ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA...
Transcript of ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA...
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA DSNNOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS
(STUDI DI BANK SYARI’AH MANDIRI CABANG KARANGAYUSEMARANG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.I)
Dalam Ilmu Syari'ah
Oleh :
MINIKMATIN LUTFIYAHNIM. 062311037
JURUSAN MUAMALAHFAKULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG
2010
ii
Drs. H. Nur Khoirin, M.AgJl. Tugu Lapangan Tambakaji Ngaliyan, Semarang
Drs. H. Wahab Zainuri, M.MBangatayu Wetan Rt02/01 Genuk, Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBINGLamp : 4 (empat) eks. Kpd Yth.
Hal : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syariah
A.n. Sdri. Minikmatin Lutfiyah IAIN Walisongo Semarang
Di Semarang
Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya
kirim naskah skripsi saudari :
Nama : Minikmatin Lutfiyah
NIM : 062311037
Judul Skripsi :ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWADEWAN SYARI’AH NASIONAL NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS TERHADAPPRODUK GADAI EMAS BSM(STUDI DI BANK SYARI’AH MANDIRI CABANGKARANGAYU SEMARANG)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera
dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Semarang, 11 Desember 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag Drs. H. Wahab Zainuri, M.MNIP. 19630801 199203 1001 NIP. 19690908 200003 1001
iii
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARI’AHJl.Prof. Dr. Hamka KM 2 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
N a m a : Minikmatin LutfiyahN I M : 062311037
Fakultas/Jurusan : Syari’ah / MuamalahJudul Skripsi : Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaa Fatwa
DSN Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang RahnEmas (Studi Di Bank Syari’ah Mandiri CabangKarangayu Semarang)
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:
22 Desember 2010
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2009/2010 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Syari’ah.
Semarang, 22 Desember 2010
Dewan Penguji
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. H. Abdul Fatah Idris, M.Si. Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag.NIP. 19520805 198303 1 002 NIP. 19630801 199203 1 001
Penguji I Penguji II
Drs. H. Musahadi, M.Ag Drs. Moh. Solek, M.ANIP. 19690709 199403 1 003 NIP. 19660318 199303 1 004
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. Drs. H. Wahab Zainuri,M.MNIP. 19630801 199203 1 001 NIP. 19690908 200003 1 001
iv
MOTTO
“Alloh akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS. Al-Mujadilah: 11) 1
1 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemah, Semarang: Toha Putera, 2006, hlm. 911
v
PERSEMBAHANKupersembahkan skripsi ini teruntuk
Orang-orang yang ku cintai yang selalu hadir mengiringi hari-hariku
Dalam menghadapi perjuangan hidup yang penuh cucuran keringat dan air mata
Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia mendukung & mendoakanku
Di detiap ruang & waktu dalam kehidupanku khususnya buat:
1. Abah dan Umiku Tercinta (Bpk Fatkhan & Ibu Alfiatun)
Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material dan selalu
mencurahkan kasih sayang, doa, perhatian dan memberikan motivasi kepada ananda
dalam segala hal. Berkat perjuangan serta kesabaran engkaulah ananda bisa berhasil.
Semoga Allah Swt selalu melindungi Abah & Umi .
2. Kakak serta Adiku tersayang (mb Nur sekeluarga, mb Tu’tin sekeluarga,
mb Diah sekeluarga, mb Rinis sekeluarga serta De’ Zien & de’ Arwan)
Terimakasih atas do a serta dukungan kalian semua semoga Alloh Memberikan
kebaikan.
3. Keluarga Besar Ibu Sumi’ah
Ibu Sumi ah & Mbah Yah: terimkasih yang tak terkira atas kasihsayang serta doa
dan dukungan baik moril maupun materiil semoga Alloh selalu memberikan kebaikan.
Mas Handoko Saputro: Yang selalu sabar setia menantiku, memberiku motivasi serta
mendoakanku dalam keadaan apapun, Kesabaran serta kebesaran hatimu semoga
berujung dengan sebuah kebahagiaan, semoga Alloh memberi kita jalan kemudahan
dalam menjalani kehidupan dan semoga ridloNya kan selalu bersama langkah kita.
Amin amin ya Robbal alamin.....
Mas Agus, Mas Nanank dan de Achix: terimakasih atas semua motivai, doa, serta
kebaikan kalian, semoga kebaikan kan selalu bersama kalian.
4. Keluarga besar Mbah K.H.Ali hasan, Keluarga Besar Bapak K.H.Dr. Ali
Imron, H.S beserta Ibu Rikhlatul Khoiriyah, S.Ag
Kalian semua adalah keluargaku disini tanpa kalian saya tidak bisa sampai seperti
ini. Terimaksih atas semua dukungan, do a, nasihat, serta petuah-petuahnya dan
semua kebaikan yang kalian berikan selama saya berada di sini, hanya Alloh yang
mampu membalas kabaikan yang lebih baik. Banyak hal pelajaran yang dapat saya
vi
ambil sebagai perisai dalam meniti kehidupan mendatang. Semoga apa yang saya
dapatkan bisa bermanfaat.
de’ FIKA & de’ ABIl aku akan selalu merindukan kalian yang lucu n nakal
hehehe....
5. Sahabat-sahabatku (Mb Mini, Mb Isti , Syifa)
Yang senantiasa memberiku dukungan disaat ku hampir terhenti, menamaniku
disaat ku sendiri, memberi senyum di saat ku sedih, mengalunkan doa kebaikan
untukku. Semoga persahabatan kita kan terjaga Amiiin thanks for All .
6. Adek-adeku semua di ULUMUL QUR’AN yang tak bisa ku sebutkan satu
persatu
thanks atas doa dan dukungan kalian semua. Kalian semua telah memberi warna
baru dalam hidupku.
7. Sahabat-sahabatku MU’B_06 (Mb’ Robi’ah&Pujek, Nata, Aan, Aniq
(D’max), Bidin, EnHa, Jannah, Hani, Eni, Nazil, Evi, Vi3 )&semua
Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2006 yang tak dapat ku
sebutkan satu persatu.
Terimakasih atas doa dan dukungan kalian semua, kalian selalu memberi motivasi
dan selalu mewarnai hari-hariku dengan penuh canda dan tawa, doaku semoga
kalian semua semester depan bisa wisuda bareng tanpa ada yang tertinggal.
Amiiinn ..Ayo tetep senyum n SEMANGAT .!!!
vii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis
Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang
telah atau pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Dengan demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi
yang menjadi bahan rujukan.
Semarang, 10 Desember 2010Penulis
Minikmatin LutfiyahNIM. 062311037
viii
ABSTRAK
Dewan Syariah Nasional dan Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 28,Maret 2002 M, menetapkan fatwa DSN-MUI No 26/DSN-MUI/III/2002 tentangRahn Emas. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa rahn emas diperbolehkanberdasarkan prinsip Rahn, ketentuan pembiayaan rahn emas adalah sebagaiberikut:1. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh
penggadai(rahin).3. Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarahDalam pelaksanaan penentuan biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang(marhun) di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu Semarang besarnya biayaditentukan berdasarkan besarnya pinjaman yang di berikan pihak Bank kepadanasabah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian denganjudul: Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Fatwa DSN Nomor:26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas (Studi Di Bank Syari’ah MandiriCabang Karangayu Semarang)
Jenis penelitian ini dilihat dari objeknya termasuk penelitian lapanganatau field research yang dilakukan di BSM Cabang Karangayu Semarang. Untukmendapatkan data yang valid, penulis menggunakan beberapa metodepengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber datadalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.Setelah data-data terkumpul maka penulis menganalisis dengan menggunakanmetode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan gadai emas di BankSyari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang menggunakan dua akad yaituakad Qardh dalam rangka rahn artinya akad pemberian pinjaman dari Bankkepada Nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar Bank menjagabarang jaminan yang telah diserahkan oleh nasabah. Akad ini digunakan sebagaiakad dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah yang memberikan jaminanbarang berupa emas. dan akad ijarah digunakan pada biaya pemeliharaan danpenyimpanan barang gadai berupa emas. Kedua akad ini tertera dalam SuratBukti Gadai Emas (SBGE). Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan ataupenyimpanan barang gadai, maka Bank dapat memperoleh pendapatan yang sahdan halal. Bank akan mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepadapenggadai atau bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai. Adapunmengenai besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang (marhun) pihakBank menetapkan berdasarkan besarnya pinjaman yang diberikan kepadanasabah. Hal ini berarti dalam penentuan biaya pemeliharaan dan penyimpananbarang tidak sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002tentang Rahn Emas.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur Alhamdulillahirobbil alamin penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul : Analisis Hukum Islam Terhadap Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional NomoR: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn
Emas Terhadap Produk Gadai Emas BSM (Studi Di Bank Syari’ah Mandiri
Cabang Karangayu Semarang) dengan baik tanpa banyak kendala yang berarti.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini semoga kita termasuk ummtanya
yang kan mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyamah amin ya robal alamin.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih
payah penulis secara pribadi, tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari
usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Imam Yahya, M.A, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. dan Bapak Drs. H. Wahab Zainuri, M.M.
selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktu,
tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Kajur, Sekjur, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.
4. Pimpinan Bank Syariah Mandiri Semarang yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak
Akhmad Nurudin dan Bapak Rasyid serta semua karyawan BSM Cabang
x
Karangayu Semarang yang telah bersedia memberikan informasi-informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
5. Kedua orang tua penulis, adik beserta segenap keluarga, atas segala doa,
dukungan, perhatian, arahan dan kasih sayangnya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi.
6. Sahabat-sahabatku semua yang selalu memberi do’a, dukungan, dan semangat
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. “Semoga Allah membalas semua amal
kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari apa yang mereka berikan
padaku” amin.
Dalam penulisan skripsi ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin
namun dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Amin.
Semarang, 10 Desember 2010
Penulis
Minikmatin LutfiyahNIM 062311037
xi
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL…………………………………………………........ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMANDEKLARASI .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tujuan Penelitin................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
E. Telaah Pustaka ................................................................... 6
F. Metode Penelitian ............................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II KONSEP UMUM TENTANG GADAI (RAHN)
A. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji ............................. 14
B. Dasar Hukum Gadai (Rahn).............................................. 19
C. Rukun dan Syarat Gadai (Rahn) ....................................... 21
D. Ketentuan Umum Pelaksanaan Ar-Rahn Dalam
Islam........................ ......................................................... 28
E. Apliksi Dalam Perbankan................................................. 29
F. Manfaat Rahn................................................................... 31
G. Resiko Ar-Rahn................................................................ 31
H. Gadai Emas Syri’ah.......................................................... 32
xii
BAB III FATWA DSN-MUI NO: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN
EMAS DAN PELAKSANAAN GADAI EMAS DI BANK
SYARI’AH MANDIRI CABANG KARANGAYU EMRANG
A. Profil MUI ………………..… …………………………… 37
B. Profil Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu
Semrang……………………………………………..…….. 45
C. Visi Misi………………………………………………….. 49
D. Budaya Perusahaan……………………………………….. 50
E. Produk-produk Bank Syari’ah Mandiri……………………. 50
F. Mekanisme pelaksnaan Gadai Emas di Bank Syari’ah Cabang
Karangayu Semarang……………………………………… 53
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI BANK
SYARI’AH MANDIRI CABANG KRANGAYU
SEMARANG
A. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri
Cabang Karangayu Semarang ........................................... 62
B. Analisis Keputusan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor:
26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas terhadap
Praktek Gadai Emas di Bank Syri’ah Mandiri Cabng
Krangayu Semarang......................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………… 76
B. Saran-Saran …………………………………………… 78
C. Penutup...................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna karena di
dalamnya terdapat kaidah-kaidah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan
manusia baik dalam ibadah dan juga mu’amalah (hubungan antar makhluk).
Setiap orang mesti butuh berinteraksi dengan lainnya untuk saling menutupi
kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka.
Keuniversalan Islam, mengajarkan kepada umatnya supaya hidup
saling tolong-menolong yang kaya harus menolong yang miskin, yang mampu
harus menolong yang tidak mampu. Bentuk dari tolong menolong ini bisa
berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman.2 Allah berfirman dalam surat al-
Maidah ayat 2 sebagai berikut ;
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnyaAllah amat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah : 2).3
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, kadang
tidak dapat tercukupi dengan harta yang dimilikinya. Untuk kebutuhan
mendesak dan segera, seperti biaya pengobatan, sering kali seseorang
2Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syari'ah, Jakarta : Salemba Diniyah, 2003, hlm. 23Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
Penterjemah al-Qur'an, 1986, hlm. 157
2
meminjam kepada orang lain. Dalam Islam akad pinjaman seperti ini
dinamakan akad qard. Akad ini sesuai aturan Islam haruslah di saksikan oleh
dua orang saksi dan dilakukan secara tertulis. Jika tidak demikian hendaknya
orang yang berhutang memberikan barang kepada orang yang menghutangi
sebagai jaminan atas utangnya. Bentuk akad ini dinamakan sebagai akad gadai
yang dalam hukum Islam disebut akad rahn.4
Gadai dalam Hukum Perdata disebut dengan istilah pand dan
hypotheek. Menurut bunyi pasal 1162 BW (burgelijk wetbook) bahwa yang
dimaksud hypotheek adalah suatu hak kebebasan atas suatu benda yang tak
bergerak, bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari (pendapatan
penjualan) benda itu. Kedua hal kebendaan tersebut memberikan kekuasaan
atas suatu benda tidak untuk di pakai tetapi untuk dijadikan jaminan bagi
hutang seseorang semata5
Dalam istilah hukum Islam gadai di sebut dengan rahn (barang
jaminan) yang merupakan sarana saling tolong menolong bagi umat islam
tanpa adanya imbalan jasa. Ulama’ fiqih Malikiyah berpendapat bahwa yang
dijadikan barang jaminan (agunan) bukan saja harta yang bersifat materi,
tetapi juga harta yang bersifat bermanfaat tertentu. Harta yang dijadikan
barang jaminan tidak harus diserahkan secara aktual, tetapi boleh juga
penyerahannya secara hukum, seperti menjadikan sawah sebagai jaminan
(agunan) maka yang di serahkan adalah surat jaminannya (sertifikat sawah).
4 Dadan Mutaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syari,Ah,Yogyakarta:Safira insaniPress: 2009, hlm 105-1065 Chuzaimah T. Yanggo, A. Hafiz Anshori, AZ, MA., Problematika Hukum Islam
Kontemporer III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004, hlm. 81
3
Ar-rahn di tangan murtahin (pemberi utang) hanya berfungsi sebagai
jaminan utang rahin (orang yang berhutang). Barang jaminan itu baru boleh di
jual/di hargai apabila dalam waktu yang di setujui kedua belah pihak, utang
tidak boleh di lunasi orang yang berhutang. Oleh sebab itu hak pemberi
hutang hanya terkait dengan barang jaminan, apabila yang berhutang tidak
mampu melunasi utangnya.6
Salah satu bentuk jasa pelayanan yang menjadi kebutuhan masyarakat
adalah rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Banyak terlihat
sekarang beberapa bank syaria’h merespon kebutuhan masyarakat akan hal itu
mengeluarkan produk pembiayaan berupa gadai emas syari’ah. Dimana
masyarakat pada umumnya telah lazim menjadikan emas sebagai barang
berharga yang di simpan dan menjadikannya objek rahn sebagai jaminan
utang untuk mendapatkan pinjaman uang.
Prospek investasi emas yang kian menguntungkan karena harga selalu
naik, harga emas cenderung tumbuh 25% sampai 30% setiap tahun. pada
2006, 1 gram seharga Rp.180.000-an, sekarang Rp.380.000-an. Bahkan
prediksi pada 2015 harga emas per gram akan mencapai 1,057 jutaan. Itulah
sebabnya kenapa gadai emas banyak di minati masyarakat pada saat ini.
Berdasarkan surat yang diterima DSN-MUI dari Bank Syari’ah
Mandiri No 3/303/DPM tanggal 23 Oktober 2001 tentang permohonan Fatwa
Produk Gadai Emas. Dan hasil rapat pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari
6 Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hlm252
4
Kamis, 14 Muharam 1423 H/28 Maret 2002 M memutuskan fatwa DSN-MUI
Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas.
Dalam keputusan tersebut gadai emas dibolehkan berdasarkan prinsip
Rahn yang sudah di atur (dalam fatwa DSN nomor:25/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn) dimana mutahin (penerima barang) mempunyai hak untuk
menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan
barang) di lunasi. Marhun dan pemanfaatanya tetap menjadi milik rahin yang
pada prinsipnya marhun tidak boleh di manfaatkan oleh murtahin kecuali
seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatanya itu
sekedar pengganti pemeliharaan dan perawatannya. Ongkos dan biaya
penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). Besarnya
ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata di perlukan. Biaya
penyimpanan barang (marhun) dilakukan atas dasar akad ijarah.7
Karakteristik gadai emas syari’ah di BSM berdasarkan prinsip
syari’ah dengan akad qard dalam rangka rahn dan akad ijarah. Biaya
administrasi dan asuransi barang jaminan dibayar pada saat pencairan. Biaya
pemeliharaan dan penyimpanan ditentukan berdasarkan besarnya pinjaman
yang diterima nasabah. Biaya pemeliharaan dihitung per 15 hari dan di bayar
pada saat pelunasan. Adapun apabila sampai dengan 4 bulan belum dapat
melunasi pinjaman maka cukup dengan membayar biaya pemeliharaan dan
administrasi.
7 DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari ah Nasional, Cet.3, Jakarta: Gaung PersadaPress, 2006, hlm 158-159
5
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian terhadap praktek gadai emas relevansinya dengan
fatwa DEWAN SYARI’AH NASIONAL Nomor: 26 DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn Emas studi di Bank Syari’ah Mandiri Semarang.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan beberapa masalah diantaranya;
1. Bagaimana praktek gadai emas di Bank syari’ah Mandiri Semarang.
2. Apakah gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu
Semarang dalam prakteknya sudah sesuai dengan hukum Islam dan prinsip
syari’ah seperti yang telah diatur dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional
Nomor : 26/DSN-MUI/2002 Tentang Rahn Emas.
C. TUJUAN PENELITIAN
Ada dua tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian skripsi ini
yaitu: yang pertama tujuan bersifat formal akademis, kedua bersifat ilmiah
akademik.
Tujuan yang pertama meliputi dua hal pokok yaitu:
- Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu
(S.1) di program studi muamalah fakultas syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
- Untuk melatih diri dalam menganalisa, membahas dan
menginterpretasikan suatu masalah ilmiah, dimana pada prakteknya nanti
akan dituntut untuk berfikir secara sistematis, obyektif, dan komprehensif
6
sehingga mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis.
Adapun tujuan kedua adalah :
Untuk mengetahui bagaimana praktek gadai emas di Bank syari’ah
Mandiri Cabang Karangayu Semarang.
Untuk mengetahui Apakah praktek gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri
Semarang sudah sesuai dengan fatwa Dewan Syari’ah Nasional
Nomor : 26/DSN-MUI/2002 Tentang Rahn Emas.
D. MANFAAT PENULISAN SKRIPSI
Adapun manfaat di dalam penulisan yang penulis tulis di antaranya:
1. Bagi penulis sendiri, manfaat yang dirasakan dari penulisan skripsi ini
adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang praktek gadai
emas syari’ah yang pada umumnya dilakukan di lembaga keuangan
syari’ah dan pada khususnya di Bank syari’ah Mandiri Semarang.
2. Bagi pihak lain, penulis berharap skripsi ini akan dapat menjadi sumber
referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademis, dan menunjang
penulisan yang selanjutnya akan berguna sebagai bahan perbandingan bagi
penulis yang lain, khususnya bagi pihak pelaksana sebagai sumber data
dari lembaga tersebut.
E. TELAAH PUSTAKA
Untuk menghindari pengulangan dalam penelitian ini, sehingga tidak
terjadi adanya pembahasan yang sama dengan penelitian lain, maka penulis
perlu menjelaskan adanya tujuan penelitian yang akan diajukan. Adanya
7
beberapa tulisan yang berkaitan dengan masalah tersebut merupakan suatu
data yang sangat penting.
1. ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG
PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PEMBERI DAN
PENERIMA GADAI TERHADAP BARANG GADAI YANG RUSAK
oleh Siti Zainab mahasiswa angkatan 2002 jurusan Muamalah Fakultas
Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Dalam penelitian tersebut fokus
menganalisa pendapat imam Malik tentang penyelesaian antara pemberi
dan penerima barang gadai terhadap barang gadai yang rusak.
2. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN
BARANG GADAI SEPEDA MOTOR (STUDI KASUS DI DESA
KARANGMULYO PEGANDON KENDAL) oleh Nur Rif’ati
mahasiswa angkatan 2002 Jurusan Muamalah fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang. Dalam skripsi tersebut membidik kepada
pemanfaatan barang gadai di tinjau dari segi hukum islam.
3. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI
PENGGARAPAN SAWAH (STUDY KASUS DI DESA SAMBUNG
KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOKAN) Oleh
Dimyati mahasiswa angkatan 2006 program studi Muamalat Universitas
Wahid Hasyim. Dalam skripsi tersebut mengkaji tentang pemanfaatan
barang gadai berupa sawah di tinjau dari hukum islam.
4. ANALISIS PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BSM
SEMARANG RELEVANSINYA DENGAN FATWA DSN NOMOR
8
29/DSN-MUI/III/2002 TENTANG TALANGAN HAJI oleh Khalmini
mahasiswi angkatan 2006 jurusan Muamalah fakultas Syari’ah. Dalam
skripsi ini membahas tentang dana pembiayaan talangan haji kaitanya
dengan fatwa DSN nomor 29.
Adapun yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini yaitu gadai
emas dalam produk pembiayaan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang
Karangayu Semarang kaitannya dengan fatwa DSN Nomor 26/DSN-
MU/IIII/2002 tentang rahn emas. Dan sepengetahuan penulis, belum ada
tulisan yang membahas masalah tersebut. Sehingga penelitian ini benar-
benar berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang telah
penulis paparkan di atas.
Oleh karena itu, penulis merasa termotivasi untuk membahas judul
tersebut dalam bentuk skripsi, dengan harapan hasilnya akan dapat
memperkaya khazanah intelektual keislaman serta menambah wawasan
bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat
tertentu baik di lembaga-lembaga organisasi masyarakat (sosial) maupun
lembaga pemerintahan.8
8Sumardi suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Cet11,1998 hlm. 22
9
Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian langsung di Bank
Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang.
2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data penelitian adalah subjek dari mana
data diperoleh. Apabila penelitian menggunakan wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan
tertulis atau lisan.9
Data Primer
Yang dimaksud dengan sumber data primer adalah data yang
diperoleh dari objek penelitian dimana dalam penelitian ini peneliti
memperoleh data dari Bank Syari’ah Mandiri Semarang.
Sumber Data Sekunder
Yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang
diperoleh dari data kepustakaan, buku, dokumen, dan lainnya dan
tentunya berhubungan dengan gadai atau rahn emas dan buku-buku
yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Data ini sebagai data awal
sebelum penulis terjun ke lapangan.
3. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah :
a. Metode dokumentasi
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. RinekaCipta, Cet. Ke-11, 1998, hlm. 114
10
Yaitu teknik pengumpulan data melalui dokumen yang tidak
secara langsung dibagikan pada subyek penelitian. Dokumen ini dapat
berupa catatan, transkip, notulen rapat, legger, surat kabar, agenda dan
sebagainya.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan kepada para responden.10
Dalam penelitian ini dilakukan secara bebas dalam arti
responden diberi kebebasan menjawab akan tetapi dalam batas-batas
tertentu agar tidak menyimpang dari panduan wawancara yang telah
disusun.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bp. Ahmad selaku
pimpinan Bank Syari’ah Cabang Karangayu Semarang dan Bp. Rasyid
yang mengurusi bagian Gadai Emas Syari’ah di BSM cabang
Karangayu Semarang. Peneiti juga melakukan wawancara dengan
pihak nasabah dan juga DPS BSM Cabang Karang Ayu Semarang.
4. Analisis Data
Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat disarankan oleh data.11
10M.Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 12611Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta,
Cet. Ke-3, 1999, hlm. 39
11
Setelah data-data terkumpul maka penulis melakukan analisis
dengan menggunakan cara diantaranya :
Metode deduktif yaitu berdasarkan teori atau konsep yang bersifat
umum di aplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data atau
menunjukkan suatu komparasi atau hubungan seperangkat data dengan
seperangkat data yang lain.12
Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan sistem-sistem dan
praktek gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri Semarang kaitanya dengan
Fatwa DSN Nomor 26/DSN-MU/IIII/2002 Tentang Rahn Emas.
Kemudian menganalisis data yang telah diperoleh untuk mengemukakan
sudah sesuaikah penerapan gadai emas dengan prinsip-prinsip syari’ah.
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaah terhadap skripsi ini,
maka penulis menyusun dalam bab per bab yang saling berkaitan. Dalam
setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan. Adapun sistematikanya dapat
penulis rumuskan sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN, yang terdiri atas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan penelitian, manfaat
penulisan skripsi, telaah pustaka, metode penulisan skripsi, dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab II : KONSEP UMUM TENTANG DAGAI (RAHN)
12 Bambang sunggono. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998.Hlm 38-39
12
Dalam bab ini memuat beberapa alasan meliputi; pengertian
gadai (rahn), dasar hukum gadai (rahn), syarat dan rukun gadai
(rahn), ketentuan umum tentang gadai dalam Islam, Aplikasi
dalam perbankan Manfaat Rahn, Resiko rahn, pengertian gadai
emas syari’h.
Bab III : FATWA DSN-MUI NO: 26/DSN-MUI/2002 TENTANG
RAHN EMAS DAN PELAKSANAAN GADAI EMAS
SYARI’AH DI BANK SYARI’AH MANDIRI CABANG
KARANGAYU SEMARANG
meliputi; Profil DSN-MUI, isi fatwa DSN-MUI Nomor:
26/DSN-MUI/2002 tentang rahn emas, Profil Bank Syariah
Mandiri Cabang Karangayu Semarang, Produk-Produk Bank
Syariah Mandiri Semarang, mekanisme dan pelakanaan praktek
gadai emas Di Bank Syariah Mandiri cabang Karangayu
Semarang
Bab IV : ANALISIS, meliputi; Analisis Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-
MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas, analisis pelaksanaan gadai
emas di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu semarang.
Bab V : PENUTUP, meliputi: kesimpulan, saran-saran, penutup dan
daftar pustaka.
13
BAB II
KONSEP UMUM TENTANG GADAI (RAHN)
A. Pengertian Gadai (Rahn)
Gadai dalam bahasa arab disebut dengan rahn. Secara etimologi berati
tetap, kekal, dan jaminan. Gadai istilah hukum positif di indonesia adalah apa
yang disebut barang jaminan, agunan, rungguhan, cagar atau cagaran, dan
tanggungan. Gadai merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi
agunan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan. Dalam terminologinya gadai
mempunyai banyak pengertian dan pemaknaan. Dalam kitab undang-undang
hukum perdata, gadai diartikan sebagai suatu hak yang di peroleh kreditor (si
berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh
debitur (si berhutang), atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan pada kreditor itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya, dengan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah di
keluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan dan biaya-
biaya yang harus didahulukan.
Azhar Basyir memaknai rahn (gadai) sebagai perbuatan menjadikan
suatu benda yang bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan
uang, dimana adanya benda yang menjadi tanggungan itu di seluruh atau
sebagian utang dapat di terima.
14
Dalam hukum adat gadai di artikan sebagai menyerahkan tanah untuk
menerima sejumlah uang secara tunai, dengan ketentuan si penjual
(penggadai) tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan
menebusnya kembali.13
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang di tahan tersebut memiliki nilai
ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.14
Gadai adalah jaminan atas barang yang dapat di jual sebagai jaminan
hutang, dan kelak nantinya dapat di jual untuk membayar hutang, jika yang
hutang tidak mampu membayar hutangnya karena kesulitan.15
Rahn Disebut juga dengan al-habsu yang artinya menahan. sedangkan
menurut syari’at islam gadai berati menjadikan barang yang memiliki nilai
menurut syari’at sebagai jaminan hutang, hingga orang tersebut dibolehkan
mengambil hutang atau mengambil sebagian manfaat barang tersebut.
Pemilik barang gadai disebut rahin dan orang yang mengutangkan
yaitu orang yang mengambil barang tersebut serta menahannya disebut
murtahin, sedangkan barang yang di gadaikan disebut rahn.16
17 Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syari ah, cet 1, Yogyakarta: SafiraInsani Press, 2009 hlm.106-107
14 Muhammad Syafi’i Antonnio, “Bank Syari ah suatu Pengenalan Umum” Jakarta:Tazkia Institute, 1999, hlm 184
15 Moh Rifa’I, Konsep Perbankan Syari ah, Semarang: CV. Wicaksana, 2002, hlm. 8916 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, cet.ke-1, 2006, hlm. 187
15
Fiqih Islam mengenal perjanjian gadai yang disebut rahn yaitu
perjanjian menahan suatu barang sebagai tanggungan utang. Adapun ta rif
(definisi) menurut istilah syar’ ialah; menjadikan sesuatu benda yang
mempunyai nilai harta dalam pandangan syara untuk kepercayaan suatu
utang, sehingga memungkinkan mengambil seluruh atau sebagian utang dari
benda itu.
Ta rif yang lain terdapat dalam kitab al-Mugny yang di karang oleh
ibnu Quddamah yang artinya sebagai berikut: suatu benda yang dijadikan
kepercayaan suatu utang untk di penuhi dari harganya, nila yang berhutang
tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang.
Sedangkan Al-Imam Abu zakaria al_Anshori menetapkan ta rif ar-
Rahn di dalam kitab Fatkhul Wahab artinya sebagai berikut: menjadikan
benda yang bersifat harta (harta benda) sebagai kepercayaan dari (harga)
benda itu bila utang tidak di bayar.
Dari ketiga ta rif diatas terdapat kesamaan pendapat yaitu;
1. Gadai menggadai itu adalah salah satu kategori dari utang piutang
2. Untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang
berhutang menggadaikan barangnya (ain maliyah) sebagai jaminan
terhadap utangnya itu, yang disebut dalam ta rif dengan kata watsiqatin
(kepercayaan.).
3. Barang jaminan itu dapat dijual untuk membayar utang orang yang
berhutang , naik sebagian maupun seluruhnya. Dan bila terdapat kelebihan
dari penjualan benda itu., sedangkan orang yang menerima jaminan (yang
16
berpiutang) ia mengambil sebagiannya yaitu sebesar uang yang
dipinjamkannya.
4. Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang
berpiutang), tetapi di kuasai oleh penggadai (orang yang berpiutang).
5. Gadai menurut syari’at Islam berarti penahanan atau pengekangan,
sehingga dengan akad gadai menggadai kedua belah pihak mempunyai
tanggung jawab bersama, yang punya utang bertanggung jawab melunasi
utangnya dan orang yang berpiutang bertanggungjawab menjamin
keutuhan barang jaminanya. Dan bila utang telah dibayar maka penahanan
atau pengekangan oleh sebab akad itu menjadi lepas, sehingga
pertanggungan jawab orang yang menggadai dan yang menerima gadai
hilang untuk menjalankan kewajiban dan bebas dari tanggung jawab
masing-masing.
6. Di dalam ketiga ta rif tersebut ada kata yajalu dan ja ala yang berarti
menjadikan dan dijadikan, yang mempunyai makna bahwa pelaksana
adalah orang yang memiliki harta benda itu., karena harta benda yang
bukan miliknya tidak dapat di gadaikan.
Demikianlah pengertian gadai menggadai dalam istilah hukum Islam
yang disebut dengan istilah rahn. Sedangkan dalam istilah hukum perdata
disebut dengan istila Pand and Hyotheek. Menurut bunyi pasal 1162 BW
(Burgelijk Wetbook) bahwa yang di maksud dengan Hyotheek adalah “suatu
hak kebendaan atas suatu benda yang bergerak, bertujuan untuk mengambil
pelunasan suatu barang dari (pendapatan penjualan) benda itu”.
17
Itulah pengertian dan konsep dasar gadai dalam syari’at islam.
Penjelasan di atas bahwa gadai dalam Islam mengandung nilai social yang
tinggi, yaitu untuk tolong menolong, tidak bertujuan komersial. 17
Berdasarkan beberapa pengertian di atas secara ringkas gadai dapat
disimpulkan dengan mengkombinasikan apa yang ada dalam KUH Perdata
dengan hukum adat terutama menyangkut obyek perjanjian gadai. Sedangkan
dalam hukum Islam obyek gadai meliputi barang yang mempunyai nilai harta
dan tidak dapat di persoalkan apakah ia merupakan benda bergerak seperti
mobil atau tidak bergerak seperti tanah dan rumah. Adapun istilah – istilah
yang di gunakan dalam perjanjian gadai menurut hukum islam adalah sebagai
berikut:
1. Pemilik barang (yang berhutang) atau penggadai diistilahkan dengan rahn.
2. Orang yang memberi utang atau penerima gadai, diistilahkan dengan
murtahin.
3. Obyek atau barang yang di gadaikan, diistilahkan dengan marhun.
Marhun di tangan murtahin hanya berfungsi sebagai jaminan utang
dari rahin. Barang jaminan itu baru dapat di jual atau di hargai dalam waktu
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan utang tidak dapat dilunasi
oleh debitor. Oleh karena itu hak kreditor terhadap barang jaminan hanya
apabila debitor tidak melunasi hutangnya. Dalam hukum islam, gadai seperti
ini termasuk salah satu akad mu’amalah yang diperbolehkan dengan harus
memenuhi persyaratan dan kualifikasi tertentu juga.
21 Chuzaimah T. Yanggo, Hafiz Anshory, Problematika Hukum Islam Kontemporer”Jakarta: 2004 hlm 79-82
18
B. Dasar Hukum Gadai (Rahn)
Menggadai barang boleh hukumnya baik di dalam hadlar (kampung)
maupun didalam safar (perjalanan). Hukum ini di sepakati oleh umum
mujtahidin.18
Jaminan itu tidak sah kecuali dengan ijab dan qabul. Dan tidak harus
dengan serah terima jika keduanya sepakat bahwa barang jaminan itu berada
di tangan yang berpiutang (pemegang surat hipotik) maka hukumnya boleh.
Dan jika keduanya sepakat barang jaminan itu berada di tangan seorang adil,
maka hukumnya juga boleh. Dan jika keduanya masing-masing menguasai
sendiri maka hakim menyerahkannya kepada orang yang adil. Semua barang
(benda) yang boleh di jual boleh pula dijaminkan.19
Akad rahn diperbolehkan oleh syara’ dengan berbagai dalil Al-Qur’an
ataupun Hadits nabi SAW. Begitu juga dalam ijma’ ulama’. Diantaranya
firman Allah dalam Qs.Al-baqarah; 283
b Î) uróOçFZä.4’ n? tã9•xÿy™öNs9 ur(#r߉Éf s?$ Y6Ï?% x.Ö`» yd Ì• sù×p|Êqç7 ø)̈B(÷b Î* sùz̀ ÏBr&Nä3àÒ÷è t/$ VÒ÷è t/
ÏjŠ xsã‹ ù=sù“Ï%©!$#z̀ ÏJ è? øt$#¼ çmtF uZ» tBr&È,G u‹ ø9 ur©! $#¼ çm/u‘3Ÿwur(#qßJ çG õ3s?noy‰» yg¤±9 $#4t̀Bur$ ygôJ çG ò6 tƒ
ÿ¼ çm̄R Î* sùÖNÏO#uä¼ çmç6ù=s%3ª! $#ur$ yJ Î/tbqè=yJ ÷è s?ÒOŠÎ=tæÇËÑÌÈ
Artinya: “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklahada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akantetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Makahendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlahkamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapayang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
18 Teuku Muhammad Hasby Shiddieqy, ”Hukum-Hukum Fiqih Islam” Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm 362
19 Hafid Abdullah, “Kunci Fiqih Syafi Semarang CV As-syifa’, 1992, hlm 144
19
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamukerjakan . (QS. Al Baqarah; 283) 20
Para ulama’ fiqih sepakat menyatakan bahwa ar-rahn boleh dilakukan
dalam perjalanan dan dalam keadaan hadir di tempat, asal barang jaminan itu
bisa langsung di pegang/dikuasai (al-qabdh) secara hukum oleh pemberi
hutang. Maksudnya karena tidak semua barang jaminan dapat
dipegang/dikuasai oleh pemberi piutang secara langsung, maka paling tidak
ada semacam pegangan yang dapat menjamin barang dalam keadaan status al-
marhun (menjadi agunan utang). Misalnya apabila barang itu berbentuk
sebidang tanah, maka yang dikuasai (al-qabdh) surat jaminan tanah.
Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). Dalam dunia finansial, barang tanggungan
biasa dikenal sebagai jaminan atau collateral atau objek pegadaian.21
Hadist diriwayatkan oleh imam Bukhari dan muslim dari Aisyah ra.
Berkata;
Artinya: “sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan denganberhutang dari seorang yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuahbaju besi kepadanya . (HR Bukhari dan Muslim)
Menurut kesepakatan ahli fiqih peristiwa Rasul SAW me-rahn-kan
baju besinya itu adalah kasus ar-rahn yang pertama dalam islam dan di
lakukan sendiri oleh Rasulullah. Kisah yang sama juga diriwayatkan oleh
20 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta : Bumi Restu, 1974, hlm. 49.21 Muhammad Syafi’I Antonio, Op.Cit
20
Ahmad ibn Hambal, Al-bukhari, dan ibnu Majah dari Anas ibn malik. Dalam
riwayat Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasul SAW bersabda:
“pemilik harta yang digunakan jangan dilarang memanfaatkan hartanyaitu karena segala hasil barang itu menjadi milik (pemiliknya) dan segalakerugian menjadi tanggungjawab pemiliknya. (HR. Imam Asy-syafi’I danAd-Daruqunthi). 22
Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa syari’at tersebut diberlakukan
bagi orang yang tidak bepergian dengan dalil perbuatan Rasulullah Saw
terhadap orang Yahudi tersebut yang berada di madinah. Jika bepergian
sebagaimana dikaitkan dalam ayat di atas, maka tergantung kebiasaan yang
berlaku pada masyarakat tersebut.
C. Rukun dan Syarat Gadai (Rahn)
Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat rukun dan syarat gadai
yang harus dipenuhi. Secara bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk
sahnya suatu pekerjaan.23 Sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan,
petunjuk) yang harus dipindahkan dan dilakukan.24
Rukun akad rahn terdiri atas rahin (orang yang menyerahkan barang),
murtahin (penerima barang), marhun/rahn (barang yang di gadaikan) dan
marhun bih (hutang) serta ijab qabul, adapun rukun selebihnya merupakan
turunan dari adanya ijab dan qabul.25 Gadai atau pinjaman dengan jaminan
benda memiliki beberapa rukun, antara lain :
22 Nasrun Haroen, Op.cit, hlm. 25323Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, hlm. 96624Ibid., hlm. 111425 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muaamalah, cet 1, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008, hlm.263
21
1. Aqid (orang yang melakukan akad) meliputi dua aspek:
a. Rahin, adalah orang yang menggadaikan barang’
b. Murtahin adalah orang yang berpiutang yang menerima barang gadai
sebagai imbalan uang kepada yang dipinjamkan (kreditur)
2. Ma qud alaih (yang diakadkan), yakni meliputi dua hal :
a. Marhun (barang yang digadaikan/barang gadai)
b. Dain Marhun biih, (hutang yang karenanya diadakan gadai)
3. Sighat (akad gadai)
Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid mengatakan bahwa rukun
gadai terdiri dari tiga bagian:26
a. Orang yang menggadaikan
b. Akad Gadai
Ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa transaksi gadai itu bisa
sah dengan memenuhi tiga syarat yaitu :
1.) Harus berupa barang, karena hutang tidak bisa digadaikan.
2.) Kepemilikan barang yang digadaikan tidak terhalang seperti
mushaf.
3.) Barang yang digadaikan bisa dijual manakala pelunasan hutang itu
sudah jatuh tempo.27
Menurut Sayyid sabiq dalam bukunya “fiqh sunnah”
disyaratkan untuk sahnya akad rahn (gadai) adalah :
26Al-Faqih Abul Walid, Muhammad ibn Ahmad dan Muhammad ibn Rusyd, Bidayatul Al-Mujtaid al-Muqtasid, Beirut : Dar al-Jiih, 1990, hlm. 204
27Ibid. hlm. 205
22
1.) Berakal
2.) Baligh
3.) Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan ) itu ada pada saat
akad sekalipun tidak satu jenis.
4.) Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima
gadaian (murtahin) atau wakilnya.
c. Barang yang digadaikan
Dalam hubungan ini menurut pendapat ulama Syafi'iyah,
barang yang digadaikan itu memiliki tiga syarat :
1.) Berupa hutang, karena barang hutangan itu tidak dapat digadaikan.
2.) Menjadi tetap, karena sebelum tetap tidak dapat digadaikan, seperti
jika seseorang menerima gadai dengan imbalan sesuatu dengan
yang dipinjamnya.
3.) Barang yang digadaikan tidak sedang dalam proses pembayaran
yang akan terjadi, baik wajib atau tidak seperti gadai dalam
kitabah.
Berkaitan dengan pendapat di atas, Sulaiman Rasyid dalam
bukunya Fiqh Islam, mengatakan rukun rungguhan ada empat yaitu :
1.) Lafadz (kalimat akad) seperti “Saya rungguhan ini kepada engkau
untuk hutangku yang sekian kepada engkau” jawab dari yang
berpiutang : “Saya terima rungguhan ini”
23
2.) Yang merungguhkan dan yang menerima rungguhan (yang
berhutang dan yang berpiutang), disyaratkan keadaan keduanya
ahli tasaruf (berhak membelanjakan hartanya).
3.) Barang yang dirungguhkan, tiap-tiap zat yang boleh dijual boleh
dirungguhkan dengan syarat keadaan barang itu tidak rusak
sebelum sampai janji utang harus dibayar.
4.) Ada utang disyaratkan keadaan utang telah tetap. 28
Apabila barang yang dirungguhkan diterima oleh yang
berpiutang tetaplah rungguhan, dan apabila telah tetap rungguhan,
yang punya barang tidak boleh menghilangkan miliknya dari barang
itu, baik dengan jalan dijual atau diberikan dan sebagainya, kecuali
dengan ijin yang berpiutang.
Adapun menurut al-Ustada H. Idris Ahmad, syarat gadai
menggadai yaitu :
1.) Ijab kabul yaitu: “Aku gadaikan barangku ini dengan harga Rp.
100,- “umpamanya”. Dijawabnya aku terima gadai engkau
seharga Rp. 100,-“ untuk itu cukuplah dilakukan dengan cara surat
menyurat saja.
2.) Jangan menyusahkan dan merugikan kepada orang yang
menerima gadai itu. Umpamanya oleh orang yang menggadai
tidak dibolehkan menjual barang yang digadaikan itu setelah
28 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet. 22, 1989, hlm. 291
24
datang waktunya, sedang uang bagi yang menerima gadai sangat
perlu.
3.) Jangan pula merugikan kepada orang yang menggadai itu.
Umpamanya dengan mensyaratkan bahwa barang yang
digadaikan itu boleh dipakai dan diambil keuntungannya oleh
orang yang menerima gadai.
4.) Ada Rahin (yang menggadai) dan murtahin (orang yang
menerima gadai itu). Maka tidaklah boleh wali menggadaikan
harta anak kecil (umpamanya anak yatim) dan harta orang gila,
dan lain-lain, atau harta orang lain yang ada di tangannya.
5.) Barang yang digadaikan itu berupa benda, maka tidak boleh
menggadaikan utang, umpamanya kata di Rahin : “Berilah saya
uang dahulu sebanyak Rp.100,- Dan saya gadaikan piutang saya
kepada tuan sebanyak Rp.1.500,- yang sekarang ada di tangan si
B”. sebab piutang itu belum tentu dapat diserahkan pada waktu
yang tertentu.29
Adapun syarat-syarat gadai di antaranya :
1.) Rahin dan murtahin
Tentang pemberi dan penerima gadai disyaratkan
keduanya merupakan orang yang cakap untuk melakukan sesuatu
perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan syari'at Islam yaitu
berakal dan baligh.
29Al-Ustadz H. Idris Ahmad,. Fiqh Menurut Madzhab Syafi'i, Jakarta: Wijaya, 1996, hlm. 38
25
2.) Sighat
a.) Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga
dengan suatu waktu di masa depan.
b.) Rahn mempunyai sisi melepaskan barang dan pemberian
utang seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat
dengan syarat tertentu atau dengan suatu waktu di masa depan.
c.) Marhun bih (utang)
Menyangkut adanya utang, bahwa utang tersebut disyaratkan
merupakan utang yang tetap, dengan kata lain utang tersebut bukan
merupakan utang yang bertambah-tambah atau utang yang
mempunyai bunga, sebab seandainya utang tersebut merupakan utang
yang berbunga maka perjanjian tersebut sudah merupakan perjanjian
yang mengandung unsur riba, sedangkan perbuatan riba ini
bertentangan dengan ketentuan syari'at Islam.30
Menurut ulama’ fiqh mengemukakan syarat-syarat ar-rahn sesuai
dengan rukun ar-rahn itu sendiri. Dengan demikian, syarat-syarat ar-rahn
meliputi:
1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak
hukum, kecakapan bertindak hukum menurut jumhur ulama’ adalah
orang yang baligh dan berakal. Sedangkan menurut Hanafiyah kedua
belah pihak yang berakal tidak disyaratkan baligh tetapi cukup berakal
saja. Oleh sebab itu menurut mereka anak kecil yang mumayyiz boleh
30 Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, op. cit., hlm. 142
26
melakukan akad rahn, dengan syarat akad rahn yang di lakukan anak
kecil yang sudah mumayyiz ini mendapat persetujuan walinya.
2. Syarat marhun bih (utang) syarat dalam hal ini adalah wajib
dikembalikan oleh debitor kepada kreditor, utang itu dapat di lunasi
dengan agunan tersebut, dan utang itu harus jelas dan tertentu
(spesifik).
3. Syarat marhun (agunan) syarat agunan menurut ahli fiqh adalah harus
dapat di jual dan nilainya seimbang dengan besarnya utang, agunan
harus bernilai dan dapat di manfaatkan menurut ketentuan hukum
islam, agunan harus jelas dan dapat di tunjukkan, agunan milik sah
debitor, agunan tidak terkait dengan pihak lain, agunan harus
merupakan harta yang utuh dan agunan dapat diserahterimakan kepada
pihak lain, baik materi maupun manfaatnya.31
4. Ulama’ Hanafiah mengatakan dalam akad itu ar-rahn tidak boleh
dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan
datang, arena akad ar-rahn sama dengan akad jual beli. Apabila akad
itu dibarengi dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang
akan datang, maka syaratnya batal. akadnya sah apabila orang yang
berhutang mensyaratkan tenggang waktu utang telah habis dan utang
belum di bayar, maka ar-rahn itu di perpanjang satu bulan. Atau
pemberi utang mensyaratkan harta agunan itu boleh di manfaatkan.
Ulama’ Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanbilah mengatakan bahwa
31 Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keungan Syari ah, ibid hlm 109.
27
apabila syarat-syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran
akad itu, maka syarat itu di bolehkan, tetapi apabila syarat itu
bertentangan dengan tabiat akad ar-rahn maka syaratnya batal. Kedua
syarat dalam contoh di atas (perpanjangan ar-rahn satu bulan dan
agunan boleh di manfaatkan), termasuk syarat yang tidak sesuai
dengan tabiat ar-rahn karenanya syarat itu di nyatakan batal. Syarat
yang di bolehkan itu misalnya pihak pemberi hutang minta agar akad
itu di saksikan oleh dua orang saksi. Sedangkan syarat yang batal
misalnya disyaratkan bahwa agunan itu tidak boleh di jual ketika ar-
rahn itu jatuh tempo, dan orang yang berhutang tidak mampu
membayarnya. 32
D. Ketentuan Umum Pelaksanaan Ar-Rahn dalam Islam
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ar-rahn
antara lain:
1. Kedudukan Barang Gadai.
Selama ada di tangan pemegang gadai, maka kedudukan barang
gadai hanya merupakan suatu amanat yang dipercayakan kepadanya oleh
pihak penggadai.
2. Pemanfaatan Barang Gadai.
Pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya baik
oleh pemiliknya maupun oleh penerima gadai. Hal ini disebabkan status
32 Nasrun Haroen, Op.cit, hlm 254-255
28
barang tersebut hanya sebagai jaminan utang dan sebagai amanat bagi
penerimanya. Apabila mendapat izin dari masing-masing pihak yang
bersangkutan, maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. Oleh karena itu
agar di dalam perjanjian gadai itu tercantum ketentuan jika penggadai atau
penerima gadai meminta izin untuk memanfaatkan barang gadai, maka
hasilnya menjadi milik bersama. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
menghindari harta benda tidak berfungsi atau mubazir.
3. Resiko Atas Kerusakan Barang Gadai
Ada beberapa pendapat mengenai kerusakan barang gadai yang di
sebabkan tanpa kesengajaan murtahin. Ulama mazhab Syafi’i dan Hambali
berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak menanggung resiko
sebesar harga barang yang minimum. Penghitungan di mulai pada saat
diserahkannya barang gadai kepada murtahin sampai hari rusak atau
hilang.
4. Pemeliharaan Barang Gadai
Para ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa biaya
pemeliharaan barang gadai menjadi tanggngan penggadai dengan alas an
bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan tetap merupakan
miliknya. Sedangkan para ulama’ Hanafiyah berpendapat lain, biaya yang
diperlukan untuk menyimpan dan memelihara keselamatan barang gadai
menjadi tanggungan penerima gadai dalam kedudukanya sebagai orang
yang menerima amanat.
29
5. Kategori Barang Gadai
Jenis barang yang bias digadaikan sebagai jaminan adalah semua
barang bergerak dan tak bergerak yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Benda bernilai menurut hokum syara’
b. Benda berwujud pada waktu perjanjian terjadi
c. Benda diserahkan seketika kepada murtahin
6. Pembayaran atau Pelunasan Utang Gadai.
Apabila sampai pada waktu yang sudah di tentukan, rahin belum
juga membayar kembali utangnya, maka rahin dapat dipaksa oleh marhun
untuk menjual barang gadaianya dan kemudian digunakan untuk melunasi
hutangnya.
7. Prosedur Pelelangan Gadai
Jumhur fukaha berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak
boleh menjual atau menghibahkan barang gadai, sedangkan bagi penerima
gadai dibolehkan menjual barang tersebut dengan syarat pada saat jatuh
tempo pihak penggadai tidak dapat melunasi kewajibanya.33
E. Aplikasi dalam Perbankan
Kontrak rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal.
1. Sebagai Produk Pelengkap
Rahn dipakai dalam produk pelengkap, artinya sebagai akad
tambahan (jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam
33 Muhammad dan Sholikhul Hadi, Pegadaian syari ah, Jakarta: Salemba diniyah. 2003hlm 54
30
pembiayaan bai al murabahah. Bank dapat menahan nasabah sebagai
konsekuensi akada tersebut
2. Sebagai Produk Tersendiri
Di beberapa negara Islam termasuk di antaranya adalah Malaysia,
akad rahn telah dipakai sebagai alternatif dari pegadaian konvensional.
Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn nasabah tidak dikenakan
bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan,
penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga
pegadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat
ganda, sementara biaya rahn hanya sekali dan di tetapkan di muka.
F. Manfaat Rahn
Manfaat yang dapat di ambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah:
1. menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan
fasilitas pembiayaan yang diberikan.
2. memberikan keamanan bagi segenap penabung dan pemegang deposito
bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam
ingkar janji karena ada suatu asset atau barang (marhun) yang dipegang
oleh bank.
3. jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, maka sudah barang
tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana terutama di
daerah-daerah.
31
Adapun manfaat yang langsung didapat bank adalah biaya-biaya
konkrit yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan
asset tersebut. Jika penahanan asset berdasarkan fidusia (penahanan barang
bergerak sebagai jaminan pembayaran), maka nasabah juga harus membayar
biaya asuransi yang besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum.
G. Risiko ar Rahn
Adapun resiko yang mungkin terdapat pada rahn apabila diterapkan
sebagai produk adalah:
1. Resiko tak terbayarnya hutang nasabah (wanprestasi)
2. Resiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam ketentuan umum fatwa DSN-
MUI No. 26/DSN-MUI/VI/2002 tentang rahn emas. Bahwa murtahin
(penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai
semua utang rahin (yang menyerahkan barang) di lunasi. Marhun dan
manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh di
manfaatkan oleh murtahin kecuali atas izin rahin, dengan tidak mengurangi
nilai marhun dan pemanfaatanya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan
dan perawatannya. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya
menjadi kewajiban rahin namun dapat dilakukan oleh marhun sedangkan
biaya pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin. Besar biaya
pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh di tentukan berdasarkan
jumlah pinjaman.
32
Adapun ketentuan mengenai penjualan Marhun yaitu apabila jatuh
tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi
utangnya. Apabila rahin tidak dapat melunasi utangnya , maka marhun di jual
paksa atau di eksekusi melalui lelang sesuai syari’ah. Hasil penjualan marhun
di gunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan an penyimpanan yang
belum di bayar serta biaya penjualan. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik
rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
H. Gadai Emas Syari’ah
Gadai Emas di perbankan syariah merupakan produk pembiayaan atas
dasar jaminan berupa emas dalam bentuk lantakan ataupun perhiasan sebagai
salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat, aman dan mudah.
Cepat dari pihak nasabah dalam mendapatkan dana pinjaman tanpa prosedur
yang panjang di bandingkan dengan produk pembiayaan lainnya. Aman dari
pihak bank, karena bank memiliki barang jaminan yaitu emas yang bernilai
tinggi dan relatif stabil bahkan nilainya cenderung bertambah. Mudah berarti
pihak nasabah dapat kembali memiliki emas yang digadaikannya dengan
mengembalikan sejumlah uang pinjaman dari bank, sedangkan mudah dari
pihak bank yaitu ketika nasabah tidak mampu mengembalikan pinjamannya
(utang) maka bank dengan mudah dapat menjualnya dengan harga yang
bersaing karena nilai emas yang stabil bahkan bertambah.
Prinsip yang digunakan dalam gadai emas syariah baik di bank syariah
ataupun di pegadaian syariah tidak berbeda dengan prinsip gadai pada
umumnya. Mulai dari persyaratan, biaya (ongkos) administrasi, biaya
33
pemeliharaan/ penyimpanan, hingga mekanisme penjualan barang gadaian
ketika pihak yang menggadaikan tidak dapat melunasi utangnya.
Gadai emas memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan
barang gadaian lainnya. Emas merupakan logam mulia yang bernilai tinggi
dan harganya relative stabil bahkan selalu menunjukkan tren yang positif
setiap tahunnya. Emas juga merupakan barang atau harta yang dapat dengan
mudah dimiliki oleh setiap orang khususnya emas dalam bentuk perhiasan.
Ketika seseorang membutuhkan uang tunai, maka ia dapat dengan mudah
menggadaikan perhiasaannya kepada lembaga penggadaian atau bank syariah.
Setelah ia dapat melunasi utangnya, ia dapat memiliki kembali perhiasannya.
Artinya, seseorang dengan mudah mendapatkan uang tunai tanpa harus
menjual emas atau perhiasan yang dimilikinya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam gadai emas syariah
baik di bank syariah maupun di lembaga yang menawarkan produk gadai emas
syariah. Hal yang dimaksud adalah biaya administrasi dan biaya pemeliharaan.
1. Biaya administrasi
Biaya administrasi adalah ongkos atau pengorbanan materi yang
dikeluarkan oleh bank dalam hal pelaksanaan akad gadai dengan
penggadai (rahin). Para ulama sepakat bahwa segala biaya yang
bersumber dari barang yang digadaikan adalah menjadi tanggungan
penggadai. Oleh karena itu, biaya administrasi gadai dibebankan kepada
penggadai.
34
Karena biaya administrasi merupakan ongkos yang dikeluarkan
bank, maka pihak bank yang lebih mengetahui dalam menghitung rincian
biaya administrasi. Setelah bank menghitung total biaya administrasi,
kemudian nasabah atau penggadai mengganti biaya administrasi tersebut.
Namun, tidak banyak atau bahkan sangat jarang nasabah yang
mengetahui rincian biaya administrasi tersebut. Bank hanya
menginformasikan total biaya administrasi yang harus ditanggung oleh
nasabah atau penggadai tanpa menyebutkan rinciannya. Keterbukaan
dalam menginformasikan rincian biaya administrasi tersebut sangat
penting dalam rangka keterbukaan yang kaitannya dengan ridha bi ridha,
karena biaya administrasi tersebut dibebankan kepada nasabah atau
penggadai.
Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa No. 26/ DSN-MUI/ III/2002
menyebutkan bahwa biaya atau ongkos yang ditanggung oleh penggadai
besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.
Artinya, penggadai harus mengetahui besar rincian dan pengeluaran apa
saja yang dikeluarkan oleh bank untuk melaksanakan akad gadai, seperti
biaya materai, jasa penaksiran, formulir akad, foto copy, print out, dan
lain-lain. Hal tersebut diatas yang juga menyebabkan biaya administrasi
harus dibayar di depan.
2. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan atau penyimpanan merupakan biaya yang
dibutuhkan untuk merawat barang gadaian selama jangka waktu pada akad
35
gadai. Sesuai dengan pendapat para jumhur ulama biaya pemeliharaan atau
penyimpanan menjadi tanggungan penggadai (rahin). Karena pada
dasarnya penggadai (rahin) masih menjadi pemilik dari barang gadaian
tersebut, sehingga dia bertanggungjawab atas seluruh biaya yang
dikeluarkan dari barang gadai miliknya.
Akad yang digunakan untuk penerapan biaya pemeliharaan atau
penyimpanan adalah akad ijarah (sewa). Artinya, penggadai (rahin)
menyewa tempat di bank untuk menyimpan atau menitipkan barang
gadainya, kemudian bank menetapkan biaya sewa tempat. Dalam
pengertian lainnya, penggadai (rahin) menggunakan jasa bank untuk
menyimpan atau memelihara barang gadainya hingga jangka waktu gadai
berakhir. Biaya pemeliharaan/ penyimpanan ataupun biaya sewa tersebut
diperbolehkan oleh para ulama dengan merujuk kepada diperbolehkannya
akad ijarah.
Biaya pemeliharaan/ penyimpanan/ sewa dapat berupa biaya sewa
tempat SDB (Save Deposit Box), biaya pemeliharaan, biaya keamanan,
dan biaya lainnya yang diperlukan untuk memelihara atau menyimpan
barang gadai tersebut.
Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang
gadaian bank dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Bank
akan mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepada
penggadai atau bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai.
Oleh karena itu, gadai emas syariah sangat bermanfaat bagi penggadai
36
yang membutuhkan dana tunai dengan cepat dan bagi pihak bank yang
menyediakan jasa gadai emas syariah karena bank akan mendapatkan
pemasukan atau keuntungan dari jasa penitipan barang gadaian dan bukan
dari kegiatan gadai itu sendiri.34
34 http://shariaheconomics.org/sef/article gadai-emas.
37
BAB III
FATWA DSN-MUI NO: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMASDAN
PELAKSANAAN GADAI EMAS DI BANK SYARI’AH MANDIRICABANG KARANGAYU SEMARANG
A. Profil DSN-MUI
Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun
para ulama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan
langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan
tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah
para ulama, cendekiawan dan zu'ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.
Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26
Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas
Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al
Washliyah, Math'laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang
ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang
tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.
Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk
membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama dan cendekiawan
muslim, yang tertuang dalam sebuah "PIAGAM BERDIRINYA MUI", yang
ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut
Musyawarah Nasional Ulama I.
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah
38
berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi
bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang
peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.
Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris
tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk
berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang
pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan
kemerdekaan. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global
yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas
etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan
kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas
masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.
Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam
pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi
politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber
pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.
Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah
hizbiyah) yang berlebihan. Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan
kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat
kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan
kesatuan serta kebersamaan umat Islam.
Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majelis Ulama
Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu'ama dan cendekiawan
39
muslim berusaha untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam
dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah
SWT memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan
kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi
terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam
memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara
ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan
pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan
serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam
memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam
dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.
Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima
fungsi dan peran utama MUI yaitu:
1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)
2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)
3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)
4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
5. Sebagai penegak amar ma'ruf dan nahi munkar
Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali
kongres atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian
Ketua Umum, dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan
Basri, Prof. KH. Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI
yang pertama, kedua dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-
40
tugasnya. Sedangkan dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin
majelis para ulama ini.35
1. Dasar Pemikiran Pembentukan DSN
a. Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syari’ah di
tanah air akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syari’ah Nasional
pada lembaga keuangan, dipandang perlu didirikan Dewan Syari’ah
Nasional yang akan menampung berbagai masalah atau kasus yang
memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan dalam penanganannya dari
masing-masing Dewan Pengawas Syari’ah yang ada di lembaga syari’ah.
b. Pembentukan Dewan Syariah Nasional merupakan langkah efisiensi dan
koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan
dengan masalah ekonomi/keuangan. Dewan Syariah Nasional diharapkan
dapat berfungsi untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam
kehidupan ekonomi.
c. Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam menanggapi
perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi
dan keuangan.
2. Pengertian
a. Lembaga keuangan syari’ah adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan
produk keuangan yari’ah dan mendapat izin operasional ebagai lembaga
keuangan syari’ah.
b. Produk keuangan syari’ah adalah produk keuangan yang mengikuti
35http://www.mui.or.id/index. dikutib Selasa, 07 Desember, 2010 jam 11.00
41
syari’ah Islam.
c. Dewan Syari’ah Nasional adalah Dewan yang dibentuk oleh MUI untuk
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga
keuangan syari’ah.
d. Badan pelaksana harian Dewan Syari’ah Nasional adalah badan yang
sehari-hari melaksanakan tugas Dewan Syari’ah Nasional.
e. Dewan Pengawas Syari’ah adalah badan yang ada di lembaga keuangan
syari’ah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syari’ah
Nasional Syari’ah.
3. Kedudukan, Status dan Anggota
a. Dewan Syari’ah Nasional merupakan bagian dari Majelis Ulama’
Indonesia.
b. Dewan Syari’ah Nasional membantu pihak terkait, seperti departement
keuangan, Bank Indonesia, dan lain-lain dalam menyusun peraturan atau
ketentuan untuk lembaga keuangan syari’ah.
c. Anggota Dewan Syari’ah Nasional terdiri dari para ulama’, praktisi, dan
para pakar dalam bidang yang terkait dengan Muamalah syari’ah.
d. Anggota Dewan Syari’ah National ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk
masa bakti 4 (empat) tahun.
4. Tugas dan Wewenang Dewan Syari’ah Nasional
a. Dewan Syariah Nasional bertugas:
1) Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khususnya.
42
2) Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
3) Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
4) Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
b. Dewan Syariah Nasional berwenang :
1) Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah
dimasing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar
tindakan hukum pihak terkait.
2) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen
Keuangan dan Bank Indonesia.
3) Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-
nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu
lembaga keuangan syariah.
4) Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang
diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas
moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.
5) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional.
6) Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil
tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.
43
5. Mekanisme Kerja
A. Dewan Syari’ah Nasional
1. Dewan Syariah Nasional mensahkan rancangan fatwa yang diusulkan
oleh Badan Pelaksana Harian DSN.
2. Dewan Syariah Nasional melakukan rapat pleno paling tidak satu kali
dalam tiga bulan, atau bilamana diperlukan.
3. Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam laporan
tahunan (annual report) bahwa lembaga keuangan syariah yang
bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan syariah sesuai
dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
B. Badan Pelaksana Harian
1. Badan Pelaksana Harian menerima usulan atau pertanyaan hukum
mengenai suatu produk lembaga keuangan syariah. Usulan ataupun
pertanyaan ditujukan kepada sekretariat Badan Pelaksana Harian.
2. Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris paling lambat 1 (satu) hari
kerja setelah menerima usulan /pertanyaan harus menyampaikan
permasalahan kepada Ketua.
3. Ketua Badan Pelaksana Harian bersama anggota dan staf ahli
selambat-lambatnya 20 hari kerja harus membuat memorandum
khusus yang berisi telaah dan pembahasan terhadap suatu
pertanyaan/usulan.
4. Ketua Badan Pelaksana Harian selanjutnya membawa hasil
pembahasan ke dalam Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional untuk
mendapat pengesahan.
44
5. Fatwa atau memorandum Dewan Syariah Nasional ditandatangani oleh
Ketua dan Sekretaris Dewan Syariah Nasional.
C. Dewan Pengawas Syariah
1. Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawasan secara periodik
pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.
2. Dewan Pengawas Syariah berkewajiban mengajukan usul-usul
pengembangan lembaga keuangan syraiah kepada pimpinan lembaga
yang bersangkutan dan kepada Dewan Syariah Nasional.
3. Dewan Pengawas Syariah melaporkan perkembangan produk dan
operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada Dewan
Syariah Nasional sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun
anggaran.
4. Dewan Pengawas Syariah merumuskan permasalahan-permasalahan
yang memerlukan pembahasan Dewan Syariah Nasional.
Dewan Pengawas Syari’ah
6. Pembiayaan Dewan Syari’ah Naional
a. Dewan Syariah Nasional memperoleh dana operasional dari bantuan
Pemerintah (Depkeu), Bank Indonesia, dan sumbangan masyarakat.
b. Dewan Syariah Nasional menerima dana iuran bulanan dari setiap lembaga
keuangan syariah yang ada.
Dewan Syariah Nasional mempertanggung-jawabkan keuangan/
sumbangan tersebut kepada Majelis Ulama Indonesia. 36
36 DSN_MUI dan BI, “Himpunan Fatwa Dewan Syari ah National-MUI”, Edisi KetigaJakarta: CV. Gaung Persada Press, 2006 hlm 425-429
45
D. Kegiatan MUI Bulan Nopember 2010
1. Rapat Pimpinan Harian
Selasa, 30 Nopember 2010, jam 11.00
Agenda :
a. Laporan komisi-komisi
b. Menerima tamu Majelis Mujahiddin
2. Rapat Komisi-komisi
a. Rapat Kelompok Kerja Komisi Fatwa, Rabu, 24 Nopember 2010, pukul
13.00
b. Rapat Komisi Fatwa - MUI, Rabu, 24 Nopember 2010, jam 10.00
c. Rapat Tim ESQ, Selasa, 23 Nopember 2010, jam 16.00 WIB
d. Rapat Komisi Pengkajian, Kamis, 25 Nopember 2010, pkl. 13.00 WIB
e. Rapat Komisi Dakwah Khusus, Selasa, 23 Nopember 2010, pkl. 10.00
f. Rapat Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama
3. Agenda LP POM MUI
a. Rapat KF - LPPOM MUI,Rabu
b. Penyerahan Sertifikat Halal LPPOM MUI, Kamis, 28 Oktober 2010 Pkl.
14.00
c. Rapat LPPOM, Kamis, 11 Nopember 2010
d. Rapat Komisi Fatwa LPPOM MUI, Jum'at, 12 Nopember 2010
e. Penyerahan Sertifikat Halal LPLPOM, Senin 22 Nopember 2010
f. Rakornas LPPOM MUI, Hotel Twin Jakarta, 23 - 24 Nopember 2010
46
4. Agenda Dewan Syariah Nasional MUI
a. Rapat BPH DSN, Rab
5. Agenda BASYARNAS
6. Rapat Kerja Daerah MUI
Wilayah Sumatera, diselenggarakan di Banda Aceh, 3 - 7 Nopember 2010
7. Halaqah Nasional Penanggulangan Terorisme, Minggu, 28 Nopember 2010,
Pukul. 08.30 WIB - selesai di Masjid Al Akbar Surabaya.
8. Kunjungan Siswa SMP Darul Abidin Depok, Selasa, 30 Nopember 2010,
pkl. 14.00 WIB – selesai.37
B. Profil Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang
Berkembangnya Bank-Bank syari’ah di Negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an diskusi mengenai Bank
syari’ah sebgai pilar ekonomi Islam mulai di lakukan.para tokoh yang terlibat
dalam kajian tersebut adalah karnaen A.perwataatmaja, M. Dawam raharjo,
A.M. Saefudin, M. Amin Azis. Beberapa uji coba pada skala yang relative
terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah BMT Salman Bandung yang
sempat tumbuh menegsankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam
bentuk koperasi yakni Koperasi Ridho Gusti.38
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian
nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang
37 http://www.mui.or.id/index. Profil MUI Jumat, 08 Mei 2009 12:44, di Kutip Selasa 7Desember 2010
38 Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syari ah Suatu Pengenalan” Jakarta, tazkiaInstitute, 1999, hlm 237
47
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat
parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa
mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian
bank-bank di Indonesia.39
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank
syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank
beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus
syariah.
PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai
cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya
memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero)
pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi
bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank
Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung
sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti
39 www.syariah mandiri.com. Sejarah Bank Syariah Mandiri
48
menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero)
untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran
Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah
berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19
Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris:
Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT
Bank Syariah Mandiri.40
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah
memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya
dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah
menyetujui perubahan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah
Mandiri.41
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran
Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank
syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang
memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT Bank
Mandiri (Persero).
40 www.syariahmandiri.com. Profil Bank Syariah Mandiri41Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999.
49
PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan
idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni
antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu
keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di
Indonesia.
Dengan semakin berkembangnya Bank Syariah Mandiri, maka pada
tanggal 5 september tahun 2003 dibuka kantor cabang di semarang yang
berkantor di Jl. Gajah Mada No. 184 Semarang. Yang mulai tahun 2006
sampai sekarang pindah ke Jl. Pemuda 583-585 semarang. diresmikan oleh
direktur Bank Syariah Mandiri Bapak. Muh. Haryoko. Dengan pimpinan
kepala cabang Bapak Zulfikar, pada saat itu juga bank syariah mandiri cabang
semarang langsung beroperasi dengan 10 karyawan staf.42
Setelah beberapa bulan beroperasi Bank Syariah Mandiri cabang
Semarang membuka beberapa kantor pelayanan antara lain sebagai berikut
1. Tahun 2004 di buka kantor kas Ngaliyan dengan alamat Jl. Siliwangi No.
650 Semarang. Kemudian Pada tahun 2007 kantor kas Ngaliyan pindah ke
Ruko Karang Ayu Semarang sampai sekarang.
2. Pada tahun 2005 berdiri kantor cabang pembantu di Kudus.
3. Pada tahun 2006 dibuka Gerai Payment Point di Rumah Sakit Rumani,
4. Pada tahun 2006 dibuka kantor cabang pembantu Ungaran di Ruko
Ungaran Squer dan di Pandanaran.
42Wawancara dengan Bapak Akhmad Nurudin. Tanggal 28 Februari 2010.
50
5. Tahun 2009 telah dibuka kantor cabang di Magelang, dan tahun 2010 telah
dibuka kantor cabang di Majapahit, Puwodadi dan Temanggung.
Bank Syariah Mandiri Cabang Semarang mengalami perkembangan
yang cukup pesat, sehingga jumlah karyawan yang pada awalnya hanya
berjumlah 10 orang dan pada tahun 2010 jumlah karyawannya sudah
mencapai sekitar 80 orang.43
C. Visi Misi
1. Visi
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.
2. Misi
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat.
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat.44
D. Budaya Perusahaan
Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip
syariah Islam menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap
43Wawancara dengan Bapak Akhmad Nurudin. Tanggal 28 Januari 201044 www.syariahmandiri.com. visi misi
51
akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima pilar yang
disingkat SIFAT, yaitu :
1. Siddiq (integrasi), Menjaga Martabat dengan Integritas. Awali dengan niat
dan hati tulus, berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku
teladan.
2. Istiqomah (konsistensi), Konsisten adalah kunci menuju sukses. Pegang
teguh komitmen, sikap optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya
diri.
3. Fathanah (profesionalisme), Profesional adalah Gaya Kerja Kami.
Semangat belajar berkelanjutan, cerdas, inovatif, terampil dan adil.
4. Amanah (tanggung jawab), Terpercaya karena Penuh Tanggung Jawab.
Menjadi terpercaya, cepat tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.
5. Tabligh (kepemimpinan), Kepemimpinan Berlandaskan Kasih-Sayang.
Selalu transparan, membimbing, visioner, komunikatif dan
memberdayakan.
Rumusan nilai-nilai Budaya SIFAT tersebut merupakan penyempurnaan oleh
Tim Pengembangan Budaya SIFAT (TPBS)
E. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri Semarang
1. Pendanaan
a. Tabungan
1. Tabungan Berencana BSM
2. Tabungan Simpatik BSM
3. Tabungan BSM
52
4. Tabungan BSM Dollar
5. Tabungan Mabrur BSM
6. Tabungan Kurban BSM
7. Tabungan BSM Investa Cendekia
b. Deposito
1. Deposito BSM
2. Deposito BSM Valas
a. Giro BSM
b. Giro BSM Singapore Dollar
c. Obligasi
2. Pembiayaan
a. BSM Customer Network Financing (pembiayaan modal kerja)
b. Pembiayaan Resi Gudang
c. Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya
(PKPA)
d. Pembiayaan Edukasi BSM
e. BSM Implan
f. Pembiayaan Dana Berputar
g. Pembiayaan Griya BSM
h. Pembiayaan Griya BSM Optima
i. Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi
j. Pembiayaan Umroh
k. Pembiayaan Griya BSM DP 0%
53
l. Gadai Emas Syariah Mandiri
Gadai emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan
berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai
dengan cepat.45
m. Pembiayaan Mudharabah BSM
n. Pembiayaan Musyarakah BSM
o. Pembiayaan Murabahah BSM
p. Pembiayaan Talangan Haji BSM
q. Pembiayaan Dengan Agunan Investasi Terikat BSM
r. Pembiayaan Kepada Pensiunan
s. Pembiayaan Peralatan Kedokteran
3. Jasa
a. Jasa Produk
1) BSM Card
2) Sentra Bayar BSM
3) BSM SMS Banking
4) BSM Mobile Banking GPRS
5) BSM Pooling Fund
6) BSM Net Banking
7) Jual Beli Valas BSM
8) BSM Electronic Payroll
9) SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
45 Brosur Gadai Emas Bank Syariah Mandiri
54
10) BSM Letter of Credit
11) BSM SUHC (Saudi Umrah & Haj Card)
b. Jasa Operasional
1) Transfer Lintas Negara BSM Western Union
2) Kliring BSM
3) Inkaso BSM
4) BSM Intercity Clearing
5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)
6) Transfer Dalam Kota (LLG)
7) Transfer Valas BSM
8) Pajak Online BSM
9) Pajak Import BSM
10) Referensi Bank BSM
11) BSM Standing Order
c. Jasa Investas 46
F. Mekanisme Pelaksanaan Gadai Emas Di Bank Syariah Mandiri Cabang
Karangayu Semarang
Gadai Emas BSM adalah salah satu produk yang tergolong baru di
BSM yang mulai diperkenalkan kembali ke masyarakat pada tanggal 16 Maret
2009. Gadai Emas BSM adalah produk pembiayaan BSM dengan emas
sebagai jaminan. Dengan menggunakan layanan Gadai Emas BSM,
masyarakat dapat secara mudah dan cepat memenuhi kebutuhan akan dana
tunai.Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan
46 Produk dan Jasa BSM. www.syariahmandiri.com.
55
berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan
cepat.
Dalam operational gadai emas BSM mempunyai dapur khusus
yang langsung menanganani nasabah gadai emas. Dalam menangani hal ini
dikelola oleh officer gadai yang bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu
yang berhubungan dengan produk gadai emas BSM.
Nama Jabatan: Officer Gadai
Unit Kerja: Cabang / KCP Lokasi:
Pegawai Tanda Tangan:
Atasan Langsung: Marketing Manager Tanda Tangan:
1. Tujuan Jabatan
Mengelola, mengawasi/mengendalikan, mengembangkan kegiatan
dan mendayagunakan sarana organisasi outlet Gadai Emas BSM (GEB)
untuk mencapai tingkat serta volume aktivitas pemasaran, operasional dan
layanan GEB yang efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah
ditetapkan secara prudent.
2. Tanggung Jawab Utama
a. Memastikan tercapainya target bisnis Gadai Emas BSM yang telah
ditetapkan meliputi: pembiayaan GEB dan Fee Based Income GEB
baik kuantitatif maupun kualitatif.
b. Memastikan kualitas (kadar) barang jaminan yang dijaminkan.
c. Mengidentifikasi dan memitigasi fraud dan potensi risiko lainnya
(pemalsuan emas, dll) yang dapat merugikan bank.
56
d. Memastikan kepatuhan, tingkat kesehatan dan prudentialitas seluruh
aktifitas GEB.
e. Memastikan terlaksananya Standar Layanan nasabah di GEB.
f. Memastikan pelaporan GEB (intern dan ekstern) dilakukan secara
akurat dan tepat waktu
g. Memastikan kelengkapan, kerapihan dan keamanan dari dokumentasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Memastikan tindak lanjut hasil audit intern/ ekstern.
i. Melakukan analisa SWOT secara berkala untuk mengetahui posisi
GEB terhadap posisi pesaing di wilayah kerja setempat.
j. Memastikan persetujuan atau penolakan pembiayaan GEB yang
diajukan.
k. Menindak lanjuti persetujuan atau penolakan permohonan pembiayaan
GEB nasabah.
l. Menyelesaikan fasilitas pembiayaan GEB bermasalah.
Meningkatkan business relation antara Bank dengan nasabah
sesuai dengan target yang ditetapkan.
3. Tanggung Jawab Umum
a. Membuat evaluasi pelaksanaan rencana kerja mingguan/bulanan di
GEB untuk memastikan kesesuaiannya dengan rencana unit kerjanya.
b. Mengkoordinasi dan menetapkan serta mengevaluasi target kerja
pegawai Bawahan Langsung, untuk memastikan tercapainya target
kerja Bagiannya.
57
c. Melakukan supervisi terhadap proses pekerjaan pegawai Bawahan
Langsung, untuk memastikan seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai
dengan rencana/target kerja dan SOP yang berlaku.
d. Membuat dan mengkaji laporan pelaksanaan rencana kerja GEB untuk
memastikan tersedianya data yang akurat dan mutakhir sebagai bahan
evaluasi dan pengambilan keputusan atasan.
e. Memastikan kepatuhan penggunaan wewenang limit transaksi
operasional oleh bawahannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f. Memastikan terlaksananya IT Security Awarness, antara lain tidak
sharing password, standarisasi aplikasi yang telah ditetapkan.
g. Mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan bawahan, agar
memenuhi persyaratan minimum jabatan sehingga dapat melakukan
pekerjaannya sesuai standar dan SOP.
h. Mengkaji dan mengusulkan permintaan barang atau peralatan kerja,
untuk memastikan penggunaan yang paling efektif terhadap seluruh
barang dan peralatan.
i. Melakukan coaching dan memberikan penilaian kinerja Bawahan
Langsung.
4. Kewenangan
Memberikan persetujuan/penolakan atas transaksi GEB sesuai
dengan wewenangnya.47
47 Hasil wawancara dengan Bp. Rosyid Officer Gadai Emas Syari’ah Bank Syuari’ahMandiri Cabang Karangayu Semarang pada tgl 11 Oktober 2010.
58
A. Syarat dan ketentuan;
Syarat:
2. Tanda pengenal berupa KTP
3. Jaminan barang emas perhiasan atau emas batangan atau emas
lantakan bersertifikat antam. Emas perhiasan tidak ada keharusan
dilengkapi kuitansi pembelian.
4. Barang jaminan harus milik nasabah secara sah tidak diperoleh dari
hasil kejahatan, tidak terkait dengan barang yang disewabelikan.
ketentuan
1. pembiayaan mulai 500 ribu
2. jaminan emas minimal 16 karat berupa emas perhiasan atau logam
mulia.
3. Janka waktu 4 bulan dan dapat di perpanjang ( di gadai kembali)
apabila nasabah belum mampu menebusnya.
B. Manfaat dan Kemudahan :
a. Proses cepat dan mudah
b. Biaya pemeliharaan yang kompetitif
c. Jaminan keamanan
d. Terkoneksi dengan rekening tabungan.
C. Fasilitas:
a. ATM Syariah Mandiri
b. Pencairan dana cepat
c. Standar keamanan bank.
59
D. Akad:
a. Akad yang digunakan adalah akad Qardh dalam rangka Rahn
b. Qardh dalam rangka Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari bank
untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga
barang jaminan yang diserahkan
c. Biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah.
E. Biaya-biaya:
Dalam penetapan biaya kepada nasabah, Bank menggunakan tiga
komponen yaitu:
1. Biaya administrasi sebesar Rp20.000,00.
2. Biaya asuransi sebesar 0,133% dari taksiran.
3. Biaya pemeliharaan sebesar Rp6.200,00 per gram perbulan untuk emas
murni 24 karat.
Periode pembebanan biaya pemeliharaan dihitung per 15 hari.
Biaya ini bersifat proporsional artinya (menyesuaikan dengan berat kadar
emas yang dijaminkan serta jangka waktu pembiayaan) . Biaya
Administrasi dan Asuransi, dibayar pada saat pencairan pembiayaan,
sedangkan Biaya Pemeliharaan dibebankan pada saat pelunasan
pembiayaan.
Adapun standardisasi taksiran harga Emas di BSM pada tahun
2010 ini adalah sebagai berikut:48
48Hasil wawancar dengan officer Gadai BSM Cabang Karangayu Semarang tgl 24November 2010
60
Kadar Emas Taksiran Harga BSM
24 Karat Rp.378,290
23 Karat Rp.362,528
22 Karat Rp.346,766
21 Karat Rp.331,004
20 Karat Rp.315,242
19 karat Rp.299,480
18 Karat Rp.283,713
17 Karat Rp.267,955
16 karat Rp.252,193Harga bisa berubah sesuai perkembangan harga yang berlaku di
pasaran. Untuk pencairan dana hanya 85% dari harga taksiran berlaku
untuk emas perhiasan. Sedangkan 90% untuk emas lantakan yang
bersertifikat antam dan koin dinar. Untuk emas logam tidak bersertifikat
antam pencairanya sama dengan emas perhiasan yaitu 85% dari harga
taksiran.
Contoh: Ibu Wulan mempunyai emas berupa logam mulia seberat 10 gram
dan ingin menggadaikannya di Bank Syarui’ah mandiri. Berapaka
pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank serta berapa biaya yang harus
dibayar oleh Ibu wulan?
Haraga dasar emas 24K diBank Syaria’ah Mandiri = Rp 378.290;/gr*.
Taksiran : (10 x 24/24 x Rp.378.290;) = Rp 3.782.900;
Pembiayaan yang dapat diberikan adalah 90% = Rp 3.404.610;
Biaya-biaya:
Adminitrasi = Rp 20.000;
Asuransi 0,133% x taksiran = Rp 5.400;
61
Pemeliharaan selama 4 Bulan (10x 24/24x6200x24) = Rp 248.000;
F. Jangka Waktu:
Empat bulan dan dapat digadai ulang (setelah dilakukan penaksiran
dan melunasi biaya gadai).
G. Prosedur Gadai dan Proses Pencairan Dana
Ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh nasabah dalam mengajukan
pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Nasabah datang ke penaksir atau officer gadai untuk mengisi formulir
permohonan pembiayaan rahn, serta menyerahkan barang jaminan
untuk dilakukan penaksiran.
2. Barang ditaksir sesuai standardisasi harga emas yang berlaku BSM
yaitu seperti tertera dalam table berikut:
3. Setelah dilakukan penaksiran kemudian ditentukan nilai pembiayaan
serta biaya administrasi dan biaya pemeliharaan dan penyimpanan.
4. Nasabah diberikan Surat Bukti Gadai Emas (SBGE) untuk
ditandatangani. surat ini berisi atas perjanjian akad, dan memorandum
pembiayaan, serta tanda terima barang.
5. Setelah nasabah menandatangani SBGE, nasabah bisa langsung
mengambil uang di teller dengan membawa slip penarikan uang.49
49 Hasil wawancara dengan Bp. Rosyid Officer Gadai Emas Syari’ah Bank Syari’ahMandiri Cabang Karangayu semarang pada tgl 8 oktober 2010.
62
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK GADAI EMAS DI BANK SYARIAH
MANDIRI CABANG KARANGAYU SEMARANG
1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang
Karangayu Semarang
Penerapan Ar-Rahn dalam praktek perbankan syari’ah ada dua hal
yaitu akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad
tambahan terhadap produk lain. Dan akad rahn sebagai produk tersendiri
yang berarti sebagai akad alternatif. 50
Dalam penilaian layak atau tidak suatu pembiayaan disalurkan maka
perlu dilakukan suatu penilaian pembiayaan. Penilaian kelayakan suatu
pembiayaan (perkreditan) dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 5C
antara lain: 51
a. Caracter.
Pengertian caracter adalah sifat atau watak seseorang, dalam hal
ini adalah calon nasabah yang akan di beri pembiayaan oleh Bank.
Tujuanya adalah untuk memberikan keyaknan kepada bank bahwa sifat
atau watak dari orang-orang yang akan diberi pembiayaan benar-benar
dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang nasabah baik
yang bersifat pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: gaya hidup
yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Caracter
50 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari ah : Suatu Pengenalan Umum, hlm 18451 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005, hlm 94
63
merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah dalam membayar
angsuran pembiayaan. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha
untuk membayar angsuran dengan berbagai cara.
b. Capacity.
Yaitu untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar
angsuran yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis serta
kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat
kemampuan dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan. Semakin
banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya
untuk membayar angsuran pembiayaan.
c. Capital.
Dalam hal ini Bank biasanya tidak akan bersedia membiayai suatu
usaha 100% artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan
pembiayaan harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal
sendiri dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibayai oleh
Bank.
d. Collateral.
Collateral merupakan jaminan yang di berikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus di teliti keabsahanya,
sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang di titipkan akan
64
dapat digunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai
pelindung Bank dari resiko kerugian.
e. Condition of Economy.
Dalam memberikan pembiayaan hendaknya juga menilai kondisi
ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-
masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya
pemberian pembiayaan untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih
dahulu atau sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa
yang akan datang.
Dalam fasilitas produk pembiayaan gadai emas BSM tidak
menggunakan kelima prinsip di atas tetapi hanya menggunakan prinsip
collateral dan condition of economy . nasabah di berikan suatu
pembiayaan karena adanya jaminan berupa emas yang diserahkan kepada
pihak Bank. BSM juga tidak memberikan pembiayaan penuh dari nilai
taksiran emas yang di hitung oleh Bank, tetapi Bank hanya memberikan
85% dari nilai taksiran emas perhiasan dan 90% dari nilai taksiran emas
batangan yang bersertifikat. Hal ini dikarenakan Bank bisa mengantisipasi
pengambilan pembiayaan apabila nasabah tidak melakukan pelunasan
setelah jangka waktu pembiayaan. Pemberian pembiayaan juga
berdasarkan condition of economy dimana apabila harga emas naik maka
besar penaksiran harga emaspun akan naik. Hal ini ditujukan agar produk
mampu bersaing dengan pegadaian konvensional, pegadaian syari’ah
maupun perbankan syari’ah yang meluncurkan produk gadai emas. Begitu
65
pula dengan besarnya penetapan biaya pemeliharaan yang mungkin bisa
berubah.
Setelah peneliti melakukan penelitian produk gadai emas di bank
Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang, secara mekanismenya tidak
jauh beda dengan praktek di pegadaian konvensional. Akan tetapi yang
membedakan adalah akad dan kebijakan pihak Bank dalam menentukan
biaya pemeliharaan.
Dalam praktenya, Bank Syari’ah Mandiri menggunakan prinsip rahn
dimana Bank bertindak sebagai murtahin (pihak yang memberikan
pembiayaan) sedangkan nasabah rahin (pihak yang menyerahkan jaminan).
Produk gadai emas ini memberikan pelayanan kepada nasabah dengan
memberikan pembiayaan sesuai dengan ketetapan dari pihak Bank setelah
menaksir barang berupa emas milik nasabah sebagai barang jaminan. Setelah
pihak bank melakukan penaksiran, Bank akan memberi pembiayaan senilai
85% dari nilai penaksiran berlaku untuk perhiasan. Sedangkan untuk emas
batangan Bank akan memberikan pembiayaan sebesar 90% dari nilai
penaksiran emas. Sebelum nasabah menerima pembiayaan tersebut nasabah
diwajibkan membayar semua biaya administrasi yang telah di tetapkan oleh
pihak Bank. Kemudian nasabah menerima dan menandatangani SBGE BSM
(Surat Bukti Gadai Emas BSM). Dalam akadnya BSM menggunakan akad
Qarh dalam rangka rahn dan akad ijarah akad ini sudah tertera dalam
SBGE BSM.
66
Barang yang digadaikan nasabah akan disimpan dalam satu ruangan
anti air sehingga keamanan emas terjaga. Emas yang digadaikan tersebut
tidak dipergunakan oleh Bank. Bank tidak mengambil manfaat dari barang
yang digadaikan nasabah. Bank hanya memberikan tempat penyimpanan
akan emas yang dijaminkan nasabah atas pembiayaanya. Karena Bank telah
memberikan fasilitas tempat penyimpanan maka Bank memberikan beban
kepada nasabah untuk menjaga emas tersebut, berupa biaya pemeliharaan
dan penyimpanan barang gadai.
Dalam penetapan biaya kepada nasabah Bank menggunakan tiga
komponen yaitu:
4. Biaya administrasi sebesar Rp20.000,00.
5. Biaya asuransi sebesar 0,133% dari taksiran.
6. Biaya pemeliharaan sebesar Rp6.200,00 per gram perbulan untuk emas
murni 24 karat.
Akad yang digunakan adalah akad Qardh dalam rangka Rahn
Qardh dalam rangka Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari bank
untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga
barang jaminan yang diserahkan. Biaya pemeliharaan menggunakan akad
ijarah.52
Dalam akad ini berisi perjanjian antara PT Bank Syari’ah Mandiri
dan pemberi gadai. Akad ini di buat dan di tandatangani pada tanggal
sebagaimana tercantum pada surat Bukti Gadai Emas oleh dan antara:
52 Wawancara dengan Bapak Rasyid Officer Gadai Emas Syari’ah BSM KarangayuSemarang, tanggal 11 Oktober 2010
67
1. PT Bank Syari’ah Mandiri sebagaimana tersebut di Surat Buktu Gadai
Emas ini yang dalam ini diwakili oleh kepala cabang/Officer gadainya.
Dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta selanjutnya
disebut BANK.
2. Pemberi gadai adalah orang yang nama dan alamatnya tercantum
dalam Surat Bukti Gadai Emas ini. Untuk selanjutnya disebut
NASABAH.
Sebelumnya para pihak menerangkan bahwa Bank memberikan
fasilitas pembiayaan qard dalam rangka rahn kepada nasabah dan oleh
karena itu Bank berhak menagih sejumlah yang tercantum dalam Surat
Bukti Gadai Emas. Untuk maksud tersebut, maka para pihak membuat dan
menandatangani akad ini dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Guna menjamin pelunasan atas pembiayaan yang diberikan Bank,
maka nasabah dengan ini mengikatkan diri untuk menyerahkan barang
jaminan dengan prinsip ar-rahn (gadai) kepada Bank seperti tertera
dalam surat Bukti Gadai Emas ini.
b) Nasabah dengan ini menyatakan dan menjamin bahwa apa yang
dijaminkan kepada Bank adalah benar dan hak miliknya nasabah,
belum dijual atau di alihkan dan atau memberi kuasa kepada pihak lain
dalam bentuk apapun juga, tidak dalam sengketa atau perkara, bebas
dari sitaan, tidak sedang digadaikan atau dibebani atau dijaminkan atau
dipertanggungkan dengan ikatan apapun kepada pihak manapun atau
tidak berasal dari barang yang di peroleh secara tidak sah atau
68
melawan hukum.
c) Nasabah dengan ini menyatakan dan menjamin bahwa apa yang
dijaminkan kepada Bank adalah benar asli , apabila di kemudian hari
ternyata apa yang dijaminkan kepada Bank ternyata tidak asli/palsu,
maka nasabah wajib menanggung segala resiko dan mengganti seluruh
kerugian yang timbul karenanya.
d) Nasabah wajib melunasi kembali jumlah seluruh hutangnya kepada
Bank dalam jangka waktu maksimal 4 (empat) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Bukti Gadai Emas ini di tandatangani dan akan berakhir
pada tanggal yang tertera dalam Surat Bukti Gadai Emas dengan cara
membayar sekaligus pada pembiayaan jatuh tempo.
e) Dalam hal jatuh tempo pembayaran kembali pembiayaan bertepatan
dengan bukan pada hari kerja Bank, maka nasabah melakukan
pembayaran pada satu hari kerja sebelum Bank tidak beroperasi.
f) Dalam hal pembayaran dilakukan melalui rekening nasabah di Bank,
maka dengan ini nasabah memberi kuasa kepada Bank untuk tiap-tiap
waktu mendebet sejumlah uang yang terhutang oleh nasabah kepada
Bank dari rekening nasabah baik sebagian atau keseluruhanya. Kuasa
ini tidak dapat ditarik kembali dan atau berakhir karena sebab-sebab
apapun yang tercantum dalam undang-undang.
g) Pengambilan barang jaminan dilakukan oleh nasabah atau kuasa
nasabah bersamaan dengan pelunasan pembiayaan. Apabila nasabah
tidak mengambil barang jaminan bersamaan dengan pelunasan
69
pembiayaan, maka nasabah dikenakan biaya penyimpanan sesuai tarif
pro rata harian save deposit box.
h) Apabila nasabah tidak melaksanakan pembayaran seketika dan
sekaligus pada saat jatuh tempo, maka nasabah dengan ini memberi
kuasa kepada Bank, kuasa mana tidak dapat di tarik kembali dan tidak
dan tidak berahir karena sebab apapun yang ditentukan dalam undang-
undang. Termasuk tetapi tidak terbatas pada ketentuan yang tertuang
dalam pasal 1813 KUHP sehingga:
i) Bank berhak menjual/menyuruh menjual atau memindahkan/
menyerahkan barang jaminan tersebut yang prosesnya mulai dilakukan
sejak tanggal jual seperti yang tertera pada Surat Bukti Gadai Emas ini.
Baik dihadapan umum maupun dibawah tangan serta dengan cara lain
dengan harga yang pantas menurut Bank, dan uang hasil penjualan
barang jaminan tersebut digunakan Bank untuk membayar/melunasi
utang nasabah kepada Bank setelah di kurangi biaya-biaya timbul atas
penjualan barang jaminan.
j) Jika penjualan barang jaminan tidak mencukupi untuk membayar
hutang nasabah kepada Bank maka nasabah tetap bertanggungjawab
melunasi kekurangan hutangnya yang belum dibayar sampai dengan
lunas, dan sebaliknya apabila hasil penjualan barang jaminan melebihi
hutang nasabah kepada Bank, maka Bank berjanji akan mengkredit
kelebihan penjualan ke rekening nasabah.
k) Dalam hal nasabah tidak memiliki rekening di bank, maka nasabah
70
diberikan waktu selama 1 (satu) tahun untuk mengambil kelebihan
penjualan, terhitung sejak tanggal penjualan barang jaminan. Apabila
melewati batas yang telah di tentukan, maka kelebihan penjualan
tersebut akan diserahkan kepada Lembaga Amil Zakat Nasional
(LAZNAS) BSM ummat.
l) Nasabah mengakui dan menerima ketentuan-ketentuan dan syarat-
syarat yang berlaku umum mengenai hutang piutang dan penyerahan
jaminan sebagaimana yang tertera dalam akad ini, KUHP, dan
ketentuan lain.
m) Dengan ini nasabah membebaskan dan melindungi Bank dari segala
tuntutan dan atau gugatan dari pihak ketiga dan atau ahli waris
sehubungan dengan jaminan yang tersebut dalam Surat Bukti Gadai
Emas.
n) Jika terjadi selisih nilai yang disebabkan nilai barang jaminan tidak
dapat menutupi nilai pembiayaan pada saat perpanjangan, maka
nasabah wajib untuk membayar selisih nilai tersebut atau menambah
barang jaminan, sehingga nilai barang jaminan dapat menutupi nilai
pembiayaan yang diberikan oleh Bank.
1. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami atau
menafsirkan bagian-bagian dari isi, atau terjadi perselisihan dalam
melaksanakan akad ini, maka para pihak akan berusaha untuk
menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.
71
2. Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan
melalui musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan
yang disepakati oleh para pihak, maka dengan ini para pihak
sepakat untuk memilih domisili hukum tetap dan tidak berubah di
kantor panitera pengadilan.
Adapun biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah. Dimana
dalam akad ini berisi kesepakatan atas biaya yang akan di keluarkan oleh
nasabah kepada pihak Bank. Akad ini dibuat dan ditandatangani pada
tanggal sebagaimana tercantum pada Surat Bukti gadai Emas oleh dan
antara:
1. PT Bank Syari’ah Mandiri sebagaimana tersebut di Surat Buktu Gadai
Emas ini yang dalam ini diwakili oleh kepala cabang/Officer gadainya.
Dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan
PT Bank syari’ah Mandiri selaku Penerima gadai untuk selanjutnya
disebut BANK.
2. Pemberi gadai adalah orang yang nama dan alamatnya tercantum
dalam Surat Bukti Gadai Emas ini. Untuk selanjutnya disebut
NASABAH.
Sebelumnya para pihak menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Bahwa nasabah sebelumnya telah mengadakan perjanjian dengan Bank
sebagaimana tercantum pada akad Qardh dalam rangka rahn yang juga
tercantum dalam Surat Bukti Gadai Emas, dimana nasabah bertindak
sebagai pemberi gadai dan Bank bertindak sebagai penerima gadai, dan
72
oleh karenanya akad qardh dalam rangka rahn tersebut merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan akad ini.
b) Bahwa atas barang jaminan berdasarkan akad diatas nasabah setuju
dikenakan biaya administrasi dan biaya sewa atau biaya pemeliharaan.
c) Untuk maksud tersebut para pihak membuat dan menandatangani akad
ini dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Para pihak sepakat dengan biaya sewa/biaya pemeliharaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dihitung per 15 hari terhitung sejak
tanggal Surat Bukti Gadai Emas dengan maksimal jangka waktu 4
(empat) bulan.
2. Biaya administrasi dibayar diawal periode gadai da biaya
sewa/biaya pemeliharaan wajib dibayar sekaligus oleh nasabah
kepada Bank pada saat pelunasan.
3. Bank bertanggungjawab atas resiko kerusakan atau kehilangan
barang jaminan milik nasabah karena tindak pidana pencurian dan
berkewajiban untuk mengganti kerugian yang timbul sebesar
maksimal 100% (seratus persen) dari nilai taksiran barang jaminan
setelah diperhitungkan besarnya pembiayaan dan biaya sewa/biaya
pemeliharaan sebagaimana tersebut dalam Surat Bukti Gadai Emas
BSM.
73
2. Analisis Keputusan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 26/DSN-
MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas Terhadap Praktek Gadai Emas di
Bank Syari’ah Cabang Karangyu Semarang
a. Berdasarkan keputusan fatwa Dewan Syari’ah Nasional yaitu. Rahn emas
dibolehkan berdasarkan prinsip rahn) yaitu: Murtahin sebagai penerima
barang mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua
utang rahin di lunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin,
yang pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkanoleh murtahin
kecuali atas ijin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan
pemanfaatanya itu sekedar pengganti biaya pemeiharaan dan perawatanya.
Besaranya biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Penjualan marhun dilakukan
apabila telah jatuh tempo dan nasabah belum bisa melunasinya. Selama
peneliti melakukan penelitian di Bank Syari’ah Cabang Karangayu
Semarang dalam praktek gadai emas adalah sebagai berikut:
1) Bank bertindak sebagai murtahin (penerima barang) dan nasabah
bertindak sebagai rahin (pemberi barang). Barang.
2) Bank mempunyai hak untuk menahan barang berupa emas sampai
nasabah melunasi semua utangnya.
3) Barang gadai berupa emas tetap menjadi milik nasabah sepenuhnya.
Artinya nasabah bisa mengambil sewaktu-waktu dengan melunasi
semua biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang. Tidak harus
menunggu batas jatuh tempo.
74
4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun berupa emas
selain ditentukan atas dasar berat dan kadar emas juga di tentukan
berdasarkan besar pinjaman yang diberikan kepada nasabah.
5) Dalam hal jatuh tempo dan nasabah tidak bisa melunasi semua
pembiayaan maka Bank mempunyai hak untuk menjual marhun. Hasil
penjualan barang jaminan itu digunakan Bank untuk membayar atau
melunasi utang nasabah kepada Bank setelah dikurangi biaya-biaya
yang timbul atas penjualan.
6) Apabila hasil penjualan barang jaminan tidak mencukupi untuk
melunasi hutang nasabah, maka nasabah tetap bertanggung jawab
melunasi kekurangan hutangnya itu. Dan sebaliknya jika hasil
penjualan barang melebihi hutang nasabah, maka Bank akan
mengembalikan kelebihan penjualan itu ke nasabah.
b. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) di tanggung oleh
penggadai (rahin). Dalam prakteknya ongkos dan biaya ini berupa biaya-
biaya administrasi, biaya auransi keamanan barang, biaya pemeliharaan dan
biaya penyimpanan barang yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penggadai (rahin)
c. Ongkos sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 di atas besarnya didasarkan
pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.
Dalam hal ini ongkos atau biaya yang ditanggung oleh nasabah di
tentukan dari pihak Bank dengan rincian sebagai berikut:
75
1) Biaya administrasi sebesar Rp20.000,00.
2) Biaya asuransi sebesar 0,133% dari taksiran.
3) Biaya pemeliharaan sebesar Rp 6.200,00 per gram perbulan untuk
emas murni 24 karat dihitung per 15 hari.
4) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad
ijarah (sewa).
Dalam hal biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang menggunakan
akad ijarah (sewa). Artinya, penggadai (rahin) menyewa tempat di Bank untuk
menyimpan atau menitipkan barang gadainya, kemudian Bank menetapkan
biaya sewa tempat. Akad ini tertera dalam Surat Bukti Gadai Emas BSM.
Dalam pengertian lainnya, penggadai (rahin) menggunakan jasa Bank
untuk menyimpan atau memelihara barang gadainya hingga jangka waktu
gadai berakhir. Biaya pemeliharaan/ penyimpanan ataupun biaya sewa tersebut
diperbolehkan oleh para ulama dengan merujuk kepada diperbolehkannya akad
ijarah.
Biaya pemeliharaan/ penyimpanan/ sewa dapat berupa biaya sewa
tempat SDB (Save Deposit Box), biaya pemeliharaan, biaya keamanan, dan
biaya lainnya yang diperlukan untuk memelihara atau menyimpan barang gadai
tersebut.
Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang
gadaian bank dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Bank akan
mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepada penggadai atau
bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai
emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas
harta/barang berharga berupa emas lantakan atau emas perhiasan dari
nasabah kepada Bank sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima
nasabah. Gadai emas BSM merupakan suatu pruduk pembiayaan yang
berdasarkan prinsip rahn yang memberikan pembiayaan kepada nasabah
yang membutuhkan dana secara cepat dan mudah serta biaya ringan dan
sesuai prinsip syari’ah.
1. Secara teori hukum Islam yang tertera dalam keputusan fatwa DSN-MUI
Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas yaitu: rahn emas
diperbolehkan berdasarkan prinsip rahn, bahwa murtahin (penerima
barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua
utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. Marhun dan manfaatnya
tetap menjadi milik rahin. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada
dasarnya menjadi kewajiban rahin namun dapat dilakukan juga oleh
murtahin, sedangkan biaya pemeliharaan dan penyimpanan tetap menjadi
milik rahin. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin
untuk segera melunasi utangnya. Apabila rahin tetap tidak dapat melunai
utangnya, maka marhun dijual paksa/ di eksekusi melalui lelang secara
syari’ah. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
77
Kelebihan hasil penjualan marhun menjadi milik rahin dan kekuranganya
menjadi kewajiban rahin.s
Besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak
boleh ditentukan berdasarkan besarnya jumlah pinjaman. Ongkos dan
biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).
Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata
diperlukan. Biaaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan
akad ijarah.
2. Mekanisme pembiayaan gadai emas di BSM cukup mudah yaitu nasabah
mengisi formulir permintaan pembiayaan rahn, kemudian nasabah
menyerahkan barang berupa emas kepada officer gadai, emas di taksir
sesuai standarisasi harga emas di BSM, kemudian penaksir menentukan
besarnya pembiayaan yang akan diterima dan biaya-biaya yang harus
dibayar oleh nasabah. Dalam hal ini nasabah di berikan Surat Bukti Gadai
Emas yang telah tertera akad di dalamnya. Nasabah menandatangani Surat
tersebut dan penaksir menyerahkan tanda terima barang, nasabah
membawa slip penarikan uang di teller. Bagi pembiayaan di atas
Rp10.000.000,00 maka nasabah diwajibkan membuka rekening BSM.
Pelunasan dapat dilakukan selama 4(empat) bulan, setelah jatuh tempo
nasabah bisa mengajukan perpanjanganpembiayaan apabila. Apabila
selama 4(empat) bulan ini tidak ada pmberitahuan dari nasabah akan
pelunasan pembiayaanya, maka pihak Bank akan melelang barang jaminan
nasabah rersebut.
78
Pelaksanaan praktek gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri Cabang
Karangayu Semarang menggunakan dua akad yaitu akad Qardh dalam
rangka rahn artinya akad pemberian pinjaman dari Bank kepada Nasabah
yang disertai dengan pnyerahan tugas agar Bank menjaga barang jaminan
yang telah diserahkan oleh nasabah. dimana akad ini digunakan sebagai
akad dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah yang memberikan
jaminan barang berupa emas. dan akad ijarah digunakan pada biaya
pemeliharaan dan penyimpanan barang gadai berupa emas. Dengan akad
ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang gadai, maka Bank
dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Bank akan
mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepada penggadai
atau bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai. Adapun
mengenai besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang (marhun)
pihak Bank menetapkan berdasarkan besarnya pinjaman yang diberikan
kepada nasabah. Sedangkan dalam biaya administrasi dan asuransi
keamanan barang di pungut sama.
B. Saran
1. Dewan Syri’ah Nasional-Majlis Ulama Indonesia sebagai wadah
musyawarah ulama dan cendekiawan muslim dan juga sebagai panutan
masyarakat muslim khususnya di Indonesia harus lebih teliti dalam
menggali dan mengkaji sebuah masalah dalam sebuah lembaga mupun
dalam msyarakat yang nantinya akan di berikan sebuah hukum berupa
79
keputusan fatwa-fatwanya. Sehingga tidak ada kesenjangan antara
hukum yang telah berlaku dengan kenyataan yang ada.
2. Dewan Penngawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi
operasional Bank dan lembaga keuangan syariah lainya haruslah lebih
meningkatkan kinerjanya sehingga tidak terjadi ketidaksesuaian antara
pelaksanaan dengan aturan-aturan yang telah difatwakan oleh Dewan
Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia.
3. Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu Semarang sebagai bank yang
beroperasi dengan prinsip Syariah Islam harus lebih mengedepankan
nilai-nilai kesyariahan dan tidak boleh mengambil keuntungan yang
melanggar nilai-nilai syariah.
4. Dengan adanya pembekalan dan pelatihan-pelatihan tentang produk
yang di miliki BSM dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
di BSM sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik
kepada nasabah.
5. BSM harus mampu meyakinkan terhadap masyarakat bahwa produk-
produk yang dimiliki oleh BSM yang sesuai dengan prinsip syari’ah
dengan menerapkan sesuai dengan syari’ah.
6. Dalam menentukan biaya pemeliharaan dan penyimpanan atas barang
gadai harusnya lebih memperhatikan aturan-aturan yang menjadi
landasan hukum syari’ah seperti yang telah di tetapkan dalam
keputusan fatwa dewan Syari’ah Nasional (DSN) dan Masjlis Ulama’
indonesia (MUI).
80
C. Penutup
Berjuta rasa syukur Al-Hamdulillahi Rabbil 'Alamin. Segala puji bagi
Allah SWT atas segala nikmat, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis sangat menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Allah dan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penulisan ataupun referensi. Oleh karena itu
saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun untuk
memperbaiki skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat menjadi suatu wacana yang bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi semua pihak yang membacanya, amin ya robbal alamin.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Hafid, “Kunci Fiqih Syafi Semarang : CV As-syifa’, 1992
Abdul, Azis Faishol, “Terjemahan Nailul Author 4”, Surabaya: Pt. Bina Ilmu,
1987
Ahmad, Idris. ”Fiqh Menurut Madzhab Syafi'i , Jakarta: Wijaya, 1996
Antonnio,Muhammad Syafi’I, “Bank Syari ah suatu Pengenalan Umum”
Jakarta: Tazkia Institute, 1999
Al Bassam,Syeikh Abdullah. Taudhih al-Ahkam Min Bulughul Maram
cetakan kelima tahun 1423, Maktabah Al Asadi, Makkah, 1423.
Al-Faqih Abul Walid, Muhammad ibn Ahmad dan Muhammad ibn Rusyd,
Bidayatul Al-Mujtaid al-Muqtasid, Beirut : Dar al-Jiih, 1990
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-11, 1998.
Ash Shiddieqy, M. Hasbi, ”Hukum-Hukum Fiqih Islam” Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 1997
Bungin, M.Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana,
2006.
Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggaraan Penterjemah al-Qur'an, 1986.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2002
82
DSN_MUI dan BI, “Himpunan Fatwa Dewan Syari ah National-MUI”, Edisi
Ketiga Jakarta: CV. Gaung Persada Press, 2006
Djuwaini, DimyaudinPengantar Fiqh Muaamalah, cet 1, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008
Haroen, Nasrun, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005
Mutaqien, Dadan, aspek legal Lembaga keuangan Syari,ah,Yogyakarta:Safira
insani Press: 2009.
Rifa’i,Moh, Konsep Perbankan Syari ah, Semarang: CV. Wicaksana, 2002
Sabiq,Sayid, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, cet.ke-1, 2006
Sholikul Hadi, Muhammad. Pegadaian Syari'ah, Jakarta : Salemba Diniyah,
2003.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. Ke-3, 1999.
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
persada. 1998.
U. Maman kh, dkk. Metode Penelitian Agama Dari Teori Ke Praktek. Jakarta.
Raja grafindo persada. 2006.
Yanggo, Chuzaimah T. A. Hafiz Anshori, AZ, MA., Problematika Hukum
Islam Kontemporer III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Wawancara dengan Bapak Rasyid Officer Gadai Emas Syari’ah BSM
Karangayu Semarang, tanggal 11 Oktober 2010
83
Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999.
Wawancara dengan Bapak Akhmad Nurudin. Tanggal 28 Februari 2010.
Brosur Gadai Emas Bank Syariah Mandiri
Hasil Wawancar dengan officer Gadai BSM Cabang Karangayu Semarang tgl
24 November 2010
Wawancara dengan Bp. Rosyid Officer Gadai Emas Syari’ah Bank Syari’ah
Mandiri Cabang Karangayu semarang pada tgl 8 oktober 2010.
http://shariaheconomics.org/sef/article gadai-emas.
www.syariah mandiri.com.
http://www.pnm.co.id/content.
http://www.mui.or.id/index.
84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Minikmatin Lutfiyah
Nim : 062311037
Ttl : Jepara, 16 Desember 1987
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Universitas : Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
Fakultas/Jurusan : Syari’ah Mu’amalah
Program Studi : S.1
Alamat di Semarang : Jl. Kyai Gilang 12 Kauman Mangkangkulon
Semarang
Nama Orang Tua : Fatkhan
Pekerjaan Orang Tua : Tani
Alamat Orang Tua : Srikandang Rt.01/06, Bangsri, Jepara
Latar Belakang Pendidikan :
SD : MI.Miftahul Ulum Srikandang Lulus Tahun 1997
SMP/SLTP : MTs. Darul Ulum srikandang Lulus Tahun 2002
SMA/SLTA : MAN 1 Jepara Lulus Tahun 2004
Pon-Pes Roudlotul Muta’alimin Jepara Lulus Tahun 2006