Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida...

63
Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam Pengembangan Varietas Unggul Jagung Hibrida (Zea mays L.) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan Agronomi Diajukan Oleh : AWALUDIN SUBARKAH NIM H 1106001 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida...

Page 1: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam

Pengembangan Varietas Unggul Jagung Hibrida (Zea mays L.)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan Agronomi

Diajukan Oleh :

AWALUDIN SUBARKAH NIM H 1106001

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

ii

Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam

Pengembangan Varietas Unggul Jagung Hibrida (Zea mays L.)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

AWALUDIN SUBARKAH H 1106001

Telah dipertahankan di depan penguji

Pada tanggal : 28 Juli 2010

Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

SusunanTim Penguji

Ketua

Ir. Joko Mursito, MP NIP.194812021978111001

Anggota I

Dr. Ir. Djati W. Djoar ,Ms NIP. 195102021980031003

Anggota II

Ir. Sri Hartati, MP NIP.195705201980032002

Surakarta, 28 Juli 2010

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro W. A., MS

NIP. 195512171982031003

Page 3: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pelaksanaan

penelitian dan penyusunan skripsi “Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan

Dalam Pengembangan Varietas Unggul Jagung Hibrida (Zea mays L.)”, dapat

terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan dan

sumbangan pemikiran serta tenaga dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro W.A., MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Wartoyo SP, MP selaku Ketua Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Joko Mursito, MP selaku Pembimbing Utama atas segala bimbingan dan

arahannya.

4. Dr. Ir. Djati W. Djoar ,Ms selaku Pembimbing Utama atas segala bimbingan

dan arahannya.

5. Ir. Sri Hartati, MP selaku Dosen Pembahas atas segala arahan, evaluasi dan

masukan bagi penulis.

6. Kepala BPSB II Jawa Tengah, Ibu Siti, Bapak Sriyono, Bapak Untung, bapak

Sarjono, Ibu Tinuk, bapak Sugito, bapak Sartono beserta staff BPSB

Tegalgondo Klaten atas bimbingan dan arahan selama pelaksanaan di lapang.

7. Bapak, ibu, kakak, adik, dan semua keluarga serta sahabat atas doa, dukungan,

bantuan dan kasih sayangnya.

8. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan

serta motivasi demi kelancaran selama penelitian hingga penyusunan skripsi.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan wawasan

dan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkannya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 4: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii

RINGKASAN .................................................................................................. ix

SUMMARY..................................................................................................... x

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

D. Hipotesis .............................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Umum Tanaman Jagung (Zea mays L.) ................................... 4

B. Pemuliaan Tanaman Jagung ................................................................ 8

C. Potensi Hasil ........................................................................................ 9

D. Heritabilitas dan Variasi Genetik Tanaman Jagung ............................ 10

E. Interaksi Genotipe dan Lingkungan .................................................... 11

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 14

B. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................... 14

C. Rancangan Penelitian........................................................................... 14

D. Cara Kerja Penelitian ........................................................................... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi tanaman .................................................................................... 22

B. Umur masak fisiologis......................................................................... 24

Page 5: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

v

C. Kedudukan tongkol.............................................................................. 28

D. Jumlah tongkol panen .......................................................................... 30

E. Berat tongkol kupasan basah ............................................................... 33

F. Berat pipilan100 biji ............................................................................ 35

G. Berat pipilan per petak......................................................................... 38

H. Potensi hasil dan berat pipilan per hektar ............................................ 40

I. Kadar air panen.................................................................................... 42

J. Variasi genetik dan heritabilitas .......................................................... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 49

B. Saran..................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 50

LAMPIRAN..................................................................................................... 53

Page 6: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap tinggi tanaman (cm) .............. 22

4.2 Interaksi genotipe dan lokasi umur masak fisiologis (hst)................... 25

4.3 Interaksi genotipe dan lokasi tinggi letak tongkol (cm) ...................... 28

4.4 Interaksi genotipe dan lokasi jumlah tongkol panen per petak (kg) .... 31

4.5 Interaksi genotipe dan lokasi berat 100 biji (gram) ............................. 36

4.6 Interaksi genotipe dan lokasi kadar air panen (%).............................. 43

4.7 Nilai KKG dan Heritabilitas pada variabel pengamatan..................... 46

Page 7: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.1 Diagram batang purata tinggi tanaman jagung (cm) .......................... 23

4.2 Diagram batang purata umur masak fisiologis (hst) ........................... 27

4.3 Diagram batang purata tinggi letak tongkol (cm) ............................... 29

4.4 Diagram batang purata jumlah tongkol panen per petak ..................... 32

4.5 Diagram batang purata berat tongkol panen per petak (kg/petak) ...... 34

4.6 Diagram batang purata berat 100 biji (gram) ...................................... 37

4.7 Diagram batang purata berat pipilan per petak (kg/petak) .................. 39

4.8 Diagram batang purata berat pipilan per hektar (ton/ha) .................... 41

4.9 Diagram batang purata kadar air panen (%) ........................................ 44

Page 8: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Rerata tinggi tanaman jagung (cm)........................................................ 53

2. Analisis ragam tinggi tanaman .............................................................. 53

3. Rerata umur masak fisiologis (hst) ....................................................... 54

4. Analisis ragam umur masak fisiologis .................................................. 55

5. Rerata tinggi letak tongkol (cm) ........................................................... 56

6. Analisis ragam tinggi letak tongkol ...................................................... 56

7. Rerata jumlah tongkol panen per petak (tongkol) ................................. 57

8. Analisis ragam jumlah tongkol panen per petak ................................... 58

9. Rerata berat tongkol panen per petak (kg/petak) .................................. 59

10. Analisis ragam berat tongkol panen per petak ...................................... 59

11. Rerata berat pipilan 100 biji (gram) ...................................................... 60

12. Analisis ragam berat pipilan 100 biji .................................................... 61

13. Rerata berat pipilan per petak (kg/petak) .............................................. 62

14. Analisis ragam berat pipilan per petak .................................................. 62

15. Rerata berat pipilan per hektar (ton/ha) ................................................ 63

16. Analisis ragam berat pipilan per hektar ................................................ 64

17. Rerata kadar air panen (%) ..................................................................... 65

18. Analisis ragam Kadar air panen ............................................................ 65

19. Layout percobaan lokasi Pucang Miliran, Tulung, Klaten ................... 67

20. Layout percobaan lokasi Ngemplak, Kartosuro, Sukoharjo ................. 68

21. Deskripsi jagung hibrida varietas JAYA 1 ........................................... 70

22. Deskripsi jagung hibrida varietas BISI 2 .............................................. 71

23. Deskripsi jagung hibrida varietas PIONEER 12 ................................... 72

24. Data Curah Hujan tahun 2010 di Pucang Miliran, Tulung, Klaten........ 73

25. Data Curah Hujan tahun 2010 di Ngemplak, Kartosuro, Sukoharjo ..... 74

26. Foto-foto penelitian ............................................................................... 75

Page 9: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

ix

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE DAN LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG HIBRIDA(Zea mays L.)

Awaludin Subarkah H 1106001

RINGKASAN

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan dengan teknologi yang semakin maju, diperkirakan kebutuhan jagung untuk keperluan pangan, industri dan pakan akan semakin tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung ialah dengan menggunakan varietas unggul atau hibrida. Untuk mendapatkan jagung hibrida atau varietas yang unggul, perlu dilakukan pengujian terhadap daya hasil genotipe yang lingkungan berbeda, variasi genetik dan heritabilitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hasil interaksi genotipe dan lingkungan diujikan, nilai variasi genetik, nilai heretabilitas jagung hibrida (Zea mays .L) yang diujikan.

Penelitian dilaksanakan di desa Pucang Miliran, kecamatan Tulung kabupaten Klaten, pada ketinggian tempat 235 m diatas permukaan laut dengan jenis tanah regosol, dan desa Ngemplak, kecamatan Kartosuro, kabupaten Sukoharjo, pada ketinggian tempat 146 m diatas permukaan laut dengan jenis tanah entisol, pada bulan Februari sampai Mei 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial. Adapun macam perlakuannya yaitu a) perlakuan genotipe terdiri dari 11 genotipe jagung hibrida (A-7, A–8, A-9, A-10, A-11, A-12, A-13, A-14, A-15, A-16, A-17), dan 3 genotipe jagung pembanding yaitu (JAYA-1, BISI 16, dan PIONEER 12), diulang tiga kali dan b) perlakuan lingkungan terdiri dari 2 lokasi pengujian diatas. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji F taraf 5% dan apabila terdapat interaksi genotype dan lingkungan yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5% kemudian dihitung KKG dan heretabiltasnya.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara genotipe dan lingkungan yaitu pada umur masak fisiologis, jumlah tongkol panen, berat 100 biji, dan kadar air panen. Karakter beberapa genotipe jagung yang mempunyai keragaman/variasi tertinggi yaitu pada: kedudukan tongkol. Nilai heritabilitas termasuk dalam kriteria tinggi untuk variabel pengamatan, kecuali untuk berat tongkol panen dan berat pipilan per hektar yaitu dengan kriteria sedang. Kata kunci: interaksi, heritabilitas, variasi genetik, hibrida

Page 10: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

x

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE DAN LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG HIBRIDA(Zea mays L.)

Awaludin Subarkah H 1106001

ABSTRAC

Along with the growth of population and human technological was advance, it was estimated the raised of that the needs of corn for food, industry, and poultry. One way of method to increase corn production was by using superior variety or hybrid variety. For getting hybrid corn or superior variety, was need a testing against to potential genotype with different environment, genetic variation and it`s heritability. The purpose of this research is to know potensi interaction genotype and environment was tested, the genetic variation and the heritability of some genotypes of hybrid corn (Zea mays L) was tested.

This research was conducted in the village of Pucang Miliran,Tulung district of Boyolali regency with the height of the location about 235 meter above sea level and soil type regosol and in the village of Ngemplak, Kartosuro district of Sukoharjo regency with the height of the location about 146 meter above sea level and soil type entisol on February until May 2010. This research used Randomized Complete Block Design (RCBD) Factorial. The kinds of treatments consist of a) genotype treatment consist of 11 genotypes of corn hybrid (A-7, A–8, A-9, A-10, A-11, A-12, A-13, A-14, A-15, A-16, A-17) and 3 genotype of comparison corn and , those are (JAYA-1, BISI 2, and PIONEER 12), was repeated for three times and b) environment treatment consist of two location was tested this above. Data of the result of the research was analyzed by F test level 5% and if there was apparent different, it was continued with Duncan Multiple Range Test level 5 %. The result of the research showed interaction between genotype with environment of : age of physiological maturity, amount of plant ripe, the weight of a hundred grains and water contains of the grains. The character some genotype corn is highest genotypic variation of: the height cob position. There was the highest heritability value for most variable, axcept for the weight of grain per plot and the weight of grain corn per plot with moderate criterion. Keyword : interaction, heritability, variation of genetic, hybrid

Page 11: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebutuhan akan pangan karbohidrat semakin meningkat akibat

pertumbuhan penduduk sulit dipenuhi dengan hanya mengandalkan produksi

padi. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai

ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena

kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein yang kedua

setelah beras. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan karbohidrat

yang dapat membantu pencapaian dan pelestarian swasembada pangan

(Subandi et al., 1998 dalam Budiarti 1999). Jagung dapat dimanfaatkan antara

lain bahan pakan sebagai sumber karbohidrat, sayuran (jagung manis),

makanan ringan (pop corn), bioetanol, bahan ekspor nonmigas, dan bahan

baku industri makanan ternak.

Cara budidaya jagung cukup mudah, namun masih menimbulkan

masalah dalam hal produktivitas jagung yang belum mampu mencukupi

permintaan pasar. Pengembangan usaha tani jagung merupakan bidang yang

masih terbuka bagi peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan jagung

dalam negeri. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung ialah

dengan menggunakan varietas unggul.

Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan yang ada, selain produktivitasnya tinggi, umur genjah,

ketahanan tanaman juga rendemennya tinggi, varietas hibrida mempunyai

adaptasi terhadap jenis tanah dan iklim yang sangat khusus dan hanya akan

memberikan hasil optimal bila di tanam pada lingkungan yang sesuai. Untuk

mendapatkan varietas yang beradaptasi luas perlu dilakukan pengujian di

beberapa daerah sentra jagung sehingga akan diperoleh suatu varietas yang

mempunyai kemampuan beradaptasi dan produksi tinggi. Keunggulan-

keunggulan tersebut diharapkan memberikan keuntungan bagi industri pakan

maupun terciptanya swasembada pangan dan akan mampu meningkatkan

kesejahteraan petani (Anonim, 2008).

1

Page 12: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xii

Keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman sangat tergantung

pada variasi/keragaman genetik yang diturunkan dan seberapa besar interaksi

antara beberapa genotipe dan lingkungan. Informasi variasi genetik akan

memberi gambaran keleluasaan dalam memilih sifat yang diinginkan. Tanpa

keragaman genetik yang digambarkan tidak akan didapat kemajuan seleksi.

Apabila suatu sifat mempunyai keragaman genetik rendah, maka setiap

individu dalam populasi tersebut secara teoritis sama, sehingga tidak akan

dilakukan perbaikan sifat melalui seleksi. Keragaman genetik yang tinggi

mempunyai peluang yang lebih besar dilakukan seleksi. Variasi keseluruhan

dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi genotipe dan pengaruh

lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program

pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan akan terjadi

kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan

oleh perubahan genetik disebut heritabilitas (Welsh, 1991).

Heritabilitas menyatakan perbandingan atau proporsi varians genetik

terhadap varians total (varian fenotipe) yang biasanya dinyatakan dengan

persen (%). Heritabilitas dinyatakan dengan huruf H atau h2 (Mangoendidjojo,

2000).

B. Perumusan Masalah

Masalah pangan saat ini masih menjadi prioritas utama dalam

kebutuhan masyarakat Indonesia. Permintaan jagung semakin meningkat

seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan semakin pesatnya

pertumbuhan disektor industri pangan dan makanan ternak. Namun

peningkatan permintaan ini tidak diikuti oleh peningkatan produksi jagung,

sehingga permintaan-permintaan tersebut kadang tidak terpenuhi. Oleh karena

itu perlu dilakukan pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk memaksimalkan

potensi genetik tanaman melalui perakitan kultivar unggul baru yang berdaya

hasil tinggi berumur genjah, dan berkualitas tinggi serta resisten terhadap

kendala biotik dan abiotik (Azrai, 2005).

Page 13: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xiii

Untuk mendapatkan varietas yang beradaptasi luas perlu dilakukan

pengujian di beberapa daerah sentra jagung sehingga pada akhirnya diperoleh

suatu varietas yang mempunyai kemampuan adaptasi yang baik terhadap

kondisi lingkungan yang berbeda dan produksi tinggi. Semakin tinggi variasi

genetik, maka semakin besar peluang pemilihan sifat-sifat yang diinginkan.

Heritabilitas merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu seleksi

guna memperbaiki sifat suatu varietas yang menunjukkan hubungan antara

genotipe dan fenotipe dari sifat tersebut. Pendugaan nilai heritabilitas berguna

untuk mengetahui apakah sifat-sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor

genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana sifat

tersebut dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya serta menganalisis

seberapa besar interaksi antara genotipe yang diuji terhadap beberapa

lingkungan yang berbeda.

Oleh karena itu, maka diharapkan dapat diperoleh informasi tentang :

1. Bagaimana variasi daya hasil beberapa genotipe jagung hibrida yang diuji?

2. Bagaimana heritabilitas beberapa genotipe jagung hibrida yang diuji?

3. Bagaimana Interaksi genotipe dan lingkungan beberapa galur jagung

hibrida yang diuji?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui interaksi genotipe dan lingkungan beberapa galur

jagung hibrida berdasarkan daya hasil jagung hibrida yang diuji.

2. Untuk mengetahui variasi daya hasil dan heritabilitas beberapa genotipe

jagung hibrida pada dua lingkungan yang berbeda.

D. Hipotesis

Pada penelitian ini diduga terdapat perbedaan hasil dari beberapa

genotipe jagung hibrida yang diuji pada lingkungan yang berbeda dan terdapat

interaksi antara genotipe dan lingkungan tanaman tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 14: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xiv

A. Taksonomi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledoneae (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

(Warisno, 1998).

Tanaman jagung cocok ditanam di Indonesia, karena kondisi tanah

yang sesuai. Di samping itu tanaman jagung tidak banyak menuntut

persyaratan tumbuh serta pemeliharaannya pun lebih mudah, maka banyak

petani yang selalu mengusahakan lahannya dengan tanaman jagung. Jagung

telah tersebar di seluruh Indonesia. Daerah-daerah penghasil jagung yang telah

tercatat antara lain Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa

Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku (Anonim, 2007).

B. Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Akar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah

yang memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman. Sistem perakaran tanaman

jagung terdiri dari akar seminal yang tumbuh ke bawah pada saat biji

berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan batang setelah

plumula muncul, dan akar adventif merupakan bentukan akar lain yang

tumbuh dari pangkal batang, diatas permukaan tanah (soil surface), kemudian

menembus dan masuk ke dalam tanah. Akar adventif berfungsi memperkuat

4

Page 15: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xv

tegaknya batang jagung, membantu penyerapan air dan garam-garam tanah

(Muhadjir, 1988).

Batang jagung beruas dan pada bagian pangkal batang jagung beruas

pendek dengan jumlah ruas berkisar antara 8–21, umumnya tidak bercabang

kecuali ada beberapa yang bercabang yang muncul dari pangkal batang,

misalnya pada jagung manis. Panjang batang berkisar antara 60–300 cm

tergantung dari tipe jagung. Tunas batang yang telah berkembang

menghasilkan tajuk bunga betina (Muhadjir, 1988).

Daun mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman

terutama berpengaruh dalam penentuan produksi, sebab pada daun terjadi

beberapa aktivitas tanaman yang sangat mendukung proses perkembangan

tanaman. Daun pada dasarnya terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun

(biasanya melingkari dan membungkus sebagian batang tetapi kadang-kadang

ada yang menutup keseluruhan batang hingga buku-bukunya tidak nampak),

helaian daun, dan ligula atau lidah daun yang transparan.

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun

menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun bervariasi

antara 30–150 cm dan lebar 4–15 cm, dengan ibu tulang daun yang sangat

keras. Tepi helaian daun halus dan kadang-kadang berombak. Helaian daun

termasuk tipe liniear dan didalamnya terdapat ibu tulang daun yang diikuti

daun lainnya dengan arah sejajar dengan ibu tulang daun. Jumlah daun yang

menempel pada tiap tanaman antara 8–48 helai, tetapi biasanya berkisar 12-18

helai. Hal ini tergantung varietas dan umur tanaman jagung. Jagung berumur

genjah biasanya memiliki jumlah daun sedikit, sedangkan yang berumur

dalam berdaun lebih banyak (Anonim, 2007).

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious)

dimana bunga jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan

bunga betina (pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung

bersifat protandry, dimana bunga jantan umumnya tumbuh 1–2 hari sebelum

munculnya rambut (style) pada bunga betina. Oleh karena bunga jantan dan

betina terpisah ditambah dengan sifat protandry, maka jagung mempunyai

Page 16: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xvi

sifat penyerbukan silang. Produksi tepung sari (pollen) dari bunga jantan

diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman. Bunga jantan terdiri

dari glumae (sekam kelopak), palea (sekam tajuk atas), anthera, dan lemma

(sekam tajuk bawah). Bunga betina terdiri dari tangkai tongkol, tunas,

kelobot, calon biji, calon janggel, penutup kelobot, dan rambut-rambut

(Muhadjir, 1988).

Biji jagung terletak pada tongkol (janggel) yang tersusun memanjang.

Pada tongkol atau janggel tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat,

sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga

keluar dari pembungkus (kelobot). Pada setiap tanaman jagung terbentuk 1-2

tongkol. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan bervariasi.

Perkembangan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas

tanaman, tersedianya kebutuhan makanan di dalam tanah dan faktor

lingkungan seperti sinar matahari dan kelembaban udara. Angin panas dan

kering dapat mengakibatkan tepung sari tidak keluar dari pembungkus atau

tidak tumbuh sehingga penyerbukan terganggu (Anonim, 2007).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Setiap tanaman dalam proses hidupnya selalu membutuhkan

persyaratan tumbuh, demikian pula pada tanaman jagung. Persyaratan tumbuh

yang sesuai diharapkan dapat menunjang tingkat produksi sesuai dengan

harapan para petani. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman

jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub

tropis atau tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak

antara 0o-50o Lintang Utara hingga 0o-40o Lintang Selatan.

Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21o-30o C, tetapi

temperatur optimum adalah antara 23o–27o C. Temperatur di suatu daerah

sangat erat hubungannya dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu

daerah, suhu udara akan semakin turun. Pada proses perkecambahan benih

memerlukan temperatur yang cocok, sebab kehidupan embrio dan

pertumbuhannya menjadi kecambah perlu suhu kira-kira 30o C. Jagung dapat

Page 17: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xvii

ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan

yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Jagung yang ditanam di

dataran rendah di bawah 800 m dpl dapat berproduksi dengan baik dan pada

ketinggian di atas 800 m dpl pun masih dapat memberikan hasil yang baik

pula.

Sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat membantu dalam

proses asimilasi daun. Pada proses asimilasi tersebut sinar matahari berperan

langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan keseluruhan

bagian tubuh tanaman. Disamping itu, penyinaran matahari juga berperan

dalam pembentukan batang, batang menjadi lebih kokoh (Anonim, 2007).

Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan

memberikan hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan

tanaman jagung kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil

yang baik, tanaman jagung menghendaki keadaan air yang cukup terutama

pada fase pembungaan hingga pengisisan biji (Sutoro et al., 1988).

Kemiringan tanah ada hubungannya dengan gerakan air pada

permukaan tanah. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan

penanaman jagung. Selain itu, Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung

harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Tersedianya zat makanan di

dalam tanah sangat menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga

menghasilkan atau berproduksi. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah

yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk

pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur,

dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik. Disamping itu,

drainase dan aerasi yang baik serta pengolahan yang baik akan membantu

keberhasilan usaha pertanaman jagung. Untuk pertumbuhan tanaman

dibutuhkan tanah yang bersifat netral atau mendekati netral. Keasaman tanah

ini biasanya dinyatakan dengan pH. pH tanah yang diperlukan untuk

pertumbuhan optimal tanaman jagung yaitu pH 5,5-6,5 (Anonim, 2007).

Page 18: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xviii

D. Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode eksploitasi potensi

genetik untuk mendapatkan kultivar unggul baru yang berdaya hasil,

berkualitas tinggi dan resinten terhadap kendala biotik dan abiotik pada

kondisi lingkungan tertentu. Keberhasilan program pemuliaan tanaman

dipengaruhi ketersediaan plasma nutfah yang mencukupi baik dalam jumlah

maupun variabilitas genetiknya. Palsma nutfah mempunyai variasi genetik

tinggi yang merupakan sumber gen untuk sifat-sifat tertentu, seperti sifat daya

hasil yang tinggi, umur genjah, sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit

tertentu (Azrai, 2009).

Menurut Allard (1991) penggandaan varietas unggul dapat dilakukan

melalui pemuliaan tanaman, untuk itu diperlukan keragaman genetik yang

memadai. Dengan tersedianya keragaman genetik maka memperbesar

kemungkinan untuk melakukan pemilihan, penggabungan sifat-sifat baik,

menguji dan membentuk varietas-varietas baru. Upaya untuk memperbesar

keragaman genetik antara lain melalui mutasi, introduksi, seleksi, dan

persilangan.

Menurut (Frey, 1983 dalam Wahyuni et al., 2004) pemuliaan tanaman

meliputi 3 tahap kegiatan, yaitu (a) menciptakan variabilitas genetik dalam

suatu populasi tanaman, (b) seleksi genotipe yang mempunyai gen-gen

pengendali karakter yang diinginkan, dan (c) melepas kultivar terbaik untuk

produksi pertanian. Keberhasilan seleksi tergantung pada kemampuan

pemulia untuk memisahkan sifat-sifat genotipe yang unggul. Cara

membedakan genotipe unggul dari genotipe yang tidak dikehendaki

berdasarkan penilaian fenotipe individu atau kelompok individu yang

dievaluasi.

Menurut (Martin, et al., 1976 dalam Susanto, et al,. 2001).Metode

umum untuk mengembangkan dan memproduksi jagung hibrida terdiri dari :

(1) Isolasi melalui perkawinan sendiri dan menyeleksi garis keturunan untuk

karakter tertentu, (2) penentuan galur murni dengan menggabungkan

Page 19: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xix

kemampuan terbaik, dan (3) pemanfaatan garis keturunan untuk memproduksi

benih hibrida.

E. Potensi Hasil Jagung Hibrida

Varietas jagung hibrida telah terbukti memberikan hasil yang lebih

baik dari varietas jagung bersari bebas, terutama pengembangan benih hibrida

di negara-negara berkembang. Secara umum, varietas hibrida lebih seragam,

bersifat lebih tahan penyakit dan mampu berproduksi lebih tinggi 15 – 20%

dari varietas bersari bebas. Sifat unggul lainnya adalah ketahanan terhadap

penyakit dan variasi fenotipe yang seragam (Morris, 1995).

Heterosis bukan mengacu pada penggabungan dua sifat baik dari

kedua tetua kepada keturunan hasil persilangan, melainkan pada

penyimpangan dari penampilan yang diharapkan dari penggabungan dua sifat

yang dibawa kedua tetuanya. Gejala heterosis yang terjadi dikelompokkan

dalam beberapa teori, yaitu 1) teori keuntungan dominan (muncul akibat

adanya aksi dan interaksi dari gen-gen yang dominan dan menguntungkan), 2)

dominan berlebih(peningkatan penampilan pada generasi F1 hasil persilangan,

yang heterozigot, terjadi akibat genotipe heterozigot pada suatu lokus

berekspresi lebih kuat daripada genotipe homozigot di lokus itu), 3) epistasis

(interaksi antara gen-gen pada lokus yang berbeda), 4) heterosis moleculer

(teknik-teknik biologi molekular dengan melibatkan analisis menyeluruh

terhadap DNA dan QTL, mRNA, protein, dan metabolit (dikenal sebagai

ilmu-ilmu "omics"), dibantu dengan dukungan bioinformatika). Tipe hibrida

mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi daripada tipe bersari bebas, karena

hibrida memiliki gen-gen dominan yang mampu untuk memberi hasil tinggi.

Hibrida dikembangkan berdasarkan adanya gejala hybrid vigor atau heterosis

dengan menggunakan galur tanaman generasi F1 sebagai tanaman produksi.

Penyimpangan ini sebagian besar bersifat positif, dalam arti melebihi rata-rata

penampilan kedua tetuanya dan menunjukkan daya pertumbuhan (vigor) yang

lebih besar. Oleh karena itu, benih hibrida selalu dibuat ataupun diperbaharui

untuk mendapatkan generasi F1. Penggunaan tipe hibrida selain meningkatkan

Page 20: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xx

hasil, jagung hibrida juga memberikan beberapa keuntungan lain yaitu lebih

toleran terhadap hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan,

pertanaman dan tongkol lebih seragam, disamping itu jumlah biji lebih banyak

dan lebih berat. (Anonim , 2010).

F. Konsep Heritabilitas dan Variasi Genetik Jagung

Pembentukan genotipe-genotipe baru yang memiliki kelebihan dan

keunggulan tinggi dibidang produksi, adaptasi luas, umur genjah (pendek),

dan tahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Hal ini bisa dijadikan

alternatif untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan akan

jagung. Jagung dikatakan varietas unggul apabila mempunyai salah satu sifat

keunggulan yang lebih daripada keturunan sebelum atau sesudahnya, yaitu

sifat unggul jagung diantaranya menghasilkan produktivitas yang tinggi dan

mantap (AAK, 1993)

Semua tumbuh-tumbuhan dapat digolongkan atas dasar perbedaan atau

persamaan sifat-sifat. Perbedaan sifat-sifat ini disebabkan oleh faktor genotipe

(faktor dalam yang turun-menurun) dan juga faktor lingkungan faktor fenotipe

ini sangat mempengaruhi sifat kuantitatif dan kualitatif dari tumbuhan.

Perbaikan varietas dapat dilakukan melalui penggabungan sifat-sifat genetik

yang diinginkan, peningkatan dan pemanfaatan keragaman genetik,

dilanjutkan dengan seleksi dan evaluasi daya hasil. Bahan pemuliaan dapat

berasal dari varietas lokal, varietas liar, varietas introduksi dari mancanegara

ataupun galur-galur homozigot (Kasno, 1992).

Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat tergantung pada

variabilitas atau keragaman genetik dari karakter yang dapat diwariskan dan

kemampuan genotipe unggul dalam proses seleksi. Adanya variabilitas genetik

berarti terdapat perbedaan nilai antar individu genotipe dalam populasi yang

merupakan syarat keberhasilan seleksi terhadap sifat yang diinginkan. Oleh

karena itu, studi ragam genetik dan pendugaan nilai heritabilitasnya tidak

lepas dari suatu pengujian galur-galur harapan (Satoto dan Supriyatno, 1996).

Page 21: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxi

Salah satu usaha perbaikan jagung adalah dengan melakukan seleksi

pada suatu populasi dengan keragaman genetik cukup tinggi. Apabila suatu

karakter memiliki keragaman genetik cukup tinggi, maka setiap individu

dalam populasi hasilnya akan tinggi pula, sehingga seleksi akan lebih mudah

untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Oleh sebab itu, informasi

keragaman genetik sangat diperlukan untuk memperoleh varietas baru yang

diharapkan (Helyanto et al., 2000).

Heritabilitas menyatakan perbandingan atau proporsi varians genetik

terhadap varians total (varian fenotipe) yang biasanya dinyatakan dengan

persen (%). Heritabilitas dinyatakan dengan huruf H atau h2. Karakter

tanaman yang dikategorikan mempunyai nilai heritabilitas tinggi, sedang dan

rendah, apabila nilainya berturut-turut H >50%, 20%< H < 50% dan H <20%.

(Mangoendidjojo, 2000). Heritabilitas menentukan keberhasilan seleksi

karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi

oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas yang tinggi

menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan

suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan (Suprapto dan Kairudin, 2007).

G. Interaksi Genotipe dan Lingkungan

Variasi genetik merupakan syarat mutlak kegiatan pemuliaan tanaman

terutama dalam kegiatan seleksi. Apabila variasi genetik dalam suatu populasi

besar, ini menunjukkan individu dalam populasi beragam sebagai peluang

untuk memperoleh genotip yang diharapkan akan besar. Sedangkan

pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor pengaruh

genetik lebih besar terhadap penampilan fenotipe bila dibandingkan dengan

lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor

genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana sifat

tersebut dapat diturunkan pada generasi berikutnya dan seberapa besar hasil

interaksi antara tiap –tiap genotipe dengan genotipe galur yang diujikan

(Sudarmadji et al., 2007). .

Page 22: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxii

Jagung hibrida merupakan hasil perkawinan antara dua jenis tetua

masing-masing galur murni dari tanaman tersebut (INBREAD LINE),

sehingga terjadi perpaduan sifat unggul (Riani et al., 2001 dalam Kuruseng

dan Kuruseng, 2008). Varietas hibrida mempunyai potensi hasil yang tinggi,

daya adaptasi luas, pertumbuhan dan hasil tanaman lebih seragam, tahan

penyakit bulai dan karat daun. Setiap hibrida menunjukkan pertumbuhan dan

hasil yang beragam sebagai akibat dari pengaruh genetik dan lingkungan yang

diujikan. Pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki oleh

setiap galur sedangkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang

ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan

(Kuruseng dan Kuruseng, 2008).

Heritabilitas digunakan untuk menduga perbaikan harapan dari suatu

konsep seleksi, maka untuk menduga heritabilitas suatu sifat pada suatu

populasi diperlukan parameter genetik yang digunakan berupa variasi sifat

fenotip dan genotipe yang diwariskan kepada keturunannya. Pendugaan nilai

heritabilitas dapat didasarkan pada individu tanaman, petak tunggal, petak

berulangan dengan satu atau dua lingkungan atau lebih. Sedangkan meterial

genetik yang digunakan berkisar pada sejumlah genotipe atau populasi

tanaman F2 sampai keturunan Fn, yang dilakukan secara persilangan Back

Cross dan berdasarkan struktur kekerabatannya dari suatu galur

(Basuki, 2005).

Menurut (Eberhart et al., 1966 dalam Baihaki et al., 2002). Dalam

menentukan pilihan kebijakan genotipe tanaman yang bagaimana akan

disebarkan atau dilepaskan, ataupun untuk digunakan dalam estimasi

komponen varians suatu karakter tertentu dibutuhkan data tanda-tanda dan

hasil pengamatan suatu penelitian yang terkait dengan adanya dan tidak

adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan. Dari banyak penelitian

menunjukkan interaksi antara (G x E) yang dapat mempengaruhi kemajuan

seleksi dan sering menggangu dalam seleksi genotipe-genotipe unggul. Karena

adanya variasi lingkungan tumbuh makro tanaman tidak akan menjamin suatu

Page 23: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxiii

genotipe/varietas tanaman akan tumbuh baik dan memberikan hasil panen

yang tinggi di semua wilayah dalam kisaran spatial yang luas, atau sebaliknya.

Interaksi (G x E) banyak dikaitkan dengan kemampuan adaptasi yang

dimiliki oleh suatu individu atau populasi tanaman pada lingkungan tertentu.

Untuk tanaman pertanian, analisis untuk menduga adanya interaksi (G x E)

banyak dilakukan pada tanaman semusim (annual) yang ditanam pada

beberapa lokasi sebagai variasi lingkungan yang umumnya bersifat spatial.

Untuk tanaman perkebunan yang umumnya merupakan tanaman tahunan

(perennial) analisis varian lingkungan yang digunakan umumnya bersifat

sekuensial, dilihat dari waktu bulan ke bulan, tahun ke tahun

(Mangoendidjojo, 2000).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2010 dan

bertempat di Desa Pucang Miliran, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten,

Jawa Tengah dengan ketinggian tempat 235 m diatas permukaan laut, dengan

jenis tanah Regosol kelabu dan Desa Ngemplak, Kecamatan Kartosuro,

Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dengan ketinggian tempat 146 m diatas

permukaan laut dengan jenis tanah Entisol.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Genotipe benih jagung hibrida yang diuji (A-7, A–8, A-9, A-10, A-11,

A-12, A-13, A-14, A-15, A-16, A-17 dan JAYA-1, BISI 2, P-12)

b. Pupuk urea, SP-36, dan KCl.

c. Insektisida Furadan 3G dan Decis.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Cangkul

Page 24: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxiv

b. Tugal

c. Meteran

d. Timbangan digital

e. Tali raffia

f. Alat pengukur kadar air (Seed Moisture Tester)

g. Alat tulis

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dengan dasar

rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) yang diulang tiga kali. Adapun

macam perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu:

a) Faktor 1 : “Perlakuan Genotipe” yang terdiri dari 11 genotipe jagung

yang diujikan (A-7, A–8, A-9, A-10, A-11, A-12, A-13, A-14, A-15, A-

16, A-17) dan 3 genotipe jagung pembanding yaitu JAYA-1, BISI 2, P-

12). Adapun cara perlakuan tiap lokasi (lingkungan) sama dengan 11

genotipe yang diuji dan 3 genotipe pembanding yang diletakkan sesuai

petak perlakuan sebagai berikut :

A = A – 7

B = A – 8

C = A – 9

D = A – 10

E = A – 11

F = A – 12

G = A – 13

H = A – 14

J = A – 15

K = A – 16

L = A – 17

M = JAYA -1

N = BISI 2

O = P – 12

14

Page 25: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxv

b) Faktor 2 : “Perlakuan Lokasi “, yaitu pada lokasi yang bertempat di Desa

Pucang Miliran, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

(lokasi Tulung) dan Desa Ngemplak, Kecamatan Kartosuro, Kabupaten

Sukoharjo, Jawa Tengah (lokasi Ngemplak).

D. Cara Kerja Penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah meliputi pembersihan lahan dari sisa

tanaman sebelumnya dan gulma, lalu dicangkul sampai tanah menjadi

cukup gembur. Kemudian membuat petakan/plot dengan ukuran 3 m x

5 m, antar plot tidak diberi jarak dan jarak antar ulangan adalah 1,5 m.

b. Penanaman

Setiap genotipe ditanam dalam empat baris, panjang baris

adalah 5 m. Menanam 2 benih per lubang. Jarak antar baris 75 cm,

jarak tanam dalam barisan 20 cm (maka untuk 500 cm diperoleh 25

lubang tanam), sehingga bila semua benih tumbuh maka akan terdapat

50 tanaman per baris.

c. Penyulaman dan Penjarangan

Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman tidak tumbuh

atau mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 HST setelah tanam dengan

menggunakan benih yang sama. Penjarangan dilakukan apabila dalam

satu lubang tanam tumbuh benih lebih dari satu, maka perlu pecabutan

Page 26: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxvi

dan menyisakan satu tanaman per lubang tanam pada umur 21 HST

(umur tanaman tiga minggu).

d. Pemupukan

1) Urea, SP-36, KCl (100,200,100) kg/ha, atau 1,5 gram urea, 3 gram

SP-36, dan 1,5 gram KCl per lubang pada saat tanam. Cara

pemupukan dengan menugal disamping tanaman pada jarak 5-7 cm

sedalam 5 cm, kemudian ditutup kembali.

2) Urea: 200 kg/ha atau 3 gram Urea per lubang pada umur 4 MST.

Pemupukan kedua dilakukan setelah penyiangan dan

pembumbunan. Cara pemupukan dengan menugal disamping

tanaman pada jarak 10 cm sedalam 7 cm, kemudian ditutup

kembali.

e. Pemeliharaan

1) Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan dilakukan pada umur 4 MST. Pembumbunan

dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk

memperkokoh posisi batan dan untuk menutup akar yang

bermunculan diatas permukaan tanah. Sehingga tanaman tidak

mudah rebah. Selain itu untuk memperlancar aerasi dan drainase.

2) Pengairan

Pengairan yang cukup diperlukan bila tidak ada hujan. Bila saat

penelitian bertepatan dengan musim tidak dilakukan pengairan,

namun diperlukan pengaturan drainase dengan saluran drainase

agar tanaman tidak tergenang air dan terjadi busuk akar.

3) Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian dilakukan secara teratur tanpa menunggu timbulnya

gejala serangan hama atau penyakit tanaman. Untuk mencegah

serangan lalat bibit pada waktu tanam, tiap lubang diberi Furadan

3G dengan takaran 8 - 16 kg/ha atau sekitar 4 butir/lubang. Bila ada

tanda-tanda serangan hama pada masa pertumbuhan, Furadan dapat

diberikan lagi melalui pucuk daun. Pencegahan penyakit bulai telah

Page 27: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxvii

dilakukan. Benih yang akan diberikan ke petani telah diberi

perlakuan (Fungisida Saromil) sebesar 100gr/1kg benih jagung.

f. Panen

Panen dilakukan dengan cara manual yaitu dengan memutar

tongkol berikut kelobotnya hingga tongkol terlepas dari batang.

Pemanenan dilakukan apabila jagung sudah masak fisiologis.

2. Variabel Penelitian

Pada setiap petak terdapat 100 tanaman yang terletak pada 4 baris,

sehingga setiap baris terdapat 25 tanaman. Pengambilan sampel tanaman

per petak yaitu 10 tanaman, diambil dari 2 baris tanaman yang letaknya

ditengah, cara pengambilan sampel diacak seperti pada denah masing-

masing lokasi Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu :

1. Tinggi tanaman (cm)

Memilih sepuluh tanaman secara acak di setiap petakan.

Mengukur jarak dari dasar tanaman di permukaan tanah sampai

pangkal terakhir bunga jantan (pada masa perkembangan vegetatif,

primordia bunga, dan generatif).

2. Umur masak fisiologis (HST)

Pencatatan umur masak fisiologis dilakukan bila 80% kelobot telah

menguning, biji kering, keras, dan mengkilat, dan apabila ditekan

tidak membekas.

3. Tinggi letak tongkol (cm)

Mengukur jarak dari permukaan tanah sampai dasar kedudukan

tongkol. Bila tanaman mempunyai dua tongkol, maka diambil tongkol

yang teratas/tongkol yang lebih normal perkembangannya.

Pengukuran tinggi letak tongkol ini dilakukan bersamaan dengan

pengukuran tinggi tanaman pada fase generatif.

4. Berat 100 biji (gram)

Untuk mengetahui potensi hasil dan kebutuhan benih pada

perluasan lahan.

Page 28: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxviii

5. Jumlah tongkol yang dipanen

Menghitung jumlah seluruh tongkol yang dipanen per petak

pada saat panen, kecuali tongkol-tongkol yang sangat kecil dan hanya

mempunyai beberapa biji.

6. Berat tongkol panen kupasan basah (kg)

Menimbang berat per petak tongkol-tongkol yang dipanen

setelah dikupas.

7. Berat pipilan per petak (kg)

Menghitung berat pipilan per petak dengan menggunakan rumus:

Hasil = RBKA

KA

LP´´

--

´2

1

100

10015

8. Berat pipilan kering per hektar (ton)

Sebelumnya melakukan penimbangan tongkol kering 2 baris

tengah per petak, kemudian memipil dan menimbang bobot seluruh

tongkol.

Menghitung berat pipilan per ha dengan menggunakan rumus:

Hasil = RBKA

KA

LP´´

--

´2

1

100

10010000

Keterangan:

LP = Luas panen

KA1 = Kadar air panen

KA2 = Kadar air standar (15%)

B = Berat tongkol panen

R = Rendemen (0,78)

9. Kadar air biji yang dipanen

Mengambil 5-10 tongkol sampel per petak lalu memipil bijinya

2 baris setiap tongkol. Mencampurkan biji yang dipipil dan mengukur

kadar air dengan alat Seed Moisture Tester. Angka kadar air panen

digunakan untuk menghitung hasil pipilan kering pada kadar air

standar (15%).

Page 29: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxix

3. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis

ragam dengan uji F taraf 5% dan apabila interaksi genotipe dan lingkungan

serta perlakuan genotipe berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak

Duncan / DMRT (Duncan Multiple Range Test) taraf 5%.

Untuk mengetahui besarnya variasi genetik/genotipe yang disusun

dalam Rancangan Acak Kelompok dengan r ulangan pada k lokasi dapat

dilakukan dengan :

Sumber Keragaman db KT E (KT) Lokasi k-1 Ulangan/lokasi (r-1) k Genotipe a-1 KTg σe

2 + r σge2 + rk σg

2 =KTgl + rk Genotipe X Lokasi (k-1) (a- KTgl σe

2 + r σge2

Galat KTe σe2

Koefisien variasi genetik dihitung dengan rumus Hanson et al.,

(1956) dalam Murdaningsih et al. (1990) dengan persamaan :

kasiUlanganXLoKTerrorKTgenotipe

G)(2 -

=s

Keterangan :

s 2G = varians/ragam genetik

KTgenotipe = Kuadrat Tengah genotipe

KTerror = Kuadrat Tengan error/galat

%1002

´=x

GKVG

s

Keterangan :

x = nilai tengah karakter yang diamat (purata besar)

KVG = Koefisian Variasi Genetik

Kriteria KVG relatif secara umum menurut Murdaningsih et al. (1990)

yaitu :

1. Rendah (0%-25%)

Page 30: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxx

2. Agak rendah (25%-50%)

3. Cukup tinggi (50%-75%)

4. Tinggi (75%-100%)

Kriteria KVG relatif dalam penelitian ini yaitu :

1. Rendah (0,953< x < 4,19)

2. Agak rendah (4,20 < x < 7,43)

3. Cukup tinggi (7,44 < x < 10,67)

4. Tinggi (10,68 < x < 13,92)

Untuk kriteria KVG yang bernilai rendah dan agak rendah digolongkan ke

dalam karakter yang memiliki variabilitas genetik yang sempit, sedangkan

yang bernilai cukup tinggi dan tinggi digolongkan ke dalam variabilitas

genetik yang luas.

Menurut Basuki (2005) nilai heritabilitas dalam arti luas (H),

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

FG

H2

2

ss

=

[ ]rleGF /222 sss +=

KTerrore =2s

Keterangan :

H = nilai duga heritabilitas dalam arti luas

s 2G = varians/ragam genetik/genotipe

s 2F = varians/ragam fenotipe

s 2e = varians/ragam lingkungan

r = ulangan

l = lokasi/lingkungan tempat tumbuh

Kriterianya yaitu :

1. Tinggi bila nilai H > 0,5

2. Sedang bila nilai 0,2 < H < 0,5

3. Rendah bila nilai H < 0,2

Page 31: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi tanaman

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran yang tidak dapat

kembali ke asal (irreversibel) yang meliputi pertambahan volume dan massa.

Cara yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan

menyatakan dalam penambahan berat kering, tinggi ataupun diameter batang

(Hardjowigeno, 1987 dalam Kariada et al., 2007). Dalam arti sempit menurut

Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman

merupakan indikator pertumbuhan tanaman maupun sebagai parameter yang

digunakan untuk mengatur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan dalam suatu pengujian tanaman.

Tabel 4.1 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap tinggi tanaman(cm)

NO Genotipe Lokasi Tulung Lokasi Ngemplak Rata-Rata 1 A - 7 164.400 185.467 174.93 bcd 2 A - 8

150.400 160.000 155,20 a

3 A - 9 168.200 181.300 174.75

bcd

4 A - 10 170.500 194.167 182.33

d

5 A - 11 169.033 172.600 170.82

abcd

6 A - 12 155.367 173.200 164.28

abc

7 A - 13 151.600 175.833 163.72

abc

8 A - 14 147.700 168.633 158.17

ab

9 A - 15 161.800 184.867 173.33

bcd

10 A - 16 167.800 187.800 177.80

cd

11 A – 17 159.267 186.133 172.70

bcd

12 JAYA – 1 168.500 182.200 175.35

bcd

13 BISI 2 166.200 178.600 172.40

bcd

14 PIONNER 12 172.767 186.367 179.57

cd

Rata-rata 162.395

a 179.798

b

Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%

Hasil sidik ragam tinggi tanaman (lampiran 2) menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan lokasi yang diuji.

Page 32: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxii

Tetapi perlakuan genotipe memberikan pengaruh yang nyata dan perlakuan

lokasi berpengaruh sangat nyata. Berdasarkan hasil analisis tinggi tanaman

dengan uji Jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.1) dapat dilihat bahwa beberapa

genotipe jagung memberikan hasil terhadap hasil tinggi tanaman yang

cenderung berbeda tidak nyata di lokasi Tulung maupun lokasi Ngemplak.

Hal ini ditunjukkan pada hasil tinggi tanaman yang rata-ratanya lebih tinggi

atau sama dengan dibandingkan tiga genotipe pembandingnya yaitu JAYA-1,

BISI-2 dan PIONNER 12, terdapat pada genotipe A -7, A -9, A -10, A -11,

A-15, A-16, A -17. Tinggi tanaman yang relatif tinggi dapat meningkatkan

resiko kerebahan tanaman yang dapat menurunkan hasil tanaman. Tetapi ada

beberapa genotipe tanaman jagung yang memiliki rata-rata tinggi tanaman

yang lebih rendah dibandingkan tiga genotipe pembandingnya yaitu JAYA-1,

BISI-2 dan PIONNER 12, terdapat pada genotipe A -8, A -11, A -10, A -12,

A -13, dan A -14.

Gambar 4.1 Diagram batang rata-rata tinggi tanaman genotipe jagung hibrida yang diuji.

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil

terhadap rata-rata tinggi tanaman yang lebih rendah terdapat pada genotipe

Page 33: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxiii

A -8, A -11, A -10, A -12, A -13, dan A -14. Hal ini menunjukkan bahwa

keenam genotipe diatas, dapat dimungkinkan memiliki resiko kerebahan yang

lebih kecil dibandingkan tiga genotipe JAYA-1, BISI-2 maupun PIONNER

12. Sehingga diharapkan dengan resiko kerebahan yang lebih rendah, dapat

meningkatkan hasil tanaman jagung.

Pada umumnya sifat tanaman yang diinginkan adalah tanaman yang

tidak terlalu tinggi dengan batang yang kuat dan pertumbuhan yang sehat

diharapkan dapat mengurangi resiko kerebahan yang dapat menurunkan hasil.

Tanaman yang tidak terlalu tinggi juga memudahkan petani dalam melakukan

pemeliharaan. Seperti yang diungkapkan Goldsworthy dan Fisher (1992)

bahwa kebanyakan pemulia tanaman memusatkan seleksi untuk tanaman yang

lebih pendek untuk mengatasi kerebahan akibat tiupan angin kencang.

Perbedaan tinggi tanaman dapat disebabkan karena perbedaan faktor

genetik antar varietas dan terjadi keragaman/variasi tinggi tanaman secara

genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang tinggi (Tabel 4.7), sehingga

dapat dilakukan seleksi dengan baik. Luas dan tebal tipisnya daun akan

berpengaruh terhadap fotosintesis. Fotosintesis ditentukan oleh faktor

lingkungan, selain sifat genetik tanaman itu sendiri yang menyebabkan

perbedaan dalam penyerapan cahaya sehingga akan mempengaruhi tinggi

tanaman (Himawan dan Supriyanto, 2003).

B. Umur masak fisiologis

Umur masak fisiologis berkaitan erat dengan umur berbunga jantan

dan umur berbunga betina, karena merupakan sifat yang penting dalam

program pemuliaan tanaman yang digunakan untuk menentukan keluarnya

malai, waktu persilangan, waktu awal terjadinya penyerbukan, serta juga dapat

menentukan saat panen (Jugenheimer, 1976).

Jagung menurut umurnya dapat dikategorikan dalam tiga jenis yaitu,

jagung berumur pendek/genjah (75-90 hari), berumur sedang (90-120 hari),

dan berumur panjang (> 120 hari). Umur masak fisiologis dapat digunakan

sebagai indikator untuk menentukan jenis jagung menurut umurnya.

Page 34: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxiv

Menurut Rukmana (2003) ciri-ciri tongkol jagung yang telah

memasuki stadium masak fisiologis yaitu kelobot tongkol sudah berwarna

kekuningan dan mengering, keadaan biji ditandai dengan warna kulit

mengkilap dan terang, biji sudah keras atau jika ditekan dengan jari tidak

meninggalkan bekas berlekuk artinya sudah padat. Hal ini menunjukkan

bahwa kandungan amilum atau pati mencapai puncak atau optimal.

Ditambahkan oleh Mahmud (1998) masak fisiologis ditandai dengan

terbentuknya lapisan hitam (blacklayer maturity) pada pangkal biji.

Tabel 4.2 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap umur masak fisiologis (hst)

Page 35: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxv

NO Genotipe Lokasi Tulung Lokasi Ngemplak

1 A - 7 94.67 d 93.67 c

2 A - 8 95.33 def

97.00 g

3 A - 9 93.67

c 97.00

g

4 A - 10 93.67

c 97.00

g

5 A - 11 94.67

d 97.00

g

6 A - 12 93.00

bc 95.33

def

7 A - 13 89.33

a 89.67

a

8 A - 14 92.33

b 93.00

bc

9 A - 15 95.33

def 95.67

ef

10 A - 16 94.67

d 97.00

g

11 A – 17 95.33

def 97.00

g

12 JAYA – 1 94.67

d 97.00

g

13 BISI 2 100.00

h 95.00

de

14 PIONNER 12 93.67 c 96.00

f

Keterangan : Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%

Hasil sidik ragam umur masak fisiologis (lampiran 4) menunjukkan

bahwa terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan lokasi yang diuji.

Berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis tanaman dengan uji jarak

Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa perlakuan genotipe jagung

yang diuji, perlakuan lokasi memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini

menunjukkan bahwa tiap –tiap genotipe yang diuji memberikan hasil terhadap

Page 36: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxvi

umur masak fisiologis yang berbeda-beda baik di lokasi Tulung maupun di

lokasi Ngemplak.

Berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis dengan uji jarak

Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa perlakuan lokasi sangat

berpengaruh nyata, hal ini dapat dilihat ada perbedaan umur masak fisiologis

yang sangat berbeda-beda antar genotipe satu yang sama, baik di lokasi

Tulung dengan di lokasi Ngemplak. Berdasarkan hasil analisis umur masak

fisiologis dengan uji Jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat

perlakuan genotipe yang berpengaruh sangat berbeda-beda dapat lihat seperti

pada umur masak fisiologis yang lebih cepat di lokasi Tulung pada genotipe

(A -13 dibandingkan A -7, A -8, A -9, A -10, A -11, A -12, A -14, A -15,

A -16, A -17, JAYA-1, BISI-2, PIONNER12) dan pada umur masak fisologis

di lokasi Ngemplak pada genotipe (A -13 dibandingkan A -7, A -8, A -9, A -

10, A -11, A -12, A -14, A -15, A -16, A -17, JAYA-1, BISI-2,

PIONNER12). Sehingga berdasarkan hasil analisis umur masak fisiologis

dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa genotipe

tanaman jagung A -13 memiliki umur masak fisologis yang lebih genjah

atau lebih pendek, sehingga berpengaruh lebih cepat terhadap umur panen

tanaman tersebut.

Page 37: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxvii

Gambar 4.2 Diagram batang rata-rata umur masak fisiologis genotipe jagung hibrida yang diuji.

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil

terhadap umur masak fisiologis tanaman jagung yang lebih cepat terdapat

pada genotipe A -7, A -12, A-13, dan A -14. Hal ini menunjukkan bahwa

keempat genotipe diatas, akan memiliki umur panen yang lebih cepat

dibandingkan tiga genotipe, yaitu JAYA-1, BISI-2 maupun PIONNER 12.

Adanya perbedaan umur masak fisiologis tanaman jagung dapat

disebabkan karena perbedaan faktor genetik antar varietas dan terjadi

keragaman/variasi umur masak fisiologis secara genetik, dibuktikan dengan

nilai heritabilitas yang tinggi (Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi

dengan baik. Perbedaan umur masak fisiologis yang lebih pendek berkaitan

erat dapat memperpendek umur panen tanaman jagung tersebut. Faktor

genetis tanaman merupakan salah satu penyebab perbedaan antara tanaman

satu dengan tanaman lainnya (Sitompul dan Guritno, 1995). Menurut

Purwono dan Hartono (2005) bahwa tanaman jagung yang memiliki umur

Page 38: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxviii

pendek (genjah) berkisar antara 75-90 hst, berumur sedang berkisar antara 90-

120 hst, dan berumur dalam lebih dari 120 hst.

C. Tinggi letak ( kedudukan) tongkol

Pada batang jagung hibrida, tidak menghasilkan tunas (pucuk

vegetatif), biasanya kuncup pada daun kesebelas dan seringkali kuncup pada

daun kesepuluh menghasilkan pucuk tongkol reproduktif. Pucuk tongkol

tersebut ujungnya memiliki suatu perbungaan bulir dan bukannya malai

seperti pada pucuk utama. Dalam kondisi optimum, dapat berkembang lebih

dari dua pucuk tongkol untuk beberapa genotipe (Gardner et al., 1991).

Menurut Basir et al. (1998) dalam Zen, (2009) menyatakan bahwa

apabila letak tinggi tongkol dengan tinggi tanaman seimbang atau letak

tongkol pada pertengahan batang maka yang demikian termasuk posisi

tanaman yang ideal, sehingga tanaman lebih tegak berdiri dan kuat menopang

tongkol tanaman jagung.

Tabel 4.3 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap tinggi letak tongkol (cm)

NO Genotipe Lokasi Tulung Lokasi Ngemplak Rata-rata

1 A - 7 77.667 100.667 89.167 ef 2 A - 8

52.400 66.300 59.350 a

3 A - 9 67.567 77.200 72.383

bcd

4 A - 10 66.600 87.367 76.983

cde

5 A - 11 75.500 85.833 80.667

def

6 A - 12 52.733 68.467 60.600

ab

7 A - 13 53.133 75.267 64.200

abc

8 A - 14 45.833 62.433 54.133

a

9 A - 15 74.00 92.367 83.183

def

10 A - 16 69.467 80.000 74.733

cd

11 A – 17 66.000 89.700 77.850

de

12 JAYA – 1 65.333 83.967 74.650

cd

13 BISI 2 73.233

110.033 91.633

f

14 PIONNER 12 66.133 84.667 75.400

cd

Rata-rata 64.686

a 83.162

b

Keterangan : Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%

Page 39: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xxxix

Hasil sidik ragam tinggi letak tongkol tanaman (lampiran 6)

menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung

dan lokasi yang diuji. Tetapi perlakuan genotipe dan perlakuan lokasi

memberikan pengaruh yang sangat nyata. Berdasarkan hasil analisis tinggi

letak tongkol tanaman dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.3) dapat

dilihat bahwa beberapa genotipe jagung memberikan hasil terhadap hasil

tinggi letak tongkol yang cenderung berbeda -beda di lokasi Tulung maupun

lokasi Ngemplak. Hal ini ditunjukkan pada hasil tinggi letak tongkol yang

rata-ratanya lebih tinggi atau sama dengan dibandingkan tiga genotipe

pembandingnya yaitu JAYA-1, BISI-2 dan PIONNER 12, terdapat pada

genotipe A -7, A -9, A -10, A -11, A-15, A-16, A -17. Tinggi letak kedudukan

tongkol tanaman yang relatif tinggi dapat meningkatkan resiko kerebahan

tanaman yang dapat menurunkan hasil tanaman. Tetapi ada beberapa genotipe

tanaman jagung yang memiliki rata-rata yang lebih rendah dibandingkan tiga

genotipe pembandingnya yaitu JAYA-1, BISI-2 dan PIONNER 12, terdapat

pada genotipe A -8, A -9, A -12, A -13, A -14, dan A -16.

Page 40: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xl

Gambar 4.3 Diagram batang rata-rata tinggi letak tongkol genotipe jagung hibrida yang diuji.

Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil

terhadap rata-rata tinggi tanaman yang lebih rendah terdapat pada genotipe

A -8, A -9, A -12, A -13, A -14 dan A -16. Hal ini menunjukkan bahwa

keenam genotipe diatas, dapat dimungkinkan memiliki resiko kerebahan yang

lebih kecil dibandingkan tiga genotipe JAYA-1, BISI-2 maupun PIONNER

12. Sehingga diharapkan dengan resiko kerebahan yang lebih rendah, dapat

meningkatkan hasil tanaman jagung dan dapat memperkuat batang tanaman

dalam menopang buah(tongkol) tanaman jagung.

Pada tanaman jagung, genotipe yang diharapkan adalah genotipe yang

mempunyai kedudukan tongkol yang rendah. Kedudukan tongkol yang terlalu

tinggi menyebabkan kecenderungan tanaman untuk rebah akibat angin

semakin besar. Seperti dinyatakan oleh Basir et al. (1998) dalam Zen, (2009)

letak tongkol yang terletak pada pertengahan tinggi tanaman dan bila

didukung oleh batang yang kuat akan menyebabkan tanaman tahan rebah dan

bila letak tongkol lebih tinggi dari pertengahan batang maka peluang untuk

terjadi rebah batang atau tanaman akan patah semakin besar. Dari genotipe-

genotipe yang di uji menunjukkan bahwa kecenderungan tinggi letak tongkol

dipengaruhi oleh tinggi tanaman. Semakin tinggi tanaman maka akan

menyebabkan tinggi letak tongkol juga semakin tinggi.

Perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara genotipe yang

diujicobakan disebabkan oleh faktor genetis yaitu sifat-sifat tertentu lebih

tinggi dari antar varietas dan terjadi keragaman/variasi tinggi letak tongkol

secara genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang tinggi (Tabel 4.7),

sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Perbedaan genetik akan

menyebabkan bentuk dan ukuran suatu karakter tanaman. Perbedaan genetik

ini dapat dilihat jika genotipe yang berbeda di tanam pada lingkungan yang

sama akan menunjukkan perbedaan yang nyata (Bakhtiar, 1999).

D. Jumlah tongkol panen per petak

Page 41: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xli

Jumlah tongkol panen dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang dipanen

terutama pada tanaman yang bertongkol satu. Jumlah tongkol yang dihasilkan

suatu tanaman berhubungan dengan hasil produksi tanaman tersebut. Dalam

kondisi optimum, dapat berkembang lebih dari dua pucuk tongkol untuk

beberapa genotipe (Gardner et al., 1991).

Tabel 4.4 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap jumlah tongkol panen

1 A - 7 50.00 bcd 50.00 bcd 2 A - 8

50.00 bcd

50.00 bcd

3 A - 9 50.00

bcd 50.00

bcd

4 A - 10 45.33

a 50.00

bcd

5 A - 11 50.00

bcd 48.67

b

6 A - 12 50.00

bcd 48.67

b

7 A - 13 48.00

ab 49.33

bc

8 A - 14 50.00

bcd 48.00

ab

9 A - 15 47.67

ab 48.67

b

10 A - 16 50.00

bcd 48.33

ab

11 A – 17 47.33

ab 50.00

bcd

12 JAYA – 1 47.00

ab 50.00

bcd

13 BISI 2 53.00

d 52.00

cd

14 PIONNER 12 50.00

bcd 50.00

bcd

Keterangan : Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%

Hasil sidik ragam jumlah tongkol yang dipanen (lampiran 8)

menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan

lokasi yang diuji. Berdasarkan hasil analisis jumlah tongkol yang dipanen

dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.4) dapat dilihat bahwa perlakuan

genotipe jagung yang diuji memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini

menunjukkan bahwa tiap –tiap genotipe yang diuji memberikan hasil terhadap

hasil jumlah tongkol yang dipanen berbeda nyata baik di tiap-tiap lokasi itu

sendiri. Sedangkan perlakuan lokasi cenderung memberikan hasil jumlah

tongkol yang dipanen berbeda tidak sama antara lokasi Tulung maupun lokasi

Ngemplak.

Page 42: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xlii

Gambar 4.4 Diagram batang rata-rata jumlah tongkol panen genotipe jagung hibrida yang diuji.

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil

terhadap hasil jumlah tongkol yang dipanen jumlahnya cenderung sama

antara lokasi di Tulung dan lokasi Ngemplak. Sedangkan pada hasil antar

genotipe terdapat perbedaan hasil yang mencolok berbeda pada lokasi Tulung

yang sama, seperti pada hasil tongkol panen pada genotipe A -9 dan A -10,

A -13 dan A -14, A -14 dan A -15, A -15 dan A -16, A -16 dan A -17 serta

bahkan ada perbedaan hasil yang sangat mencolok di semua genotipe jagung

bila dibandingkan dengan hasil genotipe tanaman jagung BISI-2 di lokasi

tulung maupun di lokasi Ngemplak. Hal ini dikarenakan rata-rata hasil jumlah

tongkol pada genotipe jagung BISI-2, pada satu tanaman ada yang

menghasilkan dua tongkol walau tidak semua berkembang dengan baik.

Adanya perbedaan jumlah tongkol panen dapat disebabkan karena

perbedaan faktor genetik antar varietas tanaman dan terjadi keragaman/variasi

jumlah tongkol panen secara genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas

yang tinggi (Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik.

Menurut Moentono (1988), genotipe hibrida mempunyai adaptasi terhadap

Page 43: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xliii

jenis tanah (tingkat kesuburan) dan iklim yang sangat khusus dan akan

memberikan hasil memuaskan apabila ditanam pada keadaan dimana hibrida

tersebut dapat beradaptasi. Daerah adaptasi suatu hibrida tidak tergantung

pada tempat hibrida tersebut dibuat.

E. Berat tongkol panen per petak

Berat tongkol tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh faktor genetik

seperti bentuk daun, jumlah daun dan panjang atau lebar daun yang akan

mempengaruhi dalam proses fotosintesis tanaman. Fotosintesis akan

meningkat apabila penyerapan energi sinar matahari berlangsung dengan

maksimal, sehingga produksi biji dalam jagung juga akan meningkat dan

beratnya bertambah. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh yaitu

musim tanam dan kesuburan tanah. Menurut Susilowati ( 2001) bahwa

besarnya berat segar tongkol berhubungan erat dengan besarnya fotosintat

yang ditranslokasi ke bagian tongkol Sehingga semakin besar fotosintat yang

ditranslokasikan ke bagian tongkol, maka semakin meningkat pula berat segar

tongkol yang dihasilkan.

Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan

produktivitas lebih tinggi daripada genotipe lainnya, namun harus didukung

oleh kondisi lingkungan dan penerapan teknik budidaya yang baik, tepat dan

benar. Pada tongkol/janggel tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat.

Pada setiap tanaman jagung terbentuk 1-2 tongkol. Perkembangan biji jagung

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: genotipe tanaman, tersedianya

kebutuhan makanan di dalam tanah dan faktor lingkungan seperti sinar

matahari, kelembaban udara (AAK, 1993).

Page 44: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xliv

Gambar 4.5 Diagram batang rata-rata berat tongkol panen genotipe jagung hibrida yang diuji.

Hasil analisis ragam berat tongkol tanaman yang dipanen

(lampiran 10) menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara genotipe

tanaman jagung dan lokasi yang diuji. Perlakuan genotipe tidak menunjukkan

perbedaan hasil berat tongkol kupas panen, yang ditunjukkan dengan berat

hasil yang hampir sama antara genotipe satu dengan genotipe yang lainya

dengan potensi hasil antara 6- 8 kg di lokasi Tulung dan di lokasi Ngemplak.

Berdasarkan gambar 4.5 perlakuan lokasi menunjukkan hasil berat tongkol

kupas tanaman yang berbeda-beda terlihat di lokasi Tulung hasil rata-rata

berat tongkol kupas panen lebih tinggi, dibandingkan lokasi Ngemplak.

Pada gambar 4.5 memperlihatkan rata-rata berat tongkol panen yang

tinggi adalah genotipe A-7, A -8, A -10, A -11, A -12, A -14, A-16 dan A -17

di lokasi Tulung, dan genotipe A-7, A -8, A -9, A -10, A -11, A -12, A -15,

A-16 dan A -17 di lokasi Ngemplak. Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa

genotipe yang dapat berpotensi hasil berat tongkol kupas panen yang lebih

tinggi atau cenderung sama jika dibandingkan dengan JAYA-1, BISI-2

Page 45: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xlv

maupun PIONNER 12 terdapat pada genotipe A -7, A-11, A -12, A -15 dan

A -17 bila ditanam secara baik di lokasi Tulung maupun lokasi Ngemplak.

Adanya perbedaan berat tongkol panen per petak dapat disebabkan

karena perbedaan poetnsi genetik antar varietas maupun lingkungan tempat

tumbuhnya dan terjadi keragaman/variasi berat tongkol panen yang benar

secara genetik dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang sedang (Tabel 4.7),

sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Perbedaan pada masing-masing

genotipe atau genotipe menunjukkan adanya perbedaan potensi genetik,

sehingga sifat yang dimunculkan baik sifat pertumbuhan dan produksi juga

berbeda, meskipun di tanam di daerah yang sama. Faktor lingkungan yang

biasa berpengaruh yaitu musim tanam dan kesuburan tanah. (Bahrun et al.,

1996). Menurut Susilowati (2001) Hasil tanaman jagung ditentukan oleh

bobot segar tongkol per tanaman. Semakin tinggi bobot tongkol per tanaman

maka akan diperoleh hasil yang semakin tinggi.

F. Berat pipilan 100 biji

Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan

produktivitas lebih tinggi daripada varietas lainnya, namun harus didukung

oleh kondisi lingkungan dan penerapan teknik budidaya yang tepat. Dengan

mengetahui berar 100 biji dapat memeperkirakan berat dan jumlah kebutuhan

benih per satuan luas (Patola, 2008).

Produksi suatu tanaman merupakan resultant dari proses fotosintesis,

penurunan asimilat akibat respirasi dan translokasi fotosintat ke bahan kering

dan ke dalam tanaman. Peningkatan produksi berbanding lurus dengan

peningkatan pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis (Jumin, 1991).

Berat pipillan 100 biji berhubungan erat dengan besarnya fotosintat yang

ditranslokasi ke bagian-bagian tongkol (Susylowati, 2001).

Menurut (Moentono et al., 1995 dalam Andi et al., 2007).

Berdasarkan komposisi komposisi kimia 100 g biji jagung mengandung 12-

14% air, 60-65% pati, 8,3-8,5% protein, 4,4- 4,5% lemak, dan 2,3 – 2,4%

Page 46: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xlvi

serat kasar. Kandungan air, pati dan protein berpengaruh terhadap tingkat

perkecambahan biji jagung.

Tabel 4.5 Interaksi genotipe dan lokasi terhadap berat pipilan 100 biji (gram)

NO Genotipe Lokasi Tulung Lokasi Ngemplak 1 A - 7 39.7567 jk 36.6067 efgh 2 A - 8

33.1233 cd

36.0000 efg

3 A - 9 39.5667

jk 34.4900

de

4 A - 10 36.6833

efgh 30.7167

a

5 A - 11 35.9533

efg 31.9500

abc

6 A - 12 33.0700

bcd 35.400

efg

7 A - 13 33.0467 bcd 39.7367

jk

8 A - 14 37.0933

ghi 38.7100

hij

9 A - 15 33.2833

cd 37.4167

ghi

10 A - 16 31.1100

abc 31.7667

abc

11 A – 17 34.7800

def 36.9467

fghi

12 JAYA – 1 37.2700

ghi 30.8533

ab

13 BISI 2 40.6433

jk 39.8067

jk

14 PIONNER 12 39.1533

ijk 41.2467

k

Keterangan : Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%

Hasil sidik ragam berat pipilan 100 biji (lampiran 12) menunjukkan

bahwa terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan lokasi yang diuji.

Berdasarkan hasil analisis berat pipilan 100 biji dengan uji jarak Duncan

taraf 5% (Tabel 4.5) dapat dilihat bahwa perlakuan genotipe jagung yang diuji,

perlakuan lokasi tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini

menunjukkan bahwa tiap –tiap genotipe yang diuji memberikan hasil terhadap

berat pipilan 100 biji yang hampir sama di lokasi Tulung maupun lokasi

Ngemplak.

Berdasarkan hasil analisis berat pipilan 100 biji dengan uji jarak

Duncan taraf 5% (Tabel 4.5) dapat dilihat bahwa perlakuan lokasi sangat

berpengaruh nyata, hal ini dapat dilihat ada perbedaan berat pipilan 100 biji

yang sangat berbeda-beda antar genotipe satu yang sama, baik di lokasi

Tulung dengan di lokasi Ngemplak. Berdasarkan hasil analisis berat pipilan

Page 47: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xlvii

100 biji dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.5) dapat dilihat perlakuan

genotipe yang berpengaruh sangat berbeda-beda dapat dilihat seperti pada

berat pipilan 100 biji yang lebih tinggi dari 35 g/petak di lokasi Tulung pada

genotipe A -7, A -9, A -10, A -11, A -14, JAYA-1, BISI 2, dan

PIONNER 12) dan pada berat pipilan 100 biji yang lebih tinggi dari 35

g/petak di lokasi Ngemplak pada genotipe (A -7, A -8, A -12, A -13, A -14,

A -15, A -17, BISI-2, DAN PIONNER 12).

Gambar 4.6 Diagram batang rata-rata umur 50 % berbunga betina genotipe jagung hibrida yang diuji.

Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil

terhadap berat pipilan 100 biji yang lebih tinggi jika ditanam di dua lokasi

terdapat pada genotipe A -7, A -9,A -12, A-13, A -14, A -15, A -17, BISI-2

dan PIONNER 12. Hal ini menunjukkan bahwa kesembilan genotipe diatas

akan memiliki berat pipilan 100 biji yang lebih tinggi dari 35 g/petak.

Semakin tinggi berat pipilan 100 biji, maka semakin tinggi pula tingkat

kepadatan benih, dan kandungan protein dalam benih tersebut.

Page 48: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xlviii

Menurut Goldsworhty dan Fisher (1992) bahwa hasil biji erat terkait

dengan berat tongkol. Apabila berat tongkol tinggi maka hasil biji cenderung

meningkat. Sebaliknya, apabila berat tongkol rendah maka hasilnya juga

cenderung turun. banyaknya jumlah biji yang terbentuk dipengaruhi oleh

genetik yang berakibat kualitas dan jumlah polen saat penyerbukan, frekuensi

melakukan penyerbukan dan kompatibilitas antar tanman yang diserbuki. Pada

saat tasel terlalu basah atau kering maka proses penyerbukan akan terhambat.

Adanya perbedaan berat pipilan 100 biji disebabkan karena perbedaan

faktor genetik antar varietas dan terjadi keragaman/variasi berat pipilan per

petak secara genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang tinggi

(Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Kemampuan

produksi atau hasil biji dari suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor

internal tanaman, yaitu kuncup bunga, buah, biji dan translokasi fotosintat.

(Gardner et al., 1991). Ditambahkan (Effendi.S et al., 1980 dalam Andi et al.,

2007) menyatakan bahwa kandungan protein terbesar pada biji jagung

terdapat pada lapisan aleuron. Lapisan aleuron adalah lapisan yang

membungkus endosperm. Endosperm biji jagung sebagian besar mengandung

pati tetapi pada jagung yang mengandung lebih banyak protein dari pada pati

akan menyebabkan biji menjadi lunak. Komposisi dari zat pati dan protein

dalam biji jagung ini berbeda-beda sesuai dengan varietasnya.

G. Berat pipilan per petak

Produksi biji merupakan tujuan utama produksi tanaman budidaya.

Produksi biji merupakan bermacam-macam peristiwa fisiologis dan

morfologis yang mengarah kepada pembungaan dan pembuahan. Hal ini

berkaitan pada fase generatif berhubungan dengan beberapa proses penting,

salah satu diantaranya adalah perkembangan kuncup bunga, buah dan biji.

(Gardner et al., 1991).

Page 49: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

xlix

Gambar 4.7 Diagram batang rata-rata berat pipilan basah per petak

genotipe jagung hibrida yang diuji.

Hasil sidik ragam berat pipilan kering per petak (lampiran 14)

menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung

dan lokasi yang diuji. Perlakuan genotipe tidak menunjukkan hasil berat

pipilan kering per petak tanaman jagung, yang ditunjukkan dengan berat hasil

hampir sama antara genotipe satu dengan genotipe yang lainya dengan potensi

hasil antara 5- 7 kg/petak di lokasi Tulung dan di lokasi Ngemplak.

Berdasarkan gambar 4.7 perlakuan lokasi menunjukkan hasil berat pipilan

kering per petak tanaman jagung yang berbeda-beda terlihat di lokasi Tulung

hasil rata-rata berat pipilan kering per petak lebih tinggi, dibandingkan lokasi

Ngemplak.

Pada gambar 4.7 memperlihatkan rata-rata berat pipilan kering per

petak tanaman yang tinggi lebih dari 6 kg/petak adalah genotipe A-7, A -8, A -

9, A -10, A -11, A -12, A -13, A -14, A -15, A -16, A -17, JAYA1, BISI-2,

dan PIONNER 12 di lokasi Tulung, dan genotipe A-7, A -10, A -11, A -12,

A -15, A-16, A -17, JAYA-1, BISI-2, dan PIONNER 12 di lokasi Ngemplak.

Page 50: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

l

Adanya perbedaan berat hasil pipilan per petak disebabkan karena

perbedaan faktor genetik antar varietas dan terjadi keragaman/variasi berat

pipilan per petak secara genetik, dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang

tinggi (Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Kemampuan

produksi atau hasil biji dari suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor

internal tanaman, yaitu kuncup bunga, buah, biji dan translokasi fotosintat.

Menurut Jumin (1991) bahwa produksi suatu tanaman merupakan resultant

dari proses fotosintesis, penurunan asimilat akibat respirasi dan translokasi

fotosintat ke bahan kering dan ke dalam tanaman. Peningkatan produksi

berbanding lurus dengan peningkatan pertumbuhan relatif dan hasil bersih

fotosintesis yang ditranslokasikan kedalam tanaman.

H. Berat pipilan per hektar

Hasil panen biji merupakan produk yang disebut komponen hasil

panen. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh pengelolaan, genotipe dan

lingkungan. Genotipe dapat mempengaruhi kemampuan berkecambah dan

menentukan potensial untuk membentuk jumlah bunga yang berkembang dan

membentuk biji. Hasil panen suatu tanaman selain ditentukan oleh potensi

genetiknya, juga dipengaruhi oleh seberapa besar peranan lingkungan dalam

mengekspresikan potensi genetik tersebut. Lingkungan mempengaruhi

kemampuan tanaman untuk mengekspresikan potensi genetiknya. Faktor

pengelolaan yaitu kemampuan pengelola tanaman untuk menyediakan

lingkungan yang mendukung pertumbuhan agar tercapai hasil panen yang

maksimal (Gardner et al., 1991).

Page 51: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

li

Gambar 4.8 Diagram batang rata-rata berat pipilan per hektar genotipe jagung hibrida yang diuji.

Hasil sidik ragam berat pipilan basah per hektar (lampiran 16)

menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung

dan lokasi yang diuji. Perlakuan genotipe tidak menunjukkan hasil berat

pipilan kering per hektar tanaman jagung, yang ditunjukkan dengan berat hasil

yang hampir sama antara genotipe satu dengan genotipe yang lainya dengan

potensi hasil antara 7- 9 ton/ha di lokasi Tulung dan di lokasi Ngemplak.

Berdasarkan gambar 4.8 perlakuan lokasi menunjukkan hasil berat pipilan

kering per hektar tanaman jagung yang berbeda-beda terlihat di lokasi Tulung

hasil rata-rata berat pipilan kering per hektar lebih tinggi, dibandingkan lokasi

Ngemplak.

Pada gambar 4.8 memperlihatkan rata-rata berat pipilan kering per

hektar tanaman yang tinggi lebih dari 8 ton/ha adalah genotipe A-7, A -8, A -

9, 10, A -11, A -12, A -13, A -14, A -15, A -16, A -17, JAYA1, BISI-2, dan

PIONNER 12 di lokasi Tulung, dan genotipe A-7, A -10, A -11, A -12,

A -15, A-16, A -17, JAYA-1, BISI-2, dan PIONNER 12 di lokasi Ngemplak.

Page 52: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lii

Menurut Gardner et al. (1991) hasil tanaman akan ditentukan oleh

penampilan individu tanaman dan penampilan tanaman per satuan luas,

pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam populasi yang optimal akan

memaksimalkan produksi tanaman per satuan luas. Ditambahkan oleh

Goldsworhty dan Fisher (1992) bahwa hasil biji erat terkait dengan berat

tongkol. Apabila berat tongkol tinggi maka hasil biji cenderung meningkat.

Sebaliknya, apabila berat tongkol rendah maka hasilnya juga cenderung turun.

Varietas merupakan faktor penting pertama yang menentukan potensi

hasil. Adanya perbedaan berat hasil pipilan per hektar dapat disebabkan

karena perbedaan faktor genetik antar varietas maupun lingkungan termpat

tumbuhnya dan terjadi keragaman/variasi berat hasil pipilan per hektar yang

benar secara genetik dibuktikan dengan nilai heritabilitas yang sedang

(Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan baik. Produktivitas

jagung ditentukan oleh hasil interaksi antara genotipe tanaman (varietas)

dengan faktor lingkungan mencakup iklim, jenis tanah, hama dan penyakit,

gulma dan pengelolaan oleh manusia. Penggunaan varietas hibrida memiliki

potensi hasil yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan jagung yang non

hibrida atau bersari bebas. Interaksi genotipe dengan lingkungan dapat

menyebabkan tidak konsistennya hasil pada setiap lingkungan, namun pada

kondisi lingkungan yang menguntungkan tanaman dapat memberikan hasil

yang maksimal. (Anonim, 2000).

I. Kadar air panen

Kadar air panen penting diketahui sebab berhubungan dengan waktu

panen dan penanganan lepas panen. Menurut Warisno (2009) tanda-tanda

jagung siap panen adalah kadar air di dalam biji antar 25-35%. Kadar air

panen ini merupakan parameter yang digunakan untuk menghitung hasil

tanaman jagung bersama rendemen dan berat tongkol.

Page 53: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

liii

Tabel 4.6. Interaksi genotipe dan lokasi terhadap kadar air panen (%)

NO Genotipe Lokasi Tulung Lokasi Ngemplak

1 A - 7 29.8333 gh 29.6333

fgh

2 A - 8 28.8000

cdefgh

28.2000 abcdefg 3 A - 9

27.1667 abc

29.6000 fgh

4 A - 10 28.0667

abcdefg

28.3000 bcdefg 5 A - 11

27.8333 abcdef

28.5667 cdefgh

6 A - 12 27.5667

abcde

30.2667 h 7 A - 13 26.4333 a 27.3333 abcd 8 A - 14 26.6000 ab 28.5333 cdefgh 9 A - 15 29.0333 defgh 29.6333 fgh

10 A - 16 27.4000 abcd 28.4000 cdefg 11 A – 17 28.8667 cdefgh 29.3267 efgh 12 JAYA – 1 28.6667 cdefgh 27.2000 abc 13 BISI 2 29.2333 efgh 27.5333 abcde 14 PIONNER 12 28.2333 bcdefg 28.4333 cdefg Keterangan : Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama

artinya berbeda tidak nyata dengan uji jarak Duncan taraf 5%

Hasil sidik ragam kadar air panen (lampiran 18) menunjukkan bahwa

terjadi interaksi antara genotipe tanaman jagung dan lokasi yang diuji.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan genotipe jagung yang

diuji dan perlakuan lokasi memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini

menunjukkan bahwa tiap–tiap genotipe yang diuji memberikan hasil terhadap

persentase kadar air panen yang berbeda-beda baik di lokasi Tulung maupun

lokasi Ngemplak.

Berdasarkan hasil analisis kadar air panen dengan uji jarak Duncan

taraf 5% (Tabel 4.6) dapat dilihat bahwa perlakuan lokasi berpengaruh nyata,

hal ini dapat dilihat ada perbedaan kadar airnya yang sangat berbeda antara

genotipe yang sama antara di lokasi Tulung dan di lokasi Ngemplak seperti

ditunjukkan pada genotipe jagung A -9, A -12, A-14. Berdasarkan hasil

analisis kadar air panen dengan uji jarak Duncan taraf 5% (Tabel 4.6) dapat

dilihat perlakuan genotipe yang sangat berbeda dapat lihat seperti pada kadar

Page 54: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

liv

air panen di lokasi Tulung pada genotipe (A -13 dibandingkan: A -7, A -8, A

-17, JAYA-1,BISI-2, DAN PIONNER12); (A -14 dibandingkan A -7, A -8,

A -15, A-17,JAYA-1, BISI-2); (A -9 dibandingkan A -7, A -15, BISI-2) dan

pada kadar air panen di lokasi Ngemplak pada genotipe (A -7 dibandingkan A

-13, JAYA-1, BISI-2); (A -12 dibandingkan A -8,A -10, A -15, A-16, JAYA-

1, BISI-2, PIONNER12); (A -13 dibandingkan A -7, A -9, A -12, dan A -15).

Gambar 4.9 Diagram batang rata-rata kadar air panen genotipe jagung hibrida yang diuji.

Dari gambar 4.9 dapat dilihat bahwa genotipe yang memberikan hasil

terhadap persentase kadar air panen lebih rendah atau sama dengan

dibandingkan tiga genotipe, yaitu JAYA-1, BISI-2 maupun PIONNER 12

terdapat pada genotipe A -9, A-13, dan A -14. Dari gambar 4.10 dapat dilihat

bahwa genotipe yang memberikan hasil terhadap persentase kadar air panen

lebih tinggi diatas 28% atau sama dengan dibandingkan tiga genotipe, yaitu

JAYA-1, BISI-2 maupun PIONNER 12 terdapat pada genotipe A -7, A-8, A -

10, A -15, dan A -17.

Adanya perbedaan prosentase kadar air panen dapat disebabkan

karena perbedaan faktor genetik antar varietas dan terjadi keragaman/variasi

Page 55: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lv

kadar air panen yang benara secara genetik, dibuktikan dengan nilai

heritabilitas yang tinggi (Tabel 4.7), sehingga dapat dilakukan seleksi dengan

baik. Kadar air yang tinggi dalam benih merangsang respirasi dan

menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme (terutama cendawan) yang

mendorong kerusakan benih. Selang waktu antara panen dan pengeringan

sangat berpengaruh terhadap mutu benih terutama daya simpannya (Saenong

et al., 2004). Menurut Delouche (1990) dalam Saenong et al. (2004), Kadar

air jagung berkorelasi dengan daya simpan. Semakin tinggi kadar air benih

saat panen, semakin singkat selang waktu penyimpanan

J. Keragaman Genetik dan Heritabilitas

Keragaman genetik merupakan faktor kunci dalam pemuliaan tanaman.

Adanya keragaman genotip akan dapat mempengaruhi penampilan fenotipik

pada tanaman jagung. Hal ini memberikan gambaran seberapa besar peluang

yang bisa dilakukan untuk dapat dilakukan seleksi terhadap tanaman jagung

tersebut.

Page 56: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lvi

Tabel 4.7. Nilai KKG dan Heritabilitas pada variabel pengamatan.

Koefien Karagaman Varian Heritabilitas NO Variabel pengamatan Nilai (%) Kriteria Nilai

(%) Kriteria

1 Tinggi tanaman (cm) 3,52 Rendah 0,58 Tinggi

2 Umur masak fisiologis (HST) 2,027 Rendah 0,99 Tinggi

3 Tinggi letak tongkol (cm) 13,92 Tinggi 0,86 Tinggi

4 Jumlah Tongkol Panen 1,931 Rendah 0,67 Tinggi

5 Berat tongkol panen (kg) 3,65 Rendah 0,42 Sedang

6 Berat 100 biji (gr) 6.96 Agak rendah 0.96 Tinggi

7 Berat pipilan per petak (kg) 5,28 Agak rendah 0,5 Tinggi

8 Berat pipilan per hektar (ton) 5,16 Agak rendah 0,44 Sedang

9 Kadar air panen (%) 2,217 Rendah 0,74 Tinggi

Keterangan:

Kriteria Nilai Koefisien Keragaman Genotip (KKG) 0,953% < x £ 4,19% = Rendah,

4,20% < x £ 7,43% = Agak Rendah, 7,44% < x £ 10,67% = cukup tinggi, 10,68% < x

£ 13,92% = Tinggi.

Kriteria Nilai Heritabilitas < 0.20 = Rendah, 0.20 < x £ 0.50 = Sedang, >0.50 =

Tinggi

Metode seleksi adalah salah satu usaha perbaikan genetik tanaman

jagung. Hal ini merupakan proses yang efektif untuk memperoleh sifat-sifat

yang dianggap sangat penting dan tingkat keberhasilan tinggi (Kasno, 1992)

Menurut Helyanto et al, 2000 mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan

seleksi harus diketahui antara karakter agronomi, komponen hasil dan hasil

seleksi tarhadap suatu karakter keragaman genetik akan dapat membantu

Page 57: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lvii

dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Apabila suatu karakter memiliki

keragaman genetik cukup tinggi, maka setiap individu dalam populasi

hasilnya akan tinggi pula, sehingga seleksi akan lebih mudah dan peluang

untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan akan menjadi lebih besar.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa variabel yang mempunyai

koefisiensi keragaman genetik yang termasuk kritera tinggi terdapat pada

tinggi letak kedudukan tongkol. Sedangkan berat pipilan per petak dan berat

pipilan per hektar memiliki nilai koefisien keragaman genetik agak rendah.

Nilai keragaman yang rendah terdapat pada variabel tinggi tanaman, umur

50% berbunga jantan, umur 50% berbunga betina, umur masak fisiologis,

jumlah tongkol panen, berat tongkol panen, dan kadar air panen.

Sudarmadji et al. (2007) mengemukakan bahwa nilai koefisien

keragaman genetik tinggi, maka faktor genetik akan berpengaruh besar pada

penampilan sifat fenotipe bila dibandingkan dengan lingkungan. Semakin

tinggi nilai koefisien keragaman genetik menunjukkan peluang semakin

efektif usaha perbaikan-perbaikan melalui seleksi dan meningkatkan

keleluasaan dalam pemilihan genotipe-genotipe yang diinginkan. Nilai

keragaman yang rendah menandakan setiap individu dalam populasi tersebut

hampir seragam, sehingga peluang untuk mendapatkan generasi yang baik

semakin sempit.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai heritabilitas yang

tinggi terdapat pada variabel tinggi tanaman, umur berbunga 50% jantan,

umur 50% berbunga betina, umur masak fisiologis, tinggi kedudukan tongkol,

jumlah tongkol panen, berat pipilan per petak, dan kadar air panen.

Heritabilitas merupakan daya waris sifat tetua terhadap turunannya

yang dapat diketahui dengan perbandingan atau proporsi ragam genotip

terhadap ragam fenotip. Semakin rendah heritabilitas berarti keragaman sifat

yang ada lebih disebabkan oleh faktor lingkungan. Sebaliknya jika

heritabilitas tinggi berarti keragaman sifat yang ada lebih disebabkan oleh

perbedaan potensi genetik (Suprapto dan Kairudin, 2007). Dari informasi sifat

tersebut lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga

Page 58: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lviii

dapat diketahui sejauh mana sifat yang baek tersebut dapat diturunkan pada

generasi berikutnya.

Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik

lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor

lingkungan (Suprapto dan Kairudin, 2007). Nilai heritabilitas untuk variabel

berat tongkol panen dan berat pipilan per hektar adalah sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa sifat ini tidak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi

pada generasi awal, seleksi pada sifat tersebut lebih baik dilakukan pada

generasi lanjut (Sudarmadji et al., 2007).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Interaksi genotipe dan lingkungan terdapat pada variabel umur masak

fisiologis, jumlah tongkol panen, berat 100 biji dan kadar air panen.

2. Genotipe A – 11, A -12 menunjukkan rerata hasil yang lebih tinggi dalam

mempunyai potensi hasil mencapai 7-9 ton/ha, dibanding 3 genotipe, yaitu

JAYA-1, BISI-2 dan PIONNER 12.

3. Genotipe A -11, A-12 dan A-13 menunjukkan sifat-sifat yang masih lebih

unggul bila dibandingkan dengan 3 genotipe, yaitu JAYA-1, BISI-2 dan

PIONNER 12.

4. Koefisien Varian Genetik kriteria tinggi terdapat pada tinggi kedudukan

letak tongkol, maka peluang untuk mendapatkan sifat-sifat yang

diinginkan akan menjadi lebih besar.

5. Nilai heritabilitas termasuk dalam kriteria tinggi terdapat pada tinggi

tanaman, umur berbunga jantan, umur berbunga betina, umur masak

fisiologis, kedudukan tongkol, berat berat pipilan per petak, dan kadar air

panen, sehingga seleksi dapat dilakukan dengan efektif.

Page 59: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lix

B. Saran

1. Perlu dilakukan seleksi lebih lanjut terhadap genotipe yang diuji pada

jumlah lokasi yang lebih banyak dan musim yang berbeda (penghujan dan

kemarau) dengan perlakuan yang sama

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang daya adaptasi dan stabilitas hasil yang

tinggi sebelum genotipe tersebut dilepas ke masyarakat sebagai benih

hibrida yang unggul dan berkualitas.

Page 60: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lx

DAFTAR PUSTAKA

AAK.1993. Bercocok Tanaman Jagung. Kanisius. Yogyakarta

Allard, R. W. 1960. Principle of Plant Breeding. Jhon Willey and Sons, Inc. New York.

Andi, S. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung Srikandi Putihterhadap karakter biji jagung. J.Akta Agrosia (2):199-203.

Anonim. 2000. Intensifikasi pengelolaan tanaman jagung. Diakses dari http://www.tanindo.com/abdi3/hal1901.htm Tanggal 7 Juli 2010.

______. 2007. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

______. 2008. Jagung (Zea mays L.). Diakses dari http://www.nmargolang.com/index.php. Tanggal 24 Januari 2010.

______. 2010. Heterosis. Diakses dari http://www.wikipedia.org/wiki/heterosis/index.php. Tanggal 7 Juli 2010.

Arifin, 1980. Pengaruh bobot benih dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Jurnal Agrivita. Vol. 1(3):29-37.

Azrai, M. 2005. Pemanfaatan Markah Molekular dalam Proses Seleksi Pemuliaan Tanaman. J. Agrobiogen. Vol. 11(1):26-37.

______, M. 2009. Sinergi Teknologi Marka Molekuler Dalam Pemuliaan Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Bahrun, S. dan R. D. Soetrisno. 1996. Studi produktivitas beberapa varietas jagung pada jarak tanam yang berbeda. Jurnal Agrivita. Vol. 19(3):125-130.

Bakhtiar. 1999. Penampilan pertumbuhan dan hasil jagung berumur dalam untuk spesifik lokasi dataran sedang. Jurnal Agrista. Vol. 3(2):153-157.

Baihaki, Achmad dan Noladhi W. H. 2002. Interaksi Genotip x Lingkungan, Adaptibilitas, dan Stabilitas Hasil, Dalam Pengembangan Tanaman Varietas Unggul Di Indonesia. J.Zuriat 16 (1): 1-8.

Basuki, N. 2005. Genetika Kuantitatif. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Budiarti, S.G. 1999. Keragaman Plasma Nutfah Jagung. Buletin Plasma Nutfah. 4 (1): 33-40.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. Penerjemah: H. Susilo. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Page 61: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lxi

Golsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Penerjemah: Tohari. 1992.

Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Helyanto, B., U. Setyo Budi, A. Kartamidjaja dan D. Sunardi. 2000. Studi Parameter Genetik Hasil Serat dan Komponennya pada Plasma Nutfah Rosela. Jurnal Pertanian Tropika. 8 (1): 82-87.

Himawan, I. dan B. Supriyanto. 2003. Uji 3 varietas dan dosis pupuk NPK mutiara terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max L.). Jurnal Budidaya Pertanian. Vol. 9(2):67-73.

Hipi, A., B. T. R. Erawati, dan A. Takdir M. 2006. Potensi Hasil Galur Harapan Jagung Hibrida pada Agroekosistem Lahan Kering di Lombok Timur. Diakses dari http://ntb.litbang.deptan.go.id/2006/THP/potensihasil.doc. Tanggal 24 Januari 2010.

Jugenheimer, R.W. 1976. Corn : Improvement, Seed Production and Uses. John Wiley & Sons. New York.

Jumin, H.B. 1991. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Press. Jakarta.

Kariada, I. K., I. B. Aribawa dan M. Nazam. 2007. Kajian Pemanfaatan Beberapa Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis di Lahan Kering Dataran Tinggi Beriklim Basah Baturiti Tabanan. Diakses dari http://ntb.litbang.deptan.go.id/2007/TPH/ kajianpemanfaatan.doc. Tanggal 25 Juni 2010.

Kasno. 1992. Pemuliaan Tanaman Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang.

Kuruseng, H. dan M.A. Kuruseng. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Varietas Tanaman Jagung Pada Dua Dosis Pupuk Urea. Jurnal Agrisistem. 4 (1): 26-36

Mahmud. 1998. Modifikasi Genetik terhadap Masa Pengisian Biji pada Jagung (Zea mays L.): Keragaman di antara Genotipe dan Hubungannya dengan Hasil dan Komponen Hasil. Jurnal Agrista. 2 (2): 127-137.

Mangoendidjojo, W. 2000. Analisis Interaksi Genotip dengan Lingkungan Tanaman The. J.Zuriat. 11 (1): 15-21.

Moedjiono dan M. J. Mejaya. 1994. Variabilitas genetik beberapa karakter plasma nutfah jagung koleksi balittan malang. Jurnal Zuriat. Vol. 5(2):27-32.

Moentono, M. D. 1988. Pembentukan dan Produksi Benih Varietas Hibrida. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Morris, M. 1995. Asia Public and Private Maize Seed Industries Changing. Asian Seed.

50

Page 62: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lxii

Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Murdaningsih, H.K., A. Baihaki, G. Satari, T. Danakusuma dan A.H. Permadi. 1990. Varietas Genetik Sifat-Sifat Tanaman Bawang Putih Di Indonesia. Zuriat. 1 (1): 27-32.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana. 2003. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta. Saenong, S. , Zubachtirodin, Y. Sinuseng, Rahmawati dan A. Hipi. 2004. Peluang

Pengembangan Perbenihan Berbasis Komunal di Pedesaan Nusa Tenggara Barat. Diakses dari http://ntb.litbang.deptan.go.id/2004/TPH/peluangpengembangan.doc. Tanggal 26 Juni 2010.

Satoto dan B. Supriyatno. 1996. Keragaman Genetik, Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Beberapa Galur Harapan Padi Sawah. Media Penelitian Sukamandi. 15 (3): 27-29.

Sitompul, S. M. dan B. guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Sudarmadji, R. Mardjono dan H. Sudarmo. 2007. Veriasi Genetik, Heritabilitas, dan Korelasi Genotipik Sifat-Sifat Penting Tanaman Wijen (Sasamum indicum L.). Jurnal Littri. 13 (3): 88-92.

Suprapto dan N.MD Kairudin. 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill.) pada Ultisol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 9 (2): 183-190.

Susanto, U., A. Baihaki, Ridwan S. Dan Totok A. D. H. 2001. Variabilitas

Genetik dan Daya Gabung umum Galur-Galur Murni Jagung Melalui Analisis Top Cross. J.Zuriat 12 (1): 1-5.

Susilowati. 2001. Pengaruh pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata Stury). Jurnal Budidaya Pertanian. Vol. 7(1):36-45.

Sutoro, Y. Soelaeman, dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Wahyuni, T. S., R. Setiamihardja, N. Hermiasti dan I. Hendroatmodjo, 2004. Variabilitas Genetik, Heretabilitas dan Hubungan Antara Hasil Ubi Jalar di Kendal Payak, Malang. J.Zuriat 15 (2) : 109-117.

Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

______. 2009. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Page 63: Analisis Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam .../Analisis... · Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain produktivitasnya

lxiii

Welsh, J.R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga. Jakarta.

Zen, S. 2009. Karakter Agronomis, Hasil, dan Parameter Genetik Jagung.

Diakses dari http://sumbar.litbang.deptan.go.id/. Pada tanggal 27 Juni 2010.