ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan...

62
ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) PADA KEGIATAN MANUAL MATERIAL HANDLING DI SUBDIVISI MACHINING ASSEMBLY PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Oleh : RIVA NURUL FATH F14060292 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Transcript of ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan...

Page 1: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) PADA

KEGIATAN MANUAL MATERIAL HANDLING DI SUBDIVISI MACHINING

ASSEMBLY PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

Oleh :

RIVA NURUL FATH

F14060292

2010

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Page 2: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) PADA

KEGIATAN MANUAL MATERIAL HANDLING DI SUBDIVISI MACHINING

ASSEMBLY PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RIVA NURUL FATH

F14060292

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Judul Skripsi : Analisis K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja) Pada Kegiatan

Manual Material Handling Di Subdivisi Machining Assembly PT.

Toyota Motor Manufacturing Indonesia

Nama : Riva Nurul Fath

NIM : F14060292

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Sam Herodian, MS

NIP. 19620529 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Pertanian

Dr. Ir. Desrial, M.Eng

NIP. 19661201 199103 1 004

Tanggal Lulus : ………………

Page 4: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Riva Nurul Fath. F14060292. Analisis K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja)

Pada Kegiatan Manual Material Handling Di Subdivisi Machining Assembly

PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Sam

Herodian, MS

RINGKASAN

Salah satu perusahaan yang sangat peduli akan kesehatan dan keselamatan

kerja adalah TMC (Toyota Motor Coorporation) yang saat ini merupakan salah satu

produsen mobil terbesar di dunia. Maka dari itu untuk menunjang nya perlu adanya

pemahaman tentang K3 pada manual material handling dalam suatu industri.

Istilah Musculoskeletal Disorders (MSD) merupakan salah satu penyakit yang

berkaitan dengan otot tendon, ligamen, kartilago, persendian, sistem syaraf, struktur

tulang,dan pembuluh darah. Bagian tubuh yang menjadi fokus perhatian

Musculoskeletal Disorders (MSD) adalah leher, bahu, lengan bawah pergelangan

tangan dan kaki. Apabila Musculoskeletal Disorders (MSD) ini sudah menyerang

pada pekerja maka efisiensi kerja dan produktifitas kerja akan menurun.

Adapun dampak yang diakibatkan oleh MSD pada prospek ekonomi usaha

adalah: (1) Pada aspek produksi, yaitu berkurangnya output, kerusakan materi,

produk yang akhirya menyebabkan tidak terpenuhi. (2) Biaya yang disebabkan akibat

absensi pekerja yang akan menyebabkan penurunan keuntungan. (3) Biaya pergantian

karyawan untuk rekruitmen dan pelatihan

Metode penelitian ini terdiri dari : (1) General Induksi, (2) Diskusi

Pemahaman (3) Identifikasi Masalah, (4) Pengamatan, (5) Analisis Evaluasi Resiko,

(6) Improvement, (7) Improvement Trial, (8) Evaluasi, (9) Implementasi.

Bardasarkan perhitungan ergonomic risk point, potensi yang dapat diamati

dari aspek ergonomika manual material handling dan aspek K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja) pada subdivisi Machining Assembly adalah sebanyak 2063 poin.

Untuk mengurangi poin potensi kecelakaan kerja maka dilakukan perbaikan.

Perbaikan pada machine adalah dengan menambah dudukan stacking

sehingga rak tempat menyimpan part menjadi sesuai dengan tinggi pekerja yang

yang akan membawa part. Perbaikan pada machine ini berada pada pos 2 dan pos 3.

Pada pos 2 perbaikan machine menurunkan nilai ergonomic risk poin dari 2063

menjadi 1718 poin atau sebesar 16,72%. Sedangkan pada pos 3 perbaikan machine

menurunkan nilai ergonomic risk poin dari 2063 menjadi 1472 poin atau sebesar

28,64%.

Perbaikan pada man (operator) dilakukannya tes awalan untuk mengetahui

seberapa banyak pengetahuan tentang ergonomika dari para pekerja lalu diberikan

pelatihan agar pengetahuan tentang ergonomika bertambah dan dapat diterapkan pada

proses produksi

Page 5: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riva Nurul Fath, dilahirkan di Sumedang,

Jawa Barat pada tanggal 21 November 1988, penulis merupakan

anak kedua dari ibu Tuti Sumiati dan Yohamir Syamsu.

Jenjang pendidikan formal penulis yaitu pada tahun 1994

hingga 2000 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di

SDN Gudang . Kemudian pada Tahun 2000 hingga 2003

penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Tanjungsari.

Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah atas di SMUN 1

Sumedang. Setelah lulus dari SMU, tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan ke

Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa melalui jalur Undangan

Seleksi Masul IPB (USMI) dan pada tahun 2007 diterima di departemen Teknik

Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan. Penulis

pernah menjadi staff Minat Bakat Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Teknologi pertanian pada tahun 2007-2008 dan juga pernah menjadi pengurus Warga

Pelajar dan Mahasiswa Lingga (WAPEMALA) sebagai Wakil Ketua pada tahun

2008-2009. Pada tahun 2009 penulis melakukan praktek lapang di Pusat Pelatihan

Kewirausahaan Sampoerna, dengan Judul ” Aspek Keteknikan Pertanian Dan

Ergonomika Di Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna Jawa Timur”. Pada

tahun 2010 penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis K3

(Kesehatan Dan Keselamatan Kerja) Pada Kegiatan Manual Material Handling Di

Subdivisi Machining Assembly PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia”.

Page 6: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanaallahu

Wata’ala atas hidup yang begitu indah dengan segala kejutan-Nya, cinta-Nya,

kekuatan-Nya serta kesabaran-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan amanah

yaitu menyelesaikan kuliah di Departemen Teknik Pertanian, Fateta, IPB dan

menyempurnakannya dengan menysusun skripsi dengan judul “Analisis K3

(Kesehatan Dan Keselamatan Kerja) Pada Kegiatan Manual Material Handling

Di Subdivisi Machining Assembly PT. Toyota Motor Manufacturing

Indonesia”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin umat

yang selalu dirindukan, Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadi teladan dan

inspirasi penulis selama ini.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Selama

kegiatan perkuliahan, penelitian, penulisan, dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS . selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan proposal

usulan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir M Faiz Syuaib, M.Agr dan Dr. Ir. Desrial, M.Eng selaku dosen

penguji, yang memberikan waktu dan pikiran kepada penulis atas saran dan

masukan dalam penyempurnaan skripsi ini, serta motivasi kepada penulis selama

penelitian.

3. Ayahanda dan Ibunda serta adik dan kakak tercinta yang selalu memberikan

dorongan motivasi dan do’a selama ini.

4. Keluarga Om Damus dan Tante Tetty yang telah memberikan semangat serta do’a

selama ini

5. Bapak Budi Utomo, Bapak Bumantolo, Bapak Maman, Bapak Sigit, Bapak Aziz,

Bapak Teguh, Bapak Winarto, Bapak Subekti, ibu Dani, Bapak Arif serta seluruh

Page 7: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

staf PASHE PT.TMMIN yang telah memberikan banyak masukan untuk skripsi

ini.

6. Kharisma Prawesti Sri Utami yang telah menyemangati penulis

7. Teman teman TEP 43: Indra Febrian Buntuan, Abdul Manan,Pandu Mas S, Puji S,

Farida, Nurhudaya, Purta Pratama, Prahana Mahawa Putra, Azzah, Fina M, Yuyun

Lutfi, Siti Dewi Yanti, Dhani Ilir, Lenny Brutu, Defra, Arif, Eny, Rizki Mulyo,

Ahmad Fanny A, Sausan Anbar M (TIN 43), Santy Sompret (TIN 43) (terima

kasih bersedia menunggu pada saat sidang dan memberikan dorongan serta

semangat).

8. Teman teman seperjuangan Toyota: Nanda, Imam, Soleh, Ilir, Bayu Eko, Yudis,

Zani, Dodik terimakasih atas Doa nya.

9. Teman-teman Kost Jamparing: Edi Abdullah, Sopian Hidayat, Regi Riandani,

Topik, Ace Suhendar, Aip Wiyana, Dzikri Robby, Rully BN dan Bungsu Yana

Taryana (terima kasih atas dukungan dan doanya), teman-teman dan semua pihak

yang telah mendukung (terima kasih atas doanya).

10. Seluruh teman di Departemen Teknik Pertanian angkatan 43, serta teman-teman

yang telah banyak membantu selama ini.

Bogor, Agustus 2010

Penulis

Page 8: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. v

I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4

A. Definisi Ergonomi ............................................................................................... 4

B. Tujuan Ergonomi ................................................................................................. 5

C. Manual Material Handling .................................................................................. 5

D. Mekanisme Kerja Otot ......................................................................................... 6

E. Postur Kerja ......................................................................................................... 7

F. MSD( Musculoskeletal Disorders) ...................................................................... 9

G. Dampak MSD (Musculoskeletal Disorders) ..................................................... 11

H. Occupational Safety and Health Management System (OSHMS) ..................... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 15

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................................ 15

B. Alat dan Bahan ................................................................................................. 15

C. Metode Penelitian .............................................................................................. 15

IV . Hasil dan Pembahasan........................................................................................ 24

A.Machine Improvement ........................................................................................ 28

B. Methode Improvement ....................................................................................... 32

C. Man Improvement .............................................................................................. 36

V . Kesimpulan Dan Saran ...................................................................................... 39

VI. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41

Halaman

Page 9: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Aspek Ergonomi …..……………………………………………19

Tabel 2. Tabel Poin Evaluasi Resiko….…………..…………………………….20

Tabel 3. Kategori Resiko…………………………….……………………….…21

Tabel 4. Tabel Manajemen Kerja…..……………………………...……………21

Tabel 5. Tabel STOP 6 dan Non STOP 6……………………………………….23

Tabel 6. Hasil Analisis Fish Bone Diagram…………………………………….27

Tabel 7. Tabel Penurunan Poin dan Waktu Hasil Perbaikan…...……………….33

Tabel 8. Tabel Hasil Pengujian Operator Bulan Maret dan April ………...……37

Halaman

Page 10: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Postur Tubuh…………………………………………..………………….8

Gambar 2. Gejala Musculoskeletal Disorders (MSD)................................................10

Gambar 3. Tahapan Kegiatan WRA...........................................................................12

Gambar 4. Prosedur Penelitian………………………………….….………………..16

Gambar 5. Hasil Analisis Fish Bone Diagram ……….……………………………...18

Gambar 6. Hasil Perekaman Kamera Handycam……….…………………………...25

Gambar 7. Kegiatan Mengambil Part Pada Pos 2 Dan Pos 3.....................................26

Gambar 8. Denah Pos 1 Sampai Pos 5……………………........................................26

Gambar 9. Sketsa Pada Saat Operator Mengambil Part..…..…..……...…..………..27

Gambar 10. Rak Yang Ada di Pos 2………………………………….…………..…29

Gambar 11. Pekerja Mengambil Part di Pos 2 dan 3………………………………..30

Gambar 12. Gambar Piktorial Rak Pada Pos 2............................................................31

Gambar 13. Perbaikan Setelah Dilakukan Improvement.............................................32

Gambar 14. Pelatihan Teoritis…………………………………………….…………35

Gambar 15. Operator Setelah Melakukan Pelatihan Teoritis……………………......36

Halaman

Page 11: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Kawasan Industri PT . TMMIN………………………………43

Lampiran 2. Potensi kecelakaan non STOP 6 ………………………………………44

Lampiran 3. Denah pos 1 sampai dengan pos 5……………………………………..45

Lampiran 4. Hasil perhitungan risk poin…………………………………………….46

Lampiran 5. Penurunan potensi bahaya pos 2……………………………………….47

Lampiran 6. Penurunan potensi bahaya pos 3……………………………………….48

Lampiran 7. Poin posisi tubuh berdasarkan standar yang dibuat PT.TMMIN………49

Lampiran 8. Gambar detail rak di Pos 2……………………………………………..50

Halaman

Page 12: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari berbagai

bidang dan sendi – sendi kehidupan bahkan dituntut untuk selalu ada dan

berkembang guna memudahkan kegiatan manusia. Salah satu penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri adalah penerapan aspek

ergonomika dan keselamatan kerja. Penerapan ergonomika dalam kegiatan

industri ini dapat meningkatkan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan

pekerja yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan produktivitas dan akan

mendatangkan keuntungan baik bagi pekerja sendiri maupun bagi perusahaan.

PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) adalah salah satu

perusahaan otomotif yang terkemuka di Indonesia. Didirikan pada tanggal 12

April 1971 yang bernama PT.TAM. PT TMMIN merupakan usaha kerja sama

antara PT Astra Internasional Terbuka dari Indonesia dan Toyota Motor

Corporation dari Jepang, dengan komposisi saham 5% di pegang oleh Astra

Internasional terbuka dengan 95% dipegang oleh Toyota Motor Corporation..

Denah kawasan industry PT. TMMIN dapat dilihat pada lampiran 1.

PT TMMIN beroprasi pada tanggal 1 Januari 1972 hingga saat ini dan

merupakan pemegang merk Toyota di Indonesia. Selama 30 tahun PT TMMIN

telah memegang peran penting dalam perkembangan industri otomotif di

Indonesia dan penciptaan lapangan kerja, termasuk lapangan kerja di usaha-usaha

pendukungnya seperti assembly , pengexpor serta distributor kendaraan produksi

Toyota. Hingga Januari 2003 PT.TMMIN memiliki jumlah tenaga kerja sebasar

4.952 karyawan. Saat ini PT TMMIN memiliki berbagai pabrik seperti pabrik

percetakan, pabrik peleburan, pabrik mesin, serta pabrik perakitan yang terletak di

area industri sunter. Untuk mengkatkan kualitas produksi PT TMMIN

membangun pabrik modern yang didalamnya terdapat teknologi-teknologi tinggi

pertama kali di Indonesia. Untuk pabrik di daerah karawang selesai tahun 1998.

Dengan fasilitas mutakhir yang meliputi kualitas tinggi dan manajemen

Page 13: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

lingkungan yang baik PT TMMIN sukses mengatur jaringan penjualan dan

jaringan service ke seluruh Negara terutama di Indonesia tentunya. PT TMMIN

terdiri dari 5 dealer utama dan 75 dealer lainnya yang mengoprasikan 142 tempat

penjualan dan 101 tempat service. Dengan jaringan sedemikian luas PT TMMIN

selama beberapa tahun ini berhasil mencapai posisi tertinggi di pasar otomotif.

Pada tahun 2002 PT TMMIN berhasil menjual 84.312 unit kendaraan. Untuk

mencapai penjualan tertinggi di pasar Indonesia PT TMMIN juga merupakan

pelopor pengexpor komponen-komponen. Otomotif dan juga kendaraan untuk

berbagai Negara. Sejak 1986 dari 200.000 unit kijang bill up dan juga Nock Down

sudah di ekspor ke Brunai Darusalam, Malaysaia, Philipina, Taiwan, Thailand,

Afrika Selatan dan juga Papua Nugini.

Sunter Plant adalah salah satu dari pabrik otomotif yang dimiliki oleh

Toyota Motor Manufacturing bersama dengan Karawang Plant. Dibangun pada

bulan April 1973, pabrik tersebut berlokasi di Sunter, Jakarta Utara.

Sunter Plant berdiri di area tanah seluas 310.898 m2 dengan luas

bangunan 175.986 m2. Sunter Plant adalah pabrik otomotif pertama yang dimiliki

oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, yang memiliki konsep untuk

memadukan teknologi modern dan keahlian sumber daya manusia sehingga

menjadikan Sunter Plant sebagai tulang punggung dari PT. Toyota Manufacturing

Indonesia dan keuntungan secara terus menerus, sehingga menjadikan Sunter

Plant sebagai industri otomotif terbaik di Indonesia.

Toyota menerapkan standarisasi bagi setiap orang yang memasuki

lingkungan pabrik. Aturan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

atau hal-hal yang dapat meyebabkan membahayakan diri sendiri ataupun orang

lain. Aturan yang ada di lingkungan pabrik diantaranya adalah berjalan dijalur

hijau, tidak telfon ketika berjalan, tunjuk kanan dan kiri ketika akan menyebrang

dan masih banyak lagi aturan aturan yang ada di lingkungan pabrik. Standarisasi

yang ada di lingkungan pabrik ini digambarkan dengan tulisan serta simbol-

simbol yang dipasang ditempat terlihat.

Page 14: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

PT. Toyota Manufacturing Indonesia memiliki divisi engine yang terdiri

dari divisi machining yang di dalamnya terdapat 5 subdivisi. Subdivisi machining

assembly adalah salah satu dari kelima subdivisi yang berada pada divisi

machining. Subdivisi ini bertugas untuk merakit komponen yang telah disediakan

oleh divisi logistic sehingga menjadi mesin yang siap di uji.

Pada subdivisi machining assembly, perakitan komponen yang akhirnya

menjadi mesin dirakit oleh manusia. Pekerjaan yang dilakukan pada subdivisi

machining assembly lebih banyak yang menggunakan tenaga manusia karena

dalam perakitan mesin, manusia lebih baik dalam mengumpulkan merangkai

komponen – komponen yang tersedia untuk dijadikan mesin.

Aspek manual material handling harus dikembangkan pada subdivisi

machining assembly karena pekerjaan yang ada pada subdivisi tersebut bayak

yang memakai tenaga manusia. Selain itu, permasalahan manual material

handling didominasi oleh postur tubuh yang salah dalam bekerja. Salah satu

contoh postur tubuh yang salah dalam divisi machining assembly adalah pada

saat menganggat beban. Operator harus membungkuk dalam mengangkat beban

serta mengambil part sehingga yang menjadi tumpuan adalah tubuh. Hal ini

tidak sesuai dengan fungsi tulang punggung sebagai penopang tubuh bagian atas.

Jika hal ini dilakukan terus–menerus, maka bantalan pada ruas-ruas tulang

belakang dapat rusak dan beresiko menyebabkan cedera permanen pada tulang

belakang. Postur tubuh yang salah juga dapat memicu cedera pada bagian tubuh

lain dan menurunkan produktivitas. Maka daripada itu, pengenalan aspek manual

material handling sangatlah penting dalam subdivisi machining assembly.

B. Tujuan

1. Meningkatkan sistem Manual Material Handling yang lebih baik dengan

indikasi beban kerja lebih ringan dan waktu yang lebih singkat.

2. Menurunkan tingkat bahaya kerja akibat manual material handling.

Page 15: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergo artinya kerja dan Nomos

artinya peraturan atau hukum (Oborne, 1995). Dengan demikian, ergonomi dapat

diartikan sebagai ilmu atau aturan tentang bagaimana seharusnya melakukan

suatu kerja. Terdapat beberapa pengertian ergonomi, antara lain :

a. Ergonomi adalah aplikasi dari informasi ilmiah yang menitik beratkan pada

hubungan manusia terhadap desain suatu alat, system, dan lingkungan untuk

digunakan oleh manusia. Ergonomi adalah ilmu yang menyesuaikan antara

pekerjaan dengan produk dengan penggunany (Pheasant,1991 dalam Santoso,

2004).

b. Ergonomi adalah cara memandang dunia, berpikir tentang manusia, dan

bagaimana interaksinya dengan seluruh aspek dalam lingkungannya,

perlengkapannya, dan situasi kerjanya (Oborne, 1995).

c. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia, mesin, dan

lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia

(Bridger, 1995).

d. Ergonomika didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 1998 dalam

Santoso, 2004).

e. Ergonomika didefinisikan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan

keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat

hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang

diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman

(Sutalaksana, 1979).

Dibeberapa negara, istilah ergonomi tidak digunakan untuk disiplin ilmu ini.

Seperti di amerika utara menggunakan istilah Human Engineering atau Human

Page 16: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Factor Engineering dan Labour Science ( Roundou Kagaku ) yang digunakan di

Jepang. Meskipun ada perbedaan istilah, namun defenisi, prinsip, dan tujuan

sama.

Secara umum, ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu atau aturan

yang mengkaji kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia serta

interaksi dengan lingkungan, peralatan, mesin, dan prosedur kerja untuk mencapai

kondisi keselamatan, kenyamanan, kesehatan, dan produktifitas yang optimal.

B. Tujuan Ergonomi

Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja

pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi

kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya (Santoso, 2004). Hal ini dapat

tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama ergonomi, antara lain:

1. Memaksimalkan efisiensi karyawan

2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja

3. Menganjurkan agar bekerja aman (safe), nyaman (comfort) dan

bersemangat

4. Memaksimalkan bentuk kerja (performance) yang meyakinkan

C. Manual Material Handling

Handling adalah tangan pekeja menggerakan suatu benda dengan

mengangkat, menurunkan, mengisi, mengosongkan, atau membawanya. Manual

Material Handling berarti memberikan suatu pembebanan ke tubuh manusia

untuk menggerakan suatu benda, jika pembebanan tersebut tidak sesuai dengan

fungsi tubuh, hal ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau cidera otot

pada pekerja. Seperti misalnya mengangkat / mengambil benda yang ada di lantai

dilakukan dengan membungkukkan badan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

cedera tulang belakang / punggung karena punggung memang bukan berfungsi

untuk mengangkat namun untuk menunjang tubuh bagian atas. Seharusnya

pengangkatan dibebankan ke otot – otot kaki.

Page 17: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Hampir 25 % kecelakaan kerja di Indonesia disebabkan oleh penanganan

material (Silalahi dkk, 1991). Para ahli yakin bahwa cedera tulang belakang

memiliki hubungan yang sangat erat dengan kegiatan manual material handling.

Ditinjau dari segi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), maka dengan

diterapkan manual material handling diharapkan resiko terjadinya kecelakaan

kerja dapat berkurang dan insiden berbagai penyakit akibat kerja menurun. Selain

itu, diharapkan juga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari suatu

pekerjaan seperti peningkatan kemudahan pengguna sistem, penurunan kesalahan

dan peningkatan produktivitas.

Dari segi psikologi, ergonomi manual material handling diharapkan dapat

meningkatkan kepuasan kerja dan pengembangan pribadi. Lebih konkrit,

ergonomi dapat meningkatkan kenyamanan, peningkatan keamanan, penurunan

kelelahan dan stres kerja, serta kesempatan untuk mengembangkan diri

(Sulistomo,2002)

D. Mekanisme Kerja Otot

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion), pada umunya sering

dikeluhkan oleh pekerja dimana aktifitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga

yang besar seperti aktifitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban

yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga

yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat

menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. Mekanisme kerja otot ada 2 yaitu:

1. Kerja Otot Statis

Kerja otot statis adalah kerja otot yang tidak bergerak atau dengan kata

lain otot hanya diam. Biasanya kerja otot statis akan lebih cepat mengalami

kelelahan dibandingkan dengan kerja otot dinamis. Walaupun demikian kerja

otot stasis tidak bisa dihilangkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Sesuatu

hal yang tidak mungkin dalam melakukan pekerjaan semua bagian tubuh

operator mengalami kerja otot statis (Suma’mur,1989).

Page 18: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Efek kerja otot statis adalah otot yang digunakan dalam keadaan diam

sehingga akan terjadi penumpukan asam laktat lebih cepat dibandingkan

dengan kerja otot dinamis, sehingga pekerja akan lebih cepat mengalami

kelelahan. Ketika pekerja cepat merasa lelah maka pekerjaan atau

produktivitasnya akan mengalami penurunan (Suma’mur,1989).

2. Kerja Otot Dinamis

Efek kerja otot dinamis sebenarnya sangat baik karena tidak

menyebabkan kelelehan pada saat bekerja. Tidak seperti kerja otot statis yang

menyebabkan kelelahan pada pekerja saat bekerja, kerja otot dinamis sangat

dianjurkan dalam melakukan setiap gerakan dan postur kerja. Karena pada

saat bekerja, otot pekerja akan mengalami relaksasi, sehingga menyebabkan

pekerja tidak cepat merasakan kelelahan pada saat bekerja dan

produktivitasnya tidak akan mengalami penurunan (Suma’mur,1989).

E. Postur Kerja

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa ketepatan dari

suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik

dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut

akan baik. Akan tetapi bila postur kerja operator tersebut salah atau tidak

ergonomis maka operator tersebut akan mudah kelelahan dan terjadinya kelainan

pada bentuk tulang operator tersebut. Apabila operator mudah mengalami

kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator terebut juga akan

mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan (Pheasant, 1986).

Pada Gambar 1. menunjukan bahwa jika postur tersebut dilakukan secara

terus menerus akan menyebankan menimbulkan penyakit. Hal ini terjadi karena

dada terkompres sehingga oksigen akan sulit masuk dan akhirnya akan

mengalami sakit. Postur tubuh yang benar berguna banyak bagi kesehatan. Berdiri

dan duduk secara benar bisa mencegah linu, ketegangan otot, dan membantu

mencegah sakit di daerah punggung, pinggang, dan leher. Postur yang bagus juga

Page 19: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

membantu otot untuk bisa bekerja dengan lebih efisien, yang berguna untuk

mencegah kelelahan. Apabila kita melakukan sesuatu dengan benar maka pasokan

oksigen ke dalam tubuh akan lancar dan akan mengurangi sakit.

Gambar 1. Postur Tubuh Pada PT. TMMIN (Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

Dalam melakukan pekerjaan, seseorang harus menjaga sikap yang

ergonomis yaitu sikap yang seimbang sehingga dapat dicapai suatu efisiensi dan

produktifitas kerja yang optimal dengan tetap memperhatikan rasa nyaman dalam

bekerja. Dalam bekrja perlu diperhatikan stabilitas yang bergantung pada :

a. Luas dasar penyangga lantai.

b. Tinggi dari titik gaya berat.

Hal – hal yang mempengaruhi postur tubuh antara lain adalah human

diversity (keterbatasan kemampuan manusia), kelainan – kelainan pada sistem

musculeskeletal seperti pada sendi dan ketegangan otot, disain dan posisi yang

kaku atau salah.

Postur normal atau biasa disebut postur netral adalah postur dalam proses

kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh sehingga tidak terjadi pergeseran atau

penekanan pada bagian tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon otot, dan tulang.

Dengan postur ini maka keadaan akan menjadi rileks dan tidak menyebabkan

keluhan sistem musculoskeletal atau sistem tubuh lain (Satrya, 2002)

Postur janggal adalah deviasi atau pergeseran dari pergerakan tubuh atau

anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktivitas dari postur /

posisi normal secara berulang – ulang dan dalam waktu yang relative lama. Postur

Page 20: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

punggung yang merupakan factor resiko MSD adalah membungkukan badan,

sehingga membentuk sudut 20o terhadap vertical dan berputar dengan beban objek

9 kg atau lebih, durasi lebih dari 10 detik dan frekuensi lebih dari 2 kali per menit

atau lebih dari 4 jam sehari ( Humantech, 1995).

Postur Bahu yang merupakan factor MSD adalah dengan lengan di atas

bahu lebih dari 4 jam sehari ( Departement of labour and Industries, 2001) atau

lengan atas membentuk sudut 45o kea rah samping / ke arah depan terhadap badan

selama lebih dari 10 detik dengan frekuensi 2 kali/ menit dan beaban lebih dari

4,5 kg ( Humantech, 1995).

Postur yang tidak seimbang dan berlangsung dalam waktu yang cukup

lama, maka dapat mengakibatkan “Stress” pada bagian tubuh tertentu. Ini

biasanya disebut dengan Postural stress. Hal ini disebutkan karena keterbatasan

tubuh manusia untuk melawan beban dalam jangka waktu yang lama, dimana

dapat terjadi berbagai akibat yang merugikan tubuh, seperti timbulnya fatigue otot

(kelelahan otot) , tidak tenang, gelisah dan nyeri.

F. MSD (Musculoskeletal Disorders)

Istilah Musculoskeletal Disorders (MSD) merupakan salah satu penyakit

yang berkaitan dengan otot tendon, ligamen, kartilago, persendian, sistem syaraf,

struktur tulang, dan pembuluh darah. Bagian tubuh yang menjadi fokus perhatian

Musculoskeletal Disorders (MSD) adalah leher, bahu, lengan bawah pergelangan

tangan dan kaki. Apabila Musculoskeletal Disorders (MSD) ini sudah menyerang

pada pekerja maka efisiensi kerja dan produktifitas kerja akan menurun. Gambar

2. menunjukan gejala Musculoskeletal Disorders (MSD).

Page 21: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

(a)Kesemutan (b) Terbakar

(c) Iritasi (d) Bengkak

Gambar 2. Gejala Musculoskeletal Disorders (MSD) Sumber : Wikipedia (2010)

Gejala Musculoskeletal Disorders (MSD) biasanya disertai dengan

keluhan yang sifatnya subjektif sehingga sulit untuk menentukan derajat

keparahan penyakit tersebut. Adapun tanda awal yang menunjukan terjadinya

masalah terhadap Musculoskeletal Disorders (MSD) yaitu bengkak, gemetar,

kesemutan, rasa tidak nyaman, rasa terbakar, iritasi, insomnia dan rasa kaku.

Walaupun derajat keparahan sulit untuk ditentukan, menurut Kroemer seperti

yang disadur dari Oborne (1995) menungkapkan bahwa keluhan yang

menggambarkan tingkat keparahan penyakit MSD tersebut, yaitu:

1. Tahap pertama

Nyeri dan kelelahan pada saat bekerja, tetapi setelah beristirahat yang

cukup akan pulih kembali. Tidak mengganggu kapasitas kerja.

2. Tahap ke-2

Rasa nyeri tetap setelah sehari istirahat, timbul gangguan tidur dan

sedikit mengurangi aktifitas kerja.

Page 22: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

3. Tahap ke-3

Rasa nyeri tetap walaupun setelah beristirahat, nyeri dirasakan saat

bekerja, saat melakukan gerakan berulang, tidur menjadi terganggu dan

kesulitan dalam menjalankan pekerjaan yang akhirnya mengakibatkan

terjadinya inkapasitas.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi

apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot

maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah

ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya

tenaga yang diperlukan. Pasokan oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang

menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

G. Dampak MSD (Musculoskeletal Disorders)

Adapun dampak yang diakibatkan oleh MSD pada prospek ekonomi usaha

adalah :

1. Pada aspek produksi, yaitu berkurangnya output, kerusakan materi, produk

yang akhirya menyebabkan tidak terpenuhi.

2. Biaya yang disebabkan akibat absensi pekerja yang akan menyebabkan

penurunan keuntungan.

3. Biaya pergantian karyawan untuk rekruitmen dan pelatihan

4. Biaya asuransi

5. Biaya lainnya.

H. Occupational Safety and Health Management System (OSHMS)

Pada PT. TMMIN, manual material handling ada dalam Occupational

Safety and Health Management System (OSHMS). OSHMS adalah suatu sistem

yang bertujuan untuk meningkatkan/level up kegiatan K3 di area kerja.

Page 23: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Management OSHMS menetapkan suatu rangkaian proses untuk menjalankan

beberapa kegiatan secara mandiri :

( 1 )Mendeklarasikan kebijakan perusahaan terkait dengan K3

( 2 )Menemukan potensi bahaya & Penanggulangan terkait dengan K3

( 3 )Setting target terkait dengan K3

( 4 )Membuat rencana, pelaksanaan, evaluasi dan improvement terkait K3

Kegiatan penanggulangan potensi bahaya dalam OSHMS disebut dengan

Work Risk Assessment (WRA). Adapun tahapan dari kegiatan WRA ini adalah:

Mencatat semua jenis pekerjaan, Penilaian resiko bahaya, Perbaikan, Pembuatan

SOP, Edukasi & pelatihan, Observasi. Penilaian resiko bahaya dari WRA

menggunakan Work Risk Assessment Sheet (WRAS). Tahapan dari kegiatan

WRA dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahapan Kegiatan WRA

(Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

Dalam proses produksi dikenal istilah STOP 6 (Safety Toyota 0/zero

Procedure 6) yaitu suatu prosedur di Toyota untuk mencegah terjadinya

kecelakaan yang akibatnya fatal dan sering terjadi di lingkungan pabrik. Adapun

ke 6 kecelakaan itu adalah.

Page 24: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

a) Apparatus, adalah kecelakaan yang disebabkan oleh mesin yang sedang dalam

keadaan ON.

b) Big Heavy, adalah terjatuh benda berat yang bebannya harus lebih dari 100kg

c) Car, adalah tertabrak kendaraan seperti forklift, towing.

d) Drop, adalah terjatuh dari ketinggian yang minimal tingginya adalah 2 meter.

e) Electricity, adalah tersengat listrik

f) Fire, adalah terbakar karena adanya kontak dengan benda panas.

Jika terjadi kecelakaan selain yang ada di STOP 6 maka kecelakaan tersebut

dimasukkan ke dalam kecelakaan Non STOP 6.

Sunter Plant memiliki beberapa bagian yaitu untuk memproduksi

komponen dan engine assy yang ditujukan untuk pasar domestik dan internasional

serta dilengkapi dengan fasilitas karyawan lainnya, diantaranya adalah:

1. Casting Plant

Casting Plant memiliki area 65.028 m2

. Disinilah proses pengecoran

dan pembuatan komponen mesin kendaraan Toyota dilakukan yang memiliki

volume produksi 100 ton per bulan (2 shift) ini memproduksi Cylinder Block,

Crank Shaft, Cranks Cap, Fly Wheel. Guna memenuhi pembuatan die untuk

proses press, casting plant dilengkapi dengan berbagai fasilitas pembuatan

casting benda-benda besar (maksimal 8ton)

2. Stamping Plant

Stampling plant merupakan pabrik pembuatan komponen body

kendaraan. Dengan luas area 64.247 m2. Stampling mempunyai kapasitas

produksi 96.000 unit per tahun untuk memproduksi komponen body Innova,

Avanza dan Dyna.

Proses pembuatan die dilakukan dengan kombinasi harmonis antara

computer-komputer generasi terbaru, beragam peralatan berteknologi tinggi,

serta dioperasikan oleh para ahli dalam system kerja modern yang menjamin

terciptanya produk berkualitas tinggi. Material dasar dari die adalah baja besi

lebar berkualitas tinggi yang diawasi secara ketat selama proses produksi

Page 25: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

sehingga menghasilkan die yang tahan lama dan memiliki tingkat posisi

tginggi untuk proses stampling.

3. Engine Plant

Engine Plant memiliki area seluas 15.327m2 dengan kapasitas 4.400

unit perbulan. Engine Plant memproduksi berbagai tipe engine untuk

dikendarai kijang pick up, dan truk dyna

4. Packing & Vanning Plant

Packing plant dengan luas area 7.200m2 melakukan aktivitas

pengepakan komponen eksport, packing plant memiliki kapasitas CKD 4.200

unit perbulan untuk avansa, dan 5.000 unit perbulan untuk innova. Dari

packing plant inilah CKD untuk innova dan avanza dikirim ke Filipina,

Malaysia, Vietnam, Argentina, Afrika Selatan, Venezuela, dan Brazil.

5. Waste Water Treatment

Sejalan dengan komitmen PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia

untuk peduli pada lingkungan, maka sunter plant menerapkan system

pengolahan limbah produksi dengan sangat ketat. Dibuktikan dengan

diperolehnya sertifikat ISO 14.001 untuk system manajement lingkungan.

Waste water treatment yang memiliki luas area 2.535m2 melakukan proses

pengolahan limbah secara kimia dan biologis dengan fasilitas laboratorium

yang memadai untuk mengontrol kualitas pengolahan limbah yang ada.

Sehingga air buangan memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

6. Employee Facilities

PT Toyota Manufacturing Indonesia percaya sumber daya manusia

adalah kunci sukses perusahaan. Oleh karena itu, berbagai fasilitas didirikan

guna memenuhi kebutuhan seperti klinik, masjid, koperasi, tempat olahraga,

dll.

Page 26: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juni di

Sunter Plant 1 yang bertempat di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia,

Sunter Plant, Jakarta Utara.

B. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Alat Pengujian

1. Kamera video/Handycam

2. Stopwacth

3. Meteran

b. Alat Bantu

1. Satu unit Laptop

2. Work Risk Assessment Sheet (WRAS)

3. Tabel STOP 6 dan Non STOP 6

4. Tabel Manajemen kerja

C. Metode Pelaksanaan Penelitian

Metode pelaksanaan penelitian dibagi kedalam beberapa tahap yaitu

General Induction, Diskusi Pemahaman, identifikasi masalah, Pengamatan,

Analisis Evaluasi Risiko Kerja, Improvement, Improvement Trial, Evaluasi, dan

Implentasi. Gambar 3 menjelaskan tentang tahapan tahapan penelitian yang akan

dilakukan.

Page 27: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Gambar 4. Prosedur Penelitian

ya

Analisis Resiko Kerja

Feed Back

tidak tidak

Improvement Trial

Mulai

General Induction

Diskusi Pemahaman

Identifikasi Masalah

Metodologi

Evaluasi

Implementasi

Pengamatan

Improvement Machine

Improvement Man

Evaluasi Resiko Kerja

Page 28: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

1. General Induction

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui semua pekerjaan yang

dilakukan dilapangan, istilah-istilah yang ada di lapangan dan peraturan yang

ada di lapangan.

2. Diskusi Pemahaman

Diskusi ini dilakukan untuk menyamakan presepsi antara mahasiswa

dan staf ahli dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia agar kegiatan

yang dilakukan mahasiswa tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan

oleh divisi SHE.

3. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang

ada di lapangan serta apakah masalah tersebut berdampak besar terhadap

produksi ataupun pekerjaan yang ada.

4. Pengamatan

Pengamatan dan pengambilan data dilakukan sebelum dilakukan

perbaikan. Pengamatan sebelum perbaikan dilakukan sebagai mapping

permasalahan ergonomika pada divisi machining. Pengambilan data dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain : Perekaman menggunakan kamera

video/Handycam, pencatatan, dan wawancara.

a. Perekaman proses kerja

Perekaman dilakukan untuk mendapatkan dokumentasi proses kerja

yang dapat dipisahkan berdasarkan elemen-elemen kerjanya. Dari hasil

perekaman tersebut dapat terlihat posisi pekerja dengan akurat

b. Pencatatan data

Data yang diambil berdasarkan kegiatan ini adalah proses kerja yang

dilakukan, waktu pelaksanakannya, dimensi peralatan dan tempat kerja

c. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap beberapa pekerja untuk mendapatkan

beberapa hal mengenai keadaan tempat kerja dan pemahaman pekerja

mengenai ergonomi

Page 29: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

5. Analisis Evaluasi Risiko Kerja

Permasalahan yang akan diamati pada penelitian ini adalah masalah

manual material handling berhubungan dengan sakit di pinggang yang

diderita oleh para pekerja yang diakibatkan oleh pekerjaan yang tidak benar

serta masalah K3 (Kesehatan keselamatan kerja) yang dihitung menggunakan

Work Risk Assessment Sheet (WARS). Untuk permasalahan manual material

handling berhubungan dengan sakit di pinggang akan diamati pada bagian

machining assembly.

Analisis ini pertama disebut analisis fish bone diagram, analisis ini

dilakukan agar ditemukan akar permasalahannya dan dapat dilakukan

perbaikan dengan secepat- cepatnya. Analisis ini menggunakan rumus 4M +

E, yaitu Machine, Method, Man, Material, dan Environment. Adapun contoh

analisis fish bone diagram dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. analisis fish bone diagram

1. Perhitungan Resiko Aspek Ergonomi

Perhitungan menggunakan tabel evaluasi resiko akan menghasilkan

suatu nilai untuk melihat potensi bahaya dari suatu pekerjaan, apakah

Page 30: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

pekerjaan yang dilakukan memiliki potensi bahaya yang besar, sedang atau

kecil. Perhitungan nilai yang dilakukan ini adalah berdasarkan faktor

ergonomika manual material handling yang penilaiannya dilihat dari postur

tubuh pekerja dalam bekerja, peralatan yang menimbulkan getaran, berat

badan, dan berat pembebanan tangan dan ujung jari. Tabel 1. adalah kriteria

pekerjaan dalam perhitungan aspek ergonomi manual material handling.

Tabel 1. Tabel Aspek Ergonomi

No Aspek Ergonomi

1. Mengangkat lengan atas

2. Membungkuk ke depan

3. Alat untuk menarik

4. Alat yang bergetar/bergoyang

5. Beban per unit

6. Beban ujung jari

7. Beban tangan

(Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

Perhitungan ergonomic risk point dilakukan dengan menjumlahkan angka

dari level kecelakaan, frekwensi kerja, dan level countermeasure yang ada dari

setiap element kerja. Level kecelakaan kerja memiliki tiga kategori yaitu

kecelakaan fatal yang dapat menyebabkan kematian atau cacat dengan

pemberian poin 12, kecelakaan yang memerlukan cuti/LWD (Lost working day)

sehingga mengurangi hari kerja bagi karyawan dengan pemberian poin 6, dan

kecelakaan yang tidak memerlukan cuti/ non-LWD atau ringan dengan poin 2.

Frekwensi kerja memiliki tiga kriteria yaitu frekwensi tinggi, adalah untuk kerja

yang dilakukan rutin dengan pemberian poin 5, frekwensi sedang untuk

pekerjaan yang dilakukan pada selang waktu tertentu seperti dilakukan setiap 1

bulan sekali dengan pemberian poin 4, dan frekwensi rendah untuk pekerjaan

yang jarang dilakukan seperti perbaikan pada mesin dengan pemberian poin 3.

Level Countermeasure adalah tingkat pencegahan kecelakaan atau cidera

Page 31: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

seperti tidak adanya alat bantu dalam pekerjaan tersebut termasuk tingkat

kehati-hatian operator. Kriteria tersebut dilihat pada setiap element dan poin

yang ada dijumlahkan sehingga diperoleh kategori resiko dari setiap element

yang ada. Poin dari level kecelakaan, frekwensi kerja, dan level

countermeasure dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Poin evaluasi Resiko

(Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

Untuk mempermudah melihat poin resiko pada setiap element kerja,

maka poin resiko dari setiap pengamatan dijumlahkan dengan asumsi bahwa

kriteria pengamatan yang ada sama pada setiap elementnya. Lebih jauh lagi,

poin dari setiap element dijumlahkan untuk melihat poin resiko pada setiap line

kerja. Namun hasil penjumlahan poin resiko dari setiap pengamatan ini

menunjukan seberapa besar tingkat/kategori bahaya dari pekerjaan tersebut.

Kategori penjumlahan poin dari setiap element kerja dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada Tabel 3. dapat dilihat untuk poin 19-25 termasuk bahaya besar, untuk poin

10-18 termasuk bahaya sedang dan untuk poin 6-9 termasuk bahaya kecil.

Page 32: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Tabel 3. Kategori resiko Poin

Evaluasi

Resiko

Peringkat

Resiko

Isi Resiko Indikasi

Peringkat

Resiko

19-25 Peringkat A Bahaya Besar Level kecelakaan:a Aa

Level kecelakaan:b Ab

10-18 Peringkat B Bahaya Sedang Level kecelakaan:a Ba

Level kecelakaan:b Bb

Level kecelakaan:c Bc

6-9 Peringkat C Bahaya Kecil Level kecelakaan:a Cc

(Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

Untuk mengetahui manejemen kerja dari pekerja maka harus melihat dari

tabel manejemen kerja. Manejemen kerja dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai dari

Tabel menejemen kerja ini dilihat dari rank evaluasi resiko. Tabel 4a.

menjelaskan manajemen kerja untuk pekerjaan maintenance sedangkan Tabel

4b. menjelaskan manajemen kerja untuk pekerjaan umum.

Tabel 4a. Tabel Manajemen Kerja (pekerjaan maintenance)

(Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

Page 33: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Tabel 4b. Tabel Manajemen Kerja (pekerjaan umum)

(Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

2. Perhitungan Resiko Aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Perhitungan untuk aspek K3 sama menggunakan tabel evaluasi resiko

dan akan menghasilkan suatu nilai untuk melihat potensi bahaya dari suatu

pekerjaan, apakah pekerjaan yang dilakukan memiliki potensi bahaya yang

besar, sedang atau kecil. Perhitungan nilai yang dilakukan ini adalah

berdasarkan STOP 6 dan Non STOP 6.

Perhitungan K3 menggunakan risk point dilakukan dengan

menjumlahkan angka dari level kecelakaan, frekwensi kerja, dan level

countermeasure yang ada dari setiap element kerja. Perhitungan ini sama

dengan perhitungan resiko aspek ergonomika dan yang membedakannya adalah

kecelakaan kerja yang dialami berdasarkan STOP 6 dan Non STOP 6. Aspek-

aspek kecelakaan kerja yang diamati dari STOP 6 dan Non STOP 6 dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 34: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Tabel 5a. STOP 6 Tabel 5b. Non STOP 6

(Sumber: PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

6. Improvement

Improvement mengacu pada 4M (Mesin, Metode, Material dan

Manusia) dan mempertimbangkan hasil analisis Evaluasi Resiko Kerja.

Improvment kemudian di uji cobakan untuk kelebihan dan kekurangan dari

perbaikan tersebut.

7. Improvement Trial

Improvement Trial adalah peningkatan dari gerakan pada pos kerja

yang bersangkutan sehingga pekerja menjadi lebih ergonomis dalam bekerja.

8. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai kinerja dan perbaikan yang sudah

dilakukan. Apabila hasil evaluasi dinyatakan kurang baik maka gerakan atau

benda kerja harus diperbaiki kembali supaya mendapatkan posisi yang

ergonomika. Jika hasil evaluasi dinyatakan berhasil maka selanjutnya adalah

implementasi dari perbaikan tersebut.

9. Implementasi

Implementasi adalah penerapan hasil dari perbaikan dan evaluasi yang

yang telah dirasa cukup baik dan berhasil.

Page 35: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia

diawali dengan mengetahui semua pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Setelan itu,

dilakukan pengenalan istilah-istilah yang ada di pabrik serta peraturan yang ada

dipabrik. Kegiatan perkenalan ini dilakukan agar mahasiswa mengetahui semua

aktivitas, istilah-istilah serta peraturan yang ada di pabrik agar mahasiswa mengetahui

dan memahami aktivitas yang ada di pabrik.

Setelah mengetahui semua aktivitas yang dilakukan di pabrik, mahasiswa

melakukan diskusi pemahaman untuk menyamakan presepsi antara mahasiswa dan

staf ahli dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Setelah diskusi dilakukan,

maka mahasiswa melakukan identifikasi masalah serta pengamatan. Identifikasi

masalah serta pengamatan dilakukan pada subdivisi machining assembly.

Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada subdivisi

machining assembly terdapat 18 pos yang dipakai untuk merakit mesin. Pada

penelitian ini dilakukan pengamatan pada Pos 1 sampai dengan Pos 10. Pos 1 sampai

dengan Pos 5, pekerjaan yang dilakukan adalah mengambil part. Pekerjaan yang

dilakukan pada Pos 6 sampai dengan Pos 10 adalah merakit part yang telah disusun

pada Pos 1 sampai dengan Pos 5 sehingga menjadi mesin. Pekerjaan pada Pos 1

sampai dengan Pos 5 banyak pekerjaan manual material handling seperti mengambil

part yang dilakukan oleh pekerja. Maka daripada itu, penelitian difokuskan pada

subdivisi machining assembly pada Pos 1 sampai dengan Pos 5.

Pengamatan yang telah dilakukan pada Pos 1 sampai dengan Pos 5 dilakukan

dengan menggunakan kamera handycam. Dari hasil perekaman tersebut dapat terlihat

posisi pekerja yang tidak akurat. Posisi kerja ini berupa membungkuk ke depan, Alat

yang bergetar, alat untuk menarik dll. Contoh hasil perekaman kamera handycam

dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 36: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

(a) Membungkuk ke depan (c) Mengangkat tangan ke atas

(b) Membungkuk ke depan (d) Alat yang bergetar

Gambar 6. Hasil perekaman kamera handycam.

Kegiatan yang berada di divisi machining assembly pada dasarnya sudah

memenuhi aspek ergonomika manual material handling, hal ini ditunjukan dengan

banyaknya standar kerja yang dibuat pada subdivisi machining assembly. Meskipun

sudah banyak standar kerja yang ada pada subdivisi machining assembly, kriteria

kerja yang berpotensi menyebabkan terjadinya cedera otot dan kecelakaan kerja pada

pekerja masih ada. Untuk mengatasi cedera otot dan keselamatan kerja yang ada,

maka perusahaan harus melakukan improvement untuk mengatasinya.

Pada subdivisi machining assembly diamati 5 pos dalam perakitan mesin.

Pada 5 pos ini terdapat 2 pos yang banyak ditemukan elemen kerja yang memiliki

potensi bahaya yang cukup besar pada cedera otot. Pos tersebut adalah pos 2 dan pos

Page 37: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

3 yaitu pada saat operator mengambil part untuk dimasukkan kedalam case. Kegiatan

mengambil part pada Pos 2 lebih banyak mengambil part yang menggantung pada

rak. Sedangkan kegiatan mengambil part pada Pos 3 adalah mengambil part yang

berada pada rak dan part yang diambil berukuran kecil. Kegiatan mengambil part

pada pos 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 7. Denah pos 1 sampai dengan pos 5

dapat dilihat pada Gambar 8. Sedangkan denah lengkap subdivisi machining

assembly dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada Pos 2 dan Pos 3 yang diberi warna

merah, banyak ditemukan postur kerja yang dapat menyebabkan penyakit cedera otot.

Gambar 7(a). Kegiatan mengambil Gambar 7(b). Kegiatan mengambil

part pada Pos 2 part pada Pos 3

Gambar 8. Denah Pos 1 sampai dengan Pos 5

Untuk menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan dalam kerja, dapat

digunakan analisis 4 M + E, yaitu Machine, Method, Man, Material, dan

Environment. Sehingga ditemukan akar permasalahannya dan dapat dilakukan

perbaikan dengan secepat-cepatnya. Adapun hasil analisis fish bone diagram dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 38: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Tabel 5. Hasil analisis fish bone diagram

No Faktor Masalah

1 Man Operator tidak mengetahui masalah tentang ergonomic sehingga

pada nantinya operator akan mengalami cedera otot seperti

Musculoskeletal Disorders (MSD) dan low back pain

2 Material Part yang Beratnya lebih dari 2kg ditaruh di bawah sehingga

operator harus membungkuk dalam membawanya

3 Methode - Pekerjaan selalu membungkuk ketika operator mengambil part

- Operator tidak diberitahu tentang mengambil part yang benar

- Tidak ada SOP yang jelas tentang bagaimana cara mengambil part.

4 Mesin Ukuran rak tidak sesuai dengan operator sehingga menyebabkan

operator harus membungkuk dalam pengambilan part

Dari Tabel 5. dapat diketahui bahwa masalah dari man adalah operator tidak

mengetahui secara detail tentang aspek ergonomika sehingga nantinya operator akan

mengalami cedera otot seperti Musculoskeletal Disorders (MSD) dan low back pain.

Permasalahan dari method adalah operator selalu membungkuk ketika mengambil

part, operator tidak diberitahu tentang cara mengambil part yang benar, dan tidak

adanya SOP yang menjelaskan tentang bagaimana cara mengambil part yang benar.

Masalah yang ditemukan pada material adalah part yang beratnya lebih dari 2 kg

ditaruh di bawah sehingga operator harus membungkuk untuk membawanya. Gambar

9. menunjukkan operator harus membungkuk 900 untuk mengambil part yang

beratnya 2 kg yang ditaruh dibawah.

Gambar 9. Sketsa pada saat operator mengambil part

Page 39: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Sedangkan masalah yang ditemukan pada machine adalah ukuran rak tidak

sesuai dengan operator sehingga menyebabkan operator harus membungkuk dalam

pengambilan part. Namun dalam kegiatan mengambil part, improvement yang

dilakukan dapat difokuskan dari aspek machine, method, dan man. Improvement

dalam aspek material tidak dilakukan karena di PT.TMMIN, part yang beratnya

kurang dari 10 kg tidak harus menggunakan alat bantu untuk mengangkatnya.

A. Machine Improvement

Perhitungan ergonomic risk point dilakukan dengan menjumlahkan angka

dari level kecelakaan, frekwensi kerja, dan level countermeasure yang ada dari

setiap elemen kerja. Level kecelakaan kerja memiliki tiga kategori yaitu

kecelakaan fatal yang dapat menyebabkan kematian atau cacat, kecelakaan yang

memerlukan cuti/LWD (Lost working day), dan kecelakaan yang tidak

memerlukan cuti/ non-LWD. Frekwensi kerja memiliki tiga kriteria yaitu

frekwensi tinggi, frekwensi sedang, dan frekwensi rendah. Level Countermeasure

adalah tingkat pencegahan kecelakaan atau cidera seperti tidak adanya alat bantu

dalam pekerjaan tersebut termasuk tingkat kehati-hatian operator. Kriteria tersebut

dilihat pada setiap element dan poin yang ada dijumlahkan sehingga diperoleh

kategori resiko dari setiap element yang ada. Hasil penjumlahan ergonomic risk

point dari setiap pengamatan ini menunjukan seberapa besar tingkat/kategori

bahaya dari pekerjaan tersebut.

Bardasarkan perhitungan ergonomic risk point, potensi yang dapat diamati

dari aspek ergonomika manual material handling dan aspek K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja) adalah sebanyak 2063 poin. Hasil perhitungan ergonomic risk

point dapat dilihat pada Lampiran 4. Untuk menurunkan potensi bahaya, maka

dilakukan improvement pada machine. Pihak manajemen dalam hal ini divisi SHE

tidak menargetkan nilai penurunan yang harus dicapai, namun pihak manajemen

berusaha menurunkan nilai Evaluasi Resiko Kerja OSHMS yang berkaitan

dengan ergonomika manual material handling dan K3 seminim mungkin, agar

Page 40: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

pekerja dapat terhindar dari penyakit yang disebabkan karena pekerjaan yang

tidak ergonomis serta pekerjaan yang berpotensi berbahaya.

Penurunan resiko bahaya ergonomika manual material handling dan K3

(Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dapat dilakukan salah satunya dengan

perbaikan (improvement). Salah satu Improvement yang dilakukan adalah pada

mesin/peralatan untuk menyimpan part. Improvement ini dilakukan karena

sebagian besar posisi tidak ergonomis dalam proses pengambilan part yang

berada di rak tersebut sehingga operator harus membungkuk. Gambar 10.

menunjukan rak tempat penyimpanan part.

Gambar 10. Rak yang berada di pos 2

Part yang letaknya berada di bawah membuat operator harus membungkuk

untuk mengambilnya. Improvement pada rak yang diusulkan adalah dengan

menambahan base stacking. Base stacking ini digunakan untuk meninggikan

posisi part yang asalnya ada di bawah menjadi sedikit ke atas. Gambar 11.

menunjukan pekerjaan pada saat pekerja mengambil part.

Page 41: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Gambar 11(a). Gambar 11(b).

Pekerja mengambil part di Pos 2 Pekerja mengambil part di Pos 3

Ukuran dari base stacking yang terdapat di pos 2 yang sebelumnya 131 cm

menjadi 139 cm dan 84 cm menjadi 94 cm. Peninggian ini dilakukan berdasarkan

pada pengukuran antropometri para pekerja, hal ini dilakukan agar setiap pekerja

tidak membungkuk ketika melakukan pekerjaan pengambilan part. Adapun tinggi

badan rata rata dari setiap operator dalam pengambilan part ini adalah sebesar

168,3 cm. Penambahan tinggi 8 cm untuk base stacking atas didasarkan kepada

tinggi rata-rata operator dalam mengambil part yang harus membungkuk

membentuk sudut 450, sehingga dengan peninggian tersebut dapat merubah sudut

dari 450

menjadi 300. Sedangkan Penambahan tinggi 10 cm untuk base stacking

bawah didasarkan kepada tinggi rata-rata operator dalam mengambil part yang

harus membungkuk membentuk sudut hamper 900, sehingga dengan peninggian

tersebut dapat merubah sudut dari 900

menjadi 450 Gambar perbaikan rak pada

Pos 2 dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar detail rak di Pos 2 dapat dilihat pada

Lampiran 8.

Page 42: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Gambar 12(a). Gambar rak pada Pos 2

Gambar 12(b). Gambar rak tampak Gambar 12(c). Gambar rak tampak

samping pada pos 2 samping pada pos 2

sebelum perbaikan sesudah perbaikan (Keterangan: a= tinggi base stacking 131cm (Keterangan: a’= tinggi base stacking 139cm

b= tinggi base stacking 84 cm) b’= tinggi base stacking 94 cm)

Perbaikan di pos 2 menurunkan potensi bahaya yang dapat mengakibatkan

cedera otot. Perbaikan pada pos 2 ini telah dilakukan dan mendapatkan

penurunan ergonomic risk point yang cukup baik. Perbaikan ini menurunkan

potensi bahaya yang dapat menyebabkan oleh cedera otot yang sebelumnya 2063

poin menjadi 1718 poin atau sebesar 16.72%. Penurunan potensi bahaya di pos 2

dapat dilihat pada Lampiran 5. Gambar 13. menunjukan operator membawa part

yang telah dilakukan perbaikan pada machine.

Page 43: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Gambar 13. Kegiatan operator mengambil part setelah perbaikan

Usulan perbaikan yang dilakukan di Pos 3 sama dengan Pos 2 yaitu

dengan penambahan base stacking, namun perbaikan ini tidak dilakukan karena

biaya yang dibutuhkan cukup besar serta waktu yang diperlukan terlalu lama

dilakukan untuk perbaikan. Meskipun perbaikan ini tidak dilakukan, akan tetapi

perhitungan nilai dari penurunan potensi bahaya di pos 3 dapat dihitung dengan

hasil menurunnya ergonomic risk point dari yang sebelumnya 2063 poin menjadi

1472 poin atau sebesar 28.64%. Penurunan potensi bahaya di pos 3 dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Apabila dilakukan perbaikan antara Pos 2 dan Pos 3, maka penurunan nilai

potensi kerja yang paling besar adalah pada pos 3. Hal ini terjadi karena pada pos

3, part yang dibawa cukup banyak dan ukurannya kecil sehingga menimbulkan

pekerja membungkuk lebih lama untuk memilih part dan menghitung jumlah part

yang dibawanya. Jadi apabila pada pos 3 dilakukan improvement, operator tidak

harus membungkuk terlalu lama untuk mengambil part

B. Method Improvement

Mengambil benda dengan bertumpu pada tulang punggung jika dilihat dari

sisi ergonomika manual material handling adalah prosedur yang salah. Perbaikan

peralatan maupun tempat kerja dapat memakan waktu yang lama karena proses

Page 44: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

pengerjaannya dapat berakibat pada terhentinya proses produksi dan kerugian

perusahaan serta terkendala oleh dana perbaikan untuk tempat kerja tersebut.

Maka prioritas improvement yang selanjutnya harus dilaksanakan adalah dari segi

metode kerja.

Metode kerja yang terdapat di PT. TMMIN sudah banyak yang menerapkan

aspek ergonomika manual material handling, akan tetapi khususnya pada divisi

machining assy terdapat kegiatan pengambilan part yang mengharuskan operator

membungkuk lebih dari 450 yaitu pada Pos 2 dan Pos 3. Gerakan mengambil part

pada pos 2 dilakukan secara terus menerus setiap 4 menit 32 detik selama 8 jam

kerja dengan selang waktu 1 kali. Sedangkan pada pos 3 gerakan mengambil part

dilakukan secara terus menerus setiap 7 menit 9 detik selama 8 jam kerja dengan

selang waktu 1 kali. Adapun hasil penurunan perbaikan yang telah dilakukan pada

machine adalah dengan menambah base stacking dengan hasil beban kerja lebih

ringan dan waktu yang lebih singkat. Adapun hasil penurunan perbaikan yang

telah dilakukan pada machine dengan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 7. Tabel Penurunan Poin dan Waktu Hasil Perbaikan

ergonomika risk point Durasi

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Pos 2 2063 poin 1718 poin 4 menit 32 detik 4 menit 10 detik

Pos 3 2063 poin 1472 poin 7 menit 9 detik

-

Posisi membungkuk yang dilakukan terus menerus akan menyebabkan

masalah kesehatan yang tidak nampak pada pekerja jika dilakukan dalam jangka

waktu yang lama dan frekwensi yang cukup tinggi. Masalah yang dapat

ditimbulkan adalah cedera otot atau musculoskeletal disorder (MSD) pada

pinggang, bahu, dan lengan. Cedera seperti ini dapat mengganggu produktivitas

pekerja sehingga berpotensi merugikan pekerja dan perusahaan.

Page 45: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Jika dilihat dari posisi tubuh pekerja pada pos 2 dalam melakukan kerja

pengambilan part adalah membungkuk dengan membentuk sudut 900.

Berdasarkan standar yang dibuat oleh PT. TMMIN, posisi tubuh seperti ini

memiliki nilai kecelakaan ergonomika sebasar 6 poin. Posisi membungkuk ini

dilakukan setiap 4 menit 32 detik sekali dengan lama membungkuk sebesar 17

detik secara terus menerus. Sedangkan pada pos 3, posisi pekerja juga

membungkuk dengan membentuk sudut 900. Akan tetapi pada pos 3 posisi

membungkuk dilakukan setiap 7 menit 9 detik sekali dengan lama membungkuk

34 menit secara terus menerus. Poin posisi tubuh berdasarkan standar yang dibuat

PT.TMMIN dapat dilihat pada Lampiran 7. Posisi membungkuk yang dilakukan

di pos 3 lebih lama dibandingkan dengan dengan pos 2 karena di pos 3

pengambilan part kecil dan harus menghitung berapa jumlah yang harus

dibawanya.

Pekerjaan seperti ini dikatakan tidak ergonomis karena membungkuk secara

terus menerus dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh cedera otot

yang berakibat pekerja mengalami sakit low back pain, Musculoskelatal disorder

dll. Oleh karena itu sebaiknya pekerjaan membungkuk harus dihindari.

Perbaikan yang dilakukan pada divisi machining assy adalah penerapan

aspek ergonomika dalam manual material handling. Sosialisasi penerapan

metodologi ergonomika tersebut dilakukan melalui pelatihan kepada operator

mengenai ergonomika dan manual material handling. Gambar 14. menunjukan

bahwa pekerja sedang melakukan pelatihan teoritis tentang aspek ergonomika

sehingga nantinya pekerja mengetahui bahaya dari pekerjaan yang salah dan dan

bahaya dari cedera otot. Pelatihan ini dilakukan oleh sebagian pekerja secara

bergantian agar proses produksi tetap bekerja secara lancar.

Page 46: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Gambar 14. Pelatihan teoritis

Dengan adanya pelatihan tersebut maka operator akan mengetahui

bagaimana posisi tubuh yang baik untuk bekerja dan cara membawa beban yang

berada di bagian bawah dengan benar. Gambar 15. menunjukan bahwa operator

telah menerapkan aspek ergonomika pada saat mengambil part. Prinsip dari

metode yang diberikan adalah mengusahakan agar operator menjaga posisi tulang

belakang tetap lurus. Perbaikan metode kerja ini menitik beratkan pada objek

yang menjadi tumpuan bekerja. Sebelum pekerja melakukan pekerjaan dengan

bertumpu pada tulang belakang, namun setelah perbaikan pekerja menggunakan

kaki sebagai tumpuan. Perubahan posisi kerja ini mengurangi poin bahaya

ergonomika, sebelumnya 4 poin menjadi 2 poin. Perbaikan metode kerja ini dapat

mengurangi potensi bahaya kerja ergonomika dari 2063 poin menjadi 1718 poin,

atau sebanyak 16,72%.

Page 47: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Gambar 15. Operator setelah melakukan pelatihan aspek ergonomi

C. Man Improvement

Selain perbaikan dari mesin dan metode kerja, pengetahuan tentang

ergonomika diberikan kepada pekerja dalam bentuk pelatihan pelatihan. Menurut

Silalahi (1995) perilaku pekerja yang aman disebabkan oleh 2 hal yaitu: pekerja

yang tidak tahu cara kerja yang aman atau tidak tahu perilaku yang berbahaya dan

pekerja mampu memenuhi persyaratan kerja yang menyebabkan terjadinya

seluruh peraturan dan persyaratan kerja, namun tidak memenuhi atau

mematuhinya. Pelatihan tersebut bertujuan agar pekerja tahu tentang ilmu

ergonomika dan akibat buruk yang disebabkan oleh pekerjaan yang tidak

ergonomis serta nantinya pekerja dapat menerapkan ilmu ergonomika dalam

pekerjaannya.

Dalam pelatihan tersebut, operator diberikan ujian untuk mengetahui

pemahaman dan posisi biasa operator dalam membawa beban yang berada di

bawah. Setelah itu pelaksanaan pelatihan, operator diuji kembali untuk

mengetahui perubahan pemahaman yang diperoleh dari pelatihan tersebut. Hasil

dari pelatihan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 48: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Tabel 8. Hasil Pengujian operator bulan Maret dan April

NO REG Nama Score materi Status

Target Safety Quality SW HRD

1020091 F M 80 92 97 100 92 Lulus

1020092 S A 80 93 95 97 95 Lulus

1020093 N W 80 93 95 93 90 Lulus

1020094 E S 80 97 100 97 95 Lulus

1020095 J T S 80 93 97 97 100 Lulus

1020096 A R 80 97 97 95 100 Lulus

1020097 R B A 80 97 90 100 100 Lulus

1020098 R F 80 87 90 100 98 Lulus

1020128 D A 80 93 97 97 100 Lulus

1020127 S 80 93 85 97 100 Lulus

1020129 S F 80 93 90 97 100 Lulus

1020136 I A 80 97 93 90 100 Lulus

1020138 A G S 80 97 93 90 100 Lulus

1020135 K 80 100 97 100 100 Lulus

1020139 L 80 97 95 100 100 Lulus

1020137 D I 80 100 98 100 100 Lulus

Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa kemampuan operator

dalam memahami prinsip dasar ergonomika meningkat setelah pelaksanaan

pelatihan. Operator diberikan target nilai 80 karena operator sebelumnya telah

mengetahui prinsip dasar ergonomika jadi pada pelatihan ini operator di ingatkan

kembali tentang aspek aspek ergonomika tersebut. Hampir semua operator dapat

poin melebihi target sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan operator

tentang aspek ergonomika cukup baik.

Selain itu perbaikan yang lain adalah dari kesadaran operator terhadap

keselamatan diri sendiri dan orang lain dalam bekerja perlu ditingkatkan.

Page 49: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Sedangkan untuk melindungi dari bahaya yang ada, operator juga ditekankan

selalu memakai alat pelindung diri.

Dari ketiga perbaikan yaitu aspek machine, method, dan man nilai dari risk

poin masih besar yaitu sekitar 1718 poin untuk perbaikan di pos 2 sedangkan jika

perbaikan di pos 3 dilakukan adalah sebesar 1472 poin. Perbaikan di pos 2 dan pos 3

tidak mengurangi potensi bahaya STOP 6 dan non STOP 6 yang berada pada divisi

machining assy tetapi hanya mengurangi potensi bahaya yang disebabkan oleh cedera

otot. Potensi bahaya yang berada pada divisi machining assy khususnya pos 1 sampai

pos 5 adalah potensi bahaya STOP 6 dan non STOP 6. Potensi ini dapat diturunkan

dengan kesadaran tiap operator tentang pentingnya keselamatan kerja serta

pentingnya bekerja sesuai dengan standar operasional yang ada di PT.TMMIN.

Page 50: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Perhatian toyota terhadap karyawan terutama dalam bidang kesehatan dan

keselamatan kerja sudah dilakukan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari komitmen

perusahaan untuk menerapkan safety standar. Aspek manual material handling untuk

K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) sudah banyak diperhatikan oleh Toyota dalam

proses produksinya. Akan tetapi masih ada divisi yang masih sedikit dalam

menerapkan aspek manual material handling.

Perbaikan pada machine dengan menambah dudukan stacking sehingga rak

tempat menyimpan part menjadi sesuai dengan tinggi pekerja yang yang akan

membawa part untuk dirangkai. Perbaikan pada machine ini berada pada pos 2 dan

pos 3. Pada pos 2 perbaikan machine menurunkan nilai ergonomic risk poin dari 2063

menjadi 1718 poin atau sebesar 16,72%. Sedangkan pada pos 3 perbaikan machine

menurunkan nilai ergonomic risk poin dari 2063 menjadi 1472 poin atau sebesar

28,64%.

Perbaikan pada man (operator) dilakukannya tes awalan untuk mengetahui

seberapa banyak pengetahuan tentang ergonomika dari para pekerja lalu diberikan

pelatihan agar pengetahuan tentang ergonomika bertambah dan dapat diterapkan pada

proses produksi.

Perbaikan di pos 2 dan pos 3 tidak mengurangi potensi bahaya yang berada

pada divisi machining assy yang disebabkan oleh STOP 6 dan non STOP 6, tetapi

hanya mengurangi potensi bahaya yang disebabkan oleh cedera otot. Potensi bahaya

yang berada pada divisi machining assy khususnya pos 1 sampai pos 5 adalah potensi

bahaya STOP 6 dan non STOP 6. Potensi ini dapat diturunkan dengan kesadaran tiap

operator tentang pentingnya keselamatan kerja serta pentingnya bekerja sesuai

dengan standar operasional yang ada di PT.TMMIN.

Page 51: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

b. Saran

Perusahaan dapat melakukan pelatihan yang rutin kepada setiap karyawan

terkait dengan bidang ergonomika. Perusahaan juga dapat memberikan award kepada

karyawan yang disiplin dalam menerapkan prinsip keselamatan di perusahaan.

Page 52: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2009 . http://chalisbrother-engineering.blogspot.com/2009/12/postur-

kerja.html.[13 Maret 2010]

Baiquni, Kokoh. 2009. Study Aspek Kebisingan Di unit Stamping Shop, Karawang

Plant PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi

Pertanian IPB, Bogor.

Bridger, R. S. 1995. Introduction to Ergonomics. New York; McGraw-Hill, Inc.

Di Nardi, S. R. 1997. Ergonomics. Dalam: The Occupational Environment: It’s

Evaluation and Control. Virginia; American Industrial Hygiene Association.

Humantech. 1995. Applied Ergonomics Training Manual. Berkeley Australia;

Humantech,Inc. 2nd

edition.

Mangkunegara, A. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Procceding:

Peranan Ergonomi Industri untuk Meningkatkan Daya Saing Global dalam

Memasuki Era Millenium Ketiga: 6-7 September, 2000, Guna Widya,

Surabaya: 1-4.

Masrochan, Ali. 2009. Peningkatan Kualitas Kerja Berdasarkan Aspek Ergonomika

Pada Packing and Vanning Division PT Toyota Motor Manufacturing

Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua.

Guna Widya: Surabaya

Oborne, D. J 1995. Erginomics at Work Human Factor In Design and Development.

England; John wiley & Sons, Ltd. 3rd

edition.

Pheasant, S. 1986. Body Space; Anthropometry, Ergonomics and Design. London &

Philadelphia; Taylor & Francis.

PT.Toyota Toyota Motor Manufacturing. 2009 . Work Riss Assesment . Jakarta

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan.

Prestasi Pustaka: Jakarta

Page 53: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Satrya, C .2002. Manual Handling , Mata kuliah Dasar-dasar Ergonomi

Setiawan, Deni. 2009. Mempelajari Aspek Ergonomika dan K3 (Kesehatan dan

Keselamatn Kerja) Di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Skripsi.

Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

Silalahi, B. N. B. dan Silalahi, R, B. (1995). Manajement Keselamatn dan Kesehatan

Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo

Suam’mur, P. K. 1980. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung.

Jakarta

Suam’mur, P. K. 1980. Ergonomi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:

CV Haji Masagung

Sutalaksana Z . Iftikar, at.al., Teknik tata Cara Kerja, TI-ITB, Bandung, 1997

Page 54: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

LAMPIRAN

Page 55: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Lampiran 1. Gambar Kawasan Industri PT . TMMIN

Page 56: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Lampiran 2. Potensi kecelakaan non STOP 6

Page 57: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Lampiran 3. Denah pos 1 sampai dengan pos 5

Page 58: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Lampiran 3. Denah pos 1 sampai dengan pos 5

Page 59: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

N:50 IZK21 N:49

N:48

N:47

N:46 N:45

N:44

N:43

N:42

N:41

N:40

N:39 N:38

N:37

N:36

15 14 13 12 11 10 17 18 Conveyor

Speed Cepat

1 2 3

1

4 5

6

8 9

7

10

Page 60: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota
Page 61: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Lampiran 4. Hasil perhitungan risk point

Lampiran 5. Penurunan potensi bahaya pos 2

Lampiran 6. Penurunan potensi bahaya pos 3

Page 62: ANALISIS K3 (KESEHATAN DAN ... - repository.ipb.ac.id · analisis k3 (kesehatan dan keselamatan kerja) pada kegiatan manual material handling di subdivisi machining assembly pt. toyota

Lampiran 7. Poin posisi tubuh berdasarkan standar yang dibuat PT.TMMIN