ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

52
0 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU (Laporan Turun Lapang Mata Kuliah Perncanaan dan Evaluasi Proyek) Oleh Arif Setiawan 1114131015 Dian Epriana 1114131027 Fadlan Satria 1114131042 M. Syanni Alkautsar 0914131089

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

0

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

(Laporan Turun Lapang Mata Kuliah Perncanaan dan Evaluasi Proyek)

Oleh

Arif Setiawan 1114131015Dian Epriana 1114131027Fadlan Satria 1114131042M. Syanni Alkautsar 0914131089

JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2013

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industrialisasi di Indonesia sejak Pelita I hingga saat ini telah mencapai hasil

yang diharapkan. Setidaknya, industrialisasi telah mengakibatkan

transformasi struktural di Indonesia. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun

sebesar 11,9 persen selama 1950-1980 dan 6,1 persen selama 1980-1992,

ternyata sektor industri telah menggeser peranan sektor pertanian dalam

pembangunan.

Kemudian pada krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak

pertengahan tahun 1998 menyebabkan sektor industri mengalami

kebangkrutan, khususnya industri besar dan menengah yang menggunakan

bahan baku impor. Industri terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja

terhadap sebagian karyawannya mengakibatkan angka pengangguran

meningkat.

Jatuhnya sebagian usaha industri besar dan menegah serta adanya

keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi perubahan

struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor industri kecil

merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan

perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha

yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti

tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal

usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2007) : Pengembangan industri kecil adalah

cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur.

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

2

Pengembangan industri kecil akan membantu mengatasi masalah

pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat

karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang

pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.

Sesuai dengan kondisi yang ada, maka kebijakan pengembangan diarahkan

pada beberapa sektor industri kecil yaitu diantara jasa layanan, sandang,

makanan, dan kerajinan. Salah satu yang menjanjikan yaitu industri makanan,

khususnya industri kecil tempe yang memiliki potensi untuk lebih berkem-

bang. Namun demikian industri kecil tempe di Kecamatan Ambarawa

menghadapi permasalahan seperti permodalan, teknologi dan sebagainya.

Dengan berbagai permasalahan dan kelemahan itu industri kecil tempe di

Kecamatan Matesih dapat mengalami resiko kegagalan. Kegagalan

perencanaan, kesalahan dalam penaksiran pasar, kesalahan dalam

memperkirakan kontinuitas bahan baku, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas maka analisis kelayakan dilakukan guna

mengeliminasi besarnya resiko yang akan di tanggung para pelaku industri

kecil tempe di Kecamatan Matesih, selain perlu di kaji strategi pengembangan

yang tepat untuk dapat meningkatkan usaha industri kecil tempe di

Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan latar belakang

tersebut, maka penelitian ini diambil judul, “Analisis Kelayakan Usaha

Tempe Di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu.”

B. Rumusan Masalah

Agroindustri pembuatan tempe membutuhkan modal yang relatif banyak

dalam pengolahaannya. Besarnya biaya akan mempengaruhi besarnya

penerimaan yang akan diterima. Bahan baku utama agroindustri tempe adalah

kacang kedelai, didatangkan dari luar negeri(Impor) yang memerlukan biaya

untuk pengangkutan. Selain itu kacang kedelai adalah tanaman yang berasal

dari daerah subtropis yang sulit untuk ditanam pada daerah Indonesia yang

beriklim tropis, sehingga terjadi kendala dalam penyediaan bahan baku.

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

3

Berdasarkan uraian di atas berkaitan dengan usaha agroindustri tempe di

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu, maka masalah yang akan

dianalisis pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana profil industri kecil tempe di Kecamatan Matesih

Kabupaten Karanganyar?

2. Apakah agroindustri tempe Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu

layak secara finansial?

3. Apakah ada kendala dalam menjalankan usaha agroindustri keripik pisang

di Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian yang kami lakukan adalah:

1. Untuk mengetahui profil /keadaan umum dari usaha kecil tempe

2. Untuk mengetahui kelayakan finansial dari usaha tempe di Kecamatan

Ambarawa, Kabupaten Pringsewu.

3. Untuk mengetahui kendala – kendala dalam menjalankan usaha

agroindustri tempe

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Kecil

Menurut Irianto (1996) dalam perekonomian nasional, industri kecil

merupakan suatu basis yang cukup besar dalam menunjang ekspor non migas,

dan memperkuat struktur industri transformasi dari masyarakat agraris

menjadi masyarakat industri. Industri kecil mempunyai peranan yang cukup

kuat untuk mendorong restrukturisasi pedesaan kearah yang lebih

berkembang, melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapataan

masyarakat, dan penyebaran industri dalam rangka mengantisipasi

ketimpangan antara perekonomian di perkotaan dan pedesaan.

Untuk membutuhkan wirausaha baru, dalam mengembangkan industri kecil

perlu adanya pembinaan melalui sentra-sentra industri. Sasarannya adalah

untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, guna meningkatnya

pendapatan dan penyebaran industri yang merata dan tercapainya peningkatan

kemampuan industri dalam aspek penyediaan produk jadi, bahan baku untuk

kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Kantor Wilayah (KanWil) Perindustrian merumuskan industri kecil sebagai

berikut:

1. Sentra industri kecil merupakan suatu wilayah dimana di dalamnya terjadi

pengelompokan industri-industri kecil yang sejenis atau memiliki kaitan

erat diantara industri kecil tersebut, dimana wilayah kerjanya tidak dibatasi

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

5

oleh wilayah administrasi saja tetapi ditentukan oleh wilayah industri kecil

itu sendiri.

2. Non sentra industri kecil mempunyai pengertian bahwa letak-letak industri

tersebar atau tidak mengelompok.

3. Industri kecil pedesaan mempunyai suatu kegiatan industri baik, yang

berbentuk kelompok atau tidak yang berlokasi di desa sesuai dengan

tipologi desanya dan biayanya yang dimiliki oleh petani atau kelompok

pengrajin dalam bentuk usaha komparatif.

Definisi industri kecil menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yaitu:

1. Industri dengan investasi kurang dari Rp.5.000.000,00

2. Sumber modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau

lembaga keuangan tidak resmi.

3. Sebagian besar hasil produksi atau jasa mereka hanya dikenali oleh

masyarakat yang berpenghasilan rendah atau sebagian kecil golongan

ekonomi menengah.

4. Jumlah tenaga kerja kurang dari 19 (Sembilan belas) orang.

Di Indonesia, industri kecil dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga

kerja, nilai investasi yang digunakan dan nilai asetnya. Selain itu sebagaian

besar memiliki ciri-ciri industri yang mengandalkan keterampilan tradisional,

seni dan penggunaan teknologi yang tepat guna. Namun demikian masih

belum ada persamaan persepsi tentang penegertian industri kecil, karena

masih tergantung kepentingan masing-masing pihak.

Selain itu definisi industri kecil menurut Bank Indonesia berbeda lagi, yang

mengartikan bahwa industri kecil memiliki asset neto (tanpa gedung dan

tanah) kurang dari Rp. 100.000.000,00. Industri kecil merupakan salah satu

sektor informal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kegiatan usahanya tidak terorganisir dengan baik.

2. Pada umunya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak terfokus dalam arti lokasi atau jam kerja.

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

6

4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membangun golongan

ekonomi lemah tidak sampai ke sektor industri kecil.

5. Unit usaha mudah beralih ke sektor lain.

6. Teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana.

7. Skala usaha kecil, karena modal dan perputaran usahanya juga kecil.

8. Tidak memerlukan pendidikan formal, karena hanya berdasarkan

pengalaman sambil kerja.

9. Pada umumnya bekerja sendiri atau hanya dibantu karyawan atau

kerabat/keluarga yang tidak perlu dibayar.

10. Sumber modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau

dari lembaga keuangan tidak resmi.

11. Sebagian besar hasil produksi atau jasa mereka hanya dikenali oleh

masyarakat yang berpenghasilan rendah atau sebagian kecil atau golongan

ekonomi menengah.

Berdasarkan pengertian dari BPS, menyebutkan bahwa industri kecil

dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu industri rumah tangga dan pabrik kecil. Ciri-

ciri dari industri rumah tangga yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5

(lima) orang adalah:

1. Sebagian besar pekerjanya adalah anggota keluarga sendiri dari

pemilik/pengusaha yang pada umumnya tidak dibayar.

2. Proses produksinya masih manual dan dilakukan di rumah.

3. Produksinya bersifat musiman mengikuti kegiatan di sektor pertanian

yang bersifat musiman

4. Jenis produksinya sederhana untuk konsumsi sederhana juga.

Sedangkan ciri-ciri dari pabrik kecil yang menggunakan tenaga kerja anatara

5 (lima) sampai 19 (Sembilan belas) orang, yaitu:

1. Produksinya lebih teratur dan sudah punya tempat khusus, biasaya berada

di dekat rumah pemilik/pengusaha.

2. Sebagaian besar pekerja sudah di gaji.

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

7

B. Tempe

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau

beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,

seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau

Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi

tempe". umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang

yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.

Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe

memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak

masam.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia.

Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe

sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak

tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah

negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang

berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk

menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki

kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat

mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena

galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga

penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari

pemegang hak paten).

Tempe mempunyai beberapa kegunaan seperti mencegah dan mengendalikan

diare, meningkatkan vitalitas, menghambat penyakit jantung, koroner, dan

lain-lain. Untuk membuat tempe selain bahan dasar kedelai juga diperlukan

ragi, dan empat jenis kapang dari genus rhyzopus yaitu rhyzopus oligosporus,

rhyzopus stolonifer, rhyzopus arrihizus, dan rhyzopus oryzae. Kapang yang

tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi

senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat

pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

8

tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi

dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

C. Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat (benefit)

yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek,

disebut dengan studi kelayak bisnis. Dengan demikian studi kelayakan yang

juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan

dalam mengambil suatu keputusan, apakah meneriman atau menolak dari

suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam

penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan

dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit

maupun dalam arti social benefit.

Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit, hal ini

tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. Proyek-proyek yang dinilai

dari segi social benefit pada umumnya adalah proyek-proyek yang benefit-

nya dihitung/dinilai segi manfaat yang diberikan proyek terhadap

perkembangan perekonomi masyarakat secara keseluruan. Kegiatan

usaha/proyek yang dinilai dari segi financial benefit adalah usaha-usaha yang

dinilai dari segi penanaman investasi/modal yang diberikan untuk

pelaksanaan usaha/proyek tersebut.

Pada umumnya proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit adalah

proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi-organisasi

sosial, seperti pembuatan jalan/jembatan, rumah sakit, taman hiburan,

sekolah, dan lain sebagainya yang memberikan dampak positif terhadap

perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Proyek-proyek yang dinilai

dari segi analisis financial benefit, pada umumnya proyek-proyek yang

dilaksanakan oleh pengusah secara individu yang menanamkan modalnya di

dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sasaran

yang ingin dicapai dalam analisis financial adalah hasil dari modal saham

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

9

(equity capital) yang di tanam dalam usaha/proyek yang lebih mengutamakan

penilaian social benefit daripada financial benefit sering disebut dengan

analisis evaluasi proyek dan kegiatan usaha proyek yang mengutamakan

financial benefit daripada social benefit sering disebut dengan analisis studi

kelayakan bisnis.

Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis

adalah menyangkut dengan beberapa aspek antara lain:

1. Aspek Marketing

2. Aspek Teknis Produksi

3. Aspek Produksi

4. Aspek Manajemen

5. Aspek Lingkungan, dan

6. Aspek Keuangan.

Dengan demikian apabila gagasan usaha/proyek yang telah dinyatakan layak

dari segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali

disebabkan faktor-faktor uncontrollable seperti banji, terbakar, dan bencana

alam lainnya yang di luar jangkauan manusia. Analisis kelayakan

menggunakan analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (BCR), untuk mengetahui suatu usaha

layak atau tidaknya.

D. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang

(Present Value) dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada

Discount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan

benefit (manfaat) dibandingkan dengan Cost (biaya). Jika present value

benefit lebih besar dari present value biaya, berarti proyek tersebut layak atau

menguntungkan. Dengan perkataan lain, apabila NPV > 0 berarti proyek

tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika NPV < 0 berarti proyek tersebut

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

10

tidak layak diusahakan. Net Present Value secara matematis di tuliskan

sebagai berikut:

NPV = Present Value dari benefit – present value dari costs

Untuk menetukan rasio – rasio atau net present value tersebut, kita harus

ditetapkan dahulu discount rate yang akan digunakan baik yang dari benefit

ataupun dari costs. Di dalam perhitungan ada kebiasaan untuk mendiscount

semua biaya dan benefit mulai tahun pertama. Semua biaya yang dikeluarkan

dan benefit yang diperoleh mulai dari permulaan tahun sampai akhir tahun

(sepanjang tahun) di anggap sebagai pengeluaran atau penerimaan pada akhir

tahun.

E. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya the

net present value (NPV) proyek sama dengan nol, atau yang dapat membuat

B/C ratio = 1. Dalam penghitungan IRR ini diasumsikan bahwa setiap benefit

neto tahunan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan

memperoleh rate of return yang sam dengan investasi – investasi sebelumnya.

Besarnya IRR ini tidak ditemukan secara langsung dan harus dicari dengan

coba – coba. Mula – mula dipakai discount rate yang di perkirakan mendekati

besarnya IRR. Kalau perhitungan ini memberikan NPV yang positif, maka

harus dicoba discount rate yang lebih tinggi, dan seterusnya, sampai diperoleh

NPV yang negatif. Kalau hal ini sudah tercapai, maka diadakan interpolasi

antara discount rate yang tertinggi (i’) yang masih memberi NPV yang positif

(NPV+) dan discont rate terendah (i”) yang memberi NPV negatif (NPV-),

sehingga diperoleh NPV sebsar nol (0).

Jika nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunga, maka suatu

proyek dinyatakan layak. Sebaliknya, jika nilai IRR lebih kecil atau kurang

dari tingkat suku bunga maka proyek tersebut tidak layak untuk dikerjakan.

Internal rate of return (IRR) lebih banayak disukai dari pada keriteria lain,

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

11

dan dipakai sebagai kriterium utama di kalangan Bank Dunia untuk

mengiukur profitability proyek – proyek baik secra finansial maupun

ekonomik. IRR memiliki beberapa keunggulan praktis yang menonjol ialah:

1. Kriteria ini mehindari kesukaran dalam memilih discount rate yang sesuai.

2. Karena dinyatakan dalam bentuk rate of return, hasilnya dapat

dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku.

Disamping keunggulan – keunggulan tersebut, IRR mempunyai beberapa

kelemahan ialah:

1. IRR dianggap tidak ada hubungannya dengan the opportunity cost of

capital (OCC), ialah the earning power dari proyek marginal. Karenanya

maka kalangan yang membela OCC sebagai reward yang sebenarnya bagi

modal menganggap IRR sebagai rate dalam khayalan (an illusory rate).

2. IRR mengandung arti (implies) bahwa untuk tiap proyek hanya pada satu

rate of return. Hal ini berlaku bagi proyek dengan manfaat neto (net

benefit) yang negatif padatahun – tahun pertama dan kemudian

mempunyai manfaat neto yang yang positif. Tetapi jika proyek

mempunyai manfaat neto yang negatif dan positif secara bergantian,

artinya, mula – mula negatif, kemudian positif, dan kemudian negatif lagi,

dan seterusnya, maka tidak ada satu unique rate bagi proyek tersebut. Hal

semacam ini dapat terjadi pada proyek – proyek dengan capital item utama

yang harus sering diganti. Ungkapan ini merupakan keritik teoritis yang

berat/serius, tetapi dalam praktek jarang sekali terjadi.

F. Benefit Cost Ratio

BCR adalah perbandingan nilai sekarang dengan faktor diskonto tertentu

dengan arus pendapatan dengan arus pembiayaan proyek. Jika nilai B/C ratio

lebih besar dari satu maka proyek layak dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai

B/R ratio kurang dari satu maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. (Tri

Widodo, 2006: 261).

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

12

Dalam net B/C ratio untuk tiap tahun dihitung selisih antara gross benefit dan

gross costs. Pada tahun – tahun pertama biasanya gross costs lebih besar

daripada gross benefit, sehingga net benefit adalah negatif. Atau dengan

perkataan lain ada net costs. Pada tahun – tahun sesudah itu biasanya gross

benefit lebih besar dari pada gross cost, sehingga benefit addalah positif.

G. Profitability ratio

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu

dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam

melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari

laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini

disebut juga rasio rentabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber

yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

13

III. METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh penelitih untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2009).

Variabel merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian atau apa yang

menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian

ini adalah:

1. Modal

Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai operasional

perusahaan dalam proses produksi atau biasa disebut modal kerja (working

capital). Indikatornya adalah sumber modal (modal awal).

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah para pekerja yang dipekerjakan untuk melakukan

aktivitas-aktivitas dalam proses produksi untuk mengubah faktor-faktor

produksi menjadi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Variabel tersebut meliputi jumlah tenaga kerja industri kecil tempe di

Kecamataan Matesih Kabupaten Karanganyar.

3. Bahan baku

merupakan bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu produk

yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui proses tertentu untuk

dijadikan wujud lain. Indikator: asal bahan baku dan jenis bahan baku.

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

14

4. Teknologi

Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material

dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi

dalam penelitian ini adalah peralatan yang digunakan dalam proses

produksi tempe . Variabel tersebut meliputi teknologi yang digunakan.

Indikator: teknologi yang digunakan dan kelemahan teknologi.

5. Produksi

Produksi adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah, mengupayakan

pelayanan, menghasilkan barang dan jasa atau usaha untuk meningkatkan

suatu benda agar menjadi lebih berguna bagi kebutuhan manusia.

Indikator; Jenis produksi, jumlah produksi dan lama proses produksi.

6. Kelayakan Finansial Agroindustri Tempe

Kelayakan Finansial disini adalah indikator yang digunakan yang

menunjukkan bahwa industri kecil tempe di Kecamatan Matesih

Kabupaten Karanganyar, pelaksanaan sudah layak atau belum, jika dilihat

dari sisi manfaat (benefit) dan biaya (cost) dengan menggunakan kriteria

Uji Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit

Cost Ration (Net B/C).

Komponen dari Industri kecil tempe terdiri dari biaya Investasi dan biaya

modal kerja. Biaya investasi terdiri dari biaya pengadaan peralatan

produksi. Adapun biaya modal kerja merupakan biaya operasional

produksi yang terdiri dari biaya variabel dan biaya overhead. Biaya

variabel terdiri dari biaya tenaga kerja per bulan dan biaya pengadaan

bahan baku yang merupakan kedelai, ragi, daun pisang, kantung pelastik

dan kayu bakar. Serta biaya overhead terdiri dari biaya transport.

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer.

Data primer yang di dapatkan dari wawancara langsung kepada pemilik usaha

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

15

(owner) dan kepada para pekerja. Dalam penelitian data ini menggunakan

metode/teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Observasi

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Ibrahim

Yacob,1986).

2. Metode Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil

(Sugiyono, 2009).

3. Metode Angket Kuisioner

Metode anget adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006). Jenis

kuisioner yang kami gunakan untuk penelitian ini adalah kuisioner

terbuka. Kuisioner terbuka adalah kuisioner yang memberikan kesempatan

kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.

C. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang berguna untuk

menggambarkan variabel yang diteliti (Arikunto, 2006). Analisis deskriptif

juga bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami

dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis ini digunakan untuk

memberikan gambaran umumtentang data yang telah diperoleh dari

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

16

kuesioner. Gambaran umum ini dapat menjadi acuan untuk melihat

karakteristik data yang diperoleh.

2. Analisis Kelayakan Finansial

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis, yaitu:

a. Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak

digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak.

Pt = Net cash flow (Proceeds) pada tahun ke-1

i = Tingkat diskonto

n = Lama waktu atau periode perlangsungan investasi

IO = Pengeluaran mula-mula atau nilai investasi/initial outlays

b. Internal rate of return (IRR) adalah tingkat diskonto (discount rate)

yang menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan

present value dari nilai atau investasi discount rate/tingkat diskon yang

menunjukan net present value atau sama besarnya dengan nol.

IRR = Internal rate of return yang akan dicari

IR1 = Internal rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-1

IR2 = Internal rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke-2

NPV1 = net present value dari hasil IR

NPV2 = net present value dari hasil IR

c. Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang

telah di diskon positif (+) dengan net benefit yang telah di diskon

negatif (-), dengan formula sebagai berikut:

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

17

Jika nilai Net B/C lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha proyek

tersebut layak dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak

layak untuk dikerjakan. Untuk Net B/C sama dengan 1 (satu) berarti

cash in flows sama dengan cash out flows, dalam present value disebut

dengan Break Even Point (BEP), yaitu total cost sama dengan total

revenue.

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

Daerah tempat penelitian kami yaitu berada di Kecamatan Ambarawa yaitu

salah satu kecamatan dari 8 keamatan yang ada di Kabupaten Pringsewu,

Provinsi Lampung. Kecamatan Ambarawa yang beribukota di Ambarawa

ini memiliki 2 desa yaitu Ambarawa dan Sumber Agung dan 5 pekon yaitu

Pekon Ambarawa, Pekon Ambarawa Barat, Pekon Ambarawa Timur, Pekon

Arjo sari dan Pekon Sumber Agung.

Kecamatan Ambarawa memiliki luas wilayah sebesar 30,99 Km2 . Adapun

batas-batas wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa adalah :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka.

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gadingrejo.

Jumlah penduduk Kecamatan Ambarawa menurut Badan Pusat Statistik

(2012), adalah sebesar 32.633 jiwa dengan kepadatan penduduk 1053,02

jiwa/km2. Penduduk daerahini berasal dari suku Lampung sendiri dan suku

pendatang yaitu Jawa yang menjadi mayoritas di daerah ini. Hampir semua

pendududuk nya beragama Islam. Masyarakat Desa Kecamatan Ambarawa,

Kabupaten Pringsewu, Lampung banyak yang bermata pencaharian sebagai

petani secara turun temurun, hal ini didukung dengan cukup luasnya lahan

yang digunakan untuk pertanian cabai diwilayah ini, juga ditambah wilayah

ini yang berada jauh dari perkotaan dan memang banyak lahan perladangan

dan sebagian persawahan yang merupakan lahan pertanian.

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

19

1. Umur dan Tingkat pendidikan

Usia pengusaha dapat mempengaruhi kinerja dalam kontribusinya

mengembangkan usaha yang mereka bangun. Apabila pengusaha memiliki

usia yang produktif, dengan stamina dan pemikiran yang matang ditambah

berbagai pengalaman yang sudah pernah dijalani maka hal ini dapat

berpengaruh positif terhadap kemajuan usaha industri kecil tempe.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 1. Identitas Responden

No Nama L/P Umur Hubungan

Keluarga

Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan Pendapata

n

1

2.

3.

4.

1.

Pak

Tursiyo

Bu

Warsinah

Galuh

Aprian

Gunaryo

Ari

Budiarti

L

P

L

P

73

70

24

45

Kepala

Keluarga

Istri

Cucu

Anak

Setara

SMA

Setara

SMA

SMA

Sarjana

Pembuat

Meubel

Pemilik

Usaha Tempe

-

PNS

5.000.000

5.000.000

-

1.500.000

Dari data diatasUsaha Tempe Lestari memiliki tingkat pendidikan rata-rata

SMA hal ini juga berpengaruh terhadap kualitas dan kapasitas produksi

yang akan dihasilkan. Dalam hal ini tanggungan keluarga juga

mempengaruhi pengeluaran yang dapat menurunkan profit atau

keuntungan yang mereka dapatkan dari usaha tempe ini. Selain dari

pendidikan jenis kelamin juga mempengaruhi tingkat produksi dan

pengelolaan Usaha Tempe yang baik.

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

20

2. Identitas Agroindustri

Sejarah berdirinya Usaha Tempe Lestari pada awalnya ada seorang

pegawai bank (BpSugiman) yang merupakan anak dari penjual tempe

sedang mengadakan sosialisasi tentang perbankan, setelah ibu Warsinah

mengenalnya kemudian Bapak Sugiman member ilmu untuk membuat

tempe karena masih jarang bahkan belum ada ditahun 1984 orang yang

membuattempe di wilayahAmbarawa.Usaha Tempe Lestari ini berdiri

sejak tahun 1984 dengan modal awal sebesar Rp100.000,00.

Produk Tempe ini telah memiliki nama dagang yaitu Tempe Lestari namun

belum sampai untuk dibuat cap di kemasannya. Nama dagang ini didapat

dari konsultan yang mengajari tentang awal pembuatan tempe ini.

Mulanya penjualan awalnya hanya memenuhi kebutuhan orang-orang

sekitar namun semakin lama usahaini menjadi usaha yang menjanjikan

karena produksi bias mencapai 2 ton dalam 20 hari.Hal ini dikarenakan

adanya pesanan untuk hajatan dan acara selamatan yang banyak

menggunakan tempe sebagai lauknya.

Agroindustri tempe yang berada di Jl. Sapuhanda, Ambarawa I, Ambarawa

adalah Kelompok Usaha Tempe Lestari. Status Kepemilikan lahannya

adalah pribadi. Luas lahan pada agroindustri ini seluas 88m2 dengan

bangunan pabriknya 78m2 dengan besarnya pajak per tahunnya

Rp23.053,00saatini. Pemilihan lokasi ini ditentukan berdasarkan dekatnya

dengan pasar. Peningkatan penjualan juga dipengaruhi karena dekatnya

tempat produksi dengan pasar yang memudahkan pemasaran tempe.

Penjualan mulai menurun di tahun 2005 denganproduksi yang hanya

berkisar 1 ton per bulan dan saat ini produk tempe Lestari hanya

memproduksi 50kg/ hari.

B. Keragaan Agroindustri

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

21

Keragaan agroindustry Tempe Lestari adalah Bahan baku produksi, Bahan

penunjang, modal dan tenaga kerja.

1. Pengadaan Agroindustria. Bahan Baku

Bahan baku utama dalam pembuatan tempe adalah kedelai, ragi dan

bungkus (plastic atau daun pisang) sebagai bahan pendukung.Kedelai

merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting

diIndonesia. Kedelai banyak digunakan sebagai bahan baku makanan

yang biasadikonsumsi masyarakat Indonesia seperti tahu dan

tempe.Bahan baku kedelai itu berasal dari sumber agung dan diantar

langsung oleh pemasok. Frekuensi pembelian dalam sehari minimal

50kg/hari dan bahan yang dibutuhkan selalu kontinu. Keuntungan yang

didapat dari kemitraan dengan pemasokantara lain adalah kontrak

penyediaan bahan baku yang panjang, penyediaan barang yang tepat

waktu dan adanya potongan jika membeli produk dalam jumlah besar.

Harga bahan baku utama saat ini Rp8.900,00 hal ini dikarenakan inflasi

di beberapa tahun terakhir. Peningkatan harga kedelai dari tahun

ketahun semakin lama membuat agroindustry ini semakin menurunkan

beberapa biaya seperti tenaga kerja bahkan volume produksi.

b. Bahan Penunjang

Bahan penunjang yang mendukung dalam pembuatan tempe adalah

kayu bakar dan bensin.Kayu bakar didatangkan dari pemasok sebanyak

1 kubik per bulannya dengan harga Rp80.000,00. Kayu bakar ini

digunakan dalam merebus kedelai supaya kulit arinya mudah dikelupas.

Sedangkan bensin digunakan untuk transportasi penjualan produk

tempe. Produk tempe yang sudah jadi dipasarkan kewilayah sekitar

kecamatan ambarawa seperti ambarawa timur, ambarawa barat,

ambarawa pusat, arjosari dan pada pasar tradisional yang mempunyai

jadwal hari selasa dan jum’at.

c. Tenaga Kerja

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

22

Tenaga kerja di agroindustry tempe Lestari berasal dari daerah

kecamatan ambarawa, dua orang berasaldaridalamkeluargadan 1 orang

berdasarkan dari luar keluarga. Pada tahun 2007 tenaga kerja luar

keluarga masih 3 orang karena lonjakan harga kedelai masih bias

ditoleransi namun saat ini padatahun 2013 pekerja yang masih menetap

hanya 1 orang yaitu bernama bu Wartini. Besarnya upah yang diberikan

kepada tenaga kerja luar keluarga adalah Rp50.000,00 per harinya

sedangkan tenaga kerja dalam keluarga sebesar Rp40.000,00 per

harinya. Untuk melihat detailnya dapat dilihat pada lampiran 1.

d. Modal

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan usaha,

tanpa modal yang mencukupi maka usaha yang dibangun tidak akan

berjalan sebagaimana mestinya. Besarnya modal awal dan sumber

modal yang digunakan oleh pengusaha tempe adalah sebesar

Rp100.000,00 modal inipadatahun 1984 merupakan modal

yancukupbesarkarenahargakedelaisaatitumasih Rp300,00. Modal ini

berasal dari modal sendiri.

2. Proses Produksi

Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan

ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air

sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji

kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.

Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi

dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat

dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat

pengupas kulit biji dalam produksi tempe lestari menggunakan alat

pengupas kulit kedelai.

Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah

untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

23

laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh

munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan

bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum

(misalnya di negara-negara subtropis, asam perlu ditambahkan pada air

rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga

bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri

beracun.

Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang

mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak

terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan

fungi. Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe

atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan

pada daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional),

spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka;

banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum

digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia).

Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum

pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu

dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat

dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa lama,

lalu dikeringkan. Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau

ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi.

Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun

pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan

memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan

oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya

diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk. Biji-biji kedelai yang

sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada

proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai,

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

24

menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu

20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat

biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang

lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun

biasanya membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.

Gambar 1. Proses pembuatan tempe

C. Analisis Finansial

1. Biaya Investasi

Biaya Investasi adalah biaya yang digunakannya dapat berlangsung dalam

waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun). Biaya investasi biasanya

berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik

dan kapasitas produksi. Contoh : Pebangunan gedung, kendaraan, alat

kedokteran, dan lain-lain.

Berdasarkan data yang kami dapatkan, investasi awal yang dikeluarkan

oleh pemilik usaha pada tahun 2007 sebesar Rp313.785.000. Tetapi

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

25

terdapat juga penambahan investasi berupa peralatan seperti ember,

baskom, gayung, yang disebabkan barang yang sebelumnya mengalami

penyussutan, sehingga investasi pada tahun 2007 sebesar Rp 313.930.000.

Penambahan biaya Investasi juga terdapat pada tahun 2010 berupa

penambahan rak sebesar Rp300.000,00 yang dikeluarkan untuk

menggantikan rak yang lama. Jadi setiap tahunya pada usaha pembuatan

tempe lestari terdapat penambahan investasi yaitu berupa pembelian

peralatan yang disebabkan peralatan yang lama sudah habis umur

ekonomisnya. Tabel biaya investasi digambarkan sebgai berikut:

Tabel 2. Biaya investasi Usaha Tempe Lestari

VariabelJumla

hHarga

Tahun Ke

20072008

2009

2010

2011

2012

           Lahan+bangunan 1

300000000 300000000          

Tampah 4 25000 100000          Dandang 3 100000 300000          Mesin 2 200000 400000          Penyaring 3 25000 75000          Rak 2 300000 600000          Timbangan 1 250000 250000          Motor 1 12000000 12000000          Tungku 3 20000 60000          Total Investasi     313785000          

Tabel penamabahan biaya investasi tiap tahun

Variabel jumlah Harga 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Ember 3 10000 30000 30000 30000 30000 30000 30000

Baskom 4 25000 100000   100000   100000  

Gayung 3 5000 15000 15000 15000 15000 15000 15000

Rak 1         300000    Total biaya peralatan     145000 45000 145000 345000 145000 45000

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

26

Total Investasi     313930000 45000 145000 345000 145000 45000

2. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan, sehubungan dengan operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan. Biaya operasional di bagi menjadi dua bagian yaitu baiaya

produksi dan biaya tetap. Biaya operasional ini biasanya digunakan oleh

pengusaha sebagai acuan untuk penentuan harga jual produk agar tidak

mengalami kerugian.

a. Biaya Tetap

biaya tetap adalah pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada

tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut

Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa

yang dibayar setiap bulan, dan sering disebut sebagai pengeluaran

tambahan.

Berdasarkan perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan tiap tahunnya

memiliki rata - rata Rp73.223.053 dari 6 tahun terakhir yang berasal

dari biaya tenaga keja luar keluarga, tenaga kerja dalam keluarga, biaya

PBB, listrik, air dan telfon. Biaya yang dikeluarkan dari tahun 2008 ke

2009 mengalami penurunan, hal itu dikarenakan adanya persaingan

yang lebih besar di antara usaha tempe sehingga permintaan akan tempe

menurun yang diakibatkan berkurangnya pangsa pasar yang dimiliki.

Biaya tersebut dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Biaya Tetap Usaha Tempe LestariBiaya Tetap 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(Listrik, Air, Telpon)

 

2400000 2400000 2400000 3000000 3000000 3000000

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

27

Biaya PBB 23053 23053 23053 23053 23053 23053

TKDK28800000 28800000 28800000 28800000 28800000 28800000

TKLK54000000 54000000 36000000 36000000 36000000 36000000

total biaya tetap 85223053 85223053 67223053 67823053 67823053 67823053

b. Biaya produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus di

keluarkan untuk memproduksi suatu barang. Biaya produksi juga

merupakan pengeluaran yang di lakukan perusahaan untuk

mendapatkan faktor – faktor produksi dan bahan baku yang akan di

gunakan untuk menghasilkan suatu produk.

Biaya produksi yang kami dapatkan mennggambarkan bahwa terjadi

penurunan biaya dari tahun 2007 sampai 2010 dan kembali naik pada

tahun 2011 dan 2012. Hal itu disebabkan karena berturunnya

permintaan akan tempe dan terjadi kenaikan tersebut bukan karena

meningkatnya permintaan tetapi karena meningkatnya harga bahan

baku sedangkan permintaan relatif tetap. Biaya produksi usaha tempe

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Biaya Produksi Usaha Tempe LestariBiaya Variabel   2007 2008 2009 2010 2011 2012Kedelai

27000 kg18900000

015660000

015345000

014220000

014940000

016020000

0

Ragi 40.8 kg 1512000 1209600 1148400 1080000 1080000 1080000

Plastik408000 satuan 94500000 75600000 69300000 63000000 63000000 63000000

Daun Pisang 150 kg 150000 150000 150000 150000 150000 150000

Air Mineral 400 L 600000 600000 600000 600000 600000 600000Biaya Pendukung              

Kayu Bakar 12 kubik 960000 960000 960000 960000 960000 960000

Bensin 121 liter 544500 544500 544500 544500 544500 786500

Total biaya28726650

023566410

022615290

020853450

021573450

022677650

0

3. AnalisisFinansial

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

28

Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut

pandang pengusahasebagaipemilik. Analisis finansial diperhatikan

didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil

penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya

(total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui

kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering

juga disebut “private returns”. Beberapa hal lain yang harus diperhatikan

dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya returns sebelum pihak-

pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan modal.

Analisis finansial yang digunakan dengan menggunakan perhitungan NPV

(Net Present Value) makadapat diketahui posisi keuangan Usaha tempe

Lestari yang berada di kecamatan ambarawa sebagai berikut

Tabel 5.Kriteria investasi usaha tempe lestaritahun 2007-2012

Tahunke-n

Tahun Investasi O&M TC Benefit df 14%

PV TC

1 2007 313930000

372489553 686419553 331330447 0.87719

602122414.9

2 2008 45000 320887153 320932153 494317847 0.76947

246946870.6

3 2009 145000 293375953 293520953 454229047 0.67497

198118282.7

4 2010 345000 276357553 276702553 403547447 0.59208

163830124.3

5 2011 145000 283557553 283702553 396547447 0.51937

147346216

6 2012 45000 294599553 294644553 385605447 0.45559

134236094.7

Jumlah

314655000

1841267318

2155922318

2465577682

3.88867

1492600003

Tabel 5. Kriteria investasi usaha tempe lestari (lanjutan)

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

29

PV Benefit

Net (B-C)Gross

B-O&MPV

InvestasiPV Gross B-O&M

Net (B/C)

DF 22%

NPV 22% NPV 14%

290640743

-311481671

.9

-4115910

627537719

3

-36104478.

95

-35508910

60.8196

7

-291056644

.3

-311481671

.938036153

2133414661

.41734306

9434626.038

78133449287

.517338569

40.6718

6116491328

.9133414661

.430659166

8.6108473385

.91608530

9497870.869

85108571256

.716070809

40.5507

188503054.

22108473385

.923893248

4.475102360.

021271898

94204267.69

5775306627.

7212684489

4 0.451457257669.

4775102360.

0220595431

7.958608101.

881129898

9475308.456

3358683410.

3311284489

4 0.3741752526.

4258608101.

8817567665

4.441440559.

679100589

420501.394

6541461061.

07 909608940.3032

827586444.

941440559.

6715981574

00105557396

.96243103

6427580976

7.4381367164

.430965536

43.1669

240534379.

7105557396

.9

Nilai DF=14%, disamakandengansukubungapinjaman yang

dipakaisaatmelakukanpenelitian.Karenanilai NPV 14% sebesar

105.557.396.9 (positif), maka layak dilakukan investasi. Dan setelah

dilakukan perhitungan NPV dengan berbagai cara adalah hasilnya sama

maka data yang didapat adalah baik dan layak untuk dilanjutkan.

Dari data diatasdapatdilakukanperhitunganterhadap gross b/c yaitu

Gross B/C = = = 1,071

Karena gross B/C besarnyalebihdari 1 maka Usaha Tempe Lestari layak

untukdijalankan dengan kata lain menguntungkan.

Net B/C ratio = = = 1,339

Karena Net B/C ratio besarnyalebihdari 1 maka Usaha Tempe Lestari

layakuntukdijalankandengan kata lain menguntungkan.

Provitability ratio = == = 1,383

KarenaProvitability ratio besarnyalebihdari 1 maka Usaha Tempe Lestari

layakuntukdijalankandengan kata lainmenguntungkan.

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

30

Perhitungan NPV dapatdilakukandengan 3 cara yang pertama dengan cara

mengurangi jumlah PVGRB dengan PVGRC

NPV = PVGRB- PVGRC = 1.598.157.400,171-1.492.600.003,223

=105.557.396.948

Perhitungan NPV yang keduadengancaramengurangijumlah Net B/C yang

positifdengan Net B/C yang negative.

NPV = Net B/C+- Net B/C-= 30

= 105.557.396.948

Perhitungan NPV yang ketigadengancaramengurangijumlahPV Gross B-

O&M dengan jumlah PV Investasi.

NPV = PV Gross B-O&M - PV Investasi = 381367164.386 -

275809767.438= 105.557.396.948

Karena ketiga perhitungan NPV tersebut hasilnya sama data tersebut

adalah baik dan bernilai positif, maka investasi ini layak untuk

dilaksanakan dan dilanjutkan. Oleh karena itu dalam perhitungan NPV

penting untuk melihat apa yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha.

Internal Rate of Return

NPV1 =Rp. 31.907.340 i1=14%

NPV2 =Rp. -4.689.798 i2=22%

IRR = i1+ ((NPV1/(NPV1-NPV2)*(i2-i1))

IRR = 27%

Dalam penelitian ini nilai IRR (27%) >bunga pinjaman (14%) sehingga

Dikatakan bahwaUsaha Tempe Lestari layak untukdiusahakan atau dengan

kata lain menguntungkan.

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

31

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan diatas adalah sebagai

berikut:

1. Usaha Tempe Lestari berdiripadatahun 1984 dengan modal awal

Rp100.000,00 yang berasaldari modal sendiri. Bahan pokok dalam Usaha

ini adalah kedelai dan ragi dengan beberapa bahan pendukung seperti

bungkus, danbahanpenunjangsepertikayubakardanbensin.

2. Dari perhitungan dalam pembahasan diatas didapat Gross B/C 1,071 Net

B/C sebesar 1,339 danProfitabilitas ratio sebesar1,383

karenasemuanilaitersebutlebihdari 1 maka usaha tersebut layak untuk

dilanjutkan. Sedangkan pada NPV bernilaipositif sebesar 105.557.396.948

dan IRR 27% dengan bunga pinjaman 14% oleh karena itu usaha ini

menguntungkan.

3. Kendala yang dihadapidalam Usaha Tempe Lestari ini antaralain mahalnya

harga input utama yaitu kedelai, hal ini dikarenakan produksi dalam negeri

yang masih minim dan pesaing yang sudahbanyak di kecamatan ambarawa

sehingga mengurangi pangsa pasar.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas ada beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan untuk

pengusaha agroindustri tempe Lestari diantaranya sebagai berikut :

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

32

1. Pengelolaan Agroindustri yang baik adalah dengan membuat pembukuan

setiap periode (tahunan) agar memudahkan dalam memperkirakan biaya

yang akan muncul dimasa yang akan datang

2. Pemerintah seharusnya dapat mengantisipasi naiknya harga kedelai

sebelum adanya kenaikan tersebut misalnya dengan membuat kebijakan

untuk menanam kedelai varietas unggul di beberapa wilayah produktif.

3. Untuk Pesaing Agroindustri sebaiknya menjual produk dengan kualitas

yang bagus bukan dengan cara menjatuhkan harga.

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2013.http://darkzone7.blogspot.com/2013/04/biaya-produksi.html. di

akses pada tanggal 24 November 2013 pukul 02.30 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Irianto, Jusuf. 1996. Industri Kecil Dalam Perspektif Pembinaan Dan Pengemba

ngan. Surabaya: Airlangga University Press.

Kadariah. 1998. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomis Edisi Dua. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Kuncoro, Mudrajad. 2007a. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara

Industri Baru 2030. Yogyakarta: C.V Andi.

Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan:Aplikasi Komputer (Era Otonomi

Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU.doc

34

LAMPIRAN