ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

100
SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA OLEH PUTRI DAMAYANTI SARAGIH 140501056 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK

(E-MONEY) DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA

OLEH

PUTRI DAMAYANTI SARAGIH

140501056

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

i

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY)

DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara uang

elektronik (e-money) dan jumlah uang beredar di Indonesia. Data yang digunakan

adalah uang elektronik, APMK dan jumlah uang beredar.

Menggunakan alat analisis uji kointegrasi untuk mengetahui hubungan

keseimbangan jangka panjang, dan uji kausalitas granger untuk mengetahui

hubungan timbal balik antar variabel.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel uang elektronik dan jumlah

uang beredar memiliki keseimbangan jangka panjang dan antara variabel uang

elektronik dan jumlah uang beredar hanya mempunyai hubungan kausalitas satu

arah.

Kata Kunci : Uang Elektronik, JUB, Kointegrasi, Kausalitas Granger

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

ii

ABSTRACT

ANALYSIS RELATIONSHIP BETWEEN ELECTRONIC MONEY

(E-MONEY) AND MONEY SUPPLY IN INDONESIA

This study aims to analyze the relationship between electronic money (e-

money) and money supply in Indonesia. The data used is electronic money, APMK

and the money supply.

Using cointegration test analysis to determine the long-term balance

relationship, and granger causality test to determine the reciprocal relationships

between variables.

The results of the analysis show that the variables of electronic money

and the money supply have a long-term balance and between electronic money

variables and the money supply only have a one-way causality relationship.

Keywords: E(Money), JUB, Cointegration, Granger Causality

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan antara

Uang Elektronik (E-Money) dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan

doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,pada

kesempatan ini penulisingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak,

yaitu kepada :

1. Orang tua penulis, Ayahanda Jaubah Saragih dan Ibunda Menerita Sediati

Sinaga, atas doa dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, M.P., selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

4. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Program

Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

5. Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, S.E., M.Si. selaku dosen

pembimbing dalam penulisan skripsi yang telah memberi bimbingan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

iv

motivasi, pengarahan, masukan dan kritikan dari awal proses pengerjaan

hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Walad Altsani HR SE., M.Ec. sebagai dosen pembanding I atas

saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Syarief Fauzie, SE., M.Ak., Ak sebagai dosen pembanding II atas

saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,

khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mengajar serta

memberikan ilmu kepada penulis.

9. Seluruh staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu

dalam penyelesaian administrasi yang dibutuhkan oleh penulis selama ini.

10. Kakak dan adik penulis, Sarma Niasti Saragih, Ita Gustina Saragih, dan

Pebrian Bahdi Saragih yang selalu mendukung penulis dalam penulisan

skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan penulis selama di kampus, Bomboe Dapoer

(Rahmi, Gratia, Widya, Astrid, Erick, Rio dan Helda) terimakasih sudah

memberikan banyak dukungan semangat dan motivasi serta bantuan

selama di kampus.

12. Kepada sahabat penulis, Desi, Marsinta, Silvia, dan Yenny, yang selalu

memberikan motivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi

ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

v

13. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang namanya tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih atas segala

bantuannya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan

pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap agar

skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan peneliti

selanjutnya.

Medan, September 2018

Penulis,

Putri Damayanti Saragih

NIM. 140501056

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT ......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 9

2.1 Sistem Pembayaran ................................................................ 9

2.1.1. Pengertian Sistem Pembayaran ................................... 9

2.1.2. Karakteristik Instrumen Sistem Pembayaran ............ 10

2.1.3. Sistem Pembayaran di Indonesia ............................... 12

2.1.4. Instrumen Sistem Pembayaran .................................. 14

2.1.4.1. Instrumen Pembayaran Tunai (Cash)................ 14

2.1.4.2. Instrumen Pembayaran Nontunai (Non-Cash) .. 16

2.2 Uang ................................................................................... 25

2.2.1. Pengertian Uang ......................................................... 25

2.2.2. Fungsi Uang ............................................................... 27

2.2.3. Jumlah Uang Beredar ................................................. 28

2.3 Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen ....... 30

2.3.1. Hubungan Variabel E-Money terhadap JUB ............. 30

2.3.2. Hubungan Variabel APMK terhadap JUB ................ 32

2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................ 34

2.5 Kerangka Konseptual ........................................................... 36

2.6 Hipotesis Penelitian .............................................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 39

3.1 Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 39

3.2 Jenis Penelitian ..................................................................... 39

3.3 Batasan Operasional ............................................................. 39

3.4 Definisi Operasional............................................................. 39

3.5 Jenis Data ............................................................................. 40

3.6 Metode Penelitian................................................................. 41

3.7 Teknik Analisis Data ............................................................ 41

3.8 Metode Analisis Data ........................................................... 41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

vii

3.8.1 Uji Kointegrasi ............................................................ 41

3.8.2 Uji Kausalitas Granger (Granger Causality Test) ...... 42

3.9 Uji Kelayakan Data .............................................................. 43

3.9.1 Uji Normalitas Data.................................................... 43

3.9.2 Uji Stasioneritas Akar Unit ........................................ 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 45

4.1 Gambaran Umum Variabel-Variabel Penelitian .................. 45

4.1.1. Perkembangan Sistem Pembayaran E-Money

di Indonesia ............................................................... 45

4.1.2. Perkembangan Sistem Pembayaran APMK

di Indonesia ............................................................... 50

4.1.2.1.Kartu Kredit ....................................................... 50

4.1.2.2 Account Based Card (Kartu ATM dan Debet .... 52

4.1.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia ... 54

4.2 Analisis Data dan Pembahasan Penelitian ........................... 55

4.2.1. Uji Stasioneritas Akar Unit ........................................ 55

4.2.2. Uji Normalitas ............................................................ 57

4.2.3. Penentuan Lag Optimal .............................................. 58

4.2.4. Uji Kointegrasi ........................................................... 59

4.2.5. Uji Kausalitas Granger .............................................. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 67

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 67

5.2 Saran ................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 69

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 34

4.1 Daftar Penerbit Uang Elektronik (E-Money) ......................................... 49

4.2 Hasil Uji Stasioneritas ADF Test ........................................................... 56

4.3 Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 57

4.4 Hasil Penentuan Lag Optimal ................................................................. 59

4.5 Hasil Uji Kointegrasi.............................................................................. 60

4.6 Hasil Uji Kausalitas Granger ................................................................. 61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi Uang Elektronik ................ 4

2.1 Kerangka Konseptual ............................................................................. 37

4.1 Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi E-Money di Indonesia

tahun 2009-2017..................................................................................... 46

4.2 Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi Kartu Kredit

(APMK) di Indonesia tahun 2009-2017 ................................................ 51

4.3 Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi Kartu ATM/Debit

(APMK) di Indonesia tahun 2009-2017 ................................................ 53

4.4 Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia tahun 2009-2017 ... 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1. Data Variabel

2. Uji Stasioneritas Akar Unit

3. Uji Normalitas

4. Uji Lag Optimal

5. Uji Johansen Cointegration

6. Uji Kausalitas Granger

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran sistem pembayaran dalam perekonomian semakin hari semakin

penting dengan semakin meningkatnya volume dan nilai transaksi. Dengan

semakin meningkatnya transaksi tersebut, maka risiko yang ditimbulkan menjadi

semakin besar karena dengan terganggunya sistem pembayaran dapat

membahayakan stabilitas sistem dan pasar keuangan secara keseluruhan (Bank

Indonesia, 2003)

Sistem pembayaran dari dahulu kala sangat memainkan peran penting

dalam perekonomian. Sistem ekonomi diproses dari titik dimana setiap orang

secara mandiri saling bertukar barang satu sama lain. Pertukaran barang dan jasa

tanpa menggunakan uang disebut dengan barter, dimana sistem barter mendahului

penggunaan segala bentuk uang (Davidson, 2009).

Namun seiring dengan berkembangnya zaman, sistem pembayaran barter

dianggap tidak lagi efisien. Karena tidak adanya unit yang umum untuk mengukur

dan menyatakan nilai barang dan jasa yang dimaksudkan serta sulit untuk

mendapatkan barang yang diinginkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan

dari sistem tersebut dan dengan berkembangnya zaman, maka muncullah sistem

pembayaran alat tukar yang memiliki nilai tetap serta diterima oleh masyarakat

luas. Alat tukar tersebut merupakan uang logam dan uang kertas yang disebut

sebagai uang kartal.

Semakin berkembangnya teknologi, sistem pembayaran di Indonesia

semakin berkembang dan bervariasi dengan munculnya cek dan bilyet giro atau

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

2

yang disebut juga sebagai ung giral. Sampai saat ini, uang kartal (uang tunai) dan

uang giral (nontunai) beriringan dalam sistem pembayaran.

Sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari perkembangan uang yang

diawali dari pembayaran secara tunai sampai kepada pembayaran yang bersifat

nontunai. Perkembangan sistem pembayaran didorong oleh semakin besarnya

volume dan nilai transaksi, peningkatan risiko, kompleksnya transaksi, dan

perkembangan teknologi. Sistem pembayaran tunai berkembang dari commodity

money sampai flat money, sementara sistem pembayaran nontunai berkembang

dari yang berbasis warkat (cek, bilyet giro, dan sebagainya) sampai kepada yang

berbasis elektronik.

Dengan berkembangnya sistem pembayaran non tunai, masyarakat saat ini

sudah bisa melakukan transaksi tanpa menggunakan uang cash yaitu dengan

menggunakan antara lain Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) seperti

kartu kredit dan kartu ATM/debit maupun uang elektronik.

Pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) seperti kartu kredit dan

debit(ATM) sudah banyak digunakan oleh masyarakat luas. Dapat kita lihat pada

fenomena yang terjadi pada sekarang ini bahwa masyarakat yang ingin berbelanja

dan tidak memiliki uang cash dapat melakukan pembayaran dengan kartu debit

(ATM) dan kartu kredit. Masyarakat tidak lagi perlu membawa uang cash,

melainkan hanya perlu membawa kartu kredit maupun kartu debit sehingga

mengurangi risiko kejahatan. Selain itu, jika sedang malas untuk bepergian,

masyarakat juga tinggal dapat mencari barang-barang yang dia inginkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

3

toko-toko online (e-commerce) dan kemudian tinggal melakukan pembayaran

dengan cara transfer melalui ATM.

Kartu debit ataupun kredit dapat digunakan seperti cek, di register di

supermarket dan toko ritel yang terkait dengan computer bank. Jadi ketika seorang

pelanggan menggunakan kartu debit atau kredit untuk membeli sebuah produk ,

bank pelanggan akan langsung mengkredit akun toko sejumlah belanjaan

pelanggan dan mengurangkannya dari akun pelanggan (Hubbard, 2005).

Selain APMK, kartu elektronik (e-money) juga telah berkembang seiring

dengan berkembangnya zaman, namun masih jarang kita temui di masyarakat

luas. Uang elektronik (e-money) memiliki nilai tersimpan atau prabayar dimana

sejumlah uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang.

Nilai e-money akan berkurang pada saat konsumen menggunakannya untuk

berbagai macam pembayaran, misalnya untuk pembayaran tiket kereta Commuter

Line, bis Transjakarta dan pembayaran tol. E-money telah dikeluarkan oleh

beberapa bank seperti Flazz dari Bank BCA, E-Money dari Bank Mandiri, Tap

Cash BNI, Brizzi BRI, dan lain sebagainya.

Semakin berkembangnya zaman, kita semakin dapat melihat fenomena

berkembangnya uang elektronik (e-money) yang beredar di masyarakat. Salah satu

contoh nyata penggunaannya dapat kita lihat pada pembayaran uang tol. Mulai

bulan Oktober 2017, Bank Indonesia dan Pemerintah telah menerapkan transaksi

elektronik di seluruh gardu tol. Artinya, pengguna jalan tol sudah tidak bisa

bertransaksi dengan uang tunai, melainkan menggunakan kartu elektronik (e-

money) yang bisa diisi di berbagai ritel. Apalagi dengan melihat pembangunan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

4

masa pemerintahan presiden kali ini, semakin banyaknya infrastruktur jalan tol

yang telah dibangun oleh pemerintah (www.cermati.com). Salah satunya dapat

kita lihat pada jalan tol yang baru dibuka di Sumatera Utara yaitu jalan tol Medan-

Tebing Tinggi dan Kualanamu-Tebing Tinggi. Dengan dibukanya jalan tol

tersebut, maka minat pengguna jalan tol pun semakin bertambah, karena dengan

adanya jalan tol masyarakat lebih mudah dan cepat bepergian. Dengan adanya

kebijakan pemerintah di atas, untuk melalui jalan tol tersebut, masyarakat pun

mau tidak mau harus memiliki e-money dalam bentuk e-toll tersendiri. Dengan

terjadinya pembangunan tersebut, maka pengguna uang elektronik (e-money) pada

masyarakat Indonesia khusunya Sumatera Utara semakin meningkat dari tahun ke

tahun.

Penggunaan e-money paling banyak ada pada sektor transportasi, ini wajar

karena pengenalan awal e-money adalah untuk membayar biaya transportasi.

Berdasarkan survei Cermati.com sebanyak 59% responden atau 7.967 orang

menggunakan e-money untuk membayar tol, disusul dengan iring-iringan 7.374

responden pengguna transportasi online dan 7.303 responden pengguna

transportasi umum. Lebih lanjut, pengguna terbanyak uang elektronik ini

merupakan karyawan swasta ibukota yang pada hari kerja lebih memilih

menggunakan transportasi umum untuk sampai ke kantor. Selain transportasi

umum, transportasi online dengan pembayaran nontunai pun menjadi pilihan

pegawai kantoran. Terbukti dari penggunaan jenis uang elektronik terbanyak

adalah Go-Pay (7.795 responden). Ini juga didukung dengan adanya diskon bagi

pengguna Go-Pay sebesar 30% dari tarif normal. Selain Go-Pay, jenis e-money

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

5

yang paling banyak digunakan masyarakat adalah kartu Flazz dari BCA (57.6%).

Kartu ini bisa digunakan untuk bermacam-macam pembayaran nontunai, mulai

dari bayar Transjakarta, KRL, Parkir, Tol, hingga belanja di minimarket. Selain

Flazz, e-money berbentuk kartu lainnya yang banyak penggunanya adalah E-

money Mandiri (52.9%). Di bawahnya ada T-Cash (29.3%), e-money dari

operator seluler Telkomsel.

Perkembangan penggunaan uang elektronik (e-money) dapat kita lihat

pada grafik data berikut.

Sumber : Data Olahan Microsoft Excel 2010, Bank Indonesia

Gambar 1.1

Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi Uang Elektronik (E-money)

dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia

Periode 2009-2016

Melalui data perkembangan transaksi uang eletronik diatas, dapat kita lihat

bahwa penggunaan uang elektronik di Indonesia semakin bertambah dari tahun ke

tahun. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa masyarakat sudah semakin terbiasa

dengan penggunaan non tunai dan mulai mengurangi penggunaan uang tunai.

0,00

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

12.000,00

14.000,00

16.000,00

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jum

ah U

ang

Ber

dar

(R

p)

Vo

lum

e (R

p)

JUB Volume Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

6

Di Indonesia, saat ini 80% masyarakat lebih suka menggunakan kartu

pembayaran elektronik dibandingkan dengan uang tunai. Jumlah masyarakat yang

lebih suka menggunakan kartu elektronik tersebut meningkat dari 69% pada tahun

2015. Penelitian tersebut dilakukan oleh Perusahaan teknologi pembayaran global

Visa dengan merilis Consumer Payment Attitudes Study 2016.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa saat ini 34% masyarakat

Indonesia hanya membawa sedikit uang tunai dibandingkan dengan lima tahun

yang lalu karena mereka lebih suka menggunakan kartu pembayaran (71%) dan

menganggap bahwa membawa uang tunai tak lagi aman (59%). Jumlah

masyarakat yang mengandalkan uang tunai semakin berkurang dari 31% menjadi

20% pada tahun 2015-2016. Selain itu, sekitar 53% responden mengakui bahwa

saat ini mereka memiliki lebih banyak kartu pembayaran dibandingkan dengan

lima tahun yang lalu.

Melalu data tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa transaksi nontunai

saat ini sudah mulai diandalkan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat lebih suka

untuk memegang uang nontunai untuk bepergian, selain lebih aman juga lebih

praktis.

Kegiatan transaksi pembayaran nontunai ini tentunya mempunyai

hubungan terhadap jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Hal tersebutlah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian

sejauh mana pembayaran non tunai mempengaruhi tingkat Jumlah uang beredar di

Indonesia serta kaitannya dengan stabilitas keuangan sehingga penulis mengambil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

7

judul “Analisis Hubungan antara Penggunaan Uang Elektronik (e-money)

Terhadap dan Uang Beredar Di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimanakah hubungan antara nilai transaksi sistem pembayaran

menggunakan kartu elektronik (e-money) dan Jumlah Uang Beredar di

Indonesia?

2. Bagaimanakah hubungan antara volume transaksi sistem pembayaran

menggunakan kartu elektronik (e-money) dan Jumlah Uang Beredar di

Indonesia?

3. Bagaimanakah hubungan antara nilai transaksi Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia?

4. Bagaimanakah hubungan antara volume transaksi Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Melalui rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara nilai transaksi uang elektronik (e-

money) dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia

2. Untuk mengetahui hubungan antara volume transaksi uang elektronik (e-

money) dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

8

3. Untuk mengetahui hubungan antara nilai transaksi Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia

4. Untuk mengetahui hubungan antara volume transaksi Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana hubungan antara nilai

transaksi uang elektronik (e-money) dan Jumlah Uang Beredar di

Indonesia

2. Melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana hubungan antara volume

transaksi uang elektronik (e-money) dan Jumlah Uang Beredar di

Indonesia

3. Melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana hubungan antara nilai

transaksi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Jumlah

Uang Beredar di Indonesia

4. Melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana hubungan antara volume

transaksi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Jumlah

Uang Beredar di Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pembayaran 2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran

Sistem Pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup pengaturan

kontrak/perjanjian, fasilitas operasional, dan mekanisme teknis yang digunakan

untuk penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksi pembayaran, serta

pemenuhan kewajiban pembayaran melalui pertukaran “nilai” antarperorangan,

bank, dan lembaga lainnya baik domestic maupun cross border „antarnegara‟

(Bank Indonesia, 2003).

Sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

keuangan dan perbankan suatu negara. Keberhasilan sistem pembayaran akan

menunjang perkembangan sistem keuangan dan perbankan, sebaliknya risiko

ketidaklancaran atau kegagalan sistem pembayaran akan berdampak negative

pada kestabilan ekonomi secara keseluruhan. Berkenaan dengan permasalahan

tersebut, maka sistem pembayaran perlu diatur dan dijaga keamanan serta

kelancarannya oleh suatu lembaga, dan umumnya dilakukan oleh Bank Sentral.

Sistem pembayaran berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Dahulu, sistem pembayaran dikenal dengan sistem barter, yaitu tukar-menukar

barang antar pemilik barang satu dengan pemilik barang lain sesuai dengan

kebutuhan pelaku barter itu sendiri. Kemudian sistem pembayaran itu berkembang

menjadi sistem pembayaran nilai tukar yang disebut dengan uang tunai yaitu uang

kartal. Selanjutnya sistem pembayaran terus berkembang dari sistem pembayaran

tunai (cash based) ke sistem pembayaran nontunai (non-cash) seperti alat

9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

10

pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya cek dan bilyet giro. Selain itu

dikenal juga alat pembayaran paperless seperti transfer dana elektronik dan alat

pembayaran memakai kartu (card based) seperti kartu kredit, kartu debit, dan e-

money.

Sistem pembayaran ditujukan untuk memungkinkan masyarakat sebagai

pelaku ekonomi dapat melakukan transaksi pembayaran. Menurut Sheppard

(1996), adapun bentuk sistem pembayaran pada umumnya memiliki tiga elemen

utama.

1. Otorisasi pelaksanaan pembayaran, yaitu pembayar memberikan otorisasi

kepada banknya untuk mentransfer dana;

2. Pertukaran perintah pembayaran antarbank yang terlibat dalam proses

transaksi pembayaran. Proses ini biasanya disebut kliring; dan

3. Setelmen antarbank yang terlibat dalam proses transaksi pembayaran. Bank

pembayar harus membayar bank penerima, baik bilateral maupun melalui

rekening yang dimiliki bank-bank tersebut pada lembaga penyelenggara

kliring, yang umumnya adalah bank sentral.

2.1.2 Karakteristik Instrumen dalam Sistem Pembayaran

Menurut Sheppard (1996), instrument dalam sistem pembayaran

mempunyai tiga karakteristik utama yaitu bentuk fisik, sistem pengamanan, dan

basis pembayaran.

1. Bentuk Fisik

Secara fisik, instrument dalam sistem pembayaran dapat berupa: 1)warkat

atau dokumen, seperti cek, bilyet giro, nota debet, nota kredit, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

11

sebagainya; 2) kartu, seperti kartu kredit, kartu debit, kartu ATM, smart

cards, dan sebagainya, atau 3) tanpa fisik melalui internet atau telepon.

2. Sistem pengamanan

Sistem pengamanan transaksi pada suatu instrumen dalam sistem

pembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Sistem

pengamanan ini ditujukan untuk memverifikasi bahwa instruksi diberikan

oleh yang berhak/pemilik rekening, dan bukan merupakan pemalsuan.

Bentuk pengamanan utama dalam sistem pembayaran berbeda-beda sesuai

dengan bentuk instrument pembayarannya. Untuk uang tunai, sistem

pengamanannya dapat berbentuk benang pengaman, rectorverso, tanda air,

electrotype, dan intaglio. Untuk instrumen berbentuk warkat atau

dokumen, sistem pengamanannya dapat berbentuk nomor seri dan tanda

tangan pemilik rekening. Untuk instrumen berbentuk kartu, sistem

pengamanannya berbentuk personal identification number/PIN „nomor

identifikasi pribadi‟ yang dimasukkan oleh pemberi instruksi (yang

diasumsikan hanya diketahui oleh pemilik rekening). Sedangkan untuk

instrumen tanpa fisik melalui internet atau telepon, sistem pengamanannya

dapat berbentuk satu/serangkaian password „kata kunci‟ atau pertanyaan

yang harus dijawab oleh pemberi instruksi

3. Basis Pembayaran

Instrumen pembayaran ada yang debit-based „berbasis debet‟ dan credit-

based „berbasis kredit‟. Transaksi dengan instrumen berbasis debet (seperti

cek) dimulai dengan penyampaian instruksi pembayaran dari pembayar ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

12

penerima dana. Pembayaran dana dilakukan setelah instruksi pembayaran

diserahkan penerima (biasanya melalui lembaga intermediasi/bank)

kepada bank pembayar, dan bank pembayar telah memutuskan untuk

membayar sesuai instruksi pembayaran tersebut. Selain adanya tenggang

waktu dalam pembayaran dan risiko bahwa pembayar tidak memiliki dan

yang cukup, fasilitas kredit biasanya diberikan oleh bank penerima kepada

penerima dana setelah menerima dan memferivikasi instruksi pembayaran.

Transaksi ini banyak digunakan di negara tertentu sebagai alat pembayaran

selain pembayaran tunai karena penerima dan pembayar menginginkan

pertukaran sesuatu yang tangible „nyata‟ sebagai pengganti uang tunai

yang fleksibel untuk digunakan dimana saja. Sementara itu, transaksi

dengan instrumen berbasis kredit memiliki struktur yang sama dnegan

transfer tunai langsung dari pembayar ke penerima dengan menggunakan

mekanisme rekening bank. Transaksi berbasis kredit dimulai dengan

penyampaian instruksi pembayaran dari pembayar ke bank pembayar yang

selanjutnya disampaikan ke bank penerima. Transaksi ini bermanfaat

apabila pembayar harus menyelesaikan pembayaran sebelum menerima

barang atau jasa yang dibelinya.

2.1.3 Sistem Pembayaran di Indonesia

Sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, telah

ditetapkan bahwa salah satu tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Efektivitas pelaksanaan

tugas Bank Indonesia ini memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

13

cepat, aman, dan handal. Hal itu merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam melaksanakan tugas

tersebut, Bank Indonesia harus memainkan peran aktif dalam pengembangan

sistem pembayaran.

Keberadaan suatu sistem pembayaran yang aman dan handal dapat

mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia untuk memperkuat pengendalian

moneter dan meningkatkan stabilitas dan keamanan sektor keuangan termasuk

perbankan. Dengan demikian, sistem pembayaran merupakan salah satu

komponen yang terintegrasi dari fungsi bank sentral lainnya yaitu moneter dan

perbankan. Keberadaan sistem pembayaran yang menjamin aliran dana yang

efisien, aman, handal, dan berisiko rendah dapat mempermudah para pelaku

ekonomi untuk melakukan akses terhadap berbagai keperluan pembayaran.

Sebaliknya, jika sistem pembayaran mengalami gangguan, maka yang terkena

dampaknya adalah sistem keuangan secara keseluruhan. Selain itu, keberadaan

sistem pembayaran yang efisien dan aman juga merupakan salah satu prasyarat

khususnya bagi kelancaran perdagangan baik di dalam negeri maupun antarnegara

serta bagi perekonomian pada umumnya.

Salah satu cara yang dilakukan Bank Indonesia agar dapat memelihara

kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan adalah dengan meningkatkan

efisiensi sistem keuangan melalui peningkatan faktor keamanan dan stabilitas

transaksi keuangan. Untuk mencapai sasaran tersebut telah dilakukan berbagai

pengembangan di bidang sistem pembayaram yang terkoordinasi, dapat dipercaya,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

14

efisien, dan adil (semua pihak dapat berpartisipasi sepanjang memenuhi kriteria

yang ditetapkan).

Peran penting Bank Indonesia lainnya yang terkait dengan sistem

pembayaran, yang tidak dapat dipindahkan dengan tugas Bank Indonesia, adalah

melakukan pencetakan dan pengedaran uang. Dalam kebijakan di bidang

pengedaran uang, Bank Indonesia berupaya untuk menyediakan uang yang layak

edar dan memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari sisi nominal maupun

pecahannya.

2.1.4 Instrumen Sistem Pembayaran

2.1.4.1 Instrumen Pembayaran Tunai (Cash)

Instrumen pembayaran tunai adalah mata uang yang berlaku di Indonesia,

yaitu Rupiah, yang terdiri dari uang logam dan uang kertas. Berdasarkan undang-

undang yang berlaku saat ini, yaitu UU No.23 Tahun 1999. Bank Indonesia

mempunyai hak tunggal untuk mencetak dan mengedarkan uang kartal (uang

logam dan uang kertas). Dalam kebijakan di bidang pengedaran uang, Bank

Indonesia berupaya untuk menyediakan uang yang layak edar dan memenuhi

kebutuhan masyarakat baik dari sisi nominal maupun pecahannya. Uang kertas

Rupiah dalam peredaran terdiri dari denominasi Rp 100,00, Rp 500,00, Rp

1.000,00, Rp 2.000,00, Rp 5.000,00, Rp 10.000,00, Rp20.000,00, Rp 50.000,00,

dan Rp 100.000,00.

Uang fiat yang berarti uang kertas, dikeluarkan oleh pemerintah sebagai

alat pembayaran yang sah tetapi tidak dapat dikonversikan ke dalam bentuk koin

atau logam berharga. Kelebihan dari uang koin adalah bentuknya yang lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

15

ringan. Sedangkan uang kertas dapat diterima sebagai alat pembayaran jika ada

kredibilitas dari otoritas yang menerbitkan uang kertas tersebut. Sama seperti uang

koin, kelemahan dari uang kertas adalah mudah dicuri dan cukup mahal untuk

dibawa dalam jumlah besar.

Meskipun saat ini banyak masyarakat yang sudah melakukan transaksi

pembayaran nontunai, tapi tetap saja masih banyak dari masyarakat yang lebih

nyaman bertransaksi dengan menggunakan uang tunai. Selain lebih gampang,

transaksi tunai juga lebih praktis. Sehingga, untuk menghilangkan transaksi tunai

itu sendiri pastinya akan sangat sulit dilakukan, mengingat masyarakat Indonesia

masih banyak yang berada dikalangan menengah ke bawah.

Di Indonesia, lembaga yang berwewenang untuk mencetak dan

mengedarkan uang adalah Bank Indonesia yang disebut sebagai Bank Sentral.

Bank Indonesia juga memiliki wewenang untuk menarik uang yang beredar di

masyarakat.

Dalam kebijakan pengedaran uang tunai yang terpenting adalah bagaimana

memenuhi kebutuhan uang di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup,

jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (Bajili,

2016). Oleh karena itu, uang tunai yang digunakan dalam bertransaksi harus

memiliki beberapa karakteristik penting, di antaranya:

a. Setiap uang yang dikeluarkan dimaksudkan untuk mempermudah kelancaran

transaksi pembayaran tunai, dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat.

Berkenaan dengan hal tersebut, uang perlu memiliki beberapa karakteristik:

1. Mudah digunakan dan nyaman (user friendly),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

16

2. Tahan lama (durable),

3. Mudah dikenali (easily recognized), dan

4. Sulit dipalsukan (secure against counterfeiting)

b. Jumlah uang tunai harus tersedia secara cukup di masyarakat, dengan

memerhatikan kesesuaian jenis pecahannya. Untuk ini, diperlukan perencanaan

yang baik terutama dalam perencanaan pengadaan maupun perencanaan

distribusinya.

c. Perlu diupayakan tersedianya kelembagaan pendukung untuk mewujudkan

terciptanya kelancaran arus uang tunai yang layak edar, baik secara regional

maupun nasional.

2.1.4.2 Instrumen Pembayaran Nontunai (Non-Cash)

Di Indonesia, instrument pembayaran nontunai disediakan terutama oleh

sistem perbankan. Instrumen yang disediakan terdiri dari instrument yang berbasis

warkat, seperti cek, bilyet giro, nota debet, dan nota kredit, serta instrument yang

berbasis bukan warkat, seperti kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit.

Penggunaan alat pembayaran nontunai yang berbasis bukan warkat di masyarakat

semakin meningkat. Hal itu disebabkan antara lain oleh semakin banyaknya

inovasi dalam menciptakan instrument yang dilakukan oleh perbankan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen.

a. Instrumen berbasis Warkat

Instrumen berbasis Warkat telah diatur dalam hukum dan dikenal dalam

praktek perbankan di Indonesia. Instrumen berbasis warkat yang saat ini

digunakan antara lain:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

17

1. Cek; surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang

tertentu.

2. Bilyet Giro; surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dan

untuk memindahbukukan (tidak berlaku untuk penarikan tunai) sejumlah

dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang

disebutkan namanya.

3. Nota Debet; warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain

untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat

tersebut.

4. Nota Kredit; warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada

bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat

tersebut.

5. Wesel Bank Untuk Transfer; wesel yang diterbitkan oleh bank khusus

untuk sarana transfer.

6. Surat Bukti Penerimaan Transfer; surat bukti penerimaan transfer dari

luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank penerima dan transfer

melalui kliring lokal.

b. Pemindahan dana

Saat ini bank-bank memberikan berbagai jenis layanan pemindahan dan

melalui jaringan kantornya, termasuk perintah pembayaran secara regular dan

pemindahan dana secara elektronis.

Layanan pemindahan dana bagi nasabah bank dapat dilakukan oleh bank

melalui: 1) transfer elektronik antar bank; 2) sistem kliring berbasis warkat untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

18

transaksi lokal; 3) jaringan bank koresponden, bagi pemindahbukuan dana lintas

wilayah; 4) sistem RTGS baik untuk pemindahbukuan dan lokal maupun lintas

wilayah.

Dewasa ini, pemindahbukuan dana antar bank yang berjumlah besar, yaitu

melebihi Rp 100 juta, dan/atau yang bersifat mendesak diselesaikan melalui BI-

RTGS.

c. Pendebetan Secara Langsung

Pemakaian fasilitas pendebetan secara langsung masih dibatasi untuk

transaksi di dalam suatu bank. Mengingat belum ada sistem giro antarbank,

perusahaan telekomunikasi dan perusahaan listrik harus memiliki perjanjian

dengan bank umum dalam menangani penerimaan pembayaran tagihan dari

nasabahnya untuk pembayaran jasa telekomunikasi dan listrik.

d. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)

Masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai jenis kartu pembayaran,

antara lain yang bersifat kredit seperti kartu kredit, private label cards (misalnya,

kartu pasar swalayan) dan yang bersifat debet seperti kartu debit dan ATM. Di

samping itu, dalam perkembangannya terdapat jenis kartu yang dananya telah

tersimpan dalam chip elektronik pada kartu tersebut.

1. Kartu Kredit

Kartu kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga

pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan

sebagai alat pembayaran dan pengambilan uang tunai. Kartu kredit dapat

dipergunakan sebagai alat pembayaran di tempat-tempat tertentu, seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

19

supermarket, pasar swalayan, hotel, dan restoran yang telah mengikat perjanjian

dengan bank/lembaga pembiayaan. Di samping itu, kartu kredit dapat

dipergunakan untuk pengambilan uang tunai di berbagai tempat, misalnya gerai

bank atau ATM yang tersebar di berbagai tempat.

Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan kartu kredit melibatkan

berbagai pihak yang saling berkepentingan, yang masing-masing terkait dalam

suatu perjanjian. Dalam mekanisme penggunaan kartu kredit terdapat sedikitnya

tiga pihak yang terlibat langsung untuk setiap transaksi penggunaan dan

pembayaran kartu kredit. Pihak-pihak dimaksud adalah bank/lembaga

pembiayaan, merchant „pedagang‟, dan card holder „pemegang kartu.

Fungsi bank/lembaga pembiayaan adalah sebagai pihak penerbit dan atau

pihak pembayar kartu kredit yang ditagihkan oleh pedagang. Pedagang adalah

tempat belanja bagi pemegang kartu yang telah mengikat perjanjian dengan

bank/lembaga pembiayaan. Sementara pemegang kartu (card holder) merupakan

nasabah yang tertera namanya dalam kartu kredit sekaligus merupakan pihak yang

berhak menggunakan kartu kredit tersebut.

Mekanisme penggunaan kartu kredit dimulai dari penerbitan kartu kredit,

transaksi pembayaran atau penarikan uang tunai, sampai dengan transaksi

pembayaran oleh pihak bank dengan melibatkan pihak-pihak yang

berkepentingan. Mekanisme ini dimulai dari permohonan penerbitan kartu,

transaksi pembelanjaan, transaksi pengambilan uang tunai, pembayaran dari

nasabah ke bank, sampai dengan penagihan yang dilakukan oleh lembaga penerbit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

20

dan pembayaran kartu kredit. Contoh kartu kredit yang dikenal oleh masyarakat

antara lain VISA, MasterCard, American Express (AMEX), dan Diners.

Jenis alat transaksi ini berkembang cukup pesat. Di Indonesia kartu kredit

mulai berkembang sejak dekade 90-an. Kartu kredit umumnya dimiliki oleh

kalangan menengah ke atas. Selain menawarkan keuntungan yang tinggi, segmen

penggunanya merupakan kalangan atas dimana eksposur risiko gagal bayar

dianggap relatif kecil. Dorongan bank untuk memasuki industri kartu kredit juga

disebabkan oleh pangsa pasar Indonesia yang masih terbuka untuk pengembangan

kartu kredit (Bajili, 2016).

Pesatnya pertumbuhan kartu kredit tercermin pada trend peningkatan

jumlah kartu beredar tiap tahunnya. Pada tahun 2003 jumlah kartu kredit baru

berkisar 4,5 juta kartu, dan pada tahun 2011 mencapai 11,5 juta kartu, atau rata-

rata pertumbuhannya per tahun sebesar 20,8%. Pada tahun 2014 jumlah kartu

kredit meningkat sebesar dari 15,12 juta kartu, pada tahun 2013 menjadi 15,81

juta kartu.

2. Kartu ATM

Salah satu instrument pembayaran berbasis kartu yang penting dalam

sistem pembayaran adalah kartu ATM yang transaksinya dilakukan melalui mesin

ATM. Mesin ATM ini merupakan mesin yang dapat melayani kebutuhan nasabah

secara otomatis setiap saat (24 jam) selama tujuh hari dalam seminggu termasuk

hari libur. Pelayanan yang diberikan ATM antara lain: 1) penarikan uang tunai

yang dapat dilakukan nasabah di berbagai ATM yang memiliki hubungan dengan

bank penerbit kartu ATM; 2) untuk melihat, mengecek, meminta/mencetak saldo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

21

rekening pemegang/nasabah; dan 3) pelayanan pembayaran lainnya seperti

pembayaran listrik, telepon, kartu kredit, transfer uang , dan lain-lain.

Layanan ATM mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990-an. Sampai saat

ini ada lima jaringan ATM bersama dalam negeri (ALTO, ATM BERSAMA,

CAKRA, FLASH, dan BCA) dan dua jaringan ATM bersama internasional

(CIRRUS dan PLUS). Jaringan ATM bersama tersebut belum saling terhubung

sehingga beberapa bank terpaksa menjadi anggota lebih dari satu jaringan.

3. Kartu Debet

Kartu debet merupakan instrument pembayaran berbasis kartu yang

pembayarannya dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah di

bank penerbit kartu tersebut.

Fasilitas pembayaran dengan pendebetan secara langsung di tempat

penjualan (EFTPOS) semakin digemari, terutama di kota-kota besar, seperti

Jakarta. Beberapa bank menawarkan kartu debet dalam rangka program Maestro

dan Visa Electron. Sedangkan bank-bank lain menawarkan kartu atas nama bank

sendiri, sehingga berkembang berbagai jenis terminal yang beragam di tempat

pedagang. Visi “satu terminal untuk setiap gerai” menghadapi kendala besar

dikarenakan kurang adanya kesepakatan usaha antarberbagai pihak, serta adanya

kekurangan pada penyediaan infrastruktur bersama untuk melakukan switching

„pengalihan‟ transaksi. Pada berbagai bank penerbit kartu debet terdapat

kombinasi fungsi kartu debet dan kartu ATM dalam satu kartu sekaligus (kartu

debet dan kartu ATM).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

22

Bank yang memiliki basis teknologi relatif maju mulai menjajaki

pengembangan kartu debet sekaligus membuat perusahaan yang menangani

infrastruktur switching transfer dana antar bank. Pada saat sekarang ini banyak

bank yang menawarkan pembayaran di merchant dengan menggunakan kartu

ATM yang telah ditambahkan fungsinya sebagai kartu debet.

Perkembangan penggunaan kartu account based semakin meningkat ketika

jumlah bank yang menjadi acquiring (penerbit) semakin banyak menyediakan

infrastruktur Electronic Data Capture (EDC) yaitu mesin pembaca kartu debet di

merchant. Perkembangan tersebut mendorong account based card memiliki

pertumbuhan paling tinggi di antara jenis instrumen pembayaran lainnya.

e. Instrumen Pembayaran berbasis Elektronik

Kartu Elektronik (e-money)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 tentang uang

elektronik (Electronic Money), yang dimaksud dengan uang elektronik adalah alat

pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Diterbitkan atas dasar uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang

kepada penerbit.

2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server

atau chip

3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan

merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

23

4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh

penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

Maka dapat disimpulkan bahwa uang elektronik adalah alat pembayaran

dengan nilai uang yang telah tersimpan secara elektronik pada server atau pun

kartu dan tata cara penggunaan dan penerbitan telah diatur dan diawasi langsung

oleh Bank Indonesia.

Menurut pengertian yang dikeluarkan Bank for International Settlement

(BIS) dalam suatu Kajian E-money oleh Hidayati, dkk (2006),

“stored-value or prepaid products in which a record of the funds or value

available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s

possession”

(produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam

suatu media elektronis yang dimiliki seseorang).

Uang eletronik (e-money) terbagi menjadi dua jenis berdasarkan

bentuknya, yaitu kartu prabayar (pre-paid card) dan e-wallet.

a. Kartu Prabayar (pre-paid card)

Produk semacam ini diterbitkan oleh bank yang sudah memiliki izin dari

Bank Indonesia. Kartu ini tidak dilindungi dengan PIN, sehingga dapat

dipindahtangankan. Nominal yang tersimpan di kartu ini tidak dijamin LPS dan

memiliki limit sebesar Rp 1.000.000. Beberapa bank yang memiliki produk uang

elektronik berbentuk kartu, diantaranya adalah Flazz BCA, E-money Mandiri, Tap

Cash BNI, Brizzi BRI, dan lain sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

24

b. Dompet elektronik (E-Wallet)

Selain dalam bentuk kartu, ada pula uang elektronik (E-Wallet). Berbeda

dengan kartu, layanan e-wallet tidak hanya disediakan oleh bank, melainkan juga

oleh operator telekomunikasi. Beberapa diantaranya adalah Rekening Ponsel

CIMB Niaga, Mandiri E-Cash , dan lain sebagainya.

Ketentuan Mengenai E-Money

Beberapa ketentuan-ketentuan lain dari e-money yang terdapat di

Peraturan Bank Indonesia (PBI) NO. 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG

ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) :

a. Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik pada

suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran

dan/atau transfer dana.

b. Prinsipal adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggung jawab atas

pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan

sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang Elektronik yang

kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.

c. Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan Uang

Elektronik.

d. Acquirer adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerja sama

dengan pedagang, yang dapat memproses data Uang Elektronik yang diterbitkan

oleh pihak lain.

e. Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

25

f. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima

transaksi pembayaran dari Pemegang.

g. Pengisian Ulang adalah penambahan Nilai Uang Elektronik pada Uang

Elektronik.

h. Dana Float adalah seluruh Nilai Uang Elektronik yang diterima Penerbit atas

hasil penerbitan Uang Elektronik dan/atau Pengisian Ulang yang masih

merupakan kewajiban Penerbit kepada Pemegang dan Pedagang.

i. Tarik Tunai adalah fasilitas penarikan tunai atas Nilai Uang Elektronik yang

dapat dilakukan setiap saat oleh Pemegang.

j. Penyelenggara Kliring adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan

perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau

Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik.

k. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah Bank atau Lembaga Selain Bank

yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan

kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka

transaksi Uang Elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari Penyelenggara

Kliring.

2.2 Uang

2.2.1 Pengertian Uang

Beberapa tokoh atau penulis ekonomi pada masa lampau mendefinisikan

uang sebagai alat pembayar atau penukar. Dalam bukunya, M. Manullang (1977)

menjabarkan definisi uang dari beberapa tokoh, antara lain:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

26

a. Robertson : “Money is something which is widely accepted in payments for

goods”; yang artinya, “Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam

pembayaran barang-barang.

b. A. C. Pigou : “money are those things that are widely used as a media for

exchange”; yang artinya : “uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan

sebagai alat penukar.

c. R. S. Sayers : “money is something that is widely accepted for the settlements of

debts”; yang artinya “uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai

pembayar utang.

d. Rollin G. Thomas : “money is something that is good, services, and other

valuaber assets, and for the payment of debts”; yang artinya : “ uang adalah

segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima umum dalam

pembayaran, pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk pembayar hutang.

Dan akhirnya M. Manullang memberi definisi uang sebagai berikut: “uang

adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat penukar dan sebagai alat

pengukur nilai, yang pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat penimbun

kekayaan”.

Menurut Thomas (2001) uang adalah segala sesuatu yang tersedia dan

umumnya diterima umum sebagai alat pembayaran untuk pembelian barang dan

jasa, serta untuk pelunasan utang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

27

2.2.2 Fungsi Uang

Fungsi-fungsi khusus uang antara lain:

a) Uang sebagai alat tukar

Fungsi uang sebagai alat tukar memudahkan masyarakat untuk

melaksanakan transaksi. Fungsi ini menghilangkan perlunya ada kesamaan

keinginan dalam transaksi barter. Unsur kepercayaan sangatlah penting karena

melandasi pemilihan “barang” apa yang bisa digunakan sebagai uang.

b) Uang sebagai alat penyimpan nilai/daya beli

Fungsi ini terkait usaha manusia dalam mengumpulkan kekayaan.

Pemegangan uang merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan. Syarat

utama untuk ini adalah bahwa uang harus bisa menyimpan daya beli atau nilai.

Karena pada saat inflasi tinggi, nilai merosot cepat, maka orang pun enggan

memegang uang.

c) Uang sebagai standar/satuan nilai

Fungsi ini ,memungkinkan seluruh barang/jasa dinilai dengan satuan uang.

Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menghafal sampai ribuan nilai tukar

yang dilakukan pada masa perekonomian barter. Fungsi ini tidak dapat dipisahkan

dari fungsi sebagai alat tukar, tetapi hanya dapat dibedakan.

d) Uang sebagai standar pembayaran di masa mendatang

Fungsi ini terkait dengan pinjam-meminjam atau transaksi kredit. Dalam

hubungan ini, uang merupakan salah satu cara menghitung pembayaran masa

depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

28

2.2.3 Jumlah Uang Beredar

Menurut Mankiw (2006), pengertian jumlah uang beredar (JUB) secara

sederhana ialah jumlah uang yang tersedia. Dalam perekonomian yang

menggunakan uang komoditas, jumlah uang beredar adalah jumlah dari komoditas

itu.

Para ekonom klasik (tapi tidak semua) condong untuk mengartikan uang

beredar sebagai currency, karena uang inilah yang benar-benar merupakan daya

beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena itu langsung

mempengaruhi harga-harga barang. Yang termasuk dalam pengertian currency

sebagai uang beredar adalah tidak semua uang kertas dan uang logam, tetapi

hanya uang kertas dan uang logam yang berada di tangan masyarakat umum (di

luar bank dan kas negara). Alasannya adalah bahwa hanya uang tunai yang

dipegang masyarakat umumlah yang biasanya langsung dibelanjakan untuk

barang dan jasa, sedangkan uang tunai di lemari besi bank maupun di kantor-

kantor kas negara tidak terkait langsung dengan “pasar barang”.

Dari pengertian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa jumlah uang

beredar tersebut hanya diartikan dalam pengertian uang kartal. Sementara, seperti

yang kita lihat saat ini, penggunaan uang kartal, khusunya di negara-negara maju

sudah mulai berkurang. Sebagian masyarakat sudah menyimpan uang cash nya di

bank. Di negara-negara maju, sebagian pembayaran sudah dilakukan dengan

menggunakan cek.

Oleh sebab itu, saldo rekening koran/giro mempunyai status yang sama

dengan currency, haruslah dimasukkan dalam pengertian “uang beredar”. Saldo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

29

rekening koran/giro yang dimiliki oleh masyarakat disebut uang giral atau demand

deposits. Sedang uang beredar yang didefinisikan sebagai uang kartal plus uang

giral (currency plus demand deposits) disebut uang dalam arti sempit atau narrow

money, dan untuk ini biasanya digunakan simbol M1.

M1 = currency (uang kartal) + Demand deposit (uang giral)

Pengertian M1 bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa

digunakan untuk pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran

yang mendekati uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan

tabungan (savings deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk

deposito berjangka dan tabungan ini sebenarnya adalah juga daya beli potensial

bagi pemiliknya, meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk

menggunakannya.

Sekarang, kebanyakan ekonom berpendapat bahwa selain M1,harus pula

diamati perkembangan M2, yang diartikan sebagai M1 plus deposito berjangka

dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena perkembangan M2

ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi dan keadaan ekonomi

pada umumnya.

M2 = M1 + Time Deposit + Savings Deposits

Masyarakat menempatkan uangnya dalam time deposits atau saving

deposits karena simpanan ini memberikan bunga. M2 juga disebut uang beredar

dalam arti luas atau broad money.

Definisi M2 yang berlaku umum untuk semua negara tidak ada, karena

hal-hal khas masing-masing negara perlu dipertimbangkan. Di Indonesia, M2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

30

besarnya mencakup semua deposit berjangka (time deposit) dan saldo tabungan

(savings deposit) dalam rupiah pada bank-bank dengan tidak tergantung besar

kecilnya simpanan tetapi tidak mencakup deposito berjangka dan saldo tabungan

dalam mata uang asing (Boediono, 2001)

Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3, yang mencakup

semua deposito berjangka (time deposits) dan saldo tabungan (saving deposits),

besar-kecil, Rupiah atau mata uang asing milik penduduk pada bank atau lembaga

keuangan non-bank. Seluruh time deposits dan saving deposits ini disebut uang

kuasi (quasi money).

M3 = M1 + quasi money

Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh

memiliki dan memperjualbelikan devisa secara bebas), seperti Indonesia, memang

sedikit sekali perbedaan atara time deposits dan saving deposits dalam rupiah dan

time deposits dan saving deposits dalam dollar. Setiap kali membutuhkan rupiah,

penduduk bisa langsung menjual dollarnya ke bank, atau sebaliknya. Time

deposits dan saving deposits bukan milik penduduk tidak termasuk dalam definisi

uang kuasi (Boediono, 2001).

2.3 Hubungan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen

2.3.1 Hubungan Variabel E-Money terhadap Jumlah Uang Beredar

Uang elektronik (e-money) adalah alat pembayaran dengan nilai uang yang

telah tersimpan secara elektronik pada server atau pun kartu dan tata cara

penggunaan dan penerbitan telah diatur dan diawasi langsung oleh Bank

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

31

Indonesia. Transaksi uang elektronik dalam penelitian ini terdiri dari volume dan

nilai transaksi.

Sedangkan pengertian Jumlah Uang Beredar, Menurut Mankiw (2006)

secara sederhana ialah jumlah uang yang tersedia. Dalam perekonomian yang

menggunakan uang komoditas, jumlah uang beredar adalah jumlah dari komoditas

itu. Jumlah uang beredar terdiri dari M1, M2, dan M3.

Perkembangan e-money semakin lama semakin meningkat, seiring dengan

berkembangnya zaman. Masyarakat semakin banyak yang lebih memilih

menggunakan e-money dibanding dengan uang tunai. Sebagai contoh dapat kita

lihat pada penggunaan e-toll yang semakin meningkat seiring dengan semakin

berkembangnya jalan tol di Indonesia.

Aturan-aturan mengenai sistem pembayaran telah ditetapkan oleh Bank

Indonesia selaku Bank Sentral yang memilki wewenang dalam hal ini. Dari

kebijakan e-money ini sendiri Bank Indonesia dapat mengatur jumlah uang yang

beredar.

Dalam Istanto (2015), mengatakan bahwa prinsip hubungan antara

pembayaran dan jumlah uang beredar ditunjukkan oleh persamaan MV=PT.

Dengan asumsi PT adalah konstan, peningkatan efisiensi sistem pembayaran akan

meningkatkan kecepatan (velocity of money- V) yang memungkinkan jumlah uang

beredar (M) untuk dikurangi untuk mendukung tingkat yang sama dari kegiatan

ekonomi (Humphrey, 1995).

Menurut teori kuantitas uang, kebiasaan pembayaran nontunai, akan

mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi sehingga velocity-nya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

32

akan naik diikuti oleh kenaikan kenaikan jumlah uang beredar. Biasanya,

kebiasaan melakukan pembayaran ini berjalan lambat, sehingga dengan demikian

velocity dapat dianggp tidak berubah (Nopirin, 2007).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa volume dan nilai transaksi

uang elektronik (e-money) berpengaruh positif terhadap tingkat jumlah uang

beredar.

2.3.2 Hubungan Variabel APMK terhadap Jumlah Uang Beredar

Variabel Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) terdiri dari kartu

kredit, kartu ATM, dan kartu debit. APMK dinilai dapat memudahkan masyarakat

dalam proses pembayaran, seperti kartu kredit yang dapat digunakan saat belanja

yang tidak ingin repot-repot membawa banyak uang tunai. Selain kartu kredit,

kartu ATM atau yang sekarang telah banyak digabung dengan kartu debit, adalah

salah satu APMK yang paling marak di semua kalangan masyarakat. Sebagai

salah satu contoh adalah mahasiswa yang kebanyakan merantau, otomatis

mempunyai kartu ATM untuk menerima kiriman uang dari orangtua.

Sekarang ini, kebanyakan remaja semakin gemar untuk melakukan belanja

secara online. Tak perlu lagi repot-repot untuk pergi ke toko-toko atau mall, hanya

dengan memilih barang melalui hp, dan kemudian melakukan pembayaran secara

transfer melalui ATM. Dengan melakukan transfer pun, maka secara otomatis

saldo rekening di ATM pun berkurang.

Dengan adanya APMK, masyarakat tak perlu lagi repot-repot membawa

uang tunai untuk bepergian. Masyarakat kebanyakan lebih suka membawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

33

APMK, dan membawa uang tunai sedikit untuk berjaga-jaga. Selain lebih praktis,

juga lebih aman.

Pembayaran menggunakan kartu mendorong penurunan kas yang dipegang

oleh masyarakat. Sementara di sisi lain banyak uang yang masuk ke sistem

perbankan. Penggunaan kartu debet dan kartu kredit juga memotong biaya

transaksi dan efisiensi dalam pembayaran.

Sistem pembayaran non tunai seperti APMK, berperan penting dalam

memfasilitasi pengedaran uang oleh Bank Sentral ke masyarakat yang pada

akhirnya membentuk kepercayaan (confidence) masyarakat terhadap mata uang

dan sistem pembayaran nasionalnya (Iskandar, 2014).

Sesuai dengan teori kuantitas uang oleh Marshall, bahwa penggunaan alat-

alat pembayaran baru akan mempengaruhi banyaknya transaksi yang dilakukan.

Demikian juga, kebiasaan pembayaran dengan kredit, akan mendorong

masyarakat lebih banyak melakukan transaksi sehingga velocity dan jumlah uang

beredar nya akan naik (Nopirin, 2007).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa volume dan transaksi APMK

mempunyai hubungan yang positif terhadap tingkat jumlah uang beredar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

34

2.4 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis, beberapa penelitian tersebut yaitu:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu No. Nama

Penulis Judul Variabel

Penelitian Hasil Kajian

1. Ahmad Radhi Bajili (2016)

Analisis pengaruh penggunaan uang elektronik (e-money)

terhadap permintaan uang kartal di Indonesia

Uang elektronik 9e-money), APMK (Alat Pembayaran Berbasis Kartu), transaksi kliring dan suku bunga deposito

Menyatakan bahwa APMK yang beredar memiliki pengaruh yang Positif dan berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan uang kartal di Indonesia. Jumlah perputaran kliring memiliki pengaruh yang negatif dan berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan uang kartal di indonesia. Suku bunga deposito memiliki pengaruh yang negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang kartal di Indonesia.

2. Vahid Farhadi Cheshme Morvari (2015)

Possible Effects of Electronic Payments on the Money Supply in the economy

Volume uang elektronik (e-money) dan Jumlah uang beredar (M1).

Menyatakan bahwa aliran M1 di tangan masyarakat, dengan peningkatan rd dan rem, menyebabkan degradasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

35

menurun, yang berarti mengurangi dampak potensional dari uang elektronik pada jumlah uang beredar.

3. Lasondy Istanto S

Analisis dampak pembayaran non tunai terhadap jumlah uang beredar di Indonesia

Jumlah Uang Beredar (M1, M2), APMK, e-money, SKNBI, dan BI-RTGS

Menyatakan bahwa melalui proxy volume dan nilai transaksi APMK (Debit, Kredit dan ATM), e-money , dan BI-RTGS memiliki pengaruh positif terhadap M1. Untuk SKNBI melalui proxy volume memiliki pengaruh positif sedangkan melalui proxy nilai, SKNBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap M1. Sedangkan terhadap M2, transaksi APMK, BI-RTGS dan e-money melalui proxy volume dan

nilai berpengaruh negatif. Melalui proxy volume SKNBI berpengaruh positif terhadap M2, sedangkan proxy nilai

berpengaruh negatif.

4 Venna Tri Kartika and Anggoro Budi Nugroho (2015)

Analysis of electronic money transactions on velocity of

E-money, GDP, money supply (jumlah uang beredar), dan velocity of money

Volume transaksi e-money mengkat di 5 negara ASEAN, sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

36

money in Asian-5 Countries

velocity of money

menurun. Variabel GDP, JUB, dan velocity of money berpengaruh positif dan signifikan terhadap transaksi e-money

2.5 Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

uang elektronik terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Jumlah Uang beredar

yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumah uang beredar dalam artian sempit

(M1). Sedangkan variabel independen yang akan di bahas dalam penelitian ini

adalah yang termasuk dalam transaksi non tunai antara lain nilai dan volume

transaksi E-Money, serta nilai dan volume transaksi Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (Kartu Kredit, Debit dan ATM),

Sistem pembayaran sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

Sistem pembayaran di Indonesia yang kita ketahui terdiri dari sistem pembayaran

tunai dan non tunai. Sistem pembayaran tunai sendiri terdiri dari uang kartal (uang

logam dan uang kertas), sedangkan yang termasuk sistem pembayaran non tunai

yaitu uang giral. Sistem pembayaran APMK (kartu ATM/debet dan kartu kredit)

maupun e-money lambat laun akan menggantikan uang kartal/tunai dalam

pembayaran retail.

Tidak dapat dipungkiri bahwa seiring berkembangnya teknologi,

masyarakat lebih memiliki minat untuk menggunakan teknologi yang lebih

canggih. Penggunaan teknologi dalam pembayaran non tunai akan memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

37

berbagai kemudahan dalam transaksi termasuk mengurangi transaction cost yang

akan mendorong permintaan uang secara keseluruhan (M1 dan M2 naik). Namun,

permintaan uang kartal (tunai) akan mengalami penurunan seiring dengan

meningkatnya permintaan uang giral. Perubahan permintaan uang ini pada

gilirannya akan mempengaruhi jumlah uang beredar, mengingat bahwa jumlah

money supply (uang beredar) adalah sama dengan jumlah permintaan uang.

Transaksi Pembayaran Non tunai

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji

secara empiris.

Berdasarkan permasalahan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Transaksi E-Money melalui proxy volume mempunyai pengaruh positif

terhadap Jumlah uang beredar di Indonesia

Electronic Money

Volume

Nilai

APMK

Volume

Nilai

Jumlah Uang Beredar

(M1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

38

2. Transaksi E-Money melalui proxy nilai mempunyai pengaruh positif

terhadap Jumlah uang beredar di Indonesia

3. Transaksi APMK melalui proxy volume mempunyai pengaruh positif

terhadap Jumlah uang beredar di Indonesia

4. Transaksi APMK melalui proxy nilai mempunyai pengaruh positif

terhadap Jumlah uang beredar di Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis bagaimana pengaruh

penggunaan uang elektronik (e-money) terhadap jumlah uang beredar di

Indonesia.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

deskriptif dan kuantitatif yaitu berupa data bulanan dalam bentuk angka.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini menganalisis pengaruh dari uang elektronik terhadap jumlah

uang beredar. Adapun variabel dependennya adalah Jumlah Uang Beredar,

sedangkan variabel independennya adalah volume dan nilai transaksi dari e-money

dan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (Kartu Kredit, Debit dan ATM).

3.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, agar lebih fokus pada pembahasan yang ada pada

penelitian, dan menghindari adanya persepsi lain mengenai istilah-istilah yang ada

diatas, maka perlu dijelaskan definisi operasionalnya.

Adapan definisi operasional yang berkaitan dengan judul dalam penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Jumlah Uang Beredar adalah jumlah uang kartal dan uang giral yang

beredar di masyarakat, yaitu M1. Dalam satuan milyar Rupiah.

2. E-Money adalah alat pembayaran dengan nilai uang yang telah tersimpan

secara elektronik pada server atau pun kartu dan tata cara penggunaan dan

39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

40

penerbitan telah diatur dan diawasi langsung oleh Bank Indonesia. Dalam

penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai indikator penggunaan E-

Money adalah:

a. Volume transaksi E-Money adalah jumlah transaksi pembelanjaan oleh

masyarakat Indonesia dengan menggunakan uang elektronik. Dihitung

dalam satuan Juta Rupiah

b. Nilai transaksi E-Money adalah nominal transaksi pembelanjaan oleh

masyarakat Indonesia dengan menggunakan uang elektronik. Dihitung

dalam satuan transaksi.

3. APMK adalah alat pembayaran menggunakan kartu antara lain adalah

kartu kredit, debit, dan ATM. Dalam penelitian ini, variabel yang

digunakan sebagai indikator penggunaan APMK adalah:

a. Volume transaksi APMK adalah jumlah transaksi pembelian,

penarikan tunai maupun transfer menggunakan kartu debit/ATM dan

kartu kredit. Dihitung dalam satuan Juta Rupiah

b. Nilai transaksi APMK adalah nominal transaksi pembelian, penarikan

tunai maupun transfer menggunakan kartu debit/ATM dan kartu kredit.

Dihitung dalam satuan transaksi

3.5 Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu menggunakan

data bulanan dalam bentuk angka. Untuk menyikapi keterbatasan data, pengujian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

41

empiris pada studi ini dilakukan dalam kurun periode Januari 2009-Desember

2017 (108 Bulan).

3.6 Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian

kepustakaan yang berasal dari publikasi atau website Bank Indonesia (BI) berupa

data, jurnal, artikel, tulisan-tulisan ilmiah, dan hasil penelitian terdahulu, serta

sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan

untuk keperluan penelitian ini.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan program Eviews 9 dalam

pengolahan data dengan terlebih dahulu memindahkan data-data yang ada ke

dalam software Microsoft Excel.

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Granger

Causality test dan Uji Kointegrasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

timbal balik antara variabel e-money dengan Jumlah Uang Beredar.

3.8.1 Uji Kointegrasi

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara peubah-peubah

yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara

peubah tersebut dapat menjadi stasioner. UJi kointegrasi dapat digunakan untuk

mengetahui apakah dua atau variabel ekonomi atau variabel finansial memiliki

hubungan keseimbangan jangka panjang. Apabila data variabel-variabel telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

42

stasioner artinya antara variabel tersebut terkointegrasi atau memiliki hubungan

jangka panjang.

Metode uji kointegrasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah

pendekatan multivariate yaitu, Johansen Cointegration Test. Uji kointegrasi ini

dikembangkan oleh Johansen dapat digunakan untuk menentukan kointegrasi

sejumlah variabel (vector). Dalam uji Johansen penentuan kointegrasi dilihat dari

nilai trace statictic dan maximum eigenvalue statistic. Jika nilai trace statictic dan

maximum eigenvalue statistic lebih besar dari nilai kritisnya maka, terdapat

kointegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya jika nilai trace statictic dan

maximum eigenvalue statistic lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak ada

kointegrasi (Nachrowi, 2006).

3.8.2 Granger Causality Test

Uji Kausalitas Granger dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti

apakah A mendahului B, ataukah B mendahului A, ataukah hubungan antara A

dan B timbal balik. Uji kausalitas Granger bertujuan untuk melihat pengaruh masa

lalu dari suatu variabel terhadap kondisi variabel lain pada masa sekarang.

Dengan kata lain, uji kausalitas Granger dapat digunakan untuk melihat apakah

peramalan y dapat lebih akurat dengan memasukan lag variabel x (Nachrowi,

2006).

Keputusan apakah variabel X mempengaruhi Y dan sebaliknya apakah Y

mempengaruhi X digunakan uji F atau dapat dilihat dari probabilitasnya.

Sebagaimana prosedur uji F, jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel (nilai kritis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

43

tabel) pada tingkat signifikan maka kedua variabel tersebut memiliki kausalitas

dua arah.

Adapun model Uji Kausalitas Granger dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

+ +

+

+

+

+

+

Dimana : = Variabel Jumlah Uang Beredar

NTE = Nilai Transaksi Uang Elekronik

VTE = Volume Transaksi Uang Eletronik

NTAPMK = Nilai Transaksi APMK

VTAPMK = Volume Transaksi APMK

= Variabel pengganggu

= koefisien masing-masing variabel

3.9 Uji Kelayakan Data

3.9.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Jarque

Bera. Uji Jarque Bera adalah salah satu uji normalitas jenis goodness of fit test

yang mana mengukur apakah skewness dan kurtosis sampel sesuai dengan

distribusi normal. Uji ini didasarkan pada kenyataan bahwa nilai skewness dan

kurtosis dari distribusi normal sama dengan nol. Oleh karena itu, nilai absolut dari

parameter ini bisa menjadi ukuran penyimpangan distribusi dari normal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

44

Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai X2 tabel. Jika nilai Jarque-Bera (JB) ≤ X

2 tabel maka nilai residual

terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal. Selain membandingkan dengan

tabel, kita juga dapat membandingkan nilai probability dengan nilai alpha. Pada

penelitian ini saya menggunakan , dimana jika probability < ,

maka data berdistribusi normal, dan sebaliknya (Ekananda, 2015).

3.9.2 Uji Stasioneritas Akar Unit

Uji stasioneritas akar unit bertujuan untuk menguji apakah data mengalami

stasioneritas. Dalam penelitian ini, uji stasioneritas yang digunakan adalah dengan

metode Augmented Dickey Fuller (ADF) Test. Kondisi variabel yang memiliki

masalah unit root diartikan sebagai kondisi yang tidak stasioner atau random walk

(Effendy, 2014).

Pengujian akar unit yang dilakukan dengan uji Augmented Dickey-Fuller

dengan menggunakan taraf nyata sebesar 1%, 5% atau 10%. Stasioner atau

tidaknya data time series dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang kurang dari

1%, 5% atau 10% tergantung dari taraf nyata yang digunakan dalam pengujian

akar unit. Jika hasil uji pada tingkat level yang didapat dalam pengujian akar unit

ini memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil daripada taraf nyatanya, maka data

time series tersebut dapat dikatakan stasioner pada level. Apabila nilai

probabilitasnya lebih besar dibandingkan taraf nyatanya, maka data tersebut

dikatakan tidak stasioner pada level dan selanjutnya akan diuji pada tingkat first

difference.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Variabel-Variabel Penelitian

4.1.1 Perkembangan Sistem Pembayaran E-Money di Indonesia

Meskipun sudah jauh dilakukan oleh warga dunia pada tahun 1994, uang

elektronik baru populer di Indonesia pada tahun 2007. Uang elektronik ini

diterapkan oleh salah satu bank swasta di Indonesia. Peraturan mengenai

penggunaan uang elektronik di Indonesia sendiri tertuang pada Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009. Barulah hingga kini metode pembayaran

melalui uang elektronik diterapkan oleh banyak bank di Indonesia, swasta maupun

milik negara.

E-money atau uang elektronik diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor

terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit dan nilai uang tersebut disimpan

secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip. E-money bukan

hanya sebagai pengganti uang tunai fisik dalam bentuk koin dan uang kertas

dengan uang elektronik yang setara, namun juga sebagai sebuah sistem yang

memungkinkan seseorang untuk membayar barang atau jasa dengan mengirimkan

nomor dari satu komputer ke komputer lain.

Selama kurang lebih satu setengah tahun sejak pertama terbit pada April

2007, jumlah uang elektronik di Indonesia telah mencapai 430 ribu. Berbeda pada

awal penerbitannya, e-money saat ini tidak hanya diterbitkan dalam bentuk chip

yang tertanam pada kartu atau media lainnya (chip based), namun juga telah

diterbitkan dalam media lain yaitu suatu media yang saat digunakan untuk

bertransaksi akan terkoneksi terlebih dulu dengan server penerbit (server based).

45 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

46

Pengguna e-money di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat

dan semakin popular di kalangan wirausaha online maupun offline. Bahkan,

fasilitas-fasilitas umum telah memperkenalkan e-money sebagai pembayaran tol,

commuterline, transjakarta, parkir, dan masih banyak lagi.

Tahun 2007, Bank Indonesia mulai mendata penggunaan uang elektronik

(E-money) baik itu jumlah transaksinya maupun nominal dari transaksi tersebut.

Dimulai pada bulan April tahun 2007, jumlah transaksi uang elektronik mencapai

16 ribu lebih transaksi dengan nilai transaksi mencapai 210,37 juta rupiah.

Sedangkan pada tahun 2007 total transaksi uang elektronik mencapai 586 ribu

transaksi dengan nilai 5,267 milliar rupiah. Pada Gambar 4.1 menunjukkan

perkembangan Nominal transaksi E-Money dan Volume transaksi E-Money di

Indonesia dari tahun 2009-2017.

Sumber: Data Olahan Microsoft Excel 2010, Bank Indonesia

Gambar 4.1

Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi E-Money di Indonesia Tahun

2009-2017

0

100.000.000

200.000.000

300.000.000

400.000.000

500.000.000

600.000.000

700.000.000

800.000.000

900.000.000

1.000.000.000

0

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

14.000.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Nilai

Volume

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

47

Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa perkembangan volume dan nilai

transaksi e-money dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan

volume transaksi yang cukup besar terjadi pada tahun 2014 ke tahun 2015 yaitu

sebesar 63%. Terjadinya peningkatan volume transaksi e-money di tahun 2015

disebabkan oleh munculnya aplikasi Gojek yang merupakan transportasi online

dan adanya kebijakan pembayaran transaksi melalui aplikasi tersebut yang

dinamakan Go-pay. Dengan demikian penumpang yang menggunakan aplikasi

Gojek dapat melakukan transaksi melalui Go-pay cukup dengan mengisi saldo.

Peningkatan penggunaan aplikasi Gojek dan Go-pay secara tidak langsung

menyebabkan terjadinya peningkatan volume transaksi e-money di tahun 2015.

Setelah tahun 2015, yaitu tahun 2016 peningkatan volume transaksi hanya

sebesar 19%. Hingga kemudian pada tahun 2017 volume transaksi e-money

meningkat cukup besar di banding tahun sebelumnya yaitu sebesar 47%.

Sedangkan peningkatan nilai transaksi e-money yang paling drastis terjadi dari

tahun 2016 ke tahun 2017 yaitu sebesar 75%, dimana peningkatan ini merupakan

tingkat persentase kenaikan yang paling besar dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya.

Terjadinya peningkatan nilai dan volume transaksi e-money yang sangat

pesat dari tahun 2016 ke tahun 2017 disebabkan oleh adanya peraturan baru yang

telah ditetapkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia mulai bulan Oktober 2017

mengenai kewajiban bertransaksi menggunakan kartu elektronik (e-toll) diseluruh

gardu tol di Indonesia. Artinya, pengguna jalan tol sudah tidak bisa bertransaksi

dengan uang tunai, melainkan menggunakan kartu elektronik (e-toll) yang bisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

48

diisi di berbagai ritel. Dengan peraturan tersebut, secara tidak langsung seluruh

pengguna jalan tol mau tidak mau harus mempunyai kartu e-toll dan melakukan

transaksi menggunakan e-toll. Meningkatnya penggunaan e-toll menyebabkan

meningkatnya nilai dan volume transaksi kartu elektronik (e-money) di Indonesia.

Selain terjadinya peningkatan pada penggunaan e-toll, peningkatan juga

terjadi pada penggunaan transportasi yang pembayarannya dapat dilakukan

dengan elektronik seperti go-pay yang disediakan oleh aplikasi Gojek serta Grab-

pay yang disediakan oleh aplikasi Grab. Peningkatan tersebut terjadi di tahun

2017 karena Gojek dan Grab yang memberikan keuntungan yang besar kepada

para penumpang yang melakukan transaksi elektronik.

Perkembangan Uang Elektronik (E-Money) tak lepas dari pengaruh

perusahaan-perusahaan yang menerbitkan E-Money di Indonesia. Berdasarkan

data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada website Bank Indonesia, terdapat

28 perusahaan yang telah menerbitkan Uang Elektronik (E-Money).

Walaupun telah banyak perusahaan yang terdaftar sebagai penerbit Uang

Elektronik (E-Money) , tetapi Bank Indonesia tetaplah sebagai otoritas berwenang

yang berhak mengatur Uang Elektronik secara keseluruhan. Bank atau selain bank

yang ingin menjadi penerbit Uang Elektronik harus mendirikan PT terlebih dahulu

dan melaporkannya ke Bank Indonesia, apalagi jika jumlah dana yang dikeluarkan

perusahaan tersebut telah mencapai batas yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 1

Miliar atau lebih. Pada Tabel 4.1 menunjukkan daftar penerbit Uang Elektronik

(E-Money) di Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

49

Tabel 4.1

Daftar Penerbit Uang Elektronik (E-Money) di Indonesia No. NAMA PENERBIT

1 B.P.D. DKI JAKARTA

2 B.P.D. SUMSEL BABEL

3 BANK CENTRAL ASIA

4 BANK CIMB NIAGA

5 BANK MANDIRI (PERSERO)

6 BANK MEGA

7 BANK NATIONALNOBU

8 BANK NEGARA INDONESIA 1946 (PERSERO)

9 BANK PERMATA

10 BANK QNB INDONESIA

11 BANK RAKYAT INDONESIA

12 PT. ARTAJASA PEMBAYARAN ELEKTRONIS

13 PT. DOMPET ANAK BANGSA

14 PT. ESPAY DEBIT INDONESIA KOE

15 PT. FINNET INDONESIA

16 PT. INDOSAT

17 PT. NUSA SATU INTI ARTHA

18 PT. SKYE SAB INDONESIA

19 PT. SMARTFREN TELECOM

20 PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA

21 PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR

22 PT. WITAMI TUNAI MANDIRI

23 PT. XL AXIATA

24 PT. BUANA MEDIA TEKNOLOGI

25 PT. BIMASAKTI MULTI SINERGI

26 PT. VISIONET INTERNASIONAL

27 PT. INTI DUNIA SUKSES

28 PT. VERITRA SENTOSA INTERNASIONAL

Sumber : Bank Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

50

4.1.2 Perkembangan Sistem Pembayaran APMK di Indonesia

1. Kartu Kredit

Kartu kredit mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 90-an dimana

kalangan tertentu saja yang memilikinya. Dalam perkembangannya, institusi

keuangan perbankan mulai banyak yang menggunakannya. Pada saat itu,

penggunanya merupakan kalangan atas yang mana risiko gagal bayar dianggap

relatif kecil. Dengan kecilnya risiko gagal bayar yang dimiliki kartu kredit,

menarik minat banyak bank untuk masuk dalam industri kartu kredit tersebut.

Salah satu faktor untuk melihat potensi pasar dari kartu kredit yang

berkembang di Indonesia adalah melalui perbandingan antara jumlah penduduk

usia produktif dengan jumlah pemegang kartu kredit. Melalui data Badan Pusat

Statistik menunjukkan bahwa dari kurang lebih 230 juta penduduk Indonesia, saat

ini terdapat 127 juta penduduk yang tergolong dalam usia produktif (usia 20-50

tahun). Sementara jumlah kartu kredit per Desember 2017 mencapai 11,5 juta

kartu. Dengan asumsi 1 orang memiliki 2 kartu kredit, maka saat ini jumlah

pemegang kartu kredit di Indonesia (jika dibandingkan dengan jumlah penduduk

usia produktif) baru mencapai 4,5%. Berdasarkan kondisi tersebut, berarti pasar di

Indonesia tentunya masih menarik untuk bisnis kartu kredit.

Pada Gambar 4.2 menunjukkan perkembangan nominal dan nilai transaksi

kartu APMK dalam bentuk kredit dari tahun 2009-2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

51

Sumber : Data Olahan Microsoft Excel 2010, Bank Indonesia

Gambar 4.2

Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi Kartu Kredit (APMK) di

Indonesia Tahun 2009-2017

Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan tingkat volume dan nilai transaksi

Kartu Kredit di Indonesia mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Hal ini

menandakan bahwa masyarakat Indonesia yang sebagian besar telah memilih

kartu kredit sebagai alat transaksi yang praktis. Dimana kenaikan volume

transaksi yang paling besar terjadi dari tahun 2014 ke tahun 2015 yaitu sebesar

10,6% dibanding tahun sebelumnya yang hanya meningkat sebesar 6,36%.

Sedangkan kenaikan nilai transaksi Kartu Kredit yang paling besar terjadi dari

tahun 2009 ke tahun 2010. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya pertambahan

1,3 juta lebih kartu kredit di tahun 2010.

Sedangkan nilai transaksi kartu kredit dari tahun 2015 ke tahun 2016

mengalami stagnan, dimana tidak terjadi peningkatan seperti pada tahun-tahun

sebelumnya. Menurut Deputi Gubernur BI, menurunnya pengguna kartu kredit di

0

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

0

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Volume

Nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

52

tahun tersebut karena jumlah pengguna sedang menjalani tahap konsolidasi. Hal

ini disebabkan oleh beberapa ketentuan BI yang membatasi kepemilikan jumlah

kartu kredit untuk penghasilan tertentu. Pemegang kartu kredit memang dibatasi

bagi masyarakat yang benar-benar layak dan mampu menggunakan batasan kredit

dengan baik dan bijak. Sebab lain adalah peraturan tentang kewajiban pelaporan

transaksi kartu kredit pada 2016 juga jadi pemicu nasabah menutup kartu

kreditnya. Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) menjelaskan penurunan

jumlah kartu kredit juga terjadi karena bank juga bersih-bersih kartu kredit yang

sudah tidak aktif (Beritatagar.id).

2. Account Based Card (Kartu ATM dan Debet)

Account Based Card (Kartu ATM dan Debit) mulai berkembang di

Indonesia sekitar tahun 95-an, dimana jenis yang banyak dipakai adalah murni

kartu ATM saja. Hal ini karena tujuan awal terbentuknya teknologi ATM adalah

hanya sebagai pengganti fungsi teller untuk meningkatkan efisiensi overhead cost.

Fitur yang tersedia saat itu pun masih sekedar tarik tunai, cek saldo, dan transfer

antara rekening pada bank yang sama.

Di awal perkembangannya, kartu debet tidak sepesat kartu ATM karena

pada saat itu merchant yang menerima pembayaran dengan kartu debet masih

sangat terbatas. Dimana, penggunaan kartu debet di saat itu membutuhkan mesin

pembaca atau Electronic Data Capture (EDC) di setiap merchant-nya yang

harganya sangat mahal. Sehingga, beberapa Bank yang hanya memiliki sedikit

mesin ATM ataupun mesin EDC, melakukan sharing penggunaan infrastruktur

bersama-sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

53

Penggunaan kartu account based semakin lama semakin meingkat karena

semakin banyak bank yang menyediakan infrastruktur EDC di berbagai merchant.

Dengan perkembangan tersebut membuat kartu account based mengalami

pertumbuhan paling tinggi diantara jenis sistem pembayaran lainnya. Dalam

kurun waktu 5 tahun, pertumbuhan rata-rata jumlah kartu per tahunnya mencapai

16,1%, sedangkan nilainya tumbuh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 60,3%, dan

volume mencapai 22,9%. Jumlah tersebut masih memungkinkan untuk meningkat

lagi karena melihat presentase kartu per penduduk produktif masih 31,5%.

Pada Gambar 4.3 menunjukkan perkembangan Volume dan Nilai transaksi

APMK dalam bentuk account based card (Kartu ATM/Debet) di Indonesia dari

tahun 2009-2017.

Sumber : Data Olahan Microsoft Excel 2010, Bank Indonesia

Gambar 4.3

Perkembangan Volume dan Nilai Transaksi Kartu ATM/Debet (APMK) di

Indonesia tahun 2009-2017

Berdasarkan Gambar 4.3 menunjukkan terjadinya peningkatan volume dan

nilai transaksi Kartu ATM/Debet dari tahun ke tahun, bahkan hingga tahun 2017.

Hal ini menunjukkan bahwa reputasi Kartu ATM/Debet masih baik di kalangan

0

1.000.000.000

2.000.000.000

3.000.000.000

4.000.000.000

5.000.000.000

6.000.000.000

7.000.000.000

0

1.000.000.000

2.000.000.000

3.000.000.000

4.000.000.000

5.000.000.000

6.000.000.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Volume

Nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

54

masyarakat Indonesia, tidak hanya kalangan atas namun juga menengah. Bisa kita

lihat dimana pada zaman sekarang ini yang rata-rata masyarakat lebih memilih

membawa kartu ATM/Debet dibanding membawa uang tunai, karena lebih praktis

dan lebih aman.

4.1.3 Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia

Secara umum, pengertian Jumlah Uang Beredar adalah jumlah uang yang

tersedia dan beredar di masyarakat. Sedangkan dalam moneter, Uang Beredar

adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank

Perkreditan Rakyat) terhadap sektor swasta domestic. Komponen Uang Beredar

terdiri dari uang kartal, uang giral, uang kuasi, dan surat berharga selain saham

yang diterbitkan oleh sistem moneter dan dimiliki oleh sektor swasta.

Di Indonesia, Uang Beredar dapat didefinisikan dalam dua jenis, yaitu

dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 merupakan uang kartal yang

beredar di masyarakat dan uang giral, sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi

(mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah, valas serta giro dalam

valutas asing. Pada Gambar 4.4 menunjukkan perkembangan Jumlah Uang

Beredar di Indonesia dari tahun 2009-2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

55

Sumber : Data Olahan Microsoft Excel 2010, Bank Indonesia

Gambar 4.4

Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia tahun 2009-2017

Berdasarkan Gambar 4.4 bisa kita lihat bahwa Jumlah Uang Beredar di

Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana komponen Uang

Beredar yang meningkat yaitu uang dalam artian sempit (M1) antara lain uang

kartal (tunai) yang beredar di masyarakat dan uang giral (nontunai) dan uang

dalam artian luas (M2) antara lain M1, uang kuasi(mencakup tabungan, simpanan

berjangka, serta giro dalam valuta asing) dan surat berharga yang dikeluarkan oleh

sistem moneter.

4.2 Analisis Data dan Pembahasan Penelitian

4.2.1 Uji Stasioneritas Akar Unit

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti bersifat

stasioner atau tidak. Kondisi variabel yang memiliki masalah unit root diartikan

sebagai kondisi yang tidak stasioner atau random walk. Pengujian stasioneritas

akar unit yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Augmented

Dickey Fuller (ADF) Test yakni dalam kurun waktu 2009-2017.

0

10.000.000

20.000.000

30.000.000

40.000.000

50.000.000

60.000.000

70.000.000

0

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

14.000.000

16.000.000

18.000.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

M1

M2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

56

Pengujian akar unit yang dilakukan dengan uji Augmented Dickey-Fuller

dengan menggunakan taraf nyata critical value sebesar 1%, 5% atau 10%.

Stasioner atau tidaknya data time series dapat dilihat dari nilai ADF dan nilai

kritis MacKinnon. Apabila nilai ADF lebih besar dari nilai kritis MacKinnon

,maka data stasioner dan sebaliknya apabila nilai ADF lebih kecil dari nilai kritis

MacKinnon, maka data tidak stasioner. Apabila setelah di uji nilai ADF lebih

kecil dibanding nilai kritis 1%, 5% atau 10%, maka data tersebut dikatakan tidak

stasioner pada level dan selanjutnya akan diuji pada tingkat first difference.

Pada Tabel 4.2 berikut menunjukkan hasil pengujian akar unit dengan

menggunakan ADF Test. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa variabel volume

transaksi dan nilai transaksi e-money serta volume transaksi dan nilai transaksi

APMK telah stasioner pada tingkat level, namun variabel Jumlah Uang Beredar

mengalami stasioner pada tingkat Second Difference. Data berikut telah stasioner

dibuktikan dari nilai ADF-nya yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon-nya

yaitu pada taraf nyata 1 persen.

Tabel 4.2

Hasil Uji Stasioneritas ADF Test Variabel Nilai ADF Critical Value Keterangan

JUB (M1,M2) -5.390702 -4.053392* Stasioner pada First Difference

VTEM -5.415744 -4.046072* Stasioner pada level

NTEM -5.026808 -4.046072* Stasioner pada level

VTAPMK -5.529755 -4.046072* Stasioner pada level

NTAPMK -8.888531 -4.046072* Stasioner pada level

Keterangan : * data stasioner pada taraf nyata 1 persen

Sumber : Data Olahan Eviews

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

57

4.2.2 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Jarque Bera. Uji

Jarque Bera merupakan salah satu uji normalitas jenis goodness of fit test yang

berguna untuk mengukur apakah skewness dan kurtosis sampel sesuai dengan

distribusi normal.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistik Jarque-Bera (JB)

dengan nilai X2 tabel. Jika nilai Jarque-Bera (JB) ≤ X

2 tabel maka nilai residual

terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal. Selain membandingkan dengan

tabel, kita juga dapat membandingkan nilai probability dengan nilai alpha. Pada

penelitian ini saya menggunakan , dimana jika probability > ,

maka data berdistribusi normal, dan sebaliknya.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Jarque-Bera Probability Keputusan

D(JUB) 0.17429 0.916544 Data Berdistribusi Normal

NTEM 4.149039 0.125617 Data Berdistribusi Normal

VTEM 5.046623 0.080194 Data Berdistribusi Normal

NTAPMK 3.202389 0.201655 Data Berdistribusi Normal

VTAPMK 4.588014 0.100861 Data Berdistribusi Normal

Sumber : Data Olahan Eviews

Pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji normalitas data kelima variabel.

Pada tabel menunjukkan hasil variabel JUB, bahwa data yang telah di uji

berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai probability-nya yaitu sebesar

0,9165% lebih besar dari 0,05 pada signifikansi 5%. Untuk variabel volume

transaksi e-money telah berdistribusi normal terlihat dari nilai probability-nya

yaitu sebesar 0.080194% lebih besar dari 0.05 pada signifikansi 5%. Begitu juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

58

dengan variabel nilai transaksi e-money telah berdistribusi normal terlihat pada

nilai probability-nya yaitu sebesar 0.125617% lebih besar dari 0.05 pada

signifikansi 5%. Nilai transaksi dan volume transaksi e-money dapat berdistribusi

normal setelah data mengalami transformasi logaritma.

Sedangkan pada variabel volume transaksi APMK, diketahui bahwa nilai

probability-nya yaitu sebesar 0.100861% lebih besar dari 0.05 pada signifikansi

5% sehingga menunjukkan data telah berdistribusi normal. Dan pada variabel nilai

transaksi APMK, data telah berdistribusi normal terlihat dari nilai probability-nya

yaitu sebesar 0.201655% lebih besar dari 0.05 pada signifikansi 5%.

4.2.3 Penentuan Lag Optimal

Pemilihan panjang lag digunakan untuk mengetahui waktu yang

diperlukan oleh sebuah variabel agar dapat merespon perubahan yang terjadi pada

variabel lainnya. Pemilihan panjang lag menjadi sangat penting karena pemilihan

lag yang tepat akan menghasilkan residual yang terbebas dari masalah

autokorelasi dan heteroskedastisitas.

Penentuan jumlah lag optimal dalam model VAR ditentukan pada kriteria

informasi yang direkomendasikan oleh Final Prediction Error (FPE), Aike

Information Criterion (AIC), Scwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quinn (HQ).

Tanda bintang yang paling banyak menentukan lag optimal yang

direkomendasikan oleh kriteria diatas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

59

Tabel 4.4

Penentuan Lag Optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -8856.896 NA 1.40e+67 168.7980 168.9244 168.8492

1 -8462.078 744.5130 1.22e+64* 161.7539* 162.5121* 162.0611*

2 -8444.265 31.89500 1.40e+64 161.8908 163.2809 162.4541

3 -8420.226 40.75151* 1.44e+64 161.9091 163.9311 162.7284

Keterangan : *Lag order yang dipilih oleh para criterion

Sumber : Data Olahan Eviews

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa tanda bintang terbanyak

terdapat pada lag 1. Tanda bintang terbanyak adalah lag order yang dipilih

terbanyak oleh para criterion, sehingga lag tersebut adalah lag optimal yang

terpilih. Oleh karena itu, lag optimal terdapat pada lag 1.

4.2.4 Uji Kointegrasi

UJi kointegrasi digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel e-

money dan variabel APMK serta variabel JUB memiliki hubungan keseimbangan

jangka panjang. Apabila data variabel-variabel telah stasioner artinya antara

variabel tersebut terkointegrasi atau memiliki hubungan jangka panjang.

Metode uji kointegrasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah

pendekatan multivariate yaitu, Johansen Cointegration Test. Uji kointegrasi ini

dikembangkan oleh Johansen yang digunakan untuk menentukan kointegrasi

sejumlah variabel (vector). Dalam uji Johansen penentuan kointegrasi dilihat dari

nilai trace statictic dan maximum eigenvalue statistic. Jika nilai trace statictic dan

maximum eigenvalue statistic lebih besar dari nilai kritisnya maka, terdapat

kointegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya jika nilai trace statictic dan

maximum eigenvalue statistic lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak ada

kointegrasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

60

Pada Tabel 4.5 berikut menjukkan hasil pengujian Johansen Cointegration

dengan menggunakan asumsi deterministic 3 (linier, intercept (no trend)).

Berdasarkan uji trace statistic dan max-eigenvalues statistics data variabel

menunjukkan terdapat sejumlah hubungan kointegrasi pada tingkat signifikansi

5%. Berdasarkan uji trace statistic menunjukkan terdapat tiga hubungan

kointegrasi, sedangkan berdasarkan uji max-eigenvalue statistic menunjukkan

terdapat tiga hubungan kointegrasi. Hal ini terlihat dari perbandingan nilai trace

statistic-nya dan max-eigenvalues statistic-nya yang lebih besar dibandingkan

nilai kritisnya.

Tabel 4.5

Hasil Uji Kointegrasi

Cointegration Rank Test (Trace) Cointegration Rank Test (Max-Eigenvalue Statistic)

Hypothesized No. of CE(s)

Trace Statisti

c

0,05 Critical Value

Hypothesized No. of CE(s)

Max-Eigen Statistic

0,05 Critical Value

None* 143.5 69.81889 None* 80.91927 33.8769

At most 1* 62.57 47.85613 At most 1* 28.49947 27.5843

At most 2* 34.07 29.79707 At most 2* 23.11066 21.1316

At most 3 10.96 15.49471 At most 3 10.26271 14.2646

At most 4 0.694 3.841466 At most 4 0.694424 3.84147

Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level. *denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level.

Max-eigenvalue test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level. *denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level.

Sumber : Data Olahan Eviews

Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang telah dilakukan menunjukkan

adanya hubungan kointegrasi pada tingkat signifikansi 5%. Hal ini terdapat pada

hubungan jangka panjang antara Jumlah Uang Beredar dalam arti sempit (M1)

dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya yakni volume dan nilai transaksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

61

Uang Elektronik (E-Money) serta volume dan nilai transaksi APMK (Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu).

4.2.5 Uji Kausalitas Granger

Uji Kausalitas Granger dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti

apakah A mendahului B, ataukah B mendahului A, ataukah hubungan antara A

dan B timbal balik. Uji kausalitas Granger bertujuan untuk melihat pengaruh masa

lalu dari suatu variabel terhadap kondisi variabel lain pada masa sekarang.

Keputusan apakah variabel X mempengaruhi Y dan sebaliknya apakah Y

mempengaruhi X digunakan uji F atau dapat dilihat dari probabilitasnya.

Sebagaimana prosedur uji F, jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel (nilai kritis

tabel) pada tingkat signifikansi 1%, 5% maupun 10% maka kedua variabel

tersebut memiliki kausalitas dua arah.

Pada Tabel 4.6 di bawah ini menunjukkan hasil pengujian Kausalitas

Granger (Granger Causality) antara variabel dependen dengan variabel

independennya.

Tabel 4.6

Hasil Uji Kausalitas Granger (Causality Granger) Null Hypothesis Obs F-Statistic Prob.

NTEM does not Granger Cause D(JUB) 105 3.14355 0.0474

D(JUB) does not Granger Cause NTEM 1.26233 0.2875

VTEM does not Granger Cause D(JUB) 105 2.47906 0.0490

D(JUB) does not Granger Cause VTEM 0.31517 0.7304

NTAPMK does not Granger Cause D(JUB)

105 3.30800 0.0406

D(JUB) does not Granger Cause NTAPMK

0.89967 0.4100

VTAPMK does not Granger Cause D(JUB) 105 3.57423 0.0317

D(JUB) does not Granger Cause VTAPMK 0.04835 0.9528

Sumber : Data Olahan Eviews

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

62

Berdasarkan Hasil Uji Kausalitas Granger di atas menunjukkan bagaimana

hubungan antar tiap variabel independen dengan variabel dependen-nya. Yaitu

antara variabel volume transaksi e-money terhadap JUB, nilai transaksi e-money

terhadap JUB, volume transaksi APMK terhadap JUB, dan nilai transaksi APMK

terhadap JUB.

Dengan membandingkan dengan tingkat signifikansi, menunjukkan hasil-

hasil uji kausalitas granger yang menguji hubungan kausalitas granger di antara 5

(lima) variabel menunjukkan adanya temuan-temuan sebagai berikut:

Pertama, yang menyatakan bahwa nilai transaksi e-money tidak

menyebabkan kausalitas granger terhadap Jumlah Uang Beredar diterima pada

taraf 1% karena F-hitung sebesar 3,14355 < 3,354374672. Namun ditolak pada

taraf 5% dan 10% karena F-hitung sebesar 3,14355 > 2,388595626; 1,955395292.

Dengan diterimanya maka menyebabkan nilai transaksi e-money

mempengaruhi JUB. Demikian pula dengan yang menyatakan bahwa JUB

tidak menyebabkan kausalitas granger terhadap nilai transaksi e-money terbukti

atau diterima ( diterima jika ). Adapun nilai

F-hitung sebesar 1,26233 < 3,354374672; 2,38859626; 1,955395292. Dengan

ditolaknya maka disimpulkan bahwa JUB tidak mempengaruhi nilai transaksi

e-money.

Kedua, yang menyatakan bahwa volume transaksi e-money tidak

menyebabkan kausalitas granger terhadap JUB diterima pada taraf 1% karena F-

hitung sebesar 2,47906 < 3,354374672. Namun ditolak pada taraf 5% dan 10%

karena F-hitung sebesar 2,47906 > 2,388595626; 1,955395292. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

63

menunjukkan bahwa volume transaksi e-money berpengaruh terhadap JUB secara

signifikan. Demikian pula dengan yang menyatakan bahwa JUB tidak

menyebabkan kausalitas granger terhadap volume transaksi e-money, diterima

pada taraf 1%, 5% dan 10% dimana F-hitung sebesar 0,31517 < 3,354374672;

2,388595626; 1,955395292. Hal ini menunjukkan bahwa JUB tidak

mempengaruhi volume transaksi e-money.

Ketiga, yang menyatakan bahwa nilai transaksi APMK tidak

menyebabkan kausalitas granger terhadap JUB diterima pada taraf 1% karena F-

hitung sebesar 3,30800 < 3,354374672. Namun ditolak pada taraf 1% dan 10%

karena F-hitung sebesar 3,30800 > 2,388595626; 1,955395292. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai transaksi APMK mempengaruhi JUB secara signifikan.

Demikian pula dengan yang menyatakan bahwa JUB tidak menyebabkan

kausalitas granger terhadap nilai transaksi APMK, diterima pada taraf 1%, 5% dan

10% karena F-hitung sebesar 0,89967 < 3,354374672; 2,388595626;

1,955395292. Hal ini menunjukkan bahwa JUB tidak mempengaruhi nilai

transaksi APMK.

Keempat, yang menyatakan bahwa volume transaksi APMK tidak

menyebabkan kausalitas granger terhadap JUB ditolak pada taraf 1%, 5% dan

10% karena F-hitung sebesar 3,57423 > 3,354374672; 2,388595626;

1,955395292. Hal ini menunjukkan bahwa volume transaksi APMK

mempengaruhi JUB secara signifikan. Demikian pula dengan yang

menyatakan bahwa JUB tidak menyebabkan kausalitas granger terhadap volume

transaksi APMK diterima pada taraf 1%, 5% dan 10%, karena F-hitung sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

64

0,04835 < 3,354374672; 2,388595626; 1,955395292. Hal ini menunjukkan bahwa

JUB tidak mempengaruhi volume transaksi APMK.

Hasil uji kausalitas pertama menunjukkan bahwa ada hipotesis nol yang

diterima (F-hitung < F-tabel) dan ada yang ditolak (F-hitung > F-tabel). Maka

dapat disimpulkan bahwa nilai transaksi e-money pada masa lalu mempengaruhi

Jumlah Uang Beredar pada masa sekarang , namun Jumlah Uang Beredar pada

masa lalu tidak mempengarui nilai transaksi e-money pada masa sekarang

(periode 2009-2017). Hal ini berarti antara nilai transaksi e-money dengan Jumlah

Uang Beredar hanya memiliki hubungan satu arah, dimana hanya nilai transaksi e-

money yang mempengaruhi Jumlah Uang Beredar namun tidak sebaliknya.

Hubungan satu arah, dimana hanya nilai transaksi uang elektronik yang

mempengaruhi jumlah uang beredar tetapi jumlah uang beredar tidak berpengaruh

terhadap nilai transaksi uang elektronik, disebabkan oleh disaat nominal transaksi

pembelanjaan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan uang elektronik

meningkat, maka akan mempengaruhi terjadinya peningkatan pada jumlah uang

beredar. Sedangkan disaat jumlah uang beredar meningkat, belum tentu dapat

mempengaruhi perubahan peningkatan pada nilai transaksi uang elektronik.

Hasil uji kausalitas kedua menunjukkan bahwa ada hipotesis nol yang

ditolak yaitu volume transaksi e-money terhadap JUB yang artinya bahwa volume

transaksi e-money pada masa lalu mempengaruhi Jumlah Uang Beredar pada masa

sekarang, namun pada JUB terhadap volume transaksi e-money menunjukkan

hipotesis nol yang diterima. Artinya bahwa Jumlah Uang Beredar pada masa lalu

tidak mempengaruhi volume transaksi e-money pada masa sekarang (periode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

65

2009-2017). Dapat disimpulkan bahwa antara volume transaksi e-money dengan

Jumlah Uang Beredar hanya memiliki hubungan satu arah, dimana hanya volume

transaksi e-money yang mempengaruhi Jumlah Uang Beredar namun tidak

sebaliknya.

Hubungan satu arah yang terjadi, dimana volume transaksi uang elektronik

mempengaruhi jumlah uang beredar namun tidak sebaliknya, disebabkan oleh

terjadinya peningkatan pada jumlah transaksi pembelanjaan oleh masyarakat

Indonesia dengan menggunakan uang elektronik maka akan meningkatkan jumlah

uang beredar, Tetapi disaat jumlah uang beredar meningkat, belum tentu

mempengaruhi terjadinya peningkatan pada volume transaksi uang elektronik.

Hasil uji kausalitas ketiga menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak pada

nilai transaksi APMK tidak menyebabkan kausalitas granger terhadap JUB, yang

artinya bahwa nilai transaksi APMK pada masa lalu mempengaruhi Jumlah Uang

Beredar pada masa sekarang. Namun hipotesis nol diterima pada JUB tidak

menyebabkan kausalitas granger terhadap nilai transaksi APMK, yang artinya

bahwa Jumlah Uang Beredar pada masa lalu tidak mempengaruhi nilai transaksi

APMK pada masa sekarang (periode 2009-2017). Dengan demikian disimpulkan

bahwa antara nilai transaksi APMK dengan Jumlah Uang Beredar hanya

mempunyai hubungan satu arah, dimana hanya nilai transaksi APMK yang

mempengaruhi Jumlah uang beredar namun tidak sebaliknya.

Hubungan satu arah pada variabel ini, dimana nilai transaksi APMK

berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar disebabkan oleh terjadinya

peningkatan pada nominal transaksi penarikan tunai, pembelian, maupun transfer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

66

yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia menggunakan Kartu Debet/ATM dan

Kartu Kredit yang dalam hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada

jumlah uang beredar. Namun, jumlah uang beredar meningkat tidak berpengaruh

terhadap nilai transaksi APMK karena disaat jumlah uang beredar meningkat,

belum tentu akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai transaksi APMK.

Hasil uji kausalitas keempat menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak

pada volume transaksi APMK tidak menyebabkan kausalitas granger terhadap

JUB, yang artinya bahwa volume transaksi APMK pada masa lalu mempengaruhi

Jumlah Uang Beredar pada masa sekarang. Namun hipotesis nol diterima pada

JUB tidak menyebabkan kausalitas granger terhadap volume transaksi APMK,

yang artinya bahwa Jumlah Uang Beredar pada masa lalu tidak mempengaruhi

volume transaksi APMK pada masa sekarang. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa antara volume transaksi APMK dengan Jumlah Uang Beredar

hanya mempunyai hubungan satu arah, dimana hanya volume transaksi APMK

saja yang mempengaruhi Jumlah Uang Beredar namun tidak sebaliknya.

Volume transaksi APMK berpengaruh positif terhadap jumlah uang

beredar namun jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap volume transaksi

APMK, disebabkan oleh terjadinya peningkatan pada jumlah transaksi penarikan

tunai, pembelian, maupun transfer oleh masyarakat Indonesia menggunakan Kartu

Debit/ATM dan kredit, secara otomatis akan berpengaruh terhadap peningkatan

jumlah uang beredar. Namun, disaat terjadi peningkatan pada jumlah uang

beredar, belum tentu berpengaruh terhadap peningkatan volume transaksi APMK.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan kausalitas antara nilai transaksi uang elektronik (e-

money) dan Jumlah Uang Beredar, dimana nilai transaksi uang elektronik

pada masa lalu mempengaruhi Jumlah Uang Beredar saat ini.

2. Tidak ada hubungan kausalitas antara volume transaksi uang elektronik (e-

money) dan Jumlah Uang Beredar, dimana volume transaksi uang

elektronik pada masa lalu mempengaruhi Jumlah Uang Beredar saat ini.

3. Tidak ada hubungan kausalitas antara nilai transaksi APMK (Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu) dan Jumlah Uang Beredar, dimana nilai

transaksi APMK pada masa lalu mempengaruhi Jumlah Uang Beredar saat

ini.

4. Tidak ada hubungan kausalitas antara volume transaksi APMK (Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu) dan Jumlah Uang Beredar, dimana

volume transaksi APMK pada masa lalu mempengaruhi Jumlah Uang

Beredar saat ini.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian tersebut diatas, maka penulis dapat memberikan

beberapa saran, yaitu sebagai berikut :

1. Pembayaran non-tunai pada saat ini sedang bergengsi di kalangan

masyarakat, karena memberikan kemudahan dalam sistem pembayaran.

67 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

68

Oleh karena itu, Bank Indonesia maupun bank-bank konvensional

seharusnya dapat meningkatkan pelayanan terhadap sistem pembayaran

non-tunai di tiap-tiap ritelnya.

2. Untuk mengatur JUB, BI harus menjaga perputaran dari keempat variabel

(nilai transaksi e-money, volume transaksi e-money, nilai transaksi APMK,

dan volume transaksi APMK), dimana hal ini akan berdampak terhadap

kestabilan inflasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

69

Daftar Pustaka

Bank Indonesia, (2003). Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi,

Jakarta

Boediono, (2001). Ekonomi Moneter, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Chandler, Lester V dan Stephen M. Goldfeld, (2001). The Economics of Money

and Banking, “diterjemahkan oleh: Karyawan Muchtar, Ekonomi Uang

dan Bank”, Erlangga, Jakarta.

Davidson, Paul, (2009). Money and The Real World, The Macmillan Press LTD,

London.

Effendy, Nury dan Maman Setiawan, (2014). Ekonometrika, Pendekatan Teori

dan Terapan, Salemba Empat, Jakarta.

Ekananda, Mahyus, (2015). Ekonometrika Dasar, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Frederic, S.Mishkin, (2009). The Economics Of Money, Bangking And Finansial

Market. Edisi Ke 8 Penerbit Salemba Empat

Hubbard, R. Glenn, (2005). Money and Financial System and the Economy,

Pearson Education, Boston.

Kasmir, (1998). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Rajagrafindo Persada,

Jakarta

Mankiw, N. Gregory, (2006). Makroekonomi, Erlangga, Jakarta.

Manullang, M, (1977). Ekonomi Moneter, Ghaliad Indonesia, Medan.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, (2004). Uang, Perbankan, dan

Ekonomi Moneter, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Nachrowi, D.N dan Hardius Usman, (2006). Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi

Unversitas Indonesia, Jakarta.

Nopirin, (2007). Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta.

Simorangkir, Iskandar, (2014). Pengantar Kebanksentralan Teori dan Praktik di

Indonesia, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

69 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

70

Thomas, G.Rollin, (2001). Our Modern Banking and Monetary System,

Kinokuniya Book-Store CO, Tokyo Jepang.

Wijaya, Faried dan Soetatwo Hadiwigeno, (1998), Lembaga-Lembaga Keuangan

dan Bank-Perkembangan, Teori dan Kebijakan Edisi 2, BPFE,

Yogyakarta.

Anyanwu, Akudo C, dkk, (2012). Electronic Payment System (EPS): Facilitating

the Development and Adoption in Nigeria, Volume 9 Issues 2 No 1

Bajili, Ahmad Radhi. (2016). Analisis Pengaruh Penggunaan Uang Eletronik (E-

Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal di Indonesia, Skripsi

Mahasiswa FEB USU

Hancock, Diana dan David B. Humphrey, (1998). Payment Transactions,

Instrumens, and System: A Survey, Journal of Banking and Finance 21,

USA Florida State University.

Hidayati, Siti, Ida Nuryanti, Agus Firmansyah, Aulia Fadly dan Isnu Yuwana

Darmawan. (2006). Kajian Operasional Uang Elektronik (E-Money), Bank

Indonesia.

Humprey, David B. (1995). Payment System: Principles, Practice, and

Improvements, Technical Paper Number 260, World Bank.

Istanto, Lasondy S.-. Analisis Dampak Pembayaran Non-tunai terhadap Jumlah

Uang beredar di Indonesia.

Morvari, Vahid Farhadi Cheshme, (2015). Possible Effects of Electronic

Payments on the Money Supply in the Economy, Volume 5

Nugroho, Anggoro Budi dan Venna Tri Kartika, (2015). Analysis on Electronic

Money Transactions on Velocity of Money in ASEAN-5 Countries, Journal

of Business and Management, Journal of Business and Management,

Volume 4 Nomor 9:1008-1020

Ramadani, Laila, (2016). Pengaruh Penggunaan Kartu Debit dan Uang

Elektronik (E-Money) Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa,

Volume 8 Nomor 1

Silitonga, Tritoguna. (2014). Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money)

Terhadap Velocity Of Money (Perputaran Uang) di Indonesia, Skripsi

Mahasiswa FEB USU

Sheppard, David. (1996). Payment Systems, Handbook in Central Banking No.8,

Centre for Central Banking Studies, Bank of England, Mei.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

71

Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 66. Sekretariat Negara,

Jakarta.

Republik Indonesia, (2009). Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009

tentang Uang Elektronik (E-Money). Tambahan Lembaran Negara RI

Tahun 2009, No. 5001.

Kamal, Ismail, (2017). Bayar Tol wajib gunakan E-Money berlaku mulai

Oktober 2017. https://www.cermati.com/artikel/bayar-tol-wajib-gunakan-

e-money-berlaku-oktober-2017 (5 Maret.2018).

Rochmi, Muhammad Nur, (2017). Jumlah Kartu Kredit turun tapi

transaksinya masih ramai. https://beritagar.id/artikel/berita/jumlah-

kartu-kredit-turun-tapi-transaksinya-masih-ramai (9 September.2018).

Gunawan, Harianto, (2017). Visa Consumer Payment Attitudes Study: 8 dari

10 Masyarakat Indonesia Lebih Suka Gerakan Nontunai.

https://www.visa.co.id/about-visa/newsroom/press-releases/nr-id-

170829.html (17 Oktober.2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

LAMPIRAN

Lampiran 1 DATA VARIABEL

Tahun JUB VTEM NTEM VTAPMK NTAPMK

Y X1 X2 X3 X4

2009M01 447,476.00 492,818 21,658 117,718,595 155,146,585

2009M02 444,035.00 760,746 23,389 107,473,033 138,391,534

2009M03 458,581.00 1,235,384 29,776 125,964,905 159,533,788

2009M04 464,922.00 1,431,314 32,526 120,527,445 171,034,860

2009M05 467,735.00 1,664,352 39,493 122,622,498 133,164,628

2009M06 482,621.00 1,427,700 41,019 127,092,121 140,301,817

2009M07 468,944.00 1,449,281 42,193 134,697,143 149,000,874

2009M08 490,128.00 1,366,804 42,865 137,585,996 151,817,301

2009M09 490,502.00 2,047,470 68,424 139,008,715 147,828,302

2009M10 485,538.00 1,785,942 55,257 144,875,682 156,358,139

2009M11 495,061.00 1,737,552 57,642 134,608,566 145,570,896

2009M12 515,824.00 2,037,268 64,971 148,986,974 163,347,648

2010M01 496,526.84 2,019,147 57,413 142,304,378 154,476,889

2010M02 490,083.79 1,914,662 55,148 129,115,114 139,151,474

2010M03 494,460.84 1,993,607 64,640 146,331,363 161,393,177

2010M04 494,717.69 2,065,037 48,985 142,328,615 154,648,123

2010M05 514,005.04 2,126,067 51,386 150,197,776 160,455,235

2010M06 545,405.37 2,230,367 60,725 149,585,036 164,871,791

2010M07 539,745.86 2,279,353 58,542 157,276,639 174,943,047

2010M08 555,494.78 2,243,698 56,917 162,414,702 184,138,487

2010M09 549,941.24 1,999,368 57,276 148,209,872 159,521,523

2010M10 555,548.88 2,446,354 64,234 157,496,107 175,964,093

2010M11 571,337.17 2,326,155 54,301 156,142,469 176,392,674

2010M12 605,410.53 2,898,167 63,900 170,673,810 195,896,689

2011M01 604,169.16 2,844,018 64,165 173,062,569 194,757,644

2011M02 585,890.08 2,339,473 51,670 158,448,976 175,538,444

2011M03 580,601.21 3,216,170 60,762 175,069,448 193,416,246

2011M04 584,633.81 3,108,815 59,243 172,946,279 188,214,252

2011M05 611,790.51 3,162,917 67,076 182,193,673 199,493,989

2011M06 636,206.14 3,085,833 95,056 186,019,563 202,145,521

2011M07 639,687.98 3,703,291 116,735 202,840,410 221,876,612

2011M08 662,806.24 3,399,868 102,308 211,111,086 232,801,423

2011M09 656,095.74 3,472,472 84,094 178,482,796 193,497,386

2011M10 664,999.95 3,937,939 78,311 204,776,909 220,937,912

2011M11 667,587.23 4,120,120 77,238 198,252,545 215,554,941

2011M12 722,991.17 4,669,233 124,640 219,095,179 238,807,080

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

2012M01 696,281.03 4,543,445 111,270 207,902,273 229,573,359

2012M02 683,208.48 5,726,752 85,379 202,857,096 225,653,603

2012M03 714,215.03 6,990,613 128,141 225,448,438 241,276,578

2012M04 720,875.99 7,483,775 138,794 213,400,076 229,045,417

2012M05 749,403.19 8,587,215 131,132 231,958,795 250,709,870

2012M06 779,366.60 8,632,104 168,110 243,241,704 265,043,739

2012M07 771,738.77 9,821,733 238,100 251,360,316 278,324,680

2012M08 772,377.53 8,491,618 167,967 250,417,700 270,371,651

2012M09 795,459.72 9,471,354 157,435 237,818,233 255,836,838

2012M10 774,922.64 9,977,618 155,310 242,483,691 264,773,536

2012M11 801,344.63 10,636,700 243,796 247,648,145 266,630,591

2012M12 841,652.12 10,260,989 246,116 269,571,843 287,840,180

2013M01 787,859.68 9,597,739 168,394 267,120,564 291,301,584

2013M02 786,548.67 9,626,119 165,335 244,816,661 270,283,989

2013M03 810,054.88 11,504,179 252,791 280,805,277 304,755,772

2013M04 832,213.49 11,383,130 219,757 283,160,069 306,129,993

2013M05 822,876.47 11,583,012 214,515 289,372,996 314,308,269

2013M06 858,498.99 11,293,467 250,006 285,433,493 313,943,444

2013M07 879,986.02 12,893,520 387,171 315,785,902 360,823,904

2013M08 855,782.79 11,074,802 279,902 283,304,564 305,842,399

2013M09 867,714.92 11,881,737 231,602 284,941,742 315,697,800

2013M10 856,171.21 12,293,987 245,149 306,630,362 333,682,364

2013M11 870,416.85 12,326,415 244,577 295,724,823 322,216,070

2013M12 887,081.01 12,442,672 248,233 324,053,412 358,384,849

2014M01 842,677.91 12,058,775 239,691 311,083,581 341,819,893

2014M02 834,532.41 11,784,180 212,101 290,817,419 318,458,080

2014M03 853,502.40 14,081,329 297,160 337,092,307 360,189,990

2014M04 880,470.30 13,479,270 231,800 319,886,287 343,036,431

2014M05 906,726.69 15,154,984 270,601 343,463,495 373,374,396

2014M06 945,717.83 15,611,532 331,492 341,372,528 378,459,393

2014M07 918,565.80 14,042,034 361,063 369,783,149 410,167,495

2014M08 895,827.12 17,045,282 274,586 332,086,435 361,024,335

2014M09 949,168.33 20,554,999 305,574 344,541,207 379,226,178

2014M10 940,348.73 20,810,457 239,473 354,411,263 384,546,835

2014M11 955,534.99 22,593,077 274,630 350,935,855 375,898,208

2014M12 942,221.34 26,154,071 281,383 382,222,638 418,872,201

2015M01 918,079.49 25,563,528 253,373 362,710,637 387,684,134

2015M02 927,847.53 24,186,946 246,223 337,478,592 354,339,854

2015M03 957,580.46 30,515,495 339,241 376,644,533 399,001,800

2015M04 959,376.46 29,665,397 294,805 370,384,292 391,571,081

2015M05 980,915.30 53,703,513 478,024 383,589,181 403,391,926

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

2015M06 1,039,517.98 59,724,050 663,652 379,309,141 415,057,041

2015M07 1,031,905.82 58,746,812 665,753 397,157,596 434,120,898

2015M08 1,026,322.91 59,853,437 527,866 380,438,719 412,077,579

2015M09 1,063,038.71 54,125,251 471,545 375,894,521 403,919,677

2015M10 1,036,310.68 51,133,278 450,389 394,234,619 419,768,124

2015M11 1,051,190.74 46,755,243 461,044 389,887,019 412,758,015

2015M12 1,055,285.07 41,606,578 431,102 426,658,783 464,104,309

2016M01 1,046,257.23 41,300,860 387,404 405,682,510 430,262,433

2016M02 1,035,550.68 46,579,696 519,364 387,271,612 412,718,764

2016M03 1,064,737.89 50,700,307 492,166 426,856,817 455,676,511

2016M04 1,089,212.20 51,016,407 515,232 418,875,343 445,203,872

2016M05 1,118,768.26 63,883,592 587,052 437,023,644 471,020,735

2016M06 1,184,328.91 54,614,849 673,151 457,305,293 522,171,414

2016M07 1,144,500.83 49,653,426 561,862 420,393,639 448,006,936

2016M08 1,135,548.18 60,520,930 616,484 441,025,993 484,744,381

2016M09 1,126,046.04 58,023,844 544,916 432,803,585 468,704,680

2016M10 1,142,785.81 61,294,423 584,319 446,659,893 479,354,098

2016M11 1,182,729.89 66,316,596 831,972 447,003,195 483,137,529

2016M12 1,237,642.57 79,228,422 749,766 475,610,928 522,911,291

2017M01 1,191,499.69 58,435,893 665,791 441,632,831 482,970,103

2017M02 1,196,036.61 58,573,280 812,282 404,433,413 437,494,318

2017M03 1,215,856.68 62,985,770 746,397 468,687,446 502,599,670

2017M04 1,245,927.39 55,631,892 633,561 451,827,174 487,332,764

2017M05 1,275,892.50 60,620,306 879,108 490,852,836 540,310,686

2017M06 1,341,851.26 51,969,836 1,019,650 495,129,624 550,976,326

2017M07 1,293,234.84 68,685,872 1,141,504 471,900,723 524,794,996

2017M08 1,274,803.26 62,565,183 790,699 492,612,973 545,063,671

2017M09 1,304,373.83 67,553,272 817,366 466,634,767 502,058,716

2017M10 1,325,762.33 104,478,745 1,264,462 496,621,435 533,790,262

2017M11 1,338,143.33 128,518,604 1,647,358 483,423,261 518,536,441

2017M12 1,390,806.95 163,301,280 1,957,290 529,470,069 574,509,684

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Lampiran 2 UJI STASIONERITAS AKAR UNIT

Null Hypothesis: D(JUB) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 7 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.390702 0.0001

Test critical values: 1% level -4.053392

5% level -3.455842

10% level -3.153710

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(JUB,2)

Method: Least Squares

Date: 09/04/18 Time: 13:47

Sample (adjusted): 2009M10 2017M12

Included observations: 99 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(JUB(-1)) -2.669024 0.495116 -5.390702 0.0000

D(JUB(-1),2) 1.440388 0.461624 3.120263 0.0024

D(JUB(-2),2) 1.161902 0.422783 2.748227 0.0073

D(JUB(-3),2) 0.903825 0.358582 2.520555 0.0135

D(JUB(-4),2) 0.524998 0.292586 1.794334 0.0762

D(JUB(-5),2) 0.241406 0.230231 1.048536 0.2972

D(JUB(-6),2) 0.424991 0.167644 2.535076 0.0130

D(JUB(-7),2) 0.312758 0.106773 2.929172 0.0043

C 12862.85 5239.037 2.455193 0.0160

@TREND(2009M01) 172.9411 79.14436 2.185135 0.0315

R-squared 0.721909 Mean dependent var 528.1780

Adjusted R-squared 0.693787 S.D. dependent var 37233.10

S.E. of regression 20603.50 Akaike info criterion 22.79985

Sum squared resid 3.78E+10 Schwarz criterion 23.06198

Log likelihood -1118.592 Hannan-Quinn criter. 22.90591

F-statistic 25.67096 Durbin-Watson stat 2.026477

Prob(F-statistic) 0.000000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Null Hypothesis: VTEM has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.415744 0.0001

Test critical values: 1% level -4.046072

5% level -3.452358

10% level -3.151673

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(VTEM)

Method: Least Squares

Date: 07/05/18 Time: 00:11

Sample (adjusted): 2009M02 2017M12

Included observations: 107 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VTEM(-1) -0.454392 0.083902 -5.415744 0.0000

C 6.408222 1.168391 5.484655 0.0000

@TREND(2009M01) 0.017033 0.003553 4.794618 0.0000

R-squared 0.224461 Mean dependent var 0.036375

Adjusted R-squared 0.209547 S.D. dependent var 0.434129

S.E. of regression 0.385973 Akaike info criterion 0.961537

Sum squared resid 15.49340 Schwarz criterion 1.036477

Log likelihood -48.44225 Hannan-Quinn criter. 0.991917

F-statistic 15.05013 Durbin-Watson stat 2.149263

Prob(F-statistic) 0.000002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Null Hypothesis: NTEM has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.026808 0.0004

Test critical values: 1% level -4.046072

5% level -3.452358

10% level -3.151673

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(LOGNTEM)

Method: Least Squares

Date: 06/08/18 Time: 00:39

Sample (adjusted): 2009M02 2017M12

Included observations: 107 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOGNTEM(-1) -0.399469 0.079468 -5.026808 0.0000

C 4.197005 0.827854 5.069740 0.0000

@TREND(2009M01) 0.013069 0.002654 4.924441 0.0000

R-squared 0.195519 Mean dependent var 0.042093

Adjusted R-squared 0.180048 S.D. dependent var 0.203942

S.E. of regression 0.184672 Akaike info criterion -0.512832

Sum squared resid 3.546796 Schwarz criterion -0.437893

Log likelihood 30.43652 Hannan-Quinn criter. -0.482453

F-statistic 12.63794 Durbin-Watson stat 1.891360

Prob(F-statistic) 0.000012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Null Hypothesis: VTAPMK has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.529755 0.0001

Test critical values: 1% level -4.046072

5% level -3.452358

10% level -3.151673

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(VTAPMK)

Method: Least Squares

Date: 07/05/18 Time: 00:12

Sample (adjusted): 2009M02 2017M12

Included observations: 107 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VTAPMK(-1) -0.533995 0.096568 -5.529755 0.0000

C 48322385 20084908 2.405905 0.0179

@TREND(2009M01) 1630574. 449885.3 3.624422 0.0005

R-squared 0.229898 Mean dependent var -1100174.

Adjusted R-squared 0.215089 S.D. dependent var 1.09E+08

S.E. of regression 96854880 Akaike info criterion 39.64296

Sum squared resid 9.76E+17 Schwarz criterion 39.71790

Log likelihood -2117.898 Hannan-Quinn criter. 39.67334

F-statistic 15.52354 Durbin-Watson stat 1.845337

Prob(F-statistic) 0.000001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Null Hypothesis: NTAPMK has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.888531 0.0000

Test critical values: 1% level -4.046072

5% level -3.452358

10% level -3.151673

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(NTAPMK)

Method: Least Squares

Date: 07/05/18 Time: 00:08

Sample (adjusted): 2009M02 2017M12

Included observations: 107 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

NTAPMK(-1) -0.951774 0.107079 -8.888531 0.0000

C 1.05E+08 24207558 4.338902 0.0000

@TREND(2009M01) 3055195. 507507.1 6.020005 0.0000

R-squared 0.432907 Mean dependent var -1449968.

Adjusted R-squared 0.422001 S.D. dependent var 1.47E+08

S.E. of regression 1.12E+08 Akaike info criterion 39.92668

Sum squared resid 1.30E+18 Schwarz criterion 40.00162

Log likelihood -2133.077 Hannan-Quinn criter. 39.95706

F-statistic 39.69572 Durbin-Watson stat 1.837861

Prob(F-statistic) 0.000000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Lampiran 3 UJI NORMALITAS

0

2

4

6

8

10

12

14

16

-40000 -20000 0 20000 40000 60000

Series: D(JUB)

Sample 2009M01 2017M12

Observations 107

Mean 8816.177

Median 9523.000

Maximum 65958.76

Minimum -53792.44

Std. Dev. 24436.51

Skewness -0.098444

Kurtosis 3.018110

Jarque-Bera 0.174290

Probability 0.916544

0

4

8

12

16

20

13.0 13.5 14.0 14.5 15.0 15.5 16.0 16.5 17.0 17.5 18.0

Series: VTEM

Sample 2009M01 2017M12

Observations 108

Mean 16.05587

Median 16.20000

Maximum 17.95842

Minimum 13.00000

Std. Dev. 1.311033

Skewness -0.160650

Kurtosis 1.990922

Jarque-Bera 5.046623

Probability 0.080194

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

0

4

8

12

16

20

10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 12.5 13.0 13.5 14.0 14.5

Series: NTEM

Sample 2009M01 2017M12

Observations 108

Mean 12.18916

Median 12.38665

Maximum 14.48707

Minimum 9.983130

Std. Dev. 1.055332

Skewness -0.067180

Kurtosis 2.049234

Jarque-Bera 4.149039

Probability 0.125617

0

2

4

6

8

10

12

14

16

250.000 1.0e+08 2.0e+08 3.0e+08 4.0e+08 5.0e+08

Series: VTAPMK

Sample 2009M01 2017M12

Observations 108

Mean 2.55e+08

Median 2.46e+08

Maximum 4.97e+08

Minimum 1.000000

Std. Dev. 1.46e+08

Skewness -0.099643

Kurtosis 2.010129

Jarque-Bera 4.588014

Probability 0.100861

0

2

4

6

8

10

12

14

250.000 1.0e+08 2.0e+08 3.0e+08 4.0e+08 5.0e+08

Series: NTAPMK

Sample 2009M01 2017M12

Observations 108

Mean 2.83e+08

Median 2.83e+08

Maximum 5.51e+08

Minimum 1.000000

Std. Dev. 1.49e+08

Skewness -0.168595

Kurtosis 2.226731

Jarque-Bera 3.202389

Probability 0.201655

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Lampiran 4 UJI JOHANSEN COINTEGRATION

Date: 07/03/18 Time: 08:56

Sample (adjusted): 2009M05 2017M12

Included observations: 104 after adjustments

Trend assumption: Linear deterministic trend

Series: D(JUB) NTEM VTEM NTAPMK VTAPMK

Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.540708 143.4865 69.81889 0.0000

At most 1 * 0.239693 62.56727 47.85613 0.0012

At most 2 * 0.199259 34.06779 29.79707 0.0152

At most 3 0.093967 10.95714 15.49471 0.2141

At most 4 0.006655 0.694424 3.841466 0.4047 Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.540708 80.91927 33.87687 0.0000

At most 1 * 0.239693 28.49947 27.58434 0.0381

At most 2 * 0.199259 23.11066 21.13162 0.0260

At most 3 0.093967 10.26271 14.26460 0.1952

At most 4 0.006655 0.694424 3.841466 0.4047

Max-eigenvalue test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I):

D(JUB) NTEM VTEM NTAPMK VTAPMK

9.43E-05 -0.020936 -0.925185 9.33E-09 1.02E-10

4.67E-05 0.317687 1.131446 -1.42E-08 -3.04E-09

1.59E-05 -2.202812 2.011459 5.18E-09 -7.79E-09

-7.08E-06 -3.169468 2.093693 -1.48E-09 9.99E-09

3.60E-07 -2.031755 0.574886 3.59E-10 2.74E-09

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha):

D(JUB,2) -12156.05 -8782.506 -764.0647 617.6656 736.9084

D(NTEM) 0.048312 -0.033127 0.003934 0.022960 0.011069

D(VTEM) -0.008643 0.019618 -0.110465 -0.067157 0.014140

D(NTAPMK) -38485574 40467879 -4164386. 10959667 2632847.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

D(VTAPMK) -20506916 8732633. 31660073 -17310238 3051265.

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -5311.088

Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

D(JUB) NTEM VTEM NTAPMK VTAPMK

1.000000 -222.0905 -9814.322 9.90E-05 1.08E-06

(4457.87) (3360.70) (1.8E-05) (1.3E-05)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(JUB,2) -1.145937

(0.22752)

D(NTEM) 4.55E-06

(1.7E-06)

D(VTEM) -8.15E-07

(3.7E-06)

D(NTAPMK) -3627.992

(1006.96)

D(VTAPMK) -1933.164

(997.145)

2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -5296.839

Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

D(JUB) NTEM VTEM NTAPMK VTAPMK

1.000000 0.000000 -8738.091 8.63E-05 -1.01E-06

(1867.13) (1.7E-05) (1.2E-05)

0.000000 1.000000 4.845911 -5.74E-08 -9.42E-09

(1.09641) (1.0E-08) (7.0E-09)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(JUB,2) -1.556048 -2535.587

(0.23492) (710.960)

D(NTEM) 3.01E-06 -0.011536

(1.9E-06) (0.00571)

D(VTEM) 1.01E-07 0.006413

(4.1E-06) (0.01244)

D(NTAPMK) -1738.289 13661865

(1032.36) (3124315)

D(VTAPMK) -1525.382 3203582.

(1108.65) (3355181)

3 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -5285.283 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

D(JUB) NTEM VTEM NTAPMK VTAPMK

1.000000 0.000000 0.000000 2.78E-06 -2.04E-05

(1.4E-05) (1.3E-05)

0.000000 1.000000 0.000000 -1.11E-08 1.36E-09

(1.5E-09) (1.3E-09)

0.000000 0.000000 1.000000 -9.56E-09 -2.22E-09

(1.2E-09) (1.1E-09)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

D(JUB,2) -1.568203 -852.4964 -227.2192

(0.23744) (4967.01) (5548.76)

D(NTEM) 3.07E-06 -0.020202 -0.074266

(1.9E-06) (0.03989) (0.04456)

D(VTEM) -1.66E-06 0.249748 -0.192003

(4.0E-06) (0.08314) (0.09287)

D(NTAPMK) -1804.538 22835222 73017011

(1043.08) (2.2E+07) (2.4E+07)

D(VTAPMK) -1021.719 -66537594 92536140

(1064.83) (2.2E+07) (2.5E+07)

4 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -5280.152 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

D(JUB) NTEM VTEM NTAPMK VTAPMK

1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 -1.73E-05

(9.8E-06)

0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 -1.13E-08

(1.9E-09)

0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 -1.31E-08

(2.1E-09)

0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 -1.140468

(0.21042)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(JUB,2) -1.572575 -2810.168 1065.983 6.33E-06

(0.23787) (8639.37) (7250.96) (4.0E-05)

D(NTEM) 2.91E-06 -0.092973 -0.026195 9.08E-10

(1.9E-06) (0.06878) (0.05773) (3.2E-10)

D(VTEM) -1.18E-06 0.462601 -0.332610 -8.32E-10

(3.9E-06) (0.14210) (0.11926) (6.5E-10)

D(NTAPMK) -1882.114 -11901092 95963194 -0.971380

(1038.26) (3.8E+07) (3.2E+07) (0.17352)

D(VTAPMK) -899.1921 -11673349 56293809 -0.125811

(1049.69) (3.8E+07) (3.2E+07) (0.17543)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

Lampiran 5 UJI KAUSALITAS GRANGER

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 07/03/18 Time: 08:29

Sample: 2009M01 2017M12

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

NTEM does not Granger Cause D(JUB) 105 1.26233 0.0474

D(JUB) does not Granger Cause NTEM 3.14355 0.2875 VTEM does not Granger Cause D(JUB) 105 2.47906 0.0490

D(JUB) does not Granger Cause VTEM 0.31517 0.7304

NTAPMK does not Granger Cause D(JUB) 105 3.30800 0.0406

D(JUB) does not Granger Cause NTAPMK 0.89967 0.4100

VTAPMK does not Granger Cause D(JUB) 105 3.57423 0.0317

D(JUB) does not Granger Cause VTAPMK 0.04835 0.9528

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) DAN …

PENENTUAN LAG OPTIMAL

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: JUB NTEM_1 VTEM_1 NTAPMK VTAPMK

Exogenous variables: C

Date: 09/18/18 Time: 23:59

Sample: 2009M01 2017M12

Included observations: 105 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -8856.896 NA 1.40e+67 168.7980 168.9244 168.8492

1 -8462.078 744.5130 1.22e+64* 161.7539* 162.5121* 162.0611*

2 -8444.265 31.89500 1.40e+64 161.8908 163.2809 162.4541

3 -8420.226 40.75151* 1.44e+64 161.9091 163.9311 162.7284 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA