ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
-
Upload
edwin-octavian-mahendra -
Category
Documents
-
view
451 -
download
0
Transcript of ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
![Page 1: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/1.jpg)
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
55
ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Lucky Rachmawati S.E., M.Si. (Jurusan Pendidikan Ekonomi)
Hendry Cahyono, SE.,ME (Jurusan Pendidikan Ekonomi)
Riza Yonisa Kurniawan, S.Pd., M.Pd (Jurusan Pendidikan Ekonomi)
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
Abstract
Condition of the investment climate East Java is still not too conducive.
Investment regions of East Java can be categorized as inefficient but still good. There
are three sectors that are inefficient, an efficient five sectors and one sector that does not
absorb investment. Confidence the world of business to East Java 's investment climate,
need immediate repairs held. One way to increase investor interest is in understanding
the business opportunities in East Java through the calculation of regions and sectoral
ICOR in East Java.
Kata kunci
1. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan nilai dari barang-barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu ekonomi. Secara konvensional diukur sebagai persentase dalam
peningkatan produk domestik bruto yang riil, atau GDP. Pertumbuhan pada umumnya
dihitung dalam terminologi yang riil, yaitu terminologi yang disesuaikan dengan inflasi.
Dalam ekonomi, pertumbuhan ekonomi atau teori pertumbuhan ekonomi secara khas
mengacu pada pertumbuhan potensial output, yaitu, produksi pada kondisi penggunaan
tenaga kerja secara penuh yang disebabkan oleh pertumbuhan permintaan agregat atau
output yang diamati (wikipedia, 2011).
Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang menjadi pusat aktivitas
kegiatanekonomi kawasan timur pulau Jawa. PDRB Jawa Timur atas dasar harga
konstan selama kurun waktu lima tahun terakhir masing-masing sebesar: Rp. 271.249
miliar pada tahun 2006; Rp. 287.814 miliar pada tahun 2007; Rp. 304.923 miliar pada
tahun 2008; Rp. 320.211 miliar pada tahun 2009; dan Rp. 342.254 miliar pada tahun
2010. Berdasarkan angka-angka PDRB tersebut, PDRB Jawa Timur tiap tahun terus
mengalami peningkatan, sejalan dengan proses membaiknya kondisi ekonomi. Nilai
PDRB yang dihasilkan masih mengandung pengaruh perubahan harga, sehingga angka
ini belum bisa digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
ditunjukkan table 1.
![Page 2: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/2.jpg)
Lucky R, Hendry C dan Riza, Analisis Kebutuhan Investasi Sektoral Jawa Timur
56
Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2005 – 2009
No. Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010
1. PDRB ADHK 2000 (Miliar Rupiah) 271.249 287.814 304.923 320.211 342.254
2. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,80 6,11 5,94 5,01 6,88
Sumber: Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Propinsi Jawa Timur tahun 2011
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, dapat dihitung melalui PDRB atas dasar
harga konstan 2000, karena pertumbuhan ekonomi ini benar-benar diakibatkan dari
perubahan jumlah nilai produk barang dan jasa yang sudah bebas dari pengaruh harga
(pertumbuhan riil). PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tabel 1 , menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama periode 2005-2009 berturut-turut
sebesar: 5,80% pada tahun 2006; 6,11% pada tahun 2007; 5,94% pada tahun 2008;
5,01% pada tahun 2009; serta 6,88% pada tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur terbesar pada tahun 2010 yaitu sebesar 6,88%, yang mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya sebesar 31%. Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2008 hingga 2009
mengalami penurunan sebesar 0,93%.
Salah satu cara untuk meningkatkan PDRB adalah dengan meningkatkan
investasi. Untuk meningkatkan investasi dibutuhkan perencanaan investasi yang tepat.
Angka realisasi penanaman modal mengindikasikan tingginya aktivitas investasi di Jawa
Timur. Realisasi investasi yang berasal dari modal asing maupun modal dalam negeri
menunjukkan angka yang variatif, ditunjukkan pada Tabel 2.
Kondisi Investasi di Jawa Timur untuk 5 periode secara berturut-turut untuk
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebagai
berikut: pada tahun 2005 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 32,91% (Rp. 5,39
trilyun) dan 50,68% (539,10 juta US $); pada tahun 2006 masing-masing sebesar
3.006,69% (Rp. 167,45 trilyun) dan 172,22% (1.467,55 US $); pada tahun 2007 nilai
investasi turun 87,04% untuk PMDN sedangkan PMA sekitar 41,99%; pada tahun 2008
investor dalam negeri semakin menurunkan nilai investasinya menjadi Rp. 19,93 trilyun
atau turun 8,14% dibanding tahun sebelumnya, sedangkan penanaman modal asing nilai
investasi terjadi sebaliknya yaitu naik sekitar 214% (2.676,88 juta US $); serta pada
tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup berarti baik PMDN maupun PMA
masing-masing sebesar 52,31% dan 47,14%.
Tabel 2 Perkembangan Nilai Investasi Berskala Nasional PMDN/PMA
Tahun 2005-2009
Tahun Pmdn (000 000 Rp) Pma (000 Us $)
Abs % Abs %
2005 5.389.950 32,91 539.098 50,68
2006 167.449.038 3.006,69 1.467.546 172,22
2007 21.700.120 (87,04) 851.292 (41,99)
2008 19.933.800 (8,14) 2.676.883 214,45
2009 9.506.602 (52,31) 1.415.047 (47,14)
Sumber: Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Propinsi Jawa Timur tahun 2011
Rendahnya angka realisasi penanaman modal dalam negeri maupun modal asing
menggambarkan pelemahan aktivitas investasi di Jawa Timur. Setelah mencatat angka
yang cukup tinggi di tahun sebelumnya, terutama pada tahun 2006 hingga mengalami
kenaikan sebesar 3.006,69 % dari tahun sebelumnya, realisasi investasi di Jawa Timur
mulai menurun pada tahun 2007 sampai dengan 2009.
![Page 3: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/3.jpg)
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
57
Dalam upaya peningkatan PDRB di Propinsi Jawa Timur dengan kondisi
investasi yang semakin menurun, perlu dilakukan perhitungan Incremental Capital
Output Ratio (ICOR) daerah dan sektoral sebagai indikator kebutuhan investasi pada tiap
sektor ekonomi. Perhitungan tersebut bertujuan agar kebutuhan terhadap investasi
persektor dapat diketahui dengan tepat, sehingga perencanaan investasi pun dapat
dilakukan dengan cermat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan, dirumuskan lima permasalahan
sebagai berikut: (1) bagaimana kondisi investasi per sektor di Jawa Timur dari tahun
2006 hingga 2010; (2) berapa besar kebutuhan investasi daerah dalam pembangunan
ekonomi Propinsi Jawa Timur dari tahun 2006 hingga 2010; (3) berapa besar kebutuhan
investasi pada tiap sektor ekonomi Propinsi Jawa Timur dari tahun 2006 hingga 2010;
(4) pada sektor manakah yang efisien di propinsi Jawa Timur dari tahun 2006 hingga
2010; serta (5) bagaimana kebijakan investasi sektoral di Propinsi Jawa Timur?
3. Landasan Teori
3.1 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Kita dapat menggambarkan kebutuhan untuk menaikkan tingkat investasi, jika kita
menggunakan persamaan Roy Harrod mengenai perhitungan pertumbuhan ekonomi
melalui pendekatan investasi dan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang
ditunjukkan pada persamaan:
ICOR
iG
keterangan:
G = tingkat pertumbuhan ekonomi
i = investasi sebagai persentase dari pendapatan
ICOR = Incremental Capital Output Ratio (Rasio Modal Output Marjinal), suatu
kebalikan dari rasio peningkatan output terhadap investasi.
Jika Y adalah pendapatan, K adalah persediaan modal, dan I adalah investasi,
maka G = ( Y/Y), i = (I/Y), dan ICOR=( K/ Y), penambahan modal dibagi dengan
penambahan pendapatan sama dengan (I/ Y), dimana menurut definisi bahwa K I.
Maka persamaan tersebut akan identik dengan:
![Page 4: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/4.jpg)
Lucky R, Hendry C dan Riza, Analisis Kebutuhan Investasi Sektoral Jawa Timur
58
IΔK
Y
I
Y
ΔK
Y
I
ΔY
ΔK.
Y
ΔY
ΔY
ΔKY
I
Y
ΔY
3.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan tingkat hidup penduduk. Salah
satu ukuran peningkatan kesejahteraan penduduk adalah pertumbuhan ekonomi melalui
pendekatan Produk Domestik Regional Bruto(PDRB). Salah satu cara untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan investasi. Dengan
demikian, perlu diketahui ICOR daerah dan sektoral agar kebutuhan terhadap investasi
daerah dan sektoral di Jawa Timur dapat diketahui dengan tepat, sehingga perencanaan
investasi pun dapat dilakukan dengan cermat. ICOR akan membandingkan antara jumlah
investasi tiap tahun dengan jumlah perubahan PDRB setiap tahun. Hasil perhitungan
ICOR tiap sektor ekonomi akan memberikan gambaran berapa kebutuhan riil investasi
Alat Analisis:
Perhitungan ICOR daerah dan ICOR sektoral
Latar belakang: PDRB dan investasi Propinsi Jawa Timur yang
semakin menurun menimbulkan penurunan
pertumbuhan ekonomi
Masalah Utama:
Berapa besar kebutuhan investasi daerah
pada tiap sektor ekonomi Propinsi Jawa
Timur dari tahun 2006 hingga 2010 dan
sektor manakah yang efisien untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Hasil dan Pembahasan
![Page 5: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/5.jpg)
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
59
pada tiap sektor ekonomi di daerah tersebut. Sehingga dapat dirumuskan rencana
investasi daerah dan sektoral di Propinsi Jawa Timur.
4. Metode Penelitian
Lokasi penelitian adalah Propinsi Jawa Timur, pertimbangannya adalah
pertumbuhan ekonomi dan investasi di Propinsi Jawa Timur mulai mengalami
penurunan, sehingga perlu dikaji kebutuhan investasi per sektor sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Variabel-variabel yang digunakan, untuk menghitung ICOR sebagai ukuran
kebutuhan investasi di Propinsi Jawa Timur, yaitu: PDRB, pertumbuhan ekonomi, dan
investasi. Mengingat ICOR harus dihitung dalam selang waktu yang relatif lama, maka
berikut adalah formulasi ICOR yang dihitung dari tahun m hingga n,
keterangan
m = tahun mulai perhitungan ICOR
n = tahun akhir perhitungan ICOR
PDRBm = Angka PDRB pada awal perhitungan ICOR
PDRBn = Angka PDRB pada tahun terakhir perhitungan ICOR
Perhitungan dalam waktu yang relatif panjang dimaksudkan bahwa investasi pada
tahun ini tidak otomatis diikuti oleh penambahan output pada tahun ini juga, melainkan
baru akan muncul pada satu atau dua tahun yang akan datang. Selain itu masa yang
dibutuhkan dari waktu penambahan kapital sampai dengan menghasilkan output akan
berbeda-beda dari sektor yang satu dengan sektor lainnya.
Metode analisis data sebagai berikut:
Rata-rata koefisien ICOR di negara berkembang memiliki rentang antara 2
sampai 7, semakin mendekati angka 2 maka ICOR semakin baik dan sebaliknya semakin
menjauhi angka 2 maka ICOR semakin buruk, namun selama belum mencapai angka
lebih dari 7 maka ICOR masih baik. Secara terperinci, dijelaskan sebagai berikut:
a) Semakin mendekati angka 2 sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor yang
efisien, artinya sedikit saja penambahan modal akan banyak meningkatkan output
dari sektor tersebut. Dengan peningkatan output artinya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
b) Semakin menjauhi angka 2 sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor yang
tidak efisien tetapi masih dianggap baik, artinya untuk meningkatkan output dari
sektor tersebut dibutuhkan penanaman modal yang besar.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi
pustaka karena data yang digunakan adalah data sekunder. Data-data sekunder tentang
nilai investasi dan nilai PDRB Propinsi Jawa Timur dari tahun 2005 sampai tahun 2010,
diperoleh dari berbagai publikasi: Biro Pusat Statistik, publikasi Bank Indonesia, dan
data Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
![Page 6: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/6.jpg)
Lucky R, Hendry C dan Riza, Analisis Kebutuhan Investasi Sektoral Jawa Timur
60
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan
5.1 Kondisi Investasi di Jawa Timur
Kondisi iklim investasi di Indonesia pada umumnya dan Jawa Timur pada
khususnya masih belum terlalu kondusif. Berdasarkan data investasi yang ditanamkan
untuk sektor-sektor di Jawa Timur baik penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal asing dari tahun 2006-2010 menunjukkan angka investasi yang tidak stabil, hal
tersebut ditunjukkan pada Tabel 3. World Bank (2004 dalam Mudrajad: 2009),
menyebutkan bahwa para investor masih khawatir untuk melakukan bisnis di Indonesia,
hal ini disebabkan karena ketidakstabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan,
korupsi, perijinan usaha, dan regulasi pasar tenaga kerja ditunjukkan table 3.
Tabel 3. Investasi di Jawa Timur Pada Tahun 2006-2009 Berdasarkan Sektor
No. Sektor 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 63,190,696,000 0 82,831,370,000 496,607,250,000
2
Pertambangan
& Penggalian 11,580,000,000 1,781,850,000,000 2,132,133,500,000 0
3
Industri
Pengolahan 170,708,278,576,000 218,747,033,400,000 23,614,478,280,000 21,786,681,850,000
4
Listrik, Gas &
Air Bersih 0 386,916,000,000 530,306,543,000 80,555,400,000
5 Kontruksi 9,334,114,272,000 0 2,793,933,279,000 4,561,456,350,000
6
Perdagangan,
Hotel &
Restauran 473,025,580,000 35,637,000,000 14,915,433,433,000 12,399,547,300,000
7
Pengangkutan
& Komunikasi 0 0 14,590,500,000 0
8
Keuangan,
Persewaan &
Jasa Perusahaan 0 0 0 0
9 Jasa-jasa 339,373,628,000 0 1,990,267,536,000 1,933,215,950,000
Total 9,357,256,752,000 180,929,562,752,000 220,951,436,400,000 46,073,974,441,000
Sumber: data sekunder diolah, 2011
Otonomi daerah yang diberlakukan Indonesia sejak tahun 2004, menarik peran
serta masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam menentukan kebijakan
pembangunan. Konsep partisipatif yang diajukan oleh kebijakan otonomi daerah
menempatkan masyarakat untuk memiliki peranan dalam kepemerintahan (governance),
akan tetapi pada penerapannya ternyata masyarakat hanya diposisikan sebagai konsumer
(agent) bukan sebagai pelaku atau prinsipil. Penyimpangan pelaksanaan otonomi daerah
ini adalah adanya penyalahgunaan wewenang. Dalam dunia investasi dan bisnis
misalnya, terjadi praktik-praktik pungutan liar untuk melancarkan perijinan pendirian
usaha. Tentu saja, hal tersebut akan membuat para investor enggan untuk berinvestasi
karena sulitnya untuk memproses ijin usaha, dan lagi dengan adanya praktik-praktik
pungutan liar, biaya yang dikeluarkan untuk pendirian usaha semakin besar.
Kepercayaan dunia bisnis terhadap iklim investasi Indonesia pada umumnya dan
Jawa Timur pada khususnya perlu segera diadakan perbaikan. Salah satu cara untuk
meningkatkan minat investor adalah dengan pemahaman peluang bisnis di Jawa Timur.
Melalui perhitungan ICOR daerah dan ICOR sektoral di Jawa Timur, maka investor
dapat mengetahui kebutuhan investasi Jawa Timur dan peluang investasi apa yang akan
dilakukan di Jawa Timur.
![Page 7: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/7.jpg)
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
61
5.2 Kebutuhan Investasi Daerah dan Sektoral Jawa Timur
Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai ICOR daerah Jawa timur untuk periode
tahun 2006-2010 sebesar 7,02, artinya agar PDRB naik sebesar satu miliar dibutuhkan
investasi senilai 7,02 miliar. Angka ICOR tersebut menunjukkan bahwa investasi daerah
Jawa Timur tidak efisien tetapi masih baik.
Perhitungan ICOR daerah dan ICOR per sektoral Jawa Timur periode tahun
2006-2010 ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai ICOR Per Sektoral Di Jawa Timur Dari Tahun 2006-2010.
No. Sektor ICOR
1 Pertanian 0.1475
2 Pertambangan & Penggalian 1.7285
3 Industri Pengolahan 31.1847
4 Listrik, Gas & Air Bersih 36.4373
5 Kontruksi 8.5222
6 Perdagangan, Hotel & Restauran 1.2195
7 Pengangkutan & Komunikasi 0.0015
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.0000
9 Jasa-jasa 0.6050
ICOR daerah Jawa Timur 7,02
Sumber: data sekunder diolah, 2011
Perhitungan ICOR sektoral di Jawa Timur pada tahun 2006-2010 dapat dilihat
pada Tabel 4. Perhitungan angka ICOR pada penelitian ini bukan dari investasi dan
output tahun per tahun, melainkan dihitung dalam selang waktu yang relatif panjang,
yakni selama 5 tahun dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Perhitungan dalam waktu yang
relatif panjang dimaksudkan bahwa investasi pada tahun ini tidak otomatis diikuti oleh
penambahan output pada tahun ini juga, melainkan baru akan muncul pada satu atau dua
tahun yang akan datang. Selain itu masa yang dibutuhkan dari waktu penambahan kapital
sampai dengan menghasilkan output akan berbeda-beda dari sektor yang satu dengan
sektor lainnya.
Sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas & air bersih menunjukkan
bahwa kegiatan produksinya paling tidak efisien, dengan angka ICOR sebesar 31.1847
dan 36.4373. Angka ICOR tersebut berarti agar produksi industri pengolahan naik satu
miliar, dibutuhkan investasi senilai 31,1847 miliar dan untuk menaikkan produksi sektor
listrik, gas & air bersih sebesar satu miliar dibutuhkan investasi senilai 36,4373 miliar.
Ketidakefisienan tersebut berarti, bahwa dibutuhkan investasi yang besar untuk
meningkatkan produksi kedua sektor tersebut, Kedua sektor tersebut, kontribusinya tidak
terlalu besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sektor kontruksi merupakan sektor yang tidak efisien ketiga dengan angka ICOR
sebesar 8.5222, yang berarti agar produksi sektor kontruksi naik satu miliar dibutuhkan
investasi senilai 8.5222 miliar.
Ketiga sektor, yakni: sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air
bersih; serta sektor kontruksi, menjadi tidak efisien bisa jadi karena sektor-sektor
tersebut merupakan sektor yang padat kapital. Sektor industri pengolahan, merupakan
sektor yang menarik investasi paling besar dibanding sektor sektor yang lain. Pada
tahun 2007, investasi yang ditanamkan pada sektor industri pengolahan mencapai
Rp.218.747.033.400.000. Setelah mencapai nilai investasi yang sangat besar pada tahun
![Page 8: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/8.jpg)
Lucky R, Hendry C dan Riza, Analisis Kebutuhan Investasi Sektoral Jawa Timur
62
2007, kemudian nilai investasi di sektor pengolahan menurun pada tahun-tahun
berikutnya
Sektor Pertambangan & Penggalian memiliki angka ICOR sebesar 1.7285, yang
berarti agar produksi sektor Pertambangan & Penggalian naik sebesar satu miliar
dibutuhkan investasi senilai 1.7285 miliar. Sektor Perdagangan, Hotel & Restauran
memiliki angka ICOR sebesar 1.2195, yang berarti agar produksi sektor Pertambangan &
Penggalian naik sebesar satu miliar dibutuhkan investasi senilai 1.2195 miliar.
Sektor Jasa-jasa memiliki angka ICOR sebesar 0.6050, yang berarti agar produksi
sektor Jasa-jasa naik sebesar satu miliar dibutuhkan investasi senilai 0.6050 miliar.
Sektor Pertanian memiliki angka ICOR sebesar 0.1475, yang berarti agar
produksi sektor Pertanian naik sebesar satu miliar dibutuhkan investasi senilai 0.1475
miliar. Sektor Pengangkutan & Komunikasi memiliki angka ICOR sebesar 0.0015, yang
berarti agar produksi sektor Pengangkutan & Komunikasi naik sebesar satu miliar
dibutuhkan investasi senilai 0.0015 miliar. Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan memiliki angka ICOR sebesar 0, nilai ICOR tersebut dihasilkan karena pada
periode tahun 2006 hingga tahun 2010 tidak ada investasi yang ditanamkan pada sektor
ini.
Kelima sektor, yakni: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian;
sektor perdagangan, hotel dan restauran; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta
sektor jasa-jasa, menjadi efisien bisa jadi karena sektor-sektor tersebut merupakan sektor
yang padat karya..
5.3 Kebijakan Investasi Sektoral di Propinsi Jawa Timur
Berdasarkan perhitungan ICOR, para investor dapat memilih sektor mana yang
berpeluang untuk investasi. Sektor-sektor yang efisien dapat dipilih sebagai alternatif
sektor untuk investasi, karena sektor-sektor tersebut dengan sedikit saja nilai investasi
akan dapat meningkatkan produksi pada sektor tersebut. Peluang di sektor-sektor
tersebut masih terbuka luas.
Pada sektor pertanian misalnya, selama ini masyarakat Indonesia pada umumnya
dan Jawa Timur pada khususnya masih banyak yang menggunakan alat-alat
sederhana/tradisional untuk memproduksi padi, padahal permintaan akan beras masih
banyak. Permintaan beras yang banyak, sedangkan penawaran akan beras yang sedikit,
memaksa pemerintah untuk mengimpor beras dari luar negeri, misalnya Thailand.
Investor dapat tertarik untuk berinvestasi di sektor pertanian, karena peluang usaha ini
terbuka lebar. Hal tersebut karena permintaan akan beras tidak dapat terpenuhi hanya
dari penawaran dari dalam negeri. Untuk meningkatkan produksi pertanian, tidak hanya
memerlukan input produksi tanah dan tenaga kerja saja, akan tetapi input teknologi juga
dapat dikembangkan untuk meningkatkan produksi.
Peran investor adalah untuk berinvestasi pada input teknologi, sehingga produksi
padi meningkat. Input teknologi disini tidak berarti bahwa peralihan padat karya ke padat
modal, tetapi perpaduan antara padat karya dan padat modal yang bersinergi membentuk
pertumbuhan ekonomi yang tinggi demi kesejahteraan bersama. Negara Jepang
misalnya, sektor pertaniannya maju walaupun mereka tidak memiliki lahan yang luas,
akan tetapi masyarakat Jepang kreatif menciptakan ide-ide teknologi pertanian untuk
meningkatkan produksinya.
Keadaan yang sama juga berlaku pada sektor-sektor efisien yang lainnya, baik
sektor pertambangan dan penggalian; sektor perdagangan, hotel dan restauran; sektor
pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Peluang investor untuk sektor-
sektor tersebut masih terbuka lebar, karena potensi yang dimiliki Jawa Timur masih
terbuka lebar. Perpaduan antara padat karya (labor intensif) dan padat modal (kapital
![Page 9: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/9.jpg)
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
63
intensif), akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan hasil produksi yang semakin
meningkat.
Potensi Jawa Timur yang besar dan belum dapat digali secara optimal,
membutuhkan investasi untuk pengembangan Jawa Timur ke depan. Peran serta
masyarakat di era otonomi daerah sangat dibutuhkan, untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah. Konsep partisipatif seharusnya dapat dijalankan, dengan memberi
peranan masyarakat dalam kepemerintahan (governance) dan perumusan rencana
pembangunan daerah. Kemudahan proses ijin usaha diperlukan untuk menarik para
investor menanamkan investasinya di Jawa Timur.
6. Kesimpulan
Kondisi iklim investasi di Indonesia pada umumnya dan Jawa Timur pada
khususnya masih belum terlalu kondusif. Investasi daerah Jawa Timur dapat
dikategorikan tidak efisien tetapi masih baik. Terdapat tiga sektor yang tidak efisien,
yakni: sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor
kontruksi, sedangkan lima sektor yang efisien, yakni: sektor pertanian; sektor
pertambangan dan penggalian; sektor perdagangan, hotel dan restauran; sektor
pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa-jasa. Selain delapan sektor tersebut,
terdapat satu sektor yang tidak menyerap investasi yakni sektor Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan.
Kepercayaan dunia bisnis terhadap iklim investasi Indonesia pada umumnya dan
Jawa Timur pada khususnya perlu segera diadakan perbaikan. Salah satu cara untuk
meningkatkan minat investor adalah dengan pemahaman peluang bisnis di Jawa Timur.
Melalui perhitungan ICOR daerah dan ICOR sektoral di Jawa Timur, maka investor
dapat mengetahui kebutuhan investasi Jawa Timur dan peluang investasi apa yang akan
dilakukan di Jawa Timur.
Saran yang disampaikan dari hasil penelitian ini : peran serta masyarakat di era
otonomi daerah sangat dibutuhkan, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Konsep partisipatif seharusnya dapat dijalankan, dengan memberi peranan masyarakat
dalam kepemerintahan (governance) dan perumusan rencana pembangunan daerah.
Kemudahan proses ijin usaha diperlukan untuk menarik para investor menanamkan
investasinya di Jawa Timur.
Daftar Referensi Terpilih
Badan Pusat Statistik. 2010. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Propinsi
Jawa Timur tahun 2011, pemerintah Propinsi Jawa Timur.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomi Indonesia. Jakarta: Erlangga
Wikipedia, 2011. Pengertian Pembangunan Ekonomi, melalui
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi).
![Page 10: ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI SEKTORAL JAWA TIMUR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081804/55720df2497959fc0b8c6cb2/html5/thumbnails/10.jpg)
Lucky R, Hendry C dan Riza, Analisis Kebutuhan Investasi Sektoral Jawa Timur
64