ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA...

96
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS (STUDI DI BANK SYARI’AH MANDIRI CABANG KARANGAYU SEMARANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.I) Dalam Ilmu Syari'ah Oleh : MINIKMATIN LUTFIYAH NIM. 062311037 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA...

Page 1: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA DSNNOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS

(STUDI DI BANK SYARI’AH MANDIRI CABANG KARANGAYUSEMARANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.I)

Dalam Ilmu Syari'ah

Oleh :

MINIKMATIN LUTFIYAHNIM. 062311037

JURUSAN MUAMALAHFAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG

2010

Page 2: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

ii

Drs. H. Nur Khoirin, M.AgJl. Tugu Lapangan Tambakaji Ngaliyan, Semarang

Drs. H. Wahab Zainuri, M.MBangatayu Wetan Rt02/01 Genuk, Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBINGLamp : 4 (empat) eks. Kpd Yth.

Hal : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syariah

A.n. Sdri. Minikmatin Lutfiyah IAIN Walisongo Semarang

Di Semarang

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya

kirim naskah skripsi saudari :

Nama : Minikmatin Lutfiyah

NIM : 062311037

Judul Skripsi :ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWADEWAN SYARI’AH NASIONAL NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS TERHADAPPRODUK GADAI EMAS BSM(STUDI DI BANK SYARI’AH MANDIRI CABANGKARANGAYU SEMARANG)

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera

dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Semarang, 11 Desember 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag Drs. H. Wahab Zainuri, M.MNIP. 19630801 199203 1001 NIP. 19690908 200003 1001

Page 3: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

iii

KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SYARI’AHJl.Prof. Dr. Hamka KM 2 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN

N a m a : Minikmatin LutfiyahN I M : 062311037

Fakultas/Jurusan : Syari’ah / MuamalahJudul Skripsi : Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaa Fatwa

DSN Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang RahnEmas (Studi Di Bank Syari’ah Mandiri CabangKarangayu Semarang)

Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:

22 Desember 2010

Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2009/2010 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

Semarang, 22 Desember 2010

Dewan Penguji

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. H. Abdul Fatah Idris, M.Si. Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag.NIP. 19520805 198303 1 002 NIP. 19630801 199203 1 001

Penguji I Penguji II

Drs. H. Musahadi, M.Ag Drs. Moh. Solek, M.ANIP. 19690709 199403 1 003 NIP. 19660318 199303 1 004

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. Drs. H. Wahab Zainuri,M.MNIP. 19630801 199203 1 001 NIP. 19690908 200003 1 001

Page 4: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

iv

MOTTO

“Alloh akan meninggikan orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri

ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan

(QS. Al-Mujadilah: 11) 1

1 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemah, Semarang: Toha Putera, 2006, hlm. 911

Page 5: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

v

PERSEMBAHANKupersembahkan skripsi ini teruntuk

Orang-orang yang ku cintai yang selalu hadir mengiringi hari-hariku

Dalam menghadapi perjuangan hidup yang penuh cucuran keringat dan air mata

Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia mendukung & mendoakanku

Di detiap ruang & waktu dalam kehidupanku khususnya buat:

1. Abah dan Umiku Tercinta (Bpk Fatkhan & Ibu Alfiatun)

Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material dan selalu

mencurahkan kasih sayang, doa, perhatian dan memberikan motivasi kepada ananda

dalam segala hal. Berkat perjuangan serta kesabaran engkaulah ananda bisa berhasil.

Semoga Allah Swt selalu melindungi Abah & Umi .

2. Kakak serta Adiku tersayang (mb Nur sekeluarga, mb Tu’tin sekeluarga,

mb Diah sekeluarga, mb Rinis sekeluarga serta De’ Zien & de’ Arwan)

Terimakasih atas do a serta dukungan kalian semua semoga Alloh Memberikan

kebaikan.

3. Keluarga Besar Ibu Sumi’ah

Ibu Sumi ah & Mbah Yah: terimkasih yang tak terkira atas kasihsayang serta doa

dan dukungan baik moril maupun materiil semoga Alloh selalu memberikan kebaikan.

Mas Handoko Saputro: Yang selalu sabar setia menantiku, memberiku motivasi serta

mendoakanku dalam keadaan apapun, Kesabaran serta kebesaran hatimu semoga

berujung dengan sebuah kebahagiaan, semoga Alloh memberi kita jalan kemudahan

dalam menjalani kehidupan dan semoga ridloNya kan selalu bersama langkah kita.

Amin amin ya Robbal alamin.....

Mas Agus, Mas Nanank dan de Achix: terimakasih atas semua motivai, doa, serta

kebaikan kalian, semoga kebaikan kan selalu bersama kalian.

4. Keluarga besar Mbah K.H.Ali hasan, Keluarga Besar Bapak K.H.Dr. Ali

Imron, H.S beserta Ibu Rikhlatul Khoiriyah, S.Ag

Kalian semua adalah keluargaku disini tanpa kalian saya tidak bisa sampai seperti

ini. Terimaksih atas semua dukungan, do a, nasihat, serta petuah-petuahnya dan

semua kebaikan yang kalian berikan selama saya berada di sini, hanya Alloh yang

mampu membalas kabaikan yang lebih baik. Banyak hal pelajaran yang dapat saya

Page 6: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

vi

ambil sebagai perisai dalam meniti kehidupan mendatang. Semoga apa yang saya

dapatkan bisa bermanfaat.

de’ FIKA & de’ ABIl aku akan selalu merindukan kalian yang lucu n nakal

hehehe....

5. Sahabat-sahabatku (Mb Mini, Mb Isti , Syifa)

Yang senantiasa memberiku dukungan disaat ku hampir terhenti, menamaniku

disaat ku sendiri, memberi senyum di saat ku sedih, mengalunkan doa kebaikan

untukku. Semoga persahabatan kita kan terjaga Amiiin thanks for All .

6. Adek-adeku semua di ULUMUL QUR’AN yang tak bisa ku sebutkan satu

persatu

thanks atas doa dan dukungan kalian semua. Kalian semua telah memberi warna

baru dalam hidupku.

7. Sahabat-sahabatku MU’B_06 (Mb’ Robi’ah&Pujek, Nata, Aan, Aniq

(D’max), Bidin, EnHa, Jannah, Hani, Eni, Nazil, Evi, Vi3 )&semua

Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2006 yang tak dapat ku

sebutkan satu persatu.

Terimakasih atas doa dan dukungan kalian semua, kalian selalu memberi motivasi

dan selalu mewarnai hari-hariku dengan penuh canda dan tawa, doaku semoga

kalian semua semester depan bisa wisuda bareng tanpa ada yang tertinggal.

Amiiinn ..Ayo tetep senyum n SEMANGAT .!!!

Page 7: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

vii

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis

Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang

telah atau pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Dengan demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiran

orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi

yang menjadi bahan rujukan.

Semarang, 10 Desember 2010Penulis

Minikmatin LutfiyahNIM. 062311037

Page 8: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

viii

ABSTRAK

Dewan Syariah Nasional dan Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 28,Maret 2002 M, menetapkan fatwa DSN-MUI No 26/DSN-MUI/III/2002 tentangRahn Emas. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa rahn emas diperbolehkanberdasarkan prinsip Rahn, ketentuan pembiayaan rahn emas adalah sebagaiberikut:1. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan

berdasarkan jumlah pinjaman.2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh

penggadai(rahin).3. Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarahDalam pelaksanaan penentuan biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang(marhun) di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu Semarang besarnya biayaditentukan berdasarkan besarnya pinjaman yang di berikan pihak Bank kepadanasabah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian denganjudul: Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Fatwa DSN Nomor:26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas (Studi Di Bank Syari’ah MandiriCabang Karangayu Semarang)

Jenis penelitian ini dilihat dari objeknya termasuk penelitian lapanganatau field research yang dilakukan di BSM Cabang Karangayu Semarang. Untukmendapatkan data yang valid, penulis menggunakan beberapa metodepengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber datadalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.Setelah data-data terkumpul maka penulis menganalisis dengan menggunakanmetode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan gadai emas di BankSyari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang menggunakan dua akad yaituakad Qardh dalam rangka rahn artinya akad pemberian pinjaman dari Bankkepada Nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar Bank menjagabarang jaminan yang telah diserahkan oleh nasabah. Akad ini digunakan sebagaiakad dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah yang memberikan jaminanbarang berupa emas. dan akad ijarah digunakan pada biaya pemeliharaan danpenyimpanan barang gadai berupa emas. Kedua akad ini tertera dalam SuratBukti Gadai Emas (SBGE). Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan ataupenyimpanan barang gadai, maka Bank dapat memperoleh pendapatan yang sahdan halal. Bank akan mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepadapenggadai atau bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai. Adapunmengenai besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang (marhun) pihakBank menetapkan berdasarkan besarnya pinjaman yang diberikan kepadanasabah. Hal ini berarti dalam penentuan biaya pemeliharaan dan penyimpananbarang tidak sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002tentang Rahn Emas.

Page 9: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur Alhamdulillahirobbil alamin penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT atas rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul : Analisis Hukum Islam Terhadap Fatwa

Dewan Syari’ah Nasional NomoR: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn

Emas Terhadap Produk Gadai Emas BSM (Studi Di Bank Syari’ah Mandiri

Cabang Karangayu Semarang) dengan baik tanpa banyak kendala yang berarti.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi agung

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya yang

telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini semoga kita termasuk ummtanya

yang kan mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyamah amin ya robal alamin.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih

payah penulis secara pribadi, tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari

usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, sudah

sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Imam Yahya, M.A, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag. dan Bapak Drs. H. Wahab Zainuri, M.M.

selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktu,

tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Kajur, Sekjur, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

4. Pimpinan Bank Syariah Mandiri Semarang yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak

Akhmad Nurudin dan Bapak Rasyid serta semua karyawan BSM Cabang

Page 10: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

x

Karangayu Semarang yang telah bersedia memberikan informasi-informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

5. Kedua orang tua penulis, adik beserta segenap keluarga, atas segala doa,

dukungan, perhatian, arahan dan kasih sayangnya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi.

6. Sahabat-sahabatku semua yang selalu memberi do’a, dukungan, dan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. “Semoga Allah membalas semua amal

kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari apa yang mereka berikan

padaku” amin.

Dalam penulisan skripsi ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin

namun dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Amin.

Semarang, 10 Desember 2010

Penulis

Minikmatin LutfiyahNIM 062311037

Page 11: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

xi

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL…………………………………………………........ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

HALAMANDEKLARASI .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 5

C. Tujuan Penelitin................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

E. Telaah Pustaka ................................................................... 6

F. Metode Penelitian ............................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ......................................................... 11

BAB II KONSEP UMUM TENTANG GADAI (RAHN)

A. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji ............................. 14

B. Dasar Hukum Gadai (Rahn).............................................. 19

C. Rukun dan Syarat Gadai (Rahn) ....................................... 21

D. Ketentuan Umum Pelaksanaan Ar-Rahn Dalam

Islam........................ ......................................................... 28

E. Apliksi Dalam Perbankan................................................. 29

F. Manfaat Rahn................................................................... 31

G. Resiko Ar-Rahn................................................................ 31

H. Gadai Emas Syri’ah.......................................................... 32

Page 12: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

xii

BAB III FATWA DSN-MUI NO: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN

EMAS DAN PELAKSANAAN GADAI EMAS DI BANK

SYARI’AH MANDIRI CABANG KARANGAYU EMRANG

A. Profil MUI ………………..… …………………………… 37

B. Profil Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu

Semrang……………………………………………..…….. 45

C. Visi Misi………………………………………………….. 49

D. Budaya Perusahaan……………………………………….. 50

E. Produk-produk Bank Syari’ah Mandiri……………………. 50

F. Mekanisme pelaksnaan Gadai Emas di Bank Syari’ah Cabang

Karangayu Semarang……………………………………… 53

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI BANK

SYARI’AH MANDIRI CABANG KRANGAYU

SEMARANG

A. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri

Cabang Karangayu Semarang ........................................... 62

B. Analisis Keputusan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor:

26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas terhadap

Praktek Gadai Emas di Bank Syri’ah Mandiri Cabng

Krangayu Semarang......................................................... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………… 76

B. Saran-Saran …………………………………………… 78

C. Penutup...................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna karena di

dalamnya terdapat kaidah-kaidah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan

manusia baik dalam ibadah dan juga mu’amalah (hubungan antar makhluk).

Setiap orang mesti butuh berinteraksi dengan lainnya untuk saling menutupi

kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka.

Keuniversalan Islam, mengajarkan kepada umatnya supaya hidup

saling tolong-menolong yang kaya harus menolong yang miskin, yang mampu

harus menolong yang tidak mampu. Bentuk dari tolong menolong ini bisa

berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman.2 Allah berfirman dalam surat al-

Maidah ayat 2 sebagai berikut ;

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnyaAllah amat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah : 2).3

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, kadang

tidak dapat tercukupi dengan harta yang dimilikinya. Untuk kebutuhan

mendesak dan segera, seperti biaya pengobatan, sering kali seseorang

2Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syari'ah, Jakarta : Salemba Diniyah, 2003, hlm. 23Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan

Penterjemah al-Qur'an, 1986, hlm. 157

Page 14: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

2

meminjam kepada orang lain. Dalam Islam akad pinjaman seperti ini

dinamakan akad qard. Akad ini sesuai aturan Islam haruslah di saksikan oleh

dua orang saksi dan dilakukan secara tertulis. Jika tidak demikian hendaknya

orang yang berhutang memberikan barang kepada orang yang menghutangi

sebagai jaminan atas utangnya. Bentuk akad ini dinamakan sebagai akad gadai

yang dalam hukum Islam disebut akad rahn.4

Gadai dalam Hukum Perdata disebut dengan istilah pand dan

hypotheek. Menurut bunyi pasal 1162 BW (burgelijk wetbook) bahwa yang

dimaksud hypotheek adalah suatu hak kebebasan atas suatu benda yang tak

bergerak, bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari (pendapatan

penjualan) benda itu. Kedua hal kebendaan tersebut memberikan kekuasaan

atas suatu benda tidak untuk di pakai tetapi untuk dijadikan jaminan bagi

hutang seseorang semata5

Dalam istilah hukum Islam gadai di sebut dengan rahn (barang

jaminan) yang merupakan sarana saling tolong menolong bagi umat islam

tanpa adanya imbalan jasa. Ulama’ fiqih Malikiyah berpendapat bahwa yang

dijadikan barang jaminan (agunan) bukan saja harta yang bersifat materi,

tetapi juga harta yang bersifat bermanfaat tertentu. Harta yang dijadikan

barang jaminan tidak harus diserahkan secara aktual, tetapi boleh juga

penyerahannya secara hukum, seperti menjadikan sawah sebagai jaminan

(agunan) maka yang di serahkan adalah surat jaminannya (sertifikat sawah).

4 Dadan Mutaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syari,Ah,Yogyakarta:Safira insaniPress: 2009, hlm 105-1065 Chuzaimah T. Yanggo, A. Hafiz Anshori, AZ, MA., Problematika Hukum Islam

Kontemporer III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004, hlm. 81

Page 15: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

3

Ar-rahn di tangan murtahin (pemberi utang) hanya berfungsi sebagai

jaminan utang rahin (orang yang berhutang). Barang jaminan itu baru boleh di

jual/di hargai apabila dalam waktu yang di setujui kedua belah pihak, utang

tidak boleh di lunasi orang yang berhutang. Oleh sebab itu hak pemberi

hutang hanya terkait dengan barang jaminan, apabila yang berhutang tidak

mampu melunasi utangnya.6

Salah satu bentuk jasa pelayanan yang menjadi kebutuhan masyarakat

adalah rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Banyak terlihat

sekarang beberapa bank syaria’h merespon kebutuhan masyarakat akan hal itu

mengeluarkan produk pembiayaan berupa gadai emas syari’ah. Dimana

masyarakat pada umumnya telah lazim menjadikan emas sebagai barang

berharga yang di simpan dan menjadikannya objek rahn sebagai jaminan

utang untuk mendapatkan pinjaman uang.

Prospek investasi emas yang kian menguntungkan karena harga selalu

naik, harga emas cenderung tumbuh 25% sampai 30% setiap tahun. pada

2006, 1 gram seharga Rp.180.000-an, sekarang Rp.380.000-an. Bahkan

prediksi pada 2015 harga emas per gram akan mencapai 1,057 jutaan. Itulah

sebabnya kenapa gadai emas banyak di minati masyarakat pada saat ini.

Berdasarkan surat yang diterima DSN-MUI dari Bank Syari’ah

Mandiri No 3/303/DPM tanggal 23 Oktober 2001 tentang permohonan Fatwa

Produk Gadai Emas. Dan hasil rapat pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari

6 Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hlm252

Page 16: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

4

Kamis, 14 Muharam 1423 H/28 Maret 2002 M memutuskan fatwa DSN-MUI

Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas.

Dalam keputusan tersebut gadai emas dibolehkan berdasarkan prinsip

Rahn yang sudah di atur (dalam fatwa DSN nomor:25/DSN-MUI/III/2002

tentang Rahn) dimana mutahin (penerima barang) mempunyai hak untuk

menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan

barang) di lunasi. Marhun dan pemanfaatanya tetap menjadi milik rahin yang

pada prinsipnya marhun tidak boleh di manfaatkan oleh murtahin kecuali

seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatanya itu

sekedar pengganti pemeliharaan dan perawatannya. Ongkos dan biaya

penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). Besarnya

ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata di perlukan. Biaya

penyimpanan barang (marhun) dilakukan atas dasar akad ijarah.7

Karakteristik gadai emas syari’ah di BSM berdasarkan prinsip

syari’ah dengan akad qard dalam rangka rahn dan akad ijarah. Biaya

administrasi dan asuransi barang jaminan dibayar pada saat pencairan. Biaya

pemeliharaan dan penyimpanan ditentukan berdasarkan besarnya pinjaman

yang diterima nasabah. Biaya pemeliharaan dihitung per 15 hari dan di bayar

pada saat pelunasan. Adapun apabila sampai dengan 4 bulan belum dapat

melunasi pinjaman maka cukup dengan membayar biaya pemeliharaan dan

administrasi.

7 DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari ah Nasional, Cet.3, Jakarta: Gaung PersadaPress, 2006, hlm 158-159

Page 17: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

5

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian terhadap praktek gadai emas relevansinya dengan

fatwa DEWAN SYARI’AH NASIONAL Nomor: 26 DSN-MUI/III/2002

tentang Rahn Emas studi di Bank Syari’ah Mandiri Semarang.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dalam bentuk skripsi dengan beberapa masalah diantaranya;

1. Bagaimana praktek gadai emas di Bank syari’ah Mandiri Semarang.

2. Apakah gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu

Semarang dalam prakteknya sudah sesuai dengan hukum Islam dan prinsip

syari’ah seperti yang telah diatur dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional

Nomor : 26/DSN-MUI/2002 Tentang Rahn Emas.

C. TUJUAN PENELITIAN

Ada dua tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian skripsi ini

yaitu: yang pertama tujuan bersifat formal akademis, kedua bersifat ilmiah

akademik.

Tujuan yang pertama meliputi dua hal pokok yaitu:

- Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu

(S.1) di program studi muamalah fakultas syari’ah IAIN Walisongo

Semarang.

- Untuk melatih diri dalam menganalisa, membahas dan

menginterpretasikan suatu masalah ilmiah, dimana pada prakteknya nanti

akan dituntut untuk berfikir secara sistematis, obyektif, dan komprehensif

Page 18: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

6

sehingga mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara

akademis.

Adapun tujuan kedua adalah :

Untuk mengetahui bagaimana praktek gadai emas di Bank syari’ah

Mandiri Cabang Karangayu Semarang.

Untuk mengetahui Apakah praktek gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri

Semarang sudah sesuai dengan fatwa Dewan Syari’ah Nasional

Nomor : 26/DSN-MUI/2002 Tentang Rahn Emas.

D. MANFAAT PENULISAN SKRIPSI

Adapun manfaat di dalam penulisan yang penulis tulis di antaranya:

1. Bagi penulis sendiri, manfaat yang dirasakan dari penulisan skripsi ini

adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang praktek gadai

emas syari’ah yang pada umumnya dilakukan di lembaga keuangan

syari’ah dan pada khususnya di Bank syari’ah Mandiri Semarang.

2. Bagi pihak lain, penulis berharap skripsi ini akan dapat menjadi sumber

referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademis, dan menunjang

penulisan yang selanjutnya akan berguna sebagai bahan perbandingan bagi

penulis yang lain, khususnya bagi pihak pelaksana sebagai sumber data

dari lembaga tersebut.

E. TELAAH PUSTAKA

Untuk menghindari pengulangan dalam penelitian ini, sehingga tidak

terjadi adanya pembahasan yang sama dengan penelitian lain, maka penulis

perlu menjelaskan adanya tujuan penelitian yang akan diajukan. Adanya

Page 19: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

7

beberapa tulisan yang berkaitan dengan masalah tersebut merupakan suatu

data yang sangat penting.

1. ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG

PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PEMBERI DAN

PENERIMA GADAI TERHADAP BARANG GADAI YANG RUSAK

oleh Siti Zainab mahasiswa angkatan 2002 jurusan Muamalah Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Dalam penelitian tersebut fokus

menganalisa pendapat imam Malik tentang penyelesaian antara pemberi

dan penerima barang gadai terhadap barang gadai yang rusak.

2. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN

BARANG GADAI SEPEDA MOTOR (STUDI KASUS DI DESA

KARANGMULYO PEGANDON KENDAL) oleh Nur Rif’ati

mahasiswa angkatan 2002 Jurusan Muamalah fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang. Dalam skripsi tersebut membidik kepada

pemanfaatan barang gadai di tinjau dari segi hukum islam.

3. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI

PENGGARAPAN SAWAH (STUDY KASUS DI DESA SAMBUNG

KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOKAN) Oleh

Dimyati mahasiswa angkatan 2006 program studi Muamalat Universitas

Wahid Hasyim. Dalam skripsi tersebut mengkaji tentang pemanfaatan

barang gadai berupa sawah di tinjau dari hukum islam.

4. ANALISIS PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BSM

SEMARANG RELEVANSINYA DENGAN FATWA DSN NOMOR

Page 20: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

8

29/DSN-MUI/III/2002 TENTANG TALANGAN HAJI oleh Khalmini

mahasiswi angkatan 2006 jurusan Muamalah fakultas Syari’ah. Dalam

skripsi ini membahas tentang dana pembiayaan talangan haji kaitanya

dengan fatwa DSN nomor 29.

Adapun yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini yaitu gadai

emas dalam produk pembiayaan di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Karangayu Semarang kaitannya dengan fatwa DSN Nomor 26/DSN-

MU/IIII/2002 tentang rahn emas. Dan sepengetahuan penulis, belum ada

tulisan yang membahas masalah tersebut. Sehingga penelitian ini benar-

benar berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang telah

penulis paparkan di atas.

Oleh karena itu, penulis merasa termotivasi untuk membahas judul

tersebut dalam bentuk skripsi, dengan harapan hasilnya akan dapat

memperkaya khazanah intelektual keislaman serta menambah wawasan

bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat

tertentu baik di lembaga-lembaga organisasi masyarakat (sosial) maupun

lembaga pemerintahan.8

8Sumardi suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Cet11,1998 hlm. 22

Page 21: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

9

Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian langsung di Bank

Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang.

2. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data penelitian adalah subjek dari mana

data diperoleh. Apabila penelitian menggunakan wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan

tertulis atau lisan.9

Data Primer

Yang dimaksud dengan sumber data primer adalah data yang

diperoleh dari objek penelitian dimana dalam penelitian ini peneliti

memperoleh data dari Bank Syari’ah Mandiri Semarang.

Sumber Data Sekunder

Yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang

diperoleh dari data kepustakaan, buku, dokumen, dan lainnya dan

tentunya berhubungan dengan gadai atau rahn emas dan buku-buku

yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Data ini sebagai data awal

sebelum penulis terjun ke lapangan.

3. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Metode dokumentasi

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. RinekaCipta, Cet. Ke-11, 1998, hlm. 114

Page 22: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

10

Yaitu teknik pengumpulan data melalui dokumen yang tidak

secara langsung dibagikan pada subyek penelitian. Dokumen ini dapat

berupa catatan, transkip, notulen rapat, legger, surat kabar, agenda dan

sebagainya.

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan kepada para responden.10

Dalam penelitian ini dilakukan secara bebas dalam arti

responden diberi kebebasan menjawab akan tetapi dalam batas-batas

tertentu agar tidak menyimpang dari panduan wawancara yang telah

disusun.

Peneliti melakukan wawancara dengan Bp. Ahmad selaku

pimpinan Bank Syari’ah Cabang Karangayu Semarang dan Bp. Rasyid

yang mengurusi bagian Gadai Emas Syari’ah di BSM cabang

Karangayu Semarang. Peneiti juga melakukan wawancara dengan

pihak nasabah dan juga DPS BSM Cabang Karang Ayu Semarang.

4. Analisis Data

Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat disarankan oleh data.11

10M.Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 12611Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta,

Cet. Ke-3, 1999, hlm. 39

Page 23: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

11

Setelah data-data terkumpul maka penulis melakukan analisis

dengan menggunakan cara diantaranya :

Metode deduktif yaitu berdasarkan teori atau konsep yang bersifat

umum di aplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data atau

menunjukkan suatu komparasi atau hubungan seperangkat data dengan

seperangkat data yang lain.12

Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan sistem-sistem dan

praktek gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri Semarang kaitanya dengan

Fatwa DSN Nomor 26/DSN-MU/IIII/2002 Tentang Rahn Emas.

Kemudian menganalisis data yang telah diperoleh untuk mengemukakan

sudah sesuaikah penerapan gadai emas dengan prinsip-prinsip syari’ah.

G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Untuk memudahkan pembahasan dan penelaah terhadap skripsi ini,

maka penulis menyusun dalam bab per bab yang saling berkaitan. Dalam

setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan. Adapun sistematikanya dapat

penulis rumuskan sebagai berikut :

Bab I : PENDAHULUAN, yang terdiri atas latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penulisan penelitian, manfaat

penulisan skripsi, telaah pustaka, metode penulisan skripsi, dan

sistematika penulisan skripsi.

Bab II : KONSEP UMUM TENTANG DAGAI (RAHN)

12 Bambang sunggono. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998.Hlm 38-39

Page 24: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

12

Dalam bab ini memuat beberapa alasan meliputi; pengertian

gadai (rahn), dasar hukum gadai (rahn), syarat dan rukun gadai

(rahn), ketentuan umum tentang gadai dalam Islam, Aplikasi

dalam perbankan Manfaat Rahn, Resiko rahn, pengertian gadai

emas syari’h.

Bab III : FATWA DSN-MUI NO: 26/DSN-MUI/2002 TENTANG

RAHN EMAS DAN PELAKSANAAN GADAI EMAS

SYARI’AH DI BANK SYARI’AH MANDIRI CABANG

KARANGAYU SEMARANG

meliputi; Profil DSN-MUI, isi fatwa DSN-MUI Nomor:

26/DSN-MUI/2002 tentang rahn emas, Profil Bank Syariah

Mandiri Cabang Karangayu Semarang, Produk-Produk Bank

Syariah Mandiri Semarang, mekanisme dan pelakanaan praktek

gadai emas Di Bank Syariah Mandiri cabang Karangayu

Semarang

Bab IV : ANALISIS, meliputi; Analisis Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-

MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas, analisis pelaksanaan gadai

emas di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu semarang.

Bab V : PENUTUP, meliputi: kesimpulan, saran-saran, penutup dan

daftar pustaka.

Page 25: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

13

BAB II

KONSEP UMUM TENTANG GADAI (RAHN)

A. Pengertian Gadai (Rahn)

Gadai dalam bahasa arab disebut dengan rahn. Secara etimologi berati

tetap, kekal, dan jaminan. Gadai istilah hukum positif di indonesia adalah apa

yang disebut barang jaminan, agunan, rungguhan, cagar atau cagaran, dan

tanggungan. Gadai merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi

agunan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan. Dalam terminologinya gadai

mempunyai banyak pengertian dan pemaknaan. Dalam kitab undang-undang

hukum perdata, gadai diartikan sebagai suatu hak yang di peroleh kreditor (si

berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh

debitur (si berhutang), atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang

memberikan kekuasaan pada kreditor itu untuk mengambil pelunasan dari

barang tersebut secara didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya, dengan

pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah di

keluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan dan biaya-

biaya yang harus didahulukan.

Azhar Basyir memaknai rahn (gadai) sebagai perbuatan menjadikan

suatu benda yang bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan

uang, dimana adanya benda yang menjadi tanggungan itu di seluruh atau

sebagian utang dapat di terima.

Page 26: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

14

Dalam hukum adat gadai di artikan sebagai menyerahkan tanah untuk

menerima sejumlah uang secara tunai, dengan ketentuan si penjual

(penggadai) tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan

menebusnya kembali.13

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas

pinjaman yang diterimanya. Barang yang di tahan tersebut memiliki nilai

ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk

dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana

dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.14

Gadai adalah jaminan atas barang yang dapat di jual sebagai jaminan

hutang, dan kelak nantinya dapat di jual untuk membayar hutang, jika yang

hutang tidak mampu membayar hutangnya karena kesulitan.15

Rahn Disebut juga dengan al-habsu yang artinya menahan. sedangkan

menurut syari’at islam gadai berati menjadikan barang yang memiliki nilai

menurut syari’at sebagai jaminan hutang, hingga orang tersebut dibolehkan

mengambil hutang atau mengambil sebagian manfaat barang tersebut.

Pemilik barang gadai disebut rahin dan orang yang mengutangkan

yaitu orang yang mengambil barang tersebut serta menahannya disebut

murtahin, sedangkan barang yang di gadaikan disebut rahn.16

17 Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syari ah, cet 1, Yogyakarta: SafiraInsani Press, 2009 hlm.106-107

14 Muhammad Syafi’i Antonnio, “Bank Syari ah suatu Pengenalan Umum” Jakarta:Tazkia Institute, 1999, hlm 184

15 Moh Rifa’I, Konsep Perbankan Syari ah, Semarang: CV. Wicaksana, 2002, hlm. 8916 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, cet.ke-1, 2006, hlm. 187

Page 27: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

15

Fiqih Islam mengenal perjanjian gadai yang disebut rahn yaitu

perjanjian menahan suatu barang sebagai tanggungan utang. Adapun ta rif

(definisi) menurut istilah syar’ ialah; menjadikan sesuatu benda yang

mempunyai nilai harta dalam pandangan syara untuk kepercayaan suatu

utang, sehingga memungkinkan mengambil seluruh atau sebagian utang dari

benda itu.

Ta rif yang lain terdapat dalam kitab al-Mugny yang di karang oleh

ibnu Quddamah yang artinya sebagai berikut: suatu benda yang dijadikan

kepercayaan suatu utang untk di penuhi dari harganya, nila yang berhutang

tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang.

Sedangkan Al-Imam Abu zakaria al_Anshori menetapkan ta rif ar-

Rahn di dalam kitab Fatkhul Wahab artinya sebagai berikut: menjadikan

benda yang bersifat harta (harta benda) sebagai kepercayaan dari (harga)

benda itu bila utang tidak di bayar.

Dari ketiga ta rif diatas terdapat kesamaan pendapat yaitu;

1. Gadai menggadai itu adalah salah satu kategori dari utang piutang

2. Untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang

berhutang menggadaikan barangnya (ain maliyah) sebagai jaminan

terhadap utangnya itu, yang disebut dalam ta rif dengan kata watsiqatin

(kepercayaan.).

3. Barang jaminan itu dapat dijual untuk membayar utang orang yang

berhutang , naik sebagian maupun seluruhnya. Dan bila terdapat kelebihan

dari penjualan benda itu., sedangkan orang yang menerima jaminan (yang

Page 28: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

16

berpiutang) ia mengambil sebagiannya yaitu sebesar uang yang

dipinjamkannya.

4. Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang

berpiutang), tetapi di kuasai oleh penggadai (orang yang berpiutang).

5. Gadai menurut syari’at Islam berarti penahanan atau pengekangan,

sehingga dengan akad gadai menggadai kedua belah pihak mempunyai

tanggung jawab bersama, yang punya utang bertanggung jawab melunasi

utangnya dan orang yang berpiutang bertanggungjawab menjamin

keutuhan barang jaminanya. Dan bila utang telah dibayar maka penahanan

atau pengekangan oleh sebab akad itu menjadi lepas, sehingga

pertanggungan jawab orang yang menggadai dan yang menerima gadai

hilang untuk menjalankan kewajiban dan bebas dari tanggung jawab

masing-masing.

6. Di dalam ketiga ta rif tersebut ada kata yajalu dan ja ala yang berarti

menjadikan dan dijadikan, yang mempunyai makna bahwa pelaksana

adalah orang yang memiliki harta benda itu., karena harta benda yang

bukan miliknya tidak dapat di gadaikan.

Demikianlah pengertian gadai menggadai dalam istilah hukum Islam

yang disebut dengan istilah rahn. Sedangkan dalam istilah hukum perdata

disebut dengan istila Pand and Hyotheek. Menurut bunyi pasal 1162 BW

(Burgelijk Wetbook) bahwa yang di maksud dengan Hyotheek adalah “suatu

hak kebendaan atas suatu benda yang bergerak, bertujuan untuk mengambil

pelunasan suatu barang dari (pendapatan penjualan) benda itu”.

Page 29: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

17

Itulah pengertian dan konsep dasar gadai dalam syari’at islam.

Penjelasan di atas bahwa gadai dalam Islam mengandung nilai social yang

tinggi, yaitu untuk tolong menolong, tidak bertujuan komersial. 17

Berdasarkan beberapa pengertian di atas secara ringkas gadai dapat

disimpulkan dengan mengkombinasikan apa yang ada dalam KUH Perdata

dengan hukum adat terutama menyangkut obyek perjanjian gadai. Sedangkan

dalam hukum Islam obyek gadai meliputi barang yang mempunyai nilai harta

dan tidak dapat di persoalkan apakah ia merupakan benda bergerak seperti

mobil atau tidak bergerak seperti tanah dan rumah. Adapun istilah – istilah

yang di gunakan dalam perjanjian gadai menurut hukum islam adalah sebagai

berikut:

1. Pemilik barang (yang berhutang) atau penggadai diistilahkan dengan rahn.

2. Orang yang memberi utang atau penerima gadai, diistilahkan dengan

murtahin.

3. Obyek atau barang yang di gadaikan, diistilahkan dengan marhun.

Marhun di tangan murtahin hanya berfungsi sebagai jaminan utang

dari rahin. Barang jaminan itu baru dapat di jual atau di hargai dalam waktu

yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan utang tidak dapat dilunasi

oleh debitor. Oleh karena itu hak kreditor terhadap barang jaminan hanya

apabila debitor tidak melunasi hutangnya. Dalam hukum islam, gadai seperti

ini termasuk salah satu akad mu’amalah yang diperbolehkan dengan harus

memenuhi persyaratan dan kualifikasi tertentu juga.

21 Chuzaimah T. Yanggo, Hafiz Anshory, Problematika Hukum Islam Kontemporer”Jakarta: 2004 hlm 79-82

Page 30: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

18

B. Dasar Hukum Gadai (Rahn)

Menggadai barang boleh hukumnya baik di dalam hadlar (kampung)

maupun didalam safar (perjalanan). Hukum ini di sepakati oleh umum

mujtahidin.18

Jaminan itu tidak sah kecuali dengan ijab dan qabul. Dan tidak harus

dengan serah terima jika keduanya sepakat bahwa barang jaminan itu berada

di tangan yang berpiutang (pemegang surat hipotik) maka hukumnya boleh.

Dan jika keduanya sepakat barang jaminan itu berada di tangan seorang adil,

maka hukumnya juga boleh. Dan jika keduanya masing-masing menguasai

sendiri maka hakim menyerahkannya kepada orang yang adil. Semua barang

(benda) yang boleh di jual boleh pula dijaminkan.19

Akad rahn diperbolehkan oleh syara’ dengan berbagai dalil Al-Qur’an

ataupun Hadits nabi SAW. Begitu juga dalam ijma’ ulama’. Diantaranya

firman Allah dalam Qs.Al-baqarah; 283

b Î) uróOçFZä.4’ n? tã9•xÿy™öNs9 ur(#r߉Éf s?$ Y6Ï?% x.Ö`» yd Ì• sù×p|Êqç7 ø)̈B(÷b Î* sùz̀ ÏBr&Nä3àÒ÷è t/$ VÒ÷è t/

ÏjŠ xsã‹ ù=sù“Ï%©!$#z̀ ÏJ è? øt$#¼ çmtF uZ» tBr&È,­G u‹ ø9 ur©! $#¼ çm­/u‘3Ÿwur(#qßJ çG õ3s?noy‰» yg¤±9 $#4t̀Bur$ ygôJ çG ò6 tƒ

ÿ¼ çm̄R Î* sùÖNÏO#uä¼ çmç6ù=s%3ª! $#ur$ yJ Î/tbqè=yJ ÷è s?ÒOŠÎ=tæÇËÑÌÈ

Artinya: “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklahada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akantetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Makahendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlahkamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapayang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang

18 Teuku Muhammad Hasby Shiddieqy, ”Hukum-Hukum Fiqih Islam” Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm 362

19 Hafid Abdullah, “Kunci Fiqih Syafi Semarang CV As-syifa’, 1992, hlm 144

Page 31: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

19

yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamukerjakan . (QS. Al Baqarah; 283) 20

Para ulama’ fiqih sepakat menyatakan bahwa ar-rahn boleh dilakukan

dalam perjalanan dan dalam keadaan hadir di tempat, asal barang jaminan itu

bisa langsung di pegang/dikuasai (al-qabdh) secara hukum oleh pemberi

hutang. Maksudnya karena tidak semua barang jaminan dapat

dipegang/dikuasai oleh pemberi piutang secara langsung, maka paling tidak

ada semacam pegangan yang dapat menjamin barang dalam keadaan status al-

marhun (menjadi agunan utang). Misalnya apabila barang itu berbentuk

sebidang tanah, maka yang dikuasai (al-qabdh) surat jaminan tanah.

Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang). Dalam dunia finansial, barang tanggungan

biasa dikenal sebagai jaminan atau collateral atau objek pegadaian.21

Hadist diriwayatkan oleh imam Bukhari dan muslim dari Aisyah ra.

Berkata;

Artinya: “sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan denganberhutang dari seorang yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuahbaju besi kepadanya . (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut kesepakatan ahli fiqih peristiwa Rasul SAW me-rahn-kan

baju besinya itu adalah kasus ar-rahn yang pertama dalam islam dan di

lakukan sendiri oleh Rasulullah. Kisah yang sama juga diriwayatkan oleh

20 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta : Bumi Restu, 1974, hlm. 49.21 Muhammad Syafi’I Antonio, Op.Cit

Page 32: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

20

Ahmad ibn Hambal, Al-bukhari, dan ibnu Majah dari Anas ibn malik. Dalam

riwayat Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasul SAW bersabda:

“pemilik harta yang digunakan jangan dilarang memanfaatkan hartanyaitu karena segala hasil barang itu menjadi milik (pemiliknya) dan segalakerugian menjadi tanggungjawab pemiliknya. (HR. Imam Asy-syafi’I danAd-Daruqunthi). 22

Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa syari’at tersebut diberlakukan

bagi orang yang tidak bepergian dengan dalil perbuatan Rasulullah Saw

terhadap orang Yahudi tersebut yang berada di madinah. Jika bepergian

sebagaimana dikaitkan dalam ayat di atas, maka tergantung kebiasaan yang

berlaku pada masyarakat tersebut.

C. Rukun dan Syarat Gadai (Rahn)

Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat rukun dan syarat gadai

yang harus dipenuhi. Secara bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk

sahnya suatu pekerjaan.23 Sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan,

petunjuk) yang harus dipindahkan dan dilakukan.24

Rukun akad rahn terdiri atas rahin (orang yang menyerahkan barang),

murtahin (penerima barang), marhun/rahn (barang yang di gadaikan) dan

marhun bih (hutang) serta ijab qabul, adapun rukun selebihnya merupakan

turunan dari adanya ijab dan qabul.25 Gadai atau pinjaman dengan jaminan

benda memiliki beberapa rukun, antara lain :

22 Nasrun Haroen, Op.cit, hlm. 25323Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2002, hlm. 96624Ibid., hlm. 111425 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muaamalah, cet 1, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008, hlm.263

Page 33: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

21

1. Aqid (orang yang melakukan akad) meliputi dua aspek:

a. Rahin, adalah orang yang menggadaikan barang’

b. Murtahin adalah orang yang berpiutang yang menerima barang gadai

sebagai imbalan uang kepada yang dipinjamkan (kreditur)

2. Ma qud alaih (yang diakadkan), yakni meliputi dua hal :

a. Marhun (barang yang digadaikan/barang gadai)

b. Dain Marhun biih, (hutang yang karenanya diadakan gadai)

3. Sighat (akad gadai)

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid mengatakan bahwa rukun

gadai terdiri dari tiga bagian:26

a. Orang yang menggadaikan

b. Akad Gadai

Ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa transaksi gadai itu bisa

sah dengan memenuhi tiga syarat yaitu :

1.) Harus berupa barang, karena hutang tidak bisa digadaikan.

2.) Kepemilikan barang yang digadaikan tidak terhalang seperti

mushaf.

3.) Barang yang digadaikan bisa dijual manakala pelunasan hutang itu

sudah jatuh tempo.27

Menurut Sayyid sabiq dalam bukunya “fiqh sunnah”

disyaratkan untuk sahnya akad rahn (gadai) adalah :

26Al-Faqih Abul Walid, Muhammad ibn Ahmad dan Muhammad ibn Rusyd, Bidayatul Al-Mujtaid al-Muqtasid, Beirut : Dar al-Jiih, 1990, hlm. 204

27Ibid. hlm. 205

Page 34: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

22

1.) Berakal

2.) Baligh

3.) Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan ) itu ada pada saat

akad sekalipun tidak satu jenis.

4.) Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima

gadaian (murtahin) atau wakilnya.

c. Barang yang digadaikan

Dalam hubungan ini menurut pendapat ulama Syafi'iyah,

barang yang digadaikan itu memiliki tiga syarat :

1.) Berupa hutang, karena barang hutangan itu tidak dapat digadaikan.

2.) Menjadi tetap, karena sebelum tetap tidak dapat digadaikan, seperti

jika seseorang menerima gadai dengan imbalan sesuatu dengan

yang dipinjamnya.

3.) Barang yang digadaikan tidak sedang dalam proses pembayaran

yang akan terjadi, baik wajib atau tidak seperti gadai dalam

kitabah.

Berkaitan dengan pendapat di atas, Sulaiman Rasyid dalam

bukunya Fiqh Islam, mengatakan rukun rungguhan ada empat yaitu :

1.) Lafadz (kalimat akad) seperti “Saya rungguhan ini kepada engkau

untuk hutangku yang sekian kepada engkau” jawab dari yang

berpiutang : “Saya terima rungguhan ini”

Page 35: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

23

2.) Yang merungguhkan dan yang menerima rungguhan (yang

berhutang dan yang berpiutang), disyaratkan keadaan keduanya

ahli tasaruf (berhak membelanjakan hartanya).

3.) Barang yang dirungguhkan, tiap-tiap zat yang boleh dijual boleh

dirungguhkan dengan syarat keadaan barang itu tidak rusak

sebelum sampai janji utang harus dibayar.

4.) Ada utang disyaratkan keadaan utang telah tetap. 28

Apabila barang yang dirungguhkan diterima oleh yang

berpiutang tetaplah rungguhan, dan apabila telah tetap rungguhan,

yang punya barang tidak boleh menghilangkan miliknya dari barang

itu, baik dengan jalan dijual atau diberikan dan sebagainya, kecuali

dengan ijin yang berpiutang.

Adapun menurut al-Ustada H. Idris Ahmad, syarat gadai

menggadai yaitu :

1.) Ijab kabul yaitu: “Aku gadaikan barangku ini dengan harga Rp.

100,- “umpamanya”. Dijawabnya aku terima gadai engkau

seharga Rp. 100,-“ untuk itu cukuplah dilakukan dengan cara surat

menyurat saja.

2.) Jangan menyusahkan dan merugikan kepada orang yang

menerima gadai itu. Umpamanya oleh orang yang menggadai

tidak dibolehkan menjual barang yang digadaikan itu setelah

28 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet. 22, 1989, hlm. 291

Page 36: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

24

datang waktunya, sedang uang bagi yang menerima gadai sangat

perlu.

3.) Jangan pula merugikan kepada orang yang menggadai itu.

Umpamanya dengan mensyaratkan bahwa barang yang

digadaikan itu boleh dipakai dan diambil keuntungannya oleh

orang yang menerima gadai.

4.) Ada Rahin (yang menggadai) dan murtahin (orang yang

menerima gadai itu). Maka tidaklah boleh wali menggadaikan

harta anak kecil (umpamanya anak yatim) dan harta orang gila,

dan lain-lain, atau harta orang lain yang ada di tangannya.

5.) Barang yang digadaikan itu berupa benda, maka tidak boleh

menggadaikan utang, umpamanya kata di Rahin : “Berilah saya

uang dahulu sebanyak Rp.100,- Dan saya gadaikan piutang saya

kepada tuan sebanyak Rp.1.500,- yang sekarang ada di tangan si

B”. sebab piutang itu belum tentu dapat diserahkan pada waktu

yang tertentu.29

Adapun syarat-syarat gadai di antaranya :

1.) Rahin dan murtahin

Tentang pemberi dan penerima gadai disyaratkan

keduanya merupakan orang yang cakap untuk melakukan sesuatu

perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan syari'at Islam yaitu

berakal dan baligh.

29Al-Ustadz H. Idris Ahmad,. Fiqh Menurut Madzhab Syafi'i, Jakarta: Wijaya, 1996, hlm. 38

Page 37: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

25

2.) Sighat

a.) Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga

dengan suatu waktu di masa depan.

b.) Rahn mempunyai sisi melepaskan barang dan pemberian

utang seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat

dengan syarat tertentu atau dengan suatu waktu di masa depan.

c.) Marhun bih (utang)

Menyangkut adanya utang, bahwa utang tersebut disyaratkan

merupakan utang yang tetap, dengan kata lain utang tersebut bukan

merupakan utang yang bertambah-tambah atau utang yang

mempunyai bunga, sebab seandainya utang tersebut merupakan utang

yang berbunga maka perjanjian tersebut sudah merupakan perjanjian

yang mengandung unsur riba, sedangkan perbuatan riba ini

bertentangan dengan ketentuan syari'at Islam.30

Menurut ulama’ fiqh mengemukakan syarat-syarat ar-rahn sesuai

dengan rukun ar-rahn itu sendiri. Dengan demikian, syarat-syarat ar-rahn

meliputi:

1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak

hukum, kecakapan bertindak hukum menurut jumhur ulama’ adalah

orang yang baligh dan berakal. Sedangkan menurut Hanafiyah kedua

belah pihak yang berakal tidak disyaratkan baligh tetapi cukup berakal

saja. Oleh sebab itu menurut mereka anak kecil yang mumayyiz boleh

30 Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, op. cit., hlm. 142

Page 38: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

26

melakukan akad rahn, dengan syarat akad rahn yang di lakukan anak

kecil yang sudah mumayyiz ini mendapat persetujuan walinya.

2. Syarat marhun bih (utang) syarat dalam hal ini adalah wajib

dikembalikan oleh debitor kepada kreditor, utang itu dapat di lunasi

dengan agunan tersebut, dan utang itu harus jelas dan tertentu

(spesifik).

3. Syarat marhun (agunan) syarat agunan menurut ahli fiqh adalah harus

dapat di jual dan nilainya seimbang dengan besarnya utang, agunan

harus bernilai dan dapat di manfaatkan menurut ketentuan hukum

islam, agunan harus jelas dan dapat di tunjukkan, agunan milik sah

debitor, agunan tidak terkait dengan pihak lain, agunan harus

merupakan harta yang utuh dan agunan dapat diserahterimakan kepada

pihak lain, baik materi maupun manfaatnya.31

4. Ulama’ Hanafiah mengatakan dalam akad itu ar-rahn tidak boleh

dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan

datang, arena akad ar-rahn sama dengan akad jual beli. Apabila akad

itu dibarengi dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang

akan datang, maka syaratnya batal. akadnya sah apabila orang yang

berhutang mensyaratkan tenggang waktu utang telah habis dan utang

belum di bayar, maka ar-rahn itu di perpanjang satu bulan. Atau

pemberi utang mensyaratkan harta agunan itu boleh di manfaatkan.

Ulama’ Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanbilah mengatakan bahwa

31 Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keungan Syari ah, ibid hlm 109.

Page 39: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

27

apabila syarat-syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran

akad itu, maka syarat itu di bolehkan, tetapi apabila syarat itu

bertentangan dengan tabiat akad ar-rahn maka syaratnya batal. Kedua

syarat dalam contoh di atas (perpanjangan ar-rahn satu bulan dan

agunan boleh di manfaatkan), termasuk syarat yang tidak sesuai

dengan tabiat ar-rahn karenanya syarat itu di nyatakan batal. Syarat

yang di bolehkan itu misalnya pihak pemberi hutang minta agar akad

itu di saksikan oleh dua orang saksi. Sedangkan syarat yang batal

misalnya disyaratkan bahwa agunan itu tidak boleh di jual ketika ar-

rahn itu jatuh tempo, dan orang yang berhutang tidak mampu

membayarnya. 32

D. Ketentuan Umum Pelaksanaan Ar-Rahn dalam Islam

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ar-rahn

antara lain:

1. Kedudukan Barang Gadai.

Selama ada di tangan pemegang gadai, maka kedudukan barang

gadai hanya merupakan suatu amanat yang dipercayakan kepadanya oleh

pihak penggadai.

2. Pemanfaatan Barang Gadai.

Pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya baik

oleh pemiliknya maupun oleh penerima gadai. Hal ini disebabkan status

32 Nasrun Haroen, Op.cit, hlm 254-255

Page 40: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

28

barang tersebut hanya sebagai jaminan utang dan sebagai amanat bagi

penerimanya. Apabila mendapat izin dari masing-masing pihak yang

bersangkutan, maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. Oleh karena itu

agar di dalam perjanjian gadai itu tercantum ketentuan jika penggadai atau

penerima gadai meminta izin untuk memanfaatkan barang gadai, maka

hasilnya menjadi milik bersama. Ketentuan ini dimaksudkan untuk

menghindari harta benda tidak berfungsi atau mubazir.

3. Resiko Atas Kerusakan Barang Gadai

Ada beberapa pendapat mengenai kerusakan barang gadai yang di

sebabkan tanpa kesengajaan murtahin. Ulama mazhab Syafi’i dan Hambali

berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak menanggung resiko

sebesar harga barang yang minimum. Penghitungan di mulai pada saat

diserahkannya barang gadai kepada murtahin sampai hari rusak atau

hilang.

4. Pemeliharaan Barang Gadai

Para ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa biaya

pemeliharaan barang gadai menjadi tanggngan penggadai dengan alas an

bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan tetap merupakan

miliknya. Sedangkan para ulama’ Hanafiyah berpendapat lain, biaya yang

diperlukan untuk menyimpan dan memelihara keselamatan barang gadai

menjadi tanggungan penerima gadai dalam kedudukanya sebagai orang

yang menerima amanat.

Page 41: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

29

5. Kategori Barang Gadai

Jenis barang yang bias digadaikan sebagai jaminan adalah semua

barang bergerak dan tak bergerak yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Benda bernilai menurut hokum syara’

b. Benda berwujud pada waktu perjanjian terjadi

c. Benda diserahkan seketika kepada murtahin

6. Pembayaran atau Pelunasan Utang Gadai.

Apabila sampai pada waktu yang sudah di tentukan, rahin belum

juga membayar kembali utangnya, maka rahin dapat dipaksa oleh marhun

untuk menjual barang gadaianya dan kemudian digunakan untuk melunasi

hutangnya.

7. Prosedur Pelelangan Gadai

Jumhur fukaha berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak

boleh menjual atau menghibahkan barang gadai, sedangkan bagi penerima

gadai dibolehkan menjual barang tersebut dengan syarat pada saat jatuh

tempo pihak penggadai tidak dapat melunasi kewajibanya.33

E. Aplikasi dalam Perbankan

Kontrak rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal.

1. Sebagai Produk Pelengkap

Rahn dipakai dalam produk pelengkap, artinya sebagai akad

tambahan (jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam

33 Muhammad dan Sholikhul Hadi, Pegadaian syari ah, Jakarta: Salemba diniyah. 2003hlm 54

Page 42: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

30

pembiayaan bai al murabahah. Bank dapat menahan nasabah sebagai

konsekuensi akada tersebut

2. Sebagai Produk Tersendiri

Di beberapa negara Islam termasuk di antaranya adalah Malaysia,

akad rahn telah dipakai sebagai alternatif dari pegadaian konvensional.

Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn nasabah tidak dikenakan

bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan,

penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga

pegadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat

ganda, sementara biaya rahn hanya sekali dan di tetapkan di muka.

F. Manfaat Rahn

Manfaat yang dapat di ambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah:

1. menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan

fasilitas pembiayaan yang diberikan.

2. memberikan keamanan bagi segenap penabung dan pemegang deposito

bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam

ingkar janji karena ada suatu asset atau barang (marhun) yang dipegang

oleh bank.

3. jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, maka sudah barang

tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana terutama di

daerah-daerah.

Page 43: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

31

Adapun manfaat yang langsung didapat bank adalah biaya-biaya

konkrit yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan

asset tersebut. Jika penahanan asset berdasarkan fidusia (penahanan barang

bergerak sebagai jaminan pembayaran), maka nasabah juga harus membayar

biaya asuransi yang besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum.

G. Risiko ar Rahn

Adapun resiko yang mungkin terdapat pada rahn apabila diterapkan

sebagai produk adalah:

1. Resiko tak terbayarnya hutang nasabah (wanprestasi)

2. Resiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.

Sebagaimana sudah dijelaskan dalam ketentuan umum fatwa DSN-

MUI No. 26/DSN-MUI/VI/2002 tentang rahn emas. Bahwa murtahin

(penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai

semua utang rahin (yang menyerahkan barang) di lunasi. Marhun dan

manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh di

manfaatkan oleh murtahin kecuali atas izin rahin, dengan tidak mengurangi

nilai marhun dan pemanfaatanya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan

dan perawatannya. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya

menjadi kewajiban rahin namun dapat dilakukan oleh marhun sedangkan

biaya pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin. Besar biaya

pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh di tentukan berdasarkan

jumlah pinjaman.

Page 44: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

32

Adapun ketentuan mengenai penjualan Marhun yaitu apabila jatuh

tempo murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi

utangnya. Apabila rahin tidak dapat melunasi utangnya , maka marhun di jual

paksa atau di eksekusi melalui lelang sesuai syari’ah. Hasil penjualan marhun

di gunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan an penyimpanan yang

belum di bayar serta biaya penjualan. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik

rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

H. Gadai Emas Syari’ah

Gadai Emas di perbankan syariah merupakan produk pembiayaan atas

dasar jaminan berupa emas dalam bentuk lantakan ataupun perhiasan sebagai

salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat, aman dan mudah.

Cepat dari pihak nasabah dalam mendapatkan dana pinjaman tanpa prosedur

yang panjang di bandingkan dengan produk pembiayaan lainnya. Aman dari

pihak bank, karena bank memiliki barang jaminan yaitu emas yang bernilai

tinggi dan relatif stabil bahkan nilainya cenderung bertambah. Mudah berarti

pihak nasabah dapat kembali memiliki emas yang digadaikannya dengan

mengembalikan sejumlah uang pinjaman dari bank, sedangkan mudah dari

pihak bank yaitu ketika nasabah tidak mampu mengembalikan pinjamannya

(utang) maka bank dengan mudah dapat menjualnya dengan harga yang

bersaing karena nilai emas yang stabil bahkan bertambah.

Prinsip yang digunakan dalam gadai emas syariah baik di bank syariah

ataupun di pegadaian syariah tidak berbeda dengan prinsip gadai pada

umumnya. Mulai dari persyaratan, biaya (ongkos) administrasi, biaya

Page 45: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

33

pemeliharaan/ penyimpanan, hingga mekanisme penjualan barang gadaian

ketika pihak yang menggadaikan tidak dapat melunasi utangnya.

Gadai emas memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan

barang gadaian lainnya. Emas merupakan logam mulia yang bernilai tinggi

dan harganya relative stabil bahkan selalu menunjukkan tren yang positif

setiap tahunnya. Emas juga merupakan barang atau harta yang dapat dengan

mudah dimiliki oleh setiap orang khususnya emas dalam bentuk perhiasan.

Ketika seseorang membutuhkan uang tunai, maka ia dapat dengan mudah

menggadaikan perhiasaannya kepada lembaga penggadaian atau bank syariah.

Setelah ia dapat melunasi utangnya, ia dapat memiliki kembali perhiasannya.

Artinya, seseorang dengan mudah mendapatkan uang tunai tanpa harus

menjual emas atau perhiasan yang dimilikinya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam gadai emas syariah

baik di bank syariah maupun di lembaga yang menawarkan produk gadai emas

syariah. Hal yang dimaksud adalah biaya administrasi dan biaya pemeliharaan.

1. Biaya administrasi

Biaya administrasi adalah ongkos atau pengorbanan materi yang

dikeluarkan oleh bank dalam hal pelaksanaan akad gadai dengan

penggadai (rahin). Para ulama sepakat bahwa segala biaya yang

bersumber dari barang yang digadaikan adalah menjadi tanggungan

penggadai. Oleh karena itu, biaya administrasi gadai dibebankan kepada

penggadai.

Page 46: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

34

Karena biaya administrasi merupakan ongkos yang dikeluarkan

bank, maka pihak bank yang lebih mengetahui dalam menghitung rincian

biaya administrasi. Setelah bank menghitung total biaya administrasi,

kemudian nasabah atau penggadai mengganti biaya administrasi tersebut.

Namun, tidak banyak atau bahkan sangat jarang nasabah yang

mengetahui rincian biaya administrasi tersebut. Bank hanya

menginformasikan total biaya administrasi yang harus ditanggung oleh

nasabah atau penggadai tanpa menyebutkan rinciannya. Keterbukaan

dalam menginformasikan rincian biaya administrasi tersebut sangat

penting dalam rangka keterbukaan yang kaitannya dengan ridha bi ridha,

karena biaya administrasi tersebut dibebankan kepada nasabah atau

penggadai.

Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa No. 26/ DSN-MUI/ III/2002

menyebutkan bahwa biaya atau ongkos yang ditanggung oleh penggadai

besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.

Artinya, penggadai harus mengetahui besar rincian dan pengeluaran apa

saja yang dikeluarkan oleh bank untuk melaksanakan akad gadai, seperti

biaya materai, jasa penaksiran, formulir akad, foto copy, print out, dan

lain-lain. Hal tersebut diatas yang juga menyebabkan biaya administrasi

harus dibayar di depan.

2. Biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan atau penyimpanan merupakan biaya yang

dibutuhkan untuk merawat barang gadaian selama jangka waktu pada akad

Page 47: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

35

gadai. Sesuai dengan pendapat para jumhur ulama biaya pemeliharaan atau

penyimpanan menjadi tanggungan penggadai (rahin). Karena pada

dasarnya penggadai (rahin) masih menjadi pemilik dari barang gadaian

tersebut, sehingga dia bertanggungjawab atas seluruh biaya yang

dikeluarkan dari barang gadai miliknya.

Akad yang digunakan untuk penerapan biaya pemeliharaan atau

penyimpanan adalah akad ijarah (sewa). Artinya, penggadai (rahin)

menyewa tempat di bank untuk menyimpan atau menitipkan barang

gadainya, kemudian bank menetapkan biaya sewa tempat. Dalam

pengertian lainnya, penggadai (rahin) menggunakan jasa bank untuk

menyimpan atau memelihara barang gadainya hingga jangka waktu gadai

berakhir. Biaya pemeliharaan/ penyimpanan ataupun biaya sewa tersebut

diperbolehkan oleh para ulama dengan merujuk kepada diperbolehkannya

akad ijarah.

Biaya pemeliharaan/ penyimpanan/ sewa dapat berupa biaya sewa

tempat SDB (Save Deposit Box), biaya pemeliharaan, biaya keamanan,

dan biaya lainnya yang diperlukan untuk memelihara atau menyimpan

barang gadai tersebut.

Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang

gadaian bank dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Bank

akan mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepada

penggadai atau bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai.

Oleh karena itu, gadai emas syariah sangat bermanfaat bagi penggadai

Page 48: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

36

yang membutuhkan dana tunai dengan cepat dan bagi pihak bank yang

menyediakan jasa gadai emas syariah karena bank akan mendapatkan

pemasukan atau keuntungan dari jasa penitipan barang gadaian dan bukan

dari kegiatan gadai itu sendiri.34

34 http://shariaheconomics.org/sef/article gadai-emas.

Page 49: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

37

BAB III

FATWA DSN-MUI NO: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMASDAN

PELAKSANAAN GADAI EMAS DI BANK SYARI’AH MANDIRICABANG KARANGAYU SEMARANG

A. Profil DSN-MUI

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun

para ulama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan

langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.

Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan

tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah

para ulama, cendekiawan dan zu'ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26

Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas

Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al

Washliyah, Math'laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang

ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang

tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk

membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama dan cendekiawan

muslim, yang tertuang dalam sebuah "PIAGAM BERDIRINYA MUI", yang

ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut

Musyawarah Nasional Ulama I.

Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah

Page 50: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

38

berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi

bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang

peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.

Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris

tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk

berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang

pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan

kemerdekaan. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global

yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas

etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan

kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas

masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.

Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam

pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi

politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber

pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.

Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah

hizbiyah) yang berlebihan. Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan

kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat

kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan

kesatuan serta kebersamaan umat Islam.

Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majelis Ulama

Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu'ama dan cendekiawan

Page 51: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

39

muslim berusaha untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam

dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah

SWT memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan

kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi

terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam

memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara

ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan

pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan

serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam

memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam

dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.

Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima

fungsi dan peran utama MUI yaitu:

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)

4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid

5. Sebagai penegak amar ma'ruf dan nahi munkar

Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali

kongres atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian

Ketua Umum, dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan

Basri, Prof. KH. Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI

yang pertama, kedua dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-

Page 52: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

40

tugasnya. Sedangkan dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin

majelis para ulama ini.35

1. Dasar Pemikiran Pembentukan DSN

a. Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syari’ah di

tanah air akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syari’ah Nasional

pada lembaga keuangan, dipandang perlu didirikan Dewan Syari’ah

Nasional yang akan menampung berbagai masalah atau kasus yang

memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan dalam penanganannya dari

masing-masing Dewan Pengawas Syari’ah yang ada di lembaga syari’ah.

b. Pembentukan Dewan Syariah Nasional merupakan langkah efisiensi dan

koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan

dengan masalah ekonomi/keuangan. Dewan Syariah Nasional diharapkan

dapat berfungsi untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam

kehidupan ekonomi.

c. Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam menanggapi

perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi

dan keuangan.

2. Pengertian

a. Lembaga keuangan syari’ah adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan

produk keuangan yari’ah dan mendapat izin operasional ebagai lembaga

keuangan syari’ah.

b. Produk keuangan syari’ah adalah produk keuangan yang mengikuti

35http://www.mui.or.id/index. dikutib Selasa, 07 Desember, 2010 jam 11.00

Page 53: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

41

syari’ah Islam.

c. Dewan Syari’ah Nasional adalah Dewan yang dibentuk oleh MUI untuk

menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga

keuangan syari’ah.

d. Badan pelaksana harian Dewan Syari’ah Nasional adalah badan yang

sehari-hari melaksanakan tugas Dewan Syari’ah Nasional.

e. Dewan Pengawas Syari’ah adalah badan yang ada di lembaga keuangan

syari’ah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syari’ah

Nasional Syari’ah.

3. Kedudukan, Status dan Anggota

a. Dewan Syari’ah Nasional merupakan bagian dari Majelis Ulama’

Indonesia.

b. Dewan Syari’ah Nasional membantu pihak terkait, seperti departement

keuangan, Bank Indonesia, dan lain-lain dalam menyusun peraturan atau

ketentuan untuk lembaga keuangan syari’ah.

c. Anggota Dewan Syari’ah Nasional terdiri dari para ulama’, praktisi, dan

para pakar dalam bidang yang terkait dengan Muamalah syari’ah.

d. Anggota Dewan Syari’ah National ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk

masa bakti 4 (empat) tahun.

4. Tugas dan Wewenang Dewan Syari’ah Nasional

a. Dewan Syariah Nasional bertugas:

1) Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan

perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khususnya.

Page 54: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

42

2) Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.

3) Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.

4) Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.

b. Dewan Syariah Nasional berwenang :

1) Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah

dimasing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar

tindakan hukum pihak terkait.

2) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan

yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen

Keuangan dan Bank Indonesia.

3) Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-

nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu

lembaga keuangan syariah.

4) Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang

diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas

moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.

5) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk

menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh

Dewan Syariah Nasional.

6) Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil

tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.

Page 55: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

43

5. Mekanisme Kerja

A. Dewan Syari’ah Nasional

1. Dewan Syariah Nasional mensahkan rancangan fatwa yang diusulkan

oleh Badan Pelaksana Harian DSN.

2. Dewan Syariah Nasional melakukan rapat pleno paling tidak satu kali

dalam tiga bulan, atau bilamana diperlukan.

3. Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam laporan

tahunan (annual report) bahwa lembaga keuangan syariah yang

bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan syariah sesuai

dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

B. Badan Pelaksana Harian

1. Badan Pelaksana Harian menerima usulan atau pertanyaan hukum

mengenai suatu produk lembaga keuangan syariah. Usulan ataupun

pertanyaan ditujukan kepada sekretariat Badan Pelaksana Harian.

2. Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris paling lambat 1 (satu) hari

kerja setelah menerima usulan /pertanyaan harus menyampaikan

permasalahan kepada Ketua.

3. Ketua Badan Pelaksana Harian bersama anggota dan staf ahli

selambat-lambatnya 20 hari kerja harus membuat memorandum

khusus yang berisi telaah dan pembahasan terhadap suatu

pertanyaan/usulan.

4. Ketua Badan Pelaksana Harian selanjutnya membawa hasil

pembahasan ke dalam Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional untuk

mendapat pengesahan.

Page 56: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

44

5. Fatwa atau memorandum Dewan Syariah Nasional ditandatangani oleh

Ketua dan Sekretaris Dewan Syariah Nasional.

C. Dewan Pengawas Syariah

1. Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawasan secara periodik

pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.

2. Dewan Pengawas Syariah berkewajiban mengajukan usul-usul

pengembangan lembaga keuangan syraiah kepada pimpinan lembaga

yang bersangkutan dan kepada Dewan Syariah Nasional.

3. Dewan Pengawas Syariah melaporkan perkembangan produk dan

operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada Dewan

Syariah Nasional sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun

anggaran.

4. Dewan Pengawas Syariah merumuskan permasalahan-permasalahan

yang memerlukan pembahasan Dewan Syariah Nasional.

Dewan Pengawas Syari’ah

6. Pembiayaan Dewan Syari’ah Naional

a. Dewan Syariah Nasional memperoleh dana operasional dari bantuan

Pemerintah (Depkeu), Bank Indonesia, dan sumbangan masyarakat.

b. Dewan Syariah Nasional menerima dana iuran bulanan dari setiap lembaga

keuangan syariah yang ada.

Dewan Syariah Nasional mempertanggung-jawabkan keuangan/

sumbangan tersebut kepada Majelis Ulama Indonesia. 36

36 DSN_MUI dan BI, “Himpunan Fatwa Dewan Syari ah National-MUI”, Edisi KetigaJakarta: CV. Gaung Persada Press, 2006 hlm 425-429

Page 57: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

45

D. Kegiatan MUI Bulan Nopember 2010

1. Rapat Pimpinan Harian

Selasa, 30 Nopember 2010, jam 11.00

Agenda :

a. Laporan komisi-komisi

b. Menerima tamu Majelis Mujahiddin

2. Rapat Komisi-komisi

a. Rapat Kelompok Kerja Komisi Fatwa, Rabu, 24 Nopember 2010, pukul

13.00

b. Rapat Komisi Fatwa - MUI, Rabu, 24 Nopember 2010, jam 10.00

c. Rapat Tim ESQ, Selasa, 23 Nopember 2010, jam 16.00 WIB

d. Rapat Komisi Pengkajian, Kamis, 25 Nopember 2010, pkl. 13.00 WIB

e. Rapat Komisi Dakwah Khusus, Selasa, 23 Nopember 2010, pkl. 10.00

f. Rapat Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama

3. Agenda LP POM MUI

a. Rapat KF - LPPOM MUI,Rabu

b. Penyerahan Sertifikat Halal LPPOM MUI, Kamis, 28 Oktober 2010 Pkl.

14.00

c. Rapat LPPOM, Kamis, 11 Nopember 2010

d. Rapat Komisi Fatwa LPPOM MUI, Jum'at, 12 Nopember 2010

e. Penyerahan Sertifikat Halal LPLPOM, Senin 22 Nopember 2010

f. Rakornas LPPOM MUI, Hotel Twin Jakarta, 23 - 24 Nopember 2010

Page 58: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

46

4. Agenda Dewan Syariah Nasional MUI

a. Rapat BPH DSN, Rab

5. Agenda BASYARNAS

6. Rapat Kerja Daerah MUI

Wilayah Sumatera, diselenggarakan di Banda Aceh, 3 - 7 Nopember 2010

7. Halaqah Nasional Penanggulangan Terorisme, Minggu, 28 Nopember 2010,

Pukul. 08.30 WIB - selesai di Masjid Al Akbar Surabaya.

8. Kunjungan Siswa SMP Darul Abidin Depok, Selasa, 30 Nopember 2010,

pkl. 14.00 WIB – selesai.37

B. Profil Bank Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang

Berkembangnya Bank-Bank syari’ah di Negara-negara Islam

berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an diskusi mengenai Bank

syari’ah sebgai pilar ekonomi Islam mulai di lakukan.para tokoh yang terlibat

dalam kajian tersebut adalah karnaen A.perwataatmaja, M. Dawam raharjo,

A.M. Saefudin, M. Amin Azis. Beberapa uji coba pada skala yang relative

terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah BMT Salman Bandung yang

sempat tumbuh menegsankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam

bentuk koperasi yakni Koperasi Ridho Gusti.38

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan

krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian

nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang

37 http://www.mui.or.id/index. Profil MUI Jumat, 08 Mei 2009 12:44, di Kutip Selasa 7Desember 2010

38 Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syari ah Suatu Pengenalan” Jakarta, tazkiaInstitute, 1999, hlm 237

Page 59: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

47

didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat

parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa

mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian

bank-bank di Indonesia.39

Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas

Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November

1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank

syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank

beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus

syariah.

PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh

Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT

Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai

cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya

memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.

Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank

Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero)

pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi

bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank

Mandiri (Persero).

PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung

sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti

39 www.syariah mandiri.com. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Page 60: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

48

menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero)

untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran

Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah

berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19

Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris:

Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT

Bank Syariah Mandiri.40

Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat

Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah

memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya

dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.

1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah

menyetujui perubahan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah

Mandiri.41

Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999

merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran

Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank

syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang

memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT Bank

Mandiri (Persero).

40 www.syariahmandiri.com. Profil Bank Syariah Mandiri41Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999.

Page 61: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

49

PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan

idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni

antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu

keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di

Indonesia.

Dengan semakin berkembangnya Bank Syariah Mandiri, maka pada

tanggal 5 september tahun 2003 dibuka kantor cabang di semarang yang

berkantor di Jl. Gajah Mada No. 184 Semarang. Yang mulai tahun 2006

sampai sekarang pindah ke Jl. Pemuda 583-585 semarang. diresmikan oleh

direktur Bank Syariah Mandiri Bapak. Muh. Haryoko. Dengan pimpinan

kepala cabang Bapak Zulfikar, pada saat itu juga bank syariah mandiri cabang

semarang langsung beroperasi dengan 10 karyawan staf.42

Setelah beberapa bulan beroperasi Bank Syariah Mandiri cabang

Semarang membuka beberapa kantor pelayanan antara lain sebagai berikut

1. Tahun 2004 di buka kantor kas Ngaliyan dengan alamat Jl. Siliwangi No.

650 Semarang. Kemudian Pada tahun 2007 kantor kas Ngaliyan pindah ke

Ruko Karang Ayu Semarang sampai sekarang.

2. Pada tahun 2005 berdiri kantor cabang pembantu di Kudus.

3. Pada tahun 2006 dibuka Gerai Payment Point di Rumah Sakit Rumani,

4. Pada tahun 2006 dibuka kantor cabang pembantu Ungaran di Ruko

Ungaran Squer dan di Pandanaran.

42Wawancara dengan Bapak Akhmad Nurudin. Tanggal 28 Februari 2010.

Page 62: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

50

5. Tahun 2009 telah dibuka kantor cabang di Magelang, dan tahun 2010 telah

dibuka kantor cabang di Majapahit, Puwodadi dan Temanggung.

Bank Syariah Mandiri Cabang Semarang mengalami perkembangan

yang cukup pesat, sehingga jumlah karyawan yang pada awalnya hanya

berjumlah 10 orang dan pada tahun 2010 jumlah karyawannya sudah

mencapai sekitar 80 orang.43

C. Visi Misi

1. Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

2. Misi

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM

c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan

kerja yang sehat.

d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang

sehat.44

D. Budaya Perusahaan

Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip

syariah Islam menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap

43Wawancara dengan Bapak Akhmad Nurudin. Tanggal 28 Januari 201044 www.syariahmandiri.com. visi misi

Page 63: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

51

akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima pilar yang

disingkat SIFAT, yaitu :

1. Siddiq (integrasi), Menjaga Martabat dengan Integritas. Awali dengan niat

dan hati tulus, berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku

teladan.

2. Istiqomah (konsistensi), Konsisten adalah kunci menuju sukses. Pegang

teguh komitmen, sikap optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya

diri.

3. Fathanah (profesionalisme), Profesional adalah Gaya Kerja Kami.

Semangat belajar berkelanjutan, cerdas, inovatif, terampil dan adil.

4. Amanah (tanggung jawab), Terpercaya karena Penuh Tanggung Jawab.

Menjadi terpercaya, cepat tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.

5. Tabligh (kepemimpinan), Kepemimpinan Berlandaskan Kasih-Sayang.

Selalu transparan, membimbing, visioner, komunikatif dan

memberdayakan.

Rumusan nilai-nilai Budaya SIFAT tersebut merupakan penyempurnaan oleh

Tim Pengembangan Budaya SIFAT (TPBS)

E. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri Semarang

1. Pendanaan

a. Tabungan

1. Tabungan Berencana BSM

2. Tabungan Simpatik BSM

3. Tabungan BSM

Page 64: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

52

4. Tabungan BSM Dollar

5. Tabungan Mabrur BSM

6. Tabungan Kurban BSM

7. Tabungan BSM Investa Cendekia

b. Deposito

1. Deposito BSM

2. Deposito BSM Valas

a. Giro BSM

b. Giro BSM Singapore Dollar

c. Obligasi

2. Pembiayaan

a. BSM Customer Network Financing (pembiayaan modal kerja)

b. Pembiayaan Resi Gudang

c. Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya

(PKPA)

d. Pembiayaan Edukasi BSM

e. BSM Implan

f. Pembiayaan Dana Berputar

g. Pembiayaan Griya BSM

h. Pembiayaan Griya BSM Optima

i. Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi

j. Pembiayaan Umroh

k. Pembiayaan Griya BSM DP 0%

Page 65: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

53

l. Gadai Emas Syariah Mandiri

Gadai emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan

berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai

dengan cepat.45

m. Pembiayaan Mudharabah BSM

n. Pembiayaan Musyarakah BSM

o. Pembiayaan Murabahah BSM

p. Pembiayaan Talangan Haji BSM

q. Pembiayaan Dengan Agunan Investasi Terikat BSM

r. Pembiayaan Kepada Pensiunan

s. Pembiayaan Peralatan Kedokteran

3. Jasa

a. Jasa Produk

1) BSM Card

2) Sentra Bayar BSM

3) BSM SMS Banking

4) BSM Mobile Banking GPRS

5) BSM Pooling Fund

6) BSM Net Banking

7) Jual Beli Valas BSM

8) BSM Electronic Payroll

9) SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)

45 Brosur Gadai Emas Bank Syariah Mandiri

Page 66: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

54

10) BSM Letter of Credit

11) BSM SUHC (Saudi Umrah & Haj Card)

b. Jasa Operasional

1) Transfer Lintas Negara BSM Western Union

2) Kliring BSM

3) Inkaso BSM

4) BSM Intercity Clearing

5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)

6) Transfer Dalam Kota (LLG)

7) Transfer Valas BSM

8) Pajak Online BSM

9) Pajak Import BSM

10) Referensi Bank BSM

11) BSM Standing Order

c. Jasa Investas 46

F. Mekanisme Pelaksanaan Gadai Emas Di Bank Syariah Mandiri Cabang

Karangayu Semarang

Gadai Emas BSM adalah salah satu produk yang tergolong baru di

BSM yang mulai diperkenalkan kembali ke masyarakat pada tanggal 16 Maret

2009. Gadai Emas BSM adalah produk pembiayaan BSM dengan emas

sebagai jaminan. Dengan menggunakan layanan Gadai Emas BSM,

masyarakat dapat secara mudah dan cepat memenuhi kebutuhan akan dana

tunai.Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan

46 Produk dan Jasa BSM. www.syariahmandiri.com.

Page 67: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

55

berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan

cepat.

Dalam operational gadai emas BSM mempunyai dapur khusus

yang langsung menanganani nasabah gadai emas. Dalam menangani hal ini

dikelola oleh officer gadai yang bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu

yang berhubungan dengan produk gadai emas BSM.

Nama Jabatan: Officer Gadai

Unit Kerja: Cabang / KCP Lokasi:

Pegawai Tanda Tangan:

Atasan Langsung: Marketing Manager Tanda Tangan:

1. Tujuan Jabatan

Mengelola, mengawasi/mengendalikan, mengembangkan kegiatan

dan mendayagunakan sarana organisasi outlet Gadai Emas BSM (GEB)

untuk mencapai tingkat serta volume aktivitas pemasaran, operasional dan

layanan GEB yang efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah

ditetapkan secara prudent.

2. Tanggung Jawab Utama

a. Memastikan tercapainya target bisnis Gadai Emas BSM yang telah

ditetapkan meliputi: pembiayaan GEB dan Fee Based Income GEB

baik kuantitatif maupun kualitatif.

b. Memastikan kualitas (kadar) barang jaminan yang dijaminkan.

c. Mengidentifikasi dan memitigasi fraud dan potensi risiko lainnya

(pemalsuan emas, dll) yang dapat merugikan bank.

Page 68: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

56

d. Memastikan kepatuhan, tingkat kesehatan dan prudentialitas seluruh

aktifitas GEB.

e. Memastikan terlaksananya Standar Layanan nasabah di GEB.

f. Memastikan pelaporan GEB (intern dan ekstern) dilakukan secara

akurat dan tepat waktu

g. Memastikan kelengkapan, kerapihan dan keamanan dari dokumentasi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Memastikan tindak lanjut hasil audit intern/ ekstern.

i. Melakukan analisa SWOT secara berkala untuk mengetahui posisi

GEB terhadap posisi pesaing di wilayah kerja setempat.

j. Memastikan persetujuan atau penolakan pembiayaan GEB yang

diajukan.

k. Menindak lanjuti persetujuan atau penolakan permohonan pembiayaan

GEB nasabah.

l. Menyelesaikan fasilitas pembiayaan GEB bermasalah.

Meningkatkan business relation antara Bank dengan nasabah

sesuai dengan target yang ditetapkan.

3. Tanggung Jawab Umum

a. Membuat evaluasi pelaksanaan rencana kerja mingguan/bulanan di

GEB untuk memastikan kesesuaiannya dengan rencana unit kerjanya.

b. Mengkoordinasi dan menetapkan serta mengevaluasi target kerja

pegawai Bawahan Langsung, untuk memastikan tercapainya target

kerja Bagiannya.

Page 69: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

57

c. Melakukan supervisi terhadap proses pekerjaan pegawai Bawahan

Langsung, untuk memastikan seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai

dengan rencana/target kerja dan SOP yang berlaku.

d. Membuat dan mengkaji laporan pelaksanaan rencana kerja GEB untuk

memastikan tersedianya data yang akurat dan mutakhir sebagai bahan

evaluasi dan pengambilan keputusan atasan.

e. Memastikan kepatuhan penggunaan wewenang limit transaksi

operasional oleh bawahannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Memastikan terlaksananya IT Security Awarness, antara lain tidak

sharing password, standarisasi aplikasi yang telah ditetapkan.

g. Mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan bawahan, agar

memenuhi persyaratan minimum jabatan sehingga dapat melakukan

pekerjaannya sesuai standar dan SOP.

h. Mengkaji dan mengusulkan permintaan barang atau peralatan kerja,

untuk memastikan penggunaan yang paling efektif terhadap seluruh

barang dan peralatan.

i. Melakukan coaching dan memberikan penilaian kinerja Bawahan

Langsung.

4. Kewenangan

Memberikan persetujuan/penolakan atas transaksi GEB sesuai

dengan wewenangnya.47

47 Hasil wawancara dengan Bp. Rosyid Officer Gadai Emas Syari’ah Bank Syuari’ahMandiri Cabang Karangayu Semarang pada tgl 11 Oktober 2010.

Page 70: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

58

A. Syarat dan ketentuan;

Syarat:

2. Tanda pengenal berupa KTP

3. Jaminan barang emas perhiasan atau emas batangan atau emas

lantakan bersertifikat antam. Emas perhiasan tidak ada keharusan

dilengkapi kuitansi pembelian.

4. Barang jaminan harus milik nasabah secara sah tidak diperoleh dari

hasil kejahatan, tidak terkait dengan barang yang disewabelikan.

ketentuan

1. pembiayaan mulai 500 ribu

2. jaminan emas minimal 16 karat berupa emas perhiasan atau logam

mulia.

3. Janka waktu 4 bulan dan dapat di perpanjang ( di gadai kembali)

apabila nasabah belum mampu menebusnya.

B. Manfaat dan Kemudahan :

a. Proses cepat dan mudah

b. Biaya pemeliharaan yang kompetitif

c. Jaminan keamanan

d. Terkoneksi dengan rekening tabungan.

C. Fasilitas:

a. ATM Syariah Mandiri

b. Pencairan dana cepat

c. Standar keamanan bank.

Page 71: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

59

D. Akad:

a. Akad yang digunakan adalah akad Qardh dalam rangka Rahn

b. Qardh dalam rangka Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari bank

untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga

barang jaminan yang diserahkan

c. Biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah.

E. Biaya-biaya:

Dalam penetapan biaya kepada nasabah, Bank menggunakan tiga

komponen yaitu:

1. Biaya administrasi sebesar Rp20.000,00.

2. Biaya asuransi sebesar 0,133% dari taksiran.

3. Biaya pemeliharaan sebesar Rp6.200,00 per gram perbulan untuk emas

murni 24 karat.

Periode pembebanan biaya pemeliharaan dihitung per 15 hari.

Biaya ini bersifat proporsional artinya (menyesuaikan dengan berat kadar

emas yang dijaminkan serta jangka waktu pembiayaan) . Biaya

Administrasi dan Asuransi, dibayar pada saat pencairan pembiayaan,

sedangkan Biaya Pemeliharaan dibebankan pada saat pelunasan

pembiayaan.

Adapun standardisasi taksiran harga Emas di BSM pada tahun

2010 ini adalah sebagai berikut:48

48Hasil wawancar dengan officer Gadai BSM Cabang Karangayu Semarang tgl 24November 2010

Page 72: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

60

Kadar Emas Taksiran Harga BSM

24 Karat Rp.378,290

23 Karat Rp.362,528

22 Karat Rp.346,766

21 Karat Rp.331,004

20 Karat Rp.315,242

19 karat Rp.299,480

18 Karat Rp.283,713

17 Karat Rp.267,955

16 karat Rp.252,193Harga bisa berubah sesuai perkembangan harga yang berlaku di

pasaran. Untuk pencairan dana hanya 85% dari harga taksiran berlaku

untuk emas perhiasan. Sedangkan 90% untuk emas lantakan yang

bersertifikat antam dan koin dinar. Untuk emas logam tidak bersertifikat

antam pencairanya sama dengan emas perhiasan yaitu 85% dari harga

taksiran.

Contoh: Ibu Wulan mempunyai emas berupa logam mulia seberat 10 gram

dan ingin menggadaikannya di Bank Syarui’ah mandiri. Berapaka

pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank serta berapa biaya yang harus

dibayar oleh Ibu wulan?

Haraga dasar emas 24K diBank Syaria’ah Mandiri = Rp 378.290;/gr*.

Taksiran : (10 x 24/24 x Rp.378.290;) = Rp 3.782.900;

Pembiayaan yang dapat diberikan adalah 90% = Rp 3.404.610;

Biaya-biaya:

Adminitrasi = Rp 20.000;

Asuransi 0,133% x taksiran = Rp 5.400;

Page 73: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

61

Pemeliharaan selama 4 Bulan (10x 24/24x6200x24) = Rp 248.000;

F. Jangka Waktu:

Empat bulan dan dapat digadai ulang (setelah dilakukan penaksiran

dan melunasi biaya gadai).

G. Prosedur Gadai dan Proses Pencairan Dana

Ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh nasabah dalam mengajukan

pembiayaan adalah sebagai berikut:

1. Nasabah datang ke penaksir atau officer gadai untuk mengisi formulir

permohonan pembiayaan rahn, serta menyerahkan barang jaminan

untuk dilakukan penaksiran.

2. Barang ditaksir sesuai standardisasi harga emas yang berlaku BSM

yaitu seperti tertera dalam table berikut:

3. Setelah dilakukan penaksiran kemudian ditentukan nilai pembiayaan

serta biaya administrasi dan biaya pemeliharaan dan penyimpanan.

4. Nasabah diberikan Surat Bukti Gadai Emas (SBGE) untuk

ditandatangani. surat ini berisi atas perjanjian akad, dan memorandum

pembiayaan, serta tanda terima barang.

5. Setelah nasabah menandatangani SBGE, nasabah bisa langsung

mengambil uang di teller dengan membawa slip penarikan uang.49

49 Hasil wawancara dengan Bp. Rosyid Officer Gadai Emas Syari’ah Bank Syari’ahMandiri Cabang Karangayu semarang pada tgl 8 oktober 2010.

Page 74: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

62

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK GADAI EMAS DI BANK SYARIAH

MANDIRI CABANG KARANGAYU SEMARANG

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang

Karangayu Semarang

Penerapan Ar-Rahn dalam praktek perbankan syari’ah ada dua hal

yaitu akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad

tambahan terhadap produk lain. Dan akad rahn sebagai produk tersendiri

yang berarti sebagai akad alternatif. 50

Dalam penilaian layak atau tidak suatu pembiayaan disalurkan maka

perlu dilakukan suatu penilaian pembiayaan. Penilaian kelayakan suatu

pembiayaan (perkreditan) dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 5C

antara lain: 51

a. Caracter.

Pengertian caracter adalah sifat atau watak seseorang, dalam hal

ini adalah calon nasabah yang akan di beri pembiayaan oleh Bank.

Tujuanya adalah untuk memberikan keyaknan kepada bank bahwa sifat

atau watak dari orang-orang yang akan diberi pembiayaan benar-benar

dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang nasabah baik

yang bersifat pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: gaya hidup

yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Caracter

50 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari ah : Suatu Pengenalan Umum, hlm 18451 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005, hlm 94

Page 75: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

63

merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah dalam membayar

angsuran pembiayaan. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha

untuk membayar angsuran dengan berbagai cara.

b. Capacity.

Yaitu untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar

angsuran yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis serta

kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat

kemampuan dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan. Semakin

banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya

untuk membayar angsuran pembiayaan.

c. Capital.

Dalam hal ini Bank biasanya tidak akan bersedia membiayai suatu

usaha 100% artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan

pembiayaan harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal

sendiri dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber

pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibayai oleh

Bank.

d. Collateral.

Collateral merupakan jaminan yang di berikan calon nasabah baik

yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah

pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus di teliti keabsahanya,

sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang di titipkan akan

Page 76: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

64

dapat digunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai

pelindung Bank dari resiko kerugian.

e. Condition of Economy.

Dalam memberikan pembiayaan hendaknya juga menilai kondisi

ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-

masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya

pemberian pembiayaan untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih

dahulu atau sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa

yang akan datang.

Dalam fasilitas produk pembiayaan gadai emas BSM tidak

menggunakan kelima prinsip di atas tetapi hanya menggunakan prinsip

collateral dan condition of economy . nasabah di berikan suatu

pembiayaan karena adanya jaminan berupa emas yang diserahkan kepada

pihak Bank. BSM juga tidak memberikan pembiayaan penuh dari nilai

taksiran emas yang di hitung oleh Bank, tetapi Bank hanya memberikan

85% dari nilai taksiran emas perhiasan dan 90% dari nilai taksiran emas

batangan yang bersertifikat. Hal ini dikarenakan Bank bisa mengantisipasi

pengambilan pembiayaan apabila nasabah tidak melakukan pelunasan

setelah jangka waktu pembiayaan. Pemberian pembiayaan juga

berdasarkan condition of economy dimana apabila harga emas naik maka

besar penaksiran harga emaspun akan naik. Hal ini ditujukan agar produk

mampu bersaing dengan pegadaian konvensional, pegadaian syari’ah

maupun perbankan syari’ah yang meluncurkan produk gadai emas. Begitu

Page 77: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

65

pula dengan besarnya penetapan biaya pemeliharaan yang mungkin bisa

berubah.

Setelah peneliti melakukan penelitian produk gadai emas di bank

Syari’ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang, secara mekanismenya tidak

jauh beda dengan praktek di pegadaian konvensional. Akan tetapi yang

membedakan adalah akad dan kebijakan pihak Bank dalam menentukan

biaya pemeliharaan.

Dalam praktenya, Bank Syari’ah Mandiri menggunakan prinsip rahn

dimana Bank bertindak sebagai murtahin (pihak yang memberikan

pembiayaan) sedangkan nasabah rahin (pihak yang menyerahkan jaminan).

Produk gadai emas ini memberikan pelayanan kepada nasabah dengan

memberikan pembiayaan sesuai dengan ketetapan dari pihak Bank setelah

menaksir barang berupa emas milik nasabah sebagai barang jaminan. Setelah

pihak bank melakukan penaksiran, Bank akan memberi pembiayaan senilai

85% dari nilai penaksiran berlaku untuk perhiasan. Sedangkan untuk emas

batangan Bank akan memberikan pembiayaan sebesar 90% dari nilai

penaksiran emas. Sebelum nasabah menerima pembiayaan tersebut nasabah

diwajibkan membayar semua biaya administrasi yang telah di tetapkan oleh

pihak Bank. Kemudian nasabah menerima dan menandatangani SBGE BSM

(Surat Bukti Gadai Emas BSM). Dalam akadnya BSM menggunakan akad

Qarh dalam rangka rahn dan akad ijarah akad ini sudah tertera dalam

SBGE BSM.

Page 78: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

66

Barang yang digadaikan nasabah akan disimpan dalam satu ruangan

anti air sehingga keamanan emas terjaga. Emas yang digadaikan tersebut

tidak dipergunakan oleh Bank. Bank tidak mengambil manfaat dari barang

yang digadaikan nasabah. Bank hanya memberikan tempat penyimpanan

akan emas yang dijaminkan nasabah atas pembiayaanya. Karena Bank telah

memberikan fasilitas tempat penyimpanan maka Bank memberikan beban

kepada nasabah untuk menjaga emas tersebut, berupa biaya pemeliharaan

dan penyimpanan barang gadai.

Dalam penetapan biaya kepada nasabah Bank menggunakan tiga

komponen yaitu:

4. Biaya administrasi sebesar Rp20.000,00.

5. Biaya asuransi sebesar 0,133% dari taksiran.

6. Biaya pemeliharaan sebesar Rp6.200,00 per gram perbulan untuk emas

murni 24 karat.

Akad yang digunakan adalah akad Qardh dalam rangka Rahn

Qardh dalam rangka Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari bank

untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga

barang jaminan yang diserahkan. Biaya pemeliharaan menggunakan akad

ijarah.52

Dalam akad ini berisi perjanjian antara PT Bank Syari’ah Mandiri

dan pemberi gadai. Akad ini di buat dan di tandatangani pada tanggal

sebagaimana tercantum pada surat Bukti Gadai Emas oleh dan antara:

52 Wawancara dengan Bapak Rasyid Officer Gadai Emas Syari’ah BSM KarangayuSemarang, tanggal 11 Oktober 2010

Page 79: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

67

1. PT Bank Syari’ah Mandiri sebagaimana tersebut di Surat Buktu Gadai

Emas ini yang dalam ini diwakili oleh kepala cabang/Officer gadainya.

Dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta selanjutnya

disebut BANK.

2. Pemberi gadai adalah orang yang nama dan alamatnya tercantum

dalam Surat Bukti Gadai Emas ini. Untuk selanjutnya disebut

NASABAH.

Sebelumnya para pihak menerangkan bahwa Bank memberikan

fasilitas pembiayaan qard dalam rangka rahn kepada nasabah dan oleh

karena itu Bank berhak menagih sejumlah yang tercantum dalam Surat

Bukti Gadai Emas. Untuk maksud tersebut, maka para pihak membuat dan

menandatangani akad ini dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Guna menjamin pelunasan atas pembiayaan yang diberikan Bank,

maka nasabah dengan ini mengikatkan diri untuk menyerahkan barang

jaminan dengan prinsip ar-rahn (gadai) kepada Bank seperti tertera

dalam surat Bukti Gadai Emas ini.

b) Nasabah dengan ini menyatakan dan menjamin bahwa apa yang

dijaminkan kepada Bank adalah benar dan hak miliknya nasabah,

belum dijual atau di alihkan dan atau memberi kuasa kepada pihak lain

dalam bentuk apapun juga, tidak dalam sengketa atau perkara, bebas

dari sitaan, tidak sedang digadaikan atau dibebani atau dijaminkan atau

dipertanggungkan dengan ikatan apapun kepada pihak manapun atau

tidak berasal dari barang yang di peroleh secara tidak sah atau

Page 80: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

68

melawan hukum.

c) Nasabah dengan ini menyatakan dan menjamin bahwa apa yang

dijaminkan kepada Bank adalah benar asli , apabila di kemudian hari

ternyata apa yang dijaminkan kepada Bank ternyata tidak asli/palsu,

maka nasabah wajib menanggung segala resiko dan mengganti seluruh

kerugian yang timbul karenanya.

d) Nasabah wajib melunasi kembali jumlah seluruh hutangnya kepada

Bank dalam jangka waktu maksimal 4 (empat) bulan terhitung sejak

tanggal Surat Bukti Gadai Emas ini di tandatangani dan akan berakhir

pada tanggal yang tertera dalam Surat Bukti Gadai Emas dengan cara

membayar sekaligus pada pembiayaan jatuh tempo.

e) Dalam hal jatuh tempo pembayaran kembali pembiayaan bertepatan

dengan bukan pada hari kerja Bank, maka nasabah melakukan

pembayaran pada satu hari kerja sebelum Bank tidak beroperasi.

f) Dalam hal pembayaran dilakukan melalui rekening nasabah di Bank,

maka dengan ini nasabah memberi kuasa kepada Bank untuk tiap-tiap

waktu mendebet sejumlah uang yang terhutang oleh nasabah kepada

Bank dari rekening nasabah baik sebagian atau keseluruhanya. Kuasa

ini tidak dapat ditarik kembali dan atau berakhir karena sebab-sebab

apapun yang tercantum dalam undang-undang.

g) Pengambilan barang jaminan dilakukan oleh nasabah atau kuasa

nasabah bersamaan dengan pelunasan pembiayaan. Apabila nasabah

tidak mengambil barang jaminan bersamaan dengan pelunasan

Page 81: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

69

pembiayaan, maka nasabah dikenakan biaya penyimpanan sesuai tarif

pro rata harian save deposit box.

h) Apabila nasabah tidak melaksanakan pembayaran seketika dan

sekaligus pada saat jatuh tempo, maka nasabah dengan ini memberi

kuasa kepada Bank, kuasa mana tidak dapat di tarik kembali dan tidak

dan tidak berahir karena sebab apapun yang ditentukan dalam undang-

undang. Termasuk tetapi tidak terbatas pada ketentuan yang tertuang

dalam pasal 1813 KUHP sehingga:

i) Bank berhak menjual/menyuruh menjual atau memindahkan/

menyerahkan barang jaminan tersebut yang prosesnya mulai dilakukan

sejak tanggal jual seperti yang tertera pada Surat Bukti Gadai Emas ini.

Baik dihadapan umum maupun dibawah tangan serta dengan cara lain

dengan harga yang pantas menurut Bank, dan uang hasil penjualan

barang jaminan tersebut digunakan Bank untuk membayar/melunasi

utang nasabah kepada Bank setelah di kurangi biaya-biaya timbul atas

penjualan barang jaminan.

j) Jika penjualan barang jaminan tidak mencukupi untuk membayar

hutang nasabah kepada Bank maka nasabah tetap bertanggungjawab

melunasi kekurangan hutangnya yang belum dibayar sampai dengan

lunas, dan sebaliknya apabila hasil penjualan barang jaminan melebihi

hutang nasabah kepada Bank, maka Bank berjanji akan mengkredit

kelebihan penjualan ke rekening nasabah.

k) Dalam hal nasabah tidak memiliki rekening di bank, maka nasabah

Page 82: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

70

diberikan waktu selama 1 (satu) tahun untuk mengambil kelebihan

penjualan, terhitung sejak tanggal penjualan barang jaminan. Apabila

melewati batas yang telah di tentukan, maka kelebihan penjualan

tersebut akan diserahkan kepada Lembaga Amil Zakat Nasional

(LAZNAS) BSM ummat.

l) Nasabah mengakui dan menerima ketentuan-ketentuan dan syarat-

syarat yang berlaku umum mengenai hutang piutang dan penyerahan

jaminan sebagaimana yang tertera dalam akad ini, KUHP, dan

ketentuan lain.

m) Dengan ini nasabah membebaskan dan melindungi Bank dari segala

tuntutan dan atau gugatan dari pihak ketiga dan atau ahli waris

sehubungan dengan jaminan yang tersebut dalam Surat Bukti Gadai

Emas.

n) Jika terjadi selisih nilai yang disebabkan nilai barang jaminan tidak

dapat menutupi nilai pembiayaan pada saat perpanjangan, maka

nasabah wajib untuk membayar selisih nilai tersebut atau menambah

barang jaminan, sehingga nilai barang jaminan dapat menutupi nilai

pembiayaan yang diberikan oleh Bank.

1. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami atau

menafsirkan bagian-bagian dari isi, atau terjadi perselisihan dalam

melaksanakan akad ini, maka para pihak akan berusaha untuk

menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

Page 83: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

71

2. Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan

melalui musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan

yang disepakati oleh para pihak, maka dengan ini para pihak

sepakat untuk memilih domisili hukum tetap dan tidak berubah di

kantor panitera pengadilan.

Adapun biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah. Dimana

dalam akad ini berisi kesepakatan atas biaya yang akan di keluarkan oleh

nasabah kepada pihak Bank. Akad ini dibuat dan ditandatangani pada

tanggal sebagaimana tercantum pada Surat Bukti gadai Emas oleh dan

antara:

1. PT Bank Syari’ah Mandiri sebagaimana tersebut di Surat Buktu Gadai

Emas ini yang dalam ini diwakili oleh kepala cabang/Officer gadainya.

Dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan

PT Bank syari’ah Mandiri selaku Penerima gadai untuk selanjutnya

disebut BANK.

2. Pemberi gadai adalah orang yang nama dan alamatnya tercantum

dalam Surat Bukti Gadai Emas ini. Untuk selanjutnya disebut

NASABAH.

Sebelumnya para pihak menerangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Bahwa nasabah sebelumnya telah mengadakan perjanjian dengan Bank

sebagaimana tercantum pada akad Qardh dalam rangka rahn yang juga

tercantum dalam Surat Bukti Gadai Emas, dimana nasabah bertindak

sebagai pemberi gadai dan Bank bertindak sebagai penerima gadai, dan

Page 84: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

72

oleh karenanya akad qardh dalam rangka rahn tersebut merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dengan akad ini.

b) Bahwa atas barang jaminan berdasarkan akad diatas nasabah setuju

dikenakan biaya administrasi dan biaya sewa atau biaya pemeliharaan.

c) Untuk maksud tersebut para pihak membuat dan menandatangani akad

ini dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Para pihak sepakat dengan biaya sewa/biaya pemeliharaan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dihitung per 15 hari terhitung sejak

tanggal Surat Bukti Gadai Emas dengan maksimal jangka waktu 4

(empat) bulan.

2. Biaya administrasi dibayar diawal periode gadai da biaya

sewa/biaya pemeliharaan wajib dibayar sekaligus oleh nasabah

kepada Bank pada saat pelunasan.

3. Bank bertanggungjawab atas resiko kerusakan atau kehilangan

barang jaminan milik nasabah karena tindak pidana pencurian dan

berkewajiban untuk mengganti kerugian yang timbul sebesar

maksimal 100% (seratus persen) dari nilai taksiran barang jaminan

setelah diperhitungkan besarnya pembiayaan dan biaya sewa/biaya

pemeliharaan sebagaimana tersebut dalam Surat Bukti Gadai Emas

BSM.

Page 85: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

73

2. Analisis Keputusan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 26/DSN-

MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas Terhadap Praktek Gadai Emas di

Bank Syari’ah Cabang Karangyu Semarang

a. Berdasarkan keputusan fatwa Dewan Syari’ah Nasional yaitu. Rahn emas

dibolehkan berdasarkan prinsip rahn) yaitu: Murtahin sebagai penerima

barang mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua

utang rahin di lunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin,

yang pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkanoleh murtahin

kecuali atas ijin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan

pemanfaatanya itu sekedar pengganti biaya pemeiharaan dan perawatanya.

Besaranya biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh

ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Penjualan marhun dilakukan

apabila telah jatuh tempo dan nasabah belum bisa melunasinya. Selama

peneliti melakukan penelitian di Bank Syari’ah Cabang Karangayu

Semarang dalam praktek gadai emas adalah sebagai berikut:

1) Bank bertindak sebagai murtahin (penerima barang) dan nasabah

bertindak sebagai rahin (pemberi barang). Barang.

2) Bank mempunyai hak untuk menahan barang berupa emas sampai

nasabah melunasi semua utangnya.

3) Barang gadai berupa emas tetap menjadi milik nasabah sepenuhnya.

Artinya nasabah bisa mengambil sewaktu-waktu dengan melunasi

semua biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang. Tidak harus

menunggu batas jatuh tempo.

Page 86: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

74

4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun berupa emas

selain ditentukan atas dasar berat dan kadar emas juga di tentukan

berdasarkan besar pinjaman yang diberikan kepada nasabah.

5) Dalam hal jatuh tempo dan nasabah tidak bisa melunasi semua

pembiayaan maka Bank mempunyai hak untuk menjual marhun. Hasil

penjualan barang jaminan itu digunakan Bank untuk membayar atau

melunasi utang nasabah kepada Bank setelah dikurangi biaya-biaya

yang timbul atas penjualan.

6) Apabila hasil penjualan barang jaminan tidak mencukupi untuk

melunasi hutang nasabah, maka nasabah tetap bertanggung jawab

melunasi kekurangan hutangnya itu. Dan sebaliknya jika hasil

penjualan barang melebihi hutang nasabah, maka Bank akan

mengembalikan kelebihan penjualan itu ke nasabah.

b. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) di tanggung oleh

penggadai (rahin). Dalam prakteknya ongkos dan biaya ini berupa biaya-

biaya administrasi, biaya auransi keamanan barang, biaya pemeliharaan dan

biaya penyimpanan barang yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab

penggadai (rahin)

c. Ongkos sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 di atas besarnya didasarkan

pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.

Dalam hal ini ongkos atau biaya yang ditanggung oleh nasabah di

tentukan dari pihak Bank dengan rincian sebagai berikut:

Page 87: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

75

1) Biaya administrasi sebesar Rp20.000,00.

2) Biaya asuransi sebesar 0,133% dari taksiran.

3) Biaya pemeliharaan sebesar Rp 6.200,00 per gram perbulan untuk

emas murni 24 karat dihitung per 15 hari.

4) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad

ijarah (sewa).

Dalam hal biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang menggunakan

akad ijarah (sewa). Artinya, penggadai (rahin) menyewa tempat di Bank untuk

menyimpan atau menitipkan barang gadainya, kemudian Bank menetapkan

biaya sewa tempat. Akad ini tertera dalam Surat Bukti Gadai Emas BSM.

Dalam pengertian lainnya, penggadai (rahin) menggunakan jasa Bank

untuk menyimpan atau memelihara barang gadainya hingga jangka waktu

gadai berakhir. Biaya pemeliharaan/ penyimpanan ataupun biaya sewa tersebut

diperbolehkan oleh para ulama dengan merujuk kepada diperbolehkannya akad

ijarah.

Biaya pemeliharaan/ penyimpanan/ sewa dapat berupa biaya sewa

tempat SDB (Save Deposit Box), biaya pemeliharaan, biaya keamanan, dan

biaya lainnya yang diperlukan untuk memelihara atau menyimpan barang gadai

tersebut.

Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang

gadaian bank dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Bank akan

mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepada penggadai atau

bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai.

Page 88: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai

emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

harta/barang berharga berupa emas lantakan atau emas perhiasan dari

nasabah kepada Bank sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

nasabah. Gadai emas BSM merupakan suatu pruduk pembiayaan yang

berdasarkan prinsip rahn yang memberikan pembiayaan kepada nasabah

yang membutuhkan dana secara cepat dan mudah serta biaya ringan dan

sesuai prinsip syari’ah.

1. Secara teori hukum Islam yang tertera dalam keputusan fatwa DSN-MUI

Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas yaitu: rahn emas

diperbolehkan berdasarkan prinsip rahn, bahwa murtahin (penerima

barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua

utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. Marhun dan manfaatnya

tetap menjadi milik rahin. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada

dasarnya menjadi kewajiban rahin namun dapat dilakukan juga oleh

murtahin, sedangkan biaya pemeliharaan dan penyimpanan tetap menjadi

milik rahin. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin

untuk segera melunasi utangnya. Apabila rahin tetap tidak dapat melunai

utangnya, maka marhun dijual paksa/ di eksekusi melalui lelang secara

syari’ah. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

Page 89: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

77

Kelebihan hasil penjualan marhun menjadi milik rahin dan kekuranganya

menjadi kewajiban rahin.s

Besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak

boleh ditentukan berdasarkan besarnya jumlah pinjaman. Ongkos dan

biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).

Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata

diperlukan. Biaaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan

akad ijarah.

2. Mekanisme pembiayaan gadai emas di BSM cukup mudah yaitu nasabah

mengisi formulir permintaan pembiayaan rahn, kemudian nasabah

menyerahkan barang berupa emas kepada officer gadai, emas di taksir

sesuai standarisasi harga emas di BSM, kemudian penaksir menentukan

besarnya pembiayaan yang akan diterima dan biaya-biaya yang harus

dibayar oleh nasabah. Dalam hal ini nasabah di berikan Surat Bukti Gadai

Emas yang telah tertera akad di dalamnya. Nasabah menandatangani Surat

tersebut dan penaksir menyerahkan tanda terima barang, nasabah

membawa slip penarikan uang di teller. Bagi pembiayaan di atas

Rp10.000.000,00 maka nasabah diwajibkan membuka rekening BSM.

Pelunasan dapat dilakukan selama 4(empat) bulan, setelah jatuh tempo

nasabah bisa mengajukan perpanjanganpembiayaan apabila. Apabila

selama 4(empat) bulan ini tidak ada pmberitahuan dari nasabah akan

pelunasan pembiayaanya, maka pihak Bank akan melelang barang jaminan

nasabah rersebut.

Page 90: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

78

Pelaksanaan praktek gadai emas di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Karangayu Semarang menggunakan dua akad yaitu akad Qardh dalam

rangka rahn artinya akad pemberian pinjaman dari Bank kepada Nasabah

yang disertai dengan pnyerahan tugas agar Bank menjaga barang jaminan

yang telah diserahkan oleh nasabah. dimana akad ini digunakan sebagai

akad dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah yang memberikan

jaminan barang berupa emas. dan akad ijarah digunakan pada biaya

pemeliharaan dan penyimpanan barang gadai berupa emas. Dengan akad

ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang gadai, maka Bank

dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. Bank akan

mendapatkan fee atau upah atas jasa yang diberikan kepada penggadai

atau bayaran atas jasa sewa yang diberikan kepada penggadai. Adapun

mengenai besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang (marhun)

pihak Bank menetapkan berdasarkan besarnya pinjaman yang diberikan

kepada nasabah. Sedangkan dalam biaya administrasi dan asuransi

keamanan barang di pungut sama.

B. Saran

1. Dewan Syri’ah Nasional-Majlis Ulama Indonesia sebagai wadah

musyawarah ulama dan cendekiawan muslim dan juga sebagai panutan

masyarakat muslim khususnya di Indonesia harus lebih teliti dalam

menggali dan mengkaji sebuah masalah dalam sebuah lembaga mupun

dalam msyarakat yang nantinya akan di berikan sebuah hukum berupa

Page 91: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

79

keputusan fatwa-fatwanya. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

hukum yang telah berlaku dengan kenyataan yang ada.

2. Dewan Penngawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi

operasional Bank dan lembaga keuangan syariah lainya haruslah lebih

meningkatkan kinerjanya sehingga tidak terjadi ketidaksesuaian antara

pelaksanaan dengan aturan-aturan yang telah difatwakan oleh Dewan

Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia.

3. Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu Semarang sebagai bank yang

beroperasi dengan prinsip Syariah Islam harus lebih mengedepankan

nilai-nilai kesyariahan dan tidak boleh mengambil keuntungan yang

melanggar nilai-nilai syariah.

4. Dengan adanya pembekalan dan pelatihan-pelatihan tentang produk

yang di miliki BSM dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia

di BSM sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik

kepada nasabah.

5. BSM harus mampu meyakinkan terhadap masyarakat bahwa produk-

produk yang dimiliki oleh BSM yang sesuai dengan prinsip syari’ah

dengan menerapkan sesuai dengan syari’ah.

6. Dalam menentukan biaya pemeliharaan dan penyimpanan atas barang

gadai harusnya lebih memperhatikan aturan-aturan yang menjadi

landasan hukum syari’ah seperti yang telah di tetapkan dalam

keputusan fatwa dewan Syari’ah Nasional (DSN) dan Masjlis Ulama’

indonesia (MUI).

Page 92: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

80

C. Penutup

Berjuta rasa syukur Al-Hamdulillahi Rabbil 'Alamin. Segala puji bagi

Allah SWT atas segala nikmat, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis sangat menyadari bahwa

kesempurnaan hanyalah milik Allah dan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi penulisan ataupun referensi. Oleh karena itu

saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun untuk

memperbaiki skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat menjadi suatu wacana yang bermanfaat baik bagi penulis

maupun bagi semua pihak yang membacanya, amin ya robbal alamin.

Page 93: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Hafid, “Kunci Fiqih Syafi Semarang : CV As-syifa’, 1992

Abdul, Azis Faishol, “Terjemahan Nailul Author 4”, Surabaya: Pt. Bina Ilmu,

1987

Ahmad, Idris. ”Fiqh Menurut Madzhab Syafi'i , Jakarta: Wijaya, 1996

Antonnio,Muhammad Syafi’I, “Bank Syari ah suatu Pengenalan Umum”

Jakarta: Tazkia Institute, 1999

Al Bassam,Syeikh Abdullah. Taudhih al-Ahkam Min Bulughul Maram

cetakan kelima tahun 1423, Maktabah Al Asadi, Makkah, 1423.

Al-Faqih Abul Walid, Muhammad ibn Ahmad dan Muhammad ibn Rusyd,

Bidayatul Al-Mujtaid al-Muqtasid, Beirut : Dar al-Jiih, 1990

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-11, 1998.

Ash Shiddieqy, M. Hasbi, ”Hukum-Hukum Fiqih Islam” Semarang: PT.

Pustaka Rizki Putra, 1997

Bungin, M.Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana,

2006.

Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan

Penyelenggaraan Penterjemah al-Qur'an, 1986.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2002

Page 94: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

82

DSN_MUI dan BI, “Himpunan Fatwa Dewan Syari ah National-MUI”, Edisi

Ketiga Jakarta: CV. Gaung Persada Press, 2006

Djuwaini, DimyaudinPengantar Fiqh Muaamalah, cet 1, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008

Haroen, Nasrun, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005

Mutaqien, Dadan, aspek legal Lembaga keuangan Syari,ah,Yogyakarta:Safira

insani Press: 2009.

Rifa’i,Moh, Konsep Perbankan Syari ah, Semarang: CV. Wicaksana, 2002

Sabiq,Sayid, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, cet.ke-1, 2006

Sholikul Hadi, Muhammad. Pegadaian Syari'ah, Jakarta : Salemba Diniyah,

2003.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta:

Rineka Cipta, Cet. Ke-3, 1999.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo

persada. 1998.

U. Maman kh, dkk. Metode Penelitian Agama Dari Teori Ke Praktek. Jakarta.

Raja grafindo persada. 2006.

Yanggo, Chuzaimah T. A. Hafiz Anshori, AZ, MA., Problematika Hukum

Islam Kontemporer III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.

Wawancara dengan Bapak Rasyid Officer Gadai Emas Syari’ah BSM

Karangayu Semarang, tanggal 11 Oktober 2010

Page 95: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

83

Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999.

Wawancara dengan Bapak Akhmad Nurudin. Tanggal 28 Februari 2010.

Brosur Gadai Emas Bank Syariah Mandiri

Hasil Wawancar dengan officer Gadai BSM Cabang Karangayu Semarang tgl

24 November 2010

Wawancara dengan Bp. Rosyid Officer Gadai Emas Syari’ah Bank Syari’ah

Mandiri Cabang Karangayu semarang pada tgl 8 oktober 2010.

http://shariaheconomics.org/sef/article gadai-emas.

www.syariah mandiri.com.

http://www.pnm.co.id/content.

http://www.mui.or.id/index.

Page 96: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN FATWA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl...analisis hukum islam terhadap pelaksanaan fatwa dsn nomor: 26/dsn-mui/iii/2002

84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Minikmatin Lutfiyah

Nim : 062311037

Ttl : Jepara, 16 Desember 1987

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Universitas : Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

Fakultas/Jurusan : Syari’ah Mu’amalah

Program Studi : S.1

Alamat di Semarang : Jl. Kyai Gilang 12 Kauman Mangkangkulon

Semarang

Nama Orang Tua : Fatkhan

Pekerjaan Orang Tua : Tani

Alamat Orang Tua : Srikandang Rt.01/06, Bangsri, Jepara

Latar Belakang Pendidikan :

SD : MI.Miftahul Ulum Srikandang Lulus Tahun 1997

SMP/SLTP : MTs. Darul Ulum srikandang Lulus Tahun 2002

SMA/SLTA : MAN 1 Jepara Lulus Tahun 2004

Pon-Pes Roudlotul Muta’alimin Jepara Lulus Tahun 2006