ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN...

185
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh : WAHYU MANGGALA PUTRA NIM :1110101000058 PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

Transcript of ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN...

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM

KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh :

WAHYU MANGGALA PUTRA

NIM :1110101000058

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S-1) di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan tindakan plagiarisme terhadap karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Mei 2014

Wahyu Manggala Putra

Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Skripsi, Maret - April 2014

Wahyu Manggala Putra, NIM: 1110101000058

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2014

xxi + 138 Halaman + 7 Tabel + 6 Bagan + 1 Grafik + 11 Lampiran

ABSTRAK

Jaminan kesehatan di Indonesia bukanlah barang baru, dari tahun 1985

Indonesia sudah mengenal asuransi kesehatan untuk tenaga kerja, lalu berkembang

menjadi PT ASKES (Persero) dan PT Jamsostek (Persero). Untuk menuju

penjaminan kesehatan yang lebih baik dan menyeluruh, awal tahun 2014 pemerintah

Indonesia melalui Undang-Undang No. 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

meluncurkan program yang dikenal dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Namun pada pelaksanaannya masih banyak terdapat kendala, terutama pada provider

tingkat lanjutan (Rumah Sakit) yang belum maksimal memberikan pelayanan

kesehatan. Masalah yang diteliti adalah gambaran implementasi kebijakan Jaminan

Kesehatan Nasional pada Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh data

primer berupa hasil wawancara mendalam serta data sekunder berupa telaah

dokumen. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis konten. Penelitian ini

dilakukan dari bulan Maret hingga April 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Jaminan Kesehatan

Nasional di RSU Kota Tangerang Selatan belum maksimal dalam pelaksanaannya,

terutama dalam hal pencairan klaim yang masih terlambat, nilai tarif pelayanan yang

berbeda dengan paket INA-CBGs, teknologi informasi yang belum maksimal, serta

SDM non-medis yang masih kurang mencukupi.

Untuk itu disarankan RSU Kota Tangerang Selatan agar meningkatan performa

dalam penyelenggaraan JKN dalam hal pemberkasan klaim JKN dengan

penjadwalan yang tepat, perhitungan proporsi SDM non-medis, serta peningkatan

kapasitas manajemen rumah sakit agar semakin baik.

Kata Kunci: Implementasi, JKN, RSU Kota Tangerang Selatan

Daftar Bacaan: 43 sumber (1981-2014)

Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH

SPECIALIZATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT

Undergraduate Thesis, March - April 2014

Wahyu Manggala Putra, NIM: 1110101000058

POLICY IMPLEMENTATION ANALYSIS OF NATIONAL HEALTH

INSURANCE IN SOUTH TANGERANG CITY HOSPITAL 2014

xxi + 138 Pages + 7 Tables + 6 Frames + 1 Chart + 11 Appendixes

ABSTRACT

Health insurance in Indonesia is not new, since 1985 Indonesia had known

health insurance for workers, and develop into PT ASKES and PT Jamsostek. To

reach better health guarantee and thorough, beginning in 2014 the Indonesian

government through Act No. 40 of the National Social Security System launched a

program known as the National Health Insurance (NHI). However, in practice there

are still many obstacles, especially at an advanced level provider (Hospital) are not

maximal provide health services. The problem is to describe policy implementation

of the National Health Insurance in South Tangerang City Hospital.

This study used a qualitative approach, supported by the primary data in the

form of in-depth interviews and secondary data such as document review. Using

content analysis techniques, this study was conducted from March to April 2014.

The results showed that the implementation of NHI in South Tangerang City

Hospital is not maximized in practice, such as in terms of disbursement claims are

late, rate the value of different services with INA-CBGs package, yet information

technology support, and medical human resources still insufficient.

It is recommended South Tangerang City Hospital in order to improve the

performance of the organization in terms of filing NHI claim with proper scheduling,

calculation proportion of non-medical human resources, and improving the

management capacity of the hospital getting better.

Key Words: Implementation, NHI, South Tangerang City Hospital

Reading List: 43 resources (1981-2014)

Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2014

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

WAHYU MANGGALA PUTRA

NIM. 1110101000058

Jakarta, Mei 2014

Pembimbing I

Febrianti, M.Si

NIP. 19720221 200501 2 004

Pembimbing II

Riastuti Kusumawardani, MKM

NIP. 1980516 200901 2 005

Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Mei 2014

___________________________________

Puput Oktamianti, SKM, MM

Penguji I

___________________________________

Ratri Ciptaningtyas, MHS

Penguji II

Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Jakarta, 20 Mei 2014

Mengesahkan,

__________________________________________

Febrianti, M.Si

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

___________________________________________

Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

vii

CURRICULUM VITAE

Data Diri :

Nama : Wahyu Manggala Putra

Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 9 Mei 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 22 tahun

Agama : Islam

No. HP : +6285278196686

Alamat : Jl. Letjend. S. Parman No. 15 Pekanbaru, Riau 28132

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2010 - 2014

2. SMA Negeri 5 Pekanbaru : 2007 - 2010

3. SMP Negeri 13 Pekanbaru : 2004 - 2007

4. SD Negeri 003 Sail Pekanbaru : 1998 - 2004

5. TK Islam Agung An-Nur Pekanbaru : 1997 - 1998

Riwayat Organisasi :

1. Young On Top Campus Ambassador batch 4 periode 2013–2014.

2. Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia FOSMA165

Jadetabek periode 2013-2014.

3. Kepala Departemen Pengabdian Masyarakat BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan periode 2012–2013.

4. Kepala Departemen Pengabdian Masyarakat BEM Program Studi Kesehatan

Masyarakat periode 2011-2012.

5. Wakil Ketua FOSMA165 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2011-2012.

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

viii

Sebuah persembahan sederhana untuk

Ibunda Yulia Samrida, Ayahanda Naswardi Nasir,

& kakek terbaik sepanjang masa Opa Basir Mahyuddin

bila cinta merupakan pembuktian, barangkali tulisan ini adalah

bukti cinta yang terlalu biasa serta tak berharga apalagi sebanding

dengan berjuta cahaya yang mama, papa, dan opa hadirkan dalam hidupku.

Saya teramat beruntung memiliki kalian.

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

ix

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang telah memberikan berbagai

nikmat kepada kita semua. Shalawat beserta salam tak lupa selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad yang telah memberikan umat manusia pencarahan menuju agama

Allah, dengan memanjatkan rasa syukur atas segala nikmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan

Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun

2014”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Febrianti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

sekaligus Pembimbing I Skripsi yang selalu berusaha agar penulis segera

menyelesaikan setiap tugas tepat pada waktunya. Terima kasih atas kesabaran,

perhatian, serta waktu yang telah diberikan.

3. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM, selaku Pembimbing II Skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta motivasi, terima kasih atas setiap kebaikan serta

tuntunan yang telah diberikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang sering

melibatkan penulis dalam kegiatan di kampus dan luar kampus, pengalaman yang

luar biasa bisa bekerjasama dan berinteraksi dengan bapak dan ibu semua.

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

x

5. Pimpinan serta seluruh staff di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan,

khususnya Ibu Kiki dan jajarannya, terima kasih telah mau berbagi ilmu dan

pengalaman selama berinteraksi ketika penulis melakukan pengumpulan data.

6. Keluarga tercinta, khususnya Mama, Papa, dan Opa, tidak lupa adik-adikku

tersayang Ica, Dion, Vani, Egi, dan Tika. Terima kasih atas doa, perhatian, serta

kasih sayang yang luar biasa.

7. Teman-teman Wisma Sakina, Azis, Iqbal, Luthfi, Munir, Nizar, Zaki. Terima

kasih atas semangatnya.

8. Teman-teman MPK 2010, Anin, Bayti, Billa, Eno, Endah, Eliza, Fika, Fitria,

Furin, Ilma, Isni, Mawar, Nia, Nina, Tata, dan Ucup. Terima kasih atas

kebahagiaan dan kesedihan yang kita lewati bersama.

9. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2010 lainnya,

Agung, Ana, Akbar, Alul, Alya, Angger, Asri, Ayu, Bayu, Bebe, Dani, Dika,

Dian, Dewi, Dilah, Dini, Dita, Evi, Elfira, Fajriatin, Febri, Fitri, Fuad, Furi,

Harun, Ifa, Ica, Ilham, Ilmy, Karlina, Kiki, Kotrun Nida, Luthfi, Mason, Miska,

Mono, Nita, Prima, Putri, Randy, Randika, Reka, Richo, Rizka N., Rizka R., Sari,

Siva, Sinta, Sofwatun Nida, Supri, Tika, Tuti, Vina, Wiwid, Yuni, Yuli, Zata,

senang menjadi bagian dari kalian yang memiliki beragam karakter.

10. Teman-teman BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya Alif,

Fikri, Ivo, Revi, Sinta, Sri Puji, Syahir, Vica, Yanti, Yusna, dll. Terima kasih atas

pembelajaran bersama yang kita lakukan dalam organisasi ini.

11. Teman-teman ESQ dan NAML Foundation yang senantiasa memberikan

semangat dan kebahagiaan, khususnya Kak Nina, Kak Reza, Kak Ismet, Billy,

Ridho, Kak Ghazali, Kak Aida, Kak Meta, Kak Luluth, Kak Gicil, Kak Monic,

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xi

Kak Dion, Kak Dani, Kak Niken, Kak Hendra, Kak Nyun, Kak Ibnu, Kak Romi,

Kak Alfi, dan lainnya.

12. Mas Henry Pradipta, Mas Billy Boen, dan mentor lainnya serta teman-teman

terbaik di Young On Top Campus Ambassador batch 4, terima kasih atas ilmu

dan pengalaman berharganya selama dalam mentoring program. See you on top!

13. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu yang

telah memberikan doa serta semangat kepada penulis, senang dapat mengenal

dan menjadi bagian dari kalian.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan sehingga penulis sangat menerima setiap masukan dan saran yang

diberikan untuk memperbaiki laporan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

serta pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 9 Mei 2014

Wahyu Manggala Putra

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xii

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan i

Abstrak ii

Abstract iii

Lembar Persetujuan Pembimbing iv

Lembar Persetujuan Penguji v

Lembar Pengesahan Fakultas vi

Daftar Riwayat Hidup vii

Lembar Persembahan viii

Kata Pengantar ix

Daftar Isi xii

Daftar Tabel xvi

Daftar Grafik xvii

Daftar Bagan xviii

Daftar Singkatan xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Pertanyaan Penelitian 6

1.4 Tujuan Penelitian 7

1.4.1 Tujuan Umum 7

1.4.2 Tujuan Khusus 7

1.5 Manfaat Penelitian 8

1.5.1 Manfaat Bagi RSU Kota Tangerang Selatan 8

1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 8

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 8

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional 10

2.1.1 Asuransi Kesehatan Sosial di Indonesia 10

2.1.2 Jaminan Kesehatan 11

2.1.3 Program Jaminan Kesehatan Nasional 11

2.1.4 Karakteristik Jaminan Kesehatan Nasional 12

2.1.5 Kelembagaan 15

2.1.6 Mekanisme Penyelenggaraan 15

2.1.7 Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit 24

2.1.8 Peraturan Pendukung Jaminan Kesehatan Nasional 30

2.2 Implementasi Kebijakan 31

2.2.1 Model Implementasi Kebijakan Grindle 33

2.2.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn 35

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kebijakan 37

2.3 Implementasi Kebijakan sebagai Implementasi Program 44

2.3.1 Pengertian Program 44

2.3.2 Implementasi Program 46

2.4 Kerangka Teori 48

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir 50

3.2 Definisi Istilah 52

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian 54

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 54

4.3 Informan Penelitian 54

4.4 Instrumen Penelitian 55

4.5 Sumber Data 55

4.6 Metode Pengumpulan Data 56

4.7 Teknik Analisis Data 57

4.8 Penyajian Data 58

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xiv

4.9 Triangulasi Data 58

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Informan Penelitian 60

5.2 Gambaran Umum RSU Kota Tangerang Selatan 61

5.2.1 Profil Singkat RSU Kota Tangerang Selatan 61

5.2.2 Visi dan Misi 62

5.2.3 Tujuan 63

5.2.4 Motto 63

5.2.5 Lokasi 63

5.2.6 Tugas dan Fungsi 63

5.2.7 Data Demografis Kota Tangerang Selatan 64

5.2.8 Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan 64

5.2.9 SDM RSU Kota Tangerang Selatan 67

5.3 Implementasi Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan 68

5.3.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan 68

5.3.2 Sumber Daya 73

5.3.3 Karakteristik Organisasi Pelaksana 84

5.3.4 Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana 90

5.3.5 Sikap Para Pelaksana 94

5.3.6 Lingkungan 96

5.4 Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Rumah Sakit

Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan JKN 97

5.4.1 Aspek Regulasi/Peraturan Perundang-undangan 98

5.4.2 Aspek Kepesertaan 101

5.4.3 Aspek Keuangan 102

5.4.4 Aspek Pelayanan Kesehatan 103

5.4.5 Aspek Manfaat dan Iuran 104

5.4.6 Aspek Kelembagaan dan Organisasi 106

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xv

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN

6.1 Keterbatan Penelitian 108

6.2. Pembahasan Implementasi Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan 108

6.2.1 Pembahasan Ukuran dan Tujuan Kebijakan 109

6.2.2 Pembahasan Sumber Daya 113

6.2.3 Pembahasan Karakteristik Organisasi 121

6.2.4 Pembahasan Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana 122

6.2.5 Pembahasan Sikap Para Pelaksana 126

6.2.6 Pembahasan Lingkungan 127

6.3 Pembahasan Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Rumah

Sakit Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan JKN 130

6.3.1 Aspek Regulasi/Peraturan Perundang-undangan 130

6.3.2 Aspek Kepesertaan 130

6.3.3 Aspek Keuangan 131

6.3.4 Aspek Pelayanan Kesehatan 132

6.3.5 Aspek Manfaat dan Iuran 133

6.3.6 Aspek Kelembagaan dan Organisasi 133

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan 135

7.2 Saran 136

7.2.1 RSU Kota Tangerang Selatan 136

7.2.2 BPJS Kesehatan 137

7.2.3 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 137

7.2.4 Pemerintah Kota Tangerang Selatan 137

7.2.5 Peneliti Lain 138

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xvi

DAFTAR TABEL

2.1 Perbedaan Pendekatan Penelitian Implementasi dan Evaluasi menurut Parsons

(1995)

47

5.1 Informan Penelitian 60

5.2 Jumlah Pegawai RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 67

5.3 Tenaga Medis RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 73

5.4 Jumlah Kunjungan Pasien JKN di RSU Kota Tangeran Selatan tahun 2014 75

5.5 Alur Pelayanan Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan 89

5.6 Target Peserta Jaminan Kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan 101

Page 18: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xvii

DAFTAR BAGAN

2.1 Model Implementasi Kebijakan Grindle (1980) 35

2.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn (1975) 37

2.3 Kerangka Teori 49

3.1 Kerangka Pikir 51

5.1 Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan 65

Page 19: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xviii

DAFTAR GRAFIK

5.1 Trend Kunjungan Peserta JKN Januari-Februari tahun 2014 di RSU Kota

Tangerang Selatan

102

Page 20: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xix

DAFTAR SINGKATAN

APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara

ASTEK : Asuransi Tenaga Kerja

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional

BUMD : Badan Usaha Milik Daerah

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

CBGs : Case Based Groups

DJSN : Dewan Jaminan Sosial Nasional

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DUKM : Dana Upaya Kesehatan Masyarakat

INA-CBGs : Indonesian Case Base Groups

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah

Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

JPSBK : Jaminan Pemeliharaan Sosial Bidang Kesehatan

JPKM : Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Kabag : Kepala Bagian

Kasie : Kepala Seksi

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 21: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xx

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

NHI : National Health Insurance

Non-PBI : Bukan Penerima Bantuan Iuran

PBI : Penerima Bantuan Iuran

PDB : Pendapatan Daerah Bruto

Perpres : Peraturan Presiden

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

PMK/Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PNS : Pegawai Negeri Sipil

POLRI : Polisi Republik Indonesia

PPJK : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

PPK : Penyedia Pelayanan Kesehatan

PT. ASKES : PT. Asuransi Kesehatan

Pusdatin Kesehatan : Pusat Data dan Informasi Kesehatan

RS : Rumah Sakit

RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo

RSU : Rumah Sakit Umum

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SDM : Sumber Daya Manusia

SDM : Sumber Daya Manusia

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

SOP : Standard Operational Procedure

Page 22: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

xxi

TNI : Tentara Nasional Indonesia

UU : Undang-undang

WHO : World Health Organization

WNA : Warga Negara Asing

Page 23: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaminan Kesehatan di Indonesia bukanlah barang baru, dahulu pada

awalnya Indonesia memiliki asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil yang

merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun 1934. Pada tahun 1985

dimulailah asuransi untuk tenaga kerja (ASTEK) sampai tahun 1987 dengan

menggerakkan dana masyarakat melalui Dana Upaya Kesehatan Masyarakat

atau lebih dikenal DUKM. (Djuhaeni, 2007)

Pada tahun 1992 diterbitkan tiga buah undang-undang yang berkaitan

dengan asuransi yaitu UU No. 2 tentang Asuransi, UU No. 3 Tentang Jamsostek

(Jaminan Sosial Tenaga Kerja), serta UU No. 23 Tentang Kesehatan yang di

dalamnya terkandung pasal 65 dan pasal 66 tentang Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat (JPKM). JPKM mengikuti pola managed care di

Amerika dengan pembayaran prepaid berdasarkan kapitasi dan pelayanan yang

bersifat komprehensif meliputi preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

(Djuhaeni, 2007)

Pada waktu itu hanya baru pelayanan kesehatan di puskesmas yang

dicakup oleh pelayanan JPKM dengan dokter puskesmas sebagai gate keeper,

dan mulai dikembangkan dokter keluarga yang diharapkan pada masa yang akan

datang. Dari pengalaman JPKM hingga JPSBK (Jaminan Pemeliharaan Sosial

Bidang Kesehatan), kendala utama pelaksanaan JPKM antara lain adalah SDM

Page 24: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

2

(sumber daya manusia) badan penyelenggara baik kuantitas maupun kualitas,

sedangkan ditinjau dari aspek permintaan masyarakat akan asuransi maupun

faktor yang mempengaruhinya di Indonesia belum diketahui. (Djuhaeni, 2007)

Usaha ke arah penjaminan kesehatan yang lebih baik lagi sesungguhnya

telah dirintis oleh pemerintah, diantaranya melalui PT Askes (Persero) dan PT

Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima

pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak

mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun

demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi dan terbagi-bagi. Biaya

kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. Masih banyak

masyarakat yang seharusnya menerima jaminan belum merasakan manfaatnya.

(Kemenkes, 2013)

Untuk menuju penjaminan kesehatan yang lebih baik dan menyeluruh,

pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) dimana Jaminan Kesehatan merupakan prioritas yang

akan dikembangkan untuk mencapai kepesertaan Semesta. (PPJK, 2013)

Setelah program JKN diluncurkan pada tanggal 1 Januari 2014

pelaksanaan program ini dilapangan banyak terdapat kendala, dari studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti di Pusat Pembiayaan dan Jaminan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada saat melakukan magang pada bagian

tersebut membuktikan, permasalahan utama yang sering dilaporkan

penyelenggara pelayanan kesehatan kepada pemerintah pusat adalah terkait

pelayanan yang diberikan pada provider tingkat lanjutan (Rumah Sakit) yang

Page 25: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

3

dirasakan tidak maksimal karena berbagai masalah, yang diantaranya: masalah

alur pelayanan yang terbilang rumit, sistem pembiayaan kesehatan di Rumah

Sakit yang menggunakan sistem Indonesian-Case Based Groups (INA-CBGs)

yang masih belum seutuhnya mendukung program, ketersediaan alat kesehatan

dan obat yang belum mendukung, serta jumlah sumber daya manusia yang dirasa

kurang sejak program JKN ini diluncurkan.

Implementasi Kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakaan dasar,

biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-

perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan

lazimnya, keputusan tersebut mengindentifikasi masalah yang ingin diatasi,

menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai

cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya. (Mazmanian

dan Paul Sabatier, 1983).

Berdasarkan paparan diatas, merujuk pada pelaksanaan implementasi

program terdahulu yaitu Jamkesmas, Jamkesda ataupun program kesehatan dari

pemerintah daerah, peneliti memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang

dapat mengantar pada permasalahan yang sering muncul, sehingga diperoleh

acuan yang semakin menguatkan untuk melakukan penelitin ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Tuhumury (2012) mengenai implementasi

Jamkesda di Rumah Sakit Umum (RSU) Manokwari membuktikan bahwa

implementasi Jamkesmas pada Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari belum

berjalan sebagaimana yang diharapkan, kurangnya partisipasi masyarakat,

ketidak terbukaan akses informasi, kurangnya sosialisasi tentang Program

Jamkesmas, keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM).

Page 26: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

4

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahayu (2010) mengenai

implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Rumah

Sakit (Studi Kasus Di RSUD Dr. Soetomo) menunjukkan bahwa masih terdapat

kendala dalam penyelenggaraan program Jamkesmas, yaitu tunggakan klaim

yang dialami rumah sakit yang menyebabkan kerugian.

Selanjutnya penelitian Ardianty (2012) menunjukkan pelaksanaan

Implementasi Program Jamkesda di Rumah Sakit PMI Bogor masih belum

maksimal serta banyak kekurangan dari segi pelaksanaanya, seperti

keterlambatan pengajuan klaim tagihan, tidak sesuainya nilai tarif INA-CBGs

dengan nilai tarif rumah sakit, serta kurangnya komitmen rumah sakit dalam

melaksanakan program.

Berdasarkan paparan beberapa penelitian diatas ternyata masih banyak

terdapat proses penyelenggaraan program jaminan kesehatan di berbagai sektor

terutama Rumah Sakit belum berjalan secara optimal dan tepat sasaran. Oleh

sebab itu, untuk menggali permasalahan tersebut peneliti memilih Rumah Sakit

Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan sebagai tempat penelitian dengan

beberapa pertimbangan yang didasari oleh fakta dokumen dan studi pendahuluan

berupa observasi pada bulan Februari 2014:

1. Tangerang Selatan memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di Provinsi

Banten yaitu 1.361.000 penduduk. (PUSDATIN Kesehatan Banten 2013)

2. Melihat jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan yang memiliki urutan ke-

4 terbesar di Banten tersebut, pada kenyataannya Tangerang Selatan hanya

memiliki 1 rumah sakit umum milik pemerintah yaitu RSU Kota Tangerang

Selatan.

Page 27: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

5

3. RSU Kota Tangerang Selatan merupakan satu-satunya rumah sakit milik

pemerintah yang menjadi rujukan utama seluruh puskesmas (25 puskesmas)

di Tangerang Selatan untuk pelayanan kesehatan tingkat lanjutan.

4. Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan, sejak diluncurkannya

program Jaminan Kesehatan Nasional jumlah pasien di RSU Kota

Tangerang Selatan mencapai 300 pasien setiap harinya yang terdiri dari 35%

peserta JKN dan 65% Umum dan Jamkesda pada bulan Januari 2014,

jumlah peserta JKN meningkat menjadi 38% pada bulan Februari (data

rekapitulasi kunjungan RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014). Hal ini

tentu saja terjadi karena animo masyarakat yang besar terhadap program

JKN tersebut.

5. Keterbatasan SDM rumah sakit juga sangat terlihat jelas yang berpotensi

menjadi masalah pada penyediaan layanan secara prima, terlihat jelas

jumlah SDM administrasi yang hanya 2 orang untuk melayani jumlah pasien

yang banyak pada saat program berlangsung,

Dari paparan informasi diatas peneliti melihat bahwa RSU Kota

Tangerang Selatan memiliki potensi mengalami permasalahan dalam melayani

peserta program Jaminan Kesehatan Nasional. Oleh karena itu peneliti ingin

mengetahui penyelenggaraan dan permasalahan terkait implementasi kebijakan

Jaminan Kesehatan Nasional di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014.

Page 28: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, ditemukan ternyata begitu banyak masalah

terkait pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di daerah. Untuk

melihat permasalahan tersebut di lapangan, peneliti memilih Rumah Sakit

Umum Kota Tangerang Selatan sebagai tempat penelitian karena merupakan

kota dengan penduduk terbesar ke-4 di Provinsi Banten, serta semenjak

diluncurkannya program JKN jumlah kunjungan peserta JKN meningkat setiap

harinya. Disamping hal tersebut, RSU Kota Tangerang Selatan merupakan

rumah sakit pemerintah yang menjadi rujukan utama seluruh Puskesmas di

Tangerang Selatan serta terdapat kendala dalam SDM non-medis. Berdasarkan

hal-hal diatas menunjukkan adanya potensi permasalahan pada penyelenggaraan

JKN di RSU Kota Tangerang Selatan sehingga dibutuhkan sebuah penelitian

untuk mengetahuinya. Atas dasar itu, peneliti ingin mengetahui gambaran

implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum

Kota Tangerang Selatan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di RSU

Kota Tangerang Selatan tahun 2014?

Page 29: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

7

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya implementasi kebijakan program Jaminan

Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya regulasi pada implementasi kebijakan program

Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan.

b. Diketahuinya sumber daya pada implementasi kebijakan program

Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan.

c. Diketahuinya karakteristik pelaksana pada implementasi kebijakan

program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan.

d. Diketahuinya komunikasi antar pelaksana pada implementasi

kebijakan program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit

Umum Kota Tangerang Selatan.

e. Diketahuinya sikap/disposisi pelaksana pada implementasi

kebijakan program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit

Umum Kota Tangerang Selatan.

f. Diketahuinya faktor lingkungan pada implementasi kebijakan

program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan.

Page 30: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

8

g. Diketahuinya pelaksanaan pelayanan program Jaminan Kesehatan

Nasional berdasar 6 aspek penyelenggaraan oleh Pemerintah Pusat.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan

1. Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari

implementasi kebijakan program Jaminan Kesehatan Nasional di

Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya memperkuat argumen

terhadap permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan implementasi

program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan.

1.5.2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi

mahasiswa dan dosen mengenai implementasi kebijakan program

Jaminan Kesehatan Nasional.

1.5.3. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan

oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan

dengan implementasi kebijakan program Jaminan Kesehatan Nasional.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempelajari tentang Analisis Implementasi Kebijakan

Program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang

Page 31: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

9

Selatan tahun 2014. Peneliti memilih RSU Kota Tangerang Selatan sebagai

tempat penelitian dikarenakan merupakan Rumah Sakit Pemerintah di Kota

Tangerang Selatan yang menjadi rujukan utama seluruh puskesmas di

Tangerang Selatan untuk pelayanan tingkat lanjut program JKN, dan sejak

diluncurkannya program JKN jumlah kunjungan pasien meningkat yang

menyebabkan banyak permasalahan terkait pelayanan kepada pasien. Penelitian

ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan

instrumen riset kepustakaan (library research) dan riset lapangan (field

research) yang berupa telaah dokumen, observasi, dan wawancara. Peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena ingin melihat proses serta

permasalah yang terjadi pada impelementasi program JKN di lapangan secara

lebih dalam. Penelitian berlangsung dari bulan Maret hingga April 2014.

Page 32: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Jaminan Kesehatan Nasional

2.1.1. Asuransi Kesehatan Sosial di Indonesia

Sulastomo (2002) maupun Thabrany (2002) dalam Djuhaeni

(2007) berpendapat bahwa asuransi kesehatan sosial sangat

dibutuhkan di Indonesia mengingat kesehatan adalah hak sedangkan

situasi saat ini tidak semua masyarakat dapat akses terhadap

pelayanan kesehatan yang penyebabnya antara lain ketiadaan biaya.

Pengembangan asuransi kesehatan sosial perlu ditunjang dengan

peningkatan sumber daya dari keempat komponen asuransi yaitu:

a. Peserta; peningkatan premi

b. Badan penyelenggara; peningkatan manajemen

c. PPK; peningkatan kualitas dan manajemen

d. Badan pembina; peningkatan pengawasan.

Proses pembuatan undang-undang yang berkaitan dengan

asuransi di luar Askes dan Jamsostek serta JPKM sebagai cikal bakal

pelaksanaan asuransi kesehatan sosial agaknya akan mendukung

pelaksanaan asuransi kesehatan nasional pada masa yang akan datang.

Adanya kelas perawatan di rumah sakit dan pemberian jaminan sesuai

golongan khususnya bagi pegawai negeri sipil menjadi suatu kendala

Page 33: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

11

sekaligus tantangan yang perlu dicarikan solusinya dalam rangka

keadilan bagi semua orang serta terciptanya solidaritas.

Dengan pemaparan diatas, saat ini Indonesia memiliki sebuah

sistem jaminan kesehatan secara sosial dan ditujukan bukan hanya

kepada masyarakat miskin, namun kepada seluruh rakyat, saat ini

dikenal dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

2.1.2. Jaminan Kesehatan

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah (Perpres No.12, 2013).

2.1.3. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat program JKN

adalah suatu program pemerintah dan masyarakat (rakyat) dengan

tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh

bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup

sehat, produktif, dan sejahtera. (Naskah Akademik SJSN, 2004).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di

Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui

mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib

(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua

Page 34: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

12

penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga

mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang

layak.

2.1.4. Karakteristik Jaminan Kesehatan Nasional

1. Diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip-prinsip

asuransi sosial yang diatur dalam UU No. 40 tahun 2004. Berikut

prinsip-prinsip yang terdapat dalam program Jaminan Kesehatan

Nasional:

a. Prinsip kegotongroyongan

Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu

prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah

satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong

royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang

kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau

yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang

sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib

untuk seluruh penduduk. Dengan demikian, melalui prinsip

gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Prinsip nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari

laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah

untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana

Page 35: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

13

yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat,

sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan

sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,

efisiensi, dan efektivitas. Prinsip prinsip manajemen ini

mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari

iuran peserta dan hasil pengembangannya.

c. Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk

memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta

sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat

menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun

kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya

tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan

pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.

Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,

bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta

secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

Page 36: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

14

e. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana

titipan kepada badan badan penyelenggara untuk dikelola

sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut

untuk kesejahteraan peserta.

f. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial

Dana yang diperoleh dipergunakan seluruhnya untuk

pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan

peserta.

g. Prinsip ekuitas

Kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan

kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang

telah dibayarkan. Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran

iuran sebesar persentase tertentu dari upah bagi yang memiliki

penghasilan (UU No. 40/2004 Pasal 17 ayat 1) dan pemerintah

membayarkan iuran bagi mereka yang tidak mampu (UU No.

40/2004 Pasal 17 ayat 4).

2. Tujuan penyelenggaraan adalah untuk memberikan manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan

kebutuhan dasar kesehatan (UU No. 40/2004 Pasal 19 ayat 2).

3. Manfaat diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan

perseorangan yang komprehensif, mencakup pelayanan

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)

Page 37: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

15

termasuk obat dan bahan medis dengan menggunakan teknik

layanan terkendali mutu dan biaya (managed care). (UU No.

40/2004 Pasal 22 ayat 1 dan 2, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal

26).

2.1.5. Kelembagaan

Program Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh

Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) yang mengurusi

kegiatan terkait pelayanan jaminan kesehata nasional. Untuk

pelaksanaan di lapangan BPJS Kesehatan akan menjadi badan

pelaksana untuk program JKN ini. Sedangkan rumah sakit dan

puskesmas sebagai provider (penyedia jasa) pelayanan.

2.1.6. Mekanisme Penyelenggaraan

a. Kepesertaan

1. Peserta adalah setiap orang yang telah membayar iuran

(bukan penerima bantuan iuran) atau iurannya dibayar oleh

pemerintah (penerima bantuan iuran) (UU No. 40 Tahun

2004 Pasal 20 ayat 1).

2. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir

miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non

PBI), terdiri dari :

(1) Pekerja Penerima Upah

a. Pegawai Negeri Sipil;

Page 38: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

16

b. Anggota TNI;

c. Anggota Polri;

d. Pejabat Negara;

e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;

f. Pegawai Swasta; dan

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang

menerima Upah.

h. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling

singkat 6 (enam) bulan.

(2) Pekerja Bukan Penerima Upah

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri;

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan

penerima Upah.

c. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling

singkat 6 (enam) bulan.

(3) Bukan Pekerja

a. Investor;

b. Pemberi Kerja;

c. Penerima Pensiun, terdiri dari :

i. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak

pensiun;

ii. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti

dengan hak pensiun;

Page 39: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

17

iii. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak

pensiun;

iv. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima

pensiun yang mendapat hak pensiun;

v. Penerima pensiun lain;

vi. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima

pensiun lain yang mendapat hak pensiun.

d. Veteran;

e. Perintis Kemerdekaan;

f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau

Perintis Kemerdekaan;

g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang

mampu membayar iuran.

4. Kepesertaan berkesinambungan sesuai prinsip portabilitas

dengan memberlakukan program di seluruh wilayah

Indonesia dan menjamin keberlangsungan manfaat bagi

peserta dan keluarganya hingga enam bulan pasca pemutusan

hubungan kerja (PHK). Selanjutnya, pekerja yang tidak

memiliki pekerjaan setelah enam bulan PHK atau mengalami

cacat tetap total dan tidak memiliki kemampuan ekonomi

tetap menjadi peserta dan iurannya dibayar oleh Pemerintah

(UU No. 40/2004 Pasal 21 ayat 1, 2, 3). Kesinambungan

kepesertaan bagi pensiunan dan ahli warisnya akan dapat

Page 40: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

18

dipenuhi dengan melanjutkan pembayaran iuran jaminan

kesehatan dari manfaat jaminan pensiun.

5. Kepesertaan mengacu pada konsep penduduk dengan

mengizinkan warga negara asing yang bekerja paling singkat

enam bulan di Indonesia untuk ikut serta (UU No. 40/2004

Pasal 1 angka 8).

6. Kepesertaan Penerim Bantuan Iuran (PBI) bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu untuk selanjutnya akan ditetapkan

berdasarkan Keputusan Kementerian Sosial tentang

penetapan Penerima Bantuan Iuran Kesehatan yang dilandasi

atas dasar nama dan alamat tempat tinggal (by name by

address), untuk saat ini jumlah peserta PBI didapatkan dari

kepesertaan Jamkesmas tahun 2013 yang berjumlah 86,4 juta

jiwa.

b. Pembiayaan

1. Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang

dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja,

dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan

(pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).

2. Pembayar Iuran

Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan

Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah.

Page 41: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

19

Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang

bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai

Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan

pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima

persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan: 3%

(tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen)

dibayar oleh peserta.

Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang

bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat

koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan

ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja

dan 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.

Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah

yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan

mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari

dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja

penerima upah.

Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah

(seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll);

peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta

bukan pekerja adalah sebesar:

i. Sebesar Rp 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus

rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan

di ruang perawatan Kelas III.

Page 42: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

20

ii. Sebesar Rp 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus

rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan

di ruang perawatan Kelas II.

iii. Sebesar Rp 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus

rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan

di ruang perawatan Kelas I.

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis

Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari

Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan

sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima

persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang

III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan,

dibayar oleh Pemerintah.

Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh)

setiap bulan.

c. Pelayanan

1. Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh

Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat

medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).

Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas

Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS

Kesehatan.

Page 43: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

21

2. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-

tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas

Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta memerlukan

pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus

dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat

pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

3. Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan

yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis

sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan

kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai,

pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas

Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan

untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua

Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS

Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan

melalui proses kredensialing dan rekredensialing.

d. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua)

jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan

Page 44: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

22

manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans

hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan

dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan

obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan

medis. Manfaat Akomodasi Rawat Inap jika dijabarkan sebagai

berikut:

1. Ruang perawatan kelas III bagi:

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan

b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta

bukan Pekerja dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di

ruang perawatan kelas III.

2. Ruang Perawatan kelas II bagi:

a. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai

Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II

beserta anggota keluarganya;

b. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang

setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan

golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

c. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang

setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan

golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

Page 45: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

23

d. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah

Non Pegawai Negeri dengan gaji atau upah sampai

dengan 1,5 (satu setengah) kali penghasilan tidak kena

pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta

anggota keluarganya;

e. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta

bukan Pekerja dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di

ruang perawatan kelas II;

3. Ruang Perawatan kelas I bagi:

a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;

b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai

negeri sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV

beserta anggota keluarganya;

c. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang

setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan

golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;

d. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang

setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan

golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;

e. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota

keluarganya;

f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau

Perintis Kemerdekaan;

Page 46: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

24

g. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan dan Pegawai

Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji atau upah

diatas 1,5 (satu setengah) sampai dengan 2 (dua) kali

penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin

dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan

h. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta

bukan Pekerja dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di

ruang perawatan kelas I.

2.1.7. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit

A. Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada Program JKN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013

tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional,

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas

Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa

Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan

rujukan tingkat lanjutan (Permenkes 71/2013 pasal 2).

Berikut peneliti akan fokus dalam menjabarkan Fasilitas

Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan berdasarkan Permenkes No.

71 tahun 2013. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

terdiri dari:

a. klinik utama atau yang setara;

b. rumah sakit umum; dan

c. rumah sakit khusus.

Page 47: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

25

Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan meliputi

(Permenkes 71/2013 pasal 20):

a. administrasi pelayanan;

b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh

dokter spesialis dan subspesialis;

c. tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah

sesuai dengan indikasi medis;

d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan

indikasi medis;

f. rehabilitasi medis;

g. pelayanan darah;

h. pelayanan kedokteran forensik klinik;

i. pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas

Kesehatan;

j. perawatan inap non intensif; dan

k. perawatan inap di ruang intensif.

B. Klasifikasi Rumah Sakit

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

diantaranya:

1. Rumah Sakit Umum kelas A

Page 48: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

26

Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 5 Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 Pelayanan

Medik Sub Spesialis (Permenkes 340, 2010).

2. Rumah Sakit Umum kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan

Medik Subspesialis Dasar (Permenkes 340, 2010).

3. Rumah Sakit Umum kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan

Medik Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik (Permenkes 340, 2010).

4. Rumah Sakit Umum kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan

Medik Spesialis Dasar (Permenkes 340, 2010).

C. Indonesian-Case Based Groups (INA-CBGs) di Rumah Sakit

1. Pengertian CBGs (Case Based Group)

Case Base Groups (CBGs) yaitu cara pembayaran

perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-

Page 49: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

27

kasus yang relatif sama. Sistem pembayaran pelayanan

kesehatan yang berhubungan dengan mutu, pemerataan dan

jangkauan dalam pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu

unsur pembiayaan pasien berbasis kasus campuran, merupakan

suatu cara meningkatkan standar pelayanan kesehatan rumah

sakit. (Centre for Casemix RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat

Lawang, 2014)

2. Pengertian INA-CBGs (Indonesian-Case Based Group)

Berdasarkan informasi dari Center for Casemix RSJ dr.

Radjiman Wediodiningrat Lawang bagian Instalasi Rekam

Medis menyatakan Sistem Casemix INA-CBGs adalah suatu

pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang

untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal

sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien

dengan karakteristik klinik yang sejenis (George Palmer, Beth

Reid). Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran

berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu

kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan

pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang

mempunyai arti relatif sama. Setiap pasien yang dirawat di

sebuah RS diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sejenis

dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang

relatif sama.

Page 50: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

28

3. Manfaat INA-CBGs

Manfaat yang dapat kita peroleh dari penerapan kebijakan

program Casemix INA-CBGs secara umum berupa manfaat

medis dan manfaat ekonomi. Dari segi medis, para klinisi dapat

mengembangkan perawatan pasien secara komprehensif, tetapi

langsung kepada penanganan penyakit yang diderita oleh

pasien. Secara ekonomi, dalam hal ini keuangan (costing) kita

jadi lebih efisien dan efektif dalam penganggaran biaya

kesehatan.Sarana pelayanan kesehatan akan mengitung dengan

cermat dan teliti dalam penganggaranya.

a. Manfaat Bagi Pasien

i. Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas

pengobatan berdasarkan derajat keparahan

ii. Dengan adanya batasan pada lama rawat (length of

stay) pasien mendapatkan perhatian lebih dalam

tindakan medis dari para petugas rumah sakit, karena

berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah

ditentukan.

iii. Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang

lebih baik.

iv. Mengurangi pemeriksaan dan penggunaan alat medis

yang berlebihan oleh tenaga medis sehingga

mengurangi resiko yang dihadapi pasien.

Page 51: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

29

b. Manfaat Bagi Rumah Sakit

i. Rumah Sakit mendapat pembiayaan berdasarkan

kepada beban kerja sebenarnya.

ii. Dapat meningkatkan mutu & efisiensi pelayanan

Rumah Sakit.

iii. Bagi dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan

yang tepat untuk kualitas pelayanan lebih baik

berdasarkan derajat keparahan, meningkatkan

komunikasi antar spesialisasi atau multidisiplin ilmu

agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat

memonitor QA dengan cara yang lebih objektif.

iv. Perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja

yang lebih akurat.

v. Dapat untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang

diberikan oleh masing-masing klinisi.

vi. Keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian

budget anggaran.

vii. Mendukung sistem perawatan pasien dengan

menerapkan Clinical Pathway.

c. Bagi Penyandang Dana Pemerintah

i. Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian

anggaran pembiayaan kesehatan.

ii. Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equitas

terhadap masyarakat luas akan akan terjangkau.

Page 52: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

30

iii. Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih

baik sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan

provider/Pemerintah.

iv. Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan

berdasarkan kepada biaya yang sebenarnya.

2.1.8. Peraturan Pendukung Program Jaminan Kesehatan Nasional

Pemerintah sudah mulai mengeluarkan beberapa peraturan

pendukung untuk memberikan payung hukum yang jelas terhadap

pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional ini termasuk belum lama

peraturan pengganti-pun telah dikeluarkan, berikut peraturannya:

a. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan. Peraturan ini mengatur pelaksanaan Jaminan

Kesehatan di Indonesia pada tatanan operasional

b. Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional

Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan ini lebih

mengatur secara khusus pelayanan kesehatan pada tatanan

pemerintah sebagai sasaran utama pada kepesertaan JKN.

c. Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi

Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial. Peraturan ini

berisikan panduan hukum dan legal aspect yang menaungi

pelaporan program jaminan sosial dari BPJS kepada pemerintah.

Page 53: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

31

d. Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan

Kepesertaan Program Jaminan Sosial. Pada peraturan ini

mengatur lebih detil mengenai penahapan kepesertaan program

jaminan sosial.

e. Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan. Peraturan ini merupakan peraturan perubahan untuk

peraturan jaminan kesehatan sebelumnya yang dibuat karena ada

beberapa pasal yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

2. 2 Implementasi Kebijakan

2.2.1. Pengertian Implementasi

Implementasi sebagai suatu konsep tindak lanjut pelaksanaan

kegiatan cukup menarik untuk dikaji oleh cabang cabang ilmu. Hal ini

semakin mendorong perkembangan konsep implementasi itu sendiri,

disamping itu juga menyadari bahwa dalam mempelajari

implementasi sebagai suatu konsep akan dapat memberikan kemajuan

dalam upaya-upaya pencapaian tujuan yang telah diputuskan.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus

Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab (2004) dalam

bukunya adalah:

“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to

implement. Dalam kamus besar webster, to implement

(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out

Page 54: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

32

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give

practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap

sesuatu)”.

Sehingga menurut Webster dalam Wahab (2004), Implementasi

adalah menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu untuk

menimbulkan dampak terhadap sesuatu.

Definisi yang lain antara lain menurut Daniel Mazmanian dan

Paul Sabatier (1983) dalam buku Hill dan Hupe (2002) sebagaimana

dikutip peneliti, bahwa:

“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakaan

dasar, biasanya dalam bentuk undang undang, namun dapat pula

berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting

atau keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan tersebut

mengindentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara

tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara

untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”

Menurut Syukur Abdullah (1988) dalam Novayanti (2013)

bahwa pengertian dan unsur unsur pokok dalam proses implementasi

sebagai berikut:

1. Proses implementasi ialah rangkaian kegiatan tindak lanjut yang

terdiri atas pengambilan keputusan, langkah langkah yang

strategis maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan

suatu program atau kebijaksanaan menjadi kenyataan, guna

mencapai sasaran yang ditetapkan semula.

Page 55: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

33

2. Proses implementasi dalam kenyataanya yang sesungguhnya

dapat berhasil, kurang berhasil ataupun gagal sama sekali ditinjau

dari hasil yang dicapai “outcomes” unsur yang pengaruhnya dapat

bersifat mendukung atau menghambat sasaran program.

3. Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga

unsur yang penting dan mutlak yaitu :

a. Implementasi program atau kebijaksanaan tidak mungkin

dilaksanakan dalam ruang hampa. Oleh karena itu faktor

lingkungan (fisik, sosial, budaya, dan politik) akan

mempengaruhi proses implementasi program program

pembangunan pada umumnya.

b. Target group yaitu kelompok yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat program tersebut.

c. Adanya program kebijaksanaan yang dilaksanakan.

d. Unsur pelaksanaan atau implementer, baik organisasi atau

perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan,

pelaksanaan dan pengawaasan implementasi tersebut.

2.2.2. Model Implementasi Kebijakan Grindle

Merille S. Grindle (1980) dalam Samodra Wibawa (1994) yang

dikutip dari penelitian Sutirin (2006) menyatakan bahwa

implementasi kebijakan sebagai keputusan politik dari para pembuat

kebijakan yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan, Grindle

mengungkapkan pada dasarnya implementasi kebijakan publik

ditentukan oleh dua variabel yaitu veriabel konten dan variabel

Page 56: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

34

konteks. Variabel konten apa yang ada dalam isi suatu kebijakan yang

berpengaruh terhadap implementasi. Variabel konteks meliputi

lingkungan dari kebijakan politik dan administrasi dengan kebijakan

politik tersebut. Adapun yang menjadi ide dasar dari pemikiran

tersebut adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan menjadi

program aksi maupun proyek individu dan biaya yang telah

disediakan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Tetapi ini tidak

berjalan mulus, tergantung implementability dari program itu, yang

dapat dilihat pada isi dan konteks kebijakannya.

b. Isi kebijakan mencakup :

1. Kepentingan yang mempengaruhi

2. Manfaat yang akan dihasilkan

3. Derajat perubahan yang diinginkan

4. Kedudukan pembuat kebijakan

5. Siapa pelaksana program

6. Sumber daya yang dikerahkan

b. Konteks kebijakan mencakup :

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

2. Karakteristik lembaga penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Page 57: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

35

Bagan 2.1 Model Implementasi Kebijakan menurut Grindle (1980)

Sumber: Samodera Wibawa, 1994

2.2.3. Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Menurut Van Meter dan Van Horn (1975) dalam Michael Hill

dan Petter L. Hupe (2002) implementasi kebijakan merupakan:

Page 58: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

36

“Tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu

atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.”

Tindakan tindakan yang dimaksud mencakup usaha usaha untuk

mengubah keputusan keputusan menjadi tindakan tindakan

operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka

melanjutkan usaha usaha untuk mencapai perubahn perubahan besar

dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan.

Menurut Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengembangkan tipologi kebijakan kebijakan

publik yakni: Pertama, kemungkinan implementasi yang efektif aka

bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang dipertimbangkan.

Kedua, faktor faktor tertentu yang mendorong realisasi atau non

realisasi tujuan tujuan program akan berbeda dari tipe kebijakan yang

satu dangan tipe kebijakan yang lain. Suatu implementasi akan sangat

berhasil bila perubahan marginal diperlukan dan konsensus tujuan

adalah tinggi. Sebaliknya bila perubahan besar ditetapkan dan

konsensus tujuan rendah maka prospek implementasi yang efektif

akan sangat diragukan. Disamping itu kebijakan kebijakan perubahan

besar/konsesnsus tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih

efektif daripada kebijakan kebijakan yang mempunyai perubahan

kecil dan konsensus rendah. Dengan demikian konsensus tujuan akan

diharapkan pula mempunyai dampak yang besar pada proses

Page 59: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

37

implementasi kebijakan daripada unsur perubahan. Dengan saran

saran atau hipotesis-hipotesis seperti ini akan mengalihkan perhatian

kepada penyelidikan terhadap faktor faktor atau faktor-faktor yang

tercakup dalam proses implementasi menjadi sesuatu hal yang penting

untuk dikaji.

Bagan 2.2. Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Horn dan

Van Metter (1975)

Sumber: Michael Hill and Peter L. Hupe (2002

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kebijakan

Ada 6 faktor menurut Van Metter dan Van Horn (1975) dalam

Novayanti (2013) yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik,

yaitu:

Komunikasi antar

organisasi

pelaksana

Lingkungan:

ekonomi, sosial,

dan politik

Ukuran dan

Tujuan

Kebijakan

Sumber

Daya

Karakteristik

organisasi

pelaksana Sikap para

pelaksana

Prestasi

kerja

Page 60: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

38

1. Ukuran dan Tujuan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat

keberhasilannya dari ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat

realistis dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan.

Ketika ukuran dan sasaran kebijakan terlalu ideal (utopis), maka

akan sulit direalisasikan (Agustino, 2006).

2. Sumber Daya

Menurut Meter dan Horn (1975), keberhasilan proses

implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan

sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi. Tahap tahap tertentu dari

keseluruhan proses implementasi menurut adanya sumber daya

manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang

disyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik.

Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya

itu nihil, maka sangat sulit untuk diharapkan.

Tetapi diluar sumber daya manusia, sumberdaya lain yang

perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya financial dan sumber

daya waktu. Karena mau tidak mau ketika sumber daya manusia

yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana

melalui anggaran tidak tersedia, maka memang terjadi persoalan

sulit untuk merealisasikan apa yuang hendak dituju oleh tujuan

kebijakan publik tersebut, demikian halnya dengan sumber daya

Page 61: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

39

waktu, saat sumber daya manusia giat bekerja dan kucuran dana

berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang

terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebab

ketidakberhasilan implementasi kebijakan.

3. Karakteristik Organisasi Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi

formal dan organisasi nonforrmal yang akan terlibat

pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting

karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat

banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan

para agen pelaksananya. Misalnya implementasi kebijakan publik

yang berusaha untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia

secara radikal, maka agen pelaksana proyek itu haruslah

berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum.

Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilku

dasar manusia maka dapat dapat saja agen pelaksana yang

diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas pada gambran yang

pertama. Selain itu cakupan atau luas wilayah implementasi

kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menetukan

agen pelaksana maka seharusnya semakin besar pula agen yang

dilibatkan.

Van Meter dan Van Horn mengetengahkan beberapa unsur

yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam

mengimplementasikan kebijakan:

Page 62: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

40

a. Kompetensi dan ukuran staf suatu badan.

b. Tingkat pengawasan hirarki terhadap keputusan keputusan sub

unit dan proses proses dalam badan badan pelaksana.

c. Sumber sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan

diantara anggota anggota legislatif dan eksekutif).

d. Vitalitas suatu organisasi.

e. Tingkat komunikasi-komunikasi “terbuka”, yang

didefinisikan sebagai jaringan kerja komunikasi horizontal dan

vertical secara bebas serta tingkat kebebasan yang secara

relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu individu

diluar organisasi.

f. Kaitan formal dan informal suatu badan dengan “pembuat

keputusan” atau “pelaksana keputusan”.

4. Sikap (disposition) para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan

sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja

impelementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi

oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi

warga setempat yanjg mengenal betul persolan dan permasalahan

yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor

laksanakan adalah kebijakan “dari atas” (top down) yang sangat

mungkin para pengambil keputusannya tidak mengetahui (bahkan

tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau

permasalahan yang warga ingin selesaikan.

Page 63: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

41

5. Komunikasi antar Organisasi Pelaksana

Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif,

menurut Van Horn dan Van Mater, apa yang menjadi standar

tujuan harus dipahami oleh para individu (implementors). Yang

bertanggung jawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan,

karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para

pelaksana. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi

kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan

tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity)

dari berbagai sumber informasi.

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

implementasi kebijakan publik, semakin baik koordinasi

komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalamk suatu proses

implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat

kecil untuk terjadi, begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai

kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan

oleh Van Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan

eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang

telah ditetapkan. Lingkungan social ekonomi, dan politik yang

tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja

imlementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk

mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan

Page 64: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

42

kekondusifan kondisi lingkungan external. Van Meter dan Van

Horn juga mengajukan hipotesis bahwa lingkungan ekonomi sosial

dan politik dari yuridiksi atau organisasi pelaksana akan

mempengaruhi karakter badan badan pelaksana, kecenderungan-

kecenderungan para pelaksana dan pencapaian itu sendiri .kondisi

kondisi lingkungan dapat mempunyai pengaruh yang penting pada

keinginan dan kemampuan yuridiski atau organisasi dalam

mendukung struktur-struktur, vitalitas dan keahlian yang ada

dalam badan badan administrasi maupun tingkat dukungan politik

yang dimilki. Kondisi lingkungan juga akan berpengaruh pada

kecenderungan kecenderungan para pelaksana. Jika masalah

masalah yang dapat diselesaikan oleh suatu program begitu berat

dan para warga negara swasta serta kelompok kepentingan

dimobilsir untuk mendukung suatu program maka besar

kemungkinan para pelaksana menolak program tersebut. Lebih

lanjut Van Meter dan Van Hon menyatakan bahwa kondisi kondisi

lingkungan mungkin menyebapkan para pelaksana suatu kebijakan

tanpa mengubah pilihan pilihan pribadi mereka tentang kebijakan

itu. Akhirnya, faktor-faktor lingkungan ini dipandang mempunyai

pengaruh langsung pada pemberian pemberian pelayanan publik.

Kondisi kondisi lingkungan mungkin memperbesar atau

membatasi pencapaian, sekalipun kecenderungan kecenderungan

para pelaksana dan kekuatan kekuatan lain dalam model ini juga

mempunyai pengaruh terhadap implementasi program.

Page 65: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

43

Bila faktor lingkungan sosial, ekonomi dan politik

mempengaruhi implementasi kebijakan maka hal ini juga berlaku

untuk faktor lainnya.

Implementasi suatu program merupakan suatu yang kompleks,

dikarenakan banyaknya faktor yang saling berpengaruh dalam sebuah

sistem yang tak lepas dari faktor lingkungan yang cenderung selalu

berubah.

Proses implementasi dalam kenyataannya dapat berhasil, ditinjau

dari wujud hasil yang dicapai (outcome). Karena dalam proses tersebut

terlibat berbagai unsur yang dapat bersifat mendukung maupun

menghambat pancapaian sasaran program. Jadi untuk mengetahui

keberhasilan program adalah dengan membandingkan antara hasil

dengan pencapaian target program tersebut.

Peneliti lebih memilih menggunakan pendekatan model proses

Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn (1975) karena

melihat kemudahan pada proses pelaksanaan di lapangan, Metter dan

Horn fokus untuk melihat keberhasilan kebijakan/program dari sudut

pandang penyelenggaraan program tersebut. Jika dibandingkan dengan

model Implementasi Grindle yang hampir serupa namun hanya berbeda

pada beberapa faktor, lebih menitik-beratkan pada kebijakan yang

mengatur (ukuran dan tujuan) tersebut yang mempengaruhi

implementasi, walaupun Grindle memasukkan faktor Komunikasi,

SDM, dan Disposisi sebagai penentu keberhasilan implementasi.

Page 66: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

44

2. 3 Implementasi Kebijakan sebagai Implementasi Program

2.3.1. Pengertian Program

Secara umum pengertian program adalah penjabaran dari suatu

rencana atau kebijakan yang telah dibuat. Dalam hal ini program

merupakan bagian dari dari perencanaan. Sering pula diartikan bahwa

program adalah kerangka dasar dari pelaksanaan suatu kegiatan.

Untuk lebih memahami mengenai pengertian program, berikut ini

akan dikemukakan beberapa defenisi oleh para ahli:

Pariata Westra dkk (1989) dalam Novayanti (2013) menyatakan

bahwa: “program adalah rumusan yang memuat gambaran pekerjaan

yang akan dilaksanakan beserta petunjuk cara cara pelaksanaanya”

Hal yang sama dikemukakan oleh Sutomo Kayatomo (1985)

dalam Novayanti (2013) yang mengatakan bahwa: “program adalah

rangkaian aktifitas yang mempunyai saat permulaan yang harus

dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan”

Manullang (1987) dalam Novayanti (2013) yang menyatakan

bahwa: “sebagai unsur dari suatu perencanaan, program dapat pula

dikatakan sebagai gabungan dari politik, prosedur, dan anggaran,

yang di maksudkan untuk menetapkan suatu tindakan untuk waktu

yang akan datang”

Siagian (1986) dalam Novayanti (2013) menyatakan bahwa:

“penyusunan program kerja adalah penjabaran suatu rencana yang

telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga program kerja itu

memiliki ciri-ciri operasional tertentu”

Page 67: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

45

Dengan penjabaran yang tepat terlihat dengan jelas paling

sedikit 5 hal yaitu:

a. Berbagai sasaran konkrit yang hendak dicapai.

b. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

c. Besarnya biaya yang diperlukan beserta identifikasi sumbernya.

d. Jenis jenis kegiatan operasional yang akan dilaksanakan.

e. Tenaga kerja yang dibutuhkan, baik ditinjau dari sudut

kualifikasinya maupun ditinjau dari segi jumlahnya.

Suatu program yang baik menurut Bintoro Tjokromidjojo

(1987) dalam Novayanti (2013) harus memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Tujuan yang dirumuskan secara jelas.

b. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Suatu kerangka kebijkasanaan yang konsisten atau proyek yang

saling berkaitan untuk mencapai tujuan program seefektif

mungkin.

d. Pengukuran ongkos ongkos yang diperkirakan dan keuntungan

keuntungan yang diharapakan akan dihasilkan program tersebut.

e. Hubungan dengan kegiatan lain dalam usaha pembangunan dan

program pembangunan lainnya. Suatu program tidak dapat

berdiri sendiri.

f. Berbagai upaya dibidang manajemen, termasuk penyediaan

tenaga, pembiayaan, dan lain lain untuk melaksanakan program

tersebut. Dengan demikian dalam menentukan suatu program

Page 68: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

46

harus dirumuskan secara matang sesuai dengan kebutuhan agar

dapat mencapai tujuan melalui partisipasi dari masyarakat.

Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa di dalam proses

pelaksanaan suatu program sekurang kurangnya terdapat tiga unsur

yang penting dan mutlak ada menurut Syukur Abdullah (1987) dalam

Novayanti (2013) antara lain sebagai berikut:

a. Adanya program (kebijakan) yang dilaksanakan.

b. Target group (kelompok sasaran), yaitu kelompok masyarakat

yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat

dari program tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan.

c. Implementer (unsur pelaksana) baik organisasi maupun

perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan,

pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

2.3.2. Implementasi Program

Program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri

dari beberapa tahap, yaitu:

a. Merancang (design) program beserta perincian tugas dan

perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang

jelas serta biaya dan waktu.

b. Melaksanakan (application) program dengan mendayagunakan

struktur struktur dan personalia, dana serta sumber sumber

lainnya, prosedur dan metode yang tepat.

Page 69: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

47

c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana

pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan

kebijakan.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu program

diimplementasikan, terlebih dahulu harus diketahui secara jelas

mengenai uraian pekerjaan yang dilakukan secara sistematis, tata cara

pelaksanaan, jumlah anggaran yang dibutuhkan dan kapan waktu

pelaksanaannya agar program yang direncanakan dapat mencapai

target yang sesuai dengan harapan.

Parsons (1995) dalam buku Hill dan Hupe (2002) membuat

perbedaan antara implementasi dan evaluasi, dengan menunjukkan

bahwa menurutnya evaluasi lebih kepada bagaimana kebijakan publik

dan orang-orang yang melaksanakannya dapat dinilai, diaudit,

dihargai dan dikendalikan. Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai

perbedaan implementasi dan evaluasi melalui tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Penelitian Impelementasi dan

Evaluasi menurut Parsons (1995)

Sasaran Tindakan Penelitian

Implementasi Proses/tingkahlaku

Output

Outcome

Hubungan Kausalitas

Deskripsi

Pemaparan

Uji dan Pengembangan teori

Keputusan Analisa

Evaluasi Outcomes – hubungan

nilai

Value Judgements (Keputusan

berdasarkan Nilai)

Sumber: Michael Hill dan Petter L. Hupe (2002)

Page 70: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

48

Implementasi program merupakan bagian integral dari

implementasi kebijakan yang dilakukan, peneliti memilih

menggunakan konotasi implementasi program adalah untuk

mengoperasionalkan sebuah kebijakan dalam bentuk pelaksanaan

program. Dengan demikian peneliti berharap nantinya dengan melihat

implementasi program ini mampu menggambarkan serangkaian

proses implementasi yang terbentuk.

2. 4 Kerangka Teori

Secara garis besar implementasi merupakan setiap kegiatan yang

dilakukan menurut rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Upaya untuk memahami adanya perbedaan antara yang diharapkan dengan

fakta yang telah terjadi dam menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya

suatu pelaksanaan. Menurut teori Implementasi Kebijakan Van Metter dan

Van Horn (1975) terdapat 6 faktor yang mempengaruhi implementasi

program. Berikut kerangka teori yang peneliti gunakan pada penelitian

mengenai implementasi kebijakan yang diambil dari Model Proses

Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn (1975):

Page 71: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

49

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Model Proses Implementasi Kebijakan (Van Metter & Van Horn, 1975)

Sumber: Michael Hill dan Petter L. Hupe (2002)

Dari kerangka teori diatas, prestasi kerja sebuah implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh 6 faktor, yaitu sikap pelaksana, ciri agen

pelaksana, lingkungan, sumber daya, ukuran dan tujuan, dan komunikasi

antar organisasi pelaksana. Keseluruhan faktor ini berhubungan secara tidak

langsung. Namun pada pelaksanaannya keterkaitan hubungan dari setiap

faktor tidak dapat didefinisikan secara langsung keterkaitannya, sehingga

keenam faktor tersebut menurut Van Meter dan Van Horn harus mampu

terimplementasi dengan baik dan tepat sasaran tanpa menutup kemungkinan

keharusan melihat keterkaitan hubungan antar faktor.

Komunikasi antar

organisasi

pelaksana

Lingkungan:

ekonomi, sosial,

dan politik

Ukuran dan

Tujuan

Kebijakan

Sumber Daya

Karakteristik

organisasi

pelaksana Sikap para

pelaksana

Prestasi

kerja

Page 72: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

50

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisa implementasi

Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan

maka disusunlah sebuah kerangka pikir.

Berdasarkan kerangka teori pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan

model pendekatan implementasi kebijakan oleh Van Meter dan Van Horn (1975)

yang dikenal dengan A Model of the Policy-Implementation Process (Model

Proses Implementasi Kebijakan) yang sudah diadaptasi untuk implementasi

program. Ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi implementasi pada penelitian

ini, yaitu: (1) ukuran dan tujuan kebijakan; (2) sumber daya; (3) karakteristik

pelaksana; (4) sikap pelaksana; (5) komunikasi antar pelaksana; dan (6)

lingkungan sosial, ekonomi, dan politik.

Sedangkan untuk membahas bagaimana implementasi program JKN di

Rumah Sakit peneliti menggunakan pendekatan mekanisme penyelenggaraan

yang disusun pemerintah pusat. Dimana terdapat 6 aspek yang harus ada dalam

penyelenggaraan program JKN, yaitu: (1) Aspek Regulasi/peraturan

perundangan; (2) Aspek Kepesertaan; (3) Aspek Keuangan; (4) Aspek

Pelayanan Kesehatan; (5) Aspek Manfaat dan Iuran; dan (6) Aspek

Kelembagaan dan Organisasi.

Page 73: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

51

Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara

berfikir dan pemaparan hasil penelitian ini:

Bagan 3.1. Kerangka Pikir

Kerangka berfikir ini dibuat oleh peneliti mengadopsi 6 faktor yang

mempengaruhi prestasi kerja dalam sebuah implementasi kebijakan oleh Van

Meter dan Van Horn (1975), sehingga dari diketahuinya prestasi kerja, itulah

sesungguhnya implementasi yang dilaksanakan. Namun peneliti tidak hanya

melihat faktor-faktor tersebut saja. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana

pelaksanaan di lapangan dengan menggunakan pendekatan 6 aspek yang harus

ada pada penyelenggaraan JKN yang dibuat oleh Pemerintah Pusat. Sehingga

Komunikasi antar

pelaksana

Ukuran dan Tujuan

Kebijakan

Lingkungan:

ekonomi, sosial,

dan politik

Sumber Daya

Implementasi Program Jaminan

Kesehatan Nasional

1. Aspek Regulasi/Peraturan

Perundangan

2. Aspek Kepesertaan

3. Aspek Keuangan

4. Aspek Pelayanan Kesehatan

5. Aspek Manfaat dan Iuran

6. Aspek Kelembagaan dan

Organisasi

Karakteristik

pelaksana

Sikap pelaksana

Page 74: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

52

dari segi implementasi terlihat, dan dari segi pelayanan yang diberikan pada

implementasi juga terlihat dari faktor dan aspek diatas.

3.2. Definisi Istilah

1. Implementasi Program JKN: merupakan pelaksanaan atau penyelenggaraan

atau penerapan rencana yang telah dibuat pemerintah terkait program

Jaminan Kesehatan Nasional pada tatanan di PPK lanjutan (Rumah Sakit),

pada implementasi kebijakan ini peneliti akan melihat penyelenggaraan

program JKN berdasarkan 6 aspek yang harus ada pada penyelenggaraan

program JKN yang dibuat pemerintah yaitu: regulasi, kepesertaan,

keuangan, pelayanan kesehatan, manfaat dan iuran, serta kelembagaan dan

organisasi.

2. Ukuran dan tujuan kebijakan: merupakan standar atau acuan yang dibuat

pemerintah untuk menjalankan program, dalam penelitian ini berupa

undang-undang, kebijakan, peraturan pemerintah yang merupakan standar

dan sasaran dari kebijakan.

3. Sumber Daya: dalam hal ini berupa sumber daya yang tersedia di Rumah

Sakit, baik sumber daya manusia/karyawan, infrastruktur, dan sumber daya

finansial.

4. Karakteristik Organisasi Pelaksana: dapat diartikan sebagai karakteristik

instansi pelaksana kebijakan atau yang lebih dikenal dengan tindakan

instansi dalam menyikapi program, dalam hal ini berupa peraturan rumah

sakit, SOP, dll.

Page 75: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

53

5. Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana: Peneliti akan melihat komunikasi

tersebut dari interaksi proses klaim RSU Kota Tangerang Selatan kepada

BPJS. Dengan melihat di lapangan nantinya akan dapat disimpulkan

bagaimana komunikasi yang terbentuk antar lembaga ini.

6. Sikap (disposisi) Para Pelaksana: sikap berupa penerimaan atau penolakan

dari para pelaksanaan program. Sikap ini terlihat dari respon pelaksana di

lapangan mengenai program JKN, apakah menolak, mendukung, atau

menerima saja program ini, karena progam JKN merupakan kebijakan top

down. Sikap pelaksana program yang meliputi kesadaran, arahan, dan

intensitas tanggungjawab terhadap implementasi kebijakan. Dengan melihat

sikap dari pelaksana di RSU, akan menentukan seberapa besar tingkat

pengimplementasian program.

7. Lingkungan: ekonomi, sosial, dan politik: ditilik sebagai kondisi sosial,

ekonomi, dan politik yang terjadi dalam wilayah rumah sakit terkait

program yang dijalankan, sejauh mana peran pemerintah daerah mendukung

program JKN hingga mempengaruhi program terhadap kehidupan politik,

sosial, dan ekonomi di lingkungan pengguna pelayanan dan pemberi

pelayanan JKN di RSU Kota Tangerang Selatan.

Page 76: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

54

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau lisan

dari informan serta perilaku yang diamati. Strategi penelitian yang digunakan

peneliti adalah eksplorasi terhadap proses, aktivitas, dan peristiwa (Creswell,

2010). Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tujuan ingin

menggali lebih dalam dari berbagai sumber dan informan mengenai pelaksanaan

program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 (dua) bulan dimulai sejak bulan

Maret hingga April 2014.

4.3. Informan Penelitian

Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling. Pemilihan informan yang berdasarkan pertimbangan tertentu,

misalnya orang yang paling mengetahui atau mempunyai otoritas pada objek

atau situasi yang akan diteliti. Sehingga Informan tersebut mampu memberikan

Page 77: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

55

petunjuk kemana saja peneliti dapat melakukan pengumpulan data (Sugiyono,

2008).

Informan yang menjadi narasumber pengumpulan data primer di RSU

Kota Tangerang Selatan antara lain adalah:

a. 1 orang Penanggung Jawab Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan.

b. 1 orang Verifikator BPJS di RSU Kota Tangerang Selatan.

c. 1 orang Kepala Seksi Pelayanan Medis RSU Kota Tangerang Selatan.

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara yang tegolong

dalam bagian wawancara mendalam untuk mewawancarai informan terkait

dengan pelaksanaan program JKN. Instrumen penelitian lain dalam

pengumpulan data adalah pedoman observasi yang disertai dengan melakukan

telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat

tulis, kamera, dan perekam suara agar dapat memperkuat akurasi data.

4.5. Sumber Data

Adapun sumber data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan yaitu:

a. Data primer, adalah data yang didapatkan langsung dari lapangan pada

objek penelitian atau field research. Data primer yaitu hasil dari wawancara

mendalam dan observasi di lapangan.

b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari data yang dimiliki oleh RSU

Kota Tangerang Selatan yaitu berupa dokumen-dokumen pendukung

Page 78: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

56

penelitian serta sumber-sumber lainnya berupa undang-undang, peraturan-

peraturan pendukung program, serta dokumen yang diperoleh sepanjang

penelitian dari berbagai sumber untuk mendukung penelitian.

4.6. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah salah satu metode yang digunakan

dalam penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari informan, atau bercakap-cakap berhadapan muka

dengan orang tersebut (face to face). Wawancara mendalam peneliti lakukan

kepada pihak RS yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

program JKN.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu prosedur yang

berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat

sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti. (Notoadmodjo, 2010). Yang

peneliti lakukan dalam kegiatan observasi adalah melihat kesesuaian

komponen pada pelaksanaan program JKN di RSU Tangerang Selatan

antara lain: observasi terhadap alur pelayanan serta pelaksanaan SOP di

rumah sakit.

c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan suatu cara melakukan penyelidikan,

kajian, pemeriksaan terkait suatu hal melalui dokumen-dokumen yang

Page 79: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

57

mengatur sebuah kegiatan (KBBI, 2014). Pada penelitian ini peneliti akan

menggunakan undang-undang, dan peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah. Hasil pengamatan dan wawancara peneliti bandingkan

kesesuaiannya menggunakan dokumen-dokumen tersebut.

4.7. Teknik Analisis Data

Menurut Jhon W. Creswell (2010) untuk melakukan analisis data pada

penelitian kualitatif menggunakan pendekatan linear dan hirarkis yang dibangun

dari bawah ke atas, tetapi dalam praktiknya yang peneliti lakukan pendekatan ini

lebih interaktif, beragam tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai

dengan susunan yang telah disajikan. Pendekatan di atas dapat dijabarkan lebih

dalam melalui langkah-langkah analisis berikut ini:

1. Mendapatkan data mentah (transkrip, data lapangan, gambar, dan lainnya)

peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di lapangan, lalu membuat

transkrip wawancara, hasil observasi.

2. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Hasil transkrip

wawancara, dan observasi dipilah kembali untuk menentukan bagian-bagian

yang memang menjadi bahan penelitian, dan disatukan untuk disiapkan

untuk dianalisis.

3. Membaca keseluruhan data. Setelah data siap dianalisis, peneliti membaca

kembali secara keseluruhan dan melihat apakah ada data yang kurang.

4. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Setelah data dirasakan

cukup untuk dianalisis, peneliti melakukan pengkategorian terhadap data

Page 80: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

58

yang ada, dengan demikian data tersebut lebih mudah untuk dibaca dan

masukkan dalam penulisan laporan.

5. Mendeskripsikan coding-data untuk menjadikan informasi sangat detail.

Pada bagian ini, peneliti mengaitkan hasil pengkategorian data tersebut

dengan informasi-informasi yang sesuai dan dijadikan satu kesatuan

informasi yang padu dan jelas, serta mudah dianalisis.

6. Mengiterpretasikan atau memaknai data dapat berupa interpretasi pribadi

peneliti, dengan berpijak kepada kenyataan peneliti membawa kebudayaan,

sejarah, dan pengalaman pribadinya dalam penelitian. Intepretasi juga bisa

berupa makna yang berasal dari dari perbandingan antara hasil penelitian

dan informasi yang berasal dari teori atau literatur.

4.8. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi

dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil

observasi lapangan dan telaah dokumen.

4.9. Triangulasi Data

Triangulasi data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara melihat

reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. Pengambilan data penelitian

dilakukan secara terus-menerus baik melalui pengamatan maupun wawancara.

Pengamatan dilakukan dua kali untuk menvalidasi hasil observasi, selain untuk

menemukan hal-hal yang konsisten, juga dilakukan sebagai upaya untuk

Page 81: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

59

memenuhi kriteria reliabilitas data (triangulasi data). Model triangulasi data

yang dapat dilakukan meliputi check (cek), recheck (cek ulang), dan cross

recheck (cek silang).

Pada praktiknya peneliti hanya bisa melakukan triangulasi dengan check

dan recheck, hal ini dikarenakan peneliti tidak memiliki informan lain yang

sesuai dengan kebutuhan data yang diinginkan.

Page 82: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

60

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Informan Penelitian

Informan pada penelitian ini terdiri dari Penanggung

Jawab/Koordinator Program Jaminan, Verifikator BPJS, Kasie Pelayanan

Medis di RSU Kota Tangerang Selatan. Untuk menguatkan serta

mendapatkan permasalahan pada implementasi program JKN ini, peneliti

mewawancarai pengunjung/pasien pengguna program JKN di RSU Kota

Tangerang Selatan.

Berikut data informan pada penelitian ini yang disajikan dalam bentuk

tabel:

Tabel 5.1. Informan Penelitian

Kode

Informan Usia

Pendidikan

Terakhir

Lama

Bekerja Jabatan/Pekerjaan

Pelaksana Program JKN

RS-1 28 tahun D-3 4 tahun Koordinator Jaminan

RS-2 26 tahun S-1 1 bulan Verifikator BPJS

RS-3 40 tahun S-1 4 tahun Kasie. Pelayanan Medis

Sumber: Form Identitas Informan, 2014

Page 83: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

61

5.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan

5.2.1. Profil Singkat RSU Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan adalah kota yang berbatasan langsung

dengan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota

Depok, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang. Hal ini

menjadikan Kota Tangerang Selatan berpenduduk sangat padat dan

banyak kaum pendatang, yang menyebabkan timbulnya

permasalahan, diantaranya kemiskinan dan kesehatan.

Kota Tangerang Selatan telah memiliki 25 Puskesmas

(diantaranya 21 Puskesmas rawat inap dan 4 Puskesmas non rawat

inap) yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya masyarakat

Kota Tangerang Selatan namun dirasakan belum sepenuhnya

memadai, dimana kasus rujukan ke Rumah Sakit cukup tinggi,

sementara jarak Rumah Sakit Pemerintah dari Kota Tangerang

Selatan relatif jauh (RSUP Fatmawati, RSCM, dll). Berdasarkan

kondisi tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010

melalui Dinas Kesehatan mulai mendirikan Rumah Sakit Umum

Pemerintah Kota Tangerang Selatan dengan menempati bangunan

sementara di Jl. Surya Kencana No. 01 Pamulang yang diresmikan

oleh Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah pada tanggal 07 April

2010 yang bertepatan dengan Hari Kesehatan Sedunia dengan nama

RSUD As-Sholihin. Direktur pertama RSU Kota Tangerang Selatan

dipimpin oleh drg. Hj. Ida Lidia. RSU Kota Tangerang Selatan berdiri

diatas lahan seluas 2580 m² dengan luas bangunan 10.900 m².

Page 84: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

62

RSU Kota Tangerang Selatan kini telah menjadi SKPD dengan

Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 6 Tahun 2010

tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan dan

melantik drg. Yantie Sari sebagai Direktur di RSU Kota Tangerang

Selatan. Lalu pada 6 Februari 2012 terjadi pergantian kembali, jabatan

direktur RSU Kota Tangerang Selatan pada masa itu dijabat oleh Hj.

Neng Ulfah, S.Sos., M.Si. Namun sejak akhir tahun 2013 hingga

sekarang jabatan direktur RSU Kota Tangerang Selatan dijabat oleh

drg. Maya Mardiana, MARS.

RSU Kota Tangerang Selatan telah menempati gedung baru di

Jl. Raya Pajajaran No. 101 Pamulang, dengan bangunan 5 lantai yang

berkapasitas 133 tempat tidur, serta efektif terpakai 133 Tempat Tidur

dengan 13 Tempat Tidur UGD, 70 Tempat Tidur Rawat Inap, 24

Tempat Tidur Kebidanan, dan berkembang dengan bertambahnya

pelayanan Tempat Tidur untuk Rawat Inap Umum dan NICU 16

Tempat Tidur.

5.2.2. Visi dan Misi

Visi RSU Kota Tangerang Selatan adalah “Menjadi Rumah

Sakit Pilihan yang bermutu dan Amanah (Aman, Nyaman, Mandiri,

Ramah) di Kota Tangerang Selatan “.

Dengan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu,

modern dan terstandarisasi.

2. Meningkatkan SDM kesehatan yang profesional dan religius.

Page 85: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

63

3. Meningkatkam Sistem Informasi yang terbuka dan menerima

globalisasi sesuai kebutuhan masyarakat yang bermartabat.

4. Berupaya mengikuti perkembangan IPTEK, serta sarana

pendukung yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.

5.2.3. Tujuan

Tujuan RSU Kota Tangerang Selatan adalah Memberikan

pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan standar dan

profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

5.2.4. Motto

Motto dari RSU Kota Tangerang Selatan adalah “Melayani

Sepenuh Hati”.

5.2.5. Lokasi

Pada tahun 2010-2011 berlokasi di Puskesmas Pamulang, dan

sejak 29 Maret 2012 pindah ke Jl. Raya Padjadjaran No. 101,

Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Telepon: (021) 74718440, Fax:

(021) 74718378, Email: [email protected]

5.2.6. Tugas dan Fungsi

Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan mempunyai tugas

melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna

dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta

pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 86: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

64

Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan dalam

melaksanakan tugasnya, mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan medis;

b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis;

c. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan;

d. Penyelenggaraan pelayanan rujukan;

e. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;

f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan; dan

g. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan.

5.2.7. Data Demografis Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kesehatan Provinsi

Banten tahun 2013, Kota Tangerang Selatan memiliki jumlah

penduduk yang relatif meningkat dari tahun ke tahun, jumlah

penduduk Kota Tangerang Selatan sebanyak 1.303.569 jiwa (data

BPS 2010) pada tahun 2010, meningkat menjadi 1.361.000 jiwa pada

tahun 2013. Dan hal ini akan terus meningkat seiring perkembangan

serta peningkatan mobilitas penduduk di perbatasan kota Tangerang

Selatan.

5.2.8. Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan

Berikut strukur oraganisasi RSU Kota Tangerang Selatan

beserta keterangannya:

Page 87: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

65

Bagan 5.1. Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan

Sumber: Profil RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013

Keterangan :

1. Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan dipimpin seorang

Direktur. Dalam menjalankan tugasnya seorang direktur dibantu

Satu Kepala Bagian Tata Usaha dan tiga orang Kepala Bidang.

2. Bagian Tata Usaha membawahi Sub Bagian Keuangan dan Sub

Bagian Umum dan Perencanaan dan Evapor. Sub Bagian

Keuangan bertanggung jawab atas Penata Usaha Keuangan,

Bendahara, Kasir, Asuransi Kesehatan. Sementara Sub Bagian

Perencanaan dan Evaluasi Pelaporan bertanggung jawab terhadap

KASIE. PELAYANAN

NON MEDIS

DIREKTUR

KABAG. TATA

USAHA

KASUBBAG.

KEUANGAN

KASUBBAG.

UPEVAPOR

KABID. PELAYANAN

MEDIS

KABID.

KEPERAWATAN KABID.

PENUNJANG

KASIE. PELAYANAN

MEDIS

KASIE. ASUHAN

KEPERAWATAN

KASIE. RANAP &

RAJAL

KASIE. PENUNJANG

MEDIS

KASIE. PENUNJANG

NON MEDIS

Page 88: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

66

Evapor, Kepegawaian, Diklat dan Kemitraan, Perlengkapan,

Humas dan Marketing, Tata Usaha, dan Rumah Tangga.

3. Ketiga Bidang itu meliputi: Bidang Pelayanan Medis, Bidang

Keperawatan, dan Bidang Penunjang. Bidang Pelayanan Medis

dibantu Seksi Pelayanan Medis dan Seksi Pelayanan Non Medis.

Seksi Pelayanan Medis bertanggung jawab atas Instalasi Rawat

Inap, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat.

Sementara Seksi Pelayanan Non Medis bertanggungjawab unit-

unit Non Medis seperti Rekam Medis, Pendaftaran Rawat Jalan,

Pendaftaran Rawat Inap, Promosi Kesehatan dan Pusat Informasi.

4. Bidang Keperawatan membawahi Seksi Rawat Jalan dan Rawat

Inap dan Seksi Asuhan Keperawatan. Meski tidak membawahi

langsung tetapi Bidang Keperawatan tetap berhubungan dengan

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat

Darurat, Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi

Radiologi, Instalasi Gizi.

5. Bidang Penunjang membawahi Seksi Penunjang Medis dan Seksi

Penunjang Non Medis Seksi Penunjang Medis meliputi Instalasi

Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi

Gizi. Seksi Penunjang Non Medis meliputi: IPSRS dan Kesling,

laundry dan SIRS.

Page 89: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

67

5.2.9. SDM RSU Kota Tangerang Selatan

Sumber daya manusia di RSU Kota Tangerang Selatan terdiri

dari Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja

Kontrak (TKK). Untuk proporsi pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Jumlah Pegawai RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013

No. Jabatan PNS TKK TOTAL

1 Dokter Spesialis 15 10 25

2 Dokter Umum 16 17 33

3 Dokter Gigi 2 0 2

4 Perawat (pns: 25,tkk: 60 / bidan pns:16,tkk:25) 41 170 211

5 Perawat Gigi 1 0 1

6 Apoteker 4 1 5

7 Asisten Apoteker 3 9 12

8 Rekam Medik 1 8 9

9 Analis Kesehatan 4 9 13

10 Gizi 3 15 18

13 Managemen/Staf 25 0 25

14 Kasir 0 12 12

15 Pendaftaran 0 19 19

16 Supir Ambulan 0 5 5

17 Supir Operasional 0 1 1

18 Pemulasaran Jenazah 0 5 5

19 IPSRS/Elektromedis 1 5 6

20 Radiologi 1 9 10

21 Teknisi/STM 0 4 4

22 Kesehatan Lingkungan 0 2 2

Page 90: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

68

No. Jabatan PNS TKK TOTAL

23 Refraksiones/fisioterapi 0 2 2

24 Kurir 0 8 8

25 Admin S1 Pelayanan/ Management 0 13 13

26 Admin SMA, Pelayanan/ Management 0 9 9

27 Admin D3, Pelayanan/ Management 0 7 7

28 Admin S2, Pelayanan/ Management 0 2 2

TOTAL 117 342 459

459

sumber: Profil RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013

5.3. Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di RSU Kota

Tangerang Selatan

Program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program pemerintah

dalam rangka menjamin setiap warga negara Indonesia dengan sistem

penjaminan kesehatan secara nasional. Selama ini penjaminan kesehatan

hanya diperuntukkan kepada orang miskin dan tidak mampu yang dibantu

dalam skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Berikut

pemaparan mengenai penyelenggaraan kebijakan JKN di RSU Kota

Tangerang Selatan berdasarkan kerangka konsep yang peneliti adopsi dari

Van Meter dan Van Horn.

5.3.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

1. Peraturan Pelaksana Program JKN

Ukuran dan tujuan kebijakan sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi program

Page 91: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

69

Jaminan Kesehatan Nasional, khususnya di RSU Kota Tangerang

Selatan.

Agar program dapat berjalan lancar, peraturan ini harus

dipahami oleh setiap pelaksana di lapangan, baik rumah sakit

maupun BPJS Kesehatan. Secara fakta dilapangan salah seorang

informan yang merupakan penanggung jawab Program Jaminan di

RSU Kota Tangerang Selatan memiliki Buku Kumpulan Peraturan

Jaminan Kesehatan yang didalamnya terdapat 4 macam regulasi,

yaitu Undang-undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN), Undang-undang No. 24/2011 tentang BPJS,

Peraturan Pemerintah No. 101/2012 tentang PBI Jaminan

Kesehatan, dan Peraturan Presiden No. 12/2013 tentang Jaminan

Kesehatan. Secara langsung peneliti juga menanyakan mengenai

peraturan-peraturan yang informan ketahui, namun tidak satupun

dapat menjelaskan secara jelas jenis dokumen atau regulasi yang

mereka ketahui, namun demikian mereka memiliki buku pegangan

resmi berisi peraturan-peraturan tersebut dari pemerintah ketika

melakukan sosialisasi. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti

dengan informan terkait nya:

“Ada bukunya kita dapat. Kalau peraturan sih maksud saya

ya… udah bisa ya, maksudnya bisa buat kita pegangan lah, yang

ini boleh, yang ini gak boleh, prosedurnya bagaimana gitu, ini

itunya…” (RS – 1)

Page 92: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

70

“Sesuai, …ngikutin dari yang yang Permenkes, Perpres juga

ada. Ya kita ikut pemerintah aja.” (RS – 2)

“sudah kan kita dapat sosialisasi tentang peraturan, saya

yang hadir…, banyak peraturan juga, kita ada bukunya dapat pas

sosialisasi…” (RS – 3)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pernyataan diatas

adalah menurut para informan peraturan yang dibuat oleh

pemerintah sudah sangat bisa membantu rumah sakit dalam

menjalankan program ini, ditambah lagi seluruh informan

menyatakan peraturan yang dibuat pemerintah sudah mampu

menjadi pegangan.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga mengeluarkan

Peraturan Daerah (Perda) No. 4 tahun 2013 tentang Sistem

Kesehatan Kota dan Perda No. 8 tahun 2010 tentang Retribusi

Pelayanan Kesehatan yang mampu menguatkan pelayanan

kesehatan di seluruh penyedia pelayanan kesehatan di Kota

Tangerang Selatan termasuk rumah sakit.

Selain itu juga, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah juga sudah sering melakukan sosialisasi terhadap peraturan-

peraturan baru yang muncul, seperti dari pemerintah juga

memberikan surat edaran kepada RS mengenai peraturan-peraturan

baru, ataupun baik pemerintah pusat maupun daerah sering

mengadakan rapat dengan rumah sakit untuk men-sosialisasikan

peraturan-peraturan baru tersebut.

Page 93: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

71

2. Sasaran Program JKN

Kepahaman para pelaksana terhadap tujuan/sasaran dari

program JKN juga menjadi salah satu penentu berjalannya program

dengan baik dan tepat sasaran. Berikut kutipan wawancara dengan

pihak rumah sakit terkait pemahaman informan mengenai

kepesertaan program JKN:

“…pokoknya yang otomatis itu ASKES, TNI/Polri,

Jamkesmas, yang PBI itu, sama Jamsostek, tapi untuk yang PJK

(Pemeliharaan Jaminan Kesehatan) aja. Trus, paling nanti, yang

udah banyak sekarang ini BPJS Mandiri, jadi yang gak masuk

Jamkesmas, TNI/Polri, Jamsostek ya itu masuknya disitu.” (RS-1)

“… seluruh masyarakat Indonesia, karena kalau BPJS itu

sendiri punya visi semesta 2019 yang maksudnya seluruh

masyarakat Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan, …”

(RS-2)

“...seluruh masyarakat nanti di tahun 2019, saat ini hanya

ASKES, Jamkesmas, Polri, TNI…” (RS-3)

Dari kutipan hasil wawancara mengenai kepesertaan, peneliti

berkesimpulan bahwa semua informan menyatakan sasaran dari

program JKN adalah seluruh rakyat Indonesia, namun 2 dari 3

informan (RS-1 dan RS-3) yang ditanya memberikan respon yang

sama yaitu menjawab yang menjadi sasarannya secara lebih

terperinci yakni, masyarakat yang menjadi peserta secara langsung

adalah peserta ASKES, Jamkesmas, Polri/TNI, dan Jamsostek.

Page 94: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

72

Dengan demikian informan yang memberikan informasi paham

secara umum akan sasaran dari program ini, namun masih kurang

paham mengenai pentahapan kepesertaan.

Selanjutnya, permasalahan kepesertaan lebih banyak timbul

dari peserta-peserta baru pengguna program JKN, terutama untuk

banyak dari peserta JKN yang belum paham penggunaan kartu,

serta banyak juga yang tidak mengerti alur pelayanan

menggunakan kartu.

Berikut kutipan hasil wawancara mengenai permasalahan

pada aspek kepesertaan di rumah sakit:

“…peserta yang bawa kartu BPJS tapi kartunya gak aktif

jadi gak bisa diproses…” (RS – 2)

“Masalah peserta yang sering ketolak karena gak ada

rujukan, kartunya gak bisa diakses ke sistem, itu mereka harus

balik lagi ke BPJS yang jauh.” (RS – 3)

Permasalah diatas jika disimpulkan banyak terjadi pada

peserta Non-PBI (peserta mandiri), lebih kepada sistem yang masih

memiliki kendala pada data kepesertaan secara nasionalnya, jika

seorang peserta mendaftarkan dirinya sebagai peserta mandiri, dan

telah diterima datanya dan telah menyelesaikan tahapan registrasi

maka BPJS akan mengeluarkan kartu kepesertaan yang dapat

digunakan pada fasilitas kesehatan yang telah ditentukan oleh

BPJS sesuai dengan domisili peserta tersebut. Hal ini terjadi karena

sistem yang terkadang tidak men-support pelaksanaan di lapangan.

Page 95: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

73

5.3.2. Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia

Aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang lain

adalah SDM pelaksana di Rumah Sakit yang terdiri dari tenaga

medis dan non-medis. Untuk kecukupan tenaga medis, dapat

dilihat pada tabel dibawah, dan terlihat angka kecukupan untuk

pelayanan medis di rumah sakit cukup terlaksana dengan baik

dengan jumlah tenaga medis yang cukup memenuhi kebutuhan di

rumah sakit. Berikut data tenaga medis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2013 yang terdiri dari pegawai tetap (PNS) dan

pengawai tidak tetap.

Tabel 5.3. Tenaga Medis RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2013

No. Tenaga Medis Total (orang)

1 Dokter Spesialis 25

2 Dokter Umum 33

3 Dokter Gigi 2

4 Perawat 211

5 Perawat Gigi 1

Sumber:Profil RSU Kota Tangerang Selatan, 2013

Dari jumlah tenaga medis diatas, RSU Kota Tangerang

Selatan sudah mampu menjalankan fungsinya sebagaimana

mestinya.

Page 96: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

74

Pada kenyataan dari hasil observasi yang peneliti lakukan,

terdapat 7 orang pada bagian Jaminan di RSU Kota Tangerang

Selatan yang bertugas untuk melakukan pemberkasan klaim serta

entry data ke sistem INA-CBGs. Untuk verfikator BPJS yang

ditempatkan di RSU Kota Tangerang Selatan berjumlah 1 orang.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara peneliti mengenai

kecukupan tenaga non-medis di RSU Kota Tangerang Selatan

mengemukan beberapa pernyataan yang dikutip sebagai berikut:

“SDMnya, kalau dari segi pemberkasan kayanya cukup, tapi

kalau bagian entry data itu yang kurang, entry data ke sistem.”

(RS – 1)

“Kalau dari intern RSnya sih saya kurang tau, karena kan

beda tim ya, kalau kita BPJS sendiri cukup, kalau rumah sakit ya

dia timnya sendiri.” (RS – 2)

“kalau SDM di Jaminan, sudah banyak ya, mungkin dokter

kita yang shiftnya ganti, tapi tidak masalah sudah diatur…” (RS –

3)

Dari hasil wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

2 dari 3 informan merasa masih kekurangan SDM dalam bidangnya

karena merasakan kesulitan langsung dalam penyelenggaraan

kegiatan di rumah sakit, namun satu informan yang posisi

jabatannya lebih tinggi menyatakan SDM yang ada sudah cukup

memadai, dan kalaupun terdapat masalah kekurangan SDM hanya

bermasalah pada shift dokter jaga maupun dokter yang praktik.

Page 97: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

75

Untuk permasalahan pada penyelenggaran program JKN ini

terlihat dari kurangnya orang untuk melakukan kegiatan

pengadministrasian, sesuai juga dengan paparan dari verifikator

BPJS yang pernyataan berhasil dikutip oleh peneliti sebagai

berikut:

…orang BPJSnya sendiri yanga kurang orang juga, karena

peserta kan membludak yang bagian pendaftaran kesulitan juga

karena kurang orang, sedangkan bagian kepesertaannya itu cuma

sedikit,.. (RS – 2)

Selanjutnya hasil observasi dari peneliti membuktikan pada

bidang administrasi pendaftaran pasien dengan kartu JKN hanya

dilayani oleh 2 orang dan tidak ada orang BPJS langsung yang

berada disana. Melihat hal lain juga, jumlah peserta JKN yang

meningkat terus dari setiap bulannya. Berikut tabel data kunjungan

pasien pengguna program JKN pada bulan Januari dan Februari

2014 yang peneliti peroleh dari tim Jaminan di RSU Kota

Tangerang Selatan:

Tabel 5.4. Jumlah Kunjungan Pasien JKN di RSU Kota Tangeran

Selatan tahun 2014

Jenis Kepesertaan

Jumlah Kunjungan

(tahun 2014)

Januari Februari

BPJS 1068 1238

Sumber: Rekapitulasi Kunjungan RSU Tangerang Selatan 2014

Page 98: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

76

Dari tabel jumlah kunjungan pasien JKN dan hasil

wawancara tersebut, jika disimpulkan dapat dirata-ratakan perhari

pasien yang berobat ke RSU Kota Tangerang Selatan dengan

menggunakan kartu BPJS bisa mencapai 40-50 peserta setiap

harinya dan akan terus bertambah seiring animo masyarakat

terhadap program ini, pasien-pasien tersebut sering menumpuk

pada jam-jam padat pelayanan, seperti hasil observasi peneliti jam

padat pelayanan yaitu pada pukul 09.00–11.00 WIB, sedangkan

pembukaan pendaftaran untuk peserta dengan menggunakan

Jaminan BPJS dari pukul 07.30 - 11.00 WIB. Estimasi peneliti

untuk melayani 1 orang dalam 1 kali kunjungan adalah kurang

lebih 5-8 menit tergantung kemudahan dalam pendataan dan

pendaftaran pasien, belum lagi jika ada pasien yang sangat sering

memerlukan informasi lebih mengenai alur pelayanan yang akan

mereka peroleh selanjutnya. Terlihat kesulitan dari bagian

administrasi yang hanya berjumlah 2 orang dalam melayani pasien

dengan bermacam kendala, seperti surat rujukan dan keterangan

lainnya yang tidak lengkap dan memerlukan waktu untuk

memberikan penjelasan lebih lanjut.

2. Sumber Daya Finansial

Sumber pembiayaan program JKN berasal dari besaran klaim

yang dibayarkan oleh BPJS kepada rumah sakit. Untuk mengetahui

lebih dalam mengenai sumber pembiayaan program JKN di RSU

Page 99: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

77

Kota Tangerang Selatan, peneliti memperoleh data dari wawancara

yang kutipannya sebagai berikut:

“…dari klaim ke BPJS aja. Kita kan masih belum BLUD, tapi

udah sendiri, jadi kaya SKPD sendiri gitu, jadi anggarannya itu

masih di subsidi Pemkot Tangsel. Jadi masih disubsidi dana untuk

obat-obatnya. juga Alkesnya….” (RS – 1)

“Klaim BPJS” (RS – 2)

“…kalau JKN dari BPJS, kalau E-KTP dari Pemkot, ada

juga subsidi dana alkes sama obat…, …sudah cukup ya, kita kan

subsidi juga…” (RS – 3)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa di

RSU Kota Tangerang Selatan sendiri untuk dana

pennyelenggaraan program JKN bersumber dari pembayaran klaim

yang dikeluarkan BPJS kepada rumah sakit, namun ada pendapat

informan yang juga menyatakan bahwa dana BPJS tidak hanya

untuk membiayai program JKN dan operasionalnya, karena

ternyata RSU Kota Tangerang Selatan mendapatkan dana alokasi

khusus karena posisinya sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) tersendiri. Sehingga untuk obat-obatan dan alat kesehatan,

RSU Kota Tangerang Selatan mampu memenuhi kebutuhannya

dari dana alokasi pemerintah kota Tangerang Selatan tersebut.

Selain itu juga, untuk dana klaim program JKN kepada BPJS

tidak secara langsung diterima oleh rumah sakit sehingga rumah

sakit tidak bisa menggunakan pendanaan secara langsung, seluruh

Page 100: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

78

dana hasil klaim dari rumah sakit kepada BPJS masuk ke dalam

Kas Daerah, hal ini dikarenakan posisi RSU Kota Tangerang

Selatan yang merupakan SKPD tersendiri yang tidak boleh secara

langsung mengelola dana secara mandiri, sehingga rumah sakit

harus sesegera mungkin mengajukan pencairan dana klaim kepada

Penanggung Jawab Kas Daerah agar dapat digunakan untuk biaya

pelayanan.

Pada pelaksanaan di lapangan, mekanisme diatas memang

terlaksana, namun tidak adanya dokumen ataupun skema yang

mengatur alur pencairan ini. Berdasarkan paparan diatas peneliti

membuat alur pencairan dana klaim dari BPJS ke Rumah Sakit,

berikut alurnya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari paparan diatas adalah

pembiayaan atas penyelenggaraan program JKN di RSU Kota

Tangerang Selatan bersumber dari pembayaran klaim oleh BPJS

kepada rumah sakit, untuk penggunaan dana tersebut tidak dapat

dilakukan pengelolaannya secara langsung oleh rumah sakit, harus

melalui pencairan kembali kepada Kas Daerah, hal ini disebabkan

posisi RSU Kota Tangerang Selatan adalah SKPD dibawah

Pemerintah Kota Tangerang Selatan, sehingga jika rumah sakit

ingin mencairkan dana tersebut, harus melalui Kas Daerah.

Seyogyanya berdasarkan Peraturan Presiden No. 12/2013,

menyatakan BPJS wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas

pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima

Page 101: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

79

belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Namun pada

kenyataanya permasalahan terkait lamanya klaim yang dikeluarkan

oleh BPJS memang menjadi masalah bersama, kesalahan pada

operator (pelaksana) juga terlihat, dari observasi peneliti ternyata

klaim dari rumah sakit memang telat dilaporkan kepada BPJS,

sehingga BPJS-pun tidak bisa melakukan pembayaran tagihan

kepada rumah sakit. Berikut kutipan hasil wawancara dengan pihak

BPJS dan Rumah Sakit terkait klaim tagihan yang lama cair.

“…dulu kita ada ngaretnya dari Jamkesmasnya ya, dulu pas

jamkesmas pernah telat 3 bulan, nah kalau sekarang mah bagus ya

kata saya, februari aja udah mau closing, kalau dulu kan bulan ini

aja nih bulan april, masih ngerjain yang 2013.” (RS – 1)

“…karena sistemnya BPJS juga yang belum support banget

jadi banyak klaim tagihan yang belum dibayarkan…” (RS – 2)

“Trus, sistem BPJS klaimnya juga masih lama kaya pas

askes dulu…” (RS – 3)

Dari paparan diatas jika disimpulkan bahwa rumah sakit juga

mengalami kesulitan dalam melakukan pemberkasan, karena

masih banyak berkas penagihan klaim yang tidak lengkap, seperti

masih adanya ketidak-sesuaian coding CBGs yang dilakukan oleh

dokter, membuat tim pemberkasan harus kembali kepada dokter

untuk meminta persetujuan merubah diagnosa berdasarkan

pathway penyakit yang hanya bisa ditentukan oleh dokter yang

menangani pasien.

Page 102: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

80

Selanjutnya ada juga permasalahan dengan lamanya

pemberkasan yang dilakukan pihak rumah sakit membuat kerja

verifikator di BPJS terkendala, sehingga baik rumah sakit maupun

BPJS tidak dapat mendesak secara langsung. Peraturan yang baru

dibuat seiring program berjalan, seperti saat ini pemberkasan harus

sudah masuk ke bagian verifikasi BPJS maksimal 5 hari setelah

dilakukan pemberkasan menurut Koordinator Jaminan RSU,

sehingga harapan mereka untuk bulan-bulan selanjutnya tidak akan

terjadi lagi keterlambatan pengajuan klaim dari rumah sakit.

Dalam beberapa kasus ini sering terjadi, di daerah-daerah lain

dari berbagai sumber peneliti juga memperoleh informasi

mengenai selisih nilai tarif pelayanan yang dikeluarkan RS dengan

yang di di nilai tarif di paket INA-CBGs. Dari hasil wawancara

dengan Koordinator Jaminan di RSU Kota Tangerang Selatan

yang berhasil penulis kutip sebagai berikut:

“…nah kan harus dapat suntik Insulin kan satu insulin aja

200 ribu, sedangkan yang dibayarkan BPJS itu cuma 160 ribu,

belum dokter, belum yang lain kan…” (RS – 1)

Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata

kasus perbedaan nilai tarif pelayanan dengan nilai paket INA-

CBGs terjadi perbedaan, namun dikarenakan RSU Kota Tangerang

Selatan merupakan SKPD dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan

yang masih mendapatkan subsidi untuk biaya obat dan alat

kesehatan, perbedaan tarif ini tidak begitu dirasakan oleh rumah

Page 103: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

81

sakit. Perbedaan tarif ini terjadi karena rumah sakit sudah terlebih

dahulu membeli obat dengan harga yang tinggi, sedangkan nilai

ganti dari klaim yang diberikan BPJS tidak sesuai dan dapat

memenuhi penggantian 100% penggunaan anggaran obat di RSU

Kota Tangerang Selatan.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Bersumber dari UU No. 40 tahun 2014 Pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit dalam hal ini adalah pelayanan medis

keperawatan berupa pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Yang

berarti pelayanan yang diberikan pada tatanan rumah sakit adalah

pelayanan tingkat lanjut untuk penyembuhan (kuratif) dan

pengobatan tingkat lanjut berupa pemulihan (rehabilitatif). Berikut

kutipan wawancara peneliti mengenai pelayanan pada

penyelenggaraan program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan:

“Belum, penunjang yang kurang, penunjang medis. Kaya

CT-Scan, terus Hemodialisa, kita pengen buka hemodialisa tapi

belum, apa,, banyak pasien-pasien yang cuci darah, mereka juga

udah request…” (RS-1)

“…untuk medisnya masih ada yang kurang ya, karena rumah

sakit ini juga masih tipe C, pelayanan polinya masih banyak

kurang, jadi banyak pasien disini masih ada di rujuk ke Fatmawati,

RSCM…” (RS-2)

“kita masih tipe C, jadi ada beberapa penunjang medis yang

kurang, kaya CT-Scan…” (RS-3)

Page 104: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

82

Dari hasil wawancara, RSU Kota Tangerang Selatan

merupakan rumah sakit tipe C yang berarti hanya melayani

sedikitnya 4 pelayanan medis spesialistik dan 4 spesialistik

penunjang medis, berdasarkan Permenkes No. 340 tahun 2010.

Berdasarkan profil RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013

terdapat 14 pelayanan medis dan penunjang medis, pelayanan yang

ada di RSU Kota Tangerang Selatan sebagai berikut:

1. Unit Gawat Darurat

2. Rawat Jalan / Poliklinik

a. Poli Medical Chek Up (MCU)

b. Poli Gigi

c. Poli Orthodonty

d. Poli Spesialis Anak

e. Poli Spesialis Penyakit Dalam

f. Poli Spesialis Bedah

g. Poli Spesialis Mata

h. Poli Spesialis Kandungan& Kebidanan

i. Poli Spesialis Paru

j. Poli Orthopedi

k. Poli Syaraf

l. Poli Jiwa

3. Rawat Inap

a. Perawatan Umum

b. Perawatan Kebidanan dan Kandungan

Page 105: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

83

4. Perawatan Intensif

a. NICU (Neonatus Intensive Care)

b. ICU (Intensive Care Unit)

5. Persalinan

6. Operasi

7. Laboratorium

8. Apotek 24 Jam

9. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

10. Imunisasi

11. Konsultasi Gizi

12. Radiologi

13. USG

14. Laparaskopi

Untuk menunjang pelaksanaan program agar

berkesinambungan, RSU Kota Tangerang Selatan akan merujuk

pasien yang tidak bisa ditangani jika terkendala alat medis yang

tersedia dan tenaga medis yang dibutuhkan. Berikut kutipan hasil

wawancaranya:

“Biasanya ke rumah sakit yang deket, biasa dilarikan ke Sari

Asih. Kalau disini sih namanya rujukan parsial…” (RS-1)

“kalau gak ada alatnya, kita rujuk ke RS rekanan…” (RS-3)

Dari kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan untuk

penanganan kasus yang tidak dapat diselesaikan di RSU Kota

Tangerang Selatan, pihak rumah sakit akan melakukan rujukan

Page 106: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

84

parsial kepada rumah sakit rekanan yang telah sama-sama

bekerjasama dengan BPJS, dimana yang dimaksud rujukan parsial

adalah pasien yang dirujuk hanya untuk pelayanan penunjang yang

tidak ada di rumah sakit perujuk, untuk perawatan serta pemulihan

tetap akan dilakukan di RSU rumah sakit yang merujuk.

5.3.3. Karaktistik Organisasi Pelaksana

Karakteristik atau ciri dari RSU Kota Tangerang Selatan yang

merupakan rumah sakit rujukan utama di Kota Tangerang Selatan

yang merupakan SKPD tersendiri di Kota Tangerang Selatan harus

mampu mempertanggung jawabkan pemanfaatan keuangan subsidi

yang diberikan kepada rumah sakit kepada pemerintah kota

Tangerang Selatan. Semenjak program JKN berlangsung, pemerintah

kota Tangerang Selatan tetap tidak membatasi subsidi dari daerah

untuk penyediaan obat-obatan serta alat kesehatan.

Untuk faktor karakteristik organisasi pelaksana dilihat dari

keseriusan para implementors di lapangan dalam melakukan

serangkain penguatan sistem hingga pembuatan peraturan pendukung

(Standard Operational Procedure) untuk pelaksanaan program agar

berjalan dengan baik. Disini peneliti melihat keseriusan akan

terlaksananya program JKN dengan baik dari ada tidaknya peraturan

rumah sakit yang dibuat semenjak program ini diluncurkan.

Page 107: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

85

Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan di

rumah sakit terkait ada tidaknya peraturan atau SOP yang dibuat untuk

mendukung program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan:

“Ada. Kayaaa... kepesertaannya yang semakin luas, terus

eeeee… yaa untuk lebih berimbasnya kepada klaim ya, kaya ada yang

satu episode penyakit, tapi kan kalau di rumah sakit itu mereka tetap

ditangani kan sama kita, tapi mereka menyebutnya tetap satu episode

si BPJSnya. Nah itu, jadi kita Rumah Sakit harus bisa ngomongnya-

lah ke fungsional, ke dokternya gimana nih, bahwa kalau penyakit ini

sebenarnya cuma satu episode, jadi hanya satu yang dibayarkan.

Paling itu.” (RS – 1)

“…peraturan pemerintah daerah, ada berapa sih yang agak

berbeda sekarang, kaya adanya rujukan parsial sekarang, kan kalau

yang dulu Jamkesmas itu kita bisa merujuk untuk penunjang aja yang

bisa langsung, tapi kalau sekarang gak bisa, jadi kalau mau merujuk

penunjang aja harus ACC dulu dari rumah sakit ini baru, dirumah

sakit sana diterima, dan rumah sakit ini harus membayar, tidak boleh

pasien membayar.” (RS – 1)

“dulu tetap harus ke atas untuk validasi, sekarang sudah saya

pangkas, selesaiin semua dibawah…” (RS – 1)

“Kalau SOP dari BPJSnya sendiri untuk rumah sakitnya sih

belum ada ya, cuma katanya kalau di RS sendiri sudah membuat SOP

sendiri untuk pelaksanaan program. Jadi kita ikut aja dengan SOP

dari pihak rumah sakit buat.” (RS – 2)

Page 108: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

86

“sudah dibuat sama kiki, dia buat alur saya udah ACC…,

…sedang dibuat SOP pendiagnosaan kasus yang banyak periodenya,

itu masalah di dokter gak sama dengan klaimnya…” (RS – 3)

Dari paparan hasil wawancara diatas, peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa semenjak program JKN diluncurkan rumah sakit

memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan yang maksimal

kepada pasien di RSU Kota Tangerang Selatan, hal yang pertama

sekali menjadi perhatian peneliti adalah disediakannya tempat

pelayanan khusus untuk pengguna jaminan di salah satu sisi lobby

rumah sakit, serta dengan membuat beberapa peraturan baru terkait

alur pendaftaran, alur validasi, hingga penanganan untuk skema

penentuan paket INA-CBGs bagi kasus-kasus tertentu yang

memerlukan penjelasan khusus kepada para dokter.

Walaupun ketika peneliti menanyakan kembali bentuk

fisik/dokumentasi dari peraturan atau SOP itu ada atau tidak, pihak

rumah sakit menyatakan belum membuat bentuk fisik dari peraturan

tersebut, namun SOP tersebut sudah disosilisasikan kepada para

pelaksana, baik untuk bagian medis maupun non-medis.

Selanjutnya karakter rumah sakit sebagai pelaksana juga terlihat

dari dibuatkannya alur pelayanan yang khusus untuk setiap program

di RSU Kota Tangerang Selatan.

Alur pelayanan yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan

berdasarkan hasil observasi pada bagian pendaftaran dan administrasi

Page 109: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

87

program jaminan di RSU Kota Tangerang Selatan akan peneliti

jelaskan dalam poin-poin dibawah:

1. Pasien datang akan langsung diterima oleh petugas keamanan

(satpam) dan menanyakan kepentingan dari pasien ke rumah

sakit.

2. Setelah pasien mengatakan tujuannya untuk berobat, maka

petugas keamanan akan mengarahkan pasien untuk mengambil

nomor antrian serta melakukan pengecekan berkas penjaminan

pasien, apakah peserta tersebut merupakan peserta dengan

jaminan kesehatan (BPJS, Jamkesda, dan E-KTP) atau peserta

umum. Pengecekan juga dilakukan untuk melihat surat rujukan

pasien dari puskesmas (hanya peserta yang mempunyai rujukan

dari puskesmas yang dapat dilayani di rumah sakit, terkecuali

keadaan darurat), jika ternyata tidak lengkap maka petugas di

meja pendaftaran tersebut akan meminta pasien untuk

melengkapi terlebih dahulu surat rujukan dari puskesmas tempat

domisili peserta JKN yang telah ditentukan BPJS.

3. Jika berkas lengkap, maka akan diarahkan langsung ke bagian

administrasi Program JKN yang khusus ada pada sisi kiri ruang

pendaftaran.

4. Selanjutnya, pasien mengantri untuk melakukan registrasi di

bagian administrasi program JKN, jika setelah diperiksa oleh

pihak administrasi dan ternyata datanya lengkap, maka pihak

administrasi akan menerbitkan SEP (Surat Eligibilitas Peserta)

Page 110: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

88

secara online yang menyatakan bahwa pasien sudah terdaftar di

BPJS dan dapat memperoleh layanan yang dibutuhkan, setelah itu

petugas akan memberikan nomor antrian untuk ke poli, ataupun

pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien. Pasien tidak membayar

apapun pada proses administrasi maupun setelah proses

pengobatan selesai.

5. Pasien akan diarahkan menuju ruang poli ataupun ruang

pelayanan medis yang dibutuhkan oleh petugas keamanan.

6. Setelah dipanggil nomor antrian berobatnya dan selesai

mendapatkan pengobatan, pasien bisa langsung ke bagian farmasi

(Apotek) rumah sakit yang berada pada bagian depan sisi kanan

gedung baru RSU Tangerang Selatan jika ternyata pasien bisa

rawat jalan.

7. Jika obat sudah ditebus dan diberikan pengarahan mengenai

pedoman meminum obat, pasien boleh langsung meninggalkan

rumah sakit. Pasien tidak mengeluarkan biaya apapun untuk

menembus obat.

8. Jika pasien ternyata harus dirawat maka akan dilanjutkan proses

administrasi rawat inap, jika ternyata harus dirujuk untuk

mendapatkan pelayanan lainnya (seperti MRI, Patologi Anatomi,

dll), maka pasien akan kembali ke bagian administrasi dan

menyerahkan surat rujukannya, jika ternyata memang ada alat

medis yang dibutuhkan di RSU Tangerang Selatan akan langsung

didisposisi ke bagian yang dibutuhkan tersebut oleh pihak

Page 111: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

89

administrasi, jika tidak ada maka pihak administrasi harus

merujuk ke rumah sakit rekanan atau rumah sakit yang sudah

bekerjasama.

Jika peneliti ilustrasikan dari paparan diatas, berikut gambaran

bagan proses pelayanan program JKN di RSU Kota Tangerang

Selatan yang peneliti buat agar mempermudah memahami alur secara

singkat.

Bagan 5.5. Alur Pelayanan Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan

Sumber: ilustrasi peneliti dari wawancara, 2014

Selanjutnya, kompetensi yang dimiliki oleh rumah sakit

merupakan salah satu indikator dari Karakteristik Organisasi

Pelaksana, untuk jabatan di rumah sakit sendiri berdasarkan

pengamatan serta telaah dokumen yang peneliti lakukan membuktikan

bahwa minimal yang menduduki posisi fungsional adalah para

Pendaftaran

dan No. Antrian

Pemeriksaan di

Poli/Pelayanan

Medis lainnya

Administrasi

Berkas

Pemeriksaan

Berkas

Tindak Lanjut

Pasien

Pulang

Rujukan Lebih

lanjut

Ambil Obat di

Bagian Farmasi

(Apotek)

Page 112: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

90

pegawai yang sudah bekerja lebih dari 3 tahun, sehingga untuk bidang

tersebut sudah sangat dikuasai oleh orang-orang yang lebih lama

bekerja. Seperti, dari pengamatan peneliti, penanggung jawab

Program Jaminan di RSU Kota Tangerang Selatan sudah lebih dari 4

tahun mengabdi pada bidang pelayanan non-medis, hal ini juga

memberikan gambaran pada peneliti bahwa posisi-posisi strategis

untuk pelaksanaan dilapangan telah diduduki oleh orang-orang yang

tepat.

5.3.4. Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana

1. Penyelenggara Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan

Penyelenggara Program JKN di RSU Kota Tangerang

Selatan terdiri dari BPJS sebagai penyelenggara program JKN dan

RSU Kota Tangerang Selatan sebagai provider (penyedia jasa)

program JKN. BPJS yang bertugas melayani wilayah Tangerang

Selatan merupakan BPJS Kota Tangerang, karena Tangerang

Selatan sendiri belum memiliki Kantor Perwakilan BPJS untuk

wilayah ini.

Berikut kutipan wawancara dengan Verifikator BPJS yang

ditempatkan di RSU Kota Tangerang Selatan:

“Untuk wilayah Tangerang Selatan ada 4 orang yang

terpencar di 9 rumah sakit, ada satu yang di Sari Asih Ciputat ada

yang di BBH “Bhineka Bhakti Husada” ada satu lagi mobile dia

Page 113: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

91

megang Cinta Kasih, Permata Sarana Husada, kalau di RSU cuma

saya..” (RS-2)

Dari hasil wawancara dengan verifikator BPJS diatas

menyatakan bahwa untuk wilayah Kota Tangerang Selatan

terdapat 4 orang tim dari BPJS yang ditempatkan sebagai

verifikator BPJS yang tersebar di 9 rumah sakit yang telah

bekerjasama dengan BPJS di kota Tangerang Selatan, ada beberapa

verifikator yang memegang 2-3 rumah sakit, untuk RSU Kota

Tangerang Selatan sendiri memiliki 1 orang verifikator yang

ditempatkan di dalam rumah sakit dan bertanggung jawab untuk

menverifikasi pemberkasan hanya di RSU Kota Tangerang

Selatan, hal ini dikarenakan RSU Kota Tangerang Selatan

merupakan provider utama pelayanan JKN di Tangerang Selatan.

. Berikut kutipan hasil wawancara dengan Koordinator

Program Jaminan mengenai jumlah tenaga yang bertanggung

jawab melaksanakan program JKN di RSU Kota Tangerang

Selatan:

“…ada 6, sama saya bertujuh, yang beresin berkas 4, yang

entry cuma 2 orang, itupun untuk yang BPJS sama yang e-KTP

yang gratis.” (RS-1)

Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas, rumah sakit

sejak awal sudah memiliki tim sendiri yang mengurusi program

jaminan, sejak tahun 2013 jumlah tim Jaminan di RSU Kota

Tangerang Selatan terdiri dari 1 orang Koordinator Program

Page 114: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

92

Jaminan dan 7 orang anggotanya. Keseluruhan tim ini bertanggung

jawab langsung kepada Kepala Seksi Pelayanan Non-Medis.

2. Komunikasi Antar Lembaga

Pelaksana langsung dilapangan untuk program JKN adalah

Rumah Sakit sebagai provider (penyedia jasa) dan BPJS Kesehatan

sebagai penyelenggara program jaminan kesehatan nasionalnya.

Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada

para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan

harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity) dari

berbagai sumber informasi.

Disamping itu, koordinasi merupakan mekanisme yang

ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi

komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam

implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil,

demikian sebaliknya.

Koordinasi dan komunikasi yang dibentuk antara RSU Kota

Tangerang Selatan dan BPJS Kesehatan dapat terlihat dari kutipan

wawancara dibawah:

“Nah selama ini kita biasanya kalau ada apa-apa selalu

nanya yaa, ke verifikator BPJS kan mereka juga nanti ada channel

kesana ke BPJS. mereka kan punya PJnya tuh, kita ke dianya. Jadi

segala sesuatu nanya ke dianya gitu, masalah ini gimana, bisa atau

gak, terus solusinya gimana, nanti mereka juga yang cariin

solusinya. Yang penting komunikasinya jangan putus.” (RS – 1)

Page 115: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

93

“…kita hanya berhubungan dengan tim pemberkasan, jadi

kita dari tim verifikasi…” (RS – 2)

“biasanya lewat desti ya, dia verifikator disini, baru

ditempatkan…” (RS – 3)

Komunikasi yang dibentuk antara pelaksana program yaitu

RSU Kota Tangerang Selatan dan BPJS jika ditarik kesimpulan

dari kutipan pernyataan wawancara diatas membuktikan bahwa

koordinasi yang terjadi cukup terbangun, serta ketaatan kedua

pelaksana terhadap peraturan juga sangat terlihat. Seperti saat ini,

RSU berkewajiban untuk segera melakukan pemberkasan terhadap

klaim JKN, begitupun BPJS juga harus segera mencairkan dana

tagihan klaim sesegera mungkin 15 hari setelah berkas lengkap

diterima BPJS. Komunikasi serta koordinasi yang ketat ini sangat

membantu proses implementasi berjalan baik. Kedua belah pihak

pelaksana dapat disimpulkan saling terbangunnya koordinasi

secara tidak langsung dari prosedur ataupun peraturan yang telah

dibuat pemerintah pusat.

3. Teknologi Informasi JKN

Salah satu aspek terkait komunikasi yang dibangun dalam

program JKN adalah sistem informasi teknologi yang digunakan

pada program JKN sudah sangat terintegrasi dengan baik. Sistem

tersebut adalah SIM (Sistem Informasi Manajemen) BPJS, selain

itu ada juga software INA-CBGs yang digunakan tim pemberkasan

RSU Kota Tangerang Selatan untuk melakukan pengcodingan

Page 116: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

94

penyakit pasien, yang nanti berguna untuk pemberkasan klaim

tagihan kepada BPJS. Namun sejalan dengan hal tersebut masih

ada masalah yang terjadi seperti yang diutarakan oleh Koordinator

Jaminan di RSU Kota Tangerang Selatan yang telah dikutip oleh

peneliti sebagai berikut:

“…ada masalahnya itu sistemnya, dari kan,, dulu kan

namanya kalau di ASKES cetak SJP (surat jaminan pelayanan),

sekarang namanya SEP (Surat Eligibilitas Pelayanan) kadang

sistemnya sering banget error, suka gak connect, bingung saya

itu…” (RS – 1)

Dari hasil wawancara diatas, sistem informasi teknologi yang

dibuat secara nasional oleh pemerintah masih kurang mendukung,

seperti sering terjadi error dan tidak bisa meng-input data pada saat

melakukan entry data pasien untuk pemberkasan klaim secara

online. Hal ini memperlambat pekerjaan tim Jaminan di RSU Kota

Tangerang Selatan yang menyebabkan terlambatnya pemberkasan

klaim serta pengajuan klaim ke BPJS.

5.3.5. Sikap Para Pelaksana

Sikap para pelaksana dipengaruhi oleh pendangannya terhadap

suatu kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap

kepentingan-kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan

pribadinya.

Page 117: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

95

Untuk melihat sikap para pelaksana, peneliti melakukan

wawancaran mengenai pandangan mereka mengenai program JKN,

dari sikap ini nanti akan menggambarkan kinerja program JKN.

“…udah ada progress gitu, lebih.. maksudnya lebih apa ya..

udah lebih baik lah, …dulu pas Jamkesmas pernah telat 3 bulan, nah

kalau sekarang mah bagus ya kata saya…” (RS – 1)

…kalau menurut saya ya. udah ada progress sedikit, mereka itu

ditargetinnya…” (RS – 1)

… kalau menurut saya sendiri ya.. eeee… itu.. terlalu terburu-

buru...” (RS – 1)

“Saya sih mendukung sekali, bagus programnya…, kalau

dilihat dari cita-cita, targetnya gitu bagus sih sebenarnya, Cuma

karena masih baru aja kan, jadi kesannya masih berantakan…” (RS

– 2)

“baik ya, programnya cukup mudah dan lebih jelas karena

peraturannya sangat banyak. saya rasa mendingan JKN, gak telat

klaimnya, lebih cepat…” (RS – 3)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa RSU

memiliki pandangan yang sama terhadap program JKN, seperti

hampir semua informan memberikan respon positif terhadap program

dan menganggap program ini baik dan lebih memiliki peraturan yang

jelas sehingga akan sulit melakukan kecurangan. Hampir semua

informan juga menyatakan program JKN ini lebih baik dari pada

program sebelumnya (Jamkesmas).

Page 118: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

96

5.3.6. Lingkungan

Program JKN merupakan amanat undang-undang yang bersifat

mandatory, dimana sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan

Pancasila yang menyatakan bahwa “kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia”. Sejalan dengan hal tersebut, UU No. 40 tahun 2004

tersebut memberikan amanat kepada negara untuk membuat sebuah

sistem kesehatan yang menjamin seluruh masyarakat Indonesia.

Namun bertepatan pada peluncurannya yang jatuh pada tahun politik,

yaitu pada tahun 2014 juga merupakan pesta demokrasi rakyat

Indonesia, yaitu Pemilihan Umum.

Berikut kutipan hasil wawancara dari paparan informan terkait

dukungan eksternal terhadap program JKN:

“pemerintah disini ya sangat mendukung,eee..sering ada rapat

koordinasi juga…” (RS – 1)

“…kalau saya rasa, kalau dilihat-lihat dari masyarakat

animonya sih baik…” (RS – 2)

“wah, bingung saya, tapi gak ngaruh juga kali ya, tapi bisa jadi

karena mau Pemilu ya…, masyarakat juga aktif nanya ke pendaftaran

tempat daftar BPJS dimana, kita kasih tau…” (RS – 3)

Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa 2 dari 3

informan menyatakan dukungan dari masyarakat terhadap program

cukup baik, terlihat banyaknya pasien-pasien baru yang mendaftar

serta berobat di RSU Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan

program JKN selain itu juga salah satu informan menyatakan

Page 119: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

97

pemerintah daerah juga sering melakukan rapat koordinasi untuk

program JKN sendiri, hal ini membuktikan pemerintah daerah juga

menganggap program ini merupakan program yang penting dan harus

terselenggara baik.

Selain itu peneliti juga akan mengaitkan, terselenggaranya

program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan jauh dari hiruk pikuk

pemberitaan yang beredar di media massa. Hal ini salah satu

penyebabnya adalah pemerintah kota yang merupakan atasan dari

SKPD RSU Kota Tangerang Selatan, telah melakukan penganggaran

terhadap rumah sakit untuk kegiatan operasional serta untuk obat dan

alat kesehatan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung

penyelenggaraan program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan dapat

berjalan tanpa rumah sakit merasakan ketidak adilan yang dirasakan

rumah sakit-rumah sakit lain yang mengelola dana kesehatannya

sendiri.

5.4. Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Rumah Sakit

Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan JKN

Ada 6 aspek yang harus diperhatikan pada pelaksanaan program JKN

agar terselenggaranya prestasi kinerja terhadap pelayanan yang prima dan

sesuai sasaran. Keenam aspek itu adalah: (1) Aspek Regulasi/Peraturan

Perundangan; (2) Aspek Kepesertaan; (3) Aspek Keuangan; (4) Aspek

Pelayanan Kesehatan; (5) Aspek Manfaat dan Iuran; dan (6) Aspek

Page 120: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

98

Kelembagaan dan Organisasi. Berikut paparan untuk setiap aspek dari sudut

pandang pelayanan di rumah sakit.

5.4.1. Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan

Penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk di dalamnya jaminan

kesehatan, harus didasarkan suatu Undang-undang dan peraturan

pelaksanaannya karena merupakan kebijakan top-downv dan

penyelenggaraan program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan sudah

sesuai dengan aturan yang diundangkan oleh Pemerintah Pusat. Dasar

peraturan perundang-undangan tersebut diperlukan sebagai dasar

hukum dipenuhinya hak dan kewajiban publik, yaitu dalam

pemberiaan manfaat (benefit) kepada publik yang menjadi peserta.

Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia secara

konstitusional diatur dalam Pasal 28 H dan Pasal 34 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian

implementasinya didasarkan pada dua undang-undang yaitu (a)

Undang-Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (UU SJSN), dan (b) Undang-Undang No 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-

Undang No 40/2004 mengatur programnya, yang secara berkala dapat

direvisi untuk memperbaiki atau menambah program, seperti halnya

Pemerintah memiliki UU Rencana Pembangunan Jangka

Menengah/Panjang. Sedangkan UU 24/2011 mengatur badan

penyelenggaranya yang bertugas melaksanakan program-program

yang telah diatur dalam UU SJSN, sebagaimana pengaturan

Page 121: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

99

Pemerintahan yang harus menjalankan program-program yang telah

dirumuskan dalam UU RPJP.

Agar jaminan sosial, khususnya jaminan kesehatan, dapat

diselenggarakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam

dua Undang-Undang tersebut, maka perlu disusun peraturan

pelaksanaannya. Peraturan pelaksanaan (Peraturan Pemerintah dan

Praturan Presiden) menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan

(pekerja, pemberi kerja, Pemerintah, BPJS, fasilitas kesehatan, dan

lain-lain) guna mengetahui hak dan kewajibannya. Peraturan

pelaksanaan juga merupakan acuan di dalam melakukan evaluasi

pencapaian dan kualitas pencapaian jaminan sosial dalam hal ini

jaminan kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu diuraikan

peraturan yang perlu segera disusun agar jaminan kesehatan dapat

diselenggarakan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penyelenggaraan program JKN dilaksanakan berdasarkan

peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah, berikut peraturan-

peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah pusat sebagai acuan

pelaksanaan di lapangan:

a. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan.

b. Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional

Page 122: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

100

Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

c. Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi

Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial.

d. Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan

Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

e. Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang

Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang

Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.

Selain peraturan dari pemerintah pusat diatas, Pemerintah Kota

Tangerang Selatan juga mengeluarkan Peraturan Daerah Kota

Tangerang Selatan No. 4 tahun 2013 tentang Sistem Kesehatan Kota

(SKK), dimana didalamnya mengatur juga mekanisme

penyelenggaraan Jaminan Pelayanan Kesehatan dan peraturan untuk

pelaksanaan program-program penjaminan lainnya.

Pada pemaparan poin-poin diatas, penyelenggaraan program

JKN haruslah berdasarkan peraturan yang berlaku tersebut dan sudah

berjalan dengan baik di RSU Kota Tangerang Selatan. Sehingga

Page 123: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

101

ketika rumah sakit ingin membuat peraturan rumah sakit haruslah

merupakan turunan peraturan-peraturan pemerintah diatas.

5.4.2. Aspek Kepesertaan

Kepesertaan Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan

terdiri dari peserta mandiri atau menurut undang-undang adalah

peserta Non-PBI (bukan penerima bantuan iuran) dan peserta PBI

(penerima bantuan iuran).

Kota Tangerang Selatan yang memiliki jumlah penduduk

kurang lebih 1.303.569 jiwa (Pusdatin Banten, 2013) dimana pada

tahun 2019 seluruhnya sudah harus menjadi peserta program JKN.

Pada masa-masa awal ini kepesertaan JKN akan didominasi

oleh peserta jaminan yang ditetapkan pemerintah sebagai sasaran pada

awal-awal implementasi program. Untuk target kepesertaan lihat tabel

5.3.

Tabel 5.6 Target Peserta Jaminan Kesehatan yang dikelola BPJS

Kesehatan

Target 2014 Target 2019

Seluruh peserta jaminan kesehatan

yang berasal dari Askes Sosial

atau PNS, Jamkesmas, JPK

Jamsostek, TNI/POLRI dan

sebagian PJKMU yang berjumlah

sekitar 121,6 juta jiwa sudah

dikelola oleh BPJS Kesehatan

mulai tahun 2014.

Seluruh penduduk yang pada

tahun 2019 diperkirakan sebanyak

257,5 juta jiwa sudah dicakup

menjadi peserta jaminan

kesehatan yang dikelola oleh

BPJS Kesehatan.

Sumber: Roadmap JKN 2012-2019

Page 124: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

102

Kepesertaan di RSU Kota Tangerang Selatan sudah berjalan dan

terus meningkat setiap bulannya, berikut trend peningkatan jumlah

kunjungan peserta JKN di RSU Kota Tangerang Selatan.

Grafik 5.1. Trend Kunjungan Peserta JKN Januari-Februari tahun 2014 di

RSU Kota Tangerang Selatan

Sumber: Rekapitulasi Kunjungan RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014

Dilihat dari grafik diatas, bahwa peserta JKN di RSU Kota

Tangerang Selatan terus mengalami peningkatan pada dua bulan

pertama pelaksanaannya, dari data terakhir yang peneliti peroleh di

lapangan selama masa penelitian hal ini menunjukkan bahwa program

JKN sudah berjalan dengan jumlah kunjungan pasien yang akan terus

meningkat.

5.4.3. Aspek Keuangan

Untuk aspek keuangan, RSU Kota Tangerang Selatan yang

merupakan SKPD dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan akan

bertanggung jawab langsung kepada Walikota Tangerang Selatan.

1,068

1238

950

1,000

1,050

1,100

1,150

1,200

1,250

1,300

Januari Februari

Jumlah Kunjungan

Page 125: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

103

Untuk pembiayaan kesehatan di rumah sakit, kondisi saat ini yang

terjadi di RSU Kota Tangerang Selatan adalah pengunaan anggaran

secara tidak mandiri, dimana rumah sakit mendapatkan anggaran

tahunan yang memang dialokasikan untuk pelayanan kesehatan di

rumah sakit pemerintah terrsebut.

Ditambah lagi, saat ini Tangerang Selatan yang memilik sangat

fokus terhadap penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang

semakin baik, terbukti dengan pemerintah Tangerang Selatan juga

mengalokasikan dana khusus untuk alat kesehatan dan obat-obatan.

Sehingga walaupun pada pelaksanaannya di lapangan terdapat selisih

nilai paket pembiayaan, RSU Kota Tangerang Selatan tidak akan

merasakan kesulitan tersebut secara langsung karena tetap masalah

finansial mereka didukung oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

5.4.4. Aspek Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan pada penyelenggaraan program JKN

terlihat dari fasilitas kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah

maupun yang bekerjasama dengan BPJS sangat bervariasi. Ada yang

hanya menggunakan fasilitas kesehatan publik saja, ada yang lebih

banyak menggunakan fasilitas kesehatan swasta dan ada yang

kombinasi menggunakan fasilitas kesehatan publik dan swasta.

RSU Kota Tangerang Selatan adalah salah satu contoh fasilitas

kesehatan publik milik pemerintah yang secara tidak langsung

memang harus menjadi provider yang bekerjasama dengan BPJS

sesuai dengan peraturan yang menetapkan hal tersebut.

Page 126: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

104

Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada penyelenggaraan di

RSU Kota Tangerang Selatan adalah untuk kateogori pelayanan pada

rumah sakit tipe C, dimana RSU saat ini hanya mampu melayani 14

pelayanan medis dan penunjang medis.

Untuk pelayanan yang tidak tertangani di RSU Kota Tangerang

Selatan, akan dilakukan sistem rujukan kepada fasilitas kesehatan

lanjutan lainnya yang mampu menangani kasus tersebut. Sehingga

tidak ada pasien yang menjadi peserta JKN yang tidak mendapatkan

pelayanan JKN, asalkan telah sesuai dengan peraturan serta prosedur

pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah dan rumah sakit sebagai

provider kesehatan.

Rujukan yang dilakukan kepada rumah sakit rekanan BPJS yang

sudah memiliki MOU dengan RSU Kota Tangerang Selatan. Salah

satunya adalah Rumah Sakit Sari Asih Tangerang Selatan yang

memiliki kemampuan alat kesehatan yang lebih lengkap dari RSU

Kota Tangerang Selatan.

5.4.5. Aspek Manfaat dan Iuran

Berdasarkan UU No. 40 tahun 2014, manfaat jaminan kesehatan

bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang

mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,

termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Untuk

manfaat JKN di rumah sakit adalah berupa pelayanan rawat inap dan

rawat jalan, untuk rawat inap terdapat klasifikasi ruang perawatan

yang ditentukan berdasarkan besaran premi yang dibayarkan.

Page 127: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

105

Berdasarkan paparan informan, pelayanan pengobatan yang

diberikan adalah seluruh pelayanan medis di RSU Kota Tangerang

Selatan tanpa dibeda-bedakan pelayanannya asalkan memenuhi

persyaratan serta sesuai kebutuhan akan pengobatan pasien, bukan

untuk alasan permintaan pasien ataupun kecantikan. Untuk pelayanan

rawat inap akan disesuaikan dengan jenis premi yang dipilih dan

dibayarkan oleh peserta BPJS, sedangkan untuk peserta penerima

bantuan iuran akan dilayani untuk rawat inapnya secara merata pada

kelas III (tiga). Untuk manfaat non-medis di RSU Kota Tangerang

Selatan juga ada berupa ambulans jika pasien dengan jaminan

memerlukan rujukan lebih lanjut, jika pasien rujukan dari puskesmas

biasanya langsung menggunakan ambulans Puskesmas masing-

masing untuk pasien rujukan puskesmas di RSU Kota Tangerang

Selatan.

Selanjutnya untuk aspek iuran program JKN, premi yang

diterapkan untuk peserta di wilayah Kota Tangerang Selatan adalah

sesuai dengan peraturan yang dibuat pemerintah mengikuti sesuai

kelas rawat yaitu sebagai berikut:

1. Sebesar Rp 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per

orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan

Kelas III.

2. Sebesar Rp 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per

orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan

Kelas II.

Page 128: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

106

3. Sebesar Rp 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah)

per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang

perawatan Kelas I.

Dari hasil wawancara mengenai pendapat para informan di

rumah sakit mengenai besaran iuran dengan pelayanan yang

diberikan, seluruh informan selaku pelaksana di rumah sakit sudah

melaksanakan sesuai aturannya yaitu mengikuti peraturan pemerintah

mengenai pelayanan pada setiap besaran iuran yang dibayarkan oleh

peserta atau yang dibayarkan oleh pemerintah. Kesimpulan yang

dapat diperoleh adalah sudah sesuainya penetapan pelayanan rawat

inap untuk setiap kelas sesuai dengan besaran premi yang dibayarkan

oleh peserta. Untuk pelayanan medis rawat jalan, semua pengguna

program akan mendapatkan hak yang serupa tanpa perbedaan jenis

layanan yang diperoleh, semua akan dilayani jika memang merupakan

indikasi penyakit yang ditegakkan oleh dokter.

5.4.6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi

Kelembagaan program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan

terdiri dari BPJS Kesehatan dan Rumah Sakit sebagai provider

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan.

Pada penyelenggaraanya BPJS Kesehatan menempatkan di rumah

sakit verifikator yang bertugas melakukan verifikasi berkas sebelum

diajukan kepada Kantor BPJS Kesehatan.

Melalui mekanisme penempatan ini, rumah sakit menjadi lebih

mudah melakukan koordinasi terhadap kondisi-kondisi

Page 129: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

107

penyelenggaraan program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan.

Selain itu juga komunikasi antar lembaga yang terbangun melalui

sistem yang ada berupa penggunaan sistem pelaporan yang

terintegrasi dengan teknologi informasi.

Page 130: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

108

BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengalami beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, berikut

paparannya:

1. Pada saat dilapangan, peneliti mendapatkan kesulitan memperoleh

informasi lebih dari pimpinan ataupun yang memiliki otoritas tinggi

dikarenakan beberapa alasan, seperti mengikuti kegiatan pendidikan dan

pelatihan diluar rumah sakit kurang lebih 3 bulan dan banyak yang tidak

dapat ditemui karena kesibukan serta mobiltas yang tinggi.

2. Keterbatasan waktu penelitian yang hanya diberikan izin selama 2 bulan

berada di rumah sakit, membuat peneliti mengalami keterbatasan dalam

melakukan pengambilan data berulang untuk memperkuat analisis data,

sehingga data yang diperoleh belum bisa diperdalam pada beberapa

aspek seperti kepesertaan dan pembiayaan.

6.2. Pembahasan Implementasi Program JKN di RSU Kota Tangerang

Selatan

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam dan telaah

dokumen yang didukung oleh hasil observasi tentang Implementasi Program

JKN di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014 yang telah dilakukan,

peneliti dapat memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan Program JKN

Page 131: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

109

di RSU Kota Tangerang Selatan berdasarkan 6 faktor yang mempengaruhi

Implementasi dari Van Meter dan Van Horn.

6.2.1. Pembahasan Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Ukuran dan tujuan kebijakan sangat menentukan keberhasilan

pencapaian tujuan dari implmentasi program JKN, khususnya pada

RSU Kota Tangerang Selatan. Implementasi akan menjadi efektif

apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan memang sesuai dengan

kondisi sosio-kultur yang ada. Pemahaman tentang maksud umum

dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting. Implementasi

kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para

pelaksana (officials), tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar

dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki

hubungan erat dengan disposisi para pelaksana (implementors).

1. Peraturan Pelaksana Program JKN

Menurut Van Meter dan Van Horn, tahap awal yang paling

krusial dalam melakukan analisis implementasi kebijakan adalah

identifikasi indikator-indikator kinerja yang ingin dicapai. Dalam

penyelenggaraan program JKN di Indonesia pemerintah dalam hal

ini Pemerintahan Pusat sudah mengeluarkan beberapa regulasi

dalam penyelenggaraan program JKN merupakan ujung tombak

pelaksanaan di lapangan dan mampu memberikan payung hukum

terhadap penyelenggaraan di lapangan.

Untuk menjalankan program JKN pada setiap aspek

peraturan harus saling mendukung, sampai saat ini pelaksanaan

Page 132: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

110

program JKN di lapangan belum mengalami masalah berarti dari

segi peraturan pelaksana. Menurut Van Meter dan Van Horn, Van

Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang menyebabkan tidak

berjalan dengan baiknya peraturan yang dibuat oleh pemerintah,

yaitu: pertama disebabkan oleh bidang program yang terlalu luas

dan sifat tujuan yang kompleks. Kedua, akibat dari ketidakjelasan

dan kontradiksi dalam pernyataan ukuran-ukuran (peraturan) dasar

dan tujuan tujuan. Kadangkala ketidak-jelasan dalam ukuran-

ukuran (peraturan) oleh pembuat keputusan agar dapat menjamin

tangggapan positif dari orang orang yang diserahi tanggung jawab

implementasi pada tingkat tingkat oraganisasi yang lain atau

system penyampaian kebijakan.

Dari kedua hal diatas, menurut peneliti peraturan pelaksana

untuk program JKN di lapangan sudah sangat baik, sudah dipahami

secara baik oleh setiap implementors (pelaksana), hal ini terlihat

dari pernyataan para informan serta dapat dilihatnya

terselenggaranya program dari tatanan pelaksanaan teknis di rumah

sakit, hanya saja untuk keputusan maupun peraturan yang terkait

pelaksanaan teknis harus terus dikembangkan agar program

semakin baik pelaksanaannya.

Menurut peneliti, kepahaman terhadap konteks peraturan

sebuah kebijakan menjadi sangat penting untuk terselenggaranya

program. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan William Savedoff

(2008) dalam bukunya bahwa “partisipasi para pemegang

Page 133: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

111

kekuasaan dalam memberikan pengaruh berupa informasi dan

hubungan kerja harus sesuai dengan sistem (regulasi)”.

Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa partisipasi para

pelaksana (pemimpin di rumah sakit) harus memperkuat dengan

pengambilan keputusan yang mendukung terselenggaranya sistem

Jaminan Kesehatan Mandatory (Mandatory Health Insurance).

Sehingga peneliti dapat menarik benang merah bahwa

terselenggaranya dengan baik sebuah program adalah hasil dari

komitmen serta kepahaman para pelaksana terhadap

peraturan/kebijakan yang ada serta mampu membuat kebijakan-

kebijakan lokal untuk memperkuat penyelenggaraan program JKN

di daerah.

2. Sasaran Program JKN

Kepesertaan program JKN menurut Peraturan Presiden No.

12 tahun 2013 pasal 6 adalah bersifat wajib dan dilakukan secara

bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk Indonesia pada

tahun 2019.

Tahap pertama dimulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit

meliputi:

a. PBI Jaminan Kesehatan.

b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya.

c. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan

anggota keluarganya.

Page 134: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

112

d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero)

Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) dan anggota

keluarganya.

e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero

(Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan

anggota keluarganya.

Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk

sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1

Januari 2019.

Berdasarkan paparan informan pada bab sebelumnya, pada

dasarnya semua sudah mengetahui sasaran program JKN adalah

seluruh masyarakat Indonesia, dan para informan paham bahawa

yang menjadi peserta wajib pada masa-masa awal ini adalah sesuai

dengan yang tertera pada Perpres No. 12/2013 pasal 6, hal ini

selaras dengan teori Van Meter dan Van Horn (1975) yang

menyatakan bahwa kepahaman pelaksana terhadap standar dan

tujuan program sangat menentukan keberhasilan proses

impelementasi suatu program.

Selain itu, menurut William Savedoff (2008) menyatakan

pengawasan dan peraturan merupakan dimensi dari pemerintah

yang dapat menjamin peforma pelaksanaan jaminan kesehatan

yang mandatory. Berkaitan erat dengan JKN yang merupakan

program jaminan kesehatan yang top-down maka, setiap pelaksana

Page 135: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

113

dituntut untuk dapat paham akan peraturan serta terus

dilakukannya pengawasan oleh pemerintah.

Oleh karena itu menurut peneliti, untuk sasaran kepesertaan

pada program JKN ini sudah dipahami secara baik oleh pihak

rumah sakit maupun pihak BPJS yang ditempatkan di rumah sakit.

Selanjutnya, untuk permasalahan peserta program JKN yang

masih sering tidak bisa dilayani karena masih terdapat kelemahan

dalam sistem ataupun human-error diharapkan BPJS Kesehatan

agar meng-update data kepesertaan kepada rumah sakit setiap 1

bulan sekali, sehingga kasus kepesertaan yang tidak ada di dalam

sistem dapat teratasi, update-an tersebut dapat didukung berupa

print out (cetakan) data kepesertaan setiap bulannya yang

dikirimkan kepada setiap provider di wilayah kerja BPJS

Kesehatan masing-masing daerah, jadi ketika ada permasalahan

semacam ini akan mudah udah dilakukan pegecekan secara

manual.

6.2.2. Pembahasan Sumber Daya

Dalam suatu kebijakan mungkin saja tujuan yang ditetapkan

sudah jelas dan logis, tetapi bukan hanya faktor tersebut yang

mempengaruhi pengimplementasian suatu program. Faktor

sumberdaya juga mempunyai pengaruh yang sangat penting.

Ketersediaan sumber daya dalam melaksanakan sebuah program

merupakan salah satu faktor yang harus selalu diperhatikan. Dalam

Page 136: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

114

hal ini sumber daya yang dimaksud adalah sumberdaya manusia,

sumberdaya finansial, dan sumberdaya waktu untuk mendukung

jalannya implementasi program JKN khususnya di RSU Kota

Tangerang Selatan. Indikator sumber daya terdiri dari beberapa

elemen tersebut sebagai berikut.

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya yang utama dalam implementasi program

adalah sumber daya manusianya (staff). Kegagalan yang sering

terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan

oleh manusianya yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak

kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf saja tidak

mencukupi, tetapi diperlukan staf yang cukup serta memiliki

kemampuan yang sesuai untuk menjalankan program tersebut.

Menurut Ilyas (2004) Sumber daya manusia merupakan

makhluk yang unik dan mempunyai karakteristik yang multi

kompleks, dan hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, yang

diantaranya: (a) SDM merupakan komponen kritis, (b) SDM tidak

instan, (c) SDM tidak di-stok, (d) SDM adalah subjek yang absolut.

Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya, SDM di RSU

Kota Tangerang Selatan dibagi menjadi 2 bagian, Medis dan Non-

Medis. Untuk tenaga Medis dari analisa serta wawancara dengan

informan sudah tercukupi dari segi pelayanan medis karena

didukung oleh sistem shift praktik dokter serta shift ganti perawat.

Page 137: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

115

Berdasarkan PMK No. 340/2010 menyatakan pada

Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang

dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap,

dan saat ini RSU Kota Tangerang Selatan sudah memiliki 16 dokter

umum dan 2 dokter gigi. Selanjutnya, untuk jumlah perawat

berdasarkan PMK No. 340/2010 adalah 2:3 dengan jumlah tempat

tidur sehingga jika dilihat dari jumlah tenaga perawat sudah lebih

dari cukup untuk kebutuhan perawatan di RSU Kota Tangerang

Selatan, yaitu berjumlah 211 orang yang terdiri dari pegawai negeri

dan pegawai tidak tetap, dengan jumlah 133 tempat tidur.

Dari paparan informan serta pengamatan (observasi) yang

dilakukan peneliti, sumber daya yang paling berpengaruh hingga

dapat berpotensi menimbulkan masalah adalah staf administrasi

dan pengelola jaminan di RSU Kota Tangerang Selatan yang dapat

dikategorikan cukup untuk saat ini, yaitu 9 orang tim Jaminan, dan

2 orang tim administrasi pendaftaran. Namun seiring dengan

pengembangan program kedepannya yang memiliki cakupan

sasaran yang semakin meningkat, RSU Kota Tangerang Selatan

diharapkan untuk mampu melakukan perhitungan terhadap jumlah

SDM yang ada saat ini untuk memproyeksikan kebutuhan SDM

dimasa yang akan datang khususnya untuk bidang non-medis.

Selanjutnya, untuk tim Verifikator BPJS Wilayah Kota

Tangerang Selatan yang ditempatkan di RSU berjumlah 1 orang

dirasakan sangat kurang. Karena dengan jumlah verifikator BPJS

Page 138: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

116

yang minim di RSU Kota Tangerang Selatan membuat

pemberkasan klaim semakin lama dapat diverifikasi dan dapat

diajukan ke Kantor BPJS. Walaupun sampai saat ini belum ada

peraturan yang mengatur mengenai jumlah SDM verifikator dari

BPJS, kedepannya agar ditetapkan jumlah verifikator yang ideal

untuk satu wilayah dengan pertimbangan jumlah kepesertaan JKN

di wilayah tersebut.

Alasan peneliti memberikan masukan diatas adalah karena

SDM merupakan aspek kritis dalam penyelenggaraan sebuah

program. Menurut DeCenzo dan Robbins (2005) manajemen

sumber daya manusia merupakan bagian dari organisasi yang

memberikan perhatian dan dimensi “orang”. Manajemen sumber

daya manusia dapat dilihat dalam dua cara yaitu:

1. Manajemen sumber daya manusia merupakan penyediaan

pegawai untuk mendukung fungsi organisasi. Perannya untuk

membantu menyelesaikan permasalahan manajemen sumber

daya manusia, yaitu menyediakan pekerja atau setiap hal yang

terlihat langsung dalam memproduksi barang dan jasa suatu

organisasi.

2. Manajemen sumber daya manusia merupakan fungsi dan tugas

dari setiap manajer untuk mengelola pekerja secara efektif.

Sehingga perlunya perhatian yang khusus terhadap sumber

daya manusia untuk pelaksanaan program JKN kedepannya. Dan

Page 139: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

117

penataan SDM pada sebuah institusi harus berjalan dengan

maksimal agar program dapat terus berjalan.

2. Sumber Daya Finansial

Sumberdaya finansial menjadi penting juga dalam

menentukan berhasil atau tidaknya sebuah program, bahkan

terkadang program memerlukan budget yang banyak untuk

menghasilkan program yang berkualitas pula.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013

pasal 32 menyatakan BPJS Kesehatan melakukan pembayaran

kepada Fasilitas Kesehatan yang memberikan layanan kepada

Peserta. Besaran biayanya berdasarkan kesepakatan antaran BPJS

Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah yang

mengacu kepada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan.

Sumber Pembiayaan Program JKN berdasarkan hasil

wawancara adalah dari penagihan klaim kepada BPJS Kesehatan.

Selanjutnya dana yang dikucurkan oleh BPJS Kesehatan

bersumber dari nilai klaim yang ditagihkan oleh rumah sakit,

pembayaran ini sesuai dengan paket INA-CBGs yang telah

ditetapkan pemerintah. Sehingga besaran untuk satu periode

penyakit disamaratakan, dengan demikian rumah sakit harus

mampu membuat manajemen untuk pemanfaatan dana secara

benar.

Page 140: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

118

Selain itu, rumah sakit masih mendapatkan subsidi berupa

dana dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk alat kesehatan

dan obat, sehingga untuk saat ini tidak merasa terbebani dengan

nilai tarif yang berbeda. Namun sebaiknya dalam pelaksanaan

program JKN agar semakin baik pada masa yang akan datang,

rumah sakit harus siap dengan pengelolaan dana sendiri, saat ini

posisi RSU Kota Tangerang Selatan yang masih SKPD, tentu

menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota dalam pelaksanaan

kegiatan operasionalnya. Sehingga pengelolaan dana masih

terpusat di Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Terkait beberapa permasalahan yang terjadi berkenaan

dengan pembiayaan yang dipaparkan pada bab sebelumnya,

permasalahan di RSU kota Tangerang Selatan mengerucut kepada

dua masalah yaitu keterlambatan pencairan klaim dan perbedaan

nilai tarif pelayanan dengan nilai paket INA-CBGs. Hal ini terlihat

jelas merupakan implikasi dari pelaksana yang tidak dapat

menyelesaikan tugasnya sesuai waktunya.

Permasalahan keterlambatan pencairan klaim merupakan

prioritas yang harus diselesaikan oleh rumah sakit dan BPJS

segera, di satu sisi peran rumah sakit sebagai penyedia jasa

pelayanan kesehatan akan terganggu jika pendanaan terhambat,

solusi yang dapat peneliti berikan adalah:

a. Melakukan pemusatan pada penagihan dan pemberkasan

yang terjadwal, sehingga ketika diluar jadwal akan dilakukan

Page 141: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

119

peneguran. Contohnya, setiap bulannya pada tanggal 28

berkas sudah lengkap dan sudah diverifikasi terlebih dahulu

oleh internal rumah sakit mengenai kelengkapannya.

b. BPJS melalui peraturannya sudah menargetkan 15 hari kerja

setelah klaim diajukan lengkap dana akan diterima oleh

fasilitas kesehatan, berarti harus ada pemberian sanksi jika

setelah 15 hari dana belum juga dikirim kepada kas daerah.

c. Karena rumah sakit harus mengambil uang pembayaran

klaim dari BPJS melalui kas daerah, sebaiknya sudah dibuat

kesepakatan antara rumah sakit dengan pemerintah daerah

tentang pencairan dana dari BPJS secara langsung, agar

pelaksanaan operasional di rumah sakit tidak terganggu.

Menurut William Savedoff (2008) menyatakan dalam

bukunya bahwa hubungan antara penjamin dana asuransi dan

provider pemberi pelayanan merupakan faktor kritis dalam kinerja

pendanaan asuransi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan

koordinatif yang baik antara BPJS dan Rumah Sakit sangat

menentukan kinerja finansial untuk asuransi sosial.

Selanjutnya untuk permasalahan perbedaan nilai tarif

pelayanan dengan paket yang telah ditentukan dalam INA-CBGs

hanya dapat diatasi dengan melakukan peninjauan kembali oleh

pihak rumah sakit untuk melakukan pembelian obat ataupun alat

kesehatan sesuai dengan budget (nilai angka harga pelayanan) yang

ditentukan oleh pemerintah untuk selanjutnya. Peneliti

Page 142: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

120

menyarankan agar lebih membangun sistem manajemen di rumah

sakit secara berkesinambungan, karena jika manajemen rumah

sakit tidak mampu mengelola dana maupun pembuatan kebijakan

khusus, maka dikhawatirkan rumah sakit akan terus menerima

kerugian secara terus menerus.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang

keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam

pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka

semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil

yang diharapkan sesuai dengan rencana.

RSU Kota Tangerang Selatan dengan kategori rumah sakit

tipe C sudah memiliki peralatan yang cukup lengkap dan

termanfaatkan secara baik dan benar, dan sudah sesuai dengan

peraturan yang dikeluarkan Menteri Kesehatan mengenai

kategorisasi rumah sakit berdasakan pelayanan yang dapat

diberikan.

Hanya saja, untuk beberapa pelayanan lanjutan yang

biasanya hanya dimiliki oleh rumah sakit-rumah sakit tipe B dan

tipe A, harus diperoleh pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

dengan mekanisme rujukan. Pasien akan dirujuk ke rumah sakit

rekanan RSU Kota Tangerang Selatan yang juga bekerjasama

dengan BPJS.

Page 143: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

121

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71

tahun 2013 pada pasal 15 ayat 5 yang menyatakan bahwa tata cara

rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undang. Pada peraturan perudang-undangan yang

mengatur hal tersebut, rujukan hanya dilakukan jika memang di

wilayah tersebut tidak dapat melayani sesuai kebutuhan kesehatan

pasien, maka dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

yang memiliki pelayanan yang lebih menunjang.

6.2.3. Pembahasan Karakteristik Organisasi Pelaksana

Menurut Van Meter dan Van Horn, dalam pengimplementasian

suatu program, karakter dari para pelaksana kebijakan atau program

harus berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta taat pada

sanksi hukum yang berlaku. Kinerja implementasi program JKN akan

sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri/karakteristik yang tepat serta

cocok dengan para agen pelaksananya (Hill & Hupe, 2002)

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan bahwa karakteristik

rumah sakit dilihat dari keseriusannya dalam memberikan pelayanan

prima, hal ini akan tercitra dari peraturan serta mekanisme yang rumah

sakit bangun untuk mendukung terselenggaranya program dengan

baik. Seperti adanya SOP, alur pelayanan pasien, alur pelaksanaan

INA-CBGs.

Karakter rumah sakit yang terlihat serius dengan adnya program

ini juga didukung oleh pihak BPJS yang memiliki keseriusan dalam

Page 144: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

122

bentuk peraturan yang telah dibuat pemerintah. Namun karakter yang

sama-sama kuat ini tanpa didasari keinginan untuk melakukan sinergi

akan sia-sia. Sinergi yang diharapkan adalah kemampuan saling

mendukung dalam pelaksanaannya dengan penentuan kebijakan yang

seimbang dan sama-sama dimudahkan pada pelaksanaannya.

Selain berkaitan karakteristik secara teknis, karakteristik

menurut Van Meter dan Van Horn harus ada kesesuaian antara

kompetensi pelaksana dengan posisi yang ditempatkan. Untuk aspek

ini peneliti tidak melakukan wawancara mendalam terkait kompetensi

setiap pelaku karena tidak adanya indikator yang sesuai jika dilakukan

wawancara. Sehingga peneliti melakukan studi literatur terhadap

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pelaksana. Dari hasil

analisa peneliti untuk setiap jabatan strategis (kepala bagian, kepala

bidang, dan penanggung jawab program) diduduki oleh orang-orang

yang telah bekerja lebih dari 3 tahun di RSU Kota Tangerang Selatan,

serta memiliki afiliasi ke bidang yang sesuai dengan posisi saat ini.

Peneliti melihat bahwa penempatan orang pada posisi posisi

strategis tersebut juga membuktikan komitmen rumah sakit untuk

memberikan pelayanan yang baik dan bermutu.

6.2.4. Pembahasan Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana

1. Penyelenggara Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya,

penyelenggara program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan

Page 145: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

123

terdiri dari BPJS selaku Penyelenggara Progam JKN dan RSU Kota

Tangerang Selatan sebagai provider (penyedia jasa/penyelenggara

pelayanan kesehatan tingkat lanjutan) program JKN yang telah

bekerjasama dengan BPJS.

Menurut Goggins (1990) dalam Hill dan Hupe (2002)

menyatakan komunikasi menjadi sangat penting bagi pelaksana

sebuah kebijakan karena dari komunikasi permasalahan seperti

kolaborasi dari setiap pelaksana terjadi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013

pasal 2 ayati 1 dan 3 menyatakan, Penyelenggara Pelayanan

Kesehatan meliputi semua fasilitas yang bekerja sama dengan

BPJS Kesehatan seperti Klinik Utama, Rumah Sakit Umum, dan

Rumah Sakit Khusus.

Hal tersebut dikuatkan kembali dengan adanya Peraturan

Presiden No. 12 tahun 2013 pasal 36 ayat 2 menyatakan, Fasilitas

Kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan, dengan demikian RSU Kota Tangerang Selatan yang

merupakan SKPD Pemerintah Kota Tangerang Selatan wajib

menjadi penyediaan pelayanan kesehatan yang bekerjasama

dengan BPJS.

2. Komunikasi Antar Lembaga

Menurut Van Meter dan Van Horn komunikasi antar

lembaga merupakan salah satu penentu keberhasilan proses

Page 146: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

124

penyelenggaraan/implementasi kebijakan. Untuk mempermudah

penyelenggaraan program, di RSU Kota Tangerang Selatan

ditempatkan Verifikator BPJS Kesehatan tersendiri untuk

membantu rumah sakit dalam melakukan verifikasi berkas dalam

proses pemberkasan klaim, hal ini memberikan tanda bahwa

koordinasi antar lembaga ini tidak boleh putus ataupun tidak jelas.

Dengan adanya pihak BPJS di Rumah Sakit mempermudah

komunikasi antara rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan

kesehatan dan BPJS sebagai penyelenggara program.

Komunikasi yang utama yang terbentuk dari sistem pada

program JKN ini sendiri salah satunya adalah pelaporan, pelaporan

menjadi sangat krusial untuk kedua belah pihak (Rumah Sakit dan

BPJS Kesehatan) untuk membangun komunikasi. Selain itu saat ini

posisi verifikator BPJS Kesehatan yang memang ditempatkan di

rumah sakit langsung mempermudah rumah sakit dan BPJS

Kesehatan untuk saling bertukar informasi terkait penyelenggaraan

program. Sehingga dengan demikian koordinasi yang intensif

dapat terbentuk secara baik antara BPJS Kesehatan dan rumah

sakit.

3. Teknologi Informasi JKN

Teknologi Informasi (TI) merupakan bidang pengelolaan

teknologi dan mencakup berbagai bidang, seperti proses, perangkat

lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer,

bahasa program, dan data konstruksi.

Page 147: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

125

Berdasarkan Roadmap JKN tahun 2012, sebelum BPJS lahir

PT Askes telah mengembangkan sumber daya TI dengan sangat

baik, beberapa inovasi telah dilakukan diantaranya adalah

dikembangkannya platform Asterix Bridging System yang mampu

memangkas birokrasi pembayaran klaim dari 2 minggu menjadi 5

menit. Namun demikian, dengan peningkatan jumlah peserta dari

sekitar 16,5 juta jiwa menjadi sekitar 237 juta jiwa nanti pada tahun

2019 maka diperlukan pengembangan menyeluruh sumber daya

TI. Kajian yang mendalam terhadap sumber daya TI yang ada saat

ini dan analisa kebutuhan di masa yang akan datang mutlak

diperlukan.

Secara pelaksanaannya dilapangan, untuk program JKN di

rumah sakit memiliki satu induk sistem informasi yang berada pada

BPJS, sehingga mekanismenya tepat untuk BPJS melakukan

pengembangan sistem tersebut.

Pada Roadmap JKN 2012 dituliskan bahwa pengembangan

TI JKN oleh BPJS Kesehatan harus sesuai dengan 7 aspek yaitu:

(a) Relevansi (relevancy); (b) Keakuratan (accuracy) yang

memiliki faktor: kelengkapan (completeness), kebenaran

(correctness), dan keamanan (security); (c) Ketepatan waktu

(timeliness); (d) Ekonomi (economy) yang memiliki faktor: sumber

daya (resources) dan biaya (cost); (e) Efisiensi (eficiency); (f)

Dapat dipercaya (reliability); dan (g) Kegunaan (usability).

Page 148: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

126

Jika dilihat pada pelaksanaanya di RSU Kota Tangerang

Selatan yang pada kenyataannya memiliki kendala dalam

pengoperasionalan aplikasi yang terkadang sering tidak mampu

dioperasikan. BPJS telah lengah terhadap aspek ketepatan waktu

dan efisiensi pelaksanaan di rumah sakit sehingga program tidak

berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi

Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) dan BPJS agar mampu

meningkatan kualitas teknologinya dalam pelayanan pada program

JKN, seperti yang juga termuat pada Peraturan Presiden No. 71

tahun 2013 pasal 43 yang menyatakan untuk menjaga mutu dan

biaya program JKN harus dilakukannya Penilaian Teknologi

Kesehatan (Health Technology Assessment).

6.2.5. Pembahasan Sikap Para Pelaksana

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi

kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan

bagian bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan

dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan

pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami

banyak masalah dalam disposisi. Disposisi atau sikap pelaksana akan

menimbulkan hambatan hambatan yang nyata terhadap implementasi

kebijakan.

Secara umum petugas yang melaksanakan program JKN baik

dari sisi medis maupun non-medis harus menjalankan tugasnya sebaik

Page 149: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

127

mungkin karena merupakan kebijakan top-down dimana kebijakan

atau program ini lahirnya dari pemerintah pusat untuk seluruh

Indonesia Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, sikap

penerimaan terlihat dari pendapat para informan mengenai program

yang baru ini, hal ini merupakan salah satu hal positif program dapat

berjalan secara berkelanjutan. Pada posisi yang menjadi informan

merupakan ujung tombak pelaksanaan program, mereka mengetahui

secara jelas tugas dan fungsi jabatannya.

Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn, sikap penerimaan

atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini

sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah

hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan

dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya

bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan

tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan,

keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.

6.2.6. Pembahasan Lingkungan

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja

implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van

Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut

mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.

Page 150: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

128

Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif

dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja imlementasi

kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan

harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan external.

Berdasar penelitian Sumaryana (2011) mengenai pengaruh

lingkungan terhadap implementasi kebijakan tata ruang di kota

Bandung menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat menentukan

terimplementasinya sebuah kebijakan secara baik,

Jika ditarik dari penelitian diatas, pada penyelenggaraan

program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan, lingkungan yang

sangat kondusif dan tepat untuk pelaksanaan program, walaupun

terkesan program JKN dirancang untuk diluncurkan pada akhir

jabatan pemerintah saat ini. Seyogyanya pelaksanaan JKN tidak

terlepas dari kinerja pemerintah daerah, dukungan dari pemerintah

daerah juga menjadi aspek penentu terselenggaranya program JKN.

Oleh sebab itu, pelaksanaan yang mendapat dukungan positif dari

pemerintah daerah dan masyarakat menjadi sangat penting, bukan

hanya menjadi tanggung jawab implementors (pelaksana) dalam

penyelenggaraan program. Namun juga harus terlibatnya masyarakat

dan birokrasi daerah dengan perangkat-perangkatnya.

Van Meter dan Van Horn juga mengajukan hipotesis bahwa

lingkungan ekonomi sosial dan politik dari yuridiksi atau organisasi

pelaksana akan mempengaruhi karakter badan badan pelaksana,

kecenderungan para pelaksana dan pencapaian itu sendiri .kondisi

Page 151: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

129

kondisi lingkungan dapat mempunyai pengaruh yang penting pada

keinginan dan kemampuan yuridiski atau organisasi dalam

mendukung struktur-struktur, vitalitas dan keahlian yang ada dalam

badan badan administrasi maupun tingkat dukungan politik yang

dimilki. Kondisi lingkungan juga akan berpengaruh pada

kecenderungan kecenderungan para pelaksana. Jika masalah masalah

yang dapat diselesaikan oleh suatu program begitu berat dan para

warga negara swasta serta kelompok kepentingan dimobilsir untuk

mendukung suatu program maka besar kemungkinan para pelaksana

menolak program tersebut.

Lebih lanjut Van Meter dan Van Hon menyatakan bahwa

kondisi kondisi lingkungan mungkin menyebapkan para pelaksana

suatu kebijakan tanpa mengubah pilihan pilihan pribadi mereka

tentang kebijakan itu. Akhirnya, faktor-faktor lingkungan ini

dipandang mempunyai pengaruh langsung pada pemberian pemberian

pelayanan publik. Kondisi kondisi lingkungan mungkin memperbesar

atau membatasi pencapaian, sekalipun kecenderungan kecenderungan

para pelaksana dan kekuatan kekuatan lain dalam model ini juga

mempunyai pengaruh terhadap implementasi program.

Page 152: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

130

6.3. Pembahasan Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Rumah

Sakit Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan JKN

6.3.1. Pembahasan Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan

Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya pada pelaksanaan

di rumah sakit, peraturan-peraturan yang ada sudah sesuai dengan

kebutuhan penyelenggaraan di rumah sakit. Penyelenggaraan regulasi

sudah dapat menjadi pengangan rumah sakit untuk melakukan

serangkaian pembuatan standar-standar yang mengikuti kultur rumah

sakit.

Aspek Regulasi yang sudah terpenuhi antara lain adalah

peraturan mengenai pelaksanaan JKN, sistem pelaporan rumah sakit

ke BPJS, sistem pembayaran dan penagihan klaim, dll.

Sehingga, peneliti melihat bahwa peraturan yang ada sudah

mumpuni untuk menjalankan program secara baik dan menjadi

pegangan dalam penyelenggaraan di rumah sakit.

6.3.2. Pembahasan Aspek Kepesertaan

Kepesertaan JKN di RSU Kota Tangerang Selatan pada

pelaksanaannya mendapatkan respon yang baik, terlihat dari

meningkatnya jumlah pasien yang berobat di RSU Kota Tangerang

Selatan dengan program tersebut.

Target kepesertaan semesta yang ditargetkan oleh Pemerintah

melalui BPJS Kesehatan akan tercapai dengan konsistensi kepesertaan

saat ini. Hanya saja diharapkan kedepannya penguatan sistem

informasi kepesertaan yang lebih baik.

Page 153: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

131

6.3.3. Aspek Keuangan

Jika berkaca kepada pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia,

banyak rumah sakit swasta maupun pemerintah yang merasa rugi

dalam penyelenggaraan program JKN karena sering terjadi selisih

biaya operasional dengan paket yang ditentukan oleh pemerintah,

sebagian besar merupakan rumah sakit swasta ataupun rumah sakit

pemerintah yang sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD).

Pada kondisinya saat ini, RSU Kota Tangerang Selatan yang

merupakan SKPD Pemerintahan sendiri mendapatkan dana alokasi

tahunan yang telah dianggarkan pemerintah kota, sehingga ketika

rumah sakit lain merasa terbebani dengan paket pembiayaan yang

tidak sesuai, RSU Kota Tangerang Selatan tidak akan mengalami

permasalahan tersebut.

Peneliti melihat hal ini mampu menjadi kekuatan sekaligus

kelemahan penyelenggaraan program JKN, jika dilihat

keberlangsungan program JKN, sebaiknya rumah sakit mampu

menjadi BLUD sendiri yang akan mampu mengelola keuangan

instansinya tanpa campur tangan pemerintah kota dalam proses

internalnya. Alasannya, jika nanti pergantian pemimpin daerah maka

bisa saja beberapa program lama tidak akan sesuai dengan program

yang baru dari pemerintahan yang baru, yang nantinya akan berefek

pada penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit.

Page 154: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

132

Hal ini berlandaskan kepada Peraturan Pemerintah No. 23 tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dimana

pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum memberikan

fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek

bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Saran peneliti agar rumah sakit mampu menjadi BLUD dan

mengelola aspek keuangannya secara mandiri tanpa campur tangan

pemerintah daerah dari segi operasional pelayanan.

6.3.4. Aspek Pelayanan Kesehatan

Aspek pelayanan kesehatan yang terselenggara di RSU Kota

Tangerang Selatan sudah sesuai dengan peraturan yang mengatur

serta memenuhi standar kebutuhan dasar pelayanan terhadap pasien

dan rumah sakitpun mampu menyelenggarakan pelayanan yang tidak

ada dengan sistem rujukan ke rumah sakit rekanan.

Pelayanan Kesehatan pada kelas rumah sakit tipe C sudah

terpenuhi di RSU Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil

penelitian, terdapat 14 pelayanan medis dasar dan penunjang medis

yang sudah ada di RSU Kota Tangerang Selatan. Sesuai dengan

amanat dari PMK No. 340/2010 yang menyatakan untuk RS tipe C

harus memiliki minimal 4 pelayanan medis spesialis dasar dan 4

pelayanan spesialis penunjang medis.

Dimana yang termasuk dalam hal diatas adalah Pelayanan

Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis

Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik

Page 155: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

133

Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan,

Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

6.3.5. Aspek Manfaat dan Iuran

Manfaat yang diperoleh peserta program JKN sudah sesuai

dengan iuran yang mereka bayarkan, pada aspek pelayanan di rumah

sakit tidak akan banyak terdapat permasalahan berarti terhadap

manfaat dan iuran. Hanya saja pemerintah perlu melakukan kajian-

kajian yang lebih baik mengenai iuran serta manfaat karena memang

pada pelaksanaannya dilapangan, masih terdapat banyak manfaat

yang tidak dapat terlayani dengan baik karena iuran dan paket manfaat

yang bisa dibilang kurang realistis.

6.3.6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi

Pada aspek kelembagaan di rumah sakit, rumah sakit sudah

menjalankan fungsinya sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan,

dan BPJS juga sudah menjalankan tugasnya sebagai penyelanggara

program JKN. Serta pemerintah sebagai penengah dalam

pelaksanaannya. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Prof.

Hasbullah Thabrany dalam presentasinya yang berjudul “Peran P2JK

dalam JKN 2014, Banyak Tugas Banyak Resiko” bahwa Pemerintah

(Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan) merupakan wasit

dalam penyelenggaraan JKN agar terlaksana dengan baik.

Saran yang peneliti berikan untuk BPJS sebaiknya melakukan

peningkatan untuk sistem informasi teknologi, karena aspek

kelembagaan dan komunikasi yang dibangun pada program ini

Page 156: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

134

bertumpu pada sistem informasi teknologinya. Hal ini berdasarkan

pemaparan Prof. Hasbullah Thabrany juga pada presentasi diatas,

bahwa pemerintah seharusnya terintegrasi secara langsung dengan

National Casemix Centre (NCC) karena seharusnya pemerintah-lah

yang memiliki wewenang kuat untuk penentuan kebijakan atas coding

INA-CBGs serta mekanisme sistem informasi teknologinya.

Page 157: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

135

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Implementasi Program JKN di RSU Kota Tangerang Selatan sudah

berlangsung dari awal tahun 2014 dimana program baru diluncurkan oleh

Pemerintah Pusat serentak di seluruh Indonesia dan hingga saat ini

penyelenggaraan JKN di RSU Kota Tangerang Selatan sudah berjalan sesuai

dengan peraturan serta pedoman pelaksanaanya. Terlihat dari adanya

komitmen atau kebijakan rumah sakit berupa SOP, alur pelayanan, hingga

peraturan pelaksana yang dibentuk sendiri rumah sakit untuk mendukung

penyelenggaraan program. Selain itu SDM pelaksana di rumah sakit yang

sudah cukup memadai, didukung oleh sumber pendanaan dari klaim BPJS

Kesehatan, serta sarana dan prasarana yang sudah baik. Didukung juga

dengan karakteristik rumah sakit yang membuat peraturan pelaksana yang

sesuai dengan karakter di RSU Kota Tangerang Selatan. Serta sikap

penerimaan dari pelaksana program juga sangat terlihat. Lingkungan sosial,

politik, dan ekonomi yang juga mendukung terselenggaranya program JKN.

Tidak dipungkiri dalam penyelenggaraan program JKN di RSU Kota

Tangerang Selatan terdapat beberapa kendala, yaitu:

1. Keterlambatan Pencairan Klaim yang terlambat dikarenakan

terlambatnya pemberkasan klaim oleh rumah sakit kepada BPJS.

Page 158: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

136

2. Perbedaan Nilai Tarif Pelayanan terhadap Paket INA-CBGs dikarenakan

manajemen rumah sakit belum mempertimbangkan aspek pelayanan

yang sesuai dengan paket INA-CBGs.

3. Teknologi Informasi JKN yang masih sering mengalami gangguan

sehingga memperlambat proses pemberkasan klaim, pelayanan

pendaftaran, dan pembuatan surat eligibilitas peserta JKN.

4. Masih kurangnya SDM Pelaksana pada tatanan non-medis untuk hal

administrasi dan pemberkasan program JKN.

7.2. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan terkait penyelenggaraan

Program JKN, yaitu sebagai berikut:

7.2.1. RSU Kota Tangerang Selatan

1. Seiring dengan pengembangan program kedepannya yang

memiliki cakupan sasaran yang semakin meningkat diharapkan

untuk mampu melakukan perhitungan terhadap kebutuhan jumlah

SDM yang ada saat ini untuk memproyeksikan kebutuhan SDM

dimasa yang akan datang khususnya untuk bidang non-medis.

2. Terkait keterlambatan pencairan klaim, rumah sakit dan BPJS

melakukan pemusatan pada penagihan dan pemberkasan yang

terjadwal, sehingga ketika diluar jadwal akan dilakukan peneguran.

3. Terkait perbedaan nilai tarif pelayanan terhadap paket INA-CBGs

peneliti menyarankan agar lebih membangun sistem manajemen di

Page 159: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

137

rumah sakit secara berkesinambungan untuk penyesuaian tarif

mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat.

7.2.2. BPJS Kesehatan

1. Agar membuat regulasi maupun SOP penjadwalan terhadap

pengajuan klaim yang telah disepakati oleh BPJS Kesehatan

dengan provider kesehatan.

2. Agar melakukan penguatan teknologi informasi pada setiap rumah

sakit, harus adanya pengawasan secara baik terhadap teknologi

informasi dalam penyelenggaraan program.

7.2.3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

1. Agar dilakukannya peninjauan secara berkala terhadap kesesuaian

biaya riil rumah sakit untuk setiap regional agar seimbang dan tidak

merugikan pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan.

2. Agar melakukan peninjauan secara berkala pelaksanaan teknologi

informasi dan melakukan penilaian teknologi kesehatan pada

setiap rumah sakit secara berkala.

7.2.4. Pemerintah Kota Tangerang Selatan

1. Agar mempertimbangkan pengembangan RSU Kota Tangerang

Selatan yang mengalami peningkatan pelayanan dengan

menjadikannya Badan Layanan Umum Daerah.

2. Agar memisahkan sistem manajemen keuangan rumah sakit secara

mandiri pengelolaannya, sehingga tidak perlu lagi menganggarkan

untuk biaya operasional rumah sakit, dananya dapat dialihkan

untuk pengembangan kesehatan pada sektor lainnya.

Page 160: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

138

7.2.5. Peneliti Lain

Melakukan penelitian dengan pendekatan teori lain dan menguji

pengaruh variabel-variabel yang ada dalam Teori Van Meter dan Van

Horn seberapa kuat pengaruhnya terhadap implementasi kebijakan JKN

di daerah terutamanya untuk RSUD.

Page 161: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabet.

Ardianty, Rini. 2012. Analisis Implementasi Program Jamkesmas di Rumah Sakit PMI

Bogor tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia. Jakarta.

Center For Case Mix RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Instalasi Rekam

Medis. Pengenalan INA-CBGs. Diakses pada tanggal 25 |Februari 2014

dari situs http://basirun.hostzi.com/ina%20cbgs.html

Creswell, Jhon W. 2010. Research Design Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DeCenzo, David A., dan Stephen P. Robbins. 2010. Fundamentals of Human

Resources Management, 10th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Djuhaeni, Heni. 2007. Asuransi dan Managed Care: Modul Program Pascasarjana

Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran, Bandung.

Hill, Michael dan Petter L. Hupe. 2002. Implementing Public Policy. London: Sage

Publicatian, Ltd.

Ilyas, Yaslis. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda, dan Formula,

edisi revisi. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Page 162: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

Kepner, C.H. dan Benjamin B. Tregoe. 1981. Manajer Yang Rasional. Edisi

Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kurniati, Ana dan Effendi, Feri. 2012. Kajian SDM Kesehatan Indonesia. Jakarta:

Penerbit Salemba Medika

Novayanti. 2013. Implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis Daerah di

Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Enrekang. Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Makassar.

Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Data dan

Informasi Kesehatan Provinsi Banten tahun 2013. Banten.

Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Data dan

Informasi Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2013. Jakarta.

PPJK Kementerian Kesehatan RI. 2013. Selamat Datang di Pembiayaan dan Jaminan

Kesehatan Online. Diakses pada tanggal 11 Desember 2013 dari situs:

http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=arti

cle&id=1:selamat-datang-di-pembiayaan-a-jaminan-kesehatan-

online&catid=56&Itemid=28.

Rahayu, Sri. 2010. Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) Di Rumah Sakit (Studi Kasus Di RSUD Dr. Soetomo).

Universitas Airlangga.

Saffdove, William dan Pablo Gotret. 2008. Governing Mandatory Health Insurance.

Washington DC: The World Bank.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta.

Page 163: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

Sumaryana, Asep. 2011. Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Efektifitas

Implementasi Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah. Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran. Bandung.

Suparman, dkk. 2010. Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) Di Kabupaten Bone. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sutirin. 2006. Implementasi Kebijakan Pendataan Rumahtangga Miskin Dan

Distribusi Kkb Oleh Badan Pusat Statistik (Studi Kasus Di Kecamatan

Suruh Kab. Semarang). Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Semarang.

Thabrany, Hasbullah. 2014. Presentasi ”Peran P2JK dalam JKN 2014, Banyak Tugas

Banyak Resiko”. Dipresentasikan di Pusat Pembiayaan dan Jaminan

Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Tuhumury, W. Ronaldy. 2012. Studi Implementasi Jamkesmas Pada Rumah Sakit

Umum Manokwari. Tesis Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.

Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibawa, Samodera. 1994. Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Penerbit Balai

Pustaka Jakarta.

__________. 2010. Peraturan Daerah No. 8 tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan. Kota Tangerang Selatan

Page 164: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

__________. 2013. Peraturan Daerah No. 4 tahun 2013 tentang Sistem Kesehatan

Kota. Kota Tangerang Selatan.

__________. 2005. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum. Jakarta.

__________. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia (kamus versi online). Diakses

pada tanggal 2 Maret 2014 dari situs kbbi.web.id.

__________. 2013. Buku Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan. Jakarta.

__________. 2004. Draf Naskah Akademik Sistem Jaminan Sosial Nasional (ke

Enam). Jakarta.

__________. 2013. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jakarta.

__________. 2012. Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019. Jakarta.

__________. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2010 tentang

Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta.

__________. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No. 340 tahun 2010 tentang

Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta

__________. 2013. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan. Jakarta.

__________. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 tentang

Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta

Page 165: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

__________. 2013. Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional

Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Jakarta.

__________. 2013. Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi

Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial. Jakarta.

__________. 2013. Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan

Kepesertaan Program Jaminan Sosial. Jakarta.

__________. 2013. Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Jakarta.

__________. 2004. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional. Jakarta. 2004

__________. 2009. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.

__________. 2003. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63

tahun 2003 tentang Pedoman Pelayanan Publik. Jakarta.

Page 166: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN:

1. SURAT IZIN PENELITIAN

2. FORM INFORM CONCERN

3. FORM IDENTITAS INFORMAN

4. PEDOMAN WAWANCARA

5. PEDOMAN OBSERVASI

6. MATRIX HASIL WAWANCARA

7. DOKUMENTASI PENELITIAN

8. STRUKTUR ORGANISASI

9. TUPOKSI BAGIAN JAMINAN

10. ALUR PELAYANAN JKN

11. ALUR PEMBERKASAN DAN KLAIM

12. REKAPITULASI KUNJUNGAN

Page 167: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 2

FORM INFORM CONCERN

Analisis Implementasi Program Jaminan Kesehatan

Nasional di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014

Bapak/Ibu/Sdr yang saya hormati,

Saya Wahyu Manggala Putra, mahasiswa Program Studi Kesehatan

Masyarakat Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya

sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Analisis

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan tahun 2014”.

Pertama izinkan saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan

Bapak/Ibu/Sdr untuk menjadi informan dan memberikan keterangan secara luas,

bebas, mendalam, benar, dan jujur. Hasil informasi dan keterangan yang diberikan

nanti akan digunakan sebagai masukan untuk implementasi program jaminan

kesehatan nasional yang berkualitas di rumah sakit khususnya dan Kementerian

Kesehatan pada umumnya. Peneliti memohon izin untuk merekam pembicaraan

selama proses wawancara berlangsung dan peneliti menjamin kerahasiaan isi

informasi yang diberikan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr saya ucapkan

terima kasih telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat Saya,

Wahyu Manggala Putra

Page 168: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 3

FORM IDENTITAS INFORMAN

Kode Informan : (…………) *

Nama Informan : ……………………………………………………

Jenis Kelamin : ……………………………………………………

Umur : ……………………………………………………

Pendidikan : ……………………………………………………

Jabatan/Pekerjaan : ……………………………………………………

Lama Kerja : ……………………………………………………

Hari/Tanggal Wawancara : …………………………………………………...

Dengan ini saya bersedia menjadi informan untuk penelitian mengenai “Analisis

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2014”

Tangerang Selatan, … April 2014

(………………………………………..)

*) diisi peneliti

Page 169: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 4

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

Tata cara wawancara:

1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menanyakan kesediaan menjadi informan (dan menandatangani

persetujuan menjadi informan)

4. Menanyakan nama informan

5. Meminta izin untuk merekam pembicaraan selama wawancara

berlangsung.

6. Memberikan pertanyaan pemanasan (sudah berapa lama bekerja,

bagaimana kabar hari ini)

7. Memberikan pertanyaan inti

8. Menutup sesi wawancara

9. Megucapkan terima kasih

10. Memberikan souvenir

11. Selesai

Pertanyaan untuk Rumah Sakit:

1. Boleh diceritakan apa itu program JKN? (untuk menggali kepahaman dari

informan – berkaitan pertanyaan no. 7)

2. Apa peran bapak/ibu dalam program JKN ini? (berkaitan pertanyaan no. 6)

3. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang tujuan dan sasaran dari program JKN

ini?

(Probing: seberapa penting program, sasarannya siapa, sudah tepat

sasaran apa belum, peraturan pendukungnya sudah baik belum, sudah

sesuai belum antara peraturan dengan keadaan di RSU)

Page 170: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

4. Bagaimana menurut bapak/ibu, tentang kemampuan sumber daya pelaku,

sumber daya sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat di RSU Tangerang Selatan?

(Probing: berapa jumlah SDM, sudah berapa lama bertugas, prasarana

yang tersedia apa saja sudah memadai apa belum)

5. Bagaimana tentang sumber pendanaan yang digunakan pada program JKN

ini di RSU Tangerang Selatan?

(Probing: sumber pendanaan dari mana saja, pengelolanya siapa,

besarannya berapa, sudah cukupkah)

6. Bagaimana menurut bapak/ibu cara RSU membuat program JKN berjalan

lancar dan sesuai harapan?

(Probing: ada SOP terkait JKN sendiri tidak, ada peraturan RSU terkait

JKN tidak, siapa)

7. Bagaimana sikap/kecenderungan (disposition) atau pandangan bapak/ibu

terhadap program JKN?

(Probing: kalau menolak kenapa, kalau mendukung kenapa, ada

pandangan lain)

8. Bagaimana komunikasi yang terjalin antar para pelaksana (pihak terkait)

menegenai program JKN ini?

(Probing: koordinasi seperti apa, informasi untuk pasien seperti apa,

pelaporan, monitoring, evaluasi, penangangan keluhan)

9. Sejauh mana pengaruh lingkungan sosial, ekonomi, dan politik dalam

pelaksanaan program JKN ini?

(Probing: situasi masyarakat, dukungan pemerintah daerah dan DPRD,

waktu pelaksanaannya kondusif apa tidak, peran sektor swasta terhadap

program ada tidak)

10. Permasalahan apa saja yang muncul selama masa implementasi program

JKN?

(Probing: sumber permasalahan, yang bertanggung jawab, solusi, harapan

terhadap program JKN kedepannya)

Page 171: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 5

PEDOMAN OBSERVASI

No. Subjek Observasi Jumlah

Tersedia Cukup

Tidak

Cukup

1 Jumlah SDM Administrasi

2 Jumlah SDM Verifikator

3 Jumlah SDM Pelaksana (Tenaga Medis)

4 Adanya skema pelayanan pengguna JKN

5 Adanya SOP terkait JKN yang mengatur

6 Kegiatan mengikut SOP

7 Laporan Mingguan

8 Laporan Bulanan

Catatan:

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Page 172: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI LAPANGAN

1. Tampak Depan RSU Kota Tangerang Selatan

2. Spanduk Informasi mengenai Program JKN

3. Loby depan (Bagian Farmasi)

4. Loby Pendaftaran

5. Loby Sebelah Kiri (Tempat Pendaftaran Peserta

BPJS Kesehatan)

6. Loby Sebelah kiri (Tempat Pendaftaran Peserta

BPJS Kesehatan)

Page 173: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

7. Bagian Pendaftaran untuk Pemeriksaan data

pasien serta pengambilan nomor antrian pelayanan

8. Loby Utama RSU Kota Tangerang Selatan

9. Loby sebelah kanan (Bagian Pendaftaran Peserta

Jamkesda & E-KTP)

10. Loby Utama Pendaftaran (kiri: untuk pelayanan

BPJS, kanan: untuk pelayanan Jamkesda dan E-

KTP)

Page 174: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

11. Salah satu poster di ruang tunggu Poli lantai-1

RSU Kota Tangerang Selatan

12. Salah satu poster informasi JKN di Lift RSU

Kota Tangerang Selatan

Page 175: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 9

TUGAS DAN FUNGSI PADA BAGIAN JAMINAN

(BPJS dan E-KTP)

Koordinator Jaminan : Riskhi Wundari

Penanggung Jawab Administrasi Klaim Rawat Jalan : Ryan Seftianto

Dewi Novia

Penanggung Jawab Administrasi Klaim Rawat Inap : Arifina Asyfah

Achmad Yudha Pangestu

Entri Data dan Koding : Eva Pebriyana Tanjung

Heryani

Tupoksi Penanggung Jawab Jaminan

1. Bertanggung jawab terhadap kelancaran tugas Admin klaim rawat jalan, rawat

inap, entri dan koding

2. Membuat laporan pertanggung jawaban pada setiap klaim yang diajukan

3. Entri Data dan Koding INACBGs

4. Verifikasi Internal terhadap berkas klaim

Tupoksi Administrasi Klaim Rawat Jalan

1. Pengumpulan berkas klaim rawat jalan dari RM dari tiap poli dan ugd

2. Melengkapi berkas klaim rawat jalan, meliputi persyaratan, form klaim harus

terisi lengkap dari diagnosa sampai tanda tangan dokter

3. Melengkapi bukti penunjang klaim ( hasil laboratorium, rontgen, Resep Apotik,

dll )

4. Melengkapi bukti retribusi dari kasir

Tupoksi Administrasi Klaim Rawat Inap

1. Pengumpulan berkas rawat inap dari RM

2. Melengkapi berkas klaim rawat inap, meliputi persyaratan, resume, tanda tangan

dokter

3. Melengkapi bukti penunjang klaim ( hasil laboratorium, rontgen, Resep, Lap.

Operasi, dll)

4. Melengkapi bukti retribusi dari kasir

Tupoksi Entri Data dan Koding

1. Memasukan data klaim yang sudah lengkap dari admin klaim rawat jalan maupun

rawat inap kedalam Software INACBGs

2. Koding Diagnosa Penyakit

Page 176: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 10

ALUR PELAYANAN PESERTA BPJS

DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN

Pendaftaran

dan No.

Antrian

Pemeriksaan

di

Poli/Pelayan

an Medis

lainnya

Administrasi

Berkas

Pemeriksaan

Berkas

Tindak Lanjut

Pasien

Pulang

Rujukan

Lebih lanjut

Ambil Obat

di Bagian

Farmasi

(Apotek)

Page 177: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 11

ALUR PEMBERKASAN DAN PENGAJUAN KLAIM

DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN

Data Pasien

dikumpulkan

administrasi

Cetak Print

out

Input ke

Sistem INA-

CBGs

Dikelompokka

n sesuai

penjamin

Cek Ulang

oleh

Verifikator RS

Pengumpulan

Berkas dll

selama 1

bulan

Pengajuan

Klaim Ke BPJS

Verifikasi oleh

Verifikator

BPJS

Page 178: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 12

REKAPITULASI KUNJUNGAN

RSU KOTA TANGERANG SELATAN

Januari Jenis Pelayanan Umum E-KTP BPJS

Total Pasien

Persentase

Poli Anak 37 143 32 212 4.61%

Poli Gigi 9 83 31 123 2.67%

Poli Mata 11 103 38 152 3.30%

Poli Bedah 15 266 73 354 7.70%

Poli Interna 16 481 175 672 14.61%

Poli Obsgyn* 13 250 69 332 7.22%

Poli Paru 41 92 228 361 7.85%

Poli Bedah Orthopedi 5 79 20 104 2.26%

Poli MCU 100 1 0 101 2.20%

Poli Syaraf 1 48 124 173 3.76%

Poli Jiwa 0 92 24 116 2.52%

UGD 192 698 112 1,002 21.78%

VK 36 125 20 181 3.93%

OK 5 109 31 145 3.15%

Perawatan Kelas.3 26 130 39 195 4.24%

Perawatan Kelas.2 8 41 11 60 1.30%

Perawatan Nifas 18 152 27 197 4.28%

Perawatan Bedah Kelas.3 2 38 5 45 0.98%

NICU 3 58 0 61 1.33%

ICU 1 4 9 14 0.30%

TOTAL 539 2,993 1,068 4,600

100.00% Persentase 11.72% 65.07% 23.22%

REKAPITULASI KUNJUNGAN RSU KOTA TANGERANG SELATAN

Februari Jenis Pelayanan Umum E-KTP BPJS

Total Pasien

Persentase

Poli Anak 34 175 25 234 4.68%

Poli Gigi 4 99 42 145 2.90%

Poli Mata 13 111 47 171 3.42%

Poli Bedah 19 293 92 404 8.08%

Poli Interna 32 597 293 922 18.44%

Poli Obsgyn 16 211 95 322 6.44%

Poli Paru 22 211 69 302 6.04%

Poli Bedah Orthopedi 5 64 47 116 2.32%

Poli MCU 242 1 2 245 4.90%

Poli Syaraf 8 98 175 281 5.62%

Poli Jiwa 5 124 44 173 3.46%

Page 179: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

Jenis Pelayanan Umum E-KTP BPJS

Total Pasien

Persentase

UGD 157 612 120 889 17.78%

VK 27 116 34 177 3.54%

OK 5 77 32 114 2.28%

Perawatan Kelas.3 14 131 19 164 3.28%

Perawatan Kelas.2 2 33 30 65 1.30%

Perawatan Nifas 22 99 56 177 3.54%

Perawatan Bedah Kelas.3 2 38 9 49 0.98%

NICU 3 36 39 0.78%

ICU 0 3 7 10 0.20%

TOTAL 632 3,129 1,238 4,999

100.00% Persentase 12.64% 62.59% 24.76%

Page 180: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

LAMPIRAN 5

Matrix Kategorisasi Hasil Wawancara

Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

Untuk Penyedia Jasa (Rumah Sakit)

No. Pertanyaan RS - 1 RS - 2 RS - 3 1 Ukuran dan Tujuan

a. Bagaimana menurut bapak/ibu sudah sesuaikah peraturan yang dibuat pemerintah?

b. Siapa saja sasaran

program JKN ini?

c. Seberapa penting program ini menurut bapak/ibu?

“Ada bukunya kita dapat. Kalau peraturan sih maksud saya ya… udah bisa ya, maksudnya bisa buat kita pegangan lah, yang ini boleh, yang ini gak boleh, prosedurnya bagaimana gitu.” ““…pokoknya yang otomatis itu ASKES, TNI/Polri, Jamkesmas, yang PBI itu, sama Jamsostek, tapi untuk yang PJK (Pemeliharaan Jaminan Kesehatan) aja. Trus, paling nanti, yang udah banyak sekarang ini BPJS Mandiri, jadi yang gak masuk Jamkesmas, TNI/Polri, Jamsostek ya itu masuknya disitu.” “sangat penting ya, karena dari pemerintah untuk biar rakyat mudah berobatnya.”

“Sesuai” “…ngikutin dari yang yang permenkes, perpres juga ada. Ya kita ikut pemerintah aja.” “… seluruh masyarakat Indonesia, karena kalau BPJS itu sendiri punya visi semesta 2019 yang maksudnya seluruh masyarakat Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan, …” “kalau untuk masyarakat Indonesia sangat penting ya, ya gimana supaya bangsa ini bagus ya masyarakatnya harus sehat ya.”

“sudah kan kita dapat sosialisasi tentang peraturan, saya yang hadir…” “...seluruh masyarakat nanti di tahun 2019, saat ini hanya ASKES, Jamkesmas, Polri, TNI…” “penting karena untuk menjamin kesehatan semua orang juga kan, jadi harus didukung…”

2. Sumber Daya a. Bagaimana dengan jumlah

SDM untuk program JKN di RSU ini menurut bapak/ibu?

“SDMnya, kalau dari segi pemberkasan kayanya cukup, tapi kalau bagian entry data itu yang kurang, entry data ke sistem.”

“Kalau dari intern RSnya sih saya kurang tau, karena kan beda tim ya, kalau kita BPJS sendiri, kalau rumah sakit ya dia timnya sendiri.”

“kalau SDM di Jaminan, sudah banyak ya, mungkin dokter kita yang shiftnya ganti, tapi tidak masalah sudah diatur juga…”

Page 181: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

b. Sudah kompeten belum SDM yang melaksanakan program JKN menurut bapak/ibu?

c. Menurut bapak/ibu Sudah memadai belum sarana dan prasarana di RSU ini?

d. Sumber pendanaan dalam program JKN ini sudah memadai belum bapak/ibu?

“Sudah biasa kan ngurusin Jamkesmas, mungkin sedikit lebih pusing aja kalau BPJS.” “Rata-rata kerjanya baru, 5 orang baru 1 tahun, 1 orang udah 3 tahun, 1 lagi sama saya udah 4 tahun kerja di klaim ini.” “Belum, penunjang yang kurang, penunjang medis. Kaya CT-Scan, terus Hemodialisa, kita pengen buka hemodialisa tapi belum, apa,, banyak pasien-pasien yang cuci darah, mereka juga udah request…” “…terus kaya patologi anatomi, kita belum ada, pemeriksaan jaringan-jaringan…” “…dari klaim ke BPJS aja.” “Kita kan masih belum BLUD, tapi udah sendiri, jadi kaya SKPD sendiri gitu, jadi anggarannya itu masih di subsidi Pemkot Tangsel.” “Jadi masih disubsidi dana untuk obat-obatnya. juga Alkesnya….”

“Kita rata-rata verifikator masih baru, jadi kurang dari 1 bulan, kita juga di training dahulu, lalu ikutin workshop BPJS…” “Rata-rata kalau tim RS, sudah lebih ahli dan lama kerjanya.” “Kalau untuk sarana pelayanan BPJS udah cukup sih, dibawah ada pendaftaran dan disini juga udah ada computer lengkap, dan untuk verifikasi cukup kok sarananya.” “…untuk medisnya masih ada yang kurang ya, karena rumah sakit ini juga masih tipe C, pelayanan polinya masih banyak kurang, jadi banyak pasien disini masih ada di rujuk ke Fatmawati, RSCM…” “Klaim BPJS” “…karena klaim yang baru belum di cairkan, kesulitan mereka ya itu, karena uangnya mereka kepakai dulu.”

“sudah …mbak kiki itu udah dari 2010 dia urus jaminan, sudah ahlinya.” “kita masih tipe C, jadi ada beberapa penunjang mendis yang kurang, kaya CT-Scan…” “kalau computer ada semua di tiap bidang, kita kan terhubung satu sama lain…” “mungkin ruang tunggu kurang tertata saja...” “…kalau gak ada alatnya, kita rujuk ke RS rekanan…” “…kalau JKN dari BPJS, kalau E-KTP dari Pemkot ada juga subsidi dana alkes sama obat…” “sudah cukup ya, kita kan subsidi juga…”

3. Karakteristik Agen Pelaksana

a. Apakah ada peraturan/SOP yang mengatur tentang JKN tidak di RSU ini?

“Ada.” “Kaya kepesertaannya yang semakin luas, terus eeeee, yaa untuk lebih berimbasnya kepada klaim ya, kaya ada yang satu episode penyakit, tapi kan kalau di rumah sakit itu mereka tetap ditangani kan sama kita, tapi mereka menyebutnya tetap satu episode si BPJSnya. Nah itu, jadi kita Rumah Sakit harus bisa ngomongnya-lah ke fungsional gimana nih, bahwa kalau penyakit ini sebenarnya Cuma satu episode, jadi hanya satu dibayarkan. Paling itu.”

“Kalau SOP dari BPJSnya sendiri untuk rumah sakitnya sih belum ada ya, Cuma katanya kalau di RS sendiri sudah membuat SOP sendiri untuk pelaksanaan program. Jadi kita ikut aja dengan SOP dari pihak rumah sakit buat.”

“sudah dibuat sama kiki, dia buat alur saya udah ACC…” “sedang dibuat SOP pendiagnosaan kasus yang banyak periodenya, itu masalah di dokter gak sama dengan klaimnya…”

Page 182: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

b. Ada kebijakan lain tidak terhadap kejadian rujukan?

“…peraturan pemerintah daerah, ada berapa sih yang agak berbeda kaya adanya rujukan parsial sekarang, kan kalau yang dulu Jamkesmas itu kita bisa merujuk untuk penunjang aja yang bisa langsung, tapi kalau sekarang gak bisa, jadi kalau mau merujuk penunjang aja harus ACC dulu dari rumah sakit ini baru, dirumah sakit sana diterima, dan rumah sakit ini harus membayar, tidak boleh pasien membayar.” “dulu tetap harus ke atas untuk validasi, sekarang sudah saya pangkas, selesaiin semua dibawah…” “…udah bikin MOU dengan rumah sakit mana yang mau bekerjasama gitu, pokoknya nanti kita kirim pasien, diperiksa, paling kaya mereka ngeklaim juga, nih udah ada berapa pasien nih yang udah ditanganin sama mereka gitu, dari sini ganti uang.”

-

“kita ada MOU dengan RS bagus-bagus di Jakarta dan Tangsel, Sari Asih juga ada…”

4. Komunikasi antar pelaksana

a. Bagaimana komunikasi RSU kepada BPJS?

b. Bagaimana koordinasi RSU ke Dinas Kesehatan?

“Nah selama ini kita biasanya kalau ada apa-apa selalu nanya yaa, ke verifikator BPJS kan mereka juga nanti ada channel kesana ke BPJS.” “…mereka kan punya PJnya tuh, kita ke dianya. Jadi segala sesuatu nanya ke dianya gitu, masalah ini gimana, bisa atau gak, terus solusinya gimana, nanti mereka juga yang cariin solusinya. Yang penting komunikasinya jangan putus.” ”Kita kan masih belum BLUD, tapi udah sendiri, jadi kaya SKPD sendiri gitu, jadi anggarannya itu masih di subsidi. Jadi koordinasinya ke Pemkot.”

“…kita hanya berhubungan dengan tim pemberkasan, jadi kita dari tim verifikasi…”

“biasanya lewat desti ya, dia verifikator disini, baru ditempatkan…” “kalau kita diajakin rapat ya datang, paling itu…”

Page 183: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

c. Bagaimana sistem pelaporan dari RSU ke Kementerian atau BPJS?

d. Apakah BPJS melakukan monitoring evaluasi terhadap program JKN?

“Kita gak hubungan ke Kemenkes lagi, gak kaya Jamkesmas…” “…pelaporan klaim paling, langsung lewat verifikator yang ditempatkan di RSU sama BPJS, setelah closing, tanda tangan, nanti mereka bawa, nanti tinggal tunggu dananya cair ke rekening kita.” “lewat laporan klaim, sama keluhan yang masuk mungkin…”

“ada sih, kayanya belum mulai deh, katanya sih pertiga bulan, ini kan masih 3 bulan, mungkin april ini nanti dari BPJS akan lakukan evaluasi.”

“kurang tau juga.. harusnya iya…” “biasanya lakuin juga, kemarin saya rapat ada juga evaluasi dari Kementerian Kesehatan tapi gak di semua RS…”

5. Disposisi Pelaksana (Sikap) a. Bagaimana pandangan

bapak/ibu terhadap program JKN ini?

b. Bagaimana Penanganan Komplain JKN di RSU Kota Tangsel?

c. Lebih baik mana JKN dengan Jamkesmas?

“…udah ada progress gitu, lebih.. maksudnya lebih apa ya.. udah lebih baik lah…” “…dulu pas jamkesmas pernah telat 3 bulan, nah kalau sekarang mah bagus ya kata saya…” “…kalau menurut saya ya. udah ada progress sedikit, mereka itu ditargetinnya…” “…kalau menurut saya sendiri ya.. eeee… itu.. terlalu terburu-buru...” “…biasanya langsung diselesaiin disitu aja, kan ada kotak saran juga dibawah, kalau pasiennya gak bisa ditanganin dan kebetulan ada petugas BPJSnya kita alihin ke petugas BPJSnya…” “Lebih mudah yang sebelumnya…” “mungkin karena baru juga ya, kan INA-CBGs ini pake diagnosa, jadi kita yang verif juga baru terpapar…”

“Saya sih mendukung sekali, bagus programnya…” “Kalau dilihat dari cita-cita, targetnya gitu bagus sih sebenarnya, Cuma karena masih baru aja kan, jadi kesannya masih berantakan…” “…pasien biasanya kita arahin untuk komplain ke BPJS Centernya atau biasanya dari BPJS Hotlinenya sih, hotlinenya nelpon ke kita kalau ada masalah....” “kalau di RS, pasiennya langsung ke bagian administrasi BPJSnya di bawah itu, biasanya ntr ditanya masalahnya apa…” “kalau mau nasional sih bagusan BPJS ya jelas kan BPJS lebih terstruktur dan lembaganya besar.” “JKN persyaratannya juga lebih ringan…”

“baik ya, programnya cukup mudah dan lebih jelas karena peraturannya sangat banyak.” “saya rasa mendingan JKN, gak telat klaimnya, lebih cepat…” “…biasanya pake kotak saran” “…langsung dari orang verif, dia yang paham…” “jelas JKN, ini lebih banyak UU sama Perpresnya…”

6. Lingkungan (sosial, ekonomi, politik)

Page 184: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

a. Sejauh mana pengaruh lingkungan dalam pelaksanaan program JKN?

b. Waktu pelaksanaan

program ini kondusif tidak?

“Mungkin karena mau pemilu kali, makanya ada JKN. Saya juga kurang ngerti....” “Kalau untuk saat ini sih masih mendukung ya, gak terlalu banyak keluhanlah, mungkin ada gitu, tapi gak sampe gimana-gimana…”

“…kalau saya rasa, kalau dilihat-lihat dari masyarakat animonya sih baik…” “Kalau saya bilang terlalu terburu-buru, karena itu kan dari ASKES ke BPJS itu Cuma 1 tahun berubahnya, UU BPJS itu 2012, dan persiapannya Cuma dari tahun lalu kan, pasti kurang siap untuk itu, apalagi untuk menyeluruh ke seluruh Indonesia itu masih kurang.”

“wah, bingung saya, tapi gak ngaruh juga kali ya, tapi bisa jadi karena mau Pemilu ya…” “Cukup baik ya, karena udah lama juga persiapannya undang-undang juga wajibkan untuk ada JKN, jadi sesuai aja, Cuma mungkin karena baru, banyak masalah…”

7. Permasalahan a. Permasalahan apa saja

yang muncul ketika program ini berlangsung?

“…ada masalahnya itu sistemnya, dari kan, dulu kan namanya kalau di ASKES cetak SJP (surat jaminan pelayanan), sekarang namanya SEP (Surat Eligibilitas Pelayanan) kadang sistemnya error, suka gak connect, dari sistem yang aku bingung gini, yang urusin klaim kan orang BPJS sedangkan yang input INA-CBGsnya itu orang NCC, beda orang kan. Nah itu kadang gak sinkron soal itu, kan yang diagnose kan dokter, kita Cuma input aja, jadi kalau mau rubah inputnya ya harus ke dokternya…” “Nah terutama rawat jalan untuk pasien-pasien DM, nah kan harus dapat suntik Insulin kan satu insulin aja 200 ribu, sedangkan yang dibayarkan BPJS itu Cuma 160 ribu, belum dokter, belum yang lain kan. Ya mau gimana kita harus tetap layani, gak boleh nolak.” “…dulu kita ada ngaretnya dari Jamkesmasnya ya, dulu pas jamkesmas pernah telat 3 bulan, nah kalau sekarang mah bagus ya kata saya, februari aja udah mau closing, kalau dulu kan bulan ini aja nih bulan april, masih ngerjain yang 2013.”

“Kalau dari Rumah Sakit sendiri, banyak peserta yang bawa kartu BPJS tapi kartunya gak aktif jadi gak bisa diproses, karena sistemnya BPJS juga yang belum support banget jadi banyak klaim tagihan yang belum dibayarkan, kalau dari orang BPJSnya sendiri yanga kurang orang juga, karena peserta kan membludak yang bagian pendaftaran kesulitan juga karena kurang orang, sedangkan bagian kepesertaannya itu Cuma sedikit, ada juga yang peserta yang sudah bayar premi, tapi kartunya belum diaktifkan seperti itu, belum lagi dari pasien ex-ASKES yang dahulu obatnya dicover sekarang enggak, banyak yang gak terima juga dulu dapet sekarang enggak. Karena sekarang sistemnya kan menyeluruh buat nasional dan sistem paket juga kan, bukan pembayaran fee for service gitu, jadi mau gak mau dimaksimalkan disitu. Masih banyak evaluasi sih sebenarnya, dari NCCnya juga dari codingnya masih ada masalah kaya biaya percodingnya terlalu murah, kalau BPJS sih operator aja ya, dia dapat suruhan dari atas langsung, kaya UU sama peraturan presiden. Kalau ada masalah dengan coding juga orang banyak complain ke BPJS, kenapa kok murah ini? Padahal

“Masalah peserta yang sering ketolak karena gak ada rujukan, kartunya gak bisa diakses ke sistem, itu mereka harus balik lagi ke BPJS yang jauh. Trus, sistem BPJS klaimnya juga masih lama, memang tim kurang, namun kan SOP ada, jadi sesuaikan aja. Coding sering tuh, dokter complain ke saya bilang gak ada obatnya, trus gak sesuai, nanti kan saya yang ACC juga kalau udah di pemberkasan, maunya dari awal verif itu udah cek dulu, jadi verif diawal aja. Kasian pemberkasan bolak balik.”

Page 185: ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25711/1/Wahyu... · analisis implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di rumah

kan yang buat NCC kan, kita juga gak tau itu kan udah ada dari NCCnya begitu. “Kalau masalah di RS sendiri paling banyak kepesertaan kayanya deh. Itu kaya gitu tuh, dia bawa kartu tapi belum aktif kartunya, itu kan orang rumah sakit gak tau dia udah bayar apa belum, karena yang tau itu kan orang kepesertaan kantor pusat, jadi kadang-kadang ada pasien yang ngomel saya udah bayar kenapa belum aktif, seperti itu. Trus kalau dari klaim banyak masalah karena dari awal-awal januari sangat banyak masalah jadi numpuk di bulan-bulan ini, kaya klaim belum ditagihkan kepada BPJS, klaim yang januari belum cair, uang rumah sakit kepake juga untuk BPJS, ya seperti itu.”

8. Harapan Apa harapan bapak/ibu dari program JKN ini kedepannya?

“Tarifnya lebih besar. Lebih realistis. Terus ya.. verifnya lebih gampanglah. Soalnya kita coding dan entry sesuai yang tertulis ya, pasti dokter nulis udah ada pertimbangan, pun hasil penunjangnya seperti ini seperti ini memang pertimbangan dia ya. Kalau kita kan gak bisa merubah, kita kan Cuma sekedar ngumpulin aja sama entry.”

“Kalau saya dari pihak BPJS, dari RS pengennya ya pemberkasannya aja yang sesuai dengan persyaratan untuk klaimnya, jadi ketika kita verif itu datanya sudah lengkap semuanya, kita tinggal menyortir klaim, apakah ini layak atau enggak, apakah salah diagnose atau enggak, dan sebagainya, itu aja sih dari BPJS saya ya sebagai verifikator.”

“Programnya lebih baik lagi aja, jangan ada verifikasi berkali-kali, kasian yang bagian pemberkasan harus ke dokter lagi, cari coding lagi, kan sistemnya juga bisa mendukung gitu, sosialisasi program juga kurang ke RS, jadi kita tau apa-apa dari verif BPJS, kan belum tau infonya sesuai apa gak…”