ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

21
ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI MENURUT FATWA DSN MUI TERKAIT DAN PSAK 107 STUDI KASUS PT XYZ Santriaji Santoso Putro dan Sri Nurhayati Program Studi Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan pembiayaan dengan akad rahn dan rahn tasjily serta perlakuan akuntansinya pada produk – produk syari’ah di PT XYZ, dan juga menganalisis kesesuaiannya berdasarkan ketentuan syari’ah yang berlaku di Indonesia, yaitu Fatwa DSN MUI terkait, selanjutnya dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. Ditambahkan lagi dalam penelitan ini yaitu kesesuaian penerapan produk dengan ketentuan – ketentuan fiqh islam lainnya yang belum diatur dalam Fatwa DSN MUI. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan produk pada PT XYZ tidak sepenuhnya berseberangan dengan fatwa dan peraturan terkait, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Kata kunci : rahn, rahn tasjily, akuntansi ijarah, pegadaian syari’ah, PSAK 107 An Analysis of Product Implementation with Ar-Rahn Methode and Accounting Treatment Toward Sharia Regulation and Accounting Standard in Indonesia Case Study on PT XYZ Abstract This research purpose is to explains how the product implementations with rahn methodes and the accounting treatment on PT XYZ products, with the analysis related to Fatwa DSN MUI and with the standard of accounting treatment PSAK 107 on ijarah accounting. For further analysis, these researches also find out the product implementations with the others islamic fiqh which yet included in Fatwa DSN MUI. The result shows that the product implementations on PT XYZ not entirely opposite against the sharia regulation and accounting standard, but there are several things that PT XYZ needs to be adjusted.. Key words : rahn, rahn tasjily, ijarah accounting, sharia pawnshop, PSAK 107. Pendahuluan Kehidupan dunia dikendalikan oleh dua kekuatan besar : ekonomi (economics) dan keimanan (faith) (Marshall, 1920). Banyak penafsiran para ekonom didunia ini terkait dengan peryataan tersebut, yang pada intinya membuka pandangan kita bahwasanya kesejahteraan manusia didunia tidak hanya berasal dari sisi perekonomian saja, akan tetapi sisi keimanan atau kepercayaan juga turut andil dalam kehidupan manusia didunia. Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Transcript of ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Page 1: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI MENURUT FATWA DSN MUI TERKAIT DAN PSAK 107

STUDI KASUS PT XYZ

Santriaji Santoso Putro dan Sri Nurhayati

Program Studi Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan pembiayaan dengan akad rahn dan rahn tasjily serta perlakuan akuntansinya pada produk – produk syari’ah di PT XYZ, dan juga menganalisis kesesuaiannya berdasarkan ketentuan syari’ah yang berlaku di Indonesia, yaitu Fatwa DSN MUI terkait, selanjutnya dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. Ditambahkan lagi dalam penelitan ini yaitu kesesuaian penerapan produk dengan ketentuan – ketentuan fiqh islam lainnya yang belum diatur dalam Fatwa DSN MUI. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan produk pada PT XYZ tidak sepenuhnya berseberangan dengan fatwa dan peraturan terkait, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Kata kunci : rahn, rahn tasjily, akuntansi ijarah, pegadaian syari’ah, PSAK 107

An Analysis of Product Implementation with Ar-Rahn Methode and Accounting Treatment Toward Sharia Regulation and Accounting Standard in Indonesia

Case Study on PT XYZ

Abstract This research purpose is to explains how the product implementations with rahn methodes and the accounting treatment on PT XYZ products, with the analysis related to Fatwa DSN MUI and with the standard of accounting treatment PSAK 107 on ijarah accounting. For further analysis, these researches also find out the product implementations with the others islamic fiqh which yet included in Fatwa DSN MUI. The result shows that the product implementations on PT XYZ not entirely opposite against the sharia regulation and accounting standard, but there are several things that PT XYZ needs to be adjusted.. Key words : rahn, rahn tasjily, ijarah accounting, sharia pawnshop, PSAK 107.

Pendahuluan

Kehidupan dunia dikendalikan oleh dua kekuatan besar : ekonomi (economics) dan

keimanan (faith) (Marshall, 1920). Banyak penafsiran para ekonom didunia ini terkait dengan

peryataan tersebut, yang pada intinya membuka pandangan kita bahwasanya kesejahteraan

manusia didunia tidak hanya berasal dari sisi perekonomian saja, akan tetapi sisi keimanan

atau kepercayaan juga turut andil dalam kehidupan manusia didunia.

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 2: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, dengan

penduduk sebanyak 237.641.326 jiwa dan 87,1% menganut agama islam (Badan Pusat

Statistik, 2013), dan Indonesia menduduki peringkat ke 4 dari jumlah populasi penduduk

terbanyak di dunia (Worldatlas, 2014), hal tersebut nyatanya menjadi sebuah cikal bakal

dimana Indonesia berpotensi menjadi pemimpin perekonomian bersyari’ah islam didunia

(Alamsyah, 2013).

Maraknya produk – produk keuangan juga menjadi salah satu bukti perkembangan

teknologi dan ilmu pengetahuan. Saat ini, masyarakat sudah tidak lagi sulit untuk memenuhi

kebutuhannya, banyak sekali produk keuangan yang ditawarkan sehingga membuat

masyarakat semakin praktis untuk mendapatkan yang mereka butuhkan. Hal tersebut juga

menjadi salah satu pendorong peningkatan perekonomian masyarakat.

Fenomena keuangan berbasis syari’ah di Indonesia diawali dengan keberadaan bank

syari’ah. Sampai dengan tahun 1998 perkembangan bank syari’ah sendiri masih belum terlalu

kuat, hanya ada satu bank konvensional dan 78 bank perkreditan yang memegang prinsip

syari’ah, sampai dengan dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 diperbarui lagi dengan UU

No. 23 Tahun 1999 diperbarui lagi dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan

syari’ah, hal ini membuat perkembangan bank syari’ah meningkat semakin luas dilihat dari

jumlah bank dengan prinsip syari’ah yang semakin banyak serta peningkatan jumlah aset

yang dikelola (Nurhayati, Wasilah, 2014), keadaan tersebut menjadi cikal bakal

perkembangan keuangan syari’ah di Indonesia.

Dewan Syari’ah Nasional (DSN) MUI adalah lembaga yang bertanggung jawab

terhadap kegiatan syari’ah di Indonesia. Begitu juga dengan kegiatan gadai berbasis syari’ah,

melalui fatwanya No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, fatwa No : 26/DSN-MUI/III/2002

tentang Rahn Emas, serta fatwa No : 68/DSN-MUI/III2008 tentang Rahn Tasjily, menjadikan

pedoman operasi bagi para penawar jasa gadai berbasis syari’ah di Indonesia. Tidak berhenti

sampai disitu, dalam fatwa yang dibuat oleh DSN MUI tidak mencakup secara keseluruhan

aspek fiqh islam mengenai rahn, beberapa aspek fiqh islam yang belum termasuk kedalam

fatwa DSN MUI juga harus menjadi dasar ketentuan dalam praktek rahn.

Metode akuntansi yang dicatat juga perlu dicermati dari saat pencatatan, pelaporan dan

pengungkapan. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah menjadi dasar pelaksanaan akuntansi

perusahaan.

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 3: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Tinjauan Teoritis

Rahn

Kegiatan gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak,

yang diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya

(Kitab UU Perdata Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Ps. 1150). Pada dasarnya kegiatan

gadai muncul diawali dengan proses pinjam meminjam atau utang piutang (qard), dengan

adanya sistem gadai proses pinjam meminjam tersebut menjadi lebih kuat karena ada suatu

barang yang dijadikan jaminan atas pinjam meminjam tersebut. Di Indonesia gadai

konvensional telah ada sejak lama, pada saat pemerintahan Belanda di Indonesia telah

dibangun Bank Van Leening pada tahun 1746 dengan tujuan pemberian kredit bagi

masyarakat yang membutuhkan. Proses atau mekanisme gadai konvensional tidak berbeda

dengan proses pinjam meminjam dengan agunan dibank konvensional. Penentuan bunga yang

di bebankan berasal dari jumlah uang yang dipinjamkan. Rahn menurut para ulama adalah

(Purwandini, 2009) :

a. Ulama’ Malikiyah

Mendefinisikannya dengan “harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan yang

bersifat mengikat”. Menurut mereka, yang dijadikan barang jaminan (agunan) bukan

saja harta yang bersifat materi, tetapi harta yang bersifat manfaat. Harta yang dijadikan

barang jaminan tidak harus diserahkan secara aktual tetapi boleh juga penyerahannya

secara hukum, seperti menjadikan sawah sebagai jaminan, maka yang dijelaskan itu

adalah surat jaminannya (sertifikat sawahnya).

b. Ulama’ Hanafiyah,

Mendefinisikannya dengan “menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak

(piutang) yang menjadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik seluruhnya

maupun sebagaiannya”.

c. Ulama’ Syafi'iyah,

Mendefinisikannya dengan “menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang yang

dapat dijadikan pembayaran ketika berhalangan dalam membayar hutang”.

d. Ulama’ Hanabilah,

Mendefinisikannya dengan “harta yang dijadikan jaminan utang sebagai pembayaran

harga (nilai) utang ketika yang berhutang berhalangan (tidak mampu) membayar

utangnya kepada pemberi pinjaman”

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 4: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Akad rahn menurut syara’ adalah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang

memungkinkan untuk ditarik kembali (Zuhaili, 1989). Berikutnya juga dikatakan bahwa rahn

adalah harta (barang) yang dijadikan kepercayaan terhadap hutang untuk memenuhi harganya

bila yang berhutang tidak membayar dari tanggungan hutang (Al Jazairi, 1980). Disebutkan

lagi bahwa menurut syara’ rahn adalah suatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu

utang untuk dipenuhi dari harganya, bila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari

orang yang berpiutang (Ibnu Qudamah).

Dari pemaparan tersebut tentang rahn dan akad rahn, yang dimaksud dengan rahn

adalah proses atau kegiatan pendampingan suatu hutang atau pinjaman dengan menggunakan

barang yang dimiliki oleh rahin sebagai penjamin atau dasar kepercayaan murtahin, dan pada

akhir akad barang jaminan tersebut akan ditarik kembali oleh rahin atau di eksekusi oleh

murtahin apabila hutang tidak dapat terbayar kembali. Berikut adalah skema dari rahn

(Abdullah, Chee, dan Keon, 2010) :

Keterangan :

1. Peminjam atau nasabah memohon pinjaman kepada bank

2. Bank atau pihak pemberi pinjaman menyetujui permohonan apabila aset yang

dijadikan kolateral memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan jumlah yang

ingin dipinjam oleh nasabah

3. Peminjam membayar kembali pinjamannya, disertai dengan biaya – biaya yang timbul

akibat dari pemeliharaan atau penyimpanan aset yang dijadikan kolateral

Landasan Syari’ah Rahn :

1. QS. Al-Baqarah [2] : 283

“Dan jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah dan tidak mendapatkan

penulis maka hendaklah ada barang yang dijadikan tanggungan yang dipegang oleh

Gambar 1. Skema Rahn Sumber : Abdullah, Chee, Keon, 2010

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 5: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

orang yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagaian kamu mempercayai sebagaian yang

lain , maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan

hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi)

menyembunyikan persaksian. maka sesuangguhnya ia adalah orang yang berdosa

hatinya, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

2. Hadis Riwayat Imam Bukhori

Dari A’isah r a. : “Dia berkata Rasullah pernah membeli dari orang Yahudi

makanan dan Beliau menggadaikan baju besinya.”

Dari Imam Bukhori dan Ahmad : “Dari Anas berkata Rasul pernah

menggadaikan baju besi pada orang Yahudi di Madinah dan Beliau mengambil

gandum untuk keluarganya”

3. Hadis Riwayat al-Syafi'i, al-Daraquthni dan Ibnu Majah

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Tidak terlepas

kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh

manfaat dan menanggung resikonya."

4. Hadis Riwayat Jama’ah, kecuali Muslim dan al-Nasa’i

Nabi Muhammad SAW bersabda : "Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan

boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang

digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Orang yang

menggunakan kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biaya

perawatan dan pemeliharaan."

5. HR. Abu Daud, menurut Al – Albani derajat hadis Hasan Shahih

Diriwayatkan Amru bin Syu’aib, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Tidak

halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual-beli, tidak halal dua

persyaratan dalam satu jual-beli, tidak halal keuntungan barang yang tidak

dalam jaminanmu dan tidak halal menjual barang yang bukan milikmu".

6. HR. Hammah bin Salamah

Sabda Rasul : “Apabila seekor kambing dijadikan jaminan, maka yang

memegang jaminan itu boleh minum susunya sekedar sebanyak makanannya

yang diberikannya pada kambing itu. Jika dilebihkannya dari sebanyak

(pengeluaran) itu, maka lebihnya itu menjadi riba”.

Dalam hal barang – barang yang dapat digadaikan, hak gadai hanya berlaku pada benda –

benda yang bergerak (Kitab UU Perdata Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Ps. 1150), akan

tetapi apabila merujuk pada konsep syari’ah barang yang dapat digadaikan adalah semua

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 6: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

barang yang dapat dijual belikan (Bakar, 1998). Pada prinsipnya seluruh fuqaha’ sepakat

bahwasannya setiap harta benda yang sah diperjual belikan, sah juga dijadikan jaminan utang

(Purwandani, 2009) :

1. Disyaratkan barang gadai itu dapat dijual, agar dapat bisa digunakan membayar

hutang

2. Hendaknya barang gadai itu berbentuk harta benda atau berupa barang

3. Hendaknya barang yang digadaikan itu bernilai

4. Hendaknya barang yang digadaikan itu di ketahui oleh kedua belah pihak

5. Hendaknya barang yang digadaikan itu barang milik rahin sendiri

6. Hendaknya barang tersebut merupakan harta yang utuh tidak bertebaran dibeberapa

tempat.

Rukun Rahn :

1. Mazhab Hanafi (Zuhaili, 1989)

• Ijab Qabul antara rahin dan murtahin

• Qabdh, yaitu perpindahan (penahanan) barang gadai dan utang

2. Mazhab Lainnya (Zuhaili, 1989)

• Penggadai (rahin)

• Penerima Gadai (murtahin)

• Agunan (marhun)

• Hutang (marhun-bih)

3. Mahtobaturriyah Al-Haditsah (Ibnu Qudamah)

• Orang yang menggadai (rahin) dan Penerima Gadai (murtahin)

• Barang yang dijaminkan (marhun) dan hutang (marhun-bih)

• Ijab Qabul

Syarat Rahn :

Dalam menjalankan transaksi rahn, antara kedua pelaku akad harus memenuhi syarat

– syarat sebagai berikut (Purwandini, 2009) :

1. Syarat Aqid

a. Menurut Syafi'iyah

Orang yang sah melakukan jual beli sah juga melakukan gadai mempunyai kecakapan

dan baliq.

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 7: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

b. Menurut Hanafi

Mumayyiz boleh melakukan aqad rahn, dengan syarat aqad rahn yang dilakukan anak

kecil yang sudah mumayyiz ini mendapatkan persetujuan atau izin dari walinya,

berakal sehat, berbuat atas kehendak sendiri dan tidak berada di bawah pengampunan

2. Syarat Marhun-Bih

Ulama’ Hanabillah dan Syafi'iyah memberikan syarat-syarat bagi marhun -bih :

a. Merupakan hak yang wajib dikembalikan hak yang wajib dikembalikan kepada

pemegang gadai

b. Berapa utang yang tetap dan dapat dimanfaatkan

c. Utang harus lazim pada waktu aqad

d. Utang itu boleh dilunasi dengan agunan itu

e. Utang harus dan diketahui oleh rahin dan murtahin

f. Utang itu jelas dan tentu

3. Syarat Marhun

Pada prinsipnya seluruh fuqaha’ sepakat bahwasannya setiap harta benda yang sah

diperjual belikan, sah juga dijadikan jaminan utang:

a. Barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang

b. Barang jaminan itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan

c. Barang jaminan itu jelas dan tentu

d. Barang jaminan itu milik sah orang yang berutang (milik rahin)

e. Barang jaminan itu tidak terkait dengan hak orang lain (barang gasaf atau berang

curian)

f. Barang jaminan itu merupakan harta yang utuh dan dapat diserahkan pada waktu

aqad dan kemudian dipegang oleh orang yang menerima agunan dan barang

jaminan itu boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya.

4. Syarat Shigat

Ulama Syafi'iyah mengatakan bahwa apabila syarat itu adalah syarat yang mendukung

kelancaran aqad, maka syarat itu diperbolehkan, tetapi apabila syarat itu bertentangan

dengan tabi’at aqad rahn maka syaratnya batal, kedua syarat yang dimaksud adalah

perpanjangan rahn satu bulan dan agunan boleh dimanfaatkan, termasuk syarat yang

tidak sesuai dengan tabi’at rahn. Karenanya syarat itu dinyatakan batal, syarat yang

diperbolehkan itu misalnya untuk sahnya rahn itu pihak dalam mu'amalah memberi

utang minta agar aqad itu disaksikan oleh dua orang saksi. Sedangkan syarat yang

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 8: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

batal misalnya, disyaratkan bahwa agunan itu tidak boleh dijual ketika rahn itu jatuh

tempo dan orang yang berutang tidak mampu membayarnya.

Ketentuan Syari’ah dan Ketentuan Perlakuan Akuntansi Gadai di Indonesia

Di Indonesia, ketentuan syariah yang lebih terperinci tentang Rahn disusun oleh

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam hal ini oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).

Ketentuan yang dimaksud terdapat dalam fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002

tentang rahn umum, fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas dan

fatwa DSN MUI No : 68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn Tasjily. Standar akuntansi yang

digunakan oleh PT XYZ adalah PSAK No.107 tentang Akuntansi Ijarah.

Penelitian Terdahulu

Pan’s (1985) meneliti tentang perubahan sistem operasi gadai di China melalui catatan

sejarah umum tentang pegadaian selama periode 1644 – 1937; Mohamed (1986) melakukan

penelitian tentang perbedaan nilai pinjaman yang diajukan oleh peminjam dari latar belakang

yang berbeda – beda di Malaysia; Caskey (1991) berpendapat bahwa gerai gadai (pawnshops)

di Amerika membantu dalam pembangunan pasar kredit melalui pemberian pinjaman kepada

pada nasabah dengan penghasilan rendah. Megawati (2012) membahas tentang faktor – faktor

yang menyebabkan Bank Indonesia menerbitkan SE No.14/7/DPbS dan praktik gadai emas

syari’ah serta implikasinya setelah diterbitkan peraturan tersebut di Bank UDA, yang

memiliki kesimpulan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan prosedur gadai emas

syari’ah setelah diterbitkannya SE tersebut, hanya terdapat penambahan fungsi Admin Gadai

untuk menerapkan dual control. Muhammad Fajar Prima Juniansyah (2013) yang meneliti

tentang kesesuaian syari’ah dan akuntansinya pada produk pembiayaan berbasis syari’ah pada

bank syari’ah X, yang mendapat hasil kesimpulan adalah terdapat perbedaan antara

implementasi produk pembiayaan tersebut dengan peraturan atau standart yang ada. Resti

Diana Fauziah (2014) meneliti tentang kesesuaian praktik pembiayaan gadai emas pada bank

JKL dengan PSAK 59, PSAK 107, PAPSI 2013, Fatwa DSN dan Peraturan Bank Indonesia,

dia menemukan bahwa bank JKL telah mematuhi PSAK 59, PSAK 107, PAPSI 2013 dan

peraturan Bank Indonesia, akan tetapi belum memenuhi kriteria syari’ah sesuai fatwa DSN

MUI.

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 9: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Metode Penelitian

Berdasarkan sifatnya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian studi kasus.

Penelitian ini mempelajari secara intensif suatu objek yang dipandang mengalami suatu kasus

tertentu. Tekanan utamanya adalah mengapa suatu objek melakukan tindakan tersebut, apa

yang dilakukan dan bagaimana cara objek melakukan suatu tindakan tersebut. Objek

penelitian data adalah merupakan sebuah perusahaan bergerak dalam kegiatan usaha gadai

berprinsip syari’ah. Pada penelitian kali ini penulis akan mengambil objek penelitian sebuah

perusahaan pemberi layanan jasa keuangan gadai berprinsip syari’ah yaitu Pegadaian Syari’ah

yang merupakan unit usaha dari PT XYZ.

Data primer akan penulis dapatkan melalui kegiatan wawancara dengan Bapak ABC

dan Ibu DEF selaku penanggung jawab produk pembiayaan unit usaha syari’ah dan kepala

cabang daerah Jakarta Timur, observasi dokumen serta pengaplikasian produk secara

langsung. Wawancara yang akan dilakukan adalah mengenai proses bisnis atau kegiatan

usaha gadai serta dasar – dasar penentuan kebijakan pada unit usaha tersebut. Terkait dengan

observasi dokumen, penulis akan mengajukan permohonan pengambilan data dokumen yang

dimiliki unit usaha tersebut seperti dokumen akad yang dilakukan pada setiap transaksi, dan

surat – surat keputusan terkait kebijakan syari’ah yang menjadi dasar proses atau kegiatan

bisnis gadai pada entitas. Sedangkan untuk aplikasi produk secara langsung, penulis

mempraktekan produknya secara langsung, sehingga penulis mengetahui proses dan tahapan

implementasi produk tersebut. Data sekunder akan penulis dapatkan dari Standart Operasional

Prosedur (SOP) untuk setiap produk PT XYZ, Surat Keputusan dan Surat Edaran PT XYZ,

laporan keuangan unit usaha dan juga laporan keuangan konsolidasi perusahaan.

Setelah segala data terkumpul, penulis akan melakukan proses analisa studi kasus pada

perusahaan tersebut. Penulis akan melakukan analisa dengan membandingkan data – data

yang ada dengan landasan teori yang telah penulis cantumkan pada penelitian ini. Hasil

penelitian ini adalah perbandingan antara kegiatan usaha gadai yang terjadi pada unit usaha

dengan aturan – aturan yang seharusnya dipatuhi oleh unit usaha.

Pembahasan

Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan analisis kesesuaian syari’ah dan

akuntansi ijarah atas kegiatan usaha gadai syari’ah di PT XYZ yaitu :

1. Produk Rahn Umum

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 10: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

2. Produk Gadai Modal Usaha Mikro

Pembahasan akan dimulai dengan menganalisis kesesuaian kebijakan pelaksanaan

pembiayaan dengan skema rahn dan rahn tasjily pada PT XYZ terhadap fatwa DSN MUI

terkait. Selanjutnya, penulis akan membahas mengenai kebijakan akuntansi ijarah yang

diterapkan dan melakukan analisis kesesuainnya dengan standar akuntansi yang belaku di

Indonesia, yaitu PSAK 107 tentang ijarah.

Produk Rahn Umum

Menurut SK Direksi PT XYZ SOP mengacu kepada landasan syari’ah yang

digunakan, dan merujuk kepada fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn

dan DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas. Dalam pelaksanaannya

mekanisme yang dilakukan oleh PT XYZ untuk produk ini secara keseluruhan telah sesuai

dengan SOP yang ada. Skema produk ini pada PT XYZ adalah sebagai berikut :

1. Akad & Transaksi Gadai

2. Pemberian Marhun-bih

3. Pembayaran Angsuran

4. Pelunasan Marhun-bih dan ijarah

5. Pengembalian Marhun

Beberapa aspek kegiatan dalam SOP yang relevan dengan penelitian ini telah sesuai

dengan implementasinya, yaitu seperti proses pengajuan permohonan pembiayaan,

perhitungan biaya ijarah dan biaya administrasi, serta eksekusi barang jaminan. Terdapat satu

aspek kegiatan dalam SOP yang belum sesuai dalam pelaksanaanya, yaitu terkait dengan

pembayaran angsuran ujroh yang dibebankan setiap 10 hari, dalam implementasinya

pembayaran ujroh dapat dilakukan kapanpun sampai dengan tanggal jatuh tempo akad,

artinya nasabah dapat melakukan pembayaran ujroh diluar dari ketentuan pembebanan 10

hari. Ilustrasi perhitungan untuk produk ini diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan

pinjaman kepada PT XYZ dengan barang jaminan miliknya yaitu cincin emas dengan mata

berlian diujungnya. Setelah dilakukan taksiran, nilai dari barang jaminan adalah

Rp2.744.435,- maka barang jaminan nasabah termasuk dalam golongan B3 dengan Batas

Maksimum Pemberian Pinjaman (BMPP) Rp2.550.000,-, tarif dasar ijarah golongan B3

adalah 0,0071 per 10 hari. Berikut perhitungan biaya ijarah apabila BMPP diambil penuh :

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 11: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

!"#$#  !"#$#ℎ = !  !  !  !  ! !"#$#  !"#$#ℎ = !"2.744.435  !  0,0071  !  12 = !"#$$.!"#,−

Dimana :

N = Nilai Taksiran Barang Jaminan

T = Tarif Ijarah Sesuai Golongan

W = Jangka Waktu Penyimpanan Barang Jaminan

Tabel 1. Skema Tarif Ijarah pada Produk Rahn Umum (Diambil Penuh) PT XYZ

Termin Hari Ke- Tarif Ijarah Biaya Adm Total

1 1 – 10 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.485 (dibulatkan menjadi 19.500) 25.000 44.500

2 11 – 20 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 3 21 – 30 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 4 31 – 40 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 5 41 – 50 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 6 51 – 60 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 7 61 – 70 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 8 71 – 80 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 9 81 – 90 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500

10 91 – 100 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 11 101 – 110 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500 12 111 – 120 = 0,0071 x 2.744.435 = 19.500 25.000 44.500

TOTAL Rp234.000 Rp300.000 Rp534.000 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis

Nilai dari Rp19.500,- yang dibayarkan setiap termin adalah hasil pembulatan yang

dilakukan PT XYZ. Oleh karena nasabah mengambil penuh BMPP maka PT XYZ tidak

memberikan diskon biaya ijarah. Ilustrasi selanjutnya adalah ketika nasabah tidak mengambil

penuh BMPP. Diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan pinjaman kepada PT XYZ

dengan barang jaminan miliknya yaitu cincin emas dengan mata berlian diujungnya. Setelah

dilakukan taksiran, nilai dari barang jaminan adalah Rp1.714.257,- maka barang jaminan

nasabah termasuk golongan B2, akan tetapi nasabah hanya ingin meminjam sebesar

Rp500.000,- maka golongan barang jaminan berpindah menjadi golongan A dengan tarif

dasar ijarah sebesar 0,0045 per 10 hari. Berikut perhitungan biaya ijarah-nya :

!"#$%  !"#$!ℎ = !"1.714.257  !  0,0045  !  12 = !"#$.!"#,−

Oleh karena nasabah tidak mengambil penuh BMPP, maka nasabah diberikan diskon

biaya ijarah oleh PT XYZ. Pinjaman yang diambil oleh nasabah sebesar Rp500.000,- artinya

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 12: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

hanya 29% dari total nilai taksiran barang jaminan, sehingga nasabah mendapatkan potongan

biaya ijarah sebesar 71% dari total nilai biaya ijarah.

Tabel 2. Skema Tarif Ijarah pada Rahn Setelah Diskon

Termin Hari Ke- Tarif Ijarah Biaya Adm Total

1 1 – 10 = 7.714 – 5.476 = 2.238 (dibulatkan menjadi 2.400) 2.000 4.400

2 11 – 20 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 3 21 – 30 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 4 31 – 40 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 5 41 – 50 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 6 51 – 60 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 7 61 – 70 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 8 71 – 80 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 9 81 – 90 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400

10 91 – 100 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 11 101 – 110 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400 12 111 – 120 = 7.714 – 5.476 = 2.400 2.000 4.400

TOTAL Rp28.800 Rp24.000 Rp52.800 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis

Nilai dari Rp2.400,- yang dibayarkan setiap termin adalah hasil pembulatan yang

dilakukan PT XYZ. Dari kedua ilustrasi tersebut terlihat bahwa perpindahan golongan barang

jaminan terjadi karena adanya perbedaan nilai pinjaman yang dilakukan oleh nasabah.

Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap Fatwa DSN

MUI No. 25/DSN-MUI/2002 dan Fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002

Secara keseluruhan memang tidak sepenuhnya berseberangan dengan fatwa yang ada,

hanya terdapat beberapa hal yang masih perlu disesuaikan kembali oleh PT XYZ. Dalam

penentuan tarif ijarah oleh PT XYZ, tarif dasar yang menjadi perhitungan utama didasarkan

pada golongan pinjaman atau nilai pinjaman yang diambil oleh nasabah, walaupun pada

akhirnya tarif tersebut dikalikan oleh nilai taksiran akan tetapi secara substantif masih

mengacu kepada nilai pinjaman, atau dapat dikatakan tidak “murni” dari nilai taksiran. Hal ini

menjadi sangat krusial karena alasan masyarakat memilih pegadaian berbasis syari’ah adalah

untuk menghindari bunga yang didasarkan pada jumlah pinjaman (Kurniasih, 2011).

Ditambah lagi menurut fatwa DSN MUI jelas menyatakan bahwa biaya pemeliharaan dan

penitipan tidak didasarkan pada jumlah pinjaman, melainkan nilai dari barang yang

dijaminkan.

Biaya yang yang benar – benar dikeluarkan oleh PT XYZ tidak dapat dihitung secara

riil untuk setiap atau masing – masing barang jaminan. Biaya pemeliharaan tersebut bersifat

common cost, artinya biaya yang dibebankan bersifat umum atau tidak spesifik untuk biaya

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 13: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

pemeliharaan dan penitipan barang jaminan tertentu, ditambah lagi tarif dasar penyimpanan

didasarkan dari golongan pinjaman, bukan berdasarkan barang yang dijaminkan. Hal ini

didukung juga oleh Ustadz DR Erwandi Tarmizi (2012) pada bukunya yang berjudul “Harta

Haram Muamalat Kontemporer” bahwa terdapat salah satu bank syari’ah di Indonesia, yang

penerapan penyimpanan barang jaminan-nya tidak dapat dihitung secara riil atau senyatanya

terjadi. Penulis melakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis rasio gross

margin dan rasio profit margin. Berikut adalah perhitungannya,

!"#$$  !"#$%& =   !"#$%&%'%#  !"#!!!!"#$  !"#$%  !"#$%&%'%#  !"#!!

!"#$%&  !"#$%& =   !"#"  !"#$%!  !"#$%  !"#$%&%'%#  !"#!!

Tabel 3. Gross Margin & Profit Margin PT XYZ Tahun 2012 – 2013 2012 2013 Pendapatan Usaha Syari’ah 783.654.000.000 843.015.000.000 Beban Ops. Usaha Syari’ah (308.657.000.000) (433.601.000.000) Beban Lainnya (302.000.000) (24.000.000) Laba (Rugi) 478.522.000.000 410.880.000.000 Gross Margin 60,61% 48,56% Profit Margin 60,77% 48,65%

Sumber : Laporan Keuangan PT XYZ, diolah oleh Penulis

Nilai yang cukup tinggi untuk kegiatan usaha syari’ah. Seharusnya, apabila akad yang

dilakukan pada dasarnya adalah akad tabarru’ yaitu qardh, maka gross margin yang

dihasilkan tidak menjadi besar atau bahkan tidak boleh mendapatkan margin.

Produk Gadai Modal Usaha Mikro

Dalam pelaksanaannya mekanisme yang dilakukan oleh PT XYZ untuk produk ini

telah sesuai dengan SOP yang ada. Dalam SOP PT XYZ tentang produk ini terdapat

pengertian – pengertian tentang usaha kecil dan usaha mikro yang merujuk kepada Undang –

Undang No. 9 tahun 1995 dan juga KMK RI No. 40/KMK.06/2003. Skema produk ini pada

PT XYZ adalah sebagai berikut :

1. Akad & Transaksi Gadai

2. Pemberian Marhun-bih

3. Pembayaran Angsuran

4. Pelunasan Marhun-bih dan ijarah

5. Pengembalian Marhun

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 14: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Analisa yang dilakukan oleh PT XYZ dalam produk ini lebih mendalam dibandingkan

produk rahn umum, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) yang dijadikan barang

jaminan akan ditelusuri lebih lanjut oleh PT XYZ di polres setempat, hal ini menunjukkan

bahwa PT XYZ berhati – hati dalam BPKB fiktif nasabah.

Keputusan final pembiayaan berada dalam kuasa Manajer Cabang atau Kepala

Pemutus Marhun-Bih (KPM), hal ini menunjukkan tingkatan tanggungjawab yang dilakukan

oleh PT XYZ sudah cukup baik, tidak dengan mudah memberikan pinjaman kepada nasabah.

Ilustrasi perhitungan untuk produk ini diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan

pinjaman kepada PT XYZ dengan motor miliknya. Setelah dilakukan taksiran, nilai dari

motor adalah Rp10.000.000,- sedangkan berdasarkan analisa prospek usaha rahin rata – rata

laba yang dapat dihasilkan setiap bulannya adalah Rp5.000.000,- dan jangka waktu pinjaman

adalah 12 bulan. Dari informasi tersebut nilai Repayment Capacity (RC) nasabah adalah

sebesar Rp20.000.000,-

!"   =  1 3  !  !"#" − !"#"  !"#"  1  !"#  !  !"#$%"  !"#$%  !"#$%&%#

!" = 13  !  !"5.000.000  !  12 = !"20.000.000,−

Nilai taksiran dari kendaraan nasabah adalah Rp10.000.000,-, akan tetapi penentuan

pinjaman dengan pendekatan taksiran barang hanya 70% dari nilai taksiran, sehingga

pinjaman yang dapat dilakukan oleh nasabah sebesar Rp7.000.000,-. Berdasarkan dua

pendekatan perhitungan tersebut (taksiran barang jaminan & RC) dilihat mana yang nilainya

lebih kecil, sehingga dalam ilutrasi ini nasabah hanya dapat meminjam sebesar Rp7.000.000,-.

Dalam produk ini, tarif dasar ijarah bersifat tetap yaitu Rp700,- untuk setiap BPKB.

!"#$#  !"#$%ℎ =!"#$%&"'

!"100.000,−  !  !"700  !  !"#$%"  !"#$%  !"#$%&%#

!"#$#  !"#$%ℎ =10.000.000100.000

 !  !"700  !  12 = !"840.000,−

Tabel 4. Skema Tarif Ijarah pada Produk Gadai Modal Usaha Mikro PT XYZ (Diambil Penuh)

Bulan Tarif Ijarah Biaya Adm Total

1 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 70.000 140.000

2 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

3 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

4 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 15: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

5 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

6 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

7 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

8 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

9 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

10 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

11 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

12 = !".!!!.!!!!"".!!!

x 700 = 70.000 - 70.000

TOTAL Rp840.000 Rp70.000 Rp910.000 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis

Biaya administrasi yang muncul adalah Rp70.000,- dan hanya muncul pada awal

transaksi saja. Ilustrasi berikutnya adalah apabila nasabah tidak mengambil penuh BMPP,

diasumsikan seorang nasabah ingin mengajukan pinjaman kepada PT XYZ dengan motor

miliknya. Setelah dilakukan taksiran, nilai dari motor adalah Rp10.000.000,- sedangkan

berdasarkan analisa prospek usaha rahin rata – rata laba yang dapat dihasilkan setiap

bulannya adalah Rp5.000.000,- dan jangka waktu pinjaman adalah 12 bulan. Akan tetapi,

nasabah hanya membutuhkan dana sebesar Rp1.000.000,-

!" = 13  !  !"5.000.000  !  12   = !"20.000.000,−

!"#$%  !"#$%ℎ =10.000.000100.000

 !  !"700  !  12 = !"840.000,−

Oleh karena pada ilustrasi ini nasabah hanya mengambil 10% dari total taksiran

barang jaminan, maka nasabah akan mendapatkan potongan biaya ijarah sebesar 85%.

Tabel 5. Skema Tarif Ijarah pada Gadai Modal Usaha Mikro Setelah Diskon

Bulan Tarif Ijarah Biaya Adm

Total

1 = 70.000 – 59.500 = 10.500 70.000 80.500 2 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 3 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 4 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 5 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 6 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 7 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 8 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 9 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500

10 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 11 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500 12 = 70.000 – 59.500 = 10.500 - 10.500

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 16: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

TOTAL Rp126.000 Rp70.000 Rp196.000 Sumber : SOP Produk & CALK PT XYZ yang Diolah kembali oleh Penulis

Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap Fatwa DSN

MUI No. 68/DSN-MUI/III/2008

Dalam produk ini, secara keseluruhan implementasi PT XYZ dalam menjalankan

produk telah sesuai dan mematuhi fatwa DSN MUI. Hal ini menjadi kehandalan bagi PT

XYZ dan harus dipertahankan.

Eksekusi Barang Jaminan

Apabila terjadi gagal pelunasan oleh nasabah, maka PT XYZ akan melakukan

eksekusi barang jaminan milik nasabah. PT XYZ akan melakukan penjualan dibawah tangan

atau lelang barang jaminan. Apabila hasil dari eksekusi barang jaminan setelah dilakukan

perhitungan oleh PT XYZ terdapat sisa penjualan, maka PT XYZ akan mengembalikan

kepada nasabah. Mekanisme yang dilakukan oleh PT XYZ untuk proses lelang adalah sebagai

berikut :

1. Murtahin mengumumkan lelang barang jaminan

2. Tentukan nilai saat ini dari barang jaminan

3. Tentukan kelebihan atau kekurangan

Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap Ketentuan –

Ketentuan Fiqh Islam Lainnya

Sebagian besar kesesuaian dengan fiqh islam lainnya telah dipatuhi oleh PT XYZ,

akan tetapi oleh karena kegiatan ini sudah tersentuh oleh operasional bisnis, maka terdapat

beberapa aspek fiqh yang disesuaikan oleh PT XYZ. Terkait dengan apa – apa saja yang dapat

menjadi objek gadai, barang yang dapat digadaikan adalah semua barang yang dapat dijual

(Bakar, 1998), sedangkan pada proses bisnis PT XYZ, objek gadai dibatasi hanya untuk

barang – barang tertentu. Hal ini dikarenakan tindakan jaga – jaga atau preventif PT XYZ.

Tentang dua akad yang dijadikan satu, yaitu akad rahn dan akad ijarah. Fatwa DSN

MUI memperbolehkan menggabungkan antara akad qardh dan akad ijarah, akad qardh

terjadi saat bank (lembaga keuangan) memberikan pinjaman kepada nasabah dan nasabah

memberikan barang jaminan, sedangkan akad ijarah terjadi saat bank menyewakan tempat

penyimpanan barang dan mengambil upah dari akad sewa (Tarmizi, 2012). Dari pernyataan

diatas jelas terlihat bahwa hal tersebut bertentangan dengan hadis yang disampaikan oleh

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 17: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Nabi Muhammad SAW, bahwa “Tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual-

beli (ijarah) …” oleh karena itu secara fiqh yang kita yakini prinsip syari’ah dalam praktek

produk PT XYZ, belum sepenuhnya atau “murni” syari’ah bahkan jadi cenderung mengarah

kepada haram, hal ini didukung oleh pendapat Erwandi Tarmizi (2012) yang mengatakan

bahwa fatwa yang dibuat oleh DSN MUI bertentangan dengan fatwa dari Dewan Syariah

Internasional dan bukan sekedar itu, bahkan juga bertentangan dengan hadis Nabi. Akan

tetapi untuk hal tersebut, tidak sepenuhnya menjadi kesalahan PT XYZ, karena PT XYZ

mengacu kepada DSN MUI dalam aplikasi produknya.

Tentang biaya yang senyatanya terjadi, apabila dilihat dari nilai tarif ijarah yang

dibebankan oleh PT XYZ, tidak mencerminkan biaya penyimpanan yang sesungguhnya,

Pernyataan ini juga didukung oleh Erwandi Tarmizi (2012), yang menyatakan bahwa apabila

yang terjadi adalah lembaga keuangan mengambil laba dari ongkos penyimpanan emas

(barang) gadai maka akad qardh dengan gadai barang yang dilakukan lembaga keuangan

syari’ah telah berubah menjadi riba dayn, karena hakikat penggadaian barang adalah

pinjaman yang pihak pemberi pinjaman mendapat manfaat (laba) dari pinjaman tersebut

dalam bentuk biaya penyimpanan diatas ongkos yang nyata – nyata diperlukan.

Perlakuan Akuntansi atas Penerapan Produk Syari’ah pada PT XYZ

Baik produk rahn umum, dan gadai modal usaha mikro, pengakuan terhadap Pinjaman

Yang Diberikan (PYD) dan pendapatan ijarah dilakukan dengan metode accrual basis, untuk

pengakuan qardh atau PYD yaitu pada saat pinjaman diberikan kepada rahin dan dicatat pada

saat transaksi telah selesai dilaksanakan, dan untuk pendapatan ijarah apabila transaksi masih

dalam satu periode buku, pendapatan diakui sejumlah yang dibayarkan oleh nasabah dan

dicatat setelah transaksi telah dilaksanakan, selanjutnya pada setiap akhir periode PT XYZ

akan mengakui pendapatan ijarah atas manfaat yang telah diberikan kepada nasabah.

Pendapatan ijarah diukur sejumlah sewa yang dibebankan kepada rahin, sedangkan PYD

diukur sejumlah pinjaman yang diambil oleh rahin.

Akun – akun yang terlibat dalam produk ini adalah Pinjaman Yang Diberikan (PYD),

Pendapatan Ijarah dan Pendapatan Administrasi, serta Biaya Penyimpanan Barang Jaminan.

PT XYZ menyajikan akun – akun tersebut pada Laporan Laba Rugi Konsolidasi, Laporan

Posisi Keuangan Konsolidasi serta Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) PT XYZ, dalam

bagian Aset Lancar untuk PYD dan Pendapatan Sewa Modal untuk pendapatan ijarah. PT

XYZ telah mengungkapkan secara jelas pada CALK.

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 18: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Analisis Kesesuaian Penerapan Rahn dan Rahn Tasjily pada PT XYZ terhadap PSAK 107

tentang Akuntansi Ijarah

Terkait dengan kesesuain dengan PSAK yang belaku yaitu PSAK 107 tentang

Akuntansi Ijarah ketentuan – ketentuan terkait standar yang berlaku telah terpenuhi. Akan

tetapi PT XYZ tidak memaparkan secara rinci laporan laba rugi dan posisi keuangan khusus

untuk unit usaha syari’ahnya. Produk bisnis gadai syari’ah ini masih berbentuk unit usaha,

yang artinya masih berada dalam naungan PT XYZ secara menyeluruh.

Kesimpulan

1. PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha gadai, memiliki

unit usaha yang khusus melayani produk – produk dengan prinsip syari’ah. Penerapan

implementasi produk dengan skema rahn dan rahn tasjily PT XYZ telah sesuai

dengan SOP yang ada. Ditinjau dari kesesuaian terhadap fatwa DSN MUI No.

25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002

tentang rahn emas, dan fatwa DSN MUI No. 68/DSN-MUI/III/2008 tentang rahn

tasjily pada produk PT XYZ, belum sepenuhnya terpenuhi. Secara keseluruhan

terdapat 2 ketentuan yang belum terpenuhi oleh PT XYZ.

a. Pada implementasinya penentuan tarif dasar perhitungan golongan barang

jaminan masih berdasarkan nilai pinjaman, walaupun setelahnya dikali dengan

nilai taksiran barang, akan tetapi secara subtansial masih berdasarkan nilai

pinjaman

b. Pada implementasinya biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan barang

jaminan tidak dapat diukur khusus untuk setiap satu barang, ditambah lagi

dengan nilai tarif yang sama untuk setiap barang jaminan, artinya biaya yang

dikeluarkan tidak berdasarkan jenis pengeluaran yang dilakukan untuk setiap

barang yang disimpan

Ditinjau dari kesesuaian terhadap ketentuan – ketentuan fiqh islam lainnya yang belum

dijelaskan secara detail pada DSN MUI, terdapat setidaknya 2 ketentuan fiqh yang

belum terpenuhi dalam produk PT XYZ,

a. Tentang dua akad yang dijadikan satu, pada penerapannya setiap nasabah yang

mengajukan akad rahn atau rahn tasjily, sudah pasti harus melakukan akad

ijarah

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 19: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

b. Tentang biaya penyimpanan marhun, biaya yang dikeluarkan bukan yang

senyatanya terjadi

2. Kebijakan akuntansi yang dilakukan atas transaksi ijarah pada setiap produk, PT XYZ

merujuk kepada PSAK 107 tentang akuntansi ijarah. Ditinjau dari kesesuaian

perlakuan akuntansi ijarah PT XYZ terhadap PSAK 107 tentang akuntansi ijarah,

secara keseluruhan telah sesuai. Yang perlu menjadi catatan adalah oleh karena bidang

syari’ah ini masih berbentuk unit usaha PT XYZ atau tidak berdiri sendiri, maka

pelaporannya pun masih bergabung dengan bisnis konvensional lainnya.

Saran

1. Menyangkut penentuan tarif jasa simpan dan biaya administrasi, keduanya tidak

ditentukan berdasarkan besarnya pinjaman. Nilai tarif seharusnya tetap berdasarkan

jenis marhun yang disimpan atau berdasarkan biaya pemeliharaan yang sebenarnya

keluar untuk memelihara tempat penyimpanan,

2. Untuk biaya administrasi, seharusnya berjumlah tetap untuk setiap transaksi, tidak

dibedakan berdasarkan golongan.

3. Dua akad yang dijadikan satu. nasabah diberikan pilihan untuk hanya memenuhi akad

rahn, tidak harus juga melakukan akad ijarah.

4. Sebaiknya, PT XYZ tidak hanya berpatokan kepada DSN MUI saja, aspek secara fiqh

islam juga patut menjadi pertimbangan dalam implementasi produknya.

Sedangkan saran yang dapat diberikan kepada pihak lain adalah,

1. Bagi Akademisi,

a. Dapat melanjutkan penilitian ini dengan produk yang berskema murabahah

sehingga dapat secara komperhensif menyeluruh kepada semua jenis produk

PT XYZ

b. Dapat mengembangkan penelitian ini dengan meambahkan aspek – aspek

pengukuran lain agar jauh lebih mendalam

c. Dapat lebih fokus lagi terhadap pencatatan hingga pelaporan unit usaha

syari’ah ini, sehingga benar – benar bisa ditelaah lebih mendalam

2. Bagi lembaga keuangan dengan prinsip syari’ah lainnya, dapat menjadikan hasil

penelitian produk dengan basis rahn di PT XYZ sebagai bahan evaluasi dan

implementasi produknya

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 20: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

3. Bagi regulator yang membuat acuan produk lembaga keuangan, agar lebih fokus

terhadap penerapan fiqh muamalah, tidak semata hanya proses bisnis dan keuntungan

sepihak saja

4. Bagi masyarakat umum, dengan adanya penelitian ini diharapkan membuka mata dan

pikiran masyarakat luas akan gadai dengan prinsip syari’ah sehingga lebih cermat

mengamati aspek syari’ah islam yang mereka yakini.

Daftar Referensi

Abdullah, Daud Vicary, Chee, Keon. (2010). Chapter 10: Other Islamic Financing Methods. Singapore : Marshall Cavendish International (Asia) Pte Ltd. Alamsyah, Halim. (2013). Perkembangan Dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia : Tantangan Dalam Menyongsong Mea 2015. Jakarta : Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Milad ke-8 Al Jazairi, Abdurahman. (1980). Kitabul Fiqh Ala Mazdahibil Arba’ah (Edisi Enam, Juz Dua). Mesir : Al Maktabah Tijariyah Kubro Badan Pusat Statistik, (2013). Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS Bakar, Taqiyyudin Abi. (1998). Kifayatul Ahyar. Semarang : Usaha Nasional Caskey, John P. (1991). "Pawnbroking In America: The Economics Of A Forgotten Credit Market". Journal Of Money Credit And Banking. (Volume 23, Issue 1. 85-99). Contract Of Ar Rahn Definition And Conditions. (26 Maret 2006). Http://Cief.Wordpress.Com/2006/03/06/Contract-Of-Ar-Rahn-Definition-And- Conditions/ (Diakses 21 September 2014 Pukul 14.00 Wib Fauziah, Resti Diana. (2014). Kesesuaian Praktik Pembiayaan Gadai Emas Pada Bank Jkl Dengan Psak 59, Psak 107, Papsi 2013, Fatwa Dsn Dan Peraturan Bank Indonesia. Skripsi Pada Program Studi Akuntansi Feui Depok Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 107 TentangmAkuntansi Ijarah. Jakarta : Salemba Empat Juniansyah, M. Fajar Prima. (2013). Kesesuaian Syariah dan Akuntansi Produk Pembiayaan Berbasis Ijarah Menurut Fatwa DSN MUI dan Psak 107 : Studi Kasus Bank Syariah X. Skripsi Pada Program Studi Akuntansi Feui Depok Kurniasih, Apriyani. (21 July 2011). Mengapa Memilih Gadai Syariah?.Http://Www.Infobanknews.Com/2011/07/Mengapa-Memilih-Gadai-Syariah/ (Diakses 24 Desember 2014 Pukul 13.00 Wib) Majelis Ulama Indonesia. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tentang Rahn, Nomor 25/DSN-MUI/III/2002. _____________________. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tentang Rahn Emas, Nomor 26/DSN-MUI/III/2002. _____________________. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tentang Rahn Tasjily, Nomor 68/DSN-MUI/III/2008. Marshall, Alfred. (1920). Principals Of Economics (8th Ed). London : Macmillan And Co., Ltd.

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014

Page 21: ANALISIS KASUS PENERAPAN AKAD AR-RAHN DAN PERLAKUAN ...

Megawati. (2012). Implikasi Peraturan Bank Indonesia Terhadap Praktik Gadai Emas Syari’ah di Bank UDA. Skripsi Pada Program Studi Akuntansi FEUI Depok. Nurhayati, Sri Dan Wasilah. (2014). Akuntansi Syariah Di Indonesia (Edisi Ketiga) Jakarta : Salemba Empat Pan, Ming-Te. (1985). Study Of Pawnshop In Modern China (1644-1937). Taipei: Institute Of History, National Taiwan Normal University Pimpinan Cabang PT XYZ. (2014, 02 Januari). Wawancara Pribadi Purwandani, Agustini. (2009). Studi Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan Barang Kreditan Di Desa Brangkal Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang.Undergraduate Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Qudamah, Ibnu. (2004). Al-Mughny, Mahtobaturriyah Al-Haditsah (Juz Enam). Riyad. Subekti, R. R. Tjitrosudibio. (1847). Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. Jakarta : Balai Pustaka Tarmizi, Erwandi. (2012). Harta Halal Haram Mualamat Kontemporer. Jakarta : Berkat Mulia Insani Worldatlas.(2014). Countries Of The World. http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm (Diakses 16 Januari 2014 Pukul 17.14 Wib) Zuhaily, Wahbah. 1989. Al Fiqhul Islamy Wa Adillatuhu, Juz Lima (Cet. Ketiga). Damaskus. Darul Fikri.

Analisis kasus penerapan akad..., Santriaji Santoso Putro, FE UI, 2014