ANALISIS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI TERHADAP PERTUMBUHAN...

9
ANALISIS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh : Vincentia Briganella Nevayesiana NIM : 125020301111049 Email : [email protected] UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI

description

Masalah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi sudah menjadi wacana pemerintah setidaknya sejak tahun 2010 yang lalu. Namun, sampai saat ini wacana tersebut belum bisa direalisasikan karena sering terjadi tarik-ulur rancangan kebijakan.

Transcript of ANALISIS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI TERHADAP PERTUMBUHAN...

ANALISIS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Oleh: Vincentia Briganella NevayesianaNIM: 125020301111049Email: [email protected]

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISJURUSAN AKUNTANSIMALANG2013

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan sehingga bisa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan paper dengan judul Analisis Kebijakan Makroekonomi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Bersubsidi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.Paper dengan tema seperti tertera di atas saya tulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak Al Muizzuddin F., SE., ME, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Makro. Paper ini merupakan perwujudan dari ilmu-ilmu yang sudah saya dapat selama mengikuti perkuliahan. Saya berharap dengan adanya paper ini dapat memberikan sumbangsih bagi para pembaca dan pihak berkepentingan.Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan yang saya lakukan baik dalam materi yang ada dalam paper, bentuk penyajian, serta dalam bentuk lainnya. Maka dari itu, saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi terciptanya perbaikan dalam tulisan-tulisan saya yang berikutnya.

Malang, 05 Juni 2013

Penulis

PENDAHULUAN

Pemerintah memiliki optimisme yang lumayan tinggi untuk tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 ini, yaitu pada kisaran 6,2-6,8 persen. Hal ini juga tampak dari Banggar (Badan Anggaran) dan pemerintah yang menyepakati pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen dalam rapat RAPBN-P (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) 2013. Sebelumnya, pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6,8 persen. Namun, dikarenakan neraca perdagangan masih mengalami defisit, maka pemerintah menurunkan level optimismenya menjadi 6,3 persen.Perombakan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah disebabkan karena lambannya recovery perekonomian global sehingga melemahkan kinerja perdagangan internasional. Investasi yang selama ini menjadi motor pertumbuhan juga melambat.Pada awalnya pemerintah mematok tingkat inflasi sebesar 4,9 persen. Namun, karena terjadi lonjakan harga bahan pangan pemerintah juga merevisi target inflasinya menjadi 5,6 persen di luar wacana pemerintah yang ingin menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Jika hal tersebut diperhitungkan, maka target tersebut akan direvisi kembali dan tingkat inflasi akan berada di atas 7 persen.Banyak tekanan yang dialami oleh Pemerintah Indonesia dalam menentukan pada tingkat berapa perekonomian Indonesia akan bertumbuh. Tantangan akan selalu ada dan pemerintah harus berupaya secara optimal bahkan bekerja keras untuk merealisasikan angka pertumbuhan yang sudah diproyeksikan.Selama ini, pertumbuhan ekonomi banyak ditopang oleh hasil sumber daya alam dan konsumsi domestik. Sementara, pembangunan infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini disebabkan karena alokasi dana yang banyak dilimpahkan pada subsidi energi (terutama bahan bakar minyak) yang nominalnya tidak main-main jumlahnya dan dapat menjadi penyebab defisit pada anggaran pemerintah. Sementara, jika anggaran tersebut dialokasikan kepada infrastruktur, maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat ditingkatkan sesuai dengan ekspektasi yang ada di benak pemerintah serta defisit anggaran yang dialami oleh Pemerintah Indonesia dapat dikendalikan.Pada tahun 2013 ini, jika pemerintah tidak melakukan perbaikan, maka subsidi total (APBN 2013) akan mengalami pembengkakan sebesar 353 triliun atau setara dengan 3,83 persen dari Produk Domestik Bruto. Defisit yang sebesar itu berarti melanggar UU APBN yang mensyaratkan defisit di bawah 3 persen.Pemerintah Indonesia pada tahun 2013 ini harus berpikir secara cermat dan tepat dalam mengambil keputusan supaya langkah selanjutnya yang dilakukan tidak akan membuat defisit anggaran APBN semakin memburuk. Alokasi-alokasi dana secara tepat sasaran juga akan membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

PEMBAHASAN

Masalah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi sudah menjadi wacana pemerintah setidaknya sejak tahun 2010 yang lalu. Namun, sampai saat ini wacana tersebut belum bisa direalisasikan karena sering terjadi tarik-ulur rancangan kebijakan. Sebenarnya, tarik-ulur terjadi karena adanya tujuan ingin melindungi masyarakat yang selama ini mengonsumsi bahan bakar minyak itu sendiri. Namun, jika tidak ada tindak lanjut dari pemerintah mengenai dana sumber subsidi, maka anggaran Indonesia akan selalu berhenti pada area defisit. Berhentinya anggaran Indonesia pada area defisit tersebut semakin lama juga akan semakin membengkak karena konsumsi masyarakat akan cenderung bertambah seiring dengan bertumbuhnya ekonomi Indonesia. Sementara, anggaran Negara untuk pembangunan bangsa dalam rangka pengentasan kemiskinan justru semakin kurus.Kebijakan-kebijakan yang dapat diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka penyesuaian harga bahan bakar minyak, yaitu:1. Kebijakan FiskalSecara singkat, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu Negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Pemerintah dapat membuat kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi secara terukur dan terbatas dalam rangka meminimalkan defisit anggaran pemerintah dan mengoptimalkan alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur yang lebih memacu pertumbuhan ekonomi.2. Kebijakan MoneterSecara singkat, kebijakan moneter adalah proses mengaturpersediaan uangsebuah Negara untuk mencapai tujuan tertentu. Biasanya, kebijakan ini diserahkan pemerintah kepada Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia.Dengan kebijakan fiskal (menaikkan harga bahan bakar minya bersubsidi) yang akan dilakukan pemerintah dalam waktu dekat, maka mau tidak mau pasti akan menimbulkan inflasi. Kenaikan harga bahan bakar minyak menyebabkan naiknya biaya produksi. Naiknya biaya produksi menyebabkan harga barang dan/atau jasa juga meningkat. Untuk mengatasinya, dapa diterapkan kebijakan, yaitu: Politik Diskonto, yaitu cara yang digunakan oleh bank sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan tingkat suku bunga. Dengan cara ini, pihak-pihak penerima kredit akan berpikir ulang saat ingin meminjam dana karena bunganya yang dinaikkan. Sebagai akibatnya, pihak pemberi kredit juga akan mengurangi jumlah pinjaman yang akan diberikan kepada pihak penerima. Sehingga, uang yang beredar di masyarakat tidak terlalu banyak jumlahnya. Politik Cadangan Kas, yaitu cara yang dilakukan oleh bank sentral untuk memengaruhi perdearan uang dengan jalan menaikkan perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki bank umum dengan uang giral yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Dengan jumlah cadangan minimum yang dinaikkan, maka jumlah uang yang beredar di kalangan masyarakat dapat berkurang dikarenakan bank umum harus memiliki jumlah cadangan yang sudah ditetapkan.Pembahasan di atas merupakan cara-cara yang dapat diterapkan oleh pemerintah dalam rangka mengendalikan defisit anggaran dana APBN dapat dialokasikan secara tepat sasaran dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Negara Indonesia. Tentu saja dengan jalan yang seperti ini selalu ada dampak yang positif dan negatif.

PENUTUP

KesimpulanDari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Indonesia ingin mengendalikan defisit anggaran APBN dengan jalan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi secara terukur dan terbatas, meskipun sampai saat ini masih sering terjadi tarik-ulur mengenai rancangan kebijakan tersebut. Penulis merasa kebijakan fiskal yang hendak dilakukan oleh pemerintah sudah tepat karena dana yang menjadi beban untuk subsidi bahan bakar minyak sudah sangat membengkak nominalnya. Apabila kebijakan fiskal ini diterapkan, maka dana yang selama ini membengkak demi pemenuhan subsidi bahan bakar minyak dapat dialokasikan ke bidang pembangunan yang lainnya yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi bangsa kita. Sementara untuk kebijakan moneter, penulis merasa pemerintah akan bisa mengendalikannya karena kebijakan moneter ini akan muncul setelah kebijakan fiskal dijalankan. Tentunya pemerintah akan memikirkan segala dampak dari keputusan yang diambil, sehingga kebijakan moneter yang diterapkan pemerintah akan berjalan sesuai dengan kebijakan fiskal yang diambil sebelumnya.

SaranSaran penulis terhadap pemerintah untuk kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi sebaiknya segera direalisasikan saja, mengingat kembali pastinya akan terjadi inflasi yang ditimbulkan akibat kenaikan harga tersebut. Penulis merasa dengan kebijakan ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan berkembang jauh lebih pesat karena dana yang biasanya digunakan untuk menyubsidi bahan bakar bisa digunakan untuk membangun infrastruktur dan lain sebagainya, menghemat APBN pemerintah, menimbulkan inovasi-inovasi dalam bahan bakar dan kendaraan alternatif, serta mengurangi pencemaran udara. Penulis juga tidak memungkiri adanya dampak negatif yang ditimbulkan seperti inflasi, naiknya harga barang dan/atau jasa, serta peningkatan jumlah pengangguran. Namun, penulis merasa yakin jika kebijakan moneter yang diterapkan pemerintah akan berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/418669-pemerintah-optimistis-pertumbuhan-ekonomi-capai-6-3-persenhttp://id.wikipedia.orgKoran Jawa Pos, 21 Mei 2013, Ekonomi Bisnis halaman 5http://elsyfany.wordpress.com/2013/04/28/dampak-kenaikan-bbm-terhadap-tingkat-inflasi-dan-perekonomian-indonesia/http://www.g-excess.com/3902/cara-mengatasi-inflasi-dalam-ekonomi/http://www.plengdut.com/2013/01/kebijakan-ekonomi-makro.htmlhttp://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/04/130430_sbybbm.shtml