analisis jurnal tugas bhs Indonesia

42
Analisis Jurnal

description

menganalisa jurnal

Transcript of analisis jurnal tugas bhs Indonesia

  • Analisis Jurnal

  • Disusun Oleh:Cindy Dwi AstutiDhita Pratama MuslimahFirda MahardikaDriani DAyu Dhea R.AFajri Annurbaiti SMusa GilangAni SofiyahLisnur HidayatiDelia Sri YusfikasariAdinda Rizky

  • PengertianJurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.

  • Analisis Halaman dan ArtikelJumlah halaman jurnal= 40-140 halamanJumlah halaman artikel= 4-9 halamanJumlah artikel dalam 1 jurnal=5-11 artikel

  • Struktur Jurnal1. Cover yang terdiri dari :a. Judul jurnalb. artikel/gambarc. identitas jurnald. institusi penerbit

  • 2. Susunan pengelola3. Daftar isi/kopian cover4. Ucapan terima kasih (tidak semua ada)/preface/pengantar redaksi

  • ArtikelTerdiri dari :a. Judulb. pengarangc. institusi penerbit (ga semua ada)d. abstrak = 200-300 katae. keywords(tidak semua ada)=2-10kataf. pendahuluang. bahan dan metode/metodologi/bahan dan cara

    h. hasil dan bahasan/hasil analisis=dicantumkan tabel, diagram, grafik, gambar, kolomnya ada 2, di setiap halaman ada header&footeri. kesimpulan&saranj. daftar pustaka/rujukank. pedoman penulisan=petunjuk untuk penyumbang artikel

  • Bahasa dan Sasaranbahasa yang digunakan dalam jurnal adalah bahasa ilmiahsasaran pembaca adalah mahasiswa

  • Pola morbiditas Anak Balita Di Empat Provinsi Wilayah Indonesia Bagian TimurPada pengumpulan data untuk mengetahui prevalensi defisiensi vitamin A di empat provinsi yang termasuk wilayah Indonesia Bagian Timur, dilakukan pemeriksaan klinis keadaan mata dan data keadaan kesehatan responden yang dilakukan oleh dokter spesialis mata. Data yang dikumpul meliputi keadaan kesehatan umum dan riwayat penyakit, khususnya campak, cacar air, diare, cacingan, nafsu makan, dan muntah muntah. Analisis data ditujukan untuk mengetahui pola morbilitas dan keterkaitan morbiditas dengan status gizi responden

  • Jumlah dan jenis kelamin anak balita di 4 daerah tersebut yang dianalisa sebanyak 21660 dengan jumlah laki laki sebanyak 11130 dan perempuan 10530. Dan hasil analisis dinyatakan bahwa diare merupakan penyakit yang sering dikeluhkan pada anak anak usia 0-6 tahun dan paling tinggi berada di daerah Irian Jaya (64,2%) dan terendah di Timor Timur (45,3%). Prevalensi tertinggi penyakit cacingan juga ditemukan di Irian Jaya(39%) terendah di Timor Timur (29%). Untuk penyakit campak paling tinggi di Maluku (31,9%) dan terendah di Irian Jaya (12%). Selain faktor tersebut, kurang nafsu makan juga menjadi faktor salah satu morbiditas. Masalah kurang nafsu makan ini tertinggi di Nusa Tenggara Timur (22,8%) terendah di Irian Jaya (14,4%)

  • Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa prevalensi penyakit diare dan cacingan masih tinggi di 4 provinsi tersebut. Umumnya hal itu terjadi karena sanitasi ruang lingkup yang buru. Dan campak juga merupakan penyakit yang prevalensi nya cukup tinggi. Hal itu karena kurangnya peingkatan cakupan program imunisasi.

  • STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (KALSIUM, MAGNESIUM) HUBUNGANNYA DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SMU SEJAHTERA DI SURABAYA

    Pubertas merupakan salah satu masa dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pada wanita, diikuti oleh aspek perkemangan reproduksi, yaitu mulai menstruasi. Faktor status gizi remaja putri sangat mempengaruhi menstruasi pertama. Keterlambatan menstruasi pertama menyebabkan kehilangan berat badan sekitar 10-15% dari berat badan normal. Sindroma premenstruasi (PMS) umumnya dikenal sebagai gangguan siklik yang mengganggu kenyamanan emosional dan fisik. PMS terjadi pada jutaan wanita selama usia reproduktif dan ditandai dengan sejumlah gejala. Penelitian beberapa tahun ini menujukkan bahwa sejumlah zat gizi mikro(antara lain kalsium dan magnesium) berpengaru terhadap gangguan mood dan perilaku yang berlangsung selama PMS. Gejala-gejala seperti gelisah, hidrasi, dan depresi mulai sembuh pada wanita dengan PMS yang mengkonsumsi kalsium dan magnesium tanpa efek samping.

  • Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60 sampel pada penelitian ini memiliki asupan kalsium kurang dan 55 sampel memiliki asupan magnesium kurang. Peningkatan risiko kejadian PMS pada wanita dewasa obes lebih besar dibanding dengan yang tidak obes. Sampel yang memiliki asupan kalsium kurang maupun cukup sebagian besar mengalami PMS ringan. Menurut penelitian Jacobs dan Susan, asupan tinggi kalsium dapat memperbaiki gejalan-gejala gangguan mood, perilaku, nyeri, dan retensi air selama siklus menstruasi. Menurut penelitian Bendich, dari berbagai macam suplemen khusus yang dapat mengurangi gejala PMS, manfaat yang menonjol hanya terlihat dari kalsium. Magnesium yang diberikan selama menstruasi terbukti dapat mengurangi skor total gejala dan kelompok afeksi negatif gejala.

  • Berdasarkan hasil analisis multivariat terhadap ketig faktor (status gizi, kalsiu, dan magnesium) yang diteliti pada penelitian ini, terbukti bahwa hanya magnesium dan status gizi yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap PMS, sedangkan kalsium tidak terbukti. Disarankan kepada remaja putri agar mengkonsumsi zat gizi mikro, terutama magnesium untuk mengurangi keluhan menjelang menstruasi. Perlu pula dilakukan penyuluhan dan konseling gizi yang berhubungan dengan program kesehatan reproduksi pada remaja puti di sekolah.

  • Ciri-ciri Posyandu Dengan Cakupan Penimbangan >70% di Kabupaten Gowa dan Kabupaten KarawangSejak krisis multidimensi kejadian gizi buruk marak diberitakan di media cetak maupun elektronik. Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2002 menunjukkan bahwa sekitar 1,5 juta anak menderita gizi buruk. Menurut Dep Kes R.I antara tahun 1995-1997 jumlah Posyandu berkurang dalam jumlah yang besar dan hanya 22,3% yang masih aktif. Posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dan gizi bermasalah dari mulai keterbatasan jumlah dan kompetisi kader, kurangnya fasilitas, dan rendahnya liputan penimbangan. Untuk dapat membuat posyandu terevitalisasi perlu diketahui cirri-ciri posyandu terrevitalisasi atau dengan cakupan diatas 70%.

  • Dari survey mawas diri, pengobatan dan PMT merupakan pelayanan yang diminta oleh ibu-ibu balita di Posyandu. Kedua pelayanan ini akan mendorong masyarakat hadir di Posyandu. Kedekatan Kepala Puskesmas dengan kepala desa mendorong kepala desa mendukung pelaksanaan posyandu baik dalam bentuk memberikan insentif kepada kader, maupun memotivasi tokoh masyarakat mendukung kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil uji tampaknya kesadaran masyarakat yang baik terhadap kesehatan, luas wilayah Posyandu dan tempat pelaksanaan posyandu tidak berhubungan dengan cakupan penimbangan balita. Dalam pelaksanaan posyandu pelayanan pengobatan yang baik tidak terlepas dari peran bidan yang baik. Bidan yang baik biasanya dipengaruhi oleh peranan kepala puskesmas yang baik.

  • Ciri posyandu mencapai cakupan yang tinggi adalah :1. Sarana lengkap.2. Ada ketua kader yang baik, PMT dan pengobatan yang baik, ditambah dukungan tokoh masyarakat.3. Pengobatan dan PMT yang baik terjadi karena dukungan dari bidan dan puskesmas.

  • Model Promosi Kesehatan Gizi Pada Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan dan Berat Badan Lahir Bayi

    BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan , secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR ini didapatkan di negara berkembang atau sosial ekonominya rendah . Konsumsi gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi berat badan lahir bayi . Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk pada janin. Saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis (KEK) dan anemia gizi . Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai resiko yang lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR. Beberapa alternatif upaya agar ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan gizinya adalah dengan cara membekali ibu dengan pengetahuan pengetahuan yang terkait dengan gizi ibu hamil . Upaya yang dapat dilakukan diantaranya melakukan promosi kesehatan atau proses meniningkatkan kemampuan seseorang dalam mengendalikan atau meningkatkan kesehatannya . Model promosi kesehatan yang merubah perilaku ibu , salah satunya adalah model pendekatan educational dengan strategi memberikan keterampilan dan pengetahuan individu secara spesifik terkait dengan permasalahan yang ada.

  • Dalam penelitian , analisis data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat . Analisis univariat dilakukan dengan melihat variasi data yang meliputi nilai rata rata , minimal dan maksimal. Analisis bivariat dengan menggunakan uji beda tdependen , untuk melihat beda rata rata pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dan uji korelasi , untuk melihat hubungan pengetahuan dengan berat badan lahir bayi .Penelitian ini adalah kuasi eksperimen , dengan populasi dan sempel adalah ibu ibu hamil trimester II akhir sebanyak 82 orang . Pengambilan sempel dilakukan secara non random denagn cara accident sampling , sampel diambil pada saat kunjungan ibu hamil ke tempat layanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kelahiran . Kriteria inklusi adalah tidak sedang menderita penyakit kronis (DM , TBC . Penyakit Jantung , Asma ) , tidak merokok dan tidak mengalami kehamilan kembar . Tahapan penelitian diawali dengan pengukuran pengetahuan (pre test) , lalu intervensi promosi kesehatan dengan durasi 30 menit untuk setiap pertemuan sebanyak dua kali post test pengetahuan dilakukan pada akhir penelitian bersamaan dengan pengukuran berat badan di rumah bersalin .

  • Berdasarkan hasil peenelitian setelah dilakukan intervensi promosi kesehatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan gizi . Begitu juga pada nilai minimum pengetahuan sebelum promosi kesehatan dan nilai minimum pengetahuan setelah promosi kesehatan , ada peningkatan sekitar 20%. Rata rata berat badan lahir bayi setelah dilekukannya intervensi kesehatan promosi kesehatan nilai rata rata sebesar 3188 gram dan berat terendah 2500 gram , ini merupakan berat bedan lahir bayi yang cukup baik. Promosi kesehatan adalah sutu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peninkatan kesadaran , kemauan , kemampuan serta pengembangan lingkungan yang sehat . Pengaruh pengetahuan terhadap berat badan lahir . promosi kesehatan juga adalah sebuah metode balajar. Adanya peningkatan pengetahuan dan peningkatan pada nilai minimum prates tterhadap posttef setelah dilakukan intervensi promosi kesehatan . Nilai rata rata BBL menunjukkan berat badan lahir di atas normal . Promosi kesehatan mempengaruhi pengetahuan ibu . Terdapat korelasi yang cukup kuat antara promosi kesehatan terhadap berat badan lahir bayi dan menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik .

  • Tingkat Kesembuhan TB Paru pada Anak Balita yang Mendapat Suplementasi Vitamin A Dosis Tinggi

    Seorang anak dinyatakan sembuh dari penyakit TB paru didasarkan pada beberapa hal yaitu, status gizi, gambaran radiologis, keluhuan yang sering timbul dan lain-lain. Pada penelitian ini, penilaian tingkat kesembuhan didasarkan pada status gizi, lazu endap darah, dan gambaran radiologinya. Sampel kelompok dibagi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang mendapat terapi obat anti tuberculosis plus vitamin A 200.000 IU setiap 2 bulan sebanyak 3 kali pemberian dan kelompok control yang mendapatkan terapi obat anti tuberculosis dan vitamin A-nya diberikan sesudah 6 bulan kemudian sebanyak 1 kali 200.000 IU. Sampel penelitian adalah balita pasien RS di Kotamadya Bogor sebanyak 70 orang, dengan rincian tiga puluh tiga anak adalah kelompok perlakuan dan tiga puluh tujuh anak kelompok control.

  • Pada akhir penelitian terjadi perbaikan skor kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan persentasenya 42,4% sedangkan pada kelompok kontrol persentasenya 35,1%, Jumlah anak yang diberi vitamin A dosis tinggi lebih banyak mengalami perbaikan daripada kelompok kontrol, namun secara statistic perbedaan ini tidak bermakna.

  • Melihat data kadar vitamin AA serum kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda bermakna maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan cara membagi sampel menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai kadar vitamin A. Pada kelompok dengan kadar vitamin A serum >25 ug/di menunjukkan perbaikan 84,9% sedangkan pada kelompok kadar vitamin A serum
  • HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN DENGAN PERILAKU SEHAT OLEH IBU-IBU RUMAH TANGGA DI KABUPATEN MALANG DAN PAMEKASAN 1984

    Untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil guna dan daya guna sisitem komunikasi yang telah dilaksanakan, Pemerintah Daerah Propinsi Tingkai 1 Jawa Timur, merintis suatu Pilot Proyek Komunikasi Pendukung Program Pelayanan Sosial Dasar. Tujuannya adalah mendukung keberhasilan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Sebelum proyek tersebut dilaksanakan, pengumpulan data awal telah dilakukan dan hasilnya responden di Malang dan Pamekasan belum mengetahui manfaat imunisasi kekebalan ibu menjelang kehamilan dan pengetahuan tentang imunisasi anak serta tidanya dilakukan imunisasi pada anak balita. Berdasarkan hal-hal tersebut penelitian lanjutan dilakukan dengan rumusan masalah. Dengan kata lain bahwa tujuan penelitian adalah ingin mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup sehat oleh ibu-ibu rumah tangga di Kabupaten Malang dan Pamekasan.

  • Untuk menjawab pertanyaan seperti yang telah dirumuskan, dilakukan penulusuran daftar pertanyaan yang telah diisi oleh suami dan istri sampel penelitian awal Pilot Proyek Komunikasi Pendukung Program Pelayanan Sosial Dasar. Tempat penelitian di dua Kabupaten Malang dan Pamekasan, Jawa Timur. Sampel daerah penelitian mengambil satu kecamatan, tiga desa dalam masing-masing kabupaten. Cara pengumpulan data dilaksanakan dengan menelusuri daftar pertanyaan yang telah berisi jawban istri dan suami. Analisis hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dengan variabel kolerasi koefisien kontingenasi :C. Perilaku pengertiannya sama dengan tindakan oleh individu, tetapi untuk studi-studi sosial perilaku mempunyai perbedaan definisi. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang berperilaku sehat seperti tingkat pengetahuan dan kelakinan, sikap mental, tingkat kemampuan sumber daya yang ada. Gambaran hasil perhitungan dari masing-masing hubungan variabel dari skema kerangka konsep di muka disajikan dalam beberapa hubungan yaitu hubungan antara variabel pengetahuan manfaat menjadi peserta KB dengan penggunaan alat kontrasepsi, kegunaan kartu menuju sehat dengan menimbang teratur anak balita oleh ibu-ibu, maksud menimbang teratur anak balita dengan ikut menimbangkan teratur anak balita ibu-ibu, kegunaan air susu ibu dengan lama menyusui anak kelahiran terakhir oleh ibu-ibu, kegunaann imunisasi ibu menjelang hamil dengan melakukan imunisasi kehamilan dan kegunaan imunisasi anak balita dengan melakukan imunisasi anak balita oleh iibu-ibu, serta membuat gula garam dengan tindakan menghadapi anak diare atau muntah berak memberikan larutan gula garam.

  • Dari hasil uji tes Kolerasi Koefisien Kontingenasi C diperoleh kkesimpulan bahwa hampir semua pasangan variabel pengetahuan mempunyai hubungan cukup kuat dengan variabel perilaku sehat. Hal ini dapat dilakukan bilamana pengetahuan hidup sehat oleh ibu-ibu cukup tinggi, ada kencenderungan ibu-ibu akan lebih besar memungkinkan melakukan cara-cara hidup sehat. Dengan dasar penemuan pendahhuluan, maka perlu dicarikan cara-cara penyuluhan yang tepat, yang dapat menyentuh hati ibu-ibu rumah tangga untuk mau melakukan hidup sehat yang dapat dilakukan dengan adanya pemilihan Kader Kesehatan dan dengan melalui media masa.

  • ANALISIS FAKTOR RISIKO COASTAL GOITER

    Pada Tahun 1982, diperkirakan terdapat 30 juta orang berdiam di daerah-daerah berisiko GAKY (Gangguan Aktifitas Kekurangan Yodium). Akibat negatif GAKY jauh lebih luas dari sekedar pembesaran gondok, yang amat mengkhawatirkan dipandang dari segi pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) adalah akibat negatif terhadap susunan syaraf pusat yang berdampak pada kecerdasan dan perkembangan sosial. Secara umum diyakini bahwa defesiensi yodium yang berat adalah penyebab utama terjadinya GAKY. Pada umumnya bahan makanan mengandung kadar yodium tertentu, kandungan tertinggi ditemukan pada ikan dan lebih sedikit pada susu, telur dan daging.Paling sedikit ditemukan pada buah buahan dan sayur-sayuran. Kelompok makanan kaya yodium adalah makanan hasil laut seperti ikan, udang, cumi, kerang, kepiting, rumput laut dan lain-lain. Makanan yang kaya tiosionat adalah ubi kayu, ubi jalar, hasil olahan ubi kayu dan rebung. Konsentrasi yodium dalam tanah diukur dengan mengambil sampel tanah dari kwasan utama pertanian yang menghasilkan bahan makanan.

  • Hasil analisis untuk melihat perbedaan antara kelompok kasus dan kontrol memeperlihatkan bahwa perbedaan yang bermakana antara kasus dan kontrol hanya terdapat pada tiga variabel yakni EYU (Ekskresi Yodium dalam Urine),ETU (Ekskresi Tiosionat dalam Urine) dan kandungan yodium dalam tanah. Faktor risiko GAKY adalah rendahnya EYU, tingginya ETU dan rendahnya kadar yodium dalam tanah produktif. Jika saat ini terjadi defisiensi penurunan kandungan yodium pada ikan dan makanan laut lainnya di duga sejalan dengan laporan bahwa kandungan yodium Laut Cina Selatan sangat rendah yang juga mencatat masih ditemukannya defisiensi pada pendududk Hongkong yang sehari hari mengkonsumsi ikan. Jawaban lainnya adalah rendahnya kadar yodium dalam tanah pada daerah endemik di banding dengan penduduk non-endemik. Karena sampel tanah yang diteliti diambil dari daerah pertanian produktif maka makanan yang dihasilkan dari tanah pertanian. Meskipun kekurangan yodium merupakan faktor paling penting terhadap terjadinya goiter tetapi observasi-observasi epidemologi menyimpulkan bahwa faktor lingkungan mempunyai pengaruh penting terhadap menetapnya dan berkembangnya kasus-kasus baru di berbagai daerah endemik.Faktor lingkungan yang paling penting adalah agen-agen goitrogenik.

  • Dapat disimpulkan EYU lebih tinggi secara bermakna pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok kasus menunjukan faktor risiko GAKY. Rendahnya ETU/EYU merupakan faktor risiko yang berbanding terbalik dengan tingkat endemisitas coastal goiter karena goitrogen tiosionat memperberat endemisitas coastal goiter, kondisi ini dapat diatasi dengan meningkatkan asupan yodium. Kandungan yodium di dalam tanah pertanian merupakan faktor risiko coastal goiter juga. Faktor enetik, fluor dan selenium sebagai faktor risiko yang potensial terjadinya soatal goiter, memerluka perhatian untuk kajian lanjutan.

  • MASALAH ANEMIA DI EMPAT PROVINSI WILAYAH INDONESIA BAGIAN TIMUR

    Dalam upaya merumuskan program untuk menanggulangi masalah gizi, antara lain anemia, telah dilakukan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Data masalah gizi yang sangat kurang di wilayah ini adalah dari provinsi Maluku, Irian Jaya, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur. Dalam jurnal ini dikemukakan permasalahan anemia pada ibu hamil dan anak prasekolah di empat provinsi Indonesia Bagian Timur tersebut.

  • Di Timor Timur, anak prasekolah penderita anemia berkisar di antara 37,9% dan 71,6%, sedangkan ibu hamil penderita anemia berkisar di antara 37,9% dan 77,3%. Hal ini mengesankan bahwa seperti defisiensi zat-zat gizi lainnya, anemia juga bersifat kluster. Hal ini amat penting diketahui bagi program penanggulangan anemia, agar kabupaten yang mempunyai resiko anemia terbesar, mendapat perhatian besar pula. Sedangkan di provinsi Maluku, jumlah anak prasekolah anemia terbanyak terdapat di kabupaten MalukuTenggara dan Maluku Tengah, masing-masing 56,6% dan 60,8%, sedangkan jumlah ibu hamil penderita anemia terbesar di Maluku Tenggara (60,8%). Di provinsi Irian Jaya prevalansi anemia tertinggi pada anak prasekolah terdapat di Kabupaten Biak dan Sorong, masing-masing 50,6% dan 46,9%, sedangkan prevalansi tertinggi pada ibu hamil terdapat di Marauke (44,7%). Di provinsi NTT prevalansi anemia di setiap kabupaten hampir sama, sekitar 48,9% pada anak prasekolah dan 51% pada ibu hamil, kecuali di daerah Belu (prevalansi anemia terendah). Di provinsi Timor Timur, prevalansi anemia tertinggi pada ibu hamil terdapat di dua daerah, yaitu kabupaten Kovalima (86,7%) dan kabupaten Viqueque (71,6%), sementara prevalansi anemia tertinggi pada anak prasekolah terdapat di kabupaten Viqueque (71,6%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada anak prasekolah prevalansi terendah terdapat di daerah Irian jaya dan tertinggi di Timor Timur. Sedangkan prevalansi tertinggi pada ibu hamil terdapat di provinsi Timor Timur dan terendah di Irian Jaya.

  • Mengingat konsekuensi anemia, yaitu produktivitas rendah pada pekerja, konsentrasi belajar berkurangpada anak sekolah, serta banyak bayi dengan berat badan lahir rendah dan tingginya angka kematian ibu (diduga peran anemia mencapai 20%), maka program penanggulangan anemia di wilayah Indonesia Bagian Timur harus dilakukan. Program lain, di samping sanitasi dan pemberantasan malaria, perlu pula diupayakan pemberian suplementasi pil besi melalui Posyandu, KIA serta kegiatan kemasyarakatan lainnya, dan pendidikan gizi.

  • Pentingnya Olahraga dalam Memelihara Kemampuan Kognitif Lanjut Usia

    Pada proses menua akan terjadi beberapa kemunduran fungsi fisik, psikologi dan sosial. Kemunduran fungsi pada usia lanjut sebenarnya tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi usia lanjut, apabila penggunaan fungsi tidak melebihi batas kemampuan dari kemunduranya. Tetapi bila penggunaan fungsi lebih dari kapasitas fungsi usia lanjut, maka akan menyebabkan masalah kesehatan, sehingga timbulah beberapa penyakit. Berdasarkan hasil studi literatur bahwa prevalensi mudah lupa terkait usia 39% terjadi pada usia 50-59 tahun dan meningkat menjadi 85% pada usia 80 tahun.

  • Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga dengan kemampuan kognitif (P=0,000 , OR=0,001-0,048). Sesuai dengan penelitian Anwar di Jakarta Barat bahwa lansia yang rutin melakukan olahraga lebih lambat mengalami kepikunan dibandingkan dengan yang tidak biasa berolahraga. Latihan fisik atau olahraga yang biasa dilakukan secara sistematis dan teratur dengan takaran yang cukup mempunyai dampak yang baik terhadap kesehatan. Kebiasaan olahraga yang dilakukan secara rutin, inten dengan takaran yang memadai dapat mempertahankan kemampuan kognitif pada lansia.

  • Dari dua variable yang secara signifikan berhubungan dengan kemampuan kognitif lansia yaitu pendidikan dan kebiasaan olahraga. Lansia yang SLTA keatas berpeluang tidak mengalami kepikunan 6,19 kali (95% Cl:1, 90-20, 195) dibanding lansia yang berpendidikan SLTP kebawah setelah dikontrol variable kebiasaan olahraga. Lansia yang tidak biasa berolahraga berpeluang tidak pikun 0,006 kali (95% Cl:0,001-0,051) dibandingkan dengan lansia yang biasa berolah raga setelah dikontrol variable pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa dari kedua variable tersebut, variable pendidikan yang paling dominan berhubungan dengan kemampuan kognitif lansia.

  • PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN TANAH SAREAL DI BOGOR TAHUN 2009

    Terapi tertawa adalah tertawa spontan tanpa ada rangsangan tertawa, baik rangangan emotif maupun kognitif yang dilakukan secra tersruktur dengan tujuan terapi. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg atau bila pasien memakai obat antihipertensi. (Kapita selekta kedokteran,2001). Secara umum hipertensi primer di Puskesmas Tanah Sareal pada than 2008, menduduki urutan ke tiga dengan jumlah 1424 orang (13,75 %). Sehingga perlu adanya penelitian tentang terapi tertawa terhadap stress pada penderita hpertensi di Kelurahan Tanah Sareal Kota Bogor.

  • Tahap penelitian sebagai berikut: 1) Pada pre dan post test, responden dikur rata-rata indeks stress. 2) terapi tawa dilaksanakan tiga kali dalam seminggu Selama satu bulan , setiap senin, rabu dan jumat. Dalam satu kali latihan dibutuhkan waktu tiga puluh sampai enam puluh menit, dalam beberapa sesi. Satu sesi tawa adalah kombinasi antara pernafasan , peregangan, dan berbagai teknik stimulus. Satu sesi memakan waktu antara dua puluh sampai tiga puluh menit. Sedangkan satu putaran tawa memkan watu antara tiga puluh sampai empat puluh menit.

  • Hasil analisis penelitian pada pngukuran pertama menunjukan rata-rata tingkat stress 6.53 dengan standar defiasi 3.710 dan pada pengukuran kedua didapatkan hasil rata-rata tingkat stress 3.06 dengan standar defiasi 2.135. Hasil uji statistic didapatkan nilai p value= 0.000, maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat stress sebelum terapi tawa dengan tingkat stress sesudah terapi tawa . dengan kata lain terap tawa dapat mempengaruhi penurunan tingkat stress responden Hipertensi.

  • Pengaruh pH dan waktu penyimpanan terhadap pelepasan senyawa vinil klorida dari kemasan gelas plastik

    Pada makanan/minuman yang dikemas dalam kemasan plastik akan menyebabkan perpindahan senyawa kimia monomer ke dalam makanan yang tidak mungkin dapat dicegah 100%. Migrasi senyawa monomer sipengaruhi oleh suhu, lama penyimpanan, dan proses pengolahan.Salah satu monomer ang perlu diwaspadai adalah vinil klorida (VCM), yang dapat menimbulkan kerusakan hati dan ginjal serta menimbulkan kanker pada manusia.berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Al-Malack didapatkan kadar VCM dalam suhu 45C dan pH 5 kadarnya adalah 2,5ppb dan 200ppb pada ph 2.Senyawa lain yang dapat terdeteksi pada uji larutan menggunakan kromatografi gas adalah 1,1-etilendiklorid, 1,2-etilendikroid, etena, benzena dan kloroform. Semua senyawa tersebut merupakan senyaw yang mudah menguap yang merupakan residu (sisa) bahan baku pembuatan VCM.Batas minimum benzena dan kloroform adalah 200ppb untuk kloroform dan benzena 10ppb. Pada hasil penelitian Song dkk (2003) didapat bahwa pemanasan plastik menghasilkan metilen benzen,etil benzan,1-oktena,xylen,1,4 dikloro benzen dan senyawa aldehid dan keton dengan panjang rantai C4- C9.

  • KESIMPULANJurnal yang telah diamati memiliki struktur yang bermacam-macam tetapi pada intinya sama dan sesuai dengan karakteristik sesungguhnya.

  • *