jagung sebagai

selingan. Biasanya tanaman jagung ditanam tumpang sari berdampingan

dengan tanaman ubi kayu dan karet. Tanaman jagung juga biasanya hanya

ditanam sekali musim tanam oleh petani di kecamatan ini, yaitu ketika harga

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

48

ubi kayu sedang mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan produksi

jagung di kecamatan ini sangat sedikit. Informasi luas tanam, luas panen,

produksi, dan produktivitas jagung di Kecamatan Terusan Nunyai dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di

Kecamatan Terusan Nunyai

No Kampung Luas Tanam

(Ha)

Luas

Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

1. Gunung Agung 145 145 872 6,01

2. Bandar Agung 83 83 483 5,81

3. Bandar Sakti 38 38 225 5,96

4. Tanjung Anom 35 35 226 6,51

5. Gunung Batin

Baru

53 53 303 5.,74

6. Gunung Batin

Udik

85 85 503 5,95

7. Gunung Batin Ilir - - - -

juga dapat ditemukan

komoditas padi.

Komoditas pangan ini

dapat Terusan Nunyai

438 438 2.612 5,96

Sumber : UPTD Pertanian TPH Kecamatan Terusan Nunyai 2015

Selain ubi kayu dan jagung, di beberapa lokasi di Kecamatan Terusan Nunyai

ditemukan di semua desa di kecamatan ini kecuali Desa Gunung Batin Ilir.

Luas lahan padi di kecamatan ini adalah 965 hektar yang terbagi menjadi

lahan sawah sebesar 635 hektar dan lahan padi berbentuk ladang seluas 330

hektar (Kecamatan Terusan Nunyai Dalam Angka, 2015).

Produksi padi di Kecamatan Terusan Nunyai tidak lebih tinggi dari

kecamatan lain yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Salah satu yang

mempengaruhi rendahnya produksi padi di kecamatan ini adalah kurangnya

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

49

irigasi untuk mencukupi kebutuhan air pada tanaman padi sawah. Untuk

mencukupi kebutuhan air pada lahan sawah, petani di kecamatan ini

menggunakan air sungai yang hanya tersedia di beberapa tempat. Sedangkan

untuk lahan padi ladang hanya seluas 330 hektar, hal ini disebabkan petani

lebih memilih untuk menanam ubi kayu, jagung, dan tebu yang lebih

potensial dan tidak membutuhkan banyak air untuk tumbuh maksimal.

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Agroindustri pengolahan onggok skala mikro, kecil, dan menengah di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah secara finansial

layak untuk tetap dilanjutkan. Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai

NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga, dan PP<

umur ekonomis agroindustri pengolahan onggok.

2. Jika terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 3,25 persen, Gross B/C, Net

B/C, NPV, IRR, dan Payback period sensitif dengan laju kepekaan ≥ 1.

Jika terjadi penurunan volume produksi sebesar 5 persen pada

agroindustri, Gross B/C, Net B/C, NPV, IRR, dan Payback period sensitif

dengan laju kepekaan ≥ 1. Jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga dari

9,75 persen menjadi 14 persen, Gross B/C, Net B/C, NPV, IRR, dan

Payback period tidak sensitif dengan laju kepekaan < 1.

3. Dampak sosial dan ekonomi dari adanya agroindustri pengolahan onggok

di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah adalah

mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 252 orang. Sebanyak 85 persen

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

91

responden merasa terganggu dengan aroma yang ditimbulkan agroindustri

onggok dan 49 persen responden merasa kebersihan lingkungan

berkurang. Sebanyak 54 persen responden merasa adanya agroindustri

onggok berdampak pada berkurangnya keindahan lingkungan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :

1. Pelaku usaha agroindustri pengolahan onggok diharapkan terus

mengembangkan agroindustri pengolahan onggok, karena secara finansial

agroindustri pengolahan onggok menguntungkan, namun tetap

memerhatikan dampak terhadap warga yang tinggal di sekitar lokasi

pengolahan.

2. Pelaku usaha pengolahan onggok diharapkan untuk menjaga kestabilan

volume produksi untuk mencegah terjadinya penurunan produktivitas.

3. Pelaku usaha membatasi kapasitas truk pengangkut bahan baku maupun

onggok kering sesuai dengan kelas jalan yang dilalui serta melakukan

penghijauan tanaman yang dapat mengurangi polusi udara di sekitar

lokasi lahan penjemuran yang dekat dengan pemukiman warga misalnya

pohon trembesi (Samanea saman).

4. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan dan mengembangkan

penelitian sejenis, seperti analisis eksternalitas agroindustri pengolahan

onggok bagi warga yang tinggal di sekitar lokasi pengolahan onggok.

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka

Cipta. Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Inovasi Pengolahan Singkong Meningkatkan

Pendapatan dan Diversifikasi Pangan. Indonesia.

BPS Provinsi Lampung. 2016. Produksi Ubi Kayu Menurut Kabupaten 2014-

2015. BPS Provinsi Lampung. Lampung.

Febriyanti. 2017. Analisis Finansial dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik

Pisang Skala UMK di Kota Metro, JIIA vol. 5 no. 1. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Firiana, V. 2017. Estimasi Permintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Alam

Angke Kapuk Jakarta Utara. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Herlianto, Didit dan Pujiastuti, Triani. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Graha

Ilmu. Yogyakarta.

Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

dan Sastra. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ibrahim, H.M.Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Imansari, Desta. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usahatani

Pepaya California di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Iqbal, M. 2010. Analisis Trend Linier Dengan Metode Kuadrat Terkecil Untuk

Meramalkan Perkembangan Banyaknya Siswa (Studi Kasus : Lembaga

Pendidikan Darul Ulum Bantaran Probolinggo Tahun 2000-2009). UIN

Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2006. Pedoman Pemanfaatan & Pengolahan

Limbah Tapioka. Kementerian Lingkungan Hidup. Indonesia.

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

93

Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Pedoman Pemanfaatan & Pengolahan

Limbah Tapioka. Kementerian Lingkungan Hidup. Indonesia.

Kurniadi, T. 2010. Kompolimerasi Grafting Monomer Asam Akrilat Pada

Onggok Singkong dan Karakteristiknya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Maharani, Cahya Nisa Diach. 2013. Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha Skala

Kecil dan Skala Menengah Pengolahan Limbah Padat Ubi Kayu (Onggok)

di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. JIIA. V0l. 1 (4).

286.

Muhtarudin. 2012. Pemanfaatan limbah Agroindustri Untuk Ransum Ruminansia.

Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung.

Najiyati, Sri dan Danarti. 2000. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Primasari, E. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Lele

dan Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Skripsi.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rahayu, W.P. dan Jenie. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kansius.

Yogyakarta.

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kansius.

Yogyakarta.

Sari, Marinda, dkk. 2013. Mempelajari Karakteristik Tepung Onggok Pada Tiga

Metode Pengeringan Yang Berbeda. Jurnal vol. 2 No. 1:43-48. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Sati, dkk. 2016. Analisis finansial dan Risiko Investasi Teknologi Pisang Kultur

Jaringan di Kabupaten Lampung Selatan, JIIA vol. 4 n0. 3. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Suharto, Ign. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Penerbit

Andi. Yogyakarta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai

Alternatif Pendekatan Edisi Revisi. Prenada Media. Jakarta.

Thamrin, M. 2013. Analisis Usahatani Ubi kayu. Skripsi. Fakultas Pertanian

UMSU. Medan.

Yuda, Adis. 2016. Analisis Keberadaan Pabrik Tepung Tapioka CV Central

Intan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ratna Daya

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK …digilib.unila.ac.id/55420/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOLAHAN ONGGOK DI KECAMATAN TERUSAN

94

Kecamatan raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.